persepsi para guru tentang perpajakan...

99
PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI ATAS DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (Studi Kasus SDN & SMPN Se-Jakarta Barat) Disusun Oleh : FARID MUHARAM (103082029456) JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

Upload: ledat

Post on 04-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

PERSEPSI PARA GURU TENTANG

PERPAJAKAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN

ORANG PRIBADI ATAS DANA BANTUAN

OPERASIONAL SEKOLAH

(Studi Kasus SDN & SMPN Se-Jakarta Barat)

Disusun Oleh :

FARID MUHARAM

(103082029456)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2010

Page 2: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN DAN

PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI ATAS DANA

BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

(Studi Kasus SDN dan SMPN Se-Jakarta Barat)

Skripsi

Diajukan Kepada fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

FARID MUHARAM NIM: 103082029456

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS Rini, SE, Ak, MSi

NIP. 195706171985031002 NIP. 19760315200501002

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010

Page 3: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN DAN

PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI ATAS DANA

BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

(Studi Kasus SDN dan SMPN Se-Jakarta Barat)

Skripsi

Diajukan Kepada fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

FARID MUHARAM NIM: 103082029456

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS Rini, SE, Ak, MSi NIP. 195706171985031002 NIP. 19760315200501002

Penguji I Penguji II

Dr. Amillin, SE, Ak. MSi Afif Sulfa, SE, Ak, Msi

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010

Page 4: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Hari ini Kamis Tanggal Enam Belas Bulan April Tahun Dua Ribu Sembilan. telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Farid Muharam dengan NIM :

103082029456 dengan judul skripsi ”PERSEPSI PARA GURU TENTANG

PERPAJAKAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ORANG

PRIBADI ATAS DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH” (Studi

Kasus SDN dan SMPN Se-Jakarta Barat). Memperhatikan penampilan mahasiswa

tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Univesitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 April 2009

Tim Penguji Komprehensif

Dr. Amillin, SE, Ak. MSi Hepi Prayudiawan, SE, Ak, MM

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS

Penguji Ahli

Page 5: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BIODATA

Nama : Farid Muharam

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Oktober 1983

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Komp. Deplu Caraka Buana Blok C3 RT 01 RW 06

No. 24 Jurang Mangu Timur

Email : [email protected]

Telepon : 081310753594/021-92143201

Motto : Sebaik-baiknya Manusia adalah yang Bermanfaat

Untuk Manusia

PENDIDIKAN

1990 – 1996 : Tamat SD Cendrawasih, Jak-sel

1996 – 1999 : Tamat SLTP PGRI 13 Menteng, Jak-pus

1999 – 2003 : Tamat MA. Al-Ghifharri, Bogor

1999 – 2003 : Tamat Pondok Pesantren Modern Al- Ghifharri, Bogor

2003 – 2010 : Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Jurusan Akuntansi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta

Page 6: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

PENGGALAMAN ORGANISASI

• Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

• Departemen Olahraga dan Kesenian Badan Eksekutif Mahasiswa UIN

Syarif hidayatullah Jakarta (2004 – 2005).

• Ketua Ikatan Keluarga Mesjid Al – Ghifhari (IKMAL)Tahun (2002–

2003).

Page 7: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

ABSTRACT

The purpose of this research is to know and measure the perception of tax and

witholding of personal income tax to operational of assistance funds in school. To

analyze the perseption, the researcher uses statistic descriptive analyzs.

This research used random sampling in determaining samples, that is ransoming

to 300 samples of teachers, the result is the following analysis:

The elemetery’s and junior’s high school teachers tend to understand the

witholding personal income tax to operational of assistance funds in school.

Spreading questionnaire was done in eigth places of sub district of west Jakarta,

about 300 questionnaires gave out to the teachers that was obliged to pay

personal income tax from operationl of assistance funds in school. Then each

question points is taste with validity and reliability test, so yielded valid result and

reliable result. Each questions was analyzed with refer to answer result of

respondents.

Based on the data which the writer got from the result of questionnaire which

distributed to eight sub district in west Jakarta (for the sake of getting a valid

result). After analyzing and processing the data by using SPSS program, the the

writer get significant result that the teacher tend to understand of tax and

witholding of personal income tax to operational of assistance funds in school. It

can be conclude that the teacher having positive for tax and witholding personal

income tax to operational of assistance funds in school.

Key words: Personal Income Tax, Operasional of Assistance Funds in School

Page 8: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengukur persepsi para guru

terhadap perpajakan dan pemotongan pajak penghasilan orang pribadi atas dana

Bantuan Operasional Sekolah. Untuk menganalisis persepsi tersebut dilakukan

dengan mengunakan analisis statistik deskriptif.

Dalam penentuan sampel digunakan random sampling yang diacak untuk

dijadikan sampel yang berjumlah 300 guru SDN dan SMPN dengan menghasilkan

sebuah analisa yaitu:

Para guru SDN dan SMPN se-Jakarta Barat cenderung mengetahui dan

memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

honorarium yang menjadi objek pajak dari dana BOS.

Penyebaran kuesioner dilakukan dengan menyebarkan di 8 titik kecamatan di

wilayah Jakarta Barat sebanyak 300 kuesioner ke para guru yang telah terkena

kewajiban membayar pajak atas dana Bantuan Operasional Sekolah yang menjadi

objek pajak, kemudian diuji tiap poin pertanyaan dengan uji validitas dan

realibilitas dan dihasilkan dengan hasil yang valid dan realiabel, kemudian tiap

poin pertanyaan dianalisa hasil dan responden menjawabnya.

Berdasarkan data yang penulis peroleh dari hasil keusioner yang disebarkan ke 8

kecamatan di Jakarta Barat, untuk mendapatkan hasil yang valid dari penelitian

tersebut, setelah melakukan analisa dan pengolahan data dengan menggunakan

program SPSS diperoleh hasil yang signifikan bahwa para guru cenderung

mengerti dan memahami terhadap perpajakan dan pemotongan pajak penghasilan

orang pribadi atas dana Bantuan Operasional Sekolah, dapat disimpulkan bahwa

para guru memiliki persepsi terhadap perpajakan dan pemotongan pajak

penghasilan orang pribadi atas dana Bantuan Operasional Sekolah.

Kata kunci : Pajak Penghasilan Orang Pribadi, Dana Bantuan Operasional Sekolah

(BOS).

Page 9: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

KATA PENGANTAR

Dengan Menyebut Asma ALLAH yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Bahwa segala sesuatu ada dalam kekuasaannya, syukur yang tak terhingga

selalu terucap kepada ALLAH Subhannahu Wa ta’ala, atas segala karunia yang Ia

beri. Ia yang Maha Mengasihi dan Maha Menyayangi setiap makhluknya. Tuhan,

karuniakan aku ketulusan mencinta, menghamba, dan bersimpuh tunduk

dijalanMu. Shalawat semoga selalu tercurah untuk Rasulullah, yang cintaNya bagi

kita umatnya, dalam tertanam dijiwanya. Tuhan karuniakan aku kekuatan

mengikuti jejak RasulMu, hingga dapat kutatap wajahnya di SurgaMu.

Sudah merupakan kelaziman yang umum, bahwa setiap mahasiswa yang

akan mengakhiri atau menyelesaikan masa pendidikannya, diwajibkan untuk

menyusun skripsi sebagai syarat dalam menempuh ujian sidang kesarjanaan (S-1)

pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini berjudul ”Persepsi Para Guru Tentang Perpajakan dan

Pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas Dana Bantuan

Operasional Sekolah” (Studi Kasus Guru SDN dan SMPN di wilayah Jakarta

Barat) disusun berdasarkan data yang penulis peroleh dari studi kepustakaan dan

penelitian lapangan. Selanjutnya penulis menyadari bahwa dengan selesainya

laporan ini tidak lepas dari kontribusi dan motivasi dari berbagai pihak untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. UMMI tercinta ”Hj Siti Mariam” hamba sangat mengerti dengan Surgamu

berada dibawah telapak kaki Ibumu, Perjuanganmu tiada henti tak akan

mampu membalasnya ( maafin arid ”Mi” ). APPAku tersayang ”H. M.

Nasir dan tante Hj. Endang Suprihatin” doa tulus ikhlas dan motivasi yang

tak pernah padam, jadikan semangat dan hamparan ruhul hayat yang tak

pernah ternilai. Khususson kakak keduaku ”Fauzi Rayadi (alm)” Rest In

Peace doa arid akan slalu mengiringi, serta aa, teteh dan adikku yang slalu

memberikan bantuan morril dan materilnya dan keponakan-keponakanku

Page 10: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Fathan, Faiza dan Fathir yang selalu memberikan keceriaan dalam

keseharianku ketika kepanatan menghampiriku selama mengerjakan

skripsi ini.

2. Bapak Prof. DR. H. Abdul Hamid, MS selaku dosen pembimbing I dan

juga Dekan FEIS UIN yang telah memberikan banyak bimbingan dan

pertolongan kepada penulis.

3. Ibu Rini, SE, Ak, Msi. Selaku Dosen Pembimbing II yang begitu sabar

dalam memberikan arahan dan selalu memberikan saran saat penulisan

skripsi ini (terima kasih Ibu, maaf jika agak lama....).

4. Bapak Afif Sulfa, SE, Ak, Msi.selaku Ketua Jurusan Akuntansi FEIS UIN.

5. Seluruh Pengajar dan staf FEIS yang telah memberikan andil selama masa

kulliah penulis dan selama penyelesaian skripsi ini.

6. Pemerintah Daerah DKI Jakarta Barat yang telah memberikan izin dan

membantu dalam melakukan riset (penelitian) yang berkaitan dengan judul

skripsi. Terima kasih untuk informasi dan data-datanya.....

7. Para Bapak - Ibu Guru SDN dan SMPN se-Jakarta Barat terima kasih atas

kesediaannya untuk meluangkan waktu dengan mengisi kuesioner. (Kalau

Bapak-Ibu benar jangan pernah takut untuk diaudit Dana Bosnya).

8. Khususson untuk sahabat yang tak pernah terlupakan berserta Keluarga

alm YASIN PUASA skripsi ini di dedikasikan untukmu brother, Bapak-

ibu,kakak-kakak dan adik almarhum kalian sudah seperti keluarga.

9. Spesial tuk Irna Yunia Madjid, thanks for everything mudah-mudahan kita

ga lama lagi untuk menempuh kehidupan yang baru.

10. Rekan–rekan seperjuangan, brothers n sisters, sahabat-sahabati dan

segenap sivitas kampus UIN, Para Santri se-indonesia khususnya

Pondokku Al-Ghifarri, teman-teman diAsrama Putra 2003-2004, geng

kos’an, Jurusan Akuntansi dari angkatan pertama hingga kini, Fakultas

Ekonomi dari baru lahir, teman-teman diorganisasi baik dalam dan luar

kampus (salam pergerakan) bangsa ini menuggu karyamu. Club

berolahraga ajang silahtuhrahmi anak basket dan futsal. Dan tidak lupa

Page 11: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

pula teman-teman senasib dalam meniti karir Lokal staff DEPLU klo

sudah dinegeri orang jangan pernah meninggalkan culture bangsa kita.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan didalam penyusunan skripsi ini,

oleh karena itu kritikan dan saran menuju penyempurnaan penulis sangat

harapkan.

Akhirnya dengan tulus hati yang paling dalam penulis berdoa semoga bantuan

dari semua pihak menjadi amal shaleh dan semoga Allah S.W.T. membalas jasa

dan amal baik kalian dengan balasan yang berlipat ganda ”amin”. Harapan

penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan

penulis khususnya.

Jakarta, Januari 2010

Penulis

Page 12: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul.......................................................................................... i

Lembar Pengesahan Dosen ..................................................................... ii

Lembar Pegesahan Komprehensif .......................................................... iii

Daftar Riwayat Hidup.............................................................................. iv

Abstract.................................................................................................... v

Abstrak..................................................................................................... v

Kata Pengantar......................................................................................... vi

Daftar Isi.................................................................................................. ix

Daftar Tabel............................................................................................. xi

Daftar Gambar.......................................................................................... xii

Daftar lampiran........................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ............................................. 1

B. Perumusan Masalah....................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pajak............................................................ 8

B. Fungsi Pajak dan Syarat - syarat Pemungutan Pajak..... 10

C. Jenis-jenis Pajak............................................................. 13

D. Tata Cara Pemungutan Pajak ........................................ 14

E. Tarif Pajak...................................................................... 17

F. Pengertian Pajak Penghasilan Orang Pribadi................. 18

G. Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi........................ 19

H. Pengertian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). 21

I. Tujuan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)................. 22

J. Sasaran Program dan Besar Bantuan ............................ 24

K. Waktu Penyaluran Dana................................................ 25

L. Jenis Biaya Pendidikan................................................. 25

Page 13: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

M. Landasan Hukum.......................................................... 26

N. Pengguanaan Dana Bantuan Operasional Sekolah

(BOS)................................................................................. 29

O. Kebijakan Program Dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) Departemen Pendidikan Nasional

Tahun 2009.................................................................... 32

P. Sekolah Penerima Bantuan Operasional Sekolah ......... 33

Q. Organisasi Pelaksana Dana Bantuan Operasional

Sekolah......................................................................... 34

R. Persepsi ......................................................................... 36

S. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya..................... 37

T. Kerangkan Pemikiran..................................................... 39

U. Hipotesis........................................................................ 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian............................................. 41

B. Metode Penetuan Sampel.............................................. 42

C. Metode Pengumpulan Data............................................ 42

D. Metode Analisis Data.................................................... 43

E. Operasional Variabel Penelitian.................................... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.................. 51

1. Sejarah DKI Jakarta................................................... 51

2. Pemerintahan............................................................. 52

3. Geografis Jakarta Barat ............................................ 53

B. Penemuan dan Pembahasan........................................... 55

1. Demografi Responden............................................... 55

2. Hasil Uji dan Validitas.............................................. 58

3. Hasil Uji Realibilitas Penelitian................................ 60

4. Pembahasan dan Analisa Penelitian......................... 61

Page 14: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan................................................................... 77

B. Impliksi.......................................................................... 78

C. Saran Penelitian............................................................. 80

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Dana BOS Per Siswa Per Tahun 24

3.1 Skala Sikap Responden 47

3.2 Operasional Variabel Penelitian 49

4.1 Batas Wilayah Jakarta Barat 52

4.2 Kecamatan di DKI Jakarta 53

4.3 Kelurahan di Kecamatan-kecamatan di Kota Jakarta Barat 54

4.4 Karakteristik Responden (Gender dan Pendidikan) 56

4.5 Karakteristik Responden (Pengalaman Mengajar) 57

4.6 Uji Validitas Penelitian 58

4.7 Uji Realibilitas Penelitian 59

4.8 Hasil Penyebaran Kuesioner Para Guru SD dan SMPN 62

4.9 Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SDN 63

Terhadap Perpajakan

4.10 Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SDN 66

Terhadap Pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

atas dana Bantuan Operasional Sekolah

4.11 Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SMPN 68

Terhadap Perpajakan

4.12 Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SMPN 71

Terhadap Pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

atas dana Bantuan Operasional Sekolah

4.13 Jenjang Instrumen Variabel Penelitian 74

4.14 Analisa Persentase Instrumen Variabel Penelitian 74

Page 16: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

1 Kerangka Pemikiran 39

2 Grafik Persepsi Para Guru SDN Terhadap Perpajakan 63

3 Grafik Persepsi Para Guru SDN Terhadap Pemotongan 66

Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas Dana bantuan

Operasional Sekolah

4 Grafik Persepsi Para Guru SMPN Terhadap Perpajakan 69

5 Grafik Persepsi Para Guru SMPN Terhadap Pemotongan 72

pajak Penghasilan Orang Pribadi atas Dana Bantuan

Operasional Sekolah

Page 17: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

Lampiran 1 Hasil Pengolahan Data 80

Lampiran 2 Tabel Krejcie 81

Lampiran 3 Surat Keterang Riset 82

Lampiran 4 Kuesioner 83

Lampiran 5 Hasil Jawaban Responden 87

Page 18: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan suatu masyarakat adil

dan makmur yang merata dan berkesinambungan antara materiil dan spritual.

Oleh karena itu, peranan masyarakat dalam pembiayaan pembagunan harus

terus ditumbuh kembangkan dengan cara mendorong kesadaran, pemahaman

dan penghayatan bahwa pembangunan adalah hak, kewajiban dan tanggung

jawab seluruh rakyat. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu

bangsa dan negara dalam pembiayaan pembangunan tersebut adalah dengan

menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri, yaitu berupa pajak.

Pajak ini digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

kepentingan bersama terutama dalam rangka mewujudkan kemandirian

pembangunan nasional.

Penerimaan pajak merupakan penerimaan yang paling dominan dari

seluruh penerimaan negara. Sifat dari pemungutan pajak adalah dapat

dipaksakan karena didasarkan pada undang-undang, sehingga terdapat unsur

kekuasaan untuk dapat melakukan sesuai yang diinginkan atau untuk membuat

sesuatu terjadi dengan cara yang diinginkan. Bisa dilihat bahwa pendekatan

kekuasan untuk pendekatan pajak tidak dapat diyakini keberhasilannya. Untuk

itu haruslah dijalankan secara bersama-sama dengan prinsip memberikan

pelayanan yang sesuai dengan keinginan wajib pajak sehingga dapat

mendorong penerimaan pajak.

Page 19: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Agar pendapatan negara dapat terealisasi dari sumber pendapatan

nonmigas, yaitu melalui penerimaan pajak, maka Direktorat Jendral Pajak

sebagai penerima otoritas untuk melakukan pemungutan pajak tingkat pusat,

menetapkan rencana strategis yang mengarah pada yang utama yaitu

mengamankan penerimaan yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) setiap tahun dengan cara memperkokoh sistem self

assesment dalam pemungutan pajak.

Salah satu aloksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang

terbesar adalah sektor pendidikan. Sektor ini adalah sektor yang paling banyak

mendapat perhatian publik. Hal ini dikarenakan sektor pendidikan merupakan

sektor yang paling banyak mendapat alokasi biaya, terlebih lagi sudah

diamanatkan dalam Undang Undang Dasar 1945 dan UU No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 49, dimana dana

pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan

minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada

sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD). Namun pada pelaksanaannya alokasi tersebut tidak mencapai

persentase yang diharapkan.

Dunia pendidikan merupakan wilayah yang sangat luas. Ruang lingkupnya

mencakup seluruh pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan.

Setiap orang pernah mendengar tentang perkataan pendidikan, dan setiap

orang waktu kecilnya pernah mengalami pendidikan, atau setiap orang, guru,

telah melaksanakan pendidikan. Namun tidak setiap orang mengerti dalam arti

Page 20: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

yang sebenarnya apa pendidikan itu, dan tidak setiap orang mengalami

pendidikan ataupun menjalankan sebagaimana mestinya. Pendidikan

merupakan aspek terpenting untuk dimiliki oleh setiap umat manusia. Karena

dengan pendidikan dapat menciptakan perubahan sikap yang baik pada diri

seseorang. Pendidikan mempunyai dua proses utama yaitu mengajar dan

diajar. Mengajar ditingkat pendidikan formal biasanya dilakukan dengan

seorang guru.

Tidak tercapainya anggaran untuk alokasi pendidikan dikarenakan

anggaran penerimaan itu sendiri belum maksimal dalam hal realisasi

penerimaannya terutama dalam hal penerimaan dari sektor nonmigas yaitu

sektor pajak. Untuk itu perlu kesadaran dan pemahaman dari para wajib pajak

karena dalam sistem pemungutan pajak (self assesment) yang dianut Indonesia

ini maka wajib pajak berkewajiban menghitung, memperhitungkan, menyetor,

dan melapor pajak terhutang dilakukan sendiri oleh wajib pajak (Siti Resmi,

2005:20). Dengan sistem self assesment ini dibutuhkan sukarela dari wajib

pajak dimana tingkat kepatuhan ini dapat terwujud jika terpenuhi unsur

kesadaran perpajakan dan unsur tindakan penegakan hukum.

Salah satu subjek pajak yang dinilai kurang memahami atau mengerti

perihal kewajibannya dalam hal perpajakan adalah para pegawai disektor

pendidikan, antara lain guru dan tenaga pendidikan lainnya. Karena melihat

latar belakang para guru dan tenaga pendidikan yang mayoritas bukan dari

dunia keuangan atau dunia perpajakan maka sangat wajar jika tingkat

kesadaran dan pengetahuan perihal perpajakannya masih rendah. Dalam

Page 21: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

kaitannya dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yaitu

pada sektor pendidikan dimana alokasi sektor pendidikan terutama pada

tingkat pendidikan dasar maka pemerintah mencanangkan Program Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) sebagai bentuk subsidi/bantuan pemerintah dalam

rangka Wajib Belajar 9 tahun yang bermutu.

Salah satu indikator penuntasan program Wajib Belajar 9 tahun diukur

dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMP/sederajat. Pada tahun

2008 Angka Partisipasi Kasar (APK) rata-rata telah mencapai 96,18%

sehingga program Wajib Belajar 9 tahun telah tuntas sesuai dengan waktu

yang telah ditargetkan pemerintah Indonesia dan bahkan target itu dapat

dicapai 7 tahun lebih awal dibandingkan dengan komitmen internasional yang

dideklarasikan di Dakar mengenai Education for All (EFA) tahun 2000 yang

mewajibkan semua Negara di dunia harus menuntaskan Wajib Belajar 9 tahun

paling lambat tahun 2015 nanti. (Tanpa nama, http://dispendik-

kabkediri.net/informasi-mengenai-bantuan-operasional-sekolah-th-2009/, 28

Januari 2009 ).

Dalam program bantuan operasional sekolah (BOS) terdapat pula sumber-

sumber penerimaan negara berupa pajak yang diperoleh dari honorarium,

tunjangan dan lain sebagainya yang menjadi objek pajak dari para guru dan

tenaga pendidik yang telah menerima dana tersebut. (Depdiknas dan Depag,

2006:19)

Berkaitan dengan sumber daya manusia yaitu para guru dan tenaga

pendidik yang mayoritas bukan dari dunia keuangan atau perpajakan maka

Page 22: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

sangatlah wajar jika para guru dan tenaga pendidik kurang menyadari serta

memahami perihal kewajiban perpajakannya. Dalam penulisan penelitian ini,

penulis mencoba mengkaji lebih lanjut dalam skripsi dengan judul “Persepsi

Para Guru Tentang Perpajakan Dan Pemotongan Pajak Penghasilan

Orang Pribadi atas Dana Bantuan Operasional Sekolah.”(Studi Kasus

SDN dan SMPN Se- Jakarta Barat).”

B. Perumusan Masalah

Untuk menghindari melebarnya pembahasan dan selanjutnya memudahkan

dalam melakukan analisa pembahasannya maka penulis mencoba membatasi

permasalahan mengenai persepsi para guru terhadap perpajakan dalam hal

pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) yang telah diterima atas pembayaran hak-haknya

yang berkaitan dengan honorarium, tunjangan, dan sebagainya yang menjadi

objek pajak.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis mengemukakan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah persepsi para guru SDN dan SMPN se-Jakarta Barat

tentang perpajakan dan pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

(PPh 21) atas honorarium yang menjadi objek pajak dari dana BOS?

2. Apakah terdapat perbedaan persepsi para guru SDN dan SMPN se-Jakarta

Barat tentang perpajakan dan pemotongan Pajak Penghasilan Orang

Page 23: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Pribadi (PPh 21) atas honorarium yang menjadi objek pajak dari dana

BOS secara bersama-sama ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui persepsi para guru tentang perpajakan dan pemotongan

Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas honorarium yang

menjadi objek pajak dari dana BOS.

b. Untuk mengetahui adakah perbedaan persepsi para guru SDN dan

SMPN se-Jakarta Barat tentang perpajakan dan pemotongan Pajak

Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas honorarium yang menjadi

objek pajak dari dana BOS secara bersama-sama.

2. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak, di

antaranya:

a. Penulis

Dapat menyadari betapa pentingnya pajak dan mengetahui

permasalahan dan pemecahannya dalam masyarakat, khususnya Pajak

Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21), tidak hanya melalui teori yang

ada.

Page 24: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

b. Guru

Membantu memberikan pemahaman kepada guru tentang hal-hal yang

berkaitan dengan perpajakan dan pemotongan Pajak Penghasilan

Orang Pribadi (PPh 21) atas dana BOS.

c. Pihak Lain

Memberikan kontribusi pada pengembangan teori terutama berkaitan

dengan perpajakan dan pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

(PPh 21) atas dana BOS.

Page 25: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pajak

Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk

mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung

dari masyarakat, guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan sosial

ekonomi masyarakat.

Pajak secara bebas dapat dikatakan sebagai suatu kewajiban Warga Negara

berupa pengabdian serta peran aktif Warga Negara dan anggota masyarakat

untuk membiayai berbagai keperluan negara yang berupa pembangunan

nasional yang pelaksanannya diatur dalam Undang-Undang dan Peraturan-

Peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara.

Ada beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli yang

memberikan pengertian berbeda-beda namun pada inti dan tujuannya adalah

sama.

1. Definisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH:

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum (Siti Resmi, 2005:1).

2. Definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I. Djajadiningrat:

Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke

kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perpautan yang

Page 26: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut

peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak

ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara

kesejahteraan secara umum (Siti Resmi, 2005:1).

3. Definisi pajak yang dikemukakan oleh Mr. Dr. N. J. Feldmann:

Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada

penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa

adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup

pengeluaran-pengeluaran umum (Siti Resmi, 2005:1).

4. Definisi pajak dalam UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa:

Pajak adalah semua jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat,

termasuk bea masuk dan cukai, dan pajak yang dipungut oleh Pemerintah

Daerah menurut undang-undang dan peraturan daerah.

Kesimpulan dari beberapa definisi tersebut adalah:

1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang serta

aturan pelaksanaannya.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi

individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh pemerintah pusat maupun daerah.

4.

Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang

bila

dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk

membiayai public investment.

Page 27: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

B. Fungsi Pajak dan Syarat-syarat Pemungutan Pajak

1. Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak, yaitu: (Siti Resmi, 2005:2)

a. Fungsi Penerimaan (Budgetair)

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk

membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai

sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukan uang

sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh

dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak

melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

2. Syarat-syarat Pemungutan Pajak

Karena pajak merupakan peralihan kekayaan dari sektor swasta ke

sektor negara maka pemungutannya agar tidak menimbulkan berbagai

hambatan atau perlawanan, maka harus memenuhi beberapa syarat, antara

lain adalah sebagai berikut:

a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)

Tujuan dari setiap hukum adalah membuat adanya keadilan,

demikian pula dalam hukum pajak pun mempunyai tujuan yang sama

dengan tujuan hukum-hukum lainnya yaitu membuat adanya keadilan

dalam hal pemungutan pajak, baik dalam perundang-undangan

Page 28: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

maupun adil dalam pelaksanaannya. Salah satu jalan yang harus

ditempuh dalam mencari keadilan adalah mengusahakan agar

pemungutan pajak diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga dapat

diperoleh tekanan yang sama atas seluruh rakyat, dan keadilan inilah

yang dinamakan asas pemungutan pajak menurut falsafah hukum atau

syarat keadilan.

b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis)

Hukum pajak harus dapat memberikan jaminan hukum yang perlu

untuk menyatakan keadilan yang tegas, baik untuk negara maupun

untuk warganya. Bagi negara-negara hukum, maka segala sesuatu

harus diatur atau ditetapkan undang-undang termasuk pemungutan

pajak. Pemungutan pajak di Indonesia diatur juga dalam Undang-

Undang Dasar 1945, yaitu pada pasal 23 ayat 2 yang menyatakan

bahwa:

“Pengenaan dan pemungutan pajak (termasuk bea dan cukai) untuk

keperluan negara hanya boleh terjadi berdasarkan undang-undang.”

Pemungutan pajak harus memperoleh persetujuan dari rakyat

melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Di samping itu dalam

menyusun undang-undangnya pun harus diusahakan oleh pembuat

undang-undang untuk tercapainya keadilan dalam pemungutan pajak.

c. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomi)

Keseimbangan dalam kehidupan ekonomi tidak boleh terganggu

karena adanya pemungutan pajak, bahkan harus tetap dipupuk olehnya,

Page 29: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

sesuai dengan fungsi kedua dari pemungutan pajak, yaitu fungsi

mengatur. Oleh karena itu kebijaksanaan pemungutan pajak harus

diusahakan supaya tidak menghambat lancarnya perekonomian, baik

dalam bidang produksi maupun perdagangan dan jangan sampai

merugikan kepentingan umum dan menghalang-halangi usaha

rakyatnya dalam menuju kebahagiaan.

d. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial)

Hasil pemungutan pajak sedapat mungkin cukup untuk menutup

sebagian dari pengeluaran-pengeluaran negara sesuai dengan fungsi

pertama dari pemungutan pajak yaitu sebagai sumber keuangan negara

(budgetair). Oleh karena itu untuk melaksanakan pemungutan pajak

hendaknya tidak memakan biaya pemungutan yang besar, dan

pemungutan ini hendaknya dapat mencegah inflasi. Untuk mencapai

efisiensi pemungutan pajak serta untuk memudahkan wajib pajak

untuk menghitung dan memperhitungkan pajaknya maka harus

disertakan sistem pemungutan pajak yang sederhana dan mudah

dilaksanakan sehingga masyarakat tidak terganggu dengan

permasalahan pajak yang sulit sehingga dapat menimbulkan

inefisiensi.

e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Untuk mencapai efisiensi pemungutan pajak serta untuk

memudahkan warga masyarakat untuk menghitung dan

memperhitungkan pajaknya, maka harus diterapkan sistem pajak yang

Page 30: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

sederhana yang mudah dilaksanakan dan akan meningkatkan

kesadaran masyarakat dalam membayar pajak.

C. Jenis-jenis Pajak

1. Menurut Golongannya: (Siti Resmi, 2005:6)

1. Pajak Langsung

Yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak

dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak

Penghasilan.

2. Pajak Tidak Langsung

Yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Contoh: Pajak

Pertambahan Nilai.

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif

Yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan pada keadaan

pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan

keadaan subjeknya. Contoh: Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif

Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan

keadaan wajib pajak. Contoh: PPN dan PPnBM.

3. Menurut Lembaga Pemungutnya

a. Pajak Pusat (Pajak Negara)

Page 31: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Contoh: PPh,

PBB, Bea Materai, PPN dan PPnBM.

b. Pajak Daerah

Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang digunakan

untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Contoh: Pajak

Kendaraan Bermotor, Pajak Pembangunan, Dan Lain-lain.

D. Tata Cara Pemungutan Pajak

Tata cara pemungutan pajak terdiri dari stelsel pajak, asas pemungutan

pajak, dan sistem pemungutan pajak. (Siti Resmi, 2005:8)

1. Stelsel Pajak

1. Stelsel Nyata (riil)

Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada

objek yang sesungguhnya terjadi. Oleh karena itu pemungutan

pajaknya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah

semua penghasilan yang sesungguhnya dalam suatu tahun pajak

diketahui. Kelebihan stelsel nyata adalah perhitungan pajak didasarkan

pada penghasilan yang sesungguhnya sehingga lebih akurat dan

realistis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat diketahui pada akhir

periode sehingga:

Page 32: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

1) Wajib pajak akan dibebani jumlah pembayaran pajak yang tinggi

pada akhir tahun sementara pada waktu tersebut belum tentu

tersedia jumlah kas yang memadai.

2) Semua wajib pajak akan membayar pajak pada akhir tahun

sehingga uang beredar secara makro akan terpengaruh.

2. Stelsel Anggapan (fiktif)

Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada

suatu anggapan yang diatur oleh Undang-Undang. Dengan stelsel ini

berarti besarnya pajak yang terutang pada tahun berjalan sudah dapat

ditetapkan atau diketahui pada awal tahun yang bersangkutan.

Kelebihan stelsel fiktif ini adalah pajak yang dibayar selama tahun

berjalan, tanpa harus menunggu sampai akhir tahun.

3. Stelsel Campuran

Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada

kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun,

besarnya pajak dihitung berdasarkan anggapan kemudian pada akhir

tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan keadaan yang

sesungguhnya. Jika besarnya pajak berdasar keadaan sesungguhnya

lebih besar dari pada besarnya pajak menurut anggapan, wajib pajak

harus membayar kekurangan tersebut. Sebaliknya, jika besarnya pajak

sesungguhnya lebih kecil dari pada besarnya pajak menurut anggapan,

atas kelebihan tersebut dapat diminta kembali (restitusi) ataupun

Page 33: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

dikompensasikan pada tahun-tahun berikutnya, setelah diperhitungkan

dengan utang pajak yang lain.

2. Asas Pemungutan Pajak

a. Asas Domisili (asas tempat tinggal)

Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas

seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya,

baik penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun penghasilan

yang berasal dari luar negeri.

b. Asas Sumber

Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan pajak atas

penghasilan yang bersumber di wilayahnya yang memperhatikan

tempat tinggal wajib pajak.

c. Asas Kebangsaan

Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan

kebangsaan suatu Negara.

3. Sistem Pemungutan Pajak

a. Official Assesment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan

aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang

terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang

perpajakan yang berlaku. Dalam hal ini, inisiatif dan kegiatan

meghitung serta memungut pajak sepenuhnya berada ditangan para

aparatur perpajakan.

Page 34: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

b. Self Assesment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib

pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak terutang setiap tahunnya

sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.

Dalam hal ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta pelaksanaan

pemungutan pajak berada ditangan wajib pajak. Wajib pajak dianggap

mampu menghitung pajak, mampu memahami peraturan perpajakan

yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta

menyadari akan arti pentingnya membayar pajak.

c. With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang

terutang oleh wajib pajak sesuai dengan Ketentuan Undang-Undang

Perpajakan yang berlaku.

E. Tarif Pajak

Untuk mencapai kondisi adanya keadilan atau tekanan yang sama bagi

wajib pajak, maka salah satu alatnya adalah tarif. Tarif yang berlaku harus

dapat mencerminkan adanya keadilan pajak sebagai berikut: (Siti Resmi,

2005:13)

1. Tarif Pajak Proporsional

Tarif pajak proporsional yaitu tarif berupa persentase tetap terhadap

jumlah berapa pun yang menjadi dasar pengenaan pajak.

Page 35: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

2. Tarif Pajak Meningkat (Progresif)

Tarif pajak progresif adalah tarif pajak yang persentase nya menjadi

lebih besar apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya semakin

besar memperhatikan kenaikan persentase tarifnya. Tarif progresif dapat

dibagi menjadi:

a. Tarif Progresif Progresif

Dalam hal ini kenaikan persentase nya semakin besar.

b. Tarif Progresif Tetap

Kenaikan persentase nya tetap.

c. Tarif Progresif Degresif

Kenaikan persentase nya semakin kecil.

3. Tarif Pajak Degresif

Tarif pajak degresif adalah persentase tarif pajak yang semakin

menurun apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak menjadi

semakin besar.

4. Tarif Pajak Tetap

Dalam tarif pajak tetap ini adalah tarif berupa jumlah yang tetap (sama

besarnya) terhadap berapa pun jumlah yang menjadi dasar pengenaan

pajak. Oleh karena itu besarnya pajak yang terutang tetap (Waluyo dan

Wirawan, 2003:11).

Page 36: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

F. Pengertian Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21)

Menurut UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, definisi

penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah

kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk

apapun.

Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21), selanjutnya disebut PPh pasal

21, merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,

tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun

sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan lain yang

dilakukan wajib pajak orang pribadi dalam negeri. (Siti Resmi, 2005:145)

Pembayaran pajak penghasilan ini dilakukan dalam tahun berjalan melalui

pemotongan oleh pihak-pihak tertentu. Pihak yang wajib melakukan

pemotongan dan pelaporan PPh 21 adalah pemberi kerja, bendaharawan

pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan. Jumlah pajak yang telah

dipotong dan disetorkan dengan benar oleh pemberi kerja dan pemotong

lainnya dapat digunakan oleh wajib pajak untuk dijadikan kredit pajak atas

pajak pengasilan pada akhir tahun.

Page 37: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

G. Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21)

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan, yang menjadi objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21)

adalah:

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang

pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota dewan

komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur,

uang sokongan, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan jabatan,

tunjangan khusus, tunjangan pendidikan, premi asuransi yang dibayar

pemberi kerja dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.

2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa

produksi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, bonus, premi tahunan, dan

penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap.

3. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan.

4. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama, dan dalam

bentuk apapun dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan

pekerjaan jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak dalam negeri

terdiri dari:

a. Tenaga ahli yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter,

konsultan, notaris, penilai dan aktuaris.

b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,

sutradara, crew film model.

c. Olahragawan

Page 38: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator.

e. Penerimaan dalam bentuk natura atau kenikmatan lainnya dengan

nama apapun yang diberikan oleh bukan wajib pajak yang dikenakan

pajak penghasilan yang bersifat final dan dikenakan pajak penghasilan

berdasarkan norma perhitungan khusus (deemed profit)

H. Pengertian Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Salah satu maksud dan tujuan program pengurangan subsidi pemerintah

atas Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah memindahkan alokasi subsidi dari

bentuk subsidi untuk konsumsi ke bentuk subsidi investasi. Salah satu bentuk

investasi yang selama ini kurang mendapat perhatian adalah bidang

pendidikan, untuk itu sebagian besar alokasi subsidi Bahan Bakar Minyak

(BBM) dipindahkan ke sektor pendidikan yang kemudian disebut pemerintah

dengan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak

(PKPS-BBM).

Pasca penerapan subsidi di bidang pendidikan maka pemerintah melalui

program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) menanggung semua biaya

pendidikan siswa dan siswi Wajib Belajar 9 tahun secara total atau gratis.

Untuk itu dalam mekanismenya pemerintah membagi biaya yang diperlukan

rata-rata siswa setiap tahun dalam proses belajar yang kemudian disebut Biaya

Bantuan Pendidikan (BSP) kedalam dua jenis yaitu Bantuan Satuan

Pendidikan Investasi dan Bantuan Satuan Pendidikan Operasional. (Depdiknas

dan Depag, 2006:7)

Page 39: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Bantuan Satuan Pendidikan Investasi adalah biaya yang dikeluarkan per

siswa setiap tahunnya untuk menyediakan sumber daya yang tidak habis pakai

yang digunakan dalam waktu lebih dari satu tahun, misalnya untuk pengadaan

tanah, bangunan, buku, alat peraga. Sedangkan Bantuan Satuan Pendidikan

Operasional adalah biaya yang dikeluarkan per siswa dalam satu tahun untuk

menyediakan sumber daya pendidikan habis pakai yang digunakan satu tahun

atau kurang dari masa tersebut. Bantuan Satuan Pendidikan Operasional

mencakup biaya personil dan non personil. Adapun biaya personil meliputi:

1. Biaya untuk kesejahteraan (honor kelebihan jam mengajar (KJM), guru

tidak tetap (GTT), pegawai tidak tetap (PTT), uang lembur)

2. Pengembangan profesi guru (Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) guru,

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Kerja Kepala

Sekolah (MKKS), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), Kelompok

Kerja Guru (KKG), dll)

Sedangkan biaya non personil meliputi:

1. Biaya penunjang Kegiatan Belajar Mengajar (KMB)

2. Evaluasi/penilaian

3. Perawatan/pemeliharaan

4. Daya dan Jasa

5. Pembinaan kesiswaan

6. Rumah tangga sekolah dan supervisi

Page 40: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

I. Tujuan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bertujuan untuk

membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan

bagi siswa yang lain, agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar yang

lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan Wajib Belajar 9 tahun.

(Depdiknas dan Depag, 2009:4)

Menurut Prof.Suyanto, Phd, tujuan program Bantuan Operasional Sekolah

(BOS) dibagi kedalam 2 tujuan, yaitu:

1. Tujuan Umum

Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bertujuan untuk

meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam

rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu.

2. Tujuan Khusus

a. Menggratiskan seluruh siswa miskin di tingkat pendidikan dasar dari

beban biaya operasi sekolah, baik di sekolah negeri maupun sekolah

swasta.

b. Menggratiskan seluruh siswa SD negeri dan SMP negeri terhadap

biaya operasi sekolah, kecuali pada Sekolah Bertaraf Internasional

(SBI) dan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).

c. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah

swasta.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari program Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) adalah meringankan setiap siswa dari biaya operasi sekolah

Page 41: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

sehingga setiap siswa dapat menikmati pendidikan yang sama antara yang satu

dengan yang lainnya sehingga tidak ada siswa miskin yang putus sekolah

karena tidak mampu membayar iuran/pungutan yang dilakukan oleh sekolah.

J. Sasaran Program dan Besar Bantuan

Sasaran program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah semua

sekolah setingkat SD dan SMP baik negeri maupun swasta diseluruh provinsi

di Indonesia. Program kejar Paket A, Paket B tidak termasuk sasaran dari

program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ini. Selain itu, Madrasah Diniah

Takmiliyah (suplemen) juga tidak berhak memperoleh Bantuan Operasional

Sekolah (BOS), karena siswanya telah terdaftar di sekolah reguler yang telah

menerima Bantuan Operasional Pendidikan (BOS).

Mulai tahun pelajaran 2007/2008 (mulai bulan Juli 2007), SMP Terbuka

(regular dan mandiri) dan Madrasah Diniyah Formal yang menyelenggarakan

Program Wajib Belajar 9 tahun termasuk dalam sasaran program Bantuan

Operasional Sekolah (BOS).

Besar dana Bantuan Operasional Sekolah yang diterima oleh sekolah

dihitung berdasarkan jumlah siswa dengan ketentuan:

Page 42: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Tabel 2.1 Dana BOS

(*Per siswa per tahun)

Sekolah Tahun 2008 Tahun 2009

SD/MI/SDLB/Salafiah/Sek

olah Keagamaan Non

Islam setara SD

Rp 254.000,- Kab: Rp 397.000,-

Kota: Rp 400.000,-

SMP/SMPLB/Salafiah/Sek

olah Keagamaan Non

Islam setara SMP

Rp 354.000,- Kab: Rp 570.000

Kota: Rp 575.000,-

Sumber: Depdiknas

K. Waktu Penyaluran Dana

Tahun Anggaran 2009, dana Bantuan Operasional Pendidikan (BOS) akan

diberikan selama 12 bulan untuk periode Januari sampai Desember 2009, yaitu

semester 2 tahun pelajaran 2008/2009 dan semester 1 tahun pelajaran

2009/2010. Penyaluran dana dilakukan setiap periode 3 bulanan, yaitu periode

Januari-Maret, April-Juni, Juli-September dan Oktober-Desember. Penyaluran

diharapkan dilakukan di bulan pertama setiap triwulan.

L. Jenis Biaya Pendidikan

Sebagaimana tertuang dalam PP No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan

Pendidikan, pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara

pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.

Biaya pendidikan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

Page 43: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

1. Biaya Satuan Pendidikan

Biaya satuan pendidikan adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada

tingkat satuan pendidikan. Biaya ini terdiri dari:

a. Biaya investasi adalah biaya penyediaan sarana dan prasarana,

pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), dan modal kerja tetap.

b. Biaya operasi, terdiri dari biaya personalia dan biaya nonpersonalia.

1) Biaya Personalia terdiri dari gaji pendidik dan tenaga kependidikan

serta tunjangan-tunjangan yang melekat pada gaji.

2) Biaya nonpersonalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan

pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air,

jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang

lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dll.

c. Bantuan biaya pendidikan yaitu dana pendidikan yang diberikan

kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu

membiayai pendidikannya.

d. Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada

peserta didik yang berprestasi.

2. Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan adalah biaya

penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah,

pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau

penyelenggara/satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.

Page 44: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

3. Biaya Pribadi Peserta Didik adalah biaya personal yang meliputi biaya

pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa

mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

M. Landasan Hukum

Landasan hukum dalam pelaksanaan program bantuan Operasional

Sekolah (BOS) tahun 2009 meliputi semua peraturan perundang-undangan

yang berlaku, antara lain sebagai berikut:

1. Pasal 4 ayat (1) Undang Undang dasar 1945

2. Undang-Undang No. 17 Tahun 1965 tentang Pembentukan Badan

Pemeriksa Keuangan.

3. Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang no. 43 Tahun 1999.

4. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelesaian Negera yang

Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

5. Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang Bendaharawan Wajib

Memungut Pajak Penghasilan.

6. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

7. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

8. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

9. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

10. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemrintah Daerah.

Page 45: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

11. Peraturan Pemerintah No. 47 tentang Wajib Belajar.

12. Peraturan pemerintah No. 48 tentang Pendanaan Pendidikan.

13. Peraturan Pemerintah No. 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan

Tugas Pembantuan.

14. Peraturan pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah

dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.

15. Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

16. Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan

Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan

Pemberantasan Buta Aksara.

17. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 078/M/2008 tentang

Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) 145 Judul Buku Teks Pelajaran

yang Hak Ciptanya Dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional.

18. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 036/U/1995 tentang

Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar.

19. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002 tentang Dewan

Pendidikan dan Komite Sekolah.

20. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 060/U/2002 tentang

Pedoman Pendirian Sekolah.

21. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 11 Tahun 2005 tentang Buku

Teks Pelajaran.

Page 46: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

22. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 46 Tahun 2007 tentang

Penetapan Buku teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat-syarat Kelayakan

untuk Digunakan Dalam Proses Pembelajaran.

23. Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia No. 12 Tahun 2008

tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan

Untuk Digunakan Dalam proses Pembelajaran.

24. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 28 Tahun 2008 tentang

Perubahan Peraturan menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2008

tentang Harga Eceran Tertinggi Buku Teks Pelajaran Yang Hak Ciptanya

Dibeli Oleh Departemen Pendidikan Nasional.

25. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 34 Tahun

2008 tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran Yang Memenuhi Syarat

Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran (SD: PKn, IPA,

IPS, Matematika, Bahasa Indonesia dan SMP: IPA, IPS, Matematika,

Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris).

26. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 41 tahun

2008 tentang Penetapan Buku, teks Pelajaran Yang Memenuhi Syarat

Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran.

27. Surat Edaran Dirjen Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia No.

SE-02/PJ/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemenuhan Kewajiban

Perpajakan Sehubungan dengan Penggunaan dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) oleh Bendaharawan dan Penaggung Jawab Pengelolaan

Penggunaan Dana BOS di masing-masing Unit Penerima BOS.

Page 47: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

N. Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Menurut Prof. Suyanto, Phd, ada 2 penggunaan dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS), yaitu:

1. Untuk membeli buku teks pelajaran (BOS Buku)

Sebagian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) harus untuk

membeli buku yang hak ciptanya telah dibeli oleh pemerintah sebanyak

jumlah siswa. Harga buku harus mengikuti Harga Eceran Tertinggi (HET)

yang ditetapkan oleh Depdiknas.

a. SD: buku IPS (kelas 4, 5 dan 6) dan PKN (kelas 1 s/d 6)

b. SMP: buku PKN (kelas 7 s/d 9) dan IPA (kelas 7 s/d 9)

Pembelian dapat dilakukan bertahap, akan tetapi harus terpenuhi

seluruhnya sebelum tahun ajaran baru.

2. Untuk operasional sekolah (BOS Tunai)

a. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru:

biaya pendaftaran, penggandaan formulir, administrasi pendaftaran,

dan pendaftaran ulang, serta kegiatan lain yang berkaitan langsung

dengan kegiatan tersebut (misalnya untuk foto kopi, konsumsi panitia,

dan uang lembur dalam rangka penerimaan siswa baru)

b. Pembelian buku referensi untuk dikoleksi di perpustakaan sekolah

c. Pembiayaan kegiatan pembelajaran remidial, pembelajaran pengayaan,

olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah

remaja dan sejenisnya (misalnya untuk honor jam mengajar tambahan

Page 48: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

diluar jam pelajaran, biaya transportasi dan akomodasi siswa/guru

dalam rangka mengikuti lomba)

d. Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan laporan

hasil belajar siswa (misalnya untuk foto kopi, honor koreksi ujian dan

honor guru dalam rangka penyusunan rapor siswa)

e. Pembelian bahan-bahan habis pakai: buku tulis, kapur tulis, pensil,

spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris,

langganan koran/majalah pendidikan, minuman dan makanan ringan

untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah.

f. Pembiayaan langganan daya dan jasa: listrik, air, telepon, termasuk

untuk pemasangan baru jika sudah ada jaringan di sekitar sekolah.

Khusus di sekolah yang tidak ada jaringan listrik, dan jika sekolah

tersebut memerlukan listrik untuk proses belajar mengajar di sekolah,

maka diperkenankan untuk membeli Genzet.

g. Pembiayaan perawatan sekolah: pengecatan, perbaikan atap bocor,

perbaikan pintu dan jendela, perbaikan mebeler, perbaikan sanitasi

sekolah dan perawatan fasilitas sekolah lainnya.

h. Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga

kependidikan honorer. Untuk sekolah SD diperbolehkan untuk

membayar honor tenaga yang membantu administrasi sekolah.

i. Pengembangan profesi guru: pelatihan, KKG/MGMP dan

KKKS/MKKS.

Page 49: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

j. Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang

mengahadapi masalah transport dari dan ke sekolah. Jika dinilai lebih

ekonomis, dapat juga untuk membeli alat transporasi sederhana yang

akan menjadi barang inventaris sekolah (misalnya sepeda, perahu

penyeberangan, dll)

k. Pembiayaan pengelolaan BOS: alat tulis kantor (ATK), penggandaan,

surat menyurat, intensif bagi satu orang penyusunan laporan BOS dan

biaya transportasi dalam rangka mengambil dana BOS di Bank/PT

Pos.

l. Pembelian personal komputer untuk kegiatan belajar siswa: maksimum

1 set untuk SD dan 2 set untuk SMP dalam satu tahun anggaran.

m. Bila seluruh komponen 1 s/d 12 diatas telah terpenuhi pendanaannya

dari BOS dan masih terdapat sisa dana, maka sisa dana BOS tersebut

dapat digunakan untuk membeli alat peraga, media pembelajaran,

mesin ketik dan mebeler sekolah.

O. Kebijakan Program Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009

Kebijakan dasar pelaksanaan program Bantuan Operasional Sekolah

(BOS) tahun 2009 adalah sebagai berikut:

1. Biaya satuan BOS , termasuk BOS buku, untuk tiap siswa/tahun mulai

Januari 2009 naik secara signifikan menjadi : SD di kota Rp 400.000, SD

Page 50: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

di kabupaten Rp 397.000, SMP di kota Rp 575.000, dan SMP di kabupaten

Rp 570.000

2. Dengan kenaikan kesejahteraan guru PNS dan kenaikan BOS sejak Januari

2009, semua SD dan SMP negeri harus membebaskan siswa dari biaya

operasional sekolah, kecuali RSBI dan SBI.

3. Pemda wajib megendalikan pungutan biaya operasional di SD dan SMP

swasta sehingga siswa miskin bebas dari pungutan tersebut dan tidak ada

pungutan berlebihan kepada siswa mampu.

4. Pemda wajib menyosialisasikan dan melaksanakan kebijakan BOS tahun

2009 serta menyanksi kepada pihak yang melanggar.

5. Pemda wajib memenuhi kekurangan biaya operasional dari APBD bila

BOS dari Depdiknas belum mencukupi.

P. Sekolah Penerima Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Dalam buku panduan Bantuan Operasional Sekolah (BOS), sekolah

penerima BOS antara lain:

1. Semua sekolah SD/SDLB/SMP/SMPLB/SMPT negeri wajib menerima

dana BOS. Bila sekolah tersebut menolak BOS, maka sekolah dilarang

memungut biaya dari peserta didik , orang tua atau wali peserta didik.

2. Semua sekolah swasta yang telah memiliki izin operasional yang tidak

dikembangkan menjadi bertaraf internasional atau berbasis keunggulan

lokal wajib menerima dana BOS.

Page 51: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

3. Bagi sekolah yang menolak BOS harus melalui persetujuan orang tua

siswa melalui komite sekolah dan tetap menjamin kelangsungan

pendidikan siswa miskin di sekolah tersebut.

4. Seluruh sekolah yang menerima BOS harus mengikuti pedoman BOS

yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

5. Sekolah negeri kategori RSBI dan SBI diperboleh memungut dana dari

orang tua siswa yang mampu dengan persetujuan Komite Sekolah. Pemda

harus ikut mengendalikan dan mengawasi pungutan yang dilakukan oleh

sekolah tersebut agar tercipta prinsip pengelolaan dana secara transparan

dan akuntabel.

6. Sekolah negeri yang sebagian kelasnya sudah menerapkan sistem sekolah

bertaraf RSBI atau SBI tetap diperbolehkan memungut dana dari orang tua

siswa yang mampu dengan persetujuan Komite Sekolah, serta

menggratiskan siswa miskin.

Q. Organisasi Pelaksana Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Pengelolaan program BOS untuk SD dan SMP di tingkat pusat dikelola

oleh masing-masing direktorat. Direktorat Pembinaan TK/SD bertanggung

jawab terhadap program BOS untuk SD/SDLB, sedangkan Direktorat

Pembinaan SMP bertanggung jawab terhadap program BOS untuk

SMP/SMPLB/SMPT. Pengelolaan program BOS di tingkat provinsi dan

kabupaten/kota dikelola oleh satu tim.

Page 52: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

1. Tim Pengarah

a. Tingkat Nasional

1) Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat

2) Ketua Bappenas

3) Menteri Pendidikan Nasional

4) Menteri Agama

5) Menteri Keuangan

6) Menteri dalam Negeri

b. Tingkat Provinsi

1) Gubernur

2) Ketua Bappeda Provinsi

c. Tingkat Kabupaten/Kota

1) Bupati/Walikota

2) Ketua Bappeda Kabupaten/Kota

2. Tim Manajemen BOS Pusat

a. Penanggung jawab umum

b. Penanggung jawab BOS SD/SDLB

c. Penanggung jawab BOS SMP/SMPLB/SMPT

d. Tim pelaksana BOS SD/SDLB

e. Tim pelaksana BOS SMP/SMPLB/SMPT

f. Tugas dan tanggung jawab tim manajemen BOS pusat

3. Tim Manajemen BOS Provinsi

a. Penanggung jawab

Page 53: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

b. Tim Pelaksana BOS

c. Tugas dan tanggung jawab tim manajemen BOS provinsi

4. Tim Manajemen BOS Tingkat Kabupaten/Kota

a. Penanggung jawab

b. Tim Pelaksana BOS

c. Tugas dan tanggung jawab tim manajemen BOS kabupaten/kota

5. Tingkat Sekolah

a. Penanggung jawab

b. Anggota

c. Tugas dan tanggung jawab sekolah

R. Persepsi

Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang alami bagi setiap

individu didalam memahami informasi tentang linkungan baik melalui

penglihatan, pendengaran, penerimaan, dan penghayatan perasaan

(Kartono,1990). Menurur Zarkasi (1986) dalam Zamroni (2006). Persepsi

dalam arti sempit ialah penglihatan, yakni bagaimana cara seseorang melihat

sesuatu, sedangkan dalam arti luas pandangan atau pengertian, yaitu

bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Kata persepsi

berasal dari “perception” yang berarti penglihatan, tanggapan, daya

memahami, atau menanggapi sesuatu (Eschol dan Sadily, 2000:424). Dalam

kamus Bahasa Indonesia, persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan)

Page 54: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

langsung dari sesuatu atau proses seseorang dalam mengetahui beberapa hal

melalui panca inderanya (Depdiknas, 2003:863)

Para ahli mengemukakan pendapat secara definitif yang berbeda satu sama

lainnya. Alisuf Sabri berpendapat bahwa persepsi adalah proses individu dapat

mengenali proyek dan fakta obyektif dengan menggunakan alat individu

(Sabri, 1993:45). Persepsi seseorang terhadap sesuatu obyek tidak berdiri

sendiri akan tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik berasal dari dalam

maupun dari luar dirinya. Adapun menurut singgih Singgih Dirgaganansa,

faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi diantaranya adalah: Pertama, motif

merupakan faktor inernal yang dapat merangsang perhatian, adanya motif

dapat menyebabkan munculnya keinginan individu melakukan sesuatu dan

sebaliknya. Kedua, kesedian dan harapan. Hal ini akan menentukan pesan

mana yang akan dipilih untuk diterima selanjutnya sebagaimana pesan yang

dipilih itu akan ditata dan diinterpretasikan. Ketiga, intensitas rangsangan.

Kuat dan lemahnya rangsangan yang diterima akan sangat berpengaruh bagi

individu. Keempat, pengulangan. Suatu rangsangan yang muncul atau terjadi

secara berulang-ulang akan menarik perhatian sebelum mencapai titik jenuh

(Dirgaganansa, 1993:7).

Menurut Bimo Walgito (1999) dalam Hakim (2005), faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi, yaitu: Pertama, stimulus yang cukup kuat. Kedua,

fisiologis dan psikologis. Jika sistem fisiologi terganggu maka akan

berpengaruh dalam persepsi orang, sedangkan segi psikologis mencakup

penggalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan sebagainya, juga akan

Page 55: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

berpengaruh bagi seseorang dalam mempersepsikan. Ketiga, lingkungan.

Situasi yang melatarbelakangi stimulus juga mempengaruhi persepsi.

Persepsi pada akhirnya menjadi masalah penting yang sebisa mungkin

diharapkan dapat “dibentuk” oleh obyek yang dipersepsikan. Bila dalam

kenyataannya ditemukan suatu persepsi negatif dan positif terhadap obyek

yang dipersepsikan, maka jika persepsi tersebut negatif dapat diambil

kesimpulan bahwa obyek yang dipersepsikan memberikan stimulus kondisi

yang meyimpang dari yang seharusnya dipenuhi oleh obyek persepsi tersebut.

Begitu juga sebaliknya dengan persepsi positif (Abdullah dan Selamat,

2002:24).

S. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya.

Adapun penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Sukamto dengan judul

“Persepsi dan Tingkat Kesadaran Masyarakat Terhadap Pembayaran Pajak

Penghasilan Orang Pribadi dan Zakat Profesi (Studi Kasus Masyarakat

Kecamatan Ciputat)” dan hasil dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa:

1. Masyarakat Ciputat sangat sadar dalam membayar pajak dan juga zakat

profesi. Hal ini dibuktikan dengan persepsi yang diukur melalui kuesioner

dari 20 pertanyaan yang diajukan kebanyakan rata-rata masyarakat Ciputat

setuju untuk membayar keduanya dan sangat sadar dalam membayar Pajak

Penghasilan dan zakat profesi, baik sadar dilihat dari sisi hukum maupun

sadar dari sisi peraturan perpajakan juga sisi peraturan zakat.

Page 56: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

2. Dari hasil analisa berdasarkan kuesioner masyarakat Ciputat cenderung

lebih setuju membayar zakat ketimbang pajak penghasilan karena menurut

masyarakat efek langsung membayar zakat lebih terasa khususnya

pengentasan kemiskinan.

3. Analisa masyarakat Ciputat sangat siap untuk membayar keduanya yakni

pajak penghasilan dan zakat profesi. Hal ini dapat dilihat berdasarkan

penelitian dimana masyarakat Ciputat sadar dalam hal tersebut.

4. Tingkat kesadaran masyarakat Ciputat ternyata sangat besar dalam hal

pembayaran pajak penghasilan.

Adapun perbedaan dengan penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah

bahwa penelitian ini menggunakan objek penelitian para guru atas persepsi

perpajakannya terhadap Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang dipotong atas

dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang telah diterimanya disekolah

mereka masing-masing.

Beberapa referensi jurnal terkait dengan penelitian ini :

a. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi

Penampilan Akuntan Publik Dalam Persepsi Akuntan Pendidik.

(Arya Permana, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

b. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Penyusunan

Laporan Keuangan.(Yulianti, Universitas Indonesia).

c. Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNAIR Jurusan

Akuntasnsi Terhadap Profesi Akuntan Pendidik. (Drs.Lindawati

Gani,Ak,. Lembaga Penelitian Universitas Airlangga).

Page 57: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

d. Persepsi Akuntan Pendidik, Akuntan Publik, dan Mahasiswa

Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. (Jaka

Winarna,. Universitas Sebelas Maret Surakarta).

e. My amount is little, but my support is sincere.”From Wikipedia,

the free encyclopedia, Yizhao Lang, Augustus 24, 2009

T. Kerangka Pemikiran

Persepsi Para Guru SD & SMP tentang Perpajakan

PPh 21atas Dana BOS

U. Hipotesis

Dengan melihat permasalahan disertai dengan konsep-konsep

pemikirannya, disusun hipotesis tentang hubungan antar variabel sebagai

berikut:

1. Tidak dapat diketahui persepsi para guru SDN (X1) dan SMPN (X2) se-

Jakarta Barat tentang perpajakan dan pemotongan Pajak Penghasilan

Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

secara bersama-sama (Y).

2. Tidak terdapat perbedaan yang yang signifikan antara persepsi para guru

SDN (X1) dan SMPN (X2) se-Jakarta Barat tentang pemotongan Pajak

Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) secara bersama-sama.

Page 58: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam Penelitian ini, penulis mencoba menganalisis seberapa besar

persepsi dari para guru mengenai perpajakan dan Pajak Penghasilan Orang

Pribadi (PPh 21) yang telah dipotong atas dana Bantuan Operasional Sekolah

(BOS) yang telah mereka terima disekolah mereka masing-masing. Adapun

sekolah yang akan menjadi objek penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri

(SDN) dan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di dalam wilayah

Jakarta Barat. Jumlah Sekolah Dasar Negeri (SDN) adalah sebanyak 509

sekolah dan jumlah Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) adalah

sebanyak 51 sekolah. (Tanpa nama, http://www.cengkareng.info/edukasi

/46.education/241-smp-kalideres.html?tmpl=componen&pri, 11 Mei 2009)

Dalam penelitian ini penulis ingin menganalisis seberapa besar persepsi

dari para guru mengenai perpajakan dan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

(PPh 21) yang telah dipotong atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

yang telah mereka terima di sekolah mereka masing-masing dengan

melakukan penelitian yang datanya dikumpulkan sekaligus. Selain itu peneliti

menggunakan unit analisis organisasional karena unit yang dianalisis

merupakan penjumlahan dari seluruh data individual pekerja yang menjadi

anggota suatu organisasi. (Nur Indriantoro dan Supomo, 1999:94)

Page 59: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

B. Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel yang digunakan adalah metode simple random

sampling, yaitu penentuan sampel secara acak sederhana sehingga

memberikan kesempatan yang sama yang bersifat tidak terbatas pada setiap

elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel (Nur Indriantoro dan Supomo,

2002:124). Sampel yang digunakan dalam hal ini adalah para guru di Sekolah

Dasar Negeri (SDN) dan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) yang

berada di dalam wilayah Jakarta Barat.

Dalam penelitian ini penulis menentukan jumlah sampel berdasarkan

Tabel Krejcie dimana dalam perhitungan ukuran sampel didasarkan atas

kesalahan 5%. Jadi, sampel yang diperoleh itu mempunyai kepercayaan 95%

terhadap populasi (Sugiono, 1999:64). Dari penelitian ini jumlah populasi

adalah 1960 guru dari seluruh sekolah baik SDN maupun SMPN di wilayah

Jakarta Barat. Berdasarkan Tabel Krijcie, jumlah sampel dari penelitian ini

adalah 300.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam perolehan data yang dibutuhkan guna melengkapi proses penelitian

ini, penulis melakukan serangkaian kegiatan yang bersumber dari:

1. Data Primer

Penulis menggunakan data primer dengan melakukan penelitian langsung

kepada guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan Sekolah Menengah

Pertama Negeri (SMPN) yang berada di dalam wilayah Jakarta Barat.

Page 60: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Dasar penyusunan kuesioner ini dibuat sesuai dengan penelitian yang

dilakukan sebelumnya yaitu yang dibuat oleh Sukamto dalam skripsinya

yang berjudul “Persepsi dan Tingkat Kesadaran Masyarakat Terhadap

Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan Zakat Profesi (Studi

Kasus Masyarakat Kecamatan Ciputat).”

2. Data Sekunder

Penulis pun menggunakan data sekunder yang bersifat internal dan

eksternal. Data yang bersifat internal dilakukan dengan cara melihat

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan objek penelitian. Selain itu

penulis menggunakan data bersifat eksternal seperti buku, artikel, internet,

jurnal, dan semua yang berhubungan dengan penelitian ini.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan

deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian deskriptif kunatitatif ini,

menggambarkan pengukuran persepsi dari para guru mengenai Perpajakan dan

Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) yang telah dipotong atas dana

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang telah mereka terima di sekolah

masing-masing. Selain itu metode analisis yang digunakan untuk menguji

hipotesis penelitian ini adalah dengan analisis statistik deskriptif. Tujuan

utama dari analisis ini adalah memberikan gambaran atau deskripsi suatu data

yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (Iman Ghozali, 2005:19).

Page 61: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Selanjutnya dalam bagian ini diuraikan mengenai data primer dari masing-

masing variabel yang didasarkan atas jawaban yang diberikan oleh responden

yaitu para guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan Sekolah Menengah

Pertama Negeri (SMPN) yang berada di dalam wilayah Jakarta Barat, atas

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam daftar pertanyaan kuesioner. Dari

sini kemudian akan diketahui mengenai frekuensi nilai terbanyak yang

diberikan oleh responden.

1. Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu

untuk mengungkapkan suatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Jadi

validitas ingin mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang sudah

dibuat betul-betul dapat mengukur yang hendak kita ukur (Ghozali,

2005:45).

Pengujian validitas dilakukan terlebih dahulu dengan mempersiapkan

tabulasi jawaban responden atas pernyataan penelitian, kemudian dihitung

angka korelasionalnya atau r hitung dari jawaban setiap responden untuk

tiap butir pertanyaan dengan jumlah nilai jawaban keseluruhan pertanyaan

untuk setiap responden. Angka korelasionalnya tersebut kemudian di

bandingkan dengan angka kritis atau responden kritis untuk seluruh

responden dengan tingkat signifikansi sebesar 5% pada tabel product

moment yang digunakan pada rumus korelasi.

Page 62: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Suatu istrumen (setiap butir pertanyaan atau pertanyaan) dikatakan valid

bila angka korelasionalnya yang diperoleh dari perhitungan berkisar 0.

Adapun kriteria pengambilan keputusan untuk menentukan valid yakni jika

harga r hitung sama dengan atau lebih besar dari r tabel pada taraf

signifikansi 5%. Dan begitu sebaliknya, bila r hitung lebih kecil dari r tabel,

maka data tidak valid (Ghozali, 2005:45).

2. Uji Reliabilitas

Setelah menentukan validitas instrument penelitian, tahap selanjutnya

adalah mengukur reliabilitas data dan instrumen penelitian. Uji reliabilitas

adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari

suatu variabel. Suatu koesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban

seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu (Ghozali, 2005:45).

Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini adalah one shot, yaitu

pengukuran dilakukan sekali saja dan hasilnya kemudian dibandingkan

dengan pertanyaan atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.

Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah

dipastikan validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini untuk

menunjukan tingkat reliabiltas konsistensi internal. Teknik yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan mengukur koefesien cronbach’s alpha,

yaitu menggunakan tabulasi jawaban responden. Reliable jika cronbach’s

alpha > 0,6.

Page 63: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

3. Analisis Deskripsi Variabel

Selanjutnya dalam bagian ini diuraikan mengenai data primer dari masing-

masing variabel yang didasarkan atas jawaban yang diberikan oleh responden

yaitu para guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan Sekolah Menengah Pertama

Negeri (SMPN) di wilayah Jakarta Barat atas pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan dalam daftar pertanyaan seperti terlampir. Dari sini kemudian akan

diketahui mengenai :

a. Nilai jawaban responden terendah dan tertinggi serta jangkauannya.

b. frekuensi nilai terbanyak yang diberikan oleh responden

c. Jenjang kategori dari masing-masing responden melalui interval

E. Operasional Variabel Penelitian

1. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur persepsi dari para guru

mengenai perpajakan dan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) yang

telah dipotong atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang telah

mereka terima disekolah mereka masing-masing. Untuk menilai

instrument penelitian akan digunakan skala pengukuran. Dengan

menggunakan skala pengukuran, maka nilai variabel yang diukur dengan

instrument tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga lebih

akurat, efesien, dan komunikatif. Skala pengukuran pada penelitian ini

menggunakan skala likert, dimana variabel akan diukur dan dijabarkan

menjadi indikator variabel. Kemudian indikator variabel tersebut

Page 64: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

dijabarkan menjadi komponen yang teratur untuk kemudian dijadikan

sebagai titik tolak menyusun instrument berupa pertanyaan atau untuk

dijawab oleh responden.

Untuk keperluan analisis secara kuantitatif, maka jawaban diberi nilai

mulai dari 1 sampai 5. Adapun tingkat preferensi jawaban dengan pilihan

sebagai berikut.

Tabel 3.1

Tabel Skala Sikap Responden Penelitian

No Uraian Kondisi / Nilai

1 Sangat Setuju 5

2 Setuju 4

3 Netral 3

4 Tidak Setuju 2

5 Sangat Tidak Setuju 1

Sumber: Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, Hal 74

Berdasarkan rumusan masalah yang akan dikaji dan model yang disusun

dalam landasan teorirtis maka variabel penelitian dapat dijabarkan sebagai

berikut

Persepsi para guru tentang perpajakan dan Pemotongan Pajak Penghasilan

(PPh 21) orang pribadi atas dana bantuan operasional sekolah (BOS). Dengan

berdasarkan pada Pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) yang dibayarkan

oleh wajib pajak atas penghasilan yang diterimannya dan disesuaikan

berdasarkan tarif yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dana bantuan

operasional sekolah (BOS) yang telah diterima atas pembayaran hak-haknya

yang berkaitan dengan honorarium, tunjangan, dan sebagainya yang menjadi

objek pajak.

Page 65: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Dalam penelitian ini operasional variabel yang digunakan adalah sebagai

berikut :

a. Perpajakan atau Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai

tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung

maupun tidak langsung dari masyarakat, guna membiayai pengeluaran

rutin serta pembangunan sosial ekonomi masyarakat. Pajak secara bebas

dapat dikatakan sebagai suatu kewajiban Warga Negara berupa

pengabdian serta peran aktif Warga Negara dan anggota masyarakat untuk

membiayai berbagai keperluan negara yang berupa pembangunan nasional

yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang dan Peraturan-

Peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara.

b. Pajak Penghasilan (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah

(BOS). Pajak Penghasilan Pasal 21, selanjutnya disebut PPh 21,

merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,

tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun

sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan lain yang

dilakukan dalam bentuk tahun berjalan melalui pemotongan oleh pihak-

pihak tertentu. Pihak yang wajib melakukan pemotongan dan pelaporan

PPh 21 adalah pemberi kerja, bendaharawan, dana pensiun, badan,

perusahaan. Jumlah pajak yang telah dipotong dan disetorkan dengan

benar oleh pemberi kerja dan dipemotongan lainnya dapat digunakan oleh

wajib pajak untuk dijadikan kredit pajak atas pajak penghasilan yang

Page 66: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

terutang pada akhir tahun. Adapun objek Pajak Penghasilan (PPh21) atas

Dana Bantuan Operasional Sekolah adalah sebagia berikut :

a. Biaya untuk kesejahteraan (honor kelebihan jam mengajar (KJM),

guru tidak tetap (GTT), pegawai tidak tetap (PTT), uang lembur)

b. Pengembangan profesi guru (Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT)

guru, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Kerja

Kepala Sekolah (MKKS), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS),

Kelompok Kerja Guru (KKG), dll)

2. Indikator Kuesioner Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan indikator

kuesioner dalam melakukan penyebaran data sehingga data yang akan

dihasilkan dapat memberikan jawaban dari setiap perumusan masalah

yang ada.

Page 67: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

No

Variabel

Indikator

Konsep

&

Teori

Item

1 Persepsi Para

Guru Tentang

Perpajakan.

1.Pengatuhan Dasar

2. Pemahaman

3. Pendapat

4. Pemikiran

5. Tanggapan

1. Siti Resmi Tahun 2005.

2. UU Perpajakan.

3. UU No.19 Th.

2000 Tentang

Penagihan Dengan

Surat Paksa.

4. UU No. 36 Tahun

2008 Tentang

Pajak Penghasilan.

1,4,9

2,8

6,7

3

5,10

2 Persepsi Para

Guru Tentang

Pemotongan

Pajak

Penghasilan

Orang Pribadi

(PPh 21) Atas

Dana Bantuan

Operasional

Sekolah (BOS).

1. Pemahaman

2. Pengetahuan

3. Peraturan

1. Panduan BOS

Buku 2009.

2. PP No. 48 Tahun 2008 Tentang

Pendanaan

Pendidikan.

3. UU No.14 Tahun

2006 Tentang

Guru dan Dosen.

4. UU No. 20 Tahun

2003 Tentang

Sistem Pendidikan

Nasional.

5. UU No. 36 Tahun

2008 Tentang

Pajak Penghasilan.

11,14 16,18

13,17

19,20

12,15

Sumber : Data Primer

Page 68: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah DKI Jakarta

Jakarta merupakan daerah yang memiliki peran penting dalam

perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Sejak era kolonialisme Belanda,

Jakarta yang ketika itu bernama Batavia merupakan pusat pemerintahan

Hindia-Belanda. Saat dimulainya pergerakan perjuangan kemerdekaan

secara nasional, Jakarta merupakan jantung pergerakan yang

memompakan darah perjuangan kemerdekaan ke seluruh pelosok tanah

air.

Denyut kehidupan di Jakarta diketahui sudah sangat tua. Setidaknya

sejak 2000 tahun sebelum masehi, wilayah Jakarta sudah dihuni oleh

manusia, yaitu, pada waktu terjadinya gelombang migrasi dari kawasan

selatan Cina. Pada awal tarikh masehi, penduduk yang mendiami wilayah

Jakarta sudah berhubungan dengan negara lain. Hal ini dibuktikan dengan

masuknya kebudayaan Hindu yang diketahui dari banyaknya prasasti di

daerah sekitar Jakarta, misalnya prasasti yang ditemukan di daerah

Cilincing.

Sejak abad 15, pelabuhan Sunda Kelapa yang sekarang terletak di

Jakarta Utara menjadi pelabuhan penting di pesisir utara Jawa bagian

barat. Pelabuhan tersebut langsung dapat diakses dari pusat kerajaan

Pajajaran, yaitu, pakuan (Bogor) melalui Sungai Ciliwung. Sunda Kelapa

Page 69: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

yang waktu itu masih termasuk wilayah kekuasaan Pajajaran menjadi

target penguasaan pihak lain, baik kerajaan nusantara lain maupun pihak

asing. Untuk menghadapi ancaman tersebut, yang datang dari Banten dan

Cirebon, tepatnya tahun 1522, Pajajaran mengizinkan Portugis mendirikan

benteng di Sunda Kelapa.

Belanda terus berusaha menguasai kembali Indonesia, salah satunya

adalah dengan melakukan politik pecah belah (devide et impera), yaitu,

dengan mendirikan Republik Indonesia Serikat (RIS). Ketika Republik

Indonesia menjadi Negara federal tersebut, Jakarta menjadi ibukota

Negara federal. Kekuasaannya berdiri sendiri dibawah kekuasaan

pemerintahan pusat RIS. Namun status ibukota RIS tidak lama, setelah

NKRI berdiri kembali, Jakarta menjadi ibukotanya.

Mulai tahun 1961, status Jakarta mengalami perubahan dari kota praja

menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI). Soemarno merupakan gubernur

pertama DKI Jakarta. Perkembangan pesat diberbagai bidang dicapai DKI

Jakarta ketika berada dibawah kepemimpinan Letjen KKO Ali Sadikin

(1966-1977). Pria yang biasa dipanggil Abang Ali ini berhasil menghapus

citra Jakarta sebagai “kampung besar” menjadi sebuah kota metropolitan.

(Tanpa nama, http://sejarahbangsaindonesia.co.cc/1_11_Sejarah-DKI-

Jakarta.html, 5 Mei 2009)

2. Pemerintahan

Dasar hukum bagi DKI Jakarta adalah Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 29 Tahun 2007, tentang Pemerintahan Provinsi Daerah

Page 70: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Khusus Ibukota sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. UU

ini menggantikan Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta serta UU

Nomor 11 Tahun 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah

Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta yang keduanya tidak

berlaku lagi.

Jakarta berstatus setingkat provinsi dan dipimpin oleh seorang

gubernur. Berbeda dengan provinsi lainnya, Jakarta hanya memiliki

pembagian dibawahnya berupa kota administrative dan kabupaten

administrative, yang berarti tidak memiliki perwakilan rakyat tersendiri.

Dengan demikian, DKI Jakarta hanya memiliki DPRD Provinsi dan tidak

memiliki DPRD Kabupaten/Kota.

3. Geografis Jakarta Barat

Wilayah Kotamadya Jakarta Barat mempunyai luas wilayah 12.615,14

Ha dan terletak antara 1060-48

0 BT, 60

0-12

0 LU dan dibatasi oleh wilayah

sebagai berikut:

Tabel 4.1

Batas Wilayah Jakarta Barat

Batas Wilayah

Utara Kabupaten/Kotamadya Tangerang dan Kotamadya Jakarta

Utara

Selatan Kotamadya Jakarta Selatan

Barat Kabupaten dan Kotamadya Tangerang

Timur Kotamadya Jakarta Utara dan Kotamadya Jakarat Pusat

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta

Page 71: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Wilayah ini secara administratif terbagi menjadi 8 kecamatan dan 56

kelurahan dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 127,11 Km2. (Tanpa

nama, http://wwwjakarta.go.id/pemerintahan/kotamadya/jakbar/, 5 Mei

2009)

Tabel 4.2

Kecamatan di DKI Jakarta

Ibukota Jakarta

Jakarta Barat Cengkareng, Grogol, Kalideres, Kebon Jeruk,

Kembangan, Palmerah, Taman Sari, Tambora

Jakarta Pusat Cempaka Putih, Gambir, Johar baru, Kemayoran,

Menteng, Sawah Besar, Senen, Tanah Abang

Jakarta Selatan Cilandak, Jagakarsa, Kebayoran Baru, Kebayoran

Lama, Mampang Prapatan, Pancoran, Pasar

Minggu, Pesanggrahan, Setiabudi, Tebet

Jakarta Timur Cakung, Cipayung, Ciracas, Duren Sawit,

Jatinegara, Kramat Jati, Makasar, Matraman, Pasar

Rebo, Pulo Gadung

Jakarta Utara Cilincing, Kelapa Gading, Koja, Pademangan,

Penjaringan, Tanjung Priok

Kepulauan Seribu Kepulauan Seribu Selatan, Kepulauan Seribu Utara

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/kalideres_Jakarta _Barat

Page 72: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Tabel 4.3 Kelurahan di Kecamatan-kecamatan di Kota Jakarat Barat

Kecamatan Kelurahan

Cengkareng Kedaung Kali Angke, Kapuk, Cengkareng Barat,

Cengkareng Timur, Rawa Buaya, Duri Kosambi

Grogol

Petamburan

Tomang, Grogol, Jelambar, Jelambar Baru, Wijaya

Kalideres Kamal, Tegal Alur, Pegadungan, Kalideres,

Semanan

Kebon Jeruk Duri Kepa, Kedoya Selatan, Kedoya Utara, Kebon

Jeruk, Sukabumi Utara, Kelapa Dua, Sukabumi

Selatan

Kembangan Kembangan Selatan. Kembangan Utara, Meruya

Utara, Srengseng, Joglo, Meruya Selatan

Palmerah Slipi, Kota Bambu, Jatipulo, Palmerah,

Kemanggisan

Taman Sari Pinangsia, Glodok, Keagungan, Krukut, Taman

Sari, Maphar, Tangki, Mangga Besar

Tambora Tanah Sareal, Tambora, Roa Malaka, Pekoja,

Jembatan Lima, Krendang, Duri Utara, Duri

Selatan, Kali Anyar, Jembatan Besi, Angke

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/kalideres_Jakarta _Barat

B. Penemuan dan Pembahasan

1. Demografi Responden

Dalam pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa penelitian ini

adalah untuk menganalisis persepsi dari responden penelititan, yaitu para guru

yang mengajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan Sekolah Menengah

Pertama Negeri (SMPN) mengenai perpajakan dan Pajak Penghasilan Orang

Page 73: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Pribadi (PPh 21) yang telah dipotong atas dana Bantuan Operasional Sekolah

(BOS) yang telah mereka terima disekolah mereka masing-masing. Adapun

sekolah yang akan menjadi objek penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri

(SDN) dan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di dalam wilayah

Jakarta Barat. Jumlah Sekolah Dasar Negeri (SDN) adalah sebanyak 509

sekolah dan jumlah Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) adalah

sebanyak 51 sekolah.

Dalam penelitian ini penulis menentukan jumlah sampel berdasarkan

Tabel Krejcie dimana dalam perhitungan ukuran sampel didasarkan atas

kesalahan 5%. Jadi, sampel yang diperoleh itu mempunyai kepercayaan 95%

terhadap populasi (Sugiono, 1999:64). Dari penelitian ini jumlah populasi

adalah 1960 guru dari seluruh sekolah baik SDN maupun SMPN di wilayah

Jakarta Barat. Berdasarkan Tabel Krijcie, jumlah sampel dari penelitian ini

adalah 300.

Data yang diuji dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebarann

kuesioner penelitian secara langsung kepada para responden, penyebaran

kuesioner dilakukan secara kolektif kepada para pimpinan sekolah atau para

guru. Untuk memudahhkan penulis dalam melakukan perhitungan maka

diperoleh sampel responden dengan jumlah perbandingan responden para guru

SDN dan SMPN yang seimbang yaitu 150 kuesioner, baik itu para guru SDN

dan SMPN. Sehingga jumlah keseluruhan responden ialah 300.

Dari aspek gender, terdapat 177 responden guru laki-laki dan 123

responden guru perempuan, yang jika dipersentasekan keduanya bernilai

Page 74: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

masing-masing 59 dan 41 persen. Sementara itu, dari segi tingkat pendidikan,

sebanyak 99 responden telah menyelesaikan diploma 1 (D1) atau sebesar 33%

dari total responden, sebanyak 81 responden telah menyelesaikan diploma 2

(D2) atau sebesar 27% dari total responden, dan 78 responden diantaranya

telah menyelesaikan studi diploma 3 (D3) atau sebesar 26% dari total

responden. Sementara yang telah memiliki gelar srata 1 (S1) ialah 42

responden yaitu 14% dari total responden. Pola penyebaran kuesioner,

karakteristik-karakteristik dari segi gender dan tingkat pendidikan dijelaskan

pada tabel 4.4

Tabel 4.4

Karakteristik Responden (gender & pendidikan)

Para guru Jumlah responden %

SDN 150 50

SMPN 150 50

Jumlah 300 100

Keterangan

1.Jenis kelamin

a. Laki-laki b. Perempuan

177 123

59 41

Jumlah 300 100

2.Tingkat Pendidikan

a. D1

b. D2

c. D3

d. S1

99

81

78

42

33

27

26

14

Jumlah 300 100 Sumber: Data Primer Diolah

Selanjutnya dari segi pengalaman mengajar, sebanyak 54 responden atau

sebesar 18% dari total yang responden memiliki pengalaman mengajar kurang

dari 3 tahun. Sebanyak 69 responden atau sebesar 23% dari total responden

yang memiliki pengalaman mengajar 3-6 tahun. Sebanyak 75 responden atau

sebesar 25% dari total responden yang memiliki pengalaman mengajar 6-10

Page 75: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

tahun. Sementara itu 57 responden atau sebesar 19% dari total responden yang

memiliki pengalaman mengajar 10-15 tahun. Dan sebesar 15% dari total

responden yaitu 45 responden memiliki pengalaman mengajar lebih dari 15

tahun.

Tabel 4.5

Karakteristik Responden (Pengalaman Mengajar)

Interval Pnegalaman Jumlah Responden %

< 3 tahun 54 18

3-6 tahun 69 23

6-10 tahun 75 25

10-15 tahun 57 19

>15 tahun 45 15

Jumlah 300 100

Sumber: Data Primer Diolah

2. Hasil Uji dan Validitas

Uji validitas menunjukan sejauh mana alat ukur itu mengukur apa yang

ingin diukur. Sekiranya peneliti menggunakan kuesioner di dalam

pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disususnnya harus

mengukur apa yang diukurnya. Setelah kuesioner tersebut tersusun dengan

teruji validitasnya, maka praktek belum tentu data yang terkumpul adalah data

yang valid. Banyak hal-hal lain yang akan mengurangi validitas data; misalnya

apakah si pewawancara atau pemberi kertas angket pertanyaan yang

mengumpulkan data betul-betul mengikuti petunjuk yang telah ditetapkan

dalam keusioner. Selain itu validitas data akan ditentukan oleh keadaan

Page 76: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

responden sewaktu diwawancarai. Bila waktu menjawab pertanyaan

responden merasa bebas tanpa ada rasa malu, takut dan cemas maka data yang

diberikan akan valid, namun sebailknya, jika responden menjawab pertanyaan

dengan rasa takut dan malu kemungkinan responden akan memberikan

jawaban yang tidak benar.

Dalam penelitian ini, keusioner yang ditampilkan memiliki 20 butir

pertanyaan yang tiap pertanyaan diuji coba dengan menguji sebanyak 50

responden dari perwakilan guru SDN dan SMPN di Jakarta Barat :

Tabel 4.6

Uji Validitas Penelitian

Butir Pertanyaan r Tabel r Hitung Keterangan

X1 0,301 0,644 Valid

X2 0,301 0,802 Valid

X3 0,301 0,345 Valid

X4 0,301 0,622 Valid

X5 0,301 0,669 Valid

X6 0,301 0,705 Valid

X7 0,301 0,339 Valid

X8 0,301 0,691 Valid

X9 0,301 0,688 Valid

X10 0,301 0,472 Valid

X11 0,301 0,646 Valid

X12 0,301 0,547 Valid

X13 0,301 0,654 Valid

X14 0,301 0,616 Valid

X15 0,301 0,640 Valid

X16 0,301 0,751 Valid

X17 0,301 0,769 Valid

X18 0,301 0,643 Valid

X19 0,301 0,503 Valid

X20 0,301 0,511 Valid

Sumber : Data Primer Diolah

Page 77: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan

dengan angka kritik. Tabel korelasi nilai – r. Angka kritik diperoleh

dengan baris N-2 maka diperoleh nilai r-tabel sebesar 0.301, ini

menunjukan bahwa nilai r- tabel lebih kecil dibandingkan r- hitung,

sedangkan dalam ilmu statistik bila r – hitung lebih besar dari r – tabel

maka pernyataan tersebut signifikan. Hal ini berarti bahwa pertanyaan-

pertanyaan tersebut memiliki nilai validitas konstrak. Dalam bahasa

statistik tersebut memiliki konsistensi internal ( internal consistency)

dalam pernyataan-pernyataan tersebut.

3. Hasil Uji Realibilitas Penelitian

Tujuan realibilitas adalah untuk mengetahui konsistensi alat ukur

(kuesioner). Terlihat nilai Alpha Cronbach pada tabel 4.7 adalah sebesar

0.750. Suatu instrumen dapat dikatakan andal (reliable) bila memiliki

koefesien keandalan realibilitas sebesar 0,6 dan untuk menentukan kriteria

indeks dapat dilihat pada tabel metodologi penelitian yang telah

dipaparkan.

Tabel 4.7

Uji Realibilitas Penelitian Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

,750 ,750 20

Sumber : Data Primer Diolah

Berdasarkan tabel diatas, maka hasil Alpha untuk setiap butir

instrument pertanyaan pada indeks adalah sangat tinggi. Hal ini berarti

Page 78: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

bahwa item pertanyaan yang digunakan akan mampu memperoleh data

yang konsisten dalam arti jika pertanyaan tersebut diajukan lagi maka akan

memperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban pertama sehingga

dapat dikatakan bahwa semua variabel adalah variabel, karena nilai Alpha

Cronbach lebih besar dari 0,6.

4. Pembahasan dan Analisa Variabel Penelitian

a. Hasil Penyebaran Kuesioner

Tabel 4. 8

Hasil Penyebaran Kuesioner Para Guru SDN dan SMPN

No Pernyataan SS S N TS STS

1. Pajak merupakan suatu

kewajiban setiap Warga Negara

46

135

110

4

5

2. Pajak digunakan untuk

membiayai berbagai keperluan

Negara dengan tujuan

kesejahteraan bangsa dan negara.

63

163

74

0

0

3. Dalam pembayaran pajak tidak

dapat ditunjukan adanya

kontraprestasi langsung kepada

setiap individu oleh pemerintah.

57

152

91

0

0

4. Pajak atas penghasilan berupa

gaji, honorarium, bonus, THR,

dan penghasilan yang diperoleh

secara teratur maupun tidak

teratur wajib dipotong pajak.

69

161

70

0

0

5. Pajak dipungut oleh pemerintah

pusat dan pemerintah daerah.

70

136

94

0

0

6. Pajak sangat memberatkan setiap Warga Negaranya.

46

144

94

0

0

7. Setiap pemotongan pajak tidak

memiliki tarif yang jelas /tidak

sesuai dengan UU atau peraturan

yang berlaku.

69

110

98

23

0

8. Pemotongan dan pelaporan pajak

hanya dapat dilakukan oleh

pemberi kerja saja.

70

129

89

12

0

9.

Penasihat, pengajar, pelatih,

penceramah seharusnya tidak

Page 79: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

dipotong pajak penghasilan. 54 98 95 41 12

10. Dengan membayar pajak

seharusnya pemerintah

memberikan kontraprestasi

langsung kepada setiap

individunya.

57

113

86

34

10

11. Salah satu maksud dan tujuan

program pengurangan subsidi

pemerintah atas Bahan Bakar

Minyak (BBM) adalah dengan

memindahkan alokasi konsumsi

ke bentuk alokasi investasi, yaitu

di bidang pendidikan.

90

138

72

0

0

12. Dengan adanya program

Bantuan Operasional Sekolah

(BOS) maka pemerintah

menanggung semua biaya

pendidikan siswa-siswi wajib

belajar 9 tahun secara gratis.

94

137

69

0

0

13. Bantuan Operasional Sekolah

(BOS) digunakan untuk biaya

personil (biaya untuk

kesejahteraan guru, biaya

pengembanagn profesi guru) dan

biaya non personil (biaya

penunjang kegiatan belajar

mengajar, pemeliharaan, rumah

tangga sekolah, dll)

59

152

89

0

0

14. Dengan adanya dana Bantua

Operasional Sekolah (BOS)

maka setiap siswa mempunyai

kesempatan untuk memperoleh

layanan pendidikan dasar yang

lebih bermutu sampai tamat

dalam rangka penuntasan wajib

belajar 9 tahun.

69

167

64

0

0

15. Sasaran Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) adalah semua

sekolah setingkat SD dan SLTP

baik negeri maupun swasta di

seluruh Indonesia.

66

168

66

0

0

16. Dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) yang dibayarkan

kepada setiap guru sebagai biaya

kesejahteraan guru seharusnya

tidak perlu dipotong pajak.

43

146

99

12

0

Page 80: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

17. Saya sebagai seorang guru

sangat paham mengapa setiap

penghasilan yang diperoleh dari

dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) harus dipotong

pajak penghasilan terlebih

dahulu.

60

145

89

6

0

18. Pajak atas penghasilan yang

berasal dari dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS)

yang dibagikan sebagai biaya

kesejahteraan guru sangatlah

memberatkan.

68

135

78

19

0

19. Saya tidak mengetahui secara

pasti berapa persentase

pemotongan pajak penghasilan

yang diperoleh atas biaya

kesejahteraan guru yang

diperoleh dari dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS).

97

120

80

3

0

20. Saya tidak tahu alasannya

mengapa penghasilan yang

diterima setiap guru dari dana

Bantuan Operasional Sekolah

(BOS) harus dipotong pajak

penghasilan.

41

156

103

0

0 Sumber : Data Primer Diolah.

b. Persepsi Para Guru SDN Tentang Perpajakan

Pada pembahasan mengenai persepsi para guru SDN tentang perpajakan.

Dianalisa dengan memberi keusioner yang berisi pertanyaan yang

memiliki pernyataan pengetahuan mendasar para guru mengenai

perpajakan secara umum, dimana para guru menyampaikan persepsinya

mengenai perpajakan berdasarkan pertanyaan kuesioner yang diberikan.

Analisa point pertanyaan yang berhubungan dengan persepsi para guru

terhadap perpajakannya dapat dilihat pada Tabel dan Grafik 4.9 dalam

point ini terdapat 10 (sepuluh) pertanyaan yang berhubungan dengan

Page 81: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

perpajakan secara umum dan komprehensif. Yaitu point pertanyaan nomor

satu (1) hingga pertanyaan nomor sepuluh (10) dimana tiap point

pertanyaan menggambarkan pendapat serta analisis para guru terhadap

pengetahuannya pada perpajakan.

Persepsi para guru tentang perpajakan ketika dihitung berdasarkan

hasil yang didapat dari kuesioner kemudian diolah menunjukan hasil

sebagai berikut :

Tabel 4.9

Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SDN Tentang Perpajakan Uji Proporsi Alternatif

Jawaban 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Prosentase

STS 3 0 0 0 0 0 0 0 7 5 0.01 TS 3 0 0 0 0 9 12 6 20 18 4.53% N 58 36 47 36 48 47 49 46 48 44 30.6% S 63 81 76 81 69 72 56 65 51 56 44.67% SS 23 33 27 33 33 22 33 33 24 27 19.2%

Total 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 100% Sumber : Data Primer Diolah.

Grafik Tabel 4.9

Persepsi Para Guru SDN Tentang Perpajakan

Persepsi Para Guru SDN

100

80

60

40

20

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Perpajakan

STS

TS

N

S

SS

Berdasarkan gambaran diagram diatas terlihat jelas bahwa

kebanyakan para guru SDN mengajukan opsi Setuju dengan persentase

Page 82: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

44.67% atas pendapatnya dalam hal ketentuan perpajakan secara umum

yang telah disepakati oleh pemerintah. Begitu besar perhatian para guru

SDN Jakarta Barat dalam mencermati perpajakan yang diikuti dengan

peran serta pemerintah dalam mensosialisasikan program wajib pajak pada

setiap warga negara Indonseia khususnya pada dunia pendidikan. Maka

dari hasil ini diharapkan pemerintah dapat lebih serius lagi untuk

menggalakan program sosialisasi perpajakan dengan pengetahuan

perpajakan kepada seluruh warga negaranya akan kepentingan perpajakan

terutama untuk kesejahteraan bangsa dan negara. Himbauan pada

pemerintah kepada setiap warga negaranya akan sadar pada perpajakannya

terutama pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) yang diterima dari

penghasilannya ataupun tunjangan yang berupa honorarium yang menjadi

objek pajak. Memang diketahui bersama adalah membayar pajak

penghasilan merupakan kewajiban bagi warga negara yang telah mencapai

PKP (Penghasilan Kena Pajak) harus membayarkan pajak penghasilannya

kepada negara. Dengan membayar pajak kita telah turut serta dalam usaha

membangun negara Indonesia ini kearah lebih maju, karena pajak

merupakan sumber penerimaan keuangan negara yang paling dominan dari

seluruh penerimaan negara. Sifat umum dari perpajakan dapat didasarkan

pada undang-undang, sehingga terdapat unsur kekuatan untuk dapat

melakukan sesuai dengan cara yang diinginkan. Pajak digunakan untuk

membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan bersama

terutama dalam rangka mewujudkan kemandirian pembangunan nasional.

Page 83: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

c. Persepsi Para Guru SDN tentang Pemotongan Pajak Penghasilan

Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah

(BOS).

Pada pembahasan mengenai persepsi para guru SDN tentang

pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS). Dianalisa dengan memberi keusioner yang

berisi pertanyaan yang memiliki pernyataan pengetahuan mendasar para

guru SDN mengenai pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh

21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara umum, dimana

para guru SDN menyampaikan persepsinya mengenai pemotongan Pajak

Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) berdasarkan pertanyaan kuesioner yang diberikan.

Analisa point pertanyaan yang berhubungan dengan persepsi para

guru SDN tentang pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21)

atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dapat dilihat pada Tabel

dan Grafik 4.10 dalam point ini terdapat 10 (sepuluh) pertanyaan yang

berhubungan dengan pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh

21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara umum dan

komprehensif. Yaitu point pertanyaan nomor sebelas (11) hingga

pertanyaan nomor duapuluh (20) dimana tiap point pertanyaan

menggambarkan pendapat serta analisis para guru terhadap

pengetahuannya pada pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh

21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Page 84: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Persepsi para guru tentang pemotongan Pajak Penghasilan Orang

Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ketika

dihitung berdasarkan hasil yang didapat dari kuesioner kemudian diolah

menunjukan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.10

Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SDN Tentang

Pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi ( PPh 21 ) Atas Dana

Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Uji Proporsi Alternatif

Jawaban 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Prosentase

STS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 TS 0 0 0 0 0 6 3 9 2 0 1.3% N 36 35 45 32 33 51 45 39 42 51 27.2% S 69 69 75 85 84 72 72 68 60 78 48.8% SS 45 46 30 33 33 21 30 34 46 21 22.6% Total 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 100%

Sumber : Data Primer Diolah.

Grafik Tabel 4.10

Diagram Persepsi Para guru SDN Tentang Pemotongan Pajak Penghasilan

PPh 21 Atas Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Persepsi Para Guru SDN

100

80 TS

60 N

40 S

20 SS

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

PPh21 Atas Dana BOS

Berdasarkan gambaran diagram diatas terlihat jelas bahwa

kebanyakan para guru SDN mengajukan opsi Setuju dengan persentase

48.8% atas pendapatnya dalam hal ketentuan pemotongan Pajak

Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional

Page 85: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Sekolah (BOS) secara umum yang telah disepakati oleh pemerintah.

Begitu besar perhatian para guru SDN Jakarta Barat dalam mencermati

pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) yang diikuti dengan peran serta pemerintah

dalam mensosialisasikan program wajib pajak pada setiap warga negara

Indonseia khususnya pada dunia pendidikan. Maka dari hasil ini

diharapkan pemerintah dapat lebih serius lagi untuk menggalakan program

sosialisasi perpajakan dengan pengetahuan perpajakan kepada seluruh

warga negaranya akan kepentingan perpajakan terutama untuk

kesejahteraan bangsa dan negara. Himbauan pada pemerintah kepada

setiap warga negaranya akan sadar pada perpajakannya terutama pajak

penghasilan orang pribadi (PPh 21) yang diterima dari penghasilannya

ataupun tunjangan yang berupa honorarium yang menjadi objek pajak.

Memang diketahui bersama adalah membayar pajak penghasilan

merupakan kewajiban bagi warga negara yang telah mencapai PKP

(Penghasilan Kena Pajak) harus membayarkan pajak penghasilannya

kepada negara. Dengan membayar pajak kita telah turut serta dalam usaha

membangun negara Indonesia ini kearah lebih maju, karena pajak

merupakan sumber penerimaan keuangan negara yang paling dominan dari

seluruh penerimaan negara. Sifat umum dari perpajakan dapat didasarkan

pada undang-undang, sehingga terdapat unsur kekuatan untuk dapat

melakukan sesuai dengan cara yang diinginkan. Pajak digunakan untuk

Page 86: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan bersama

terutama dalam rangka mewujudkan kemandirian pembangunan nasional.

d. Persepsi Para Guru SMPN Tentang Perpajakan

Pada pembahasan mengenai persepsi para guru SMPN tentang

perpajakan. Dianalisa dengan memberi keusioner yang berisi pertanyaan

yang memiliki pernyataan pengetahuan mendasar para guru mengenai

perpajakan secara umum, dimana para guru menyampaikan persepsinya

mengenai perpajakan berdasarkan pertanyaan kuesioner yang diberikan.

Analisa point pertanyaan yang berhubungan dengan persepsi para

guru SMPN tentang perpajakannya dapat dilihat pada Tabel dan Grafik 4.1

dalam point ini terdapat 10 (sepuluh) pertanyaan yang berhubungan

dengan perpajakan secara umum dan komprehensif. Yaitu point

pertanyaan nomor satu (1) hingga pertanyaan nomor sepuluh (10) dimana

tiap point pertanyaan menggambarkan pendapat serta analisis para guru

tentang pengetahuannya pada perpajakan.

Persepsi para guru tentang perpajakan ketika dihitung berdasarkan

hasil yang didapat dari kuesioner kemudian diolah menunjukan hasil

sebagai berikut :

Tabel 4.11

Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SMPN Tentang

Perpajakan Uji Proporsi Alternatif

Jawaban 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Prosentase

STS 2 0 0 0 0 0 0 0 5 5 0.8% TS 1 0 0 0 0 7 11 6 21 16 4.13% N 52 38 44 34 46 47 49 43 47 42 29.47% S 72 82 76 80 67 72 54 64 47 57 44.73% SS 23 30 30 36 37 24 36 37 30 30 20.87% Total 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 100%

Page 87: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Grafik Tabel 4.11 Persepsi Para Guru SMPN Tentang Perpajakan

Persepsi Para Guru SMPN

100

80 STS

60 TS

N 40

S

20 SS

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Perpaja kan

Sumber : Data Primer Diolah.

Berdasarkan gambaran diagram diatas terlihat jelas bahwa

kebanyakan para guru SMPN mengajukan opsi Setuju dengan persentase

44.73% atas pendapatnya dalam hal ketentuan perpajakan secara umum

yang telah disepakati oleh pemerintah. Begitu besar perhatian para guru

SMPN Jakarta Barat dalam mencermati perpajakan yang diikuti dengan

peran serta pemerintah dalam mensosialisasikan program wajib pajak pada

setiap warga negara Indonseia khususnya pada dunia pendidikan. Maka

dari hasil ini diharapkan pemerintah dapat lebih serius lagi untuk

menggalakan program sosialisasi perpajakan dengan pengetahuan

perpajakan kepada seluruh warga negaranya akan kepentingan perpajakan

terutama untuk kesejahteraan bangsa dan negara. Himbauan pada

pemerintah kepada setiap warga negaranya akan sadar pada perpajakannya

terutama pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) yang diterima dari

Page 88: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

penghasilannya ataupun tunjangan yang berupa honorarium yang menjadi

objek pajak. Memang diketahui bersama adalah membayar pajak

penghasilan merupakan kewajiban bagi warga negara yang telah mencapai

PKP (Penghasilan Kena Pajak) harus membayarkan pajak penghasilannya

kepada negara. Dengan membayar pajak kita telah turut serta dalam usaha

membangun negara Indonesia ini kearah lebih maju, karena pajak

merupakan sumber penerimaan keuangan negara yang paling dominan dari

seluruh penerimaan negara. Sifat umum dari perpajakan dapat didasarkan

pada undang-undang, sehingga terdapat unsur kekuatan untuk dapat

melakukan sesuai dengan cara yang diinginkan. Pajak digunakan untuk

membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan bersama

terutama dalam rangka mewujudkan kemandirian pembangunan nasional.

e. Persepsi para guru SMPN tentang pemotongan Pajak Penghasilan

Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah

(BOS).

Pada pembahasan mengenai persepsi para guru SMPN tentang

pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS). Dianalisa dengan memberi keusioner yang

berisi pertanyaan yang memiliki pernyataan pengetahuan mendasar para

guru SMPN mengenai pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh

21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara umum, dimana

para guru SMPN menyampaikan persepsinya mengenai pemotongan Pajak

Page 89: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) berdasarkan pertanyaan kuesioner yang diberikan.

Analisa point pertanyaan yang berhubungan dengan persepsi para guru

SMPN tentang pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21)

atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dapat dilihat pada Tabel

dan Grafik 4.12 dalam point ini terdapat 10 (sepuluh) pertanyaan yang

berhubungan dengan pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh

21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara umum dan

komprehensif. Yaitu point pertanyaan nomor sebelas (11) hingga

pertanyaan nomor dua puluh (20) dimana tiap point pertanyaan

menggambarkan pendapat serta analisis para guru terhadap

pengetahuannya pada pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh

21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Persepsi para guru tentang pemotongan Pajak Penghasilan Orang

Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ketika

dihitung berdasarkan hasil yang didapat dari kuesioner kemudian diolah

menunjukan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.12

Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SMPN Tentang Pemotongan

Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) Atas Dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) Alte rna tif Uji Proporsi Ja w aba n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Prose nta se

STS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 TS 0 0 0 0 0 6 3 10 1 0 1.3% N 36 34 44 32 33 48 44 39 38 52 26.67% S 69 68 77 82 84 74 73 67 60 78 48.8% SS 45 48 29 36 33 22 30 34 51 20 23.2% Tota l 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 100%

Sumber : Data Primer Diolah.

Page 90: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Grafik Tabel 4.12

Persepsi Para Guru SMPN Tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Orang

Pribadi (PPh 21) Atas Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Persepsi Para Guru SMPN

100

80 TS

60 N

40 S

20 SS

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

PPh21 Atas Dana BOS

Berdasarkan gambaran diagram diatas terlihat jelas bahwa kebanyakan

para guru SMPN mengajukan opsi Setuju dengan persentase 48.8% atas

pendapatnya dalam hal ketentuan pemotongan Pajak Penghasilan Orang

Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara

umum yang telah disepakati oleh pemerintah. Begitu besar perhatian para

guru SMPN Jakarta Barat dalam mencermati pemotongan Pajak Penghasilan

Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang

diikuti dengan peran serta pemerintah dalam mensosialisasikan program

wajib pajak pada setiap warga negara Indonseia khususnya pada dunia

pendidikan. Maka dari hasil ini diharapkan pemerintah dapat lebih serius

lagi untuk menggalakan program sosialisasi perpajakan dengan pengetahuan

perpajakan kepada seluruh warga negaranya akan kepentingan perpajakan

terutama untuk kesejahteraan bangsa dan negara. Himbauan pada

Page 91: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

pemerintah kepada setiap warga negaranya akan sadar pada perpajakannya

terutama pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) yang diterima dari

penghasilannya ataupun tunjangan yang berupa honorarium yang menjadi

objek pajak. Memang diketahui bersama adalah membayar pajak

penghasilan merupakan kewajiban bagi warga negara yang telah mencapai

PKP (Penghasilan Kena Pajak) harus membayarkan pajak penghasilannya

kepada negara. Dengan membayar pajak kita telah turut serta dalam usaha

membangun negara Indonesia ini kearah lebih maju, karena pajak

merupakan sumber penerimaan keuangan negara yang paling dominan dari

seluruh penerimaan negara. Sifat umum dari perpajakan dapat didasarkan

pada undang-undang, sehingga terdapat unsur kekuatan untuk dapat

melakukan sesuai dengan cara yang diinginkan. Pajak digunakan untuk

membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan bersama

terutama dalam rangka mewujudkan kemandirian pembangunan nasional.

Untuk mendapatkan hasil akhir dari penelitian ini, bagaimana

menganalisa hubungan persepsi para guru SDN dan SMPN di Jakarta Barat

tentang Perpajakan dan Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas dana Bantuan

Operasional Sekolah akan diterangkan dengan metode deskriptif kuantitatif.

Dimana variabel yang diuji untuk menganalisa ini adalah dengan

menghubungkan skala sikap dan point pertanyaan yang berhubungan dengan

keduanya yaitu : Perpajakan dan Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas dana

Bantuan Operasional Sekolah yang telah mereka terima disekolahnya

masing-masing dan keduanya sebagai variabel. Hasil pengelompokan

Page 92: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

tersebut dapat dilihat dari tabel yang dibuat dan digunakan untuk melihat

keeratan hubungan skala sikap dengan point pertanyaan.

Untuk sampai pada tujuan akhir dari penelitian ini, akan diambil

kesimpulan dari hasil analisa berdasarkan prosentasi yang dihitung

berdasarkan tingkat jenjang point pertanyaan yaitu :

Tabel 4.13

Jenjang Instrumen Variabel Penelitian

Point

Pertanyaan

Instrumen Variabel

Point 01 s-d 10 Persepi Para Guru Tentang Perpajakan

Point 11 s-d 20 Persepsi Para Guru Tentang Pajak Penghasilan Orang Pribadi

atas Dana Bantuan Operasional Sekolah Sumber : Data Primer Diolah.

Tiap point pertanyaan mempunyai tingkat skala dalam point pertanyaan,

sehingga akan memudahkan peneliti untuk mengukur seberapa besar hasil

analisa yang didapat, berikut kesimpulan atau hasil perhitungan berdasarkan

persentase tiap jenjang instrumen variabel penelitian.

Dari hasil analisa yang dideskripsikan diatas terdapat sebuah analisa

sebagai berikut, berdasarkan hasil dari persentase terbesar maka akan

didapat analisa hasil persentase sebagai berikut :

Tabel 4.14

Analisa Persentase Instrumen Variabel Penelitian

Instrumen Variabel SDN SMPN

Persepi Para Guru Terhadap Perpajakan 44,67% 44,73%

Persepsi Para Guru Terhadap PPh 21 atas dana BOS 48,8% 48,8%

Sumber : Data Primer Diolah.

Page 93: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Dari analisa yang didapat berdasarkan persentase maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa dalam hal persepsi para guru SDN tentang Perpajakan

didapatkan hasil yang menjawab setuju 44,67% sedangkan para guru SMPN

didapatkan hasil 44,73% dan persepsi para guru SDN tentang Pemotongan

Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas dana Bantuan Operasional Sekolah

didapatkan hasil yang menjawab setuju 48,8% begitupun dengan persepsi

para guru SMPN didapatkan hasil yang menjawab setuju 48,8%. Maka

dalam hal ini, analisa dalam penelitian ini bahwa para guru cenderung setuju

dan memahami untuk menunaikan kewajiban perpajakannya yang

khususnya pajak penghasilan orang pribadi demi kemajuan bangsa dan

negara ini dapat dilihat dari perhitungan berdasarkan persentase yaitu

kebanyakan responden sangat setuju dan setuju dalam hal perpajakannya

dan pemotongan pajak penghasilan orang pribadi atas dana bantuan

operasional sekolah, maka didapatkan kesimpulan analisa penelitian bahwa :

Para guru SDN dan SMPN di Jakarta Barat cenderung mengerti dalam

menjalankan perpajakannya terhadap pemotongan pajak penghasilan orang

pribadi atas dana bantuan operasional sekolah .

Maka dalam hal ini jawaban analisa dari penelitian ini diterima karena

berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas dan persentase yang

menunjukan jumlah yang lebih besar pada point pertanyaan yang

berhubungan dengan keduanya.

Page 94: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi para guru tentang

perpajakan dan pajak penghasilan orang pribadi atas dana bantuan operasional

sekolah. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan konon diketahui

bahwa salah satu subjek pajak yang dinilai kurang memahami atau mengerti

perihal kewajibannya dalam hal perpajakan adalah para pegawai disektor

pendidikan, antara lain guru dan tenaga pendidikan lainnya. Karena melihat

latar belakang para guru dan tenaga pendidikan yang mayoritas bukan dari

dunia keuangan atau dunia perpajakan maka sangat wajar jika tingkat

kesadaran dan pengetahuan perihal perpajakannya masih rendah. Dalam

kaitannya dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yaitu

pada sektor pendidikan dimana alokasi sektor pendidikan terutama pada

tingkat pendidikan dasar maka pemerintah mencanangkan Program Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) sebagai bentuk subsidi/bantuan pemerintah dalam

rangka Wajib Belajar 9 tahun yang bermutu.

Atas dasar data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dengan teknik

proporsi, persentase (%) dapat ditarik kesimpulan mengenai penelitian skripsi

ini yaitu persepsi para guru terhadap perpajakan dan pemotongan pajak

penghasilan orang pribadi atas dana bantuan operasional sekolah adalah

sebagai berikut :

Page 95: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

1. Bahwa para guru SDN dan SMPN di Jakarta Barat sangat mengerti dan

memahami dalam perihal perpajakannya, hal ini terbukti dengan persepsi yang

diukur melalui kuesioner dari 20 pertanyaan yang diajukan kebanyakan rata-

rata para guru sangat mengerti dan memahami dalam perihal perpajakannya

dan pemotongan pajak penghasilan orang pribadi atas dana bantuan

operasional sekolah yang telah mereka terima di sekolah masing-masing

secara bersama-sama.

2. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa para guru sangat mengerti

dengan pengetahuan perpajakannya dan juga memahami bahwa didalam Dana

Bantuan Operasional Sekolah yang mereka terima di sekolah masing-masing

terdapat objek pajak atau Pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh

21) yang harus disetorkan kepada negara.

3. Selain itu dari hasil analisa berdasarkan kuesioner penelitian ini dapat

disimpulkan pula bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

persepsi para guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan Sekolah Menengah

Pertama Negeri (SMPN) perihal perpajakan dan pemotongan pajak

penghasilan orang pribadi (PPh 21) atas dana bantuan operasional sekolah

(BOS).

B. Impilikasi

Guru adalah sebagai suatu profesi akan terus menghadapi berbagai isu

tentang integritas mereka. Oleh karena itu, faktor persepsi menjadi sangat

penting keberadaannya karena merupakan salah satu kunci penentu dalam

Page 96: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

penilaian terhadap integritas. Dengan demikian ini, penelitian ini akan

memberikan implikasi yang cukup besar sebagai sebuah input informasi,

untuk kemudian melakukan langkah-langkah antisipatif dalam rangka menjaga

integritas, dalam hal ini adalah perpajakan dan pemotongan pajak penghasilan

orang pribadi atas dana bantuan operasional sekolah, baik oleh para guru

secara individu maupun asosiasi yang menanganinya.

Sudah menjadi ukuran bahwa respon para guru terhadap persepsi

perpajakan dan dalam menjalankan kewajibannya menunaikan pemotongan

Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas Dana Bantuan Operasional Sekolah tak

terlepas dari iklim kemajemukan para guru yang begitu terasa.

Hal ini menjadi angin segar bagi para guru, karena respon yang besar dari

para guru dan banyaknya lembaga-lembaga pemerintahan serta iklim

pembangunan yang baik, secara tidak langsung merupakan buah dari

penerapan para guru yang memahami dan sadar dalam hal perpajakan dan

membayar Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas dana Bantuan Operasional

Sekolah.

Lebih khusus, Pemerintah Daerah Khusus ibukota Jakarta Barat dapat

mengali potensi lebih dalam lagi utamanya untuk lebih meningkatkan

pemahaman dan kesadaran para guru dalam hal perpajakan dan membayar

Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas Dana Bantuan Operasional Sekolah agar

sasaran pembangunan dapat tercapai dan menjadikan Jakarta Barat sebagai

daerah percontohan bagi Daerah Khusus Ibukota lainnya dalam hal Perpajakan

Page 97: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

dan Pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas Dana Bantuan

Operasional Sekolah.

C. Saran Penelitian

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini, maka

terdapat beberapa saran yang diajukan, sebagai berikut :

1. Dalam penelitian selanjutnya, akan semakin baik jika jumlah responden

dapat diperbanyak. Begitupun dengan area penelitian, sebaiknya juga

diperluas. Dengan begitu diharapkan, hasil penelitian dapat lebih

komprehensif karena populasi yang ada dapat terwakili dengan

representatif.

2. Peran aktif para guru dan pemerintah khususnya dalam penggalakan

sosialisasi mengenai pengetahuan perpajakan dan kesadaran membayar

pajak penghasilan orang pribadi atas dana bantuan operasional sekolah

khususnya diwilayah Jakarta Barat dan di wilayah lain.

3. Ruang lingkup penelitian diharapkan kedepan agar lebih luas tidak hanya

mengukur persepsi akan tetapi juga mengukur faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

4. Bagi pemerintah daerah disarankan agar potensi yang begitu besar dalam

hal penerimaan pajak dapat lebih ditingkatkan dan digalakkan demi

kemajuan pembangunan nasional.

Page 98: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas dan Depag. Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan

BOS Buku, Jakarta, 2009.

Gani, Lindawati. Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNAIR Jurusan

Akuntasnsi Terhadap Profesi Akuntan Pendidik.

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Universitas

Diponogoro, Semarang, 2005.

Hamid, Abdul. Pandan Penulisan Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,

2004.

Indriantoro, Nur dan B. Supomo. Metodologi Penelitian Bisnis, BPFE-

Yogyakarta, 1999.

Lang, Yizhao. My amount is little, but my support is sincere.”From Wikipedia,

the free encyclopedia”, 2009.

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan.

Permana, Aria. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi

Penampilan Akuntan Publik Dalam Persepsi Akuntan Pendidik. 2008.

Resmi, Siti. Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta, 2005.

Sukamto. Persepsi dan Tingkat Kesadaran Masyarakat Terhadap Pembayaran

Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan Zakat Profesi (Studi Kasus

Masyarakat Ciputat), Jakarta, 2007.

Santoso, Singgih. Menggunakan SPSS untuk Analisis Multivariate, Elex Media

Komputindo, Jakarta, 2005.

Sugiono. Metode Penelitian Administrasi, CV ALFABETA, Bandung, 1999.

Yuliana. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Penyusunan Laporan

Keuangan. 2004.

Waluyo dan B. Ilyas, Wirawan. Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta,

2003.

Winarna, Jaka. Persepsi Akuntan Pendidik, Akuntan Publik, dan Mahasiswa

Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. 2005.

Page 99: PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3925/1/FARID... · memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas

Undang-Undang Perpajakan , Mitra Wacan Medika, 2006.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2006 tentang Guru dan Dosen.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tetang Penagihan Pajak dengan Surat

Paksa.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

http://dispendik-kabkediri.net/informasi-mengenai-bantuan-operasional-sekolah-

th-2009/, 28 Januari 2009

http://sejarahbangsaindonesia.co.cc/1_11_Sejarah-DKI-Jakarta.html, 5 Mei 2009

http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta, 5 Mei 2009

http://www.cengkareng.info/edukasi/46.education/241-smp-

kalideres.html?tmpl=componen&pri, 11 Mei 2009