peranan nilai adat dalam modernisasi di kampung … · kampung ciptagelar cisolok sukabumi by...

76
PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG CIPTAGELAR CISOLOK SUKABUMI MUHAMMAD MAHDI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: truongphuc

Post on 06-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI

KAMPUNG CIPTAGELAR CISOLOK SUKABUMI

MUHAMMAD MAHDI

DEPARTEMEN

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

ABSTRAK

MUHAMMAD MAHDI. Peranan Nilai Adat dalam Modernisasi di Kampung

Ciptagelar Cisolok Sukabumi di bawah bimbingan FREDIAN TONNY

NASDIAN

Modernisasi merupakan ciri dari perkembangan global pada saat ini, hampir

di seluruh Negara berlomba untuk melakukan modernisasi yang diyakini dapat

mendorong pembangunan sehingga terciptanya kesejahteraan dan mengurangi

angka kemiskinan. Modernisasi sebagai suatu model pembangunan yang

didukung dan didorong oleh pemerintah terkadang harus berbenturan dengan

nilai-nilai adat yang telah dianut oleh masyarakat lokal. Karena itu menjadi

penting untuk mengetahui peran nilai adat di dalam modernisasi guna

mempercepat dan mengontrol prosesnya. Untuk mengetahui peran tersebut maka

perlu diketahui bagaimana sikap masyarakat terhadap modernisasi dan bagaimana

tingkat keterdedahan media di Kampung Ciptagelar. Metode yang digunakan

untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah metode kualitatif dengan pendekatan

deskriptif yang didukung dengan metode kuantitaif dengan pendekatan survei.

Nilai adat terbukti mampu berakulturasi dengan proses modernisasi yang ada

dikarenakan sifat dinamisme yang dimilikinya sehingga tidak hanya mampu

berjalan beriringan dengan modernisasi, akan tetapi menjaga dan menuntun proses

modernisasi yang ada. Oleh karena itu diharapkan kepada seluruh pihak terkait

agar dapat memperhitungkan dan memanfaatkan nilai-nilai lokal yang dimiliki

suatu masyarakat di dalam suatu program pembangunan.

Kata kunci: Modernisasi, Masyarakat, Nilai Adat, Pembangunan

ABSTRACT

MUHAMMAD MAHDI. The Role of Indegenious Value in Modernization at

Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN

Modernization is the hallmark of global development at the moment, almost all

over the Country to compete to make the modernization which is believed to be

pushing the construction so that the creation of prosperity and reduce poverty,

modernization as a model of development that supported and impelled by the

Government sometimes have to collide with the values of the custom which has

been embraced by the local people. Because it becomes important to know the

role of custom in the modernization in order to expedite and control the process.

To find out the role, then I need to know how the attitude of society towards

modernization and how the level of media exposure in Kampung Ciptagelar. An

method that is used to answer this question is the qualitative method with a

descriptive approach in nature which is to be supported with an quantitative

method with a surveying approach.The value of customary proven able to

berakulturasi with the process of modernization of existing because of the nature

of dinamisme file so as not only capable of running in tandem with modernization

but keeping and guide the process of modernization.Hence it is expected to all

sides related to be able to reckon and take advantage of local values in have a

society in a course of development.

Keywords: Modernization, Community, Indegenous Value, Development

Page 3: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,
Page 4: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Peranan Nilai

Adat dalam Modernisasi di Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi adalah benar

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Muhammad Mahdi

NIM I34100082

Page 5: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

ABSTRAK

MUHAMMAD MAHDI. Peranan Nilai Adat dalam Modernisasi di Kampung

Ciptagelar Cisolok Sukabumi di bawah bimbingan FREDIAN TONNY

NASDIAN

Modernisasi merupakan ciri dari perkembangan global pada saat ini, hampir

di seluruh Negara berlomba untuk melakukan modernisasi yang diyakini dapat

mendorong pembangunan sehingga terciptanya kesejahteraan dan mengurangi

angka kemiskinan. Modernisasi sebagai suatu model pembangunan yang

didukung dan didorong oleh pemerintah terkadang harus berbenturan dengan

nilai-nilai adat yang telah dianut oleh masyarakat lokal. Karena itu menjadi

penting untuk mengetahui peran nilai adat di dalam modernisasi guna

mempercepat dan mengontrol prosesnya. Untuk mengetahui peran tersebut maka

perlu diketahui bagaimana sikap masyarakat terhadap modernisasi dan bagaimana

tingkat keterdedahan media di Kampung Ciptagelar. Metode yang digunakan

untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah metode kualitatif dengan pendekatan

deskriptif yang didukung dengan metode kuantitaif dengan pendekatan survei.

Nilai adat terbukti mampu berakulturasi dengan proses modernisasi yang ada

dikarenakan sifat dinamisme yang dimilikinya sehingga tidak hanya mampu

berjalan beriringan dengan modernisasi, akan tetapi menjaga dan menuntun proses

modernisasi yang ada. Oleh karena itu diharapkan kepada seluruh pihak terkait

agar dapat memperhitungkan dan memanfaatkan nilai-nilai lokal yang dimiliki

suatu masyarakat di dalam suatu program pembangunan.

Kata kunci: Modernisasi, Masyarakat, Nilai Adat, Pembangunan

ABSTRACT

MUHAMMAD MAHDI. The Role of Indegenious Value in Modernization at

Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN

Modernization is the hallmark of global development at the moment, almost all

over the Country to compete to make the modernization which is believed to be

pushing the construction so that the creation of prosperity and reduce poverty,

modernization as a model of development that supported and impelled by the

Government sometimes have to collide with the values of the custom which has

been embraced by the local people. Because it becomes important to know the

role of custom in the modernization in order to expedite and control the process.

To find out the role, then I need to know how the attitude of society towards

modernization and how the level of media exposure in Kampung Ciptagelar. An

method that is used to answer this question is the qualitative method with a

descriptive approach in nature which is to be supported with an quantitative

method with a surveying approach.The value of customary proven able to

berakulturasi with the process of modernization of existing because of the nature

of dinamisme file so as not only capable of running in tandem with modernization

but keeping and guide the process of modernization.Hence it is expected to all

sides related to be able to reckon and take advantage of local values in have a

society in a course of development.

Keywords: Modernization, Community, Indegenous Value, Development

Page 6: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI

KAMPUNG CIPTAGELAR CISOLOK SUKABUMI

MUHAMMAD MAHDI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

Page 7: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

v

Judul Skripsi : Peranan Nilai Adat dalam Modernisasi di

Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi

Nama : Muhammad Mahdi

NIM : I34100082

Disetujui oleh

Ir Fredian Tonny Nasdian, MS

Pembimbing

Diketahui

Dr Ir Siti Amanah, MSc

Ketua Departemen

Tanggal pengesahan: _______________________

Page 8: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

vi

PRAKATA

Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT

atas rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan-Nya, shalawat dan salam kepada

Rasul dan keluarganya yang disucikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini ditujukan pada Departemen Sains

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut

Pertanian Bogor.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan bantuan moril dan material

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat. Penulis mengucapkan terima

kasih kepada Bapak Fredian Tonny selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan waktu, tenaga, bimbingan, arahan, saran, dan kritik yang sangat

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa penulis

menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Abdullah

Assegaf dan Ibu Maemunah Al-Haddad, yang selalu melimpahkan kasih sayang,

doa, serta motivasi kepada penulis. Terima kasih juga saya sampaikan kepada

Abah Ugi selaku ketua dari keluarga Kampung Adat Ciptagelar dan juga kepada

masyarakat Ciptagelar yang telah menerima dengan baik serta memberikan

banyak bantuan berharga hingga selesainya skripsi ini. Tidak lupa terima kasih

juga penulis sampaikan kepada teman-teman SKPM angkatan 47, teman-teman

bimbingan, dan teman-teman lainnya yang selalu bersama saling memberi

semangat dan masukan untuk penulis dalam seluruh proses perkuliahan dan

penulisan skripsi ini.

Bogor, September 2014

Muhammad Mahdi

Page 9: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan 4

Kegunaan Penelitian 4

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Kerangka Pemikiran 11

Hipotesis Penelitian 12

Definisi Konseptual 12

Definisi Operasional 13

PENDEKATAN LAPANGAN 15

Metode Penelitian 15

Lokasi dan Waktu Penelitian 15

Teknik Sampling 15

Teknik Pengumpulan Data 16

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 16

PROFIL DESA CIPTAGELAR 19

PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI 27

MODERNISASI DALAM MASYARAKAT ADAT 35

HUBUNGAN SIKAP DENGAN KETERDEDAHAN MEDIA 41

PENUTUP 45

Simpulan 45

Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 47

LAMPIRAN 49

RIWAYAT HIDUP 66

Page 10: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Panduan pengumpulan data 16

Tabel 2 Jumlah dan presentase responden menurut sikap terhadap

Modernisasi Tahun 2014 41

Tabel 3 Jumlah dan presentase responden menurut tingkat keterdedahan

media Tahun 2004 41

Tabel 4 Jumlah dan presentase responden menurut sikap terhadap

modernisasi dan tingkat keterdedahan media di Desa Ciptagelar

tahun 2014 43

Tabel 5 Hasil uji statistik rank Spearman antara sikap terhadap modernisasi

dengan tingkat keterdedahan media 43

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka pemikiran peranan nilai adat dalam modernisasi 12

Gambar 2 Potensi alam Desa Ciptagelar 22

Gambar 3 Struktur Organisasi Desa Ciptagelar 25

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta Desa Ciptagelar 49

Lampiran 2 Kerangka sampling 50

Lampiran 3 Kuesioner penelitian 52

Lampiran 4 Panduan wawancara mendalam 55

Lampiran 5 Reduksi data: nilai adat dalam modernisasi 57

Lampiran 6.Reduksi data: modernisasi dalam nilai adat 61

Lampiran 7. Dokumentasi 65

Page 11: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kampung Gede Kampung Ciptagelar adalah sebuah kampung adat yang

masih bertahan dengan nilai-nilai lokalnya yang mempunyai ciri khas dalam

lokasi dan bentuk rumah serta tradisi yang masih dipegang kuat oleh masyarakat

pendukungnya. Masyarakat yang tinggal di Kampung Ciptagelar disebut

masyarakat kasepuhan1

. Meskipun desa tersebut termasuk desa adat yang

memiliki kesan tertinggal dan terpencil, Akan tetapi tetap tidak terhindarkan dari

arus modernisasi yang terus berkembang di negeri ini. Namun yang menarik

justru arus modernisasi dibawa oleh ketua adat stempat, yang mana ia

menginisiasikan sebuah tv lokal guna menciptakan kohesifitas dan melestarikan

nilai mereka.

Banyak ahli yang telah menjelaskan dan memaparkan hasil penelitiannya

sekaitan dengan proses dan dampak modernisasi. Beragam pandangan berusaha

menjelaskan bahwa modernisasi yang diyakini mampu membawa perubahan

kesejahteraan, justru akan berdampak pada rusaknya ketahanan nilai-niali lokal.

Hal itu disebabkan modernisasi sendiri membawa nilai yang cendrung

menghapuskan dan menggantikan nilai-nilai yang sebelumnya telah ada dan

berjalan di tengah masyarakat. banyak perspektif dalam melihat persoalan tersebut

salah satunya seperti yang diungkapkan Dove dalam bukunya peran kebudayaan

dalam modernisasi. Dove menjelaskan bahwa nilai lokal yang sebelumnya telah

ada seharusnya dapat menjadi suatu modal dalam memanfaatkan modernisasi

yang ada. Nilai lokal merupakan nilai yang dianut dan diyakini oleh masyarakat

lokal, sehingga apabila nilai lokal dapat diintegrasikan dengan modernisasi yang

ada dapat menciptakan sebuah akulturasi yang saling menguntungkan.

Kehidupan masyarakat sangat erat kaitannya dengan perubahan sosial.

Perubahan sosial di sini tidak hanya perubahan pada masyarakat yang

bersangkutan melainkan juga orang luar. Maksudnya perubahan ini dapat

dirasakan langsung karena adanya faktor tertentu yang masuk ke dalam

kehidupannya atau pun secara tidak langsung melihat kebiasaan orang lain. Kedua

hal ini sama-sama mengalami perubahan sosial. Perubahan sosial ada yang terjadi

dalam waktu singkat maupun waktu lama. Biasanya, perubahan yang terjadi

dalam waktu singkat bersifat sementara dan dapat dengan mudah kembali ke sifat

semula. Perubahan dalam waktu lama, kemungkinan akan sulit untuk kembali ke

semula.

Dilihat dari kehidupan sehari-hari, perubahan sosial ini memiliki

kekurangan dan kelebihannya tergantung aspek yang berubahnya. Kelebihannya

yaitu dapat merubah yang kurang baik menjadi baik jika memang aspek yang

berubah mengacu pada hal yang baik misalnya menjadi masyarakat yang lebih

saling menghargai satu sama lain, meningkatnya kerjasama antar sesama ataupun

1 Istilah kasepuhan berasal dari kata sepuh dengan awalan /ka/ dan akhiran /an/. Dalam bahasa

Sunda, kata sepuh berarti 'kolot' atau 'tua' dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan pengertian ini,

muncullah istilah kasepuhan, yaitu tempat tinggal para sesepuh. Sebutan kasepuhan ini pun

menunjukkan model 'sistem kepemimpinan' dari suatu komunitas atau masyarakat yang

berasaskan adat kebiasaan para orang tua (sepuh atau kolot).

Page 12: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

2

dapat memajukan daerahnya. Sebaliknya, kekurangan dari perubahan sosial ini

yaitu dapat merubah yang baik menjadi kurang baik jika mengacu pada hal buruk

misalnya menjadi masyarakat yang individualis, kurang bersosialisasi dengan

yang lain karena sibuk atau terlalu ketergantungan dengan alat teknologi.

Pada abad 21 para teoritis sosial mulai disibukkan dengan persoalan

apakah masyarakat abad 21 telah mengalami perubahan-perubahan dramatis atau

tidak. Apabila dikatakan telah mengalami perubahan, maka perubahan seperti

apakah yang dilalui masyarakat abad 21 ini. Salah satu hal yang sangat mendasar

dan mudah untuk dicermati adalah ketika terjadinya perubahan yang dialami

masyarakat abad 21 akibat berkembang pesatnya teknologi dan komunikasi yang

melahirkan masyarakat modern. Lahirnya masyarakat modern ini sesungguhnya

merupakan objek perhatian pokok dalam sosiologi, sehingga berbagai teori mulai

dari klasik sampai kontemporer berupaya untuk menjelaskan perubahan pada pola

masyarakat ini.

Dalam teori sosiologi klasik masyarakat modern dijelaskan melalui

analisis komparasi dengan masyarakat pra modern, atau sering disebut dengan

masyarakat tradisionil. Marx melihat masyarakat modern dari perspektif ekonomi

kapitalisnya, Weber melihat adanya perubahan rasionaliasi menjadi rasionalisasi

formal, dan Durkheim melihat adanya peningkatan solidaritas organik dan

menurunnya kesadaran kolektif. Namun selain dari pandangan masing-masing

mengenai masyarakat modern tersebut, ketiga ahli ini ternyata mengkhawatirkan

adanya arah dan sisi negatif oleh masyarakat modern. Marx melihat pada alienasi

dan eksploitasi yang dialami kalangan buruh, Weber mengkhawatirkan penjara

besi rasionalitas (iron cage rasionality), sementara Durkheim mengkhwatirkan

anomi yang dialami masyarakat karena begitu cepatnya perubahan yang tidak

selalu bisa diikuti oleh semua orang. Tetapi sedikit berbeda dengan ketiga

sosiolog klasik yang mengkhawatirkan sisi masyarakat modern, George Simmel

melalui bukunya Philosophy of Money, ia menolak kekhawatiran atas pengaruh

lahirnya masyarakat modern. Justru Ia berpendapat, bahwa lahirnya masyarakat

modern dapat melahirkan keuntungan secara materi menurut Ritzer (2003).

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 tahun 2007 tentang pedoman

pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat

Menimbang : a. Bahwa adat istiadat dan nilai social budaya masyarakat

merupakan salah satu modal social yang dapat dimanfaatkan dalam rangka

pelaksanaan pembangunan sehingga perlu dilakukan upaya pelestarian dan

pengembangan sesuai dengan karakteristik dari masyarakat adat; b. bahwa

berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu

menetapkan peraturan menteri dalam negeri tentang pedoman pelestarian dan

pengembangan adat istiadat dan nilai budaya masyarakat.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 tahun 2007 pasal 1

ayat 3 bahwa pelestarian adalah upaya untuk menjaga dan memelihara adat

istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat yang bersangkutan, terutama nilai-nilai

etika, moral, dan adab yang merupakan inti dari adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan

dalam masyarakat, dan lembaga adat agar keberadaannya tetap terjaga dan

berlanjut dan ayat 4 bahwa pengembangan adalah upaya yang terencana, terpadu,

dan terarah agar adat istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat dapat berkembng

mengikuti perubahan sosial, budaya dan ekonomi yang sedang berlangsung.

Page 13: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

3

Dari regulasi di atas dapat terlihat pentingnya nilai dan norma adat

masyarakat guna menjaga stabilitas dan juga menjaga berjalannya pembangunan

yang ada, oleh karena itu nilai, yang memiliki kekuatan terbesar di dalam aspek

pengendalian sosial disamping materi dan koersif seharusnya dapat menjaga

masyarakat dari perubahan-perubahan yang ada. Menurut Witrianto (2007)

modernisasi yang melanda kehidupan masyarakat di berbagai belahan dunia juga

melanda kehidupan masyarakat pedesaan Minangkabau. Modernisasi telah

menyebabkan terjadinya perubahan besar pada masyarakat, terutama yang

bermatapencaharian sebagai petani. Perubahan-perubahan yang terjadi mencakup

bidang sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan. Dalam bidang sosial, dengan

adanya modernisasi, telah menyebabkan munculnya lapisan-lapisan sosial baru

dalam masyarakat. Dalam bidang budaya, setelah adanya modernisasi, muncul

budaya baru dalam masyarakat, yaitu budaya komersialisasi.

Seperti yang diungkakan oleh Dove (1985) bahwa seharusnya modernisasi

dan nilai-nilai lokal harus mampu berakulturasi guna saling menunjang satu sama

lain. Oleh karena itu menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut bagaimana

peranan nilai adat dalam modernisasi di Desa Ciptagelar Kecamatan

Cisolok, Sukabumi, Provinsi Jawa Barat?

Rumusan masalah

Drs. Suparto dalam Moriaga (2006) mengemukakan bahwa nilai-nilai

sosial memiliki fungsi umum dalam masyarakat, diantaranya nilai-nilai dapat

menyumbangkan seperangkat alat untuk mengarahkan masyarakat dalam berpikir

dan bersikap. Selain itu, nilai sosial juga berfungsi sebagai penentu terakhir bagi

manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial. Nilai sosial dapat memotivasi

seseorang untuk bersikap sesuai dengan peranannya. Melihat fungsi nilai di atas

seharusnya nilai dapat digunakan dan dimanfaatkan guna mengatur perilaku

masyarakat dalam membangun komunitasnya agar terciptanya kesejahteraan.

Adat istiadat merupakan alat yang digunakan untuk menjaga masyarakat dari

suatu perubahan yang mana hal tersebut dapat dilihat melalui sikap masyarakat

adat tersebut. Oleh sebab itu perlu dianalisis bagaimana sikap masyarakat

adat Desa Ciptagelar terhadap modernisasi?

Dove dalam Kistiawan (2011) membagi dampak modernisasi menjadi

empat aspek yaitu ideologi, ekonomi, ekologi dan hubungan sosial. Aspek

ideologi sebagai kegagalan modernisasi mengambil contoh di daerah Sulawesi

Selatan dan Jawa Tengah. Penelitian Dove menunjukkan bahwa modernisasi yang

terjadi pada Suku Wana telah mengakibatkan tergusurnya agama lokal yang telah

mereka anut sejak lama dan digantikan oleh agama baru. Modernisasi merupakan

sebuah perubahan sosial yang dapat membawa dan mengarahkan masyarakat

menuju suatu titik sosial yang baru, sehingga dalam pengembangan dan

pembangunan desa tidak terlepas dari efek modernisasi tersebut, tentu saja

modernisasi yang ada akan bersentuhan dengan nilai-nilai adat yang ada di tengah

masyarakat dikarenakan modernisasi membawa nilai-nilai baru yang akan

menyebabkan perubahan. Oleh sebab itu perlu dianalisis sejauh mana tingkat

keterdedahan modernisasi yang ada di tengah masyarakat adat Desa

Ciptagelar?

Page 14: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

4

Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis peran nilai adat yang

dianut oleh masyarakat dalam modernisasi. Tujuan tersebut dijawab melalui

tujuan-tujuan khusus, yaitu :

1. Menganalisis sikap masyarakat adat Desa Ciptagelar terhadap modernisasi.

2. Menganalisis tingkat keterdedahan modernisasi yang ada pada masyarakat

adat Desa Ciptagelar.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang

berminat maupun yang terkait dengan nilai adat dan modernisasi, khususnya

kepada :

1. Peneliti untuk memaknai secara ilmiah fenomena nilai adat dan

Modernisasi yang terlihat. Sedangkan untuk Civitas Akademika dapat

memperkaya perkembagan pengetahuan mengenai nilai adat dan

modernisasi.

2. Masyarakat, dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran tentang

fenomena nilai adat dan modernisasi.

3. Pemerintah, diharapkan dapat menentukan arah kebijakan dan pertauran

mengenai nilai khususnya nilai adat sehingga mampu menciptkan

perubahan sosial yang terarah bagi masyarakat.

Page 15: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Konsep Modernisasi

Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke arah

yang lebih maju atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat.

Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa modernisasi adalah proses perubahan

dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang lebih maju dalam rangka untuk

peningkatan kualitas hidup masyarakat. Sebagai suatu bentuk perubahan sosial,

modernisasi biasanya merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah dan

terencana.

Modernisasi pada hakikatnya merupakan proses perubahan atau

pembaharuan. Pembaharuan mencakup bidang-bidang yang sangat banyak.

Bidang mana yang akan diutamakan oleh suatu masyarakat tergantung dari

kebijaksanaan penguasa yang memimpin masyarakat tersebut Soekanto (1987).

Modernisasi yang terstruktur dan terencana diharapkan dapat menciptakan

kesejahteraan di tengah masyarakat, oleh sebab itu pemerintah mengatur rencana

dan langkah guna menerapkan modernisasi di tengah masyarakat. Asumsi

modernisasi sebagai jalan satu-satunya dalam pembangunan menyebabkan

beberapa permasalahan baru yang hingga kini menjadi masalah krusial Bangsa

Indonesia. Penelitian tentang modernisasi di Indonesia yang dilakukan oleh

Sajogyo (1982) dan Dove (1985). Kedua hasil penelitian mengupas dampak

modernisasi di beberapa wilayah Indonesia. Hasil penelitian keduanya

menunjukkan dampak negatif modernisasi di daerah pedesaan. Dove mengulas

lebih jauh kegagalan modernisasi sebagai akibat benturan dua budaya yang

berbeda dan adanya kecenderungan penghilangan kebudayaan lokal dengan nilai

budaya baru. Budaya baru yang masuk bersama dengan modernisasi.

Dove (1985) membagi dampak modernisasi menjadi empat aspek yaitu

ideologi, ekonomi, ekologi dan hubungan sosial. Aspek ideologi sebagai

kegagalan modernisasi mengambil contoh di daerah Sulawesi Selatan dan Jawa

Tengah. Penelitian Dove menunjukkan bahwa modernisasi yang terjadi pada Suku

Wana telah mengakibatkan tergusurnya agama lokal yang telah mereka anut sejak

lama dan digantikan oleh agama baru. Modernisasi seolah menjadi sebuah

kekuatan dahsyat yang mampu membelenggu kebebasan asasi manusia termasuk

di dalamnya kebebasan beragama. Pengetahuan lokal masyarakat juga menjadi

sebuah komoditas jajahan bagi modernisasi. Pengetahuan lokal yang sebelumnya

dapat menyelesaikan permasalahan masyarakat harus serta merta digantikan oleh

pengetahuan baru yang dianggap lebih superior.

Scott (2000) menunjukan bahwa penggunaan teknologi pertanian

mempunyai dampak terhadap perubahan struktur masyarakat, dan akhirnya

berpengaruh terhadap pola-pola institusional masyarakat. Kondisi ini akan

memperluas struktur kemiskinan. Tujuan dari pembangunan pertanian itu sendiri

pada dasarnya adalah untuk memperkecil struktur kemiskinan.

Koentjaraningrat (1985) menyatakan kebijakan pembangunan pertanian

dengan pola top down dengan orientasi produksi melalui penggunaan teknologi

Page 16: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

6

modern yang sangat teknis mekanistis, telah menimbulkan masalah-masalah dan

perubahan-perubahan, baik pemerintah daerah yang mengimplementasikan

kebijaksanaan pusat maupun masyarakat petani sebagai obyek dari pembangunan.

Masalah masalah umum yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan

pembangunan pertanian antara lain: 1) Menumbuhkan ketergantungan pemerintah

daerah dalam perencanaan pembangunan sehingga sering tidak sesuai dengan

kondisi wilayah dan sosial budaya masyarakat, 2) Menimbulkan ego sub sektoral

dalam pelaksanaan progam-program pembangunan pertanian, karena lemahnya

kordinasi dan integrasi antara sub sektor, 3) Merosotnya nilai-nilai tradisional dan

norma-norma kekeluargaan yang saling membutuhkan dan ketergantungan yang

hidup di pedesaan, 4) Melahirkan ketergantungan petani terhadap pemerintah

dalam pembangunan, sebagai akibat pendekatan pelaksanaan program melalui

bantuan subsidi.

Menurut Nugroho (1999) seperti dikutip oleh Arkanudin (2012) dalam

proses pembangunan yang menjalani distorsi instrumen ruang publik telah

diintervensi oleh kekuatan politis negara, sehingga opini publik yang muncul

adalah bukan opini masyarakat tetapi justru opini elit politik. Akibat dari

dominasi ruang publik oleh negara adalah adanya kecenderungan keputusan

teknis bukan didasarkan atas diskusi dan opini publik tetapi didasarkan pada

keputusan elit politik yang dipaksakan ke dalam masyarakat luas. Mengikuti

persyaratan secara normatif, sebenarnya dalam pembangunan diskusi publik

merupakan landasan untuk mengejar target-target yang telah disepakati, bukan

sebaliknya dianggap tidak efisien demi mengejar target pertumbuhan ekonomi.

Menurut Pranadji (2000) mentalitas yang diuraikan oleh Kontjaraningrat

(1985) tidak dapat begitu saja diterima sebagai sesuatu yang berlaku universal,

melainkan sangat tergantung kepada setiap individu, kelompok komunitas dalam

memahami diri terhadap orientasi masa depannya, serta tergantung pada kondisi

wilayah dan sosial budaya setempat. Pranadji mempunyai pandangan bahwa

desentralisasi akan lebih membuka peluang berperannya pranata sosial setempat

untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan pertanian. Selain itu,

desentralisasi akan lebih membuka peluang berperannya perantara keteraturan,

kerjasama sosial dan kontrol sosial yang lebih baik terhadap proses transformasi

pertanian secara berkelanjutan di wilayah setempat. Pemerintah tetap sebagai

kontrol sehingga perencanaan pembangunan yang bottom-up tidak melenceng dari

tujuan pembangunan. Pembangunan masyarakat yang direncanakan dari bawah

harus menyentuh seluruh masyarakat, dan bukan untuk golongan tertentu.

Dalam beragam teori modernisasi di atas, hampir seluruh teori

memandang bahwa tradisi dan nilai adat merupakan aspek yang akan tergerus

oleh arus modernisasi dikarenakan, tradisi dianggap sebagai penghalang

pembangunan, namun tradisi dipandang sebagai faktor positif pembangunan,

seperti yang digambarkann teori Modernisasi Baru bahwa masyarakat tradisional

Indonesia pada dasarnya memiliki ciri yang dinamis, mengolah “resistensi”

serbuan budaya Barat sesuai dengan tantangan internal dan kekuatan eksternal

yang mempengaruhinya. Hal ini sejalan dengan pandangan Dove (1985)

menyatakan bahwa budaya tradisional merupakan sesuatu yang dinamis dan

selalu mengalami perubahan, mampu melakukan penyesuaian dengan baik

terhadap kondisi lokal.

Page 17: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

7

Modernisasi dalam Konsepsi Ogburn

Secara sederhana, Ogburn melihat modernisasi sebagai salah satu arah dari

perubahan sosial masyarakat. Perubahan sosial yang dikonsepsikan oleh Ogburn

mencakup unsur-unsur kebudayaan baik yang bersifat materil maupun yang tidak

bersifat materil (inmaterial) dengan menekankan pengaruh yang besar dari unsur

unsur kebudayaan yang materil terhadap unsur-unsur inmateril. Ogburn

cenderung melihat fenomena perubahan sosial dari sudut pandang teori struktural

fungsional. Ada beberapa asumsi tentang perubahan sosial yang dikonsepsikan

oleh William Ogburn:

1. Penyebab dari perubahan sosial adalah adanya ketidakpuasan masyarakat

karena kondisi sosial yang berlaku pada masa tersebut mempengaruhi

pribadi individu yang terlibat.

2. Meskipun dalam perubahan sosial beberapa unsur-unsur sosial mengalami

perubahan dan dalam unsur-unsur tersebut mempunyai kesinambungan,

namun beberapa unsur lainnya masih dalam keadaan tetap atau dapat

dikatakan statis –dalam hal ini, kemudian Ogburn menyebutnya sebagai

cultural lag–.

3. Setiap perubahan sosial tidak selalu berpengaruh pada semua unsur-unsur

sosial, sebab masih ada sebagian yang tidak ikut berubah.

4. Ogburn melihat bahwa perubahan teknologi akan berjalan lebih cepat

dibanding dengan perubahan pada substansi budaya, pemikiran,

kepercayaan, nilai-nilai dan norma yang menjadi alat untuk mengatur

kehidupan manusia.

Untuk itulah, dalam hal ini modernisasi dapat dipandang dari empat dimensi,

yaitu; substansi budaya; pemikiran; kepercayaan; nilai dan norma pada

masyarakat itu sendiri. Untuk mengukur dan mengidentifikasi modernisasi dalam

masyarakat, Ogburn kemudian memberikan beberapa variabel yang dapat

digunakan untuk mengukur tingkat modernisasi suatu masyarakat dalam bentuk

syarat terjadinya modernisasi yang berupa:

1. Cara berfikir yang ilmiah (scientific thinking) yang melembaga dalam

masyarakat.

2. Sistem administrasi yang baik, yang benar-benar mewujudkan pelaksanaan

birokrasi yang tertib dan teratur.

3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur serta terpusat pada

suatu badan atau lembaga tertentu.

4. Penciptaan iklim yang sesuai (favourable) dengan kehendak masyarakat

terhadap modernisasi dengan cara alat-alat komunikasi massa.

5. Tingkat organisasi yang tinggi.

6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial (social

planning).

Page 18: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

8

Nilai

Menurut Horton dan Hunt dalam Narwoko & Suyanto (2004) nilai adalah

gagasan mengenai apakah suatu pengalaman berarti atau tidak berarti. Nilai pada

hakikatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang, tetapi tidak

menghakimi apakah sebuah perilaku tertentu salah atau benar. Nilai adalah suatu

bagian penting dari kebudayaan. Suatu tindakan dianggap sah artinya secara

moral dapat diterima kalau harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan

dijunjung oleh masyarakat di mana tindakan itu dilakukan.

Suparto seperti dikutip dalam Moriaga (2006) mengemukakan bahwa

nilai-nilai sosial memiliki fungsi umum dalam masyarakat. Nilai-nilai dapat

menyumbangkan seperangkat alat untuk mengarahkan masyarakat dalam berpikir

dan bertingkah laku. Selain itu, nilai sosial juga berfungsi sebagai penentu

terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial. Nilai sosial dapat

memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan peranannya.

Melihat fungsi nilai diatas seharusnya nilai dapat digunakan dan

dimanfaatkan guna mengatur perilaku masyarakat dalam membangun

komunitasnya agar terciptanya kesejahteraan. Nilai adat yang merupakan

kekayaan bagi bangsa Indonesia seharusnya mampu dimanfaatkan dengan baik

oleh pihak pemerintah dalam menata dan mengatur pembangunan yang ada.

Moriaga (2006) tentang pengaturan hukum adat sebagaimana disinggung

dalam Pasal 5 UUPA, dalam penjelasan pasal tersebut yang kemudian merujuk

pada penjelasan umum poin III butir (1) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

istilah “hukum adat” di sini adalah “hukum adat yang telah disempurnakan dan

disesuaikan dengan kepentingan masyarakat dalam negara moderen dan dalam

hubungannya dengan dunia internasional, serta disesuaikan dengan sosialisme

Indonesia” yakni sekedar bermakna sebagai hukum yang mewujudkan kesadaran

masyarakat Indonesia yang berbeda dari hukum perdata barat (yang sudah tidak

dipakai lagi). Istilah hukum adat menurut Soehardi (2004) seperti dikutip oleh

Kurniawan (2008) ini bukanlah hukum yang berlaku dalam lingkungan-

lingkungan masyarakat adat sebagaimana menjadi makna hukum adat secara

tradisional, tetapi merupakan “hukum adat yang sudah dihilangkan sifat

kedaerahannya dan diganti dengan sifat nasional.

Konsekuensi dari adanya konsep pengakuan sebagaimana demikian,

sebagai turunan langsung dari konsep Negara Hukum, adalah bahwa jika ternyata

terdapat eksistensi masyarakat adat berikut hak-hak dan kepentingannya yang

bertentangan dengan kepentingan negara (kepentingan nasional), ataupun jika ada

aturan hukum adat yang bertentangan dengan aturan hukum positif negara dalam

perundang-undangan, maka keberadaan masyarakat adat beserta kepentingan-

kepentingan dan hak-hak tradisioanalnya yang diatur dalam hukum adat tersebut

bisa diabaikan. Hal inilah yang kemudian seringkali berujung pada konflik sosial

yang pada umumnya melibatkan masyarakat adat di satu sisi dan negara beserta

perusahaan di sisi yang lain yang berkepentingan hendak melakukan investasi dan

“pembangunan” pada area di lokasi di mana masyarakat adat tersebut tinggal,

hidup, dan mendasarkan kehidupannya, yang mana konflik ini berakar pada

kontradiksi kepentingan di antara para pihak yang masing-masing mendasarkan

diri pada tatanan normatif sistem hukum yang sama sekali berbeda satu sama lain,

yakni antara hukum adat (yang digunakan sebagai dasar berpikir dan bertindak

Page 19: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

9

masyarakat adat) dan hukum positif (yang digunakan sebagai dasar berpikir dan

bertindak negara dan perusahaan yang terlibat).

Aspek yang seharusnya diketahui dan disadari oleh pihak-pihak yang ingin

memahami permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat adat adalah kenyataan

tentang keragaman mereka. Keragaman ini dapat dilihat dari segi budaya, agama

dan atau kepercayaan, serta organisasi ekonomi dan sosial. Dalam kaitannya

dengan permasalahan lingkungan hidup, sebagian kelompok memposisikan

mereka sebagai kelompok yang diidealkan dalam berhubungan dengan alam

dengan menekankan pada realita akan adanya hubungan spiritualitas dari

masyarakat-masyarakat adat dengan alam. Kelompok lain termasuk pemerintah

orde baru, mereka dianggap sebagai penghambat utama dari perkembangan

“kemajuan” khususnya dari segi ekonomi.

Nilai Adat Dalam Konsepsi Koentjaraningrat

Koentjaraningrat (1985) membedah nilai adat yang dia sebut dengan

unsur-unsur kebudayaan yang universal karena unsur-unsur tersebut pasti bisa di

dapatkan di seluruh dunia dalam beragam kondisi, baik di pedesaan yang kecil

dan terpencil maupun di masyarakat perkotaan yang komplex. Menurutnya unsur

tersebut merupakan isi dari seluruh kebudayaan yang ada di dunia ini. Adapun

unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sistem religi dan upacara keagamaan

2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan

3. Sistem pengetahuan

4. Bahasa

5. Kesenian

6. Sistem mata pencaharian hidup

7. Sistem teknologi dan peralatan

Susunan tersebut dibuat secara berurutan yang menggambarkan tingkat

kesukaran berubah, atau hal yang mudah tergantikan oleh budaya lain. Namun hal

tersebut bersifat umum sehingga terkadang pada kasus-kasus tertentu urutannya

dapat berubah. Kemudian Koentjaraningrat mengklasifikasikan hal tersebut

kedalam tiga bentuk yaitu:

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu bentuk kompleks dari ide-ide, gagasan,

nilai-nilai, norma-norma, peraturan dsb. Sifatnya abstrak, tak dapat dilihat

ataupun diraba. Lokasinya berada dalam kepala –kepala atau alam pikiran.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas yang kompleks dari pola

kelakuan suatu masyarakat, atau sering diisebut juga dengan istilah sistem

sosial, hal tersebut berisi rangkaian aturan yang memiliki pola-pola

tertentu.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, hal tersebut

disebut juga dengan kebudayaan fisik yang berupa bentuk fisik yang

merupakan hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam

masyarakat. oleh karena itu wujud ini adalah bentuk yang paling konkrit

dapat dilihat dan diraba.

Page 20: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

10

Sikap

Sarnoff dalam Sarwono (2000) mengidentifikasi sikap sebagai kesediaan

untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (favorably) atau secara negatif

(unfavorably) terhadap obyek – obyek tertentu. Krech dan Crutchfield (1963)

berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses

motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu.

La Pierre (Azwar 2003) memberikan definisi sikap sebagai suatu pola

perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri

dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli

sosial yang telah terkondisikan. Lebih lanjut Soetarno (1994) memberikan definisi

sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk

bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu

artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang,

peritiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.

Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan

pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah

keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat

dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek

situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan

kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau

situasi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial,

individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang

dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

adalah:

1. Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,

pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu,

sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut

melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi,

penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama

berbekas.

2. Kebudayaan. B.F. Skinner (Azwar 2005) menekankan pengaruh

lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian

seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten

yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang

dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku

tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.

3. Orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu bersikap

konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya

penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk

berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang

dianggap penting tersebut.

Page 21: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

11

4. Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti

televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan

kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal

tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila

cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam memsikapkan dan menilai

sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

5. Institusi Pendidikan dan Agama. Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan

dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap

dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral

dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah

antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari

pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

6. Faktor emosi dalam diri. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi

lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu

bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang

berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera

berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap

yang lebih persisten dan lebih tahan lama. Contohnya bentuk sikap yang

didasari oleh faktor emosional adalah prasangka.

Kerangka Pemikiran

Modernisasi merupakan suatu arus perubahan yang dapat mempengaruhi

dan merubah nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat adat, sehingga banyak ahli

yang memandang bahwa modernisasi merupakan momok bagi keutuhan nilai

suatu bangsa, akan tetapi terdapat suatu perspektif yang memandang bahwa nilai

yang berisikan tuntunan hidup bagi penganutnya seharusnya dapat berakulturasi

dengan modernisasi sehingga mampu mengantarkan masyarakat tersebut kepada

kesejahteraan yang merupakan sasaran bagi modernisasi, dan tidak hanya itu

akulturasi dari dua hal tersebut juga seharusnya mampu memilah dan membuang

dampak-dampak negatif dari suatu proses modernisasi. Modernisasi di dalam

proses penetrasinya tentu membawa nilai-nilai tersendiri yang mana nilai tersebut

menurut Ogburn (1964) seperti dikutip oleh Arkanudin (2012) nilai-nilai tersebut

tentu akan bersinggungan dengan nilai masyarakat adat yang mana nilai adat

tersebut menurut Koentjaraningrat (1974) dapat diamati melalui konsep wujud

kebudayaan yang dia paparkan. Dari akulturasi yang tercipta maka hal tersebut

akan menciptakan suatu pandangan baru masyarakat adat terhadap modernisasi

yang berlangsung di tengah mereka, yang hal tersebut tercermin melalui sikap

mereka terhadap modernisasi itu sendiri. Ketika akulturasi yang baik tercipta

maka akan mendorong masyarakatnya untuk memiliki pandangan positif terhadap

modernisasi, sehingga keterdedahan modernisasi dapat berlangsung dengan baik

dan lancar karena disertai dorongan dan kontrol dari nilai adat.

Page 22: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

12

Gambar 1 Kerangka pemikiran peranan nilai adat dalam modernisasi

Keterangan:

Saling mempengaruhi :

Mempengaruhi :

Penelitian secara deskriptif :

Hipotesis Pengarah

Nilai adat berperan positif di dalam akulturasinya dengan nilai modernisasi

sehingga mampu mendorong dan mengontrol proses modernisasi.

Hipotesis Uji

Semakin positif sikap masyarakat terhadap modernisasi maka semakin tinggi

tingkat keterdedahan media di masyarakat tersebut.

Definisi Konseptual

1. Tingkat Keilmiahan Berpikir. Tingkat keilmiahan berpikir dapat diukur

dengan menggunakan indikator apakah keluarga menggunakan cara-cara

yang terlembaga dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tingkat Pemanfaatan Relasi Birokrasi. Tingkat pemanfaatan relasi

birokrasi dapat dilihat dari seberapa sering keluarga berinteraksi dan

menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga birokrasi/pemerintahan

seperti bank, pegadaian, rumah sakit, dan lain-lain.

3. Tingkat Administrasi Keluarga. Tingkat administrasi keluarga dapat

diukur dari pengelolaan surat-surat berharga, manajemen keuangan, serta

pembagian warisan.

Page 23: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

13

4. Tingkat Iklim Modernisasi Keluarga. Iklim modernisasi keluarga dapat

diukur dari penggunaan tekonologi yang tepat untuk mendukung

efektifitas kegiatan sehari-hari.

5. Tingkat Organisasi Keluarga. Tingkat organisasi keluarga dapat diukur

dengan apakah dalam keluarga terdapat pembagian tugas pokok dan fungsi

yang jelas dan terlaksana secara nyata.

6. Tingkat Perencanaan Sosial Keluarga Tingkat perencanaan sosial keluarga

dapat dikur dengan melihat seberapa besar usaha-usaha yang dilakukan

dan dipersiapkan oleh keluarga untuk menunjang kehidupan keluarganya

di masa depan, misalnya dengan pendidikan, investasi, deposito, dan

usaha-usaha lainnya.

Definisi Operasional

Sikap Masyarakat

Nilai (value) adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia,

sikap adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang

atau mengartikan sesuatu mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang

dianggap buruk, nilai merupakan inti (core) yang terkandung di dalam sikap, oleh

sebab itu maka sikap merupakan manifestasi kongkrit dari suatu nilai yang abstrak

sehingga dapat diamati dan dapat diukur. Untuk dapat melihat apakah suatu nilai

mampu berakulturasi dengan modernisasi maka nilai tersebut dapat diukur dengan

mengukur sikap masyarakat terhadap modernisasi yang ada di tengah mereka,

pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menggunakan Skala Likert yang mana

setiap jawaban atas pertanyaan memiliki rentang nilai yang berbeda.sangat

setuju(5) setuju: (4), ragu-ragu: (3), tidak setuju: (2), sangat tidak setuju (1). Hasil

penjumlahan skor jawaban dibagi menjadi kategori ( skala ordinal):

a.Sikap positif, total skor 110-150

b.Sikap netral, total skor 70-109

c.Sikap negatif, total skor 30-69

Tingkat Keterdedahan Media

Tingkat keterdedahan media (media exposure) adalah frekuensi responden

dalam menerima informasi melalui berbagai media, baik media cetak maupun

elektronik (6 jenis media : televisi, radio, koran, majalah/tabloid, brosur/selebaran

dan internet). Pengukuran tingkat keterdedahan media informasi ini menggunakan

skor yaitu sangat sering (5), sering (4), jarang (3), Pernah (2) tidak pernah (1).

penjumlahan skor jawaban dibagi menjadi kategori (skala ordinal) :

a. Terpaan media massa tinggi, total skor 38-50

b. Terpaan media massa sedang, total skor 24-37

c. Terpaan media massa rendah, total skor 10-23

Page 24: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

14

Page 25: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

PENDEKATAN LAPANG

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

Penelitian kuantitatif yang akan dilakukan merupakan penelitian survei. Metode

kuantitatif dilakukan melalui pengisian kuesioner. Pendekatan kuantitatif ini

diharapkan dapat menjawab bagaimana peranan nilai adat dalam modernisasi.

Pendekatan kualitatif bersifat descriptive research dengan menggunakan teknik

wawancara mendalam terhadap informan.

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini mengambil lokasi di Kampung Ciptagelar yang berada di

wilayah Kampung Sukamulya Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten

Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Hal ini didasari atas pertimbangan bahwa

Kampung Ciptagelar adalah sebuah kampung adat yang mempunyai ciri khas

dalam lokasi dan bentuk rumah serta tradisi yang masih dipegang kuat oleh

masyarakat pendukungnya. Penelitian dilaksanakan dalam waktu enam bulan

sejak bulan April 2014.

Teknik Sampling

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari responden dan

informan. Unit analisis yang digunakan di dalam penelitian ini merupakan rumah

tangga yang diwakili oleh individu yang ada di dalam keluarga tersebut.

Pemilihan tersebut dibuat dikarenakan individu yang diambil merupakan

perwakilan dari rumah tangga sehingga dapat diketahui gambaran dan kondisi di

dalam rumah tangganya. Responden hanya memberikan informasi terkait dengan

dirinya.

Berdasarkan data, jumlah KK di Desa Ciptagelar adalah 112 KK.

Penentuan jumlah sampel minimal dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin

sebagai berikut:

Keterangan :

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

e : Nilai kritis (batas ketelitian)

Nilai kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 persen sehingga

diperoleh responden sebanyak 31 KK dari jumlah populasi sampling 112 KK.

Sebagai cadangan apabila terjadi hal-hal yang diluar perkiraan terhadap responden

(seperti sakit, tidak bersedia di wawancara, dan lain lain) peneliti menambah

jumlah responden cadangan sebanyak 5 KK. Penentuan responden dipilih dengan

menggunakan metode simple random sampling. Penetapan responden dalam

n = N

1+ Ne2

Page 26: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

16

wawancara kualitatif akan menggunakan metode snowball yaitu berdasarkan

informasi yang didapatkan di lokasi penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ialah data kuantitatif dan kualitatif.

Sumber data terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Data primer merupakan data mentah yang diperoleh secara langsung dari

pihak atau subyek yang berhubungan dengan penelitian, baik melalui

wawancara maupun kuesioner. Data ini kemudian diolah dan dianalisis

sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Data sekunder merupakan data hasil penelitian sebelumnya atau data yang

telah dikumpulkan oleh suatu lembaga kemudian dipublikasikan demi

kepentingan orang banyak.

Terdapat tiga teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh penulis:

1. Teknik observasi yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung ke

lokasi penelitian (Desa Ciptagelar).

2. Teknik wawancara yaitu dengan cara melakukan tanya jawab dan

memberikan kuesioner kepada para responden.

3. Teknik kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan data dari buku

ataupun bahan bacaan lainnya yang berguna untuk tujuan penelitian.

Tabel 1. Panduan pengumpulan data

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis,

yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diolah menggunakan

aplikasi Microsoft Excel 2010 dan IBM SPSS Statistics 22. Ada beberapa tahap

dalam pengolahan data kuantitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan

menggunakan teknik tabulasi silang dan tabel frekuensi kemudian uji korelasi

Rank Spearmen. Hal ini dilakukan untuk menguji hipotesa dan keabsahan guna

memastikan tidak ada informasi yang tidak sesuai dengan tujuan penelitian.

Dalam tabulasi silang, akan menjelaskan hubungan antara sikap masyarakat

Variabel

Metode

Kuesioner Pengamatan Data

Sekunder

Wawancara

Mendalam

Sumber

Data

Nilai Adat

✓ ✓

Modernisasi

✓ ✓

Sikap Terhadap

Modernisasi

✓ ✓

Tingkat

Keterdedahan

Media

✓ ✓

Page 27: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

17

dengan keterdedahan modernisasi. Sedangkan data kualitatif akan diolah melalui

tiga tahap analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan.

Page 28: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

18

Page 29: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

PROFIL DESA CIPTAGELAR

Geografis

Kampung Adat Ciptagelar merupakan salah satu kawasan yang dihuni

oleh kelompok masyarakat adat yang berada di dalam kawasan Taman Nasional

Gunung Halimun (TNGH) Salak. Secara administratif wilayah kerja Taman

Nasional Gunung Halimun Salak meliputi tiga wilayah administratif

pemerintahan tingkat kabupaten, yaitu Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Lebak.

Pada tingkat kecamatan dan desa, terdapat 26 kecamatan (9 kecamatan bagian dari

kabupaten Bogor, 8 kecamatan bagian dari kabupaten Sukabumi dan 9 kecamatan

merupakan bagian dari kabupaten Lebak) dan 101 desa yang berbatasan langsung

dengan wilayah TNGHS.

Sebelah utara : Kabupaten Lebak Propinsi Banten

Sebelah selatan : Desa Cicadas

Sebelah timur : Kecamatan Kabandungan

Sebelah barat : Desan Cicadas

Salah satu kampung yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung

Halimun, yaitu di Kampung Ciptagelar, yang secara geografis terletak pada 106º

27'-106º 33' BT dan 6º 52' - 6º 44' LS. Kampung Ciptagelar terletak pada

ketinggian 1050 meter di atas permukaan laut dengan topografi yang berbukit,

dimana terdapat hutan dan makam pada topografi teratas sedangkan pada

topografi paling bawah terdapat sawah dan sungai. Kampung Ciptagelar dapat

dicapai dengan menggunakan tiga jalur. Jalur pertama melalui wilayah Citepus

Pelabuhan Ratu, kemudian jalur kedua melalui Gunung Bongkok Cisolok

Sukabumi dan yang terakhir melalui jalur Lebak Banten. Jalur yang paling dekat

untuk ditempuh adalah melalui jalur Citepus Pelabuhan Ratu, namun hanya mobil

penggerak 4 roda saja yang dapat melaluinya, atau dengan menggunakan ojek di

wilayah tersebut. Apabila melalui jalur Citepus maka kita akan melewati

Kampung Ciptarasa, yaitu kampung yang digunakan sebelum masyarakat pindah

ke Kampung Ciptagelar, dimana terdapat hutan dan makam pada topografi teratas

sedangkan pada topografi paling bawah terdapat sawah dan sungai. Jalur yang

mudah dilalui oleh mobil biasa namun jaraknya lebih jauh adalah melalui jalur

Gunung Bongkok yang sepanjang perjalanan melalui bukit-bukit gunung dan

pemandangan hutan dan sawah yang indah. Didalamnya terdapat 568 dusun yang

tersebar di tiga kabupaten, yakni Kabupaten Lebak, Bogor dan Sukabumi.

Kampung Ciptagelar berjarak sekitar 44 kilometer dari Pelabuhan Ratu ke arah

Cisolok dan sekitar 200 km dari Jakarta. Jumlah kepala keluarga yang terdapat di

kawasan kampung Ciptagelar sendiri sebagai pusat pemerintahan kasepuhan saat

ini adalah 112 KK.

Potensi alam yang terdapat di Kampung Ciptagelar terdiri atas: leuweung

(hutan alam), kintir (hutan tanaman), huma (ladang), jami (bekas huma yang

ditinggalkan kurang dari setahun; umumnya berupa jukut (rumput), reuma (bekas

huma yang ditinggalkan lebih dari setahun; umumnya berupa semak belukar),

sawah darat (tadah hujan), talun, kebun cengkeh, kebun semusim (umbi-sayur-

buah), tegalan (legal awi atau legal jukut), sampalan (tempat penggembalaan

Page 30: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

20

kerbau), leuweung sirah cai (hutan lindung khusus mata air), balong (kolam ikan)

dan lembur (pemukiman). Menurut masyarakat Kasepuhan Ciptagelar, hutan

adalah kehidupan mereka yang harus terus dijaga dan dilestarikan Kondisi

geografis yang berupa pengunungan harus dijaga dan dilestarikan demi

keselamatan anak cucu. Oleh karena itu, leluhur mewariskan sistem tata kelola

hutan kepada pemimpin di Kampung Ciptagelar.

Sejarah Desa Ciptagelar

Sejak tahun 1963 masyarakat Kampung Ciptagelar ini telah menghuni

kawasan Gunung Halimun Salak. Desa Ciptagelar dalam berdirinya tidak terlepas

dari mitos dan tradisi yang melekat pada penduduk tradisional sebagaimana

mestinya. Penduduk di Kampung Ciptagelar dapat disebut sebagai penduduk yang

masih hidup dengan menerapkan sistem nomaden (berpindah-pindah) yang

dimana mereka akan berpindah atas perintah dari pemimpinnya. Dalam bahasa

Sunda, kata kasepuhan mengacu pada golongan masyarakat yang masih hidup dan

bertingkah-laku sesuai dengan aturan adat istiadat lama. Masyarakat Kampung

Ciptagelar menyebut diri mereka sebagai kaum Kasepuhan Pancer Pangawinan,

serta merasa kelompoknya sebagai keturunan Prabu Siliwangi. Perihal nama Pacer

Pangawinan, berasal dari kata pancer yang berarti asal-usul atau sumber.

Sementara kata pangawinan berasal dari kata ngawin, yang artinya “membawa

tombak saat upacara perkawinan”.

Berdirinya Kampung Ciptagelar tidak terlepas dari yang sifatnya mitos dan

tradisi yang melekat pada penduduk tradisional sebagaimana mestinya. Penduduk

Kampung Ciptagelar merupakan penduduk pindahan dari Kampung Ciptarasa.

Perpindahan ini didahului oleh sebuah mimpi atau wangsit yang diterima oleh

Abah Anom. Maka tepatnya bulan Juli 2001, Abah Anom bersama belasan baris

kolot (pembantu sesepuh girang) menjalankan wangsit tersebut.

Beberapa rumah baris kolot beserta seluruh isinya dibawa pindah. Lokasi

baru tempat tinggal Abah Anom beserta baris kolot-nya bukan daerah yang baru

dibuka. Abah Anom pindah ke tempat yang telah ada penduduknya dan

kampungnya bernama Sukamulya. Oleh Abah Anom kemudian diganti menjadi

Ciptagelar.

Abah Anom atau yang bernama asli Bapak Encup Sucipta sebagai pucuk

pimpinan kampung adat memberi nama Ciptagelar sebagai tempat pindahnya

yang baru. Arti dari kata Ciptagelar sendiri artinya terbuka atau pasrah.

Kepindahan Kampung Ciptarasa ke kampung Ciptagelar lebih disebabkan karena

“perintah leluhur” yang disebut wangsit. Wangsit ini diperoleh atau diterima oleh

Abah Anom setelah melalui proses ritual beliau yang hasilnya tidak boleh tidak,

mesti dilakukan. Oleh karena itulah kepindahan kampung adat bagi warga

Ciptagelar merupakan bentuk kesetiaan dan kepatuhan kepada leluhurnya.

Bukti sejarah Sejauh ini bukti sejarah, menurut Djuanda, memang masih banyak pihak

yang meragukan keberadaan warga Kampung Ciptagelar tersebut memiliki

hubungan erat dengan Raja Pajajaran Prabu Siliwangi. Tapi, jika melihat

situs yang berada di sekitar kampung Pangguyangan diduga kuat berkaitan

peninggalan Kerajaan Pajajaran. Apalagi, di sekitar situs tersebut tumbuh pohon

hanjuang (pajajaran).

Page 31: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

21

Situs yang ditemukan di perkampungan tersebut, jika dilihat dari ilmu

arkeologi diyakini tempat pemujaan animis. Di sana, terdapat situs megalitik, batu

jolang (tempat pemandian), salak datar, tugu gede, cungkuk, batu kursi dan batu

dakon (alat perhitungan tanggal/ilmu bintang).

Perkampungan tersebut, papar Djuanda, menurut cerita legenda

merupakan salah satu tempat pelarian keturunan dan pengikut Kerajaan Pajajaran.

Sekitar tahun 1300, saat Prabu Siliwangi dan pengikutnya dikejar-kejar pasukan

dari Kerajaan Banten dan mencoba melarikan diri ke Pulau Christmas (Australia)

lewat Pantai Tegal Buleud, Kabupaten Sukabumi. Tapi itu gagal dilakukan Prabu

Siliwangi dan pengikutnya, karena ombak Samudra Hindia saat itu sedang pasang.

Tanpa berpikir panjang, Prabu Siliwangi meminta pada keturunan dan

pengikutnya untuk mencari jalan masing-masing, demi menyelamatkan diri.

Dari sekian banyak pengikut dan keturunan Prabu Siliwangi, mereka

akhirnya berpencar. Sebagian diantaranya cerita Djuanda, melarikan diri ke Urug

(Bogor), dan sebagian lagi lari ke Citorek (Banten), Sirna Rasa dan Ciganas

(Sukabumi), sedangkan, Prabu Siliwangi ke arah utara pantai Tegal Buleud.

Potensi Alam

1. Leuweng Titipan (sekitar 60 %), merupakan hutan yang harus dijaga dan

dilindungi. Wilayah hutan ini tidak boleh dimasuki dan tidak boleh

dimanfaatkan apapun sumberdaya alam yang terdapat di dalamnya tanpa ijin

terlebih dahulu dari pemimpin adat (Abah). Leuweng Titipan harus terus

dijaga dan dilindungi demi keberlanjutan hidup warga Kasepuhan. Selain

digunakan untuk melindungi mata air yang digunakan untuk pertanian,

daerah hutan ini biasanya juga di sakralkan.

2. Leuweng Tutupan (sekitar 20 %), merupakan hutan yang berfungsi sebagai

sistem penyangga dan juga untuk melindungi perkampungan. Warga hanya

boleh mengambil hasil hutan non-kayu di daerah ini.

3. Leuweng Bukaan atau Garapan (sekitar 20 %), merupakan hutan yang

dibuka dan digunakan untuk pertanian (sawah ataupun ladang),

Agroforestry (paduan tanaman pertanian dan kehutanan), perumahan, jalan,

masjid, dan berbagai kebutuhan ekonomi lainnya untuk menunjang

kehidupan masyarakat.

Huma atau ladang lebih dikenal dengan sebutan reuma oleh masyarakat adat

Kampung Ciptagelar. Dalam pengelolaan secara adat, reuma dibagi menjadi tiga,

yaitu :

1. Huma ngora merupakan lahan bekas garapan masyarakat yang kemudian

ditinggalkan selama kurang lebih dua hingga tiga tahun kemudian lahan

tersebut dapat dibuka kembali untuk dijadikan lahan garapan.

2. Huma kolot adalah lahan yang merupakan bekas garapan masyarakat yang

kemudian ditinggalkan masyarakat lebih dari tiga tahun.

3. Huma sampalan yaitu lahan yang merupakan bekas garapan kemudian

oleh masyarakat dimanfaatkan untuk mengembalakan kerbau.

Kebun merupakan lahan bekas ladang yang ada di sekitar pemukiman dan

ditanami berbagai jenis tanaman sayuran, obat-obatan dan buah-buahan untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hasil dari perkebunan bisa dijual untuk

Page 32: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

22

keperluan sehari-hari. Namun masyarakat dilarang untuk menjual padi. Bagi

masyarakat di Desa Ciptagelar, siapa yang menjual padi maka sama saja dengan

menjual kehidupannya. Dalam setahun masyarakat hanya akan menanam padi

sekali. Oleh karena itu, biasanya masyarakat di sana akan menanam komoditas

lain yang bisa dijual guna menambah pendapatan. Luas hutan yang menjadi

potensi alam dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Potensi alam Desa Ciptagelar

Penduduk Desa Ciptagelar

Berdasarkan data yang di dapat dari pemerintahan setempat, pada Tahun

2014 di Desa Ciptagelar terdapat 112 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 493

orang dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 252 orang dan jumlah

penduduk perempuan sebanyak 241 orang.

Bahasa

Dalam kehidupan sehari-harinya, masyarakat Desa Ciptagelar banyak

menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa komunikasi antar individu. Bahasa

Sunda telah digunakan secara lisan oleh masyarakat Sunda jauh sebelum naskah-

naskah sunda kuno atau prasasti Kerajaan-kerajaan sunda diciptakan, yang mana

di dalam masyarakat adat komunikasi menggunakan lisan melalui bahasa sangat

dihargai dan dijunjung tinggi oleh nilai adatnya, mereka menamainya dengan

hukum kabendon, yang mana hukum tersebut lebih menghargai apabila hukum-

hukum yang ada ditengah masyarakat diwariskan kesetiap generasi melalui lisan

dan kekuatan hafalan, bukan dengan tulisan karena sifat dari tulisan membuat

orang mudah untuk tidak menghafal dan mengingat sesuatu dikarenakan hukum

itu tertulis sehingga hukum adat yang berlaku tidak berada di dalam pikiran

masyarakat melainkan berada di secarik kertas, sehingga hal tersebut

memungkinkan orang untuk melakukan kesalahan dikarenakan dia tidak tau atau

tidak hafal dengan hukum yang berlaku. Peran bahasa merupakan peran sentral

dalam adat mereka, mereka melakukan ritual serta meneruskan ritual dari generasi

ke generasi dengan menggunakan bahasa.

Page 33: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

23

Dalam budaya masyarakat Ciptagelar, bahasa merupakan salah satu cara

dalam memberikan penghormatan kepada seseorang yang dianggap lebih tua

barik secara adat maupun usia, bahasa sunda memiliki tingkatan-tingkatan tertentu

yang penggunaannya tergantung sejauh mana subjek pengguna bahasa

menghargai dan menghormati lawan bicaranya, semakin dia menghormati maka

pilihan kata yang digunakan dalam perbincangan tersebut semakin halus. Dalam

melakukan beragam ritual yang mengharuskan komunikasi antar individu seperti

meminta izin untuk menanam padi, izin kedatangan, izin kepergian dan lain lain,

harus menggunakan bahasa sunda halus dan buhun yang biasanya digunakan dan

dimengerti oleh para baris kolot. Apabila ada seseorang yang ingin melakukan

suatu ritual yang mengharuskan mereka menggunakan bahasa sunda buhun

namun mereka tidak bisa menggunakan bahasa tersebut maka mereka dapat

diwakilkan oleh para baris kolot yang dapat menggunakan bahasa tersebut.

Mata pencaharian

Secara umum masyarakat di Ciptagelar bermatapencaharian sebagai petani.

Demi keberlangsungan hidup, masyarakat diharuskan menanam padi sekali dalam

setahun. Uniknya, bagi masyarakat Ciptagelar, padi merupakan sesuatu yang

sakral yang tidak boleh diperjualbelikan. Masyarakat percaya, barang siapa yang

berani memperjual belikan padi, beras ataupun sejenis olahannya yang berasal

dari padi niscaya akan mendapatkan kabendon (kemalangan) dari leluhurnya.

Oleh karena itu, pada umumnya masyarakat yang bekerja sebagai petani akan

menanam tanaman lain seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan juga beternak

untuk diperjualbelikan demi keberlangsungan hidup mereka. Masyarakat di

Ciptagelar juga banyak yang mulai bekerja di luar desa, seperti bekerja sebagai

penambang emas, sedangkan urusan perswahan akan diserahkan kepada istri atau

keluarganya. Namun, biasanya pada saat musim panen mereka yang bekerja di

luar desa akan pulang untuk melaksanakan upacara ritual adat.

Bagi masyarkat Ciptagelar, bertani bukan hanya dipandang sebagai

pekerjaan namun merupakan sebagai identitas mereka. Leluhur mereka telah

mewariskan ilmu dan sistem pertanian, oleh karena itu incu putu atau pengikut

harus terus menjaga dan melestarikan apa yang telah diwariskan oleh leluhur.

Selain bertani, masyarakat di Ciptagelar juga memiliki pekerjaan lain guna

memenuhi kebutuhan mereka seperti berniaga, membuka layanan jasa seperti

bengkel dan servis elektronik. Berkembangnya teknologi di Ciptagelar telah

mendorong motivasi mereka untuk menjadi sosok mandiri yang dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya. Teknologi seperti televisi, radio, internet dimanfaatkan

sebaik-baiknya oleh masyarakat sebagai sumber pengetahuan bagi mereka.

Masyarakat juga saat ini banyak yang melakukan kegiatan bisnis jual beli online

dengan memanfaatkan layanan internet dan teknologi ponsel blackberry. Selain

itu ada juga masyarakat yang beternak kambing dan memelihara ikan yang

nantinya hasil dari ternak tersebut akan dijual ke pasar yang terdapat di pelabuhan.

Fasilitas

Fasilitas yang terdapat di Kampung Ciptagelar sudah cukup lengkap. Saat

ini hampir seluruh wilayah sudah terjangkau listrik. Listrik dihasilkan dari turbin

yang dikelola secara kolektif bersama masyarakat. Iuran dikenakan sesuai dengan

pemakaian daya dan kemampuan warga. Meskipun belum seluruh wilayah

Page 34: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

24

terjangkau, namun Abah berniat untuk terus memperbanyak turbin, sehingga

kedepannya listrik akan menjangkau seluruh wilayah.

Internet juga menjadi fasilitas yang saat ini ramai dinikmati warga di

Kampung Ciptagelar. Upaya yang dilakukan Abah adalah bekerjasama dengan

beberapa pihak untuk membuat kabel jaringan dan memasang router wifi yang

dapat diakses oleh warga. Fasilitas ini sangat diminati oleh warga.

Dalam bidang pendidikan, disana sudah memiliki bangunan sekolah

sendiri. Bangunan sekolah berada di tengah pemukiman warga sehingga tidak

sulit untuk mengakses ke sekolahan bagi warga. Bangunan sekolah dipergunakan

untuk SD dan SMP, sedangkan bagi SMA harus berjalan sekitar 8 Km ke arah

Lebak. Tempat beribadah di Kampung Ciptagelar juga terdapat cukup banyak.

Dalam bidang Agama, di sana sudah terdapat masjid dan juga langgar

(mushola). Mayoritas masyarakat di sana memeluk agama islam, sedangkan bagi

masyarakat yang memeluk agama selain islam harus berjalan ke arah pelabuhan

ketika ingin beribadah.

Dalam bidang kesehatan, di sana juga sudah terdapat puskesmas yang

jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat pemerintahan. Tenaga medis juga telah

disiapkan. Namun tak dipungkiri, tenaga medis yang terdapat disana masih sedikit

sehingga masih perlu ditambah. Belakangan ini juga abah menyediakan mobil

ambulance yang diperuntukkan bagi warga.

Secara umum, fasilitas yang disediakan bagi masyarakat sudah tersedia

dengan lengkap. Hal ini tidak terlepas dari peranan abah selaku pemimpin adat

untuk terus melakukan upaya-upaya baru demi menciptakan fasilitas yang dapat

dinikmati dan diurus secara kolektif bersama masyarakat.

Struktur Kelembagaan Desa Ciptagelar Dari tingkat organisasi keluarga masyarakat ciptagelar memiliki

pembagian tugas pokok yang jelas, pembagian tugas pokok tersebut diturunkan

secara genetis sehingga setiap keluarga memiliki fungsi yang berbeda satu sama

lain dan dapat saling menopang. Tujuan dari pembagian tugas secara genetis ini

bertujuan agar spesialisasi dari tiap pemegang tugas tetap terjaga baik dari segi

kualitas maupun rahasia-rahasia dari sisi magis di nkalangan mereka. Oleh karena

itu terdapat pembagian tugas yang jelas di dalam keluarga masyarakat ciptagelar

sehingga fungsi-fungsi masyarakat dapat dilaksanakan dengan baik guna

mencapai kesejahteraan. Garis koordinasi dalam organisasi kemasyarakatan pun

jelas mulai dari kolot lembur yang ada di setiap desa sebagai perpanjangan tangan

kasepuhan di setiap desa, kemudian untuk di pusat pemerintahannya abah dibantu

oleh rorokan dan baris kolot.

Yang terdiri dari beberapa orang yang dianggap sebagai sesepuh

masyarakat Ciptagelar. Pada Gambar di atas dapat dilihat bahwa di kampung

Ciptagelar terdapat struktur kelembagaan. Abah Ugi selaku pemimpin adat

dibantu oleh para baris kolot. Para baris kolot dibentuk dan dibagi sesuai dengan

tugasnya masing-masing. Setiap baris kolot bertanggung jawab terhadap bidang

yang telah dipegangnya masing-masing. Baris kolot tersebut ditentukan

berdasarkan garis keturunan.

Baris kolot juga bertugas sebagai penasehat Abah dalam menentukan

kebijakan dan membuat keputusan. Selain Kampung Ciptagelar, terdapat 568

Page 35: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

25

dusun lain yang berafiliasi secara adat pada Kampung Ciptagelar. Di dalam setiap

dusun terdapat perwakilan adat yang disebut dengan kolot lembur. Selain kolot

lembur tiap dusun memiliki pejabat-pejabat dusun yang memiliki tugas tertentu,

diantaranya mabeurang (dukun bayi), bengkong (dukun sunat), paninggaran

(memagari lahan pertanian secara gaib dari serangan hama), juru doa, juru pantun,

dukun jiwa, dukun tani dan juru sawer. Untuk lebih jelasnya dapat melihat

struktur organisasi yang ada pada Gambar 3.

Baris kolot juga memiliki tanggung jawab yang besar terhadap

permasalahan yang di hadapi oleh Desa. Jika terdapat permasalahan terkait Desa,

maka Abah akan melaksanakan rapat bersama baris kolot. Seluruh saran yang

bersifat konstruktif akan ditampung dan pada tahap akhir Abah selaku pemimpin

yang akan membuat keputusan. Baris kolot umumnya hanya bekerja sebagai

petani dikarenakan memiliki jabatan. Hampir tidak ditemui baris kolot yang

bekerja di luar desa. Selain itu, jika ada tamu yang datang berkunjung ke Desa

Ciptagelar, maka baris kolot yang akan pertama kali menuntun tamu tersebut.

Tamu akan dijelaskan mengenai aturan-aturan adat secara umum oleh baris kolot

sehingga tamu mengetahui aturan secara adat sebelum tamu bertemu dengan abah

Ugi.

Gambar 3 Struktur Organisasi

Page 36: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

26

Page 37: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI

Nilai adat merupakan hukum yang berlaku di Kampung Ciptagelar yang

bersifat tidak tertulis. Hukum yang biasa disebut hukum adat tersebut telah

diterapkan oleh leluhur di Kampung Ciptagelar yang kemudian diturunkan dari

generasi ke generasi secara lisan. Masyarakat adat di Kampung Ciptagelar sangat

mematuhi hukum dan aturan adat yang berlaku. Mereka percaya bahwa hukum

dan aturan adat yang ada bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan dan

memfasilitasi keberlangsungan hidup masyarakat Kampung Ciptagelar sendiri.

Sikap kepatuhan dan kesetiaan masyarakat Kampung Ciptagelar terhadap hukum

dan aturan adat muncul dari keyakinan mereka terhadap adanya pamali, yaitu

merupakan istilah adat untuk bentuk hukuman atau ganjaran yang merupakan

sanksi yang akan didapat oleh anggota masyarakat adat jika melanggar hukum

dan peraturan adat, sanksi tersebut dapat berupa sanksi sosial maupun sanksi fisik

yang diberikan oleh pemimpin adat atau masyarakat adat.

Masyarakat Kampung Ciptagelar tidak mendapatkan paksaan atau

desakan dari Ketua Adatnya dalam menjalankan aturan-aturan adat. Jika mereka

melanggar aturan-aturan tersebut, mereka tidak akan mendapatkan teguran

ataupun hukuman melainkan akan mendapatkan walatan atau kualat, yaitu suatu

hukuman yang tidak bisa dilihat secara fisik, namun dapat dirasakan langsung

oleh si pelanggar hukum tersebut, bisa berupa sakit atau bahkan kematian.

Kepercayaan tersebut membuat masyarakat adat sangat percaya terhadap pamali

dan kualat. Mereka terus menjaga dan melestarikan hukum adat yang telah

diberlakukan sejak dahulu kala. Hukum adat yang berlaku di Kampung Ciptagelar

memiliki nilai kearifan yang tinggi terutama yang berkaitan dengan pelestarian

lingkungan. Bagi masyarakat adat Kampung Ciptagelar alam merupakan warisan

dari leluhur dan harus terus dijaga untuk kehidupan masyarakat. Nilai kearifan

lingkungan dalam hukum adat di Ciptagelar terwujud dalam peraturan-peraturan

adat mengenai pengelolaan dan penggunaan lahan di wilayah adat Kampung

Ciptagelar. Masyarakat Kampung Ciptagelar sangat menjaga hutan dan

lingkungan tempat mereka tinggal mereka meyakini bahwa jika hutan, sumber

mata air, dan lahan pertanian yang ada di lingkungan mereka dijaga maka

keberlangsungan dan kesejahteraan hidup mereka juga akan terjaga pula. Ada

berbagai usaha yang dilakukan oleh masyarakat adat Kampung Ciptagelar dalam

rangka menjaga kelestarian hutan. Beberapa diantaranya yaitu membentuk

Pamswakarsa yang bertugas melakukan patroli hutan dan menjaga hutan dari

kegiatan penebangan liar, Pamswakarsa beranggotakan masyarakat adat dari

Kampung Ciptagelar yang bekerja secara sukarela.

Sikap Masyarakat Adat Terhadap Modernisasi

Ideal

Nilai adat merupakan satu-kesatuan gagasan yang berwujud ideel, sifatnya

abstrak, tak dapat diraba atau difoto, lokasinya berada di dalam kepala-kepala atau

dengan kata lain lisan sehingga nilai adat tersebut hidup di dalam pikiran mereka.

Hal tersebut yang dikatakan oleh Koentjaraningrat sebagai Wujud ideal dari

kebudayaan dan Masyarakat Kasepuhan Adat Banten Kidul menyebutnya sebagai

Page 38: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

28

Kabendon. Nilai tersebut sarat akan pengetahuan-pengetahuan lokal yang menjadi

pedoman tata kelakuan mereka, yang bersifat mengatur, mengendalikan, dan

memberi arah kepada perbuatan individu yang memegang nilai tersebut.

Melihat definisi tersebut maka nilai adat merupakan hal yang mengatur

pola pikir hingga pola berprilaku seseorang, penganut nilai adat tersebut adalah

masyarakat adat yang mayoritas berada di beragam daerah terpencil dan tertinggal.

Oleh karena itu di Indonesia, sebagaimana di banyak negara sedang berkembang

lainnya, pembangunan diartikan sebagai perubahan yang dikehendaki dan

dibutuhkan, apa saja yang dilihat tertinggal ataupun terbelakang dan tidak

mengalami perubahan dengan sendirinya dianggap sebagai penghalang

pembangunan bahkan nilai adat yang tak berwujud pun dianggap sebagai

penghalang, dikarenakan nilai tersebut mendorong seseorang untuk berkehidupan

yang tidak sesuai dengan pembangunan sosio-ekonomi, oleh karena itu banyak

program pembangunan yang bertujuan menghilangkan nilai adat agar tidak

mengganggu jalannya pembangunan.

Pandangan dan sikap seperti itu terhadap nilai adat masyarakat Kampung

Ciptagelar sangat keliru karena kebudayaan ideal atau kabendon merupakan tata

kelakuan yang telah terbukti mengantarkan masyarakat adat ciptagelar menuju

kesejahteraan semenjak ratusan tahun dahulu dan masih bertahan hingga saat ini.

Oleh karena itu apabila dikatakan nilai adat menghambat pembangunan sosio-

ekonomi, lantas bagaimana dengan kabendon yang telah terbukti berhasil

membangun sosio-ekonomi mereka selama ratusan tahun. Hal itu menunjukan

bahwa nilai adat mereka justru memiliki bukti empiris yang kuat dalam

menunjang proses sosial, ekonomi, dan ekologi masyarakat secara mendasar.

Lebih dari penelitian yang saya lakukan menunjukan bahwa kebudayaan

tradisional bersifat dinamis dan selalu mengalami perubahan, dan disitulah

peranan nyata nilai adat yang seharusnya hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh

para perencana pembangunan untuk mendorong proses modernisasi bagi mereka.

Oleh karena itu apabila perencanaan pembangunan di dasari dengan evaluasi

empiris yang mampu melibatkan seluruh pihak terkait, Maka dapat terlahir

akulturasi yang baik antara pembangunan yang membawa modernisasi dengan

nilai adat masyarakat.

Pada masyarakat adat Ciptagelar terlihat peranan nilai adat tidak hanya

berperan dalam membangun ketahanan pangan dan kesejahteraan hidup, namun

terlihat peranan nilai adat tersebut di dalam membawa kemajuan pembangunan

khususnya teknologi yang terjadi di Kampung tersebut, nilai adat menjadi motor

penggerak bagi jalannya masyarakat menuju kepada kemajuan pembangunan,

sehingga masyarakat dengan diketuai oleh pemimpin adat bersama-sama bahu

membahu untuk belajar dan memanfaatkan teknologi guna membawa

kesejahteraan bagi kehidupan masyarakat dan tidak tertinggal dengan

perkembangan zaman sesuai dengan ajaran Kabendon mereka yang melarang dan

mendorong mereka agar tidak tertinggal dengan perkembangan zaman yang ada.

Nilai adat tersebut yang mendorong masyarakat untuk bersama terbuka

terhadap perkembangan zaman dari berbagai bidang, meski sistem pengetahuan

yang berasal dari nilai adat mereka bertolak belakang dan tidak dapat diterima

oleh sistem pengetahuan ilmiah namun mereka tidak menolak dan bahkan

berakulturasi dengan berbagai pengetahuan tersebut. Sebagai contoh di sektor

kesehatan apabila seseorang itu sakit maka mereka tetap berobat ke puskesmas

Page 39: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

29

dengan penanganan ilmu medis, namun apabila masih belum sembuh maka

mereka akan mencari penyebab sakit mereka secara kaidah tradisional kepada

“dukun” setempat sekaitan hal magis apa yang meyebabkan dan memicu penyakit

tersebut dan setelah diketahui penyebabnya biasanya sang dukun memberikan

ritual-ritual yang perlu dilakukan untuk menghapuskan penyakit dari sisi magis

baru kemudian setelah menyelesaikan ritual maka mereka pun kembali lagi ke

puskesmas untuk kembali di tangani secara medis, karena menurut mereka ketika

faktor magis dari suatu penyakit belum dihilangkan maka faktor medis tidak akan

dapat berpengaruh terhadap kesembuhan mereka. Jadi masyarakat cipta gelar

tidak menganggap kedua cara pengobatan baik medis maupun tradisional sebagai

sistem pengobatan yang saling menafikan, melainkan setiap sistem pengobatan

memiliki ranahnya masing-masing sehingga bila dikaitkan dengan cara berpikir

mereka maka sistem pengetahuan mereka dan pengetahuan ilmiah umum

merupakan dua hal yang tidak saling menghilangkan satu sama lain.

Hal tersebut menunjukan kemampuan nilai adat dalam berakulturasi secara

terbuka dengan kemajuan zaman, sehingga nilai adat selalu menjadi bagian dan

tetap tidak terpisahkan dengan beragam kemajuan yang ada, tidak hanya pada

sektor kesehatan namun terjadi secara bersamaan di berbagai sektor mulai dari

teknologi, energi, informasi, birokrasi, administrasi dan beragam sektor lainnya.

Hal itu menunjukan sifat dinamisme dan keterbukaan dari nilai adat dalam

membawa dan mengawal perubahan masyarakat menuju kesejahteraan yang lebih

baik.

Aktivitas

Setelah mengamati ketujuh unsur di dalam kebudayaan masyarakat

Ciptagelar maka saya melihat nilai adat sebagai perangkat nilai yang dimiliki

masyarakat dalam memandang dan memanfaatkan lingkungan banyak

dipengaruhi oleh lingkungan dimana mereka tinggal, adat tersebut terbangun dari

akumulasi hasil interaksi manusia dan alam, yang dimana di dalam setiap

interaksi tersebut membuahkan sebuah pemgalaman, yang pengalaman tersebut

menjadi sitem pengetahuan yang mereka miliki dan merupakan hasil warisan

turun temurun. Pengetahuan mereka berakar dari alam sehingga aturan mereka

lebih mengatur keseimbangan kehidupan antara alam dengan manusia. Akumulasi

pengetahuan tersebut yang sarat akan nilai keharmonisan hidup dengan alam

terimplementasikan di dalam norma kehidupan mereka yang memperlihatkan

bahwa sistem pengetahuan mereka merupakan dasar dari keyakinan mereka dalam

melakukan ritual keagamaan sehingga antara pengetahuan dan keyakinan mereka

yang berasal dari alam merupakan satu kesatuan. Contoh pengetahuan yang juga

merupakan keyakinan masyarakat dapat dilihat dari sistem pertanian yang

menyelaraskan dengan alam dan tidak mau menanam padi jenis unggul

pemerintah, karena akar dari nilai adat mereka berasal dari pertanian sehingga

sebisa mungkin keaslian dari akar adat mereka terus menerus dijaga sehingga

teknologi yang digunakan di dalam proses pertanian baik dari segi makro maupun

mikro tidak ada yang berubah dari zaman leluhur mereka, hal tersebut terus dijaga

dan dibiarkan “tertinggal” dari perkembangan zaman yang ada dikarenakan akar

kebudayaan mereka berasal dari pertanian sehingga sebisa mungkin mereka akan

berusaha menjaga kelestarian budaya tersebut. Hal inilah yang disebut oleh

Ogburn sebagai cultural lag.

Page 40: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

30

Namun di balik penolkan terhadap teknologi pertanian tersebut terbukti

mampu membawa keuntungan tersendiri dari segi ekologi. Dikarenakan dalam

pertanian tradisional penanaman padi hanya dilaksanakan satu tahun sekali maka

sawah mereka memiliki waktu untuk mengembalikan kesuburan tanah sehingga

proses panen yang ada tidak pernah gagal karena waktu “istirahat” yang telah

diberikan kepada lahan garapan bertujuan mengembalikkan kembali kesuburan

tanah tanpa menggunakan zat-zat kimia, sehingga hasil panen mereka selalu

berhasil dan kualitas beras mereka merupakan kualitas beras organik. Hal inilah

yang menjadi peranan nilai adat dalam akulturasinya dengan modernisasi, nilai

adat yang mengutamakan keseimbangan dengan alam menolak eksploitasi alam

demi kepentingan materi. Meskipun mereka sebenarnya bisa melakukan panen

lebih dari satu kali dalam setahun.

Penolakan terhadap teknologi dari bidang pertanian tersebut bukanlah

suatu penghambat dari modernisasi terbukti dari segi pangan mereka mengalami

kelimpahan dan tidak pernah kekurangan bahkan untuk para tamu sekalipun.

Penolakan tersebut menunjukan peranan nilai dalam melakukan kontrol terhadap

proses modernisasi yang masuk. Melihat dari kelimpahan pangan yang ada, dan

sensitifitas nilai adat terhadap pertanian maka peran modernisasi dalam pertanian

sangat tidak strategis dan justru mampu melemahkan kekuatan nilai adat yang

akarnya adalah pertanian dalam menggerakan masyarakat. Oleh karena itu nilai

adat berperan dalam menolak beragam dampak negatif dan terbuka dengan hal

positif yang ditawarkan oleh modernisasi.

Keterbukaan tersebut terlihat pada aktivitas masyarakat dalam membangun

stasiun televisi CIGA TV. Stasiun tv ini di buat untuk menayangkan realita guna

menyaingi dongeng ataupun hal-hal fiktif yang disajikan oleh beragam media

lainnya oleh karena itu acara yang ditayangkan di ciga tv adalah realita kehidupan

sehari-hari masyarakat Ciptagelar, tujuan dari ciga tv ini untuk memberikan

gambaran pada masyarakat bahwa dari beragam dongeng mimpi dan hal-hal fiktif

yang ada tidak membawa manfaat secara real bagi mereka, ciga tv ada untuk

memberikan gambaran real tentang keadaan mereka dan bahkan gambaran

masing-masing individu yang ada di Ciptagelar, sehingga mereka tidak terbuai

dan terlena dengan mimpi-mimpi yang ada, selain itu fungsi ciga tv untuk

masyarakat adat adalah agar warisan budaya mereka bisa tersampaikan dari

generasi ke generasi, dengan adanya ciga tv generasi penerus akan melihat,

mengenal dan mengingat budaya mereka sehingga mereka bukti fisik dan bukti

kebudayaan yang terekam dapat terus menerus diwariskan.

Oleh karena itu nilai adat dalam peranannya yang menciptakan

keterbukaan terhadap proses modernisai, mampu mendorong masyarakat

ciptagelar untuk melakukan beragam adopsi teknologi yang bermanfaat bagi

kesejahteraan mereka. Beragam adopsi teknologi yang ada di tengah masyarakat

disebabkan dorongan nilai adat mereka yang mengharuskan mempelajari

perkembangan zaman untuk mensejahterakan mereka. Oleh karena itu dengan

dipimpin oleh ketua adat mereka, masyarakat Ciptagelar perlahan-lahan

mempelajari dan memanfaatkan beragam fasilitas yang ditawarkan di zaman

modern ini. Ketua adat mereka sebagai bagian dari perangkat nilain adat mereka

mampu mengarahkan dan membawa beragam teknologi yang bermanfaat bagi

kesejahteraan warganya. Mulai dari pembangunan jalan, pemanfaatan kendaraan

bermotor, pemanfaatan energi listrik, pemanfaatan teknologi informasi dan

Page 41: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

31

bahkan pemanfaatan birokrasi kenegaraan, berikut adalah kutipan dari warga

setempat sekaitan pemanfaatan birokrasi yang ada.

“ Dulu nama koperasi kita Komet (koperasi masyarakat desa ci cemet), ya

karena sekarang kita semakin maju, ya namanya juga maju dong M nya

ditambahin satu jadi Kommet (Koperasi masyarakat menuju era teknologi)”

(KAP - 26 Tahun) (Lampiran catatan harian tema modernisasi bagian sistem

administrasi)

Nilai lokal mereka telah memberikan rangkain tugas dan sistem kehidupan

guna menjaga keutuhan tradisi dan kesejahteraan mereka. Kearifan lokal yang

mereka miliki mampu menyaingi sistem-sistem formal lainnya serta tingkat

efektifitas dan efisiensi dari sistem kemasyarakatan yang mereka miliki dapat

dikatakan sangat baik, melihat bahwa setiap orang mampu menjalankan dan

memenuhi kewajibannya atas dasar kesadaran dan kepatuhan mereka terhadap

nilai adat yang mereka anut, dimana nilai merupakan tahap tertinggi dari faktor

yang mendorong seseorang untuk taat terhadap aturan yang ada di dalam

organisasi. Oleh karena itu nilai adat yang ada di ciptagelar mampu menggerakan

dan mengarahkan masyarakatnya dikarenakan di dasari oleh sebuah nilai yang

mana nilai tersebut yang menjadi roda pendorong bagi berjalannya aktivitas di

dalam organisasi tersebut dan bukan berasal dari ketakutan akan hukuman

ataupun harapan akan imbalan.

Benda

Meskipun masyarakat Ciptagelar masih memegang dan menjaga nilai adat

namun mereka tidak tertinggal oleh perkembangan zaman khususnya teknologi.

Mereka mengadopsi beragam peralatan modern guna membantu aktivitas mereka

agar mencapai kesejahteraan. Alat penerangan yang ada di sana sudah

menggunakan listrik yang di inisiasi oleh pada masa kepemimpinan Abah Anom

dan dilanjutkan oleh Abah Ugi, teknologi tersebut dibuat dengan bekerja sama

dengan sekelompok orang yang merasa prihatin terhadap daerah-daerah terpencil

seperti desa Ciptagelar. Listrik yang ada disana bukan listrik dari PLN namun

listrik yang dibuat secara swadaya masyarakat dan bantuan donatur.

Dengan adanya listrik maka tidak menuntup kemungkinan masuknya

berbagai teknologi dan alat komunikasi, mulai dari handphone, televisi,

kendaraan bermotor, gadget, internet, dan lain lain. Namun mereka mengerti dan

mengetahui bahwa dengan masuknya beragam teknologi tersebut akan membawa

beragam perubahan baik maupun buruk, oleh karena itu mereka memanfaatkan

beragam teknologi tersebut tidak hanya atas manfaatnya untuk kepentingan

pribadi akan tetapi juga untuk menanamkan dan mengenalkan nilai adat dan

kebudayaan mereka sehingga hal tersebut menjadi pagar pembatas yang bertujuan

agar masyarakat tidak lupa dan selalu ingat terhadap nilai adat mereka, sebagai

contoh adanya kamera digunakan untuk proses dokumentasi kegiatan dan

aktivitas keseharian mereka agar dapat dilihat dan diwariskan ke generasi

penerusnya sehingga mereka mengenal adat dan budaya mereka, kemudian

televisi di manfaatkan sebagai media penyiaraan nilai dan adat mereka sebagai

penyeimbang masuknya budaya dan nilai-nilai dari luar dikarenakan mereka sadar

Page 42: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

32

bahwa masuknya beragam teknologi membawa seperangkat dampak negatif yang

dapat merusak adat mereka.

Di dalam catatan harian yang terlampir pada bagian sistem dan teknologi

peralatan dapat terlihat bagaimana disamping beragam adopsi teknologi yang

terjadi di masyarakat adat tersebut, nilai adat mampu berjalan beriringan dan tetap

menjadi bagian di dalam penggunaan alat kehidupan sehari-hari bagi seluruh

masyarakat Kampung adat tersebut. Nilai adat mampu berakulturasi dengan

beragam teknologi yang ada sehingga tidak hanya keberadaan nilai adat saja yang

terjaga namun pengguna teknologi yang ada pun terjaga dari beragam dampak

negatif yang dibawanya dikarenakan keberadaan nilai adat.

Melihat kemajuan dari peralatan teknologi yang ada di Kampung tersebut

namun tetap berimbang dengan nilai adat yang ada di tengah mereka, tentu tidak

terlepas dari peran abah ugi sebagai ketua adat yang mengerti dan menguasai

teknologi sehingga sebagai pemimpin ia mampu memanfaatkan kemampuannya

tersebut untuk membantu masyarakat. Melihat manfaat teknologi yang

diperkenalkan oleh abah maka warga mulai percaya dan mengadopsi beragam

teknologi tersebut. Selain melihat manfaatnya secara nyata sikap positif tersebut

juga lahir dikarenakan hal tersebut sesuai dengan nilai-nilai adat mereka yaitu

mengikuti arahan orang yang dituakan yaitu abah Ugi, karena mereka yakin apa

yang dilakukan oleh abah pasti sesuai dengan aturan nenek moyang mereka.

Menurut abah ugi perkembangan teknologi merupakan salah satu hal yang

diperintahkan untuk dipelajari di dalam nilai adat mereka agar masyarakat tidak

tertinggal, dan hal tersebut telah diwariskan turun-temurun dan menjadi salah satu

alasan mengapa masyarakat ciptagelar terbuka terhadap teknologi.

Kemudian dari teknologi informasi mereka mengadopsi jaringan telepon

genggam sehingga memudahkan proses komunikasi diantara mereka, kemudian

mereka mengadopsi televisi guna membuka dan mengembangkan wawasan

mereka tentang dunia luar serta sebagai sarana hiburan bagi mereka.

Salah satu contoh yang menarik untuk menggambarkan keterkaitan antara

modernisasi dan nilai adat dari sisi benda adalah aturan rumah mereka. Rumah

yang berada di wilayah utama kampung ciptagelar harus terbuat dari kayu dan

daun salak, tidak boleh ada penggunaan bahan lain dalam pembuatan rumah.

Untuk di luar wilayah utama kampung Ciptagelar masyarakat diperbolehkan

menggunakan bahan lain layaknya rumah-rumah modern saat ini, akan tetapi

dapur tempat mereka memasak harus tetap tebuat dari kayu dan daun salak tanpa

pengecualian. Rumah-rumah besar yang bergaya modern serta bertingkat yang

ada disana pasti memiliki sebuah kesamaan, yaitu memiliki sebuah bagian yang

hanya terbuat dari kayu dan daun salak untuk dijadikan dapur.

Ikhtisar

Masyarakat adat merupakan suatu komunitas yang secara umum

dipandang sebagai suatu komunitas yang terbelakang, dikarenakan gaya hidup

mereka yang dianggap aneh dan terbelakang oleh masyarakat umum diluar

komunitas tersebut. Keanehan dan keterbelakangan mereka merupakan akibat dari

ketaatan mereka terhadap nilai adat yang diyakininya, nilai adat yang telah turun-

temurun diwariskan dari generasi ke genarasi dianggap sebagai momok dari

kemajuan dan pembangunan. Pandangan tersebut tidak hanya berasal dari

Page 43: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

33

masyarakat umum, akan tetapi para teknokrat pembangunan secara umum dalam

membuat dan melaksanakan program pembangunan pun menggunakan sudut

pandang tersebut, sehingga nilai adat tidak diperhitungkan dan bahkan cenderung

bersebrangan dengan nilai-nilai adat yang ada.

Namun pada kenyataannya nilai adat merupakan suatu perangkat nilai

yang terbukti mampu mengarahkan dan menjaga masyarakat adat dari ratusan

tahun yang lalu hingga saat ini. Oleh karena itu dalam proses mengarahkan sikap

masyarakat kepada suatu tujuan masyarakat ciptagelar merupakan contoh yang

baik bagi pola pengorganisasian yang seharusnya diadopsi dan dicontoh oleh para

perencana pembangunan, karena dengan menggunakan pola pengorganisasian

yang berbasiskan nilai, maka masyarakat akan menyadari peran serta tanggung

jawabnya di dalam suatu organisasi guna mencapai suatu tujuan, sehingga setiap

individu termotivasi dan terdorong untuk memenuhi tugas-tugas mereka karena

hal itu berhubungan dengan hal terdalam di dalam diri mereka yaitu nilai yang

terwujud ke dalam sikap mereka terhadap organisasi tersebut dan bukan dari

faktor paksaan ataupun harapan akan imbalan yang mereka dapat dari organisasi

kemasyarakatan tersebut.

Nilai adat seharusnya menjadi aset yang perlu dipelihara dan dimanfaatkan

dalam memngarahkan masyarakat kepada tujuan pembangunan pemerintah

sehingga muncul partisipasi aktif dan dukungan yang berasal dari masyarakat

dalam menjalankan beragam program yang telah dan akan dilaksanakan oleh

pihak terkait.

Page 44: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

34

Page 45: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

MODERNISASI DALAM MASYARAKAT ADAT

Masyarakat di Kampung Ciptagelar memiliki perspektif sendiri dalam

memandang modernisasi yang kian marak muncul dalam kehidupan. Bagi

masyarakat di Kampung Ciptagelar, modernisasi merupakan hal yang tidak bisa di

hindari. Perkembangan dan kemajuan zaman mengharuskan mereka untuk dapat

beradaptasi dengan hal-hal yang sifatnya modern. Namun bagi mereka beradaptasi

dengan hal baru bukan berarti harus melunturkan tradisi yang lama. Hal yang baru

hanyalah sebatas ilmu yang menjadi pengetahuan bagi mereka. Mereka tetap

berpegang terhadap nilai-nilai tradisional yang telah menjadi warisan turun

temurun dari leluhur. Meskipun orang akan memandangnya sebagai masyarakat

yang kuno dan terbelakang, namun bagi mereka itu bukanlah penghalang untuk

tetap menjalankan nilai tradisi yang telah menjadi warisan.

Di Kampung Ciptagelar nilai tradisi dan modern berjalan pada koridornya

masing-masing. Nilai modern tidak akan menghancurkan nilai tradisi, begitu pun

sebaliknya. Pada tahun 2008, Abah Ugi sebagai pemimpin yang memiliki

keahlian di bidang elektronik, telah menciptakan banyak perubahan bagi

masyarakat dengan membangun stastiun televisi dan radio komunitas. Berbekal

keahlian Abah menaruh satu pemancar kecil di desa tersebut. Alhasil saat ini

masyarakat dapat merasakan manfaat upaya dari Abah tersebut. Masyarakat

menjadi lebih mudah dalam mengakses berbagai informasi, baik informasi seputar

desa, informasi nasional maupun internasional. Ini merupakan satu bukti bahwa

mereka tetap menerima dan menerapkan nilai-nilai modern. Modernisasi bukanlah

sesuatu hal yang asing bagi masyarakat di Kampung Ciptagelar. Modernisasi

bukanlah alasan untuk menghilangkan nilai-nilai adat yang telah menjadi warisan

dari leluhur. Modernisasi hanyalah sebagai alat pembelajaran untuk mengenal

sesuatu yang baru. Dengan modernisasi masyarakat dapat mengambil hal yang

positif dan membuang hal yang negatif.

Ekonomi Masyarakat Adat

Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu perubahan kearah

yang lebih maju atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat.

Perubahan yang terjadi mencakup beragam bidang yang sangat banyak, sehingga

untuk menentukan bidang mana yang diutamakan tergantung dari kebijakan

penguasa masyarakat tersebut. Penguasa dari sisi masyarakat Ciptagelar terbagi

atas dua kekuasaan kenegaraan dan kekuasaan adat, sehingga terdapat perbedaan

kebijakan-kebijakan diantara dua kekuasaan tersebut.

Beragam teknologi telah diadopsi guna meningkatkan kesejahteraan

mereka, mulai dari penerangan yang menggunakan listrik yang mana masyarakat

sangat terbantu secara ekonomis dari hadirnya listrik di desa mereka, mereka

dapat menghemat pengeluaran mereka karena tidak perlu lagi membeli minyak

tanah yang cenderung mahal untuk membeli 10 liter minyak tanah pada waktu

dulu masih lima ratus rupiah per-liter tutur beliau namun kini ketika harga minyak

tanah menjadi dua belas ribu lima ratus rupiah per-liter maka pengeluaran yang

sangat besar bagi mereka, namun dengan adanya listrik mereka hanya perlu

Page 46: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

36

mengeluarkan tidak lebih dari lima ribu hingga sepuluh ribu rupiah per-bulan

untuk penerangan.yang mana penggunaannya mencapai 10 liter per bulan yang

apa bila diuangkan lebih dari seratus ribu rupiah per bulan, namun kini dengan

masuknya listrik masyarakat hanya dipungut bayaran kurang dari sepuluh ribu

rupiah per bulan sehingga dengan masuknya teknologi tersebut maka masyarakat

sangat terbantu dan oleh karena itu abah ugi terdorong untuk memenuhi keinginan

dan kebutuhan listrik bagi masyarakatnya.

Kemudian pembangunan jalan yang merupakan inisiasi masyarakat yang

berguna untuk membuka akses ke dunia luar sehingga memudahkan masuknya

beragam kebutuhan dasar yang mereka perlukan yang berasal dari dunia luar,

seperti garam, pakaian, obat-obatan dan lain lain, dengan harga yang tidak terlalu

mahal dikarenakan mudahnya akses. Kemudian mereka juga mengadopsi

kendaraan bermotor guna mengefektifitaskan dan mengefisiensikan waktu yang

mereka miliki dalam bekerja.

Dari sisi pemanfaatan administrasi, masyarakat adat Ciptagelar masih

belum efektif dikarenakan pembangunan yang dilaksanakan secara swadaya tanpa

bantuan dari luar sehingga sarana dan prasarana yang ada masih terbatas.

Masyarakat secara perlahan mulai melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada

baik dari segi ekonomi maupun manusianya. Dari segi ekonomi guna

mendapatkan beragam fasilitas maka masyarakat ciptagelar melalui inisiasi Abah

Ugi membangun beragam komunikasi dengan pihak luar dan terkait guna

membantu persoalan-persoalan kebutuhan administrasi tersebut, mulai dari

pengadaan puskesmas, pendatangan beragam dokter secara berkala, dan kini abah

sedang mengusahakan ambulance untuk masyarakat Ciptagelar.

Administrasi yang kurang baik yang ada di Ciptagelar disebabkan inisiasi

dari pihak pemerintah yang memiliki beragam fasilitas dalam pembangunan

administrasi yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak tepat sasaran, banyak

pembangunannya yang tidak dikomunikasikan dengan pihak lokal sehingga di

dalam prosesnya banyak yang bertentangan dengan aturan adat.

Ideologi Masyarakat Adat

Modernisasi yang kini menjadi salah satu ciri masyarakat adat ciptagelar

berasal dari keraifan lokal mereka yang mendorong pembangunan swadaya

masyarakat. Meski nilai adat yang memiliki sistem pengetahuan sendiri yang

cenderung bertolak belakang dengan sistem pengetahuan ilmiah namun tetap

memberikan ruang untuk berakulturasi dengan cara berpikir ilmiah yang

merupakan salah satu ciri dari modernisasi, sehingga hasil dari proses akulturasi

tersebut adalah berkembangnya dan diterimanya cara berpikir ilmiah namun tetap

berjalan beriringan dengan pengetahuan lokal.

Banyak modernisasi yang berjalan bersamaan dengan nilai lokal seperti

yang saya tuliskan pada bagian penciptaan iklim yang sesuai di dalam catatan

harian yang terlampir, dapat dilihat bagaimana nilai adat mendorong masuknya

listrik di Kampung Ciptagelar demi kesejahteraan masyarakatnya. Masuknya

energi listrik yang membantu sektor ekonomi menunjukan bahwa nilai adat

mendorong penciptaan iklim yang sesuai dengan kehendak masyarakat, namun di

sisi lain dengan masuknya listrik masuk pula beragam alat elektronik lain seperti

Page 47: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

37

televisi yang merupakan salah satu kehendak masyarakat sebagai sarana hiburan

mereka.

Masuknya televisi tentu membawa dampak tersendiri bagi kehidupan

sosial di masyarakat tersebut, oleh karena itu nilai adat kembali berperan di dalam

proses akulturasinya dan memanfaatkan teknologi yang sama yaitu televisi guna

mencegah pergeseran nilai adat yang tidak diinginkan. Dalam catatan harian

tersebut dapat dilihat bahwa motif dari dibangunnya stasiun televisi CIGA TV

merupakan usaha untuk menjaga dan melestarikan nilai adat mereka agar tidak

kalah dengan nilai lainnya serta dapat terus dilestarikan serta diperkenalkan,

sehingga modernisasi dapat dimanfaatkan secara baik oleh nilai adat baik untuk

memanfaatkan hal-hal positif dari modernisasi, maupun dimanfaatkan untuk

mencegah beragam dampak negatif yang dibawa olehnya.

Sementara menurut Sugiharto (1996), konsekwensi buruk yang

ditimbulkan oleh modernisme bagi kehidupan manusia dan alam diantaranya:

1. Pandangan dualistiknya yang membagi seluruh kenyataan menjadi

subyek dan obyek, spritual-material, manusia dunia, telah

mengakatkan obyektivitas alam secara berlebihan dan pengurasan

semena-mena. Hal ini menyebabkan krisis ekologi.

2. Pandangan modern yang bersifat obyektivitas dan positivitas akhirnya

cenderung menjadikan manusia seolah obyek juga, dan masyarakatpun

direkayasa bagaikan mesin. Akibat dari hal ini adalah bahwa

masyarakat cenderung menjadi tidak manusia.

3. Dalam modernisme ilmu-ilmu positif-empiris mau tak mau menjadi

standar kebenaran tertinggi. Akibat dari hal ini nilai moral dan relegius

kehilangan wibawanya.

4. Dalam materialisme, bila kenyataan terdasar tak lagi ditemukan dalam

religi, maka materilah yang mudah dianggap sebagai kenyataan

terdasar.

Pandangan modern tersebut yang membawa dampak dan efek negatif

ditengah masyarakat, banyak hal-hal negatif yang ditawarkan namun hal yang

mendasar dan yang penting adalah masuknya pemikiran-pemikiran tersebut

sehingga mampu merubah perilaku seseorang hingga tidak lagi berpikir dan

berprilaku yang sesuai seperti dikatakan oleh adat mereka. Di Ciptagelar sudah

ada masyarakat yang terseret oleh arus pemikiran materialistis sehingga bukan

lagi adat yang diunggulkan dan diutamakan melainkan keuntungan materil

masing-masing individu dan hal itu berbahaya bagi kesatuan, kerukunan dan

kelestarian masyarakat adat.

Sebagai contoh terkadang individu yang terlibat dan bertugas di baris

tatabeuhan (pemain musik) di dalam ritual adat merasa enggan dan malas untuk

menjalankan fungsi dan tugasnya ketika tidak ada orang yang menonton mereka,

sehingga orientasi mereka bergeser yang seharusnya nilai adat merupakan aturan

wajib yang akan mengantarkan seseorang menuju kesejahteraan sehingga tidak

ada korelasi dengan orang yang akan menonton mereka, namun kini mereka

melihatnya apa yang sedang mereka jalani tidak memberikan keuntungan baik

secara materi maupun moril, sudut pandang tersebut termotivasi dari kepentingan

pribadi yang merupakan salah satu cirri masyarakat modern yaitu individualistik,

Page 48: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

38

sehingga proses plaksanaan ritual dan kesenian tersebut tidak lagi dipandang

sebagai suatu tugas sosial mereka sebagai bagian dari suatu masyarakat yang

meyakini suatu nilai adat yang sama, sehingga penggunaan sudut pandang

individualistik tersebut yang perlahan-lahan meruntuhkan kekuatan benteng

kepercayaan masyarakat terhadap nilai adat sehingga mereka mudah bergeser

kepada beragam nilai baru yang ada.

Kemudian contoh lainnya muncul dikarenakan ketertarikan dunia luar

terhadap tradisi mereka, sehingga mampu mendatangkan banyak pengunjung dari

dunia luar dan membawa dampak tersendiri bagi nilai yang mengatur kehidupan

sosial mereka. Banyaknya pendatang tentu membawa keuntungan tersendiri mulai

dari kesempatan untuk mengenalkan kebudayaan mereka maupun dari segi materi,

keuntungan materi itulah yang memicu beberapa konflik laten di tengah

masyarakat, banyak muncul kecemburuan ataupun ketidaksukaan dikarenakan

motif-motif material. Hal itu terlihat ketika mereka mengungkapkan dampak

masuknya “pariwisata”, seperti yang diungkapkan oleh salah seorang responden

berikut:

“ Kami bukan tempat pariwisata tapi wajar banyak orang datang ke desa

kami, karena tempat kami memang indah”(YYN 28 – Tahun) (Lampiran reduksi

data tema modernisasi di dalam nilai adat halaman 4 paragraf 3)

Namun ada orang-orang yang memanfaatkan hal tersebut dengan cara-cara

yang menurut mereka tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, menurut

mereka nilai adat sudah mengatur keseluruhan hal dari yang terkecil bahkan tidak

dapat dilihat mata, hingga persoalan-persoalan besar dari skala nasional hingga

internasional oleh karena itu tinggal diikuti aturannya sehingga mereka tidak

keluar dari batas keseimbangan yang telah ditetapkan oleh nilai adat mereka.

Ekologi Masyarakat Adat

Namun abah mengungkapkan bahwa abah seyogyanya sebagai seorang

pemimpin secara adat harus bisa mencontohkan bagaimana berprilaku sebagai

yang dipimpin secara kenegaraan, sehingga abah sebisa mungkin selalu menuruti

beragam program dan mendukung program pemerintah yang masuk di wilayah

adatnya.Namun selama berlangsungnya proses tersebut abah merasa posisinya

secara adat tidak diperhitungkan sehingga jarang sekali adanya diskusi guna

mencari masukan dari pemimpin lokal.

Belum lagi hal tersebut seolah didukung oleh Konstitusi Indonesia (UUD

1945) di pasal 18B ayat 2 yang secara tegas mengakui eksistensi masyarakat adat

beserta hak-hak tradisionalnya. Namun, sebagai konsekuensi konsep negara

hukum, pengakuan dan perlindungan atas eksistensi masyarakat adat dilakukan

dalam konstruksi hukum positif negara, sedangkan eksistensi masyarakat adat

beserta hak-haknya adalah suatu hal yang hidup dalam konstruksi hukum adat

yang sama sekali berbeda dan dalam banyak hal kontradiktif dengan hukum

negara. Maka pertanyaannya, bagaimanakah mungkin pengakuan dan

perlindungan eksistensi masyarakat adat beserta hak-hak tradisionalnya dilakukan

melalui hukum negara berdasarkan kerangka konsep negara hukum?

Page 49: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

39

Namun, dengan adanya konsep Negara hukum yang dalam

implementasinya di Indonesia ditegaskan di UUD 1945 pasal 1 ayat 3, maka

keberadaan hukum adat (dan model hukum lainnya di luar hukum positif negara)

dikonstruksikan di bawah doktrin yang disebut sebagai paham sentralisme hukum.

Konsekuensi dari adanya paham ini adalah bahwa hukum adat secara yuridis-

normatif hanya diakui keberadaannya melalui dan jika tidak bertentangan dengan

hukum negara. Hal inilah yang kemudian disebut sebagai konsep pengakuan

terbatas dan menjadi persoalan bagi masyarakat Ciptagelar khususnya dalam hal

penggunaan lahan.

Dari sentralisasi wewenang sosial, masyarakat adat ciptagelar memberikan

hak dan otoritas sepenuhnya kepada abah ugi sebagai ketua adat, beragam hal

sekaitan wewenang sosial berada di bawah wewenang Abah Ugi sehingga proses

sosial yang ada sangat tersentralisasi kepada beliau, mulai dari aturan sosial

hingga perangkat sosial semua di bawah wewenang Abah Ugi beragam fasilitas

dan norma yang ada tidak terlepas dari pengaruh abah ugi dan inisiasi abah ugi di

dalamnya. Sebagai contoh dalam kasus sosial antara masyarakat adat dan

pengelola taman nasional gunung halimun, beliau menuturkan ketika terdapat

aturan dari taman nasional maka masyarakat adat belum tentu mematuhi aturan

tersebut, namun ketika abah ugi yang mengangkat suara sekaitan aturan tersebut

maka masyarakat akan langsung mematuhinya baik itu sesuai dengan aturan

pemerintah atupun tidak. Kemudian pembangunan jalan sebagai salah satu contoh

lainnya, pada masa kepemimpinan abah anom pemerintah melarang masyarakat

untuk membangun jalan guna mempermudah akses, pemerintah tidak memberikan

bantuan dan dorongan malah justru memberikan kecaman, namun abah anom

tidak menanggapinya secara keras melainkan membangun diskusi dengan pihak

pemerintah yang mana hasil keputusannya adalah masyarakat diizinkan

membangun jalan namun hanya dalam waktu satu minggu saja namun berhasil

diselesaikan dalam waktu tiga hari oleh mereka dan kini justru dimanfaatkan oleh

pemerintah daerah dan diperbagus karena melihat keberhasilan tersebut.

Seperti yang telah saya tuliskan di dalam reduksi data pada bagian dampak

negatif dari modernisasi, pertentangan dalam hukum Negara dan hukum adat

sering kali menjadi persoalan. Hal tersebut bukan dikarenakan perbedaan tujuan

dalam menjaga hutan namun perbedaan dalam tata cara menjaga hutan dan

lingkungan. Semestinya perbedaan tata-cara tersebut jangan dijadikan sebagai

sebuah masalah melainkan sebuah solusi bersama, sehingga para perencana

pembangunan seharusnya memanfaatkan hukum dan tata-cara lokal dalam

menjaga dan melindungi hutan secara bersama-sama dan bukannya sepihak.

Ikhtisar

Modernisasi merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dihindarkan oleh

negara manapun di dunia ini, modernisasi yang menuntut perubahan demi

tercapainya kemajuan telah merubah beragam gaya hidup yang ada di dalam

masyarakat sehingga menjadi suatu fenomena sosial di dalam kehidupan

masyarakat. Modernisasi yang membawa beragam perubahan demi kemajuan

tentu akan bersinggungan dengan hal-hal yang dianggap bertolak belakang

dengan kemajuan, salah satunya adalah nilai adat yang mendorong seseorang

untuk hidup secara “primitif” dan tidak sesuai dengan kemajuan zaman yang ada.

Page 50: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

40

Perbedaan nilai yang ada tersebut mendorong peniadaan nilai yang lainnya

sehingga sifatnya saling meniadakan, dan secara umum dikarenakan proses

modernisasi merupakan suatu keharusan yang harus ditempuh untuk mampu

bersaing dengan dunia, maka modernisasi yang berlangsung seakan-akan

mencoba untuk menghapuskan beragam nilai yang bersebrangan dengan nilai

modernisasi. Akan tetapi hal tersebut tidak terjadi pada proses modernisasi di

tengah masyarakat adat Ciptagelar.

Telah diketahui bahwa telah terjadi suatu proses modernisasi yang baik

dan menarik di tengah masyarakat adat Ciptagelar. Hal tersebut tidak terlepas dari

peran nilai adat yang menuntun tatacara berkehidupan dan berprilaku yang sangat

dibutuhkan sehingga tercipta batasan yang berfungsi sebagai pagar dan pelindung

dari dampak negatif dari proses modernisasi suatu masyarakat, yang nilai-nilai

tersebut tertuang salah satunya dalam siloka (pribahasa sunda) yang artinya zaman

harus dituntut dan dikejar, ambilah manfaat darinya dan buang hal yang buruk

darinya, jangan lah sampai kita dituntut oleh zaman, sehingga ketika seseorang

menghargai tradisi dan budayanya maka ia akan menjaga tradisi tersebut, yang

mana tujuan dari tradisi itu adalah melindungi dan menjaga tata hidup mereka

agar tetap sejahtera dan berkelanjutan.

Page 51: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

HUBUNGAN SIKAP DENGAN KETERDEDAHAN MEDIA

Terbukti dari hasil penelitian mengenai sikap masyarakat adat terhadap

modernisasi yang mewakili pembangunan, maka dapat terlihat peran nilai adat

mampu mendorong mereka untuk bersikap positif terhadap modernisasi, bahkan

pada masyarakat Ciptagelar tidak ada seorang pun yang memiliki sikap negatif

terhadap modernisasi. Hal itu dikarenakan nilai adat merupakan inti terdalam dari

sikap sehingga sikap yang ditunjukan oleh seseorang merupakan faktor nilai yang

hidup dikepalanya sehingga mendorongnya untuk bersikap. Oleh karena itu

masyarakat Ciptagelar yang memiliki tata kelakuan tersendiri yang berasal dari

nilai adat mereka yang disebut kabendon yang terbukti telah mendorong sikap

positif masyarakat tersebut terhadap modernisasi yang masuk. Sehingga nilai adat

memiliki peranan penting dalam membangun sikap masyarakat terhadap proses

modernisasi, sehingga nilai adat memiliki pengaruh langsung yang sangat positif

terhadap diterimanya modernisasi sebagai sarana yang menunjang kehidupan

warga. Untuk dapat melihat nilai adat yang abstrak, kita dapat mengamati

pengaruh dari nilai tersebut yang terwujud di dalam sikap masyarakat adat yang

dapat diamati, untuk mengetahui sikap masyarakat adat terhadap modernisasi

dapat melihat Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah dan presentase responden menurut sikap terhadap Modernisasi

Tahun 2014

Sikap Terhadap Modernisasi Ε %

Negatif 0 0

Netral 10 32.26

Positif 21 67.74

Total 31 100

Untuk membuktikan bahwa nilai adat yang merupakan inti terdalam dari

suatu sikap benar-benar mampu mendorong proses modernisasi tidak hanya dari

segi pemikiran namun realita maka kita perlu melihat dan membandingkan sikap

mereka melalui dan membandingkannya dengan modernisasi yang masuk

keterdedahan media yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah dan presentase responden menurut tingkat keterdedahan media

Tahun 2014

Keterdedahan media Ε %

Rendah 3 9.68

Sedang 18 58.06

Tinggi 10 32.26

Total 31 100

Dari data keterdedahan media yang didapat hanya 9.68% dari populasi

sampel yang mengalami keterdedahan media yang rendah. Hal itu

Page 52: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

42

menggambarkan bahwa proses modernisasi yang berjalan di tengah masyarakat

sudah sangat baik, karena hanya sebagian kecil masyarakat Ciptagelar yang

rendah keterdedahan medianya. Kemudian mayoritas masyarakat memiliki

keterdedahan media yang sedang, menurut pengamatan saya hal itu menunjukkan,

meski proses modernisasi yang ada telah berjalan dengan baik namun hasil yang

di perolehnya belum maksimal, mayoritas masyarakat masih berada pada tahap

sedang bukannya tinggi sedangkan mayoritas warga sudah bersikap postif

terhadap modernisasi. Hal itu dikarenakan fasilitas yang tersedia masih terbatas

sehingga proses modernisasi yang ada berjalan secara “seadanya”. Mereka

berusaha memenuhi beragam kebutuhan modernisasi tersebut dengan cara

swadaya tanpa ada campur tangan pemerintah sehingga proses modernisasi yang

berjalan belum maksimal.

Ada beberapa tahap yang dilakukan untuk melihat hubungan antara sikap

terhadap modernisasi dengan keterdedahan media. Pada variabel pertama yaitu,

sikap terhadap modernisasi tahap pertama yang dilakukan adalah menjumlahkan

skor seluruh pertanyaan pada variabel tersebut. Pertanyaan seluruhnya berjumlah

30 pertanyaan dengan minimal skor 1 dan maksimal skor 5. Dengan demikian,

jika seluruh pertanyaan dijumlahkan maka akan didapatkan skor terendah 30 dan

skor tertinggi sebesar 150. Tahap selanjutnya dengan mengategorikan ke dalam 3

kategori yaitu Sikap negatif (skor 30-69), Sikap netral (Skor 70-109), Sikap

positif (Skor 110-150). Kategori netral yang dibuat memiliki arti bahwa

responden merasa modernisasi bagi mereka tidak baik seutuhnya namun juga

tidak buruk. Tahap terakhir pada variabel ini adalah memasukkan responden ke

dalam tiga kategori yang telah dibuat sesuai dengan jawaban mereka.

Pada variabel kedua yaitu keterdedahan media dilakukan penjumlahan

skor seluruh pertanyaan pada variabel tersebut. Pertanyaan seluruhnya berjumlah

10 pertanyaan dengan minimal skor 1 dan maksimal skor 5. Dengan demikian,

jika seluruh pertanyaan dijumlahkan maka akan didapatkan skor terendah 10 dan

skor tertinggi sebesar 50. Tahap selanjutnya dengan mengategorikan ke dalam 3

kategori yaitu terpaan media massa rendah, (Skor 10-23), terpaan media massa

sedang (Skor 24-37), Terpaan media massa tinggi (Skor 38-50). Kategori sedang

yang dibuat memiliki arti bahwa responden merasa keterdedahan media yang ada

di dalam kegiatan sehari-hari mereka biasa saja, tidak tinggi namun juga tidak

rendah. Tahap terakhir pada variabel ini adalah memasukkan responden ke dalam

tiga kategori yang telah dibuat sesuai dengan jawaban mereka. Setelah responden

masing-masing dimasukkan ke dalam kategori di kedua variabel tersebut, tahap

terakhir ialah tahap penghitungan hubungan antara kedua variabel tersebut. Tahap

penghitungan hubungan dilakukan dengan aplikasi IBM SPSS Statistics 21

dengan uji statistik Rank Spearman. Untuk melihat hubungan antara sikap

masyarakat adat terhadap modernisasi dengan tingkat keterdedahan media, dapat

melihat Tabel 4.

Page 53: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

43

Tabel 4 Jumlah dan presentase responden menurut sikap terhadap modernisasi

dan tingkat keterdedahan media di Desa Ciptagelar tahun 2014

Sikap

terhadap

modernisasi

Keterdedahan media Total

Rendah Sedang Tinggi

N % n % n % n %

Negatif 0 0 0 0 0 0 0 0

Netral 3 30 7 70 0 0 10 100

Positif 0 0 11 52.38 10 47.62 21 100

Total 3 9.68 18 58.06 10 32.26 31 100

Tetapi sebelumnya untuk melihat korelasi kedua variabel, terlebih dahulu

data tersebut dimasukkan ke dalam tabel tabulasi silang. Tabel tabulasi silang

dapat dilihat pada Tabel 4 yang menunjukkan bahwa pada variabel sikap terhadap

modernisasi, mayoritas responden cenderung memiliki sikap positif, namun yang

menarik adalah tidak adanya responden yang tergolong dalam kategori sikap

negatif. Penjelasan mengenai hal tersebut dapat dilihat pada sub bab nilai adat

dalam modernisasi. Selanjutnya dalam variabel keterdedahan media mayoritas

responden sebanyak 21 orang atau sebesar 67.74 persen menyatakan Peranan nilai

adat pada kategori baik dengan persentase responden pada tingkat keterdedahan

tinggi 47.62 persen dan tingkat keterdedahan sedang 52.38 persen. Selanjutnya

Sepuluh orang responden atau sebanyak 32.26 persen memiliki sikap netral

terhadap modernisasi dengan persentase responden pada tingkat keterdedahan

media sedang 70 persen dan tingkat keterdedahan rendah 30 persen. Umumnya,

responden yang memiliki sikap positif terhadap modernisasi, akan berada pada

kategori tinggi dan sedang dalam hal tingkat keterdedahan media pada tabulasi

silang. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara Peranan nilai adat dengan

tingkat modernisasi termasuk kuat, hal itu diperkuat oleh hasil uji statisti yang

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil uji statistik rank Spearman antara sikap terhadap modernisasi

dengan tingkat keterdedahan media

Correlations

sikap keterdedahan

media

Sikap

Correlation

Coefficient

1.000 .811**

Sig. (2-tailed) . .000

N 31 31

keterendahan_media

Correlation

Coefficient

.811**

1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 31 31

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil yang didapatkan dari uji korelasi pada tabel tabulasi silang sejalan

Page 54: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

44

dengan hasil yang didapatkan dari uji statistik Rank Spearman. Hasil uji dengan

menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistics 22 menunjukkan bahwa nilai korelasi

yang didapatkan ialah sebesar 0.811. Nilai tersebut menyatakan bahwa terdapat

korelasi atau hubungan kuat. Nilai hitung tersebut berada diantara nilai >0.75 –

0.99, seperti yang dijelaskan oleh Sarwono (2009) bahwa jika hasil uji berada di

antara nilai tersebut maka terdapat korelasi yang sangat kuat.Selanjutnya

mengenai signifikasi dalam pengukuran kedua variabel tersebut dapat dinyatakan

bahwa kedua variabel tersebut signifikan. Hal tersebut dijelaskan taraf nyata yang

didapatkan ialah sebesar 0.000 yang ternyata lebih kecil dibandingkan dengan

penggunaan taraf nyata atau sebesar 5 persen atau 0.05. Berdasarkan penjelasan di

atas, dapat disimpulkan bahwa antara variabel Peranan nilai adat dengan tingkat

modernisasi terdapat hubungan yang kuat dan signifikan. Kekuatan dan

signifikansi yang didapatkan dari hasil uji statistik tersebut merupakan bukti dari

hasil penelitian kualitatif yang dilakukan. Menurut hasil penelitian kualitatif

diketahui bahwa nilai adat memiliki peranan yang sangat kuat dalam proses

diterimanya modernisasi di dalam masyarakat. Nilai adat yang ada mendorong

seseorang untuk bersikap positif dan terbuka terhadap proses modernisasi, nilai

adat mereka menuntut seseorang untuk mengenal kemajuan dan perkembangan

zamannya. Mereka menyadari peran dan fungsi nilai adat mereka dalam menjaga

masuknya dampak negatif dari arus modernisasi, seperti dalam kasus stasiun

televisi CIGA TV, yang keberadaannya merupakan bentuk usaha dan upaya

masyarakat dalam proses akulturasi dalam memanfaatkan modernisasi sekaligus

menjaga kelestarian nilai adat mereka. Sehingga seluruh perangkat adat dan

masyarakat membuka dirinya terhadap beragam kemajuan dan perkembangan

zaman yang ada, namun tidak terlepas dari peran kontrol nilai adat itu sendiri.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hipotesis untuk penelitian dengan

metode kuantitatif diterima.

Page 55: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

PENUTUP

Simpulan

Nilai adat yang merupakan objek dari perubahan modernisasi ternyata

mampu berakulturasi secara positif dikarenakan nilai adat merupakan sesuatu

yang dinamis dan selalu mengalami perubahan serta mampu melakukan

penyesuaian dengan baik terhadap kondisi lokal maupun global. Nilai adat yang

menjadi dasar di dalam kehidupan masyarakat Ciptagelar terbukti mampu menjadi

fasilitator dan katalisator bagi proses modernisasi yang masuk dan berkembang di

tengah masyarakat. Disamping keterbukaannya terhadap modernisasi, nilai adat

juga memiliki sisi penolakan terhadap modernisasi yang berfungsi sebagai kontrol

dari proses modernisasi yang ada. Penolakan tersebut merupakan salah satu peran

penting nilai adat didalam prosesnya mengantarkan masyarakat menuju kepada

kesejahteraan, sehingga masyarakat mampu terhindar dari beragam dampak

negatif yang dibawa oleh modernisasi.

Nilai adat yang ada di tengah masyarakat terbukti mampu membawa

masyarakat terhadap keterbukaan terhadap modernisasi, hal itu terlihat dari sikap

yang merupakan perwujudan dari nilai yang diyakini masyarakat. Nilai yang

diyakini tersebut membentuk pola perilaku mereka yang terbuka terhadap

beragam proses modernisasi, sehingga proses modernisasi yang berkembang dan

menyatu dengan kehidupan adat mereka menjadi ciri khas tersendiri bagi

masyarakat adat Kampung Ciptagelar.

Meski keterbukaan masyarakat adat terhadap modernisasi yang terwujud

di dalam sikap mereka sangat tinggi, namun proses modernisasi yang berjalan di

Kampung Ciptagelar masih belum maksimal dan terkesan ”seadanya”. Keadaan

tersebut disebabkan proses modernisasi yang ada berasal dari swadaya masyarakat

tanpa bantuan yang memadai dikarenakan minimnya perhatian pihak terkait

khususnya pemerintah, dalam mendorong, memfasilitasi dan membantu proses

modernisasi yang ada.

Saran Beberapa saran yang diajukan penulis berdasarkan hasil penelitian ini

yaitu pemerintah harus lebih memperhatikan keberadaan Masyarakat Adat tidak

hanya dari satu sisi yaitu pandangan teknisi dan ahli-ahli perencanaan

pembangunan, namun menggunakan sudut pandang masyarakat tersebut yang

merupakan masyarakat asli Indonesia yang juga seharusnya diperjuangkan hak-

hak nya.

Pemerintah juga harus dapat melihat potensi dari nilai adat sebagai modal

sosial yang mampu menciptakan gerakan-gerakan yang bertujuan untuk

mensejahterakan masyarakat yang bersifat lokalitas sebagai modal bagi

perencanaan pembangunan bangsa. Bukan sebaliknya melihat nilai adat sebagai

faktor penghambat bagi pembangunan.

Pemerintah harus mempertimbangkan dan melindungi aspek-aspek lokal

dengan sebaik-baiknya bersama pihak-pihak terkait seperti masyarakat adat

dalam mengeluarkan kebijakan, yang merupakan modal sosial yang dapat

dimanfaatkan dalam proses pembangunan.

Page 56: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

46

Page 57: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

DAFTAR PUSTAKA

Arkanudin H. 2012. Modernisasi dan postmodernisasi : Sebuah Perdebatan

Menuju Masyarakat Komunikatif dan Relevansinya bagi

Pemahamanpembangunan. [Internet]. [Dikutip 13 November 2013]. Dapat

diunduh dari: http://prof-arkan.blogspot.com/2012/04/modernisasi-dan-

postmodernisasi-sebuah.html

Azwar S. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta [ID] : Pustaka Belaja

Azwar S. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta [ID]:

Pustaka Pelajar.

Dove M R. 1985. Peranan Kebudayaan Tradisional Indonesia dalam Modernisasi.

Jakarta [ID]: Yayasan Obor Indonesia.

Francis F. 2005. Guncangan Besar. Jakarta [ID]: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. 2011. Buku

Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi. [Internet]. [Dikutip 1 Desember

2013]. Dapat diunduh dari:[email protected]

Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan, Mentalitet, dan Pembangunan. Jakarta [ID]:

Gramedia.

Koentjaraningrat. 1985. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta [ID]: Aksara Baru.

Krech D, Crutchfield RS. 1963. Individual In Society. Tokyo [JP]: McGraw-Hill.

Kurniawan A J. 2008. Pengakuan dan Perlindungan Eksistensi Masyarakat Adat

dalam Kerangka Negara Hukum Indonesia: Sebuah Konsepsi Utopi.

[Internet]. [Dikutip 13 November 2013]. Dapat diunduh dari:

http://joeniarianto.files.wordpress.com/2008/07/pengakuan-dan-

perlindungan-eksistensi-masyarakat-adat-dalam-kerangka-negara hukum-

indonesia.pdf.

Kristiawan R. 2011. Perspektif teori modernisasi dan teori dependensi Kajian

Artikel R. Kristiawan "Mediasi : Fakta Pascahegemoni.[Internet]. [Dikutip

13 November 2013]. Dapat diunduh dari: http: /file.upi.edu/

irektori/FIP/JUR. PEND._LUAR_SEKOLAH/197108171998021-SARDIN

tiga teori perubahan sosial_ modernisasi ketergantungan,__a.pdf .

Moriaga S. 2006. Jurnal Hak-hak Masyarakat Adat dan Masalahserta

Kelestarian Lingkungan Hidup di Indonesia. [Internet]. [Dikutip 12

November 2013]. Dapat diunduh dari: http://huma.or.id/wp-

Page 58: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

48

content/uploads/2006/08/Hak2-MA-Masalah-Kelestarian

Lingkungan_Sandra.pdf

Margaretha S.K. 2006. Masyarakat Konsumen Sebagai Ciptaan Kapitalisme

Global: Fenomena Budaya Dalam Realitas Sosial.[Internet]. [Dikutip 1

Desember 2013]. Dapat diunduh dari: http://repository.

ui.ac.id/contents/koleksi/2/4540fb7822a695f9debee4568fde90ea27de4018.p

df

Narwoko D, Suyanto J. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.

Jakarta [ID]: Kencana Media Group.

Ogburn, W F. 1964. Social Change With Respect to Culture and Original Nature.

New York [US]: Viking.

Pranadji T. 2000. Beberapa Aspek untuk Antisipasi Pembangunan Pertanian Abad

21. Makalah disampaikan pada Pelatihan ;Pemahaman Aspek Sosial dan

Budaya Masyarakat dalam Perencanaan dan Penerapan Teknologi.

[Internet]. [ Dikutip 4 Desember 2013 ]. Dapat diunduh dari:

http://repository.unpad.ac.id/makalah/collection/2/44334565kkj4322354345

b342556b.pdf

Ritzer G. 2003. Contemporary Sociologal Theory and Its Classical Roots: The

Basics. New York [US]: McGraw-Hill.

Sajogyo. 1982. Ekologi Pedesaan: Sebuah Bunga Rampai. Jakarta [ID]: CV

Rajawali.

Sarwono S. 2000. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta [ID]: Rajawali Pers.

Scott J. 2000. Social Network Analysis: A Handbook. London [UK]: Sage

Publication.

Singarimbun M. 1989. Metode dan Proses Penelitian. Singarimbun M dan Effendi

S, editor. Metode Penelitian Survai. Jakarta [ID]: Lembaga Penelitian,

Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).

Soekanto S. 1987. Sosiologi : Suatu Pengantar, Jakarta[ID]: Rajawali Press.

Soetarno, R. 1994. Psikologi Sosial. Yogyakarta [ID] : Kanisius.

Sugiharto B. 1996. Postmodernisme Tantangan Bagi Filsafat. Yogyakarta [ID]:

Kanisius.

[UU] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 06 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah.

Page 59: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

49

LAMPIRAN

Lampiran 1 Sketsa Desa Ciptagelar

Page 60: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

50

Lampiran 2 Kerangka Sampling

Nama Alamat

Jarna Cicemet

Abas Cicemet

Jamal Cicemet

Septian Cicemet

Jujun Cicemet

Solihin Cicemet

Saepuloh Cicemet

Deni Cicemet

Nurcholish Cicemet

Mulyana Cicemet

Toto Cicemet

Ishak Cicadas

Iman Cicadas

Indra Cicadas

Nuryadi Cicadas

Nurcahya Cicadas

Aas Cicadas

Dasep Rusman Cicemet

Asep Hidayat Cicemet

Ilham Cicemet

Katna Cicemet

Ubun Cicemet

Danu Cicemet

Oding Cicemet

Aang Cicemet

Epi Cicemet

Dimong Cicemet

Edah Cicemet

Ojon Cicemet

Supriyadi Cicemet

Emul Cicemet

Nama Alamat

Asep Cicemet

Pian Cicemet

Supian Cicemet

Aripin Cicemet

Setiawan Cicemet

Agung Cicemet

Zulhen Cicemet

Ahmad Cicemet

Zaenal Cicemet

Duloh Cicemet

Septian Cicemet

Arta Cicemet

Sukarna Cicadas

Supandi Cicadas

Aca Cicadas

Upat Cicadas

Idris Cicadas

Jajat Cicadas

Yayat Cicemet

Tobari Cicemet

Nurdin Cicemet

Mulyadi Cicemet

Nurdiansyah Cicemet

Cecep Saepuloh Cicadas

Ahmad Sobirin Cicadas

Wasid Cicadas

Kusnadi Cicadas

Syaiful Cicadas

Sujana Cicadas

Sukardi Cicadas

Anjar Cicadas

Page 61: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

51

Nama Alamat

Arsan Cicadas

Surban Cicadas

Bakri Cicadas

Koyod Cicadas

Dayut Cicadas

Handi Ciptarasa

Davit Ciptarasa

Yoyon Ciptarasa

Jomong Ciptarasa

Banghulu Ciptarasa

Kholil Ciptarasa

Herman Ciptarasa

Maman Ciptarasa

Jujun Cicemet

Rajat Cicemet

Yayat Junaidi Cicemet

Amin Solihin Cicemet

Soleh Saepudin Cicemet

Andi Eppendi Cicemet

Alatas Cicemet

Nama Alamat

Sumardi Cicadas

Acih Cicadas

Surahman Ciptarasa

Oding Ciptarasa

Abas Cicemet

Rojana Cicadas

Amad Cicadas

Sahe Cicadas

Didin Cicadas

Gungun Cicadas

Pejet Cicadas

Sutarna Cicadas

Yusuf Cicadas

Maulana Cicadas

Abun Cicadas

Adang Cicadas

Yayan Cicadas

Yoyo Cicadas

Agus Supandi Cicadas

Muhaimin Ciptarasa

Mustopa Ciptarasa

Maman Ciptarasa

Rohmat Ciptarasa

Husen Ciptarasa

Aep Ciptarasa

Ntis Ciptarasa

Ruhendar Sodong Ciptarasa

Odir Cicemet

Sarna Cicemet

Ade Pian Cicemet

Page 62: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

52

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

KUISIONER

Peranan Nilai Adat Dalam Modernisasi di Kampung Ciptagelar Kecamatan

Cisolok Sukabumi

Peneliti bernama Muhammad Mahdi, merupakan mahasiswi Departemen

Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,

Institut Pertanian Bogor. Saat ini sedang menyelesaikan skripsi sebagai syarat

kelulusan studi. Peneliti berharap Bapak/Ibu dan Saudara/i menjawab kuesioner

ini dengan lengkap dan jujur. Identitas dan jawaban dijamin kerahasiannya dan

semata-mata hanya akan digunakan untuk kepentingan penulisan skripsi. Terima

kasih atas bantuan dan partisipasi Bapak/Ibu dan Saudara/i untuk menjawab

kuesioner ini.

KUESIONER

Peranan Nilai Adat Dalam Modernisasi di Kampung Ciptagelar

Kecamatan

Cisolok

OLEH: MUHAMMAD MAHDI

1. IDENTITAS RESPONDEN

Nama lengkap :

Jenis kelamin : ( ) L / ( ) P

Umur : Tahun.

Alamat :

No. Telp/HP :

Pendidikan terakhir

Status perkawinan

:

:

( ) Tidak Sekolah

( ) SD (Tamat/Tidak Tamat)

( ) SMP (Tamat/Tidak Tamat)

( ) SMA (Tamat/Tidak Tamat)

( ) Universitas (Tamat/Tidak Tamat)

( ) Lainnya.........

( ) Belum menikah

( ) Menikah

( ) Cerai Hidup

( ) Cerai Mati

Pekerjaan : ( ) Petani

( ) Buruh Tani

( ) Pegawai Swasta (Buruh)

( ) Wiraswasta/usahawan

( ) Pelajar

( ) Lainnya:………………….

Status kependudukan : ( ) Asli ………….

( ) Pendatang, dari

Page 63: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

53

Sikap Terhadap Modernisasi

No Pertanyaan SS S R TS STS

1 Modernisasi baik untuk saya

2 Modernisasi mendorong kesejahteraan

3 Modernisasi baik untuk masyarakat

4 Modernisasi diperlukan agar masyarakat tidak tertinggal

5 Modernisasi telah merubah desa menjadi lebih baik

6 Modernisasi merusak adat lokal

7 Modernisasi baik bagi anak-anak

8 Modernisasi merupakan kebutuhan

9 Modernisasi sesuai dengan adat saya

10 Modernisasi bisa berjalan bersama adat

11 Saya ingin menjadi lebih modern

12 Saya ingin modernisasi masuk di desa ini

13 Saya ingin modernisasi tetap ada di desa ini

14 Saya ingin meningkatkan kesejahteraan dengan

modernisasi

15 Saya ingin modernisasi berdampingan dengan kehidupan

masyarakat

16 Apabila modernisasi masuk kembali maka saya akan

menerimanya

17 Apabila modernisasi sesuai adat maka saya akan

mengikutinya

18 Saya akan mendukung masuknya modernisasi di

kampung ini

19 Apabila modernisasi ditolak maka saya akan

mendukungnya

20 Saya akan mengikuti apa yang dikatakan abah sekalipun

harus meninggalkan modernisasi

21 Saya tidak senang dengan modernisasi

22 Modernisasi menarik bagi saya

23 Saya senang ketika televisi masuk ke desa

24 Saya senang ketika berpikir secara ilmiah

25 Saya tertarik dengan organisasi masyarakat yang ada

26 Saya suka ketika ada yang mendata

27 Saya senang mengikuti wejangan dari abah

28 Saya senang ketika berusaha bersama dalam mencapai

tujuan

29 Saya senang ketika dilibatkan dalam kegiatan

30 Saya senang ketika mendapat informasi baru dari luar

kampung

Page 64: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

54

Keterdedahan Media

No Pertanyaan Sangat

sering

Sering Jarang Pernah Tidak

pernah

1 seberapa sering anda

menonton televisi?

2 Seberapa sering anda

mendengar radio?

3 Seberapa sering anda

membaca Koran?

4 Seberapa sering anda

membaca majalah?

5 Seberapa sering anda

membaca brosur?

6 Seberapa sering anda

menggunakan jaringan

internet?

7 Seberapa sering anda

menggunakan media

sosial?

8 Seberapa sering anda

menggunakan telepon

genggam?

9 Seberapa sering anda

menggunakan fasilitas

sms?

10 Seberapa sering anda

membaca pamflet?

Page 65: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

55

Lampiran 4 Panduan Wawancara Mendalam

PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM

PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG

CIPTAGELAR KECAMATAN CISOLOK SUKABUMI

Tujuan : Mengamati dan mencari tahu nilai modernisasi dan adat yang ada di

tengah masyarakat serta mengamati proses akulturasi kedua nilai

tersebut

Informan : Masyarakat dan perangkat adat serta perangkat Desa Ciptagelar

Hari/ Tanggal Wawancara :

Lokasi Wawancara :

Nama dan Umur Informan :

Jabatan :

Pertanyaan Penelitian

1. Apakah keluarga menggunakan cara-cara yang terlembaga dalam

kehidupan sehari-hari?

2. Seberapa sering keluarga berinteraksi dan menjalin hubungan dengan

lembaga-lembaga birokrasi/pemerintahan seperti bank, pegadaian, rumah

sakit, dan lain-lain?

3. Bagaimana pengelolaan surat-surat berharga, manajemen keuangan, serta

pembagian warisan?

4. Penggunaan tekonologi apa yang tepat untuk mendukung efektifitas

kegiatan sehari-hari?

5. Apakah dalam keluarga terdapat pembagian tugas pokok dan fungsi yang

jelas dan terlaksana secara nyata?

6. Seberapa besar usaha-usaha yang dilakukan dan dipersiapkan oleh

keluarga untuk menunjang kehidupan keluarganya di masa depan,

misalnya dengan pendidikan, investasi, deposito, dan usaha-usaha lainnya?

7. Mencari tahu sistem mata pencaharian yang ada di tengah masyarakat?

8. Mencari tahu sistem pengetahuan yang berlaku di tengah masyarakat?

9. Mencari tahu sistem religi yang berlaku di tengah masyarakat?

10. Mencari tahu upacara keagamaan serta kesenian yang ada di tengah

masyarakat?

Page 66: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

56

11. Mencari tahu sistem teknologi dan peralatan yang ada di tengah

masyarakat?

12. Mencari tahu sistem dan organisasi kemasyarakatan yang ada di tengah

masyarakat?

13. Mencari tahu seajarah dan bahasa yang ada di tengah masyarakat?

Page 67: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

57

Lampiran 5 Nilai Adat Didalam Modernisasi

Didalam tulisan ini saya memaparkan dua sudut pandang yang saling

bersebrangan dari bukti-bukti empiris yang ada. Saya akan memaparkan

bagaimana nilai adat didalam proses modernisasi dianggap sebagai penghabat dari

jalannya proses tersebut oleh pihak terkait, dan disisi lain saya akan memaparkan

bahwa justru ketika nilai adat berperan didalam modernisasi maka akan mampu

membawa dan mendorong proses jalannya modernisasi tersebut. Dari sisi

modernisasi didalam nilai adat saya juga akan memaparkan dengan dua sudut

pandang yang bersebrangan, yaitu bagaimana modernisasi yang ada didalam nilai

adat mampu membangun dan membawa kelestarian bagi nilai adat dan sebaliknya

modernisasi didalam nilai adat justru menyebabkan lunturnya nilai adat yang ada.

Kampung Adat Ciptagelar merupakan salah satu kawasan yang dihuni oleh

kelompok masyarakat adat yang berada di dalam kawasan Taman Nasional

Gunung Halimun (TNGH) Salak. Secara administratif wilayah kerja Taman

Nasional Gunung Halimun Salak meliputi tiga wilayah administratif

pemerintahan tingkat kabupaten, yaitu Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Lebak.

Pada tingkat kecamatan dan desa, terdapat 26 kecamatan (9 kecamatan bagian dari

kabupaten Bogor, 8 kecamatan bagian dari kabupaten Sukabumi dan 9 kecamatan

merupakan bagian dari kabupaten Lebak) dan 101 desa yang berbatasan langsung

dengan wilayah TNGHS.

Salah satu kampung yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung

Halimun, yaitu Kampung Ciptagelar terletak pada ketinggian 1.050 meter di atas

permukaan laut dengan topografi yang berbukit. Kampung Ciptagelar Berjarak

sekitar 44 kilometer dari Pelabuhan Ratu ke arah Cisolok. Sekitar 200 km dari

Jakarta. Kampung Ciptagelar dapat dicapai dengan menggunakan tiga jalur. Jalur

pertama melalui wilayah Citepus Pelabuhan Ratu, kemudian jalur kedua melalui

Gunung Bongkok Cisolok Sukabumi dan yang terakhir melalui jalur Lebak

Banten.

Jalur yang paling dekat untuk di tempuh adalah melalui jalur Citepus

Pelabuhan Ratu, namun hanya mobil penggerak 4 roda saja yang dapat melaluinya,

atau dengan menggunakan ojek di wilayah tersebut. Apabila melalui jalur Citepus

maka kita akan melewati Kampung Ciptarasa, yaitu kampung yang digunakan

sebelum masyarakat pindah ke Kampung Ciptagelar, dimana terdapat hutan dan

makam pada topografi teratas sedangkan pada topografi paling bawah terdapat

sawah dan sungai. Jalur yang mudah dilalui oleh mobil biasa namun jaraknya

lebih jauh adalah melalui jalur Gunung Bongkok, di jalur tersebut sepanjang

perjalanannya akan melalui bukit-bukit gunung dan pemandangan hutan dan

sawah yang indah.

Kasepuhan Adat Banten Kidul yang membawahi 568 dusun yang tersebar di

tiga kabupaten, yakni Kabupaten Lebak, Bogor dan Sukabumi, yang mana

Kasepuhan tersebut terpusat di Kampung Ciptagelar. Jumlah kepala keluarga yang

terdapat di kawasan Kampung Ciptagelar sendiri sebagai pusat pemerintahan

kasepuhan saat ini adalah 100 Kepala Keluarga. Potensi alam yang terdapat di

Kampung Ciptagelar terdiri atas: leuweung (hutan alam), kintir (hutan tanaman),

huma (ladang), jami (bekas huma yang ditinggalkan kurang dari setahun;

umumnya berupa jukut (rumput), reuma (bekas huma yang ditinggalkan lebih dari

setahun; umumnya berupa semak belukar), sawah darat (tadah hujan), talun,

Page 68: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

58

kebun cengkeh, kebun semusim (umbi-sayur-buah), tegalan (legal awi atau legal

jukut), sampalan (tempat penggembalaan kerbau), leuweung sirah cai (hutan

lindung khusus mata air), balong (kolam ikan) dan lembur (pemukiman). Menurut

masyarakat Kasepuhan Ciptagelar, hutan adalah kehidupan mereka yang harus

terus di jaga dan di lestarikan Kondisi geografis yang berupa pengunungan harus

dijaga dan dilestarikan demi keselamatan anak cucu. Oleh karena itu, leluhur

mewariskan sistem tata kelola hutan kepada pemimpin di kasepuhan Ciptagelar.

Kasepuhan Adat Ciptagelar merupakan suatu kawasan yang hingga saat ini

masih dipimipin oleh pemimpin adat atau dalam bahasa sunda biasa disebut

sesepuh (orang yang di tua-kan) dalam menjalankan fungsi pemimpin di

Kasepuhan ketua adat di bantu oleh baris kolot (barisan orang tua) di bawah

mereka terdapat pembagian-pembagian tanggung jawab kerja yang dinamakan

rorokan guna mengurus beragam persoalan teknis baik dari sisi sosial maupun

keagamaan.

Kepala adat desa ciptagelar, memliki peranan dan pengaruh sangat penting

dalam masyarakatnya. Di Desa Ciptagelar tidak nampak adanya organisasi sosial

yang modern seperti di daerah perkotaan, namun ketika ada kegiatan mereka

secara sukarela membatu, dan terlihat pola-pola organisasi lokal yang mereka

miliki, satu sama lain tau apa yang mereka harus kerjakan sesuai dengan kapasitas

dan tugas yang telah diatur di dalam norma adat mereka.

Sistem organisasi kemasyarakatan yang dikelola secara adat di kampung

ciptagelar telah berjalan dengan baik hal ini dikerenakan nilai adat telah terbukti

secara nyata dari ratusan tahun yang lalu mampu mengelola masyarakat secara

baik di berbagai bidang mulai dari ekonomi, sosial, dan bahkan ekologi. Abah

dikenal memiliki banyak pembantu atau mentri yang tersebar dari pusat hingga

berbagai daerah. Secara struktural tertinggi, kasepuhan ini dipimpin oleh kolot

girang. Ia didampingi sesepuh induk yang dijabat oleh Marjuhi. Marjuhi

merupakan mediator untuk mempertemukan para kolot lembur dengan Abah Ugi.

Jika ada persoalan adat atau persoalan warga, misalnya konflik tanah, maka

biasanya akan ditangani terlebih dulu oleh kolot lembur di daerah. Jika gagal,

masalah tersebut dapat dibawa ke sesepuh induk.

Meskipun masyarakat Ciptagelar masih memegang dan menjaga nilai adat

namun mereka tidak tertinggal oleh perkembangan zaman khususnya teknologi.

Mereka mengadopsi beragam peralatan modern guna membantu aktivitas mereka

agar mencapai kesejahteraan. Alat penerangan yang ada disana sudah

menggunakan listrik yang di inisiasi oleh pada masa kepemimpinan Abah Anom

dan dilanjutkan oleh Abah Ugi, teknologi tersebut dibuat dengan bekerja sama

dengan sekelompok orang yang merasa prihatin terhadap daerah-daerah terpencil

seperti desa Ciptagelar. Listrik yang ada disana bukan listrik dari PLN namun

listrik yang dibuat secara swadaya masyarakat dan bantuan donatur.

Dengan adanya listrik maka tidak menuntup kemungkinan masuknya

berbagai teknologi dan alat komunikasi, mulai dari handphone, televisi,

kendaraan bermotor, gadget, internet, DLL. Namun mereka mengerti dan

mengetahui bahwa dengan masuknya beragam teknologi tersebut akan membawa

beragam perubahan baik maupun buruk, oleh karena itu mereka memanfaatkan

beragam teknologi tersebut tidak hanya atas manfaatnya untuk kepentingan

pribadi akan tetapi juga untuk menanamkan dan mengenalkan nilai adat dan

kebudayaan mereka sehingga hal tersebut menjadi pagar pembatas yang bertujuan

Page 69: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

59

agar masyarakat tidak lupa dan selalu ingat terhadap nilai adat mereka, sebagai

contoh adanya kamera digunakan untuk proses dokumentasi kegiatan dan

aktivitas keseharian mereka agar dapat dilihat dan diwariskan ke generasi

penerusnya sehingga mereka mengenal adat dan budaya mereka, kemudian

televisi di manfaatkan sebagai media penyiaraan nilai dan adat mereka sebagai

penyeimbang masuknya budaya dan nilai-nilai dari luar dikarenakan mereka sadar

bahwa masuknya beragam teknologi membawa seperangkat dampak negatif yang

dapat merusak adat mereka.

Melihat kemajuan dari peralatan teknologi yang ada di kasepuhan tersebut

tentu tidak terlepas dari peran abah ugi sebagai ketua adat yang mengerti dan

menguasai teknologi sehingga sebagai pemimpin ia mampu memanfaatkan

kemampuannya tersebut untuk membantu masyarakat. Melihat manfaat teknologi

yang diperkenalkan oleh abah maka warga mulai percaya dan mengadopsi

beragam teknologi tersebut. Selain melihat manfaatnya secara nyata sikap positif

tersebut juga lahir dikarenakan hal tersebut sesuai dengan nilai-nilai adat mereka

yaitu mengikuti arahan orang yang dituakan yaitu abah Ugi, karena mereka yakin

apa yang dilakukan oleh abah pasti sesuai dengan aturan nenek moyang mereka.

Menurut abah ugi perkembangan teknologi merupakan salah satu hal yang

diperintahkan untuk dipelajari di dalam nilai adat mereka agar masyarakat tidak

tertinggal, dan hal tersebut telah diwariskan turun-temurun dan menjadi salah satu

alasan mengapa masyarakat ciptagelar terbuka terhadap teknologi.

Beragam teknologi telah diadopsi guna memudahkan aktivitas mereka,

mulai dari penerangan yang menggunakan listrik yang mana masyarakat sangat

terbantu secara ekonomis dari hadirnya listrik di desa mereka, mereka dapat

menghemat pengeluaran mereka karena tidak perlu lagi membeli minyak tanah

yang cenderung mahal untuk membeli 10 liter minyak tanah pada waktu dulu

masih 500 rupiah per-liter tutur beliau namun kini ketika harga minyak tanah

menjadi 12500 rupiah per-liter maka pengeluaran yang sangat besar bagi mereka,

namun dengan adanya listrik mereka hanya perlu mengeluarkan tidak lebih dari

5000-10000 rupiah per-bulan untuk penerangan.yang mana penggunaannya

mencapai 10 liter per bulan yang apa bila diuangkan lebih dari seratus ribu rupiah

per bulan, namun kini dengan masuknya listrik masyarakat hanya dipungut

bayaran kurang dari sepuluh ribu rupiah per bulan sehingga dengan masuknya

teknologi tersebut maka masyarakat sangat terbantu dan oleh karena itu abah ugi

terdorong untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan listrik bagi masyarakatnya.

Kemudian dari teknologi informasi mereka mengadopsi jaringan telepon

genggam sehingga memudahkan proses komunikasi diantara mereka, kemudian

mereka mengadopsi televisi guna membuka dan mengembangkan wawasan

mereka tentang dunia luar serta sebagai sarana hiburan bagi mereka, tidak hanya

itu mereka tidak hanya mengadopsi tetapi juga menciptakan kreasi dari teknologi

yang mereka adopsi mereka mengetahui peran dan fungsi televisi dalam

memberikan wawasan dan hiburan, sehingga guna melestarikan wawasan dan

hiburan adat yang mereka miliki, maka mereka membuat saluran televisi sendiri

pada tahun 2008 guna menjaga kelestarian dan sebagai usaha mengimbangi arus

modernisasi yang masuk, mereka membirikan nama CIGA TV bagi stasiun tv

lokal yang mereka miliki, stasiun tv ini di dirikan dan dikembangkan atas inisiasi

abah ugi dan dipercayakan kepada kang yoyo, kang yoyo merupakan seniman

yang telah berkelana ke berbagai daerah dan pada akhirnya ia memutuskan untuk

Page 70: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

60

tinggal dan menetap di ciptagelar, ia diberi kepercayaan untuk mengelola stasiun

tv tersebut. Hingga saat ini program stasiun televisi tersebut membuat kagum

beragam kalangan baik nasional maupun internasional hingga mampu membawa

masyarakat Ciptagelar untuk mempresentasikan karyanya tersebut di kancah

Internasional.

Menurut pemaparannya stasiun tv ini di buat untuk menayangkan realita

guna menyaingi dongeng ataupun hal-hal fiktif yang disajikan oleh beragam

media lainnya oleh karena itu acara yang ditayangkan di ciga tv adalah realita

kehidupan sehari-hari masyarakat ciptagelar, tujuan dari ciga tv ini untuk

memberikan gambaran pada masyarakat bahwa dari beragam dongeng mimpi dan

hal-hal fiktif yang ada tidak membawa manfaat secara real bagi mereka, ciga tv

ada untuk memberikan gambaran real tentang keadaan mereka dan bahkan

gambaran masing-masing individu yang ada di ciptagelar, sehingga mereka tidak

terbuai dan terlena dengan mimpi-mimpi yang ada, selain itu fungsi ciga tv untuk

masyarakat adat adalah agar warisan budaya mereka bisa tersampaikan dari

generasi ke generasi, dengan adanya ciga tv generasi penerus akan melihat,

mengenal dan mengingat budaya mereka sehingga mereka bukti fisik dan bukti

kebudayaan yang terekam dapat terus menerus diwariskan.

Kemudian untuk pihak eksternal mereka bertujuan untuk memperkenalkan

kebudayaan mereka ke khalayak umum agar kebudayaan mereka dapat dikenal

oleh seluruh masyarakat Indonesia dan bahkan dunia. Selain televisi mereka juga

telah terlebih dahulu memiliki radio komunitas Ciptagelar yang tujuan dan

perannya beriringan dan bahkan sama dengan ciga TV, namun sayang ketika saya

berada disana radio tersebut sedang fakum tidak ada kegiatan. Selain itu

dikarenakan pada saat ini internet sedang berkembang dan bahkan mulai menjadi

kebutuhan masyarakat maka abah ugi pun menginisiasi masuknya jaringan

internet di desa ciptagelar, mereka menggunakan wi-fi sebagai jalur koneksi agar

dapat dimanfaatkan secara bersama, namun jaringan internet ini dapat diakses

hanya di wilaayah imah gede atau pusat dari desa ciptagelar.

Namun diantara beragam manfaatnya tentu teknologi yang masuk pun

membawa dampak dan efek negatif ditengah masyarakat, banyak hal-hal negative

yang ditawarkan namun hal yang mendasar dan yang penting menurut beliau

adalah masuknya pemikiran-pemikiran luar yang mampu merubah perilaku

seseorang hingga tidak lagi berpikir dan berprilaku yang sesuai seperti dikatakan

oleh adat mereka. Menurut beliau sudah banyak masyarakat yang terseret oleh

arus pemikiran materialistis sehingga bukan lagi adat yang diunggulkan dan

diutamakan melainkan keuntungan materil masing-masing individu dan hal itu

berbahaya bagi kesatuan, kerukunan dan kelestarian masyarakat adat. Oleh karena

itu peran adat yang menuntun tatacara berkehidupan dan berprilaku sangat

dibutuhkan sehingga tercipta batasan yang berfungsi sebagai pagar dan pelindung

dari dampak negatif, yang nilai-nilai tersebut tertuang salah satunya dalam siloka

(pribahasa sunda) yang artinya zaman harus dituntut dan dikejar, ambilah manfaat

darinya dan buang hal yang buruk darinya, jangan lah sampai kita dituntut oleh

zaman. Sehingga ketika seseorang menghargai tradisi dan budayanya maka ia

akan menjaga tradisi tersebut, yang mana tujuan dari tradisi itu adalah melindungi

dan menjaga tatahidup mereka agar tetap sejahtera dan berkelanjutan.

Page 71: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

61

Lampiran 7 Modernisasi Didalam Nilai Adat

Dari beragam kemajuan teknologi yang ada di Kampung ciptagelar ada

beberapa hal yang tetap statis dan tidak berubah mengikuti perkembangan yang

ada. Seperti yang telah diungkapkan di bagian nilai adat bab sistem alat bahwa

teknologi yang digunakan di dalam proses pertanian baik dari segi makro maupun

mikro tidak ada yang berubah dari zaman leluhur mereka, hal tersebut terus dijaga

dan dibiarkan “tertinggal” dari perkembangan zaman yang ada dikarenakan akar

kebudayaan mereka berasal dari pertanian sehingga sebisa mungkin mereka akan

berusaha menjaga kelestarian budaya tersebut. Hal inilah yang disebut oleh

ogburn sebagai cultural lag.

Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu perubahan kearah

yang lebih maju atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat.

Perubahan yang terjadi mencakup beragam bidang yang sangat banyak, sehingga

untuk menentukan bidang mana yang diutamakan tergantung dari kebijakan

penguasa masyarakat tersebut. Namun selama berlangsungnya beragam proses

tersebut abah merasa posisinya secara adat tidak diperhitungkan sehingga jarang

sekali adanya diskusi guna mencari masukan dari pemimpin lokal. Oleh karena itu

sebagai pemimpin adat abah tetap menjalankan fungsinya dalam membangun

masyarakat meskipun tidak terintegrasi dengan pihak pemerintah, hingga mulai

terlihatlah perbedaan dampak antara program yang diinisiasikan oleh abah dan

yang diinisiasi oleh pemerintah. Masyarakat merasakan dampak dari beragam

program yang diinisiasi oleh abah membawa kesejahteraan dan kemudahan yang

nyata untuk masyarakat, namun berkebalikan dengan program pemerintah yang

terkadang bertentangan dengan kebutuhan masyarakat dan bahkan berujung

dengan penangkapan.

Hal yang disayangkan adalah tidak adanya akulturasi antara pihak

pemerintah dengan pihak adat, terbukti beragam inisasi dan program dari abah

telah membawa prestasi ciptagelar ke ranah nasional dan bahkan internasional.

Hal tersebut dicapai tanpa adanya bantuan dari pihak pemerintah, apabila pihak

pemerintah memberikan bantuan tentu tidak diragukan ciptagelar akan membawa

nama harum Indonesia di dunia internasional akan tetapi proses modernisasi yang

masuk secara unik dengan caranya tersendiri di desa ciptagelar menyebabkan

ketertarikan dunia luar terhadap Kampung adat tersebut yang merupakan hasil

swadaya masyarakat. Namun prestasi tersebut kini secara sepihak di deklarasikan

sebagai cagar budaya Negara, seakan-akan program dari pihak pemerintahlah

yang telah membawa dan menjaga kelestarian adat masyarakat ciptagelar.

Penguasa dari sisi masyarakat ciptagelar terbagi atas dua kekuasaan

kenegaraan dan kekuasaan adat, sehingga terdapat perbedaan kebijakan-kebijakan

diantara dua kekuasaan tersebut. Namun abah mengungkapkan bahwa abah

seyogyanya sebagai seorang pemimpin secara adat harus bisa mencontohkan

bagaimana berprilaku sebagai yang dipimpin secara kenegaraan, sehingga abah

sebisa mungkin selalu menuruti beragam program dan mendukung program

pemerintah yang masuk di wilayah adatnya.

Hutan alam merupakan hutan milik negara yang kepemilikannya tidak

diakui oleh masyarakat adat. Secara fisik hutan alam ini merupakan hutan yang

masih utuh dan sama sekali tidak digarap oleh masyarakat adat. Sedangkan Hutan

ulayat merupakan hutan yang menurut sejarah adat merupkan milik masyarakat

Page 72: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

62

adat. Hutan ulayat ini dalam sistem pengelolaannya terbagi menjadi leuweung

kolot, leuweung titipan dan leuweung sampalan. Yang dimaksud dengan

leuweung kolot/awisan adalah wilayah hutan yang sama sekali tidak dapat

diganggu untuk kepentingan apapun. Masyarakat adat percaya, bahwa leuweung

ini dijaga oleh hal yang tidak tampak oleh mata, siapa yang melanggarnya pasti

akan tertimpa kemalangan (kabendon), sehingga leuweung kolot/awisan ini tidak

dapat dialihfungsikan menjadi leuweung titipan atau pun leuweung sampalan.

Leuweung titipan adalah suatu kawasan hutan yang diamanatkan oleh leluhur

kepada para incu putu untuk menjaga dan melestarikannya. Menurut kepercayaan

masyarakat, apabila ada yang memasuki kawasan ini tanpa seizing sesepuh

girang maka akan mendapat kabendon dari karuhun.

Menurut nilai adat masyarakat Kampung Ciptagelar, hutan adalah

kehidupan mereka yang harus terus di jaga dan di lestarikan kondisi geografis

yang berupa pengunungan harus dijaga dan dilestarikan demi keselamatan anak

cucu. Oleh karena itu menurut nilai adat mereka, leluhur telah mewariskan sistem

tata kelola hutan kepada pemimpin di Kampung Ciptagelar. Sehingga dari segi

ekologis nilai adat beperan sangat penting dalam mengatur pola hidup masyarakat

agar hidup secara seimbang dengan alam. Namun pada dataran kenyataan justru

pihak luar khususnya pihak taman nasional memiliki perspektif yang berbeda.

Mereka melihat masyarakat Kampung Ciptagelar merupakan masyarakat yang

hidup di tengah kawasan taman nasional yang seharusnya menjadi hutan lindung,

sehingga di dalam kesehariannya mereka menggunakan potensi hutan yang

dilindungi, seperti pepohonan untuk tempat tinggal, kemudian konsumsi kayu

bakar yang berkesinambungan dan terus bertambahnya pembalakan liar

dikarenakan penggunaan kayu bakar serta pembangunan rumah ataupun leuit

yang terus meningkat dikarenakan pertambahan jumlah penduduk. Salah satu

alasan tersebut yang mendorong beragam konflik baik laten maupun mencuat

yang terjadi diantara kedua belah pihak. Dari alasan-alasan tersebut nampaknya

sangat masuk akal dan tidak bisa dinafikan, masyarakat kasepuhan adat pasti

menggunakan dan memanfaatkan alam di sekitarnya sehingga, keberadaan

masyarakat di kawasan hutan sudah pasti akan merusak alam. Namun sudut

pandang tersebut melupakan sisi lain bahwa masyarakat pun memiliki aturan-

aturan lokal guna menjaga hutan dikarenakan kesadaran akan ketergantungan

hidup mereka terhadap alam yang tertuang di dalam nilai mereka dan tergambar

dari sikap keseharian mereka, beragam aturan lokal memuat hal tersebut mulai

dari reboisasi, sistem warisan dengan penanaman pohon dan beragam aturan lokal

lainnya. Dari sudut pandang ini menggambarkan bahwa keberadaan masyarakat di

kawasan hutan sudah pasti akan menjaga kelestarian dan keseimbangan dengan

alam sesuai dengan nilai adat mereka yang mengajarkan kesadaran akan peran

dan fungsi alam serta aturan berkelakuan yang menjunjung tinggi keseimbangan

dengan alam.

Oleh karena itu masyarakat ciptagelar yang memiliki tata kelakuan

tersendiri yang berasal dari nilai adat mereka yang disebut kabendon yang terbukti

telah mendorong sikap positif masyarakat tersebut terhadap modernisasi yang

masuk. Sehingga nilai adat memiliki peranan penting dalam membangun sikap

masyarakat terhadap proses modernisasi, sehingga nilai adat memiliki pengaruh

langsung yang sangat positif terhadap diterimanya modernisasi sebagai sarana

yang menunjung kehidupan warga.

Page 73: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

63

jawaban atas pertanyaan bagaimana warga di desa Ciptagelar berusaha

hidup mandiri, adalah dengan sebanyak mungkin melepas ketergantungan kepada

pihak lain, namun di sisi lain menjunjung tinggi kegotongroyongan di dalam

“keluarga”, namun kehidupan kolektif itulah yang sudah semakin hilang di

sekeliling kita, sehingga keberadaan pola hidup seperti itu menjadi hal yang

menarik bagi orang yang terbiasa hidup di “dunia luar”. Meskipun mereka hidup

dari hasil bersawah dan atau berladang yang panen hanya sekali setahun, di

keluarga Kesatuan Adat Banten Kidul tidak pernah terdengar ada kabar tentang

kekurangan pangan, apalagi kelaparan. Bahkan, lumbung-lumbung gabah tidak

pernah kosong sepanjang tahun. Rumah gede sebagai pusat interaksi dan hidup

masyarakat pun memiliki peranan dalam menciptakan kesejahteraan mereka. Bagi

masyarakat yang tidak mampu, mereka dapat memanfaatkan pajak hasil panen

warga yang ada dengan cara meminjamnya. Apabila masyarakat merasa tidak

mampu untuk meminjam maka mereka dapat berlindung di imah gede guna

memenuhi kebutuhan mereka secara Cuma-Cuma, hal tersebutlah yang menjaga

kesejahteraan masyarakat hingga tidak ada lagi kekurangan pangan.

Namun lagi-lagi cara hidup mereka terkadang dipandang sinis hanya dari

satu sudut pandang yang dilakukan oleh para pembuat kebijakan pembangunan

ataupun di anggap sebagai persoalan yang menghambat proses pembangunan

karena masyarakat dianggap saling bergantung dan tidak dapat menjadi individu

yang mandiri, gaya hidup mereka yang mengikuti leluhur dianggap terbelakang

dan menghambat kemajuan yang seharusnya dapat diraih.

Dari beragam kegiatan kesenian dan ritual yang mereka jalankan merupakan

implementasi dari aturan lokal yang berasal dari nilai adat mereka, namun

terkadang terdapat kendala dari masuknya nilai baru yang membawa muatan

berbeda dari muatan nilai adat, sehingga membuka kemungkinan terjadinya

pergeseran terhadap nilai adat yang mereka yakini baik disadari maupun tidak

disadari. Sehingga menyebabkan orang-orang yang seharusnya terlibat di dalam

suatu kesenian dan ritual terkadang ada yang mengalami pergeseran nilai, hal itu

terwujud dalam sikap mereka khususnya materialisme, yang mana hal tersebut

melemahkan keyakinan mereka terhadap nilai dari tanggung jawab sosial mereka

di dalam suatu ritual ataupun kesenian. Sebagai contoh terkadang individu yang

terlibat dan bertugas di baris tatabeuhan (pemain musik) di dalam ritual adat

merasa enggan dan malas untuk menjalankan fungsi dan tugasnya ketika tidak ada

orang yang menonton mereka, sehingga orientasi mereka bergeser yang

seharusnya nilai adat merupakan aturan wajib yang akan mengantarkan seseorang

menuju kesejahteraan sehingga tidak ada korelasi dengan orang yang akan

menonton mereka, namun kini mereka melihatnya apa yang sedang mereka jalani

tidak memberikan keuntungan baik secara materi maupun moril, sudut pandang

tersebut termotivasi dari kepentingan pribadi yang merupakan salah satu cirri

masyarakat modern yaitu individualistik, sehingga proses plaksanaan ritual dan

kesenian tersebut tidak lagi dipandang sebagai suatu tugas sosial mereka sebagai

bagian dari suatu masyarakat yang meyakini suatu nilai adat yang sama, sehingga

penggunaan sudut pandang individualistik tersebut yang perlahan-lahan

meruntuhkan kekuatan benteng kepercayaan masyarakat terhadap nilai adat

sehingga mereka mudah bergeser kepada beragam nilai baru yang ada.

Kemudian contoh lainnya muncul dikarenakan ketertarikan dunia luar

terhadap tradisi mereka, sehingga mampu mendatangkan banyak pengunjung dari

Page 74: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

64

dunia luar dan membawa dampak tersendiri bagi nilai yang mengatur kehidupan

sosial mereka. Banyaknya pendatang tentu membawa keuntungan tersendiri mulai

dari kesempatan untuk mengenalkan kebudayaan mereka maupun dari segi materi,

keuntungan materi itulah yang memicu beberapa konflik laten di tengah

masyarakat, banyak muncul kecemburuan ataupun ketidaksukaan dikarenakan

motif-motif material. Hal itu terlihat ketika mereka mengungkapkan dampak

masuknya “pariwisata”.

“ Kami bukan tempat pariwisata tapi wajar banyak orang datang ke desa

kami, karena tempat kami memang indah”(YYN 28 Tahun)

Namun ada orang-orang yang memanfaatkan hal tersebut dengan cara-cara

yang menurut mereka tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, menurut

mereka nilai adat sudah mengatur keseluruhan hal dari yang terkecil bahkan tidak

dapat dilihat mata, hingga persoalan-persoalan besar dari skala nasional hingga

internasional oleh karena itu tinggal di ikuti aturannya sehingga mereka tidak

keluar dari batas keseimbangan yang telah ditetapkan oleh nilai adat mereka.

Sehingga modernisasi juga memiliki pengaruh tersendiri terhadap nilai adat

yang ada di tengah masyarakat. Pengaruh yang masuk berangkat dari kepentingan

dan kebutuhan pribadi, dikarenakan modernisasi menawarkan beragam

kemudahan guna mencapai kesejahteraan namun perlahan-lahan menarik

masyarakat menuju perubahan dan pergeseran dari nilai adat mereka. Sehingga

menjadi tantangan tersendiri bagi nilai adat dalam berakulturasi dengan

modernisasi yang ada karena disamping membawa beragam manfaat namun

membawa arus perubahan.

Page 75: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

65

Lampiran 9 Dokumentasi

Page 76: PERANAN NILAI ADAT DALAM MODERNISASI DI KAMPUNG … · Kampung Ciptagelar Cisolok Sukabumi by FREDIAN TONNY NASDIAN Modernization is the hallmark of global development at the moment,

RIWAYAT HIDUP

Muhammad Mahdi dilahirkan di Surakarta pada tanggal 26 Desember

1992, dari pasangan Abdullah Assegaf dan Maemunah Al-Haddad. Pendidikan

formal yang pernah dijalani adalah SMA Negeri 5 Bogor, 2007-2010. Pada tahun

2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur

USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) Di Departemen Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Selain aktif dalam perkuliahan penulis juga aktif sebagai staf Divisi Community

Development HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat) masa kepengurusan 2012 – 2014.