etika bisnis dan perlindungan konsumen
DESCRIPTION
etika bisnisTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan sebuah
harga yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam zaman informasi seperti ini, baik-buruknya
sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan massif (banyak). Disini pula pelaku
bisnis dibiarkan bersaing untuk berkembang mengikuti mekanisme pasar. Bisnis tidak
mungkin berjalan bila tidak ada konsumen yang menggunakan produk atau jasa yang dibuat
dan ditawarkan oleh produsen. Konsumen harus diperlakukan dengan baik secara moral,
tidak saja merupakan tuntunan etis, melainkan juga syarat mutlak untuk mencapai
keberhasilan dalam suatu bisnis. Etika yang baik dalam praktek bisnis akan sejalan dengan
kesuksesan dalam berbisnis.
Memperlakukan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum
secara etis, adil dan jujur adalah satu-satunya cara supaya kita dapat bertahan di dalam dunia
bisnis sekarang. Perilaku etis penting diperlukan untuk sukses jangka panjang dalam sebuah
bisnis.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah PT Megasari Makmur menjalankan bisnisnya sesuai dengan etika terhadap
konsumen ?
1.3 Tujuan Masalah
Untuk mengetahui dan mampu memahami kasus pada Etika dan Konsumen yang terjadi
dilingkungan masyarakat.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Etika Bisnis
Etika berasal dari kata Yunani ‘Ethos’ (jamak – ta etha), berarti adat istiadat. Etika
berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu
masyarakat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tatacara hidup yang baik, aturan hidup yang
baik dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau
dari satu generasi ke generasi yang lain.
Bisnis adalah aktivitas yang dilakukan dalam upaya mencari keuntungan. Setiap pelaku bisnis
akan selalu mengharapkan pencapaian keuntungan yang maksimal, hal inilah yang membuat
seringkali etika diabaikan dalam perilakunya demi meraih keuntungan.
Etika Bisnis adalah ilmu yang mempelajari masalah benar atau salah suatu perbuatan
berdasarkan standar moral. Perbuatan ini dilakukan oleh organisasi serta berhubungan dengan
kebijakan bisnis yang mereka buat.
a. Pandangan Pragmatism Realism
Pandangan ini menyamakan etika dengan moral. Hal ini disebabkan karena etika diartikan
sebagai nilai-nilai yang diperoleh dari kegiatan yang dilakukan secara terus menerus sehingga
dilembagakan menjadi sebuah pola dan dijadikan pedoman. Dalam pandangan ini, etika tidak
selalu didekatkan dengan bisnis, karena tujuan bisnis yang utama adalah profit. Sehingga
tidak ada kaitan antara bisnis dan etika.
b. Pandangan Idealism
Pandangan ini menyatakan bahwa etika berbeda dengan moralitas. Karena etika dipandang
menjadi sebuah filosofi. Sehingga etika tersebut diukur menurut hakikat kebenaran yang
disebut keharusan. Dalam pandangan ini, apabila perusahaan akan mencari profit maka profit
tersebut harus berprinsip keadilan. Agar adil maka bisnis harus didekatkan dengan etika.
Kedua pandangan diatas memiliki Grand Theory yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Antara lain sebagai berikut:
2
a. Teori Deontologi
Teori Deontologi yaitu: berasal dari bahasa Yunani, “Deon“ berarti tugas dan “logos” berarti
pengetahuan. Sehingga Etika Deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak
secara baik. Suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibatnya atau
tujuan baik dari tindakan yang dilakukan, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai
baik pada diri sendiri. Dengan kata lainnya, bahwa tindakan itu bernilai moral karena
tindakan itu dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat dari tindakan itu. Contoh: jika
seseorang diberi tugas dan melaksanakannya sesuai dengan tugas maka itu dianggap benar,
sedang dikatakan salah jika tidak melaksanakan tugas.
b. Etika Teologi
Etika Teologi yaitu etika yang mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan
yang hendak dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibatnya yang ditimbulkan atas
tindakan yang dilakukan. Suatu tindakan dinilai baik, jika bertujuan mencapai sesuatu yang
baik, atau akibat yang ditimbulkannya baik dan bermanfaat. Misalnya: mencuri sebagai etika
teleology tidak dinilai baik atau buruk. Berdasarkan tindakan itu sendiri, melainkan oleh
tujuan dan akibat dari tindakan itu. Jika tujuannya baik, maka tindakan itu dinilai baik.
Contoh seorang anak mencuri untuk membiayai berobat ibunya yang sedang sakit, tindakan
ini baik untuk moral kemanusian tetapi dari aspek hukum jelas tindakan ini melanggar
hukum. Sehingga etika teologi lebih bersifat situasional, karena tujuan dan akibatnya suatu
tindakan bisa sangat bergantung pada situasi khusus tertentu. Karena itu setiap norma dan
kewajiban moral tidak bisa berlaku begitu saja dalam situasi sebagaimana dimaksudkan.
Egoisme
Perilaku yang dapat diterima tergantung pada konsekuensinya. Inti pandangan egoisme
adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan
memajukan dirinya sendiri. Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar
kepentingan pribadi dan memajukan dirinya. Egoisme ini baru menjadi persoalan serius
ketika ia cenderung menjadi hedonistis, yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi
diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yang bersifat vulgar. Memaksimalkan
kepentingan kita terkait erat dengan akibat yang kita terima.
3
Utilitarianisme
Semakin tinggi kegunaannya maka semakin tinggi nilainya. Berasal dari bahasa latin utilis
yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa
manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat
sebagai keseluruhan. Dalam rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk menentukan baik
buruknya suatu perbuatan adalah “the greatest happiness of the greatest number”,
kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar.
Prinsip dari etika utilitarianisme adalah mengutamakan manfaat atau kegunaan dari suatu
tindakan dari sebuah keputusan dengan memperhatikan 3 prinsip yaitu:
Manfaat bagi semua pihak
Manfaat terbesar
Manfaat universal bagi semua pihak
Menurut paham Tradisional, keadilan dibagi kedalam tiga kategori yaitu:
a. Keadilan Legal
Keadilan legal menyangkut hubungan antara individu atau kelompok masyarakat dengan
Negara. Menurut paham ini semua pihak dijamin untuk mendapat perlakuan yang sama
sesuai dengan hukum yang berlaku.
b. Keadilan Komutatif
Keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara orang yang satu dengan yang lainnya atau
antara warga Negara dengan warga Negara lainnya. Dengan kata lain, kalau keadilan legal
lebih menyangkut hubungan vertical antara Negara dan warganegara, keadilan komutatif
menyangkut hubungn horizontal antara warga yang satu dengan warga yang lain. Prinsip
keadilan ini menuntut agar orang memberikan, menghargai dan menjamin apa yang menjadi
hak orang lain. Warganegara dituntut saling menghargai hak tanggungjawab masing-masing.
Artinya harus ada keseimbangan atau kesetaraan antara semua pihak dalam inetraksi sosial
apapun.
4
Teori Keadilan menurut Adam Smith
Prinsip no harm
Adalah sebuah prinsip untuk tidak merugikan orang lain. Dalam prinsip ini pelaku bisnis
ditekankan untuk tidak melakukan suatu perbuatan yang pasti kita sendiri tidak akan
menyukainya bila itu terjadi pada diri kita. Dalam menjalankan prinsip-prinsip ini, yang
paling utama adalah harus adanya aturan pokok yang menjamin agar kehidupan manusia
dapat bertahan. Pada intinya, keadilan harus diberlakukan kepada setiap orang tanpa
terkecuali.
Prinsip no intervention
Yaitu prinsip untuk tidak ikut campur tangan. Prinsip ini menuntut jaminan dan penghargaan
atas hak dan kepentingan setiap orang dan tidak seorang pun diperkenankan untuk ikut
campur tangan dalam kehidupan dari kegiatan orang lain dalam hal ini termasuk pemerintah.
Prinsip keadilan tukar
Menyangkut harga alamiah biaya yang ditanggung produsen dalam memproduksi barang
tertentu. Harga pasar adalah harga actual yang ditawarkan dan dibayar dalam transaksi
dagang dalam pasar. Harga alamiah mengungkapkan kedudukan yang setara dan seimbang
antara produsen dan konsumen karena yang dikeluarkan masing-masing pihak didapat
kembali (produsen memperoleh harga yang diterimanya, sedangkan konsumen memperoleh
barang).
Prinsip Kebebasan Sama
Yaitu prinsip yang menekankan bahwa setiap orang harus memiliki hak yang sama atas
system kebebasan dasar yang sama yang paling luas sesuai dengan system kebebasan serupa
bagi semua.
Prinsip Perbedaan
Yaitu mengungkapkan ketidaksamaan social ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga
ketidaksamaan tersebut dapat menguntungkan mereka yang paling kurang beruntung dan
sesuai dengan tugas dan kedudukan yang terbuka bagi semua di bawah kondisi persamaan
kesempatan yang sama.
5
2.2 Pengertian Konsumen
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup
lain dan tidak untuk diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual
kembali, maka dia disebut pengecer atau distributor. Pada masa sekarang ini bukan suatu
rahasia lagi bahwa sebenarnya konsumen adalah raja sebenarnya, oleh karena itu produsen
yang memiliki prinsip holistic marketing sudah seharusnya memperhatikan semua yang
menjadi hak-hak konsumen.
2.3 Etika dan Konsumen
Para pelaku bisnis berpendapat bahwa mereka hanya memenuhi kebutuhan dan
permintaan manusia dan tidak beranggungjawab atas barang atau jasa yang merugikan
konsumen.
Oleh sebab itu bisnis harus dikendalikan tanpa merusak kebebasan dan hak setiap
orang, baik konsumen, pelaku bisnis atau masyarakat. Pengendalian bisnis adalah sebagai
berikut:
a. Pelaku bisnis diharapkan mempunyai kesadaran moral dan tanggungjawab untuk
memperhatikan efek kegiatan bisnisnya bagi masyarakat.
b. Adanya kebijaksanaan untuk menjinakan bisnis, yaitu dengan perangkat legal politis
untuk menetukan aturan main dalam bisnis.
2.5 Hubungan Produsen dan Konsumen
Produsen adalah pihak yang memproduksi atau menghasilkan barang untuk
dikonsumsi oleh masyarakat. konsumen adalah pihak yang membeli atau menggunakan
produk yang dihasilkan oleh produsen untuk memenuhi kebutuhannya. Hak Kontraktual
adalah hak yang timbul dan dimiliki seseorang ketika ia memasuki persetujuan atau kontrak
dengan orang lain.
Suatu kontrak agar dapat disebut sebagai kontrak yang baik dan adil, yaitu:
6
Para pihak mengetahui dengan pasti hakikat dan kondisi persetujuan yang telah
disepakati.
Semua informasi yang relevan untuk diketahui pihak lain harus diberikan sejelas
mungkin.
Tidak boleh ada pihak yang dipaksa melakukan kontrak atau persetujuan itu
Kontrak tidak mengikat pihak manapun untuk tindakan yang bertentangan dengan
moralitas.
Untuk melindungi kepentingan konsumen diperlukan aturan yang menggariskan kewajiban
yang harus dilaksanakan oleh produsen, yaitu:
Produsen wajib memenuhi semua ketentuan yang melekat pada produk yang
ditawarkan atau pada iklan mengenai produk tersebut.
Produsen wajib menyingkap semua informasi semua yang harus diketahui oleh
konsumen mengenai sebuah produk.
Produsen wajib untuk mengatakan yang benar mengenai produk yang ditawarkan.
Produsen tidak boleh memaksa konsumen secara terang-terangan maupun halus.
Untuk menjamin terpenuhinya hak masing-masing pihak dibutuhkan dua aturan, yaitu:
Aturan moral yang berfungsi untuk mengendalikan dan memaksa produsen dan
konsumen untuk menghargai dan tidak merugikan kepentingan pihak lain.
Aturan hukum yang sanksi dan hukumnya dapat secara efektif mengendalikan dan
memaksa setiap pihak untuk menghormati dan tidak merugikan kepentingan pihak
lain.
Adapun hak dari konsumen, yaitu:
Konsumen berhak untuk mendapatkan informasi yang benar dan lengkap mengenai
barang dan jasa yang ditawarkan.
Konsumen berhak untuk mendapatkan ganti rugi atas produk yang cacat.
Konsumen berhak untuk mengkonsumsi barang dan jasa secara aman.
7
Konsumen berhak bebas menentukan pilihannya untuk membeli suatu produk
tertentu.
Konsumen berhak mendapatkann pelayanan yang memadai, baik selama maupun
seletah memberi produk tersebut.
2.6 Gerakan Konsumen
Gerakan Konsumen lahir karena beberapa pertimbangan, yaitu:
Banyaknya produk membuat konsumen mempunyai pilihan, namun mereka sulit untuk
menentukan pilihan. Oleh sebab itu mereka membutuhkan informasi mengenai suatu
produk.
Bidang jasa semakin terspesialisasi sehingga menyulitkan konsumen untuk memilih mana
yang benar-benar diperlukan.
Iklan sering kali berpengaruh buruk bagi konsumen, karena selain sering membingungkan
juga merusak kepribadian seseorang. Lembaga konsumen berfungsi untuk menangkal
pengaruh iklan yang buruk dalam masyarakat.
Produsen jarang sekali memperhatikan keamanan bagi lingkungan hidup.
Dalam hubungan jual beli yang berdasarkan kontrak, konsumen umumnya berada pada
pihak yang lemah.
Saat ini, konsumen semakin menyadari hak-hak mereka sehingga seringkali mereka
mengeluhkan suatu produk barang atau jasa di berbagai surat kabar. Pengusaha umumnya
menanggapi secara serius keluhan konsumen tersebut. Hal ini mengisyaratkan dua hal, yaitu:
1. Pasar bebas dan terbuka menempatkan posisi konsumen sebagai raja
2. Etika bisnis semakin dianggap serius oleh para pelaku bisnis.
8
BAB III
TINJAUAN KASUS
Perjalanan obat nyamuk bermula pada tahun 1996, diproduksi oleh PT Megasari Makmur
yang terletak di daerah Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. PT Megasari Makmur juga
memproduksi banyak produk seperti tisu basah, dan berbagai jenis pengharum ruangan. Obat
nyamuk HIT juga mengenalkan dirinya sebagai obat nyamuk yang murah dan lebih tangguh
untuk kelasnya. Selain di Indonesia HIT juga mengekspor produknya ke luar Indonesia.
Obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi oleh PT Megarsari Makmur dinyatakan ditarik dari
peredaran karena penggunaan zat aktif Propoxur dan Diklorvos yang dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan terhadap manusia. Departemen Pertanian, dalam hal ini Komisi
Pestisida, telah melakukan inspeksi di pabrik HIT dan menemukan penggunaan pestisida
yang menganggu kesehatan manusia seperti keracunan terhadap darah, gangguan syaraf,
gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung.
HIT yang promosinya sebagai obat anti-nyamuk ampuh dan murah ternyata sangat berbahaya
karena bukan hanya menggunakan Propoxur tetapi juga Diklorvos (zat turunan Chlorine yang
sejak puluhan tahun dilarang penggunaannya di dunia). Obat anti-nyamuk HIT yang
dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT 17 L (cair isi ulang).
9
BAB IV
PEMBAHASAN
PT. Megarsari Makmur sudah melakukan perbuatan yang sangat merugikan dengan
memasukkan 2 zat berbahaya pada produk mereka yang berdampak buruk pada konsumen
yang menggunakan produk mereka PT. Megarsari Makmur tidak memberikan peringatan
kepada konsumennya mengenai kandungan yang ada pada produk mereka yang sangat
berbahaya untuk kesehatan dan perusahaan juga tidak memberi tahu penggunaan dari produk
tersebut yaitu setelah suatu ruangan disemprot oleh produk itu semestinya ditunggu 30 menit
terlebih dahulu baru kemudian dapat dimasuki /digunakan ruangan tersebut.
Melakukan apa saja untuk mendapatkan keuntungan pada dasarnya boleh dilakukan asal
tidak merugikan pihak mana pun dan tentu saja pada jalurnya. Disini perusahaan seharusnya
lebih mementingkan keselamatan konsumen yang menggunakan produknya karena dengan
meletakkan keselamatan konsumen diatas kepentingan perusahaan maka perusahaan itu
sendiri akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena kepercayaan / loyalitas
konsumen terhadap produk itu sendiri.
4.1 Hubungan dengan etika
Pada kasus ini kami nyatakan bahwa PT. Megarsari Makmur tidak etically. Karena
perusahaan tidak memiliki moral yang baik dan hanya mengharapkan pencapaian keuntungan
yang maksimal, hal inilah yang membuat perusahaan mengabaikan prinsip-prinsip etika
dalam perilakunya demi meraih keuntungan perusahaannya sendiri.
Dengan demikian, otomatis PT. Megarsari Makmur telah mengabaikan Pandangan
Idealism, yaitu Pandangan ini menyatakan bahwa etika berbeda dengan moralitas. Karena
10
etika dipandang menjadi sebuah filosofi dan juga perlu memperhatikan nilai-nilai sosial.
Sehingga etika tersebut diukur menurut hakikat kebenaran yang disebut keharusan. Dalam
pandangan ini, apabila perusahaan akan mencari profit maka profit tersebut harus berprinsip
keadilan. Agar adil maka bisnis harus didekatkan dengan etika.
Pada Grand Theory, PT.Megasari Makmur mengabaikan teori deontologi yaitu yang
menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Suatu tindakan itu baik bukan
dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibatnya atau tujuan baik dari tindakan yang dilakukan,
melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada diri sendiri. Dengan kata
lainnya, bahwa tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu dilaksanakan terlepas dari
tujuan atau akibat dari tindakan itu. PT.Megasari Makmur hanya mementingkan pihak
perusahaannya saja tanpa melihat konsumen. PT.Megasari Makmur juga hanya mengejar
kepentingan dan keuntungan perusahaan saja yaitu dengan mendapatkan profit yang
maksimal tanpa memberi manfaat kepada orang lain (customer). Ini termasuk ke dalam teori
egoism yaitu bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar
pribadi dan memajukan dirinya sendiri. Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang
adalah mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya.
PT.Megasari Makmur telah berlaku tidak adil, atau dengan kata lain PT.Megasari
Makmur telah mengabaikan teori keadilan. Teori keadilan merupakan salah satu dari middle
theory yaitu Teori Utilitarianisme, yaitu teori yang mendasarkan pada tujuan dan
mendasarkan pada baik dan buruknya keputusan pada tujuan atau akibat hasil yang akan
diperoleh. Prinsip dari etika utilitarianisme ini adalah mengutamakan manfaat atau kegunaan
dari suatu tindakan sebagai hasil dari sebuah keputusan.
Teori keadilan yaitu menyangkut pertukaran yang adil antara pihak-pihak yang
terlibat. Dalam kasus ini, PT.Megasari Makmur mengabaikan teori keadilan, konsumen
merasa dirugikan akibat perusahaan menggunakan pestisida yang menganggu kesehatan
manusia seperti keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan
terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung.
PT.Megasari Makmur juga mengabaikan prinsip no harm, non-intervention, nilai
tukar, dan tanggung jawab. No harm yaitu apabila ingin mendapatkan keuntungan, untungkan
lah orang lain. Sedangkan non-intervention yaitu pemerintah dan masyarakat tidak perlu ikut
11
campur asal bisnisnya memakai etika. PT.Megasari Makmur hanya menguntungkan pihaknya
sendiri dengan tidak adanya nilai tukar yang baik atau dengan kata lain pihak PT.Megasari
Makmur tidak memberikan feedback yang baik kepada konsumennya.
Pada kasus ini PT.Megasari Makmur telah mengabaikan :
Undang-undang
Jika dilihat menurut UUD, PT Megarsari Makmur sudah melanggar beberapa pasal, yaitu :
1. Pasal 4, hak konsumen adalah :
Ayat 1 : “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa”.
Ayat 3 : “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa”.
PT Megarsari tidak pernah memberi peringatan kepada konsumennya tentang adanya zat-zat
berbahaya di dalam produk mereka. Akibatnya, kesehatan konsumen dibahayakan dengan
alasan mengurangi biaya produksi HIT.
1. Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah :
Ayat 2 : “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan”
PT Megarsari tidak pernah memberi indikasi penggunaan pada produk mereka, dimana
seharusnya apabila sebuah kamar disemprot dengan pestisida, harus dibiarkan selama
setengah jam sebelum boleh dimasuki lagi.
1. Pasal 8
Ayat 1 : “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau
jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan”
12
Ayat 4 : “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang
memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran”
PT Megarsari tetap meluncurkan produk mereka walaupun produk HIT tersebut tidak
memenuhi standar dan ketentuan yang berlaku bagi barang tersebut. Seharusnya, produk HIT
tersebut sudah ditarik dari peredaran agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi
mereka tetap menjualnya walaupun sudah ada korban dari produknya.
1. Pasal 19 :
Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang
dihasilkan atau diperdagangkan”
Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang
atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan
kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku”
Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah
tanggal transaksi”
Menurut pasal tersebut, PT Megarsari harus memberikan ganti rugi kepada konsumen karena
telah merugikan para konsumen.
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
PT.Megasari Makmur tidak etically. Karena tidak memiliki komitmen moral
yang tinggi. Ketika mereferensi ke dalam teori, dalam kasus ini PT.Megasari
Makmur mengabaikan teori keadilan bersikap melanggar teori keadilan yang
berarti menyimpang dari tujuan-tujuan tersebut dan berusaha meraih
kepentingan sendiri dalam cara-cara yang melanggar hukum. Dalam kasus ini,
ada sikap tidak etis yang dilakukan pihak perusahaan yang melakukan
kesalahan karena penggunaan zat aktif Propoxur dan Diklorvos yang dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap manusia. Departemen Pertanian,
dalam hal ini Komisi Pestisida, telah melakukan inspeksi di pabrik HIT dan
menemukan penggunaan pestisida yang menganggu kesehatan manusia seperti
keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan
terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung. sangat merugikan
konsumen.
Selain itu, PT.Megasari Makmur telah mengabaikan prinsip etika. Prinsip
etika yang telah diabaikan yaitu prinsip no-harm, non-intervention.
Pada kasus di atas, terlihat dengan jelas bahwa PT.Megasari Makmur telah
melanggar teori Utilitarianisme, hal ini dilihat dari perusahaan telah berlaku
tidak adil, dan mengabaikan teori keadilan. PT.Megasari Makmur hanya
mementingkan pihak perusahaannya saja tanpa memperhatikan konsumen.
PT.Megasari Makmur telah mengabaikan teori deontologi yaitu yang
menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Suatu tindakan
itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibatnya atau tujuan baik
14
dari tindakan yang dilakukan, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri
sebagai baik pada diri sendiri dan orang lain.
5.2 Saran
Perusahaan seharusnya memberikan penjelasan kepada konsumen atas kualitas
produknya lalu menarik seluruh produknya yang mengandung zat yang
berbahaya.
Jika terdapat konsumen yang terkena dampak dari produk tersebut perusahaan
harus bertanggung jawab atas segala resiko yang diterima oleh konsumen
tersebut.
Perusahaan wajib memberikan ganti rugi yang dapat berupa pengembalian
uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya,
atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan.
15
16