peran sektor pertambangan batubara dalam … · manfaat penelitian 6 ... batubara merupakan salah...

79
PERAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ASSRIANTI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: dodien

Post on 07-Mar-2019

266 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

PERAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

ASSRIANTI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

 

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Sektor

Pertambangan Batubara dalam Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Assrianti NIM H14090055

ABSTRAK

ASSRIANTI. Peran Sektor Pertambangan Batubara dalam Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh ARIEF DARYANTO.

Provinsi Kalimantan Selatan berada pada peringkat ke-2 dalam menghasilkan batubara di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran sektor pertambangan batubara dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Metode analisis yang digunakan adalah Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 klasifikasi 50 sektor yang diagregasi menjadi 20 sektor. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis keterkaitan (keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang), analisis penyebaran (koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran), dan multiplier analisis (multiplier output dan multiplier pendapatan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) sektor pertambangan batubara memiliki nilai keterkaitan ke belakang yang tinggi dibandingkan nilai keterkaitan ke depannya, (2) koefisien penyebaran pada sektor ini lebih besar dibandingkan dengan kepekaan penyebarannya, dan (3) multiplier pendapatan sektor pertambangan batubara lebih tinggi dibandingkan multiplier outputnya. Kata kunci: analisis input-output, pertambangan batubara.

ABSTRACT

ASSRIANTI. The Role of Coal Mining Sector in The Economy of South Kalimantan Province. Supervised by ARIEF DARYANTO.

The South Kalimantan is the second province in producing of coal in Indonesia. This paper aims to analyze the role of coal mining sector in the economy of South Kalimantan Province. The analytical method is using the 2010 Input-Output Table of South Kalimantan Province, classification 50 sectors that aggregated into 20 sectors. The analysis of this research is linkage analysis (forward and backward linkages), dispersion analysis (coefficient and sensitivity of dispersions), and multiplier analysis (output multiplier and income multiplier). The result showed that (1) the coal mining sector has larger score for backward linkage than forward linkage, (2) the coefficient of dispersion is higher than the sensitivity of coal mining sector dispersion, and (3) the income multiplier of the coal mining sector is higher than the output multiplier..

Key Words: coal mining, input-output analysis.

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi

PERAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

ASSRIANTI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

 

Judul Skripsi : Peran Sektor Pertambangan Batubara dalam Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan

Nama : Assrianti NIM : H14090055

Disetujui oleh

Arief Daryanto, Ph.D Pembimbing

Diketahui oleh

Dedi Budiman Hakim, Ph.D Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul skripsi ini adalah Peran Sektor Pertambangan Batubara dalam Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Arief Daryanto Ph.D selaku dosen pembimbing, Ibu Dr.Ir. Sri Mulatsih, MSc, Agr selaku penguji utama, dan Bapak Salahuddin el Ayyubi, MA selaku dosen penguji komdik atas seluruh bimbingan, bantuan, kritik serta saran yang menyertai penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu penulis haturkan terima kasih untuk para dosen, staf, dan civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi dan terima kasih juga disampaikan kepada orangtua penulis yaitu Bapak Sabur dan Ibu Praptiani, adik Linda dan seluruh keluarga maupun sahabat-sahabat Ilmu Ekonomi 46 yang telah mendukung dan memberi motivasi begitu besar kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun bagi pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2013

Assrianti

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Perumusan Masalah 6 

Tujuan Penelitian 6 

Manfaat Penelitian 6 

Ruang Lingkup Penelitian 7 

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7

Konsep Pertambangan dan Penggalian 7

Sumberdaya Mineral dan Energi 8 

Konsep Pembangunan Ekonomi 10 

Metode Input-Output 13

Penelitian Terdahulu 18

Kerangka Pemikiran 20

METODE PENELITIAN 22 

Jenis dan Sumber Data 22 

Metode Analisis 22 

GAMBARAN UMUM 26 

Geografi dan Iklim 26 

Pembangunan Manusia, Penduduk, dan Ketenagakerjaan 27 

Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan 29

Sektor Pertambangan Batubara di Provinsi Kalimantan Selatan 30 

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 

Peranan Sektor Pertambangan Batubara terhadap Perekonomian Kalimantan Selatan 31 

Analisis Keterkaitan 39

Analisis Penyebaran 42

Analisis Multiplier 44

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

SIMPULAN DAN SARAN 49

Simpulan 49

Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 51

LAMPIRAN 54

DAFTAR TABEL

 1 Pasokan batubara tahun 2004-2011 1 2 Produksi batubara lima provinsi terbesar di Indonesia tahun 2008-2010 2  3 PDRB Atas Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Provinsi  

Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 (Juta Rupiah) 3 4 Produksi bahan tambang menurut Kabupaten/Kota di Provinsi  

Kalimantan Selatan tahun 2011 (Ton) 4 5 Realisasi produk tambang tahun 2005 dan 2011 4 6 Jenis-jenis sumberdaya beserta penggunaannya 9 7 Ilustrasi Tabel Input-Output 15 8 Rumus multiplier output dan pendapatan menurut tipe dampak 26 9 Penduduk Kalimantan Selatan usia 15 tahun keatas yang bekerja

menurut lapangan pekerjaan utama Agustus 2009 - Agustus 2011 28 10 PDRB Atas Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Provinsi 

Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 (Juta Rupiah) 29 11 PDRB Atas Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Provinsi 

Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 (Juta Rupiah) 30 12 Struktur permintaan antara, permintaan akhir, dan jumlah

permintaan sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 32

13 Struktur konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah  terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 33 

14 Struktur investasi sektor-sektor perekonomian Provinsi  Kalimantan Selatan tahun 2010 34 

15 Struktur nilai dan persentase ekspor bersih Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 36 

16 Struktur nilai tambah bruto Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 37 17 Struktur pembentukkan output terhadap perekonomian Provinsi 

Kalimantan Selatan tahun 2010 39 18 Keterkaitan output langsung serta langsung dan tidak langsung 

ke depan sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 40 

19 Keterkaitan output langsung serta langsung dan tidak langsung ke belakang sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 41 

20 Kepekaan penyebaran sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan 43 

21 Koefisien penyebaran sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan 43 

22 Multiplier output sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan 45

23 Multiplier pendapatan sektor-sektor perekonomian Provinsi  Kalimantan Selatan 46

24 Pembagian sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan 47 25 Total nilai multiplier output dan pendapatan sektor-sektor 

perekonomian di Provinsi Kalimantan Selatan 48

 

DAFTAR GAMBAR

1 Volume ekspor batubara menurut negara tujuan tahun 2011 5 2 From comparative to competitive advantage 11 3 Kerangka Pemikiran 21 4 Peta Provinsi Kalimantan Selatan 27 5 Diagram penetapan sektor kunci 48

DAFTAR LAMPIRAN

1 Klasifikasi sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 54

2 Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 20 Sektor (Juta Rupiah) 57

3 Matriks koefisien teknis klasifikasi 20 sektor 61 4 Matriks kebalikan Leontief klasifikasi 20 sektor 63 5 Multiplier output klasifikasi 20 sektor 65 6 Multiplier pendapatan klasifikasi 20 sektor 66

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Alam menyediakan berbagai sumber energi tak terbarukan, antara lain panas bumi, minyak dan gas bumi, serta batubara. Pada saat teknologi belum maju seperti saat ini, batubara sebagai sumber energi yang lebih awal ditemukan merupakan pilihan utama, kemudian disusul minyak bumi yang ditemukan yang ternyata lebih praktis (Sukandarrumidi 2006). Kepraktisan penggunaan sumber energi jenis minyak dan gas bumi telah menggeser penggunaan sumber energi jenis batubara untuk dunia industri. Namun seiring berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, pemanfaatan batubara mulai dilakukan.

Batubara merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dimana Indonesia termasuk ke dalam 10 negara terbesar penghasil batubara yang menempati urutan ke-5 pada tahun 2011 setelah Australia (World Coal Assosiation 2012). Dalam perdagangan dunia, Indonesia menduduki peringkat pertama eksportir batubara dengan jumlah total ekspor sebesar 272 671 351 ton pada tahun 2011. Menurut Departemen Energi Sumberdaya Mineral, produksi batubara dari tahun 2004 hingga tahun 2011 mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Tabel 1 Pasokan batubara tahun 2004-2011

Tahun Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Dalam Negeri (Ton)

2004 132 352 025 93 758 806 36 081 734 2005 152 722 438 110 789 700 41 350 736 2006 193 761 311 143 632 865 48 995 069 2007 216 946 699 163 000 000 61 470 000 2008 240 249 968 191 430 218 53 473 252 2009 256 181 000 198 366 000 56 295 000 2010 275 164 196 208 000 000 67 000 000 2011 353 387 341 272 671 351 79 557 800

Sumber: Direktorat Jenderal Mineral Batubara, Diolah Pusdatin 2013.

Tabel 1 menjelaskan bahwa produksi batubara Indonesia dari tahun 2004 hingga tahun 2011 mengalami peningkatan yaitu rata-rata sebesar 15.3% setiap tahunnya dengan peningkatan paling tinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar 28.4%. Hal tersebut diikuti oleh peningkatan ekspor yang semakin meningkat setiap tahunnya mengingat kebutuhan dunia akan batubara juga semakin besar yang disebabkan negara-negara importir menggunakan batubara sebagai sumber energi pada pembangkit tenaga listrik yang meningkat rata-rata sebesar 17% pertahunnya dengan laju ekspor paling besar yang terjadi di tahun 2011 yaitu sebesar 31.1%. Setiap tahunnya, rata-rata sekitar 70% dari hasil produksi batubara domestik

2

diekspor untuk memenuhi kebutuhan negara importir, sedangkan sisanya untuk memenuhi kebutuhan domestik (Nugraha 2010).

Data Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (2012) menyebutkan bahwa Indonesia memiliki jumlah cadangan batubara nasional sebanyak 28.02 miliar ton yang tersebar di seluruh provinsi. Cadangan batubara terbesar terletak di Pulau Sumatera, dengan jumlah cadangan sebesar 14.80 miliar ton dan Provinsi Sumatera Selatan memiliki jumlah cadangan tertinggi, yaitu sekitar 92.06% dari keseluruhan total jumlah cadangan batubara yang terdapat di Pulau Sumatera atau sekitar 48.63% dari keseluruhan cadangan batubara di Indonesia. Sementara itu Pulau Kalimantan sendiri memiliki cadangan batubara terbesar ke-2 setelah Pulau Sumatera, dengan jumlah cadangan batubara sebanyak 13.22 miliar ton di mana Provinsi Kalimantan Timur memiliki jumlah cadangan sebesar 67.05% (tertinggi pertama) dan Provinsi Kalimantan Selatan memiliki sekitar 28.58% (tertinggi ke-2) dari keseluruhan total cadangan batubara di Pulau Kalimantan atau sekitar 31.63% dan 13.48% dari total cadangan batubara di Indonesia.

Besarnya cadangan batubara di Pulau Sumatera tidak menjadikan daerah tersebut sebagai sentra produksi batubara, dikarenakan infrastruktur maupun teknologi produksi di Pulau Sumatera masih tergolong rendah dan tidak memadai untuk dijadikan sebagai sentra produksi. Sentra produksi batubara sendiri terletak di Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Selatan.

Tabel 2 Produksi batubara lima provinsi terbesar di Indonesia tahun 2008-2010

Nama Provinsi Tahun

2008 (Ton) 2009 (Ton) 2010 (Ton) Sumatera Selatan 10 728 339 10 869 870 15 365 659 Jambi 4 216 057 2 731 060 3 186 244 Kalimantan Selatan 70 927 675 80 072 888 90 453 999 Kalimantan Tengah 1 443 221 1 549 526 1 687 927 Kalimantan Timur 118 853 758 123 256 163 140 753 374 Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia 2011.

Tabel di atas memperlihatkan bahwa setiap tahunnya produksi batubara di 5 provinsi penghasil batubara terbesar terus meningkat. Sentra produksi batubara di Indonesia terletak di Pulau Kalimantan dengan daerah penghasil batubara terbesarnya yaitu Provinsi Kalimantan Timur. Dalam kurun waktu 3 tahun terlihat bahwa setiap tahunnya produksi batubara di Provinsi Kalimantan Timur terus meningkat. Tak terkecuali di Provinsi Kalimantan Selatan yang menempati urutan ke-2 dalam menghasilkan batubara dengan peningkatan rata-rata 4% setiap tahunnya sampai tahun 2010. Provinsi ke-3 yang merupakan penghasil terbesar batubara ditempati oleh Provinsi Sumatera Selatan, disusul Jambi di posisi ke-4 dan Provinsi Kalimantan Tengah menempati urutan ke-5.

Terus meningkatnya pertumbuhan produksi batubara di provinsi Kalimantan Selatan menjadikan sektor pertambangan dan penggalian sebagai sektor yang memiliki potensi dalam perekonomian Kalimantan Selatan seiring kondisi cuaca dengan curah hujan rendah yang mendukung kegiatan produksinya.

3

Sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terbesar dalam menyumbang pendapatan regional di Kalimantan Selatan sebagaimana terlihat dalam Tabel 3 dimana subsektor pertambangan tanpa minyak dan gas menjadi subsektor yang memiliki kontribusi paling tinggi di dalamnya yang kemudian disusul oleh sektor pertanian. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan di tahun 2012 mencatat bahwa untuk sektor pertanian kontribusi bagi PDRB yang dihasilkan mencapai Rp14.60 triliun sedangkan untuk sektor pertambangan dan penggalian menghasilkan sebesar Rp18.01 triliun atau menyumbang kontribusi terbesar terhadap PDRB sebesar 19.17%.

Tabel 3 PDRB Atas Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 Pertanian 11 380 214.21 12 446 620.56 13 696 209.72 14 603 477.66 Pertambangan dan Penggalian 11 014 923.94 14 107 440.94 16 659 913.71 18 008 900.38 -Minyak dan Gas Bumi 646 499.61 679 291.57 704 983.77 705 673.33 -Pertambangan tanpa Migas 981 919.91 12 797 177.85 15 238 019.35 16 489 272.77 -Penggalian 549 232.41 630 971.53 716 910.59 813 954.28 Industri Pengolahan 5 071 960.70 5 611 080.15 6 270 582.19 6 865 260.06 Listrik, Gas dan Air Bersih 294 423.72 346 672.96 390 928.55 435 473.90 Bangunan 3 182 653.20 3 569 931.02 3 994 602.18 4 553 773.15 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7 698 123.31 8 999 094.25 10 447 231.32 12 394 973.26 Pengangkutan dan Komunikasi 4 737 672.87 5 319 610.68 5 993 779.78 6 697 260.05 Keuangan, persewaaan dan Jasa Perusahaan 2 623 321.26 3 023 569.36 3438297 .87 3 923 864.40 Jasa-jasa 5 456 882.49 6 399 046.02 7295337 .40 8 440 149.69 PDRB dengan migas 51 460 175.70 59 823 065.94 68 186 882.70 75 923 132.54 PDRB tanpa migas 50 813 676.09 59 143 774.37 67 481 898.93 75 217 459.21 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan 2013.

Pada tahun 2011 tercatat bahwa produksi batubara di Provinsi Kalimantan Selatan mencapai angka 141.81 juta ton. Kabupaten Tanah Bumbu merupakan daerah yang memiliki angka produksi paling tinggi dibandingkan dengan kabupaten lainnya yaitu sebesar 41.48 juta ton atau memberikan kontribusi sebesar 29.52% terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan (Tabel 4).

4

Tabel 4 Produksi bahan tambang menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2011 (Ton)

Kabupaten Batubara Biji Besi Mangan Kromit Tanah Laut 19 079 539 226 880 400 250 Kotabaru 10 554 886 3 782 003 0 0 Banjar 6 073 065 0 0 0 Barito Kuala 0 0 0 0 Tapin 16 603 630 0 0 0 Hulu Sungai Selatan 350 202 0 0 0 Hulu Sungai Tengah 0 0 0 0 Hulu Sungai Utara 0 0 0 0 Tabalong 26 013 062 0 0 0 Tanah Bumbu 41 480 647 3 156 449 0 0 Balangan 21 654 404 0 0 0

Kotamadya Banjarmasin 0 0 0 0 Banjarbaru 0 0 0 0 Total 141 809 435 7 165 332 400 250 Sumber: Badan Pusat Statistik 2012.

Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan menyebutkan secara kumulatif, menurut nilai ekspor Kalimantan Selatan bulan Januari-Desember 2011 mencapai US$9 139.95 juta, yakni naik sebesar 44,72% bila dibandingkan dengan periode yang pada sama tahun 2010 yaitu sebesar US$6 315.71 juta dimana peranan batubara terhadap total ekspor terus menunjukkan tren peningkatan. Sub sesktor pertambangan tanpa migas yang mencakup adanya kegiatan penambangan batubara di dalamnya meningkat rata-rata 25% setiap tahunnya. Keadaan ini mendorong produsen batubara di Kalimantan Selatan untuk melakukan ekspor ke mancanegara. Pada tahun 2005 peranan batubara terhadap ekspor mencapai 77.52% dan mengalami peningkatan menjadi 86.01% pada tahun 2011 yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Realisasi ekspor produk tambang tahun 2005 dan 2011

Jenis Komoditas

2005 2011 Volume (Ton)

Nilai (US$ Juta)

Volume (Ton)

Nilai (US$ Juta)

Batu Bara 50 928 511.13 1 587 376.95 100 817 475.25 7 722 153.78 Semen 0.00 0.00 0.00 0.00 Klinker 347 484.27 9 939.42 427 173.47 13 900.88 Biji Besi 234 111.45 9 874.14 6 370 799.00 112 966.86 Biji Mangan 440 00 46.20 0.00 0.00 Batu Pualam 64 28 8.56 0.00 0.00 Pasir Sirkon 68 403 24 15 159.96 31 823.99 11 866.87 Pasir Kwarsa 5 487 28 1 636.46 0.00 0.00 Total 51 584 501 65 1 624 041.70 107 647 271.71 7 860 888.40 Sumber: Departemen Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan 2012.

5

Terdapat 26 negara tujuan ekspor batubara Kalimantan Selatan. Pada tahun 2011, negara yang paling banyak mengimpor batubara dari Kalimantan Selatan untuk digunakan sebagai sumber energi ialah China yakni sebesar 29.51 juta ton atau sekitar 29% dari keseluruhan total volume ekspor batubara Kalimantan Selatan ke 26 negara tujuan, disusul oleh India yaitu sebesar 22.07 juta ton, atau 22% dari keseluruhan ekspor, dan negara ke-3 pengimpor terbesar batubara dari Kalimantan Selatan ialah Jepang yang mengimpor sebanyak 13,52 juta ton atau sebesar 14%.

29%

14%

22%

7%

6%

5%4%

3%3% 3%

4%

China Jepang IndiaSouth Korea Taiwan MalaysiaPhilipina Hongkong ThailandSpanyol Others

Gambar 1 Volume ekspor batubara nenurut negara tujuan tahun 2011

Sumber: Kalimantan Selatan dalam Angka 2012.

Kinerja perekonomian Kalimantan Selatan dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang berarti sebagaimana telah ditunjukkan oleh Tabel 3. Sektor-sektor dominan masih berperan dalam menyumbang pertumbuhan perekonomian Kalimantan Selatan. Sektor yang memberi sumbangan terbesar pada pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan adalah sektor pertambangan di mana batubara menjadi komoditas yang memiliki kontribusi yang besar terhadap perekonomian dan ditandai dengan sebanyak 24 perusahaan tambang batubara tergabung dalam Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) yang melakukan kegiatan penambangan di 8 kabupaten di wilayah Kalimantan Selatan. Untuk itu maka diperlukan analisis lebih lanjut mengenai peran pertambangan batubara bagi perekonomian Kalimantan Selatan seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang menyatakan bahwa pemerintah daerah diberi kekuasaan dalam mengelola kegiatan pertambangan batubara. Penelitian tersebut akan menggunakan model Input-Output sebagai alat analisisnya.

6

Perumusan Masalah

Tingginya produksi batubara di wilayah Kalimantan Selatan tentu memberikan dampak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap berbagai komoditas lainnya yang juga mendukung kontribusi terhadap PDRB. Maka dari itu, berdasarkan penjelasan di atas, permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah:

1. Bagaimana peranan sektor pertambangan batubara terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan dalam pembentukan permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, surplus perdagangan, nilai tambah bruto, dan output sektoral?

2. Bagaimana keterkaitan sektor pertambangan batubara dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan dengan sektor-sektor lainnya?

3. Bagaimana dampak penyebaran dari sektor pertambangan batubara di Provinsi Kalimantan Selatan terhadap sektor-sektor lainnya?

4. Bagaimana besarnya efek multiplier output dan pendapatan sektor pertambangan batubara di Provinsi Kalimantan Selatan?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Menganalisis kontribusi sektor pertambangan batubara terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan ditinjau dari pembentukan permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, surplus perdagangan, nilai tambah bruto, dan output sektoral.

2. Menganalisis keterkaitan sektor pertambangan batubara dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan.

3. Menganalisis dampak penyebaran dari sektor pertambangan batubara dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan.

4. Menganalisis efek multiplier output dan pendapatan sektor pertambangan batubara dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam membuat suatu kebijakan mengenai komoditas batubara baik secara regional maupun nasional.

2. Bagi para pelaku usaha penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan maupun referensi dalam mengembangkan sektor pertambangan batubara di Provinsi Kalimantan Selatan secara khusus dan dalam lingkup nasional secara umum.

7

3. Bagi para kalangan akademisi dan masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan mengenai peranan sektor pertambangan batubara di Provinsi Kalimantan Selatan.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah analisis peran sektor pertambangan batubara di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Penggunaan batubara sebagai sumber energi tak terbarukan tentu memengaruhi keseimbangan lingkungan. Namun pada penelitian ini peneliti tidak menganalisis dampak lingkungan yang terjadi dan hanya menganalisis dari aspek ekonominya saja.

Penelitian dilakukan menggunakan Tabel Input-Ouput Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 dengan mengklasifikasi Tabel Input-Output menjadi 20 sektor dari 50 sektor yang ada. Klasifikasi sangat menentukan tahap-tahap kegiatan selanjutnya yang bertujuan untuk mengelompokkan kegiatan ekonomi yang sangat beraneka ragam ke dalam satuan-satuan sektor yang memiliki persamaan. Klasifikasi dalam penelitian ini dilakukan untuk menganalisis peranan sektor pertambangan batubara di dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan.

Data yang dianalisis dari tabel Input-Output tersebut adalah data transaksi domestik atas dasar harga produsen yang kemudian akan dihitung menggunakan aplikasi Input Output Analysis for Practitioners (IOAP) 1.0.1 dan Microsoft Excel 2010. Dalam penelitian ini tidak dapat melihat efek pengganda tenaga kerja dari masing-masing sektor karena keterbatasan data tenaga kerja sesuai dengan klasifikasi pada Tabel Input-Ouput tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Konsep Pertambangan dan Penggalian

Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan bahan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi, dan di bawah permukaan air. Hasil kegiatan ini antara lain, minyak dan gas bumi, batubara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, bijih mangan, dan perak. Sementara itu penggalian adalah suatu kegiatan yang meliputi pengambilan segala jenis barang galian. Barang galian adalah unsur kimia, mineral, dan segala macam batuan yang merupakan endapan alam (tidak termasuk logam, batubara, mintak dan gas bumi, dan bahan radio aktif). Bahan galian ini biasanya digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong sektor industri maupun konstruksi. Hasil kegiatan penggalian antara lain, batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu marmer, pasir silika, pasir kuarsa, kaolin, tanah liat, dan lain-lain.

Menurut Daryanto dan Hafizrianda (2010) pertambangan dan penggalian, mencakup seluruh usaha kegiatan penambangan, penggalian, dan penggaraman rakyat. Pada dasarnya usaha kegiatan sektor ini dimaksudkan untuk memperoleh segala macam barang tambang. Mineral dan barang-barang galian, baik berbentuk

8

padat, cair, dan gas baik yang terdapat di dalam maupun di permukaan bumi. Sifat dan tujuan menggunakan benda-benda tersebut adalah menciptakan nilai dari barang tambang dan galian tersebut sehingga memungkinkan dimanfaatkan lebih lanjut, dijual pada pihak lain maupun diekspor. Tahapan Kegiatan Pertambangan

Tahapan kegiatan pertambangan meliputi prospeksi, eksplorasi, eksploitasi, dan pengolahan/pengilangan/pemurnian.

a. Prospeksi Prospeksi adalah suatu kegiatan penyelidikan dan pencarian untuk menemukan endapan bahan galian atau mineral berharga.

b. Eksplorasi Eksplorasi adalah suatu kegiatan lanjutan dari prospeksi yang meliputi pekerjaan untuk mengetahui ukuran, bentuk, posisi, kadar rata-rata, dan besarnya cadangan serta studi kelayakan dari endapan bahan galian atau mineral berharga yang telah diketemukan.

c. Eksploitasi Eksploitasi adalah suatu kegiatan penambangan yang meliputi pekerjaan-pekerjaan pengambilan dan pengangkutan endapan bahan galian atau mineral berharga sampai ke tempat penimbunan dan pengolahan/pencucian, kadang-kadang sampai ke tempat pemasaran.

d. Pengolahan/Pemurnian/Pengilangan Pengolahan/Pemurnian adalah suatu pekerjaan memurnikan/meninggikan kadar bahan galian dengan jalan memisahkan mineral berharga dengan yang tidak berharga, kemudian membuang mineral yang tidak berharga tersebut (dapat dilakukan dengan cara kimia).

Sumberdaya Mineral dan Energi

Noor (2006) mengatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia yang ada di planet bumi ini sangat tergantung kepada material-material yang berasal dari planet bumi, seperti kebutuhan untuk transportasi, perumahan, peralatan listrik, komputer, rumah tangga, dan lain-lain, serta seluruh produk industri (manufaktur) terbuat dari material yang berasal dari mineral-mineral yang ada di bumi. Permintaan pasokan sumberdaya mineral dalam jumlah besar seringkali tidak dapat terpenuhi karena keterbatasan persediaan sumberdaya mineral. Sumberdaya mineral adalah sumberdaya yang diperoleh dari hasil ekstraksi batuan atau pelapukan batuan (tanah). Berdasarkan jenisnya sumberdaya mineral dapat dikelompokan menjadi 2, yaitu sumberdaya mineral logam dan sumberdaya mineral non-logam. Tembaga, besi, nikel, emas, perak, timah adalah beberapa contoh dari material yang berasal dari mineral logam, sedangkan kuarsa (silika), muskovit (mika), batu pasir, bentonit, lempung adalah beberapa contoh material yang berasal dari mineral non-logam. Sumberdaya mineral telah dimanfaatkan oleh manusia sejak manusia pertama kali menemukan galian berupa bijih tembaga dan bijih besi. Pemanfaatan bahan galian ini pada awalnya digunakan untuk keperluan alat rumah tangga atau alat untuk mempertahankan diri dan berburu, seperti pedang, tombak, panah, dan sebagainya. Kemudian pada

9

zaman revolusi industri, kebutuhan bahan galian mineral semakin meningkat karena manfaat dari berbagai jenis mineral tersebut, misalnya untuk keperluan membuat mesin-mesin industri, alat transportasi, alat komunikasi, dan alat-alat rumah tangga.

Sumberdaya energi adalah sumberdaya geologi yang dimanfaatkan sebagai penghasil energi. Sebagaimana kita ketahui bahwa beberapa jenis sumberdaya geologi yang terdapat di alam, baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi dapat dirubah dan dikonversikan menjadi energi.

Tabel 6 menjelaskan berbagai jenis sumberdaya geologi yang dimanfaatkan sebagai penghasil energi, yaitu: (1) minyak bumi, (2) gas alam (Liquid Natural Gas/LNG), (3) batubara, (4) panas bumi (Geothermal), (5) air, (6) mineral radioaktif, (7) angina, (8) gelombang air laut, dan (9) radiasi matahari. Berikut ini adalah pemanfaatan sumberdaya energi dalam berbagai sektor, baik untuk energi listrik, industri, transportasi, rumah tinggal, dan lain-lain.

Tabel 6 Jenis-jenis sumberdaya beserta penggunaannya Jenis Sumberdaya Penggunaan

Minyak bumi Energi listrik, rumah tinggal, komersial, industri, transportasi, ekspor/impor

Gas alam Energi listrik, rumah tinggal, komersial, industri, transportasi

Batubara Energi listrik, rumah tinggal, komersial, industri, transportasi, ekspor/impor

Panas bumi (Geothermal) Energi listrik, rumah tinggal, komersial Air Energi listrik Mineral radioaktif Energi listrik Angin Energi listrik Radiasi matahari Energi listrik, rumah tinggal, komersial

Sumber: Sukandarrumidi 2006. Batubara

Komposisi kimia batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan tumbuhan, keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, dan P. Hal ini terjadi dikarenakan batubara itu sendiri terbentuk dari jaringan tumbuhan yang telah mengalami proses coalification. Dalam mempelajari cara terbentuknya batubara dikenal dua teori, yaitu teori insitu dan teori drift (Krevelen 1993).

Teori insitu menjelaskan tempat dimana batubara terbentuk sama dengan tempat terjadinya proses coalification dan sama pula dengan tempat dimana tumbuhan berkembang. Oleh sebab itu, beberapa penciri yang dapat dipergunakan untuk mengetahui berlakunya teori insitu pada suatu daerah tambang batubara, antara lain didapatkannya suatu daerah tambang batubara, antara lain didapatkannya getah tumbuhan yang mengeras (membatu), dalam istilah geologi disebut Harz dan imprint tulang daun yang banyak ditemukan di daerah tambang batubara Samarinda dan Tenggarong (Amperadi dan Sukandarrumidi 2005).

10

Sementara itu, teori drift menjelaskan bahwa endapan batubara yang terdapat pada cekungan sedimen berasal dari tempat lain, dengan kata lain tempat terbentuknya batubara berbeda dengan tempat tumbuhan semula berkembang kemudian mati. Bahan pembentuk batubara tersebut telah mengalami proses transportasi, sortasi, dan terakumulasi pada suatu cekungan sedimen. Hal ini terjadi karena selama proses transportasi yang berkaitan dengan kekuatan arus air, pada saat arus kuat akan terhanyutkan pokok pohon yang besar, sedang pada saat arus air kekuatannya telah mulai berkurang yang diangkut bagian pohon yang lebih kecil (ranting dan daun). Penyebaran batubara dengan konsep teori drift, mungkin luas ataupun sempit, tergantung pada luasan cekungan sedimentasi (Krevelen 1993).

Wilayah penambangan batubara di Indonesia tersebar dari Provinsi Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Selain memiliki sebaran wilayah yang luas, pelaku penambangan batubara/perusahaan batubara juga merupakan yang terbanyak jumlahnya dibandingkan dengan perusahaan yang mengusahakan komoditas tambang non migas lainnya.

Dahulu batubara banyak digunakan untuk menggerakkan mesin uap yang pada waktu itu digunakan untuk mesin lokomotif kereta api, kapal laut, dan mesin industri lainnya. Dewasa ini batubara banyak digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap dan mesin industri yang memerlukan kalori cukup besar. Ditinjau dari segi pemanfaatannya, batubara dapat dibagi menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu: (1) batubara untuk bahan bakar, disebut batubara bahan bakar (steaming coal, fuel coal, atau energy coal), (2) batubara bitumen untuk pembuatan kokas, disebut batubara kokas (coking coal), dan (3) batubara untuk dibuat bahan-bahan dasar energi lainnya, disebut batubara konversi (conversion coal).

Konsep Pembangunan Ekonomi

Secara tradisional, pembangunan dapat dikatakan sebagian kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat statis dalam kurun waktu yang cukup lama untuk menciptakan dan mempertahankan kenaikan pendapatan nasional bruto atau GNI (gross national income). Indeks ekonomi lainnya yang digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita (income per capita) atau GNI per kapita. Tinggi rendahnya kemajuan pembangunan di suatu negara hanya diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan GNI, baik secara keseluruhan maupun per kapita dan akan menetes dengan sendirinya sehingga menciptakan lapangan pekerjaan dan berbagai peluang ekonomi lain yang pada akhirnya akan menumbuhkan berbagai kondisi yang diperlukan demi terciptanya distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi dan sosial secara lebih merata atau dapat dikatakan sebagai prinsip ‘efek penetasan ke bawah’ (trickle down effect) (Todaro dan Smith 2006).

Todaro dan Smith (2006) juga mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara ditujukan tiga nilai pokok, yaitu: (1)

11

berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (basic needs), (2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom for servitude).

Dalam perkembangannya, pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi. Pada dasarnya, pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi mendorong pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sebagai proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara atau wilayah secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional ataupun secara regional. Pertumbuhan ekonomi yang baik merupakan indikasi keberhasilan suatu pembangunan ekonomi. Tahapan Pembangunan Ekonomi

Negara-negara maju sebagian besar kegiatan ekonominya telah sampai pada tahap pembangunan ekonomi yang digerakkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi (innovation driven). Seperti terlihat pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2 From comparative to competitive advantage Sumber: World Economic Forum 2009.

Pada tahap 1 yaitu factor driven dijelaskan dengan peningkatan output yang

ditandai dengan memperluas areal usaha. Output akhir didominasi oleh komoditi primer (bahan mentah), sehingga kemampuan penetrasi pasar rendah, segmen pasar yang dimasuki terbatas dan nilai tambah (pendapatan) yang dinikmati sebagian rakyat masih juga relatif rendah. Kondisi faktor standar (upah rendah, sumberdaya alam, lokasi geografi) merupakan sumber keunggulan kompetitif dominan, teknologi diasimilasi melalui impor, FDI (foreign direct investment), dan imitasi, perusahaan bersaing dalam harga dan kurangnya akses langsung kepada konsumen, perusahaan mempunyai peran terbatas dalam rantai nilai, fokus

12

pada perakitan, industri padat karya, dan eksploitasi sumberdaya alam, dan perekonomian sangat sensitif terhadap siklus perekonomian dunia, harga komoditi, dan nilai tukar.

Tahap yang ke-2 digerakkan oleh penggunaan barang-barang modal dan SDM semi terampil atau capital driven. Pada tahap ini ditandai antara lain oleh peningkatan produktivitas dan nilai tambah sebagai sumber pertumbuhan output total, baik akibat peningkatan penggunaan barang-barang modal maupun akibat peningkatan mutu sumberdaya manusia. Kemampuan penetrasi pasar meningkat, segmen pasar yang dimasuki makin luas (peningkatan pangsa pasar) dan nilai tambah (pendapatan) yang dinikmati rakyat daerah meningkat. Efisiensi dalam memproduksi barang dan jasa standar adalah sumber dominan keunggulan kompetitif, teknologi diakses melalui lisensi, joint-venture, FDI, dan imitasi, negara tidak hanya mengasimilasi teknologi asing, tetapi mempunyai kapasitas untuk meningkatkannya, adanya dukungan dari investasi besar dalam infrastruktur yang efisien dan proses produksi modern.

Tahap yang ke-3 adalah innovation driven. Pada tahap ini ditandai dengan inovasi teknologi yang secara terus-menerus dan berkelanjutan sehingga akan menghasilkan produk-produk baru dan bernilai tambah tinggi. Barang-barang dan jasa inovatif pada tingkat teknologi dunia mutakhir merupakan sumber keunggulan kompetitif, pembangunan nasional dicirikan oleh kekuatan pada semua area bersamaan dengan keberadaan cluster yang baik, perusahaan bersaing dengan strategi yang unik dan cakupan yang seringkali global, perekonomian mempunyai porsi jasa yang tinggi dan tahan terhadap external shocks. Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 dan telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, maka terjadi pergeseran mengenai konsep pembangunan ekonomi yang tadinya bersifat sentralistis, mengarah pada desentralisasi, yaitu dengan memberikan kekuasaan kepada daerah untuk membangun wilayahnya termasuk pembangunan dalam bidang ekonominya. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Subandi 2011).

Menurut Priyarsono dan Sahara (2007) pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi. Kuznets (1966) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu wilayah untuk menyediakan semakin banyak jenis barang dan jasa kepada penduduknya, kemampuan tersebut tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukan. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang terdapat di wilayah tersebut. pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Persentase pertambahan output haruslah lebih besar dari persentase pertambahan

13

jumlah penduduk dan ada kecenderungan bahwa dalam jangka waktu tertentu pertumbuhan itu akan berlanjut.

Pada pertumbuhan ekonomi juga dikenal dengan teori klasik. Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith yang pada awalnya dipaparkan dalam bentuk buku yang berjudul An Inquiry into The Nature and Cause of The Wealth of Nations yang diterbitkan pada tahun 1776. Adam Smith menentang campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Ia menganjurkan kebijaksanaan pasar bebas atau laissez-faire, yaitu kebijaksanaan yang sifatnya memberikan kebebasan yang maksimal kepada para pelaku perekonomian untuk melakukan kegiatan yang disukainya dan meminimalkan campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Menurut Smith, terdapat “kekuatan yang tidak terlihat” (invisible hands) dalam pasar persaingan sempurna yang merupakan mekanisme yang mendorong efisiensi dan membawa ekonomi pada keadaan full employment. Smith berpendapat bahwa perkembangan penduduk akan mendorong pertumbuhan ekonomi karena penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan perluasan pasar akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut.

Teori Klasik Adam Smith menuai kritikan mengenai asumsinya yang tidak realistis tentang pasar bebas. Kenyataan menyebutkan bahwa peranan pemerintah dalam perekonomian selalu ada dan diperlukan untuk mengatur perekonomian.

Teori Klasik lainnya yang membahas mengenai pertumbuhan ekonomi adalah teori dari David Ricardo (1821) yang menyebutkan bahwa penduduk yang berjalan dengan cepat pada akhirnya akan menurunkan kembali tingkat pertumbuhan ekonomi ke taraf yang lebih rendah. Ricardo juga menjelaskan di sisi lain, jika tadinya proses produksi dilakukan pada lahan yang kualitasnya baik, dengan semakin bertambahnya penduduk maka lahan yang kualitasnya rendah pun akan digunakan yang menyebabkan tingkat keuntungan yang diperoleh akan menurun. Teori Ricardo juga menuai kritikan, salah satunya karena mengabaikan peranan teknologi yang dapat menahan laju penurunan hasil, terutama teknologi pertanian yang dapat meningkatkan kualitas lahan dan hasil produksi.

Metode Input-Output (IO)

Teori Input-Output Baumol dalam Nazara (2005) menyatakan analisis Input-Output sebagai

usaha untuk memasukkan fenomena keseimbangan umum dalam analisis empiris sisi produksi. Analisis Input-Output merupakan suatu peralatan analisis keseimbangan umum. Analisis itu didasarkan suatu situasi perekonomian dan keseimbangan dalam analisis Input-Output didasarkan arus transaksi antar pelaku perekonomian.

Pengertian Tabel Input-Output adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antarsektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matriks. Isian sepanjang baris Tabel Input-Output menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Di samping itu, isian pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral, sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan struktur input yang digunakan

14

oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer.

Sebagai metode kuantitatif Tabel Input-Output memberikan gambaran menyeluruh tentang hal-hal sebagai berikut ini.

1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor.

2. Struktur input antara, yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antarsektor-sektor produksi.

3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri mmaupun barang impor atau yang berasal dari luar wilayah tersebut.

4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi, dan ekspor.

Kegunaan, Prinsip Dasar (Asumsi), dan Keterbatasan

Metode Input-Output telah dikembangkan untuk keperluan yang lebih luas dalam analisis ekonomi. Beberapa kegunaan dari analisis Input-Output, antara lain adalah sebagai berikut.

1. Berguna untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi.

2. Berguna untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.

3. Berguna untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian.

4. Berguna untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah.

Menurut Jensen dan West dalam Priyarsono et al (2007) Tabel Input-Output bersifat statis (state model), dan di dalam penyusunan tabel tersebut diperlukan tiga prinsip dasar atau asumsi-asumsi pokok untuk memudahkan dalam memahami, menyusun, dan menggunakan Tabel Input-Output. Asumsi yang mendasari adalah sebagai berikut :

1. Keseragaman (Homogenity) Suatu prinsip di mana output hanya dihasilkan secara tunggal, yang

berarti bahwa setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbeda.

2. Kesebandingan (Proportionality) Suatu prinsip di mana hubungan antara output dan input pada setiap

sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan dari penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut.

3. Penjumlahan (Additivity) Suatu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing kegiatan secara terpisah.

15

Adanya asumsi-asumsi tersebut membuat Tabel Input-Output memiliki keterbatasan, antara lain: karena rasio Input-Output tetap konstan sepanjang periode metode analisis maka produsen tidak dapat menyesuaikan perubahan-perubahan inputnya atau mengubah prosesnya. Asumsi semacam ini tidak menjelaskan adanya perubahan teknologi ataupun produktivitas yang dapat terjadi dari waktu ke waktu. Walaupun mengandung keterbatasan, model Input-Output tetap merupakan alat analisis ekonomi yang lebih lengkap dan lebih komprehensif. Kerangka Umum Tabel Input-Output

Pada dasarnya Tabel Input-Output terdiri atas 4 kuadran, dengan tiap kuadran dinyatakan dalam bentuk matriks yang berbeda-beda dimensinya. Tabel 7 di bawah ini akan memberikan gambaran lebih lengkap format Tabel Input-Output.

Tabel 7 Ilustrasi Tabel Input-Output Output

Input

Sektor Produksi Permintaan

Akhir Total

Output 1 2 3 .. N

Sektor Produksi

1 z11 z12 z13 .. z1n Y1 X1

2 z21 z22 z23 .. z2n Y2 X2

3 z31 z32 z33 z3n Y3 X3

. . . . .. . . .

. . . . .. . . .

n

zn1

zn2 zn3 .. znn Yn Xn

Input Primer V V1 V2 V3 .. Vn

Total Input X X1 X2 X3 .. Xn

Sumber: Daryanto dan Hafizrianda 2010.

Ada tiga matriks dasar yang dapat dilihat dalam Tabel 7 yakni: 1. Matriks Z atau matriks transaksi input antara, 2. Matriks Y atau matriks permintaan akhir yang terdiri atas permintaan

untuk konsumsi rumah tangga (C), pemerintah (G), investasi (I), dan ekspor (X),

3. Matriks V atau matriks input primer yang terdiri atas upah/gaji (W), surplus usaha (S), penyusutan (D), dan pajak tidak langsung/minus subsidi (T).

16

Tabel 7 dapat pula menjelaskan mengenai 4 kuadran yang terdapat dalam suatu Tabel Input-Output, yaitu:

1. Kuadran I (Intermediate Quadrant) Setiap sel di kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang

dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian. Dalam analisis Input-Output kuadran ini sangat penting karena kuadran inilah yang menunjukkan keterkaitan antarsektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya.

2. Kuadran II (Final Demand Quadrant) Menunjukkan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-

sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, dan ekspor. Total permintaan akhir adalah jumlah dari total konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, dan ekspor.

3. Kuadran III (Primary Output Quadrant) Menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem produksi

oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah/gaji), surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung neto. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.

4. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadrant) Merupakan input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi

langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara.

Bila dilihat secara horizontal (baris), setiap isi sel total output pada Tabel 7 menunjukkan bagaimana output suatu sektor itu dialokasikan, yang mana sebagian untuk memenuhi input antara di sektor produksi dan sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir.

Secara keseluruhan distribusi output pada Tabel Input-Output dapat dituliskan sebagai berikut:

∑=

i

j 1zij + Yi = Xi untuk i = 1, 2, 3,..., n

dimana zij adalah banyaknya output sektor i yang dialokasikan sebagai input antara pada sektor j, sedangkan Yi adalah jumlah permintaan akhir terhadap sektor i. Sedangkan isi sel menurut garis vertikal (kolom) menggambarkan distribusi pemakaian input antara dan input primer pada suatu sektor produksi, dan bentuk persamaannya adalah sebagai berikut:

∑=

j

i 1zij + Vj = Xj untuk j = 1, 2, 3,..., n

dimana zij adalah banyaknya input antara yang berasal dari sektor i yang digunakan oleh sektor j, sedangkan Vj menunjukkan jumlah input primer yang digunakan oleh sektor j.

17

Analisis Penerapan Sektor Kunci Model Input-Output dapat digunakan juga sebagai alat pengambil keputusan

dalam merencanakan pembangunan sektoral, di mana dari hasil analisisnya dapat diketahui sektor-sektor yang dijadikan leading sector (sektor pemimpin) atau dapat juga dikatakan sebagai sektor kunci dalam pembangunan ekonomi. Suatu sektor kunci dianggap memiliki kemampuan daya sebar yang sangat tinggi dalam suatu perekonomian, sehingga efek yang diberikannya bersifat ganda. Disatu sisi sektor tersebut dapat mendorong permintaan agregat (aggregate demand) yang lebih tinggi, dan disisi lain dapat meningkatkan penawaran agregat (aggregate supply) untuk pemenuhan kebutuhan domestik.

Menurut Arsyad (1999) suatu sektor yang dapat menyebar dalam berbagai aktivitas sektor produksi sehingga mampu menggerakkan ekonomi secara keseluruhan, memiliki ciri-ciri yakni: (1) perkembangannya relatif cepat, (2) industrinya relatif besar untuk memberikan dampak langsung dan tidak langsung, (3) memiliki keterkaitan tinggi, dan (4) inovatif, dapat pula dijadikan sebagai sektor kunci dalam pembangunan ekonomi suatu daerah, karena sektor tersebut paling efektif berperan sebagai motor penggerak dalam pembangunan daerah secara berkesinambungan (sustainability).

Arief (1993) mengemukakan bahwa metode Input-Output dapat digunakan untuk melihat sektor-sektor apa saja yang dapat menjadi sektor pemimpin dalam pembangunan daerah. Sektor-sektor tersebut dapat dideteksi dengan 4 cara, yaitu:

1. Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mempunyai kaitan ke belakang (backward linkage) dan kaitan ke depan (forward linkage) yang relatif tinggi dengan melakukan dua metode tradisioanl pengukuran keterkaitan antar sektor, yaitu metode Chenery-Watanabe (1958) dan metode Rasmussen (1956).

2. Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila menghasilkan output bruto yang relatif tinggi, sehingga mampu mempertahankan final demand yang relatif tinggi pula.

3. Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mampu menghasilkan penerimaan bersih devisa yang relatif tinggi.

4. Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mampu menciptakan lapangan kerja yang relatif tinggi.

Analisis Keterkaitan

Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang menunjukkan hubungan keterkaitan antarindustri/sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang menunjukkan hubungan keterkaitan antarindustri/sektor dalam penjualan terhadap total output yang dihasilkannya. Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menyatakan akibat dari suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan langsung antarsektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara

18

ditunjukkan oleh koefisien langsung, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsungnya ditunjukkan dari matriks kebalikan Leontief. Analisis Dampak Penyebaran

Analisis dampak penyebaran terbagi menjadi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.

1. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang/Daya Menarik) Digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat dari mekanisme pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya.

2. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan/Daya Mendorong) Bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap

sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini.

Analisis Mutliplier

Analisis mutliplier mencakup mutliplier output, multiplier pendapatan, multiplier tenaga kerja, dan multiplier tipe I dan II.

1. Multiplier Output Dihitung dalam per unit perubahan output sebagai initial effect, yaitu

kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. 2. Multiplier Pendapatan

Mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian, termasuk upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. Pengertian pendapatan di sini tidak hanya mencakup beberapa jenis pendapatan yang umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga tetapi juga dividen dan bunga bank.

3. Multiplier Tenaga Kerja Menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan

awal dari sisi output. Tidak dapat ditemukan dalam Tabel Input-Output dikarenakan pada Tabel Input-Output tidak mengandung elemen-elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja.

4. Multiplier Tipe I dan II Digunakan untuk mengukur efek dari output, pendapatan maupun tenaga

kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan dan tenaga kerja yang ada di suatu negara atau wilayah.

Penelitian Terdahulu

Kurniawan (2009) dalam penelitiannya mengenai dampak ketergantungan perekonomian Provinsi Jambi terhadap sumberdaya alam tak terbarukan (pemberlakuan kuota ekspor batubara) dengan metode Input-Output menjelaskan

19

bahwa Provinsi Jambi sangat mengandalkan sumberdaya tak terbarukan khususnya sektor pertambangan dan penggalian yang berorientasi ekspor dalam menopang kehidupan perekonomiannya. Hasil analisis menyebutkan bahwa pembatasan ekspor batubara sangat berdampak pada kinerja perekonomian Provinsi Jambi yang bercorak ekonomi primer (primary sector). Dampak penurunan ekspor pertambangan non-migas dapat dieliminir dengan paket kebijakan pengalihan kelebihan kuota ekspor batubara menjadi sumber energi listrik, atau dengan peningkatan investasi pada beberapa sektor kunci diikuti relokasi konsumsi rumah tangga. Paket kebijakan dalam rangka mengeliminir penurunan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi sebagai dampak pembatasan ekspor batubara nasional yaitu dengan memanfaatkan kelebihan produksi batubara yang tidak dapat diekspor untuk bahan baku pembangkit energi listrik diikuti dengan pengembangan sektor kunci dalam perekonomian Provinsi Jambi. Paket kebijakan ini memberikan dampak positif terhadap kinerja perekonomian Provinsi Jambi secara menyeluruh di semua sektor dan mampu mengeliminir dampak negatif pemberlakuan kuota ekspor batubara.

Penelitian yang dilakukan oleh Kencana (2011) menganalisis tentang peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta dengan menggunakan Tabel Input-Output tahun 2006. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pariwisata Provinsi DKI Jakarta mempunyai peranan yang relatif besar. Sektor pariwisata secara keseluruhan memiliki keterkaitan yang cukup tinggi dengan sektor-sektor lainnya. Hal ini berarti sektor pariwisata dapat diandalkan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain baik sektor hulu maupun hilirnya. Dilihat dari dampak penyebaran di mana dampak penyebaran itu dibagi menjadi koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran menjelaskan sektor pariwisata memiliki nilai koefisien penyebaran yang relatif lebih besar dibandingkan dengan nilai kepekaan penyebarannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pariwisata ini mempunyai kemampuan menarik yang lebih besar terhadap pertumbuhan output sektor hulunya dibandingkan sektor hilirnya. Berdasarkan hasil analisis mutliplier output, pendapatan, dan tenaga kerja diketahui bahwa subsektor jasa hiburan dan rekreasi mempunyai nilai tertinggi untuk masing-masing nilai mutliplier-nya.

Rudor (2012) dalam penelitiannya yang menganalisis peranan kelapa sawit terhadap pembangunan ekonomi daerah Provinsi Sumatera Barat dengan menggunakan metode Input-Output tahun 1999 dan 2007 menjelaskan bahwa peranan sektor kelapa sawit dalam perekonomian Provinsi Sumatera Barat cenderung lebih kecil dibandingkan beberapa sektor perekonomian lain yang ditunjukkan dengan kontribusi sektor kelapa sawit pada tahun 1999 dan 2007 terhadap pembentukan permintaan antara, permintaan akhir, investasi dan output sektoral yang relatif kecil. Konsumsi rumah tangga pada sektor ini pun hanya mempunyai kontribusi di tahun 1999 saja dan untuk konsumsi pemerintah, baik di tahun 1999 maupun 2007 tidak dapat teridentifikasi. Berdasarkan analisis keterkaitan ke depan dan ke belakang langsung yang dilihat selama periode tahun 1999 dan 2007 untuk sektor kelapa sawit, nilai keterkaitan langsung ke belakang lebih besar dibandingkan nilai keterkaitan langsung ke depan. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor ini lebih mampu mendorong sektor hulu dibanding sektor hilirnya. Sedangkan hasil analisis mutliplier output baik di tahun 1999 maupun tahun 2007 memiliki nilai yang cukup tinggi dan untuk mutliplier

20

pendapatan terjadi penurunan nilai sebesar 0.01 dari tahun 1999 sampai tahun 2007.

Kerangka Pemikiran

Dalam perkembangannya, pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi, pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi mendorong pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang dimaksud adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan. Suatu wilayah dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Keberhasilan suatu pembangunan perekonomian suatu wilayah tak lepas dari keberadaan sumberdaya ekonomi yang terdapat di wilayah tersebut, baik itu berupa sumberdaya manusia, sumberdaya modal, maupun sumberdaya alam.

Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu provinsi yang kaya akan sumberdaya alamnya, khususnya batubara, dan termasuk ke dalam sentra pertambangan batubara di Indonesia serta berperan sebagai penyumbang PDRB. Keberadaan pertambangan batubara ini diharapkan akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Pada penelitian ini peneliti akan lebih memfokuskan penelitiannya mengenai peran sektor pertambangan batubara dalam perekonomian Kalimantan Selatan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Input-Output. Tabel yang akan dipakai ialah Tabel Input-Output tahun 2010 di mana akan digunakan untuk menganalisis keterkaitan sektor pertambangan batubara dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Selain itu Input-Output dapat pula digunakan untuk menganalisis peranan sektor pertambangan batubara dalam pembentukan output, nilai tambah bruto, permintaan antara, dan permintaan akhir Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini menggunakan analisis keterkaitan, analisis dampak penyebaran, dan analisis multiplier. Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

21

Gambar 3 Kerangka Pemikiran

Perekonomian Provinsi Kalimanta Selatan

Pertambangan Batubara di Kalimantan Selatan Selatan

Analisis Input-Output

Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010

Keterkaitan Sektor

Pertambangan Batubara dengan

Sektor Lain

Dampak Penyebaran

Sektor Pertambangan

Batubara dengan Sektor Lain

Besarnya Efek Multiplier Output dan Pendapatan

Sektor Pertambangan

Batubara

Analisis Keterkaitan

Analisis Dampak Penyebaran Analisis

Multiplier

Peran Sektor Pertambangan Batubara dalam Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan

Analisis Penerapan Sektor

Kunci

22

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 klasifikasi lima puluh sektor yang diagregasi menjadi 20 sektor, data-data pendukung lainnya yang didapat dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan, Badan Pusat Statistik Pusat serta sumber-sumber lainnya. Dalam analisis ini dibantu oleh perangkat lunak Microsoft Excel 2010 dan Input-Output Analysis for Practitioners (IOAP) 1.0.1 untuk mendapatkan nilai multiplier, keterkaitan serta dampak penyebaran.

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui peran sektor pertambangan batubara dalam perekonomian Kalimantan Selatan adalah metode analisis Input-Output. Tabel Input-Output yang digunakan dalam penelitian ini ialah Tabel Input Output transaksi domestik atas dasar harga produsen Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010. Dari tabel tersebut dapat dilihat peran sektor pertambangan batubara terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan dan sebagai dasar untuk melakukan analisis keterkaitan, analisis dampak penyebaran, dan analisis multiplier. Koefisien Input

Tabel 7 pada bab sebelumnya dapat dituliskan melalui persamaan di bawah ini yang menjelaskan mengenai output suatu sektor dialokasikan (bagian horizontal), sebagian untuk memenuhi permintaan antara sebagian lagi dipakai untuk memenuhi permintaan akhir, sedangkan isian angka menurut garis vertikal menunjukkan pemakaian input antara maupun input primer yang disediakan sektor-sektor lain untuk kegiatan produksi suatu sektor. Persamaan alokasi output dapat dirumuskan dalam persamaan di bawah ini.

X11 + x12 + ... + x1n + F1 = X1 X21 + x22 + ... + x2n + F2 = X2 . . . . . . . . . . . . . . . Xn1 + x2n + ... + xnn + Fn = Xn .................................................... (a) Koefisien input teknis dapat didefinisikan sebagai jumlah input sektor i

yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output sektor j. Rumus koefisien input teknis adalah sebagai berikut berdasarkan persamaan (a) di atas:

αij = j

ij

Xx ........................................................................................ (b)

Untuk jumlah sektor sebanyak n, seluruh koefisien input αij dapat dinyatakan dalam sebuah matriks A yang merupakan matriks koefisien input atau matriks teknik adalah sebagai berikut:

23

A =

nnn2n1

2n2221

1n1211

a...aa

a...aaa...aa

Maka setelah didapat matriks koefisien teknis tersebut, persamaan di bawah ini juga dapat ditulis setelah mensubtitusi persamaan (b) ke persamaan (a) adalah sebagai berikut:

An1X1 + an2X2 + ... + annXn + Fn = Xn ..................................... (c) Apabila persamaan di atas ditulis dalam bentuk matriks maka akan

diperoleh persamaan sebagai berikut ini:

nnn2n1

2n2221

1n1211

a...aa

a...aaa...aa

n

2

1

X

XX

+

n

2

1

F

FF

=

n

2

1

X

XX

A X F = X AX + F = X atau (I – A) X = F X = (I – A)-1F ............................................................................. (d) di mana: I = matriks identitas yang elemennya memuat angka 1 pada

diagonalnya dan nol pada selainnya F = permintaan akhir X = jumlah output (I – A) = matriks Leontief (I – A)-1 = matriks kebalikan Leontief Dari persamaan di atas terlihat bahwa output setiap sektor memiliki

hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (I – A)-1 sebagai koefisien antaranya. Matriks kebalikan ini mempunyai peranan penting sebagai alat analisis ekonomi menunjukkan adanya saling keterkaitan antara tingkat permintaan akhir terhadap tingkat produksi. Analisis Keterkaitan

Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antara satu sektor dengan sektor yang lainnya. Keterkaitan terdiri atas keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, keterkaitan langsung ke belakang, dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang.

1. Keterkaitan Langsung ke Depan Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut.

F(d)i = ∑=

n

jija

1

di mana: F(d) = Keterkaitan ke depan αij = unsur matriks koefisien teknis n = jumlah sector

24

2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang

menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Rumus untuk mencari keterkaitan ini ialah sebagai berikut.

F(d+i)i = ∑=

n

jija

1

di mana: F(d+i)i = Keterkaitan langsung dan tak langsung ke depan sektor i αij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka n = jumlah sector 3. Keterkaitan Langsung ke Belakang Menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang

menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

BLi = ∑=

n

jija

1

di mana: BLi = Keterkaitan ke belakang sektor i αij = unsur matriks koefisien teknis n = jumlah sector 4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Menunjukkan akibat dari suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor

yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Rumus untuk keterkaitan ini ialah sebagai berikut:

B(d+i)i = ∑=

n

jija

1

di mana: B(d+i)i = Keterkaitan langsung dan tak langsung sektor i αij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka n = jumlah sektor

Analisis Dampak Penyebaran

Analisis dampak penyebaran terbagi menjadi dua, yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.

1. Kepekaan Penyebaran Digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap

sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai Sdi lebih besar dari 1, sebaliknya jika Sdi lebih kecil dari 1. Rumus yang digunakan ialah:

25

Sdi = ∑ ∑

= =

=n

i

n

jij

n

jij

a

an

1 1

1

di mana: Sdi = kepekaan penyebaran sektor i αij = unsur matriks kebalikan Leontief

n = jumlah sector

2. Koefisien Penyebaran Distribusi manfaat dari suatu pengembangan suatu sektor terhadap

perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input dapat diketahui melalui konsep ini. Sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai kaitan ke belakang yang tinggi apabila Pdj nilainya lebih besar dari 1, begitupun sebaliknya. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien penyebaran adalah:

Pdj = ∑ ∑

= =

=n

i

n

jij

n

iij

a

an

1 1

1

di mana: Pdj = koefisien penyebaran sektor j αij = unsur matriks kebalikan Leontief. n = jumlah sektor

Analisis Mutliplier

Nazara (2005) mengatakan bahwa analisis multiplier ini mencoba melihat apa yang terjadi terhadap variabel-variabel endogen, yaitu output sektoral, apabila terjadi perubahan variabel-variabel eksogen seperti permintaan akhir dalam perekonomian. Ada dua jenis multiplier yang akan dibahas di dalam penelitian ini yakni multiplier output dan multiplier pendapatan dan untuk mengukur efek dari output maupun pendapatan masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam jumlah output dan pendapatan yang ada di suatu wilayah ialah menggunakan multiplier tipe I dan II. Untuk mengukur efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output dan pendapatan maka dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan tipe II sebagai berikut.

Tipe I = AwalEfek

IndustriDukungan Efek PertamaPutaran Efek AwalEfek ++

Tipe II = AwalEfek

Konsumsi Induksiefek IndustriDukungan Efek PertamaPutaran Efek AwalEfek +++

26

Sedangkan berdasarkan matriks Leontief terbuka (gij) maupun tertutup (g*ij) dapat ditentukan nilai-nilai mutliplier output dan pendapatan. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8 Rumus multiplier output dan pendapatan menurut tipe dampak

Tipe Dampak Multiplier

Output Pendapatan Dampak Awal 1 PjPengaruh Langsung ∑ ija ∑ ija pj

Pengaruh Tidak Langsung

∑∑ −− ijij ag 1 ∑ ∑−− iiij appg

Dampak Imbasan Konsumsi

∑ − )*( ijij gg ∑ − )*( iijiij pgpg

Dampak Total ∑ ijg * ∑ ijg * pi

Dampak Luberan ∑ −1*ijg ∑ − iiij ppg * Sumber: Daryanto dan Hafizrianda 2010. Di mana: αij = koefisien langsung, gij = koefisien invers Leontief terbuka, g*ij = koefisien invers Leontief tertutup, dan pi = koefisien pendapatan rumah tangga. Analisis Penerapan Sektor Kunci

Pada penelitian kali ini, analisis yang akan digunakan untuk menentukan sektor kunci pada perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan akan menggunakan Total Income Multiplier (TIM) atau Total Output Multiplier (TOM) yang didapatkan dari hasil penjumlahan multiplier tipe I dengan multiplier tipe II yang kemudian akan dicari rataannya dan akan dibandingkan dengan nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan rataannya untuk masing-masing sektor agar dapat terlihat sektor apa saja yang termasuk ke dalam sektor kunci di Provinsi Kalimantan Selatan.

GAMBARAN UMUM

Geografi dan Iklim

Provinsi Kalimantan Selatan terbentuk berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 1956. Secara geografis, Provinsi Kalimantan Selatan terletak di antara 114 19’ 13” – 116 33’ 28” Bujur Timur dan 1 21’ 49” – 4 10’ 14” Lintang Selatan. Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang berada di bagian selatan pulau Kalimantan, memiliki kawasan dataran rendah di bagian barat dan pantai timur, serta dataran tinggi yang dibentuk oleh Pegunungan Meratus di

27

tengah, memiliki 11 kabupaten dan 2 kota dengan Ibu Kotanya ialah Banjarmasin. Berikut di bawah ini disajikan peta wilayah Provinsi Kalimantan Selatan.

Gambar 4 Peta Provinsi Kalimantan Selatan

Batas-batas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebelah barat

dengan Provinsi Kalimantan Tengah, sebelah timur dengan Selat Makassar, sebelah selatan dengan Laut jawa, dan sebelah utara dengan Provinsi Kalimantan Timur. Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas dua ciri geografi utama, yakni dataran rendah dan dataran tinggi. Kawasan dataran rendah kebanyakan berupa lahan gambut hingga rawa-rawa sehingga kaya akan sumber keanekaragaman hayati satwa air tawar. Kawasan dataran tinggi sebagian masih merupakan hutan tropis alami dan dilindungi oleh pemerintah. Sumberdaya alam yang terdapat di Kalimantan Selatan ialah: Kehutanan: Hutan Tetap (139,315 ha), Hutan Produksi (1,325,024 ha), Hutan Lindung (139,315 ha), Hutan Konvensi (348,919 ha) Perkebunan: Perkebunan Negara (229,541 ha), Bahan Galian: batu bara, minyak, pasir kwarsa, biji besi, dll.

Pembangunan Manusia, Penduduk, dan Ketenagakerjaan

Saat ini pembangunan lebih difokuskan pada pembangunan manusia. Kemajuan pembangunan manusia ditunjukkan oleh angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yaitu dari aspek pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Aspek pendidikan diwakili oleh angka melek huruf dan indeks rata-rata lama sekolah,

28

aspek kesehatan diwakili oleh angka rasio hidup dan aspek ekonomi direpresentasikan oleh kemampuan daya beli. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan, IPM Kalimantan Selatan tahun 2011 adalah sebesar 70.44% di mana terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 69.3%. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir terjadi kenaikan IPM secara rata-rata 0.2% setiap tahunnya. Peningkatan ini terutama dipicu oleh semakin membaiknya mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan secara umum.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, penduduk Provinsi Kalimantan Selatan berjumlah 3,695,124 jiwa yang terdiri dari 1,824,209 perempuan dan 1,870,915 laki-laki dengan luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 37,530.52 km2 penyebaran penduduk masih tergolong belum merata. Jumlah penduduk yang besar menjadi salah satu modal dasar yang efektif bagi pembangunan bila diikuti dengan kualitas baik. Masalah penduduk sangat berkaitan dengan masalah tenaga kerja. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk akan berpengaruh juga pada tingginya penyediaan tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja yang tinggi tanpa diikuti penyediaan kesempatan tenaga kerja yang cukup, akan menimbulkan dampak yaitu pengangguran. Hasil SAKERNAS 2010 mencatat bahwa penduduk Kalimantan Selatan yang berusia 15 tahun ke atas sebanyak 2,626,733 jiwa. Dari jumlah tersebut sebanyak 69.48% berstatus bekerja, sedangkan pengangguran sebanyak 3.84%. Penduduk yang bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bersekolah, menurus rumah tangga, dan kegiatan lainnya sebanyak 26.69% dari total penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Tabel 9 Penduduk Provinsi Kalimantan Selatan usia 15 tahun keatas yang bekerja

menurut lapangan pekerjaan utama Agustus 2009 - Agustus 2011

Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2009 (%)

Agustus 2010 (%)

Agustus 2011 (%)

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 42 .66 41 .76 41 .45

Industri 6 .69 7 .44 6 .42 Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi 22 .04 22 .28 21 .38

Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan 14 .51 14 .06 15 .03

Lainnya*) 14 .11 14 .45 15 .73 Total 100 .00 100 .00 100 .00 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan 2012.

Tabel 9 memperlihatkan persentase penduduk Provinsi Kalimantan Selatan

usia 15 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama tahun 2009 hingga 2011. Sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan menjadi sektor yang banyak menyerap tenaga kerja. Secara umum dapat dikatakan bahwa sebagian besar penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan memiliki mata pencaharian di ke-5 sektor tersebut, yaitu sebagai petani maupun bekerja sebagai nelayan. Sektor ke-2 yang mendominasi mata pencaharian penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan adalah sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi, yang ke-3 adalah sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan

29

perseorangan, disusul oleh sektor industri, dan untuk sektor lainnya seperti sektor pertambangan, bangunan/konstruksi, angkutan, maupun sektor-sektor lain dikarenakan porsi tenaga kerja yang bekerja pada sektor-sektor tersebut sangatlah kecil, maka digabungkan menjadi sektor lainnya pada tabel.

Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan

Pertumbuhan ekonomi regional merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Perkembangan perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan yang digambarkan dengan Produk Domestik Bruto (PDRB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk periode 2009 sampai dengan 2012 menurut lapangan usaha (sektor perekonomian) disajikan dalam Tabel 10 berikut.

Tabel 10 PDRB Atas Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 Pertanian 11 380 214.21 12 446 620.56 13 696 209.72 14 603 477.66Pertambangan dan Penggalian 11 014 923.94 14 107 440.94 16 659 913.71 18 008 900.38

Industri Pengolahan 5 071 960.70 5 611 080.15 6 270 582.19 6 865 260.06

Listrik, Gas dan Air Bersih 294 423.72 346 672.96 390 928.55 435 473.90

Bangunan 3 182 653.20 3 569 931.02 3 994 602.18 4 553 773.15Perdagangan, Hotel dan Restoran

7 698 123.31 8 999 094.25 10 447 231.32 12 394 973.26

Pengangkutan dan Komunikasi 4 737 672.87 5 319 610.68 5 993 779.78 6 697 260.05

Keuangan, persewaaan dan Jasa Perusahaan

2 623 321.26 3 023 569.36 3 438 297.87 3 923 864.40

Jasa-jasa 5 456 882.49 6 399 046.02 7 295 337.40 8 440 149.69PDRB dengan migas 51 460 175.70 59 823 065.94 68 186 882.70 75 923 132.54

PDRB tanpa migas 50 813 676.09 59 143 774.37 67 481 898.93 75 217 459.21

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan 2013.

Tabel 10 di atas menjelaskan bahwa telah terjadi kenaikan PDRB atas dasar harga berlaku dengan rata-rata sebesar 3.19% dari tahun 2009 hingga tahun 2012 untuk PDRB dengan migas dan 3.21% rata-rata kenaikan PDRB tanpa migas. Sementara itu pada Tabel 11 PDRB Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 atas dasar harga konstan telah meningkat dengan rata-rata sebesar 1.41% untuk nilai PDRB dengan migas dan dari nilai PDRB tanpa migas meningkat sebesar rata-rata 1,44 persen setiap tahunnya. Dari tabel dapat dilihat bahwa sektor yang paling tinggi memberikan kontribusi terhadap PDRB ialah sektor pertanian

30

kemudian disusul oleh sektor pertambangan dan penggalian yang terus menunjukkan tren peningkatan positif dari tahun ke tahunnya. Peningkatan ini merupakan pertumbuhan perekonomian secara riil di mana faktor inflasi/deflasi sudah dihilangkan.

Tabel 11 PDRB Atas Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Provinsi

Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 (Juta Rupiah) Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012

Pertanian 7 087 238 7 259 481.76 7 534 324.55 7 805 272.54 Pertambangan dan Penggalian 6 331 865

6 811 199.68 7 256 241.35 7 447 870.28

Industri Pengolahan 3 157 343 3 247 973.75 3 351 184.86 3 485 904.61 Listrik, Gas dan Air Bersih 144 309

155 552.82 166 337.95 177 866.82

Konstruksi 1 603 457 1 707 343.74 1 838 543.18 2 019 648.46 Perdagangan, Hotel dan Restoran 4 426 975

4 731 901.96 5 129 508.89 5 631 058.69

Pengangkutan dan Komunikasi 2 522 355

2 684 843.70

2 872 516.05

3 075 250.68

Keuangan, Real Estate dan Jasa Persh 1 175 552

1 260 123.08 1 342 551.05 1 452 927.41

Jasa-jasa 2 602 535 2 815 703.36 3 061 388.96 3 322 737.40 PDRB dengan migas 29 051 631 30 674 123.86 32 552 596.84 34 418 536.89 PDRB tanpa migas 28 578 333 30 204 509.76 32 101 102.95 33 986 939.48 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan 2013.

Sektor Pertambangan Batubara di Provinsi Kalimantan Selatan

Batubara merupakan komoditas utama perdagangan di Provinsi Kalimantan Selatan. Oleh karena itu, batubara berperan besar dalam mendorong peningkatan perekonomian. Hal ini ditandai dengan produksi batubara yang pada tahun 2010 mencapai 90 juta ton dan menempati urutan ke-2 dari 5 provinsi penghasil batubara di Indonesia (Tabel 2). Kemudian pada tahun 2011 terjadi peningkatan yang sangat signifikan dalam produksi batubara, yakni mencapai angka lebih dari 141 juta ton (BPS 2012). Namun pada kenyataannya walaupun batubara menjadi komoditas perdagangan utama dan memiliki andil dalam peningkatan kegiatan perekonomian, sektor pertambangan batubara di provinsi ini belum mampu bersaing dengan batubara yang dihasilkan dari negara-negara maju, seperti China maupun Amerika Serikat yang telah berhasil menghasilkan produk olahan batubara dan berada pada tahap innovation driven, di mana unsur teknologi pengembangan pengolahan batubara terus-menerus digali dan diciptakan demi menghasilkan produk olahan batubara yang bernilai jual dan berdayasaing tinggi di pasar internasional. Batubara di Provinsi Kalimantan Selatan masih belum mampu berdayasaing dan industri penambangan batubara di sini masih dalam kondisi factor driven, yakni SDM yang digunakan dalam kegiatan industri penambangan batubara masih tergolong SDM yang berpendidikan rendah, tidak terampil, dan tidak terdidik. Selain itu teknologi yang digunakan pun masih belum maju. Ekspor batubara lebih banyak didorong oleh batubara kualitas rendah

31

(jumlah kalori kurang dari 7,000 kkal/kg dan memiliki kadar air di atas 10%) dan diekspor dalam keadaan mentah, yakni hanya berupa bongkahan batubara tanpa ada pengolahan lebih lanjut sehingga batubara belum mampu berdayasaing.

Selain itu, keberadaan batubara sebagai salah satu energi alternatif belum dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah di Provinsi Kalimantan Selatan. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya daerah-daerah di Provinsi Kalimantan Selatan yang masih belum mendapatkan pasokan listrik padahal keberadaan desa dekat dengan daerah tambang batubara itu sendiri.

Masyarakat tidak mendapatkan dampak positif secara langsung dengan besarnya potensi batubara yang terdapat di wilayah mereka, dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi dirasa hanya bersifat eksklusif bukan merupakan pertumbuhan inklusif, yaitu pertumbuhan ekonomi inklusif pada dasarnya adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat memberikan kontribusi bagi seluruh lapisan masyarakat dan sebagai sarana mencapai kemakmuran bersama. Pertumbuhan ekonomi inklusif juga dapat berarti pertumbuhan ekonomi yang disertai kebijakan publik yang dapat berbuat banyak dalam mengurangi angka pengangguran dan ketimpangan. Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang eksklusif merupakan pertumbuhan ekonomi yang bersifat semu di mana pertumbuhan ekonomi bersumber pada konsumsi dalam negeri maupun modal asing yang masuk ke sektor-sektor extractive seperti pertambangan dan perkebunan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peranan Sektor Pertambangan Batubara terhadap Perekonomian Kalimantan Selatan

Struktur Permintaan Berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010

klasifikasi 50 sektor yang telah diagregasi menjadi 20 sektor menunjukkan total permintaan Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2010, di mana total permintaan merupakan hasil penjumlahan dari permintaan antara dengan permintaan akhir, adalah sebesar Rp148.60 triliun, dengan permintaan antara sebesar Rp49.45 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp99.15 triliun, yang dapat dilihat pada Tabel 12. Dari angka tersebut, sektor yang memiliki nilai permintaan antara paling tinggi adalah sektor angkutan dan komunikasi, yaitu dengan nilai sebesar Rp8.98 triliun atau 18.16% dari total permintaan antara. Posisi ke-2 ditempati oleh sektor bank dan lembaga keuangan lainnya dengan nilai sebesar Rp6.28 triliun atau 12.7% dari total permintaan antara. Sektor industri makanan dan minuman serta tembakau menempati urutan 3 dengan nilai permintaan antara Rp5.59 triliun atau 11.31% dari keseluruhan total permintaan antara.

Dari sisi permintaan akhir, sektor yang memiliki nilai permintaan akhir tertinggi ialah sektor pertambangan batubara, dengan nilai sebesar Rp29.76 triliun atau 30,01% dari keseluruhan nilai permintaan akhir, kemudian diikuti oleh sektor industri makanan dan minuman serta tembakau yang memiliki nilai sebesar Rp16.58 triliun atau 16.72%. Posisi ke-3 ditempati oleh sektor perdagangan,

32

hotel, dan restoran dengan nilai sebesar Rp11.56 triliun atau 11.64% dari total permintaan akhir seluruh sektor.

Tabel 12 Struktur permintaan antara, permintaan akhir, dan jumlah permintaan sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010

Sektor

Permintaan Antara Permintaan Akhir Total Permintaan Total (Juta

Rupiah) %

Total (Juta

Rupiah) % Total (Juta

Rupiah) %

Padi 5 411 344 10.94 173.570 0.18 5 584 914 3.76 Tanaman Bahan Makanan Lainnya

558 325 1.13

1 122 814 1.13 1 681 139 1.13

Tanaman Perkebunan Lainnya

2 607 280 5.27

72 044 0.07 2 679 324 1.80 Perkebunan Kelapa Sawit

3 226 504 6.52

142 417 0.14 3 368 921 2.27

Peternakan dan Hasil-hasilnya

406 786 0.82

1 213 789 1.22 1 620 575 1.09

Perikanan dan Hasil-hasilnya

325 091 0.66 2 995 446 3.02 3 320 537 2.23

Pertambangan Minyak Bumi

76 533 0.15 587 517 0.59 664 050 0.45

Pertambangan Batubara

1 738 338 3.51

29 763 070 30.02 31 501 408 21.20

Pertambangan Non Migas Lainnya

269 925

0.55

725 729

0.73

995 654 0.67 Penggalian 835 437 1.69 64 559 0.07 899 996 0.61 Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau 5 596 236 11.32 16 581 918 16.72 22 178 154 14.92 Industri Pengolahan Lainnya 2 983 420 6.03 7 068 190 7.13 10 051 610 6.76 Industri Kimia 256 292 0.52 136 916 0.14 393 208 0.26 Listrik dan Air Minum 1 052 874 2.13 1 041 256 1.05 2 094 130 1.41 Bangunan/ Konstruksi 1 863 735 3.77 9 644 755 9.73 11 508 490 7.74 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5 489 547 11.10 11 546 148 11.64 17 035 695 11.46 Angkutan dan Komunikasi 8 983 459 18.16 8 145 181 8.21 17 128 640 11.53 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 6 281 355 12.70 56 261 0.06 6 337 616 4.26 Jasa-jasa Lainnya 1 100 448 2.23 7 658 544 7.72 8 758 992 5.89

Total 49 456 439 100.00 99 151 330 100.00148 607

769 100.00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

33

Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa sektor pertambangan batubara memiliki nilai permintaan antara sebesar Rp1.73 triliun atau 3.51% dari total permintaan antara. Sektor pertambangan batubara menempati urutan ke-10 dari keseluruhan sektor terhadap permintaan antara sedangkan untuk permintaan akhir, sektor pertambangan menempati posisi 1, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini memperlihatkan nilai permintaan akhir pada sektor pertambangan batubara lebih besar dibandingkan dengan nilai permintaan antaranya, yang mengindikasikan bahwa batubara digunakan untuk konsumsi langsung bukan sebagai input pada sektor lain dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Pemerintah

Pada Tabel Input-Ouput Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010, jumlah konsumsi rumah tangga sektor-sektor perekonomian di tahun tersebut adalah sebesar Rp22.96 triliun. Konsumsi rumah tangga yang menempati urutan teratas adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan nilai konsumsi sebesar Rp6.06 triliun atau 26.40% dari keseluruhan nilai konsumsi rumah tangga. Sementara itu untuk sektor yang menempati urutan ke-2 ialah sektor industri makanan dan minuman serta tembakau dengan nilai Rp5.06 triliun atau 22.04%, kemudian diikuti oleh sektor angkutan dan komunikasi dengan nilai konsumsi sebesar Rp3.97 triliun atau 17.29% dari total konsumsi rumah tangga (Tabel 13).

Tabel 13 Struktur konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah terhadap

perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010

Sektor Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah

Total (Juta Rupiah) % Total

(Juta Rupiah) %

Padi 0 0.00 0 0.00Tanaman Bahan Makanan Lainnya 854 409 3.72 0 0.00Tanaman Perkebunan Lainnya 66 147 0.29 0 0.00Perkebunan Kelapa Sawit 0 0.00 0 0.00Peternakan dan Hasil 1 137 094 4.95 0 0.00Perikanan dan Hasil-hasilnya 2 432 615 10.59 0 0.00Pertambangan Minyak Bumi 67 0.00 0 0.00Pertambangan Batubara 0 0.00 0 0.00Pertambangan Non Migas Lainnya 0 0.00 0 0.00Penggalian 21 425 0.09 0 0.00Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau 5 061 823 22.04 230 518 2.62Industri Pengolahan Lainnya 1 352 937 5.89 119 601 1.36Industri Kimia 78 048 0.34 41 532 0.47Listrik dan Air Minum 871 650 3.79 132 975 1.51Bangunan/Konstruksi 0 0.00 22 116 0.25Perdagangan, Hotel dan Restoran 6 063 134 26.40 449 376 5.10

34

Sektor Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah

Total (Juta Rupiah) % Total

(Juta Rupiah) %

Angkutan dan Komunikasi 3 971 014 17.29 1 118 209 12.69 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 31 456 0.14 4 423 0.05 Jasa-jasa Lainnya 939 812 4.09 6 690 975 75.95 Total 22 968 507 100.00 8 809 725 100.00

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

Berdasarkan Tabel 13 di atas yang menunjukkan bahwa total konsumsi pemerintah adalah sebesar Rp8.80 triliun dengan sektor jasa-jasa lainnya menyumbang kontribusi tertinggi yaitu dengan nilai Rp6.69 triliun atau 75.95% dari keseluruhan nilai konsumsi pemerintah. Sementara itu sektor yang menempati peringkat ke-2 ialah sektor angkutan dan komunikasi mempunyai nilai sebesar Rp1.11 triliun atau 12.69% dan diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang memiliki nilai sebesar Rp449.37 miliar atau 5.10% dari total konsumsi pemerintah. Sektor pertambangan batubara sendiri tidak menunjukkan kontribusi dalam konsumsi rumah tangga maupun pemerintah. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 13 yang memperlihatkan nilai untuk kedua konsumsi baik untuk rumah tangga maupun pemerintah bernilai nol. Struktur Investasi

Jumlah investasi merupakan penjumlahan antara pembentukan modal tetap dengan perubahan stok. Dilihat dari Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010, nilai struktur investasinya adalah sebesar Rp12.21 triliun dengan nilai pembentukan modal tetapnya Rp10.22 triliun dan nilai perubahan stoknya sebesar Rp1.98 triliun.

Tabel 14 Struktur investasi sektor-sektor perekonomian Provinsi

Kalimantan Selatan tahun 2010

Sektor Pembentukan Modal Tetap (Juta Rupiah)

Perubahan Stok

(Juta Rupiah)

Investasi Total (Juta

Rupiah) %

Padi 0 88 630 88 630 0.73 Tanaman Bahan Makanan Lainnya 0 13 862 13 862 0.11 Tanaman Perkebunan Lainnya 16 984 -46 023 -29 039 -0.24 Perkebunan Kelapa Sawit 51 718 90 699 142 417 1.17 Peternakan dan Hasil-hasilnya 5 199 23 251 28 450 0.23 Kehutanan dan Hasil-hasilnya 0 44 445 44 445 0.36 Perikanan dan Hasil-hasilnya 0 0 0 0.00 Pertambangan Minyak Bumi 0 0 0 0.00 Pertambangan Batubara 0 1 222 1 222 0.01 Pertambangan Non Migas Lainnya 0 -34 109 -34 109 -0.28 Penggalian 0 0 0 0.00 Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau

0 985 340 985 340 8.07

35

Sektor Pembentukan Modal Tetap (Juta Rupiah)

Perubahan Stok

(Juta Rupiah)

Investasi Total (Juta

Rupiah) Persen

Industri Pengolahan Lainnya 39 694 522 808 562 502 4.61Industri Kimia 0 31 31 0.00Listrik dan Air Minum 0 2 211 2 211 0.02

Bangunan/Konstruksi 9 622 639 09 622

639 78.81Perdagangan, Hotel dan Restoran 295 720 184 083 479 803 3.93Angkutan dan Komunikasi 173 696 108 124 281 820 2.31Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 20 382 0 20 382 0.17Jasa-jasa Lainnya 0 0 0 0.00Total

10 226 032 1 984 57412 210

606 100.00Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa struktur investasi Provinsi Kalimantan Selatan terpusat pada sektor bangunan/konstruksi dengan nilai investasi sebesar Rp9.62 triliun atau sekitar 78.81% dari total nilai investasi seluruh sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Peringkat ke-2 ditempati oleh sektor industri makanan dan minuman serta tembakau dengan nilai investasi sebesar Rp985.34 miliar atau 8.07% yang kemudian disusul oleh sektor industri pengolahan lainnya dengan nilai Rp562.50 miliar atau sebesar 4.61% dari total keseluruhan nilai investasi. Sementara itu untuk sektor pertambangan batubara sendiri memiliki nilai investasi yang relatif rendah yaitu sebesar Rp1.22 miliar atau dapat dikatakan hanya mampu menyumbang/berkontribusi sebesar 0.01% dari total nilai investasi seluruh sektor yang ada dengan nilai nol pada pembentukan modal tetap. Hal ini menjelaskan bahwa sektor pertambangan batubara tidak memiliki kontribusi di dalam modal tetap bruto. Struktur Ekspor dan Impor

Jumlah ekspor bersih (ekspor dikurangi impor) Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 adalah sebesar Rp55.16 triliun. Berdasarkan pada Tabel 15 di bawah ini dapat dilihat bahwa telah terjadi surplus perdagangan di dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan dikarenakan nilai ekspor bersih yang menunjukkan angka positif. Tabel 15 menunjukkan bahwa sektor pertambangan batubara merupakan sektor yang paling tinggi berkontribusi di dalam kegiatan perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan, khususnya untuk ekspor, dengan nilai Rp25.30 triliun atau berkontribusi sekitar 71.62% dari keseluruhan nilai ekspor bersih di dalam perekonomian. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertambangan batubara termasuk sektor yang potensial pada perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan, di mana sebagian besar para importir luar negeri yang mengimpor batubara ini merupakan negara-negara maju seperti China dan Jepang di mana kedua negara itu menggunakan batubara sebagai sumber energi alternatif di negaranya dan output dari sektor ini seluruhnya diekspor dalam bentuk bahan mentah (raw materials).

36

Tabel 15 Struktur nilai dan persentase ekspor bersih Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010

Sektor Ekspor (Juta

Rupiah)

Impor (Juta

Rupiah)

Nilai Ekspor Bersih

(Juta Rupiah) %

Padi 84 940 435 240 -350 300 -0.99 Tanaman Bahan Makanan Lainnya 254 543 96 493 158 050 0.45 Tanaman Perkebunan Lainnya 34 936 269 236 -234 300 -0.66 Perkebunan Kelapa Sawit 0 360 565 -360 565 -1.02 Peternakan dan Hasil-hasilnya 48 245 208 130 -159 885 -0.45 Kehutanan dan Hasil-hasilnya 279885 47 039 232 846 0.66 Perikanan dan Hasil-hasilnya 562 831 212 450 350 381 0.99 Pertambangan Minyak Bumi 587 450 1 471 585 979 1.66 Pertambangan Batubara 29 761 848 4 457 493 25 304 355 71.62 Pertambangan Non Migas Lainnya 759 838 68 290 691 548 1.96 Penggalian 43 134 61 699 -18 565 -0.05 Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau 10 304 237 1 101 738 9 202 499 26.05 Industri Pengolahan Lainnya 5 033 150 1 901 245 3 131 905 8.86 Industri Kimia 17 305 107 191 -89 886 -0.25 Listrik dan Air Minum 34 420 612 533 -578 113 -1.64 Bangunan/Konstruksi 0 2 505 062 -2 505 062 -7.09 Perdagangan, Hotel dan Restoran 4 553 835 1 308 008 3 245 827 9.19 Angkutan dan Komunikasi 2 774 138 5 362 925 -2 588 787 -7.33 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 0 320 462 -320 462 -0.91 Jasa-jasa Lainnya 27 757 395 761 -368 004 -1.04 Total 55 162 492 19 833 031 35 329 461 100.00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

Sektor ke-2 yang menyumbang kontribusi tertinggi lainnya yaitu sektor industri makanan dan minuman serta tembakau dengan nilai ekspor bersih sebesar Rp 9.20 triliun atau 26.05%, lalu disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang memiliki nilai Rp3.24 triliun atau sekitar 9.19% terhadap keseluruhan nilai ekspor bersih di dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Struktur Nilai Tambah Bruto (NTB)

Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah input primer yang merupakan bagian dari input secara keseluruhan. Sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam penyusunan Tabel Input-Output, maka hubungan antara NTB dengan output bersifat linier. Artinya kenaikan atau penurunan output akan diikuti secara proporsional oleh kenaikan dan penurunan NTB. Komponen input primer yang menyusun NTB diantaranya adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung.

37

Tabel 16 Struktur nilai tambah bruto Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010

Sektor Upah dan Gaji (Juta Rupiah)

Surplus Usaha (Juta

Rupiah)

Rasio (W/S)

Penyu-sutan (Juta

Rupiah)

Pajak Tak Langsung

Netto (Juta

Rupian)

Nilai Tambah Bruto (NTB)

NTB (Juta

Rupiah)

NTB (%)

Padi 767 066 3 253 711 0.24 78 239 63 399 4 162 415 5.25 Tanaman Bahan Makanan Lainnya 247 596 1 160 583 0.21 7 420 17 925 1 433 524 1.81 Tanaman Perkebunan Lainnya 791 241 1 003 979 0.79 86 153 27 709 1 909 082 2.41 Perkebunan Kelapa Sawit 639 537 1 407 783 0.45 127 132 34 593 2 209 045 2.78 Peternakan dan Hasil-hasilnya 407 702 613 911 0.66 37 384 20 674 1 079 671 1.36 Kehutanan dan Hasil-hasilnya 150 426 475 578 0.32 27 123 23 495 676 622 0.85 Perikanan dan Hasil-hasilnya 486 349 2 153 247 0.23 65 486 41 652 2 746 734 3.46 Pertambangan Minyak Bumi 58 246 481 166 0.12 20 950 24 132 584 494 0.74 Pertambangan Batubara 3 842 036 12 439 819 0.31 1 533 395 1 076 208 18 891 458 23.81 Pertambangan Non Migas Lainnya 93 392 605 278 0.15 47 424 38 673 784 767 0.99 Penggalian 260 575 367 727 0.71 73 672 26 988 728 962 0.92 Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau 1 590 801 3 060 415 0.52 360 405 186 217 5 197 838 6.55 Industri Pengolahan Lainnya 1 052 279 2 300 334 0.46 360 908 128 471 3 841 992 4.84 Industri Kimia 50 406 74 255 0.68 21 628 8 711 155 000 0.00 Listrik dan Air Minum 177 438 319 749 0.55 188 143 36 468 721 798 0.91 Bangunan/Konstruksi 1 577 038 2 108 500 0.75 431 492 158 480 4 275 510 5.39 Perdagangan, Hotel dan Restoran 3 072 386 6 196 340 0.50 853 630 401 173 10 523 529 13.27 Angkutan dan Komunikasi 2 465 923 2 414 516 1.02 2 181 692 151 756 7 213 887 9.09 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 985 987 3 020 999 0.33 306 271 90 966 4 404 223 5.55 Jasa-jasa Lainnya 6 841 925 340 003 20.12 583 021 23 798 7 788 747 9.82

Total 25 558 349 43 797 893 29.12 7 391 568 2 581 488 79 329 298 100.0

0 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

Dapat dilihat pada Tabel 16 yang menunjukkan bahwa pada perekonomian

Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010, total NTB yang dihasilkan dalam perekonomian adalah sebesar Rp79.32 triliun dengan nilai upah dan gaji sebesar Rp25.55 triliun, surplus usaha Rp43.79 triliun, nilai penyusutan Rp7.39 triliun dengan nilai upah dan gaji sebesar Rp25.55 triliun, surplus usaha Rp43.79 triliun, nilai penyusutan Rp7.39 triliun, dan pajak tak langsung netto sebesar Rp2.58 triliun. Kontribusi terbesar NTB disumbang oleh sektor pertambangan batubara di mana nilai NTB-nya sebesar Rp18.89 triliun atau sebesar 23.81%.

Sektor penyusun upah dan gaji tertinggi ialah sektor jasa-jasa lainnya, dengan nilai sebesar Rp6.84 triliun, ke-2 adalah sektor pertambangan batubara sebesar Rp3.84 triliun, dan ke-3 adalah sektor hotel, perdagangan, dan restoran

38

yakni sebesar Rp3.07 triliun. Sementara itu untuk surplus usaha, sektor yang paling tinggi memberikan kontribusinya ialah sektor pertambangan batubara dengan nilai Rp12.43 triliun diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar Rp6.19 triliun dan ke-3 ditempati oleh sektor padi sebesar Rp3,25 triliun.

Pada Tabel 16 di atas ini juga ditunjukkan adanya rasio upah gaji dan surplus usaha yang dapat digunakan untuk mengukur keseimbangan distribusi pendapatan antara pemilik modal dan tenaga kerja. Jika distribusi pendapatan suatu sektor bernilai satu, hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadi keseimbangan dalam pendistribusian pendapatan pada suatu sektor perekonomian. Pada perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 hampir seluruh sektor memiliki nilai rasio upah dan gaji dengan surplus usaha kurang dari satu, termasuk sektor pertambangan batubara yang memiliki rasio sebesar 0.31 yang berarti bahwa terjadi ketidakseimbangan antara upah dan gaji yang diterima pekerja lebih rendah dibandingkan dengan surplus usaha yang diterima oleh pemilik modal dan hal ini dapat terjadi akibat faktor produksi yang digunakan pada sektor tersebut merupakan padat karya.

Sementara itu Tabel 16 di atas juga menunjukkan sektor yang memberikan nilai penyusutan (pengurangan dari nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi) tertinggi dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 adalah sektor angkutan dan komunikasi dengan nilai Rp2.18 triliun dan untuk sektor pertambangan batubara sendiri menempati urutan ke-2 tertinggi di mana nilai penyusutannya sebesar Rp1.53 triliun yang diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan nilai penyusutan sebesar Rp853.63 miliar.

Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung yang dibayar pemilik modal dengan subsidi yang diberikan pemerintah pada sektor tersebut. Pajak tak langsung netto yang terdapat di dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 terbesar datang dari sektor pertambangan batubara dengan nilai pajak tak langsung bersihnya sebesar Rp1.07 triliun diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran Rp401.17 miliar dan sektor ke-3 adalah sektor industri makanan dan minuman serta tembakau sebesar Rp186.21 miliar. Struktur Output Sektoral

Output dalam pengertian Tabel Input-Output domestik adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi di wilayah dalam negeri (domestik) tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya. Pelaku dapat berupa perusahaan atau perseorangan dari dalam negeri perusahaan atau perorangan asing. Dari Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 dapat diketahui besarnya output yang diciptakan oleh masing-masing sektor.

Tabel 17 di bawah ini menunjukkan struktur output di masing-masing sektor perekonomian. Jumlah seluruh output sektor di perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan ini adalah sebesar Rp148.60 triliun. Sektor yang memiliki nilai output sektoral tertinggi adalah sektor pertambangan batubara dengan nilai Rp31.50 triliun atau sekitar 21,20% dari total output seluruh sektor.

Sektor kedua yang mempunyai nilai output terbesar adalah sektor industri makanan dan minuman serta tembakau diikuti dengan sektor angkutan dan komunikasi dengan nilai masing-masing sebesar Rp22.17 triliun dan Rp17.12

39

triliun. Hal ini berarti ke-3 sektor tersebut mampu menghasilkan output dalam jumlah yang besar.

Tabel 17 Struktur pembentukkan output terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010

Sektor Nilai Output Sektoral (Juta Rupiah) %

Padi 5 584 914 3.76Tanaman Bahan Makanan Lainnya 1 681 139 1.13Tanaman Perkebunan Lainnya 2 679 324 1.80Perkebunan Kelapa Sawit 3 368 921 2.27Peternakan dan Hasil-hasilnya 1 620 575 1.09Kehutanan dan Hasil-hasilnya 804 716 0.54Perikanan dan Hasil-hasilnya 3 320 537 2.23Pertambangan Minyak Bumi 664 050 0.45Pertambangan Batubara 31 501 408 21.20Pertambangan Non Migas Lainnya 995 654 0.67Penggalian 899 996 0.61Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau 22 178 154 14.92Industri Pengolahan Lainnya 10 051 610 6.76Industri Kimia 393 208 0.26Listrik dan Air Minum 2 094 130 1.41Bangunan/Konstruksi 11 508 490 7.74Perdagangan, Hotel dan Restoran 17 035 695 11.46Angkutan dan Komunikasi 17 128 640 11.53Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 6 337 616 4.26Jasa-jasa Lainnya 8 758 992 5.89Total 148 607 769 100.00Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

Analisis Keterkaitan

Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antara satu sektor dengan sektor yang lainnya. Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi backward linkage yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar industri/sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan forward linkage yang menunjukkan hubungan keterkaitan antarindustri/sektor dalam penjualan terhadap total output yang dihasilkannya. Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage)

Keterkaitan ke depan dibagi menjadi dua kategori. Pertama keterkaitan langsung ke depan yang menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Nilai keterkaitan langsung ke depan memiliki pengertian bahwa jika terdapat peningkatan akhir sebesar satu satuan, maka output

40

suatu sektor tersebut dan sektor-sektor lainnya juga akan meningkat sebesar nilai keterkaitannya. Kedua adalah keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, di mana keterkaitan jenis ini menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan bahwa suatu sektor memiliki keterkaitan langsung maupun tidak langsung ke depan terhadap sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri. Besarnya nilai keterkaitan langsung ke depan diperoleh dari koefisien teknis, sedangkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan diperoleh dari matriks kebalikan Leontief terbuka.

Tabel 18 memperlihatkan analisis keterkaitan output langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan pada perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010. Dilihat dari keterkaitan output langsung ke depan, sektor yang memiliki nilai keterkaitan terbesar adalah sektor angkutan dan komunikasi, yaitu sebesar 0.71625 dan untuk keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan yang memiliki nilai tertinggi yaitu sektor bank dan lembaga keuangan lainnya dengan nilai sebesar 2.04822. Tabel 18 Keterkaitan output langsung serta langsung dan tidak langsung ke depan

sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010

Sektor Keterkaitan ke Depan

Langsung Langsung dan Tidak Langsung

Padi 0.29682 1.45392 Tanaman Bahan Makanan Lainnya 0.06102 1.07941 Tanaman Perkebunan Lainnya 0.34015 1.47578 Perkebunan Kelapa Sawit 0.17273 1.25774 Peternakan dan Hasil-hasilnya 0.03767 1.05522 Kehutanan dan Hasil-hasilnya 0.04696 1.06160 Perikanan dan Hasil-hasilnya 0.03656 1.04963 Pertambangan Minyak Bumi 0.11528 1.13030 Pertambangan Batubara 0.14223 1.17897 Pertambangan Non Migas Lainnya 0.19414 1.22746 Penggalian 0.07453 1.10148 Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau 0.39739

1.55777

Industri Pengolahan Lainnya 0.27262 1.38494 Industri Kimia 0.07116 1.08848 Listrik dan Air Minum 0.20733 1.28461 Bangunan/Konstruksi 0.25989 1.35800 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.62219 1.86329 Angkutan dan Komunikasi 0.71625 2.04508 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 0.67575 2.04822 Jasa-jasa Lainnya 0.15140 1.22554 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

Sektor pertambangan batubara memiliki nilai keterkaitan output langsung ke

depan sebesar 0.14223 yang berarti jika terjadi peningkatan pada permintaan akhir sebesar Rp1 juta, maka output sektor pertambangan batubara yang dijual atau dialokasikan secara langsung pada sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri akan

41

meningkat sebesar Rp0.14223 juta. Sementara itu untuk nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan sektor pertambangan batubara adalah sebesar 1.17897. Nilai keterkaitan output langsung maupun tidak langsung ke depan dari sektor tersebut berarti bahwa jika terjadi peningkatan akhir sebesar Rp1 juta, maka output sektor pertambangan batubara yang dijual atau dialokasikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri akan meningkat sebesar Rp1.17897 juta.

Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage)

Sama seperti keterkaitan ke depan, pada keterkaitan ke belakang pun dibagi menjadi dua kategori, yaitu keterkaitan langsung ke belakang dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang. Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Besarnya nilai keterkaitan ke belakang menunjukkan seberapa besar nilai input yang dibutuhkan oleh suatu sektor baik dari sektor lain maupun sektor itu sendiri jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan.

Tabel 19 Keterkaitan output langsung serta langsung dan tidak langsung ke

belakang sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010

Sektor Keterkaitan ke Belakang

Langsung Langsung dan Tidak Langsung

Padi 0.17945 1.23508Tanaman Bahan Makanan Lainnya 0.08989 1.11826Tanaman Perkebunan Lainnya 0.18698 1.25022Perkebunan Kelapa Sawit 0.23726 1.32654Peternakan dan Hasil-hasilnya 0.20536 1.35753Kehutanan dan Hasil-hasilnya 0.10073 1.14124Perikanan dan Hasil-hasilnya 0.10862 1.16740Pertambangan Minyak Bumi 0.11734 1.13345Pertambangan Batubara 0.25879 1.36023Pertambangan Non Migas Lainnya 0.14321 1.18457Penggalian 0.12148 1.17166Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau 0.71582 2.08818Industri Pengolahan Lainnya 0.42867 1.57841Industri Kimia 0.33322 1.45123Listrik dan Air Minum 0.36282 1.51726Bangunan/Konstruksi 0.41081 1.58319Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.30548 1.44566Angkutan dan Komunikasi 0.26574 1.37166Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 0.25450 1.34965Jasa-jasa Lainnya 0.06590 1.09604Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

42

Tabel 19 menunjukkan bahwa di antara sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan, sektor yang paling tinggi nilai keterkaitan langsung ke belakang adalah sektor industri makanan dan minuman serta tembakau dengan nilai sebesar 0.71582 dan untuk keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang juga sektor industri makanan dan minuman serta tembakau dengan nilai keterkaitannya sebesar 2.08818.

Berdasarkan Tabel 19 di atas juga dapat kita lihat bahwa sektor pertambangan batubara memiliki nilai keterkaitan langsung ke belakang sebesar 0.25879, yang artinya jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp1 juta, maka sektor pertambangan batubara akan secara langsung meningkatkan permintaan inputnya terhadap sektor lainnya termasuk sektor pertambangan batubara itu sendiri sebesar Rp0.25879 juta. Sedangkan untuk nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor pertambangan batubara memiliki nilai sebesar 1.36023 yang artinya apabila terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar Rp1 juta, maka sektor pertambangan batubara akan meningkatkan terhadap permintaan inputnya maupun terhadap sektor lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung sebesar Rp1.36023 juta.

Jika dilihat secara keseluruhan untuk sektor pertambangan batubara, nilai keterkaitan langsung ke belakang lebih besar dibandingkan dengan nilai keterkaitan langsung ke depannya. Hal itu menunjukkan bahwa sektor pertambangan batubara lebih banyak berperan sebagai sektor yang membutuhkan input dari sektor lain daripada outputnya dibutuhkan oleh sektor yang lainnya. Output sektor pertambangan batubara ini cenderung dijadikan sebagai permintaan akhir atau dengan kata lain output sektor pertambangan batubara ini dikonsumsi langsung.

Nilai keterkaitan ke belakang suatu sektor yang semakin besar memiliki pengertian yaitu sektor tersebut masih bergantung pada output yang dihasilkan oleh sektor-sektor lainnya di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, sementara itu, apabila nilai keterkaitan ke belakang suatu sektor yang semakin mengecil memperlihatkan ketergantungan terhadap output yang berasal dari luar wilayah Provinsi Kalimantan Selatan yang besar.

Analisis Penyebaran

Analisis penyebaran digunakan untuk mengetahui sektor-sektor mana saja yang mempunyai kemampuan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor hulu dan hilirnya melalui mekanisme transaksi pasar output dan input dan dianalisis berdasarkan kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran Kepekaan Penyebaran

Kepekaan penyebaran atau daya penyebaran ke depan/mendorong digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini.

Tabel 20 di bawah ini menunjukkan bahwa kepekaan penyebaran sektor terbesar ialah sektor tanaman perkebunan lainnya, yaitu sebesar 2.02843 yang

43

disusul dengan sektor perkebunan kelapa sawit, dan sektor padi dengan masing-masing nilai 2.01099 dan 1.96335. Sektor-sektor lain yang memiliki nilai kepekaan penyebaran yang lebih dari satu menandakan bahwa sektor-sektor tersebut memiliki kemampuan yang besar dalam memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Tabel 20 Kepekaan penyebaran sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010

Sektor Kepekaan Penyebaran Padi 1.96335Tanaman Bahan Makanan Lainnya 0.66063Tanaman Perkebunan Lainnya 2.02843Perkebunan Kelapa Sawit 2.01099Peternakan dan Hasil-hasilnya 0.53999Kehutanan dan Hasil-hasilnya 0.97381Perikanan dan Hasil-hasilnya 0.19617Pertambangan Minyak Bumi 0.21664Pertambangan Batubara 0.12052Pertambangan Non Migas Lainnya 0.54576Penggalian 1.86863Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau 0.49810Industri Pengolahan Lainnya 0.68627Industri Kimia 1.68007Listrik dan Air Minum 1.33246Bangunan/Konstruksi 0.38813Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.65445Angkutan dan Komunikasi 1.43163Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 1.95735Jasa-jasa Lainnya 0.24663Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

Berdasarkan tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa sektor pertambangan batubara memiliki nilai kepekaan penyebaran sebesar 0.12052 (kurang dari 1). Nilai tersebut menunjukkan bahwa sektor pertambangan batubara masih kurang mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya atau dengan kata lain produk cenderung digunakan sebagai konsumsi langsung dan kurang memiliki keterkaitan ke depan yang kuat terhadap semua sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Koefisien Penyebaran

Koefisien penyebaran atau daya penyebaran ke belakang/daya menarik digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat dari mekanisme pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya.

Berdasarkan Tabel 21 yang menunjukkan nilai koefisien penyebaran dari masing-masing sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa sektor yang memiliki nilai koefisien penyebaran tertinggi

44

adalah sektor industri makanan dan minuman serta tembakau dengan nilai 2.61629, disusul oleh sektor industri pengolahan lainnya lalu sektor bangunan/konstruksi dengan masing-masing nilai 1.83620 dan 1.82391. Sementara itu untuk sektor pertambangan batubara sendiri nilai koefisien penyebarannya adalah sebesar 1.04703. Nilai koefisen penyebaran yang lebih dari 1 mengandung pengertian bahwa sektor yang bersangkutan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk membangun industri hulunya secara keseluruhan atau dengan kata lain keterkaitan dengan industri hulunya besar.

Selain itu, pada tabel juga dapat dilihat sektor yang memiliki nilai koefisien penyebaran kurang dari 1. Sektor yang memiliki nilai koefisien kurang dari 1 diantaranya adalah sektor jasa-jasa lainnya yang memiliki nilai koefisien penyebaran terkecil yaitu sebesar 0.23975. Hal ini berarti sektor tersebut kurang mampu untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya.

Tabel 21 Koefisien penyebaran sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010

Sektor Koefisien Penyebaran Padi 0.67578 Tanaman Bahan Makanan Lainnya 0.33124 Tanaman Perkebunan Lainnya 0.72202 Perkebunan Kelapa Sawit 0.92284 Peternakan dan Hasil-hasilnya 0.81839 Kehutanan dan Hasil-hasilnya 0.37160 Perikanan dan Hasil-hasilnya 0.40307 Pertambangan Minyak Bumi 0.40849 Pertambangan Batubara 1.04703 Pertambangan Non Migas Lainnya 0.53407 Penggalian 0.45300 Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau

2.61629

Industri Pengolahan Lainnya 1.83620 Industri Kimia 1.59111 Listrik dan Air Minum 1.78118 Bangunan/Konstruksi 1.82391 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.14928 Angkutan dan Komunikasi 1.34372 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 0.93103 Jasa-jasa Lainnya 0.23975 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

Analisis Multiplier

Ada dua jenis tipe multiplier, yaitu multiplier tipe I dan multiplier tipe II. Multiplier tipe I diperoleh dengan menjumlahkan efek awal, efek putaran pertama, dan efek dukungan industri untuk setiap satu satuan efek awal, sedangkan untuk multiplier tipe II diperoleh dengan menjumlahkan semua tahap dalam proses mekanisme multiplier tipe I ditambah dengan efek induksi konsumsi. Analisis

45

multiplier ini digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi terhadap variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan dalam variabel-variabel eksogen, seperti variabel permintaan akhir pada analisis Input-Output sisi permintaan dan variabel input primer pada analisis Input-Output sisi penawaran. Terdapat dua jenis analisis multiplier yaitu multiplier output dan multiplier pendapatan. Multiplier Output

Berdasarkan Tabel 22 yang menunjukkan hasil analisis multiplier output sektor-sektor perekonomian di Provinsi Kalimantan Selatan, sektor pertambangan batubara memiliki nilai multiplier output tipe I sebesar 1.46729. Hal ini menunjukkan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap sektor pertambangan batubara sebesar Rp1 juta maka output di seluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar Rp1.46729 juta. Nilai multiplier tipe I selalu lebih kecil dibandingkan dengan nilai multiplier tipe II. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada multiplier tipe II memperhitungkan efek konsumsi masyarakat, artinya komponen tersebut masuk ke dalam variabel endogen. Dilihat dari tabel di bawah ini nilai multiplier tipe II pada sektor pertambangan batubara adalah sebesar 2.02812 yang berarti jika terjadi peningkatan pengeluaran rumah tangga yang bekerja di sektor pertambangan batubara sebesar Rp1 juta, maka akan meningkatkan output di semua sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan sebesar Rp2.02812 juta.

Tabel 22 Multiplier output sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010

Sektor Multiplier Output Tipe I Tipe II

Padi 1.26965 1.76201Tanaman Bahan Makanan Lainnya 1.13462 1.57145Tanaman Perkebunan Lainnya 1.29831 2.26121Perkebunan Kelapa Sawit 1.39285 2.12042Peternakan dan Hasil-hasilnya 1.43809 2.28804Kehutanan dan Hasil-hasilnya 1.16586 1.72947Perikanan dan Hasil-hasilnya 1.19117 1.63813Pertambangan Minyak Bumi 1.13400 1.37169Pertambangan Batubara 1.46729 2.02812Pertambangan Non Migas Lainnya 1.20996 1.55050Penggalian 1.20185 2.05442Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau 2.20156 2.86305Industri Pengolahan Lainnya 1.77136 2.49643Industri Kimia 1.66787 2.38662Listrik dan Air Minum 1.82314 2.42601Bangunan/Konstruksi 1.81081 2.61641Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.52337 2.22710Angkutan dan Komunikasi 1.60031 2.42290Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 1.39429 1.99069Jasa-jasa Lainnya 1.10915 3.10652Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

46

Multiplier Pendapatan Tabel 23 menunjukkan nilai multiplier pendapatan sektor-sektor

perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010. Sektor pertambangan batubara memiliki nilai multiplier pendapatan tipe I sebesar 1.66217. Nilai tersebut menjelaskan bahwa apabila terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor pertambangan batubara sebesar Rp1 juta, maka akan meningkatkan pendapatan di semua sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan sebesar Rp1.66217 juta. Sedangkan untuk nilai multiplier pendapatan tipe II pada sektor pertambangan batubara adalah sebesar 2.40814. Artinya apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp1 juta pada sektor tersebut, maka pendapatan rumah tangga pada sektor tersebut yang dibelanjakan ke semua sektor perekonomian lainnya akan meningkat sebesar Rp2.40814 juta, di mana rumah tangga dimasukkan sebagai variabel endogen dalam model.

Tabel 23 Multiplier pendapatan sektor-sektor perekonomian Provinsi

Kalimantan Selatan tahun 2010

Sektor Multiplier Pendapatan Tipe I Tipe II

Padi 1.39666 2.02346 Tanaman Bahan Makanan Lainnya 1.17717 1.70547 Tanaman Perkebunan Lainnya 1.23492 1.78914 Perkebunan Kelapa Sawit 1.44103 2.08774 Peternakan dan Hasil-hasilnya 1.23984 1.79626 Kehutanan dan Hasil-hasilnya 1.19530 1.73174 Perikanan dan Hasil-hasilnya 1.20236 1.74197 Pertambangan Minyak Bumi 1.13813 1.64891 Pertambangan Batubara 1.66217 2.40814 Pertambangan Non Migas Lainnya 1.42377 2.06274 Penggalian 1.15484 1.67312 Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau

3.68828 5.34353

Industri Pengolahan Lainnya 2.36487 3.42620 Industri Kimia 1.71729 2.48799 Listrik dan Air Minum 2.11953 3.07076 Bangunan/Konstruksi 1.93651 2.80559 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.51681 2.19754 Angkutan dan Komunikasi 1.65254 2.39419 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 1.53247 2.22022 Jasa-jasa Lainnya 1.02836 1.48987 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah). Analisis Penetapan Sektor Kunci

Suatu sektor yang merupakan sektor pemimpin atau sektor kunci dalam pembangunan ekonomi suatu daerah merupakan sektor-sektor yang paling aktif berperan sebagai motor penggerak dalam pembangunan daerah secara berkesinambungan (suistainability) (Daryanto dan Hafizrianda, 2010). Berdasarkan nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan multiplier yang telah didapatkan, yaitu nilai multiplier output dan multiplier pendapatan dapat

47

ditentukan sektor kunci dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Penetapan sektor kunci ini dilihat dari masing-masing nilai PDRB dan total nilai multiplier output atau total nilai multiplier pendapatan setiap sektor yang dibandingkan dengan rata-rata multiplier output atau rata-rata multiplier pendapatan dan rata-rata nilai PDRB-nya. Pada penelitian ini, hanya dilihat dari satu nilai multiplier, yakni nilai multiplier pendapatan dikarenakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara total nilai multiplier output dengan total nilai multiplier pendaparannya sehingga dapat dipilih/digunakan salah satunya saja. Penetapan ini juga dapat dijadikan acuan untuk pengembangan perekonomian di Provinsi Kalimantan Selatan.

Tabel 24 Pembagian sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan

Lapangan Usaha Sektor Hasil Agregasi Tabel IO Klasifikasi 50 Sektor

Nilai PDRB ADHB

(Juta Rupiah) Pertanian Padi, Tanaman Bahan Makanan Lainnya,

Tanaman Perkebunan Lainnya, Perkebunan Kelapa Sawit, Peternakan dan Hasil-hasilnya, Kehutanan dan Hasil-hasilnya, Perikanan dan Hasil-hasilnya

14 603 477.66

Pertambangan dan Penggalian

Pertambangan Minyak Bumi, Pertambangan Batubara, Pertambangan Non Migas Lainnya, Penggalian

18 008 900.38

Industri Pengolahan

Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau Industri Pengolahan Lainnya Industri Kimia

6 865 260.06

Listrik, Gas, dan Air Bersih Listrik dan Air Minum 435 473.90

Bangunan Bangunan/Konstruksi 4 553 773.15Perdagangan, Hotel dan Restoran Perdagangan, Hotel dan Restoran 12 394 973.26

Pengangkutan dan Komunikasi Angkutan dan Komunikasi 6 697 260.05

Keuangan, persewaaan, dan Jasa Perusahaan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

3 923 864.40

Jasa-jasa Jasa-jasa Lainnya 8 440 149.69Rata-Rata 8 435 903.62Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan 2012.

48

Tabel 25 Total nilai multiplier pendapatan sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010

Sektor TIM** Padi 3.42012 Tanaman Bahan Makanan Lainnya 2.88264 Tanaman Perkebunan Lainnya 3.02406 Perkebunan Kelapa Sawit 3.52877 Peternakan dan Hasil-hasilnya 3.03610 Kehutanan dan Hasil-hasilnya 2.92704 Perikanan dan Hasil-hasilnya 2.94433 Pertambangan Minyak Bumi 2.78704 Pertambangan Batubara 4.07031 Pertambangan Non Migas Lainnya 3.48651 Penggalian 2.82796 Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau 9.03181 Industri Pengolahan Lainnya 5.79107 Industri Kimia 4.20528 Listrik dan Air Minum 5.19029 Bangunan/Konstruksi 4.74210 Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.71435 Angkutan dan Komunikasi 4.04673 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 3.75269 Jasa-jasa Lainnya 2.51823 Total 77.92743 Rata-rata 3.896372

Ket: *) TIM = Total Income Multiplier Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

Dari tabel di atas, masing-masing sektor yang dibandingkan dengan nilai rata-ratanya akan didapatkan hasil sebagai berikut

Gambar 5 Diagram penetapan sektor kunci

49

Gambar 5 di atas memperlihatkan bahwa terdapat 4 kuadran yang terdiri dari kuadran I, kuadran II, kuadran III, dan kuadran IV yang masing-masing memiliki penjelasan sebagai berikut.

Kuadran I : adalah sektor-sektor yang mempunyai nilai multiplier pendapatan lebih besar dari rata-rata semua sektor dan juga nilai PDRB yang tinggi dibanding rata-ratanya, sehingga sektor ini mempunyai peranan yang sangat menentukan terhadap perekonomian wilayah. Dari hasil analisis tersebut hanya terdapat 1 sektor ekonomi yang dianggap sebagai sektor andalan, yaitu sektor pertambangan batubara. Sektor inilah yang merupakan sektor kunci dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan dan pembangunan harus diprioritaskan pada sektor kunci ini karena perkembangan dari sektor kunci akan mendorong perkembangan sektor-sektor lain dalam perekonomian.

Kuadran II : adalah sektor-sektor yang mempunyai multiplier pendapatan yang lebih kecil dari rata-rata semua sektor, tetapi mempunyai nilai PDRB yang lebih besar dari rata-rata semua sektor. Sektor ekonomi yang termasuk dalam kuadran ini adalah sektor padi, sektor kehutanan, sektor penggalian, sektor tanaman bahan makanan lainnya, sektor pertambangan non migas lainnya, sektor minyak bumi, sektor perkebunan kelapa sawit, sektor tanaman perkebunan lainnya, sektor perikanan, sektor peternakan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor jasa-jasa lainnya.

Kuadran III : sektor-sektor yang mempunyai nilai multiplier pendapatan yang lebih besar dari rata-rata semua sektor, tetapi nilai PDRB yang rendah dari rata-rata semua sektor. Sektor yang masuk ke dalam kuadran ini ialah sektor industri makanan dan minuman serta tembakau, sektor industri pengolahan lainnya, sektor industri kimia, sektor bangunan/konstruksi, sektor angkutan dan komunikasi, serta sektor listrik dan air minum.

Kuadran IV : adalah sektor-sektor yang mempunyai multiplier pendapatan dan nilai PDRB yang lebih rendah dibanding rata-ratanya dari semua sektor. Sektor-sektor yang termasuk kelompok ini adalah sektor bank dan lembaga keuangan lainnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 klasifikasi 50 sektor, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Peran sektor pertambangan batubara terhadap perekonomian di Provinsi Kalimantan Selatan relatif besar. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor pertambangan batubara dari sisi struktur nilai permintaan sebesar 21.20% dari total permintaan Provinsi Kalimantan Selatan, memiliki surplus perdagangan dengan nilai kontribusi sebesar 71.62%, kontribusi terhadap nilai tambah bruto sebesar 23.81% dari total nilai tambah bruto, kontribusi dari struktur output sektoral sebesar 21.20% dari total output seluruh sektor. Sementara itu untuk nilai investasi sektor pertambangan

50

batubara hanya sebesar 0.01% dari total investasi seluruh sektor. Hal ini disebabkan oleh relatif rendahnya pembelian barang-barang modal dan fasilitas produksi di sektor ini, dan untuk struktur konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah, sektor pertambangan batubara tidak memiliki kontribusi di dalamnya.

2. Dilihat dari keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang sektor pertambangan batubara memiliki nilai keterkaitan ke belakang yang tinggi dibandingkan dengan nilai keterkaitan ke depannya. Hal ini mengindikasikan, sektor ini lebih banyak berperan sebagai sektor yang membutuhkan input dari sektor lain daripada outputnya dibutuhkan oleh sektor yang lainnya. Output sektor pertambangan batubara ini cenderung dijadikan sebagai permintaan akhir atau dengan kata lain output sektor pertambangan batubara ini dikonsumsi langsung.

3. Berdasarkan dampak penyebaran yang berupa koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran dapat disimpulkan bahwa sektor pertambangan batubara memiliki nilai koefisien penyebaran yang lebih tinggi dibanding nilai kepekaan penyebarannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan sektor pertambangan batubara memiliki kemampuan menarik sektor hulu dibanding sektor hilirnya.

4. Berdasarkan analisis multiplier baik multiplier output maupun pendapatan yang terdapat di dalam penelitian ini, sektor pertambangan batubara memberikan dampak positif terhadap sektor perekonomian lainnya.

5. Berdasarkan penentuan sektor kunci yang dianalisis melalui perbandingan nilai PDRB dan nilai multiplier pendapatan dengan masing-masing nilai rata-ratanya dapat dilihat bahwa sektor kunci pada perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan adalah sektor pertambangan batubara yang dibuktikan dengan baik nilai PDRB maupun nilai multiplier pendapatannya lebih tinggi dibanding nilai rata-ratanya dari seluruh sektor dalam perekonomian.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa saran, yaitu:

1. Sebagai salah satu daerah yang menghasilkan batubara dan memiliki cadangan batubara terbesar ke-3 di Indonesia serta menyumbang kontribusi yang tinggi terhadap PDRB Provinsi Kalimantan Selatan untuk kedepannya sektor pertambangan batubara harus mendapatkan prioritas dikarenakan batubara merupakan sektor kunci di dalam perekonomian dan salah satu sumber daya energi yang sangat strategis bagi pembangunan dalam jangka panjang. Kerjasama pemerintah daerah dengan pihak swasta pun dapat dilakukan untuk membantu pengembangan kegiatan sektor ini misalnya dengan pengadaan sarana maupun prasarana yang mendukung kegiatan produksi, menciptakan iklim investasi yang kondusif, dan melakukan transfer teknologi antarnegara, sehingga ekspor batubara tidak hanya dalam bentuk bahan

51

mentahnya saja, namun dapat dilakukan berbagai macam pengolahan dari bongkahan batubara tersebut, misalnya saja dengan cara:

a. Operasi peremukan/crushing dari bongkahan batubara. b. Pencucian/washing yang berguna untuk menurunkan kadar abu

pada batubara. c. Produksi kokas melalui suatu proses pirolisa batubara. Kokas ini

dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengecoran logam, besi. dan baja.

d. Karbonasi batubara yang dapat meningkatkan kualitas batubara dikarenakan melalui proses ini kadar air yang terkandung pada batubara akan menyusut.

e. Gasifikasi batubara yang dapat dimanfaatkan oleh industri logam, industri keramik, Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), industri pupuk.

f. Pencairan batubara sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi (BBM sintetik).

g. Fisher Tropsch Process yang menghasilkan sintetik oil yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar mesin industri.

Berbagai pengolahan yang dapat dilakukan seperti contoh-contoh di atas tidak hanya dapat meningkatkan nilai tambah maupun dayasaing batubara di pasar domestik maupun internasional, namun pemanfaatan pengolahan batubara tersebut dapat menunjang industri-industri lainnya yang erat kaitannya dengan pemanfaatan dari komoditas ini dan dapat meningkatkan output dari industri pertambangan batubara itu sendiri, sehingga akan menciptakan pembangunan pertambangan yang berkelanjutan dan hasilnya dapat mengarahkan pembangunan ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan yang bersifat inklusif, yakni pembangunan ekonomi yang memberikan kontribusi bagi seluruh masyarakat di Provinsi Kalimantan Selatan. 2. Pembiayaan oleh perbankan dapat dilakukan terhadap industri-industri

pertambangan batubara mengingat permintaan dalam negeri maupun luar negeri akan komoditas ini sangat tinggi dan untuk menunjang berbagai teknologi pengolahannya.

3. Tindakan reklamasi dapat dilakukan oleh perusahaan pertambangan maupun masyarakat yakni dengan usaha memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan energi agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.

DAFTAR PUSTAKA

Amperadi, Tri Budi. 2005. Tempat Terbentuknya Kandungan Sulfur dan Material Noncombustible pada Batubara, Studi Kasus Daerah Sebulu, Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur [tesis]. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada.

Arief, S. 1993. Metode Penelitian Ekonomi. Jakarta (ID): LPFE-UI.

52

Arsyad, L. (1999) Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi ke-1. Yogyakarta (ID): BPFE.

[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. 2005. Kalimantan Selatan dalam Angka. Banjarmasin (ID).

[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. 2009. Kalimantan Selatan dalam Angka. Banjarmasin (ID).

[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. 2010. Kalimantan Selatan dalam Angka. Banjarmasin (ID).

[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. 2011. Kalimantan Selatan dalam Angka. Banjarmasin (ID).

[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. 2012. Kalimantan Selatan dalam Angka. Banjarmasin (ID).

[BPS] Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Kalimantan Selatan. 2010. Tabel Input-Output Provinsi

Kalimantan Selatan 2010. Banjarmasin. [BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. 2013. Data PDRB

Provinsi Kalimantan Selatan [Internet]. [diunduh 2013 Mei 06]. Tersedia pada: http://kalsel.bps.go.id

[BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. 2011. Statistik Pertambangan Non Minyak dan Gas Bumi. Jakarta (ID): BPS.

Chenery, H.B dan T. Watanabe. 1958. International Comparasions of the Structure of Production. Econometrica, 26 (4): 487-521.

Daryanto, A dan Y. Hafizrianda. 2010. Analisis Input-Output & Social Accounting Matrix untuk Pembangunan Ekonomi Daerah. Bogor(ID): IPB Pr.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan. 2012. Realisasi Ekspor Produk Tambang. Samarinda (ID).

Direktorat Jenderal Batubara. 2012. Jumlah Pasokan Batubara. Jakarta (ID): Pusdatin.

Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. 2012. Handbook of Energy and Economics Statistics of Indonesia. Jakarta (ID): Pusdatin ESDM.

Kencana, Putri N. 2011. Peranan Sektor Pariwisata dalam Perekonomian Provinsi DKI Jakarta:Analisis Input-Output [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Krevelen, D.W.Van. 1993. Coal. Tokyo (JPN): Elsevier. Kurniawan, Budi. 2009. Dampak Ketergantungan Perekonomian Provinsi

Jambi Terhadap Sumberdaya Alam Tak Terbarukan (Pemberlakuan Kuota Ekspor Batubara) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Kuznets, Simon. 1966. Modern Economic Growth. New Haven (USA): Yale University Pr.

Nazara, Suahasil. 2005. Analisis Input Output. Jakarta (ID): LP-FEUI. Noor, Djauhari. 2006. Geologi Lingkungan. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Nugraha, P.K 2010. Penerapan Kebijakan Domestic Market Obligation

Batubara dan Implikasinya terhadap Perekonomian Indonesia: Pendekatan Pengganda Social Accounting Matrix [skripsi]. Bogor (ID): ): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

53

Priyarsono, D. S., Sahara, M. Firdaus. 2007. Ekonomi Regional. Jakarta (ID): Universitas Terbuka.

Rasmussen, P.N. 1958. Studies in Intersectoral Relations. North-Holland PC (NLD): Amsterdam.

Ricardo, David. 1821. The Principles of Political Economy and Taxation Third Edition. London (UK): John Murray.

Rudor, Chrisgerson. 2012. Peranan Kelapa Sawit Terhadap Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Sumatera Barat (Pendekatan Analisis Input-Output) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Smith, Adam. 1776. An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations. Chicago (USA): The University of Chicago Pr.

Subandi, M.M. 2011. Ekonomi Pembangunan. Bandung (ID): Alfabeta. Sukandarrumidi. 2005. Batubara dan Gambut. Yogyakarta (ID): Gajah

Mada University Pr. Sukandarrumidi. 2006. Batubara dan Pemanfaatannya (Pengantar

Teknologi Batubara Menuju Lingkungan Bersih). Yogyakarta(ID): Gajah Mada University Pr.

Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi. Edisi ke-9. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Economic Development.

World Coal Assosiation. 2012. Coal Statistics. [Internet]. [diunduh 2013 Februari 22]. Tersedia pada: http://www.worldcoal.org/resources/coal-statistics/

World Economic Forum. 2009. The Global Competitiveness Report 2009-2010. Geneve: World Economic Forum.

______. 2004. Undang-undang No.32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah. Jakarta (ID): Setneg.

______. 2009. Undang-undang No.4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Jakarta (ID): Setneg.

54

Lampiran 1 Klasifikasi sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010

NO SEKTOR KODE KLASIFIKASI 20 SEKTOR

1 Padi 1 Padi 2 Jagung

2 Tanaman Bahan Makanan Lainnya 3 Palawija Lainnya

4 Sayur-sayuran dan Buah-buahan 5 Perkebunan Karet

3 Tanaman Perkebunan Lainnya 7 Tanaman Perkebunan Lainnya

6 Perkebunan Kelapa Sawit 4 Perkebunan Kelapa Sawit

8 Pembibitan dan Budidaya Unggas 5 Peternakan dan Hasil-

hasilnya 9 Pembibitan dan Budidaya Ternak Besar 10 Pengusahaan Hutan Tanaman dan Alam

6 Kehutanan dan Hasil-hasilnya 11 Pengusahaan Hasil Hutan Lainnya

12 Perikanan Laut 7 Perikanan dan Hasil-

hasilnya 13 Perikanan Darat 14 Penambangan Minyak Bumi 8 Pertambangan

Minyak Bumi 15 Penambangan Batu Bara 9 Pertambangan

Batubara 16 Penambangan Non Migas Lainnya 10 Pertambangan Non

Migas Lainnya 17 Penggalian 11 Penggalian 18 Ikan Kering dan Asin

12 Industri Makanan dan

Minuman serta Tembakau

20 Beras 21 Industri Pengolahan dan Pengawetan

Makanan 22 Industri Minuman dan Pengolahan

Tembakau 19 Industri Minyak Makan 23 Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit

13

Industri Pengolahan Lainnya

24 Industri Kayu Lapis dan Penggergajian Kayu

25 Industri Barang dari Kayu, Bambu, dan Rotan

26 Industri Kertas, Percetakan, dan Penerbitan

28 Industri Pengilangan Minyak Bumi 29 Industri Karet dan Plastik

55

NO SEKTOR KODE KLASIFIKASI 20 SEKTOR

30 Industri Galian Bukan Logam

13 Industri Pengolahan Lainnya

31 Industri Logam, Mesin, Alat-alat Angkutan, dan Industri Pengolahan Lainnya

27 Industri Kimia 14 Industri Kimia 32 Listrik

15 Listrik dan Air Minum 33 Air Minum

34 Bangunan/ Konstruksi 16 Bangunan/Konstruksi 35 Perdagangan

17 Perdagangan,Hotel dan Restoran

36 Jasa Akomodasi 37 Restoran/Rumah Makan 38 Angkutan Jalan

18 Angkutan dan Komunikasi

39 Angkutan Sungai 40 Angkutan Laut 41 Angkutan Udara 42 Jasa Penunjang Angkutan dan

Pergudangan 43 Komunikasi 44 Lembaga Keuangan, Usaha Persewaan,

dan Jasa Perusahaan 19 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

45 Jasa Pemerintah dan Pertahanan

20 Jasa-jasa Lainnya

46 Jasa Hiburan dan Rekreasi 47 Jasa Pendidikan 48 Jasa Kesehatan 49 Jasa Kemasyarakatan dan Perorangan 50 Kegiatan yang tidak jelas batasannya 190 Jumlah Input Antara 200 Jumlah Input Antara Barang Impor 201 Upah dan Gaji 202 Surplus Usaha 203 Penyusutan 204 Pajak Tak Langsung (Netto) 209 Nilai Tambah Bruto (Jumlah Input

Primer) 210 Jumlah Input 180 Jumlah Permintaan Antara 301 Pengeluaran Konsumsi RT 302 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 303 Pembentukan Modal Tetap Bruto 304 Perubahan Stok

56

305 Ekspor Barang dan Jasa 309 Jumlah Permintaan Akhir 310 Jumlah Permintaan 409 Jumlah Impor Barang dan Jasa

509 Jumlah Margin Perdagangan dan Biaya Angkutan

600 Jumlah Output

700 Jumlah Penyediaan/Penawaran Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan 2010.

57

Lampiran 2 Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 20 Sektor (Juta Rupiah)

Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 369 351 0 1 605 0 4 791 0 0 0 0 0

2 46 43 621 736 0 7 447 0 1 0102 0 0 0

3 159 171 11 077 247 258 38 921 6 166 5 497 1 405 0 0 0

4 0 0 0 52 979 0 0 0 0 0 0

5 31 547 13 821 3 026 4 775 4 085 0 37 0 0 0

6 86 59 652 36 74 3 736 2 101 0 3 125 2

7 0 0 30 0 0 0 72 410 0 0 0

8 0 0 0 0 0 0 0 76 533 0 0

9 0 0 0 0 0 0 0 1 1 440 951 941

10 0 0 0 0 0 0 0 245 0 64 266

11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

12 0 572 1 400 0 167 021 9 94847 0 5 0

13 1 617 1 177 2 474 3 373 744 1 138 8 008 33 34 773 798

14 42 101 7 598 21 083 25 884 1 085 114 2 767 3 34 734 1 633

15 0 0 540 415 2932 1 637 7 691 4 72 232 1 262

16 45 493 3 900 51 461 155 358 522 22 423 12 859 35 828 673 13 728

17 104 341 33 884 59 325 60 543 82 027 10 570 81 190 293 746 413 11 332

18 83 556 27 905 54 724 63 491 50 436 19 474 48 030 250 3 443 727 13 788

19 132 427 6 393 43 070 312 316 4 989 9 947 18 578 464 1 412 275 22 063

20 35 752 1 118 13 622 81 219 497 6 519 573 44 135 552 12 784

190 1 005 488 151 125 501 006 799 310 332 816 81 064 360 598 77 905 8 152 460 142 597

200 435 240 96 493 269 236 360 565 208 130 47 039 212 450 1 471 4 457 493 68 290

201 767 066 247 596 791 241 639 537 407 702 150 426 486 349 58 246 3 842 036 93 392

202 3 253 711 1 160 583 1 003 979 1 407 783 613 911 475 578 2 153 247 481 166 12 439 819 605 278

203 78 239 7 420 86153 127 132 37 384 27 123 65 486 20 950 1 533 395 47 424

204 63 399 17 925 27709 34 593 20 674 23 495 41652 24 132 1 076 208 38 673

209 4 162 415 1 433 524 1 909 082 2 209 045 1 079 671 676 622 2 746 734 584 494 18 891 458 784 767

210 5 603 143 1 681 142 2 679 324 3 368 920 1 620 617 804 725 3 319 782 663 870 31 501 411 995 654

Lampiran 2 Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 20 Sektor (Juta Rupiah)

58

Lanjutan Lampiran 2 Sektor 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 5 10 523 9 676 5 034 254 83 197 51 337 72 1 309 32 3 166

3 136 3 960 649 0 210 990 560 0 511 0 118 310

4 195 866 0 0 0 0 0 1 114 1 468 283 0 0

5 6 645 144 919 4 796 0 171 651 3 635 916 4 689 10 622 0 17 697

6 353 11 533 37 0 169 349 0 146 106 0 174 292

7 457 3 967 5 769 0 1 280 0 250 931 3 564 0 125 812

8 0 30 66 475 0 1 961 69 0 45 0 98 166

9 0 0 36 171 0 598 36 754 0 0 115 332

10 0 0 76 533 0 0 0 0 0 0 0

11 15 0 1 441 893 0 1 017 0 1 241 120 171 173 843 173

12 0 164 614 167 829 269 357 257 119 406 4 235 292 717 35 933 1 211 304

13 629 8 674 22 118 6 804 95 326 4 005 956 247 714 303 530 588 1 288 610

14 51 54 9 0 2 392 28 3 420 55 964 1 848 984

15 13 838 35 562 64 847 210 3 160 3 294 14 071 67 267 616 44 135

16 0 3 392 82 877 3 388 12 876 10 261 31 867 138 485 190 180 300 494

17 57 805 354 178 1 740 221 253 873 237 160 335 595 167 648 351 496 99 724 1 888 093

18 35 241 140 107 3 216 167 151 832 174 007 242 981 245 704 348 422 54 601 2 080 624

19 656 1 742 27 337 0 4 325 4 935 27 425 23 754 95 79 145

20 11 160 356 063 1 840 374 11 399 62 839 279 559 74 733 161 642 72 122 2 592 217

190 322 857 1 239 318 8 803 778 5 731 117 1 489 247 8 570 933 1 075 764 3 347 888 627 735 10 986 554

200 0 124 0 0 710 0 379 1 124 0 2 015

201 329 397 1 329 927 8 952 447 5 731 098 1 490 919 8 591 567 1 077 115 3 362 052 628 867 1 137 4097

202 176 883 681 408 4 833 595 330 786 453 613 311 826 569 698 1 438 738 567 949 5 99 0381

203 616 723 1 269 126 4 849 390 182 551 282 961 1 119 554 281 235 821 450 111 912 5 663 023

204 505 675 2 676 318 16 389 050 590 975 556 395 1 890 490 603 653 1 770 936 263 302 8 888 982

209 1 628 678 5 956 779 35 024 482 6 835 410 2 783 888 11 913 437 2 531 701 7 393 176 1 572 030 31 916 483

210 1 951 535 7 196 221 43 828 260 12 566 527 4 273 845 20 484 370 3 607 844 10 742 188 2 199 765 42 905 052

59

Lanjutan Lampiran 2 Sektor 180 301 302 303 304 305

1 5 411 344 0 0 0 88 630 84 940 2 558 325 854 409 0 0 13 862 254 543 3 2 607 280 66 147 0 16 984 -46 023 34 936 4 3 226 504 0 0 51 718 90 699 0 5 406 786 1 137 094 0 5 199 23 251 48 245 6 393 510 86 876 0 0 44 445 279 885 7 325 091 2 432 615 0 0 0 562 831 8 76 533 67 0 0 0 587 450 9 1 738 338 0 0 0 1 222 29 761 848

10 269 925 0 0 0 -34 109 759 838 11 835 437 21 425 0 0 0 43 134 12 5 596 236 5 061 823 230 518 0 985 340 10 304 237 13 2 983 420 1 352 937 119 601 39 694 522 808 5 033 150 14 256 292 78 048 41 532 0 31 17 305 15 1 052 874 871 650 132 975 0 2 211 34 420 16 1 863 735 0 22 116 9 622 639 0 0 17 5 489 547 6 063 134 449 376 295 720 184 083 4 553 835 18 8 983 459 3 971 014 1 118 209 173 696 108 124 2 774 138 19 6 281 355 31 456 4 423 20 382 0 0 20 1 100 448 939 812 6 690 975 0 0 27 757

190 49 456 439 22 968 507 8 809 725 10 226 032 1 984 574 55 162 492 200 19 833 031 8 832 186 1 442 957 1 607 862 600 265 7 752 284

60

Lanjutan Lampiran 2 Sektor 309 310 409 509 600 700

1 173 570 5 584 914 0 0 5 584 914 5 584 914 2 1 122 814 1 681 139 0 0 1 681 139 1 681 139 3 72 044 2 679 324 0 0 2 679 324 2 679 324 4 142 417 3 368 921 0 0 3 368 921 3 368 921 5 1 213 789 1 620 575 0 0 1 620 575 1 620 575 6 411 206 804 716 0 0 804 716 804 716 7 2 995 446 3 320 537 0 0 3 320 537 3 320 537 8 587 517 664 050 0 0 664 050 664 050 9 29 763 070 31 501 408 0 0 31 501 408 31 501 408

10 725 729 995 654 0 0 995 654 995 654 11 64 559 899 996 0 0 899 996 899 996 12 16 581 918 22 178 154 0 0 22 178 154 22 178 154 13 7 068 190 10 051 610 0 0 10 051 610 10 051 610 14 136 916 393 208 0 0 393 208 393 208 15 1 041 256 2 094 130 0 0 2 094 130 2 094 130 16 9 644 755 11 508 490 0 0 11 508 490 11 508 490 17 11 546 148 17 035 695 0 0 17 035 695 17 035 695 18 8 145 181 17 128 640 0 0 17 128 640 17 128 640 19 56 261 6 337 616 0 0 6 337 616 6 337 616 20 7 658 544 8 758 992 0 0 8 758 992 8 758 992

190 99 151 330 148 607 769 0 0 148 607 769 148 607 769 200 20 235 554 40 068 585 0 0 40 068 585 40 068 585

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

61

Lampiran 3 Matriks koefisien teknis klasifikasi 20 sektor Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 0.065919 0.000000 0.000599 0.000000 0.002956 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

2 8.21E-06 0.025947 0.000275 0.000000 0.004595 0.000000 0.003043 0.000000 0.000000 0.000000

3 0.028407 0.006589 0.092284 0.011553 0.003805 0.006831 0.000423 0.000000 0.000000 0.000000

4 0.000000 0.000000 0.000000 0.015726 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

5 0.005630 0.008221 0.001129 0.001417 0.002521 0.000000 1.11E-05 0.000000 0.000000 0.000000

6 1.53E-05 3.51E-05 0.000243 1.07E-05 4.57E-05 0.004643 0.000633 0.000000 9.92E-05 2.01E-06

7 0.000000 0.000000 1.12E-05 0.000000 0.000000 0.000000 0.021812 0.000000 0.000000 0.000000

8 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.115283 0.000000 0.000000

9 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 1.51E-06 0.045742 0.000945

10 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000369 0.000000 0.064547

11 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

12 0.000000 0.00034 0.000523 0.000000 0.103060 1.12E-05 0.028570 0.000000 1.59E-07 0.000000

13 0.000289 0.00070 0.000923 0.001001 0.000459 0.001414 0.002412 4.97E-05 0.001104 0.000801

14 0.007514 0.00452 0.007869 0.007683 0.000669 0.000142 0.000833 4.52E-06 0.001103 0.00164

15 0.000000 0.00000 0.000202 0.000123 0.001809 0.002034 0.002317 6.03E-06 0.002293 0.001268

16 0.008119 0.00232 0.019207 0.046115 0.000322 0.027864 0.003873 5.27E-05 0.026306 0.013788

17 0.018622 0.020155 0.022142 0.017971 0.050615 0.013135 0.024456 0.000441 0.023695 0.011381

18 0.014912 0.016599 0.020425 0.018846 0.031121 0.024200 0.014468 0.000377 0.109320 0.013848

19 0.023634 0.003803 0.016075 0.092705 0.003078 0.012361 0.005596 0.000699 0.044832 0.022159

20 0.006381 0.000665 0.005084 0.024108 0.000307 0.008101 0.000173 6.63E-05 0.004303 0.01284

190 0.179451 0.089894 0.186990 0.237260 0.205364 0.100735 0.108621 0.117350 0.258797 0.143219

200 0.077678 0.057397 0.100487 0.107027 0.128426 0.058454 0.063995 0.002216 0.141501 0.068588

201 0.136899 0.147278 0.295314 0.189834 0.251572 0.186928 0.146500 0.087737 0.121964 0.093800

202 0.580694 0.690354 0.374714 0.417874 0.378813 0.590982 0.648611 0.724789 0.394897 0.607920

203 0.013963 0.004414 0.032155 0.037737 0.023068 0.033705 0.019726 0.031557 0.048677 0.047631

204 0.011315 0.010662 0.010342 0.010268 0.012757 0.029196 0.012547 0.036350 0.034164 0.038842

209 0.742871 0.852708 0.712524 0.655713 0.666210 0.840811 0.827384 0.880434 0.599702 0.788192

210 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000

62

Lanjutan Lampiran 3 Sektor 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 0.000000 0.227102 0.000108 0.000137 0.000000 0.000000 5.75E-06 0.000000 0.000000 0.000000

2 0.000000 0.015608 0.000000 0.001300 0.000000 0.000000 0.007112 0.000141 0.000000 0.003001

3 0.000000 0.028852 0.146610 0.013623 0.000000 0.000000 0.001039 1.66E-05 0.000000 0.00012

4 0.000000 0.142909 0.000000 0.014096 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

5 0.000000 0.007639 1.47E-05 0.000264 0.000000 0.000000 0.010223 4.94E-05 6.31E-07 0.000558

6 0.000458 6.02E-05 0.025139 0.004534 0.000000 0.010716 0.000142 3.97E-06 1.2E-05 0.000172

7 0.000000 0.001484 7.7E-05 6.36E-05 0.000000 0.000000 0.012532 7.58E-05 0.000127 0.000382

8 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

9 0.000000 4.59E-05 0.012062 0.000415 0.083015 0.000000 1.02E-05 0.000000 0.000000 0.000000

10 0.005652 2.41E-05 0.012313 0.093713 0.017159 6.6E-06 0.000000 0.000000 0.000000 0.000360

11 0.000000 0.000000 0.012972 0.000310 0.000000 0.061251 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

12 0.000000 0.20816 0.000500 0.011754 0.000000 0.000000 0.034210 0.004330 0.000307 0.005632

13 0.001058 0.001206 0.060394 0.008374 0.000820 0.147648 0.012645 0.013406 0.004849 0.013069

14 0.001932 0.000286 0.006727 0.025657 0.002009 0.000912 0.000364 0.000238 0.000314 0.000745

15 0.000376 0.001275 0.016930 0.010561 0.135101 0.000429 0.015940 0.008579 0.005784 0.002306

16 0.042259 0.000172 0.001406 0.002126 0.007920 0.001053 0.014088 0.011839 0.029362 0.001700

17 0.019415 0.038256 0.052468 0.058878 0.045191 0.079080 0.043258 0.054329 0.016626 0.012087

18 0.013917 0.026529 0.060284 0.054237 0.029354 0.049120 0.064163 0.113818 0.031359 0.009361

19 0.021400 0.014457 0.018725 0.023941 0.040914 0.056670 0.080394 0.038575 0.144890 0.010846

20 0.015016 0.001759 0.001948 0.009239 0.001339 0.003933 0.009360 0.020343 0.020871 0.00557

190 0.121482 0.715824 0.428678 0.333224 0.362822 0.410820 0.305486 0.265743 0.254502 0.065908

200 0.068555 0.049700 0.189131 0.272597 0.292501 0.217671 0.076780 0.313097 0.050565 0.045168

201 0.289530 0.071762 0.104678 0.128187 0.084731 0.137033 0.180350 0.143965 0.155577 0.780864

202 0.408588 0.138056 0.228831 0.188837 0.152689 0.183213 0.363727 0.140964 0.476677 0.038804

203 0.081858 0.016258 0.035902 0.055002 0.089843 0.037493 0.050108 0.127371 0.048326 0.066540

204 0.029987 0.008400 0.012780 0.022153 0.017414 0.013771 0.023549 0.008860 0.014353 0.002716

209 0.809963 0.234476 0.382191 0.394179 0.344678 0.371509 0.617734 0.421160 0.694933 0.888924

210 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

63

Lampiran 4 Matriks kebalikan Leontief klasifikasi 20 sektor Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1.07118 0.00073 0.00136 0.00053 0.03573 0.00029 0.00936 0.00001 0.00064 0.00025 2 0.00032 1.02692 0.00063 0.00037 0.00737 0.00020 0.00405 0.00001 0.00038 0.00019 3 0.03431 0.00805 1.10294 0.01501 0.01046 0.00880 0.00286 0.00002 0.00168 0.00081 4 0.00046 0.00049 0.00052 1.01640 0.01945 0.00017 0.00560 0.00000 0.00040 0.00017 5 0.00638 0.00876 0.00161 0.00181 1.00451 0.00023 0.00072 0.00001 0.00044 0.00019 6 0.00027 0.00016 0.00072 0.00091 0.00019 1.00517 0.00083 0.00000 0.00070 0.00030 7 0.00035 0.00032 0.00042 0.00041 0.00103 0.00026 1.02275 0.00001 0.00053 0.00023 8 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 1.13031 0.00000 0.00000 9 0.00015 0.00011 0.00022 0.00034 0.00041 0.00038 0.00039 0.00001 1.04854 0.00133 10 0.00094 0.00054 0.00102 0.00106 0.00026 0.00021 0.00024 0.00045 0.00038 1.06931 11 0.00073 0.00024 0.00149 0.00332 0.00027 0.00191 0.00040 0.00001 0.00208 0.00106 12 0.00232 0.00288 0.00267 0.00210 0.13385 0.00116 0.03848 0.00003 0.00263 0.00102 13 0.00320 0.00210 0.00590 0.01121 0.00299 0.00715 0.00439 0.00010 0.00926 0.00440 14 0.00862 0.00489 0.00903 0.00836 0.00136 0.00034 0.00111 0.00001 0.00140 0.00190 15 0.00117 0.00087 0.00159 0.00226 0.00415 0.00337 0.00378 0.00003 0.00556 0.00246 16 0.01117 0.00349 0.02301 0.05182 0.00381 0.02963 0.00554 0.00011 0.03203 0.01635 17 0.02589 0.02465 0.03104 0.02958 0.06376 0.01947 0.03062 0.00060 0.03885 0.01662 18 0.02380 0.02265 0.03127 0.03313 0.04668 0.03229 0.02186 0.00059 0.13756 0.02087 19 0.03515 0.00872 0.02738 0.11934 0.01795 0.02052 0.01289 0.00103 0.06780 0.03192 20 0.00869 0.00171 0.00740 0.02857 0.00329 0.00969 0.00153 0.00012 0.00937 0.01519

64

Lanjutan Lampiran 4 Sektor 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 0.00037 0.30841 0.00140 0.00484 0.00082 0.00133 0.01182 0.00235 0.00054 0.00197 2 0.00028 0.02097 0.00071 0.00229 0.00056 0.00089 0.00867 0.00092 0.00033 0.00335 3 0.00163 0.05377 0.17328 0.01868 0.00121 0.02667 0.00652 0.00385 0.00227 0.00295 4 0.00025 0.18420 0.00082 0.01750 0.00052 0.00081 0.00704 0.00141 0.00033 0.00119 5 0.00031 0.01267 0.00102 0.00128 0.00070 0.00114 0.01140 0.00089 0.00033 0.00083 6 0.00119 0.00048 0.02721 0.00513 0.00036 0.01503 0.00089 0.00072 0.00075 0.00059 7 0.00036 0.00283 0.00104 0.00106 0.00085 0.00135 0.01368 0.00102 0.00053 0.00061 8 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 9 0.00027 0.00054 0.01560 0.00206 0.10092 0.00267 0.00215 0.00144 0.00097 0.00050

10 0.00644 0.00071 0.01550 0.10336 0.02161 0.00292 0.00077 0.00060 0.00043 0.00075 11 1.00283 0.00107 0.01451 0.00101 0.00106 0.06397 0.00149 0.00129 0.00237 0.00037 12 0.00152 1.26818 0.00478 0.01920 0.00334 0.00529 0.04842 0.00964 0.00219 0.00808 13 0.00921 0.00682 1.06885 0.01319 0.00587 0.16200 0.01960 0.02055 0.01317 0.01497 14 0.00217 0.00489 0.00901 1.02706 0.00269 0.00255 0.00094 0.00060 0.00060 0.00097 15 0.00167 0.00445 0.02374 0.01547 1.15895 0.00708 0.02171 0.01351 0.00923 0.00355 16 0.04426 0.01598 0.01042 0.00854 0.01601 1.01011 0.02019 0.01676 0.03594 0.00282 17 0.02703 0.06941 0.07259 0.07378 0.06432 0.10167 1.05975 0.07000 0.02795 0.01570 18 0.02258 0.05845 0.08882 0.07548 0.06011 0.08063 0.08703 1.13949 0.04756 0.01425 19 0.03244 0.06206 0.04186 0.04649 0.07160 0.08699 0.10896 0.06113 1.17794 0.01606 20 0.01687 0.01229 0.00726 0.01482 0.00576 0.01009 0.01462 0.02551 0.02622 1.00653

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

65

Lampiran 5 Multiplier output klasifikasi 20 sektor

Sector Initial First Round

Indust Sup Consumption Total Elasticity Type I Type II

1 1.00000 0.19456 0.07509 0.49235 1.76201 -0.08300 1.26965 1.76201 2 1.00000 0.09537 0.03925 0.43683 1.57145 0.17048 1.13462 1.57145 3 1.00000 0.20788 0.09043 0.96290 2.26121 -0.24707 1.29831 2.26121 4 1.00000 0.26570 0.12715 0.72757 2.12042 -0.15376 1.39285 2.12042 5 1.00000 0.23562 0.20247 0.84994 2.28804 -0.21284 1.43809 2.28804 6 1.00000 0.10699 0.05887 0.56361 1.72947 0.63296 1.16586 1.72947 7 1.00000 0.11605 0.07513 0.44695 1.63813 0.18432 1.19117 1.63813 8 1.00000 0.11761 0.01639 0.23769 1.37169 1.21307 1.13400 1.37169 9 1.00000 0.30145 0.16584 0.56084 2.02812 1.89776 1.46729 2.02812

10 1.00000 0.15377 0.05619 0.34054 1.55050 1.09920 1.20996 1.55050 11 1.00000 0.13042 0.07143 0.85256 2.05442 -0.04550 1.20185 2.05442 12 1.00000 0.75326 0.44830 0.66149 2.86305 1.41454 2.20156 2.86305 13 1.00000 0.52866 0.24270 0.72507 2.49643 1.16837 1.77136 2.49643 14 1.00000 0.45810 0.20976 0.71875 2.38662 -0.40309 1.66787 2.38662 15 1.00000 0.51282 0.31032 0.60287 2.42601 -0.72527 1.82314 2.42601 16 1.00000 0.52512 0.28568 0.80560 2.61641 2.07480 1.81081 2.61641 17 1.00000 0.33089 0.19247 0.70374 2.22710 0.59120 1.52337 2.22710 18 1.00000 0.38687 0.21344 0.82259 2.42290 -0.24480 1.60031 2.42290 19 1.00000 0.26806 0.12623 0.59640 1.99069 -0.09781 1.39429 1.99069 20 1.00000 0.06903 0.04013 1.99737 3.10652 2.34894 1.10915 3.10652

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

66

Lampiran 6 Multiplier pendapatan klasifikasi 20 sektor

Sector Initial First Round

Indust Sup Consumption Total Elasticity Type I Type II

1 0.14843 0.04269 0.01618 0.09304 0.30034 -0.09532 1.39666 2.02346 2 0.15625 0.01963 0.00806 0.08254 0.26647 0.18502 1.17717 1.70547 3 0.32830 0.05685 0.02028 0.18195 0.58738 -0.19549 1.23492 1.78914 4 0.21259 0.06662 0.02714 0.13748 0.44383 -0.15139 1.44103 2.08774 5 0.28864 0.03275 0.03648 0.16061 0.51848 -0.16709 1.23984 1.79626 6 0.19853 0.02632 0.01245 0.10650 0.34381 0.63379 1.19530 1.73174 7 0.15652 0.01773 0.01394 0.08446 0.27265 0.19600 1.20236 1.74197 8 0.08793 0.01055 0.00160 0.04491 0.14499 1.45823 1.13813 1.64891 9 0.14207 0.05841 0.03566 0.10598 0.34212 2.25335 1.66217 2.40814

10 0.10071 0.03098 0.01170 0.06435 0.20773 1.46235 1.42377 2.06274 11 0.31084 0.03337 0.01476 0.16110 0.52007 -0.03706 1.15484 1.67312 12 0.07551 0.11723 0.08577 0.12500 0.40352 2.64006 3.68828 5.34353 13 0.12909 0.12207 0.05413 0.13701 0.44230 1.60352 2.36487 3.42620 14 0.17623 0.08351 0.04289 0.13582 0.43845 -0.42021 1.71729 2.48799 15 0.11976 0.07679 0.05729 0.11392 0.36776 -0.91802 2.11953 3.07076 16 0.17516 0.10081 0.06322 0.15223 0.49143 2.22482 1.93651 2.80559 17 0.19535 0.06258 0.03838 0.13298 0.42929 0.58335 1.51681 2.19754 18 0.20959 0.09125 0.04551 0.15544 0.50179 -0.24190 1.65254 2.39419 19 0.16386 0.06024 0.02701 0.11270 0.36381 -0.10909 1.53247 2.22022 20 0.81780 0.01495 0.00824 0.37743 1.21842 1.12654 1.02836 1.48987

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

67

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Assrianti, lahir di Bogor pada tanggal 13 Januari 1992. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Sabur dan Praptiani. Penulis mengawali pendidikannya pada tahun 1997 sampai dengan tahun 2003 di SDN Gentramasekdas Sempur Kaler Bogor. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 2003 sampai tahun 2006 di SMP Negeri 3 Bogor. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMA Negeri 6 Bogor dan lulus pada tahun 2009.

Pada tahun 2009, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) di Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) pada Program Studi Ilmu Ekonomi. Selama menjadi mahasiswa, penulis mengaktualisasi diri bergabung dengan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) FEM sebagai staf Departemen Pendidikan periode tahun 2010-2011.

Tahun 2013 penulis melakukan penelitian dengan judul “Peran Sektor Pertambangan Batubara dalam Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan” untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi.