peran perpustakaan smp n 161 jakarta dalam...
TRANSCRIPT
PERAN PERPUSTAKAAN SMP N 161 JAKARTA
DALAM MENINGKATKAN MINAT MEMBACA
SISWA Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.I.P)
Oleh
Darmawati
NIM: 0025018606
Pembimbing
Agus Umar, S.Ag., M.Hum
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H./2009 M.
PERAN PERPUSTAKAN SMP N 161 JAKARTA DALAM
MENINGKATKAN MINAT MEMBACA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.I.P)
Oleh
Darmawati
NIM: 0025018606
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H./ 2009 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PERAN PERPUSTAKAAN SMP N 161 JAKARTA DALAM
MENINGKATKAN MINAT MEMBACA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 4 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.I.P) pada Program Studi Ilmu
Perpustakaan.
Jakarta, 4 Juni 2009
Sidang Munaqosyah
Ketua Sidang Sekertaris Sidang
Drs. Rizal Saiful Haq, MA Pungki Purnomo, MLIS.
NIP.19530319 199504 1 001 NIP.19641215 199903 1 005
Penguji Pembimbing
Ida Farida, MLIS Agus Umar, S.Ag.,M.Hum
ABSTRAK
Darmawati
PERAN PERPUSTAKAAN SMPN 161 JAKARTA DALAM
MENINGKATKAN MINAT MEMBACA . Di bawah bimbingan
Agus Umar, S.Ag., M.Hum. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 62 h.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran perpustakaan
SMP N 161 Jakarta dalam meningkatkan minat membaca. Dengan
memperhatikan program kerja yang dimiliki perpustakaan tersebut
yang berkaitan dengan upaya menumbuhkan dan meningkatkan minat
membaca siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan adalah dengan melakukan wawancara dengan pustakawan
setempat, observasi langsung dan studi pustaka. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Agustus 2007. Berdasarkan hasil wawancara
kepada pustakawan dan observasi langsung ke lapangan bahwa
perpustakaan memiliki beberapa program kerja yang terkait dengan
upaya menumbuhkan dan meningkatkan minat membaca siswa ke
depannya,meskipun pada kenyataannya perpustakaan tersebut belum
memiliki program khusus yang diupayakan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan minat membaca. Program kerja yang terkait dengan
upaya penumbuhan dan peningkatan minat membaca tersebut
antaralain: merubah tata ruang secara berkala dengan asumsi bahwa
dengan perubahan tersebut maka akan tercipta kenyamanan dan
dengan kenyamanan maka siswa akan lebih tertarik untuk
mengunjungi perpustakaan dan pada akhirnya memutuskan untuk
membaca, pengadaan koleksi yang dilakukan minimal satu tahun
sekali, melaksanakan program pustakawan junior yang bertujuan
untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan berbahasa pada
umumnya, pengetahuan dan prestasi siswa dalam hal kepustakaan.
Karena keterampilan berbahasa memiliki aspek yang sangat erat
hubungannya dengan dunia perpustakaan. Beberapa aspek diantaranya
adalah keterampilan menulis, membaca dan berbicara dimana
peningkatan aspek terkait erat dengan perpustakaan yang meyimpan
beragam koleksi sebagai sumber bacaan. Selain dari pada itu
perpustakaan juga memiliki program berkunjung ke pameran-pameran
buku serta bimbingan jurnalistik kepada para pustakawan junior.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah..puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya,hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu, sehingga
selesainya penulisan skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. DR.H.Abdul Chair selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.
2. Dra.Hj.Tati Hartmah,MA selaku Pembantu Dekan I Fakultas Adab dan
Humaniora
3. Ketua jurusan Ilmu Perpustakaan, Bapak Pungky Purnomo,MLIS atas
bimbingan dan saran serta dukungannya.
4. Dosen Pembimbing Bapak Agus Umar S.Ag M.Hum terimakasih atas
waktunya, dan kesabarannya dalam membimbing.
5. Ibu Ida Farida,MLIS selaku dosen penguji, terima kasih atas waktu,
masukan dan bimbingannya,sehingga terselesainya skripsi ini. 6. Seluruh Dosen dan staf fakultas Adab dan Humaniora,terutama Dosen-
Dosen jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah SMPN 161 Jakarta Selatan,
Bapak DRS.Samlawi M.M dan Ibu Listiya Susilawati.M.pd yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di perpustakaan SMPN 161
Jakarta Selatan. 8. Bapak dan Ibu Guru,serta bagian Tata Usaha yang sangat ramah dalam
memberikan informasi yang penulis perlukan. Khususnya kepada
pustakawan SMPN 161 Ibu Endah Sri Utari S.pd terima kasih telah
banyak membantu penulis.
9. Ayahanda H.Muchibbin Ibrahim B.A dan Ibu Hj.Taty Marwaty dan umi
Hasilah,serta mertuaku H.Manang Sumanang dan HJ.Ai Asiah,yang telah
banyak memberi moril dan materil,serta dorongan dan do’anya yang tidak
putus-putus untuk penulis.
10. Untuk suamiku tercinta Didit Mustofa,yang selalu menemani dan
memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Kakak-kakakku, adik-adikku, serta keponakan-keponakanku yang selalu
mendo’akan penulis.
12. Untuk semua teman-temanku seangkatan Jurusan Ilmu
Perpustakaan,khususnya Novi, Ida Farida, Ipeh, Ani, Nuni, Desi,
Wati,yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. semua pihak yang tidak saya sebutkan satu persatu,terima kasih atas segala
bantuannya,semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Jakarta, Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 4
D. Batasan Penelitian......................................................................5
E. Sistematika Penulisan ................................................................6
BAB II LANDASAN TEORITIS..................................................... 7
A. Perpustakaan Sekolah ........................................................... 7
1. Definisi Perpustakaan Sekolah ........................................ 7
2. Fungsi dan Tujuan Perpustakaan Sekolah........................ 9
B. Pembinaan Kebiasaan Membaca Siswa................................. 13
1. Definisi Minat dan Membaca .......................................... 13
a. Definisi Minat………………………………………. 13
b. Definisi Membaca………………………………….. 15
2. Tujuan dan Manfaat Membaca........................................ 18
3. Pengaruh Antara Aktivitas Siswa Dengan Perpustakaan.. 20
a. Faktor Pendukung…………………………………… 25
b. Faktor Penghambat…………………………………. 26
BAB III GAMBARAN UMUM......................................................... 31
A. Gambaran Umum SMPN 161 Jakarta.................................... 31
1. Visi Sekolah....................................................................... 32
2. Misi Sekolah ...................................................................... 32
3. Tujuan Sekolah .................................................................. 32
4. Keadaan Siswa................................................................... 33
5. Keadaan Guru .................................................................... 33
6. Keadaan Pegawai............................................................... 34
7. Struktur Organisasi SMPN 161 Jakarta .............................. 34
B. Gambaran Umum Perpustakaan SMPN 161 Jakarta .............. 35
1. Sasaran .............................................................................. 36
2. Tata Tertib Perpustakaan.................................................... 40
2.1 Waktu Berkunjung………………………………………. 40
2.2 Kewajiban………………………………………………… 40
C. Fasilitas……………………………………………………… 41
D. Koleksi………………………………………………………. 41
E. Program Kerja Perpustakaan………………………………… 43
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................... 46
A. Program Perpustakaan Dalam Meningkatkan Minat Membaca 46
B. Faktor Pendukung Minat Membaca Siswa............................. 52
C. Faktor Penghambat Minat Membaca Siswa........................... 53
D. Potensi Perpustakaan dan Minat Membaca Siswa................. 54
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 62
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dalam undang-undang nomor 25 tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional (propenas) menjelaskan bahwa:
Perpustakaan merupakan sumber daya pendidikan yang penting dalam
upaya meningkatkan kualitas Pendidikan Prasekolah, Pendidikan Dasar dan
Menengah. Dalam upaya Renstra Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Departemen
Pendidikan Prasekolah, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah diantaranya
adalah peningkatan penyediaan penggunaan dan perawatan sarana dan prasarana
pendidikan, termasuk buku dan alat peraga pendidikan, perpustakaan dan
laboratorium bagi sekolah negeri dan swasta secara bertahap. 1
Berdasarkan uraian tersebut diatas sedianya keberadaan perpustakaan
memiliki kekuatan hukum. Karena jelas tercantum dalam undang-undang tersebut
diatas. Sehingga semestinya perpustakaan yang ada disetiap jenjang pendidikan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan dunia pendidikan.
Terkait dengan perpustakaan sebagai salah satu sumber belajar, dalam
kacamata pendidikan peranannya cukup penting. Karena proses belajar mengajar
dapat berjalan dengan efektif jika sumber belajarnya tersedia. Melalui
perpustakaan dengan sumber-sumber informasi yang ada didalamnya sedianya
1 Wahyudiati. “ Optimalisasi Perpustakaan Sekolah Untuk Menumbuhkan Minat Baca’.
Artikel ini diakses tanggal 28 Juli 2009 melalui situs
http://pustaka.uns.ac.id/?opt=1001&menu=news&option=detail&nid=132
dapat membantu untuk meningkatkan mutu kualitas pendidikan dan output-nya
kelak.
Berbagai persepsi muncul ditengah masyarakat tentang perpustakaan.
Perpustakaan dianggap hanya sebagai gudang buku-buku yang tidak dibutuhkan
lagi. Dilingkungan pendidikan, perpustakaan juga dikesankan ekslusif karena
perpustakaan mungkin kurang sosialisasi kepada masyarakat. Dengan kata lain
keberadaan perpustakaan ditengah-tengah dunia pendidikan tidak diketahui pada
umumnya apalagi jika berbicara tentang perannya bagi masyarakat pendidikan.
Secara sederhana definisi perpustakaan adalah Perpustakaan yang tergabung pada
sekolah, dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan dengan tujuan
utama membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus sekolah dan tujuan
pendidikan pada umumnya.2
Pentingnya membaca semakin terasa dalam abad informasi ini, yaitu satu
abad yang ditandai dengan ledakan informasi yang mengacu pada keadaan di
mana terjadi produksi informasi secara besar-besaran karena pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Eksistensi perpustakaan sekolah
sebenarnya merupakan sarana informasi, sarana pendidikan, penelitian, sekaligus
sebagai sarana hiburan.3 Perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi di segala
biadang telah mengubah kebudayaan manusia dan tidak dapat dipungkiri ada
kaitannya dengan perpustakaan. Perpustakaan adalah salah satu sarana untuk
menyimpan informasi tersebut. Kehadiran perpustakaan bukanlah hal yang baru di
2 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama,
1991) 3Dian Sinaga, "Peranan Gambar dan Ilustrasi Dalam Membina Minat Baca", Majalah
IPI, vol.6 no.12 1987, h.119-121
kalangan masyarakat. Dimana-mana telah diselenggarakan perpustakaan seperti
sekolah baik umum maupun kejuruan. Keberadaan perpustakaan adalah untuk
menunjang sarana belajar mengajar.
Menurut Darmono, hakikat perpustakaan sekolah adalah pusat atau sumber
belajar dan sumber informasi bagi pemakainya ( anak didik ).4 Perpustakaan juga
berfungsi sebagai rekreasi untuk menunjang hobi dan imajinasi pengunjung.
Perpustakaan juga bermanfaat sebagai pusat penelitian yang berarti perpustakaan
sebagai lembaga yang turut menunjang kegiatan riset yang terkait dan tersedia di
perpustakaan, dan terakhir adalah fungsi deposit yang berarti fungsi menyimpan
dan melestarikan semua karya cetak dan karya rekam.5 Namun masih sedikit
sekali yang memiliki kesadaran akan arti pentingnya membaca, hal ini disebabkan
karena beberapa kendala yaitu kurangnya sarana perpustakaan sekolah yang
berakibat pada rendahnya pertumbuhan minat baca siswa dan guru yang akhirnya
menghambat tumbuh kembangnya pola pikir kritis siswa sebagai model bagi
terciptanya kondisi berfikir ilmiah di lingkungan sekolah.6
Untuk mengembangkan dan memajukan pendidikan suatu bangsa dipengaruhi
sebagai faktor, antara lain keberadaan perpustakaan pada setiap sekolah baik di
tingkat TK, SD, SMP, SMU atau Perguruan Tinggi. Karena perpustakaan sekolah
tidak hanya menyimpan bahan pustaka saja tetapi dapat juga dijadikan sebagai
tempat belajar, rekreasi dan penelitian serta dapat menunjang keberhasilan belajar
mengajar di sekolah yang bersangkutan.
4 Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah (Jakarta: PT. Grasindo,
2001), h.1-2 5 Ibid.
6 Iwan Hermawan, "Potret Perpustakaan Dewasa Ini", Berita Pikiran Rakyat On-Line,
Jakarta 11 Juni 2003, h.3
Bahan pustaka merupakan aset utama yang sangat berharga bagi perpustakaan,
sehingga pihak perpustakaan harus sungguh-sungguh dalam menjaga dan merawat
bahan pustaka yang ada. Dengan perawatan bahan pustaka secara baik, pihak
perpustakaan tinggal menambah secara berangsur-angsur, sedikit tapi pasti,
melalui belanja sekolah atau dengan program pengumpulan buku-buku, baik buku
baru dan buku bekas, dapat berupa sumbangan dari pemerintah ataupun
sumbangan dari siswa telah lulus atau bisa juga bekerjasama dengan sekolah lain
dengan cara saling tukar bahan pustaka. Perpustakaan sekolah sedianya mampu
menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan dapat menumbuhkan dan
mengembangkan minat membaca dikalangan kaum terpelajar melalui bahan
bacaan (koleksi) yang dimilikinya. Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui peranan perpustakaan sekolah dalam menumbuh dan
mengembangkan minat membaca dilingkungan SMP N 161 Jakarta Selatan.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Membaca menjadi begitu penting karena mereka yang terbiasa membaca
memiliki kecerdasan dan peradaban yang tinggi yang berguna bagi dirinya sendiri
dan berguna bagi orang lain.
Untuk lebih mengarah pada skripsi ini penulis membatasi pembahasan
sebagai berikut :
1. Peran Perpustakaan dalam meningkatkan minat baca pada siswa SMP Negeri
161.
2. Kontribusi SMP Negri 161 dalam meningkatkan keberhasilan belajar peserta
didik ke masa yang akan datang.
Dan agar tidak terjadi kesimpangsiuran, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana peran perpustakaan dalam meningkatkan kebiasaan membaca
siswa?
2. Adakah program-program perpustakaan dalam meningkatkan kebiasaan
membaca siswa ?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut :
Mengetahui peran Perpustakaan SMPN 161 dalam meningkatkan kebiasaan
membaca.
Mengetahui program – program yang dimiliki perpustakaan dalam
meningkatkan kebiasaan membaca siswa.
Metodologi Penelitian
Tipe Penelitian
Penelitian pada skripsi ini berlandaskan kepada metodologi penelitian
deskriptif. Dengan mengunakan pendekatan deskriptif analitis. Pendekatan
penelitian deskriptif analitif adalah penelitian untuk mengeksposisi
(menguraikan) atau menggambarkan kondisi lapangan secara apa adanya.7
7 Moh.Nazir. Metodologi Penelitian.—Cet.3 (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h. 72
Subjek Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perpustakaan dalam
menumbuhkan dan mengembangkan minat membaca dikalangan siswa
SMPN 161 Jakarta, maka yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah
pustakawan sekolah setempat karena menggunakan metode wawancara.
Objek Penelitian
Karena yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah peran
perpustakaan dalam menumbuh dan mengembangkan minat membaca
maka yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perpustakaan SMPN
161 Jakarta
Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini antaralain:
Data primer diperoleh dari pustakawan SMP N 161 Jakarta
Data sekunder diperoleh dari bahan-bahan bacaan seperti buku, artikel-artikel
baik dalam jurnal tercetak maupun elektronik.
Data-data tersebut diperoleh melalui:
1. Observasi langsung
2. Wawancara
3. Studi pustaka
Tempat dan Waktu Penelitian
Wawancara dan observasi dalam rangka penelitian dilaksanakan pada
bulan Agustus 2007.
Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang isi dan materi yang
terkandung dalam skripsi, maka berikut ini penulis uraikan sistematika
penyusunan secara garis besarnya yang terdiri dari lima bab dan masing –
masing bab memiliki sub- sub bab, secara keseluruhan meliputi sebagai
berikut :
BAB I Pendahuluan, yang berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan perumusan masalah, Tujuan
penelitian, Metodologi Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Tempat dan Waktu Penelitian dan
Sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teoritis, yang berisi Tentang Perpustakaan Sekolah terdiri
dari: Definisi Perpustakaan Sekolah, Fungsi Perpustakaan Sekolah,
Tujuan Perpustakaan Sekolah, Pembinaan Kebiasaan Membaca Siswa
Yang Terdiri dari: Definisi Minat, Definisi Membaca, Tujuan dan
Manfaat Membaca, Perpustakaan Sekolah dan Strategi Menumbuhkan
Minat Membaca, Faktor Pendukung Pembinaan Minat membaca,
Faktor Penghambat Pembinaan Minat Membaca,
BAB III Gambaran Umum Perpustakaan SMP Negeri 161,
berisi Sejarah Berdirinya Perpustakaan SMP N 161
Jakarta, Sasaran dan Tata Tertib Perpustakaan, Waktu
Berkunjung, kewajiban Anggota Perpustakaan,
Fasilitas, Koleksi, Program Kerja Perpustakaan
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan bersisi tentang Hasil
Wawancara dengan Pustakawan Setempat dan
Observasi Langsung
BAB V Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran–saran.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Perpustakaan Sekolah
Definisi Perpustakaan Sekolah
Ketika kita mendengar kata Perpustakaan, dalam benak kita langsung
terbayang sederatan buku – buku yang tersusun rapih di dalam rak sebuah
ruangan. Pendapat ini kelihatannya benar, tetapi kalau kita mau memperlihatkan
lebih lanjut, hal ini belumlah lengkap karena setumpuk buku yang diatur di rak
sebuah toko buku tidak dapat disebut sebagai sebuah perpustakaan.
Sedangkan kalau diambil dari Bahasa Indonesia, kata perpustakaan berasal
dari kata dasar “ Pustaka “ yang berarti media tertulis yang mendapat imbuhan
awal “ per “ dan akhiran “ an “, sehingga kata “ perpustakaan “ berarti segala hal
yang berhubungan dengan media tertulis (terekam). Sedangkan untuk
perpustakaan sekolah sendiri dinyatakan sebagai berikut :8
a. Menurut Sulistyo Basuki, sebagai salah seorang pakar ilmu
perpustakaan di Indonesia ia menyatakan definisi perpustakaan sekolah bahwa “
Perpustakaan yang tergabung pada sebuah sekolah, dikelola sepenuhnya oleh
sekolah yang bersangkutan dengan tujuan khusus sekolah dan tujuan pendidikan
pada umumnya.9
8 Soeatminah, Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan (Jakarta: kanisius, 1992)
9 Sulistyo Basuki, Periodeisasi Perpustakaan Indonesia (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1994
b. Menurut UNESCO, International Bureau of Education UNESCO,
adalah satu Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) yang menangani
masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya dunia mengemukakan definisi
perpustakaan sekolah ( School Library ) sebagai berikut : Kumpulan koleksi
dengan ragam yang luas dan menyatu dari bahan-bahan tercetak dan bahan
pandang dengar yang diseleksi dengan penuh hati-hati diorganisasi dan diindeks
menurut subjek agar dapat dengan mudah ditemukan kembali dan digunakan
bersama dengan menyediakan layanan konsultasi, dan distribusi .
Definisi perpustakaan sekolah adalah suatu unit kerja dari suatu badan
atau Lembaga tertentu yang mengelola bahan-bahan pustaka baik berupa buku-
buku atau bukan berupa buku ( non book material ) yang diatur secara sistematis
menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi oleh
setiap pemakai.10
Perpustakaan sekolah merupakan salah satu jenis perpustakaan pada
umumnya yang terbentuk dalam suatu lembaga yang dinamakan sekolah.
Perpustakaan ini didirikan agar kegiatan belajar mengajar yang digariskan dalam
kurikulum dapat berjalan dengan lancar. Adapun para pemakai perpustakaan
sekolah adalah orang–orang yang berada di dalam lingkungan sekolah, yaitu guru,
karyawan, dan yang terutama adalah para siswa sekolah tersebut.
Perpustakaan bukan merupakan hal yang baru di kalangan masyarakat
dimana telah diselenggarakan perpustakaan di sekolah–sekolah baik Sekolah
Umum maupun Sekolah Kejuruan, baik Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah.
10
Drs. Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Cet.3 (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2001)
Begitu pula di kantor–kantor bahkan sekarang telah diadakan perpustakaan umum
baik di tingkat kabupaten sampai dengan di tingkat desa.
Definisi perpustakaan sekolah adalah suatu unit perangkat perlengkapan
pendidikan yang merupakan bagian terpadu dari sistem kurikulum yang
mempunyai ruang, koleksi, pengolahan, dan tenaga pengelola11. Menurut standar
sebagai pusat sumber belajar, kegiatan belajar mengajar sedangkan menurut
Soeatminah, perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang ada di sekolah
sebagai sarana pendidikan untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan
prasekolah, pendidikan dasar dan pendidikan menengah12
.
Fungsi Perpustakaan Sekolah
Menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Nomor 0103/
0/1981, tanggal 11 Maret 1981, mempunyai fungsi sebagai berikut :
Pusat kegiatan belajar mengajar unuk mencapai tujuan pendidikan seperti
tercantum dalam kurikulum sekolah.
Pusat penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa dapat
mengembangkan kreatifitas dan imajinasinya.
Pusat membaca, guna menambah ilmu pengetahuan, rekreasi, dan mengisi
waktu terluang13 .
11
Karmidi Martoatmodjo, "Perpustakaan dalam mendukung tugas belajar dan
mengajar", Majalah Berita Perpustakaan, No 39-44, (Yogyakarta : 1981-1982), hal 21 12
Soeatminah, Perpustakaan Kepustakawanan dan Pustakawan (Jakarta: Kanisiua,
1992) 13
Dikutip dari Rizal Saiful Haq, Improving School Library Role in Developing Countries
(karya tidak diterbitkan. Sheffield, UK: The University of Sheffield, 1994)
Fungsi perpustakaan merupakan penjabaran lebih lanjut atas semua tugas
perpustakaan. Fungsi perpustakaan tersebut antara lain adalah sebagai sumber
informasi, bahan bacaan, konsultasi, dan berperan dalam menunjang pendidikan
dan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Perpustakaan sekolah didirikan untuk menunjang pencapaian tujuan
sekolah, yaitu pendidikan dan pengajaran seperti digariskan dalam kurikulum
sekolah. Adapun fungsi perpustakaan sekolah adalah:
a. Sebagai sumber kegiatan belajar mengajar, yaitu membantu program
pendidikan dan pengajaran sesuai dengan tujuan yang terdapat dalam
kurikulum. Mengembangkan kemampuan anak menggunakan sumber
informasi. Bagi guru, perpustakaan merupakan tempat untuk membantu
guru dalam mengajar dan memperluas pengetahuan.
b. Membantu siswa untuk memperjelas dan memperluas pengetahuannya
pada setiap bidang studi. Oleh karena itu, perpustakaan dapat dijadikan
sebagai semacam laboratorium yagn sesuai dengan tujuan di dalam
kurikulum.
c. Mengembangkan minat dan budaya membaca yang menuju kebiasaan
belajar mandiri.
d. Membantu siswa dalam mengembangkan bakat, minat dan kegemarannya.
e. Membiasakan siswa untuk mencari informasi di perpustakaan.Kemahiran
siswa untuk mencari informasi di perpustakaan akan menolongnya untuk
mampu belajar secara mandiri dan memperlancar dalam mengikuti
pelajaran selanjutnya.
f. Merupakan tempat untuk mendapatkan bahan rekreasi sehat melalui buku-
buku bacaan yang sesuai dengan umru dan tingkat kecerdasan siswa
g. Memperluas kesempatan belajar bagi siswa.14
Smith dkk dalam The Educator’s Encyclopedia, menyatakan “ School
Library is a carter for learning “ yang artinya perpustakaan sekolah itu
merupakan sumber belajar apabila ditinjau dari sudut tujuan murid–murid
mengunjungi perpustakaan sekolah, maka ada yang tujuannya untuk belajar, untuk
berlatih menelusuri buku–buku perpustakaan sekolah, untuk memperoleh
informasi bahkan mungkin ada juga murid yang mengunjungi perpustakaan
sekolah dengan tujuan hanya sekedar mengisi waktu senggangnya atau yang
bersifat rekreatif.
Salah satu ciri perpustakaan adalah bahan pustaka atau sering juga disebut
koleksi pustaka. Ada beberapa ciri perpustakaan yang dapat kita rinci, sebagai
berikut15
:
1. Perpustakaan itu merupakan suatu unit kerja
2. Perustakaan mengelola sejumlah bahan pustaka
3. Perpustakaan harus digunakan oleh pemakai
4. Perpustakaan sebagai sumber informasi
Singkatnya fungsi perpustakaan sekolah adalah mendukung proses belajar
mengajar di sekolah. Dengan segala keterbatasan, perpustakaan sekolah sangat
14
Wijayanti. “Peran Perpustakaan Sekolah Sebagai Pendukung Proses Belajar Mengajar”.
Artikel ini diakses tanggal 31 Juli 2009 melalui situs
http://media.diknas.go.id/media/document/4759 15
Drs. Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2001), h.2-3
diperlukan terutama oleh siswa, untuk itu perpustakaan sekolah harus tetap eksis
karena paling tidak ada empat hal yang diemban perpustakaan sekolah untuk
membekali siswa yaitu:
1. Menjadikan siswa gemar membaca
2. Dapat memilih bahan bacaan yang baik
3. Dapat membaca dengan baik
4. Trampil menemukan informasi yang diperlukan baik selama ia
menjadi siswa maupun ketika mereka sudah lulus. Meskipun hal
tersebut sangat tidak mudah tetapi harus kita upayakan demi
tercapainya tujuan pendidikan dan tujuan proses belajar mengajar di
sekolah.16
Tujuan Perpustakaan Sekolah
Bagi setiap orang terpelajar dan terdidik, masuk sebuah perpustakaan berarti ingin membaca dan mendapatkan
informasi. Bentuk dan jenis bacaan, tentu tidak sama untuk setiap orang, tetapi yang sama adalah kegiatan ke arah
membaca dan mempelajari sesuatu.
Tujuan proses belajar mengajar di sekolah, indikasi manfaat tersebut tidak hanya berupa tingginya prestasi
murid–murid, tetapi lebih jauh lagi antara lain adalah murid–murid mampu mencari, menemukan, menyaring, dan menilai
informasi. Murid–murid terbiasa belajar mandiri, berlatih ke arah tanggungjawab, selalu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Tujuan perpustakaan dibagi 2, yaitu :17
a. Tujuan Umum, Perpustakaan Sekolah bertujuan untuk memberikan
kelengkapan sarana belajar mengajar yang berupa bahan tercetak dan
bahan terekam untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah.
16
Wijayanti. “Peran Perpustakaan Sekolah Sebagai Pendukung Proses Belajar Mengajar” 17
Drs. Mudjito M.A, Modul 1-6 Pembinaan Minat baca , (Jakarta: Universitas Terbuka,
2001)
b. Tujuan Khusus, Perpustakaan diselenggarakan untuk :
a) Meletakkan dasar–dasar untuk belajar mandiri
b) Memupuk nikmat dan bakat pada umumnya, dan minat baca pada
khususnya.
c) Mendidik siswa untuk memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka
secara efektif dan efisien,
d) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah atas usaha dan
tanggungjawab sendiri.
e) Mengembangkan penghargaan pada pengalaman imajinatif.
f) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mencari, menemukan,
mengolah dan memanfaatkan informasi.
Perpustakaan secara umum bertujuan memberi layanan informasi literer
kepada masyarakat. Tujuan khusus dibedakan oleh jenis perpustakaannya karena
setiap jenis perpustakaan melayani kelompok masyarakat yang berbeda satu sama
lain.
Perpustakaan sekolah dengan posisinya yang strategis merupakan jembatan
antara proses belajar mengajar dan pengembangan pengetahuan secara
berkesinambungan. Bahkan dengan posisinya tersebut perpustakaan sekolah
mempunyai tanggung jawab yang besar untuk perkembangan literasi (melek huruf
dan baca) hingga ke aspek sosial, ekonomi dan budaya18
Dalam manifesto yang dikeluarkan oleh IFLA bahwasanya perpustakaan
sekolah memiliki beberapa tujuan penting yaitu:
18
Artikel ini diakses melalui http://www.ifla.org/vii/STI/pubs/manifesto-id.htm dialih
bahasakan oleh Prof. Sulistyo Basuki dan Lucy Damayanti dalam On Behalf the Relational
Library of Indonesia, ditelusur pada tanggal 24 Agustus 2007 pkl.15.30 wib
a. Mendukung dan memperluas sasaran pendidikan sebagaimana
digariskan dalam misi dan kurikulum
b. Mengembangkan dan mempertahankan kelanjutan anak dalam
kebiasaan dan keceriaan membaca atau belajar serta menggunakan
perpustakaan sepanjang hayat
c. Memberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman dalam
menciptakan dan menggunakan informasi untuk pengetahuan,
pemahaman, atau daya pikir dan keceriaan
d. Mendukung semua murid dalam pembelajaran dan praktek keterampilan
mengevaluasi dan menggunakan informasi tanpa memandang bentuk
format atau media termasuk kepekaan modus berkomunikasi di
komputer
e. Menyediakan akses ke sumber daya lokal, regional, nasional, dan global
dan kesempatan pembelajaran menyingkap ide pengalaman dan opini
yang beraneka ragam
f. Mengorganisasi aktivitas yang mendorong kesempatan serta kepekaan
budaya dan sosial19
g. Bekerjasama dengan murid, guru, administrator dan orang tua untuk
menciptakan misi sekolah.
F. Pembinaan Kebiasaan Membaca Siswa
1. Definisi Minat dan Membaca
19 Ibid.
1.1 Definisi Minat
Kebiasaan membaca dan minat membaca bukanlah sesuatu yang dimiliki
sejak lahir, melainkan harus ditumbuhkan dan dikembangkan. Dengan demikian
diharapkan dari gemar membaca akan meningkat menjadi memiliki jiwa baca, lalu
muncul kebiasaan membaca. Selain itu peningkatan gemar membaca harus
didukung oleh jumlah dan mutu kinerja perpustakaan yang harus ditingkatkan20.
Minat tidak berhubungan dengan ability. Faktor –faktor tertentu tentang
minat baca ditentukan berdasarkan pengalaman dan penelitian. Minat biasanya
bersifat jamak. Pola pekerjaan yang berbeda mempunyai pola minat yang berbeda
pula, perbedaan jenis kelamin juga menunjukkan adanya perbedaan minat21
Moedjito dalam diktatnya pengembangan minat baca mengambil definisi
minat dalam kamus umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Poerwodorminto
yaitu : “Perhatian, kesukaan ( kecenderungan hati ) kepada sesuatu” : sedangkan
Wijono mengutip pengertian minat membaca dari hasil diskusi pusdiklat
perpustakaan IKIP Yogyakarta tanggal 29 April 1978 yang merumuskan : “minat
baca adalah perasaan senang diri seseorang terhadap bacaan, karena adanya
pengertian bahwa dengan bacaan itu dapat diperoleh kemanfaatan bagi dirinya 22
.
Minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu objek, orang atau keadaan
mempunyai hubungan kepentingan baginya sedangkan kebiasaan adalah cara
berbuat yang seragam atau kegiatan yang dilakukan dengan tetap dan
teratur.Tujuan pembinaan minat baca yang terutama adalah untuk menciptakan “
20
Media Pustakawan, "Media Komunikasi antar Pustakawan", vol VIII No.4, Jakarta,
1996 , hal 9 21
Yohanes Ate, Berita Perpustakaan Sekolah, vol 1-2 No. 114 ,Jakarta : 1976, hal 52 22 Wijono (1981) “ Bimbingan membaca “ Berita Perpustakaan Sekolah No 40, hal 38-44
masyarakat membaca “ dengan menekankan pada penciptaan “ lingkungan
membaca untuk semua jenis bacaan pada semua lapisan masyarakat”.
Minat dan kebiasaan membaca merupakan ketrampilan yang diperoleh
setelah seseorang dilahirkan. Dengan demikian minat dan kebiasaan membaca
bukan ketrampilan bawaan, oleh karena itu minat dan kebiasaan membaca dapat
dipupuk, dibina dan dikembangkan.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer membaca diartikan
sebagai aktivasi melihat isi sesuatu yang tertulis dengan teliti serta memahaminya
baik dengan melisankan atau hanya dihati.23
Kegiatan melihat dan memahami isi dari apa yang tertulis mempunyai
bermacam tujuan, namun apapun tujuan seseorang membaca, satu hal yang harus
diingat adalah membaca itu penting, membaca membuat kita mengetahui suatu hal
yang sebelumnya tidak kita ketahui. Membaca juga akan memperluas wawasan
dan pengetahuan kita akan suatu hal yang sudah kita ketahui, dengan kata lain
membaca merupakan salah satu proses belajar.
1.2 Definisi Membaca
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer membaca diartikan sebagai
aktivasi melihat isi sesuatu yang tertulis dengan teliti serta memahaminya baik
dengan melisankan atau hanya dihati.24
23
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarata : Gramedia Pustaka
Utama,1991) 24
Peter Salim dan Salim Yani, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer(Jakarta:
Modern English, 1991), h.9
Kegiatan melihat dan memahami isi dari apa yang tertulis mempunyai
bermacam tujuan, namun apapun tujuan seseorang membaca, satu hal yang harus
diingat adalah membaca itu penting, membaca membuat kita mengetahui suatu hal
yang sebelumnya tidak kita ketahui. Membaca juga akan memperluas wawasan
dan pengetahuan kita akan suatu hal yang sudah kita ketahui, dengan kata lain
membaca merupakan salah satu proses belajar.
Membaca artinya adalah melihat isi sesuatu yang tertulis dengan teliti,
serta memahaminya ( dengan melisankan atau dalam hati ). Membaca hakikatnya
adalah perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerjasama beberapa ketrampilan
yaitu, mengamati, memahami dan memikirkannya.
Tarigan mengutip pendapat Sujaya tentang definisi membaca: membaca
adalah suatu proses penafsiran dan pemberian makna terhadap lambang oleh
seseorang (pembaca) dalam usaha memperoleh pesan yang disampaikan penulis
melaui kata-kata yang berupa tulisan, jadi membaca berhubungan dengan proses
penyandian25.
Membaca adalah suatu proses pengenalan lambang atau simbol, dalam hal
ini adalah huruf-huruf yang disusun secara sistematis sehingga mempunyai makna
membaca merupakan suatu metode dalam berkomunikasi antara pengarang dan
pembaca untuk mencapai pengertian yang sama mengenai suatu pesan.
Membaca merupakan kegiatan individu yang menggunakan pengamatan
untuk menangkap rangsangan bacaan berupa simbolisasi dari suatu pengertian.
Oleh sebab itu membaca pada prinsipnya merupakan proses komunikasi idea dari
25Prof. Henry Guntur Tarigan. Membaca Ekspresif (Bandung : Angkasa, 1985)
suatu pengarang kepada pembaca melaui simbol-simbol yang dipahami bersama
berupa bahasa. Jelas bahwa seberapa jauh intensitas proses komunikasi idea dapat
diperoleh banyak bergantung pada seberapa jauh pembaca dapat memahami
masalah pengarang26. Membaca merupakan usaha untuk mengetahui sesuatu yang
diketahui yang tersimpan dalam suatu sarana bacaan. Banyak ahli yang telah
menulis mengenai hal membaca.
Menurut Gray dan Rogers dikatakan bahwa dengan membaca seseorang
akan banyak mendapat keuntungan antara lain: mengetahui yang actual, up to
date, mengetahui lingkungan, dapat memuaskan pribadi-pribadi memenuhi
tuntutan praktis dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan minat terhadap
sesuatu lebih lanjut memuaskan tuntutan intelektual, memuaskan tuntutan
spiritual, dan lain-lain.
Kegiatan membaca tidak otomatis terhenti ketika seseorang telah
menyelesaikan tingkat pendidikan formalnya, karena belajar sesungguhnya
berlangsung seumur hidup. Keadaan ini dalam dunia pendidikan dikenal sebagai
proses “ pendidikan seumur hidup “ atau long life education. Konsep ini
mengandung pengertian bahwa setelah seseorang menyelesaikan jenjang
formalnya, bukan berarti ia berhenti belajar, ia harus menungkatkan, menambah
dan memperdalam ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh ditingkat pendidikan
formal, serta selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikannya, dan
satu-satunya cara untuk mencapai hal ini adalah dengan membaca terus membaca
dan selalu membaca.
26
Mulyadi Ahmad Nurhadi, “Pembianaan Minat Baca dan Promosi Perpustkaan “ Berita
Perpustakaan Sekolah I 1978, hal 19-24
Tujuan dan Manfaat Membaca
Secara umum tujuan kegiatan membaca dapat digolongkan menjadi dua
yaitu tujuan praktis dan tujuan kultural. Tujuan praktis artinya tujuan membaca
untuk memperoleh hasil praktis seperti untuk lulus ujian, memahami sebuah
masalah, menambah pengertian akan berbagai hal mengetahui latar belakang
persoalan dan sebagainya. Tujuan kultural artinya tujuan membaca yang sekedar
untuk rekreasi rohani belaka atau sebagai hiburan27
.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran formal adalah suatu keharusan
bagi siswa untuk membaca. Menurut Emerly, membaca merupakan kunci bagi
keberhasilan siswa dalam studinya. Pentingnya membaca dalam kegiatan belajar
semakin tinggi.28
Tentang hal ini Zen menyatakan bahwa semakin rendah tingkat
pendidikan maka semakin tinggi tingkat ketergantunagn pada guru, sebaliknya
semakin tinggi tingkat pendidikan semakin rendah tingkat ketergantungan kepada
pendidik. Peran guru TK dan SD jauh lebih besar dibandingkan dengan para
dosen di tingkat Perguruan Tinggi. Di Perguruan Tinggi dosen diharapkan sebagai
pembimbing Mahasiswa dalam menggali ilmu pengetahuan. Tingkat keberhasilan
Mahasiswa lebih banyak tergantung kepada interaksi antara Mahasiswa dengan
sumber belajar29
.
27
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
1991) 28
Donald Emeryl, “ Nead to Read “ School Libraries, no I, 25-30 29
Zulfikar Zen, “Peranan pustakawan bagi civitas akademika dan penelitian khususnya
dalam menunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi” Majalah IPI, 17 (1) 1995, 22-42
Ada beberapa cara yang biasa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan
minat baca sekaligus menjadikan siswa aktif, yaitu :30
1. Sering memberikan tugas yang membuat siswa harus mebaca atau
pergi ke Perpustakaan.
2. Buat jam pelajaran khusus membaca lalu ciptakan yang nyaman dan
menyenangkan.
3. Perkenalkan berbagai jenis literature dan cara mendapatkannya. Akan
lebiah baik bila literature tersebut tersedia di Perpustakaan, khusunya
Perpustakaan sekolah.
4. Adakan kegiatan book of the week dan minta siswa untuk memberi
laporan tentang isi buku tersebut dalam format yang mereka senangi
5. Sesuaikan bahan bacaan dengan tingkat usia siswa sekolah.
6. Jangan terlalu menekan siswa pada tahap awal dilaksanakannya
program untuk menumbuhkan minat baca.
7. Buatlah papan bulletin atau jurnal dengan tema tentang membaca.
Apapun tujuan seseorang membaca, satu hal yang harus diingat adalah
membaca itu penting, membaca membuat kita mengetahui suatu hal yang
sebelumnya tidak kita ketahui. Membaca juga akan memperluas wawasan dan
pengetahuan kita akan suatu hal yang sebelumnya sudah kita ketahui dengan kata
lain membaca merupakan salah satu proses belajar.
Tentang faedah membaca, Gray dan Rogers menyebutkan bahwa dengan
membaca seseorang dapat, antara lain :31
30
Artikel ini diakses melalui www. Broward,K12.f1.us/learnsource/readingresearch.htm,
dan ditelusur pada 22 oktober 2001
1. Mengisi waktu luang
2. Mengetahui hal-hal aktual yang terjadi di lingkungannya
3. Memuaskan pribadi yang bersangkutan
4. Memenuhi tuntutan praktis kehidupan sehari-hai
5. Meningkatkan minat terhadap sesuatu lebih lanjut
6. Meningkatkan pengembangan diri rendiri
7. Memuaskan tuntutan intelektual
8. Memuaskan tuntutan spiritual dan lain-lain
Tuntutan agar manusia belajar terus sepanjang hayat juga tidak terlepas
dari usaha manusia agar mampu menghadapi tantangan dan mampu memecahkan
masalah yang timbul sebagai akibat perubahan kehidupan manusia dan
perkembangan masyarakat, guna mencapai kehidupan yang lebih baik.
G. Perpustakaan Sekolah dan Strategi Menumbuhkan Minat Membaca
Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana edukatif disekolah
yang langsung dibutuhkan untuk mempertinggi daya serap dan kemampuan
penalaran murid dalam proses pendidik serta membantu memperluas cakrawala
pengetahuan guru dalam kegiatan mengajar, sehingga perpustakaan sekolah bukan
semata hanya meningkatkan minat baca, lebih lanjut A.S Nasution mengatakan:
“Perpustakaan sekolah bukan lagi hanya sekedar melayani selera pelajar
untuk membaca buku-buku pelipurlara. Perpustakaan itu harus dapat membantu
para pelajar mengenai masalah otak, memperluas dan memperdalam pengetahuan,
31
Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan, "Membaca sebagai sesuatu ketrampilan berbahasa".
(Bandung : Angkasa, ttn), hal 62-62
juga melahirkan kecekatan. Perpustakaan dapat membantu anak-anak dalam
aktivitasnya yang kulikuler maupun kokulikuler “.32
Maka bahwa koleksi perpustakaan sekolah harus mendukung kurikulum
sekolah. Baik tidaknya koleksi itu dapat dilihat dari segi relevan tidaknya koleksi
itu dengan daftar satuan pelajaran yang tertuang dalam kurikulum. Oleh karena itu
para pustakawan dan pembinaan sekolah seharusnya mengetahui hal-hal tersebut
diatas. Situasi kini yakni dengan kemajuan ilnu pengetahuan dan teknologi, anak-
anak harus disiapkan sedini mungkin melalui pemupukan minat baca yang sesuai
dengan kebutuhan anak, kemampuan anak dan dengan segala konsekuensinya.33
Faktor dasar timbulnya kebiasaan membaca pada kalangan siswa adalah
rasa ingin tahu, kemudian rasa ingin tahu itu harus dibimbing dan diwujudkan
dengan tingkah laku membaca. Apabila setiap orang dapat menyadari rasa ingin
tahunya sendiri, maka tidaklah sukar untuk membimbing dan melatih siswa yang
masih duduk dibangku sekolah, untuk meningkatkan kebiasaan membaca.
Namun keenggangan anak ke perpustakaan bisa juga karena koleksi yang
tersedia di perpustakaan kurang menarik bagi anak. Dan perlu disadari
bahwasannya kebiasaan membaca dikalangan remaja saat ini, khususnya pada
ilmu pengetahuan sangat kurang, mereka sangat suka pada buku-buku fiksi. Untuk
mengatasi hal itu kita harus lebih memperhatikan anak-anak yang masih duduk di
Sekolah Dasar. Kemudian guru pada Sekolah Lanjutan Atas harus lebih banyak
berperan, terutama dalam menerapkan CBSA sehingga mau tidak mau siswa akan
32
AS. Nasution, dkk Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Pusat Pembinaan Perpustakaan
Depdikbud, 1984), h.2 33 Ibid. h.52
melatih dirinya untuk memulai membiasakan membaca dan juga harus
diperkenalkan dengan perpustakaan.
Selain faktor pendorong seperti disebut diatas terdapat pula beberapa
faktor penghambat minat baca, secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Lingkungan yang tidak seirama atau searah, antara sekolah dengan
keluarga atau rumah tangga sehingga kurang memberikan motivasi atau
bimbingan pada anak.
2. Anak malas, hal ini tentu mempunyaimotif bermacam-macam dan ini
sukar diungkap.
3. Tugas yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau kesanggupan anak.
4. Terlalu banyak tugas dari guru.
5. Fasilitas yang kurang, kurangnya tenaga pustakawan,walaupun merupakan
tenaga yang non professional.
6. Pelayanan dari perpustakaan dan para pendidik yang kurang paedagogis,
psikologis dan sosiologis.
7. Kurangnya kerjasama antara guru dan pustakawan.
Sekolah dan perpustakaan dapat saling melengkapi dalam usaha
menumbuhkan minat baca. Bahwa perpustakaan merupakan institusi yang
berperan dalam mengembangkan minat dan kebiasaan membaca adalah suatu hal
yang wajar, melihat kenyataan bahwa perpustakaan adalah badan yang
berhubungan secara langsung denagn berbagai jenis bahan bacaan .
Gerakan minat membaca adalah suatu gerakan dan aktifitas seumur hidup,
semua bangsa, bahkan di Negara maju, gerakan ini terus dikumandangkan
walaupun keadaan sastra anak dan remaja jauh lebih banyak. Oleh karena itu
untuk gerakan minat baca ini, yang tentunya memerlukan dana, perlu dicarikan
dana secara swadaya. Lebih jauh Bunanta menyatakan bahwa secara berkala
koleksi buku pun harus ditambah. Ini bisa dilakukan dengan cara mengajarkan
anak meyisihkan uang sakunya untuk membeli buku atau orang tua bisa
memberikan hadiah buku pada saat-saat khusus seperti kenaikan kelas atau pada
hari-hari tertentu seperti hari ulang tahun dan hari besar keagamaan.
Perpustakaan sekolah selain mengoleksi buku-buku pelajaran juga hendaknya memuat buku-buku yang
digemari peserta didik (remaja) masa kini, misalnya “Harry Potter”. Perpustakaan sekolah bisa juga mengoleksi buku
komik, fiksi dan cerita rakyat yang bermuatan positif, menarik dan mendidik. Buku paket pelajaran tetap bisa menjadi
koleksi perpustakaan sekolah. Akan lebih baik lagi kalau perpustakaan sekolah juga mengoleksi buku pendamping
pelajaran. Jadi peserta didik mempunyai alternatif bahan bacaan buku pelajaran selain buku paket. Koleksi perpustakaan
juga sebaiknya spesifik, yaitu buku yang dibutuhkan peserta didik untuk menunjang kegiatan belajar mengajar tetapi sulit
diakses oleh peserta didik, baik itu karena harganya mahal atau terbatas.34
Jika koleksi buku sudah bertambah banyak, ada baiknya keluarga
menciptakan perpustakaan keluarga dimana dalam perpustakaan ini tersimpan
tidak saja kumpulan buku-buku koleksi pribadi anggota keluarga, tapi juga
menyimpan bahan-bahan seperti kaset cerita, brosur perjalanan tempat-tempat
bersejarah, majalah komik, peta bermacam-macam referensi dan berbagai sumber
informasi lainnya, tempatnya tidak harus besar sekali, tetapi memungkinkan
seluruh keluarga untuk bersantai bersama-sama membaca.35
Ada cara lain dimana seseorang tidak selalu harus membaca untuk
mendapatkan informasi, yaitu dengan memanfaatkan media elektronik seperti TV
34
Wahyudiati.”Optimalisasi Perpustakaan Sekolah Untuk Menumbuhkan Minat Baca”.
Artikel ini diakses tanggal 28 Juli 2009 melalui situs
http://pustaka.uns.ac.id/?opt=1001&menu=news&option=detail&nid=1312 35 Op.cit
dan radio. Televisi dan radio umumnya memberikan informasi sekilas tentang
suatu hal yang sifatnya mutakhir dan hal ini merupakan kelebihan dari kedua
media tersebut, namun hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk meninggikan
sumber-sumber tercetak, karena bahan-bahan tercetak seperti Koran, majalah dan
lain-lain, selain mampu menyajikan informasi aktual, pemberitaannya juga
mencakup wawasan yang lebih berkembang, komprehensif dan lebih mendalam
karena bahan-bahan tercetak pada umumnya menyediakan latar belakang
informasi dari berita yang dibahasnya untuk pembaca.
Menyangkut masalah yang berhubungan dengan bacaan anak dan remaja,
pustakawan juga harus aktif mencari dan menambah koleksi bukunya. Selain itu
juga, ia juga harus mau menambah pengetahuan dengan membaca buku-buku
referensi yang dapat menunjang pengetahuannya tentang anak-anak dan cara
menyelenggarakan program-program. Dan salah satu faktor kelemahan
perpustakaan sekolah adalah langkanya pustakawan yang professional, merekalah
yang memiliki pengetahuan cukup untuk mengembangkan perpustakaan sekolah.
Kelangkaan ini menyebabkan tidak adanya kepeloporan, bagaimana mungkin
orang yang tidak memiliki pengetahuan perpustakaan akan memiliki dedikasi
yang tinggi, oleh karena itu setiap sekolah minimal diperlukan seorang
pustakawan lulusan diploma perpustakaan atau seorang guru yang ditatar ilmu
perpustakaan yang memadai.36
Adapun faktor-faktor pendukung dan penghambat pembinaan minat baca
yaitu:
36
Aenudin Nur, "Peran dan Fungsi Perpustakaan Sekolah", Media Pustaka , vol.2 no.4
2003, h. 33
1) Faktor Pendukung
a) Adanya lembaga-lembaga pendidikan dari tingkat dasar sampai dengan
tingkat tinggi tempat membina dan mengembangkan minat baca anak
didik secara berhasil
b) Adanya berbagai jenis perpustakaan di setiap kota dan wilayah di
Indonesia yang memiliki kemungkinan untuk dikembangkan dalam hal
jumlah dan mutu perpustakaan, koleksi dan system pelayanannya.
c) Adanya lembaga-lembaga media masa yang senantiasa ikut mendorong
minat baca dari berbagai lapisan masyarakat melalui penerbitan surat
kabar dan majalah.
d) Adanya penerbitan yang memiliki semangat pengabdian dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menerbitkan buku-buku yang
bermutu, baik dari segi isi, bahasa, maupun teknik penyajian
e) Adanya penulis atau pengarang yang memiliki daya cipta, idealisme dan
kemampuan menyampaian pengalaman atau gagasan untuk kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat
f) Adanya kebijaksanaan pemerintah yang secara lansung atau tidak lansung
mendorong atau merangsang pertumbuhan dan pengembangan minat baca
g) Adanya usaha-usaha perseorangan, organisasi dan lembaga, baik
pemerintah maupun swasta yang memiliki prakarsa untuk berperan serta
melalukan kegiatan yang berkaitan dengan minat baca masyarakat.37
37
Drs. Mudjito MA, Modul 1-6 Pembinaan Minat Baca (Jakarta: Universitas Terbuka,
2001), h.99-100
2) Faktor Penghambat
a) Derasnya arus hiburan melalui peralatan pandang dengar, missal: TV dan
film dalam taraf tertentu merupakan “persaingan keras” terhadap minat
baca masyarakat, karena masyarakat lebih senang mendengar dan melihat
dari pada membaca.
b) Kurangnya tindakan hukum yang tegas meskipun sudah ada Undang-
Undang hak cipta terhadap pembajakan buku yang merajalela dapat
memberi akibat secara tidak langsung terhadap minat baca
c) Kurangnya penghargaan yang memadai dan adil terhadap kegiatan atau
kreativitas yang berkaitan dengan pembukuan dapat mengurangi minat
dalam masalah perbukuan
d) Kurang meningkatnya mutu perpustakaan, baik dalam koleksi maupun
sistem pelayanan dapat juga memberi pengaruh negative terhadap
perkembangan minat baca
e) Dalam beberapa taraf kemampuan masyarakat berbahasa Indonesia masih
dipermasalahkan
f) Tingkat pendapatan masyarakat yang relativ rendah dapat mempengaruhi
daya beli atau prioritas kebutuhan
g) Lingkungan keluarga, misalnya kurangnya keteladanan orangtua dalam
pemanfaatan waktu senggang dapat memberi dampak terhadap minat baca
sejak masa kanak-kanak.38
Faktor-faktor tersebut dapat dipelihara melalui sikap-sikap, bahwa dalam
diri tertanam komitmen membaca memperoleh keuntungan ilmu pengetahuan,
38 Ibid.
wawasan dan kearifan, terwujudnya kondisi yang mendukung terpeliharanya
minat baca. Adanya tantangan dan motifasi untuk membaca, serta tersedianya
waktu untuk membaca, baik di rumah, perpustakaan ataupun di tempat lain.
Untuk mengubah kebiasaan membaca, dari tidak suka membaca menjadi berminat membaca, merupakan upaya
pembinaan minat baca. Hal ini dapat dilakukan secara terencana dan terprogram. Dan bukan hanya menjadi tugas
pustakawan saja melainkan melibatkan beberapa pihak yaitu:
1. Pemerintah/Depdiknas/Sekolah dalam hal pendanaan untuk pembinaan koleksi perpustakaan
2. Guru sebagai pelaksana pendidikan untuk lebih intensif dalam mendorong dan meningkatkan minat baca pada
peserta didik
3. Orang Tua/Wali dari peserta didik sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap masa depan si anak
harus menumbuhkan kebiasaan membaca sejak dini di lingkungan keluarga. Orang tua sebaiknya memberikan
teladan bagi putra putrinya untuk gemar membaca. Sesuai dengan prinsip psikologi39
Disekolah guru dapat mengajak peserta didik untuk membaca/ menelaah buku-buku yang menarik di
perpustakaan dan memberi tugas yangsumbernya dicari di perpustakaan. Guru dapat pula mewajibkan peserta didik
membaca sebuah buku setiap minggu, dan orang tua wajib menandatangani laporannya. Guru dibantu pustakawan
sebaiknya mengajarkan juga kepada peserta didik bagaimana menggunakan perpustakaan; mengenal, mencari
mengumpulkan, mengorganisasikan informasi, dan menyajikan hasil yang dibutuhkan.40
Sekolah dapat menumbuhkan minat baca siswa dengan menjadikan perpustakaan bersifat aktif dan
kondusif.Perpustakaan sekolah dapat mengadakan kelompok baca, hari baca, wajib baca, jam baca da;am seminggu, bedah
buku, story telling, berbagai macam perlombaan seperti membuat cerpen, membuat puisi, resensi buku. Dan untuk
merangsang siswa untuk mengunjungi perpustakaan pihak penyelenggara perpustakaan sekolah juga dapat memberikan
rangsangan berupa pemberian hadiah atau penghargaan bagi pengunjung/ anggota yang rajin mengunjungi perpustakaan.
39
Wahyudiati.”Optimalisasi Perpustakaan Sekolah Untuk Menumbuhkan Minat Baca”.
Artikel ini ditelusur tanggal 28 Juli 2009 melalui situs
http://pustaka.uns.ac.id/?opt=1001&menu=news&option=detail&nid=132 40 Ibid.
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum SMP N 161 Jakarta
SMPN 161 Jakarta pada awalnya (1978-1981) bernama SMPN 66 Filial.
Kemudian pada tahun 1982 diresmikan menjadi SMPN 161. Sejak tahun 1996
dengan penetapan Kepala Kantor Wilayah DKI Jakarta SMPN 161 Jakarta
Sebagai Sekolah Unggulan Tingkat Sub Rayon (Kecamatan Kebayoran Lama dan
Pesanggrahan). SMPN 161 Jakarta bukan saja untuk kegiatan belajar siswa,
SMPN 161 Jakarta Juga sebagai pusat kegiatan sanggar MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran) Kecamatan Kebayoran Lama dan kegiatan Sub Rayon
dalam kegiatan Ujian Nasional (UNAS), untuk Kecamatan Kebayoran Lama dan
Pesanggrahan.
Sebagai sekolah unggulan SMPN 161 Jakarta memiliki daya tarik sendiri
seperti dengan menetapkan program English Day sebagai salah satu program
unggulan yang dilaksanakan setiap hari jum’at dan sabtu sejak tahun pelajaran
2002/2003. Program tersebut melibatkan seluruh guru, karyawan dan siswa
diharapkan berkomunikasi dengan bahasa Inggris.
Pada tahun 2004 SMPN 161 Jakarta mengalami rehab total menjadi
gedung berlantai 3 dengan jumlah ruang belajar 33 ruang dan disertai ruang
penunjang yang lengkap. Hingga pada tahun 2005 SMP Negeri 161 ditetapkan
sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN).
Dalam kaitanya dengan pendidikan, sekolah tersebut menetapkan
hubungan siswa dengan guru (Tenaga Kependidikan) sebagai anak dengan orang
tua kedua di sekolah, yang membiasakan memberi salam dan bersalaman antar
keduanya, pembiasaan diri menghargai diri sendiri orang lain termasuk alam
sekitarnya perlu mendapat perhatian bahwa pembentukan budi pekerti sikap
bukan hanya dengan orang, tapi ternyata dengan lingkungan alampun dapat
mempengaruhi (contoh kebersihan dan kerindangan).
1. Visi Sekolah
SMP Negeri 161 Jakarta dalam IPTEK maupun IMTAQ Pelayanan .
2. Misi Sekolah
1) Membentuk insan yang berakhlak mulia dengan memperkuat iman dan
taqwa
2) Meningkatkan mutu pendidikan
3) Mempersiapkan peserta didik untuk diterima di SLTA yang bermutu dan
diterima di masyarakat
4) Membekali peserta didik dengan keterampilan dasar, sesuai dengan
perkembangan IPTEK
3. Tujuan Sekolah
1. Akademik
Dari uraian visi dan misi tersebut di atas. Tujuan sekolah sejak tahun 2003
sampai dengan tahun ke depan mencakup beberapa aspek yaitu:
1. Peningkatan perolehan hasil rata-rata NUAN 3 (tiga) mata
pelajaran minimal dari 6.78 menjadi 7.00
2. Proposi lulusan diterima di SMA/ SMK Negeri 95%
3. Mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris di berbagai kegiatan
sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari
4. Peningkatan sekolah dalam perolehan NUAN minimal peringkat I
tingkat Sub Rayon, 4 tingkat Kodya dan 10 DKI Jakarta
2. Non Akademik
1. Memiliki kelompok Band yang mampu menjadi finalis tingkat DKI
2. Memiliki tim basket yang mampu menjadi finalis tingkat kodya
3. Memiliki tim Voli yang mampu menjadi finalis tingkat kodya
4. Tercapainya disiplin yang tinggi didasari pengalaman agama
(sholat dhuha dan kebaktian bersama)
5. Memiliki tim Footsal yang mampu menjadi finalis tingkat kodya
6. Memiliki tim Paskibra yang mampu menjadi finalis tingkat DKI
Jakarta
4. Keadaan Siswa
Nomor Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 I 152 163 400
2 II 152 168 320
5. III 138 174 312
5. Keadaan Guru
Jenis Kelamin Golongan Pendidikan Status
L P JML I II III IV D1 D2 D3 SM S1 S2 PNS HONOR
20 33 1 32 20 4 2 4 - 42 1 45 8
6. Keadaan Pegawai
Jenis Kelamin Golongan Pendidikan Status
L P JML I II III IV SD SMP SLTA S1 PNS HONOR
11 7 18 - 4 5 - 3 - 11 4 9 9
7. Struktur Organisasi SMP Negeri 161 Jakarta
Koor. Tim Pengend. Mutu
Hj. Sri Mulyani, S.Pd
Koor. Keamanan Sekolah
Drs. Sudin Silalahi
Kepala Sekolah
Drs.H. Sutarmin,MM
Wakil Kepala Sekolah
Fx. Suwartanto, S.Pd
B. Gambaran Umum Perpustakaan SMP N 161 Jakarta
Penyelenggara pendidikan yang baik pasti berupaya untuk menjadikan
pendidikan yang dikelolanya untuk dapat melaksanakan fungsinya sebagai tempat
belajar yang ideal. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan melengkapi
sekolah atau lembaga pendidikan mereka dengan fasilitas belajar mengajar
diantaranya adalah perpustakaan.
Demikian juga dengan SMPN 161 Jakarta yang merupakan salah satu
sekolah ungulan juga berupaya untuk dapat menyediakan fasilitas belajar
mengajar yang memadai bagi masyarakatnya. Peran perpustakaan dirasakan
begitu penting bagi masyarakat sekolah. Hal tersebut juga tidak lepas dari bentuk
tanggung jawab kepala sekolah selaku pemimpin yang mempunyai kewenangan
untuk menentukan langkah strategis dalam memajukan prestasi sekolah pada
khususnya dan pendidikan nasional pada umunnya.
Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan dan kebutuhan dalam
(PBM) Perpustakaan sekolah SMPN 161 Jakarta merupakan suatu integritas bagi
sekolah tersebut. Fungsi dari perpustakaan sekolah utamanya adalah untuk
menunjang kegiatan lembaga induknya. Dengan demikian perpustakaan SMPN
161 Jakarta memiliki visi dan misi yang sesuai dengan sekolah dimana mereka
bernaung. Umunya perpustakaan memiliki fungsi sebagai sumber belajar, sumber
informasi, tempat rekreatif yang edukatif, tempat pelestarian kekayaan budaya
lebih jauh lagi perpustakaan adalah sebagai agen perubahan masyarakat.
Bagi perpustakaan sekolah SMPN 161 Jakarta keberadaannya dirasakan
penting bagi keberlangsungan proses belajar mengajar. Perpustakaan sekolah
SMPN 161 Jakarta merupakan bagian dari unit kerja tata usaha, mulai dari
karyawan (petugas perpustakaan) sampai dengan keuangan dalam pengadaan
sarana kesejahteraan peetugasnya. Berikut adalah struktur organisasi perpustakaan
:
KEPALA SEKOLAH
KETUA
PETUGAS
PETUGAS
T
E
K
NI
S
L
A
Y
AN
AN
Pengadan
Pengolahan
Perawatan
Sirkulasi
Membaca
Referensi
1. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai oleh perpustakaan tersebut kurang lebihnya merupakan tujuan yang ada dalam
sebnuah perpustakaan. Perpustakaan sekolah SMP N 161 Jakarta memiliki sasaran antaralain:
1. Menambah minat membaca siswa
Dengan menumbuhkan minat membaca maka diharapkan siswa dapat tergerak untuk membaca karena minat
membaca merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang berbuat sesuatu terhadap membaca.41
Dengan demikian kecenderungan diharapkan akan berpengaruh lanngsung pada pemanfaatan perpustakaan
sebagai sumber informasi yang didalamnya terdapat beragam bahan bacaan.
2. Menambah kebiasaan membaca
Upaya menumbuhkan minat membaca merupakan langkah awal dalam serangkaian proses menuju pembisaan
sehingga siswa memiliki kebiasaan membaca. Kebiasaan merupakan sesuatu yang kita lakukan pada saat
kapanpun dan dimanapun. Dan dengan kebiasaan membaca juga akan mempengaruhi tumbuhnya mental yang baik serta mengembangkan berbagai macam potensi yang terdalam pada diri siswa. Dan disekolah perpustakaan
merupakan tempat yang dapat menempa kebiasaan ini. Kebiasaan yang tumbuh ini bila dianggap sebagai
sesuatu yang menyenangkan juga akan menuntun siswa menggali bahan belajar yang efektif.42
3. Memperkaya Pendidikan dan Pengajaran
4. Mengajar/ memanfaatkan bacaan sebagai sumber informasi
Perpustakaan sekolah memiliki tujuan sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar maka setiap masyarakat
sekolah berhak memanfaatkannya. Tidak hanya siswa melainkan guru pub berhak memanfaatkannya. Perpustakaan memiliki sumber informasi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan mengajar bagi guru.
5. Mengembangkan kegemaran pribadi melalui bacaan
Selain menyediakan bahan bacaan atau informasi yang berkaitan dengan kebutuhan pendidikan dan pengajaran
(formal), perpustakaan sekolah juga berkewajiban menyediakan bahan bacaan yang bervariasi. Mungkin alasan yang paling mendasar tentang mengapa tingkat membaca siswa rendah adalah dari kenyataan bahwa biasanya
hanya tersedia sedikit buku di perpustakaan sekolah (umumnya buku teks pelajaran). Maka dari itu diperlukan
beragam bahan bacaan lain yang dapat menarik siswa untuk membaca di perpustakaan. Bahan bacaan yang dapat membangun potensi dirinya
6. Mengajar melakukan penelitian sederhana
Kegiatan ini biasanya dapat dikaitkan dengan kegiatan belajar mengajar dikelas. Penelitian yang dimaksud bisa
jadi dalam bentuk penelitian kepustakaan, sehingga siswa dituntut aktif menelusur dan mencari informasi yang
terkandung didalam bahan bacaan yang ada di perpustakaan.
7. Memupuk daya kritik
Membaca tidak hanya kegiatan mengartikan serangkaia kata yang saling berkaitan melainkan juga kegiatan
yang menuntut siswa untuk menangkap dan memahami tujuan yang ingin disampaikan oleh si penulis dalam bacaan tersebut. Dengan demikian siswa diarahkan untuk belajar berpikir kritis. Hal ini juga dapat dimanfaatkan
oleh guru dalam mengajar siswa berpikir kritis (biasanya pada mata pelajaran Sastra).
8. Membentuk daya kreatif cara berfikir ke arah positif
Disinilah pentingnya keberadaan bahan pustaka yang sifatnya rekreatif edukatif. Biasanya bahan bacaan tersebut kaya akan imajinasi dan motivasi yang dapat merangsang daya kreatif dan memberikan semangat
kepada siswa. Karena dengan membaca akan dapat memberikan kecenderungan positif bagi siswa untuk
mengembangkan potensi diri dan berpikir positif.
9. Menumbuhkan inspirasi baru
10. Membentuk kepribadian dan mental yang tinggi
Pada point sebelumnya telah dikatakan bahwa dengan memiliki kebiasaan membaca siswa memiliki
kecenderungan jiwa memiliki mental yang positif dan mampu mengembangkan potensi dirinya. Maka dari itu
41
Darmono. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah (Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana, 2001), h.182 42
Sudarnoto Abdul Hakim. Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah
(Jakarta:Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h.131
perpustakaan sekolah sebagai sarana yang potensial dalam membentuk potensi-potensi tersebut harus berupaya
keras memfasilitasi kebutuhan bacaan siswa yang dapat membentuk kecenderungan tersebut.
Dengan demikian secara garis besar sasaran-sasaran yang ingin dicapai perpustakaan sejalan dengan
fungsi dan tujuan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran lembaga yang menaunginya secara khusus dan cita-cita pendidikan nasional pada umumnya.
Agar pelayanan dan penggunaan perpustakaan berjalan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ingin
dicapai maka sebuah perpustakaan harus memiliki tata tertib atau peraturan. Berikut ini adalah bentuk dari peraturan
atau tata tertib yang terdapat dalam perpustakaan sekolah SMP N 161 Jakarta :
2. Tata Tertib Perpustakaan
2.1 Waktu Berkunjung
Perpustakaan dibuka pukul 07.30 – 13.00
2.2 Kewajiban
1. Siswa yang masuk ke ruang perpustakaan harus rapi/ tertib
2. Siswa yang masuk ke ruang perpustakaan, tasnya supaya dititipkan pada tempat yang telah ditentukan
3. Anggota/ siswa yang akan meminjam buku agar menunjukkan kartu anggotanya kepada petugas perpustakaan
4. Setiap mengembalikan buku yang dipinjam anggota/ siswa diharuskan meminta paraf petugas perpustakaan
pada buku peminjam
5. Buku yang tidak dikembalikan pada waktunya akan dikenakan denda sebesar Rp.200,-/ hari dihitung tanggal
pengembalian
6. Apabila hilang/ rusak diwajibkan mengganti sesuai dengan buku yang dipinjam
7. Peminjaman kolektif pada waaktu jam pelajaran, diharapkan mengembalikan setelah jam pelajaran selesai
8. Buku yang dibaca di ruang perpustakaan agar dikembalikan lagi pada tempatnya yang rapi.
9. Larangan
10. Dilarang membawa tas, makanan dan barang lain yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran ke ruang
perpustakaan
11. Dilarang berbicara keras /bercanda /menggangu teman lain yang sedang membaca
12. Dilarang mengambil buku tanpa izin petugas perpustakaan
13. Dilarang mencorat-coret buku yang dibaca.
3. Fasilitas
Fasilitas yang dimiliki perpustakaan sekolah ini antaralain:
1. Meja study carel, yang dapat digunakan oleh siswa yang membutuhkan tempat nyaman untuk membaca atau pun
mengerjakan tugas-tugas sekolah
2. Rak-rak koleksi yang terjajar rapi
3. Komputer
4. Ruang membaca yang juga dilengkapi karpet agar siswa-siswi dapat memilih tempat untuk membaca sesuai yang
mereka inginkan.
4. Koleksi
Perpustakaan sekolah SMP N 161 Jakarta memiliki koleksi yang beragam. Terdiri dari koleksi buku teks
pelajaran dan non buku pelajaran. Berdasarkan laporan keadaan buku paket SMP N 161 Jakarta tahun 2004 – 2005
diketahui bahwa:
Inventaris Paket
No.
Bid.Studi
Kelas Baik Rusak Hilang
1. Agama I
II
III
83
161
244
2
3*
12
2. PPKn I
II
III
9
55
250
1
0
15 3. Bahasa
Indonesia
I
II
III
65
126
251
3
2
3 4. Biologi I
II
III
160
243
313
1
3
5 5. Fisika I
II
III
163
245
294
1
1
3 6. Matematika I
II
III
104
188
282
0
5
0 7. Sejarah I
II
III
96
161
253
3
5
4 8. Geografi I
II
III
108
166
243
1
3
4 9. Ekonomi I
II
III
135
177
265
1
0
1
10. Bahasa Inggris I
II
III
74
141
179
2
2
3 Jumlah 5214 86
Dengan demikian dapat diketahui bahwa jumlah buku paket pelajaran yang ada ± 5214 eksemplar jumlah
tersebut belum termasuk dengan koleksi yang telah hilang. Untuk koleksi non buku paket, berdasarkan data katalog
non buku tahun 2004 – 2005 diketahui ada sekitar ± 722 judul buku. Koleksi tersebut merupakan jenis bacaan ringan
(cerita pendek, non fiksi) dan buku pengetahuan umum lainnya.
5. Program Perpustakaan
Agar perpustakaan dapat melayani kebutuhan masyarakatnya dengan baik maka perpustakaan perlu untuk
dikelola dengan baik. Untuk itu sebaiknya perpustakaan memiliki program-program yang dapat mendukung
berlangsungnya kehidupan perpustakaan. Program-program tersebut harus mampu menggerakkan fungsi-fungsi yang
ada. Pun begitu program-program tersebut juga harus mendukung pencapaian tujuan lembaga yang dinaunginya. Dan
isu penting dalam dunia pendidikan dan perpustakaan adalah rendahnya minat membaca dikalangan pelajar mengapa
dikatakan pelajar karena isu tersebut terjadi mulai dari pelajar yang duduk dibangku sekolah dasar hingga perguruan
tinggi.
Idealnya perpustakaan sekolah tersebut juga melalui programnya dapat memberikan kontribusi positif
bagi pertumbuhan minat membaca dan menstabilkannya bahkan meningkatkannya dikalangan masyarakat yang
dilayaninya.
Perpustakaan SMP N 161 Jakarta memiliki program kerja yang diberlakukan bagi keberlangsungan fungsi perpustakaan dan penunjang minat membaca khususnya. Berikut ini merupakan jenis-jenis kegiatan yang terangkum
dalam program berkala atau rutin yaitu:
Pengolahan buku, dilakukan untuk mengorganisasikan buku-buku dan sekaligus mendata buku yang sesuai
dengan kebutuhan siswa
Klasifikasi, dilakukan untuk mengorganisasikan buku-buku dengan mencantumkan notasi klasifikasi sebagai
alat bantu temu balik informasi.
Penataan ruang, dilakukan agar perpustakaan senantiasa terlihat rapih, bersih dan nyaman.
Penambahan koleksi, dilakukan secara berkala sesuai dengan ketentuan yang telah ada (bisanya dilakukan 1
tahun sekali). Pengadaaan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna.
Pengadaan inventaris, dilakukan untuk melengkapi beberapa sarana perpustakaan sebagai pusat belajar,pusat
informasi, pusat rekreasi edukasi.
Pelayanan peminjaman, perpustakaan sekolah SMP N 161 Jakarta memberikan pelayanan peminjaman
kepada para penggunanya.
Promosi, untuk meningkatkan pemanfaatan perpustakaan dikalangan masyarakat sekolah khususnya pawa
siswa maka perpustakaan perlu mengadakaan promosi perpustakaan yang bisa dilakukan dengan
memasukan kegiatan tersebut dalam intrakurikuler maupun ekstra kurikuler.
Survei, dilakukan untuk mengetahui buku-buku baru yang sudah terbit. Biasanya survei dilaksanakan oleh guru
bekerjasama dengan pustakawan.
Pemeliharaan koleksi, dimaksudkan agar koleksi tetap aman digunakan dan terhindar dari kerusakan baik
yang disebabkan oleh hama (serangga, rayap.dll.) maupun yang disebabkan oleh manusia dan bencana
alam.
Laporan, perpustakaan memiliki kewajiban untuk memberikan laporan sebagai pertanggung jawaban terhadap
kepala sekolah
Pelatihan, pustakwan sekolah diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan guna memperdalam wawasan
dan keahlian.
Pertemuan MPPS, juga ditujukan untuk menambah wawasan pustakawan sekolah
Pembuatan grafik kunjungan dan peminjaman dilakukan untuk mengetahui perkembangan perpustakaan
melalui indikator peminjaman koleksi dan kunjungan ke perpustakaan
Berdasarkan keterangan yang diperoleh oleh peneliti dengan melakukan wawancara kepada pihak yang
terkait dengan perpustakaan bahwa pihak sekolah memberikan keleluasaan bagi pengelola perpustakaan untuk
mengatur urusan rumah tangganya, selama program-program yang ada tidak menyimpang dari tujuan sekolah.
Contohnya adalah pihak sekolah memberikan bantuan dan kewenangan bagi perpustakan yaitu:
1. Memberikan dana (biaya) bagi petugas perpustakaan untuk mengikuti seminar ataupun pelatihan
2. Memberikan kewenangan pihak sekolah untuk membeli buku-buku yang dibutuhkan (judul dan jenis buku),
sarana dan penataan ruangan.
Dan sejauh ini perpustakaan sekolah SMPN 161 Jakarta belum memiliki program-program khusus
berkaitan dengan upaya penumbuhan dan peningkatan minat membaca dikalangan siswa SMP N 161 Jakarta. Kondisi
tersebut dapat terlihat dalam petikan wawancara yang diuraikan dalam hasil penelitian dan pembahasan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Progam Perpustakaan Dalam Meningkatkan Minat Membaca
Perpustakaan SMPN 161 Jakarta adalah salah satu bagian dari kehidupan penyelenggaraan pendidikan
yang ada dilingkungan sekolah SMPN 161 Jakarta. Keberadaan dan fungsinya cukup diketahui oleh masyarakat
sekolah tersebut. Hanya saja, eksistensi perpustakaan sekolah tersebut tidak berjalan bersamaan dengan tingginya
pemanfaatan perpustakaan oleh masyarakat sekolah. Sehingga secara tidak langsung dapat menggambarkan kondisi
masyarakat sekolah yang rendah keinginan (minat) membacanya. Hasil wawancara terhadap pustakawan sekolah
tersebut diketahui bahwa pemanfaatan perpustakaan oleh masyarakat setempat terbilang rendah. Karena hanya sekitar 35-40 orang siswa (kelas VII) yang mengunjungi perpustakaan dan meminjam buku pada waktu istirahat dan jika
diperhatikan setiap harinya ada 100 orang siswa yang berkunjung dan melakukan pinjaman baik pada jam istirahat
maupun diluar jam istirahat. setiap hari. Data tersebut diambil dari data pengunjung dan peminjaman koleksi. Pustakawan berasumsi bahwa, jika dari 1000 siswa (populasi) hanya 100 orang siswa yang mengunjungi
perpustakaan setiap harinya maka dapat dikatakan minat membaca mereka redah.
Dengan kondisi minat membaca yang rendah dan tidak merata karena hanya siswa kelas VII yang sering
mengunjungi dan meminjam buku perpustakaan, tidak menyurutkan pustakawan setempat dalam menumbuhkan dan
meningkatkan minat membaca siswa. Sedianya perpustakaan terus berupaya dan menciptakan program-program yang
bisa menggali potensi tersebut. Berdasarkan wawancara, perpustakaan SMPN 161 Jakarta belum memiliki program-
progrm khusus untuk menumbuhkan dan mengembangkan minat membaca yang umumnya dilakkukan oleh
perpustakaan sekolah seperti bedah buku, story telling, kelompok baca, hari baca dan lain-lain. Seperti kutipan
wawancara berikut ini:”...Dengan kondisi minat membaca yang masih rendah, adakah upaya-upaya yang dilakukan
dalam meningkatkan minat membaca siswa?”. Responden menjawab,” Kalau program khusus kita tidak punya.
Hanya saya berinisiatif melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa menarik siswa untuk datang ke perpustakaan dan
akhirnya tertarik untuk membaca. Seperti dengan mengunjungi beberapa pameran buku. ”
Perpustakaan SMPN 161 Jakarta memiliki program yang umumnya dijalankan rutin pada setiap perpustakaan yang berlangsung secara terus menerus namun ada juga yang dilaksanakan pada waktu tertentu tetapi
masih belum terkait langsung dengan peningkatan minat membaca. Namun pustakawan setempat tidak menyangkal
bahwa memang pada program yang secara rutin dilakukan ditujukan secara tidak langsung sebagai upaya peningkatan
pemanfaatan dan penumbuhan dan pengembangan minat membaca. Program-program tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Merubah tata ruang secara berkala, selain menjadi program umum yang rutin dilakukan, ternyata kegiatan tersebut
menurut pustakawan setempat merupakan salah satu unsur penting dalam upaya menumbuhkan dan meningkatkan
minat membaca siswa. Dengan perubahan tata ruang tersebut akan tercipta kenyamanan. Dan dengan kenyamanan
siswa akan lebih leluasa memanfaatkan perpustakaan. Kondisi tersebut akan mendorong siswa untuk membaca
koleksi-koleksi yang ada di perpustakaan. Seperti kutipan wawancara yang dilakukan terhadap pustakawan:
Sebelumnya telah dikatakan bahwa minat membaca siswa terbilang rendah, adakah upaya-upaya yang dilakukan
dalam meningkatkan minat membaca siswa? Dan responden pun menjawab bahwa perpustakaan tidak memiliki
program khusus berkaitan dengan hal tersebut. Yang berjalan selama ini hanyalah inisiatif saya (pustakawan)
seperti melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa menarik siswa untuk datang ke perpustakaan dan akhirnya
tertarik untuk membaca. Seperti dengan mengunjungi beberapa pameran buku dan merubah tata ruang. Mengapa
merubah tata ruang cukup penting untuk dilakukan? Menurut responden dengan merubah tata ruang bisa
menarik mereka untuk datang ke perpustakaan. Berawal dengan rasa nyaman hingga akhirnya mereka tergugah
untuk membaca di perpustakaan.
2. Pengadaan koleksi, bertujuan untuk menambah koleksi yang variatif dan tidak hanya mengandalkan aspek jumlah
dan kualitas saja, manun berusaha memberikan pilihan bacaan yang diminati siswa dan sesuai dengan kebutuhan
mereka. Pengadaan koleksi rutin dilakukan 1 kali dalam setahun. Menurut pustakwan setempat bahwa siswa akan
tertarik dengan koleksi yang jika dilihat dari penampilan fisiknya saja sudah menarik. Seperti desain cover yang
menarik, tidak terlalu tebal. Dan koleksi yang ada bukan hanya berupa buku-buku teks pelajaran. Berikut kutipan
wawancara dengan pustakwan:
Kondisi minat membaca siswa memang masih rendah, hal tersebut dapat terlihat dari data kunjungan dan
peminjaman buku. Serta bauran siswa yang aktif berkunjunh dan meminjam buku tidak merata karena hanya
siswa kelas VII yang aktif meminjam. Lalu jenis koleksi apa saja yang biasa dibaca dan dipinjam oleh siswa?
Responden menjawab bahwa jenis koleksi yang dipinjam macam-macam, tetapi mereka (siswa) lebih sering
membaca dan meminjam novel, dan buku-buku cerita. Dan mereka (siswa) lebih suka membaca buku-buku yang
tidak terlalu tebal dan desainnya menarik. Karena buku yang tebal biasanya mereka malas membacanya apalagi
jika dari covernya saja tidak menarik. Mereka menyukai buku-buku bergambar dan tidak terlalu tebal, seperti
novel-novel dan buku cerita lainnya.
3. Melaksanakan program pustakawan junior, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan
kemampuan berbahasa pada umumnya, pengetahuan dan prestasi siswa dalam hal kepustakaan. Saat ini anggota
pustakawan junior adalah 10 orang siswa yang teriri dari 9 orang siswa kelas IX dan 1 orang dari kelas VII.
Program pustakawan junior memiliki program kerja sendiri agar lebh terarah. Berikut program kerja pustakawan
junior:
a. Mengikuti lomba-lomba yang berkaitan dengan kepustakaan
b. Mengikuti lomba-lomba yang berkaitan dengan kebahasaan
c. Melaksanakan pengenalan materi kepustakaan (melibatkan tutor dan pengelola juga pihak terkait)
d. Menerima dan mendampingi tamu kunjungan perpustakaan
e. Membimbing dan membantu teman sejawat yang membutuhkan informasi tentang kepustakaan
Program-program tersebut diatas diharapkan dapat meningkatkan minat dan kebiasaan membaca yang berawal dari para pustakawan junior tersebut. Menurut asusmsi pustakwan bahwa melalui teman sebaya upaya
peningkatan minat membaca dapat berjalan efektif. Karena dalam salah satu program pembentukkan pustakawan
junior adalah membimbing dan membantu teman sejawat yang membutuhkan informasi tentang kepustakaan.
Sehingga mau tidak mau pustakawan junior harus memiliki wawasan yang luas dan hal tersebut dapat mereka
lakukan dengan giat membaca. Karena bagaimana mungkin teman-teman mereka akan gemar membaca jika
pustakwan junior yang notabenenya juga teman sebaya mereka tidak memiliki kebiasaan membaca.
Selain dari itu pustakawan junior juga diberikan bimbingan jurnalistik guna melatih siswa untuk
menjadi jurnalis. Hasil dari liputan tersebut akan dipublikasikan di mading perpustakaan. Seperti pada saat
menghadiri acara Japan Expo, mereka tidak hanya hadir di acara tersebut namun juga harus meliput kegiatan yang mereka lakukan dalam acara tersebut untuk dipublikasikan kelak.
Program pustakawan junior membutuhkan alokasi dana sendiri sebagai penunjang pelaksanaan
kegiatannya. Program tersebut memperoleh dana yang anggarannya diperoleh dari keuangan sekolah (BOS atau
BOP), donatur dan pihak terkait yang perduli dengan kepustakaan. Untuk rincian dana tidak langsung ditentukan
jumlahnya. Anggaran akan langsung dihitung bila ada kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi.
4. Menghadiri acara pameran buku
Para pustakawan junior bersama-sama dengan pembina dan pustakawan menghadiri acara pameran buku, seperti
pameran buku yang digelar di Istora Senayn Jakarta yang berlangsung pada bulan Juni 2009, menghadiri Japan Expo pada tahun 2009 dan para pustakwan junior juga meliput acara tersebut sebagai pembelajaran tim jurnalis.
Berdasarkan hasil wawancara dan analisis peneliti bahwa pustkawan junior memiliki fungsi strategis untuk
mendorong pertumbuhan minat membaca sehingga tercipta kebiasaan membaca para siswa sekolah tersebut. Pada
uraian diatas telah disebutkan bahwa tujuan pembentukkan pustkawan junior adalah untuk meningkatkan
keterampilan dan kemampuan berbahasa pada umumnya, pengetahuan dan prestasi siswa dalam hal kepustakaan.
Mengapa disebutkan juga untuk meningkatkan kemampuan berbahasa? Ditinjau lebih jauh memang ketermpilan
berbahasa memiliki keterkaitan dengan dunia kepustakaan. Keterampilan berbahasa sendiri meliputi berbagai aspek
yaitu: menulis, membaca dan berbicara. Untuk melatih dan meningkatkan prestasi dan ketrampilan berbahasa
diperlukan sarana yang dapat menunjang keterampilan tersebut yaitu bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan.
Dan agar bahan pustaka yang ada diperpustakaan dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh siswa maka idealnya pun
mereka memiliki keterampilan berbahasa yang baik.
Dan untuk menunjang kegiatan-kegiatan tersebut maka perpustakaan penting untuk melakukan
pembenahan seperti yang sudah dilakukan yaitu dengan merubah tata ruang. Begitu pula pengadaan koleksi yang rutin dilakukan oleh perpustakaan setiap satu tahun sekali juga ditujukkan untuk menarik siswa lebih aktif membaca
dan meminjam buku.
B. Faktor Pendukung Minat Membaca Siswa
Selain ada faktor-faktor yang melatar belakangi rendahnya minat membaca juga terdapat beberapa faktor yang
mendukung minat membaca siswa SMPN 161 Jakarta. Menurut pustakawan setempat faktor pendukung tersebut
adalah:
1. Malas jajan, sehingga mereka menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan untuk membaca
2. Memenuhi tugas yang diberikan oleh guru sehingga mereka mengunjungi perpustakaan untuk mencari informasi
yang diperlukan dalam penyelesaian tugas
3. Daya tarik pustakawan, untuk sebagian siswa berkomunikasi dengan pustakawan adalah hal yang
menyenangkan. Baik untuk mencari rujukan buku-buku baru dan buku-buku yang mereka sukai. Bahkan ada
yang curhat ke pustakawan.
4. Terakhir adalah karena kenyamanan perpustakaan
Mengingat kondisi redahnya minat membaca siswa SMP N 161 Jakarta ada beberapa upaya yang dilakukan oleh pihak perpustakaan termasuk merubah tata ruang yang ditujukkan untuk menarik siswa berkunjung ke
perpustakaan. Menurut responden bahwa kenyamanan akan mendorong siswa untuk berkunjung ke
perpustakaan hingga pada akhirnya mereka akan memutuskan untuk membaca. ”Bagi siswa yang malas ke
kantin untuk jajan, mereka lebih senang menghabiskan waktu istirahat dengan membaca di perpustakaan,
Sekalian mencari tugas, suka curhat dengan saya dan merasa nyaman di perpustakaan.”
C. Faktor Penghambat Minat Membaca Siswa
Diketahui bahwa minat membaca siswa SMPN 161 Jakarta relatif rendah Karena hanya siswa kelas VII yang
memiliki minat membaca yang tinggi yang telah terbina sejak kecil (dari rumah). Ada beberapa faktor yang melatar
belakangi rendahnya minat membaca tersebut. Selain dari Latar belakang ekonomi keluarga dan potensi diri dari
siswa. Menurut pustakawan setempat bahwa ada beberapa kendala lain dalam menciptakan masalah minimnya minat
membaca siswa khususnya di SMPN 161 Jakarta, yaitu siswa lebih asik dengan HP dan letak kelas yang berjauhan dari perpustakaan.
Menurut responden ada beberapa faktor yang menjadi penghambat rendahnya minat membaca siswa.
Bahwa sekarang dengan teknologi yang semakin canggih, apalagi HP, sepertinya anak-anak (siswa) lebih asik
dengan HP ketimbang membaca buku. Selain itu letak kelas yang berjauhan dari perpustakaan, bagi meraka yang
posisi kelasnya agak jauh dari perpustakaan menjadai salah satu alasan malas mengunjungi perpustakaan.
Jadi faktor penghambat tersebut antara lain:
1. Latar belakang ekonomi Keluarga
2. Potensi diri masing-masing siswa (penyaringan bibit baru)
3. Lebih asik dengan HP ketimbang membaca
4. Letak kelas yang berjauhan dari perpustakaan
D. Potensi Perpustakaan dan Minat Membaca Siswa
Telah diketahui bahwa perpustakaan sekolah memiliki beberapa fungsi didalamnya, diantaranya berfungsi
sebagai pusat sumber belajar, pusat sumber informasi, pusat pendidikan dan hiburan dan pelestarian khazanah budaya bangsa. Fungsi yang sejalan dengan tujuan pendidikan, yaitu mencerdaskan anak didik. Dan memalui koleksi
yang dimiliki sebagai aset yang potensial idelanya perpustakaan dapat mendukung keberlangsungan proses belajar
mengajar maupun peningkatan potensi diri masyarakat sekolah.
Namun tidak semua masyarakat sekolah khususnya siswa memiliki potensi minat membaca yang baik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pustakawan bahwa pada kenyataannya siswa SMP N 161 Jakarta minat
membacanya masih relatif rendah.
Mendapati kondisi minat membaca siswa yang masih rendah bukan berarti perpustakaan tidak dapat melakukan upaya untuk merubah kondisi tersebut. Buktinya pustakawan sekolah setempat masih berupaya merubah
kondisi tersebut walaupun selangkah demi selangkah. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan
peneliti bahwa perpustakaan juga memuliki potensi untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat membaca siswa. Potensi-potensi tersebut diantaranya:
1. Pustakwan yang aktif dan responsif dalam berupaya menghidupkan fungsi-fungsi perpustakaan.
2. Jalinan komunikasi yang hangat antara pustakawan dengan para penggunanya
3. Keberadaan pustakawan junior yang dapat diandalkan dalam menjalankan program penumbuhan dan
peningkatan minat membaca
4. Fasilitas dan koleksi yang dimiliki perpustakaan seperti: koleksi referensi dan buku-buku yang
variatif dan menarik, komuputer dan ruangan yang nyaman dan sebagainya.
Perpustakaan sekolah akan lebih beruntung jika pemegang pimpinan tertinggi pada lembaga yang
menaunginya memiliki perhatian yang tinggi kepada perkembangan perpustakaan, dan mengupayakan pemenuhan
kebutuhan perpustakaan demi kemajuan pendidikan. Namun tidak demikian dengan perpustakaan SMP N 161 Jakarta, selama ini dengan asumsi terbatasnya anggaran yang dimiliki oleh sekolah, pustakawan agak kesulitan dalam
merealisasikan program-program yang memang sangat bermanfaat untuk kemajuan perpustakaan dan kondisi minat
membaca siswa pada khususnya. Seperti kutipan wawancara berikut ini:
Menurut responden bahwa sebelumnya pihak perpustakaan sempat mengajukan usulan beberapa program seperti
storry telling, bedah buku, akan tetapi tidak mendapat tanggapan positif. Menurut kepala sekolah, dengan
keterbatasan dana tidak memungkinkan pihak sekolah untuk mendatangkan nara sumber untuk story telling. Begitu
pula dengan usulan untuk melibatkan guru dan siswa dalam kegiatan story telling namun tidak ada respon dari pihak
guru.
Upaya mentingkatkan dan mengembangkan minat baca bukan hanya tanggung jawab pustakawan sebagai
pengelola perpustakaan saja melainkan menjadi tanggung jawab bersama seluruh penyelenggara pendidikan. Karena
minat membaca akan dapat menjadi potensi sangat menguntungkan bagi siswa sendiri juga bagi kemajuan pendidikan
pada umumnya.
Guru juga memiliki peranan penting untuk menumbuhkan kebiasaan membaca siswa, karena hampir
separuh waktu anak dihabiskan di sekolah/ madrasah.43 Di lingkungan SMPN 161 Jakarta sendiri para guru turut
andil dalam biasaan membaca atau gemar mengunjungi perpustakaan. Peluang tersebut dimanfaatkan oleh para guru sehingga di sekolah tersebut ada satu mata pelajaran survei. Dan tugas mata pelajaran tersebut adalah mengharuskan
siswa mengunjungi tempat-tempat yang telah ditentukan oleh guru mereka juga termasuk mengunjungi perpustakaan.
Kegiatan kunjungan secara rombongan kelas dan didampingi guru biasanya untuk mengadakan survei ke perpustakaan. Jadi siswa terkadang mensurvei ke tempat-tempat yang telah ditentukan oleh guru mereka, seperti ke
ruang guru, perpustakaan, laboratorium dan lain-lainnya.
Selain untuk memenuhi kebutuhan akan tugas dan kesenangan pribadi atau hobi terkadang ada juga siswa
yang datang hanya sekedar untuk menanyakan buku-buku baru yang ada diperpustakaan. Pustakawan tentunya
memiliki keinginan bahwa perpustakaan yang dikelolanya dapat menjadi sumber belajar bagi para siswa yang akan memberikan pengaruh yang besar terhadap kemampuan akademik siswa. Oleh karena itu, pustakawan bukan saja
berupaya agar memiliki fasilitas yang baik dengan keberadaan gedung atau ruangan yang memadai serta koleksi yang
dapat memenuhi kebutuhan siswa, namun harus diikuti dengan penyelenggaraan berbagai macam program yang dapat
meningkatkan minat baca atau keterampilannya dalam pencarian informasi dan kerjasama khususnya antara perpustakaan dan lingkungan sekolah. 44
Menurut pustakawan sekolah setempat bahwa minat membaca siswa kelas VII lebih baik dari ada kelas
VIII dan IX. Kondisi tersebut terlihat dari frekuensi peminjaman buku oleh para siswa. Ada beberapa alasan
menanggapi mengapa minat membaca siswa kelas VII lebih baik dari pada kelas VII dan XI, yaitu:
1. Proses penyaringan siswa baru
2. Latar belakang ekonomi
Mengapa proses penyaringan siswa baru begitu berpengaruh dalam menciptakan kondisi masyarakat
lingkungan sekolah yang sadar membaca dan mengerti akan fungsi perpustakaan? SMPN 161 Jakarta merupakan
salah satu sekolah menengah atas pertama unggulan di DKI Jakarta khususnya di daerah Jakarta Selatan, sehingga
sangat memperhatikan keunggulan bibit-bibit baru yang akan menjadi penerus keberhasilan SMPN 161 Jakarta untuk
terus berprestasi. Maka dari itu pihak penyelenggara sekolah melakukan beberapa tes bagi calon siswa baru dan
menerapkan syarat akademis yang cukup tinggi bagi mereka calon siswa baru.
Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh pustakawan setempat bahwa mayoritas siswa baru pada saat itu berasal dari keluarga menengah atas. Dan kita tahu bahwa dengan latar belakang tersebut sekaligus menunjukkan
latar belakang ekonomi keluarga mereka. Dengan kemampuan ekonomi keluarga, memungkinkan bagi anak-anak dari
kalangan tersebut untuk dapat menikmati informasi (buku) jauh lebih besar ketimbang mereka yang berasal dari
43
Sudarnoto Abdul Hakim. Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah (Jakarta:
Fakultas Adab dan Humaniora, 2006), h.128 44Ibid.
kalangan menengah ke bawah. Bagi mereka kalangan ekonomi menengah kebawah, kebutuhan untuk memenuhi
bahan bacaan anak-anak mereka adalah sebuah pilihan yang sulit karena harus mengalahkan kebutuhan pokok dan itu adalah hal yang tidak mungkin untuk dikalahkan. Dengan kata lain daya beli masyarakat menengah ke bawah akan
bahan bacaan sangat rendah
Jika tadi diuraikan potensi yang dimiliki perpustakaan untuk menumbuhkan dan mengembangkan minat
membaca, menurut analisis peneliti bahwa ada beberapa potensi di luar perpustakaan yang juga bisa dimanfaatkan
untuk mendukunng keberhasilan program penumbuhan dan peningkatan minat membaca seperti: harumnya nama
SMPN 161 Jakarta sebagai sekolah unggulan yang syrat dengan prestasi para siswanya, juga dengan adanya seleksi
penerimaan siswa baru yang harus melewati beberapa test. Dengan adanya potensi tersebut pihak sekolah
bekerjasama dengan perpustakaan dapat lebih aktif untuk meningkatkan kemampuan siswanya salahsatunya
menumbuhkan dan mengembangkan minat membaca.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perpustakaan sekolah SMP N 161 Jakarta dan
perpustakaan-perpustakaan sekolah yang lainnya merupakan
elemen yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar
yang terjadi didalam intern sekolah tersebut maupun proses
pembelajaran secara eksteren (pembelajaran mandiri)
masyarakat yang ada di lingkungan tersebut. Dengan koleksi
sebagai aset utama perpustakaan memiliki peran dalam transfer
ilmu pengetahuan dan informasi serta lebih jauh adalah sebagai
agen perubahan masyarakat. Melalui koleksi masyarakat akan
membaca dan terbiasa membaca.
Dengan demikian proses transfer pengetahuan dapat
berjalan dengan baik. Namun tidak serta merta mereka
(masyarakat yang dilayani) akan secara langsung membaca
koleksi yang tersedia. Karena ada banyak faktor yang
mempengaruhi mereka untuk membaca. Maka dari itu muncul
isu bahwa masyarakat terpelajar Indonesia minat bacanya masih
rendah. Dimulai sejak dini hingga perguruan tinggi.
Berdasarkan apa yang ditemui dilapangan diketahui bahwa
masyarakat yang dilayani perpustakaan sekolah SMP N 161
Jakarta cukup mengetahui keberadaan perpustakaan. Dan
mereka sadar akan tujuan dari keberadaan perpustakaan
ditengah-tengah mereka. Kegiatan membaca di perpustakaan
bagi hampir seluruh responden yang berarti juga berlaku bagi
populasi siswa sebagai anggota masyarakat sekolah terbilang
cukup. Hal tersebut rupanya juga berlaku bagi mereka di rumah,
karena kegiatan membaca juga mereka lakukan di rumah. Secara
tidak langsung dapat dikatakan bahwa minat membaca mereka
terbilang cukup. Menurut mereka peranan perpustakaan cukup
penting bagi peningkatan minat membaca mereka. Meskipun
program yang ada di perpustakaan yang mereka anggap adalah
program khusus yang bertujuan untuk peningkatan minat
membaca siswa namun cukup memberikan kontribusi positif.
Program yang dimaksud adalah kegiatan belajaar dan bimbingan
membaca yang dilakukan aatas kerjassama guru dan pihak
perpustakaan.
B. Saran
SMP N 161 Jakarta Selatan merupakan salah satu sekolah unggulan DKI
yang memiliki siswa-siswi berprestasi dengan demikian akan lebih mudah untuk
mengajak mereka turut aktif berperan dalam kegiatan-kegiatan. Perpustakaan
sekolah SMP tersebut meskipun telah memiliki program-program sendiri namun
menurut hemat penulis belum begitu mengena akan peningkatan intensitas
membaca. Maka dari itu penulis meemberikan saran sebagai berikut:
1. Pihak perpustakaan bekerjasama dengan pihak sekolah merencanakan dan
mewujudkan program khusus yang dapat meningkatkan minat membaca siswa
jadi bukan hanya program yang bersifat formatif.
2. Mengadakan kegiatan yang bernuansa sastra, apakah dengan menggiatkan
kegiatan penulisan cerita pendek, essai dsb. Begitu juga dengan lomba
bertutur atau menceritakan kembali. Karena melalui pendekatan sastra
memungkinkan mereka untuk membaca berbagai jenis bacaan dengan topik
beragam.
3. Untuk menghilangkan kesan yang tidak menyenangkan akan sebuah
perustakaan maka perpustakaan bekerjasama dengan pihak sekolah dapat
melakukan kegiatan yang bersifat rekreatif yang edukatif seperti libraray tour,
lomba adu cepat dalam menemukan informasi, dsb.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rieneka
Cipta, 1997 Ate, Yohanes. Berita Perpustakaan Sekolah, vol 1-2 No. 114 ,Jakarta : 1976, hal
52 Bafadal, Ibrahim. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah.—Cet.3.—Jakarta: PT.Bumi
Aksara, 2001 Basuki, Sulistyo. Pengantar Ilmu Perpustakaan.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1991 -------------------. Periodeisasi Perpustakaan Indonesia. Bandung: PT.Remadja
Rosdakarya, 1994
-------------------. “.On Behalf the Rational Library of Indonesia”. Artikel ini
ditelusur pada tanggal 24 Agustus 2007 pkl.15.30 wib melalui
situs http://www.ifla.org/vii/STI/pubs/manifesto-id.htm. dialih
bahasakan oleh Prof. Sulistyo Basuki dan Lucy Damayanti
Darmono. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta:
PT.Grasindo, 2001
Emeryl, Donald. “ Need to Read”, School Libraries, no.1, 1982, hal.25-30
Hermawan, Iwan. “ Potret Perpustakaan Dewasa Ini”. Berita Pikiran Rakyat On-
Line, Jakarta 11 Juni 2003
Leonhardt, Mary. 99 Cara Menjadikan Anak Anda Keranjingan Membaca.
Bandung: Kaifah, 1997
Martoatmodjo, Karmidi. “ Perpustakaan dalam Mendukung Tugas Belajar dan
Mengajar”, Majalah Berita Perpustakaan, no.39-44, 1981-1982,
h.21 Mudjito. Modul 1-6 Pembinaan Minat Baca. Jakarta: Universitas Terbuka, 2001
Nasution, AS. Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Pusat Pembinaan Perpustakaan Depdikbud, 1984
Nazir, Moh. Metodologi Penelitian.—Cet.3.—Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988 Nur, Aenudin. “ Peran dan Fungsi Perpustakaan Sekolah”, Media Pustaka, Vol.2
no.4 200, h.33
Nurhadi, Mulyadi Ahmad. “ Pembinaan Minat Membaca dan Promosi
Perpustakaan”. Berita Perpustakaan Sekolah vo.1, 1978, h.19-24
Saiful Haq, Rizal. Improving Svchool Library Role in Developing Countries
(karya tidak diterbitkan). Sheffield, UK: The University of
Sheffield, 1994
Salim, Peter dan Salim Yani. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer.
Jakarta: Modern English, 1991
Sinaga, Dian. “Peran Gambar dan Ilustrasi Dalam Membina Minat Membaca”,
Majalah IPI, vol.6 no.12, 1987, h.119-121
Soeatminah. Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakwan. Jakarta: Kanisius,
1992
Tarigan, Henry. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa, 1985 ------------------. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa, ttn.
Wahyudiati. “ Optimalisasi Perpustakaan Sekolah Untuk Menumbuhkan Minat
Baca”. Artikel ini ditelusur tanggal 28 Juli 2009 melalui situs
http://pustaka.uns.ac.id/?opt=1001&menu=news&option=detail&ni
d=132 Wijayanti. “Peran Perpustakaan Sekolah Sebagai Pendukung Proses Belajar
Mengajar”. Artikel ini diakses tanggal 31 Juli 2009 melalui situs http://media .diknas.go.id/media/document/4759
Wijono. “Bimbingan Membaca”. Berita Perpustakaan Sekolah no.40, 1981, hal.38-44
Zen, Zulfikar. “ Peran Pustakawan Bagi Civitas Akademika dan Penelitian
Khususnya dalam Menunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi”,
Majalah IPI, vol.17 no.1, 1995, h.22-42