perlindungan konsumen dan iklan.docx

19
Etika Bisnis I. Pasar dan Perlindungan Konsumen Dengan adanya pasar bebas dan kompetitif, banyak orang meyakini bahwa konsumen secara otomatis terlindungi dari kerugian sehingga pemerintah dan pelaku bisnis tidak perlu mengambil langkah-langkah untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Pasar bebas mendukung alokasi, penggunaan, dan distribusi barang-barang yang dalam artian tertentu, adil, menghargai hak, dan memiliki nilai kegunaan maksimum bagi orang-orang yang berpartisipasi dalam pasar. Dalam pendekatan “pasar” terhadap perlindungan konsumen, keamanan konsumen dilihat sebagai produk yang paling efisien bila disediakan melalui mekanisme pasar bebas, dimana penjual memberikan tanggapan terhadap permintaan konsumen. Jika konsumen menginginkan produk yang lebih aman, mereka akan bersedia membayar lebih mahal serta mengabaikan produsen dari produk-produk yang tidak aman. Jadi, pasar menjamin bahwa produsen memberikan tanggapan secara memadai terhadap keinginan konsumen untuk memperoleh keamanan. Akan tetapi, jika konsumen tidak memperdulikan masalah keamanan dan tidak bersedia membayar lebih mahal untuk produk yang aman, maka tidaklah tepat bila keamanan produk dinaikan sedemikian tinggi melalui peraturan pemerintah yang mewajibkan produsen meningkatkan keamanan produk-produk mereka lebih tinggi dibandingkan permintaan konsumen. Intervensi pemerintah seperti ini, akan mengganggu pasar, membuatnya tidak adil, tidak menghargai hak, dan tidak efisien. 1 Etika Pelindungan Konsumen & Periklanan

Upload: adi-putra

Post on 10-Dec-2014

127 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

etika bisnis

TRANSCRIPT

Page 1: Perlindungan konsumen dan iklan.docx

Etika Bisnis

I. Pasar dan Perlindungan Konsumen

Dengan adanya pasar bebas dan kompetitif, banyak orang meyakini bahwa konsumen secara

otomatis terlindungi dari kerugian sehingga pemerintah dan pelaku bisnis tidak perlu

mengambil langkah-langkah untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Pasar bebas

mendukung alokasi, penggunaan, dan distribusi barang-barang yang dalam artian tertentu,

adil, menghargai hak, dan memiliki nilai kegunaan maksimum bagi orang-orang yang

berpartisipasi dalam pasar.

Dalam pendekatan “pasar” terhadap perlindungan konsumen, keamanan konsumen dilihat

sebagai produk yang paling efisien bila disediakan melalui mekanisme pasar bebas, dimana

penjual memberikan tanggapan terhadap permintaan konsumen. Jika konsumen

menginginkan produk yang lebih aman, mereka akan bersedia membayar lebih mahal serta

mengabaikan produsen dari produk-produk yang tidak aman. Jadi, pasar menjamin bahwa

produsen memberikan tanggapan secara memadai terhadap keinginan konsumen untuk

memperoleh keamanan. Akan tetapi, jika konsumen tidak memperdulikan masalah keamanan

dan tidak bersedia membayar lebih mahal untuk produk yang aman, maka tidaklah tepat bila

keamanan produk dinaikan sedemikian tinggi melalui peraturan pemerintah yang mewajibkan

produsen meningkatkan keamanan produk-produk mereka lebih tinggi dibandingkan

permintaan konsumen. Intervensi pemerintah seperti ini, akan mengganggu pasar,

membuatnya tidak adil, tidak menghargai hak, dan tidak efisien.

Keuntungan yang diperoleh pasar bebas hanya terjadi bila pasar memiliki tujuh karakteristik

sebagai berikut :

1. Banyak pembeli dan penjual

2. Semua orang bebas keluar masuk pasar

3. Semua orang memiliki informasi lengkap

4. Semua barang dipasar sama

5. Tidak ada biaya eksternal

6. Semua para pembeli dan penjual merupakan pemakai utilitas yang rasional, dan

7. Pasar tidak diatur

Pasar dikatakan efisien jika konsumen memiliki informasi lengkap dan sempurna tentang

barang-barang yang mereka beli. Pada kenyataannya konsumen jarang memiliki informasi

lengkap, karena produk yang ada dipasar sangat beragam dan hanya para ahli yang memiliki

1 Etika Pelindungan Konsumen & Periklanan

Page 2: Perlindungan konsumen dan iklan.docx

Etika Bisnis

informasi lengkap. Konsumen diasumsikan sebagai “individu yang selalu berpegangan pada

anggaran , rasional, tanpa kenal lelah terus berusaha memaksimalkan kepuasan mereka”.

Namun, sayangnya hampir semua pilihan konsumen didasarkan pada perkiraan yang

cenderung kurang tepat dan tidak konsisten saat menentukan pilihan. Orang-orang cenderung

bersikap tidak rasional dan tidak konsisten dalam menimbang pilihan dengan didasarkan pada

perkiraan profitabilitas atu biaya atau keuntungan dimasa mendatang.

Meskipun pembeli atau konsumen di pasar memang banyak, namun sebagian besar pasar

masih merupakan pasar monopoli atau oligopoli; atau dengan kata lain, semuanya didominasi

oleh satu atau beberapa penjual besar. Penjual di pasar monopoli dan oligopoli bisa menarik

keuntungan sebanyak-banyaknya dari konsumen dengan memastikan bahwa jumlah

permintaan lebih besar daripada persediaan sehingga terjadi kekurangan dan selanjutnya

diatasi dengan menaikkan harga.

Jadi secara keseluruhan tidak terlihat bahwa keuntungan-keuntungan pasar mampu

menghadapi semua pertimbangan konsumen tentang keamanan, bebas risiko, dan nilai.

Adanya kenyataan yang ditunjukkan oleh kurangnya informasi yang dimiliki konsumen dan

sikap yang tidak rasional saat memilih, telah menolak argumen yang berusaha menunjukkan

pasar saja sudah mampu memberikan perlindungan yang memadai bagi konsumen.

II. Hubungan Produsen dan Konsumen

Menurut Velasques terdapat 3 teori atau pandangan yang berkaitan dengan kewajiban

produsen dengan konsumen, yaitu :

a) Teori Kontrak

Menurut pandangan kontrak hubungan antra perusahaan (produsen) dengan konsumen pada

dasarnya merupakan hubungan kontraktual. Pandangan ini menyebutkan bahwa saat

konsumen membeli sebuah produk konsumen secara sukarela menyetujui “kontrak

penjualan” dengan perusahaan. Pihak perusahaan secara sukarela dan sadar setuju membayar

sebuah produk kepada konsumen dengan karakteristik tertentu, dan konsumen juga

membayar sejumlah uang kepada perusahaan untuk produk tersebut. Karena telah secara

sukarela menyetujui perjanjian tersebut, pihak perusahaan berkewajiban memberikan produk

2 Etika Pelindungan Konsumen & Periklanan

Page 3: Perlindungan konsumen dan iklan.docx

Etika Bisnis

yang sesuai dengan karakteristik yang dimnaksud dan konsumen memiliki hak korelatif

untuk memperoleh produk dengan karakteristik yang dimaksud.

Terkait dengan kewajiban perusahaan terhadap konsumen, teori kontraktural mengklaim

bahwa perusahaan memiliki empat kewajiban moral, yaitu kewajiban dasar untuk (a)

mematuhi isi perjanjian penjualandan kewajiban sekunder untuk (b) memahami sifat produk,

(c) menghargai misrepresentasi, dan (d) menghindari penggunaan paksaan atau pengaruh.

Dengan bertindak sesuai dengan kewajiban-kewajiban tersebut, perusahaan berarti

menghormati hak konsumen untuk diperlakukan sebagai individu yang bebas atau dengan

kata lain, sesuai dengan hak mereka memperoleh perlakuan yang mereka setuju yntyk

dikenakan kepada mereka.

b) Teori Perhatian Semestinya (Due Care Theory)

Teori ini tentang hubungan antara produsen dan konsumen didasarkan pada gagasan bahwa

produsen dan konsumen tidak saling sejajar dan bahwa kepentingan-kepentingan konsumen

sangat rentan terhadap tujuan-tujuan produsen yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang

tidak dimiliki konsumen. Karena produsen berada di posisi yang lebih menguntungkan maka

produsen wajib bertanggungjawab terhadap konsumen.

Menurut pandangan ini, pihak perusahaan yang dalam hal ini, lebih ahli dan lebih mengetahui

produk mereka, memiliki kewajiban untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan

untuk memastikan bahwa produk mereka aman saat keluar dari pabrik, dan konsumen

mempunyai hak untuk memperoleh jaminan ini.

Hambatan teori ini adalah tidak ada metode yang secara jelas menentukan kapan seseorang

atau produsen telah memberikan perhatian yang memadai. Dengan kata lain, tidak ada

peraturan yang tepat untuk menentukan sejauh mana sebuah perusahaan perlu memberikan

jaminan keamanan atas produknya.

c) Teori Biaya Sosial

Teori ketiga tentang kewajiban perusahaan memperluas kewajiban tersebut diluar kewajiban

yang diberikan oleh hubungan kontraktual serta kewajiban memebrikan perhatian untuk

mencegah terjadinya hal-hal yang merugikan. Teori ini menyatakan bahwa perusahaan harus

membayar biaya kerugian yang diakibatkan oleh semua kerusakan atau cacat dalam produk,

3 Etika Pelindungan Konsumen & Periklanan

Page 4: Perlindungan konsumen dan iklan.docx

Etika Bisnis

sekalipun perusahaan telah memberikan semua perhatian dalam proses pembuatannya telah

mengambil langkah untuk emeperingatkan konsumen tentang kemungkinan bahayanya.

Kritik utama terhadap pandangan biaya sosial tentang kewajiban biaya perusahaan adalah

karena melanggar norma-norma keadilan kompensatif. Keadilan kompensatif

mengimplikasikan bahwa seorang wajib memberikan ganti rugi pada pihak yang dirugikan

hanya jika mampu memperkirakan dan melakukan tindakan untuk mencegahnya. Dengan

memaksa perusahaan membaya ganti rugi atas akibat-akibat yang tidak bisa mereka

perkirakan atau mereka cegah, maka teori biaya sosial memperlakukan perusahaan secara

tidak adil. Kritik kedua terhadap pandangan ini ditujukan pada asumsi bahwa membebankan

semua biaya kerugian pada perusahaan, akan mengurangi jumlah kecelakaan. Sebaliknya,

karena konsumen tidak dibebani tanggungjawab atas kecelakaan yang mereka alami, berarti

mendorong konsumen untuk bertindak ceroboh

III. Gerakan Konsumen

Gerakan konsumen merupakan hal sangat penting dalam upaya riil mewujudkan

perlindungan konsumen dan keadilan dalam pasar. Pada prinsipnya sebuah gerakan

konsumen diawali dari kesadaran akan hak dan kewajiban konsumen. Pelanggaran dan tidak

terpenuhinya hak konsumen menjadi sumber utama bagi terjadinya permasalahan/sengketa

konsumen. Ketidakadilan bagi konsumen muncul dalam sengketa konsumen. Kesadaran akan

kondisi ketidakadilan tersebut menjadi salah satu penggerak bagi sebuah gerakan konsumen

guna mewujudkan keadilan pasar. Gerakan konsumen sendiri akan terwujud jika terbangun

solidaritas diantara konsumen. Untuk menuju sebuah kesadaran kritis dan tumbuhnya rasa

solidaritas tersebut memerlukan proses pendidikan yang terus menerus. Untuk

memperkenalkan gerakan konsumen tersebut, peserta diharapkan mampu memahami makna

dan tujuan dari gerakan konsumen. Beberapa cara untuk mengetahui dan memahami gerakan

konsumen antara lain dengan memahami istilah-istilah yang seringkali rancu dan salah

kaprah dalam penggunaannya (konsumerisme dengan konsumtivisme) dan mengetahui

sejarah gerakan konsumen di berbagai belahan dunia. Bahwa perlu dipahami juga bagaimana

gerakan konsumen telah pula dilakukan di negara lain mulai beberapa ratus tahun yang lalu.

Peserta diajak untuk semakin memiliki solidaritas dengan memahami pentingnya sebuah

pengorganisasian masyarakat

Gerakan konsumen di Indonesia diawali daro faktor utama yang menjadi kelemahan

konsumen di Indonesia adalah tingkat kesadaran konsumen akan haknya yang masih renadah,

4 Etika Pelindungan Konsumen & Periklanan

Page 5: Perlindungan konsumen dan iklan.docx

Etika Bisnis

hal tersebut disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan konsumen di Indonesia. Oleh

karena itu, Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

dimaksudkan menjadi landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga perlindungan

swadaya masyarakat untuk melakukanm upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan

dan pendidikan konsumen.

IV. Fungsi Iklan

Iklan Sebagai Pemberi Informasi

Iklan berfungsi untuk membeberkan dan menggambarkan seluruh kenyataan yang rinci

tentang suatu produk. Sasaran iklan adalah agar konsumen dapat mengetahui dengan baik

keberadaan produk itu, keguanaanya, kelemahannya, dan kemudahan-kemudahannya.

Apabila iklan memberikan informasi yang palsu tentang sebuah produk, maka sebenarnya

bukan hanya kegiatan iklan saja yang akan dibenci masyarakat, produk yang diiklankan juga

akan dibenci dan dijauhi. Karena itu, iklan yang tidak benar akan membawa dampak yang

bertentangan dengan tujuan iklan dan pada akhirnya akan merugikan tidak hanya bagi

perusahaan iklan, tetapi juga produsen.

Sehubungan dengan iklan sebagai pemberi informasi yang benar kepada konsumen, maka

pihak yang terlibat dan bertanggungjawab secara moral atas informasi yang disampaikan

sebuah iklan adalah :

1. Produsen yang memiliki produk tersebut

Pihak produsen harus memberikan semua data dan informasi yang akurat dan benar tentang

produk yang akan diiklankann. Produsen harus menyetujui iklan yang dibuat biro iklan untuk

memastikan apakah isi iklan menggambarkan kenyataan sebenarnya dan tidak ada unsur

pemalsuan informasi yang disengaja untuk menyesatkan konsumen. Apabila suatu iklan

mendapat sambutan negatif karena informasinya yang palsu, maka tanggungjawab tidak

hanya menjadi milik biro iklan sepihak, produsen sebagai pihak yang telah menyetujui iklan

tersebut juga akan menanggungnya.

2. Biro iiklan yang mengemas iklan dalam segala dimensinya : etis, estetik, informatif,

dan sebagainya.

5 Etika Pelindungan Konsumen & Periklanan

Page 6: Perlindungan konsumen dan iklan.docx

Etika Bisnis

Pihak biro iklan harus mendapat kepastian dari pihak produsen bahwa apa yang dikatakannya

dalam iklan bukan hal yang palsu atau menipu. Ini terutama demi citra biro iklan itu sendiri

dan untuk menghindarkan biro iklan dari kecaman hukum dari pemerintah dan masyarakat.

3. Bintang Iklan

Bintang iklan yang dibayar mahal, juga harus punya tanggungjawab moral atas isi dan bentuk

iklan yang ditampilkan. Ketika seorang bintang iklan mengatakan bahwa produk yang

diiklankannya lebih tahan lama, mencuci paling bersai, dan seterusnya, dan setuju

mengatakan hal itu, ia ikut bertanggungjawab atas klaim konsumen apabila apa yang

dikatakannya itu tidak sesuai dengan kenyataan

4. Media massa yang menayangkan iklan

Penjualan space iklan merupakan komponen utama pendapatan media massa yang digunakan

untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Sebagai media penghubung antara produsen

dengan konsemen, media massa juga mempunyai tanggungjawab moral atas iklan yang

ditayangkan. Iklan yang ditayangkan dapat mempengaruhi citra media massa sehingga harus

selektif dalam menayangkan iklan. Sebagai penyebar informasi,media massa akan dikecam

karena menayangkan iklan yang tidak benar.

5. Masyarakat

Masyarakat mempunyai tanggungjawab moral terhadap penayangan suatu iklan. Sikap kritis

masyarakat merupakan kontrol atas hal-hal yang dapat merusak moral masyarakat termasuk

iklan yang tidak benar.

Sehubungan dengan fungsi iklann diatas, pihak konsumen diharapkan nmencari informasi

yang lebih memadai sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk. Disini Lembaga

Konsumen berperan penting dan dapat diandalkan. Informasi yang disebarkan secara Cuma-

Cuma maupun dengan imbalan ala kadarnya, sangat berguna bagi konsumen dalam

menentukan pilihannya.

Pada kenyataannya tidak semua konsumen mempunyai standar kemampuan menyerap

informasi secara sama. Memang agak sulit untuk mencari iklan yang sesuai dengan

masyarakat yang heterogen. Karena itu, yang ideal adalah bahwa iklan sedapat mungkin

memberi informasi sedemikian rupa sehingga tidak sampai memperdaya konsumen. Juga

6 Etika Pelindungan Konsumen & Periklanan

Page 7: Perlindungan konsumen dan iklan.docx

Etika Bisnis

iklan perlu peka dan tanggap terahap nilai moral dan budaya dalam masyarakat tersebut serta

aspirasi dan keluhyan masyarakat tentang iklan-iklan yang muncul dalam masyarakat.

Pada masa mendatang iklan informatif akan lebih digemari karena :

1) Masyarakat semakin kritis sehingga konsumen tidak mudah dibohongi atau ditipu

oleh iklan-iklan yang tidak mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya

2) Masyarakat sudah bosan bahkan muak dengan berbagai iklan yang hanya melebih-

lebihkan suatu produk

3) Peran Lembaga Konsumen yang semakin gencar memberikan informasi yang akurat

dan benar kepada konsumen

Iklan Sebagai Pembentuk Pendapat Umum

Fungsi iklan disini adalah untuk menarik massa konsumen untuk membeli produk itu dengan

cara menampilkan model iklan yang memanipulatif, persuasif, dan tendensius dengan

maksud menggiring konsumen untuk membeli produk tersebut sehingga iklan sering disebut

dengan manipulatif.

Secara etisiklan manipulatif jelas dilarang karena iklan semacam itu benar-benar

memanipulasi manusia dari segala aspek kehidupannya. Iklan persuasif sangat beragam

sifatnya sehingga sulit dinilai etis atau tidak. Untuk membuat penilaian yang lebih memadai

mengenai iklan persuasif, ada baiknya kita bedakan dua macam persuasi yaitu :

1. Persuasi rasional

Persuasi rasional tetap menghargai kebebasan individu dalam membeli suatu produk. Suatu

persuasi dianggap rasional sejauh daya persuasinya terletak pada isi argumennya dan buka

pada cara penyajiannya dan penyampaian argumen itu.

2. Persuasi non-rasional

Persuasi ini tidak menghiraukan kebebasan individu. Persuasi non-rasional umumnya hanya

memanfaatkan kelemahan psikologis manusia untuk membuat konsumen bisa terpukau,

tertarik, dan terdorong untuk membeli produk yang diiklankan itu.

Iklan dengan persuasi non-rasional dianggap tidak etis karena :

7 Etika Pelindungan Konsumen & Periklanan

Page 8: Perlindungan konsumen dan iklan.docx

Etika Bisnis

a) Iklan semacam itu tidak mengatakan mengenai apa yang sebenarnya, melainkan

manipulasi aspek psikologis manusia melalui penampilan iklan yang menggiurkan

dan penuh bujuk rayu.

b) Iklan semacam itu merongrong kebebasan memilih pada konsumen. Konsumen

dipaksa dan didorong secara halus untuk mengikuti kemauan pengiklan bukan atas

dasar pertimbangan yang rasionaldan terbukti kebenarannya.

V. Beberapa Persoalan Etis Dalam Iklan

Ada beberapa persoalan etis yang ditimbulkan oleh iklan, khususnya iklan yang manipulatif

dan persuasif non-rasional, yaitu :

1. Merongrong otonomi dan kebebasan manusia.

Dalam kasus ini jelas terlihat. Iklan membuat manusia tidak lagi dihargai kebebasannya

dalam menentukan pilihannya untuk membeli produk tertentu. Banyak pilihan dan pola

konsumsi manusia modern sesungguhnya adalah pilihan iklan. Manusia didikte oleh iklan

dan tunduk kepada kemauan iklan, khususnya iklan manipilatif dan persuasif yang tidak

rasional. Ini justru sangat bertentangan dengan imperatif moral. Manusia harus dihargai

sebagai makhluk yang mampu menentukan pilihannya sendiri, termasuk dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya sehari-hari.

2. Menciptakan kebutuhan manusia dengan akibat manusia modern menjadi konsumtif

Secara ekonomis hal ii baik karena dengan demikian kana menciptakan permintaan dan ikut

menaikkan daya beli masyarakat. Bahkan dapat mengacu produktivitas kerja manusia hanya

demi memenuhi kebutuhan hidupnya yang terus bertambah dan meluas itu. Namun, dipihak

lain muncul masyarakat konsumtif, dimana banyak dari apa yang diaanggap manusia sebagai

kebutuhannya sebenarnya bukanlah benar-benar kebutuhan.

3. Membentuk dan menentukan identitas atau citra dari manusia modern

Manusi a modern belum merasa menjadi dirinya kalau belum memilaiki barang sebagaimana

ditawarkan iklan. Seseorang tidak merasa percaya diri kalau belum memakai minyak rambut

seperti yang diiklankan bintang film terkenal misalnya. Identitas manusia modern lalu

8 Etika Pelindungan Konsumen & Periklanan

Page 9: Perlindungan konsumen dan iklan.docx

Etika Bisnis

hanyalah rancangan pihak tertentu, di fabricated. Yang dipuja pun lebih banyak kali adalah

kesan luar, polesan, dan kepura-puraan.

4. Merongrong rasa keadilan soaial masyarakat

Iklan yang menampilkan serba mewah sangat ironis dengan kenyataan sosial di mana banyak

anggota masyarakat masih berjuang hanya untuk sekedar hidup. Iklan yang mewah tampil

seakan tanpa punya rasa solidaritas dengan sesamanya yang miskin.

Dari uraian diatas, beberapa prinsip yang kiranya perlu diperhatikan dalam iklan adalah :

a) Iklan tidak boleh menyampaikan informasi yang palsu dengan maksud memperdaya

konsumen;

b) Iklan wajib menyampaikan semua informasi tentang produk tertentu, khususnya

menyangkut keamanan dan keselamatan manusia;

c) Iklan tidak boleh mengarah pada pemaksaan khususnya secara kasar dan terang-

terangan;

d) Iklan tidak boleh mengarah pada tindakan yang bertentangan dengan moralitas :

tindakan kekerasan, penipuan, pelecehan seksual, diskriminasi, perendahan martabat

manusia, dan sebagainya.

VI. Makna Menipu Dalam Iklan

Entah sebagai pemberi informasi atau sebagai pembentuk pendapat umum, iklan pada

akhirnya membentuk citra sebuah produk, bahkan sebuah perusahaan dimata masyarakat.

Citra ini terbentuk bukan terutama karena bunyi atau penampilan iklan itu sendiri, melainkan

terutama terbentuk oleh kesesuaian antara kenyataan sebuah produk yang diiklankan dengan

apa yang disampaikan dalam iklan itu, baik secara tersurat atau pun tersirat. Karena itu iklan

sering dimaksudkan sebagai media untuk mengungkapkan hakikat dan misi sebuah

perusahaan atau produk.

Prinsip etika bisnis yang paling relevan di sini adalah prinsip kejujuran, yakni mengatakan

hal yang benar dan tidak menipu. Prinsip ini tidak hanya menyangkut kepentingan

perusahaan atau bisnis seluruhnya sebagai sebuah profesi yang baik. Sebelum kita

9 Etika Pelindungan Konsumen & Periklanan

Page 10: Perlindungan konsumen dan iklan.docx

Etika Bisnis

membahas lebih jauh iklan yang bagaimana dikategorikan menipu, ada baiknya kita

membahas perbdaan menipu dengan berbohong terlebih dahulu.

Menurut kamus Besar bahasa Indonesia (1989), kata menipu mengandung pengertian

perbuatan dan perkataan yang tidak jujur (bohong, palsu, dan sebagainya) dengan maksud

untuk menyesatkan, mengakali atau mencari untung (penekanan ditambahkan). Dengan kata

lain, menipu adalah menggunakan tipu muslihat, mengecoh, mengakali, memperdaya, atau

juga perbuatan curang yang dilakukan dengan niat yang telah direncanakan. Dalam tindakan

menipu ada niat sadar dari pelaku untuk memperdaya dan mengecoh orang lain. Dari sudut

pandang moral, menipu dilihat sebagai tindakan yang tidak jujur dengan maksud untuk

memperdaya orang lain. Karena bertentangan dengan prinsip kejujuran, maka secara moral

menipu dinilai sebagai tindakan yang tidak baik.

Jadi paling tidak ada tiga kondisi yang bisa dikategorikan sebagai menipu :

1) Pernyataan yang salah secara sengaja dengan maksud memperdaya orang lain;

2) Pernyataan yang salah itu berkaitan dengan janji kepada pihak yang dituju untuk

mengatakan apa adanya;

3) Eprnyataan salah itu diberikan kepada orang yang berhak mengetahui kebenarannya.

Sebaliknya berbohong diartikan sebagai perkataan atau pernyataan yang tidak sesuai dengan

hal atau keberadaan sebenarnya. Yang pokok disini adalah bahwa bohong tidak melibatkan

maksud niat si subjek untuk mengecoh orang lain, sedangkan menipu justru sebaliknya

melibatkan maksud atau niat si subjek sehingga secara moral bohong bersifat netral. Bohong

tidak punbya kualitas moral apapun, karena bohong hanya soal salah atau tidak benarnya

suatu ucapan. Namun berbohong dapt menjadi menipu jika ucapan atau pernyataan tidak

benar tersebut disertai dengan niat untuk memperdaya orang lain.

Dalam kenyataan praktis tidak gampang menilai sejauh mana sebuah iklan masih terbatas

sebagai iklan yang bohong atau sudah mengarah pada menipu. Pihak untuk memperdaya

konsumen. Jadi, iklan mereka hanya sekedar bohong dan bukan menipu. Juga ada iklan yang

tidak memberi pernyataan yang salah, jadi apa yang dikatakan dalam iklan memang benar,

tetapi ternyata punya akibat menyesatkan dan memperdaya konsumen.

Jadi, karena konsumen adalah pihak yang berhak mengetahui kebenaran sebuah produk, iklan

yang membuat yang menyebabkan mereka salah menarik kesimpulan tentang produk itu

dianggap menipu dan dikutuk secara moral kendati tidak ada maksud memperdaya. Dengan

10 Etika Pelindungan Konsumen & Periklanan

Page 11: Perlindungan konsumen dan iklan.docx

Etika Bisnis

kata lain, bahkan iklan yang hanya bohong, dan tidak ada maksud memperdaya sekalipun

sudah dikategorikan sebagai penipuan, karena dianggap tidak etis.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa iklan yang menipu, karena itu secara moral dikutuk

adalah iklan yang secara sengaja menyampaikan pernyataan yang tidak sesuai dengan

kenyataan dengan maksud menipu atau yang menampilkan pernayataan yang bisa

menimbulkan penafsiran yang keliru pada pihak konsumen yang sesungguhnya berhak

mendapatkan informasi yang benar tentang apa adanya produk yang ditawarkan dalam pasar.

VII. Kebebasan Konsumen

Dalam bukunya The Affulent Society, John K. Galbraith mengatakan bahwa produksilah

yang menciptakan permintaan, yang kemudian dipuaskannya. Artinya, apa yang dianggap

sebagai permintaan masyarakat sesungguhnya disebabkan, ditimbulkan, dan diciptakan oleh

adanya produksi. Demi menciptakan dan membangkitkan permintaan inilah, iklan

memainkan peranan yang sangat penting dan strategis.

Persoalan moral dan etis yang timbul di sini adalah bahwa kebebasan individu dalam

menentukan kebutuhannya dalam masyarakat modern sekarang ini hampir tidak ada sama

sekali. Permintaan atau permintaan yang sudah dianggap sebagai kebutuhan, tidak timbul

secara bebas melainkan dipengaruhi dan dirangsang oleh pasar, oleh iklan. Dalam mekanisme

semacam ini, iklan tidak sejalan dengan konsep mengenai kebutuhan atau keinginan yang

ditentukan bebas oleh konsumen sendiri karena fungsi iklan di sini adalah memciptakan

permintaan atau kebutuhan, termasuk kebutuhan sebelumnya yang tidak dirasakan.

Dengan demikian, dalam mekanisme semacam itu mustahil konsumen bisa memutuskan atau

memilih secara bebas apa yang menjadi kebutuhannya. Sebagian besar dari kebutuhan

konsumen merupakan kebutuhan yang diciptakan oleh produsen dan iklan. Maka konsumen

tunduk pada ketentuan-ketentuan iklan. Itulah yang disebut galbraith sebagai “Efek

Ketergantungan”.

Dapat dikatakan bahwa sebagai makhluk sosial kita memang tidak bisa lepas dari pengaruh

dan informasi orang lain. Tetapi, tidak berarti bahwa pengaruh tersebut membelenggu dan

meniadakan kebebasan setiap individu. Kendati ada benarnya iklan dapat punya dampak

negatif terhadap manusia, iklan juga mempunyai peran positif dalam mewujudkan hakikat

sosial manusia. Walaupun ada benarnya produsen bekewrja ke arah “ menciptakan

kebutuhan”, timbulnya kebutuhan tidak semata-mata ditentukan oleh operasi produsen.

11 Etika Pelindungan Konsumen & Periklanan

Page 12: Perlindungan konsumen dan iklan.docx

Etika Bisnis

Timbulnya kebutuhan ditentukan oleh banyak faktor sebab produsen tidak hanya satu dan

iklan pun tidak hanya satu. Itu berarti konsumen masih tetap mempunyai kebebasan untuk

menentukan pilihanya.

Pilihan-pilihan konsumsi pribadi semakin mendalam dipengaruhi dari luar oleh berbagai

iklan, entah yang informatif belaka atau pun yang terang-terangan bersifat manipulatif. Oleh

karena itu, iklan perlu dipertimbangkan secara matang, terutama menyangkut dampaknya

pada kehidupan manusia. Kalau ternyata iklim periklanan sudah mengarah pada merugikan

kepentingan masyarakat, maka sudah saatnya diambil tindakan legal politis tertentu untuk

membatasinya.

DAFTAR PUSTAKA

12 Etika Pelindungan Konsumen & Periklanan

Page 13: Perlindungan konsumen dan iklan.docx

Etika Bisnis

Etika Bisnis, Sutrisna Dewi, 2010, Udayana Press. Denpasar

http://www.wikipedia.org

http://lembagakonsumen.org/2012/05/gerakan-konsumen

13 Etika Pelindungan Konsumen & Periklanan