kepemimpinan dan negosiasi

45
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG MAKALAH ANALISIS KONFLIK DAN PEMILIHAN SERTA PERANAN MEDIATOR DALAM PERANG SUKU DI KWAMKI LAMA TIMIKA PAPUA TAHUN 2012 Diajukan oleh: A. Tri Abdiawan Amir NPM: 114060017969

Upload: mahmoud-amir

Post on 31-Oct-2014

221 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Kepemimpinan, Leadership, Negosiasi dalam Konflik, Analisa Konflik Papua Kwamki Lama

TRANSCRIPT

Page 1: Kepemimpinan dan Negosiasi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIABADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARATANGERANG

MAKALAH

ANALISIS KONFLIK DAN PEMILIHAN SERTA PERANAN MEDIATOR DALAM PERANG SUKU DI KWAMKI LAMA

TIMIKA PAPUA TAHUN 2012

Diajukan oleh:

A. Tri Abdiawan Amir NPM: 114060017969

Mahasiswa Program Diploma IV Akuntasi Reguler

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

Page 2: Kepemimpinan dan Negosiasi

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Peranan Mediator dalam Perang Suku di

Timika Papua” tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk

menyelesaikan mata kuliah Seminar Kepemimpinan dan Negosiasi Program Diploma

IV Semester VIII Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntanssi Negara.

Makalah ini berusaha untuk memberikan sumbangan pemikiran sederhanadalam

membantu menyelesaikan perang suku yang terjadi di Timika Papua dengan analisis

konflik dan pemilihan mediator seperti apa yang paling tepat dan bagaimana

peranannya dalam penyelesaian perang suku tersebut. Kami menyadari bahwa

makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua

pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah

ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan YME

senantiasa memberkahi segala usaha kita.Amin.

Tangerang, 10 Oktober 2012

Penyusun

ii

Page 3: Kepemimpinan dan Negosiasi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Tujuan Penulisan...................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN............................................3

A. Situasi Konflik......................................................................................3

B. Pihak dalam Situasi Konflik.................................................................4

C. Mediasi..................................................................................................5

D. Wheel of Conflict...................................................................................6

E. Analisis Konflik....................................................................................8

F. Pemilihan Mediator.............................................................................15

G. Peran Mediator....................................................................................16

BAB III KESIMPULAN.........................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii

Page 4: Kepemimpinan dan Negosiasi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Peristiwa dan Kronologis..............................................................................9

Tabel 2.2 Hubungan Antar Pihak................................................................................14

Tabel 2.3 Posisi Mediator...........................................................................................15

iv

Page 5: Kepemimpinan dan Negosiasi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Jumlah Korban Kekerasan.....................................................................10

Gambar 2.2 Circle of Conflict.....................................................................................11

v

Page 6: Kepemimpinan dan Negosiasi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Jenis-jenis Mediator

Lampiran I. Pemetaan Peran Aktor Konflik dan Aktor Mediasi

vi

Page 7: Kepemimpinan dan Negosiasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketika disebutkan perang suku yang terlintas dipikiran kita adalah bentrok

antar dua suku yang dilakukan dengan senjata adat, panah, bambu runcing dan

sebagainya yang erat kaitannya dengan persoalan religi, tanah ulayat, tempat sakral

dan harga diri suku. Seperti itulah yang terjadi di papua saat ini.

Perang suku di Papua sudah berlangsung sejak dulu, adapun penyebabnya

antara lain uang harta kawin yang tidak dilunaskan yang mengakibatkan perampasan

wanita, korban perang yang tidak dibayarkan oleh pihak lawan, dan pelanggaran batas

kawasan ketika seseorang/kelompok masyarakat berburu pada daerah yang bukan

miliknya. Perang suku yang terbesar pernah terjadi di papua pada tahun 1952-1953

antara Keret Ketagame dari kelompok Ninume melawan Keret Kemong di pihak

Odimangau. Namun perang ini berhasil dihentikan oleh Pastor M. Kamerer dan Guru

Moses Kilangin tokoh pendidikan asal suku Amungme.

Perang suku yang paling baru terjadi dan sampai sekarang masih berlangsung

adalah perang suku antar kelompok atas dan kelompok bawah di wilayah Kwamki

1

Page 8: Kepemimpinan dan Negosiasi

Lama, Timika, Papua. Selama perang suku berlangsung upaya perdamaian terus

dilakukan kedua belah pihak melalui negosiasi, akan tetapi selalu saja pertikaian

kembali memanas, terpicu tidak dipatuhinya kesepakatan dan kembali jatuhnya

korban di salah satu pihak. Kedua pihak merasa bahwa perdamaian dapat tercipta

apabila ada penengah. Sekelompok masyarakat dari kedua belah pihak pernah

melakukan demonstratsi ke kantor DPRD Timika karena jenuh dengan perang yang

berlangsung, hingga sempat mengancam untuk membakar kantor karena tidak adanya

anggota DPRD yang mau menemui. Masyarakat Timika juga menuntut Bupati untuk

diadakannya rapat Muspida membahas perihal tersebut. Beberapa pihak pun mencoba

untuk menengahi, mulai dari upaya tokoh masyarakat dari suku yang bertikai, gereja,

tokoh agama, dan aparat keamanan setempat.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari karya tulis ini adalah untuk memberikan

sumbangan pemikiran sederhana dalam membantu menyelesaikan perang suku yang

berlangsung di Kwamki Lama Timika Papua tahun 2012 dengan menggunakan

analisis konflik dan pemilihan mediator seperti apa yang paling tepat serta bagaimana

peranan yang sebaiknya dilakukan.

2

Page 9: Kepemimpinan dan Negosiasi

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Situasi Konflik

Perang suku pada di Kwamki Lama bukan merupakan konflik yang baru

terjadi melainkan buntut dari konflik-konflik sebelumnya yang telah menjadi dendam

masing-masing suku untuk saling balas serangan. Menurut Demi Nikus Bebari (2008)

dalam hipotesanya dari telaah terhadap sejarah konflik di Kabupaten Timika Papua,

dapat diambil kesimpulan sementara, bahwa di Kabupaten Timika dan Papua sangat

rentan terhadap konflik yang diakibatkan oleh:

1. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) baik secara kualitas maupun

kuantitas.

2. Kekurangan dukungan infrastruktur, energi dan telekomunikasi.

3. Lemahnya dukungan kelembagaan (sistem organisasi dan management) dan

kepemimpinan (leadership) yang memadai.

4. Penerapan sistem sentralisasi dan pendekatan pembangunan top down telah

menciptakan ketergantungan yang sangat tinggi kepada pemerintah yang berakibat

melemahnya partisipasi aktif masyarakat terhadap proses pembangunan.

5. Hak-hak masyarakat tidak terlindungi oleh kebijakan-kebijakan pemerintah,

sehingga sumber daya alam milik rakyat hanya dikelola oleh sekolompok orang

3

Page 10: Kepemimpinan dan Negosiasi

4

yang tidak memberi dukungan kepada rakyat dalam rangka meningkatkan

kesejahteraannya.

6. Tidak ada pemberdayaan terhadap kepemimpinan organisasi kemasyarakatan,

sehingga hak-hak dasar masyarakat tertindas.

Suku yang ikut dalam perang suku tahun 2012 ini adalah kelompok atas terdiri

dari suku Dani yang dipimpin oleh Hosea Ongomang dan kelompok bawah yang

terdiri dari suku Amungme yang dipimpin oleh Atinus Komangal.

B. Pihak dalam Situasi Konflik

Dengan menggunakan telaah dokumentasi pada media elektronik dan

penelitian pustaka pada media cetak yang terbit terkait dengan konflik ini, maka

konflik tahun 2012 ini mengikutkan beberapa pihak yang mempunyai keterkaitan baik

secara wilayah maupun politik, antara lain:

1. Suku Amungme, Kelompok Bawah;

2. Suku Dani, Kelompok Atas;

3. Pemerintah Daerah;

4. Kepolisian dan TNI (Aparat keamanan setempat);

5. Gereja;

6. Surat kabar dan LSM.

Semua pihak tersebut bertanggung jawab untuk terwujudnya perdamaian atas

konflik perang suku tahun 2012 ini.

Page 11: Kepemimpinan dan Negosiasi

5

C. Mediasi

Mediasi menurut Gatot P. Soemartono (2006) adalah upaya penyelesaian

konflik dengan melibatkan pihak ketiga yang netral, yang tidak memiliki kewenangan

mengambil keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai

penyelesaian yang diterima oleh kedua belah pihak. Adapun pengertian mediasi

menurut Kamus Collin dan Oxford adalah aktifitas untuk menjembatani dua pihak

yang bersengketa untuk menghasilkan kesepakatan.

Pihak ketiga yang terlibat dalam penyelesaian konflik dengan mediasi disebut

mediator. Terdapat perilaku yang harus dilakukan oleh mediator menurut Wikipedia

yang pertama adalah problem solving atau integrasi, yaitu usaha menemukan jalan

keluar “win-win solution”. Salah satu perkiraan mengatakan bahwa mediator akan

menerapkan pendekatan ini bila mereka memiliki perhatian yang besar terhadap

aspirasi pihak-pihak yang bertikai dan menganggap bahwa jalan keluar menang-

menang sangat mungkin dicapai.

Perilaku kedua adalah kompensasi atau usaha mengajak pihak-pihak yang

bertikai supaya membuat konsesi atau mencapai kesepakatan dengan menjanjikan

mereka imbalan atau keuntungan. Salah satu perkiraan mengatakan bahwa mediator

akan menggunakan strategi ini bila mereka memiliki perhatian yang besar terhadap

aspirasi pihak-pihak yang bertikai dan menganggap bahwa jalan keluar menang-

menang sulit dicapai.

Perilaku yang ketiga adalah tekanan, yaitu tindakan memaksa pihak-pihak

yang bertikai supaya membuat konsesi atau sepakat dengan memberikan hukuman

atau ancaman hukuman. Salah satu perkiraan mengatakan bahwa mediator akan

Page 12: Kepemimpinan dan Negosiasi

6

menggunakan strategi ini bila mereka memiliki perhatian yang sedikit terhadap

aspirasi pihak-pihak yang bertikai dan menganggap bahwa kesepakatan menang-

menang sulit dicapai.

Dan perilaku yang terakhir adalah diam atau inaction, yaitu ketika mediator

secara sengaja membiarkan pihak-pihak yang bertikai menangani konflik mereka

sendiri. Mediator diduga akan menggunakan strategi ini bila mereka memiliki

perhatian yang sedikit terhadap aspirasi pihak-pihak yang bertikai dan menganggap

bahwa kemungkinan mencapai kesepakatan “win-win solution”.

Adapun jenis-jenis mediator menurut Wirawan (2010), dengan penjelasan

yang lebih detailnya ada pada lampiran I, yaitu :

1. Mediator jaringan sosial.

2. Mediator otoritatif.

a. Mediator Bijak

b. Mediator Administratif

c. Mediator Kepentingan tetap

3. Mediator Independen.

D. Wheel of Conflict

Wheel of Conflict adalah konsep mediasi konflik yang dikembangkan oleh

Christopher Moore. Wheel of Conflict menggambarkan bermacam-macam hal yang

berkontribusi dalam kemunculan, kelangsungan, dan memburuknya konflik dan

sengketa. Terdapat lima elemen dalam Wheel of Conflict , yaitu:

Page 13: Kepemimpinan dan Negosiasi

7

1. Struktur. Pertimbangkan bagaimana dinamika antara berbagai partisipan yang ada

(atasan/pekerja) menciptakan atau berkontribusi terhadap munculnya konflik.

Selain itu, sub-sub elemen yang dapat dimasukkan dalam elemen ini antara lain

jangka waktu (yang tidak cukup) atau akses atau kontrol terhadap sumber daya

yang tidak seimbang.

2. Emosi. Jangan mengabaikan emosi sendiri ataupun orang lain. meskipun

demikian, jika tidak terkontrol, emosi dapat dengan mudahnya menciptakan

konflik dan sengketa.

3. Masa Lalu. Hubungan dan pengalaman masa lalu antara dua orang yang terlibat

dalam konflik / sengketa dapat menyebabkan salah satu dari mereka membuat

asumsi negatif mengenai yang lainnya sebelum mereka kembali terlibat satu sama

lain.

4. Komunikasi. Perhatikan pemilihan kata-kata yang digunakan dan bagaimana kata-

kata tersebut diucapkan. Perhatikan berbagai isyarat dan elemen komunikasi

nonverbal yang ada. Pernyataan positif dengan bahasa tubuh yang tidak selaras

sering menyebabkan orang untuk lebih percaya komunikasi nonverbal ketimbang

komunikasi verbal.

5. Nilai. Orang yang berbeda memiliki keinginan, kebutuhan, dan tujuan yang

berbeda. Mengasumsikan orang lain, bahkan dari perspektif berpikir bahwa

asumsi tersebut adalah suatu tawaran positif atau pendekatan yang kolaboratif,

dapat menyebabkan respon negatif jika nilai-nilai, ideologi, atau kepercayaan

yang berbeda dengan orang tersebut.

Page 14: Kepemimpinan dan Negosiasi

8

E. Analisis Konflik

Analisis merupakan proses untuk mengkaji dan memahami realitas konflik

dari berbagai perspektif yang beragam. Di sisi lain analisis konflik bisa dijadikan

dasar pijakan dalam pengembangan strategi dan rencana aksi. Konflik bila diibaratkan

sebagai suatu penyakit maka untuk mengkajinya diperlukan proses prognosis,

diagnosis, dan treatment. Proses analisis konflik harus dilakukan karena begitu

banyak persepsi yang berbeda sehingga dibutuhkan common perception selain itu

dengan analisis konflik kita dapat mengelompokkan konflik tersebut.

Adapun analisis konflik mempunyai kegunaan untuk memberikan pemahaman

tentang latar belakang dan sejarah situasi konflik dan peristiwa terkini,

mengidentifikasi semua kelompok yang relevan (mana kelompok-kelompok yang bisa

diajak bersekutu, mana yang tidak), memahami perspektif dari semua kelompok atau

pihak yang berbeda dan untuk mengetahui lebih luas hubungan mereka satu dengan

yang lain, dan mengetahui faktor yang mendukung dan menopang konflik.

Analisis konflik suku di Kwamki Lama, Timika, Papua akan dilakukan

dengan cara Timelines, Circle Of conflict, dan Conflict Mapping.

1. Timelines

Analisis terhadap konflik dilakukan dengan menggambarkan kejadian-

kejadian secara kronologis suatu peristiwa terkait dengan dua pihak yang berkonflik.

Adapun peristiwa tersebut memiliki keterkaitan pada konflik yang sekarang sedang

berlangsung. Analisis terhadap konflik atas perang suku antar kelompok atas dan

kelompok bawah di wilayah Kwamki Lama Timika Papua terkait kronologis

peristiwanya dapat dilihat pada tabel 2.1 dan untuk mengetahui grafik timeline

Page 15: Kepemimpinan dan Negosiasi

9

mengenai tingkat kekerasan yang diukur dengan jumlah korban yang jatuh akibat

konflik tersebut dapat diketahui melalui gambar 2.1 .

Tabel 2.1

Peristiwa dan KronologisNo Peristiwa Waktu Sebab Akibat Hasil1 Penganiayaan

dan pembunuhan 24 – 25 Juli 2012

Dendam suku yang berkepanjangan atas perang suku sebelumnya.

Dua warga Suku Dani/Nduga asal Sugapa yang bermukim di Karang Senang-SP3, Yanuari Mbisikmbo dan anaknya Ike Mbisikmbo tewas dipanah dan dianiaya oleh sekelompok orang tak dikenal.

Pembalasan oleh suku Dani/Nduga ke pasar kwamki yang memakan korban kerusakan benda empat unit rumah dan sebuah kios milik warga karena terbakar

2 Penangkapan oleh Kepolisian terhadap warga yang membawa panah

01 Agustus 2012

Warga yang bertikai sudah diberi kesempatan, tetapi kelompok yang bertikai justru mencari warga lain yang tidak terlibat perang dan membunuhnya

Jatuhnya korban yang bukan dari pihak yang bertikai. 4 Korban terluka diantaranya 2 orang pendeta dan seorang anak wanita pendeta meninggal

Memeriksa 169 warga dan menangkap 20 warga kedua suku yang bertikai, dan Perintah tembak ditempat.

3 Penganiayaan , pembunuhan dan penangkapan oleh aparat.

04 September 2012

Dendam suku yang berkepanjangan atas perang suku sebelumnya.

Serangan panah yang menewaskan Seki Tabuni dan Nius Tabuni dari suku Dani/Nduga di kampung Amole Kwamki Lama.

Penangkapan 25 orang dan penyisiran wilayah kampung oleh Polisi dan TNI.

4 Penganiayaan dan pembunuhan

01-03 Oktober 2012

Dendam suku yang berkepanjangan atas perang suku sebelumnya.

Penganiayaan yang mengakibatkan tewasnya Hendrikus Beanal oleh oknum suku Nduga/Dani di kampung amole

Pembalasan oleh suku Amungme yang menewaskan Pendius Tabuni di jl. Cendrawasih Timika

Grafik timeline tingkat kekerasan yang ada pada gambar 2.1 dibuat

berdasarkan tabel 2.1 mengenai peristiwa dan kronologis sebagai alat analisis konflik.

Angka pada gambar 2.1 menggambarkan tingkat kekerasan yang terjadi yang berkisar

dari nilai 4 yaitu tingkat kekerasan paling tinggi, terjadi perang suku hingga ada jatuh

Page 16: Kepemimpinan dan Negosiasi

10

korban jiwa, nilai 3 tingkat kekerasan tinggi, terjadi penyerangan salah satu pihak

yang menyebabkan kerugian material, nilai 2 tingkat kekerasan sedang, adanya

serangan dari salah satu pihak namun tidak ada kerugian apapun, nilai 1 tingkat

kekerasan nihil, dimana tidak terjadi kekerasan apapun akan tetapi konflik masih

berlangsung, dan nilai 0 apabila konflik sudah tidak terjadi lagi. Pada gambar 2.1

terlihat adanya penurunan tingkat kekerasan yang signifikan pada akhir Agustus dan

September. Hal ini berkaitan dengan tindakan represif Polisi dan TNI selaku aparat

pengamanan yang melakukan penangkapan dan penghentian perang suku dengan

tembakan.

Gambar 2.1

Tingkat Kekerasan

Juli Agustus September Oktober0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

Kekerasan

2. Circle of Conflict.

Lingkaran konflik adalah analisis yang berusaha mengelompokkan bentuk dari

konflik yang terjadi. Terkadang juga disebut analisis bunga matahari oleh sebagian

Page 17: Kepemimpinan dan Negosiasi

11

literatur. Lingkaran konflik menurut Stephen Kotev ini secara garis besar

membaginya menjadi lima yaitu; hubungan, data, struktural, nilai-nilai, dan

kepentingan seperti pada gambar 2.2.

Dalam permasalahan hubungan, kriteria yang dibahas yakni:

a. Emosi yang kuat.

b. Mispersepsi atau stereotipe.

c. Komunikasi yang buruk/keliru.

d. Perilaku negatif yang diulang-ulang.

Gambar 2.2

Circle of Conflict

Sumber: Kotev, Stephen. An Overview The Circle of Conflict, 2012.

Kriteria-kriteria tersebut, sesuai dengan keadaan konflik yang terjadi. Adanya

ikatan emosi yang kuat antar suku yang sama, terdapat dendam yang berkepanjangan

dari peristiwa yang terdahulu pada kelompok lawan, mudah terprovokasi oleh pihak

lain untuk melakukan balasan padahal serangan bukan dari pihak lawan diakibatkan

Page 18: Kepemimpinan dan Negosiasi

12

komunikasi buruk/keliru. Kejadian saling serang dan saling balas terus berlangsung

meskipun hal tersebut buruk bagi semua pihak.

Dalam permasalahan data, kriteria-kriteria yang dibahas adalah mengenai:

a. Kurangnya informasi.

b. Perbedaan pandangan tentang apa yang dibutuhkan.

c. Perbedaan interpretasi.

Kriteria-kriteria tersebut tidak selalu terjadi pada konflik yang ada. Kesamaan

banyaknya informasi yang diterima kedua kelompok. Kesamaan tempat tinggal dan

kesamaan kebiasaan masyarakat juga menghilangkan perbedaan interpretasi.

Dalam permasalahan struktural, kriteria yang dibahas adalah mengenai:

a. Sumber daya.

b. Waktu.

c. Faktor geografis.

d. Kekuatan/kewenangan.

e. Pengambilan keputusan.

Tidak terdapat permasalahan struktural pada konflik yang terjadi. Kedua pihak

berada dalam wilayah yang sama, dengan sumber daya yang sama, kemudian

dipimpin oleh kepala daerah yang sama, kekuatan yang cukup berimbang, akan tetapi

terdapat pengambilan keputusan yang masing-masing dilakukan oleh kelompok.

Dalam permasalahan nilai, kriteria-kriteria yang dibahas adalah:

a. Nilai sehari-hari

b. Adat kebiasaan.

c. Ideologi.

Page 19: Kepemimpinan dan Negosiasi

13

Kedua kelompok berasal dari dua suku yang berbeda, akan tetapi tidak

memiliki perbedaan nilai kehidupan yang berarti. Nilai adat budaya hampir sama dan

ideologi yang juga sama.

Dalam permasalahan kepentingan, kriteria-kriteria yang menentukan adalah:

a. Pemuasan kebutuhan dan cara memenuhinya.

b. Mengorbankan orang lain.

c. Persaingan tidak sehat (politik, sosial, budaya).

Konflik ini terjadi tentu karena ada kepentingan didalamnya, akan tetapi

kepentingan yang tidak seperti pada kriteria diatas. Posisi kelompok yang sejajar dan

sumber daya yang cukup untuk kedua pihak. Kepentingan yang ada adalah

kepentingan untuk meminta ganti atas jatuhnya korban pada salah satu pihak. Pihak

korban akan merasa impas apabila kepala diganti dengan kepala atau dibayar ganti

ruginya sesuai permintaan keluarga korban.

Jika kita melihat dari penjelasan masing-masing kriteria untuk kelompok

permasalahan diatas maka dapat disimpulkan bahwa konflik yang sekarang

berlangsung adalah sebagian besar konflik hubungan yang bercampur dengan konflik

kepentingan.

3. Conflict Mapping.

Teknik visual untuk menggambarkan hubungan antar kelompok dalam

konflik. Dengan teknik ini bisa digunakan untuk memahami situasi secara lebih baik,

bagaimana hubungan antar pihak yang berkonflik, memperjelas letak kekuatan,

melihat siapa yang menjadi sekutu atau potensial menjadi sekutu, mengenali

kemungkinan intervensi dan mengevaluasi apa yang sudah dilakukan.

Page 20: Kepemimpinan dan Negosiasi

14

a. Hubungan antar pihak.

Adapun hubungan pihak-pihak yang berkaitan dengan konflik yang berlangsung

dapat kita lihat pada tabel 2.2 . Nilai (+) berarti hubungan kedua pihak postif,

saling suportif dan tidak bertikai, nilai (-) berarti hubungan kedua pihak negatif,

bertikai atau tidak saling mendengarkan, sedangkan nilai (-/+) hubungan kedua

pihak dapat kondusif dan terkadang bertikai, sangat tergantung pada kondisi.

Asumsi konflik yang terjadi saat ini sesuai dengan fakta lapangan, sehingga untuk

mempermudah penilaian maka nilai (-/+) ditiadakan.

Penilaian dilakukan dengan telaah dokumentasi pada media elektronik dan

penelitian pustaka pada media cetak yang terbit terkait dengan konflik ini.

……….

Tabel 2.2

Hubungan Antar Pihak

Nama Hubungan

Suku Amungme

Suku Dani/Nduga

Pemerintah Daerah

Kepolisian dan TNI

Gereja Surat Kabar Media/LSM

Suku Amungme - - + + +

Suku Dani/Nduga

- - + + +

Pemerintah Daerah - - + + -

Kepolisian dan TNI + + + + -

Gereja + + + + +

Surat Kabar Media / LSM

+ + - - +

b. Pemetaan peran masing-masing pihak dalam konflik.

Page 21: Kepemimpinan dan Negosiasi

15

Setiap pihak yang berkaitan dengan konflik yang berlangsung tentunya

mempunyai peran masing-masing. Secara sederhana dibagi menjadi dua

kelompok yaitu berperan sebagai aktor konflik dan berperan sebagai aktor damai,

secara jelas tampak pada lampiran 2.

Adapun yang berperan sebagai aktor konflik adalah kelompok atas (suku

Dani/Nduga) yang dipimpin oleh Hosea Ongomang dan kelompok bawah (suku

Amungme) yang yang dipimpin oleh Atinus Komangal. Sedangkan aktor damai

adalah Pemda, Kepolisian & TNI, Gereja, LSM, Surat Kabar Media.

F. Pemilihan Mediator

Melihat hasil dari analisis konflik dan telaah lainnya maka yang paling tepat

menjadi mediator adalah Kepolisian dan TNI. Kepolisian dan TNI yang mempunyai

hubungan positif dengan pihak yang berkonflik karena posisinya sebagai aparat

keamanan di wilayah konflik, mampu memberikan jaminan keberlangsungan

kesepakatan yang akan diambil. Jenis mediator otoritatif administratif mampu

memberikan bukan hanya solusi kesepakatan melainkan juga pengawasan serta

tekanan kepada pihak yang keluar dari kesepahaman yang telah disepakati sebagai

solusi. Pada tabel 2.3 dapat dilihat mengenai posisi mediator serta perilaku mediasi

yang sesuai dengan peranannya.

Tabel 2.3

Posisi Mediator

Page 22: Kepemimpinan dan Negosiasi

16

Perang suku sebagai Konflik hubungan dan kepentingan

Jenis mediator Perilaku yang sesuai

Hubungan dengan pihak yang berkonflik

Pemda Otoritatif Bijak Problem Solver dan Kompensasi

Negatif

Kepolisian dan TNI Otoritatif Administratif

Problem Solver, Tekanan dan Inaction

Positif

Gereja Mediator Jaringan sosial

Inaction Positif

Media / LSM Mediator Independen

Problem solver dan Inaction

Positif

Selain itu fungsi Kepolisian dan TNI sebagai aparat penegak hukum juga

semakin memperkuat posisi sebagai mediator yang tepat. Hal ini dapat kita lihat dari

analisis konflik yang memperlihatkan bahwa konflik terpicu oleh jatuhnya korban

yang jauh dari wilayah konflik. Kepolisian dan TNI harus menjamin penegakan

hukum dilakukan atas tindak pidana kekerasan yang terjadi diluar konflik agar tidak

semakin memperkeruh suasana konflik.

G. Peran Mediator

Kepolisian dan TNI diharapkan dapat berperan sebagai mediator yang mampu

memberikan jalan keluar atas konflik yang sedang berlangsung. Terdapat beberapa

hal hasil dari analisis konflik, dapat kita jadikan pertimbangan antara lain :

1. Situasional.

a. Pihak yang berkonflik masih sangat menjunjung tinggi adat dan nilai budaya

mereka.

b. Adanya dendam lama yang gampang tersulut.

Page 23: Kepemimpinan dan Negosiasi

17

c. Masyarakat menghargai tokoh-tokoh masyarakat di wilayah tersebut termasuk

Gereja.

d. Ketidakpercayaan dan ketidaksenangan masyarakat pada Bupati Mimika,

Klemen Tinal.

e. Media informasi/Koran memegang peran penting dalam beredarnya informasi

bagi kedua belah pihak.

2. Conditional.

a. Seringnya terjadi tindakan kekerasan di papua yang menjadi pemicu kedua

pihak.

b. Berdasar sejarah, penangkapan yang dilakukan kepada pemimpin perang

masing-masing suku oleh kepolisian dan TNI efektif menurunkan tensi

konflik.

c. Penangkapan terhadap seluruh pihak yang berperang tidak berujung

penyelesaian masalah, karena tidak akan ada yang akan menanggung ganti

rugi.

d. Kedua belah pihak menginginkan perdamaian dan ketenangan asalkan terjadi

ganti rugi.

e. Kurangnya partisipasi Pemerintah daerah dalam menyelesaikan konflik,

Bupati Klemen Tinal tidak pernah hadir dalam rapat penyelesaian konflik.

3. Timing

a. Konflik yang berlangsung berawal dari bulan Juli 2012 hingga sekarang

b. Sempat terjadi kesepakatan damai antar kedua belah pihak dengan upacara

bakar batu pada tanggal 17 September 2012, karena pada saat itu menurut

Page 24: Kepemimpinan dan Negosiasi

18

perhitungan kedua belah pihak jatuh korban yang sama.

c. Pada hari minggu, perang suku dilarang, merupakan aturan kedua suku.

Dari beberapa pertimbangan diatas. Mediator dapat menggunakan beberapa

isu untuk menjadi usulan solusi penyelesaian konflik, antara lain:

1. Mediator dibantu oleh pihak lain menyediakan ganti rugi bagi korban dari kedua

belah pihak. (Pelaksana Pemerintah daerah).

2. Mediator menjamin keamanan bagi kedua belah pihak. (Kepolisian dan TNI).

3. Segala macam bentuk kekerasan setelah berlangsungnya kesepakatan adalah

tindakan pidana dan menjadi urusan aparat keamanan dengan jaminan pemimpin

perang masing-masing kelompok, serta tidak membenarkan adanya pembalasan

oleh pihak yang lain. (Kepolisian dan TNI).

Adapun hal-hal yang dapat dilakukan oleh mediator pada saat memulai

mediasi sesuai dengan konsep wheel of conflict yang dipadukan dengan analisis

konflik yang telah dilakukan sebelumnya yaitu :

1. Struktur.

Pertimbangkan untuk menyadarkan dan mengajak pihak pemerintah daerah

untuk turut serta membantu penyelesaian konflik, dengan menyediakan bantuan ganti

rugi. Selain itu terdapat juga pihak Muspida yang berisi tokoh masyarakat dan dapat

diminta bantuannya untuk meredam isu-isu yang dapat memicu perang suku.

2. Emosi.

Kepolisian dan TNI sebagai mediator tidak boleh bertindak gegabah dalam

mengambil tindakan pengamanan. Penangkapan terhadap ratusan warga yang ikut

Page 25: Kepemimpinan dan Negosiasi

19

serta dalam perang dinilai tidak efektif dan menyelesaikan masalah, karena sebagian

besar dari mereka hanya ikut-ikutan dalam konflik ini.

3. Masa Lalu.

Dendam perang suku yang sebelumnya memang sulit dihilangkan, akan tetapi

bukan berarti tidak ada jalan keluar. Mediator akan berusaha menfasilitasi serta

memberikan bantuan dengan mengajak semua tokoh masyarakat kedua kelompok

untuk saling memaafkan. Selain itu mengajak untuk membuat akulturasi budaya serta

menanamkan pola pikir baru kepada masyarakat khususnya anak muda bahwa perang

suku bukan solusi penyelesaian konflik baik, bahkan perang suku sangat merugikan.

4. Komunikasi.

Apabila Kepolisian dan TNI telah menerima untuk menjadi mediator

sebaiknya mereka menunjukkan sikap yang peduli dan segera bertindak atas kejadian

yang kembali dapat memperkeruh suasana. Sikap seperti ini akan menjadi bahasa

yang efektif bagi kedua pihak yang sedang berkonflik untuk menyerahkan

sepenuhnya penyelesaian kepada mediator.

5. Nilai.

Kedua pihak yang berkonflik memegang nilai-nilai yang sama. Mediator dapat

menggunakan hal ini sebagai salah satu cara mempertemukan dan menghangatkan

situasi yang selama ini mencekam. Adat bakar batu, patah panah dan ritual lainnya

sebaiknya diusulkan untuk dilaksanakan dan difasilitasi oleh mediator dibantu pihak

lainnya.

Page 26: Kepemimpinan dan Negosiasi

BAB III

KESIMPULAN

Konflik yang sedang berlangsung saat ini oleh kelompok atas dan kelompok

bawah di Kwamki Lama, Timika, Papua adalah konflik hubungan dengan sedikit

adanya konflik kepentingan. Dendam lama, pembalasan jatuhnya korban hingga

kekecewaan terhadap pimpinan daerah menjadi pemicu konflik.

Mediator yang paling tepat untuk konflik ini adalah Kepolisian dan TNI yang

didukung dengan partisipasi pihak lainnya. Adapun isu yang dapat digunakan oleh

mediator untuk mencari solusi antara lain:

1. Mediator dibantu oleh pihak lain menyediakan ganti rugi bagi korban dari kedua

belah pihak. (Pelaksana Pemerintah daerah).

2. Mediator menjamin keamanan bagi kedua belah pihak. (Kepolisian dan TNI).

3. Segala macam bentuk kekerasan setelah berlangsungnya kesepakatan adalah

tindakan pidana dan menjadi urusan aparat keamanan dengan jaminan pemimpin

perang masing-masing kelompok, serta tidak membenarkan adanya pembalasan

oleh pihak yang lain. (Kepolisian dan TNI).

Dengan peran aktif mediator serta bantuan pihak lain diharapkan muncul

solusi atas konflik dan terciptanya sebuah perdamaian.

20

Page 27: Kepemimpinan dan Negosiasi

DAFTAR PUSTAKA

Bebari, Demi. 2008. Mengungkap tabir perang suku di Timika Papua. Cibogo, Bogor. Institut Titian Perdamaian.

Eksilopedia bebas. 2012. Perilaku Mediator. Wikipedia bahasa indonesia.

Moore, Christopher,1996. The Mediation Process. Practical Strategis for Solving -Conflict, 2nd ed. San Fransisco. Josey-Bass Pbublishers.

Soemartono, Gatot P. 2006. Arbitrase dan Mediasi di Indonesia. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Walisongo Mediation Centre. 2011. Resume materi training mediasi konflik. Semarang. Walisongo Mediation Centre

Wirawan. 2010. Konflik dan Manajemen Konflik (Teori, Aplikasi, dan Penelitian). Jakarta: Salemba Humanika.

Page 28: Kepemimpinan dan Negosiasi

Lampiran IJenis-jenis Mediator

Wirawan. 2010. Konflik dan Manajemen Konflik (Teori, Aplikasi, dan Penelitian). Jakarta: Salemba Humanika.

Page 29: Kepemimpinan dan Negosiasi

Lampiran IIPemetaan Peran Aktor Konflik dan Aktor Mediasi

No

Nama (Individu, kelompok,

atau institusi

Aktor Konflik Dasar Siapa yang

dimobilsasi

Basis hubungan

dengan aktor

konflik

Apa yang dilakukan

Isu mobilisasi

konflik

Instrument kekerasan

yang digunakan

1 Kelompok Atas

Hosea Ongomang

Kematian salah satu keluarga

Suku Dani dan Nduga

Pemimpin perang masyarakat suku

Pengerahan massa

Pembalasan kematian, ganti rugi atau kepala

Perang Suku

2 Kelompok Bawah

Atinus Komangal

Kematian salah satu keluarga

Suku Amungme dan Damal

Pemimpin perang masyarakat suku

Pengerahan massa

Pembalasan kematian, ganti rugi atau kepala

Perang Suku

No

Nama (Individu, kelompok,

atau institusi

Aktor Mediasi Tujuan

Siapa yang dimobilisas

i

Basis hubungan

dengan aktor damai

Apa yang dilakukan

Isu mobilisasi

perdamaian

Instrument perdamaian

yang digunakan

1 Pemerintah daerah

Bupati, DPRD, Kepala Distrik

Penghentian Perang suku

Aparat pemerintah daerah

Kepala daerah

Himbauan dan perintah penangkapan.

Bersedia memberi bantuan kepada korban

Bantuan dan ganti rugi.

2 Gereja Ketua klasissGKII, ,GKIKeuskupanTimika

Pelanggaran hukum tuhan, dilarang membunuh

Warga gereja, GKII, Umat

Gembala, Ketua jemaat

Negosiasi perdamaian

Penyebaran dan himbauan ajaran agama

Orasi perdamaian melalui nilai-nilai agama.

3 Kepolisian dan TNI

Kapolres dan Dandim

Pengamanan wilayah dan Penghentian kekerasan

Pihak yang berkonflik

Pemimpin perang kedua suku

Pengamanan wilayah dan Negosiasi

Perang suku adalah tindak kekerasan

Penghentian perang suku dengan tembakan dan panangkapan.

4 Surat kabar Media berita / LSM

Pemimpin organisasi / redaksi

Penyelesaian konflik

Wartawan dan Tokoh masyarakat

Pemimpin perang kedua suku

Pemberitaan imbang & himbauan perdamaian

Perang merugikan kedua belah pihak

Surat kabar dan Upacara adat