persepsi masyarakat terhadap pelayanan...
TRANSCRIPT
PERSEPSI MASYARAKAT MISKIN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN UNTUK MASYARAKAT MISKIN
DI RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Nurmeilita
NIM: 104052001992
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H/2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 September 2010
Nurmeilita
PERSEPSI MASYARAKAT MISKIN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN UNTUK MASYARAKAT MISKIN
DI RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Nurmeilita
NIM: 104052001992
Pembimbing,
Dra. Rini Laili Prihatini, M.si NIP. 19690607 199503 2 003
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H/2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Persepsi Masyarakat Miskin terhadap Pelayanan Kesehatan untuk Masyarakat Miskin di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 23 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) pada Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam. Jakarta, 23 September 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
DR. Arief Subhan, MA Drs. Sugiharto, MA NIP 196601101993031004 NIP 196608061996031001
Penguji, Penguji I Penguji II
Drs. Mahmud Jalal, MA Dra. Asriati Jamil, M.hum NIP 195204221981031002 NIP 196104221990032001
Pembimbing,
Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si NIP 196906071995032003
ABSTRAK
Nurmeilita Persepsi Masyarakat Miskin Terhadap Pelayanan Kesehatan Untuk Masyarakat Miskin di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta
Peralihan pengobatan alternatif yang tidak syar’i dalam Islam banyak dilakukan oleh kebanyakan masyarakat miskin. Hal ini terjadi karena persepsi negatif masyarakat terhadap mahal biaya ataupun buruknya penerimaan pelayanan di rumah sakit terhadap masyarakat miskin. Seringkali masyarakat miskin merasa termarginalkan karena ketidakmampuan untuk membiayai pengobatan di rumah sakit. Tentunya peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan pemberian jaminan kesehatan adalah strategi partisipatif rumah sakit dan pemerintah yang sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat miskin untuk beralih menggunakan pengobatan modern dan terjangkau oleh masyarakat serta sesuai syariat dalam Islam dalam proses pengobatan.
Yang menarik dalam penelitian ini yaitu masyarakat luas dapat mengetahui tingkat persepsi masyarakat dalam penerimaan pelayanan kesehatan rumah sakit terhadap masyarakat miskin sehingga masyarakat tidak segan-segan untuk berobat di rumah sakit. Adapun persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin dalam penelitian ini terbentuk dari berbagai faktor, termasuk dimensi kompetensi teknis, akses terhadap pelayanan, efektifitas, hubungan antar manusia, efisiensi, kelangsungan pelayanan, keamanan dan kenyamanan/kenikmatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin dan untuk mengetahui serta menganalisis bentuk dan upaya rumah sakit dalam melaksanakan pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin dalam penggunaan Jamkesda di Rumah sakit Cipto Mangunkosumo (RSCM) Jakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain deskriptif dan dilaksanakan di Instalasi rawat jalan RSCM Jakarta, dengan melibatkan populasi 400 orang dan terpilih 80 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan rumus slovin. Responden adalah pasien atau masyarakat miskin yang menggunakan Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin (Jamkesda). Instrumen penelitian yang diberikan berupa 50 butir pernyataan tentang persepsi masyarakat mengenai dimensi pelayanan kesehatan. Data dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel atas jawaban-jawaban responden dan pengujian dengan uji mean sebesar 181,48 dan standar deviasi sebesar 24,614. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kategorisasi persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin adalah positif dalam ketegori sedang. Yaitu berada di antara skor rendah dan tinggi dari nilai yanga ada. Kata kunci: Persepsi Masyarakat , pelayanan kesehatan, masyarakat miskin
i
KATA PENGANTAR
بسم اهللا الرحمن الرحيم
Assalammu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, hanya kepada-Nya segala pengabdian dan
rasa syukur dikembalikan. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah
kepada suri tauladan seluruh umat manusia yakni nabi besar Muhammad SAW,
rasul yang mulia.
Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Miskin Terhadap Pelayanan
Kesehatan Untuk Masyarakat Miskin di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Jakarta”. Sripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana komunikasi
program strata 1 (S1) di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunukasi.
Mengingat jasa-jasa selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi
ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan arahan dari berbagai pihak oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ayahanda Parmudji dan Ibunda Mudjiati yang setiap saat mendoakan dan
mencurahkan segala kasih sayang dengan tulus serta senantiasa
menginspirasi penulis untuk selalu semangat mengerjakan skripsi.
ii
2. Dr. Arief Subhan, M.A., selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si, selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam sekaligus sebagai pembimbing yang telah membimbing
dan mengarahkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
4. Drs. Sugiharto, M.A., selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan Penyuluhan
Islam.
5. Kepala Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan seluruh staf, yang telah menyediakan tempat
serta buku-buku sebagai bahan referensi.
6. Prof. Dr.dr. Akhmal Taher, Sp.U selaku Direktur Rumah Cipto
Mangunkusumo dan Dr. dr. Dini Widiarni W, Sp. THT-KL(K), M.Epid
selaku Kepala Bagian penelitian RS Dr. Cipto Mangunkusumo, atas
kesediaannya menyediakan tempat, sarana dan prasarana dalam rangka
penelitian skripsi, serta atas doa dan motivasinya.
7. Bapak Ubay, Mba Mega, seluruh pegawai RS Dr. Cipto Mangunkusumo,
terima kasih atas bantuan, doa dan kerjasamanya.
8. Untuk saudaraku Mas Yanto, Teh nung, Mas agus, mba eka, Mas budi dan
keponakanku keysha dan daffi tersayang yang selalu memberi penulis
motivasi.
9. Abi yang selalu siap membantu dalam penyelesaian skripsi penulisan tak
kurang-kurang mengucapkan terima kasih atas motivasi selama ini
iii
10. Sahabat terbaikku Ratna Sari, Lillah dan Rina teman-teman perjuangan
tentunya kita masih panjang untuk mencapai satu tujuan.
11. Teman-teman alumni SMU 3, terimakasih atas doa dan motivasinya,
kebersamaan bersama teman-teman merupakan kebahagiaan yang tak
ternilai harganya, memang sungguh indah suatu kebersamaan.
12. Teman-teman di Jurusan BPI angkatan 2004 seluruhnya tak pernah luput
untuk selalu memberikan motivasi endah, nonik, lilis, septi, khafid, zai
serta adik kelas ulfa dan ema yang selalu siap membantu penulis.
Tentunya rasa terima kasih yang tak terhingga buat kalian.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak
mengurangi sedikit pun rasa terima kasih dan penghormatan saya.
Terimakasih atas doa dan motivasinya semoga menjadi amal shaleh di sisi
Allah SWT, Amin
Jakarta, 16 September 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK ............................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah.............................................................. 3
C. Pembatasan Masalah ............................................................ 7
D. Perumusan Masalah ............................................................. 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 9
F. Tinjauan Pustaka .................................................................. 10
G. Sistematika Penulisan .......................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Persepsi Masyarakat.............................................................. 14
1. Pengertian Persepsi Masyarakat ..................................... 14
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat ........... 18
3. Proses Terjadinya Persepsi Masyarakat .......................... 19
B. Pelayanan Kesehatan............................................................. 22
1. Pengertian dan Syarat Pelayanan Kesehatan .................. 22
2. Pelayanan Kesehatan di Rumah sakit ............................ 25
3. Mutu Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit .................. 28
C. Masyarakat Miskin ............................................................... 32
1. Pengertian Masyarakat Miskin ...................................... 32
2. Penyebab Masyarakat Miskin ........................................ 34
3. Upaya Penanggulangan Kemiskinan ............................. 39
4. Pelayanan Kesehatan untuk Masyarakat Miskin ........... 41
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 46
B. Model dan Desain Penelitian ................................................ 47
C. Populasi Dan Sampel Penelitian .......................................... 48
D. Variabel Penelitian ............................................................... 49
E. Definisi Operasional Dan Indikator Penelitian .................... 50
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 54
G. Sumber Data.......................................................................... 55
H. Uji Validitas Dan Realibilitas .............................................. 55
I. Teknik Analisa Data ............................................................. 59
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum RSCM Jakarta ........................................ 61
1. Latar Belakang Berdirinya RSCM Jakarta ................... 61
2. Visi, Misi dan Fungsi RSCM Jakarta ........................... 62
3. Kegiatan-Kegiatan RSCM Jakarta ................................ 63
4. Struktur Lembaga Instalasi Rawat Jalan RSCM ........... 63
5. Alur Pasien Rawat Jalan RSCM Jakarta ....................... 64
B. Data-Data Hasil Analisa Penelitian Lapangan ..................... 65
1. Klasifikasi Responden .................................................. 65
2. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................ 68
3. Kategorisasi Persepsi Masyarakat Terhadap
Pelayanan Kesehatan di RSCM Jakarta Responden .... 88
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................... 90
B. Saran ..................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 92
LAMPIRAN ........................................................................................ 96
vi
vii
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK
Grafik 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin................... 66
Grafik 2. Karakterisktik responden berdasarkan pekerjaan .......................... 66
Grafik 3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir ............ 67
Tabel 1. Faktor internal penyebab kemiskinan perkotaan ............................ 35
Tabel 2. Persepsi Masyarakat terhadap kompetensi teknis RSCM .............. 68
Tabel 3. Persepsi Masyarakat terhadap akses terhadap pelayanan RSCM ... 70
Tabel 4. Persepsi Masyarakat terhadap efektifitas di RSCM........................ 73
Tabel 5. Persepsi Masyarakat terhadap hubungan antar manusia di RSCM. 75
Tabel 6. Persepsi Masyarakat terhadap efisiensi di RSCM .......................... 77
Tabel 7. Persepsi Masyarakat terhadap kelangsungan pelayanan di RSCM 80
Tabel 8. Persepsi Masyarakat terhadap keamanan di RSCM ....................... 82
Tabel 9. Persepsi Masyarakat terhadap kenyamanan di RSCM ................... 84
Tabel10. Klasifikasi Skor Skala persepsi Masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan kesehatan untuk masyarakat miskin ........................... 89
KATA PENGANTAR
بسم اهللا الرحمن الرحيم
Assalammu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun
skripsi ini. Oleh karena itu, hanya kepada-Nya segala pengabdian dan rasa syukur
dikembalikan. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan
seluruh umat manusia yakni nabi besar Muhammad SAW, rasul yang mulia.
Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Persepsi Masyarakat Miskin Terhadap Pelayanan Kesehatan Untuk
Masyarakat Miskin di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta”. Sripsi ini
merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana komunikasi program strata 1 (S1)
di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunukasi.
Mengingat jasa-jasa selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini,
penulis mendapat bantuan, dorongan dan arahan dari berbagai pihak oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ayahanda Parmudji dan Ibunda Mudjiati yang setiap saat mendoakan dan
mencurahkan segala kasih sayang dengan tulus serta senantiasa menginspirasi
penulis untuk selalu semangat mengerjakan skripsi.
ii
2. Dr. Arief Subhan, M.A., selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si, selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam sekaligus sebagai pembimbing yang telah membimbing
dan mengarahkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. Sugiharto, M.A., selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan Penyuluhan
Islam.
5. Kepala Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan seluruh staf, yang telah menyediakan tempat serta buku-buku
sebagai bahan referensi.
6. Prof. Dr.dr. Akhmal Taher, Sp.U selaku Direktur Rumah Cipto
Mangunkusumo dan Dr. dr. Dini Widiarni W, Sp. THT-KL(K), M.Epid
selaku Kepala Bagian penelitian RS Dr. Cipto Mangunkusumo, atas
kesediaannya menyediakan tempat, sarana dan prasarana dalam rangka
penelitian skripsi, serta atas doa dan motivasinya.
7. Bapak Ubay, Mba Mega, seluruh pegawai RS Dr. Cipto Mangunkusumo,
terima kasih atas bantuan, doa dan kerjasamanya.
8. Untuk saudaraku Mas Yanto, Teh nung, Mas agus, mba eka, Mas budi dan
keponakanku keysha dan daffi tersayang yang selalu memberi penulis
motivasi.
9. Abi yang selalu siap membantu dalam penyelesaian skripsi penulisan tak
kurang-kurang mengucapkan terima kasih atas motivasi selama ini
iii
iv
10. Sahabat terbaikku Ratna Sari, Lillah dan Rina teman-teman perjuangan
tentunya kita masih panjang untuk mencapai satu tujuan.
11. Teman-teman alumni SMU 3, terimakasih atas doa dan motivasinya,
kebersamaan bersama teman-teman merupakan kebahagiaan yang tak ternilai
harganya, memang sungguh indah suatu kebersamaan.
12. Teman-teman di Jurusan BPI angkatan 2004 seluruhnya tak pernah luput
untuk selalu memberikan motivasi endah, nonik, lilis, septi, khafid, zai serta
adik kelas ulfa dan ema yang selalu siap membantu penulis. Tentunya rasa
terima kasih yang tak terhingga buat kalian.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak
mengurangi sedikit pun rasa terima kasih dan penghormatan saya.
Terimakasih atas doa dan motivasinya semoga menjadi amal shaleh di sisi
Allah SWT, Amin
Jakarta, 16 September 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK ............................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah.............................................................. 3
C. Pembatasan Masalah ............................................................ 7
D. Perumusan Masalah ............................................................. 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 9
F. Tinjauan Pustaka .................................................................. 10
G. Sistematika Penulisan .......................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Persepsi Masyarakat.............................................................. 14
1. Pengertian Persepsi Masyarakat ..................................... 14
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat ........... 18
3. Proses Terjadinya Persepsi Masyarakat .......................... 19
B. Pelayanan Kesehatan............................................................. 22
1. Pengertian dan Syarat Pelayanan Kesehatan .................. 22
2. Pelayanan Kesehatan di Rumah sakit ............................ 25
3. Mutu Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit .................. 28
C. Masyarakat Miskin ............................................................... 32
1. Pengertian Masyarakat Miskin ...................................... 32
v
2. Penyebab Masyarakat Miskin ........................................ 34
3. Upaya Penanggulangan Kemiskinan ............................. 39
4. Pelayanan Kesehatan untuk Masyarakat Miskin ........... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 46
B. Model dan Desain Penelitian ................................................ 47
C. Populasi Dan Sampel Penelitian .......................................... 48
D. Variabel Penelitian ............................................................... 49
E. Definisi Operasional Dan Indikator Penelitian .................... 50
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 54
G. Sumber Data.......................................................................... 55
H. Uji Validitas Dan Realibilitas .............................................. 55
I. Teknik Analisa Data ............................................................. 59
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum RSCM Jakarta ........................................ 61
1. Latar Belakang Berdirinya RSCM Jakarta ................... 61
2. Visi, Misi dan Fungsi RSCM Jakarta ........................... 62
3. Kegiatan-Kegiatan RSCM Jakarta ................................ 63
4. Struktur Lembaga Instalasi Rawat Jalan RSCM ........... 63
5. Alur Pasien Rawat Jalan RSCM Jakarta ....................... 64
B. Data-Data Hasil Analisa Penelitian Lapangan ..................... 65
1. Klasifikasi Responden .................................................. 65
2. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................ 68
3. Kategorisasi Persepsi Masyarakat Terhadap
Pelayanan Kesehatan di RSCM Jakarta Responden .... 88
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
vi
vii
A. Kesimpulan .......................................................................... 90
B. Saran ..................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 92
LAMPIRAN ........................................................................................ 96
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK
Grafik 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin................... 66
Grafik 2. Karakterisktik responden berdasarkan pekerjaan .......................... 66
Grafik 3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir ............ 67
Tabel 1. Faktor internal penyebab kemiskinan perkotaan ............................ 35
Tabel 2. Persepsi Masyarakat terhadap kompetensi teknis RSCM .............. 68
Tabel 3. Persepsi Masyarakat terhadap akses terhadap pelayanan RSCM ... 70
Tabel 4. Persepsi Masyarakat terhadap efektifitas di RSCM........................ 73
Tabel 5. Persepsi Masyarakat terhadap hubungan antar manusia di RSCM. 75
Tabel 6. Persepsi Masyarakat terhadap efisiensi di RSCM .......................... 77
Tabel 7. Persepsi Masyarakat terhadap kelangsungan pelayanan di RSCM 80
Tabel 8. Persepsi Masyarakat terhadap keamanan di RSCM ....................... 82
Tabel 9. Persepsi Masyarakat terhadap kenyamanan di RSCM ................... 84
Tabel10. Klasifikasi Skor Skala persepsi Masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan kesehatan untuk masyarakat miskin ........................... 89
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Hidup ini tidak lepas dari cobaan dan ujian, karena cobaan dan ujian
merupakan Sunatullah dalam kehidupan. Manusia akan diuji dalam segala sesuatu,
dalam hal-hal yang disenanginya dan disukainya maupun dalam hal-hal yang dibenci
dan tidak disukainya. Cobaan ini beragam bentuknya, kadangkala cobaan pada badan,
harta, anak-anak atau lainnya.
Cobaan yang kerap sangat sulit diterima pada manusia diantaranya adalah
cobaan sakit yang mengganggu kesehatan, karena kesehatan adalah harta yang tak
ternilai dan sebuah modal dasar di dalam seluruh aktivitas kehidupan. Apabila sakit
menghampiri dalam tubuh kita tentunya segala upaya dikerahkan, dan segala harta
benda dikorbankan guna menebusnya. Banyak cara mengobati penyakit untuk
menuju kesembuhan. Allah pun telah menjamin bahwa setiap sakit pasti ada obatnya.
Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Mencakup segala aspek kehidupan
termasuk di dalamnya pengobatan, sebab di antara tujuan syariat adalah menjaga
jiwa. Oleh karena itu Islam memerintahkan agar berobat.
Sebagaimana Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim,
لكل داء دواء ، فإذا أصيب دواء الداء برأ بإذن اهللا عز و جل
1
“Setiap penyakit ada obatnya, jika suatu obat itu tepat (manjur) untuk suatu penyakit,
maka penyakit itu akan sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Muslim
dari Jabir radhiyallahu ‘anhu)1
Hadits di atas bisa menjadi gambaran dan memotivasi kita untuk tak pernah
menyerah dalam mencari kesembuhan. Dalam usaha kita untuk mengobati penyakit
yang diderita, kita harus memperhatikan dua hal : Pertama, bahwa obat dan dokter
hanya sarana kesembuhan, sedangkan yang benar-benar menyembuhkan adalah
Allah. Kedua, ikhtiar (usaha) dalam mencari obat tersebut tidak boleh dilakukan
dengan cara-cara yang haram dan syirik.2
Banyak masyarakat Indonesia lebih mengandalkan pengobatan alternatif yang
pada umumnya dikenal lebih murah dan terjangkau, lebih aman, dan tidak memiliki
efek samping daripada pengobatan lewat jalur medis yang membutuhkan banyak
biaya. Sayangnya, saat ini banyak pengobatan alternatif yang mengaku bisa
menyembuhkan segala macam penyakit, tidak sedikit yang mengklaim pengobatan
dilakukan dengan cara islami. Namun kenyataannya, metode pengobatan yang
dilakukan jauh dari syar’i, bahkan tak jarang bercampur dengan kesyirikan.3
Kepercayaan pada hal yang mistis sehingga pergi ke dukun lebih disukai masyarakat
dari pada ke rumah sakit. Hal tersebut sebagaimana temuan survey Sosial Ekonomi
1 Fahrur Muis, Bahagia Saat Sakit, (Solo: Pustaka Iltizam, 2008), Cet Ke-2, h. 27 2 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Do’a dan Wirid, (Jakarta : Pustaka Imam Asy-syafi’I,
2008),Cet. Ke-9, h. 470 3 Deedat, 1001 Jalan Kesembuhan, Nikah Edisi 15 Februari 2008, h. 8
2
Nasional tahun 2001, 57,7% penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri,
31,7% menggunakan obat tradisional, dan 9,8% memilih cara pengobatan
tradisional.4 Maraknya pengobatan alternatif membuat kita harus berhati-hati agar
mendapatkan kehalalan dalam berobat. Salah satu pengobatan alternatif yang sangat
jauh dari syariat adalah berobat ke dukun. Berobat ke dukun merupakan suatu
keharaman karena telah dilarang oleh syariat, dengan begitu pengetahuan yang
memadai sangat membantu kita untuk dapat menentukan pengobatan yang baik
dalam pencapaian kesembuhan.
Salah satu pengobatan alternatif yang sempat menjadi perhatian banyak orang
adalah pengobatan alternatif yang dilakukan oleh bocah cilik asal Jombang Jawa
Timur bernama Ponari. Menurut pemberitaan di media massa, Ponari mendapatkan
kemampuan untuk mengobati berbagai penyakit melalui sebuah batu yang cukup
dicelupkan ke dalam air minum. Akibat ekspos media massa yang luar biasa, dengan
cepat puluhan ribu orang dari seluruh Indonesia memadati dusun tempat tinggal
Ponari di Jombang. Sudah empat orang yang tewas terinjak-injak karena berdesak-
desakan di gang sempit menuju rumah Ponari.5 Wakil Katib Syuriah PWNU Jawa
Timur KH Abdurrahman Nafis menilai peristiwa di Jombang itu membuktikan
bahwa masyarakat masih lemah moral dan ekonomi. Masyarakat diminta tidak lantas
4 Dewi, Rumah Sakit: Mencapai Indonesia Sehat 2010 dengan Pelayanan Kesehatan Yang
Optimal Bagi Keluarga Miskin, artikel diakses tanggal 19 Maret 2009 dari www.dewi.pn.com 5 Resti, Fenomena Ponari dan Bagaimana Sikap Kita Seharusnya, artikel diakses tanggal 20
februari 2009 dari www.kompas.com,
3
percaya sampai menimbulkan syirik.6 Sementara itu, miftahul Akhyar mengatakan
fenomena ini terjadi akibat mahalnya biaya pengobatan bagi rakyat miskin.
Menurutnya, rakyat miskin kerap kali tidak diorangkan ketika berobat kerumah sakit.
Oleh karena itu, mereka memilih pengobatan yang murah. Seharusnya fenomena ini
menjadi bahan kritik bagi pemerintah agar bisa memberi pelayanan kesehatan yang
terbaik.7
Masalah kemiskinan merupakan isu sentral di Tanah Air, terutama setelah
Indonesia dilanda krisis multidimensional yang memuncak pada periode 1997-1999.
Dari data BPS dan Depsos (2002), jumlah penduduk miskin mencapai 35,7 juta jiwa
dam 15,6 juta jiwa (43 %) diantaranya masuk kategori fakir miskin.8 Krisis ekonomi
di Indonesia menyebabkan jumlah penduduk miskin terus bertambah. Keadaan ini
berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar berkurang, termasuk dalam mengakses pelayanan kesehatan. Tentunya
fenomena banyaknya masyarakat miskin lebih memilih pengobatan alternatif
ketimbang pergi ke rumah sakit adalah hal yang sering terjadi di Negara ini. Hal
tersebut dikarenakan ketidakmampuan masyarakat miskin untuk mengakses
pelayanan kesehatan yang tergolong mahal.
6 Ishomuddin, Fenomena ponari bukti masyarakat lemah moral dan ekonomi, , artikel diakses
tanggal 20 februari 2009 dari www.media islam.com 7 Abdurrahman, Pengobatan Ponari Adalah Bentuk Kesyirikan Yang Diharamkan, artikel
diakses 20 februari 2009 dari www.hidayatullah.com 8 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2005) Cet Ke-1, h. 136
4
Pada dasarnya kesehatan merupakan bagian dari hak asasi manusia dan sesuai
dengan amanat Undang-Undang Dasar, pemerintah berkewajiban untuk memberikan
akses pelayanan kesehatan yang bermutu kepada seluruh masyarakat Indonesia
terutama kepada keluarga miskin. Kehidupan masyarakat miskin di Indonesia
merupakan bagian dari tanggung jawab pemerintah. Hal ini sesuai dengan Undang-
Undang dasar 1945 pasal 34 menyebutkan, bahwa fakir miskin merupakan tanggung
jawab pemerintah.9 Bagitupun dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia WHO
dalam Departemen Kesehatan RI, Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 dan Undang-
Undang nomor 23 tahun 1992, menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental
setiap warga. Setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh
perlindungan terhadap kesehatannya, dan Negara bertanggung jawab mengatur agar
masyarakat terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat
miskin dan tidak mampu.10
Oleh karena itu, pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bertanggung jawab
untuk menyediakan dana bagi masyarakat miskin guna memperoleh pelayanan
kesehatan. Dalam program pembangunan Nasional mengamanatkan agar subsidi
energi dikurangi secara bertahap hingga pada akhir tahun 2004, sehingga tidak ada
lagi subsidi energi dan dana subsidi tersebut dapat dipergunakan untuk membangun
kesejahteraan rakyat secara lebih tepat. Upaya pemerintah tersebut dituangkan dalam
9 Salim Madjid, Program Kesehatan Gratis Sebagai Pilihan, artikel di akses tanggal 1 Maret
2009 dari www.datinkessulsel.wordpress.com 10 Utami Nuigrum, Kesehatan Gratis Untuk Rakyat Miskin, artikel di akses tanggal 1 Maret
2009 dari www.betaviase.co.id
5
bentuk program-program penanggulangan masalah kesehatan bagi keluarga miskin
salah satunya diantaranya adalah program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).11
Jamkesda adalah suatu jaminan kesehatan yang diberikan kepada keluarga
miskin melalui pendekatan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)
atau asuransi yang preminya dibayar oleh Pemerintah daerah bagi warga yang tidak
mampu dalam melakukan pengobatan di Rumah Sakit. Hal ini merupakan wujud
nyata dari komitmen Pemerintah untuk memberikan perhatian khusus bagi
masyarakat miskin. Dengan kartu Jamkesda, masyarakat miskin dapat memperoleh
pelayanan kesehatan gratis tanpa dipungut biaya.
Salah satunya Rumah Sakit yang menjadikan rujukan Pemerintah daerah untuk
penggunaan Jamkesda adalah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Rumah
Sakit yang terbesar di Indonesia dan tertua ini tentunya selalu mengupayakan untuk
selalu memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang prima untuk pasiennya. Mutu
pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna
kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan.
Menurut Azwar yang dikutip Yudarnaso Dawud pelayanan yang bermutu
merupakan salah satu tolak ukur kepuasan yang berefek pada keinginan pasien untuk
kembali kepada institusi yang memberikan pelayanan kesehatan yang efektif. Namun
bentuk pelayanan yang efektif seringkali berbeda persepsi antara pasien dengan
11 Setiawan, Problem RSUD Layani Keluarga Miskin, artikel di akses 26 Oktober 2009 dari
http://antikorupsi.org/indo/content/view/4412/2/
6
pemberi pelayanan (provider).12 Pasien mengartikan pelayanan yang bermutu dan
efektif jika pelayanannya nyaman, menyenangkan dan petugasnya ramah yang mana
secara keseluruhan memberikan kesan kepuasan terhadap pasien. Sedangkan pemberi
pelayanan (provider) mengartikan pelayanan yang bermutu dan efektif jika pelayanan
sesuai dengan standar Pemerintah. Adanya perbedaan persepsi antara petugas
kesehatan dengan pasien dalam hal pelayanan kesehatan yang efektif masih sering
memunculkan kesalah pahaman terhadap pelayanan terutama bagi masyarakat
miskin.
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka peneliti sangat tertarik
untuk meneliti tentang “Persepsi Masyarakat Miskin Terhadap Pelayanan
Kesehatan Untuk Masyarakat Miskin di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM) Jakarta”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran
yang sangat strategis dalam upaya mempercepat derajat kesehatan masyarakat
Indonesia. Pemerintah bersungguh-sungguh dan terus-menerus berupaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitasi.
12 Yudarnaso Dawud, Peran Proses Manajemen dalam Pengembangan Mutu Pelayanan
Rumah Sakit, Jurnal Manajemen dan Adminitrasi Rumah Sakit, edisi Volume 1Tahun 1999, h. 43
7
RSCM adalah salah satu Rumah Sakit rujukan dan terbesar di Indonesia.
Rumah Sakit yang terletak di Jalan Diponegoro No.71 Jakarta Pusat, sangat proaktif
dan senantiasa memberikan pelayanan kesehatan berkualitas dan terjangkau oleh
semua lapisan masyarakat terutama masyarakat miskin. Berdasarkan pengamatan
awal yang dilakukan oleh peneliti, saat ini 70% pasien yang berobat ke RSCM adalah
masyarakat miskin yang menggunakan JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat) yang diselenggarakan oleh Pemerintah salah satunya adalah Jamkesda
(Jaminan Kesehatan Daerah).
Berdasarkan hal di atas, peneliti membatasi penelitian ini pada persoalan
persepsi masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan pihak
RSCM untuk masyarakat miskin. Adapun pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah
proses pengobatan pasien rawat jalan pengguna Jamkesda mulai dari penerimaan
pelayanan administrasi hingga penerimaan pelayanan medis oleh petugas medis yaitu
dokter. Alasannya, masyarakat miskin yang tidak mampu untuk mengakses
pelayanan kesehatan seringkali didiskriminasikan dalam penerimaan pelayanan di
rumah sakit. Hal ini dikarenakan masyarakat miskin secara penuh ditanggung oleh
Pemerintah tanpa mengeluarkan biaya apapun.
Dalam merealisasikan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka
penulis mencoba merumuskan permasalahannya untuk memudahkan pembahasan
selanjutnya. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah persepsi masyarakat miskin dalam melakukan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin di RSCM?
8
b. Bagaimanakah bentuk dan upaya Rumah Sakit dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin dalam penggunaan Jamkesda
di rumah sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta?
C. Tujuan dan manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat persepsi masyarakat miskin
terhadap pelayanan kesehatan Pemerintah untuk masyarakat miskin.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis bentuk dan upaya Rumah Sakit dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin dalam
penggunaan Jamkesda di Rumah sakit Cipto Mangunkosumo (RSCM)
Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dan
pengetahuan khususnya tentang persepsi masyarakat miskin terhadap
pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin dalam penggunaan jaminan
kesehatan daerah (Jamkesda) yang diselenggarakan oleh Pemerintah di
Rumah Sakit.
b. Dapat dijadikan acuan untuk memberikan informasi kepada pengambil
kebijakan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo terhadap pelayanan
kesehatan yang diberikan RSCM sebagai upaya untuk peningkatan mutu
pelayanan bagi pasien di rumah sakit.
9
c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam bidang
studi dakwah dan komunikasi serta merancang kegiatan penyuluhan kepada
mahasiswa bimbingan dan penyuluhan di masyarakat.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, sebelumnya telah ada beberapa karya ilmiah
mengenai persepsi terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit yang penulis
temukan, yang pembahasannya hampir atau menyerupai dengan judul penelitian yang
penulis angkat.
Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti
‘menduplikat’ hasil karya orang lain, maka penulis sangat perlu untuk mempertegas
perbedaan antara masing-masing judul dan masalah yang dibahas dari beberapa
penelitian yang telah dibuat sebelumnya, yaitu sebagai berikut :
• Adapun tesis yang pembahasannya hampir atau menyerupai dengan judul
penelitian yang penulis angkat salah satunya adalah tesis yang berjudul “Persepsi
Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit PT Caltex Pasific
Indonesia Rumbai Pekanbaru” yang ditulis oleh Maria Soedarmono (2002).
Universitas Indonesia program studi Sosiologi. Dalam tesis tersebut dijelakan
bahwa tentang persepsi pasien yaitu karyawan PT Caltex Pasific Indonesia
terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit perusahaan tersebut secara
keseluruhan. Mulai dari pelayanan berupa preventif (upaya pencegahan penyakit),
10
kuratif (pengobatan) dan juga rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan
dirumah sakit disediakan oleh perusahaan secara cuma-cuma untuk meningkatkan
kesejateraan para karyawan dalam kesehatan agar tetap produktif dan sehat
sehingga operasional perusahaan tetap berlangsung dengan baik.
• Tesis yang berjudul “Peningkatan Pelayanan Kesehatan Ruang Rawat inap Kelas
I RSUP Dr. M Djamil Padang Dengan menggunakan Metode Seryqual” yang
ditulis oleh Muhammad Rommy Krisna (2002). Universitas Indonesia program
studi teknik Industri. Dalam penelitian ini lebih menfokuskan penelitian terhadap
harapan dan persepsi serta kepuasan pasien RSUP Dr M Djamil Padang
berdasarkan pengalaman pasien yang pernah dirawat inap kelas I dalam menerima
pelayanan kesehatan dirumah sakit tersebut. Mulai dari faktor-faktor meliputi
ketanggapan, kemampuan, keramahan, kerendahan hati dan kesungguhan para
petugas rumah sakit dalam melayani pasien-pasiennya.
Dari kedua judul tesis diatas, penulis tegaskan bahwa dalam skripsi ini sangat
berbeda dengan karya penelitian-penelitian sebelumnya. Adapun kelebihan atau
kekuatan penelitian dalam skripsi ini dan membuat berbeda dari penelitian
sebelumnya adalah :
Bahwa dalam skripsi ini lebih menekankan pada penelitian persepsi
masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta untuk pasien masyarakat miskin yang menggunakan Jaminan
Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang di selenggarakan oleh Pemerintah.
11
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dalam penulisan skrispi ini, penulis
membuat sistematika berdasarkan kesamaan dan hubungan yang ada. Skripsi ini
terdiri dari lima bab :
Bab I : Merupakan bab pendahuluan yang mengemukakan tentang
latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
Bab II : Mengemukakan tentang landasan teoritis mengenai persepsi
yang meliputi ; pengertian persepsi masyarakat, faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi masyarakat, proses terbentuknya persepsi masyarakat. Pelayanan kesehatan
yang meliputi ; pengertian pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan di rumah sakit,
mutu pelayanan kesehatan. Kemudian mengenai masyarakat miskin yang meliputi ;
pengertian masyarakat miskin, penyebab masyarakat miskin dan penanggulangan
masyarakat miskin.
Bab III : Menjelaskan tentang metodologi penelitian yang terdiri dari,
lokasi dan waktu penelitian, model dan desain penelitian, subyek penelitian, teknik
pengambilan data, fokus penelitian, definisi operasional, indikator, asumsi penelitian,
dan terakhir analisa data.
12
13
Bab IV : Merupakan temuan dan analisa data, yang menjelaskan
tentang gambaran umum Rumah Sakit Cipto Mangunkuskumo yang meliputi, latar
belakang berdirinya RSCM Jakarta, visi-misi RSCM Jakarta, kemudian tentang hasil
penemuan.
Bab V : Merupakan bab terakhir yang menguraikan tentang
kesimpulan penelitian ini dan saran-saran yang ditujukan kepada pihak-pihak terkalt
dalam masalah ini.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Persepsi Masyarakat
1. Pengertian Persepsi Masyarakat
Bagi hampir semua orang, sangatlah mudah kiranya melakukan perbuatan
melihat, mendengar, membau, merasakan, dan menyentuh, yakni proses-proses yang
sudah semestinya ada. Namun informasi yang datang dari organ-organ indera kiranya
perlu terlebih dahulu diorganisasikan dan dinterpretasikan sebelum dapat dimengerti,
dan proses ini dinamakan persepsi (perception).1
Kata persepsi berasal dari kata “perception” yang berarti kesadaran,
pengaturan data pancaindera ke dalam pola-pola pengalaman.2 Menurut Bimo
Walgito persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan,
yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau
juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak begitu saja, melainkan situmulus
tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.3
Sedangkan menurut Desiderato yang dijelaskan oleh Jalaluddin Rakhmat
persepsi adalah :
1 Malcom Hardy dan Steve Heyes, Pengantar Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 1988), Cet Ke-2,
h. 83 2 Philip L. Harriman, Istilah Psikologi, (Jakarta: Restu Agung, 1995), Cet Ke-2, h. 182 3 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), Cet Ke-4, h.
87-88
14
“Pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga antesi, ekspektasi, motivasi, dan memori”.4
Sedangkan Young seperti yang dijelaskan oleh Nanadt admin persepsi
merupakan aktivitas mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada
obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada
stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari
lingkungan akan diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari
sebelumnya baik hal itu berupa harapan-harapan, nilai-nilai, sikap, ingatan dan lain-
lain.5
Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal katanya socius yang
berarti “kawan”. Kata masyarakat berasal dari bahasa Arab ‘musyaraka’ yang berarti
ikut serta atau berpartisipasi.6
Dalam Kamus Bahasa Indonesia masyarakat adalah sejumlah manusia dalam
arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap.7
Sedangkan menurut Edi Suharto masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki
perasaan yang sama atau menyatu satu sama lain karena mereka saling berbagi
4 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet
Ke-21, h. 51 5 Nanath Admin, Persepsi, artikel diakses pada tanggal 19 Maret 2009 dari
http://kuliahkomunikasi.com/?p=174 6 Nasrul Effendy, Perawatan Kesehatan Masyarakat, (Jakarta: Buku Kedokteran, 1995), Cet
Ke-1, h. 223 7 Vrista Artmanda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Lintas Media Jombang,
2005), h. 390
15
indentitas, kepentingan-kepentingan yang sama, perasaan memiliki yang sama, dan
biasanya satu tempat yang sama.8
Menurut The Expert Committee Report tentang perawatan kesehatan
masyarakat dari WHO (1974) masyarakat merupakan kelompok sosial yang
ditentukan oleh keterikatan atau nilai-nilai umum dan kepentingan. Para anggotanya
mengetahui interaksi dengan yang lain. Fungsi-fungsi dalam struktur sosial
memperlihatkan dan menciptakan norma-norma nilai-nilai dan berbagai institusi.9
Masyarakat tidak hanya dipandang sebagai kumpulan individu atau
penjumlahan dari individu–individu akan tetapi masyarakat merupakan suatu
pergaulan hidup karena manusia itu hidup secara bersama. Setiap manusia dalam
masyarakat tersebut masing–masing mempunyai persepsi yang berbeda-beda dalam
menanggapi suatu obyek. Namun tidak menutup kemungkinan ada sejumlah individu
yang mempunyai persepsi yang sama terhadap suatu obyek, keseluruhan persepsi
tersebut termasuk ke dalam persepsi masyarakat.
Persepsi masyarakat adalah keseluruhan atau rata–rata persepsi individu
terhadap suatu obyek yang kurang lebih mempunyai persepsi yang sama. Kesamaan–
kesamaan tersebut biasanya diwujudkan ke dalam pengakuan bersama terhadap suatu
8 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2005), Cet Ke-1, h. 47 9 Marcia Stahhope dan Jeanette Lancaster, Perawatan Kesehatan Masyarakat, (Bandung:
YIA PKP, 1997), Cet Ke-1, h. 364
16
obyek, misalnya memakai simbol, tanda–tanda, dan bahasa–bahasa verbal dan non
verbal yang sama.10
Persepsi masyarakat terhadap suatu obyek merupakan landasan pokok bagi
timbulnya perilaku dari masing–masing individu dalam setiap kegiatan. Makna
positif dan negatif sebagai hasil persepsi masyarakat terhadap suatu obyek sangat
tergantung dari bentuk dan proses interaksinya. Masing–masing individu mempunyai
persepsi yang berbeda dalam menanggapi suatu obyek. Kemudian masing–masing
individu akan melakukan proses pertukaran persepsi di antara masing–masing
individu. Proses pertukaran persepsi tersebut dapat berlangsung antara individu yang
tergabung dalam komunitas tertentu.
Dari berbagai pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa persepsi
masyarakat timbul karena adanya persepsi dari masing–masing individu di mana
persepsi dari masing–masing individu tersebut terhadap suatu obyek dikumpulkan
menjadi satu sehingga timbullah suatu persepsi masyarakat. Persepsi masyarakat
merupakan proses mengamati obyek melalui indera kemudian diorganisasikan dan
diinterpretasikan melalui bentuk–bentuk rangsangan suatu obyek atau peristiwa
berdasarkan latar belakang masing–masing individu sehingga akan muncul tanggapan
atau reaksi yang diwujudkan dalam bentuk kemampuan membeda-bedakan,
mengelompokkan, menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan serta
terwujudnya komunikasi antara manusia dengan obyek.
10 Rianti, Persepsi Masyarakat Surakarta Terhadap Seni Batik Klasik, artikel di atas pada
tanggal 26 Juni 2009 dari http://www.scribd.com/doc/15252246/Bab-2-Acc
17
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat
Makna persepsi seseorang adalah proses yang berhubungan dengan
penginderaan, seperti melihat, membau, mendengar, merasakan, menanggapi,
menyentuh, menerima dan lain-lain. Pernyataan ini menyiratkan bahwa persepsi itu
dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor dari dalam (interen individu) dan faktor luar
(ekstren individu).
Menurut Bimo Walgito bahwa faktor-faktor yang mempangaruhi persepsi
yaitu:
1. Faktor individu, yang meliputi : (1) Perhatian, baik perhatian spontan maupun perhatian tidak spontan; dinamis atau statis; (2) Sifat struktural individu; simpati atau antipati; (3) Sifat temporer individu; emosional atau stabil; (4) Aktivitas yang sedang berjalan pada individu.
2. Faktor stimulus (rangsangan). Stimulus akan dapat disadari oleh individu, bila stimulus itu cukup kuat. Bagaimanapun besarnya perhatian dari individu, tetapi bila stimulus tidak cukup kuat, maka stimulus itu tidak akan dipersepsi tidak akan dipersepsi oleh individu yang bersangkutan, dan ini bergantung pada : (1) intensitas (kekuatan) stimulus; (2) ukuran stimulus; (3) perubahan stimulus; (4) ulangan dari stimulus (5) pertentangan atau kontras dari stimulus.11
Muhyadi juga menerangkan persepsi dipengaruhi oleh tiga faktor, pertama
orang yang membentuk persepsi itu sendiri, khususnya kondisi intern (kebutuhan,
kelelahan, sikap, minat, motivasi, harapan, pengalaman masa lalu dan kepribadian),
kedua, stimulus yang berupa obyek maupun peristiwa tertentu (benda, orang, proses
11 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), Cet Ke-2, h.
56-57
18
dan lain-lain) dan ketiga, stimulus dimana pembentukan persepsi itu terjadi baik
tempat, waktu, suasana (sedih, gembira dan lain-lain).12
Sedangkan Jalaluddin Rakhmat mengemukakan bahwa persepsi ditentukan
oleh dua faktor, yaitu faktor-faktor fungsional bersifat personal berasal dari
kebutuhan, pengalaman masa lalu, proses belajar dan motif dan faktor-faktor
struktural berasal dari luar individu antara lain lingkungan keluarga, hukum yang
berlaku dan nilai-nilai dalam masyarakat.13 Oleh karena itu, setiap individu dalam
masyarakat mempunyai persepsi yang berbeda–beda dalam menanggapi suatu obyek.
Hal ini dipengaruhi oleh adanya perbedaan pengalaman atau lingkungan, maka
persepsi dapat berubah–ubah sesuai dengan suasana hati, cara belajar, dan keadaan
jiwa. Jadi persepsi itu tergantung pada proses berpikir atau kognitif seseorang,
sehingga persepsi akan selalu berubah setiap saat. Perubahan itu tergantung pada
kemampuan selektivitas informasi yang diterima setelah diolah ternyata bermakna
positif maka seseorang mendukung informasi yang diterima, tetapi bila negatif maka
yang terjadi sebaliknya.
3. Proses Terjadinya Persepsi Masyarakat.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa persepsi itu merupakan
proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan adalah proses diterimanya
stimulus melalui alat indera atau reseptor. Stimulus kemudian diteruskan ke otak dan
12 Hidayat, Pengertian Persepsi, artikel di akses tanggal 19 Maret 2009 dari
http://www.infoskripsi.com/Article/Pengertian-Persepsi.htm 13 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 55
19
proses selanjutnya adalah proses persepsi. Lebih rinci lagi mengenai proses terjadinya
persepsi menurut Bimo Walgito adalah sebagai berikut :
“Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kelaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran yang disebut sebagai proses psikologis. Proses terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, diraba, didengar, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera.”14
Sedangkan pembentukan persepsi yang dijelaskan menurut Feigi yang dikutip
oleh Irwanto yaitu :
“Sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan “interpretation”, begitu juga berinteraksi dengan “closure”. Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksi pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh.15 Mencermati proses terbentuknya persepsi masyarakat dapat dikemukakan
bahwa seseorang diawali oleh adanya rangsangan atau stimulus yang diterima oleh
alat indera atau reseptor, kemudian melalui proses persepsi sesuatu yang diindera
tersebut menjadi sesuatu yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterpretasikan.
14 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), Cet Ke-4, h.
90 15 Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1990), h. 108
20
Dengan merujuk pada pengertian persepsi masyarakat, faktor-faktor yang
mempengaruhi dan proses terjadinya persepsi masyarakat yang telah di paparkan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya persepsi masyarakat adalah
proses mengamati obyek melalui indera kemudian diorganisasikan dan
diinterpretasikan melalui bentuk–bentuk rangsangan suatu obyek atau peristiwa
berdasarkan latar belakang masing–masing individu sehingga akan muncul tanggapan
atau reaksi yang diwujudkan dalam bentuk kemampuan membeda-bedakan,
mengelompokkan, menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dalam
penelitian ini peneliti mengangkat tentang persepsi masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan untuk masyakarat miskin yang umumnya masyarakat miskin mengalami
masalah ketidakadilan dalam penerimaan pelayanan kesehatan.
Sebagaimana dikatakan Bhirawa seringkali diskriminasi terjadi pada kehidupan
masyarakat miskin atau kurang mampu. Akses untuk mendapatkan pelayanan
khususnya pelayanan kesehatan, masih sering menimbulkan diskriminasi, terutama
kepada golongan masyarakat miskin, dan menimbulkan ketidakadilan. Hal tersebut,
antara lain, disebabkan rendahnya kepedulian sosial penyelenggara rumah sakit.16
Maka dengan adanya persepsi masyarakat tentunya sebagai wadah bagi pihak RSCM
untuk dapat mengoptimalkan pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin.
Sejalan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat dalam
teori di atas, maka penelitian ini peneliti ingin melihat faktor-faktor persepsi
16 Bhirawa, Penghapusan Diskriminasi Dalam Berbagai Bentuk, Artikel di akses pada tanggal
15 April 2010 dari http://bappenas.go.id/get/file/server/node/3331
21
masyarakat dalam menilai atas penerimaan pelayanan kesehatan yang diberikan
RSCM sehingga masyarakat dapat menyimpulkan dan mengintrepretasikan dalam
sebuah keputusan.
Begitupun dengan proses terjadinya persepsi masyarakat yang telah di
ungkapkan sebelumnya, adapun proses terbentuknya persepsi masyarakat miskin di
awali dengan penerimaan stimulus yang kemudian masyarakat dapat
menginterpretasikan secara selektif terhadap pelayanan kesehatan yang di berikan
pihak RSCM sehingga masyarakat dapat menyeleksi pesan dan informasi untuk
kelangsungan dalam berobat.
B. Pelayanan Kesehatan
1. Pengertian dan Syarat Pelayanan Kesehatan
Pengertian “pelayanan”, yang berarti “usaha melayani kebutuhan orang lain”
atau dari pengertian “melayani” yang berari “membantu menyiapkan (mengurus) apa
yang diperlukan seseorang”.17 Sedangkan pengertian kesehatan menurut Undang-
undang nomor 23 tahun 1992, pasal 1 ayat 1 adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara sosial ekonomi.
Jadi pengertian kesehatan cakupannya sangat luas, mencakup sehat fisik maupun non
fisik (jiwa, sosial ekonomi).18
17 Marcia Stahhope dan Jeanette Lancaster, Perawatan Kesehatan Masyarakat, h. 28-29 18 Subekti, Kitab Undang-Undang, (Jakarta, PT Pradnya Paramita, 1990), Cet Ke-23, h.351
22
Adapun pengertian pelayanan kesehatan menurut Levey dan Loomba yang
dikutip Azwar adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara individu atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat.19 Pelayanan oleh Moenir dirumuskan setiap
kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain yang ditujukan untuk memenuhi kepentingan
orang banyak.20
Menurut Ascobat Gani bahwa pelayanan kesehatan dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat berupa tindakan penyembuhan, pengobatan, dan pemulihan
fungsi organ tubuh seperti sedia kala.21
Dari berbagai pengertian di atas dapat dikatakan bahwa pelayanan
kesehatan adalah upaya baik individu maupun melalui institusi dalam rangka untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan yang ada dimasyarakat melalui pemberian
bantuan dalam rangka untuk meningkatkan mutu kesehatan yang ada di masyarakat
baik dalam bidang preventif (upaya pencegahan), kuratif (pengobatan) maupun
rehabilitasi (pemulihan kesehatan) ialah agar setiap warga masyarakat dapat
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik jasmani, rohani maupun
sosialnya serta diharapkan berumur panjang.
19 Azrul Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan, (Jakarta : Binarupa Aksara, 1996), Cet
Ke-1, h. 35 20 Moenir, Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), h. 55 21 Ascobat Gani, Aspek-aspek Pelayanan Kesehatan, (Jakarta : Rajawali Press, 1995), Cet Ke-
1, h. 67
23
Berdasarkan rumusan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa bentuk dan
jenis pelayanan kesehatan tergantung dari beberapa faktor yakni :
1. Pengorganisasian pelayanan ; pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan secara
sendiri atau bersama-sama sebagai anggota dalam suatu organisasi.
2. Tujuan atau ruang lingkup kegiatan ; pencegahan penyakit, memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan, penyembuhan / pengobatan dan pemulihan
kesehatan.
3. Sasaran pelayanan ; perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.22
Sedangkan untuk dapat disebut sebagai bentuk pelayanan kesehatan, baik dari
jenis pelayanan kesehatan kedokteran maupun dari jenis pelayanan kesehatan
masyarakat harus memiliki berbagai syarat pokok. Syarat pokok yang dimaksud
adalah :
a. Tersedianya dan berkesinambungan, yakni syarat yang pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat berkesinambungan.
b. Dapat diterima dan wajar, syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah dapat diterima oleh masyarakat serta bersifat wajar artinya pelayanan kesehatab tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.
c. Mudah dicapai, syarat pokok yang ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah mudah dicapai oleh masyarakat ( di sudut lokasi).
d. Mudah dijangkau, syarat pokok ke empat pelayanan kesehatan yang baik adalah modal di jangkau oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud disini termasuk dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
22 Azrul Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan, h. 36
24
e. Bermutu ; Syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah mutu. Pengertian yang dimaksud disini adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.23
2. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Rumah sakit adalah sebuah intitusi perawatan kesehatan professional yang
pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
Istilah hospital (rumah sakit) berasal dari kata Latin, hospes (tuan rumah), yang juga
menjadi akar kata hotel dan hospitality (keramahan). Rumah sakit merupakan
komponen sistem pelayanan kesehatan yang paling menarik perhatian. Pada
umumnya rumah sakit berusaha untuk melaksanakan empat pelayanan utama yaitu,
pelayanan kepada pasien, pendidikan para pemberi jasa, riset dan pelayanan kepada
masyarakat.24 Sedangkan Rumah sakit menurut American Hospital Association yang
dikutip Azwar adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis professional yang
terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan
kedokteran, asuhan perawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan
yang diderita oleh pasien.25
Rumah sakit adalah suatu lembaga dalam mata rantai sistem kesehatan
nasional yang mengembang tugas pelayanan kesehatan untuk seluruh masyarakat dan
mempunyai fungsi utama menyelenggarakan kesehatan bersifat penyembuhan dan
23 Azrul Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan, h. 38-39 24 Marcia Stahhope dan Jeanette Lancaster, Perawatan Kesehatan Masyarakat, , h. 34 25 Azrul Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan,h. 82
25
pemulihan penderita serta memberikan pelayanan yang tidak terbatas pada perawatan
di luar rumah sakit.26
Batasan pengertian rumah sakit di atas, menunjukkan bahwa fungsi kegiatan
rumah sakit sangat bervariasi sesuai dengan perkembangan zaman. Artinya rumah
sakit tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit, tempat
pengasuhan, tempat pelayanan, pendidikan dan penelitian sederhana, dan bersifat
sosial. Dewasa ini, rumah sakit fungsinya berkembang sesuai dengan tuntunan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Antara lain ; sebagai penyumbang
pendidikan dan penelitian, spesialistik / subspesialistik, dan mencari keuntungan.
Implikasinya adalah rumah sakit dituntut untuk senantiasa meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan pasiennya dalam semua aspek pelayanan, baik yang
bersifat fisik maupun non fisik agar pelayanan kesehatan dapat terwujudkan dengan
baik. Disamping itu rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
cepat, akurat dan sesuai dengan kemajuan teknologi kedokteran sehingga dapat
berfungsi sebagai rujukan rumah sakit sesuai dengan tingkat rumah sakitnya.27
Dalam upaya pelayanan dirumah sakit, maka pasienlah yang memperoleh jasa
pelayanan memiliki harapan tertentu. Bila jasa rumah sakit yang diterimanya dapat
memenuhi bahkan melebihi dari apa yang diharapkan dalam waktu ke waktu tumbuh
26 Dalmy Iskandar, Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan dan Pasien, (Jakarta : Sinar Grafika,
1998), Cet KE-1, h. 6 27 Djoko wijono, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Vol I, (Surabaya: Airlangga
University Press, 1999), Cet Ke-1, h. 26
26
pemikiran dalam diri pasien bahwa inilah suatu jasa pelayanan rumah sakit yang
efektif dan memiliki mutu.
Jenis-jenis disiplin pelayanan di rumah sakit yang bisa diterima oleh
masyarakat menurut surat keputusan 436/menkes/SK/VI/1993 diantaranya ;28
• Administrasi dan manajemen • Pelayanan medis • Pelayanan gawat darurat • Kamar operasi • Pelayanan intensif • Pelayanan perinatal resiko tinggi • Pelayanan keperawatan • Pelayanan anestesi • Pelayanan radiology • Pelayanan farmasi • Pelayanan laboratorium • Pelayanan rehabilitasi medis • Pelayanan gizi • Rekam medis • Pengendalian infeksi di rumah sakit • Pelayanan sterilisasi sentral • Keselamatan kebakaran dan kewaspadaan bencana • Pemeliharaan sarana • Pelayanan lain • Perpustakaan.
Adapun yang peneliti maksud dengan pelayanan kesehatan dalam penelitian
ini, bahwa pelayanan kesehatan adalah upaya yang dilakukan dalam rangka untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan yang ada dimasyarakat baik dalam bidang
preventif (upaya pencegahan), kuratif (pengobatan) maupun rehabilitasi (pemulihan
kesehatan) agar setiap warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang
28 Djoko wijono, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Vol II (Teori, Strategi dan Aplikasi), (Surabaya: Airlangga University Press, 1999), Cet Ke-1, h. 637
27
setinggi-tingginya. Kemudian dengan memberikan pelayanan prima yang diberikan
pihak RSCM untuk masyarakat menjadikan masyarakat dapat merasakan nyaman
untuk melakukan pengobatan di rumah sakit tersebut.
3. Mutu Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit
Konsep mutu merupakan konsep multi dimensi. Konsep ini merupakan
pengembangan teori yang terpijak pada prinsip-prinsip efesiensi pelayanan, yakni ;
costumer focus, process improvement, dan total improvement. Mutu pelayanan lebih
mengacu pada costumer focus, dimana mutu pelayanan merupakan penilaian terhadap
kepuasan pelanggan (pasien) yang harus dipenuhi setiap saat, baik pelanggan internal
maupun pelanggan eksternal.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang mutu, baik
dilihat dari produk maupun dari segi pelayanannya. Salah satu pendapat tersebut
yakni;29
1. Menurut Winston Distionary mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang di amati,
2. Menurut Donabedian Mutu adalah sifat yang memiliki oleh sesuatu program, 3. Menurut DIN ISO Mutu adalah totalitas dari wujud serta cirri dari suatu
barang atau jasa, yang didalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna,
4. Menurut Crosby Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.
Sedangkan pengertian mutu dalam pelayanan kesehatan menurut Djoko
Wijono adalah faktor keputusan mendasar dari pasien. Mutu adalah penentuan
29 Azrul Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan, h. 48
28
pelanggan, bukan ketetapan insinyur, pasar atau ketetapan manajemen, ia berdasarkan
atas pengalaman nyata pelanggan terhadap produk dan jasa pelayanan, mengukurnya,
mengharapkannya, dijanjikan atau tidak, sadar atau hanya dirasakan, operasional
teknik atau subjektif sama sekali dan selalu menggambarkan target yang gerak dalam
pasar kompetitif.30
Mutu pelayanan kesehatan menurut WHO yang dikutip oleh Samsi Jacobalis
adalah penampilan yang pantas atau sesuai yang berhubungan dengan standar-standar
dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada
masyarakat yang bersangkutan yang telah mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan, dan kekurangan
gizi.31
Mutu pelayanan kesehatan dalam bentuk pemberian dan pengobatan pasien
bila semua pihak terkait dan mendukung kegiatan ini tidak berada dalam posisi
sebagai “unit dalam suatu system” menuju tercapainya yang telah disepakati.
Mengacu pada pengelolaan rumah sakit yang senantiasa berusaha memberi pelayanan
dan pengobatan sabaik-baiknya dapat secara operasional di definisikan jalur
komunikasi untuk membentuk perilaku institusi guna tercapainya efektifitas serta
mutu pelayanan yang optimal.
Untuk mencapai tujuan yang optimal jalur komunikasi peranan yang sangat
penting dimana hal ini tidak terlepas dari factor petugas pelayanan, sehingga menurut
30 Djoko Wijono, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Vol 1, h. 33 31 Samsi Jacobalis, Penilaian mutu pelayanan kesehatan dan akreditasi rumah sakit, (Jakarta:
Persi II, 1982), h. 67
29
Yudarnaso Dawud mengemukakan seorang petugas kesehatan ideal adalah mereka
yang memiliki ability (kemampuan), performance (kinerja), personality
(kepribadian), credibility ( kepercayaan) dan maturity (kematangan).
Dari beberapa unsur diatas, dapat di definisikan sebagai berikut :
1. Ability : Petugas kesehatan memiliki kemampuan teori dan
pengalaman lapangan sehingga pada pelaksanaan tugasnya,
petugas kesehatan yang dimaksud mampu menunjukkan
prestasi
2. Performance : Membina dan memelihara kinerja dari petugas dan institusi
yang diwakilinya merupakan kewajiban petugas yang ideal.
3. Personality : Seorang petugas kesehatan sangat erat hubunganya dengan
rasa tanggung jawab sebagai petugas kesehatan serta
memelihara tugas-tugas dibidang kesehatan yang berkaitan
dengan keselamatan jiwa orang lain yang menjadikan
kepribadian yang sangat penting.
4.Credibility : Merupakan batu ujian bagi petugas kesehatan yang berusaha
mendukung upaya kesehatannya tanpa memiliki rasa ragu
dalam menanganii masalah yang diberikan.
30
5. Maturnity : mampu mengendalikan kondisi, dalam hal ini kemampuan
jiwa yang dewasa dan cukup matang untuk mengendalikan diri
orang lain.32
Rumah sakit di Indonesia yang semula adalah bersifat sosial, dalam proses
selanjutnya mengalami perubahan menjadi badan usaha yang bersifat sosial ekonomi,
sebagai suatu badan usaha rumah sakit harus menciptakan dan memperhatikan para
pelanggannya. Dengan memahami pelanggannya maka organisasi akan bertahap
hidup dan meningkat keuntungannya. Hampir semua aktifitas dalam rumah sakit di
Indonesia sekarang ini banyak diarahkan kepada program-program untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan.33
Dari yang telah diuraikan suatu penilaian yang dapat dilihat bahwa persepsi
tentang mutu pelayanan dilahirkan suatu penilaian yang menyeluruh (global
judgment) berdasarkan pengalaman yang diperoleh pasien, antara lain pengalaman
dalam kontak jasa melalui services encounters (moment of truth) the evidence of
service, image and price. Kemudian dibandingkan dengan pelayanan yang
diterimanya. Pengalaman tersebut menjadi pembanding yang pada akhirnya
menentukan tingkat afektifitas dari pelayanan.
32 Yudarnaso Dawud, Peran Proses Manajemen dalam Pengembangan Mutu Pelayanan
Rumah Sakit, Jurnal Manajemen dan Adminitrasi Rumah Sakit, edisi Volume 1Tahun 1999, h. 40 33 Tjandra Yoga Aditama, Pelayanan Prima, Jurnal Manajemen dan Adminitrasi Rumah
Sakit, edisi Volume 5 Tahun 2005, h. 50
31
Menurut Lori Di Prete Brown dalam bukunya Quality Assurance of
Health Care in Developing Countries dimensi mutu dalam pelayanan kesehatan di
rumah sakit sebagai berikut :
1. Kompetensi teknis, yakni berhubung dengan bagaimana cara petugas mengikuti standar pelayanan yang telah ditetapkan dalam hal: dapat dipertanggung jawabkan atau diandalkan (dependability), ketepatan (accuracy), ketahanan uji (reliability) dan konsistensi (consistency).
2. Akses terhadap pelayanan, yakni akses berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi atau hambatan bahasa.
3. efektifitas, yakni kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektifitas yang menyangkut norma dan petunjuk klinis sesuai standar yang ada.
4. hubungan antar manusia, yakni hubungan antar manusia yang baik menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara : menghargai, menjaga rahasia, menghormati, responsif, dan memberikan perhatian. Hubungan antar manusia yang kurang baik, akan mengurangi efektifitas dari kompetensi teknis pelayanan kesehatan.
5. efisiensi yakni pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal daripada memaksimalkan pelayanan yang terbaik dengan sumber daya yang dimiliki. Pelayanan kurang baik karena norma yang tidak efektif atau pelayanan yang salah harus dikurangi atau dihilangkan. Dengan cara ini, kualitas dapat ditingkatkan sambil menekan biaya.
6. Kelangsungan pelayanan, yakni berarti klien akan menerima pelayanan yang lengkap yang dibutuhkan (termasuk rujukan) tanpa interupsi, berhenti atau mengulangi prosedur diagnosa dan terapi yang tidak perlu. Klien harus mempunyai akses terhadap pelayanan rutin dan preventif yang diberikan oleh petugas kesehatan yang mengetahui riwayat penyakitnya. Klien juga mempunyai akses rujukan untuk pelayanan yang spesialistis dan menyelesaikan pelayanan lanjutan yang diperlukan.
7. keamanan, berarti mengurangi risiko cedera, infeksi, efek samping, atau bahaya lain yang berkaitan dengan pelayanan.
8. kenyamanan dan kenikmatan, berarti dalam keramahan/kenikmatan berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang tidak berhubungan langsung dengan efektifitas klinis, tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedianya untuk kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya.34
34 Djoko Wijono, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, h. 35-37
32
C. Masyarakat Miskin
1. Pengertian Masyarakat Miskin
Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa
lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi
miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan
modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan
kesehatan, dan kemudah-mudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.35
Masalah kemiskinan melibatkan seluruh aspek kehidupan manusia. Bagi
mereka yang tergolong miskin, kemiskinan merupakan sesuatu yang nyata dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Mereka merasakan dan menjalani sendiri bagaimana
hidup dalam kemiskinan. Walaupun demikian, mereka belum tentu menyadari
kemiskinan yang mereka alami. Kesadaran akan kemiskinan baru terasa pada waktu
mereka membandingkan kehidupan yang mereka jalani dengan kehidupan
masyarakat lain yang mempunyai tingkat kehidupan sosial dan ekonomi yang lebih
tinggi. Selain itu masyarakat miskin umumnya lemah dalam kemampuan berusaha
dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga tertinggal jauh dari
masyarakat lainnya yang mempunyai potensi tinggi.
Adapun yang menjadi batasan masyarakat miskin menurut Biro pusat statistik
yang dikutip Saefuddin adalah sebagai kondisi dimana seseorang hanya dapat
memenuhi kebutuhan makannya kurang dari 2.100 kalori per kapita per hari. Senada
dengan BKKBN yang dikutip Saefuddin, masyarakat miskin adalah keluarga miskin
35 Merphin Pajaitan, Memberdayakan Kaum Miskin, (Jakarta: BPK, 2000), Cet Ke-1, h. 3
33
prasejahtera yang tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya, tidak mampu
makan 2 kali sehari, tidak memiliki pakaian berbeda untuk di rumah, bekerja dan
berpergian, bagian terluas rumah berlantai tanah dan tidak mampu membawa anggota
keluarga ke sarana kesehatan.36
Menurut Sajogyo pengertian miskin tidak sebatas hanya dicerminkan oleh
rendahnya tingkat pendapatan dan pengeluaran. Sayogyo memandang miskin secara
lebih kompleks dan mendalam dengan ukuran delapan jalur pemeretaan yaitu
rendahnya peluang berusaha dan bekerja, tingkat pemenuhan pangan, sandang dan
perumahan, tingkat pendidikan dan kesehatan, kesenjangan desa dan kota, peran serta
masyarakat, pemerataan, kesamaan dan kepastian hukum dan pola keterkaitan dari
beberapa jalur tersebut.37
Menurut Bappenas, miskin adalah suatu situasi dan kondisi yang dialami
seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya
sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.38
Jadi yang dimaksud dengan masyarakat miskin kesatuan hidup manusia yang
saling berinteraksi bersifat kontinyu dan terikat serta tidak mempunyai kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan meliputi kebutuhan
akan makanan, pakaian, perumahan, perawatan kesehatan, dan pendidikan.
36 Syaefudin dkk, Menuju Masyarakat Mandiri, (Jakarta: PT Gramedia Utama, 2003), hal.
213 37 Sayogyo, Masalah Kemiskinan di Indonesia, Antara Teori dan Praktek, (Bogor: Institut
Pertanian Bogor, 1988), hal. 52 38 Bappenas, Direktori Kegiatan Pengentasan Kemiskinan Periode 1996-2001, Jakarta, h. 8
34
2. Penyebab Masyarakat Miskin
a. Faktor Internal
Menurut Andre B Ala, faktor internal adalah faktor (individu) itu sendirilah
yang menyebabkan kemiskinan bagi dirinya sendiri.39
Menurut Alkostar yang dikutip Aswab Mahasin faktor internal yang
menyebabkan kemiskinan adalah sifat malas (tidak mau berkerja), lemah mental,
cacat fisik dan cacat psikis (kejiwaan).40 Sedangkan menurut Friedman yang dikutip
oleh Dorodjatun Kuntjoro secara internal masyarakat miskin adalah karena malas
mengakumulasi nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Pada Tabel 1 dijelaskan
beberapa faktor penyebab kemiskinan secara internal menurut Friedman.41
Tabel 1 Faktor Internal Penyebab Kemiskinan Perkotaan
No. Item Internal Penjelasan
1. Keterbatasan karakter Kurang etos kerja : malas, falastistik, takut menghadapi masa depan, kurnag daya juang Kurang kepedulian terhadap norma-norma susila : suburnya perilaku menyimpang (pelacuran, perceraian, kumpul kebo, minuman keras dan obat terlarang, pencurian, anak-anak terlantar, pengemis, pengamen, pencopetan, keterasingan, kekerasan, ketidaksantunan, penodongan)
2. Keterbatasan pendidikan / pengetahuan
- tidak memiliki / tidak terjangkau biaya untuk menempuh
- tidak memikirkan pendidikan anak-anaknya - sebahagian masih buta huruf
39 Andre B Ala, Strategi Anti Kemiskinan Lima Tahap, Edisi Analisa Tahun 1981 No.9, h. 86 40 Aswab Mahasin, Gelandangan : Pandangan Ilmuwan, (Jakarta: LP3ES, 1991), h. 125 41 Dorodjatun Kuntjoro, Kemiskinan di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986),
h. 179
35
- tidak mampu membiayai pendidikan anak-anaknya
Learning process sangat terbatas untuk merubah perilakunya karena perilaku yang lebih produktif, lebih normative bersumber dari learning process, berada dalam lingkungan dimana learning process tidak kondusif.
3. Keterbatasan harta benda / ekonomi
Tidak memiliki / minim asset, kurangnya lapangan kerja, ekonomi informal (jalanan, tidak akui, tanpa fasilitas apa-apa), buruh kasar-upah rendah, tidak punya modal untuk memulai usaha, jaringan kredit yang tidak mudah, tidak mampu mengisi sector kerja yang lebih normal, exchange properties yang rendah, pekerjaan tidak tetap, pengangguran, kerja berbau criminal.
4. Keterbatasan kesehatan Pangan yang tidak memenuhi kebutuhan fisik (bahkan sering kelaparan) ; rumah yang tidak layak (multiguna, tempat kerja, untuk tempat jualan, menumpuk dan memilah-milah barang bekas, kerajinan dan berbagai kegiatan ekonomi sector informal lainnya ; lingkungan perumahan yang tidak sehat (kumuh), MCK yang tidak layak / pinggiran kali, listrik yang terbatas, air bersih terbatas ; lemahnya ketahanan fisik karena rendahnya konsumsi pangan baik kuantitas maupun kualitas sehingga komsumsi gizi mereka sangat rendah yang berakibat pada rendahnya produktifitas mereka, bila sakit tak mampu berobat, bahkan anak sering sakit karena konsumsi air yang tidak bersih.
5. Keterbatasan keterampilan
Rendahnya learning process karena tidak memiliki biaya untuk mengikuti sekolah, kursus, atau pelatihan yang menambah keterampilan mereka.
6. Keterbatasan kasih sayang
Kurangnya masyarakat terhadap keberadaannya akibat budaya materialistik
7. Keterbatasan keadilan Menjadi korban ketidak adilan oleh dirinya sendiri, oleh orang kelompoknya, kelompok kaya, maupun oleh pemerintah. Karena sifatnya yang menjadi masalah / beban dan tidak produktif maka tidak memiliki daya tarik. Daya tarik oleh perusahaan dengan gaji rendah.
36
8. Keterbatasan penghargaan
Tersingkirkan dari institusi masyarakat atau bahkan pemerintah. Hanya sering dipolitisasi tapi jarang direalisasi perbaikan nasibnya.
9. Keterbatasan kekuasaan - suaranya jarang didengar baik secara kelompok apalagi secara individu
- tidak cukup kekuatan tawar menawar / tidak berdaya untuk memperjuangkan nasibnya / tidak memiliki akses ke proses pengambilan keputusan yang menyangkut hidup mereka
- jarang menang dalam bernegosiasi ekonomi 10. Keterbatasan keamanan Keterbatasan keamanan, lokasi usaha diterbitkan
tibom ; tinggal di tanah Negara ; lingkungan masalah-masalah sosial lain.
11. Keterbatasan kebebasan Terhimpit persoalan hidup sehari-hari untuk mencari makan, terhimpit hutang, tempat tinggal di tanah Negara, lingkungan kumuh yang tidak sehat.
b. Faktor Eksternal
Menurut Andre B Ala, kemiskinan yang disebabkan factor eksternal
(eksogen) adalah terjadinya kemiskinan disebabkan oleh faktor-faktor yang berada
diluar diri si aktor tersebut. Faktor eksternal terdiri dari : faktor alamiah dan faktor
buatan (struktural).42
1. Faktor Alamiah
Ada beberapa factor alamiah yang menyebabkan kemiskinan antara lain ;
keadaan alam yang miskin, bencana alam, keadaan iklim yang kurang
menguntungkan. Kemiskinan alamiah dapat juga ditandai dengan semakin
menurunnya kemampuan kerja anggota keluarga karena usia bertambah dan sakit
keras untuk waktu yang cukup lama.
2. Faktor Buatan
42 Andre B Ala, Strategi Anti Kemiskinan Lima Tahap, h. 87
37
Faktor buatan yaitu terjadinya masyarakat miskin karena tidak mempunyai
kemampuan untuk beradaptasi secara cepat (dalam arti yang mampu ekonomi,
mengakibatkan kesempatan kerja yang dimiliki mereka semakin tertutup. Mereka
tidak mendapatkan hasil yang proposional dari keuntungan-keuntungan akibat dari
perubahan-perubahan itu.
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan karena struktur
masyarakat yang timpang baik karena perbedaan kepemilikan, kemampuan,
pendapatan, dan kesempatan kerja yang tidak seimbang maupun karena ditribusi
pembangunan dan hasilnya yang belum rata.43 Kemiskinan buatan (struktural) itu
adalah buatan manusia, dari manusia dan terhadap manusia pula. Kemiskinan yang
timbul oleh dari dan dari struktur-struktur (buatan manusia), dapat mencakup baik
struktur ekonomi, politik, sosial dan kultur. Struktur-struktur ini terdapat pada
lingkup nasional maupun internasional. Hal ini senada dengan pendapat Soedjotmiko
dalam Prisma, “pola ketergantungan, pola kelemahan dan eksploitasi golongan
miskin berkaitan juga dengan pola organisasi institusional pada tingkat nasional dan
internasional”.
Menurut Alkostar yang dikutip Aswab Mahasin, faktor eksternal penyebab
terjadinya gelandangan (kaum miskin) adalah :
43 Risa Adisti, Kajian Kecamatan Miskin, artikel diakses pada tanggal 23 Februari 2010 dari
http://cari_pdf.com/download/index.php?name=penyebab%20kemiskinan&file=pandeglangkab.go.id/files/desa_miskin
38
Faktor ekonomi : kurangnya lapangan pekerjaan ; rendahnya pendapatan per
kapita dan tidak tercukupinya kehidupan hidup.
Faktor geografi ; daerah asal yang minus dan tandus sehingga tidak
memungkinkan pengolahan tanahnya.
Faktor sosial ; arus urbanisasi yang semakin meningkat dan kurangnya
partisipasi masyarakat dalam usaha kesejahteraan sosialnya.
Faktor pendidikan ; relatif rendahnya tingkat pendidikan baik formal maupun
informal.
Faktor kultural ; pasrah kepada nasib dan adat istiadat yang merupakan
rintangan dan hambatan mental.
Faktor lingkungan keluarga dan sosialisasi.
Faktor kurangnya dasar-dasar ajaran agama sehingga menyebabkan tipisnya
iman, membuat mereka tidak mau berusaha.44
3. Upaya Penanggulangi Kemiskinan
Strategi pembangunan masyarakat dalam menangani masalah kemiskinan
akan sangat dipengaruhi oleh pendekatan dalam memahami latr belakang dan sumber
masalahnya. Apabila kemiskinan dilihat sebagai akibat dari cacat dan kelemahan
individu, maka strategi yang digunakan untuk pemecahannya akan lebih ditekankan
pada usaha untuk merubah aspek manusia sebagai individu atau warga masyarakat.
Dalam hal ini, upaya pembangunan masyarakat akan lebih dititik beratkan pada
44 Aswab Mahasin, Gelandangan : Pandangan Ilmuwan, h. 132
39
peningkatan kualitas manusianya sehingga akan dapat berfungsi lebih efektif dalam
upaya peningkatan taraf hidupnya. Dengan peningkatan kualitas ini akan
memungkinkan peningkatan kemampuan dalam mengantisipasi berbagai peluang
ekonomi yang muncul disamping peningkatan kemampuan dan produktifitas kerja.45
Sementara itu, apabila kemiskinan dianggap merupakan akibat dari
kelemahan struktur dan system, maka strategi penanganan kemiskinan lebih dititik
beratkan pada perubahan system dan perubahan structural. Melalui serangkaian
perubahan ini diharapkan akan dapat terwujud adanya distribusi penguasaan sumber
daya yang lebih baik.46
Dilihat dari seberapa jauh suatu strategi pembangunan masyarakat
melakukan perubahan structural dalam rangka usaha peningkatan taraf hidup.
Menurut Dixon yang dikutip oleh Soetomo adanya tiga bentuk strategi. Dari yang
kurang mensyarakatkan perubahan structural sampai yang lebih mensyaratkan
perubahan structural, urutannya adalah strategi tektonik, reformist dan radikal.
Pertama, strategi tektonik terutama bertujuan untuk peningkatan produksi, dengan
demikian sasaran utamanya adalah lapisan yang memungkinkan peningkatan
produksi secara tepat dan efisien yaitu elite desa dan pemilik tanah luas. Kedua,
strategi reformist bertujuan untuk melakukan radistribusi pendapatan disamping
peningkatan produksi, untuk itu mengambil sasaran utama petani menengah dan
petani progresif dalam masyarakat desa. Ketiga, strategi radikal, sesuai namanya,
45 Merphin Pajaitan, Memberdayakan Kaum Miskin, h. 3 46 Ibid., h. 4
40
mempunyai tujuan utama melakukan perubahan structural dan institusional dalam
rangka mempercepat terjadinya redistribusi kewenangan politik, kekayaan dan
produksi. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila kelompok sasaran strategi yang
terakhir tersebut adalah petani kecil, petani tak bertanah dan buruh tani.47
Sedangkan Menurut Kramer yang dikutip Soetomo mengemukakan empat
bentuk partisipasi lapisan miskin dalam program pengentasan kemiskinan yaitu :
a. Pastisipasi dalam proses pengambilan keputusan pada kebijaksanaan program yang akan dijalankan. Dengan keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan tersebut, diharapkan kepentingan dan permasalahan lapisan miskin ini akan dapat tercermin dalam program yang dibuat.
b. Partisipasi dalam perkembangan program. Dasar pemikirannya adalah, sebagai kelompok sasaran, lapisan miskin akan berkedudukan sebagau konsumen program. Oleh sebab itu, agar program yang ditawarkan betul-betul sesuai dengan kebutuhan dan persoalan kelompok sasaran, maka mereka perlu didengar pendapat dan sarannya terutama tentang kebutuhan dan kepentingan serta aspirasinya yang betul-betul riil.
c. Partisipasi ketiga lebih menekankan pada keterlibatan dalam gerakan social. Dalam konsep ini lapisan miskin dilihat sebagai pihak yang tidak berdaya. Oleh sebab itu, agar mereka dapat iktu serta dalam proses pengambilan keputusan dibutuhkan stimulasi dan dukungan agar dapat menjadi pressure group yang efektif.
d. Partisipasi berupa keterlibatan lapisan miskin di dalam berbagai pekerjaan. Salah satu dasar pertimbangannya adalah bahwa mereka menjadi miskin karena terbatasnya alternative bagi mereka untuk dapat melakukan pekerjaan guna meningkatkan pendapatan.48
3. Pelayanan Kesehatan Untuk Masyarakat Miskin
Dalam beberapa dekade terakhir ini ilmu kedokteran dan teknologi kedokteran
telah berkembang sangat pesat. Namun demikian secara relatif pelayanan kesehatan
47 Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1999), Cet Ke-1, h.
133-134 48 Ibid., h. 134 - 135
41
tidak memberikan dampak nyata terhadap timbulnya penyakit dan kematian, baik
kepada masyarakat negara maju, maupun di negara kita. Disangsikan orang, bahwa
pelayanan kesehatan dapat memberikan perubahan dalam keadaan khusus sekalipun.
Karena itu banyak pengamat dan peneliti pelayanan kesehatan mulai merasakan
bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak manusia dan bukan suatu keistimewaan
bagi manusia. Dan oleh karena itu pelayanan kesehatan harus dapat tersedia bagi
semua yang membutuhkan, tanpa memandang posisinya dalam masyarakat.
Menurut Benyamin Lumenta permintaan terhadap pelayanan kesehatan akan
terus bertambah, namun meningkatnya kompleksitas ilmu kedokteran modern telah
membuat penyediaan pelayanan kesehatan menjadi sesuatu yang amat mahal.49
Semakin maju tingkat sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak permintaan akan
pelayanan kesehatan dan begitu juga semakin rendah keadaan sosial ekonomi suatu
masyarakat, semakin banyak penyakit, kelemahan, penyakit kronis, menimpa bagi
yang tidak dapat mencapai pelayanan kesehatan atau menerima pelayanan medis
yang bermutu rendah.50
Seperti pada umumnya, harapan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit
adalah ketersediaan pelayanan yang tepat, akses yang mudah, serta keterjangkauan
dalam hal biaya terhadap palayanan tersebut. Berbeda lagi dengan pemberi pelayanan
kesehatan, dimana adanya tuntutan-tuntutan lain seperti ketepatan dalam pemberian
pelayanan serta kepuasan atas pelayanan yang diperoleh.
49 Benyamin Lumenta, Pelayanan Medis (citra, Konflik dan Harapan), (Jakarta : Kanisius,
1989), Cet Ke-1, h. 45 50 Ibid,. h.45
42
Seperti halnya yang dijelaskan oleh Soedarmono Soejitno dalam bukunya
Reformasi Perumahsakitan Indonesia yaitu harapan-harapan dari masyarakat terhadap
pelayanan rumah sakit berupa :
• ketepatan seorang pengguna jasa pelayanan kesehatan, mengharapkan penyedian jasa rumah sakit, termasuk tenaga medis yang menanganinya mampu memberikan penanganan yang tepat dan pada waktu yang tepat pula.
• Akses masyarakat mengharapkan akses yang mudah untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.
• Biaya yang terjangkau dimana tarif jasa pelayanan kesehatan yang terpaksa digunakan oleh penggunaan jasa kesehatan atau rumah sakit seharusnya disesuaikan dengan kemampuan masyarakat untuk membayarnya.
• Kelayakan dan kepuasan dimana perlakuan yang diberikan baik oleh tenaga kesehatan maupun tenaga administrasi dapat diterima oleh
51pasien.
Apabila hal-hal tersebut sangat jauh dari harapan-harapan masyarakat, maka
tentunya banyak masyarakat akan beralih untuk menyembuhkan dirinya dari
kesakitan untuk berobat-berobat selain dari pelayanan kesehatan. Misalnya saja
pengobatan-pengobatan alternatif berbau mistis yang marak terjadi di Indonesia.
Sering kita jumpai sebagian masyarakat apabila ditimpa penyakit mereka
lebih memilih untuk datang ke dukun daripada ke rumah sakit ataupun sejenisnya.
Dalam Islam berobat dengan dukun adalah perkara yang diharamkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إن اهللا خلق الداء و الدواء، فتداووا وال تتداووا بحرام
51 Soedarmono Soejitno, Reformasi perumahsakitan Indonesia, (Jakarta : Hastarimasta,
2000), Cet Ke-1, h. 116
43
“Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan
janganlah berobat dengan (obat) yang haram.” (HR. Ad-Daulabi).52
Menurut Abu Abdillah Syahrul Fatwa dalam bukunya Bila Sakit Menyapa
diterangkan bahwa dalam berobat harus teruji secara ilmiah. Seperti halnya datang ke
dokter kemudian diberikan obat yang mana pada umumnya obat yang diberikan telah
teruji secara ilmu medis.53 Berbeda dengan metode pengobatan alternatif yang
berkembang saat ini, berobat dengan telur sebagai media mendiagnosis penyakit,
berobat dengan janur dan lain-lain. Pengobatan seperti ini jelas batil karena secara
ilmiah telur dan janur tidak bisa dipakai untuk mendiagnosis penyakit.54
Banyaknya masyarakat yang masih menggunakan pengobatan-pengobatan
alternatif menjadi salah satu indikator masyarakat masih mempercayai hal-hal
pemikiran irasional di era modern saat ini. Untuk itu masyarakat kita harus
dimatangkan terlebih dulu untuk mengerti konsep pelayanan kesehatan, melalui
perbaikan bimbingan agama, status sosial ekonomi, peningkatan pendidikan agar
konsep pengetahuan modern dipahami dan pelayanan medis dapat diterima sebagai
suatu cara pengobatan modern yang berdasarkan penemuan dan pengalaman ilmiah.55
52 Fahrur Muis, Bahagia Saat Sakit, h. 29 53 Abu Abdillah Syharul Fatwa, Bila Sakit Menyapa, (Gresik: Al Furqon, 2008), Cet Ke-1, h.
54 54 Ibid., h. 55 55 Benyamin Lumenta, Pelayanan Medis (citra, Konflik dan Harapan), h. 46
44
45
Dengan melihat uraian di atas, peneliti menyadari akan betapa pentingnya
persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin di
RSCM demi tercapainya kesetaraan antara pasein mampu dan pasien miskin dalam
penerimaan pelayanan kesehatan yang diberikan.
Hal inilah yang menjadikan penting dan menariknya penelitian ini dilakukan.
Karena dalam penelitian ini, akan lebih ditampilkan pandangan-pandangan dari
masyarakat atas penerimaan pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit dalam hal
perlakuan-perlakuan selama menerima pengobatan di RSCM. Penelitian ini juga
mencoba melihat bagaimana keterlibatan petugas pelayanan di RSCM apakah sudah
sepenuhnya memberikan pelayanan maksimal untuk masyarakat miskin.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan suatu metode yang digunakan sebagai
penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah. Tujuan dari
penggunaan metodologi ini adalah untuk meramalkan, mengontrol dan menjelaskan
gejala-gejala yang teramati guna mendapatkan kebenaran yang kita inginkan.1
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta,
Jalan Diponegoro No. 71, 10430. Dimulai pada bulan Juli 2010 dan berakhir pada
bulan Agustus 2010.
Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini didasari oleh pertimbangan
sebagai berikut :
1. Lokasi penelitian tersebut cukup strategis, mudah dijangkau dan
hemat biaya.
2. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo merupakan rumah sakit
rujukan nasional dalam penggunaan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesda) dan rumah sakit terbesar di
Indonesia.
1 M. Subana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka setia, 2005), Cet Ke-2, h. 10
46
3. Rumah sakit Cipto Mangunkosumo memiliki banyak
karakteristik masyarakat (pasien) yang beragam untuk berobat
di rumah sakit tersebut.
B. Model dan Desain penelitian
Model penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena pendekatan
kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah penghitungan yang tepat.
Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang lebih
ditekankan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif
yang kokoh.2 Penelitian kuantitatif pun sifatnya adalah objektif, sehingga kita bisa
melihat langsung sebuah keadaan.
Adapun desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Metode ini
bertujuan untuk menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta,
keadaan, variabel dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan
menyajikan apa adanya.3 Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengungkapkan dan
mendeskripsikan secara faktual, akurat dan sistematis mengenai persepsi masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin di rumah sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta.
2 Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006),Cet Ke-1, h. 36 3 M. Subana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, h. 89
47
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat miskin yang menggunakan
Jamkesda pada bulan Juli – Agustus 2010 yang berjumlah 400 pasien.
Adapun yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang
memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Masyarakat yang menggunakan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang
telah menggunakannya selama 2 bulan terhitung bulan Juli – Agustus 2010.
2. Sudah merasakan pelayanan rawat jalan di RSCM Jakarta.
Berdasarkan kriteria di atas maka dalam penentuan sampel penelitian ini
menggunakan rumus slovin sebagai berikut :4
n = 21 NeN
+
Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
E = Tingkat kesalahan dalam memilih anggota sampel yang ditolerir (tingkat
kesalahan yang diambil dalam sampling ini adalah sebesar 10 %)
Berdasarkan rumus di atas tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut;
n = ( )21,04001
400+
4 Husein Umar, Metode Penelitiaan untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Cet Ke 6, h. 108
48
n = 80
jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 80 responden.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel independen: Persepsi Masyarakat yang meliputi :
a. Persepsi positif
b. Persepsi negatif.
2. Variabel dependen, yaitu: pelayanan kesehatan, meliputi:
a. Kompetensi teknis
b. Akses terhadap pelayanan
c. Efektifitas
d. Hubungan antar manusia
e. Efisiensi
f. Kelangsungan pelayanan
g. Keamanan
h. Kenyamanan
Adapun hubungan antar variabel dan tingkat keberhasilannya dapat
digambarkan dengan skema sebagai berikut :
49
Persepsi Masyarakat
Persepsi Positif
Persepsi Negatif
Pelayanan Kesehatan : - Kompetensi teknis - Akses terhadap pelayanan - Efektifitas - Hubungan antar manusia - Efisiensi - Kelangsungan pelayanan - Keamanan - Kenyaman
E. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian
1. Variabel independen, persepsi masyarakat:
a. Persepsi positif
1) Definisi operasional : Suatu tanggapan, sikap dan reaksi terhadap stimulus
atau rangsangan yang diterima oleh masyarakat dengan baik dan benar
terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan petugas pelayanan.
2) Indikator
a) Pasien merasa nyaman untuk berobat
b) Pasien tidak merasa dibeda-bedakan dalam hal status sosial
c) Pasien diberikan pelayanan yang optimal dari petugas pelayanan
b. Persepsi negatif.
1) Definisi operasional : Suatu tanggapan, sikap dan reaksi yang kurang baik
terhadap stimulus atau rangsangan yang diterima oleh masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang diberikan petugas pelayanan.
50
2) Indikator
a) Pasien dipersulit dalam proses administrasi
b) Pelayanan petugas yang tidak ramah
c) Obat yang sulit di peroleh
2. Variabel dependen : Pelayanan Kesehatan yaitu :
a. Kompetensi teknis
1) Definisi operasional : adalah komponen dari keterampilan, kemampuan dan
penampilan para petugas pelayanan kesehatan.
2) Indikator
a) Petugas pelayanan selalu siap untuk membantu pasien
b) penampilan yang rapi setiap petugas pelayanan
b. Akses terhadap pelayanan
1) Definisi operasional : bahwa pasien tidak terhalang oleh apapun untuk
menerima pelayanan kesehatan baik dari segi pembiayaan yang terjangkau,
ras, agama, status dan sebagainya.
2) Indikator
a) tidak membeda-bedakan suku atau agama pasien dalam menerima
pelayanan kesehatan
b) pembiayaan yang terjangkau oleh pasien
c) tidak membeda-bedakan status pasien dalam berobat
51
c. Efektifitas
1) Definisi operasional : hal yang menyangkut norma pelayanan kesehatan sesuai
standar dan prosedur yang ada.
2) Indikator
a) Rumah sakit memiliki peralatan yang mutakhir dan modern
b) Petugas pelayanan memberikatahukan kepada pasien kapan tepatnya
pelayanan diberikan
c) Petugas pelayanan memberikan pasien pelayanan dengan cepat dan tepat
d. Hubungan antar manusia
1) Definisi operasional : interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien
2) Indikator
a) menerima dan mendengarkan keluhan pasien
b) sikap keramahan yang diberikan oleh petugas pelayanan
e. Efisiensi
1) definisi operasional : pelayanan yang akan memberikan perhatian yang
optimal kepada pasien dan masyarakat
2) Indikator
a) tidak menunda-nunda tindakan medis pasien
b) petugas pelayanan selalu memantau perkembangan pasien
f. Kelangsungan pelayanan
1) Definisi operasional : pasien akan menerima pelayanan yang lengkap yang
dibutuhkan tanpa berhenti, mengulangi diagnosa
52
2) Indikator
a) rekam medis yang tertata baik
b) tidak melakukan diagnosa yang dilakukan secara ulang
c) petugas pelayanan memberikan pelayanan sesuai dengan waktu yang telah
dijanjikan
g. Keamanan
1) Definisi operasional : mengurangi resiko cedera, infeksi, efek samping,
bahaya lain yang berkaitan dengan pelayanan.
2) Indikator
a) Pasien menerima obat sesuai dengan daftar penerima obat
b) Petugas pelayanan melakukan pencacatan yang akurat
h. Kenyamanan dan kenikmatan
1) Definisi operasional : berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang tidak
berhubungan secara langsung dengan efektifitas klinis tetapi dapat
mengurangi kepuasan pasien dan bersedianya untuk kembali ke fasilitas
kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya.
2) Indikator
a) kebersihan lingkungan rumah sakit
b) ruang konsultasi pasien yang terjaga
c) ruang tunggu yang nyaman
53
F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun untuk pelaksanaan penelitan ini, teknik pengumpulan data yang akan
dilakukan adalah melalui:
a. Observasi, yang dalam metode ilmiah biasa diartikan sebagai pengamatan
dan pencatatan dengan sistematik fenomen-fenomena yang diselidiki.
Sedangkan dalam arti luas tidak hanya terbatas pada pengamatan langsung
dan tidak langsung, termasuk dalam pengamatan tidak langsung adalah
quisioner dan test.5 Peneliti mengobservasi bagaimana pelayanan
kesehatan untuk masyarakat miskin di RSCM Jakarta.
b. Angket, yaitu dengan cara memberikan beberapa pertanyaan kepada
masyarakat atau pasien RSCM Jakarta berupa kertas untuk dijawab.
Angket ini pun menanyakan tentang persepsi masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin di RSCM Jakarta. Angket
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang diajukan untuk memperoleh
informasi dari responden.
c. Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data-data mengenai hal-hal
yang akan diteliti, dan juga berhubungan dengan objek penelitian. Hal ini
dengan cara mengumpulkan data melalui internet, buku-buku dan lain
sebagainya.
5 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi, 1995), h.136
54
G. Sumber Data
Sumber data yang akan ditelusuri untuk memperoleh data dan lapangan terdiri
atas 2 sumber, yaitu :
a. Sumber data primer
Sumber data primer yaitu : sumber data yang langsung dari responden yang
akan diteliti, dalam hal ini yaitu masyarakat yang melakukan pengobatan dan
menerima pelayanan kesehatan di RSCM Jakarta.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder diperoleh secara tidak langsung. Kaitannya dalam hal
ini yaitu karyawan RSCM Jakarta dan buku-buku, tulisan atau esai di internet,
majalah, catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian pelayanan kesehatan
di Rumah Sakit bagi masyarakat miskin.
H. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Validitas merupakan suatu alat pengukur untuk mengukur apa yang diukur
guna menunjukkan tingkat keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid
akan memiliki validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti
validitasnya rendah.6
6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h.141
55
Item pertanyaan dinyatakan valid apabila dihitung dengan menggunakan
koefesien korelasi setiap item pertanyaan dengan total skor dari keseluruhan item
pertanyaan untuk masing-masing variabel. Uji korelasi ini dihitung dengan
menggunakan rumus Pearson Product Moment.
Rumus Pearson Product Moment :7
∑ ∑ ∑ ∑∑ ∑ ∑
−−
−=
])(][)([
)()(2222 yyNxxN
yxxyNrxy
Keterangan:
ΧΥr = Angka indeks korelasi ”r” product moment
N = Number of cases
X = Skor Tiap item pertanyaan
Y = Skor total responden
XY = Skor tiap item pertanyaan dikalikan skor total responden
∑Χ = Jumlah skor X
∑Υ = Jumlah skor Y
∑ΧΥ = Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y
7 Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (Editor), Metode Penelitian Survei (Jakarta: PT
Pustaka LP3ES, 1989), Cet Ke-2, h. 137
56
Sedangkan untuk melihat tingkat validitas, angka korelasi yang diperoleh (r-
hitung) harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi (r-tabel) dengan
tingkat signifikansi 0,05 dan derajat bebas n-2 maka didapat nilai r-tabel.
Apabila nilai r-hitung lebih kecil dari r-tabel maka item pertanyaan tersebut
dinyatakan tidak valid, dalam arti item pertanyaannya dapat dihilangkan atau
diperbaiki. Sebaliknya, apabila nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel maka item
pertanyaan tersebut dinyatakan valid, dalam arti item pertanyaannya dapat digunakan.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan didapatkan hasil 38 butir dinyatakan
valid hitungnya lebih besar dari r-tabel. Dengan demikian penelitian ini mempunyai
nilai signifikansi 0,05 dengan nilai kritik 0,361.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan sejauhmana
suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran tersebut dipakai dua
kali/lebih. Reliabilitas berarti menunjukkan konsisten suatu alat pengukur dalam
mengukur gejala yang sama.8
Uji reliabilitas yang dilakukan yaitu dengan menggunakan rumus tehnik belah
dua (Split half) dari Spearman Brown.
Adapun cara untuk menghitung indeks relibialitas dengan teknik belah dua
(split half) dapat dilakukan dengan :
8 Ibid,. h. 140
57
1) Memilah antara item-item yang valid dengan tidak valid. Untuk item yang
tidak valid maka tidak digunakan, sementara item yang valid dikumpulkan
menjadi satu, kemudian menghitung validitas setiap item pertanyaan.
2) Membagi item-item tersebut menjadi dua belahan dengan cara separuh item
masuk ke dalam belahan pertama, sedangkan item yang separuh lagi masuk ke
dalam belahan ke dua.
3) Skor pada masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan sehingga
menghasilkan skor total untuk belahan pertama dan skor total untuk belahan
kedua.
4) Mengkoreksikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua
dengan menggunakan tehnik korelasi product moment.
5) Mencari reliabilitas untuk keseluruhan item dengan mengoreksi angka
korelasi yang diperoleh dan memasukkannya ke dalam rumus :
ttrtotrtotr... =
Keterangan :
totr. = angka reliabilitas keseluruhan item
ttr. = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua
Dari perhitungan yang dilakukan didapatkan skor total 0,98. Berdasarkan
perhitungan reliabilitas tersebut maka, item pertanyaan dalam penelitian ini dapat
digunakan untuk mengumpulkan data.
58
I. Teknik Analisa Data
Dalam mengukur dan menganalisis data, peneliti menggunakan skala Likert.
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :
1) Menghitung jumlah jawaban responden yang menjawab SS, S, TS, STS untuk
setiap butir pertanyaan
2) Memberi skor pada setiap pernyataan responden. Pada pernyataan positif,
alternatif jawaban sangat setuju memiliki skor tertinggi yaitu 5, sedangkan
alternatif jawaban sangat tidak setuju mendapat skor terendah yaitu 1.
Skor Item Skala Likert
Sifat Pernyataan SS S TS STS
Positif 5 4 2 1
Negatif 1 2 4 5
Analisis ini meliputi perhitungan uji rata-rata. Selanjutnya untuk melihat beda
kategori terhadap pelayanan kesehatan menurut persepsi masyarakat adalah dengan
melihat simpangan baku contoh (Sample standard deviation)
Adapun teknik analisis data dari penelitian ini adalah dengan:
a. Menghitung rata-rata
nXX)RATARATA(MEAN 1i=Σ=−
Atau
nX...XXX n321 +++
59
b) Standar Deviasi
( ) ( )2
21i2
SS1nXXSVarian
=
−−
= ∑ =
c) Mengkategorisasikan hasil yang di dapat
Jika tinggi (T) = SDX + atau hasil yang didapat berada di atas standar deviasi.
Jika sedang (S) = X atau hasil yang didapat berada di antara nilai tinggi dan
rendah dari standar deviasi.
Jika rendah (R) = SDX − atau hasil yang didapat berada di bawah standar
deviasi.
60
61
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkosumo
1. Latar Belakang Berdirinya RSCM
Sejarah RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,tidak terlepas dari sejarah Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, karena perkembangan kedua instansi ini adalah
saling tergantung dan saling mengisi satu sama lain.
Pada Tahun 1896, Dr. H. Roll ditunjuk sebagai pimpinan pendidikan
kedokteran di Batavia (Jakarta), saat itu laboratorium dan sekolah dokter jawa masih
berada pada satu pimpinan. Kemudian Tahun 1910, sekolah dokter jawa di ubah
menjadi STOVIA, cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Pada tanggal 19 November 1919 didirikan CB 2 (Central urgelijke
Ziekenhuis) yang disatukan dengan STOVIA. Sejak saat itu penyelenggaraan
pendidikan dan pelayanan kedokteran semakin maju dan berkembang fasilitas
pelayanan kedokteran spesialistik bagi masyarakat luas.
Bulan Maret 1942, saat Indonesia di duduki Jepang, CBZ dijadikan Rumah
Sakit Perguruan Tinggi (Ika Daigaku Byonyin). Pada tahun 1945, CBZ diubah
menjadi Rumah Sakit Oemoen Negeri (RSUN), dipimpin oleh Prof . Dr. Asikin
Widjaya Koesoema dan selanjutnya dipimpin oleh Prof. Dr. Tamijo.
Tahun 1950 RSUN berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP). Pada Tanggal 17 Agustus 1964 RSUP menjadi Rumah Sakit Tjipto
62
Mangunkosumo (RSTM), sejalan dengan perkembangan ejaan baru Bahasa
Indonesia, maka diubah menjadi RSCM.
Dr Cipto Mangunkusumo adalah seorang dokter professional yang lebih
dikenal sebagai tokoh pejuang kemerdekaan nasional. Dia merupakan salah seorang
pendiri Indische partij, organisasi partai pertama yang berjuang mencapai Indonesia
merdeka. Atas jasa dan pengorbanannya sebagai pejuang pembela bangsa. Oleh
Negara nama di nobatkan sebagai pahlawan Kemerdekaan Nasional yang di sahkan
dengan SK Presiden RI No. 109 Tahun 1964. Tanggal 2 mei 1964 namanya
diabadikan sebagai Rumah Sakit Umum Pusat yaitu RSCM.1
Selanjutnya pada tanggal 13 Juni 1994, sesuai SK Menkes Nomor
553/Menkes/SK/VI/1994, berubah namanya menjadi RSUP Nasional Dr. Cipto
Mangunkosumo. Berdasar PP Nomor 116 Tahun 2000, Tanggal 12 Desember 2000,
RSUPN Ditetapkan sebagai perusahaan Jawatan (Perjan) RS Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta. Dalam perkembangan selanjutnya, Perjan RSUP berubah
menjadi bahan layanan umum berdasarkan PP Nomor 23 Tahun 2005.2
2. Visi, Misi dan Fungsi Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo
Visi rumah sakit Dr Cipto Mangunkosumo adalah menjadi Rumah Sakit
Pendidikan yang mandiri dan terkemuka di Asean tahun 2005 dan Asia Pasifik tahun
2010.
Adapun Misi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo :
1 Juka, Dr. Cipto Mangunkusumo (1883-1943), artikel di akses pada tanggal 27 September
2010 dari www.tokoindonesia.com 2Admin, Sejarah RSCM, artikel di akses pada tanggal 19 Agustus 2010 dari www.rscm.co.id
63
1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau
oleh semua lapisan masyarakat.
2. Menjadi tempat pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan.
3. Target penelitian dan pengembangan dalam rangka peningkatan derajat
kesehatan masyarakat melalui manajemen yang mandiri.
Selanjutnya Fungsi Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo :
1. Menyelenggarakan pelayanan medis
2. menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan
3. menyelenggarakan pelayanan rujukan
4. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
5. menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
6. menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.
3. Kegiatan-Kegiatan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo
Kegiatan yang dilaksanakan oleh rumah sakit Dr Cipto Mangunkusumo pada
dasarnya memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat berbagai lapisan dan
pengembangan keilmuan serta penelitian. Secara rinci kegiatan RSCM adalah :3
1. Pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik dalam bentuk promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif secara paripurna.
2. Pengembangan pelayanan, pendidikan dan penelitian proyek-proyek unggulan
kesehatan sesuai dengan fungsinya sebagai rumah sakit pendidikan rujukan
nasional
3 Brosur Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta.
64
3. Pelayanan kesehatan lainnya
4. Pendidikan, penelitian dan usaha lain dalam bidang kesehatan.
4. Sruktur Lembaga Instalasi Rawat Jalan RSCM Jakarta
Dalam sebuah lembaga atau organisasi, tidak bias luput dari struktur lembaga
atau organisasi. Struktur lembaga diperlukan guna menghasilkan managemen yang
baik dalam sebuah organisasi atau lemabaga / perusahaan. Adapun Instalasi Rawat
jalan dipimpin oleh seorang ketua atau kepala instalasi rawat jalan yaitu Dr. Andi
Darma Putra Sp.OG. Didukung dengan staf pegawai lainnya diantaranya Sr. Palestina
Gultom. SKM, Dra Suprapti, MM, Kosasih Sukartono, Elvi Wagiana, Asep Sukmana
dan Rosna Anwari.
ALUR PASIEN RAWAT JALAN
Apotik
Resep Dokter
Pulang
UPPJ (Unit Pelayanan Pasien Jaminan) yang mengeluarkan SJP (Surat Jaminan
Pasien
Pasien JAMKESDA
)
Kasir Pembayaran
Ruang Tunggu Poliklinik
Tindakan Kamar Periksa
65
B. Data-Data Hasil Penelitian Lapangan
1. Klasifikasi Responden
Dalam penelitian yang dilakukan rumah sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta,
tentang persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin,
peneliti menemukan data-data yang relevan dengan penelitian tersebut. Banyak
masyarakat yang mempersepsikan positif terhadap pelayanan kesehatan yang
diberikan pihak RSCM. Namun beberapa diantaranya mempunyai pandangan berbeda
terhadap pelayanan tersebut. Hal tersebut dapat kita lihat dari persepsi masyarakat
mulai dari dimensi kompetensi teknis, akses terhadap pelayanan, efektifitas, efisiensi,
hubungan antar manusia, kelangsungan pelayanan, keamanan dan
kenyamanan/kenikmatan yang diberikan oleh pihak RSCM kepada masyarakat
miskin.
Penelitian tentang persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan untuk
masyarakat miskin di RSCM Jakarta ini dilakukan pada Juli sampai Agustus 2010.
Pada penelitian ini responden adalah pasien RSCM Jakarta yang menggunakan
Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin sejumlah 80 orang. Selanjutnya akan
dijelaskan dalam bentuk tabel serta uraian dari masing-masing variabel.
Dari 80 angket yang telah terkumpul, penulis mendapatkan data mengenai
identitas responden dan penulis akan mengklasifikasikan tiga bagian yaitu, identitas
responden berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan dan tamatan pendidikan responden.
Adapun frekuensi jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
pada grafik di bawah ini.
66
Grafik 1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
0
20
40
60
80
100
Laki-laki Perempuan
Laki-lakiPerempuan
Berdasarkan grafik 1, diketahui bahwa identitas responden berdasarkan jenis
kelamin adalah perempuan dengan persentase 55 % disusul dengan laki-laki 45 %,
sedangkan dari segi jumlah, perempuan 44 orang dan laki-laki 36 orang.
Dengan data tersebut maka dapat diketahui pasien yang menggunakan
jaminan kesehatan masyarakat miskin untuk berobat lebih banyak pasien perempuan.
Selanjutnya berdasarkan karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat
dilihat pada grafik 2 berikut ini:
Grafik 2. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
0
20
40
60
80
100
PedagangKecil
Buruh Ibu rumahTangga
Lainnya
Pedagang KecilBuruhIbu rumah TanggaLainnya
67
Berdasarkan grafik 2, terlihat bahwa karakteristik responden terbanyak yang
menggunakan jaminan jamkesda untuk pengobatan di RSCM berdasarkan pekerjaan
adalah dari ibu rumah tangga sebanyak 23 responden atau 28,75 %, disusul dengan
buruh 20 responden atau 25 %, lalu pedagang sebanyak 18 responden atau 22,5 %
kemudian di susul dengan 19 responden atau 23,75 %.
Berdasarkan grafik di atas perolehan responden terbanyak dengan klsifikasi
pekerjaan ibu rumah tangga, dapat dikarenakan jumlah responden yang lebih banyak
perempuan serta pekerjaan ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang tidak mempunyai
penghasilan.
Selanjutnya berdasarkan pendidikan responden dapat dilihat pada grafik 3
berikut :
Grafik 3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir
0
20
40
60
80
100
SMA/SLTA SMP/SLTP
SMA/SLTASMP/SLTP
Berdasarkan grafik 3, diketahui bahwa responden dengan tingkat pendidikan
terakhir adalah SMA/SLTA sebanyak 60 orang atau 75 %, disusul dengan
SMP/SLTP sebanyak 20 orang atau 25 %.
68
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang dengan tamatan pendidikan
SMA/SLTA lebih banyak menggunakan jaminan kesehatan masyarakat miskin di
RSCM Jakarta, karena ketidak mampuan untuk bisa membayar pembiayaan
pengobatan di rumah sakit yang tergolong mahal. Sementara itu untuk menggunakan
jaminan kesehatan masyarakat miskin di RSCM yang berkerja sama dengan
pemerintah daerah menggratiskan pengobatan untuk masyarakat miskin tanpa harus
mengeluarkan biaya-biaya apapun Karena pembiayaan pengobatan akan dibiayai oleh
pemerintah daerah.
2. Deskripsi Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, sebuah persepsi tentang pelayanan kesehatan untuk
masyarakat miskin, masyarakat memberikan tanggapan tentang apa yang ia dapatkan.
Analisa satu variabel ini dapat dijadikan sebuah gambaran dari data instrument.
Adapun langkah pertama yang dilakukan untuk menganalisa tabel ini yaitu dengan
menyusunnya sesuai dengan jumlah nilai pernyataan untuk setiap variabel.
Berdasarkan hasil penyebaran angket kepada 80 responden tentang persepsi
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin di RSCM Jakarta
maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 2. Persepsi Masyarakat terhadap kompetensi teknis RSCM
No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor
1. Saya merasa petugas pelayanan selalu siap untuk membantu pasien
17 47 16 - 305
69
SS S TS STS Skor
2. Petugas pelayanan tidak pernah menolak apabila pasien meminta bantuan segera
9 51 20 - 289
3. Penampilan petugas pelayanan selalu rapih
14 63 3 - 328
4. Petugas selalu sigap dalam memberikan pelayanan
18 39 23 - 292
x = 303,5 1214
Tabel 2 menunjukkan bahwa banyak responden yang menyetujui bahwa
selama ini perlakuan yang diberikan pihak RSCM dalam hal kompetensi teknis sudah
cukup baik, baik dalam hal kesiapan, kesigapan, dan penampilan para petugas dalam
memberikan pelayanan. Hal tersebut terlihat dari banyaknya responden yang
menjawab sangat setuju 17 responden, setuju 47 responden dan tidak setuju 16
responden. Begitupun dengan perihal bahwa selama ini petugas tidak pernah menolak
apabila pasien meminta bantuan. Sebanyak 9 responden sangat setuju, 51 responden
setuju, namun cukup banyak juga responden yang mengatakan tidak setuju jika
petugas tidak pernah menolak bila pasien meminta bantuan yaitu 20 responden yang
mengatakan demikian.
Selain itu, masyarakat juga menilai mengenai penampilan petugas yang selalu
rapih sebanyak 14 responden mangatakan sangat setuju, 63 responden setuju dan 3
responden tidak setuju. Sementara itu, mengenai pandangan responden menyetujui
bahwa petugas selalu sigap dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat, hal
70
ini terlihat dari 18 responden sangat setuju, 39 responden setuju dan 23 responden
tidak setuju.
Berkenaan dengan temuan penelitian di atas, Menurut Parasuraman, Zeithaml
yang dikutip oleh Tjiptono bahwa daya tanggap (responsivenss) adalah suatu
kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsive) dan
tepat kepada masyarakat, dengan penyampaian informasi yang jelas.4 Membiarkan
masyarakat menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi
yang negatif dalam sebuah mutu pelayanan. Mengkomunikasikan kepada masyarakat
miskin mengenai proses pelayanan yang diberikan akan membantu persepsi yang
lebih positif. Pelayanan yang responsif atau yang tanggap juga sangat dipengaruhi
oleh sikap front line. Salah satunya kesigapan dan ketulusan dalam menjawab
pertanyaan atau permintaan masyarakat.
Tabel 3. Persepsi Masyarakat terhadap Akses terhadap pelayanan di RSCM
No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor
1. Petugas pelayanan tidak membeda-bedakan suku bila saya sedang control dri rumah sakit
19 54 7 - 325
2. Pembiayaan di rumah sakit dapat terjangkau oleh pasien
12 33 35 - 256
3. Rumah sakit menyediakan fasilitias yang cukup seperti kursi roda yang bias di gunakan oleh pasien
11 46 20 3 283
4. Masalah pembiayaan di rumah sakit tidak menjadi beban pasien karena disini benar-benar gratis
11 32 30 7 250
4 Tjiptono, Manajemen Jasa, (Yogyakarta: Andi, 2004), h. 78
71
SS S TS STS Skor
5. Petugas pelayanan tidak pernah membeda-bedakan status pasien dalam berobat
13 55 12 - 310
6. Petugas pelayanan tidak membeda-bedakan agama pasien dalam memberikan pelayanan
19 60 1 - 337
7. Letak rumah sakit dapat terjangkau oleh pasien yang berasal dari daerah
13 50 17 - 299
8. Petugas pelayanan tidak menghiraukan asal usul pasien dalam memberikan pelayanan
3 32 37 8 227
x = 285,88 2287
Tabel 3 menunjukkan banyak dari responden yang berpendapat bahwa selama
ini tidak adanya perbedaan perlakuan mengenai data diri pasien. Hal ini terbukti dari
19 responden menyatakan sangat setuju, 54 responden setuju dan 7 responden tidak
setuju mengenai perlakuan petugas untuk tidak membeda-bedakan suku bila
masyarakat sedang control di rumah sakit. Selanjutnya dalam hal status sosial,
responden berpendapat bahwa petugas pelayanan tidak pernah membedakan status
sosial pasien. Hal ini terlihat dari 13 responden yang mengatakan sangat setuju, 55
responden setuju dan 12 responden tidak setuju. Namun berbeda dengan penerimaan
pasien terhadap asal usul pasien oleh petugas pelayanan, banyak responden menilai 3
responden sangat setuju, 32 responden setuju; 37 responden tidak setuju dan 8
responden sangat tidak setuju.
Selanjutnya banyak masyarakat menilai tentang pembiayaan yang terjangkau
di rumah sakit sebanyak 12 responden sangat setuju, 33 responden setuju; dan 35
72
tidak setuju. Masyarakat banyak berpendapat bahwa pembiayaan di rumah tidak
terjangkau oleh pasien, hal ini senada dengan masalah pembiayaan di rumah sakit
tidak menjadi beban pasien karena disini benar-benar gratis. Banyak responden
menilai 11 reponden sangat setuju; 32 responden setuju sedangkan 30 responden
mengatakan tidak setuju terkait pembiayaan yang tidak menjadi beban masyarakat
karena benar-benar gratis dan 7 responden lainnya mengatakan sangat tidak setuju.
Mengenia prasarana fasilitas seperti kursi roda yang sudah cukup di rumah sakit
banyak responden menilai 11 responden sangat setuju; 46 responden setuju; 20
responden tidak setuju dan 3 responden sangat tidak setuju.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak terdapat responden
penelitian yang menyatakan tidak setuju mengenai masalah pembiayaan rumah sakit
melalui butir pernyataan mengenai pembiayaan yang terjangkau dan pembiayaan di
rumah sakit yang benar-benar gratis. Walaupun pemerintah sudah mengupayakan
untuk masyarakat miskin yang menggunakan Kartu JAMKESDA dapat memperoleh
pelayanan kesehatan gratis tanpa dipungut biaya dan ditanggung oleh pemerintah
daerah pasien berasal.5
Hasil penelitian memberikan indikasi bahwa ternyata masyarakat masih
memerlukan pengeluaran biaya ketika melakukan proses pengobatan yang
memerlukan waktu panjang. Misalnya saja penyewaan tempat, kebutuhan makan dan
5 Setiawan, Problem RSUD Layani Keluarga Miskin, artikel di akses 26 Oktober 2009 dari
http://antikorupsi.org/indo/content/view/4412/2/
73
minum sehari-hari, di karenakan pasien yang mengunakan Jamkesda kebanyakan
berasal dari daerah-daerah luar Jakarta.
Perlunya menjadi komitmen rumah sakit agar bisa menyesuaikan syarat pokok
pelayanan kesehatan dan kemudahan akses bagi masyarakat terutama dalam hal:
Mudah dicapai, artinya pelayanan yang mudah dijangkau (accessible) oleh
masyarakat. Pengertian dari ketercapaian yang dimaksud adalah sudut lokasi.
Selanjutnya mudah dijangkau, yaitu pelayanan kesehatan yang baik adalah yang
mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang
dimaksud ada sudut biaya. 6
Tabel 4. Persepsi Masyarakat terhadap efektifitas di RSCM
No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor
1. Pasien dapat menggunakan sarana rumah singgah untuk pasien yang berasal dari daerah
7 57 22 1 280
2. Petugas pelayanan memberitahukan kepada pasien kapan tepatnya pelayanan diberikan
14 53 13 - 308
3. Petugas pelayanan tidak pernah mengundur-ngundur atau menunda-nundag dalam memberikan pelayanan
17 36 26 1 282
4. Petugas pelayanan selalu memberikan pelayanan dengan cepat dan tepat
17 29 33 1 268
5. Jumlah petugas rumah sakit sudah cukup dalam memberikan pelayanan pada pasien
4 42 30 4 252
6. Rumah sakit memiliki peralatan yang mutakhir dan modern
36 40 5 - 347
6 Azrul Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan, h. 38
74
x = 289,5 1737
Tabel 4 banyak responden menilai bahwa sarana rumah singgah dapat
digunakan pasien, karena fasilitas rumah singgah yang disediakan RSCM teruntuk
pasien atau masyarakat yang berasal dari daerah-daerah. Perlu kita ketahui bahwa
pengguna jamkesda merupakan masyarakat yang berasal dari daerah luar kota Jakarta
sehingga apabila control ke rumah sakit dapat menggunakan sarana rumah singgah
yang telah disediakan pihak rumah sakit. Namun banyak responden yang menilai
mengenai pasien dapat menggunakan sarana rumah singgah untuk pasien yang
berasal dari daerah 7 responden diantaranya mengatakan sangat setuju, 57 responden
setuju, sedangkan dari 22 responden mengatakan tidak setuju dan 1 orang sangat
tidak setuju.
Sementara itu mengenai petugas pelayanan yang selalu memberitahukan
kepada pasien kapan tepatnya pelayanan diberikan 17 responden sangat setuju; 36
responden mengatakan setuju; 26 responden tidak setuju dan 1 responden
mengatakan sangat tidak setuju. Selanjutnya responden menilai mengenai petugas
pelayanan selalu memberikan pelayanan dengan cepat dan tepat 17 responden
diantaranya mengatakan sangat setuju; 29 responden setuju; sedangkan lainnya yaitu
33 responden menilai tidak setuju dan 1 responden tidak setuju. Hal serupa dapat kita
lihat pada item pernyataan selanjutnya yaitu mengenai jumlah petugas yang sudah
cukup banyak dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit diantaranya 4
75
responden mengatakan sangat setuju; 42 responden mengatakan setuju jika jumlah
petugas pelayanan sudah cukup dalam memberikan pelayanan sedangkan 30
responden lainnya mengatakan tidak setuju dan 4 responden sangat tidak setuju
bahwa jumlah personel petugas sudah cukup berarti responden yang mengatakan
tidak setuju merasakan bahwa selama ini perlu penambahan jumlah petugas agar bisa
menyesuaikan jumlah masyarakat yang berobat di rumah sakit RSCM Jakarta.
Berkenaan dengan temuan penelitian diatas, menurut Bruce bahwa sasaran
mutu dalam efektifitas adalah tenaga (man), dana (money) dan sarana (material).
Secara umum disebutkan apabila tenaga dan sarana (kuantitas dan kualitas) tidak
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, serta jika dana yang tersedia tidak sesuai
dengan kebutuhan, maka sulit di harapkan baiknya mutu pelayanan.7
Tabel 5. Persepsi Masyarakat terhadap hubungan antar manusia di RSCM
No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor
1. Petugas rumah sakit dalam pelayanannya mau menerima dan mendengarkan keluhan pasien
15 52 11 2 307
2. Petugas pelayanan selalu bersikap ramah 18 42 18 2 296
3. Petugas pelayanan selalu memberikan senyuman kepada pasien
12 40 27 1 275
4. Petugas pelayanan selalu siap menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak dimengerti pasien dengan ramah
15 51 14 - 304
x = 295,5 1182
7 Azrul Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan, h. 46
76
Table 5 menunjukkan responden menilai petugas rumah sakit dalam
pelayanannya mau menerima dan mendengar keluhan pasien 15 responden
mengatakan sangat setuju; 52 responden setuju; 11 responden diantaranya
mengatakan tidak setuju dan 2 responden sangat tidak setuju. Selanjutnya mengenai
petugas pelayanan selalu bersikap ramah banyak responden menilai yaitu diantaranya
18 responden mengatakan sangat setuju; 42 responden orang setuju; sedangkan dari
18 responden ada yang menyatakan tidak setuju bahwa selama ini petugas selalu
bersikap ramah dan 2 responden menyatakan sangat tidak setuju.
Sementara itu responden yang mengatakan sangat setuju jika petugas
pelayanan selalu memberikan senyuman kepada pasien berjumlah 12 responden dan
yang mengatakan setuju sejumlah 40 responden sedangkan 27 responden lainnya
mengatakan sangat tidak setuju dan 1 orang tidak setuju.
Dari tabel di atas, terlihat pula mengenai petugas pelayanan selalu siap
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak dimengerti pasien dengan ramah yaitu
15 responden mengatakan sangat setuju; 51 responden tidak setuju sedangkan
responden lainnya mengatakan 14 orang tidak setuju.
Terkait dengan hubungan antar manusia yaitu memberikan perhatian yang
tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada masyarakat dengan
berupaya memahami keinginan pasien. Suatu pelayanan diharapkan memiliki
pengertian dan pengetahuan tentang pasien, memahami kebutuhan masyarakat secara
spesifik serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi masyarakat.
77
Begitupun menurut Patricia Patton kecerdasan emosional layanan masyarakat yaitu
memperlihatkan empati.8
Tabel 6. Persepsi Masyarakat terhadap efisiensi di RSCM
No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor
1. Petugas pelayanan medis tidak menunda-nunda tindakan medis untuk pasien
7 54 18 1 289
2. Dokter mau menginformasikan dan mendiskusikan tentang jenis pengobatannya kepada pasien
16 61 2 1 329
3. Adanya system perjanjian dengan petugas pelayanan medis sangat membantu pasien untuk mengatur waktu dalam berkunjung ke rumah sakit
13 56 11 - 311
4. Petugas pelayanan medis seperti dokter selalu memberikan penjelasan tentang pengobatan yang diberikan dan penggunaan obat-obatan yang dibutuhkan
11 65 4 - 321
5. Petugas pelayanan selalu memantau perkembangan pasien
7 62 11 - 305
6. Petugas pelayanan memberikan perhatian secara individual kepada pasien
8 49 20 3 282
7. Saya selalu mendapat informasi tentang kesehatan secara teratur dari rumah sakit
4 44 30 2 258
x = 299,29
2095
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan pendapat responden mengenai efisiensi
pelayanan yang diberikan pihak RSCM mengenai bahwa petugas pelayanan medis
tidak menunda-nunda tindakan medis untuk pasien dan responden berpendapat 7
8 Rachma Dewi, Pelayanan rumah sakit yang berkarater, Jurnal Marsi. Edisi Vol 5, Januari
2004
78
orang sangat setuju; 54 responden mengatakan setuju namun 18 orang diantaranya
mengatakan tidak setuju dan 1 orang lainnya mengatakan sangat tidak setuju.
Dokter mau menginformasikan dan mendiskusikan tentang jenis
pengobatannya kepada pasien responden mengatakan16 orang sangat setuju; 61 orang
setuju sedangkan 2 lainnya mengatakan tidak setuju dan 1 orang sangat tidak setuju.
Sementara itu, mengenai adanya system perjanjian dengan petugas pelayanan
medis sangat membantu pasien untuk mengatur waktu dalam berkunjung ke rumah
sakit 13 responden mengatakan sangat setuju; 56 orang mengatakan setuju; 11 orang
lainnya mengatakan tidak setuju. Selanjutnya pernyataan mengenai petugas
pelayanan medis seperti dokter selalu memberikan penjelasan tentang pengobatan
yang diberikan dan penggunaan obat-obatan yang dibutuhkan sebanyak 11 responden
mengatakan sangat setuju; 65 orang setuju dan sedangkan yang mengatakan tidak
setuju bahwa dokter selalu memberikan penjelasan tentang pengobatan dan
penggunaan obat-obatan yang dibutuhkan pasien sebanyak 4 orang.
Banyak responden yang berpendapat bahwa petugas pelayanan selalu
memantau perkembangan pasien sebanyak 7 orang mengatakan sangat setuju; dan
yang mengatakan setuju sebanyak 62 orang. Begitupun 11 responden lainnya
mengatakan tidak setuju kalau selama ini petugas pelayanan selalu memantau
perkembangan pasien. Hal ini senada dengan pernyataan perihal petugas pelayanan
memberikan perhatian secara individual, ada responden mengatakan sangat setuju
sebanyak 8 orang; 49 responden lainnya mengatakan setuju namun banyak juga
79
responden yang mengatakan tidak setuju diantaranya sebanyak 20 orang mengatakan
tidak setuju dan 3 orang lainnya mengatakan tidak setuju.
Sedangkan sebanyak 30 orang responden tidak setuju jika selama ini selalu
mendapatkan informasi tentang kesehatan secara teratur dari rumah sakit dan sangat
tidak setuju 2 orang. Namun, beberapa lainnya mengatakan 4 orang sangat setuju dan
44 orang lainnya setuju.
Terkait dengan temuan penelitian diatas, tentunya efisiensi pelayanan
kesehatan untuk masyarakat miskin adalah dimensi yang penting dari mutu karena
efisiensi akan mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan. Pelayanan yang kurang baik,
di samping menyebabkan resiko yang tidak perlu terjadi dan kurang nyamannya
pasien, seringkali mahal dan memakan waktu lama untuk memperbaiki. Begitupun
masyarakat miskin akan beralih pengobatan bila ada bagian-bagian yang tidak sesuai
dengan harapannya seperti pengobatan alternatif. Berkenaan dengan hal ini, menurut
Harwood bahwa masyarakat beralih menggunakan pengobatan alternative menjadi
alasan umum yang biasa dipakai : (1) kurangnya persiapan dan jangkauan kepada
arus utama pelayanan kesehatan, (2) kurang puasnya cara pengobatan, (3) kurang
kepercayaan terhadap pemberi jasa pengobatan medis sebagai pengobatan masalah
psikologis (4) kurang pengetahuan dari pihak penyaji pengobatan medis dalam
pengobatan yang berhubungan dengan sindroma budaya.9
9 Stahhope dan Jeanette Lancaster, Perawatan Kesehatan Masyarakat, h. 149
80
Tabel 7. Persepsi Masyarakat terhadap kelangsungan pelayanan di RSCM
No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor
1. Rekam medis di rumah sakit ini tertata baik
6 53 20 1 283
2. Data status pasien tersimpan dengan aman
12 53 14 1 301
3. Pasien tidak pernah kerepotan mencari rekam medis bila pasien dating kontrol
5 50 22 3 272
4. Dokter dalam melakukan diagnosa bekerja baik dengan tim tanpa harus mengulang diagnosa sebelumnya
6 62 12 - 302
5. Petugas pelayanan memberikan pelayanan sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan
5 55 19 1 282
6. Petugas pelayanan selalu tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan
7 42 30 1 264
7. Pasien tidak pernah dimintai biaya tambahan oleh petugas pelayanan
6 53 21 - 284
x = 284 1988
Dari tabel 7 kita dapat melihat banyak responden yang berpendapat mengenai
rekam medis di rumah sakit ini tertata baik sebanyak 6 orang sangat setuju.
Sedangkan 53 orang lainnya mengatakan setuju dan 20 orang responden tidak setuju
serta 1 orang sangat tidak setuju jika rekam medis di RSCM sudah tertata baik.
Begitupun mengenai data status pasien, banyak responden berpendapat sebanyak 12
orang sangat tidak setuju dan 53 orang mengatakan setuju jika data status pasien telah
tersimpan dengan aman sedangkan 14 orang lainnya mengatakan tidak setuju dan 1
orang sangat tidak setuju.
81
Hai ini sesuai dengan pencarian rekam medis di rumah sakit. Banyak
responden menilai bahwa selama ini pasien tidak pernah kerepotan mencari rekam
medis bila pasien dating control yaitu sebanyak 12 orang sangat setuju dan 53 orang
lainnya mengatakan setuju, namun banyak responden menilai tidak setuju bila selama
ini tidak merasa kerepotan untuk mencari rekam medis sebanyak 14 orang dan 1
orang mengatakan sangat tidak setuju.
Sementara itu responden menilai dokter dalam melakukan diagnosa bekerja
baik dengan tim tanpa harus mengulang diagnosa sebelumnya sebanyak 6 orang
responden mengatakan sangat tidak setuju dan 62 orang lainnya mengatakan setuju
sedangkan yang tidak setuju sebanyak 12 orang. Selanjutnya petugas pelayanan
memberikan pelayanan sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan sebanyak 5 orang
sangat tidak setuju dan 55 orang setuju sedangkan yang mengatakan tidak setuju
sebanyak 19 orang dan 1 orang lainnya mengatakan sangat tidak setuju
Dari table di atas, terlihat pula bahwa keseluruhan responden mengatakan
setuju atas pelayanan yang selalu tepat waktu sesuai jadwal dalam memulai
pelayanan oleh petugas 7 orang diantaranya mengatakan sangat setuju dan 42 orang
setuju. Sebanyak 30 orang responden mengatakan tidak setuju dan 1 orang sangat
mengatakan tidak setuju. Begitupun mengenai pasien yang tidak pernah dimintai
biaya tambahan oleh petugas pelayanan. Sebanyak 21 orang mengatakan tidak setuju
sedangkan yang mengatakan sangat setuju sebanyak 6 orang dan 53 orang lainnya
mengatakan setuju.
82
Berkaitan dengan pernyataan di atas, sebelumnya kita perlu tahu mengenai
rekam medis. Adapun rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan, dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan
lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Selain berguna sebagai alat
pembuktiaan, rekam medis juga sangat besar artinya untuk :
1. dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien
2. bahan pembuktian dalam perkara hokum
3. bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan
4. dasar perhitungan biaya pelayanan kesehatan, dan
5. bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.10
Dilihat dari banyaknya responden yang menjawab setuju mengenai proses
pencatatan yang akurat serta penyimpanan rekam medis yang baik akan berdampak
positif karena peran pencatatan akurat di setiap rumah sakit menjadi bagian yang
sangat penting untuk kelangsungan proses pengobatan pasien tersebut.
Tabel 8.
Persepsi Masyarakat terhadap keamanan di RSCM
No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor
1. Pasien menerima obat sesuai dengan daftar penerima obat yang telah diberitahukan
5 58 5 2 294
2. Pasien tidak sulit untuk mencari obat yang sesuai dengan resep yang diberikan
8 32 23 1 280
10 Dr. H. Dalmy Iskandar, Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan, dan Pasien, (Jakarta: Sinar
Grafika, 1998), hal. 8
83
SS S TS STS Skor
3. Pasein tidak pernah merasa kerepotan untuk mengurusi administrasi dalam memperoleh obat
7 37 33 3 255
4. Pasien tidak pernah perlu memerlukan waktu yang lama dalam mengurus administrasi bila datang kontrol
10 27 41 2 244
5. Sistem adminstrasi di rumah sakit ini sudah cukup baik
7 48 22 3 274
6. Petugas pelayanan melakukan pencatatan yang akurat
5 66 9 - 307
x = 275,67 1654
Dari table 8 terlihat banyak responden menyetujui bila pasien menerima obat
sesuai dengan daftar penerima obat yang telah diberitahukan oleh dokter. Sebanyak
12 orang mengatakan sangat setuju dan yang mengatakan setuju sebanyak 53 orang.
Sedangkan 14 orang lainnya berpendapat tidak setuju dan 1 orang sangat tidak setuju.
Hal serupa dapat kita lihat pada item kedua. Sebanyak 14 orang mengatakan tidak
setuju dan 1 orang sangat tidak setuju mengenai pasien tidak sulit untuk mencari obat
yang sesuai dengan resep yang diberikan, sedangkan yang mengatakan sangat setuju
sebanyak 12 orang dan 53 orang lainnya mengatakan setuju.
Sementara itu, dalam pernyataan pasien tidak pernah merasa kerepotan untuk
mengurusi administrasi dalam memperoleh obat 12 orang mengatakan sangat setuju;
53 orang setuju sedangkan 14 orang tidak setuju dan 1 orang sangat tidak setuju.
Begitupun mengenai pasien tidak pernah perlu memerlukan waktu yang lama dalam
mengurus administrasi bila datang control, sebanyak 12 orang mengatakan tidak
84
setuju, 53 orang responden setuju. Namun untuk yang mengatakan tidak setuju
sebanyak 14 orang dan 1 orang lainnya sangat tidak setuju.
Sebanyak 12 orang responden mengatakan sangat setuju dan 53 orang lainnya
mengatakan setuju bahwa sistem adminstrasi di rumah sakit RSCM sudah cukup baik
namun banyak juga yang tidak sependapat dengan hal tersebut, seperti sebanyak 14
orang mengatakan tidak setuju dan 1 orang lainnya mengatakan sangat tidak setuju.
Selanjutnya mengenai petugas pelayanan melakukan pencatatan yang akurat ada 12
orang responden mengatakan sangat setuju dan 53 orang lainnya setuju. Sedangkan
14 orang mengatakan tidak setuju dan 1 orang responden sangat tidak setuju.
Dari table diatas terlihat bahwa masyarakat banyak yang mengatakan variasi
dalam jawaban baik setuju dan tidak setuju untuk dimensi keamanan dalam pelayanan
yang diberikan. Namun masih banyak masyarakat menjawab tidak setuju untuk setiap
pernyataaan. Hal tersebut diduga bahwasanya masyarakat masih merasakan kesulitan
untuk mengurusi segala administrasi yang ada di rumah sakit. Sedangkan menurut
Djoko Wijono persepsi negative datang dari masyarakat ketika sakit yang diderita
pasien tidak sembuh-sembuh, antri lama, terhadap pelayanan yang diberikan.
Tabel 9. Persepsi Masyarakat terhadap kenyamanan dan kenikmatan di RSCM
No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor
1. Kebersihan lingkungan rumah sakit terjaga dengan baik
9 60 10 1 304
2. Ruang konsultasi pasien tertata dengan baik dan aman
5 68 6 1 310
85
SS S TS STS Skor
3. Jumlah pengamanan di rumah sakit mencukupi sehingga pasien merasa aman berada dalam lingkungan rumah sakit
6 54 19 1 283
4. Pasien merasa tenang untuk berobat di rumah sakit ini sehingga waktu control pasien tidak segan-segan untuk mengecek perkembangan pengobatan pasien
7 59 13 1 298
5. Petugas kebersihan selalu membersihkan lingkungan pabila ada yang kotor
14 58 8 - 316
6. Ruang tunggu pasien yang nyaman 12 48 18 2 290
7. Rumah sakit menyediakan fasilitias yang cukup saat pasien menunggu giliran berobat seperti Televisi
9 62 8 1 306
8. Fasilitas fisik (gedung, ruang tunggu) rumah sakit memiliki daya tarik
3 73 3 1 254
x = 295,13 2361
Tabel 9 menunjukkan bahwa banyak responden yang menyetujui bahwa
fasilitas baik sarana dan prasarana yang diberikan pihak RSCM dalam hal upaya
memberikan kenyamanan dan kenikmatan masyarakat untuk bisa rileks ketika
berobat sudah cukup baik, seperti kita lihat banyak responden menilai positif atas
upaya-upaya yang diberikan untuk kepuasan masyarakat. Salah satunya yaitu
mengenai kebersihan. Sebanyak 9 orang mengatakan sangat setuju dan 60 orang
lainnya mengatakan setuju mengenai kebersihan lingkungan rumah sakit terjaga
dengan baik, namun 10 orang lainnya mengatakan tidak setuju dan 1 orang sangat
tidak setuju. Begitupun mengenai ruang konsultasi, banyak responden menilai bahwa
ruang konsultasi di RSCM sudah tertata dengan baik dan aman sebanyak 5 orang
86
sangat setuju dan 58 orang setuju. Sedangkan yang mengatakan tidak setuju sebanyak
19 orang dan 1 orang lainnya mengatakan sangat tidak setuju.
Selanjutnya jumlah pengamanan di rumah sakit mencukupi sehingga pasien
merasa aman berada dalam lingkungan rumah sakit sebanyak 6 orang menyatakan
sangat setuju; 54 orang setuju. Responden lain sebanyak 19 orang tidak setuju dan 1
orang sangat tidak setuju mengenai jumlah pengamanan di rumah sakit yang sudah
mencukupi.
Berdasarkan data yang diperoleh, banyak masyarakat yang merasa tenang
untuk berobat di RSCM sehingga waktu control pasien tidak segan-segan untuk
mengecek perkembangan pengobatan. Dalam tabel 8 sebanyak 7 orang responden
mengatakan sangat setuju dan 59 orang setuju. Namun untuk yang mengatakan tidak
setuju sejumlah 13 orang responden dan 1 orang lainnya berpendapat sangat tidak
setuju
Sementara itu mengenai petugas kebersihan selalu membersihkan lingkungan
pabila ada yang kotor sebanyak 14 orang mengatakan sangat setuju; 58 orang
responden setuju; 8 orang responden mengatakan tidak setuju. Hal serupa dapat kita
lihat, banyak masyarakat menyetujui bahwa ruang tunggu pasien yang nyaman, ada
banyak responden menilai salah satunya 12 orang mengatakan sangat setuju dan 48
orang setuju. Sedangkan responden lainnya yang mengatakan tidak setuju sejumlah
18 orang dan 2 orang lainnya mengatakan sangat tidak setuju.
Selanjutnya dalam tabel 9 tentunya kita dapat melihat banyak responden
menilai 8 orang responden mengatakan tidak setuju dan 1 orang sangat tidak setuju
87
bahwa rumah sakit menyediakan fasilitias yang cukup saat pasien menunggu giliran
berobat seperti Televisi, namuan 9 orang diantaranya mengatakan sangat setuju dan
62 orang lainnya mengatakan setuju. Begitupun dengan fasilitas fisik (gedung, ruang
tunggu) rumah sakit, banyak responden menilai bahwa fasilitas fisik RSCM memiliki
daya tarik sebanyak 3 orang responden mengatakan sangat setuju dan 73 orang setuju
sedangkan yang mengatakan tidak setuju yaitu 3 orang dan 1 orang lainnya
mengatakan sangat tidak setuju.
Terkait dengan kenyamanan/kenikmatan menurut Djoko Wijono berkaitan
dengan pelayanan kesehatan yang tidak berhubungan langsung dengan efektifitas
klinis, tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedianya untuk kembali ke
fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya.11 Berkaitan dengan
pertanyaan di atas, dalam penelitian ini ditemukan sebagian besar responden
menyatakan setuju dengan nilai maximum 40. Hal tersebut diduga bahwasanya
masyarakat miskin sudah terpenuhi harapannya dalam merasakan
kenyamanan/kenikmatan dalam menggunakan sarana pengobatan di rumah sakit
Cipto Mangunkusmo Jakarta.
11 Djoko wijono, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Vol I, h.37
88
3. Kategorisasi Persepsi Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan program
SPSS versi 16 diperoleh sebagai berikut :
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Totskor 80 118 240 181.48 24.614
Valid N (listwise) 80
Rentangan penyebaran skor skala Pelayanan kesehatan untuk Masyarakat
miskin adalah 50 – 250, karena dalam penelitian ini penulis menggunakan empat
pilihan jawaban, yaitu skor terendah 1 X 50 = 50 dan skor tertinggi 5 X 50 = 250,
Mean dari skala pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin sebesar 181,48
dengan standar deviasi 24,614, dan nilai maksimum 240, nilai minimum 118.
Untuk mengetahui tingkat persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
untuk masyarakat miskin peneliti membagi ke dalam tiga kategori tingkat persepsi
masyarakat yaitu tingkat tinggi, sedang dan rendah. Skala ini terdiri dari 50 item,
dengan setiap itemnya diberi skor 1 untuk jawaban STS, 2 untuk jawaban ST, 4 untuk
jawaban S dan 5 untuk jawaban SS. Dengan luas jarak sebenarnya adalah 200 – 50 =
200 dengan demikian setiap satuan deviasi standarnya bernilai σ = 200/6 = 33,33 dan
mean teoritisnya adalah µ = (50 X2)+(50X3)/2 =175.
89
Tabel 10 Klasifikasi Skor Skala Persepsi Masyarakat Miskin terhadap Pelayanan
Kesehatan
Kategori Nilai Angka
Tinggi X > (M+SD) X > 200
Sedang (M-SD)<X<(M+SD) 150 < X < 200
Rendah X < (M-1 SD) X < 150
Sesuai dengan keterangan di atas, maka data yang diperoleh berdasarkan
mean temuan sebesar 181,48 maka dapat kita ketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat persepsi terhadap pelayanan kesehatan untuk masyarakat
miskin adalah positif, dengan tingkat persepsi sedang, dimana skor yang diperoleh
berada diantara nilai rendah dan tinggi dari standar deviasi. Tingkat persepsi yang
berada dalam nilai sedang dapat dipengaruhi dari berbagai macam item pelayanan
salah satu pelayanan yang responsif, kesigapan petugas pelayanan, pemberian
fasilitas yang nyaman untuk pasien serta komitmen tinggi rumah sakit memberikan
pelayanan prima, hal ini sesuai dengan motto Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
yang respek, sigap, cepat dan mulia. Sedangkan dari tingkat jawaban responden yang
mengarah persepsi negatif dapat dipengaruhi dari kurangnya jumlah petugas
pelayanan karena banyaknya masyrakat miskin yang berobat, seringnya petugas tidak
tepat waktu untuk memulai pelayanan.
90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta tentang persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan untuk masyarakat
miskin, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin
di RSCM Jakarta adalah positif dengan kategorisasi sedang yaitu 181,48
dimana skor/nilai yang didapat berada diantara skor rendah dan tinggi dari
standar deviasi. Persepsi positif dilihat dari banyaknya responden yang
merespon positif akan pelayanan yang diberikan mulai dari dimensi
kompetensi teknis, akses terhadap pelayanan, efektifitas, hubungan antar
manusia, efisiensi, kelangsungan pelayanan, keamanan, kenyamanan dan
kenikmatan.
2. Format pelayanan kesehatan yang diberikan pihak RSCM Jakarta untuk
masyarakat miskin sudah dalam kategori baik. Hal ini dapat dibuktikan
dengan banyaknya masyarakat yang mempersepsikan secara positif atas
penerimaan pelayanan yang diberikan oleh petugas pelayanan baik medis
maupun non medis.
B. Saran
1. Peningkatan pelatihan bagi pelayanan medis dan petugas pelayanan lainnya.
Pelatihan dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Pelatihan
90
91
dilakukan untuk meningkatkan teknik pelayann terhadap pasien, kecekatan
petugas dalam melayani pasien, dan meningkatkan kepedulian mereka kepada
masyarakat khususnya masyarakat miskin yang selalu mendapat diskriminasi.
2. koordinasi antara bagian unit pelayanan dipererat. Koordinasi antara bagian
yang saling keterkaitan sangat diperlukan sehingga tidak terjadi kesalahan
prosedur misalnya antara bagian penerimaan pasien dengan bagian ruang
tindak rawat jalan dalam hal penempatan pasien.
3. Penyediaan fasilitas yang cukup dan berkualitas untuk aktifitasi atau
operasional pelayanan rawat jalan di RSCM. Fasilitas yang berkualitas yang
sangat mempengaruhi kenyamanan pasien, misalnya tempat tidur yang
nyaman teruntuk pasien yang sedang control tidak bisa duduk dan berjalan,
kursi roda, sarana hiburan seperti televise yang berfungsi, ruang rawat dan
toilet selalu dalam keadaan bersih dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Pengobatan Ponari Adalah Bentuk Kesyirikan Yang Diharamkan,
www.hidayatullah.com, 2009
Abdul Qadir Jawas bin, Yazid, Do’a dan Wirid, Jakarta: Pustaka Imam Asy-syafi’I,
2008
Adisti, Risa, Kajian Kecamatan Miskin,
http://cari_pdf.com/download/index.php?name=penyebab%20kemiski
nan&file=pandeglangkab.go.id/files/desa_miskin, 2010
Admin, Nanth, Persepsi, http://kuliahkomunikasi.com/?p=174, 2009
Ala, B Andre, Strategi Anti Kemiskinan Lima Tahap, Edisi Analisa, 1981
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, 2002
Artmanda, Vrista, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung:
PT Refika Aditama, 2005
Azwar, Azrul, Pengantar Administrasi kesehatan, Jakarta: Binarupa Aksara, 1996
Bhirawa, Penghapusan Diskriminasi Dalam Berbagai Bentuk,
http://bappenas.go.id/get/file/server/node/3331, 2010
Bappenas, Direktori Kegiatan Pengentasan Kemiskinan Periode 1996-2001, Jakarta
93
Deedat, Jalan Kesembuhan, Majalah Nikah edisi 15 Februari, 2008
Dewi, Rumah Sakit: Mencapai Indonesia Sehat 2010 dengan Pelayanan Kesehatan
yang Optimal Bagi Keluarga Miskin, www.dewipn.com, 2009
Dawud, Yudarnaso, Peran Proses Manajemen dalam Pengembangan Mutu
Pelayanan Rumah Sakit, Jurnal Manajemen dan Adminitrasi Rumah
Sakit, edisi Volume 1, 1999
Effendy, Nasrul, Perawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Buku Kedokteran, 1995
Gani, Ascobat, Aspek-aspek Pelayanan Kesehatan, Jakarta: Rajawali Press, 1995
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi, 1995
Hardy, Malcom, Pengantar Psikologi, Jakarta: Erlangga, 1988
Harriman, L Philip, Istilah Psikologi, Jakarta: Restu Agung, 1995
Irwanto, Psikologi Umum, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1990
Iskandar, Dalmy, Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan dan Pasien, Jakarta: Sinar
Grafika, 1998
Jacobalis, Samsi, Penilaian mutu pelayanan kesehatan dan akreditasi rumah sakit,
Jakarta: Persi II, 1982
94
Kuntjoro, Dorodjatun, Kemiskinan di Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1986
Lomenta, Benyamin, Pelayanan Medis (citra, Konflik dan Harapan), Jakarta :
Kanisius, 1989
Madjid, Salim, Program Kesehatan Gratis Sebagai Pilihan,
www.datinkessulsel.wordpress.com, 2009
Mahasin, Aswab, Gelandangan : Pandangan Ilmuwan, Jakarta: LP3ES, 1991
Muis, Fahrur, Bahagia Saat Sakit, Solo: Pustaka Iltizam, 2008
Moenir, Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 1996
Nuigrum, Utami, Kesehatan Gratis Untuk Rakyat Miskin, www.betaviase.co.id, 2009
Pajaitan, Merphin, Memberdayakan Kaum Miskin, Jakarta: BPK, 2000
Rianti, Persepsi Masyarakat Surakarta Terhadap Seni Batik Klasik,
http://www.scribd.com/doc/15252246/Bab-2-Acc, 2009
Salam, Syamsir, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006
Sayogyo, Masalah Kemiskinan di Indonesia, Antara Teori dan Praktek, Bogor:
Institut Pertanian Bogor, 1988
Stahhope, Marcia, Perawatan Kesehatan Masyarakat, Bandung: YIA PKP, 1997
Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi Offset, 1989
95
96
Subekti, Kitab Undang-Undang, Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1990
Syaefudin, Menuju Masyarakat Mandiri, Jakarta: PT Gramedia Utama, 2003
Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, Jakarta: Pustaka Jaya, 1999
Syharul Fatwa, Abu Abdillah, Bila Sakit Menyapa, Gresik: Al Furqon, 2008
Subana, M, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, 2005
Umar, Husein, Metode Penelitiaan untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004
Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survei (Jakarta: PT Pustaka LP3ES, 1989
Wijono, Djoko, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Vol I, Surabaya: Airlangga
University Press, 1999
……………….., Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Vol II (Teori, Strategi dan
Aplikasi), Surabaya: Airlangga University Press, 1999
Yoga Aditama, Tjandra, Pelayanan Prima, Jurnal Manajemen dan Adminitrasi
Rumah Sakit, edisi Volume 5, 2005
Skor Persepsi Masyarakat Miskin terhadap Variabel Kompetensi Teknis Pelayanan Kesehatan untuk Masyarakat Miskin
Responden butir 2
butir 3
butir 4
butir 5 Jumlah Responden Butir
2 Butir
3 Butir
4 Butir
5 Jumlah
1 4 4 5 4 17 41 4 4 4 4 16
2 4 4 4 4 16 42 5 4 4 4 17
3 4 4 4 4 16 43 4 4 4 5 17
4 4 4 4 4 16 44 5 4 4 4 17
5 4 4 4 4 16 45 2 4 4 2 12
6 4 4 4 4 16 46 2 2 4 2 10
7 2 2 4 2 10 47 2 2 4 2 10
8 5 4 4 4 17 48 4 4 4 4 16
9 5 5 5 5 20 49 2 2 4 2 10
10 4 4 4 2 14 50 4 4 5 4 17
11 4 2 4 2 12 51 4 4 5 4 17
12 4 2 4 2 12 52 4 4 4 4 16
13 5 5 5 5 20 53 5 4 5 5 19
14 4 2 4 4 14 54 2 4 4 2 12
15 4 4 4 4 16 55 5 5 5 5 20
16 5 5 4 4 18 56 4 4 5 4 17
17 4 4 4 4 16 57 4 4 4 2 14
18 5 4 5 5 19 58 4 4 4 4 16
19 5 5 4 5 19 59 5 2 5 5 17
20 4 4 2 4 14 60 4 4 4 5 17
21 4 5 4 5 18 61 4 4 5 5 18
22 4 2 4 4 14 62 5 5 4 5 19
23 4 4 4 2 14 63 2 2 4 2 10
24 4 2 4 2 12 64 2 4 4 4 14
25 4 4 4 4 16 65 4 4 4 4 16
26 2 2 4 2 10 66 2 4 4 2 12
27 4 4 4 4 16 67 2 2 4 2 10
28 2 2 2 2 8 68 4 4 5 4 17
29 4 4 4 4 16 69 2 2 4 2 10
30 4 4 4 4 16 70 4 4 4 4 16
31 2 2 4 2 10 71 4 4 4 2 14
32 4 4 4 4 16 72 5 4 4 5 18
33 4 4 4 4 16 73 5 4 4 5 18
34 4 5 2 2 13 74 4 4 4 5 17
35 4 4 5 4 17 75 2 4 5 5 16
36 4 4 4 4 16 76 5 4 4 5 18
37 4 2 4 2 12 77 4 2 4 4 14
38 5 5 4 5 19 78 4 4 4 4 16
39 2 2 4 2 10 79 4 4 4 4 16
40 4 2 4 4 14 80 5 4 4 4 17
Skor Persepsi Masyarakat terhadap Variabel Akses pelayanan Kesehatan untuk Masyarakat Miskin
Responden butir
6 butir
7 butir
8 butir
9 butir 10
butir 11
butir 12
butir 13 jumlah Responden Butir
6 Butri
7 Butir
8 Butir
9 Butir
10 Butir
11 Butir
12 Butir
13 Jumlah
1 4 2 2 4 4 5 4 2 27 41 4 4 4 4 4 4 4 4 32
2 4 2 2 2 4 4 4 4 26 42 4 2 4 5 4 4 4 1 28
3 4 2 2 2 4 4 2 4 24 43 5 4 4 4 4 4 4 4 33
4 4 2 2 2 4 4 2 4 24 44 4 4 4 4 4 4 4 4 32
5 4 4 2 2 4 4 4 2 26 45 4 2 4 2 2 4 4 4 26
6 4 4 4 2 4 4 4 2 28 46 4 2 4 2 2 4 2 4 24
7 4 2 2 2 2 4 2 2 20 47 4 4 2 4 4 4 5 2 29
8 4 2 2 4 4 4 4 4 28 48 4 2 4 5 4 4 2 1 26
9 5 5 5 5 5 5 5 1 36 49 4 2 4 2 4 4 4 2 26
10 5 4 4 2 4 4 2 2 27 50 4 4 4 4 4 4 4 4 32
11 4 4 4 4 4 4 4 2 30 51 4 4 4 4 4 4 4 2 30
12 4 4 4 4 4 4 4 2 30 52 4 2 4 2 4 4 4 2 26
13 5 4 5 1 5 5 4 4 33 53 5 5 5 4 5 5 5 1 35
14 4 2 4 4 4 4 4 2 28 54 4 2 4 1 2 4 2 4 23
15 5 5 2 4 4 4 2 4 30 55 5 5 5 5 5 5 5 5 40
16 5 4 4 2 4 4 4 2 29 56 4 2 5 1 4 4 2 2 24
17 4 4 4 4 4 4 4 2 30 57 2 2 4 2 2 4 4 2 22
18 5 5 5 5 5 5 5 1 36 58 4 4 2 2 4 4 4 4 28
19 5 2 4 1 5 5 4 1 27 59 5 5 5 4 5 4 5 4 37
20 4 4 4 4 4 4 4 2 30 60 4 2 2 4 4 4 4 4 28
21 2 5 5 4 5 5 5 5 36 61 5 5 4 4 4 4 4 2 32
22 4 4 4 2 4 5 5 4 32 62 5 5 4 5 5 4 4 4 36
23 4 2 2 2 4 4 4 2 24 63 2 2 4 2 2 2 2 4 20
24 4 2 4 4 4 4 2 2 26 64 4 4 4 4 4 4 4 2 30
25 4 2 2 4 4 5 4 4 29 65 4 4 4 4 4 4 4 4 32
26 4 2 2 2 4 4 4 2 24 66 4 2 4 2 2 5 4 2 25
27 4 2 2 4 4 4 4 4 28 67 2 4 4 4 2 4 4 2 26
28 4 2 2 2 4 4 2 4 24 68 4 2 1 4 2 4 4 2 23
29 4 2 2 4 4 4 4 2 26 69 4 4 4 2 4 4 4 2 28
30 4 2 2 4 4 4 4 2 26 70 2 4 1 4 4 4 4 1 24
31 4 1 2 4 4 4 2 2 23 71 4 2 4 2 2 4 2 2 22
32 5 4 4 2 5 5 4 2 31 72 4 4 5 2 4 5 4 4 32
33 4 4 4 2 4 4 4 2 28 73 5 4 4 5 5 5 5 4 37
34 5 4 4 2 2 5 5 4 31 74 4 4 4 2 4 4 2 4 28
35 4 1 1 4 4 5 5 2 26 75 2 5 5 5 5 5 5 5 37
36 4 2 2 2 4 4 4 4 26 76 5 4 4 5 5 5 5 4 37
37 4 5 4 2 4 4 4 2 29 77 5 2 4 1 4 4 4 4 28
38 5 5 5 5 5 5 4 1 35 78 4 2 4 1 4 4 4 4 27
39 4 2 4 1 2 4 2 2 21 79 4 4 5 2 4 4 4 4 31
40 2 2 4 4 4 4 2 2 24 80 4 4 4 5 4 4 4 4 33
Skor Persepsi Masyarakat Miskin terhadap Variabel Efektifitas Pelayanan Kesehatan untuk Masyarakat Miskin
Responden butir
1 butir 14
butir 15
butir 16
butir 17
butir 18
Jumlah Responden Butir 1
Butir 14
Butir 15
Butir 16
Butir 17
Butir 18
Jumlah
1 5 4 2 2 2 2 17 41 4 4 4 4 4 4 24
2 4 4 4 2 2 2 18 42 5 2 5 4 4 4 24
3 5 4 4 4 4 2 23 43 5 4 4 5 5 2 25
4 4 4 4 4 4 2 22 44 4 4 4 4 5 4 25
5 4 4 4 4 5 2 23 45 4 2 2 2 2 4 16
6 5 4 4 4 4 4 25 46 4 2 2 2 2 4 16
7 4 4 4 2 2 2 18 47 5 4 4 4 2 4 23
8 4 2 2 4 4 4 20 48 5 4 5 5 5 1 25
9 5 4 5 5 5 2 26 49 4 2 4 4 2 2 18
10 4 4 4 2 5 4 23 50 4 4 4 5 4 4 25
11 5 2 4 4 4 4 23 51 4 4 4 5 5 4 26
12 5 2 4 4 4 4 23 52 4 2 2 4 2 4 18
13 5 5 4 2 4 4 24 53 5 4 4 5 5 4 27
14 4 2 4 4 4 4 22 54 2 2 2 2 2 4 14
15 4 2 4 5 5 4 24 55 5 5 5 5 5 5 30
16 4 4 5 4 4 5 26 56 5 4 4 5 4 4 26
17 4 4 4 4 5 4 25 57 4 4 4 4 4 4 24
18 5 1 5 5 5 5 26 58 5 2 4 2 2 4 19
19 5 4 4 4 4 2 23 59 5 5 4 5 5 4 28
20 4 4 4 4 4 4 24 60 5 4 4 2 2 4 21
21 5 5 5 5 2 4 26 61 5 2 4 4 4 2 21
22 5 2 4 2 2 4 19 62 4 4 5 5 5 2 25
23 4 4 4 2 2 2 18 63 2 2 4 2 2 2 14
24 4 2 4 4 2 4 20 64 4 4 4 4 4 2 22
25 5 4 4 4 2 2 21 65 5 2 2 4 4 2 19
26 4 2 4 4 4 2 20 66 4 4 5 2 4 4 23
27 4 4 2 2 2 2 16 67 4 4 2 2 2 2 16
28 5 2 4 2 2 4 19 68 5 5 4 2 2 1 19
29 4 2 2 2 2 2 14 69 5 4 2 2 2 4 19
30 5 2 2 2 2 4 17 70 5 4 4 5 5 4 27
31 5 2 4 2 4 2 19 71 2 4 4 2 2 4 18
32 5 4 4 4 4 4 25 72 5 4 4 4 4 4 25
33 5 4 4 4 2 4 23 73 4 4 5 4 2 2 21
34 4 4 4 2 4 2 20 74 4 5 5 5 4 4 27
35 5 4 2 2 2 1 16 75 4 4 4 2 2 4 20
36 5 4 4 4 4 2 23 76 4 4 5 4 2 2 21
37 4 5 4 4 2 4 23 77 2 4 4 4 2 2 18
38 5 4 5 5 5 2 26 78 4 4 4 4 4 2 22
39 2 4 5 1 1 1 14 79 4 4 4 5 5 5 27
40 4 4 4 4 4 4 24 80 5 4 4 4 2 2 21
Skor Persepsi Masyarakat Miskin terhadap Variabel Hubungan antar Manusia dalam Pelayanan Kesehatan untuk Masyarakat Miskin
Responden butir
19 butir 20
butir 21
butir 22 jumlah Responden Butir
19 Butir
20 Butir
21 Butir
22 Jumlah
1 4 4 4 4 16 41 4 4 4 4 16
2 4 4 4 4 16 42 4 4 4 4 16
3 4 4 4 4 16 43 5 5 5 5 20
4 4 4 4 4 16 44 4 5 4 4 17
5 5 5 5 5 20 45 4 2 2 2 10
6 4 4 4 4 16 46 4 2 2 2 10
7 4 4 4 2 14 47 4 4 4 4 16
8 4 4 4 4 16 48 4 4 2 4 14
9 5 5 5 5 20 49 2 2 4 2 10
10 4 4 4 4 16 50 5 5 4 5 19
11 4 2 2 4 12 51 4 5 5 4 18
12 4 2 2 4 12 52 4 4 2 4 14
13 5 5 5 5 20 53 5 5 4 5 19
14 4 4 4 4 16 54 2 2 2 2 8
15 4 5 5 5 19 55 5 5 5 5 20
16 5 5 4 5 19 56 5 4 4 4 17
17 4 4 4 4 16 57 4 4 2 4 14
18 4 5 5 5 19 58 2 2 2 4 10
19 5 5 2 5 17 59 4 2 2 4 12
20 4 4 4 4 16 60 4 4 2 2 12
21 2 4 2 2 10 61 4 5 4 4 17
22 2 4 4 4 14 62 5 5 5 4 19
23 4 4 4 4 16 63 2 2 2 2 8
24 4 4 4 4 16 64 4 4 4 4 16
25 4 4 4 4 16 65 2 4 4 4 14
26 4 2 2 2 10 66 4 4 4 4 16
27 4 4 4 4 16 67 2 2 2 2 8
28 4 2 2 2 10 68 1 1 2 2 6
29 4 4 4 4 16 69 2 2 2 4 10
30 4 4 4 4 16 70 4 4 2 4 14
31 4 2 4 4 14 71 4 4 4 4 16
32 4 5 5 5 19 72 4 5 5 4 18
33 4 4 2 4 14 73 4 4 4 5 17
34 5 4 2 4 15 74 4 2 2 4 12
35 4 4 4 4 16 75 5 2 2 2 11
36 4 4 4 4 16 76 4 4 4 5 17
37 5 4 4 4 17 77 2 4 2 2 10
38 5 5 5 5 20 78 4 2 2 4 12
39 1 1 1 1 4 79 4 4 4 4 16
40 4 4 4 4 16 80 2 2 2 4 10
Skor Persepsi Masyarakat Miskin terhadap Variabel Efisiensi Pelayanan Kesehatan untuk Masyarakat Miskin
Responden butir 23
butir 24
butir 25
butir 26
butir 27
butir 28
butir 29 jumlah Responden Butir
23 Butir
24 Butir
25 Butir
26 Butir
27 Butir
28 Butir
29 Jumlah
1 4 5 5 4 4 4 2 28 41 4 4 4 5 4 4 4 29
2 2 4 4 4 4 4 4 26 42 5 4 4 4 4 4 4 29
3 4 4 4 4 4 4 4 28 43 5 4 4 4 5 5 4 31
4 4 4 4 4 4 4 4 28 44 5 5 5 4 4 4 4 31
5 4 4 4 4 4 4 4 28 45 2 4 2 2 4 2 2 18
6 2 4 4 4 4 2 2 22 46 4 4 4 4 2 2 2 22
7 2 2 2 2 4 4 1 17 47 4 4 4 4 4 4 2 26
8 4 4 4 4 4 4 2 26 48 4 4 4 4 4 4 4 28
9 5 5 5 5 4 5 5 34 49 2 4 2 4 4 2 2 20
10 4 5 4 4 2 2 2 23 50 4 4 4 4 4 4 4 28
11 4 4 4 4 2 2 4 24 51 4 4 4 4 4 4 4 28
12 4 4 4 4 2 2 4 24 52 4 4 5 4 4 2 2 25
13 4 4 4 4 4 4 4 28 53 5 4 4 5 5 4 4 31
14 2 4 4 4 2 2 2 20 54 4 4 4 4 4 2 2 24
15 4 4 2 4 2 4 2 22 55 4 4 4 4 4 4 4 28
16 4 4 4 4 4 4 4 28 56 4 4 4 4 4 4 4 28
17 4 4 4 4 4 4 4 28 57 4 4 4 4 4 4 4 28
18 5 5 4 4 4 5 5 32 58 4 4 4 4 2 2 2 22
19 4 5 5 5 5 5 4 33 59 4 4 4 4 4 2 2 24
20 4 4 2 4 4 4 4 26 60 4 5 4 4 4 4 4 29
21 4 5 4 4 4 4 4 29 61 4 4 4 2 4 4 2 24
22 2 4 4 4 4 2 2 22 62 5 5 4 5 5 5 4 33
23 2 4 4 4 4 4 4 26 63 2 2 4 4 4 4 2 22
24 2 4 5 4 4 5 4 28 64 4 4 4 4 4 4 4 28
25 4 4 4 4 4 4 2 26 65 4 4 4 4 4 1 2 23
26 4 4 4 4 4 4 4 28 66 4 4 5 4 4 2 2 25
27 2 4 4 4 4 4 2 24 67 2 4 2 2 4 2 2 18
28 4 4 4 4 4 4 2 26 68 4 5 2 5 4 2 4 26
29 2 4 4 4 4 4 2 24 69 4 5 2 4 4 5 4 28
30 2 5 5 4 4 4 4 28 70 4 4 4 4 4 4 4 28
31 4 4 4 4 4 4 4 28 71 4 4 4 4 4 4 4 28
32 4 5 4 5 2 4 4 28 72 4 5 4 4 4 4 4 29
33 4 4 4 4 4 4 4 28 73 2 4 5 5 5 4 2 27
34 4 4 4 4 2 2 2 22 74 4 4 4 4 4 4 4 28
35 2 5 5 4 4 4 2 26 75 4 4 2 5 2 2 1 20
36 2 4 4 4 4 4 4 26 76 2 4 5 5 5 4 2 27
37 4 4 5 4 4 4 5 30 77 4 4 2 2 2 1 2 17
38 5 5 4 5 5 5 5 34 78 4 4 4 4 4 2 4 26
39 1 1 4 4 4 4 2 20 79 4 4 5 4 4 4 4 29
40 4 4 2 4 4 4 4 26 80 4 4 4 4 4 2 4 26
Skor Persepsi Masyarakat Miskin terhadap Variabel Kelangsungan Pelayanan Kesehatan untuk Masyarakat Miskin
Responden butir 30
butir 31
butir 32
butir 33
butir 34
butir 35
butir 36 jumlah Responden Butir
30 Butir
31 Butir
32 Butir
33 Butir
34 Butir
35 Butir
36 Jumlah
1 2 2 2 4 4 4 2 20 41 4 4 4 4 4 4 4 28
2 2 4 1 4 4 2 4 21 42 4 4 4 4 4 4 4 28
3 2 2 2 4 4 4 4 22 43 4 5 4 4 5 5 4 31
4 2 2 2 4 4 4 4 22 44 4 4 5 4 5 4 5 31
5 4 4 4 4 4 4 4 28 45 4 4 4 4 2 2 4 24
6 4 4 4 4 4 2 4 26 46 4 4 4 2 2 2 2 20
7 2 4 4 4 2 2 2 20 47 4 4 4 2 4 4 4 26
8 4 4 4 2 4 4 2 24 48 2 2 2 4 4 2 2 18
9 5 5 5 5 5 5 5 35 49 4 4 2 2 2 2 2 18
10 4 4 5 5 2 4 4 28 50 4 5 4 4 4 4 4 29
11 4 4 4 4 4 2 4 26 51 4 5 4 4 4 4 5 30
12 4 4 4 4 4 2 5 27 52 4 4 4 4 4 4 4 28
13 5 5 5 4 4 4 2 29 53 4 5 4 4 4 5 4 30
14 4 4 4 4 4 4 4 28 54 4 4 2 4 4 2 4 24
15 5 5 4 4 4 4 4 30 55 4 4 4 4 4 4 4 28
16 4 4 4 5 4 4 4 29 56 4 4 4 4 4 4 4 28
17 4 4 4 4 4 4 4 28 57 4 4 4 4 4 4 4 28
18 5 5 4 5 5 5 5 34 58 4 4 4 4 4 4 4 28
19 4 5 2 4 4 5 4 28 59 4 2 2 4 2 2 2 18
20 4 4 2 4 4 4 4 26 60 4 4 4 4 2 4 4 26
21 2 4 4 4 2 1 2 19 61 2 4 2 4 2 2 4 20
22 4 4 4 4 4 4 4 28 62 4 4 4 4 2 5 4 27
23 4 4 4 4 4 4 4 28 63 2 2 2 2 2 2 2 14
24 4 5 2 4 4 4 2 25 64 4 4 4 4 4 4 4 28
25 4 4 4 4 4 4 4 28 65 2 2 2 2 2 4 2 16
26 2 2 2 4 4 4 4 22 66 4 4 4 4 2 2 4 24
27 2 4 2 4 4 2 2 20 67 4 4 4 4 2 2 4 24
28 2 2 2 4 4 4 4 22 68 5 4 4 4 2 2 4 25
29 2 2 2 4 4 2 2 18 69 4 4 4 5 2 2 4 25
30 2 4 2 4 4 2 2 20 70 4 4 4 4 2 4 4 26
31 2 2 2 2 4 4 4 20 71 2 4 4 4 4 2 2 22
32 4 2 4 2 4 4 4 24 72 4 4 4 2 4 4 4 26
33 4 4 4 4 4 4 4 28 73 4 4 4 4 2 2 4 24
34 2 2 4 4 4 4 4 24 74 4 4 4 4 4 4 4 28
35 1 4 1 4 4 2 2 18 75 4 4 2 4 1 2 2 19
36 4 4 2 4 4 4 4 26 76 4 4 2 4 2 2 4 22
37 5 5 4 4 4 2 4 28 77 2 1 1 4 4 2 2 16
38 4 5 5 5 5 5 5 34 78 4 4 4 2 4 4 4 26
39 2 2 4 2 4 2 2 18 79 4 4 4 4 4 2 4 26
40 4 4 4 4 4 4 4 28 80 4 4 4 2 2 2 2 20
Skor Persepsi Masyarakat Miskin terhadap Variabel Keamanan dalam Pelayanan Kesehatan untuk Masyarakat Miskin
Responden butir 37
butir 38
butir 39
butir 40
butir 41
butir 42 jumlah Responden Butir
37 Butir
38 Butir
39 Butir
40 Butir
41 Butir
42 Jumlah
1 2 2 2 2 2 4 14 41 4 2 4 4 4 4 22
2 4 4 4 4 4 4 24 42 4 4 4 4 4 4 24
3 4 4 4 4 4 4 24 43 4 5 5 4 1 4 23
4 4 4 4 4 4 4 24 44 5 5 5 5 5 5 30
5 4 4 4 2 4 4 22 45 4 4 2 2 4 4 20
6 4 4 4 2 4 4 22 46 4 4 2 2 4 4 20
7 4 4 2 2 2 4 18 47 4 2 4 2 4 4 20
8 2 2 2 4 4 4 18 48 4 2 2 2 1 2 13
9 5 5 5 5 4 5 29 49 2 4 2 2 2 2 14
10 4 4 4 2 4 4 22 50 4 4 4 4 4 4 24
11 4 4 2 2 4 4 20 51 4 4 4 4 4 4 24
12 4 4 2 2 4 4 20 52 4 2 4 4 4 4 22
13 4 4 4 2 4 4 22 53 4 4 5 5 4 4 26
14 4 4 4 2 4 4 22 54 2 2 2 2 2 4 14
15 4 4 4 5 4 4 25 55 4 5 5 5 5 5 29
16 4 4 2 4 4 4 22 56 4 4 4 4 4 4 24
17 4 4 4 4 4 4 24 57 4 4 4 4 4 4 24
18 4 5 5 5 5 4 28 58 2 2 4 4 5 5 22
19 4 2 4 4 5 4 23 59 2 5 2 4 2 2 17
20 4 4 4 2 4 4 22 60 4 4 4 2 4 4 22
21 4 4 4 2 2 4 20 61 4 5 2 4 2 2 19
22 4 4 2 4 4 4 22 62 4 5 5 5 5 5 29
23 4 4 4 2 4 4 22 63 2 2 2 2 2 2 12
24 4 2 2 4 4 4 20 64 4 4 4 5 5 4 26
25 4 2 4 2 4 4 20 65 2 2 2 2 2 2 12
26 4 4 4 2 4 4 22 66 5 2 4 4 2 4 21
27 2 2 2 2 2 4 14 67 4 4 2 2 4 4 20
28 2 2 2 2 4 4 16 68 4 4 2 2 4 4 20
29 2 2 2 2 2 4 14 69 5 4 4 4 2 4 23
30 2 2 2 2 4 4 16 70 4 4 2 2 4 4 20
31 4 2 2 2 2 4 16 71 4 4 1 2 2 4 17
32 4 4 2 2 2 4 18 72 4 4 4 4 4 4 24
33 4 4 4 4 4 4 24 73 4 4 4 2 4 4 22
34 4 4 2 2 2 4 18 74 4 4 2 4 4 4 22
35 2 2 2 2 2 4 14 75 4 4 2 2 2 2 16
36 4 4 4 4 4 4 24 76 4 4 4 2 4 4 22
37 4 4 4 5 4 4 25 77 1 1 1 1 2 2 8
38 5 5 5 5 1 4 25 78 4 2 4 4 4 4 22
39 4 2 1 1 2 4 14 79 4 4 4 4 4 4 24
40 4 4 2 2 4 4 20 80 2 2 2 2 2 2 12
Skor Persepsi Masyarakat Miskin terhadap Variabel Kenyaman/Kenikmatan Pelayanan Kesehatan untuk Masyarakat Miskin
Responden butir 43
butir 44
butir 45
butir 46
butir 47
butir 48
butir 49
butir 50 jumlah Responden Butir
43 Butir
44 Butir
45 Butir
46 Butir
47 Butir
48 Butir
49 Butir
50 Jumlah
1 4 4 2 4 4 4 4 2 28 41 4 4 4 4 4 4 4 4 32
2 4 4 2 4 4 4 4 2 28 42 4 4 4 4 4 4 4 4 32
3 4 4 4 4 4 4 4 4 32 43 2 4 4 5 5 5 4 4 33
4 4 4 4 4 4 4 4 4 32 44 5 5 4 4 5 5 5 4 37
5 4 4 4 4 4 2 4 2 28 45 4 2 2 4 2 2 2 4 22
6 5 5 4 4 4 2 4 4 32 46 4 4 4 2 2 4 4 2 26
7 4 4 2 2 4 4 4 4 28 47 4 4 2 2 4 4 4 2 26
8 4 4 4 4 4 2 4 4 30 48 1 1 1 1 2 1 1 1 9
9 5 5 5 5 5 5 5 5 40 49 2 4 4 2 4 2 2 2 22
10 4 4 2 2 4 4 4 4 28 50 4 4 4 4 5 5 4 4 34
11 4 4 4 4 4 4 4 2 30 51 4 4 4 4 5 5 4 4 34
12 4 4 4 4 4 4 4 2 30 52 2 4 4 4 4 4 2 2 26
13 4 4 4 4 4 2 4 4 30 53 5 4 4 4 5 5 5 4 36
14 4 4 4 2 4 4 4 2 28 54 2 2 4 2 4 2 4 2 22
15 2 4 5 5 4 4 4 4 32 55 5 4 4 4 5 4 5 4 35
16 4 4 4 4 4 2 4 4 30 56 4 4 4 4 4 4 4 4 32
17 4 4 4 4 4 4 4 4 32 57 4 4 4 4 4 4 4 4 32
18 4 5 4 4 4 5 4 5 35 58 4 4 4 4 4 4 4 4 32
19 4 4 4 4 4 2 4 4 30 59 5 4 2 4 5 5 5 2 32
20 4 4 4 4 4 4 4 4 32 60 4 4 4 4 4 4 2 4 30
21 4 4 4 4 5 4 4 2 31 61 4 4 4 2 4 2 4 4 28
22 4 4 4 2 4 2 4 2 26 62 5 5 5 5 5 5 5 5 40
23 4 4 4 4 4 4 4 2 30 63 2 2 2 2 2 4 2 2 18
24 5 4 4 4 4 4 5 4 34 64 4 4 4 4 5 4 4 4 33
25 4 4 4 4 4 4 4 4 32 65 4 4 4 2 2 2 2 4 24
26 4 4 4 4 4 2 4 2 28 66 2 4 2 4 4 2 4 4 26
27 4 4 2 4 4 4 4 2 28 67 4 4 2 4 2 4 4 2 26
28 4 4 4 4 4 2 4 2 28 68 4 4 2 4 2 4 4 4 28
29 4 4 2 4 4 4 4 2 28 69 4 4 4 5 4 2 4 2 29
30 4 4 4 4 4 4 4 2 30 70 4 4 2 4 4 4 4 4 30
31 4 4 2 4 4 4 4 2 28 71 2 4 2 4 4 4 4 4 28
32 4 4 4 4 4 4 4 4 32 72 4 4 5 4 5 5 5 4 36
33 4 4 4 4 4 4 2 4 30 73 4 4 4 4 5 5 4 2 32
34 4 4 5 4 4 4 4 2 31 74 4 4 4 4 4 4 4 4 32
35 4 4 2 4 4 4 4 2 28 75 5 4 2 4 4 5 5 2 31
36 4 4 4 4 4 4 4 4 32 76 4 4 4 5 5 4 2 4 32
37 2 4 4 4 2 4 2 2 24 77 4 2 4 2 4 1 4 2 23
38 4 4 5 5 4 4 4 4 34 78 4 4 4 4 4 4 4 4 32
39 2 2 2 4 4 4 4 2 24 79 4 4 4 4 4 4 4 2 30
40 4 4 4 4 4 2 4 4 30 80 2 2 2 2 2 2 2 2 16