permukiman 2-usulan desain pengembangan kelurahan mangunharjo sebagai kampung industri telur asap
DESCRIPTION
Mata kuliah Permukiman 2, JAFT UNDIP semester 6 tahun 2013, Redesain Kelurahan Mangunharjo dengan potensi Home Based Industry sebagai Kampung Industri Telur Asap berdasarkan Teori Magnet Kota dan System Just-in-TIme.TRANSCRIPT
1
Gambar 1.1
Peta Zoning Keluruhan Mangunharjo Sumber : Dokumen Pribadi
KAMPUNG INDUSTRI TELUR ASAP
KELURAHAN MANGUNHARJO
1. Preface
Mangunharjo memiliki daya tarik tersendiri sebagai daerah pemukiman, karena kondisi
geografis kelurahan tersebut yang terletak pada daerah berkontur, serta memiliki pemandangan
yang indah. Selain kondisi fisik geografis kelurahan tersebut yang menarik, kegiatan masyarakat
Mangunharjo dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka pun beraneka ragam, dan menjadikan ke
khasan tersendiri bagi kelurahan tersebut. Berdasarkan analisa potensi yang telah dilakukan
sebelumnya, diketahui potensi yang ada pada kelurahan tersebut, terdapat dua RW yang menarik
yang memiliki ke khasan tersendiri, yaitu RW 02 dan RW 05. Pada RW 05 terdapat sentra
pengasapan telur asin yang telah cukup terkemuka, sedangkan pada RW 02 berpotensi sebagai
kawasan untuk tempat pemasaran hasil produksi dari RW 05. Namun, untuk mengembangkan
kekhasan tersebut menjadi sebuah iconik bagi Kelurahan Mangunharjo, diperlukan
pengembangan – pengembangan secara menyeluruh dan sistematik mulai dari proses penyediaan
bahan baku.
Untuk mencapai sebuah sistem yang berksesinambaungan sekaligus mampu
memaksimalkan potensi yang ada pada Kelurahan Mangunharjo, maka keselurahan tahapan
produksi mulai dari pengadaan hingga pemasaran akan didukung dan dipasok dari Kelurahan
Mangunharjo sendiri, mulai dari kebutuhan akan telur bebek dan sekam, produksi pengasapan,
pakaging hingga pemasaran. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan area untuk peternakan
bebek, sehingga perlu diadakan pengalihan dari peternakan ayam menjadi peternakan bebek.
Adanya pengalihan tersebut diharapkan dapat lebih berkembang dari peternakan sebelumnya. Hal
ini dapat dimungkinkan karena dengan beternak bebek dimana telurnya akan digunakan sebagai
bahan baku telur asap, biaya transportasi yang sebelumnya harus dikeluarkan oleh peternak untuk
mendistribusikan hasil telur ayamnya menjadi lebih sedikit bahkan tidak ada. Oleh karena,
konversi ini akan membawa manfaat selain bagi peternak juga bagi pembuat telur asap karena
bahan baku dapat diperoleh dengan jarak tempuh yang lebih dekat.
Sistem produksi hingga pemasaran hasil produksi akan dirangkai dalam sistem just in
time (JIT) yaitu sebuah sistem dimana semua kegiatan pengadaan hingga produksi dilakukan
dalam satu waktu sehingga meminimalisir ruang penyimpanan yang mampu mengurangi risiko
kerusakan dan gangguan hama. Dengan desain suatu sistem JIT diharapkan pengembangan
Kelurahan Mangunharjo sebagai Kampung Industri Telur Asap dapat menjadi sebuah home
based entrerprises yang tidak hanya menarik tetapi juga efektif dan efisien. Dengan
pengembangan desain menggunakan sistem JIT, maka kan terbentuk zoning, mulai dari area
pengadanbahan mentah hingga area pemasaran, yaitu RW 01 dan RW 06 sebagai RW penyedia
bahan baku sekam, RW 03, RW 07, dan RW 04 sebagai area peternakan bebek sekaligus
pengolahan limbah menjadi pupuk, RW 05 sebagai sentra produksi, dan RW 02 sebagai area
pemasaran.
Selain sistem pruduksi, untuk lebih menyempurnakan suatu kampung industri, kami juga
mendesain sebuah sistem pengolahan limbah yang hasil produksi. Sehingga tidak hanya menjadi
sebuah home based enterprises yang efektif dan efisien, Kelurahan Mangunharjo, juga akan
menjadi sentra industri yang sustainable. Dengan begitu desain Kelurahan Mangunharjo sebagai
kampung industri telur asap akan menjadi sebuah paket pemukiman homebased enterprises yang
menarik sehingga dapat menjadi sebuah iconik kawasan Kecamatan Tembalang secara khusus
dan Kota Semarang secara umumnya.
RW 01
RW 02
RW 06
RW 07
RW 05
RW 04
RW 03
PRODUKSI SEKAM
PETERNAKAN BEBEK
PUSAT PEMASARAN
PUSAT PRODUKSI TELUR ASAP
2
Tabel 1.1 Tabel Rangkuman Lokasi Pemukiman yang Layak
2. Kajian Pustaka
2.1.Rumah Produksi
Rumah produktif atau usaha yang berbasis pada rumah tangga di Indonesia
bukanlah hal baru, hal ini sejalan dengan pernyataan Anderson (1982) industri-industri
kecil atau usaha dalam rumah tangga tumbuh dengan cepat dalam periode industrialisasi
dunia. Menurutnya sudah saatnya untuk memberikan peluang pada usaha yang bertumpu
pada rumah tangga karena mampu menggerakkan ekonomi negera yang bersangkutan.
Demikian pula Randall (1993) menyatakan bahkan usaha yang bertumpu pada rumah
tangga sudah menjadi suatu kebutuhan masyarakat modern dewasa ini. Dalam
perkembangannya keberadaan rumah produktif atau rumah usaha mempertegas fungsi
rumah yang sangat luas bagi kehidupan manusia. Di kabupaten Semarang pada umumnya
industri-industri kecil atau usaha dalam rumah tangga tumbuh dengan pesat.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa rumah tidak hanya dapat difungsikan sebagai
hunian, tetapi rumah mempunyai fungsi lebih yang dapat digunakan untuk kegiatan lain
antara lain sebagai wadah kegiatan industri rumah tangga atau sebagai sentra ekonomi
rumah tangga yang lebih dikenal dengan sebutan Home Based Enterprises / HBEs (Usaha
yang bertumpu pada rumah tangga/UBR). Sesuai pernyataan Johan Silas (1993:2) bahwa
pengertian rumah lebih lanjut ditekankan pada aspek penggalang sumber daya yang
mampu menjamin eksistensinya lebih lama atas usaha dari pemilik / pemakai sendiri serta
mampu berkembang semakin baik. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa konsep
permukiman yang dikembangkan oleh masyarakat pada dasarnya dapat memberikan
peran dalam memadukan kebutuhan perumahan dengan kesempatan menggalang sumber
daya.
Berikut ini adalah rangkuman mengenai lokasi permukiman yang layak, serta
indicator atau pengaruh yang mendorong masyarakat untuk memilih suatu permukiman
tertentu :
No Judul
Buku
Nama Pengarang Teori Variabel
Dirjen Cipta
Karya (1999)
Lokasi kawasan perumahan
yang layak adalah :
a. Tidak terganggu oleh
polusi (air, udara, suara)
b. Tersedia air bersih
c. Memiliki kemungkinan
untuk perkembangan
pembangunannya
d. Mempunyai aksesibilitas
yang baik
e. Mudah dan aman
mencapai tempat kerja
f. Tidak berada dibawah
permukaan air setempat
g. Mempunyai kemiringan
rata-rata
Air Bersih
Aksesibiltas
Kondisi Jalan
Lingkungan
Topografi
Kondisi
Bangunan
Kondisi Sarana
Prasarana
Drainase
Urban
Housing
Strategies,
Pitman
Publishing
-1976
Patrick I.Wakely,
Hartmut
Schemetzer dan
Barbar K
Ada beberapa indikator yang
mempengaruhi nilai suatu
permukiman antara lain yaitu
:
a. Kondisi dari bangunan-
bangunannya
b. Ketersediaan supply air,
sistem drainase yang
baik, tersedianya
pembuangan sampah
yang memadai
Kondisi
Bangunan
Sanitasi
Sarana Dan
Prasarana
Aksesibiltas
Kepadatan
penduduk
3
c. Kemudahan akses ke
fasilitas perdagangan,
fasilitas kesehatan,
ketersediaan sekolah dan
mudah dicapai dengan
angkutan umum
d. Ketersediaan fasilitas
umum seperti tempat
ibadah dan rekreasi
e. Kepadatan penduduk
yang tidak terlalu tinggi
f. Keamanan dan kesehatan
yang terjamin.
The
Journal,
Developm
ent of
human
settlement
-2002
United Nations,
Governing
Council of the
United Nations
Human
Settlement
Programme
Perkembangan permukiman
dipengaruhi oleh beberapa
faktor :
a. Urbanisasi
b. Pertambahan Penduduk
Beberapa indikator yang
mempengaruhi nilai suatu
kawasan permukiman :
a. Faktor ekonomi
masyarakat, hal yang
paling berpengaruh yaitu
jenis pekerjaan
masyarakat
b. Kondisi sosial
Tingkat
pendapatan
Tingkat
Kepadatan Jenis
Jenis Pekerjaan
Kondisi
masyarakat, dalam hal
ini yang mempengaruhi
nilai suatu kawasan yaitu
masalah tingkat
kepadatan dan juga
tingkat pendidikan yang
mempengaruhi juga akan
pandangan dan cara
hidup masyarakat
c. Fungsi dan kegiatan
hunian, yang dimaksud
yaitu masalah
peruntukan bangunan
hunian apakah
digunakan sebagaimana
mestinya sebagai tempat
tinggal saja atau
digunakan untuk fungsi
lain misalnya sebagai
tempat berdagang yang
akan merubah
peruntukan
bangunannya.
2.2.HBEs Sebagai Bagian Dari Industri Kecil dan Menengah
Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang
mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur
(manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua
kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial.
Klasifikasi industry berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat
Sosial dibedakan menjadi :
4
a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari
empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja
berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala
rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman,
industri kerajinan, industri tempe/ tahu, dan industri makanan ringan.
b. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19
orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga kerjanya
berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri
genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.
c. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99
orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja
memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan
manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri
keramik.
d. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri
industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam
bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan
pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer
test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri
pesawat terbang.
Home Based Enterprises telur asap di Kelurahan Mangunharjo termasuk dalam
kategori industri kecil dan sedang. Berkembangnya sektor perekonomian di Kota
Semarang memberikan dampak positif pada sektor lainnya, seperti industri kecil dan
sedang berbasis rumah untuk berkembang dan semakin meningkat di tengah minimnya
lapangan usaha yang ada. Para pekerja biasanya berasal dari keluarga sendiri, modal kecil
dan dibuat di rumah mereka. Sektor usaha berbasis rumah memiliki potensi yang luar
biasa, hal ini dapat ditunjukkan dengan banyaknya rumah, maka penyebaran industri kecil
dan sedang berbasis rumah juga akan ikut menyebar, dan terus berkembang, karena
kepraktisannya, baik dalam hal biaya sewa, mencari bahan baku maupun dalam
pemasaran usaha. Berkembangnya Home Based Enterprises membuat masyarakat tidak
perlu kesulitan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari. Bahkan
komunitas wanita di kelurahan dapat memperoleh keuntungan dari industry kecil dan
sedang ini yakni mereka masih dapat berperan ganda tanpa meninggalkan tugas ibu rumah
tangga dalam mendapatkan hasil tambahan (Suryadi, 2008).
2.3.Konsep Dasar Teori Penentuan Lokasi Industri
Teori lokasi adalah Ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan
ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki lokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial
serta hubungan-nya dengan atau pengaruh-nya terhadap keberadaan berbagai macam
usaha / kegiatan lain, baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006:77).
Berdasarkan penjelasan di atas maka dibutuhkan suatu analisis mengenai konsep
dasar teori lokasi dalam menentukan lokasi kawasan industry (sebagai tempat produksi
dan pemasaran), dimana dengan adanya konsep dasar tersebut dapat menjadi prinsip
dalam pemilihan lokasi yang terbaik dan menguntungkan secara ekonomi bagi industri itu
sendiri. Berikut merupakan beberapa pengertian teori lokasi industri yang dikemukakan
oleh berbagai pakar, baik secara geografi, ekonomi, maupun keruangan.
1. Teori Lokasi Industri
Teori lokasi industri pertama kali diungkapkan oleh ahli ekonom Jerman pada
tahun 1929, yakni Alfred Weber. Menurut teori Weber, pemilihan lokasi industri
didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap
industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja, dimana
penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan
tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang
maksimum. Menurut Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu
biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi.
Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku Weber
menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk memperoleh
lokasi optimum. Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke
lokasi bahan baku atau pasar, Weber merumuskan indeks material (IM), sedangkan
biaya tenaga kerja sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi lokasi industri
dijelaskan Weber dengan menggunakan sebuah kurva tertutup (closed curve) berupa
lingkaran yang dinamakan isodapan (isodapane).
5
Adapun penentuan lokasi terbaik menurut Weber tergantung pada karakter
bahan baku yang digunakan, antara lain:
a. Bahan baku yang tersedia dimana saja.
b. Bahan baku setempat yang berpengaruh spesifik terhadap lokasi.
c. Berdasarkan perhitungan Indeks Material (IM) yang menentukan apakah lokasi
industri tersebut lebih berorientasi pada bahan baku atau lebih berorientasi pada
lokasi pasar.
2. Teori Keseimbangan Spasial
Teori keseimbangan spasial dikemukakan oleh August Losch pada tahun 1954
melalui bukunya yang berjudul Economics of Location. Losch menyatakan bahwa
lokasi suatu industri didasarkan pada kemampuan untuk menjaring konsumen
sebanyak-banyaknya (dalam Ardhian, 2010). Dengan kata lain, konsep dasar teori
lokasi industri yang dikemukakan oleh Losch ini berprinsip pada permintaan
pasar (demand) dengan asumsi:
a. Lokasi optimal suatu pabrik atau industri adalah apabila dapat menguasai wilayah
pemasaran yang luas sehingga dapat dihasilkan pendapatan yang paling besar.
b. Pada suatu tempat yang topografinya datar atau homogen jika disuplai oleh pusat
industri, volume penjualan akan membentuk kerucut. Semakin jauh dari pusat
industri, maka volume penjualan barang akan semakin berkurang karena harganya
semakin tinggi akibat naiknya ongkos transportasi.
Teori Losch ini bertujuan untuk menemukan pola lokasi industri sehingga
ditemukan keseimbangan spasial antarlokal.:
a. Setiap lokasi industri harus menjamin keuntungan maksimum bagi penjual
maupun pembeli.
b. Terdapat cukup banyak usaha pertanian dengan penyebaran cukup merata,
sehingga seluruh permintaan yang ada dapat dilayani.
c. Terdapat free entry dan tidak ada petani yang memperoleh super normal
profitsehingga tidak ada rangsangan bagi petani dari luar untuk masuk dan
menjual barang yang sama di daerah tersebut.
d. Daerah penawaran adalah sedemikian hingga memungkinkan petani yang ada
untuk mencapai keuntungan yang maksimum.
e. Konsumen bersifat indifferent terhadap penjual manapun dan satu-satunya
pertimbangan untuk membeli dengan harga yang rendah.
Pada akhirnya, luas daerah pasar akan menyempit dan dalam keseimbangannya akan
membentuk segienam beraturan. Losch juga menambahkan bahwa jaringan heksagonal
tidak memiliki penyebaran yang sama tetapi di sekeliling tempat sentralnya masih ada 6
faktor yang memiliki wilayah yang luas dan 6 faktor yang memiliki wilayah sempit
sehingga Losch menggambarkan teorinya tersebut dalam bentuk roda.
3. Teori Tempat Pusat
Teori ini dikemukakan oleh Walter Christaller pada tahun 1933 dalam bukunya yang
berjudul Central Places In Southern Germany. Dalam buku ini Christaller mencoba
menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di
dalam satu wilayah Tempat pusat (central place) merupakan suatu tempat dimana
produsen cenderung mengelompok di lokasi tersebut untuk menyediakan barang dan
jasa bagi populasi di sekitarnya. Asumsi-asumsi yang dikemukakan dalam teori
Christaller antara lain:
a. Suatu lokasi yang memiliki permukaan datar yang seragam.
b. Lokasi tersebut memiliki jumlah penduduk yang merata dan memiliki daya beli
yang sama.
c. Lokasi tersebut mempunyai kesempatan transport dan komunikasi yang
merata/gerakan ke segala arah (isotropic surface).
d. Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak/biaya.
Teori central place ini didasarkan pada prinsip jangkauan (range) dan ambang
batas(threshold). Range merupakan jarak jangkauan antara penduduk dan tempat suatu
aktivitas pasar yang menjual kebutuhan komoditi atau barang. Misalnya seseorang
membeli baju di lokasi pasar tertentu, range-nya adalah jarak antara tempat tinggal orang
6
tersebut dengan pasar lokasi tempat dia membeli baju. Apabila jarak ke pasar lebih jauh
dari kemampuan jangkauan penduduk yang bersangkutan, maka penduduk cenderung
akan mencari barang dan jasa ke pasar lain yang lebih dekat. Sedangkanthreshold adalah
jumlah minimum penduduk atau konsumen yang dibutuhkan untuk menunjang
kesinambungan pemasokan barang atau jasa yang bersangkutan, yang diperlukan dalam
penyebaran penduduk atau konsumen dalam ruang (spatial population distribution).
Dari komponen range dan threshold maka lahir prinsip optimalisasi pasar (market
optimizing principle). Prinsip ini antara lain menyebutkan bahwa dengan memenuhi
asumsi di atas, dalam suatu wilayah akan terbentuk wilayah tempat pusat (central place).
Pusat tersebut menyajikan kebutuhan barang dan jasa bagi penduduk sekitarnya. Apabila
sebuah pusat dalam range dan threshold yang membentuk lingkaran, bertemu dengan
pusat yang lain yang juga memiliki range dan threshold tertentu, maka akan terjadi
daerah yang bertampalan. Penduduk yang bertempat tinggal di daerah yang bertampalan
akan memiliki kesempatan yang relatif sama untuk pergi ke kedua pusat pasar itu.
Christaller juga menyatakan bahwa sistem tempat pusat membentuk suatu hierarki yang
teratur dimana keteraturan dan hierarki tersebut didasarkan pada prinsip bahwa suatu
tempat menyediakan tidak hanya barang dan jasa untuk tingkatannya sendiri, tetapi juga
semua barang dan jasa lain yang ordernya lebih rendah.
4. Teori Biaya Minimum dan Ketergantungan Lokasi
Teori biaya minimum dan ketergantungan lokasi (Theory Least Cost and Place
Interdependence) dikemukakan oleh Melvin Greenhut pada tahun 1956 dalam
bukunyaPlant Location in Theory and in Practice dan Microeconomics and The Space
Economy. Greenhut berusaha menyatukan teori lokasi biaya minimum dengan teori
ketergantungan lokasi yang mana dalam teori tersebut mencakup unsur-unsur sebagai
berikut:
a. Biaya lokasi yang meliputi biaya angkutan, tenaga dan pengelolaan
b. Faktor lokasi yang berhubungan dengan permintaan, yaitu ketergantungan lokasi dan
usaha untuk menguasai pasar
c. Faktor yang menurunkan biaya
d. Faktor yang meningkatkan pendapatan
e. Faktor pribadi yang berpengaruh terhadap penurunan biaya dan peningkatan
pendapatan
f. Pertimbangan pribadi
2.4.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Industri
Suatu kegiatan yang produktif akan memilih lokasi yang dapat memperoleh input
secara efisien. Input tersebut tidak hanya berbentuk fisik, tetapi juga berbentuk jasa,
seperti jasa prasarana dan sarana, institusi pendukung, maupun kualitas sumberdaya
manusia (Maryunani, 2003). Adapun faktor-faktor yang diperhatikan dalam memilih
lokasi industri menurut Weber dalam Tarigan (2005) adalah:
1. Biaya Transportasi : Biaya transportasi bertambah secara proporsional dengan jarak
sehingga titik terendah untuk biaya transportasi adalah titik yang menunjukkan biaya
minimum untuk angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi. Konsep titik
minimum tersebut dinyatakan sebagai segitiga lokasi.
2. Biaya Upah : Produsen cenderung mencari lokasi dengan tingkat upah tenaga kerja
yang lebih rendah dalam melakukan aktivitas ekonomi sedangkan tenaga kerja
cenderung mencari lokasi dengan konsentrasi upah yang lebih tinggi.
3. Keuntungan dari Konsentrasi Industri Secara Spasial : Konsentrasi spasial akan
menciptakan keuntungan yang berupa penghematan lokalisasi dan penghematan
urbanisasi. Penghematan lokalisasi terjadi apabila biaya produksi perusahaan pada
suatu industri menurun ketika produksi total dari industri tersebut meningkat. Hal ini
terjadi pada perusahaan/industri yang berlokasi secara berdekatan.
Menurut Djojodipuro (1992), faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi industri,
adalah:
1. Faktor Endowment : Tersedianya faktor produksi secara kualitatif dan kuantitatif di
suatu daerah, berupa tanah (topografi, struktur tanah, cuaca, harga tanah), tenaga dan
manajemen (fringe benefit, labour turn over, absenteeism, techno-structure), dan
modal (industrial inertia, industrial nursery).
2. Pasar dan Harga : Suatu daerah yang berpenduduk banyak secara potensial perlu
diperhatikan. Bila daerah ini disertai pendapatan perkapita yang tinggi, maka pasar
7
tersebut akan menjadi efektif dan semakin meningkat bila disertai dengan distribusi
pendapatan yang merata. Luas pasar ditentukan oleh jumlah penduduk, pendapatan
perkapita, dan distribusi pendapatan.
3. Bahan Baku dan Energi : Proses produksi merupakan usaha untuk
mentransformasikan bahan baku kedalam hasil akhir yang memiliki nilai lebih tinggi.
Jarak antara lokasi pabrik dengan ketersediaan bahan baku mempengaruhi biaya
pengangkutan. Beberapa industri karena sifat dan keadaan dari proses pengolahannya
mengharuskan untuk menempatkan pabriknya berdekatan dengan sumber bahan
baku.
4. Aglomerasi, Keterkaitan Antar Industri, dan Penghematan Ekstern : Aglomerasi
adalah pengelompokkan beberapa perusahaan dalam suatu daerah atau wilayah
sehingga membentuk daerah khusus industri.
5. Kebijakan Pemerintah : Kebijakan pemerintah terkait dengan kawasan industri,
kawasan berikat, kawasan ekonomi khusus (KEK), kawasan perdagangan bebas
(FTZ).
2.5. SISTEM JUST IN TIME
Just In Time menekankan bahwa semua material harus menjadi bagian aktif dalam sistem produksi
dan tentu dia melarang timbulnya masalah yang mengakibatkan hadirnya biaya persediaan. Dalam
Just In Time persediaan meminimalisasi dengan tetap menjaga keberlangsungan produksi ini berarti
barang sedia dalam waktu, jumlah dan kualitas yang tepat saat diperlukan. Metode Just In Time dalam
keberadaannya tidak sekedar diterapkan untuk bidang persediaan, melainkan juga dapat
diimplementasikan dalam bidang produksi.
Konsep Just In Time adalah suatu konsep dimana bahan baku yang digunakan untuk aktivitas
produksi didatangkan dari pemasok atau supplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses
produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan barang
penyimpanan barang/stock cost.
1. Definisi Metode Just In Time
Sistem Just In Time berusaha melakukan pekerjaan secara terus-menerus tanpa henti, dengan
menghilangkan segala pemborosan dan segala sesuatu yang tidak memberi nilai tambah dengan
menyediakan sumber daya pada tempat dan waktu yang tepat. Sistem ini akan mengakibatkan
persediaan lebih sedikit, jumlah pekerja lebih sedikit, dan biaya produksi lebih rendah serta
produk dapat diserahkan ke pelanggan tepat waktu. Sedangkan kualitas yang sangat tinggi
merupakan hasil dari suatu sistem pengendalian mutu yang sangat baik. Akhirnya, dengan
kombinasi dan gabungan kedua sistem tersebut akan membuat perusahaan mampu bersaing
dengan perusahaan lain serta mencapai laba dan hasil dari investasi yang maksimal.
Menurut Hendra Kusuma Just In Time yaitu :
“Just In Time yaitu menghilangkan hal-hal yang tidak berguna yang berhubungan dengan
persediaan dan kelebihan produksi serta pendayagunaan para pekerja secara penuh, terutama
dalam hal peningkatan mutu, produktifitas dan moral kerja”.
Masiyah Khoimi dan Yuningsih, mendefinisikan tujuan dasar sistem Just In Time adalah sebagai
berikut :
“Untuk memproduksi dan menyampaikan apa yang dibutuhkan, kapan hal itu dibutuhkan, pada
tahap semua proses produksi, tepat pada saat dipabrikasi, dipasang dan dikirim ke pelanggan”.
Dari pendapat di atas mengenai Just In Time, maka dapat disimpulkan bahwa Just In Time
merupakan suatu sistem yang digunakan untuk meminimalis terjadinya pengeluaran dengan
mendasarkan pada tarikan permintaan barang yang dibutuhkan dengan menghilangkan hal-hal
yang tidak berguna.
2. Manfaat Just In Time
JIT memberikan nuansa baru dalam manajemen persediaan, dimana pemanufakturan beralih dari
sistem fush ke sistem full. Pada full sistem persediaan akan ada apabila dibutuhkan untuk
memenuhi permintaan konsumen saat kini, bukan untuk memenuhi kebutuhan pasar secara
keseluruhan. Adapun menurut Fandy Tjiptono & Anastasian Diana dalam Mursyidi, Manfaat Just
In Time adalah :
a. Mengurangi biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung.
b. Mengurangi ruangan atau gudang untuk menyimpan barang.
c. Mengurangi waktu setup dan penundaan jadwal produksi.
d. Mengurangi pemborosan barang rusak dan barang cacat dengan mendeteksi kesalahan
pada sumbernya.
e. Mengurangi lead time karena ukuran lot yang kecil sehingga sel produksi memberikan
feedback terhadap masalah kualitas.
f. Penggunaan mesin dan fasilitas lebih baik, menciptakan hubungan yang lebih baik
dengan pemasok.
g. Layout pabrik yang lebih baik.
h. Integrasi yang lebih baik antara fungsi - fungsi, seperti pemasaran, pembelian, dan
diproduksi.
8
RW 01
RW 03
RW 07
RW 02
RW 04
RW 06
RW 05
Gambar 2.2
Peta Zoning Keluruhan Mangunharjo Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 2.3
Foto Udara Keluruhan Mangunharjo Sumber : Google Earth
Gambar 2.1
Peta Eksisting Keluruhan Mangunharjo Sumber : Dokumen Pribadi
i. Pengedalian kualitas dalam proses.
Dari data diatas terlihat bahwa manfaat dari metode Just In Time yaitu dapat mengurangi berbagai
kegiatan yang seharusnya tidak perlu dan mengendalikan persediaan secara baik dan peningkatan
dalam proses produksi.
3. Analisa Tapak Kelurahan Mangunharjo
Kota Semarang merupakan salah satu Kota besar di Indonesia, dan memiliki banyak sekali
kelurahan-kelurahan, salah satunya yaitu Kelurahan Mangunharjo. Kelurahan Mangunharjo merupakan
salah satu kelurahan yang memiliki potensi ekonomi yaitu produksi telur asap kecil-kecilan pada salah
satu RW, yaitu pada RW 05. Dengan melihat potensi itu, maka nantinya Kelurahan Mangunharjo ini
akan dijadikan sentra penjualan dan produksi telur asap, hal ini sangat menguntungkan baik bagi warga
Kelurahan Mangunharjo maupun bagi orang lain, dengan adanya sentra ini maka Kota Semarang bisa
memiliki tambahan tempat wisata yang saat ini masih sedikit jumlahnya. Untuk menentukan zonasi
bagian-bagian pendukung sentra telur asap ini, seperti tempat produksi, tempat pengasapan, tempat
peternakan, sawah(untuk produksi sekam), maka diperlukan suatu analisa pada tapak di Kelurahan
Mangunharjo. Analisa–analisa tersebut yaitu:
Gambar 2.4
Foto Udara Aksesbilitas Keluruhan Mangunharjo
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 2.5
Peta RW 02 Kelurahan MangunharjoSumber : Dokumen Pribadi
a. Aksesbilitas
Kondisi Asli :
Kelurahan mangunharjo terletak pada jalur penghubung antara semarang atas dan semarang
bawah.Semarang atas yaitu dari Tembalang ke Semarang bawah yaitu daerah kedung
mundu,lamper,dll.Jalur Utama yang merupakan jalur penghubung itu jarang sekali sepi pengendara,baik
itu motor maupun mobil pasti tiap harinya mobil dan motor selalu melalui jalan ini.Dengan berada pada
jalur utama ini maka akses untuk menuju ke Kelurahan Mangunharjo ini mudah.Kemudahan pencapaian
pada Kelurahan Mangunharjo berlaku bagi keseluruhan RW khususnya pada RW 02,RW 06,RW 07
,ketiga RW ini sangat mudah untuk dicapai karena ketiga RW ini terletak persis di tepi jalan utama,jadi
sangat terlihat dari jalan utama dan mudah sekali dalam pencapaiannya.Aksesibilitas yang mudah tidak
hanya berdasarkan letak saja,namun kondisi jalan juga menentukan tempat itu mudah diakses atau
tidak,dalam hal itu,Kelurahan Mangunharjo juga memiliki itu,sebagian besar jalan-jalan baik itu jalan
besar maupun jalan lingkungan sudah di aspal sehingga berbagai kendaraan bemotor dapat melewatinya
dengan mudah.
Kondisi Asli :
Kelurahan mangunharjo terletak pada jalur penghubung antara semarang atas dan s
bawah.Semarang atas yaitu dari Tembalang ke Semarang bawah yaitu daerah kedung
mundu,lamper,dll.Jalur Utama yang merupakan jalur penghubung itu jarang sekali sepi pengendara,baik
itu motor maupun mobil pasti tiap harinya mobil dan motor selalu mel
jalur utama ini maka akses untuk menuju ke Kelurahan Mangunharjo ini mudah.Kemudahan pencapaian
pada Kelurahan Mangunharjo berlaku bagi keseluruhan RW khususnya pada RW 02,RW 06,RW 07
,ketiga RW ini sangat mudah untuk dicapai karena ketiga RW ini terletak persis di tepi jalan utama,jadi
sangat terlihat dari jalan utama dan mudah sekali dalam pencapaiannya.Aksesibilitas yang mudah tidak
hanya berdasarkan letak saja,namun kondisi jalan juga menentukan tempat itu mudah diakses
tidak,dalam hal itu,Kelurahan Mangunharjo juga memiliki itu,sebagian besar jalan
besar maupun jalan lingkungan sudah di aspal sehingga berbagai kendaraan bemotor dapat melewatinya
dengan mudah.
Salah satu Jalan utama penghubung Semarang atas (Tembalang) dan Semarang bawah (Kedungmundu dan sekitarnya)
Semarang bawah
Semarang atas
Jl.raya mangunharjo Kompol R.Soekanto
Jalan Utama Kelurahan Mangunharjo yang juga menjadi jalan penghubung Semarang atas dan Semarang bawah
RW 03
RW 06
RW 02 :
RW 01
RW 04
RW 05
RW 07
9
Gambar 2.5
Peta RW 02 Kelurahan Mangunharjo Sumber : Dokumen Pribadi
Kelurahan mangunharjo terletak pada jalur penghubung antara semarang atas dan semarang
bawah.Semarang atas yaitu dari Tembalang ke Semarang bawah yaitu daerah kedung
mundu,lamper,dll.Jalur Utama yang merupakan jalur penghubung itu jarang sekali sepi pengendara,baik
itu motor maupun mobil pasti tiap harinya mobil dan motor selalu melalui jalan ini.Dengan berada pada
jalur utama ini maka akses untuk menuju ke Kelurahan Mangunharjo ini mudah.Kemudahan pencapaian
pada Kelurahan Mangunharjo berlaku bagi keseluruhan RW khususnya pada RW 02,RW 06,RW 07
pai karena ketiga RW ini terletak persis di tepi jalan utama,jadi
sangat terlihat dari jalan utama dan mudah sekali dalam pencapaiannya.Aksesibilitas yang mudah tidak
hanya berdasarkan letak saja,namun kondisi jalan juga menentukan tempat itu mudah diakses atau
tidak,dalam hal itu,Kelurahan Mangunharjo juga memiliki itu,sebagian besar jalan-jalan baik itu jalan
besar maupun jalan lingkungan sudah di aspal sehingga berbagai kendaraan bemotor dapat melewatinya
Jalan utama
Jl.raya mangunharjo Kompol R.Soekanto
10
Gambar 2.6
Peta Zoning Keluruhan Mangunharjo Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 2.7
Peta Jalan Utama Keluruhan Mangunharjo
Respon : Kemudahan dalam mengakses atau mencapai Kelurahan Mangunharjo dijadikan salah satu keunggulan
Kelurahan ini.Aksesibilitas yang mudah ini merata pada semua RW,karena semua RW sudah memiliki
jaringan jalan yang baik,jalannya sudah banyak yang diaspal dan jalannya juga luas sehingga mudah
untuk dijangkau. Pada RW 02 khususnya tempat in cocok sekali untuk tempat pemasaran karena RW ini
berada di sepanjang jalan utama Kelurahan Mangunharjo sehingga calon pembeli nantinya juga
gampang untuk menuju tempat pemasaran.Untuk tempat produksi,tempat pengasapan,tempat pembuatan
sekam dapat diletakkan pada RW-RW yang dekat dengan jalan utama atau jalan besar dan dekat dengan
tempat pemasarannya.
b. Visibilitas
Kondisi Asli :
Letak Kelurahan Mangunharjo yang berada di sepanjang jalan penghubung semarang atas dan
semarang bawah menjadikan Kelurahan ini mudah terlihat oleh pengendara kendaraan bermotor
yang melewati jalan tersebut,terlebih lagi Kelurahan Mangunharjo ini terletak di dekat
perumahan-perumahan besar yang terkenal,sehingga menambah keuntungan
tersendiri.Perumahan-perumahan besar di sekitar Kelurahan Mangunharjo ini membuat
Kelurahan ini lebih mudah terlihat dan gampang untuk diingat,karena tiap harinya para penghuni
perumahan-perumahan ini akan melewati jalan utama itu dan pastinya akan melihat Kelurahan
Mangunharjo.
Respon:
Visibilitas tinggi juga menjadi keuntungan sendiri bagi Kelurahan Mangunharjo, dengan
memiliki visibilitas yang tinggi, Kelurahan Mangunharjo akan diingat oleh banyak orang yang
melewati jalan utama tersebut. Diantara ketujuh RW yang ada di Kelurahan Mangunharjo yang
memiliki tingkat visibilitas yang tinggi yaitu RW-RW yang berada tepat di sisi jalan utama, yaitu
RW 02, RW 06, RW 07. Ketiga RW ini memiliki tingkat visibilitas tinggi karena ketiga RW ini
berada pada tepi jalan utama, jadi sudah pasti ketiga RW ini terlihat langsung dari jalan.Tingkat
visibilitas tinggi ini dapat dimanfaatkan untuk dijadikan tempat pemasaran, karena salah satu hala
utama yang penting dalam penjualan yaitu toko atau tempat penjualan gampang terlihat. Namun,
diantara ketiga RW tersebut, yang paling cocok untuk dijadikan tempat pemasaran yaitu RW 02,
karena wilayahnya yang luas dan semuanya berada pada jalan utama,sehingga RW 02 ini sangat
terlihat dari jalan.
RW 03
RW 06
RW 02
RW 01
RW 04
RW 05
RW 07 Dari jalan utama dapat meihat ke kelurahan Mangunharjo
c. Kontur
Kondisi Asli:
Kelurahan Mangunharjo terletak pada kondisi kontur yang tidak rata, ada yang naik ada yang
turun, bahkan ada yang naiknya sangat curam begitu juga dengan turunnya. Wilayah yang sangat
berkontur pada Kelurahan Mangunharjo ini memiliki nilai plus dan minusnya masing-masing.
Nilai plusnya yaitu, dengan tanah yang berkontur ini maka banyak tempat-tempat yang pasti
memiliki view yang bagus,terutama pada daerah yang memiliki ketinggian kontur paling tinggi,
pada dataran yang paling tinggi kita bisa melihat situasi jalan dan kegiatan pada kelurahan
mangunharjo yang berada di bawahnya.View yang bagus ini dapat menjadi nilai plus jika
kawasan itu dijadikan hotel, perumahan atau tempat-tempat-tempat yang membutuhkan view
yang bagus.
Respon:
Dengan keadaan kontur yang tidak rata maka penempatan masing-masing bagian harus
dipikirkan masak-masak, khususnya bagi tempat pemasaran, tempat pemasaran agar mudah
dicapai dan pembeli tidak was-was atau takut sebaiknya tempat pemasaran berada pada tempat
yang memiliki kondisi kontur yang landai atau cukup landai. Dengan kondisi tapak yang landai
maka pembeli nantinya tidak perlu bingung, was-was atau takut, terutama bagi pengendara
kendaraan bermotor yang masih pemula.
d. Feasibilitas
Kondisi Asli:
Kelurahan Mangunharjo ini merupakan kelurahan yang sapat dibilang kelurahan yang cukup
lengkap, karena dari sarana prasarananya dapat terlihat bahwa kelurahan ini memadai, seperti
listrik, air, tempat-tempat komunitas, tempat-tempat berkegiatan semuanya sebagian besar
tersedia di kelurahan ini. Listrik, air dan jaringan telpon bukan menjadi masalah pada kelurahan
ini, kondisi jalan pada Kelurahan Mangunharjo ini juga sangat bagus, karena hampir semua jalan
pada kelurahan ini sudah diaspal dan dapat diakses dengan baik dan mudah.
Respon:
Feasibilitas atau kelayakan pada Kelurahan mangunharjo ini sudah bagus,sehingga tempat in
cocok sekali untuk dijadikan suatu sentra telur asap dan produksinya.Karena pada suatu tempat
produksi,hal utama yang diperlukan adalah listrik,air yang baik,dan pada kelurahan ini
sudah tidak menjadi masalah lagi,dengan demikian Kelurahan Mangunharjo siap untuk dijadikan
suatu sentra telur asap dan produksi telur asap juga.
Peta RW 02 Kelurahan Mangunharjo
Sumber : Data Pribadi
11
tau kelayakan pada Kelurahan mangunharjo ini sudah bagus,sehingga tempat in
cocok sekali untuk dijadikan suatu sentra telur asap dan produksinya.Karena pada suatu tempat
produksi,hal utama yang diperlukan adalah listrik,air yang baik,dan pada kelurahan ini hal itu
sudah tidak menjadi masalah lagi,dengan demikian Kelurahan Mangunharjo siap untuk dijadikan
suatu sentra telur asap dan produksi telur asap juga.
Kawasan yang paling strategis,karena berkontur cukup rata dan berpenduduk paling padat(diantara wilayah RW 02 yang lain)
Gambar 2.8 Peta RW 02 Kelurahan Mangunharjo
Sumber : Data Pribadi
12
Tabel 2.1 Tabel Analisa SWOT Kelurahan Mangunharjo
Berdasarkan Potensi Tapak Sumber : Analisa Pribadi Tabel 2.2
Tabel Analisa SWOT Kelurahan Mangunharjo Berdasarkan Potensi Intern Sumber : Analisa Pribadi
4. Analisa S.W.O.T
Analisa SWOT Kelurahan Mangunharjo berdasarkan potensi tapak
FAKTOR INTERNAL
FAKTOR EKSTERNAL
STRENGTH (kekuatan)
1. aksesibilitas tiap RW yang
mudah karena dilewati oleh jalan utama
2. sebagian kontur lahan relatif datar
3. jaringan jalan lingkungan cukup lebar
4. jaringan listrik sudah tersedia 5. pengelolaan jaringan sampah
sudah berjalan dengan baik 6. banyak lahan yang masih
belum terbangun
WEAKNESS (kelemahan)
1. kurangnya lahan untuk area
terbuka 2. sebagian lahan berkontur 3. kurangnya penyediaan
utilitas bangunan yang berupa alat pemadam kebakaran
4. sistem drainase masih belum terintegrasi dengan baik
OPPORTUNITY (peluang)
1. memiliki luas wilayah
yang cukup besar 2. fasilitas umum & sosial
untuk penunjang kegiatan warga sudah cukup memadai
3. banyak lahan yang dilirik oleh developer
STRATEGI S.O (memakai
kekuatan untuk memanfaatkan peluang)
1. peningkatan perfoma dari
fasilitas yang sudah ada 2. memudahkan dalam
membuat desain bangunan yang lebih variatif
3. konfigurasi ruang menjadi simpel karena tidak membutuhkan treatment khusus pada tapak
STRATEGI W.O (menanggulangi
kelemahan dengan memanfaatkan peluang)
1. optimalisasi area terbuka
hijau 2. penambahan alat pemadam
kebakaran guna kenyamanan dan keselamatan masyarakat
3. membuat desain bangunan dengan “split level” untuk mengatasi lahan yang berkontur
THREAT (ancaman)
1. terbatasnya sarana
transportasi umum 2. kurangnya penyediaan
lampu kota pada sebagian jalan yang menuju ke tiap RW
STRATEGI S.T (memakai kekuatan
untuk mengatasi ancaman)
1. perlu adanya pengaturan utilitas bangunan yang baik, dan penambahan sistem penerangan
STRATEGI W.T (memperkecil
kelemahan dan mengatasi ancaman)
1. penataan kembali jaringan
dan utilitas agar memudahkan pengelolaan
Analisa SWOT Kelurahan Mangunharjo berdasarkan potensi intern
FAKTOR INTERNAL
FAKTOR EKSTERNAL
STRENGTH (kekuatan)
1. industri telur asap yang sudah
cukup terkenal di daerah tersebut
2. memiliki kualitas produk yang baik
3. SDA dan SDM yang memadai
WEAKNESS (kelemahan)
1. kurangnya tenaga kerja dalam
industri telur asap 2. promosi produk industri masih
kurang optimal 3. kurangnya bahan baku telur
bebek dan sekam 4. terbatasnya modal usaha
OPPORTUNITY
(peluang)
1. terdapat industri rumahan
2. peluang untuk berbisnis tinggi
3. kuliner yang unik semakin dilirik banyak orang
4. banyak organisasi – organisasi masyarakat yang aktif pada tiap RW
5. banyak limbah peternakan dan pertanian yang dapat dimanfaatkan
STRATEGI S.O (memakai kekuatan
untuk memanfaatkan peluang)
1. mempertahankan nama dan kualitas industri telur asap
2. meningkatkan hasil produksi industri telur asap
3. memanfaatkan limbah sebagai sesuatu yang memiliki nilai ekonomis
STRATEGI W.O (menanggulangi
kelemahan dengan memanfaatkan peluang)
1. memasok bahan baku telur
bebek dari RW lain yang memiliki lahan terbuka yang luas
2. memasok bahan baku sekam dari RW lain yang memiliki area pertanian yang luas
3. memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dari RW lain yang memiliki matapencaharian buruh tani sehingga dapat menambah penghasilan ketika tidak musim panen
THREAT (ancaman)
1. kebutuhan lahan untuk
proses industri telur asap yang tinggi
2. kurangnya tempat pemasaran produk
3. jauh dari pusat kota
STRATEGI S.T (memakai kekuatan
untuk mengatasi ancaman)
1. mengoptimalkan pengerjaan industri rumahan
2. membuat tempat pemasaran yang menarik untuk menjual telur asap
STRATEGI W.T (memperkecil
kelemahan dan mengatasi ancaman)
1. pengadaan penyuluhan
tentang industri telur asap 2. berpartisipasi dalam kegiatan
– kegiatan besar sehingga dapat menarik investor untuk memberikan bantuan dana untuk industri telur asap
3. sistem pemasaran / publikasi lebih diperluas hingga ke pusat kota dan daerah – daerah lain.
13
5. Sistem Produksi Telur Asap
Mangunharjo memiliki daya tarik tersendiri sebagai daerah pemukiman, berdasarkan
analisa yang telah dilakukan sebelumnya diketahui potensi yang ada pada kelurahan tersebut
yaitu produksi telur asap. Sistem produksi hingga pemasaran hasil produksi akan dirangkai dalam
sistem just in time (JIT) yaitu sebuah sistem dimana semua kegiatan pengadaan hingga produksi
dilakukan dalam satu waktu sehingga meminimalisir ruang penyimpanan. Untuk mencapai
sebuah sistem yang berkesinambungan maka keseluruhan tahapan produksi mulai dari pengadaan
hingga pemasaran akan didukung dan dipasok dari Kelurahan Mangunharjo sendiri. Dengan
pengembangan desain menggunakan sistem JIT, maka zoning yang terbentuk mulai dari area
pengadaan bahan mentah hingga area pemasaran yaitu :
1. RW 01 dan RW 06 sebagai RW penyedia bahan baku sekam
2. RW 07, RW 03, dan RW 04 sebagai area peternakan bebek sekaligus pengolahan limbah
pada RW 07
3. RW 05 sebagai sentra produksi, dan RW 02 sebagai area pemasaran.
Agar proses produksi yang menggunakan sistem just in time dapat berjalan dengan lancar,
maka agar lebih efisien dalam proses pengadaannya harus urut berdasarkan zoning dan jalur
transportasi yang ada. Untuk mengumpulkan bahan-bahannya, produsen telur asap mula-mula
mengambil bahan tersebut dari masing-masing RW, urutannya yaitu mengambil bahan baku
sekam di RW 01 kemudian ke RW 06, bahan baku telur bebek di RW 07, ke RW 03 dan RW 04.
Pengambilan bahan baku ini menggunakan mobil box. Bahan-bahan yang telah terkumpul
kemudian dibawa ke RW 05 untuk diolah dan diproduksi menjadi telur asap. Setelah itu, barulah
produsen mendistribusikan telur asapnya ke ruko-ruko dan restoran yang ada di RW 02 untuk
dipasarkan.
Sistem Pengadaan Sekam
Untuk mendukung proses produksi yang menggunakan sistem Just in Time, maka dalam
proses pengadaannya dengan melihat zoning serta jalur transportasi yang ada, sekam pada RW 01
dan RW 06 adalah bahan baku produksi pertama yang harus dipasok oleh bagian produksi.
Sekam ini diperoleh dari hasil panen lahan pertanian yang ada di seluruh kelurahan Mangunharjo.
Dalam redesainnya, terdapat penambahan 2 buah rice mill di Kelurahan Mangunharjo
yang masing-masing berada di RW 01 dan RW 06. Mula-mula hasil panen padi dari seluruh RW
di Mangunharjo disetor dan diolah di rice mill sehingga hasil akhirnya didapatkan sekam.
Kebutuhan sekam yang dibutuhkan untuk mengolah 6000 telur asap setiap harinya yaitu 490-500
kg, sehingga setiap panen 4 bulan sekali diharuskan sudah menyimpan kebutuhan sekam
sebanyak 60 ton. Berikut ini adalah skema sistem pengadaan sekam :
Sistem Pengadaan Telur Bebek
Budidaya bebek dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan ekonomi di Kelurahan
Mangunharjo terkait dengan produksi telur asap yang menggunakan sistem JIT, maka selanjutnya pada
RW 3, RW 4 dan RW 7 dibuat redesain berupa sentra peternakan bebek untuk memasok kebutuhan
bahan baku telur bebek.
Untuk produksi telur asap, setiap harinya membutuhkan sekitar 5000-6000 telur bebek. Oleh
karena itu pada RW 3 dan RW 6 terdapat redesain berupa peternakan 6000 ekor bebek. Sistem
pengelolaannya, terdapat 10 orang warga desa sebagai pemilik modal masing-masing memiliki 600 ekor
bebek. Untuk pemeliharaannya, 600 ekor bebek itu diserahkan kepada 3 orang peternak bebek, sehingga
masing-masing peternak memiliki tanggung jawab memelihara 200 ekor bebek. Berikut ini adalah skema
sistem pengadaan telur bebek :
Gambar 2.9 Skema proses produksi sekam
Sumber : Data Pribadi
14
Sistem Produksi Telur Asap
Setelah bahan baku berupa sekam dan telur bebek sudah terkumpul semua, maka bahan-bahan
tersebut dibawa ke RW 5 untuk selanjutnya diproduksi menjadi telur asap. Setiap harinya diproduksi
6000 telur asap, dibagi ke dalam 20 rumah produksi yang masing-masing memproduksi 300 telur asap.
Dalam tahap produksi, telur bebek melewati 2 proses yaitu pengasinan dan pengasapan, kemudian tahap
pengemasan dan distribusi ke RW 2 sebagai pusat pemasaran.
Prinsip dari pengasinan telur yaitu pemberian garam dapur ke dalam isi telur yang masih mentah
(Ali, 1992). Menurut Sampurno et al. (2002), tujuan utama dari pengasinan telur adalah untuk
mendapatkan telur asin yang mempunyai cita rasa yang khas, disukai konsumen dan mempunyai daya
awet. Berdasarkan proses pengolahannya, telur asin dapat dibuat dengan cara merendam dalam larutan
garam jenuh atau menggunakan adonan. Adonan garam merupakan campuran antara garam, abu gosok,
serbuk bata merah, dan kadang-kadang sedikit kapur (Astawan, 2003).
Pengasapan disebut proses yang bersifat preservatif dan bakteriostik. Hal ini karena selama
pengasapan, akan berbentuk lapisan yang melapisi permukaan bahan yang berguna untuk mencegah
penguapan air dan mencegah mikroba masuk kedalam bahan. Suhu pengasapan merupakan suhu
optimum untuk aktifitas enzim tertentu yang diperlukan untuk meningkatkan asap tersebut. Juga dengan
pemanasan, akan mengurangi endapan/kristal nitrate pada curing prosses. Selain itu dapat juga
merangsang terjadinya brawning reaction yang menimbulkan aroma enak dan menarik.
Menurut IPTEK (2009), tahap penting lain dalam pengasapan adalah memilih jenis bahan bakar
yang akan digunakan. Bahan bakar yang bisa digunakan dalam pengasapan telur asin asap adalah kayu
petai cina, batok kelapa, sekam. Pengasapan dapat dilakukan dengan cara pengasapan dingin pada suhu
35 – 45°C, tetapi kadang-kadang suhu 50°C masih dianggap pengasapan dingin. Pengendaliannya tentu
cukup sulit. Pengasapan dingin dengan cara pengasapa ntidak langsung lebih cocok, yaitu tungku
ditempatkan terpisah dari ruang pengasap sehingga panas yang masuk ke dalam ruang pengasapan dapat
dikurangi. Berikut ini adalah skema proses produksi telur asap :
Sistem Pemasaran
Menurut W Stanton pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang
dapat memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial. Konsep pemasaran mengatakan bahwa
kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran
serta memberikan kepuasaan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing.
Sistem pemasaran yang digunakan di Mangunharjo ini dalam industry telur asapnya yaitu sistem
pemasaran dengan saluran vertical. Pada sistem ini produsen, grosir, dan pengecer bertindak dalam satu
keterpaduan. Tujuannya agar dapat mengendalikan perilaku saluran dan mencegah perselisihan antara
anggota saluran.
Gambar 3.1 Skema proses peternakan bebek
Sumber : Data Pribadi
Gambar 3.2 Skema proses pembuatan telur asap
Sumber : Data Pribadi
15
Pemasaran dari produksi telur asap dilakukan di RW 2, terdapat 20 ruko yang menjual telur asap
serta 3 restoran yang menawarkan berbagai macam menu olahan telur asap. Pada 20 ruko tersebut
masing-masing rukonya dipasok 255 butir telur asap, kemudian dikemas ke dalam kemasan yang berisi 5
butir telur dan dijual seharga Rp. 12.500,00 per kemasannya. Sedangkan pada restoran, masing-masing
dipasok 300 butir telur setiap harinya.
Berikut adalah skema sistem pemasaran pada toko :
Berikut adalah skema sistem pemasaran pada restoran :
Sistem Pengolahan Limbah
Dalam proses pembuatan telur asap, terdapat beberapa proses yang menghasilkan limbah dan
memerlukan penanganan khusus, yaitu limbah dari peternakan bebek dan proses pengasapan, serta
limbah dari tempat pemasaran yaitu ruko dan restoran.
Limbah yang berasal dari peternakan bebek yaitu berupa kotoran dan sisa-sisa pakan serta limbah
dari proses pengasapan berupa abu dari pembakaran sekam. Limbah tersebut diangkut ke RW 7 dan
disediakan tempat khusus berupa lubang di tanah yang digunakan untuk menimbun kotoran bebek. Abu
sekam digunakan untuk menetralisir bau dari limbah peternakan, jadi setelah limbah peternakan tersebut
dimasukkan ke lubang, sebelum ditimbun dengan tanah dilapisi oleh abu sekam terlebih dahulu. Setelah
ditimbun dalam waktu yang cukup lama, maka limbah tersebut dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.
Sedangkan untuk limbah dari tempat pemasaran, dikumpulkan terlebih dahulu untuk kemudian diangkut
dan dibuang di TPA setempat.
Berikut adalah skema dari sistem penanganan limbah yang ada di peternakan bebek dan proses
produksi telur asap :
Berikut ini adalah skema dari sistem penanganan limbah dari tempat pemasaran :
Perhitungan Kebutuhan Bahan Baku Pengolahan Telur Asap
Total RTH Kelurahan Mangunharjo adalah 88, 5 Ha.
Sekali panen dalam jangka waktu 4 bulan manghasilkan 3 ton sekam setiap 1 Ha.
Jadi total sekam yang dihasilkan dalam jangka waktu 4 bulan yaitu 3 x 88,5 = 265,5 ton sekam.
Kebutuhan bahan baku proses pengasapan telur asap (perhari)
1. Pengasinan
10 telur menbutuhkan 200 gr abu gosok untuk pengasinan, sedangkan 200 gr abu gosok
didapatkan dari 400 gr sekam
Jadi untuk mengasinkan 6000 telur dibutuhkan = 600 x 400 gr = 240.000 gr atau 240 kg
sekam
2. Pengasapan
600 telur membutuhkan sekarung sekam yang masing – masing karung beratnya 25 kg
Untuk mengasapi 6000 butir telur dibutuhkan 10 karung sekam, sehingga total sekam yang
dibutuhkan yaitu : 250 kg sekam.
Gambar 3.4 Skema sistem pemasaran pada restoran
Sumber : Data Pribadi
Gambar 3.3 Skema sistem pemasaran pada toko
Sumber : Data Pribadi
Gambar 3.6 Skema sistem penanganan limbah dari
tempat pemasaran Sumber : Data Pribadi
Gambar 3.5 Skema sistem penanganan limbah dari
peternakan dan produksi sekam Sumber : Data Pribadi
16
Jadi total kebutuhan sekam yang dibutuhkan untuk proses pengasinan dan pengasapan setiap
harinya yaitu : 240 kg + 250 kg = 490 kg sekam.
Total kebutuhan sekam dalam jangka waktu 4 bulan : 500 kg/hari x 120 hari = 60.000 kg =
60 ton.
6000 butir telur tersebut akan dipasarkan di 5 restoran serta 20 ruko. Berikut adalah plotting
pasokan telur asap :
1. Pada Restoran masing-masing dipasok 200 butir telur asap setiap harinya total = 5 x 200 =
1000 butir telur.
2. Pada Ruko masing-masing dipasok 250 butir telur asap setiap harinya = 20 x 250 = 5000
butir telur.
17
Skema Alur Produksi Telur Asap Kelurahan Mangunharjo
Gambar 3.7 Skema alur produksi telur asap Kelurahan
Mangunharjo Sumber : Data Pribaadi
18
6. Usulan Desain
6.1. Zoning Kawasan Berdasarkan pada analisa tapak dan S.W.O.T serta konsep sistem produksi yang akan diterapkan maka dapat diperoleh simpulan zoning kawasan serta pattern jalan sebagai berikut : Zona Lama vs Zona Baru
Terdapat perubahan zonasi sebelum dan sesudah dilakukannya analisa tapak, S.W.O.T
sera sistem poduksi yang akan digunakan. Perubahan terlihat pada RW 06 dan RW 07. RW 06
semula difungsikan seabagai peternak bebek sementara RW 07 adalah pengahsi sekam. Akan
tetapi zonasi ini kurang efektif apabila diterapkan sistem sesuai dengan yang telah dibahasa
sebelumnya. Dengan ini berarti terjadinya pengumpulan area peternaka bebek. Hal ini menjadi
lebih mudah dalam sistem produksinya karena memiliki lokasi yang berdekatan. Dengan lokasi
ini maka daerah petrnak akan lebih bisa melakukan koordinasi dengan lebih optimal.
Pengaruh lain yang akan muncul adalah RW 01 dan RW 06 menjadi pusat penggilingan
di Kelurahan Mangunharjo. Posisinya yang dipisahkan oleh jalan utama dapat menyebabkan
polarisasi distribusi beras pertanian. Distribusi beras dari sawah yang berada di RW 03, 04 ,
06dan 07 adalah di Ricemill RW 06. Sementara distribusi beras dari sawah yang berada di RW
01 dan 02 adalah ke Ricemilll di RW 01. Dengan demikian sistem pertanian di kelurahan ini pun
dapat dikelola dengan lebih mandiri
RW 01
RW 02
RW 06
RW 07
RW 05
RW 04
RW 03
PRODUKSI SEKAM
PETERNAKAN BEBEK
PUSAT PEMASARAN
PUSAT PRODUKSI TELUR ASAP
RW 03
RW 06
RW 02 :
RW 01
RW 04
RW 05
RW 07
PETERNAK BEBEK
PRODUKSI SEKAM
PUSAT PEMASARAN
PUSAT PRODUKSI TELUR ASAP
Gambar 3.8 Gambar Peta Zoning Lama
Sumber : Data Pribaadi
Gambar 3.9 Gambar Peta Zoning Baru
Sumber : Data Pribaadi
Jalan Lama vs Jalan baru
Zonasi yang telah dilakukan tentu membutuhkan jalur sirkulasi sebagai akses antar zona.
Jalur sirkulasi ini tentu harus mampu menunjang sistem produksi Telur Asap secara kesluruhan.
Dengan sistem produksi yang telah ditentukan maka perlu dilakukan perancangan ulang terhadap
jalur sirkulasi yang telah ada terutama yang ditujukan untuk menunjang sistem produksi tersebut.
Hal ini tidak boleh bertentangan dengan kondisi kelurahan Mangunharjo sebagai kelurahan yang
memililki hubungan dengan daerah lain.
Jalur berwarna kuning ini merupakan jalur yang akan digunakan untuk akses distribusi ke
tiap RW untuk memasok ataupun mengambil barang. Jalur ini telah disesuaikan dengan
kebutuhan akses antar RW. Jalur ini tidak serta merta merombak jalan eksisting yang sudah ada
melainkan tetap menggunakan jalur yang sudah ada akan tetapi membutuhkan bebrapa jalur baru
untuk mempermudah akses
Gambar 4.1 Gambar Peta Jalur Lama
Sumber : Data Pribadi
Gambar 4.2 Gambar Peta Jalur BaruSumber : Data Pribaadi
19
rupakan jalur yang akan digunakan untuk akses distribusi ke
tiap RW untuk memasok ataupun mengambil barang. Jalur ini telah disesuaikan dengan
kebutuhan akses antar RW. Jalur ini tidak serta merta merombak jalan eksisting yang sudah ada
ggunakan jalur yang sudah ada akan tetapi membutuhkan bebrapa jalur baru
Baru Sumber : Data Pribaadi
4
1 8
2 3
7 6
5
Alur Sirkulasi Sistem Produksi Telur Asap :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Gambar 4.3 Gambar Peta Alur Sirkulasi Produksi
Sumber : Data Pribaadi
20
Alur Sirkulasi Sistem Produksi Telur Asap :
Area Pengasinan dan Pengasapan Telur-RW5(berangkat) Telur asap yang sudah jadi dibawa ke RW 2(Area pemasaran) untuk dikemas kemudian didisplay di toko
Area Pemasaran-RW2 Telur dipasok ke setiap toko untuk dipasarkan
Ricemill (produksi sekam)-RW1 Setelah men-drop barang di RW2, menuju RW 3 untuk mengambil sekam di Ricemill
Ricemill (produksi sekam)-RW6 Dilanjutkan mengambil sekam di Ricemill RW6
Area Peternak Bebek-RW5 Dilanjutkan mengambil telur bebek di RW7 sekaligus menyerahkan limbah pengasinan telur.
Area Peternak-RW3 Dilanjutkan mengambil telur bebek di RW3 sekaligus menyerahkan limbah pengasinan telur.
Area Peternak-RW4 Dilanjutkan mengambil telur bebek di RW8 sekaligus menyerahkan limbah pengasinan telur.
Area Pengasinan dan Pengasapan Telur-RW5(pulang) Semua bahan baku yang telah diambil di setiap tempat kemudian di drop di area pengasinan dan pengaspan untuk diproses lebih lanjut.
= Alur Sirkulasi
21
6.2.Desain Unit Rumah
Gate
Merupakan elemen yang sangat penting bagi suatau kawasan terutama kawasan
yang ditujukan untuk menarik wisatawan. Gate berpengaruh pada citra kawasan karena
melalui Gate ini wisatawan memperoleh first impression kawasan tersebut.
Desain gate di Kampung Industri ini dirancang dalam bentuk yang simpel namun
berkesan bagi pengunjung. Gate menggunakan detail berupa motif batik yang
disederhanakan untk menghindari kesan yang berlebihan.
Posisi Gate berada di jalur bawah dari arah Semarang “bawah” pada jalan
mangunharjo yang memotong RW 2 dimana kawasan pertokoan dan restoran Telur Asap
berada.
Desain yang sederhana namun dapat memberikan kesan yang mendalam bagi pengunjung
ini diharapkan dapat menggambarkan citra masyarakat Kelurahan Mangunharjo yang
hisup secara sederhana akan tetapi dapat memberikan kesan baik dan manfaat bagi sesama
warganya sekaligus seluruh masyarakat Semarang.
Gambar 4.4 Gambar Foto Pintu Masuk Kelurahan
Mangunharjo Sumber : Data Pribaadi
Rumah Pengasinan dan Pengasapan
Berdasarkan hasil analisa pemetaan sistem produksi, RW 5 merupakan dearah
sentra produksi telur asap. Oleh karena itu, dalam pengembangan ppotensi yang kami kaji
kawasan RW 5 merupakan yang paling potensial sebagai area pengasinan dan pengasapan
telur bebek. Maka perlu dilakukan redesain pada unit – unit rumah yang akan berfungsi
sebagai rumah pengasinan dan pengasapan.
Proses pengasapan dan pengasinan membutuhkan area tersendiri yang tidak boleh
menggangguaktifitas pada hunian. Dampaknya harus ada penambahan luas pada tiap unit
rumah sementara lahan yang tersedia tidak begitu luas untuk tiap rumahnya. Strategi yang
digunakan adalah dengan menyatukan ruang pengasinan dan pengasapan pada dua rumah
sehingga terdapat sat area dmana ekeduakeluarga meakukan proses pengasinan dan
pengaspan telur bersama. Area ini harus beradapada lahan yang memudahakan kedua
rumah.
Gambar 4.5 Gambar Denah Rumah Pengasinan dan
Pengasapan Sumber : Data Pribaadi
22
Area pengasinan dan pengasapan diposisikan tepat ditengah kedua rumah agar akses
diantara keduanya mudah. Area penyimpanan telur yang dalam atau telah melalui proses
pengasinan berada dalam satu area.
Rumah ini dirancang sebagai bangunan dengan fungsi ganda yakni selain sebagai
rumah tinggal juga sebagai tempat produksi telur asap (Pengasinan dan pengasapan).
Rumah ini juga ditujukan untuk menghidupkanaktifitas sosial masyarakat. Massa bangunan
area pengasinan berada di bagian depan untuk mengekspose kegiatan pengasinan yang
dilakukan pada tiap rumah. Pelingkup masa yang semi terbuka akan memicu terciptanya
komunikasi antar rumah sehingga terjalin aktifitas sosial yang optimal.
Desain bangunan dirancangan dengan konsep modern namun dengan memadukan unsur
lokal berupa atap bergaya neo vernakuar(pelana). Kisi – kisi melingkupi sebagian besar
fasade untuk memberikan shading yang optimal sekaligus kesan bangunan yang sederhana
(simplicity).
Gambar Perspektif Mata Burung Rumah Pengasinan dan Pengasapan
Sumber : Data Pribaadi
Gambar 4.6 Gambar Perspektif Rumah Pengasinan
dan Pengasapan Sumber : Data Pribaadi
23
Gambar 4.7 Gambar Perspektif Mata Burung Rumah
Pengasinan dan Pengasapan Sumber : Data Pribaadi
24
Rumah Peternak Bebek
Budidaya Itik
Budidaya adalah unit usaha peternakan di bidang produksi ternak, budidaya ternak itik
berarti usaha peternakan bidang produksi ternak itik, dalam budidaya perlu diperhatikan aspek
skala yang akan kita buat apakah usaha ternak sekala kecil, menangah atau besar. landasan dalam
menantukan skala usaha adalah faktor bisnis dan juga analisa secara cermat tentang resiko dan
peluang pada ternak itik.
http://kesehatan-ternak.blogspot.com/2013/03/budidaya-ternak-itik-skala-kecil-dan.html
1. Lokasi Peternakan
Mengenai lokasi kandang yang perlu diperhatikan adalah: letak lokasi jauh dari
keramaian/pemukiman penduduk, mempunyai letak transportasi yang mudah dijangkau dari
lokasi pemasaran dan kondisi lingkungan kandang mempunyai iklim yang kondusif bagi
produksi ataupun produktivitas ternak. Itik serta kondisi lokasi tidak rawan penggusuran dalam
beberapa periode produksi.
2. Skala Usaha
Perlu dipahami mengenai skala dalam usaha ternak, dalam peraturan pemerintah telah diatur
tentang skala budidaya ternak ini baik sapi, unggas yang didalamnya termasuk budidaya itik.
Untuk membuka usaha budidaya ternak itik atau itik yang kapasitasnya kurang dari 15.000
ekor maka skala usaha dikategorikan usaha yang tidak wajib izin, namun demikian berbeda
daerah bisa saja berbeda perda yang diberlakukan. Setelah skala usaha ternak itik/itik sudah
ditentukan, selanjutnya persiapan :
Kandang
Di Indonesia masih banyak ternak itik dipelihara secara tradisional yaitu dengan
mengembalakan itik di sawah atau di tempat-tempat yang banyak air. Dengan semakin
sempitnya areal pengembalaan dan banyaknya kasus kematian ternak akibat keracunan
pestisida, maka pemeliharaan cara ini makin terancam kelestariannya.
Salah satu usaha yang dipandang mampu mengatasi masalah ini adalah dengan
mengalihkan sistem pemeliharaan dari sistem tradisional ke sistem intensif yaitu dengan cara
beternak itik tanpa air atau di kandangkan, ini lebih menguntungkan karena kesehatan dan
keselamatan itik lebih terjamin. Selain itu, produktivitas telur lebih tinggi serta biaya
pemeliharaan lebih efisien.
Banyak penelitian membuktikan bahwa itik tidak mutlak membutuhkan air untuk
berenang. Terbukti bahwa pemeliharaan itik secara intensif dan terkurung dapat mencapai
produksi yang optimal yaitu sebanyak 203 butir/tahun/ekor, sedangkan yang digembalakan
hanya menghasilkan telur sebanyak 124 butir/tahun.
Syarat Perkandangan
Sama halnya seperti ternak ayam, maka ternak itik juga memerlukan kandang
terutama pada malam hari. Oleh karena itu kandang itik harus memenuhi syarat- syarat
sebagai berikut :
Mempunyai luas yang cukup untuk jumlah itik yang di pelihara, maupun untuk rencana
perluasan usaha.
Terpisah dari tempat pemukiman/rumah
Mempunyai ventilasi udara yang cukup.
Cukup masuk sinar matahari, kandang sebaiknya menghadap ke timur.
Mudah dibersihkan, lantai kandang harus lebih tinggi dari tanah sekelilingnya dan harus
padat lantainya. Tinggi kandangnya harus cukup bagi peternak untuk bekerja didalamnya.
Di dalam kandang tersedia alat perlengkapan pokok (tempat makan, tempat minum, alat
pemanas buatan, tempat bertelur) bagi kepentingan hidup itik yang bersangkutan.
Terletak di daerah yang tenang, aman dan mempunyai sumber air yang cukup dan bersih.
Di sekeliling kandang dibuat parit pembuang air dan jarak antar kandang cukup jauh,
minimum 1 x lebar kandang. Ada 3 sistem dan tipe kandang yang dianjurkan yaitu :
Sistem Lantai (litter) adalah alternatif kandang yang digunakan didaerah yang
mempunyai kondisi tanah berpasir atau kering (daerah pesisir) atau daerah yang
memiliki tanah yang berdaya serap tinggi.
Sistem Panggung (slat) adalah alternatif kandang yang secara modren digunakan
untung mengatasi masalah basahnya lantai. Kandang seperti ini memiliki nilai
25
kesehatan tinggi sehingga sangat cocok digunakan didaerah yang mempunyai
kondisi tanah basah dan kelembaban tinggi.
Kombinasi Sistem Lantai dan Panggung (litter dan slat) adalah sistem kandang
yang secara modern memberi dua alternatif. Kandang panggung digunakan untuk
tidur dan bertelur (sarang bertelur), sedangkan kandang lantai untuk bermain di
siang hari.
Ketiga sistem kandang diatas dapat dilengkapi dengan kolam atau danau buatan agar itik yang
dipelihara tidak merasa dibatasi kehidupannya.
Atap kandang itik mempunyai 3 macam tipe untuk daerah tropis antara lain :
Tipe Shade (miring tunggal). Tipe ini memungkian masuknya sinar matahari secara
langsung sehingga akan mengurangi bau amoniak dalam kandang. Tipe Shade ini cocok
untuk daerah yang tanahnya kering.
Contoh kandang itik tipe shade lantai, dengan kapasitas 100 ekor dan ukuran kandang 4 x
4 meter serta denah kandangnya.
Tipe Monitor (atap miring ganda) adalah tipe atap yang cocok untuk kandang itik di
daerah bertanah basah dan kelembaban tinggi.
Contoh kandang itik tipe monitor panggung, dengan kapasitas 100 ekor dan ukuran
kandang 4 x 4 meter serta denah kandangnya.
Tipe Gable (kombinasi panggung dan lantai) adalah tipe atap untuk kandang itik didaerah
yang mempunyai kondisi tanah basah dan kering atau musiman.
Contoh kandang tipe gable dengan kapasitas 100 ekor itik dan ukuran kandang 4 x 4 m
serta denah kandangnya.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/811/1/ternak-eniza5.pdf
Kandang yang Ideal
Kandang yang diarahkan ke timur dengan maksud untuk memberikan kesempatan sinar matahari
pagi masuk ke dalam kandang, dengan demikian diharapkan ruangan kandang menjadi sehat dan cukup
terang. Tinggi kandang dibuat tidak kurang dari 2 meter, sehingga peternak tidak perlu membungkukkan
badan pada saat melakukan pekerjaan di dalam kandang. Dinding kandang sebaiknya ditutup
Gambar 4.8 Gambar Kandang Itik Tipe Shade
lantai Sumber : Data Pribaadi
Gambar 4.9 Gambar Kandang Itik Tipe Monitor
Panggung Sumber : Data Pribaadi
Gambar 5.1 Gambar Kandang Tipe Gable
Sumber : Data Pribaadi
26
tembok/bambu setinggi 60 cm dari lantai, sedangkan sisanya dibiarkan terbuka cukup ditutup dengan
kawat atau bilah-bilah bambu.
Hal lain yang menjadi penentu ideal tidaknya kandang yang kita dirikan adalah luasan kandang
serta daya tampungnya. Sebagai patokan tiap satu meter persegi kandang bisa didiami dengan 4 ekor itik
dewasa (umur > 6 bulan) dengan rumus sebagai berikut:
푱풖풎풍풂풉풊풕풊풌풚풂풏품풂풌풂풏풅풊풑풆풍풊풉풂풓풂ퟒ
= 푳풖풂풔푲풂풏풅풂풏품풚풂풏품풅풊풑풆풓풍풖풌풂풏(풎ퟐ)
푷풂풏풋풂풏품풌풂풏풅풂풏품(풎)풙푳풆풃풂풓(풎)풙ퟒ = 푱풖풎풍풂풉풊풕풊풌
http://jakarta.litbang.deptan.go.id/klinikagribisnis//index2.php?option=content&task=view&id=36&pop=
1&page=0
Pemilihan bibit
Ternak itik yang dipelihara harus benar-benar merupakan ternak unggul yang telah diuji keunggulannya
dalam memproduksi hasil ternak yang diharapkan. Ada 3 (tiga) cara memperoleh bibit itik yang baik,
yaitu sebagai berikut :
Membeli telur tetas dari induk itik yang dijamin keunggulannya
Memelihara induk itik yaitu pejantan + betina unggul untuk mendapatkan telur tetas kemudian
meletakannya pada mentok, ayam atau mesin tetas
Membeli DOD (Day Old Duck) dari pembibitan yang sudah dikenal mutunya maupun yang telah
mendapat rekomendasi dari Dinas Peternakan setempat.
http://ternakviterna.blogspot.com/2013/02/panduan-cara-budidaya-itik-itik-petelur-pedaging-pocnasa-
hormonik-viterna-naturalnusantara-distributor.html
Untuk budidaya itik dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan ekonomi di
Kelurahan Mangunharjo, terkait dengan produksi telur asap, maka pada RW 3 dan RW 6 dibuat
redesain berupa sentra peternakan itik.
Untuk produksi telur asap, setiap harinya membutuhkan sekitar 5000-6000 telur itik. Oleh
karena itu pada RW 3 dan RW 6 terdapat redesain berupa peternakan 6000 ekor itik. Sistem
pengelolaannya, terdapat 10 orang warga desa sebagai pemilik modal masing-masing memiliki
600 ekor itik. Untuk pemeliharaannya, 600 ekor itik itu diserahkan kepada 3 orang peternak itik,
sehingga masing-masing peternak memiliki tanggung jawab memelihara 200 ekor itik.
Sistem kandang untuk 200 ekor itik ini digunakan sistem lantai (litter) dan atap kandang
tipe monitor (atap miring ganda) yang merupakan tipe atap yang cocok untuk kandang itik di
daerah bertanah basah dan kelembaban tinggi.
Pada peternakan itik ini terdapat 1 gudang yang digunakan sebagai tempat untuk
menyimpan makanan, sekam untuk melapisi lantai kandang serta peralatan yang dibutuhkan
untuk pemeliharaan itik. Selain itu gudang ini juga bisa digunakan oleh para peternak sebagai
tempat mengawasi itik saat malam hari. Lokasi peternakan itik ini didesain agar tidak terlalu jauh
dari rumah peternak dan pemilik modal, jaraknya kurang lebih 10-20 m sehingga memudahkan
dalam pengawasannya.
Untuk luasan kandang, digunakan rumus berikut ini :
푱풖풎풍풂풉풊풕풊풌풚풂풏품풂풌풂풏풅풊풑풆풍풊풉풂풓풂ퟒ
= 푳풖풂풔푲풂풏풅풂풏품풚풂풏품풅풊풑풆풓풍풖풌풂풏(풎ퟐ)
ퟐퟎퟎ풆풌풐풓풊풕풊풌ퟒ
= ퟓퟎ(풎ퟐ)
27
Denah Eksisting Rumah Peternak
Rumah Eksisting Peternak memilki kandang
yang diposisikan dibagian pojok belakang rumah.
Belmu ada tempat yang sesuai untuk dijadikan area
peternakan.
Karena jumlah ayam yang diternakan terbilang
sedikit, ayam diternakan dengan cara dilepas dari
kandang.
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan
peternak ayam ini akn dikonversikan menjadi peternak
bebek agar saling mendukung usaha Kampung Industri
Telur Asap. Ini juga akan menjadikan usaha ternak
menjadi lebih mudah untuk dikembangkan karena
target pasar yang jelas, dekat sehingga biaya
transportasi yang sebelumnya dikeluarkan untuk
mendiistribusikan telur ke daerah lain tidak akan
dikeluarkan klagi.
Gambar 5.2 Gambar Denah Eksisting Rumah
Peternak Ayam Sumber : Data Pribaadi
Gambar 5.3 Gambar Foto Eksisting Rumah
Peternak Ayam Sumber : Data Pribaadi
28
Desain Rumah Peternak
Desain Kandang Bebek
Posisi Kandang diletakan tepat dibelakang rumah pemilik sehingga mudah dalam melakukan
pengawasan. Selain itu posisi yang berjajara antar kandang dapat mempermudah koordinasi antar
peternak karen adapat terjalin komunikasi yang optimal.
Gambar 5.4 Gambar Denah Redesain Rumah
Peternak Bebek Sumber : Data Pribaadi
Gambar 5.5 Gambar Perspektif Redesain Rumah
Peternak Bebek Sumber : Data Pribaadi
Gambar 5.6 Gambar Denah Redesain Kandang
Bebek Sumber : Data Pribaadi
Gambar 5.7 Gambar Perspektif Redesain
Kandang Bebek Sumber : Data Pribaadi
Ricemill
Bangunan ini merupakan ricemill atau tempat penggilingan padi yang terdapat pada
RW I dan RW VI. Bangunan ini berfungsi sebagai gudang sementara, penggilingan
padi dan gudang sekam. Ricemill ini memiliki tinggi 7 meter, hal ini dikarenakan
tinggi alat penggiling padi mencapai 6 meter.
Ricemill di Kelurahan Mangunharjo terd
keduanya akan menjadi pusat pemrosesan padi menjadi beras dan sekam yang akan
digunakan dalam proses pengasinan dan pengasapan telur.
Masing – masing ricemill akan mampu menampung seluruh pasokan padi hasil per
di kelurahan Mangunharjo.
Rumah Pemsaran Telur Asap dan Restoran
Rumah Toko
Berdasarkan hasil pemetaan sistem produksi, maka RW 02 merupakan RW yang
paling strategis sebagai area pemsaaran, karena letaknya dipinggir dalan yang merupakan
akses utama menuju kelurahan Mangunharjo.
Redesain ini pada masing-masing unit rumahnya akan dibuat sesuai dengan
kebutuhan penghuni sebagai rumah penjualahan hasil produksi, tipe rumah menyesuaikan
dengan kebutuhan ruang sebagai rumah usaha, karenanya rumah dilen
display dan ruang pakaging. Adapun luas lahan dan kebutuhan ruang sudah disesuaikan
untuk kapasitas 4 orang., yang tediri dari ayah, ibu dan dua orang anak. Gambar 5.8 Gambar Denah Redesain Ricemill
Sumber : Data Pribaadi
Gambar 5.9 Gambar Perspektif Redesain Ricemill
Sumber : Data Pribaadi
29
Ricemill di Kelurahan Mangunharjo terdiri dari dua tempat yakni di RW 01 dan RW 06,
keduanya akan menjadi pusat pemrosesan padi menjadi beras dan sekam yang akan
digunakan dalam proses pengasinan dan pengasapan telur.
masing ricemill akan mampu menampung seluruh pasokan padi hasil pertanian
dan Restoran
Berdasarkan hasil pemetaan sistem produksi, maka RW 02 merupakan RW yang
paling strategis sebagai area pemsaaran, karena letaknya dipinggir dalan yang merupakan
a menuju kelurahan Mangunharjo.
masing unit rumahnya akan dibuat sesuai dengan
kebutuhan penghuni sebagai rumah penjualahan hasil produksi, tipe rumah menyesuaikan
dengan kebutuhan ruang sebagai rumah usaha, karenanya rumah dilengkapi dengan ruang
display dan ruang pakaging. Adapun luas lahan dan kebutuhan ruang sudah disesuaikan
untuk kapasitas 4 orang., yang tediri dari ayah, ibu dan dua orang anak.
Rumah ini merupaka rumah yang dirancang sebagai rumah dengan
use), rumah dapat berupa rumah single atau couple karena konsepnya yang menerus. Desain
rumah disesuaikan dengan karakter lokal darikelurahan Mangunharjo, dengan mencoba
menerapkan desain rumah vernakular jawa yang di modernisasi. Penggun
selain merupkan trademark bagi kawasan home based enterprises ini, juga berupa upada
pembayangan akibat panas matahari.
1
2
3 4 6
7
9 5
8
Legenda:
1. Ruang tamu 2. Ruang Keluarga 3. Kamar Tidur 4. Kamar Tidur 5. Kamar Tidur 6. Dapur 7. KM/WC 8. R. Display 9. R. Pakaging
Gambar 6.1 Gambar Denah Redesain Tempat Pemasaran
Sumber : Data Pribaadi
Gambar Perspektif Redesain Tempat Pemasaran
Gambar Perspektif Redesain Tempat PemasaranSumber : Data Pribaadi
30
Rumah ini merupaka rumah yang dirancang sebagai rumah dengan fungsi ganda (mix
use), rumah dapat berupa rumah single atau couple karena konsepnya yang menerus. Desain
rumah disesuaikan dengan karakter lokal darikelurahan Mangunharjo, dengan mencoba
menerapkan desain rumah vernakular jawa yang di modernisasi. Penggunaan kisi – kisi besi hollo
selain merupkan trademark bagi kawasan home based enterprises ini, juga berupa upada
Gambar 6.2 Gambar Perspektif Redesain Tempat Pemasaran
Sumber : Data Pribaadi
Gambar 6.2 Gambar Perspektif Redesain Tempat Pemasaran
Sumber : Data Pribaadi
Restoran
Desain restauran ini menggunakan konsep modern vernakular, menyesuaikan kultur
kelurahan mangunharjo. Restauran ini terdiri dari ruang makan, ruang display, ruang pengelola,
dan ruang meeting (ruang rapat). Penggunaan kisi-kisi pada facade bangunan selain berfungsi
sebagai estetika juga berfungsi sebagai pembayangan dari cahaya matahari.
Pada bagian facade bangunan juga dilengkapi dengan bidang vertikal selain sebagai
point of view juga sebagai pengenal yaitu identitas restauran.
Keberadaan Restoran ini dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi
Kampung Industri Telur Asap Mangunharjo. Resoran ini menyajikan beragam olahan masakan
berbahan dasar telur asap.
Gambar 6.3 Gambar Denah Redesain Restoran
Sumber : Data Pribaadi
Gambar 6.4Gambar Perspektif Redesain Restoran
Sumber : Data Pribaadi
31
Keberadaan Restoran ini dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi
lur Asap Mangunharjo. Resoran ini menyajikan beragam olahan masakan
Gambar 6.4 Gambar Perspektif Redesain Restoran
Sumber : Data Pribaadi