sebaran dan perhitungan cadangan batubara …repository.unpad.ac.id/19521/1/paper.pdf · kata kunci...

12
1 SEBARAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PT. HASWI KENCANA INDAH TAMBANG SEMAMBU, KECAMATAN SUMAY, KABUPATEN TEBO, PROVINSI JAMBI Oleh : Tamara Ismiqha Deyana* Ir. Nurdrajat, M.T.* Adi Hardiyono, S.T. M.T.* Effendi Sihat, B.E.* *Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran SARI Indonesia merupakan Negara yang menghasilkan batubara cukup besar. Salah satunya adalah Pulau Sumatra. Di Pulau Sumatra ini, terdapat bebrapa formasi penghasil batubara. Salah satunya adalah Formasi Muara Enim. Formasi inilah yang merupakan penghasil batubara pada daerah penelitian. Daerah penelitian yang termasuk kedalam areal pertambangan PT. Haswi Kencana Indah berada pada Desa Semambu, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui arah sebaran batubara, cadangan batubara yang terdapat di daerah penelitian. Data yang digunakan berupa data singkapan batubara, data bor, dan data kualitas batubara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah penelitian tersusun atas batulempung kecoklatan, batubara, dan batulempung kebiruan. Dari segi struktur geologi, daerah penelitian merupakan bagian timur dari sayap antiklin sumay. Dapat dilihat dari arah lapisannya dan sebarannya yang semakin kearah utara daerah penelitian semakin mengalami penebalan. Sebalikya semakin kearah selatan dan timur semakin menunjukkan bentuk ketidak menerusan batubara (splitting). Sedangkan cadangan batubara yang terdapat pada daerah penelitian adalah 2.073.524,21 MT. Seluruh cadangan ini diklasifikasikan dalam sumberdaya terukur (Menurut USGS, 1983). Sedangkan kualitas batubara terlihat bahwa kandungan TM (Total Moisture), kandungan IM (Inherent Moisture) , kandungan abu (Ash Content), dan VM (Volatile Matter), menunjukkan bahwa nilainya semakin rendah kearah dip (utara), sedangkan nilai kalori dan FC (Fixed Carbon)nya semakin rendah pada bagian selatan daerah penelitian. Sedangkan daerah yang memiliki nilai Total Sulfur tinggi terdapat pada tengah hingga selatan daerah penelitian. Kata kunci : Sebaran Batubara, Perhitungan Cadangan Batubara, PT. Haswi Kencana Indah.

Upload: vothu

Post on 07-Feb-2018

388 views

Category:

Documents


41 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEBARAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA …repository.unpad.ac.id/19521/1/paper.pdf · Kata kunci : Sebaran Batubara, Perhitungan Cadangan Batubara, PT. Haswi ... Perhitungan Luas

1

SEBARAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA

PT. HASWI KENCANA INDAH TAMBANG SEMAMBU, KECAMATAN

SUMAY, KABUPATEN TEBO, PROVINSI JAMBI

Oleh :

Tamara Ismiqha Deyana*

Ir. Nurdrajat, M.T.*

Adi Hardiyono, S.T. M.T.*

Effendi Sihat, B.E.*

*Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

SARI

Indonesia merupakan Negara yang menghasilkan batubara cukup besar.

Salah satunya adalah Pulau Sumatra. Di Pulau Sumatra ini, terdapat bebrapa

formasi penghasil batubara. Salah satunya adalah Formasi Muara Enim. Formasi

inilah yang merupakan penghasil batubara pada daerah penelitian. Daerah

penelitian yang termasuk kedalam areal pertambangan PT. Haswi Kencana Indah

berada pada Desa Semambu, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Provinsi

Jambi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui arah sebaran batubara, cadangan

batubara yang terdapat di daerah penelitian. Data yang digunakan berupa data

singkapan batubara, data bor, dan data kualitas batubara. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa daerah penelitian tersusun atas batulempung kecoklatan,

batubara, dan batulempung kebiruan. Dari segi struktur geologi, daerah penelitian

merupakan bagian timur dari sayap antiklin sumay. Dapat dilihat dari arah

lapisannya dan sebarannya yang semakin kearah utara daerah penelitian semakin

mengalami penebalan. Sebalikya semakin kearah selatan dan timur semakin

menunjukkan bentuk ketidak menerusan batubara (splitting). Sedangkan cadangan

batubara yang terdapat pada daerah penelitian adalah 2.073.524,21 MT. Seluruh

cadangan ini diklasifikasikan dalam sumberdaya terukur (Menurut USGS, 1983).

Sedangkan kualitas batubara terlihat bahwa kandungan TM (Total Moisture),

kandungan IM (Inherent Moisture) , kandungan abu (Ash Content), dan VM

(Volatile Matter), menunjukkan bahwa nilainya semakin rendah kearah dip

(utara), sedangkan nilai kalori dan FC (Fixed Carbon)nya semakin rendah pada

bagian selatan daerah penelitian. Sedangkan daerah yang memiliki nilai Total

Sulfur tinggi terdapat pada tengah hingga selatan daerah penelitian.

Kata kunci : Sebaran Batubara, Perhitungan Cadangan Batubara, PT. Haswi

Kencana Indah.

Page 2: SEBARAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA …repository.unpad.ac.id/19521/1/paper.pdf · Kata kunci : Sebaran Batubara, Perhitungan Cadangan Batubara, PT. Haswi ... Perhitungan Luas

2

PENDAHULUAN

Di Indonesia, batubara merupakan salah satu komoditas sumber daya

energi yang cadangannya termasuk salah satu terbesar di dunia. Selama ini

sumber daya energi yang sering digunakan adalah minyak dan gas bumi. Namun,

dengan berjalannya waktu, sumber daya energi ini jumlahnya semakin berkurang,

dan harganya pun semakin tinggi. Oleh karna itulah batubara saat ini merupakan

sumber daya energi alternatif yang memiliki nilai ekonomis cukup baik pada saat

ini dan prospek yang baik pula untuk dikembangkan di Indonesia. Saat ini, energi

batubara banyak dipakai sebagai pembangkit energi diberbagai sektor,

diantaranya : Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), pabrik-pabrik tekstil,

pabrik peleburan dan lain sebagainya.

Untuk menemukan suatu daerah dengan prospek batubara yang baik dapat

dilakukan dengan eksplorasi. Tentulah diperlukan disiplin ilmu geologi yang

mempelajari batuan, stratigrafi, pengendapan dan proses-proses geologi lainnya.

Yang nantinya akan dapat menghasilkan sebuah kesimpulan bagaimanakan

prospek suatu daerah yang memiliki batuibara tersebut.

Indonesia merupakan negara yang berada pada zona penunjaman antara lempeng

benua Eurasia dan lempeng Indo-Australia (Hamilton, 1979). Pulau Sumatra

merupakan batas pertemuan antara Lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia,

inilah yang menyebabkan terbentuknya zona subduksi. Efek penunjaman ini

tentunya berpengaruh terhadap kedudukan cekungan yang dibentuk pada

Indonesia bagian barat. Menurut Kosoemadinata (1978), semua cekungan

batubara tersier di Indonesia digolongkan kedalam jenis cekungan paparan (Shefal

Basin) karna berhubungan dengan kerak benua pada semua sisinya dan cekungan

Sumatra Selatan inilah yang juga termasuk kedalamnya.

Kegunaan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memberikan ilmu

pengetahuan, pengalaman dan wawasan kepada penulis mengenai permasalahan

yang dihadapi dalam eksplorasi batubara yaitu dalam menentukan persebaran

batubara, kualitas batubara, serta nilai ekonomisnya yang didapatkan pada daerah

penelitian.

GEOLOGI REGIONAL

Secara fisiografis, cekungan Jambi terletak pada Mutus Assemblage, yang

merupakan Sub Cekungan dari Cekungan Sumatera Selatan. Mutus Assemblage

terdiri atas endapan laut dalam dan batuan vulkanik yang memisahkan antara

Malaka dan mikroplate Mergui. (Pulonggono, 1983). Cekungan Sumatera Selatan

membentang dari Tinggian Asahan di barat laut sampai ke Tinggian Lampung di

sebelah tenggara. Cekungan ini merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Timur

dan dipisahkan dari Cekungan Sumatera Tengah oleh Pegunungan Duabelas dan

Pegunungan Tigapuluh di utaranya, serta dibatasi oleh Pegunungan Barisan di

sebelah baratdaya dan Daratan Pra-Tersier di sebelah Timurlaut.

Cekungan Sumatera Selatan terbagi dalam empat sub cekungan, yaitu sub

cekungan Palembang, sub cekungan Lematang, sub cekungan Jambi dan sub

Page 3: SEBARAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA …repository.unpad.ac.id/19521/1/paper.pdf · Kata kunci : Sebaran Batubara, Perhitungan Cadangan Batubara, PT. Haswi ... Perhitungan Luas

3

cekungan Merang (Pulunggono, 1983). Sub cekungan-sub ini dipisahkan oleh

tinggian-tinggian antiklinoria, yaitu Antiklinorium Palembang, Antiklinorium

Pendopo dan Antiklinorium Muara Enim yang mempunyai arah umum kelurusan

punggungan Timurlaut – Baratdaya (NE – SW) (Koesoemadinata, 1976).

Menurut Koesoemadinata (1978), sedimentasi dalam cekungan Jambi ini terjadi

pada zaman Tersier dan mengalami perlipatan pada Tersier akhir. Ketebalan

batuan sedimen yang terdapat pada cekungan ini diperkirakan sekitar 6000 meter,

umumnya lebih tipis dan diendapkan secara tidak selaras diatas batuan Pra -

Tersier.

Cekungan ini sangat dipengaruhi oleh relief batuan dasarnya, yang selama

pengendapan tahap pertama penurunan dasar cekungan lebih cepat daripada

sedimentasi atau fase transgresi, sehingga terbentuk urutan fasies nonmarine,

transisi, laut dangkal dan akhirnya laut dalam. Kemudian terjadi sedimentasi yang

lebih cepat daripada penurunan dasar cekungan atau fase regresi yang

menghasilkan urutan yang sebaliknya daripada yang terdahulu (A. Pulunggono,

1969, dalam Koesoemadinata, 1980).

Siklus pengendapan di Cekungan Sumatera Selatan terbagi dalam dua fase

(Jackson, 1961), yaitu :

a. Fase Transgresi

Pada fase ini terbentuk pada fasies darat–transisi-laut dangkal,

yang menghasilkan endapan Kelompok Telisa yang terdiri dari Formasi

Lahat, Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja dan Formasi Gumai.

Kelompok Telisa ini diendapkan tidak selaras di atas batuan dasar berumur

Pra Tersier.

1. Formasi Lahat

2. Formasi Talang Akar

3. Formasi Baturaja

4. Formasi Gumai

b. Fase Regresi

Fase ini terbentuk sebaliknya dari fase Transgresi yaitu, laut

dangkal- transisi-darat. Fase menghasilkan endapan Kelompok Palembang

yang terdiri dari Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim dan Formasi

Kasai.

1. Formasi Air Benakat

2. Formasi Muara Enim

3. Formasi Kasai

4. Sedimen kuarter

Daerah penelitian termasuk kedalam anggota formasi Muara Enim.

Formasi Formasi ini diendapkan selaras di atas Formasi Air Benakat. Lingkungan

pengendapan formasi ini adalah paparan delta – lagoon. Ketebalannya bervariasi

antara 200 – 800 meter, berumur Miosen Akhir – Pliosen.litologinya terdiri dari

batupasir, batulanau, batulempung, dan batubara. Batupasir semakin banyak

terdapat pada bagian atas formasi ini, ditemui juga sisipan tuff, batulempung

tufaan, dan batupasir tufaan. Pengendapannya pada lingkungan transisi (delta-laut

dangkal-rawa) yang berangsur-angsur berubah menjadi lingkungan pengendapan

darat.

Page 4: SEBARAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA …repository.unpad.ac.id/19521/1/paper.pdf · Kata kunci : Sebaran Batubara, Perhitungan Cadangan Batubara, PT. Haswi ... Perhitungan Luas

4

Berdasarkan pembagian Shell (1978), pada kondisi yang ideal formasi ini

dibagi menjadi beberapa anggota, yaitu Muara Enim 1 (M1), Muara Enim 2 (M2),

Muara Enim 3 (M3), dan Muara Enim 4 (M4), dari bawah ke atas adalah sebagai

berikut:

Anggota M1

Merupakan perulangan batu pasir, batu lanau, batu lempung dengan sisipan

batu bara. Batu pasir berwarna abu-abu sampai abu-abu kecoklatan, berbutir

halus hingga sedang, kompak, terpilah baik, dengan fragmen kuarsa

dominan. Perselingan batu lempung dan batu pasir, berwarna abu-abu,

terdapat nodul-nodul gamping, coklat terang, keras. Sedangkan batu lanau

berwarna abu-abu, kompak, umumnya berselingan dengan batu lempung.

Batu bara dijumpai dua lapisan dengan ketebalan antara 0,5 m sampai 1 m.

Anggota M2

Merupakan satuan batuan yang terdiri atas batu lempung, batu lempung

karbonan, batu pasir, batu lanau dan batu bara. Batu lempung umumnya

berwarna abu-abu gelap, masif, sering ditemukan struktur sedimen laminasi

paralel, jejak tumbuhan serta fragmen batu bara. Batu lempung karbonan,

berwarna abu-abu kecoklatan, umumnya agak lunak dan biasanya bertindak

sebagai batuan pengapit batubara. Batu pasir berwarna abu-abu terang

sampai abu-abu kehijauan, berbutir halus sampai sedang, membulat sedang,

terpilah buruk, mudah terurai, fragmen kuarsa dominan. Batu lanau

berwarna abu-abu kehijauan hingga abu-abu kecoklatan, kompak, umumnya

ditemukan struktur sedimen laminasi paralel. Batu bara yang ditemukan

pada anggota M2 ini berjumlah tiga lapisan dengan tebal antara 0,3 m

sampai 6,6 m

Anggota M3

Merupakan satuan batuan yang terdiri atas batu pasir, batu lanau, batu

lempung, dan batu bara. Batu pasir berwarna abu-abu, berbutir halus,

terpilah baik, mineral kuarsa dominan. Batu lanau, abu-abu terang kehijauan

sampai kecoklatan, kompak, struktur sedimen laminasi paralel, mengandung

jejak tumbuhan. Batu lempung berwarna abu-abu kecoklatan, kompak,

masif, banyak dijumpai jejak tumbuhan. Batu bara yang ditemukan dua

lapisan dengan tebal antara 1,0 m sampai 8,1 m.

Anggota M4

Terdiri atas batu pasir, batu lanau, batu lempung, dan batu bara. Batu pasir

berwarna abu-abu terang, berbutir halus, terpilah baik, tufan dan mineral

kuarsa banyak dijumpai. Batu lanau, abu-abu terang, kompak, mengandung

jejak tumbuhan, struktur tumbuhan, struktur sedimen laminasi paralel. Batu

lempung berwarna abu-abu kecoklatan, lunak, kompak, struktur sedimen

laminasi, pararel dan jejak tumbuhan banyak ditemukan. Batu bara pada

anggota M4 ditemukan dua lapisan dengan ketebalan berkisar antara 1,0 m

sampai 3,7 m.

Page 5: SEBARAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA …repository.unpad.ac.id/19521/1/paper.pdf · Kata kunci : Sebaran Batubara, Perhitungan Cadangan Batubara, PT. Haswi ... Perhitungan Luas

5

Gambar 1. Kolom Stratigrafi Batubara Formasi Muara Enim

Struktur dan tektonik kawasan Indonesia bagian barat (Sumatera,

Kalimantan dan Jawa) merupakan bagian dari Sunda Land (Lempeng mikro

Sunda) yang termasuk bagian tepi selatan dari Lempeng Eurasia. Benturannya

dipengaruhi oleh lempeng kerak Samudera Hindia – Australia. Salah satu akibat

dari tumbukan itu adalah terbentuknya cekungan-cekungan di pulau Sumatera

dengan penekukan yang masih aktif terletak di bagian barat Pulau Sumatera

(Eubank, R. T., dan Ch. Makki, 1981, dalam Sukendar Asikin, 1988).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap. Tahap-tahap yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah berupa ; Tahap persiapan, Tahap pengumpulan data,

Tahap analisa data, dan Tahap penyelesaian laporan.

Tahap persiapan dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan pengumpulan

data. Hal ini dilakukan guna membantu peneliti dalam mempersiapkan rencana

kerja dengan baik serta objek penelitian yang akan diteliti. Tahap persiapan yang

dilakukan meliputi; studi literatur, perumusan masalah dan pembatasan masalah.

Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan data regional tentang daerah

penelitian beserta aspek-aspek geologinya yang didapatkan dari peta geologi

regional Lembar Muaro Bungo. Lalu dilakukan perumusan masalah yang

merupakan kegiatan untuk menentukan masalah yang akan diangkat dalam

penelitian.Sedangkan pembatasan masalah, diperlukan agar pelaksanaan

penelitian tidak keluar dari pokok masalah yang akan diteliti.

Tahap Pengumpulan Data, dengan menggunakan peta topografi daerah

penelitian, data singkapan, data core, serta data kualitas batubara.

Tahap Pengolahan Data, dalam pengolahan dari data diatas, maka akan

dihasilkan; 1) Pengkorelasian Titik Bor, 2) Pembuatan Penampang, 3)

Perhitungan Luas dan Volume Batubara, 4) Penentuan Sumberdaya Batubara, 5)

Perhitungan Sumberdaya Batubara, 6) Pembuatan Peta.

Page 6: SEBARAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA …repository.unpad.ac.id/19521/1/paper.pdf · Kata kunci : Sebaran Batubara, Perhitungan Cadangan Batubara, PT. Haswi ... Perhitungan Luas

6

Setelah semua tahapan diatas dilakukan maka tahap akhirnya adalah tahap

penyelesaian laporan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Daerah penelitian yang berada pada Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi ini

termasuk dalam Formasi Muara Enim. Formasi ini memiliki umur Miosen Akhir –

Pliosen Awal yang terbentuk pada cekungan Sumatera Selatan pada lingkungan

pengendapan limnic – telmatic (rawa-rawa). Tersusun atas sedimen berupa

batulempung, dengan ketebalan hingga 43 meter. Serta batubara dengan ketebalan

mencapai 7.5 meter. Batuan penyusun yang terdapat pada daerah penelitian

merupakan anggota M3 dari Formasi Muara Enim (Shell, 1978) yang

dibandingkan berdasarkan kesamaan karakteristiknya.

Sedangkan pada barat laut luar daerah penelitian, terdapat antiklin Sumay,

singkapan yang terdapat pada daerah penelitian merupakan sayap dari antiklin

tersebut.

Daerah penelitian merupakan daerah dengan tingkat pelapukan yang

cukup tinggi. Hal ini dapat dikatakan dengan ditemukannya Top soil pada daerah

penelitian dengan ketebalan 2-4 meter, tanah lapukan ini warna kuning

kemerahan, berbutir kasar-kerikil, tanah kering, dan bersifat non-plastis.

Berdasarkan hukum stratigrafi, batuan yang paling muda yang ditemukan

pada daerah penelitian adalah batulempung dengan warna abu-abu kecoklatan,

batubara, dan batulempung. Karakteristik batuan ini dengan warna abu-abu

kecoklatan, struktur sedimen parallel laminasi, tidak karbonatan, tidak

mengandung fosil, kekerasan batuan keras, dan kilap dull, dengan ketebalan 2-44

meter.

Berikutnya adalah batubara dengan warna hitam kecoklatan, kilap kusam,

keras, memiliki goresan berwarna coklat,terdapat sisipan batulempung kecoklatan,

pecahan brittle. Kualitas batubara menunjukan nilai rata-rata Total Moisture

40.49%, Kandungan abu 4.81%, Kandungan Sulfur 0.21%, dan Kalori (ADB)

5532 Kcal/Kg. Maka batubara ini merupakan batubara jenis Lignit. Bagian bawah

dari batubara ditemukan batulempung kebiruan.

Sebaran Batubara

Data lubang bor yang peneliti gunakan berjumlah 18 (delapan belas) buah.

Dari data yang didapatkan dan setelah dilakukan analisis maka dihubungkan

lubang bor ini satu sama lain. Dengan mempertimbangkan elevasi dan kedalaman

batubara tersebut. Proses pembuatan penampang korelasi ini dibuat dengan cara

mengambil crossline pada profil peta topografi persebaran titik bor yang mana

titik bor tersebut telah diketahui litologinya.

Page 7: SEBARAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA …repository.unpad.ac.id/19521/1/paper.pdf · Kata kunci : Sebaran Batubara, Perhitungan Cadangan Batubara, PT. Haswi ... Perhitungan Luas

7

Gambar 2. Titik bor pada Peta Indeks Penampang

Tabel 1. Keterdapatan Batubara pada Penampang

Line Seam

A

A

A

A

B

AA

A

AA

B

AAA

1

AAA

2

AAB

1

AAB

2

AB

A

AB

B

A-1 √ - - - - - - - - - -

B-2 √ - - - - - - - - - -

C-3 √ - - - - - - - - - -

D-4 √ - - - √ - - - - - -

E-5 √ - - √ √ - - - - - -

F-6 √ - - √ - - - - - - -

G-7 √ - - - - - √ √ √ - -

H-8 - - - - - - √ √ √ √ √

Z-0 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Dari data bor yang didapatkan maka ditentukan lapisan batubara, yang

menunjukan bahwa batupara daerah penelitian memiliki Lapisan A sebagai seam

utama, dan mengalami splitting menjadi lapisan AA, dan AB, lapisan AA juga

mengalami beberapa kali pemecahan.

Keterangan :

Titik Bor Kontur

Garis Penampang A

Page 8: SEBARAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA …repository.unpad.ac.id/19521/1/paper.pdf · Kata kunci : Sebaran Batubara, Perhitungan Cadangan Batubara, PT. Haswi ... Perhitungan Luas

8

Perhitungan Sumberdaya Batubara

Sumberdaya batubara ditentukan dengan menghitung jumlah luasan

batubara, dan volumenya yang dihitung menggunakan 2 (dua) penampang,

dengan metode obelisk. Hasil perhitungan volume batubara yang didapatkan akan

dihitung jumlah tonase batubaranya. Maka, untuk menghitung luas suatu

penampang dengan metode Cross Section digunakan rumus perhitungan luas

terhadap bangun ruang yang relatif membentuk trapesium. rumus yang

digunakan adalah :

Keterangan :

L = Luas (m²)

p = Panjang (m)

l = Lebar (m)

Tabel 2. Luas sayatan batubara pada daerah penelitian

No Garis Penampang Luas Batubara (m²)

1 A-1 787,4

2 B-2 529,1

3 C-3 758,37

4 D-4 1.335,2

5 E-5 1.291,8

6 F-6 1.656,2

7 G-7 1.546,8

8 H-8 1.070,6

Setelah dilakukan perhitungan luas batubara. Maka dapat ditentukan

volume batubara ini. Perhitungannya menggunakan 2 (dua) penampang, masing-

masing penampang yang telah diketahui luasnya akan dihitung menjadi volume

dengan menambahkan data jarak antar penampang ini. Perhitungan volume

menggunakan metode obelisk. Adapun rumus yang digunakan dalam perhitungan

volume ini adalah :

Page 9: SEBARAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA …repository.unpad.ac.id/19521/1/paper.pdf · Kata kunci : Sebaran Batubara, Perhitungan Cadangan Batubara, PT. Haswi ... Perhitungan Luas

9

Keterangan :

S1 = Luas Penampang 1

S2 = Luas Penampang 2

L = Jarak antara S1 dan S2

V = Volume sumberdaya

Tabel 3. Volume sayatan penampang batubara pada daerah penelitian

No Garis Penampang Volume Batubara (m³)

1 A-1, B-2 70.362,14

2 B-2, C-3 69.180,34

3 C-3, D-4 537.712,56

4 D-4, E-5 192.531,45

5 E-5, F-6 241.888,1

6 F-6, G-7 270.134,4

7 G-7, H-8 213.209,64

Jumlah 1.595.018,63

Untuk menghitung sumberdaya tahap selanjutnya adalah perhitungan

tonnase batubara. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung sumberdaya

batubara menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

T = Tonase batubara

V = Volume sumberdaya (m³)

ρ = Berat jenis batubara (ton/ m³)

Page 10: SEBARAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA …repository.unpad.ac.id/19521/1/paper.pdf · Kata kunci : Sebaran Batubara, Perhitungan Cadangan Batubara, PT. Haswi ... Perhitungan Luas

10

Tabel 4. Tonase batubara pada daerah penelitian

No Garis Penampang Tonase Batubara (MT)

1 A-1, B-2 91.470,78

2 B-2, C-3 89.934,44

3 C-3, D-4 699.026,33

4 D-4, E-5 250.290,88

5 E-5, F-6 314.454,53

6 F-6, G-7 351.174,72

7 G-7, H-8 277.172,53

Jumlah 2.073.524,21

Daerah penyebaran batubara memiliki luas yang < 400 meter. , dalam

klasifikasi USGS jarak ini menunjukkan bahwa tonase batubara daerah penelitian

merupakan sumberdaya batubara terukur (Measured Coal). Maka jumlah tonase

batubara daerah penelitian merupakan sumberdaya terukur adalah 2.073.524,21

MT.

Kualitas Batubara

Sedangkan kualitas batubara terlihat bahwa kandungan TM (Total

Moisture), kandungan IM (Inherent Moisture) , kandungan abu (Ash Content),

dan VM (Volatile Matter), menunjukkan bahwa nilainya semakin rendah kearah

dip (utara), sedangkan nilai kalori dan FC (Fixed Carbon)nya semakin rendah

pada bagian selatan daerah penelitian. Sedangkan daerah yang memiliki nilai

Total Sulfur tinggi terdapat pada tengah hingga selatan daerah penelitian.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian batubara, dengan metode dan hasil yang telah

didapatkan, maka peneliti menyimpulkan bahwa :

1. Tanah penutup (overburden) pada daerah penelitian memiliki ketebalan

dari 4 meter hingga 44 meter. Batubara yang ditemukan didaerah

penelitian ini memiliki seam utama dengan ketebalan rata-rata 6.5 meter

yang mengalami splitting kearah timur dan tenggara daerah penelitian

dengan ketebalan rata-rata 2.5 meter. Batubara ini terdapat pada sayap

timur antiklin sumay, hal ini lah yang menyebabkan batubara mengalami

penebalan kearah utara daerah penelitian.

2. Sumberdaya terukur yang berada pada daerah penelitian berdasarkan

klasifikasi USGS memiliki jumlah 2.073.524,21 MT.

Page 11: SEBARAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA …repository.unpad.ac.id/19521/1/paper.pdf · Kata kunci : Sebaran Batubara, Perhitungan Cadangan Batubara, PT. Haswi ... Perhitungan Luas

11

3. Sedangkan kualitas batubara terlihat bahwa kandungan TM (Total

Moisture), kandungan IM (Inherent Moisture) , kandungan abu (Ash

Content), dan VM (Volatile Matter), menunjukkan bahwa nilainya

semakin rendah kearah dip (utara), sedangkan nilai kalori dan FC (Fixed

Carbon)nya semakin rendah pada bagian selatan daerah penelitian.

Sedangkan daerah yang memiliki nilai Total Sulfur tinggi terdapat pada

tengah hingga selatan daerah penelitian.

Page 12: SEBARAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA …repository.unpad.ac.id/19521/1/paper.pdf · Kata kunci : Sebaran Batubara, Perhitungan Cadangan Batubara, PT. Haswi ... Perhitungan Luas

12

ACUAN

Thomas, Larry. 1992. Handbook of Practical Coal Geology. John Wiley and

Sons, Ltd., Inggris.

Rinawan, Rusman. 1992. Geologi Batubara. Sekolah Tinggi Teknik Mineral

Indonesia. Bandung

Dipatunggoro, Geni. 2010. Diktat Kuliah Geologi Batubara Jilid 1. Universitas

Padjadjaran. Jatinangor.

Dipatunggoro, Geni. 2010. Diktat Kuliah Geologi Batubara Jilid 2. Universitas

Padjadjaran. Jatinangor.

Geological Survey Circular 891. 1983. Coal Resource Classification System of the

USGS, USGS.

Sihat, Effendi. 2012. Laporan Eksplorasi Batubara PT.Haswi Kencana Indah.

PT. HKI. Muaro Bungo.