perintisan sekolah adiwiyata berbasis potensi alam …eprints.ums.ac.id/74803/11/naskah...

21
PERINTISAN SEKOLAH ADIWIYATA BERBASIS POTENSI ALAM SEKITAR DI SMP NEGERI 6 MANGGAR BELITUNG TIMUR Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh: MICHAEL RIVALDI MEWENGKANG A 210 150 084 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Upload: others

Post on 19-Feb-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERINTISAN SEKOLAH ADIWIYATA BERBASIS POTENSI

ALAM SEKITAR DI SMP NEGERI 6 MANGGAR

BELITUNG TIMUR

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Jurusan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

MICHAEL RIVALDI MEWENGKANG

A 210 150 084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

1

PERINTISAN SEKOLAH ADIWIYATA BERBASIS POTENSI ALAM

SEKITAR DI SMP NEGERI 6 MANGGAR BELITUNG TIMUR

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan perintisan sekolah adiwiyata

berbasis potensi alam di SMP Negeri 6 Manggar, (2) mendeskripsikan ciri-ciri

kebijakan berwawasan lingkungan, (3) mendeskripsikan ciri-ciri kurikulum berbasis

lingkungan, (4) mendeskripsikan ciri-ciri kegiatan lingkungan berbasis partisipasif,

(5) mendeskripsikan ciri-ciri pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan di SMP

Negeri 6 Manggar. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan desain

etnografi. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Manggar. Subyek utama

penelitian ini adalah seluruh warga sekolah. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini melalui pengamatan terlibat, wawancara mendalam dan dokumentasi.

Dianalisis dengan menggunakan triangulasi sumber dan analisis data tertata dalam

situs. Hasil penelitian ini adalah membuktikan perintisan sekolah adiwiyata meliputi:

(1) Kebijakan berwawasan lingkungan dibuktikan dengan adanya visi, misi dan

tujuan yang berwawasan lingkungan dan alokasi dana sebesar 20% dari dana BOS

APBD dan APBN. (2) Kurikulum berbasis partisipasif diwujudkan melalui integrasi

materi lingkungan hidup dengan mata pelajaran. (3) Kegiatan lingkungan berbasis

partisipasif dilaksanakan dengan adanya kegiatan sabtu bersih dan kegiatan

ektrakurikuler. (4) Pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan dilaksanakan

dengan adanya himbauan sekolah untuk memanfaatkan air dan listrik secara efisien,

kantin yang tidak menjual makanan kemasan dan pengelolaan sampah.

Kata Kunci: sekolah adiwiyata, kebijakan, kurikulum, partisipasif, pengelolaan.

Abstract

The purpose of this research are: (1) describe the pioneering of natural potential

based on adiwiyata schools in Manggar Junior High School, (2) describe the

characteristics of environment-based on the policy, (3) describe the characteristics of

an environment-based on the curriculum, (4) describe the characteristics of

participatory based environmental activities, (5) describe the characteristics of eco-

environment infrastructure management in Manggar 6 Junior High School. The type

of this research is a qualitative study with an ethnographic design. This research was

conducted at Manggar 6 Junior High School. The main subjects of this study were all

people in school. The methods used in this study are observation, interview, and

documentation. This report is analyzed by using triangulation source and data in

sites. The results of this study is to prove the pioneering of adiwiyata schools

including: (1) An environment-based on policy which is proved by the vision,

mission and goals that are based on environment and allocate funds of 20% of the

BOS APBD and APBN. (2) The curriculum which is proved by the integration of

environmental material with the subjects in school. (3) Environment activities such

as ‘Sabtu Bersih’ and extracurricular. (4) The management of infrastructure is

conducted by the efficiency of electricity and water, canteens do not serve food in

package, the waste management through monitoring and regulation of the disposal.

Keywords: adiwiyata school, policy, curriculum, participatory, management.

2

1. PENDAHULUAN

Lingkungan merupakan unsur yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Hal

ini dikarenakan lingkungan dapat berperan dalam mendukung berbagai aktivitas

manusia dan kondisi lingkungan juga dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Menurut

Sirait (2011: 3 dalam Wahyuhadi 2012: 2) menyatakan bahwa lingkungan adalah

segala sesuatu yang terdapat di sekitar makhluk hidup dan juga berpengaruh terhadap

aktivitas makhluk hidup. Syukri Hamzah (2013:1) menyatakan bahwa sikap dan

perilaku manusia akan menentukan baik dan buruknya kondisi suatu lingkungan.

Turunnya kualitas lingkungan yang terjadi saat ini, karena adanya kelalaian,

ketidaktahuan etika serta moral terhadap lingkungan sekitar yang disebabkan oleh

tindakan manusia. Menurut Bradshaw (2010, dalam Sufia dkk 2016: 726)

mengemukakan bahwa krisis lingkungan yang kini mencengkeram bumi adalah

akibat konsumsi berlebihan manusia atas sumber daya alam. Banyak kasus ulah

manusia yang mengganggu keseimbangan alam, seperti kasus pencemaran limbah

sawit dan kebakaran hutan khususnya di wilayah Belitung Timur. Kerusakan alam

juga di alami di negara lain seperti contoh tambang permata mirny di Rusia, tambang

chuquicamata di Chile, kerusakan di Bingham Canyon Mine terjadi di Amerika

Serikat, dsb (Anggen, 2013: 35). Dampak yang secara langsung dapat dirasakan

adalah terkontaminasinya oksigen akibat kebakaran hutan dan banjir diberbagai

wilayah. Menurut Susilo (2012) menjelaskan bahwa perilaku manusia dapat

mengakibatkan perubahan-perubahan pada makhluk hidup.

Menyikapi hal tersebut, Kementrian Negara Lingkungan Hidup pada tahun

2006 mencanangkan program Adiwiyata sebagai tindak lanjut dari MoU pada

tanggal 3 Juni 2005 antara Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan Menteri

Pendidikan Nasional melalui jalur pendidikan. Menurut Mulyana (2009: 175)

menjelaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu upaya potensial dalam

mengatasi krisis lingkungan. Program Adiwiyata yang dicanangkan mulai tahun

2006 dilaksanakan dan dikhususkan untuk Pulau Jawa, kemudian pada tahun 2007

program ini dilaksanakan menyeluruh ke tiap provinsi yang ada di Indonesia

termasuk provinsi Bangka-Belitung (KLH, 2010).

3

Terkait dengan upaya pemerintah, maka SMP Negeri 6 Manggar ditunjuk

oleh Dinas Lingkungan Hidup untuk menjadi sekolah adiwiyata. Adiwiyata

merupakan tempat yang baik dan ideal guna memperoleh segala ilmu pengetahuan

dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya

kesejahteraan hidup menuju cita-cita pembangunan berkelanjutan (Panduan

Adiwiyata 2012: 13). Sekolah adiwiyata adalah sekolah yang memiliki kebijakan-

kebijakan positif dalam pendidikan lingkungan hidup dimana kegiatannya

memperhatikan aspek-aspek lingkungan (Sumarmi dalam Afandi, 2013). Kemudian

menurut The United States Green Building (USGBC) (dalam Warju et al., 2017)

mendefinisikan “a green school as school building or facilities that create a healthy

environment that is conducive to learning as well as saving energy, resources and

money”. Dari definisi tersebut dikatakan bahwa sekolah adiwiyata adalah sekolah

yang hijau yang memiliki kemampuan menciptakan lingkungan sehat yang kondusif

untuk belajar serta dapat menghemat energi, sumber daya dan uang. Kegiatan

sekolah berwawasan lingkungan tidak hanya ditinjau dari tampilan fisik sekolah

yang hijau, tetapi dari program sekolah dan aktivitas pendidikan yang mengarah pada

kesadaran dan kearifan terhadap lingkungan hidup.

Budaya peduli lingkungan sudah lama dibiasakan oleh sekolah dan berlaku

bagi seluruh warga sekolah. Hal ini dilakukan oleh SMP Negeri 6 Manggar untuk

mencapai visi dan misi yang sudah ditetapkan oleh sekolah. Seluruh warga sekolah

harus mampu bersinergi mendukung pelaksanaan program tersebut guna perintisan

sekolah Adiwiyata. Mengingat hal tersebut perintisan sekolah adiwiyata di SMP

Negeri 6 Manggar Belitung Timur patut untuk dikaji lebih lanjut. Suksesnya

perintisan sekolah Adiwiyata tidak terlepas dari potensi alam yang ada di sekitar

lingkungan sekolah dan didukung oleh empat komponen Adiwiyata.

Empat komponen menurut panduan Adiwiyata (2012) yaitu: 1) Kebijakan

berwawasan lingkungan, menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Rohman, 2009:

134) menjelaskan bahwa implementasi kebijakan sebagai keseluruhan tindakan yang

dilakukan oleh individu/ pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta yang

diarahakan kepada pencapaian tujuan kebijakan yang telah ditentukan. 2)

Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, menurut Ahmad (2014:167) dapat

4

diimplementasikan melalui penyampaian materi lingkungan hidup yang terintegrasi

dengan kurikulum yang beragam untuk memberikan pemahaman tentang lingkungan

hidup yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. 3) Kegiatan lingkungan berbasis

partisipasif, menurut Ahmad (2014:167) dapat dilakukan dengan pengembangan

kegiatan kurikuler untuk meningkatkan pengetahuan sekaligus kesadaran siswa

terkait lingkungan hidup, mengikuti kegiatan aksi lingkungan yang di prakarsai oleh

pihak luar dan membangun kegiatan kemitraan. 4) Pengelolaan sarana pendukung

ramah lingkungan, menurut Ahmad (2014: 167) dapat dilakukan dengan

memaksimalkan pengelolaan dan pengembangan sarana pendukung baik di dalam

maupun di luar sekolah, peningkatan kualitas makanan yang sehat dan

pengembangan sistem pengelolaan sampah. Secara teori, jika seluruh warga sekolah

dapat melaksanakan empat komponen tersebut maka perintisan sekolah Adiwiyata

akan mudah tercapai.

Merujuk pada hasil penelitian Angga Swasdita Fridantara (2015) dengan

judul “Implementasi Program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Klaten” menunjukkan

bahwa pelaksanaan program Adiwiyata di SMA N 2 Klaten sudah sesuai dengan

buku panduan Adiwiyata. Ditandai dengan komponen kebijakan berwawasan

lingkungan, sekolah merubah visi-misi yang memuat nilai lingkungan dan

mengalokasikan dana 18% dari total anggaran untuk program Adiwiyata. Adapun

upaya meningkatkan partisipasi peserta didik dalam program adiwiyata yaitu

pembentukan satgas Adiwiyata, mengikuti kegiatan aksi lingkungan dan mengikuti

seminar.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat

dirumuskan: Pertama, bagaimana deskripsi perintisan sekolah adiwiyata di SMP

Negeri 6 Manggar, Belitung Timur?; Kedua, bagaimana ciri-ciri kebijakan

berwawasan lingkungan di SMP Negeri 6 Manggar?; Ketiga, bagaimana ciri-ciri

kurikulum berbasis lingkungan di SMP Negeri 6 Manggar?; Keempat, bagaimana

ciri-ciri kegiatan lingkungan berbasis partisipasif di SMP Negeri 6 Manggar?;

Kelima, bagaimana ciri-ciri pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan di SMP

Negeri 6 Manggar?.

5

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: Pertama,

mendeskripsikan perintisan sekolah Adiwiyata di SMP Negeri 6 Manggar; Kedua,

mendeskripsikan ciri-ciri kebijakan berwawasan lingkungan di SMP Negeri 6

Manggar; Ketiga, mendeskripsikan ciri-ciri kurikulum berbasis lingkungan di SMP

Negeri 6 Manggar; Keempat, mendeskripsikan ciri-ciri kegiatan lingkungan berbasis

partisipasif; Kelima, mendeskripsikan ciri-ciri pengelolaan sarana prasarana ramah

lingkungan di SMP Negeri 6 Manggar. Diharapkan dapat selaras dengan tujuan

penerapan Adiwiyata menurut panduan Adiwiyata (2013 dalam Huda, 2013:13) yang

berbunyi; Pertama, warga sekolah dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-

upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Kedua,

menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan

penyadaran warga sekolah dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup melalui tata kelola sekolah yang baik. Menurut Kobet (2009, dalam Rao, 2017:

Vol.16) menjelaskan bahwa: “a green school building is expected to reduce

environmental problems and increase the well-being of a school’s stakeholders”.

Dapat disimpulkan dengan green school (adiwiyata) dapat mengurangi masalah

lingkungan dan meningkatnya kesejahteraan pemangku kepentingan sekolah.

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Etnografi

merupakan kegiatan penelitian untuk memahami cara-cara orang berinteraksi dan

bekerjasama melalui fenomena teramati dalam kehidupan sehari-hari (Harsono,

2016:19). Penelitian ini dimulai pada bulan Juli 2018 dan berlangsung hingga April

2019 di SMP Negeri 6 Manggar, Belitung Timur. Peneliti sengaja memilih lokasi di

SMP Negeri 6 Manggar karena SMP tersebut rintisan sekolah adiwiyata yang

berhasil memperoleh penghargaan sekolah Adiwiyata tingkat kabupaten Belitung

Timur, tingkat provinsi Bangka-Belitung dan dalam tahap ke tingkat nasional.

Subyek penelitian ini adalah seluruh warga sekolah yang meliputi kepala sekolah,

guru, karyawan, komite sekolah dan peserta didik. Penelitian ini mengambil dua

orang guru dan kepala sekolah sebagai narasumber yang diwawancarai secara

mendalam.

6

Peneliti melakukan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian

mengenai keadaan sekolah, kegiatan sekolah dan seluruh warga sekolah yang perlu

diamati. Hal ini dilakukan agar didapatkan data yang valid dan reliabel. Penelitian ini

mengambil data sekunder dari buku, jurnal dan hasil penelitian yang relevan dari

penelitian sebelumnya. Penelitian ini dianalisis menggunakan triangulasi sumber,

yaitu mempertemukan tiga sumber informasi atau lebih untuk menentukan suatu

informasi itu valid atau tidak dan dilengkapi dengan triangulasi metode yang

memadukan tiga metode (berperan serta, wawancara mendalam dan dokumentasi).

Kemudian dianalisis dengan analisis data tertata dalam situs, yaitu analisis yang

dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Perintisan Sekolah Adiwiyata di SMP Negeri 6 Manggar

Salah satu implementasi konsep green school (eco school) dan green curriculum di

Indonesia adalah program Adiwiyata. Program Adiwiyata merupakan salah satu

bentuk komitmen pemerintah terhadap pengelolaan dan perlindungan lingkungan

melalui pendidikan. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah melalui Peraturan

Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2013 diterjemahkan menjadi program

sekolah Adiwiyata.

Perintisan sekolah Adiwiyata merupakan ketentuan pemerintah pusat, dalam

hal ini adalah Kementrian Lingkungan Hidup melalui Dinas Lingkungan Hidup

Daerah bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung Timur menunjuk

sekolah yang memenuhi standar sebagai sekolah yang peduli dan berbudaya

lingkungan. Sebagai satu-satunya sekolah yang berada di wilayah Desa Kelubi, SMP

Negeri 6 Manggar ditunjuk oleh Dinas Lingkungan Hidup setempat sebagai sekolah

yang menuju Adiwiyata. Perintisan sekolah adiwiyata di SMP Negeri 6 dimulai

tahun 2014 saat gedung sekolah diresmikan oleh AusAID (Australia’s Education

Partnership with Indonesia). SMP Negeri 6 Manggar dipilih karena lokasi sekolah

yang jauh dari keramaian, memiliki udara yang segar, kekayaan alam berupa

pertanian dan perkebunan sekitar yang mendukung terciptanya sekolah adiwiyata.

Saat ini SMP Negeri 6 Manggar masih berjuang untuk menjadi sekolah Adiwiyata

7

tingkat Nasional setelah mendapatkan penghargaan sekolah Adiwiyata tingkat

provinsi pada tahun 2018.

SMP Negeri 6 Manggar terus berupaya menunjukkan kemajuan untuk

menjadi sekolah Adiwiyata tingkat nasional yaitu sekolah yang peduli dan

berwawasan lingkungan (sekolah yang baik dan ideal untuk pembelajaran).

Sebagaimana tertuang menurut The United States Green Building (USGBC) (dalam

Warju et al., 2017) mendefinisikan bahwa sekolah adiwiyata adalah sekolah yang

hijau yang memiliki kemampuan menciptakan lingkungan sehat yang kondusif untuk

belajar serta dapat menghemat energi, sumber daya dan uang.

Dalam perintisan sekolah Adiwiyata, SMP Negeri 6 Manggar menggunakan

buku panduan Adiwiyata, aturan dan Undang-undang sebagai langkah perintisan

yang sesuai dengan peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor

5 tahun 2013 tentang pedoman pelaksanaan program adiwiyata yang mengacu pada

empat komponen, yaitu: kebijakan berwawasan lingkungan, pelaksanaan kegiatan

lingkungan berbasis lingkungan, kegiatan berbasis partisipasif dan pengelolaan

sarana-prasarana pendukung ramah lingkungan. Kemudian membentuk tim sekolah

Adiwiyata yang terdiri dari penanggung jawab, ketua, sekretaris, bendahara,

koordinator pemenuhan standar kebijakan berwawasan lingkungan, koordinator

pengembangan kurikulum berbasis lingkungan, koordinator pengembangan kegiatan

berbasis partisipasif, koordinator pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan.

Hal ini sesuai dengan dasar hukum Adiwiyata (Panduan Adiwiyata, 2012)

yang menjelaskan bahwa dalam rangka perintisannya, sekolah mengacu pada

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2013 tentang pedoman

pelaksanaan program Adiwiyata. Langkah-langkah yang dilakukan pihak sekolah

untuk mewujudkan sekolah Adiwiyata adalah memuat kebijakan yang sesuai dengan

standar sebagai sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Dari pihak peserta

didik ditunjukkan ketika siswa berperan aktif dan berpartisipasi dalam menjalankan

kebijakan dan aturan yang dibuat oleh pihak sekolah. Kemudian dari pihak guru dan

karyawan juga berperan aktif dan berpartisipasi dalam menjalankan kebijakan dan

aturan yang dibuat oleh pihak sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.

8

Dalam penelitian ini diketahui bahwa dalam rangka perintisan sekolah

Adiwiyata, SMP Negeri 6 Manggar melaksanakan berbagai kegiatan, yaitu: (1)

Mengikuti kegiatan workshop (sosialisasi Adiwiyata dan pelatihan kantin sehat). (2)

Mengadakan studi banding ke sekolah yang lebih dulu menyandang predikat sekolah

Adiwiyata. (3) Membentuk kegiatan ekstrakurikuler (kegiatan mendaur ulang

sampah, membuat pupuk kompos, dll). (4) Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup

yang diadakan oleh pihak luar sekolah ditunjukkan ketika para siswa membersihkan

sampah yang ada di sekitar pantai dan gotong-royong di lingkungan kantor desa. (5)

Kegiatan pemeliharaan tanaman. (6) SMP Negeri 6 Manggar bermitra dengan Dinas

Lingkungan Hidup, komite sekolah dan orang tua peserta didik. Dibuktikan adanya

bantuan tanaman bibit dan kunjungan orang tua ke sekolah untuk melakukan

kegiatan sabtu bersih atau Parents Day.

Dibandingkan dengan penelitian ini, dalam penelitian yang dilakukan

Fridantara (2015) dengan judul “Implementasi Program Adiwiyata di SMA Negeri 2

Klaten”. Sekolah sudah mengupayakan beberapa kegiatan yang melibatkan peserta

didik dalam program adiwiyata, yaitu melibatkan siswa-siswi dalam aksi lingkungan

dan workshop lingkungan hidup.

3.2 Kebijakan Berwawasan Lingkungan

SMP Negeri 6 Manggar sebagai sekolah Adiwiyata telah memiliki dan

mengembangkan kebijakan sekolah yang berwawasan lingkungan, dibuktikan dalam

visi, misi dan tujuan sekolah yang terdapat di dalam kurikulum sekolah dan sudah

memuat kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Visi, misi dan

tujuan sudah terinternalisasi oleh semua warga sekolah. Adapun visi SMP Negeri 6

Manggar yang menyebutkan “berwawasan lingkungan” dan misi SMP Negeri 6

Manggar yang memuat unsur berwawasan lingkungan terlihat pada poin kelima

disalah satu bagian 7K (kebersihan, keindahan dan kerindangan). Sedangkan tujuan

sekolah yang memuat unsur berwawasan lingkungan dibuktikan pada tahun 2017,

yaitu poin ke-14 “meningkatkan aktifitas dan kreatifitas siswa melalui pelaksanaan

kegiatan intra dan ekstrakurikuler terpadu berbasis Adiwiyata”. Ada keterkaitan

antara visi dan misi sekolah dengan tanaman yang ditanam di sekolah hal ini terbukti

9

dengan adanya tanaman pelindung dan perindang seperti: ketapang dan cemara laut.

Sesuai dengan misi pada poin ke-5 bagian 7K yang menyebutkan ‘kerindangan’.

Dengan ini, dapat dikaji bahwa SMP Negeri 6 Manggar sudah memiliki visi

dan misi yang sesuai dalam rangka mewujudkan sekolah Adiwiyata, visi dan misi

tersebut sudah ada sejak gedung sekolah diresmikan pada tahun 2014. Untuk tujuan

sekolah pada tahun 2017/2018 belum termuat secara tertulis, namun sekolah sudah

mencantumkan unsur berwawasan lingkungan pada tahun 2018/2019. Dalam

pelaksanaan komponen kebijakan berwawasan lingkungan di SMP Negeri 6

Manggar sudah sesuai sebagaimana yang tercantum dalam buku panduan Adiwiyata

(2012). Dari penelitian yang dihasilkan di lapangan, terdapat kesamaan terhadap

penelitian yang dilakukan oleh Angga (2015) dengan judul “Implementasi Program

Adiwiyata di SMA Negeri 2 Klaten”. Hasil penelitiannya adalah pelaksanaan

program Adiwiyata di SMA N 2 Klaten sudah sesuai dengan buku panduan

Adiwiyata. Ditandai dengan komponen kebijakan berwawasan lingkungan dalam hal

ini sekolah merubah visi dan misi yang memuat nilai lingkungan.

Selanjutnya, untuk mendukung perintisan sekolah Adiwiyata, SMP Negeri 6

Manggar sudah menganggarkan 20% dari total keseluruhan yang diperolah dari dana

BOS APBD dan APBN. Hal ini dilakukan oleh pihak sekolah, karena belum ada

dana atau bantuan khusus dari pemerintah secara langsung untuk dialokasikan ke

sekolah Adiwiyata. Anggaran tersebut nantinya dialokasikan untuk upaya

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup seperti penyediaan sarana dan

prasarana ramah lingkungan, kemitraan, kegiatan aksi lingkungan serta

pengembangan dan peningkatan mutu sekolah.

Dibandingkan dengan penelitian ini, dalam penelitian yang dilakukan oleh

Angga (2015) yang berjudul implementasi program adiwiyata di SMA Negeri 2

Klaten. Penelitian ini menegaskan bahwa sekolah sudah mengalokasikan dana 18%

dari total anggaran untuk program Adiwiyata. Dari hal ini diperoleh kesimpulan

bahwa persentase anggaran yang dilakukan setiap sekolah berbeda, namun satu

tujuan untuk mensukseskan sekolah Adiwiyata.

3.3 Kurikulum Berbasis Lingkungan

10

SMP Negeri 6 Manggar telah menerapkan kurikulum berbasis lingkungan, hal ini

dibutkikan ketika tenaga pendidik menjelaskan materi mengenai lingkungan hidup

dan terintegrasi dengan kurikulum. Dibuktikan juga hasil-hasil karya yang telah ada

dalam bentuk makalah, puisi, gambar dan informasi-informasi yang ditempelkan di

majalah dinding. Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan dilakukan oleh SMP

Negeri 6 Manggar dalam bentuk penerapan model pembelajaran student facilitator

and explaining dan metode pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif

dalam hal diskusi, penugasan, praktek langsung ke lapangan dan observasi. Peserta

didik diarahkan untuk mengembangkan isu-isu lokal dan global (banjir, lahan kritis

dan global warming), sekolah mengembangkan indikator dan instrumen penilaian

pembelajaran lingkungan, tenaga pendidik mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi

pembelajaran lingkungan hidup pada majalah dinding sehingga bisa dipelajari

langsung oleh peserta didik, menghasilkan karya nyata yang berkaitan dengan

pelestarian lingkungan hidup seperti: makalah, puisi, gambar dan produk daur ulang.

Berdasarkan hasil observasi, setiap guru berusaha memberikan pendidikan

lingkungan hidup dalam setiap mata pelajaran di sekolah. Hal ini terlihat ketika guru

menyampaikan mata pelajaran Geografi, Biologi, Ekonomi dan Agama, selalu

dibahas tentang keadaan lingkungan hidup. Mata pelajaran yang lain seperti

Matematika dan Ekonomi cara mengintegrasikan dengan lingkungan hidup adalah

mengukur jarak tanaman di sekolah agar tidak berantakan dan tertata dengan rapi.

Dibandingkan dengan penelitian ini, penelitian yang dilakukan oleh

Simsekli (2010) dengan judul The Original Activities for Enviromental Education

and Their Effects on Students (A Case Study in Bursa), siswa membuat makalah yang

berisi kegiatan yang mereka lakukan dan mereka melaporkan kegiatan yang telah

mereka pelajari. Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa tertarik dalam

pembelajaran lingkungan dengan melakukan kegiatan yang tidak dibuat-buat atau

ditekan oleh guru.

Sebagaimana tertuang pada surat keputusan (SK) Kepala SMP Negeri 6

Manggar Nomor 421.3/024.a/SMPN6MGR/II/2017 Peraturan mengenai

pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran, penggalian dan

pengembangan materi dan persoalan lingkungan hidup yang ada disekitar

11

masyarakat, pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya. Hal

tersebut sebagaimana tercantum dalam buku Panduan Adiwiyata (2012: 20) bahwa

tenaga pendidik harus mampu mengembangkan indikator dan instrumen penelitian

pembelajaran lingkungan hidup. Dalam hal ini Guru adalah tokoh utama dalam

pengembangan karakter peduli lingkungan untuk siswa selama kegiatan

pembelajaran berlangsung. Hungerford dan Volk (2013) menyatakan bahwa guru

dapat memberikan pengetahuan dan dorongan untuk menumbuh kembangkan empati

siswa terhadap lingkungan.

Siswa menerapkan pengetahuan lingkungan hidup untuk memecahkan

masalah lingkungan hidup dalam kehidupan sehari-hari seperti pengelolaan sampah.

Sebagaimana terdapat dalam Ahmad (2014: 167) yang mengatakan bahwa kurikulum

berbasis lingkungan dapat diimplementasikan melalui penyampaian materi

lingkungan hidup yang terintegrasi dengan kurikulum yang beragam untuk

memberikan pemahaman tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan

kehidupan sehari-hari. Penyampaian materi lingkungan hidup kepada para siswa

dapat dilakukan melalui kurikulum secara terintegrasi atau monolitik.

3.4 Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipasif

Perintisan sekolah Adiwiyata di SMP Negeri 6 Manggar pada komponen kegiatan

lingkungan berbasis partisipasif sekolah melaksanakan kegiatan aksi lingkungan

yang diadakan sekolah maupun pihak luar berupa: sabtu bersih, penghematan air dan

listrik, aksi bersih pantai, aksi tanam pohon, daur ulang sampah menjadi barang yang

bermutu. Sekolah juga telah melaksanakan kegiatan ektrakurikuler seperti pramuka,

olah-raga dan kelompok pecinta lingkungan hidup, dimana kegiatannya berupa

aktivitas pembelajaran lingkungan hidup.

Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh sekolah berkaitan dengan kegiatan

lingkungan berbasis partisipasif diantaranya: memelihara, merawat gedung dan

lingkungan sekolah oleh warga sekolah yang ditunjukkan dengan adanya jadwal

kebersihan setiap hari, adanya program sabtu bersih serta lomba kebersihan kelas

yang penilaiannya dilakukan setiap satu semester sekali. Selain itu juga

memanfaatkan lahan dan fasilitas sekolah sesuai kaidah-kaidah perlindungan dan

12

pengelolaan lingkungan hidup melalui: pembuatan taman disetiap kelas, kebun

sekolah, hutan sekolah, apotek hidup, green house, rumah kompos, kolam ikan,

pengelolaan sampah berupa tempat pembuangan akhir dan bank sampah.

Mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, olah raga,

majalah dinding dan kelompok pecinta lingkungan hidup (KPLH) yang sesuai

dengan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan memasukan

pengetahuan lingkungan hidup mengenai kepedulian terhadap lingkungan melalui

pengelolaan sampah dengan daur ulang ataupun pengomposan. Kegiatan

ekstrakurikuler majalah dinding pernah peneliti ikuti. Peneliti bersama dengan

peserta didik membuat suatu karya yang berkaitan dengan lingkungan hidup yang

kemudian ditempel pada papan yang sudah disediakan oleh sekolah. Adanya

kegiatan-kegiatan lain yang mendukung seperti: daur ulang sampah, aksi tanam

pohon dan aksi bersih pantai.

Dibandingkan penelitian ini, penelitian yang dilakukan oleh Sylvia Almeida

& Amy Cutter Mackenzie (2011: 122) dengan judul “The Historical, Present and

Futureness of Environmental Education in India” menunjukkan bahwa kegiatan

lingkungan berbasis partisipasif di India sudah dilaksanakan ribuan tahun yang lalu

dan diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan budaya maupun

agama.

3.5 Pengelolaan Sarana dan Prasarana Ramah Lingkungan

Perintisan sekolah Adiwiyata di SMP Negeri 6 Manggar pada komponen

pengelolaan sarana dan prasarana ramah lingkungan dilaksanakan dalam bentuk

pengelolaan sampah yang terlihat dari adanya bank sampah, tempat pembuangan

sampah akhir dan daur ulang sampah yang digunakan untuk mendukung sarana di

sekolah. Ditunjukkan juga pada kantin yang tidak menjual makanan dalam bentuk

kemasan dan adanya pengelolaan sarana pendukung seperti green house, kebun

sekolah, rumah kompos, hutan sekolah, toga atau apotek hidup. Namun, saat peneliti

melakukan pengamatan dilokasi, pengelolaan green house di SMP Negeri 6 belum

maksimal terlihat dari foto yang diambil oleh peneliti.

13

Hubungan antar subtema digambarkan melalui diagram pohon, sebagai berikut:

Gambar 1. Diagram Pohon

Perintisan Sekolah Adiwiyata Berbasis Potensi Alam Sekitar di SMP N 6 Manggar

SMPN 6 Manggar telah mengembangkan pengelolaan sarana pendukung

sekolah yang ramah lingkungan yaitu: (a) Menyediakan sarana prasarana untuk

mendukung pembelajaran lingkungan hidup di sekolah seperti: penyediaan tempat

pengomposan, taman sekolah, apotek hidup, green house, kolam ikan, kebun sekolah

dan hutan sekolah. (b) Memelihara sarana dan prasarana sekolah yang ramah

lingkungan terlihat dari setiap ruang memiliki pengaturan cahaya yang baik, ventilasi

udara yang alami dan pemeliharaan pohon. (c) Meningkatkan pengelolaan dan

pemeliharaan fasilitas sanitasi sekolah dimana setiap kelas memiliki tata tertib, daftar

piket dengan guru sebagai pengawasnya. (d) Adanya himbauan sekolah untuk

memanfaatkan listrik, air secara efisien melalui slogan hemat listrik dan air. 5)

Meningkatkan kualitas pelayanan kantin sehat yang ramah lingkungan dengan cara

Perintisan Sekolah Adiwiyata (4 Komponen)

Pengelolaan Sampah

Kebijakan Berwawasan Lingkungan

Pengelolaan Sarana Prasarana

Ramah Lingkungan

Kurikulum Berbasis Lingkungan

Tim Sekolah Adiwiyata

(SMP N 6 Manggar)

Visi, Misi dan Tujuan

Alokasi Dana

Penyampaian Materi

Kegiatan Lingkungan Berbasis

Partisipasif

Model Pembelajaran

Metode Pembelajaran

Kualitas Makanan

Ekstrakurikuler

Aksi Lingkungan

14

tidak menjual makanan dalam bentuk kemasan dan melakukan kegiatan sosialisasi

dengan mendatangkan pihak kesehatan sebagai narasumber.

Sebagai sekolah yang sudah merintis program peduli dan berwawasan

lingkungan sejak tahun 2014, hal ini akan terus dilakukan oleh SMP Negeri 6

Manggar dan membangun komitmen serta konsistensi penanaman nilai-nilai peduli

dan berwawasan lingkungan kepada seluruh warga sekolah. Sebagaimana tertuang

dalam Ahmad (2014: 167) menjelaskan bahwa pengelolaan sarana dan prasarana

pendukung lingkungan dapat dilakukan dengan memaksimalkan pengelolaan dan

pengembangan sarana pendukung baik di dalam maupun di luar sekolah, peningkatan

kualitas makanan yang sehat, pengembangan sistem pengelolaan sampah.

Penanaman nilai-nilai tersebut harus ditanamakan kepada seluruh warga sekolah

dengan harapan setelah mereka menjadi bagian dari masyarakat, mereka juga dapat

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, akan diuraikan kesimpulan dari

penelitian ini, yaitu:

a. Hasil penelitian ini membuktikan perintisan sekolah adiwiyata meliputi adanya

kebijakan berwawasan lingkungan, pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan,

kegiatan berbasis partisipasif dan pengelolaan sarana-prasarana ramah

lingkungan. Hal tersebut sudah sesuai dengan buku panduan adiwiyata.

b. Hasil penelitian ini mendeskripsikan ciri-ciri kebijakan berwawasan lingkungan

yang dilaksanakan oleh SMP Negeri 6 berupa visi, misi, dan tujuan yang

berwawasan lingkungan dan sesuai dengan tanaman yang ditanam di sekolah serta

kebijakan alokasi dana sebesar 20% dari dana BOS APBD dan APBN sebagai

langkah untuk mensukseskan perintisan sekolah adiwiyata.

c. Hasil penelitian ini mendiskripsikan ciri-ciri pelaksanaan kurikulum berbasis

partisipasif yang diwujudkan sekolah melalui integrasi materi lingkungan hidup

dengan mata pelajaran bahkan lintas mata pelajaran hal ini dapat dilihat dari

silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Penyampaian materi

15

lingkungan hidup yang berkonsentrasi dengan isu lokal dan global. Yang nantinya

ilmu tersebut dapat diterapkan oleh peserta didik pada kehidupannya sehari-hari.

d. Hasil penelitian ini mendeskripsikan ciri-ciri kegiatan lingkungan berbasis

partisipasif yang dilaksanakan oleh SMP Negeri 6 Mangggar melalui berbagai

kegiatan seperti: kegiatan sabtu bersih, lomba kebersihan, memanfaatkan lahan

sesuai dengan kaidah perlindungan dan pengelolaan lingkungan, mengembangkan

kegiatan ekstrakurikuler pramuka, olah-raga, majalah dinding dan kelompok

pecinta lingkungan hidup.

e. Hasil penelitian ini mendeskripsikan ciri-ciri pengelolaan sarana-prasarana ramah

lingkungan yang dilaksanakan dengan adanya himbauan sekolah untuk

memanfaatkan listrik, air, secara efisien melalui slogan hemat listrik dan air.

Memelihara sarana-prasarana sekolah yang ramah lingkungan terlihat dari setiap

ruang memiliki ventilasi udara yang alami dan cahaya yang baik. Meningkatkan

pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas sanitasi dibuktikan dengan adanya daftar

piket dan tata tertib, kantin yang tidak menjual makanan dalam bentuk kemasan

dan pengelolaan sampah yang dibuktikan dengan adanya bank sampah dan tempat

pembuangan akhir di sekolah.

PERSANTUNAN

Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya.

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Harsono. S.U. atas

bimbingan yang telah diberikan, kepada Ayah dan Ibu, keluarga serta teman-teman

yang senantiasa memberikan dukungan.

16

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Ahmad F.B. 2014. “Analisis Implementasi Kebijakan Kurikulum Berbasis

Lingkungan Hidup Pada Program Adiwiyata Mandiri di SDN Dinoyo

Malang.” Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan 2(2): 166- 173.

Afandi, Rifki. 2013. “Integrasi Pendidikan Lingkungan Hidup melalui Pembelajaran

IPS di Sekolah Dasar sebagai Alternatif Menciptakan Sekolah Hijau.” Jurnal

Pedagogia 2(1): 98- 108.

Ahmad, Susanto. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:

Kencana.

Almeida, Sylvia dan Amy Mackenzie. 2011. “The Historical Present and Futureness

of Environmental Education.” Environmental Education 27 (1).

Anonim. 2012. “Panduan Adiwiyata (Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan).”

Retrieved September 2, 2018 (https://www.scribd.com/doc/135809621/Buku-

Pedoman-Adiwiyata-2012).

Anggen, Monica. 2013. Bumi Kita Ikut Menangis. Bandung: Niaga Buku Pendidikan.

Hamzah, Syukri. 2013. Pendidikan Lingkungan Sekelumit Wawasan Pengantar.

Bandung: Refika Aditama.

Harsono. 2016. Ethnografi Pendidikan: Suatu Desain Penelitian Kualitatif.

Sukoharjo: Jasmine.

Huda, Hisbulloh. 2013. “Buku Panduan Adiwiyata (Kerjasama Kementrian

Lingkungan Hidup dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan).”

Retrieved September 2, 2018 (https://edoc.pub/panduan-adiwiyata-2013-pdf-

free.html).

Hungerford, H.R. dan Volk, T.L. 2013. “Changing Learner Behavior Through

Environmental Education.” Journal of Enviromental Education 21(3): 8- 21.

Kementrian Lingkungan Hidup. 2010. Pedoman Penggunaan Kriteria dan Standar

untuk Aplikasi Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup dalam

Pengendalian Perkembangan Kawasan. KLH: Jakarta.

Mulyana, Rachmat. 2009. “Penanaman Etika Lingkungan Melalui Sekolah Peduli

dan Berbudaya Lingkungan.” Jurnal Tabularasa PPS UNIMED 6(2).

17

Rao, Nurmala. 2017. “The Green School Concept: Perspective of Stakeholders from

Award-Winning Green Preschools in Bali, Berkeley and Hong Kong.”

Journal of Sustainbility Education 16: 2151- 7452.

Simsekli, Yeter. 2010. “The Original Activities For Environmental Education And

Their Effect On Student (A Case Study In Bursa).” Journal of Elementary

Education Online 9(2): 552- 560.

Sufia, R., Sumarmi, dan Amirudin. 2016. “Kearifan Lokal dalam Melestarikan

Lingkungan Hidup.” Jurnal Pendidikan 1: 726- 731.

Susilo, R.K.D. 2012. Sosiologi Lingkungan. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada.

Swasdita, Angga. 2015. “Implementasi Program Adiwiyata di SMA Negeri 2

Klaten.” Journal Student UNY 1- 10.

Wahyuhadi, Untung. 2012. “Pengelolaan Sekolah Adiwiyata di SMK Negeri 1

Salatiga.” Thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Warju, Prawiro, S.P., dan Soenarto. 2017. “Evaluating the Implementation of Green

School (Adiwiyata) Program: Evidence from Indonesia.” International

Journal of Enviromental & Science Education 12(6): 1483- 1501.