percobaan 1
DESCRIPTION
Farmakologi Sistem OrganTRANSCRIPT
-
Cara Penanganan dan Pemberian Obat pada Hewan Percobaan
Laboratorium Farmakologi 1
PERCOBAAN I
CARA PENANGANAN DAN PEMBERIAN OBAT
PADA HEWAN PERCOBAAN
Tujuan Percobaan
Setelah menyelesaikan percobaan ini mahasiswa diharapkan:
1. Mengetahui dan mampu menangani hewan untuk percobaan farmakologi secara baik.
2. Mengetahui sifat-sifat hewan percobaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
responnya.
3. Mengenal teknik-teknik pemberian obat melalui berbagai rute pemberian serta
pengaruhnya terhadap efek yang ditimbulkan.
Teori
Dalam praktikum farmakologi percobaan umumnya dilakukan terhadap hewan hidup.
Setiap hewan harus diperlakukan dengan baik karena perlakuan yang tidak wajar
terhadap hewan percobaan dapat menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dalam
hasil pengamatan.
Hewan percobaan memiliki karakteristik yang bermacam-macam. Berikut ini adalah
karakteristik beberapa hewan percobaan yang sering digunakan di laboratorium
farmakologi.
1. Mencit
Mencit merupakan hewan yang relatif lebih mudah ditangani, bersifat penakut dan
fotofobik, cenderung bersembunyi dan berkumpul dengan sesamanya, lebih aktif
pada malam hari, aktivitasnya terganggu dengan adanya manusia, suhu normal
badan 37,40C, laju respirasi normal 163 kali/menit.
2. Tikus
Tikus merupakan hewan yang sangat cerdas, relatif lebih mudah ditangani, tidak
terlalu bersifat fotofobik, lebih tahan terhadap infeksi, kecenderungan untuk
berkumpul dengan sesamanya tidak tinggi, dapat menjadi liar, galak, dan
menyerang si pemegang jika makanannya kurang atau diperlakukan kasar, suhu
normal badan 37,50C, laju respirasi 210 kali/menit.
-
Cara Penanganan dan Pemberian Obat pada Hewan Percobaan
Laboratorium Farmakologi 2
3. Kelinci
Kelinci jarang bersuara kecuali bila merasa nyeri, dan jika merasa tidak aman akan
memberontak, suhu rektal umumnya 38-39,50C, suhu berubah jika mengalami
gangguan lingkungan, laju respirasi 38-65 kali/menit, umumnya 50 kali/menit pada
kelinci dewasa normal.
4. Marmot
Marmot sangat jinak, mudah ditangani, jarang menggigit, kulitnya halus dan
berkilat, bulunya tebal dan kuat tapi tidak kasar, tidak mengeluarkan cairan di
hidung dan telinga. Laju denyut jantung 150-160 kali/menit, laju respirasi 50-110
kali/menit, suhu rektal 39-400C.
5. Katak
Kulit katak bersifat lembab dan licin.
Volume Pemberian Obat untuk Hewan Percobaan
Volume cairan yang diberikan kepada hewan percobaan tidak boleh melebihi jumlah
tertentu. Tabel 1.1 menunjukkan batas maksimal volume cairan yang dapat diberikan
kepada hewan percobaan.
Senyawa yang tidak larut dalam air dibuat suspensi atau emulsi dengan bantuan zat
pembantu dan diberikan dengan rute pemberian oral.
Tabel 1.1 Batas Maksimal Volume Cairan untuk Hewan Percobaan
Hewan Percobaan
Batas maksimal (mL ) untuk rute pemberian
iv Im ip Sc Po Mencit Tikus Kelinci Marmot
0,5 1 5-10 2
0,05 0,1 0,5 0,2
1 3 10 3
0,5 2 3 3
1 5 20 10
(M. Boucard, et al., Pharmacodynamics, Guide de Travaux Pratiques, 19811982)
Dosis Obat pada Hewan Percobaan
Pendekatan terbaik dalam penentuan dosis adalah dengan menggunakan perbandingan
luas permukaan tubuh. Perbandingan luas permukaan tubuh beberapa spesies hewan
percobaan yang sering digunakan di laboratorium farmakologi ditunjukkan pada Tabel
1.2.
-
Cara Penanganan dan Pemberian Obat pada Hewan Percobaan
Laboratorium Farmakologi 3
Tabel 1.2. Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan (Untuk Konversi Dosis)
dicari diketahui
20 g 200 g 400 g 1,5 kg 2 kg 4 kg 12 kg 70 kg
Mencit
Tikus
Marmot
Kelinci
Kucing
Kera
Anjing
Manusia 20 g Mencit 200 g Tikus 400 g Marmot 1,5 kg Kelinci 2 kg Kucing 4 kg Kera 12 kg Anjing 70 kg Manusia
1,0
0,14
0,08
0,04
0,03
0,016
0,008
0,0026
7,0 1,0 0,57 0,25 0,23 0,11 0,06 0,018
12,29 1,74 1,0 0,44 0,41 0,19 0,10 0,031
27,8
3,3
2,25
1,0
0,92
0,42
0,22
0,07
23,7
4,2
2,4
1,08
1,0
0,45
0,24
0,13
64,1
9,2
5,2
2,4
2,2
1,0
0,52
0,16
124,2 17,8 10,2 4,5 4,1 1,9 1,0 0,32
387,9
56,0
31,5
14,2
13,0
6,1
3,1
1,0
(Laurence and Bacharach, A.L., Evalution of Drug Activities: Pharmacometris, 1964)
Bila diinginkan dosis absolut pada manusia 70 kg dari data dosis pada anjing 20 mg/kg
(untuk anjing dengan bobot badan 12 kg) maka dihitung terlebih dahulu dosis absolut
pada anjing tersebut yaitu 20 mg/kg x 12 kg = 240 mg. Dengan menggunakan faktor
konversi pada Tabel 2 maka diperoleh dosis absolut untuk manusia (70 kg) yaitu 240 mg
x 3,1 = 744 mg. Dengan demikian dapat diramalkan efek farmakologis suatu obat yang
timbul pada manusia dengan dosis 744 mg/70 kg BB adalah sama dengan yang timbul
pada anjing dengan dosis 240 mg/12 kg BB.
Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Percobaan
Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil percobaan, yaitu:
1. Faktor Internal
Termasuk diantaranya usia, jenis kelamin, ras, sifat genetik, status kesehatan dan
nutrisi, bobot badan, dan luas permukaan tubuh
2. Faktor Eksternal
Termasuk diantaranya suplai oksigen, pemelihara lingkungan fisiologik dan
isoosmosis, dan pemeliharaan kebutuhan struktural ketika menyiapkan jaringan
atau organ untuk percobaan.
-
Cara Penanganan dan Pemberian Obat pada Hewan Percobaan
Laboratorium Farmakologi 4
3. Faktor Lingkungan
Termasuk diantaranya keadaan kandang, suasana asing atau baru, pengalaman
hewan sebelum menerima obat, keadaan ruangan tempat hidup (suhu, kelembaban,
ventilasi, cahaya, kebisingan), penempatan hewan dalam kandang, cuaca,
ketinggian, musim, jenis makanan, dan waktu percobaan.
Untuk mendapatkan hasil percobaan yang baik maksimum dapat ditempatkan lima
ekor hewan secara bersama-sama.
Rute Pemberian Obat
Rute pemberian obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat karena
karakteristik lingkungan, fisiologis, anatomis dan biokimiawi yang berbeda pada daerah
kontak mula obat dengan tubuh. Karakteristik ini berbeda karena ada hal-hal yang
berbeda seperti:
Suplai darah
Struktur anatomi dari lingkungan kontak antara tubuh dan obat.
Enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut.
Hal-hal ini menyebabkan jumlah obat yang dapat mencapai terdapat kerjanya dalam
waktu tertentu akan berbeda tergantung pada rute pemberian obat.
Dalam percobaan ini obat akan diberikan kepada hewan percobaan secara oral,
subkutan, intravena, intramuskular, dan intraperitoneal.
Penanganan Hewan Percobaan
1. Mencit
1.1. Cara Perlakuan
- Mencit diangkat ujung ekornya dengan tangan kanan, letakkan pada suatu tempat
yang permukaannya tidak licin misalnya kasa, ram kawat, sehingga jika ditarik
mencit akan mencengkram, seperti terlihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Tahap pertama
-
Cara Penanganan dan Pemberian Obat pada Hewan Percobaan
Laboratorium Farmakologi 5
Telunjuk dan ibu jari tangan kiri menjepit kulit tengkuk sedangkan ekornya dipegang
dengan tangan kanan. Kemudian posisi tubuh mencit dibalikkan sehingga perut
menghadap pemegang dan ekor dijepitkan antara jari manis dan kelingking tangan kiri,
seperti terlihat pada Gambar 1.2 dan Gambar 1.3 di bawah ini.
Gambar 1.2 Tahap kedua Gambar 1.3 Tahap ketiga
I.2. Cara Pemberian Obat
- Oral : Diberikan dengan alat suntik yang dilengkapi sonde oral
(kanula). Kanula dimasukkan ke dalam mulut lalu perlahan-
lahan dimasukkan ke belakang melalui tepi langit-langit (palate)
sampai esofagus.
- Subkutan : Diberikan di bawah kulit tengkuk.
- Intravena : Diberikan melalui vena ekor dengan jarum suntik No. 24.
Mencit dimasukkan ke dalam pemegang (restainer) dengan ekor
menjulur keluar.
- Intramuskular : Disuntikkan pada otot paha posterior dengan jarum suntik No.
24
- Intraperitoneal : Mencit dipegang seperti pada Gambar 1.3 tetapi posisi kepala
lebih rendah dari abdomennya. Jarum disuntikkan dengan
membentuk sudut 100 dari abdomen, agak menepi dari garis
tengah, untuk mencegah terkenanya kandung kemih dan tidak
terlalu tinggi agar tidak mengenai hati.
Volume penyuntikan untuk mencit umumnya 1mL/100 g bobot badan. Kepekatan larutan
obat yang disuntikkan disesuaikan dengan volume yang dapat disuntikkan tersebut.
I.3. Anestesi
Senyawa-senyawa anestesi dan cara penggunaannya adalah:
-
Cara Penanganan dan Pemberian Obat pada Hewan Percobaan
Laboratorium Farmakologi 6
- Eter dan karbondioksida (anestesi singkat)
Letakkan obat pada dasar desikator kemudian hewan dimasukkan dan wadah
ditutup. Bila hewan sudah kehilangan kesadaran maka hewan dikeluarkan dan siap
dibedah. Penambahan selanjutnya bisa diberikan dengan bantuan kapas sebagai
masker.
- Halotan
Digunakan untuk anestesi yang lebih lama.
- Pentobarbital natrium dan heksobarbital natrium
Dosis pentobarbital natrium adalah 4560 mg/kg untuk pemberian intraperitoneal,
dan 35 mg/kg untuk cara pemberian intravena. Dosis heksobarbital natrium adalah
75 mg/kg untuk intraperitoneal dan 47mg/kg untuk pemberian intravena.
- Uretan (etil karbamat)
Bentuk larutan 25% dalam air diberikan dengan dosis 10001250 mg/kg secara
intraperitoneal.
I.4. Cara Mengorbankan
Pengorbanan (etanasia) hewan sering dilakukan apabila terjadi rasa sakit yang hebat
atau lama akibat suatu percobaan, hewan mengalami kecelakaan, menderita penyakit
atau jumlahnya terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan. Cara etanasia
(kematian tanpa rasa sakit) ini dipilih sedemikian sehingga hewan hanya mengalami
penderitaan yang seminimal mungkin. Dalam memilih cara mengorbankan hewan perlu
juga dilihat tujuan hewan dikorbankan.
Pada dasarnya cara fisik merupakan cara yang paling cepat dilaksanakan, mudah, dan
paling berperikemanusiaan.
- Pemberian dosis CO2 yang mematikan dalam wadah khusus (cara terbaik).
- Pemberian Pentobarbital-Na tiga kali dosis normal (135180 mg/kg BB)
- Cara fisik dengan dislokasi leher
-
Cara Penanganan dan Pemberian Obat pada Hewan Percobaan
Laboratorium Farmakologi 7
Gambar 1.4
Cara mengorbankan mencit.
2. Tikus
2.1. Cara Perlakuan
- Tikus dapat diperlakukan seperti mencit, tetapi sebaiknya bagian ekor yang
dipegang adalah bagian pangkalnya. Tikus dapat juga diangkat dengan memegang
perutnya dan leher dijepit diantara jari tengah dan telunjuk, seperti terlihat pada
Gambar 1.5 dan Gambar 1.6.
2.2. Cara Pemberian Obat
Oral, iv, im, ip seperti pada mencit
Hewan dipegang pada ekornya,
kemudian ditempatkan pada
permukaan yang bisa dijangkaunya
dengan demikian hewan tersebut
akan berusaha meregangkan
badannya. Kemudian pada
tengkuknya ditempatkan suatu
penahan, misalnya pensil yang
dipegang dengan satu tangan.
Tangan lainnya kemudian menarik
ekornya dengan keras, sehingga
lehernya akan terdislokasi dan
mencit akan terbunuh, seperti pada
Gambar 1.4.
Gambar 1.5 Cara memegang tikus untuk pemberian obat secara oral.
Gambar 1.6 Cara memegang tikus untuk pemberian obat secara ip, im.
-
Cara Penanganan dan Pemberian Obat pada Hewan Percobaan
Laboratorium Farmakologi 8
Subkutan: Di bawah kulit abdomen atau di tengkuk, di bawah telapak kaki.
Volume penyuntikan paling baik untuk tikus adalah 0,20,3 mL/100 g
bobot badan.
2.3. Anestesi
Senyawa dan caranya sama dengan anestesi pada mencit.
2.4. Cara Mengorbankan
Cara kimia: Dengan menggunakan CO2, eter dan pentobarbital dengan dosis yang
sesuai
Cara fisik:
Letakkan tikus di atas sehelai kain kemudian bungkuslah badan tikus termasuk
kedua kaki depannya. Bunuhlah dengan salah satu cara berikut:
i. Pukullah bagian belakang telinganya dengan tongkat.
ii. Peganglah tikus dengan perutnya menghadap ke atas, kemudian pukullah
bagian belakang kepalanya pada permukaan yang keras seperti meja atau
permukaan logam, dengan sangat keras.
3. Kelinci
3.1. Cara Perlakuan
Harus diperlakukan halus tetapi sigap, karena ia cenderung berontak. Untuk menangkap
atau memperlakukan kelinci jangan dengan mengangkat pada telinganya, tetapi dengan
cara memegang kulit lehernya dengan tangan kiri, kemudian pantatnya diangkat dengan
tangan kanan dan didekapkan ke dekat tubuh seperti pada Gambar 1.7 dan 1.8
Gambar 1.7 Cara menggendong kelinci. Gambar 1.8 Cara mendekap kelinci.
3.2. Cara Pemberian Obat
- Oral : dengan sonde oral
-
Cara Penanganan dan Pemberian Obat pada Hewan Percobaan
Laboratorium Farmakologi 9
- Subkutan : di kulit bagian pinggang atau tengkuk. Caranya angkat kulit dan
tusukkan jarum dengan arah anterior.
- Intravena : di vena marginalis seperti terlihat pada Gambar 1.9, sebelumnya
telinga dibasahi dengan alkohol atau air panas.
- Intramuskular : dilakukan pada otot kaki belakang
- Intraperitoneal : posisi kelinci diatur sedemikian rupa sehingga letak kepala lebih
rendah daripada abdomen. Penyuntikan dilakukan pada garis
tengah di muka kandung kencing.
Gambar 1.9 Vena pada telinga kelinci.
3.3. Anestesi
Senyawa dan cara yang digunakan adalah pentobarbital natrium disuntikkan secara
perlahan-lahan. Dosis untuk anestesi umum adalah 22 mg/kg BB. Untuk anestesi singkat
diambil dari dosis di atas, ditambah eter.
3.4. Cara Mengorbankan
- Dengan CO2
- Injeksi pentobarbital-Na 350 mg
- Dislokasi
-
Cara Penanganan dan Pemberian Obat pada Hewan Percobaan
Laboratorium Farmakologi 10
Gambar 1.10
Cara mengorbankan kelinci.
4. Marmot
4.1. Cara Perlakuan
Marmot dapat diangkat dengan jalan memegang badan bagian atas dengan tangan yang
satu dan memegang bagian belakangnya dengan tangan yang lain seperti pada Gambar
1.11.
Gambar 1.11 Cara memegang marmot.
4.2. Cara Pemberian Obat
- Oral : dengan sonde oral (hewan harus dianestesi) volume 5 mL atau
dengan penambahan makanan lain.
- Intradermal : bulu marmot pada daerah yang akan disuntik dicukur dulu.
Suntikkan sedalam + 2 cm ke dalam kulit.
Caranya: pegang kaki belakang
kelinci dengan tangan kiri sehingga
badan dan kepalanya tergantung
ke bawah menghadap ke kiri.
Pukullah sisi telapak tangan kanan
dengan keras pada tengkuk kelinci.
Seperti terlihat pada Gambar 1.10.
Selain itu, dapat juga digunakan
alat, misalnya tongkat.
-
Cara Penanganan dan Pemberian Obat pada Hewan Percobaan
Laboratorium Farmakologi 11
- Subkutan : angkat bagian kulit dengan mencubit. Tusukkan jarumnya ke
bawah kulit dengan arah paralel dengan otot di bawahnya.
- Intraperitoneal : marmot dipegang punggungnya sedemikian sehingga perutnya
agak menjolok ke muka. Jarum suntik disuntikkan seperti
subkutan, tetapi sesudah masuk ke dalam kulit, jarum akan
ditegakkan sehingga menembus lapisan otot masuk ke dalam
daerah peritoneum.
- Intramuskular : jarum ditusukkan melalui kulit dan diarahkan pada jaringan otot,
jangan terlalu dalam sampai menyentuh tulang paha. Daerah
penyuntikan adalah otot paha bagian posteriorlateral.
- Intravena : jarang digunakan.
4.3. Anestesi
Bahan yang digunakan biasanya eter dan pentobarbital natrium. Eter digunakan untuk
anestesi singkat, setelah hewan dipuasakan selama 12 jam. Dosis pentobarbital natrium
adalah 28 mg/kg.
4.4. Cara Mengorbankan
Dapat dilakukan secara kimiawi dengan CO2 , tetap icara yang paling umum dan cepat
adalah dengan mematahkan lehernya.
Caranya : - dengan pukulan keras pada tengkuk.
- dengan memukul belakang kepalanya pada permukaan horizontal keras.
- dislokasi dengan tangan.
5. Katak
5.1. Cara Perlakuan
Katak dipegang pada leher/punggung dengan menggunakan lap kasar seperti pada
Gambar 1.12.
5.2. Cara Pemberian Obat
- Oral : dengan memakai spatula, mulutnya ditutup, diurut-urut sedikit agar
obatnya masuk
- Lokal : absorpsi pada kulit, misalnya uretan
-
Cara Penanganan dan Pemberian Obat pada Hewan Percobaan
Laboratorium Farmakologi 12
- Parenteral : cairan obat disuntikkan ke dalam lambung limfa ventral/dorsal
memakai jarum hipodermik No. 12/177 ke bagian tengah tubuh
secara perlahan.
Gambar 1.12 Cara memegang katak.
5.3. Anestesi
Katak direndam dalam 1% uretan sampai teranestesi sempurna, atau disuntikkan larutan
uretan 35% secara intraperitoneal.
5.4. Cara Mengorbankan
Pegang kaki belakang, pukullah kepalanya pada ujung logam atau permukaan yang keras
seperti pada Gambar 1.13.
Gambar 1.13 Cara mengorbankan katak.
-
Cara Penanganan dan Pemberian Obat pada Hewan Percobaan
Laboratorium Farmakologi 13
Praktek Pemberian Obat
Pada percobaan ini praktikan akan memberikan obat kepada hewan percobaan secara
oral, subkutan, intravena, intraperitoneal, dan intramuskular.
1. Rute pemberian obat secara oral
Hewan percobaan : Mencit
Zat yang diberikan : NaCl Fisiologis atau obat lain
Alat : Sonde oral
Prosedur
2. Rute pemberian secara subkutan
:
Mencit dipegang tengkuknya. Sonde oral yang telah diisi sediaan obat dalam bentuk cair
diselipkan dekat ke langit-langit mencit dan diluncurkan masuk ke esofagus. Larutan
didesak keluar dari sonde oral.
Hewan percobaan : Mencit
Zat yang diberikan : NaCl Fisiologis atau obat lain
Alat : alat suntik 1 mL
Prosedur:
Penyuntikan biasanya dilakukan di bawah kulit tengkuk atau abdomen. Seluruh jarum
ditusukkan langsung ke bawah kulit dan larutan obat didesak keluar dari alat suntik.
3. Rute pemberian obat secara intravena
Hewan percobaan : Mencit
Zat yang diberikan : NaCl Fisiologis atau obat lain
Alat : alat suntik 1 mL
Prosedur:
Mencit dimasukkan ke dalam alat khusus yang memungkinkan ekornya keluar
(restainer). Sebelum disuntik sebaiknya pembuluh vena pada ekor didilatasi dengan cara
dihangatkan atau dengan cara dioleskan dengan pelarut organik seperti aseton atau
eter. Bila jarum suntik tidak masuk ke vena maka akan terasa ada tahanan, jaringan
ikat di sekitar daerah penyuntikan memutih, dan bila piston alat suntik ditarik tidak ada
darah yang masuk ke dalam alat suntik. Bila harus dilakukan penyuntikan berulang
maka penyuntikan harus dimulai di daerah distal ekor.
-
Cara Penanganan dan Pemberian Obat pada Hewan Percobaan
Laboratorium Farmakologi 14
4. Rute pemberian obat secara intraperitoneal
Hewan percobaan : Mencit
Zat yang diberikan : NaCl Fisiologis atau obat lain
Alat : alat suntik 1 mL
Prosedur
5. Rute pemberian secara intramuskular
:
Tikus dipegang pada tengkuknya sedemikian sehingga posisi abdomen lebih tinggi dari
kepala. Larutan obat disuntikkan pada abdomen bawah tikus di sebelah garis midsagital.
Hewan percobaan : Mencit
Zat yang diberikan : NaCl Fisiologis atau obat lain
Alat : alat suntik 1 mL
Prosedur
1. Untuk masing-masing rute pemberian obat catat waktu pemberian, saat timbul dan
hilangnya masing-masing efek.
:
Larutan obat disuntikkan ke dalam sekitar gluteus maximus atau ke dalam otot paha lain
dari kaki belakang. Harus selalu dicek apakah jarum tidak masuk ke dalam vena, dengan
menarik kembali piston alat suntik.
Pengamatan
2. Efek yang diamati yaitu berbagai tingkat depresi diantaranya:
- Aktivitas spontan dari respon terhadap stimulus pada keadaan normal
- Perubahan aktivitas, spontan atau dengan stimulusi (gerakan tidak
terkoordinasi)
- Tidak ada respon lokomotorik jika distimulasi, tetapi righting reflex masih ada.
- Usaha untuk menegakkan diri tidak berhasil.
- Diam tidak bergerak, usaha untuk menegakkan diri tidak lagi dicoba.
3. Buatlah tabel yang memuat hasil-hasil pengamatan saudara. Dari tabel itu dapat
dilihat secara lengkap, apa yang saudara kerjakan dan hasil percobaan yang
diamati.
4. Bahaslah hasil percobaan ini dan buatlah kesimpulan.
-
Cara Penanganan dan Pemberian Obat pada Hewan Percobaan
Laboratorium Farmakologi 15
Pertanyaan
1. Sebutkan keuntungan serta kerugian pemakaian masing-masing hewan tersebut di
atas.
2. Mencit adalah hewan yang paling banyak digunakan dalam percobaan di
laboratorium. Mengapa ?
3. Faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan dalam memilih spesies hewan percobaan
yang berifat skrining ataupun pengujian suatu efek khusus.
4. Jelaskan secara spesifik dengan contoh-contoh, mengenai karakteristik lingkungan
fisiologis, anatomis, dan biokimiawi yang berada pada daerah kontak mula antara
obat dan tubuh.
a. Jumlah suplai darah yang berbeda:
Contoh Akibatnya
-
Cara Penanganan dan Pemberian Obat pada Hewan Percobaan
Laboratorium Farmakologi 16
b. Struktur anatomi yang berbeda:
Contoh Akibatnya
c. Enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang berbeda
Contoh Akibatnya
5. Uraikan secara terperinci kondisi-kondisi penerimaan obat yang menentukan rute
pemberian obat yang dipilih.
6. Sebutkan implikasi-implikasi praktis dari rute pemberian obat (umpamanya
persyaratan sediaan farmasi yang diberikan dengan rute tertentu, dosis obat jika
dipilih rute pemberian tertentu dsb).
Telah diperiksa Asisten
Tanggal :
Nilai :
Paraf Asisten :
PERCOBAAN IVolume Pemberian Obat untuk Hewan PercobaanTabel 1.1 Batas Maksimal Volume Cairan untuk Hewan Percobaan
Dosis Obat pada Hewan PercobaanTabel 1.2. Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan
Penanganan Hewan Percobaan