perencanaan program humas dinas komunikasi dan informatika provinsi riau dalam melaksanakan kip
DESCRIPTION
written by RozaliaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia humas saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sebab
humas merupakan bidang pekerjaan yang peranannya dianggap semakin penting
oleh setiap organisasi atau pun perusahaan. Karena semakin gencarnya arus
komunikasi dan informasi, lebih lagi dalam komunikasi khalayak yang luas.
Humas menyelenggarakan komunikasi timbal balik antara organisasi
ataupun lembaga dengan publiknya untuk menciptakan saling pengertian bagi
terciptanya tujuan kebijakan dan langkah serta tindakan lembaga atau organisasi
itu. Semua itu ditujukan untuk mengembangkan pengertian dan kemauan baik
(goodwill) publik serta memperoleh suatu publik yang menguntungkan atau
untuk menciptakan kerja sama berdasarkan hubungan yang harmonis (Soemirat,
2004:89).
Publik perlu diperhatikan, karena kegiatan hubungan masyarakat yang
dijalankan selain memperhatikan kepentingan organisasi juga mesti
memperhatikan kepentingan khalayak. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam
masyarakat dengan sendirinya mengubah postur publik yang menjadi sasaran
kegiatan humas. Lebih dari itu, publik sendiri bukanlah seseorang atau
sekelompok orang yang pasif dan niscaya akan membenarkan saja atas apa yang
diterimanya. Publik akan berhubungan satu sama lain, sehingga informasi yang
diterima publik sebenarnya saling bersaing untuk mendapat pengakuan atas
“kebenarannya” dalam pandangan publik (Iriantara, 2004: 63).
Di era modern saat ini kebutuhan memperoleh informasi merupakan hal
yang dianggap penting bagi……
Banyak masyarakat yang mengeluh terhadap suatu perusahaan atau instansi
yang tidak tanggap dalam melayani kebutuhan informasi.
Sebagai manusia kita mempunyai hak mendasar yang disebut dengan hak
asasi. Hak asasi adalah hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
Dalam panduan sederhana penerapan UU Keterbukaan Informasi Publik
dijelaskan, selain hak asasi sebagai warga Negara kita juga mempunyai hak atas
informasi, sebagaimana hak asasi, hak atas informasi juga melekat pada setiap
diri warga negara. Hak atas informasi ini dijamin oleh konstitusi atau UUD 1945.
Dalam pasal 28F dinyatakan: “setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya,
serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
meyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia”.
Untuk menguatkan ketentuan dalam UUD tersebut, maka disusunlah
undang-undang No14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). UU
KIP memberikan jaminan kepada setiap warga Negara untuk memperoleh
informasi yang dikuasai oleh Badan Publik. UU KIP memberikan acuan yang
sangat jelas kepada warga negara tentang tata cara memperoleh informasi dari
badan publik. UU KIP juga mengatur tentang apa yang harus dilakukan oleh
warga negara (pemohon informasi publik).
Melalui UU KIP masyarakat dapat memantau setiap kebijakan, aktivitas,
maupun anggaran badan-badan publik berkaitan dengan penyelenggaraan negara
maupun yang berkaitan dengan kepentingan publik lainnya.
Dalam hal keterbukaan informasi publik terdapat peranan humas dalam
pemerintah. Dasar pemikiran hubungan masyarakat dalam pemerintahan
berlandaskan pada dua fakta dasar. Pertama, masyarakat mempunyai hak untuk
mengetahui; karena itu, para pejabat pemerintah mempunyai tanggung jawab
guna memberi penjelasan kepada masyarakat. Kedua, ada kebutuhan bagi para
pejabat untuk menerima masukan dari masyarakat tentang persoalan baru dan
tekanan sosial, untuk memperoleh partisipasi dan dukungan masyarakat. Hanya
dengan proses komunikasi demikianlah pemerintah dan para pemilih dapat
mencapai suatu pengertian kesatuan yang positif (Frazier, 2000:131).
Adanya unit kehumasan pada setiap instansi pemerintah merupakan suatu
keharusan fungsional dalam rangka penyebaran tentang aktivitas instansi
tersebut baik ke dalam maupun ke luar. Petugas humas hendaknya memiliki
sikap pelayanan yang terbuka pada khalayak. Mengingat masalah yang dihadapi
sebagai bagian utama dari suatu lembaga atau instansi maka petugas humas
seyogyanya memiliki keterampilan dan kemampuan yang memadai di
bidang komunikasi dan mediasi serta memiliki kepekaan dan rasa proporsi
yang baik, dalam menghadapi persoalan di lingkungan, baik intern publik
maupun ekstern publik.
Tidak semua bagian humas diberbagai lembaga dapat memberikan
pelayanan mengenai keterbukaan informasi khususnya keterbukaan informasi
publik secara baik kepada masyarakat. Pada kenyataannya di setiap dinas-
dinas masih belum mengetahui akan adanya Undang-Undang Keterbukaan
Informasi Publik (UU KIP) yang seharusnya dipahami agar dapat melayani
masyarakat atau publik secara baik.
Sebagai makhluk sosial, komunikasi adalah aktivitas dasar manusia.Tidak
ada manusia yang tidak terlibat dalam komuniasi.Bahkan sejak lahir kita terus
menerus terlibat dalam tindakan ini. Dengan berkomunikasi manusia dapat
berhubungan satu sama lain, baik dalam konteks antar individu, kelompok,
maupun masyarakat luas.
Melalui proses komunikasi manusia dapat menyampaikan pikiran,
pendapat, keinginan, baik secara verbal maupun nonverbal kepada orang lain
dengan tujuan terciptanya pengertian antar orang yang berkomunikasi.
Adapun dalam konteks organisasi, komunikasi yang dilakukan cakupannya
lebih luas. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan
lancar dan berhasil. Sebaliknya jika dalam organisasi tidak terjalin komunikasi
yang baik dapat menyebabkan kemacetan atau kekacauan.
komunikasi organisasi merupakan komunikasi antar manusia yang terjadi
dalam konteks organisasi, dengan batasan arus pesannya dalam satu jaringan
yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain (Yasir, 2009:124).
Humas bukan hanya merupakan salah satu spesialisasi ilmu komunikasi.
Karena antara praktik komunikasi dan praktik humas memiliki keterkaitan yang
begitu erat. Oxley (1987:14) menyatakan, “humas yang efektif merupakan
komunikasi yang efektif. Karena memang kegiatan humas merupakan kegiatan
komunikasi yang terencana” (Iriantara, 2004:61).
Dalam manajemen terdapat beberapa hal yang harus dilakukan seorang
humas untuk mencapai tujuan dalam suatu organisasi. Disebutkan bahwa proses
tersebut dapat berlangsung secara bertahap, di antaranya yang terkenal dengan
POAC, sebagai singkatan dari planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), actuating (penggiatan), dan controlling (pengawasan).
Yang paling utama dari semua itu adalah perencanaan. Perencanaan adalah
Proses mendefinisikan tujuan organisasi, kemudian membuat strategi untuk
mencapai tujuan tersebut, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja
organisasi. Tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, penggiatan,
dan pengontrolan tak akan dapat berjalan.
Perencanaan merupakan proses yang tidak pernah berakhir, jika organisasi
ingin mencapai tujuan secara maksimal. Sebab setelah program terealisasi, akan
ada evaluasi terhadap hasil kerja. Dari sana lah seorang humas harus mampu
memperhatikan kekurangan, kelebihan, menarik kesimpulan, dan merumuskan
perencanaan yang lebih baik lagi.
Maka dalam suatu instansi pemerintah, seorang humas sangat berperan
penting untuk membuat perencanaan program dalam menjalankan aktivitasnya,
baik komunikasi secara internal maupun eksternal. Agar organisasi dapat
berjalan lancar serta berhubungan baik dengan masyarakat, dan demi
terwujudnya visi organisasi.
Begitu pula mengenai Ketrbukaan informasi Publik (KIP) oleh Badan
Publik Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Riau,harus ada perencanaan
dan pengelolaan yang baik dari organisasi.
Salah satunya brupaya untuk penyeberluasan informasi terutama untuk
kebutuhan masyarakat terhadap informasi, demi terwujudnya masyarakat
informasi provinsi Riau yang mampu mengimplementasikan UU RI Nomor 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) dengan baik, benar dan
penuh rasa tanggung jawab.
Di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Riau terdapat suatu bidang
khusus yang mengelola pelayanan informasi, dengan nama Bidang Informasi
Publik yang terdiri dari tiga seksi, yaitu; seksi Layanan Informasi Publik, seksi
Penyiaran, dan seksi Media Informasi. Pemohon informasi publik dapat
memperoleh informasi publik baik langsung maupun melalui media.
Demi terwujudnya suatu instansi yang dapat memberikan pelayanan prima
bagi masyarakat dalam melaksanakan UU Keterbukaan Informasi Publik dengan
baik, benar, dan penuh rasa tanggup jawab, maka Dinas Komunikasi dan
Informatika Provinsi Riau harus membuat perencanaan yang matang. Yang mana
perencanaan merupakan tugas seorang humas yang harus dipersiapkan dengan
baik agar tercapainya visi suatu organisasi.
Humas menyiapkan rencana kerja yang meliputi rumusan kebijakan
pelayanan informasi publik, pelaksanaan pemberdayaan penyiaran,
pemberdayaan informasi baik elektronik maupun non elektronik.
Perencanaan dibuat sebagai acuan untuk melaksanakan pekerjaan dan
kegiatan yang berkenaan dengan pelayanan, pembinaan, pengembangan dan
pengendalian di bidang informasi publik berdasarkan perturan yang berlaku
tentang uraian tugas Dinas Komunikasi Informatika Provinsi Riau.
Berdasakan latar belakang di atas, maka penulis berminat untuk
mengadakan penelitian di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Riau
dangan judul:
“Perencanaan Program Humas Dinas Komunikasi dan Informatika
Provinsi Riau dalam Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik”.
B. Alasan Pemilihan Judul
Alasan penulis mengangkat judul di atas adalah berdasarkan pertimbangan
sebagai berikut:
1. Menurut penulis masalah ini perlu diteliti dan dipelajari, karena perencanaan
dan program humas dalam melaksanakan keterbukaan informasi publik
sangat menarik.
2. Perencanaan dan program humas instansi pemerintah dalam melaksanakan
keterbukaan informasi publik sangat menarik untuk diteliti, karena hal ini
dapat meningkatkan keterbukaan antara publik (masyarakat) dengan
pemerintah.
3. Judul ini sesuai dengan jurusan dan pendidikan penulis tekuni di jurusan
Komunikasi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau.
C. Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah pengertian dan pemahaman tentang konsep dan
istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka akan dilakukan penegasan
istilah sebagai berikut:
1. Perencanaan Program Humas
Secara umum pengertian dari perencanaan program kerja Public Relations
yaitu terdiri dari semua bentuk kegiatan perencanaan komunikasi baik
kegiatan ke dalam maupun ke luar antara organisasi dan publiknya yang
tujuannya untuk mencapai saling pengertian (Ruslan, 2007: 153-154).
2. Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Riau
Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) provinsi Riau
merupakan penggabungan dari bidang Informasi Komunikasi di Badan
Informasi Komunikasi dan Kesatuan Bangsa (Infokom Kesbang) Provinsi
Riau dengan Badan Pengolahan Data Elektronik (BPDE) Provinsi Riau.
Dinas Komunikasi dan Informatika dalam kiprahnya, mempunyai
tugas diantaranya tugas menyelenggarakan otonomi daerah, tugas
desentralisasi, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan di bidang
Komunikasi, Informatika dan Pengolahan Data Elektronik
(diskominfo.riau.go.id)
3. Keterbukaan informasi publik
Keterbukaan informasi publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan
pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan badan publik
lainnya dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik
(kipjateng.co.cc).
D. Permasalahan dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a) Apa perencanaan program humas dinas komunikasi dan informatika
provinsi Riau untuk melaksanakan keterbukaan publik?
b) Apa saja faktor pendukung bagi perencanaan program humas dinas
komunikasi dan informatika provinsi Riau dalam melaksanakan
keterbukaan informasi publik?
2. Batasan Masalah
Agar peneliti lebih berfokus terhadap masalah yang ingin dibahas
maka penulis perlu memberikan batasan masalah yaitu: tentang prencanaan
program humas dinas komunikasi dan informatika provinsi Riau dalam
melaksanakan keterbukaan informasi publik.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis mengambil pokok
permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan program humas dinas komunikasi dan
informatika provinsi Riau dalam melaksanakan keterbukaan informasi
publik.
2. Apa saja faktor pendukung bagi prencanaan program humas dinas
komunikasi dan informatika provinsi Riau dalam melaksanakan
keterbukaan informasi publik.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui perencanaan program humas dinas komunikasi dan
informatika dalam melaksanakan keterbukaan informasi publik.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung bagi perencanaan program humas dinas
komunikasi dan informatika provinsi Riau dalam melaksanakan keterbukaan
informasi publik.
2. Kegunaan Penelitian
a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi yang nyata
bagi perkembangan ilmu komunikasi dan Public Relations khususnya.
b. Sebagai sumbangsih pemikiran bagi mahasiswa fakultas Dakwah dan
Komunikasi.
c. Sebagai tugas akhir guna memperoleh gelar sarjana Komunikasi dari jurusan
Komunikasi fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Suska Riau.
F. Kerangka Teoritis
Pembahasan kerangka teoritis ini berguna untuk menjelaskan konsep-
konsep teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Sebelum
membahas perencanaan program humas, penulis perlu menjelaskan terlebih
dahulu tentang pengertian dan dasar humas itu sendiri.
1. Humas
Hubungan masyarakat adalah fungsi manajemen mengenai hubungan-
hubungan antara dua atau lebih organisasi dan publik, baik nasional maupun
internasional. Yang menghasilkan jenis hubungan yang diinginkan atau
dipergunakan oleh organisasi-organisasi dan khalayak tersebut (Onong, 29:
1986).
Humas menurut definisi kamus terbitan Institute of Public Relations
(IPR), yakni sebuah lembaga humas terkemuka di Inggris dan Eropa, terbitan
bulan November 1987, “humas adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan
secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan
memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan
segenap khalayaknya” (Anggoro, 2001:1-2).
Mengenai definisi humas, Edward L. Bernays seorang pelopor humas di
Amerika Serikat dalam bukunya Public Relations (1952) menjelaskan bahwa
humas mencakup tiga aspek, yakni:
1. Memberi informasi kepada masyarakat.
2. Mengajak masyarakat untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
3. Melakukan usaha-usaha untuk menyatukan sikap dan tindakan suatu lembaga
atau organisasi dengan publiknya, atau sebaliknya.
Menurut (Onong, 31-32: 1986), ciri-ciri humas tersebut antara lain adalah:
1. Humas adalah kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi yang berlangsung
dua arah secara timbal balik.
2. Humas merupakan penunjang tercapainya tujuan yang ditetapkan oleh
manajemen suatu organisasi.
3. Publik yang menjadi sasaran kegiatan humas adalah publik ekstern dan public
intern.
4. Operasionalisasi humas adalah membina hubungan yang harmonis antara
organisasi dengan publik dan mencegah terjadinya rintangan psikologi, baik
yang timbul dari pihak organisasi maupun dari pihak publik.
Menurut Cutlip dan Center menyebutkan fungsi humas sebagai berikut:
1. Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi.
2. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan menyebarkan
informasi dari perusahaan kepada publik dan menyalurkan opini publik
kepada perusahaan.
3. Melayani publik dan memberi nasehat kepada pimpinan perusahaan untuk
kepentingan umum.
4. Membina hubungan kerja sama yang harmonis antara perusahaan (Kriantono,
1994: 21-22).
Dinas Komunikasi dan Informatika merupakan salah satu lembaga
pemerintah. Perbedaan pokok antara fungsi humas dan tugas humas yang
terdapat di instansi pemerintah dengan nonpemerintah adalah tidak adanya unsur
komersial walaupun humas pemerintah juga melakukan hal yang sama dalam
kegiatan publikasi, promosi, dan periklanan. Humas pemerintah lebih
menekankan pada pelayanan publik atau demi meningkatkan pelayanan umum
(Betty, 73: 2012).
Peraturan menteri dalam Negeri Nomor 13 tahun 2011 tentang pedoman
pelaksanaan tugas kehumasan di lingkungan Kementrian Dalam Negeri dan
pemerintah daerah secara tegas menyatakan bahwa humas adalah juru bicara
pemerintah. Oleh karena itu permendagri tersebut memberikan kewenangan
penuh kepada pejabat kehumasan untuk:
1. Mencari dan mengolah informasi
2. Menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan strategis kehumasan
untuk meningkatkan citra pemerintah yang bersih dan bertanggung jawab.
3. Memberikan informasi kebijakan.
4. Menyebarluaskan informasi kebijakan pemerintahan, politik, pembangunan,
dan kemasyarakatan, dan
5. Menanggapi berita dan pendapat publik yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan (Betty,
81-82: 2012).
2. Perencanaan Program Humas
a. Perencanaan
Perencanaan sebagai tahap kedua dalam kegiatan humas. Meskipun
didukung oleh data faktual yang lengkap, belum tentu akan membuat
pelaksanaannya efektif apabila tahap ini tidak ditangani dengan seksama.
Pada tahap perencanaan, kahumas perlu terlebih dahulu
menginventarisasi masalah untuk selanjutnya mengkorelasikan aspek yang satu
dengan aspek lainnya sehingga tahap pelaksanaannya kelak, masalah-masalah
yang menghambat tujuan akan dapat diatasi. Semua masalah yang mungkin
dihadapi berdasarkan data yang belum dihimpun pada tahap penelitian, disusun,
diklarifikasikan dengan rapi dan jelas (Onong, 131: 1986).
b. Program Humas
Program merupakan campuran kebijaksanaan dalam prosedur.
Kebijaksanaan sudah digariskan dalam humas yang merujuk pada organisasi
tempat humas itu dioperasikan. Prosedur adalah tata cara yang meliputi pilihan
tindakan untuk diterapkan salah satu dari padanya.
Rencana dan program yang dituangkan dalam bentuk konsep merupakan
tolok ukur kemampuan seorang kahumas. Sejauh mana cakrawala pemikirannya
dan sejauh mana kelayakannya untuk dioperasikan (Onong, 132, 1986).
Secara umum pengertian dari perencanaan program kerja humas yaitu
terdiri dari semua bentuk kegiatan perencanaan komunikasi baik kegiatan ke
dalam maupun ke luar antara organisasi dan publiknya yang tujuannya untuk
mencapai saling pengertian (Ruslan, 2007: 153-154).
Definisi perencanaan kerja menurut pakar humas, Frank Jefkins
(1998:13), yaitu: “Public Relations consist of all forms of planned
communication outwards and inwards between an organization and its public for
the purpose of achieving specific objectives concerning mutual understanding”.
Bentuk konkret dari suatu rencana adalah program kerja. Setiap praktisi
humas dituntut untuk dapat menyusun program kerjanya, baik program jangka
panjang maupun jangka pendek.Program kerja harus dipersiapkan secara cermat
dan hati-hati agar dapat memberikan hasil yang nyata (Morissan, 2008: 148).
Tanpa adanya suatu program yang terencana, seorang praktisi humas akan
terpaksa beroperasi secara instingtif sehingga ia mudah kehilangan arah. Ia akan
selalu tergoda melakukan hal-hal baru, sementara hal-hal lama belum
terselesaikan. Pada akhirnya ia akan sulit mengartikan sejauh mana kemajuan
yang telah dicapai, dan apa saja hasil-hasil konkret yang telah dibuahkannya
(Anggoro, 2001: 76).
1. Alasan mengapa Humas harus membuat perencanaan dalam melakukan
kegiatannya antara lain (Ruslan, 2007:155-156):
a. Alasan dalam kegiatan perencanaan (action plan), yaitu dapat bersifat
proaktif, reaktif, defensif, preventif, protektif dan hingga profitabel.
Misalnya, seorang humas bertindak sedia payung sebelum hujan (proaktif)
atau mencari payung ketika hujan (reaktif).
b. Alasan mengapa (why)
1) Untuk mengantisipasi perubahan lingkungan lebih luas, seperti
perubahan teknologi, ekonomi, politik, hukum dan teknologi.
2) Menghadapi perubahan lebih sempit (operasional), seperti menghadapi
persaingan, perubahan selera pelanggan, life cycle product, sistem
komunikasi, media massa, tenaga kerja dan relasi bisnis.
3) Menciptakan tujuan yang objektif, sasaran dan target yang ingin
dicapai secara jelas dan rinci.
2. Menurutnya lagi manfaat perencanaan kerja humas adalah:
a. Membantu pihak manajemen organisasi untuk mampu beradaptasi terhadap
lingkungan yang sering berubah-ubah.
b. Mengefektifkan dan mengefisienkan koordinasi atau kerja sama antar
departemen dan pihak terkait lainnya.
c. Mengefisiensikan waktu, tenaga, upaya dan biaya.
d. Menghindari risiko kegagalan dengan tidak melakukan perkiraan atau
perencanaan tanpa arah yang jelas dan konkret.
e. Mampu melihat secara keseluruhan kemampuan operasional, pelaksanaan,
komunikasi, target dan sasaran yang hendak dicapai di masa mendatang.
f. Menetapkan klasifikasi rencana kerja humas, yaitu rencana strategis (sesuai
dengan kebijakan tujuan jangka panjang), rencana tetap (reguler, yang dapat
dilakukan berulang-ulang) dan rencana tertentu (rencana jangka pendek,
khusus, dan terbatas).
Dalam merencanakan program humas haruslah ada penetapan tujuan dibuat
berdasarkan riset yang telah dilakukan baik melalui riset yang bersifat formal
maupun informal dengan mengadakan serangkaian diskusi atau konsultasi secara
mendalam dengan berbagai pihak guna mengungkapkan kebutuhan komunikasi
paling mendasar yang dirasakan. Dengan hasil riset ditemukan masalah yang
dihadapi, sehingga tujuan program humas merupakan upaya mengatasi masalah
(Ritonga, 2004: 94).
Program sebenarnya adalah pelaksanaan dari suatu teori, berdasarkan
pernyataan dari Morissan (2008: 159). Berkaitan dengan rencana kerja harus
memiliki petunjuk mngenai apa yang harus dikerjakan untuk mencapai harapan.
Menurut Cutlip et al, mengenai apa yang harus dikerjakan disebut sebagai teori
kerja. Teori kerja berfungsi untuk membimbing para pelaksana bagaimana,
misalnya suatu program dipersiapkan, bagaimana suatu laporan ditulis serta
bagaimana fungsi hubungan komunitas dilaksanakan.
Seperti diketahui, bahwa secara praktisi tujuan eksternal humas itu harus
dapat menyelenggarakan komunikasi yang efektif di mana mempunyai sifat
informatif dan persuasif. Guna memperoleh dukungan dari publik ataupun juga
merubah pendapat publik sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator.
Mengenai istilah informatif itu sendiri, dalam kegiatan komunikasinya,
dimaksudkan agar seorang petugas kehumasan itu harus dapat menumbuhkan
pengertian yang jelas terhadap pesan komunikasi yang disampaikannya itu
kepada publik. Sehingga pada tahap selanjutnya, tidak akan menimbulkan
perbedaan pendapat pada diri publik ketika menerima pesan komunikasi itu
(Djaja, 1985: 20-21).
Adapun langkah-langkah yang perlu diperhitungkan oleh badan kehumasan
itu (public relations department) dalam menyampaikan informasi mengenai
suatu gagasan, ide-ide, ataupun bersifat memperkenalkan sesuatu barang industri,
maka pesan komunikasinya mempertimbangkan hal sebagai berikut:
1. Pesan komunikasi harus disampaikan secara jujur, objektif dan harus
direncanakan sehingga mencakup unsur ketelitian, juga untuk memudahkan
operasionalnya secara praktek.
2. Penyelenggaraan kegiatan dari eksternal humas itu harus melalui teknik
komunikasi yang bersifat timbal balik (two ways communication).
Maksudnya seorang petugas kehumasan itu tidak saja terbatas hanya cakap
dan terlatih terhadap penerimaan informasi yang datang dari publik sebagai
efek komunikasi.
3. Isi dari penyampaian komunikasi harus didasarkan kepada kepentingan
publik. Sehingga ketika pesan komunikasi itu disampaikan, akan
menimbulkan tingkat kepercayaan dan rasa simpati di hati publik. Di mana
pada tahap selanjutnya diharapkan publik mendukung pesan komunikasi
yang disampaikan kepada mereka (Djaja, 1985: 21-22).
3. Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Riau
Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Riau terbentuk
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008. Keberadaan Institusi ini
merupakan penggabungan dari bidang Informasi Komunikasi di Badan Informasi
Komunikasi dan Kesatuan Bangsa (Infokom Kesbang) Provinsi Riau dengan
Badan Pengolahan Data Elektronik (BPDE) Provinsi Riau.
Dinas Komunikasi dan Informatika dalam kiprahnya, mempunyai tugas
diantaranya tugas menyelenggarakan otonomi daerah, tugas desentralisasi, tugas
dekonsentrasi dan tugas pembantuan di bidang Komunikasi, Informatika dan
Pengolahan Data Elektronik.
Dari segi Komunikasi Informatika, Diskominfo melaksanakan kebijakan
kerjasama jaringan komunikasi antar lembaga komunikasi dan informasi.
Kemudian juga melakukan penyeberluasan layanan informasi publik, penyiaran
dan media informasi. Dalam hal ini, Dinas Komunikasi Informatika dan
Pengolahan Data Elektronik tentunya akan melakukan pola hubungan kemitraan
dengan media dan insan Pers.
Pola kemitraan ini, memungkinkan Dinas Komunikasi, Informatika dan
Pengolahan Data Elektronik akan menjaring berbagai aspirasi masyarakat.
Aspirasi ini setelah ditelaah kemudian akan disampaikan kepada Pimpinan
Daerah sebagai bahan masukan dalam membuat kebijakan-kebijakan. Melalui
pola kemitraan ini juga, berbagai kebijakan Pemerintah Pusat dan kebijakan
Pemerintah Provinsi Riau disosialisasikan.
Sedangkan dari segi Pengolahan Data Elektronik, Diskominfo-PDE
melaksanakan pengumpulan dan administrasi data, pengolahan dan analisa data,
dokumentasi dan informasi. Disamping itu, juga melakukan pengembangan dan
pengendalian serta pemeliharaan sarana dan prasarana Teknologi Informasi dan
Komunikasi.
Salah satu bentuk upaya untuk penyeberluasan informasi terutama untuk
kebutuhan masyarakat terhadap informasi, Diskominfo-PDE sebagai salah satu
institusi Pemerintah Provinsi Riau sangat berkepentingan terhadap pemanfaatan
layanan cyber media ini. Melalui layanan ini terwujudlah Masyarakat Informasi
Provinsi Riau yang mampu mengimplementasikan UU RI Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) dengan baik, benar dan penuh rasa
tanggung jawab (diskominfo.riau.go.id).
4. Keterbukaan informasi publik (KIP)
Undang-Undang No. 14 tahun 2008, tentang keterbukaan informasi publik
adalah salah satu produk hukum Indonesia yang dikeluarkan tahun 2008 dan
diundangkan pada tanggal 30 April 2008 dan mulai berlaku dua tahun setelah
diundangkan. Undang-undang yang terdiri dari 64 pasal ini pada intinya
memberikan kewajiban kepada setiap badan publik untuk membuka akses bagi
setiap pemohon informasi publik untuk mendapatkan informasi publik, kecuali
beberapa informasi tertentu.
Dalam ketentuan umum pasal I bab I undang-undang Republik Indonesia
nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik (KIP) antara lain
objek-objeknya:
1. Pemohon informasi publik adalah: warga Negara dan/atau badan hukum
Indonesia yang mengajukan permintaan informasi publik.
2. Pengguna adalah: orang yang menggunakan informasi publik.
3. Informasi adalah: keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang
mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta, maupun
penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan
dalam berbagai kemasan dan format sesuai denga perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non-elektronik.
4. Informasi publik adalah: informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola,
dikirim, dan/atau diterima oleh satu badan publik yang berkaitan dengan
penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan
penyelenggara badan publik lainnya yang sesuai dengan undang-undang
serta infprmasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.
5. Badan publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain
yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara,
yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan
dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah atau
organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran
pendapatan dan belanja daerah, sumbangan masyarakat dan/atau luar
negeri.
Dalam pasal 3 UU nomor 14 tahun 2008 (esdm.go.id) disebutkan bahwa
Undang-Undang ini bertujuan untuk:
1. Menjamin hak warga Negara untuk mengetahui rencana pembuatan
kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan
keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan publik.
2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan
publik.
3. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik
dan pengelolaan badan publik yang baik.
4. Mewujudkan penyelenggaraan Negara yang baik, yaitu yang transparan,
efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggung jawabkan.
5. Mengetahui alasan kebijakan publik yang memengaruhi hajat hidup orang
banyak.
6. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa;
dan/atau
7. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan
Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.
Mengenai keterbukaan informasi publik, terdapat beberapa pengecualian,
yaitu sebagaimana disebutkan dalam pasal 17 UU nomor 14 tahun 2008
(esdm.go.id). Informasi yang dikecualikan dalam undang-undang ini antara lain
adalah:
1. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon
informasi publik dapat menghambat proses penegakan hukum.
2. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon
informasi publik dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas
kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat.
3. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon
informasi publik dapat membahayakan pertahanan dan keamanan Negara.
4. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon
informasi publik dapat mengungkapkan kekayaan alam Indonesia.
5. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon
informasi publik dapat merugikan ketahanan ekonomi nasional.
6. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon
informasi publik dapat merugikan kepentingan hubungan luar negeri.
7. Informasi publik yang apabila dibuka dapat mengungkapkan isi akta
otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat
seseorang.
8. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon
informasi publik dapat mengungkap rahasia pribadi.
9. Memorandum atau surat-surat antar Badan Publik atau intra Badan Publik,
yang menurut sifatnya dirahasiakan kecuali atas putusan komisi informasi
atau pengadilan.
10. Informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan undang-undang
G. Konsep Operasional
Berdasarkan kerangka teoritis tersebut, maka dapat disusun kerangka
operasional sebagai tolak ukur atau barometer dalam penelitian. Supaya tidak
terjadi kesalah pahaman dalam penulisan skripsi dan mempermudah penelitian
ini. Masalah yang akan kita bahas adalah: Perencanaan Program Humas Dinas
Komunikasi dan Informatika Provinsi Riau dalam Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik.
a) Indikator Perencanaan program humas yaitu
Menurut George L. Morrisey, dalam bukunya Management by Objective
and Results for business and Industry dalam Morissan, (2008:153-154) proses
perencanaan dan penetapan program humas mencakup langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Menetapkan peran dan misi, yaitu menentukan sifat dan ruang lingkup tugas
yang hendak dilaksanakan.
2. Menentukan wilayah sasaran, yaitu menentukan di mana praktisi humas
harus mencurahkan waktu, tenaga, dan keahlian yang dimiliki.
3. Mengidentifikasi dan menentukan indikator efektifitas (indicators of
evectiveness) dari setiap pekerjaan yang dilakukan. Menentukan faktor-
faktor terukur yang akan memengaruhi tujuan atau sasaran yang akan
ditetapkan.
4. Memilih dan menetukan sasaran atau hasil yang ingin dicapai.
5. Mempersiapkan rencana tindakan yang terdiri dari langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Programming-menentukan urutan tindakan yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan.
b. Penjadwalan (scheduling)-menentukan waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan tindakan untuk mencapai tujuan atau sasaran.
c. Anggaran (Budgeting)-menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan.
d. Pertanggung jawaban-menetapkan siapa yang akan mengawasi
pemenuhan tujuan, yaitu pihak yang menyatakan tujuan sudah tercapai
atau belum.
e. Menguji dan merevisi rencana sementara (Tentative Plan) sebelum
rencana tersebut dilaksanakan.
f. Membangun pengawasan, yaitu memastikan tujuan akan terpenuhi.
g. Komunikasi-menentukan komunikasi organisasi yang diperlukan untuk
mencapai pemahaman serta komitmen pada enam langkah sebelumnya.
h. Pelaksanaan-memastikan persetujuan diantara semua pihak yang terlibat
mengenai komitmen yang dibutuhkan untuk menjalankan upaya yang
sudah ditemukan, pendekatan apa yang paling baik, siapa saja yang
perlu dilibatkan.
b) Indikator keterbukaan informasi publik
Dalam pasal 4 UU keterbukaan informasi publik setiap orang berhak :
1. Melihat dan mengetahui informasi publik.
2. Menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum untuk memperoleh
informasi publik.
3. Mendapatkan salinan informasi publik melalui permohonan sesuai dengan
undang-undang ini; dan/atau.
4. Menyebarkanluaskan informasi publik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
H. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan pada Dinas Komunikasi dan Informatika
Provinsi Riau yang beralamat di Jl. Jendral Sudirman No. 460 Pekanbaru.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah humas Dinas Komunikasi dan Informatika
Provinsi Riau, sedangkan objek penelitiannya adalah perencanaan program kerja
humas Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Riau.
3. Sumber Data
a) Data primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari lembaga dan responden, yaitu
pegawai humas melalui wawancara.Pada penelitian ini responden berjumlah 9
orang yaitu humas Dinas Komunikasi dan Informatika serta staf humas atau
bawahannya. Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik Purposive
sampling. Di mana penulis hanya mengambik 1 orang kepala dinas, 1 orang
bagian humasnya, kelompok fungsional serta 7 orang staf humas untuk
diwawancarai (Ruslan, 2009:138).
b) Data skunder
Adalah data peneliti yakni dokumentasi diperoleh secara langsung melalui
media perantara (dihasilkan pihak lain) atau digunakan oleh lembaga lainnya
yang bukan merupakan pengelolanya, tetapi dapat dimanfaatkan dalam suatu
penelitian tertentu (Ruslan, 2009: 138). Peneliti ini dengan menggunakan
dokumen serta arsip-arsip kehumasan dan para staf yang ada di bagian Dinas
Komunikasi dan Informatika Provinsi Riau.
4. Teknik Pengumpulan Data
a) Wawancara
Wawancara yaitu proses percakapan yang berbentuk Tanya jawab dengan
tatap muka (Nazir, 2005:194). Dalam penelitian kualitatif ada dua wawancara
yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.Wawancara
terstruktur adalah dengan melakukan wawancara, pengumpulan data telah
menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternative jawaban pun telah disiapkan. Sedangkan wawancara tidak terstruktur
peneliti belum mengetahui secara pasti data yang diperoleh, sehingga peneliti
lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden (Sugiono,
2003: 130).
Metode penelitian ini menggunakan wawancara tidak
terstruktur.Wawancara ini dibentuk dengan pertanyaan terlebih dahulu atau
muncul secara spontan.
b) Observasi
Observasi, yaitu pengumpulan data yang dilaksanakan dengan cara
mengadakan pengamatan dan penelitian secara langsung ke lokasi yaitu pada
bagian humas Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Riau untuk
memperoleh data mengenai perencanaan program humas dalam melaksanakan
keterbukaan informasi publik.
c) Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan untuk kerangka teoritis dan gambaran umum
instansi, struktur organisasi, Profil, serta situs Dinas Komunikasi dan Informatika
Provinsi Riau, diskominfo.riau.go.id
5. Teknik Analisis Data
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini bersifat
deskriptif kualitatif. Bogdan dan Taylor (1975:5) mengungkapkan penelitian
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskreiptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (1986:9) mendefinisikan
bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam
kawasannya maupun dalam peristilahannya (Moleong, 2007:4).
Menurut Strauss and Corbin (1997), seperti yang dikutip oleh Basrowi dan
Sukidin (2002:1) Kualitative research (riset kualitatif) merupakan jenis
penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai
dengan menggunakan prosedur statistik atau cara kuantifikasi lainnya (Ruslan,
2006:212).
6. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam pembahasan ini berisikan tentang: latar belakang, alasan
pemilihan judul, penegasan istilah, permasalahan, tujuan dan
kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan konsep operasional,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Bagian ini terdiri dari sejarah berdirinya Dinas Komunikasi dan
Informatika Provinsi Riau, struktur organisasi, visi dan misi
perusahaan, tugas dan fungsi Dinas Komunikasi dan Informatika
Provinsi Riau.
BAB III : PENYAJIAN DATA
Bagian ini akan menyajikan data-data yang telah diperoleh dari
hasil wawancara, dokumentasi, dan hasil observasi lapangan.
BAB IV : ANALISIS DATA
Dalam bab ini, data yang telah diperoleh dipadukan dengan teori-
teori yang dikemukakan dalam kerangka teoritis dan konsep
operasional.
BAB V : PENUTUP
Bagian ini terdiri dari kesimpulan dan saran.