perbedaan tingkat kerja antara perawat shift pagi,...
TRANSCRIPT
PERBEDSIANG D
VVIP
Disusun se
Ju
DAAN TINGDAN MALA RUMAH S
ebagai salah
urusan Kese
PROGRAM
F
UNIVERS
GKAT KERAM BAGIASAKIT PKU
h satu syara
ehatan Mas
S
J
M STUDI K
FAKULTAS
ITAS MUH
RJA ANTARAN RAWATU MUHAMM
at menyelesa
syarakat Fa
Oleh:
SULASTRI
J410120042
KESEHATA
S ILMU KE
HAMMADIY
2016
RA PERAWT INAP KELMADIYAH
aikan Progr
akultas Ilmu
AN MASYA
SEHATAN
YAH SURA
WAT SHIFTLAS VIP SA
H SURAKAR
ram Studi S
u Kesehatan
ARAKAT
N
AKARTA
T PAGI, AMPAI RTA
trata I pada
n
a
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
PERBEDAAN TINGKAT KERJA ANTARA PERAWAT SHIFT PAGI,
SIANG DAN MALAM BAGIAN RAWAT INAP RUMAH SAKIT
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PUBLIKASI ILMIAH
oleh:
SULASTRI
J 410 120 042
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Pembimbing I
dr. Hardjanto, MS., SpOK
NIK. 131269137
Pembimbing II
Anisa Catur Wijayanti, SKM, M. Epid
NIK. 1552
3
HALAMAN PENGESAHAN
PERBEDAAN TINGKAT KERJA ANTARA PERAWAT SHIFT PAGI,
SIANG DAN MALAM BAGIAN RAWAT INAP RUMAH SAKIT
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
OLEH
SULASTRI
J 410 120 042
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Sabtu, 29 Oktober 2016
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Dr. Hardjanto, MS, Sp.O ( ......................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Badar Kirwono, SKM., M.Kes ( ......................)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Bejo Raharjo., M.Kes ( ......................)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Dr.Suwaji, M.Kes.
NIP. 195311231983031002
1
PERBEDAAN TINGKAT KERJA ANTARA PERAWAT
SHIFT PAGI, SIANG DAN MALAM BAGIAN RAWAT
INAP KELAS VIP SAMPAI VVIP RUMAH SAKIT
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Abstrak
Pekerjaan perawat rawat inap di dalam rumah sakit tidak terlepas dari pengaturan
jam kerja yang dikenal dengan shift kerja. Stres kerja merupakan respon
psikologis individu terhadap tuntutan di tempat kerja yang menuntut seseorang
untuk beradaptasi dalam mengatasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
adanya perbedaan tingkat stres kerja antara perawat shift pagi, siang dan malam
bagian rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini
menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah perawat rawat inap yang bekerja shift pagi,
siang dan malam di ruang Multazam, Umar dan Abu Bakar Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta yang berjumlah 50 perawat. Teknik pengambilan
sampel menggunakan Exhaustive sampling. Analisis menggunakan Kruskal-
Wallis menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan tingkat stres kerja antara
shift pagi, siang dan malam pada perawat rawat inap di Rumah sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta p value = 0,001 dengan tingkat stres tertinggi pada
shift malam dengan nilai mean rank 56,92. Disarankan Perawat hendaknya
melakukan istirahat yang cukup setelah bekerja untuk menjaga kondisi fisik dan
mental serta menerapkan pola hidup sehat sebagai bentuk pencegahan terjadinya
stres.
Kata kunci : Shift Kerja, Stres Kerja, Perawat
Abstract
Nurse work takes care of to lodge within doors pain was not quit of arrangement
of office hours recognized by shift work. Work stress to represent the individual
psychological respon to demand at work claiming someone to adapt in
overcoming it. This research was purpose to identify the difference of work stres
level between nurses of morning, noon and night shift part of taking care of to
lodge PKU Muhammadiyah Surakarta Hospital. This research was using analytic
observational method with cross sectional approach. This research population
was the nurses take care of to lodge was working morning, noon and night shift at
Multazam, Umar and Abu Bakar room of PKU Muhammadiyah Surakarta
Hospital amounting to 50 nurses. The sampling technique was using exhaustive
sampling. Meanwhile, data was analyzed by using Kruskal-Wallis shows that
there was significant differences work stress level between morning, noon and
night shift at part of taking care of to lodge nurses PKU Muhammadiyah
Surakarta Hospital p value = 0,001 with the highest stress level at night shift with
mean rank value 56,92. Suggested that a nurse shall do the rest which enough
2
after working for to take care of the condition of physical and bounce and also
apply the healthy life pattern as prevention form the happening of stress.
Keywords : Work Shift, Work Stress, Nurse
1. PENDAHULUAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56
Tahun 2014 tentang tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, Rumah Sakit
merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan peleyanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat. Rumah Sakit diharapkan dapat memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan baik, Oleh karena itu untuk
mewujudkan tujuan tersebut diperlukan tenaga medis salah satunya yaitu perawat
yang mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Perawat merupakan peran yang paling dominan dalam menghadapi pasien.
Peran perawat hampir sama yakni melakukan kegiatan yang dilaksanakan
berpusat pada pasien, meliputi pemberian obat-obatan, kebersihan pasien,
membantu kebutuhan nutrisi, komunikasi dengan pasien serta keluarga pasien,
membantu visit dokter dan merujuk pasien.
Rumah Sakit Pusat Kesehatan Umum (PKU) Muhammadiyah Surakarta
merupakan Rumah Sakit tipe B, yang menyediakan pelayanan kesehatan,
mempunya fasilitas klinik medic dan nonmedik. Sumber daya manusia yang ada
sejumlah 736 orang yg terdiri dari 300 tenaga kerja keperawatan, sedangkan untuk
perawat rawat inap berjumlah 239 orang (Profil RS PKU Muhammadiyah
Surakarta, 2015).
Pekerjaan seorang perawat sebagai jasa pelayanan kesehatan tidak terlepas
dari pengaturan jam kerja. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
beroperasi selama 24 jam, maka dari itu terdapat pengaturan jam kerja.
Pengaturan jam kerja tersebut lebih dikenal dengan shift kerja, terdapat 3 shift
kerja yaitu shift pagi, siang dan malam. Shift kerja mengakibatkan banyak keluhan
terutama pada perawat shift malam tentang kelelahan, gangguan tidur, jenuh atau
bosan dan gangguan perut dari pada shift pagi atau siang yang merupakan salah
3
satu faktor instrinsik penyebab stres kerja, dikarenakan pergantian shift dapat
mempengaruhi emosional dan biological yang disebabkan olehgangguan ritme
circadian (perubahan jam kerja), suhu dan pengeluaran adrenalin.
Ritme circadian merupakan salah satu dari berbagai keluhan yang
dirasakan oleh perawat. Saat pergantian shift, perawat harus menyesuaikan
keadaan tubuh dengan lingkungan kerjanya. Misalnya pertama pergantian shift
malam, perawat diharuskan untuk tidak tidur pada malam hari sedangkan saat
siang hari perawat mengalami susah tidur akibat belum terbiasa, hal ini dapat
mengakibatkan mudah lelah dan tidak dapat berkonsentrasi dengan penuh saat
bekerja pada shift malam akibat tubuh yang belum menyesuaikan dengan
lingkungan.
Fungsi terpenting bagi berjalannya ritme circadian adalah tidur. Tidur,
tanpa terganggu merupakan persyaratan bagi kesehatan, kenyamanan dan
efisiensi. Orang dewasa normal umumnya membutuhkan tidur pada malam hari
selama 8 jam/hari, meskipun tetap pada perbedaan-perbedaan individual. Bagi
pekerja shift malam, jam tidur malam biasanya diubah menjadi tidur siang.
Namun secara kuantitas dan kualitas, tidur siang banyak terganggu, antara lain
oleh kebisingan lingkungan tempat tinggal sehingga mereka umumnya tidak bisa
beristirahat (Grajean 1988 dalam Winarsunu, 2008).
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mengungkapkan sebanyak
50,9% perawat Indonesia yang bekerja mengalami stres kerja menyatakan keluhan
merasa pusing, lelah, tidak ada istirahat yang antara lain dikarenakan beban kerja
yang terlalu tinggi dan pekerjaan menyita waktu (PPNI, 2006). Mc Grath (1989)
dalam Abraham (1997) menemukan kesepakatan substansial tentang sumber-
sumber stres dalam keperawatan; 67% responden menyatakan waktu yang tidak
mencukupi untuk melakukan tugas secara memuaskan merupakan sumber stres
yang paling penting.
Shift kerja merupakan faktor intrinsik penyebab stres dalam pekerjaan.
Dimana faktor intrinsik sangat potensial menjadi penyebab terjadinya stres dan
dapat mengakibatkan keadaan yang buruk pada mental. Selain shift kerja faktor
intrinsik ini meliputi keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman (bising,
4
berdebu, bau, suhu panas dan lembab, dll), stasiun kerja yang tidak ergonomis,
pemakaian teknologi baru, pembebanan berlebih, adaptasi pada jenis pekerjaan
baru, dll.
Stres kerja merupakan respon psikologis individu terhadap tuntutan di
tempat kerja yang menuntut seseorang untuk beradaptasi dalam mengatasinya.
Stres kerja sebagai psikologis yang terjadi sebagai konsekuensi dari perilaku atau
kejadian-kejadian pada lingkungan kerja dan menimbulkan akibat-akibat khusus
secara psikologis, fisiologis dan perilaku individu (Gibson, 2000).
Selye (1956) dalam Waluyo (2013) mengemukakan bahwa stressor yang
sama dapat dipersepsi secara berbeda, yaitu dapat sebagai peristiwa yang positif
dan tidak berbahaya, atau menjadi peristiwa yang berbahaya dan mengancam.
Penilaian kognitif individu dalam hal ini tampaknya sangat menentukan apakah
stressor ini dapat berakibat positif atau negatif. Penilaian kognitif tersebut sangat
berpengaruh terhadap respon yang akan muncul.
Dengan demikian, stres terjadi dalam komponen-komponen fisik.
Pekerjaan atau lingkungan sosial pekerjaan biasanya dapat mengakibatkan
ketegangan pada manusia, baik karena sebab-sebab yang rumit ataupun yang
sederhana. Beberapa buku yang ditunjang oleh sejumlah literatur telah
menunjukkan bahwa unsur-unsur tertentu seperti suara gaduh, suhu udara yang
tinggi atau terlalu rendah dan banyak kondisi penghambat lain mempunyai
kemungkinan yang tak terelakkan sebagai penyebab stres di dalam lingkungan
kerja. Tak dapat disangkal lagi, bahwa dimana terdapat kondisi demikian, stres
akan muncul dan pada gilirannya perasaan tidak puas akan sedikit banyak
mempengaruhi produktivitas dan prestasi kerja (Anoraga, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Urip (2015) menunjukkan sebanyak 55,1%
dari perawat di ruang interna RSUD Prof. Dr. H. Aloe Saboe kota Gorontalo
mengalami stres kerja berat dengan kesimpulan yakni tingkat stres ringan dan
sedang yaitu sebanyak 22 perawat (44,9%) dan perawat yang mengalami tingkat
stres berat sebanyak 27 perawat (55,1%). Hal serupa juga terdapat pada penelitian
Ikrimadhani (2015) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan tingkat
stres kerja antara shift pagi, sore dan malam pada perawat rawat inap di RSUD
5
Banyudono Boyolali dengan p value =0,036, dengan kesimpulan yakni perawat
yang bekerja pada shift malam mempunyai nilai stress kerja yang paling tinggi
dengan nilai rata-rata 66,91 sedangkan nilai stres yang paling rendah yatu shift
sore dengan nilai rata-rata 49,41.
Pada survei pendahuluan yang telah dilakukan peneliti dengan
menggunakan kuesioner yang telah di isi oleh 10 perawat Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta, diperoleh 6 perawat mengalami stres kerja sedang
dan 4 perawat mengalami stres kerja ringan. Keluhan yang dirasakan yaitu merasa
repot jika ada rujukan pasien ke rumah sakit lain, waktu beristirahat kurang,
merasa bosan, kurangnya perhatian dari atasan dan manajemen yang kurang baik.
2. METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasion analitik
dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian ini adalah di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta yang dilaksanakan pada bulan
September 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang
bertugas di ruang Multazam, Umar dan Abu Bakar di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta dengan jumlah 50 perawat. Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunankan teknik exhaustive sampling, dimana
semua subjek dari populasi sumber sebagai sampel untuk diteliti. Sehingga jumlah
sampel yang digunakan yaitu 50 perawat. Analisis bivariat dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara tiga kelompok
penelitian menggunakan uji Kruskal-Wallis dengan derajat kepercayaan 95%
(α=0,05). Jika nilai p ≤0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima yang berarti terdapat
perbedaan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 karakteristik Responden
Hasil penelitian karakteristik responden dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut ini:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi pada Perawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta
6
Karakteritik Frekuensi
(n = 50)
Persentase
(%)
Jenis Kelamin
1 Laki-laki 15 30
2 Perempuan 35 70
Umur
1 23 - 32 tahun 35 70
2 33 - 42 tahun 11 22
3 43 - 52 tahun 4 8
Pendidikan Terakhir
1 D3 Keperawatan 40 80
2 D4 Keperawatan 4 8
3 S1 Keperawatan 6 12
Status Pernikahan
1 Belum Menikah 12 24
2 Menikah 38 76
Lama Bekerja
1 < 5 tahun 15 30
2 5 - 10 tahun 23 46
3 11 - 15 tahun 5 10
4 > 15 tahun 7 14
Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan paling banyak perawat Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta mempunyai jenis kelamin perempuan
(70%). Perawat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta mayoritas berumur
23 – 32 tahun (70%). Perawat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
mayoritas berpendidikan D3 Keperawatan (80%). Perawat Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta mayoritas sudah menikah (76%). Perawat telah bekerja
di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta selama 5 - 10 tahun (46%).
3.2 Analisa Univariat
3.2.1 Tingkat Stres Kerja Perawat Berdasarkan Shift Kerja
7
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Kerja Perawat Berdasarkan
Pembagian Shift Kerja Pagi, Siang dan Malam Hari
Stres Kerja Frekuensi
(n = 50)
Persentase
(%)
Shift Pagi
Rendah 7 14
Sedang 41 82
Tinggi 2 4
Shift Siang
Rendah 4 8
Sedang 43 86
Tinggi 3 6
Shift Malam
Rendah 1 2
Sedang 43 86
Tinggi 6 12
Hasil penelitian menunjukkan paling banyak perawat di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta mengalami stres sedang baik pada saat shift pagi, siang
ataupun malam hari, dimana pada shift pagi sebanyak 41 perawat (82%), pada
waktu shift siang sebanyak 43 perawat (86%) dan pada waktu shift malam
sebanyak 43 perawat (86%).
Menurut Urip (2015) stres kerja yang dialami oleh setiap responden
berbeda-beda, bisa menjadi stres kerja ringan maupun sedang. Hal ini dikarenakan
setiap responden memiliki mekanisme atau strategi koping terhadap stres yang
berbeda-beda, sehingga stres yang sama mempunyai dampak dan reaksi yang
berbeda pula. Koping itu sendiri diartikan sebagai usaha perubahan kognitif dan
perilaku secara konstan untuk menyelesaikan stres yang dihadapi. Koping yang
efektif menghasilkan adaptasi yang berakhir dengan perilaku konstruktif (upaya
menyelesaikan masalah secara asertif), sehingga responden mengalami stres kerja
ringan dan sebaliknya, mekanisme koping yang tidak efektif berakhir dengan
perilaku menyimpang (maladaptif atau destruktif) dan dapat merugikan diri
sendiri maupun orang lain serta lingkungan, sehingga responden mengalami stres
kerja sedang.
8
3.3 Analisa Bivariat
Analisa hubungan antara variabel terikat stres kerja dengan variabel bebas
yakni shift kerja yang terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas untuk
mengetahui sebaran data normal atau tidak dengan menggunakan Kolmogorov-
Smirnov taraf signifikan 95%.
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Data Penelitian
Stres Kerja Signifikansi Keterangan
Shift Pagi 0,169 Normal
Shift Siang 0,011 Tidak normal
Shift Malam 0,054 Normal
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebaran data penelitian pada stres
kerja perawat shift pagi mempunyai nilai signifikansi (p value) sebesar 0,169 >
0,05. Hal ini berarti sebaran data dinyatakan normal. Sedangkan pada sebaran data
penelitian pada stres kerja perawat shift siang mempunyai nilai signifikansi (p
value) sebesar 0,011 < 0,05. Hal ini berarti sebaran data dinyatakan tidak normal.
Untuk sebaran data penelitian pada stres kerja perawat shift malam mempunyai
nilai signifikansi (p value) sebesar 0,054 > 0,05. Hal ini berarti sebaran data
dinyatakan normal.
3.3.1 Perbedaan Tingkat Stres Kerja antara Perawat Shift Pagi, Siang dan
Malam
Dikarenakan salah satu sebaran data tidak normal maka penguji analisis
bivariat menggunakan Kruskal-Wallis. Hasil pengujian Kruskal-Wallis pada taraf
signifikansi 95% dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Hasil Uji Kruskal-Wallis
Shift Kerja Mean Rank p-value
Shift Pagi 85,15
0,001 Shift Siang 84,43
Shift Malam 56,92
Hasil penelitian menunjukkan hasil uji statistik Kruskal-Wallis dengan
mean rank sebesar shift pagi 85,15; shift siang 84,43 dan shift malam 56,92. Dari
hasil tersebut shift pagi memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan shift
siang dan malam. Dengan hasil tersebut shift malam memiliki nilai tertinggi
dibandingkan shift pagi dan shift siang. Sedangkan nilai p value sebesar 0,001
9
(0,001 ≤ 0,05). Maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan
antara shift kerja pagi, siang dan malam atau dengan kata lain paling tidak
terdapat perbedaan stres kerja perawat antara dua kelompok shift kerja.
Sistem kerja dengan menggunakan shift memiliki efek yang tidak begitu
baik bagi kesehatan seorang tenaga kerja termasuk perawat. Dimana fungsi tubuh
akan meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari, jika terjadi
ketidaknormalan pada hal tersebut akan mengakibatkan beberapa gangguan,
seperti halnya gangguan tidur, kelelahan, gangguan detak jantung, produksi
adrenalin, gangguan tekanan darah sampai gangguan kemampuan fisik.
Shift kerja malam perawat yang memiliki tingkat stres paling tinggi,
dikarenakan pola aktifitas tubuh akan terganggu bila bekerja di malam hari, oleh
karena banyak efek yang ditimbulkan dari shift kerja malam, dimana pekerja
mengalami kelelahan, kehidupan sosial terbatas, kurang baik untuk kehidupan
keluarga, terjadi gangguan tidur, banyak waktu luang yang terbuang, menurunnya
kapasitas fisik kerja, menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan. Shift
kerja malam lebih banyak mengakibatkan terjadinya stress kerja karena secara
tidak langsung perawat yang sedang bertugas harus memberikan pelayanan baik
pada siapa pun dan jam berapa pun, oleh karena sedikitnya tenaga yang ada waktu
shift kerja malam. Selain itu perawat yang mendapat shift kerja malam merasakan
lebih berat beban kerjanya dibandingkan shift kerja pagi maupun siang, dimana
pada shift kerja malam dengan tenaga yang minimal mengharuskan perawat
memberikan pelayanan yang maksimal pada setiap pasien rawat inap, belum lagi
memberikan pertolongan yang cepat pada pasien gawat darurat dengan fasilitas
dan tenaga yang minim, menuntut suatu tanggung jawab yang berat, lain halnya
pada shift pagi dan siang, dimana pada jam kerja ini masih bisa berinteraksi
dengan teman sejawat lainnya dengan mudah. Selama shift kerja malam dapat
terjadi penurunan kinerja serta penurunan kapasitas fisik kerja akibat timbulnya
perasaan mengantuk dan lelah.
3.3.2 Analisis Perbedaan Tingkat Stres Kerja antara Perawat Shift Pagi, Siang
dan Malam
10
Untuk membuktikan kelompok manakah yang terdapat perbedaan maka
digunakan analisis post-hoc test. Alat untuk melakukan analisis post-hoc test
untuk uji Kruskal-Wallis adalah dengan menggunakan uji Mann Whitney.
Sehingga kita perlu melakukan uji Mann-Whitney antara kelompok shift pagi,
shift siang dan shift malam. Hasil analisis Mann-Whitney secara keseluruhan
dapat diringkas seperti pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Hasil Analisa Kruskal-Wallis dan Uji Mann-Whitney
N Median
(min-maks)
Mean±SD P
Stres Kerja
Perawat
Shift Pagi
Shift Siang
Shift Malam
50
50
50
123,5 (101-156)
125 (101-143)
115 (100-149)
124,84±14,87
123,84±12,40
115,84±11,26
< 0,05
Uji Kruskal Wallis, Uji post-hoc Mann Whitney: pagi vs siang p = 0,847;
pagi vs malam p =0,002; siang vs malam p = 0,001
Hasil analisis Mann-Whitney diketahui antara perawat shift pagi dan siang
tidak terdapat perbedaan stres kerja (p value > 0,05); sedangkan antara perawat
shift pagi dan malam terdapat perbedaan stres kerja (p value < 0,05); dan antara
perawat shift siang dan malam terdapat perbedaan stres kerja (p value < 0,05).
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Rishapati (2013);
Yuliastuti (2014); Ikrimadhani (2015); Sumarto (2016) dimana hasil penelitian
mereka juga membuktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat stres akibat kerja
antara shift pagi, siang, dan malam, dengan skor stres tertinggi terdapat pada shift
malam. Hal yang sama ditunjukkan oleh penelitian Marchelia (2014) tentang stres
kerja ditinjau dari shift kerja pada karyawan bahwa ada perbedaan stres kerja yang
signifikan ditinjau dari shift kerja pada karyawan p = 0,000 (p<0,05), dimana shift
malam lebih tinggi tingkat stresnya dibandingkan shift pagi dan shift siang. Jadi
dapat disimpulkan bahwa perawat yang mendapat shift malam, cenderung akan
mengalami tingkat stres yang lebih tinggi, dapat dikarenakan adanya pemicu stres
lain yang sangat mempengaruhi tingkat stres mereka diantaranya adalah adanya
gangguan pola tidur yang membuat seseorang mengalami tingkat emosi yang
tinggi dan cenderung stres.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Marchelia (2014) dimana
shift malam memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan shift
11
pagi dan siang. Hal tersebut selaras dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya
yaitu membuktikan bahwa sumber stres berada pada shift malam. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat kelelahan kerja pada shift pagi lebih rendah dari pada
shift sore, dan tingkat kelelahan kerja shift sore lebih rendah dari pada shift
malam. Tingkat kelelahan kerja shift pagi lebih rendah dari pada shift malam.
Pada malam hari manusia berada pada fase ‘trophotropic’ yaitu fase dimana tubuh
melakukan pembaharuan cadangan energi/penguatan kembali.Sedangkan pada
siang hari manusia berada pada fase ‘ergotrophic’ yaitu fase dimana semua organ
dan fungsi tubuh siap untuk melakukan suatu tindakan. Fungsi tubuh tersebut
yaitu suhu badan, denyut jantung, tekanan darah, kapasitas fisik, kemampuan
mental dan produksi adrenalin meningkat pada siang hari dan menurun pada
malam hari. Oleh karena itu karyawan yang bekerja pada malam hari berada pada
suasana bekerja akan tetapi ritme circadiannya berada pada fase rileks. Selain itu
juga dapat menimbulkan masalah lainyaitu gangguan pencernaan, kelelahan
kronik, kehidupan keluarga dan sosial yang terganggu. Bagi pekerja shift malam
jam tidur malam diubah menjadi tidur siang. Namun secara kuantitas dan kualitas,
tidur siang banyak terganggu oleh kebisingan lingkungan tempat tinggal sehingga
umumnya tidak bisa beristirahat menyebabkan jam tidur berkurang. Selain itu
juga bekerja pada malam hari akan menurunkan produktifitas dan meningkatkan
kecelakaan kerja.
4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada perawat di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Surakarta maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
4.1.1 Perawat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta mayoritas berjenis
kelamin perempuan (70%), berumur 23 – 32 tahun (70%), berpendidikan
D3 Keperawatan (80%), mempunyai status pernikahan sudah menikah
(76%) dan telah bekerja di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
selama 5 - 10 tahun (46%).
4.1.2 Stres kerja perawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
mayoritas mengalami stres sedang baik pada saat shift pagi, siang ataupun
12
malam hari, dimana pada shift pagi sebanyak 41 perawat (82%), pada
waktu shift siang sebanyak 43 perawat (86%) dan pada waktu shift malam
sebanyak 43 perawat (86%).
4.1.3 Terdapat perbedaan tingkat stres kerja antara shift pagi, siang dan malam
di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta dengan nilai p value =
0,001 yang berarti p value 0,001<0,05.
4.1.4 Perawat yang bekerja pada shift pagi mempunyai nilai stres kerja paling
tinggi dengan nilai rata-rata 85,15. Nilai stres paling rendah yaitu pada
perawat shift malam dengan nilai rata-rata 56,92.
4.1.5 Stres kerja perawat antara shift pagi dan siang tidak terdapat perbedaan (p
value > 0,05); sedangkan stres kerja perawat antara shift pagi dan malam
terdapat perbedaan (p value < 0,05); dan stres kerja perawat antara shift
siang dan malam juga terdapat perbedaan (p value < 0,05).
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
4.2.1.1 Diharapkan pihak manajemen rumah sakit dapat memberikan pendidikan
pelatihan terkait peningkatan kecerdasan emosional, sehingga para
perawat mampu mengelola emosinya dengan baik dan membantu
menurunkan tingkat stres.
4.2.1.2 Menciptakan lingkungan kerja yang baik yang dapat mendukung hasil
kerja yang dapat meningkatkan produktivitas kerja perawat.
4.2.2 Bagi Perawat
4.2.2.1 Perawat hendaknya melakukan istirahat yang cukup setelah bekerja untuk
menjaga kondisi fisik dan mental. Hal tersebut guna menghindari
terjadinya stres, terutama saat bekerja pada shift malam.
4.2.2.2 Untuk mengurangi stres perawat dapat melakukan refreshing pada saat
libur atau berolah raga secara teratur dan juga relaksasi. Selain itu perawat
harus menerapkan pola hidup sehat sebagai bentuk pencegahan terjadinya
stres.
4.2.3 Bagi Peneliti Lain
13
4.2.3.1 Peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan
memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan stres kerja
perawat, karena hasil penelitian ini hanya untuk mengetahui perbedaan
stres kerja terhadap shift dan tidak melakukan uji perbedaan pada
karakteristik responden.
4.2.3.2 Peneliti lain dapat memperbanyak jumlah responden yang dijadikan
sampel serta menambahkan lokasi tempat penelitian seperti IGD, PICU,
NICU, ICVCU dan HCU ataupun di beberapa rumah sakit sekaligus,
sehingga diketahui hasil penelitian yang lebih komplek dan variatif.
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, C dan Eamon, S. 1997. Alih bahasa Leony Sally M. Editor Robert
Priharjo dan Yasmin Asih. Psikologi Sosial untuk Perawat. Jakarta:
EGC.
Anoraga, P. 2009. Psikologi Kerja. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Gibson. 2000. Organisasi, Perilaku; Struktur dan Prose. Alih Bahasa: Agus
Dharma. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ikrimadhani, T. 2015. Perbedaan Tingkat Stres Kerja antara Shift Pagi, Sore dan
Malam pada Perawat Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah
Banyudono Boyolali. . Surakarta: Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Marchelia, V. 2014. Stres Kerja ditinjau dari Shift Kerja pada Karyawan. Jurnal
Psikologi ISSN: 2301-8267 Vol. 02, No.01. januari 2014: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.
PPNI. 2006. Survey stres Kerja Perawat. Diakses pada anggal 30 juli 2016 22.54.
http://www.64.203.71.11/ver1/kesehatan/0705/12/htm.
Rishapati, P. 2013. Perbedaan Tingkat Stress Akibat Kerja antara Shift Pagi,
Siang dan Malam pada Perawat bagian Kelas III di Rumah Sakit Dr.
Moewardi Surakarta. . Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
RS PKU Muhammadiyah Surakarta. 2015. Profil PKU Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta: RS PKU Muhammadiyah Surakarta.
14
Sumarto, I. 2016. Perbedaan Stress Kerja di Tinjau dari Shift Kerja Pagi, Siang
dan Malam Pada Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari. . Kendari: Universitas Halu Oleo.
Urip, E. 2015. Hubungan Shift Kerja dengan Stres Kerja pada Perawat diruang
Interna RSUD. DR.H Aloe Saboe Kota Gorontalo. Jurnal
Keperawatan. Juli 2015: Universitas Negeri Gorontalo.
Waluyo, M. 2013. Manajemen Psikologi Industri. Jakarta: Indeks.
Winarsunu, T. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja. Malang: UMM Press.
Yuliastuti, F. 2014. Studi Komparasi Tingkat Stres Kerja ditinjau dari Sistem
Shift Kerja pada Perawat Instalansi Gawat Darurat (IGD) di Kota
Magelang. . Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan ‘Aisyiyah.