peranan seseorang dalam proses pembelian konsumen
DESCRIPTION
Tugas mata kuliah Perilaku Konsumen #SoftskillTRANSCRIPT
1
PERANAN SESEORANG DALAM PROSES PEMBELIAN
KONSUMEN
Dalam proses pembelian, sebenarnya terjadi beberapa kegiatan. Yaitu: kegiatan
munculnya gagasan untuk membeli (initiating), pengembangan atau dorongan agar gagasan
tersebut direalisir (influencing), kegiatan pengambilan keputusan untuk membeli (decision
making), pelaksanaan pembelian (purchasing), dan akhirnya kegiatan pemanfaatan atau
pemakaian barang yang telah dibeli (using).
Inisiator
Influencer
Decider
Purchase
User
Keseluruhan kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh beberapa orang yang melakukan
fungsinya masing-masing, tetapi dapat juga terjadi pada diri seorang. Atau seorang dapat
melakukan dua-tiga fungsi kegiatan pembelian saja.
Satu atau lebih kegiatan dapat mempunyai peran sangat dominan. Artinya, sangat
menentukan kelancaran proses pembelian. Pemasar sangat berkepentingan terhadap
pemahaman hal ini. Dengan mengendalikan pemeran dan kegiatan yang kritis atau dominan,
proses pembelian dapat diarahkan sesuai dengan maksud pemasar. Misalnya, proses
pembelian susu atau makanan bayi sangat dipengaruhi oleh influencer, yaitu peranan bidan
atau dokter anak. Sehingga promosi penjualan yang dilakukan di BKIA atau puskesmas
melalui tokoh-tokoh medis sangat berpengaruh terhadap penjualan makanan bayi.
MODEL PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN:
Proses pengambilan keputusan (untuk membeli atau tidak membeli) oleh decicer
meliputi kegiatan: (1) perumusan masalah, (2) pengumpulan informasi, (3) pengembangan
dan penilaian alternative, (4) penentuan alternatif terbaik atau pengembalian keputusan, dan
(5) kegiatan setelah keputusan diambil.
Skema : model proses pengambilan keputusan
PERUMUSAN
MASALAH
KEPUTUSAN
INFORMASI
EVALUASI
ALTERNATIF
PENGAMBIL
KEPUTUSAN
PERILAKU
TINDAK
LANJUT
2
Masalah:
Adanya kesenjangan antara keadaan sekarang (kondisi nyata) dengan keadaan yang
diharapkan (kondisi ideal). Kesenjangan ini dikuatkan oleh stimuli (internal dan eksternal).
Masalah yang umumnya dihadapi oleh calon pembeli adalah kebutuhan yang perlu dipenuhi.
Ketiadaan makanan merupakan persoalan bagi seseorang yang lapar, misalnya. Makanan
yang berkolesterol tinggi merupakan permasalahan bagi orang yang sangat mempehatikan
kesehatan.
Informasi:
Informasi diperlukan untuk pendukung dasar pengambilan keputusannya. Sumber
informasi meliputi: personal (berita tentang dibukanya restoran baru dari tetangga atau teman
kantor), komersial (iklan di majalah), public (berita dari Televisi atau radio), dan pengalaman
(merasakan kelezatan makanan di restoran baru).
Evaluasi alternatif:
Alternative membeli atau tidak membeli produk (merk) tertentu, dipengaruhi oleh
pertimbangan atribut produk. Yaitu meliputi: manfaat, kepentingan, image, dan fungsi yang
diharapkan. Pertimbangan tersebut seringkali diperbandingkan antara manfaat yang akan
diperoleh dengan biaya yang akan dikeluarkan untuk memperoleh atau setelah membeli
produk tersebut. Mempertimbangkan untuk membeli mobil kedua adalah pilihan antara
keleluasaan pemakaian dan tambahan investasi maupun biaya perawatan.
Keputusan:
Hasil evaluasi alternative adalah penentuan keputusan membeli (apa, berapa, kapan,
dimana, dst.) atau keputusan tidak membeli sesuatu.
Perilaku tidank-lanjut setelah pembelian:
Pengalaman setelah pembelian akan merupakan masukan yang akan memperkuat
(memperlemah) perilaku pembelian kemudian.
3
PERILAKU PEMBELIAN
Perilaku pembelian konsumen dapat dibedakan dalam beberapa kategori menurut
dasar: (1) usaha pemecahan masalah yang dihadapi calon pembeli serta (2) keterlibatan
pembeli dan perbedaan merk produk yang hendak dipilih untuk dibeli.
Perilaku pembelian berdasarkan usaha pemecahan masalah:
Proses pembelian seseorang yang konsisten pada periode tertentu membentuk
perilakunya. Pembetukan perilaku pembelian sebenarnya merupakan usaha-usaha
seseorang mengatasi masalah yang dihadapinya.
Berdasarkan usaha pemecahan masalah tersebut, perilaku pembelian dapat dibedakan
menjadi: (1) Perilaku respons rutin (Rountinezed Response Behavior), (2) Perilaku
pemecahan masalah yang terbatas (Limited Problem Solving), (3) Perilaku pemecahan
masalah yang ekstensif (Extensive Problem Solving).
(1) Perilaku respons rutin (Rountinezed Response Behavior)
Adalah perilaku pembelian rutin untuk persoalan yang sering dihadapi. Umumnya
frekuensi kebutuhan produk tinggi, misalnya kebutuhan barang-barang sehari-hari:
makanan, sabun, dsb. Oleh karena sering dibeli, maka keterlibatan konsumen terhadap
produk tidak tinggi (tidak terlalu memerlukan usaha pemikiran yang besar untuk
membanding-bandingkan dengan merk produk lain). Ini dimungkinkan karena pada
pemikiran konsumen sudah mempunyai gambaran yang jelas akan kelas dan konsep
produknya.
(2) Perilaku pemecahan masalah yang terbatas (Limited Problem Solving)
Adalah perilaku pembelian yang memerlukan usaha pemecahan persoalan yang
terbatas. Karena frekuensi pembeliannya tidak begitu tinggi, maka perlu pemikiran
yang agak tinggi. Sehingga diperlukan keterlibatan terhadap barang yang akan dibeli.
(3) Perilaku pemecahan masalah yang ekstensif (Extensive Problem Solving)
Adalah perilaku pembelian untuk mengatasi persoalan yang sangat tidak rutin. Karena
frekuensi pembelian yang dilakukan sangat jarang, maka diperlukan usaha-usaha
pertimbangan pembelian barang atau pemilihan merk yang tinggi. Diperlukan
keterlibatan terhadap barang tinggi karena ketidak dikuasai akan konsep kelas produk
maupun konsep produk.
4
Perilaku pembelian beradasarkan keterlibatan pembeli dan perbedaan merk:
Perilaku pembelian konsumen berdasarkan keterlibatan konsumen terhadap produk
yang akan dibeli dan perbedaan merk yang akan dipilih dan merk lain dapat
dibedakan dalam empat kelompok perilaku pembelian: (1) Perilaku pembelian yang
kompleks, (2) Perilaku pembelian pencarian variasi, (3) Perilaku pembelian menekan
ketidaksesuaian, dan (4) Perilaku pembelian kebiasaan.
(1) Perilaku pembelian yang kompleks
Perilaku pembelian akan menjadi persoalan yang kompleks apabila menuntut
keterlibatan pembeli terhadap produk yang akan dipilih adalah tinggi. Misalnya
diperlukan pertimbangan untuk membeli sebuah mobil baru untuk pertama kalinya.
Di samping itu juga karena apabila perbedaan tawaran produk yang akan dipilih
dengan alternative produk lain adalah cukup besar.
(2) Perilaku pembelian pencarian variasi
Meskipun perbedaan produk yang ditawarkan cukup tinggi dan pembeli tidak begitu
menghiraukannya maka pilihan alternative produk hanyalah sebagai variasi.
Pergantian merka bukan karena ketidakpuasan tetapi lebih karena sekedar merasakan
berbagai ragam merk saja.
(3) Perilaku pembelian menekan ketidaksesuaian
Pembeli sangat memperhatikan produk yang dibeli, tetapi karena perbedaan antar
merk tidak memenuhi maka pembeli akan mengalihkan perhatiannya pada hal-hal lain
yang dipakai sebagai penentu pilihannya. Misalnya kemudian dalam pembelian,
kondisi tempat penjualan, dan sebagainya.
(4) Perilaku pembelian kebiasaan
Kondisi seperti ini seringkali dijumpai. Pembeli tidak banyak menghiraukan akan
merk untuk memilih barang yang sebenarnya tidak banyak berbeda dengan yang lain.
Oleh karena itu dasar pembelian suatu produk tertentu bukan karena setia terhadap
merk, tetapi lebih banyak karena kebiasaan terhadap merk.
Secara skematis, perbedaan perilaku pembelian berdasarkan keterlibatan konsumen
dan perbedaan merk produk tersebut adalah sebagai berikut:
5
Keterlibatan tinggi Keterlibatan rendah
Perbedaan merk tinggi
Perbedaan merk rendah
Skema : tipe perilaku pembelian berdasarkan keterlibatan konsumen dan perbedaan merk
PERILAKU PEMBELIAN DAPAT DIPAHAMI MELALUI:
Pemahaman perilaku pembelian konsumen dapat dilakukan melalui beberapa caram
yaitu: (1) metode instrospektif (Instropective method), (2) metode retrospektif (Retrospective
method), (3) metode prospektif (Prospective method), dan (4) metode preskriptif
(Prescriptive method).
(1) Metode introspektif:
Melalui tindakan-tindakan diri sendiri sebagai dasar untuk menjelaskan perilaku
pembelian konsumen.
(2) Metode retrospektif:
Adalah usaha mengungkapkan tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh pembeli
terhadap pembelian produk tertentu waktu lalu. Misalnya dengan meminta pembeli
menceritakan sikapnya atas pembelian yang telah dilakukan. Informasi ini akan dapat
digunakan untuk melakukan perbaikan apabila produknya mengecewakan atau
mempertahankan produk apabila mampu memuaskan konsumen.
(3) Metode prospektif:
Dengan usaha menanyakan tindakan-tindakan yang akan dilakukan oleh calon
pembeli apabila hendak membeli suatu pada masa yang akan datang. Dengan
demikian akan dapat dipahami sebenarnya produk yang diharapkan oleh calon
pembeli. Informasi ini dapat dipakai oleh produsen untuk masukan terhadap
rancangan produknya.
(4) Metode preskriptif:
Adalah dengan menanyakan kapada pembeli, tindakan apa yang seharunya paling
baik dilakukan untuk pembelian produk tertentu. Informasi ini tidak saha mampu
menggali harapan pembeli tetapi juga persoalan yang dihadapi oleh pembeli, yaitu
tindakan yang paling baik untuk mengatasi persoalannya.
PERILAKU PEMBELIAN
YANG KOMPLEKS
PERILAKU PEMBELIAN
PENCARIAN VARIASI
PERILAKU PEMBELIAN
PENCARIAN VARIASI
PERILAKU PEMBELIAN
KEBIASAAN
6
Sumber :
Teguh Budiarto, Dasar-Dasar Pemasaran, Universitas Gunadarma, Depok. (Halaman
33 – 36)