permukiman 2-usulan desain pengembangan kelurahan mangunharjo sebagai kampung industri telur asap

31
1 Gambar 1.1 Peta Zoning Keluruhan Mangunharjo Sumber : Dokumen Pribadi KAMPUNG INDUSTRI TELUR ASAP KELURAHAN MANGUNHARJO 1. Preface Mangunharjo memiliki daya tarik tersendiri sebagai daerah pemukiman, karena kondisi geografis kelurahan tersebut yang terletak pada daerah berkontur, serta memiliki pemandangan yang indah. Selain kondisi fisik geografis kelurahan tersebut yang menarik, kegiatan masyarakat Mangunharjo dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka pun beraneka ragam, dan menjadikan ke khasan tersendiri bagi kelurahan tersebut. Berdasarkan analisa potensi yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui potensi yang ada pada kelurahan tersebut, terdapat dua RW yang menarik yang memiliki ke khasan tersendiri, yaitu RW 02 dan RW 05. Pada RW 05 terdapat sentra pengasapan telur asin yang telah cukup terkemuka, sedangkan pada RW 02 berpotensi sebagai kawasan untuk tempat pemasaran hasil produksi dari RW 05. Namun, untuk mengembangkan kekhasan tersebut menjadi sebuah iconik bagi Kelurahan Mangunharjo, diperlukan pengembangan – pengembangan secara menyeluruh dan sistematik mulai dari proses penyediaan bahan baku. Untuk mencapai sebuah sistem yang berksesinambaungan sekaligus mampu memaksimalkan potensi yang ada pada Kelurahan Mangunharjo, maka keselurahan tahapan produksi mulai dari pengadaan hingga pemasaran akan didukung dan dipasok dari Kelurahan Mangunharjo sendiri, mulai dari kebutuhan akan telur bebek dan sekam, produksi pengasapan, pakaging hingga pemasaran. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan area untuk peternakan bebek, sehingga perlu diadakan pengalihan dari peternakan ayam menjadi peternakan bebek. Adanya pengalihan tersebut diharapkan dapat lebih berkembang dari peternakan sebelumnya. Hal ini dapat dimungkinkan karena dengan beternak bebek dimana telurnya akan digunakan sebagai bahan baku telur asap, biaya transportasi yang sebelumnya harus dikeluarkan oleh peternak untuk mendistribusikan hasil telur ayamnya menjadi lebih sedikit bahkan tidak ada. Oleh karena, konversi ini akan membawa manfaat selain bagi peternak juga bagi pembuat telur asap karena bahan baku dapat diperoleh dengan jarak tempuh yang lebih dekat. Sistem produksi hingga pemasaran hasil produksi akan dirangkai dalam sistem just in time (JIT) yaitu sebuah sistem dimana semua kegiatan pengadaan hingga produksi dilakukan dalam satu waktu sehingga meminimalisir ruang penyimpanan yang mampu mengurangi risiko kerusakan dan gangguan hama. Dengan desain suatu sistem JIT diharapkan pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap dapat menjadi sebuah home based entrerprises yang tidak hanya menarik tetapi juga efektif dan efisien. Dengan pengembangan desain menggunakan sistem JIT, maka kan terbentuk zoning, mulai dari area pengadanbahan mentah hingga area pemasaran, yaitu RW 01 dan RW 06 sebagai RW penyedia bahan baku sekam, RW 03, RW 07, dan RW 04 sebagai area peternakan bebek sekaligus pengolahan limbah menjadi pupuk, RW 05 sebagai sentra produksi, dan RW 02 sebagai area pemasaran. Selain sistem pruduksi, untuk lebih menyempurnakan suatu kampung industri, kami juga mendesain sebuah sistem pengolahan limbah yang hasil produksi. Sehingga tidak hanya menjadi sebuah home based enterprises yang efektif dan efisien, Kelurahan Mangunharjo, juga akan menjadi sentra industri yang sustainable. Dengan begitu desain Kelurahan Mangunharjo sebagai kampung industri telur asap akan menjadi sebuah paket pemukiman homebased enterprises yang menarik sehingga dapat menjadi sebuah iconik kawasan Kecamatan Tembalang secara khusus dan Kota Semarang secara umumnya. RW 01 RW 02 RW 06 RW 07 RW 05 RW 04 RW 03 PRODUKSI SEKAM PETERNAKAN BEBEK PUSAT PEMASARAN PUSAT PRODUKSI TELUR ASAP

Upload: purdyah-ayu

Post on 23-Oct-2015

90 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Mata kuliah Permukiman 2, JAFT UNDIP semester 6 tahun 2013, Redesain Kelurahan Mangunharjo dengan potensi Home Based Industry sebagai Kampung Industri Telur Asap berdasarkan Teori Magnet Kota dan System Just-in-TIme.

TRANSCRIPT

Page 1: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

1

Gambar 1.1

Peta Zoning Keluruhan Mangunharjo Sumber : Dokumen Pribadi

KAMPUNG INDUSTRI TELUR ASAP

KELURAHAN MANGUNHARJO

1. Preface

Mangunharjo memiliki daya tarik tersendiri sebagai daerah pemukiman, karena kondisi

geografis kelurahan tersebut yang terletak pada daerah berkontur, serta memiliki pemandangan

yang indah. Selain kondisi fisik geografis kelurahan tersebut yang menarik, kegiatan masyarakat

Mangunharjo dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka pun beraneka ragam, dan menjadikan ke

khasan tersendiri bagi kelurahan tersebut. Berdasarkan analisa potensi yang telah dilakukan

sebelumnya, diketahui potensi yang ada pada kelurahan tersebut, terdapat dua RW yang menarik

yang memiliki ke khasan tersendiri, yaitu RW 02 dan RW 05. Pada RW 05 terdapat sentra

pengasapan telur asin yang telah cukup terkemuka, sedangkan pada RW 02 berpotensi sebagai

kawasan untuk tempat pemasaran hasil produksi dari RW 05. Namun, untuk mengembangkan

kekhasan tersebut menjadi sebuah iconik bagi Kelurahan Mangunharjo, diperlukan

pengembangan – pengembangan secara menyeluruh dan sistematik mulai dari proses penyediaan

bahan baku.

Untuk mencapai sebuah sistem yang berksesinambaungan sekaligus mampu

memaksimalkan potensi yang ada pada Kelurahan Mangunharjo, maka keselurahan tahapan

produksi mulai dari pengadaan hingga pemasaran akan didukung dan dipasok dari Kelurahan

Mangunharjo sendiri, mulai dari kebutuhan akan telur bebek dan sekam, produksi pengasapan,

pakaging hingga pemasaran. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan area untuk peternakan

bebek, sehingga perlu diadakan pengalihan dari peternakan ayam menjadi peternakan bebek.

Adanya pengalihan tersebut diharapkan dapat lebih berkembang dari peternakan sebelumnya. Hal

ini dapat dimungkinkan karena dengan beternak bebek dimana telurnya akan digunakan sebagai

bahan baku telur asap, biaya transportasi yang sebelumnya harus dikeluarkan oleh peternak untuk

mendistribusikan hasil telur ayamnya menjadi lebih sedikit bahkan tidak ada. Oleh karena,

konversi ini akan membawa manfaat selain bagi peternak juga bagi pembuat telur asap karena

bahan baku dapat diperoleh dengan jarak tempuh yang lebih dekat.

Sistem produksi hingga pemasaran hasil produksi akan dirangkai dalam sistem just in

time (JIT) yaitu sebuah sistem dimana semua kegiatan pengadaan hingga produksi dilakukan

dalam satu waktu sehingga meminimalisir ruang penyimpanan yang mampu mengurangi risiko

kerusakan dan gangguan hama. Dengan desain suatu sistem JIT diharapkan pengembangan

Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap dapat menjadi sebuah home

based entrerprises yang tidak hanya menarik tetapi juga efektif dan efisien. Dengan

pengembangan desain menggunakan sistem JIT, maka kan terbentuk zoning, mulai dari area

pengadanbahan mentah hingga area pemasaran, yaitu RW 01 dan RW 06 sebagai RW penyedia

bahan baku sekam, RW 03, RW 07, dan RW 04 sebagai area peternakan bebek sekaligus

pengolahan limbah menjadi pupuk, RW 05 sebagai sentra produksi, dan RW 02 sebagai area

pemasaran.

Selain sistem pruduksi, untuk lebih menyempurnakan suatu kampung industri, kami juga

mendesain sebuah sistem pengolahan limbah yang hasil produksi. Sehingga tidak hanya menjadi

sebuah home based enterprises yang efektif dan efisien, Kelurahan Mangunharjo, juga akan

menjadi sentra industri yang sustainable. Dengan begitu desain Kelurahan Mangunharjo sebagai

kampung industri telur asap akan menjadi sebuah paket pemukiman homebased enterprises yang

menarik sehingga dapat menjadi sebuah iconik kawasan Kecamatan Tembalang secara khusus

dan Kota Semarang secara umumnya.

RW 01

RW 02

RW 06

RW 07

RW 05

RW 04

RW 03

PRODUKSI SEKAM

PETERNAKAN BEBEK

PUSAT PEMASARAN

PUSAT PRODUKSI TELUR ASAP

Page 2: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

2

Tabel 1.1 Tabel Rangkuman Lokasi Pemukiman yang Layak

2. Kajian Pustaka

2.1.Rumah Produksi

Rumah produktif atau usaha yang berbasis pada rumah tangga di Indonesia

bukanlah hal baru, hal ini sejalan dengan pernyataan Anderson (1982) industri-industri

kecil atau usaha dalam rumah tangga tumbuh dengan cepat dalam periode industrialisasi

dunia. Menurutnya sudah saatnya untuk memberikan peluang pada usaha yang bertumpu

pada rumah tangga karena mampu menggerakkan ekonomi negera yang bersangkutan.

Demikian pula Randall (1993) menyatakan bahkan usaha yang bertumpu pada rumah

tangga sudah menjadi suatu kebutuhan masyarakat modern dewasa ini. Dalam

perkembangannya keberadaan rumah produktif atau rumah usaha mempertegas fungsi

rumah yang sangat luas bagi kehidupan manusia. Di kabupaten Semarang pada umumnya

industri-industri kecil atau usaha dalam rumah tangga tumbuh dengan pesat.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa rumah tidak hanya dapat difungsikan sebagai

hunian, tetapi rumah mempunyai fungsi lebih yang dapat digunakan untuk kegiatan lain

antara lain sebagai wadah kegiatan industri rumah tangga atau sebagai sentra ekonomi

rumah tangga yang lebih dikenal dengan sebutan Home Based Enterprises / HBEs (Usaha

yang bertumpu pada rumah tangga/UBR). Sesuai pernyataan Johan Silas (1993:2) bahwa

pengertian rumah lebih lanjut ditekankan pada aspek penggalang sumber daya yang

mampu menjamin eksistensinya lebih lama atas usaha dari pemilik / pemakai sendiri serta

mampu berkembang semakin baik. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa konsep

permukiman yang dikembangkan oleh masyarakat pada dasarnya dapat memberikan

peran dalam memadukan kebutuhan perumahan dengan kesempatan menggalang sumber

daya.

Berikut ini adalah rangkuman mengenai lokasi permukiman yang layak, serta

indicator atau pengaruh yang mendorong masyarakat untuk memilih suatu permukiman

tertentu :

No Judul

Buku

Nama Pengarang Teori Variabel

Dirjen Cipta

Karya (1999)

Lokasi kawasan perumahan

yang layak adalah :

a. Tidak terganggu oleh

polusi (air, udara, suara)

b. Tersedia air bersih

c. Memiliki kemungkinan

untuk perkembangan

pembangunannya

d. Mempunyai aksesibilitas

yang baik

e. Mudah dan aman

mencapai tempat kerja

f. Tidak berada dibawah

permukaan air setempat

g. Mempunyai kemiringan

rata-rata

Air Bersih

Aksesibiltas

Kondisi Jalan

Lingkungan

Topografi

Kondisi

Bangunan

Kondisi Sarana

Prasarana

Drainase

Urban

Housing

Strategies,

Pitman

Publishing

-1976

Patrick I.Wakely,

Hartmut

Schemetzer dan

Barbar K

Ada beberapa indikator yang

mempengaruhi nilai suatu

permukiman antara lain yaitu

:

a. Kondisi dari bangunan-

bangunannya

b. Ketersediaan supply air,

sistem drainase yang

baik, tersedianya

pembuangan sampah

yang memadai

Kondisi

Bangunan

Sanitasi

Sarana Dan

Prasarana

Aksesibiltas

Kepadatan

penduduk

Page 3: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

3

c. Kemudahan akses ke

fasilitas perdagangan,

fasilitas kesehatan,

ketersediaan sekolah dan

mudah dicapai dengan

angkutan umum

d. Ketersediaan fasilitas

umum seperti tempat

ibadah dan rekreasi

e. Kepadatan penduduk

yang tidak terlalu tinggi

f. Keamanan dan kesehatan

yang terjamin.

The

Journal,

Developm

ent of

human

settlement

-2002

United Nations,

Governing

Council of the

United Nations

Human

Settlement

Programme

Perkembangan permukiman

dipengaruhi oleh beberapa

faktor :

a. Urbanisasi

b. Pertambahan Penduduk

Beberapa indikator yang

mempengaruhi nilai suatu

kawasan permukiman :

a. Faktor ekonomi

masyarakat, hal yang

paling berpengaruh yaitu

jenis pekerjaan

masyarakat

b. Kondisi sosial

Tingkat

pendapatan

Tingkat

Kepadatan Jenis

Jenis Pekerjaan

Kondisi

masyarakat, dalam hal

ini yang mempengaruhi

nilai suatu kawasan yaitu

masalah tingkat

kepadatan dan juga

tingkat pendidikan yang

mempengaruhi juga akan

pandangan dan cara

hidup masyarakat

c. Fungsi dan kegiatan

hunian, yang dimaksud

yaitu masalah

peruntukan bangunan

hunian apakah

digunakan sebagaimana

mestinya sebagai tempat

tinggal saja atau

digunakan untuk fungsi

lain misalnya sebagai

tempat berdagang yang

akan merubah

peruntukan

bangunannya.

2.2.HBEs Sebagai Bagian Dari Industri Kecil dan Menengah

Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang

mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.

Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur

(manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua

kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial.

Klasifikasi industry berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat

Sosial dibedakan menjadi :

Page 4: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

4

a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari

empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja

berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala

rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman,

industri kerajinan, industri tempe/ tahu, dan industri makanan ringan.

b. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19

orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga kerjanya

berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri

genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.

c. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99

orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja

memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan

manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri

keramik.

d. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri

industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam

bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan

pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer

test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri

pesawat terbang.

Home Based Enterprises telur asap di Kelurahan Mangunharjo termasuk dalam

kategori industri kecil dan sedang. Berkembangnya sektor perekonomian di Kota

Semarang memberikan dampak positif pada sektor lainnya, seperti industri kecil dan

sedang berbasis rumah untuk berkembang dan semakin meningkat di tengah minimnya

lapangan usaha yang ada. Para pekerja biasanya berasal dari keluarga sendiri, modal kecil

dan dibuat di rumah mereka. Sektor usaha berbasis rumah memiliki potensi yang luar

biasa, hal ini dapat ditunjukkan dengan banyaknya rumah, maka penyebaran industri kecil

dan sedang berbasis rumah juga akan ikut menyebar, dan terus berkembang, karena

kepraktisannya, baik dalam hal biaya sewa, mencari bahan baku maupun dalam

pemasaran usaha. Berkembangnya Home Based Enterprises membuat masyarakat tidak

perlu kesulitan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari. Bahkan

komunitas wanita di kelurahan dapat memperoleh keuntungan dari industry kecil dan

sedang ini yakni mereka masih dapat berperan ganda tanpa meninggalkan tugas ibu rumah

tangga dalam mendapatkan hasil tambahan (Suryadi, 2008).

2.3.Konsep Dasar Teori Penentuan Lokasi Industri

Teori lokasi adalah Ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan

ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki lokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial

serta hubungan-nya dengan atau pengaruh-nya terhadap keberadaan berbagai macam

usaha / kegiatan lain, baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006:77).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dibutuhkan suatu analisis mengenai konsep

dasar teori lokasi dalam menentukan lokasi kawasan industry (sebagai tempat produksi

dan pemasaran), dimana dengan adanya konsep dasar tersebut dapat menjadi prinsip

dalam pemilihan lokasi yang terbaik dan menguntungkan secara ekonomi bagi industri itu

sendiri. Berikut merupakan beberapa pengertian teori lokasi industri yang dikemukakan

oleh berbagai pakar, baik secara geografi, ekonomi, maupun keruangan.

1. Teori Lokasi Industri

Teori lokasi industri pertama kali diungkapkan oleh ahli ekonom Jerman pada

tahun 1929, yakni Alfred Weber. Menurut teori Weber, pemilihan lokasi industri

didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap

industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja, dimana

penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan

tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang

maksimum. Menurut Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu

biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi.

Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku Weber

menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk memperoleh

lokasi optimum. Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke

lokasi bahan baku atau pasar, Weber merumuskan indeks material (IM), sedangkan

biaya tenaga kerja sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi lokasi industri

dijelaskan Weber dengan menggunakan sebuah kurva tertutup (closed curve) berupa

lingkaran yang dinamakan isodapan (isodapane).

Page 5: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

5

Adapun penentuan lokasi terbaik menurut Weber tergantung pada karakter

bahan baku yang digunakan, antara lain:

a. Bahan baku yang tersedia dimana saja.

b. Bahan baku setempat yang berpengaruh spesifik terhadap lokasi.

c. Berdasarkan perhitungan Indeks Material (IM) yang menentukan apakah lokasi

industri tersebut lebih berorientasi pada bahan baku atau lebih berorientasi pada

lokasi pasar.

2. Teori Keseimbangan Spasial

Teori keseimbangan spasial dikemukakan oleh August Losch pada tahun 1954

melalui bukunya yang berjudul Economics of Location. Losch menyatakan bahwa

lokasi suatu industri didasarkan pada kemampuan untuk menjaring konsumen

sebanyak-banyaknya (dalam Ardhian, 2010). Dengan kata lain, konsep dasar teori

lokasi industri yang dikemukakan oleh Losch ini berprinsip pada permintaan

pasar (demand) dengan asumsi:

a. Lokasi optimal suatu pabrik atau industri adalah apabila dapat menguasai wilayah

pemasaran yang luas sehingga dapat dihasilkan pendapatan yang paling besar.

b. Pada suatu tempat yang topografinya datar atau homogen jika disuplai oleh pusat

industri, volume penjualan akan membentuk kerucut. Semakin jauh dari pusat

industri, maka volume penjualan barang akan semakin berkurang karena harganya

semakin tinggi akibat naiknya ongkos transportasi.

Teori Losch ini bertujuan untuk menemukan pola lokasi industri sehingga

ditemukan keseimbangan spasial antarlokal.:

a. Setiap lokasi industri harus menjamin keuntungan maksimum bagi penjual

maupun pembeli.

b. Terdapat cukup banyak usaha pertanian dengan penyebaran cukup merata,

sehingga seluruh permintaan yang ada dapat dilayani.

c. Terdapat free entry dan tidak ada petani yang memperoleh super normal

profitsehingga tidak ada rangsangan bagi petani dari luar untuk masuk dan

menjual barang yang sama di daerah tersebut.

d. Daerah penawaran adalah sedemikian hingga memungkinkan petani yang ada

untuk mencapai keuntungan yang maksimum.

e. Konsumen bersifat indifferent terhadap penjual manapun dan satu-satunya

pertimbangan untuk membeli dengan harga yang rendah.

Pada akhirnya, luas daerah pasar akan menyempit dan dalam keseimbangannya akan

membentuk segienam beraturan. Losch juga menambahkan bahwa jaringan heksagonal

tidak memiliki penyebaran yang sama tetapi di sekeliling tempat sentralnya masih ada 6

faktor yang memiliki wilayah yang luas dan 6 faktor yang memiliki wilayah sempit

sehingga Losch menggambarkan teorinya tersebut dalam bentuk roda.

3. Teori Tempat Pusat

Teori ini dikemukakan oleh Walter Christaller pada tahun 1933 dalam bukunya yang

berjudul Central Places In Southern Germany. Dalam buku ini Christaller mencoba

menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di

dalam satu wilayah Tempat pusat (central place) merupakan suatu tempat dimana

produsen cenderung mengelompok di lokasi tersebut untuk menyediakan barang dan

jasa bagi populasi di sekitarnya. Asumsi-asumsi yang dikemukakan dalam teori

Christaller antara lain:

a. Suatu lokasi yang memiliki permukaan datar yang seragam.

b. Lokasi tersebut memiliki jumlah penduduk yang merata dan memiliki daya beli

yang sama.

c. Lokasi tersebut mempunyai kesempatan transport dan komunikasi yang

merata/gerakan ke segala arah (isotropic surface).

d. Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak/biaya.

Teori central place ini didasarkan pada prinsip jangkauan (range) dan ambang

batas(threshold). Range merupakan jarak jangkauan antara penduduk dan tempat suatu

aktivitas pasar yang menjual kebutuhan komoditi atau barang. Misalnya seseorang

membeli baju di lokasi pasar tertentu, range-nya adalah jarak antara tempat tinggal orang

Page 6: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

6

tersebut dengan pasar lokasi tempat dia membeli baju. Apabila jarak ke pasar lebih jauh

dari kemampuan jangkauan penduduk yang bersangkutan, maka penduduk cenderung

akan mencari barang dan jasa ke pasar lain yang lebih dekat. Sedangkanthreshold adalah

jumlah minimum penduduk atau konsumen yang dibutuhkan untuk menunjang

kesinambungan pemasokan barang atau jasa yang bersangkutan, yang diperlukan dalam

penyebaran penduduk atau konsumen dalam ruang (spatial population distribution).

Dari komponen range dan threshold maka lahir prinsip optimalisasi pasar (market

optimizing principle). Prinsip ini antara lain menyebutkan bahwa dengan memenuhi

asumsi di atas, dalam suatu wilayah akan terbentuk wilayah tempat pusat (central place).

Pusat tersebut menyajikan kebutuhan barang dan jasa bagi penduduk sekitarnya. Apabila

sebuah pusat dalam range dan threshold yang membentuk lingkaran, bertemu dengan

pusat yang lain yang juga memiliki range dan threshold tertentu, maka akan terjadi

daerah yang bertampalan. Penduduk yang bertempat tinggal di daerah yang bertampalan

akan memiliki kesempatan yang relatif sama untuk pergi ke kedua pusat pasar itu.

Christaller juga menyatakan bahwa sistem tempat pusat membentuk suatu hierarki yang

teratur dimana keteraturan dan hierarki tersebut didasarkan pada prinsip bahwa suatu

tempat menyediakan tidak hanya barang dan jasa untuk tingkatannya sendiri, tetapi juga

semua barang dan jasa lain yang ordernya lebih rendah.

4. Teori Biaya Minimum dan Ketergantungan Lokasi

Teori biaya minimum dan ketergantungan lokasi (Theory Least Cost and Place

Interdependence) dikemukakan oleh Melvin Greenhut pada tahun 1956 dalam

bukunyaPlant Location in Theory and in Practice dan Microeconomics and The Space

Economy. Greenhut berusaha menyatukan teori lokasi biaya minimum dengan teori

ketergantungan lokasi yang mana dalam teori tersebut mencakup unsur-unsur sebagai

berikut:

a. Biaya lokasi yang meliputi biaya angkutan, tenaga dan pengelolaan

b. Faktor lokasi yang berhubungan dengan permintaan, yaitu ketergantungan lokasi dan

usaha untuk menguasai pasar

c. Faktor yang menurunkan biaya

d. Faktor yang meningkatkan pendapatan

e. Faktor pribadi yang berpengaruh terhadap penurunan biaya dan peningkatan

pendapatan

f. Pertimbangan pribadi

2.4.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Industri

Suatu kegiatan yang produktif akan memilih lokasi yang dapat memperoleh input

secara efisien. Input tersebut tidak hanya berbentuk fisik, tetapi juga berbentuk jasa,

seperti jasa prasarana dan sarana, institusi pendukung, maupun kualitas sumberdaya

manusia (Maryunani, 2003). Adapun faktor-faktor yang diperhatikan dalam memilih

lokasi industri menurut Weber dalam Tarigan (2005) adalah:

1. Biaya Transportasi : Biaya transportasi bertambah secara proporsional dengan jarak

sehingga titik terendah untuk biaya transportasi adalah titik yang menunjukkan biaya

minimum untuk angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi. Konsep titik

minimum tersebut dinyatakan sebagai segitiga lokasi.

2. Biaya Upah : Produsen cenderung mencari lokasi dengan tingkat upah tenaga kerja

yang lebih rendah dalam melakukan aktivitas ekonomi sedangkan tenaga kerja

cenderung mencari lokasi dengan konsentrasi upah yang lebih tinggi.

3. Keuntungan dari Konsentrasi Industri Secara Spasial : Konsentrasi spasial akan

menciptakan keuntungan yang berupa penghematan lokalisasi dan penghematan

urbanisasi. Penghematan lokalisasi terjadi apabila biaya produksi perusahaan pada

suatu industri menurun ketika produksi total dari industri tersebut meningkat. Hal ini

terjadi pada perusahaan/industri yang berlokasi secara berdekatan.

Menurut Djojodipuro (1992), faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi industri,

adalah:

1. Faktor Endowment : Tersedianya faktor produksi secara kualitatif dan kuantitatif di

suatu daerah, berupa tanah (topografi, struktur tanah, cuaca, harga tanah), tenaga dan

manajemen (fringe benefit, labour turn over, absenteeism, techno-structure), dan

modal (industrial inertia, industrial nursery).

2. Pasar dan Harga : Suatu daerah yang berpenduduk banyak secara potensial perlu

diperhatikan. Bila daerah ini disertai pendapatan perkapita yang tinggi, maka pasar

Page 7: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

7

tersebut akan menjadi efektif dan semakin meningkat bila disertai dengan distribusi

pendapatan yang merata. Luas pasar ditentukan oleh jumlah penduduk, pendapatan

perkapita, dan distribusi pendapatan.

3. Bahan Baku dan Energi : Proses produksi merupakan usaha untuk

mentransformasikan bahan baku kedalam hasil akhir yang memiliki nilai lebih tinggi.

Jarak antara lokasi pabrik dengan ketersediaan bahan baku mempengaruhi biaya

pengangkutan. Beberapa industri karena sifat dan keadaan dari proses pengolahannya

mengharuskan untuk menempatkan pabriknya berdekatan dengan sumber bahan

baku.

4. Aglomerasi, Keterkaitan Antar Industri, dan Penghematan Ekstern : Aglomerasi

adalah pengelompokkan beberapa perusahaan dalam suatu daerah atau wilayah

sehingga membentuk daerah khusus industri.

5. Kebijakan Pemerintah : Kebijakan pemerintah terkait dengan kawasan industri,

kawasan berikat, kawasan ekonomi khusus (KEK), kawasan perdagangan bebas

(FTZ).

2.5. SISTEM JUST IN TIME

Just In Time menekankan bahwa semua material harus menjadi bagian aktif dalam sistem produksi

dan tentu dia melarang timbulnya masalah yang mengakibatkan hadirnya biaya persediaan. Dalam

Just In Time persediaan meminimalisasi dengan tetap menjaga keberlangsungan produksi ini berarti

barang sedia dalam waktu, jumlah dan kualitas yang tepat saat diperlukan. Metode Just In Time dalam

keberadaannya tidak sekedar diterapkan untuk bidang persediaan, melainkan juga dapat

diimplementasikan dalam bidang produksi.

Konsep Just In Time adalah suatu konsep dimana bahan baku yang digunakan untuk aktivitas

produksi didatangkan dari pemasok atau supplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses

produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan barang

penyimpanan barang/stock cost.

1. Definisi Metode Just In Time

Sistem Just In Time berusaha melakukan pekerjaan secara terus-menerus tanpa henti, dengan

menghilangkan segala pemborosan dan segala sesuatu yang tidak memberi nilai tambah dengan

menyediakan sumber daya pada tempat dan waktu yang tepat. Sistem ini akan mengakibatkan

persediaan lebih sedikit, jumlah pekerja lebih sedikit, dan biaya produksi lebih rendah serta

produk dapat diserahkan ke pelanggan tepat waktu. Sedangkan kualitas yang sangat tinggi

merupakan hasil dari suatu sistem pengendalian mutu yang sangat baik. Akhirnya, dengan

kombinasi dan gabungan kedua sistem tersebut akan membuat perusahaan mampu bersaing

dengan perusahaan lain serta mencapai laba dan hasil dari investasi yang maksimal.

Menurut Hendra Kusuma Just In Time yaitu :

“Just In Time yaitu menghilangkan hal-hal yang tidak berguna yang berhubungan dengan

persediaan dan kelebihan produksi serta pendayagunaan para pekerja secara penuh, terutama

dalam hal peningkatan mutu, produktifitas dan moral kerja”.

Masiyah Khoimi dan Yuningsih, mendefinisikan tujuan dasar sistem Just In Time adalah sebagai

berikut :

“Untuk memproduksi dan menyampaikan apa yang dibutuhkan, kapan hal itu dibutuhkan, pada

tahap semua proses produksi, tepat pada saat dipabrikasi, dipasang dan dikirim ke pelanggan”.

Dari pendapat di atas mengenai Just In Time, maka dapat disimpulkan bahwa Just In Time

merupakan suatu sistem yang digunakan untuk meminimalis terjadinya pengeluaran dengan

mendasarkan pada tarikan permintaan barang yang dibutuhkan dengan menghilangkan hal-hal

yang tidak berguna.

2. Manfaat Just In Time

JIT memberikan nuansa baru dalam manajemen persediaan, dimana pemanufakturan beralih dari

sistem fush ke sistem full. Pada full sistem persediaan akan ada apabila dibutuhkan untuk

memenuhi permintaan konsumen saat kini, bukan untuk memenuhi kebutuhan pasar secara

keseluruhan. Adapun menurut Fandy Tjiptono & Anastasian Diana dalam Mursyidi, Manfaat Just

In Time adalah :

a. Mengurangi biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung.

b. Mengurangi ruangan atau gudang untuk menyimpan barang.

c. Mengurangi waktu setup dan penundaan jadwal produksi.

d. Mengurangi pemborosan barang rusak dan barang cacat dengan mendeteksi kesalahan

pada sumbernya.

e. Mengurangi lead time karena ukuran lot yang kecil sehingga sel produksi memberikan

feedback terhadap masalah kualitas.

f. Penggunaan mesin dan fasilitas lebih baik, menciptakan hubungan yang lebih baik

dengan pemasok.

g. Layout pabrik yang lebih baik.

h. Integrasi yang lebih baik antara fungsi - fungsi, seperti pemasaran, pembelian, dan

diproduksi.

Page 8: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

8

RW 01

RW 03

RW 07

RW 02

RW 04

RW 06

RW 05

Gambar 2.2

Peta Zoning Keluruhan Mangunharjo Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 2.3

Foto Udara Keluruhan Mangunharjo Sumber : Google Earth

Gambar 2.1

Peta Eksisting Keluruhan Mangunharjo Sumber : Dokumen Pribadi

i. Pengedalian kualitas dalam proses.

Dari data diatas terlihat bahwa manfaat dari metode Just In Time yaitu dapat mengurangi berbagai

kegiatan yang seharusnya tidak perlu dan mengendalikan persediaan secara baik dan peningkatan

dalam proses produksi.

3. Analisa Tapak Kelurahan Mangunharjo

Kota Semarang merupakan salah satu Kota besar di Indonesia, dan memiliki banyak sekali

kelurahan-kelurahan, salah satunya yaitu Kelurahan Mangunharjo. Kelurahan Mangunharjo merupakan

salah satu kelurahan yang memiliki potensi ekonomi yaitu produksi telur asap kecil-kecilan pada salah

satu RW, yaitu pada RW 05. Dengan melihat potensi itu, maka nantinya Kelurahan Mangunharjo ini

akan dijadikan sentra penjualan dan produksi telur asap, hal ini sangat menguntungkan baik bagi warga

Kelurahan Mangunharjo maupun bagi orang lain, dengan adanya sentra ini maka Kota Semarang bisa

memiliki tambahan tempat wisata yang saat ini masih sedikit jumlahnya. Untuk menentukan zonasi

bagian-bagian pendukung sentra telur asap ini, seperti tempat produksi, tempat pengasapan, tempat

peternakan, sawah(untuk produksi sekam), maka diperlukan suatu analisa pada tapak di Kelurahan

Mangunharjo. Analisa–analisa tersebut yaitu:

Page 9: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

Gambar 2.4

Foto Udara Aksesbilitas Keluruhan Mangunharjo

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 2.5

Peta RW 02 Kelurahan MangunharjoSumber : Dokumen Pribadi

a. Aksesbilitas

Kondisi Asli :

Kelurahan mangunharjo terletak pada jalur penghubung antara semarang atas dan semarang

bawah.Semarang atas yaitu dari Tembalang ke Semarang bawah yaitu daerah kedung

mundu,lamper,dll.Jalur Utama yang merupakan jalur penghubung itu jarang sekali sepi pengendara,baik

itu motor maupun mobil pasti tiap harinya mobil dan motor selalu melalui jalan ini.Dengan berada pada

jalur utama ini maka akses untuk menuju ke Kelurahan Mangunharjo ini mudah.Kemudahan pencapaian

pada Kelurahan Mangunharjo berlaku bagi keseluruhan RW khususnya pada RW 02,RW 06,RW 07

,ketiga RW ini sangat mudah untuk dicapai karena ketiga RW ini terletak persis di tepi jalan utama,jadi

sangat terlihat dari jalan utama dan mudah sekali dalam pencapaiannya.Aksesibilitas yang mudah tidak

hanya berdasarkan letak saja,namun kondisi jalan juga menentukan tempat itu mudah diakses atau

tidak,dalam hal itu,Kelurahan Mangunharjo juga memiliki itu,sebagian besar jalan-jalan baik itu jalan

besar maupun jalan lingkungan sudah di aspal sehingga berbagai kendaraan bemotor dapat melewatinya

dengan mudah.

Kondisi Asli :

Kelurahan mangunharjo terletak pada jalur penghubung antara semarang atas dan s

bawah.Semarang atas yaitu dari Tembalang ke Semarang bawah yaitu daerah kedung

mundu,lamper,dll.Jalur Utama yang merupakan jalur penghubung itu jarang sekali sepi pengendara,baik

itu motor maupun mobil pasti tiap harinya mobil dan motor selalu mel

jalur utama ini maka akses untuk menuju ke Kelurahan Mangunharjo ini mudah.Kemudahan pencapaian

pada Kelurahan Mangunharjo berlaku bagi keseluruhan RW khususnya pada RW 02,RW 06,RW 07

,ketiga RW ini sangat mudah untuk dicapai karena ketiga RW ini terletak persis di tepi jalan utama,jadi

sangat terlihat dari jalan utama dan mudah sekali dalam pencapaiannya.Aksesibilitas yang mudah tidak

hanya berdasarkan letak saja,namun kondisi jalan juga menentukan tempat itu mudah diakses

tidak,dalam hal itu,Kelurahan Mangunharjo juga memiliki itu,sebagian besar jalan

besar maupun jalan lingkungan sudah di aspal sehingga berbagai kendaraan bemotor dapat melewatinya

dengan mudah.

Salah satu Jalan utama penghubung Semarang atas (Tembalang) dan Semarang bawah (Kedungmundu dan sekitarnya)

Semarang bawah

Semarang atas

Jl.raya mangunharjo Kompol R.Soekanto

Jalan Utama Kelurahan Mangunharjo yang juga menjadi jalan penghubung Semarang atas dan Semarang bawah

RW 03

RW 06

RW 02 :

RW 01

RW 04

RW 05

RW 07

9

Gambar 2.5

Peta RW 02 Kelurahan Mangunharjo Sumber : Dokumen Pribadi

Kelurahan mangunharjo terletak pada jalur penghubung antara semarang atas dan semarang

bawah.Semarang atas yaitu dari Tembalang ke Semarang bawah yaitu daerah kedung

mundu,lamper,dll.Jalur Utama yang merupakan jalur penghubung itu jarang sekali sepi pengendara,baik

itu motor maupun mobil pasti tiap harinya mobil dan motor selalu melalui jalan ini.Dengan berada pada

jalur utama ini maka akses untuk menuju ke Kelurahan Mangunharjo ini mudah.Kemudahan pencapaian

pada Kelurahan Mangunharjo berlaku bagi keseluruhan RW khususnya pada RW 02,RW 06,RW 07

pai karena ketiga RW ini terletak persis di tepi jalan utama,jadi

sangat terlihat dari jalan utama dan mudah sekali dalam pencapaiannya.Aksesibilitas yang mudah tidak

hanya berdasarkan letak saja,namun kondisi jalan juga menentukan tempat itu mudah diakses atau

tidak,dalam hal itu,Kelurahan Mangunharjo juga memiliki itu,sebagian besar jalan-jalan baik itu jalan

besar maupun jalan lingkungan sudah di aspal sehingga berbagai kendaraan bemotor dapat melewatinya

Jalan utama

Jl.raya mangunharjo Kompol R.Soekanto

Page 10: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

10

Gambar 2.6

Peta Zoning Keluruhan Mangunharjo Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 2.7

Peta Jalan Utama Keluruhan Mangunharjo

Respon : Kemudahan dalam mengakses atau mencapai Kelurahan Mangunharjo dijadikan salah satu keunggulan

Kelurahan ini.Aksesibilitas yang mudah ini merata pada semua RW,karena semua RW sudah memiliki

jaringan jalan yang baik,jalannya sudah banyak yang diaspal dan jalannya juga luas sehingga mudah

untuk dijangkau. Pada RW 02 khususnya tempat in cocok sekali untuk tempat pemasaran karena RW ini

berada di sepanjang jalan utama Kelurahan Mangunharjo sehingga calon pembeli nantinya juga

gampang untuk menuju tempat pemasaran.Untuk tempat produksi,tempat pengasapan,tempat pembuatan

sekam dapat diletakkan pada RW-RW yang dekat dengan jalan utama atau jalan besar dan dekat dengan

tempat pemasarannya.

b. Visibilitas

Kondisi Asli :

Letak Kelurahan Mangunharjo yang berada di sepanjang jalan penghubung semarang atas dan

semarang bawah menjadikan Kelurahan ini mudah terlihat oleh pengendara kendaraan bermotor

yang melewati jalan tersebut,terlebih lagi Kelurahan Mangunharjo ini terletak di dekat

perumahan-perumahan besar yang terkenal,sehingga menambah keuntungan

tersendiri.Perumahan-perumahan besar di sekitar Kelurahan Mangunharjo ini membuat

Kelurahan ini lebih mudah terlihat dan gampang untuk diingat,karena tiap harinya para penghuni

perumahan-perumahan ini akan melewati jalan utama itu dan pastinya akan melihat Kelurahan

Mangunharjo.

Respon:

Visibilitas tinggi juga menjadi keuntungan sendiri bagi Kelurahan Mangunharjo, dengan

memiliki visibilitas yang tinggi, Kelurahan Mangunharjo akan diingat oleh banyak orang yang

melewati jalan utama tersebut. Diantara ketujuh RW yang ada di Kelurahan Mangunharjo yang

memiliki tingkat visibilitas yang tinggi yaitu RW-RW yang berada tepat di sisi jalan utama, yaitu

RW 02, RW 06, RW 07. Ketiga RW ini memiliki tingkat visibilitas tinggi karena ketiga RW ini

berada pada tepi jalan utama, jadi sudah pasti ketiga RW ini terlihat langsung dari jalan.Tingkat

visibilitas tinggi ini dapat dimanfaatkan untuk dijadikan tempat pemasaran, karena salah satu hala

utama yang penting dalam penjualan yaitu toko atau tempat penjualan gampang terlihat. Namun,

diantara ketiga RW tersebut, yang paling cocok untuk dijadikan tempat pemasaran yaitu RW 02,

karena wilayahnya yang luas dan semuanya berada pada jalan utama,sehingga RW 02 ini sangat

terlihat dari jalan.

RW 03

RW 06

RW 02

RW 01

RW 04

RW 05

RW 07 Dari jalan utama dapat meihat ke kelurahan Mangunharjo

Page 11: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

c. Kontur

Kondisi Asli:

Kelurahan Mangunharjo terletak pada kondisi kontur yang tidak rata, ada yang naik ada yang

turun, bahkan ada yang naiknya sangat curam begitu juga dengan turunnya. Wilayah yang sangat

berkontur pada Kelurahan Mangunharjo ini memiliki nilai plus dan minusnya masing-masing.

Nilai plusnya yaitu, dengan tanah yang berkontur ini maka banyak tempat-tempat yang pasti

memiliki view yang bagus,terutama pada daerah yang memiliki ketinggian kontur paling tinggi,

pada dataran yang paling tinggi kita bisa melihat situasi jalan dan kegiatan pada kelurahan

mangunharjo yang berada di bawahnya.View yang bagus ini dapat menjadi nilai plus jika

kawasan itu dijadikan hotel, perumahan atau tempat-tempat-tempat yang membutuhkan view

yang bagus.

Respon:

Dengan keadaan kontur yang tidak rata maka penempatan masing-masing bagian harus

dipikirkan masak-masak, khususnya bagi tempat pemasaran, tempat pemasaran agar mudah

dicapai dan pembeli tidak was-was atau takut sebaiknya tempat pemasaran berada pada tempat

yang memiliki kondisi kontur yang landai atau cukup landai. Dengan kondisi tapak yang landai

maka pembeli nantinya tidak perlu bingung, was-was atau takut, terutama bagi pengendara

kendaraan bermotor yang masih pemula.

d. Feasibilitas

Kondisi Asli:

Kelurahan Mangunharjo ini merupakan kelurahan yang sapat dibilang kelurahan yang cukup

lengkap, karena dari sarana prasarananya dapat terlihat bahwa kelurahan ini memadai, seperti

listrik, air, tempat-tempat komunitas, tempat-tempat berkegiatan semuanya sebagian besar

tersedia di kelurahan ini. Listrik, air dan jaringan telpon bukan menjadi masalah pada kelurahan

ini, kondisi jalan pada Kelurahan Mangunharjo ini juga sangat bagus, karena hampir semua jalan

pada kelurahan ini sudah diaspal dan dapat diakses dengan baik dan mudah.

Respon:

Feasibilitas atau kelayakan pada Kelurahan mangunharjo ini sudah bagus,sehingga tempat in

cocok sekali untuk dijadikan suatu sentra telur asap dan produksinya.Karena pada suatu tempat

produksi,hal utama yang diperlukan adalah listrik,air yang baik,dan pada kelurahan ini

sudah tidak menjadi masalah lagi,dengan demikian Kelurahan Mangunharjo siap untuk dijadikan

suatu sentra telur asap dan produksi telur asap juga.

Peta RW 02 Kelurahan Mangunharjo

Sumber : Data Pribadi

11

tau kelayakan pada Kelurahan mangunharjo ini sudah bagus,sehingga tempat in

cocok sekali untuk dijadikan suatu sentra telur asap dan produksinya.Karena pada suatu tempat

produksi,hal utama yang diperlukan adalah listrik,air yang baik,dan pada kelurahan ini hal itu

sudah tidak menjadi masalah lagi,dengan demikian Kelurahan Mangunharjo siap untuk dijadikan

suatu sentra telur asap dan produksi telur asap juga.

Kawasan yang paling strategis,karena berkontur cukup rata dan berpenduduk paling padat(diantara wilayah RW 02 yang lain)

Gambar 2.8 Peta RW 02 Kelurahan Mangunharjo

Sumber : Data Pribadi

Page 12: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

12

Tabel 2.1 Tabel Analisa SWOT Kelurahan Mangunharjo

Berdasarkan Potensi Tapak Sumber : Analisa Pribadi Tabel 2.2

Tabel Analisa SWOT Kelurahan Mangunharjo Berdasarkan Potensi Intern Sumber : Analisa Pribadi

4. Analisa S.W.O.T

Analisa SWOT Kelurahan Mangunharjo berdasarkan potensi tapak

FAKTOR INTERNAL

FAKTOR EKSTERNAL

STRENGTH (kekuatan)

1. aksesibilitas tiap RW yang

mudah karena dilewati oleh jalan utama

2. sebagian kontur lahan relatif datar

3. jaringan jalan lingkungan cukup lebar

4. jaringan listrik sudah tersedia 5. pengelolaan jaringan sampah

sudah berjalan dengan baik 6. banyak lahan yang masih

belum terbangun

WEAKNESS (kelemahan)

1. kurangnya lahan untuk area

terbuka 2. sebagian lahan berkontur 3. kurangnya penyediaan

utilitas bangunan yang berupa alat pemadam kebakaran

4. sistem drainase masih belum terintegrasi dengan baik

OPPORTUNITY (peluang)

1. memiliki luas wilayah

yang cukup besar 2. fasilitas umum & sosial

untuk penunjang kegiatan warga sudah cukup memadai

3. banyak lahan yang dilirik oleh developer

STRATEGI S.O (memakai

kekuatan untuk memanfaatkan peluang)

1. peningkatan perfoma dari

fasilitas yang sudah ada 2. memudahkan dalam

membuat desain bangunan yang lebih variatif

3. konfigurasi ruang menjadi simpel karena tidak membutuhkan treatment khusus pada tapak

STRATEGI W.O (menanggulangi

kelemahan dengan memanfaatkan peluang)

1. optimalisasi area terbuka

hijau 2. penambahan alat pemadam

kebakaran guna kenyamanan dan keselamatan masyarakat

3. membuat desain bangunan dengan “split level” untuk mengatasi lahan yang berkontur

THREAT (ancaman)

1. terbatasnya sarana

transportasi umum 2. kurangnya penyediaan

lampu kota pada sebagian jalan yang menuju ke tiap RW

STRATEGI S.T (memakai kekuatan

untuk mengatasi ancaman)

1. perlu adanya pengaturan utilitas bangunan yang baik, dan penambahan sistem penerangan

STRATEGI W.T (memperkecil

kelemahan dan mengatasi ancaman)

1. penataan kembali jaringan

dan utilitas agar memudahkan pengelolaan

Analisa SWOT Kelurahan Mangunharjo berdasarkan potensi intern

FAKTOR INTERNAL

FAKTOR EKSTERNAL

STRENGTH (kekuatan)

1. industri telur asap yang sudah

cukup terkenal di daerah tersebut

2. memiliki kualitas produk yang baik

3. SDA dan SDM yang memadai

WEAKNESS (kelemahan)

1. kurangnya tenaga kerja dalam

industri telur asap 2. promosi produk industri masih

kurang optimal 3. kurangnya bahan baku telur

bebek dan sekam 4. terbatasnya modal usaha

OPPORTUNITY

(peluang)

1. terdapat industri rumahan

2. peluang untuk berbisnis tinggi

3. kuliner yang unik semakin dilirik banyak orang

4. banyak organisasi – organisasi masyarakat yang aktif pada tiap RW

5. banyak limbah peternakan dan pertanian yang dapat dimanfaatkan

STRATEGI S.O (memakai kekuatan

untuk memanfaatkan peluang)

1. mempertahankan nama dan kualitas industri telur asap

2. meningkatkan hasil produksi industri telur asap

3. memanfaatkan limbah sebagai sesuatu yang memiliki nilai ekonomis

STRATEGI W.O (menanggulangi

kelemahan dengan memanfaatkan peluang)

1. memasok bahan baku telur

bebek dari RW lain yang memiliki lahan terbuka yang luas

2. memasok bahan baku sekam dari RW lain yang memiliki area pertanian yang luas

3. memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dari RW lain yang memiliki matapencaharian buruh tani sehingga dapat menambah penghasilan ketika tidak musim panen

THREAT (ancaman)

1. kebutuhan lahan untuk

proses industri telur asap yang tinggi

2. kurangnya tempat pemasaran produk

3. jauh dari pusat kota

STRATEGI S.T (memakai kekuatan

untuk mengatasi ancaman)

1. mengoptimalkan pengerjaan industri rumahan

2. membuat tempat pemasaran yang menarik untuk menjual telur asap

STRATEGI W.T (memperkecil

kelemahan dan mengatasi ancaman)

1. pengadaan penyuluhan

tentang industri telur asap 2. berpartisipasi dalam kegiatan

– kegiatan besar sehingga dapat menarik investor untuk memberikan bantuan dana untuk industri telur asap

3. sistem pemasaran / publikasi lebih diperluas hingga ke pusat kota dan daerah – daerah lain.

Page 13: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

13

5. Sistem Produksi Telur Asap

Mangunharjo memiliki daya tarik tersendiri sebagai daerah pemukiman, berdasarkan

analisa yang telah dilakukan sebelumnya diketahui potensi yang ada pada kelurahan tersebut

yaitu produksi telur asap. Sistem produksi hingga pemasaran hasil produksi akan dirangkai dalam

sistem just in time (JIT) yaitu sebuah sistem dimana semua kegiatan pengadaan hingga produksi

dilakukan dalam satu waktu sehingga meminimalisir ruang penyimpanan. Untuk mencapai

sebuah sistem yang berkesinambungan maka keseluruhan tahapan produksi mulai dari pengadaan

hingga pemasaran akan didukung dan dipasok dari Kelurahan Mangunharjo sendiri. Dengan

pengembangan desain menggunakan sistem JIT, maka zoning yang terbentuk mulai dari area

pengadaan bahan mentah hingga area pemasaran yaitu :

1. RW 01 dan RW 06 sebagai RW penyedia bahan baku sekam

2. RW 07, RW 03, dan RW 04 sebagai area peternakan bebek sekaligus pengolahan limbah

pada RW 07

3. RW 05 sebagai sentra produksi, dan RW 02 sebagai area pemasaran.

Agar proses produksi yang menggunakan sistem just in time dapat berjalan dengan lancar,

maka agar lebih efisien dalam proses pengadaannya harus urut berdasarkan zoning dan jalur

transportasi yang ada. Untuk mengumpulkan bahan-bahannya, produsen telur asap mula-mula

mengambil bahan tersebut dari masing-masing RW, urutannya yaitu mengambil bahan baku

sekam di RW 01 kemudian ke RW 06, bahan baku telur bebek di RW 07, ke RW 03 dan RW 04.

Pengambilan bahan baku ini menggunakan mobil box. Bahan-bahan yang telah terkumpul

kemudian dibawa ke RW 05 untuk diolah dan diproduksi menjadi telur asap. Setelah itu, barulah

produsen mendistribusikan telur asapnya ke ruko-ruko dan restoran yang ada di RW 02 untuk

dipasarkan.

Sistem Pengadaan Sekam

Untuk mendukung proses produksi yang menggunakan sistem Just in Time, maka dalam

proses pengadaannya dengan melihat zoning serta jalur transportasi yang ada, sekam pada RW 01

dan RW 06 adalah bahan baku produksi pertama yang harus dipasok oleh bagian produksi.

Sekam ini diperoleh dari hasil panen lahan pertanian yang ada di seluruh kelurahan Mangunharjo.

Dalam redesainnya, terdapat penambahan 2 buah rice mill di Kelurahan Mangunharjo

yang masing-masing berada di RW 01 dan RW 06. Mula-mula hasil panen padi dari seluruh RW

di Mangunharjo disetor dan diolah di rice mill sehingga hasil akhirnya didapatkan sekam.

Kebutuhan sekam yang dibutuhkan untuk mengolah 6000 telur asap setiap harinya yaitu 490-500

kg, sehingga setiap panen 4 bulan sekali diharuskan sudah menyimpan kebutuhan sekam

sebanyak 60 ton. Berikut ini adalah skema sistem pengadaan sekam :

Sistem Pengadaan Telur Bebek

Budidaya bebek dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan ekonomi di Kelurahan

Mangunharjo terkait dengan produksi telur asap yang menggunakan sistem JIT, maka selanjutnya pada

RW 3, RW 4 dan RW 7 dibuat redesain berupa sentra peternakan bebek untuk memasok kebutuhan

bahan baku telur bebek.

Untuk produksi telur asap, setiap harinya membutuhkan sekitar 5000-6000 telur bebek. Oleh

karena itu pada RW 3 dan RW 6 terdapat redesain berupa peternakan 6000 ekor bebek. Sistem

pengelolaannya, terdapat 10 orang warga desa sebagai pemilik modal masing-masing memiliki 600 ekor

bebek. Untuk pemeliharaannya, 600 ekor bebek itu diserahkan kepada 3 orang peternak bebek, sehingga

masing-masing peternak memiliki tanggung jawab memelihara 200 ekor bebek. Berikut ini adalah skema

sistem pengadaan telur bebek :

Gambar 2.9 Skema proses produksi sekam

Sumber : Data Pribadi

Page 14: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

14

Sistem Produksi Telur Asap

Setelah bahan baku berupa sekam dan telur bebek sudah terkumpul semua, maka bahan-bahan

tersebut dibawa ke RW 5 untuk selanjutnya diproduksi menjadi telur asap. Setiap harinya diproduksi

6000 telur asap, dibagi ke dalam 20 rumah produksi yang masing-masing memproduksi 300 telur asap.

Dalam tahap produksi, telur bebek melewati 2 proses yaitu pengasinan dan pengasapan, kemudian tahap

pengemasan dan distribusi ke RW 2 sebagai pusat pemasaran.

Prinsip dari pengasinan telur yaitu pemberian garam dapur ke dalam isi telur yang masih mentah

(Ali, 1992). Menurut Sampurno et al. (2002), tujuan utama dari pengasinan telur adalah untuk

mendapatkan telur asin yang mempunyai cita rasa yang khas, disukai konsumen dan mempunyai daya

awet. Berdasarkan proses pengolahannya, telur asin dapat dibuat dengan cara merendam dalam larutan

garam jenuh atau menggunakan adonan. Adonan garam merupakan campuran antara garam, abu gosok,

serbuk bata merah, dan kadang-kadang sedikit kapur (Astawan, 2003).

Pengasapan disebut proses yang bersifat preservatif dan bakteriostik. Hal ini karena selama

pengasapan, akan berbentuk lapisan yang melapisi permukaan bahan yang berguna untuk mencegah

penguapan air dan mencegah mikroba masuk kedalam bahan. Suhu pengasapan merupakan suhu

optimum untuk aktifitas enzim tertentu yang diperlukan untuk meningkatkan asap tersebut. Juga dengan

pemanasan, akan mengurangi endapan/kristal nitrate pada curing prosses. Selain itu dapat juga

merangsang terjadinya brawning reaction yang menimbulkan aroma enak dan menarik.

Menurut IPTEK (2009), tahap penting lain dalam pengasapan adalah memilih jenis bahan bakar

yang akan digunakan. Bahan bakar yang bisa digunakan dalam pengasapan telur asin asap adalah kayu

petai cina, batok kelapa, sekam. Pengasapan dapat dilakukan dengan cara pengasapan dingin pada suhu

35 – 45°C, tetapi kadang-kadang suhu 50°C masih dianggap pengasapan dingin. Pengendaliannya tentu

cukup sulit. Pengasapan dingin dengan cara pengasapa ntidak langsung lebih cocok, yaitu tungku

ditempatkan terpisah dari ruang pengasap sehingga panas yang masuk ke dalam ruang pengasapan dapat

dikurangi. Berikut ini adalah skema proses produksi telur asap :

Sistem Pemasaran

Menurut W Stanton pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan

untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang

dapat memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial. Konsep pemasaran mengatakan bahwa

kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran

serta memberikan kepuasaan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing.

Sistem pemasaran yang digunakan di Mangunharjo ini dalam industry telur asapnya yaitu sistem

pemasaran dengan saluran vertical. Pada sistem ini produsen, grosir, dan pengecer bertindak dalam satu

keterpaduan. Tujuannya agar dapat mengendalikan perilaku saluran dan mencegah perselisihan antara

anggota saluran.

Gambar 3.1 Skema proses peternakan bebek

Sumber : Data Pribadi

Gambar 3.2 Skema proses pembuatan telur asap

Sumber : Data Pribadi

Page 15: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

15

Pemasaran dari produksi telur asap dilakukan di RW 2, terdapat 20 ruko yang menjual telur asap

serta 3 restoran yang menawarkan berbagai macam menu olahan telur asap. Pada 20 ruko tersebut

masing-masing rukonya dipasok 255 butir telur asap, kemudian dikemas ke dalam kemasan yang berisi 5

butir telur dan dijual seharga Rp. 12.500,00 per kemasannya. Sedangkan pada restoran, masing-masing

dipasok 300 butir telur setiap harinya.

Berikut adalah skema sistem pemasaran pada toko :

Berikut adalah skema sistem pemasaran pada restoran :

Sistem Pengolahan Limbah

Dalam proses pembuatan telur asap, terdapat beberapa proses yang menghasilkan limbah dan

memerlukan penanganan khusus, yaitu limbah dari peternakan bebek dan proses pengasapan, serta

limbah dari tempat pemasaran yaitu ruko dan restoran.

Limbah yang berasal dari peternakan bebek yaitu berupa kotoran dan sisa-sisa pakan serta limbah

dari proses pengasapan berupa abu dari pembakaran sekam. Limbah tersebut diangkut ke RW 7 dan

disediakan tempat khusus berupa lubang di tanah yang digunakan untuk menimbun kotoran bebek. Abu

sekam digunakan untuk menetralisir bau dari limbah peternakan, jadi setelah limbah peternakan tersebut

dimasukkan ke lubang, sebelum ditimbun dengan tanah dilapisi oleh abu sekam terlebih dahulu. Setelah

ditimbun dalam waktu yang cukup lama, maka limbah tersebut dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.

Sedangkan untuk limbah dari tempat pemasaran, dikumpulkan terlebih dahulu untuk kemudian diangkut

dan dibuang di TPA setempat.

Berikut adalah skema dari sistem penanganan limbah yang ada di peternakan bebek dan proses

produksi telur asap :

Berikut ini adalah skema dari sistem penanganan limbah dari tempat pemasaran :

Perhitungan Kebutuhan Bahan Baku Pengolahan Telur Asap

Total RTH Kelurahan Mangunharjo adalah 88, 5 Ha.

Sekali panen dalam jangka waktu 4 bulan manghasilkan 3 ton sekam setiap 1 Ha.

Jadi total sekam yang dihasilkan dalam jangka waktu 4 bulan yaitu 3 x 88,5 = 265,5 ton sekam.

Kebutuhan bahan baku proses pengasapan telur asap (perhari)

1. Pengasinan

10 telur menbutuhkan 200 gr abu gosok untuk pengasinan, sedangkan 200 gr abu gosok

didapatkan dari 400 gr sekam

Jadi untuk mengasinkan 6000 telur dibutuhkan = 600 x 400 gr = 240.000 gr atau 240 kg

sekam

2. Pengasapan

600 telur membutuhkan sekarung sekam yang masing – masing karung beratnya 25 kg

Untuk mengasapi 6000 butir telur dibutuhkan 10 karung sekam, sehingga total sekam yang

dibutuhkan yaitu : 250 kg sekam.

Gambar 3.4 Skema sistem pemasaran pada restoran

Sumber : Data Pribadi

Gambar 3.3 Skema sistem pemasaran pada toko

Sumber : Data Pribadi

Gambar 3.6 Skema sistem penanganan limbah dari

tempat pemasaran Sumber : Data Pribadi

Gambar 3.5 Skema sistem penanganan limbah dari

peternakan dan produksi sekam Sumber : Data Pribadi

Page 16: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

16

Jadi total kebutuhan sekam yang dibutuhkan untuk proses pengasinan dan pengasapan setiap

harinya yaitu : 240 kg + 250 kg = 490 kg sekam.

Total kebutuhan sekam dalam jangka waktu 4 bulan : 500 kg/hari x 120 hari = 60.000 kg =

60 ton.

6000 butir telur tersebut akan dipasarkan di 5 restoran serta 20 ruko. Berikut adalah plotting

pasokan telur asap :

1. Pada Restoran masing-masing dipasok 200 butir telur asap setiap harinya total = 5 x 200 =

1000 butir telur.

2. Pada Ruko masing-masing dipasok 250 butir telur asap setiap harinya = 20 x 250 = 5000

butir telur.

Page 17: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

17

Skema Alur Produksi Telur Asap Kelurahan Mangunharjo

Gambar 3.7 Skema alur produksi telur asap Kelurahan

Mangunharjo Sumber : Data Pribaadi

Page 18: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

18

6. Usulan Desain

6.1. Zoning Kawasan Berdasarkan pada analisa tapak dan S.W.O.T serta konsep sistem produksi yang akan diterapkan maka dapat diperoleh simpulan zoning kawasan serta pattern jalan sebagai berikut : Zona Lama vs Zona Baru

Terdapat perubahan zonasi sebelum dan sesudah dilakukannya analisa tapak, S.W.O.T

sera sistem poduksi yang akan digunakan. Perubahan terlihat pada RW 06 dan RW 07. RW 06

semula difungsikan seabagai peternak bebek sementara RW 07 adalah pengahsi sekam. Akan

tetapi zonasi ini kurang efektif apabila diterapkan sistem sesuai dengan yang telah dibahasa

sebelumnya. Dengan ini berarti terjadinya pengumpulan area peternaka bebek. Hal ini menjadi

lebih mudah dalam sistem produksinya karena memiliki lokasi yang berdekatan. Dengan lokasi

ini maka daerah petrnak akan lebih bisa melakukan koordinasi dengan lebih optimal.

Pengaruh lain yang akan muncul adalah RW 01 dan RW 06 menjadi pusat penggilingan

di Kelurahan Mangunharjo. Posisinya yang dipisahkan oleh jalan utama dapat menyebabkan

polarisasi distribusi beras pertanian. Distribusi beras dari sawah yang berada di RW 03, 04 ,

06dan 07 adalah di Ricemill RW 06. Sementara distribusi beras dari sawah yang berada di RW

01 dan 02 adalah ke Ricemilll di RW 01. Dengan demikian sistem pertanian di kelurahan ini pun

dapat dikelola dengan lebih mandiri

RW 01

RW 02

RW 06

RW 07

RW 05

RW 04

RW 03

PRODUKSI SEKAM

PETERNAKAN BEBEK

PUSAT PEMASARAN

PUSAT PRODUKSI TELUR ASAP

RW 03

RW 06

RW 02 :

RW 01

RW 04

RW 05

RW 07

PETERNAK BEBEK

PRODUKSI SEKAM

PUSAT PEMASARAN

PUSAT PRODUKSI TELUR ASAP

Gambar 3.8 Gambar Peta Zoning Lama

Sumber : Data Pribaadi

Gambar 3.9 Gambar Peta Zoning Baru

Sumber : Data Pribaadi

Page 19: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

Jalan Lama vs Jalan baru

Zonasi yang telah dilakukan tentu membutuhkan jalur sirkulasi sebagai akses antar zona.

Jalur sirkulasi ini tentu harus mampu menunjang sistem produksi Telur Asap secara kesluruhan.

Dengan sistem produksi yang telah ditentukan maka perlu dilakukan perancangan ulang terhadap

jalur sirkulasi yang telah ada terutama yang ditujukan untuk menunjang sistem produksi tersebut.

Hal ini tidak boleh bertentangan dengan kondisi kelurahan Mangunharjo sebagai kelurahan yang

memililki hubungan dengan daerah lain.

Jalur berwarna kuning ini merupakan jalur yang akan digunakan untuk akses distribusi ke

tiap RW untuk memasok ataupun mengambil barang. Jalur ini telah disesuaikan dengan

kebutuhan akses antar RW. Jalur ini tidak serta merta merombak jalan eksisting yang sudah ada

melainkan tetap menggunakan jalur yang sudah ada akan tetapi membutuhkan bebrapa jalur baru

untuk mempermudah akses

Gambar 4.1 Gambar Peta Jalur Lama

Sumber : Data Pribadi

Gambar 4.2 Gambar Peta Jalur BaruSumber : Data Pribaadi

19

rupakan jalur yang akan digunakan untuk akses distribusi ke

tiap RW untuk memasok ataupun mengambil barang. Jalur ini telah disesuaikan dengan

kebutuhan akses antar RW. Jalur ini tidak serta merta merombak jalan eksisting yang sudah ada

ggunakan jalur yang sudah ada akan tetapi membutuhkan bebrapa jalur baru

Baru Sumber : Data Pribaadi

Page 20: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

4

1 8

2 3

7 6

5

Alur Sirkulasi Sistem Produksi Telur Asap :

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Gambar 4.3 Gambar Peta Alur Sirkulasi Produksi

Sumber : Data Pribaadi

20

Alur Sirkulasi Sistem Produksi Telur Asap :

Area Pengasinan dan Pengasapan Telur-RW5(berangkat) Telur asap yang sudah jadi dibawa ke RW 2(Area pemasaran) untuk dikemas kemudian didisplay di toko

Area Pemasaran-RW2 Telur dipasok ke setiap toko untuk dipasarkan

Ricemill (produksi sekam)-RW1 Setelah men-drop barang di RW2, menuju RW 3 untuk mengambil sekam di Ricemill

Ricemill (produksi sekam)-RW6 Dilanjutkan mengambil sekam di Ricemill RW6

Area Peternak Bebek-RW5 Dilanjutkan mengambil telur bebek di RW7 sekaligus menyerahkan limbah pengasinan telur.

Area Peternak-RW3 Dilanjutkan mengambil telur bebek di RW3 sekaligus menyerahkan limbah pengasinan telur.

Area Peternak-RW4 Dilanjutkan mengambil telur bebek di RW8 sekaligus menyerahkan limbah pengasinan telur.

Area Pengasinan dan Pengasapan Telur-RW5(pulang) Semua bahan baku yang telah diambil di setiap tempat kemudian di drop di area pengasinan dan pengaspan untuk diproses lebih lanjut.

= Alur Sirkulasi

Page 21: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

21

6.2.Desain Unit Rumah

Gate

Merupakan elemen yang sangat penting bagi suatau kawasan terutama kawasan

yang ditujukan untuk menarik wisatawan. Gate berpengaruh pada citra kawasan karena

melalui Gate ini wisatawan memperoleh first impression kawasan tersebut.

Desain gate di Kampung Industri ini dirancang dalam bentuk yang simpel namun

berkesan bagi pengunjung. Gate menggunakan detail berupa motif batik yang

disederhanakan untk menghindari kesan yang berlebihan.

Posisi Gate berada di jalur bawah dari arah Semarang “bawah” pada jalan

mangunharjo yang memotong RW 2 dimana kawasan pertokoan dan restoran Telur Asap

berada.

Desain yang sederhana namun dapat memberikan kesan yang mendalam bagi pengunjung

ini diharapkan dapat menggambarkan citra masyarakat Kelurahan Mangunharjo yang

hisup secara sederhana akan tetapi dapat memberikan kesan baik dan manfaat bagi sesama

warganya sekaligus seluruh masyarakat Semarang.

Gambar 4.4 Gambar Foto Pintu Masuk Kelurahan

Mangunharjo Sumber : Data Pribaadi

Page 22: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

Rumah Pengasinan dan Pengasapan

Berdasarkan hasil analisa pemetaan sistem produksi, RW 5 merupakan dearah

sentra produksi telur asap. Oleh karena itu, dalam pengembangan ppotensi yang kami kaji

kawasan RW 5 merupakan yang paling potensial sebagai area pengasinan dan pengasapan

telur bebek. Maka perlu dilakukan redesain pada unit – unit rumah yang akan berfungsi

sebagai rumah pengasinan dan pengasapan.

Proses pengasapan dan pengasinan membutuhkan area tersendiri yang tidak boleh

menggangguaktifitas pada hunian. Dampaknya harus ada penambahan luas pada tiap unit

rumah sementara lahan yang tersedia tidak begitu luas untuk tiap rumahnya. Strategi yang

digunakan adalah dengan menyatukan ruang pengasinan dan pengasapan pada dua rumah

sehingga terdapat sat area dmana ekeduakeluarga meakukan proses pengasinan dan

pengaspan telur bersama. Area ini harus beradapada lahan yang memudahakan kedua

rumah.

Gambar 4.5 Gambar Denah Rumah Pengasinan dan

Pengasapan Sumber : Data Pribaadi

22

Page 23: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

Area pengasinan dan pengasapan diposisikan tepat ditengah kedua rumah agar akses

diantara keduanya mudah. Area penyimpanan telur yang dalam atau telah melalui proses

pengasinan berada dalam satu area.

Rumah ini dirancang sebagai bangunan dengan fungsi ganda yakni selain sebagai

rumah tinggal juga sebagai tempat produksi telur asap (Pengasinan dan pengasapan).

Rumah ini juga ditujukan untuk menghidupkanaktifitas sosial masyarakat. Massa bangunan

area pengasinan berada di bagian depan untuk mengekspose kegiatan pengasinan yang

dilakukan pada tiap rumah. Pelingkup masa yang semi terbuka akan memicu terciptanya

komunikasi antar rumah sehingga terjalin aktifitas sosial yang optimal.

Desain bangunan dirancangan dengan konsep modern namun dengan memadukan unsur

lokal berupa atap bergaya neo vernakuar(pelana). Kisi – kisi melingkupi sebagian besar

fasade untuk memberikan shading yang optimal sekaligus kesan bangunan yang sederhana

(simplicity).

Gambar Perspektif Mata Burung Rumah Pengasinan dan Pengasapan

Sumber : Data Pribaadi

Gambar 4.6 Gambar Perspektif Rumah Pengasinan

dan Pengasapan Sumber : Data Pribaadi

23

Gambar 4.7 Gambar Perspektif Mata Burung Rumah

Pengasinan dan Pengasapan Sumber : Data Pribaadi

Page 24: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

24

Rumah Peternak Bebek

Budidaya Itik

Budidaya adalah unit usaha peternakan di bidang produksi ternak, budidaya ternak itik

berarti usaha peternakan bidang produksi ternak itik, dalam budidaya perlu diperhatikan aspek

skala yang akan kita buat apakah usaha ternak sekala kecil, menangah atau besar. landasan dalam

menantukan skala usaha adalah faktor bisnis dan juga analisa secara cermat tentang resiko dan

peluang pada ternak itik.

http://kesehatan-ternak.blogspot.com/2013/03/budidaya-ternak-itik-skala-kecil-dan.html

1. Lokasi Peternakan

Mengenai lokasi kandang yang perlu diperhatikan adalah: letak lokasi jauh dari

keramaian/pemukiman penduduk, mempunyai letak transportasi yang mudah dijangkau dari

lokasi pemasaran dan kondisi lingkungan kandang mempunyai iklim yang kondusif bagi

produksi ataupun produktivitas ternak. Itik serta kondisi lokasi tidak rawan penggusuran dalam

beberapa periode produksi.

2. Skala Usaha

Perlu dipahami mengenai skala dalam usaha ternak, dalam peraturan pemerintah telah diatur

tentang skala budidaya ternak ini baik sapi, unggas yang didalamnya termasuk budidaya itik.

Untuk membuka usaha budidaya ternak itik atau itik yang kapasitasnya kurang dari 15.000

ekor maka skala usaha dikategorikan usaha yang tidak wajib izin, namun demikian berbeda

daerah bisa saja berbeda perda yang diberlakukan. Setelah skala usaha ternak itik/itik sudah

ditentukan, selanjutnya persiapan :

Kandang

Di Indonesia masih banyak ternak itik dipelihara secara tradisional yaitu dengan

mengembalakan itik di sawah atau di tempat-tempat yang banyak air. Dengan semakin

sempitnya areal pengembalaan dan banyaknya kasus kematian ternak akibat keracunan

pestisida, maka pemeliharaan cara ini makin terancam kelestariannya.

Salah satu usaha yang dipandang mampu mengatasi masalah ini adalah dengan

mengalihkan sistem pemeliharaan dari sistem tradisional ke sistem intensif yaitu dengan cara

beternak itik tanpa air atau di kandangkan, ini lebih menguntung­kan karena kesehatan dan

keselamatan itik lebih terjamin. Selain itu, produktivitas telur lebih tinggi serta biaya

pemeliharaan lebih efisien.

Banyak penelitian membuktikan bahwa itik tidak mutlak membutuhkan air untuk

berenang. Terbukti bahwa pemeliharaan itik secara intensif dan terkurung dapat mencapai

produksi yang optimal yaitu sebanyak 203 butir/tahun/ekor, sedangkan yang digembalakan

hanya menghasilkan telur sebanyak 124 butir/tahun.

Syarat Perkandangan

Sama halnya seperti ternak ayam, maka ternak itik juga memerlukan kandang

terutama pada malam hari. Oleh karena itu kandang itik harus memenuhi syarat- syarat

sebagai berikut :

Mempunyai luas yang cukup untuk jumlah itik yang di pelihara, maupun untuk rencana

perluasan usaha.

Terpisah dari tempat pemukiman/rumah

Mempunyai ventilasi udara yang cukup.

Cukup masuk sinar matahari, kandang sebaiknya menghadap ke timur.

Mudah dibersihkan, lantai kandang harus lebih tinggi dari tanah sekelilingnya dan harus

padat lantainya. Tinggi kandangnya harus cukup bagi peternak untuk bekerja didalamnya.

Di dalam kandang tersedia alat perlengkapan pokok (tempat makan, tempat minum, alat

pemanas buatan, tempat bertelur) bagi kepentingan hidup itik yang bersangkutan.

Terletak di daerah yang tenang, aman dan mempunyai sumber air yang cukup dan bersih.

Di sekeliling kandang dibuat parit pembuang air dan jarak antar kandang cukup jauh,

minimum 1 x lebar kandang. Ada 3 sistem dan tipe kandang yang dianjurkan yaitu :

Sistem Lantai (litter) adalah alternatif kandang yang digunakan didaerah yang

mempunyai kondisi tanah berpasir atau kering (daerah pesisir) atau daerah yang

memiliki tanah yang berdaya serap tinggi.

Sistem Panggung (slat) adalah alternatif kandang yang secara modren digunakan

untung mengatasi masalah basahnya lantai. Kandang seperti ini memiliki nilai

Page 25: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

25

kesehatan tinggi sehingga sangat cocok digunakan didaerah yang mempunyai

kondisi tanah basah dan kelembaban tinggi.

Kombinasi Sistem Lantai dan Panggung (litter dan slat) adalah sistem kandang

yang secara modern memberi dua alternatif. Kandang panggung digunakan untuk

tidur dan bertelur (sarang bertelur), sedangkan kandang lantai untuk bermain di

siang hari.

Ketiga sistem kandang diatas dapat dilengkapi dengan kolam atau danau buatan agar itik yang

dipelihara tidak merasa dibatasi kehidupannya.

Atap kandang itik mempunyai 3 macam tipe untuk daerah tropis antara lain :

Tipe Shade (miring tunggal). Tipe ini memungkian masuknya sinar matahari secara

langsung sehingga akan mengurangi bau amoniak dalam kandang. Tipe Shade ini cocok

untuk daerah yang tanahnya kering.

Contoh kandang itik tipe shade lantai, dengan kapasitas 100 ekor dan ukuran kandang 4 x

4 meter serta denah kandangnya.

Tipe Monitor (atap miring ganda) adalah tipe atap yang cocok untuk kandang itik di

daerah bertanah basah dan kelembaban tinggi.

Contoh kandang itik tipe monitor panggung, dengan kapasitas 100 ekor dan ukuran

kandang 4 x 4 meter serta denah kandangnya.

Tipe Gable (kombinasi panggung dan lantai) adalah tipe atap untuk kandang itik didaerah

yang mempunyai kondisi tanah basah dan kering atau musiman.

Contoh kandang tipe gable dengan kapasitas 100 ekor itik dan ukuran kandang 4 x 4 m

serta denah kandangnya.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/811/1/ternak-eniza5.pdf

Kandang yang Ideal

Kandang yang diarahkan ke timur dengan maksud untuk memberikan kesempatan sinar matahari

pagi masuk ke dalam kandang, dengan demikian diharapkan ruangan kandang menjadi sehat dan cukup

terang. Tinggi kandang dibuat tidak kurang dari 2 meter, sehingga peternak tidak perlu membungkukkan

badan pada saat melakukan pekerjaan di dalam kandang. Dinding kandang sebaiknya ditutup

Gambar 4.8 Gambar Kandang Itik Tipe Shade

lantai Sumber : Data Pribaadi

Gambar 4.9 Gambar Kandang Itik Tipe Monitor

Panggung Sumber : Data Pribaadi

Gambar 5.1 Gambar Kandang Tipe Gable

Sumber : Data Pribaadi

Page 26: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

26

tembok/bambu setinggi 60 cm dari lantai, sedangkan sisanya dibiarkan terbuka cukup ditutup dengan

kawat atau bilah-bilah bambu.

Hal lain yang menjadi penentu ideal tidaknya kandang yang kita dirikan adalah luasan kandang

serta daya tampungnya. Sebagai patokan tiap satu meter persegi kandang bisa didiami dengan 4 ekor itik

dewasa (umur > 6 bulan) dengan rumus sebagai berikut:

푱풖풎풍풂풉풊풕풊풌풚풂풏품풂풌풂풏풅풊풑풆풍풊풉풂풓풂ퟒ

= 푳풖풂풔푲풂풏풅풂풏품풚풂풏품풅풊풑풆풓풍풖풌풂풏(풎ퟐ)

푷풂풏풋풂풏품풌풂풏풅풂풏품(풎)풙푳풆풃풂풓(풎)풙ퟒ = 푱풖풎풍풂풉풊풕풊풌

http://jakarta.litbang.deptan.go.id/klinikagribisnis//index2.php?option=content&task=view&id=36&pop=

1&page=0

Pemilihan bibit

Ternak itik yang dipelihara harus benar-benar merupakan ternak unggul yang telah diuji keunggulannya

dalam memproduksi hasil ternak yang diharapkan. Ada 3 (tiga) cara memperoleh bibit itik yang baik,

yaitu sebagai berikut :

Membeli telur tetas dari induk itik yang dijamin keunggulannya

Memelihara induk itik yaitu pejantan + betina unggul untuk mendapatkan telur tetas kemudian

meletakannya pada mentok, ayam atau mesin tetas

Membeli DOD (Day Old Duck) dari pembibitan yang sudah dikenal mutunya maupun yang telah

mendapat rekomendasi dari Dinas Peternakan setempat.

http://ternakviterna.blogspot.com/2013/02/panduan-cara-budidaya-itik-itik-petelur-pedaging-pocnasa-

hormonik-viterna-naturalnusantara-distributor.html

Untuk budidaya itik dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan ekonomi di

Kelurahan Mangunharjo, terkait dengan produksi telur asap, maka pada RW 3 dan RW 6 dibuat

redesain berupa sentra peternakan itik.

Untuk produksi telur asap, setiap harinya membutuhkan sekitar 5000-6000 telur itik. Oleh

karena itu pada RW 3 dan RW 6 terdapat redesain berupa peternakan 6000 ekor itik. Sistem

pengelolaannya, terdapat 10 orang warga desa sebagai pemilik modal masing-masing memiliki

600 ekor itik. Untuk pemeliharaannya, 600 ekor itik itu diserahkan kepada 3 orang peternak itik,

sehingga masing-masing peternak memiliki tanggung jawab memelihara 200 ekor itik.

Sistem kandang untuk 200 ekor itik ini digunakan sistem lantai (litter) dan atap kandang

tipe monitor (atap miring ganda) yang merupakan tipe atap yang cocok untuk kandang itik di

daerah bertanah basah dan kelembaban tinggi.

Pada peternakan itik ini terdapat 1 gudang yang digunakan sebagai tempat untuk

menyimpan makanan, sekam untuk melapisi lantai kandang serta peralatan yang dibutuhkan

untuk pemeliharaan itik. Selain itu gudang ini juga bisa digunakan oleh para peternak sebagai

tempat mengawasi itik saat malam hari. Lokasi peternakan itik ini didesain agar tidak terlalu jauh

dari rumah peternak dan pemilik modal, jaraknya kurang lebih 10-20 m sehingga memudahkan

dalam pengawasannya.

Untuk luasan kandang, digunakan rumus berikut ini :

푱풖풎풍풂풉풊풕풊풌풚풂풏품풂풌풂풏풅풊풑풆풍풊풉풂풓풂ퟒ

= 푳풖풂풔푲풂풏풅풂풏품풚풂풏품풅풊풑풆풓풍풖풌풂풏(풎ퟐ)

ퟐퟎퟎ풆풌풐풓풊풕풊풌ퟒ

= ퟓퟎ(풎ퟐ)

Page 27: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

27

Denah Eksisting Rumah Peternak

Rumah Eksisting Peternak memilki kandang

yang diposisikan dibagian pojok belakang rumah.

Belmu ada tempat yang sesuai untuk dijadikan area

peternakan.

Karena jumlah ayam yang diternakan terbilang

sedikit, ayam diternakan dengan cara dilepas dari

kandang.

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan

peternak ayam ini akn dikonversikan menjadi peternak

bebek agar saling mendukung usaha Kampung Industri

Telur Asap. Ini juga akan menjadikan usaha ternak

menjadi lebih mudah untuk dikembangkan karena

target pasar yang jelas, dekat sehingga biaya

transportasi yang sebelumnya dikeluarkan untuk

mendiistribusikan telur ke daerah lain tidak akan

dikeluarkan klagi.

Gambar 5.2 Gambar Denah Eksisting Rumah

Peternak Ayam Sumber : Data Pribaadi

Gambar 5.3 Gambar Foto Eksisting Rumah

Peternak Ayam Sumber : Data Pribaadi

Page 28: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

28

Desain Rumah Peternak

Desain Kandang Bebek

Posisi Kandang diletakan tepat dibelakang rumah pemilik sehingga mudah dalam melakukan

pengawasan. Selain itu posisi yang berjajara antar kandang dapat mempermudah koordinasi antar

peternak karen adapat terjalin komunikasi yang optimal.

Gambar 5.4 Gambar Denah Redesain Rumah

Peternak Bebek Sumber : Data Pribaadi

Gambar 5.5 Gambar Perspektif Redesain Rumah

Peternak Bebek Sumber : Data Pribaadi

Gambar 5.6 Gambar Denah Redesain Kandang

Bebek Sumber : Data Pribaadi

Gambar 5.7 Gambar Perspektif Redesain

Kandang Bebek Sumber : Data Pribaadi

Page 29: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

Ricemill

Bangunan ini merupakan ricemill atau tempat penggilingan padi yang terdapat pada

RW I dan RW VI. Bangunan ini berfungsi sebagai gudang sementara, penggilingan

padi dan gudang sekam. Ricemill ini memiliki tinggi 7 meter, hal ini dikarenakan

tinggi alat penggiling padi mencapai 6 meter.

Ricemill di Kelurahan Mangunharjo terd

keduanya akan menjadi pusat pemrosesan padi menjadi beras dan sekam yang akan

digunakan dalam proses pengasinan dan pengasapan telur.

Masing – masing ricemill akan mampu menampung seluruh pasokan padi hasil per

di kelurahan Mangunharjo.

Rumah Pemsaran Telur Asap dan Restoran

Rumah Toko

Berdasarkan hasil pemetaan sistem produksi, maka RW 02 merupakan RW yang

paling strategis sebagai area pemsaaran, karena letaknya dipinggir dalan yang merupakan

akses utama menuju kelurahan Mangunharjo.

Redesain ini pada masing-masing unit rumahnya akan dibuat sesuai dengan

kebutuhan penghuni sebagai rumah penjualahan hasil produksi, tipe rumah menyesuaikan

dengan kebutuhan ruang sebagai rumah usaha, karenanya rumah dilen

display dan ruang pakaging. Adapun luas lahan dan kebutuhan ruang sudah disesuaikan

untuk kapasitas 4 orang., yang tediri dari ayah, ibu dan dua orang anak. Gambar 5.8 Gambar Denah Redesain Ricemill

Sumber : Data Pribaadi

Gambar 5.9 Gambar Perspektif Redesain Ricemill

Sumber : Data Pribaadi

29

Ricemill di Kelurahan Mangunharjo terdiri dari dua tempat yakni di RW 01 dan RW 06,

keduanya akan menjadi pusat pemrosesan padi menjadi beras dan sekam yang akan

digunakan dalam proses pengasinan dan pengasapan telur.

masing ricemill akan mampu menampung seluruh pasokan padi hasil pertanian

dan Restoran

Berdasarkan hasil pemetaan sistem produksi, maka RW 02 merupakan RW yang

paling strategis sebagai area pemsaaran, karena letaknya dipinggir dalan yang merupakan

a menuju kelurahan Mangunharjo.

masing unit rumahnya akan dibuat sesuai dengan

kebutuhan penghuni sebagai rumah penjualahan hasil produksi, tipe rumah menyesuaikan

dengan kebutuhan ruang sebagai rumah usaha, karenanya rumah dilengkapi dengan ruang

display dan ruang pakaging. Adapun luas lahan dan kebutuhan ruang sudah disesuaikan

untuk kapasitas 4 orang., yang tediri dari ayah, ibu dan dua orang anak.

Page 30: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

Rumah ini merupaka rumah yang dirancang sebagai rumah dengan

use), rumah dapat berupa rumah single atau couple karena konsepnya yang menerus. Desain

rumah disesuaikan dengan karakter lokal darikelurahan Mangunharjo, dengan mencoba

menerapkan desain rumah vernakular jawa yang di modernisasi. Penggun

selain merupkan trademark bagi kawasan home based enterprises ini, juga berupa upada

pembayangan akibat panas matahari.

1

2

3 4 6

7

9 5

8

Legenda:

1. Ruang tamu 2. Ruang Keluarga 3. Kamar Tidur 4. Kamar Tidur 5. Kamar Tidur 6. Dapur 7. KM/WC 8. R. Display 9. R. Pakaging

Gambar 6.1 Gambar Denah Redesain Tempat Pemasaran

Sumber : Data Pribaadi

Gambar Perspektif Redesain Tempat Pemasaran

Gambar Perspektif Redesain Tempat PemasaranSumber : Data Pribaadi

30

Rumah ini merupaka rumah yang dirancang sebagai rumah dengan fungsi ganda (mix

use), rumah dapat berupa rumah single atau couple karena konsepnya yang menerus. Desain

rumah disesuaikan dengan karakter lokal darikelurahan Mangunharjo, dengan mencoba

menerapkan desain rumah vernakular jawa yang di modernisasi. Penggunaan kisi – kisi besi hollo

selain merupkan trademark bagi kawasan home based enterprises ini, juga berupa upada

Gambar 6.2 Gambar Perspektif Redesain Tempat Pemasaran

Sumber : Data Pribaadi

Gambar 6.2 Gambar Perspektif Redesain Tempat Pemasaran

Sumber : Data Pribaadi

Page 31: Permukiman 2-Usulan Desain Pengembangan Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap

Restoran

Desain restauran ini menggunakan konsep modern vernakular, menyesuaikan kultur

kelurahan mangunharjo. Restauran ini terdiri dari ruang makan, ruang display, ruang pengelola,

dan ruang meeting (ruang rapat). Penggunaan kisi-kisi pada facade bangunan selain berfungsi

sebagai estetika juga berfungsi sebagai pembayangan dari cahaya matahari.

Pada bagian facade bangunan juga dilengkapi dengan bidang vertikal selain sebagai

point of view juga sebagai pengenal yaitu identitas restauran.

Keberadaan Restoran ini dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi

Kampung Industri Telur Asap Mangunharjo. Resoran ini menyajikan beragam olahan masakan

berbahan dasar telur asap.

Gambar 6.3 Gambar Denah Redesain Restoran

Sumber : Data Pribaadi

Gambar 6.4Gambar Perspektif Redesain Restoran

Sumber : Data Pribaadi

31

Keberadaan Restoran ini dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi

lur Asap Mangunharjo. Resoran ini menyajikan beragam olahan masakan

Gambar 6.4 Gambar Perspektif Redesain Restoran

Sumber : Data Pribaadi