estimasi cadangan batubara

43
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi yang berkembang pesat di era globalisasi mendesak tingkat profesionalisme kerja perlu diseimbangkan, termasuk dalam bidang eksplorasi sumber daya alam. Mahasiswa sebagai calon sarjana perlu menyeimbangkan agar menghasilkan seorang sarjana yang berkarakter, menggunakan waktu secara efektif dan efisien. Hal tersebut dapat diaplikasikan pada kegiatan kerja praktik yang memberi kesempatan untuk mengamati, membandingkan, dan menerapkan teori yang didapat selama perkuliahan dengan lingkungan kerja. Program Studi Teknik Geofisika Universitas Syiah Kuala yang mendasari ilmu bumi dalam aspek fisika dan metode geofisika mensyaratkan lulusannya untuk mengikuti kerja praktik sebagai mata kuliah wajib agar mahasiswa memahami kondisi di lapangan dan menghasilkan lulusan yang professional siap kerja. Oleh karena itu, sangat penting membangun link and match antara calon sarjana dengan tenaga professional di dunia industri. Salah satu instansi yang sesuai dengan Program Studi Teknik Geofisika adalah PT. Cipta Kridatama-MIFA site project. Provinsi Aceh memiliki sumber daya alam beberapa cadangan batubara yang tidak terlalu buruk dengan range kalori rendah hingga sedang dan kriteria 5100-6100 kal/gr, 1

Upload: lia-fitria-rahmatillah

Post on 11-Apr-2016

153 views

Category:

Documents


43 download

DESCRIPTION

estimasi cadangan batubara, konsep mean area, PIT,

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi yang berkembang pesat di era globalisasi mendesak tingkat

profesionalisme kerja perlu diseimbangkan, termasuk dalam bidang eksplorasi sumber

daya alam. Mahasiswa sebagai calon sarjana perlu menyeimbangkan agar menghasilkan

seorang sarjana yang berkarakter, menggunakan waktu secara efektif dan efisien. Hal

tersebut dapat diaplikasikan pada kegiatan kerja praktik yang memberi kesempatan

untuk mengamati, membandingkan, dan menerapkan teori yang didapat selama

perkuliahan dengan lingkungan kerja.

Program Studi Teknik Geofisika Universitas Syiah Kuala yang mendasari ilmu

bumi dalam aspek fisika dan metode geofisika mensyaratkan lulusannya untuk

mengikuti kerja praktik sebagai mata kuliah wajib agar mahasiswa memahami kondisi

di lapangan dan menghasilkan lulusan yang professional siap kerja. Oleh karena itu,

sangat penting membangun link and match antara calon sarjana dengan tenaga

professional di dunia industri. Salah satu instansi yang sesuai dengan Program Studi

Teknik Geofisika adalah PT. Cipta Kridatama-MIFA site project.

Provinsi Aceh memiliki sumber daya alam beberapa cadangan batubara yang

tidak terlalu buruk dengan range kalori rendah hingga sedang dan kriteria 5100-6100

kal/gr, (sumber: Pusat Sumber Daya Geologi, 2006). Salah satu sumber daya batubara

yang sedang di eksploitasi oleh PT. Cipta Kridatma-MIFA site terletak di Desa Sumber

Batu, Kecamatan Meureubo, Provinsi Aceh. Jenis batubara di Desa Balee – Sumber

batu site-MIFA project merupakan kelas sub-bituminus.

Hasil tambang tidak hanya digunakan untuk keperluan lokal, namun direncanakan

mulai di ekspor ke luar Negeri seperti China dan India, hal ini juga di dukung oleh

lokasi Aceh yang strategis. Berdasarkan kondisi SDA Aceh yang sangat menakjubkan

sudah sepatutnya putra-putri Aceh menyadari, mengetahui, dan ikut berkecimpung

dalam mengembangkan hasil bumi Aceh melalui SDM yang dimilikinya dan sejauh ini

PT.Cipta Kridatama sangat membantu dalam mengembangkan SDM Aceh, salah

satunya melalui diterimanya para mahasiswa yang melaksanakan kerja praktik atau

magang.

1

1.2 Tujuan

1. Mengikuti proses kerja pada PT. Cipta Kridatama selama masa kerja praktik

dilaksanakan.

2. Mengetahui teknik perhitungan cadangan batubara (volume, tonase, dan stripping

ratio).

3. Mengetahui faktor-faktor penting dalam perhitungan cadangan batubara.

4. Mengetahui lokasi penyebaran dan jenis endapan batubara secara langsung.

1.3 Manfaat

1. Memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang proses kerja lingkungan

pertambangan.

2. Memahami metode dan proses estimasi cadangan batubara.

3. Menjalin link and match antara mahasiswa atau universitas dengan perusahaan.

2

BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah dan Profil Perusahaan

PT. Cipta Kridatama didirikan 8 April 1997 sebagai pengembangan dari jasa

penyewaan dan penggunaan alat berat PT. Trakindo Utama. Industri tambang Indonesia

yang tumbuh pesat mendorong perusahaan mengubah haluan bisnis ke jasa

pertambangan terpadu dari tambang hingga pelabuhan pada tahun 2003. Sejak 2010

perusahaan terintegrasi dibawah ABM Investama Group yaitu perusahaan investasi

strategis di bidang sumber daya energi, jasa energi, dan infrastruktur. PT. ABM

Investama Tbk yang tercatat di bursa efek Indonesia dengan kode ABMM adalah

bagian dari Tiara Marga Trakindo (TMT).

Evolusi yang dilalui membawa PT.Cipta Kridatama berada dalam satu jaringan

bisnis yang sinergis dari penambangan batubara, jasa kontraktor pertambangan, dan

solusi ketersediaan energi listrik. Kontribusi signifikan yang telah diberikan perusahaan

secara sinergis tersebut menempatkan PT.Cipta Kridatama sebagai salah satu penyedia

jasa pertambangan terkemuka. Saat ini perusahaan didukung lebih dari 3.400 karyawan

kompeten dibidangnya, 624 unit alat berat, dan penunjangnya, serta sistem dan

teknologi termoderen sesuai izin pertambangan Nomor 904/30/DJB/2011 tertanggal 4

Juli 2011.

Pada awal 2013 PT. Cipta Kridatama telah mengembangkan bisnis ke area jasa

konstruksi, guna memperluas jaringan bisnis, sekaligus menyediakan solusi terintegrasi

bagi seluruh klien atau calon klien di berbagai sektor industri, seperti: pertambangan,

minyak dan gas, geotermal, industri, dan infrastruktur umum.

PT. Cipta Kridatama berkantor pusat di Jakarta Gedung TMT 2, Lt. 3 Jl. Cilandak KKO No. 1. Tekad yang dimiliki perusahaan adalah memberikan layanan

terbaik dan komprehensif hingga terpilih menjadi mitra terpercaya dan memberikan

nilai tambah maksimal bagi pengguna jasanya yang ditegaskan melalui visi dan misi

perusahaan. Visi dan misi PT. Cipta Kridatama diimplementasikan dengan menerapkan

standar keamanan tinggi, ramah lingkungan, komitmen pengembangan, perlibatan

masyarakat, dan penggunaan perangkat dan sistem terkini yang teintegrasi hingga

menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien.

3

2.2 Bidang dan Skala Kerja

1. Jasa Pertambangan

Pelayanan jasa pertambangan telah menjadi inti bisnis PT Cipta Kridatama sejak

tahun 1997. Menganut sistem manajemen mutu, PT Cipta Kridatama secara konsisten

berupaya meminimalkan resiko operasional dan menjaga pencapaian kuantitas sesuai

waktu yang diamanatkan dalam kontrak kerjasama. Ditunjang dengan karyawan

berkualitas dan tempat kerja yang memadai, PT Cipta Kridatama secara terus menerus

berusaha memenuhi seluruh persyaratan yang diinginkan oleh para kliennya.

Melalui strategi “Pit to Port”, PT. Cipta Kridatama menyediakan solusi lengkap

pertambangan yang akan menaikkan margin dan tingkat pengembalian aset bagi semua

kliennya melalui kemampuan yang terintegrasi dalam open pit kontrak jasa

pertambangan yang meliputi:

1. Survey pertambangan

2. Pemodelan (topografi dan GEOLOGI)

3. Desain tambang dan penjadwalan produksi

4. Pengeboran dan peledakan

5. Pengupasan tanah penutup

6. Pengolahan bahan galian

7. Pengangkutan bahan galian

8. Pengaturan tempat penimbunan bahan galian

9. Pekerjaan pasca tambang

10. Jasa pertambangan lainnya

2. Jasa Konstruksi

PT. Cipta Kridatama memiliki komitmen penuh dalam mengembangkan layanan

kerja yang luas dan berkesinambungan di seluruh Indonesia, sekaligus kerjasama yang

erat dengan para konsultan utama, komunitas, dan pemerintah terkait guna mendukung

klien dalam mencapai tujuan bisnisnya. Saat ini, layanan utama kami mencakup proyek-

proyek jasa (Build Only / Construct Only). yang terdiri atas:

1. Manajemen proyek

2. Manajemen material

3. Dukungan pengadaan

4

4. Jasa konstruksi

5. Jasa pre-commissioning / commissioning

6. Jasa perawatan dan operasi

PT. Cipta Kridatama fokus pada proyek untuk infrastruktur sipil, namun tidak

terbatas pada proyek-proyek, seperti:

1. Pekerjaan tanah dan persiapan lahan

2. Jalan dan aksesorinya

3. Konstruksi / persiapan landasan pengeboran

4. Fasilitas pertambangan (kamp, bangunan, perkantoran, dsb.)

5. Pekerjaan struktur baja dan beton

Sejak bulan Februari 2014 PT. Cipta Kridatama sudah terdaftar sebagai anggota di

Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) guna mendukung aktivitas. PT. Cipta Kridatama

telah mengantongi sejumlah sertifikasi yang relevan.

2.3 Manajemen dan Struktur Organisasi

PT.Cipta Kridatama merupakan salah satu penyedia jasa pertambangan

terkemuka. Kompetensi PT.Cipta Kridatama sebagai penyedia jasa pertambangan kelas

dunia direfleksikan dari dukungan ABM Investama Group, jajaran manajemen yang

kokoh dan teruji yang dibuktikan pula dengan perolehan ISO14001:2001,

OHSAS18001:2007, dan ISO9001:2008 yang menunjukan praktek berstandar tinggi

dalam kualitas ketatalaksanaan, keselamatan, kesehatanan kerja, dan pengelolaan

lingungan. Fakta tersebut mengungkapkan bahwa visi yang direncakana telah tercapai

yaitu “Menjadi penyedia jasa pertambangan Indonesia yang terkemuka” dengan misi

sebagai berikut:

1. Secara terus-menerus menciptakan lapangan kerja yagn layak dan berkualitas bagi

sebanyak mungkin rakyat Indonesia.

2. Selalu memastikan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan menguntungkan

yang memaksimalkan nilai pemegang saham.

3. Senantiasa menyediakan solusi-solusi bernilai tambah yang akan mengoptimalkan

kepuasan pelanggan.

4. Secara aktif terlibat dalam masyarakat sebagai warga korporat yang baik.

5

Sistem manajemen dan organisasi yang tepat sangat mempengaruhi

perkembangan perusahaan dalam menjalankan kegiatan produksi. Sistem manajemen

dan organisai di PT. Cipta Kridatama dipimpin oleh seorang operation manager yang

membawahi project manager dan deputy PM. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar

2.1 tentang struktur organisasi PT. Cipta Kridatama.

6

Gambar 2.1 Struktur manajemen dan organisasi PT. Cipta Kridatama

7

2.4 Proses Kerja PT. Cipta Kridatama Secara Umum

PT. Cipta Kridatama merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa

pertambangan dan kontruksi. Proses kerja PT. Cipta Kridatama yang ditinjau dari tugas-

tugas manager hingga divisi yang berada dibawahnya secara umum adalah:

1. Operation Manager

Manager operasional membawahi beberapa lokasi yang masing-masing dipimpin

oleh site manager yang memiliki tanggung jawab sama. Tugas dan tanggung jawab

manager operasional terdiri dari:

a. Mengawasi dan mengkoordinir bagian-bagian yang ada pada depatermen

operasional.

b. Membuat perencanaan produksi.

c. Mengawasi jalannya proses produksi.

d. Bertanggung jawab atas kelancaran proses produksi.

e. Membuat laporan-laporan berdasarkan informasi-informasi dari masing-masing

bagian di departemen operasional yang ditujukan pada direktur maupun

departemen-departemen terkait.

f. Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab terhadap direktur utama.

2. Project Manager

Project Manager (PM) merupakan wakil dari perusahaan atau kontraktor utama

yang memimpin sebuah proyek. Manager proyek mempunyai tanggung jawab dan tugas

dengan mempunyai kemampuan membuat tim proyek agar tetap solid, mampu

memonitor dan mengontrol budget, serta mempunyai kemampuan analisis resiko yang

baik. Manager proyek bertanggung jawab terhadap proyek dengan mengontrol proyek

yang ditanganinya harus selesai sesuai budget, spesifikasi, dan waktu. Project Manager

(PM) dibantu oleh seorang Deputy Project Manager dan HCA SUPTD, Proj. Acount

SUPTD, OSHE SUPTD, COMDEV SUPTD, PIM SUPTD, WAREHOUSE SUPTD.

Adapun tugas dan tanggung jawab Project Manager adalah:

a. Mengendalikan dokumen dan record.

b. Memimpin management review mingguan di proyek.

c. Menghadiri management review di kantor.

8

d. Menilai kompetensi personal proyek sebagai dasar dalam penetapan kebutuhan

training.

e. Melaksanakan inspeksi lapangan secara periodik.

f. Mengendalikan biaya pelaksanaan.

g. Membuat dan melaporkan progres fisik.

h. Menyelesaikan administrasi dan teknis penututpan proyek.

3. Deputy PM

Deputy Project Manager (DPM) merupakan wakil dari Project Manager (PM)

yang bertugas membantu Project Manager dalam mengendalikan jalannya proyek di

lapangan. DPM dibantu oleh divisi Plant SUPTD, Mine SUPTD, Operator Trainer

SUPTD, Asset dan Equip Trainer SUPTD, PPnC SUPTD, Proj. Control SUPTD. DPM

bertanggung jawab kepada PM yang mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai

berikut:

a. Menguasai detail dan spesifikasi teknis kontrak sebagai acuan dalam pelaksanaan

proyek.

b. Membantu PM menyusun Materi Rencana Mutu Proyek.

c. Menyiapkan detail materi penyusunan Rencanan Anggarak Proyek.

d. Meyusun schedule mingguna/bulanan.

e. Menjamin tersedianya gambar kerja, material, dan alat yang memadai.

f. Menjamin tersedianya gambar kerja untuk dilaksanakan oleh

mandor/subkontraktor.

g. Menjamin tersedianya dana pembayaran upah/opname mandor.

h. Memimpin secara langsung Koordinator Lapangan untuk memnuhi persyaratan

mutu, waktu, dan biaya yang telah disepakati.

i. Menyusun detail/materi progress claim untuk disetujui oleh PM dan pemberi

tugas.

j. Tertib adminsintrasi sesuai dengan sistem administrasi perusahaan.

k. Menyiapkan detail materi laporan bulanan bersama PM.

Mahasiswa kerja praktik berada dibawah departemen Engineering. Koordinator

Engineering merupakan wakil dari Pimpinan Poyek yang bertugas membantu Pimpinan

Proyek dalam mengendalikan jalannya proyek dilapangan. Koordiantor Engineering

9

bertanggung jawab kepada Deputy Project Manager dengan tugas dan tanggung jawab

sebagai berikut:

a. Menyeleksi dan menyimpan semua data dan dokumen yang diperlukan.

b. Melaksanakan kegiatan seleksi suplier dan sub kontraktor.

c. Melaksanakan kegiatan pembelian barang, jasa kontraktor, dan mandor.

d. Melaksanakan maintenance alat berat.

e. Mengolah dan membuat shop drawing.

f. Membuat contract review pekerjaan tambah kurang.

g. Membuat as built drawing dan perencanaan biaya pemeliaharaan.

h. Mengelola dokumentasi proyek.

i. Perencanaan metode pelaksanaan (construction method).

j. Perencanaan gambar kerja (shop drawing).

k. Perencanaan mutu (quality plan).

l. Pemilihan subkontraktor.

Gambar 2.2 Proses kerja divisi Engineering

10

Kompetensi PT Cipta Kridatama didukung Tim Operation dan   Engineering 

yang diperkuat tim ahli di bidang teknik pertambangan, teknik geologi, teknik sipil dan

teknik geodesi. Keahlian tim teknis ini makin lengkap karena dipadu pemanfaatan

perangkat lunak terbaru seperti  Minescape, SURPAC, dan Fleet Management System

(FMS), untuk menyediakan beragam jasa yang mencakup aspek pemodelan geologi,

desain, jadwal produksi, rehabilitasi pertambangan, serta optimalisasi peralatan

pendukung (dari kendaraan operasi hingga kapal pengakut hasil tambang).

BAB III

11

METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan kerja praktik dimulai dari tanggal 27 Juni hingga 26 Juli 2014

yang disesuaikan dengan hari dan jam kerja yang berlaku di PT. Cipta Kridatama. Kerja

praktik dilaksanakan di PT. Cipta Kridatama yang beralamat di Jalan Beringin Jaya No.

26 Seneubok, Meulaboh, Aceh Barat. Lokasi tambang terletak di Desa Balee-Sumber

Batu, Kecamatan Mereubo, Aceh Barat. Mahasiswa kerja praktik berada dibawah

pengawasan Department Engineering (PPnC). Rincian kegiatan terdapat di lampiran I.

3.2 Geologi Umum Lokasi Kajian

Secara stratigrafi daerah Meulaboh, Aceh Barat terdiri dari beberapa formasi

batuan, yaitu Formasi Tutut, Formasi Meulaboh, dan Endapan Aluvium. Secara regional

menurut N.R Cameron dkk (1983), daerah Aceh Barat dan sekitarnya termasuk dalam

cekungan Busur muka sedimentasi Neogen Aceh Barat. Cekungan tersebut dibentuk

oleh sedimentasi dengan lingkungan pengendapannya Fluviatil hingga Sub Litoral.

Jenis batuannya adalah batupasir, batulanau, serpih, sedimen konglomerat, dan

batugamping.

Formasi Tutut diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Calang yang

mempunyai penyebaran cukup luas. Jenis batuannya terdiri dari perselingan antara

batupasir, lempung, konglomerat, dan lapisan tipis batubara. Struktur geologi Fomarsi

Tutut relatif sederhana dengan keadaan perlapisan di Formasi Tutut umumnya

mempunyai kemiringan landai yaitu 40 – 100. Hal ini menunjukkan pengaruh gaya

regional di cekungan ini kecil, akibat umur cekungan yang relatif muda yaitu Tersier

atas, (Truman wijaya dan Rahmat Hidayat, 2007).

Formasi Tutut merupakan formasi pembawa batubara. Posisi batubara bersisipan

diantara lempung dan batupasir. Namun, akibat faktor erosi sangat kuat pada singkapan

tertentu, maka diatas batubara didapati batupasir konglomerat. Ketebalan dari formasi

ini lebih kurang 500 meter. Formasi Tutut berumur Pliospleistosen dengan lingkungan

pengendapan Fluviatil hingga Sub Litoral (N.R. Cameron, 1983 dalam Truman Wijaya

dan Rahmat Hidayat, 2007).

12

Gambar 3.1 Peta geologi Meulaboh, Aceh Barat

3.3 Ruang Lingkup Kerja

Kegiatan kerja praktik mengikuti proses kerja secara umum yang berlaku di PT.

Cipta Kridatama dan difokuskan pada estimasi cadangan endapan batubara

menggunakan data log bor untuk melakukan perhitungan volume batubara, tonase, dan

stripping ratio (SR) area PIT A PT. Cipta Kridatama - MIFA site Project di Desa Balee

– Sumber Batu, Mereubo, Aceh Barat.

3.4 Perangkat dan Data

Proses perhitungan cadangan batubara dilakukan secara manual pada millimeter

blok dan menggunakan perangkat Microsoft Excel 2010. Data yang digunakan

merupakan data hasil pengeboran (log bor) dengan atribut data terdiri dari hole id,

coordinate system, drilling intersection, dan drilling description dengan jumlah titik log

bor yang diolah sebanyak 19 titik yang terlampir pada lampiran II.

13

3.5 Metode dan Proses Kerja

Pelaksanaan kerja praktik didasarkan pada dua pengamatan, yaitu:

1. Pengamatan lapangan (field Research)

Pengamatan lapangan dilakukan secara langsung mengamati kondisi lapangan

yang menjadi objek kajian dalam Kuliah Kerja Praktik. Pengamatan lapangan dilakukan

dengan dua metode, yaitu:

a. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan memberikan pertanyaan secara langsung kepada

pihak yang berkaitan dengan objek kajian, mendiskusikann, dan berkonsultasi

dengan pembimbing lapangan.

b. Observasi

Observasi merupakan pengamatan secara langsung prinsip kerja yang terdapat di

lokasi tambang batubara.

2. Pengamatan Kepustakaan (Library Research)

Pengamatan kepustakan (Library Research) merupakan penyelidikan secara

teoritis yang bersumber dari bahan-bahan bacaan, bahan-bahan kuliah, dan tulisan-

tulisan ilmiah yang erat kaintannya dengan objek kajian.

Metode yang digunakan dalam perhitungan cadangan batubara terdiri dari metode

grid untuk perhitungan luas (m2) dan metode penampang (cross-section) untuk

perhitungan volume (m3), (Muhammad Dahlan Balfas, 2007). Terdapat 5 penampang

yang dibuat secara manual pada milimeter blok dengan konsep hitungan mean area.

Perhitungan cadangan dikhususkan di area PIT A PT. Cipta Kridatama-MIFA site

Project.

Selama kegiatan kerja praktik tidak melakukan pengukuran langsung untuk

memperoleh data, tetapi data yang diolah merupakan data yang sudah ada pada

perusahaan. Secara umum, metode dan proses kerja yang dilakukan dalam kerja praktik

sesuai dengan diagram alir dibawah ini.

14

Gambar 3.2 Diagram alir pengolahan data kerja praktik

15

Nilai perbandingan OB (BCM) : tonase batubara (ton)

Perhitungan nilai Stripping Ratio (SR)

Total volume OB

Penjumlahan total volume OB

Jarak, luas, dan volume OB per seam

Pengolahan struktur overburden (OB) per seam

Drilling descriptionDrilling intersectionSistem Koodinat

Total Tonase batubara

Perhitungan tonase batubara

Jarak, luas, dan volume batubara per

seam

Pengolahan struktur batubara per seam

Interpolasi struktur batu bara per seam

Data Bor

3.6 Pegolahan Data

Elemen data log bor yang digunakan pada proses pengolahan data terdiri dari

hole-ID, drilling interception (depth from, depth to, thick, lithology), drilling

description (seam), dan coordinates (UTM-WGS 1984). Data tersebut diolah secara

manual pada milimeter blok berdasarkan hasil cross section dari peta topografi yang

terdiri dari 5 (lima) penampang dan membentuk interpolasi struktur lapisan batubara,

serta dihitung secara manual menggunakan perangkat Microsoft Excel 2010. Hasil

interpolasi struktur batubara terdapat di lampiran III.

Gambar 3.3 Cross section pada peta topografi lokasi kajian

1. Perhitungan Volume dan Tonase

Volume batubara dan lapisan penutup (OB) yang dihitung merupakan volume

yang sesuai dengan hasil interpolasi struktur batubara. Interpolasi struktur batubara

menunjukan jarak dan luas keterdapatan batubara antar struktur yang akhirnya

menghasilakan volume batubara. Proses perhitungan dalam laporan kerja praktik ini

menggunakan Microsoft Excel 2010. Perhitungan yang dilakukan menggunakan konsep

matematis sederhana berupa konsep teorema pythagoras untuk menghitung jarak antar

16

koordinat dan rumus mean area untuk perhitungan volume. Tahapan perhitungan

terdiri dari:

1. Membuat penampang berdasarkan hasil cross section yang mewakili cadangan

batubara menggunakan milimeter blok, sehingga membentuk interpolasi struktur.

2. Menghitung jarak titik koordinat antar penampang struktur menggunakan rumus:

R = √ ( X 2−X 1 )2+(Y 2−Y 1)2 .

Keterangan: R : Jarak antar koordinat

X1, Y1 : Koordinat titik 1 arah X dan Y

3. Menghitung luas penampang struktur berdasarkan metode grid, (Muhammad

Dahlan Balfas, 2007), yaitu:

Luas = banyaknya grid x skala

4. Menghitung volume antar penampang struktur menggunakan rumus mean area,

(Muhammad Dahlan Balfas, 2007), dengan rumus:

V= L( S 1+S 2

2 )

Rumus mean area digunakan untuk endapan yang memilki penampang uniform.

Penampang struktur dibagi dalam beberapa blok akibat jarak antar penampang

yang tidak sama, maka perhitungan volume cadangan menggunakan persamaan:

V=( S 1+S22 ) x L 1+( S2+S 3

2 )x L2+…+( Sn−1+Sn2 ) x ln …

Keterangan: V : Volume cadangan

L : Jarak antar penampang struktur

S1 : Luas penampang 1

S2 : Luas penampang 2

Gambar 3.4 Sketsa perhitungan volume dengan rumus mean area (Sumber:Seimahura, 1998 dalam Arno Edwin Gilang Pratama., dkk. 2014)

17

5. Menghitung tonase batubara dilakukan dengan mengalikan volume cadangan

terhadap berat jenis (ton/m3), (sumber; Arno Edwin Gilang Pratama,.dkk. 2014).

Nilai berat jenis batubara yang digunakan adalah 1.32 ton/m3 dengan persamaan:

Tonase = Volume Batubara (m3) x Berat Jenis Batubara (ton/m3)

2. Perhitungan Nilai Nisbah Pengupasan (Stripping Ratio)

Nisbah pengupasan merupakan perbandingan antara volume lapisan tanah

penutup yang akan digali dengan jumlah tonase batubara yang akan diambil.

Perhitungan yang dilakukan menggunakan prinsip stripping ratio by volume yaitu

perbandingan antara volume tanah penutup atau overburden yang akan digali (m3)

dengan jumlah volume batubara yang akan diambil (ton), (Leba, Ajun Fernandos.

2011).

Stripping Ratio by Volume = Volume Overburden(m3)

Tonase Batubara (ton)

18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan tingkat kelayakan suatu sumberdaya endapan batubara untuk

dieksploitasi didasarkan pada hasil eksplorasi yang telah dilaksanakan. Terdapat standar

yang berisi kode untuk melaporkan hasil eksplorasi, sumberdaya mineral, dan cadangan

biji, serta diterima sebagai standar tujuan pelaporan profesional yang disebut standar

JORC. Kode JORC (Joint Ore Reserves Commite) membantu para ahli geologi dan

tenaga eksplorasi untuk menyampaikan resiko yang dihadapi dalam proyek tambang

kepada pembuat keputusan finansial yang tidak mengerti geologi.

Jika perkiraan sumberdaya berdasarkan data yang lemah atau tidak cukup maka

resikonya tinggi. Data yang dapat dipercaya dan banyak akan menghasilkan resiko yang

kecil dan perhitungan sumberdaya yang akurat. Dasar-dasar pengaturan laporan JORC

adalah transparansi, materialitas, dan kompetensi, (Sumber : Jurnal The JORC code

2012 edition). Adapun peran kode JORC adalah:

1. Menetapkan standar minimal dari pelaporan hasil eksplorasi, sumberdaya, dan

cadangan kepada publik.

2. Menyediakan sebuah kode dan petunjuk penggolongan perkiraan tonase menurut

keyakinan geologi dan pertimbangan teknik atau ekonomi.

3. Menjelaskan kualifikasi dan jenis pengalaman yang dibutuhkan untuk menjadi

commpetent person.

4. Menyediakan daftar rangkuman kriteria utama yang dipertimbangkan ketika

menyediakan laporan hasil eksplorasi, sumberdaya, dan cadangan.

Upaya untuk mengetahui apakah endapan batubara layak untuk dieksploitasi atau

tidak dapat dilakukan melalui pengolahan data hasil eksplorasi yang meliputi jumlah

cadangan batubara, jumlah volume lapisan tanah penutup atau over burden (OB), dan

nilai nisbah pengupasan atau stripping ratio (SR). Metode perhitungan cadangan yang

dilakukan menggunakan metode grid dan metode penampang (cross section) secara

manual menggunakan millimeter blok dengan konsep hitungan mean area.

Data yang digunakan dalam proses pengolahan merupakan data log bor yang

terdiri dari 19 titik bor. Data yang diolah bukan data hasil pengukuran selama kegiatan

kerja praktik, namun data tersebut berasal dari perusahaan yang sudah ada dan diolah

19

untuk perhitungan cadangan. Data log bor yang dihasilkan dari kegiatan pengeboran

merupakan data utama yang digunakan dalam proses pengolahan data. Kegiatan

pengeboran bertujuan untuk mengetahui besar cadangan batubara, kualitas batubara,

data fisik batubara, kedalaman, ketebalan, susunan, dan stratigrafi lapisan batuan secara

lengkap, serta memperoleh inti bor (sample), (Narendra Saputra dan Eddy Winarno.

2014).

Kedalaman yang dihasilkan dari lubang bor berbeda-beda yang dipengaruhi oleh

lapisan keterdapatan batubara (seam). ketebalan masing-masing seam dapat diketahui

dari data pengeboran. Pada 19 data log bor yang digunakan terdapat 4 seam yang terdiri

dari seam A1, seam A2, seam B1, dan seam B2. Seam batubara merupakan lapisan

tunggal dari batubara sebenarnya yang terdiri dari batas atas (roof) dan batas bawah

(floor). Batuan yang terdapat pada bagian atas dengan bawah memiliki hubungan dalam

pengendapan batuan tersebut. Data roof dan floor batubara merupakan bagian penting

dalam perhitungan cadangan untuk mengetahui ketebalan masing-masing seam.

4.1 Pembuatan Penampang dan Interpolasi Struktur Lapisan Batubara

Elemen data yang digunakan dalam pembuatan penampang struktur secara

manual melalui millimeter blok terdiri dari log id, elevasi, kedalaman, litologi,

ketebalan, dan seam. Penarikan garis penampang mengikuti arah dip lokasi tambang

PIT A yaitu arah barat daya. Penggambaran penampang melintang bertujuan untuk

memperlihatkan bentuk permukaan dan bawah permukaan dari setiap segmen yang

memiliki ketinggian dan jarak, (Nasmah Rizka Irianty., dkk. 2013).

Metode penggambaran terdiri dari:

1. Membuat sayatan garis diatas peta topografi searah dengan dip lokasi PIT A.

2. Memberi tanda huruf di awal titik dan akhir, misal A-A’.

3. Membuat grafik pada milimeter block. Sumbu X memakai skala horizontal yaitu

jarak antar titik bor dan sumbu Y memakai skala vertikal yaitu elevasi titik bor.

4. Mengukur ketinggian titik bor (kedalaman setiap perlapisan) dan jarak antar titik

bor, kemudian dipindahkan setiap angka pada kerta milimeter block sebanyak

data pada grafik.

5. Menghubungkan setiap titik pada grafik hingga membentuk interpolasi struktur

perlapisan (lihat gambar 4.1, 4.2, dan 4.3 dibawah ini).

20

Penggambaran cross section menggunakan ketas millimeter block berguna untuk

mempermudah perhitungan luas area, nilai volume, dan tonase batubara. Skala pada

peta digunakan 1,5 : 10.000, dimana 1,5 cm pada peta mewakili 100 m di lapangan, hal

ini menunjukan lokasi tambang PIT A sangat luas. Namun, sayatan penampang pada

millimeter block menggunakan skala horizontal dan vertikal. Skala horizontal yang

digunakan dalam perhitungan 1 : 6670 dan skala vertikal 1 : 500, maka perhitungan

menggunakan skala H : V = 66,7 : 5, jadi luas area struktur batubara dan tanah penutup

atau overburden (OB) 1 block atau 1 cm2 sama dengan 66,7 m x 5 m = 333,5 m2.

Terdapat 5 penampang (cross section) yang mewakili lokasi tambang PIT A.

Kedalaman struktur lapisan berada pada elevasi yang berbeda-beda mengikuti topografi

lokasi pengeboran. Ketebalan lapisan dapat diketahui melalui eliminasi nilai depth from

dan depth to. Penampang pada millimeter blok digambar berdasarkan elevasi titik bor.

Untuk memperoleh elevasi pada millimeter blok, maka dilakukan eliminasi antara nilai

elevasi titik bor dengan depth from dan depth to.

Seluruh data dari 19 log bor dibuat dalam penampang, sehingga dapat

diinterpolasikan antar data struktur penampang yang dipisahkan dengan jarak koordinat

berbeda-beda pada setiap struktur penampang. Data pemboran yang kurang dalam

merupakan faktor kurang sempurnanya korelasi lapisan batubara. Penarikan garis

interpolasi pada penampang struktur batubara dilakukan sesuai dengan lapisan

keterdapatan batubara. Pada hasil korelasi batubara dalam laporan ini dihasilkan 3

perlapisan yaitu seam A1, A2, dan A3 yang terdapat pada gambar 4.1, 4.2, dan 4.3

dibawah ini.

Hasil gambar penampang tersebut merupakan interpolasi penampang yang

mewakili cadangan batubara. Interpolasi struktur batubara yang dipisahkan oleh jarak

menunjukan struktur penampang dan struktur geologi yang terjadi pada lapisan tersebut.

Dari gambar penampang tersebut dapat dihitung luas lapisan penutup dan batubara.

Jarak dan luas lapisan digunakan untuk meghitung volume lapisan penutup dan

batubara. Gambar tersebut menginterpretasikan lapisan penutup yang berwarnan coklat

dan lapisan batubara yang berwarna hitam. Litologi lapisan penutup batubara terdiri dari

Subsoil, Sandstone, XM, Mudstone, dan SC.

21

Gambar 4.1 Penampang A-A’ dan B-B’

Korelasi penampang A-A’ dari 4 titik bor yang terdiri dari KM125 dengan

kedalaman bor 39.0 m, KM124 kedalaman bor 39.0 m, KM57 kedalaman bor 71.9 m,

dan KM128 kedalaman bor 40.0 m. Terdapat 2 lapisan yaitu seam A2 dan seam B1.

Lapisan yang berwarna cokelat merupaka lapisan tanah penutup atau overburden (OB).

Lapisan yang berwana hitam adalah batubara atau coal. Lapisan yang berada diantara

dua perlapisan batubara disebut sebagai lapisan interburden.

Pada penampang B-B’ korelasi dari 4 titik bor yang terdiri dari KM120 dengan

kedalaman bor 39.0 m, KM121 kedalaman bor 40.0 m, KM122 kedalaman bor 40.0 m,

dan KM129 kedalaman bor 40.0 m menghasilkan 3 lapisan batubara, yaitu seam A1,

seam A2, dan seam B1.

22

Gambar 4.2 Penampang C-C’

Gambar 4.3 Penampang D-D’ dan E-E’

23

Korelasi penampang C-C’ pada gambar 4.2 dari 4 titik bor yang terdiri dari

KM110 dengan kedalaman bor 39.0 m, KM119 kedalaman bor 39.0 m, KM127

kedalaman bor 17.0 m, dan KM99 kedalaman bor 46.1 m. Terdapat 3 lapisan yaitu seam

A1, seam A2 dan seam B1.

Korelasi penampang D-D’ pada gambar 4.3 dari 4 titik bor yang terdiri dari KM22

dengan kedalaman titik bor 60.0 m, KM111 kedalaman bor 39.0 m, KM112 kedalaman

bor 39.0 m, dan KM123 kedalaman bor 35.0 m. Terdapat 3 lapisan yaitu seam A1, seam

A2 dan seam B1.

Korelasi penampang E-E’ pada gambar 4.3 dari 3 titik bor yang terdiri dari

KM113 dengan kedalaman pengeboran 40.0 m, KM116 kedalaman bor 43.0 m, dan

KM114 kedalaman bor 39.0. Terdapat 1 lapisan yaitu seam B1.

4.2 Perhitungan Cadangan

Cadangan (reserve) merupakan endapan mineral yang telah diketahui ukuran,

bentuk, sebaran, kuantitas, dan kualitasnya, serta secara ekonomis, teknis, hukum,

lingkungan, dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan. Perhitungan

cadangan merupakan langkah kuantitatif dengan parameter yang diperhitungkan terdiri

dari kuantitas, volume, dan tonase, (Notosiswoyo, Sudarto.,dkk. 2005).

Perhitungan cadangan merupakan hal penting pada evaluasi kegiatan

penambangan. Hasil perhitungan merupakan suatu kisaran dari hasil pendekatan pada

kondisi sebenarnya berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil eksplorasi.

Sehingga hasil perhitungan cadangan masih mengandung ketidakpastian. Perhitungan

cadangan memberikan manfaat yaitu memberikan hasil perhitungan secara kuantitatif,

kualitatif, menentukan nilai investasi oleh investor dan sasaran produksi, serta jumlah

cadangan menentukan umur suatu kegiatan penambangan.

Perhitungan cadangan dalam laporan kerja praktik ini terdiri dari menghitung

volume, tonase, dan nilai nisbah pengupasan atau stripping ratio. Proses perhitunga

dilakukan secara bertahap mengikuti seam batubara yang pada akhirnya dilakukan

perhitungan total.

24

1. Perhitungan Jarak

Data log bor yang digunakan memiliki jarak yang bervariasi, sehingga perlu

menghitung jarak antar titik bor yang memiliki endapan batubara dengan

menerapkan teorema pythagoras untuk menghitung jarak antar koordinat, yaitu:

R = √ ( X 2−X 1 )2+ (Y 2−Y 1 )2

Dalam Microsoft Excel digunakan fungsi “SQRT” untuk fungsi akar dan “^”

untuk pangkat.

Gambar 4.4 Perhitungan jarak

2. Perhitungan Luas

Luas penampang dihitung menggunakan metode grid yaitu jumlah grid dikalikan

dengan skala grid. Namun, akibat ketebalan lapisan yang berbeda-beda pada

penampang, maka hitungan luas adalah:

Luas = (rata-rata ketebalan penampang per seam x jumlah grid x %) x skala grid.

Skala yang digunakan adalah X = 1 : 66.7 dan Y = 1 : 5, sehingga skala grid

adalah 66,7 x 5 = 333.5 m2. Lapisan yang melingkupi 1 kotak penuh memiliki

persentase 100% dari skala 333.5 m2. Perhitungan luas terdapat pada lampiran IV.

25

3. Perhitungan Volume

Volume lapisan dihitung menggunakan metode penampang (cross section)

berdasarkan konsep mean area. Perhitungan secara mean area digunakan untuk

endapan yang mempunyai penampang uniform. Akibat jarak antar penampang

struktur bervariasi, maka perhitungan volume dibagi dalam beberapa blok,

sehingga menggunakan persamaan:

V=( S 1+S 22 ) x L 1+( S2+S 3

2 )x L2+…+( Sn−1+Sn2 ) x ln ………

Tabel 4.1 Volume total lapisan penutup dan batubaraVolume OB Seam A1 (m3) 67102,1214Volume OB Seam A2 (m3) 58427,1447Volume OB Seam B1 (m3) 367893,4580Total Volume OB (m3) 493422,72435Volume Seam A1 (m3) 18477,3049Volume Seam A2 (m3) 125091,8111Volume Seam B1 (m3) 306433,3125Total Volume Batu Bara (m3) 450002,4285

Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa antara volume lapisan penutup dengan

volume lapisan batubara memiliki volume yang tidak jauh berbeda, yaitu sebesar

43.420 lebih besar volume lapisan penutup. Hal tersebut dipengaruhi oleh

ketebalan lapisan keduanya. Akibat kualitas batubara yang tergolong muda yaitu

berada pada kelas sub bituminus, maka endapan batubara terdapat pada elevasi

dangkal dan ketebalan endapan lapisan penutup pun ditemukan tidak tebal yang

dipengaruhi oleh umur litologi yang masih muda.

4. Perhitungan Tonase

Variabel yang digunakan pada perhitungan tonase terdiri dari volume batubara

(m3) dan berat jenis batubara (ton/m3) dengan persamaan:

Tonase = Volume Batubara (m3) x Berat Jenis Batubara (ton/m3).

26

Jenis batubara dilokasi kajian menurut informasi dari PT.Cipta Kridatama adalah

sub bituminus dengan berat jenis 1.32 ton/m3. Perhitungan tonase digunakan

sebagai variabel dalam perhitungan nilai nisbah pengupasan atau stripping ratio

(SR).

Tabel 4.2 Perhitungan tonaseVolume Total (m^3) Berat Jenis (Ton/m^3) Tonase (Ton)

450002,4286 1,32 594003,2057

4.3 Perhitungan Nisbah Pengupasan (Stripping Ratio)

Nisbah pengupasan atau stripping ratio merupakan salah satu faktor penentu

tingkat keekonomisan sumberdaya batubara. Perhitungan nisbah pengupasan diperlukan

untuk menentukan hingga elevasi berapa sumberdaya batubara masih bernilai ekonomis

unutk dilakukan penggalian, (Leba, Ajun Fernandos. 2011). Nisbah pengupasa adalah

perbandingan volume lapisan penutup (BCM) dengan tonase batubara (ton). Artinya,

banyaknya volume OB (BCM) yang digali hingga menghasilkan 1 ton batubara. Bank

Cubic Meter (BCM) merupakan satuan besaran unit berat yang digunakan pada

lingkungan pertambangan dan senilai dengan meter kubik (m3).

Apabila nilai nisbah pengupasan besar, maka volume OB (BCM) yang harus

digali untuk menghasilkan 1 ton batubara juga semakin banyak, sehingga biaya

produksi menjadi besar. Hal tersebut menjadi pertimbangan dari perusahaan untuk

menentukan batasan nilai nisbah pengupasan, sehingga perusahaan dapat

memperkirakan bahwa penggalian OB akan menguntungkan atau tidak.

Nilai perhitungan tonase batubara dengan menggunakan konsep mean area

diperoleh sebesar 594.003,2057 ton, sedangkan volume lapisan penutup sebesar

493.422,72435 BCM, sehingga SR = 0,83 BCM : 1 ton. Artinya untuk mendapatkan 1

ton batubara harus dilakukan penggalian sebesar 0,83 m3.

Nilai nisbah pengupasan dari 19 data log bor menghasilkan perbandingan yang

sangat kecil. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: ketebalan

lapisan OB yang sangat tipis sehingga menghasilkan volume OB yang tidak jauh

berbeda dengan volume batubara dan umur litologi yang masih muda, sehingga

didapatkan endapan batubara yang dekat permukaan dan berkualitas rendah.

27

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah megikuti proses kerja dan melakukan perhitungan cadangan batubara pada

PT. Cipta Kridatama dapat disimpulkan:

1. Teknik perhitungan cadangan batubara secara manual dapat menggunakan metode

grid dan metode penampang (cross section) berdasarkan konsep mean area.

2. Adapun faktor-faktor penting dalam perhitunga cadangan batubara dalam uraian

ini terdiri dari volume batubara, tonase batubara, dan nilai nisbah pengupasan.

3. Lokasi penyebaran batubara dapat diketahui melalui eksplorasi, salah satunya

melalui data log bor. Secara langsung penyebaran batubara terdapat pada luasan

35 Ha PIT A dengan jenis endapan sub bituminus.

5.2 Saran

Penulis memberi saran kepada mahasiswa agar dapat mengestimasi cadangan

dengan menggunakan perbandingan metode dan software yang mendukung dalam

proses pengolahan data.

28

DAFTAR PUSTAKA

Anggayana, Komang., Agus Haris. Mata Kuliah Eksplorasi Batubara. Bandung : ITB.

Balfas, Dahlan Muhammad. 2007. Metode Perhitungan Cadangan.

The Joint Ore Reserves Committe. Australian Code for Reporting of Exploration

Results, Minerals Resources and Ore Reserves (The JORC Code 2012 Edition.

Australia : The Australansia Institute of Mining and Metallurgy, Autralian

Institute of Geoscientists and Minerals.

Dumilah, Retna., Syamsuddin., Sabrianto Aswad. 2014. Penentuan Cadangan Batubara

dari Data Bor Menggunakan Metode Area of Influance. Makasar : Universitas

Hasanuddin.

Irianty, Nasmah Rizka., dkk. 2013. Perkiraan Cadangan Batubara tertambang dengan

Metode Sayatan Penampang Dua Dimensi. Samarinda : Prodi Fisika FMIPA

Universitas Mulawarman.

Leba, Ajun Fernandos. 2011. Penaksiran Sumberdaya Batubara dengan Metode Cross

Section di PT. Satria Mayangkara Sejahtera, Tanjung Telang, Lahat, Sumatera

Selatan. Yogyakarta : Jurusan Teknik Pertambangan UPN Veteran.

Notosiswoyo, Sudarto.,dkk. 2005. Metode Perhitungan Cadangan. Bandung : Institut

Teknologi Bandung.

Oktaviana., Djamaluddin., Ratna Husain. 2011. Perhitungan Mineable Coal Reserves

pada PIT Jupiter Area Seam 16 PT. Energi Cahaya Industritama, Bakuan-

Samarinda, Kalimantan Timur. Makasar : Jurusan Teknik Geologi FT-UH.

Pratama, Arno Edwin Gilang., dkk. 2014. Estimasi Cadangan Batukapur dengan

Metode Cross Section dibandingkan dengan Metode Kontur. Teknik

Pertambangan Universitas Hasanuddin.

Saputra, Narendra., Eddy Winarno. 2014. Estimasi Cadangan Batubara dengan

Menggunakan Metode Cross Section Pada Daerah Rencana Penambangan PIT

F, Blok III, Site Air Kotok di PT. Ratu Samban Mining, Kabupaten Bengkulu

Tengah, Bengkulu. UPN Veteran Yogyakarta.

Wijaya, Truman., Rahmat Hidayat. 2007. Survey Pendahuluan Bitumen Padat di Daerah

Aceh Barat Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Nangro Aceh Darussalam. Pusat

Sumber daya Geologi.

29

30