perbandingan filsafat ilmu modern dan postmodern
TRANSCRIPT
Perbandingan Filsafat IlmuModern dan Postmodern
Untuk memenuhi salah satu tugas akhir semesterpada mata kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan
Dosen Pengampu :Drs. Zulfa Hanum, M.A., M.Psi.
NAME : YULIA EOLIA PUTRINPM : 2015 7479 111
ENGLISH EDUCATION MASTER DEGREE PROGRAM
UNIVERSITY OF INDRAPRASTA PGRI2016
1
Perbandingan Filsafat Modern dan Postmodern
No. Indikator Filsafat Modern Filsafat Postmodern1. Filsafat
Zaman Modern
Pada zaman modern manusia menyadari dirinya sebagai subjectum, yaitu sebagai pusat realitas yang menjadi ukuran segala sesuatu. Lewat modernisasi, manusia lebih menyadari dirinya sebagai individu, kemajuan ekonomi dan terutama seni sangat besar andilnya dalam peningkatan kesadaran akan subjektivitas ini.
Postmodern cenderung mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan dengan modernitas yaitu pada akumulasi pengalaman peradaban Barat adalah industrialisasi, urbanisasi, kemajuan teknologi, negara bangsa, kehidupan dalam jalur cepat. Teoritisi postmodern cenderung menolak apa yang biasanya dikenal dengan pandangan dunia (world view), metanarasi, totalitas, dan sebagainya
2. Pemikiran Cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada) menjadi formulasi padat kesadaran zaman modern yang terus dipertahankan bahkan sampai abad ke-20 ini bahwa manusia (individu) bisa mengetahui kenyataan dengan rasionya sendiri.
3. Sejarah Zaman ini sebenarnya sudah terintis mulai dari abad 14 M. Tetapi, indikator yang nyata terlihat jelas pada abad 17 M dan berlangsung hingga abad 20 M.
Postmodern pertama kali muncul di Prancis sekitar tahun 1970-an.
4. Pola Pemikiran
Suatu periode yang mengafirmasi keeksistensian dan kemungkinan mengetahui kebenaran dengan hanya menggunakan penalaran
Dalam postmodern, pikiran digantikan kegiinginan, penalaran digantikan emosi, dan moralitas digantikan oleh relativitas.
2
manusia. Penalaran menggantikan posisi Tuhan dan naturalism menggantikan posisi supernatural.Filsafat modern sebagai pemberontakan intelektual terus-menerus terhadap metafisika tradisional. filsafat modern dianggap sebagai emansipasi, sebuah kemajuan berpikir, dari kemandegan dan pendewaan pemikiran metafisis.
Fenomena ini menandai berakhirnya sebuah cara pandang universalisme ilmu pengetahuan modern.Postmodem menolak penjelasan yang harmonis, universal, dan konsisten yang merupakan bagian identitas dasar yang membuat kokoh dan tegaknya modernisme. Kaum postmodernis mengkritik dan menggantikan semua itu dengan sikap menghargai kepada perbedaan dan penghormatan kepada yang khusus (partikular dan lokal).
5. Ciri Ciri 1. Dengan subjektivitas dimaksudkan bahwa manusia menyadari dirinya sebagai subjectum, yaitu sebagai pusat realitas yang menjadi ukuran segala sesuatu.
2. Dengan kritik dimaksudkan bahwa rasio tidak hanya menjadi sumber pengetahuan, melainkan juga menjadi kemampuan praktis untuk membebaskan individu dari wewenang tradisi atau untuk menghancurkan parsangka-prasangka yang menyesatkan.
3. Subjektivitas dan kritik pada gilirannya
1. Timbulnya pemberontakan secara kritis terhadap proyek modernitas; memudarnya kepercayaan pada agama yang bersifat transenden (meta-narasi); dan diterimanya pandangan pluralisme relativisme kebenaran.
2. Meledaknya industri media massa, kekuatan media massa telah menjelma bagaikan “agama” atau “tuhan” sekuler, dalam artian perilaku orang tidak lagi ditentukan oleh agama-agama tradisional, tetapi tanpa disadari telah diatur oleh media massa, semisal program televisi.
3
mengandaikan keyakinan akan kemajuan. Dengan kemajuan dimaksudkan bahwa manusia menyadari waktu sebagai sumber langka yang tak terulangi.
3. Munculnya radikalisme etnis dan keagamaan. Fenomena ini muncul diduga sebagai reaksi atau alternatif ketika orang semakin meragukan terhadap kebenaran sains, teknologi dan filsafat yang dinilai gagal memenuhi janjinya untuk membebaskan manusia, tetapi sebaliknya, yang terjadi adalah penindasan.
4. Munculnya kecenderungan baru untuk menemukan identitas dan apresiasi serta keterikatan rasionalisme dengan masa lalu.
5. Semakin terbukanya peluang bagi klas-klas sosial atau kelompok untuk mengemukakan pendapat secara lebih bebas.
6. Konflik Goncangan yang keras di ambang modernitas, dihasilkan oleh penemuan-penemuan ilmiah. Nicolas Copernicus (1473-1543), lewat penelitian astronomisnya, menghancurkan otoritas astronomi tradisional yang didominasi oleh teori Aristoteles dan Ptolemaeus yang mengandaikan bumi adalah pusat semesta. Konsep-konsep kuno ditolak secara matematis bahwa bumi mengitari matahari sebagai
Beberapa kecenderungan umum yang mendasari gerakan post modernisme yang bisa dianggap sebagai kerangka konseptualisasi, muculnya gerakan post modernisme adalah: 1. ‘realitas’ adalah konstruksi
semiotis, artifisial & ideologis.
2. Sikap skeptis dan kritis diri terhadap segala bentuk keyakinan tentang ‘substansi’.
3. Realitas bisa ditangkap
4
pusat semesta. Copernicus mengguncangkan kemapanan penafsiran religius saat itu paling jelas ditampilkan dalam peristiwa Galileo-Galilei (1564-1642), berhasil membuktikan teori Copernicus lewat teleskop temuannya pada tahun 1610.
dengan banyak cara (pluralisme).
4. ‘sistem’ konotasi otonom dan tertutup, diganti dengan ‘jaringan’, ‘relasionalitas’ atau pun ‘proses’ yang senantiasa saling-silang dan bergerak dinamis.
5. Segala unsur, ikut saling menentukan dalam interaksi jaringan dan proses dalam interelasinya dengan bebagai aspek.
6. Segala hal harus dilihat secara holistik berbagai kemampuan (faculties) lain selain rasionalitas, misalnya, emosi, imajinasi, intuisi dsbg.
7. Pengalaman yang selalu dimarginalisasi oleh pola ilmu pengetahuan modern dikembalikan ke tengah menjadi fream pemikiran. Misalnya, gender, feminisme kaum perempuan, tradisi-tradisi lokal, dan agama.
7. Term/ Istilah yang biasa dipergunakan
SentralisasiPertarungan KelasKonstruksiKulturHermeneutisBudaya TinggiHierarkiIndustriTeoriKekuatan NegaraAgama
DesentralisasiPertarungan EtnisDekonstruksiSub-kulturNihilismeBudaya RendahAnarkiPasca-industriParadigmaKekuatan Bersama (Civil Society)
5
LegitimasiKonsensusBudaya tradisionalKontinuitas
Sekte-sekteDelegitimasiDekonsensusLiberalismeDiskontinuitas
8. Tokoh Terkenal
Cirinya sudah mengenal rasionalisme pada zaman modern karena munculnya ilmu pengetahuan. Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini diantaranya:
1. Isaac Newton (1643 M-1727 M)
2. Rene Descrates (1596 M-1650 M)
3. Charles Robert Darwin (1809 M-1882 M)
4. Joseph John Thompson (1856 M-1940 M)
Pada masa ini terkenal dengan adanya penemuan mutakhir. Bidang fisiska menjadi titik perkembangan ilmu karena dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan. Tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Albert Enstein (1879 M-1955 M), Linus Pauling, James D. Watson, Miler Urey, Werner Heinsenberg dan Erwin Schrodinger, Edwin Hubble, Alfred Wegener.
9. Filusuf 1. Rene Descartes (1596-1650)2. Hegel (1770-1831)3. Immanuel Kant (1724-1804)4. John Locke (1632-1704)5. William James (1842-1910)6. Soren Kierkegaard (1813-
1855)Thomas Hobbes (1588-1679)August Comte (1798-1857)David Hume(1711-1776).Blaise Pascal (1623-1662)
Frederich Wilhelm NietzscheCharles Sanders PierceMichel FoucaultJacqeues Derrida (Al Jan MukarovskyHans Robert Jauss
6
Perbandingan Aliran Empirisme dan Rasionalisme
1. Pengertian EmpirismeEmpirisme berasal dari bahasa yunani yaitu “empeiria” yang berarti
pengalaman dan mencoba. Empirisme merupakan doktrin filsafat yang menekankan akan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan peran akal. Bagi kaum empiris, pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber dan terjamin kepastian dalam pengetahuan. Karena sumber pengetahuan adalah pengalaman, makan metode yang dipakainya adalah verifikasi induksi.
Tanpa pengalaman, rasio tidak memiliki kemampun untuk menggambarkan sesuatu apa pun. Kalau pun menggambarkan sedemikian rupa, itu hanyalah khayalan belaka. Dengan pengertian-pengertian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwasanya akal tidak mendapatkan peran dalam memperoleh pengetahuan melainkan akal hanya alat penyimpanan yang secara pasif menerima pengalaman, dan pengalaman-pengalaman itu bersifat inderawi.
2. Pengertian rasionalismeRasio dalam bahasa inggris “reason”; dan dalam bahasa latin “ratio”
yang berarti berhubungan dengan pemikiran. Secara umum rasio dimengerti sebagai kemampuan untuk melakukan; abtraksi, memahami, menghubungkan, merefleksikan, memperhatikan kesamaan-kesamaan, dan perbedaan-perbedaan dan sebagainya.
Rasio berbeda dengan kemampuan; kehendak, kemampaun cita rasa, kemampuan perasaan, kemampuan intuisi dan sebagainya. Rasio juga dibedakan dengan iman, intuisi, emosi dan perasaan, pencerapan, persepsi pengalaman. Paham rasionalisme menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian ilmu pengetahuan dan pengetahuan dapat diperoleh dan diukur akal melalui kegiatan. Serta menurut paham ini pula bahwasanya manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek.
Perbedaan empirisme dan rasionalisme di antaranya:Empirisme Akal itu pasif dan dianggap sebagai
penyimpanan data-data dari pengalaman-pengalaman
Akal menjadi objek dan pengalaman menjadi subjek
Rasionalisme
Akal itu aktif dan semua yang dapat diindera hanya perangsang bagi akal
Akal menjadi subjek dan pengalaman/yang dapat diiderawi menjadi objek
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk
memahaminya atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis.
Dalam mempelajari ilmu filsafat kita akan mengenal beberapa zaman yang
memiliki pandangan serta ajaran berbeda dalam hal filsafat. Dalam sejarah
manusia kita mengenal tiga era atau zaman yang memiliki ciri khas nya masing –
masing. Yaitu pramodern, modern dan postmodern. Zaman modern ditandai
dengan afirmasi diri manusia sebagai subjek. Sedangkan zaman postmodern
merupakan kritik atas masyarakat modern dan kegagalannya memenuhi janjinya.
Post modern juga cenderung mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan
dengan modernitas yaitu akumulasi pengaruh budaya barat.
Lintasan sejarah mencerminkan perkembangan peradaban manusia di muka
bumi. Gelombang perubahan tersebut terejewantahkan dalam perkembangan
kehidupan sosialnya. Manusia senantiasa merasa tidak puas dan tidak dapat
bertahan dengan perkembangan pengetahuan pada periode-periode sebelumnya.
Secara teologis, pengetahuan animisme, bergeser menuju dinamisme dari
dinamisme menuju ke politeisme, dan politeisme menuju konsep monoteisme.
Menyangkut paradigma ilmu pengetahuan, dari teosentris, ke empirisme, dari
empiris ke rasionalisme, dari rasionalisme ke positivisme, dari positivisme ke
materialisme, dari materialisme ke idealisme dan pada tataran tertentu
intuisionisme juga mendapat posisinya sebagai paradigma ilmu pengetahuan.
Berbagai simbol telah diciptakan manusia untuk dilekatkan mewakili bahasa
manusia dalam menyebut pergeseran paradigma pemikiran dan pengetahuan
manusia dari waktu ke waktu.
Kerangka pikir atas pergeseran pengetahuan manusia mengacu pada sebuah
frame besar yakni masa kuno/klasik, masa pertengahan, masa modern dan
8
postmodern. Secara siginifikan masa klasik dan pertengahan di barat, wacana
pikir dan rasionalisme manusia, belum mendapatkan porsi yang signifikan. Pada
masa modern rasio manusia seolah-olah sebuah kendaraan yang sangat daksyat
mengantarkan manusia pada sebuah kehidupan yang seolah-olah nyaman dan
penuh kemapanan. Dengan perkembangan teknologi yang terstruktur sedemikian
rupa. Disinilah modernisme dicirikan dengan gerakan rasionalisme yang begitu
gencar. Rasionalisme telah menggiring manusia pada sebuah masa pencerahan
yang disebut dengan mainstream pemikiran modernisme dan fakta sosialnya
disebut modernitas. Setelah berjalan sekian dekade kemapanan dan kenyamanan
paham modernisme mendapat kritik dan pergeseran paradigma. Pergeseran
pemikiran modernisme itu mendapat kritik yang cukup signifikan yang
merupakan mainstream gerakan postmodernisme dengan segala lingkup dan
permasalahannya.
9
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat Modern
1. Filsafat Zaman Modern
Pada zaman modern manusia menyadari dirinya sebagai subjectum,
yaitu sebagai pusat realitas yang menjadi ukuran segala sesuatu. Manusia
dalam masyarakat abad pertengahan lebih mengenali dirinya sebagai ras,
rakyat, partai, keluarga atau kolektif. Lewat modernisasi, manusia lebih
menyadari dirinya sebagai individu, kemajuan ekonomi dan terutama seni
sangat besar andilnya dalam peningkatan kesadaran akan subjektivitas ini.
Pernyataan Descartes yang termasyhur, cogito ergo sum (saya berpikir maka
saya ada) menjadi formulasi padat kesadaran zaman modern yang terus
dipertahankan bahkan sampai abad ke-20 ini bahwa manusia (individu) bisa
mengetahui kenyataan dengan rasionya sendiri. Di abad ke-19, Marx, (ilham
dari Hegel), menegaskan bahwa manusia adalah subjek sejarah, manusia
tidak hanyut dipermainkan waktu, melainkan perancang sejarahnya sendiri.
Dengan demikian subjektivitas dipahami dalam matra historisnya.
Rasio tidak hanya sumber pengetahuan, melainkan juga menjadi
kemampuan praktis untuk membebaskan individu dari wewenang untuk
menghancurkan prasangka yang menyesatkan. Kant merumuskan kritik
sebagai keberanian untuk berpikir sendiri di luar tuntunan tradisi atau
otoritas. Dia mengatakan "terbangun dari tidur dogmatis", yaitu: kemampuan
kritis rasio membuatnya bebas dari prasangka-prasangka pemikiran
tradisional. Subjektivitas dan kritik pada gilirannya mengandaikan keyakinan
akan kemajuan. Manusia menyadari waktu sebagai sumber langka yang tak
terulangi. Waktu dialami sebagai rangkaian peristiwa yang mengarah pada
satu tujuan yang dituju oleh subjektivitas dan kritik itu.
10
2. Sejarah Zaman Modern
Zaman ini sebenarnya sudah terintis mulai dari abad 14 M. Tetapi,
indikator yang nyata terlihat jelas pada abad 17 M dan berlangsung hingga
abad 20 M. Hal ini ditandai dengan adanya penemuan-penemuan dalam
bidang ilmiah. Terdapat ada tiga sumber pokok yang menyebabkan
berkembangnya ilmu pengetahuan di Eropa dengan pesat, yaitu hubungan
antara kerajaan Islam di Semenanjung Liberia dengan negara Perancis,
terjadinya Perang Salib dari tahun 1100-1300, dan jatuhnya Istambul ke
tangan Turki pada tahun 1453.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern ini sesungguhnya
sudah dirintis sejak zaman Renaissance. Renaissance sering diartikan denagn
kebangkitan, peralihan, atau lahir kembali (rebirth), yaitu di lahirkan kembali
sebagai manusia yang bebas untuk berpikir , dan jauh dari ajaran-ajaran
agama. Jadi, zaman Modern filsafat didahului oleh zaman Renaissance.
Sebenarnya secara esensial zaman Renaissance itu, dalam filsafat, tidak
berbeda dari zaman modern. Ciri-ciri filsafat Renaissance ada pada filsafat
modern. Filsafat modern menampakkan karakteristiknya dengan lahirnya
aneka aliran-aliran besar filsafat, yang diawali oleh Rasionalisme dan
Empirisme dan Kriticisme. Selain ketiga aliran itu, juga akan diketengahkan
aliran-aliran besar lainnya yang ikut berperan mengisi lembaran filsafat
modern, yaitu idealisme, materialisme, positivisme, fenomenologi,
eksistensialisme dan pragmatism.
Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal
dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari
diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda
pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan
adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme,
sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang
11
batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba
memadukan kedua pendapat berbeda itu.
3. Pola Pemikiran Modern
Pemikiran abad pertengahan ditandai oleh kesatuan, keutuhan, dan
totalitas yang koheren dan sistematis dalam bentuk metafisika atau ontologi.
Oleh pemikir abad pertengahan kenyataan dilukiskan sebagai sebuah tatanan
sistematis yang hierarkial (kenyataan tertinggi dan terendah, terabstrak dan
konkret), Thomas Aquinas adalah puncak dari pemikiran abad pertengahan
ini. Pemikiran modern sebagai suatu pemberontakan terhadap alam pikir abad
pertengahan itu. Filsafat modern sebagai pemberontakan intelektual terus-
menerus terhadap metafisika tradisional. Dari pemberontakan ini, cara
berpikir filosofis yang mendasarkan pada rasio menjadi otonom dari
pemikiran atas dasar iman ("teologi"). Pemisahan filsafat dari teologi
berlanjut pada abad ke-18 dan 19 menjadi pemisahan ilmu pengetahuan dari
filsafat.
Filsafat Modern sebagai Pemberontakan Intelektual. Di satu sisi,
modernitas dianggap sebagai disintegrasi intelektual. Filsafat modern lebih
menampilkan dirinya sebagai anarkhi dan kekacauan dari pada keutuhan dan
ketertiban, sebuah kemerosotan intelektual. Di lain sisi, filsafat modern
dianggap sebagai emansipasi, sebuah kemajuan berpikir, dari kemandegan
dan pendewaan pemikiran metafisis yang mendukung sistem kekuasaan
gerejawi tradisional. Pihak kedua mendukung radikalisasi lebih lanjut,
pemisahan ilmu pengetahuan dari filsafat. Hancurnya metafisika tradisional
disambut gembira Nietzsche, Kant, Comte, di lain pihak, Hegel dan Marx
ingin mengembalikan integrasi metafisis itu dari puing-puingnya.Usaha
melepas diri dari tradisi, filsafat modern meluncurkan tema-tema baru,
pengetahuan yang sekarang dikenal sebagai "ilmu pengetahuan modern",
yakni ilmu-ilmu alam, seperti Galileo, Bacon dan Descartes sangat
menekankan "metode" untuk mengetahui. Kalau filsafat tradisional ramai
12
mempersoalkan kenyataan adikodrati (Allah, roh, dst), para filsuf modern
sibuk mempersoalkan cara untuk menemukan dasar pengetahuan yang sahih
tentang semua itu. Lambat laun minat refleksi akan Allah bergeser ke refleksi
atas manusia dengan segala kemampuan kodratinya. Jadi, teosentrisme
bergeser keantroposentrisme. Kemampuan manusia sebagai subjektivitas,
seperti: rasio, persepsi, afeksi, dan kehendaknya menjadi tema-tema refleksi
baru.
Di awal zaman modern, rumusan "Cogito ergo sum" dari Descartes
bersesuaian dengan interpretasi subjektif atas iman dari Luther. Jika
pengetahuan dicapai oleh dirinya sendiri dan iman ditafsirkan sendiri, yang
dilawan di sini bukan hanya ajaran-ajaran resmi tentang pengetahuan yang
benar, melainkan juga praktik-praktik totaliter gereja Abad Pertengahan yang
dilegitimasikan ajaran-ajaran itu. Di abad ke-18, John Locke dan Adam
Smith merumuskan hak-hak milik yang menandai praktik-praktik ekonomi
kapitalis zaman itu. Praktik-praktik yang lama mendapat serangan gencar dari
Marx yang memperlihatkan hak milik sehagai biang keladi penindasan dalam
masyarakat. Renaisans dan Gerakan Humanisme. Memang warisan-warisan
kebudayaan Yunani dan Romawi kuno dipelajari lagi oleh para cendikiawan
yang pada zaman itu disebut "kaum humanis". Namun hasil pengolahan
kembali warisan antik itu adalah sesuatu yang baru, sehingga renaisans itu
bukanlah reproduksi kultur antik, melainkan interpretasi baru atasnya.
Gerakan humanisme lalu ditandai oleh kepercayaan akan kemampuan
manusia, hasrat intelektual, dan penghargaan akan disiplin intelektual. Kaum
humanis percaya bahwa rasio dapat melakukan segalanya dan lebih penting
dari pada iman. Karena itu, penelitian filologis tidak hanya dilakukan atas
sastra klasik, artinya, teks suci ini mulai dipelajari dengan rasio belaka.
Karena percaya akan kemampuan intelektual, kaum humanis juga
menekankan pentingnya perubahan-perubahan sosial, politis dan ekonomi.
Kekuasaan absolut gereja makin keropos, dan sebagai gantinya muncul
13
kecenderungan membentuk negara-negara nasional. Kaum humanis
mendorong sekularisasi (pemisahan kekuasaan politis dari agama).
4. Konflik Zaman Modern
Goncangan yang keras di ambang modernitas, dihasilkan oleh
penemuan-penemuan ilmiah. Nicolas Copernicus (1473-1543), lewat
penelitian astronomisnya, menghancurkan otoritas astronomi tradisional yang
didominasi oleh teori Aristoteles dan Ptolemaeus yang mengandaikan bumi
adalah pusat semesta. Konsep-konsep kuno ditolak secara matematis bahwa
bumi mengitari matahari sebagai pusat semesta. Copernicus
mengguncangkan kemapanan penafsiran religius saat itu paling jelas
ditampilkan dalam peristiwa Galileo-Galilei (1564-1642), berhasil
membuktikan teori Copernicus lewat teleskop temuannya pada tahun 1610.
Karena dianggap menyebarkan teori heliosentrisme, dia dihukum oleh
Inkuisisi (intelejen gereja), dicukil matanya. Apa yang berkembang di sini tak
lain pada observasi empiris, sebuah metode yang sangat sentral bagi
perkembangan ilmu-ilmu modern.
Reformasi dan Pengaruhnya atas Filsafat. Jika Renaisans dengan
humanismenya merupakan gerakan elite intelektual, Reformasi adalah
gerakan massa. Renaisans adalah gerakan kebudayaan, sedang Reformasi
adalah gerakan teologis dan politis. Martin Luther (1483-1546) sebagai
peletusan gerakan massal yang pada mulanya adalah protes atas ulah seorang
teolog bernama John Tetzel (mengusahakan uang bagi Paus Leo X dan uskup
Magdeburg dengan mengkotbahkan hukuman neraka yang bisa dikurangi
dengan membeli surat aflat). Dengan 95 tesis, protesnya bukan hanya
didukung dari kelas menengah Jerman, meluas menjadi gerakan
demokratisasi religius sampai ke gerakan-gerakan petani.
5. Tokoh Tokoh Pada Zaman Modern
14
Tokoh penemu di bidang sains pada masa renaisans (abad 15-16 M):
Nicolaus Copernicus (1473-1543 M), Johanes Kepler (1571-1630 M),
Galileo Galilei (1564-1643 M), dan Francis Bacon (1561-1626 M).
Selanjutnya tokoh penemu di bidang sains pada zaman modern (abad
17-19 M): Sir Isaac Newton (1643-1727 M), Leibniz (1646-1716 M), Joseph
Black (1728-1799 M), Joseph Prestley (1733-1804 M), Antonie Laurent
Lavoiser (1743-1794 M), dan J.J. Thompson. Perkembangan ilmu pada abad
ke-18 telah melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus, dan
statistika, sementara pada abad ke-19 lahirlah pharmakologi, geofisika,
geomophologi, palaentologi, arkeologi, dan sosiologi. Pada tahap
selanjutnya, ilmu-ilmu zaman modern memengaruhi perkembangan ilmu
zaman kontemporer.
Zaman modern ini sebenarnya sudah terintis mulai dari abad 15 M.
Tetapi, indikator yang nyata terlihat jelas pada abad 17 M dan berlangsung
hingga abad 20 M. Hal ini ditandai dengan ditandai dengan adanya
penemuan-penemuan dalam bidang ilmiah. Menurut Slamet Iman Sontoso,
dalam buku yang disusun oleh Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM (2001:79) ada
tiga sumber pokok yang menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan di
Eropa dengan pesat, yaitu hubungan antara kerajaan Islam di Semenanjung
Liberia dengan negara Perancis, terjadinya Perang Salib dari tahun 1100-
1300, dan jatuhnya Istambul ke tangan Turki pada tahun 1453. Ilmuwan pada
zaman ini membuat penemuan dalam bidang ilmiah. Eropa yang merupakan
basis perkembangan ilmu melahirkan ilmuwan yang popular.
Zaman modern di tandai dengan berbagai penemuan dalam bidang
ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya
sudah di rintis sejak zaman Renaissance. Tokoh yang terkenal sebagai bapak
filsafat modern adalah Rene Descartes. Rene Descartes juga sebagai ilmu
pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti adalah system koordinat yang terdiri
atas dua garis lurus X Dan Y dalam bidang datar. Isaac Newton dengan
15
temuannya teori grafitasi. Charles Darwin dengan teorinya struggle for live
( Perjuangan untuk hidup ). J.J Thompson dengan temuannya electron.
Berikut penjelasan sekilas dari filsuf-filsuf tersebut.
B. Filsafat Postmodern
1. Filsafat Zaman Postmodern
Secara etimologis postmodernisme terbagi menjadi dua kata, post dan
modern. Sedangkan secara terminologi menurut tokoh dari post modern,
Pauline Rosenau (1992) mendefinisikan postmodern secara gamblang dalam
istilah yang berlawanan seperti post modernisme merupakan kritik atas
masyarakat modern dan kegagalannya memenuhi janji – janjinya. Juga
postmodern cenderung mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan dengan
modernitas yaitu pada akumulasi pengalaman peradaban Barat adalah
industrialisasi, urbanisasi, kemajuan teknologi, negara bangsa, kehidupan
dalam jalur cepat. Namun mereka meragukan prioritas – prioritas modern
seperta karier, jabatan, tanggung jawab personal, birokrasi, demokrasi
liberal, toleransi, humanisme, egalitarianisme, penelitian objektif, kriteria
evaluasi, prosedur netral,peraturan impersonal dan rasionalitas. Kedua,
teoritisi postmodern cenderung menolak apa yang biasanya dikenal dengan
pandangan dunia ( world view ), metanarasi, totalitas, dan sebagainya
2. Sejarah Filsafat Postmodern
Postmodern pertama kali muncul di Prancis sekitar tahun 1970-an.
Pada awalnya postmodern lahir terhadap kritik arsitektur, dan harus kita akui
kata postmodern itu sendiri muncul sebagai bagian modernitas. Benih posmo
pada awalnya tumbuh di lingkungan arsitektur. Charles Jencks dengan
bukunya “The Language of Postmodern”. Architecture (1975) menyebut
postmodern sebagai upaya untuk mencari pluralisme gaya arsitektur setelah
ratusan tahun terkurung satu gaya. Pada sore hari di bulan juli 1972,
16
bangunan yang mana melambangkan kemodernisasian di ledakkan dengan
dinamit. Peristiwa peledakan ini menandai kematian modern dan
menandakan kelahiran posrmodern. Ketika postmodern mulai memasuki
ranah filsafat, post dalam modern tidak dimaksudkan sebagai sebuah periode
atau waktu tetapi lebih merupakan sebuah konsep yang hendak melampaui
segala hal modern.
Postmodern ini merupakan sebuah kritik atas realitas modernitas yang
dianggap telah gagal dalam melanjutkan proyek pencerahan. Nafas utama
dari posmodern adalah penolakan atas narasi – narasi besar yang muncul
pada dunia modern dengan ketunggalan gangguan terhadap akal budi dan
mulai memberi tempat bagi narasi – narasi kecil, lokal, tersebar dan
beraneka ragam untuk untuk bersuara dan menampakkan dirinya.
Postmodernisme bersifat relatif. Kebenaran adalah relatif, kenyataan atau
realita adalah relatif, dan keduanya menjadi konstruk yang tidak
bersambungan satu sama lain. Dalam postmodernisme, pikiran digantikan
oleh keinginan, penalaran digantikan oleh relativisme. Kenyataan tidak lebih
dari konstruk sosial, kebenaran disamakan dengan kekuatan atau kekuasaan.
Akhirnya, pemikiran postmodern ini mulai mempengaruhi berbagai bidang
kehidupan, termasuk dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan dan sosiologi.
Postmodern akhiryna menjadi kritik kebudayaan atas modernita.
3. Ciri Ciri Post Modern
Fenomena postmodern mencakup banyak dimensi dari masyakat
kontemporer. Postmodern adalah suasana intelektual yang bersifat Ide atau
”isme” postmodernisme. Para ahli saling berdebat untuk mencari aspek-
aspek apa saja yang termasuk dalam postmodernisme. Tetapi mereka telah
mencapai kesepakatan pada satu butir: fenomena ini menandai berakhirnya
sebuah cara pandang universalisme ilmu pengetahuan modern. Postmodem
menolak penjelasan yang harmonis, universal, dan konsisten yang
merupakan bagian identitas dasar yang membuat kokoh dan tegaknya
17
modernisme. Kaum postmodernis mengkritik dan menggantikan semua itu
dengan sikap menghargai kepada perbedaan dan penghormatan kepada yang
khusus (partikular dan lokal). Lalu membuang yang universal.
Postmodernisme menolak penekanan kepada penemuan ilmiah melalui
metode sains. Metode ilmiah ini merupakan fondasi intelektual dari
modernisme untuk menciptakan dunia yang seolah-olah lebih baik pada
masa-masa awal masa pencerahan. Metode ilmiah telah mengantarkan
modernisme dalam bentuk praktisnya berbagai teknologi.
Dari paparan ini dimaksudkan bahwa ciri dari postmodern adalah
melingkupi hal-hal secara konseptual ide yang meliputi:[1][8] Pertama, Ide
yang menghendaki penghargaan besar terhadap alam ini sebagai kritik atas
gerakan modernisme yang mengeksploitasi alam. Kedua, Ide yang
menekankan pentingnya bahasa (Hermeneutik, Filologi) dalam kehidupan
manusia dengan segala konsep dan analisanya yang kompleks, ini sebagai
antitesa atas kondisi modernisme atas kuasa tafsir oleh mesin birokrasi ilmu
pengetahuan. Ketiga, Ide besar untuk mengurangi kekaguman terhadap ilmu
pengetahuan, kapitaslisme, dan teknologi yang muncul dari perkembangan
modernisme. Dengan alasan bahwa semua itu telah melahirkan konstruksi
manusia sebagai obyek yang mati dalam realitas kehidupannya. Sehingga
menjauhkan manusia dari humanismenya itu sendiri. Keempat, ide
pentingnya inklusivitas dalam menerima tantangan agama lain atas agama
dominant sehingga terbuka munculnya ruang dialogis. Ini muncul sebagai
akibat menjamurnya dan tumbuhkembangnya realitas modernis yang
menempatkan ideologi sebagai alat pembenar masing-masing. Kelima, sikap
yang cenderung permisive dan menerima terhadap ideologi dan juga agama
lain dengan berbagai penafsiran. Keenam, secara kasuistik munculnya ide
pergeseran dominasi kulit putih di dunia barat. Hal itu merupakan ide-ide
cemerlang yang menjadi daya dorong kebangkitan golongan tertindas,
seperti golongan ras, gender, kelas minoritas secara sosial yang tersisihkan.
18
Ketujuh Ide tentang tumbuhnya kesadaran akan pentingnya interdependensi
secara radikal dari semua pihak dengan cara yang dapat dan memungkinkan
terpikirkan oleh manusia secara menyeluruh.
Untuk itulah kehidupan dunia harus diselamatkan dari proses
kolonialisasi ilmu pengetahuan. Postmodernisme dengan gerakan
postkolonialismenya menggempur habis-habisan jerat kuasa pengetahun
yang bersembunyi atas nama bendera modernisme. Disinilah bisa kita
temukan watak menonjol dari era postmodernisme mengandung
kecenderungan diantaranya; mengangkat konsep pluralisme, Mengacu nilai
yang bersifat A Historis, penekanan pada konsepsi empiris dalam arti konsep
fenomenologi dialektis, dan Penekanan pada nilai individualitas diri manusia
sebagai sang otonom sehingga postmodernisme menolak nilai-nilai
absolutisme, universalitas, dan homogenitas.[2][9] Watak utama
postmodernisme tersimpul dalam konsep kritik ideologi besar atas ilmu
pengetahuan yang disebut dengan dekonstruksi yang dipelopori oleh
Derrida. Konsep dekonstruksi Derrida ini merupakan penyempurnaan dari
ide destruksi yang dipelopori oleh Heidegger. Meski diantara derrida ada
sejumlah persamaan dan perbedaannya dalam memandang realitas sebagai
sebuah inspirasi pemikiran manusia.
4. Konflik Post Modern
Beberapa kecenderungan umum yang mendasari gerakan
postmodernisme yang bisa dianggap sebagai kerangka konseptualisasi,
muculnya gerakan postmodernisme adalah persoalan – persoalan yang
menyangkut hal - hal sebagai berikut: pertama, segala ‘realitas’ adalah
konstruksi semiotis, artifisial dan ideologis. Kedua, sikap Skeptis dan kritis
diri terhadap segala bentuk keyakinan tentang ‘substansi’. Ketiga, Realitas
bisa ditangkap dengan banyak cara (pluralisme). Keempat, segala ‘sistem’
konotasi otonom dan tertutup, diganti dengan ‘jaringan’, ‘relasionalitas’
ataupun ‘proses’ yang senantiasa saling-silang dan bergerak dinamis.
19
Kelima, segala unsur ikut saling menentukan dalam interaksi jaringan dan
proses dalam interelasinya dengan bebagai aspek, tidak hanya sebagai
oposisi biner (either-or) dengan dua sisi saja. Keenam, segala hal harus
dilihat secara holistik berbagai kemampuan (faculties) lain selain
rasionalitas, misalnya, emosi, imajinasi, intuisi, spiritualitas, dan sebagainya.
Ketujuh, segala hal dan pengalaman yang selalu dimarginalisasi oleh pola
ilmu pengetahuan modern dikembalikan ke tengah menjadi fream pemikiran.
Misalnya, gender, feminisme kaum perempuan, tradisi-tradisi lokal,
paranormal, dan agama.
Dalam diskusi lanjutan seringkali kata postmodernisme dan
postmodernitas diperdebatkan. Walaupun sebenarnya konseptualisasi ini
cukup bisa dimengerti bahwa modernisme berarti isme pemahaman tentang
ranah ide kognitif. Sementara Postmodernitas, merupakan istilah yang
biasanya digunakan untuk menggambarkan realitas sosial masyarakat post-
industri. Sedangkan postmodernisme dimengerti sebagai wacana pemikiran
baru yang menggantikan modernisme. Postmodernisme meluluhlantakkan
konsep-konsep (isme-isme) modernisme seperti adanya subyek yang sadar
diri dan otonom, adanya representasi istimewa tentang dunia, dan sejarah
linier.
Persoalan-persoalan postmodernisme muncul, merupakan gaya atau
gerakan di dalam sastra, seni lukis, seni plastik, dan arsitektur. Gerakan ini
memperhatikan aspek-aspek aesthetic reflection dari modernitas. Sementara
itu postmodernitas dimengertinya sebagai tatanan sosial baru yang berbeda
dengan institusi-institusi modernitas. Postmodernisme prinsipnya adalah
sejajar dengan istilah “modernitas yang teradikalisasi” (radicalized
modernity) untuk menggambarkan dunia kita yang mengalami perubahan
hebat dan sedang melaju kencang tak bisa lagi dikendalikan. Suatu dunia
yang mrucut (runaway world). Jadi apa yang terjadi sekarang ini adalah
“modernitas yang sadar diri”.
20
Postmodernitas harus dimengerti sebagai gaya berpikir yang curiga
terhadap pengertian klasik tentang kebenaran, rasionalitas, identitas,
obyektivitas, curiga terhadap ide kemajuan universal atau emansipasi, curiga
akan satu kerangka kerja, grand narrative atau dasar-dasar terdalam dalam
penjelasan. Berlawanan dengan norma-norma pencerahan ini,
postmodernitas melihat dunia sebagai yang kontigen, tak berdasar, tak
seragam, tak stabil, tak dapat ditentukan, seperangkat kebudayaan yang
plural atau penafsiran yang melahirkan skeptisisme terhadap obyektivitas
kebenaran, sejarah dan norma-norma, kodrat yang terberikan serta koherensi
identitas. Postmodernisme juga dimengerti sebagai gaya kebudayaan yang
merefleksikan sesuatu dalam perubahan jaman ini ke dalam suatu seni yang
diwarnai oleh ketakmendalaman, ketakterpusatan, ketakberdasaran; seni
yang self-reflexive, penuh permainan, ekletik, serta pluralistik. Seni
semacam ini mengaburkan batas antara budaya ‘tinggi’ dan budaya ‘pop’,
antara seni dan hidup harian. Demikian inilah segala aspek yang mennjadi
persoalan-persoalan dalam mendiskusikan posmodernisme.
5. Tokoh atau Filusuf Postmodern
a. Frederich Wilhelm Nietzsche
Lahir di Rochen, Prusia 15 Oktober 1884. Pada masa sekolah dan
mahasiswa, ia banyak berkenalan dengan orang – orang besar yang kelak
memberikan pengaruh terhadap pemikirannya, swperti John Goethe,
Richard Wagner, dan Fraderich Ritschl. Karier bergengsi yang pernah
didudukinya adalah sebagai Profesor di Universitas Base.
b. Charles Sanders Pierce
Charles Sanders Pierce, 10 September 1839 adalah seorang filsuf, ahli
logika semiotika, matematika dan ilmuan Amerika Serikat yang lahir di
Cambridge, Massachusetts.
c. Michel Foucault
21
Paul – Michel Foucault (Poitiers, 15 Oktober 1926 – Paris 25 Juni 1984)
adalah seorang filsuf asal Perancis. Ia adalah salah satu pemikir paling
berpengaruh pada zaman pasca perang dunia II. Foucault dikenal akan
penelaahannya yang kritis terhadap berbagai institusi sosial, terutama
psikiatri, kedokteran dan sistem penjara, serta karya – karyanya tentang
riwayat seksualitas. Karyanya yang terkait kekuasaan dan hubungan
antara kekuasaan dengan pengetahuan telah banyak didiskusikan dan
diterapkan, selain pula pemikirannya yang terkait dengan “diskursus”
dalam konteks sejarah filsafat barat.
d. Jacqeues Derrida (Al – jazair 15 Juli 1930 – Paris 9 Oktober 2004.
Adalah seorang filsuf Prancis keturunan Yahudi sebagai pendiri ilmu
dekonstruktivisme.
e. Jan Mukarovsky
Mukarovsky lahir di Bohemia (1891 – 1975). Sebagai pengikut
strukturalisme Praha, ia kemudian mengalami pergeseran perhatian dari
struktur kearah tanggapan pembaca. Aliran inilah yang disebut
strukturalisme dinamik.
f. Hans Robert Jauss
Jauss lahir di Jerman. Ia termasuk dalam kelompok konstanz, nama yang
diambil dari sebuah Universitas di Jerman Selatan. Sebagai ahli sastra
dan kebudayaan abad pertengahan Jauss ingin memberbaharui cara –
cara lama yang mendeskripsikan aspek – aspek kesejarahan sehingga
menjadi lebih menjadi hermeneuitas. Tetapi di pihak lain, ia juga ingin
memperbaharui kelemahan kelompok formalis yang semata – bersifat
estetis dan Marxs yang semata – mata bersifat kenyataan.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zaman renasains yang merupakan era sejarah yang penuh dengan
kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu yaitu
dengan munculnya ilmuan – ilmuan seperti Nicolaus Copernicus (1473-1543 M),
Johanes Kepler (1571-1630 M), Galileo Galilei (1564-1643 M), dan Francis
Bacon (1561-1626 M).
Postmodern lahir sebagai reaksi dan kritik terhadap modernisme yang
penuh akan kesalahan dan kegagalan diberbagai bidang (walaupun beberapa
tidak sepenuhnya gagal). Postmodernisme mengatakan bahwa tidak ada
kebenaran universal yang valid untuk setiap orang. Individu terkunci dalam
pandangan terbatas oleh ras, gender dan grup etnis masing – masing. Berbeda
dengan filsafat sebelumnya zaman modern yang mendasari metodenya dengan
rasionalitasnya. Pada zaman ini seakan – akan tidak ada lagi standar kebenaran.
Kebenaran adalah relative, kenyataan adalah relative dan keduanya menjadi
konstruk yang tidak bersambungan satu sama lain. Dalam postmodernisme,
pikiran digantikan oleh keinginan, moralitas digantikan oleh keinginan,
penalaran digantikan oleh emosi dan moralitas digantikan oleh relativisme,
kenyataan tidak lebih dari konstruk sosial, kebenaran disamakan dengan
kekuatan atau kekuasaan
23
Daftar Pustaka
Hanum, Zulfa, Epistemologi – Filsafat Ilmu Pengetahuan, Tangerang: Pustaka Mandiri, 2012.
Bambang Sugiharto., Postmodernisme – Tantangan bagi Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1996
Kvale, Steinar (ed.), (2006), Psikologi dan Posmodernisme, Yogyakarta: Pustaka Pelajar http://en.wikipedia.org/wiki/Postmodernism
Maksum, Ali.2009.Pengantar Filsafat : Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme. Ar-Ruzz Media. Jakarta.
Jean Francois Lyotard, The Postmodern Condition: A Report on Knowledge (Minneapolis: University of Minesota Press,1984)
Ari Purnomo, Narasi Kecil Sebagai Legitimasi Ilmu Pengetahuan era Postmodern Menurut Jean Francois Lyotard: Sebuah Skripsi, Yogyakarta: FTW, 2006
Sri Rahayu, Epistimologi Friedrich Wilhelm Nietzsche sche, dalam Epistimologi Kiri, (Jogjakarta,Ar-Ruuz,2006), Cet. II
http://aquwilasadewo.blogspot.co.id/2016/05/makalah-filsafat-moderen-dan-postmoderen.html
24