percobaan 1.docx

27
Percobaan 1 Isolasi Piperin dari Fructus Piperin nigri dan Piperin albi I. Judul Percobaan: Isolasi Piperin dari Fructus Piperin nigri dan Piperin albi II. Tujuan Percobaan: Memahami prinsip dan melakukan isolasi piperin dari fructus piperin nigri atau piperin albi beserta analisis kualitatif hasil isolasi dengan metode kromatografi lapis tipis. III. Bahan Percobaan: Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah serbuk buah piper nigrum atau album, etanol 95% (teknik), KOH- etanolik 10%, silica gel GF 254, diklormetan, etil asetat, anisaldehida-asam sulfat (pereaksi semprot), piperin pembanding, glass-wool. IV. Alat Percobaan: Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah perangkat penyari soxhlet ( volume ekstraktor 100ml), kompor dengan penangas air atau heating mantle, batang pengaduk, cawan porselin, corong, perangkat KLT. V. Skema Percobaan: 30gr serbuk merica

Upload: intan-hanif

Post on 25-Oct-2015

58 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

p

TRANSCRIPT

Page 1: Percobaan 1.docx

Percobaan 1

Isolasi Piperin dari Fructus Piperin nigri dan Piperin albi

I. Judul Percobaan:

Isolasi Piperin dari Fructus Piperin nigri dan Piperin albi

II. Tujuan Percobaan:

Memahami prinsip dan melakukan isolasi piperin dari fructus piperin nigri atau

piperin albi beserta analisis kualitatif hasil isolasi dengan metode kromatografi lapis tipis.

III. Bahan Percobaan:

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah serbuk buah piper nigrum atau

album, etanol 95% (teknik), KOH-etanolik 10%, silica gel GF 254, diklormetan, etil

asetat, anisaldehida-asam sulfat (pereaksi semprot), piperin pembanding, glass-wool.

IV. Alat Percobaan:

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah perangkat penyari soxhlet ( volume

ekstraktor 100ml), kompor dengan penangas air atau heating mantle, batang pengaduk,

cawan porselin, corong, perangkat KLT.

V. Skema Percobaan:

- Ditimbang

- Dimasukkan dalam alat penyari soxhlet yang telah dipasang kertas saring

- Ditambah etanol 96%, minimal dua kali sirkulasi

- Ditambah batu didih

- Penyarian dilakukan 2jam dengan kecepatan6-8 sirkulasi

- Ditunggu sampai dingin

30gr serbuk merica

Page 2: Percobaan 1.docx

- Disisihkan sisihkan sebanyak 3ml dalam flakon dan ditutup- Sisanya diuapkan diatas penangas air sampai kering atau konsistensi kental

- Ditambahkan 10ml KOH-etanolik 10% sambil

- Diaduk hingga timbul endapan

-

- Dipisahkan sari dari bagian yang tidak larut melalui glass wool

- Sari jernih didiamkan dalam almari es sampai hari praktikum selanjutnya atau sampai terbentuk Kristal

- Dipisahkan, dicuci dengan etanol 96% (dingin) dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 40°C selama 30-45 menit

- Disimpan dalam eksikator yang dilengkapi kapur tohor

VI. HASIL PENGAMATAN Jenis sampel : Serbuk Lada Hitam Jumlah sampel : 30gram Jumlah pelarut untuk ekstraksi : 100 ml Bentuk Kristal : - Warna Kristal : -

Rendemen  : (Tidak didapatkan rendemen)

Sari Jernih

Sari Jernih yang telah mengendap

Kristal

Hasil

Page 3: Percobaan 1.docx

VII. PEMBAHASAN

Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan

heterosiklik dan terdapat di tumbuhan (tetapi tidak terkecuali senyawa berasal dari hewan).

Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut keasaman sumber asal molekulnya (prekursor)

didasari dengan metabolisme pothway (metabolic pathway) yang dipakai untuk membentuk

molekul itu. Umumnya alkaloid mengandung 1 atom H meskipun ada beberapa yang memiliki

lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom ini dapat berupa

amin primer, sekunder, maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya

tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya). Kebanyakan alkaloid telah diisolasi

berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran

dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti nikotin dan konin

berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks,

species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada

umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa

pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat

larut dalam air. Kebebasan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami

dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering

berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai

persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan

senyawa organik (tartrat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida) sering mencegah

dekomposisi (Harborne, 1987).

Flavanoid ditemukan dalam tingkatan-tingkatan yang sangat tinggi di dalam buah apel,

bawang-bawang dan teh. Flavanoid mempunyai sifat yang khas yaitu bau yang sangat tajam,

sebagian besar merupakan pigmen warna kuning, dapat larutdalam air dan pelarut organic,

mudah terurai pada temperature tinggi. Flavanoid sering terdapat sebagai glikosida. Flavanoid

mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai

Page 4: Percobaan 1.docx

dari fungus sampai angiospermae. Pada tumbuhan flavanoid, terdapat dalam bagian vegetative

maupun dalam bunga. Peranan flavanoid yang demikian itu dapat menghalangi terjadinya

tahapan inisasi penyempitan pembuluh darah. Pada akhirnya dapat mengurangi resiko serangan

jantung “koroner dan stroke”. Flavanoid tertentu merupakan komponen aktif tumbuhan yang

digunakan untik mengobati gangguan fungsi hati, digunakan untuk melindungi membran sel hati

dan menghambat sintesis prostaglandin, penghambatan reaksi hidroksilasi pada mikrosom.

Dalam makanan flavanoid dapat menurunkan agregasi platelet dan mengurangi pembekuan

darah (Dinat, A., 2010).

1. PIPERIN

Piperin ditemukan sebagai bahan aktif dan merupakan alkaloid yang bertanggung jawab

terhadap rasa pedas serta bau merica hitam. Konsentrasi piperin dalam merica hitam sekitar 5-

9%. Piperin juga digunakan dalam pengobatan tradisional dan sebagai insektisida

(Amalina,2008).

Piperin merupakan senyawa amida basa lemah yang dapat membentuk garam dengan

asam mineral kuat. Piperin bisa dihidrolisis dengan KOH-etanolik yang akan menghasilakan

kalium piperinat dan piperidin. Oleh sebab itu pada proses isolasi, pemberian KOH-etanolik

tidak boleh berlebihan dan harus dalam keadaan panas. Tumbuhan jenis piper juga mengandung

minyak atsiri berwarna kuning, berbau aromatis, senyawa berasa pedas ( kavasin ),amilum, resin,

protein. Senyawa amida piperin berupa Kristal berbentuk jarum, berwarna kuning, tidak berbau,

lama-kelamaan berasa pedas, larut dalam etanol, asam cuka, benzene, dan kloroform

(Amalina,2008).

Kedudukan tanaman merica hitam (Piper nigrum L.) dalam taksonomi adalah sebagai

berikut :

Kingdom : plantae

Subkingdom : tracheobionta

Divisio : Spermatophyta

Subdivision : Angiospermae

Classic : Dicotyledoneae

Ordo : Piperales

Page 5: Percobaan 1.docx

Familia : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper nigrum L. ( Amalina,2008).

Struktur piperine dapat digambarkan sebagai berikut :

(Anonim, 2006).

Morfologi Tanaman Merica Hitam (piper nigrum L.)

Tanaman merica hitam berupa tanaman yang memanjat, dengan akar pelekat, batang 5-15

m. Daun berseling atau tersebar, bertangkai, dengan daun penumpu yang mudah gugur dan

meningkat berkas yang berupa suatu lingkaran. Helaian daun bulat telur, memanjang dengan

ujung meruncing, 5-15 cm x 8-20 cm, pada sisi buah pada kelenjar-kelerjar yang tenggelam.

Bulir terpisah-pisah, bergantungan terdapat pada ujung atau berhadapan dengan daun. Daun

pelindung memanjang 4-5 mm panjang. Buah berupa buah buni, bangun bulat (Amalina,2008).

Nama daerah

Merica hitam ( piper nigrum L.) mempunyai nama Sumatra : lada (aceh), leudeu pedih,

(gayo), lada (batak), lada (nias), raro (mentawai), lada kecik (Bengkulu), lade ketek

(minangkabau), lada (lampung). Jawa: lada, pedes (sunda), merica (jawa). Nusa Tenggara :

maicam, mica (bali), saha (bima), saang (flores). Kalimantan : sahang laut (dayak), sahangg

(sampit). Sulawesi : kaluya jawa, marisa jawa, malita lodawa (gorontalo). Maluku : marisano

(sepa), rica jawa, rica polulu (ternate), mica jawa, rica tamelo (tidore) (Amalina,2008).

Kandungan Kimia

Piperin mengandung minyak atsiri, pipen, kariofelin, limonene, filandren, alkaloid

piperin, kavasin, piperitin, piperidin, zat pahit, dan minyak lemak ( Amalina,2008).

Page 6: Percobaan 1.docx

Manfaat

Piperin berkhasiat sebagai bahan penyegar, menghangatkan badan, merangsang

semangat, obat perut kembung, merangsang keluarnya keringat, dan obat sesak nafas, Selain itu

juga sebagai karminatif, diaforetik, dan analgesik ( Amalina,2008)

Sifat Kimiawi :

Mengandung minyak lada (berbau phellandren), alkaloida (piperine), minyak lemak,

chavisin dan pati.

Zat Aktif - Kamfeina :

Merangsang timbulnya kejang; Boron : merangsang keluarnya hormon, androgen dan

estrogen, mencegah keroposnya tulang; Calamene : Merangsang semangat; Carvacrol :

menghambat prostagladin, penyegar, relaksasi otot, menghilangkan kelelahan; Chavicine :

merangsang semangat

Wilayah :

Tanaman ini biasa ditanam di halaman dan di kebun yang bertanah gambur dan subur.

Biasanya sering dijumpai di daerah Bangka, Lampung, Kalimantan dan Aceh. Tanaman ini

merupakan tanaman untuk bumbu ataupun obat-obatan.

Kandungan kimia :

Buah pada tanaman ini mengandung zat-zat : Piperin, piperidin, pati, protein, lemak,

asam-piperat, chavisin dan minyak terbang (felanden, kariofilen, terpen-terpen) Bagian tanaman

yang digunakan : Akar dan Biji.

Cara Budidaya :

Page 7: Percobaan 1.docx

Menggunakan biji dan setek, cukup sinar matahari dan agak terlindung.

2. EKSTRAKSI

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun tujuan dari

ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.

Tujuan Ekstraksi

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam

simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut

dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam

pelarut.

Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:

1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam

kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang

sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.

2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid,

flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan

keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat

digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini

diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia

tertentu

3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya

dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali

membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan

sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian

ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi

penggunaan obat tradisional.

Page 8: Percobaan 1.docx

4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun.

Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk

menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan

tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi

khusus(Sudjadi,1986).

Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan

larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses

ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam

dan di luar sel(Sudjadi,1986).

Jenis Ekstraksi

1. Ekstraksi secara dingin

a. Metode maserasi

Prinsip Maserasi ialah penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk

simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung

dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut

karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang

konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi

rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi

antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan

penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya

dipekatkan (anonim,2008).

Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara

lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang

digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur

keras seperti benzoin, tiraks dan lilin(Alam,2007).

Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut :

Page 9: Percobaan 1.docx

Modifikasi maserasi melingkar

Modifikasi maserasi digesti

Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat

Modifikasi remaserasi

Modifikasi dengan mesin pengaduk

Metode Soxhletasi

b. Metode Perkolasi

Prinsip Perkolasi ialah penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk

simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana

silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke

bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel

simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena

gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan

ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan (anonim, 2008).

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk

simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah

tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah

kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode

refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan

komponen secara efisien. Metode perkolasi biasa digunakan untuk mengekstraksi bahan

yang kandungan minyaknya lebih mudah terekstraksi. Sementara metode imersi lebih

cocok digunakan untuk mengekstraksi minyak yang berdifusi lambat (Alam,2007).

2. Ekstraksi secara panas

a. Metode refluks

Prinsip Refluks ialah penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel

dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu

dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-

molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari

kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung

Page 10: Percobaan 1.docx

secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan

sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan

(Anonim,2008).

Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-

sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung. Kerugiannya

adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari

operator (Alam 2007).

b. Metode destilasi uap

Prinsip Destilasi Uap Air ialah penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan

air ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan

masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat

dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor

dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak

menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak

atsiri (Anonim, 2008).

Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak

menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk

menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen

kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal (Alam, 2007).

c. Ekstraksi Soxhlet

Page 11: Percobaan 1.docx

Prinsip Soxhletasi ialah penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring

sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan

dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang

jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah

mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui

pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak

berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali.

Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Anonim, 2008).

Ada dua jenis ekstraktor yang lazim digunakan pada skala laboratorium, yaitu

ekstraktor Soxhlet dan ekstraktor Butt. Pada ekstraktor Soxhlet, pelarut dipanaskan dalam

labu didih sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor

melalui pipa kecil dan keluar dalam fasa cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam

selongsong berisi padatan. Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan di dalam

selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa sifon sama dengan tinggi pelarut di

selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan menggejorok masuk kembali ke dalam

labu didih dan begitu seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek sifon.

Prinsip kerja ekstraktor Butt mirip dengan ekstraktor Soxhlet. Namun pada

ekstraktor Butt, uap pelarut naik ke kondensor melalui annulus di antara selongsong dan

dinding dalam tabung Butt. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong langsung lalu

keluar dan masuk kembali ke dalam labu didih tanpa efek sifon. Hal ini menyebabkan

ekstraksi Butt berlangsung lebih cepat dan berkelanjutan (rapid). Selain itu ekstraksinya

juga lebih merata.

Ekstraktor Butt dinilai lebih efektif daripada ekstraktor Soxhlet. Hal ini didasari

oleh faktor berikut:

Pada ekstraktor Soxhlet cairan akan menggejorok ke dalam labu setelah tinggi pelarut

dalam selongsong sama dengan pipa sifon. Hal ini menyebabkan ada bagian sampel yang

berkontak lebih lama dengan cairan daripada bagian lainnya. Sehingga sampel yang

Page 12: Percobaan 1.docx

berada di bawah akan terekstraksi lebih banyak daripada bagian atas. Akibatnya ekstraksi

menjadi tidak merata. Sementara pada ekstraktor Butt, pelarut langsung keluar menuju

labu didih. Sampel berkontak dengan pelarut dalam waktu yang sama.

Pada ekstraktor Soxhlet terdapat pipa sifon yang berkontak langsung dengan udara

ruangan. Maka akan terjadi perpindahan panas dari pelarut panas di dalam pipa ke

ruangan. Akibatnya suhu di dalam Soxhlet tidak merata. Sedangkan pada ekstraktor Butt,

pelarut seluruhnya dilindungi oleh jaket uap yang mencegah perpindahan panas pelarut

ke udara dalam ruangan

Keuntungan metode ini adalah :

Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan

terhadap pemanasan secara langsung.

Digunakan pelarut yang lebih sedikit

Pemanasannya dapat diatur

Kerugian dari metode ini :

Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah

terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.

Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam

pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume

pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.

Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut

dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat

yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan

uap pelarut yang efektif.

Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik

dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan :

diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan

mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.

Page 13: Percobaan 1.docx

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:

Tipe persiapan sampel

Waktu ekstraksi

Kuantitas pelarut

Suhu pelarut

Tipe pelarut

d. Ekstraksi rotavor

Prinsip Rotavapor

Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang

dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-10º C di

bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan.

Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor

dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang

ditampung dalam labu alas bulat penampung.

3. Ekstraksi Cair-Cair

Prinsip Ekstraksi Cair-Cair ialah pemisahan komponen kimia di antara 2 fase

pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase pertama

dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi

dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan

fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan

tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.

4. Prinsip Kromatografi Lapis Tipis

Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang

ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia bergerak

naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap komponen-komponen

kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang

Page 14: Percobaan 1.docx

berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya

pemisahan.

5. Prinsip Penampakan Noda

a. Pada UV 254 nm

Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak

berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya

daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada

lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan

oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke

tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil

melepaskan energi.

b. Pada UV 366 nm

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap.

Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi

antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada

noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat

energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula

sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat

terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.

c. Pereaksi Semprot H2SO4 10%

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan

kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari

zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih

panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.

Page 15: Percobaan 1.docx

3. CARA KERJA

Langkah pertama yaitu serbuk merica ditimbang sebanyak 30gram, dimasukan

dalam kertas saring lalu dimasukan ke dalam alat penyari soxhlet ditambahkan etanol

96% paling sedikit dua kali sirkulasi.lalu ditambahkan batu didih, fungsi penambahan

batu didih yaitu untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogen pada seluruh

bagian larutan dan untuk menghindari titik lewat didih. Ada beberapa kasus, air tidak

mendidih pada suhu 1000c, sehingga ketika pada saat mendidih, terjadi letupan atau

ledakan. Jadi fungsi batu didih adalah agar larutan tersebut dapat mendidih dan menguap

pada suhu yang seharusnya(Vivy,2008). Setelah itu dilakukan soxletasi selama 2jam, lalu

didinginkan. Kemudian larutan yang diperoleh disaring dengan kertas saring. Maka akan

didapat sari jernih dan ampasnya. Sari jernih diambil 3ml lalu dimasukan kedalam flakon

dan sisanya diuapkan sampai kering atau kental, lalu ditambahkan KOH-etanolik 10%

kemudian diaduk-aduk sehingga timbul endapan. Lalu endapan dipisahkan melalui glass

wool. Sari jernih yang didapat didiamkan dilemari es selama 2 minggu. Fungsi didiamkan

dilemari es selama 2 minggu agar kristal yang didapatkan terbentuk dengan sempurna.

Selanjutnya Kristal optimal yang didapat dari sari jernih yang disimpan dalam lemari es

disaring lalu dicuci dengan etanol 96% (dingin) dilabu Erlenmeyer lalu disaring kembali.

Kertas saring yang berisi endapan Kristal dikeringkan dalam almari pengering

pada suhu 400c selama 30-45 menit. Setelah dikeringkan lalu ditimbang dan direndam

dalam etanol secukupnya, lalu diaduk-aduk sampai tidak ada perubahan warna pada

etanol atau kertas saring menjadi putih kembali. Filtrat yang didapat dipisahkan lalu

diuapkan sampai kering.kemudian ditutup menggunakan alumunium foil lalu disimpan di

eksikator. Selanjutnya akan diidentifikasi dengan KLT pada percobaan 5. Eksikator

sifatnya vakum.tujuannya agar uap air yang berada diluar eksikator tidak dapat masuk ke

dalam eksikator. Dibagian bawah di dalam eksikator terdapar zat yang dapat

mengabsorpsi uap air ( biasanya asam sulfat pekat atau silica gel). Zat didalam eksikator

dapat tetap kering karena uap air didalam zat diadsorpsi oleh silica gel atau asam sulfat

pekat tersebut.

Ciri-ciri silica gel yang sudah jenuh ( banyak mengandung uap air ) adalah

warnanya menjadi biru tua. Untuk menghilangkan uap airnya, cukup dengan

Page 16: Percobaan 1.docx

memanaskan silica gel diatas api atau di dalam oven dengan suhu 1100c sampai warnanya

menjadi putih atau tidak berwarna.

VIII. KESIMPULAN

1. Isolasi piperin dari piperis nigri menggunakan metode soxhletasi. Prinsip

kerjanya yaitu piperin disari dari buah piper dengan etanol 96% dipisahkan dari

senyawa resin dengan penambahan KOH-etanolik. Kristalisasi dilakukan dengan

etanol.

2. Pada percobaan kali ini kami belum berhasil mendapatkan kristal dari hasil isolasi

Fructus Piperis nigri, sehingga kita tidak dapat menghitung hasilrandemennya

Page 17: Percobaan 1.docx

IX. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Lada Hitam ( Piper nigrum ) . http://www.conectique.com/.

Diakses tanggal 3 Juni 2012

Anonim, 2008, Ekstraksi, http://medicafarma.blogspot.com/2008/11/ekstraksi.html.

Diakses pada tanggal 3 Juni 2012

Amalina, Nur lia, 2008, Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol 70% Buah Merica Hitam (piper nigrum L)

terhadap sel Hela , http://edt.eprints.ums.ac.id/1414/K100040017.pdf. Diakses pada

tanggal 3 Juni 2012

Alam, Gemini dan Abdul Rahim. 2007. Penuntun Praktikum Fitokimia. UIN Alauddin:

Makassar. 24-26.

Dinata, Arda, 2010, Laporan Praktikum Fitokimia, Sekolah Tinggi Ilmu   Farmasi; Padang

Ditjen POM, (1986), Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,

Penerbit ITB; Bandung

Sudjadi, Drs., (1986), Metode Pemisahan, UGM Press, Yogyakarta

Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. ITB: Bandung

Wijaya H. M. Hembing (1992), Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia, Cet 1 , Jakarta .

Vivy, 2008, Batu Didih, http://tech.groups.yahoo.com/group/kimia_indonesia/message/8733 .

Diakses pada tanggal 3 Juni 2012

Page 18: Percobaan 1.docx

X. JAWABAN PERTANYAAN

1. Tuliskan kedudukan sistematika piper nigrum?

Jawab:

Kingdom : plantae

Subkingdom : tracheobionta

Divisio : Spermatophyta

Subdivision : Angiospermae

Classic : Dicotyledoneae

Ordo : Piperales

Familia : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper nigrum L

2. Sebutkan kandungan golongan senyawa yang pada umumnya terdapat dalam

tumbuhan yang termasuk satu jenis dengan piper nigrum?

Jawab: Piperin mengandung senyawa, seperti: minyak atsiri, pipen, kariofelin,

limonene, filandren, alkaloid piperin, kavasin, piperitin, piperidin, zat pahit, dan

minyak lemak, amilum pati, saponin, tanin, terpenoid, eugenol, kavibetol,

kadimen estragol

3. Bagaimana kemungkinannya bila penambahan KOH etanolik disertai dengan

pemanasan, tulis reaksi kimianya.

Jawab: Penambahan KOH etanolik digunakan untuk memisahkan piperin dan

resin. Piperin bila dihidrolisis dengan KOH-etanolik yang berlebihan dan dalam

keadaan panas menyebabkan piperin terhidrolisis dan membentuk kalium

piperinat dan piperidin

Reaksi:

+ KOH-etanolik