perdarahan.doc
TRANSCRIPT
KEPERAWATAN MATERNITAS“Pemeriksaan Fisik Pada Pasien Dengan Gangguan Reproduksi
(Perdarahan)”
Oleh:
Kelompok D IV Keperawatan T.k1 Semester 2
Ni Kadek Aryastuti (P07120214007) I Nyoman Sugiharta Dana (P07120214008) Ni Putu Epriliani (P07120214010) I Gusti Ayu Cintya Adianti (P07120214012) I Gusti Ngurah Agung Kusuma Sedana (P07120214015) Ni Putu Novia Indah Lestari (P07120214016 Kadek Poni Marjayanti (P07120214026) Ngakan Raka Saputra (P07120214036) I Putu Dharma Partana (P07120214038)
KEMENTERIAN KESEHATAN RIPOLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN2015
Perdarahan Post Partum
1. Definisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml
selama 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan Post partum diklasifikasikan
menjadi 2, yaitu:
a. Early Postpartum / Postpartum Primer : Terjadi 24 jam pertama
setelah bayi lahir
b. Late Postpartum / Postpartum Sekunder : Terjadi lebih dari 24 jam
pertama setelah bayi lahir
2. Etiologi
a. Etiologi HPP primer
1) Atonia uteri (uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah
persalinan)
2) Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat
penatalaksanaan atau gangguan, misalnya: kelainan yang
menggunakan peralatan yang termasuk seksio sesaria, episiotomi,
pemotongan “ghisiri”).
3) Retentio plasenta.
4) Sisa plasenta
5) Robekan jalan lahir.
b. Etiologi HPP sekunder
1) Fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan.
2) Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi
diservik, vagina, kandung kemih, rectum).
3) Terbukanya luka pada uterus (setelah seksio sesaria atau ruptur uterus)
3. Faktor resiko
a. Grande multipara.
b. Jarak persalinan kurang dari 2 tahun.
c. Persalinan yang dilakukan dengan tindakan: pertolongan kala uri sebelum
waktunnya, pertolongan oleh dukun, persalinan dengan tindakan paksa,
persalinan dengan narkosa, terapi tokolitik.
d. Kelahiran sulit atau manual dari plasenta.
e. Persalinan lama atau di induksi.
f. Persalinan mendadak atau traumatik.
g. Penyakit yang diderita (Penyakit jantung,DM ,dan kelainan pembekuan
darah).
4. Patofisiologi
Faktor resiko yang terdiri dari: Grande multipara, jarak persalinan kurang
dari 2 tahun, persalinan dengan tindakan: pertolongan dukung, tindakan
paksa, dengan narkosa, kelahiran sulit atau manual dari plasenta, penyakit
yang diderita (Penyakit jantung, DM dan kelainan pembekuan darah) dapat
menyebabkan terjadinya atonia uteri, trauma genital (perineum, vulva,
vagina, servik, atau uterus), retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan
lahir. Pada atonia uterus ditandai dengan uterus tidak berkontraksi dan
lembek menyebabkan pembuluh darah pada bekas implantasi plasenta
terbuka sehingga menyebabkan perdarahan. Pada genetalia terjadi robekan
atau luka episiotomi, ruptur varikositis, laserasi dinding servik, inversi uterus
menyebabkan perdarahan. Pada retensio plasenta ditandai plasenta belum
lahir setelah 30 menit. Sisa plasenta ditandai dengan plasenta atau sebagian
selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan robekan jalan lahir
terjadi perdarahan segera setelah bayi lahir, jika ditangani dengan baik dapat
menimbulkan komplikasi. Tetapi, apabila perdarahan tidak ditangani dengan
baik dapat menimbulkan komplikasi : dehidrasi, hipovolemik, syok
hipovolemik, anemia berat, infeksi dan syok septik, sepsis purpuralis, ruptur
uterus, kerusakan otak, trombo embolik, emboli paru. Pada kehamilan
berikutnya dapat mengalami aborsi spontan, hipoksia intra uterin, retardasi
pertumbuhan intra uteri dan dampak terakhir menimbulkan kematian.
5. Manifestasi klinik
a. Atoni uteri
1) Uterus tidak berkontraksi dan lembek.
2) Perdarahan segera setelah anak lahir.
b. Trauma genital
1) Titik perdarahan terlihat pada perineum, vulva, dan vagina bagian
bawah
2) Titik perdarahan tidak terlihat pada vagina bagian atas, servik dan
uterus.
c. Retensio plasenta
1) Plasenta belum lahir setelah 30 menit.
2) Perdarahan segera setelah anak lahir.
3) Uterus kontraksi baik.
4) Tali pusat putus akibat traksi berlebihan.
5) Inversio uteri akibat tarikan.
6) Perdarahan lanjutan
d. Sisa plasenta
1) Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah ) tidak
lengkap.
2) Perdarahan segera setelah anak lahir.
3) Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang
e. Robekan jalan lahir
1) Perdaraha segera setelah anak lahir.
2) Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir.
3) Uterus kontraksi baik.
4) Plasenta lengkap.
5) Pucat ,lemah
f. Fragmen plasenta
1) Nyeri tekan perut bawah
2) Sub involusi uterus
3) Perdarahan lebih dari 24 jam setelah persalinan (persalinan sekunder)
perdarahan bervariasi (ringan atau berat, terus menerus atau tidak
beraturan) dan berbau jika disertai infeksi
4) Anemia
5) Demam
g. Ruptura uteri
1) Perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan intra abdominal dan
atau vaginum)
2) Nyeri perut berat
3) Nyeri tekan perut
4) Denyut nadi ibu cepat
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Golongan darah
Rh, golongan ABO, pencocokan silang
b. Darah lengkap
Hb/Ht menurun, sel darah putih meningkat dan laju endap sedimentasi
meningkat
c. Kultur uterus dan vaginal
Infeksi pasca partum
d. Koagulasi
FDP/FSP meningkat, fibrinogen menurun, masa protombin memanjang
karena adanya KID, masa tromboplastin parsial diaktivasi, masa
tromboplastin parsial (APTT/PTT)
e. Sonografi
Menentukan adanya jaringan plasenta tertahan.
7. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Pemberian oksitosin 10 IU IV atau ergometrin 0,5mg IV, berikan IM
jika IV tidak tersedia.
2) Lakukan pemeriksaan hemoglobin, golongan darah dan pencocokan
silang.
3) Berikan cairan IV dengan natrium laktat.
4) Jika terjadi perdarahan yang berlebih, tambahkan 40 IU oksitosin/liter
pada infus IV dan aliran sebanyak 40 tetes/ menit
5) Pada kasus syok yang parah gunakan plasma ekspander atau tranfusi
darah dan pemberian oksigen
6) Berikan antibiotik berspektrum luas dengan dosis tinggi
b. Keperawatan
1) Percepat kontraksi dengan cara melakukan masase pada uterus jika
uterus masih dapat teraba.
2) Kaji kondisi pasien (misalnya kepucatan, tingkat kesadaran) dan
perkiraan darah yang keluar.
3) Ambil darah untuk pemeriksaan hemoglobin, golongan darah dan
pencocokan silang.
4) Pasang infus IV sesuai instruksi medis.
5) Jika pasien mengalami syok pastikan jalan nafas selalu terbuka
palingkan wajah kesamping dan berikan oksigen sesuai dengan
indikasi sebanyak 6-8 liter/menit melalui masker atau nasal kanul.
6) Mengeluarkan setiap robekan uterus yang ada dan menjahit ulang jika
perlu.
7) Pantau kondisi pasien dengan cermat. Meliputi TTV, darah yang
hilang, kondisi umum (kepucatan, tingkat kesadaran) asupan
kesadaran dan haluaran urine dan melakukan pencatatan yang akurat.
8) Berikan kenyamanan fisik (posisi yang nyaman) dan hygiene,
dukungan emosionil, lakukan instruksi medis dan laporkan setiap
perubahan pada dokter.
8. Komplikasi
a. Infeksi dan syok septic
b. Anemia berat
c. Sepsis purpuraris
d. Ruptur uterus
e. Syok hipovolemik
f. Kerusakan otak
g. Tromboembolik
h. Emboli paru
i. Pada kehamilan berikutnya dapat mengalami aborsi spontan, hipoksia
intra uteri, retardasi pertumbuhan intra uteri
j. Kematian
A. Pemeriksaan untuk mendiagnosa pendarahan post partum
1. Anamnesis
Anamnesis adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan
wawancara baik langsung pada pasien (Auto anamnese) atau pada
orang tua atau sumber lain (Allo anamnese). 80% untuk menegakkan
diagnosa didapatkan dari anamnesis.
Tujuan anamnesis yaitu untuk mendapatkan keterangan sebanyak-
banyaknya mengenai kondisi pasien, membantu menegakkan diagnosa
sementara. Ada beberapa kondisi yang sudah dapat ditegaskan dengan
anamnesis saja, membantu menentukan penatalaksanaan selanjutnya.
Anamnesis yang baik merupakan tiang utama diagnosis.
Anamnesis dimulai dengan mencari keterangan mengenai nama,
alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan sebagainya. Keterangan
yang didapat ini kadang sudah memberi petunjuk permulaan kepada
kita.
Berdasarkan anamnesis yang baik dokter akan menentukan
beberapa hal mengenai hal-hal berikut:
a. Penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien
(kemungkinan diagnosis)
b. Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab
munculnya keluhan pasien (diagnosis banding)
c. Faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut
(faktor predisposisi dan faktor risiko)
d. Kemungkinan penyebab penyakit (kausa/etiologi)
e. Faktor-faktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan
pasien (faktor prognostik, termasuk upaya pengobatan)
f. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis yang diperlukan untuk
menentukan diagnosisnya
Riwayat obstetric:
a. Riwayat menstruasi meliputi: menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya,
keluhan waktu haid, HPHT.
b. Riwayat perkawinan meliputi: usia kawin, kawin yang keberapa, usia mulai
hamil.
c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu.
1) Riwayat hamil meliputi: waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada
abortus, retensi plasenta.
2) Riwayat persalinan meliputi: tua kehamilan, cara persalinan, penolong,
tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau
mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir.
3) Riwayat nifas meliputi: keadaan luka, apakah ada pendarahan, ASI cukup
atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi.
4) Riwayat kehamilan sekarang.
a) Hamil muda, keluhan selama hamil muda.
b) Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi
badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan
gizi akibat mual, keluhan lain.
Riwayat antenatal care
meliputi: dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta
pengobatannya yang didapat.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan tanda-tanda vital:
a. Suhu badan. Suhu biasanya meningkat sampai 380 C dianggap normal.
Setelah satu hari suhu akan kembali normal (360 C – 370 C), terjadi penurunan
akibat hipovolemia.
b. Denyut nadi. Nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi
hipovolemia yang semakin berat.
c. Tekanan darah. Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia.
d. Pernafasan. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak
normal.
Pemeriksaan Khusus:
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-
tanda komplikasi dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh.
Pengkajian ini meliputi :
a. Nyeri/ketidaknyamanan: nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta
tertahan), ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma).
b. Sistem vaskuler:
1) Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8 jam
berikutnya.
2) Tensi diawasi tiap 8 jam.
3) Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah.
4) Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan.
5) Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi
kongenital, idiopatik trombositopeni purpura.
c. Sistem Reproduksi
1) Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian
tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta
konsistensinya.
2) Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan
bau.
3) Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka
jahitan dan apakah ada jahitannya yang lepas.
4) Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak.
5) Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum.
6) Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi
sebelum kehamilan (sub involusi).
d. Traktus urinarius.Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi
miksi lancar atau tidak, spontan dan lain-lain.
e. Traktur gastro intestinal.Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi.
f. Integritas Ego: mungkin cemas, ketakutan dan khawatir.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Golongan darah: menentukan Rh, ABO,dan percocokan silang.
b. Jumlah darah lengkap: menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan
jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak hamil: 12-16gr/dl, saat hamil:
10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil: 37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP
saat tidak hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000).
c. Kultur uterus dan vagina: mengesampingkan infeksi pasca partum.
d. Urinalisis: memastikan kerusakan kandung kemih.
e. Profil koagulasi: peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split
fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen: masa tromboplastin partial
diaktivasi, masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin
memanjang pada KID Sonografi: menentukan adanya jaringan plasenta yang
tertahan.
B. Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Perdarahan Post
Partum
Pengertian
Memberikan pertolongan pada perdarahan per vaginam setelah melahirkan
lebih dari 500 cc atau perdarahan disertai dengan gejala dan tanda-tanda
syok
Tujuan
Stabilisasi kondisi korban segera dirujuk ke rumah sakit
Indikasi
Atonia uteri
Robekan jalan lahir
Retensi plasenta
Persiapan
Alat
1 Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)
2 Obat emergency
3 Obat-obatan anti perdarahan
4 Cairan infuse
5 Tampon
6 VC set
7 Hecting set
Pasien
lingkungan
Pelaksanaan
1 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan
massage uterus supaya berkontraksi (selama maksimal 15 detik) untuk
mengeluarkan gumpalan darah. Sambil melakukan massase fundus
uteri, periksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan plasenta
utuh dan lengkap.
2 Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi baik,
berikan 10 unit oksitosin IM
3 Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, pasang kateter ke dalam
kantung kemih
4 Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan seksama
menggunakan lampu yang terang. Jika sumber perdarahan sudah
diidentifikasi, klem dengan forcep arteri dan jahit laserasi dengan
menggunakan anastesi local (lidokain I %)
5 Jika uterus mengalami atoni atau perdarahan terus terjadi. Berikan
masases uterus untuk mengeluarkan gumpalan darah.
6 Periksa lagi apakah plasenta utuh, usap vagina dan ostium serviks
untuk menghilangkan jaringan plasenta atau selaput ketuban yang
tertinggal.
7 Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, pasang kateter ke dalam
kandung kemih.
8 Lakukan kompresi bimanual internal maksimal lima menit atau hingga
perdarahan bisa dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik
9 Anjurkan keluarga untuk memulai mempersiapkan kemungkinan
rujukan
10 Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan
baik :
a. Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebih
b. Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati
c. Pantau kala empat persalinan dengan seksama, termasuk sering
melakukan massase uterus untuk memeriksa atoni, mengamati
perdarahan dari vagina, tenakan darah dan nadi.
11 Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam
waktu lima menit setelah dimulainya kompresi bimanual pada uterus
maka keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati.
12 Jika tidak ada hipertensi pada ibu, berikan metergin 0,2 mg IM
13 Mulai IV ringer laktat 500 cc + 20 unit oksitosin menggunakan jarum
berlubang besar (16 atau 18 G) dengan teknik aseptik. Berikan 500 cc
pertama secepat mungkin, dan teruskan dengan IV ringer laktat + 20
unit oksitosin yang kedua.
14 Jika uterus tetap atoni dan atau perdarahan terus berlangsung
15 Ulangi kompresi bimanual internal
16 Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan
pantau kala empat persalinan dengan cermat.
17 Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ke tempat dimana operasi
bisa dilakukan
18 Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak
ada, maka kemungkinan terjadi rupture uteri, (syok cepat terjadi tidak
sebanding dengan darah yang nampak keluar, abdomen teraba keras
dan fundus mulai baik), lakukan kolaborasi dengan OBSGYN)
19 Bila kompresi bimanual tidak berhasil, cobalah kompresi aurta. Cara
ini dilakukan pada keadaan darurat sementara penyebab perdarahan
sedang dicari.
20 Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur denyut
nadi, pernafasan dan tekanan darah
21 Buat catatan yang saksama tentang semua penilaian tindakan yang
dilakukan dan pengobatan yang dilakukan
Daftar Pustaka
Anonim. Available (Online) :
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-
umarohchay-6305-2-babii.pdf. Diakses pada tanggal 20 September
2015 pukul 07.15 Wita
Anonim. Available (Online) : http://ners.unair.ac.id/materikuliah/Askep
%20Komplikasi%20Post%20Partum.pdf. Diakses pada tanggal 20
September 2015 pukul 08.01 Wita
Dea Maulidia. Perdarahan Post Partum. Available (Online) :
http://www.academia.edu/8646811/PERDARAHAN_POST
PARTUM
Ambarwati, E. 2008. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta : Mitra
Cendekia Press.