teori pembelian

Upload: endharf-vitria

Post on 15-Oct-2015

48 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 6

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Pengertian Pembelian

    Pembelian adalah proses penemuan sumber dan pemesanan bahan, jasa, dan

    perlengkapan. Kegiatan tersebut terkadang disebut Pengadaan barang. Tujuan utamanya

    adalah memperoleh bahan dengan biaya serendah mungkin yang konsisten dengan kualitas

    dan jasa yang dipersyaratkan. Terlepas dari memastikan bahwa perusahaan mempunyai

    persediaan bahan tanpa henti, adalah fungsi dari pembelian untuk memastikan bahwa ada

    keseimbangan antara persediaan bahan dengan tingkat inventaris sehingga perusahaan

    dapat mempertahankan posisi labanya sepanjang menyangkut biaya

    bahan.(http://indonesia.smetoolkit.org/indonesia/id/content/id/435/Pengelolaan-Bahan-

    Anda)

    Menurut Sofjan Assauri (2008,p.223) Pembelian merupakan salah satu fungsi yang

    penting dalam berhasilnya operasi suatu perusahaan. Fungsi ini dibebani tanggung jawab

    untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas bahan-bahan yang tersedia pada waktu

    dibutuhkan dengan harga yang sesuai dengan harga yang berlaku. Pengawasan perlu

    dilakukan terhadap pelaksanaan fungsi ini, karena pembelian menyangkut investasi dana

    dalam persediaan dan kelancaran arus bahan ke dalam pabrik.

    Sedangkan menurut Mulyadi (2007,p.711) aktivitas dalam proses pembelian barang

    adalah:

    1. Permintaan pembelian

    2. Pemilihan pemasok

    3. Penempatan order pembelian

    4. Penerimaan barang, dan

  • 7

    5. Pencatatan transaksi pembelian

    Permintaan pembelian adalah contoh suatu aktivitas yang merupakan satuan

    pekerjaan yang ditujukan untuk memicu bagian pembelian melakukan pengadaan barang

    sesuai dengan spesifikasi dan jadwal sebagaimana yang dibutuhkan oleh pemakai barang.

    Penerimaan barang adalah contoh aktivitas tentang penerimaan kiriman dari pemasok

    sebagai akibat adanya order pembelian yang dibuat oleh bagian pembelian.

    2.1.1 Tugas dan Tanggung Jawab Bagian Pembelian

    Menurut Sofjan Assauri (2008,p.228) tanggung jawab bagian pembelian berbeda-

    beda disetiap perusahaan tergantung pada luasnya aktivitas yang dilakukan dan dipengaruhi

    oleh operasi yang ekonomis dari perusahaan tersebut. Tetapi yang jelas bahwa bahan-bahan

    harus dibeli sebelum dapat diproduksi, oleh karena itu perlu kegiatan pembelian. Dengan

    demikian, tanpa adanya operasi pembelian yang pertama, maka penjualan tidak akan

    mungkin dilakukan. Oleh karena itu tanggung jawab bagian pembelian tidak hanya

    pembelian bahan, tetapi lebih luas lagi. Adapun tanggung jawab bagian pembelian antara

    lain adalah:

    1. Bertanggung jawab atas pelaksanaan pembelian bahan-bahan agar rencana operasi

    dapat dipenuhi dan pembelian bahan-bahan tersebut pada tingkat harga yang

    perusahaan pabrik akan mampu bersaing dalam memasarkan produknya.

    2. Bertanggung jawab atas usaha-usaha untuk dapat mengikuti perkembangan bahan-

    bahan baru yang dapat mengguntungkan dalam proses produksi, perkembangan

    dalam desain, harga dan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi produk

    perusahaan, harga dan desainnya.

  • 8

    3. Bertanggung jawab untuk meminimalisasi investasi atau meningkatkan perputaran

    (turn over) bahan, yaitu dengan penentuan skedul arus bahan ke dalam pabrik

    dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi.

    4. Bertanggung jawab atas kegiatan penelitian dengan menyelidiki data dan

    perkembangan pasar, perbedaan sumber-sumber penawaran (supply) dan

    memeriksa pabrik supplier untuk mengetahui kapasitasnya dan kemampuan untuk

    memenuhi kebutuhan-kebutuhanperusahaan.

    5. Sebagai tambahan, kadang-kadang bertanggung jawab atas pemeliharaan bahan-

    bahan yang dibeli setelah diterima, yaitu pekerja-pekerja di gudang pabrik dan

    bertanggung jawab atas pengawasan persediaan (Inventory control).

    Tugas-tugas yang dilakukan bagian pembelian dalam memenuhi tanggung jawab

    antara lain adalah:

    1. Melakukan pembelian bahan-bahan secara bersaing atas dasar nilai yang ditentukan

    tidak hanya oleh harga yang tepat tetapi juga oleh waktu yang tepat, jumlah dan

    mutu/kualitas yang tepat.

    2. Membantu melakukan pemilihan bahan-bahan dengan menyelidiki/substitusi.

    3. Untuk memperoleh sumber-sumber pilihan dari suplai dengan melakukan usaha-

    usaha pencarian paling sedikit dua sumber dari suplai.

    4. Memengaruhi tingkat persediaan yang terendah (the lowest stock levels).

    5. Menjaga hubungan dengan supplier yang baik.

    6. Melakukan kerjasama dan koordinasi yang efektif dengan fungsi-fungsi lainnya

    dalam perusahaan.

    7. Melakukan penelitian tentang keadaan perdangangan dan pasar.

  • 9

    8. Melakukan pembelian seluruh bahan-bahan dan perlengkapan yang dibutuhkan tepat

    pada waktunya sehingga tidak mengganggu rencana produksi dari perusahaan

    pabrik tersebut.

    2.2 Persediaan

    Persediaan adalah setiap sumberdaya yang disimpan (stored resource) yang

    digunakan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan pada saat ini atau masa depan. Bagi

    banyak perusahaan, persediaan mencerminkan sebuah investasi, dan investasi ini sering

    lebih besar daripada yang seharusnya karena perusahaan lebih mudah untuk memiliki

    persediaan just-in-case (berjaga-jaga kalau ada apa-apa) daripada pesediaan just-in-time

    (persediaan seperlunya). Setiap manajer operasi menyadari bahwa manajemen persediaan

    yang baik sangat penting. Perusahaan dapat mengurangi biaya dengan mengurangi tingkat

    persediaan di tangan, sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu produk

    stoknya habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara investasi

    persediaan dan tingkat layanan konsumen.

    (http://bahankuliah.files.wordpress.com/2008/04/1-kuliah-05_inventory-management-

    information-systems.ppt.)

    Persediaan atau stock adalah merupakan salah satu aspek penting bagi perusahaan

    yang menjual barang dagangan atau perusahaan pengolahan. Stock atau persediaan yang

    dimiliki oleh perusahaan tidak boleh terlalu banyak, namun juga tidak boleh terlalu sedikit.

    Pengertian persediaan dalam topik ini di fokuskan pada persediaan bahan baku.

    Persediaan itu perlu diawasi sehingga diperlukan pengawasan persediaan. Secara

    fungsional, pengawasan persediaan adalah suatu kegiatan untuk menentukan tingkat atau

    komposisi daripada persedian part, bahan baku, dan barang hasil / produk , sehingga

  • 10

    perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan

    perusahaan dengan efektif dan efisien.

    Tujuan pengawasan persediaan pada intinya adalah menjaga jangan sampai

    perusahaan kehabisan persediaan, menjaga supaya pembentukan persediaan oleh

    perusahaan tidak terlalu besar sehingga biaya yang timbul tidak terlalu besar dan menjaga

    agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya

    pemesanan menjadi besar.

    Menurut pendapat Pardede Pontas M (2005,p.412) Persediaan / Inventory adalah sejumlah bahan baku atau barang yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu

    dimasa yang akan datang .

    Berdasarkan pendapat Heizer, jay H. Dan Barry Render (2005,p.60) Persediaan merupakan asset termahal bagi perusahaan, dan berjumlah sekitar 50 persen dari

    total modal yang ditanamkan.

    Menurut Maarif, Syamsul (2003,p.276) Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam proses produksi

    ataupun persediaan bahan baku yang masih menunggu untuk digunakan dalam

    suatu proses produksi.

    Persediaan adalah kuantitas dimana produsen akan menjual produk pada harga yang ditentukan. (http://en.wikipedia.org/wiki/supply)

    Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa persediaan itu merupakan aktiva dari

    suatu perusahaan, apakah dalam bentuk mentah (bahan baku), atau dalam bentuk sedang

    diproses, atau dalam bentuk barang jadi.

  • 11

    2.2.1 Jenis-Jenis Persediaan

    Setiap jenis persediaan memiliki ciri-ciri atau karakteristik tersendiri dan cara

    pengelolaan yang berbeda. Berdasarkan pendapat Assauri, Sofjan (2004.p170-172)

    persediaan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis:

    Persediaan bahan baku (Raw materials stock) yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang yang dapat diperoleh dari

    sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan

    bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. Bahan baku diperlukan oleh

    pabrik untuk diolah, yang setelah melalui beberapa proses diharapkan menjadi barang

    jadi (finished goods)

    Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased parts / components stock) yaitu persediaan yang terdiri dari parts yang diterima perusahaan lain, yang

    secara langsung dapat dirakit (assembling) dengan parts lain, tanpa melalui proses

    produksi sebelumnya. Jadi barang yang merupakan parts ini tidak mengalami perubahan

    dalam operasi.

    Persediaan barang-barang pembantu atau barang-barang perlengkapan (supplies stock) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses

    produksi untuk membantu berhasilnya produk, atau yang diperlukan dalam bekerjanya

    suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.

    Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work-in-process /procress stock) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam

    satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu

    diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.

    persediaan barang jadi (finished goods stock) yaitu persediaan barang yang telah selesai di proses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau

  • 12

    perusahaan lain. Jadi barang jadi ini adalah merupakan produk selesai dan telah siap

    untuk dijual.

    2.2.2 Fungsi Persediaan

    Fungsi persediaan merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam

    operasional perusahaan. Yang secara terus menerus untuk dirubah dan kemudian untuk

    dijual kembali. Berikut ini adalah fungsi persediaan:

    a. Menurut Assauri, Sofjan (2004,p.170) fungsi persediaan ada tiga macam yaitu:

    Batch Stock/ Lot Size Inventory

    Yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau

    barang-barang dalam jumlah besar daripada jumlah yang dibutuhkan saat itu.

    Keuntungannya:

    Potongan harga pada harga pembelian Efisiensi produksi Penghematan biaya angkutan Fluctuation Stock

    Adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapai fluktuasi permintaan yang tidak

    dapat diramalkan.

    Anticipation Stock

    Merupakan persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang

    dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk

    menghadapi penggunaan penjualan, atau permintaan yang meningkat.

    b. Sedangkan Rangkuti, Freddy (2004,p.15) berpendapat bahwa fungsi persediaan ada

    tiga macam yaitu:

    Fungsi Decoupling

  • 13

    Yaitu persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan

    pelanggan tanpa tergantung pada supplier.

    Fungsi Economic Lot Size. Persediaan Lot Size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan

    pembelian, biaya pengangkutan perunit menjadi lebih murah dan sebagainya, karena

    perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya-

    biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko,

    dan sebagainya.)

    Fungsi Antisipasi Apabila perusahaan mengalami fluktuasi permintaan dapat diperkirakan dan diramalkan

    berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman

    (sensational inventoris).

    Sedang bila perusahaan menghadapi ketidak pastian jangka waktu pengiriman dan

    permintaan barang-barang selama periode tertentu, makan perusahaan melakukan

    persedian ekstra yaitu persediaan pengamanan (Savety Stock Inventories).

    c. Berdasarkan Maarif, Syamsul (2003,p.277) Persediaan yang dilakukan oleh perusahaan

    memiliki beberapa kegunaan yang diantaranya adalah :

    Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang. Jika barang yang dipesan terlambat datang sedangkan proes produksi berjalan terus, maka persediaan akan

    dikeluarkan dan dipakai untuk keperluan produksi. Hal ini akan terus berlangsung

    sampai barang yang dipesan datang. Untuk pemasok yang nakal dalam arti tidak

    menepati janji pengiriman pesanan barang, maka dapat digunakan taktik

    memperpanjang masa perkiraan datangnya barang sehingga persediaan yang

    dilakukan lebih besar daripada yang dilakukan terhadap pemasok yang baik.

  • 14

    Mengilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik. Jika barang yang dipesan cacat, rusak atau ditolak (reject), maka persediaan dapat digunakan sambil

    menunggu barang yang baik dikirimkan. Barang yang dipesan hendaknya mencapai

    kualitas yang diinginkan. Jika tidak sesuai dengan kualitas yang disepakati, maka

    perusahaan dapat me-reject barang dengan alasan tidak sesuai dengan spesifikasi

    yang ada dalam kontrak.

    Untuk menumpuk barang-barang yang dihasilkan secara musiman. Ini berlaku bagi produk-produk pertanian. Karena sifatnya musiman, maka ketika musim panen,

    persediaan dilakukan dalam jumlah besar. Sedangkan jika tidak musim, maka

    persediaan yang tadi dikeluarkan.

    Mempertahanan stabilitas operasi perusahaan. Pada akhirnya, persediaan memiliki kegunaan untuk mempertahankan agar produksi terus berjalan. Jika produksi

    berhenti, maka stabilitas operasi perusahaan akan terganggu.

    Mencapai penggunaan mesin yang optimal. Persediaan pun diperlukan untuk mencapai penggunaan mesin agar optimal. Karena jika tidak ada barang, maka

    mesin akan idle. Dalam kondisi tidak ada barang yang masuk, maka persediaan

    menjadi wajib hukumnya untuk dikeluarkan.

    Memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi. Jaminan perusahaan ini menjadi penting, disebabkan karena image konsumen terhadap perusahaan. Jika tidak ada

    jaminan barang jadi selalu tersedia, maka konsumen tidak akan pernah loyal dengan

    barang kita semua.

    2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persediaan

    Maarif, Syamsul (2003,p.278) Menuliskan dalam bukunya, Adapun faktor-faktor

    yang mempengaruhi persediaan bahan baku adalah :

  • 15

    Perkiraan pemakaian, angka ini mutlak diperlukan untuk membuat keputusan berapa persediaan yang dilakukan untuk mengantisipasi masa mendatang (biasanya

    dilakukan dalam kurun waktu setahun).

    Harga bahan baku. Harga bahan baku yang mahal, sebaiknya di stok dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Hal ini disebabkan terbenamnya uang yang seharusnya

    bisa diputar.

    Biaya- biaya dari persediaan. Biaya-biaya ini meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

    Kebijakan pembelanjaan. Kebijakan ini ditentukan oleh sifat dari bahan itu sendiri. Untuk bahan-bahan yang cepat rusak (perishable), tentunya tidak mungkin dilakukan

    penyimpanan yang terlalu lama, terkecuali ada alat yang dapat membuat bahan itu

    bertahan misalnya refrigerator atau freezer untuk produk-produk pertanian. Di

    samping itu, perlu juga dipertimbangkan persediaan yang mendadak.

    2.2.4 Biaya- Biaya Persediaan

    Dalam manajemen penanganan persediaan ada hal penting yang perlu diperhatikan

    yaitu cost (biaya), sebab di mana persediaan berada atau berjalan di situ akan timbul biaya.

    Menurut Icun Y., Holy & Martinus Getty S, (2005,p.9) berikut ini adalah jenis-jenis biaya

    yang digunakan dalam manajemen persediaan:

    1) Item cost

    Item cost merupakan harga barang itu sendiri dan biaya-biaya lain yang berhubungan pada

    saat pembelian barang tersebut, seperti biaya freight, asuransi, dan lain-lain.

    Untuk item cost dalam industri manufacturing biasanya meliputi direct material, direct labor,

    dan factory overhead. Hal ini biasanya ditentukan dalam kebijakan pembentukan cost-nya

    oleh departemen Purchasing atau departemen akunting.

  • 16

    2) Carrying Cost

    Carrying cost meliputi segala biaya yang berhubungan dengan posisi persediaan itu sendiri

    dalam perusahaan (warehouse). Carrying cost ini dapat dikategorikan lebih detail lagi

    seperti:

    Capital Cost Capital cost merupakan suatu biaya yang harus diinvestasikan pada persediaan yang

    bersangkutan yang mana nilai dari persediaan tersebut akan berkurang karena pengaruh

    pengurangan nilai bunganya (biaya lain yang mempengaruhi persediaan tersebut). Akan

    lebih baik jika diinvestasikan ke hal lain dengan cost of capital yang lebih besar seperti

    deposito, reksadana, pasar uang, pasar saham, dan lain-lain.

    Storage cost Jika ada persediaan maka akan membutuhkan tempat untuk mengalokasikannya, oleh

    karena itu dibutuhkan ruang untuk alokasi, pekerja serta peralatan lain guna perawatan

    dari persediaan tersebut sehingga semua ini harus butuh biaya tertentu.

    Risk Cost Dalam perawatan dan penempatan persediaan, ada biaya lain yaitu biaya resiko atau risk

    cost. Biaya resiko ini meliputi pencurian, kerusakan yang mungkin terjadi karena terlalu

    lama disimpan, atau pada saat barang itu dipindahkan. Atau mungkin juga barang

    tersebut sudah terlalu lama tersimpan di warehouse sehingga barang tersebut sudah

    tidak up to date lagi (obsolescence), atau bisa juga keadaan persediaan tersebut

    kelihatan kurang bagus (deterioration).

    3) Ordering Cost

    Ordering Cost adalah biaya yang dibutuhkan ketika memesan barang dari supplier atau

    pabrik. Biaya ini tidak bergantung pada jumlah kuantitas yang dipesan, tetapi bergantung

  • 17

    pada jumlah pesanan-pesanan yang dilakukan dalam satu tahun. Ordering Cost dari suatu

    pabrik dapat dibagi menjadi beberapa seperti :

    Production Control Cost Biaya produksi tahunan yang timbul pada saat kontrol produksi tergantung dari jumlah

    pesanan yang dipesan. Semakin sedikit pesanan yang dipesan maka semakin sedikitlah

    biaya yang timbul pada tahun yang bersangkutan. Biaya ini biasanya terjadi pada

    aktivitas pengeluaran barang, closing orders, penjadwalan, loading, pengiriman barang

    dan ekspedisinya.

    Setup and Teardown Cost setiap pesanan yang di-issue atau dikeluarkan baik dari proses sebelumnya ke proses

    selanjutya, maka dalam work center tersebut ada sesuatu yang perlu dipersiapkan

    (setup) dalam proes pemesanan tersebut. Begitu juga setelah kegiatan pemesanan

    tersebut selesai, maka harus perlu dipertahankan juga. Aktivitas dari hal ini menimbulkan

    biaya yang disebut setup and teardown cost (biaya maintain setelah produksi tersebut

    selesai).

    Lost Capacity Cost Pada saat pesanan datang ke work center dan kemudin diproses, maka tidak 100%

    output yang dihasilkannya, kecuali jika memang efisiensi dari kapasitas atau kemampuan

    melakukan proses produksi tersebut ditingkatkan. Berkurangnya nilai kapasitas dari hasil

    proses sebelumnya atau produksi bisa dikatakan hal ini sebagai lost capacity cost. Hal ini

    mungkin terjadi karena tidak akuratnya dalam pengaturan pada work center atau yang

    biasa terjadi disebut bottleneck.

    Purchase Order Cost

  • 18

    Segala kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan biaya dalam membuat purcase

    order. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya persiapan pemesanan, biaya follow-up, biaya

    ekspedisi, autorisasi pembayaran dan pembayaran invoice-nya.

    4) Stockout Cost

    Jika permintaan pelanggan selama waktu senggang (lead time) melebihi peramalannya

    (forecast), maka akan timbul stockout (kekurangan stock atau barang). Apa yang bisa

    dilakukan? Perusahaan biasanya tetap berusaha untuk memenuhi kebutuhan pelanggan

    tersebut maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seperti back order cost (biaya

    yang timbul untuk meng-cover stock, misalnya dengan membeli item yang sama dari partner

    atau dengan cara berkonsinyasi), jika tidak terlambat memenuhinya maka maka akan

    kehilangan prospek sales tersebut, dan bahkan mungkin juga kehilanggan pelanggan. Situasi

    inilah yang dikatakan stockout cost.

    Lead Time adalah jangka waktu kapan persediaan itu mulai dipesan sampai

    persediaan itu ditempatkan/ dipesan kembali. Istilah lead time bisa dipakai pada saat proses

    procurement, delivery time, ataupun pada saat proses BOP (Bill of material, komponen dari

    perencanaan aktivitas produksi). Lead time juga merupakan bagian dari komponen

    perhitungan-perhitungan dalam proses produksi atau proses perencanaan persediaan.

    Warehouse adalah tempat penyimpanan dari persediaan. Untuk kategori persediaan yang

    tersimpan pada warehouse dan mempunyai pergerakan yang cukup cepat maka bisa

    dikatakan warehouse tersebut merupakan distribution center (distribution warehouse).

    2.3 Pengertian Bahan Baku

    Menurut pendapat Sofjan Assauri (2008,p.240-241) bahan baku merupakan barang-

    barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang dapat diperoleh dari

    sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan

  • 19

    baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. Bahan baku diperlukan oleh pabrik

    untuk diolah, yang setelah mengalami beberapa proses diharapkan menjadi barang jadi.

    Dan menurut M.Nafarin (2007,p.202) bahan baku merupakan bahan langsung (direct

    material) yaitu bahan yang membentuk suatu kesatuan yang terpisahkan dari produk jadi.

    Bahan baku adalah bahan utama atau bahan pokok dan merupakan komponen utama dari

    suatu produk . Bahan baku biasanya mudah ditelusuri dalam suatu produk yang harganya

    relatif tinggi dibandingkan dengan bahan pembantu.

    Sedangkan Abdul Sani dkk, (2007,p.12) barang atau bahan (Bahan baku) adalah

    semua barang atau bahan, tidak melihat jenis dan komposisinya, yang digunakan sebagai

    bahan atau komponen untuk menghasilkan barang jadi.

    Berdasarkan dari tiga pengertian yang telah dijelaskan tersebut dapat disimpulkan

    bahwa bahan baku adalah bahan-bahan yang didapat dari sumber-sumber alam ataupun

    dibeli dari supplier untuk memproduksi barang dan jasa dalam proses produksi.

    2.4 Peramalan (Forcasting)

    Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006,p.136) Peramalan (forecast) adalah seni

    dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Hal ini dapat dilakukan dengan

    melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa yang akan datang

    dengan suatu bentuk model matematis. Bisa juga merupakan prediksi intuisi yang bersifat

    subjektif. Atau bisa juga dengan menggunakan kombinasi model matematis yang sesuai

    dengan pertimbangan yang baik dari seorang manajer.

    Ketepatan secara mutlak dalam memprediksi peristiwa dan tingkat kegiatan yang

    akan datang adalah tidak mungkin dicapai. Oleh Karena itu ketika perusahaan tidak dapat

    melihat kejadian yang akan datang secara pasti, diperlukan waktu tenaga yang besar agar

    mereka dapat memiliki kekuatan terhadap kejadian yang akan datang.

  • 20

    Suatu perusahaan melakukan kegiatan untuk mencapai sesuatu pada waktu yang

    akan datang serta memperhitungkan kondisi yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang.

    Kondisi pada waktu yang akan datang tidaklah dapat diperkirakan secara pasti, sehingga

    perusahaan mau tidak mau harus bekerja dengan orientasi pada waktu yang akan datang

    yang tidak pasti. Untuk meminimalkan ketidak pastian itu dapat dilakukan dengan metode

    atau teknik peramalan. Dengan teknik peramalan dapat diidentifikasikan pola yang dapat

    digunakan untuk meramalkan kondisi pada waktu yang akan datang, sehingga dari hasil

    peramalan itu, eksekutif perusahaan dapat membuat perencanaan yang diperlukan untuk

    dilaksanakan pada masa yang akan datang.

    Peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan untuk suatu

    produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu dimasa yang akan datang.

    Tujuan dari peramalan adalah untuk mengetahui jumlah permintaan produk dimasa yang

    akan datang. Agar tidak sampai terjadi kekurangan bahan baku. Untuk mrmbuat peramalan

    digunakan dengan mengeksplorasi data dari waktu yang lalu dengan menggunakan pola

    data dengan asumsi bahwa pola data waktu yang lalu itu akan berulang lagi pada waktu

    yang akan datang, misalnya beradasarkan data dan pengalaman pada 12 bulan yang

    terakhir, pendapatan perusahaan dalam setiap bulan januari menurun drastis jika

    dibandingkan dengan sebelas bulan yang lainnya. Berdasarkan pola tersebut harusnya

    perusahaan dapat meramalkan bahwa pada bulan januari tahun berikutnya akan terjadi

    penurunan pendapatan.

    2.4.1 Metode Peramalan

    Ada dua jenis metode peramalan, yaitu:

    1. Metode Peramalan Kualitatif

  • 21

    Yaitu metode yang didasarkan pada intuisi dan pandangan individu-inidvidu,

    penilaian orang yang melakukan peramalan dan tidak tergantung pada data-data

    yang akurat (pengolahan data dan analisis data historis yang tersedia), metode ini

    digunakan untuk peramalan produk baru dimana tidak ada data historis. Teknik pada

    metode ini yang digunakan adalah teknik Delphi, Kurva pertumbuhan, dan lain-lain.

    Menurut Freddy Rangkuti (2005,p.63). Secara umum pendekatan yang biasa dipakai

    di dalam metode peramalan secara kualitatif, yaitu :

    Pendapat para eksekutif (jury of executive opinion). Metode ini menggunakan pendapat kelompok kecil para eksekutif untuk mengestimasikan besarnya

    permintaan.

    Gabungan beberapa tenaga penjual (sales force composite). Metode ini merupakan gabungan pendapat beberapa orang tenaga penjual (sales person) dalam

    menentukan besarnya permintaan di wilayah mereka masing-masing, kemudian

    hasilnya digabung untuk menentukan jumlah peramalan secara keseluruhan.

    Metode delphi. Metode ini menggunakan proses interaktif dengan melibatkan para eksekutif yang ditempatkan di beberapa tempat yang berbeda untuk membuat

    peramalan (forecast). Ada tiga partisipan yang berbeda dalam proses ini, yaitu : para

    pengambl keputusan, staf pembantu dan responden. Para pengambil keputusan

    umumnya terdiri dari lima sampai sepuluh orang tenaga ahli. Tugasnya adalah

    membuat actual forecast. Sedangkan staf pembantu bertugas membantu para

    pengambil keputusan dalam menyiapkan, mendistribusikan, mengumpulkan dan

    membuat kuesioner dan survei. Responden adalah sekelompok orang yang akan

    dimintai pendapatnya. Kelompok responden ini memberikan masukan dalam bentuk

    wawancara maupun pengisian kuesioner dalam rangka pengambilan keputusan

    pembuatan peramalan (forecasting).

  • 22

    Riset pasar (customer market survey). Metode ini banyak menggunakan masukan yang diperoleh dari pelanggan atau pelanggan yang potensial,sesuai dengan rencana

    pembelian pelanggan di masa yang akan datang. Semua informasi yang diperoleh

    dari pelanggan ini sangat bermanfaat, tidak hanya untuk membuat perkiraan

    besarnya permintaan, tetapi juga untuk memperbaiki desain produk serta

    perencanaan pengembangan produk baru.

    2. Metode Peramalan Kuantitatif

    Yaitu Metode yang dilakukan berdasarkan data-data yang sudah ada sebelumnya

    untuk memperkirakan hal yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Ada tiga

    kondisi yang diterapkan pada metode ini:

    Informasi mengenai keadaan pada waktu yang tersedia. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik (angka). Waktu yang akan datang (disebut asumsi kontinuitas). Metode peramalan secara kuantitatif meliputi :

    1. Dekomposisi

    2. Moving Average

    Moving average method jika disebutkan dalam bahasa indonesianya adalah rata-rata

    bergerak. Metode ini sangat bermanfaat apabila kita dapat membuat asumsi bahwa

    demand (permintaan) cenderung stabil sepanjang waktu. Rumus metode rata-rata

    bergerak (moving average method) adalah :

    demand pada periode n Rata-rata Bergerak = n

  • 23

    Dimana n adalah jumlah periode yang digunakan dalam metode rata-rata bergerak.

    3. Eksponential Smoothing

    Pengahalusan eksponensial atau disebut juga exponential smoothing merupakan

    salah satu metode forecasting yang relatif mudah dipergunakan, karena tidak

    memerlukan input data yang sangat banyak. Adapun rumus metode penghalusan

    eksponensial adalah sebagai berikut:

    Di mana adalah konstanta yang nilainya antara 0 sampai 1. sehingga persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut :

    Dimana ,

    Ft = forecast yang baru

    Ft-1 = forecast yang lalu

    At-1 = Actual demand periode yang lalu

    = konstanta yang nilainya 0 sampai 1

    Forecast periode yang akan datang = forecast periode yang lalu + (aktual demand forecast periode yang lalu)

    Ft = Ft-1 + (At1 Ft-1)

  • 24

    (smoothing constant) dapat berubah, tergantung pada asumsi kita mengenai perubahan yang akan terjadi pada data tersebut. Semakin besar asumsi terhadap tarjadinya

    peningkatan penjualan, nilai akan semakin besar, dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikian, pemilihan besarnya nilai harus kita lakukan dengan hati-hati. Untuk memperoleh forecasting yang lebih akurat, kita dapat membandingkan nilai

    forecasting dengan nilai aktual yang terjadi. Semakin kecil perbedaan antara nilai hasil

    forecasting dan nilai aktual, berarti tingkat kesalahannya semakin kecil dan metode

    forecasting yang digunakan relatif baik. Tingkat kesalahan forecasting (forecast error) dapat

    dihitung sebagai berikut:

    Forecast error = Demand Forecast

    4. Eksponential Smoothing dengan menggunakan trend adjustment

    5. Trend projection

    6. Linear regression causal model

    Peramalan dengan regresi linier di dasarkan pada asumsi bahwa pola pertumbuhan

    dari data historis bersifat linier. Rumus yang di gunakan untuk menghitung

    peramalan dengan metode regresi linier adalah persamaan garis regresi linier

    sebagai berikut:

    Y = a + bX

  • 25

    Dengan:

    Y = Variabel dependen

    a = koefisien intercept

    b = koefisien slope atau kemiringan garis regresi

    X = Variabel independen

    Koefisien kemiringan slope b dapat dihitung dengan rumus:

    n XY ( X)( Y) b =

    n ( X2) ( X)2

    Di mana:

    b = slope atau kemiringan garis regresi

    = tanda penjumlahan X = Nilai variable independen

    Y = Nilai variable dependen

    X = rata-rata dari nilai X

    Y = rata-rata dari nilai Y

    n = jumlah sample atau jumlah pengamatan

    setelah mencari koefisien b kita peroleh, selanjutnya kita dapat menghitung koefisien a:

    Y b X a =

    n

  • 26

    atau

    a = Y b X

    ketepatan estimasi regresi ini sangat dipengaruhi oleh seberapa besar penyimpanan semua

    data variabel independen (X) terhadap garis regresi. Apabila semua data variabel independen

    (X) tersebut berada di sepanjang garis regresi, maka tingkat kesalahannya mendekati 0.

    sebaliknya, jika data variabel tersebut makin menjauh dari garis regresi, tingkat

    kesalahannya semakin besar. Dan besarnya tingkat kesalahan dapat dihitung dengan rumus:

    Se = ( )

    Di mana:

    Se = Standart error estimasi

    Metode peramalan kuantitatif terdiri dari peramalan deret waktu (time series) dan

    peramalan sebab akibat. Kedua metode kuantitatif ini mendasarkan peramalannya adalah

    pada data lalu dengan menggunakan predictor untuk masa mendatang. Dengan mengelola

    data yang lalu maka melalui metode time series atau kausal akan sampai pada suatu hasil

    peramalan.

    Metode peramalan kuantitatif dibagi menjadi dua, yaitu:

    1. Peramalan deret waktu (Time Series)

    Peramalan ini dilakukan berdasarkan data-data dari suatu produk yang sudah ada

    sebelumnya, kemudian dianalisa pola datanya apakah berpola pada trend atau

    Y2 a Y b XY n-2

  • 27

    musiman maupun berbentuk siklus. Metode-metode yang dapat dipergunakan dalam

    hal ini dapat berupa Rata-rata bergerak, penghalusan eksponensial, model

    matematika dan metode Box-Jenkis.

    2. Peramalan sebab-akibat (Causal)

    Peramalan ini dilakukan berdasarkan data yang sudah ada sebelumnya, tetapi

    menggunakan data dari variabel yang lain yang menentukan atau mempengaruhinya

    pada masa depan, seperti penduduk, pendapatan, dan kegiatan ekonomi.

    Dengan mengolah data yang sudah ada sebelumnya melalui deret waktu dan

    metode sebab akibat, maka akan diperoleh hasil peramalan, tetapi metode

    peramalan yang ditekankan dalam pembahasan ini terbatas pada permalan dengan

    metode deret waktu. Metode-metode yang dapat dipergunakan dalam hal ini dapat

    berupa regresi, model ekonometri, model input-output dan model simulasi.

    2.5 Menghitung Kesalahan Peramalan

    Menurut Jay Heizer dan Barry Render ada beberapa perhitungan yang biasa

    digunakan untuk menghitung kesalahan peramalan (forecast error) total. Perhitungan ini

    dapat digunakan untuk membandingkan model peramalan yang berbeda, juga untuk

    mengawasi peramalan, untuk memastikan peramalan berjalan dengan baik. Tiga dari

    perhitungan yang paling terkenal adalah deviasi rata-rata absolut (mean absolute deviation-

    MAD), kesalahan rata-rata kuadrat(mean squared error-MSE), dan kesalahan persen rata-

    rata absolut (Mean absolute percent error-MAPE).

    1. Deviasi Rata rata absolut ( Mean Absolute Deviation = MAD )

  • 28

    MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah

    model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari tiap kesalahan

    peramalan dibagi dengan jumlah periode data(n).

    | aktual - peramalan | MAD =

    n

    2. Kesalahan Rata rata Kuadrat ( Mean Square Error = MSE )

    MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan keseluruhan. MSE

    merupakan rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang diramalkan dan yang diamati.

    Kekurangan penggunaan MSE adalah bahwa ia cenderung menonjolkan deviasi yang

    besar karena adanya pegkuadratan.

    (kesalahan peramalan) MSE =

    n

    3. Kesalahan persen Rata rata Absolut ( Mean Absolute Percentage Error = MAPE )

    Masalah yang terjadi dengan MAD dan MSE adalah bahwa nilai mereka tergantung

    pada besarnya unsur yang diramal. Jika unsur tersebut dihitung dalam satuan

    ribuan, maka nilai MAD dan MSE bisa menjadi sangat besar. Untuk menghindari

    masalah ini, kita dapat menggunakan MAPE. MAPE dihitung sebagai rata-rata

    diferensiasi absolut antara nilai yang diramal dan aktual, dinyatakan sebagai

    persentase nilai aktual.

  • 29

    n

    100 |aktual i ramalan i| / aktual i MAPE = i =1

    n

    Berdasarkan Nachrowi D, dan Hardius Usman (2004,p.239) menyatakan bahwa

    sebenarnya, membandingkan kesalahan peramalan adalah suatu cara sederhana, apakah

    suatu teknik peramalan tersebut patut dipilih untuk digunakan membuat ramalan data yang

    sedang kita analisa atau tidak. Minimal prosedur ini dapat digunakan sebagai indikator

    apakah suatu teknik peramalan cocok digunakan atau tidak. Dan teknik yang mempunyai

    MSE terkecil merupakan ramalan yang terbaik.

    Sedangkan Vincent Gaspers (2005,p.80) dalam bukunya menyebutkan akurasi

    peramalan akan semakin tinggi apabila nilai-nilai MAD, MSE, dan MAPE semakin kecil.

    Dan menurut Freddy Rangkuti (2005,p.70) dalam bukunya menyatakan keharusan

    untuk membandingkan perhitungan yang memiliki nilai MAD paling kecil, karena semakin

    kecil nilai MAD, berarti semakin kecil pula perbedaan antara hasil Forecasting dan nilai aktual.

  • 6

    2.6 Kerangka Pemikiran

    Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

    PT. FASTFOOD INDONESIA, Tbk.

    Pembelian bahan baku

    (Ayam)

    Regresi Linier

    Penghalusan Eksponensial

    Rata-rata Bergerak

    Rata-rata Bergerak dengan

    Pembobotan

    forcasting

    MAD, MSE dan MAPE : nilai yg paling kecil.

    Analisis Gap

    Nilai Kesenjangan Gap yang paling kecil