makalah prak kimdas2 percob.7
TRANSCRIPT
I. JUDUL
Reaksi Redoks, Elektrolisis, dan Sel Elektrokimia
II. TUJUAN
1. Mengenal reaksi redoks dan bilangan oksidasi.
2. Mempelajari reaksi kimia yang terjadi akibat adanya arus listrik.
3. Mengetahui reaksi oksidasi dan reduksi yang ditunjukkan oleh reaksi antara
logam zinc dengan tembaga dalam larutannya dan menentukan potensial
selnya.
III. DASAR TEORI
Reaksi redoks adalah reaksi yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.
Reaksi redoks terjadi karena adanya serah terima elektron. Jumlah elektron
yang diterima sama dengan jumlah elektron yang dibebaskan pada reaksi
oksidasi. Pada sel volta, zat yang mempunyai potensial reduksi lebih positif
akan cenderung mengalami reduksi, sedangkan zat yang mempunyai potensial
reduksi lebih negatif akan cenderung mengalami oksidasi. Apabila suatu zat
yang mempunyai potensial reduksi lebih negatif direduksikan dengan zat yang
mempunyai potensial reduksi lebih positif akan terjadi reaksi redoks, yaitu
reaksi kimia yang disertai dengan pelepasan elektron dan pengikatan elektron.
Suatu reaksi reduksi (penangkapan elektron) dapat menimbulkan potensial
listrik tertentu yang disebut potensial reduksi dan mempunyai simbol Eo. Makin
besar E yang ditimbulkan maka makin mudah mngalami reduksi. Berdasarkan
harga Eo yang tercantum dalam faktor potensial elektroda logam. Kita dapat
menyusun suatu deret unsur-unsur mulai dari unsur yang mempunyai Eo terkecil
sampai kepada unsur yang memiliki Eo terbesar. Unsurnya sebagai berikut: Li,
Ka, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn, Cd, Cr, Fe, Ni, Sn, Pb, (H), Cu, Hg, Ag, Pt,
Au. Deret unsur-unsur tersebut disebut dengan deret volta (deret potensial
logam). Pada Hidrogen diletakkan dalam tanda kurung karena hidrogen bukan
logam dan mempunyai Eo= 0,0 Volt.
Suatu reaksi redoks dapat diperkirakan berlangsung spontan atau tidak
dengan menggunakan harga potensial reduksi setengah sel. Reaksi redoks dapat
berlangsung spontan jika:
Eosel = (potensial reduksi strandar zat yang tereduksi) – (potensial reduksi
strandar zat yang teroksidasi) > 0
Eosel = (potensial reduksi strandar zat yang tereduksi) + (potensial oksidasi
strandar zat yang teroksidasi) > 0
Eosel = Eokatoda + Eoanoda atau Eosel = Eooks ± Eored
Dalam reaksi redoks, jumlah elektron yang dilepas oleh reduktor sama
dengan jumlah elektron yang diterima oleh oksidator. Masing-masing elektron
juga menyediakan Joule sesuai muatan elektron yang terlibat reaksi. Oleh
karena itu, potensial reduksi tidak pernah dikalikan dengan factor yang
digunakan untuk menyamakan elektron yang dilepas dan elektron yang diterima
untuk menghasilkan harga potensial sel.
Setiap zat akan mempunyai kecenderungan untuk melepaskan atau
menangkap elektron. Zat yang mudah melepaskan elektron akan mudah
mengalami oksidasi, sedangkan zat yang mudah menangkap elektron akan
mudah mengalami reduksi. Apabila suatu oksidator baik berupa ion, atom, atau
molekul kontak langsung dengan suatu reduktor akan terjadi transfer elektron
dari reduktor ke arah oksidator sehingga terjadi reaksi redoks. Pada sel
elektrokimia, misalnya: sel galvani atau sel volta, karena adanya beda potensial
listrik maka akan terjadi transfer elektron melalui kawat penghantar listrik yang
menghubungkan antara oksidator dengan reduktor. Untuk mengatur
kesetimbangan ion-ion dalam larutan, kedua larutan dihubungkan dengan
jembatan garam. Besar beda potensial listrik dapat ditunjukkan oleh jarum
penunjuk pada voltmeter.
Reaksi yang terjadi:
Zn Zn2+ + 2e (oksidasi)
Cu2+ + 2e Cu (reduksi)
Dalam reaksi tersebut, Zn melepaskan elektron. Elektron yang dilepas mengalir
ke katoda Cu yang berhubungan langsung dengan ion Cu2+ (hasil ionisasi
CuSO4 (aq) Cu2+ (aq) + SO42- (aq) melalui kawat penghantar sehingga mereduksi
ion Cu2+ menjadi Cu). Perubahan ion Cu2+ menjadi Cu mengakibatkan larutan
pada katoda kelebihan ion SO42- (aq). Kelebihan ion SO4
2- ini mengalir ke anoda
melalui jembatan garam untuk mengimbangi kelebihan ion Zn2+ yang terdapat
dalam larutan anoda. Kedua proses tersebut membantu kelistrikan setengah sel
tetap netral. Tanpa adanya jembatan garam, netralitas kelistrikannya tidak dapat
dipertahankan, akibatnya sel tidak dapat menghasilkan arus listrik. Menurut
konvensi dalam sel volta, bagian anoda (bagian yang mengalami oksidasi)
disebut elektroda negatif dan katoda disebut elektroda positif.
Elektrolisis adalah peristiwa penguraian larutan elektrolit dalam sel
elektrokimia oleh arus listrik yang berasal dari sumber arus listrik baterai atau
aki yang menghasilkan arus listrik searah. Pada peristiwa elektrolisis, pada
elektroda-elektrodanya terjadi reaksi kimia yang menghasilkan zat-zat tertentu.
Elektroda yang bermuatan positif disebut anoda dan elektroda yang bermuatan
negatif disebut katoda. Elektroda ada 2 macam, yaitu:
a. Elektroda Innert
Elektroda yang hanya mentransfer elektron dari dan ke dalam larutan.
Contoh: Platina, Carbon dan Aurum.
b. Elektroda Reaktif
Elektroda yang reaksi kimianya memasuki reaksi elektroda. Dalam
elektrolisis, pada katoda terjadi reaksi reduksi sedangkan pada anoda terjadi
reaksi reduksi oksidasi.
IV. ALAT DAN BAHAN
a. Reaksi Redoks
No. Nama Jumlah
1. Tabung reaksi 6 buah
2. Gelas ukur 1 buah
3. Pipet tetes 3 buah
4. Logam Cu 2 buah
5. Logam Zn 2 buah
6. Logam Fe 2 buah
7. Larutan CuSO4 Secukupnya
8. Larutan ZnSO4 Secukupnya
9. Larutan FeCl3 Secukupnya
b. Elektrolisis Larutan KI dan NaCl
No. Nama Jumlah
1. Tabung U 1 buah
2. Gelas ukur 1 buah
3. Pipet tetes 2 buah
4. Sumber arus dan elektrode karbon 1 buah
5. Larutan KI 0,5 M Secukupnya
6. Larutan NaCl Secukupnya
7. Larutan Amilum Secukupnya
8. Indikator PP Secukupnya
c. Sel Elektrokimia
No. Nama Jumlah
1. Gelas beker 2 buah
2. Pipet tetes 2 buah
3. Jembatan garam 1 buah
4. Voltmeter 1 buah
5. Logam Cu 1 buah
6. Logam Zn 1 buah
7. Larutan CuSO4 Secukupnya
8. Larutan ZnSO4 Secukupnya
9. Larutan NaCl Secukupnya
V. CARA KERJA
a. Reaksi Redoks
1. Memasukkan 2 mL larutan CuSO4 ke dalam tabung reaksi, kemudian
menambahkan ke dalamnya logam Zn. Membiarkan beberapa menit dan
mencatat ap yang terjadi. Dengan cara yang sama, melakukan untuk
logam Fe.
2. Memasukkan 2 mL larutan ZnSO4 ke dalam tabung reaksi, kemudian
menambahkan ke dalamnya logam Cu. Membiarkan beberapa menit dan
mencatat ap yang terjadi. Dengan cara yang sama, melakukan untuk
logam Fe.
3. Mengulangi dengan cara yang sama, melakukan untuk larutan FeCl3
dengan logam Cu dan Zn.
b. Elektrolisis Larutan KI dan NaCl
1. Memasukkan KI 0,5 M ke dalam tabung U sampai klem dari ujung stas
tabung.
2. Menghubungkan elektrode-elektrode dengan sumber arus listrik selama
± 5 menit.
3. Mencatat perubahan yang terjadi pada anode.
4. Mencatat perubahan yang terjadi pada katode dengan menggunakan
pipet tetes, menambahkan 2 tetes larutan indikator PP pada ruang
katoda, mengamati yang terjadi.
5. Dengan menggunakan pipet tetes, menambahkan beberapa tetes larutan
amilum ke dalam anoda, mengamati yang terjadi.
6. Melakukan langkah 1-5 dengan menggunakan larutan NaCl.
c. Sel Elektrokimia
1. Pembuatan setengah sel Zn Zn2+ + 2e
Memasukkan 70 mL larutan ZnSO4 0,5 M ke dalam gelas kimia 150
mL. menempatkan sebatang lempeng zinc ke dalam gelas itu.
2. Pembuatan setengah sel Cu2+ + 2e Cu
Memasukkan 70 mL larutan CuSO4 0,5 M ke dalam gelas kimia 150
mL. menempatkan sebatang lempeng tembaga ke dalam gelas itu.
3. Menghubungkan lempeng Zn dengan kutub negatif voltmeter dan
menghubungkan lempeng Cu dengan kutub positif voltmeter.
4. Menghubungkan kedua sel dengan jembatan garam. Membaca voltmeter
lalu mencatat hasilnya.
VI. DATA PENGAMATAN
a. Reaksi Redoks
1. CuSO4 + Zn bereaksi
2. CuSO4 + Fe tidak bereaksi
3. ZnSO4 + Cu bereaksi
4. ZnSO4 + Fe tidak bereaksi
5. FeCl3 + Zn bereaksi
6. FeCl3 + Cu tidak bereaksi
b. Elektrolisis Larutan KI dan NaCl
No. Pembeda KI NaCl
1. Perubahan pada anode(+) Jingga Ada gelembung
(sedikit)
2. Perubahan pada katode(-) Ada
gelembung
Ada gelembung
(sedikit)
3. Larutan dari ruang anode
a. Warna
b. Warna dengan amilum
Jingga
Hitam
Bening
Biru tua
4. Larutan dari ruang katode
a. Warna
b. Warna dengan fenolftalin
Bening
Merah muda
Bening
Merah muda
c. Sel Elektrokimia
Tegangan sel
Zn (s) – Zn2+ (0,5M) terhadap Cu (s) – Cu2+ 0,8 volt
VII. ANALISA DATA
a. Reaksi Redoks
Tujuan dari percobaan reaksi redoks ini adalah untuk mengenal reaksi
redoks dan bilangan oksidasi. Reaksi redoks merupakan suatu reaksi kimia
dimana dalam reaksi tersebut terjadi perubahan biloks antara reaktan dengan
produk.
Prinsip kerja dari percobaan ini adalah memasukkan kepingan logam
Zn dan Fe ke dalam tabung reaksi yang masing-masing berisi larutan
CuSO4, membiarkannya beberapa menit dan melihat perubahan yang terjadi.
Mengulangi hal yang sama dengan logam Cu dan Fe ke dalam larutan
ZnSO4 dan juga larutan FeCl3 terhadap logam Cu dan Zn.
Dengan melihat harga potensial elektroda (E sel = Eo), maka dapat
diketahui bahwa suatu reaksi dapat berlangsung atau tidak. Bila reaksi
berlangsung pada Eosel positif maka reaksi dikatakan berlangsung secara
spontan dan bila Eosel negatif maka reaksi dikatakan tidak berlangsung
secara spontan. Perdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka didapat
analisa seperti sebagai berikut:
1. CuSO4 + Zn bereaksi
Oks : Zn Zn2+ + 2e Eo = 0,76 V
Red : Cu2+ + 2e Cu Eo = 0,34 V
Redoks: Cu2+ + Zn Zn2+ + Cu Eo = 1,1 V
Pada reaksi CuSO4 dengan Zn terjadi reaksi yang berlangsung
secara spontan. Terjadi juga reaksi oksidasi pada Zn (mengalami
kenaikan bilangan oksidasi dari 0 menjadi +2) dan terjadi peristiwa
reduksi pada Cu2+ (bilangan oksidasi turun dari +2 menjadi 0).
2. CuSO4 + Fe tidak bereaksi
Oks : Fe Fe2+ + 2e Eo = 0,44 V
Red : Cu2+ + 2e Cu Eo = 0,34 V
Redoks: Fe + Cu2+ Fe2+ + Cu Eo = 0,78 V
Secara teori seharusnya logam Fe dapat bereaksi karena terjadi
pengkaratn dan terjadi reaksi yang berlangsung secara spontan. Akan
tetapi pada percobaan tidak dapat bereaksi, hal ini mungkin dapat
dikarenakan oleh logam Fe yang sebelumnya tidak di amplas terlebih
dahulu.
3. ZnSO4 + Cu bereaksi
Oks : Cu Cu2+ + 2e Eo = -0,34 V
Red : Zn2+ + 2e Zn Eo = -0,76 V
Redoks: Cu2+ + Zn Zn2+ + Cu Eo = -1,1 V
Karena Eo sel < 0 maka reaksi tidak berlangsung secara spontan.
4. ZnSO4 + Fe tidak bereaksi
Oks : Fe Fe2+ + 2e Eo = 0,44 V
Red : Zn2+ + 2e Zn Eo = -0,76 V
Redoks: Fe + Zn2+ Fe2+ + Zn Eo = -0,32 V
Eo sel < 0 maka reaksi tidak berlangsung secara spontan. Hal ini
disebabkan karena Zn memiliki Eo lebih negatif daripada Fe, jadi Fe
tidak dapat mendesak Zn untuk bereaksi.
5. FeCl3 + Zn bereaksi
Oks : Zn Zn2+ + 2e Eo = 0,76 V
Red : Fe3+ + 3e Fe Eo = -0,44 V
Redoks: 3Zn + 2Fe3+ 3Zn2+ + 2Fe Eo = 0,32 V
Pada saat bereaksi terjadi perubahan fisik berupa gelembug-
gelembung udara disekitar logam Zn, maka dapat dikatakan reaksi yang
berlangsung secara spontan karena Eo sel > 0.
6. FeCl3 + Cu tidak bereaksi
Oks : Cu Cu2+ + 2e Eo = -0,34 V
Red : Fe3+ + 3e Fe Eo = -0,44 V
Redoks: 3Cu + 2Fe3+ 3Cu2+ + 2Fe Eo = -0,78 V
Karena Eo sel < 0 maka reaksi tidak berlangsung secara spontan.
Hal ini disebabkan karena Cu memiliki Eo lebih negative daripada Fe,
jadi Fe tidak dapat mendesak Cu untuk bereaksi.
b. Elektrolisis
Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari reaksi kimia yang
terjadi akibat adanya arus listrik. Arus listrik yang dialirkan power supply
melalui elektroda-elektrodanya akan menimbulkan reaksi kimia baik pada
anoda maupun katoda. Reaksi yang terjadi dalam anoda berbeda dengan
reaksi yang terjadi pada katoda, tergantung pada jenis larutan.
Prinsip kerja percobaan ini adalah dengan memasukkan larutan KI ke
dalam tabung U sampai klem dari ujung tabung U, kemudian
menghubungkan elektrode-elektrode dengan sumber arus listrik selama ± 5
menit. Mengamati serta mencatat perubahan yang terjadi pada anoda dan
katoda, lalu menambahkan beberapa tetes larutan amilum kedalam ruang
anoda dan indikator PP kedalam ruang katoda. Mengamati yang terjadi dan
melakukan prinsip kerja yang sama tetapi dengan mengganti KI dengan
NaCl.
Fungsi larutan amilum pada percobaan ini adalah sebagai indikator
dengan adanya gas I2 yang terbentuk pada ruang anoda, sedangkan indikator
PP berfungsi sebagai indikator asam basa.
Pada elektrolisis larutan KI, pada ruang anoda yang semula berwarna
jingga/orange setelah ditetesi dengan amilum warnanya berubah menjadi
hitam. Hal ini terjadi karena ion I- dalam larutan KI teroksidasi menjadi I2
dengan reaksi: 2I- 2I2 + 2e. Larutan tersebut berubah warna setelah
ditetesi dengan amilum menandakan bahwa terdapat gas I2, sedangkan bila
larutan pada anoda ditetesi dengan indikator PP tidak akan berubah warna
yang menandakan bahwa pH larutan yng teroksidasi pada anion tidak
bersifat basa. Pada ruang katoda semula berwarna bening setelah ditetesi
dengan indikator PP berubah warna menjadi merah muda, hal ini
dikarenakan pada ruang katoda terbentuk ion OH- yaitu dari reduksi air
dengan reaksi: 2H2O(aq) + 2e 2OH-(aq) + H2(g) yang kemudian ion OH-
bereaksi dengan ion K+ membentuk larutan KOH yang bersifat basa kuat
sehingga berubah warna saat ditetesi indikator PP.
Pada elektrolisis larutan NaCl, pada ruang anoda yang semula
berwarna bening setelah ditetesi amilum warnanya berubah menjadi biru
tua. Pada ruang katoda semula berwarna bening setelah ditetesi dengan
indikator PP berubah warna menjadi merah muda, hal ini dikarenakan pada
ruang katoda terbentuk ion OH- yaitu dari reduksi air dengan reaksi: 2H2O(aq)
+ 2e 2OH-(aq) + H2(g) yang kemudian ion OH- bereaksi dengan ion Na+
membentuk larutan NaOH yang bersifat basa kuat sehingga berubah warna
saat ditetesi indikator PP.
Reaksi redoks pada elektrolisis larutan KI
Katoda: 2H2O(aq) + 2e 2OH-(aq) + H2(g)
Anoda : 2I-(aq) I2(g) + 2e
Reaksi : 2H2O(aq) + 2I-(aq) 2OH-
(aq) + I2(g) + H2(g)
Reaksi redoks pada elektrolisis larutan NaCl
Katoda: 2H2O(aq) + 2e 2OH-(aq) + H2(g)
Anoda : 2Cl-(aq) Cl2(g) + 2e
Reaksi : 2H2O(aq) + 2Cl-(aq) 2OH-
(aq) + Cl2(g) + H2(g)
c. Sel Elektrokimia
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui reaksi oksidasi dan reduksi
yang ditunjukan oleh reaksi antara logam zinc dengan tembaga dalam
larutannya dan menentukan potensial selnya. Prinsip kerja percobaan ini
adalah dengan membuat setengah sel yang mengalami oksidasi yaitu Zn
Zn2+ + 2e dengan cara memasukkan larutan ZnSO4 ke dalam gelas kimia
kemudian memasukkan sebatang lempeng Zn. Setelah itu membuat
setengah sel untuk reaksi reduksi yaitu Cu2+ + 2e Cu dengan cara
memasukkan larutan CuSO4 ke dalam gelas kimia kemudian memasukkan
sebatang lempeng Cu ke dalamnya. Kemudian menghubungkan lempeng
zinc dengan kutub negatif voltmeter dan lempeng tembaga dengan kutub
positif voltmeter, setelah itu menghubungkan kedua sel dengan jembatan
garam dan membaca voltmeter.
Pada percobaan ini, maka akan terjadi peristiwa energi listrik yang
timbul dari energi kimia dalam satu reaksi. Jika logam Zn dimasukkan ke
dalam larutan ZnSO4 dan logam Cu dimasukkan ke dalam larutan CuSO4,
kemudian logam tersebut dihubungkan dengan voltmeter, maka logam Zn
akan melepas elektronnya dengan reaksi: Zn Zn2+ + 2e
Elektron yang dilepas akan tertinggal di lempeng Zn kemudian mengalir ke
tembaga melalui kawat penghantar. Dan ion Cu2+ akan menangkap elektron
dari logam Cu kemudian mengendap dengan reaksi: Cu2+ + 2e Cu
Maka sistem rangkaian tersebut terjadi aliran listrik dari elektron.
Bersamaan dengan pelepasan elektron, maka larutannya akan bermuatan
positif. Dengan penggunaan jembatan garam bertujuan agar ion-ion Zn2+
akan dinetralkan oleh ion garam, sedangkan ion positif akan dinetralkan
larutan kelebihan CuSO4. Selain itu, dengan penggunaan jembatan garam
pada percobaan akan mengakibatkan rangkaian listrik tertutup sehingga
dapat diukur beda potensialnya.
Dari pembacaan voltmeter diperoleh beda potensial 0,8 volt. Logam
Zn sebagai anoda (kutub negatif), dan logam Cu sebagai katoda (kutub
positif).
Katoda(red) : Cu2+(aq) + 2e Cu(s) Eo = +0,34 V
Anoda(oks) : Zn(s) Zn2+(aq) + 2eEo = +0,76 V
Redoks : Cu2+(aq) + Zn(s) Cu(s) + Zn2+
(aq) Eo = +1,1 V
Cu lebih mudah mengalami reduksi, sedangkan Zn lebih mudah
teroksidasi. Pada elektrokimia, kutub positif disebut katoda sedangkan
kutub negatif disebut anoda. Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh
terdapat perbedaan hasil beda potensial pada percobaan dengan teori. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Kekurang telitian praktikan dalam membaca voltmeter.
2. Peralatan yang digunakan kurang bersih.
3. Pemasangan jembatan garam yang kurang sempurna karena masih
terdapat gelembung udara.
VIII. KESIMPULAN
Redoks adalah reaksi yang melibatkan reaksi reduksi dan oksidasi dalam
waktu bersamaan yang disertai dengan perubahan biloks.
Dalam deret volta, semakin kekanan harga Eonya semakin besar, semakin
mudah direduksi, semakin sukar teroksidasi (berkarat), semakin mudah
menjadi katoda.
Elektrolisis adalah peristiwa penguraian larutan elektrolit dalam sel
elektrolisis oleh arus listrik searah (DC) yang berasal dari sumber searah.
Pada elektroda terjadi reaksi:
- Anoda: elektroda (+), terjadi reaksi oksidasi yaitu peningkatan biloks
dan pelepasan elektron.
- Katoda: elektroda (-), terjadi reaksi reduksi yaitu penurunan biloks dan
penangkapan elektron.
Larutan amilum berfungsi sebagai indikator dengan adanya gas I2 yang
terbentuk pada ruang anoda indikator PP berfungsi sebagai indicator asam
basa.
Elektrokimia adalah cabang sains tentang ikatan antara listrik dengan ilmu
kimia atau arus listrik dengan reaksi kimia.
Hasil percobaan yang didapat:
a. Reaksi Redoks
1. CuSO4 + Zn bereaksi
Oks : Zn Zn2+ + 2e Eo = 0,76 V
Red : Cu2+ + 2e Cu Eo = 0,34 V
redoks: Cu2+ + Zn Zn2+ + Cu Eo = 1,1 V
2. CuSO4 + Fe tidak bereaksi
3. ZnSO4 + Cu bereaksi
Oks : Cu Cu2+ + 2e Eo = -0,34 V
Red : Zn2+ + 2e Zn Eo = -0,76 V
redoks: Cu2+ + Zn Zn2+ + Cu Eo = -1,1 V
4. ZnSO4 + Fe tidak bereaksi
5. FeCl3 + Zn bereaksi
Oks : Zn Zn2+ + 2e Eo = 0,76 V
Red : Fe2+ + 2e Fe Eo = -0,44 V
redoks: Zn + Fe2+ Zn2+ + Fe Eo = 0,32 V
Berlangsung reaksi spontan karena Eo sel > 0
6. FeCl3 + Cu tidak bereaksi
b. Elektrolisis
1. Reaksi yang terjadi pada elektrolisis larutan KI
KI(aq) K+(aq) + I-
(aq)
Katoda: 2H2O(aq) + 2e 2OH-(aq) + H2(g)
Anoda : 2I-(aq) I2(g) + 2e
Reaksi : 2H2O(aq) + 2I-(aq) 2OH-
(aq) + I2(g) + H2(g)
2. Reaksi yang terjadi pada elektrolisis larutan NaCl
NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-
(aq)
Katoda: 2H2O(aq) + 2e 2OH-(aq) + H2(g)
Anoda : 2Cl-(aq) Cl2(g) + 2e
Reaksi : 2H2O(aq) + 2Cl-(aq) 2OH-
(aq) + Cl2(g) + H2(g)
c. Sel elektrokimia
Tegangan sel yang diperoleh berdasarkan percobaan adalah 0,8 volt,
sedangkan secara teori reaksinya:
Katoda(red) : Cu2+(aq) + 2e Cu(s) Eo = +0,34 V
Anoda(oks) : Zn(s) Zn2+(aq) + 2eEo = +0,76 V
Redoks : Cu2+(aq) + Zn(s) Cu(s) + Zn2+
(aq) Eo = +1,1 V
Dan terdapat perbedaan antara hasil percobaan dengan teori, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Kekurang telitian praktikan dalam membaca voltmeter.
2. Peralatan yang digunakan kurang bersih.
3. Pemasangan jembatan garam yang kurang sempurna karena masih
terdapat gelembung udara.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Keenan, Charles. 1999. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga
Keenan, Kleinfelter Wood A. 1986. Kimia Untuk Universitas. Jakarta :
Erlangga
Redjeki, Tri dan Agus Budiharto. 1995. Kimia Dasar II. Surakarta : UNS Press
Sutarto, N. 1986. Kimia. Bandung : Ganesha
Tim Dosen Praktikum Kimia Dasar II. 2011. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar
II. Surakarta : UNS Press
MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA DASAR II
REAKSI REDOKS, ELEKTROLISIS DAN SEL
ELEKTROKIMIA
KELOMPOK 6:
1. KENNY ANINDIA R (K2310055)
2. MUCHKLISATUN K (K2310063)
3. PIESOG LOTA K (K2310075)
4. RIAN ARI UTOMO (K2310082)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011