peran rumput vetiver.pdf

15
PERAN RUMPUT VETIVER DALAM MENGURANGI LAJU EROSI MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Bahasa Indonesia Keilmuan Yang dibina oleh Dr. Endah Tri Priyatni, M.Pd., dan Muyassaroh, S.S., S.Pd. Oleh Izzatul Masruroh 120722403882 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI Mei 2013

Upload: ali-atur-rodiansyah

Post on 02-Dec-2015

258 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN RUMPUT VETIVER.pdf

PERAN RUMPUT VETIVER

DALAM MENGURANGI LAJU EROSI

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Bahasa Indonesia Keilmuan

Yang dibina oleh Dr. Endah Tri Priyatni, M.Pd., dan Muyassaroh, S.S., S.Pd.

Oleh

Izzatul Masruroh

120722403882

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI

Mei 2013

Page 2: PERAN RUMPUT VETIVER.pdf

2

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan sumber daya alam yang paling mudah mengalami

kerusakan. Salah satu bentuk dari kerusakan tanah adalah erosi. Beberapa faktor

penyebab terjadinya erosi, yaitu kondisi vegetasi, kemiringan lereng, curah hujan

dan tingkat resistensi tanah. Hutan atau padang rumput yang tebal merupakan

pelindung tanah yang efektif dari bahaya erosi. Tanaman yang tinggi biasanya

menyebabkan erosi yang lebih besar dibandingkan tanaman yang rendah, karena

air yang tertahan oleh tanaman masih dapat merusak tanah pada saat jatuh di

permukaan tanah. Bentuk lereng juga berpengaruh terhadap erosi, dimana lereng

yang cembung tingkat erosinya lebih besar daripada lereng yang cekung atau

lurus. Intensitas curah hujan yang rendah juga tidak menyebabkan terjadinya

erosi, demikian pula jika intensitas curah hujan tinggi namun terjadi dalam waktu

yang singkat tidak akan menyebabkan terjadinya erosi karena air yang tersedia

tidak cukup untuk menghanyutkan tanah. Tingkat resistensi tanah atau tingkat

ketahanan tanah menentukan mudah tidaknya massa tanah untuk dihancurkan.

Seperti tanah liat akan sulit untuk mengalami erosi karena memiliki tingkat

resistensi yang tinggi.

Erosi yang terjadi secara alamiah tidak memberikan dampak yang besar,

hal ini dikarenakan banyaknya partikel-partikel tanah yang dipindahkan seimbang

dengan banyaknya tanah yang terbentuk di tempat-tempat yang lebih rendah.

Berbeda dengan erosi yang terjadi akibat tingkah laku manusia dalam aktivitas

tata guna lahan yang buruk, contohnya penggundulan hutan, kegiatan

pertambangan, perkebunan dan perladangan, dan kegiatan konstruksi /

pembangunan yang tidak tertata dengan baik. Tanah yang digunakan untuk areal

pertanian umumnya mengalami erosi lebih besar dibandingkan dengan tanah yang

masih memiliki vegetasi alami. Hutan yang dialih fungsikan menjadi kawasan

pertanian meningkatkan tingkat erosi, karena akar tanaman yang kokoh digantikan

dengan akar tanaman yang lebih lemah.

Erosi tidak hanya menimbulkan kerusakan pada tempat terjadinya erosi,

tetapi juga merusak daerah daerah penerima hasil erosi. Dampak erosi pada

daerah asal adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan

Page 3: PERAN RUMPUT VETIVER.pdf

3

menyebabkan menurunnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari

erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi).

Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan

meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai.

Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan

mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi

akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi

kelancaran jalur pelayaran. Ini adalah kerusakan yang terjadi pada daerah di luar

daerah erosi awal.

Mengingat bahaya erosi yang merugikan lingkungan, perlu dilakukan

berbagai usaha pencegahan atau pengendalian erosi. Pengendalian erosi dapat

dilakukan dengan tiga metode yag dikenal dengan metode konservasi tanah yaitu

metode vegetative, metode mekanis dan metode kimia. Dalam metode vegetative

dilakukan dengan cara menanam tanaman penutup tanah dan reboisasi. Metode

mekanis bisa dilakukan dengan cara terasering dan pembuatan bendungan

pengendali (cekdam). Sedangkan metode kimia bisa dilakukan dengan

menggunakan bahan-bahan kimia untuk meningkatkan produktivitas tanah.

Teknologi vegetatif (penghutanan) sering dipilih karena selain dapat

menurunkan erosi dan sedimentasi di sungai-sungai juga memiliki nilai ekonomi

(tanaman produktif) serta dapat memulihkan tata air suatu DAS (Hamilton, et.al.,

1997). Secara vegetative, konservasi tanah dilakukan dalam bentuk tanaman

berupa pohon atau semak baik tanaman tahunan maupun rumput-rumputan. Salah

satu rumput yang memiliki kemampuan menahan partikel-partikel tanah dengan

akar serabutnya adalah rumput vetiver.

Di Indonesia, rumput vetiver dikenal dengan akar wangi dan dimanfaatkan

sebagai penghasil minyak wangi melalui ekstraksi akar wangi. Namun, di

beberapa negara, vetiver banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan ekologis

dan fitoremediasi (memperbaiki lingkungan dengan menggunakan tanaman) lahan

dan air, seperti rehabilitasi lahan bekas pertambangan, pencegah erosi lereng,

penahan abrasi pantai dan stabilisasi tebing melalui teknologi yang disebut

Vetiver Grass Technology (VGT) atau Vetiver System (VS), sebuah teknologi

yang sudah dikembangkan selama lebih dari 200 tahun di India.

Page 4: PERAN RUMPUT VETIVER.pdf

4

Rumput vetiver termasuk dalam spesies Vetiveria zizanoldes dan famili

graminac. Bagian tanaman vetiver yang berada di dalam tanah terdiri dari

sejumlah akar-akar serabut berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai

kemerahan. Akar tersebut mengandung minyak atsiri dengan kadar vetivero yang

berwujut cairan kental dengan bau halus dan tahan lama. Selain itu, akar vetiver

diketahui mampu menembus lapisan setebal 15 cm yang sangat keras. Di lereng-

lereng yang keras dan berbatu, ujung-ujung akar vetiver mampu masuk menembus

dan menjadi semacam jangkar yang kuat. Cara kerja akar ini seperti besi kolom

yang masuk ke dalam menembus lapisan tekstur tanah dan pada saat yang sama

menahan partikel-partikel tanah dengan akar serabutnya. Kondisi ini bisa

mencegah erosi yang disebabkan oleh angin dan air sehingga vetiver dijuluki

sebagai “kolom hidup”.

Meski hanya rumput, ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam

penanaman rumput vetiver, diantaranya adalah tanah yang akan ditanami harus

bebas dari tanaman liar dan kotoran sampah lainnya dan tanah dalam kondisi

lembab. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai prasyarat serta cara

penanaman rumput vetiver.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja faktor penyebab erosi?

2. Bagaimana upaya untuk mengurangi intensitas erosi pada tanah?

3. Bagaimana peran rumput vetiver dalam mengurangi laju erosi?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui faktor-faktor penyebab erosi

2. Mengetahui upaya-upaya untuk mengurangi intensitas erosi pada tanah

3. Mengetahui bagaimana peran rumput vetiver dalam mengurangi laju

erosi

2. PEMBAHASAN

2.1 Faktor-faktor penyebab erosi

Page 5: PERAN RUMPUT VETIVER.pdf

5

Erosi merupakan masalah yang tidak bisa dianggap biasa. Erosi

merupakan suatu peristiwa yang terjadi secara alami, tetapi bisa menjadi lebih

parah karena tingkah laku manusia. Sebagian besar, erosi terjadi di daerah

pertanian, karena alih fungsi lahan menjadi daerah pertanian berarti mengganti

tanaman yang berakar kuat dengan tanaman pertanian yang umumnya memiliki

akar yang lemah. Tindakan yang salah dalam mengelola lahan pertanian juga bisa

memperbesar laju erosi.

Meskipun ada dampak positifnya, tapi dampak negatif dari erosi akan

berakibat fatal. Oleh karena itu, dampak erosi tersebut perlu diperhatikan,

diantaranya adalah mengurangi tingkat kesuburan tanah di daerah penerima hasil

erosi. Dampak lainnya adalah meningkatkan resiko banjir karena tanah hasil erosi

tersebut mungkin akan diendapkan di dasar sungai, pelabuhan atau tempat

penampungan air lainnya. Disamping itu, dampak negative dari erosi juga terasa

pada daerah asal terjadinya erosi. Lapisan top soil yang banyak mengandung

bahan organik yang dibutuhkan oleh tanaman ikut terangkut. Sedangkan pengaruh

erosi pada kesuburan fisik tanah diantaranya adalah terjadinya perubahan struktur

tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil

tanah. Sedangkan pengaruh erosi pada kesuburan kimia tanah adalah kehilangan

unsur hara karena erosi selama rata-rata 2 tahun yang diperoleh dari percobaan di

Missouri yaitu N 66 kg per hektar, kemudian P2O5 41 kg per hektar,K2O 729 kg

per hektar, MgO 145 per kg per hektar,dan SO4 sebanyak 42 kg per hektar per

tahun. Tanah yang dikatakan rusak kalau lapisan bagian atasnya atau top soil

(ketebalan 15–35 cm) memang telah banyak terkikis dan atau dihanyutkan oleh

arus air hujan, sehingga lapisan tersebut menjadi tipis atau bahkan hilang

(Kartasapoetra,1986:45).

Besarnya tingkat erosi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Intensitas Curah Hujan

Hujan berpengaruh terhadap laju erosi, terutama di daerah tropis. Di

Indonesia, intensitas curah hujannya lebih tinggi daripada daerah yang berada di

daerah subtropis. Hal ini karena Indonesia terletak di daerah khatulistiwa yang

merupakan daerah pusat tekanan rendah.

Page 6: PERAN RUMPUT VETIVER.pdf

6

Akan tetapi, hujan tidak menyebabkan erosi ketika intensitasnya kecil.

Begitu pula hujan tidak akan menyebabkan erosi ketika intensitas curah hujannya

kecil tetapi berlangsung dalam waktu yang singkat (Baver, 1959).

2. Vegetasi

Vegetasi berperan dalam mengurangi kecepatan aliran permukaan yang

bisa menghanyutkan partikel-partikel tanah yang tak padat. Pada hutan yang

belum dipengaruhi oleh campur tangan manusia, mineral tanah dilindungi oleh

lapisan humus dan lapisan organik yang berada pada lapisan atas. Lapisan-lapisan

tanah di hutan bersifat porus dan mudah menyerap air hujan. Umumnya, hanya

hujan-hujan yang lebat yang akan mengakibatkan limpasan di permukaan tanah

dalam hutan.

3. Topografi

Topografi yaitu tinggi rendahnya permukaan bumi sehingga terdapat yang

dinamakan dengan kemiringan lereng. Bagian-bagian dari lereng yang

mempengaruhi erosi yaitu panjang lereng, kemiringan lereng dan bentuk lereng.

Semakin panjang suatu lereng, maka laju erosi akan semakin besar jika diikuti

oleh hujan yang lebat, tetapi meskipun lereng semakin panjang tetapi intensitas

hujan rendah, maka tidak akan menimbulkan erosi. Bentuk lereng yang berpotensi

untuk terjadinya erosi yaitu lereng yang cembug yang semakin curam ke arah

lereng bawah. Menurut Arsyad (1989:225), klasifikasi kelas lereng adalah sebagai

berikut:

KEMIRINGAN ( % ) KLASIFIKASI KELAS

0 – 3 Datar A

3 – 8 Landai Atau Berombak B

8 – 15 Agak Miring C

15 – 30 Miring D

30-45 Agak Curam E

45-65 Curam F

>65 Sangat Curam G

4. Tanah

Faktor tanah berkaitan dengan tingkat resistensi tanah. Tanah yang kuat

tidak akan mudah terkena erosi, seperti tanah liat. Tekstur tanah liat halus, hal ini

Page 7: PERAN RUMPUT VETIVER.pdf

7

berdampak pada daya genggam air. Tanah liat memiliki sifat sulit dalam

meneruskan air dan kuat dalam menggenggam air, akan tetapi membutuhkan

waktu yang lama dalam meresapkan air. Tanah yang tingkat resistensinya lemah

akan mudah mengalami erosi.

5. Manusia

Manusia mempunyai peranan besar dalam mengurangi maupun

mempercepat laju erosi dengan berbagai aktifitas yang dilakukannya. Sebagai

contoh kegiatan manusia yang mengurangi laju erosi adalah melakukan

konservasi tanah dengan cara reboisasi. Sedangkan kegiatan manusia yang

mempercepat erosi contohnya adalah menebang pohon tanpa sistem tebang pilih

serta tidak menanaminya kembali.

Sebagian besar erosi terjadi pada lahan pertanian. Teknik pengolahan

tanah yang salah juga bisa semakin mempercepat laju erosi. Pembuatan teras,

penanaman secara berjalur, penanaman atau pengolahan tanah menurut kontur,

adalah kegiatan manusia yang dapat menurunkan erosi. Di lain pihak, penanaman

searah lereng, perladangan dan penggunaan lahan tanpa memperhatikan kaidah

konservasi akan meningkatkan bahaya erosi (Arsyad, 1983). Pengolahan tanah

menurut kontur secara umum mengurangi erosi secara efektif terutama bila terjadi

hujan lebat dengan intensitas sedang sampai rendah.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, faktor-faktor

penyebab erosi tersebut memiliki hubungan yang saling berkaitan. Misalnya,

curah hujan yang tinggi dan terjadi dalam waktu yang lama bisa menyebabkan

erosi asalkan berada pada daerah yang tidak datar dan daerah tersebut tidak

memiliki vegetasi. Tetapi, meskipun curah hujan tinggi, bila terjadi dalam waktu

yang singkat tidak akan terjadi erosi karena air yang tersedia tidak cukup kuat

untuk mengangkut partikel tanah.

2.2 Upaya-Upaya Untuk Mengurangi Laju Erosi

Erosi menyebabkan tanah akan kehilangan lapisan tanah paling atas atau

lapisan top soil tanah. Erosi ini biasa disebut sebagai erosi lembar. Sebelum

Page 8: PERAN RUMPUT VETIVER.pdf

8

terjadi erosi lembar, terlebih dahulu diawali oleh erosi percik, yaitu erosi yang

terjadi karena adanya percikan air hujan. Apabila erosi lembar terjadi secara terus-

menerus maka akan menimbulkan erosi alur yang menyebabkan terbentuknya

alur-alur yang searah dengan kemiringan lereng. Erosi alur ini biasanya terjadi

pada lahan pertanian yang baru saja diolah.

Besarnya erosi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sifat-sifat tanah,

intensitas curah hujan, bentuk lereng, dan campur tangan manusia. Selain itu,

kondisi vegetasi juga mempengaruhi besarnya laju erosi yang terjadi.

Pada masa ini, banyak sekali kegiatan manusia yang mempercepat laju

erosi. Diantaranya adalah menebang hutan secara sembarangan, mengganti lahan

hutan musim dengan lahan pertanian, dan sebagainya. Hutan yang tidak ada

vegetasinya semakin memperbesar resiko erosi, karena tidak ada yang

mengurangi aliran permukaan.

Dampak erosi tidak hanya terasa di daerah terjadinya erosi, tetapi juga

terasa di daerah penerima erosi. Di daerah asal terjadinya erosi, tanah akan

mengalami penurunan produktivitas tanah, kualitas tanaman menurun, merusak

struktur tanah, laju infiltrasi dan kemampuan tanah dalam menahan air berkurang.

Sedangkan pada daerah penerima erosi, tanah bisa menjadi tercemar karena

material hasil erosi merupakan polutan.

Berdasarkan pertimbangan terhadap bahaya erosi, perlu adanya usaha

pengendalian erosi yang bisa dilakukan dengan tiga cara yang disebut dengan

metode konservasi tanah. Metode konservasi tanah dapat dilakukan dengan cara:

1. Metode vegetatif yaitu dengan melakukan penanaman tanaman dengan cara-

cara tertentu sehingga dapat melakukan laju erosi. Usaha konservasi tanah

yang termasuk dalam metode vegetatif adalah reboisasi, menanam tanaman

penutup tanah, penanaman dengan strip cropping (penanaman strip) dan

pergiliran tanaman dengan pupuk hijau..

2. Metode mekanis yaitu dengan mengolah tanah dengan teknik-teknik yang

bisa menghambat aliran air. Metode mekanis dapat dilakukan dengan cara

pembuatan teras da pembuatan bendungan pengendali.

Page 9: PERAN RUMPUT VETIVER.pdf

9

3. Metode kimiawi yaitu dengan menggunakan bahan kimia untuk

meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki struktur tanah sehingga

tanah bisa menjadi lebih resisten lagi terhadap erosi.

Pemilihan metode konservasi tanah harus dilakukan dengan beberapa

pertimbangan, karena prinsip dari metode konservasi tanah harus dipenuhi. Selain

itu, masing-masing tanah memiliki kemampuan yang berbeda-beda sehingga

mebutuhkan tindakan dengan teknik yang berbeda pula. Adapun prinsip-prinsip

dari metode konservasi tanah adalah melindungi tanah dari air hujan, mengurangi

aliran permukaan dengan meningkatkan laju infiltrasi tanah, meningkatkan

stabilitas agregat tanah, dan mengurangi kecepatan aliran permukaan.

Dari pernyataan di atas, diketahui bahwa upaya konservasi tanah memang

penting, tetapi tidak bisa dilakukan begitu saja tanpa adanya pertimbangan. Untuk

daerah di wilayah Indonesia, metode yang paling cocok untuk diterapkan adalah

metode vegetatif. Metode ini cukup mudah untuk dilakukan dan tidak

memerlukan biaya yang relatif mahal. Berbeda dengan metode kimiawi. Metode

kimiawi memang cukup efektif, tetapi biaya yang harus dikeluarkan juga cukup

banyak.

2.3 Peran Rumput Vetiver dalam Mengurangi Laju Erosi

Erosi merupakan suatu proses penghancuran tanah dan kemudian

dipindahkan ke tempat lain. Erosi tidak hanya menyebabkan kerusakan di tempat

terjadinya erosi, tetapi juga kerusakan di tempat lain sebagai tempat untuk

mengendapkan hasil erosi tersebut. Erosi bisa menyebabkan suatu lahan menjadi

kritis, artinya lahan tersebut kehilangan fungsi produktifitas dan ekonomi.

Mengingat bahaya erosi yang bisa berakibat fatal, diperlukan adanya suatu

usaha untuk mengurangi laju erosi tersebut. Usaha untuk mengurangi laju erosi

biasa disebut dengan metode konservasi tanah. Adapun tujuan dari metode

konservasi tanah adalah melindungi tanah dari air hujan, meningkatkan kapasitas

infiltrasi tanah, mengurangi aliran permukaan dan meningkatkan stabilitas agregat

tanah. Metode konservasi tanah dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu metode

vegetatif, metode mekanik dan metode kimiawi.

Page 10: PERAN RUMPUT VETIVER.pdf

10

Dari ketiga metode konservasi tanah, metode vegetatif yang paling banyak

dipilih. Vegetasi erat kaitannya dengan laju erosi. Syarat-syarat vegetasi yang bisa

menekan laju erosi adalah sebagai berikut:

1. Tanaman harus tumbuh rapat dan tidak mudah terbakar

2. Tanaman harus permanent dan tahan lama

3. Akar dapat menancap dan mampu mencapai kedalaman hingga 3 meter

4. Tanaman mampu hidup baik dalam kondisi kering

5. Tanaman harus mampu hidup di semua jenis tanah

Persyaratan vegetasi tersebut lebih mudah diaplikasikan pada tanaman

rumput. Ada satu jenis rumput yang disebut sebagai rumput vetiver, atau di

Indonesia lebih dikenal dengan akar wangi. Rumput ini termasuk dalam spesies

Vetiveria zizanoldes. Tanaman ini merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak

hingga ketinggian pada 1,5-2,5 meter dan memiliki sistem perakaran yang dalam

yang mampu menembus hingga 5,2 meter. Di Jawa Barat, tanaman ini

dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Akarnya yang

mengandung minyak atsiri dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pewangi.

Tetapi jika tanaman vetiver ini ditanam untuk upaya konservasi tanah dan air,

akarnya tidak boleh dipanen karena akan menimbulkan kerusakan pada tanah.

Rumput vetiver memiliki batang yang kaku dan keras yang jika ditanam

berdekatan akan membentuk semacam pagar yang mampu menahan aliran air.

Tanaman ini juga mudah dikendalikan karena tidak menghasilkan bunga dan biji

sehingga pertumbuhannya tidak menyebar secara liar seperti alang-alang.

Page 11: PERAN RUMPUT VETIVER.pdf

11

Tanaman vetiver ini mampu tumbuh pada ketinggian 500-1500 meter dpl,

dengan curah hujan antara 500-2500 mm per tahun. Tanaman ini juga mampu

tumbuh pada suhu 17-27oC. Media yang paling baik untuk menanam rumput

vetiver adalah tanah yang berpasir atau daerah aliran gunung berapi. Tanaman ini

mampu tumbuh sepanjang tahun, tetapi waktu penanaman yang terbaik adalah

ketika musim penghujan.

Rumput vetiver merupakan rumput yang cukup kuat dalam melawan arus.

Rumput ini tidak akan tercabut meski terjadi banjir. Malah sebaliknya, rumput ini

akan membantu menahan air dan memberikan waktu yang lebih lama untuk air

dapat meresap.

Page 12: PERAN RUMPUT VETIVER.pdf

12

Di India penanaman pada lahan dengan kemiringan 1,7%, kontur pagar

tanaman Vetiver mengurangi limpasan (berbanding dengan presentasi curah

hujan) dari 23,3% (kontrol) menjadi 15,5% dan kehilangan tanah dari 14,4 t/ha

menjadi 3,9 t/ha, dan panen sorgum meningkat dari 2,52 t/ha menjadi 2,88 t/ha

selama waktu empat tahun. Peningkatan panen terutama terjadi pada konservasi

tanah dan kelembaban di tempat asal (in situ) di seluruh toposekuen yang

dilindungi oleh sistem pagar tanaman Vetiver (Truong 1993). Pada plot kecil di

International Crops Research Institute for the Semi-Arid Tropics (ICRISAT),

pagar tanaman Vetiver lebih efektif dalam mengendalikan limpasan dan

kehilangan tanah dibanding tanaman serai atau stone bunds. Limpasan dari plot

Vetiver hanya 44% dari plot kontrol dengan kemiringan 2,8% dan 16% untuk

kemiringan 0,6%. Tercatat pengurangan limpasan rata-rata 69% dan tanah yang

hilang berkurang 76% pada plot Vetiver, dibanding plot kontrol (Rao et al. 1992).

Page 13: PERAN RUMPUT VETIVER.pdf

13

Hal tersebut di atas adalah beberapa keunikan serta kelebihan dari rumput

vetiver. Adapun kelemahannya adalah tanaman ini tidak dapat langsung berperan

aktif dalam mengurangi laju erosi, karena rumput ini memerlukan proses untuk

tumbuh. Selain itu, karena tumbuhnya tegalk lurus dengan tanah (vertical), perlu

ditanami tanaman penutup tanah yang lain sebagai selingan.

Berdasarkan keterangan tersebut di atas, maka dalam upaya konservasi

tanah dan air secara vegetatif, lebih baik menggunakan rumput vetiver yang

memiliki akar yang kuat, tidak mudah tercabut dan membantu dalam proses

penginfiltrasian air. Selain itu, metode ini mudah untuk dilakukan dan tidak

membutuhkan biaya yang banyak.

3. PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa dampak dari erosi bisa berakibat fatal bagi kehidupan

manusia. Kerugian yang diakibatkan oleh erosi tidak hanya di daerah asal

terjadinya erosi, tetapi juga di daerah penerima hasil erosi. Untuk itu perlu

dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi laju erosi dengan metode konservasi

tanah. Salah satu dari cara metode konservasi tanah yaitu dengan melakukan

penanaman tanaman sehingga dapat memperlambat aliran permukaan dan

menekan laju erosi. Cara yang mudah dan murah dengan cara ini adalah dengan

menggunakan rumput vetiver. Dengan rumput ini, laju erosi dapat ditekan karena

rumput ini memenuhi syarat sebagai tanaman yang dapat digunakan untuk

konservasi.

3.2 Saran

Sebaiknya pemerintah lebih memberi perhatian lagi terhadap kegiatan

Illegal Logging, karena erosi yang terjadi sebagian besar diawali oleh kegiatan ini.

Page 14: PERAN RUMPUT VETIVER.pdf

14

Jika kegiatan ini dapat ditekan, otomatis laju erosi akan berkurang. Dan terhadap

usaha konservasi tanah, sebaiknya lembaga yang berkaitan dengan hal tersebut

mencari inovasi baru terutama tehadap cara kimiawi supaya menjadi lebih ramah

lingkungan lagi.

Page 15: PERAN RUMPUT VETIVER.pdf

15

DAFTAR RUJUKAN

Astuti, Ariyuni. 2009. Pemanfaatan Rumput Vetiver Vetiveria. (Online)

http://renaisans-unibo.blogspot.com/2009/03/pemanfaatan-rumput-vetiver-

vetiveria.html diakses pada 18 April 2013

Balitbang Pekerjaan Umum. Tanpa Tahun. Vetiver Rumput Perkasa Penahan

Erosi. (Online) http://balitbang.pu.go.id/vetiver-rumput-perkasa-penahan-

erosi.balitbang.pu.go.id diakses pada 18 April 2013

Bimapala UID. 2010. Faktor yang Mempengaruhi Erosi. (Online)

http://faktoryangmempengaruhierosi.blogspot.com/2010/04/faktor-yang-

mempengaruhi-erosi.html diakses pada 15 April 2013

Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo

Kementerian Pekerjaan Umum. Tanpa Tahun. Vetiver Indonesia. (Online)

http://vetiverindonesia.wordpress.com/pedoman/kementerian-pu/ diakses

pada 18 April 2013

Oli’i, Muhammad Ramdhan. 2012. Rumput Vetiver Pencegah Erosi dengan

Bioengineering. (Online)

http://kakaramdhanolii.wordpress.com/2012/10/15/rumput-vetiver-

pencegah-erosi-dengan-bioengineering/ diakses pada 18 April 2013

Purnomo, Dony. 2012. Klasifikasi Kemiringan Lereng. (Online)

http://pinterdw.blogspot.com/2012/03/klasifikasi-kemiringan-lereng.html

diakses pada 15 April 2013

Putri, Harmin Adijaya. 2013. Konservasi Tanah Air dan Erosi. (Online)

http://mimetakamine.blogspot.com/2013/03/konservasi-tanah-air-dan-

erosi.html diakses pada 15 April 2013

Samrumi. 2009. Erosi yang Masih diperbolehkan. (Online)

http://samrumi.blogspot.com/2009/01/erosi-yang-masih-

diperbolehkan.html diakses pada 15 April 2013