perkawinan ulang bagi penganut aliran...

68
PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAH (Studi Kasus di Kelurahan Pagerkukuh Kecamatan Wonosobo, Jawa Tengah) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : MASLAHUL HUDA NIM. 1060 4410 1417 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1 4 3 1 H 2 0 1 0 M

Upload: truongnhu

Post on 05-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN

RIFA’IYAH (Studi Kasus di Kelurahan Pagerkukuh Kecamatan Wonosobo, Jawa Tengah)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

MASLAHUL HUDA NIM. 1060 4410 1417

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A

1 4 3 1 H 2 0 1 0 M

Page 2: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan
Page 3: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan
Page 4: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

KATA PENGANTAR

بسم اهللا الرحمن الرحيم

Assalmu’alikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas berkat rahmat, nikmat, hidayah

serta ridha-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam dihaturkan kepada Rosulullah Muhammad SAW, beserta

keluarga dan para sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa dan raga demi tegaknya

syari’at Islam, yang mana pengaruh dan manfaatnya dapat kita rasakan sampai saat ini.

Tanpa terlupakan bahwa keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

adalah atas berkat bimbingan, bantuan, dorongan,dan saran-saran dari berbagai pihak.

Tanpa partisipasi mereka, upaya penulis dalam menyelesaikan studi di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tentu akan terasa sulit terwujud, terutama dalam

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika dalam kesempatan

ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Bapak. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma,

SH.MA.MM, sekaligus sebagai dosen pembimbing yang begitu peduli dan senantiasa

meluangkan waktu serta telah banyak memberikan berbagai saran, nasehat, semangat

dan bimbingan kepada penulis serta memberikan sumbangan besar dengan kejernihan

pemikiran kaagamaannya dalam penyusunan skripsi ini.

i  

Page 5: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

2. Ketua Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyah Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, SH. MA,

dan Sekertaris Program Studi Ahwal Al-Asyakhshiyah Bapak Kamarusdiana, S.Ag.

MH, yang telah banyak membantu penulis selama penulis menempuh studi di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Seluruh staf pengajar Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Fakultas Syariah dan

Hukum yang telah memberikan sebagian ilmu pengetahuannya kepada penulis

sebagai landasan dasar dalam penyusunan skripsi ini.

4. Segenap pengelola perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta

dan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas kepada penulis

dalam mencari data-data yang penulis butuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Para tokoh penganut aliran Rifa’iyah sebagai narasumber yang telah meluangkan

waktu dan memberi informasi kepada penulis seputar permasalahan yang penulis

angkat kedalam skripsi ini.

6. Teristimewa ucapan terima kasih penulis yang sedalam-dalamnya kepada Ayahanda

Abu Hamid dan Ibunda Siti Khodijah tercinta, yang telah memberikan banyak

bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan dukungannya, pengorbangan

kalian yang tak terhingga serta senantiasa memberi semangat tanpa jemu hingga

penulis dapat menyelesaikan studi di Universita Islam Negari Syarif Hidayatulah

Jakarta denga baik, terutama motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. “Hanya Allah

yang mampu membalas jasa kalian, semoga kalian selalu berada dalam lindungan dan

rahmat Allah SWT. Amin.

ii  

Page 6: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

7. Teristimewa juga penulis ucapkan terima kasih kepada almarhum Bapak H. Bambang

Adji Purwanto dan Drg. Ibu Hj. Wijayati Lasmi beserta putra yaitu Mas Bagus dan

Mas Anang yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat terutama dari

segi materi yang telah membiayai penulis selama menempuh kuliah di Universitas

Islam Negari Syarif Hidayatulah Jakarta, “Hanya Allah yang mampu membalas jasa

kalian, semoga kalian berada dalam lindungan dan rahmat Allah SWT. Amin.

8. Kakak-kakak dan adik-adikku tercinta yang juga telah ikut andil dalam memberikan

motivasi dan memberikan fasilitas kepada penulis sehingga membantu memudahkan

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Yang tercinta keponakan yang lucu dan imut Farhat, Syifa, dan Dida yang selalu setia

menghibur dan menyemangati melalui senyum dan canda tawanya, hingga akhirnya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Hamba Allah yang telah banyak mewarnai kehidupan penulis, terima kasih banyak

atas motivasi dan dukungannya sehingga penulis bersemangat dalam menyelesaikan

skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan Keluarga Besar Mahasiswa Peradilan Agama B

Angkatan 2006 yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih

banyak teman-teman atas bantuan dan inspirasinya. Kalian banyak membantu selama

penulis menempuh studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta.

12. Seluruh pihak atau instansi terkait, yang tidak penulis sebutkan yang ikut andil dalam

penyelesaian skripsi ini.

iii  

Page 7: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

iv  

Semoga segala kebaikan dan sumbangsih kalian semua dicatat oleh Allah

SWT sebagai amal untuk bekal di akhirat nanti. Amin Ya Robbal Alamin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 24 September 2010

Maslahul Huda

Page 8: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………..1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………………..5

C. Tujuan dan Manfaaat Penelitian………………………………..6

D. Studi Review…………………………………………………...6

E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan……………………….7

F. Sistematika Penulisan…………………………………………..10

BAB II TINJAUAN UMUM MASALAH PERKAWINAN

A. Pengertian Perkawinan…………………………………………11

B. Rukun dan Syarat Perkawinan…………………………………14

C. Hukum Perkawinan…………………………………………….18

D. Tujuan dan Hikmah Perkawinan……………………………….20

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN RIFA’IYAH

A. Letak Geografis………………………………………………...23

B. Demografis Wilayah……………………………………………26

C. Kondisi Sosiologis……………………………………………...28

D. Gambaran Umum Rifa’iyah………………………………....….31

v  

Page 9: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

vi  

BAB IV PANDANGAN PARA TOKOH PENGANUT ALIRAN

RIFA’IYAH TENTANG PERKAWINAN ULANG

A. Perkawinan Ulang, Alasan dan Tujuan Melakukan Perkawinan

Ulang…………………………………...……………………….40

B. Dalil atau Dasar yang Digunakan Untuk Melakukan

Perkawinan Ulang………………………………………………45

C. Analisis Penulis…………………………………………………47

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………..50

B. Saran-saran……………………………………………………..51

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….54

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

kekal berdasarkan “Ketuhanan Yang Maha Esa”1

Perkawinan adalah asas pokok hidup yang paling utama dalam pergaulan atau

masyarakat yang sempurna. Perkawinan atau pernikahan itu bukan saja satu jalan yang amat

mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi juga dapat dipandang

satu jalan menuju pintu perkenalan suatu kaum dengan kaum lain, dan perkenalan itu akan

menjadi jalan untuk menyampaikan pertolongan antara satu dengan yang lainnya.2

Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita kehidupan umat

manusia. Dengan adanya perkawinan rumah tangga dapat ditegakkan dan dibina

sesuai dengan norma agama dan tata kehidupan masyarakat. Dalam rumah tangga

berkumpul dua insan yang berlainan jenis (suami istri), mereka saling berhubungan

agar mendapat keturunan sebagai penerus ganerasi. Insan-insan yang berada dalam

rumah tangga itulah yang disebut “keluarga”. Keluarga merupakan unit terkecil dari

                                                            1 Undang-Undang RI No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.  2  Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: PT Sinar Baru Algensindo, 2006), Cet. Ke-39,

h.374.  

Page 11: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

 

suatu bangsa, keluarga yang dicita-citakan dalam perkawinan yang sah adalah

keluarga sejahtera dan bahagia yang selalu mendapat ridha dari Allah SWT.3

Perkawinan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku untuk semua

makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu

cara yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan yang terbaik bagi makhluk-Nya untuk

berkembang biak atau menciptakan keturunan dan untuk melestarikan hidupnya.4

Dalam suatu acara perkawinan rukun dan syarat tidak boleh tertingggal,

dalam arti perkawinan tidak sah bila keduanya tidak ada atau tidak lengkap.

Keduanya mengandung arti yang berbeda dari segi bahwa rukun itu adalah sesuatu

yang berada di dalam hakikat dan merupakan bagian atau unsur yang

mengujudkannya, sedangkan syarat adalah sesuatu yang berada di luarnya dan tidak

merupakan unsurnya, misalnya mahar yang harus ada dalam setiap perkawinan tidak

termasuk rukun tetapi masuk kedalam syarat perkawinan.5

Adapun rukun dan syarat sahnya perkawinan hampir semua ulama

sependapat dalam hal-hal yang terlibat dan harus ada dalam suatu perkawinan yaitu:

                                                            3 Abdul Manan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2006), h.2.

4  M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqih Munakahat: Kajian Fiqih Lengkap, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6. 

 5 Ibid, h.59.  

Page 12: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

 

akad perkawinan, calon suami, calon istri, wali nikah, dua orang saksi, dan mahar

atau maskawin.6

Apabila rukun dan syarat sudah terpenuhi maka perkawinan sudah sah dan

tidak perlu dilakukan perkawinan ulang. Didalam kitab-kitab fikih para ulama

berbeda pendapat tentang masalah perkawinan ulang, itu pun dikarenakan ada sebab,

yaitu pihak perempuan hamil sebelum melakukan perkawinan. Begitu juga didalam

KHI yang menyebutkan bahwa perkawinan ulang tidak perlu dilakukan, pasal ini

terkait juga dengan permasalahan kawin hamil. Tetapi kenyataan yang terjadi di

lapangan perkawinan ulang masih dilakukan oleh beberapa pihak, salah satunya yang

dilakukan oleh penganut aliran Rifa’iyah di Kelurahan Pagerkukuh, Kecamatan

Wonosobo, Jawa Tengah, tetapi berbeda dengan permasalahan perkawinan hamil.

Hal inilah yang membuat penulis terdorong untuk menelusuri dan melakukan

penelitian terkait dengan permasalahan tersebut.

Seperti yang terdapat dalam KHI pada pasal 14 tentang rukun nikah, yang

menyebutkan apa yang biasa dalam kitab fikih disebut dengan rukun nikah.

Dikatakan bahwa untuk melaksanakan pernikahan harus ada : 1. Calon suaimi, 2.

Calon istri, 3. Wali nikah, 4. Dua orang saksi, dan 5. Ijab dab Kabul.7

Dalam agama Islam tidak ada perintah atau aturan untuk melakukan

perkawinan ulang, selagi perkawinan itu dilakukan dengan sah artinya memenuhi

                                                            6 Muhammad Jawad Mughniyah, Al-fiqh ‘ala madzaahibu al- Khamsah , Fikih Lima

Madzhab, Penerjemah Masykur A.B, dkk ,(Jakarta: PT Lentera Basritama, 1999). Cet. Ke-4, h.309.  7 Abdurrahman , Kompilasi Hukum Islam di Indonesia,(Jakarta, Akademika Pressindo, 2004).

Cet. Ke-4, h.69. 

Page 13: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

 

rukun dan syarat perkawinan. Tetapi, kenyataan dilapangan masih ada pihak yang

melakukannya, salah satunya yaitu penganut aliran Rifa’yah. Apa karena ada rukun

atau syarat yang belum terpenuhi yang sesuai dengan ajaran aliran tersebut, atau

karena ada faktor lain.

Oleh karena permasalahan di atas, penulis terdorong ingin mengetahui apa

alasan dan tujuan serta apa dasar atau dalil-dalil yang di gunakan penganut aliran

Rifa’iyah untuk melakukan perkawinan ulang.

Agar dapat mengetahui hukum dari permasalahan diatas maka harus diadakan

penelitian, yaitu dengan cara melakukan penelitian secara mendalam kepada para

tokoh penganut aliran Rifa’iyah di Kelurahan Pagerkukuh Kecamatan Wonosobo,

Jawa Tengah, dan melakukan penelitian dari buku-buku yang ada kaitannya dengan

permasalahan tersebut yaitu tentang perkawinan ulang.

Berangkat dari permasalahan itulah penulis bermaksud untuk menulis skripsi

yang berjudul: “PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN

RIFA’IYAH (Studi Kasus di Kelurahan Pagerkukuh Kecamatan Wonosobo,

Jawa Tengah)”. Karena apa yang dilakukan oleh para tokoh atau penganut aliran

tersebut merupakan suatu hal yang sangat jarang ditemui atau diketahui masyarakat

luas. Sehingga, terkesan aneh atau lain dengan yang dilakukan oleh orang Islam pada

umumnya.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Page 14: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

 

Untuk membatasi masalah agar tidak meluas dan pembahasannya tidak

sulit dipahami, maka penulis memberikan batasan masalah dengan hanya

membahas seputar perkawinan ulang dalam Rifa’iyah.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penulis rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut:

1. Apa alasan melakukan perkawinan ulang dalam aliran Rifa’iyah?

2. Apa tujuan melakukan perkawinan ulang dalam aliran Rifa’iyah?

3. Apa dasar atau dalil-dalil yang digunakan untuk melakukan perkawinan ulang

dalam aliran Rifa’iyah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap masalah tentang

perkawinan ulang yang dilakukan penganut aliran Rifa’iyah di kelurahan

Pagerkukuh Kecamatan Wonosobo, Jawa Tengah. Secara lebih rinci penelitian ini

bertujuan :

1. Untuk mengetahui apa alasan melakukan perkawinan ulang.

2. Untuk mengetahui apa tujuan melakukan perkawinan ulang

3. Untuk mengetahui apa dasar atau dalil-dalil yang digunakan untuk melakukan

perkawinan ulang.

Page 15: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

 

2. Manfaat Penelitian

Harapan penulis dengan melakukan penelitian ini bisa mendatangkan

manfaat yang besar bagi penulis sendiri dan umumnya bagi masyarakat luas.

Penulis juga berharap dengan penelitian ini bisa menjawab keraguan penulis

selama ini tentang permasalahan ini.

D. Studi Review

Sejauh penelusuran yang sudah penulis lakukan, belum ada skripsi yang

penulis temukan yang membahas tentang perkawinan ulang atau tentang aliran

Rifa’iyah.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dengan

memakai pendekatan penelitian hukum empiris yaitu penelitian terhadap

identifikasi hukum (tidak tertulis) dan efektifitasnya yang ada dimasyarakat.8

2. Jenis Penelitian

Setelah penulis melihat data yang dibutuhkan dalam judul skripsi ini, maka

jenis penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif lebih khususnya

dengan menggunakan penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang

mengharuskan peneliti untuk mencari data-data primer ke lapangan, dimana dalam                                                             

8 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta; U-Press,1986) .Cet.ke-3, h.51.

Page 16: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

 

hal ini penulis mencari data-data yang dibutuhkan, berupa pernyataan tertulis atau

lisan dan perilaku yang dapat dipahami.9

3. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh seorang peneliti

langsung dari objek yang diteliti. Misalnya, dengan cara wawancara dengan

para tokoh Rifa’iyah.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber Data sekunder adalah data yang diperoleh seorang peneliti

secara tidak langsung dari objek yang diteliti, tetapi melalui sumber lain baik

lisan maupun tulisan. Seperti buku dan kitab yang berkaitan dengan masalah

perkawinan di Rifa’iyah.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Field Research (Penelitian Lapangan)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data

dari lapangan yaitu dengan cara observasi. Dimana peneliti

melakukanpenelitian berupa wawancara langsung dengan tanya jawab secara

                                                            9 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2004),Cet. Ke-18, h.3.

Page 17: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

 

lisan dengan narasumber yaitu para tokoh Rifa’iyah berkaitan dengan masalah

perkawinan ulang.

b. Library Research (Penelitian Kepustakaan)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data,

buku-buku, atau teks-teks tulisan lain. Dengan cara membaca dan memahami

serta menganalisa hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang dibahas yaitu

tentang perkawinan ulang di dalam aliran Rifa’iyah.

5. Teknik Analisis Data

Metode data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data-data tersebut

secara jelas dan mengambil isinya dengan menggunakan content analysis. Data

kemudian di interpretasikan dengan menggunakan bahasa penulis sendiri, dengan

demikian akan nampak rincian jawaban atas pokok permasalahan yang diteliti.

Adapun untuk teknis penulisan ini penulis berpedoman pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2007”, dengan beberapa pengecualian:

a. Ayat Al-Qur’an yang dikutip tidak diberi footnote, tapi langsung ditulis

nama surat dan ayat di akhir kutipan.

b. Dalam daftar pustaka Al-Qur’an ditulis pada urutan pertama, kemudian

barulah sumber-sumber selanjutnya ditulis secara Alfabet, berdasarkan nama

pengarang.

Page 18: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

 

c. Terjemahan Al-Qur’an dan sumber-sunber lainnya yang memakai bahasa

arab ditulis satu spasi dengan memberi tanda kutip di awal dan di akhir

kalimat.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima Bab, masing-masing Bab terdiri dari beberapa Sub

Bab bahasan. Ini dimaksudkan untuk lebih memudahkan dalam pembahsan dan

penulisan skripsi ini, agar lebih terarah dan sistematis maka penulis

mengklasifikasikan permasalahan dalam beberapa Bab dengan sistematika penulisan

sebagai berikut:

Bab pertama berisi Pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang Masalah,

Perumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Studi Riview,

Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab kedua merupakan Bab yang membahas tentang Pengertian Perkawinan,

Rukun dan Syarat Perkawinan, Hukum Perkawinan, Tujuan dan Hikmah Perkawinan.

Bab ketiga membahas tentang Gambaran Umum Wilayah dan Rifa’iyah, yang

terdiri dari beberapa Sub Bab yaitu: Letak Geografis, Letak Demografis, Kondisi

Sosiologis dan Gambaran Umum Rifa’iyah.

Bab keempat pembahasan pokok bagi penulis, yaitu Pandangan Para Tokoh

Penganut Aliran Rifa’iyah Tentang Perkawinan Ulang. Didalamnya membahas

Perkawinan Ulang, Alasan dan Tujuan Melakukan Perkawinan Ulang, Dasar atau

Page 19: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

10 

 

Dalil-dalil Yang Digunakan Untuk Melakukan Perkawinan Ulang, dan Analisis

Penulis.

Bab kelima sebagai penutup yang membahas dua hal yaitu Kesimpulan dari

hasil penelitian dan Saran-saran.

Page 20: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

  

BAB II

TINJAUAN UMUM MASALAH PERKAWINAN

A. Pengertian Perkawinan

Perkawinan atau pernikahan dalam literatur fikih berbahasa arab disebut

dengan dua kata, yaitu nikah ( نكاح ) dan zawaj (زواج). Kedua kata ini yang terpakai

dalam kehidupan sehari-hari orang arab dan banyak terdapat dalam al-Quran dan hadits

Nabi. Kata na-ka-ha banyak terdapat dalam al-Quran dengan arti kawin, seperti dalam

surat an-nisa ayat 3: 1

Artinya: ”Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap anak yang yatim ,maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Dan jika emudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil cukup satu orang”(QS. an-Nisa: 3)

Demikian pula terdapat kata za-wa-ja dalam al-Quran dalam arti kawin, seperti pada

surat al-Ahzab ayat 37:

                                                            1 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2007), h.35. 

11 

Page 21: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

12 

☺ ....

Artinya:”Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap Istrinya

(menceraikannya), kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka....(QS. Al-Ahzab: 37

Secara bahasa nikah mempunyai arti mengumpulkan, menggabungkan, atau

bersenggama (wath’i).2 Dalam bahasa Indonesia perkawinan berasal dari kata “kawin”,

dan diartikan dengan menjalin kehidupan baru dengan bersuami atau istri, menikah,

melakukan hubungan seksual, bersetubuh.3

Sedangkan menurut istilah hukum Islam terdapat beberapa definisi, di

antaranya yang dikemukakan oleh Wahbah al-Zuhaily. Beliau mengartikan perkawinan

adalah akad yang membolehkan terjadinya al-Istimta’ (perstubuhan) seorang pria

dengan seorang wanita, atau melakukan wathi’ dan berkumpul selama wanita tersebut

bukan wanita yang diharamkan baik dengan sebab seketurunan, atau sepersusuan.4

Hampir senada dengan pendapat Abu Zahrah yang mengartikan perkawinan

adalah akad yang mengakibatkan hukum halal pergaulan antara laki-laki dengan

perempuan dan pertolongan serta pembatasan milik hak dan kewajiban mereka. Karena

beliau melihat hukum halalnya dan melihat kepada aspek akibat hukumnya.5

                                                            2 Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2006), Cet. Ke-5, h.3.

3 Tim Prima Pena, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Cita Media Pres), h.399. 

4 Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Juz VII, (Damasyiq, Dar al-Fikr, 1989), h.29.

5 Muhammad Abu Zahrah, Al-Akhwal Al-Syakhsiyah, (Beirut: Dar Al-Fikr, 2005), h.19.

Page 22: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

13 

Dikatakan oleh Prof Muhammad Amin Summa mengutip dari Abdur-Rahman

Al-Juzairi dalam kitab Mazdahib al-Arba’ah, kata nikah (kawin) dapat didekati dengan

pengertian (makna), yakni makna lughawi (etimologis), makna ushuli (syar’i), dan

makna fiqhi (hukum). Terutama dari sudut pandang makna lughawi dan makna fiqhi

(hukum). Sedangkan dari sudut pandang ushuli (syar’i) dititikberatakan pada hal-hal

yang bertalian erat dengan pendekatan filsafat hukum, seperti hikmah dari kebolehan

berpoligami dalam hukum perkawinan dan rahasia asas dua berbanding satu dalam hal

pembagian harta peninggalan (tirkah) dalam hal kewarisan.6

Dalam hukum perdata arti perkawinan menurut Paul Scholten, perkawinan

adalah suatu hubungan hukum antara seorang pria dan seorang wanita untuk hidup

bersama dengan kekal yang diakui oleh negara.7

Sedangkan konsepsi perkawinan menurut Undang-undang Perkawinan pada

pokoknya adalah:

(1) ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri

(2) dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan “Ketuhanan Yang Maha Esa”8

B. Rukun dan Syarat sah Perkawinan

1. Pengertian Rukun, Syarat dan Sah

                                                            6 Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada,2005) h. 41. 7 Kama Rusdiana dan Zaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta: UIN Jakrata Press,

2007), h. 4.  8 Ibid.

Page 23: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

14 

Rukun yaitu sesuatu yang harus ada yang menentukan sah dan tidaknya

suatu pekerjaan (ibadah) dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu,

seperti adanya calon pengantin laki-laki atau perempuan dalam perkawinan. Syarat

yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan

(ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan tersebut. Sah

yaitu sesuatu pekerjaan (ibadah) yang memenuhi syarat dan rukun.9

Rukun dan syarat menentukan perbuatan hukum, terutama yang menyangkut

dengan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dari perbuatan hukum. Dalam

perkawinan rukun dan syarat tidak boleh tertinggal, dalam artian perkawinan tidak

sah bila keduanya tidak ada atau tidak lengkap. Keduanya mengandung arti yang

berbeda dari segi bahwa rukun itu adalah sesuatu yang berada di dalam hakikat dan

merupakan bagian atau unsur yang mengujudkannya, sedangkan syarat adalah

sesuatu yang berada di luarnya dan tidak merupakan unsurnya.10

Dalam hal hukum perkawinan, dalam menempatkan mana yang rukun dan

mana yang syarat terdapat perbedaan di kalangan ulama yang mana perbedaan ini

tidak bersifat substansial. Perbedaan diantara pendapat tersebut disebabkan karena

berbeda dalam melihat fokus perkawinan. Semua ulama sependapat dalam hal-hal

yang terlibat dan yang harus ada dalam suatu perkawinan, yaitu: akad perkawinan,

calon suami, calon istri, wali dari calon istri, dua orang saksi yang menyaksikan akad

perkawinan, dan mahar atau maskawin.11

                                                            9 Abdurrahman Ghazaly, Fikih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 45. 

10 Amir Syarifuddin, op.cit. h. 59. 11 Ibid.

Page 24: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

15 

2. Rukun Perkawinan

Dalam memahami tentang jumlah rukun nikah, ada perbedaan dikalangan

para ulama atau imam madzhab, di antaranya menurut imam Hanafi rukun nikah

hanya ada dua, yaitu ijab dan qabul, tidak ada yang lain.12 Sedangkan menurut imam

Maliki rukun nikah ada lima, yaitu (1) wali, (2) mahar (harus ada tetapi tidak harus

disebutkan pada saat akad), (3) suami, (4) isteri, (5) sighah.13Menurut Imam Syafi’i

rukun nikah ada lima, yaitu (1) suami, (2) isteri, (3) wali, (4) dua orang saksi, (5)

shigat (ijab dan qabul).14 Meskipun keduanya berpendapat sama tentang jumlahnya

akan tetapi sedikit berbeda pada penjelasan yang termasuk kedalam rukunnya. Imam

Maliki memasukkan mahar kedalam rukun sedangkan Imam memasukannya kedalam

syarat. Begitu pula sebaliknya Imam Syafi’i menempatkan dua orang saksi kedalam

rukun sedangkan Imam Maliki tidak menempatkannya kedalam rukun.15

Dari beberapa perbedaan pendapat , Jumhur ulama berpendapat bahwa rukun

perkawinan ada lima, yaitu:

1. Adanya calon suami

2. Adanya calon istri

                                                                                                                                                                                

12 Wahbah al-Zuhaily.op.cit. h. 6572.  

13 Abd al-Rahman al-Juzairi, al-Fiqh ‘Ala Madzahib al-Arba’ah , (Beirut: Dar al-Fikri, 1996), h. 12.

 14 Abdurrahman Ghazaly, op cit. h. 51.  15 Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Pedata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kenc

ana, 2004), h. 61.

Page 25: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

16 

3. Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita

4. Adanya dua orang saksi

5. Sighat akad nikah, yaitu ijab dan kabul.

3. Syarat sah Perkawinan

Syarat-syarat perkawinan merupakan dasar bagi sahnya perkawinan. Apabila

syarat-syaratnya terpenuhi, maka perkawinan itu di anggap sah dan menimbulkan

adanya segala hak dan kewajiban sebagai suami istri.

Pada garis besarrnya syarat sah perkawinan ada dua macam :

1. Calon mempelai perempuan halal dikawin oleh laki-laki yang ingin

menjadikannyua istri. Jadi, perempuannya itu bukan merupakan orang yang

haram dinikahi, baik karena haram dinikah untuk sementara maupun untuk

selamanya.

2. Akad nikahnya dihadiri para saksi.16

Secara rinci, masing-masing rukun menurut pendapat jumhur diatas akan

dijelaskan syarat-syaratnya sebagai berikut :

1. Syarat- syarat calon mempelai pria

a. Beragama Islam

b. Laki- laki

c. Jelas orangnya

                                                            16 Abdurrahman Ghazaly, op.cit. h. 46. 

Page 26: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

17 

d. Dapat memberikan persetujuan

e. Tidak terdapat halangan perkawinan.17

2. Syarat- syarat calon mempelai wanita

a. Beragama Islam

b. Perempuan

c. Jelas orangnya

d. Dapat diminati persetujuan

e. Tidak terdapat halangan perkawinan.18

3. Syarat- syarat wali nikah

a. Laki-laki

b. Dewasa

c. Mempunyai hak perwalian

d. Tidak terdapat halangan perwalian.19

4. Syarat- syarat saksi nikah

a. Baligh

b. Berakal

c. Mendengar dan memahamiijab qabul

d. Sekurang-kurangnya dua orang saksi

e. Adil

f. Beragama Islam                                                             

17 Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, op.cit. h. 62.  18 Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 1998), h. 71.

19 Ahmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta: Rajawali Press, 1995), h. 34.

Page 27: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

18 

g. Merdeka dan melihat.20

5. Syarat-syarat ijab qabul

a. Adanya pernyataan mengawinkan dari wali

b. Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai pria

c. Memakai kata-kata nikah atau semacamnya

d. Antara ijab dan qabul bersambungan

e. Antara ijab dan qabul jelas maksudnya

f. Orang yang terkait dengan ijab tidak sedang melakukan ihram haji/ umrah

g. Majlis ijab qabul itu harus di hadiri mnimal 4 (empat) orang, yairu calon

mempelai pria atau yang mewakilinya, wali dari mempelai wanita atau yang

mewakilinya, dan dua orang saksi.21

C. Hukum Perkawinan

Dalam perspektif fiqih, nikah disyariatkan berdasarkan al-Quran, as-Sunnah dan

ijma’. Ayat yang menunjukan nikah disyariatkan adalah firman Allah SWT dalam surat

an-Nur ayat 32, yaitu:

Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.”(QS. An-Nuur:32)

                                                            20 Wahbah Zuhaily, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, (Damaskus: Daar al-Fikr, 1984),h.73-77

21 Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 50. 

Page 28: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

19 

Adapun hadist Nabi SAW yang menerangkan masalah ini adalah hadist riwayat

Abdullah bin Mas’ud ra:

يا معشرالشبا ب من استطاع منكم الباءة فليتزوج

Artinya: “Hai para pemuda, siapa di antara kamu yang mampu (menanggung) beban nikah, maka kawinlah”

Terlepas dari pendapat para imam madzhab, berdasarkan nash-nash Al-Quran

maupun As-Sunnah, Islam sangat menganjurkan kaum muslimin yang mampu untuk

melakukan perkawinan. Namun demikian, kalau dilihat dari segi kondisi orang yang

melaksanakannya, maka melakukan perkawinan itu dapat dikenakan hukum wajib,

sunnat, haram makruh ataupun mubah. Adapun perinciannya menurut Sayyid Sabiq

didalam kitabnya Fiqih Sunnah adalah sebagai berikut:

a) Wajib hukumnya bagi orang yang mempunyai kemauan dan kemampuan untuk

menikah dan khawatir akan melakukan perbuatan zina. Alasannya, dia wajib

menjaga dirinya agar terhindar dari perbuatan haram.

b) Sunnah hukumnya bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan

untuk melangsungkan perkawinan, tetapi apabila tidak kawin sanggup menjaga

diri untuk tidak melakukan perbuatan haram, dan apabila ia menikah ia yakin

tidak akan mendzalimi dan membawa mudarat kepada istrinya.

c) Haram hukumnya bagi orang yang khawatir akan mendzalimi dan membawa

mudarat kepada istrinya karena ketidakmampuan dalam memberi nafkah lahir

dan batin.

Page 29: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

20 

d) Makruh hukumnya bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan

perkawinan dan juga kemampuan untuk menahan diri sehingga tidak

memungkinkan dirinya berbuat zina sekiranya tidak kawin.

e) Mubah hukumnya bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan

perkawinan, apabila melakukan tidak khawatir akan menterlantarkan istri dan

apabila tidak melakukannya tidak khawatir akan berbuat zina.22

D. Tujuan dan Hikmah Perkawinan

1. Tujuan Perkawinan

Menurut para ulama diantaranya Muhammad Abu Zahrah, nikah merupakan

sunnah rasul karena ia mempunyai makna yang bermuatan sosial kemasyarakatan

individu dan agama.23

Tujuan perkawinan menurut agama Islam adalah untuk memenuhi petunjuk

agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia.

Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga. Sejahtera

artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenuhinya kebutuhan

hidup

Melihat dua tujuan di atas, dan mamperhatikan uraian Imam Al-Ghazali

dalam Ihyanya tentang faedah melangsungkan perkawinan, maka tujuan perkawinan

itu dapat dikembangkan menjadi lima yaitu:

1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan.

                                                            22 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Beirut : Dar Al-Fikr, 983), cet Ke-4, h. 110-112. 23 Muhammad Abu Zahrah, Al-ahwalusy-Syakhsyiyyah, (Darul Fikri: Arabi Qahirah, 1957), h.19.

Page 30: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

21 

2. Menemui hajat manusia untuk menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan

kasih sayangnya.

3. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan.

4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggungjawab menerima hak dan

kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang

halal.

5. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram atas

dasar cinta dan kasih sayang.24

2. Hikmah Perkawinan

Adapun hikmah yang dapat ditemukan dalam perkawinan menurut Sayyid

Sabiq adalah sebagai berikut:

1. Perkawinan dapat menjadi jalan alami dan biologis yang paling baik dan

sesuai untuk menyalurkan dan memuaskan nafsu seksual. Dengan kawin

badan jadi segar, jiwa tenang, mata terpelihara dari yang haram.

2. Perkawinan merupakan jalan terbaik untuk menciptakan anak-anak yang

mulia, memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia serta

memelihara nasab yang oleh Islam sangat diperhatikan.

3. Naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam

suasana hidup dengan anak-anak dan perasaan ramah, cinta dan sayang yang

merupakan sifat-sifat baik yang menyempurnakan kemanusiaan seseorang.

                                                            24 Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi, Ilmu Fikih, juz ll, , (Jakarta: Departemen Agama , 1985),

h.64.    

Page 31: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

22 

                                                           

4. Menyadari tanggung jawab beristri dan menanggung anak-anak akan

menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam memperkuat bakat dan

pembawaan seseorang.

5. Adanya pembagian tugas, dimana yang satu mengurusi dan mengatur rumah

tangga, sedangkan yang lain bekerja diluar, sesuai dengan batas-batas

tanggung jawab suami isrti dalam menangani tugas-tugasnya.

6. Dengan perkawinan dapat membuahkan tali kekeluargaan, memperteguh

kelanggengan rasa cinta antara keluarga, dan memperkuat hubungan

kemasyarakatan yang oleh Islam direstui, ditopang dan ditunjang. Karena

dari situ akan terbentuk masyarakat yang kuat dan bahagia.25

 25 Sayyid Sabiq, op.cit. h.108. 

Page 32: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

BAB III

GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN RIFAI’YAH

 

A. Letak Geografis

Secara Geografis Kelurahan Pagerkukuh terletak antara 70.111 dan 70. 361

Lintang Selatan, 1090. 431 dan 1100.411 Bujur Timur. Kelurahan Pagerkukuh berjarak

2 Km dari Kecamatan Wonosobo dan 1 Km dari Kabupaten Wonosobo, dengan

ketinggian berkisar antara 270 meter sampai 2.250 meter diatas permukaan laut dan

suhu udara 18 - 25 C. 1Seperti yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1

Kondisi Geografis Kelurahan Pagerkukuh

No Kondisi Geografis Keterangan

1.

2.

3.

Ketinggian tanah diatas permukaan laut

Rata-rata curah hujan

Suhu udara

270 - 2.250 M-dpl

2. 300 MM/thn

18 – 250 C

                                                            1 Data Diambil dari Data Monografi Kelurahan Pagerkukuh Tahun 2009

23 

Page 33: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

24  

Dari hasil data di atas, bisa dibilang Kelurahan Pagerkukuh termasuk daerah

yang berkapasitas curah hujan tinggi dan termasuk wilayah yang dingin. Tidak

berbeda jauh dengan kondisi diperkotaan, karena wilayah Kabupaten Wonosobo

berada didaerah pegunungan.

Kelurahan Pagerkukuh dapat ditempuh dengan orbitasi dan jarak tempuh

sebagai berikut:

Tabel 3.2

Orbitasi dan Jarak Tempuh Kelurahan Pagerkukuh

No Orbitasi dan Jarak Tempuh Keterangan

1.

2.

3.

4.

Jarak dari Pusat Kantor Kecamatan

Jarak dari Pusat Kota Kabupaten

Jarak dari Pusat Ibukota Provinsi

Jarak dari Ibukota Negara

2 Km

1 Km

120 Km

520 Km

Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Pagerkukuh dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 3.3

Batas - Batas Wilayah Kelurahan Pagerkukuh

Page 34: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

25  

No Batas Wilayah Keterangan

1.

2.

3.

4.

Sebelah Utara

Sebelah Selatan

Sebelah Barat

Sebelah Timur

Kelurahan Jlamprang

Kelurahan Jaraksari

Kelurahan Wonosobo

Kelurahan Rojoimo

Dari data yang penulis peroleh luas wilayah Kelurahan Pagerkukuh adalah

105.270 Ha, dengan peruntukan kegunaan sebagai berikut:

Tabel 3.4

Luas Wilayah Kelurahan Pagerkukuh Menurut Penggunaannya

Sawah dan

Ladang

Pemukiman/

Perumahan

Perkebunan Lain-lain Total

44.240 Ha

52.060 Ha

8.970 Ha

0.130 Ha

105.270 Ha

Dari tabel diatas terlihat bahwa wilayah yang digunakan untuk sawah dan

ladang luasnya lebih kecil dibandingkan dengan wilayah pemukiman atau

Page 35: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

26  

perumahan warga. Hal ini menunjukkan bahwa potensi pertanian di Kelurahan

Pagerkukuh tidak begitu besar.

B. Demografis Wilayah

Kelurahan Pagerkukuh dipimpin oleh seorang Kepala Kelurahan dan dibantu

oleh beberapa staf kelurahan. Kelurahan Pagerkukuh terdiri dari 9 (sembilan) Rukun

Warga (RW), 9 (sembilan) Dusun dan 41 (empat puluh satu) Rukun Tetangga (RT).

Dengan gambaran sebagai berikut:

Tabel 3.5

Organisasi Kelurahan Pagerkukuh

Kepala Kelurahan

Staf Kelurahan No RW Dusun Jumlah RT 1. I Sirandu Selatan 01 02 03 04 05

2. II Sirandu Utara 01 02

3. III Semagung 01 02 03 04

4. IV Sidojoyo Selatan 01 02 03 04 05 06 07 08

5. V Pagude 01 02 03 04 05

6. VI Jlegong 01 02 03 04

7. VII Sabukalu 01 02

8. VIII Sidojoyo Utara 01 02 03 04 05

9. IX Mulyojoyo 01 02 03 04 05 06

Page 36: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

27  

Jumlah penduduk Kelurahan Pagerkukuh adalah 5830 Jiwa dan 1.338

Kepala Keluarga (KK) dengan spesifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.6

Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Perempuan

1. 2826 3004 5830

Tabel 3.7

Jumlah Penduduk menurut Umur / Usia

No Usia / Umur Laki-laki / Perempuan Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

0 – 10 Tahun

10 – 15 Tahun

16 – 20 Tahun

21 – 25 Tahun

26 – Ke atas

354 Orang

1003 Orang

1163 Orang

801 Orang

2.509ang

Page 37: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

28  

C. Kondisi Sosiologis

1. Bidang Keagaman

Penduduk Kelurahan Pagerkukuh mayoritas adalah beragama Islam, dari

5.830 jumlah penduduknya hanya 130 beragama Kristen, 52 beragama Katholik,

dan 6 beragama Hindu, selebihnya beragama Islam. Bisa dikatakan hampir 93%

beragama Islam, dan 7% beragama selain Islam dan sebagian dari warga yang

beragama Islam adalah penganut aliran Rifa’yah. Keberadaan Rifa’yah

dikelurahan tersebut sejak awal sampai sekarang tidak pernah bermasalah artinya

bisa diterima oleh seluruh masyarakat, karena dalam masalah ibadah tidak jauh

berbeda dengan ibadah masyarakat Islam pada umumnya dikelurahan tersebut.

Misalnya pada saat memperingati Hari Besar Islam, mereka tetap bersatu padu

mengadakan acara tersebut tanpa ada permasalahan, sehingga terkesan

persatuannya sangat erat. Sejak awal sampai sekarang belum pernah terjadi konflik

atau perseteruan antara Rifa’iyah dengan selainnya dikelurahan tersebut.

Untuk mendukung pelaksanaan ibadah di Kelurahan Pagerkukuh tersedia

fasilitas-fasillitas ibadah sebagai berkut:

Tabel 3.8

Sarana Ibadah

No. Nama Jumlah Keterangan

1. 2.

Masjid Mushola

11 buah 9 buah

Berfungsi / Baik Berfungsi / Baik

Page 38: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

29  

Sarana ibadah tersebut selain digunakan sebagai sarana untuk ibadah dalam

hal ini sholat lima waktu, juga digunakan oleh warga Kelurahan Pagerkukuh sebagai

tempat mengadakan pengajian-pengajian. Mulai dari remaja, ibu-ibu maupun bapak-

bapak, baik pengajian rutin mingguan, bulanan atau selapanan. Seperti yasinan atau

tahlilan rutin, berjanjen (membaca al-barzanji), dan kegiatan pengajian lainya,hingga

sampai sekarang masih terjaga dengan baik.

2. Bidang Pendidikan

Dalam bidang pendidikan kelurahan Pagerkukuh merupakan salah satu

kelurahan yang memiliki fasilitas pendidikan cukup memadai, hal ini terbukti

dengan adanya beberapa fasilitas pendidikan mulai dari TPA/TPQ, Taman Kanak-

kanak/ Play Group, Sekolah Dasar (SD)/MI, Sekolah Menengah Pertama

(SMP)/Madrasah Tsanawiyah sampai dengan Sekolah Menengah Atas

(SMA)/Madrasah Aliyah. Adapun sarana-sarana pendidikan yang ada di

Kelurahan Pagerkukuh dapat dilihapada tabel dibawah ini:

Tabel 3.9

Sarana Pendidikan Kelurahan Pagerkukuh

No Nama Pendidikan Status Keterangan

1.

3.

5.

TPA/TPQ oup

SD/MI

SMA/Aliyah

Swasta

Negeri

Swasta

2

1

1

2.

4.

TK/Play Gr

SMP/Mts

Swasta

Swasta

3

1

Page 39: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

30  

Dengan fasilitas pendidikan yan memadai tersebut, maka tingkat

pendidikan di Kelurahan Pagerkukuh sudah bisa terbilang ma

ba kn urahan Pagerkuku bisa melanjutkan ke Perguruan

Tinggi,

Tabel 3.10

Tingkat Pendidikan Warga Kelurahan Pagerkukuh

No. Pendidikan Jumlah

g cukup

ju. Ini terbukti dari

nya ya warga Kel h yang

atau bisa dikatakan sudah banyak warga yang bergelar Sarjana, seperti

pada tabel berikut:

1

3.

Belum tam

amat SD/MI

n Tingg

1003 Orang

.163 Orang

. Tidak Tamat Sekolah 354 Orang

2.

4.

5.

6

at SD/MI

T

Tamat SMP/Mts

Tamat SMA/Aliyah

Tamat Pergurua i 1.30

1

1.001 Orang

1.009 Orang

0 Orang

2. Bidang Kese tan

Dalam meningkatkan pengetahun dan kehidupan masyarakat dibidang

kesehatan, warga Kelurahan Pagerkukuh telah melaksanakan program kegiatan

ha

Page 40: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

31  

yang bis

kungan.

eliharaan kesehatan pada balita.

n kelompok keagamaan pengikut dan simpatisan KH

tasawuf dan muncul pada pertengahan abad ke-19 di

pesisir u

                                                           

a menunjang dan mendukungnya. Adapun jenis progaram kegiatannya

adalah sebagai berikut:

1. Mengadakan kegiatan kerja bakti dalam rangka meningkatkan kebersihan

dan kesehatan ling

2. Membentuk Posyandu yang berjumlah 17 lokasi / tempat untuk

meningkatkan gizi dan pem

3. Membentuk Puskesmas untuk melayani masyarakat yang kurang mampu

dalam memenuhi kebutuhan kesehatan

D. Gambaran Umum Rifa’iyah

1. Gerakan Rifa’iyah

Rifa’iyah merupaka

Ahmad Rifa’i yang bercorak

tara Jawa Tengah tepatnya di desa Kalisalak, Batang. Pada abad ke-19 di

sebagaian besar wilayah Jawa dilanda serangkaian gerakan protes yang dilakukan

oleh petani khususnya di daerah pedalaman. Protes sosial yang dilakukan oleh para

petani Jawa pada masa itu karena dominasi pemerintah kolonial Belanda dihampir

segala aspek kehidupan. Penetrasi yang dilakukan oleh kaum penjajah

menimbulkan antipati rakyat terjajah terhadap kaum penjajah tak terkecuali

terhadap mereka yang bekerjasama dengan penjajah Belanda. Salah satunya adalah

gerakan Rifa’iyah.2

 2 Abdul Jamil, Perlawanan Kiai Desa: Pemikiran Dan Gerakan Islam KHAhmad Rifa’i,

(Jakarta: LKIS, 2001), h 35

Page 41: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

32  

Kemunculan Rifa’iyah dilatar belakangi oleh faktor politik-ekonomi,

penetrasi pemerintah kolonial Belanda di semua aspek kehidupan dan kondisi

keagama

ya di Kendal dalam hal ini

Purwosa

memperkuat dan melestarikan pengajarannya selama-lamanya, Syaikh Ahmad

            

an orang Jawa pada masa itu yang dapat dikatakan masih jauh dari nilai-

nilai Islam. Hal ini masih diperparah lagi dengan para birokrat pribumi termasuk

penghulu (yang mengurusi soal agama) menjadi kaki tangan pemerintah kolonial

Belanda (penguasa kafir). Gerakan protes Rifa’iyah oleh pemeintah kolonial

Belanda dikhawatirkan akan menimbulkan pemberontakan yang akan

mengganggu kestabilan politik di Jawa pada masa itu, untuk mengantisipasi hal itu

dengan segala cara dan upaya Belanda menangkap dan mengasingkan KH Ahmad

Rifa’i sebagai tokoh sentral gerakan Rifa’iyah seta menjauhkannya dari

pengikutnya. Murid-murid KH Ahmad Rifa’i menjadi agen penyebaran agama

Islam melalui Kitab Tarjumah karya KH Ahmad Rifa’i sehingga ajarannya disebut

ajaran tarjumah / tarjamah ke daerah asal mereka.3

Komunitas Rifa’iyah yang ada di Kretegan berbeda dengan komunitas

Rifa’iyah dipusat pengambangan Rifa’iyah lainn

ri patebon dan Cempoko Mulyo Gemuh. Di desa tersebut pertama kali

Syaikh Ahmad Rifa’i mendirikan lembaga pondok pesantren yang namanya

semakin terkenal dikalangan orang banyak dan berdatangan para murid dari

berbagai daerah seperti Kendal, Pekalongan, Wonosobo dan daerah lainnya. Untuk

                                                 3 Ibid, h. 36  

Page 42: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

33  

Rifa’i mempersiapkan murid-muridnya dengan cara khusus seperti pengkaderan

untuk masa depan pemikiran dan penggeraknya. Mereka itu orang-orang yang

akan mengembangkan kitab-kitab yang telah dikarang oleh Syaikh Ahmad Rifa’i

dan mereka di kenal sebagai para penerus (murid generasi pertama).4

Ajaran KH Ahmad Rifa’i mempunyai ciri khas dengan umat Islam pada

umumnya sehingga ada pihak-pihak yang menganggap ajarannya sebagai ajaran

sesat, yang sampai saat sekarang masih teguh dijalankan oleh para pengikutnya.

Salah sa

                                                           

tunya ajaran beliau tentang keyakinannya bahwa rukun iman hanya ada

satu, yaitu membaca dua kalimat syahadat.5 Syaikh Ahmad Rifa'i berpendapat

bahwa rukun Islam itu satu dalam pengertian syarthiyah, yakni yang mewajibkan

(menentukan secara lahir) sahnya Islam seseorang. Dengan demikian seseorang

ketika mengucapkan kedua kalimat syahadat maka orang tersebut sudah tergolong

masuk Islam, tetapi dia wajib menyempuranakan imannya dengan membenarkan

hatinya dan mengerjakan ajaran-ajaran Islam dengan jalan yang sesuai. Adapun

implementasinya dinamai dengan perbuatan Islam ( amaliatul Islam) . Maka

menurut ajaran dasar Syaikh Ahmad Rifa'i sudah termasuk Islam orang-orang

yang mengucapkan dua kalimat syahadat saja meskipun mereka tidak melakukan

ajaran-ajaran Islam seperti yang diwajibkan kepada orang Islam. Maksudnya

adalah bahwa sesungguhnya orang-orang itu menikmati keislamannya dan akan

 4 Ibid 5 Ahmad Rifa’i, Tahyirotul Muhtashor , (1265/1851), h. 4

Page 43: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

34  

tetapi mereka wajib menyempurnakan apa yang kurang (seperti sholat, zakat,

puasa ramadhan atau haji) dari syarat-syarat iman kepada Allah (membenarkan

dan tunduk atas kewajiban tersebut).6

Pendapat Syaikh Ahmad Rifa'i dalam hukum-hukum syara' sejalan atau

cenderung dengan fiqih Imam Syafi'i yang terdapat dalam bermacam-macam kitab

karangan beliau yang ditulis dalam bahasa Jawa, seperti kitab Syarihul Iman,

Taisir, T

2.

Pandangan Rifa’iyah terhadap masalah perkawinan tidak jauh berbeda

dengan pandangan para ulama pada umumnya, karena mereka mengikuti madzhab

                                                           

abyinul Islah limuradi an-Nikah, Inayah, Irsyad, Targhib dan lainnya.

Ketika terdapat pembicaraan yang berbeda tentang suatu masalah maka yang

terbaik adalah memikirkan bahwa perbedaan tersebut merupakan ijtihad individual

Syaikh Ahmad Rifa'i, seperti pendapat beliau bahwa rukun Islam hanya satu yaitu

membaca dua kalimat syahadat, tetapi wajib menyempurnakan imannya dengan

menjalankan ajaran-ajaran Islam seperti sholat, puasa, zakat, dan haji bagi yang

mampu. Untuk menyesuaikan pemikirannya dengan kebutuhan dan realitas umat,

maka beliau menulis kitab-kitab yang berbahasa Jawa agar supaya mudah

dipahami oleh para pengikutnya.7

Pandangan Rifa’iyah terhadap Masalah Perkawinan

 6 Muhammad Amin Ridho, Usfita Syekh Ahmad Rifa’i, (Wonosobo: Manba’ul Anwar Press,

2008), h. 14-15  

7 Ahmad Rifa’I, Taisir,Penerjemah Ahmad Syadzirin Amin, (Pekalongan, Yayasan Badan Wakaf Rifa’iyah, 2009), h. 17  

Page 44: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

35  

Imam Syafi’i, hanya saja mereka sangat berhati-hati dalam melaksanakannya

ehingga tidak jarang atau sering terjadi istilah perkawinan ulang. Mungkin

dengan adanya perkawinan ulang terkesan berlebihan, sampai akhirnya timbul

persepsi masyarakat akan adanya perbedaan dengan perkawinan yang dilakukan

orang Islam pada umumnya (di Indonesia). Padahal tidak demikian (ada

perbedaan), Rifa’iyah hanya mempertahankan tradisi perilaku K.H Ahmad Rifa’i

yang sangat kental dengan kehati-hatiannya dalam menerapkan hukum agama

(syariat).

Adapun pendapat K.H Ahmad Rifa’i tentang masalah perkawinan telah

ditulis dalam sebuah kitab yang sampai sekarang masih menjadi rujukan utama

para penganut Rifa’iyah dalam masalah perkawinan, yaitu kitab Tabyinul Islah

Limuradi an-Nikah. Isi dari kitab tersebut adalah membahas seputar masalah

perkawinan, seperti hukum, rukun dan syarat perkawinan, thalaq, ruju’ dan

sebagainya. Kitab tersebut beliau tulis dengan menggunakan bahasa Jawa huruf

arab latin, karena untuk memudahkan bagi orang awam yang belum paham tentang

hukum agama (syariat) yang berkaitan dengan masalah perkawinan.

Pendapat K.H Ahmad Rifa’i tentang hukum nikah pada dasarnya tidak

berbeda dengan pendapat mayoritas ulama , yang mana beliau berpendapat bahwa

                                                           

s

8

9

   8  Nurudin Fajar, “Aliran Rifa’iyah Didukuh Kretegan Desa Karangsari Kecamatan Rowosari-Kendal, Pada Tahun 1960-1975”,(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri

emaran

min Ridho, Usfita Syaekh Ahmad Rifa’i, op.cit, h.106.   

S g, 2007), h.55.

9 Muhammad A

Page 45: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

36  

hukum asal perkawinan adalah mubah, tetapi adakalanya bisa menjadi wajib,

sunnah, haram, bahkan makruh.10 Sedangkan pendapat beliau tentang rukun dan

syarat pe

erempuan

b. Syarat sah perkawinan

1. Syarat-syarat pengantin laki;laki ada lima perkara, yaitu:

1. Baligh, bila masih keci maka bapak atau kakek kabulnya.

2. Berakal, bila hilang akalnya maka bapak kabulnya.

u sesusuan dengan pengantin wanita.

4. Dengan kehendak sendiri(ikhtiar), tidak sah apabila dipaksa.

                                                           

rkawinan pada dasarnya juga tidak berbeda dengan pendapat mayoritas

ulama, hanya saja beliau terkesan lebih teliti dalam merinciksnnya, baik dalam

rukun maupun syarat.11 Adapun rukun dan syarat sah perkawinan menurut beliau

adalah sebagai berikut:12

a. Rukun nikah ada lima perkara, yaitu;

1. Pengantin laki-laki

2. Pengantin perempuan

3. Wali pengantin p

4. Dua orang saksi

5. Ijab dan Qabul

3. Tidak senasab ata

 10 Ahmad Rifai, Tabyinul Islah limuradi an-Nikah, (t.t, t.p, 1847), koras 1-2. 11 Ibid. 12Ibid. koras 2-3.  

Page 46: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

37  

5. Menentukan dan mengetahui nama wanita yang akan dinikahi,

a dan sudah

laki, yaitu:

ndiri, tanpa ada paksaan selain wali mujbir yaitu bapak

-laki yang akan menikahinya.

m, yaitu

enikahkan wanita dengan cara memaksa meskipun ia

ujbir ada enam perkara, yaitu:

1. Bap

g laki-laki yang adil, terkenal orang yang dapat dipercaya.

mengetahui akan status calon istrinya, perawan atau jand

lepas ‘iddah.

2. Syarat pengantin wanita sama dengan syarat pengantin laki-

1. Berusia baligh.

2. Berakal.

3. Tidak senasab atau tidak sesusuan dengan pengantin laki-laki.

4. Kehendak sen

atau kakek.

5. Mengetahui laki

3. Syarat wali

Wali yang akan menikahkan seorang wanita ada dua maca

wali mujbir dan wali bukan mujbir. Adapun wali mujbir adalah seorang

wali yang boleh m

tidak rela.

Syarat wali m

aknya, kakeknya atau tuan hambanya yang menjadi wali mujbir,

adapun saudara dan pamannya bukanlah wali mujbir.

2. Status pengantin harus gadis perawan walaupun usia baligh.

3. Seoran

4. Dinikahkan kepada kufunya.

Page 47: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

38  

5. Dinikahkan kepada seorang laki-laki yang bukan musuh dengan

anaknya.

6. Harus dapat mahar mitsil dan pengantin laki-laki sanggup

mujbir.

ak menikahkan seorang wanita bila statusnya belum baligh

enikahkannya, basic izin maupun

rsebut sudah baligh, maka sah

menikah

4.

, yaitu harus orang laki-laki.

dalam naungan atau dimiliki

ri dua orang laki-laki.

membayarnya.

Wali bukan mujbir adalah selain wali

Selain dari dua wali di atas ada juga wali wanita janda (tsayyibah),

wali mujbir berh

dan lagi perawan bukan janda. Tetapi kalau wanita tersebut ternyata janda,

maka bapak dan kakeknya tidak berhak m

tidak, sama saja tidak sah. Apabila janda te

kannya dengan syarat izin daripadanya, karena janda yang belum

baligh apa yang di ucapkan tidak dapt dipercaya.

Syarat saksi

Syarat sah saksi ada enam belas perkara, yaitu:

1. Islam, yaitu orang yang beragama Islam.

2. Aqil, yaitu orang yang berakal.

3. Baligh, yaitu sudah mencapai usia dewasa.

4. Laki-laki

5. Merdeka, yaitu orang yang sudah tidak

tuannya.

6. Dua orang, yaitu harus terdiri da

7. Melihat, yaitu bisa melihat atau tidak buta.

Page 48: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

39  

an jelas.

k, yaitu bukan anaknya sendiri.

am keadaan aman atau bebas

ar.

isa menjaga kehormatannya.

eyakini Tuhan.

taan penerimaan dari pengantin laki-laki.

ah disetubuhi.

Meng

8. Mendengar, yaitu bisa mendengar deng

9. Mampu mengucap, yaitu bisa mengucap dengan jelas.

10. Bukan ana

11. Bukan bapak, yaitu bukan bapaknya mempelai wanita.

12. Bukan musuh, yaitu harus orang yang dal

dari tekanan kedua mempelai.

13. Tidak fasik, yaitu orang yang tidak melakukan dosa bes

14. Bisa menjaga harga diri, yaitu orang yang b

15. Selamat keyakinannya, yaitu orang yang benar-benar m

16. Bukan orang pemarah, yaitu orang yang suka marah (emosi).

5. Syarat ijab qabul

Syarat ijab qabul ada enam perkara, yaitu:

1. Pengantin laki-laki harus mengetahui ijab dan qabul.

2. Pengantin laki-laki tidak boleh terlalu lama menjawab qabulnya.

3. Adanya pernyataan mengawinkan dari wali perempuan.

4. Adanya pernya

5. Tidak ada perjanjian menceraikan setel

6. gunakan bahasa yang bisa dimengerti.

Page 49: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

BAB IV

PANDANGAN PARA TOKOH PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAH

TENTANG PERKAWINAN ULANG

A. Perkawinan Ulang

1. Pengertian

Kata “ulang” menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah kembali, lagi, atau

berkali-kali.1 Apabila kata “ulang” merupakan kata tambahan untuk merangkai

agar menjadi sebuah variable, maka kata sebelumya berarti kembali atau terjadi

lagi. Dalam hal ini kata yang dimaksud adalah kata perkawinan, jadi maksudnya

adalah bahwa perkawinan itu kembali atau terjadi lagi. Maka, apabila kedua kata

tersebut digabungkan, akan menimbulkan sebuah definisi yaitu, perkawinan ulang

adalah perkawinan yang dilakukan setelah sebelumnya sudah pernah terjadi

perkawinan atau akad nikah.

2. Pandangan Para Tokoh tentang Perkawinan Ulang

Untuk memperoleh jawaban para tokoh penganut aliran Rifa’iyah di

Kelurahan Pagerkukuh Kecamatan Wonosobo tentang perkawinan ulang, penulis

telah melakukan wawancara dengan beberapa tokoh penganut aliran Rifa’iyah di

kelurahan tersebut dengan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai perkawinan

ulang. Salah satunya adalah wawancara dengan Bapak Kyai Hadi Sutopo yang

1 Sulkan Yasin dan Sunarto Hapsoyo, Kamus Bahasa Indonesia, (Surabaya: Mekar, 1990), h.

318.

40

Page 50: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

41

mana beliau berpendapat bahwa, perkawinan ulang adalah merupakan sebuah

anjuran untuk dilakukan bukan keharusan. Tetapi, apabila mengikuti pendapat K.H

Ahmad Rifa’i (pendiri Rifa’iyah) maka, sebaiknya perkawinan ulang perlu

dilakukan karena untuk menyempurnakan perkawinan, dan menurut beliau

perkawinan yang dilakukan di KUA (Kantor Urusan Agama) adalah sah karena

sudah memenuhi rukun dan syarat, tetapi kurang sempurna.2

Hal yang sama juga dikatakan oleh Bapak Kyai Sowarno dan para tokoh

Rifa’iyah lainnya bahwa perkawinan ulang merupakan sebuah anjuran yang

sifatnya setengah dari wajib untuk dilakukan, karena menurut pendapat KH.

Ahmad Rifa’i (pendiri Rifa’iyah) bahwa apabila ada salah satu atau lebih rukun

dan syarat perkawinan kurang terpenuhi dengan sempurna maka perkawinan ulang

harus dilakukan. Akan tetapi beliau berpendapat perkawinan yang dilangsungkan

di KUA (Kantor Urusan Agama) sudah sah, karena sudah memenuhi rukun dan

syarat perkawinan, tapi mungkin kurang sempurna.3

Kesimpulannya adalah bahwa perkawinan ulang perlu dilakukan karena

untuk menyempurnakan perkawinan.

3. Alasan Melakukan Perkawinan Ulang

Dari hasil wawancara yang telah penulis lakukan dengan beberapa tokoh

tentang alasan melakukan perkawinan ulang semua berpendapat sama yaitu,

2 Bapak Kyai Hadi Sutopo, Wawancara Pribadi , (Wonosobo, 13 April 2010) 3 Bapak Kyai Suwarno, Wawancara Pribadi, (Wonosobo, 14 April 2010)

Page 51: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

42

karena untuk mengantisipasi atau menjaga jika dikhawatirkan atau ditemukan

yang menjadi saksi perkawinan di KUA (Kantor Urusan Agama) diragukan akan

kesaksiannya, karena tidak atau kurang memenuhi syarat menjadi saksi. Sehingga,

disangsikan perkawinan tersebut kurang sempurna atau bahkan tidak sah jika

mengikuti pendapat K.H Ahmad Rifa’i (pendiri Rifa’iyah). Karena saksi

merupakan salah satu rukun nikah, maka harus diperhatikan atau diperhitungkan.

Dalam hal ini yaitu, orang-orang yang telah memenuhi syarat atau sepantasnya

menjadi saksi meskipun tidak sepenuhnya bisa sempurna, artinya semua syarat ada

pada dirinya tetapi setidaknya mendekati kesempurnaan, sehingga perkawinan bisa

lebih sempurna. Akan tetapi, tidak menganggap pernikahan di KUA tidak sah akan

tetapi sudah sah, dan alangkah baiknya dan tidak ada salahnya apabila dilakukan

perkawinan ulang atau akad nikah baru yang intinya adalah untuk

menyempurnakan perkawinan.

Adapun syarat menjadi saksi yang memenuhi tingkatan adil menurut

Rifa’iyah adalah sebagai berikut :

1. Islam, yaitu orang yang beragama Islam dan tidak sah apabila dari selain

orang Islam.

2. Aqil, yaitu orang yang berakal dan tidak sah apabila orang yang hilang

ingatan menjadi saksi

3. Baligh, yaitu sudah mencapai usia dewasa dan sudah dikenai beban hukum

syari’at dan tidak sah orang yang belum baligh menjadi saksi.

Page 52: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

43

4. Laki-laki, yaitu harus orang laki-laki dan tidak sah apabila perempuan

menjadi saksi

5. Merdeka, yaitu orang yang sudah tidak dalam naungan atau dimiliki tuannya

dan tidak sah kesaksian seorang budak yang masih dalam hak milik tuannya.

6. Dua orang, yaitu harus terdiri dari dua orang laki-laki kalau hanya satu maka

tidak sah.

7. Melihat, yaitu bisa melihat atau tidak buta dan dapat menyaksikan tidak sah

kesaksian orang buta atau tidak dapat melihat

8. Mendengar, yaitu bisa mendengar dengan jelas dan tidak sah kesaksian orang

tuli atau tidak dapat mendengar.

9. Mampu mengucap, yaitu bisa mengucap dengan jelas dan tidak sah kesaksian

orang bisu atau tidak mampu mengucap.

10. Bukan anak, yaitu bukan anaknya sendiri dan tidak sah kesaksian seorang

anak keturunannya sendiri.

11. Bukan bapak, yaitu bukan bapaknya mempelai wanita dan tidak sah kesaksian

seorang bapak mempelai wanita.

12. Bukan musuh, yaitu harus orang yang dalam keadaan aman atau bebas dari

tekanan kedua mempelai.

13. Tidak fasik, yaitu orang yang tidak melakukan dosa besar dan tidak sah

kesaksian orang yang sering melakukan disa besar.

14. Bisa menjaga harga diri, yaitu orang yang bisa menjaga kehormatannya dan

tidak sah kesaksian orang yang tidak bisa menjaganya.

Page 53: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

44

15. Selamat keyakinannya, yaitu orang yang benar-benar meyakini Tuhan tidak,

tersesat imannya dan bukan ahli bid’ah seperti golongan Jabariah dan

Qadiriyah

16. Bukan orang pemarah, yaitu orang yang tidak suka atau sering marah (emosi)

yang berlebihan karena dorongan hawa nafsunya. 4

Menurut mereka (para tokoh) memang bukanlah hal yang mudah untuk

bisa mendapatkan seorang saksi yang memenuhi syarat seperti di atas, apalagi di

saat sekarang. Meskipun ada, tetapi kemungkinan kecil untuk bisa

mendapatkannya, jika tidak karena kebetulan saja. Akan tetapi, mereka

beranggapan bahwa yang sepantasnya menjadi saksi dalam perkawinan adalah

orang yang memenuhi batas maksimal mendekati persyaratan di atas meskipun

tidak sepenuhnya.

4. Tujuan Melakukan Perkawinan Ulang

Diantara beberapa tujuan melakukan perkawinan ulang adalah sebagai

berikut:

1. Untuk menyempurnakan perkawinan apabila ditemukan atau diketahui yang

ditunjuk menjadi saksi kurang memenuhi syarat menjadi saksi. Tetapi sama

sekali tidak menganggap bahwa perkawinan yang dilangsungkan di KUA

(Kantor Urusan Agama) tidak sah tetapi sudah sah, hanya saja kurang

sempurna.

4 Ahmad Rifa’i, Tabyinul Islah Limuradi an-Nikah, (t.t,t.p, 1847), koras 1-2.

Page 54: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

45

2. Untuk memberitahukan kepada kedua mempelai khususnya pihak laki-laki

(suami) agar supaya berhati-hati ketika mengucapkan kalimat talaq. Karena,

kadang tanpa diketahui atau disadari jika suami telah mengucapkan kalimat

talaq atau kalimat lain yang maksudnya sama dengan kalimat talaq, mereka

masih berkumpul selayaknya hubungan yang sah. Padahal apabila suami

sudah mengucapkan kalimat talaq berarti ia tidak boleh (haram) menggauli

istrinya kalau belum rujuk dan dihukumi zina. Apabila melakukan zina, maka

mereka telah melakukan dosa yang besar. Untuk mengantisipasi atau menjaga

agar tidak terjadi maka permasalahan ini penting untuk diketahui dan harus

disampaikan kepada kedua mempelai, terutama pihak suami Karena akhir-

akhir ini banyak kejadian seorang suami telah mengucapkan kalimat talaq

tetapi tidak merasa bahkan tidak tahu bahwa ia telah menceraikan istrinya, dan

masih melakukan hubungan selayaknya suami istri yang masih sah. Berarti

menambah pengetahuan kedua mempelai agar berhati-hati dalam menjaga

penikahannya.

B. Dalil atau Dasar yang Digunakan

Berbicara tentang dalil apa yang digunakan untuk melakukan perkawinan

ulang atau akad nikah baru, sama sekali tidak ada dalil yang benar-benar tepat

mengenai masalah tersebut. Akan tetapi, perkawinan ulang dilakukan dengan alasan

merujuk sebuah hadits yang menjelaskan tentang perkawinan tidak sah tanpa adanya

wali dan dua orang saksi yang adil, yaitu:

Page 55: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

46

لدى عدا هشو لىوبالا احكنال

“ Tidak sah nikah tanpa wali dan dua orang saksi yang adil”(HR. Daruqhutny dan

Ibnu Hibban)

Dari bunyi hadits di atas menurut Rifa’yah, bahwa rukun perkawinan selain

harus ada wali juga harus dihadiri oleh dua orang saksi yang adil. Kata adil disini

sangat diperhitungkan oleh mereka karena rukun yang sering menjadi penyebab

adanya perkawinan ulang adalah mengenai saksi yang kurang memenuhi syarat adil

(penjelasan tentang syarat saksi adil sudah dijelaskan pada halaman sebelumnya).

Adapun pendapat sesepuh pendiri Rifaiyah yaitu K.H Ahmad Rifa’i tentang

perkawinan ulang adalah sebagai berikut:

1. Apabila ada rukun dan syarat perkawinan yang cacat atau kurang sempurna,

maka perkawinan tidak bisa dianggap sah dan harus dilakukan perkawinan ulang

atau akad nikah baru, terutama yang berkaitan dengan masalah saksi.

2. Apabila akad perkawinan dilakukan di hadapan hakim pemerintahan kolonial

Belanda maka tidak sah atau tidak ada gunanya (batal) dan harus dilakukan

perkawinan ulang atau akad nikah baru. Karena, beliau beranggapan bahwa

hakim syara’ yang bekerja dalam pemerintahan kolonial Belanda tergolong

orang-orang fasik yang saling membantu dengan hukum kafir.

K.H Ahmad Rifa’i adalah salah satu ulama pribumi yang sangat anti dengan

kolonial Belanda. Sehingga, beliau menganggap kolonial Belanda adalah orang-orang

kafir yang harus diperangi dan haram hukumnya mengikuti peraturan-peraturannya.

Page 56: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

47

Akan tetapi, kalangan Rifa’iyah hanya mengikuti pendapat yang pertama yaitu,

bahwa perkawinan ulang layak untuk dilakukan apabila diketahui para saksinya

kurang memenuhi syarat menjadi saksi atau kurang sempurna. Maka, dianjurkan

untuk melakukan perkawinan ulang atau akad nikah baru dengan tujuan untuk

menyempurnakan perkawinan. Tetapi, perkawinan ulang atau akad nikah baru

tersebut bukanlah merupakan kewajiban atau keharusan untuk dilakukan, hanya

diperuntukan bagi mereka yang menghendaki atau menginginkan saja. Adapun

pendapat yang kedua mereka tidak bisa mengikuti karena saat sekarang sudah sudah

terbebas dari pemerintahan kolonial Belanda.

C. Analisis Penulis

Setelah penulis memaparkan beberapa uraian yang berhubungan dengan

rumusan masalah, maka selanjutnya penulis akan memaparkan analisis terhadap

rumusan masalah tersebut. Adapun analisisnya adalah sebagai berikut:

1. Memang benar menurut pendapat jumhur ulama dan telah dirumuskan oleh para

ulama Indonesia bahwa salah satu syarat saksi adalah adil. Akan tetapi, menurut

penulis adalah suatu hal yang sangat sulit untuk bisa mengetahui sejauh mana

seseorang sudah bisa berbuat adil atau belum bahkan tidak. Penulis beranggapan

cukup kiranya melihat adil atau tidaknya seseorang dari lahirnya saja, karena

kehadiran saksi pada waktu akad nikah adalah untuk menyaksikan atau

mengetahui bahwa perkawinan itu telah berlangsung. Oleh sebab itu, menurut

hemat penulis, untuk memudahkan pelaksanaan perkawinan cukup kiranya

Page 57: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

48

5 Sebenarnya tidak

berbeda jauh dengan pendapat K.H Ahmad Rifa’i yaitu tentang syarat adil, tetapi

masalahnya adalah sulitnya kemampuan manusia mengetahui batasan seseorang

adil atau tidak. Untuk mengantisipasi hal tersebut dan memudahkan dalam

memenuhi rukun nikah atau perkawinan, maka setiap orang yang ditunjuk menjadi

saksi akad nikah baik di KUA maupun diluar KUA diwajibkan untuk

mengucapkan dua kalimat syahadat dan istighfar sebelum menyaksikan atau

mengikrarkan keabsahan akad nikah atau perkawinan.

2. Menururut pendapat jumhur ulama maupun undang-undang tentang perkawinan

yaitu, apabila sebuah perkawinan telah memenuhi rukun dan syarat maka sudah di

anggap sah, jika sudah sah maka bisa dikatakan sudah sempurna dan tidak perlu

dilakukan perkawinan ulang. Karena, masalah kesempurnaan hanya persepsi

manusia yang terbatas, dan makna hakikat kesempurnaan hanya Tuhan yang

mengetahui. Adapun tujuan lain dari perkawinan ulang adalah untuk

memberitahukan kepada kedua mempelai khususnya pihak suami supaya berhati-

hati dalam mengucapkan kalimat talaq, hal itu pun mesti disampaikan oleh

5 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, op.cit. h, 119.

Page 58: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

49

penghulu sebelum dilangsungkan akad nikah atau perkawinan. Maka sebenarnya

tidak ada perbedaan antara perkawinan yang pertama dengan perkawinan ulang.

3. Memang sangat jelas penjelasan dari hadits yang diriwayatkan oleh Daruqhutni

dan Ibnu Hibban tentang tidak sahnya perkawinan tanpa adanya wali dan dihadiri

dua orang saksi. Akan tetapi, karena sulitnya mengetahui seseorang sudah bisa

berbuat adil atau belum maka cukup kiranya kita hanya melihat adilnya seseorang

dari lahirnya saja. Apabila mengikuti pendapat K.H Ahmad Rifa’i dan sejauh tidak

menyimpang atau bertentangan dengan aturan agama, maka sesuatu (hukum) itu

boleh dilakukan meskipun tidak ada dalil nash yang menjelaskan. Karena, apabila

merujuk ke kaidah fiqih yang berbunyi al-‘Adatu Muhakkamah (adat kebiasaan

dapat dijadikan sebagai hukum) maka dibolehkan, selagi bisa mendatangkan

kemashlahatan dan tidak bertentangan dengan nash dan jiwa syari’at.6Tetapi,

alangkah baiknya jika dilakukan penelaahan lebih jauh lagi terkait dengan hukum

adat itu sendiri. Karena dengan berubah dan berkembangnya zaman atau waktu

tidak menutup kemungkinan sesuatu (hukum adat) tersebut sudah tidak sesuai lagi

jika masih diterapkan pada zaman atau saat sekarang.

6 Asmuni A.Rahman, Qawa’idul Fiqhiyah,(Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 88.

Page 59: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

  

BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan dan analisis, maka penulis dapat memberikan

jawaban yang berhubungan dengan rumusan masalah dari penelitian ini. Adapun

jawaban tersebut akan penulis simpulkan sebagai berikut:

1. Perkawinan ulang dilakukan karena diketahui atau ditemukan adanya

ketidaksempurnaan pada rukun atau syarat perkawinan, yaitu terkait masalah

saksi, dan yang dimaksud saksi disini adalah saksi yang kurang memenuhi syarat

saksi, terutama tentang syarat adil.

2. Tujuan perkawinan ulang adalah untuk menyempurnakan perkawinan meskipun

perkawinan yang pertama sudah sah, sekaligus untuk memberitahukan atau

memberi pengertian kepada pihak suami akan kehati-hatian mengucapkan

kalimat talak demi untuk menjaga perkawinannya.

3. Tidak ada dalil atau dasar yang benar-benar sesuai yang digunakan untuk

melakukan perkawinan ulang, tetapi merujuk pada hadits yang diriwayatkan oleh

Daruqhutny dan Ibnu Hibban yang menjelaskan tentang sahnya perkawinan

harus ada wali dan dihadiri dua orang saksi yang adil, maka syarat adil disini

oleh Rifa’iyah sangat diperhitungkan, karena menyangkut keabsahan dan

50   

Page 60: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

51 

kesempurnaan perkawinan. Selain dari merujuk pada hadits tersebut Rifa’yah

juga beralasan karena mengikuti pendapat sesepuh pendiri Rifa’iyah yaitu K.H

Ahmad Rifa’i tentang keharusan melakukan perkawinan ulang jika ditemukan

rukun atau syarat perkawinan ada yang cacat atau kurang sempurna yang dapat

membatalkan keabsahan perkawinan yaitu terkait masalah saksi yang dianggap

kurang memenuhi syarat.

B. Saran-saran

1. Untuk para pembaca perlu kiranya mengetahui bahwa aliran Rifa’iyah bukanlah

sebuah aliran yang menyimpang ataupun sesat seperti yang muncul akhir- akhir

ini. Tetapi, aliran Rifa’iyah adalah sebuah aliran yang bercorak tasawuf dan

bermadzhab Imam Syafi’i, dan ajaran-ajarannya juga tidak berbeda jauh dengan

ajaran Islam pada umumnya.

2. Bagi para peneliti diharapkan bisa lebih jauh mendalami tentang Rifa’iyah,

karena selain dari permasalahan yang penulis teliti, kemungkinan besar masih

banyak peluang untuk melakukan penelitian terutama tentang pemikiran K.H

Ahmad Rifa’i, seperti ajaran ilmu tasawuf, fiqih, ataupun tauhid. Semua

pemikirannya sudah tertuang dalam kitab-kitab yang ditulis beliau yaitu yang

dikenal dengan istilah kitab Tarjumah karena menggunakan bahasa Jawa murni.

3. Bagi para penganut aliran Rifa’iyah terutama para tokohnya sudi kiranya untuk

lebih intens dalam dakwah sosialnya, supaya bisa lebih dikenal oleh masyarakat

 

Page 61: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

52 

luas, bisa dimengerti dan dimaklumi sehingga keberadaan Rifa’iyah ditengah-

tengah mereka bisa diterima dengan baik tanpa ada pertentangan.

4. Untuk para tokoh agama sebisa mungkin untuk lebih bisa bersikap toleransi dan

objektif terhadap aliran-aliran yang ada dalam Islam, karena perbedaan,

keanekaragaman adalah merupakan kekayaan dalam agama, dan tidak bisa di

elakkan lagi. Sangat disayangkan, akhir-akhir ini seiring dengan munculnya

aliran-aliran baru para tokoh agama mudah sekali terprovokasi, tanpa kejernihan

berpikir dan terlalu gegabah dalam menyikapinya, akibatnya malah fatal bagi

umat Islam sendiri dan justru malah bisa memecah belah persatuan umat Islam,

akhirnya muncullah tindakan-tindakan anarkis yang sangat tidak sesuai dengan

ajaran Islam. Dengan pidatonya yang berapi-api didepan khalayak ramai bahkan

publik, mereka merasa sudah benar, yang paling benar dan caranyalah yang

paling benar, padahal belum tentu demikian, malah bisa sebaliknya. Meskipun

ada dari sebagian aliran tersebut memang sesat, tentu ada banyak cara untuk

menegur atau mengingatkannya, diantaranya dengan hikmah, wacana yang

indah, dialog, itu semua adalah perintah Allah yang sudah jelas tertulis didalam

ayat suci al-Quran yaitu “serulah mereka untuk kembali ke jalan yang benar (

Tuhanmu ) dengan cara ( penuh ) hikmah”, bukan dengan emosional apalagi

dengan kekerasan.

5. Bagi instansi atau lembaga pemerintahan khususnya KUA ( Kantor Urusan

Agama ), agar lebih bisa mengerti dan memaklumi dengan adanya perkawinan

ulang yang dilakukan oleh sebagian warga Rifa’iyah, dan diharapkan apabila

 

Page 62: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

53 

menemui warga Rifa’iyah yang akan melakukan perkawinan sudi kiranya pihak

KUA mempersilahkan kepada mereka supaya warga Rifa’yah sendiri yang

terlibat didalam prosesi perkawinan, dan pihak KUA tinggal mencatat saja.

Mungkin ini salah satu cara untuk mengantisipasi agar supaya tidak terjadi

perkawinan ulang.

 

Page 63: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

54 

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim

Abdurrahman., Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Akademika Pressindo, 2004

Abu Zahrah, Muhammad., Al-Akhwal Al-Syakhsiyah, Beirut: Dar Al-Fikr, 2005

Al-Jaziri, Abdurahman., Al-Fiqh ‘ala Mazahib al-Arba’ah, Beirut: Daar al-Fikr, 1977

Al-Zuhaili, Wahbah., Al-Fiqh Al-Islam Wa Adillatuhu, Damaskus: Daar al-Fikr, 1989, Jilid VI.Cet. Ke-3

Amin Ridho, Muhammad , Usfita Syekh Ahmad Rifa’i, Wonosobo: Manba’ul Anwar Press, 2008

Arikunto, Suharsimi., Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, Cet Ke-13

Ayyub, Syaikh Hasan, Fikih Keluarga, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2006

Baqir al-Habsyi, Muhammad, Fiqih Praktis “Seputar Perkawinan dan Warisan”, Bandung: Mizan, 2003

Fajar, Nurudin, “Aliran Rifa’iyah Didukuh Kretegan Desa Karangsari Kecamatan

Rowosari-Kendal, Pada Tahun 1960-1975”, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, 2007

Hafiz, Ibn Rusyd., Bidayatu al Mujtahid wa nihayatu al-muqtasid, Beirut: Dar Al-

Fikr, t.t Jamil, Abdul, Perlawanan Kiai Desa: Pemikiran Dan Gerakan Islam KH Ahmad

Rifa’i, Jakarta: LKIS, 2001

Jawad Mughniyah, Muhammad, Fikih Lima Madzhab: Al-fiqh ‘ala Madzahibu al-Khamsah, Penerjemah A.B, Masykur, dkk (Jakarta; PT Lentera Basritama, 1999

 

Page 64: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

55 

Kamal, Muhtar., Asas-Asas Hukum Islam Dalam Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1992

Kuzari, Ahmad, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta: Rajawali Press, 1995

Manan, Abdul., Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta : Kencana, 2006

Nurrudin, Amiur dan Tarigan, Azhari Kamal, Hukum Perdata Islam di Indonesia : Studi Kritis Perkembangan Islam dari Fikih, UU No 1/1974 sampai KHI, Jakarta : Kencana, 2004

Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi, Ilmu Fikih, juz ll, Jakarta: Departemen Agama , 1985

Rafiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 1998

Rahman, Asmuni A., Qawa’idul Fiqhiyah, Jakarta: Bulan Bintang, 1976

Ghazaly. Abdurrahman, Fikih Munakahat, Jakarta : Kencana, 2003

Ramulyo, Idris , Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996

Rifa’i, Ahmad , Taisir,Penerjemah Ahmad Syadzirin Amin, Pekalongan: Yayasan Badan Wakaf Rifa’iyah, 2009

Rifa’i, Ahmad, Tahyirotul Muhtashor , t.t, t.p, 1848

Rifa’i, Ahmad., Tabyinul Ishlah Limuriidin al-Nikah,t.t, t.p, 1847

Rusdiana , Kama dan Aripin, Zaenal , Perbandingan Hukum Perdata, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007

Sabiq, Sayyid., Fikih Sunnah, Beirut : Dar Al-Fikr, 1983, Cet. Ke-4

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Press, Cet Ke-3, 1986

Amin Summa, Muhammad, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam,Jakarta: PT RajaGrafindo Persada),2005

Syamsudin,M, Oprasionalisasi Penelitian Hukum,Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007

 

Page 65: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan

56 

 

Syarifuddin, Amir., Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2007

Tihami, M.A, dan Sahrani, Sohari, Fikih Munakahat : Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta : Rajawali Pers, 2009

Tim Prima Pena, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Cita Media Pres

Yasin Sulkan dan Sunarto Hapsoyo, Kamus Bahasa Indonesia, Surabaya: Mekar, 1990

Yunus, Mahmud, Hukum Pernikahan Dalam Islam, Jakarta : Hudakarya Agung, 1966, Cet. Ke-15

Zuhaily, Wahbah, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Damaskus: Daar al-Fikr, 1984, h.73-77

Page 66: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan
Page 67: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan
Page 68: PERKAWINAN ULANG BAGI PENGANUT ALIRAN RIFA’IYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2568/1... · 2013-04-29 · bantuan moril maupun materil terutama atas doa dan