perdarahan trimester awal

26
ABORTUS A. PENGERTIAN Abortus adalah kegagalan kehamilan sebelum umur 28 minggu atau berat janin kurang dari 1000 gr. (Manuaba, 2008:58) Abortus spontan (keguguran) adalah penghentian kehamilan sebelum umur 20 minggu kehamilan lengkap. Istilah ini digunakan untuk janin hidup maupun lahir mati dengan berat kurang lebih/sama dengan 500 gram. (Benson, R. 2008:293) 1. Abortus imminens Abortus imminens mengacu keperdarahan intrauterin pada umur < 20 minggu kehamilan lengkap dengan atau tanpa kontraksi uterus, tanpa dilatasi serviks dan tanpa pengeluaran hasil konsepsi (product of conception, POC). 2. Abortus insipiens Abortus insipiens adalah perdarahan intrauterin sebelum kehamilan lengkap 20 minggu dengan dilatasi serviks berlanjut tetapi tanpa pengeluaran POC. Pada abortus ini, mungkin terjadi pengeluaran sebagian atau seluruh hasil konsepsi dengan cepat. 3. Abortus habitualis (keguguran berulang)

Upload: helnida-zaini-kaderi

Post on 18-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bbbbb

TRANSCRIPT

ABORTUS

A. PENGERTIANAbortus adalah kegagalan kehamilan sebelum umur 28 minggu atau berat janin kurang dari 1000 gr. (Manuaba, 2008:58)Abortus spontan (keguguran) adalah penghentian kehamilan sebelum umur 20 minggu kehamilan lengkap. Istilah ini digunakan untuk janin hidup maupun lahir mati dengan berat kurang lebih/sama dengan 500 gram. (Benson, R. 2008:293)1. Abortus imminensAbortus imminens mengacu keperdarahan intrauterin pada umur < 20 minggu kehamilan lengkap dengan atau tanpa kontraksi uterus, tanpa dilatasi serviks dan tanpa pengeluaran hasil konsepsi (product of conception, POC).2. Abortus insipiensAbortus insipiens adalah perdarahan intrauterin sebelum kehamilan lengkap 20 minggu dengan dilatasi serviks berlanjut tetapi tanpa pengeluaran POC. Pada abortus ini, mungkin terjadi pengeluaran sebagian atau seluruh hasil konsepsi dengan cepat.3. Abortus habitualis (keguguran berulang)Abortus habitualis adalah kehilangan 3 atau lebih hasil kehamilan secara apontan yang belum viabel secara berturut-turut.4. Abortus inkompletus (keguguran bersisa)Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian tetapi tidk semua POC pada umur lebih dari/sama dengan 20 minggu kehamilan lengkap (pengeluaran janin tanpa pengeluaran desidua atau plasenta).5. Abortus kompletusAbortus kompletus adalah pengeluaran semua POC dengan umur > 20 minggu kehamilan lengkap sehingga rahim dalam keadaan kosong.6. Missed abortionMissed abortion adalah kematian embrio atau janin berumur < 20 minggu kehamilan lengkap tetapi POC tertahan dalam rahim selama kurang lebih/sama dengan 8 minggu.7. Abortus terinfeksiAbortus terinfeksi adalah abortus yang disertai dengan infeksi genitalia interna.8. Abortus sepsis.Abortus sepsis adalah abortus terinfeksi dengan penyebaran bakteri melalui sirkulasi ibu.

B. TANDA & GEJALA1. Abortus iminiens Perdarahan pervaginam Nyeri abdomen Tidak ada pembukaan2. Abortus insipiens Mungkin terjadi pengeluaran sebagian atau seluruh hasil konsepsi Penipisan serviks derajat sedang Dilatasi serviks > 3 cm Pecah selaput ketuban Perdarahan > 7 hari, darah bergumpal Nyeri abdomen3. Abortus inkompletus Amenore Sakit perut karena kontraksi Perdarahan yang keluar bisa banyak atau sedikit Pada pemeriksaan dalam ditemukan ostium yang terbuka dan kadang masih teraba jaringan Ukuran uterus lebih kecil dari usia kehamilan4. Abortus kompliteus Perdarahan pervaginam disertai pengeluaran seluruh hasil konsepsi Bercak selama beberapa hari setelah hasil konsepsi keluar5. Missed abortion Vagina kecokelatan tetapi tidak terjadi perdarahan Tidak ada rasa sakit/nyeri tekan Serviks agak kaku dan tertutup atau hanya sedikit terbuka Uterus mengecil dan melunak

C. ETIOLOGI & PREDISPOSISI1. Kelaian ovumMenurut HERTIG dkk pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus spontan. Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid villi.2. Kelainan genitalia ibuMisalnya pada ibu yang menderita :a. Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dan lain-lain).b. Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.c. Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen, endometritis, mioma submukosa.d. Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)e. Distorsio uterus, misalnya karena terdorong tumor pelvis.3. Gangguan sirkulasi plasenta.Misalnya pada :a. Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneunomia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta, dan sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu dan invasi kuman atau virus pada fetus.b. Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol dan lain-lain.c. Malnutrisi, avitaminosis, dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan vitamin A, C atau E, diabetes melitus.4. Antagonis RhesusPada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta rusak darah fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.5. Terlalu cepat korpus luteum menjadi atrofis; atau faktor serviks yaitu inkompetensi serviks; sevsitis.6. Perangsangan pada ibu yang menyebabka uterus berkontraksi, umpamanya : sangat terkejut, obat-obatan uterotonika, ketakutan, laparotomi, dan lain-lain. Atau dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus : selaput janin rusak langsung karen instrumen, benda, dan obat-obatan. (Mochtar, R. 1998:209)

D. KOMPLIKASI1. Perdarahan (hemorrhage)2. Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti dukun.3. Infeksi dan tetanus.4. Payah ginjal akut.5. Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh : (a) perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik ; dan (b) infeksi berat atau sepsis disebut septik atau endoseptik.

E. PATOFISIOLOGIPada permulaan terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terleps. Karena dianggap benda asing, maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan dibawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena villi korealis belum menembus desidua terlalu dalam; sehingga sebagian kelur dan sebagian lagi akan tertinggal, karena akan banyak terjadi perdarahan.

F. PENANGANANPenilian awal :Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian dari :1. Keadaan umum pasien2. Tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik < 90 mmHg, nadi > 112x / menit)3. Bila syok disertai dengan masa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan bebas dalam kavum pelvis; pikiran kemungkinan kehamilan ektopik yang terganggu.4. Tanda-tanda infeksi atau sepsis (demam tinggi, sekret berbau pervaginam, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang porsio, dihidrasi, gelisah atau pingsan).5. Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksana pada fasilitas kesehatan setempat atau rujuk (setelah dilakukan stabilisasi).(Prawirohardjo, 2006:148).

a. Abortus kompletus : hanya dengan uterotonikab. Abortus inkompletus dan aortus insipiens :Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan transfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat-obat uterotonika dan antibiotika.c. Abortus iminiens :Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan antispasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 kal berturut-turut negatif, mka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret).d. Missed abortion :Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapt dikeluarkan, kalau tidak berhasil dilakukan dilatasi dan kuretase. Dapat juga dilakukan histerotomia anterior. Hendaknya pada penderita juga diberikan uterotonika dan antibiotika.e. Abortus infeksiosus dan abortus septik :1. Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup.2. Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan uji kepekaan obat) : Berikan suntkan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam. Berikan suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam. Atau antibiotika spektrum luas lainnya.3. 24 jam sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi perdarahan syok; lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi.4. Infus dan pemberian antibiotika ditruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita.5. Pada abortus septik terapi sama saja, hanya dosis dan jenis antibiotika ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai degan hasil pembiakan uji kepekaan kuman.6. Tindakan operatif, melihat jenis komplikasi dan bayaknya perdarahan; dilkukan bila keadaan umummembaik dan panas mereda.

SUMBER :Benson, R. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:EGCMoctar, R. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta:EGCWinkjosastro, H. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:EGC

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

A. PENGERTIANKehamilan ektopik ialah kehamilan dimana setelah ferilisasi, implantasi terjadi di luat endometrium kavum uteri. ( Winkjosastro, 2006 : 152).Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endimetrium kavum uteri. Kehamilan ektrauterin tidak sironim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstitalis tubu dan kanalis serukalis masih termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik ( Prawirohardjo, 2005 : 323 ).Kehamilan ektopik terganggu (ket) adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah dan hal ini berbahaya bagi wanita tersebut. ( Mochtor, 12 1998 : 226 ).

B. TANDA DAN GEJALAKehamilan ektopik yang tidak raptur oleh amenore singkat , nyeri tekan adneksa uriteral dan perasaan penuh.Rasa nyeri tajam unilateral pada abdomen bagian bawa atau pelvis atau keduanya (dan mungkin nyeri punggung) setelah amenore singkat dan pendarahan tidak teratur adalah keluhan keluhan umum pada kehamilan ektopik akut ( yang sedang rupturatau baru saja ruptur ).

C. ETIOLOGI DAN PRESDISPOSISIEtiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar tidak diketahui. Faktor faktor yang memegang peranan penting dalam hal ini antara lain : Faktor tuba atau salpingtis, perlekatan tuba, kelainan kongenital tuba, pembedahan sebelumnya, endometritis, tumor yang mengubah bentuk tuba, dan kehamilan ektopik sebelumnya. Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom dan malformasi. Faktor ovarium yaitu migrasi ovum dan pembesaran ovarium. Penggunaan hormon eksogen. Faktor lain, misalnya aborsi tuba dan pemakaian IUD.

D. KOMPLIKASITanpa intervensi bedah, kehamilan ektopik yang ruptur dapat menyebabkan pendarahan yang mengancam nyawa ( 20,1 % mengakibatkan kematian ibu). Infeksi sering terjadi setelah ruptur kehamilan ektopik yang terabaikan. Sterilitas atau gagal reproduksi lainnya dapat terjadi setelah atau akibat kehamilan ektopik. Obstruksi dan fistula dapat terjadi setelah hematoperironeum, peritoritis atau pembentukan litopedian.

E. PATOFISIOLOGIKarena tuba bukan merupakan tempat yang tepat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti didalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada usia kehamilan 6-10 minggu.1. Hasil konsepsi mati dan direabsorpsiPada proses implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi aja cepat mati karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi reabsorpsi total. Dalam hal ini, penderita tidak mengeluh apa apa, hanya haid yang terlambat untuk beberapa hari.2. Abortus kedalam lumen tubaPendarahan yang terjadi akibat tertembusnya pembuluh darah oleh viui koriatis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mualgah dari dinding tersebut, begitu pula dengan pendarahan akibat robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya, bergantung pada derajat pendarahan yang timbul.3. Ruptur dinding tubaRuptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Sebaiknya ruptur pada pas intersialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur adalah tembusnya villi korialis ke dalam lapisan muskularis tuba, yang berlanjut ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau disebabkan oleh trauma ringan, seperti koitus dan pemeriksaan vagina.

F. PENANGANAN1. Penatalaksanaan darurat Kirim pasien ke rumah sakit Pasanglah infus dengan jarum berdiameter besar pada vena besar Dapatkan hemogram, panel pembekuan darah dan darah untuk menentukan golongan darah dan pencocokan silang Berikan upaya upaya untuk mengatasi syok sesuai keperluan : kristaloid IV, transfusi komponen darah, menjaga pasien tetap hangat, berikan oksigen dan pasang celana panjang penekan mast atau torniket yang cukup sempit di sekeliling tungkai.

2. Penatalaksanaan bedah ( Laparoskopi atau Laparotoni ) Pemilihan tindakan tergantung pada penilaian bedah. Laparotomi merupakan tindakan terbaik untuk pasien dengan kedarutatan bedah. Dewasa ini, laporoskopi dengan salpingastomi linear antimesentrik ( lebih disukai dengan laser ) makin digunakan secara luas untuk kehamilan ektopik yang tidak ruptur dan pada situasi bukan kedaruratan. Dengan meningkatnya kemampuan diagnostik ultrasonografi, laparoskopi kurang di perlukan untuk diagnostik tetapi dianggap lebih penting untuk terapi. Kendalikan pendarahan ( darah dan bekuan darah tidak perlu dikeluarkan seluruhnya karena akan di serap dan membatasi anemia, atau darah sitrat yang sudah difiltrasi dapat digunakan untuk autotransfusi). Keluarkan hasil konsepsi ( dapat terjadi implantasi jika pengeluaran tidak lengkap ). Upayakan tuba atau organ organ lain tetap normal atau hanya sedikit rusak, jika kehamilan masih dini atau terjadi missed abortion di tuba, lakukan sapingostomi untuk mengeluarkan hasil kehamilan dan mempertahankan tuba. Ligas tempat pendarahan. Penutupan dengan perjahitan tidak di perlukan. Indikasi pengangkatan yang tidak terkendali Tuba rusak berat. Biasanya diperlukan histerktomi pada kehamilan ovarium tapi tidak dianjurkan pada kasus-kasus yang memerlukan pengangkatan tuba.3. Penatalaksanaan suportif Berikan antibiotik spektrum untuk infeksi Berikan terapi besi perorl atau im atau keduanya untuk mengembalikan sipanan besi.4. Pemberian obat-obatanDewasa ini sedang diteliti penggunaan metotreksat ( intraamniotik ) atau sistemik dengan lekovorin untuk terapi kehamilan ektopik tertentu yang tidak ruptur. Obat ini belum dianjurkan untuk pemakaian umum, tetapi mungkin berguna pada keadaan keadaan tertentu (misal, kehamilan servikal). Suntikan ihaktivasi korpus luteum juga sedang di pelajari.

SUMBER :Benson, R.C. 2008. Buku Soku Observasi dan Binekologi. Jakarta : EBC.Mangkuji, B. 2012. Asuhan kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta : EBCMochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta : EBCPrawiroharjo, S. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP Sarwono Prawirohardjo.Prawihardjo, S. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Ybp. Sarwono Prawirohardjo.

KEHAMILAN MOLA HIDATIDOSA

A. PENGERTIANKehamilan mola di sebut kehamilan anggur, yaitu adanya jonjot korion ( chorionic villi ) yang tumbuh berganda berupa gelembung gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai anggur mata ikan. ( Sulistyawati, 2011 : 150 ).Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi poliferasi dari vili koriales disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi yang normal, tidak di jumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur ( Prawirohardjo, S. 2006 )

1. Tanda dan Gejalaa. Anamnesa/keluhan : Terdapat gejala gejala hamil muda yang kadang kadang lebih nyata dari kehamilan biasa. Kadangkala ada tanda toksemia gravidarum. Terdapat pendarahan yang sedikit atau banyak tidak teratur, warna tengguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak. Pembesaran uterus tidak sesuai ( lebih besar ) dengan kehamilan seharusnya. Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan ( tidak selau ada ), yang merupakan diagnosa pasti.b. Inspeksi Muka dan kadang kadang badan kelihatan pucat, kekuning kuningan yang di sebut muka mola ( mola face ). Kalau gelumbong mola keluar dapat terlihat jelas.

c. Palpasi Uterus membesar sesuai dengan tuanya kehamilan terasa lembek. Tidak teraba bagian bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin.d. Auskultasi Uterus terdengar bunyi denyut jantung janin. Terdengar bising dan bunyi yang khas.e. Pada tes kehamilan ditemukan kadar HCG yang tinggi.f. Pada pemeriksaan dalam terdapat : Rahim lebih besar Konsistensi lebih pendek Tidak ada bagian janin Terdapat pendarahan Teraba jaringan di karalis serukalis & vaginag. Uji sonde Sonde ( penduga rahim ) dimasukan pelan pelan dan hati hati kedalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahan, sonde alputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola ( Cora Acosta Suan )h. Foto rontgen abdomenTidak terlihat tulang tulang janin ( pada kehamilan 3 4 bulan).i. Pada pemeriksaan USG ditemukan adanya gambaran badai salju ( gambaran khas pada kehamilan mola) dan tidak terlihat adanya janin.

B. ETIOLOGI DAN PREDISPOSISI1. Faktor ovum : Ovum memang sudah parthologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan. Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua serummemasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan.

2. Imunoselektif dan trofoblas : dengan kematian fetus, pembuuh darah pada stroma menjadi jarang dana aroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia sel-sel trofoblas.

3. Keadaan sosio ekonomi yang rendah : dalam masa kehamilan keperluan zat zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial - ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janinny

4. Paritas tinggi : Ibu multipara cenderung berisiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan trasmisi secara genetic yang dapat di identifikasikandan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen dan menotropiris ( pengonol)

5. Kekurangan protein : adalah zat untuk membangun jaringan bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin. Kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan akan lahir dari normal.

6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas : infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit. Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh. ( Mochtar. R, 1998 : 239 ).

C. KOMPLIKASI Pendarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong dapat berakibat fatal. Pendarahan yang berulang ulang yang dapat menyebabkan anemia. Infeksi sekunder Perforasi karena keganasan dan karena tindakan. Menjadi ganas ( PTG ) pada kira kira 18 -20 % kasus akan menjadi mola destruens atau karikarsinoma.

D. PATOFISIOLOGIJonjot jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista - kista kecil seperto anggur. Biasanya di dalamnya tidak berisi embrio, secara histopatologik kadang kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah : satu janin tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa.Gelembung mola biasaanya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1 cm. Mola parsialis adalah bila dijumpai janin dan gelembung gelembung mola.

E. PENANGANANa. Perbaiki keadaan umum.b. Keluarkan jaringan mola dengan vakum kuretase dan lanjutkan dengan kuret gtajam. Lakukan kuretase bila tinggi fundus uteri lebih dari 20 minggu sesudah hari ketujuh.c. Untuk memperbaiki kontraksi, sebelumnya berikan uterotonik ( 20 40 unit oksitosin dalam 250cc atu 50 unit oksitosin dalam 500ml NaCL 0,9%). Bila tidak dilakukan vakum kuretase dilakukan dapat diambil tindakan histerektomi.d. Tindakan histerektomi perlu di pertimbangkan pada wanita yang ah cukup umur dan cukup anak. Batasan yang di gunakan adalah usia 35 tahun dengan anak hidup 3 orang.e. Terapi profilaksis dengan sitostatik metotreksat atau aktinomisin D pada kasus maka mola hidatidosa dengan resiko keganasan tinggi, seperti usia lanjut dan paritas tinggi.f. Pemeriksaan girekologi, radiologi dan kasus beta hCG lanjutan untuk deteksi keganasan. Terjadinya proses keganasan bisa berlangsung antara 7 hari dan 3 tahun pasca mola. Kasus paling banyak ditemukan dalam 6 bulan pertama. Pemeriksaan kadar beta hCG setiap minggu sampai kadar negatif selama 3 minggu, lalu setiap bulan selama 6 bulan. Pemeriksaan doraks dilakukan setiap bulan sampai kadar beta hCG negatif.

SUMBER :Mangkuji, B. 2012. Asuhan Kebidanan : 7 Langkah SOAP. Jakarta : ECG Mochtar, R. 1998. Sinopsis obstetri : Obstetri Fisiologi, obsertetri Patologi. Jakarta : EGCWinkosastro, H. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neotanal. Jakarta : YBP Sarworo Prawihardjo