perbup pedoman penyusunan apb desa

Upload: nawacita

Post on 10-Jan-2016

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sm akd

TRANSCRIPT

PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA

PAGE

PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA

NOMOR 432 TAHUN 2008TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN, PERUBAHAN, DAN PERTANGGUNGJAWABANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI,

Menimbang:a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa maka perlu mengatur kembali tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ;b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 74 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Penyusunan APB Desa, Perubahan APB Desa, Perhitungan APB Desa dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APB Desa.Mengingat:1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Desa-Desa Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Berita Negara RI Tahun 1950 Nomor 42);

2.Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ;

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ;

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4421);

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005, Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493) yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005, Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 dari Hal Pembentukan Desa-Desa Kabupaten di Jawa Timur / Tengah / Barat dan Desa Istimewa Yogyakarta (Berita Negara tahun 1950 Nomor 59);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Desa;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005, Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587) ;

10. Peraturan Bupati Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa ;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN APBDESA, PERUBAHAN APBDESA, DAN PERTANGGUNGJAWABAN APB DESA.

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat APB Desa, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah Desa dan BPD, dan ditetapkan dengan peraturan Desa.

2. Pedoman Penyusunan APB Desa adalah pokok-pokok kebijakan mencakup sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan pemerintah Desa, prinsip dan kebijakan penyusunan APB Desa, teknis penyusunan APB Desa, teknis penyusunan perubahan APB Desa, dan hal-hal khusus lainnya yang harus diperhatikan/dipedomani oleh Pemerintah Desa.

3. Sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan pemerintah Desa adalah keserasian kebijakan pemerintah dengan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan Desa.

4. Prinsip dan kebijakan umum APB Desa adalah landasan filosofis untuk merumuskan kebijakan dan sasaran program/kegiatan dalam satu tahun anggaran, untuk dipedomani seluruh satuan kerja perangkat Desa dalam penyusunan rencana kegiatan dan anggaran dalam rangka penyusunan Rancangan APB Desa dan Rancangan Perubahan APB Desa.

5. Teknis penyusunan APB Desa adalah langkah-langkah yang harus dipedomani oleh pemerintah Desa dalam menyusun APB Desa.

6. Teknis penyusunan perubahan APB Desa adalah langkah-langkah yang harus dipedomani oleh pemerintah Desa dalam menyusun perubahan APB Desa.Hal-hal Khusus Lainnya adalah hal-hal yang menyangkut masalah kelembagaan, pembagian urusan kewenangan, peningkatan pengawasan dan akuntabilitas, pemberdayaan pemerintahan desa dan masyarakat desa, pendidikan dan pelatihan profesionalisme aparatur pemerintahan Desa, kepemimpinan nasional dan wawasan kebangsaan bagi Pimpinan dan Anggota BPD, peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan Desa.

Pasal 2

(1) Pedoman penyusunan APB Desa meliputi:

a. sinkronisasi kebijakan Pemerintah dengan kebijakan Pemerintah Desa;

b. prinsip dan kebijakan penyusunan APB Desa dan perubahan APB Desa;

c. teknis penyusunan APB Desa;

d. teknis penyusunan perubahan APB Desa; dan

e. teknis pertanggungjawaban APB Desa

(2)Pedoman penyusunan APB Desa Tahun Anggaran 2008 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Bupati ini.

Pasal 3

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di:BanjarnegaraPada tanggal:6 Nopember 2008BUPATI BANJARNEGARADJASRILampiran I Peraturan Bupati Banjarnegara

Nomor: 432 Tahun 2008Tanggal : 6 Nopember 2008Tentang :Pedoman Penyusunan, Perubahan, dan Pertanggung jawaban APBDesa.

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

I. SINKRONISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DENGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DESAPembangunan nasional bertujuan untuk melindungi segenap bangsa lndonesia dan seluruh tumpah darah lndonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik lndonesia Tahun 1945. Untuk itu Pemerntah Desa sebagai unit terendah di jajaran pemerintah perlu menetapkan landasan, arah dan kebijakan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, dimana pembangunan desa identik dengan tujuan nasional tersebut. Landasan, arah dan kebijakan untuk mencapai tujuan pembangunan desa dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa. RPJMDesa sebagai acuan Pemerintah Desa untuk menetapkan kebijakan tahunan dalam rangka melaksanakan pembangunan desa yang berkesinambungan.

Pada level Pemerintah Kabupaten, khususnya Banjarnegara ditetapkan RPJM Kabupaten dengan 3 (tiga) prioritas penanganan, yalni : 1) Pendidikan , 2) Kesehatan dan 3) Ekonomi kerakyatan. .Pemerintah Desa dalam menyusun RPJMDesa masing-masing harus mensinergiskan visi dan misi Kepala Desa dengan ketiga Rencana Strategis kabupaten tersebut. Berbagai kondisi obyektif di daaerah dan desa masih menunjukan banyaknya masalah dan tantangan yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan pembangunan desa, sebagai berikut:

1. masih tingginya pengangguran terbuka;

2. masih besarnya jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan;

3. masih rentannya keberlanjutan investasi.

4. rendahnya produktivitas pertanian dalam arti luas dan belum terkelolanya sumberdaya alam dan potensi energi terbarukan secara optimal;

5. kualitas pendidikan dan kesehatan rakyat masih relatif rendah;

6. penegakan hukum dan reformasi birokrasi belum didukung secara optimal;

7. belum memadainya kemampuan dalam menangani bencana;

8. masih perlunya upaya pengurangan kesenjangan antar wilayah khususnya di Desa perbatasan dan wilayah terisolir, dan

9. dukungan infrastuktur desa masih belum memadai.

Dengan mempertimbangkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan pada tahun sebelumnya serta permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi, maka desa menyusun prioritas pembangunan Desa, sebagai berikut:

1. Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, dan Pembangunan Perdesaan.

Prioritas Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, dan Pembangunan Perdesaan difokuskan pada peningkatan produksi pangan, akses rumah tangga terhadap pangan, produktivitas, kualitas produk pertanian, perikanan, dan kehutanan, perluasan kesempatan kerja, diversifikasi ekonomi perdesaan, kualitas pengelolaan hutan dan lingkungan, pembaharuan agraria nasional, pengembangan kota kecil dan menengah pendukung ekonomi perdesaan.

2 Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Peningkatan Pengelolaan Energi.

Prioritas Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Peningkatan Pengelolaan Energi difokuskan pada peningkatan pelayanan infrastruktur sesuai dengan standard pelayanan minimal. 3. Peningkatan Akses dan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan.

Prioritas Peningkatan Akses dan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan difokuskan pada akselerasi penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang merata dan bermutu, peningkatan ketersediaan, kualitas dan kesejahteraan pendidik, peningkatan akses, pemerataan dan relevansi pendidikan menengah dan tinggi yang berkualitas, peningkatan pendidikan luar sekolah, pemerataan, keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin, ketersediaan tenaga medis dan paramedis terutama untuk pelayanan kesehatan dasar di Desa terpencil dan tertinggal, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, penanganan masalah gizi kurang dan gizi buruk pada ibu hamil, bayi dan anak balita, peningkatan pemanfaatan obat generik esensial, pengawasan obat, makanan dan keamanan pangan serta revitalisasi program keluarga berencana (KB).4. Peningkatan Efektivitas Penanggulangan Kemiskinan.

Prioritas Peningkatan Efektivitas Penanggulangan Kemiskinan difokuskan pada stabilisasi harga bahan pokok, mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin, penyempurnaan dan perluasan cakupan program pembangunan berbasis masyarakat, peningkatan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar dengan memperhatikan Desa-Desa tertinggal dan terisolir. Ppembangunan dan penyempurnaan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin.

5. Pemberantasan Korupsi dan Percepatan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi.

Prioritas Pemberantasan Korupsi dan Percepatan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi difokuskan pada penindakan terhadap pelaku tindak pidana korupsi, pencegahan praktik tindak pidana korupsi, penyempurnaan undang-undang yang belum sepenuhnya mendukung upaya pemberantasan korupsi, peningkatan kualitas pelayanan publik, kinerja dan kesejahteraan PNS serta penataan kelembagaan ketatalaksanaan, dan pengawasan aparatur negara.

6. Penanganan Bencana, Pengurangan Risiko Bencana, dan Peningkatan Pemberantasan Penyakit Menular.

Prioritas Penanganan Bencana, Pengurangan Risiko Bencana, dan Peningkatan Pemberantasan Penyakit Menular difokuskan pada percepatan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.

Dalam melakukan sinkronisasi program dan kegiatan, perlu adanya keterkaitan antara sasaran program dan kegiatan pemerintah dengan pemerintah provinsi/ kabupaten serta program dan kegiatan pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota untuk mencapai sinergitas sesuai dengan kewenangan provinsi dan kabupaten. Untuk efektifitas dan efisiensi anggaran Desa, supaya dihindari adanya tumpang tindih pendanaan antara urusan yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah provinsi/kabupaten, sehingga hasilnya benar-benar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.

II. PRINSIP DAN KEBIJAKAN PENYUSUNAN APB DESA DAN PERUBAHAN APB DESAAnggaran pendapatan dan belanja Desa merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah Desa dan BPD, dan ditetapkan dengan peraturan Desa.

Sebagai rencana keuangan tahunan pemerintahan Desa, maka dalam APB Desa tergambar semua hak dan kewajiban Desa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Desa yang dapat dinilai dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban Desa dalam kurun waktu satu tahun.Selain sebagai rencana keuangan tahunan pemerintahan Desa, APB Desa merupakan instrumen dalam rangka mewujudkan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara.

Sehubungan dengan hal tersebut, agar APB Desa dapat berfungsi sebagai instrumen untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran dan pemborosan sumberdaya, maka seluruh unsur penyelenggara pemerintahan Desa supaya mengambil langkah-langkah untuk mempercepat proses penyusunan dan pembahasan APB Desa agar persetujuan bersama antara Kepala Desa dengan BPD atas Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa dicapai paling lambat 1 (satu) bulan sebelum APB Desa dilaksanakan.

Dalam kaitan itu, maka penyusunan APB Desa agar memperhatikan prinsip dan kebijakan sebagai berikut:

1. Prinsip Penyusunan APB DESAa. Partisipasi Masyarakat

Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan penetapan APB Desa sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui akan hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APB Desa.

b. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran

APB Desa yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat meliputi tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu, setiap pengguna anggaran harus bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan.

c. Disiplin Anggaran

Beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu diperhatikan antara lain:

1) Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja;

2) Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi kredit anggarannya dalam APB Desa/Perubahan APB Desa;

3) Semua penerimaan dan pengeluaran Desa dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dianggarkan dalam APB Desa dan dilakukan melalui rekening kas umum Desa.

d. Keadilan Anggaran

Pajak Desa, retribusi Desa, dan pungutan Desa lainnya yang dibebankan kepada masyarakat harus mempertimbangkan kemampuan masyarakat untuk membayar. Masyarakat yang memiliki kemampuan pendapatan rendah secara proporsional diberi beban yang sama, sedangkan masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi diberikan beban yang tinggi pula. Untuk menyeimbangkan kedua kebijakan tersebut pemerintah Desa dapat melakukan perbedaan tarif secara rasional guna menghilangkan rasa ketidakadilan. Selain daripada itu dalam mengalokasikan belanja Desa, harus mempertimbangkan keadilan dan pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi pemberian pelayanan.

e. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran Dana yang tersedia harus dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas anggaran, dalam perencanaan anggaran perlu memperhatikan:

1) Tujuan, sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator kinerja yang ingin dicapai;

2) Penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja, serta penetapan harga satuan yang rasional.

f. Taat Azas

APB Desa sebagai rencana keuangan tahunan pemerintahan Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa, memperhatikan:

1) APB Desa tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, mengandung arti bahwa apabila pendapatan, belanja dan pembiayaan yang dicantumkan dalam rancangan peraturan Desa tersebut telah sesuai dengan ketentuan undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, keputusan presiden, atau peraturan/keputusan/surat edaran Bupati yang diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dimaksud mencakup kebijakan yang berkaitan dengan keuangan Desa.

2) APB Desa tidak bertentangan dengan kepentingan umum, mengandung arti bahwa rancangan peraturan Desa tentang APB Desa lebih diarahkan agar mencerminkan keberpihakan kepada kebutuhan dan kepentingan masyarakat (publik) dan bukan membebani masyarakat. Peraturan Desa tidak boleh menimbulkan diskriminasi yang dapat mengakibatkan ketidakadilan, menghambat kelancaran arus barang dan pertumbuhan ekonomi masyarakat, pemborosan keuangan negara/Desa, memicu ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah, dan mengganggu stabilitas keamanan serta ketertiban masyarakat yang secara keseluruhan mengganggu jalannya penyelenggaraan pemerintahan di Desa.

3) APB Desa tidak bertentangan dengan peraturan Desa lainnya, mengandung arti bahwa apabila kebijakan yang dituangkan dalam peraturan Desa tentang APB Desa tersebut telah sesuai dengan ketentuan peraturan Desa sebagai penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing Desa. Sebagai konsekuensinya bahwa rancangan peraturan Desa tersebut harus sejalan dengan pengaturannya tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan Desa dan menghindari adanya tumpang tindih dengan peraturan Desa lainnya, seperti; Peraturan Desa mengenai Pajak Desa, Retribusi Desa dan sebagainya.

2. Kebijakan Penyusunan APB DESAa. Pendapatan DesaDalam kebijakan perencanaan pendapatan Desa harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Pendapatan Desa meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas desa, yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah Desa dalam 1 (satu) tahun, anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Desa.

2) Seluruh pendapatan Desa dianggarkan dalam APB Desa secara bruto, mempunyai makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/Desa lain dalam rangka bagi hasil.

3) Pendapatan Desa merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.Pendapatan Desa terdiri dari:

1) Pendapatan Asli Desa (PAD)

a) Dalam merencanakan target pendapatan Desa dari kelompok Pendapatan Asli Desa agar ditetapkan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi penerimaan tahun lalu, potensi, dan asumsi pertumbuhan ekonomi yang dapat mempengaruhi terhadap masing-masing jenis penerimaan, obyek penerimaan serta rincian obyek penerimaan.

b) Dalam upaya peningkatan pendapatan asli Desa, agar tidak menetapkan kebijakan pemerintahan Desa yang memberatkan dunia usaha dan masyarakat. Upaya peningkatan pendapatan asli Desa dapat ditempuh melalui penyederhanaan sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi Desa, meningkatkan ketaatan wajib pajak dan pembayar retribusi Desa serta peningkatan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan pendapatan asli Desa untuk terciptanya efektifitas dan efisiensi yang diikuti dengan peningkatan kualitas, kemudahan, ketepatan dan kecepatan pelayanan.

c) ) Melakukan upaya peningkatan penerimaan bagian laba/deviden atas penyertaan modal atau investasi lainnya yang dapat ditempuh melalui inventarisasi dan menata serta mengevaluasi nilai kekayaan Desa yang dipisahkan, baik dalam bentuk uang maupun barang sebagai penyertaan modal (investasi Desa). Jumlah rencana penerimaan dari hasil pengelolaan kekayaan Desa yang dipisahkan, hendaknya rasional dibandingkan dengan nilai kekayaan Desa yang dipisahkan. Dalam upaya peningkatan PAD pemerintah Desa supaya mendayagunakan kekayaan Desa yang tidak dipisahkan dan belum dimanfaatkan, untuk dikelola atau dikerjasamakan dengan pihak ketiga sehingga menghasilkan pendapatan. Penyertaan modal dan kerjasama pada pihak ketiga ditetapkan dengan peraturan Desa.

e) Komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat dari penjualan, tukar menukar, hibah, asuransi dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk penerimaan bunga, jasa giro atau penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada bank serta penerimaan dari hasil penggunaan kekayaaan Desa merupakan PAD.

f) Pendapatan Asli Desa terdiri dari pungutan desa; hasil usaha desa; hasil kekayaan desa;hasil pengelolaan kekayaan desa yang dipisahkan; hasil swadaya dan partisipasi masyarakat ;hasil gotong-royong masyarakat; lain-lain pendapatan asli desa yang sah.

g)Kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada huruf f meliputi tanah kas desa, pasar desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan milik Desa, pelelangan ikan yang dikelola oleh Desa, pemandian umum yang diurus Desa, obyek rekreasi yang diurus Desa, tempat-tempat pemancingan disungai yang dikelola Desa, hutan Desa, jalan Desa, kuburan Desa, lapangan Desa, saluran Air milik Desa dan lain-lain kekayaan milik Desa.h)Pengelolaan tanah kas yang selanjutnya disebut dengan bengkok pengelolaannya diperuntukan sebagai penghasilan Kepala Desa dan Perangkat Desa lainnya, sedangkan tanah desa lain dipergunakan bagi kepentingan Desa lainnya.i)Penghasilan dari tanah kas desa sebagaimana dimaksud pada huruf h dinilai dengan rupiah sebagai sumber pendapatan desa dalam APB Desa selama 1 (satu) tahun.2) Bagi Hasil Pajak Kabupaten;

Dana bagi hasil pajak dari kabupaten yang diterima oleh desa merupakan pendapatan Desa yang sah.3) Bagi Hasil Retribusi Kabupaten;

Dana bagi hasil retribusi dari kabupaten yang diterima oleh desa merupakan pendapatan Desa yang sah.

4) Bagian dari dan perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima Kabupaten (Alokasi Dana Desa).

Sambil menunggu penetapan pagu ADD tahun yang akan datang, pemerintah Desa dapat menggunakan pagu definitif Dana Perimbangan Tahun Anggaran sebelumnya. Untuk penyesuaian pagu definitif Dana Perimbangan Tahun Anggaran yang akan datang ditampung di dalam Perubahan APB Desa Tahun Anggaran yang akan datang pula.

5) Bantuan Keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Dana darurat yang diterima dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan akibat bencana alam.

6) Hibah;

Hibah yang diterima dalam bentuk uang harus dianggarkan dalam APB Desa dan didasarkan atas naskah perjanjian hibah antara pemerintah Desa dan pemberi hibah7) Sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat, meliputi

Sumbangan yang diterima dari organisasi/lembaga tertentu/perorangan atau pihak ketiga, yang tidak mempunyai konsekuensi pengeluaran maupun pengurangan kewajiban pihak ketiga/pemberi sumbangan diatur dalam peraturan Desa.b.Belanja DesaBelanja Desa yang dianggarkan dalam APB Desa, supaya mempedomani hal-hal sebagai berikut :

1) Belanja Desa diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa.

2) Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan desa digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban Desa yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

3) Belanja Desa disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.

4) Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi desa, Pemerintah Desa supaya memberikan perhatian yang maksimal terhadap upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi masyrakat desa melalui pemberdayaan masyarakat dan investasi di desa, termasuk investasi bidang pendidikan.

5) Penyusunan belanja desa diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas desa dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan Desa yang menjadi tanggung jawabnya. Peningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh desa harus terukur yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

6) Penggunaan dana perimbangan agar diprioritaskan untuk kebutuhan sebagai berikut:a) Penerimaan dana bagi hasil pajak supaya diprioritaskan untuk mendanai perbaikan lingkungan pemukiman di perkotaan dan di perdesaan, pembangunan irigasi, jaringan jalan dan jembatan;

b) Penerimaan dana bagi hasil retribusi agar diutamakan pengalokasiannya untuk mendanai pelestarian lingkungan areal pertambangan, perbaikan dan penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial, fasilitas pelayanan kesehatan dan pendidikan untuk tercapainya standar pelayanan minimal yang ditetapkan peraturan perundang-undangan;

c) Alokasi Dana Desa diperuntukan mendanai pemberdayaan masyarakat yang mengarah pada upaya pengentasan kemiskinan. Pelaksanaan akan diatur dengan Peraturan Bupati;

d) Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan reboisasi lahan kritis Pemerintah Desa supaya mengalokasikan dana untuk penghijauan, pemeliharaan, pengayaan tanaman, serta pembuatan bangunan konservasi tanah secara vegetatif pada lahan kritis dan tidak produktif.

7) Anggaran Belanja Pegawaia. Belanja Pegawai Penghasilan1) Penganggaran penghasilan tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa lainnya yang berasal dari bengkok dimunculkan dalam belanja pegawai yang besaran nilainya sama dengan nilai yang tersebut dalam pos pendapatan dari bengkok yang digarap oleh Kepala Desa dan Perangkat Desa lainnya.

2) Dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan produktivitas Aparatur Pemerintah Desa, Aparat Pemerintah Desa diberikan Tunjangan Penghasilan Tetap (TPT) setiap bulan. Besarnya tunjangan penghasilan tetap dimaksud agar berpedoman pada Surat Keputusan Bupati Banjarnegara tentang Penetapan Besaran Tunjangan Penghasilan Tetap;

3) Berdasarkan Surat Mendagri Nomor :140/1841/SP Tanggal 17 Agustus Tahun 2006, kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa dapat diberikan tunjangan lainnya berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan Desa, yang ditetapkan dengan keputusan kepala Desa setelah memperoleh persetujuan BPD.

4) Penganggaran penghasilan tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa lainnya yang berasal dari bengkok dimunculkan dalam belanja pegawai yang besaran nilainya sama dengan nilai yang tersebut dalam pos pendapatan dari bengkok yang digarap oleh Kepala Desa dan Perangkat Desa lainnya.

5) Berdasarkan Surat Mendagri Nomor :140/1841/SP Tanggal 17 Agustus Tahun 2006, kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa lainnya tunjangan lainnya berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan Desa, yang ditetapkan dengan keputusan kepala Desa setelah memperoleh persetujuan BPD.

b) Belanja Pegawai Honorarium1) Pemerintah Desa tidak diperkenankan mengangkat pegawai harian lepas/pegawai tidak tetap/pekerja desa.. Pemberian penghasilan/honorarium bagi pegawai harian lepas/pegawai tidak tetap/pekerja desa yang sudah ada dianggarkan sesuai kemampuan desa yang besarnya ditetapkan dengan keputusan kepala Desa dengan memperhatikan asas kepatutan dan kewajaran;2) Pemberian honorarium bagi Aparatur Pemerintah Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa supaya dibatasi dengan mempertimbangkan asas efisiensi, kepatutan dan kewajaran serta pemerataan penerimaan penghasilan, yang besarannya ditetapkan dalam keputusan Kepala Desa.

3) Untuk kemajuan dan kelancaran pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Desa dapat mengalokasikan anggaran operasional dan honorarium personil yang duduk dalam Lembaga Kemasyarakatan Desa, atau Tim Pelaksana Kegiatan yang besaranya disesuaikan dengan kemampuan desa dan standarisasi kabupaten.8)Belanja Barang dan Jasa

a. Penyediaan anggaran untuk belanja barang pakai habis agar disesuaikan dengan kebutuhan nyata dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi Pemerintah Desa, dengan mempertimbangkan jumlah aparatur pemerintah desa dan volume pekerjaan. Oleh karena itu, perencanaan pengadaan barang agar didahului dengan evaluasi persediaan barang serta barang dalam pemakaian;

b. Dalam upaya meningkatkan dan memberdayakan kegiatan perekonomian Desa, perencanaan pengadaan barang dan jasa agar mengutamakan hasil potensi lokal dan produksi dalam negeri.

c. Dalam merencanakan kebutuhan barang, Pemerintah Desa supaya menggunakan daftar inventarisasi barang milik pemerintah Desa dan standar penggunaan barang sebagai dasar perencanaan sesuai dengan ketentuan Peraturan Bupati tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah ;

d. Penganggaran belanja untuk penggunaan energi agar mempedomani Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Penghematan Energi;

e. Penyusunan rencana kebutuhan pengadaan barang dan jasa agar mempedomani ketentuan tentang standar satuan harga barang dan jasa yang ditetapkan dalam Keputusan Bupati;

f. Belanja perjalanan dinas baik dalam desa maupun luar desa untuk melaksanakan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelayanan masyarakat dianggarkan dalam jenis belanja barang dan jasa;

g. Penyediaan belanja perjalanan dinas dalam rangka studi banding agar dibatasi baik jumlah orang, jumlah hari maupun frekuensinya dan dilakukan secara selektif. Pelaksanaan studi banding dapat dilakukan sepanjang memiliki nilai manfaat guna kemajuan desa yang hasilnya dipublikasikan kepada masyarakat;

h. Penugasan untuk mengikuti undangan dalam rangka workshop, seminar, dan lokakarya atas undangan atau tawaran dari organisasi/lembaga tertentu di luar instansi pemerintah, supaya dilakukan dengan sangat selektif dalam rangka penghematan dan tidak membebani APB Desa;

i. Standar biaya perjalanan dinas menyesuaikan dengan Keputusan Bupati.

9) Belanja Modal

a. Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap yang digunakan dalam kegiatan pemerintahan seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan aset tetap lainnya, yang memiliki kriteria sebagai berikut:

masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan;

merupakan objek pemeliharaan;

jumlah nilai rupiahnya material sesuai dengan kebijakan akuntansi.

b. Pengadaan software dalam rangka pengembangan sistem informasi manajemen dianggarkan pada belanja modal.

10) Belanja Subsidi

a Belanja Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga tertentu yang bertujuan agar harga jual produk/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat.

b. Belanja Subsidi ditetapkan dalam peraturan Desa tentang APB Desa yangdasar pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

11) Belanja Hibah

a. Belanja Hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah Desa lainnya, perusahaan Desa, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat serta tidak secara terus menerus. Uang dan barang yang diberikan dalam bentuk hibah harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah Desa dan dilakukan setelah mendapat persetujuan BPD.

b. Hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah Desa lainnya dapat diberikan dalam rangka menunjang peningkatan penyelenggaraan fungsi pemerintahan di Desa dan layanan dasar umum sepanjang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan, seperti penyediaan anggaran untuk kebutuhan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa. c. Hibah dapat diberikan kepada perusahaan Desa dalam rangka menunjang peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan hibah kepada badan/lembaga/organisasi swasta dan/atau kelompok masyarakat/perorangan sepanjang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pembangunan Desa.

d. Pemberian hibah dalam bentuk barang dapat dilakukan apabila barang tersebut tidak dimanfaatkan oleh pemerintah Desa yang bersangkutan tetapi dibutuhkan oleh pemerintah atau pemerintah Desa lainnya dan/atau kelompok masyarakat/perorangan.

12) Belanja Bantuan Sosial

a. Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemberian bantuan sosial tersebut tidak secara terus menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif dan memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya.

b. Untuk optimalisasi fungsi APB Desa sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan Pasal 16 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 pengalokasian bantuan sosial tahun demi tahun harus menunjukkan jumlah yang semakin berkurang agar APB Desa berfungsi sebagai instrumen pemerataan dan keadilan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengurangan jumlah bantuan sosial bertujuan agar dana APB Desa dapat dialokasikan mendanai program dan kegiatan pemerintahan Desa yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian. Dengan demikian dapat dihindari adanya diskriminasi pengalokasian dana APB Desa yang hanya dinikmati oleh kelompok masyarakat tertentu saja.

c. Dalam rangka penyusunan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan Pasal 99 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, organisasi kemasyarakatan yang menerima bantuan dana APB Desa sebagaimana tersebut pada angka 13) berkewajiban menyampaikan laporan pertanggungjawaban atas penggunaan dana bantuan tersebut kepada kepala Desa. Pengaturan mengenai tata cara pemberian bantuan dan pertanggungjawaban penggunaan dana APB Desa kepada masyarakat supaya ditetapkan dalam peraturan kepala Desa.

13)Belanja Bantuan Keuangan

a) Belanja bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah desa dan kepada pemerintah Desa lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan bagi Desa dan/atau desa penerima bantuan.

b)Bantuan keuangan yang bersifat umum peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah Desa penerima bantuan, sedangkan bantuan keuangan yang bersifat khusus peruntukan dan pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah/ pemerintah Desa pemberi bantuan. Untuk pemberi bantuan bersifat khusus dapat mensyaratkan penyediaan dana pendamping dalam APB Desa atau anggaran pendapatan dan belanja desa penerima bantuan.

14) Belanja Tidak Terduga

Belanja Tidak Terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa/tanggap darurat dalam rangka pencegahan dan gangguan terhadap stabilitas penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan dan ketertiban di Desa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan Desa tahun-tahun sebelumnya yang didukung dengan bukti-bukti yang sah.

15)Penyediaan dana untuk penanggulangan bencana alam/bencana sosial dan/atau memberikan bantuan kepada Desa lain dalam rangka penanggulangan bencana alam/bencana sosial dapat memanfaatkan saldo anggaran yang tersedia dalam Sisa Lebih Perhitungan APB Desa Tahun Anggaran sebelumnya dan/atau dengan melakukan penggeseran Belanja Tidak Terduga atau dengan melakukan penjadwalan ulang atas program dan kegiatan yang kurang mendesak, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Penyediaan kredit anggaran untuk bantuan keuangan yang akan disalurkan kepada warga desa atau desa lainnya yang dilanda bencana alam/bencana sosial dianggarkan pada Belanja Bantuan Keuangan.

b. Sambil menunggu perubahan APB Desa Tahun Anggaran berkenaan, kegiatan atau pemberian bantuan keuangan tersebut di atas dapat dilaksanakan dengan cara melakukan perubahan Peraturan Kepala Desa tentang Penjabaran APB Desa untuk selanjutnya ditampung dalam Rancangan Peraturan Desa tentang Perubahan APB Desa Tahun Anggaran berkenaan. Apabila penyediaan kredit anggaran untuk kegiatan atau bantuan keuangan dilakukan setelah perubahan APB Desa agar dicantumkan dalam Laporan Realisasi Anggaran.

c. Pemanfaatan saldo anggaran yang tersedia dalam Sisa Lebih Perhitungan APB Desa Tahun Anggaran sebelumnya dan/atau dengan melakukan penggeseran Belanja Tidak Terduga untuk bantuan penanggulangan bencana alam/bencana sosial diberitahukan kepada BPD.

d. Dalam keadaan darurat, pemerintah Desa dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APB Desa dan apabila keadaan darurat terjadi setelah ditetapkannya perubahan APB Desa, pemerintah Desa dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, dan pengeluaran tersebut disampaikan dalam laporan realisasi anggaran.

e. Penentuan kriteria keperluan mendesak sebagaimana diamanatkan dalam penjelasan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, ditetapkan dalam peraturan Desa tentang APB Desa, yang antara lain mencakup:

1)program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang anggarannya belum tersedia dalam tahun anggaran berjalan; dan

2)keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi pemerintah Desa dan masyarakat.

16)Dalam rangka pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan di Desa, Camat supaya melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penggunaan dana APB Desa di yang berada di wilayahnya.c. Pembiayaan DesaPembiayaan disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

1) Penerimaan pembiayaan:

a) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu ( SiLPA)Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu merupakan selisih lebih antara realisasi pendapatan dengan belanja Desa yang dalam APB Desa dianggarkan berdasarkan estimasi dan didefinitifkan dalam perubahah APB Desa yang ditetapkan dalam peraturan Desa tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa tahun sebelumnya.

Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu mencakup sisa dana untuk mendanai kegiatan lanjutan, utang pihak ketiga yang belum terselesaikan, pelampauan target pendapatan Desa, penerimaan dan pengeluaran lainnya yang belum terselesaikan sampai akhir tahun anggaran.

b) Pencairan Dana Cadangan

Pencairan dana cadangan digunakan untuk menganggarkan sejumlah dana cadangan yang akan ditransfer dari rekening dana cadangan ke rekening kas umum Desa dalam tahun anggaran yang akan datang sebagaimana ditetapkan dalam peraturan Desa tentang pembentukan dana cadangan berkenaan.

c) Hasil Penjualan Kekayaan Desa Yang Dipisahkan

Penerimaan hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan digunakan untuk menganggarkan hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan dapat berupa penjualan perusahaan milik Desa/BUMD, penjualan kekayaan milik pemerintah Desa yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga atau hasil divestasi penyertaan modal pemerintah Desa.

d) Penerimaan Pinjaman DesaDalam rangka menutup defisit anggaran, pemerintah Desa dapat melakukan pinjaman Desa, yang bersumber dari pemerintah, pemerintah desa lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank dan masyarakat (obligasi Desa).

Pinjaman Desa akan menambah kekayaan Desa dan merupakan satu kesatuan siklus pengelolaan keuangan Desa, yang dimulai dari penganggaran dalam APB Desa.

Penerimaan pinjaman Desa digunakan untuk menganggarkan semua transaksi yang mengakibatkan Desa menerima sejumlah uang dari pihak lain (termasuk obligasi) sehingga Desa tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

Penerimaan pinjaman Desa yang dianggarkan disesuaikan dengan rencana penarikan pinjaman dalam tahun anggaran yang akan datang disesuaikan dengan perjanjian pinjaman.

e) Penerimaan pinjaman

Penerimaan kembali pemberian pinjaman digunakan untuk menganggarkan posisi penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah Desa lainnya.

f) Penerimaan piutang DesaPenerimaan piutang digunakan untuk menganggarkan penerimaan yang bersumber dari pelunasan piutang pihak ketiga, seperti berupa penerimaan piutang Desa dari pendapatan Desa, pemerintah, pemerintah Desa lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank dan penerimaan piutang lainnya.

g) Penerimaan kembali penyertaan modal (investasi) DesaPenerimaan kembali penyertaan modal (investasi) Desa digunakan untuk menganggarkan penerimaan yang bersumber dari penyertaan modal yang diterima kembali.

2) Pengeluaran Pembiayaan:

a) Pembentukan dana cadangan

Pembentukan dana cadangan digunakan untuk menganggarkan dana yang disisihkan untuk dicadangkan dalam tahun anggaran akan datang yang akan ditransfer ke rekening dana cadangan dari rekening kas umum Desa. Jumlah yang dianggarkan dan ditransfer ke rekening dana cadangan sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan Desa tentang pembentukan dana cadangan.b) Penyertaan modal /investasi Desa(1) Penyertaan modal Pemerintah Desa digunakan untuk menganggarkan sejumlah dana yang akan diinvestasikan/disertakan untuk merealisasikan kerjasama dengan pihak ketiga dan/atau kepada perusahaan Desa/BUMD atau BUMN dalam tahun anggaran yang akan datang.

(2)Jumlah yang dianggarkan disesuaikan dengan jumlah yang ditetapkan dalam peraturan Desa tentang penyertaan modal dengan pihak ketiga atau sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang mengatur tentang pelaksanaan penyertaan modal Desa pada BUMD atau BUMN berkenaan.

(3) Investasi (penyertaan modal) Desa sebagaimana dimaksud diatas dapat merupakan dana yang disisihkan pemerintah Desa dalam rangka pelayanan/pemberdayaan masyarakat seperti penyertaan untuk modal kerja, pembentukan dana secara bergulir kepada kelompok masyarakat, pemberian fasilitas kepada usaha mikro dan menengah. (4) Investasi dalam bentuk tabungan deposito pemerintah Desa yang direncanakan dianggarkan dalam investasi (penyertaan modal) Desa. Investasi dalam bentuk tabungan deposito dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu likuiditas kas Desa.

c) Pembayaran Pokok Utang

Jumlah pembayaran pokok utang digunakan untuk menganggarkan sejumlah dana guna melunasi pembayaran seluruh kewajiban pokok yang jatuh tempo dalam Tahun Anggaran yang akan dating termasuk tunggakan, atas pinjaman-pinjaman Desa yang dilakukan dalam tahun-tahun anggaran sebelumnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

d)Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan (1)Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berjalan digunakan untuk menganggarkan sisa lebih antara pembiayaan neto dengan surplus/defisit APB Desa. Pembiayaan neto merupakan selisih antara penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan yang harus dapat menutup defisit anggaran yang direncanakan.

(2) Jumlah sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berjalan yang dianggarkan pada APB Desa Tahun Anggaran yang akan datang bersifat estimasi, berhubung jumlah sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu (SiLPA) yang dicantumkan dalam APB Desa Tahun Anggaran yang akan datang, juga masih bersifat estimasi.

(3) Dalam perubahan APB Desa sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berjalan tersebut dianggarkan sepenuhnya untuk mendanai program dan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Desa, sehingga menjadi nihil.3.Kebijakan Penyusunan APB Desa Bagi Desa Yang Belum Memiliki BPDBagi Desa yang belum memiliki BPD, penyusunan dan penetapan APB Desa memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. APB Desa/Perubahan APB Desa disusun dan dituangkan dalam rancangan Peraturan Kepala Desa tentang APB Desa/Perubahan APB Desa.

b.APB Desa/Perubahan APB Desa bagi Desa pemekaran dilaksanakan setelah memperoleh persetujuan Bupati melalui Camat.III.TEKNIS PENYUSUNAN APB DESADalam penyusunan APB Desa tetap berorientasi pada anggaran berbasis kinerja atau prestasi kerja yaitu suatu pendekatan penganggaran yang mengutamakan keluaran atau hasil dari program dan kegiatan yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. Dalam hal ini, setiap dana yang dianggarkan untuk melaksanakan program dan kegiatan harus terukur secara jelas indikator kinerjanya yang direpresentasikan kedalam tolok ukur kinerja serta target dan sasaran yang diharapkan.

Selain dari pada itu dalam menyusun APB Desa ditekankan pada penyusunan anggaran yang terpadu (unified budget) dimana dalam penyusunan rencana keuangan tahunan dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana. Penyusunan APB Desa secara terpadu selaras dengan penyusunan anggaran yang berorientasi pada anggaran berbasis kinerja atau prestasi kerja.

Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah Desa dalam menyusun APB Desa yaitu:

1. Penyusunan Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa ( RPJMDesa)2. Penyusunan Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa)3. Penetapan APBDesa.

4. Evaluasi APB Desa.

Berkenaan dengan hal-hal tersebut di atas, beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah Desa dalam menyusun APBDesa sebagai berikut:

1. Penyusunan Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa ( RPJMDesa)a. RPJMDesa disusun untuk jangka waktu 5 (lima). b. RPJM Desa merupakan penjabaran visi (rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan ) dan misi (rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi) dari Kepala Desa yang terpilih dan program Kepala Desa. c. RPJMDesa, memuat arah kebijakan keuangan desa, strategi pembangunan desa, kebijakan umum, dan program disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatifd. RPJMDesa sebagaimana tersebut pada point a diatas ditetapkan dengan Peraturan Kepala Desa paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Desa dilantik e. RPJM Desa menjadi bahan bagi Musrenbang Jangka Menengah.

f. Musrenbang Jangka Menengah diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJM diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara Negara dan mengikutsertakan masyarakat.

i. Penyusunan RPJM Desa dilakukan melalui urutan kegiatan:

1) penyiapan rancangan awal rencana pembangunan;

2) penyiapan rancangan rencana kerja;

3) musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) j. Sekretaris Desa menyusun rancangan akhir RPJM Desa berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Menengah Desa.2. Penyusunan Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa)

a.Rencana Pembangunan Tahunan Desa, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPD), adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun..

b. RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Desa yang memuat rancangan kerangka ekonomi desa, prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. c. Sekretaris Desa menyiapkan dan mengkoordinasikan rancangan awal RKPD sebagai penjabaran dari RPJM Desa. Rancangan RKPDesa menjadi bahan bagi Musrenbang.

d. Kepala Desa menyelenggarakan Musrenbang penyusunan RKPD diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara pemerintahan.

e. Musrenbang penyusunan RKPDesa dilaksanakan paling lambat Januari.

f. Sekretaris Desa menyusun rancangan akhir RKPD berdasarkan hasil Musrenbang

g. Setelah rancangan RKPDesa dibahas dan telah ditetapkan dalam Peraturan Kepala Desa, maka selanjutnya RKPD menjadi pedoman penyusunan RAPBD.

3. Penetapan APBDesa.

a. Sekretaris Desa mengkoordinir penyusunan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa berdasarkan musyawarah perencanaan pembangunan desa (Musrenbang),

b. Sekretaris Desa menyampaikan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa kepada Kepala Desa untuk memperoleh persetujuan.

c. Kepala Desa menyampaikan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa kepada BPD paling lambat minggu pertama bulan November tahun anggaran sebelumnya untuk dibahas bersama dalam rangka memperoleh persetujuan.

d. Pembahasan Rancangan Raperda APBDesa menitikberatkan pada kesesuaian dengan RKP Desa.

e. Persetujuan BPD terhadap Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disampaikan kepada Kepala Desa dalam bentuk Keputusan BPD.

f. Peraturan Desa tentang APB Desa ditetapkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah APBD ditetapkan.

g. Raperda tentang APBDesa yang telah disetujui oleh BPD dan Kepala Desa sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa disampaikan kepada Camat untuk dievaluasi. 4. Evaluasi APB Desa

a. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan oleh Kepala Desa kepada Camat untuk dievaluasi.

b. Hasil evaluasi Camat terhadap Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja kepada Kepala Desa.

c. Apabila hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) melampaui batas waktu dimaksud, Kepala Desa dapat menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa.

d. Dalam hal Camat menyatakan hasil evaluasi Raperdes tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Desa bersama BPD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

e. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan BPD, dan Kepala desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa, Camat dapat membatalkan Peraturan Desa dimaksud dan sekaligus menyatakan berlakunya pagu APB Desa tahun anggaran sebelumnya.

f. Pembatalan Peraturan Desa dan pernyataan berlakunya pagu tahun anggaran sebelumnya ditetapkan dengan Keputusan Camat.

g. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan, Kepala Desa harus memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa dan selanjutnya Kepala Desa bersama BPD mencabut peraturan desa dimaksud.

h. Pencabutan peraturan desa dilakukakan dengan Peraturan Desa tentang Pencabutan Peraturan Desa tentang APB Desa.

i. Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APB Desa tahun sebelumya, ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

j. Penyampaian Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa untuk dievaluasi sebagaimana dimaksud pada angka 4 disertai dengan rancangan peraturan kepala Desa tentang penjabaran APB Desa masing-masing 3 (tiga) eksemplar, dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari :

1. Ringkasan APB Desa;

2. DURK ( Daftar Usulan Rencana Kegiatan ) pengunaan dana ADD

b) Teknis Penganggaran Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan

1)Anggaran pendapatan

a) Penganggaran pendapatan dikelompokkan ke dalam anggaran Pendapatan Asli Desa, Bagi Hasil Pajak Kabupaten, Bagi Hasil Retribusi Kabupaten, Bagian dari dan perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima Kabupaten (Alokasi Dana Desa), Bantuan Keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten (Tunjangan Penghasilan Tetap Kades dan Perangkat Desa), Hibah, Sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat;

b) Hasil Kekayaan Desa lainnya dapat dimasukan dalam APBDesa seperti : tanah kas desa, pasar desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan milik Desa, pelelangan ikan yang dikelola oleh Desa, pemandian umum yang diurus Desa, obyek rekreasi yang diurus Desa, tempat-tempat pemancingan disungai yang dikelola Desa, hutan Desa, jalan Desa, kuburan Desa, lapangan Desa, saluran Air milik Desa, lain-lain kekayaan milik Desa.

2) Anggaran Belanja

a. Belanja pegawai yang merupakan kompensasi dalam bentuk penghasilan yang diberikan kepada Kades dan Perangkat Desa yang sumbernya berasal dari bengkok, maka peruntukannya ditetapkan dan dianggarkan pada belanja Kepala Desa dan Perangkat Desa bersangkutan. Sedangkan sumber pendapatan desa yang berasal dari kekayaan desa yakni tanah kas desa di luar bengkok, maka pendapatannya dapat ditetapkan dan dianggarkan untuk kepentingan desa diluar belanja pegawai.

b. Belanja pegawai bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa yang statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI atau POLRI ditetapkan tersendiri di luar APBDesa dan dianggarkan pada belanja pegawai di masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau induk organisasi yang yang bersangkutan.c. Tunjangan Penghasilan Tetap (TPT) dan Tunjangan lainnya dimasukan dalam belanja pegawai.

d. Pemberian Honorarium terkait langsung dengan kegiatan Desa seperti pengadaan dan administrasi pembelian/pembangunan fisik untuk memperoleh setiap aset tetap tersebut, dimasukan dalam jenis belanja pegawai pada pos honorarium. e. Belanja Barang dan Jasa, belanja modal, belanja subsidi, belanja hibah (pembatasan hibah), belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan,belanja tak terduga teknis penganggaran belanjanya menyesuaikan dengan belanja untuk kegiatan berkenaan.3) Anggaran pembiayaan

a. Pembiayaan Desa terdiri dari :

(1) sisa lebih pergitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya ;

(2) pencairan dana cadangan ;

(3) hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.

(4) penerimaan pinjaman

b. Pengeluaran pembiayaan terdiri dari:

(1) Pembentukan dana cadangan

(2) Penyertaan modal/investasi desa

(3) Pembayaran hutang.

(1) . Sisa lebih pembiayaan tahun berjalan (SiLPA)

(a)Sisa lebih pembiayaan tahun anggaran berjalan digunakan untuk menganggarkan sisa lebih antara pembiayaan neto dengan surplus/defisit APB Desa. Pembiayaan neto merupakan selisih antara penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan yang harus dapat menutup defisit anggaran yang direncanakan.

(b)Jumlah yang dianggarkan pada sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berjalan pada APB DESA induk merupakan angka estimasi berhubung jumlah selisih lebih perhitungan anggaran pada tahun lalu yang dicantumkan dalam APBDesa juga masih angka estimasi.

(c)Dalam perubahan APBDesa sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berjalan tersebut dianggarkan sepenuhnya untuk mendanai program dan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Desa, sehingga jumlahnya menjadi sama dengan nol.(2) Pencairan dana cadangan digunakan untuk menganggarkan pencairan dana cadangan dari rekening atau simpanan tersendiri ke rekening kas desa atau kas desa dalam tahun anggaran berkenaan.

(3) Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan merupakan hasil penjualan perusahaan milik desa dan penjualan aset milik pemerintah desa yang dikerjasamakan dengan pehak ketiga, atau hasil investasi penyertaan modal Pemerintah Desa.

(4)Dana cadangan dapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang telah ditetapkan dalam peraturan desa tentang pembentukan dana cadangan.

(5) Penyertaan modal masuk dalam pengeluaran pembiayaan dan digunakan untuk menganggarkan kekayaan pemerintah desa yang diinvestasikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

c) Kode rekening Organisasi Pemerinah Desa dalam penyusunan APBDesa perlu mencantumkan kode organisasi dan kode akuntansi. Untuk Kode organisasi antara satu desa dengan desa lainnya berbeda (kode desa sebagaimana terlampir dalam Peraturan Bupati ini). Oleh karena itu agar desa berpedoman pada tabel di bawah ini: ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

DESA ................. KECAMATAN ......................

TAHUN ANGGARAN .......................

KODE REKENINGURAIANTAHUN SEBELUMNYATAHUN

BERJALANKET

12345

01.011PENDAPATAN DESA

01.0111Pendapatan Asli Desa (PADes)

01.01111Hasil Usaha Desa

01.0111101Hasil penyisihan laba BUMD

01.01112Hasil Kekayaan Desa

01.0111201Tanah kas desa

01.0111202Pasar desa

01.0111203Pasar hewan

01.0111204Bangunan desa

01.0111205Lain-lain kekayaan milik desa

01.01113Hasil swadaya dan partisipasi

01.0111301Hasil swadaya masyarakat

01.01114Hasil Gotong royong

01.0111401Hasil gotong royong masyarakat

01.01115Lain-lain PADes yang sah

01.0111501Penggantian ongkos surat keterangan

01.0111502Pologoro mutasi tanah

01.0111503Tatah wadung

01.0112Bagi Hasil Pajak Kabupaten

01.01121Pajak Bumi dan Bangungan

01.0113Bagian Retribusi Kabupaten

01.01131Bagian Retribusi Pasar

01.0114Alokasi Dana Desa

01.01141Alokasi Dana Desa

01.0115Batuan Keuangan dari Pemerintah, Propinsi atau Kabupaten

01.01151Bantuan Kabupaten

12345

01.0116Hibah

01.0117Sumbangan Pihak Ketiga

01.01171Sumbangan Pengusaha Kayu

01.012BELANJA DESA

01.0121Belanja Pegawai

01.01211Gaji/ Penghasilan tetap

01.0121101Kades

01.0121102Sekdes

01.0121103Kaur

01.0121104Kepala Dusun

01.0121105BPD

01.0121106Rt/ Rw

01.01212Belanja Honorarium

01.0121201Honorarium PNS

01.0121202Honorarium Non PNS

01.0122Barang dan jasa

01.01221Belanja Bahan Pakai habis

01.0122101Belanja ATK

01.0122102Belanja alat listrik dan elektronik

01.0122103Belanja perangko, meterai dan benda pos lainnya

01.0122104Belanja peralatan kebersihan dan bahan pembersih

01.0122105Belanja pengisian tabung gas

01.01222Belanja Bahan/ Material

01.0122201Belanja Bahan Baku bangunan

01.0122202Belanja bibit tanaman

01.0122203Belanja bibit ternak

01.0122204Belanja obat-obatan

01.01223Belanja Jasa kantor

01.0122301Belanja telpon

01.0122302Belanja listrik

01.0122303Belanja air

01.0122304Belanja surat kabar/majalah

01.01224Belanja perawatan kendaraan

01.0122401Belanja jasa servis

01.0122402Belanja penggantian suku cadang

01.0122403Belanja STNK

12345

01.01225Belanja cetak dan penggandaan

01.0122501Belanja cetak

01.0122502Belanja penggandaan/ foto copy

01.01226Belanja sewa

01.0122601Belanja sewa sarana mobilitas

01.0122602Belanja sewa meja kursi

01.01227Belanja makan minum

01.0122701Belanja makan minum rapat

01.0122702Belanja makan minum tamu

01.01228Belanja pakaian dinas dan atributnya

01.0122801Belanja pakaian dinas harian

01.01229Belanja Perjalanan Dinas

01.0122901Belanja Perjalanan dinas luar daerah

01.0122902Belanja perjalanan dinas dalam daerah

01.0123Belanja Modal

01.01231Belanja modal tanah

01.0123101Belanja modal tanah pertanian

01.01232Belanja modal gedung

01.0123201Belanja modal gedung kantor

01.01233Belanja modal alat angkutan

01.0123301Belanja modal alat angkutan darat

01.01234Belanja modal alat-alat pertanian, bengkel dll

01.0123401Belanja modal alat penggiling hasil pertanian

01.01235Belanja modal peralatan dan perlengkapan kantor

01.0123501Belanja modal mesin ketik

01.0123502Belanja modal computer

01.0123503Belanja modal almari

01.0123504Belanja modal meja kursi

01.01236Belanja modal alat-alat studio dan komunikasi

01.0123601Belanja modal handycam

01.0123602Belanja modal amplifier

12345

01.01241Belanja Subsidi

01.01251Belanja Hibah

01.01261Belanja Bantuan social

01.01271Belanja Bantuan Keuangan

01.01281Belanja Tak Terduga

Surplus/ deficit

01.013PEMBIAYAAN

01.0131Penerimaan Pembiayaan

01.01311Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya

01.01312Pecairan dana cadangan

01.01313Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan

01.0132Pengeluaran Pembiayaan

01.01321Pembentukan dana cadangan

01.01322Penyertaan modal desa

01.01323Sisa lebih perhitungan tahun berjalan

Penjelasan Kode Rekening :Kode OrganisasiKode ProgramKode KegiatanKode AkunKode kelompok

01.0122101

Cara membaca pengkodean tersebut:

Organisasi Kecamatan Susukan Desa Berta (Kode 01.01), Anggaran Belanja (Kode 2), belanja barang jasa (Kode 2), jenis barang dan jasa yang habis pakai (Kode 1), nama barang (kode 01)2) Penambahan kode obyek dan rincian obyek pada jenis pendapatan, belanja dan pembiayaan

Penambahan kode obyek dan rincian obyek pada jenis pendapatan, belanja dan pembiayaan Desa diperkenankan sesuai dengan kebutuhan. Dalam kaitan itu untuk penyeragaman secara nasional terhadap kode obyek dan rincian obyek tersebut, penambahan tersebut supaya terlebih dahulu diinformasikan kepada Bupati melalui Direktorat Jenderal Bina Administrasi Keuangan Desa.

IV. TEKNIS PENYUSUNAN PERUBAHAN APB DESA

1. Perubahan APB DesaDalam melakukan perubahan APB Desa harus dilandasi dengan perubahan Kebijakan Umum APB Desa yang disepakati bersama antara Kepala Desa dan Pimpinan BPD. Perubahan Peraturan Desa tentang APB Desa hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa. Perubahan APB Desa dapat dilakukan apabila terjadi :

(1) keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran antar jenis belanja ;

(2) keadaan yang menyebabkan sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan ;

(3) keadaan darurat ;

(4) keadaan luar biasa.

Penjelasan :

(1) Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran antar jenis belanja ;

Pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja dapat dilakukan dengan cara merubah peraturan Desa tentang APB Desa. Anggaran yang mengalami perubahan berupa penambahan dan/atau pengurangan akibat dilakukannya pergeseran anggaran dimaksud harus dijelaskan dalam kolom keterangan peraturan kepala Desa tentang penjabaran perubahan APB Desa(2) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya dalam tahun anggaran berjalan.antara lain untuk:

a. mendanai kenaikan gaji dan tunjangan PNS akibat adanya kebijakan pemerintah;

b. mendanai kegiatan lanjutan;

c. mendanai program dan kegiatan baru dengan kriteria harus diselesaikan sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan; dan

d. mendanai kegiatan-kegiatan yang capaian target kinerjanya ditingkatkan dari yang telah ditetapkan semula dalam DPA-SKPD tahun anggaran berjalan yang dapat diselesaikan sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan.

(3) Keadaan darurat

a)Keadaan darurat sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) bukan merupakan kegiatan normal dari aktifitas pemerintah Desa dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya;

2) tidak diharapkan terjadi secara berulang;

3) berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah Desa; dan

4) memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat.

b) Dalam keadaan darurat, Pemerintah Desa dapat melakukan pengeluaran yang belum trersedia anggarannya dengan mengunakan belanja tidak terduga, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBDesa

c) Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi dapat dilakukan dengan cara :

1)mengunakan dana dari hasil penjadwalan ulang kegaitan dalam tahun anggaran berjalan dan, atau

2) memanfaatkan uang kas yang tersedia

d) Pendanaan untuk keadaan darurat termasuk kegiatan mendesak yang kriterianya mencakup program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang anggarannya belum tersedia dalam tahun anggaran berjalan dan keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi pemerintah Desa dan masyarakat.

e) Pelaksanaan pengeluaran untuk mendanai kegaitan dalam keadaan darurat ditetapkannya dengan Keputusan Kepala Desa

(4) Keadaan luar biasa.

a. Kriteria keadaan luar biasa merupakan persyaratan untuk melakukan Perubahan APB Desa yang kedua kali.

b. Keadaan luar biasa merupakan keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APB Desa mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50% (lima puluh persen).

c. Persentase 50% (lima puluh persen) merupakan selisih antara pendapatan dan belanja dalam APB Desa.

d. Kelebihan sebesar 50% (lima puluh persen) dalam APB Desa sebagai akibat kenaikan pendapatan atau efisiensi belanja, dapat digunakan untuk menambah kegiatan baru dan/atau menjadwalkan ulang/meningkatkan capaian target kinerja program dan kegiatan dalam tahun anggaran berjalan.

e.Apabila terjadi kekurangan sebesar 50% (lima puluh persen) dalam APB Desa sebagai akibat penurunan pendapatan atau kenaikan belanja, maka dapat dilakukan penjadwalan ulang/pengurangan capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan.2. Jadwal Perubahan APB Desa.

a. Batas waktu pengambilan keputusan BPD dalam rangka persetujuan bersama atas Rancangan Peraturan Desa tentang Perubahan APB Desa paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tahun anggaran berakhir.

b. Penyampaian Rancangan Peraturan Desa tentang Perubahan APBDesa dilakukan setelah APBDesa tahun berjalan dilaksanakan 6 (enam) bulan. 3. Cakupan Rancangan Perubahan APB Desa.

a. Menampung kegiatan yang mengalami perubahan.

b. Menampung kegiatan yang baru.

c. Menampung anggaran untuk kegiatan yang tidak dapat diselesaikan dalam tahun anggaran sebelumnya

d. Memuat hal-hal, baik yang tidak berubah maupun yang mengalami perubahan serta menjelaskan alasan terjadinya perubahan.

4. Pengajuan Perubahan APB Desa dan evaluasi APBDesa Mekanisme atau tata cara pengajuan perubahan APBDesa dan evaluasi APBDesa sama dengan mekanisme atau cata cara penetapan pelaksanaan APBDesa.

5. Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan.

a. Pergeseran antar rincian obyek belanja dalam obyek belanja berkenaan dilakukan atas persetujuan Kepala Desa .

c. Pergeseran antar obyek belanja dalam jenis belanja berkenaan diketahui Sekretaris Desa selaku koordinator pengelola keuangan Desa.

d. Pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja dapat dilakukan dengan cara merubah peraturan Desa tentang APB Desa.

e.Saldo anggaran lebih tahun sebelumnya merupakan sisa lebih perhitungan tahun anggaran sebelumnya.

f. Untuk kegiatan baru yang bersifat fisik, apabila tidak mungkin dilaksanakan sebelum tahun anggaran berakhir, agar dihindari penganggarannya dalam perubahan APB Desa. Kegiatan baru tersebut diprogramkan dan dianggarkan dalam tahun anggaran berikutnya.

V. PERHITUNGAN APBDESA

Langkah yang dilaksanakan untuk perhitungan APBDesa terdiri dari :1. Penyusunan Rancangan Laporan Perhitungan APBDesaa. Sekretaris Desa mengkoordinir penyusunan Rancangan Laporan Perhitungan Anggaran APB Desa.

b. Sekretaris Desa menyampaikan Rancangan Laporan Perhitungan Anggaran APB Desa kepada Kepala Desa untuk memperoleh persetujuan.

2. Penetapan Perhitungan APB Desa

a. Kepala Desa menyampaikan Laporan Perhitungan APB Desa kepada BPD untuk dibahas dalam rangka memperoleh persetujuan bersama.

b. Penyampaian Rancangan Laporan Perhitungan Anggaran APB Desa, selambat-lambatnya dilakukan 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

c. Persetujuan bersama antara Kepala Desa dan BPD dilakukan paling lambat 2 (dua) minggu terhitung sejak Kepala Desa menyampaikan Rancangan Laporan Perhitungan APB Desa kepada BPD.

d. Berdasarkan persetujuan BPD, Kepala Desa menetapkan Rancangan Laporan Perhitungan Anggaran APB Desa menjadi Keputusan Kepala Desa tentang Laporan Perhitungan APBDesa.

VI. PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APB DESA

Langkah yang dilaksanakan untuk pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa oleh Kepala Desa meliputi :

1. Penetapan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesaa. Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APB Desa serta rancangan keputusan Kepala Desa tentang Laporan Ke terangan Pertangungjawaban Kepala Desa.

b. Sekretaris Desa menyampaikan Rancangan Peraturan Desa tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APB Desa serta Rancangan Keputusan Kepala Desa tentang Keterangan Pertangungjawaban Kepala Desa kepada Kepala Desa untuk memperoleh persetujuan.

c. Apabila Kepala Desa setuju atas Rancangan keputusan Kepala Desa tentang Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Desa, maka rancangan Keputusan Kepala Desa dimaksud ditetapkan menjadi Keputusan Kepala Desa.

d. Kepala Desa menyampaikan Rancangan Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa kepada BPD untuk dibahas dan selanjuntya disetujui.

e. Penyampaian Rancangan Peraturan Desa dan Keputusan Kepala dilakukan 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

f. Persetujuan oleh BPD dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak Kepala Desa menyampaikan rancangan peraturan desa dan Keputusan Kepala Desa kepada BPD.

g. Berdasarkan persetujuan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diatas, Kepala Desa menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APB Desa menjadi Peraturan Desa.

2. Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APB DESA

a. Kepala Desa menyampaikan Peraturan Desa tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APB Desa dan Keputusan Kepala Desa tentang Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Desa kepada Camat dengan tembusan dikirimkan kepada Bupati.

b. Tembusan peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa sebagaimana tersebut pada ayat (1) untuk bahan pengawasan dan pembinaan lebih lanjut.

c. Penyampaian peraturan desa dan keputusan Kepala Desa sebagaiamana tersebut pada ayat (2) dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh ) hari kerja setelah Peraturan Desa ditetapkan.Lampiran II Peraturan Bupati Banjarnegara

Nomor:432 tahun 2008Tanggal :6 Nopember 2008Tentang :Pedoman Penyusunan, Perubahan, dan Pertanggungjawaban APBDesa.

KODE ORGANISASI PEMERINTAH DESA DAN KELURAHAN

SE KABUPATEN BANJARNEGARANOKODE

ORGANISASINAMA KECAMATANN A M A

DESAKELURAHAN

12345

1.01SUSUKAN

01.011. Berta

01.022. Derik

01.033. Gumelem Wetan

01.044. Gumelem Kulon

01.055. Penarusan Wetan

01.066. Penarusan Kulon

01.077. Brengkok

01.088. Pekikiran

01.099. Piasa Wetan

01.1010. Karangsalam

01.1111. Kemranggon

01.1212. Susukan

01.1313. Dermasari

01.1414. Kedawung

01.1515. Karangjati

2.02PWJ KLAMPOK

02.011. Sirkandi

02.022. Pagak

02.033. Kecitran

02.044. Purworejo

02.055. Klampok

02.066. Kalilandak

02.077. Kalimandi

02.088. Kaliwinasuh

3.03MANDIRAJA

03.011. Jalatunda

03.022. Somawangi

03.033. Kaliwungu

03.044. Kebanaran

03.055. Glempang

03.066. Salamerta

03.077. Purwasaba

03.088. Blimbing

03.099. Panggisari

03.1010. Candiwulan

12345

03.1111. Simbang

03.1212. Kertayasa

03.1313. Banjengan

03.0414. Mandiraja Kulon

03.0515. Kebakalan

03.1616. Mandiraja Wetan

4.04PURWONEGORO

04.011. Kalitengah

04.022. Merden

04.033. Karanganyar

04.044. Kaliajir

04.055. Petir

04.066. Pucungbedug

04.077. Parakan

04.088. Mertasari

04.099. Danaraja

04.1010. Purwonegoro

04.1111. Kalipelus

04.1212. Gumiwang

04.1313. Kutawuluh

5.05B A W A N G

05.011. Wanadri

05.022. Kebondalem

05.033. Majalengka

05.044. Wiramastra

05.055. Kutayasa

05.066. Winong

05.077. Depok

05.088. Watuurip

05.099. Masaran

05.1010. Serang

05.1111. Mantrianom

05.1212. Binorong

05.1313. Joho

05.1414. Bawang

05.1515. Bandingan

05.1616. Blambangan

05.1717. Gemuruh

05.1818. Pucang

6.06BANJARNEGARA

06.011. Argasoka

06.022. Ampelsari

06.033. Tlagawera

06.044. Cendana

06.055. Sokayasa

06.066. Karangtengah

06.077. Wangon

12345

06.088. Semampir

06.099. Sokanandi

06.1010. Parakan-canggah

06.1111. Semarang

06.1212. Krandegan

06.1313. Kutabanjar-negara

7.07SIGALUH

07.011. Pringamba

07.022. Sawal

07.033. Panawaren

07.044. Tunggara

07.055. Randegan

07.066. Bojanegara

07.077. Bandingan

07.088. Prigi

07.099. Gembongan

07.1010. Kemiri

07.1111. Karangmangu

07.1212. Wanacipta

07.1313. Sigaluh

07.1414. Singamerta

07.1515. Kalibenda

8.08MADUKARA

08.011. Limbangan

08.022. Penawangan

08.033. Talunamba

08.044. Madukara

08.055. Kutayasa

08.066. Pekauman

08.077. Pagelak

08.088. Dawuhan

08.099. Bantarwaru

08.1010. Sered

08.1111. Kenteng

08.1212. Rejasa

08.1313. Petambakan

08.1414. Rakitan

08.1515. Blitar

08.1616. Kaliurip

08.1717. Karanganyar

08.1818. Gununggiana

08.1919. Clapar

08.2020. Pakelen

9.09BANJARMANGU

09.011. Jenggawur

09.022. Banjarkulon

09.033. Banjarmangu

12345

09.044. Rejasari

09.055. Kesenet

09.066. Kalilunjar

09.077. Sijeruk

09.088. Kendaga

09.099. Gripit

09.1010. Pekandangan

09.1111. Sigeblog

09.1212. Paseh

09.1313. Sipedang

09.1414. Sijenggung

09.1515. Beji

09.1616. Prendengan

09.1717. Majatengah

10.10WANADADI

10.011. Kasilib

10.022. Tapen

10.033. Karangjambe

10.044. Wanadadi

10.055. Wanakarsa

10.066. Lemahjaya

10.077. Karangkemiri

10.088. Kandangwangi

10.099. Medayu

10.1010. Linggasari

10.1111. Gumingsir

11. 11RAKIT

11.011. Pingit

11.022. Situwangi

11.033. Gelang

11.044. Rakit

11.055. Adipasir

11.066. Bandingan

11.077. Kincang

11.088. Badamita

11.099. Tanjunganom

11.1010. Luwung

11.1111. Lengkong

12.12PUNGGELAN

12.011, Sambong

12.022, Danakerta

12.033, Klapa

12.044, Kecepit

12.055, Karangsari

12.066, Tribuana

12.077, Sawangan

12.088, Sidarata

12.099, Badakarya

12345

12.1010, Punggelan

12.1111, Jembangan

12.1212, Purwasana

12.1313, Petuguran

12.1414, Bondolharjo

12.1515, Tanjungtirta

12.1616, Tlaga

12.1717, Mlaya

13.13KARANGKOBAR

13.011. Paweden

13.022, Gumelar

13.033. Purwodadi

13.044. Sampang

13.055. Slatri

13.066. Pagerpelah

13.077. Pasuruhan

13.088. Karanggondang

13.099. Jlegong

13.1010. Ambal

13.1111. Binangun

13.1212. Karangkobar

13.1313. Leksana

14.14PAGENTAN

14.011. Larangan

14.022. Karangnangka

14.033. Aribaya

14.044. Nagasari

14.055. Gumingsir

14.066. Sokaraja

14.077. Kayuares

14.088. Metawana

14.099. Kalitlaga

14.1010. Karekan

14.1111. Plumbungan

14.1212. Pagentan

14.1313. Kasmaran

14.1414. Majasari

14.1515. Babadan

14.1616. Tegaljeruk

15.15PEJAWARAN

15.011. Kalilunjar

15.022. Karangsari

15.033. Sarwodadi

15.044. Grogol

15.055. Giritirta

15.066. Biting

15.077. Tlahab

15.088. Dermayasa

15.099. Pejawaran

12345

15.1010. Penusupan

15.1111. Ratamba

15.1212. Sidengok

15.1313. Pegundungan

15.1414. Beji

15.1515. Semangkung

15.1616. Condongcampur

15.1717. Gembol

16.16BATUR

16.011. Batur

16.022. Sumberejo

16.033. Pasurenan

16.044. Kepakisan

16.055. Pekasiran

16.066. Bakal

16.077. Karangtengah

16.088. Dieng Kulon

17.17WANAYASA

17.011. Karangtengah

17.022. Suwidak

17.033. Bantar

17.044. Pandansari

17.055. Pagergunung

17.066. Dawuhan

17.077. Kubang

17.088. Susukan

17.099. Wanayasa

17.1010. Pesantren

17.1111. Balun

17.1212. Tempuran

17.1313. Wanaraja

17.1414. Jatilawang

17.1515. Legoksayem

17.1616. Kasimpar

17.1717. Penanggungan

18.18KALIBENING

18.011. Kalibening

18.022. Asinan

18.033. Sembawa

18.044. Kalibombong

18.055. Majatengah

18.066. Kalisat Kidul

18.077. Sirukem

18.088. Kertosari

18.099. Sidakangen

18.1010. Sikumpul

18.1111. Gununglangit

12345

18.1212. Bedana

18.1313. Sirukun

18.1414. Karanganyar

18.1515. Plorengan

18.1616. Kasinoman

19.19PANDANARUM

19.011. Pandanarum

19.022. Sinduaji

19.033. Pasegeran

19.044. Pingit Lor

19.055. Lawen

19.066. Sirongge

19.077. Pringamba

19.088. Beji

20.20PAGEDONGAN

20.011. Pagedongan

20.022. Gunungjati

20.033. Twelagiri

20.044. Kebutuhduwur

20.055. Kebutuhjurang

20.066. Pesangkalan

20.077. Duren

20.088. Lebakwangi

20.099. Gentansari

SISTEMATIKA PERBUP PENYUSUNAN APB DESA

1. Penyusunan APB Desa dan Perubahan APB Desa.

2. Perhitungan APB Desa.

3. Pertanggungjawaban APB Desa.

Buku manual halaman 115 FORMAT PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN

I. Kebijakan umum pengelolaan keuangan desa.

A. Pengelolaan pendapatan desa.

1. Intensivikasi dan ekstensifikasi

2. Target dan realisasi pendapatan

3. Permasalahan dan penyelesaian

B. Pengelolaan Belanja Desa

1. Kebijakan umum keuangan desa.

2. Target dan realisasi belanja

3. Permasalahan dan penyelesaian

C. Pengelolaan Pembiayaan Desa

1. Pengelolaan pembiayaan desa

2. Target dan realisasi belanja

3. Permasalahan dan penyelesaian

II. Ringkasan APB Desa (merupakan realisasi APB Desa)

A. Pendapatan Desa

1. Pendapatan Asli Desa

Rp

2. Bagi Hasil pajak Kabupaten.

Rp

3. Alokasi Dana Desa

Rp

4. Bantuan Keuangan Pemerintah,

Rp

5. Pemerintah Provinsi, Pemerintah

Rp

6. Kabupaten dan Desa lainnya.

Rp

7. Hibah

Rp

8. Sumbangan pihak ketiga

Rp

JUMLAH

Rp

B. Belanja

1. Belanja Pegawai

Rp

2. Belanja Barang/ Jasa.

Rp

3. Belanja Modal

Rp

4. Belanja Honorarium

Rp

5. Belanja Subsidi

Rp

6. Belanja Hibah

Rp

7. Belanja Bantuan Sosial

Rp

8. Belanja Banjtuan Keuangan

Rp

9. Belanja tak terduga.

Rp

JUMLAH

Rp

C. Pembiayaan

1. Penerimaan Pembiayaan

a. SiLPA

Rpb. Hasil penjualan asset yang dipisahkan.

Rpc. Penerimaan pinjaman

Rpd. Pencairan dana cadangan

Rp2. Pengelolaan Pembiayaan

a. Dana Cadangan

Rpb. Penyertaan Modal Desa

Rpc. Pembayaran hutang

RpPAGE 1