perilaku orang sehat

54
PERILAKU ORANG SEHAT DAN PERILAKU ORANG SAKIT Keadaan sehat dan sakit pada prinsipnya mempengaruhi perilakunya. Orang dituntut melakukan peran-peran tertentu sesuai dengan keadaannya, sehat atau sakit. Peran yang harus dilakukan oleh seseorang sesuai dengan keadaan sehat dan sakit itu disebut health and sick roles. Orang yang sehat dituntut untuk melakukan peran-peran tertentu dan bertanggung jawab terhadap diri dan orang lain. Sementara orang yang sakit dituntut untuk berperan sebagai orang yang sakit, dibebaskan dari tanggung jawab normalnya, bahkan tidak perlu bertanggung jawab terhadap diri dan orang lain. Orang yang sakit secara fisik maupun mental sama-sama memiliki perilaku dan peran sakit. Orang yang mengalami skizoprenia, depresi atau gangguan mental lainnya dibebaskan dari kewajibannya bekerja, atau menjalankan tugas-tugas rutin keluarganya, sama halnya dengan orang yang menderita sakit jantung misalnya. Justru kewajiban mereka adalah beristirahat atau mencari kesembuhan melalui cara-cara yang dapat diterima secara pribadi maupun kultural. Ada beberapa teori mengenai perilaku sehat dan perilaku sakit: Menurut Solita Sarwono(1993) yang dimaksud dengan perilaku sakit adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Menurut Suchman perilaku sakit adalah tindakan untuk menghilangkan rasa tidak enak atau rasa sakit sebagai akibat dari timbulnya gejala tertentu. Sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, dan penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi. Menurut Kasl dan Cobb, perilaku sakit adalah aktivitas apapun yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk mendefenisikan keadaan kesehatannya dan untuk menemukan pengobatan mandiri yang tepat. Perilaku sehat adalah suatu aktivitas dilakukan oleh individu yang menyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau mendeteksinya dalam tahap asimptomatik. A. PERILAKU SEHAT Becker(1979) menguraikan bahwa perilaku sehat ini mencakup: 1. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet) . Menu seimbang di sini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih).

Upload: aiiu-suka-lemon

Post on 18-Jan-2016

68 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Perilaku orang sehat

TRANSCRIPT

Page 1: Perilaku Orang Sehat

PERILAKU ORANG SEHATDAN

PERILAKU ORANG SAKIT

Keadaan sehat dan sakit pada prinsipnya mempengaruhi perilakunya. Orang dituntut

melakukan peran-peran tertentu sesuai dengan keadaannya, sehat atau sakit. Peran yang

harus dilakukan oleh seseorang sesuai dengan keadaan sehat dan sakit itu

disebut health and sick roles. Orang yang sehat dituntut untuk melakukan peran-peran

tertentu dan bertanggung jawab terhadap diri dan orang lain. Sementara orang yang sakit

dituntut untuk berperan sebagai orang yang sakit, dibebaskan dari tanggung jawab

normalnya, bahkan tidak perlu bertanggung jawab terhadap diri dan orang lain.

                Orang yang sakit secara fisik maupun mental sama-sama memiliki perilaku dan

peran sakit. Orang yang mengalami skizoprenia, depresi atau gangguan mental lainnya

dibebaskan dari kewajibannya bekerja, atau menjalankan tugas-tugas rutin keluarganya,

sama halnya dengan orang yang menderita sakit jantung misalnya. Justru kewajiban mereka

adalah beristirahat atau mencari kesembuhan melalui cara-cara yang dapat diterima secara

pribadi maupun kultural.

                Ada beberapa teori mengenai perilaku sehat dan perilaku sakit:      Menurut Solita Sarwono(1993) yang dimaksud dengan perilaku sakit adalah segala

bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh

kesembuhan.      Menurut Suchman perilaku sakit adalah tindakan untuk menghilangkan rasa tidak enak

atau rasa sakit sebagai akibat dari timbulnya gejala tertentu. Sedangkan perilaku

sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, dan penjagaan

kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.      Menurut Kasl dan Cobb, perilaku sakit adalah aktivitas apapun yang dilakukan oleh

individu yang merasa sakit, untuk mendefenisikan keadaan kesehatannya dan untuk

menemukan pengobatan mandiri yang tepat. Perilaku sehat adalah suatu aktivitas dilakukan

oleh individu yang menyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau

mendeteksinya dalam tahap asimptomatik.

   

A.  PERILAKU  SEHAT

Becker(1979) menguraikan bahwa perilaku sehat ini mencakup:

1. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang di sini dalam arti

kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti

jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih).

Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat lima

sempurna.

Page 2: Perilaku Orang Sehat

2. Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti

frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua aspek ini

akan tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.

3. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasan jelek yang mengakibatkan berbagai

macam penyakit. Ironinya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah sudah

membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok. Bahkan dari hasil

suatu penelitian, sekitar 15% remaja kita telah merokok. Inilah tantangan pendidikan

kesehatan kita.

4. Tidak minum minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minum miras dan

mengkonsumsi narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya, juga cenderung

meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai

kebiasaan minum miras ini.

5. Istirahat cukup. Dengan meningkatkan kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk

penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja dan

berlebihan, sehingga kurang waktu istirahat. Hal ini juga dapat membahayakan kesehatan.

6. Mengendalikan stress. Stress akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-

macam bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntunan hidup yang keras seperti

diuraikan di atas. Kecenderungan stress akan meningkat pada setiap orang. Stress tidak

dapat kita hindari, maka yang penting agar stress tidak menyebabkan gangguan kesehatan,

kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stress dengan kegiatan-kegiatan yang

positif.

7. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya: tidak berganti-

ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan

sebagainya.

    Perubahan Perilaku Orang Sehat

Konflik adalah suatu keadaan yang timbul sebagai akibat adanya dua atau lebih

keinginan, kondisi atau dorongan yang tidak harmonis. Terdapat tiga jenis konflik, yaitu :

a. Approach-approach conflict, adalah konflik yang terjadi apabila keinginan, kondisi

atau dorongan yang ada, sama-sama dikehendaki dan akibatnya positif.

Contoh :

Seorang anak lulusan SMU dengan NEM yang tinggi, mengikuti ujian UMPTN dan

Sipensimaru Akper. Ternyata kedua-duanya dinyatakan lulus dan diterima. Dalam memilih

mana yang akan dimasuki, pasti dalam dirinya timbul dorongan yang bertentangan, namun

keduanya positif.

b. Avoidance-avoidance conflict, adalah konflik yang terjadi apabila semua

keinginan, kondisi, dan dorongan yang ada sama-sama tidak dikehendaki, dan bersifat

negatif. Peribahasa mengatakan “ibarat makan buah simalakama”.

Contoh:

Page 3: Perilaku Orang Sehat

Seorang penderita Ca Mamae yang disarankan untuk operasi. Padahal penyakit tersebut

apabila dioperasi belum menjamin kesembuhan karena sampai saat ini belum ditemukan

obatnya. Bila tidak dioperasi penderitaan yang dirasakan berkepanjangan.

c. Approach-avoidance conflict, adalah konflik yang terjadi apabila keinginan,

kondisi, dan dorongan yang dikehendaki mengandung resiko positif dan negatif yang

seimbang.

Contoh:

Seorang peserta Sipensimaru JPT (Jenjang Pendidikan Tinggi), diterima sebagai mahasiswa

D-III keperawatan (positif), namun disisi lain keadaan sosial ekonomi orang tua untuk

membiayai tidak memungkinkan (negatif).

Frustrasi, adalah suatu keadaan yang terjadi akibat konflik berkepanjangan atau tidak

terselesaikan atau ada perasaan kecewa berat karena tujuan yang dicita-citakan tidak

tercapai.

Marah, apabila frustrasi yang dialami oleh seorang individu tidak dapat dikelola dengan baik,

akan timbul perilaku mudah marah.

B.  PERILAKU  SAKIT

Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang

memantau tubuhnya; mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami;

melakukan upaya penyembuhan; dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.

Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit, perilaku sakit bisa berfungsi

sebagai mekanisme koping.

      Menurut Parsons, perilaku spesifik yang tampak bila seseorang memilih peran sebagai

orang sakit , yaitu orang sakit tidak dapat disalahkan sejak mulai sakit, dikecualikan dari

tanggung jawab pekerjaan, sosial dan pribadi, kemudian orang sakit dan keluarganya

diharapkan mencari pertolongan agar cepat sembuh.      Menurut Cockerham, meskipun konsep Parsons tersebut tidak berguna untuk

memahami peran sebagai orang sakit, namun tidak terlalu tepat untuk: menerangkan

variasi perilaku sakit, dipakai pada penyakit kronis, keadaan dan situasi yang

mempengaruhi hubungan pasien-dokter, atau untuk menerangkan perilaku sakit

masyarakat kelas bawah. Juga menurut Meile, konsep Parsons tersebut tidak cocok dipakai

pada orang sakit jiwa.

Penyebab Perilaku Sakit

Menurut Mechanic sebagaimana diuraikan oleh Solito Sarwono (1993) bahwa penyebab

perilaku sakit itu sebagai berikut :

a. Dikenal dan dirasakannya tanda dan gejala yang menyimpang dari keadaan normal.

b. Anggapan adanya gejala serius yang dapat menimbulkan bahaya.

c. Gejala penyakit dirasakan akan menimbulkan dampak terhadap hubungan keluarga,

hubungan kerja, dan kegiatan kemasyarakatan.

Page 4: Perilaku Orang Sehat

d. Frekuensi dan persisten (terus-menerus, menetap) tanda dan gejala yang dapat

dilihat.

e. Kemungkinan individu untuk terserang penyakit.

f. Adanya informasi, pengetahuan, dan anggapan budaya tentang penyakit.

g. Adanya perbedaan interpretasi tentang gejala penyakit.

h. Adanya kebutuhan untuk mengatasi gejala penyakit.

i. Tersedianya berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti: fasilitas , tenaga, obat-

obatan, biaya, dan transportasi.

Menurut Sri Kusmiyati dan Desmaniarti (1990), terdapat 7 perilaku orang sakit yang dapat

diamati, yaitu:      Fearfullness (merasa ketakutan), umumnya individu yang sedang sakit memiliki

perasaan takut. Bentuk ketakutannya, meliputi takut penyakitnya tidak sembuh, takut mati,

takut mengalami kecacatan, dan takut tidak mendapat pengakuan dari lingkungan sehingga

merasa diisolasi.      Regresi, salah satu perasaan yang timbul pada orang sakit adalah ansietas

(kecemasan). Untuk mengatasi kecemasan tersebut, salah satu caranya adalah dengan

regresi (menarik diri) dari lingkungannya.      Egosentris, mengandung arti bahwa perilaku individu yang sakit banyak mempersoalkan

tentang dirinya sendiri. Perilaku egosentris, ditandai dengan hal-hal berikut:      Hanya ingin menceritakan penyakitnya yang sedang diderita.

      Tidak ingin mendengarkan persoalan orang lain.

      Hanya memikirkan penyakitnya sendiri.

      Senang mengisolasi dirinya baik dari keluarga, lingkungan maupun kegiatan.

      Terlalu memperhatikan persoalan kecil, yaitu perilaku individu yang sakit dengan

melebih-lebihkan persoalan kecil. Akibatnya pasien menjadi cerewet, banyak menuntut, dan

banyak mengeluh tentang masalah sepele.      Reaksi emosional tinggi, yaitu perilaku individu yang sakit ditandai dengan sangat

sensitif terhadap hal-hal remeh sehingga menyebabkan reaksi emosional tinggi.      Perubahan perpepsi terhadap orang lain, karena beberapa faktor diatas, seorang

penderita sering mengalami perubahan persepsi terhadap orang lain.      Berkurangnya minat, individu yang menderita sakit di samping memiliki rasa cemas

juga kadang-kadang timbul stress. Faktor psikologis inilah salah satu sebab berkurangnya

minat sehingga ia tidak mempunyai perhatian terhadap segala sesuatu yang ada di

lingkungannya. Berkurangnya minat terutama kurangnya perhatian terhadap sesuatu yang

dalam keadaan normal ia tertarik atau berminat terhadap sesuatu.

 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit

1. Faktor Internal

a.       Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami

Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu

rutinitas kegiatan sehari-hari.

Page 5: Perilaku Orang Sehat

Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa

membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan.

Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa

saja orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara

menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.

b.      Asal atau Jenis penyakit

Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin mengganggu

fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera mencari pertolongan

dan mematuhi program terapi yang diberikan.

Sedangkan pada penyakit kronik biasany berlangsung lama (>6 bulan) sehingga jelas

dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat

disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala yang

ada,  maka klien mungkin tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi yang ada.

2. Faktor Eksternal

a.       Gejala yang Dapat Dilihat

Gajala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan

Perilaku Sakit.

Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih

cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin

komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.

b.      Kelompok Sosial

Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru

meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.

Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang

berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada

Payudaranya saat melakukan SADARI. Kemudian mereka mendisukusikannya dengan

temannya masing-masing. Teman Ny. A mungkin akan mendorong mencari

pengobatan  untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny. B

mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu diperiksakan ke

dokter.

c.       Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat,

mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahami

latar  belakang budaya yang dimiliki klien.

d.      Ekonomi

Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap

terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan

ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.

e.       Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan

Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering

mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan.

Page 6: Perilaku Orang Sehat

Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan

besar  dan mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan

prosedur yang rumit.

f.        Dukungan Sosial

Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat

peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti

seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan (aerobik, senam POCO-

POCO dll).

Juga menyediakan fasilitas olehraga seperti, kolam renang, lapangan Bola Basket,

Lapangan Sepak Bola, dll.

Tahap-tahap Perilaku Sakit

1. Tahap I (Mengalami Gejala)

      Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah ”

      Mereka mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga adanya

diagnosa tertentu.      Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi: (a) kesadaran terhadap perubahan fisik

(nyeri, benjolan, dll); (b) evaluasi terhadap perubahan yang terjadi dan memutuskan apakah

hal tersebut merupakan suatu gejala penyakit; (c) respon emosional.      Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejal penyakit dan dapat mengancam

kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan.

2. Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)

      Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat

      Orang yang sakit akan melakukan konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat atau

kelompok sosialnya bahwa ia benar-benar sakit sehingga harus diistirahatkan dari kewajiban

normalnya dan dari harapan terhadap perannya.      Menimbulkan perubahan emosional spt : menarik diri/depresi, dan juga perubahan fisik.

Perubahan emosional yang terjadi bisa kompleks atau sederhana tergantung  beratnya

penyakit, tingkat ketidakmampuan, dan perkiraan lama sakit.      Seseorang awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari pelayanan kesehatan,

sehingga ia menunda kontak dengan sistem pelayanan kesehatan  akan tetapi jika gejala

itu menetap dan semakin memberat maka ia akan segera melakukan kontak dengan sistem

pelayanan kesehatan dan berubah menjadi seorang klien.

3. Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)

      Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang ahli,

mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab  penyakit, dan implikasi

penyakit terhadap kesehatan dimasa yang akan datang      Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak menderita suatu

penyakit atau justru menyatakan jika mereka menderita penyakit yang bisa mengancam

kehidupannya.  klien bisa menerima atau menyangkal diagnosa tersebut.      Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencan pengobatan yang telah

ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan mencari sistem pelayanan

kesehatan lain, atau berkonsultasi dengan beberapa pemberi pelayanan kesehatan lain

Page 7: Perilaku Orang Sehat

sampai mereka menemukan orang yang membuat diagnosa sesuai dengan keinginannya

atau sampai mereka menerima diagnosa awal yang telah ditetapkan.      Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan, mungkin ia akan

mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh diagnosa yang diinginkan      Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang mengancam

kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain  untuk meyakinkan bahwa

kesehatan atau kehidupan mereka tidak terancam. Misalnya: klien yang didiagnosa

mengidap kanker, maka ia akan mengunjungi beberapa dokter  sebagai usaha klien

menghindari diagnosa yang sebenarnya.

4. Tahap IV (Peran Klien Dependen)

      Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien bergantung pada pada

pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala yang ada.      Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai tuntutan dan

stress hidupnya.      Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas

normalnya  semakin parah sakitnya, semakin bebas.      Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikanny dengan perubahan jadwal sehari-hari.

Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia bekerja, rumah maupun

masyarakat.

5. Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)

      Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-tiba, misalnya

penurunan demam.      Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan seorang klien butuh perawatan lebih

lama sebelum kembali ke fungsi optimal, misalnya pada penyakit kronis.

Tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak setiap klien melewatinya dengan

kecepatan atau dengan sikap yang sama.  Pemahaman terhadap tahapan perilaku sakit

akan membantu perawat  dalam mengidentifikasi perubahan-perubahan perilaku sakit klien

dan bersama-sama klien membuat rencana perawatan yang efektif

Dampak Sakit

1. Terhadap Perilaku dan Emosi Klien

Page 8: Perilaku Orang Sehat

Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal penyakit, reaksi

orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain.

Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupannya akan

menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi klien dan keluarga. Misalnya seorang

Ayah yang mengalami demam, mungkin akan mengalami penurunan tenaga atau kesabaran

untuk menghabiskan waktunya dalam kegiatan keluarga dan mungkin akan menjadi mudah

marah, dan lebih memilih menyendiri.

Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya.dapat menimbulkan

perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah,

dan menarikd diri.

Perawat berperan dalam mengembangkan koping klien dan keluarga terhadap stress,

karena stressor sendiri tidak bisa dihilangkan.

2. Terhadap Peran Keluarga

Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari nafkah, pengambil

keputusan, seorang profesional, atau sebagai orang tua. Saat mengalami penyakit, peran-

peran klien tersebut dapat mengalami perubahan.

Perubahan tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat atau terlihat secara

drastis dan berlangsung lama. Individu / keluarga lebih mudah beradaftasi dengan

perubahan yang berlangsung singkat dan tidak terlihat.

Perubahan jangka pendek  klien tidak mengalami tahap penyesuaian yang

berkepanjangan. Akan tetapi pada perubahan jangka penjang  klien memerlukan proses

penyesuaian yang sama dengan ’Tahap Berduka’.

Peran perawat adalah melibatkan keluarga dalam pembuatan rencana keperawatan.

3. Terhadap Citra Tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan fisiknya.

Beberapa penyakit dapat menimbulkan perubahan dalam penampilan fisiknya, dan

klien/keluarga akan bereaksi dengan cara yang berbeda-beda terhadap perubahan tersebut.

Reaksi klien/keluarga etrhadap perubahan gambaran tubuh itu tergantung pada:♣   Jenis Perubahan (mis: kehilangan tangan, alat indera tertentu, atau organ tertentu)

♣   Kapasitas adaptasi

♣   Kecepatan perubahan

♣   Dukungan yang tersedia.

4. Terhadap Konsep Diri

Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup

bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahannya pada seluruh aspek

kepribadiannya.

Konsep diri tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan peran yang dimilikinya

tetapi juga bergantung pada aspek psikologis dan spiritual diri.

Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat kompleks dan kurang bisa

terobservasi dibandingkan perubahan peran.

Page 9: Perilaku Orang Sehat

Konsep diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan anggota keluarganya

yang lain. Klien yang mengalami perubahan konsep diri  karena sakitnya mungkin tidak

mampu lagi memenuhi harapan  keluarganya, yang akhirnya menimbulkan ketegangan dan

konflik. Akibatnya anggiota keluarga akan merubah interaksi mereka dengan klien.

Misal: Klien tidak lagi terlibat  dalam proses pengambilan keputusan dikeluarga atau

tidak akan merasa mampu memberi dukungan emosi pada anggota keluarganya yang lain

atau kepada teman-temannya  klien akan merasa kehilangan fungsi sosialnya.

Perawat seharusnya mampu mengobservasi perubahan konsep diri klien, dengan

mengembangkan rencana perawatan yann membantu mereka menyesuaikan diri dengan

akibat dan kondisi yang dialami klien.

5. Terhadap Dinamika Keluarga

Dinamika Keluarga meruapakan proses dimana keluarga melakukan fungsi, mengambil

keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya, dan melakukan koping

terhadap perubahan dan tantangan hidup sehari-hari.

Misal: jika salah satu orang tua sakit maka kegiatan dan pengambilan keputusan akan

tertunda sampai mereka sembuh.

Jika penyakitnya berkepanjangan, seringkali keluarga harus membuat pola fungsi yang

baru sehingga bisa menimbulkan stress emosional.

Misal: anak kecil akan mengalami rasa kehilangan yang besar jika salah satu orang

tuanya tidak mampu memberikan kasih sayang dan rasa aman pada mereka. Atau jika

anaknya sudah dewasa maka seringkali ia harus menggantikan peran mereka sebagai

mereka termasuk kalau perlu sebagai pencari nafkah. 

Konsep Sehat dan Sakit

diposting oleh angger-pratama-fkp12 pada 24 January 2013

di Ilmu Keperawatan Dasar I - 0 komentar

A. PENDAHULUAN

Pada masa lalu, sebagian besar individu dan masyarakat memandang sehat dan sakit sebagai

sesuatu Hitam atau Putih. Dimana kesehatan merupakan kondisi kebalikan dari penyakit atau kondisi

yang terbebas dari penyakit. Anggapan atau sikap yang sederhana ini tentu dapat diterapkan  dengan

mudah; akan tetapi mengabaikan adanya rentang sehat-sakit.

Pendekatan yang digunakan pada abad ke-21, sehat dipandang dengan perspektif yang lebih

luas. Luasnya aspek itu meliputi rasa memiliki kekuasaan, hubungan kasih sayang, semangat hidup,

jaringan dukungan sosial yang kuat, rasa berarti dalam hidup, atau tingkat kemandirian tertentu

(Haber, 1994).

Page 10: Perilaku Orang Sehat

 

B. DEFINISI SEHAT

Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi

seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.

Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik

secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).

Definisi WHO tentang sehat mempunyui karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat

yang positif (Edelman dan Mandle. 1994):

1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.

2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.

3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari

badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam

pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur

fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.

Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu

menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektua, spiritual

dan penyakit) dan eksternal  (lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan

kesehatannya.

 

 

 

 

C. MODEL SEHAT SAKIT

1. 1.      Model Rentang Sehat-Sakit (Neuman) 

Menurut Neuman (1990): ”sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat kesejahteraan klien pada

waktu tertentu , yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal , dengan energi

yang paling maksimum, sampai kondisi kematian  yang menandakan habisnya energi total”

Jadi  menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai

dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada lingkungan internal dan eksternalnya

untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, inteletual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang

sehat.

Sedangkan Sakit  merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada

mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya.

Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relatif dan mempunyai tingkatan sehingga akan lebih

akurat jika ditentukan seseuai titik-titik tertentu pada skala Rentang Sehat-Sakit.

 Dengan model ini perawat dapat menentukan tingkat kesehatan klien sesuai dengan rentang sehat-

sakitnya. Sehingga faktor resiko klien yang merupakan merupakan faktor yang penting untuk

diperhatikan  dalam mengidentifikasi tingkat kesehatan klien. Faktor-faktor resiko itu meliputi variabel

genetik dan psikologis.

Page 11: Perilaku Orang Sehat

Kekurangan dari model ini adalah sulitnya menentukan tingkat kesehatan klien sesuai dengan titik

tertentu yang ada diantara dua titik ekstrim pada rentang itu (Kesejahteraan Tingkat Tinggi –

Kematian). Misalnya: apakah  seseorang yang mengalami fraktur kaki  tapi ia mampu melakukan

adaptasi dengan keterbatasan mobilitas, dianggap kurang sehat atau lebih sehat dibandingkan

dengan orang yang mempunyai fisik sehat tapi mengalami depresi berat setelah kematian

pasangannya.

Model ini  efektif  jika digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan saat ini dengan

tingkat kesehatan sebelumnya. Sehingga bermanfaat bagi perawat dalam menentukan tujuan

pencapaian tingkat kesehatan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

1. 2.      Model Kesejahteraan Tingkat Tinggi (Dunn) 

Model yang dikembangkan oleh Dunn (1977) ini berorientasi pada cara memaksimalkan potensi sehat

pada individu melalui perubahan perilaku.

Pada pendekatn model ini perawat melakukan intervnsi keperawatan yang dapat membantu klien

mengubah perilaku tertentu yang mengandung resiko tinggi terhadap kesehatan

Model ini berhasil diterapkan untuk perawatan lansia, dan juga digunakan dalam keperawatan

keluarga maupun komunitas.

1. 3.      Model Agen-Pejamu-Lingkungan(Leavell at all.) 

Menurut pendekatan model ini tingkat sehat dan sakit individu atau kelompok ditentukan oleh

hubungan dinamis antara Agen, Pejamu, dan Lingkungan

 

 Agen    :Berbagai faktor internal-eksternal yang dengan atau tanpanya dapat menyebabkan

terjadinya penyakit atau sakit. Agen ini bisa bersifat biologis, kimia, fisik, mekanis, atau psikososial.

            à jadi Agen ini bisa berupa yang merugikan kesehatan (bakteri, stress) atau yang

meningkatkan kesehatan (nutrisi, dll).

Pejamu: Sesorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap penyakit/sakit tertentu.

Faktor pejamu antara lain: situasi atau kondisi fisik dan psikososoial yang menyebabkan seseorang

yang beresiko menjadi sakit.

Misalnya: Riwayat keluarga, usia, gaya hidup dll.

Lingkungan: seluruh faktor yang ada diluar pejamu.

Lingkungan fisik: tingkat ekonomi, iklim, kondisi tempat tinggal,  penerangan, kebisingan

Lingkungan sosial: Hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial, misalnys: stress, konflik,

kesulitan ekonomi, krisis hidup.

Model ini menyatakan bahwa sehat dan sakit ditentukan oleh interaksi yang dinamis dari ketiga

variabel tersebut. Menurut Berne et al (1990) respon dapat meningkatkan kesehatan atau yang dapat

merusak  kesehatan berasal dari interaksi antara seseorang atau sekelompok orang dengan

lingkungannya.

Page 12: Perilaku Orang Sehat

Selain dalam keperawatan komunitas model ini juga dikembangkan dalam teori umum tentang 

berbagai penyebab penyakit.

1. 4.      Model Keyakinan-Kesehatan

Model Keyakinan-Kesehatan menurut Rosenstoch (1974) dan Becker dan Maiman (1975) menyatakan

hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang ditampilkan.

Model ini memberikan cara bagaimana klien akan berprilaku sehubungan dengan kesehatan mereka 

dan bagaimana mereka mematuhi terapi kesehatan yang diberikan.

Terdapat tiga komponen dari model Keyakinan-Kesehatan antara lain:

1. Persepsi Individu tentang kerentanan dirinya terhadap suatu penyakit.

Misal: seorang klien perlu mengenal adanya pernyakit koroner melalui riwayat keluarganya, apalagi

kemudian ada keluarganya yang meninggal maka klien mungkin merasakan resiko mengalami

penyakit jantung.

1. Persepsi Individu terhadap keseriusan penyakit tertentu.

Dipengaruhi oleh variabel demografi dan sosiopsikologis, perasaan terancam oleh penyakit, anjuran

untuk bertindak (misal: kampanye media massa, anjuran keluarga atau dokter dll)

1. Persepsi Individu tentang manfaat yang diperoleh dari tindakan yang diambil.

Seseorang mungkin mengambil tindakan preventif, dengan mengubah gaya hidup, meningkatkan

kepatuhan terhadap terapi medis, atau mencari pengobatan medis.

Model ini membantu perawat memahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi persepsi,

keyakinan, dan perilaku klien, serta membantu perawat membuat rencana perawatan yang paling

efektif untuk membantu klien, memelihara dan mengembalikan kesehatan serta mencegah terjadiny

penyakit.

 

 5.      Model Peningkatan-Kesehatan (Pender)

Dikemukakan oleh Pender (1982,1993,1996) yang dibuat untuk menjadi sebuah model yang

menyeimbangkan dengan model perlindungan kesehatan.

Fokus dari model ini adalah menjelaskan alasan keterlibatan klien dalam aktivitas kesehatan (kognitif-

persepsi dan faktor pengubah).

 

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEYAKINAN DAN TINDAKAN KESEHATAN

1. Faktor Internal

1. a.      Tahap Perkembangan

Page 13: Perilaku Orang Sehat

Artinya status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan

perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon

terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.

Untuk itulah seorang tenaga kesehatan (perawat) harus mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan

perkembangan klien pada saat melakukan perncanaan tindakan. Contohnya: secara umum seorang

anak belum mampu untuk mengenal keseriusan penyakit sehingga perlu dimotivasi untuk

mendapatkan penanganan atau mengembangkan perilaku pencegahan penyakit..

1. b.      Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari

pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit , latar belakang pendidikan, dan

pengalaman masa lalu.

Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk

memehami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang

kesehatan  untuk menjaga kesehatan sendirinya.

1. c.       Persepsi tentang fungsi

Cara seseorang merasakan fungsi fisiknya akan berakibat pada keyakinan terhadap kesehatan dan

cara melaksanakannya. Contoh, seseorang dengan kondisi jantung yang kronik merasa bahwa tingkat

kesehatan mereka berbeda dengan orang yang tidak pernah mempunyai masalah kesehatan yang

berarti. Akibatnya, keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakan kesehatan pada masing-

masing orang cenderung berbeda-beda. Selain itu, individu yang sudah berhasil sembuh dari penyakit

akut yang parah mungkin akan mengubah keyakinan mereka terhadap kesehatan dan cara mereka

melaksanakannya.

Untuk itulah perawat mengkaji tingkat kesehatan klien, baik data subjektif yiatu tentang cara klien

merasakan fungsi fisiknya (tingkat keletihan, sesak napas, atau nyeri), juga data objektif   yang aktual

(seperti, tekanan darah, tinggi badan, dan bunyi paru). Informasi ini memungkinkan perawat me-

rencanakan dan mengimplementasikan perawatan klien secara lebih berhasil.

1. d.      Faktor Emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya.

Seseorang yang mengalami respons stres dalam setiap perubahan hidupnya cenderung

berespons terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa

penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya.

Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respons emosional

yang kecil selama ia sakit.

Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosionalterhadap ancaman

penyakit mungkin akan menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani

pengobatan. Contoh: seseorang dengan napas yang terengah-engah dan sering batuk mungkin akan

Page 14: Perilaku Orang Sehat

menyalahkan cuaca dingin jika ia secara emosional tidak dapat menerima kemungkinan menderita

penyakit saluran pernapasan. Banyak orang yang memiliki reaksi emosional yang berlebihan, yang

berlawanan dengan kenyataan yang ada, sampai-sampai mereka berpikir tentang risiko menderita

kanker dan akan menyangkal adanya gejala dan menolak untuk mencari pengobatan. Ada beberapa

penyakit lain yang dapat lebih diterima secara emosional, sehingga mereka akan mengakui gejala

penyakit yang dialaminya dan mau mencari pengobatan yang tepat.

1. e.       Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan

keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari

harapan dan arti dalam hidup.

Spiritual bertindak sebagai suatu tema yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang. Spiritual

seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang luas.

Fryback (1992) menemukan hubungan kesehatan dengan keyakinan terhadap kekuatan yang lebih

besar, yang telah memberikan seseorang keyakinan dan kemampuan untuk mencintai. Kesehatan

dipandang oleh beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan secara utuh.

Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara spiritual.

Ada beberapa agama yang melarang penggunaan bentuk tindakan pengobatan tertentu, sehingga

perawat hams memahami dimensi spiritual klien sehingga mereka dapat dilibatkan secara efektif

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

2. Faktor Eksternal

1. a.      Praktik di Keluarga

Cara bagaimana keluarga menggunakan pelayanan kesehatan biasanya mempengaruhi cara klien

dalam melaksanakan kesehatannya.

Misalnya:

Jika seorang anak bersikap bahwa setiap virus dan penyakit dapat berpotensi mejadi penyakit

berat  dan mereka segera mencari pengobatan, maka bisasnya anak tersebut akan malakukan

hal yang sama ketika mereka dewasa.

Klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarganya

melakukan hal yang sama. Misal: anak yang selalu diajak orang tuanya untuk melakukan

pemeriksaan kesehatan  rutin, maka ketika punya anak dia akan melakukan hal yang sama.

1. b.      Faktor Sosioekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara

seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.

Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja.

Page 15: Perilaku Orang Sehat

Sesorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan

mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya.

1. c.       Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu, termasuk sistem

pelayanan kesehatan dan cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

Untuk perawat belum menyadari pola budaya yang berhubungan dengan perilaku dan bahasa yang

digunakan.

 

E. SAKIT DAN PERILAKU SAKIT

Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau seseorang

berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit.

Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. Sebagai contoh klien dengan Leukemia yang

sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti biasanya, sedangkan klien lain

dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk menjalanaio operasi mungkin akan

merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi fisik.

Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang memantau tubuhnya;

mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami; melakukan upaya penyembuhan; dan

penggunaan sistem pelayanan kesehatan.

Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa berfungsi sebagai mekanisme

koping.

 

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit

1. Faktor Internal

1. Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami

Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas kegiatan

sehari-hari.

Misal: Tukang Kayu yang menderita sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan

dan mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan.

Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang

takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari

bantuan.

1.  

1. Asal atau Jenis penyakit

Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin mengganggu fungsi pada

seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera mencari pertolongan dan mematuhi

program terapi yang diberikan.

Page 16: Perilaku Orang Sehat

Sedangkan pada penyakit kronik biasany berlangsung lama (>6 bulan) sehingga jelas dapat

mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat disembuhkan dan

terapi yang diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala yang ada,  maka klien mungkin tidak

akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi yang ada.

1. Faktor Eksternal

1. Gejala yang Dapat Dilihat

Gajala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan Perilaku Sakit.

Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih cepat mencari

pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain

terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.

1. Kelompok Sosial

Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru meyangkal potensi

terjadinya suatu penyakit.

Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua

kelompok sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada Payudaranya saat melakukan

SADARI. Kemudian mereka mendisukusikannya dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A

mungkin akan mendorong mencari pengobatan  untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau tidak;

sedangkan teman Ny. B mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu

diperiksakan ke dokter.

1. Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat, mengenal penyakit,

dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahami latar  belakang budaya yang dimiliki

klien.

1. Ekonomi

Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala

penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan

pada kesehatannya.

1. Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan

Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering mempengaruhi

kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan.

Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar  dan mereka lebih

suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit.

Page 17: Perilaku Orang Sehat

1. Dukungan Sosial

Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat peningkatan

kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti seminar kesehatan,

pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan (aerobik, senam POCO-POCO dll).

Juga menyediakan fasilitas olehraga seperti, kolam renang, lapangan Bola Basket, Lapangan Sepak

Bola, dll.

 

Tahap-tahap Perilaku Sakit

1. Tahap I (Mengalami Gejala)

Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah ”

Mereka mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga adanya

diagnosa tertentu.

Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi: (a) kesadaran terhadap perubahan fisik

(nyeri, benjolan, dll); (b) evaluasi terhadap perubahan yang terjadi dan memutuskan apakah

hal tersebut merupakan suatu gejala penyakit; (c) respon emosional.

Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejal penyakit dan dapat mengancam kehidupannya

maka ia akan segera mencari pertolongan.

Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat

Orang yang sakit akan melakukan konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat atau kelompok

sosialnya bahwa ia benar-benar sakit sehingga harus diistirahatkan dari kewajiban normalnya

dan dari harapan terhadap perannya.

Menimbulkan perubahan emosional spt : menarik diri/depresi, dan juga perubahan fisik.

Perubahan emosional yang terjadi bisa kompleks atau sederhana tergantung  beratnya

penyakit, tingkat ketidakmampuan, dan perkiraan lama sakit.

Seseorang awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari pelayanan kesehatan, sehingga ia

menunda kontak dengan sistem pelayanan kesehatan à akan tetapi jika gejala itu menetap

dan semakin memberat maka ia akan segera melakukan kontak dengan sistem pelayanan

kesehatan dan berubah menjadi seorang klien.

Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang ahli, mencari

penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab  penyakit, dan implikasi penyakit

terhadap kesehatan dimasa yang akan datang

Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak menderita suatu penyakit

atau justru menyatakan jika mereka menderita penyakit yang bisa mengancam kehidupannya.

à klien bisa menerima atau menyangkal diagnosa tersebut.

Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencan pengobatan yang telah

ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan mencari sistem pelayanan

kesehatan lain, atau berkonsultasi dengan beberapa pemberi pelayanan kesehatan lain

sampai mereka menemukan orang yang membuat diagnosa sesuai dengan keinginannya atau

sampai mereka menerima diagnosa awal yang telah ditetapkan.

Page 18: Perilaku Orang Sehat

Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan, mungkin ia akan

mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh diagnosa yang diinginkan

Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang mengancam kelangsungan

hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain  untuk meyakinkan bahwa kesehatan atau

kehidupan mereka tidak terancam. Misalnya: klien yang didiagnosa mengidap kanker, maka ia

akan mengunjungi beberapa dokter  sebagai usaha klien menghindari diagnosa yang

sebenarnya.

1. Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)

1. Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)

 

 

1. Tahap IV (Peran Klien Dependen)

Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien bergantung pada pada

pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala yang ada.

Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai tuntutan dan stress

hidupnya.

Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas normalnya à semakin

parah sakitnya, semakin bebas.

Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikanny dengan perubahan jadwal sehari-hari.

Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia bekerja, rumah maupun

masyarakat.

Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-tiba, misalnya

penurunan demam.

Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan seorang klien butuh perawatan lebih lama

sebelum kembali ke fungsi optimal, misalnya pada penyakit kronis.

1. Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)

 

Tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak setiap klien melewatinya dengan kecepatan

atau dengan sikap yang sama.  Pemahaman terhadap tahapan perilaku sakit akan membantu perawat

dalam mengidentifikasi perubahan-perubahan perilaku sakit klien dan bersama-sama klien membuat

rencana perawatan yang efektif

 

F. DAMPAK SAKIT

1. Terhadap Perilaku dan Emosi Klien

Page 19: Perilaku Orang Sehat

Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal penyakit, reaksi orang lain

terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain.

Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupannya akan menimbulkan

sedikit perubahan perilaku dalam fungsi klien dan keluarga. Misalnya seorang Ayah yang mengalami

demam, mungkin akan mengalami penurunan tenaga atau kesabaran untuk menghabiskan waktunya

dalam kegiatan keluarga dan mungkin akan menjadi mudah marah, dan lebih memilih menyendiri.

Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya.dapat menimbulkan perubahan

emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan menarikd diri.

Perawat berperan dalam mengembangkan koping klien dan keluarga terhadap stress, karena stressor

sendiri tidak bisa dihilangkan.

1. Terhadap Peran Keluarga

Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari nafkah, pengambil keputusan,

seorang profesional, atau sebagai orang tua. Saat mengalami penyakit, peran-peran klien tersebut

dapat mengalami perubahan.

Perubahan tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat atau terlihat secara drastis dan

berlangsung lama. Individu / keluarga lebih mudah beradaftasi dengan perubahan yang berlangsung

singkat dan tidak terlihat.

Perubahan jangka pendek à klien tidak mengalami tahap penyesuaian yang berkepanjangan. Akan

tetapi pada perubahan jangka penjang à klien memerlukan proses penyesuaian yang sama dengan

’Tahap Berduka’.

Peran perawat adalah melibatkan keluarga dalam pembuatan rencana keperawatan.

1. Terhadap Citra Tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan fisiknya. Beberapa penyakit

dapat menimbulkan perubahan dalam penampilan fisiknya, dan klien/keluarga akan bereaksi dengan

cara yang berbeda-beda terhadap perubahan tersebut.

Reaksi klien/keluarga etrhadap perubahan gambaran tubuh itu tergantung pada:

1.  

o Jenis Perubahan (mis: kehilangan tangan, alat indera tertentu, atau organ tertentu)

o Kapasitas adaptasi

o Kecepatan perubahan

o Dukungan yang tersedia.

2. Terhadap Konsep Diri

Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup bagaimana mereka

melihat kekuatan dan kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

Konsep diri tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan peran yang dimilikinya tetapi juga

bergantung pada aspek psikologis dan spiritual diri.

Page 20: Perilaku Orang Sehat

Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat kompleks dan kurang bisa terobservasi

dibandingkan perubahan peran.

Konsep diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan anggota keluarganya yang lain. Klien

yang mengalami perubahan konsep diri  karena sakitnya mungkin tidak mampu lagi memenuhi

harapan  keluarganya, yang akhirnya menimbulkan ketegangan dan konflik. Akibatnya anggiota

keluarga akan merubah interaksi mereka dengan klien.

Misal: Klien tidak lagi terlibat  dalam proses pengambilan keputusan dikeluarga atau tidak akan

merasa mampu memberi dukungan emosi pada anggota keluarganya yang lain atau kepada teman-

temannya à klien akan merasa kehilangan fungsi sosialnya.

Perawat seharusnya mampu mengobservasi perubahan konsep diri klien, dengan mengembangkan

rencana perawatan yann membantu mereka menyesuaikan diri dengan akibat dan kondisi yang

dialami klien.

1. Terhadap Dinamika Keluarga

Dinamika Keluarga meruapakan proses dimana keluarga melakukan fungsi, mengambil keputusan,

memberi dukungan kepada anggota keluarganya, dan melakukan koping terhadap perubahan dan

tantangan hidup sehari-hari.

Misal: jika salah satu orang tua sakit maka kegiatan dan pengambilan keputusan akan tertunda

sampai mereka sembuh.

Jika penyakitnya berkepanjangan, seringkali keluarga harus membuat pola fungsi yang baru sehingga

bisa menimbulkan stress emosional.

Misal: anak kecil akan mengalami rasa kehilangan yang besar jika salah satu orang tuanya tidak

mampu memberikan kasih sayang dan rasa aman pada mereka. Atau jika anaknya sudah dewasa

maka seringkali ia harus menggantikan peran mereka sebagai mereka termasuk kalau perlu sebagai

pencari nafkah.  

 

G. PENINGKATAN KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan dua konsep yang berhubungan erat dan

pada pelaksanaannya ada beberapa hal yang menjadi saling tumpang tindih satu sama lain.

PersamaannyaKeduanya berorientasi pada masa depan. Peningkatan kesehatan merupakan upaya memelihara atau memperbaiki tingkat kesehatan klien saat

ini. Sedangkan Pencegahan Penyakit merupakan upaya yang bertujuan untuk melindungi klien dari

ancaman kesehatan yang bersifat aktual maupun potensial.

 

 

 

 

 

 

 

PerbedaanTerletak pada Motivasi dan TujuanPeningkatan Kesehatan memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bertindak secara positif , untuk mencapai tujuan berupa tingkat kesehatan yang stabil Pencegahan Penyakit memberi motivasi kepada masyarakat untuk menghindari penurunan tingkat kesehatan atau fungsi 

Page 21: Perilaku Orang Sehat

 

 

 

Kegiatan Peningkatan Kesehatan dapat bersifat Aktif maupun Pasif

a. Peningkatan Kesehatan Pasif

Merupakan strategi peningkatan kesehatan dimana individu akan memperoleh manfaat dari kegiatan

yang dilakukan oleh orang lain tanpa harus melakukannya sendiri.

Misal: Pemberian florida pada pusat suplai Air Minum (PAM); Portifikasi pada susu dengan vitamin D.

b. Peningkatan Kesehatan Aktif

Pada strategi ini, setiap   individu diberikan motivasi untuk melakukan program kesehatan tertentu.

Misal: Program Penurunan BB, dan Program pemberantasan rokok, menuntut keikutsertaan klien

secara aktif.

 

Sedangkan Pencegahan Penyakit terdiri dari beberapa tingkatan all:

a.Pencegahan Primer

Merupakan pencegahan yang dilakukan sebelum terjadi penyakit dan gangguan fungsi, dan

diberikan kepada klien yang sehat secara fisik dan mental.

Tidak bersifat terapeutik, tidak menggunakan tindakan yang terapeutik, dan tidak

menggunakan identifikasi gejala penyakit

Terdiri dari :

1.                                                   i.      Peningkatan Kesehatan: pendidikan kesehatan,

standarisasi nutrisi, perhatian terhadap perkembangan kepribadian, penyediaan perumahan

sehat, skrining genetik dll

2.                                                 ii.      Perlindungan Khusus: imunisasi, kebersihan pribadi (PHBS),

sanitasi lingkungan, perlindungan tempat kerja, perlindungan kecelakaan, perlindungan

karsinoge dan alergen.

b. Pencegahan Sekunder

Merupakan tindakan pencegahan yang berfokus pada individu yang mengalami masalah

kesehatan atau penyakit, dan individu yang berisiko mengalami komplikasi atau kondisi yang

lebih buruk.

Pencegahan sekunder dilakukan melalui pembuatan diagnosa dan pemberian intervensi yang

tepat sehingga akan mengurangi keparahan kondisi dan memungkinkan klien kembali pada

kondisi kesehatan yang normal sedini mungkin.

Pencegahan komplikasi sebagian besar dilakukan di RS atau tempat pelayanan kesehatan lain

yang memiliki fasilitas memadai.

Pencegahan skunder terdiri dari teknik skrining dan pengobatan penyakit pada tahap dini

untuk membatasi kecacatan dengan cara menghindarkan atau menunda akibat yang

ditimbulkan dari perkembangan penyakit.  

Page 22: Perilaku Orang Sehat

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan ini dilakukan ketika terjadi kecacatan atau ketidakmampuan yang permanen dan

atau tidak dapat disembuhkan.

Pencegahan ini terdiri dari cara meminimalkan akibat penyakit atau ketidakmampuan melalui

intervensi yang bertujuan untuk mencegah komplikasi dan penurunan kesehatan

Kegiatannya lebih ditujukan untuk melaksanakan rehabilitasi, dari pada pembuatan diagnosa

dan tindakan penyakit.

Perawatan pada tingkat ini ditujukan untuk membantu klien mencapai tingkat fungsi setinggi

mungkin, sesuai dengan keterbatasan yang ada akibat penyakit atau kecacatan.

Tingkat perawatan ini bisa disebut juga perawatan preventive, karena didalamnya terdapat tindak

pencegahan terhadap kerusakan atau penurunan fungsi lebih jauh. Misal: dalam merawat orang yang

Buta, disamping memaksimalkan kemampuan klien dalam aktivitas sehari-hari, juga mencegah

terjadinya kecelakaan pada klien

Konsep Sehat - Sakit

A.   MODEL SEHAT-SAKIT

1.     Definisi Sehat dan Sakit

a.       Definisi sehat

1)   Perkins(1939) :Suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk dan

fungsi tubuh dan beberapa faktor yang berusaha mempengaruhunya.

2)   WHO (1957):Suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara

wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki.

3)   WHO(1974)  :Keadaan yang sempurna dari aspek fisik,mental,sosial dan tidak

hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.

4)   White :Suatu keadaan dimana seorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai

keluhan ataupun tidak terdapat tanda/gejala suatu penyakit  atau kelainan

b.      Definisi sakit

1)   Perkins(1937) :Suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang

sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari hari,baik ak vitas jasmani

ataupun rohani dan sosial.

Page 23: Perilaku Orang Sehat

2)   Raverlyy :Tidak adanya keselarasan antara lingkungan,agen dan individu.

3)   New Webster Dictionary :Suatu keadaan yang ditandai dengan adanya perubahan

sebagai akibat dari gangguan yang nyata dan normal.

4)   WHO(1974) :Suatu keadaan yang tidak seimbang antara aspek

medis,fisik,mental,sosial,psikologis dan bukan hanya mengalami kesakitan tetapi

juga mengalami kecacatan.

B.   FAKTOR YANG MEMPENGUHI KEYAKINAN DAN TINDAKAN KESEHATAN

1.     Factor  Internal

Merupakan factor yang mencakup tahap perkembang, latar belakan

intelektual, persepsi terhadap fungsi personal, dan factor emosional dan spiritual

seseorang.

2.     Tahap perkembangan

Merupakan pola pikir dan pola prilaku seseorang mengalami perubahan

sepanjang hidup. Ditahap ini perawat harus mempertimbangkan tingkat

pertumbuhan dan perkembangan klien pada saat perawat menggunakan keyakinan

terhadap kesehatan dan cara klien melaksanakannya sebagai dasar dalam

membuat rencana perawatan.

3.     Latar belakang intelektual

Merupakan pola pikir seseorang terhadap kesehatan yang terdiri dari

pengetahuan atau informasi yang salah tentang berbagai fungsi tubuh dan

penyakit  latar belakang pendidikan dan pengalaman di masa lalu. Factor ini

mempengarui pola pikir seseorang.

4.     Persepsi tentang fungsi

Page 24: Perilaku Orang Sehat

Cara seseorang merasakan fungsi  akan berakibat pada keyakinan tarhadap

kesehatan dan cara melaksakannya. Ketika perawat mengkaji tingkat kesehatan

klien, mereka data subyektif  tentang cara klien merasakan fungsi fisik, seperti

tingkat keletihan, sesak napas, atau nyeri.

5.     Factor emosional

Factor emosional mempengarui keyakinan terhadap kesehatan dan cara

melaksanannya. Ada beberapa penyakit lain yang dapat lebih diterima secara

emosional, sehingga mereka akan mengakui gejala penyakit yang dialaminya dan

mau mencari pengobatan yang tepat.

6.     Factor spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari berbagai seseorang menjalani

kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan

keluarga atau temen, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

7.     Faktor Eksternal

Merupakan factor yang dapat mempengarui keyekinan seseorang  terhadap

kesehatan dan cara melaksanakannya terdiri dari pelaksanan kesehatan di

keluaraga, factor sosioekonomi, dan factor budaya.

8.     Praktik di keluaraga

Merupakan bagaimana keluarga klien menggunakan pelayanan kesehatan

biasanya akan mempengarui cara klien dalam melaksanakan kesehatan. Keluarga

yang sehat akan mencari cara untuk membantu seluruh anggota keluarganya

mencapai potensi mereka yang paling besar.

9.     Factor sosioekonomik

Factor social dan psikososial dapat meningkatan resiko terjadinya penyakit

dan mempengarui cara seseorang mendikripsikan dan berekaksi terhadap penyakit.

Page 25: Perilaku Orang Sehat

Faktor psikososial mencakup stabilitas perkawinan atau hubungan intim

seseorang, kebiasaan gaya hidup, dan lingkungan kerja.

Faktor sosial berperan dalam menentukan bagaimana system pelayanan

kesehatan menyediakan pelayanan medis.

Faktor ekonomi sama seperti factor social factor ekonomi juga dapat

mempengarui tingkat kesehaatan klien dengan cara meningkatkan resiko terjadinya

penyakit  dan mempengarui cara bagaimana atau dimana klien masuk ke dalam

system pelayanan kesehatan.

10.  Latar belakang budaya

Mempengarui keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu. Budaya yang

mempengarui tempat masuk ke dalam system pelayanan kesehatan dan

mempengarui cara melaksanakan kesehatan pribadi. Jika perawat tidak menyadari

hubungan dengan perilaku dan bahasa yang digunakan  oleh diri sendiri maupun

orang lain maka mereka tidak akan mampu mengenal dan memahami perilaku dan

keyakinan klien dan mereka akan mengalami kesulit dalam berinteraksi  dengan

klien. Perawat harus mengidentifikasi dan memasukan  factor  budaya ke dalam

rencana perawatan klien untuk menghindari terjadinya konflik antara  tujuan dan

metode perawatan dengan budaya klien.

C.   SAKIT DAN PERILAKU SAKIT

1.        Pengetian

Menurut pason sakit merupakan terganggunya proses tumbuh

kembang,penyesuaian serta gangguan terhadap fungsi yang nomal

2.      Perilaku orang sakit

Perilaku yanng biasa ditujukkan seorang yang sakit diantaranya :

a.       Adanya perasaan takut

Page 26: Perilaku Orang Sehat

Perilaku ini dapat terjadi pada semua orang, yang ditadai dengan munculnya

perasaan takut sebagai dampak dari sakit yang dialami

b.      Menarik diri

Seorang yang sakit maka ia akan merasa cemas yang berlebihan yang

kemudian bedampak pada penaikan diriya dari lingkungan, sebagai contoh ia akan

malu untuk bergaul dll

c.       Egosentris

Pada saat seorang sakit maka ia cenderung menjadi pribadi yang egois,

kebanyakan orag sakit idak mau mendengarkan orang lain, ia cenderung ingin

orang lain untuk mendengarkan ceitanya

d.      Sensitif

Seorang yang mengalami sakit akan menunjukmkan perilaku yang aneh,

misalnya ia akan mudah untuk mengomel sendiri, serta mmpersoalkan hal-hal yang

kecil

e.       Reaksi emosioal tinggi

Pada saat seseorang sakit, maka ia akan cenderung bersifat agresif, ia akan

mudah marah, mudah tersinggung atau menangis karena dia ingin menutut

perhatian dai orag disekitarnya

f.        Perubahan persepsi

Pada saat seseorang mengalami sakit maka orang tersebut akan

mempecayakan kesehatannya untuk disembuhkan oleh oang yang dia anggap

mampu, misalnya dokter, perawat dan sebagainya

g.      Berkurangnya minat

Page 27: Perilaku Orang Sehat

Dalam hal ini orang yang megalami sakit akan merasa stres terhadap

penyakitnya, serta akan menurunnya kemamuan dalam beraktifitas.

D.  FAKTOR YANG MEMPENGAUHI PERILAKU SAKIT

1.         Faktor Fisik :Gejala dan tanda dari penyakit yang menonjol terlihat dan yang dapat

dikenali dan dirasakan Faktor _Faktor Perilaku

2.         Faktor Seriousness :Faktor yang menunjukkan bahayanya penyakit ditinjau dari

keparahan dari tanda dan gejala suatu penyakit.

3.         Faktor Sosial Relationships :Terhambat atau terputusnya hubungan dengan

keluarga,pekerjaan ataupun dari peran sosial lainnya.

4.         Faktor Frekuensi :Yang menunjukkan frekuensi atau jumlah banyaknya tanda dan

gejala yang muncul pada jangka waktu tertentu.

5.         Faktor Sensitivitas :Kepekaan seseorang terhadap kesakitan dan nilai  ambang rasa

sakit yang masih dapat ditolerir pada masing masing individu.

6.         Faktor Knowledge dan asuransi : Faktor yang menerangkan tentang bagaimana

seseorang menanggapi tanda dan gejala penyakit yang bermunculan dengan

dikaitkan pada pengetahuan yang mereka miliki dan bagaimana asuransi atau

upaya_upaya yang mereka lakukan.

7.         Faktor Kebutuhan Dasar :Faktor_faktor yang dianggap sangat berperan terhadap

peningkatan status kesehatan klien,sesuai dengan penyakitnya masing)masing.

8.         Faktor responsiveness :Respon indivu seiring datangnya penyakit.

9.         Faktor persepsi :Masing_masing individu mempunyai interprestasi yang berbeda

beda terhadap penyakit,khususnya klien dengan pihak luar.

10.     Faktor lingkungan tempat tinggal dan keturunan :Karakter demografi,geografi,dan

psikografi serta fektor genetic individu.

Page 28: Perilaku Orang Sehat

11.     Faktor Budaya :Masing_masing individu mempunyai keyakinan dan nilai diri akan

perilaku sehat ataupun sakit,yang haltersebut dapat dipengaruhi oleh latar

belakang budaya individu tersebut.

12.     Faktor Sumber Daya :SDM ataupun SDA ditempat individu tinggal juga sangat

mempengaruhi

E.   TAHAP-TAHAP PERILAKU SAKIT

1.      Prograstination yaitu proses penundaan pencarian pengobatan diantara waktu-

waktu gejala pertama kali dirasakan dengan ketersediaan sumber daya.

2.    Self medication yaitu proses upaya pengobatan dan penyembuhan oleh diri dan

Keluarganya dengan menggunakan berbagai ramuan atau resep pengobatan

sendiri di toko obat,dengan tujuan pertolongan pertama maupun utama.

3.      Shopping yaitu proses mencari beberapa sumber pengobatan (medical care)

yang berbeda-beda ,dengan tujuan mencari diagnosis dokter/institusi kesehatan.

4.      Fragmentation yaitu proses pengobatan atau penyembuhan oleh individu di

beberapa tempat fasilitas kesehatan dalam rangka kemantapan pengobatan atau

diagnosis.

5.      Discontinuity yaitu proses individu untuk menghentikan pengobatan atau tidak

melanjutkan pengobatan karena merasa sembuh atau sumber daya telah habis.  

F.   DAMPAK SAKIT

                         Dampak sakit dapat terjadi pada individu yang telah mengalami

sakit baik yang dirawat dirumah maupun dirumah sakit.kondisi sakit tersebut pun

tidak dapat di pisahkan dari peristiwa kehidupan. Klien dan keluarga harus

menghadapi berbagai perubahan yang terjadi akibat kondisi sakit dan pengobatan

yang dilakukan. Setiap klien akan merespon secara unik terhadap kondisi sakit yang

dialaminya, oleh karena itu intervensi keperawatan yang diberikan harus bersifat

individu. Klien dan keluarga umumnya akan mengalami perubahan prilaku dan

Page 29: Perilaku Orang Sehat

emosional, seperti peruban peran, gambaran diri, konsep diri, dandinamika dalam

keluarga.

                        Dampak-dampak tersebut antara lain:

1.      Perubahan perilaku dan emosional:

                            Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda-beda terhadap

kondisi sakit atau terhadap ancaman penyakit. Reaksi perilaku dan emosi individu

bergantung pada asal penyakit, sikap klien dalam menghadapi penyakit

tersebut,reaksi orang lain terhadap penyakit yang diderita, dan berbagai variabel

dari perilaku sakit,penyakit dengan jangka waktu yg singkat dan tidak mengfancam

ehidupan akan menimbulkan sedikit perubahan perilaku pAda fungsi klien dan

keluarga. Sedangkan penyakit yg berat terutama yg dapat mengancam kehidupan,

dapat menimbulkan emosi dan perilaku yg lebih luas.

2.      Perubahan peran pada keluarga

                            Selama sakit peran dalam keluarga akan mengalami gangguan,

mengingat terjadinya pergantian peran dari salah satu anggota keluarga yg

mengalami sakit.

3.      Gangguan psikologi

                            Keadaan ini dapat mengakibatkan stress sampai mengalami

kecemasan yg berat. Proses terganggunya psikolog inin diawali dengan adanya

konflik terhadap dirinya seperti  kecemasan, ketakuatan, dll.

4.      Masalah keuangan

                            Masalah ini jelas akan terjadi karena adanya beberapa

pengeluaran keuanganyg sebelumnya tidak diduga selam sakit mengingat biaya

perawatan dan pengobatan cukup mahal.

5.      Kesepian akibat perpisahan

Page 30: Perilaku Orang Sehat

                            Dampak ini dapat terjadi pada seseorang yg sebelumnya

berkumpul dengan keluarganya, namun ketika sakit ia harus dirawat dan berpisah

engan keluarganya.

6.      Perubahan kebiasaan social

                            Dampak ini jelas terjadi pada pasien, karena sebelum sakit ia

selalu berinteraksi dengan masyarakat disekitranya.

7.      Terganggunya privasi seseorang

                            Privasi sesorang dapat ditunjukkan pada perasaan menyenangkan

yg merefleksikan tingkat penghargaan sesorang. Perasaan menyenagkan ini akan

mengalami gangguan karena aktivitasnya terbatas dengan kehidupan dirumah sakit

serta kebutuhannya terganggu sehingga dapt mengakibatkan perasaan tidak

menyenangkan dan kebutuhan social sulit dicapai.

8.      Otonomi

                            Telah disediakan segala kebutuhan bagi pasien dirumah sakit yg

mengakibatkan menurunnya kemampuan aktivitas pasien karena keadaan untuk

mandiri dan mengatur diri sendiri sulit dicapai sehingga pasien aka tergantung.

9.      Perubahan gaya hidup

                            Adanya peraturan dan ketentuan dari rumah sakit tentang

perilaku sehat serta aturan  dalam makanan, obat dan aktivitas yg menybabbkan

seseorang akan mengalami perubahan dalam gaya hidup.

10.   Dampak pada citra tubuh

                              Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap

enampilan fisiknya. Beberapa penyakit dapat mengakibatkan penampilan fisisk

klien dan keluarga yg akan bereaksi  dengan cara yg berbeda-beda terhadap

beberapa perubahan tersebut.

Page 31: Perilaku Orang Sehat

G.   PENINGKATAN KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan dua konsep

yg berhubungan erat dan, dan pada pelaksanaanya, ada beberapa hal yg saling

tumpang tindih satu sama lain. Kegiatan peningkatan kesehatan membantu klien

untuk memelihara atau memperbaiki tingkat kesehatan mereka, sedangkan

pencegahan penyakitbertujuan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan yg

besifat aktual maupun potensial.

Perbedaan kedua jenis kegiatan tersebut terdiri dari perbedaan motivasi

dan tujuan. Kegiatan peningkatan kesehatan memberikan motivasi kepada

masyarakat untuk bertindak secara positif untuk meningkatkan kesehatannya yg

lebih stabil. Kegiatan pencegahan penyakit memberi motivasi kepada masyarakat

untuk menghindari penurunan tingkat kesehatan.

Macam-macam kegiatan peningkatan kesehatan :

1.      Peningkatan kesehatan pasif : Individu akan memperoleh manfaat dari kegiatan yg

dilakukan oleh orang lain

2.      Peningkatan kesehatan aktif : Individu diberikan motivasi untuk melakukan

program kesehatan tertentu. Misal program anti rokok, mereka dituntut aktif untuk

mengurangi para perokok yg nantinya akan              menurunkan resiko penyakit yg

terjadi karena merokok.

Macam-macam tingkat pencegahan penyakit :

1.      Pencegahan primer : Pencegahan yg dilakukan sebelum terjadi penyakit dan

gangguan fungsi, dan diberikan pada klien yg sehat secara fisik dan mental.

Pencegahan primer terdiri dari program pendidikan kesehatan  imunisasi, dan

kegiatan penyediaan nutrisi.

Page 32: Perilaku Orang Sehat

2.      Pencegahan sekunder          : Pencegahan berfokus pada individu yg mengalami

masalah kesehatan atau penyakit. Aktivitas pencegahan sekunder dilakukan

melalui pembuatan diagnosa dan pemberian intervensi yg tepat, sehingga dapat

mengurangi kondisi yg parah dan  memungkinkan klien kembali pada kondisi

kesehatan normal sedini mungkin. Pencegahan sekunder terdiri dari teknik skrining

dan pengobatan penyakit untuk membatasi kecacatan dengan menghindarkan atau

menunda akibat yg timbul dari perkembangan penyakit.

3.      Pencegahan tersier: Pencegahan dilakukan ketika terjadi kecacatan dan tidak dapat

disembuhkan. Pencegahan tersier terdiri dari cara meminimalkan akibat penyakit

yg bertujuan untuk mencegah komplikasi.   Kegiatan tersebut ditujukan untuk

melaksanakan tindakan rehabilitas, daripada pembuatan diagnoosa dan tindakan

pengobatan sehingga klen akan mencapai tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai

dengan penyakit atau kecacatannya.

H.  KONSEP SAKIT

1.      PERANAN SAKIT

a)   Definisi Person (1951) yaitu perilaku khusus seseorang yang sakit sesuai dengan

kebutuhan normatif.

b)   Orang berpenyakit (heaving a desease) yaitu kondisi patologis yang obyective-

belum tentu berubah peranan di masyarakat.

Page 33: Perilaku Orang Sehat

c)    Orang sakit (heaving a illness) yaitu persepsi/evaluasi indiviu terhadap kondisi

tubuhnya- berubah peranannya di masyarakat/lingkungan.

d)   Peranan orang sakit (pasien) harus mendapat pengakuan dan dukungan di

masyarakat dan anggota keluarga yang sehat secara wajar. Masyarakat/anggota

keluarga mengisi lowong posisi/peran di masyarakat/keluarga.

e)   Orang sakit memiliki hak (right) dan kewajiban (obligation).

2.      HAK ORANG SAKIT

a)   Bebas dari segala tanggung jawab social (keluarga,tempat kerja,atau organisasi

masyrakat).

b)   Menuntut (mengklaim bantuan/perawat orang lain.

3.      KEWAJIBAN ORANG SAKIT

a)   Sembuh dari penyakitnya.

b)   Mencari pengakuan nasehat-nasehat dan kreja sama dengan petugas kesehatan.

c)    Selalu harus dalam kondisi sehat (hak-kewajiban).

4.      TAHAP PROSES SAKIT

a)   Tahap Gejala

Tahap ini merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan

ditandai adanya perasaan tidak nyaman terhadap dirinya karena timbulnya suatu

gejala dapat meliputi gejala fisik seperti adanya perasaan nyeri.panas dan lain-lain

sebagai manifestasi terjadinya ketidakseimbangan dalam tubuh.

b)   Tahap Asumsi Terhadap Sakit

Pada tahap ini seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang

dialaminya dan akan merasakan keraguan pada kelainan atau gangguan yang

dirasakan pada tubuhnya.

Page 34: Perilaku Orang Sehat

c)    Tahap Kontak Dengan Pelayanan Kesehatan

Tahap ini seseorang telah mengadakan hubungan dengan pelayanan

kesehatan dengan meminta nasehat dari profesi kesehatan seperti dokter,perawat

atau lainnya yang dilakukan atas inisiatif dirinya sendiri.

d)   Tahap Ketergantungan

Tahap ini terjadi setelah seseorang dianggap mengalami suatu penyakit

yang tentunya akan mendapatkan bantuan pengobatan sehingga kondisi seseorang

sudah mulai ketergantungan dalam pengobatanakan tetapi tidak semua orang

mempunyai tingkat ketergantungan yang sama melainkan berbeda berdasarkan

tingkat kebutuhannya.

e)   Tahap Penyembuhan

Tahap ini merupakan tahap terakhir menuju proses kembalinya

kemampuan untuk beradaptasi,dimana seseorang akan melakukan proses balajar

untuk melepaskan perannya selama sakit dan kembali berperan seperti sebelum

sakit serta adanya persiapan untuk berfungsi dalam kehidupan sosial.

KONSEP SEHAT SAKIT

KONSEP SEHAT DAN SAKIT, PARADIGMA KEPERAWATAN, DAN CARING

KONSEP SEHAT DAN SAKIT

11. Apa yang dimaksud dengan sehat sakit?

Beberapa Definisi Sehat Sakit di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Definisi Sehat Sakit menurut Dasar Keperawatan

Definisi Sehat (Who) 1947. Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental

dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemhan.

Mengandung 3 karakteristik :

1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia.

Page 35: Perilaku Orang Sehat

2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.

3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.

Sehat bukan merupakan suatu kondisitetapi merupakan penyesuaian, bukan merupakan

suatu keadaan tapi merupakan proses.Proses disini adalah adaptasi individu yang tidak

hanya terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.

Definisi Sehat Pender (1982). Sehat adalahperwujudan individu yang diperoleh melalui

kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai

dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk

mempertahankanstabilitas dan integritas struktural.

Definisi Sehat Paune (1983). Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan

diri (self care Resouces) yang menjamin tindakanuntuk perawatan diri ( self care Aktions)

secara adekual.Selfcare Resouces : mencangkup pengetahuan, keterampilan

dansikap.Self care Aktions merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan

untuk memperoleh, mempertahankan dan meningkatkanfungsi psikososial dan spiritual.

2. Definisi Sehat menurut Perseorangan

Pengertian sehat menurut perseorangan dan gambaran seseorang tentang sehat. sangat

bervariasi.Faktor yang mempengaruhi diri seseorang tentang sakit :

1. Status perkembangan.Kemampuan mengerti tentang keadaan sehat dan kemampuan

merespon terhadap perubahandalam kesehatan dikatakan dengan usia.Contoh : Bayi

dapat merasakan sakit, tetapi tidak dapat mengungkapkan dan mengatasi.Pengetahuan

perawat tentang status perkembangan individu memudahkan untuk melaksanakan

pengkajian terhadap individu dan membantu mengantisipasi perilaku-perilaku

selanjutnya.

2. Pengaruh sosial dan kultural. Masing-masing kultur mempunyai pandangan tentang sehat

dan diturunkan dari orang tua keanak-anak.

3. Pengalaman masa lalu.Seseorang dapat mempertimbangkan adanya rasa nyeri/sakit.

Disfungsi (tidak berfungsi) membantu menentukan definisi seorang tentang sehat.

4. Harapan sesorang tentang dirinya.Seseorang mengharapkan dapat berfungsi pada

tingkat yang tinggi baik fisik maupun psikososialnya jika mereka sehat.

Faktor lain yang berhubungan dengan diri sendiri, yaitu :

1. Bagaimana individu menerima dirinya dengan baik/secara utuh.

2. Self Esleem (harga diri), Body Image (gambaran diri), kebutuhan, peran dan kemampuan.

3. Definisi Sakit

Page 36: Perilaku Orang Sehat

Sakit yaitu defiasi/penyimpangan dari status sehat.

PEMONS(1972). Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas

termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.

BAUMAN(1965). Seseorang menggunakan3 kriteria untuk menentukan apakah mereka

sakit atau tidak, yaitu :

1. Adanya gejala, misalnya naiknya temperatur, nyeri.

2. Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan, seperti baik, buruk, dan sakit.

3. Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari misalnya bekerja ,sekolah.

Penyakit adalah istilah medis yang digambarkansebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang

menghasilkan berkurangnya kapasitas.Hubungan antara sehat, sakit dan penyakit pada

dasarnya merupakan keadaan sehat dan sakit. Hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut.

Hasil interaksi seseorang dengan lingkungan.

Sebagai manifetasi keberhasilan/kegagalan dalam beradaptasi dengan lingkungan.

Gangguan kesehatan. Sehat sakit berada pada sesuatu dimana setiap orang bergerak

sepanjang kehidupannya.Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku sehat.

1.  Suatu skala ukur secara relatif dalam mengukur ke dalam sehat/kesehatan seseorang.

2. Kedudukannya : dinamisdan bersifat individual.

3. Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan kemauan pada

titik yang lain.

(http://911medical.blogspot.com/2007/06/konsep-sehat-sakit.html)

12. Bedakan dan jelaskan model sehat sakit!

1. Model Rentang Sehat-Sakit (Neuman)

Menurut Neuman (1990): ”sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat kesejahteraan

klien pada waktu tertentu , yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal

, dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan

habisnya energi total”

Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara terus menerus

sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada lingkungan internal dan

eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial,

perkembangan, dan spiritual yang sehat.

Page 37: Perilaku Orang Sehat

Sedangkan sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi

yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu

sebelumnya.

Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relatif dan mempunyai tingkatan sehingga

akan lebih akurat jika ditentukan sesuai titik-titik tertentu pada skala Rentang Sehat-Sakit.

Dengan model ini perawat dapat menentukan tingkat kesehatan klien sesuai dengan

rentang sehat-sakitnya. Sehingga faktor resiko klienmerupakan faktor penting untuk

diperhatikan dalam mengidentifikasi tingkat kesehatan klien. Faktor-faktor resiko itu

meliputi variabel genetik dan psikologis.

Kekurangan dari model ini adalah sulitnya menentukan tingkat kesehatan klien sesuai

dengan titik tertentu yang ada diantara dua titik ekstrem pada rentang itu (Kesejahteraan

Tingkat Tinggi – Kematian). Misalnya: apakah seseorang yang mengalami fraktur kaki tapi ia

mampu melakukan adaptasi dengan keterbatasan mobilitas, dianggap kurang sehat atau

lebih sehat dibandingkan dengan orang yang mempunyai fisik sehat tapi mengalami depresi

berat setelah kematian pasangannya.

Model ini efektif jika digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan saat ini

dengan tingkat kesehatan sebelumnya. Sehingga bermanfaat bagi perawat dalam

menentukan tujuan pencapaian tingkat kesehatan yang lebih baik dimasa yang akan

datang.

2. Model Kesejahteraan Tingkat Tinggi (Dunn)

Model yang dikembangkan oleh Dunn (1977) ini berorientasi pada cara memaksimalkan

potensi sehat pada individu melalui perubahan perilaku.

Pada pendekatan model ini perawat melakukan intervensi keperawatan yang dapat

membantu klien mengubah perilaku tertentu yang mengandung resiko tinggi terhadap

kesehatan. Model ini berhasil diterapkan untuk perawatan lansia, dan juga digunakan dalam

keperawatan keluarga maupun komunitas.

3. Model Agen-Pejamu-Lingkungan(Leavell at all.)

Menurut pendekatan model ini tingkat sehat dan sakit individu atau kelompok ditentukan

oleh hubungan dinamis antara Agen, Pejamu, dan Lingkungan. Agen merupakan berbagai

faktor internal-eksternal yang dengan atau tanpanya dapat menyebabkan terjadinya

penyakit atau sakit. Agen ini bisa bersifat biologis, kimia, fisik, mekanis, atau psikososial.

Jadi Agen ini bisa berupa yang merugikan kesehatan (bakteri, stress) atau yang

meningkatkan kesehatan (nutrisi, dll).Pejamu adalah seseorang atau sekelompok orang

Page 38: Perilaku Orang Sehat

yang rentan terhadap penyakit/sakit tertentu. Faktor pejamu antara lainsituasi atau kondisi

fisik dan psikososoial yang menyebabkan seseorang beresiko menjadi sakit.Misalnya:

Riwayat keluarga, usia, gaya hidup dan lain-lain. Sedangkan lingkungan berarti seluruh

faktor yang ada diluar pejamu. Faktor lingkungan mencakup lingkungan fisik dan lingkungan

sosial. Lingkungan fisik, misalnya tingkat ekonomi, iklim, kondisi tempat tinggal,

penerangan, kebisingan, dan lain-lain. Lingkungan social, misalnya hal-hal yang berkaitan

dengan interaksi sosial, misalnya stress, konflik, kesulitan ekonomi, krisis hidup, dan lain-

lain.

Model ini menyatakan bahwa sehat dan sakit ditentukan oleh interaksi yang dinamis dari

ketiga variabel tersebut. Menurut Berne et al (1990) respon yang dapat meningkatkan

kesehatan atau yang dapat merusak kesehatan berasal dari interaksi antara seseorang atau

sekelompok orang dengan lingkungannya.Selain dalam keperawatan komunitas model ini

juga dikembangkan dalam teori umum tentang berbagai penyebab penyakit.

4. Model Keyakinan-Kesehatan

Model Keyakinan-Kesehatan menurut Rosenstoch (1974) dan Beckerdan Maiman (1975)

menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang ditampilkan.

Model ini memberikan cara bagaimana klien akan berprilaku sehubungan dengan kesehatan

mereka dan bagaimana mereka mematuhi terapi kesehatan yang diberikan.

Terdapat tiga komponen dari model Keyakinan-Kesehatan antara lain:

Persepsi individu tentang kerentanan dirinya terhadap suatupenyakit.Misal: seorang klien

perlu mengenal adanya pernyakit koroner melalui riwayat keluarganya, apalagi kemudian

ada keluarganya yang meninggal maka klien mungkin merasakan resiko mengalami

penyakit jantung.

Persepsi individu terhadap keseriusan penyakit tertentu.Dipengaruhi oleh variabel

demografi dan sosiopsikologis, perasaan terancam oleh penyakit, anjuran untuk bertindak

(misal: kampanye media massa, anjuran keluarga atau dokter dan lain-lain).

Persepsi individu tentang manfaat yang diperoleh dari tindakan yang diambil.Seseorang

mungkin mengambil tindakan preventif, dengan mengubah gaya hidup, meningkatkan

kepatuhan terhadap terapi medis, atau mencari pengobatan medis.

Model ini membantu perawat memahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi

persepsi, keyakinan, dan perilaku klien, serta membantu perawat membuat rencana

perawatan yang paling efektif untuk membantu klien.

Page 39: Perilaku Orang Sehat

5. Model Peningkatan-Kesehatan (Pender).

Dikemukakan oleh I (1982,1993,1996) yang dibuat untuk menjadi sebuah model yang

menyeimbangkan dengan model perlindungan kesehatan.

Fokus dari model ini adalah menjelaskan alasan keterlibatan klien dalam aktivitas kesehatan

(kognitif-persepsi dan faktor pengubah), mengembalikan kesehatan serta mencegah

terjadinya penyakit.

(http://umitrastikes.blogspot.com/2010/01/konsep-sehat-sakit.html)

13. Jelaskan variabel-variabel yang mempengaruhi perilaku sehat sakit!

Variabel yang mempengaruhi keyakinan dan praktik kesehatan adalah sebagai berikut.

1. Variabel internal, meliputi:

1. Tahap perkembangan

Pola pikir dan pola perilaku seseorang mengalami perubahan sepanjang hidupnya. Perawat

harus mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan klien pada saat

perawat menggunakan keyakinan terhadap kesehatan dan cara klien melaksanakannya

sebagai dasar dalam membuat rencana perawatan.

2. Latar belakang intelektual

Keyakinan seseorang terhadap kesehatan sebagian terbentuk oleh variabel intelektual, yang

terdiri dari pengetahuan (informasi yang salah) tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit,

latar belakang pendidikan, dan pengalaman di masa lalu.

3. Persepsi tentang fungsi

Cara seseorang merasakan fungsi fisik akan berakibat pada keyakinan terhadap kesehatan

dan cara melaksanakannya. Ketika perawat mengkaji tingkat kesehatan klien, mereka

mengumpulkan data subjektif tentang cara klien merasakan fungsi fisik, seperti tingkat

keletihan, sesak napas, atau nyeri. Mereka juga mengumpulkan data objektif tentang fungsi

actual, seperti tekanan darah, tinggi badan, dan bunyi paru.

4. Faktor emosional

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara

melaksanakannya. Banyak orang yang memiliki reaksi emosional yang berlebihan, yang

Page 40: Perilaku Orang Sehat

berlawanan dengan kenyataan yang ada, sampai-sampai mereka berpikir tentang resiko

menderita kanker dan akan menyangkal adanya gejala dan menolak untuk mencari

pengobatan.

5. Faktor spiritual

Terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan

yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga/teman, dan kemampuan mencari harapan

dan arti dalam hidup.

2. Variabel eksternal

1. Praktek di keluarga

Cara bagaimana keluarga klien menggunakan pelayanan kesehatan biasanya akan

mempengaruhi cara klien dalam melaksanakan kesehatan. Klien kemungkinan besar akan

melakukan tindakan-tindakan pencegahan bila keluarganya melakukan hal yang sama.

2. Faktor sosio-ekonomik

Faktor sosial dan psiko-sosial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan

mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakit. Variabel

psiko-sosial mencakup stabilitas perkawinan/hubungan intim seseorang, kebiasaan gaya

hidup, dan lingkungan kerja. Variabel sosial berperan dalam menentukan bagaimana sistem

pelayanan kesehatan menyediakan pelayanan medis.

3. Latar belakang budaya

Mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu. Budaya juga mempengaruhi tempat

masuk ke dalam sistem pelayanan kesehatan dan mempengaruhi cara melaksanakan

kesehatan pribadi.

Variabel yang mempengaruhi perilaku sakit adalah sebagai berikut.

1. Variabel internal

Variabel internal yang penting dan dapat mempengaruhi perilaku pada saat klien sakit

antara lain persepsi mereka terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami. Jika klien merasa

yakin bahwa gejala sakit tersebut dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, maka mereka

Page 41: Perilaku Orang Sehat

lebih cenderung mencari bantuan kesehatan dibandingkan bila klien tidak memandang

gejala tersebut dapat menjadi suatu gangguan baginya.

2. Variabel eksternal

Yang mempengaruhi perilaku sakit klien terdiri dari gejala yang dapat dilihat, kelompok

sosial, latar belakang budaya, variabel ekonomi, kemudahan akses ke dalam system

pelayanan kesehatan, dan dukungan sosial.

14. Apa dampak sakit bagi keluarga dan klien?

Kondisi sakit tidak dapat dipisahkan dari peristiwa kehidupan. Klien dan keluarganya harus

menghadapi berbagai perubahan yang terjadi akibat kondisi sakit dan pengobatan yang

dilaksanakan. Setiap klien akan berespons secara unik terhadap kondisi sakit yang

dialaminya, oleh karena itu intervensi keperawatan yang diberikan harus bersifat individual.

Klien dan keluarga umumnya akan mengalami perubahan perilaku dan emosional, seperti

perubahan peran, gambaran diri, konsep diri, dan dinamika dalam keluarga.

15. Jelaskan level pencegahan penyakit!

Empat tahap pencegahan penyakit sebagai berikut.

1. Pencegahan primordial

Jenis pencegahan yang paling akhir diperkenalkan, adanya perkembangan pengetahuan

dalam epidemiologi penyakit kardiovaskular dalam hubungannya dengan diet dan lain-lain.

Pencegahan ini sering terlambat dilakukan terutama di negara-negara berkembang karena

sering harus ada keputusan secara nasional.

2. Pencegahan primer

Bertujuan mengurangi insiden dengan mengontrol penyebab dan faktor-faktor risiko. Misal :

penggunaan kondom dan jarum suntik disposable pada pencegahan infeksi HIV, imunisasi

dan lain-lain. Biasanya merupakan Population Strategy sehingga secara individual gunanya

sangat sedikit : penggunaan Seat-belt, program berhenti merokok dan lain-lain.

3. Pencegahan sekunder

Tujuannya untuk menyembuhkan dan mengurangi akibat yang lebih  serius lewat diagnosis

& pengobatan yang dini. Tertuju pada periode diantara timbulnya penyakit dan waktu

didiagnosis & usaha prevalensi. Dilaksanakan pada penyakit dengan periode awal mudah

diindentifikasi dan diobati sehingga perkembangan kearah buruk dapat di stop, Perlu

metode yang aman & tepat untuk mendeteksi adanya penyakit pada stadium preklinik.

Misal : Screening pada kanker serviks, pengukuran tekanan darah secara rutin dan lain-lain.

Page 42: Perilaku Orang Sehat

4. Pencegahan tersier

Untuk mengurangi komplikasi penting pada pengobatan & rehabilitasi, membuat penderita

cocok dengan situasi yang tak dapat disembuhkan. Misal pada rehabilitasi pasien

Poliomyelitis, Stroke, kecelakaan dan lain-lain.

Lima tingkat pencegahan penyakit sebagai berikut.

1. Health Promotion

Saat pejamu sehat dengan tujuan meningkatkan status kesehatan atau memelihara

kesehatan, melalui :

1. Penyuluhan/pendidikan kesehatan

2. Rekreasi sehat

3. Olahraga teratur\

4. Perhatian terhadp perkembangan kepribadian

2. Specific Protection

Mencegah para pejamu dengan menaikkan daya tahan tubuh, melalui :

1. Imunisasi

2. Pelindung khusus : Helm, tutup telinga

3. Perbaikan lingkungan

4. Mengurangi penggunaan bahan yang membahayakan kesehatan, seperti pengawet,

pewarna dan lain-lain.

3. Early Diagnosis and Prompt Treatment

Dilakukan bila pejamu sakit,setidak – tidaknya diduga sakit (penyakitnya masih ringan).

Mencegah orang lain tertular. Misal : Case finding, skrining survei penyakit asymtomatis,

deteksi dini pencemaran, dan lain-lain.

4. Disability Limitation(Pembatasan kecacata /kelemahan)

Dilakukan pada waktu pejamu sakit/sakit berat dengan tujuan mencegah cacat lebih lanjut,

fisik, sosial maupun mental. Misal : Amputasi pada ganggren karena DM, pada penyakit-

penyakit menahun diatasi gangguan mental maupun sosialnya.

5. Rehabilitation

Mengembalikan penderita agar berguna di masyarakat maupun bagi dirinya sendiri,

mencegah cacat total setelah terjadi perubahan anatomi/fisiologi. Misal : Fisioterapi pada

kelumpuhan supaya tidak timbul kontraktur/atropi, psikoterapi pada gangguan mental,

latihan keterampilan tertentu pada penderita cacat, prothesa post amputasi, penyediaan

fasilitas khusus pada penderita.

Page 43: Perilaku Orang Sehat

C. PARADIGMA KEPERAWATAN

16. Apa yang dimaksud dengan paradigma keperawatan?

Paradigma keperawatan merupakan suatu cara pandang dari profesi keperawatan untuk

melihat suatu kondisi dan fenomena (manusia, lingkungan, kesehatan, intervensi

keperawatan) yang terkait secara langsung dengan aktifitas yang terjadi dalam profesi

tersebut. (http://irmanthea.blogspot.com/2007/07/paradigma-keperawatan)

17. Jelaskan komponen paradigma keperawatan!

1. Konsep manusia

Komponen ini merupakan komponen pertama sebagai salah satu fokus dari pelayanan

keperawatan. Manusia bertindak sebagai klien dalam konteks paradigma keperawatan ini

bersifat individu, kelompok dan masyarakat dalam suatu sistem. Sistem tersebut dapat

meliputi :

1. Sistem terbuka. Manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan baik

fisik, psikologis, sosial maupun spiritual sehingga proses perubahan pada manusia akan

selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasar.

2. Sistem adaptif. Manusia akan merespon terhadap perubahan yang ada di

lingkungannya yang akan selalu menunjukkan perilaku adaptif dan maladaftif.

3. Sistem personal. Interpersonal dan sosial, manusia memiliki persepsi, pola

kepribadian dan tumbuh kembang yang berbeda.

2. Konsep keperawatan

Konsep ini adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat profesional dalam

memenuhi kebutuhan dasar manusia yang dapat ditunjukkan kepada individu, keluarga

atau masyarakat dalam rentang sehat sakit. Dengan demikian konsep ini memandang

bahwa bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien dalam bentuk pemberian

asuhan keperawatan adalah dalam keadaan tidak mampu, tidak mau dan tidak tahu dalam

proses pemenuhan kebutuhan dasar.

3. Konsep sehat sakit

Komponen ini memandang bahwa keperawatan itu bahwa bentuk pelayanan yang diberikan

pada manusia dalam rentang sehat sakit.

Konsep Sehat (Travis and Ryan, 1998)

1. Sehat merupakan pilihan, suatu pilihan dalam menentukan kesehatan.

2. Sehat merupakan gaya hidup, desain gaya hidup menuju pencapaian potensial tertinggi

untuk sehat.

3. Sehat merupakan proses, perkembangan tingkat kesadaran yang tidak pernah putus,

kesehatan dan kebahagiaan dapat terjadi di setiap momen, ”here and now.”

Page 44: Perilaku Orang Sehat

4. Sehat efisien dalam mengolah energi, energi yang diperoleh dari lingkungan, ditransfer

melalui manusia, dan disalurkan untuk mempengaruhi lingkungan sekitar.

5. Sehat integrasi dari tubuh, pikiran dan jiwa, apresiasi yang manusia lakukan, pikirkan,

rasakan dan percaya akan mempengaruhi status kesehatan.

6. Sehat adalah penerimaan terhadap diri.

Faktor pengaruh status kesehatan, antara lain :

1. Perkembangan

Status kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor perkembangan yang mempuyai arti bahwa

perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia.

2. Sosial dan Kultural

Hal ini dapat juga mempengaruhi proses perubahan bahan status kesehatan seseorang

karena akan mempengaruhi pemikiran atau keyakinan sehingga dapat menimbulkan

perubahan dalam perilaku kesehatan.

3. Pengalaman Masa Lalu

Hal ini dapat mempegaruhi perubahan status kesehatan,dapat diketahiu jika ada

pengalaman kesehatan yang tidak diinginkan atau pengalamam kesehatan yang buruk

sehingga berdampak besar dalam status kesehatan selanjutya.

4. Harapan seseorang tentang dirinya

Harapan merupakan salah satu bagian yang penting dalam meningkatkan perubahan status

kesehatan kearah yang optimal.

5. Keturunan

Keturunan juga memberikan pengaruh terhadap status kesehatan seseorang mengingat

potensi perubahan status kesehatan telah dimiliki melalui faktor genetik.

6. Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik.

Page 45: Perilaku Orang Sehat

7. Pelayanan

Pelayanan dapat berupa tempat pelayanan atau sistem pelayanan yang dapat

mempengaruhi status kesehatan

Rentang sakit

Rentang ini dimulai dari keadaan setengah sakit, sakit, sakit kronis dan kematian.

Tahapan proses sakit yaitu :

1. Tahap gejala

Merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanya perasaan

tidak nyaman terhadap dirinya karena timbulnya suatu gejala.

2. Tahap asumsi terhadap sakit

Pada tahap inin seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang di alaminya dan

akan merasakan keraguan pada kelainan atau gangguan yang di rasakan pada tubuhnya.

3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan

Tahap ini seorang mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan dengan meminta

nasehat dari profesi kesehatan.

4. Tahap penyembuhan

Tahap ini merupakan tahapan terakhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk

beradaptasi,di mana srsrorang akan melakukan proses belajar untuk melepaskan perannya

selama sakit dan kembali berperan seperti sebelum sakit.

4. Konsep lingkungan

Paradigma keperawatan dalam konsep lingkungan ini adalah memandang bahwa lingkungan

fisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dapat mempengaruhi kebutuhan dasar manusia

selama pemberian asuhan keperawatan dengan meminimalkan dampak atau pengaruh

yang ditimbulkannya sehingga tujuan asuhan keperawatan dapat tercapai.

(http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/19/falsafah-dan-paradigma-

keperawatan-dalam-praktik-keperawatan/).

Page 46: Perilaku Orang Sehat

18. Bagaimana implikasi paradigma keperawatan dalam pelayanan keperawatan!

Implikasi dapat didefinisikan sebagai suatu keterlibatan atau hubungan keterkaitan

terhadap suatu objek. Seperti yang telah diketahui sebelumnya, bahwa dalam paradigma

keperawatan itu terdapat empat komponen, yaitu konsep manusia, konsep keperawatan,

konsep sehat sakit, dan konsep lingkungan, dimana keempat komponen ini saling

berhubungan satu sama lain, untuk bisa memberikan pelayanan yang baik lagi memuaskan

kepada klien.

Manusia sebagai klien memiliki karakter yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Dengan

adanya perubahan di lingkungannya, maka akan dengan cepat mempengaruhi

perkembangan klien. Oleh karena itu dibutuhkan seorang perawat yang mampu dengan

cepat menangkap perubahan itu dan menyesuaikan dirinya terhadap klien, sehingga klien

akan merasa nyaman dengan pelayanan medis maupun non medis yang diberikan.

Selanjutnya, konsep keperawatan menuntut adanya kerja profesional perawat untuk

memenuhi kebutuhan dasar dari klien (individu), keluarga, maupun masyarakat. bentuk

pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien dalam bentuk pemberian asuhan

keperawatan adalah dalam keadaan tidak mampu,tidak mau dan tidak tahu dalam proses

pemenuhan kebutuhan dasar. Dalam konteks ini, dibutuhkan seorang perawat yang loyal

dan berdedikasi tinggi terhadap profesinya agar kebutuhan dasar dari klien, keluarga,

maupun masyarakat bisa terpenuhi secara maksimal, namun tetap pada kebutuhan yang

berproses pada kesembuhan si klien.

Dalam konsep sehat sakit, perawat diwajibkan untuk memenuhi segala kebutuhan klien

selama rentang sehat sakit. Perawat dilarang memenuhi kebutuhan yang sekiranya tidak

akan mempengaruhi proses penyembuhan si klien. Dibutuhakan perawat yang tegas, penuh

percaya diri, serta berwawasan luas, untuk meyakinkan klien terhadap kebutuhan-

kebutuhan yang dilarang tersebut.

Konsep lingkungan berimplikasi besar terhadap pelayanan keperawatan. Lingkungan fisik,

psikologis, sosial budaya, serta spiritual akan terus berkembang setiap waktu. Perawat

sebisa mungkin meminimalkan pengaruh negatif dari perubahan itu, sehingga proses

penyembuhan akan cepat tercapai.

Paradigma keperawatan disamping menjadi acuan dalam keprofesionalan seorang perawat,

dapat pula menjadi tolak ukur suatu instansi kesehatan untuk bisa memberikan pelayanan

keperawatan yang baik dan memuasakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur

(SOP).

Page 47: Perilaku Orang Sehat

D. CARING

19. Apa yang dimaksud dengan caring dalam profesi keperawatan?

Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir,

perperasaan, dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam

keperawatan berarti menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik,

psikologis, spiritual, dan sosial. Caring sebagai suatu moral imperatif (bentuk moral)

sehingga perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik dan memiliki

kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang mempertahankan martabat dan menghargai

pasien sebagai seorang manusia, bukan malah melakukan tindakan amoral saat melakukan

tugas pendampingan perawatan. Caring juga sebagai suatu efek yang digambarkan sebagai

suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati terhadap pasien yang mendorong perawat

untuk memberikan asuhan keperawatan bagi pasien. Dengan demikian perasaan tersebut

harus ada dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa merawat pasien. (Buku

Keperawatan Dasar Hijau)

20. Caring sebagai body of knowledgeIlmu Keperawatan. Jelaskan!

Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik

keperawatan. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

berdediksi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain

dan perasaan cinta atau menyayangi.

Konsep Penting “Caring”

Faktor Carative

Jean Watson merupakan penggagas teori yang banyak mempengaruhi pendekatan

keperawatan dan meletakkan dasar humanisme pada keseluruhan aspek bidang kajian

keperawatan. Konsep yang dikemukakan tentang esensi manusia dengan keutuhan dan

sifat-sifat kemanusiaannya serta esensi caring menjadi fondasi bagaimana seharusnya

perawat memperlakukan manusia lain (termasuk pasien/klien) dan diri sendiri. Watson

meyakini praktik caring sangatlah penting untuk keperawatan ; ini adalah fokus pemersatu

untuk praktik. Dua asumsi utama yang mendasari nilai perawatan manusia dalam

keperawatan adalah :

1. Care and love merupakan energi fisik dasar dan universal.

2. Care dan love adalah syarat untuk kelangsungan hidup kita dan makanan untuk

kemanusiaan.

Intervensi keperawatan yang terkait dengan perawatan manusia disebut faktor Carative,

yang mestinya menjadi pembentuk perilaku caring yaitu :

1. Forming a humanistic – altruistic

Page 48: Perilaku Orang Sehat

Faktor ini berkaitan dengan kepuasan melalui memberi dan memperluas rasa diri (sense of

self). Meskipun nilai dipelajari pada awal kehidupan, nilai dapat langsung dipengaruhi oleh

pendidik.

2. Instilling faith & hope (Mengajarkan agar orang lain percaya dan mempunyai

pengharapan, misalnya fasilitas optimisme, menyesuaikan diri)

3. Cultivating sensitivity to one’s self (Sensitif terhadap diri sendiri dan orang lain)

4. Developing a helping – trust relation (Membina hubungan saling percaya : jujur, empati)

5. Expressing & feeling (Mengekspresikan perasaan positif dan negatif)

6. Using creative problem-solving caring process (Mengambil keputusan dengan

menggunakan metode pemecahan masalah yang ilmiah dan sistemik)

7. Promoting interpersonal teaching – learning (Meningkatkan proses belajar)

8. Providing a supportive, protective, or corrective mental-phisical sociocultural & spiritual

environment. (Memberikan lingkungan fisik, mental, sosio kultural dan spiritual yang

bersifat suportif, protektif dan korektif )

9. Assisting with the gratification of human needs (Membantu dalam pemenuhan kebutuhan

dasar)

10. Allowing for existential-phenomenologic forces (Memberi kesempatan untuk

mengekspresikan aspek manusia) (Susilaningsih, 2008)

Dari kesepuluh carrative factors diatas, Caring dalam keperawatan menyangkut upaya

memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari

manusia lainnya (Watson,1985) ini berkenaan dengan proses yang humanitis dalam

menentukan kondisi terpenuhi tidaknya kebutuhan dasar manusia dan melakukan upaya

pemenuhannya melalui berbagai bentuk intervensi yang bukan hanya berupa kemampuan

teknis tetapi disertai “warmth, kindness, compassion”.

Faktor karatif ini perlu selalui dilakukan oleh perawat agar semua aspek dalam diri klien

dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan profesional dan bermutu dapat diwujudkan.

Selain itu melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk lebih

memahami diri sebelum memahami orang lain. Keperawatan merupakan suatu proses

interpersonal yang terapeutik dan signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan

kepada klien adlah hubungan perawat-klien yang bersifat profesional dengan penekanan

pada bentuknya tinteraksi aktif antara perawat dan klien. Hubungan ini diharapkan dapat

memfasilitasi partisipasi klien dengan memotivasi keinginan klien untuk bertanggung jawab

terhadap kondisi kesehatannya. Pembahasan di atas telah menunjukkan bahwa teori caring

yang dikemukakan oleh Watson menekankan akan kebutuhan klien secara jasmani dan

kebutuhan pendekatan spiritual bagi iman klien. Dengan demikian, perawat dituntut untuk

mengenal dirinya sendiri secara spiritual dan menerapkannya dalam profesi keperawatan

dalam memberikan perawatan dengan cinta dan caring. Jadi, dari teori caring menurut

Watson dapat disimpulkan bahwa adanya keseimbangan antara aspek jasmani dan spiritual

dalam asuhan keperawatan. (Sujana, 2008). Lima C dari Caring, Roach (1984) :

Page 49: Perilaku Orang Sehat

1. Compassion (Kasih sayang)

2. Competence (Kompetensi)

3. Conscience (Kesadaran)

4. Confidence (Kepercayaan)

5. Commitment (Komitmen)

Dalam mewujudkan asuhan keperawatan bermutu diperlukan beberapa komponen yang

harus dilaksanakan oleh tim keperawatan yaitu :

1. Terlihat sikap caring ketika harus memberikan asuhan keperawatan kepada klien.

2. Adanya hubungan perawat – klien yang terapeutik.

3. Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain.

4. Kemampun dalam memenuhi kebutuhan klien.

5. Kegiatan jaminan mutu (quality assurance).

Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat

dapat memperlihatkan sikap caring kepada klien. Dalam memberikan asuhan, perawat

menggunakan :

1. Keahlian

2. Kata-kata yang lemah lembut

3. Sentuhan

4. Memberikan harapan

5. Selalu berada disamping klien

6. Bersikap “caring” sebagai media pemberi asuhan

Para perawat dapat diminta untuk merawat, namun meraka tidak dapat diperintah untuk

memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring. Spirit caring harus tumbuh dari

dalam diri perawat dan berasal dari hati perawat yang terdalam. Spirit caring bukan hanya

memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga

mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang

berada ketika memberikan asuhan kepada klien.

Madeleine Leinigner (1991) menyatakan bahwa “perawatan manusia adalah intisar

keperawatan dan nyata, dimensi pusat dan koheren, yang pada akhirna menjadi fokus

utama kita. Merawat, menembus dan memelihara jaringan hidup keperawatan.

Perawat makin menjadi ‘penulis kreatif’ bagi hidupnya sendiri, sebuah kehidupan yang

tinggal dalam hubungan dan penghubung dan saling menghubungkan dengan orang lain.

Page 50: Perilaku Orang Sehat

‘Caring’ adalah cara keperawatan. Hal ini bagaimanapun perlu dijabarkan untuk

mendapatkan kejelasan. Pelajar keperawatan perlu menggal secara dalam untuk

menemukan nilai yang tersimpan, arti pribadi dari keperawatan yang akan berlanjut menjadi

pemeliharaan hubungan pendekatan yang dalam dengan orang lain, itulah keperawatan,

komitmen merawat itu harus membuat kontribusi pokok yang jelas dari perawat untuk

memberikan perawatan kesehatan pada individu, keluarga dan komunitas pada saat ini dan

masa yang akan datang.

Akan tetapi tidak mudah merubah perilaku seseorang dalam waktu yang singkat. Bukan

pekerjaan yang mudah untuk merubah perilaku seseorang. Yang terbaik adalah membentuk

Caring perawat sejak dini, yaitu sejak berada dalam pendidikan. Artinya peran pendidikan

dalam membangun caring perawat sangat penting. Dalam penyusunan kurikulum

pendidikan perawatan harus selalu memasukkan unsur caring dalam setiap mata kuliah.

Penekanan pada humansitik, kepedulian dan kepercayaan, komitmen membantu orang lain

dan berbagai unsur caring yang lain harus ada dalam pendidikan perawatan. Andaikata

pada saat rekruitmen sudah ada system yang bisa menemukan bagaimana sikap caring

calon mahasiswa keperawatan itu akan membuat perbedaan yang mendasar antara

perawat sekarang dan yang akan datang dalam perilaku caring – nya.

(http://aienie.blogspot.com/2009/02/caring.html)

21. Jelaskan apa yang dimaksud dengan caring behaviour!

Caring behaviour (perilaku caring) merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan

menghargai orang lain, artinya memberikan perhatian yang lebih kepada seseorang dan

bagaimana seseorang itu bertindak. Karena perilaku caring merupakan perpaduan perilaku

manusia yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dalam membantu pasien yang

sakit. Perilaku caring sangat penting untuk mengembangkan, memperbaiki dan

meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia. Perilaku caring sangat penting dalam

layanan keperawatan karena akan memberikan kepuasan pada klien dan perawatan akan

lebih memahami konsep caring, khususnya perilaku caring dan mengaplikasikan dalam

pelayanan keperawatan.