percob. 3 - klorida.docx
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM LINGKUNGAN
PERCOBAAN III
KLORIDA
DOSEN PEMBIMBING :
DR. CHAIRUL IRAWAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
YOGI TRISNO PUTRA (H1E110002)
M. ARMY CHAIRUDDIN (H1E110029)
ERNI SRI HARTATI (H1E110052)
M. AZWAR RAMADHANI (H1E110069)
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2013
PERCOBAAN III
KLORIDA
3.1 PENDAHULUAN
3.1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kandungan klorida
pada suatu perairan.
3.1.2 Latar Belakang
Hampir semua air alami mengandung ion klorida dan ion sulfat.
Konsentrasinya bervariasi, tergantung kandungan mineral bumi di berbagai
daerah. Dalam jumlah kecil, mereka tidak berpengaruh. Dalam konsentrasi yang
tinggi, mereka menyebabkan masalah. Kadar klorida yang tinggi, misalnya pada
air laut, yang diikuti oleh kadar magnesium dan kalsium yang tinggi dapat
meningkatkan sifat korosivitas air. Maka dari itu, harus dapat diketahui berapa
kandungan kadar klorida pada suatu perairabn untuk mencegah terjadinya hal
tersebut, seperti yang akan dilakukan pada percobaan ini.
Sebagai ion klorida, yang berupa garam biasa dan sebagainya, secara
umum banyak dan sangat diperlukan dalam berbagai kehidupan, termasuk
manusia. Sebagai gas, klorin berwarna kuning kehijauan, yang beratnya dua
setengah kali massanya, baunya sanagat menyesakkan dan sangat beracun. Dalam
bentuk cair, dan solid merupakan agen pengoksidaan yang sangat efektif.
3.2 DASAR TEORI
Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan satu
elektron untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl−. Garam dari
asam hidroklorida H Cl mengandung ion klorida; contohnya adalah garam meja,
yang adalah natrium klorida dengan formula kimia NaCl. Dalam air, senyawa ini
terpecah menjadi ion Na+ dan Cl− (Aditya, 2009).
Kata klorida dapat pula merujuk pada senyawa kimia yang satu atau lebih
atom klornya memiliki ikatan kovalen dalam molekul. Ini berarti klorida dapat
berupa senyawa anorganik maupun organik. Contoh paling sederhana dari suatu
klorida anorganik adalah hidrogen klorida (HCl), sedangkan contoh sederhana
senyawa organik (suatu organoklorida) adalah klorometana (CH3Cl), atau sering
disebut metil klorida (Aditya, 2009).
Klorin (bahasa Yunani Chloros, berarti "hijau pucat"), adalah unsur kimia
dengan nomor atom 17 dan simbol Cl yang merupakan salah satu unsur halogen.
Sebagai ion klorida, yang berupa garam biasa dan sebagainya, secara umum
banyak dan sangat diperlukan dalam berbagai kehidupan, termasuk manusia.
Sebagai gas, klorin berwarna kuning kehijauan, yang beratnya dua setengah kali
massanya, baunya sangat menyesakkan dan sangat beracun. Dalam bentuk cair
dan solid merupakan agen pengoksidaan yang sangat efektif (Rahman, 2009).
Klorin (Bahasa Yunani χλωρος, kuning kehijauan) ditemukan pada tahun
1774 oleh ahli kimia Jerman Carl Wilhelm Scheele. Klorin telah diberikan
namanya pada tahun 1810 oleh Sir Humphry Davy, yang menegaskan bahwa
klorin sebenarnya sejenis unsur. Gas klorin, juga dikenali sebagai bertholite,
pertama kali digunakan sebagai senjata nuklir pada Perang Dunia Pertama pada 22
April, 1915 (Rahman, 2009).
Penukar ion adalah elektrolit tak larut berion labil yang mudah
dipertukarkan dengan ion medium sekitar tanpa mengalami perubahan fisik
struktur elektrolitnya sendiri. Elektrolit penukar ion biasanya makromolekul
penukarnya dapat berupa kation ataupun anion. Pada penukar ion alami, bahan
organiknya rumit, sekalipun ada juga bahan anorganiknya. Sedangkan pada
sintetik, struktur resinnya lebih bersahaja. Penukar ion berlebihan muatan ion
labilnya (ion lawan) disebut kation pada penukar kation dan anion pada anion.
Jadi jelas, penukar kation terdiri atas anion polimer/makromolekul dengan muatan
negatif dan kation labil, begitu sebaliknya. Sebutan penukar ion belum lama
digunakan produk anorganik mula – mula yang dipakai untuk menghilangkan
kebasaan disebut permutit, tetapi banyak orang menyamakannya dengan penukar
ion yang kita kenal sekarang. Lalu bahan organik yang dibuat dinamakan penukar
basa, tetapi telah dibedakan antara yang penukar anion dan kation. (Dorfner,
1995).
Hampir semua air alami mengandung ion klorida dan ion sulfat.
Konsentrasinya bervariasi, tergantung kandungan mineral bumi di berbagai
daerah. Dalam jumlah kecil, mereka tidak berpengaruh. Dalam konsentrasi tinggi,
mereka menyebabkan masalah. Biasanya konsentrasi klorida rendah. Sulfat dapat
lebih bermasalah karena sulfat ada dalam konsentrasi yang lebih besar. Kadar
rendah atau menengah dari kedua senyawa ion tersebut menambah rasa segar pada
air. Pada kenyataannya, mereka dibutuhkan karena alasan ini. Jumlah konsentrasi
yang berlebihan dari keduanya tentu akan membuat air jadi tidak enak diminum.
Aturan EPA tentang air minum merekomendasikan konsentrasi ion klorida
maksimum sebesar 250 mg/l dan ion sulfat maksimum 250 mg/l (sebagai Cl - dan
SO4-, bukan sebagai CaCO3). Air yang mengandung ion kalsium sulfat memiliki
rasa yang berkarakter, rasanya seperti pahit. Pada kenyataannya, telah
dibandingkan rasa air dengan gypsum terlarut didalamnya. Saat 30 – 40
grain/gallon dari kalsium sulfat larut dalam air, kebanyakan orang dapat
merasakannya. Jika jumlah magnesium sulfat atau natrium sulfat seimbang dalam
air, tidak akan terasa. Keduanya memiliki efek pencahar jika kadar konsentrasinya
lebih dari 30 grain. Dengan begitu, air tersebut bisa menjadi masalah, khususnya
untuk orang-orang yang tidak terbiasa dengan air seperti itu (Sutysio, 2009).
Sebagai tambahan dari sifat pencaharnya dan rasa yang mirip obat, air
sulfat juga memiliki tingkat padatan tinggi, jumlah garam natrium dan keasaman
yang besar. Ini bisa menjadi masalah dalam mengolah air. Klorida menjadikan air
terasa asin. Dalam kadar konsentrasi apapun, ini menjadi terasa dan tergantung
dari individu masing-masing. Dalam konsentrasi tinggi, klorida menyebabkan air
menjadi payau, rasa asin yang sama sekali tidak diinginkan. Walaupun klorida
sangat larut, klorida memiliki stabilitas. Stabilitas ini memungkinkan mereka
bertahan dari perubahan dan tetap konstan dalam air apapun, kecuali air yang
dicemari oleh industri dan kotoran manusia. Klorida dan sulfat dapat dihilangkan
dari air dengan reverse osmosis. Deionisasi (demineralisasi) atau distilasi juga
akan menghilangkan klorida dan sulfat dari dalam air, tetapi metode ini tidak
cocok untuk perumahan dibanding reverse osmosis (Sutysio, 2009).
Kadar klorida yang tinggi, misalnya pada air laut, yang diikuti oleh kadar
magnesium dan kalsium yang juga tinggi dapat meningkatkan sifat korosivitas air.
Perairan yang demikian mudah mengakibatkan terjadinya perkaratan peralatan
yang terbuat dari logam. Klorida tidak bersifat toksik bagi makhluk hidup, bahkan
berperan dalam pengaturan tekanan osmotik sel. Perairan yang diperuntukan bagi
keperluan domestik, termasuk air minum, pertanian, dan industri, sebaiknya
memiliki kadar klorida lebih kecil dari 100 mg/l (Cornwell, 1991).
Asam klorida merujuk pada larutan HCl dalam air, untuk senyawa HCl
dalam keadaan murni (gas). Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen
klorida (HCl). Ia adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam
lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida
harus ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan
yang sangat korosif. Asam klorida pernah menjadi zat yang sangat penting dan
sering digunakan dalam awal sejarahnya. Ia ditemukan oleh alkimiawan Persia
Abu Musa Jabir bin Hayyan sekitar tahun 800. Senyawa ini digunakan sepanjang
abad pertengahan oleh alkimiawan dalam pencariannya mencari batu filsuf, dan
kemudian digunakan juga oleh ilmuwan Eropa termasuk Glauber, Priestley, and
Davy dalam rangka membangun pengetahuan kimia modern. Sejak Revolusi
Industri, senyawa ini menjadi sangat penting dan digunakan untuk berbagai
tujuan, meliputi produksi massal senyawa kimia organik seperti vinil klorida
untuk plastik PVC dan MDI/TDI untuk poliuretana. Kegunaan kecil lainnya
meliputi penggunaan dalam pembersih rumah, produksi gelatin, dan aditif
makanan. Sekitar 20 juta ton gas HCl diproduksi setiap tahunnya (Erwin, 2009).
Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia
dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam klorida,
H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium, H3O+ :
HCl + H2O → H3O+ + Cl−
Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl−. Asam klorida oleh
karenanya dapat digunakan untuk membuat garam klorida, seperti natrium
klorida. Asam klorida adalah asam kuat karena ia berdisosiasi penuh dalam air.
Asam monoprotik memiliki satu tetapan disosiasi asam, Ka, yang mengindikasikan
tingkat disosiasi zat tersebut dalam air. Untuk asam kuat seperti HCl, nilai Ka
cukup besar. Beberapa usaha perhitungan teoritis telah dilakukan untuk
menghitung nilai Ka HCl. Ketika garam klorida seperti NaCl ditambahkan ke
larutan HCl, ia tidak akan mengubah pH larutan secara signifikan. Hal ini
mengindikasikan bahwa Cl− adalah konjugat basa yang sangat lemah dan HCl
secara penuh berdisosiasi dalam larutan tersebut. Untuk larutan asam klorida yang
kuat, asumsi bahwa molaritas H+ sama dengan molaritas HCl cukuplah baik,
dengan ketepatan mencapai empat digit angka bermakna (Erwin, 2009).
Dari tujuh asam mineral kuat dalam kimia, asam klorida merupakan asam
monoprotik yang paling sulit menjalani reaksi redoks. Ia juga merupakan asam
kuat yang paling tidak berbahaya untuk ditangani dibandingkan dengan asam kuat
lainnya. Walaupun asam, ia mengandung ion klorida yang tidak reaktif dan tidak
beracun. Asam klorida dalam konsentrasi menengah cukup stabil untuk disimpan
dan terus mempertahankan konsentrasinya. Oleh karena alasan inilah, asam
klorida merupakan reagen pengasam yang sangat baik (Erwin, 2009).
Asam klorida merupakan asam pilihan dalam titrasi untuk menentukan
jumlah basa. Asam yang lebih kuat akan memberikan hasil yang lebih baik oleh
karena titik akhir yang jelas. Asam klorida azeotropik (kira-kira 20,2%) dapat
digunakan sebagai standar primer dalam analisis kuantitatif, walaupun
konsentrasinya bergantung pada tekanan atmosfernya ketika dibuat (Erwin, 2009).
Asam klorida sering digunakan dalam analisis kimia untuk "mencerna"
sampel-sampel analisis. Asam klorida pekat melarutkan banyak jenis logam dan
menghasilkan logam klorida dan gas hidrogen. Ia juga bereaksi dengan senyawa
dasar semacam kalsium karbonat dan tembaga(II) oksida, menghasilkan klorida
terlarut yang dapat dianalisa (Anonim4, 2009).
Larutan asam klorida atau yang biasa kita kenal dengan larutan HCl dalam
air, adalah cairan kimia yang sangat korosif dan berbau menyengat. HCl termasuk
bahan kimia berbahaya. Di dalam tubuh HCl diproduksi dalam perut dan secara
alami membantu menghancurkan bahan makanan yang masuk ke dalam usus.
Dalam skala industri, HCl biasanya diproduksi dengan konsentrasi 38%. Ketika
dikirim ke industri pengguna, HCl dikirim dengan konsentrasi antara 32~34%.
Pembatasan konsentrasi HCl ini karena tekanan uapnya yang sangat tinggi,
sehingga menyebabkan kesulitan ketika penyimpanan (Dayono, 2009).
Lalu apa sajakah kegunaan HCl di kehidupan kita sehari-hari? Nah,
berikut ini adalah beberapa bidang yang memanfaatkan HCl, baik pada skala
industri maupun skala rumah tangga :
1. Asam klorida digunakan pada industri logam untuk menghilangkan
karat atau kerak besi oksida dari besi atau baja.
2. Sebagai bahan baku pembuatan vinyl klorida, yaitu monomer untuk
pembuatan plastik polyvinyl chloride atau PVC.
3. HCl merupakan bahan baku pembuatan besi (III) klorida (FeCl3) dan
polyalumunium chloride (PAC), yaitu bahan kimia yang digunakan sebagai bahan
baku koagulan dan flokulan. Koagulan dan flokulan digunakan pada pengolahan
air.
4. Asam klorida dimanfaatkan pula untuk mengatur pH (keasaman) air
limbah cair industri, sebelum dibuang ke badan air penerima.
5. HCl digunakan pula dalam proses regenerasi resin penukar kation
(cation exchange resin).
6. Di laboratorium, asam klorida biasa digunakan untuk titrasi penentuan
kadar basa dalam sebuah larutan.
7. Asam klorida juga berguna sebagai bahan pembuatan cairan
pembersih porselen.
8. HCl digunakan pada proses produksi gelatin dan bahan aditif pada
makanan.
9. Pada skala industri, HCl juga digunakan dalam proses pengolahan
kulit.
10. Campuran asam klorida dan asam nitrat (HNO3) atau biasa disebut
dengan aqua regia, adalah campuran untuk melarutkan emas.
11. Kegunaan-kegunaan lain dari asam klorida diantaranya adalah pada
proses produksi baterai, kembang api dan lampu blitz kamera.
(Dayono, 2009).
I. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini meliputi :
1. Gelas ukur
2. Pipet tetes.
3. Gelas beker.
4. Buret.
5. Erlenmeyer.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Sampel air sumur cempaka
2. Larutan AgNO3 1/35,34.
3. Larutan NaCl 0,1 N.
4. Larutan K2Cr2O4 10%.
5. Larutan HNO3 pekat.
II. PROSEDUR KERJA
A. Standarisasi Larutan AgNO3
1. Mengambil 10 ml larutan NaCl 0,1 N.
2. Menambahkan 3 tetes HNO3 pekat.
3. Menambahkan 3 tetes K2Cr2O4 10%.
4. Mentitrasi dengan larutan AgNO3 sampai terdapat endapan putih dan
mencatat banyaknya larutan AgNO3 yang digunakan.
5. Melakukan dengan sistem duplo.
B. Pengukuran Sampel
1. Mengambil 20 ml sampel air.
2. Menambahkan 3 tetes HNO3 pekat.
3. Menambahkan 4 tetes K2Cr2O4 10%.
4. Mentitrasi dengan larutan AgNO3 sampai larutan berubah warna dan
mencatat banyaknya larutan AgNO3 yang digunakan
III. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil dan Perhitungan
1. Hasil
Tabel 1. Standarisasi larutan AgNO3
No Langkah Percobaan Hasil
1 Memipet 10 ml larutan standar
NaCl 0,1 N, Memasukkan ke
dalam labu erlenmayer.
2 Menambahkan 3 tetes HNO3
pekat dan menambahkan 3 tetes
K2Cr2O4 10%.
Warna = kuning
3 Mengisi buret dengan larutan
AgNO3.
4 Menitrasi larutan NaCl 0,1 N
dengan larutan AgNO3 sampai
terdapat endapan putih dan
mencatat volume akhir
Perubahan warna dari
kuning menjadi keruh dan
terdapat endapan putih
V = 1,5 ml
Tabel 2. Pengukuran sampel
No Langkah Percobaan Hasil
1 Memipet 20 ml sampel air
cempaka, Memasukkan ke
dalam labu erlenmayer.
2 Menambahkan 3 tetes HNO3
pekat dan menambahkan 4 tetes
K2Cr2O4 10%.
Warna = kuning
3 Mengisi buret dengan larutan
AgNO3.
4 Menitrasi dengan larutan AgNO3
sampai berubah warna dan
mencatat volume akhir
Perubahan warna dari
kuning menjadi bening.
V = > 50 ml
2. Perhitungan
Standarisasi Larutan AgNO3 :
Diketahui : V AgNO3 = 1,5 ml
Ditanya : N AgNO3 = ?
Jawab :
N AgNO3 = 10 x 0,1
1,5 = 0,7 N
Pengukuransampel :
a. Faktor ketelitian
Diketahui : V AgNO3 = 1,5 ml
Ditanya : faktor ketelitian = ?
Jawab :
Faktor ketelitian = 10
ml AgNO3
= 101,5
= 6,67
b. Konsentrasi Klorida
Diketahui : V sampel = 20 ml
V AgNO3 = > 50 ml =
Faktor ketelitian = 6,67
Ditanya : Konsentrasi klorida = ?
Jawab :
Kons. Cl- =
( 1000100 ) x ( ml AgNO3−0,3 ) x ( fak .ketelitian ) x ( 1
35,34 ) x35,34
= 10 x ( - 0,3) x 6,67 x 1
= tidak ada kandungan klorida
B. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan pengujian klorida pada suatu
peraiaran yaitu menggunakan sampel air sungai cempaka. Dengan
memakai metode pengujian Mohr Method atau Argentometric yaitu
mentitrasi larutan sampel dengan larutan AgNO3.
1. Standarisasi Larutan AgNO3
Standarisasi AgNO3 dengan NaCl merupakan titrasi yang
termasuk dalam presipitimetri jenis argentometri. Reaksi yang terjadi
adalah:
NaCl(aq) + AgNO3 (aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)
Pada awalnya larutan AgNO3 dan larutan NaCl merupakan larutan yang
jernih dan tak berwarna. Ketika 10 ml larutan standar NaCl 0,1 N
ditambahkan 3 tetes HNO3 pekat yang berwarna putih. larutan tetap
jernih dan tidak berwarna. Penambahan HNO3 ini dimaksudkan agar pH
larutan tidak terlalu asam ataupun basa. Larutan kemudian berubah
menjadi warna kuning setelah ditambahkan 3 tetes K2CrO4 10 % yang
merupakan indikator. Seharusnya setelah diberi larutan K2CrO4 10 %
larutan ditambahkan lagi dengan serbuk ZnO atau MgO sehingga apabila
dititrasi dengan larutan AgNO3 maka akan terdapat endapan merah pada
saat titik akhir titrasi. Tapi pada saat percobaan ini, penambahan serbuk
ZnO atau MgO tidak dilakukan sehingga pada saat larutan dititrasi
dengan larutan standar AgNO3 1/35,45 N larutan pada titik akhir titrasi
menjadi keruh. Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir
dengan titran, sehingga larutan menjadi berubah warna. Reaksi menjadi :
2AgNO3(aq) + K2CrO4 Ag2CrO4(s) + 2KNO3(aq)
Volume akhir sebanyak 1,5 ml.
2. Pengukuran Sampel
Pada tahapan percobaan pengukuran sampel, sampel yang
dipakai yaitu air sampel yang berasal dari sungai di wilayah cempaka.
Dalam pengujian konsentrasi klorida pada sampel air ini, penambahan
serbuk ZnO dan MgO juga tidak dilakukan. Sehingga titrasi dilakukan
sampai warna sampel berubah menjadi keruh. Larutan berubah menjadi
berwarna kuning dan kemudian dititrasi dengan AgNO3 sehingga terjadi
perubahan warna, tetapi perlu diperhatikan di dalam percobaaan ini
belum terjadi perubahan warna menjadi bening karena volume akhir
titrasi yang sudah mencapai angka 50 ml, tetapi tidak mengalami
perubahan maka dari itu proses titrasi dihentikan.
Berdasarkan hal tersebut dapat dipastikan volume akhir titrasi
nilainya > 50 ml dan setelah dilakukan perhitungan didapatkan hasil
bahwa air sungai cempaka tidak mengandung klorida, kemungkinan
mengandung unsur tersebut memang ada tetapi dapat dipastikan hanya
dalam kadar yang sedikit. Konsentrasi klorida pada air sungai cempaka
ini berada di bawah ambang batas menandakan bahwa air sungai
cempaka masih layak untuk dipakai kegiatan rumah tangga sehari-hari
(memasak, minum, mandi, dll).
IV. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan:
1) Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan satu
elektron untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl−.
klorida dapat pula merujuk pada senyawa kimia yang satu atau lebih
atom klornya memiliki ikatan kovalen dalam molekul.
2) Standarisasi larutan AgNO3 mendapatkan volume akhir 1,5 ml setelah
terdapatnya endapan putih.
3) Air sungai cempaka yang dititrasi dengan AgNO3 didapatkan volume
titrasi sebesar >50 ml.
4) Setelah dilakukannya perhitungan dan analisis melalui pembahasan dapat
dipastikan air sungai cempaka tidak mengandung klorida dan apabila
memang ada terkandung klorida di dalamnya pun pasti dalam kadar yang
sedikit. Sehingga dapat dikatakan air sungai cempaka masih aman untuk
dikonsumsi oleh masyarakat untuk kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya. 2009. Klorida.http://aimyaya.com/id . Diakses tanggal 26 November 2010.
Cornwell, D.A. and Davis, M.L. 1991. Introduction to Environmental Engineering.2nd edition. Mc-Graw-Hill.Inc. New York.
Dayono. 2009. Direktori Artikel Aneka Ilmu Pengetahuan: Mengenal Kegunaan Larutan Asam Klorida (HCl). http://anekailmu.blogspot.com/2009/06/mengenal kegunaan larutan asam klorida.html. Diakses tanggal 26 November 2010.
Erwin. 2009. Asam Klorida. http://erwinharyanto.blogspot /Asam_klorida.Diakses tanggal 26 November 2010.
Dorfner, Koniad dan Hartono, Anton. J. 1995. IPTEK Penukar Ion. Andi Offset. Yogyakarta.
Rahman. 2009. Klorin. http://rahmanjaya.wordpress.com/klorin . Diakses tanggal 26 November 2010.
Sutysio. 2009. Reverse Osmosis. Indonesia | AIR | Puretrex /klorida_sulfat.html. Diakses tanggal 26 November 2010.
LAMPIRAN
Pertanyaan dan jawaban
1. Jelaskan mengapa klorin yang melebihi baku mutu berbahaya bagi kesehatan?
Jawaban:
Klorin, khlorin atau chlorine merupakan bahan utama yang digunakan dalam
proses khlorinasi. Sudah umum pula bahwa khlorinasi adalah proses utama dalam
proses penghilangan kuman penyakit air ledeng, air bersih atau air minum yang
digunakan oleh masyarakat. Proses khlorinasi sangat efektif untuk
menghilangkan kuman penyakit terutama dalam penggunaan air ledeng. Tetapi
dibalik kefektifannya klorin juga dapat berbahaya bagi kesehatan. Orang yang
meminum air yang mengandung klorin memiliki kemungkinan lebih besar untuk
terkena kanker kandung kemih, dubur ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita
hamil dapat menyebabkan melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak atau urat
saraf tulang belakang, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur atau bahkan
dapat mengalami keguguran kandungan. Selain itu pada hasil studi efek klorin
pada binatang ditemukan pula kemungkinan kerusakan ginjal dan
hati(http://aimyaya.com/id).
2. Jelaskan apa alas an klorin banyak digunakan sebagai disinfektan?
Jawaban :
1. Mudah dikemas, dapat dikemas dalam bentuk gas, larutan, dan bubuk.
2. Relatif mudah.
3. Memiliki daya larut tinggi serta dapaat larut pada kadar yang tinggi
(7.000mg/liter).
4. Residu klorin dalam bentuk larutan tidak berbahaya bagi manusia, jika terdapat
dalam kadar yang tidak berlebihan.
5. Bersifat sangat toksik bagi mikroorganisme, dengan cara menghambat aktivitas
metabolisme mikroorganisme tersebut.