percobaan 1

Upload: adinda-asri-pixelina

Post on 19-Oct-2015

259 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

KIMIA ORGANIK

TRANSCRIPT

  • PERCOBAAN 1

    PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR :

    DISTILASI DAN TITIK DIDIH

    Nama : Adinda Asri Pixelina

    NIM : 13012002

    Kelompok : 07

    Tanggal Praktikum : Jumat, 07 Februari 2014

    Tanggal Pengumpulan Laporan : Jumat, 14 Februari 2014

    Nama Asisten : Norman Vincent (10510047)

    Nadya P. N. (10511008)

    Laboratorium Kimia Organik

    Program Studi Kimia

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Institut Teknologi Bandung

    2014

  • 1

    PERCOBAAN 1

    PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR :

    Distilasi dan Titik Didih

    I. Tujuan Percobaan

    1. Menentukan indeks bias hasil distilasi dengan metode distilasi biasa, distilasi

    bertingkat dan azeotrop terner.

    2. Membandingkan hasil pengukuran indeks bias hasil distilasi dengan literatur senyawa

    murni yang sudah dikoreksi terhadap temperatur lingkungan.

    II. Teori Dasar

    Distilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan perbedaan

    titik didik dari masing-masing komponen. Proses distilasi diawali dengan pemanasan.

    Ketika T naik, jumlah molekul pada fasa uap bertambah sehingga tekanan uap akan naik.

    Fasa cair mulai mendidih ketika PT = Psat (Tekanan sistem saat itu sama dengan tekanan

    zat murni). Penguapan bertambah dengan cepat dan pendidihan dimulai. Zat yang

    memiliki titik didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju

    kondensor yaitu pendingin, proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air

    kedalam dinding bagian luar kondensor, sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair.

    Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan seluruh senyawa-

    senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut.

    III. Data pengamatan

    1. Distilasi Sederhana

    Pemisahan campuran aseton-air (40 ml, aseton : air = 1 : 1)

    Temperatur Laboratorium : 28 oC

    Suhu tetesan pertama : 53oC

    No Volume Distilat

    (mL)

    Temperatur (oC) Indeks Bias

    1. 5 57 1,355

    2. 5 58 1,354

    3. 5 60 1,358

  • 2

    4. 5 67 1,360

    5. 5 92 1,336

    2. Distilasi Bertingkat

    Pemisahan campuran aseton-air (40 ml, aseton : air = 1 : 1)

    Temperatur Laboratorium : 28 oC

    Suhu tetesan pertama : 35 oC

    No Volume Distilat

    (mL)

    Temperatur

    (oC)

    Indeks Bias

    1. 5 54 1,352

    2. 5 55 1,351

    3. 5 57 1,351

    3. Distilasi Azeotrop Terner dengan Metode Distilasi Bertingkat

    Pemisahan campuran azeotrop air, metanol, dan toluena ( 25 ml metanol : air = 1 : 1,

    toluena 12,5 ml).

    Temperatur Laboratorium : 28 oC

    Suhu tetesan pertama : 56 oC

    Suhu akhir : 53 oC

    Terbentuk 2 lapisan zat yang dibagi menjadi lapisan atas dan lapisan bawah.

    No Keterangan Indeks Bias

    1. Lapisan atas 1,364

    2. Lapisan bawah 1,323

    IV. Pengolahan Data

    1. Rumus Perhitungan

    a. Koreksi Indeks Bias Menurut Literatur

    Keterangan:

    : Indeks bias saat percobaan

  • 3

    : Indeks bias literatur

    : Titik didih literatur

    : Suhu saat percobaan

    b. Galat kesalahan

    2. Data Perhitungan

    a. Distilasi Sederhana

    Contoh Perhitungan pada No 1 (Indeks bias aseton menurut literatur = 1,3581 pada

    suhu 20oC)

    Contoh Perhitungan pada No 5 (Indeks bias air menurut literatur = 1,333 pada suhu

    20oC)

  • 4

    b. Distilasi Bertingkat

    Contoh Perhitungan pada No 1 (Indeks bias aseton menurut literatur = 1,3581 pada

    suhu 20 oC).

    c. Distilasi Azeotrop Terner

    Perhitungan pada No 1 (Indeks bias metanol menurut literatur = 1,3284 pada suhu

    20 oC).

    No Texp (0C) n

    exp n

    t Galat

    1. 28 1,355 1,3545 0,0369%

    2. 28 1,354 1,3545 0,0369%

    3. 28 1,358 1,3545 0,2584%

    4. 28 1,360 1,3545 0,4061%

    5. 28 1,336 (diperkirakan sebagai air) 1,3545 0,4965%

    No Texp (0C) n

    exp n

    t Galat

    1. 28 1,352 1,3545 0,1846%

    2. 28 1,351 1,3545 0,2583%

    3. 28 1,351 1,3545 0,2583%

  • 5

    Perhitungan pada No 2 (Indeks bias toluena menurut literatur = 1,3505 pada suhu

    20 oC).

    V. Pembahasan

    Distilasi sederhana adalah proses distilasi yang tidak melibatkan kolom fraksinasi

    atau proses yang biasanya untuk memisahkan zat lain yang perbedaan titik didihnya

    minimal 750C. Tidak terlalu efektif untuk campuran yang perbedaan titik didihnya tidak

    terlalu besar. Sementara, distilasi bertingkat melibatkan kolom fraksinasi yang dapat

    digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa yang memiliki titik didih berdekatan.

    Dalam proses distilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan tahap

    kondensasi kembali uap menjadi cair atau padatan. Atas prinsip ini maka perangkat

    peralatan distilasi menggunakan alat pemanas dan alat pendingin.

    Proses distilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih

    lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondensor yaitu pendingin,

    proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air ke dalam dinding bagian luar

    No Texp (0C) n

    exp n

    t Galat

    1. 28 1,364 (lapisan atas diperkirakan sebagai metanol) 1,3248 2,9589%

    2. 28 1,323 (lapisan bawah diperkirakan sebagai toluena) 1,3469 1,7744%

  • 6

    kondensor, sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan terus

    menerus dan hingga didapatkan senyawa-senyawa yang terpisah dari dalam campuran

    homogen tersebut. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 1 dan gambar 2 pada lampiran.

    Saat merakit alat distilasi sederhana dan bertingkat, ada satu perbedaan yang

    terlihat. Pada distilasi sederhana labu erlenmeyer langsung dihubungkan ke satu alat

    kondensor, sementara pada distilasi bertingkat, labu dihubungkan ke alat kondesor yang

    difungsikan sebagai kolom dan bagian dinding tidak dialirkan air dingin. Maka dari itu,

    pada distilasi bertingkat hasil lebih teliti dan senyawa-senyawanya terpisah dengan

    kemurnian lebih tinggi dari distilasi sederhana.

    Kolom fraksinasi berfungsi mencegah cairan kedua (cairan yang mengandung

    suatu zat mempunyai titik didih di atas cairan pertama) untuk melewati pendingin,

    sebelum semua uap cairan pertama habis melewati pendingin. Prinsip pada metode

    distilasi fraksinasi adalah larutan dipanaskan sehingga cairan yang mempunyai titik didih

    paling rendah (cairan pertama) akan menguap dan mendidih. Cairan ini selanjutnya

    melewati kolom fraksinasi, kemudian didinginkan oleh pendingin air. Cairan yang

    mempunyai titik didih di atasnya (cairan kedua) kadang-kadang ikut menguap, tetapi

    tertahan di kolom fraksinasi karena belum mendidih. Karena tertahan, maka cairan kedua

    ini akan kembali ke labu erlenmeyer.

    Campuran azeotrop adalah suatu campuran zat cair dengan komposisi tertentu

    yang mengalami distilasi pada temperatur konstan tanpa adanya perubahan dalam

    komposisinya (komposisi pada fasa cair sama dengan pada fasa gas). Adanya zat

    pengotor non-volatil akan menurunkan konsentrasi komponen yang volatil, sehingga

    tekanan uap air murni menjadi lebih rendah yang menyebabkan proses pendidihan

    memerlukan temperatur lebih tinggi.

    Pada distilasi azeotrop terner peralatan dan metode yang digunakan sama dengan

    distilasi bertingkat yaitu dengan kolom fraksinasi. Pada percobaan ini digunakan

    campuran metanol-air. Pada saat kedua senyawa ini bercampur, maka akan terbentuk

    interaksi dan pembentukan ikatan. Penambahan toluena pada cairan metanol-air berguna

    sebagai zat pengotor. Hal ini karena toluena akan mengacaukan interaksi azeotrop

    metanol-air sehingga salah satu komponen akan lebih volatil dan ikut menguap bersama

    toluena tanpa tercampur dengan senyawa lain setelah di kondensasi. Penambahan toluena

    akan menyebabkan terpisahnya metanol dengan air. Air dan metanol akan berikatan

    dengan toluena membentuk campuran baru (metanol-toluena dan air-toluena). Hal ini

  • 7

    menyebabkan campuran bersifat azeotrop dan batas antara kedua zat tersebut jadi tampak

    jelas.

    Hasil indeks bias dari percobaan yang kami lakukan akan saya perjelas perpoin.

    1. Distilasi Sederhana

    Indeks bias tetesan pertama dari distilasi sederhana aseton adalah 1,355, kedua

    1.354, kemudian ketiga 1,358, lalu keempat 1,360. Untuk memisahkan metanol dari

    air dengan menggunakan metode distilasi sederhana, suhu air harus dijaga agar tidak

    melebihi 90oC karena suhu tersebut terlalu dekat dengan suhu titik didih air yaitu

    100oC pada tekanan 1 atm sehingga dikhawatirkan air akan ikut menguap. Distilasi

    terakhir terjadi pada suhu 92oC dan diyakini sebagai air, hal itu dapat dibuktikan dari

    indeks bias cairan terakhir 1,336 yang mendekati indeks bias air yaitu sebesar 1,333.

    Terjadi sedikit perbedaaan yang terjadi antara nilai indeks bias hasil percobaan dan

    hasil literatur dengan koreksi temperatur. Aseton mempunyai galat indeks bias rata-

    rata sebesar 0,1846% dan air mempunyai galat indeks bias sebesar 0,4965%. Hal ini

    disebabkan karena pada alat distilasi sederhana masih ada kemungkinan air yang

    teruapkan saat penguapan aseton dan aseton sisa yang teruapkan saat penguapan air.

    Untuk mencegah hal itu, rentang dari suhu kedua campuran yang akan dipisahkan

    harus besar. Selain itu, terjadi perbedaan nilai indeks bias adalah karen adanya

    kesalahan kalibrasi alat distilasi saat itu. Begitu juga, ketidaktepatan pengukuran

    volume campuran aseton-air (tidak tepat 1:1) dan atau tercampur oleh air yang

    digunakan saat pencucian alat destilasi sebelumnya. Selain itu, dapat disebabkan

    karena alat distilasi yang masih belum kedap udara luar (kurang vaseline). Faktor

    lingkungan yang tidak dalam keadaan standar juga memengaruhi, seperti suhu

    tekanan udara yang lebih besar atau lebih kecil dari standar percobaan. Begitu juga

    kurang telitinya praktikan saat melakukan praktikum dalam hal membulatkan angka

    atau hal-hal lainnya.

    Dari hasil percobaan distilasi sederhana yang kami lakukan dapat ditarik

    kesimpulan bahwa pada distilat kelima air telah terpisah mendekati sempurna dengan

    aseton.

    2. Distilasi Bertingkat

    Indeks bias yang didapatkan dari ketiga distilat pada suhu sekitar 56oC

    mendekati nilai indeks bias literatur aseton yang suda dikoreksi terhadap suhu. Kami

    sebenarnya sudah mematikan alat distilasi ketika dalam waktu yang lama tidak ada

    lagi tetesan cairan pada gelas ukur. Hal tersebut terjadi karena semua aseton telah

  • 8

    teruapkan pada suhu sekitar titik didihnya, dan air masih berada dalam alat distilasi

    karena belum mencapai titik didihnya untuk keluar dari alat distilasi. Distilasi

    bertingkat sangat memakan waktu lama, dan mudah luput dari perhatian. Perbedaan

    titik didih yang lebar dan membutuhkan ketelitian yang tinggi dan memakan waktu

    yang cukup lama bila digunakan suhu yang kecil untuk memanaskan. Rata-rata galat

    indeks bias aseton percobaan dengan literatur hasil koreksi yaitu sebesar 0,2337%.

    Galat tersebut dapat disebabkan karena kesalahan kalibrasi peralatan distilasi. Begitu

    juga, ketidaktepatan pengukuran volume campuran aseton-air dan atau tercampur oleh

    air yang digunakan saat pencucian alat distilasi sebelumnya. Atau ada sedikit kotoran

    yang mengganggu proses distilasi. Selain itu, dapat disebabkan karena alat distilasi

    yang masih kurang kedap udara luar. Faktor lingkungan yang berubah-ubah tidak

    dalam keadaan standar juga memengaruhi, seperti tekanan udara yang lebih besar atau

    lebih kecil dari standar percobaan. Begitu juga kurang telitinya praktikan saat

    melakukan praktikum dalam hal membulatkan angka atau hal-hal lainnya.

    Dari hasil percobaan distilasi bertingkat yang kami lakukan dapat ditarik

    kesimpulan bahwa setelah distilat ketiga air telah terpisah mendekati sempurna

    dengan aseton.

    Dari kedua percobaan diatas (distilasi sederhana dan bertingkat) untuk kasus

    pemisahan aseton dan air kami anjurkan untuk menggunakan alat distilasi sederhana saja.

    Rentang titik didih aseton dan air cukup besar yaitu sekitar 40oC, sehingga pemisahan dngan

    destilasi tanpa kolom fraksinasi sudah cukup, dapat menghemat waktu dan tidak membuang

    energi (pemakaian pemanas listrik).

    3. Distilasi Azeotrop Terner

    Pada gelas ukur terlihat ada dua cairan yang secara bergantian saling melapisi.

    Lapisan-lapisan yang sebenarnya terdiri dari dua inti ini yaitu metanol-air dan toluena

    air memiliki perbadingan jumlah metanol-air dan toluena air yang berbeda, sehingga

    terbentuklah beberapa lapisan. Lapisan paling atas diperkirakan sebagai metanol

    karena densitas metanol yang lebih kecil dari toluena, sehingga metanol lebih ringan

    dari toluena. Selain itu pada lapisan paling atas, cairan mengandung lebih banyak air

    yang memiliki densitas lebih kecil dari metanol, dibandingkan metanol. Daat

    disimpulkan bahwa semakin bawah lapisan, air yang terkandung dalam cairan

    semakin sedikit, lebih banyak metanol dan toluena. Maka seharusnya pada percobaan,

    praktikan mengukur indeks bias pada 2 lapisan paling bawah karena mengandung

  • 9

    metanol dan toluena paling banyak. Namun karena tidak sempat memisahkan lapisan-

    lapisan tersebut hingga selesai, pengukuran indeks bias dilakukan pada 2 lapisan

    teratas, sehingga indeks bias yang didapatkan memiliki galat yang cukup besar

    dibandingkan dengan literatur. Indeks bias yang didapatkan dari percobaan untuk

    lapisan atas yang diasumsikan mengandung zat metanol adalah 1,364 dan indeks bias

    yang didapatkan dari percobaan untuk lapisan bawah yang diasumsikan mengandung

    zat toluena adalah 1,323. Bila dibandingkan dengan literatur yang sudah terkoreksi

    terhadap temperatur didapat galat yang cukup kecil, yakni untuk zat metanol sebesar

    2,9589% dan zat toluena sebesar 1,7744%. Hal ini disebabkan karena adanya

    kekurangtelitian praktikan saat memisahkan lapisan atas dan lapisan bawah dari cairan

    hasil distilasi. Kemungkinan juga hal ini disebabkan adanya zat pengotor yang ada

    didalam tabung reaksi sehingga menyebabkan perbedaan. Begitu juga kemungkinan

    karena kurang telitinya praktikan dalm mengukur angka-angka dibelakang koma yang

    kurang tepat.

    VI. Kesimpulan

    1. Indeks bias rata-rata hasil percobaan adalah sebagai berikut.

    a. Indeks bias campuran aseton dan air (1:1) dengan distilasi sederhana adalah 1,3568

    untuk aseton dan 1,336 untuk air.

    b. Indeks bias campuran aseton dan air (1:1) dengan distilasi bertingkat adalah 1,3513

    untuk aseton.

    c. Indeks bias campuran metanol-air dan toulena-air pada distilasi azeotrop adalah

    1,364 untuk metanol-air dan 1,323 untuk toluena-air.

    2. Galat rata-rata masing-masing metode distilasi adalah sebagai berikut.

    a. Distilasi biasa : 0,1846% untuk aseton dan 0,4965% untuk air

    b. Distilasi bertingkat : 0,2337% untuk aseton

    c. Distilasi azeotrop terner : 2,9589% untuk metanol dan 1,7744% untuk toluena

    VII. Daftar Pustaka

    http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-

    analisis/destilasi/ diakses tanggal 8 Februari 2014, pukul 10.00

    Lutfi, IPA KIMIA 1, Esis : Jakarta, halaman 55

  • 10

    McCabe, Warren L., Julian C. Smith, Peter Harriot. 2005. Unit Operating of Chemical

    Engineering Seventh Edition. New York : Mc.Graw Hill International Edition, p:

    663-736,929-966

    Pasto, D., Johnson, C., Miller, M., Experiments and Techniques in Organic

    Chemistry, Prentice Hall Inc., New Jersey, 1992, p. 47-55; 396-398.

  • 11

    LAMPIRAN

    1. Data Literatur

    No Nama Zat Titik Didih (oC) Densitas (g/mol) Indeks bias relatif pada suhu 20

    oC

    1. Aseton 56,53 58,08 1,3581

    2. Air 100,13 18,016 1,3330

    3. Toluena 110,6 92,14 1,3505

    4. Metanol 64,7 32,032 1,3284

    data diambi dari http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_bias

    2. Gambar

    Gambar 1. Alat Distilasi Sederhana

  • 12

    3. Dokumentasi Percobaan

    Gambar 2. Alat Distilasi Bertingkat

    Alat Distilasi Bertingkat Cairan Hasil Distilasi Bertingkat

    Labu Erlenmeyer pada rangkaian distilasi