perbandingan 3 pemikiran tokoh nasional mengani filsafat hukum

Upload: prima-annisa-widiastuti

Post on 31-Oct-2015

239 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 1

    1 Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

    PENDAHULUAN

    Hukum sudah menjadi bagian yang tidak terlepaskan dari kehidupan

    manusia bermasyarakat. Hukum berkaitan dengan tindakan-tindakan dan perilaku

    masyarakat. Oleh karena itu, pertumbuhan dan perkembangan hukum dipengaruhi

    dengan adanya perkembangan masyarakat yang dinamis yang diikuti dengan

    perubahan nilai dan norma yang baik dalam masyarakat tersebut.

    Hukum yang bukan semata-mata terdiri dari kaidah/norma dan asas tetapi

    juga gejala sosial budaya selama ini di Indonesia hanya dipandang melalui ajaran

    hukum normative yang bersumber dari mahzab positivisme yang salah satunya

    dipelopori oleh Hans Kelsen sehingga tak jarang di Indonesia terjebak pada ajaran

    hukum normatif yang diadopsi dari pemikiran-pemikiran ahli hukum barat dan

    ideologi hukum barat. Padahal dengan cepatnya pertumbuhan dan perkembangan

    hukum di Indonesia, dibutuhkan adanya teori hukum yang diciptakan yang

    diciptakan orang Indonesia dengan melihat dimensi dan kultur masyarakat Indonesia

    yang lahir, tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat

    Indonesia yang pluralistik.1

    Tidak hanya teori hukum yang sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat

    Indonesia tetapi juga menggunakan kerangka acuan pada pandangan hidup

    masyarakat serta bangsa Indonesia berdasarkan asas Pancasila yang bersifat

    kekeluargaan yang meliputi struktur (structure), budaya (culture) dan substansi

    (substance) sebagaimana yang dikatakan oleh Lawrence W. Friedman. 2

    1 Lilik Mulyadi, Teori Hukum Pembangunan Prof. DR. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M,

    http://www.badilum.info/images/stories/artikel/kajian_deskriptif_analitis_teori_hukum_pembangunan.pdf, 23/04/2012,22:27, hlm.1,

    2 Dikutip Lawrence W. Friedman, American Law: An invaluable guide to the many faces of the law, and how it affects our daily our daily lives, W.W. Norton & Company, New York, 1984, hlm. 1-8. dan

    pada Legal Culture and Social Development, Stanford Law Review, New York, hlm. 1002-1010 serta

    dalam Law in America: a Short History, Modern Library Chronicles Book, New York, 2002, hlm. 4-7

    menentukan pengertian struktur adalah, The structure of a system is its skeleton framework; it is the

  • 2

    2 Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

    Dengan adanya pemikiran-pemikiran hukum yang berasal dari tokoh nasional

    maka itu dapat mempengaruhi perkembangan dan pembangunan hukum di

    Indonesia mengenai filsafat hukum dan asas-asas hukum fundamental yang sesuai

    dengan nilai-nilai, norma dan serta perilaku bangsa Indonesia yang berdasarkan

    Pancasila. Adapun tokoh-tokoh nasional yang telah memiliki peranan

    menyumbangkan pemikirannya mengenai hukum antara lain Mochtar

    Kusumaatmadja, Satjipto Rahardjo dan Romli Atmasasmita yang mempengaruhi

    perkembangan hukum di Indonesia mengenai hukum itu sendiri.

    IDENTIFIKASI MASALAH

    1. Bagaimana pemikiran-pemikiran para tokoh nasional mengenai mengenai

    teori hukum di bidang filsafat hukum?

    2. Bagaimana Perbandingan pemikiran-pemikiran para tokoh nasional mengenai

    teori hukum di bidang filsafat hukum?

    PEMBAHASAN

    I. Pemikiran-Pemikiran Para Tokoh Nasional Mengenai Filsafat Hukum

    a. Pemikiran Mochtar Kusumaatmadja : Teori Hukum Pembangunan

    Teori Hukum Pembangunan merupakan konsep pembinaan hukum yang

    dimodifikasi dan diadaptasi dari teori Roscoe Pound Law as a tool of social

    engineering serta dipengaruhi cara berpikir dari Herold D. Laswell dan Myres S. Mc

    permanent shape, the institutional body of the system, the though rigid nones that keep the process

    flowing within bounds.., kemudian substansi dirumuskan sebagai, The substance is composed of

    substantive rules and rules about how institutions should behave, dan budaya hukum dirumuskan

    sebagai, The legal culture, system their beliefs, values, ideas and expectation. Legal culture refers,

    then, to those ports of general culture customs, opinions ways of doing and thinking that bend social forces toward from the law and in particular ways., Lilik Mulyadi, Op.Cit.

  • 3

    3 Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

    Dougal (Policy Approach) yang di olah oleh Moctar Kusumaatmadja dan

    disesuaikannya pada kondisi Indonesia.3 Pokok-pokok pikiran yang melandasi konsep

    Teori Hukum Pembangunan adalah bahwa ketertiban dan keteraturan dalam usaha

    pembangunan dan pembaharuan yang diinginkan bahkan mutlak diperlukan dan

    bahwa hukum dalam arti norma diharapkan dapat mengarahkan kegiatan manusia

    kearah yang dikehendaki oleh pembangunan dan pembaharuan itu.

    Prinsip mengenai fungsi dan peranan hukum dalam pembangunan nasional

    yang dikenal sebagai Teori Hukum Pembangunan adalah :

    1. Semua masyarakat yang sedang membangun selalu dicirikan oleh

    perubahan dan hukum berfungsi agar dapat menjamin bahwa perubahan

    itu terjadi secara teratur. Perubahan yang teratur, dapat dibantu oleh

    perundang-undangan atau keputusan pengadilan atau kombinasi

    keduanya serta menolak perubahan yang tidak teratur dengan

    menggunakan kekerasan semata-mata.

    2. Baik perubahan maupun ketertiban (keteraturan) merupakan tujuan awal

    dari masyarakat yang sedang membangun, maka hukum menjadi sarana

    (bukan alat) yang tidak dapat diabaikan dalam proses pembangunan.

    3. Fungsi hukum dalam masyarakat adalah memepertahankan ketertiban

    melalui kepastian hukum dan juga hukum (sebagai kaidah sosial) harus

    dapat mengatur (membantu) proses perubahan dalam masyarakat.

    4. Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup

    (the living law) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau

    merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat

    itu.

    3 Sidharta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Ke-Indonesian, CV. Utomo, Jakarta, 2006,

    hlm. 411.

  • 4

    4 Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

    5. Implementasi fungsi hukum tersebut hanya dapat diwujudkan jika hukum

    dijalankan oleh suatu kekuasaan, akan tetapi kekuasaan itu sendiri harus

    berjalan dalam batas rambu-rambu yang ditentukan.4

    Teori Hukum Pembangunan mencerminkan suatu pemikiran hukum dalam

    konteks pembangunan hukum yang dalam mengalami masa transisi dari sistem

    pemerintahan yang bersifat tertutup ke sistem pemerintahan yang bersifat terbuka,

    dimana perubahan masyarakat dicapai melalui penerapan undang-undang dan

    yurisprudensi.

    Pertama, Hukum hidup dan berkembang sejalan dengan perkembangan

    masyarakat, merupkan pemikiran yang sejalan dengan pandangan aliran sociological

    jurisprudence, yaitu adanya perkembangan masyarakat hanya terddapat dalam

    putusan pengadilan dengana sumsi bahwa putusan pengadilan selalu mengandung

    nilai-nilai kebenaran yang diakui masyarakat dimana hukum itu hidup dan

    berkembang. Hal ini bertolak belakang dengan pemikiran Savigny yang menyatakan

    bahwa hukum selalu tertinggal dari perkembangan masyarakat.

    Selain itu, menurut Moctar Kusumaatmadja, perkembangan hukum yang

    sejalan dengan masyarakat pun tidak hanya dapat diciptakan dari adanya putusan

    pengadilan tetapi juga dapat diciptakan dengan adanya pembentukan perundang-

    undangan. Dalam sistem hukum Indonesia, undang-undang menjadi sumber hukum

    utama. Setiap undang-undang merupakan produk politik yang tidak terlepas dari

    kepentingan pengaruh kekuasaan yang akan mempengaruhi nilai keadilan dari suatu

    produk hukum tersebut.

    Kedua, hukum sebagai sarana pembangunan bukan alat (tools) agar

    pembangunan dapat dilaksanakan dengan tertib dan teratur, hukum hanya dapat

    4 Intisari dari Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan

    Nasional, Bina Cipta, Bandung, (tanpa tahun), yang dikutip dari Romli Atasasmita, Teori Hukum Intergratif , Rekonstruksi Terhadap Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif, Genta Publishing, Yogyakarta, 2012, hlm. 65-66.

  • 5

    5 Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

    berfungsi jika hukum itu sesuia dengan hukum yang hidup dalam masyarakat dan

    merupakan pencerminan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Namun,

    pandangan tersebut tidak selalu seperti kenyataan karena berbgaia kepentingan

    partai politik di DPR RI masih sangat kuat dibandingkan dengan aspirasi dan

    kepentingan masyarakat luas. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa hukum

    dalam arti yurisprudensi yang dihasilkan pengadilan masih menjadi sangat penting

    dan strategis dalam memfungsikan hukum sebagai sarana pembaharuan. Hal ini

    disebabkan bahwa hakim di pengadilan dipercaya bahwa keputusan yang diambilnya

    dapat mewakili hari nurani manusia/masyarakat lainnya. Namun, sayangnya

    yurisprudensi tidak masuk ke dalam hierarki perundang-undangan dalam Undang-

    undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

    Undangan.

    Ketiga, Kepastian hukum tidak boleh dipertentangkan dengan keadilan

    dankeadilan tidak boleh hanya ditetapkan sesuai dengan kehendak pemegang

    kekuasaan, melainkan harus sesuai dengan nilai-nilai yang berkembang dalam

    masyarakat.

    Dalam konsep Teori Hukum Pembangunan masih dianut aliran analytical

    jurisprudence, soiologigal jurisprudence dan juga pragmatic jurisprudence. Selain itu,

    dalam praktik untuk menerapkan Teori Hukum Pembangunan ini dilakukan melalui

    cara-cara pembentukan perundang-undangan atau melalui keputusan pengadilan

    maupun keduanya.5

    Dalam praktik, tidak jarang menemukan hambatan-hambatan yang

    ditemukan untuk melaksanakan Teori Pembangunan Hukum sesuai dengan

    konsepnya antara lain :

    5 Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat, dan Pembinaaan Hukum Nasional; Lembaga

    Penelitian Hukum dan Kriminologi Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bina Cipta, Bandung, 1976, hlm. 6-8.

  • 6

    6 Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

    1. Pengambil kebijakan sering memanfaatkan celah untuk menggunakan

    hukum sekedar sebagai alat (mekanis) dengan tujuan memperkuat dan

    mendahulukan kepentingan kekuasaan daripada kepentingan dan

    manfaat bagi masyarakat seluas-luasnya.6

    2. Sukarnya menentukan tujuan dari perkembangan hukum (pembaharuan)

    3. Sedikitnya data empiris yang dapat digunakan untuk mengadakan suatu

    analisis deskriptif dan prediktif

    4. Sukarnya mengadakan ukuran objektif untuk mengukur berhasil/tidaknya

    unsur pembaruan hukum.7

    5. Para ahli hukum Indonesia telah menderita anomaly tentang sistem

    hukum yang dipandang cocok dianut dan dipraktikan dalam kehidupan

    masyarakat.

    b. Pemikiran Satjipto Rahardjo : Teori Hukum Progresif

    Teori Hukum Progresif oleg Satjipto Rahardjo berawal dari kegelisahan

    karena setelah 60 tahun usia negara hukum Indonesia, tidak kunjung mewujudkan

    sutau kehidupan yang lebih baik sehingga Satjipto Rahardjo memikirkan

    kemungkinan adanya kekeliruan atau kekurangtepatan dalam memahami

    fundamental hukum sehingga adanya perkembangan hukum tidak dapat diarahkan

    kepada yang benar.

    Mengikuti pendekatan holistik dalam ilmu hukum untuk menyatukan kembali

    hukum denga lingkungannya dan orde kehidupan yang lebih besar untuk

    menghilangkan pemisahan antara hukum dan kehidupan manusia guna

    6 Kekhawatiran ini merujuk kepada pendapat Mochtar Kusmaatmadja ketika menjelaskan perbedaan

    hukum sebaga sarana dan sebagai alat (mekanis) pembaharuan masyarakat, dengan mengatakan : aplikasi mekanistis (tools) akan mengakibatkan hasil yang tidak banyak berbeda dengan penerapan legisme yang dalam sejarah hukum Indonesia (hindia belanda) telah ditentang dengan keras, Mochtar Kusumaatmadja, ibid, hlm. 9. 7 Ibid., hlm. 4-5

  • 7

    7 Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

    mengembalikan hukum ke dalam keutuhannya. Teori Hukum progresif oleh Satjipto

    Rahardjo terhadap hukum dengan cara mengoreksi kekeliruan dan kekurangan

    posivistik dalam ilmu hukum untuk berpikir ulang terhadap cara mempelajari dan

    cara berhukum yang bertujuan mebghadirkan sebenar keadilan atau keadilan

    substantive (berhukum dengan hati nurani).8

    Teori Hukum Progresif lahir akibat kekecewaan kepada penegak hukum yang

    kerap berperspektif positivis, yaitu hanya terpaku pada teks dalam undang-undang

    tanpa mau menggali lebih dalam keadilan yang ada di masyarakat. Rule Breaking

    sebagai salah satu strategi menembus kebuntuan legalitas formal merupakan icon

    dalam merefleksikan gerakan hukum progresif baik pada peraturan perundang-

    undangan maupun proses beracara.

    Satjipto Rahardjo membedakan karakteristik dan fungsi serta peranan hukum

    dalam pembangunan menjadi dua hal yaitu :

    1. Hukum selalu ditempatkan untuk mencari landasan pengesahan atas

    suatu tindakan yang memegang teguh ciri prosedural dari dasar hukum

    dan dasar peraturan.

    2. Hukum dalam pembangunan adalah sifat instrumental yang dipandang

    telah mengalami pertukaran dengan kekuatan-kekuatan di luar hukum

    sehingga hukum menjadi saluran untuk menjalankan keputusan politik

    atau hukum sebagai sarana perekayasa sosial, yaitu :

    a. Hukum ditujukan untuk memantapkan dan mengamankan

    pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya

    b. Hukum memberi dukungan dan pengarahan kepada upaya untuk

    mencapai kemakmuran untuk mecapai kemakmuran yang adil dan

    merata.

    8 Suteki, Rekam Jejak Pemikiran Hukum Progresif Prof. DR. Satjipto Rahardjo, S.H., 2010, hlm.5

  • 8

    8 Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

    c. Hukum menumbuhkan dan mengembangkan disiplin nasional dan

    rasa tanggung jawab sosial pada setiap anggota masyarakat.

    d. Hukum menciptakan iklim dan lingkungan yang mendorong kreativitas

    dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan serta mendukung

    stabilitas nassionala yang sehat dan dinamis.9

    Pandangan Teori Hukum Progresif menurut Satjipto Rahardjo merupakan

    suatu penjelajahan suatu gagasan yang berintikan sembilan pokok pikiran yaitu :

    1. Hukum menolak tradisi analytical jurisprudence dan berbagai paham

    dengan aliran seperti legal realism, freirechtslehre, sociological

    jurisprudence, interressenjurisprudenz di Jerman, teori hukum alam dan

    critical legal studies.

    2. Hukum menolak pendapat bahwa ketertiban (order) hanya bekerja

    melalu institusi-institusi kenegaraan.

    3. Hukum progresif ditujukan untuk melindungi rakyat menuju kepada ideal

    hukum.

    4. Hukum menolak status quo serta tidak ingin menjadikan hukum sebagai

    teknologi yang tidak bernurani, melainkan suatu institusi yang yang

    bermoral.

    5. Hukum adalah suatu institusi yang bertujuan mengantarkan manusia

    kepada kehidupan yang adil, sejahtera, dan membuat manusia bahagia.

    6. Hukum progresif adalah hukum yang pro rakyat dan hukum yang pro

    keadilan.

    7. Asumsi dasar hukum progresif adalah bahwa hukum adalah untuk

    manusia, bukan sebaliknya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka hukum

    9 Satjipto Rahardjo, Hukum Progresif: Sebuah Sintesa Hukum Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta,

    2009, hlm. 1-9.

  • 9

    9 Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

    tidak ada untuk dirinya sendiri, melainkan untuk sesuatu yang lebih luas

    dan lebih besar. Maka setiap kali ada masalah dalam dan dengan hukum,

    hukumlah yang ditinjau dan diperbaiki, bukan manusia yang dipaksakan

    untuk dimasukan ke dalam sistem hukum.

    8. Hukum bukan merupakan suatu institusi yang absolute dan final

    melainkan sangat bergantung pada bagaimana manusia melihat dan

    menggunakannya. Manusialah yang merupakan penentu.

    9. Hukum selalu berda dalam proses untuk terus menjadi law as a process,

    law in the making.10

    c. Pemikiran Romli Atmasasmita : Teori Hukum Integratif

    Teori Hukum Pembangunan dalam menghadapi tantangan perubahan

    mengandalkan hukum sebagai kekuatan normatif yang harus berakar ppada

    masyarakatnya, akan tetapi pada saat yang sama hukum harus diberdayakan untuk

    mengubah sikap dan perilaku masyarakatnya lebih utama dibandingkan dengan

    perubahan sikap dan perilaku birokrasi dalam sistem pemerintahan Indonesia.

    Berbeda dengan Teori Hukum Progresif yang tidak mengakui kelebihan

    kekuatan normative dari hukum tertulis atau undang-undang sebagai sarana untuk

    menemukan solusi dalam kehidupan masyarakat atau bahkan sebagai sarana

    pembaruan masyarakat karena semua produk hukum tertulis dipandang selalu

    mencerminkan kepentingan kekuasaan daripada kepentingan keadilan rakyatnya,

    dalam artian bahwa Teori Hukum Progresif memandang kekuatan hukum tiada lain

    merupakan pencerminan dari kehendak pemegang kekuasaan di mana manusia

    tidak diberdayakan sebagai subjek hukum yang harus dihormati melainkan justru

    telah dijadikan korban dari kekuasaan melalui hukum yang telah dibuatnya. Dalam

    10

    Romli Atmasasmita, Teori Hukum Integratif: Rekonstruksi Terhadap Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif, Genta Publishing, Yogyakarta, 2012, hlm. 88-89.

  • 10

    10 Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

    hal ini, melalui Teori Progresif, Satjipto Rahardjo hendak mengembalikan hukum

    kepada jalur yang seharusnya dan untuk itulah dibutuhkan terbosan-terobosan

    hukum atau terobosan dalam proses pembentukan dan penegakkan hukum.

    Oleh karena itu, jika dilihat dari Teori Hukum Pembangunan oleh Mochtar

    Kusumaatmadja bahwa hukum merupakan sistem norma (system of norms) dan

    Teori Hukum Progresif oleh Satjipto Rahardjo, hukum merupakan sistem perilaku

    (system of behavior). Menurut Romli Atmasasmita, bahwa hukum tidak hanya

    merupakan sistem norma dan sistem perilaku, tetapi hukum juga merupakan sistem

    nilai (system of values). Ketiga hakikat hukum dalam konteks kehidupan masyarakat

    Indonesia harus dipandang sebagai satu kesatuan pemikiran yang cocok dalam

    menghadapi dan mengantisipasi kemungkinan terburuk abad globalisasi saat ini

    dengan tidak melepaskan diri dari sifat tradisional masyarakat Indonesia yang masih

    mengutamakan nilai moral dan sosial. Ketiga hakikat hukum dalam satu wadah

    disebut sebagai tripartite character of the Indonesian legal theory of Social and

    Bureucratic Engineering (SBE), yaitu rekayasa birokrasi dan rekayasa masyarakat

    yang dilandaskan pada sistem norma, sistem perilaku dan sistem nilai yang

    bersumber pada Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, inilah yang dimaksud

    dengan Teori Hukum Integratif.11

    Setiap langkah pemerintah dalam pembentukan hukum dan penegakan

    hukum merupakan kebijakan berlandaskan sistem norma dan logika berupa asas dan

    kaidah, dan kekuatan normative dari hukum harus dapat diwujudkan dalam

    perubahan perilaku masyarakat dan birokrasi ke arah cita-cita membangun negara

    hukum yang demokratis. Negara hukum demokratis dapat terbentuk jika dipenuhi

    secara konsisten tiga pilar yaitu penegakan berdasarkan hukum (rule by law),

    perlindungan HAM (enforcement of human rights), dan akses masyarakat

    memperoleh keadilan (access to justice). Dimana ketiga pilar tersebut haris diikat 11

    Romli Atmasasmita, ibid, hlm. 95-97

  • 11

    11 Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

    oleh Pancasila sebagai ideology bangsa Indonesia karena ikatan Pancasila merupakan

    sistem nilai tertinggi dalam perubahan sistem norma dan sistem perilaku yang

    berkeadilan sosial sehingga dapat diciptakannya kepatuhan hukum pada masyarakat

    dan birokrasi sehingga bersama-sama mewujudkan sistem birokrasi yang bersih dan

    bebas KKN.

    Teori Hukum Integratif dilandaskan tiga karakter sistem yang merupakan

    modal dasar ketahanan nasional bangsa Indonesia dalam memelihara dan

    mepertahankan bangsa Indonesia dan memeberikan pencerahan menganai relevansi

    dan arti penting hukum dalam kehidupan manusia Indonesia dan mencerminkan

    bahwa hukum sebagai sistem yang mengatur kehidupan masyarakat tidak dapat

    dipisahkan dari kultur dan karakter masyarakatnya serta letak geografis

    lingkungannya serta pandangan hidup masyarakat.12

    Teori Hukum Integratif merupakan fungsi dan peranan hukum sebagai sarana

    pemersatu dan memperkuat solidaritas masyarakat dan birokrasi dalam menghadapi

    perkembangan dan dinamika kehidupan baik dalam lingkup nasional maupun

    internasional, guna menganalisis, mengantisipasi dan merekomendasikan solusi

    hukum yang tidak hanya mempertimbangkan aspek normative tetapi juga aspek

    sosial, ekonomi, politik, dan keamanan nasional dan internasional.

    Pandangan mengenai sistem nilai relevan dengan pandanga aliran Sejarah

    Hukum (Karl Von savigny) bahwa hukum harus sesuai dengan jiwa bangsa dan dalam

    arti negatif, hukum selalu tertinggal dari perkembangan masyarakat.13 Oleh Karena

    itu, nilai-nilai yang terkandung di dalam hukum di Indonesia harus sejalan dan sesuai

    12

    Ibid., hlm. 97-98 13

    Mochtar Kusumaatmadja berpendapat bahwa aliran sejarah menolak menyamakan hukum dengan Undang-Undang bahwa segala pembuatan hukum (termasuk pembaharuannya) dapat begitu saja dilakukan dengan Undang-Undang. Mahzab sejarah menegaskan bahwa hukum itu tidak mungkin dibuat, melainkan (harus) tumbuh sendiri dari kesadaran hukum masyarakat. Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat, dan Pembinaaan Hukum Nasional; Lembaga Penelitian Hukum dan Kriminologi Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bina Cipta, Bandung, 1976, hlm. 3-4.

  • 12

    12 Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

    dengan Pancasila, yang merupakan jiwa bangsa Indonesia dan merupakan nilai

    fundamental, menghormati berbagai padnangan atau nilai-nilai yang bersifat

    heterogen, serta tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak

    dulu.

    Nilai-nilai Pancasila yang merupakan sistem nilai harus terwujud dalam

    sistem norma dari suatu produk legislasi dan sistem perilaku dari aparatur hukum

    dan masyarakat, yang kedua sistem tersebut harus merupakan karakter yang

    berhubungan erat satu sama lain dan memberikan isi terhadap setiap produk

    legislasi sehingga merupakan satu bangunan piramida sistem hukum. Keterkaitan

    sistem nilai, sistem norma dan sistem perilaku merupan inti dari Teori Hukum

    Integratif yaitu :

    Hukum sebagai sistem norma yang mengutamakan norms and logics (Austin dan Kelsen) kehilangan arti dan makna dalam kenyataan kehidupan masyarakat jika tidak berhasil diwujudkan dalam sistem perilaku masyarakat dan birokrasi yang sama-sama taat hukum. Sebaliknya, hukum yang hanya dipandang sebagai sistem norma dan sistem perilaku saja, dan digunakan sebagai mesin birokrasi, akan kehilangan Roh-nya jika mengabaikan sistem nilai yang bersumber pada Pancasila sebagai puncak nilai kesusilaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.14

    Sehingga bangunan sistem hukum harus dapat menjadi wadah relasi

    interaksionis dan relasi hirarkis ketiga sistem nilai tersebut. Relasi interaksionis dan

    relasi hirarkis merupakan relasi simetris (beraturan) sebgai cermin kemajuan

    peradaban umat manusia untuk mencapai cita kepastian hukum dan keadilan sosial.

    II. Perbandingan Pemikiran-Pemikiran dari Para Tokoh Nasional mengenai Filsafat

    Hukum

    14

    Romli Atmasasmita, Op.Cit, hlm. 103

  • 13

    13 Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

    Adanya Teori Hukum Pembangunan Oleh Mochtar Kusumaatmadja ini

    dilatarbelakangi oleh karena adanya asumsi bahwa hukum tidak dapat berperan

    bahkan menghambat perubahan masyarakat dan dalam kenyataan di masyarakat

    Indonesia telah terjadi perubahan alam pemikiran masyarakat ke arah hukum

    modern sehingga melalui Teori Hukum Pembangunannya untuk memfungsikan

    hukum dalam prose pembangunan nasional. Jika dibandingkan dengan munculnya

    Teori Hukum Progresif, alasan munculnya Teori hukum Progresif ini pun tidak jauh

    berbeda yaitu karena adanya kegelisahan dari Satjipto Rahardjo karena Indonesia

    sebagai negara hukum tidak atau belum juga memberikan perkembangan yang lebih

    baik yang dimungkinkan karenanya adanya ketidaktepatan atau kekeliruan

    memahami fundamental hukum, yang dipantau dari kenyataan dan pengalaman

    tidak bekerjanya hukum sebagai suatu sistem perilaku. Munculnya kedua teori ini

    sama-sama karena adanya hukum yang dianggap tidak dapat dilaksanakan ataupun

    terlaksanakan sebagaimana mestinya sehingga diharapkan adanya perubahan

    dengan adanya sumbangan pemikiran yang dihasilkan para tokoh nasional tersebut.

    Begitu juga dengan lahirnya Teori Hukum Integratif oleh Romli Atmasasmita

    yang tak jauh berbeda yaitu karena adanya sikap skeptis dan pesimis masyarakat

    terhadap kondisi pembentukkan perundang-undangan di Indonesia dan penegakan

    hukum di Indonesia yang disebabkan perkara hukum tidak ditangani dengan pasti

    dan dirasakan tidak adil karena dipengaruhi oleh kekuasaan dan uang, yang terlihat

    dalam kenyataan melalui pelaksanaan praktiknya di masyarakat.

    Dalam ketiga pemikiran hukum dari para tokoh atau ahli hukum nasional

    terdapat perbedaan pandangan mengenai hukum, Mochtar Kusumaatmadja dengan

    Teori Hukum Pembangunannya memandang hukum sebagai sistem norma (system

    of norms) sehingga mengandalkan hukum sebagai kekuatan normatif yang berakar

    dari masyarakat yang digunakan untuk mengubah sikap dan perilaku masyarakat.

  • 14

    14 Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

    Satjipto Rahadjo dengan Teori Hukum Progresifnya memandang hukum

    sebagai sistem perilaku (system of behavior) yang tidak mengakui kekuatan

    normative dari hukum tertulis atau undang-undang sebagai sarana untuk

    menemukan solusi dalam kehidupan masyarakatatau bahkan sebagai pembaharuan

    masyarakat karena semua produk hukum tertulis dipandang selalu mencerminkan

    kepentingan kekuasaan daripada kepentingan keadilan rakyatnya.

    Berbeda juga dengan pemikiran Romli Atmasamita yang memandang bahwa

    hukum tidak hanya sebagai sistem norma dan sistem perilaku tetapi juga

    memandang hukum sebagai sistem nilai, dimana ketiga sistem nilai ini merupakan

    satu kesatuan untuk saling melengkapi, mengantisipasi kemungkinan terburuk yang

    terjadi akibat perkembangan globalisasi dalam kehidupan masyarakat. Rekayasa

    birokrasi dan rekayasa masyarakat dalam Teori Hukum progresif yang dilandaskan

    tiga pilar sistem yaitu sistem norma, sistem perilaku dan sistem nilai bersumber pada

    Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia.

    Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya di atas bahwa Teori Hukum

    Pembangunan diwujudkan dengan adanya peranan perundang-undangan yang

    sangat penting, sedangkan Konsep Teori Hukum Progresif yang dikemukan oleh

    Satjipto Rahardjo, tidak secara spesifik membahas pembaharuan hukum sehingga

    hingga saat ini tidak jelas arah tujuan pembaharuan hukum yang hendak dicapai

    menurut Teori Hukum Progresif.

    Di lain sisi, Romli Atmasamita dalam Teori Hukum Integratif yang merupakan

    pemikiran baru dalam perkembangan hukum di Indonesia yang merupakan hasil

    perkembangan dari Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif

    menerangkan bahwa Teori Hukum Integratif memiliki kinerja yaitu dengan

    melakasanakan penegakan berdasarkan hukum (Rule by Law), perlindungan HAM

  • 15

    15 Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

    (enforcement of human right) dan akses masyarakat memperleh keadilan (access to

    justice) yang harus diikiat dengan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia yang

    memiliki sistem nilai tertinggi dalam perubahan sistem norma dan perilaku yang

    berkeadilan sosial.15

    Menurut Mochtar Kusumaatmadja, kepastian hukum dalam arti keteraturan

    masih harus dipertahankan sebagai pintu masuk menuju ke arah kepastian hukum

    dan keadilan yang bekerjanya hukum di dalam masyarakat tergantung dari sejauh

    manakah hukum telah sesuai dengan perkembangan nilai yang hidup dalam

    masyarakat, sedangkan Satjipto Rahardjo, bahwa demi kepentingan manusia, maka

    hukum tidak dapat memaksakan ketertiban kepada manusia, sebaliknya hukum

    harus ditinjau kembali, dan menambahkan bahwa hukum untuk manusia bukan

    sebaliknya serta hukum dijalankan dengan hati nurani. Kemudian Romli Atmasasmita

    menyatakan yang berlainan juga bahwa fungsi dan peranan hukum sebagai sarana

    pemersatu dan memperkuat solidaritas masyarakat dan birokrasi dalam menghadapi

    perkembangan dan dinamika kehidupan baik dalam lingkup NKRI maupun dalam

    lingkup perkembangan Internasional.

    Melihat Mochtar Kusumaatmadja yang memandang bahwa hukum

    seyogyanya diperankan sebagai sarana (bukan alat) pembaharuan masyarakat (law

    as a tool of social engneering), namun menurut Satjipto Rahardjo, model pemeranan

    hukum sebagai sarana (bukan alat) pembaharuan itu dikhawatirkan menghasilkan

    dark engineering jika tidak sesuai dengan hati nurani (manusia) penegak

    hukumnya. Sedangkan Romli Atmasasmita, yang pada dasarnya mengembangkan

    Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif sehingga menghasilkan satu

    pemikiran yang disebut sebagai tripartite character of the Indonesian legal theory

    of social and bureaucratic engineering yang maksudnya merupakan rekayasa

    15

    Romli Atmasasmita, Ibid, hlm.95-97

  • 16

    16 Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

    birokrasi dan rekayasa masyarakat yang dilandaskan tiga sistem norma yaitu norma,

    perilaku dan nilai bersumber pada Pancasila untuk membangun negara hukum yang

    demokratis dengan sistem birokrasi yang bersih dan bebas KKN.

    Aliran sociological jurisprudence yang dipelopori oleh Roscoue Pound

    melandaskan ketiga pemikiran yang diberikan oleh Mochtar Kusumaatmadja,

    Satjipto Rahardjo dan Romli Atmasasmita, yang inti pemikiran dari aliran sociological

    jurisprudence ini merupakan terletak pada penekanan bahwa hukum yang baik

    adalah sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.16 Sociological

    jurisprudence merupakan salah satu mahzab dalam filsafat hukum yang

    mempengaruhi timbal balik antara hukum dan masyarakat ataupun antara

    masyarakat dan hukum. Dengan berlandaskan aliran sociological jurisprudence ini

    berarti pemikiran ketiga tokoh mengenai teori-teori hukum tersebut menempatkan

    pentingnya akal dan pengalaman pada kedudukan yang sama sehingga akal dan

    pengalaman menjadi dasar yang dari pemikiran-pemikiran hukum yang dihasilkan

    karena hukum menurut sociological jurisprudence menjaga keseimbangan

    antarakepentingan penguasa dan kepentingan masyarakat sehingga outputnya

    menghasilkan keseimbangan antara hukum formal dengan hukum yang hidup dalam

    masyarakat.

    Selain aliran sociological jurisprudence, ketiga teori yang dikemukan para

    tokoh nasional tersebut juga berlandaskan aliran pragmatic, yaitu hukum tidak statis

    dan selalu bergerak secara terus menerus sesuai dengan perkembangan zamannya

    dan dinamika masyarakat. Hukum adalah alat untuk mencapai tujuan sosial dimana

    16

    Muhammad Erwin, Filsafat Hukum: Refleksi Kritis terhadap Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hlm. 195.

  • 17

    17 Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

    harus ada pemisahan antara das sollen dan das sein dengan melihat apa yang

    dilakuakn sebenarnya oleh pengadilan dengan orang-orangnya.17

    Berbeda dengan pemikiran Satjipto Rahardjo, Mochtar Kusumaatmadja dan

    Romli Atmasasmita dalam Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum

    Integratifnya tidak melepaskan dasar dari teori analytical jurisprudence, yang

    menyatakan bahwa satu-satunya sumber hukum adalah kekuasaan yang tertinggi

    dalam suatu negara. Oleh karena itu, dengan berdasarkan teori analytical

    jurisprudence sehingga dalam perwujudan Teori Hukum Pembangunan, peraturan

    perundang-undanganlah yang memiliki peranan yang penting karena jika dilihat dari

    teori analytical jurisprudence dengan pemahaman John Austin bahwa yang

    dimaksud hukum adalah suatu atauran yang diberlakukan untuk memberikan arahan

    bagi manusia dari dan oleh manusia yang mempunyai kekuasaan.18

    Selain menganut teori sociological jurisprudence dan pragmatic legal realism,

    Teori Hukum Progresif yang dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo juga berlandaskan

    critical legal studies, yang merupakan bentuk kritik hukum yang berlaku yang

    nyatanya memihak kepada politik dan hukum itu sama sekali tidak netral sehingga

    tak heran jika Teori Hukum Progresif menentang keras ajaran-ajaran yang dianut

    dalam aliran positivisme seperti menolak bahwa peraturan perundang-undang

    memiliki peranan paling penting dalam kehidupan masyarakat sehingga memilih

    untuk mengikuti hati nurani sehingga tak heran dpaat ditemukan konsep rule

    breaking dalam Teori Hukum Progresif.

    Teori Hukum integratif dengan relasi simetrisnya sangat menentang Chaotic

    Theory, dimana teori yang tidak mengakui pemikiran manusia yang teratur dalam

    nalar keilmuan, selain itu juga bertentangan dengan hukum alam dan sejarah

    17

    Ibid, hlm. 208. 18

    Ibid., hlm. 159

  • 18

    18 Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

    perkembangan manusia karena Teori Hukum intergratif memndang bahwa sistem

    hukum terbentuk relasi interaksionis dan hirarkis anatara sistem nilai, sistem norma

    dan sistem perilakudasalam satu kesatuan sistem sosial yang menguatkan terori

    musyawarah dan mufakat.

    Perbedaan Teori Hukum Integratif dengan Teori Hukum Pembangunan dan

    Teori Hukum Progresif, Teori Hukum Integratif tidak hanya menjadi landasan

    pengkajian masalah pembangunan nasional dalam konteks inward looking

    melainkan juga dalam konteks pengaruh hubungan internasional ke dalam sistem

    kehidupan bangsa Indonesia karena dalam praktik hubungan internasional di tengah

    era globalisasi sering terjadi bahwa begara berkembang telah menjadi korban dari

    sikap negara maju yang bersifat hipokrit dan lebih mementingkan kepentingan

    nasionalnya daripada kepentingan kemajuan bersama bangsa-bangsa negara

    berkembang. 19

    PENUTUP

    Pemikiran teori hukum oleh tiga tokoh hukum nasional yang memiliki

    karakteristik dan konsep yang berbeda walaupun dapat ditemukan juga persamaan

    yang di dalam konsep tersebut. Adapun teori hukum dari tokoh hukum nasional itu

    yaitu :

    1. Mochtar Kusumaatmadja

    Teori Hukum Pembangunan yang memandang hukum sebagai sistem

    norma (system of norms) yang berdasarkan pada aliran sociological

    jurisprudence, pragmatic jurisprudence dan analytical jurisprudence yang

    di kombinasikan. Perwujudan dari Teori Hukum Pembangunan tersebut

    19

    Romli Atmasasmita, ibid, hlm. 99

  • 19

    19 Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

    melalui peraturan perundang-undangan untuk menciptakan ketertiban

    dan keteraturan dalam pembangunan hukum. Teori Hukum

    Pembangunan sebagai sarana pembaharuan hukum (law as a tool of

    social engineering), dimana tool disana bukan berarti alat melainkan

    sarana.

    2. Satjipto Rahardjo

    Teori Hukum Progresif merupakan teori hukum yang memandang hukum

    sebagai sistem perilaku (systems of behavior) yang berdasarkan pada

    aliran hukum sociological jurisprudence, pragmatic legal realism dan critic

    legal studies, dimana hukum dilaksanakan berdasarkan hati nurani dan

    tidak tunduk pada ajaran positivisme karena dianggap sesuatu yang tidak

    netral dari kekuasaan.

    3. Romli Atmasasmita

    Teori Hukum Integratif merupakan terori hukum yang memandang

    hukum tidak hanya sebagai sistem norma (system of norms) dan sistem

    perilaku (system of behavior) saja tetapi juga menganut bahwa hukum

    juga sebagai sistem nilai (system of values) yang menganggap keteiga

    karakter sistem tersebut sebagai satu kesatuan yang berdasarkan

    pancasila sebagai rekayasa birokrasi dan masyarakat. Teori hukum

    Integratif merupakan perkembnagan dari Teori Hukum Pembangunan dan

    Teori Hukum Progresif yang sama-sama berlandasakan Sociological

    jurisprudence dengan menentang chaotic theory melainkan mewujudkan

    Teori Hukum integrative ini dengan teori mufakat dan musyawarah untuk

    mengahadapi dan mengatisipasi segala keadaan teburuk dalam

    perkembangan kehidupan masyarakat.

  • 20

    20 Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

    Pemikiran-pemikiran hukum tersebut menghendaki agar hukum memiliki

    peranan jauh ke depan yaitu memberikan arah dan dorongan perkembangan

    masyarakat agar tercapai masyarakat yang tertib, adil dan sejahtera dan hukum

    bukan sekedar sebagai tools melainkan harus dipahami sebagai sarana (dinamis)

    untuk mencapai kemajuan peradaban masyarakat. Selain itu, hukum jangan hanya

    berpacu pada ajaran yang normatif tetapi juga harus berpacu pada nilai-nilai yang

    ada dalam masyarakat dana berdasarkan hati nurani.

    Hukum tidak hanya sebagai sistem norma yang bersandar pada rules dan

    logik tetapi juga hukum sebagai sistem perilaku serta sistem nilai yang berdasarkan

    pada Pacasila sebagai Ideologi bangsa Indonesia sehingga sistem norma, sistem nilai

    dan sitem perilaku dapat berintegrasi dengan baik dalam pelaksanaannya dalam

    kehidupan masyarakat di Indonesia.

  • 21

    21 Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

    DAFTAR PUSTAKA

    Lilik Mulyadi, Teori Hukum Pembangunan Prof. DR. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M, http://www.badilum.info/images/stories/artikel/kajian_deskriptif_analitis_teori_hukum_pembangunan.pdf, 23/04/2012,22:27.

    Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat, dan Pembinaaan Hukum Nasional;

    Lembaga Penelitian Hukum dan Kriminologi Fakultas Hukum Universitas

    Padjadjaran, Bina Cipta, Bandung, 1976.

    Muhammad Erwin, Filsafat Hukum: Refleksi Kritis terhadap Hukum, Rajawali Pers,

    Jakarta, 2011.

    Romli Atmasasmita, Teori Hukum Integratif: Rekonstruksi Terhadap Teori Hukum

    Pembangunan dan Teori Hukum Progresif, Genta Publishing, Yogyakarta,

    2012.

    Satjipto Rahardjo, Hukum Progresif: Sebuah Sintesa Hukum Indonesia, Genta

    Publishing, Yogyakarta, 2009.

    Sidharta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Ke-Indonesian, CV. Utomo,

    Jakarta, 2006.