filsafat modern

38
FILSAFAT MODERN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi Tahun Akademik 2014/2015 Disusun Oleh : Nama : Rahmat Fajar Ramdani NIM : 12030114410033 Nama : Hanafi NIM : 12030114410022

Upload: erikae14

Post on 16-Jan-2016

37 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tentang filafat modern

TRANSCRIPT

Page 1: Filsafat Modern

FILSAFAT MODERNDisusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Teori AkuntansiTahun Akademik 2014/2015

Disusun Oleh :

Nama : Rahmat Fajar Ramdani

NIM : 12030114410033

Nama : Hanafi

NIM : 12030114410022

JURUSAN MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DIPONEGORO

2014

Page 2: Filsafat Modern

Filsafat Modern

A. Filsafat Renaissance1. Nicolle Machiavelli (1469 – 1527)

Machiaveli lahir tahun 1469 di Florence, Italia dan meninggal dunia tahun 1527 pada umur 58 tahun. Pada tahun 1498 Machiavelli berumur 29 tahun telah memeproleh kedududkan tinggi di pemerintahan Florence selama 14 tahun. Pada tahun 1512 Republik Florentine digulingkan dan penguasa Medici kembali Machiaveli dipecat dan pada tahun ebrikutnya di tahan karena tuduhan kudeta.

Buku karya Nicolle Machiavelli :

1. The Prince karya paling monumental ditulis tahun 15132. Discourses upon the first ten book of tittus livius ditulis tahun 19323. The art of war4. A History of Florence5. La mandragola

a.Filsafat Politik Baru

Tidak ada fisuf politik yang menjadi sasaran penilaian yang beragam dan kontradiktif dibanding Machiaveli. Pada titik ekstrem, ia dikecam sebagai guru penipuan dan penghianatan politik, sebagai inkarnasi dari kekuatan licik dan brutal dalam dunia politik, dan sebagai penggagas totaliarianisme modern. Disisi lain ia disebut sebagai pahlawan italiayang bersemangat dan mengabdikan diri bagi kebaikan warga negaranya, sebagai demokrat besar, dan sebagaipemikir yang memberikan sumbangsih besar pada kebebasan manusia dan nasib manusia.Machiavelli berpendapat seorang pengusaha yang ingin tetap berkuasa dan memperkuat kekuasannya haruslah menggunakan tipu muslihat, licik, dan dusta, digabung dengan penggunaan kekejaman kekuatan.

b. Tujuan menghalalkan segala cara

menurut Machiavelli penguasa yang baik adalah orang yang tujuannya bukan untuk kepentingan dirinya sendiri tetapi untuk kebaikan umum, dan bukan demi kepentingan penggantinya tetapi demi tanah air yang jadi milik semua orang. Demi tujuan yang baik sebagaimana dinyatakan dalam Discourse, semua cara diperlukan bisa dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Machiaveli mengatakan, the end justifies the means (tujuan menghalalkan segala cara). Seorang penguasa tidak wajib membahas apakah tindakannya secara moral benar atau etis

Page 3: Filsafat Modern

2. Francis Bacon (1561-1626)

Francis Bacon, lahir di London Inggris dan belajar di Cambridge dia dikenal sebagai penemu praktik metode ilmiah. Dia bermaksud meninggalkan ilmu pengetahuan lama dan mengusahakan yang baru. Gagasan Bacon tentang metode ilmiah terkenal dengan nama induksi Baconian. Metodenya ini dijelaskan dalam bukunya yang berjudul Novum Organum yang diterbitkan pada tahun 1620. Semboyan Bacon yang terkenal adalah Knowledge is power , dengan ilmu manusia dapat menundukkan alam. Dalam bukunya Novum Organum, terdapat doktin doktrin yang dijjelaskan dengan istilah ‘idol’ yang telah mendominasi dan menjrumus kan pikiran manusia dan menghambat ilmu pengetahuan idol idol tersebut meliputi : idol of tribe, idol of the cave, idol of market place, idol of theater

3. Blaise Pascal (1623 – 1662 M)

Blaise Pascal Berasal dari prancis, Minat Utamanya ialah Filsafat dan agama, sedangkan hobinya yang lain adalah matematika dan geometri proyektif. Bersama Pierre de Fermat menemukan teori tentang probabilitas dan juga berhasil menciptakan mesin penghitung yang dikenal pertama kali. Karyanya yang terkenal ialah Penses. Karyanya tersebut terbit setelah ia meninggal dunia. Inti buku karangannya ialah ia berusaha menyikap pemikiran personalnya mengenai religiusnya yang amat mendalam dan penolakan terhadap rasionalisme filosofis yang mendefinisikan zamannya.

4. Thomas Hobbes (1588 – 1679 M )

Thomas Hobbes lahir di Inggris pada tahun 1588 M, ia adalah seorang yang cerdas pada umur 15 tahun telah belajar di Oxford University. Karya terbaik Hobbes adalah Leviathan. Master piece Hobbies merupakan filsafat politik umum pertama yang besar dan komprehensif yang dihasilkan pemikir Inggris. Karya Hobbes tersebut sebagai upaya untuk menjustifikasiasi absolutisme penguasa pada saat itu. Lebih dari itu, ia berusaha meletakkan fondasi teoritis bagi pemerintahan yang absolut secara umum, baik monarki, kdiktatoran, maupun parlemen. Bagian pertama buku tersebut membahas psikologi manusia, dalam bahasan of man. Hobbes menyadari bahwa toeri negara harus didasarkan atas teori watak manusia dan untuk menyingkapi watak manusia tersebut menurut Hobbes ada 2 cara. Pertama, melakukan pengamatan pola laku dan tindakan orang lain. Kedua, introspeksi diri.

Page 4: Filsafat Modern

Filsafat Modern

1. Rene Descartes

Rene Descartes lahir di La Haye, Prancis 31 Maret 1596 dan meninggal di stockholm, Swedia, 11 februari 1650. Descartes biasa dikenal sebagai Cartesius. Ia adalah seorang fisuf dan matematikawan prancis. Karyanya yang terpenting adalah Discour de la methode (1637) dan Mediatines de prima philosophia (1641) tokoh rasionalisme ini beranggapan bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran. Dalam buku Discourse de la methode ia menegaskan perlunya metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan meyangsikan segalanya, secara metodis. Kalua suatu kebenaran tahan terhadap ujian kesangsian yang radikal ini maka kebenaran itu 100% pasti menjadi landasan bagi seluruh pengetahuan. Descartes menerima 3 realitas atau subtansi bawaan yang sudah ada sejak kita lahir yaitu (1) realitas pikiran (res cogitan), @realitas perluasan (res extensa, extension) atau materi dan (3) tuhan (sebagai wujud yang seluruhnya sempurna, penyebab sempurna dari kedua realitas itu)

2. Baruch de Spinoza (1632 – 1677)

Baruch de Spinoza merupakan filsuf Belanda yang fenomenal setelah dia menggugat salah satu pemikiran Descartes mengenai apa sesungguhnya dunia ini ? sebagai keturunan yahudi yang berpikiran ortodoks, hingga akhirnya dibuang dan dikucilkan. Meski begitu buah pikirannya cukup mengagumkan bagi banyak orang yang menaruh perhatian terhadap kajian filsafat dan ilmu pengetahuan. Karya utama Spinoza adalah Ethic. Secara umum buku Spinoza tersebut menggunakan metode Cartesian dan berusaha membuat hipotesis mengenai kehidupan ini bahwa ada dan hanya satu subtansi dengan banyak sifat yang terbatas jumlahnya.

3. Leibniz (1646 – 1716 M)

Leibniz lahir di Jerman, nama lengkapnya Gotfried Wilhem von Leibniz. Leibniz juga termasuk pengkritik Descartes. Baginya dia kahwatir tentang kehidupan dan bagaimana cara menjalani hidup.leibinz dikenal sebagai penemu kalkulus bersama Newton. Ia adalah ilmuwan, pengacara, sejarawan, akadimisi, ahli logika, ahli bahasa, dan teolog. Tesisnya yang paling agung adalah Candinide.

4. John Locke (1632 – 1704 M )

John Locke adalah tokoh pembawa gerbong aliran empirisme dalam filsafat. Yakni aliran yang mengimani bahwa semua pikiran dan gagasan manusia berasal dari suatu yang didapat melalui indra dan pengalaman. Locke lahir di inggris pada tanggal 29 Agustus 1632 dan meninggal pada 28 oktober 1704 M. Dia disebut sebagai filsuf Ingggris berpandangan empiris. Locke sering disebut sebagai tokoh yang memberikan titik terang dalam perkembangan psikologi. Teori yang sangat

Page 5: Filsafat Modern

penting darinya adalah tentang kejiwaan adalh bahwa jiwa saat [ertama dilahirkan adalah jiwa yang bersih. Fokus filsafat locke adalah antitesis pemikiran Descartes. Baginya, pemikiran descartes mengenai akal budi kurang sempurna.

5. David Hume (1711 – 1776 )

Pada david hume aliran empirik memuncak. Empirisme mendasarkan pengetahuan bersumber pada pengalaman, bukan rasio hume memiliki pengalaman sebagai sumber poengtahuan. Pengalaman itu bersifat lahiriah (yang menyangkut dunia) dan dapat pula bersifat batiniah (menyangkut pribadi manusia). Hume membagi kesan menjadi dua ; kesan sensasi dan kesan refleksi. Kesan sensasi adalah kesan kesan yang masuk ke dalam jiwa yang tidak diketahui sebab musababnya. Kesan refeksi adalah hasil dari gagasan. Hume adalah pelopor para empiris, yang percaya bahwa seluruh pengetahuan tentang dunia berasal dari indra. Menurut humeada batasan batasan yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indra kita

6. Georg Wilhelm Friedrich Hegel

Tema fisafat Hegel adalah Ide Mutlak. Oleh karena itu, semua pemikirannya tidak terlepas dari ide mutlak, baik berkenaan dari sistemnya, proses dialektiknya, maupun titik awal dan titik akhir kefilsafatannya. Oleh karena itu pulalah filsafatnya disebut filsafat idealis, suatu filsafat yang menetapkan wujud yang pertama adalah ide (jiwa).

a. Rasio, ide, dan roh

Hegel sangat mementingkan rasio, tentu saja karena ia seorang idealis. Yang dimaksud olehnya bukan saja rasio pada manusia perseorangan, tetapi rasio pada subjek absolut karena Hegel juga menerima prinsip idealistik bahwa realitas seluruhnya harus disetarafkan dengan suatu subjek. Dalil Hegel yang kemudian terkenal berbunyi: “ Semua yang real bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat real.” Maksudnya, luasnya rasio sama dengan luasnya realitas. Realitas seluruhnya adalah proses pemikiran (idea, menurut istilah Hegel) yang memikirkan dirinya sendiri. Atau dengan perkataan lain, realitas seluruhnya adalah Roh yang lambat laun menjadi sadar akan dirinya. Dengan mementingkan rasio, Hegel sengaja beraksi terhadap kecenderungan intelektual ketika itu yang mencurigai rasio sambil mengutamakan perasaan.

Pusat fisafat Hegel ialah konsep Geist (roh,spirit), suatu istilah yang diilhami oleh agamanya. Istilah ini agak sulit dipahami. Roh dalam pandangan Hegel adalah sesuatu yang real, kongkret, kekuatan yang objektif, menjelma dalam berbagai bentuk sebagai world of spirit (dunia roh), yang menempatkan ke dalam objek-objek khusus. Di dalam kesadaran diri, roh itu merupakan esensi manusia dan juga esensi sejarah manusia.

Page 6: Filsafat Modern

Demi alam kembalilah idea atau roh kepada diri sendiri. Dalam fase ini, mula-mula roh itu merupakan roh subjektif, kemudian roh objektif, dan akhirnya roh mutlak.

Sebagai roh subjektif, roh itu mengenal dirinya dan merupakan tiga tingkatan: antropologi, fenomologi, dan psikologi. Dalam antropologi, kenalah roh itu akan dirinya dalam penjelmaan pada alam. Dalam fenomenologi, kenalah dia akan dirinya dalam perbedaannya dengan alam. Adapun pada psikologi, roh mengenal dirinya dalam kemerdekaan terhadap alam, mula-mula teoritis, kemudian praktis dan akhirnya merdekalah roh itu.

Maka meningkatlah kepada roh objektif. Roh objektif ini roh mutlak yang menjelma pada bentuk-bentuk kemasyarakatan manusia, hak dan hukum kesusilaan dan kebajikan. Dalam hak dan hukum terdapat penjelmaan roh merdeka itu pada hukum-hukum umum. Di samping itu adalah kesusilaan yang merupakan kebatinan. Pada sintesis keduanya itu terlahirlah kebajikan.

Sampailah sekarang kepada roh mutlak. Roh mutlak itu ialah idea yang mengenal dirinya dengan sempurna itu merupakan sintesis dari roh subjektif dan objektif. Tak ada lagi, pertentangan antara subjek dan objek antara berpikir dan ada.

Oleh karena roh mutlak ini sebenarnya gerak juga, maka dia menunjukkan perkembangan juga: seni (tesis), agama (antitesis) dan kemudian filsafat (sintesis). Seni itu memperlihatkan idea dalam pandangan indera terhadap dunia, objeknya masih di luar subjek. Adapun agama tidak lagi mempunyai subjek di luar objek, melainkan di dalamnya. Tetapi segala pengertian dan gambaran agama itu dianggap ada. Filsafat akhirnya merupakan sintesis dari seni dan agama merupakan paduan yang lebih tinggi. Di sinilah idea mengenal dirinya dengan sempurna. Dalam sejarah filsafat ternyata benar gerak idea itu, yaitu tesis, antitesis, dan akhirnya sintesis. Misalnya: Parmenides (tesis), Heraklitos (antitesis), dan Plato (sintesis).

b. Dialektika

Untuk menjelaskan filsafatnya, Hegel menggunakan dialektika sebagai metode. Yang dimaksud oleh Hegel dengan dialektika adalah mendamaikan, mengompromikan hal-hal yang berlawanan.

Proses dialektika selalu terdiri atas tiga fase. Fase pertama (tesis) dihadapi antitesis (fase kedua), dan akhirnya timbul fase ketiga (sintesis). Dalam sintesis itu, tesis dan antitesis menghilang. Dapat juga tidak menghilang, dia masih ada, tetapi sudah diangkat pada tingkat yang lebih tinggi. Proses ini berlangsung terus. Sintesis segera menjadi tesis baru, dihadapi oleh antitesis baru, dan menghasilkan sintesis baru lagi, dan seterusnya.

Page 7: Filsafat Modern

Tesis adalah pernyataan atau teori yang didukung oleh argumen yang dikemukakan, lalu antitesis adalah pengungkapan gagasan yang bertentangan. Sedangkan sintetis adalah paduan (campuran) berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras.

7. Immanuel Kant

Immanuel Kant dilahirkan pada tahun 1724 di Königsberg dari pasangan Johann Georg Kant, seorang ahli pembuat baju zirah (baju besi), dan Anna Regina Kant.Ayahnya kemudian dikenal sebagai ahli perdagangan, namun di tahun 1730-1740, perdangangan di Königsberg mengalami kemerosotan.Hal ini memengaruhi bisnis ayahnya dan membuat keluarga mereka hidup dalam kesulitan.Ibunya meninggal saat Kant berumur 13 tahun, sedangkan ayah Kant meninggal saat dia berumur hampir 22 tahun. Pendidikan dasarnya ditempuh Kant di Saint George’s Hospital School, kemudian dilanjutkan ke Collegium Fredericianum, sebuah sekolah yang berpegang pada ajaran Pietist.

Keluarga Kant memang penganut agama Pietist, yaitu agama di jerman yang mendasarkan keyakinannya pada pengalaman religius dan studi kitab suci. Pada tahun 1740, Kant menempuh pendidikan di University of Königsberg dan mempelajari tentang filosofi, matematika, dan ilmu alam. Untuk meneruskan pendidikannya, dia bekerja sebagai guru privat selama tujuh tahun dan pada masa itu, Kant mempublikasikan beberapa naskah yang berkaitan dengan pertanyaan ilmiah. Pada tahun 1755-1770, Kant bekerja sebagai dosen sambil terus mempublikasikan beberapa naskah ilmiah dengan berbagai macam topik. Gelar profesor didapatkan Kant di Königsberg pada tahun 1770.

Pemikiran Immanuel Kant

Perkembangan pemikiran kant mengalami empat periode;

1. Periode pertama ialah ketika ia masih dipengaruhi oleh Leibniz Wolf, yaitu samapi tahun 1760. Periode ini sering disebut periode rasionalistik

2. Periode kedua berlangsung antara tahun 1760 – 1770, yang ditandai dengan semangat skeptisisme. Periode ini sering disebut periode empiristik

3. Periode ketiga dimulai dari inaugural dissertation-nya pada tahun 1770. Periode ini bisa dikenal sebagai tahap kritik.

4. Periode keempat berlangsung antara tahun 1790 sampai tahun 1804. Pada periode ini Kant megnalihkan perhatiannya pada masalah religi dan problem-problem sosial. Karya Kant yang terpenting pada periode keempat adalah Religion within the Limits of Pure Reason (1794) dan sebuah kumpulan esei berjudulEternal Peace (1795).

Page 8: Filsafat Modern

Immanuel Kant adalah filsuf yang hidup pada puncak perkembangan “Pencerahan”, yaitu suatu masa dimana corak pemikiran yang menekankan kedalaman unsur rasionalitas berkembang dengan pesatnya. Pada masa itu lahir berbagai temuan dan paradigma baru dibidang ilmu, dan terutama paradigma ilmu fisika alam. Heliosentris temuan Nicolaus Copernicus (1473 – 1543) di bidang ilmu astronomi yang membutuhkan paradigma geosentris, mengharuskan manusia mereinterpretasikan pandangan duniannya, tidak hanya pandangan dunia ilmu tetapi juga keagamaan.

Selanjutnya ciri kedua adalah apa yang dikenal dengan deisme, yaitu suatu paham yang kemudian melahirkan apa yang disebut Natural Religion (Agama alam) atau agama akal. Deisme adalah suatu ajaran yang mengakui adanya yang menciptakan alam semesta ini. Akan tetapi setelah dunia diciptakan, Tuhan menyerahkan dunia kepada nasibnya sendiri. Sebab ia telah memasukkan hukum-hukum dunia itu ke dalamnya. Segala sesuatu berjalan sesuai dengan hukum-hukumnya. Manusia dapat menunaikan tugasnya dalam berbakti kepada Tuhan dengan hidup sesuai dengan hukum-hukum akalnya.

Maksud paham ini adalah menaklukkan wahyu ilahi beserta degan kesaksian-kesaksiannya, yaitu buku-buku Alkitab, mukjizat, dan lain-lain kepada kritik akal serta menjabarkan agama dari pengetahuan yang alamiah, bebas dari pada segala ajaran Gereja. Singkatnya, yang dipandang sebagai satu-satunya sumber dan patokan kebenaran adalah akal. Kant berusaha mencari prinsip-prinsip yang ada dalam tingkah laku dan kecenderungan manusia. Inilah yang kemudian menjadi kekhasan pemikiran filsafat Kant, dan terutama metafisikanya yang dianggap benar-benar berbeda sama sekali dengan metafisikan pra kant.

Kritik atas Rasio Murni

Dalam kritik ini, atara lain kant menjelaskan bahwa ciri pengetahuan adalah bersifat umum, mutlak dan memberi pengertian baru. Untuk itu ia terlebih dulu membedakan adanya tiga macam putusan, yaitu:

a. Putusan analitis apriori; dimana predikat tidak menambah sesuatu yang baru pada subjek, karena sudah termuat di dalamnya (msialnya, setiap benda menempati ruang).

b. Putusan sintesis aposteriori, misalnya pernyataan “meja itu bagus” di sini predikat dihubungkan dengan subjek berdasarkan pengalaman indrawi, karena dinyatakan setelah (=post, bhs latin) mempunyai pengalaman dengan aneka ragam meja yang pernah diketahui.

c. Putusan sintesis apriori; disini dipakai sebagai suatu sumber pengetahuan yang kendati bersifat sintetis, namun bersifat apriori juga. Misalnya, putusan yang berbunyi “segala kejadian mempunyai sebabnya”.

Page 9: Filsafat Modern

Tiga tingkatan pengetahuan manusia, yaitu:

a. Tingkat Pencerapan Indrawi (Sinneswahrnehmung)

Unsur apriori, pada taraf ini, disebut Kant dengan ruang dan waktu. Dengan unsur apriori ini membuat benda-benda objek pencerapan ini menjadi ‘meruang’ dan ‘mewaktu

b. Tingkat Akal Budi (Verstand)

Bersamaan dengan pengamatan indrawi, bekerjalah akal budi secara spontan. Tugas akal budi adalah menyusun dan menghubungkan data-data indrawi, sehingga menghasilkan putusan-putusan. Pengetahuan akal budi baru dieroleh ketika terjadi sintesis antara pengalaman inderawi tadi dengan bentuk-bentuk apriori yang dinamai Kant dengan ‘kategori’, yakni ide-ide bawaan yang mempunyai fungsi epistemologis dalam diri manusia.’.

c. Tingkat intelek / Rasio (Versnunft)

Idea ini sifatnya semacam ‘indikasi-indikasi kabur’, petunjuk-petunjuk buat pemikiran (seperti juga kata ‘barat’ dan ‘timur’ merupakan petunjuk-petunjuk; ‘timur’ an sich tidak pernah bisa diamati). Tugas intelek adalah menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan pada tingkat dibawahnya, yakni akal budi(Verstand) dan tingkat pencerapan indrawi (Senneswahnehmung). Dengan kata lain, intelek dengan idea-idea argumentatif.

Kendati Kant menerima ketiga idea itu, ia berpendapat bahwa mereka tidak bisa diketahui lewat pengalaman. Karena pengalaman itu, menurut kant, hanya terjadi di dalam dunia fenomenal, padahal ketiga Idea itu berada di dunia noumenal (dari noumenan = “yang dipikirkan”, “yang tidak tampak”, bhs. Yunani), dunia gagasan, dunia batiniah. Idea mengenai jiwa, dunia dan Tuhan bukanlah pengertian-pengertian tentang kenyataan indrawi, bukan “benda pada dirinya sendiri” (das Ding an Sich).

Kritik atas Rasio Praktis

Maxime (aturan pokok) adalah pedoman subyektif bagi perbuatan orang perseorangan (individu), sedangkanimperative (perintah) merupakan azas kesadaran obyektif yang mendorong kehendak untuk melakukan perbuatan. Imperatif berlaku umum dan niscaya, meskipun ia dapat berlaku dengan bersyarat (hypothetical)atau dapat juga tanpa syarat (categorical). Imperatif kategorik tidak mempunyai isi tertentu apapun, ia merupakan kelayakan formal (=solen). Menurut kant, perbuatan susila adalah perbuatan yang bersumber paa kewajiban dengan penuh keinsyafan. Keinsyafan terhadap kewajiban merupakan sikap hormat (achtung).Sikap inilah penggerak sesungguhnya perbuatan manusia. Kant, ada akhirnya ingin menunjukkan bahwa kenyataan adanya kesadaran susila

Page 10: Filsafat Modern

mengandung adanya praanggapan dasar. Praanggapan dasar ini oleh Kant disebut “postulat rasio praktis”, yaitu kebebasan kehendak, immortalitas jiwa dan adanya Tuhan.

Pemikiran etika ini, menjadikan Kant dikenal sebagai pelopor lahirnya apa yang disebut dengan “argumen moral” tentang adanya Tuhan. Sebenarnya, Tuhan dimaksudkan sebagai postulat. Sama dengan pada rasio murni, dengan Tuhan, rasio praktis ‘bekerja’ melahirkan perbuatan susila.

Kritik atas Daya Pertimbangan

Kritik atas daya pertimbangan, dimaksudkan oleh Kant adalah mengerti persesuaian kedua kawasan itu. Hal itu terjadi dengan menggunakan konsep finalitas (tujuan). Finalitas bisa bersifat subjektif dan objektif. Kalau finalitas bersifat subjektif, manusia mengarahkan objek pada diri manusia sendiri. Inilah yang terjadi dalam pengalaman estetis (kesenian). Dengan finalitas yang bersifat objektif dimaksudkan keselarasan satu sama lain dari benda-benda alam.

8. SØREN KIERKEGAARD

Søren Kierkegaard yang lahir pada 5 Mei 1813 dan tutup usia pada 11 November 1855, adalah seorang filsuf dan teolog abad ke-19 yang berasal dari Denmark. Ia dilahirkan dalam sebuah keluarga kaya di Kopenhagen, ibukota Denmark. Ayahnya, Michael Pedersen Kierkegaard, adalah seseorang yang sangat saleh. Ia yakin bahwa ia telah dikutuk Tuhan, dan karena itu ia percaya bahwa tak satupun dari anak-anaknya akan mencapai umur melebihi usia Yesus Kristus, yaitu 33 tahun. Ia percaya bahwa dosa-dosa pribadinya, seperti misalnya mengutuki nama Allah pada masa mudanya dan kemungkinan juga menghamili ibu Kierkegaard di luar nikah, menyebabkan ia layak menerima hukuman ini. Perkenalan dengan pemahaman tentang dosa pada masa mudanya, dan hubungannya dari ayah dan anak meletakkan dasar bagi banyak karya Kierkegaard (khususnya Takut dan Gentar). Ibunda Kierkegaard, Anne Sørensdatter Lund Kierkegaard, tidak secara langsung dirujuk dalam buku-bukunya, meskipun ia pun mempengaruhi tulisan-tulisannya di kemudian hari. Meskipun sifat ayahnya kadang-kadang melankolis dari segi keagamaan, Kierkegaard mempunyai hubungan yang erat dengan ayahnya. Ia belajar untuk memanfaatkan ranah imajinasinya melalui serangkaian latihan dan permainan yang mereka mainkan bersama.

PEMIKIRAN SØREN KIERKEGAARD: Sebuah Kritik Atas Formalitas Agama di Denmark dan Hegelianisme

Jika kita diperhadapkan dengan pertanyaan, mengapa karya Kierkegaard kadang-kadang digambarkan sebagai eksistensialisme Kristen dan psikologi eksistensial ? Maka jawabannya adalah karena karya-karya Kierkegaard membahas masalah-masalah agama seperti misalnya hakikat iman, lembaga Gereja Kristen, etika dan

Page 11: Filsafat Modern

teologi Kristen, dan emosi serta perasaan individu ketika diperhadapkan dengan pilihan-pilihan eksistensial. Masalah yang diangkat tersebut, tentu saja tidak lepas dari konteks zaman saat itu, sehingga Kierkegaard harus melancarkan kritiknya terhadap dua hal yang berkecamuk saat itu, yakni formalitas agama di Denmark dan pemikiran Hegelianisme. Mengenai hal tersebut, F. Budi Hardiman menjelaskan:

Kritik Kierkegaard atas Hegelianisme bukan sekedar sebuah minat teoritis, melainkan didasari oleh sebuah keprihatinan praktis terhadap perilaku keagamaan di Denmark . Zaman itu, Lutheranisme menjadi agama resmi negara Denmark. Agama itu secara otomatis dianut oleh orang Denmark, dan menjadi semacam cap saja untuk kehiduoan sosial. Menurut Kierkegaard agama Kristen sungguh-sungguh menjadi sekular dan duniawi, dan orang yang menyebut dirinya Kristen tidak pernah sungguh-sungguh memikirkan Allah. Dalam situasi seperti ini, agama hanya menjadi persoalan “objektif” dan “lahiriah”, hanya menyangkut perilaku yang dapat dilihat dan tidak menyangkut komitmen subjektif manusia.

Pada titik inilah, Kierkegaard lalu menunjukkan bahwa “biang keladi” kemerosotan penghayatan iman ini tak lain adalah filsafat Hegel. Menurut Kierkegaard, realita Hegel tidaklah memiliki relasi dengan realita keberadan manusia.

Kierkegaard adalah seorang yang pada zamannya melancarkan reaksi terhadap hidup kemasyarakatan. Keadaan masyarakat pada waktu itu tidak menunjukkan sebuah usaha untuk memecahkan persoalan-persoalan praktis sehari-hari, serta mengabaikan perkara-perkara batiniah. Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang menjadi prinsip Kierkegaard, bahwasanya persoalan-persoalan praktis sehari-hari itulah yang justru menjadi persoalan hidup yang sebenarnya. Memang pada kenyataannya, sejak Kant hingga Hegel orang hanya membicarakan persoalan-persoalan besar yang bersifat umum, sedangkan untuk persoalan khusus dan praktis, pada umumnya orang berpendapat bahwa pemecahannya dapat diturunkan dari dasar-dasar yang umum itu. Kierkegaard kemudian menganggap Hegel mengaburkan hidup yang kongret, nmaka tak heran jika Kierkegaard meremehkan argumentasi abstrak mengenai metafisika yang spekulatif ala Hegel.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka jelas bahwa bereksietensi berarti berani mengambil keputusan yang menentukan hidup. Maka barangsiapa tidak berani mengambil keputusan, ia tidak bereksistensi dalam arti yang sebenarnya. Itulah pemikiran Kierkegaard, bahwa ada eksistensi yang sebenarnya dan ada eksistensi yang tidak sebenarnya. Tiap eksistensi memiliki cirinya khas. Kierkegaard membedakan adanya tiga bentuk eksistensi, yaitu: bentuk estetis, bentuk etis dan bentuk religius.

Page 12: Filsafat Modern

Ø Tahap Estetis

Pada tahap ini, manusia menaruh perhatian besar terhadap segala sesuatu yang di luar dirinya. Ia hidup di dalam dunia dan di dalam masyarakat, dengan segala sesuatu yang dimiliki dunia dan masyarakat itu. Ia menikmati segala yang jasmani dan rohani. Sekalipun demikian batinnya kosong. Senantiasa ia menghindari tiap keputusan yang menentukan. Sifat hakiki bentuk eksistensi estatis ialah tidak adanya ukuran-ukuran moral yang umum yang telah ditetapkan, dan tidak adanya kepercayaan keagamaan yang menentukan. Yang ada hanya keinginan untuk menikmati seluruh pengalaman emosi dan nafsu.

Ø Tahap Etis

Pada tahap ini, manusia memperhatikan benar-benar kepada batinnya. Ia tidak hidup dari hal-hal yang kongrit ada. Sikapnya di dalam dunia, senantiasa diusahakan agar dapat ditentukan dari sudut hidup batiniahnya, menurut patokan-patokan yang umum.

Ø Tahap Religius

Tahap religius ditandai oleh pengakuan individu akan Allah, dan kesadarannya sebagai pendosa yang membutuhkan pengampunan Allah. Pada tahap ini individu membuat komitmen personal dan melakukan apa yang disebutnya “lompatan iman”. Lompatan ini bersifat non-rasional dan biasa kita sebut pertobatan. Tokoh yang memodelkan tahap ini adalah tokoh Kitab Suci, Abraham, yang mengorbankan putranya yang tunggal karena beriman kepada Allah. Di sini Abraham betul-betul meninggalkan tahap etis dan melompat ke tahap religius.

9. Karl Marx

Karl Marx lahir di Trier, Jerman 5 Mei 1818. Berasal dari keluarga Yahudi kelas menengah, Marx kuliah ilmu hukum di universitas Bonn. Setahun kemudian pindah ke universitas Berlin untuk belajar filsafat. Pada usia 23 tahun ia meraih gelar doktor filsafat. Gagal menjadi dosen, Marx muda kemudian menjadi wartawan dan akhirnya lebih banyak menjadi aktivis politik dan penulis.

Karl Marx adalah seorang filsuf, ekonom, sosiolog sekaligus aktivis politik. Pemikiran Marx dipengaruhi oleh Hegel, Feurbach, pemikir-pemikir sosialis Perancis seperti St. Simon, Prudhon dan tokoh revolusioner seperti Blanqui. Selama hidupnya, Marx telah banyak menghasilkan karya, seperti: Economic and Philosophical Manuscript, The German Ideology, The Class Strrunggles in France and the Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte, The Communist Manifesto, Das Capital.

Marx mengartikan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat; tingkah laku, perubahan social, konflik dan kelas sosialnya. Karl Marx memunculkan

Page 13: Filsafat Modern

teori-teori dalam sosiologi, yaitu, konflik dan kelas sosial, perubahan sosial, alienasi.

Marx menggunakan metode-metode sejarah dan filsafat untuk membangun suatu teori tentang perubahan yang menunjukkan perkembangan masyarakat menuju suatu keadaan terwujud keadilan sosial. Perubahan sosial bagi Marx berjalan dialektis. Pertentangan, kontradiksi antar kelas akhir mencari kesimbangan. Tahapan sejarah masyarakat bagi Marx adalah sebagai berikut; feodalisme, kapitalisme dan sosialisme/komunisme.

Alienasi bagi Marx terjadi disaat manusia itu sebagai pekerja itu terasing dan dikuasai oleh hasil kerjanya, produksinya. Manusia diasingkan dari produk hasil kerjaannya, terasing dari kegiatan produksi, terasing dari sifat sosialnya, terasing dari rekan-rekannya atau masyarakatnya.

Teori Marx tentang kelas social didasarkan pada pemikiran bahwa sejarah peradaban manusia adalah sejarah pertentangan kelas sosial dalam masyarakat. Marx biasanya mengartikan kelas digunakan untuk menyatakan sekelompok orang yang berada dalam situasi yang sama dalam hubungannya dengan kontrol mereka terhadap alat-alat produksi. Ada dua macam kelas yang dikemukakan Marx ketika menganalisa kapitalisme; kelas borjuis dan kelas proletar.

Marx merupakan tokoh pengkritik system kapitalis paling awal dan paling sengit. Sosiologi humanis dan sosiologi kritis banyak mengambil teori alienasi Karl Marx. Dia menolak kapitalisme karena menyebabkan pengangguran, kosentrasi modal satu golongan, dan bertambahnya kesengsaraan kaum proletar

Hasil dari teori historis Karl Marx pada masyarakat antara lain :

a. masyarakat feudalisme, dimana faktor-faktor produksi berupa tanah pertanian dikuasai oleh tuan-tuan tanah.

b. Pada masa kapitalisme hubunganantara kekuatan dan relasi prodksi akan berlangsung, namunkarena terjadi peningkatan output dan kegiatanekonomi, sebagaimana feudalisme juga mengandung benih kehancurannya, maka kapitalismepun akan hancur dan digantikan dengan masyarakat sosialise.

c. Masa sosialisme dimana relasi produksi mengikuti kapitalisme masih mengandung sisa-sisa kapitlisme.

d. Pada masa komunisme, manusia tidak didorong untuk bekerja dengan intensif uang atau materi.

Menurut Karl Marx dalam komoditas dan kelas dapat dibagi menjadi dua kelas, yaitu:

a. kaum kapitalis (borjuis) yang memiliki alat-alat produksi.

Page 14: Filsafat Modern

b. Kaum buruh (proletar) yang tidak memiliki alat-alat produksi, ruang kerja, maupun bahan-bahan produksi.

Teori historis dari Karl Marx mencoba menerapkan nya ke dalam masyarakat, dengan meneliti antara kekuatan dan relasi produksi. Dimana nantinya akan terjadi sebuah kontradiksi, yang berakibat perubahan kekuatan produksi dari penggilingan tangan pada sistem feodal menjadi penggilingan uap pada sistem kapitalisme. Menurutnya satu-satunya biaya sosial untuk memproduksi barang adalah buruh.

Analisa karl marx tentang Kapitalisme

karl marx adalah salah satu penentang ekonomi kapitalis memunculkan akibat social yang tidak diinginkan dan sebagai pertentangan pada kapitalisme menjadi lebih nyata dari waktu ke waktu. Kritik karl marx ini tertuang pada hukum Karl Marx tentang kapitalisme, yang berisi tentang :

1. Surplus pengangguran

Pada konsep tentang surplus pengangguran ini, Karl Marx berpendapat bahwa selalu terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja yang erdampak pada penekanan tingkat upah sehingga menjadi surplus value dan keuntungan tetap bernilai positif. Karl Marx melihat ada 2 faktor penyebab terjadinya surplus tenaga kerja ini. Pertama, yaitu Direct Recruitment yang terjadi akibat penggantian tenaga kerja manusia oleh mesin-mesin produksi. Kedua, Indirect Recruitment yang terjadi akibat adanya anggota baru tenaga kerja yang memasuki pasar tenaga kerja.

2. Penurunan tingkat keuntungan

Menurut Karl Marx ada pengaruh yang kuat para kapitalis untuk menghimpun modal. Penghimpunan modal ini berarti bahwa aka nada lebih banya fariabel modal yang digunakan untuk menambah tenaga kerja, sehingga akan menaikkan upah dan akan mengurangi tingkat pengangguran. Tingkat surplus value akan mengalami penurunan sebagai akibat dari naiknya upah, begitu juga tingkat laba juga akan turun. Para kapitalis akan bereaksi dengan mengganti tenaga kerja manusia dengan mesin dengan menambah organic composition of capital. Jika tingkat surplus value dipertahankan untuk tidak berubah maka kenaikan pada organic composition of capital akan mendorong tingkat keuntungan pada level yang lebih rendah.

3. Krisis Bisnis

Pada konteks krisis bisnis (depresi), Karl Marx berpendapat bahwa adanya perubahan orientasi atau tujuan dari proses produksi dari tujuan nilai guna pada zaman ekonomi barter berubah menjadi tujuan nilai tukar dan keuntungan saat dibawah kapitalisme, menyebabkan terjadinya fluktuasi ekonomi. Pada ekonomi

Page 15: Filsafat Modern

barter, produse hanya menghasilkan barang untuk dikonsumsi sendiri atau ditukar dengan komoditi yang lain, sehingga pada saat ekonomi barter ini tidak pernah terjadi over produksi.

4. Jatuhnya nilai profit dan krisis bisnis

Dalam model Karl Marxian sebuah ekonomi klasik dengan jelas bergantung pada kapitalis itu sendiri yang berupaya untuk mengubah jumlah atau nilai profit dan mengubah ekspetasi profit dalam kaitannya dengan krisis bisnis. Karl Marx memakai hukumnya itu untuk menjelaskan fluktusi dalam jangka pendek dalam aktifitas ekonomi. Untuk memperoleh profit yang besar, aliran kapitalis menambah komposisi modal an ternyata hal itu justru menurunkan profit.

5. Konsentrasi modal

Meskipun model karl marx memberi asumsi mengenai adanya pasar persaingan sempurna dengan jumlah yang besar untuk perusahan-perusahan kecil dalam tiap –tiap industry, namun karena ketatnya persaingan maka akan mengarah pada jatuhnya industry-industri kecil sehingga akan mengurangi persaingan.

Untuk mengurangi adanya persaingan salah satunya dengan peusatan modal. Pemusatan modal ini terjadi melalui sebuah redistribusi pada modal. Karl Marx menujukan bahwa perusahaan yang besar lebih bias mencapai skala ekonomi yang lebih baik ketimbang perusahaan yang kecil, hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar itu dapat memproduksi dengan biaya yang rendah. Persaingan diantara perusahaan yang besar dan yang kecil menghasilkan pertumbuhan monopoli. Penambahan modal secara lebih jauh dengan mengembangkan sistem kredit dan kerja sama dalam bentuk organisasi bisnis.

6. Bertambahnya kesengsaraan kaum proletar

kontradiksi kapitalisme menurut marx menyebabkan bertambahnya tingkat kesengsaraan pada kaum proletar. Bertambahnya kesengsaraan secara absolut menunjukkan pendapatan dari masyarakat secara global menurun dalam sistem kapitalis dan juga menunjukan bahwa bagian pendapatan nasional mereka menjadi turun di kemudian hari.

Hingga pada akhirnya marx berasumsika secara konsisten bahwa hal yang harus dilakukan untuk menghilangkan kesengsaraan, yakni dengan lebih memperhatikan pada kualitas hidup mereka.

10. Friedrich Nietzsche

Friedrich Wilhelm Nietzsche lahirkan pada 15 Oktober 1844 di Röcken bei Lützen, wilayah Sachsen, terletak di daerah pedesaan tanah pertanian di sebelah barat daya Leipzig, Jerman. Dinamakan Friedrich Wilhelm karena hari kelahirannya sama dengan hari kelahiran Friedrich Wilhelm IV, seorang raja

Page 16: Filsafat Modern

Prusia yang sangat dihormati pada masanya, karenanya, merupakan kebanggaan bagi Nietzsche kecil karena hari kelahirannya selalu dirayakan banyak orang. Berasal dari keluarga yang taat kepada Protestan Lutheran, karena ayahnya, Carl Ludwig beserta kakek-neneknya merupakan biarawan, kecuali ibunya, Franziska Nietzsche, ia bukan seorang yang dekat dengan profesi suaminya (biarawati).

Beberapa tahun kemudian, Nietzsche terlibat skandal asmara dengan gadis bernama Lou Andreas Salomé. Dalam surat yang diberikan kepada Lou (2 Juli 1882) nampak jelas bahwa ia amat mencintai Lou :

“Hari yang lewat tampak seakan ulang tahunku; engkau kirimi aku persetujuanmu (datang dan tinggal selama tiga minggu), hadiah terbaik yang pernah diberikan orang kepadaku” (Nietzsche, 1977: 14)

Namun pernikahan impiannya gagal karena tidak disetujui oleh kakak perempuannya yang mengetahui adanya asmara segitiga antara Nietzsche, Lou dan Paul Ree. Setelah sadar pernikahannya tidak akan pernah terwujud, ia jatuh ke jurang keputusasaan yang sampai menjadi depresi. Depresi inilah yang lama-kelaman membuatnya gila pada 1889.

Setelah Nietzsche benar-benar menjadi gila, ia dirawat oleh kakak perempuannya hingga akhirnya Nietzsche meninggal pada 1900 di Weimar. Kematiannya termasuk yang tragis, karena selain ia meninggal dalam keadaan gila, ia juga meninggal karena tidak bisa menikahi Lou serta ia juga tidak mengetahui bahwa ibunya juga telah meninggal.

Adapun karya-karyanya, antara lain :

1. The Birth of Tragedy

2. The Four Meditations

3. Thus Spoke Zarathustra

4. Beyond Good and Evil

5. Toward a Genealogy of Morals

6. The Will to Power (diterbitkan setelah ia meninggal).

Pemikiran NIETZSCHE tentang Tuhan Telah Mati

Pemikirannya tentang Tuhan mati, tertera dalam karyanya yang berjudul Zarathustra (bukan tokoh agama terkenal di Iran, hanya nama hayalan saja untuk orang bijaksana). Ia menggambarkan Zarathustra yang telah lama bertapa di atas gunung kemudian turun dan, ketika melalui seorang yang sedang bertapa di suatu tempat, berkata : “Aneh orang ini belum tahu kalau Tuhan telah mati…”.

Page 17: Filsafat Modern

Kemudian di kota, Zarathustra masuk ke dalam pasar dan menuduh orang banyak telah membunuh Tuhan. Lengkapnya dapat diperhatikan sebagai berikut :

Si gila. Tidakkah kalian dengar tentang si gila yang menyalakan sebuah lentera pada jam-jam pagi yang terang benderang; ia lari masuk pasar dan berteriak: Saya mencari Tuhan! Saya mencari Tuhan! Si gila terbahak-bahak kegirangan di tengah-tengah orang banyak yang berdiri. Mereka sudah tidak percaya kepada Tuhan. Seorang di antara mereka berkata: Apakah ia telah tersesat seperti seorang bocah? Atau bersembunyikah ia? Takutkah ia kepada kita? Mengembarakah ia? Atau telah pindah? Demikianlah ocehan mereka sambil tertawa. Si gila kemudian meloncat ke tengah mereka dan menembus mereka bersama lenteranya. Dia berteriak: Kemanakah Tuhan larinya? Aku akan jelaskan kepadamu semua. Kita telah membunuhnya kalian dan aku. Kita semua adalah pembunuh… Bukankah lentera harus dinyalakan ketika pagi? Belumkah kita dengar para penggali pusara yang sedang menguburkan Tuhan? … Tuhan telah mati. Tuhan tetap mati… (God is dead. God remains dead).4

Ungkapan Nietzsche itu menurut Karel A. Steenbrink, ada yang menyatakan bahwa Nietzsche hanya mengemukakan bahwa dalam kebudayaan pada zamannya Tuhan telah mati dalam hati manusia. Saat itu yang dipentingkan hanyalah materi belaka, apalagi cara berpikirnya didominasi oleh ilmu pasti alam telah menjauhkan manusia dari kepercayaan sepenuhnya kepada Tuhan.

Kecuali itu, ada yang menyatakan bahwa hal tersebut merupakan kritik Nietzsche kepada agama Kristen, yang umumnya melarang kekayaan, seks dan seni. Di semua bidang ini, agama memberikan petunjuk yang umumnya bersifat larangan semata. Agama tidak membina manusia menjadi pribadi yang aktif dan bertanggungjawab. Dasar kepercayaan adalah kelemahan, sehingga manusia harus menyerahkan diri kepada Tuhannya dan harus taat kepada petunjuk yang datang dari luar dirinya. Maka agama Kristen merupakan hambatan bagi perkembangan pribadi manusia untuk menjadi manusia super dan Uebermensch.

Dari interpretasi karya Nietzsche itu, pada tahun 1960-an, teologi di Eropa dan Amerika Utara timbul puluhan karangan yang berpangkal dari anggapan bahwa Tuhan telah mati dan bahwa masih bisa dilanjutkan suatu agama tanpa Tuhan. Dan ada yang hendak mengarang teologi yang tidak terfokus kepada Tuhan, tetapi terfokus kepada Yesus. Bagi mereka “Tuhan telah mati” merupakan petunjuk penyaliban Yesus dan penderitaan sesama manusia di dunia ini. Dan juga ada yang hendak mengkritik ide teis tentang Tuhan dan hanya ingin menyempurnakannya, tetapi dengan menggunakan kata-kata yang keras dan kontroversial.

Page 18: Filsafat Modern

Tragedi Nietzsche itu merupakan fenomena intelektual di Barat, dimana agama gagal dalam memberikan jawaban yang memuaskan terhadap tuntutan intelektual manusia yang mencari sesuatu di balik yang ada ini. Betul Nietzsche, bahwa secara simbolik Tuhan telah mati di Barat. Sebab orang sudah tidak menghiraukan tindakan moral apapun. Yang ada adalah etik yang situasional dan individual. Tidak ada etik yang bersumber dari wahyu, yang berlaku secara universal yang menyebabkan orang Barat telah kehilangan kiblat yang sebenarnya. Jadi, Nietzsche sebenarnya masih merindukan sesuatu yang bermakna, meskipun ia telah menjadi agnostik, jika tidak ateis.

11. Arthur Schopenhauer

Arthur Scopenhauer lahir di Danzig, sekarang Polandia, pada tahun 1788 sebagai anak seorang pedagang besar. Meskipun orang tuanya kaya, kehidupan keluarganya tidak bahagia. Ayahnya meninggalnya waktu Arthur masih kecil; kemungkinan ia membunuh diri. Dari ibunya ia memisahkan diri. Pengalaman masa muda yang buruk itulah yang menanamkan pesimisme dalam jiwa Schopenhauer yang akan menjadi ciri khas kepribadiannya. Ia menolak menjadi pedagang dengan cara belajar sendiri segera mencapai pengetahuan luas dalam filsafat, fisika, kimia, biologi, dan astronomi. Pada tahun 1822 ia dinyatakan mampu mengajar di Universitas Berlin. Ia meninggal dunia pada tahun 1860.

Akar Pemikiran Filosofis

Pemikiran Schopenhauer banyak dipengaruhi oleh pandangan Budha dan filsuf Immanuel Kant. Kekagumannya kepada keduanya itu amat besar. Hal ini terlihat dari ruang kerjanya dipasang dengan patung kedua tokoh tersebut.patung itu berupa tengah badan Kant dan sebuah perunggu Budha. Dalam cara hidupnya, ia meniru Kantkcuali mengenai bangun pagi[8].

Pengaruh Immanuel Kant terhadap filsafat Schopenhauer terlihat, misalnya, pada tahun 1813, dia menerbitkan disertasi doktoralnya yang berjudul Uber die vierfache Wurzel des Satzes vom zureichnden Grunde (tentang akar ganda empat dari asas tentang alasan yang memadai). Buku ini sangat dipengaruhi oleh Kant dan Schopenhauer sendiri menganggapnya sebagai pengantar ke dalam filsafatnya.

Dalam buku itu, Schopenhauer berpendapat bahwa dunia fenomenal yang kita alami ini adalah obyek bagi subyek. Artinya, dunia fenomenal itu adalah presentasi-presentasi (vorstellungen) atau gambaran-gambaran mental kita. Presentasi-presentasi ini tersusun secara teratur menajdi sebuah sistem pengetahuan tentang objek, dan sistem itu disebut ilmu pengetahuan. Di sini implisit diakui adanya “das Ding an sich”. Agar pengetahuan tentang dunia fenomenal itu memadai, harus ada asas umum yang mengatur susunan presentasi itu, dan asas itu disebut “prinsip alasan yang memadai”. Menurutnya, ada empat.

Page 19: Filsafat Modern

Pertama, menurutnya, pemikiran kita mengatur objek-objek intuitif dan empiris menurut kategori kausalitas, dan dia mengatakan bahwa presentasi-presentasi tentang objek itu diatur menurut ” prinsip alasan memadai mengenai menjadi”. Di sini dia mereduksi kategori a priori Kantian menjadi satu, yaitu kausalitas. Kedua, pikiran kita lalu menghasilkan putusan, tapi kebenaran putusan itu ditentukan oleh suatu asas lain yang tidak sekedar logika, melainkan juga memungkinkan sifat sintetis putusan itu,dan ini disebut “ prinsip alasan yang memadai mengenai mengetahui”. Ketiga, pikiran kita menangkap hakikat objek-objek secara intuitif, yaitu hubungan-hubungan ruang dan waktu. Kebenaran hubungan-hubungan hakiki ini diatur oleh prinsip alasan memadai mengenai ada”.

Pemikiran Filosofis Arthur Schopenhauer

1. Kehendak Metafisis

Sebagaimana disebutkan di atas, Schopenhauer secara langsung terpengaruh oleh filsafat pengetahuan Kant. Kant membedakan dua dunia. Yang pertama adalah dunia yang dikenal oleh kita, dunia “fenomenal”, yaitu dunia objek-objek inderawi yang “dikonstruksikan” oleh subjek yang mengerti melalui peralatan kognitifnya : persepsi indrawi (dengan bentuk-bentuk apriori ruang dan waktu) dan rasio (Verstand, dengan 12 kategorinya). Dunia kedua, yaitu dunia di belakang fenomen-fenomen itu, adalah Das Ding an Sich (realitas pada dirinya sendiri), bidang noumenal (dari nous, akal budi dalam bahasa Yunani) yang hanya kita ketahui bahwa ia ada, tetapi tidak kita ketahui bagaimana ciri-cirinya. Jadi, yang dapat kita ketahui hanyalah bidang fenomenal, sedangkan bidang noumenal tertutup bagi kita[14].

Kerangka pengertian Kant itu diambil alih oleh Schopenhauer, tetapi dengan dua perbedaan besar. Bagi Schopenhauer, bidang noumenal itu bukan sebuah Das ding an sich, melainkan kehendak. Kehendak adalah realitas transendental, artinya realitas noumenal, di belakang realitas fenomenal atau empiris yang kita rasakan. Jadi menurut Schopenhauer, realitas pada hakikatnya berupa kehendak. Di belakang dunia pengalaman kita, dunia empiris, terdapat kehendak transendental itu. Yang kita tangkap dalam bidang fenomenal, jadi segala apa yang menjadi pengalaman kita baik di luar maupun di dalam diri kita, merupakan “gejalanya” atau, dalam bahasa Schopenhauer, idea (Vorstellung) kehendak transendental itu. Dunia adalah kehendak dan bayangan (atau imajinasi); kehendak adalah realitas noumenal sebagai dasar, bayangan-bayangan adalah penjabarannya di alam fenomenal[15].

Perbedaan kedua antara Kant dan Schopenhauer ialah bahwa menurut Kant kita tidak dapat mengetahui Das Ding an Sich, sedangkan Schopenhauer merasa dapat mengetahuinya. Hati kitalah yang membuka rahasia itu. Dalam hati kita temukan keinginan, hasrat, kerinduan, harapan, cinta, kebencian, pelarian, penderitaan, pemikiran, imajinasi; itulah hidup kita dan hidup kita adalah pengalaman dan

Page 20: Filsafat Modern

pengalaman itu menyatakan diri sebagai kehendak. Tubuh kita sama saja; kaki adalah objektivasi kehendak untuk berjalan, lambung untuk mencernakan, pendek kata, tubuh kita adalah obejektivikasi kehendak.yang kita rasakan pada diri kita itu lalu dialihkan pada seluruh alam semesta; segala gejala alam semesta pun bukan lain ungkapan atau fenomenisasi sebuah kehendak. Kehendaklah yang mendasari segala kekuatan dan kejadian yang kita alami dalam alam semesta. Di belakang realitas fenomenal, realitas pengalaman empiris kita, terletak sebuah noumenal yang mendasarinya, yang bersifat kehendak[16]. Jadi, Schopenhauer menemukan bahwa Das Ding an Sich itu adalah Kehendak[17].

Untuk sampai pada kesimpulan itu, schopenhauer menggunakan intuisi untuk mengenal kenyataan. Dalam kehidupan sehari-hari kita cenderung memisahkan gerakan tubuh dan kehendak. Gerakan tubuh itu lahiriyah dan kehendak itu batiniyah. Secara intuitif kita dapat menyadari bahwa gerakan tubuh dan kehendak itu satu dan sama. Dalam pandangan Schopenhauer, gerakan tubuh yang bersifat lahiriyah itu tidak lain daripada “kehendak yang diobjektifkan”. Dengan peristilahannya sendiri, gerakan tubuh itu adalah “kehendak sebagai presentasi”. Dalam ruang dan waktu atau kenyataan sehari-hari kita menyaksikan keanekaan. Menurut Schopenhauer semua itu hanya fenomenal, maya, sedangkan “Das Ding an Sich” mestilah tunggal. Dengan kata lain, di balik keanekaan lahiriyah itu ada sebuah kenyataan tunggal yang bersifat numenal. Itulah kehendak yang bersifat metafisis. Keanekaan itu hanyalah penampakan dari Kehendak. Jadi, gerakan magnit, tumbuh-tumbuhan, manusia, dll. Adalah penampakan dari kehendak metafisis yang tunggal[18].

Schopenhauer lebih rinci lagi mencirikan Kehendak itu sebagai “Kehendak untuk hidup” (der wille zum leben). Istilah “kehendak” memberi kesan mengandung rasionalitas tertentu, tetapi Scopenhauer lebih memahaminya sebagai sesuatu yang buta, yaitu suatu dorongan untuk hidup, suatu kehendak purba (Urwille). Kehendak untuk mengejawentahkan diri dalam keanekaan penampakan, dari naluri hidup hewani yang paling rendah, sampai rasio manusia yang paling luhur. Naluri rendah dan rasio dalam pandangannya pada dasarnya merupakan penampakan Kehendak yang sama, yakni kehendak untuk hidup. Di sini Schopenhauer lalu menganut biologisme dalam pandangannya mengenai pengetahuan. Rasio manusia memiliki fungsi untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisiknya, sebagaimana tampak dalam industri dan teknologi. Dengan kata lain, rasio dan pengetahuan adalah pelayan Kehendak, dan dalam arti ini fungsi rasio sama seperti fungsi cakar pada macan dan sayap pada burung. Dengan menganggap rasio atau roh sebagai budak Kehendak metafisis ini, Schopenhauer menolak Hegel yang menyamakan realitas dengan rasio. Yang sungguh-sungguh nyata bukanlah rasio, melainkan kehendak[19].

Kehendak adalah yang utama, abadi, tak bertempat, yang mengungkapkan dirinya dalam diri manusia sebagai dorongan, insting. Manusia mengetahui dirinya

Page 21: Filsafat Modern

sebagai fenomena, bagian dari alam, sebagai badan organik yang meluas. Kehendak adalah diri yang nyata, badan adalah ekspresi dari kehendak.

Dunia adalah Kehendak dan idea. Kehendak ada di mana-mana, dan membimbing segalanya. Kehendak untuk hidup adalah asas kehidupan dan kesadaran. Kehendak mengendalikan pencerapan, memori, imajinasi, pertimbangan dan penalaran. Kita mencerap, yan kita kehendaki untuk mencerap. Kehendak disebabkan oleh kekuatan tidak sadar. Merupakan dorongan yang menguasai intelegensi[20].

2. Pesimisme :

Kehendak untuk ada, kehendak untuk hidup merupakan sebab dari semua perjuangan, kesedihan dan kejahatan dalam dunia. Perjuangan untuk hidup akan menimbulkan kejelekan dunia dan kematian harus mengalahkannya. Kehidupan adalah jahat sebab hal itu mementingkan diri dan hina. Simpati, belas kasiha merupakan dasar dan patokan moralitas. Untuk menjadi baik, tindakan harus didorong oleh simpati[21].

Paham pesimisme menampilkan gambaran hidup yang suram. Menurutnya, kenyataan itu pada dasarnya dan secara keseluruhannya jahat, atau paling sedikit dikuasai yang jahat. Keadaan dunia, karena pada dasarnya jahat dan dikuasai oleh yang jahat, makin hari menjadi makin buruk. Tak ada usaha dan tindakan yang dapat memperbaikinya. Segala usaha tak ada guna. Kekuatan yang jahat terlalu perkasa. Manusia bukan hanya lemah tetapi juga jahat. Manusia karena itu tak dapat mampu dan tak dapat memperbaiki diri.

Sebagai paham, pesimisme memiliki unsur positif. Di dunia memang ada kejahatan. Tetapi, kejahatan tidak dapat dipandag sebagai prinsip kehidupan. Bila kejahatan menjadi prinsip kehidupan, segala yang ada dalam kehidupan pasti jahat, padahal kenyataannya tidak segalanya jahat, ada bahkan sebagian besar baik. Dunia dan dan masyarakat dapat merosot terus, tetapi juga maju dan berkembang.

Dengan demikian, kelemahan utama pesimisme sebagai paham adalah memandang kenyataan hidup secara tidak seimbang dan berat sebelah. Pesimisme tidak melihat kejahatan sebagai pelengkap hidup. Pesimisme tidak mampu menemukan segi humor dalam hidup ini. Pesimisme juga berat sebelah karena hanya memandang kenyataan, dunia, manusia dalam satu arah sajaa, yaitu arah yang negatif, jahat, suram. Orang pesimis akibatnya, hidupnya amat terbebani; pandangannya gelap; langkah-langkahnya berat. Orang pesimis kehilangan kecerahan dan kebahagiaan hidup. Hidup semacam ii jelas tidak sehat dan perlu diseimbangkan[22].

Page 22: Filsafat Modern

Pesimisme mempunyai kecenderungan memandang segala sesuatu dari segi yang paling buruk dan segi yang tidak mengandung harapan, penuh perasaan sedih. Kasihan, muram, murung, putus asa, absurd, sakit, mati; dan yakin bahwa semua perasaan ini bersifat dasariyah dan merupakan unsur-unsur kehidupan yang tak terelakkan. Dari segi psikologi, pesimisme merupakan sikap umum yang mendorong orang melihat sisi buruk dari segala sesuatu. Sedangkan dari segi metafisik, pesimisme merupakan pandangan yang mengatakan bahwa hakikat segala sesuatu pada dasarnya adalah kejahatan atau sesuatu yang negatif. Atau pandangan yang mengatakan bahwa kejahatan dan penderitaan yang melanda dunia lebih banyak dan mendasar daripada kebaikan[23].

Menurut schopenhauer, kita semestinya tidak bergembira karena kita hidup ; sebaliknya kita harus meratapi fakta tersebut. Baginya, kehidupan adalah sesuatu yang seharusnya tidak ada. Jadi, seandainya seorang individu memilih, dia akan menolak kehidupan, sebab, semua keadaan dalam kehidupan berakhir sebagai frustasi, tidak bahagia, ilusi, atau menyakitkan. Di samping itu, kehidupan juga diliputi oleh penderitan, keputusasaan, ketidakpuasan, ketidakpastian, kekecewaan, ketidakberdayaan, kehilangan harapan dan kematian. Menurutnya, dunia ini merupakan kemungkinan yang terburuk; tidak ada yang lebih buruk yang dapat diciptakan atau dibayangkan. Dunia ini merupakan ungkapan dari kehendak yang buta serta irasional. Segala sesuatu memiliki kehendak untuk hidup dan konsekuensinya ialah adanya penderitaan[24]. Ini pula yang menjadi titik tolak pemikiran Schopenhauer. Titik tolak ini bermula dari situasi di mana manusia menemukan diri. Situasi itu pada hakikatnya ditandai oleh penderitaan yang tak ada putus-putusnya. Hidup adalah menderita. Seluruh pesimisme Schopenhauer terungkap dalam gaya Schopenhauer melukiskan keadaan itu. Sumber penderitaan ialah bahwa kita tidak pernah merasa tenang, tidak pernah puas. Kita penuh kerinduan, hasrat, harapan, dan kekhawatiran. Begitu sebuah tujuan tercapai, kita merasa kosong. Tak ada tujuan yang memuaskan dapat memuaskan kita. Apabila kita sampai kita merasa bosan, apabila tidak sampai kita kecewa. Kita bergerak antara penderitaan dan perasaan bosan. Selanjutnya, di kemudan hari, filsafat pesimisme Schopenhauer ini dipelajari oleh gerakan Romantisme abad 19.

12. Edmund Husserl

Fenomenologi menghendaki ilmu pengetahuan secara sadar mengarahkan untuk memperhatikan contoh tertentu tanpa prasangka teoritis lewat pengalaman-pengalaman yang berbeda dan bukan lewat koleksi data yang besar untuk suatu teori umum di luar substansi sesungguhnya.

Metode Fenomenologi Edmund Husserl

Dalam pemikiran Husserl, konsep fenomenologi itu berpusat pada persoalan tentang kebenaran. Baginya fenomenologi bukan hanya sebagai filsafat tetapi juga

Page 23: Filsafat Modern

sebagai metode, karena dalam fenomenologi kita memperoleh langkah-langkah dalam menuju suatu fenomena yang murni. Husserl yakin bahwa ada kebenaran bagi semua dan manusia dapat mencapai kebenaran itu. Akan tetapi, Husserl melihat bahwa sesungguhnya di dalam filsafat itu sendiri tiada kesesuaian dan kesepakatan karena tidak adanya metode yang tepat sebagai pegangan yang dapat diandalkan. Bagi Husserl metode yang benar-benar ilmiah adalah metode yang sanggup membuat fenomena menampakkan diri sesuai dengan realitas yang sesungguhnya tanpa memanipulasinya. Ada suatu slogan yang terkenal di kalangan penganut fenomenologi, yaitu: zu den sachen selbst (terarah kepada benda itu sendiri). Dalam keterarahan benda itu, sesungguhnya benda itu sendirilah yang dibiarkan untuk mengungkapkan hakikat dirinya sendiri. Berangkat dari proses pemikiran yang demikian, maka lahirlah metode fenomenologis.

Menurut Husserl “prinsip segala prinsip” ialah bahwa hanya intuisi langsung (dengan tidak menggunakan pengantara apapun juga) dapat dipakai sebagai kriteria terakhir dibidang Filsafat. Hanya apa yang secara langsung diberikan kepada kita dalam pengalaman dapat dianggap benar dan dapat dianggap benar “sejauh diberikan”. Dari situ Husserl menyimpulkan bahwa kesadaran harus menjadi dasar filsafat. Alasannya ialah bahwa hanya kesadaran yang diberikan secara langsung kepada saya sebagai subjek, seperti akan kita lihat lagi.

“Fenomen” merupakan realitas sendiri yang tampak, tidak ada selubung yang memisahkan realitas dari kita., realitas itu sendiri tampak bagi kita. Kesadaran menurut kodratnya mengarah pada realitas. Kesadaran selalu berarti kesadaran akan sesuatu. Kesadaran menurut kodratnya bersifat intensionalitas. (intensionalitas merupakan unsur hakiki kesadaran). Dan justru karena kesadaran ditandai oleh intensionalitas, fenomen harus dimengerti sebagai sesuatu hal yang menampakkan diri.

Ada beberapa aspek yang penting dalam intensionalitas Husserl, yakni:

1. Lewat intensionalitas terjadi objektivikasi. Artinya bahwa unsur-unsur dalam arus kesadaran menunjuk kepada suatu objek, terhimpun pada suatu objek tertentu.

2. Lewat intensionalitas terjadilah identifikasi. Hal ini merupakan akibat objektivikasi tadi dalam arti bahwa berbagai data yang tampil pada peristiwa-peristiwa kemudian masih pula dapat dihimpun pada objek sebagai hasil objektivikasi tadi.

3. Intensionalitas juga saling menghubungkan segi-segi suatu objek dengan segi-segi yang mendampinginya.

4. Intensionalitas mengadakan pula konstitusi.

Page 24: Filsafat Modern

“Konstitusi” merupakan proses tampaknya fenomen-fenomen kepada kesadaran. Fenomen mengkonstitusi diri dalam kesadaran. Karena terdapat korelasi antara kesadaran dan realitas, maka dapat dikatakan konstitusi adalah aktivitas kesadaran yang memungkinkan tampaknya realitas. Tidak ada kebenaran pada dirinya lepas dari kesadaran. Kebenaran hanya mungkin ada dalam korelasi dengan kesadaran. Dan karena yang disebut realitas itu tidak lain daripada dunia sejauh dianggap benar, maka realitas harus dikonstitusi oleh kesadaran. Konstitusi ini berlangsung dalam proses penampakkan yang dialami oleh dunia ketika menjadi fenomen bagi kesadaran intensional. Sebagai contoh dari konstitusi: “saya melihat suatu gelas, tetapi sebenarnya yang saya lihat merupakan suatu perspektif dari gelas tersebut, saya melihat gelas itu dari depan, belakang, kanan, kiri, atas dan seterusnya”. Tetapi bagi persepsi, gelas adalah sintesa semua perspektif itu. Dalam prespektif objek telah dikonstitusi. Pada akhirnya Husserl selalu mementingkan dimensi historis dalam kesadaran dan dalam realitas. Suatu fenomen tidak pernah merupakan suatu yang statis, arti suatu fenomen tergantung pada sejarahnya. Ini berlaku bagi sejarah pribadi umat manusia, maupun bagi keseluruhan sejarah umat manusia. Sejarah kita selalu hadir dalam cara kita menghadapi realitas. Karena itu konstitusi dalam filsafat Husserl sulalu diartikan sebagai “konstitusi genetis”. Proses yang mengakibatkan suatu fenomen menjadi real dalam kesadaran adalah merupakan suatu aspek historis.

Benda-benada tidaklah secara langsung memperlihatkan hakikat dirinya. Apa yang kita temui pada benda-benda itu dalam pemikiran biasa bukanlah hakikat. Hakikat benda itu ada dibalik yang kelihatan itu. Karena pemikiran pertama (first look) tidak membuka tabir yang menutupi hakikat, maka diperlukan pemikiran kedua (second look). Alat yang digunakan untuk menemukan hakikat pada pemikiran kedua ini adalah intuisi. Dalam usaha melihat hakikat dengan intuisi, Husserl memperkenalkan pendekatan reduksi, yaitu penundaan segala ilmu pengetahuan yang ada tentang objek sebelum pengamatan intuitif dilakukan. Reduksi juga dapat diartikan penyaringan atau pengecilan. Istilah lain yang digunakan Husserl adalah epoche yang artinya sebagai penempatan sesuatu di antara dua kurung. Maksudnya adalah melupakan pengertian-pengertian tentang objek untuk sementara, dan berusaha melihat objek secara langsung dengan intuisi tanpa bantuan pengertian-pengertian yang ada sebelumnya. Agar orang dapat memahami sebagaimana adanya, ia harus memusatkan perhatian kepada fenomena tersebut tanpa prasangka dan tanpa memberi teori sama sekali, akan tetapi tertuju kepada barang / hal itu sendiri, sehingga hakikat barang itu dapat mengungkapkan dirinya sendiri.

Yang menarik dan sangat penting dari metode fenomenologi Edmund Husserl ini adalah bahwa setiap orang jangan cepat-cepat mengambil kesimpulan sebelum mendialogkan masalah yang dihadapi dengan secermat-cermatnya. Dalam metode brackketing dengan berbagai reduksi-reduksi yang Husserl ungkapkan, bukti-bukti nyata belumlah dipandang cukup untuk menetapkan sebuah eksistensi atau

Page 25: Filsafat Modern

kebenaran. Kebenaran tidak saja ditetapkan berdasarkan bukti-bukti empiris, tetapi masih diperlukan kepada berbagai inquiry pengalaman “supra-empiris” lewat intuisi yang bersifat apriori.

Husserl agaknya telah mampu menyetesiskan sekaligus mengapresiasikan kedua aliran filsafat yang sangat bertolak belakang, yaitu idealisme dan naturalisme. Ini dapat dilihat di satu pihak ia menafikan sama sekali eksistensi objek pengalaman dunia nyata, dan di pihak lain ia juga tidak menerima bahwa eksistensi kebenaran itu di luar jangkauan akal manusia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebenaran transedental sebagai kebenaran tertinggi.

Metode fenomenologi mulai dengan orang yang mengetahui dan mengalami, yakni orang yang melakukan persepsi. Fenomenologi dijelaskan sebagai kembali kepada benda, sebagai lawan dari ilusi atau susunan pikiran, justru karena benda adalah objek kesadaran yang langsung dalam bentuknya yang murni.