perbandingan antara fungsi hisbah dan lembaga...

135
i PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA PENGAWASAN PEREKONOMIAN MODERN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E,Sy) Oleh: ALVIAN MUSHAFY ABDULLAH 1110046100171 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/ 1436 H

Upload: vuongkiet

Post on 08-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

i

PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA

PENGAWASAN PEREKONOMIAN MODERN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E,Sy)

Oleh:

ALVIAN MUSHAFY ABDULLAH

1110046100171

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/ 1436 H

Page 2: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

PERBAI\DINGAN ANTARA FTJNGSI HISBAH DAh[ LEMBAGAPENGAWASAI\ PEREKONOMIAN MODERN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menenutri Sahh Satu Syarat Meraih

Gehr Sarjana Ekorpmi Slxariah (S.ESV)

Olek

ALVIAN M.USIIAFT ABDULLAII

I I 10046100171

Di Bawah Binibingan:

Dr.Dede AMUI Fatall M.Si

KONSENTRASI PERBAI\KAI\ SYARIAH

PROGRAM STTJDI MUAMALAT (EKONOMI ISI,AM)

FAKUTAS SYARIAH DAI\ H[]KT]M

TIIN SYARIF HIDAYATT]LLAH

. JAKARTA

201s M/ 1436 H

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

ll n

Page 3: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

PENGESAIIAN PANITIA UJIAN

Skripsi bedudul "PERBANDINGAI\ AIYTARA FUNGSI IIISBAH DAI{ LEMBAGA

PENGAWASAN PEREKONOMIAN MODERN" telah diajukan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif\

Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 31 Maret 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) pada Program Studi

Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakartq 31 Maret 2015

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua

Sekretaris

Pembimbing

Penguji I

Penguji II

Ah.Azharuddin Lathif. M.Ag. MHNIP. 1 97425 07 2001 r2l00r

Abdunauf.Lc.MANrP. 19?3 121 520050 1 1002

Dr. Dede Abdul Fatah. M.Si (..'........" " t

H.M. Fudhail Rahman. Lc. MANrP. I 97508 I 02009 12 1 001

Ut................{.v,

u1

h

NrP. I 948 1 02019 66121001

Page 4: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1.

3.

Slaipsi ini merupakan hasil karya asfi saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E,Sy) di Fakuhas Syariah

dan Hularm, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penuli.san ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di 'Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah iakarta.

Jka di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan

hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Februari 2015

Iv

Page 5: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

v

ABSTRAK

Alvian Mushafy Abdullah,1110046100171. “PERBANDINGAN ANTARA FUNGSIHISBAH DAN LEMBAGA PENGAWASAN PEREKONOMIAN MODERN” Strata 1,Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UINSyarif Hidayatullah Jakarta 2014.

Hisbah merupakan lembaga pengawas yang sudah ada semenjak zaman Rasulullah, danpengawasan yang dilakukan secara langsung ke tempat kejadian perkara, meminimalisirnyakejahatan yang terjadi di pasar. Banyaknya pelanggaran yang terjadi dan dilakukan oleh parapedagang dikarenakan kurangnya pengawasan yang ketat.

Lembaga pengawas Hisbah mempunyai fungsi utama pengawasan dan menyuruh dalamberbuat kebaikan dan menjauhi kejahatan yang khususnya dalam sektor ekonomi yang sedikitbanyaknya terjadi di pasar.

Di Indonesia pun terdapat lembaga pengawasan ekonomi modern seperti, BPOM, LPPOM,KPPU, dan terdapat DSN yang memang semuanya bergerak di bidang pengawasan, telahlama mengawasi kegiatan ekonomi yang berada di Indonesia dan fokus masing-masing padabidangnya, namun skripsi ini memfokuskan pembahasannya pada fungsi Hisbah dan pasarkarena disitulah terjadinya transaksi ekonomi yang memang dari segi isi dagangannya seringkali dicederai oleh para pedagang untuk mendapatkan untung yang lebih banyak.

Ditemukan perbedaan antara kedua lembaga yang mencolok ini, antara lain pada fungsi yangdimiliki oleh kedua lembaga tersebut, karena Hisbah belum terlalu spesifik tidak sepertilembaga pengawasan perekonomian sekarang yang sudah dibagi-bagi berdasarkan spesifikasimasing-masing, seperti BPOM pada hal pangan dan persaingan usaha yang dalam skalamakro ada lembaga KPPU dan lain-lain.

Persamaannya tentu terletak pada tugas utama yang dipunyai oleh keduanya yaitu mengawasikhususnya dalam sektor ekonomi dari 3 aspek yaitu, produksi, distribusi dan konsumsi.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, menggunakan data primer dansekunder dari setiap lembaga yang telah disebutkan, yang diambil dari website resmi dan datayang valid dan bisa dipertanggung jawabkan.

Kata Kunci : Hisbah, Lembaga Pengawas, Pasar, BPOM, LPPOM, KPPU, DSN.

Pembimbing : Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si

Page 6: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur sangat dipanjatkan penulis atas anugerah yang tiada

hingga dari Allah SWT yang memberikan berupa karunia, rahmat dan nikmat, sehingga

skripsi dengan judul “PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA

PENGAWASAN PEREKONOMIAN MODERN” ini dapat terselesaikan. Penulisan

skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana (S1) pada

Program Sarjana Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh dukungan, motivasi dan

bantuan yang sangat berarti dari berbagai pihak oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan

ucapan terimakasih kepada pihak-pihak tersebut sebagai berikut:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. selaku dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Ah. Azharuddin Latif, M.Ag, M.H. selaku kepala Program Studi

Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si. selaku dosen pembimbing penulisan

skripsi saya yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing,

mengarahkan dan memberikan saran dan masukan yang sangat berarti

bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Pengurus perpustakaan yang telah memberikan Fasilitas untuk

mengadakan studi perpustakaan.

Page 7: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

vii

5. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu

dan pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis.

6. Ayahanda tercinta (H. Uyok Abdullah) dan ibunda tercinta (Hj. Dede

Sakinah) yang terus memberikan motivasi baik dalam bentuk moril

maupun materil serta doa yang tiada henti yang sangat berarti, karena

beliau berdualah penulis bisa sampai titik ini, semoga sehat sejahtera

selalu dan panjang umur untuk melihat kesuksesan putara-putrinya ini.

Tak lupa juga untuk adik laki-laki yang sekarang sudah kuliah dan telah

dewasa Muhammad Maudi Mauludi sedikit banyaknya telah membantu

dalam penyelesaian proses tugas akhir skripsi ini dan kedua adik

perempuan penulis yang tiada hentinya diganggu dan memberikan sedikit

relaksasi atas kepenatan yaitu Tasya Nurul Badriah Kultsum dan Nazwa

Zazkia Salsabila yang juga menjadi motivasi penulis untuk segera

menyelesaikan skripsi ini dan segera membiayai mereka menjadi lebih

baik lagi, semoga ketiganya menjadi lebih berguna bagi agama, Nusa dan

Bangsa.

7. Adinda Pipit Nurpitamaya seorang wanita yang telah lama hilang dan

merupakan seseorang pertama nan istimewa yang telah banyak membantu

dalam penulisan skripsi ini serta selalu memberikan motivasi pada penulis.

8. Teman-teman DarusSunnah almamater pondok yang juga dikhususkan

kepada Prof. Dr. KH.Ali Mustafa Ya’qub, MA sebagai guru besar

sekaligus ayah yang menjadi sosok panutan karena dari beliau-lah penulis

Page 8: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

viii

mengetahui semua indahnya horizon wawasan ilmu Hadis yang tiada tara

indahnya, semoga generasi setelahya baik dari kami ataupun dari yang lain

bisa mengikuti jejak beliau yang sangat berarti dan bisa meneruskan apa

yang beliau cita-citakan untuk anak muridnya kelak bermanfaat seperti

beliau bagi agama, nusa dan bangsa.

9. Dan juga teman-teman Darsun (Darussunnah) angkatan ANTABENA

yang telah banyak memotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini dan juga

dalam memotivasi untuk Menikah segera, kepada saudara Ali Mahrus,

bang Haji yang menemani perjalanan dengan kendaraan beliau yang

penulis berterima kasih tiada tara, juga Firdaus Syahid sebagai teman

sejawat dan sekelas juga seangkatan, ketua Antabena juga anggotanya

yang lain yang tidak bisa disebutkan satu-satu, pokoknnya semua teman

Antabena terima kasih banyak.

10. Teman- teman seperjuangan PS.D Squad yang senantiasa mendukung dan

memotivasi penulis dalam setiap langkah pengerjaan skripsi ini khususnya

Aji Aison, Sebew Ibnu, Faqih, Harfi, Bagong Rizky, Kiting Hilmi, Uji

Uye, Monyok Ryan, Adib, Bidin Bluetooth, Yordan, Adit, Bapet Fatih,

Ari Norman, Tsamroh dan Lost Buchor juga Yasser yang menghilang dan

Tamara dan para mahasiswi kawan PSD semuanya.

11. Semua pihak yang pernah singgah dan menjadi kawan baik yang baru

maupun yang lama, seperti kosan Putra Bangka, kemudian Teman-teman

Lisensi angkatan 2010, kawan-kawan eBI, almamater Daarul Uluum Lido

Page 9: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

ix

angkatan An-Najwa/2004, Alumni SDN Harjasari I, anak-anak Himabo

dan seluruhnya yang pernah mengenal dengan penulis Terima Kasih yang

sebesar-besarnya.

12. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu disini, semoga Allah SWT memberikan

balasan pahala yang berlipat ganda dan kebaikan yang telah diberikan,

balasannya takkan pernah tertukar karena Allah Maha Penyayang,

Aamiin …

Page 10: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...........................................................iii

LEMBAR PERNYATAAN ..........................................................................................iv

ABSTRAK ......................................................................................................................v

KATA PENGANTAR...................................................................................................vi

DAFTAR ISI...................................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1

B. Pokok Permasalahan ........................................................................ 7

1. Identifikasi Masalah .................................................................... 7

2. Perumusan Masalah ..................................................................... 8

3. Pembatasan Masalah .................................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ......................................................... 9

1. Tujuan Penulisan ......................................................................... 9

2. Manfaat Penulisan ....................................................................... 9

D. Review Studi Terdahulu ................................................................. 10

E. Metode Penelitian ........................................................................... 12

Page 11: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

xi

1. Pendekatan Penelitian ............................................................... 12

2. Jenis dan Sumber Data .............................................................. 13

3. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 13

4. Teknik Analisis Data ................................................................. 15

5. Objek Penelitian ........................................................................ 16

E. Pedoman Penulisan .. ………………………………………………………16

F. Sistematika Penulisan ............................................................................16

BAB II LANDASAN TEORITIS INTERVENSI PEMERINTAH TERHADAP PASAR

A. Pasar sebagai Pusat Aktivtas Ekonomi ............................................ 18

B. Intervensi Pemerintah dalam Mekanisme Pasar .............................. 22

BAB III FUNGSI-FUNGSI PENGAWASAN PASAR OLEH LEMBAGA HISBAH

A. Al-Hisbah Sebagai Lembaga Pengawas ......................................... 31

1. Sejarah Lembaga Hisbah ..................................................... 31

a) Masa Rasulullah............................................................... 36

b) Masa Khulafa al-Rasyidin .............................................. 38

c) Masa Bani Umayyah ....................................................... 42

d) Masa Bani Abbasiyah ..................................................... 46

2. Pengertian Hisbah ............................................................... 49

3. Dasar Hukum ...................................................................... 55

4. Pertumbuhan dan Perkembangannya .................................. 63

Page 12: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

xii

5. Wewenang dan Tugas ......................................................... 65

B. Lembaga Pengawasan dalam Islam dan Perbandingannya dengan Al-

Hisbah ............................................................................................. 75

1. Wilayat al-qadhâ` ................................................................. 76

2. Wilâyat al-Mazâlîm .............................................................. 77

3. Wilâyât al-Hisbah ................................................................ 78

BAB IV FUNGSI-FUNGSI PENGAWASAN PASAR OLEH LEMBAGA

PENGAWASAN PEREKONOMIAN MODERN DI INDONESIA

A. Profil dan Sejarah Lembaga Pengawas di Indonesia ..................... 80

1. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ................... 82

a) Pengertian dan Latar Belakang Badan Pengawas Obat dan

Makanan (BPOM) ......................................................... 82

b) Fungsi dan Wewenang .................................................. 84

c) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan .................... 86

2. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika

Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI) .......................... 92

a) Sejarah Berdiri Lembaga Pengakajian Pangan,

Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia

(LPPOM-MUI) ............................................................. 92

3. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) .................... 94

a) Sejarah dan Latar Belakang

Page 13: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

xiii

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)............... 94

b) Tugas ............................................................................ 96

c) Wewenang .................................................................... 96

4. Dewan Syariah Nasional (DSN) .......................................... 98

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN FUNGSI PENGAWASAN

PASAR

A. Persamaan antara Hisbah dengan Lembaga Pengawasan Perekonomian

Modern ........................................................................................... 108

B. Perbedaan antara Hisbah dengan Lembaga Pengawasan Perekonomian

Modern ........................................................................................... 111

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................... 117

B. Saran.............................................................................................. 118

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................119

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 .................................................................................................................107

Tabel 1.1......................................................................................................................109

Tabel 1.2......................................................................................................................112

Page 14: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar merupakan tempat vital dalam menjalankan roda ekonomi

khusunya sebuah daerah, karena banyak yang terjadi dalam pasar khususnya

transaksi jual beli masyarakat, melakukannya secara bebas yang kadang

memang sama sekali tak ada pengawasnya.

Dalam sejarah Islam ada sebuah lembaga ekonomi yang bertugas

mengawasi pasar yang disebut Hisbah, dan lembaga ini tak boleh

dikembangkan di luar masalah ekonomi, termasuk untuk mencapai

kesejahteraan spiritual dan moral, juga dalam mengawasi proyek-proyek

sosial dan sipil. Melihat itu, maka kunci peranan Hisbah yang dikaji oleh

banyak pemikir Islam contohnya Ibnu Taimiyah ini yang mencurahkan penuh

perhatiannya terhadap subyek ini.1

Tak ada pembahasan mengenai peranan Negara dalam kehidupan

ekonomi masyarakat dengan mengabaikan peranan sebuah institusi,

bagaimanapun institusi ini penggerak kontrol sebuah program pemerintahan,

dengan mana sejumlah besar kegiatan ekonomi bisa diawasi dan dikontrol.

Juga, jika dibutuhkan bisa dilakukan intervensi.

1 A.A Islahi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah, Penerjemah H Anshari Thayib (Surabaya: PTBina Ilmu, 1997), h.236.

Page 15: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

2

Dari apa yang telah disebutkan di atas bahwa memang pergulatan

sebuah institusi lagi-lagi tak lepas dari sebuah peranan dan intervensi

pemerintah. Agar berjalan maksimal, memang dibutuhkan adanya intervensi

pemerintah dalam pengoptimalisasian sebuah institusi ini, kita khususkan

dalam lembaga Hisbah yang di Indonesia memang tidak diterapkan sebagai

sebuah institusi yang sama namun ada juga lembaga yang sama dan punya

tugas dan peranan hamper sama terhadap perkembangan ekonomi juga

pengawasan yang menjadi tanggung jawab dan tugas lembaga ini.

Di Indonesia sendiri terdapat lembaga pengawasan perekonomian

modern yang bertugas dalam mengawasi kegiatan ekonomi yang kurang lebih

seperti Hisbah, seperti BPOM, LPPOM dan lain-lain. Lembaga-lembaga

tersebut mempunyai pertanggung jawaban dalam menangani kasus-kasus

pelanggaran yang terjadi, yang banyaknya dilakukan oleh para pedagang-

pedagang curang.

Dari sumber pertama dalam Islam yaitu Al-Qur’an yang telah

dikatakan dan tertulis dalam Surat ke-4 ayat ke-29 yaitu Surat An-Nisa :

یا أیھا الذین آمنوا ال تأكلوا أموالكم بینكم بالباطل إال أن تكون تجارة عن ك ان بكم رحیماتراض منكم وال تقتلوا أنفسكم إن هللا

Artinya: Wahai orang-orang beriman. Janganlah diantara kamusaling memakan harta sesamamu dengan jalan bathil (tidak benar), kecualidiantara kalian melakukan perdagangan atas dasar suka sama suka danmeridhoi satu sama lain. Dan janganlah saling membunuh diantara kamu.Karena sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu. (QS :4 : 29)

Page 16: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

3

Telah jelas bahwa memang ketika perdagangan dilakukan jika tidak

ada dasar suka sama suka maka yang ada hanya sifat buruk yang muncul

maka disitu sudah kerugian yang hadir satu sama lain dan tidak ada keridhoan

disini berimplikasi cukup buruk yang jika dibiarkan maka akan menjadi gejala

yang buruk khususnya bagi keberlangsungan ekonomi dan kesehatan dan lain-

lain.

M.Quraish Shihab dalam karya tafsirnya “Al-Mishbah” menyatakan

dalam ayat tersebut dikatakan bahwa : dalam konteks ekonomi menyebutkan

beberapa prinsip penting yang Pertama : adalah kata أموالكم yang dimaksud

harta disini adalah harta yang beredar di masyarakat. 2 Dan yang kedua

adalah بالباطل yakni pelanggaran tertentu dalam agama atau persyaratan

yang telah disepakati. 3

Pada zaman Rasulullah pun kita sudah bisa lihat bahwa Rasulullah

yang menginspeksi sendiri pasar yang menginspeksi para pedagang yang tidak

taat dan sedikit membangkang agar mendapatkan keuntungan yang lebih,

seperti dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi di bawah ini:

ث عن ثنا المعتمر بن سلیمان قال سمعت لیثا یحد ثنا حمید بن مسعدة حد حد إني اشتریت خمرا یحیى بن عباد عن أنس عن أبي طلحة أنھ قال یا نبي هللا

نان. (رواه الألیتام في حجر رمذي) تي قال أھرق الخمر واكسر الدArtinya: “Diriwayatkan dari Humaid bin Mas`adah, dari al-Mu`tamir

bin Sulaiman berkata: Saya mendengar Laits berkata dari Yahya bin Abbad

2 Muhammad Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Jakarta : Lentera Hati, 2002), h.412.3 Ibid,. h.413.

Page 17: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

4

dari Anas dari ◌ Abū Thalhah Bahwa dia berkata: Wahai Nabi Allah! Sayatelah membeli khamr dari harta anak yatim yang beradai di bawahlindunganku. Rasulullah saw. bersabda: Curahkanlah dan pecahkanwadahnya. (HR. al-Tirmiźi)”4

Dari hadis di atas kita bisa dapati bahwa Rasulullah sendiri yang turun

tangan untuk memeriksa adakah kejanggalan yang terjadi di pasar, dan

terbukti agar mendapatkan keuntungan yang lebih pedagang itu memperjual

belikan khamr yang jelas-jelas dilarang oleh Rasulullah.

Juga dari kasus yang terjadi di Negara kita, Hanya enam dari 169 pasar

tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah memiliki peralatan

penimbangan barang terstandardisasi. Keenamnya ialah Pasar Sambilegi di

Kabupaten Sleman, Pasar Sentolo di Kabupaten Kulonprogo, Pasar Argosari

di Kabupaten Gunungkidul, Pasar Imogiri di Kabupaten Bantul, serta Pasar

Prawirotaman dan Pasar Lempuyangan di Kota Yogyakarta.

"Baru pasar-pasar ini yang memiliki sertifikat bertanda sah atau

sistem alat penimbangan barang pedagangnya sudah terstandardisasi oleh

Balai Metrologi," ujar Kepala Balai Metrologi Dinas Perindustrian DIY,

Sudaryono, di sela pembukaan Forum Metrologi Legal Asia Pasifik ke-20 di

Hotel Royal Ambarukmo, Kamis, 7 November 2013.

Sudaryono mengatakan, minimnya pasar tradisional yang memiliki

predikat tertib ukur menandakan praktek kecurangan pedagang untuk

4 Abû Isya Muhammad bin Isya bin Sawrah al-Tirmidzi [selanjutnya disebut: Tirmidzi], Al-Jâmi’ al-Sahîh Sunan al-Tirmidzi (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2000),Cet. Ke-1, Jilid 2, h. 309.

Page 18: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

5

mengakali pembeli masih banyak terjadi. “Padahal praktek memanipulasi

berat barang merupakan salah satu penyebab kenaikan harga barang," ujar dia.

Kebanyakan praktek kecurangan di pasar tradisional, menurut

Sudaryono, masih seputar memberi pengganjal di alat timbangan untuk

menambah berat barang yang sebenarnya lebih ringan. “DIY masih butuh

waktu lama untuk menjadi kawasan tertib ukur,” katanya.

Direktur Metrologi Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan

Konsumen Kementerian Perdagangan, Hari Prawoko, mengatakan belum

banyak pemerintah daerah memberi perhatian terhadap perbaikan sistem alat

ukur di kawasannya. Menurut dia, baru ada tujuh kota di Indonesia yang

berstatus tertib ukur. "Baru Batam, Surakarta, Singkawang, Balikpapan,

Bontang, Tarakan, dan Mojokerto," ujar Hari.

Menurut Hari, sektor penting yang butuh standardisasi alat ukur di

daerah ialah listrik, gas, air, dan pasar, serta perdagangan komoditas penting

semacam minyak sawit. Dia berpendapat, penertiban alat ukur di pasar layak

menjadi perhatian sebab praktek kecurangan penimbangan berpengaruh

terhadap inflasi. "Akumulasi kecurangan dalam menimbang barang

menyebabkan inflasi," ujar dia.

Bahkan dalam pertemuan ini dibahas soal pengukuran nilai pulsa yang

dikenakan oleh provider terhadap pemakai frekuensi selulernya. "Selama ini

Page 19: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

6

pengukur pulsa belum ada, jadi metrologi bukan hanya bahas isu soal

volume," kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krishnamurti.5

Kasus di atas mencerminkan bahwa kecurangan masih marak dan

tidak terarah karena belum ada tindak tegas dari pemerintah. Campur

tangannya masih diharapkan untuk perbaikan ekonomi yang lebih baik.

Pasar yang merupakan tempat pusat bertransaksi pada masa dewasa ini

sudah mulai tergerus dengan zaman yang banyak didatangi oleh system

internetisasi dan semua transaksi yang bersifat online. Kemajuan dalam segala

bidang, seperti ilmu pengetahuan, telekomunikasi, kemudahan sekarang hanya

tinggal dalam genggaman, dunia pun bak sebuah dusun global (global

village). Batas-batas geografis maupun Negara sudah tidak lagi

signifikan.akibatnya, konsumen semakin terdidik, banyak menuntut, dan

memiliki posisi tawar menawar, (bargaining position) yang semakin kuat.

Kebutuhan mereka berkembang semakin kompleks.6

Di sini penulis menawarkan sebuah penelitian dan analisis yang bisa

sedikit membantu untuk pemberian pilihan dan sedikit solusi dengan

dimunculkan kembali isu-isu dan masalah sekitar Hisbah, dengan adanya

Hisbah atau semacam lebaga pengawas pasar yang tugasnya memang hanya

5 Addi Mawahibun Idhom “Hanya Enam Pasar di Yogyakarta Punya Timbangan Jujur”Berita diakses 7 November 2013 dari http://www.tempo.co/read/news/2013/11/07/058527907/Hanya-Enam-Pasar-di-Yogyakarta-Punya-Timbangan-Jujur.

6 Gregorious Chandra, dkk, Pemasaran Global : Internasionalisasi dan Internetiasi(Yogyakarta: ANDI, 2004), h.1.

Page 20: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

7

untuk mengontrol dan mengawasi tindak-tanduk dan segala macam aktivitas

yang terkait.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka akan dibahas secara detail dan

mendalam dalam skripsi yang berjudul : “Perbandingan Antara Fungsi

Hisbah dan Lembaga Pengawasan Perekonomian Modern”.

B. Pokok Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Lembaga Hisbah ini sudah berdiri sekian lamanya dan permasalahan

yang muncul pun tidak hanya berbatas pada satu batasan yang membahas

kasus yang terjadi pada masa awal Islam dan seterusnya, namun,

bagaimanapun permasalahan ini harus kita lebih kerucutkan agar terfokus dan

lebih terarah dalam penelitian ini. Banyak sekali kasus yang terjadi dalam hal

kecurangan dan ketidak jujuran yang terjadi di pasar khususnya, karena dalam

pasar adalah suatu tempat yang memang bertukarnya uang dan barang yang

bersifat transaksional. Kerugian salah satunya yang menjadi faktor utama

yang menyebabkan pasar minim pembeli. Kecurangan ini akan berakibat fatal

dan jika dibiarkan akan berimplikasi terhadap runtuhnya sistem ekonomi yang

telah berjalan, oleh karena itu pembahasan yang luas ini agak sedikit penulis

beri batasan dalam masalah pengawasan yang berjalan pada masa-masa awal

Islam dan bagaimana persamaan dan perbedaan dengan lembaga pengawasan

perekonomian modern di Negara kita.

Page 21: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

8

2. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka

rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini ialah bagaimana

persamaan dan perbedan fungsi Hisbah dalam sejarah Islam dan lembaga-

lembaga pengawasan perekonomian modern yang berada di Indonesia.

Dari rumusan tersebut dapat dijabarkan menjadi 3 pertanyaan yaitu:

a. Apa saja fungsi-fungsi pengawasan yang dimiliki oleh lembaga Hisbah

dalam sejarah perekonomian Islam?

b. Apa saja fungsi-fungsi pengawasan yang dimiliki oleh lembaga

pengawasan perekonomian di Indonesia seperti: BPOM, LPPOM, KPPU

dan DSN?

c. Apa saja persamaan dan perbedaan fungsi antara kedua lembaga tersebut

yaitu lembaga Hisbah dan lembaga pengawasan perekonomian modern?

3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari adanya kekeliruan dalam memahami masalah yang

akan dibahas, dirasa perlu adanya pembatasan masalah yang sesuai dengan

judul yang dimaksud. Maka penulis memberikan batasan masalah dalam

penelitian ini mengenai:

a. Pasar, pasar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tentang ruang atau

tempat berkumpul orang-orang yang menyediakan produk baik untuk

didistribusikan ataupun dikonsumsi.

Page 22: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

9

b. Hisbah, Hisbah yang dimaksud disini adalah lembaga pengawasan pasar

yang telah berlangsung dalam sejarah Islam sampai kurang lebih sekitar

abad-18 pada zaman Turki Utsmani.

c. Lembaga pengawasan perekonomian modern yang dimaksud disini adalah

lembaga pengawasan yang berada di Indonesia yang berkutat pada bidang

ekonomi dan mempunyai tugas kepengawasan dalam hal ini, BPOM,

LPPOM, KPPU dan DSN dengan DPS nya.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang bisa didapat adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui fungsi lembaga Hisbah yang berjalan sepanjang sejarah

perekonomian Islam.

2. Untuk mengetahui fungsi lembaga pengawasan modern yang berada di

Indonesia seperti yang telah disebutkan, diantaranya: BPOM, LPPOM,

KPPU, dan DSN.

3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara keduanya, yaitu antara

lembaga Hisbah dan lembaga pengawasan modern.

Manfaat yang didapatkan dari hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Untuk Penulis

Menambah pengetahuan dan mengisi kekosongan kapasitas

pengetahuan tentang mekanisme yang rapih yang diterapkan di masa

keemasan Islam juga praktiknya di Indonesia.

2. Untuk Akademisi

Page 23: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

10

Menambah informasi dan bahan literatur untuk bisa melakukan

penelitian mengenai judul ini bagi yang berkecimpung di dalamnya.

3. Untuk Masyarakat

Khususnya yang berada di pasar yang memang lebih bisa

mendapatkan keuntungan dengan main bersih dan lebih cerdas.

D. Review Studi Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang Hisbah dan

lembaga pengawasan perekonomian modern diantaranya yaitu:

Penelitian yang berasal dari saudara Ungki Miftahul Muttaqin, dengan

judul: Peran Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Perspektif Hukum

Islam, pada tahun 2009, kesimpulan dari penelitian ini adalah tentang

pengawasan persaingan usaha yang dilakukan oleh KPPU, usaha KPPU yang

mengawasi aktifitas ekonomi dan melakukan investigasi sampai pemberian

sanksi bagi siapa saja dalam melakukan usahanya yang melanggar UU No.5

tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Usaha Tidak Sehat yang

mana sangat relevan dengan hukum Islam. Perbedaan dan persamaan apa yang

dia teliti dengan penelitian dalam skripsi ini sama-sama membahas tentang

lembaga pengawasan perekonomian hanya saja Mas Ungki ini berfokus pada

KPPU dan kasus-kasus yang diamatinya dalam pelanggaran UU No. 5 tahun

1999.

Penelitian yang kedua dari saudara Zulfaqar bin Mamat, dengan judul

Institusi Hisbah dan Peranannya dalam Mengawal Kegiatan Ekonomi Islam,

Page 24: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

11

pada tahun 2010. Penelitian ini bersifat eksklusif dalam pembahasan lembaga

pengawasan Islam yaitu Hisbah, dan hanya terfokus pada Negara islam, dan

disitulah letak perbedaannya dan persamaannya lagi-lagi dalam bidang

pengawasan perekonomian oleh suatu lembaga yaitu Hisbah sendiri dan

dikhususkan pada Negara Islam dan tugasnya saja yang dibahas, karena

penelitian ini dalam berbentuk jurnal.

Penelitian yang ketiga hampir sama dengan penelitian yang sebelumnya

yaitu yang dikhususkan tentang Hisbah dan secara singkat dalam pembahasannya

karena dalam bentuk jurnal yang intinya lembaga Hisbah yang tidak bisa

diterapkan kelembagaannya di Indonesia karena pertama Indonesia bukan

Negara Islam dan yang kedua sudah ada lembaga yang mewakili tugasnya

seperti, BPOM dan lain-lain. Persamaan hanya terletak pada objek penelitian

yaitu Hisbah itu sendiri dan perbedaannya dalam letak kedetailannya dan juga

pemaparan yang lebih luas.

Penelitian yang ke-empat atau penelitian terakhir seperti penelitian yang

pertama dalam bentuk skripsi hanya saja lembaganya yang berbeda, jika dalam

penelitian yang dilakukan oleh saudara Ungki adalah tentang KPPU, jika

penelitian ini adalah tentang BPOM. Penelitian yang dilakukan oleh saudara

Andi Kurniasari, dengan judul: “Perlindungan Konsumen atas Kode Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada Produk Kopi, pada tahun 2013.

Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana peranan tangan panjang BPOM yaitu

BBPOM atau Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan yang berada di setiap

Page 25: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

12

daerah besar di ibukota provinsi masing-masing. Di daerah Jawa Timur yang

memang menjadi tempat peneliti mengkaji kode izin edar Produk Industri Rumah

Tangga (PIRT) yang memang telah terdaftar di Dinas Kesehatan dalam Peraturan

Pemerintah No.28 Tahun 2001 tentang Standard Mutu. Kesimpulan dari

penelitian ini adalah tentang kode izin produk yang berasal dari masyarakat yang

harus dicek keabsahannya dan juga harus mengedepankan inovasi dalam

pelaksanaannya sehingga bisa segera menindak lanjuti dalam mengetahui kode

izin yang mana yang palsu atau tidak. Perbedaan penelitian ini dengan apa yang

penulis teliti seperti apa yang tercantum dalam perbandingan studi terdahulu

yang di penelitian yang pertama yaitu dalam spesifikasi lembaga dan tempat

yang diteliti lebih khusus juga yaitu di daerah Jawa Timur.

Ada jurnal dan juga skripsi lain yang menjadi studi terdahulu untuk

penulis bisa menentukan bagaimana batas dan juga perumusan masalah yang bisa

ditentukan untuk penelitian ke depannya aga bisa melengkapi satu sama lain.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang diartikan sebagai

penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan

maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang

di teliti7. Analisis deskriptif yaitu metode yang menggambarkan data dan

informasi yang diperoleh di lapangan. Selain itu peneliti juga akan

7 Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Kencana 2011), h.166.

Page 26: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

13

memberikan solusi atas kejadian dilapangan mengenai permasalahan yang

melanggar aturan dalam hal ini adalah aturan hukum. Dan sifat penelitian ini

bersifat deskriptif-analitik yang mana metode menggunakan pencarian data

dengan interpretasi yang tepat dan juga analisisnya dengan terukur, terarah

dan cermat. Dimana penulis berusaha memaparkan tentang tugas, landasan

hukum, juga wewenang Hisbah, dan relevansinya terhadap praktik lembaga

tersebut di Negara Indonesia.

2. Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

objek penelitian yaitu dengan melihat langsung dan mengaksesnya ke

situsnya yang resmi serta mengonfirmasi kebenarannya.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diterima melalui studi

kepustakaan yang berhubungan dengan materi skripsi ini. Dalam

penelitian ini, penulis melakukan studi kepustakaan dengan melakukan

kunjungan ke beberapa perpustakaan guna mendapatkan data dari

berbagai literatur.

3. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa metode pengumpulan data yang dikenal dalam

penelitian kualitatif dan yang paling pokok adalah pengamatan atau

Page 27: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

14

observasi dan wawancara mendalam atau in-depth interview8. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi dan analisis

dokumen serta dibantu dengan kajian kepustakaan

Pengumpulan data adalah proses pengadaan data primer dan data

sekunder untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data adalah suatu

cara untuk mendapatkan data yang objektif, yaitu data yang diperoleh

berdasarkan data yang sebeanar-benarnya bukan atas karang-karangan.

Ada tiga macam teknik yang digunakan dalam rangka

mengumpulkan data secara kualitatif9 :

a. Wawancara Mendalam dan Terbuka

Data yang diperoleh yaitu kutipan langsung dari orang-orang

tentang pengalaman, pendapat, perasaan dan pengetauannya.

Wawancara (interview) yaitu cara mengumpulkan data dengan

mengajukan pertanyaan kepada responden yang sekiranya mampu

memnberikan informasi yang berguna bagi penelitian selanjutnya

jawaban responden dicatat atau direkam.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data

apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila

8 Ibid., h.172.9 Ibid., h. 186.

Page 28: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

15

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.10

Wawancara dilakukan terutama jika peneliti menganggap

bahwa hanya responden yang paling mengetahui dirinya sendiri

sehingga informasi yang tidak dapat diamatinya atau tidak dapat

diperoleh dengan cara lain akan diperoleh dengan cara wawancara.11

b. Penelaahan Terhadap Dokumen Tertulis.

Data yang diperoleh dari metode ini berupa cuplikan, kutipan,

atau penggalan catatan-catatan dari organisasi, klinis, atau program;

memorandum-memorandum atau korespondensi; terbuat dari laporan

resmi; buku harin pribadi; dan jawaban terbuka terhadap kuesioner

dan survey.

Selain itu, dalam penelitian ini juga dilakukan studi

dokumenter yaitu dengan membaca buku literatur yang relevan

dengan topik masalah dalam penelitian ini pengumpulan data juga

dilakukan pada media informasi yang terkait pada penelitian ini.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisa

Perbandingan atau Studi Komparatif yaitu dengan

10 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2007),h. 137.

11 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Jogjakarta: Gadjahmada UniversitiPress, 1982), h. 117.

Page 29: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

16

memperbandingkan antara Fungsi-fungsi Lembaga Hisbah dan

Lembaga Pengawasan Perekonomian Modern yang ada di Indonesia.

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kualitatif berupa catatan-catatan sejarah dan dokumen-dokumen yang

relevan juga valid tentunya.

5. Objek Penelitian

Adapun objek penelitian yang dikaji dalam penelitian ini

lembaga pengawasan yang ada pada zaman dahulu baik itu Hisbah

maupun lembaga pengawasan perekonomian modern yang ada di

Indonesia seperti, BPOM, LPPOM-MUI juga ada KPPU.

F. Pedoman Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini adalah menggunakan “ Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2012”.

G. Sistematika Penulisan

Pembatasan dalam penelitian ini akan disajikan dalam beberapa bab

dengan sistematika sebagaimana uraian di bawah ini.

Bab I, Pendahuluan. Bab ini memuat tentang latar belakang masalah,

pokok permasalaan, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II, Landasan Teori Intervensi Pemerintah Dalam Mekanisme Pasar.

Pada bab ini akan dipaparkan pembahasan mengenai intervensi pemerintah

Page 30: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

17

terhadap pasar, asal-usul, sejarah Hisbah dan juga landasan hukum secara Al-

Qur’an dan Sunnah, kemudian lembaga lainnya yang ada seperti Wilâyat lainnya,

ada Wilâyat mazhalim juga Wilâyat al-qadhâ` sebagai pembanding dengan

memaparkan apa perbedaannya untuk penerapannya dengan permasalahan yang

terkait.

Bab III, Fungsi-Fungsi Pengawasan Pasar oleh Lembaga Hisbah. Pada

bab ini dijelaskan bagaimana fungsi-fungsi lembaga Hisbah yang memang

menjadi lembaga pengawasan ekonomi secara khusus dalam sejarah

perekonomian Islam.

Bab IV, Fungsi-Fungsi Pengawasan oleh Lembaga Pengawasan

Perekonomian Modern. Pada bab ini dijelaskan bagaimana fungsi-fungsi

lembaga perekonomian modern yang memang menjadi lembaga pengawasan

ekonomi secara khusus di Negara Indonesia kita ini.

Bab V, Pembahasan Inti. Pada bagian bab ini berisi tentang jawaban dari

rumusan masalah yang telah disusun dengan paparan yang akan dibahas secara

ilmiah dalam pembahasan inti ini.

Bab VI, Penutup. Dan dalam bagian terakhir ini ditutup dengan

kesimpulan yang menyeluruh dan kritik saran yang membangun dalam

pembahasan dan penelitian ini.

Page 31: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

18

BAB II

LANDASAN TEORITIS INTERVENSI PEMERINTAH DALAM

MEKANISME PASAR

A. Pasar Sebagai Pusat Aktivitas Ekonomi

Pasar adalah tempat bertemunya aktivitas ekonomi yang paling sering

kita jumpai dalam ilmu ekonomi. Aktivitas permintaan dan penawaran, dan di

dalam tempat ini pula inti dari ilmu ekonomi dipraktikkan, yaitu produksi,

konsumsi dan distribusi. Sebagaimana dalam pembatasan masalah telah

dipaparkan bahwa yang dimaksud pasar dalam penelitian ini adalah ruang/tempat

berkumpulnya orang-orang yang menyediakan produk untuk didistribusikan atau

dikonsumsi.

Aktivitas ekonomi yang sudah dijelaskan di awal pembahasan

bahwasanya terdiri dari produksi, distribusi dan konsumsi. Dengan adanya

aktivitas ini maka sumberdaya yang telah ada dapat dimanfaatkan oleh setiap

manusia melalui wujud barang dan jasa melalui aktivitas atau mekanisme pasar.

Semuanya akan terjadi melalui transaksi yang terjadi berdasarkan mekanisme

pasar dalam segala proses aktivitas ekonomi sehingga semuanya akan

berjalansendiri menuju keseimbangan pasar, yang mencerminkan kesejahteraan

dan keadilan baik untuk para pelaku pasar, maupun siapa saja yang

memanfaatkan pasar itu sendiri.

Page 32: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

19

Masalah ekonomi sama tuanya dengan usia peradaban manusia. Tetapi

ilmu ekonomi baru muncul di abad 18, melalui buku adam Smith yang berjudul

“An Inquiry into the Nature and Causes of the wealth of Nations (1776)” yang

kemudian kita kenal sebagai The Wealth of Nation (1776). Itulah sebabnya Adam

Smith dikenal dan dihormati sebagai Bapak Ilmu Ekonomi Modern. Namun

bukan berarti sebelum masa itu tidak adanya pemikir yang tertarik dengan ilmu

ekonomi atau pada masalah ekonomi. Plato, filsuf Yunani abad 4 SM dan

Thomas Aquinas Rohaniawan abad 13 Masehi, adalah dua dari beberapa pemikir

yang mendahului Adam Smith. Tetapi mengapa ilmu ekonomi belum muncul

sampai pada masa Adam Smith? Jawabannya adalah baik Plato maupun Thomas

mencoba memecahkan masalah dengan pendekatan teologis dan moral.

Sedangkan Smith melihatnya dari sudut rasionalitas. Misalnya pada zaman

dahulu gejala kemiskinan yang menimpa suatu kaum atau pada perseorangan

dianggap sebagai sebuah takdir. Tetapi pada zaman modern yang disini sudah

dimulai pada masa abad 18 kemiskinan dipandang ada kaitannya dengan

ketidakmampuan bekerja produktif atau tidak memiliki tanah.

Smith memandang perekonomian sebagai sebuah sistem seperti sama

halnya alam semesta. Sebagai sistem, perekonomian memiliki kemampuan

penstabil otomatis untuk menjaga keseimbangannya.

Masalah-masalah ekonomi merupakan gangguan keseimbangan sistem

dan masalah akan pulih jika keseimbangannya pun dipulihkan, kekuatan itu

disebut dengan sistem ekonomi Invisible Hand atau tangan gaib. Analisis-analisis

Page 33: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

20

semenjak masa Smith telah mewujudkan suatu analisa ekonomi yang

memberikan gambaran tentang berbagai aspek segiatan ekonomi suatu Negara.

Cara pandag Smith tentang perekonomian merupakan hasil pergaulan

intensifnya dengan Quesnay, seorang dokter yang berkebangsaan Prancis.

Quesnay merupakan tokoh utama Psyokrat, yaitu kelompok yang merintis

analisis ekonomi dengan pendekatan ilmu pengetahuan alam/science.

Pemikiran Adam Smith dikembangkan kembali oleh para ilmuwan

setelahnya seperti Jean Baptiste Say, Thomas Maltinus, dan David Richardo,

terbentuklah pemikiran pasar. Pasar dalam pengertian ilmu ekonomi adalah

pertemuan permintaan dan penawaran. Dalam pengertian ekonomi, pasar bersifat

interaktif, bukan fisik. Mekanisme pasar adalah proses penentuan tingkat harga

berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran.1

Tawar menawarkekuatan dalam sistem perekonomian itu seperti

dikendalikan oleh “the invisible hand”.

Dimana konsep invisible hand merupakan teori yang dikembangkan atau

dipelopori oleh Adam Smith (tokoh klasik). Konsep invisble hand ini kemudian

direpresentasikan sebagai mekanisme pasar melalui harga sebagai instrumen

utamanya. Aliran klasik mengalami kegagalannya setelah terjadi Depresi Besar

tahun 1930-anyang menunjukkan bahwa pasar tidak mampu bereaksi terhadap

gejolak di pasar saham.Sebagai penanding aliran klasik, Keynes mengajukan

1 Pratama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Jakarta: LembagaPenerbit Fakultas Ekonomi Indonesia, 2008) h. 23-24.

Page 34: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

21

teori dalam bukunya General Theory ofemployment, Interest, and Money yang

menyatakan bahwa pasar tidak selalu mampu menciptakan keseimbangan, dan

karena itu intervensi pemerintah harus dilakukan agar distribusi sumberdaya

mencapai sasarannya. Dua aliran ini kemudian saling "bertarung" dalam dunia

ilmu ekonomi dan menghasilkan banyak jenis pemikiran dari keduanya seperti:

new classical, neo klasik, neo keynesian, monetarist, aliran sisi penawaran,

aliran rational expectations dan lain sebagainya. Namun perkembangan

dalam pemikiran ini juga berkembang ke arah lain, seperti teori pertentangan

kelas dari Karl Marx dan Friedrich Engels, serta aliran institusional. Sehingga

disini kita dapat mengambil sebuah kesimpulam bahwa yang ingin dicapai oleh

setiap individu adalah keadilan dan kesejahteraan, atau bisa dikatakan bahwa

inilah tujuan akhir dari individu tersebut dalam sebuah kegiatan perekonomian.

Namun apabila kita coba lihat kembali pada kenyataannya untuk mencapai

tujuan akhir tersebut bisa dibilang sangat sulit untuk dicapai, bisa tercapai namun

memerlukan waktu yang dapat kita pastikan sangat lama.2

Intervensi pemerintah menjadi hal yang sangat penting dalam pencapaian

individual akan kesejahteraan nantinya, di penelitian kali ini akan dibahas,

bagaimana dampaknya apakah memang sangat berpengaruh atau malah

sebaliknya?.

2http://www.academia.edu/9762939/pelaksanaan_intervensi_pemerintah_dalam_perekonomian diakses pada tanggal 7-April-2015 pukul 10.00 WIB.

Page 35: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

22

B. Intervensi Pemerintah dalam Mekanisme Pasar

Ahli yang mengemukakan mengenai pentingnya intervensi pemerintah

dalam perekonomian adalah Keynes. Munculnya teori ini bermula dari kritikan

Keynes terhadap mekanisme pasar yang tidak memberikan dampak yang cukup

besar terhadap perekonomian pada saat itu, hal ini dikemukakan oleh kaum

klasik. Memang mekanisme pasar adalah suatu sistem yang cukup efisien

didalam mengalokasikan faktor-faktor produksi dan mengembangkan

perekonomian, tetapi pada keadaan tertentu ia menimbulkan beberapa akibat

buruk, sehingga diperlukan campur tangan pemerintah untuk memperbaikinya.

Kita juga tidak bisa menafikan bahwa mekanisme pasar adalah sistem

perekonomian yang buruk namun mekanisme pasar juga memiliki beberapa

kebaikan yang diantaranya:

1. Pasar dapat memberikan informasi yang tepat

2. Pasar mampu memberikan rangsangan bagi para pengusaha untuk

mengembangkan kegiatan usaha

3. Pasar memberikan kebebasan yang tinggi kepada masyarakat untuk

melakukan kegiatan ekonomi, dari uraian diatas secara keseluruhan

mekanisme pasar cukup baik, namun Keynes memiliki pandangan yang

berbeda.

Dalam sisi lain ia juga melihat beberapa kelemahan dari mekanisme pasar

diantaranya :

Page 36: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

23

1. Dengan adanya kebebasan yang diberikan kepada masyaraakat secara luas

akan lebih membuat beberapa golongan menjadi tertindas.

2. Mekanisme pasar memicu timbulnya monopoli bagi beberapa golongan

yang berkuasa.

3. Kegiatan konsumen dan produsen menimbulkan eksternalitas yang

merugikan.

Dari kebaikan dan keuntungan yang dikemukakan di atas kita dapat

mengambil kesimpulan bahwa kaum klasik analisisnya bertumpu pada

masalah-masalah mikro. Dalam produksi saja misalnya yang mereka analisis

adalah bagaimana menghasilkan barang dan jasa sebanyak-banyaknya dengan

biaya serendah-rendahnya dengan memilih alternatif kombinasi faktor produksi

terbaik.

Dengan cara memilih alternatif tersebut mereka yakin akan memperoleh

keuntungan yang sebesar-besarnya, sehingga mereka termotivasi untuk

memproduksi barang sebanyak-banyaknya. Kaum klasik berpendapat dan

percaya bahwa “penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri” dan

pendapat inilah yang dikritik oleh Keynes habis-habisan, Keynes memandang

hal ini adalah suatu hal yang salah, Keynes berpendapat bahwa dalam

kenyataannya biasanya permintaan lebih kecil dari penawaran, karena sebagian

dari pendapatan yang diterima oleh masyarakat akan ditabung, dan tidak

semuanya digunakan untuk konsumsi. Dengan demikian permintaan efektif

biasanya lebih kecil daripada total produksi. Sehingga banyak kekurangan yang

Page 37: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

24

harus dilengkapi oleh perusahaan dan jalan satu-satunya adalah dengan

menurunkan harga barang namun konsekuensinya adalah pendapatan mereka

akan turun dan akhirnya jumlah permintaan akan lebih kecil daripada

penawaran, sehingga pada tahun 1930-an itu perusahaan berlomba-lomba untuk

memproduksi sebanyak-banyaknya tanpa terkendali, sedangkan mereka tidak

melihat bahwa daya beli masyarakat yang terbatas. Akibatnya banyak barang

yang menumpuk. Sehingga akhirnya perusahaan melakukan hal yang rasional

mulai dari mengurangi jumlah produksi dan mengurangi jumlah pekerja, ketika

pekerja dikurangi akan menambah jumlah pengangguran. Daya beli masyarakat

pun semakin turun, karena pendapatan juga turun. Dan puncaknya adalah

kemerosotan ekonomi yang terjadi pada tahun 1930-an, dan biasanya disebut

juga dengan depresi secara besar-besaran. Sehingga Keynes berpaendapat

bahwa teori klasik yang menyatakan bahwa penawaran akan selalu

menciptakan penawaran itu hanya berlaku pada perekonomian tertutup

sederhananya yang terdiri dari sektor rumah tangga dan perusahaan saja, tapi

memang benar logika dari Keynes ini pada tingkat perekonomian seperti ini

semua pendapatan tidak digunakan seluruhnya untuk konsumsi tapi sebagian

akan ditabung oleh masyarakat.

Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam perekonomian berkaca

dari kejadian depresi ekonomi membuat Keynes menyarankan atau

merekomendasikan agar perekonomian tidak diserahkan seluruhnya kepada

mekanisme pasar. Boleh diberlakukan mekanisme pasar, namun sebaiknya

Page 38: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

25

diberikan pembatasan. Setidaknya ada peran pemerintah disini, misalnya saja

kalau kita lihat mengenai masalah pengangguran yang terjadi, pemerintah akan

mengambil peran disana yaitu dengan memperbesar pengeluaran pemerintah

(kebijakan fiskal) dan pengeluaran itu dialokasikan kepada program padat karya

sehingga dari program ini akan banyak menyerap tenaga kerja, dan juga

meningkatkan pendapatan masyarakat. Dan di lain hal jika terjadi kenaikan

harga maka hal yang melakukan program-program yang dapat meringankan

yang dihadapi masyarakat miskin, misalnya pemerintah melakukan program

‘Program Inpres Desa Tertinggal’ atau IDT, pemberian kredit untuk para petani

dan pengasuh kecil berupa ‘Kredit Usaha Kecil’ atau KUK, Kredit Modal Kerja

Permanen (KMKP), Program Kawasan Terpadu (PKT), Program Gerakan

Orang Tua Asuh (GN-OTA), Raskin, Bantuan Langsung Tunai (BLT), serta

program-program lainnya.

Masalah Keterbelakangan Dilihat dari penguasaan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi (IPTEK), Indonesia masih dikategorikan sebagai negara sedang

berkembang. Ciri lain dari negara sedang berkembang adalah rendahnya tingkat

pendapatan dan pemerataannya, rendahnya tingkat kemajuan dan pelayanan

fasilitas umum/publik, rendahnya tingkat disiplin masyarakat, rendahnya

tingkat keterampilan penduduk, rendahnya tingkat pendidikan formal,

kurangnya modal, dan rendahnya produktivitas tenaga kerja, serta lemahnya

tingkat manajemen usaha. Untuk mengatasi masalah keterbelakangan tersebut,

pemerintah berupaya meningkatkan kualitas SDM dengan melakukan program

Page 39: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

26

pendidikan seperti wajib belajar 9 tahun dan mengadakan pelatihan- pelatihan

seperti Balai Latihan Kerja (BLK). Selain itu, melakukan pertukaran tenaga

ahli, melakukan transfer teknologi dari negara-negara maju. Masalah

Pengangguran dan Keterbatasan Kesempatan Kerja Pengangguran merupakan

suatu kondisi kurang produktif atau pasif sehingga kurang mampu

menghasilkan sesuatu. Sedangkan keterbatasan kesempatan kerja merupakan

suatu keadaan kekurangan peluang untuk mendapatkan pekerjaan karena tidak

dapat masuk dalam kuota atau pekerjaan yang tersedia.

Masalah pengangguran dan keterbatasan kesempatan Kerja saling

berhubungan satu sama lainnya. Masalah pengangguran timbul karena adanya

ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja yang tersedia. Hal ini terjadi

karena Indonesia sedang mengalami masa transisi perubahan stuktur ekonomi

dari negara agraris menjadi negara industri. Untuk mengatasi masalah tersebut

maka solusinya adalah dengan melaksanakan program pelatihan bagi tenaga

kerja sehingga tenaga kerja memiliki keahlian yang sesuai dengan lapangan

yang tersedia, pembukaan investasi-investasi baru, melakukan program padat

karya, serta memberikan penyuluhan dan informasi yang cepat mengenai

lapangan pekerjaan.

Masalah kekurangan modal adalah salah satu ciri penting bagi setiap

negara yang memulai proses pembangunan. Kekurangan modal tidak hanya

mengahambat kecepatan pembangunan ekonomi yang dapat dilaksanakan tetapi

dapat menyebabkan kesulitan negara tersebut untuk lepas dari kemiskinan.

Page 40: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

27

Pemerintah banyak melakukan program-program bantuan modal salah satunya

yakni PNPM MANDIRI. Selain pemerintah, badan usaha juga membantu

dalam masalah kekurangan modal seperti bank, koperasi, BUMN seperti PLN

dan lain-lain.

Masalah Pemerataan Pendapatan Pemerataan pendapatan bukan berarti

pendapatan masyarakat harus sama. Pemerataan pendapat supaya keadaan

masyarakat semakin membaik bukan semakinrendah. Pemerataan Pendapatan

merupkan upaya untuk membantu masyarakat yang ekonominya rendah supaya

tidak jauh terpojok. Artinya untuk menghindari dari adanya batas antara yang

kaya dan yang miskin. Jadi supaya yang kaya semakin kaya yang miskin

semakin miskin. Dari sekian banyak masalah yang dihadapi oleh suatu Negara

dalam perekonomian kita dapat mengambil kesimpulan bahwa adanya

intervensi pemerintah itu memang sangat bagus keberadaannya, jika kita hanya

melihat dari satu sisi saja lita akan berpikiran negative saja terhadap kebijakan

kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah, tapi kalau kita tau apa tujuan

pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut bisa jadi kita mendukung

dan ikut serta dalam menyukseskan pelaksanaan kebijakan tersebut jadi, pada

intinya, pemerintah ikut serta dalam kegiatan perekonomian supaya

menanggulangi kegagalan pasar sehingga tidak adanya eksternalitas yang

merugikan banyak pihak. Adapun bentuk dari peran pemerintah yakni dengan

melakukan intervensi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Page 41: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

28

Kesimpulan Intervensi pemerintah merupakan suatu kebijakan yang bagus

pengaruhnya ketika kebijakan ini dilaksanakan, karena kalau pada zaman

sekarang, jika mekanisme pasar atau semuanya diserahkan kepada pasar maka

tak bisa kita pungkiri masalah-masalah seperti eksternalitas akan terjadi

bayangkan saja ketika mekanisme pasar yang diberlakukan, misalnya apabila

terjadi pencemaran terhadap suatu sungai yang dilakukan oleh perusahaan-

perushaan siapa yang akan bertanggung jawab atas pencemaran tersebut

sehingga ketika hal ini terjadi ada pihak yang menjadi penengah antara

masyarakat dengan perusahaan yakninya pemberlakuan sistem pajak.

Pada intinya, masalah-masalah dalam bidang ekonomi yang dihadapi

pemerintah bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tetapi kita sebagai

warga negara yang baik semestinya ikut membantu dalam mengatasinya.

Banyak cara yang dapat diupayakan dimulai dengan melakukan program-

program serta kebijakan-kebijakan. Hal tersebut tidak akan berjalan dengan

baik tanpa kerja sama masyarakatnya. Untuk itu, masyarakat semestinya sudah

dapat memposisikan dirinya untuk membantu supaya pembangunan yang

dilakukan pemerintah tersebut berjalan dengan baik dengan cara tidak menjadi

beban atau kendala bagi pemerintah.3

Ibnu Taimiyah, seperti halnya para pemikir lainnya menyatakan,

pemerintahan merupakan institusi yang sangat dibutuhkan. Dalam

3http://www.academia.edu/9762939/pelaksanaan_intervensi_pemerintah_dalam_perekonomian diakses pada tanggal 7-April-2015 pukul 10.00 WIB.

Page 42: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

29

menggambarkan dibutuhkannya sebuah Negara, ia menyatakan: “Patut dicatat

bahwa mengatur segala urusan masyarakat itu, merupakan salah satu hal

penting yang diperlukan dalam agama, dan agama-pun sesungguhnya dibangun

atas dasar itu, dan tak bisa dibangun tanpa adanya hal tersebut. Seluruh manusia

yang berada di muka bumi ini adalah cucu Adam yang tak bisa disempurnakan

urusannya kecuali dengan organisasi yang baik, dan masyarakat sangat

membutuhkan pemimpin dalam hal tersebut.

Ada dua alasan yang Ibnu Taimiyah paparkan dalam menetapkan Negara

dan kepemimpinan Negara itu sebagai kewajiban agama.

1. Sabda Rasulullah yaitu: “jika tiga orang melakukan perjalanan bersama,

mereka harus mengangkat seorang di antara mereka sebagai pemimpin.”,

dan beliau menjelaskan dalam pengutipannya itu, “jika seorang pemimpin

dibutuhkan dalam sebuah perjalanan yang itu hanya dilakukan beberapa

orang, sungguh untk mengatur dan memimpin dalam skala lebih besar sangat

diperlukan.

2. Dalam skala yang lebih besar menyatakan beliau bahwa merupakan

kewajiban bagi setiap muslim untuk mengajak berbuat baik dan mencegah

perbuatan jahat, dan tugas itu tidak dapat diwujudkan pelaksanaannya tanpa

kekuatan dan sebuah otoritas kepemimpinan.

Sama halnya dalam regulasi pasar Ibnu Tainiyah satu pendapat dengan

pendapat Keynes yang telah dipaparkan di muka pembahasan tentang intervensi

pemerintah dalam ekonomi khususnya regulasi pasar.

Page 43: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

30

Negara mempunyai kewajiban mengatur harga juga mengurangi

pengangguran dan hal-hal lain yang menyangkut ekonomi regulasi pasar beliau

secara keseluruhan mempunyai pandangan yang searah, karena beliau tidak

menyukai keadaan pasar dalam normal, dan jika ini terjadi akan menimbulkan

hal yang negative dan dampaknya kembali kepada masyarakat yang juga akan

menarik diri dari pasar karena tidak sesuainya harga distribusi dengan produksi

yang mereka telah pertimbangkan sebelumnya.

Page 44: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

31

BAB III

FUNGSI-FUNGSI PENGAWASAN PASAR OLEH LEMBAGA AL-HISBAH

A. Hisbah Sebagai Lembaga Pengawas

1. Sejarah Lembaga Hisbah

Sejak penyebaran awal Islam datang pasar menjadi tempat sentral dan

pusat peradaban perekonomian yang menjadi topangan para pelaku usaha

mikro, dan Rasulullah yang memang bagian dari pelaku usaha tersebut, karena

beliau adalah seorang pedagang. Dan rata-rata pedagang memang menjajakan

dagangannya di tempat yang menjadi pusat pertemuannya antara Supply dan

Demand. Seiring perkembangan pasar tersebut, bukan hal baru bila tempat itu

banyak dijadikan tempat kecurangan dan keinginan para pedagang yang ingin

mendapatkan keuntungan lebih dengan cara yang tidak adil dan tidak sehat

yang bahkan merugikan si pembeli dan ada yang bisa membahayakan yang

hanya karena ingin mendapatkan keuntungan lebih tadi. Di Surat Al-

Muthaffifiin di ayat pertamanya Allah memperingatkan kita dalam firmannya:

)/1:83المطففین (ویل للمطففین Artinya: “kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang”(Surat

Al-Muthaffifiin:1)

Bukan tanpa alasan Allah memperingatkan dengan kata “celaka” yang

memang banyak sekali bahaya apabila kita melakukannya.

Dengan adanya banyak kejadian di atas maka harus ada intervensi dari

pemerintah yang memang memperhatikan kesejahteraan rakyatnya dan

Page 45: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

32

memastikan keamanan juga menangkap mafia-mafia yang bisa mengganggu

kenyamanan serta keamanan warganya. Dari situlah dibentuk lembaga Hisbah

yang memang lembaga ini diperuntukkan untuk bisa meminimalisir bahkan

menghilangkan praktik-praktik kecurangan yang terjadi, seiring

pembentukannya bukan hanya aktifitas ekonomi saja yang diawasi juga yang

akan ditindak lanjuti apabila tidak sesuai dengan apa yang seharusnya, bahkan

lembaga ini sudah merambah ke ranah individual dari segi ibadah dan hal-hal

lain yang nanti akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini bagaimana

kinerjanya.

Kita termasuk penulis yang hidup di Indonesia yang mayoritas

beragama Islam sudah barang tentu harus menerapkan apa yang telah

diperintahkan oleh Allah SWT dan juga apa yang telah disyariatkan oleh Nabi

Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Salaam dengan mematuhi dan

melaksanakannya dalam kerangaka yang lebih luas dan implementasinya

sesuai keadaan dan zaman.

Fenomena kecurangan yang sering kali kita temukan di dalam pasar,

menggugah keinginan si penulis umtuk meneliti lebih lanjut apakah hal ini

tidak adanya tindak lanjut dari pemerintah?, oleh karenanya penulis ingin

meneliti dari segi kelembagaan yang memang akan ditinjau dari segi tugasnya

sebagai sebuah kelembagaan yang ada di Indonesia apakah sesuai dengan

yang telah dijalankan oleh Nabi Muhammad Shallalahu Alaihi wa Salaam dan

juga para pemimpin Islam setelahnya yang dalam hal ini penulis

Page 46: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

33

mengkhususkan dengan menguji kecocokan atau kompatibilitas lembaga yang

ada pada zaman sekarang di Indonesia dengan lembaga pengawas Hisbah

yang sejak zaman Nabi Muhammad Shallahu Alaihi wa Salaam sudah

bertugas sebagai pengawas pasar yang lebih dahulu telah memakmurkan pasar

dengan cara memakmurkannya lewat membebaskan dari praktik-praktik

kecurangan yang ada di dalamnya.

Sebelum beranjak kepada cara kerja penerapan yang telah dilakukan

Hisbah pada masa awal islam, di sini penulis ingin memberi penjelasan lebih

lanjut tentang sejarah awal terbentuknya lembaga Hisbah dan

perkembangannya. Sejarah terbentuknya Hisbah ini pun beriringan dengan

adanya agama ini sendiri, Wilâyat Hisbah sudah ada semenjak zaman

Rasulullah Shallalahu alaihi wa salaam. Sejarah menunjukkan bahwa

kewujudan institusi Hisbah berjalan dengan seiring perkembangan dan adanya

agama ini seperti apa yang telah dikemukakan tadi oleh penulis.

Kegiatan yang difokuskan dalam masalah ini mengenai tentang

bagaimana mekanisme pengawasan pasar yang dilakukan pada zaman

Rasulullah Shallaallahu Alaihi wa Salaam hingga seterusnya atau dalam

singkat kata pada masa awal perkembangan Islam, salah satu aktifitas

ekonomi yang akan disoroti disini adalah tentang bagaimana pengawasan

pasar yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan dan diatur dalam intervensi

pemerintah kedalam kelembagaan.

Page 47: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

34

Pasar adalah sebuah tempat yang berjalannya mekanisme pertukaran

barang dan jasa yang alamiah dan kegiatan ini memang telah dilakukan

seiring perkembangan peradaban manusia itu sendiri dan pasar ini tidak lepas

dari fungsi awalnya yaitu bagaimana semua kegiatan ekonomi berpusat di

tempat ini yang khususnya dalam pertukaran barang atau jual beli, dan jual

beli ini pun merupakan sendi yang penting dalam Islam bahkan dapat kita

lihat dan telaah sendiri bagaimana Islam menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba yang telah tertuang dalam Surat Al-Baqarah ayat: 275

yang dimana Allah berfirman sebagai berikut:

با ال یق ومون إال كما یقوم الذي یتخبطھ الشیطان من المس الذین یأكلون الربا فمن جاءه م الر البیع وحر با وأحل هللا ذلك بأنھم قالوا إنما البیع مثل الر

ومن عاد فأولئك أصحاب موعظة من ربھ فانتھى فلھ ما سلف و أمره إلى هللا)/275:2. (البقرة النار ھم فیھا خالدون

Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapatberdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukkan syaithanlantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalahdisebabkan mereka berpendapat bahwa sesungguhnya jual beli itu samaseperti riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkanriba, orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari tuhannya, laluterus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telahdiambilnya dahulu (sebelum datangnya larangan) dan urusannya terserahkepada Allah. Orang yang mengambil riba, maka orang itu adalah penghunineraka, mereka kekal di dalamnya. (Surat Al-baqarah:275)

Pentingnya pasar seperti yang telah dikemukakan diatas adalah sebagai

wadah aktifitas tempat jual beli yang tidak hanya dilihat fungsinya secara

fisik, namun aturan dan norma dan yang terkait masalah pasar yang memang

harus ditinjau kembali. Aturan yang memang telah dikatakan bahwa yang

Page 48: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

35

dilarang adalah Riba dan yang diperbolehkan adalah Jual Beli tidak hanya

semata-mata bahwa semua transaksi jual beli ini diperbolehkan secara

keseluruhan, namun ada bagian-bagian dan tipe-tipe jual beli yang dilarang

karena melanggar hak pembeli, begitu juga dengan penjual, pelanggaran ini

jika dibiarkan dan terus dilakukan tanpa adanya pengawasan akan terus

banyak merugikan, dan pasar adalah salah satu tempat banyak kecurangan itu

terjadi, oleh karenannya pemerintah selaku pemimpin yang bisa mengatur

urusan untuk kemaslahatan para rakyatnya harus ikut campur dalam

pembinaan dengan pembentukan lembaga pengawas pasar.

Lembaga ini sudah dibentuk pada zaman Rasulullah yang biasa kita

kenal dengan “Wilâyat Hisbah”, lembaga ini sudah ada semenjak zaman

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Salaam, kemudian diteruskan pada zaman

khalifah al-Rāsyidīn (Abu Bakar al-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin

Affan, dan Ali bin Abi Talib). Keberadaan Wilâyat Hisbah yang selanjutnya

disebut dengan Hisbah, tetap berlanjut sampai pada masa Bani Umayyah dan

Bani Abbasiyah. Mereka menjaga agar amar ma`rûf dan nahy munkar tetap

terjaga di muka bumi ini. Mereka mengelilingi pasar, menelusuri jalan-jalan

umum, untuk memberi ganjaran orang-orang yang membuat kemungkaran,

baik dari aspek aqidah, sosial, politik, maupun ekonomi. Mungkin istilah yang

kita kenal sekarang adalah dengan Polisi namun bisa dikatakan dengan Polisi

Syariah yang melaksankan SiDak (Inspeksi Dadakan). Selengkapnya, penulis

mencoba menguraikan pertumbuhan dan perkembangan dengan membaginya

Page 49: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

36

kepada empat masa, yaitu masa Rasulullah Shallallahu.alaihi wa Salaam,

masa khulafả’ al-rasyidin, Bani Umayyah, dan Bani Abbasiyyah.

a) Masa Rasulullah saw.

Pada masa Rasulullah saw., seperti yang telah dikutip dalam

sebuah artikel oleh saudara Novrizal dari kitab al-Hisbah fî al-Islam aw

Wazî fah al-Hukûmah al-Islâmiyah, bahwa Wilâyat Hisbah belum terbentuk

menjadi sebuah lembaga, yang ada hanyalah praktek-praktek penegakan

al-Amru bi al-ma`rûf wa nahy an al-munkar yang dilakukan sendiri oleh

Rasulullah saw. Hal ini terlihat pada saat Rasulullah saw. berjalan-jalan di

pasar Madinah. Ketika itu Rasulullah saw. melewati sederetan penjual

makanan, tiba-tiba Rasulullah saw. memasukkan tangannya ke dalam

gundukan gandum, lalu tangan Rasulullah saw. menemukan bagian yang

basah. Rasulullah saw. menanyakan kepada penjual gandum tersebut

kenapa gandumnya basah. Pedagang itu menjawab bahwa gandumnya

ditimpa hujan. Selanjutnya Rasulullah saw. Berkata: “bahwa siapa yang

menipu maka ia tidak termasuk dari golongan umatnya”.1

Berdasarkan hadis tersebut terlihat bahwa kegiatan Rasulullah

saw. yang selalu keliling mengawasi pasar Madinah tersebut merupakan

upaya beliau untuk mengontrol kegiatan perekonomian di pasar. Jangan

sampai terjadi perlakuan yang menyimpang dari syari’at Islam di pasar

1 Ahmad bin Abdul Halim bin Taimiyah, al-Hisbah fî al-Islam aw Wazî fah al-Hukûmah al-Islâmiyah [selanjutnya disebut: al-Hisbah] (T.th Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah), h. 16.

Page 50: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

37

tersebut. Nah, apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. tersebut

merupakan cikal bakal lahirnya wilâyat al-Hisbah pada periode

selanjutnya. Dan disini lah Rasulullah menjadi seorang inisiator dalam

lahirnya lembaga Wilâyat Hisbah kelak nanti.

Rasulullah pernah menumpahkan tumpukan khamar penduduk

Ja’ranah yang sedang memperdagangkan khamar.2 Ini merupakan

tindakan tegas Rasulullah saw. untuk mencegah masyarakat dari

kebiasaan mabuk-mabukan. Tindakan Rasulullah saw. tersebut yang

dianggap sebagai upaya Hisbah. Dalam hadis lain dijelaskan bahwa

seorang laki-laki memperdagangkan harta anak yatim yang dibelikannya

kepada khamar. Lalu Rasulullah saw. memerintahkan agar menumpahkan

khamar tersebut. Laki-laki itu mengatakan bahwa modal dagangan itu

berasal dari harta anak yatim. Akan tetapi Rasulullah saw. tetap

memerintahkan agar menumpahkannya meskipun modalnya dari harta

anak yatim. Kemudian khamar itu ditumpahkan, selengkapnya hadis

tersebut berbunyi:

ثنا المعتمر بن س ثنا حمید بن مسعدة حد ث لیمان قال سمعت لیثاحد یحد إني اشتریت عن یحیى بن عباد عن أنس عن أبي طلحة أنھ قال یا نبي هللا

نان. (رواه ال رمذي) تخمرا ألیتام في حجري قال أھرق الخمر واكسر الدArtinya: “Diriwayatkan dari Humaid bin Mas`adah, dari al-Mu`tamir

bin Sulaiman berkata: Saya mendengar Laits berkata dari Yahya binAbbad dari Anas dari ◌ Abū Thalhah Bahwa dia berkata: Wahai NabiAllah! Saya telah membeli khamr dari harta anak yatim yang beradai di

2 ◌Abû Ubaid al-Qasim bin Salam, Kitab al-Amwâl (T.th., Mesir: Dar al-Fikr), h. 133.

Page 51: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

38

bawah lindunganku. Rasulullah saw. bersabda: Curahkanlah danpecahkan wadahnya. (HR. al-Tirmiźi)”3

Pada awal pemerintahan Islam di Madinah, tugas Hisbah ini masih

diemban langsung oleh Rasulullah saw, akan tetapi pada masa-masa

berikutnya, setelah penaklukkan kota Mekkah, seiring dengan semakin

luasnya wilayah kekuasaan Islam, tugas Hisbah untuk mengawasi pasar

beliau delegasikan sahabatnya. Seperti: Untuk pengawasan pasar

Madinah beliau delegasikan kepada Umar bin al-Khattab. Sedangkan

untuk mengawasi pasar Mekkah beliau delegasikan kepada Sa`ad bin

Said bin Ash. Selain pengawasan terhadap pasar tersebut, Rasulullah juga

pernah menyuruh Ali bin Abi Tâlib untuk menghancurkan seluruh

berhala serta bangunan kuburan di Madinah.4

Berdasarkan uraian di atas dapatlah dipahami, bahwa penerapan

Hisbah pada masa Rasulullah saw. ini masih dipegang langsung oleh

Rasul sebagai kepala negara. Beliau juga menugaskan sahabatnya untuk

melaksanakan Hisbah dalam rangka pembelajaran bagi masa selanjutnya.

b) Masa Khulafâ al-Rasyidin

Pada awal pemerintahan khalifah, yaitu pada masa Abû Bakar al-

Shiddiq, wewenang Hisbah dipegang langsung oleh khalifah (Abû

Bakar). Bentuk pelaksanaan Hisbah yang dilakukan oleh Abū Bakar al-

3 Abû Isya Muhammad bin Isya bin Sawrah al-Tirmidzi [selanjutnya disebut: Tirmidzi], Al-Jâmi’ al-Sahîh Sunan al-Tirmidzi (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2000),Cet. Ke-1, Jilid 2, h. 309.

4 Muhammad Abd al-Rahman al-Bakr, Al-Sultah Al-qadhâ`iyah wa al-Syakhsiyah al-Qâdhi(Kairo: Al-Zukhra’ li A`lām al-Arabī, 1998), Cet. Ke-1, h. 49.

Page 52: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

39

Shiddiq adalah: Ia terjun langsung memerangi orang-orang yang murtad,

nabi palsu, dan orang-orang yang enggan membayar zakat.5 Meskipun

demikian, ◌ Abū Bakar juga pernah mendelegasikan wewenang Hisbah

kepada Umar bin al-Khattab.

Setelah masa pemerintahan Abû Bakar al-Shiddiq berakhir dan

dilanjutkan oleh Umar bin al-Khattab. Kekuasaan Hisbah masih dipegang

langsung oleh khalifah. Hal ini bisa dilihat ketika Umar bin al-Khattab

sedang mengawasi pasar Madinah. Tiba-tiba beliau melihat seorang

pemilik kuda yang menaruh beban di punggung kudanya melebih beban

yang sesuai dengan kemampuan kuda tersebut. Perilaku pemilik kuda

yang sangat buruk terhadap kudanya tersebut langsung ditegur oleh Umar

bin al-Khattab, seraya berkata: “Engkau bebani kudamu dengan beban

yang sangat berat, yang tidak sanggup dibawanya”.6

Kemudian Umar bin al-Khattab juga pernah menegur penjual susu

yang mencampur susu dengan air untuk mendapatkan keuntungan yang

lebih banyak. Setelah itu Umar bin al-Khattab menyuruhnya

menumpahkah susu yang telah dicampur air tersebut.7 Ia juga merobek

baju sutra yang dipakai oleh Ibnu Zubair.8 Selanjutnya sikap tegas Umar

5 Jalāluddin al-Sayūti, Tārikh Khulafâ’ al-Rasyidin (T.th., Beirut: Dar al-Fikr), h. 67 – 71.6 Hasan Ibrahim Hasan, Al-Nuzmu al-Islâmiyah (Kairo: Mathba’ah Lajnah al-Ta’lif wa al-

Tarjamah wa al-Nasyr, 1953), h. 73, lihat juga Muhammad Abd al-Rahman al-Bakr, Al-Sultah al-qadhâ’iyah wa al-Syakhsiyah al-Qâdhi., h. 540.

7 Taimiyah, Al-Hisbah, h. 22.8 Ahmad bin Abd al-Halim bin Taimiyah [selanjutnya disebut: Taimiyah, Majmu`ah al-

Fatâwâ [selanjutnya disebut: al-Fatâwâ] (T.t., Dar al-Wafa’, 2001), Jilid, 28, h. 67.

Page 53: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

40

bin al-Khattab terlihat ketika ia memerintahkan Muhtasib untuk

membakar kedai-kedai (al-Hanut) yang memperjualbelikan khamar.

Sikap tegas ini beliau lakukan sebagai sebuah tindakan preventif agar

masyarakat terhindar dari meminum khamar yang sudah diharamkan

secara tegas dalam syari’at Islam. Di samping itu, Umar juga pernah

memukul pedagang-pedagang yang berjualan di sepanjang jalanan umum

yang mengakibatkan terganggunya orang yang ingin melewati jalan

umum tersebut.

Untuk menjamin terjadinya persaingan sehat di pasar, Umar bin al-

Khattab juga pernah menegur Hatib bin Balta`ah yang menjual anggur di

bawah harga normal, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Malik

berikut ini:

ثني عن مالك عن یونس بن یوسف عن سعید بن المسیب أن عمر بن حدوق فقال لھ عمر الخطاب مر بحاطب بن أبي بلتعة وھو یبیع زبیبا لھ بالس

ا أن ترف عر وإم ا أن تزید في الس 9ع من سوقنا. (رواه مالك)بن الخطاب إم

Artinya: “Diriwayatkan dari Malik dari Yunus bin Yusuf dari Saidal-Musayyab: “Bahwa Umar bin al-Khattab melewati Hatib bin Balta’ahketika ia sedang menjual buah anggur kering (kismis) miliknya di pasar.Lalu Umar bin al-Khattab mengatakan kepadanya: “Kamu pilih untukmenaikkan harga atau kamu menariknya dari pasar kami. (HR. Malik)

Dengan semakin luasnya wilayah kekuasaan Islam, maka semakin

bertambah pula pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang khalifah.

Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw. dan Abû Bakar

9 Imam Malik bin Anas [selanjutnya disebut: Malik], Al-Muwaţţa` (T.t., Beirut: Al-Maktabahal-Taufiqiyah), Juz 1, h. 127.

Page 54: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

41

al-Shiddiq, Umar bin Khattab juga mendelegasikan wewenang wilāyah

Hisbah kepada beberapa orang sahabatnya, antara lain: Said bin Yazid,

Abdullah bin Utbah, dan termasuk seorang wanita yang bernama Umm

al-Syifa’. Umm al-Syifa’ ini khusus ditugaskan untuk mengawasi pasar

Madinah.

Berdasarkan catatan para ulama, pada masa pemerintahan Umar

ibn al-Khaţţab inilah untuk pertama kalinya pembagian secara jelas

wewenang dari peradilan, yaitu antara Wilâyat Al-qadhâ`, Wilâyat al-

mazalim, dan Wilāyat Hisbah.10

Setelah Umar bin al-Khattab meninggal dunia dan digantikan oleh

Utsman bin Affan penerapan Hisbah di pasar Madinah tetap dilakukan.

Berbeda dengan yang dilakukan oleh Umar bin Khattab, Utsman tidak

terjun langsung untuk menerapkan Hisbah tersebut. Akan tetapi beliau

menugaskan seseorang laki-laki dari Bani Lais yang bernama al-Hāris Ibn

al-Hakkam untuk mengawasi pasar Madinah. Ketika itu pasar Madinah

sering terjadi kekacauan-kekacauan serta praktek-praktek jual beli yang

mengandung unsur kecurangan dan kebatilan. Meskipun demikian Usman

bin Affan pernah membakar mushaf-mushaf yang berbeda dengan mushaf

milik Imam.11

10 Muhammad Salam Mażkur, Al-qadhâ` fi al-Islām (T.t., Kairo: Dar al-Nadwah al-Arabiyah), h. 148.

11 Taimiyah, Al-Fatâwâ, h. 65.

Page 55: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

42

Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, pelaksanaan Hisbah

tetap berada langsung di bawah kendali khalifah. Namun tidak beberapa

lama setelah itu beliau mengangkat al-Jamrah sebagai Muhtasib yang

bertugas di daerah Ahwaz. Tugas ini dilaksanakan oleh al-Jamrah sampai

pada masa awal Bani Umayyah. Keberadaan Hisbah pada masa Ali bin

Abi Thalib ini bisa dilihat dari perbuatan Ali bin Abi Thalib yang

menyuruh Muhtasib membubarkan tempat-tempat penjualan khamar.

Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa Wilâyat Hisbah pada

periode khulafa` al-rasyidin sudah diterapkan di pasar-pasar. Namun

belum menjadi sebuah lembaga seperti yang ada pada masa-masa

berikutnya, yaitu pada Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah. Wilāyat

Hisbah pada periode khulafa’ al-rasyidin ini masih dipegang langsung

oleh khalifah dan sesekali juga didelegasikan kepada seseorang yang

dianggap kredibel untuk melaksanakannya.

c) Masa Bani Umayyah

Pada masa pemerintahan Bani Umayyah ini, Muhtasib masih

diangkat dan diberhentikan oleh khalifah. Sebagaimana Muawiyah

mengangkat Qais bin Hamzah al-Mahdany sebagai Muhtasib. Namun

kemudian dia dipecat oleh Muawiyah karena melakukan penyelewengan-

Page 56: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

43

penyelewengan. Setelah memecat Qais bin Ĥamzah, Muawiyah

menggantinya dengan Jamal bin Umarah al-Uzr.12

Pada masa ini, dalam pelaksanaan tugasnya, Muhtasib tidak lagi

dicampuri oleh khalifah. Fungsi khalifah hanya menetapkan peraturan

pelaksanaannya saja. Sebagaimana yang dilakukan oleh Umar bin Abd al-

Aziz, ia telah membuat aturan takaran dan timbangan untuk melindungi

kepentingan masyarakat.13

Sementara istilah Sāhib al-sūq (صاحب السوق) lebih akrab di

telinga orang Andalusia dibandingkan dengan Wilāyah Hisbah. Istilah itu

digunakan, karena kewenangannya yang paling banyak terkait dengan

membimbing dan mengawasi pasar. Al-Maqr membatasi batas wilayah

bagi pelaksanaan Hisbah hanya di Andalusia saja. Petunjuk pelaksanaan

dan petunjuk teknis Hisbah diuraikan dan dirinci dengan baik, hingga

harga barang-barang yang dibutuhkan masyarakat dibatasi, kemaslahatan

para pembeli sangat diperhatikan. Aturan yang diuraikan secara rinci

tersebut adalah tentang permasalahan jual beli.

Keberadaan Wilâyât al-Hisbah pada masa Bani Umayyah ini

sudah menjadi lembaga tersendiri. Hal ini sebagaimana diungkapkan

dalam kitab Târikh al-Daulah al-Arabiyah, yaitu pada masa pemerintahan

12 Ibn Hasan Aqi ibn al-walid al-Syaiban ibn Katsīr, Al-Kâmil fi al-Târikh (T.th., Beirut: Dar-al-Shadan), Juz 4, h. 11.

13 Hasan Ibrahim Hasan, Tārikh al-Islam; al-Siyâsy wa al-Dîny wa al-Saqafy wa al-Ijtihâdy(T.th., Kairo: al-Nadwah al-Hashriyah), Jilid 1, h. 489.

Page 57: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

44

Bani Umayyah peradilan dibagi kepada dua bagian yaitu peradilan

syari’ah yang hukum-hukumnya bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah,

Ijma’ dan Qiyas serta wilāyah Hisbah yang sebagian dari peraturan-

peraturannya bersumber dariijtiĥad para ulama.14

Ketentuan pelembagaan Hisbah ini pada masa Bani Umayyah

juga diperkuat oleh Joseph Schacht dalam bukunya “an Introduction to

Islamic Law”. Menurutnya lembaga ini diadopsi dari lembaga peradilan

yang ada pada kerajaan Byzantium. Di mana lembaga ini merupakan

bagian dari peradilan yang diberi nama Agoronomos dan dalam bahasa

Arab disebut âmil al-sûq (عامل السوق) atau Sâhib al-sûq. Maksudnya

adalah lembaga pengawas pasar.15

Tesis Joeseph Schacht tersebut ada benarnya dari satu sisi dan

tidak sepenuhnya benar pada sisi yang lain. Dari aspek kelembagaan,

pendapat Joeseph Schacht dapat diterima, namun dari aspek materi

Hisbah itu sendiri tidak tepat dikatakan kalau Wilâyât al-Hisbah diadopsi

dari Byzantium. Meskipun kerajaan Byzantium memiliki “spektor of

market” tetapi tidak sama dengan Wilâyat Hisbah dalam sistem peradilan

Islam. Hal tersebut akan terlihat secara jelas bila menelusuri kewenangan

masing-masing lembaga. Spektor of market pada kerajaan Byzantium

hanya bertugas sebagai pengumpul bayaran wajib para pedagang

14 Abd al-Aziz Salim, Târikh Daulah Arabiyah (Iskandariyah: Muassasah Sabab al-Jami’ah,1997), h. 381.

15 Joeseph Schacht, An Introduction to Islamic Law (T.th., Oxford: Clarendon Press), h. 25.

Page 58: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

45

(collective obligation) atau pajak penjualan. Berbeda halnya dengan

Wilâyat Hisbah, lembaga ini tidak menarik pajak penjualan dari

pedagang, melainkan mengawasi mekanisme pasar supaya berjalan sesuai

dengan tuntunan syari’at. Di samping itu, dari segi sejarah berdirinya pun,

lebih mempertegas lagi bahwa adanya Wilâyat Hisbah merupakan produk

Islam. Karena pada masa Rasulullah saw. gambaran tentang tugas ini

sudah ada, walaupun belum menjadi sebuah lembaga khusus sebagaimana

yang terdapat pada masa-masa sesudahnya.

Kewenangan Wilâyat al-Hisbah pada masa Bani Umayyah,

sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Jalal Syarif dan Ali Abd al-

Mu’ţy Muhammad, adalah menindak pelanggaran-pelanggaran hukum

syara’ secara segera, mengatur pasar, mengecek timbangan, takaran

dalam pasar, dan lain sebagainya. Bahkan, antara Wilāyat al-Hisbah dan

Wilâyat Al-qadhâ` saling berkaitan.16

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa Hisbah pada masa ini

sudah menjadi lembaga khusus dari lembaga peradilan yang ada. Akan

tetapi pengangkatan dan pemberhentian Muhtasib masih menjadi

wewenang khalifah. Kewenangan Muhtasib tetap mengatur dan

mengontrol pasar-pasar dari perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai

16 Muhammad Jalal Syarif dan Ali Abd al-Mu’thy Muhammad, Al-Fikr al-Siyâsy fi al-Islam;Syakhsiyah wa Madzâhib (Iskandariyah: Dar al-Jami’ah al-Mishriyah, 1978), h. 158.

Page 59: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

46

dengan syari’at Islam. Petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis bagi

pelaksanaan Hisbah sudah disusun dengan baik.

d) Masa Bani Abbasiyyah

Pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, Wilâyat Hisbah

sudah terlaksana dengan baik. Lembaga ini berada di bawah lembaga

peradilan dan berfungsi untuk memperkecil timbulnya perkara-perkara

peradilan yang harus diselesaikan oleh Wilâyat Al-qadhâ`. Hal ini

dijelaskan oleh Joeseph Schacht, bahwa pada saat ketika hakim-hakim

peradilan menghadapi perkara yang semakin banyak, ada keharusan

untuk mengadakan akomodasi dengan Muhtasib. Menurutnya lembaga ini

dilanjutkan oleh Islam sebagai perpanjangan tangan dari kerajaan

Byzantium.

Lebih lanjut Joeseph Schacht menjelaskan bahwa periode awal

Abbasiyah tetap mempertahan fungsi ini dengan meng-Islamisasikannya,

seperti penghentian pengumpulan pajak jual beli, menyuruh berbuat baik

dan melarang berbuat mungkar, memperteguh sikap dan moral yang

sesuai dengan ajaran Islam.

Pada masa pemerintahan khalifah al-Ma’mun Wilâyat Hisbah

sudah terkoordinir dengan baik. Dengan mengemban tugas seperti

pemeliharaan pasar, menertibkan dan mewujudkan kemaslahatan dalam

jual beli. Keberadaan Hisbah sangat urgen sekali, karena selain berfungsi

sebagai pengatur pasar juga pemeliharaan pasar dari masuknya bahan-

Page 60: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

47

bahan makanan yang merusak masyarakat, melarang penipuan dalam

bidang perdagangan, timbangan, takaran, menertibkan kegiatan para

pedagang yang terlalu rakus dalam mengumpulkan keuntungan diri

sendiri dengan cara melakukan ihtikar.17

Adapun tugas Muhtasib adalah melakukan inspeksi ke pasar-pasar

sambil membawa timbangan dan takaran yang sah agar mereka dapat

mengecek timbangan para pedagang dengan timbangan mereka, demikian

juga takaran para penjual akan dibandingkan dengan takaran yang mereka

bawa sebagai pedoman.

Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah ini, Muhtasib dipilih

oleh para qâdhi dengan ketentuan bahwa orang tersebut mempunyai sifat

iffah, jujur, dan terpercaya. Antara qâdhi dan Muhtasib saling bekerja

sama. Dalam melaksanakan tugasnya, Muhtasib kadang-kadang dikawal

oleh Sahib al-syurtah ( لشرطةصاحب ا ) mungkin sekarang bisa kita lebih

kenal dengan petugas pengaman atau semacam polisi, agar masyarakat

lebih berhati-hati dan tetap menjalankan hukum-hukum syari’at.

Berdasarkan penjelasan yang telah penulis paparkan dapatlah

dipahami bahwa Wilâyat Hisbah pada masa Bani Abbasiyah ini, sudah

menjadi lembaga secara mandiri, sebagaimana lembaga-lembaga

pemerintahan lainnya. Secara struktural, Wilâyat al-Hisbah berada di

17 Ali Muhammad Radly, Asr al-Islam al-Dzahabi al-Ma’mun (T.th., Mesir: Dar al-Fikr), h.143.

Page 61: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

48

bawah kewenangan Wilâyât al-qâdhi. Dengan begitu, pengangkatan dan

pemberhentian Muhtasib juga dilakukan oleh al-qâdhi. Daerah

kewenangan Wilâyât al-Hisbah ini adalah di lingkungan pasar untuk

mengatur para penjual dan pembeli agar tidak melakukan perbuatan-

perbuatan yang dilarang oleh syara’, baik yang terkait dengan jual beli,

ibadah, dan akhlak, maupun yang terkait dengan penertiban-penertiban

pasar.

Hisbah tetap bertahan pada sebagian besar dunia Islam, sampai

sekitar awal abad 18. Selama periode Dinasti Mamluk, lembaga ini

mempunyai peranan yang sangat penting, hal ini dibuktikan dengan hasil

positif yang telah dicapai selama periode ini, yaitu sedikitnya perkara

yang sampai ke meja hakim karena sudah bisa di tanggulangi oleh al-

Muhtasib. Di Mesir, institusi ini tetap bertahan sampai masa

pemerintahan Muhammad Ali (1805 – 1849). Di Maroko, lembaga serupa

masih ditemukan sampai awal abad ke-20. Di Romawi Timur, yang telah

melakukan kontak dengan dunia Islam melalui perang Salib, telah

mengadopsi lembaga ini, tetapi mereka menamainya dengan istilah

mathessep yang berasal dari istilah Muhtasib.18

Seiring perkembangan ekonomi yang begitu pesat maka lembaga

inipun menyesuaikan, yang mana bukan hanya pengembangan

perdagangan saja, ada dari segi industry pun menjadi salah satu fokusnya

18 A. A. Islahi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah h. 238.

Page 62: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

49

lembaga tersebut. Ketika Dinasti Mamluk, ada empat orang yang

diangkat menjadi Muhtasib yang tersebar di empat kota, antara lain,

Kairo, Fustat, Mesir Hilir dan Alexandria. Setiap Muhtasib bertanggung

jawab atas seluruh kegiatan pasar yang ada di bawah wilayah

yurisdiksinya. Muhtasib di Kairo memiliki peran tertinggi atau

kedudukan yang setara dengan menteri keuangan.19

2. Pengertian Hisbah

Wilâyât al-Hisbah (والیة الحسبة) secara etimologi terdiri dari dua suku

kata, yaitu wilâyâh (والیة) dan Hisbah .(الحسبة) Wilâyat berarti kekuasaan,

dan kewenangan.20 Sedangkan Hisbah (الحسبة) berasal dari akar kata ( –حسب

حساب–یحسب ) yang berarti menghitung (reckoning, computing), kalkulasi,

berpikir (thinking) memberikan opini, pandangan, dan lain-lain. Sementara

Hisbah ( حسبةال ) itu sendiri berarti imbalan, pengujian, melakukan suatu

perbuatan baik dengan penuh perhitungan.21 Dengan demikian, secara

19 A. A. Islahi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah h. 236.20 AW. Munawir, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap (Yogyakarta: al-

Munawwir, 1984), h. 919.21 Muhammad Fuad Abd al-Bâqy, Al-Mu`jam al-Mufahras li Alfâz al-Qur’an (Kairo: Dar al-

Hadis, 1987), h. 200-2001. Dalam al-Qur’an, kata-kataحسب dalam bentuk masdar muncul sebanyak 11kali, yaitu dalam surat al-Taubah: 60, 69, dan 130, al-Zumar: 38, al-Anfal: 63 dan 64, al-Thalaq: 3, al-Baqarah: 206, Ali Imran: 173, al-Maidah: 107, dan al-Mujadalah: 8. Sedangkan dalam bentuk fiilmadhi muncul sebanyak 13 kali baik dalam bentuk mufrad maupun jama’ yaitu dalam surat al-Kahfi: 9dan 30, al-Ankabut: 2 dan 4, al-Jasiyah: 20, Muhammad: 29, al-Maidah: 74, al-Baqarah: 214, AliImran: 142, al-Taubah: 17, al-Mu’minun: 116, al-Naml: 44, dan al-Dahr: 19. Sedangkan dalam bentukfiil mudhari` muncul sebanyak 31 kali yang mengandung makna mengira dan menyangka, yaitu dalamsurat al-Humazah: 3, al-Qiyamah: 3 dan 36, al-Balad: 5 dan 7, Ali Imran: 78, 169, 178, 180, dan 188,al-Anfal: 60, al-Furqan: 44, Ibrahim: 42 dan 47, al-Nur: 11, 15, 39 dan 57, al-A’raf: 29, al-Zukhruf: 37dan 80, al-Kahfi: 18 dan 105, al-Mu’minun: 56, al-Ahzab: 20, al-Mujadalah: 18, al-Munafiqun: 4, al-

Page 63: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

50

harfiyah dapatlah dikatakan bahwa Hisbah itu adalah kewenangan melakukan

suatu perbuatan baik dengan penuh perhitungan.

Secara terminologi, terdapat beberapa definisi Wilâyât al-Hisbah yang

dikemukakan oleh para ulama’ sebagaimana yang akan diuraikan berikut ini:

a. Imam al-Mawardi22

23الحسبة ھي أمر بالمعروف، إذا ظھر تركھ، ونھي عن المنكر إذا ظھر فعلھ.

“Hisbah merupakan wewenang untuk menjalankan amar ma`rūfketika yang ma`rūf itu sudah jelas-jelas ditinggalkan orang dan mencegahyang mungkar ketika sudah terang-terang dikerjakan orang”.

Definisi dengan redaksi yang sama dikemukakan juga oleh ◌ Abû

Ya`la Muhammad bin al-Husain al-Fara`24 dalam kitabnya Al-Ahkam al-

Sultâniyah.25

Berdasarkan definisi di atas, dapat dipahami bahwa suatu perkara

akan menjadi wewenang Hisbah apabila yang ma`rûf ditinggalkan orang

secara terang-terangan dan kemungkaran juga dilakukan secara terang-

Baqarah: 273, al-Naml: 88, al-Hasyr: 14. Sedangkan kata-kata yang muncul dalam bentuk lain yangberawalan dan berakhiran dari akar kata-kata حسب secara keseluruah muncul sebanyak 106 kali.

22 Al-Mawardi dilahirkan di Bashra tahun 356 H/975 M dan meninggal dunia di Baghdadtahun 450 H/1058 M). Nama lengkapnya adalah ◌ Abû Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi. Ia seorang pejabat besar yang berpengaruh besar dalam pemerintahan Abbasiyah. Iamempertahankan sistem politik Islam di tengah semakin menurunnya supremasi politik DinastiAbbasiyah. Sebelumnya sejak abad ke-8 hingga ke-10, Dinasti Abbasiyah memiliki supremasi politikyang tinggi, Lihat Abdul Aziz Dahlan (ed),Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru VanHoeve, 1997), Jilid 4, h. 1161.

23 Al-Mawardi, Al-Ahkâm al-Sultâniyah wa al-Wilâyât al-Dîniyyah (T.th., Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah), h. 299.

24 Nama lengkapnya adalah Muhammad bin al-Husain bin Muhammad bin Khalaf bin Ahmadbin al-Faraa` Abû Ya`la. Dia adalah seorang ulama yang terkemuka pada zamannya. Ia dilahirkan padatanggal 29 atau tanggal 28 pada dini hari bulan Muharram pada tahun 380 H dan minggal dunia padamalam Senin bertepatan dengan tanggal 19 Ramadhan tahun 458 H. Lihat Abû Ya’lâ Muhammad binal-Husain al-Fara`[selanjutnya disebut: Ya`la], Al-Ahkâm al-Sultâniyah (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), h.14 dan 19.

25 Al-Mawardi, Al-Ahkam al-Sultâniyah wa al-Wilâyât al-Dîniyyah, h.320.

Page 64: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

51

terangan, seperti orang yang makan dan minum pada bulan Ramadan di

tempat umum serta orang yang meminum minuman keras ditempat umum.

Dengan demikian, dapat juga dipahami bahwa apabila yang ma`rûf

ditinggalkan orang secara sembunyi-sembunyi/tidak terang-terangan dan

kemungkaran juga dilakukan secara sembunyi-sembunyi/tidak secara

nyata, maka tidak lagi menjadi wewenang Wilâyât al-Hisbah, melainkan

menjadi wewenang peradilan biasa atau Wilâyât al-Qadhâ` .(والیة القضاء26)

b. Ibnu Taimiyah27

Ibnu Taimiyah tidak menjabarkan secara langsung apa yang

dimaksud dengan Wilâyât al-Hisbah, meskipun demikian, dapat

dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan institusi Hisbah olehnya

adalah:

ا المحتسب: فلھ األمر بالمعروف والنھي عن المنكر مما لیس من وأمیوان و 28نحوھم.خصائص الوالة والقضاة ، وأھل الد

“Adapun yang dimaksud dengan Muhtasib adalah yang diberiwewenang untuk menjalankan amar ma`rûf dan mencegah yang mungkar,tidak termasuk wewenang peradilan, pejabat administrasi dan sejenisnya”.

26 Wilâyât Al-qadhâ` ialah lembaga peradilan dengan kekuasaan menyelesaikan berbagaikasus, disebut juga dengan peradilan biasa. Lihat Muhammad Abd al-Rahman al-Bakr, Al-Sulţāh Al-qadhâ`iyah wa al-Syakhsiyah al-Qâdhi (Kairo: Al-Zukhra’ li A`lām al-Arabī, 1998), Cet. Ke-1, h. 49.

27 Ibnu Taimiyah adalah seorang ulama yang ahli tafsir, hadis, dan fikih. Nama lengkapnyaTaqiyuddin ◌ Abû Abbas Ahmad bin Abd al-Salam bin Taimiyah. Lahir di Harran, Turki, pada tanggal10 Rabi’u al-awal 661 H/ 22 Januari 1263 dan meninggal dunia di Damaskus pada tanggal 20 DzulQai’dah tahun 728 H/26 September 1328. Ia hidup ketika di dunia Islam tengah terjadi pergolakansosial, politi, serta mengalami kemunduran, baik karena perpecahan intern sesama dinasti Islamsendiri, maupun karena permusuhannya dengan bangsa Barat (Kristen) dan karena serbuan tentaraTartar (Mongol). Lihat Abdul Aziz Dahlan (ed), Jilid-2, h. 623. Lihat juga A.A. Islahi, KonsepsiEkonomi Ibnu Taimiyah, Penerjemah: Anshari Thayib, judul asli “Economic Concept of IbnTaimiyah” (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997), Cet. Ke-1, h. 15.

28Ibnu Taimiyah, al-Hisbah, h. 16.

Page 65: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

52

Berdasarkan pengertian inilah dapat ditangkap makna bahwa yang

dimaksud oleh Ibnu Taimiyah adalah sebuah institusi yaitu Wilâyât al-

Hisbah. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa Hisbah menurutnya

adalah lembaga yang mempunyai wewenang untuk menjalankan amar

ma`rūfdan nahy an al-munkar selain dari wewenang peradilan, pejabat

administrasi dan yang sejenis dengan itu.

c. Ibnu Khaldun29

Menurut Ibnu Khaldūn Wilâyât al-Hisbah adalah:

أما الحسبة فھي وظیفة دینیة من باب األمر بالمعروف والنھي عن المنكر الذي ھو فرض على القائم بأمور المسلمین، یعین لذلك من یراه أھال لھ،

ویبحث عن المنكرات، فیتعین فرضھ علیھ، ویتخذ األعوان على ذلك،ویعزر ویؤدب على قدرھا، ویحمل الناس على المصالح العامة في

30المدینة.

“Hisbah ialah kewajiban keagamaan yang berkaitan denganmenyuruh berbuat baik dan melarang berbuat munkar yang merupakankewajiban pemerintah untuk menentukan (mengangkat) orang yangmelaksanakan tugas tersebut. Batas-batas kewenangannya ditentukan olehpemerintah demikian juga pembantunya untuk melaksanakan tugastersebut. Ia menyelidiki kemungkaran, menta’zir dan mendidik orang yangmelakukan kemungkaran tersebut dan membimbing masyarakat untukmemelihara kemaslahatan umum di perkotaan”.

29 Ibnu Khaldun memiliki nama asli, yaitu ◌ Abû Zaid Abd al-Rahman ibn Muhammad ibnKhaldun Wali al-Din al-Tunisi al-Hadrami. Ia lahir di Tunisia pada tanggal 1 Ramadhan (732 H (7 Mei1332 M). Dia meninggal dunia pada tanggal 26 Ramadhan 808 H (16 Maret 1406 M).Ibnu Khaldundididik oleh keluarga yang terkemuka dalam ilmu pengetahuan maupun politik. Para kakeknya, BanuKhaldun, yang tertua Khaldun bin al-Khattab, pindah ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-18, dengandemikian dia menyaksikan pertumbuhan dan kemunduran kekuasaan Islam di Spanyol. Lihat FuadBaali dan Ali Wardi, Ibnu Khaldun dan Pola Pemikiran Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1989), Cet.Ke-1, h. 9-13.

30 Abd al-Rahman bin Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,1993), Cet. Ke-1, h. 176.

Page 66: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

53

Pengertian yang dikemukakan oleh Ibnu Khaldun ini menerangkan

bahwa Hisbah di sini merupakan tugas-tugas dari Muhtasib yang ditunjuk

langsung oleh pemerintah dan bukannya kewajiban setiap muslim. Definisi

inilah yang mengindikasikan perlunya sebuah lembaga yang khusus

menangani pelanggaran terhadap al-amru bi al-ma`rûf wa nahy an al-

munkar.

Beradasarkan ketentuan ini dapatlah dibedakan antara personal

yang melaksanakan amar ma`ruf dan nahy munkar yang dikenal dengan

istilah al-mutatawwi’ 31(المتطوع) dengan sebuah lembaga khusus yang

menangani perkara tersebut.

d. Nicola Ziadeh, sebagaimana yang dikutip oleh A. A. Islahi,

mendefinisikan Hisbah sebagai “sebuah kantor atau lembaga yang

berfungsi untuk mengontrol pasar dan moral secara umum”.32

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Ziadeh ini terlihat

dengan jelas bahwa yang dimaksud dengan Hisbah olehnya adalah sebuah

lembaga yang mempunyai tugas khusus untuk mengawasi pasar.

Bila dilihat dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh ulama’ di

atas ternyata tidak terdapat perbedaan yang mencolok dalam

31 Al-Mutaţawwi’ adalah orang yang melaksanakan al-amru bi al-ma`rûf wa nahy an al-munkar yang tidak mendapatkan ketetapan tugas tersebut dari penguasa. Ia tidak terikat dengan aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Jika ia melalui tugas ini, ia tidak mendapat tindakan daripemerintah. Ia tidak berhak menerima pengaduan. Ia juga tidak berhak menyelidiki kemungkaran yangterjadi. Ia tidak memiliki pembantu dalam tugasnya. Ia tdak boleh memberikan ta’zir. Ia juga tidakmenadapatkan gaji tetap dari pemerintah. Lihat Al-Mawardi, h. 240.

32 Lihat A.A. Islahi, h. 236.

Page 67: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

54

menyampaikan maksud dari Wilâyat al-Hisbah tersebut dalam hal al-amru

bi al-ma`rûf wa nahy an al-munkar. Namun terdapat perbedaan penekanan

terhadap aspek-aspek tertentu, seperti al-Mawardi mengungkapkan

wewenang Wilâyât al-Hisbah terhadap pelanggaran agama yang terang-

terangan, Ibnu Khaldūn menganggapnya sebagai kewajiban pemerintah,

dan Ibnu Taimiyah juga menganggapnya sebagai sebuah kewajiban

pemerintah di luar wewenang peradilan, serta Nicola Ziadeh yang lebih

menekankan kepada sebuah lembaga yang diberi wewenang khusus untuk

mengawasi pasar.

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa Wilâyât al-Hisbah

tersebut adalah suatu lembaga yang khusus menangani persoalan-persoalan

moral di tengah-tengah masyarakat, sehingga wewenangnya lebih luas dari

dua peradilan lainnya, yakni wilāyah Al-qadhâ` (peradilan biasa) dan

wilāyah al-maźālim (peradilan khusus kejahatan para penguasa dan

keluarganya).33

Hisbah adalah satu institusi yang sudah ada sejak zaman

pemerintahan Rasulullah S.A.W. di Madinah, walaupun pada waktu itu

nama Hisbah tidak dikenal secara resmi. Umpamanya, bagi mereka yang

bertugas mengawasi perjalanan perniagaan di pasar dikenal sebagai

‘Pengawas Pasar’ (Sâhib al-sûq) atau ‘Petugas di Pasar’ (al-âmil fi al-Sûq).

33 Wilâyah al-Mazâlim adalah lembaga peradilan yang menangani kasus kelaliman parapenguasa dan keluarganya terhadap hak-hak rakyat. Lihat Al-Mawardi, h. 242.

Page 68: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

55

Keberadaan Wilâyât al-Hisbah ini diteruskan oleh pemerintahan Islam

selanjutnya dengan peranan yang lebih luas. Ada di antara pemerintah

menamainya dengan Hisbah, tetapi terdapat juga nama lain yang digunakan

sebagaimana nama-nama yang telah penulis sebutkan di atas. Biar apa pun

nama yang diberikan, Wilâyât al-Hisbah ini tetap eksis dalam pemerintahan

Islam karena ia adalah salah satu sendi utama pemerintahan Islam yang

berdiri dengan konsep al-amr bi al-ma`rûf wa al-nahy an al-munkar.

3. Dasar Hukum

Pada dasarnya dalam ajaran Islam, setiap muslim berkewajiban

melaksanakan amar ma`rūf dan nahy munkar. Namun dalam masalah-masalah

tersebut ada suatu badan yang secara khusus menanggulanginya. Dalam Islam

badan tersebut dikenal dengan sebutan Wilâyât al-Hisbah. Adapun dasar

hukum dibentuknya lembaga tersebut sangat banyak sekali terdapat dalam al-

Qur’an dan Sunnah, di antaranya firman Allah swt. dalam surat Ali Imran ayat

104 berikut ini:

ة یدعون إلى الخیر ویأمرون بالمعروف وینھون عن المنكر ولتكن منكم أم)/104:3ال عمران(.وأولئك ھم المفلحون

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yangmenyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dariyang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104)”

Kata (ولتكن) pada ayat di atas dalam bentuk perintah, sedangkan

hakikat perintah itu adalah mengacu kepada kewajiban, tetapi perintah di sini

menurut Ibnu Khaldun bukanlah merupakan fardhu ain, melainkan fardhu

Page 69: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

56

kifayah. Dengan demikian jika telah dilakukan oleh seseorang maka gugurlah

kewajiban bagi kaum muslim yang lain.34

Quraish Shihab menafsirkan kata (منكم) pada ayat di atas dengan

sebagian kamu tanpa menutup kewajiban setiap muslim untuk saling ingat

mengingatkan. Kata (منكم) disesuaikan artinya dengan membandingkannya

dengan ayat lain pada surat al-Asr yang menilai semua manusia dalam

kerugian, kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh serta saling

mengingatkan tentang kebenaran dan ketabahan.35

Kalimat di atas juga menggunakan dua kata yang berbeda dalam

rangka perintah dakwah. Pertama (یدعون) “mengajak” dan kedua (یأمرون)

“memerintahkan”. Kata mengajak (یدعون) dikaitkan dengan ,(الخیر)

sedangkan perintah untuk tidak melakukan, yakni melarang (ینھون) dikaitkan

dengan Kata .(المنكر) (الخیر) adalah nilai universal yang diajarkan oleh al-

Qur’an dan Sunnah. Al-Khair menurut Rasulullah saw., sebagaimana yang

dikutip oleh Ibnu Kaśir adalah mengikuti al-Qur’an dan Sunnahku.36 Sedang

(المعروف) adalah sesuatu yang baik menurut pandangan umum satu

masyarakat selama sejalan dengan Adapun .(الخیر) (المنكر) adalah sesuatu

34 Abd al-Rahman bin Khaldun, h. 225-226.35 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an (Jakarta:

Lentera Hati, 2005), Cet. Ke-3, Jilid 2, h. 172-175.36 قرأ رسول هللا صلى هللا علیھ وسلم "ولتكن منكم أمة یدعون إلي الخیر" ثم قال "الخیر اتباع القرآن وسنتي" (رواه ابن

Lihat Abû . (مردویھ al-Fadâ’ al-Hâfiz Ibnu Katsir al-Damsyîqî, Tafsir Al-Qur’an al-Azîm (Beirut: Daral-Kutub al-Ilmiyah, 1999), Cet. Ke-1, Jilid 1, h. 372.

Page 70: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

57

yang dinilai buruk oleh masyarakat serta bertentangan dengan nilai-nilai

Ilahi.37 Jadi urutan yang mesti dilakukan adalah mengajak kepada kebajikan,

kemudian memerintahkan kepada yang ma`rūf, dan mencegah dari

kemungkaran.

Demikian juga halnya firman Allah swt. dalam surat al-A’rāf ayat 157

yang berbunyi:

ي الذي یجدونھ مكتوبا عندھم في التوراة سول النبي األم الذین یتبعون الرنجیل یأمر م واإل ھم بالمعروف وینھاھم عن المنكر ویحل لھم الطیبات ویحر

علیھم الخبائث ویضع عنھم إصرھم واألغالل التي كانت علیھم فالذین آمنوا روه ونصروه واتبعوا الن ور الذي أنزل معھ أولئك ھم بھ وعز

) /157:7.(األعرافالمفلحون Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi

yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada disisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma`ruf dan melarangmereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi merekasegala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk danmembuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada padamereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya,menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya(Al Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al-A’raf: 157)”

Surat al-A’râf ayat 157 di atas menegaskan bahwa orang yang

mengikuti Rasulullah saw. dan menyuruh mengerjakan yang ma`rūf dan

melarang dari kemungkaran, sebagai tugas Hisbah, adalah orang-orang yang

beruntung.

Ayat ini juga membantah anggapan orang-orang Yahudi pada masa

Nabi Muhammad saw. yang beranggapan bahwa mereka termasuk yang akan

37 M. Quraish Shihab, h. 175.

Page 71: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

58

memperoleh janji Allah sebagaimana yang disebutkan pada ayat sebelum ini

(ayat ini berkaitan dengan ayat sebelumnya yang menyebutkan bahwa

“rahmat Allah itu meliputi segala sesuatu”). Untuk meluruskan kekeliruan itu

ayat ini menegaskan bahwa, bukan kalian yang akan mendapat rahmat itu,

tetapi yang akan meraihnya adalah orang-orang yang terus menerus dan tekun

mengikuti Nabi Muhammad saw, yang merupakan Rasulullah saw. Nabi yang

ummi.38

Selanjutnya firman Allah swt. dalam surat Luqman ayat 17 yang

menyatakan:

الة وأمر بالمعروف وانھ عن المنكر واصبر على ما أصابك یا بني أقم الص)/17:31(لقمان.إن ذلك من عزم األمور

Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkardan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yangdemikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman:17)”

Surat Luqman ayat 17 menjelaskan tentang tiga amal yang diutamakan

yaitu: Mendirikan shalat dengan sempurna syarat, rukun, dan sunnah-

sunnahnya. Memerintahkan kepada yang ma`rūf dan mencegah dari

kemungkaran, serta sabar terhadap segala macam cobaan. Menyuruh

mengerjakan ma`rūf, mengandung pesan untuk mengerjakannya, karena

tidaklah wajar menyuruh sebelum diri sendiri mengerjakannya. Demikian juga

melarang kemungkaran, menuntut agar yang melarang terlebih dahulu

38 M. Quraish Shihab, h. 268-269.

Page 72: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

59

mencegah dirinya. Memang, dalam melaksanakan tuntunan Allah akan

menghadapi banyak tantangan dan rintangan, karena itu ayat ini juga

mengajarkan untuk bersabar terhadap apa yang menimpa dalam melaksanakan

tugas menyuruh kepada yang ma`rûf dan mencegah dari kemungkaran.39

Ayat-ayat di atas, di samping menunjukkan kewajiban dakwah secara

umum, juga menjadi landasan bagi kewajiban suatu badan yang khusus dalam

tugas tersebut. Selain dari tiga ayat di atas masih terdapat ayat-ayat lain yang

menjadi dasar dari Wilâyat al-Hisbah ini, seperti surat Ali Imran ayat 110

yang mengungkapkan bahwa ada sebagian kecil dari Ahli Kitab yang beriman

dan melaksanakan amar ma`rūf dan nahy munkar, surat al-Maidah ayat 78 –

79 yang mengemukakan tentang laknat yang diberikan oleh Allah terhadap

Bani Isrâ’il dan orang kafir karena mereka membiarkan berlakunya perbuatan

mungkar di antara mereka. Kemudian Surat al-Taubah ayat 71 – 72 111 – 112

yang mengungkapkan orang-orang beriman akan mendapatkan rahmat Allah

swt. karena mereka melaksanakan amar ma`rûf dan nahy munkar, serta surat

al-Hâjj ayat 41 yang menyatakan bahwa Allah telah memberikan keteguhan

hati bagi orang yang melaksanakan amar ma`rûf dan nahy munkar.

Adapun dasar hukum dibentuknya Hisbah dari Sunnah dapat dilihat

dari hadis-hadis berikut ini:

د بن المثنى ثنا محم ثنا وكیع عن سفیان وحد ثنا أبو بكر بن أبي شیبة حد حدد ثنا محم ثنا شعبة كالھما عن قیس بن مسلم عن طارق بن حد بن جعفر حد

39 M. Quraish Shihab, h.136-137.

Page 73: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

60

الة ل من بدأ بالخطبة یوم العید قبل الص شھاب وھذا حدیث أبي بكر قال أوالة ق بل الخطبة فقال قد ترك ما ھنالك فقال أبو مروان فقام إلیھ رجل فقال الص

علیھ وسلم یقول صلى هللا ا ھذا فقد قضى ما علیھ سمعت رسول هللا سعید أمع فبلسانھ فإن لم یستطع من رأى منكم منكرا فلیغي ره بیده فإن لم یستط

یمان. (رواه مسلم) 40فبقلبھ وذلك أضعف اإل

Artinya: “Dari Abū Bakar bin Abi Syaibah Waki’ menceritakankepada kami dari Abû Sufyan, Muhammad bin al-Matsani juga menceritakankepada kami, ◌ Abû Bakar bercerita kepada kami dari Muhammad bin Ja’fardari Syu’bah, kedua-duanya berkata hadis ini dari Qais bin Muslim dariThariq bin Syihab, ini adalah hadis dari ◌ Abû Bakar berkata, ia berkata:Orang yang pertama kali melakukan khutbah `ied sebelum shalat adalahMarwan, lalu seseorang berdiri dan berkata: Shalat `ied itu sebelum khutbah,lalu ia berkata: telah ditinggalkan apa yang telah ditetapkan. Maka Abû Saidberkata: Adapun hal ini telah ditetapkan, saya mendengar Rasulullah saw.bersabda: Barang siapa di antara kamu yang melihat suatu kemungkaran,maka hendaklah ia mencegahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampumencegahnya dengan tangannya, maka dengan perkataannya, jika ia tidakmampu mencegahnya dengan perkataannya, maka hendaklah ia mencegahnyadengan hatinya. Dan itulah yang selemah-lemahnya iman. (HR. Muslim)”

Penjelasan Yusuf al-Qaradhawi tentang hadis ini adalah bahwa hadis

tersebut menjadi dalil yang kuat untuk menetapkan adanya kewajiban setiap

muslim untuk melarang kemungkaran apabila ia melihatnya. Hal ini

didasarkan pada lafaz (من) yang terdapat dalam hadis tersebut merupakan

lafaz umum. Para ulama ushul berpendapat bahwa lafaz umum ini mencakup

setiap orang Islam yang melihat kemungkaran. Karena Rasulullah saw. tidak

menyisipkan lafaz istitsna’ (pengecualian) dalam hadis tersebut.41 Dengan

demikian kewajiban nahy munkar itu ada pada setiap orang. Meskipun

40 Imam ◌ Abû al-Husain Muslim bin al-Hujjâj al-Qusyairî al-Naisâbūrî, h. 69.41 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam (Kairo: Dar al-Syuruq, 1997), h. 19.

Page 74: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

61

kewajiban nahy munkar ada pada setiap orang namun kewenangan khusus dan

secara terlembaga dibebankan kepada Wilâyât al-Hisbah.

Selanjutnya hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Tamim:

ثنا عن ثنا سفیان قال قلت لسھیل إن عمرا حد د بن عباد المكي حد ثنا محم حدقال فقال سمعتھ من الذي القعقاع عن أبیك قال ورجوت أن یسقط عني رجال

ثنا سفیان عن سھیل عن عطاء بن ام ثم حد سمعھ منھ أبي كان صدیقا لھ بالشین الن علیھ وسلم قال الد اري أن النبي صلى هللا صیحة قلنا لمن یزید عن تمیم الد

42

Artinya: “Dari Muhammad bin Abbad al-Makkî, dari Sofyân, iaberkata: Saya berkata kepada Suĥail: Sesungguhnya Amar yang telahmenyampaikannya kepada kami, dari al-Qa`qa`, dari Bapakmu. Ia berkatasaya mengharapkan didatangkan kepadaku seseorang. Lalu ia berkata: Iaberkata saya mendengarnya dari apa-apa yang telah engkau dengarkan daribapakku yang telah menemaninya ketika berada di Syam, kemudian Sofyanmenyampaikan kepada kami dari Suhail dari Atha’ bin Yazid dari Tamim al-Daari, bahwa Nabi saw. bersabda: Agama itu adalah nasehat, kami berkatabagi siapa ya Rasulullah? Lalu Nabi menjawab: Bagi Allah, kitab-Nya,Rasul-Nya, pemimpin-pemimpin kaum muslim, dan umat-umatnya. (HR.Muslim)”

Berdasarkan hadis di atas dapatlah dipahami bahwa keberadaan agama

sebagai nasehat merupakan penuntun kepada kemaslahatan masyarakat. Hal

ini terdapat dalam lafaz (عامتھم) karena di dalam lafaz tersebut mengandung

bimbingan mereka terhadap kemaslahatan masyarakat untuk dunia dan

akherat. Cara yang dilakukan adalah menyuruh mereka berbuat baik dan

melarang mereka berbuat mungkar dan yang diberi wewenang secara

terstruktur adalah Wilâyât al-Hisbah.

42 Imam Abû al-Husain Muslim bin al-Hujjâj al-Qusyairî al-Naisâbûrî, h.74.

Page 75: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

62

Yusuf al-Qaradhawi menguraikan syarat-syarat dalam mengubah

kemungkaran sebagai berikut:43

Kemungkaran tersebut harus disepakati sebagai sesuatu yang

diharamkan, kemungkaran itu harus tampak dan juga mengubah kemungkaran

dengan kekuatan harus diukur menurut kesanggupan dan tidak dikhawatirkan

akan menimbulkan kemungkaran yang lebih besar.

Berdasarkan kepada dalil dari al-Qur’an dan Sunnah yang telah

penulis kemukakan di atas, menurut pendapat yang terkuat, para ulama

sepakat mengatakan bahwa hukum Hisbah adalah fardhu kifayah. Dengan

demikian jika salah seorang dari umat Islam telah melaksanakannya, maka

gugurlah kewajiban tersebut bagi umat Islam lainnya. Meski demikian, jika

ternyata tak ada seorang pun yang mampu menunaikannya, maka perintah

tersebut menjadi fardhu ‘ain bagi pihak yang mampu melakukannya dan pihak

yang paling mampu untuk itu adalah pemegang kekuasaan dan kekuatan, yaitu

pemerintah.

4. Pertumbuhan dan Perkembangannya.

Kegiatan ekonomi yang bersifat transaksional dan dalam hal ini kita

meneliti bagian transaksi langsung, dengan bertemunya antara penjual dan

pembeli yang dipertemukan di pasar. Sorotan utama penulis disini adalah hal-

hal yang tidak seharusnya terjadi dalam pasar yang kemudian menjadi

kecurangan, dan dampak kerugian akan dirasakan oleh para pembeli. Ibnu

43 Yusuf al-Qaradhawi, h. 169 – 176.

Page 76: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

63

Taimmiyah dala hal ini beliau mengatakan bahwa seluruh kantor publik dalam

Islam bertujuan untuk menyeru masyarakat dalam kebaikan dan meninggalkan

keburukan, Hisbah melindungi para konsumen dari para pedagang yang hanya

mengincar keuntungan yang berlebih namun dalam hal ini tidak

dihiraukannya aspek kebaikannya yang meliputi seperti kesehatan kemudian

kelayakan yang memang ini seharusnya yang ada pada semua pedagang, yang

tidak hanya mengincar keuntungan belaka namun harus memperhatikan

kesejahteraan para pembeli.44 Beliau mengutip sejumlah ajaran dalam

bukunya sendiri “Hisbah Fi al-Islam”, mengenai soal perdagangan dan

kontrak yang jujur. Seperti hadis yang telah dikutip di atas bahwa Rasullah

Shalallahu Alaihi wa Salaam yang mendapatkan seorang pedagang yang

curang dan bersabda bahwa barang siapa yang melakukan dengan kecurangan

dia bukan bagian dari umat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salaam.

Telah dikemukakan dalam bagian sejarah lahirnya lembaga ini bahwa

adanya seiring dengan munculnya agama Islam ini sendiri, yang telah kita

ketahui bahwa tujuan lembaga ini diadakan adalah apa yang telah

dikemukakan oleh Ibnu Taimiyah, adalah untuk memerintahkan apa yang

sering disebut sebagai kebaikan (al-ma’rûf) dan mencegah apa yang kita

ketahui sebagai keburukan (al-munkar) di dalam wilayah yang telah menjadi

ranah atau wilayah pemerintah untuk mengaturnya, mengadili dalam wilayah

urusan umum khusus lainnya, yang mana urusan ini tidak sembarang yang

44 A.A Islahi, h.237.

Page 77: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

64

kejangkauannya tidak bisa dilakukan oleh institusi biasa.45 Telah diinisiasi

sejak adanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salaam dan terus berkembang

sampai Khulafau al-rasyidiin yang mana belum dijadikan lembaga seutuhnya,

hanya saja dilakukan oleh para pemimpin pemerintah atau ditunjuk seseorang

yang memang kompatibel dalam penugasan dalam bidang ini. Barulah pada

masa Dinasti Bani Umayyah, dalam pelaksanaan tugasnya, Muhtasib tidak

lagi dicampuri oleh khalifah. Fungsi khalifah hanya menetapkan peraturan

pelaksanaannya saja. Dalam kutipan yang dikutip oleh penulis, sebagaimana

yang dilakukan oleh Umar bin Abd al-Aziz, ia telah membuat aturan takaran

dan timbangan untuk melindungi kepentingan masyarakat.46

5. Wewenang dan Tugas

Fuqaha’ telah menyepakati bahwa wewenang Wilâyat al-Hisbah

meliputi seluruh pelanggaran terhadap prinsip amar ma`rūf dan nahy munkar

yang berada di luar wewenang Wilâyât al-Qadhâ` dan Wilâyât al-Mazâlim,

baik yang berkaitan dengan pelanggaran sosial maupun pelaksanaan ibadah.

Pengawasan adalah menjadi tugas terpenting Hisbah. Namun begitu

Wilâyât al-Hisbah juga mempunyai kekuasaan yang lain, yaitu meliputi

kekuasaan pengawasan, mendengar tuduhan, mendengar dakwaan, menasihati

atau menegur dan menghukum. Bagaimana pun kekuasaan tersebut terbatas

kepada hal-hal tertentu saja, untuk mencegah terjadinya tumpang tindih antara

45 A.A Islahi h.238.46 Hasan Ibrahim Hasan, Târikh al-Islâm; al-Siyâsy wa al-Dîny wa al-Tsaqafy wa al-Ijtihâdy

(Kairo: al-Nadwah al-Hashriyah, [t.th]), Jilid 1, h. 489.

Page 78: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

65

tugas Muhtasib dengan hakim. Umpamanya, berbeda dengan Wilâyat Al-

qadhâ`, Wilâyat al-Hisbah hanya boleh mengendalikan kemungkaran yang

nyata dan terbuka serta adanya tuntunan yang jelas. Bagi kejahatan yang

dilakukan secara sembunyi-sembunyi serta perkara yang mengandung

dakwaan dan membutuhkan kesaksian, maka perkara itu diserahkan kepada

Wilâyat Al-qadhâ`. Akan tetapi, Muhtasib boleh bertindak tanpa permintaan,

atau pengaduan, sangat berbeda sekali dengan wilāyah Al-qadhâ` yang hanya

boleh bertindak jika ada pengaduan atau dakwaan.47

Tegasnya, Institusi Hisbah adalah elemen pelengkap dalam menjaga

syari`at Islam. Kekuasaan dan hukuman secara langsung yang dilakukan oleh

Muhtasib merupakan sebahagian dari ajaran Islam yang mengarahkan

umatnya mencegah kemungkaran dengan ‘tangan’ atau kekuasaan apabila

terdapat maksiat yang terjadi di depan mata, terdakwa langsung dikenakan

tindakan tanpa perlu dibawa ke hadapan hakim. Tindakan yang diambil

olehMuhtasib dilakukan secara berperingkat berawal dengan nasihat. Jika cara

nasihat tidak diindahkan, barulah Muhtasib mengambil langkah seterusnya

berbentuk hukuman. Pelaksanaan hukuman secara langsung ini berlaku jika

kesalahan yang dilakukan adalah kesalahan kecil dan ini tidak berlaku bagi

yang melakukan kesalahan yang berat atau besar. Lebih jelasnya al-Ghazali

47 al-Mawardi, h. 301 – 302.

Page 79: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

66

memaparkan tingkatan dalam mengambil tindakan yang dilakukan oleh

Muhtasib:48

a. Menyadarkan atas buruk baiknya suatu perbuatan, metode yang

digunakan adalah nasehat,

b. Memperingatkan agar mengerjakan perbuatan yang ma`rūf dan menjauhi

perbuatan yang mungkar,

c. Mengancam dengan hukuman, baik dengan menyebutkan hukuman-

hukuman Tuhan maupn hukuman-hukuman negara,

d. Berkata keras kalau perlu menghardiknya supaya ia sadar atas

kesalahannya,

e. Menyuruh atau melarang sesuatu dengan tangan, jika pihak yang bersalah

masih tidak dapat disadarkan dengan ancaman. Muhtasib bisa juga

menggunakan tangan atau kekuasaan (al-tagyir bi al-yad). Tindakan

menggunakan tangan ini bukanlah bermaksud memukul tetapi cara

menggunakan tangan sekiranya perlu seperti menumpahkan arak yang

sedang diminum, melepaskan baju sutera yang dipakai oleh seorang

lelaki, menyegel tempat hiburan yang menyesatkan masyarakat,

memusnahkan buku-buku yang menyesatkan, membuang tanda salib yang

dipakai oleh orang Islam, memulangkan harta orang yang dirampas.

48 Imam ◌ Abû Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Gazali, Ihyâ` Ulûm al-Dîn (Beirut:Dar al-Fikr, 1991), Jilid 2, h. 357 – 360.

Page 80: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

67

f. Memberikan hukuman prefentif untuk menyadarkannya seperti melarang

berjualan di pasar, mengusir penghuni rumah yang tidak memiliki izin

resmi, dan sebagainya.

g. Menggunakan sebatan/cambuk dan menahan (al-jild wa al-habs).

Tindakan ini dilakukan sekiranya nasehat dan peringatan tidak membuat

orang yang bersalah berhenti dari mengulangi kesalahannya atau orang

yang bersalah secara terang-terangan melakukan kesalahan tanpa

menghormati larangan yang ditetapkan, seperti mengulangi makan secara

terbuka pada bulan Ramadhan, memperlihatkan aurat, dan meminum

minuman keras secara terbuka. Kesemuanya dilakukan tanpa adanya rasa

segan pada orang banyak. Tindakan ini baru boleh dilakukan apabila

segala upaya lain tidak berhasil. Pemukulan tersebut juga dilakukan

dengan tidak membahayakan anggota tubuhnya.

h. Menggunakan para aparat keamanan atau kekuatan senjata. Tindakan ini

perlu dilakukan jika orang yang melanggar undang-undang itu orang yang

kuat atau berkuasa dan mencoba melawan dengan menggunakan

kekerasan.

i. Mengenakan pelbagai bentuk hukuman ta`zir, Hukuman ta`zir ini boleh

dilaksanakan dengan pelbagai bentuk baik itu memukul, memenjarakan,

menyingkirkan, menjatuhkan atau mengumumkan kesalahan orang

tersebut di khalayak ramai. Kekuasaan ta`zir ini diserahkan kepada

Page 81: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

68

Muhtasib dan hukuman yang dijatuhkan setimpal dengan kesalahan yang

dilakukan.

Di samping itu, sejarah Islam menunjukkan bahwa Wilâyât al-Hisbah

juga diberikan beberapa peranan yang khusus menangani wilayah dan sektor-

sektor tertentu. Umpamanya terdapat anggota Wilâyât al-Hisbah yang khusus

menjaga pasar dan pusat perniagaan (umana` al-sûq) dan Muhtasib yang

mengawasi perencanaan dan industri (‘urafâ` al-hirâi wa al-sinâ`at). Mereka

berperanan untuk mengawasi segala bentuk penipuan, pemalsuan, dan

penyelewengan yang terjadi dalam perjanjian perniagaan dan industri.

Terdapat juga anggota wilāyah Hisbah yang menjadi wakil di tempat-tempat

strategis dari segi ekonomi dan keamanan seperti pelabuhan, kawasan perairan

dan sepanjang pantai. Terdapat juga anggota Hisbah yang dikenal sebagai

petugas-petugas pengamanan (al-a’awân, al-gulâm wa al-syurtah) yang

berperanan membantu Wilâyat Al-qadhâ` dalam usaha mengawasi peraturan

baik secara lembut atau keras.

Secara umum wewenang Wilâyât al-Hisbah dapat dibagi kepada tiga

bagian yang dikaitkan dengan al-amru bi al-ma`rûf wa nahy an al-munkar,

yaitu:

1) Perkara-perkara yang berkaitan dengan hak-hak Allah swt.

a) Al-Amru bi al-ma`rûf

Memerintahkan kepada perbuatan baik ini meliputi semua jenis

ibadah seperti shalat wajib lima waktu secara berjamaah, shalat Jum’at,

Page 82: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

69

puasa, zakat, haji, dan lain-lain.49 Muhtasib bertanggungjawab untuk

memastikan perintah Allah swt. ini dijalankan oleh orang-orang Islam

yang berada di kawasannya.

b) Al-Nahy an al-Munkar

Melarang manusia dari melakukan kemungkaran (al-nahy an al-

munkar) seperti:

1) Dalam hal aqidah: mencegah munculnya aqidah-aqidah batil yang

bertentangan dengan aqidah Islam, seperti: beribadah kepada Allah

swt. melalui wasilah kepada pohon-pohon besar, batu-batuan,

kuburan-kuburan, dan lain sebagainya.50

Dalam hal ibadah: mencegah orang melakukan ibadah tidak mengikut

syari`at Islam, orang yang tidak memperhatikan kesehatan, tubuh,

pakaian dan tempat sembahyang, orang yang berbuka puasa pada siang

hari bulan Ramadhan tanpa ada uzur syar`i, orang yang tidak

membayar zakat, orang yang mengajar dan memberi fatwa tanpa ada

ilmu, dan lain sebagainya.

2) Berkaitan dengan larangan-larangan syara’. Mencegah orang banyak

berada di tempat-tempat yang meragukan dan yang bisa mendatangkan

fitnah serta tuduhan orang, seperti percampuran antara lelaki dan

49 al-Mawardi, h. 303.50 Abdu al-Qadir Zaidan, Uşul al-Aqidah (Beirut: Dar al-Babair, 1998), Cet. Ke-3, h. 193.

Page 83: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

70

perempuan yang bukan mahram di tempat-tempat yang bisa

menimbulkan fitnah

3) Berkaitan dengan mu’amalah. Hal ini berkaitan dengan transaksi-

transaksi yang mungkar dari sudut syara’ seperti jual beli yang tidak

sah dan segala urusan jual beli yang dilarang oleh syara’ walaupun di

kalangan mereka saling ridla, seperti penipuan dalam harga, timbangan

dan sukatan.

2) Perkara-perkara yang berkaitan dengan hak-hak manusia, dapat dibagi

kepada dua bentuk, yaitu hak umum dan hak khusus.51

a. Al-Amru bi al-ma`rûf

1) Hak Umum, mencakup semua perkara yang berkaitan dengan

keperluan manusia seperti persediaan air minum di dalam sebuah

negeri atau kemudahan-kemudahan dalam masyarakat. Perkara ini

tergantung kepada keadaan keuangan negeri atau bait al-māl dan

pemerintah bertanggungjawab memperbaiki keadaan tersebut. Kalau

tidak ada harta baitulmal, hendaklah diarahkan orang-orang Islam

yang kaya untuk menyelesaikan masalah tersebut.

2) Hak Khusus, mencakup hak-hak yang berkaitan dengan individu-

individu, seperti pinjam meminjam, utang piutang, dan lain-lain.

Dalam keadaan ini, Muhtasib hendaklah memerintahkan kepada

orang-orang yang berutang supaya membayar utang-utang mereka

51 al-Mawardi, h. 350.

Page 84: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

71

dengan ketentuan bahwa yang berutang tersebut mempunyai

kemampuan untuk membayar utangnya.

b. Al-Nahy an al-Munkar

1) Hak Tetangga, hal ini mencakup seseorang yang berbuat zhalim

terhadap tetangganya. Walaupun begitu, Muhtasib tidak boleh

mengambil tindakan selagi tidak ada pengaduan dari tetangga tersebut.

2) Di pusat-pusat perniagaan dan di perindustrian. Terdapat tiga keadaan

yang perlu diperhatikan. (1) Kesempurnaan dan kekurangan. Contoh:

pengobatan yang dilakukan oleh para medis atau dokter, karena jika

terjadi kecerobohan dalam tugasnya bisa berakibat fatal bagi pasien. (2)

Amanah dan khianat. Contoh: Pekerjaan tukang jahit yang tidak

menepati janji. (3) Kualitas atau mutu terhadap yang telah

dikerjakannya.

3. Perkara-perkara yang menjadi hak bersama antara Allah dengan manusia.52

a. Al-Amru bi al-ma`rûf

1) Mengarahkan para orang tua untuk menikahkan anak-anak perempuan

mereka apabila anak-anak perempuannya dan calon suami dari anak

perempuanya tersebut telah memenuhi segala rukun dan syarat untuk

sebuah pernikahan, serta tidak menghalang-halangi mereka untuk itu.

2) Mewajibkan para wanita mematuhi iddah mereka baik itu iddah wafat

maupun iddah talaq.

52 al-Mawardi, h. 319.

Page 85: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

72

3) Mengarahkan para pemilik jasa pengangkutan supaya tidak memberikan

muatan secara berlebihan atas kendaraan mereka dan mendesak pemilik

hewan ternak agar memberikan makanan yang mencukupi bagi hewan

ternak mereka tersebut.

4) Memelihara barang temuan seperti mengembalikan barang orang yang

hilang kepada yang berhak dan sebagainya.

b. Al-Nahy an al-Munkar

Antaranya ialah pencegahan terhadap perbuatan mengintip atau

merekam secara diam-diam, baik menggunakan kaset maupun kamera

video pada rumah orang lain,53 mencegah imam-imam masjid dari

memanjangkan bacaan dalam shalat dan mencegah para hakim yang tidak

melayani orang-orang yang bersengketa, mencegah pemilik alat-alat

pengangkutan dari membawa lebih dari ketentuan angkutan dan lain lain.

Muhtasib hendaklah melaksanakan segala tugas yang

dipertanggungjawabkan kepada mereka oleh pihak yang berkuasa selain

dari perkara-perkara yang disebut di atas.

Selain itu, Seorang Muhtasib mempunyai kewajiban untuk

menghentikan semua bentuk tindakan meminta-minta dan mengemis

dengan cara memaksa para pengemis yang masih mampu bekerja untuk

mencari lapangan kerja. Bahkan Muhtasib memiliki wewenang untuk

53 Yusuf al-Qaradhawi, h. 173.

Page 86: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

73

menjatuhkan hukuman dan sanksi bagi pengemis yang sengaja tidak

mematuhi perintahnya.54

Muhtasib juga harus bisa menjaga semua perilaku para pedagang

saat mereka sedang melakukan transaksi dengan konsumen para wanita.

Jika dia melihat ketidak senonohan dalam tingkah mereka, maka Muhtasib

harus memperingatkannya atau menghentikan transaksi tersebut. Ia juga

harus memperhatikan hak para budak. Apakah hak-hak mereka sudah

dipenuhi dan diperlakukan dengan cara yang adil oleh tuannya, dan tidak

dibebeni dengan tugas-tugas di luar kemampuan mereka.

Seorang yang dipercaya sebagai Muhtasib haruslah memiliki

integritas moral yang tinggi dan kompeten dalam masalah hukum pasar dan

industrial. Melalui Hisbah, negara menggunakan lembaga itu untuk

mengontrol kondisi sosio-ekonomi secara komprehensif atas kegiatan

perdagangan dan praktek-praktek ekonomi, yang lebih penting lagi adalah

mengawasi industri, jasa profesional, standarisasi produk, mencek

penimbunan barang, praktek riba, dan perantara. Muhtasib juga perlu

mengawasi perilaku sosial penduduk, kinerja mereka dalam melakukan

kewajiban agama dan kerja untuk pemerintah.

54 Ahmad Mustaq, Etika Bisnis dalam Islam, Penerjemah: Samson Rahman, Judul Asli“Business Ethics in Islam” (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), Cet. Ke-1, h. 166.

Page 87: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

74

B. Lembaga Pengawasan dalam Islam dan Perbandingannya dengan Hisbah

Ketika abad pertengahan dimulai para ulama yang hidup pada masa

tersebut seperti diantaranya, Ibn Taimiyah, Ibn Qayyim al-Jauziyah, dan juga

Ibnu Khaldun, telah melakukan kajian yang mendalam dan mendetail dalam

bahasan praktik monopoli yang perbuatan curang ini memang erat kaitannya

dengan pengawasan. Ibn Taimiyah misalnya dalam buku beliau Hisbah yang

menyatakan bahwa islam tidak melarang apapun transaksi ekonomi yang terjadi

selama itu tidak bertentangan dengan norma dan hukum-hukum yang berlaku

dalam agama Islam.

Ketika ada transaksi yang bertentangan, maka Negara lah yang punya

tanggung jawab dalam penyelesaiannya. Dengan menciptakan keadilan ekonomi,

dengan memberikan kepada setiap individu untuk berpartisipasi dalam kegiatan

tersebut. Karena itu Ibn Taimiyah menekankan keberadaan pentingnya lembaga

pengawas seperti Hisbah dan lain-lain yang akan dibahas dalam lanjutan bab ini.

Lembaga pengawas tadi sebagai organ Negara yang memang mempunyai tugas

khusus dalam memonitori pasar dan seluruh kegiatan yang berlangsung di

dalamnya. Dan ketika terjadi hal yang tidak seharusnya maka dari situlah

pengawas ini mengambil tindakan. Rasulullah pun dalam hal ini memang sering

turun untuk menginspeksi pasar jika tidak sesuai dengan syariah Islam dengan

memberi nasihat, memberi peringatan juga kadangkala memberi pelajaran.

Page 88: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

75

Bahkan tidak hanya itu Rasulullah pun memperkerjakan Sa’id bin Sa’id bin ‘Ash

bin Umayyah untuk memantau dan mengawasi pasar.55

Pada awal kepemerintahan Islam, lembaga yang mengawasi aktifitas

masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk lembaga kekuasaan

kehakiman Islam yaitu :

1. Wilayat al-qadhâ`

Secara harfiah al-qadhâ` berarti menyelesaikan. Pengertian al-qadhâ`

menurut istilah fikih adalah lembaga hukum. Pengertian al-qadhâ` dalam

perspektif disepadankan dengan pengertian pengadilan menurut ilmu hukum

Petugas lembaga al-qadhâ` disebut dengan al-qâdhi`.56 Lembaga al-qadhâ`

mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan kasus-kasus perdata termasuk

masalah keluarga dan juga menyelesaikan masalah dalam perkara tindak pidana.

Sejarah Islam mencatat bahwa lembaga ini pernah ditugasi untuk menikahi

wanita yang tidak mempunyai wali sebagai tugas tambahan. Selain diberikan

kewenangan absolut untuk memeriksa, memutus dan menghkum perkara perdata

dan pidana, lembaga al-qadhâ` juga mempunyai kewenangan yang bersifat

kewilayahan.57

Pada permulaan pemerintahan Islam pengangkatan seseorang menjadi

hakim harus melengkapi syarat-syarat yang telah ditentukan antara lain:

55 Yusuf Qaradhawi, Peran Nilai dan Moral, hal. 462.56 A. Rahmat Rosyadi dan Ngatino, Arbitrase Dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif

(Bandung, PT Citra Adiya Bakti, 2002), h.30.57 Ibid, h.33.

Page 89: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

76

1. Laki-laki yang merdeka

2. Berakal (mempunyai kecerdasan)

3. Beragama Islam

4. Mampu berlaku adil

5. Mengetahui pokok-pokok hukum dan juga cabang-cabangnya

6. Sempurna penglihatan, pendengaran dan tidak bisu.58

2. Wilâyat al-Mazâlîm

Lembaga ini dibentuk oleh pemerintah secara khusus yang diberi

kewenangan dalam menyelesaikan perkara untuk membela penganiayaan dan

kesewenangan pihak lain. Seperti, bisa saja kesewenangan ini datang dari

penguasa atau Negara kepada rakyatnya.59 Petugas al-mazhâlîm seperti hakim

juga disebut qâdhi` al-mazhâlîm. Menurut al-Mawardi dalam kitabnnya al-

ahkâm as-sultâniyah, setidaknya ada 10 macam yang menjadi kewenangan

lembaga ini dalam melakukan pemeriksaan, yaitu:

1. Penganiayaan penguasa, baik terhadap perorangan maupun golongan

2. Kecurangan pegawai-pegawai yang ditugaskan untuk mengumpulkan

zakat dan harta kekayaan Negara, seperti di Negara kita ini orang-

orang yang bekerja di Instansi pajak

3. Melakukan pengawasan terhadap pejabat

58 Ibid, h. 34.59 Ibid, h. 31.

Page 90: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

77

4. Apabila lembaga al-mâzhalîm telah mengetahui adanya kecurangna

atas tiga perkara yang telah disebutkan di atas maka harus segera

melakukan pemeriksaan tanpa menunggu adanya pengaduan terlebih

dahulu.

5. Menerima pengaduan tentara yang telat menerima gaji atau gaji

mereka dikurangi tanpa alasan yang masuk akal dan dilakukan secara

sepihak

6. Mengembalikan kepada rakyat harta-hartanya yang telah dirampas

oleh penguasa yang zhalim

7. Memperhatikan dan menjaga harta-harta wakaf

8. Melaksanakan putusan hakim yang dimana hakim tidak dapat

dilaksanakan oleh hakim sendiri

9. Meneliti dan memeriksa perkara-perkara mengenai kemaslahatan

umum yang tidak dapat dilakukan oleh lembaga Hisbah

10. Memelihara hak-hak Allah yaitu ibadah-ibadah nyata seperti shalat di

hari Jum’at dan juga hari raya

3. Wilâyât al-Hisbah

Untuk peranan dan juga fungsi sekaligus tugas lembaga ini sudah

dijelaskan di awal bab ini.

Ketiga lembaga ini mempunyai peran, fungsi juga tugas masing-

masing yang memang telah dibedakan, perbedaan yang terletak dalam

tugasnya yang mana jika Hisbah hanya mengawasi dan memeriksa dan juga

Page 91: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

78

al-mazhâlîm bisa melaksanakan putusan yang tidak bisa dilaksanakan oleh

hakim / al-qâdhi` dan al-qadhâ` yang memutuskan.

Page 92: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

80

BAB IV

FUNGSI-FUNGSI PENGAWASAN PASAR OLEH LEMBAGA

PEREKONOMIAN MODERN DI INDONESIA

A. Profil dan Sejarah Lembaga Pengawas di Indonesia

Masyarakat yang semakin berkembang menginginkan Negara yang

memiliki struktur organisasi yang lebih responsif atas permasalahan baik itu yang

pelik maupun kompleks sekalipun. Sebagai jawaban atas tuntutan mereka

berdirilah lembaga-lembaga baru yang dapat berupa dewan (council), komisi

(commission), komite (committee), badan (board) atau otoritas (authority). Dalam

konteks Indonesia, kecenderungan munculnya lembaga-lembaga Negara baru,

terjadi sebagai konsekuensi dilakukannya perubahan terhadap UUD Negara

1945. Lembaga tersebut dikenal dengan istilah state auxiliary organs/state

auxiliary institutions yang dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai

lembaga Negara yang bersifat penunjang. 1

Lembaga pengawas di Indonesia terbagi menjadi dua, ada yang di bawah

naungan pemerintah dan ada juga yang bersifat independent. Setelah penulis

memaparkan apa yang dibahas dalam bab II, yang mana dalam bab ini

menerangkan tentang bagaimana landasan teoritis itu menggambarkan apa itu

Hisbah dari mulai sejarahnya dan juga perkembangan lembaga Hisbah itu sendiri

dari masa ke masa ketika awal perkembangan Islam lahir, dan juga gambaran

1 Jimly as-Shiddiqie, “Struktur ketatanegaraan Indonesia setelah perubahan keempat UUDtahun 1945”, Makalah disampaikan pada seminar pembangunan hukum Nasional VIII di Denpasar 14-18 Juli 2003, hal, 40.

Page 93: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

81

fungsi lembaga Hisbah itu sendiri, bagaimana tugasnya dan peranannya dalam

mengawasi kegiatan yang mencakup tentang amar ma’ruf dan nahi munkar, dan

yang penulis khususkan disini tentang bagaimana pengaruhnya dari tugas Hisbah

itu sendiri.

Di awal penulis sudah menjelaskan bahwa dalam bab III ini akan

memberi gambaran tentang lembaga pengawas di Indonesia yang mana akan

menjadi bahan perbandingan dengan Hisbah pada zaman Rasulullah dan awal

perkembangan Islam, dan penulis menawarkan solusi berupa kritik dan saran

untuk bagaimana lembaga pengawas seharusnya berkerja dan menjadi lembaga

yang memang bisa membawa perubahan besar dalam pertumbuhan kembang

ekonomi Indonesia.

Lembaga pengawas yang akan dipaparkan profilnya dalam bab III ini ada

4 yang masing-masing punya orientasi yang sama yaitu dalam bidang

perekonomian, yaitu: BPOM, LPPOM, KPPU, dan yang terakhir DPS yang di

bawah DSN.

Kenapa empat lembaga tersebut yang penulis inginkan menjadi bahan

paparan dan penelitian dalam skripsi ini? selain karena lembaga-lembaga tersebut

berkutat dalam bidang pengawasan dan juga berorientasi ekonomi, juga keempat

lembaga tersebut mempunyai korelasi dan keterkaitan dalam skripsi yang sedang

penulis jalani. BPOM dan LPPOM mempunyai peranan dalam pengawasan

makanan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia, bukan hanya dari segi

kebersihan makanannya saja namun juga dari segi kehalalan dan kelaikan untuk

Page 94: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

82

dikonsumsi karena mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim. Lembaga

ketiga KPPU, adalah lembaga pengawas juga yang mana sudah disinggung oleh

penulis bahwa Hisbah pun tidak hanya berkutat dalam pengawasan pasar saja,

juga ada pengawasan yang skala lebih besar yaitu di pengawasan industry yang

mana disebut dengan urafâ` al-hirâi wa al-sinâ’at dan dipengawasan pasar dan

pusat perniagaan disebut dengan umanâ’ al-sûq. Dan yang terakhir adalah DPS

atau Dewan Pengawas Syariah yang disini adalah lembaga pengawas yang

fokusnya lembaga ini adalah pada bank-bank syariah, DPS ini di bawah naungan

DSN (Dewan Syariah Nasional) dan lembaga ini sedikit disinggung karena

lembaga pengawasan ini yang memfokuskan pada Bank Syariah dan itu adalah

konsentrasi jurusan penulis dalam menyusun skripsi ini.

Dalam bab III, penulis akan memberikan profil singkat lembaga yang

sudah penulis sebutkan dengan memaparkan sejarah, fungsi dan peran lembaga

masing-masing yang akan penulis berikan dalam bab ini. Diantaranya:

1. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

a) Pengertian dan Latar Belakang Badan Pengawas Obat dan Makanan

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merupakan Lembaga

Pemerintah Non Departemen (LPND), yaitu sesuai Keputusan Presiden

Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 merupakan lembaga

pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintah

tertentu dari presiden serta bertanggung jawab langsung kepada presiden.

Latar belakang terbentuknya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

Page 95: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

83

adalah dengan melihat kemajuan teknologi telah membawa perubahan-

perubahan yang cepat dan signifikan pada industri farmasi, obat asli

Indonesia, makanan, kosmetika dan alat kesehatan.

Dengan kemajuan teknologi tersebut produk-produk dari dalam dan

luar negeri dapat tersebar cepat secara luas dan menjangkau seluruh strata

masyarakat. Semakin banyaknya produk yang ditawarkan mempengaruhi

gaya hidup masyarakat dalam mengonsumsi produk. Sementara itu

pengetahuan masyarakat masih belum memadai untuk dapat memilih dan

menggunakan produk secara tepat, benar dan aman. Di lain pihak iklan dan

promosi secara gencar mendorong konsumen untuk mengonsumsi secara

berlebihan dan seringkali tidak rasional.

Perubahan teknologi produksi, sistem perdagangan internasional

dan gaya hidup konsumen tersebut pada realitasnya meningkatkan risiko

dengan implikasi yang luas pada kesehatan dan keselamatan konsumen.

Apabila terjadi produk sub standar, rusak atau terkontaminasi oleh bahan

berbahaya maka risiko yang terjadi akan berskala besar dan luas serta

berlangsung secara amat cepat. Untuk itu Indonesia harus memiliki Sistem

Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) yang efektif dan efisien yang

mampu mendeteksi, mencegah dan mengawasi produk-produk termaksud

untuk melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumennya

baik di dalam maupun di luar negeri. Untuk itu telah dibentuk Badan

Pengawas Obat dan Makanan yang memiliki jaringan nasional dan

Page 96: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

84

internasional serta kewenangan penegakan hukum dan memiliki

kredibilitas profesional yang tinggi.2

b) Fungsi dan Wewenang Badan Pengawas Obat dan Makanan

Fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan, yaitu:3

1) Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan

Obat dan Makanan.

2) Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan Obat dan

Makanan.

3) Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Badan POM.

4) Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan

instansi pemerintah di bidang pengawasan Obat dan Makanan.

5) Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di

bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana,

kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan

rumah tangga. Diatur pula dalam Keputusan Presiden Nomor 103

Tahun 2001 Pasal 69 tentang wewenang Badan Pengawas Obat dan

Makanan, yaitu:

a) Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya.

2 http://pom.go.id/profile/latar_belakang.asp. diakses pada 22 Januari 2015, Pukul. 15.05WIB.

3 http://pom.go.id/profile/fungsi_badan_POM.asp.diakses pada 22 Januari 2015, Pukul. 15.05 WIB.

Page 97: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

85

b) Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung

pembangunan secara makro.

c) Penetapan sistem informasi di bidangnya.

d) Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif)

tertentu untuk makanan dan penetapan pedoman pengawasan

peredaran obat dan makanan.

e) Pemberian izin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan

industri farmasi.

f) Penetapan pedoman penggunaan konservasi, pengembangan dan

pengawasan tanaman obat.

Khusus untuk standar keamanan, mutu dan gizi pangan, berdasarkan

Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan

Gizi Pangan Pasal 41 ayat (4), yaitu menteri bertanggung jawab di bidang

pertanian, perikanan, atau kepala badan berkoordinasi dengan kepala badan

yang bertanggung jawab di bidang standardisasi nasional untuk

mengupayakan saling pengakuan pelaksanaan penilaian kesesuaian dalam

memenuhi persyaratan Negara, tujuan, sedangkan dalam hal pengawasan

oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam Pasal 42 Peraturan

Pemerintah tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan juga mengatur yaitu,

dalam rangka pengawasan keamanan, mutu dan gizi pangan, setiap pangan

olahan baik yang diproduksi di dalam negeri atau yang dimasukkan ke

dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran

Page 98: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

86

sebelum 26 diedarkan wajib memiliki surat persetujuan pendaftaran yang

ditetapkan oleh Kepala Badan,4apabila suatu produk melakukan

pelanggaran yakni tidak sesuai dengan syarat standar mutu pangan atau

terbukti mengandung bahan tambahan berbahaya, badan pengawas obat

dan makanan mempunyai kewenangan untuk menarik secara langsung

produk tersebut dari peredaran.

c) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan merupakan

“perpanjangan tangan” dari Badan Pengawas Obat dan Makanan yang

terletak di Ibu Kota Provinsi di seluruh Indonesia. Sesuai dengan keputusan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 05018/SK/KBPOM

Tahun 2001 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Di

Lingkungan BPOM, maka BBPOM terdiri dari:

1. Bidang Pengujian Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, dan Produk

Komplimen yang mempunyai tugas:

Melaksanakan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan

penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium,

pengujian dan penilaian mutu bidang di bidang produk terapetik,

narkotika, obat tradisional, kosmetika dan produk komplimen.

4 Badan adalah badan yang bertanggung jawab di bidang pengawasan obat danmakanan. Pasal 1 angka (27) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentangKeamanan, Mutu dan Gizi Pangan.

Page 99: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

87

2. Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya yang mempunyai

tugas:

Melaksanakan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan

penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium,

pengujian dan penilaian mutu di bidang pangan dan bahan berbahaya.

3. Bidang Pengujian Mikrobiologi yang mempunyai tugas:

Melaksanakan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan

penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium,

pengujian dan penilaian mutu secara mikrobiologi.

4. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan yang mempunyai tugas:

Melaksanakan penyusunan rencana dan program kerja serta evaluasi

dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan setempat,

pengambilan contoh untuk pengujian dan pemeriksaan sarana

produksi, distribusi dan instansi kesehatan serta penyidikan kasus

pelanggaran hokum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika

dan zat adiktif lain, obat tradisional, kometika, produk komplimen,

pangan dan bahan berbahaya. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana

dimaksud di atas maka bidang Pemeriksaan dan Penyidikan

menyelenggarakan fungsi:

a) Penyusunan rencana dan program pemeriksaan dan penyidikan

obat dan makanan.

Page 100: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

88

1) Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan

pemeriksaan sarana produksi, distribusi, instansi kesehatan di

bidang terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain,

obat tradisional, kosmetika, dan produk komplimen.

2) Melaksanakan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan

pemeriksaan sarana distribusi di bidang pangan dan bahan

berbahaya.

3) Evaluasi dan penyusunan laporan pemeriksaan dan penyidikan

obat dan makanan.

b) Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan terdiri dari:

1) Seksi pemeriksaan mempunyai tugas melakukan pemeriksaan

setempat, pengambilan contoh untuk pengujian, pemeriksaan

sarana produksi dan distribusi, produk terapetik, narkotika,

psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetika,

produk komplimen, pangan dan bahan berbahaya.

2) Seksi penyidikan mempunyai tugas melakukan penyidikan

terhadap kasus pelanggaran hukum di bidang produk terapetik,

narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional,

kosmetika, produk komplimen, pangan dan bahan berbahaya.

3) Bidang sertifikasi dan Layanan Konsumen melaksanakan

penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan

Page 101: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

89

penyusunan laporan sertifikasi produk, sarana produksi dan

distribusi tertentu dan layanan konsumen.

c) Bidang sertifikasi dan layanan konsumen terdiri dari:

1) Seksi sertifikasi mempunyai tugas melakukan sertifikasi produk,

sarana produksi dan distribusi tertentu. Seksi layanan informasi

konsumen mempunyai tugas melakukan layanan informasi

konsumen.

2) Sub bagian tata usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan

teknis dan administrasi dalam lingkungan Balai Besar Pengawas

Obat dan Makanan.

3) Pengawasan Obat dan Makanan di pelabuhan dan perbatasan

dilakukan oleh satuan kerja Balai Besar Pengawas Obat dan

Makanan melalui bidang pemeriksaan dan penyidikan.

d) Kewenangan BBPOM ada 2, yaitu:

1) Kewenangan Preventif yaitu kewenangan yang biasa juga disebut

kewenangan pre market adalah kewenangan BBPOM untuk

memeriksa setiap produk obat dan makana sebelum beredar dan

dipasarkan ke masyarakat dengan melalui tahap sertifikasi dan

registrasi produk, sarana produksi serta distribusi produk tersebut.

2) Kewenangan represif yaitu kewenangan yang biasa juga disebut

kewenangan post market adalah kewenangan BBPOM untuk

Page 102: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

90

mengadakan pemeriksaan terhadap produk obat dan makanan

yang beredar di masyarakat, dengan proses:

a. Pemeriksaan terhadap sarana produksi dan distribusi obat dan

atau makanan.

b. Melakukan sampling dan uji laboratorium terhadap produk

yang dicurigai mengandung bahan berbahaya atau produk yang

tidak mempunyai produksi serta produk yang dicurigai

berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Apabila dari hasil

pemeriksaan sampling uji laboratorium terbukti bahwa produk

obat atau makanan tersebut tidak memenuhi syarat maka

BBPOM berwenang untuk menarik produk tersebut dari

peredaran, member peringatan kepada pelaku usaha dan

distribusi produk tersebut untuk tidak mengulangi

perbuatannya, serta memberi peringatan kepada masyarakat

tentang produk yang tidak memenuhi syarat tersebut.

e) Kode Badan Pengawas Obat dan Makanan

Definisi kode dalam kamus besar bahasa Indonesia yaitu

tanda (kata-kata, tulisan) yang disepakati untuk maksud tertentu,

sedangkan BPOM sendiri sesuai Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 merupakan lembaga independen

yang dibentuk oleh pemerintah yang berfungsi mengawasi kondisi

setiap produk obat, makanan dan minuman yang beredar di

Page 103: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

91

Indonesia. Kode Badan Pengawas Obat dan Makanan khususnya

untuk makanan dan minuman terdapat 4 (empat) jenis, dimana setiap

kodememiliki maksud tertentu, yaitu:

1) MD merupakan kode untuk produk yang dibuat di Indonesia atau

merupakan merek nasional atau dalam negeri.

2) ML merupakan kode untuk produk yang berasal dari luar negeri

kemudian diimpor masuk ke dalam negeri atau merek dari luar

negeri.

3) SP merupakan Surat Penyuluhan yang diberikan kepada

perusahaan menengah yang telah mengikuti Penyuluhan

Keamanan Pangan (PKP).

4) PIRT merupakan Pangan Industri Rumah Tangga yang diberikan

pihak Dinas Kesehatan sesuai aturan yang dikeluarkan oleh

BPOM kemudian diberikan kepada Industri atau Jenis Usaha

Rumah Tangga.

Kode MD dan ML diberikan oleh Badan Pengawas Obat dan

Makan kepada produk perusahaan yang sudah besar.Sedangkan, kode

SP dan PIRT diberikan oleh Dinas Kesehatan untuk produk

perusahaan yang masih dilakukan dengan sederhana dan modal yang

Page 104: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

92

menengah dan telah memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam

peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan.5

2. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis

Ulama Indonesia (LPPOM MUI)

a. Sejarah berdiri lembaga LPPOM MUI

Pembentukan LPPOM MUI didasarkan atas mandat dari

Pemerintah/negara agar Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan aktif

dalam meredakan kasus lemak babi di Indonesia pada tahun 1988. LPPOM

MUI didirikan pada tanggal 6 Januari 1989 untuk melakukan pemeriksaan

dan sertifikasi halal. Untuk memperkuat posisi LPPOM MUI menjalankan

fungsi sertifikasi halal, maka pada tahun 1996 ditandatangani Nota

Kesepakatan Kerjasama antara Departemen Agama, Departemen

Kesehatan dan MUI.

Nota kesepakatan tersebut kemudian disusul dengan penerbitan

Keputusan Menteri Agama (KMA) 518 Tahun 2001 dan KMA 519 Tahun

2001, yang menguatkan MUI sebagai lembaga sertifikasi halal serta

melakukan pemeriksaan/audit, penetapan fatwa, dan menerbitkan sertifikat

halal. Dalam proses dan pelaksanaan sertifikasi halal, LPPOM MUI

melakukan kerjasama dengan Badan Pengawasan Obat dan Makanan

(Badan POM), Kementerian Agama, Kementerian Pertanian, Kementerian

5 http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090420070830AALY0QB. DiaksesTanggal 24 Januari 2015. Pukul 14.35 WIB.

Page 105: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

93

Koperasi dan UKM, Kementerian Perdagangan, Kementerian

Perindustrian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta sejumlah perguruan Perguruan

Tinggi di Indonesia antara lain Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas

Muhammadiyah Dr. Hamka, Universitas Djuanda, UIN, Univeristas Wahid

Hasyim Semarang, serta Universitas Muslimin Indonesia Makasar.

Sedangkan kerjsama dengan lembaga telah terjalin dengan Badan

Standarisasi Nasional (BSN), Kadin Indonesia Komite Timur Tengah, GS1

Indonesia, dan Research in Motion (Blackberry). Khusus dengan Badan

POM, sertifikat halal MUI merupakan persyaratan dalam pencantuman

label halal pada kemasan untuk produk yang beredar di Indonesia.

Kini, dalam usianya yang ke-25 tahun, LPPOM MUI semakin

menunjukkan eksistensinya sebagai lembaga sertifikasi halal yang kredibel,

baik di tingkat nasional maupun internasional. Sistem sertifikasi dan sistem

jaminan halal yang dirancang serta diimplementasikan oleh LPPOM MUI

telah pula diakui bahkan juga diadopsi oleh lembaga-lembaga sertifikasi

halal luar negeri, yang kini mencapai 39 lembaga dari 23 negara.6

Visi LPPOM adalah menjadi lembaga sertifikasi halal terpercaya di

Indonesia dan dunia untuk memberikan ketenteraman bagi umat Islam serta

6 http://www.halalmui.org/mui14/index.php/main/go_to_section/2/31/page/1diakses: 22 Januari 2015 16.45 WIB.

Page 106: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

94

menjadi pusat halal dunia yang memberikan informasi, solusi dan standar

halal yang diakui secara nasional dan internasional.

Misi LPPOM sendiri adalah menetapkan dan mengembangkan

standar halal dan standar audit halal, melakukan sertifikasi produk pangan,

obat dan kosmetika yang beredar dan dikonsumsi masyarakat, melakukan

edukasi halal dan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk senantiasa

mengkonsumsi produk halal, menyediakan informasi tentang kehalalan

produk dari berbagai aspek secara menyeluruh.7

3. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)

a. Sejarah dan latar belakang

Berdasarkan perkembangan perekonomian nasional di Indonesia

selama 3 dasawarsa ini sebelum tahun 1999 menunjukkan bahwa

kebijakan yang diterapkan dibidang perekonomian kurang mengacu

kepada amanat Pasal 33 Undang-undang dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945, bahkan cenderung menunjukkan corak yang sangat

monopolistic. Keadaan tersebut yang terjadi dilatar belakangi para pelaku

usaha yang mempunyai hubungan khusus dengan para elite penguasa

sehingga mendapat kemudahan yang berlebihan dan itu berdampak pada

kesenjangan sosial. Efek kesenjangan sosial itu sendiri kita rasakan

7http://www.halalmui.org/mui14/index.php/main/go_to_section/3/32/page/1 diakses:

22/Januari/2015 16.45 WIB.

Page 107: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

95

dengan hadirnya krisis moneter yang memaksa semuanya merasakan

dampak buruk kemerosotan keaadaan ekonomi tersebut. Hal ini yang

mendorong pemerintah untuk mencari jalan keluar dari permasalahan

tersebut.

Agar tercipta iklim ekonomi yang sehat dan terkendali tanpa

adanya kesenjangan sosial yang berlebihan maka perlu adanya UU yang

mengatur persaingan usaha sehat nan kondusif yang memberikan

perlindungan hukum yang sama bagi setiap pelaku usaha.

Salah satu lembaga yang dibentuk itu pada era reformasi adalah

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Lembaga ini dibentuk

sebagai salah satu agenda pemerintah untuk menciptakan stabilitas

ekonomi pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia waktu itu.

Pembentukan komisi ini merupakan amanat dari ketentuan pasal 30

undang-undang nomor 5 tahun 1999 tentang larangan usaha secara

monopoli dan praktik usaha yang tidak sehat. UU tersebut sekaligus

menjadi dasar hukum pembentukan komisi pengawas persaingan usaha

tadi, yang selanjutnya disebut dengan komisi yang berarti suatu lembaga

independent yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah

maupun pihak lain.

Undang-undang No 5 Tahun 1999 menjelaskan bahwa tugas dan

wewenang Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah sebagai berikut:

Page 108: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

96

b. Tugas

Tugas yang dilakukan KPPU adalah melakukan penilaian terhadap

perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan

atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 4

sampai dengan Pasal 16. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha

dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya

praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana

diatur dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 24, melakukan penilaian

terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi dominan yang

dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan

usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 25 sampai dengan Pasal

28, mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagaimana

diatur dalam Pasal 36, memberikan saran dan pertimbangan terhadap

kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat, menyusun pedoman dan atau publikasi yang

berkaitan dengan Undang-undang ini, memberikan laporan secara berkala

atas hasil kerja Komisi kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.

c. Wewenang

Wewenang yang dimiliki oleh KPPU yaitu menerima laporan dari

masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan terjadinya praktek

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, melakukan penelitian

tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha

Page 109: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

97

yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat, melakukan penyelidikan dan atau

pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh

pelaku usaha atau yang ditemukan oleh Komisi sebagai hasil

penelitiannya, menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan

tentang ada atau tidak adanya praktek monopoli dan atau persaingan

usaha tidak sehat, memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan

pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini, memanggil dan

menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang dianggap

mengetahuipelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini, meminta

bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli,

atau setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan huruf f, yang tidak

bersedia memenuhi panggilan Komisi, meminta keterangan dari instansi

Pemerintah dalam kaitannya dengan penyelidikan dan atau pemeriksaan

terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini,

mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti

lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan, memutuskan dan

menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku usaha lain

atau masyarakat, memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha

yang diduga melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha

Page 110: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

98

tidak sehat, menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada

pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini.

Visi dan misi yang dimiliki oleh KPPU adalah sebagai lembaga

independen yang mengemban amanat UU No. 5 Tahun 1999 adalah:

“Terwujud Ekonomi Nasional yang Efisien dan Berkeadilan

untuk Kesejahteraan Rakyat”.

Misi KPPU sendiri adalah untuk mewujudkan visi tersebut di atas,

maka dirumuskan misi KPPU seperti: Pencegahan dan Penindakan,

Internalisasi Nilai-nilai Persaingan Usaha, Penguatan Kelembagaan.

4. Dewan Syariah Nasional (DSN)

Sejarah Berdirinya yaitu di mulai ketika Lokakarya Ulama tentang

Reksadana Syari’ah yang diselenggarakan MUI Pusat pada tanggal 29-30

Juli 1997 di Jakarta merekomendasikan perlunya sebuah lembaga yang

menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan aktivitas lembaga

keuangan syariah (LKS), setelah itu Majelis Ulama Indonesia (MUI)

mengadakan rapat Tim Pembentukan Dewan Syariah Nasional (DSN)

pada tanggal 14 Oktober 1997, barulah Dewan Pimpinan MUI

menerbitkan SK No. Kep-754/MUI/II/1999 tertanggal 10 Februari 1999

tentang Pembentukan Dewan Syari’ah Nasional MUI. Dewan Pimpinan

MUI mengadakan acara ta’aruf dengan Pengurus DSN-MUI tanggal 15

Februari 1999 di Hotel Indonesia, Jakarta. Pengurus DSN-MUI untuk

pertama kalinya mengadakan Rapat Pleno I DSN-MUI tanggal 1 April

Page 111: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

99

2000 di Jakarta dengan mengesahkan Pedoman Dasar dan Pedoman

Rumah Tangga DSN-MUI. Susunan Pengurus DSN-MUI saat ini

berdasarkan Surat Keputusan Majelis Ulama Indonesia No : Kep-

487./MUI/IX/2010 tentang Susunan Pengurus Dewan Syariah Nasional

Majelis Ulama Indonesia (DSN – MUI), Periode 2010 – 2015. Adapun

pimpinan DSN-MUI secara ex-officio dijabat oleh Ketua Umum MUI, Dr.

K.H. Mohammad Ahmad Sahal Mahfudz (semoga Allah mengasihinya)

selaku ketua dan Sekretaris Jenderal MUI, Drs.H.M. Ichwan Sam selaku

sekretaris, serta DR. K.H. Ma’ruf Amin selaku ketua pelaksana.

Latar belakang berdirinya Dewan Syariah Nasional – Majelis

Ulama Indonesia (DSN-MUI) dibentuk dalam rangka mewujudkan

aspirasi umat Islam mengenai masalah perekonomian dan mendorong

penerapan ajaran Islam dalam bidang perekonomian/keuangan yang

dilaksanakan sesuai dengan tuntunan syariat Islam, pembentukan DSN-

MUI merupakan langkah efisiensi dan koordinasi para ulama dalam

menanggapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah

ekonomi/keuangan. Berbagai masalah/kasus yang memerlukan fatwa

akan ditampung dan dibahas bersama agar diperoleh kesamaan

pandangan dalam penanganannya oleh masing-masing Dewan Pengawas

Syariah (DPS) yang ada di lembaga keuangan syariah, untuk mendorong

penerapan ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi dan keuangan, DSN-

MUI akan senantiasa dan berperan secara proaktif dalam menanggapi

Page 112: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

100

perkembangan masyarakat Indonesia yang dinamis dalam bidang

ekonomi dan keuangan.

Visi dan misi yang dimiliki oleh DSN sendiri adalah:

Memasyarakatkan ekonomi syariah dan mensyariahkan ekonomi

masyarakat, dan misinya itu sendiri yaitu menumbuhkembangkan

ekonomi syariah dan lembaga keuangan/bisnis syariah untuk

kesejahteraan umat dan bangsa.

Adapun tugas dan fungsinya ialah mengeluarkan fatwa tentang

ekonomi syariah untuk dijadikan pedoman bagi praktisi dan regulator,

menerbitkan rekomendasi, sertifikasi, dan syariah approval bagi lembaga

keuangan dan bisnis syariah, melakukan pengawasan aspek syariah atas

produk/jasa di lembaga keuangan/bisnis syariah melalui Dewan

Pengawas Syariah.

Wewenang yang dimiliki DSN adalah mengeluarkan fatwa yang

mengikat Dewan Pengawas Syariah di masing-masing lembaga keuangan

syariah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait, mengeluarkan

fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/peraturan yang dikeluarkan

oleh instansi yang berwenang, seperti Departemen Keuangan dan Bank

Indonesia, memberikan rekomendasi dan/atau mencabut rekomendasi

nama-nama yang akan duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah (DPS)

pada suatu lembaga keuangan dan bisnis syariah, mengundang para ahli

untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan dalam pembahasan

Page 113: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

101

ekonomi syariah, termasuk otoritas moneter/lembaga keuangan dalam

maupun luar negeri, memberikan peringatan kepada lembaga keuangan

syariah untuk menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah

dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional, mengusulkan kepada instansi

yang berwenang untuk mengambil tindakan apabila peringatan tidak

diindahkan.8

Sampai saat ini, Dewan Syariah Nasional atau DSN telah

mengeluarkan fatwa sejumlah kurang lebih 95 fatwa yang penulis

dapatkan dari berbagai sumber, termasuk mengakses langsung ke website

resmi DSN-MUI itu sendiri:

http://www.dsnmui.or.id/index.php?page=fatwa.

Di sini penulis mencoba mengklasifikasikan fatwa-fatwa yang

telah dikeluarkan dan dikelompokan berdasarkan fungsi fatwa itu untuk

dikeluarkan. Diantaranya fatwa-fatwa yang dikeluarkan adalah, Fatwa

tentang Simpanan : Fatwa No.1: Giro, Fatwa No.2: Tabungan, Fatwa

No.3: Deposito.

Fatwa tentang Mudharabah: Fatwa No.7: Pembiayaan

Mudharabah (Qiradh), Fatwa No.38: Sertifikat Investasi Mudharabah

8 http://www.dsnmui.or.id/index.php?page=sekilas Diakses 22-Januari-2015 pukul 15.45

WIB.

Page 114: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

102

Antarbank (Sertifikat IMA), Fatwa No.50: Akad Mudharabah

Musytarakah.

Fatwa tentang Musyarakah: Fatwa No.8: Pembiayaan

Musyarakah, Fatwa No.55: Pembiayaan Rekening Koran Syariah

Musyarakah, Fatwa No.73: Musyarakah Mutanaqishah.

Fatwa tentang Murabahah: Fatwa No.4: Murabahah, Fatwa No.13:

Uang Muka Murabahah, Fatwa No.16: Diskon dalam Murabahah, Fatwa

No.23: Potongan Pelunasan dalam Murabahah, Fatwa No.46: Potongan

Tagihan Murabahah, Fatwa No.47: Penyelesaian Piutang Murabahah bagi

Nasabah Tidak Mampu Membayar, Fatwa No.48: Penjadualan Kembali

Tagihan Murabahah, Fatwa No. 49: Konversi Akad Murabahah, Fatwa

No. 84: Metode Pengakuan Keuntungan al-Tamwil bi al-Murabahah

(Pembiayaan Murabahah) di Lembaga Keuangan Syariah.

Fatwa tentang Salam dan Istishna': Fatwa No. 5: Jual Beli Salam,

Fatwa No. 6: Jual Beli Istishna', Fatwa No. 22: Jual Beli Istishna' Paralel.

Fatwa tentang Ijarah: Fatwa No. 9: Pembiayaan Ijarah, Fatwa No.

27: Al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik (IMBT), Fatwa No. 56:

Ketentuan Review Ujrah pada LKS.

Fatwa tentang Hutang dan Piutang: Fatwa No. 19: Qardh, Fatwa

No. 17: Sanksi atas Nasabah Mampu yang Menunda Pembayaran, Fatwa

No. 31: Pengalihan Hutang, Fatwa No. 67: Anjak Piutang Syariah, Fatwa

No. 79: Qardh dengan Menggunakan Dana Nasabah.

Page 115: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

103

Fatwa tentang Hawalah: Fatwa No. 12: Hawalah, Fatwa No. 58:

Hawalah bil Ujrah.

Fatwa tentang Rahn (Gadai): Fatwa No. 25: Rahn, Fatwa No. 26:

Rahn Emas, Fatwa No. 68: Rahn Tasjiliy, Fatwa No. 92: Pembiayaan

yang Disertai Rahn (al-Tamwil al-Mautsuq bi al-Rahn).

Fatwa tentang Sertifikat Bank Indonesia: Fatwa No. 36: Sertifikat

Wadiah Bank Indonesia (SWBI), Fatwa No. 63: Sertifikat Bank Indonesia

Syariah, Fatwa No. 64: Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ju'alah.

Fatwa tentang Kartu (Card): Fatwa No. 42 : Syariah Charge Card,

Fatwa No. 54 : Syariah Card.

Fatwa tentang Pasar Uang: Fatwa No. 28: Jual Beli Mata Uang

(al-Sharf), Fatwa No. 37: Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip

Syariah, Fatwa No. 78: Mekanisme dan Instrumen Pasar Uang Antarbank

Berdasarkan Prinsip Syariah

Fatwa tentang Asuransi Syariah: Fatwa No. 21: Pedoman Umum

Asuransi Syariah, Fatwa No. 39: Asuransi Haji, Fatwa No. 51: Akad

Mudharabah Musytarakah pada Asuransi Syariah, Fatwa No. 52: Akad

Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah, Fatwa

No. 53: Akad Tabarru' pada Asuransi Syariah, Fatwa No. 81:

Pengembalian Dana Tabarru' bagi Peserta Asuransi yang Berhenti

Sebelum Masa Perjanjian Berakhir.

Page 116: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

104

Fatwa tentang Pasar Modal Syariah: Fatwa No. 20: Pedoman

Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah, Fatwa No. 40: Pasar

Modal & Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar

Modal, Fatwa No. 65: Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)

Syariah, Fatwa No. 66: Waran Syariah, Fatwa No. 80: Penerapan Prinsip

Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar

Reguler Bursa Efek.

Fatwa tentang Obligasi Syariah: Fatwa No. 32: Obligasi Syariah,

Fatwa No. 33: Obligasi Syariah Mudharabah, Fatwa No. 41: Obligasi

Syariah Ijarah, Fatwa No. 59: Obligasi Syariah Mudharabah Konversi.

Fatwa tentang Surat Berharga Negara, Fatwa No. 69: Surat

Berharga Syariah Negara (SBSN), Fatwa No. 70: Metode Penerbitan

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), Fatwa No. 72: Surat Berharga

Syariah Negara (SBSN) Ijarah Sale and Lease Back, Fatwa No. 76: Surat

Berharga Syariah Negara (SBSN) Ijarah Asset to Be Leased, Fatwa No.

95: Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Wakalah, Fatwa No. 94:

Repo Surat Berharga Syariah (SBS) Berdasarkan Prinsip Syariah.

Fatwa tentang Ekspor / Impor: Fatwa No. 34: Letter of

Credit (L/C) Impor Syariah, Fatwa No. 35: Letter of Credit (L/C) Ekspor

Syariah, Fatwa No. 57: Letter of Credit (L/C) dengan Akad Kafalah bil

Ujrah, Fatwa No. 60: Penyelesaiann Piutang dalam Ekspor, Fatwa No. 61:

Penyelesaian Utang dalam Impor.

Page 117: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

105

Fatwa tentang Multi Level Marketing (MLM): Fatwa No. 75:

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS), Fatwa No. 83:

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah Jasa Perjalanan Umrah.

Fatwa tentang Hasil Usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah

(LKS): Fatwa No. 14: Sistem Distribusi Hasil Usaha dalam LKS, Fatwa

No. 15: Prinsip Distribusi Hasil Usaha dalam LKS.

Fatwa tentang Pembiayaan: Fatwa No. 29: Pembiayaan

Pengurusan Haji LKS, Fatwa No. 30: Pembiayaan Rekening Koran

Syariah, Fatwa No. 44: Pembiayaan Multijasa, Fatwa No. 45: Line

Facility (at-Tashilat as-Saqfiyah), Fatwa No. 89: Pembiayaan Ulang

(Refinancing) Syariah, Fatwa No. 91: Pembiayaan Sindikasi (al-

Tamwil al-Mashrifi al-Mujamma‘).

Fatwa tentang Penjaminan: Fatwa No. 11: Kafalah, Fatwa No. 74:

Penjaminan Syariah.

Fatwa Lain: Fatwa No. 10: Wakalah, Fatwa No. 18: Pencadangan

Penghapusan Aktiva Produktif dalam LKS, Fatwa No. 24: Safe Deposit

Box, Fatwa No. 43: Ganti Rugi (Ta'widh), Fatwa No. 62: Akad Ju'alah,

Fatwa No. 71: Sale and Lease Back, Fatwa No. 77: Jual Beli Emas secara

tidak tunai, Fatwa No. 82: Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip

Syariah di Bursa Komoditi, Fatwa No. 85: Janji (Wa'ad) dalam Transaksi

Keuangan dan Bisnis Syariah, Fatwa No. 86: Hadiah dalam

Page 118: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

106

Penghimpunan Dana Lembaga Keuangan Syariah9, Fatwa No. 87:

Metode Perataan Penghasilan (Income Smoothing) Dana Pihak Ketiga,

Fatwa No. 88: Pedoman Umum Penyelenggaraan Program Pensiun

Berdasarkan Prinsip Syariah, Fatwa No. 93: Keperantaraan (Wasathah)

dalam Bisnis Properti.

Itulah kategori-kategori yang diklasifikasikan penulis dari 95

fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN-MUI agar lebih memudahkan

pembaca, apa fungsi fatwa itu sendiri. Jika ingin lebih jelas dan mendetail

silahkan langsung mendownload masing-masing dari fatwa itu sendiri.

Dewan Pengawas Syariah (DPS ) yang memang menjadi lembaga

pengawasnya tersebar di seluruh LKS atau lembaga keuangan syariah di

Indonesia. Dewan Pengawas Syariah (DPS) mengawasi operasional bank

secara independen. DPS ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN),

sebuah badan di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI). Seluruh

pedoman produk, jasa layanan dan operasional bank telah mendapat

persetujuan DPS untuk menjamin kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip

syariah Islam.

Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah:

Memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan

Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah, menilai dan memastikan

9 http://alminist.blogspot.com/2010/08/fatwa-dsn-mui.html Diakses tanggal 9-Februari-2015pukul 18.45 WIB.

Page 119: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

107

pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman operasional dan produk yang

dikeluarkan Bank, mengawasi proses pengembangan produk baru Bank,

meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional untuk produk baru Bank

yang belum ada fatwanya, melakukan review secara berkala atas

pemenuhan prinsip syariah terhadap mekanisme penghimpunan dana dan

penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank, meminta data dan informasi

terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja Bank dalam rangka

pelaksanaan tugasnya.

Gambaran tugas DPS di secara umum yang ada di setiap bank

untuk tugas dan wewenang yang dimiliki sama hanya saja orang atau

seseorang yang ditugaskan untuk mengawasinya berbeda di setiap bank.10

Contoh formasi DPS di bank Mandiri Syariah:

Prof. DR. Komaruddin Hidayat

Ketua

Dr. Muhammad Syafi’i Antonio, MEc

Anggota

Drs. H. Mohamad Hidayat,

MBA.

Anggota

10 http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/organisasi/pimpinan/dewan-pengawas-syariah/ Diakses pada tanggal 22-Januari-2015 pukul 15.45 WIB.

Page 120: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

108

BAB V

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN FUNGSI PENGAWASAN PASAR

A. Persamaan antara Hisbah dengan Lembaga Pengawasan Perekonomian

Modern

Tentu yang pertama terlintas dipikiran kita adalah lembaga pengawasan

yaitu tentang bagaimana lembaga ini mengawasi sesuatu dengan cara mereka

masing-masing, dan Hisbah adalah salah satu lembaga pengawasan ekonomi

yang dimiliki oleh Islam sepanjang sejarahnya. Fungsi pengawasan ini tidak

lepas dari gambaran tugas dan wewenangnya yang telah dipaparkan oleh penulis

di bab III.

Sebagaimana kita telah ketahui bahwa dalam bagian ilmu ekonomi ini

ada tiga aspek pengawasan yang berkaitan dengan produksi, distribusi dan

konsumsi.

Untuk mengetahuinya lebih detail dalam persamaan antara lembaga

Hisbah dengan lembaga pengawasan perekonomian modern, penulis akan

memaparkannya dengan memberi table tentang persamaan antara Hisbah dengan

lembaga pengawasan perekonomian modern

.

Page 121: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

109

Tabel 1.1: Persamaan antara Hisbah dengan Lembaga Pengawsan

Perekonomian Modern.

Nomor Hisbah Lembaga Pengawasan

Perekonomian Modern

1 Sama-sama mengawasi dalam

bidang perekonomian UMKM yang

terletak di pasar.

Sama-sama mengawasi dalam

bidang perekonomian UMKM yang

terletak di pasar.

2 Sama-sama menindak lanjuti,

apabila mendapati salah satu dari

pedagang yang mencederai akad

atau merugikan salah satu

konsumennya, namun hanya tindak

lanjut dalam bentuk laporan, nanti

ada pihak yang berwajib dalam

melakukan tindak hukumannya.

Sama-sama menindak lanjuti,

apabila mendapati salah satu dari

pedagang yang mencederai akad

atau merugikan salah satu

konsumennya, namun hanya tindak

lanjut dalam bentuk laporan, nanti

ada pihak yang berwajib dalam

melakukan tindak hukumannya.

3 Sama-sama menegakkan amr ma’ruf

nahi munkar ke dalam fungsi

lembaganya masing-masing, jika

Hisbah dalam bentuk lembaganya

sendiri.

Sama-sama menegakkan amr ma’ruf

nahi munkar ke dalam fungsi

lembaganya masing-masing, jika

lembaga pengawasan perekonomian

modern dalam lembaga yang telah

dibagi sesuai fungsinya masing-

Page 122: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

110

masing, seperti BPOM, KPPU,

LPPOM-MUI dan DPS.

5 Hukuman yang diberikan sama-

sama dalam bentuk preventif atau

pencegahan karena seperti yang

telah dikemukakan bahwa lembaga

ini hanya mengawasi, aka nada

lembaga khusus yang

menghukumnya.

Hukuman yang diberikan sama-

sama dalam bentuk preventif atau

pencegahan karena seperti yang

telah dikemukakan bahwa lembaga

ini hanya mengawasi, aka nada

lembaga khusus yang

menghukumnya.

6 Disamping lembaga Hisbah

mengawasi juga sama-sama

menunggu laporan dari masyarakat

pada ketika itu, juga di samping itu

seperti mendengar tuduhan,

mendengar dakwaan, menasihati

atau menegur dan menghukum yang

bersifat prefentif tadi, fungsi ini agar

tidak terjadinya tumpeng tindih

antara tugas Muhtasib dengan

hakim.

Disamping lembaga pengawasan

perekonomian modern mengawasi

juga sama-sama menunggu laporan

dari masyarakat pada ketika itu, juga

di samping itu seperti mendengar

tuduhan, mendengar dakwaan,

menasihati atau menegur dan

menghukum yang bersifat prefentif

tadi, fungsi ini agar tidak terjadinya

tumpeng tindih antara tugas

pengawas dari pihak terkait dengan

hakim dan lembaga penegak hukum

Page 123: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

111

yang lainnya.

7 Sama-sama boleh bertindak

langsung tanpa adanya menunggu

laporan dari masyarakat.

Sama-sama boleh bertindak

langsung tanpa adanya menunggu

laporan dari masyarakat.

Persamaannya antara lembaga Hisbah dengan lembaga pengawasan

perekonomian modern seperti itu yang dalam garis besarnya sama-sama

mengawasi kegiatan perekonomian yang terjadi di masyarakat dan menegur

apabila terjadi dan jika mengandung dakwaan dan membutuhkan kesaksian,

maka perkara itu diserahkan kepada Wilâyat Al-qadhâ` dan kejaksaan yang

berada di Negara kita.

B. Perbedaan antara Hisbah dengan Lembaga Pengawasan Perekonomian

Modern

Jika sebelumnya penulis telah menyinggung persamaannya, maka sekarang

adalah perbedaannya antara Hisbah dengan lembaga pengawasan perekonomian

modern yang sudah dipaparkan ada 4 lembaga antara lain: BPOM, LPPOM,

KPPU dan DPS.

Untuk lebih mudah dalam pemaparannya maka penulis membuat table

perbedaan seperti berikut ini:

Page 124: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

112

Table 1.2: Perbedaan antara Hisbah dengan Lembaga Pengawasan

Perekonomian Modern

Nomor Hisbah Lembaga Pengawas

Perekonomian Modern

1 Perbedaan yang mencolok

tentu dalam spesifikasi, jika

Hisbah hanya dalam satu

lembaga, walaupun seiring

perkembangannnya ada tugas

khusus seperti bukan hanya

mengawasi perniagaan dan

pasar namun ada tugas juga

mengawasi perencanaan dan

industri yang disebut dengan

(‘urafa` al-hirâi wa al-

sinâ’at).

Jika dalam lembaga pengawasan

perekonomian modern, semua

lembaga telah dispesisifikasikan

masing-masing kedalam

fungsinya, seperti BPOM yang

mengawasi khusus dalam

perniagaan yang menyangkut

pangan, obat dan kosmetik,

kemudian LPPOM, yang hanya

mengawasi status kehalalan

dalam produk pangan, KPPU

yang mengawasi dalam aspek

ekonomi persaingan usaha skala

Makro dalam pelanggaran

monopoli dan persaingan usaha

yang tidak sehat, dan terakhir

lembaga DPS yang mengawasi

Page 125: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

113

produk bank atau lembaga

keuangan syariah apakah sesuai

atau tidaknya seperti yang

tercantum dalam fatwa.

2 Jika Hisbah selain menindak

lanjuti dalam bentuk hukuman

preventif dan juga bisa

memberikan hukuman berupa

ta’zir.

Jika lembaga pengawasan

perekonomian modern hanya

dalam bentuk pengawasan dan

mencegah langsung jika terjadi

pelanggaran dalam kasus berat

akan dilaporkan ke pihak yang

berwajib seperti polisi untuk

menangkapnya dan diadili.

3 Dalam Hisbah, pengawas atau

biasa yang disebut dengan

Muhtasib tersebar di semua

pasar agar lebih terawasi

secara teratur dan tertata.

Dalam lembaga pengawasan

perekonomian modern para

petugas ditempatkan hanya di

kota besar dan jarang langsung

turun ke tempat kejadiannya,

pemeriksaan dan fungsi

pengawasan hanya berjalan jika

hari-hari besar seperti menjelang

Idul Fitri dan lain-lain.

Page 126: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

114

4 Hisbah dalam pengawasannya

hanya dalam aspek distribusi

dan produksinya saja.

Jika dalam lembaga pengawasan

perekonomian modern, masing-

masing mempunyai kekhususan

walaupun rata-rata hampir sama

dalam aspek produksi dan

distribusi, karena tidak ada

lembaga yang khusus

mengawasi dalam aspek

konsumsinya.

5 Jika Hisbah dijalankan dalam

Negara Islam yang dimulai

semenjak zaman Rasulullah,

dan itu dalam bentuk Negara

Islam sampai kekhalifahan

setelahnya.

Jika lembaga pengawasan

perekonomian modern

dijalankan di Indonesia dalam

bentuk republik dan Negara

yang menganut UUD dan

Pancasila bukan Negara islam.

6 Institusi Hisbah adalah elemen

pelengkap dalam menjaga

syaaria’t Islam.

Lembaga pengawasan

perekonomian modern juga

elemen pelengkap dalam tugas

Negara menyejahterakan

masyarakatnya yang tertuang

dalam Undang-undang No.5

Page 127: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

115

tahun 1999 yang berbunyi:

“Terwujud Ekonomi Nasional

yang Efisien dan Berkeadilan

untuk Kesejahteraan Rakyat.

7 Fungsi Hisbah dijalankan

sesuai tuntunan al-Quran dan

Hadis.

Lembaga pengawasan

perekonomian modern

dijalankan sesuai dengan UUD

Negara dan peraturan

perundangan lain yang berada di

bawahnya dan telah dibuat oleh

masing-masing lembaga.

8 Peran Hisbah bisa maksimal

karena distribusi petugasnya

yang menyeluruh dalam

penugasannya di setiap

tempat.

Minimnya kualitas pengawasan

lembaga perekonomian modern

yang berada di Indonesia karena

masih kurangnya merata

distribusi pegawai atau petugas

lembaga yang ditugaskan, jadi

masih banyak kasus yang luput

dan itulah yang seringkali bisa

dimanfaatkan oleh para

segelintir orang yang tidak

Page 128: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

116

bertanggung jawab dan

merugikan orang lain.

Perbedaan yang umum kita ketahui tentu dalamtugas dan fungsi masing-

masing lembaga yang dijalankan, namun terlepas dari segala perbedaanya fungsi

dan tugas lembaga yang sekarang sudah berjalan maka harus dimaksimalkan agar

bisa mewujudkan ekonomi sejatera dan berkeadilan sesuai dengan apa yang telah

tertera dalam undang-undang tadi.

Page 129: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

117

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Fungsi yang dimiliki Hisbah fokus pada distribusi yang dilakukan oleh

para pedagang yang berada di pasar, Hisbah memilikii fungsi pengawasan,

fungsi tersebut merupakan fungsi khusus karena ia adalah lembaga pengawasan

yang bergerak dalam aspek distribusi dalam hal dagangan di pasar. Wewenang

dan tugas yang dimiliki oleh Hisbah adalah wewenang yang berada di luar

wilayat al-Mazhâlîm dan wilayat al-qadhâ. Bukan hanya di dalam pengawasan,

tugas Hisbah pun meliputi seperti mendengar tuduhan, mendengar dakwaan juga

menasihati dan menghukum. Dua fungsi terakhir ini dilaksanakan setelah adanya

pengawasan tersebut.

Lembaga pengawasan ekonomi modern yang sudah dipaparkan ada 4

lembaga antara lain: BPOM, LPPOM, KPPU dan DPS. Lembaga pertama adalah

lembaga BPOM, lembaga pemerintah non departemen atau LPND yang memang

bertanggung jawab atas pengawasan dari aspek produksi dan distribusinya juga.

LPPOM lembaga pengawasan yang fokus pada produksi baik pra maupun paska.

KPPU hanya fokus pada distribusi yang dilakukan pada perjanjian dari para

distributornya dan produsen, dan yang terakhir DPS yang sama-sama mengawasi

produk dari LKS (Lembaga Keuangan Syariah).

Page 130: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

118

Persamaan antara lembaga pengawasan Hisbah dan lembaga pengawasan

perekonomian modern diantaranya, dalam aspek tugas utama yaitu, pengawasan, hanya

bersifat menindak lanjuti tidak untuk menghukum, tindakan lanjutan sama-sama hanya

bersifat preventif dan bertindak dengan atau tanpa adanya laporan dari masyarakat.

Perbedaannya antara lembaga pengawasan Hisbah dan lembaga pengawasan

perekonomian modern diantaranya, tentu dalam spesifikasi penugasan, hukuman,

petugas pengawas dan dijalankan dalam sistem kepemerintahan yang berbeda.

B. Saran-saran

1. Dalam kasus ini dan tugas lembaga kepengawasan tidak akan terwujud secara

sempurna tanpa adanya partisipasidari masyarakat yang harus peka dan lebih

teliti dan diupayakan dari lembaga itu sendiri harus bisa mengupayakannya

dengan banyak mensosialisasikan dengan masyarakat agar bisa mensinergikan

tujuan dengan seimbang dan terkendali.

2. Penulis sadar bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan salah

satunya yaitu di penindak lanjutan yang akan terus harus diawasi dan

dievaluasi agar hasilnya maksimal.

3. Penulis mengharapkan agar penelitian selanjutnya bisa difokuskan pada

kasus-kasus yang terjadi dan diteliti kuantitatif atau pada sistem online yang

bisa dimaksimalisasi dengan ketentuan yang ada.

Page 131: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

119

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Afifi Fauzi. Metodologi Penelitian. Ciputat: Adelina Bersaudara, 2010.

Abd al-Baqy, Muhammad Fuad. Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Qur’an. Kairo:

Dar al-Hadis, 1987.

Al-Bakr, Muhammad Abd al-Rahman. Al-Sultâh Al-qadhâ`iyah wa al-Syakhsiyah al-

Qâdhi. Kairo: Al-Zukhra’ li A’lâm al-Arabī, 1998.

Al-Damsyîqî, Abû al-Fadâ` al-Hafiz Ibnu Katsir. Tafsir Al-Qur’an al-Azîm. Beirut:

Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1999.

Al-Gazali, Imam ◌ Abū Hamid Muhammad bin Muhammad. Ihyâ` Ulum al-Dîn.

Beirut: Dar al-Fikr, 1991.

al-Harits, Jaribah Bin Ahmad. Fikih Ekonomi Umar Bin Al-Khathab. Saudi Arabia:

Dar Al Andalus Al Khadara- Jeddah, 1424 H/2003 M.

Al-Hujjâj al-Qusyairî al-Naisâbûrî, Imam ◌ Abû al-Husain Muslim. [selanjutnya

disebut: Muslim], Shahih Muslim bi Syah al-Nawâwî. Indonesia: Maktab

Dahlan, [t.th].

Al-Mawardi. Al-Ahkâm al-Sultâniyah wa al-Wilâyât al-Dîniyyah. Beirut: Dar al-

Kutub al-Ilmiyyah, [t.th].

Al-Qaradhawi, Yusuf. Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam. Kairo: Dar al-Syuruq, 1997.

Al-Qasim bin Salam, Abû Ubaid. Kitab al-Amwâl. Mesir: Dar al-Fikr, [t.th].

Al-Rahman al-Bakr, Muhammad Abd. Al-Sultâh Al-qadhâ`iyah wa al-Syakhsiyah al-

Qâdhi. Kairo: Al-Zukhra’ li A`lâm al-Arabî, 1998.

Page 132: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

120

Al-Sayûti, Jalâluddin. Târikh Khulafâ` al-Râsyidin. Beirut: Dar al-Fikr, [t.th].

Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok: Gramata Publishing, 2010.

Anas, Imam Malik. [selanjutnya disebut: Malik], Al-Muwatta’. ([t.t]: Al-Maktabah al-

Taufiqiyah, [t.th].

As-Shiddiqie, Jimly. “Struktur ketatanegaraan Indonesia setelah perubahan keempat

UUD tahun 1945”, Makalah disampaikan pada seminar pembangunan hukum

Nasional VIII di Denpasar 14-18 Juli 2003, hal, 40.

Baali, Fuad dan Ali Wardi. Ibnu Khaldun dan Pola Pemikiran Islam, Jakarta: Pustaka

Firdaus, 1989.

Chandra, Gregorious dkk. Pemasaran Global: Internasionalisasi dan Internetisasi.

Yogyakarta: ANDI, 2004.

Dahlan, Abdul Aziz. (ed),Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van

Hoeve, 1997.

Halim bin Taimiyah, Ahmad bin Abdul. Hisbah fî al-Islam aw Wazîfah al-Hukûmah

al-Islâmiyyah, [selanjutnya disebut: Hisbah]. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,

[t.th].

Hamzah al-Husein al-Hanafi al-Damsyq, Ibnu. Asbab al-Wurud; Latar Belakang

Historis Timbulnya Hadits-hadits Rasul. Penerjemah: M. Suwarta Wijaya dan

Jafrullah Salim, Jakarta: Kalam Mulia, 1991.

Hasan, Hasan Ibrahim. Al-Nuzmu al-Islâmiyah. Kairo: Mathba’ah Lajnah al-Ta’lif wa

al-Tarjamah wa al-Nasyr, 1953.

Page 133: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

121

Islahi, A.A. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. Penerjemah H Anshari Thayib,

Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997.

Katsir, Ibn Hasan Aqi ibn al-walid al-Syaiban. Al-Kâmil fi al-Târikh. Beirut: Dar-al-

Shadan, [t.th].

Khaldun, Abd al-Rahman. Muqaddimah Ibnu Khaldun. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyah, 1993.

Mazkur, Muhammad Salam. Al-qadhâ` fi al-Islâm. Kairo: Dar al-Nadwah al-

Arabiyah, [t.th].

Munawir, AW. Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap. Yogyakarta: al-

Munawwir, 1984.

Mustaq, Ahmad. Etika Bisnis dalam Islam, Penerjemah: Samson Rahman, Judul Asli

“Business Ethics in Islam”. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001.

Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Jogjakarta: Gadjahmada

Universiti Press, 1982.

Radly, Ali Muhammad. Asr al-Islam al-Dzahabi al-Ma’mun. Mesir: Dar al-Fikr,

[t.th].

Rosyadi, A. Rahmat dan Ngatino. Arbitrase Dalam Perspektif Islam dan Hukum

Positif. Bandung, PT Citra Adiya Bakti, 2002.

Salim, Abd al-Aziz. Târikh Daulah al-Arabiyah. Iskandariyah: Muassasah Sabab al-

Jami’ah, 1997.

Sawrah al-Tirmidzi, Abû Isya Muhammad bin Isya. [selanjutnya disebut: Tirmidzi].

Al-Jâmi’ al-Sahîh Sunan al-Tirmidzi. (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2000.

Page 134: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

122

Schacht, Joeseph. An Introduction to Islamic Law. (Oxford: Clarendon Press, [t.th].

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an.

Jakarta: Lentera Hati, 2005.

Shihab, Muhammad Quraisy. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta,

2007.

Suyanto, Bagong dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: kencana, 2011.

Syarif, Muhammad Jalal dan Ali Abd al-Mu’thy Muhammad. Al-Fikr al-Siyâsy fî al-

Islâm; Syakhsiyah wa Madzahib. Iskandariyah: Dar al-Jami’ah al-Mishriyah,

1978.

Syarifuddin, Amir. Garis Garis Besar Fiqh. Jakarta: Kencana, 2005.

Taimiyah, Ahmad bin Abd al-Halim. [selanjutnya disebut: Taimiyah], Majmu`ah al-

Fatâwâ, [selanjutnya disebut: al-Fatâwâ]. T.t: Dar al-Wafa’, 2001.

Zaidan, Abdu al-Qadir. Usul al-Aqîdah. Beirut: Dar al-Babair, 1998.

Internet:

“Latar Belakang BPOM”. diakses pada 22 Januari 2015, Pukul. 15.05 WIB dari

http://pom.go.id/profile/latar_belakang.asp.

“Fungsi BPOM” diakses pada 22 Januari 2015, Pukul. 15.05 WIB dari

http://pom.go.id/profile/fungsi_badan_POM.asp.

“Kode Pengawasain Makanan BPOM” diakses pada 22 Januari 2015, Pukul. 15.05

WIB dari

Page 135: PERBANDINGAN ANTARA FUNGSI HISBAH DAN LEMBAGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30269/1/ALVIAN... · Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

123

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090420070830AALY0Q

B.

“Tentang DSN-MUI” diakses pada 22 Januari 2015, Pukul. 15.05 WIB dari

http://www.halalmui.org/mui14/index.php/main/go_to_section/2/31/page/1

“Tentang DSN-MUI” Diakses 22-Januari-2015 pukul 15.45 WIB dari

http://www.dsnmui.or.id/index.php?page=sekilas

“Tentang DPS” Diakses 22-Januari-2015 pukul 15.45 WIB dari

http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-

perusahaan/organisasi/pimpinan/dewan-pengawas-syariah/

www.kbbi-online.com/arti-relevansi

Addi Mawahibun Idhom “Hanya Enam Pasar di Yogyakarta Punya Timbangan Jujur”

Berita diakses 7 November 2013 dari

http://www.tempo.co/read/news/2013/11/07/058527907/Hanya-Enam-Pasar-

di-Yogyakarta-Punya-Timbangan-Jujur

“Tentang fatwa-fatwa DSN” Diakses 9 Februari 2015 pukul 18.45 WIB dari

http://alminist.blogspot.com/2010/08/fatwa-dsn-mui.html

http://www.dsnmui.or.id/index.php?page=fatwa