etika bisnis dan perlindungan konsumen

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan sebuah harga yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam zaman informasi seperti ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan massif (banyak). Disini pula pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk berkembang mengikuti mekanisme pasar. Bisnis tidak mungkin berjalan bila tidak ada konsumen yang menggunakan produk atau jasa yang dibuat dan ditawarkan oleh produsen. Konsumen harus diperlakukan dengan baik secara moral, tidak saja merupakan tuntunan etis, melainkan juga syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan dalam suatu bisnis. Etika yang baik dalam praktek bisnis akan sejalan dengan kesuksesan dalam berbisnis. Memperlakukan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum secara etis, adil dan jujur adalah satu- satunya cara supaya kita dapat bertahan di dalam dunia bisnis sekarang. Perilaku etis penting diperlukan untuk sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis. 1.2 Perumusan Masalah Apakah PT Megasari Makmur menjalankan bisnisnya sesuai dengan etika terhadap konsumen ? 1.3 Tujuan Masalah 1

Upload: lastiur-frisca

Post on 07-Feb-2016

333 views

Category:

Documents


33 download

DESCRIPTION

etika bisnis

TRANSCRIPT

Page 1: Etika Bisnis Dan Perlindungan Konsumen

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan sebuah

harga yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam zaman informasi seperti ini, baik-buruknya

sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan massif (banyak). Disini pula pelaku

bisnis dibiarkan bersaing untuk berkembang mengikuti mekanisme pasar. Bisnis tidak

mungkin berjalan bila tidak ada konsumen yang menggunakan produk atau jasa yang dibuat

dan ditawarkan oleh produsen. Konsumen harus diperlakukan dengan baik secara moral,

tidak saja merupakan tuntunan etis, melainkan juga syarat mutlak untuk mencapai

keberhasilan dalam suatu bisnis. Etika yang baik dalam praktek bisnis akan sejalan dengan

kesuksesan dalam berbisnis.

Memperlakukan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum

secara etis, adil dan jujur adalah satu-satunya cara supaya kita dapat bertahan di dalam dunia

bisnis sekarang. Perilaku etis penting diperlukan untuk sukses jangka panjang dalam sebuah

bisnis. 

1.2 Perumusan Masalah

Apakah PT Megasari Makmur menjalankan bisnisnya sesuai dengan etika terhadap

konsumen ?

1.3 Tujuan Masalah

Untuk mengetahui dan mampu memahami kasus pada Etika dan Konsumen yang terjadi

dilingkungan masyarakat.

1

Page 2: Etika Bisnis Dan Perlindungan Konsumen

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Etika Bisnis

Etika berasal dari kata Yunani ‘Ethos’ (jamak – ta etha), berarti adat istiadat. Etika

berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu

masyarakat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tatacara hidup yang baik, aturan hidup yang

baik dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau

dari satu generasi ke generasi yang lain.

Bisnis adalah aktivitas yang dilakukan dalam upaya mencari keuntungan. Setiap pelaku bisnis

akan selalu mengharapkan pencapaian keuntungan yang maksimal, hal inilah yang membuat

seringkali etika diabaikan dalam perilakunya demi meraih keuntungan.

Etika Bisnis adalah ilmu yang mempelajari masalah benar atau salah suatu perbuatan

berdasarkan standar moral. Perbuatan ini dilakukan oleh organisasi serta berhubungan dengan

kebijakan bisnis yang mereka buat.

a. Pandangan Pragmatism Realism

Pandangan ini menyamakan etika dengan moral. Hal ini disebabkan karena etika diartikan

sebagai nilai-nilai yang diperoleh dari kegiatan yang dilakukan secara terus menerus sehingga

dilembagakan menjadi sebuah pola dan dijadikan pedoman. Dalam pandangan ini, etika tidak

selalu didekatkan dengan bisnis, karena tujuan bisnis yang utama adalah profit. Sehingga

tidak ada kaitan antara bisnis dan etika.

b. Pandangan Idealism

Pandangan ini menyatakan bahwa etika berbeda dengan moralitas. Karena etika dipandang

menjadi sebuah filosofi. Sehingga etika tersebut diukur menurut hakikat kebenaran yang

disebut keharusan. Dalam pandangan ini, apabila perusahaan akan mencari profit maka profit

tersebut harus berprinsip keadilan. Agar adil maka bisnis harus didekatkan dengan etika.

Kedua pandangan diatas memiliki Grand Theory yang berbeda antara satu dengan yang

lainnya. Antara lain sebagai berikut:

2

Page 3: Etika Bisnis Dan Perlindungan Konsumen

a. Teori Deontologi

Teori Deontologi yaitu: berasal dari bahasa Yunani, “Deon“ berarti tugas dan “logos” berarti

pengetahuan. Sehingga Etika Deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak

secara baik. Suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibatnya atau

tujuan baik dari tindakan yang dilakukan, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai

baik pada diri sendiri. Dengan kata lainnya, bahwa tindakan itu bernilai moral karena

tindakan itu dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat dari tindakan itu. Contoh: jika

seseorang diberi tugas dan melaksanakannya sesuai dengan tugas maka itu dianggap benar,

sedang dikatakan salah jika tidak melaksanakan tugas.

b. Etika Teologi

Etika Teologi yaitu etika yang mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan

yang hendak dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibatnya yang ditimbulkan atas

tindakan yang dilakukan. Suatu tindakan dinilai baik, jika bertujuan mencapai sesuatu yang

baik, atau akibat yang ditimbulkannya baik dan bermanfaat. Misalnya: mencuri sebagai etika

teleology tidak dinilai baik atau buruk. Berdasarkan tindakan itu sendiri, melainkan oleh

tujuan dan akibat dari tindakan itu. Jika tujuannya baik, maka tindakan itu dinilai baik.

Contoh seorang anak mencuri untuk membiayai berobat ibunya yang sedang sakit, tindakan

ini baik untuk moral kemanusian tetapi dari aspek hukum jelas tindakan ini melanggar

hukum. Sehingga etika teologi lebih bersifat situasional, karena tujuan dan akibatnya suatu

tindakan bisa sangat bergantung pada situasi khusus tertentu. Karena itu setiap norma dan

kewajiban moral tidak bisa berlaku begitu saja dalam situasi sebagaimana dimaksudkan.

Egoisme

Perilaku yang dapat diterima tergantung pada konsekuensinya. Inti pandangan egoisme

adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan

memajukan dirinya sendiri. Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar

kepentingan pribadi dan memajukan dirinya. Egoisme ini baru menjadi persoalan serius

ketika ia cenderung menjadi hedonistis, yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi

diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yang bersifat vulgar. Memaksimalkan

kepentingan kita terkait erat dengan akibat yang kita terima.

3

Page 4: Etika Bisnis Dan Perlindungan Konsumen

Utilitarianisme

Semakin tinggi kegunaannya maka semakin tinggi nilainya. Berasal dari bahasa latin utilis

yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa

manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat

sebagai keseluruhan. Dalam rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk menentukan baik

buruknya suatu perbuatan adalah “the greatest happiness of the greatest number”,

kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar.

Prinsip dari etika utilitarianisme adalah mengutamakan manfaat atau kegunaan dari suatu

tindakan dari sebuah keputusan dengan memperhatikan 3 prinsip yaitu:

Manfaat bagi semua pihak

Manfaat terbesar

Manfaat universal bagi semua pihak

Menurut paham Tradisional, keadilan dibagi kedalam tiga kategori yaitu:

a. Keadilan Legal

Keadilan legal menyangkut hubungan antara individu atau kelompok masyarakat dengan

Negara. Menurut paham ini semua pihak dijamin untuk mendapat perlakuan yang sama

sesuai dengan hukum yang berlaku.

b. Keadilan Komutatif

Keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara orang yang satu dengan yang lainnya atau

antara warga Negara dengan warga Negara lainnya. Dengan kata lain, kalau keadilan legal

lebih menyangkut hubungan vertical antara Negara dan warganegara, keadilan komutatif

menyangkut hubungn horizontal antara warga yang satu dengan warga yang lain. Prinsip

keadilan ini menuntut agar orang memberikan, menghargai dan menjamin apa yang menjadi

hak orang lain. Warganegara dituntut saling menghargai hak tanggungjawab masing-masing.

Artinya harus ada keseimbangan atau kesetaraan antara semua pihak dalam inetraksi sosial

apapun.

4

Page 5: Etika Bisnis Dan Perlindungan Konsumen

Teori Keadilan menurut Adam Smith

Prinsip no harm

Adalah sebuah prinsip untuk tidak merugikan orang lain. Dalam prinsip ini pelaku bisnis

ditekankan untuk tidak melakukan suatu perbuatan yang pasti kita sendiri tidak akan

menyukainya bila itu terjadi pada diri kita. Dalam menjalankan prinsip-prinsip ini, yang

paling utama adalah harus adanya aturan pokok yang menjamin agar kehidupan manusia

dapat bertahan. Pada intinya, keadilan harus diberlakukan kepada setiap orang tanpa

terkecuali.

Prinsip no intervention

Yaitu prinsip untuk tidak ikut campur tangan. Prinsip ini menuntut jaminan dan penghargaan

atas hak dan kepentingan setiap orang dan tidak seorang pun diperkenankan untuk ikut

campur tangan dalam kehidupan dari kegiatan orang lain dalam hal ini termasuk pemerintah.

Prinsip keadilan tukar

Menyangkut harga alamiah biaya yang ditanggung produsen dalam memproduksi barang

tertentu. Harga pasar adalah harga actual yang ditawarkan dan dibayar dalam transaksi

dagang dalam pasar. Harga alamiah mengungkapkan kedudukan yang setara dan seimbang

antara produsen dan konsumen karena yang dikeluarkan masing-masing pihak didapat

kembali (produsen memperoleh harga yang diterimanya, sedangkan konsumen memperoleh

barang).

Prinsip Kebebasan Sama

Yaitu prinsip yang menekankan bahwa setiap orang harus memiliki hak yang sama atas

system kebebasan dasar yang sama yang paling luas sesuai dengan system kebebasan serupa

bagi semua.

Prinsip Perbedaan

Yaitu mengungkapkan ketidaksamaan social ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga

ketidaksamaan tersebut dapat menguntungkan mereka yang paling kurang beruntung dan

sesuai dengan tugas dan kedudukan yang terbuka bagi semua di bawah kondisi persamaan

kesempatan yang sama.

5

Page 6: Etika Bisnis Dan Perlindungan Konsumen

2.2 Pengertian Konsumen

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup

lain dan tidak untuk diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual

kembali, maka dia disebut pengecer atau distributor. Pada masa sekarang ini bukan suatu

rahasia lagi bahwa sebenarnya konsumen adalah raja sebenarnya, oleh karena itu produsen

yang memiliki prinsip holistic marketing sudah seharusnya memperhatikan semua yang

menjadi hak-hak konsumen.

2.3 Etika dan Konsumen

Para pelaku bisnis berpendapat bahwa mereka hanya memenuhi kebutuhan dan

permintaan manusia dan tidak beranggungjawab atas barang atau jasa yang merugikan

konsumen.

Oleh sebab itu bisnis harus dikendalikan tanpa merusak kebebasan dan hak setiap

orang, baik konsumen, pelaku bisnis atau masyarakat. Pengendalian bisnis adalah sebagai

berikut:

a. Pelaku bisnis diharapkan mempunyai kesadaran moral dan tanggungjawab untuk

memperhatikan efek kegiatan bisnisnya bagi masyarakat.

b. Adanya kebijaksanaan untuk menjinakan bisnis, yaitu dengan perangkat legal politis

untuk menetukan aturan main dalam bisnis.

2.5 Hubungan Produsen dan Konsumen

Produsen adalah pihak yang memproduksi atau menghasilkan barang untuk

dikonsumsi oleh masyarakat. konsumen adalah pihak yang membeli atau menggunakan

produk yang dihasilkan oleh produsen untuk memenuhi kebutuhannya. Hak Kontraktual

adalah hak yang timbul dan dimiliki seseorang ketika ia memasuki persetujuan atau kontrak

dengan orang lain.

Suatu kontrak agar dapat disebut sebagai kontrak yang baik dan adil, yaitu:

6

Page 7: Etika Bisnis Dan Perlindungan Konsumen

Para pihak mengetahui dengan pasti hakikat dan kondisi persetujuan yang telah

disepakati.

Semua informasi yang relevan untuk diketahui pihak lain harus diberikan sejelas

mungkin.

Tidak boleh ada pihak yang dipaksa melakukan kontrak atau persetujuan itu

Kontrak tidak mengikat pihak manapun untuk tindakan yang bertentangan dengan

moralitas.

Untuk melindungi kepentingan konsumen diperlukan aturan yang menggariskan kewajiban

yang harus dilaksanakan oleh produsen, yaitu:

Produsen wajib memenuhi semua ketentuan yang melekat pada produk yang

ditawarkan atau pada iklan mengenai produk tersebut.

Produsen wajib menyingkap semua informasi semua yang harus diketahui oleh

konsumen mengenai sebuah produk.

Produsen wajib untuk mengatakan yang benar mengenai produk yang ditawarkan.

Produsen tidak boleh memaksa konsumen secara terang-terangan maupun halus.

Untuk menjamin terpenuhinya hak masing-masing pihak dibutuhkan dua aturan, yaitu:

Aturan moral yang berfungsi untuk mengendalikan dan memaksa produsen dan

konsumen untuk menghargai dan tidak merugikan kepentingan pihak lain.

Aturan hukum yang sanksi dan hukumnya dapat secara efektif mengendalikan dan

memaksa setiap pihak untuk menghormati dan tidak merugikan kepentingan pihak

lain.

Adapun hak dari konsumen, yaitu:

Konsumen berhak untuk mendapatkan informasi yang benar dan lengkap mengenai

barang dan jasa yang ditawarkan.

Konsumen berhak untuk mendapatkan ganti rugi atas produk yang cacat.

Konsumen berhak untuk mengkonsumsi barang dan jasa secara aman.

7

Page 8: Etika Bisnis Dan Perlindungan Konsumen

Konsumen berhak bebas menentukan pilihannya untuk membeli suatu produk

tertentu.

Konsumen berhak mendapatkann pelayanan yang memadai, baik selama maupun

seletah memberi produk tersebut.

2.6 Gerakan Konsumen

Gerakan Konsumen lahir karena beberapa pertimbangan, yaitu:

Banyaknya produk membuat konsumen mempunyai pilihan, namun mereka sulit untuk

menentukan pilihan. Oleh sebab itu mereka membutuhkan informasi mengenai suatu

produk.

Bidang jasa semakin terspesialisasi sehingga menyulitkan konsumen untuk memilih mana

yang benar-benar diperlukan.

Iklan sering kali berpengaruh buruk bagi konsumen, karena selain sering membingungkan

juga merusak kepribadian seseorang. Lembaga konsumen berfungsi untuk menangkal

pengaruh iklan yang buruk dalam masyarakat.

Produsen jarang sekali memperhatikan keamanan bagi lingkungan hidup.

Dalam hubungan jual beli yang berdasarkan kontrak, konsumen umumnya berada pada

pihak yang lemah.

Saat ini, konsumen semakin menyadari hak-hak mereka sehingga seringkali mereka

mengeluhkan suatu produk barang atau jasa di berbagai surat kabar. Pengusaha umumnya

menanggapi secara serius keluhan konsumen tersebut. Hal ini mengisyaratkan dua hal, yaitu:

1. Pasar bebas dan terbuka menempatkan posisi konsumen sebagai raja

2. Etika bisnis semakin dianggap serius oleh para pelaku bisnis.

8

Page 9: Etika Bisnis Dan Perlindungan Konsumen

BAB III

TINJAUAN KASUS

Perjalanan obat nyamuk bermula pada tahun 1996, diproduksi oleh PT Megasari Makmur

yang terletak di daerah Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. PT Megasari Makmur juga

memproduksi banyak produk seperti tisu basah, dan berbagai jenis pengharum ruangan. Obat

nyamuk HIT juga mengenalkan dirinya sebagai obat nyamuk yang murah dan lebih tangguh

untuk kelasnya. Selain di Indonesia HIT juga mengekspor produknya ke luar Indonesia.

Obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi oleh PT Megarsari Makmur dinyatakan ditarik dari

peredaran karena penggunaan zat aktif Propoxur dan Diklorvos yang dapat mengakibatkan

gangguan kesehatan terhadap manusia. Departemen Pertanian, dalam hal ini Komisi

Pestisida, telah melakukan inspeksi di pabrik HIT dan menemukan penggunaan pestisida

yang menganggu kesehatan manusia seperti keracunan terhadap darah, gangguan syaraf,

gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung.

HIT yang promosinya sebagai obat anti-nyamuk ampuh dan murah ternyata sangat berbahaya

karena bukan hanya menggunakan Propoxur tetapi juga Diklorvos (zat turunan Chlorine yang

sejak puluhan tahun dilarang penggunaannya di dunia). Obat anti-nyamuk HIT yang

dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT 17 L (cair isi ulang).

9

Page 10: Etika Bisnis Dan Perlindungan Konsumen

BAB IV

PEMBAHASAN

PT. Megarsari Makmur sudah melakukan perbuatan yang sangat merugikan dengan

memasukkan 2 zat berbahaya pada produk mereka yang berdampak buruk pada konsumen

yang menggunakan produk mereka PT. Megarsari Makmur tidak memberikan peringatan

kepada konsumennya mengenai kandungan yang ada pada produk mereka yang sangat

berbahaya untuk kesehatan dan perusahaan juga tidak memberi tahu penggunaan dari produk

tersebut yaitu setelah suatu ruangan disemprot oleh produk itu semestinya ditunggu 30 menit

terlebih dahulu baru kemudian dapat dimasuki /digunakan ruangan tersebut.

Melakukan apa saja untuk mendapatkan keuntungan pada dasarnya boleh dilakukan asal

tidak merugikan pihak mana pun dan tentu saja pada jalurnya. Disini perusahaan seharusnya

lebih mementingkan keselamatan konsumen yang menggunakan produknya karena dengan

meletakkan keselamatan konsumen diatas kepentingan perusahaan maka perusahaan itu

sendiri akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena kepercayaan / loyalitas

konsumen terhadap produk itu sendiri.

4.1 Hubungan dengan etika

Pada kasus ini kami nyatakan bahwa PT. Megarsari Makmur tidak etically. Karena

perusahaan tidak memiliki moral yang baik dan hanya mengharapkan pencapaian keuntungan

yang maksimal, hal inilah yang membuat perusahaan mengabaikan prinsip-prinsip etika

dalam perilakunya demi meraih keuntungan perusahaannya sendiri.

Dengan demikian, otomatis PT. Megarsari Makmur telah mengabaikan Pandangan

Idealism, yaitu Pandangan ini menyatakan bahwa etika berbeda dengan moralitas. Karena

10

Page 11: Etika Bisnis Dan Perlindungan Konsumen

etika dipandang menjadi sebuah filosofi dan juga perlu memperhatikan nilai-nilai sosial.

Sehingga etika tersebut diukur menurut hakikat kebenaran yang disebut keharusan. Dalam

pandangan ini, apabila perusahaan akan mencari profit maka profit tersebut harus berprinsip

keadilan. Agar adil maka bisnis harus didekatkan dengan etika.

Pada Grand Theory, PT.Megasari Makmur mengabaikan teori deontologi yaitu yang

menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Suatu tindakan itu baik bukan

dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibatnya atau tujuan baik dari tindakan yang dilakukan,

melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada diri sendiri. Dengan kata

lainnya, bahwa tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu dilaksanakan terlepas dari

tujuan atau akibat dari tindakan itu. PT.Megasari Makmur hanya mementingkan pihak

perusahaannya saja tanpa melihat konsumen. PT.Megasari Makmur juga hanya mengejar

kepentingan dan keuntungan perusahaan saja yaitu dengan mendapatkan profit yang

maksimal tanpa memberi manfaat kepada orang lain (customer). Ini termasuk ke dalam teori

egoism yaitu bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar

pribadi dan memajukan dirinya sendiri. Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang

adalah mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya.

PT.Megasari Makmur telah berlaku tidak adil, atau dengan kata lain PT.Megasari

Makmur telah mengabaikan teori keadilan. Teori keadilan merupakan salah satu dari middle

theory yaitu Teori Utilitarianisme, yaitu teori yang mendasarkan pada tujuan dan

mendasarkan pada baik dan buruknya keputusan pada tujuan atau akibat hasil yang akan

diperoleh. Prinsip dari etika utilitarianisme ini adalah mengutamakan manfaat atau kegunaan

dari suatu tindakan sebagai hasil dari sebuah keputusan.

Teori keadilan yaitu menyangkut pertukaran yang adil antara pihak-pihak yang

terlibat. Dalam kasus ini, PT.Megasari Makmur mengabaikan teori keadilan,  konsumen

merasa dirugikan akibat perusahaan menggunakan pestisida yang menganggu kesehatan

manusia seperti keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan

terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung.

PT.Megasari Makmur juga mengabaikan prinsip no harm, non-intervention, nilai

tukar, dan tanggung jawab. No harm yaitu apabila ingin mendapatkan keuntungan, untungkan

lah orang lain. Sedangkan non-intervention yaitu pemerintah dan masyarakat tidak perlu ikut

11

Page 12: Etika Bisnis Dan Perlindungan Konsumen

campur asal bisnisnya memakai etika. PT.Megasari Makmur hanya menguntungkan pihaknya

sendiri dengan tidak adanya nilai tukar yang baik atau dengan kata lain pihak PT.Megasari

Makmur tidak memberikan feedback yang baik kepada konsumennya.

Pada kasus ini PT.Megasari Makmur telah mengabaikan :

Undang-undang

Jika dilihat menurut UUD, PT Megarsari Makmur sudah melanggar beberapa pasal, yaitu :

1. Pasal 4, hak konsumen adalah :

Ayat 1 : “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang

dan/atau jasa”.

Ayat 3 : “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa”.

PT Megarsari tidak pernah memberi peringatan kepada konsumennya tentang adanya zat-zat

berbahaya di dalam produk mereka. Akibatnya, kesehatan konsumen dibahayakan dengan

alasan mengurangi biaya produksi HIT.

1. Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah :

Ayat 2 : “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan”

PT Megarsari tidak pernah memberi indikasi penggunaan pada produk mereka, dimana

seharusnya apabila sebuah kamar disemprot dengan pestisida, harus dibiarkan selama

setengah jam sebelum boleh dimasuki lagi.

1. Pasal 8

Ayat 1 : “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau

jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan

ketentuan peraturan perundang-undangan”

12

Page 13: Etika Bisnis Dan Perlindungan Konsumen

Ayat 4 : “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang

memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran”

PT Megarsari tetap meluncurkan produk mereka walaupun produk HIT tersebut tidak

memenuhi standar dan ketentuan yang berlaku bagi barang tersebut. Seharusnya, produk HIT

tersebut sudah ditarik dari peredaran agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi

mereka tetap menjualnya walaupun sudah ada korban dari produknya.

1. Pasal 19 :

Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,

pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang

dihasilkan atau diperdagangkan”

Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang

atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan

kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku”

Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah

tanggal transaksi”

Menurut pasal tersebut, PT Megarsari harus memberikan ganti rugi kepada konsumen karena

telah merugikan para konsumen.

13

Page 14: Etika Bisnis Dan Perlindungan Konsumen

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

PT.Megasari Makmur tidak etically. Karena tidak memiliki komitmen moral

yang tinggi. Ketika mereferensi ke dalam teori, dalam kasus ini PT.Megasari

Makmur mengabaikan teori keadilan bersikap melanggar teori keadilan yang

berarti menyimpang dari tujuan-tujuan tersebut dan berusaha meraih

kepentingan sendiri dalam cara-cara yang melanggar hukum. Dalam kasus ini,

ada sikap tidak etis yang dilakukan pihak perusahaan yang melakukan

kesalahan karena penggunaan zat aktif Propoxur dan Diklorvos yang dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap manusia. Departemen Pertanian,

dalam hal ini Komisi Pestisida, telah melakukan inspeksi di pabrik HIT dan

menemukan penggunaan pestisida yang menganggu kesehatan manusia seperti

keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan

terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung. sangat merugikan

konsumen.

Selain itu, PT.Megasari Makmur telah mengabaikan prinsip etika. Prinsip

etika yang telah diabaikan yaitu prinsip no-harm, non-intervention.

Pada kasus di atas, terlihat dengan jelas bahwa PT.Megasari Makmur telah

melanggar teori Utilitarianisme, hal ini dilihat dari perusahaan telah berlaku

tidak adil, dan mengabaikan teori keadilan. PT.Megasari Makmur hanya

mementingkan pihak perusahaannya saja tanpa memperhatikan konsumen.

PT.Megasari Makmur telah mengabaikan teori deontologi yaitu yang

menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Suatu tindakan

itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibatnya atau tujuan baik

14

Page 15: Etika Bisnis Dan Perlindungan Konsumen

dari tindakan yang dilakukan, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri

sebagai baik pada diri sendiri dan orang lain.

5.2 Saran

Perusahaan seharusnya memberikan penjelasan kepada konsumen atas kualitas

produknya lalu menarik seluruh produknya yang mengandung zat yang

berbahaya.

Jika terdapat konsumen yang terkena dampak dari produk tersebut perusahaan

harus bertanggung jawab atas segala resiko yang diterima oleh konsumen

tersebut.

Perusahaan wajib memberikan ganti rugi yang dapat berupa pengembalian

uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya,

atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan.

15

Page 16: Etika Bisnis Dan Perlindungan Konsumen

16