persepsi masyarakat tentang jembatan penyeberangan orang …

89
i PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) (Studi Kasus : JPO di Pondok Pinang, Jakarta Selatan) Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: ADRIAN YUDHA RAMADHANA NIM: 1113111000045 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

i

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN

PENYEBERANGAN ORANG (JPO)

(Studi Kasus : JPO di Pondok Pinang, Jakarta Selatan)

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

ADRIAN YUDHA RAMADHANA

NIM: 1113111000045

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul :

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN

ORANG (JPO):

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

HIdayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 Agustus 2018

Adrian Yudha Ramadhana

Page 3: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa :

Nama : Adrian Yudha Ramadhana

NIM : 1113111000045

Program Studi : Sosiologi

Telah menyatakan penulisan skripsi dengan judul :

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN

ORANG (JPO)………………………………………………………………..........

……………………………………………………………………………………...

Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 29 Agustus 2018

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Cucu Nurhayati Dra. Vinita Susanti, M.Si

NIP.197609182003122033 NIP. 1965115199103200

Page 4: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

Persepsi Masyarakat Tentang Jembatan Penyeberangan Orang(JPO)

Oleh

Adrian Yudha Ramadhan

1113111000045

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29

Agustus 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.

Ketua, Sekretaris

Dr. Cucu Nurhayati Dr. Joharatul Jamilah, M.Si

NIP.197609182003122033 NIP.196808161997032002

Penguji I Penguji II

Muhammad Guntur Alting, M.Si Husnul Khitam, M.Si

NIP.198308072015031003

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 29 Agustus

2018.

Ketua Program Studi Sosiologi

FISIP UIN Jakarta

Dr. Cucu Nurhayati

NIP.197609182003122033

Page 5: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

v

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang JPO

di wilayah Pondok Pinang, Jakarta Selatan dengan menggunakan teori persepsi

Kotler.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dan bersifat

deskriptif kualitatif. Metode studi kasus adalah metode yang menuntun peneliti

untuk memahami fakta yang ditemukan dilapangan secara mendalam untuk

dideskripsikan dalam penelitian ini. Prosedur yang dilalui oleh peneliti adalah

menjabarkan pengertian persepsi, jenis-jenis persepsi, proses terjadinya persepsi,

syarat terjadinya persepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terkait

JPO.

Hasil penelitian ini adalah jenisnya, persepsi masyarakat adalah self

perception (sudut pandang dari dalam diri sendiri), proses persepsi terjadi akibat

adanya pertanyaan dari peneliti melalui wawancara, syarat terjadinya persepsi

adalah adanya topik tentang JPO yang telah dilihat oleh partisipan dan dikomentari.

Selanjutnya faktor yang mempengaruhi ini persepsi masyarakat Pondok Pinang

tentang JPO adalah usia, pekerjaan, pengalaman dan informasi.

Kata Kunci: Persepsi dan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO).

Page 6: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rezeki dan nikmat serta rahmat yang

dilimpahkanNya, begitu juga tidak lupa shalawat kepada Nabi Muhammad SAW

dan sahabat beserta keturunanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan berjudul Persepsi Masyarakat Tentang JPO di Pondok Pinang, Jakarta

Selatan.

Kemudian peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah.

2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati selaku ketua Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik.

3. Ibu Dr. Joharatul Jamilah, M.Si selaku sekertaris Program Studi Sosiologi

akultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

4. Ibu Dra. Vinita Susanti, M.Si sebagai Dosen pembimbing dalam menyelesaikan

skripsi.

5. Para Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya Jurusan Sosiologi

yang telah memberikan & menurunkan ilmu pengetahuannya kepada saya

selama masa kuliah.

6. Semua yang terkait dibagian informasi, tatausaha dan administrasi akademik.

7. Kedua Orangtua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil.

Sehingga dapat tersusunnya skripsi ini.

Jakarta, 29 Agustus 2018

Adrian Yudha Ramadhana.

Page 7: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK...………………………………………………………………………v

KATA PENGANTAR……………………………………………………………vi

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..vii

DAFTAR BAGAN……………………………………………………………….ix

DAFTAR TABEL………………………………………………………………...ix

DAFTAR SINGKATAN………………………………………………………….x

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1

A. Pernyataan Masalah……………………………………………...…....1

B. Pertanyaan Penelitian………………………………………………….5

C. Tujuan dan Manfaat Peneltian…………………………………………5

D. Penelitian Relevan..……………………………………………………6

E. Kerangka Teoritis……………………………………………………..10

F. Kerangka Berpikir…………………………………………………….14

G. Definisi Konseptual………………………………………………….. 14

H. Metode Penelitian……………………………………………………..16

I. Sistematika Penulisan…………………………………………………26

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN…….………………………….....27

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian………………………….……....27

B. Penyeberang Jalan di Jakarta…………………………………………32

C. Profil JPO Pondok Pinang…………………………………………....34

BAB III PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JPO………………………...36

Page 8: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

viii

A. Kondisi JPO.......................................………….................……….....36

B. Persepsi Masyarakat Tentang JPO di Pondok Pinang………………..40

C. Kelebihan dan Kelemahan JPO……………………………………....43

BAB IV PENUTUP………………………………………………………………51

A. Kesimpulan…………………………………………………………...51

B. Saran………………………………………………………………….51

Daftar Pustaka……………………………………………………………………53

Lampiran...............................................................................................................xi

Page 9: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

ix

DAFTAR BAGAN

Bagan I.F.1. Kerangka Berpikir…………………………………………………13

DAFTAR TABEL

Tabel I.E.1. Tinjauan Pustaka…………………………………………………...5

Tabel I.H.1. Identitas Masyarakat Sekitar di JPO Pondok Pinang……………...21

Tabel II.A.1.Sebaran JPO di DKI Jakarta…………………………………….....27

Tabel II.A.2.Kriteria Tingkat Pemanfaatan Jembatan Penyeberangan………….31

Page 10: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

x

DAFTAR SINGKATAN

BPS : Badan Pusat Statistik

CCTV : Closed Circuit Televition

DIRJENHUB : Direktorat Jenderal Perhubungan

IPM : Indeks Pembangunan Manusia

JPO : Jembatan Penyeberangan Orang

HAM : Hak Asasi Manusia

KEMENHUB : Kementrian Perhubungan

KEMENPUPR : Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat

KM : Kilometer

KUHP : Kitab Undang-Undang Hukum

Polsek : Polisi Sektor

PU : Pekerjaan Umum

SK : Surat Keputusan

UU : Undang-Undang

Page 11: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Kejahatan dan tindakan kriminalitas telah menjadi masalah sosial

tersendiri bagi hampir seluruh tatanan masyarakat dunia.1 Tindak kejahatan

dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, terlebih lagi pada era modern seperti

saat ini. Dimana tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup sangat tinggi.

Disamping itu permasalahan lain yang terjadi saat ini adalah sulitnya mencari

pekerjaan sehingga menyebabkan sebagian orang nekat untuk menempuh jalan

pintas seperti mencuri atau mencopet, menodong, merampok hingga

memperkosa demi mendapatkan barang berharga dari korban kejahatan.

Berdasarkan berita dari media online, peringkat negara dengan kejahatan

terendah adalah Swiss, Korea Selatan, Singapura, Jepang, Hongkong, Taiwan,

Qatar, Uni Emirat Arab, Denmark dan Austria. Sementara Indonesia berada di

peringkat 41 indeks kejahatan sedunia yang tergolong kategori sedang.2 Fakta

tersebut menjadi dasar bahwa kejahatan atau tindak kriminal yang terjadi di

Indonesia masih sangat mengkhawatirkan.

1 Redian Syah Putra. JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016. 2 www.liputan6.com/ diunduh pada tanggal 1 September 2018.

Page 12: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

2

Kota Jakarta merupakan salah satu kawasan Metropolitan terbesar di dunia dan

merupakan kawasan perkotaan terbesar di Asia Tenggara dengan jumlah

penduduk mencapai lebih dari 20 juta jiwa pada tahun 2007.3 Pernyataan

tersebut menggambarkan kondisi kota Jakarta yang padat sebagai dampak dari

beberapa fungsi yang dibebankan kepadanya seperti sebagai ibu kota Negara,

ibu kota provinsi bahkan pusat perdagangan dan pusat pemerintahan di

Indonesia.

Sebagai kota metropolitan, kota Jakarta dilengkapi dengan berbagai

fasilitas umum. Fasilitas umum tersebut berkembang di berbagai aspek, baik

berupa sarana transportasi, pusat perbelanjaan, sarana rekreasi maupun pusat

kesehatan.4 Diantara semua fasilitas umum yang tersedi di kota Jakarta, sarana

transportasi dianggap oleh peneliti sebagai sarana yang masih membutuhkan

perbaikan dan perawatan.

Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem hidup dan

kehidupan, sistem pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan.5 Masyarakat di

kota Jakarta belum sepenuhnya menggunakan transportasi umum dan sebagian

besar lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini

mengakibatkan padatnya mobilitas di jalanan. Kepadatan lalu lintas sering

menyebabkan kecelakaan.

3 Arrauda Vioya. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 21 No. 3, Desember 2010, hlm 215 –

226. 4 Muhammad Adib Widhianto. TEMU ILMIAH IPLBI 2016 5 Siti Aminah. Jurusan Ilmu Politik FISIP, Universitas Airlangga.

Page 13: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

3

Kecelakaan lalu lintas adalah suatu hal yang tentunya ingin selalu

dihindari oleh setiap penggunan jalan, namun terkadang kecelakaan lalu lintas

ini terjadi secara tiba-tiba karena prasarana jalan yang buruk ataupun karena

kelalaian dari pengguna jalan itu sendiri.6 Salah satu prasarana yang

mendukung ketertiban lalu lintas adalah jembatan penyeberangan orang (JPO).

Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) sebagai alat penyeberangan merupakan

salah satu kebutuhan manusia dalam menyeberang jalur lalu lintas karena

akhir-akhir ini banyak terjadi kecelakaan yang menimpa para penyeberang

jalan.7 Ketersediaan JPO diharapkan dapat membantu masyarakat untuk

menyeberangi jalan di lokasi dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi agar

terhindar dari kecelakaan yang menyebabkan korban kehilangan fungsi

anggota tubuh bahkan nyawanya. Namun berdasarkan pengamatan peneliti di

lapangan, ketersediaan JPO terutama di wilayah Pondok Pinang tidak dijadikan

pilihan utama bagi pengguna jalan untuk menyeberang. Beberapa alasan yang

dikemukakan oleh partisipan yang diwawancarai oleh peneliti adalah struktur

anak tangga yang terlalu tinggi, tindak kejahatan yang pernah terjadi dan tidak

adanya atap maupun penerangan yang memadai pada JPO di wilayah Pondok

Pinang.

Enam faktor penyebab rendahnya minat masyarakat menggunakan

jembatan penyeberangan yaitu kenyamanan, keselamatan, kemudahan, desain,

6 Cahaya Eka Putri. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol. 2, No. 1, Maret 2014 7 Fakhrul Rozi Yamali, Jurnal Civronlit Universitas Batanghari Vol.3 No.1 April 2018, hal. 11

Page 14: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

4

keamanan dan hambatan.8 Apabila pemerintah ingin pejalan kaki

tetapmenggunakan JPO. Maka hal yang wajib diperhatikan adalah kondisi JPO

yang nyaman, terjaminnya keselamatan pengguna JPO, Kemudahan akses bagi

pengguna JPO, desain JPO yang tidak melelahkan, jaminan keamanan dengan

disediakannya petugas keamanan atau kamera CCTV disetiap JPO dan

menghilangkan hambatan bagi pengguna JPO seperti reklame yang

mengganggu.

Persepsi masyarakat terhadap JPO sangat penting. Persepsi negatif

membuat penggunaan JPO menjadi sepi dan semakin dijadikan lokasi untuk

meraih keuntungan bagi pihak-pihak tertentu seperti perusahaan pengiklan

yang dengan bebasnya memasang spanduk produknya, pengemis yang

melakukan aksi meminta-minta sehingga mengganggu pengguna JPO, Preman

atau pelaku kriminal yang melakukan tindakan menodong, menjambret hingga

melakukan kejahatan asusila. Hal demikian terjadi akibat sepinya pengguna

JPO. Selain itu kelengkapan pendukung untuk JPO juga menambah persepsi

buruk bagi pengguna seperti tidak adanya kanopi, tidak adanya lampu untuk

penerangan di malam hari, tidak adanya tempat sampah dan tidak adanya

CCTV yang membuat lokasi JPO tidak mendapatkan pengawasan dengan baik.

Sebaliknya persepsi positif akan mempengaruhi masyarakat untuk

menggunakan JPO sebagai sarana untuk menyeberang jalan. Sehingga persepsi

tersebut dapat mengurangi kecelakaan lalu lintas dan menertibkan lalu lintas di

8 Kinanti Wijaya, Asri Lubis dan Ruri Aditya Sari. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.

Hal. 4

Page 15: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

5

wilayah tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan pada JPO dengan

kelengkapan sarana pendukung yang disebutkan di atas.

Dari hasil pengamatan selama melakukan penelitian di lapangan, peneliti

mengetahui persepsi atau pandangan masyarakat tentang JPO di wilayah

Pondok Pinang, Jakarta Selatan diantaranya adalah masyarakat lebih memilih

untuk menyeberang langsung di antara kendaraan-kendaraan yang melintas di

jalan tersebut. Masyarakat bahkan nekad menembus pagar pembatas yang

sudah dijebol dengan alasan ingin lebih mudah melewati daripada menaiki atau

mendaki tangga JPO yang terlalu curam serta terhindar dari tindakan kriminal

yang sering terjadi.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana persepsi masyarakat tentang jembatan penyeberangan orang

(JPO) di Jalan Pondok Pinang?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat

tentang jembatan penyeberangan orang (JPO) di Jalan Pondok Pinang.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diadakan dengan tujuan untuk memberikan beberapa

manfaat sebagai berikut :

Page 16: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

6

a. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan. Sehingga

peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dari perkuliahan

untuk di dunia nyata.

b. Bagi akademik

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap koleksi

perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah.

c. Bagi Praktisi

Penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan dan sebagai pembanding

terkait kondisi JPO di wilayah lain.

D. Penelitian Relevan

Peneliti menggunakan penelitian yang memiliki topik yang sama dengan

penelitian lain agar mendapatkan gambaran hasil penelitian seperti tabel

mastriks berikut ini:

Page 17: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

7

Tabel I.E.1 Matriks Tinjauan Pustaka

No Penulis Judul Hasil Persamaan Perbedaan

1 Muhammad

Fathien Azmy

& Triyatni

Martosenjoyo

(2011).

Pemanfaatan

Jembatan

Penyeberangan

Orang

Di Kota

Makassar.

Hasil penelitian

menunjukkan

ketinggian

anak tangga

relatif tinggi,

tekstur lantai

JPO relatif

licin,

lebar tangga

dan lebar JPO

kurang dan

JPO tidak

dapat

digunakan

secara optimal

bagi penderita

cacat.

Persepsi

pengguna JPO

di Makassar

terhadap azas

kemudahan,

azas

kegunaan,

azas keamanan

dan azas

kemandirian

pemanfaatan

JPO belum

terpenuhi.

Lokasi

penelitian

berada di

kota

Makassar

2 Fakhrul Rozi

Yamali (2018)

Kajian Azaz

Manfaat Jembatan

Penyeberangan

Orang (JPO) di

Jalan

Sultan Thaha

Kota Jambi.

Persentase

pertumbuhan

penduduk di

dapat

perkiraan

jumlah

penyeberang

yang akan

menyeberang

di jembatan

baru akan

mencapai

Derajat

Kejenuhan

(DS) pada 8

tahun 3 bulan

kedepan.

Minimnya

pemanfaatan

JPO oleh

pejalan kaki.

Lokasi di

kota Jambi

dan metode

yang

digunakan.

survei

3 Ridho

Wicaksono,

Untoro

Nugroho, dan

Alfa Narendra

(2016).

Perilaku

Penyeberang

Pejalan Kaki Dan

Pengaruhnya

Terhadap Kinerja

Lalu Lintas.

Pada waktu

pagi hari

perilaku

penyeberang

melalui

jembatan lebih

banyak

Penelitian ini

menggunakan

instrumen

berupa

observasi yang

membuat

peneliti

Informasi

tingkat

kepadatan

arus lalu

lintas pada

waktu-waktu

sibuk yang

Page 18: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

8

dari pada

melalui jalan.

Sedangkan

pada waktu

sore hari

perilaku

penyeberang

melalui

jembatan

lebih sedikit

dari pada

melalui jalan.

Pada puncak

pagi rata-rata

penyeberang

jalan

menghambat 2

kendaraan

selama 1.37

detik

sedangkan

puncak sore

menghambat 1

kendaraan

selama 1 detik.

mengetahui

cara

menyampaika

n sudut

pandang.

berpeluang

menyebabka

n kecelakaan.

4 Achmad

Nadjam,

Mohamad

Ferdiansyah

dan Hendrik

Jonathan

Sitorus (2018).

Efektivitas Dan

Kepuasan

Pengguna

Jembatan

Penyeberangan

Orang (JPO) Di

Pasar Induk

Kramat Jati.

JPO tersebut

tidak efektif

namus tingkat

pelayanan

termasuk

kategori A.

Berdasarkan

analisis

kepuasan

pengguna,

sebanyak 59%

puas dan

sangat puas

menggunakan

JPO dengan

klasifikasirenta

ng usia 21-30

tahun,

pendidikan

mayoritas

Hasil

analisis

volume

penyeberang,

Jembatan

Penyeberanga

n Orang di

Pasar Induk

Kramat Jati

tidak efektif.

Lokasi

penelitian di

pasar Kramat

Jati.

Page 19: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

9

SMA,

pekerjaan

terbanyak

wiraswasta,

penghasilan

perbulan 1-3

juta, frekuensi

pekerjaan

pemakaian <

2x perhari, asal

tujuan ke

pertokoan/pasa

r dengan

maksud

bekerja.

5 Eka Agus

Sugito,

Syafaruddin

As, Siti

Nurlaily

(2011).

Tingkat

Pemanfaatan Dan

Faktor Yang

Mempengaruhi

Pemakaian

Jembatan

Penyeberangan

Orang

Di Depan Mega

Mall Jalan

Ahmad Yani Kota

Pontianak

Masukan bagi

kalangan

pemerintah

Kota Pontianak

dan kalangan

akademisi yang

terkait

tingkat

pemanfaatan

dan faktor yang

mempengaruhi

pemakaian

jembatan

penyeberangan

orang di depan

Mega

Mall Jalan

A.Yani Kota

Pontianak.

Metode yang

digunakan

bersifat

kualitatif

deskriptif dan

minimnya

penggunaan

JPO.

Lokasi

penelitian di

kota

Pontianak.

Berdasarkan tabel di atas, peneliti menemukan persamaan dan perbedaan

yang menjadi rujukan bagi peneliti untuk mendeskripsikan hasil penelitian di

bab selanjutnya. Diantara lima peneliti, terdapat tiga penelitian yang memiliki

persamaan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fathien Azmy &

Triyatni Martosenjoyo (2011), Achmad Nadjam, Mohamad Ferdiansyah dan

Page 20: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

10

Hendrik Jonathan Sitorus (2018) dan Fakhrul Rozi Yamali (2018) yang

menyatakan bahwa masih minimnya pejalan kaki yang menggunakan JPO

untuk menyeberang jalan.

Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Eka Agus Sugito,

Syafaruddin As, Siti Nurlaily (2011) memiliki kesamaan pada instrumen

penelitian yang digunakan yaitu pengamatan di lapangan dan pada metode yang

digunakan yaitu bersifat deskriptif kualitatif. Hal ini bermanfaat untuk

membantu peneliti dalam melakukan prosedur penelitian.

Sedangkan perbedaan yang ditemukan pada penelitian sebelumnya lebih

banyak dikarenakan oleh lokasi penelitian seperti di kota Makassar, Jambi,

Pontianak dan kelurahan Kramat Jati. Selain itu terdapat hasil penelitian yang

berbeda, yang menggambarkan waktu-waktu padatnya arus lalu lintas yang

menyebabkan kecelakaan.

E. Kerangka Teoritis

Teori yang digunakan untuk menjabarkan hasil dalam penelitian ini

adalah teori persepsi. Persepsi adalah dimana kita memilih, mengatur, dan

menerjemahkan masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang

berarti.9

Berdasarkan teori di atas maka dapat dijabarkan bahwa persepsi adalah

cara seseorang memilih atau memaknai informasi yang dilihatnya menjadi

pendapat untuk dikemukakan kepada orang lain tentang suatu obyek. Pendapat

tersebut dapat dianggap sebagai informasi yang bermanfaat dalam penelitian ini

9 Kotler, Philip., Keller, Kevin L. 2013. Manajemen Pemasaran, Jilid Kedua, Jakarta: Erlangga

Page 21: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

11

sebagai data. Sehingga peneliti dapat mendeskripsikan hasil penelitiannya.

Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah JPO di wilayah Pondok Pinang.

Sedangkan persepsi masyarakat diukur dari hasil wawancara yang dilakukan

kepada delapan partisipan.

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi

kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan

hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya,

yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium.10

Berdasarkan teori diatas maka dapat dinyatakan bahwa persepsi adalah

proses terbentuknya informasi secara terus menerus terkait dengan

lingkungannya. Lingkungan yang memiliki hubungan dengan partisipan dalam

penelitian ini adalah wilayah Pondok Pinang karena setiap hari mereka melalui

lokasi tersebut. Sehingga melalui informasi dari mereka yang diperoleh dari

panca inderanya dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data.

Informasi yang diberikan diharapkan sangat membantu peneliti untuk

menyusun hasil penelitian.

1. Jenis-Jenis Persepsi

Persepsi yang akan digunakan dalam penelitian ini dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu :

a. Eksternal Perseption, yaitu persepsi yang terjadi karena datangnya

rangsang dari luar individu.

10 Slameto. 2010. Balajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Page 22: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

12

b. Self Perseption, yaitu persepsi yang terjadi karena datangnya rangsang

dari dalam individu.11

Berdasarkan teori tersebut, jenis-jenis persepsi terdiri dari dua jenis

yaitu persepsi yang dikemukakan secara eksternal dan persepsi sendiri.

Persepsi eksternal adalah hasil pikiran yang dipengaruhi oleh orang lain atau

melalui stimulus. Contohnya pertanyaan, wawancara dan angket.

Sementara itu, persepsi sendiri didapat dari pengalaman pribadi,

pengamatan melalui panca indera dan pada akhirnya menghasilkan sebuah

pendapat, komentar maupun sugesti.

2. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dimulai dari adanya objek yang

menimbulkan stimulus. Stimulus mengenai alat indera. Stimulus yang

diterima alat indera diteruskan oleh saraf sensorik ke otak. Kemudian

terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu

menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang dirasa.

Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam

berbagai macam bentuk.12

Berdasarkan teori di atas, proses terjadinya persepsi adalah dimulai

dari adanya rangsangan dari luar. Rangsangan dalam penelitian ini adalah

pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh peneliti kepada partisipan

11 Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Pendidikan. Jakarta: EGC. 12 Bimo Walgito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi.

Page 23: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

13

terkait anggapan mereka tentang adanya jembatan penyeberangan orang

(JPO).

3. Syarat Terjadinya Persepsi

Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu terjadinya

stimulasi alat indera dan ditafsirkan. Seperti obyek yang dipersepsi, alat

indera syaraf dan pusat susunan syaraf dan perhatian.13

Berdasarkan teori diatas, syarat terjadinya persepsi yaitu obyek

persepsi. Obyek persepsi dalam penelitian ini adalah jembatan

penyeberangan orang. Selanjutnya adalah alat indera syaraf, alat indera

yang digunakan dalam penelitian ini adalah mata para partisipan untuk

menilai tentang manfaat adanya JPO di wilayah Pondok Pinang.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terdiri dari faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah usia, pendidikan,

pekerjaan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari informasi dan

pengalaman.14

Berdasarkan teori di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi adalah usia, pendidikan dan pekerjaaan. Sehingga sudut pandang

setiap usia berbeda serta dipengaruhi oleh jenjang pendidikan dan

13 Ibid. 14 Miftah Toha. 2003. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada.

Page 24: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

14

pekerjaannya. Sementara informasi dan pengalaman menjadikan sudut

pandang seseorang menjadi lebih luas dan berkembang.

F. Kerangka Berpikir

Bagan F.1.1 Kerangka Pemikiran

G. Definisi Konseptual

1. Fasilitas Penyeberangan

Fasilitas penyeberangan dibagi menjadi dua kelompok tingkatan

dibawah ini, yaitu;

a. Penyeberangan Sebidang (At-Grade) Penyeberangan sebidang terdiri atas

2 macam yaitu :

1) Penyeberangan Zebra (Zebra Cross)

Zebra Cross adalah sarana untuk menyeberang jalan dengan pola

garis putih sejajar. Namun penggunaan zebra cross lebih tepat

digunakan untuk volume penyeberangan jalan yang tergolong rendah.

Jenis-jenis

Persepsi

Proses Persepsi Jembatan

Penyeberangan

Orang

Persepsi

Syarat Persepsi

Faktor Penyebab

Persepsi

Page 25: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

15

Syarat dalam pemilihan zebra cross adalah dipersimpangan jalan

ditiap sudut ruas jalan.

2) Penyeberangan Pelican

Penyeberangan jalan berbentuk zebra cross yang dilengkapi

dengan lampu lalu lintas. Sarana pelican ini berguna apabila

ditempatkan di jalanan dengan arus penyeberang jalan yang tinggi.

b. Penyeberangan Tidak Sebidang (Elevated/Underground)

Penyeberangan tidak sebidang terdiri dari dua jenis yaitu :

1) Elevated/Jembatan

Jembatan penyeberangan jenis ini diperuntukkan untuk pejalan

kaki. Jembatan penyeberangan ini lebih tepat apabila digunakan untuk

mobilitas jalan dengan kecepatan tinggi. Syarat untuk menggunakan

jembatan ini adalah jenis yang tidak memerlukan zebra cross, apabila

pelikan sudah tidak efektif, tingginya frekuensi kecelakaan dan

mobilitas pejalan kaki maupun kendaraan.

2) Underground/Terowongan.

Seperti halnya dengan jembatan penyeberangan orang,

pembangunan terowongan dikerjakan didalam tanah. Pembangunan

terowongan untuk digunakan menyeberangi jalan dengan perencanaan

yang rumit dan lebih mahal daripada pembangunan jembatan

penyeberangan orang. Persyaratan penggunaan underground atau

terowongan adalah apabila jembatan tidak dimungkinkan untuk

disediakan dan lokasi dapat dibangun under ground terowongan.

Page 26: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

16

2. Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)

JPO atau Jembatan Penyeberangan Orang adalah struktur bangunan

yang tersusun dengan anak tangga dan bertingkat-tingkat untuk melintasi

sebuah jalan yang berakibat kedua pada ujung jalan adanya terhalang atau

terhambat seperti sungai, saluran perairan, selat, lembah, serta jalan raya,

jalan tol dan jalan rel kereta api. Letak JPO biasanya berseberangan dengan

jalan raya atau jalur kereta api. Kedua objek tersebut hanya disediakan

untuk pejalan kaki yang menyeberangi jalan atau jalur kereta api.

JPO juga dapat dimaknai sebagai sarana bagi pejalan kaki agar dapat

menyeberangi jalan yang ramai dan lebar, menyeberangi jalan tol atau jalur

kereta api. Sehingga mobilitas pejalan kaki dan kendaraan dipisahkan secara

fisik dan kecelakaan dapat diminimalisasi. Keberadaan JPO di suatu

wilayah yang dibangun akan memberikan dampak untuk mulai membangun

kesadaran masyarakat agar dapat menggunakan fasilitas tersebut. Apabila

seluruh masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi, maka kehidupan

masyarakat pun akan sejahtera dan angka kecelakaan serta kemacetan lalu

lintas akan dapat dikurangi.

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian yang

bersifat deskriptif kualitatif. Karena penelitian ini hanya mengolah data dan

mengalisis suatu masalah dengan penjabaran-penjabaran secara detil.

Page 27: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

17

Penelitian ini mengkhususkan pada deskripsi data yang berupa kalimat-

kalimat yang memiliki pemahaman yang mendalam. Fakta-fakta

dikumpulkan dari partisipan dan perilaku yang diobservasi. Data hasil

penelitian ini berupa fakta-fakta yang ditemukan pada saat pengamatan di

lapangan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan analisis studi kasus.

Metode studi kasus memungkinkan peneliti untuk melakukan eksplorasi

mendalam dan spesifik tentang kejadian tertentu atau beberapa peristiwa

dari sebuah fenomena.

Pada penelitian, peneliti mencoba melihat suatu kasus yang terjadi

di sebuah lokasi yang sering terjadi tindakan kejahatan dan marak dalam

beberapa pemberitaan. Sehingga perlu upaya untuk menyeleksi keterangan-

keterangan empiris yang detail dan aktual dari kasus yang kemudian

dianalisis oleh peneliti. Pemilihan kasus ini didasari pada perlunya

pengamatan terhadap dampak kriminalitas yang terjadi pada fasilitas

penggunaan jembatan penyeberangan orang ( JPO).

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lexi J. Moelong mengungkapkan bahwa lokasi penelitian dapat

ditentukan dengan mempertimbangkan teori yang relevan dan menelusuri

lapangan untuk mencari relevansinya dengan kenyataan yang ada di

lapangan. Sedangkan keterbatasan wilayah geografis dan praktis, seperti

waktu, biaya dan tenaga perlu dijadikan pertimbangan dalam menentukan

lokasi penelitian. Berdasarkan penjabaran di atas, maka lokasi penelitian

Page 28: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

18

berada di kelurahan Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Latar belakang peneliti

dalam memilih lokasi adalah karena JPO di kelurahan Pondok Pinang,

Jakarta Selatan adalah JPO yang berada di lokasi keramaian dengan

berbagai tipe masyarakat mulai dari pelajar, pekerja, pedagang dan

sebagainya, melintasi JPO tersebut. Selain itu, lokasi JPO Pondok Pinang

dekat dengan pembatas jalan atau pagar yang sudah dijebol oleh warga.

Sehingga pejalan kaki yang melintasi daerah tersebut, lebih memilih untuk

melewati pagar yang telah dijebol daripada melewati JPO.

3. Partisipan

Partisipan dalam penelitian adalah orang atau pelaku yang benar-

benar tahu dan menguasai masalah, serta terlibat langsung dengan masalah

penelitian. Dengan menggunakan metode penelitian studi kasus, peneliti

menghubungkan faktor-faktor kontekstual. Wawancara dengan partisipan

bermanfaat untuk mengali informasi yang menjadi dasar dan rancangan dari

teori yang dibangun. Partisipan dalam penelitian ini adalah para pejalan kaki

yang menggunakan fasilitas JPO di Kelurahan Pondok Pinang, Jakarta

Selatan. Partisipan dalam penelitian ini terdapat delapan orang. Adapun

beberapa partisipan pengguna lokasi JPO di kelurahan Pondok Pinang

adalah:

a) Rahmah, Seorang mahasiswa yang biasa melintasi JPO di Pondok

Pinang, Jakarta Selatan. Namun biasa Rahma melintasi jalur terebut, tak

layak untuk dilewati sebenarnya, sebab jalan lintasan JPOnya rusak,

kumuh, dan terlalu curam, hingga rawan dan sepi. pandangan Rahmah

Page 29: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

19

dengan kondisi JPO tak layak dipakai kurang adanya pemeliharaannya

oleh secara totalitas. “saya mah, kalau melintasi karena gaada jalur

alternatif lain, abis satu-satunya lintasan cuman ini saja. Dan JPOnya

saja kurang terjamin bagi masyarakat umum” ucapan perkataan Rahma,

jadi intinya Rahma ini untuk melalui jalur JPOnya beralasan karena ada

urgensinya saja.

b) Lestari, merupakan berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang sering

melintasi jalan trotoar berdekatan dengan JPO Pondok Pinang, Jakarta

Selatan. Menurut beliau lokasi JPO tidak terpelihara atau terawat dan

kurangnya lampu penerangan buat lampu jalan. “kalau sekali nyebrang

jalur JPOnya ngeri, takut pernah ada kasus pemerkosaan juga terus

kurang dikelola sama pemerintah karena kurang dana, iya sudah” ibu

Lestari tuturnya.

c) Gito, merupakan pegawai supir pribadi/ pengemudi yang pernah

melintasi jalur JPO. Akan tetapi jika Pak Gito tidak ingin melewati jalur

JPO, dikarenakam Pak Gitonya sendiri tidak berkepentingan berbuat hal

untuk menyeberang. pandangan pak Gito juga jika melintasi jalur

JPOnya saja sudah tidak memadai untuk dilalui karena beralasan bahaya

dan gelap bila malam hari dilewati karena kurang adanya perawatan

bagi khusus wilayah Pemda khususnya, serta dampak buruk bagi wanita

khususnya jika melintasi JPOnya. Menurut ungkapan Pak Gito “ya, kalo

untuk melintasi JPOnya kurang layak karena tinggi dan curam orang

jadi males mau naik” tuturnya.

Page 30: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

20

d) Simin, merupakan berprofesi sebagai pedagang pinggiran yang berumur

30 tahun, yang sudah menetap hingga 15 tahun dekat dengan JPO di

sepanjang Jalan RA Kartini, Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Beliau

juga pernah menggunakan fasilitas JPO, akan tetapi jika ada keperluan

tertentu untuk menyeberang. Beliau mengatakan dengan keberadaan

fasilitas JPO tersebut sangat membantu walaupun fasilitas JPOnya

kurang memadai untuk dipakai seperti curam dan tinggi. Dari

pernyataan Pak Simin “iya pernah ada tindakan kriminalitas, perempuan

korbannya waktu sore balik habis nonton konser Iwan Fals, cuma udh

lama” ungkap Simin. Dan Simin melihat keberadaan bangunan JPOnya

kurang kelola dengan baik, kemudian jika dilihat fasilitas JPOnya

langsung terkesan kumuh hingga curam orang menjadi males untuk

melintasi JPOnya.

Sedangkan beberapa partisipan yang tidak menggunakan JPO adalah di

Jalan R.A Kartini Kelurahan Pondok Pinang adalah:

e) Pratiwi, merupakan ibu yang pegawai Berprofesi sebagai Wiraswasta,

beliau hampir setiap hari melintasi jalan-jalan besar yang berdekatan

dengan JPO berlokasi Pondok Pinang juga. ibu Pratiwi termasuk

pengguna jalan yang tidak berkendaraan atau pejalan kaki yang tidak

memanfaatkan JPO sebagai sarana penyeberangan. Beliau lebih sering

menyeberang jalan raya secara langsung, karena merasa malas menaiki

tangga JPO yang bisa menimbulkan efek lelah dan lebih lama sampainya.

Kemudian menuut pernyataan dari ibu Pratiwi sendiri jika mengamati

Page 31: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

21

JPOnya langsung memang kurang memadai serta rawan jalur tersebut

dilintasi.

f) Rulis, merupakan berprofesi sebagai wiraswasta tahun. Beliau memiliki

toko yang dekat dengan JPO di Pondok Pinang, sehingga beliau sering

melewati jalan di sekitaran JPO. Beliau termasuk yang tidak setia

menggunakan JPO. Hanya sesekali saja dan itu sangat jarang dalam

menggunakan JPO. Hal tersebut karena bagi bapak Rulis JPO di jalan

RA Kartini tidaklah kondusif karena banyak Preman yang berkeliaran

dan sering terjadi tindak kriminal.

g) Kholifah, seorang mahasiswa yang termasuk giat melakukan berjalan

kaki namun ia tidak selalu rutin melintasi jalur JPO, Beliau hanya

menggunakan JPOnya hanya sesekali saja jika berjalan bersamaan

dengan teman-temannya, sedangkan jika berjalan sendiri beliau tidak

mau menggunakan JPO dengan alasan takut pernah ada kejadian kasus

pemerkosaan. Menurut Kholifah dengan bangunan JPO di Pondok

Pinang ini dilantarkan oleh pemda setempat, serta menurut kholifah

dengan adanya penyediaan fasilitas atau sarana JPOnya kurang layak

dipakai terhadap masyarakat umum maupun publik.

h) Sugiarto, Merupakan berprofesi sebagai pegawai PNS yang menangani

pelayanan pengawasan dan pengendalian sosial atau (P3S) seperti

pengamen anak punk, pengemis, hingga pelaku tindak kriminal

dilingkungan sekitar berbagai sarana publik. Menurut Pernyataan Pak

Sugiarto, Beliau belum pernah memakai fasilitas JPO di Jalan R.A.

Page 32: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

22

Kartini, Pondok Pinang, namun jika ada pelaku tindakan kriminal, beliau

tetap langsung sigap untuk menangani kasus pidana kejahatan tersebut

dan telah bekerja sama dengan aparat keamanan kepolisian.

Tabel H.I.1 Identitas Masyarakat Sekitar di JPO Pondok Pinang

No Nama Usia Tempat

Tinggal

Profesi Waktu

Wawancara

1 Rahmah 20 thn Pasar

Minggu

Mahasiswa 16-4-2018

2 Lestari 28 thn Manggarai Ibu Rumah

Tangga

16-4-2018

3 Gito 25 thn Lebak

Bulus

Supir 15-4-2018

4 Simin 30 thn Lebak

Bulus

Pedagang 27-4-2018

5 Pratiwi 33 thn Senen Wiraswasta 18-4-2018

6 Rulis 35 thn Tendean Wiraswasta 19-4-2018

7 Kholifah 19 thn Lebak

Bulus

Mahasiswa 16-4-2018

8 Sugiarto 40 thn Cilandak PNS 21-5-2018

4. Teknik Pengumpulan Data

Dari hasil perolehan Data JPO di lokasi kelurahan Pondok Pinang,

Jakarta Selatan melalui studi lapangan wawancara atau pengamatan

langsung dari tabel diatas, maka peneliti ini akan memaparkan berbagai

teknis cara pengumpulan data sebagai berikut :

a. Penelitian Lapangan (Field Research)

Merupakan studi lapangan penelitian yang mendeskripsikan tentang

kebudayaan dan suku-suku bangsa. Data penelitian lapangan tersebeut

tergolong secara mikro dalam masa atau waktu tertentu. Sehingga proses

pengambilan data tersebut tidaklah mudah dan cepat untuk menyertakan

Page 33: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

23

analisisnya. Adapun untuk mendapatkan data tersebut digunakan dengan

berbagai cara lain, yakni:

1) Observasi Partisipan

Teknik menggunakan metode penelitian observasi partisipan

adalah pengamatan secara langsung karena itu adalah termasuk hal

mutlak dalam melakukan penelitian, tetapi hal yang tak jauh lebih

penting juga sang peneliti bisa menempatkan dirinya seperti subyek

yang akan diteliti yang bisa dikatakan membaur dengan identitas

sosial di tempat peneliti. Sehingga tidak akan timbul kesan

membangun jarak yang jauh maka dari pada itu peneiti

memberanikan diri untuk masuk dalam golongan pengguna JPO.

2) Wawancara

Teknik wawancara dapat dilaksanakan untuk mendapatkan

gambaran tentang kriminal pengguna JPO. Wawancara disini

dilakukan skala berkala dan melalui observasi yang cukup panjang,

sehingga ketika melihat gejala yang terkait dengan penelitian dan

informan yang menjadi penguat data kemudian digali informasinya

lebih dalam lagi.

b. Penelitian Historis-Komparatif

Penelitian historis komparatif ini mengamati dinamika kehidupan

atau fenomenal sosial melalui perkumpulan komunitas masyarakat

secara masa lampau atau kajian yang akan didatakan yang sudah pernah

terjadi. Dalam penelitian ini yang dibandingkan adalah persepsi setiap

Page 34: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

24

partisipan tentang adanya JPO. Prosedur membandingkan JPO dilakukan

dengan cara wawancara.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data akan dilakukan melalui proses penyederhanaan data ke

dalam bentuk yang lebih mudah di baca dan diinterpretasikan. Di mana,

analisis ini dilakukan secara kualitatif yang bertujuan membuat penjelasan

secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat dan fenomena

yang diteliti melalui studi dokumen dan rekaman arsip dengan

menggunakan metode penulisan deduktif.

Proses selanjutnya sebagai kegiatan akhir penulisan penelitian ini,

setelah semua data terkumpul dan diolah kemudian data tersebut dianalisa.

Dalam hal ini dipergunakan analisa kualitatif, artinya bahwa data yang

terkumpul kemudian digambarkan dengan kata-kata dipisah-pisahkan

menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan, sehingga data yang masih

bersifat teoritis dianalisa untuk mendapatkan penjelasan yang ilmiah.

Dalam menyimpulkan data dipergunakan pola berpikir induktif yaitu

melihat dari fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa secara khusus kemudian

digeneralisasikan bersifat umum. Dari uraian di atas dapat dianalisa

mengenai wacana kesadaran para pengguna fasilitas JPO Pondok Pinang,

Jakarta Selatan. Analisis data dalam penelitian ini meliputi tiga komponen

analisis yaitu:

Page 35: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

25

a. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data

kasar yang muncul dari data-data tertulis di lapangan. Selain itu, reduksi

data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat ditarik

kesimpulan dan diverifikasi, cara yang dipakai adalah reduksi data dapat

melalui seleksi yang panjang, melalui ringkasan atau tingkatan

menggolongkan ke dalam suatu pola yang lebih luas.

b. Menyaji Data (Display)

Menyaji data yaitu sekumpulan informasi tertentu yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan menganalisis. Penyajian

data lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif

yang valid.

c. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi Data)

Mencari arti benda-benda, mencatat keterangan, pola-pola,

penjelasan, konfigurasi-konfigurasi dan alur sebab akibat dan preposisi.

Kesimpulan-kesimpulan senantiasa diuji kebenarannya, kekompakan-

nya, dan kecocokan. Yang merupakan validitasnya sehingga akan

memperoleh kesimpulan yang jelas kebenarannya.

Page 36: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

26

I. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang Pernyataan Masalah, Pertanyaan masalah,

Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teoretis,

Definisi dan Operasionalisasi Konsep, Metode Penelitian dan

Sistematika Penulisan.

Bab II Gambaran Umum

Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum seperti keadaan

geografis dan demografis Jakarta, kondisi kehidupan sosial, ekonomi dan

kesehatan sosial warga Jakarta, persebaran JPO di Jakarta dan Profil

informan.

Bab III Temuan dan Analisa

Dalam bab ini berisi tentang hasil dari temuan-temuan yang

diperoleh di lapangan seperti, latar belakang penggunaan JPO, Faktor-

faktor penyebab tidak menggunakan JPO dan dampak kriminal bagi

pengguna JPO.

Bab IV Penutup

Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari penulisan ini dengan

menjelaskan hasil-hasil lapangan yang didapat. Dan saran bagi penulisan

selanjutnya yang meneliti persoalan tentang kriminal maupun tindak

pidana JPO di Jakarta.

Page 37: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

27

BAB II

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Kondisi Geografis dan Demografis Jakarta Selatan

Kota administratif Jakarta Selatan berlokasi 106’22 Bujur Timur

sampai dengan 106’58 Lintang Selatan. Luas keseluruhan kota

administratif Jakarta Selatan berdasarkan keputusan Gubernur DKI

Jakarta No.1815/1989 adalah 145,37 km2 atau 22,41% dari luas seluruh

provinsi DKI Jakarta.

Gambar II.A.1. Keadaan Geografis Jakarta Selatan

Berdasarkan letak topografinya, kota administratif Jakarta Selatan pada

Page 38: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

28

umumnya dikategorikan sebagai daerah perbukitan rendah dengan tingkat

kemiringan 0,25%. Ketinggian tanah rata-rata mencapai 5-50 meter di atas

permukaan laut. Pada bagian selatan, wilayah banjir kanal merupakan

daerah perbukitan jika dibandingkan dengan wilayah dibagian utara.

Sedangkan secara demogratif kota administratif Jakarta Selatan terdiri dari

10 kecamatan dan 65 kelurahan dengan jumlah penduduk 1.893.705 jiwa.

Jumlah penduduk terpadat berada di Kecamatan Tebet dan yang terjarang

adalah Kecamatan Cilandak.

Kota administratif Jakarta Selatan merupakan daerah pemukiman.

Masih banyak ditemukan perkampungan alami yang terdiri dari mayoritas

komunitas budaya asli Betawi. Dengan kondisi lingkungan yang hijau,

teduh dan tenang. Sehingga menjadikan wilayah ini sebagai pilihan

golongan ekonomi atas dan warga asing untuk bermukim. Hal tersebut

mendorong tumbuh pesatnya sektor ekonomi. Berbagai pusat perbelanjaan

berkembang dengan pesat, seperti International Trade Centre (ITC)

Fatmawati, Gandaria City, Kawasan Kemang, Poins Square, Cilandak

Town Square, Pejaten Village, Blok M Plaza, Pondok Indah Mall dan

supermarket Carrefour Lebak Bulus. Di samping sebagai pusat kegiatan

ekonomi, Jakarta Selatan juga kondusif sebagai pusat pendidikan. Berbagai

perguruan tinggi internasional berdiri di wilayah Jakarta Selatan, antara lain

Jakarta International School (JIS), Sekolah Perancis, dan sekolah Kedutaan

asing lainnya. Perkembangan pembangunan Jakarta Selatan yang sangat

pesat, di samping menimbulkan dampak positif bagi kehidupan masyarakat,

Page 39: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

29

juga menimbulkan dampak negatif, seperti narkoba, kemacetan transportasi,

dan sebagainya.

Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia kota administratif

Jakarta Selatan pada tahun 2016 mencapai nilai 84. Seperti diperlihatkan

gambar II.A.2 berikut ini :

Gambar II.A.2

IPM Kota Administratif Jakarta Selatan

2. JPO di Provinsi DKI Jakarta

Page 40: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

30

Provinsi DKI yang membutuhkan transportasi dan sarana prasarana

pendukung lainnya, khususnya JPO untuk mendukung aktivitas sosial dan

ekonomi. Berikut ini adalah jumlah sebaran JPO di provinsi DKI Jakarta:

Tabel II.A.2 Sebaran JPO di DKI Jakarta

Jakarta Pusat 32

Jakarta Selatan 37

Jakarta Barat 37

Jakarta Timur 25

Jakarta Utara 6

TOTAL 137 Sumber: Dinas Perhubungan DKI Jakarta, 2015

Berdasarkan tabel di atas, peneliti mendapatkan informasi bahwa

terdapat 37 JPO yang tersebar di wilayah Jakarta selatan. Jumlah tersebut

merupakan yang paling banyak diantara kota administratif lainnya

bersama dengan kota administratif Jakarta Barat.

3. Kondisi JPO di Pondok Pinang

Pembangunan jembatan penyeberangan orang (JPO) menjadi

pilihan pemerintah DKI Jakarta untuk mengatasi permasalahan lalu lintas.

JPO untuk pejalan kaki yang dirancang agar tercipta rasa aman, nyaman

dan kelancaran lalu lintas. Melihat sebaran JPO yang tersedia saat ini, JPO

yang berlokasi di wilayah Pondok Pinang, Jakarta selatan belum

difungsikan dan dimanfaatkan secara maksimal.

Berdasarkan pengamatan peneliti, masih ditemukan adanya

fenomena pejalan kaki, lebih memilih untuk melintasi ruas jalan raya

Page 41: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

31

daripada melintasi JPO yang telah difasilitasi oleh Pemda DKI Jakarta.

Beberapa sebaran JPO masih tergolong sepi dari pejalan kaki. Terdapat

beberapa pemanfaatan JPO yang dialih fungsikan. Contohnya adalah

kegiatan komersil antara lain keberadaan pedagang kaki lima, pengemis,

iklan atau reklame dan sebagainya serta sering terjadi tindak kriminal.

Gambar II.A.3 Salah Satu Kondisi JPO di Pondok Pinang, Jakarta Selatan

Sumber: Hasil Survei Peneliti, 2018

Sumber: Hasil Survei Peneliti, 2018

Sumber : Hasil Survei Peneliti,28 April 2018

Dari gambar di atas terlihat kondisi JPO di kelurahan Pondok

Pinang, kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan:

a) Tidak terdapat atap pada JPO.

b) Anak tangga JPO yang terbuat semen itu sudah mulai rusak, bahkan

sebagian anak tangga sudah pecah serta anak tangga yang agak tinggi

sehingga menimbulkan kelelahan bagi penggunanya.

c) Cat pagar pada JPO juga sudah kusam dan mengelupas.

d) Pagar pengaman JPO digunakan untuk menjemur pakaian.

Kondisi yang terjadi di JPO Pondok Pinang telah mengalami alih

fungsi pada sisi jembatan. Kondisi ini tidak sesuai dengan Peraturan

Page 42: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

32

Menteri Pekerjaan Umum No.19/PRT/M/2011, yang menyebutkan bahwa

JPO merupakan salah satu sarana lalu lintas dan berguna untuk

mendukung kelancaran transportasi publik. JPO merupakan fasilitas

umum yang bertujuan untuk mengatasi hambatan dalam perjalanan setiap

pengguna jalan.15

B . Penyeberang Jalan di Jakarta Selatan

Di kota administratif Jakarta Selatan, pejalan kaki adalah pengguna jalan

yang rentan terhadap tindak kriminal. Pejalan kaki yang menyeberangi jalan di

wilayah Lebak Bulus seringkali menyeberang jalan secara langsung tanpa

melewati JPO yang tersedia. Sementara itu pejalan kaki di wilayah Lenteng

Agung, Ampera, Pondok Pinang dan TB Simatupang seringkali menggunakan

JPO. Hal tersebut dikarenakan wilayah-wilayah tersebut dipisahkan dengan

jalan tol yang membuat pejalan kaki yang akan menyeberangi jalan terpaksa

menggunakan JPO meskipun merasa cemas dan tidak nyaman. JPO di lima

wilayah yang disebutkan di atas tidak hanya dilewati oleh pejalan kaki

melainkan juga pengendara sepeda motor yang ingin menempuh jalan pintas

untuk mempersingkat waktu tempuh. Ini menjadi salah satu ketidaknyamanan

bagi pejalan kaki yang menggunakan JPO. Disamping itu, ketika musim hujan

tiba banyak pengendara sepeda motor yang menepikan kendaraannya didekat

15Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.19/PRT/M/2011diakses dari www.pu.go.id/

uploads/services/infopublik20130415165931.pdf

Page 43: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

33

lokasi JPO. Sehingga menyulitkan pejalan kaki yang ingin menyeberangi jalan

melalui JPO.

Penyeberangan jalan dengan kondisi fisik yang mendapat perhatian khusus

dapat dibagi 3 (Dewar R. 1992) yaitu:

1. Penyeberang Difabel

Pengguna jalan penyeberang yang mengalami cacat secara fisik atau

memiliki keterbatasan fisik. Fasilitas khusus yang dibutuhkan, contohnya

untuk pengguna tunanetra, disediakan struktur jalanan yang berbeda untuk

memberitahu tempat menyeberang dan awal menyeberang jalan.

2. Penyeberang anak

Penyeberang jalan yang berusia antara 0 - 12 tahun lebih sering

mengalami kecelakaan dibandingkan penyeberang lain.

Penyebab-penyebab yang muncul pada peristiwa kecelakaan yang

menimpa anak-anak, antara lain:

a. Postur tubuh yang kurang tinggi atau kecil.

b. Kesulitan untuk membedakan kiri dan kanan

c. Menyeberang sambil berlari.

d. Kurangnya pengetahuan dalam menyeberang jalan.

e. Kurangnya kepekaan terhadap kecepatan kendaraan.

3. Penyeberang Lansia

Lansia atau manula yang biasa melintasi JPO juga terancam

keamanan hingga keselamatan jiwanya dibandingkan golongan

masyarakat lain, disebabkan:

Page 44: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

34

d. kondisi fisik yang sudah rentan.

e. Melangkah atau berjalan kaki hanya bisa secara perlahan-perlahan

Tingginya tingkat kecelakaan menunjukkan indikator bahwa diperlukan

penambahan sarana keamanan untuk menyeberangi jalan dan

memperkecil korban kecelakaan lalu lintas. Tingkat pemanfaatan

jembatan penyeberangan seperti yang disajikan pada tabel II.A.4 berikut:

Tabel II.A.4 Kriteria Tingkat Pemanfaatan Jembatan

Penyeberangan

Sumber: Hamkin H.D., Wright R.A. 1958 dalam Mashuri dan Sigit Widodo.16

C. Profil JPO Pondok Pinang

Pada prinsipnya, kebutuhan masyarakat untuk melintasi jalur jalan

pedestrian bisa menyesuaikan dengan penempatan fungsinya serta tujuan

dalam menciptakan keamanan, kenyamanan, hingga ketertiban dari gangguan

pidana kejahatan atau tindakan kriminal.

16 Mashuri dan Sigit Widodo, Tingkat Pemanfaatan Dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhi

Pemakaian JPO di Depan Mall Tatura Kota Palu, Majalah Ilmiah Mektek, Tahun XIV No. 1,

Januari 2012, hal. 28 – 36.

Tingkat Pemanfaatan Persenstase Jumlah Pejalan Kaki Yang

Menyeberang

Memakai JPO

(%)

Tidak Memakai JPO

(%)

Sangat kurang bermanfaat 0 – 20 100 -80

Tidak bermanfaat 21 – 40 79 – 60

Cukup bermanfaat 41 – 60 59 – 40

Bermanfaat 61 – 80 39 – 20

Sangat bermanfaat 81 – 100 19 – 0

Page 45: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

35

Untuk memenuhi harapan masyarakat tersebut, maka fasilitas untuk

pejalan kaki harus dilengkapi dengan:

1. Lokasi parkir.

2. Lokasi untuk beristirahat.

3. Peta sekitar fasilitas umum tersebut.

4. Tempat pembuangan sampah.

5. Penerangan yang cukup.

6. Jalur sepeda.

7. Dilengkapi sarana untuk para difable.17

Berdasarkan persyaratan diatas, maka peneliti dapat menjabarkan bahwa

fasilitas di sekitar JPO Pondok Pinang dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Tidak terdapat lokasi parker.

2. Tidak terdapat lokasi peristirahatan.

3. Tidak terdapat peta lokasi sekitar JPO.

4. Tidak Terdapat tempat pembuangan sampah.

5. Tidak terdapat lampu.

6. Tidak dapat dilalui sepeda karena terlalu curam.

7. Tidak tersedia layanan untuk penderita cacat.

17 https://www.desacilembu.com/2016/10/fungsi-dan-fasilitas-pedestrian.html

Page 46: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

36

BAB III

JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) PONDOK PINANG

JAKARTA SELATAN

A. Kondisi JPO

JPO di kelurahan Pondok Pinang Jakarta Selatan sangat memprihatinkan.

Berdasarkan pengamatan peneliti kondisi JPO dapat digambarkan memiliki

warna cat yang kusam, terdapat beberapa bagian yang berkarat bahkan rusak,

tidak adanya kanopi sehingga jembatan penyeberangan dianggap kurang layak

dan kurang aman. Namun kondisi fisik JPO secara umum yang menjadi obyek

penelitian menunjukkan relatif baik dan masih berfungsi sesuai peruntukannya.

Dalam wawancara peneliti dengan Ibu Rahma sebagai partisipan ketiga

terhadap beberapa pengguna JPO pada hari Senin, 16 April 2018 lalu, yakni;

“Kalo saya ditanya tentang minat dan kesetiaanya saya menggunakan JPO,

yah, saya bukan pengguna setia JPO, saya tau konsekuensi menyeberang jalan

tidak menggunakan JPO sangatlah tinggi, tetapi saya merasa malas untuk

menggunakan JPO karena harus naik turun tangga. Apalagi kebanyakan JPO

di Pondok Pinang kondisinya memprihatinkan”18

“Saya bukan pengguna setianya namun pernah menggunakannya, tapi saya

malas lewat JPO karena banyak Preman nya.”19

Menurut hasil wawancara dengan partisipan ketiga, kondisi JPO

membuatnya semakin jarang digunakan oleh pejalan kaki ketika hendak

menyeberang. Karena dianggap memiliki ketinggian yang membuat para

pengguna JPO merasa kelelahan dan gangguan para pelaku kriminal seperti

18 Wawancara dengan ibu Rahma, Senin, 16 April 2018 19 Wawancara dengan bapak Gito, Minggu, 14 April 2018

Page 47: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

37

preman yang hendak melakukan tindak kejahatan kepada para pengguna JPO.

Fakta tersebut sangat ditakuti oleh wanita pengguna JPO.

JPO adalah fasilitas penyeberangan untuk para pejalan kaki. Namun

dibalik itu semua terdapat kekhawatiran yang menyebabkan para wanita

pengguna JPO enggan menggunakannya. Pemerkosaan adalah tinadakan

kejahatan yang dicurigai terjadi di JPO Pondok Pinang. Selain pemerkosaan,

penjambretan juga menjadi salah satu kejahatan yang dikhawatirkan oleh

pengguna JPO. Hal ini sesuai dengan pernyataan ibu Lestari (partisipan

keempat), seorang ibu rumah tangga ketika ingin menyeberangi jalan untuk

pergi berbelanja, padahal JPO berada di dekatnya;

“Hehehehehe setia sih tidak, tapi pernah saja menggunakannya ketika bareng

temen-temen kadang saya menggunakannya, tapi ketika’ sendirian tidak

berani. Takut di jambret. Apalagi baru-baru ini ada pemerkosaan”20

Kondisi JPO yang tidak aman dan tidak nyaman menjadi alasan sebagian

besar partisipan dalam menghindari penggunaan JPO. Kedua partisipan yang

berjenis kelamin wanita mengeluhkan jenis kejahata pemerkosaan,

penjambretan dan perampokan yang dicurigai pernah terjadi di JPO Pondok

Pinang. Selain itu juga ketinggian tangga pada JPO Pondok Pinang membuat

sebagian partisipan merasa kelelahan untuk menggunakan JPO.

Sesuai dengan kegunaannya, JPO seharusnya digunakan oleh pejalan

jalan sebagai fasilitas untuk menyeberangi jalan dari satu sudut ke sudut

20 Wawancara dengan Cholipah, Senin, 16 April 2018.

Page 48: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

38

lainnya. Tujuannya adalah agar kelancaran dari mobilitas masyarakat dan lalu

lalang kendaraan dapat berjalan lancar. Pergerakan masyarakat dan kendaraan

dapat menciptakan keamanan dan kenyamanan dalam berlalu lintas dan

berjalan kaki. Namun, JPO sebagai fasilitas untuk menyeberangi jalan menjadi

kehilangan fungsinya. Sebagian masyarakat telah menyadari alasan

pembangunan JPO. Sedangkan secara tidak langsung pembuatan JPO dapat

dimengerti oleh masyarakat dengan merasakan manfaat akan layanan tersebut,

meskipun demikian masyarakat masih saja mengabaikan manfaat dari JPO

dengan berbagai alasan terkait dengan penggunaan JPO diberbagai titik di DKI

Jakarta umumnya dan Pondok Pinang khususnya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Pratiwi (partisipan kelima) sebagai

berikut:

“Adanya JPO (JPO) sangat memberi akses penyeberangan yang aman dan

nyaman, walaupun juga masih banyak pejalan kaki yang tidak menggunakan

JPO termasuk saya, lagian juga bikin capek harus naik tangga setinggi itu.

Dan juga JPO tidak ada atapnya jadi terasa lebih panas. Selain itu takut. Gak

aman”21

Senada dengan pernyataan Bapak Rulis (partisipan kedua), seorang pedagang,

keberadaan JPO (JPO);

“Sangat membantu karena tidak perlu menyeberang dengan menunggu

kendaraan yang lewat. Dengan adanya jembatan ini menjadi lebih mudah dan

praktis untuk menyeberang.”22

21 Wawancara dengan Ibu Pratiwi, tanggal 18 April 2018. 22 Wawancara dengan Bapak Rulis, tanggal 18 April 2018.

Page 49: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

39

Maka pembuatan JPO sebagai sarana penyeberangan yang aman bagi

penggunanya merupakan bentuk penghargaan dari Undang-undang terkait

dengan hak pejalan kaki. Hak pejalan kaki mengharuskan pemerintah untuk

memberikan perlindungan pada pengguna jalan. Meskipun masih saja ada

masyarakat yang tidak terbiasa dan tidak nyaman menggunakannya untuk

menyeberangi jalan.

JPO dibuat berdasarkan analisa kebutuhan pejalan kaki dalam

menyeberangi jalanan. Maka sarana dan prasarana yang disediakan itu

sepatutnya dimaksimalkan penggunaannya. Oleh karena itu dibutuhkan solusi

yang tepat dari pemerintah dengan bekerja sama dengan pihak kepolisian dan

dinas perhubungan untuk menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pejalan

kaki. Selain itu diharapkan adanya aturan dan tindakan yang dapat membuat

takut dan jera para pelaku kejahatan di atas JPO. Sehingga penggunaan JPO

bagi pejalan kaki dapat dioptimalkan.

Pejalan kaki dapat memahami latar belakang pembuatan JPO.

Selanjutnya diharapkan pejalan kaki dapat menghargai pembangunan fasilitas

umum tersebut. Kemudian pejalan kaki dapat memahami bahwa pembangunan

JPO sebagai sarana menyeberang bagi pejalan kaki adalah untuk menghindari

resiko kecelakaan akibat menyeberang secara langsung atau menerobis di jalan

raya. Namun masih ada hal-hal yang mengakibatkan pejalan kaki tidak selalu

menggunakan JPO. Faktanya hal-hal itu berkaitan dengan keamanan ketika

melintas di JPO.

Page 50: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

40

B. Persepsi Masyarakat Tentang JPO di Pondok Pinang

Pada bab ini peneliti mulai mendeskripsikan hasil wawancara yang

telah dilakukan terhadap partisipan. Berikut ini adalah petikan hasil wawancara

dengan beberapa partisipan :

“Latar belakang di buat JPO ini mungkin karena jalan disini begitu padat,

kemudian disini kan pusat perbelanjaan dan bisnis, otomatis bakal banyak

manusia dan kendaraan jadi JPO ini penting di buat.”23

Menurut partisipan pertama, latar belakang pembuatan JPO adalah

dikarenakan wilayah Pondok Pinang dekat dengan wilayah perbelanjaan dan

perdagangan. Hal tersebut menyebabkan kepadatan lalu lintas dan mobilitas

yang tinggi oleh para pengguna jalan. Pusat perbelanjaan tersebut diantaranya

adalah Carrefour Lebak Bulus, Mall Pondok Indah dan Poins Square Lebak

Bulus.

Berdasarkan penjabaran hasil wawancara diatas, maka dapat diketahui

bahwa latar belakang pembuatan JPO adalah wilayah obyek penelitian yang

sangat strategis sehingga menyebabkan terjadinya kepadatan lalu lintas.

Kepadatan yang terjadi diakibatkan oleh pengguna kendaraan pribadi dan

kendaraan umum yang melintasi wilayah Pondok Pinang. Pondok Pinang juga

menjadi akses bagi pengguna jalan yang hendak melakukan perniagaan baik di

wilayah Jakarta maupun Tangerang karena Pondok Pinang terletak

diperbatasan antara Provinsi DKI Jakarta dan Banten.

23 Wawancara dengan Bapak Gito, Sabtu, 14 April 2018

Page 51: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

41

Partisipan kedua adalah Bapak Rulis seorang pemilik toko di Pondok

Pinang ketika peneliti menanyakan tentang JPO;

“Ehmmmm...untuk orang yang akan menyeberangi jalan seharusnya.”24

Lebih lanjut Bapak Rulis menyatakan;

“Biar enak nyeberang jalannya, biar tidak ketabrak mobil. “Untuk

memberikan keamanan dari kecelakaan dari lalulintas serta memberi

kelancaran pengguna jalan raya sehingga memiminimalisir kemacetan

lalulintas”25

Menurut partisipan kedua, pejalan kaki dapat merasakan secara

langsung akan alasan dibuatnya JPO. Faktanya pengguna jalan sudah

menyadari arti pembangunan fasilitas umum tersebut. Atas pemahaman

tersebut, tentunya pejalan kaki diharapkan memaksimalkan tujuan dari

pembangunan tersebut.

Pejalan kaki tentunya menginginkan keamanan atas bangunan tersebut.

Pejalan kaki memahami bahwa pembangunan JPO sebagai sarana

penyeberangan adalah agar terhindar dari resiko kecelakaan akibat

menyeberang langsung di jalan raya. Namun, ada berbagai hal yang

mengakibatkan masyarakat pejalan kaki tidak selalu menggunakan JPO, hal

tersebut juga berkaitan dengan keamanan ketika melintas di JPO.

Setelah melakukan wawancara untuk mengetahui persepsi para

partisipan tentang JPO di Pondok Pinang, peneliti akan mengukur persepsi

24 Wawancara dengan bapak Rulis, Sabtu, 14 April 2018 25 Ibid.

Page 52: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

42

partisipan melalui lembar pengamatan yang dijabarkan pada bab pendahuluan

yaitu kerangka teoritis.

Tabel A.III.1 Lembar Pengamatan Persepsi

Jenis Persepsi Proses

Terjadinya

Persepsi

Syarat

Terjadinya

Persepsi

Faktor Yang

Mempengaruhi

Persepsi

Diantara dua

jenis persepsi

yaitu external

perception dan

self perception,

para partisipan

lebih banyak

menggunakan

self perception.

Hal ini

dikarenakan

mereka

mengemukakan

sendiri

pendapatnya dan

tidak terpengaruh

pendapat orang

lain.

Proses

terjadinya

persepsi pada

partisipan dalam

penelitian ini

adalah melalui

pertanyaan yang

diajukan oleh

peneliti.

Sehingga

partisipan

tertarik untuk

memberikan

persepsinya

untuk

mendukung

penelitian ini.

Persepsi

masyarakat

dalam penelitian

ini terjadi karena

pertanyaan

tentang obyek

penelitian yaitu

JPO, dengan

menggunakan

indera

penglihatan yaitu

mata untuk

kemudian

disampaikan

dengan otak

untuk berpikir

dan mengolah

informasi yang

akan diberikan.

Kemudian

memberikan

pendapatnya

sebagai bentuk

perhatian

partisipan pada

kondisi JPO.

Diantara faktor

internal seperti

usia, pendidikan

dan pekerjaan.

Peneliti

mendapatkan

data dari

partisipan berupa

usia dan

pekerjaan

sehingga dari dua

aspek tersebut

menjadi faktor

yang

mempengaruhi

persepsi.

Sedangkan dari

faktor eksternal

yaitu informasi

dan pengalaman,

keduanya

menjadi faktor

yang dinilai

mempengaruhi

persepsi

partisipan.

Berdasarkan table di atas, maka dapat diketahui komponen yang digunakan

untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang JPO yang diwakili oleh delapan

partisipan. Berdasarkan jenisnya, persepsi masyarakat adalah self perception (sudut

pandang dari dalam diri sendiri), proses persepsi terjadi akibat adanya pertanyaan

Page 53: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

43

dari peneliti melalui wawancara, syarat terjadinya persepsi adalah adanya topic

tentang JPO yang telah dilihat oleh partisipan dan dikomentari. Selanjutnya faktor

yang mempengaruhi persepsi masyarakat pondok pinang tentang JPO adalah usia,

pekerjaan, pengalaman dan informasi.

C. Kelebihan dan Kelemahan JPO (JPO)

JPO adalah salah satu sarana penyeberangan bagi pejalan kaki. Bagi

beberapa orang JPO masih dimanfaatkan keberadaannya. Sebagian orang yang

berjalan kaki menggunakan JPO untuk menyeberang. JPO tetap difungsikan

sebagaimana fungsinya untuk menyeberang bagi pejalan kaki. Ini sesuai

dengan pernyataan ibu Lestari sebagai berikut:

“Biar enak nyeberang jalannya, agar tidak ketabrak mobil”26

Ada berbagai anggapan pejalan kaki terhadap keberadaan JPO sebagai

fasilitas untuk menyeberang jalan. Sebagian pejalan kaki tetap menggunakan

JPO untuk menyeberangi jalan dan sebagian pejalan kaki tidak

menggunakannya. Pejalan kaki yang menggunakan JPO pun sering tidak

menggunakan JPO untuk menyeberangi jalan. Mereka menggunakan JPO

untuk menyeberang hanya pada waktu-waktu tertentu. Seperti pendapat Rahma

berikut ini:

“Saya kadang-kadang menggunakan JPO untuk menyeberang jalan, namun

kadang-kadang tidak “27

26 Wawanccara Ibu Lestari, tanggal 16 April 2018 27 Wawancara dengan Rahma tanggal 16 April 2018

Page 54: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

44

JPO dianggap masih menjadi alternatif penyeberangan bagi sebagian

pejalan kaki. JPO masih memiliki manfaat bagi sebagian pejalan kaki. Seperti

mengurangi resiko kecelakaan lalu lintas. Sementara itu sebagian orang merasa

khawatir menggunakan JPO karena tindakan kriminal.

Keberadaan JPO seharusnya memberikan keamanan kepada pejalan

kaki. Mengingat fakta bahwa menyeberangi jalan secara langsung di jalan raya

memiliki resiko tinggi. Resiko tersebut adalah timbulnya kecelakaan lalu

lintas, penyebab kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas di jalan raya. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Gito, ketika peneliti menanyakan

tentang kelebihan lainnya, sebagai berikut:

“Kalau kelebihan yang lainnya, JPO dapat membantu pejalan kaki dalam

menyeberang agar tidak terjadi kecelakaan lalu lintas, oh iyaaa ada para

Preman dan katanya banyak jambret juga”.28

Masyarakat tidak selamanya mempunyai pandangan yang buruk tentang

JPO. Beberapa orang berpendapat bahwa JPO dapat bermanfaat untuk

mengamankan mereka dari risiko kecelakaan lalu lintas. Namun mereka

seringkali malas untuk menaiki tangga JPO untuk menyeberangi jalan dan

memilih menyeberang langsung di jalan raya. Dengan alasan dapat lebih cepat

meskipun mereka memiliki resiko mengalami kecelakaan. Hal ini sesuai

dengan pendapat Ibu Kholifah, hari Minggu 16 April 2018 sebagai berikut:

“Mungkin malas dan takut, karena menyeberang jalan jauh lebih cepat ,

meskipun resiko kecelakaannya tinggi.”29

28 Wawamcara dengan Bapak Gito, tanggal 15 April 2018 29 Wawancara dengan Ibu Cholifah, tanggal 16 April 2018

Page 55: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

45

Pejalan kaki adalah mereka yang memiliki hak untuk dilindungi oleh

pemerintah. Sesuai dengan Undang-Undang No. 22/2009 tentang Lalu Lintas,

Angkutan Darat dan Jalan. Dalam pasal 131 ayat (1) ditegaskan bahwa pejalan

kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pendukung yang berupa trotoar, tempat

penyeberangan dan fasilitas lain.

Pemerintah diharapkan dapat mengutamakan kebutuhan masyarakat

dalam menyediakan layanan publik. Salah satunya fasilitas atau sarana

prasarana umum, seperti jembatan penyeberangan. Pemanfaatan fasilitas JPO

sebagai sarana penyeberangan bagi pejalan kaki memerlukan perawatan dan

pengawasan keamanan bagi para penggunanya. Menyeberangi jalan secara

langsung di jalanan mungkin lebih cepat. Namun berisiko mendapat

kecelakaan. Apabila kecelakaan terjadi maka akan banyak pihak yang

dirugikan, termasuk pengguna jalan lainnya. Selain itu, semakin banyak

pejalan kaki yang lebih suka menyeberangi jalan secara langsung dapat

meningkatkan angka kemacetan di jalanan. Sehingga hal ini membutuhkan

perhatian dari pihak kepolisian.

Pejalan kaki di sekitar JPO juga mengetahui keuntungan dari keberadaan

JPO sebagai sarana untuk menyeberangi jalan. Fakta tersebut terlihat dari

pernyataan beberapa partisipan sebagai berikut:

Ibu Rahma;

“Kelebihan secara fisik sih, bangunannya kokoh, sedangkan kekurangan

secara fisik tangganya terlalu curam, kalau perempuan seperti’ saya kan

sedikit susah apalagi pakai rok.”30

30 Wawancara dengan Rahma, tanggal 16 April 2018

Page 56: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

46

Ibu Lestari:

“JPO memberikan jaminan keamanan dari kecelakaan lalu lintas.”31

Bapak Gito:

“kelebihan JPO itu sendiri menurut saya adalah sebuah fasilitas yang

disediakan pemerintah untuk keamanan pejalan kaki dari kecelakaan lalu

lintas dalam menyeberangi jalan”32

JPO di wilayah Pondok Pinang adalah sarana menyeberang jalan. Saat

sebagian pejalan kaki menggunakannya maka dapat dipastikan ada hal-hal

yang tidak membuat nyaman masyarakat pejalan kaki. Beberapa faktor dari

kelemahan JPO adalah bangunannya yang kurang nyaman atau karena

maraknya penodongan, penjambretan dan pemerkosaan. Hal ini sesuai dengan

pernyataan salah satu partisipan, Rahma sebagai berikut:

“Sedangkan kelemahan JPO adalah yang seharusnya aman dari kecelakaan

lalulintas namun tidak menjamin keamanan tindak kriminal di JPO itu

sendiri,selain itu tangganya terlalu tinggi dan curam.”33

Partisipan lain pun menyampaikan hal yang sama terkait dengan

kelemahan JPO sebagai fasilitas penyeberangan jalan. Kelemahan JPO ini

menjadi pertimbangan bagi pejalan kaki untuk menaiki tangga JPO sebagai

sarana menyeberang. Seperti pernyataan Lestari berikut ini:

“Tapi, keamanan dari pengemis dan tindak kriminalitas tidak terjamin. oh

iyaaaa, kalau menurut saya JPO ini malah jadi tempat strategis pemasangan

iklan lihat saja banyak spanduk dan iklannya.”34

31 Wawancara dengan Ibu Lestari, tanggal 16 April 2018 32 Wawancara dengan Bapak Gito, tanggal 15 April 2018 33 Wawancara dengan Informan Rahma, tanggal 16 April 2018 34 Wawancara dengan Bapak Gito, tanggal 15 April 2018

Page 57: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

47

Kelemahan JPO yang digunakan sebagai sarana penyeberangan jalan

sangat bervariasi. Selain karena bangunannya yang dirasa kurang memadai

tetapi keberadaannya pun menjadi beralih fungsi, seperti sebagai sarana

pemasangan iklan. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan di atas. JPO

menjadi wilayah pemasangan berbagai iklan atau reklame dari produk tertentu

atau bahkan kampanye politik. Fakta tersebut sangat mengganggu kebersihan

area JPO sebagai sarana penyeberangan jalan. Disamping itu, JPO seringkali

menjadi area untuk mengemis oleh para gelandangan. Kondisi tersebut

menambah ketidaknyamanan JPO.

Keberadaan JPO yang juga dialih fungsikan untuk area pemasangan iklan

mendapat kecaman dari pejalan kaki. JPO menjadi terasa lebih pengap dan

gelap. Sehingga pelaku kriminal semakin mudah mewujudkan niat jahatnya

seperti mencopet dan melakukan hipnotis. Ini sesuai dengan pernyataan Ibu

Lestari sebagai berikut:

“Tangganya mungkin, itu kan curam banget, sama iklan- iklan di atas itu

dilepas saja. Dan seharusnya pemerintah menjamin juga

keamanannya.”35

Struktur JPO memiliki beberapa kelemahan yang perlu untuk diperbaiki.

Salah satunya adalah anak tangga jembatan yang curam dan tidak aman bagi

wanita yang menggunakan rok. Namun bangunan JPO masih menuai kritik dari

pejalan kaki. Ada yang beranggapan bahwa bangunan JPO sudah kokoh dan

kuat. Namun ada pula anggapan bahwa JPO memiliki anak tangga yang tidak

35 Wawancara dengan Ibu Lestari tanggal 16 April 2018

Page 58: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

48

sesuai untuk dilalui terutama oleh wanita. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibu

Cholifah sebagai berikut:

“Kelebihan secara fisik sih, bangunannya kokoh, kalau kekurangan

secara fisik tangganya terlalu curam, kalau perempuan seperti saya kan

agak susah nih apalagi pake androk. Makanya saya se umur-umur tidak

pernah menggunakan JPO”36

Penggunaan JPO sebagai fasilitas publik yang disediakan oleh

pemerintah untuk menyeberangi jalan bagi pejalan kaki memang dirasa belum

maksimal. Berikut ini beberapa kelemahan JPO dan beberapa hal yang perlu

diperbaiki dari JPO dalam penggunaannya sebagai sarana penyeberangan jalan

bagi pejalan kaki menurut beberapa partisipan:

Ibu Rahma menyampaikan:

“Membersihkan JPO dari rasa suram dan tindak kriminalitas sehingga

JPO benar-benar menjadi sarana yang paling diminati ketika

masyarakat ingin menyeberang jalan.”37

JPO yang menjadi area Preman beroperasi, bagi partisipan dianggap

dapat menimbulkan suasana suram dan tidak nyaman bagi penggunanya.

Tindakan kriminal juga menjadi faktor yang menyebabkan pejalan kaki enggan

untuk menggunakan JPO sebagai sarana penyeberangan. Padahal Undang-

undang No.22/2009 mengharapkan terciptanya etika berlalu lintas dan budaya

masyarakat. Apabila area JPO aman dan bersih dari Preman, maka pejalan kaki

akan memilih untuk menggunakan JPO dalam menyeberangi jalan. Dengan

demikian, etika berlalu lintas yang baik akan tercipta, pejalan kaki dan

36 Wawancara dengan Ibu Cholifah, tanggal 16 April 2018

37 Wawancara dengan Ibu Rahma, tanggal 16 april 2018

Page 59: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

49

pengguna jalan lainnya akan merasakan dampak positif dari adanya Undang-

undang lalu lintas dan Undang-Undang pejalan kaki.

Ibu Lestari menyampaikan pendapatnya bahwa;

“Yang perlu diperbaiki adalah bukan dari fisik jembatannya, tapi

bagaimana upaya pemerintah memberikan keyakinan kepada

masyarakat agar JPO ini bisa dimanfaatkan sebaik mungkin.” 38

Penggunaan JPO sebagai sarana utama dalam menyeberangi jalan perlu

disosialisasikan oleh pemerintah. Baik melalui iklan dan himbauan di televisi,

radio, media cetak dan reklame. Sosialisasi pemakaian JPO juga membutuhkan

kerja sama dengan pihak kepolisian. Apabila diperlukan, maka sanksi dapat

dikenakan untuk pejalan kaki yang tidak menyeberang di tempat-tempat yang

seharusnya. Hal tersebut diharapkan dapat menimbulkan efek jera dari pejalan

kaki yang sering lalai dalam menyeberang jalan melalui JPO atau sarana lainnya

yang disediakan.

“JPO ini perlu dipertahankan agar wanita dan anak aman dari

kecelakaan lalu lintas, kemudian pemerintah juga memberikan

kenyamanan melalui kebijakannya untuk membersihkan JPO ini dari

tindak kriminalitas.”39

Keberadaan JPO ditujukan bagi pejalan kaki, terutama anak- anak dan

wanita. Karena anak- anak dan wanita sering mengalami kesulitan ketika

hendak menyeberangi jalan. Resiko kecelakaan jauh lebih tinggi ketika mereka

harus menyeberang secara langsung di jalan raya. Undang-undang pejalan kaki

38 Wawancara dengan Ibu Lestari, tanggal 16 April 2018

39 Wawancara dengan Ibu Pratiwi, tanggal 18 April 2018.

Page 60: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

50

telah memberikan amanat kepada pemerintah untuk menyediakan fasilitas

umum berupa sarana penyeberangan untuk melindungi para pejalan kaki.

Keamanan dan kenyamanan adalah harga yang harus dibayar oleh

pemerintah agar pejalan kaki menggunakan JPO sebagaimana fungsinya. Hal

ini dapat dijadikan sebagai realisasi salah satu program kerja pemerintah.

Keinginan, kepedulian dan tanggung jawab pemerintah untuk memberikan rasa

aman dan nyaman kepada masyarakat terhadap setiap hasil pembangunan yang

ada. Pembangunan yang baik adalah pembangunan yang dapat dirasakan

manfaatnya oleh masyarakat dan tidak menimbulkan keraguan bagi

masyarakat untuk menikmati hasil pembangunan yang ada.

Page 61: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

51

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan lembar pengamatan persepsi, maka dapat diperoleh jenis

persepsi masyarakat adalah self perception (sudut pandang dari dalam diri

sendiri), proses persepsi terjadi akibat adanya pertanyaan dari peneliti melalui

wawancara, syarat terjadinya persepsi adalah adanya topic tentang JPO yang

telah dilihat oleh partisipan dan dikomentari. Selanjutnya faktor yang

mempengaruhi persepsi masyarakat pondok pinang tentang JPO adalah usia,

Berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan, JPO di wilayah

Pondok Pinang dinilai kurang nyaman, anak tangga terlalu curam, tidak

memiliki atap, tidak memiliki lampu penerangan, sehingga rawan terjadi

kejahatan, bahkan kalau siang hari terjadi alih fungsi menjadi tempat

menjemur pakaian. JPO Pondok Pinang pernah tercatat terjadinya tindak

kriminal penodongan dan pemerkosaan.

B. Saran

Adapun saran yang bisa peneliti berikan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan atau

disempurnakan terkait dengan kondisi dan manfaat JPO di kota lain.

2. Bagi Pemerintah diharapkan sebagai berikut :

-Perlu adanya evaluasi menyeluruh dan tinjau ulang tentang

Page 62: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

52

penempatan JPO.

- Perlunya penertiban di kawasan JPO, misalnya keberadaan PKL,

pengemis, gelandangan dan munculnya premanisme sehingga rawan

kejahatan.

- Dari perencanaan bangunan JPO kiranya perlu diperhatikan sudut /

kemiringan anak tangga, sehingga tidak terlalu curam.

- Hal-hal keamanan dan kenyamanan bagi pengguna JPO harus

diutamakan.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat mematuhi menggunakan JPO sebagai sarana

penyeberangan untuk menghindari resiko kecelakaan lalu lintas dan untuk

menciptakan terwujudnya kedisiplinan nasional.

Page 63: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

53

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Siti. 2016. Penataan Transportasi Publik-Privat dan Pengembangan

Aksesbilitas Masyarakat. Surabaya : Universitas Airlangga Press.

Azmy, Muhammad Fathien dan Martosenjoyo, Triyatni. 2011. Pemanfaatan

Jembatan Penyeberangan Orang Di Kota Makassar. Jurnal Teknik

Arsitektur ISBN 97897912725506, Vol. 5 Desember 2011.

Kotler, Philip., Keller, Kevin L. 2013. Manajemen Pemasaran, Jilid Kedua,

Jakarta : Erlangga.

Nadjam, Achmad, Ferdiansyah, Mohamad dan Sitorus, Hendrik Jonathan. 2018.

Efektivitas Dan Kepuasan Pengguna Jembatan Penyeberangan Orang

(JPO) Di Pasar Induk Kramat Jati.

Putra, Redian Syah. 2016. Kriminalitas Di Kalangan Remaja (Studi Terhadap

Remaja Pelaku Pencabulan Di Lembaga Permasyarakatan Anak Kelas II

B Pekan Baru. JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februar 2016

Putri, Cahaya Eka. 2014. Analisis Karakteristik Kecelakaan dan Faktor Penyebab

Kecelakaan Pada Lokasi Di Kota Blackspot Kayu Agung. Jurnal Teknik

Sipil dan Lingkungan Vol. 2, No. 1, Maret 2014

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :

Rineka Cipta.

Sugito, Eka Agus, Syafaruddin As, Nurlaily, Siti. 2011. Tingkat Pemanfaatan Dan

Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Jembatan Penyeberangan

Orang Di Depan Mega Mall Jalan Ahmad Yani Kota Pontianak.

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Pendidikan. Jakarta: EGC.

Toha, Miftah. 2003. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta

: PT. Raja Grafindo Persada.

Vioya, Arrauda. 2010. Tahapan Perkembangan Kawasan Metropolitan Jakarta.

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 21 No. 3, Desember 2010, hlm

215 – 226.

Page 64: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

54

Wagito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi.

Wicaksono, Ridho, Nugroho, Untoro dan Narendra, Alfa. 2016. Perilaku

Penyeberang Pejalan Kaki Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Lalu

Lintas.

Widhianto, Muhammad Adib. 2016. Kriteria Rancangan Fasilitas Umum

Berdasarkan Karakteristik Penggunan. TEMU ILMIAH IPLBI 2016

Wijaya, Kinanti, Lubis, Asri dan Sari, Ruri Aditya. 2016. Identifikasi Rendahnya

Minat Masyarakat Menggunakan Jembatan Penyeberangan Dengan

Metode Fault Tree Analysis. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.

4.

Yamali, Fakhrul Rozi. 2018. Kajian Azaz Manfaat Jembatan Penyeberangan

Orang (JPO) di Jalan Sultan Thaha Kota Jambi. Jurnal Civronlit

Universitas Batanghari. 3. (1). 9-19.

Page 65: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xi

LAMPIRAN

Lampiran yang disampaikan adalah hasil analisis penulis berdasarkan

wawancara langsung dengan pengguna JPO dan memperhatikan persepsi, argumen

maupun fakta-fakta yang disampaikannya hingga dirasakan masyarakat umum.

Penulis harus ikut berpartisipasi untuk mengemukakan hasil pengamatan

yang konkret dari hasil persepsi, argumen maupun fakta yang disampaikan

pengguna JPO yang berperan aktif melintasi jalur JPO ataupun masyarakat umum

yang tidak berperan aktif melintasi jalur JPO di Kelurahan Pondok Pinang, Jakarta

Selatan.

Adapun metoda /cara wawancara yang penulis lakukan berpedoman

kepada:

1. Indentitas informan :

a. Nama :

b. Usia :

c. Alamat :

d. Pekerjaan :

e. Tanggal wawancara :

f. Lama berwawancara :

g. Lokasi :

h. Pertanyaan Penelitian (wawancara) :

A. Apakah memang pernah ada kejadian tindakan kriminal di lokasi

fasilitas jembatan penyeberangan orang(JPO) sepanjang Jalan R.A.

Kartini?

B. Kapan kejadian kronologinya terhadap tindakan kriminal pada saat

hendak orang melakukan penyeberangan di Fasilitas JPO?

C. Apa yang menyebabkan korban wanita menjadi sasaran utama

untuk menjadikan incaran kriminal bagi para pelaku kejahatat

tersebut?

Page 66: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xii

D. Apa tujuan mereka untuk melakukan sebuah tindak pidana

kriminalitas di fasilitas JPO?

E. Apakah dengan adanya fasilitas jembatan penyeberangan orang ini

sangat membantu buat kepentingan masyarakat umum?

F. Bagaimana perasaan anda jika melangka tangga JPO untuk

melakukan menyeberangi jembatan penyeberangan tersebut?

G. Apa anda termasuk pengguna setia untuk melakukan menyeberang

fasilitas JPO di Jalan RA Kartini?

H. Bagaimana solusi anda untuk menciptakan keamanan dan

kententraman terhadap sarana fasilitas Jembatan Penyeberangan

Orang(JPO) khususnya di jalan R.A. Kartini?

Adapun Hasil Transkrip Wawancara yang penulis rangkum adalah sebagai

berikut :

- Informan 1 :

a. Nama : Rahma

b. Usia : 20 tahun

c. Alamat : Pasar Minggu

d. Pekerjaan : Pelajar / Mahasiswa

e. Tanggal wawancara : 16 April 2018

f. Lama wawancara : 2 menit

g. Lokasi : Jalan R.A. Kartini, Kelurahan

Pondok Pinang, Jakarta Selatan.

h. Jalannya wawancara :

Peneliti : Mba numpang nanya, apakah memang pernah ada kejadian

tindakan kriminal di lokasi fasilitas jembatan penyeberangan orang

(JPO) sepanjang Jalan R.A. Kartini ini ?

Rahma : setahu saya ada tapi gak tahu persis

Page 67: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xiii

Peneliti : ehm, kalo boleh tahu mba Kapan waktu kejadian tindakan

kriminal pada orang melakukan penyeberangan di Fasilitas JPO ?

Rahma : wah, kalo itu saya gak inget mah, yang jelas kejadiannya sekitar

tahun 2015.

Peneliti : Apakah dengan adanya fasilitas jembatan penyeberangan orang ini

sangat membantu buat kepentingan masyarakat umum?

Rahma : Sangat membantulah, namanya juga untuk kepentingan umum..!

Peneliti : Jika mba merasa JPO membantu, bagaimana perasaan mba kalau

melangkah & menaiki tangga JPO guna melakukan menyeberangi

jembatan penyeberangan tersebut?

Rahma : Membantu cuman tangganya terlalu curam, kalau perempuan

seperti saya kan agak susah nih apalagi pake androk. Makanya saya

seumur-umur tidak pernah menggunakan JPO

Peneliti : ehm, mba rahma, apa anda termasuk pengguna setia untuk

menggunakan fasilitas JPO di Jalan RA Kartini?

Rahma : Kalo saya ditanya tentang minat dan kesetiaan saya menggunakan

JPO, yah, saya bukan pengguna setia JPO, tapi saya tau konsekuensi

menyeberang jalan raya sangatlah tinggi bila tidak menggunakan

JPO, tetapi saya merasa malas untuk menggunakan JPO karena

harus naik turun tangga. Apalagi kebanyakan JPO di Jalan RA

Kartini kondisinya memprihatinkan dan tidak nyaman. Jadi saya

bukan pengguna setianya namun pernah menggunakannya.

Page 68: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xiv

Peneliti : Bagaimana solusi mba rahma untuk menciptakan kenyamanan dan

ketentraman terhadap sarana fasilitas Jembatan Penyeberangan

Orang(JPO) khususnya di jalan R.A. Kartini?

Rahma : ya, keamanan & ketertibannya harus ditingkatkan lagi supaya

masyarakat mau menggunakan fungsi JPO tersebut demi

ketentraman, misalnya JPO bebas dari PKL, memiliki pencahayaan

terang (lampu penerangan), kebersihan harus selalu terjaga dan tidak

terdapat banyak sampah di setiap sudut tangga penyeberangan,

tangga yang tak licin, juga jembatan yang tidak tertutup berbagai

baliho iklan di sisi kiri dan kanan jembatan. Kalau kondisi itu

tercipta, kasus kriminalitas setidaknya bisa ditekan karena

kesempatan untuk melakukan itu berkurang.

- Informan 2 :

a. Nama : Lestari

b. Usia : 28 tahun

c. Alamat : Manggarai

d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

e. Tanggal wawancara : 16 April 2018

f. Lama Berwawancara : 2 Menit

g. Lokasi : Jalan R.A. Kartini, Kelurahan

Pondok Pinang, Jakarta Selatan

h. Jalannya wawancara :

Peneliti : Bu boleh tanya ? Apakah memang pernah ada kejadian tindakan

kriminal di lokasi fasilitas jembatan penyeberangan orang(JPO)

sepanjang Jalan R.A. Kartini?

Page 69: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xv

Ibu Lestari : kayaknya pernah, cuman gak tahu persis.

Peneliti : Ehm, kalo boleh tahu bu, kapan kejadian kronologinya terhadap

tindakan kriminal pada saat hendak orang melakukan

penyebrangan di Fasilitas JPO?

Ibu Lestari : Kejadiannya pemerkosaan atau penjambretan mungkin, ya bisa

jadi pelaku tersebut ingin mengambil barang berharga yang

diinginkannya.

Peneliti : Apa yang menyebabkan korban wanita menjadi sasaran utama

untuk menjadikan incaran tindakan kriminal dilingkungan fasilitas

JPO tersebut?

Ibu Lestari : Ya mungkin menurut pelaku kriminalnya lebih gampang untuk

Melakukan tindakan kejahatan terhadap wanita dibanding pria,

mungkin kaum perempuan dianggap lebih lemah/ penakut.

Peneliti : Ehm, Apa tujuan mereka untuk melakukan sebuah tindak pidana

kriminalitas di fasilitas JPO?

Ibu Lestari : Ya tujuan mereka macam-macam sihh, mungkin karena alasan

tidak punya uang, yaa itu tadi jadi mau ngerampas barang berharga

orang lain, atau ada juga karena pengaruh kenakalan bahkan

menjurus kepada premanisme, sehingga menjadikan tindakannya

Kriminalisme dan lain sebagainya.

Peneliti : Ok menurut ibu, Apakah dengan adanya fasilitas jembatan

penyeberangan orang ini sangat membantu buat kepentingan

masyarakat umum?

Page 70: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xvi

Ibu Lestari : Penting sih demi keamanan dan juga tidak mengganggu arus lalu

lintas kendaraan serta tentunya enak/ nyaman menyeberang jalannya

tanpa khawatir ketabrak mobil /motor.

Peneliti : Ehm…menurut ibu, bagaimana perasaan dan menurut ibu jika

menggunakan tangga JPO untuk melakukan penyeberangan ?

Ibu Lestari : Tangganya mungkin yaa ? itu kan curam banget ! Begitu juga

sebaiknya iklan-iklan di atas itu dilepas saja, karena menghalangi

pandangan dari bawah keatas, sehingga dapat dimanfaatkan oleh

orang yang tidak bertanggung jawab / kriminal. Dan seharusnya

pemerintah membuat JPO juga disertai dengan memperhatikan

keamanan dan kenyamanannya.

Peneliti : Ok, Apakah ibu termasuk pengguna setia dalam menggunakan

Fasilitas JPO?

Ibu Lestari : Setia sih nggak juga, kalo ada keperluan aja..

Peneliti : Menurut ibu, bagaimana solusi untuk menciptakan keamanan dan

kenyamanan terhadap sarana fasilitas Jembatan Penyeberangan

Orang(JPO) khususnya di jalan R.A. Kartini?

Ibu Lestari : Ya solusinya, pemerintah harus ada upaya dan dapat memberikan

keyakinan kepada masyarakat agar JPO bisa dimanfaatkan sebaik

mungkin dengan nyaman dan aman. Tentunya juga perlu

pengawasan, penerapan aturan yang tegas serta tidak kalah penting

didukung dengan kedisiplinan semua lapisan masyarakat.

Page 71: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xvii

- Informan 3 :

a. Nama : Gito

b. Usia : 25 tahun

c. Alamat : Lebak Bulus

d. Pekerjaan : Supir

e. Tanggal wawancara : 15 April 2018

f. Lama Berwawancara : 2 Menit.

g. Lokasi : Jalan R.A. Kartini, Kelurahan

Pondok Pinang, Jakarta Selatan.

Jalannya wawancara :

Peneliti : Mas...., apakah disini memang pernah ada kejadian kasus kriminal

di sekitar fasilitas JPO (Jembatan Penyeberangan orang) sepanjang

jalan RA Kartini?

Gito : Pernah....., cuman udah lama.

Peneliti : ehm, kalo boleh tahu kapan mas kejadian kronologinya terhadap

tindakan kriminal tersebut ? apakah pada saat orang melakukan

penyebrangan di Fasilitas JPO?

Gito : Kejadiannya lupa, tapi memang pernah ada kejadian tersebut

bahkan denger-denger disertai kasus pemerkosaan di JPO.

Kejadiannya waktu itu kalau ngga salah pada sore hari udah mau

gelap dan pas mau hujan.

Peneliti : Terus menurut Mas, Apa yang menyebabkan wanita yang menjadi

sasaran utama untuk dijadikan incaran korban kriminal bagi para

pelaku kejahatan tersebut?

Page 72: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xviii

Gito : ya, mungkin dianggapnya wanita itu lemah dan penakut, sehingga

yang menjadi incaran rata-rata wanita sih.

Peneliti : Ehm menurut Mas, apa tujuan mereka untuk melakukan sebuah

tindak pidana kriminalitas di fasilitas JPO?

Gito : ya, mungkin para pelaku melakukan kejahatan karena butuh uang

dan barangkali lokasi maupun kesempatan berbuat jahat / kriminal

di JPO menurut pelakunya lebih memungkinkan. Hahaha….

Peneliti : Ehm ok, apakah dengan adanya fasilitas jembatan penyeberangan

orang ini sangat membantu buat kepentingan masyarakat umum?

Gito : Sangat membantu sekali bagi pejalan kaki dalam menyeberang,

supaya tidak terjadi kecelakaan lalu lintas.

Peneliti : Menurut mas, bagaimana perasaan mas jika menaiki tangga JPO

untuk melakukan penyeberangan jembatan penyeberangan orang

tersebut ?

Gito : Iyaa curam ! Coba lihat orang yang mau nyeberang aja gak mau

Naik, coba bagaimana itu ?

Peneliti : Apa anda termasuk pengguna setia untuk melakukan menyeberang

fasilitas JPO di Jalan RA Kartini?

Gito : Saya bukan pengguna setianya namun pernah menggunakannya,

tapi saya malas lewat JPO karena banyak gepeng atau premannya.

Menurut saya.

Page 73: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xix

- Informan 4 :

a. Nama : Simin

b. Usia : 30 tahun.

c. Alamat : Pondok Pinang

d . Pekerjaan : Pedagang pinggiran

e. Tanggal wawancara : 27 April 2018

f. Lama berwawancara : 54 Detik

g. Lokasi : Jalan R.A. Kartini, Pondok Pinang,

Kebayoran Lama – Jakarta Selatan.

h. Jalannya wawancara :

Peneliti : Pak, apakah disini memang pernah ada kejadian kasus kriminal di

sekitar fasilitas JPO (Jembatan Penyeberangan orang) sepanjang

jalan RA Kartini?

Pak Simin : Iya, pernah ada !

Peneliti : Kapan kejadian tindakan kriminal di fasilitas jembatan

penyeberangan orang tersebut ?

Pak Simin : Kalo gak salah waktu pas nyebrang, abis nonton konsert

Iwan Fals, waktu itu pas mau hujan, sore-sore udah mau gelap, saya

juga gak tahu persis, tau-tau ada kriminal pemerkosaan.

Peneliti : Apakah dengan adanya fasilitas JPO ini sangat membantu?

Pak Simin : Iya, bagi orang pejalan kaki, bahkan setiap hari Jumat sangat

membantu bagi orang-orang yang mau shalat Jumat, karena banyak

yang mau menyeberang.

Page 74: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xx

Peneliti : Menurut, mas bagaimana rasanya jika melangkah tangga keatas

untuk melakukan menyeberangi Jembatan penyeberangan ini?

Pak Simin : Iya, biasa saja sih cuman terlalu nanjak aja kalo mau naik,

paling motor biasa lewat atau juga sepeda.

Peneliti : Ok terakhir Pak, bagaimana solusi untuk menciptakan keamanan

dan kententraman terhadap pengguna sarana fasilitas Jembatan

Penyeberangan Orang(JPO) khususnya di jalan R.A. Kartini ?

Pak Simin : Ya, harus hati-hati ajalah dan juga pengguna JPO biar gimanapun

agar selalu sigap dan waspada.

- Informan 5 :

a. Nama : Sugiarto

b. Usia : 40 tahun

c. Alamat : Cilandak

d. Pekerjaan : PNS

e. Tanggal wawancara : 21 April 2018

f. Lama berwawancara : 2 Menit

g. Lokasi : Jalan R.A. Kartini, Pondok Pinang,

Kebayoran Lama, Jakarta Selatan

h. Jalannya wawancara :

Peneliti : Pak, Apakah disini memang pernah ada kejadian kasus kriminal

di sekitar fasilits JPO (Jembatan Penyeberangan orang) sepanjang

jalan RA Kartini?

Pak Sugiarto : Pernah cuman udah lama.

Page 75: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xxi

Peneliti : Oh, kira-kira waktunya kapan pak kejadiannya pada saat

melakukan tindakan kriminal di fasilitas jembatan penyeberangan

(JPO) ?

Pak Sugiarto : udah lama sekali Mas, tapi memang ada kejadian tindakan

kriminal.

Peneliti : Menurut Bapak, apa yang menyebabkan korban tersebut sering

wanita yang menjadi sasaran utama dan dijadikan incaran kriminal

bagi para pelaku kejahatan tersebut ?

Pak Sugiarto : Iya.., memang korban yang diincar pelaku keseringannya wanita,

begitulah.

- Informan 6 :

a. Nama : Pratiwi

b. Usia : 33 tahun

c. Alamat : Senen

d. Pekerjaan : Wiraswasta

e. Tanggal wawancara :18 April 2018

f. Lama berwawancara : 1 Menit

g. Lokasi : Jalan R.A. Kartini, Kelurahan

Pondok Pinang, Jakarta Selatan

h. Jalannya wawancara :

Peneliti : mba numpang tanya, apakah disini benar ada kejadian kasus

kriminal di sekitar fasilitas JPO (Jembatan Penyeberangan orang)

sepanjang jalan RA Kartini?

Ibu Pratiwi : iya, dengar-dengar sih ada.

Page 76: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xxii

Peneliti : kalau ibu tahu/ingat kapan kejadian kasus kriminal di fasilitas JPO

tersebut?

Ibu Pratiwi : saya kurang paham soal kapan kejadian kriminalnya coba mas,

tanya ke orang sekitaran pedagang pinggiran yang dekat dengan

fasilitas JPOnya mungkin dia lebih tahu!

Peneliti : ehm, menurut pandangan Ibu Pratiwi sendiri Apa yang

menyebabkan korban wanita menjadi sasaran utama untuk

menjadikan incaran kriminal bagi para pelaku kejahatat tersebut?

Ibu Pratiwi : Iya, karena pelaku wanita itu mudah ditakuti hingga dianinaya dengan

adanya pelaku kejahatan laki-laki sebab wanita juga tidak mengerti

dengan dihadangnya perlakuan kejahatan datang secara tiba-tiba.

Peneliti : dan tujuannya bu, untuk apa mereka melakukan sebuah tindak

kejahatan maupun kriminal di lokasi fasilitas JPO tersebut ?

Ibu Pratiwi : iya mungkin ingin mengambil barang berharga kali seperti hp,

dompet, dan lain-lain.

Peneliti : menurut tanggapan ibu Pratiwi ini, apakah adanya fasilitas JPO ini

sangat membantu?

Ibu Pratiwi : ya sangat membantulah, karena tidak perlu menyeberang dengan

menunggu kendaraan yang lewat. Dengan adanya JPO ini menjadi

lebih mudah dan praktis untuk menyeberang.

Page 77: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xxiii

Peneliti : hmm untuk solusi ibu sendiri, bagaimana untuk menciptakan

keamanan dan kententraman terhadap sarana fasilitas Jembatan

Penyeberangan Orang(JPO) khususnya di jalan R.A. Kartini?

Ibu Pratiwi : JPO ini perlu dipertahankan agar wanita dan anak aman dari

kecelakaan lalu lintas, kemudian pemerintah juga memberikan

kenyamanan melalui kebijakannya untuk membersihkan JPO ini

dari tindak kriminalitas.

- Informan 7

a. Nama : Kholifah

b. Usia : 19 tahun

c. Alamat : Lebak Bulus

d. Pekerja : Mahasiswa

e. Tanggal wawancara : 19 April 2018

f. Lama berwawancaraa : 1 Menit

g. Lokasi : Jalan R.A. Kartini, Kelurahan

Pondok Pinang, Jakarta Selatan

h. Jalannya wawancara :

Peneliti : Permisi mba numpang Tanya, apakah memang pernah ada kejadian

tindakan kriminal di lokasi fasilitas jembatan penyeberangan

orang(JPO) sepanjang Jalan R.A. Kartini?

Kholifah : kayaknya ada cuman enggak ingat proses kegiatan kriminalnya.

Peneliti : ehm menurut pendapat mba, apa yang menyebabkan korban wanita

sering menjadi sasaran utama untuk dijadikan tujuan kriminal bagi

para pelaku kejahatan tersebut ?

Page 78: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xxiv

Kholifah : yaa karena kan perempuan tergolong lemah dan mudah untuk diincar

sehingga kaum perempuan juga tidak bisa ada daya untuk menghajar

komplotan kejahatan dihadapan laki-laki khususnya.

Peneliti : tujuan mereka untuk melakukan sebuah tindak pidana kriminalitas di

fasilitas JPO?

Kholifah : yaa…,bisa jadi mereka ingin merampas barang berharga dengan

alasan mendesak kebutuan ekonomi pribadinya sendiri, yang pada

akhirnya pelaku kejahatan menjadi sifat jahat, haa haa haa.

Peneliti : hmm menurut pandangan Kholifah, Apakah dengan adanya fasilitas

jembatan penyeberangan orang ini sangat membantu buat

kepentingan masyarakat umum?

Kholifah : iya sangat membantu hingga efektif bagi pengguna pejalan kaki

masyarakat umumlah khususnya, cuman saya jarang melintasi

JPOnya dikarenakan kondisi kumuh dan kotor sehingga saya malas

dan takut untuk melintasinya jalur JPOnya

Peneliti : ok pendapat mba, apakah mba memang setia atau senang jika

hendak terpaksa atau mendesak perluan darurat untuk melintasi

lokasi JPO di jalan RA Kartini Pondok Pinang ini?

Kholifah : iya tergantung sihh jika saya ingin melintasi JPOnya dengan tujuan

tertentu mungkin saya bisa memberanikan diri dengan cara lari atau

harus dengan rombongan teman, namun jika dilihat kondisi

jembatan yang cukup curam, kotor, dan kurangnya lampu

penerangan pasti akan ngeri dan seram untuk melewati jalur JPOnya.

Page 79: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xxv

- Informan 8

a. Nama :Rulis

b. Usia :35 tahun

c. Alamat :Tendean

d. Pekerja : Wiraswasta

e. Tanggal wawancara :19 April 2018

f. Lama berwawancara :1 menit

g. Lokasi : Jalan R.A. Kartini, Kelurahan

Pondok Pinang, Jakarta Selatan

h. Jalannya wawancara :

Peniliti : Apakah dengan adanya fasilitas jembatan penyeberangan orang ini

sangat membantu buat kepentingan masyarakat umum?

Pak Rulis : Sangat membantu karena tidak perlu menyeberang dengan

menunggu kendaraan yang lewat. Dengan adanya JPO ini lebih

mudah dan praktis untuk menyeberang.

Peneliti : ehm, menurut bapak bagaimana kondisi JPO di lingkungan

sepanjang jalan RA. Kartini, kelurahan pondok pinang ini?

Pak Rulis : yaa, kondisinnya tentu mengesankan karena jika dilihat dari jauh

sudah kumuh dan kotor

Peneliti : hmm, ohh ya pak tapi di lokasi JPO kelurahan Pondok Pinang ini

pernah terjadi kasus Kriminal ya?

Pak Rulis : iya kalau gak salah kasus pemerkosaan

Page 80: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xxvi

Peneliti : menurut Bapak mengapa perempuan menjadi sasaran utama untuk

menjadi korban kekerasan

Pak Rulis : karena perempuan jelas tidak bisa melawan dan takut terhadap

timbulnya kasus yang dilkakukan oleh pelaku kejahatan tersebut.

Dokumentasi Gambar

1. Masyarakat melintasi JPO di Kelurahan Pondok Pinang, Jakarta Selatan

Hasil Potret Gambar, 27 April 2018

Page 81: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xxvii

Hasil Potret Gambar, 27 April 2018

Hasil Potret Gambar, 27 April 2018

Page 82: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xxviii

Hasil Potret Gambar , 28 April 2018

Hasil Potret Gambar , 28 April 2018

Page 83: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xxix

Hasil Potret Gambar , 28 April 2018

Hasil Potret Gambar , 28 April 2018

Page 84: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xxx

Hasil Potret Gambar , 28 April 2018

Hasil Potret Gambar , 28 April 2018

Page 85: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xxxi

Hasil Potret Gambar, 28 April 2018

Hasil Potret Gambar 28 April 2018

Page 86: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xxxii

Hasil Potret Gambar, 21 Mei 2018

2. Masyarakat melintasi JPO di keseluran wilayah DKI Jakarta

Hasil Potret Gambar, 15 Juli 2018

Page 87: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xxxiii

Hasil Potret Gambar, 15 Juli 2018

Hasil Potret Gambar, 15 Juli 2018

Page 88: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xxxiv

Hasil Potret Gambar, 15 Juli 2018

Page 89: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG …

xxxv

Hasil Potret Gambar, 15 Juli 2018

Hasil Potret Gambar, 15 Juli 2018