perbandingan filsafat ilmu modern dan postmodern

40
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern Untuk memenuhi salah satu tugas akhir semester pada mata kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan Dosen Pengampu : Drs. Zulfa Hanum, M.A., M.Psi. NAME : YULIA EOLIA PUTRI NPM : 2015 7479 111 1

Upload: yulia-eolia

Post on 16-Apr-2017

549 views

Category:

Education


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

Perbandingan Filsafat IlmuModern dan Postmodern

Untuk memenuhi salah satu tugas akhir semesterpada mata kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan

Dosen Pengampu :Drs. Zulfa Hanum, M.A., M.Psi.

NAME : YULIA EOLIA PUTRINPM : 2015 7479 111

ENGLISH EDUCATION MASTER DEGREE PROGRAM

UNIVERSITY OF INDRAPRASTA PGRI2016

1

Page 2: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

Perbandingan Filsafat Modern dan Postmodern

No. Indikator Filsafat Modern Filsafat Postmodern1. Filsafat

Zaman Modern

Pada zaman modern manusia menyadari dirinya sebagai subjectum, yaitu sebagai pusat realitas yang menjadi ukuran segala sesuatu. Lewat modernisasi, manusia lebih menyadari dirinya sebagai individu, kemajuan ekonomi dan terutama seni sangat besar andilnya dalam peningkatan kesadaran akan subjektivitas ini.

Postmodern cenderung mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan dengan modernitas yaitu pada akumulasi pengalaman peradaban Barat adalah industrialisasi, urbanisasi, kemajuan teknologi, negara bangsa, kehidupan dalam jalur cepat. Teoritisi postmodern cenderung menolak apa yang biasanya dikenal dengan pandangan dunia (world view), metanarasi, totalitas, dan sebagainya

2. Pemikiran Cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada) menjadi formulasi padat kesadaran zaman modern yang terus dipertahankan bahkan sampai abad ke-20 ini bahwa manusia (individu) bisa mengetahui kenyataan dengan rasionya sendiri.

3. Sejarah Zaman ini sebenarnya sudah terintis mulai dari abad 14 M. Tetapi, indikator yang nyata terlihat jelas pada abad 17 M dan berlangsung hingga abad 20 M.

Postmodern pertama kali muncul di Prancis sekitar tahun 1970-an.

4. Pola Pemikiran

Suatu periode yang mengafirmasi keeksistensian dan kemungkinan mengetahui kebenaran dengan hanya menggunakan penalaran

Dalam postmodern, pikiran digantikan kegiinginan, penalaran digantikan emosi, dan moralitas digantikan oleh relativitas.

2

Page 3: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

manusia. Penalaran menggantikan posisi Tuhan dan naturalism menggantikan posisi supernatural.Filsafat modern sebagai pemberontakan intelektual terus-menerus terhadap metafisika tradisional. filsafat modern dianggap sebagai emansipasi, sebuah kemajuan berpikir, dari kemandegan dan pendewaan pemikiran metafisis.

Fenomena ini menandai berakhirnya sebuah cara pandang universalisme ilmu pengetahuan modern.Postmodem menolak penjelasan yang harmonis, universal, dan konsisten yang merupakan bagian identitas dasar yang membuat kokoh dan tegaknya modernisme. Kaum postmodernis mengkritik dan menggantikan semua itu dengan sikap menghargai kepada perbedaan dan penghormatan kepada yang khusus (partikular dan lokal).

5. Ciri Ciri 1. Dengan subjektivitas dimaksudkan bahwa manusia menyadari dirinya sebagai subjectum, yaitu sebagai pusat realitas yang menjadi ukuran segala sesuatu.

2. Dengan kritik dimaksudkan bahwa rasio tidak hanya menjadi sumber pengetahuan, melainkan juga menjadi kemampuan praktis untuk membebaskan individu dari wewenang tradisi atau untuk menghancurkan parsangka-prasangka yang menyesatkan.

3. Subjektivitas dan kritik pada gilirannya

1. Timbulnya pemberontakan secara kritis terhadap proyek modernitas; memudarnya kepercayaan pada agama yang bersifat transenden (meta-narasi); dan diterimanya pandangan pluralisme relativisme kebenaran.

2. Meledaknya industri media massa, kekuatan media massa telah menjelma bagaikan “agama” atau “tuhan” sekuler, dalam artian perilaku orang tidak lagi ditentukan oleh agama-agama tradisional, tetapi tanpa disadari telah diatur oleh media massa, semisal program televisi.

3

Page 4: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

mengandaikan keyakinan akan kemajuan. Dengan kemajuan dimaksudkan bahwa manusia menyadari waktu sebagai sumber langka yang tak terulangi.

3. Munculnya radikalisme etnis dan keagamaan. Fenomena ini muncul diduga sebagai reaksi atau alternatif ketika orang semakin meragukan terhadap kebenaran sains, teknologi dan filsafat yang dinilai gagal memenuhi janjinya untuk membebaskan manusia, tetapi sebaliknya, yang terjadi adalah penindasan.

4. Munculnya kecenderungan baru untuk menemukan identitas dan apresiasi serta keterikatan rasionalisme dengan masa lalu.

5. Semakin terbukanya peluang bagi klas-klas sosial atau kelompok untuk mengemukakan pendapat secara lebih bebas.

6. Konflik Goncangan yang keras di ambang modernitas, dihasilkan oleh penemuan-penemuan ilmiah. Nicolas Copernicus (1473-1543), lewat penelitian astronomisnya, menghancurkan otoritas astronomi tradisional yang didominasi oleh teori Aristoteles dan Ptolemaeus yang mengandaikan bumi adalah pusat semesta. Konsep-konsep kuno ditolak secara matematis bahwa bumi mengitari matahari sebagai

Beberapa kecenderungan umum yang mendasari gerakan post modernisme yang bisa dianggap sebagai kerangka konseptualisasi, muculnya gerakan post modernisme adalah: 1. ‘realitas’ adalah konstruksi

semiotis, artifisial & ideologis.

2. Sikap skeptis dan kritis diri terhadap segala bentuk keyakinan tentang ‘substansi’.

3. Realitas bisa ditangkap

4

Page 5: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

pusat semesta. Copernicus mengguncangkan kemapanan penafsiran religius saat itu paling jelas ditampilkan dalam peristiwa Galileo-Galilei (1564-1642), berhasil membuktikan teori Copernicus lewat teleskop temuannya pada tahun 1610.

dengan banyak cara (pluralisme).

4. ‘sistem’ konotasi otonom dan tertutup, diganti dengan ‘jaringan’, ‘relasionalitas’ atau pun ‘proses’ yang senantiasa saling-silang dan bergerak dinamis.

5. Segala unsur, ikut saling menentukan dalam interaksi jaringan dan proses dalam interelasinya dengan bebagai aspek.

6. Segala hal harus dilihat secara holistik berbagai kemampuan (faculties) lain selain rasionalitas, misalnya, emosi, imajinasi, intuisi dsbg.

7. Pengalaman yang selalu dimarginalisasi oleh pola ilmu pengetahuan modern dikembalikan ke tengah menjadi fream pemikiran. Misalnya, gender, feminisme kaum perempuan, tradisi-tradisi lokal, dan agama.

7. Term/ Istilah yang biasa dipergunakan

SentralisasiPertarungan KelasKonstruksiKulturHermeneutisBudaya TinggiHierarkiIndustriTeoriKekuatan NegaraAgama

DesentralisasiPertarungan EtnisDekonstruksiSub-kulturNihilismeBudaya RendahAnarkiPasca-industriParadigmaKekuatan Bersama (Civil Society)

5

Page 6: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

LegitimasiKonsensusBudaya tradisionalKontinuitas

Sekte-sekteDelegitimasiDekonsensusLiberalismeDiskontinuitas

8. Tokoh Terkenal

Cirinya sudah mengenal rasionalisme pada zaman modern karena munculnya ilmu pengetahuan. Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini diantaranya:

1. Isaac Newton (1643 M-1727 M)

2. Rene Descrates (1596 M-1650 M)

3. Charles Robert Darwin (1809 M-1882 M)

4. Joseph John Thompson (1856 M-1940 M)

Pada masa ini terkenal dengan adanya penemuan mutakhir. Bidang fisiska menjadi titik perkembangan ilmu karena dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan. Tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Albert Enstein (1879 M-1955 M), Linus Pauling, James D. Watson, Miler Urey, Werner Heinsenberg dan Erwin Schrodinger, Edwin Hubble, Alfred Wegener.

9. Filusuf 1.   Rene Descartes (1596-1650)2.   Hegel (1770-1831)3.   Immanuel Kant (1724-1804)4.   John Locke (1632-1704)5.   William James (1842-1910)6.   Soren Kierkegaard (1813-

1855)Thomas Hobbes (1588-1679)August Comte (1798-1857)David Hume(1711-1776).Blaise Pascal (1623-1662)

Frederich Wilhelm NietzscheCharles Sanders PierceMichel FoucaultJacqeues Derrida (Al Jan MukarovskyHans Robert Jauss

6

Page 7: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

Perbandingan Aliran Empirisme dan Rasionalisme

1. Pengertian EmpirismeEmpirisme berasal dari bahasa yunani yaitu “empeiria” yang berarti

pengalaman dan mencoba. Empirisme merupakan doktrin filsafat yang menekankan akan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan peran akal. Bagi kaum empiris, pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber dan terjamin kepastian dalam pengetahuan. Karena sumber pengetahuan adalah pengalaman, makan metode yang dipakainya adalah verifikasi induksi.

Tanpa pengalaman, rasio tidak memiliki kemampun untuk menggambarkan sesuatu apa pun. Kalau pun menggambarkan sedemikian rupa, itu hanyalah khayalan belaka. Dengan pengertian-pengertian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwasanya akal tidak mendapatkan peran dalam memperoleh pengetahuan melainkan akal hanya alat penyimpanan yang secara pasif menerima pengalaman, dan pengalaman-pengalaman itu bersifat inderawi.

2. Pengertian rasionalismeRasio dalam bahasa inggris “reason”; dan dalam bahasa latin “ratio”

yang berarti berhubungan dengan pemikiran. Secara umum rasio dimengerti sebagai kemampuan untuk melakukan; abtraksi, memahami, menghubungkan, merefleksikan, memperhatikan kesamaan-kesamaan, dan perbedaan-perbedaan dan sebagainya.

Rasio berbeda dengan kemampuan; kehendak, kemampaun cita rasa, kemampuan perasaan, kemampuan intuisi dan sebagainya. Rasio juga dibedakan dengan iman, intuisi, emosi dan perasaan, pencerapan, persepsi pengalaman. Paham rasionalisme menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian ilmu pengetahuan dan pengetahuan dapat diperoleh dan diukur akal melalui kegiatan. Serta menurut paham ini pula bahwasanya manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek.

Perbedaan empirisme dan rasionalisme di antaranya:Empirisme Akal itu pasif dan dianggap sebagai

penyimpanan data-data dari pengalaman-pengalaman

Akal menjadi objek dan pengalaman menjadi subjek

Rasionalisme

Akal itu aktif dan semua yang dapat diindera hanya perangsang bagi akal

Akal menjadi subjek dan pengalaman/yang dapat diiderawi menjadi objek

7

Page 8: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk

memahaminya atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis.

Dalam mempelajari ilmu filsafat kita akan mengenal beberapa zaman yang

memiliki pandangan serta ajaran berbeda dalam hal filsafat. Dalam sejarah

manusia kita mengenal tiga era atau zaman yang memiliki ciri khas nya masing –

masing. Yaitu pramodern, modern dan postmodern. Zaman modern ditandai

dengan afirmasi diri manusia sebagai subjek. Sedangkan zaman postmodern

merupakan kritik atas masyarakat modern dan kegagalannya memenuhi janjinya.

Post modern juga cenderung mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan

dengan modernitas yaitu akumulasi pengaruh budaya barat.

Lintasan sejarah mencerminkan perkembangan peradaban manusia di muka

bumi. Gelombang perubahan tersebut terejewantahkan dalam perkembangan

kehidupan sosialnya. Manusia senantiasa merasa tidak puas dan tidak dapat

bertahan dengan perkembangan pengetahuan pada periode-periode sebelumnya.

Secara teologis, pengetahuan animisme, bergeser menuju dinamisme dari

dinamisme menuju ke politeisme, dan politeisme menuju konsep monoteisme.

Menyangkut paradigma ilmu pengetahuan, dari teosentris, ke empirisme, dari

empiris ke rasionalisme, dari rasionalisme ke positivisme, dari positivisme ke

materialisme, dari materialisme ke idealisme dan pada tataran tertentu

intuisionisme juga mendapat posisinya sebagai paradigma ilmu pengetahuan.

Berbagai simbol telah diciptakan manusia untuk dilekatkan mewakili bahasa

manusia dalam menyebut pergeseran paradigma pemikiran dan pengetahuan

manusia dari waktu ke waktu.

Kerangka pikir atas pergeseran pengetahuan manusia mengacu pada sebuah

frame besar yakni masa kuno/klasik, masa pertengahan, masa modern dan

8

Page 9: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

postmodern. Secara siginifikan masa klasik dan pertengahan di barat, wacana

pikir dan rasionalisme manusia, belum mendapatkan porsi yang signifikan. Pada

masa modern rasio manusia seolah-olah sebuah kendaraan yang sangat daksyat

mengantarkan manusia pada sebuah kehidupan yang seolah-olah nyaman dan

penuh kemapanan. Dengan perkembangan teknologi yang terstruktur sedemikian

rupa. Disinilah modernisme dicirikan dengan gerakan rasionalisme yang begitu

gencar. Rasionalisme telah menggiring manusia pada sebuah masa pencerahan

yang disebut dengan mainstream pemikiran modernisme dan fakta sosialnya

disebut modernitas. Setelah berjalan sekian dekade kemapanan dan kenyamanan

paham modernisme mendapat kritik dan pergeseran paradigma. Pergeseran

pemikiran modernisme itu mendapat kritik yang cukup signifikan yang

merupakan mainstream gerakan postmodernisme dengan segala lingkup dan

permasalahannya.

9

Page 10: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

BAB II

PEMBAHASAN

A. Filsafat Modern

1. Filsafat Zaman Modern

Pada zaman modern manusia menyadari dirinya sebagai subjectum,

yaitu sebagai pusat realitas yang menjadi ukuran segala sesuatu. Manusia

dalam masyarakat abad pertengahan lebih mengenali dirinya sebagai ras,

rakyat, partai, keluarga atau kolektif. Lewat modernisasi, manusia lebih

menyadari dirinya sebagai individu, kemajuan ekonomi dan terutama seni

sangat besar andilnya dalam peningkatan kesadaran akan subjektivitas ini.

Pernyataan Descartes yang termasyhur, cogito ergo sum (saya berpikir maka

saya ada) menjadi formulasi padat kesadaran zaman modern yang terus

dipertahankan bahkan sampai abad ke-20 ini bahwa manusia (individu) bisa

mengetahui kenyataan dengan rasionya sendiri. Di abad ke-19, Marx, (ilham

dari Hegel), menegaskan bahwa manusia adalah subjek sejarah, manusia

tidak hanyut dipermainkan waktu, melainkan perancang sejarahnya sendiri.

Dengan demikian subjektivitas dipahami dalam matra historisnya.

Rasio tidak hanya sumber pengetahuan, melainkan juga menjadi

kemampuan praktis untuk membebaskan individu dari wewenang untuk

menghancurkan prasangka yang menyesatkan. Kant merumuskan kritik

sebagai keberanian untuk berpikir sendiri di luar tuntunan tradisi atau

otoritas. Dia mengatakan "terbangun dari tidur dogmatis", yaitu: kemampuan

kritis rasio membuatnya bebas dari prasangka-prasangka pemikiran

tradisional. Subjektivitas dan kritik pada gilirannya mengandaikan keyakinan

akan kemajuan. Manusia menyadari waktu sebagai sumber langka yang tak

terulangi. Waktu dialami sebagai rangkaian peristiwa yang mengarah pada

satu tujuan yang dituju oleh subjektivitas dan kritik itu.

10

Page 11: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

2. Sejarah Zaman Modern

Zaman ini sebenarnya sudah terintis mulai dari abad 14 M. Tetapi,

indikator yang nyata terlihat jelas pada abad 17 M dan berlangsung hingga

abad 20 M. Hal ini ditandai dengan adanya penemuan-penemuan dalam

bidang ilmiah. Terdapat ada tiga sumber pokok yang menyebabkan

berkembangnya ilmu pengetahuan di Eropa dengan pesat, yaitu hubungan

antara kerajaan Islam di Semenanjung Liberia dengan negara Perancis,

terjadinya Perang Salib dari tahun 1100-1300, dan jatuhnya Istambul ke

tangan Turki pada tahun 1453.

Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern ini sesungguhnya

sudah dirintis sejak zaman Renaissance. Renaissance sering diartikan denagn

kebangkitan, peralihan, atau lahir kembali (rebirth), yaitu di lahirkan kembali

sebagai manusia yang bebas untuk berpikir , dan jauh dari ajaran-ajaran

agama. Jadi, zaman Modern filsafat didahului oleh zaman Renaissance.

Sebenarnya secara esensial zaman Renaissance itu, dalam filsafat, tidak

berbeda dari zaman modern. Ciri-ciri filsafat Renaissance ada pada filsafat

modern. Filsafat modern menampakkan karakteristiknya dengan lahirnya

aneka aliran-aliran besar filsafat, yang diawali oleh Rasionalisme dan

Empirisme dan Kriticisme. Selain ketiga aliran itu, juga akan diketengahkan

aliran-aliran besar lainnya yang ikut berperan mengisi lembaran filsafat

modern, yaitu idealisme, materialisme, positivisme, fenomenologi,

eksistensialisme dan pragmatism.

Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal

dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari

diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda

pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan

adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme,

sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang

11

Page 12: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba

memadukan kedua pendapat berbeda itu.

3. Pola Pemikiran Modern

Pemikiran abad pertengahan ditandai oleh kesatuan, keutuhan, dan

totalitas yang koheren dan sistematis dalam bentuk metafisika atau ontologi.

Oleh pemikir abad pertengahan kenyataan dilukiskan sebagai sebuah tatanan

sistematis yang hierarkial (kenyataan tertinggi dan terendah, terabstrak dan

konkret), Thomas Aquinas adalah puncak dari pemikiran abad pertengahan

ini. Pemikiran modern sebagai suatu pemberontakan terhadap alam pikir abad

pertengahan itu. Filsafat modern sebagai pemberontakan intelektual terus-

menerus terhadap metafisika tradisional. Dari pemberontakan ini, cara

berpikir filosofis yang mendasarkan pada rasio menjadi otonom dari

pemikiran atas dasar iman ("teologi"). Pemisahan filsafat dari teologi

berlanjut pada abad ke-18 dan 19 menjadi pemisahan ilmu pengetahuan dari

filsafat.

Filsafat Modern sebagai Pemberontakan Intelektual. Di satu sisi,

modernitas dianggap sebagai disintegrasi intelektual. Filsafat modern lebih

menampilkan dirinya sebagai anarkhi dan kekacauan dari pada keutuhan dan

ketertiban, sebuah kemerosotan intelektual. Di lain sisi, filsafat modern

dianggap sebagai emansipasi, sebuah kemajuan berpikir, dari kemandegan

dan pendewaan pemikiran metafisis yang mendukung sistem kekuasaan

gerejawi tradisional. Pihak kedua mendukung radikalisasi lebih lanjut,

pemisahan ilmu pengetahuan dari filsafat. Hancurnya metafisika tradisional

disambut gembira Nietzsche, Kant, Comte, di lain pihak, Hegel dan Marx

ingin mengembalikan integrasi metafisis itu dari puing-puingnya.Usaha

melepas diri dari tradisi, filsafat modern meluncurkan tema-tema baru,

pengetahuan yang sekarang dikenal sebagai "ilmu pengetahuan modern",

yakni ilmu-ilmu alam, seperti Galileo, Bacon dan Descartes sangat

menekankan "metode" untuk mengetahui. Kalau filsafat tradisional ramai

12

Page 13: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

mempersoalkan kenyataan adikodrati (Allah, roh, dst), para filsuf modern

sibuk mempersoalkan cara untuk menemukan dasar pengetahuan yang sahih

tentang semua itu. Lambat laun minat refleksi akan Allah bergeser ke refleksi

atas manusia dengan segala kemampuan kodratinya. Jadi, teosentrisme

bergeser keantroposentrisme. Kemampuan manusia sebagai subjektivitas,

seperti: rasio, persepsi, afeksi, dan kehendaknya menjadi tema-tema refleksi

baru.

Di awal zaman modern, rumusan "Cogito ergo sum" dari Descartes

bersesuaian dengan interpretasi subjektif atas iman dari Luther. Jika

pengetahuan dicapai oleh dirinya sendiri dan iman ditafsirkan sendiri, yang

dilawan di sini bukan hanya ajaran-ajaran resmi tentang pengetahuan yang

benar, melainkan juga praktik-praktik totaliter gereja Abad Pertengahan yang

dilegitimasikan ajaran-ajaran itu. Di abad ke-18, John Locke dan Adam

Smith merumuskan hak-hak milik yang menandai praktik-praktik ekonomi

kapitalis zaman itu. Praktik-praktik yang lama mendapat serangan gencar dari

Marx yang memperlihatkan hak milik sehagai biang keladi penindasan dalam

masyarakat. Renaisans dan Gerakan Humanisme. Memang warisan-warisan

kebudayaan Yunani dan Romawi kuno dipelajari lagi oleh para cendikiawan

yang pada zaman itu disebut "kaum humanis". Namun hasil pengolahan

kembali warisan antik itu adalah sesuatu yang baru, sehingga renaisans itu

bukanlah reproduksi kultur antik, melainkan interpretasi baru atasnya.

Gerakan humanisme lalu ditandai oleh kepercayaan akan kemampuan

manusia, hasrat intelektual, dan penghargaan akan disiplin intelektual. Kaum

humanis percaya bahwa rasio dapat melakukan segalanya dan lebih penting

dari pada iman. Karena itu, penelitian filologis tidak hanya dilakukan atas

sastra klasik, artinya, teks suci ini mulai dipelajari dengan rasio belaka.

Karena percaya akan kemampuan intelektual, kaum humanis juga

menekankan pentingnya perubahan-perubahan sosial, politis dan ekonomi.

Kekuasaan absolut gereja makin keropos, dan sebagai gantinya muncul

13

Page 14: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

kecenderungan membentuk negara-negara nasional. Kaum humanis

mendorong sekularisasi (pemisahan kekuasaan politis dari agama).

4. Konflik Zaman Modern

Goncangan yang keras di ambang modernitas, dihasilkan oleh

penemuan-penemuan ilmiah. Nicolas Copernicus (1473-1543), lewat

penelitian astronomisnya, menghancurkan otoritas astronomi tradisional yang

didominasi oleh teori Aristoteles dan Ptolemaeus yang mengandaikan bumi

adalah pusat semesta. Konsep-konsep kuno ditolak secara matematis bahwa

bumi mengitari matahari sebagai pusat semesta. Copernicus

mengguncangkan kemapanan penafsiran religius saat itu paling jelas

ditampilkan dalam peristiwa Galileo-Galilei (1564-1642), berhasil

membuktikan teori Copernicus lewat teleskop temuannya pada tahun 1610.

Karena dianggap menyebarkan teori heliosentrisme, dia dihukum oleh

Inkuisisi (intelejen gereja), dicukil matanya. Apa yang berkembang di sini tak

lain pada observasi empiris, sebuah metode yang sangat sentral bagi

perkembangan ilmu-ilmu modern.

Reformasi dan Pengaruhnya atas Filsafat. Jika Renaisans dengan

humanismenya merupakan gerakan elite intelektual, Reformasi adalah

gerakan massa. Renaisans adalah gerakan kebudayaan, sedang Reformasi

adalah gerakan teologis dan politis. Martin Luther (1483-1546) sebagai

peletusan gerakan massal yang pada mulanya adalah protes atas ulah seorang

teolog bernama John Tetzel (mengusahakan uang bagi Paus Leo X dan uskup

Magdeburg dengan mengkotbahkan hukuman neraka yang bisa dikurangi

dengan membeli surat aflat). Dengan 95 tesis, protesnya bukan hanya

didukung dari kelas menengah Jerman, meluas menjadi gerakan

demokratisasi religius sampai ke gerakan-gerakan petani.

5. Tokoh Tokoh Pada Zaman Modern

14

Page 15: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

Tokoh penemu di bidang sains pada masa renaisans (abad 15-16 M):

Nicolaus Copernicus (1473-1543 M), Johanes Kepler (1571-1630 M),

Galileo Galilei (1564-1643 M), dan Francis Bacon (1561-1626 M).

Selanjutnya tokoh penemu di bidang sains pada zaman modern (abad

17-19 M): Sir Isaac Newton (1643-1727 M), Leibniz (1646-1716 M), Joseph

Black (1728-1799 M), Joseph Prestley (1733-1804 M), Antonie Laurent

Lavoiser (1743-1794 M), dan J.J. Thompson. Perkembangan ilmu pada abad

ke-18 telah melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus, dan

statistika, sementara pada abad ke-19 lahirlah pharmakologi, geofisika,

geomophologi, palaentologi, arkeologi, dan sosiologi. Pada tahap

selanjutnya, ilmu-ilmu zaman modern memengaruhi perkembangan ilmu

zaman kontemporer.

Zaman modern ini sebenarnya sudah terintis mulai dari abad 15 M.

Tetapi, indikator yang nyata terlihat jelas pada abad 17 M dan berlangsung

hingga abad 20 M. Hal ini ditandai dengan ditandai dengan adanya

penemuan-penemuan dalam bidang ilmiah. Menurut Slamet Iman Sontoso,

dalam buku yang disusun oleh Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM (2001:79) ada

tiga sumber pokok yang menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan di

Eropa dengan pesat, yaitu hubungan antara kerajaan Islam di Semenanjung

Liberia dengan negara Perancis, terjadinya Perang Salib dari tahun 1100-

1300, dan jatuhnya Istambul ke tangan Turki pada tahun 1453. Ilmuwan pada

zaman ini membuat penemuan dalam bidang ilmiah. Eropa yang merupakan

basis perkembangan ilmu melahirkan ilmuwan yang popular.

Zaman modern di tandai dengan berbagai penemuan dalam bidang

ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya

sudah di rintis sejak zaman Renaissance. Tokoh yang terkenal sebagai bapak

filsafat modern adalah Rene Descartes. Rene Descartes juga sebagai ilmu

pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti adalah system koordinat yang terdiri

atas dua garis lurus X Dan Y dalam bidang datar. Isaac Newton dengan

15

Page 16: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

temuannya teori grafitasi. Charles Darwin dengan teorinya struggle for live

( Perjuangan untuk hidup ). J.J Thompson dengan temuannya electron.

Berikut penjelasan sekilas dari filsuf-filsuf tersebut.

B. Filsafat Postmodern

1. Filsafat Zaman Postmodern

Secara etimologis postmodernisme terbagi menjadi dua kata, post dan

modern. Sedangkan secara terminologi menurut tokoh dari post modern,

Pauline Rosenau (1992) mendefinisikan postmodern secara gamblang dalam

istilah yang berlawanan seperti post modernisme merupakan kritik atas

masyarakat modern dan kegagalannya memenuhi janji – janjinya. Juga

postmodern cenderung mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan dengan

modernitas yaitu pada akumulasi pengalaman peradaban Barat adalah

industrialisasi, urbanisasi, kemajuan teknologi, negara bangsa, kehidupan

dalam jalur cepat. Namun mereka meragukan prioritas – prioritas modern

seperta karier, jabatan, tanggung jawab personal, birokrasi, demokrasi

liberal, toleransi, humanisme, egalitarianisme, penelitian objektif, kriteria

evaluasi, prosedur netral,peraturan impersonal dan rasionalitas. Kedua,

teoritisi postmodern cenderung menolak apa yang biasanya dikenal dengan

pandangan dunia ( world view ), metanarasi, totalitas, dan sebagainya

2. Sejarah Filsafat Postmodern

Postmodern pertama kali muncul di Prancis sekitar tahun 1970-an.

Pada awalnya postmodern lahir terhadap kritik arsitektur, dan harus kita akui

kata postmodern itu sendiri muncul sebagai bagian modernitas. Benih posmo

pada awalnya tumbuh di lingkungan arsitektur. Charles Jencks dengan

bukunya “The Language of Postmodern”. Architecture (1975) menyebut

postmodern sebagai upaya untuk mencari pluralisme gaya arsitektur setelah

ratusan tahun terkurung satu gaya. Pada sore hari di bulan juli 1972,

16

Page 17: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

bangunan yang mana melambangkan kemodernisasian di ledakkan dengan

dinamit. Peristiwa peledakan ini menandai kematian modern dan

menandakan kelahiran posrmodern. Ketika postmodern mulai memasuki

ranah filsafat, post dalam modern tidak dimaksudkan sebagai sebuah periode

atau waktu tetapi lebih merupakan sebuah konsep yang hendak melampaui

segala hal modern.

Postmodern ini merupakan sebuah kritik atas realitas modernitas yang

dianggap telah gagal dalam melanjutkan proyek pencerahan. Nafas utama

dari posmodern adalah penolakan atas narasi – narasi besar yang muncul

pada dunia modern dengan ketunggalan gangguan terhadap akal budi dan

mulai memberi tempat bagi narasi – narasi kecil, lokal, tersebar dan

beraneka ragam untuk untuk bersuara dan menampakkan dirinya.

Postmodernisme bersifat relatif. Kebenaran adalah relatif, kenyataan atau

realita adalah relatif, dan keduanya menjadi konstruk yang tidak

bersambungan satu sama lain. Dalam postmodernisme, pikiran digantikan

oleh keinginan, penalaran digantikan oleh relativisme. Kenyataan tidak lebih

dari konstruk sosial, kebenaran disamakan dengan kekuatan atau kekuasaan.

Akhirnya, pemikiran postmodern ini mulai mempengaruhi berbagai bidang

kehidupan, termasuk dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan dan sosiologi.

Postmodern akhiryna menjadi kritik kebudayaan atas modernita.

3. Ciri Ciri Post Modern

Fenomena postmodern mencakup banyak dimensi dari masyakat

kontemporer. Postmodern adalah suasana intelektual yang bersifat Ide atau

”isme” postmodernisme. Para ahli saling berdebat untuk mencari aspek-

aspek apa saja yang termasuk dalam postmodernisme. Tetapi mereka telah

mencapai kesepakatan pada satu butir: fenomena ini menandai berakhirnya

sebuah cara pandang universalisme ilmu pengetahuan modern. Postmodem

menolak penjelasan yang harmonis, universal, dan konsisten yang

merupakan bagian identitas dasar yang membuat kokoh dan tegaknya

17

Page 18: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

modernisme. Kaum postmodernis mengkritik dan menggantikan semua itu

dengan sikap menghargai kepada perbedaan dan penghormatan kepada yang

khusus (partikular dan lokal). Lalu membuang yang universal.

Postmodernisme menolak penekanan kepada penemuan ilmiah melalui

metode sains. Metode ilmiah ini merupakan fondasi intelektual dari

modernisme untuk menciptakan dunia yang seolah-olah lebih baik pada

masa-masa awal masa pencerahan. Metode ilmiah telah mengantarkan

modernisme dalam bentuk praktisnya berbagai teknologi.

Dari paparan ini dimaksudkan bahwa ciri dari postmodern adalah

melingkupi hal-hal secara konseptual ide yang meliputi:[1][8] Pertama, Ide

yang menghendaki penghargaan besar terhadap alam ini sebagai kritik atas

gerakan modernisme yang mengeksploitasi alam. Kedua, Ide yang

menekankan pentingnya bahasa (Hermeneutik, Filologi) dalam kehidupan

manusia dengan segala konsep dan analisanya yang kompleks, ini sebagai

antitesa atas kondisi modernisme atas kuasa tafsir oleh mesin birokrasi ilmu

pengetahuan. Ketiga, Ide besar untuk mengurangi kekaguman terhadap ilmu

pengetahuan, kapitaslisme, dan teknologi yang muncul dari perkembangan

modernisme. Dengan alasan bahwa semua itu telah melahirkan konstruksi

manusia sebagai obyek yang mati dalam realitas kehidupannya. Sehingga

menjauhkan manusia dari humanismenya itu sendiri. Keempat, ide

pentingnya inklusivitas dalam menerima tantangan agama lain atas agama

dominant sehingga terbuka munculnya ruang dialogis. Ini muncul sebagai

akibat menjamurnya dan tumbuhkembangnya realitas modernis yang

menempatkan ideologi sebagai alat pembenar masing-masing. Kelima, sikap

yang cenderung permisive dan menerima terhadap ideologi dan juga agama

lain dengan berbagai penafsiran. Keenam, secara kasuistik munculnya ide

pergeseran dominasi kulit putih di dunia barat. Hal itu merupakan ide-ide

cemerlang yang menjadi daya dorong kebangkitan golongan tertindas,

seperti golongan ras, gender, kelas minoritas secara sosial yang tersisihkan.

18

Page 19: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

Ketujuh Ide tentang tumbuhnya kesadaran akan pentingnya interdependensi

secara radikal dari semua pihak dengan cara yang dapat dan memungkinkan

terpikirkan oleh manusia secara menyeluruh.

Untuk itulah kehidupan dunia harus diselamatkan dari proses

kolonialisasi ilmu pengetahuan. Postmodernisme dengan gerakan

postkolonialismenya menggempur habis-habisan jerat kuasa pengetahun

yang bersembunyi atas nama bendera modernisme. Disinilah bisa kita

temukan watak menonjol dari era postmodernisme mengandung

kecenderungan diantaranya; mengangkat konsep pluralisme, Mengacu nilai

yang bersifat A Historis, penekanan pada konsepsi empiris dalam arti konsep

fenomenologi dialektis, dan Penekanan pada nilai individualitas diri manusia

sebagai sang otonom sehingga postmodernisme menolak nilai-nilai

absolutisme, universalitas, dan homogenitas.[2][9] Watak utama

postmodernisme tersimpul dalam konsep kritik ideologi besar atas ilmu

pengetahuan yang disebut dengan dekonstruksi yang dipelopori oleh

Derrida. Konsep dekonstruksi Derrida ini merupakan penyempurnaan dari

ide destruksi yang dipelopori oleh Heidegger. Meski diantara derrida ada

sejumlah persamaan dan perbedaannya dalam memandang realitas sebagai

sebuah inspirasi pemikiran manusia.

4. Konflik Post Modern

Beberapa kecenderungan umum yang mendasari gerakan

postmodernisme yang bisa dianggap sebagai kerangka konseptualisasi,

muculnya gerakan postmodernisme adalah persoalan – persoalan yang

menyangkut hal - hal sebagai berikut: pertama, segala ‘realitas’ adalah

konstruksi semiotis, artifisial dan ideologis. Kedua, sikap Skeptis dan kritis

diri terhadap segala bentuk keyakinan tentang ‘substansi’. Ketiga, Realitas

bisa ditangkap dengan banyak cara (pluralisme). Keempat, segala ‘sistem’

konotasi otonom dan tertutup, diganti dengan ‘jaringan’, ‘relasionalitas’

ataupun ‘proses’ yang senantiasa saling-silang dan bergerak dinamis.

19

Page 20: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

Kelima, segala unsur ikut saling menentukan dalam interaksi jaringan dan

proses dalam interelasinya dengan bebagai aspek, tidak hanya sebagai

oposisi biner (either-or) dengan dua sisi saja. Keenam, segala hal harus

dilihat secara holistik berbagai kemampuan (faculties) lain selain

rasionalitas, misalnya, emosi, imajinasi, intuisi, spiritualitas, dan sebagainya.

Ketujuh, segala hal dan pengalaman yang selalu dimarginalisasi oleh pola

ilmu pengetahuan modern dikembalikan ke tengah menjadi fream pemikiran.

Misalnya, gender, feminisme kaum perempuan, tradisi-tradisi lokal,

paranormal, dan agama.

Dalam diskusi lanjutan seringkali kata postmodernisme dan

postmodernitas diperdebatkan. Walaupun sebenarnya konseptualisasi ini

cukup bisa dimengerti bahwa modernisme berarti isme pemahaman tentang

ranah ide kognitif. Sementara Postmodernitas, merupakan istilah yang

biasanya digunakan untuk menggambarkan realitas sosial masyarakat post-

industri. Sedangkan postmodernisme dimengerti sebagai wacana pemikiran

baru yang menggantikan modernisme. Postmodernisme meluluhlantakkan

konsep-konsep (isme-isme) modernisme seperti adanya subyek yang sadar

diri dan otonom, adanya representasi istimewa tentang dunia, dan sejarah

linier.

Persoalan-persoalan postmodernisme muncul, merupakan gaya atau

gerakan di dalam sastra, seni lukis, seni plastik, dan arsitektur. Gerakan ini

memperhatikan aspek-aspek aesthetic reflection dari modernitas. Sementara

itu postmodernitas dimengertinya sebagai tatanan sosial baru yang berbeda

dengan institusi-institusi modernitas. Postmodernisme prinsipnya adalah

sejajar dengan istilah “modernitas yang teradikalisasi” (radicalized

modernity) untuk menggambarkan dunia kita yang mengalami perubahan

hebat dan sedang melaju kencang tak bisa lagi dikendalikan. Suatu dunia

yang mrucut (runaway world). Jadi apa yang terjadi sekarang ini adalah

“modernitas yang sadar diri”.

20

Page 21: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

Postmodernitas harus dimengerti sebagai gaya berpikir yang curiga

terhadap pengertian klasik tentang kebenaran, rasionalitas, identitas,

obyektivitas, curiga terhadap ide kemajuan universal atau emansipasi, curiga

akan satu kerangka kerja, grand narrative atau dasar-dasar terdalam dalam

penjelasan. Berlawanan dengan norma-norma pencerahan ini,

postmodernitas melihat dunia sebagai yang kontigen, tak berdasar, tak

seragam, tak stabil, tak dapat ditentukan, seperangkat kebudayaan yang

plural atau penafsiran yang melahirkan skeptisisme terhadap obyektivitas

kebenaran, sejarah dan norma-norma, kodrat yang terberikan serta koherensi

identitas. Postmodernisme juga dimengerti sebagai gaya kebudayaan yang

merefleksikan sesuatu dalam perubahan jaman ini ke dalam suatu seni yang

diwarnai oleh ketakmendalaman, ketakterpusatan, ketakberdasaran; seni

yang self-reflexive, penuh permainan, ekletik, serta pluralistik. Seni

semacam ini mengaburkan batas antara budaya ‘tinggi’ dan budaya ‘pop’,

antara seni dan hidup harian. Demikian inilah segala aspek yang mennjadi

persoalan-persoalan dalam mendiskusikan posmodernisme.

5. Tokoh atau Filusuf Postmodern

a. Frederich Wilhelm Nietzsche

Lahir di Rochen, Prusia 15 Oktober 1884. Pada masa sekolah dan

mahasiswa, ia banyak berkenalan dengan orang – orang besar yang kelak

memberikan pengaruh terhadap pemikirannya, swperti John Goethe,

Richard Wagner, dan Fraderich Ritschl. Karier bergengsi yang pernah

didudukinya adalah sebagai Profesor di Universitas Base.

b. Charles Sanders Pierce

Charles Sanders Pierce, 10 September 1839 adalah seorang filsuf, ahli

logika semiotika, matematika dan ilmuan Amerika Serikat yang lahir di

Cambridge, Massachusetts.

c. Michel Foucault

21

Page 22: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

Paul – Michel Foucault (Poitiers, 15 Oktober 1926 – Paris 25 Juni 1984)

adalah seorang filsuf asal Perancis. Ia adalah salah satu pemikir paling

berpengaruh pada zaman pasca perang dunia II. Foucault dikenal akan

penelaahannya yang kritis terhadap berbagai institusi sosial, terutama

psikiatri, kedokteran dan sistem penjara, serta karya – karyanya tentang

riwayat seksualitas. Karyanya yang terkait kekuasaan dan hubungan

antara kekuasaan dengan pengetahuan telah banyak didiskusikan dan

diterapkan, selain pula pemikirannya yang terkait dengan “diskursus”

dalam konteks sejarah filsafat barat.

d. Jacqeues Derrida (Al – jazair 15 Juli 1930 – Paris 9 Oktober 2004.

Adalah seorang filsuf Prancis keturunan Yahudi sebagai pendiri ilmu

dekonstruktivisme.

e. Jan Mukarovsky

Mukarovsky lahir di Bohemia (1891 – 1975). Sebagai pengikut

strukturalisme Praha, ia kemudian mengalami pergeseran perhatian dari

struktur kearah tanggapan pembaca. Aliran inilah yang disebut

strukturalisme dinamik.

f. Hans Robert Jauss

Jauss lahir di Jerman. Ia termasuk dalam kelompok konstanz, nama yang

diambil dari sebuah Universitas di Jerman Selatan. Sebagai ahli sastra

dan kebudayaan abad pertengahan Jauss ingin memberbaharui cara –

cara lama yang mendeskripsikan aspek – aspek kesejarahan sehingga

menjadi lebih menjadi hermeneuitas. Tetapi di pihak lain, ia juga ingin

memperbaharui kelemahan kelompok formalis yang semata – bersifat

estetis dan Marxs yang semata – mata bersifat kenyataan.

22

Page 23: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Zaman renasains yang merupakan era sejarah yang penuh dengan

kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu yaitu

dengan munculnya ilmuan – ilmuan seperti Nicolaus Copernicus (1473-1543 M),

Johanes Kepler (1571-1630 M), Galileo Galilei (1564-1643 M), dan Francis

Bacon (1561-1626 M).

Postmodern lahir sebagai reaksi dan kritik terhadap modernisme yang

penuh akan kesalahan dan kegagalan diberbagai bidang (walaupun beberapa

tidak sepenuhnya gagal). Postmodernisme mengatakan bahwa tidak ada

kebenaran universal yang valid untuk setiap orang. Individu terkunci dalam

pandangan terbatas oleh ras, gender dan grup etnis masing – masing. Berbeda

dengan filsafat sebelumnya zaman modern yang mendasari metodenya dengan

rasionalitasnya. Pada zaman ini seakan – akan tidak ada lagi standar kebenaran.

Kebenaran adalah relative, kenyataan adalah relative dan keduanya menjadi

konstruk yang tidak bersambungan satu sama lain. Dalam postmodernisme,

pikiran digantikan oleh keinginan, moralitas digantikan oleh keinginan,

penalaran digantikan oleh emosi dan moralitas digantikan oleh relativisme,

kenyataan tidak lebih dari konstruk sosial, kebenaran disamakan dengan

kekuatan atau kekuasaan

23

Page 24: Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern

Daftar Pustaka

Hanum, Zulfa, Epistemologi – Filsafat Ilmu Pengetahuan, Tangerang: Pustaka Mandiri, 2012.

Bambang Sugiharto., Postmodernisme – Tantangan bagi Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1996

Kvale, Steinar (ed.), (2006), Psikologi dan Posmodernisme, Yogyakarta:  Pustaka Pelajar http://en.wikipedia.org/wiki/Postmodernism

Maksum, Ali.2009.Pengantar Filsafat : Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme. Ar-Ruzz Media. Jakarta.

Jean Francois Lyotard, The Postmodern Condition: A Report on Knowledge (Minneapolis: University of Minesota Press,1984)

Ari Purnomo, Narasi Kecil Sebagai Legitimasi Ilmu Pengetahuan era Postmodern Menurut Jean Francois Lyotard: Sebuah Skripsi, Yogyakarta: FTW, 2006

Sri Rahayu, Epistimologi Friedrich Wilhelm Nietzsche sche, dalam Epistimologi Kiri, (Jogjakarta,Ar-Ruuz,2006), Cet. II

http://aquwilasadewo.blogspot.co.id/2016/05/makalah-filsafat-moderen-dan-postmoderen.html 

24