manual tbi tbs dan apb

33
DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN JAWA DAN MADURA Sumedang, Desember 2006 MANUAL PEMELIHARAAN TBI, TBS DAN APB MANUAL PEMELIHARAAN TBI, TBS DAN APB

Upload: dedy-lesmana

Post on 18-Jun-2015

353 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: manual tbi tbs dan apb

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL

BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTANJAWA DAN MADURA

Sumedang, Desember 2006

MANUALPEMELIHARAAN

TBI, TBS DAN APB

MANUALPEMELIHARAAN

TBI, TBS DAN APB

Page 2: manual tbi tbs dan apb

Sumedang, Desember 2006

MANUALPEMELIHARAAN

TBI, TBS DAN APB

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL

BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTANJAWA DAN MADURA

Jl. Raya Tanjungsari Km.22, Sumedang,Jawa Barat. Tlp. (022) 7911343, 7912525

Page 3: manual tbi tbs dan apb

Manual Pemeliharaan Sumber Benih: Tegekan Benih Teridentifikasi

(TBI), Tegakan Benih Terseleksi ( TBS), dan Areal Produksi Benih

(APB), ini disusun untuk memberikan pengetahuan bagaimana cara

pengelolaan sumber benih yang baik. Harapannya adalah dapat

meningkatkan produksi buah/benih dari sumber benih dimaksud.

Ruang lingkup manual pemeliharaan tegakan benih ini berisi informasi

tentang: (a) tujuan dan manfaat kegiatan pemeliharaan tegakan benih, (b)

metode pemeliharaan tegakan benih dan (c) pengelolaan pollinator, serta

(d) register inventarisasi tegakan benih.

Mudah-mudahan dengan ketersediaan sumber benih tanaman hutan

yang berkualitas semakin meningkat yang pada akhirnya dapat

menopang program rehabilitasi hutan dan lahan sekaligus

menuingkatkan produktivitasnya. Kualitas tegakan di masa yang akan

dating ditentukan dari kualitas benih yang ditanam saat ini. Oleh karena

itu perlu didorong upaya-upaya pembangunan sumber benih tanaman

hutan yang berkualitas, serta upaya meningkatkan kesadaran

penggunaan benih tanaman hutan yang berkualitas di masyarakat

pengguna benih tanaman hutan..

KATA PENGANTAR

Sumedang, Desember 2006

Kepala Balai BPTH Jawa dan Madura

Ir. Harijoko SP, MM

NIP. 080 056 541

i

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iManual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 4: manual tbi tbs dan apb

kosong

ii

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iiManual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 5: manual tbi tbs dan apb

iii

PENDAHULUAN .................................................................................. 1

Latar Belakang ................................................................................... 1

Tujuan ................................................................................... 3

Manfaat ................................................................................... 3

Ruang Lingkup .................................................................................. 3

Pengertian beberapa istilah penting ................................................... 4

PEMELIHARAAN TBI, TBS DAN APB .................................................... 5

Penataan areal ................................................................................... 5

Pembersihan semak belukar dan gulma ............................................... 11

Pemangkasan tunas adventif (tunas air) ............................................... 12

Peneliharaan kesuburan lahan.............................................................. 12

Perlindungan ganguan bahaya kebakaran, pencurian dan Penggembalaan........................................................................................................... 16

19Pengendalian hama dan penyakit .......................................................

Pengelolaan pollinator ........................................................................ 20

Penjarangan ....................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 25

Halaman

DAFTAR ISI

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iiiManual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 6: manual tbi tbs dan apb

iv

Tabel 1. Inventarisasi pohon induk sumber benih ............................ 10

24Tabel 2. Data register penjarangan seleksi .......................................

Halaman

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tanda batas tepi sumber benih ....................................... 6

Gambar 2. Plang sumber benih ....................................................... 7

Gambar 3. Papan larangan.............................................................. 7

Gambar 4. Tanda btas blok APB ..................................................... 9

Gambar 5. Penomoran pohon induk ............................................... 9

Gambar 6. Peta sebaran pohon induk.............................................. 14

Gambar 7. Pruning tunas adventif................................................... 14

Gambar 8. Cara pemberian pupuk pada pohon ............................... 15

Gambar 9. Pembakaran serasah terkendali sistem piruingan .......... 18

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iv Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 7: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Pembangunan hutan tanaman ditujukan untuk memproduksi kayu sebagai

bahan baku industri dan juga mempercepat upaya reforestasi

(penghutanan kembali) pada areal-areal yang kritis. Hutan tanaman

monokultur memiliki karakter ekosistem yang sangat berbeda dengan

hutan alam (heterogen). Hutan alam memiliki ketahan yang tinggi

terhadap perubahan lingkungannya sedangkan hutan tanaman sangat

sensitive terutama dalam ketahan terhadap serangan hama dan penyakit.

Salah satu faktor penunjang keberhasilan pembangunan hutan tanaman

adalah tersedianya benih yang bermutu tinggi. Benih yang bermutu

diperoleh dari sumber benih yang terawat dengan baik.

Benih yang bergenetik unggul akan dapat meningkatkan kualitas pohon,

volume produksi kayu per satuan luas, daya tahan terhadap hama dan

penyakit serta dapat memperpendek daur tanaman sehingga sangat

menguntungkan dalam pengusahaannya. Dengan kata lain, benih unggul

secara genetik merupakan faktor yang paling efektif dan efisien guna

meningkatkan keuntungan dalam bisnis pembangunan hutan tanaman.

Produktifitas hutan dapat ditingkatkan secara menakjubkan melalui

penggunaan benih unggul hasil dari program pemuliaan. Berbeda dengan

cara peningkatan produktifitas melalui tindakan silvikultur, hasil

pemuliaan pohon bersifat relatif permanen. Sekali pohon dimuliakan

maka keunggulan pohon tersebut akan tetap dipertahankan, sehingga akan

tetap menghasilkan produksi yang tinggi. Sementara itu, peningkatan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

1Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 8: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

produksi dengan cara silvikultur selalu menuntut adanya masukan

perlakuan tertentu untuk setiap satu siklus produksi.

Pemerintah telah menetapkan kelas sumber benih yaitu tegakan benih

teridentifikasi, tegakan benih terseleksi, areal produksi benih (APB),

tegakan provenance, kebun benih dan kebun pangkas. Tegakan benih

teidentifikasi dan terseleksi merupakan kelas yang memiliki mutu lebih

rendah dibandingkan dengan kelas APB. Ketiga kelas tersebut bisa berasal

dari hutan tanaman atau hutan alam, yang karena memiliki sifat fenotip

yang baik kemudian ditetapkan sebagai sumber benih. Berbeda dengan

kebun benih, ketiga jenis tersebut tidak diarahkan sebagai sumber benih

dari sejak penanaman, melainkan setelah tegakan tersebut berumur dewasa

dan memiliki fenotip yang baik.

Kualitas sumber benih dinilai dari fenotip tegakan yang menyusunnya serta

kualitas genetik dan fisiologis benih yang dihasilkannya. Kualitas tegakan

benih dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan kepadanya, jika

perlakuannya dilakukan secara intensif maka kualitasnya akan lebih baik

daripada yang dibiarkan seadannya. Kualiatas benih yang dihasilkannya

dipengruhi oleh kualiatas pohon induk (tegakan) penyusun sumber benih

tersebut, factor lingkungan dan faktor perlakuan (treatment) atau perawatan

serta penaganan benihnya (seed procourment). Oleh karena itu kegiatan

pemeliharaan sumber benih sangat diperlukan guna meningkatkan

produktivitas dan kualitas benih dari suatu sumber benih.

2 Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 9: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

3

Tujuan

Tujuan dari kegiatan pemeliharaan tegakan benih adalah sebagai

berikut:

a. Meningkatkan mutu fisiologis dan genetik tegakan dalam sumber

benih

b. Meningkatkan prosentase pembungaan dan pembuahan tegakan

benih

c. Meningatkan produksi benih pada suatu sumber benih

d. Memudahkan dalam pengunduhan dan pengumpulan benih

e. Melindungi sumber benih dari segala bentuk gangguan keamanan

seperti pencurian, kebakaran dan serangan hama penyakit

Manfaat

Manfaat dari kegiatan pemeliharaan tegakan benih adalah dapat

memelihara kesehatan dan pertumbuhan pohon induk serta

meningkatkan peoduktifitas dan kualitas benihnya. Disamping itu

kegiatan yang intensif di sumber benih akan meningkatkan pengendalian

dari gangguan keamanan sumber benih tersebut.

Ruang lingkup

Ruang lingkup manual pemeliharaan tegakan benih ini berisi informasi

tentang:

A. Tujuan dan manfaat kegiatan pemeliharaan tegakan benih

b. Metode pemeliharaan tegakan benih

c. Pengelolaan pollinator

d. Register inventarisasi tegakan benih

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 10: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Pengertian beberapa istilah penting

a. Tegakan benih teridentifikasi adalah tegakan alam atau tanaman

dengan kualitas rata-rata yang digunakan untuk menghasilkan benih

dan lokasinya dapat teridentifikasi dengan baik.

b. Tegkan benih terseleksi adalah tegakan alam atau tanaman, dengan

fenotipa pohon untuk karakter penting (missal : batang lurus, tidak

cacat, dan percabangan ringan di atas rata-rata.

c. Areal Produksi Benih adalah tegakan benih yang memiliki kualitas

lebih tinggi dibanding tegakan benih teridentifikasi atau terseleksi,

dengan tingkat pengelolaan lebih intensif, memiliki jalur isolasi, serta

penjarang terhadap pohon inferior dilaksanakan lebih intensif.

d. Tegakan benih Provenan adalah tegakan yang dibangun dari benih

yang provenannya telah teruji dan diketahui keunggulannya.

e. Kebun benih adalah sumber benih yang dibangun dengan bahan

generatif atau vegetatif yang berasal dari pohon plus yang

identitasnya tercatat dengan baik.

f. Kebun pangkas adalah pertanaman yang dibangun untuk tujuan

khusus sebagai penghasil bahan stek. Kebun pangkas dibangun dari

benih atau bahan vegetatif pohon plus serta dikelola secara intensif

dengan pemangkasan, perundukan, pemupukan untuk meningkatkan

produksi bahan stek.

g. Pohon plus adalah sebuah pohon yang diseleksi untuk digunakan

dalam pembangunan kebun benih atau kebun pangkas. Pohon

plus memiliki fenotipa yang unggul untuk karakter pertumbuhan,

bentuk, kualitas kayu atau karakter lainnya yang diinginkan.

h. Fenotipa adalah karakter pohon seperti yang terlihat secara morfologis,

merupakan produk interaksi gen dengan lingkungannya.

4 Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 11: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

5

Tujuan dari kegiatan penataan adalah agar tegakan benih tertata rapih

dan teratur dengan batas-batas yang jelas serta identitas pohon induk

yang jelas sehingga memudahkan dalam pengawasan (monitoring dan

evaluasi). Adapun kegitan yang termasuk kedalam kegiatan penataan

areal sumber benih antara lain penataan batas (demarkasi), pembagian

blok, inventarisasi tegakan, dan pemetaan pohon induk.

a. Penataan batas (demarkasi).

Pemberian tanda batas luar sumber benih dimaksudkan untuk

memberikan tanda pada batas luar area sumber benih sehingga

memudahkan dalam pengontrolan, mencegah pihak lain yang

mengkalim area sumber benih tersebut. Tanda batas dibuat dengan

jelas dengan menggunakan bahan yang awet di lapangan dan

memberikan petunjuk yang informatif. Tanda batas tepi sumber

benih bisa memanfaatkan pohon di bagian batas luar (tepi) yang

memiliki pertumbuhan baik. Phon tersebut diberi tanda warna

kuning melingkar pada batang pohon setinggi 60 cm di atas

permukaan tanah dengan lebar 20 cm setiap jarak 25 m, dan tiap

tahun tanda cat diperbaharui. Contoh tanda batas dapat dilihat pada

Gambar 1.

Ditempat yang strategis (mudah dilihat orang) pada batas luar

dipasang minimal satu plang papan nama sumber benih (Gambar 2),

juga papan peringatan bagi tindakan yang berupa gangguan seperti

larangan pencurian, pembakaran dan penggembalaan serta yang

Penataan areal

PEMELIHARAAN TBI, TBS DAN APB

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 12: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

6

Gambar 1. Tanda batas tepi sumber benih

lainnya (Gambar 3). Papan nama dibuat dari bahan yang awet

berukuran 80 X 120 cm dipancang setinggi 150 cm di atas

permukaan tanah. Papan larangan dimaksudkan untuk

mengantisipasi kebakaran, pencurian, penggembalaan dan

sebagainya. Ukuran plang 60 x 80 cm dan dipasang setinggi 2 m di

atas tanah. Warna dasar plang merah dengan tulisan berwarna putih.

Paling ini dipasang di tepi jalan yang sering dilewati orang.

b. Pembagian blok

Pembagian blok sumber benih dimaksudkan untuk mempermudah

pengawasan dan pengelolaan sumber benih. Pembagian blok

dilakukan apabila sumber benih lebih dari 7 Ha. Satu blok luasannya

lebih kurang 4 ha. Pada batas luar blok diberi tanda batas (Gambar

4).

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 13: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

7

BERDASARKAN UU NO 41/99 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN TERHADAP KERUSAKAN HUTAN: DILARANG:

• MENGGEMBALAKAN TERNAK

80 CM

60 CM

2M

AREAL PRODUKSI BENIH KALIANDRA (Calliandra callothyrsus)

Th tanam : 1995

Gambar 2. Plang sumber beni

Gambar 3. Papan larangan

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 14: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

8

c. Inventarisasi tegakan

Kegiatan inventarisasi tegakan dimaksudkan untuk memberikan

kemudahan dalam mengevaluasi pertumbuhan pohon induk

(tegakan benih) yang terdapat di areal sumber benih. Kegiatannya

antara lain meliputi penomoran pohon dan registrasi pohon dalam

buku register tegakan benih. Penomoran pohon dilakukan pada

setiap blok secara berurut dan teratur. Penomoran pohon dilakukan

pada batang pohon induk dengan mengupas kulit batang, di cat lalu

dituliskan informasi yang penting atara lain ukuran tinggi batang dan

diameter dbh (keliling) batang. (Gambar 5). Setelah semua pohon

diberi nomor secara sensus, lalu data identitas pohon tersebut (tinggi

dan diameter) ditulis pada buku register tegakan benih, ditambahkan

data dan informasi lain seperti kelurusan batang, dan kesehatan

pohon induk. Data registrasi tersebut selalu diperbaharui setiap

setelah melakukan seleksi (penjarangan). Contoh format registrai

dapat dilihat pada Tabel 1.

d. Pemetaan pohon induk

Pemetaan pohon induk dimaksudkan untuk memberikan gambaran

sebaran (distribusi) pohon induk dan kerapatannya. Pembuatan peta

sebaran pohon induk berdasarkan dari data inventarisasi tegakan

benih. Peta sebaran harus dapat memberikan informasi sebaran

pohon serta minimal ukuran diameter dan tinggi batang. Skala peta

yang digunakan adalah 1: 5000, contoh peta sebaran dapat dilihat

pada Gambar 6.

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 15: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

9

Ket. Tanda batas pada bagian tepi blok, sebelah kiri dari tanda ini adalah areal blok I, dan sebelah kanannya adalah areal blok II

2 26

No. pohon induk

Tinggi pohon

diameter

Gambar 5. Penomoran pohon induk

Gambar 4. Tanda batas blok APB

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 16: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

10

Tabel 1. Inventarisasi pohon induk sumber benih

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Jenis tanaman : Blok : Tahun tanam : Luas : Lokasi : Jumlah pohon :

No. phn

Tinggi Total (m)

Tinggi Bebas Cabang (m)

Diameter Dbh (cm)

Diameter tajuk (cm)

Kesehatan

Rerata

........................, tgl................,.......

Petugas ,

(...........................)

Page 17: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

11

Pembersihan semak belukar dan gulma

Selain menjadi kompetitor dalam absorpsi hara, gulma dan semak

belukar ini ketika kering di musim kemarau menjadi sumber bahan

bakar yang membahayakan, oleh karena itu pertumbuhannya harus

dikendalikan. Semak belukar juga sangat menggangu terhadap

aktivitas pemungutan buah (benih) pada saat musim panen.

Meskipun terdapat pengaruh negatif dari semak belukar tetapi ada peran

positifnya antara lain adalah turut menjaga kelembaban tanah disaat

musim kemarau, menjadi sumber pakan (pollen dan nectar) bagi

serangga yang barangkali menjadi agen pollinator bagi tegakan benih,

menjdai sumber pupuk hijau (bahan organik), serta beberapa semak

(seperti kekawar dan kirinyu) menjadi inang bagi endomikoriza (CMA)

yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan tegakan. Oleh

karena itu perlu metode pengendalian yang efektif dan efisien.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberantasan semak belukar dan

gulma adalah ketepatan waktu dan mtodenya. Waktu yang paling

efektif pada kegiatan pemberantasan semak belukar adalah pada waktu

musim kemarau, disaat semak sudah mulai kekeringan atau menjelang

musim pemungutan (pengunduhan) buah. Alangkah baiknya jika hasil

pembabatan semak dan gulma tesebt diproses menjadi kompos atau

mulsa bagi tegakan benih.

Metode pengendalian semak dan gulma bisa secara mekanis (manual)

dan kimia (herbisida). Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan

cara pembabatan semak belukar dengan menggunakan alat-alat

sederhana misalnya sabit dan golok. Pembabatan semak bisa dilakukan

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 18: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

12

dengan (1) system piringan, (2) system jalur, dan (3) system total. System

piringan dilakukan dengan cara membersihkan semak/gulma disekitar

batang pohon induk, membentuk lingkaran dengan batang sebagai

pusatnya, denga radius batas luar proyeksi tajuk pohon induk tersebut.

Sistem jalur dilakukan dengan cara membersihkan semak/gulma pada

jalur pohon induk, dengan btang phon induk sebagai titik tengah jalurnya.

Lebar jalur disesuaikan dengan lebar proeyeksi tajuk dominan di tegakan

benih tersebut. Sistem total dilakukan dengan membersihkan

semak/gulma secara total di areal teagakan benih. Masing-masing

system tersebut memliki keuntungan dan kerugiannya. Biasanya faktor

biaya, waktu dan tenaga menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan

system yang dipilih.

Pengendalian semak belukar dan gulma bisa juga dilakukan dengan

menggunakan herbisida (kimia), namun penggunaannya harus ektra hati-

hati, karena bahan tersebut bisa mencemari lingkungan. Sebelum

memutuskan untuk menggunakan bahan kimia (herbisida) dalam

pengendalian semak dan gulma, ada hal-hal yang perlu diperhatikan,

antara lain apakah cara kimia ini lebih efektif dan efisien dibandingkan

dengan cara manual. Penggunaan herbisida harus hati-hati agar tegakan

benih tidak mati. Penggunaan herbisida seharusnya memperhatikan

waktu penyemprotan, kondisi cuaca, dan dosis.

Pemangkasan tunas adventif (tunas air)

Kehadiran tuans air (tuans adventif) di sepanjang batang merupakan

pemborosan pada pemakaian hasil fotosintesis. Tunas ini harus dibuang

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 19: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

13

agar fotosintat terakumulasi pada pembentukan buah. Dalam praktek

pemangkasan tunas advntif ini harus hati-hati jangan sampai

meningalkan luka pada batang yang dapat menimbulkan kerugian

ekonomis atau menimbulkan cacat permanent pada batang. Oleh karena

itu peralatan yang digunakan harus tajam. Contoh tunas adventif bisa

dilihat pada Gambar 7.

Pemeliharaan kesuburan lahan

Pemeliharaan kesuburan lahan pada prinsipnya adalah mpemberian

masukan (input) nutrient pada lantai hutan, yang paling efisien adalah

penggunaan bahan organik (serasah) yang ada di lantai hutan tersebut.

Pemberian hara pada lantai hutan sangat diperlukan untuk mendukung

pertumbuhan tegakan benih. Daun serasah yang berguguran, biomassa

semak belukar, gulma hasil pembabatan merupakan sumber bahan

organik yang sangat baik untuk meningkatakan neraca hara di lantai

hutan. Pada musim kemarau semak belukar dan gulma dipanen

kemudian diproses menjadi kompos. Pada musim akahir penghujan

kompos tersebut di berikan kepada tegakan benih untuk merangsang

pembungaan dan pembuahan.

Upaya pemberian pupuk dilakukan untuk meningkatkan produksi benih

pada pohon induk. Pada beberapa spesies pemupukan berpengaruh

terhadap jumlah serbuk sari, meningkatkan jumlah bunga jantan serta

meningktkan produksi buah atau berat buah. Pupuk yang diberikan

untuk meningkatkan produksi benih adalah pupuk yang bersifat

merangsang pembungaan dan pembuahan antara lain pupuk yang kaya

unsur phosfat dan kalium. Waktu pemberian pupuk yang tepat adalah

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 20: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

2

III

I II

IV

Pohon induk

No. Pohon

induk

Jalur Batas blok

Batas luar

No. blok

Gambar 6. Peta sebaran pohon induk

TUNAS ADVENTIF

Gambar 7. Pruning tunas adventif

14 Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 21: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

15

Penempatan pupuk

Gambar 8. Cara pemberian pupuk pada pohon

sebelum masa pembuangaan, pada tanaman jati adalah pada awal musim

penghujan. Dosis pupuk Yang dapat dipakai adalah Urea 200

gram/pohon, SP 36 800 gram/pohon dan KCL 100 gram/pohon, atau

dengan pupuk kandang sebanyak 15 kg/pohon. Pemupukan ini cukup

diberikan setahun sekali. Teknik pemberian pupuk yang baik adalah

dengan membenamkan pupuk tersebut melingkar di garis terluar

proyeksi tajuk pohon induk (Gambar 8).

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 22: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

16

Kebutuhan nitrogen tanah bisa memanfaatkan peran mikroorganisme

tanah, yaitu pemanfaatan bakteri rhizobium yang bersimbiosis dengan

akar tanaman leguminosae (polong-polongan). Tanaman yang memiliki

bintil akar sangat baik untuk memelihara kecukupan nitrogen tanah.

Selain itu ada banyak cendawan yang bermanfaat untuk menstimulir

pertumbuhan tegakan benih , antara lain adalah cendawan mikoriza.

Perlindungan gangguan bahaya kebakaran, pencurian dan penggembalaan

Gangguan kebakaran umumnya terjadi pada musim kemarau, disaat

banyak material kering yang mudah terbakar. Gangguan kebakaran bisa

muncul dari dalam areal sumber benih atau dari area yang berbatasan

langsung dengan sumber benih. Oleh karena itu majemen pemantauan

kebakaran hutan harus dilakukan secara holistic (menyeluruh).

Langkah-langkah pencegahan bahaya kebakaran khususnya ketika

kemarau adalah sebagai berikut:

a. Pengendalian faktor penyebab kebakaran

Prinsip pengendalian kebakaran hutan adalah mencegah bertemunya

faktor segitiga kebakaran yaitu bahan bakar, api dan oksigen. Serasah

kering (daun, ranting, cabang) di lantai hutan merupakan faktor

bahan bakar bagi kebakaran hutan, oleh karena itu harus di kelola

dengan baik agar tidak menjadi potensi terjadinya kebakaran. Faktor

lain penyebab kebakaran adalah adanya api. Api tersebut bisa

bersumber

dari korek api atau puntung rokok yang dibuang sembarangan ke lantai

hutan. Sumber api bisa juga berasal dari kegiatan pembakaran

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 23: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

17

ladang/sawah petani, kegiatan kemping (api unggun) dan yang lainnya.

Pencegahannya cukup rumit, antara lain dengan melakukan himbauan

kepada masyarakat untuk tidak menggunakan api sembarangan di

kawasan sekitar hutan.

b. Monitoring bahaya kebakaran

Kegiatan monitoring bahaya kebakaran dilakukan dengan cara ptroli

oleh satuan regu pengendalian kebakaran, terutama pada titik-titik

rawan kebakaran. Untuk keperluan ini dibutuhkan menara pengawas

kebakaran yang memadai.

c. Pembakaran serasah terkendali

Serasah dedaunan diwaktu kering akan menjadi sumber bahan baker

penyebab terjadinya kebakaran. Namun disisi laian serasah merupakan

sumber nutrisi bagi pertumbuhan pohon. Oleh karena itu perlu

pengelolaan serasah dengan baik agar mendukung pertumbuhan pohon

di dalam sumber benih. Salah satu alternatifnya adalah dengan cara

memanen (mengumpulkan) serasah tersebut di kala musim kemarau

(kering) kemudian dikomposkan, lalu pada musim penghujan kompos

tersebut diberikan kepada pohon sebagai pupuk. Cara lain adalah dengan

mengumpulkan serasah kering tersebut di melingkari pohon (Gambar

9) kemudian membakarnya. Abu dari serasah tersebut akan menurunkan

pH tanah di lantai hutan.

d. Pembuatan sekat bakar

Sekat bakar perlu dibuat mengelilingi sumber benih, yang bertujuan

untuk mencegah menjalarnya api saat terjadi kebakaran. Sekat bakar

bisa berupa jalur kosong (area terbuka) mengeliling batas luar sumber

benih sekaligus sebagai jalur isolasi, dengan lebar 15-20 m. Jalur sekat

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 24: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

18

Serasah yang dibakar

Gambar 9. Pembakaran serasah terkendali sstem piringan

bakar bisa pula dengan vetetasi tahan bakar misalnya tanaman pisang,

atau berupa saluran air (parit) jika memungkinkan.

e. Pemasangan rambu peringatan

Rambu-rambu peringatan bahaya kebakaran sebaiknya dipasang di

lokasi yang sering dikunjungi masyarakat. Salah satu rambu

perinngatan adalah larangan melakukan

aktivitas pembakaran di lantai hutan atau jam penunjuk skala status

rawan kebakaran.

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 25: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

19

Pengendalian hama dan penyakit

Upaya pengendalian serangan hama dan penyakit bisa dilakukan secara

preventif (pencegahan) dan refresif (penanggulangan). Upaya

pencegahan hama dan penyakit dilakukan dengan cara melakukan

monitoring intensif terhadap adanya gejala serangan hama dan penyakit

terhadap tegakan benih.

Penanaman pohon anti hama di batas luar sumber benih sangat efektif

mangkal serangan hama. Salah satu jenis pohon yang bisa bertindak

sebagai tanaman pagar pencegah serangan hama adalah surian (Toona

sinensis). Jenis ini memiliki zat ekstraktif sebagai pestisida alami yang

dapt mengusir hama.

Apabila dari hasil monitoring di ketahui ada gejala serangan hama atau

penyakit dengan daya serangnya tinggi maka segera ambil tindakan

untuk pengendaliaannya, terutama untuk jenis penyakit yang dapat

menular ke pohon lain.

Upaya pengendalian penyakit pohon disesuaikan dengan kebutuhannya.

Pengendalian terhadap penyakit dapat dikelompokkan ke dalam lima

macam yaitu (1) pengendalian melalui pendekatan silvikultur, (2)

pengendaliuan melalui pendekatan lingkungan, (3) pengendalian hayati,

(4) pengendalian kimia (fungisida) dan pengenalian melalui

perundangan.

Pengendalian terhadap serangan hama hutan pada prinsipnya merupakan

suatu tindakan untuk mengatur populasi serangga agar tidak

menimbulkan kerusakan yang secara ekonomis berarti. Kegiatan yang

dapat dilakukan adalah dengan menekan populasi serangga sehingga

tetap berada pada batas ambang ekonomi. Ada beberapa cara upaya

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 26: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

20

pengendalian hama hutan yaitu: (1) pengendalian secara silvikultur, (2)

secara fisik-mekanik, (3) Secara hayati, (4) menggunakan peraturan

perundangan, (5) pengendalian secara genetik, serta (6) pengendalian

secara kimia (insektisida).

Pengelolaan pollinator

Manajemen pollinator adalah tindakan yang dilakukan dalam rangka

meningkatkan proses penyerbukan untuk meningkatkan produksi benih.

Manajemen pollinator sangat penting untuk kelas sumber benih kebun

benih atau tegakan provenans yang pembangunannya memakan biaya

yang tinggi. Manajemen pollinator sangat penting dilakukan pda sumber

benih yang dibangun dari tanaman, sedangkan di hutan alam tidak terlalu

penting. Untuk dapat menentukan tindakan yang tepat dalam

pemgelolaan pollinator perlu memahami agen ponyerbukan dar jenis

yang dimaksud.

Pada umumnya agen penyerbukan pohon adalah angin dan serangga.

Jika agen penyerbukannya berupa angin, misalnya, jenis Agathis, Pinus,

Casuarina, maka tindakan pengelolaan

pollinator yang dapat dilakukan adalah melalui pengaturan desain

penanaman. Rancangan penanaman yang baik untuk tipe ini adalah

dengan pola tanaman bujur sangkar, bukan pola jalur (baris). Dengan pola

bujur sangkar maka akan terjadi kabut serbuk sari (pollen cloud) yang

dapat dimanfaatkan secara optimal oleh bunga-bunga pohon induk.

Tindakan pengelolaan agen pollinator serangga lebih rumit lagi. Yang

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 27: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

21

pertama harus dilakukan adalah pengamatan prilaku serangga yang

mengunjungi bunga pohon induk. Kapan waktunya siang ataukah malam,

jam berapa, berapa frkuensi kunjungannya, apa yang dilakukan ketika

hinggap di bunga. Prilaku serangga yang mengunjungi bunga dapat

diketahui apakah serangga tersebut sebagai pengunjung (visitor) ataukah

agen penyerbuk (pollinator). Suatu serangga dikatakan pollinator

apabila ia mampu membawa serbuksari dan menempelkannya pada putik.

Serbuk sari biasanya terangkut melalui organ kaki, mulut, bulu, punggung

dan lainnya.

Tindakan pengelolaan agen pollinator serangga pada prinsipnya adalah

mengupayakan bagaimana caranya agar agen pollinator tersebut tetap

hidup dan melangsungkan regenerasinya di sana, serta aktivitas pencarian

makan yaitu pollen dan nectar tetap tersedia baginya. Oleh karena itu

harus disediakan pakan alternatif dariu bunga-bunga tanaman lain, lebih

baik lagi apabila musim berbunganya tidak berbarengan dengan musim

berbunga pohon induk. Pengayaan pakan agen pollinator bisa dilakukan

disekitar lokasi sumber benih atau di dalamnya.

Penjarangan

Penjarangan tegakan benih bertujuan untuk (1) memperbaiki pembungaan

dan produksi benih dengan memberikan ruang yang cukup bagi pohon

untuk berkembang, dan (2) meningkatkan kualitas sumber benih dengan

membuang pohon-pohon inferior. Penjarangan di tegakan benih

teridentifikasi dan terseleksi adalah penjarangan seleksi massa.

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 28: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

22

Penjarangan seleksi masssa maksudnya seleksi pohon berkualitas terbaik

berdasarkan karakter fenotipnya. Penjarangan memberikan pengaruh

terhadap produktivitas benih karena alasan-alasan berikut, yaitu pertama

penjarangan memberikan kesempatan tumbuh kepada tegakan tinggal

(pohon induk) sehingga tajuknya bisa berkembang maksimal yang pada

akhirnya akan berbunga dan berbuah lebat. Alasan kedua penjarangan

meningkatkan jumlah cahaya yang masuk ke dalam hutan, sehingga

merangsang aktivitas fotosintesis sebagai bahan dasar untuk pembungaan

dan produksi benih.

Praktek penjarangan seleksi bisa dilakukan secara bertahap untuk

menghindari keterbukaan lahan yang terlalu lebar. Intensitas

penjarangan umumnya akan lebih keras dari penjarangan biasa, karena

penjarangan seleksi diperuntukan untuk mencarai sumber benih yang

berkualitas dan produksi

benih yang tinggi. Penjarangan seleksi juga akan memberikan ruang

tumbuh yang lebih lebar kepada tegakan tinggal (pohon induk)

sehuingga tajuknya dapat berkembang lebih lebar. Pohon induk yang

memiliki bentuk dan ukuran tajuk yang lebih lebar maka akan

menghasilkan jumlah buah/benih yang lebih banyak. Dengan demikian

maka produksi buah/benih dari sumber benih akan meningkat.

Prinsip pohon yang dibuang adalah pohon-pohon inferior dari karakter

morfologinya, yaitu pohon yang jelek, cacat, tertekan, bengkok dan

tidak pernah berbuah. Karakter kualitatif lebih diutamakan untuk dinilai

daripada kualitas kuantitatif sebab pada umunya sifat kualitatif lebih

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 29: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

23

ditentukan oleh genetik daripada lingkungan. Pohon yang akan ditebang

(dijarangi) diberi tanda berupa tyanda silang ( )dengan cat warna

merah. Dari hasil pengamatan pada tegakan benih berumur dewasa (di

atas sepertiga daurnya) karakter kelurusan batang lebih dominan

ditentukan oleh faktor genetik, sedangkan tinggi dan diameter lebih

dipengeruhi oleh kondisi lingkungan.

Selesai melakukan penjarangan, data dan informasi pohon tegakan

tinggal (pohon induk) harus diregister ulang dan dicatat dalam buku

register. Penjarangan seleksi bisa dilakukan secara bertahap sesuai

dengan kondisinya. Pada penjarangan seleksi yang terakhir jumlah

pohon induk sebanyak 100-125 pohon per Ha. Setiap setelah dilakukan

penjarangan dibuatkan pembaharuan data register pohon induk. (Tabel

2).

X

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 30: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

24 Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 31: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB 25

DAFTAR PUSTAKA

Dephut. 2004. Petunjuk Teknis Pembangunan dan Pengelolaan Sumber Benih. Departemen Kehutanan. Direaktorat Jenderal Rebouisasi dan Rehabilitasi Lahan. Jakarta

Dephut 2002. Petunjuk Teknis Identifikasi dan Deskripsi Sumber Benih.

Departemen Kehutanan. Direaktorat Jenderal Rebouisasi dan Rehabilitasi Lahan. Jakarta

Dephut 2000. Pencegahan Kebakaran Hutan . Departemen Kehutanan. Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta.

Esau, K. 1977. Anatomy of Seed Plants. John Wiley & Sons, New York.

Granhof, J. 1991. Seed Orshards. Lecture Note D-8. Danida Forest Seed Centre, Humlebaek, Denmark.

Korinobu,S. 1993. A Preliminary Investigation on the Optimum Design og seedling Seed Orchards to Maximize Genetic Gain. FTIP-No. 13. Forest Tree Improvement Project. JICA DGLRSF.

Lauridsen, E.B and Olesen, K. 1991. Identification, Establishment and Management of Seed Sources. Lecture Note B-2. Danida Forest Seed Cntre, Humlebaek, Denmark.

Perum Perhutani. 2000. Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Areal Produksi Benih. Perum Perhutani Unit II Jawa Tengah.

Perum Perhutani. 1995. Pedoman Pembangunan Sumber Benih/Kebun Benih dan Pengelolaan Benih Perum Perhutani. Jakarta

Schmidt, L. 1993. Seed Stands: Guidelines on Establishment and Management Practices. Field Manual No. 3 RAS/91/004. UNDP/FAO Regional Project on Tree Breeding & Propagation. Laguna.

Sedgley, M. and Griffin, A.R. 1989. Sexuual Reproduction of Tree Crops. Academic Press. New York.

Sumardi dan S.M. Widyastuti. 2004. dasar-dasar Perlindungan Hutan.

Gadjah Mada Unuiversity Press. Yogyakarta

Page 32: manual tbi tbs dan apb

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

26

Wright, J.W. 1962. Genetics of Forest Tree Improvement. FAO of The United Nations. Italy.

Wright, J.W. 1976. Introduction to Forest Genetics. Academic Express, New York.

Zakaria, E., A. Widodo, Subyanto, dan Y. W.N. Ratnaningrum. 2005. Aplikasi manajemen penyerbuka untuk optimalisasi produksi benih: studi mekanisme penyerbukan di kebun benih jati. Dalam Prosiding seminar nasional Peningkatan Produktivitas Hutan (Hardiyanto, E.B., editor). Fakultas Kehutanan Unuiversitas Gadjah mada . Yogyakarta.

Zobel, B. and Talbert, J. 1986. Applied Forest Tree Improvement. John Wiley & Sons, New York.

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB

Page 33: manual tbi tbs dan apb

ISBN 978-979-16185-1-9BPTH JAWA DAN MADURA

MANUAL PEMELIHARAANTBI, TBS DAN APB