perencanaan tingkat puskesmas

Upload: romi-mauliza-fauzi

Post on 14-Apr-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Perencanaan Tingkat Puskesmas

    1/9

    Perencanaan Tingkat Puskesmas

    Mekanisme dan Komponen Perencanaan TingkatPuskesmas

    Konsep Puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika dilaksanakannya Rapat Kerja Kesehatan Nasional(Rakerkesnas) I di Jakarta. Puskesmas adalah unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat

    pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta

    pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatan secara menyeluruh,

    terpadu dan berkesinambungan pada masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah tertentu. Peranan

    dan kedudukan Puskesmas sebagai sarana kesehatan terdepan kecuali bertanggungjawab

    penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat juga bertanggungjawab dalam penyelenggaraan

    pelayanan kedokteran. Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan

    melaksanakan semua kegiatan yang tercakup dalam 18 upaya kesehatan pokok melalui

    pengembangan peran serta masyarakat. Untuk mencapai tujuan organisasi Puskesmas menjalankan

    fungsi manajemen, yang meliputi :

    P1 : perencanaan, melalui kegiatan Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) P2 : penggerakan dan pelaksanaan, melalui mini loka karya Puskesmas P3 : pengawasan, penilaian dan pengendalian, melalui kegiatan stratifikasi Puskesmas (Departemen

    Kesehatan, 2006).

    Selama ini masih banyak Puskesmas yang belum melaksanakan perencanaan yang merupakan fungsi

    utama dan dasar manajemen (Departemen Kesehatan, 2006) Departemen Kesehatan melalui

    Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat pada tahun 2006 telah menerbitkan buku

    Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) sebagai pengganti buku pedoman Mikro Planning

    Puskesmas. Adanya buku pedoman PTP tersebut mengantisipasi diberlakukannya DIP terpadu dan

    otonomi daerah yang memerlukan peningkatan kemampuan perencanaan dari bawah.

    Perencanaan pada tingkat Puskesmas adalah suatu proses kegiatan yang sistematis untuk menyusun

    atau mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Puskesmas pada tahun berikutnya. Pada

    tingkat Puskesmas, pendanaan diterima langsung oleh Puskesmas dalam bentuk block grant, yaitupaket dana yang hanya berisi rambu-rambu program tanpa rinciannya dan diserahkan pada

    Puskesmas untuk direncanakan operasionalnya. Konsekuensi dari kebijakan tersebut maka Puskesmas

    dituntut mampu melakukan perencanaan kesehatan yang baik, secara terencana, menyeluruh,

    terpadu, terarah, dan berkesinambungan.

    Puskesmas merupakan pusat kesehatan masyarakat yang memberikan pelayanan kesehatan secara

    langsung kepada masyarakat. Dalam menghadapi otonomi daerah dan era globalisasi peran

    Puskesmas perlu di tingkatkan dalam hal pelayanan dan manajemen sehingga dapat menggambarkan

    secara akurat lingkungan baru yang dihadapi sekarang dan masa yang akan datang. Puskesmas

    sebagai ujung tombak pemerintah di bidang pelayanan kesehatan dalam perkembangannya

    menghadapi kendala serius dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan. Apabila Puskesmas tidak

    mampu mengantisipasi, dikuatirkan Puskesmas akan ditinggalkan dan hanya dimanfaatkan apabila

    dalam kondisi kesulitan ekonomi atau hanya dimanfaatkan oleh segmen masyarakat kurang mampu

    (Trisnantoro, 1996,c).

    Perencanaan merupakan langkah pertama yang diambil dalam usaha mencapai tujuan artinya

    perencanaan merupakan usaha kongkritisasi langkah-langkah yang harus ditempuh dimana dasar

    dasarnya telah diletakkan dalam strategi organisasi (LAN, 1993). Secara umum disebutkan apabila

    pelaksanaan upaya kesehatan tidak didukung oleh perencanaan yang baik, maka akan sulit

    diharapkan tercapainya tujuan dari upaya kesehatan tersebut (Azwar, 1996).

  • 7/30/2019 Perencanaan Tingkat Puskesmas

    2/9

    Perencanaan pada dasarnya adalah salah satu fungsi manajemen dalam rangka memecahkan

    masalah, dalam perencanaan terkandung proses sistematis yang mempunyai urutan logis (Logical

    Sequence) artinya satu langkah dalam proses perencanaan adalah konsekuensi logis dari langkah

    sebelumnya (Departemen Kesehatan, 2006).

    Perencanaan dimaksudkan untuk mengkonsep keadaan yang lebih cocok dengan apa yang diinginkan

    serta menemukan langkahlangkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.Prakondisi perencanaan ialah :

    1. Rencana untuk merencanakan2. Informasi mutlak yang diperlukan untuk menyusun dan realisasi rencana-rencana3. Mengetahui pemikiran-pemikiran yang ada pada manajemen puncak dan bagaimana sistem yang

    hendak diciptakan akan bekerja secara profesional.

    Perencanaan dilakukan pada dasarnya adalah untuk meminimalkan atau menghadapi ketidakpastian

    dimasa yang akan datang. Perencanaan perlu dilakukan karena adanya kebutuhan manusia yang tidak

    tebatas, sedangkan ketersediaan sumber-sumber daya sangat terbatas (Mulyadi dan Setiawan, 1999),

    sehingga terjadi suatu kelangkaan dalam konteks ekonomi sehingga ada 2 cara dalam melihat

    masalah yang ada, yaitu :

    1. Melihat pemandangan atau masalah seluas atau sejauh mungkin2. Melakukan pemilihan objek atau daerah yang menjadi prioritas kita, sehingga cara pandang

    dipersempit agar kita bisa memperoleh suatu detailet close up examination.

    Kekuatan kekuatan utama yang menentukan sistem perencanaan ialah : 1. Ukuran organisasi, 2.

    Kompleksitas lingkungan, 3. Kompleksitas dari proses produksi, 4. Sifat dari masalah, 5. Tujuan dari

    sistem perencanaan. Goal adalah keinginan akhir dan merupakan impian yang akan dicapai oleh

    program. Objective adalah merupakan kondisi dan situasi masyarakat atau lingkungan yang ingin

    dicapai melalui kegiatan program.

    Ruang Lingkup Perencanaan Kesehatan

    Manajemen kesehatan merupakan salah satu bagian dari 3 bagian pembangunan kesehatan, yaitu

    pelaksanaan, pembinaan/manajemen dan pengembangan upaya kesehatan pokok yaitu :

    1.

    Perencanaan2. Penggerakan Pelaksanaan3. Pengendalian Pengawasan dan Penilaian Upaya Kesehatan

    Perencanan kesehatan dititik beratkan pada upaya peningkatan hasil kerja sistem kesehatan.

    Perencanaan merupakan fungsi pertama dalam fungsi manajemen, yang mendahului fungsi

    pengorganisasian, ketenagaan, kepemimpinan dan pengendalian.

    Perencanaan dimaksudkan untuk membantu tercapainya tujuan organisasi. Dengan mengasumsikan

    kondisi tertentu dimasa mendatang dan menganaisis konsekuensi dari setiap tindakan ketidakpastian

    dapat dikurangi dan keberhasilan yang akan datang mempunyai probabilitas yang lebih besar (Reinke,

    1994).

    Kegunaan dari suatu perencanaan organisasi adalah :

    1. Membantu manajer untuk melihat masa depan2. Koordinasi yang semakin baik, koordinasi dapat terjadi antar bagian dalam organisasi dan antara

    kepuasaan saat ini dengan masa mendatang

    3. Penekanan pada tujuan organisasiDengan perencanaan tujuan organisasi dapat difokuskan sebab tujuan organisasi merupakan titik awal

    perencanaan, manajer akan selalu diingatkan pada tujuan tersebut (Wijono, 1997). Bagian penting

    dari perencanaan adalah menganalisis cara pencapaian sasaran yang dibuat dan diurutkan

    berdasarkan prioritas. Kedua faktor inilah yang merupakan bagian inti proses praktis perencanaan.

  • 7/30/2019 Perencanaan Tingkat Puskesmas

    3/9

    Dalam menganalisis sasaran harus dibedakan dengan misi dan visi, target dan standar (Reinke,

    1994).

    Defenisi perencanaan adalah proses menganalisis dan memahami sistem yang dianut, merumuskan

    tujuan umum dan khusus yang ingin dicapai, memperkirakan segala kemampuan yang dimulai

    menguraikan segala kemampuan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,

    menganalisis efektifitas dari berbagai kemungkinan tersebut, menyusun perincian secepatnya darikemungkinan yang terpilih, serta mengikatnya dalam suatu sistem pengawasan yang terus menerus

    sehingga dicapai hubungan optimal antara rencana yang dihasilkan dengan sistem yang dianut (Levey

    dan Lomba Cit dalam Azwar, 1996).

    Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu Permasalahan tradisonal di sistem layanan

    kesehatan Indonesia adalah rendahnya efesiensi dan efektifitas dalam hal alokasi, pemanfaatan,

    pendayagunaan dan manajemen sumber daya, baik bidang keuangan maupun teknis, sebagaimana

    ditunjukkan oleh :

    1. Kurangnya atau tidak memadainya administrasi perencanaan dan penganggaran kesehatan terpadupada tingkat propinsi dan kabupaten/kota dan antara proses di pusat dan daerah.

    2. Prioritas kesehatan yang tidak memadai dan konsisiten.3. Kurangnya kemampuan manajemen pada semua tingkatan dalam hal proses perencanaan dan

    penganggaran.

    4. Mobilisasi dana yang tidak memadai dan sumber-sumber daya masyarakat pemakai yangmengakibatkan pengembalian biaya yang tidak memadai di semua sektor.

    5. Kurangnya perundang-undangan dari garis-garis besar petunjuk untuk mendukung perencanaanpenganggaran kesehatan terpadu

    6. Tidak adanya orientasi untuk mengumpulkan pendapat atau realokasi sumber daya operasional danperawatan fasilitas kesehatan

    Langkah-langkah perancaraan dan penganggaran kesehatan terpadu untuk tingkat kecamatan, adalah

    :

    1. Tingkat desa, LKMD di ketuai oleh Kepala desa, mengidentifikasi dan mengembangkan proses danusulan untuk diserahkan kepada tingkat kecamatan, proses perencanaan pada tingkat pedesaandilakukan pada bulan Maret/April.

    2. Tingkat Kecamatan, pada rapat-rapat yang di ketuai oleh Camat, semua usulan program/proyek yangdiserahkan desa-desa dibahas dan dipadukan. Perencanaan, pendanaan termasuk pendanaan dari

    masyarakat, APBD I dan II, Inpres, APBN, kemudian digabungkan. Proposal juga dilakukan untuk

    kecamatan dan dengan pengecualian pada program-program yang di danai oleh masyarakat, semua

    proposal didiskusikan pada rapat-rapat koordinasi (Rakerbang Tingkat II) di Kecamatan pada bulan

    Mei/ Juni. Tujuan dari rapat ini adalah untuk memperjelas kebutuhan daerah di sektor kesehatan dan

    mengidentifikasi awal program-program atau proyek-proyek yang akan dibiayai oleh APBD I dan II,

    APBN, Inpres, Bantuan asing/BLN dan lain lain. Proposal-proposal ini kemudian diserahkan pada

    tingkat Kabupaten/Kota.

    FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Perencanaan Keberhasilan perencanaan

    terutama tergantung dari pengetahuan, sikap dan motivasi (Mills, dkk, 1991). Faktor terpenting dalamperencanaan adalah adanya keterpaduan antara unsur-unsur manajemen yang berupa sumber daya

    manusia dan non manusia atau faktor internal. Manusia merupakan faktor terpenting dalam

    manajemen yang dapat menetukan keberhasilan ataupun kegagalan dalam mencapai tujuan dan

    sasaran yang ditetapkan. Faktor internal dalam suatu organisasi tidak bisa dipisahkan dari faktor

    lingkungannya atau faktor eksternal harus diperhatikan dan diperhitungkan dengan cermat, sebab

    faktor lingkungan bisa mendukung tetapi bisa juga menghambat (Soedjadi, 1995).

  • 7/30/2019 Perencanaan Tingkat Puskesmas

    4/9

    Lingkungan mengalami perubahan terus-menerus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

    dan teknologi seperti adanya kebijaksanaan baru dan berubahnya pola permintaan jasa pelayanan

    pemerintah akan kesehatan, sedangkan dana dari pemerintah akan tetap terbatas dan pemberian

    pelayanan yang bermutu akan tetap menjadi tujuan. Sehingga fakta utama dalam proses

    perencanaan adalah bagaimana sikap dan kemampuan seorang pimpinan bisa mengelola perubahan

    lingkungan dengan baik dalam rangka mempersiapkan pelayanan kesehatan yang mengacu pada

    kebutuhan masyarakat. Faktor pendidikan yang diperoleh, perkembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi yang ada, peraturan perundangundangan/kebijaksanaan yang berlaku, lokasi fisik tempat ia

    berada, akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku dan prilaku ini dapat melekat pada individu

    ataupun organisasinya, sedangkan sikap dan tingkah laku hanya melekat pada diri manusia sebagai

    individu (Thoha, 1993). Dengan demikian kebutuhan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi SDM

    kesehatan tentang keterampilan managerial, kepemimpinan dan kewirausahaan perlu dilakukan

    (Sopacua dan Budijanto, 2007).

    Faktor lain tidak kalah penting yang mempengaruhi sikap seseorang adalah motivasi, Robbins (1996)

    mendefinisikan sebagai kemauan untuk berjuang/berusaha ke tingkat yang lebih tinggi menuju

    tercapainya tujuan organisasi dengan syarat tidak mengabaikan kemampuannya untuk memperoleh

    kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pribadi. Jadi ada tiga kunci pengertian motivasi

    yaitu usaha, tujuan organisasi dan kebutuhan pribadi (Muchlas, 1997).

    Motivasi adalah hasrat atau lebih kuat lagi sebagai dorongan yang secara wajar senantiasa timbul dari

    dalam diri dan hati sanubari manusia. Disamping itu motivasi juga timbul karena adanya usaha yang

    secara sadar dari manusia dan dilakukan untuk menimbulkan daya/kekuatan dorongan melakukan

    perbuatan-perbuatan tertentu bagi tercapainya tujuan organisasi tempat ia bekerja. Secara umum

    motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan

    kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan (Reksohadiprodjo dalam Handoko, 1993). Menurut

    Wexley dan Yulk (1988) motivasi adalah suatu usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang

    agar mengarah pada tercapainya tujuan organisasi.

    Stoner (1984) mengemukakan bahwa prestasi individu sangat dipengaruhi oleh motivasi, kemampuan

    dan persepsi individu, yang menyebabkan orang berbuat sesuatu. Faktor motivator merupakan

    kelanjutan dari faktor hygiene. Komponen yang masuk dalam faktor motivasi adalah prestasi,penghargaan, tantangan dalam pekerjaan, tanggung jawab, kemajuan dan peningkatan. Komponen

    motivator merupakan penggerak yang efektif agar petugas berprestasi lebih baik. Dari uraian tersebut

    maka batasan motivasi adalah proses pemberian motivasi bekerja kepada pegawai sedemikian rupa

    sehingga mereka mau bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Pengetahuan, sikap dan motivasi

    berkaitan erat dengan tingkat loyalitas dan identifikasi terhadap tujuan organisasi. Tujuan organisasi

    akan memperoleh dukungan apabila tujuan tersebut konsisten dengan tujuan pribadi. Konsistensi

    antara tujuan organisasi dan tujuan pribadi akan berdampak pada suasana yang saling mendukung,

    membantu dan saling menghargai (Azwar, 1996).

    5. Koordinasi Perencanaan

    Koordinasi perencanaan adalah hal yang penting dalam proses perencanaan. Perencanaan akan efisien

    jika terdapat koordinasi yang berintikan pada proses komunikasi antara lembaga perencanaan dan

    pelaku yang berkepentingan baik secara horisontal maupun vertikal. Kegiatan tersebut dilakukan

    melalui forum koordinasi perencanaan dengan instansi terkait termasuk masyarakat. Koordinasi dalam

    birokrasi pemerintahan pada hakekatnya merupakan upaya memadukan (mengintegrasikan) berbagai

    kepentingan dan kegiatannya yang saling berkaitan dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran

    bersama (LAN RI, 1996). Dalam kaitannya dengan pembangunan, koordinasi perlu diterapkan melalui

    dari antar bagian proyek-proyek, program, sektor, subsektor sampai antar bidang. Lebih lanjut

  • 7/30/2019 Perencanaan Tingkat Puskesmas

    5/9

    dijelaskan untuk memantapkan koordinasi pada kegiatan yang dilakukan bersifat kompleks, multi

    sektor, multi fungsi, maka koordinasi dapat berupa Tim, Panitia, Kelompok Kerja, atau Gugus Tugas.

    Koordinasi adalah salah satu fungsi organik dari pengelolaan dan manajemen pemerintah. Melalui

    koordinasi yang efektif tujuan dan sasaran akan dapat dicapai secara optimal. Selain itu, koordinasi

    juga ditujukan untuk mensinkronkan antara kebijakan dan tindak pelaksanaan yang dilakukan oleh

    masing-masing lembaga atau organisasi sesuai dengan kewenangan yang dimiliki. Koordinasiperencanaan dapat dilakukan dengan melalui empat tahapan: (1) koordinasi proses perencanaan; (2)

    koordinasi metode perencanaan; (3) koordinasi antar

    tingkat perencanaan; dan (4) koordinasi usaha-usaha masyarakat. Pimpinan organisasi dalam

    menjalankan tugas dan fungsi memerlukan koordinasi pengaturan tata kerja dan tata hubungan yang

    lainnya, oleh karenanya diperlukan kesamaan pengertian masing-masing anggota dalam organisasi

    agar terjadi hubungan yang harmonis di antara satuan-satuan organisasi dalam usaha bersama

    mencapai tujuan organisasi. Koordinasi dilaksanakan sejak proses perumusan kebijaksaan,

    perencanaan program, pelaksanaan kegiatan dan dalam pengawasan dan pengendalian (Wijono,

    1997).

    Perencaaan Tingkat Puskesmas (PTP)

    Perencanaan tingkat Puskesmas dikenal istilah perencanaan mikro (micro planning), merupakan salah

    satu fungsi manajemen Puskesmas. Bersama dengan minilokakarya dan stratifikasi Puskesmas,

    ketiganya merupakan satu kesatuan sebagai alat melaksanakan fungsi pengelolaan (manajemen

    Puskesmas). Pengertian perencanaan Puskesmas ialah sebagai usaha untuk merinci kegiatan-kegiatan

    upaya kesehatan dalam rangka mencapai status kesehatan masyarakat yang dikehendaki dalam

    periode tertentu pada masa yang akan datang, sehingga perencanaan tingkat Puskesmas merupakan

    suatu proses kegiatan yang sistematis untuk menyusun dan mempersiapkan kegiatan yang akan

    dilaksanakan oleh Puskesmas pada tahun berikutnya untuk meningkatkan cakupan dan mutu

    pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam upaya mengatasi masalah-masalah kesehatan

    setempat (Departemen Kesehatan, 2006).

    Ada 2 macam rencana yang disusun dalam perencanaan tingkat Puskesmas (PTP) yaitu :

    1. Rencana Usulan Kegiatan (RUK), berisi usulan kegiatan tahun fiskal mendatang untuk mengajukan

    program kegiatan beserta biayanya.

    2. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK), berisi rencana pelaksanaan kegiatan tahun anggaran

    bersangkutan sesuai alokasi anggaran yang diterima oleh Puskesmas.

    Buku pedoman P.T.P (Departemen Kesehatan, 2006) menurut petunjuk penyusunan usulan rencana

    kegiatan tahunan Puskesmas dengan merencanakan semua kegiatan yang tercakup dalam 18 upaya

    kegiatan pokok, dengan tahapannya diawali dari :

    1. Tahap persiapan, yaitu: mempersiapkan pihak-pihak/petugas dengan pembentukan Tim Perencana

    Tingkat Puskesmas (PTP) yang akan terlibat, agar memperoleh kesamaan pandangan dan

    pengetahuan dalam proses perencanaan, juga mempersiapkan informasi situasi program (kegiatan,hasil, bahan lain) serta informasi kebijakan kesehatan serta petunjuk-petunjuk perencanaan

    kesehatan dari unit organisasi diatasnya dan dokumen yang berkaitan dengan kegiatan perencanaan.

    2. Tahap Analisis situasi, yaitu diperlukan data dan informasi untuk mengetahui dan memahami

    keadaan dan permasalahan operasional Puskesmas yang perlu ditanggulangi berupa identifikasi

    masalah, penamaan dan penetapan prioritas masalah. Dengan melihat data situasi umum dan data

    khusus serta data pencapaian target program, kemudian dilakukan analisis.

  • 7/30/2019 Perencanaan Tingkat Puskesmas

    6/9

    3. Tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) pada dasarnya melalui kegiatan perumusan

    masalah pencapaian kegiatan program, perumusan penyebab terjadinya masalah dan akhirnya

    menyusun R.U.K. R.U.K adalah tersusunnya rencana dan prioritas rencana penyelesaian masalah

    dengan analisis sumber daya yang dimiliki Puskesmas dan menyusun prioritas penyelesaian. R.U.K ini

    kemudian diajukan ke Dinas Kabupaten/Kota, yang penyebarannya sudah dirumuskan kedalam format

    RUK, yang mengandung jenis kegiatan lengkap dengan rincian anggarannya/biaya yang diperlukan.

    Biasanya karena keterbatasan dana, tidak semua usulan kegiatan Puskesmas bisa terpenuhi. Juga

    sampai saat ini belum banyak Puskesmas yang mencantumkan jumlah yang diperlukan, karena

    selama ini Puskesmas lebih banyak menunggu jumlah angaran yang ditentukan oleh pemerintah

    daerah.

    4. Tahap rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) yang disebut pula Plan Of Action (POA). Penyusunan

    R.P.K dilaksanakan melalui suatu pembahasan dalam mini lokakarya pada tahun yang sedang berjalan

    setelah Rakerkesda Dati II. RPK disusun setelah diterimanya alokasi dana yang diberikan oleh

    pemerintah daerah ke Puskesmas. Setelah ada informasi tentang besarnya biaya yang bisa disediakan

    oleh dinas kesehatan kabupate/kota, Puskesmas bisa menelaah ulang tentang usulan kegiatannya

    dalam rangka memantapkan pengecekan, pelaksanaan kegiatan dalam tahun yang sedang berjalan.

    Bila dana mencukupi, usulan kegiatan tidak mengalami perubahan. Namun bila hanya sebagian dana

    yang diberikan, maka Puskesmas harus memperbaiki usulan kegiatannya.

    Bila pemerintah daerah hanya memberikan anggaran sebanyak 70%, maka Puskesmas perlu

    menurunkan target dan memodifikasi kegiatan agar 70% dana itu dapat digunakan secara efektf dan

    efisien, dengan menyusun perencanaan (RPK) berupa jadwal kegiatan yang mencakup waktu, jenis

    kegiatan, sasaran, tempat, pelaksana dan penanggung jawab.

    Ruang lingkup perencanaan tingkat Puskesmas ialah kegiatan yang direncanakan adalah semua

    kegiatan yang tercakup dalam 18 upaya kesehatan pokok Puskesmas yang dilaksanakan Puskesmas

    sebagai pusat pengembangan, pembinaan dan pelaksanaan upaya kesehatan dalam rangka

    menunjang pencapaian tujuan dan sasaran program pembangunan di wilayahnya. Kegiatan yang

    direncanakan adalah baik kegiatan yang pelaksanaannya di dalam gedung Puskesmas maupun di luar

    gedung Puskesmas/di masyarakat.

    Dasar dari penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) adalah sistem informasi manajemen

    Puskesmas yang sumber informasi utamanya adalah SP2TP, sedangkan informasi lain yang ada

    berperan sebagai pelengkap, tetapi data yang berasal dari SP2TP harus mempunyai reliability yang

    tinggi, representatif, up to date dan selalu siap bila dibutuhkan, sehingga data yang diperoleh sangat

    mempengaruhi terhadap mutu dan lamanya proses perencanaan, sehingga informasi tersebut dan

    informasi lainnya dapat menunjang proses manajemen ditingkat Puskesmas, sebagai bahan

    penyusunan rencana-rencana tahunan Puskesmas, penyusunan rencana kerja operasional Puskesmas

    dan bahan pemantauan evaluasi dan pembinaan. Jadi informasi dari SP2TP akan membantu

    kelancaran perencanaan (P1), penggerakan pelaksanaan (P2), dan pengawasan, pengendalian dan

    penilaian (P3).

    Perencanaan Stratejik

    Perencanaan stratejik merupakan suatu kegiatan yang menunjang menajemen stratejik yang berarti

    bahwa organisasi dapat memberikan pelayanan pelayanan terbaik bila mempunyai perencanaan

    secara menyeluruh dalam mengembangkan dan mengelola suatu organisasi. Perencanaan stratejik

    merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu)

    sampai dengan 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau

    yang mungkin timbul. Rencana stratejik mengandung visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program

    dan kegiatan yang realistis dengan mengantisipasi perkembangan masa depan (Lembaga Administrasi

    Negara, 1993). Urutan perencanaan stratejik menurut Hanger dan Wheelen (2003), adalah penetapan

  • 7/30/2019 Perencanaan Tingkat Puskesmas

    7/9

    visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, pembiayaan, prosedur dan penilaian kinerja.

    Perencanaan stratejik berkaitan dengan keputusan-keputusan saat ini yang berkaitan dan

    menjangkau masa depan. Perencanaan stratejik merupakan suatu proses, falsafah, dan kumpulan

    perencanaan yang sedang berkaitan. Perencanaan stratejik mutlak diperlukan oleh organisasi, karena

    dapat merangsang pengembangan tujuan yang tepat dari organisasi dan merupakan motivator kuat

    bagi pelaksananya, selain diperlukan untuk menunjang pelaksanaan fungsi manajerial lain dengan

    lebih baik (Mulyadi, 1998).

    Perencanaan stratejik sangat menekankan pada pentingnya pembahasan mengenai visi dan analisis

    faktor eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi keberhasilan program. Faktor eksternal dapat

    menggambarkan hambatan dan dorongan dari luar program. Analisis terhadap faktor eksternal dan

    internal maka perencanan kegiatan di masa depan akan lebih rasional dan tepat (Trisnantoro, 2001).

    Menurut Burhan (1994) ada 4 alasan memilih perencanaan stratejik, yaitu: 1) Perencanaan

    menyangkut masa depan dari keputusan yang dibuat sekarang; 2) Proses rencana yang berisi unsur-

    unsur proses secara terus-menerus karena perubahan lingkungan; 3) Falsafah artinya adanya

    kebulatan tekad untuk selalu merencanakan secara teratur dan sistematis; 4) Struktur artinya

    perencana stratejik mengkaitkan 3 (tiga) jenis rencana yaitu: rencana strategi, rencana jangka

    menengah, dan anggaran dalam jangka pendek.

    Keuntungan-keuntungan dalam pemikiran stratejik dan kesadaran akan manajemen stratejik sebagai

    lawan dari improvisasi yang alasanalasan dan menyimpang (Trisnantoro, 2001), adalah :

    1. Memberikan pengarahan yang lebih baik pada keseluruhan organisasi tentang apakah yang dicobauntuk dikerjakan dan di raih ?,

    2. Membuat manajer lebih waspada terhadap angin perubahan kesempatan kesempatan baru, dantantangan perkembangan,

    3. Mengarahkan manajer selalu rasional mengevaluasi alokasi sumber daya,4. Membantu mempersatukan berbagai macam strategi yang dikembangkan oleh manajer-manajer di

    keseluruhan bidang yang ada didalam organisasi,

    5. Menciptakan sikap manajemen yang lebih proaktif dan melawan kecenderungan untuk mengambilkeputusan yang reaktif dan defensif. Guna mencapai tujuan sebagai strategi langkah yang dilakukanadalah dengan pengkajian lingkungan internal dan lingkungan eksternal melalui anaisis SWOT

    (Strenght, Weaknesses, Oppoturnityies, and Threats). Pemahaman faktor internal untuk mengetahui

    kekuatan dan kelemahan sedangkan pemahaman faktor eksternal diharapkan dapat diperoleh

    pemahaman yang jelas tentang tantangan dan peluang, dengan memperhitungkan faktor-faktor

    eksternal dan internal pengembangan kegiatan organisasi pelayanan kesehatan dapat dilakukan

    secara lebih sistematis dan mempunyai dimensi waktu.

    http://environmentalsanitation.files.wordpress.com/2013/01/perencanaantingkatpuskesmas.jpg
  • 7/30/2019 Perencanaan Tingkat Puskesmas

    8/9

    Analisis didasarkan pada memaksimalkan strenghes (kekuatan) dan Oppoturnities (peluang)

    meminimalkan weaknesses (kelemahan) dan threats (ancaman). Analisis yang dilakukan pada saat ini

    disebut dengan analisis situasi. Kaitan antara perencanaan stratejik dan perencanaan Puskesmas ialah

    Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan selain berorientasi kepada kebutuhan

    masyarakat juga bisa menjadi suatu organisasi yang berorientasi kepada bisnis yang tetap

    mempertahankan nilai-nilai etis. Dengan demikian perlu ada perubahan pandangan dalam

    perencanaan Puskesmas yaitu dari perencanaan pelayanan kesehatan menjadi perencanaan strategis.

    Misalnya orientasi kesehatan masyarakat berubah menjadi bisnis, kebutuhan masyarakat beruba

    menjadi demand, trend penyakit/kematian menjadi sekmen pasar, pengembangan program menjadi

    manajemen produksi dan kelompok masyarakat menjadi konsumen (constumer).

    Menurut Studin (1995) dalam Trisnantoro (1995) dalam perencanaan organisasi pelayanan kesehatan

    terjadi suatu tradisi pandangan yaitu dari perencanaan pelayanan kesehatan menjadi suatu

    perencanaan strategik yang menyerupai perencanaan perusahaan.

    Evaluasi Program

    Di bidang kesehatan, evaluasi adalah mutu suatu kegiatan yang penting untuk menilai kualitas,

    rasional, efektifitas, efisiensi dan equity pada pelayanan kesehatan (Trisnantoro, 1996 b). Selanjutnya

    dikemukakan pula bahwa evaluasi program kesehatan yang komprehensif adalah evaluasi yang

    dilakukan terhadap tiga komponen yaitu Input- proses- output. Definisi evaluasi menurut WHO (1990)

    adalah cara yang sistematis untuk belajar dari pengalaman-pengalaman dan menggunakan pelajaran

    pelajaran yang diperoleh untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan dan untuk

    meningkatkan perencanaan yang lebih baik dengan melakukan seleksi secara teliti dengan berbagai

    alternatif tindakan yang akan diambil. Jadi evaluasi berarti menentukan pendapat berdasarkan

    penafsiran secara seksama dan penilaian secara krisis mengenai keadaan tertentu, yang harus

    mengarah kepada penarikan kesimpulan yang masuk akal serta pengajuan usulan-usulan untuk

    tindakan lebih lanjut yang bermanfaat. Tujuan evaluasi program kesehatan bukan hanya

    membandingkan keadaan kesehatan sebelum dan sesudah kegiatan, tetapi yang lebih penting adalah

    untuk memperbaiki program-program kesehatan agar pelaksanaan suatu program menjadi lebih

    relevan, efisien dan efektif.

    Sementara itu Hidayat (1990) mengatakan evaluasi program adalah kegiatan yang dilakukan secarasistematis dan berkelanjutan untuk menilai apakah suatu program telah atau dapat dilaksanakan

    sesuai rencana serta mengidentifikasi masalah-masalah yang mempengaruhi keberhasilan program

    tersebut. Melakukan evaluasi terhadap suatu program kesehatan tidak hanya cukup dilakukan dengan

    metode kuantitatif saja tetapi juga diperlukan metode kualitatif yaitu: wawancara formal, wawancara

    mendalam, observasi terstruktur dan diskusi kelompok terarah (Prawitasari, 1998). Fungsi penelitian

    evaluasi adalah sebagai berikut :

    1. Efaluasi formatif, difungsikan sebagai kegiatan evaluasi pada saat aktifitas program sedangberlangsung.

    2. Evaluasi sumatif, dilangsungkan bila kegiatan program sudah benar- benar selesai dilaksanakan.Dengan demikian Evaluasi adalah cara yang sistematis untuk belajar dari pengalaman dan

    menggunakan pelajaran-pelajaran yang diperoleh untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sedangdilakukan/berjalan dan untuk meningkatkan perencanaan yang lebih baik dengan menyeleksi secara

    cermat alternatif-alternatif tindakan yang akan diambil. Tujuan evaluasi ialah untuk memperbaiki

    program-program kesehatan dan infrastruktur pelaksanaannya serta untuk mengarahkan alokasi

    sumber-sumbernya untuk program-program yang sedang berjalan dan yang akan datang. Dengan

    demikian evaluasi merupakan proses yang berlanjut dengan tujuan agar kegiatan-kegiatan kesehatan

    menjadi lebih relevan, lebih effisien dan lebih effektif (Prawitasari, 1998).

  • 7/30/2019 Perencanaan Tingkat Puskesmas

    9/9

    Evaluasi juga adalah suatu bagian yang demikian penting dari proses dinamis yang total, yang mana

    banyak pemberdayaan unit-unit yang disebut unit planning dan evaluasi, pada suatu saat ada suatu

    masalah yang terkonseptual tumbuh keluar dari pendapat yang mana kita berhubungan dengan tiga

    aktifitas yang terpisah yaitu; Aktifitas planning, Implementasi dan Evaluasi ( Hidayat, 1990).

    Evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan dicapai atau tidak, evaluasi diadakan secara

    berkala setahun sekali oleh pimpinan atau pihak lain. Evaluasi dapat dilakukan melalui beberapa tahapantara lain penetapan pertanyaan evaluasi, penyusunan kriteria, penyusunan instrumen, penetapan

    sasaran evaluasi, proses evaluasi, pengumpulan data.( Hidayat, 1990).

    Adapun dasar-dasar evaluasi adalah sebagai berikut:

    1. Sebagai suatu kunci untuk meningkatkan pembuatan keputusan, evaluasi adalah melihat kedepan danberorientasi pada tindakan.

    2. Evaluasi bersifat komprehensif dan dinamis, ia berkepentingan terhadap pemeriksaan dari kebijakandan alternatif rencana, monitoring dari kemajuan dalam proses dari implementasi dan pencapaian

    sumative dari hasil akhir.

    3. Evaluasi ditemukan pada prinsip-prinsip manajemen by objectives dan mulai dengan jelas,pembicaraan terbatas dari pengaruh apa yang dapat dicapai dalam populasi apa, dalam periode waktu

    apa.4. Strategy untuk pertemuan tujuan awal haruslah diperksa untuk kepasan dan keakuratan.5. Prinsip-prinsip umum dari manajemen by exception, evaluasi rencana- rencana haruslah memberi

    suatu rentang yang luas dari informasi yang didisain ketanda yang tepat dari masalah-masalah yang

    muncul.

    6. Waktu dan lokasi dari evaluasi laporan harus sesuai dengan kebutuhan untuk keputusan-keputusansuatu waktu tertentu.

    7. Frekwensi dari laporan secara garis besar tergantung pada langkah perubahan dalam persyaratankebutuhan tindakan.

    8. Bila evaluasi adalah suatu perbandingan, ini tergantung pada indikator- indikator yangmengekspresikan tingkat dan ratio yang cocok, dari pada tingkat yang absolut dari suatu

    perlengkapan/proses melengkapi.

    9. Pencapaian haruslah dibedakan antara subyek outcome terhadap kontrol keputusan dan yang manaterjadi sebagai suatu hasil dari ketidaktentuan dan kesempatan.

    10.Effisiensi, Keefektifan dan pemerataan haruslah jelas didifinisikan dan dijauhkan secara jelas.Evaluasi dapat dimaksudkan untuk mengetahui apakah pelaksanaan seluruh kegiatan pembangunan

    masih relevan dengan tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan (evaluasi pada saat

    program berjalan). Evaluasi purna pelaksanaan adalah untuk mengkaji sejauh mana sasaran dan

    tujuan fungsional proyek tersebut telah dicapai. Di sini tujuan evaluasi adalah untuk membandingkan

    input serta output fasilitas pelayanan kesehatan di berbagai tingkat.