peraturan bupati lebakdpmd.lebakkab.go.id/wp-content/uploads/2015/09/perbup-9... · 2016-02-02 ·...
TRANSCRIPT
BUPATI LEBAK
PROVINSI BANTEN
PERATURAN BUPATI LEBAK
NOMOR 9 TAHUN 2015
TENTANG
TATA CARA PENGALOKASIAN, PENYALURAN, PENGGUNAAN,
PEMANTAUAN, DAN EVALUASI DANA DESA DI KABUPATEN LEBAK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LEBAK,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.07/2015 tentang Tata
Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan,
Dan Evaluasi Dana Desa, perlu menetapkan Peraturan
Bupati tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran,
Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa di
Kabupaten Lebak;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5495);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 557);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5539);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5558) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5694;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor113 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2093);
7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Teringgal,
dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
162);
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.07/2015
tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran,
Penggunaan, Pemantauan, Dan Evaluasi Dana Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
684);
9. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 1 Tahun 2015
tentang Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Lebak Tahun
2015 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Lebak Nomor 20151);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA
PENGALOKASIAN, PENYALURAN, PENGGUNAAN,
PEMANTAUAN, DAN EVALUASI DANA DESA DI
KABUPATEN LEBAK.
.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Lebak.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lebak.
3. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Banten.
4. Bupati adalah Bupati Lebak.
5. Gubernur adalah Gubernur Banten.
6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lebak.
7. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah
Kabupaten Lebak.
8. Camat adalah Kepala Kecamatan yang merupakan Perangkat Daerah
Kabupaten Lebak.
9. Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
10. Pemerintah Desa adalah kepala Desa dibantu perangkat Desa sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
11. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan
digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat.
12. Kewenangan berdasarkan hak asal usul adalah hak yang merupakan
warisan yang masih hidup dan prakarsa Desa atau prakarsa masyarakat
Desa sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat.
13. Kewenangan lokal berskala Desa adalah kewenangan untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat Desa yang telah dijalankan oleh
Desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh Desa atau yang muncul
karena perkembangan Desa dan prakasa masyarakat Desa.
14. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan
kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
15. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan
pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran,
serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program,
kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan
prioritas kebutuhan masyarakat Desa.
16. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya disingkat
APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan Negara yang
setujui Dewan Perwakilan Rakyat.
17. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya disingkat
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang
dibahan dan setujui Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, dan ditetapkan dengan peraturan Daerah.
18. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat APB
Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan Pemerintahan
Desa.
19. Rekening Kas Umum Negera yang selanjutnya disebut RKUN adalah
Rekening tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negera untuk menampung seluruh
penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara pada
bank sentral.
20. Rekening Kas Umum Daerah yang selanjutnya disebut RKUD adalah
rekening tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh
bupati/walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan
membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.
21. Rekening Kas Desa yang selanjutnya disebut RKD adalah rekening tempat
penyimpanan uang Pemerintah Desa yang menampung seluruh
penerimaan Desa dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran
Desa pada bank yang ditetapkan
22. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Dana Desa yang selanjutnya disebut
SiLPA Dana Desa adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan
pengeluaran anggaran Dana Desa selama satu periode anggaran.
23. Indeks Kemahalan Kontruksi yang selanjutnya disebut IKK adalah indeks
yang mencerminkan tingkat kesulitan geografis yang dinilai berdasarkan
tingkat kemahalan harga prasarana fisik secara relatif antar-Daerah.
24. Indeks kesulitan geografis yang selanjutnya disebut IKG Desa adalah
angka yang mencerminkan tingkat kesulitan geografis suatu Desa
berdasarkan variabel ketersediaan pelayanan dasar, kondisi infrstruktu,
transportasi. Dan komunikasi.
BAB II
PENGALOKASIAN
Pasal 2
Dana Desa yang diterima oleh kabupaten pada setiap tahun anggaran
dialokasikan untuk setiap Desa di daerah.
Pasal 3
Pengalokasian Dana Desa setiap Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
dihitung dan ditetapkan secara berkeadilan berdasarkan:
a. alokasi dasar; dan
b. alokasi yang dihitung dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka
kemiskinan, dan tingkat kesulitas geografis setiap Desa.
Pasal 4
Rincian Dana Desa setiap Desa berdasarkan alokasi dasar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf a adalah sebesar 90% (sembilan puluh per
seratus) dari pagu Dana Desa Kabupaten yang dibagi rata setiap Desa.
Pasal 5
(1) Rincian Dana Desa setiap Desa berdasarkan alokasi yang dihitung dengan
memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, dan tingkat
kesulitas geografis setiap Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
b dihitung dengan rincian sebagai berikut:
a. 25% (dua puluh lima per seratus) untuk jumlah penduduk Desa;
b. 35% (tiga puluh lima per seratus) untuk luas wilayah Desa;
c. 10% (sepuluh per seratus) untuk jumlah penduduk Desa;
d. 30% (tiga puluh per seratus) untuk tingkat kesulitas geografis Desa.
(2) Angka kemiskinan Desa dan tingkat kesulitan geografis Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) masing-masing ditunjukkan oleh jumlah penduduk
miskin Desa dan IKG Desa.
(3) Penghitungan rincian Dana Desa setiap Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut:
W = (0,25 x Z1) + (0,35 x Z2) + (0,10 x Z3) + (0,30 x Z4)
Keterangan:
W = Dana Desa setiap Desa yang dihitung berdasarkan jumlah
penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan
geografis Desa.
Z1 = rasio jumlah penduduk setiap Desa terhadap total penduduk Desa
kabupaten.
Z2 = rasio jumlah penduduk miskin Desa setiap Desa terhadap total
penduduk miskin Desa kabupaten.
Z3 = rasio luas wilayah setiap Desa terhadap total luas wilayah Desa
kabupaten.
Z4 = rasio IKG Desa setiap Desa terhadap total IKG Desa kabupaten.
(4) Data jumlah penduduk, angka kemiskinan, dan luas wilayah Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik.
Pasal 6
(1) IKG Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) disusun dan
ditetapkan oleh bupati berdasarkan data dari dari lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik.
(2) IKG Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh beberapa
faktor, meliputi:
a. ketersediaan prasarana pelayanan dasar;
b. kondisi infrastruktur; dan
c. aksesibilitas/transportasi.
(3) Penyusunan IKG Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
mengacu pada tata cara penyusunan IKG Desa dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian,
Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa.
Pasal 7
Penetapan rincian Dana Desa untuk setiap Desa pada setiap tahun anggaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
BAB III
PENYALURAN
Bagian Kesatu
Mekanisme dan Tahap Penyaluran
Pasal 8
(1) Penyaluran Dana Desa dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari
RKUD ke RKD.
(2) Penyaluran Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara bertahap pada tahun anggaran berjalan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. tahap I, pada bulan April sebesar 40% (empat puluh per seratus);
b. tahap II, pada bulan Agustus sebesar 40% (empat puluh per seratus);
dan
c. tahap III, pada bulan Oktober sebesar 20% (dua puluh per seratus).
(3) Penyaluran Dana Desa dari RKUD ke RKD setiap tahap sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah
diterima di RKUD.
Bagian Kedua
Penyaluran Dana Desa dari RKUD ke RKD
Pasal 9
(1) Penyaluran Dana Desa dari RKUD ke RKD dilakukan oleh Kepala Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD).
(2) Penyaluran Dana Desa dari RKUD ke RKD tahap I dilakukan setelah
Kepala Desa menyampaikan peraturan Desa mengenai APB Desa kepada
Bupati.
(3) Kepala Desa menyampaikan peraturan Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) kepada bupati paling lambat bulan Maret.
Pasal 10
Pelaksanaan penyaluran Dana Desa dari RKUD ke RKD dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 11
(1) Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD)
dan Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan pemerintahan Desa
(BPMPD) membuat laporan realisasi penyaluran penggunaan Dana Desa
setiap tahun kepada bupati melalui sekretaris daerah.
(2) Pembuatan laporan realisasi penyaluran penggunaan Dana Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat minggu
kedua bulan Maret tahun anggaran berikutnya.
(3) Laporan realisasi penyaluran penggunaan Dana Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian,
Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa.
(4) Laporan realisasi penyaluran penggunaan Dana Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dijadikan bahan laporan dan konsolidasi kepada
Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Teringgal dan Transmigrasi, serta Gubernur Banten.
BAB IV
PENGGUNAAN
Bagian Kesatu
Prinsip Penggunaan
Pasal 12
Dana Desa yang bersumber dari APBN digunakan untuk mendanai
pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal
berskala Desa yang diatur dan diurus oleh Desa.
Pasal 13
Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai belanja pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa.
Pasal 14
Penggunaan Dana Desa tertuang dalam prioritas belanja Desa yang disepakati
dalam Musyawarah Desa.
Bagian Kedua
Prioritas Penggunan Untuk Pembangunan Desa
Pasal 15
Prioritas penggunaan Dana Desa untuk pembangunan Desa dialokasikan
untuk mencapai tujuan pembangunan Desa yaitu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta
penanggulangan kemiskinan, melalui:
a. pemenuhan kebutuhan dasar;
b. pembangunan sarana dan prasarana Desa;
c. pengembangan potensi ekonomi lokal; dan
d. pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.
Pasal 16
Prioritas penggunaan Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
huruf a, meliput:
a. pengembangan pos kesehatan Desa dan Polindes;
b. pengelolaan dan pembinaan Posyandu; dan
c. pembinaan dan pengelolaan pendidikan anak usia dini.
Pasal 17
Prioritas penggunaan Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
huruf b dan huruf c untuk mendukung target pembangunan sektor unggulan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahunnya, yang diprioritaskan
untuk:
a. mendukung kedaulatan pangan;
b. mendukung kedaulatan energi;
c. mendukung pembangunan kemaritiman dan kelautan; dan
d. mendukung pariwisata dan industri.
Pasal 18
Prioritas penggunaan Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
huruf b didasarkan atas kondisi dan potensi Desa, sejalan dengan pencapaian
target RPJM Desa dan RKP Desa setiap tahunnya, yang diantaranya dapat
meliputi:
a. pembangunan dan pemeliharaan jalan Desa;
b. pembangunan dan pemeliharaan jalan usaha tani;
c. pembangunan dan pemeliharaan embung Desa;
d. pembangunan energi baru dan terbarukan;
e. pembangunan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan;
f. pembangunan dan pengelolaan air bersih berskala Desa;
g. pembangunan dan pemeliharaan irigasi tersier;
h. pembangunan dan pemeliharaan serta pengelolaan saluran untuk budidaya
perikanan; dan
i. pengembangan sarana dan prasarana produksi di Desa.
Pasal 19
Prioritas penggunaan Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
huruf c didasarkan atas kondisi dan potensi Desa, sejalan dengan pencapaian
target RPJM Desa dan RKP Desa setiap tahunnya, yang diantaranya dapat
meliputi:
a. pendirian dan pengembangan BUM Desa;
b. pembangunan dan pengelolaan pasar Desa dan kios Desa;
c. pembangunan dan pengelolaan tempat pelelangan ikan milik Desa;
d. pembangunan dan pengelolaan keramba jaring apung dan bagan ikan;
e. pembangunan dan pengelolaan lumbung pangan Desa;
f. pembuatan pupuk dan pakan organik untuk pertanian dan perikanan;
g. pengembangan benih lokal;
h. pengembangan ternak secara kolektif;
i. pembangunan dan pengelolaan energi mandiri;
j. pembangunan dan pengelolaan tambatan perahu;
k. pengelolaan padang gembala;
l. pengembangan Desa Wisata; dan
m. pengembangan teknologi tepat guna pengolahan hasil pertanian dan
perikanan.
Pasal 20
Prioritas penggunaan Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
huruf d, didasarkan atas kondisi dan potensi Desa, sejalan dengan pencapaian
target RPJM Desa dan RKP Desa setiap tahunnya, yang diantaranya dapat
meliputi:
a. komoditas tambang mineral bukan logam, antara lain:
1) zirkon;
2) kaolin;
3) zeolit;
4) bentonit;
5) silika (pasir kuarsa);
6) kalsit (batu kapur/gamping);
7) felspar; dan
8) intan.
b. komoditas tambang batuan, antara lain:
1) onik;
2) opal;
3) giok;
4) agat;
5) topas;
6) perlit;
7) toseki;
8) batu sabak;
9) marmer;
10) granit;
11) kalsedon;
12) rijang (chert);
13) jasper;
14) krisopras;
15) garnet; dan
16) potensi komoditas tambang batuan lainnya.
c. rumput laut;
d. hutan milik Desa; dan
e. pengelolaan sampah.
Bagian Ketiga
Prioritas Penggunan Untuk Pemberdayaan Masyarakat
Pasal 21
Penggunaan Dana Desa yang bersumber dari APBN untuk Pemberdayaan
Masyarakat Desa terutama untuk penanggulangan kemiskinan dan
peningkatan akses atas sumber daya ekonomi, sejalan dengan pencapaian
target RPJM Desa dan RKP Desa setiap tahunnya, yang diantaranya dapat
mencakup:
a. peningkatan kualitas proses perencanaan Desa;
b. mendukung kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh BUM Desa
maupun oleh kelompok usaha masyarakat Desa lainnya;
c. pembentukan dan peningkatan kapasitas Kader Pemberdayaan Masyarakat
Desa;
d. pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi paralegal untuk
memberikan bantuan hukum kepada warga masyarakat Desa;
e. penyelenggaraan promosi kesehatan dan gerakan hidup bersih dan sehat;
f. dukungan terhadap kegiatan desa dan masyarakat pengelolaan Hutan Desa
dan Hutan Kemasyarakatan; dan
g. peningkatan kapasitas kelompok masyarakat melalui:
1) kelompok usaha ekonomi produktif;
2) kelompok perempuan;
3) kelompok tani;
4) kelompok masyarakat miskin;
5) kelompok nelayan;
6) kelompok pengrajin;
7) kelompok pemerhati dan perlindungan anak;
8) kelompok pemuda; dan
9) kelompok lain sesuai kondisi Desa.
Pasal 22
(1) Dana Desa dapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang tidak
termasuk dalam prioritas penggunaan Dana Desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 dan Pasal 21 setelah mendapatkan persetujuan bupati.
(2) Persetujuan bupati sebagaiman dimaksud pada ayat (1) diberikan pada
saat evaluasi rancangan peraturan Desa mengenai APB Desa.
(3) Dalam memberikan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
bupati memastikan pengalokasian Dana Desa untuk kegiatan yang
menjadi prioritas telah terpenuhi dan/atau kebutuhan pembangunan dan
pembedayaan masyarakat telah terpenuhi.
Pasal 23
(1) Kepala Desa bertanggung jawab atas penggunaan Dana Desa.
(2) Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi penggunaan Dana Desa
kepada bupati setiap semester.
(3) Penyampaian laporan realisasi penggunaan Dana Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan ketentuan:
a. semester I, paling lambat minggu keempat bulan Juli tahun anggaran
berjalan; dan
b. semester II, paling lambat minggu keempat bulan Januari tahun
anggaran berikutnya.
(4) Laporan realisasi penggunaan Dana Desa semester I menjadi persyaratan
penyaluran Dana Desa dari RKUD ke RKD tahap II tahun anggaran
berjalan.
(5) Laporan realisasi penggunaan Dana Desa semester II menjadi persyaratan
penyaluran Dana Desa dari RKUD ke RKD tahap I tahun anggaran
berikutnya.
(6) Laporan realisasi penggunaan Dana Desa disusun sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.07/2015
tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan,
dan Evaluasi Dana Desa.
BAB V
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Bagian Kesatu
Pemantauan
Pasal 24
(1) Kepala BPMPD bersama dengan Kepala DPPKD dan camat melakukan
pemantauan atas pengalokasian dan penggunaan Dana Desa setiap Desa.
(2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap:
a. penatapan peraturan Desa mengenai APB Desa;
b. penggunaan Dana Desa; dan
c. laporan realisasi penggunaan Dana Desa setiap Desa.
Pasal 25
(1) Pemantauan terhadap penetapan peraturan Desa mengenai APB Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf a dilakukan untuk
menghindari keterlambatan penetapan peraturan Desa tersebut.
(2) Dalam hal terdapat keterlambatan penetapan peraturan Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala BPMPD dan camat dapat
meminta dan memfasilitai Kepala Desa untuk melakukan percepatan
penetapan peraturan Desa tersebut.
Pasal 26
(1) Pemantauan terhadap penggunaan Dana Desa di setiap Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf b dilakukan untuk
memastikan penggunaan Dana Desa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Dalam hal berdasarkan hasil pemantauan terhadap penggunaan Dana
Desa di setiap Desa tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
bupati melalui camat memberikan teguran kepada Kepala Desa.
Pasal 27
(1) Pemantauan terhadap penyampaian laporan realisasi pengunaan Dana
Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf c dilakukan
untuk menghindari penundaan penyaluran Dana Desa.
(2) Dalam hal Kepala Desa terlambat dan/atau tidak menyampaikan laporan
realisasi pengunaan Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kepala BPMPD dan camat dapat meminta dan memfasilitasi Kepala Desa
melakukan percepatan penyampaian laporan dimaksud.
Bagian Kedua
Evaluasi
Bagian Ketiga
Pemantauan dan Evaluasi SiLPA Dana Desa
Pasal 28
Kepala BPMPD bersama dengan Kepala DPPKD dan camat melakukan
pemantauan dan evaluasi atas SiLPa Dana Desa setiap Desa.
Pasal 29
(1) Dalam hal pemantauan dan evaluasi atas SiLPa Dana Desa setiap Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ditemukan SilPa Dana Desa lebih
dari 30% (tiga puluh per seratus), bupati:
a. meminta penjelasan kepada Kepala Desa menganai SiLPa Dana Desa
tersebut dan/atau
b. meminta aparat pengawas fungsional daerah untuk melakukan
pemeriksaan.
(2) SiLPa Dana Desa lebih dari 30% (tiga puluh per seratus) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dihitung dari Dana Desa yang diterima Desa
pada tahun anggaran berjalan.
(3) SiLPa Dana Desa wajib dianggarkan kembali dan digunakan sesuai
dengan peruntukkannya pada tahun anggaran berikutnya.
BAB VI
SANKSI
Bagian Kesatu
Penundaan Penyaluran
Pasal 30
(1) Bupati menunda penyaluran Dana Desa, dalam hal:
a. Kepala Desa tidak menyampaikan peraturan Desa mengenai APB Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dan laporan realisasi
penggunaan Dana Desa semester II sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2) huruf b.
b. terdapat SiLPa Dana Desa Desa lebih dari 30% (tiga puluh per seratus)
pada akhiir tahun anggran sebelumnya; dan/atau
c. terdapat usulan dari aparat funsional daerah.
(2) Penyaluran Dana Desa yang ditunda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dilakukan setelah Kepala Desa menyampaikan peraturan Desa
mengenai APB Desa dan laporan realisasi penggunaan Dana Desa
semester II kepada bupati.
(3) Penundaan penyaluran Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dilakukan terhadap peyaluran Dana Desa tahap I tahun anggaran
berjalan sebesar SiLPa Dana Desa tahun anggaran sebelumnya.
(4) Dalam hal SiLPa Dana Desa lebih besar dari jumlah Dana Desa yang akan
disalurkan pada tahap I, maka penyaluran Dana Desa tahap I tidak
dilakukan.
(5) Penundaan Dana Desa sebagaimana dimaksud pasa ayat (3) dilakukan
sampai dengan penyaluran Dana Desa tahap II.
(6) Dalam hal penyaluran Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlangsung sampai dengan akhir tahun anggaran berjalan, bupati
melaporkan penundaan tersebut kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan.
(7) Bupati wajib menganggarkan kembali Dana Desa yang ditunda
penyalurannya sebagaimana dimaksud pada ayat (6) untuk perhitungan
dalam penyaluran Dana Desa pada tahun anggaran berikutnya.
Bagian Kedua
Pemotongan Penyaluran Dana Desa
Pasal 31
(1) Bupati melakukan pemotongan penyaluran Dana Desa dalam hal setelah
dikenakan sanksi penundaan penyaluran Dana Desa sebaagaiman
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3), masih terdapat SiLPa Dana Desa lebih
dari 30% (tiga puluh per seratus) pada tahun anggaran berjalan.
(2) Pemotongan penyaluran Dana Desa sebagiman dimaksud pada ayat (1),
dilakukan pada tahun anggaran berikutnya.
(3) Bupati melaporkan pemotongan Dana Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 32
(1) Untuk Tahun Anggaran 2015, IKG Desa dalam format penghitungan
rincian Dana Desa setiap Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(3) dapat menggunakan IKG Desa sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara
Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana
Desa.
(2) Untuk Tahun Anggaran 2015, ketentuan penyaluran Dana Desa dari
RKUD ke RKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) hurup a
disesuaikan dengan setelah diterima Dana Desa di RKUD.
BABA VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33
Pada saat Peraturan Bupati ini berlaku, Peraturan Bupati Nomor 42 Tahun
2014 tentang Alokasi Dana Bagi Hasil kepada Pemerintahan Desa Tahun
Anggaran 2015 (Berita Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2014 Nomor 42)
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 34
Peraturan ini berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan
ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Lebak.
Ditetapkan di Rangkasbitung
pada tanggal 2015
BUPATI LEBAK,
ITI OCTAVIA JAYABAYA
LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI LEBAK
NOMOR … TAHUN 2015
TENTANG : TATA CARA PENGALOKASIAN,
PENYALURAN, PENGGUNAAN,
PEMANTAUAN, DAN EVALUASI
DANA DESA DI KABUPATEN
LEBAK.
TATA CARA PENYUSUNAN
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS DESA
I. PENDAHULUAN
Tingkat kesulitan geografis Desa direpresentasikan oleh Indeks
Kesulitan Geografis Desa (IKG) dengan rentan nilai 0–100. Semakin tinggi
nilai indeks ditunjukkan tingkat kesulitan geografis yang semakin tinggi.
Desa dengan kesulitas pelayanan dasar yang terbatas, kualitas
infrastruktur yang rendah, dan akses trasportasi yang sulit akan memiliki
angka indeks yang relatif lebih tinggi dibandingkan Desa lainnya.
Penggunaan IKG dalam penghitungan rincian Dana Desa setiap Desa
dimaksudkan untuk memenuhi prinsip-prinsip keadilan dan pemerataan
sebagaimana diamanatkan oleh undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa.
Mengacu pada Peraturan Pemerintah mengenai Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, IKG disusun
berdasarkan 3 faktor, yaitu :
1. Ketersediaan Pelayanan Dasar, yang meliputi pelayanan dasar yang
terkait pendidikan dan kesehatan.
2. Kondisi Infrastruktur, yang meliputi infrastruktur yang terkait dengan
fasilitas kegiatan ekonomi dan ketersediaan energi.
3. Aksesibilitas/Transportasi yang meliputi aksesibilitas jalan dan sarana
transportasi.
Jarak ke fasilitas yang tidak tersedia di Desa diukur dari kantor
Kepala Desa ke fasilitas terdekat yang ada di Desa lain. Fasilitas
pendidikan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas ekonomi yang digunakan
untuk menyusun IKG ditimbang secara relatif dengan jumlah penduduk
Desa tersebut.
II. TAHAP PENYUSUNAN INDEKS KESULITAS GEOGRAFIS DESA
Sumber data untuk menyusun IKG diperoleh dari hasil pendataan potensi
Desa (Podes) yang dilaksanakan pada bulan April. Secara umum, IKG
disusun dalam 3 tahap.
1. Pemilihan dan Pembentukan Variabel Penyusunan IKG
Pada prinsipnya Desa yang ada fasilitas akan memiliki skor
variabel yang relatif rendah (mendekati 0). Demikian pula Desa yang
aksesibilitasnya mudah (jarak dekat, waktu tempuh singkat, dan biaya
murah) juga memiliki skor yang relatif semakin tinggi (mendekati 5).
Penentuan batas kategori rincian didasarkan pada sebaran data (rata-
rata atau nilai tengah) secara daerah sehingga dapat diperbandingkan
antara Desa di seluruh Kabupaten Lebak.
a. Faktor Ketersediaan pelayanan Dasar
Faktor ketersediaan pelayanan dasar terdiri dari
ketersediaan/akses ke fasilitas pendidikan dan kesehatan.
Terdapat 12 variabel yang digunakan untuk mengukur faktor
ketersediaan pelayanan dasar, yaitu:
1) Ketersediaan dan akses ke TK/RA/BA
2) Ketersediaan dan akses ke SD/MI/Sederajat
3) Ketersediaan dan akses ke SMP/MTS/Sederajat
4) Ketersediaan dan akses ke SMA/MA/Sederajat
5) Ketersediaan dan kemudahan akses ke rumah sakit
6) Ketersediaan dan kemudahan akses ke rumah sakit bersalin
7) Ketersediaan dan kemudahan akses ke puskesmas
8) Ketersediaan dan kemudahan akses ke poliklinik/balai
pengobatan
9) Ketersediaan dan kemudahan akses ke tempat praktek dokter
10) Ketersediaan dan kemudahan akses ke tempat praktek bidan
11) Ketersediaan dan kemudahan akses ke poskesdes atau polindes
12) Ketersediaan dan kemudahan akses ke apotek
b. Faktor Kondisi Infrastruktur
Faktor kondisi infrastruktur terdiri dari fasilitas ekonomi
(kelompok pertokoan, rumah makan, warung/kedai makanan,
hotel, penginapan, bank), jenis bahan bakar untuk memasak dan
keberadaan listrik dan ketersediaan penerangan di jalan utama
Desa. Terdapat 8 variabel yang digunakan untuk mengukur faktor
kondisi inftrastruktur, yaitu:
1) Ketersediaan dan akses ke kelompok pertokoan
2) Ketersediaan dan akses ke pasar
3) Akses ke restoran, rumah makan atau warung/kedai makan
4) Akses ke akomodasi hotel atau penginapan
5) Akses ke bank
6) Akses ke energi listrik
7) Akses ke penerangan jalan
8) Akses ke bahan bakar
c. Faktor Aksesibilitas/Transportasi
Faktor aksesibilitas/transportasi terdiri dari jenis dan kualitas
jalan, aksesibilitas jalan, kendaraan dan operasional angkutan
umum, serta transportasi dari kantor Desa ke kantor camat dan
kantor bupati. Terdapat 8 variabel yang digunakan untuk
mengukur faktor aksesibiltas/trasportasi, yaitu:
1) Lalu lintas dan kualitas jalan
2) Aksesibilitas jalan
3) Ketersediaan angkutan umum
4) Operasional angkutan umum
5) Lama waktu per kilometer menuju kantor camat
6) Biaya per kilometer menuju kantor camata
7) Lama waktu per kilometer menuju kantor bupati
8) Biaya per kilometer menuju kantor bupati
2. Penentuan Penimbang Setiap Variabel Penyusunan IKG
IKG merupakan indeks komposit tertimbang dari 28 varibel yang
secara substansi dan bersama-sama menggambarkan tingkat
kesulitas geografis Desa. Setiap variabel harus memiliki kontribusi
terhadap IKG. Besarnya kontribusi setiap variabel menggambarkan
besarnya pengaruh variabel tersebut terhadap faktor dan IKG.
Besarnya kontribusi setiap variabel tidak ditetapkan dengan nilai yang
sama atau berdasarkan penilaian subyektif, tetapi dihitung
berdasarkan besaran data menggunakan teknis stratistik. Kontribusi
setiap variabel merupakan statistik yang besarnya cenderung tidak
sama antar variabel.
Untuk mendapatkan kontribusi setiap variabel, digunakan metode
analisis komponen utama (Principal Component analysis). Selanjutnya,
nilai kontribusi setiap variabel digunakan sebagai
penimbang/pembobot masing-masing variabel untuk menghasilkan
nilai IKG. Tabel berikut ini merupakan besaran penimbang setiap
variabel yang digunakan untuk menyusun IKG.
Tabel I
Penimbang Setiap Variabel Penyusunan IKG
No Kode
Variabel Faktor Penimbang
1. K1101
Ketersediaan
Pelayanan Dasar
0.0344743698230512
2. K1102 0.0207667709777746
3. K1103 0.0396701796664552
4. K1104 0.0365362438160350
5. K1201 0.0409473717219470
6. K1208
0.0386802587821563
7. K1202 0.4470552865661930
8. K1205 0.0453910502070079
9. K1204 0.0478548918471416
10. K1203 0.0440792259791407
11. K1206 0.0375898610500994
12. K1207 0.0391951514609291
13. K2101
Kondisi
Infrastruktur
0.0297745374426297
14. K2102 0.0274983770619034
15. K2103 0.0226807963343563
16. K2104 0.0268014852834807
17. K2201 0.0325591888268300
18. K2202 0.0402729944622093
19. K2203 0.0300082063502999
20. K2106 0.0307923774626675
21. K3101
Aksesibilitas/Transp
ortasi
0.0268206306831690
22. K3102 0.0237975527515562
23. K3103 0.0653046437835051
24. K3104 0.0647739844829491
25. K3201 0.0293993157370730
26. K3202 0.0382537240605285
27. K3203 0.0228109187516484
28. K3204 0.0348060877522856
3. Penghitungan IKG
Nilai IKG diperoleh dari penjumlahan secara tertimbang terhadap
setiap variabel penyusunan IKG. Nilai yang dijumlahkan adalah skor
setiap variabel yang sudah ditimbang/dikalikan dengan bobot masing-
masing variabel. Penghitungan IKG setiap Desa diformulasikan sebagai
berikut:
IKG = (V₁ x B₁ + V₂ x B₂ + …. + V₂₈ x B₂₈) x 20
Keterangan :
IKG = Nilai Indeks Kesulitas Geografis setiap Desa (bernilai 0 – 100)
V₁ = Skor variabel ke-1 (Ketersediaan dan akses ke TK/RA.BA)
V₂ = Skor variabel ke-1 (Ketersediaan dan akses ke SD/MI/Sederajat)
V₃ = Skor variabel ke-1 (Ketersediaan dan akses ke
SMP/MTS/Sederajat)
V₂₈ = Skor variabel ke – 28 (Akses ke bahan bakar)
B₁ = Penimbang/pembobot variabel ke-1
B₂ = Penimbang/pembobot variabel ke-2
B₃ = Penimbang/pembobot variabel ke-3
B₂₈ = Penimbang/pembobot variabel ke-28
III. ILUSTRASI SEDERHANA PENGHITUNGAN IKG
Untuk memahami cara penghitungan IKG tersebut, berikut
diberikan ilustrasi sederhana penghitungan IKG untuk Desa Contoh:
1. Menghitung variabel menggunakan formula seperti dijelaskan pada
bab penyusunan indikator setiap faktor. Dari proses akan diperoleh
nilai/skor dari 28 variabel penyusunan IKG.
2. Skor tersebut kemudian dikalikan dengan penimbang setiap variabel
yang sesuai.
3. IKG adalah penjumlahan dari hasil perkalian antara skor dengan
penimbang masing-masing variabel.
Proses penghitungan IKG dapat diringkas menjadi tabel sebagai berikut:
Tabel 2
Ilustrasi sederhana penghitungan IKG (Desa Contoh)
No. Variabel Skor
Variabel Penimbang Variabel
Hasil (Kolom (3)
x kolom (4) )
1. K1101 4 0.0344743698230512 0.1379
2. K1102 0 0.0207667709777746 0.0000
3. K1103 3 0.0396701796664552 0.1190
4. K1104 4 0.0365362438160350 0.1461
5. K1201 4 0.0409473717219470 0.1638
6. K1208 2 0.0386802587821563 0.0774
7. K1202 0 0.4470552865661930 0.0000
8. K1205 1 0.0453910502070079 0.0454
9. K1204 0 0.0478548918471416 0.0000
10. K1203 0 0.0440792259791407 0.0000
11. K1206 0 0.0375898610500994 0.0000
12. K1207 4 0.0391951514609291 0.1568
13. K2101 4 0.0297745374426297 0.1191
14. K2102 5 0.0274983770619034 0.1375
15. K2103 5 0.0226807963343563 0.1134
16. K2104 5 0.0268014852834807 0.1340
17. K2201 5 0.0325591888268300 0.1628
18. K2202 0 0.0402729944622093 0.0000
19. K2203 5 0.0300082063502999 0.1500
20. K2106 4 0.0307923774626675 0.1232
21. K3101 1 0.0268206306831690 0.0268
22. K3102 0 0.0237975527515562 0.0000
23. K3103 3 0.0653046437835051 0.1959
24. K3104 3 0.0647739844829491 0.1943
25. K3201 0 0.0293993157370730 0.0000
26. K3202 0 0.0382537240605285 0.0000
27. K3203 0 0.0228109187516484 0.0000
28. K3204 0 0.0348060877522856 0.0000
Jumlah 2,2034
Maka IKG Desa Contoh adalah 2,2034 x 20 = 44,07
LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI LEBAK
NOMOR … TAHUN 2015
TENTANG : TATA CARA PENGALOKASIAN,
PENYALURAN, PENGGUNAAN,
PEMANTAUAN, DAN EVALUASI
DANA DESA DI KABUPATEN
LEBAK.
PEDOMAN DAN CONTOH PERHITUNGAN
DANA DESA SETIAP DESA
I. DASAR PERHITUNGAN
Dalam melaksanakan penghitungan Dana Desa setiap Desa,
mengacu pada ketentuan sebagai berikut:
1. Ketentuan terkait dengan sumber dana, model perhitungan, variabel
dan bobot yang digunakan dalam perhitungan Dana Desa setiap Desa
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yaitu:
a. Sumber Dana Desa yang digunakan dalam penghitungan Dana
Desa setiap Desa bersal dari rincian Dana Desa yang diterima
kabupaten pada setiap tahun anggaran.
b. Dana Desa setiap Desa dihitung berdasarkan:
1) Alokasi Dasar, yang merupakan alokasi yang dibagi secara
merata kepada setiap Desa sebesar 90% (sembilan puluh per
seratus) dari Dana Desa kabupaten; dan
2) Alokasi yang dihitung dengan memperhatikan jumlah
penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat
kesulitan geografis setiap Desa (yang selanjutnya disebut
“Bagian Formula”), dengan bobot sebagai berikut:
a) 25% (dua puluh lima per seratus) untuk jumlah penduduk
Desa;
b) 35% (tiga puluh lima per seratus) untuk luas wilayah Desa;
c) 10% (sepuluh per seratus) untuk jumlah penduduk Desa;
d) 30% (tiga puluh per seratus) untuk tingkat kesulitas
geografis Desa.
2. Ketentuan terkait rumus/formulasi yang digunakan dalam
perhitungan yaitu:
Dana Desa setiap Desa = [(Dana Desa Kabupaten – Alokasi Dasar x
(25% x rasio jumlah penduduk setiap Desa terhadap total penduduk
kabupaten) + 35% x rasio jumlah penduduk miskin Desa setiap Desa
terhadap total penduduk miskin Desa kabupaten) + 10% x rasio luas
wilayah Desa setiap Desa terhadap luas wilayah Desa kabupaten) +
30% x rasio IKG setiap Desa terhadap total IKG Desa Kabupaten)]
II. TATA CARA PENGHITUNGAN
Agar penghitungan Dana Desa setiap desa berjalan tertib,
transparan dan hasilnya dapat dipertanggungjwabkan, maka
diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. TAHAP PERSIAPAN
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan meliputi penyiapan
dokumen dan data terkait serta file excel kertas kerja (worksheet)
penghitungan.
Rincian tahapan:
a. Mengumpulkan dokumen, data dan informasi yang diperlukan
dalam proses penghitungan.
b. Menyiapkan kerta kerja (worksheet) dalam bentuk file excel.
c. Menyiapkan folder penyimpan dokumen, data dan informasi
terkait serta cetak kertas kerja (worksheet) dan file excel hasil
penghitungan.
d. Kertas kerja (worksheet) penghitungan Dana Desa setiap Desa
disusun dengan format sebagai berikut:
Kerta Kerja (worksheet) Penghitungan Dana Desa Setiap Desa
Kabupaten Lebak Tahun 20…
No
Nam
a
Desa
Alo
kasi
Dasa
r
Alokasi Berdasarkan Formula
Pagu
Dana
Desa
Per-
Desa
Jumlah
Penduduk
Jumlah Pendudk
Miskin Luas Wilayah
IKG
(Indeks Kesulitan
Geografis)
To
tal
Bo
bo
t
Alokasi
Berdas
ar
kan
Formul
a
Jml
Pen
dud
uk
Ras
io
Jml
Pen
dud
uk
Bo
bo
t
Jml
Pend
udu
k
Misk
in
Rasi
o
Jml
Pend
udu
k
Misk
in
Bo
bo
t
Lus
Wil
a
yah
Ras
io
Lua
s
Wil
a
yah
Bo
bo
t
Inde
ks
IKG
Rasi
on
IKG
Bo
bo
t
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
I Kec
1 Desa
2 Desa
3 Desa
II Kec
1 Desa
2 Desa
3 Desa
Total
……………….,………………20... Pejabat
berwenang/bertanggungjawab,
…………………..……..
NIP……………………..
2. TAHAP PELAKSANAAN
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan meliputi menginput data
terkait dan menghitung alokasi, dengan rincian kegiatan:
a. Menginput data-data terkait pada baris kolom kertas kerja.
b. Menghitung Dana Desa setiap Desa pada baris dan kolom
kertas kerja dengan urutan sebagai berikut:
1) Menghitung variabel pembagi alokasi sebagai berikut:
a) Pagu Alokasi Dasar, dengan rumus :
Pagu Alokasi Dasar = 90% x Pagu Dana Desa Kabupaten
b) Pagu Bagian Formula, dengan rumus :
Pagu Bagian Formula = 10% x Pagu Dana Desa Kabupaten
2) Menghitung bagian alokasi dasar Dana Desa setiap Desa
(Alokasi Dasar), dengan rumus:
Alokasi Dasar = Pagu Alokasi Dasar
Jumlah Desa se-Kabupaten
3) Menghitung bagian alokasi formula Dana Desa setiap Desa,
dengan rumus sebagai berikut:
a) Rasio jumlah penduduk Desa (Rasio JP), dengan rumus :
Rasio JP = Jumlah Penduduk Desa
Total Jumlah Penduduk Desa Kabupaten
b) Bobot jumlah penduduk Desa (Bobot JP), dengan rumus:
Bobot JP = 25% x Rasio JP
c) Rasio jumlah penduduk Miskin Desa (Rasio JPM), dengan
rumus :
Rasio JPM =
Jumlah Penduduk Miskin Desa
Total Jumlah Penduduk Miskin Desa
Kabupaten
d) Bobot jumlah penduduk Miskin Desa (Bobot JPM), dengan
rumus:
Bobot JPM = 35% x Rasio JPM
e) Rasio luas wilayah Desa (Rasio LW), dengan rumus :
Rasio LW = Luas wilayah Desa
Total luas wilayah Desa Kabupaten
f) Bobot luas wilayah Desa (Bobot LW), dengan rumus:
Bobot LW = 10% x Rasio LW
g) Rasio indeks kesulitas geografis Desa (Rasio IKG), dengan
rumus :
Rasio IKG = IKG Desa
Total IKG Desa se-Kabupaten
h) Bobot indeks kesulitas geografis Desa (Bobot IKG), dengan
rumus:
Bobot IKG = 30% x Rasio IKG
i) Total bobot, dengan rumus :
Total Bobot = Bobot JP + Bobot JPM + Bobot LW + Bobot IKG
j) Bagian alokasi formula, dengan rumus:
Alokasi Formula = Total Bobot x Pagu Bagian Formula
4) Menghitung Dana Desa setiap Desa dengan rumus:
Dana Desa = Alokasi Dasar + Alokasi Formula
3. TAHAP AKHIR
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan meliputi memverifikasi
kebenaran/validasi data yang diinput, menguji hasil penghitungan
dan menandatangani ketas kerja (worksheet) hasil perhitungan
serta menyimpan dokumen dan data komputer terkait.
Rincian kegiatan pada tahap akhir:
a. Mencetak kerjtas kerja (worksheet) hasil dari proses pengisian
data dan penghitungan alokasi.
b. Memverifikasi kebenaran pengisian data dan kebenaran hasil
penghitungan dengan cara membandingkan setiap item data
isian pada kertas kerja (worksheet) terhadap dokumen sumber,
dan menguji hasil penghitungan. Bila ditemukan kesalahan
pengisian data maupun kesalahan penghitungan, maka pada
item data yang bersangkutan ditandai dengan tanda centang (
V ) untuk selanjutnya dilakukan proses perbaikan pada item
tersebut.
c. Membubuhkan tanda tangan pada cetakan kertas kerja
(worksheet) hasil dari proses pengisian data dan penghitungan
alokasi:
1) bagi petugas yang melakukan proses penghitungan; dan
2) bagi pejabat yang berwenang/bertanggungjawab atas proses
penghitungan.
d. Menyimpan seluruh dokumen terkait dan cetakan kertas kerja
(worksheet) serta file excel hasil perhitungan pada folder yang
telah disediakan.
LAMPIRAN III PERATURAN BUPATI LEBAK
NOMOR … TAHUN 2015
TENTANG : TATA CARA PENGALOKASIAN,
PENYALURAN, PENGGUNAAN,
PEMANTAUAN, DAN EVALUASI
DANA DESA DI KABUPATEN
LEBAK.
LAPORAN REALISASI PENYALURAN DAN KONSOLIDASI PENGGUNAAN
DANA DESA KABUPATEN LEBAK
TAHUN ANGGARAN …….
Pagu Kabupaten Rp. ………………
KODE
REKENING URAIAN
NOMOR DAN
TANGGAL BUKTI
PENYALURAN
(SP2D)*
JUMLAH
PENERIMAAN
(DEBET)
Rp.
JUMLAH
PENGELUARAN
(KREDIT)
Rp.
SALDO
Rp. KET
1 2 3 4 5 6=5+4 7
A PENDAPATAN
A.1 Pendapatan Transper
A.2 Dana Desa
- TAHAP PERTAMA
- TAHAP KEDUA
- TAHAP KETIGA
B.1 BELANJA BANTUAN KE
DESA SEHATI
B.1.1 Bidang Penyelenggaraan
Pemerintah
B.1.1.1 Kegiatan….
B.1.1.2 Kegiatan…
B.1.1.3 Dst…
B.1.2 Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa
B.1.2.1 Kegiatan….
B.1.2.2 Kegiatan…
B.1.2.3 Dst…
B.1.3 Bidang Pemberdayaan
Masyarakat
B.1.3.1 Kegiatan….
B.1.3.2 Kegiatan…
B.1.3.3 Dst…
B.1.4 Bidang Pembinaan
Kemasyarakatn
B.1.4.1 Kegiatan….
B.1.4.2 Kegiatan…
B.1.4.3 Dst…
B.2 BELANJA BANTUAN KE
DESA…dst
JUMLAH Rp……
Keterangan :
*SP2D Penyaluran Dana Desa dari Kabupaten ke Desa
Disetujui oleh,
BUPATI LEBAK,
(………………..….)
LAMPIRAN IV PERATURAN BUPATI LEBAK
NOMOR … TAHUN 2015
TENTANG : TATA CARA PENGALOKASIAN,
PENYALURAN, PENGGUNAAN,
PEMANTAUAN, DAN EVALUASI
DANA DESA DI KABUPATEN
LEBAK.
LAPORAN REALISASI PENGGUNAAN DANA DESA SEMESTER … TAHUN
ANGGARAN ……. PEMERINTAH DESA ….. KECAMATAN …..
KABUPATEN LEBAK
Pagu Dana Desa Rp. ………………
KODE
REKENING URAIAN
NOMOR DAN
TANGGAL
BUKTI
PENYALURAN
(SP2D)*
JUMLAH
PENERIMAAN
(DEBET)
Rp.
JUMLAH
PENGELUARAN
(KREDIT)
Rp.
SALDO
Rp. KET
1 2 3 4 5 6=5+4 7
1. PENDAPATAN
1.2 Pendapatan Transper
1.2.1 Dana Desa
- TAHAP PERTAMA
- TAHAP KEDUA
- TAHAP KETIGA
2. BELANJA BANTUAN
KE DESA SEHATI
2.1
Bidang
Penyelenggaraan
Pemerintah
2.1.1 Kegiatan….
2.1.2 Kegiatan…
2.1.3 Dst…
2.2 Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa
2.2.1 Perbaikan Saluran
Irigasi….
2.2.2 Pembangunan Jalan
Desa…
2.2.3 Dst…
2.3 Bidang Pemberdayaan
Masyarakat
2..3.1 Kegiatan….
2.3.2 Kegiatan…
2.3.3 Dst…
2.4 Bidang Pembinaan
Kemasyarakatn
2.4.1 Kegiatan….
2.4.2 Kegiatan…
2.4.3 Dst…
JUMLAH Rp…..
Keterangan :
*SP2D Penyaluran Dana Desa dari Kabupaten ke Desa
Disetujui oleh,
BENDAHARAN DESA……….. KEPALA DESA…………………
(………………..….) (………………..….)
LAMPIRAN V PERATURAN BUPATI LEBAK
NOMOR … TAHUN 2015
TENTANG : TATA CARA PENGALOKASIAN,
PENYALURAN, PENGGUNAAN,
PEMANTAUAN, DAN EVALUASI
DANA DESA DI KABUPATEN
LEBAK.
REKAPITULASI LAPORAN
REALISASI PENGGUNAAN DANA DESA SEMESTER …
TAHUN ANGGARAN …. KECAMATAN…..
KABUPATEN LEBAK
Pagu Dana Desa se-Kecamatan Rp. ………………
NO DESA
PAGU DANA
DESA
Rp.
JUMLAH
PENERIMAA
N (DEBET)
Rp.
JUMLAH
PENGELUARA
N (KREDIT)
Rp.
SALD
O
Rp.
KET
1 2 3 4 5 6=5+4 7
-
-
-
JUMLAH Rp…..
Keterangan :
*SP2D Penyaluran Dana Desa dari Kabupaten ke Desa
Disetujui oleh,
CAMAT………………….
(…………………………………)
BUPATI LEBAK,
ITI OCTAVIA JAYABAYA