perikarditis makalah

29
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot, otot jantung merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita ( dipengaruhi oleh susunan saraf otonom ). Pericardium merupakan lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus terdiri dari dua lapisan parietal dan visceral yang bertemu dipangkal jantung membentuk kantung jantung, diantara dua lapisan jantung ini terdapat lender sebagai pelicin untuk menjaga agar pergeseran antara pericardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap jantung. Jantung bekerja selama kita masih hidup, karena itu membutuhkan makanan yang dibawa oleh darah, pembuluh darah yang terpenting dan memberikan darah untuk jantung dari aorta asendens dinamakan arteri koronaria. Pericardium dapat terlibat dalam berbagai kelainan hemodinamika, radang, neoplasi, dan bawaan penyakit pericardium dinyatakan oleh tumbunan cairan disebut

Upload: rheni

Post on 26-Oct-2015

2.006 views

Category:

Documents


82 download

DESCRIPTION

Makalah

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot, otot jantung

merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya

sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu

diluar kemauan kita ( dipengaruhi oleh susunan saraf otonom ).

Pericardium merupakan lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput

pembungkus terdiri dari dua lapisan parietal dan visceral yang bertemu dipangkal

jantung membentuk kantung jantung, diantara dua lapisan jantung ini terdapat

lender sebagai pelicin untuk menjaga agar pergeseran antara pericardium pleura

tidak menimbulkan gangguan terhadap jantung. Jantung bekerja selama kita

masih hidup, karena itu membutuhkan makanan yang dibawa oleh darah,

pembuluh darah yang terpenting dan memberikan darah untuk jantung dari aorta

asendens dinamakan arteri koronaria.

Pericardium dapat terlibat dalam berbagai kelainan hemodinamika, radang,

neoplasi, dan bawaan penyakit pericardium dinyatakan oleh tumbunan cairan

disebut efusi pericardium, radang yaitu perikarditis. Perikarditis ialah penyakit

sekunder dimanapun ditubuh contohnya penyebaran infeksi kedalam kantung

perikareritematasus sistemik, tetepi kadang-kadang perikarditis terjadi sebagai

kelainan primer. Pada perikarditis, ditemukan reaksi radang yang yang mengenai

lapisan pericardium viseratis dan atau parietalis, ditemukan banyak penyebab

tetapi yang paling sering ialah akut, perikarditis non spesifik (viral), infark

miokard dan uremia.

Untuk itu dalam makalah ini kelompok akan menjelaskan tentang perikarditis

beserta asuhan keperawatan dan diharapkan bisa membantu mahasiswa, tenaga

kesehatan dan masyarakat umum untuk lebih memahami tentang masalah

perikarditis.

B. TUJUAN UMUM

Mengetahui dan memahami bagaimana membuat asuhan keperawatan pada klien

dengan gangguan perikarditis

C. TUJUAN KHUSUS

1. Mengetahui dan memahami definisi perikaarditis

2. Mengetahui dan memahami etiologi perikarditis

3. Mengetahui dan memahami patofisiologi perikarditis

4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada

klien   dengan perikarditis

5. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan perikarditis

6. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dari perikarditis,

meliputi :

1. Pengkajian

2. Diagnosa keperawatan

3. Perencananaan Intervensi Keperawatan

4. Dan implementasi dan evaluasi

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS

1. Pengertian Perikarditis

Perikarditis adalah inflamasi pada selaput perikardium, baik pariental maupun

visceral  yang membungkus jantung.

2. Jenis-jenis perikarditis

1). Perikarditis akut

Trias klasik perikarditis akut adalah nyeri dada , pericardial friction

rup dan abnormalitas EKG yang khas.

2). Perikarditis Subkutan dan Kronik

Sindrom perikarditis subakut (6 minggu sampai 6 bulan) menyerupai

perikarditis kronik dalam hal etiologi , manifestasi klinis, diagnosis dan

pengobatannya. Variasi patologis berupa :

Perikarditis kontriktif

Perikarditis kronik rekurens tanpa efusi/kontriksi

Perkarditis kronik bisa muncul dalam 4 bentuk, yaitu :

1. Efusi perikardial kronik

Kecurigaan efusi perikardial kronik timbul bila ditemukan adanya

kombinasi sebagai berikut : pembengkakan bayangan jantung pada

foto rontgen, tekanan vena meningkat , bunyi jantung lemah tapi

tanpa adanya kegagalan jantung.

2. Perikarditis Efusi-Kontriktif

Jenis ini ditandai oleh penebalan perikard serta efusi, sehingga

terjadi konstriksi akibat penebalan dan tamponade akibat efusi.

Biasanya diketahui setelah aspirasi cairan perikard, sedangkan

tanda-tanda kompresi masih tetap ada. Penyebap paling sering

ialah radiasi. Penyebap lain adalah neoplasma atau tuberkolusis.

Manifestasi klinis berupa lelah (fatique), dysnea d’effot dan

perasaan berat perikardial. Gejalanya meliputi peninggian tekanan

vena, tekanan nadi normal atau sedikit menurun, pulpus

paradoksus. Foto rontgen dada menunjukan adanya pembesaran

bayangan jantung sedang EKG sama seperti perikarditis konstritif.

3. Perikarditis Kontriktif

Perikarditis kontriktif terjadi bila jaringan parut (sikatriks) perikard

viseral dan atau parietal cukup berat sehingga menghambat

pengembangan volume jantung pada fase diastolik.

Manifestasi klinis sangat bervariasi, bergantung pada berat,

distribusi dan kecepatan terjadinya sikatriks.

4. Perikarditis Adhesif

Perikarditis adhesif merupakan akibat perlengkatan di antara kedua

lapis perikard atau dengan jaringan sekeliling mediastinum.

Peradangan kronik biasanya tidak ada. Gangguan hemodinamik

biasanya juga tidak ada. 

3. Etiologi Perikarditis

Penyebab idiopatik atau nonspesifik

Infeksi

Bakteri : streptokokus, stapilokokus, meningokokus, gonokokus

Virus : coxsakie, influenza

Jamur : riketsia, parasit

Kelainan jaringan ikat-sistemik lupus eritematosus, demam rematik, atritis

rematik, poliarteritis.

Keadaan hipersensitivitas-reaksi imun, reaksi obat, serum sicknes

Penyakit struktur disekitarnya-infark miokardium, aneurisma dissecting,

penyakit pleura dan paru (pneumonia)

Penyakit neoplasia

sekunder akibat metastasis dari kanker paru dan kanker payudara

leukemia

primer (mesotelioma)

Terapi radiasi

Trauma-cedera dada, pembedahan jantung, pemasangan pacemaker

Gagal ginjal dan uremia

Tuberkulosis

4. Patofisiologi Perikarditis

Proses radang yang terjadi dapat menimbulkan penumpukan cairan

efusi dalam rongga pericardium dan kenaikan tekanan intracardial,kenaikan

tekanan tersebut akan mempengaruhi daya kontraksi jantung,akhirnya

menimbulkan proses fibrotic dan penebalan pericardial,lama kelamaan terjadi

kontriksi pericardial dengan pembentukan cairan,jika berlangsung secara

kronis menyebapkan fibrosis dan klasifikasi.

5.Tanda dan Gejala Perikarditis

Tanda yang khas:

Friction rub(suara tambahan)adalah bising gesek yang terjadi karena

kantong berisi cairan membengkak.

Gejala-gejala :

1) Sesak nafas saat bekerja

2) Panas badan 39º c -40ºc

3) Malaesa

4) Kadang nyeri dada

5) Effuse cardial

6) Nyeri dapat menyebar dari leher,bahu,punggung atau perut

7) Rasa tajam menusuk

8) Berkeringat

6. Test Diagnostik Perikarditis

Foto rontge toraks bisa normal bila efusi perikardium henya sedikit,

tetapi dempak tampak banyangan jantung membesar seperti water-

bottle dengan vaskularisasi paru normal dan adanya efusi perikardium

yang banyak.

Pada efusi perikardium gambaran rontgen toraks memeperlihatkan

suatu konfigurasi banyangan jntung berbentuk buli-buli air, tapi dapat

juga nrmal atau hampir normal.

Elektrokardiografi memeperlihatkan elevasi segmen ST dan perubahan

rsiprokal, voltase QRS yang rendah ( low voltage ) tapi EKG bisa juga

normal atau hanya terdpat ganggun irama berupa fibrilasi atrium.

Pemeriksaan ekokardiografi M-Mode atau ua dimensi sangat baik

untuk memastikan adanya efusi perikardium dan memperkirakan

banyaknya cairan perikardium

7. Komplikasi

1) Efusi pericardium

2) Tamponade jantung

Salah satu reaksi radang pada perikarditis adalah penumpukan

cairan(eksudasi)didalam rongga perikard yang disebut dengan efusi pericard.

Efusi perikard ditentukan oleh jumlah dan kecepatan pembentukan cairan

perikard. Efusi yang banyak atau timbul cepat akan menghambat pengisian

ventrikel, penurunan volume akhir diastolic sehingga curah jantung sekuncup

dan semenit berkurang. Kompensasi nya adalah takhikardia, tetapi pada tahap

berat atau kritis akan menyebabkan gangguan sirkulasi dengan penurunan

tekanan darah serta gangguan perfusi organ dengan segala akibatnya yang

disebut tamponade jantung.

Bila reaksi radang ini berlanjut terus, perikard mengalami fibrosis jaringan

parut luas, penebalan, kalsifikasi dan juga terisi eksudat yang akan

menghambat proses diastolic ventrikel, mengurangi isi sekuncup dan semenit

serta mengakibatkan kongesti sistemin (perikarditis konstriktiva).   

8. Penatalaksanaan

Tujuan penanganan adalah:

1) Menentukan penyebab

2) Memberikan terapi yang sesuai dengan penyebabnya

3) Waspada terhadap kemungkinan terjadinya tamponade jantung

4) Obat : Dexamethasone dan Ampicillin

9. Diagnosa keperawatan

1. Aktual / resiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungnan

dengan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri akibat sekunder dari

penurunan kemampuan dilatasi jantung, penurunan volume sekuncup

2. Gangguan pertukaan gas yang berhubungan dengan kongesti paru

akibat sekunder dari perubahan membran kapiler.

3. Resiko tinggi pola nafas tidk efektif yang berhubungan dengan

pengembangaparu tindak optimal

4. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan, keletihan

fisik.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA PERIKARDITIS

1. Pengkajian

pengkajian keperawatan yang dapat muncul menurut Marulynn E

Doengoes,1999 adalah sebagai berikut :

a ). Aktivitas / istirahat

Gejala : kelelahan , kelemahan

Tanda : Takikardi, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas

b ). Sirkulasi

Gejala : riwayat demam rematik, penyakit jantung kongenital, bedah

jantung (CABG / penggantian akutp / by pass Kardiopumonal lama),

palpitasi, jatuh pingsan.

Tanda : takikardi, distrimia, perpindahan tim(titik impuls maksimal) kiri

dan inferior (pembesaran jantung) friction rub Perikardia(biasanya

intermiten, terdengar di batas sternal kiri), murmur aortik, mitral, stenosis

/ insufisiensi trikuspid : perubahan dalam marmur yang mendahului ;

disfungsi otot papilar, irama gallop (S3/S4), edema,

petekie(kongjungtiva, membran mukosa), hemoragi splinter(punggung

kuku), nodus oster(jari/ibu jari), lesi janeway(telapak tangan, telapak

kaki)

c ). Keamanan

Gejala: riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan sistem imun,

SLE, atau pennyakit kolagen lainnya.

Tanda: demam

d ). Penyuluhan / pembelajaran

Gejala: terapi IV jangka panjang atau penggunaan kateterindwelling atau

penyalahgunaan obat parenteral pertimbangan :

DRG menunjukan rerata lama perawatan 4,3 hari

Rencana pemulangan : bantu dalam penyiapan makanan, bebrbelanja,

transportasi, kebutuhan perawatan diri, tugas dan pemeliharan rumah

tangga.

e ). Eliminasi

Gejala: riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal, penurunan frekuensi / jumlah

urine

Tanda: urine pekat gelap

f ). Nyeri / ketidaknyamanan

Gejala: nyeri pada anterior (sedang sampi berat / tajam) diperberat oleh

inspirasi, batuk, gerakan menelan, berbaring. Hilang dengan duduk,

bersandar kedepan, tidak hilang dengan nigtrogtoserin

g ). Pernapasan

Gejala: napas pendek

Tanda: dispnea, batuk, inspirasi mengi, takipnea, krekels, ranki,

pernapasan dongkal

2. Diagnosa dan perencanaan

1. Aktual atau resiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan

dengan penurunan kontraktibilitas ventrikel kiri akibat sekunder dari

penurunan kemampuan dilatasi jantung, penurunan volume sekuncup.

Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi

dan menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat di terima (disritmia

terkontrol) atau hilang dan bebas gejala gagal jantung, parameter

hemodinamik dalam batas normal, output urine adekuat.

Kriteria: Klien melaporkan penurunan episode dispnea, berperan dalam

aktifitas, mengurangi beban kerja jantung, tekanan darah dalam batas

normal (120/80mmHg, nadi 80x/mnt), tidak terjadi aritmia, denyut

jantung dan irama jantung teratur, CRT kurang dari 3 dtk, urine 30

ml/jam.

3. intervensi

INTERVENSI RASIONAL

Kaji dan lapor tanda

penurunan curah jantung

Kejadian mortality dan morbidity

sehubungan dengan MI yang lebih dari

24 jam pertama

Palpasi nadi perifer Penurunan curah jantung dapat

diperlihatkan dengan tanda menurunnya

nadi radial, pobliteal, dorsalispedis, dan

postibial, nadi mungkin cepat hilang

atau tidak teratur untuk di palpasi, dan

gangguan pulsasi(denyut kuat disertai

dengan denyut lemah) mungkin ada

Pantau output urine, catat

jumlah dan

pepekatan/konsentrasi urine

Ginjal berespon terhadap penurunan

curah jantung dengan menahan cairan

dan natrium, output urine biasanya

menurun selama 3 hari karena

perpindahan cairan ke jaringan tetapi

dapat meningkat pada malam hari

sehingga cairan berpindah kembali ke

sirkulasi bila klien tidur

Istirahtakan klien dengan

tirah baring optimal

Karena jantung tidak dapat di harapkan

untuk benar-benar istirahat untuk

sembuh seperti luka pada patah tulang,

maka hal terbaik yang dilakukan adalah

mengistirahatkan klien, dengan

demikian melalui linaktifitas, kebutuhan

pemompaan jantung diturunkan.

Tirah baring merupakan bagian yang

penting dari pengobatan gagal jantung

komestif, khususnya pada tahap akut dan

sulit disembuhkan. Selain itu untuk

menurunkan seluruh kebutuhan kerja

pada jantung, tirah baring membantu

dalam menurunkan beban kerja dengan

menurunkan volume intravaskuler

melalui induksi dieresis berbaring.

Observasi adanya nadi yang

cepat, hipotensi, peningkatan

distensi vena jungularis,

perubahan suara jantung,

penurunan tingkat kesadaran.

Manifestasi klinik pada tampo nade

jantung yang mungkin terjadi pada

perikarditis ketika akumulasi cairan

eksudat pada ronggo perkardial

mengurangi pengisian jantung dan

curah jantung.

Kaji perubahan pada

sensorik, contoh letargi,

cemas dan depresi

Penurunan curah jantung dapat

mengakibatkan tidak efektifnya perfusi

serebral.

Berikan istirahat psikologi

dengan lingkungan dengan

tenang

Stress emosi menimbulkan fase

konstriksi yang terkait meningkatkan

tekanan darah, frekuensi dan kerja

jantung

Berikan oksigen tambahan

dengan kanula nasal/masker

sesuai dengan indikasi

Meningkatkan sediaan oksigen untuk

kebutuhan miokardium untuk melawan

efek hipoksia/iskemia.

Kolaborasi untuk pemberian

diet jantung

Pengaturan diet berdampak pada kerja

dan ketegangan otot jantung yang

minimal, status nutrisi terpelihara,

sesuai dengan selera dan pola makan

klien.

Pembatasan natrium ditunjukkan untuk

mencegah, mengatur, atau mengurangi

edema seperti pada hipertensi atau

gagal jantung.

Kolaborasi untuk pemberian

obat

Banyaknya obat dapat digunakan untuk

meningkatkan volume sekuncup,

memperbaiki kontraktilitas, dan

menurnkan kengestif.

Vasodilator, contoh

nitrat(isosorbidedinitrat,

isodril)

Fasodilator digunakan untuk

meningkatkan curah jantung,

menurunkan volume

sirkulasi(vasodilator) dan tahanan

vaskuler sistemis(arteriodilator juga

kerja ventrikel)

Digoxin (lanoxin) Meningkatkan kekuatan kontraksi

miokardium dan memperlambat

frekuensi jantung dengan menurunkan

volume sirkulasi(vasodilator) dan

tahanan vaskuler sistemis

(arteriodilator) juga kerja ventrikel.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru akibat

sekunder dari perubahan membran kapiler alveoli

Tujuan dalam waktu 3x24 jam tidak ada keluhan sesak atau terdapat

penurunan respon sesak nafas. kriteria hasil : secara subjektif klien

mengatakan penurunan sesak nafas, secara

objektif didapatkan tanda vital dalam batas normal (RR 16 -20x /mnt )

tidak ada penggunaan otot bantu nafas, analisas gas darah dalam batas

normal

Intervensi Rasional

Berikan tambahan oksigen 6lt/mnt Untuk meningkatkan konsentrasi oksigen

pada proses pertukaran gas

Pantau satu rasi (opsimetri) pH, BE,

HCO3, dengan analisa gas darah

(AGD) arteri

Untuk mengetahui tingkat oksigenasi pada

jaringan sebagai dampak adekuat tidaknya

proses pertukaran gas

Koreksi keseimbangan asam basa Mencegah asidosis yang dapat

memperberat fungsi pernafasan

Cegah atelektasis dengan melatih

batuk efektif dan nafas dalam

Kongesti yg berat akan memperburuk

proses pertukaran gas sehingga berdampak

pada timbulnya hipoksia

Kolaborasi :

-RL 500cc/24jam

-digoxin 1-0-0

Meningkatkan kontraktilitas otot jantung

sehingga dapat mengurangi timbulnya

edema sehingga dapat mencegah ganggan

pertukaran gas

Furosemide 2-1-0 Membantu mencegah terjadinya retensi

cairan dengan menghambat ADH

3. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan

pegembangan paru tidak optimal

Tujuan dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola nafas.

Kriteria hasil klien tidak sesak nafas, RR dalam batas normal

(16-20x/mnt) respon batuk berkurang

Intervensi Rasional

Auskultasi bunyi nafas (krakles) Indikasi edema paru, sekunder akibat

dekompensasi jantung

Kaji adanya edema Waspadai adanya gagal kongestif dan

kelebihan volume cairan

Ukur intake dan output cairan Penurunan curah jantung, mengakibatkan

tidak efektifnya perfusi ginjal,

Timbang BB Perubahan tiba-tiba dan berat badan

menunjukan gangguan keseimbangan

cairan

Pertahankan pemasukan total cairan

2000ml/24jam dalam toleransi

kardiovaskuler

Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang

dewasa, tetapi memerlukan pembatasan

dengan adanya dekompensasi jantung

Kolaborasi :

- berikan diet tanpa garam

- berikan diuretic, contoh :

furosemide sprinolakton

hidronolakton

- pantau data laboratorium elektrolit

kalium

o Natrium meningkatkan retensi

cairan dan meningkatkan volume

plasma yang berdampak terhadap

peningkatan beban kerja jantung

dan akan meningkatkan kebutuhan

miokardium

o Diuretik bertujuan untuk mnurunkan

volume plasma dan menurunkan

retensi cairan ke jaringan sehingga

menurunkan terjadinya edema paru

o hipokalemia dapat membatasi

keefektifan terapi

4. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan, keletihan

fisik.

Tujuan : dalam waktu 3 X 24 jam aktivitas sehari-hari klien

terpenuhidan meningkatnya kemampuan beraktivitas.

Kriteria evaluasi : klien menunjukan kemampuan beraktivitas tanpa

gejala-gejala yang berat, terutama mobilisasi di tempat tidur.

Intervensi Rasional

1. catat frekuensi jantung, irama

dan perubahan TD, selama dan

sesudah aktivitas.

1. respons klien terhadap aktivitas dapat

mengindikasikan penurunan oksigen

mikardium.

2. tingkatkan istirahat, batasi

aktivitas dan berikan aktivitas

senggang yang tidak berat.

2. menurunkan kerja miokardium oksigen

miokardium.

3.Anjurkan menghindari

peningkatan tekanan abdomen,

misalnya mengejan saat defekasi.

3. mengejan mengakibatkan kontraksi otot

dan vosokonstriksi yang dapat

meningkatkan reload, tahanan

vaskularsistemis, dan beban jantung.

4.jelaskan pola peningkatan

bertahap dari tingkat aktivitas,

contoh : bangun dari kursi, bila

tak ada nyeri, ambulasi dan

istirahat selama 1 jam setelah

makan.

4.aktivitas yang maju memberikan kontrol

jantung, meningkatkan regangan dan

mencegah aktivitas berlebihan.

5. pertahankan tirah baring

sementara sakit akut

5. untuk mengurangi beban kerja jantung.

6. tingkatkan kilen duduk di kursi

dan tinggikan kaki klien.

6. untuk meningkatkan aliran balik vena

(venous return)

7. pertahankan rentang gerak pasif

selama sakit.

7. meningkatkan kontraksi otot sehingga

membantu aliran balik vena.

8.evaluasi tanda vital saat

kemajuan aktivitas terjadi.

8. untuk mengetahui fungsi jantung, bila

diaktifkan dengan aktivitas.

9.berikan waktu istirahat di antara

waktu aktivitas.

9. untuk mendapatkan cukup waktu resolusi

bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja

jantung.

10. pertahankan penambahan

oksigen sesuai pesanan.

10. untuk meningkatkan oksigenasi jaringan.

11.selama aktivitas kaji EKG,

dispnea, sianosis, kerja napas dan

frekuensi napas serta keluhan

subjektif.

11. melihat dampak dari aktivitas terhadap

fungsi jantung.

12.berikan diet sesuai pesanan

(pembatas cairan dan natrium)

12. untuk mencegah retensi cairan dan

edema akibat penurunan kontaktilitas

jantung.

13.rujuk ke program rehabilitasi

jantung.

13. meningkatkan jumlah oksigen yang ada

untuk kebutuhan miokardium sekaligus

mengurangi ketidaknyamanan akibat

iskemia.

C. DAMPAK KDM ( PENYIMPANGAN KDM )

Gagal ginjal dan sebagainya

Inflamasi, tumor, invasi kuman ke perikardium, gagal ginjal dan sebagainya

perlengketan klasifikasi

perikarditis konstriktif

pergerakan fase diastolic dan sistolik menurun

Trauma pasca – infark pascapembedahan jantung

rupturjantung, pembentukan eksudat

efusi perikardium

tamponade jantung

Nyeri dada

Tekanan ventrikel

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pericardium dapat terlibat dalam berbagai kelainan hemodinamika, radang,

neoplasi, dan bawaan penyakit pericardium dinyatakan oleh tumbunan cairan

disebut efusi pericardium, radang yaitu perikarditis. Perikarditis ialah penyakit

Nyeri dada

Tekanan ventrikel

Tekanan darah

Peningkatan tekanan vena

jungularis asisteses edema

Kongesti pulmonals

Sesak nafas

Gangguan pertukaran gas pola nafas tidak

efektif

Kecemasan koping individu tidak

efektif

Kondisi dan prognosis penyakit

sekunder dimanapun ditubuh contohnya penyebaran infeksi kedalam kantung

perikareritematasus sistemik, tetepi kadang-kadang perikarditis terjadi sebagai

kelainan primer. Pada perikarditis, ditemukan reaksi radang yang yang mengenai

lapisan pericardium viseratis dan atau parietalis, ditemukan banyak penyebab

tetapi yang paling sering ialah akut, perikarditis non spesifik (viral), infark

miokard dan uremia.

B. SARAN

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih

jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis mengharapkan adanya sumbangsi

pikiran berupa kritikan dan saran yang sifatnya membangun, sehingga makalah ini

dapat bermaanfaat untuk kita semua.

Amin…………………….

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Vol 2.

Jakarta: EGC

Carpentino, Lynda Juall.2001.Buku Saku : Diagnosa keperawatan edisi : 8

penterjemah Monica Ester.EGC.Jakarta

Doengoes, E Marlynn,dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan edisi

3penterjemahan Monica Ester.EGC.Jakarta

Sudoyo, Aru W.2006. Ilmu Penyakit dalam. Jilid III edisi IV. Penerbit Ilmu

Penyakit Dalam : Jakarta