perek metode gf
DESCRIPTION
METODE GFTRANSCRIPT
Nama : Arata Suci Hirnoveria
NIM : 115.110.041
Tugas Perencanaan Eksplorasi Geofisika
1. Lengkapi jenis jenis metode geofisika
2. Membangun model geologi dan geofisika
JAWAB
Jenis – jenis dalam metode geofisika
1. Seismik Refraksi
Metode seismik refraksi merupakan teknik umum yang digunakan dalam
survai geofisika untuk menentukan kedalaman batuan dasar, litologi batuan dasar
(bed rock), sesar, dan kekerasan batuan. Pada prinsipnya, metode seismik refraksi
memanfaatkan perambatan gelombang seismik yang merambat kedalam bumi.
Pada dasarnya dalam metoda ini diberikan suatu gangguan berupa gelombang
seismik pada suatu sistem kemudian gejala fisisnya diamati dengan menangkap
gelombang tersebut melalui geophone. Waktu tempuh gelombang antara sumber
getaran dan penerima akan menghasilkan gambaran tentang kecepatan dan
kedalaman lapisan.
Hal tersebut akan menghasilkan gambaran tentang kecepatan dan kedalaman
lapisan berdasarkan penghitungan waktu tempuh gelombang antara sumber
getaran (shot) dan penerima (geophone). Waktu yang diperlukan oleh gelombang
seismik untuk merambat pada lapisan batuan bergantung pada besar kecepatan
yang dimiliki oleh medium yang dilaluinya tersebut. Data yang diperoleh berupa
travel time dari gelombang pada tiap-tiap geophone.Untuk mendapatkan kualitas
rekaman seismik refraksi yang tinggi dan mengandung bentuk first break yang
tajam, dilakukan teknik stacking, gain dan filtering.
Pada survai seismik refraksi hukum dasar yang digunakan yaitu dasar
pemantulan dan pembiasan diantaranya: hukum Snellius, azas Fermat, dan hukum
Huygens. Menurut hukum Snellius menjelaskan hubungan antara sinus sudut
datang dan sudut bias terhadap kecepatan gelombang dalam medium. Azas Fermat
yang menyatakan dalam penjalaran gelombang dari satu titik ke titik selanjutnya
yang melewati suatu medium tertentu akan mencari suatu lintasan dengan waktu
tempuh yang paling sedikit. Sedangkan untuk hukum Huygens menyatakan bahwa
suatu gelombang yang melewati suatu titik akan membuat titik tersebut menjadi
sumber gelombang baru dan akan begitu seterusnya. (Telford, 1976).
Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh gelombang
untuk menjalar pada batuan dari posisi sumber seismik menuju penerima pada
berbagai jarak tertentu. Pada metode ini, gelombang yang terjadi setelah sinyal
pertama (firstbreak) diabaikan, karena gelombang seismik refraksi merambat
paling cepat dibandingkan dengan gelombang lainnya kecuali pada jarak (offset)
yang relatif dekat sehingga yang dibutuhkan adalah waktu pertama kali
gelombang diterima oleh setiap geophone. Kecepatan gelombang P lebih besar
dibandingkan dengan kecepatan gelombang S sehingga waktu datang gelombang
P yang digunakan dalam perhitungan metode ini. Parameter jarak dan waktu
penjalaran gelombang dihubungkan dengan cepat rambat gelombang dalam
medium. Besarnya kecepatan rambat gelombang tersebut dikontrol oleh
sekelompok konstanta fisis yang ada dalam material yang dikenal sebagai
parameter elastisitas.
Gelombang seismik refraksi yang dapat terekam oleh penerima pada permukaan
bumi hanyalah gelombang seismik refraksi yang merambat pada batas antar
lapisan batuan. Hal ini hanya dapat terjadi jika sudut datang merupakan sudut
kritis atau ketika sudut bias tegak lurus dengan garis normal (r = 90° sehingga sin
r = 1). Hal ini sesuai dengan asumsi awal bahwa kecepatan lapisan
dibawah interface lebih besar dibandingkan dengan kecepatan diatas interface.
Gelombang seismik berasal dari sumber seismik merambat dengan
kecepatan V1 menuju bidang batas (A), kemudian gelombang dibiaskan dengan
sudut datang kritis sepanjang interface dengan kecepatan V2. Dengan
menggunakan prinsip Huygens pada interface, gelombang ini kembali ke
permukaan sehingga dapat diterima oleh penerima yang ada di permukaan.
Tahapan akhir dalam metode seismik refraksi adalah membuat atau
melakukan interpretasi hasil dari survei menjadi data bawah permukaan yang
akurat. Data-data waktu dan jarak dari kurva travel time diterjemahkan menjadi
suatu penampang seismik, dan akhirnya dijadikan menjadi penampang geologi.
Survey geofisika dengan metode seismik refraksi adalah bertujuan untuk
mendeteksi struktur geologi di bawah permukaan dangkal, misalnya patahan.
Untuk menentukan kedalaman di bawah sumber pada medium dua lapis atau lebih
yang horizontal maupun miring serta menentukan jenis batuan berdasarkan
kecepatan gelombang yang merambat dalam batuan tersebut.
Sumber : http://blog.ub.ac.id/vanino/2014/01/30/metode-seismik-refraksi/
diunduh pada hari Kamis, 5 Juni 2014 pukul 19.00 WIB
2. Seismik Refleksi
Seismik refleksi adalah metoda geofisika dengan menggunakan gelombang
elastis yang dipancarkan oleh suatu sumber getar yang biasanya berupa ledakan
dinamit (pada umumnya digunakan di darat, sedangkan di laut menggunakan
sumber getar (pada media air menggunakan sumber getar berupa air gun, boomer
atau sparker).
Gelombang bunyi yang dihasilkan dari ledakan tersebut menembus sekelompok
batuan di bawah permukaan yang nantinya akan dipantulkan kembali ke atas
permukaan melalui bidang reflektor yang berupa batas lapisan batuan. Gelombang
yang dipantulkan ke permukaan ini diterima dan direkam oleh alat perekam yang
disebut geophone (di darat) atau hydrophone (di laut) (Badley, 1985). Refleksi
dari suatu horison geologi mirip dengan gema pada suatu muka tebing atau
jurang. Metoda seismik refleksi banyak dimanfaatkan untuk keperluan eksplorasi
perminyakan, penetuan sumber gempa ataupun mendeteksi struktur lapisan tanah.
Seismik refleksi hanya mengamati gelombang pantul yang datang dari batas-batas
formasi geologi. Gelombang pantul ini dapat dibagi atas beberapa jenis
gelombang yakni: Gelombang-P, Gelombang-S, Gelombang Stoneley, dan
Gelombang Love.
Pengertian Eksplorasi seismik refleksi dapat dikelompokan menjadi dua,
yaitu eksplorasi prospek dangkal dan eksplorasi prospek dalam. Eksplorasi
seismik dangkal (shallow seismic reflection) biasanya diaplikasikan untuk
eksplorasi batubara dan bahan tambang lainnya. Sedangkan seismik dalam
digunakan untuk eksplorasi daerah prospek hidrokarbon (minyak dan gas bumi).
Kedua kelompok ini tentu saja menuntut resolusi dan akurasi yang berbeda begitu
pula dengan teknik lapangannya.
Secara umum, metode seismik refleksi terbagi atas tiga bagian penting
yaitu pertama adalah akuisisi data seismik yaitu merupakan kegiatan untuk
memperoleh data dari lapangan yang disurvei, kedua adalah pemrosesan data
seismik sehingga dihasilkan penampang seismik yang mewakili daerah bawah
permukaan yang siap untuk diinterpretasikan, dan yang ketiga adalah interpretasi
data seismik untuk memperkirakan keadaan geologi di bawah permukaan dan
bahkan juga untuk memperkirakan material batuan di bawah permukaan.
Sumber : http://jefrigeophysics.wordpress.com/2010/07/21/seismik-refleksi-
untuk-eksplorasi-2/ diunduh pada hari Kamis, 5 Juni 2014 pukul 19.10 WIB
3. Magnetik
Metode magnetik merupakan salahsatu metode geofisika tertua yang
mempelajari karakteristik medan magnet bumi. Sejak lebih dari tiga abad yang
lalu telah diketahui bahwa bumi merupakan magnet yang besar. Bentuk bumi
sendiri tidak benar-benar bulat dan material penyusunnyapun tidak homogen, hal
ini mengakibatkan perubahan-perubahan pada lintasan garis gaya magnet.
Penyimpangan inilah yang disebut anomali geomagnet. Metode magnetik
mendasari survei geofisika dalam pencarian jebakan mineral dan struktur bawah
permukaan bumi secara signifikan.
Intensitas Magnetisasi Gaya magnet (F) adalah gaya tarik menarik / tolak-
menolak dari dua kutub magnet (m1,m2) yang berjarak r.
Hukum Coloumb:
F = m1.m2/(µ.r2)
Dimana µ = konstanta permeabilitas magnet
Suatu medan magnetik yang ditempatkan pada suatu medan magnet akan
mengalami magnetisasi oleh imbas magnetik yang didefinisikan sebagai:
I = M / V
Dimana : M = momen magnetik deikutub (dipole)
I = jarak antara kutub +m dan –m
V = volum benda
Momen magnet (M) adalah besaran vektor yang memanjang dari kutub
negatif ke kutub positif. Tingkat suatu benda magnetik untuk mampu
dimagnetisasi ditentukan oleh suseptibilitas kemagnetan (disimbolkan dengan k)
yang ditulis sebagai:
I = k H
Besaran ini adalah parameter dasar yang dipergunakan dalam metode
magnetik. Harga k pada batuan semakin besar apabila dalam batuan tersebut
semakin banyak dijumpai mineral-mineral yang bersifat magnetik. Suseptibilitas
magnetik batuan merupakan harga magnet suatu batuan terhadap pengaruh
magnet yang erat kaitannya dengan kandungan mineral dan oksida besi. Semakin
besar kandungan mineral magnetit di dalam batuan, semakin besar harga
suseptibilitasnya.
Sifat-sifat Kemagnetan Batuan dan Mineral
Diamagnetik
Batuan yang berkategori diamagnetik mempunyai harga suseptibilitas (k) negatif,
sehingga intensitas imbasan dalam batuan / mineral tersebut memberikan efek
magnet lemah dan mengarah berlawanan dengan gaya medan magnet tersebut.
Hal ini terjadi karena dalam batuan yang mempunyai kulit electron yang telah
jenuh atau tiap electron telah memiliki pasangan, sehingga electron tersebut akan
berpresisi jika mendapat medan magnet luar (H). Contoh batuan diamagnetik
antara lain: Marmer, Grafit, Bismut, Garam, Kuarsa, dan Gipsum atau Anhidrit.
Paramagnetik
Batuan / mineral paramagnetik mempunyai susceptibilitas batuan (k) positif dan
sedikit lebih besar dari satu. Interaksi antar atomnya lemah, karena kulit electron
terluar belum jenuh (tidak berpasangan). Electron-electron tersebut akan mengisi
tempat yang kosong terlebih dahulu sebelum berpasangan. Adapun momen
magnetik batuan paramagnetik ini menyebar secara acak seiring perubahan suhu.
Tetapi bila diberi medan magnet luar, momen magnetnya akan searah dengan
medan magnet luar, sehingga memperkuat medan magnet luar. Contoh batuan
jenis ini antara lain: Piroksen, Olivin, Granit, Biotit dll.
Ferromagnetik
Besi, Cobalt, Nikel merupakan bahan / mineral yang bersifat ferromagnetik.
Atom-atom penyusunnya mempunyai momen magnet dan interaksi antar atom-
atom tetangganya begitu kuat, sehingga momen semua atom dalam suatu daerah
mengarah sesuai dengan medan magnet luar yang diimbaskan. Bahan magnetik
yang bersifat ferromagnetic lebih banyak memiliki kulit electron yang hanya diisi
oleh satu electron dibandingkan batuan yang bersifat paramagnetik, sehingga
material ferromagnetik akan lebih mudah terinduksi oleh medan magnet luar.
Sumber :
http://kepingan-inra.blogspot.com/2012/11/geomagnet.html diunduh pada hari
Kamis, 5 Juni 2014 pukul 19.29 WIB
http://muhamadrahmawan.blogspot.com/2013/03/hukum-fisika-dalam-metode-
geofisika.html diunduh pada hari Kamis, 5 Juni pukul 19.30 WIB
4. Metode Gravitasi
Metoda gravitasi adalah metoda penyelidikan geofisika yang didasarkan pada
variasi percepatan gravitasi di permukaan bumi. Pengukuran gravitasi ini dimana
adanya perbedaan kecil dari medan gravitasi yang diakibatkan variasi massa di
kerak bumi. Tujuan dari eksplorasi ini adalah untuk mengasosiakan variasi dari
perbedaan distribusi rapat massa dan juga jenis batuan. Metoda ini sangat baik
untuk mengetahui konfigurasi geologi bawah permukaan dengan skala yang luas
berdasarkan pada perbedaan densitas tiap batuan. Teori yang mendasari metode
gaya berat ini adalah teori Newton tentang Gravitasi.
Hukum Newton
Hukum gravitasi Newton menyatakan bahwa gaya antara dua buah partikel
bermassa m1 dan m2 berbanding langsung dengan hasil kali kedua massa tersebut
dibagi dengan kuadrat jaraknya, seperti pada persamaan berikut:
F=Gm1 m2
r2 r̂
Dimana F: gaya interaksi antara dua massa
r : jarak antara mi dan m2
r̂: vektor satuan yang arahnya dari m1 ke m2
G: konstanta gravitasi umum (6,6732 ×10−11)
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa besarnya medan gaya berat oleh m1
di m2 sebesar :
E (r )=−Gm1
r 2 r̂
Sumber :
Staf Asisten Praktikum Gravity. 2013: Buku Panduan Praktikum Metode Gravity,
Program Studi Teknik Geofisika, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran”
Yogyakarta : hal. 2.