peran pengusaha pembuatan tempe dalam...
TRANSCRIPT
PERAN PENGUSAHA PEMBUATAN TEMPE DALAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(Studi Kasus di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan)
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh
NURMAH
NIM: 109054000003
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
PERAN PENGUSAHA PEMBUATAN TEMPE DALAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(Studi Kasus di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh
NURMAH
NIM 109054000003
Di bawah bimbingan
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H. / 2013 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul ‘’ STRATEGI KEWIRAUSAHAAN MELALUI USAHA
PEMBUATAN TEMPE DALAM RANGKA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT DI KELURAHAN KEBAYORAN LAMA UTARA JAKARTA
SELATAN ‘’, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu,
tanggal 26 Juni 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.
Jakarta, 26 Juni 2013
Sidang Munaqasyah
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Nurmah
NIM : 109054000003
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 18 Mei 1989
Alamat : Jalan Raya Joglo RT. 005 RW. 08 No.51 Kelurahan: Joglo
Kecamatan: Kembangan, Jak-Bar
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul ‘’ Strategi Kewirausahaan
Melalui Usaha Pembuatan Tempe Dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Di Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan.’’
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
i
ABSTRAK
Nurmah
Peran Pengusaha Pembuatan Tempe Dalam Pemberdayaan Masyarakat Studi Kasus di
RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan
Usaha pembuatan tempe merupakan usaha kecil yang mampu menyerap tenaga kerja
baik yang terkait langsung dalam proses produksi maupun dengan perdagangan bahan
masukan maupun produk hasil olahannya. Prospek usaha pembuatan tempe sangat baik
karena permintaan tempe semakin meningkat, tempe terbuat dari kacang kedelai yang
mengandung gizi yang baik untuk tubuh manusia, tempe merupakan makanan khas
Indonesia. Umumnya tempe digunakan sebagai bahan lauk pauk, dan tempe harganya relatif
murah bisa dibeli oleh seluruh lapisan masyarakat. Usaha pembuatan tempe memiliki peran
yang sangat besar dalam usaha pemerataan kesempatan kerja, kesempatan usaha dan
peningkatan pendapatan.
Usaha pembuatan tempe pada umumnya dikelola dalam bentuk usaha rumah tangga,
sehingga perkembangannya selalu dihadapkan dengan permasalahan yang menyangkut bahan
baku yaitu kedelai, ketersediaan dan kualitas faktor produksi, tingkat keuntungan, pemasaran
serta permodalan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pengusaha pembuatan tempe dalam
pemberdayaan masyarakat, untuk mengetahui hasil pemberdayaan yang dilakukan oleh
pengusaha pembuatan tempe terhadap masyarakat sekitar, dan untuk mengetahui hambatan
pengusaha pembuatan tempe dalam pemberdayaan masyarakat.
Hasil dari penelitian ini adalah: pemberdayaan yang dilakukan oleh pengusaha
pembuatan tempe terhadap para pekerja atau pengrajin tempe mereka mendapatkan ilmu serta
keretampilan dalam pembuatan tempe, mereka mendapatkan pekerjaan menjadi pengrajin
tempe dan mendapatkan upah atau pendapatan sehingga tingkat perekonomian mereka
menjadi bertambah.
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, melalui
pengamatan langsung dan wawancara terhadap responden. Berdasarkan pengamatan di RT 16
RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan tepatnya di JL. KH. Mas’ud
masyarakatnya sebagian besar membuka usaha pembuatan tempe. Dan kebanyakan
masyarakat yang membuka usaha pembuatan tempe adalah etnis atau suku jawa yang
merantau ke Jakarta. Peneliti mewawancarai Pengusaha pembuatan tempe, Pengrajin tempe
atau para pekerja, dan Ketua RT 16.
Penemuan penelitian pada usaha pembuatan tempe dalam memberdayakan
masyarakat yaitu kebanyakan para pekerja atau pengrajin tempe di rekrut atau diambil dari
kampung halaman pengusaha pembuatan tempe yaitu dari pekalongan dan mereka sudah
saling kenal sebelumnya. Para pengrajin tempe hanya lulusan SD dan SMP mereka tidak
menamatkan pendidikan. Alasan mereka menjadi pengrajin tempe karena untuk mencari
pekerjaan di Jakarta sulit karena mereka tidak memiliki ijazah.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, ungkapan pujian serta perasaan bersyukur kepada
Allah SWT yang Maha Ghofur adalah suatu luapan yang pantas lahir dari kepermukaan
sebagai refleksi dari seorang hamba yang lemah lagi hina atas taufik dan hidayah-Mu yang
tengah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.Washallallahumma ‘ala Muhammad wa’ala aalihi washahbihi wa sallim.Semoga kami
mendapat keberuntungan syafaat dari beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam di yaumil hisab
kelak atas izin-Mu, Ya Allah … allahumma Amiin.
Penulis sangat menyadari dengan sepenuh hati bahwa ada banyak pihak yang telah
mengajari dan membimbing penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini, langsung
ataupun tidak langsung yang dapat mengantarkan penulis untuk meraih gelar sarjana. Dengan
segala kerendahan dan ketulusan hati, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
banyak terima kasih yang mendalam kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA. Selaku Pembantu Dekan I, dan Bapak
Drs. H. Mahmud Jalal, MA. Selaku Pembantu Dekan II yang telah membantu
terselesaikannya skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. H. Syamsir Salam, M.Si, Dosen Pembimbing skripsi penulis yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pengarahannya secara detail dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini sehingga menjadi lebih sempurna.
4. Ibu Wati Nilamsari M.Si, Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) yang
telah memperjuangkan dengan baik keeksistensian jurusan tercinta dan tak hentinya
mengingatkan anak-anak didiknya untuk segera menyelesaikan skripsi.
5. Bapak M. Hudri, M.Ag, Sekretaris Jurusan PMI yang telah banyak membantu dan
memberikan kemudahan kepada penulis secara administratif selama masa perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan PMI Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama berada dibangku
kuliah.
iii
7. Orangtuaku tercinta, Sanun dan Mariyam. Dengan untaian do’a dan tiada lelahnya
memberikan dukungan moril maupun materiil, tanggung jawabnya yang besar serta rela
berkorban jiwa dan raga untuk memberikan fasilitas kehidupan demi keberlangsungan
pendidikan dan kesuksesan puterinya.
8. Ibu Warsih, Bapak Nasir, Bapak Tasban, Bapak Wan Ali, Bapak Tafsirin, dan Bapak
Sodikin. Yang telah mengizinkan dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian skripsi di usaha pembuatan tempe yang dikelolanya.Pengrajin
tempe: Mas Maulana, Mas Sugi, Mas Sasuri, Bapak Zaini, Mas M. Yasirlana, dan Mas
Priyono. Yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk penulis
wawancarai dengan memberikan data serta informasi yang lengkap selama proses
penyelesaian skripsi. Dan Aparat Pemerintah Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta
Selatan, Bapak Ketua RT 16 Bapak Ciswanto serta masyarakat Jl. K.H. Mas’ud
Kelurahan Kebayoran Lama Utara yang telah menerima penulis dengan baik dan banyak
memberikan data serta informasinya kepada penulis.
9. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam angkatan 2009
yang sudah peneliti anggap sebagai sahabat terbaik, Qonita Lutfiah, Ulfah Latifah,
Bunga Nur mawaddah, Jean Anggraini, Adi Hidayat Salam, Fajriansyah, Budi Mifaldi,
Ahmad Rifa’i, M. Syukron Katsir, Musfiq Amrullah, Irfan Aziz, Fakhru Aljumrotul
U’la, Ridwan April Amsyah, Fajar Lazuardi, Barendra Reza Setya Pratama, yang pernah
terlibat dalam bangku perkuliahan dengan penulis di kampus UIN tercinta ini.
Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu dengan iringan do’a
kepada Allah SWT, penulis menghanturkan banyak terima kasih yang tak terhingga atas
segala dukungan dan bantuan yang tulus diberikan kepada penulis selama ini.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh kesempurnaan, sekalipun
penulis telah berusaha untuk melakukan yang terbaik, namun pasti masih ada kekurangan
dan kelemahan baik dari segi isi atau teknik penyusunannya. Untuk itu kritik, koreksi,
tanggapan ataupun nasihat sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi dan instropeksi
diri agar bisa terus belajar untuk menorehkan karya yang lebih baik lagi. Semoga yang
Maha Kuasa senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, Amin Ya
Robbal ‘Alamin.
Jakarta, Juni 2013
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………………... ………i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………iv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………….vii
DAFTAR TEBEL …………………………………………………………......................viii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………….. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah …………………………….. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………… 7
D. Metodologi Penelitian …………………………………………….. 9
E. Tinjauan Pustaka ………………………………………………… 13
F. Sistematika Penulisan …………………………………………… 13
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Peran ..…………………………………………….. 15
B. Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ….………………….. 15
2. Proses Pemberdayaan Masyarakat …………………………. 18
v
3. Tahap – Tahap Pemberdayaan ……….…………………….. 18
4. Tujuan Pemberdayaan …………..…………………………. 19
5. Strategi Pemberdayaan Masyarakat ……………………….. 20
BAB III : GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………………………..23
1. Letak dan Batasan Wilayah Kelurahan Kebayoran
Lama Utara Jakarta Selatan ………………………………. 23
2. Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan
Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan ………………….. 25
3. Keadaan Penduduk Kelurahan Kebayoran
Lama Utara Jakarta Selatan ……………………………… 27
B. Gambaran Umum Usaha Pembuatan Tempe
di Rt 16 Rw 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara
Jakarta Selatan ……………………………………………… 33
1. Latar Belakang Berdirinya Usaha Pembuatan Tempe di
Rt 16 Rw 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta
Selatan ……………………………………………………. 33
2. Maksud dan Tujuan Berdirinya Usaha
Pembuatan Tempe ……………………………………….. 36
3. Sumber Dana atau Modal Usaha Dalam Mendirikan
Usaha Pembuatan Tempe …………………………........... 37
BAB IV : ANALISIS PERAN PENGUSAHA PEMBUATAN TEMPE DALAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
A. Peran Pengusaha Pembuatan Tempe Dalam Pemberdayaan
vi
Masyarakat ……………………………………………………….. 40
B. Hasil Pemberdayaan Yang Dilakukan Oleh Pengusaha
Pembuatan Tempe Terhadap Masyarakat Sekitar………………… 41
C. Hambatan Pengusaha Pembuatan Tempe Dalam
Pemberdayaan Masyarakat ………………………………………. 43
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………. 47
B. Saran …………………………………………………………….. 48
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 50
LAMPIRAN ………………………………………………………………………… 53
vii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Peta Wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara …… 23
2. Gambar 2 Struktur Organisasi Kelurahan Kebayoran Lama Utara
(Perda No. 147 Tahun 2009) ………………………… 25
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Tabel Pegawai Kelurahan Kebayoran Lama Utara….. 26
2. Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis
Kelamin DataBulan Desember 2012 ………………... 27
3. Tabel 3 Jumlah Penduduk Tiap RW………………………….. 29
4. Tabel 4 Mobilitas Penduduk Setiap Bulan…………………… 30
5. Tabel 5 Jumlah RT / RW Kelurahan Kebayoran Lama Utara .. 31
6. Tabel 6 Data Karyawan Usaha Pembuatan Tempe ………….. 32
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi sudah didepan mata, tetapi bangsa Indonesia khususnya
umat Islam Indonesia masih berkutat di tiga masalah : kemiskinan,
kebodohan dan keterbelakangan. Sementara Bangsa-bangsa lain sedang
berpacu melahirkan produk-produk baru, yang dapat iklan dilihat hampir
pada disetiap televisi, sedangkan bangsa kita masih sibuk bagaimana
mengentaskan orang miskin, susah payah untuk membangun sekolah serta
membayar hutang dengan berhutang (gali lobang tutup lobang). Dari
ketiga masalah tersebut, kemiskinanlah yang menjadi pangkal
masalahnya.1
Kemiskinan adalah sebuah fenomena multidimensi. Kondisi ini
bukan hanya disebabkan oleh hambatan ekonomi, namun mungkin juga
terkait dengan hambatan dari aspek sosial, politik, budaya dan keamanan.
Fenomena ini dapat dianalogikan seperti puzzle yang belum tersusun tapi
ada banyak bagian yang belum tersusun untuk membentuk suatu gambar
yang konkret dalam analogi tersebut, keseluruhan gambar adalah
kemiskinan. Kita harus memahami setiap bagian gambar dan bagaimana
bagian-bagian gambar tersebut saling berhubungan satu sama lain,
sebelum kita dapat ‘melihat’ gambar kemiskinan secara keseluruhan.
1Edi Soeharto, dkk, Jurnal Pengembangan Masyarakat (COMDEV), (Jakarta: BEM-J
PMI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syahid, 2005), Edisi I, h. 25
2
Hanya dengan melihat dan memahami setiap puzzle yang membentuk
kemiskinan, kita dapat mulai mengatasi masalah kemiskinan secara
strategis.2
Sekalipun kemiskinan menjadi momok bagi Negara berkembang
seperti Indonesia, tetapi semua ini dapat dikurangi jika pemerintah dengan
tegas mampu mengimplementasikan kebijakan yang selama ini telah
dibuat.
Penyebab kemiskinan tidak hanya akibat dari aspek-aspek yang
bersifat materialistik semata. Tetapi kemiskinan juga banyak disebabkan
oleh kerentanan dan minimnya akses untuk memperbaiki kualitas hidup
masyarakat.3
Jika diidentifikasi, penyebab kemiskinan sangat kompleks dan
saling terkait, yaitu : (1) rendahnya kualitas sumber daya manusia, baik
motivasi maupun penguasaan manajemen dan teknologi, (2) kelembagaan
yang belum mampu menjalankan dan mengawal pelaksanaan
pembangunan, (3) prasarana dan sarana yang belum merata dan sesuai
dengan kebutuhan pembangunan, (4) minimnya modal, dan (5) berbelitnya
prosedur dan peraturan yang ada. Kelemahan-kelemahan ini menyebabkan
penduduk miskin tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada, sehingga
potensi dan peluang ekonomi yang ada diserap dan dimanfaatkan
2PROGRES Media Komunikasi Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K), Financial Inclusion Akses Pendanaan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Jakarta,
2011, Edisi Mei, h. 3 3Ibid., Memberdayakan Masyarakat Melalui PNPM, Edisi Maret, h. 6
3
sepenuhnya oleh kelompok, wilayah, dan sektor yang kaya dan mampu.
Akibatnya, penduduk miskin relatif menjadi lebih miskin lagi. Saling kait
antar faktor yang tidak berujung ini telah disinyalir Nurkse, yang
digambarkannya sebagai lingkaran setan kemiskinan.4
Tahun 2011 data dari Biro Pusat Statistik menyebutkan jumlah
penduduk miskin turun sebanyak satu juta orang. Berdasarkan data
tersebut jumlah penduduk Indonesia yang tergolong miskin per Maret
2011 mencapai 30,02 juta orang atau 12,49% dari populasi. Angka
kemiskinan ini turun sebanyak satu juta orang (0,84%) dibandingkan
dengan penduduk miskin pada Maret 2010 yang sebesar 31,02 juta orang
(13,33%). Penurunan jumlah penduduk miskin ini menunjukkan bahwa
program-program penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada
pendekatan pemberdayaan masyarakat justru memberikan hasil yang lebih
efektif dan tingkat keberlanjutannya jauh lebih baik. Pendekatan
pemberdayaan masyarakat bertujuan agar penduduk miskin dapat keluar
dari kemiskinan dengan menggunakan potensi dan sumberdaya yang
dimilikinya.5
Meningkatkan kesejahteraan sekaligus mengurangi angka
kemiskinan merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah. Meski dari
data BPS angka kemiskinan cenderung menurun, bukan berarti pemerintah
4Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Sosial Kajian Ringkas Tentang Pembangunan
Manusia Indonesia, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara), h. 8 5PROGRES Media Komunikasi Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K), Keberhasilan Mengurangi Angka Kemiskinan, Edisi Desember, h. 1
4
telah berpuas hati melihat turunnya angka kemiskinan tersebut. Justru
sebaliknya program yang berkaitan dengan penurunan angka kemiskinan
terus ditingkatkan.
Jakarta adalah kota yang memiliki banyak sekali masalah, tetapi
sekaligus banyak sekali potensi. Bila semua potensi itu dikenali dan
didayagunakan secara tepat, maka niscaya semua masalah di Jakarta bisa
diatasi. Akan tetapi kenyataan menunjukan bahwa semakin hari kita
menyaksikan Jakarta semakin ‘’tenggelam’’ dalam masalah yang semakin
rumit, sebut saja pengangguran.
Siapa yang akan menyelamatkan Jakarta? Sebagai suatu kota
utama (primate city) Jakarta pasti bisa menolong dirinya sendiri,
masalahnya adalah bagaimana memberdayakan masyarakat Jakarta.
Sampai saat ini ‘’pemberdayaan’’ selalu hanya ditujukan pada orang
miskin, padahal sebenarnya pemberdayaan harus ditujukan pada semua
lapisan masyarakat Jakarta, karena ternyata manusia Jakarta sampai saat
ini tidak mampu membebaskan kotanya dari jeratan berbagai
permasalahan seperti pengangguran.
Kita semua yakin bahwa Jakarta menyimpan banyak potensi,
energy untuk bangkit dan masyarakatnya punya dinamika yang inovatif
untuk menyelamatkan kotanya. Jadi memberdayakan Jakarta artinya
‘’menggali potensi yang terpendam di kota ini’’
5
Salah satu untuk mengatasi masalah pengangguran di kota Jakarta
yaitu dengan kegiatan inovatif yang bisa menimbulkan kesempatan baru
bagi penciptaan usaha ekonomi kecil dan peningkatan penghasilan pada
masyarakat. Seperti usaha pembuatan tempe yang berada di RT 16 RW 09
Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan.
RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara , boleh dibilang
merupakan sentra industri. Beberapa pengusaha mandiri yang dulunya
adalah kaum pendatang dan telah berhasil mengajak warga sekitar untuk
bekerja bersama, diantaranya adalah Tafsirin yang telah memulai usaha
pembuatan tempe sejak tahun 2003. Selain itu ada pula Tasban yang
memulai usahanya tahun 1974, bahkan Sodikin telah terlebih dahulu
memulai usahanya sejak 1978, Moh. Nasir memulai usahanya tahun 1982
dan Wan Ali mengikuti jejak tetangganya yang terdahulu dengan memulai
usaha mandiri pada tahun 2003. Orang-orang yang telah berhasil tersebut
selalu memberikan motivasi pada pekerjanya berdasarkan pengalamannya
magang dulu agar para pekerja tersebut bisa mandiri seperti mereka.
Keberadaan usaha pembuatan tempe di Rt 16 Rw 09 Kelurahan
Kebayoran Lama Utara ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat, Umumnya
tempe digunakan sebagai lauk-pauk dan sebagai makanan tambahan atau
jajanan. Potensi tempe dalam meningkatkan kesehatan dan harganya relatif
murah memberikan alternatif pilihan dalam pengadaan makanan bergizi
yang dapat dijangkau oleh segala lapisan masyarakat.Dengan adanya
usaha pembuatan tempe di Rt 16 Rw 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara
6
dapat memberdayakan masyarakat. karena warga sekitar ikut menjadi
pekerja atau pengrajin di usaha pembuatan tempe tersebut. Dengan begitu
masyarakat mempunyai pekerjaan, masalah pengangguran yang ada di
Jakarta semakin menurun jumlahnya.
Usahapembuatan tempe memiliki peran yang sangat besar didalam
usahapemerataan kesempatan kerja, kesempatan usaha dan peningkatan
pendapatan. Usaha pembuatan tempe pada umumnya dikelola dalam
bentuk usaha rumahtangga, sehingga perkembangannya selalu dihadapkan
dengan permasalahan yangmenyangkut bahan baku yaitu kedelai,
ketersediaan dan kualitas faktor produksi,tingkat keuntungan, pemasaran
serta permodalan.
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan melalui usaha
pembuatan tempepara pekerja atau pengusaha tempe diharapkan dapat
meningkatkan wawasan dan keterampilannya mulai dari pembuatan
tempe, dan cara memberikan layanan yang terbaik kepada pelanggan
sebagai salah satu kiat keberhasilan usaha mereka.
Dengan skripsi ini peneliti akan melakukan penelitian dengan judul
‘’ Peran Pengusaha Pembuatan Tempe Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Studi Kasus Di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta
Selatan ‘’.
7
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan supaya tidak terjadi
kesalahpahaman dalam memahami isi, maka penulis membatasi
penelitian ini hanya pada peran pengusaha pembuatan tempe dalam
pemberdayaan masyarakat studi kasus di RT 16 RW 09 Kelurahan
Kebayoran Lama Utara Jakarta selatan.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan di atas maka penulis merumuskan
permasalahannya sebagai berikut :
a. Bagaimana Peran Pengusaha Pembuatan Tempe Dalam
Pemberdayaan Masyarakat ?
b. Bagaimana Hasil Pemberdayaan Yang Dilakukan Oleh Pengusaha
Pembuatan Tempe Terhadap Masyarakat Sekitar ?
c. Bagaimana Hambatan Pengusaha Pembuatan Tempe Dalam
Pemberdayaan Masyarakat ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu kepada latar belakang masalah yang telah
dikemukakan maka penulis mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui Peran Pengusaha Pembuatan Tempe Dalam
Pemberdayaan Masyarakat.
8
b. Untuk mengetahui Hasil Pemberdayaan Yang Dilakukan Oleh
Pengusaha Pembuatan Tempe Terhadap Masyarakat Sekitar.
c. Untuk mengetahui Hambatan Pengusaha Pembuatan Tempe
Dalam Pemberdayaan Masyarakat.
2. Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan kajian dalam bidang sosial khususnya tentang
pemberdayaan masyarakat pada jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Diharapkan dapat bermanfaat bagi para pengusaha pembuatan
tempe di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara
sebagai bahan masukan yang dapat dipergunakan dalam
mengembangkan dan meningkatkan keterampilan untuk menekan
angka pengangguran yang disebabkan oleh kemiskinan dalam
segala aspek.
c. Bagi pembuat kebijakan (lembaga/instansi) merupakan bahan
masukan dan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan
pengembangan usaha pembuatan tempe.
d. Mengenal lebih jauh eksistensi usaha pembuatan tempe di RT 16
RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara sebagai salah satu
usaha yang peduli terhadap masalah kemiskinan dengan
melakukan pemberdayaan.
9
e. Bagi kalangan akademisi seperti mahasiswa, dosen dan peneliti
merupakan bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut dalam
rangka pengembangan sektor usaha pembuatan tempe.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif,
pendekatan kualitatif menurut Kirk dan Miller bahwa penelitian
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergabung dari pengamatan pada manusia baik
dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.6
Kemudian Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.7
2. Penetapan Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah para pengusaha tempe dan pekerja atau
pengrajin tempe di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara
Jakarta Selatan.
3. Teknik Pengumpulan Data
6 Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A., Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet ke-29, h. 4 7 Nurul Hidayati, S.Ag., Metodologi Penelitian Dakwah Dengan Pendekatan Kualitatif,
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet 1, h. 8
10
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian
manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu
utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman,
mulut, dan kulit. Oleh karena itu, observasi adalah kemampuan
seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja
pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya.8
E.C. Wragg menjelaskan bahwa observasi yaitu
pengamatan secara sistematis dan analisa yang memegang peranan
penting untuk meramalkan tingkah laku sosial, sehingga hubungan
antara satu peristiwa dengan yang lainnya menjadi jelas.
Menurutnya pula bahwa aspek-aspek yang diamati, sifat pribadi,
interaksi verbal, non-verbal, aktivitas, pengaturan, keahlian
professional, sarana dan alat yang digunakan, afektif, kognitif, dan
sosiologis.9
b. Interview
Wawancara merupakan bagian observasi pula karena
wawancara adalah salah satu cara untuk memperoleh data melalui
informasi yang didengarnya dengan panca indra pendengaran, yang
sebelumnya dinyatakan terlebih dahulu kepada responden.10
8 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif , Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya ( Jakarta : Kencana 2005) Edisi Pertama, Cet
Ke-4, h. 133 9 Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah Dengan Pendekatan Kualitatif, h. 8
10Ibid.,h.39
11
Wawancara (interview) dapat diartikan sebagai cara yang
dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari responden
dengan cara bertanya langsung secara bertatap muka (face to face).
Wawancara sering disebut sebagai suatu proses komunikasi dan
interaksi.11
Dalam hal ini penulis melakukan diskusi dengan informan
yang telah tercatat, untuk menetapkan calon narasumber antara
lain, pengusaha pembuatan tempe dan pekerja atau pengrajin tempe
di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta
Selatan.
c. Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi adalah data-data yang tertulis yang
mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang
fenomena yang masih aktual. Dalam dokumentasi ini penulis
mengumpulkan informasi berupa makalah-makalah, buku-buku
atau catatan harian, kliping, foto, dokumen pemerintah maupun
swasta dan lain-lainnya yang berkaitan dengan pembahasan skripsi
ini.
4. Analisa Data
Dalam melakukan analisa data, penulis menggunakan penelitian
deskriptif, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau
11
Bagong Suyanto & Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan,
(Jakarta: Kencana, 2007), h. 70
12
gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau
lebih. Biasanya, penelitian deskriptif seperti ini menggunakan metode
survey (Atherton & Klemmack).12
Teknik analisa data dimana penulis
terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh mengenai
kondisi usaha pembuatan tempe di RT 16 RW 09 Kelurahan
Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan kemudian mendeskripsikan
temuan-temuan yang ada dengan berpedoman pada sumber-sumber
tertulis.
Analisis Data Kualitatif (Bogdan & Biklen) adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.13
5. Lokasi Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan di Jalan KH. Mas’ud RT 16 / RW 09
Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan, karena tempat
tersebut relatif terjangkau dan tempat tersebut adalah usaha pembuatan
tempe yang dikenal oleh masyarakat yang berada dekat Pasar
Kebayoran Lama Jakarta selatan.
12
Dr. Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet - 8,
h. 35 13
Prof. DR. Lexy J. Moleong, M.A., Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi,h. 248
13
E. Tinjauan Pustaka
Setelah melakukan penelusuran koleksi skripsi pada Perpustakaan
Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, ada skripsi
yang fokusnya sama yaitu tentang usaha pembuatan tempe, namun belum
ada satu pun yang mengambil objek penelitian seperti dalam penelitian ini.
Beberapa skripsi yang menjadi acuan penulis untuk memfokuskan
penelitian pada ‘’ Peran Pengusaha Pembuatan Tempe Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Studi Kasus di RT 16 RW 09 Kelurahan
Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan ‘’, diantaranya adalah skripsi
berjudulPeranan Masyarakat Mandiri (MM) Dompet Dhuafa Dalam
Pemberdayaan Usaha Kecil Di Depok, karya Budi Santoso, Program
Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi ,
Lulus 1429 H / 2008 M.Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah,
Pertama: Apa peranan Masyarakat Mandiri (MM) Dompet Dhuafa dalam
melakukan pemberdayaan usaha kecil ? Kedua: Bagaimana peranan
Masyarakat Mandiri (MM) Dompet Dhuafa dalam melakukan
pemberdayaan usaha kecil ?
F. Sistematika Penulisan
Laporan tugas akhir ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
14
BAB II KAJIAN TEORITIS
Bab ini akan membahas mengenai teori-teori yang terkait dengan
penelitian ini, yang terdiri dari teori peran, dan teori pemberdayaan
masyarakat.
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini membahas mengenai gambaran umum lokasi penelitian Kelurahan
Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan dari segi letak dan batasan
wilayah, struktur organisasi pemerintahan, keadaan penduduk Kelurahan
Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan, gambaran umum usaha pembuatan
tempe yaitu latar belakang berdirinya usaha pembuatan tempe, maksud
dan tujuan, sumber dana atau modal berdirinya usaha pembuatan tempe.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
Bab ini membahas mengenai hasil dan temuan data yang telah ditemukan,
yaitu peran pengusaha pembuatan tempe dalam pemberdayaan
masyarakat, hasil pemberdayaan yang dilakukan oleh pengusaha
pembuatan tempe terhadap masyarakat sekitar, dan hambatan pengusaha
pembuatan tempe dalam pemberdayaan masyarakat.
BAB V PENUTUP
Bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran yang didapatkan hasil
dan temuan data yang telah dianalisis.
15
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Peran
Dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaannya, seseorang
diharapkan menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan
dengan peranan yang dipegangnya. Oleh karena itu Gross, Mason dan
McEachern mendefinisikan peranan sebagai perangkat harapan-harapan
yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.
Harapan-harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma sosial
dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan-peranan itu ditentukan
oleh norma-norma di dalam masyarakat, maksudnya: kita diwajibkan
untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh ‘’masyarakat’’ di dalam
pekerjaan kita, di dalam keluarga dan di dalam peranan-peranan lainnya.
Di dalam peranan terdapat 2 (dua) macam harapan, yaitu: 1). Harapan-
harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-
kewajiban dari pemegang peran, dan 2). Harapan-harapan yang dimiliki
oleh si pemegang peran terhadap ‘’masyarakat’’ atau terhadap orang-orang
yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau
kewajiban-kewajibannya.14
B. Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
14
David Berry, Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 1995), Ed. 1, Cet. 3, h.101
16
Proses peningkatan kesejahteraan masyarakat, dapat diterapkan
berbagai pendekatan, salah satu diantaranya adalah pemberdayaan
masyarakat. Pendekatan pemberdayaan masyarakat bukan hal yang
sama sekali baru, tetapi sebagai strategi dalam pembangunan relatif
belum terlalu lama dibicarakan. Istilah keberdayaan dalam konteks
masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dengan
individu-individu lainnya dalam masyarakat untuk membangun
keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Memberdayakan
masyarakat adalah upaya memperkuat unsur-unsur keberdayaan itu
untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang
berada dalam kondisi tidak mampu dengan mengandalkan kekuatannya
sendiri sehingga dapat keluar dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan, atau proses memampukan dan memandirikan
masyarakat.15
Istilah ‘’pemberdayaan’’ adalah terjemahan dari istilah asing
empowerment. Secara leksial, pemberdayaan berarti penguatan. Secara
teknis, istilah pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya
diserupakan dengan istilah pengembangan. Bahkan dua istilah ini,
dalam batas-batas tertentu bersifat interchangeable atau dapat
dipertukarkan.
Dalam istilah lain, pemberdayaan atau pengembangan atau
tepatnya pengembangan sumber daya manusia adalah upaya
15 Dr. Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui
Pembelajaran Vocational Skill Pada Keluarga Nelayan), Bandung: Alfabeta, 2007, Cet 1, h. 1
17
memperluas horizon pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat
diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya. Dengan memakai logika ini, dapat dikatakan bahwa
masyarakat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai
kesempatan untuk mengadakan pilihan-pilihan.
Dengan paparan sederhana di atas, jelaslah bahwa proses
pengembangan dan pemberdayaan pada akhirnya akan menyediakan
sebuah ruang kepada masyarakat untuk mengadakan pilihan-pilihan.
Sebab, manusia atau masyarakat yang dapat memajukan pilihan-
pilihan dan dapat memilih dengan jelas adalah masyarakat yang punya
kualitas.
Pertanyaannya, siapakah yang harus diberdayakan? Dalam konteks
ini, sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, pihak yang
harus diberdayakan adalah masyarakat Islam sendiri, sebagai penghuni
mayoritas dari bangsa Indonesia. Istilah ‘’masyarakat islam’’, secara
sederhana, berarti kumpulan manusia yang beragama Islam.
Jadi secara terminologis, pengembangan atau pemberdayaan
masyarakat islam berarti mentransformasikan dan melembagakan
semua segi ajaran Islam dalam kehidupan keluarga (usrah), kelompok
sosial (jama’ah), dan masyarakat (ummah).
Imang Mansur Burhan mendefinisikan pemberdayaan umat atau
masyarakat sebagai upaya membangkitkan potensi umat Islam kearah
18
yang lebih baik, baik dalam kehidupan sosial, politik maupun
ekonomi.16
2. Proses Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan sesuatu yang
berkesinambungan di mana komunitas atau kelompok masih ingin
melakukan perubahan serta perbaikan dan tidak hanya terpaku pada
satu program saja. 17
proses pemberdayaan masyarakat terdiri dari lima
tahap :
1. Menghadirkan kembali pengalaman yang dapat memberdaya guna
dan tidak memberdayakan
2. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan tidak
pemberdayaan
3. Mengidentifikasi masalah
4. Mengidentifikasi teknis daya yang bermakna
5. Mengembangkanrencana-rencana aksi dan
mengimplementasikan.18
3. Tahap-Tahap Pemberdayaan
Ada beberapa tahapan yang seharusnya dilalui dalam melakukan
pemberdayaan. Pertama, membantu masyarakat dalam menemukan
masalahnya. Kedua, melakukan analisis (kajian) terhadap
16
Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam Dari
Ideologi, Strategi Sampai Tradisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 42 17
Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Kesejahteraan Sosial, (Jakarta:
Penerbit Fakultas Ekonomi UI 2002), Seri ke-II, h. 173 18
Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam Dari
Ideologi, Strategi Sampai Tradisi, h. 25
19
permasalahan tersebut secara mandiri (partisipatif). Kegiatan ini
biasanya dilakukan dengan cara curah pendapat, membentuk
kelompok-kelompok diskusi, dan mengadakan pertemuan warga secara
periodik (terus menerus). Ketiga, menentukan skala prioritas masalah,
dalam arti memilah dan memilih tiap masalah yang paling mendesak
untuk diselesaikan. Keempat¸ mencari cara penyelesaikan masalah
yang sedang dihadapi, antara lain dengan pendekatan sosio-kultural
yang ada dalam masyarakat. Kelima, melaksanakan tindakan nyata
untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Keenam,
mengevaluasi seluruh rangkaian dan proses pemberdayaan itu untuk
dinilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalannya.19
4. Tujuan Pemberdayaan
Tujuan pemberdayaan masyarakat tidak hanya terbatas pada
terbebasnya manusia dari hambatan kemiskinan dan kebodohan, tetapi
lebih jauh lagi dari terbebasnya dekadensi moral, sehingga menjadi
manusia yang progresif, mandiri, original, dan mengagungkan
kehambaan pada Allah SWT. Sehingga kemakmuran dan kemajuan
yang dicapai oleh manusia tidak menghancurkan manusia yang lain,
tetapi menjadi rahmatan lil ‘alamin (kebaikan bagi seluruh umat
manusia).20
19
Rr. Suhartini, A. Halim, dkk, Model-model Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta,
Pustaka Pesantren, 2005), h. 135 20
Mahmud Sobari, Kebudayaan Rakyat; Dimensi Politik dan Agama, (Yogyakarta:
Benteng Budaya, 1996), Cet ke-1, h. 12
20
5. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Secara umum, ada empat strategi pengembangan masyarakat,
yaitu:
1. The Growth Strategy
Penerapan strategi pertumbuhan ini pada umumnya dimaksudkan
untuk mencapai peningkatan yang cepat dalam nilai ekonomis,
melalui peningkatan pendapatan per kapita penduduk,
produktivitas, pertanian, permodalan, dan kesempatan kerja yang
dibarengi dengan kemampuan konsumsi masyarakat, terutama di
pedesaan. Pada awalnya strategi ini dianggap efektif. Akan tetapi,
karena economic oriented sementara kaidah hukum-hukum sosial
dan moral terabaikan maka yang terjadi adalah sebaliknya, yakni
semakin melebarnya pemisah kaya miskin, terutama di daerah
pedesaan. Akibatnya, begitu terjadi krisis ekonomi maka konflik
dan kerawanan sosial terjadi dimana-mana.
2. The Welfare Strategy
Strategi kesejahteraan ini pada dasarnya dimaksudkan untuk
memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi, karena tidak
dibarengi dengan pembangunan kultur dan budaya mandiri dalam
diri masyarakat maka yang terjadi adalah sikap ketergantungan
masyarakat kepada pemerintah. Oleh karena itu, dalam setiap
usaha pengembangan masyarakat, salah satu aspek yang harus
diperhatikan penanganannya adalah masalah kultur dan budaya
21
masyarakat. Pembangunan budaya jangan sampai kontraproduktif
dengan pembangunan ekonomi.
3. The Responsitive Strategy
Strategi ini merupakan reaksi terhadap strategi kesejahteraan yang
dimaksudkan untuk menanggapi kebutuhan yang dirumuskan
masyarakat sendiri dengan bantuan pihak luar (self need and
assistance) untuk memperlancar usaha mandiri melalui pengadaan
teknologi serta sumber-sumber yang sesuai bagi kebutuhan proses
pembangunan. Akan tetapi, karena pemberdayaan masyarakat
sendiri belum dilakukan maka strategi yang tanggap terhadap
kebutuhan masyarakat ini terlalu idealistik dan sulit
ditransformasikan kepada masyarakat. Satu hal yang harus
diperhatikan, kecepatan teknologi sering kali, bahkan selalu, tidak
diimbangi dengan kesiapan masyarakat dalam menerima dan
memfungsikan teknologi itu sendiri. Akibatnya, teknologi yang
dipakai dalam penerapan strategi ini menjadi disfungsional.
4. The Integrated or Holistic Strategy
Untuk mengatasi dilema pengembangan masyarakat karena
‘’kegagalan’’ ketiga strategi seperti telah dijelaskan, maka konsep
kombinasi dari unsur-unsur pokok etika strategi diatas menjadi
alternatif terbaik. Strategi ini secara sistematis mengintegrasikan
seluruh komponen dan unsur yang diperlukan, yakni ingin
mencapai secara simultan tujuan-tujuan yang menyangkut
22
kelangsungan pertumbuhan, persamaan, kesejahteraan, dan
partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan
masyarakat.21
21
Moh. Ali Aziz, Rr. Suhartini, dkk,Dakwah Pemberdayaan Masyarakat Paradigma Aksi
Metodologi, (Yogyakarta, Pustaka Pesantren, 2005), h. 9
23
BAB III
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak dan Batasan Wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara
Jakarta Selatan
Sesuai Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1215 Tahun 1986
Kelurahan Kebayoran Lama Utara adalah salah satu bagian wilayah
Kecamatan Kebayoran Lama yang mempunyai Luas 178,22 Ha.
Gambar 1
Peta Wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara
24
Dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Jalan Kramat Kelurahan
Grogol Selatan dan Kelurahan Cipulir.
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kali Grogol Kelurahan Kramat
Pela dan Kelurahan Gunung.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Jalan Bungur dan Jalan Bintaro
Raya Kelurahan Kebayoran Lama Selatan.
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kali Pesanggrahan Kelurahan
Bintaro dan Kelurahan Ulujami.
Dari jumlah Kelurahan wilayah seluas 178.22 Ha, sebagian besar
merupakan pemukiman penduduk dengan 90% digunakan untuk
perumahan dan pekarangan. 5% untuk fasilitas umum dan 5% untuk
fasilitas taman dan penghijauan.
25
2. Struktur Organisasi Pemerintahan
Gambar 2
Struktur Organisasi Kelurahan Kebayoran Lama Utara
(Perda No. 147 Tahun 2009)
SEKSI
PRASARANA & SARANA
Hj. ROSITA
SEKSI PEMERINTAHAN
& TRANTIB
DJAENUDDIN
LURAH H. AGUS SURYADI, S. Sos, MSi
WAKIL LURAH BUDI ACHMADI, S. Sos
SEKRETARIS
SUMINI, SE
SEKSI PEREKONOMIAN
ROMALINA TAMPUBOLON
SEKSI KEBERSIHAN
& LKG. HIDUP
ASDIANA SARI SIREGAR
SEKSI
PELAYANAN
UMUM
ROHATI, SPd
SEKSI KESMAS
MESRAWATI NAIBAHO
26
Kelurahan Kebayoran Lama Utara telah melaksanakan penyusunan
data kepegawaian sesuai dengan peraturan kepegawaian yang berlaku.
Adapun data pegawai Kelurahan Kebayoran Lama Utara adalah sebagai
berikut :
Tabel 1
Tabel Pegawai Kelurahan Kebayoran Lama Utara
NO NAMA NIP GOL JABATAN
1 H.AGUS SURYADI, S. Sos. M.Si
196508151987031009 III.c Lurah
2 BUDI ACHMADI. S. Sos 197303311996031002 III.c Wakil Lurah
3 SUMINI. SE 196107021983112001 III.c Sekkel
4 DJAENUDIN 195710161981031007 III.c
Kasi Pemerintahan, Ketentraman dan Ketertiban
5 ROMALINA TAMPUBOLON, SE
196501241994032005 III.a Kasi Perekonomian
6 ROSITA 196705271987102001 III.b Kasi Prasarana dan Sarana
7 MESRAWATI NAIBAHO. SKM
196606061995032002 III.a Kasi Kesejahteraan Masyarakat
8 ASDIANA SARI SIREGAR 19621117198410209 III.b Kasi Kebersihan dan Lingkungan Hidup
9 ROHATI, S.Pd 196303041984032004 III.c Kasi Pelayanan Umum
10 FRANCISCA LOLA MUSSILLA. A.md
198701252010012020 II.c Staf Pelayanan Umum
11 ANDRIAN KUSUMAWARDANI. A.md
198703162010011010 II.c Staf Perekonomian
12 ISKANDAR IDRIS 196401111986101000 II.c Kasatgas Polisi Pamong Praja
13 ALI MUSTOFA 196306101985111003 III.b Kasi Kependudukan
14 ISMARYATI 195805171984012001 III.d PLKB
15 CICI ESSY KURNIAWATI DJAYASINGA
196802231993022000 III.d PLKB
27
3. Keadaan Penduduk Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta
Selatan
Jumlah penduduk di Kelurahan Kebayoran Lama Utara sampai
dengan bulan November 2012 adalah sebanyak : 52.202 terdiri dari
Jumlah Laki-laki 27.291 Jiwa dan Jumlah Perempuan 24.911 Jiwa.
Dengan luas wilayah sebesar 178,22 Ha. Maka tingkat kepadatan dan
tingkat pertumbuhan penduduk Kelurahan Kebayoran Lama Utara
termasuk tinggi. Hal ini mungkin disebabkan letaknya yang strategis
sehingga menjadi daya tarik tersendiri untuk dijadikan tempat tinggal
dan mengembangkan usaha.
Mayoritas penduduk di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara
bekerja pada sektor perdagangan dan bangunan selebihnya bekerja
pada sektor jasa. Sedangkan kultur budaya masyarakat Kelurahan
Kebayoran Lama Utara sangat agamis dengan didominasi oleh
penduduk beragama islam.
Didalam pencatatan pendataan penduduk di Kelurahan Kebayoran
Lama Utara berpedoman pada register yang telah ada, pencatatan
dilaksanakan secara kronologis, setiap bulan dilakukan penjumlahan
sebagai bahan laporan bulanan.
Tabel 2
Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Data Bulan Desember 2012
NO UMUR
WNI WNA
JUMLAH LK PR
JUML
AH
L
K PR
JUML
AH
1 0-4 2.091 2.017 4.108 4.108
28
2 5-9 2.339 2.178 4.517 4.517
3 10-14 2.043 1.924 3.967 3.967
4 15-19 1.829 1.834 3.663 3.663
5 20-24 2.014 1.971 3.985 3.985
6 25-29 2.714 2.468 5.182 5.182
7 30-34 3.113 2.798 5.911 5.911
8 35-39 2.921 2.463 5.384 3 1 4 5.388
9 40-44 2.495 2.066 4.561 2 2 4.563
10 45-49 1.898 1.557 3.455 3.455
11 50-54 1.383 1.322 2.705 1 1 2.706
12 55-59 962 915 1.877 1.877
13 60-64 701 651 1.352 1.352
14 65-69 407 382 789 789
15 70-74 236 197 433 433
16 75
keatas 145 172 317
317
Jumlah 27.291 24.915 52.206 6 1 7 52.213
Sumber : Berdasarkan Data dari Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta
Selatan.
Baca Tabel : Data dalam tabel diatas menjelaskan bahwa Jumlah penduduk Warga
Negara Indonesia (WNI) menurut jenis kelamin yang paling tertinggi
adalah laki-laki usia 30-34 tahun berjumlah 3.113, sedangkan jumlah
penduduk WNI menurut jenis kelamin yang paling terendah adalah
perempuan usia 75 tahun keatas berjumlah 172, dalam tabel diatas
menunjukan bahwa jenis kelamin pada saat lahir ini perlahan
menurun sedikit sampai pada golongan-golongan umur muda, dan
selanjutnya terus menurun drastis pada golongan-golongan umur tua.
Jumlah penduduk WNI menurut jenis kelamin yang paling tertinggi
adalah laki-laki mengakibatkan migrasi (seseorang yang melakukan
pindah tempat tinggal secara permanen atau relatif permanen untuk
jangka waktu minimal tertentu)untuk mencari lapangan pekerjaan
dan akan mengakibatkan pengangguran. Termasuk juga jumlah
29
penduduk Warga Negara Asing (WNA) menurut jenis kelamin yang
paling tertinggi adalah laki-laki usia 35-39 tahun berjumlah 3 orang,
dan jumlah penduduk WNA menurut jenis kelamin yang paling
terendah adalah perempuan usia 35-39 tahun berjumlah 1 orang.
Jumlah penduduk di Kelurahan Kebayoran Lama Utara pada bulan
November 2012 sebanyak 52.202 sedangkan jumlah penduduk pada
akhir bulan Desember 2012 sebanyak 52.213 jiwa. Jumlah penduduk
bulan November sampai dengan bulan Desember naik sekitar 10%.
Disini terlihat perubahan jumlah penduduk dikarenakan adanya
pendatang dari dalam maupun dari luar DKI Jakarta dan warga yang
pindah.
Tabel 3
Jumlah Penduduk Tiap RW
NO RW WNI WNA
JUMLAH LK PR JUMLAH LK PR JUMLAH
1 01 1.881 1.982 3.863 3.863
2 02 1.913 2.061 3.974 3.974
3 03 2.013 2.028 4.041 1 1 4.042
4 05 1.527 1.679 3.206 3 3 3.209
5 06 1.841 1.979 3.820 2 2 3.822
6 07 1.892 2.392 4.284 4.284
7 08 3.984 4.540 8.524 8.524
8 09 4.611 4.729 9.340 9.340
9 010 2.810 3.083 5.893 1 1 5.894
10 011 2.409 2.852 5.261 5.261
JUMLAH 24.881 27.325 52.206 6 1 7 52.213
Sumber : Berdasarkan Data dari Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta
Selatan.
Baca tabel : Data dalam tabel diatas menjelaskan bahwa Jumlah penduduk seluruh
RW di Kelurahan Kebayoran Lama Utara menurut jenis kelamin
30
yang paling tertinggi adalah perempuan sebanyak 27.325 jiwa, dan
yang paling terendah adalah laki-laki sebanyak 24.881 jiwa data
untuk penduduk warga Negara Indonesia (WNI). Sedangkan jumlah
terbanyak penduduk yang berjenis kelamin perempuanbertempat di
RW 09 sebanyak 4.729 jiwa, dan jumlah terendah penduduk yang
berjenis kelamin laki-laki bertempat di RW 05 sebanyak 1.527 jiwa.
Untuk data jumlah penduduk Warga Negara Asing (WNA) menurut
jenis kelamin yang tertinggi adalah laki-laki sebanyak 6 orang dan
data jumlah penduduk WNA menurut jenis kelamin yang terendah
adalah perempuan sebanyak 1 orang yang bertempat di RW 03.
Tabel 4
Mobilitas Penduduk Setiap Bulan
NO RW Lahir Datang Mati Pindah Keterangan
LK PR LK PR LK PR LK PR LK PR
1 01 1 4 4 1 3 5
2 02 4 3 5 1 4 4
3 03 5 5 1 4 3
4 05 4 1 4 7 1 6 7
5 06 4 4 1 3 3
6 07 3 3 1 1 3 4
7 08 3 1 7 2 2 4
8 09 3 4 1 1 4 5
9 010 1 1 4 3 3 3
10 011 5 3 1 3 4
jumlah 12 4 42 40 6 4 35 42
Sumber : Berdasarkan Data dari Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta
Selatan.
Baca tabel : Data yang diperoleh pada tabel diatas bersumber pada Perda
(Peraturan Daerah) Nomor 1 Tahun 1979 tentang Penyelenggaraan
Pendaftaran Penduduk dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dalam
31
wilayah DKI Jakarta, lahir, mati dan pindah juga berpedoman pada
Perda tersebut diatas. Adapun data mobilitas penduduk yang
menonjol di Kelurahan Kebayoran Lama Utara pendatang baik dari
luar maupun dari dalam wilayah DKI Jakarta dengan jumlah
pendatang laki-laki sebanyak 42 orang dan pendatang perempuan
sebanyak 40 orang. Akibatnya tingkat kepadatan dan tingkat
pertumbuhan penduduk Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta
Selatan termasuk tinggi.
Sebagai pelaksanaan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 36
Tahun 2001 tentang Peraturan Dasar Rukun Tetangga (RT) dan
Rukun Warga (RW) di DKI Jakarta, di Kelurahan Kebayoran Lama
Utara telah dilaksanakan sebagaimana mestinya. Jumlah Kepala
Keluarga : 11.434 KK.
Adapun jumlah RT / RW yang ada di wilayah Kelurahan
Kebayoran Lama Utara sebagai berikut :
Tabel 5
Jumlah RT / RW Kelurahan Kebayoran Lama Utara
NO RW JUMLAH RUKUN
TETANGGA (RT) KETERANGAN
1 01 8
2 02 6
3 03 8
4 05 10
5 06 9
6 07 8
7 08 16
8 09 16
32
9 010 12
10 011 14
JUMLAH 107
Sumber : Berdasarkan Data dari Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta
Selatan.
Baca tabel : Data dalam tabel diatas menjelaskan bahwa jumlah RT sebanyak 107
dan jumlah RW sebanyak 10. Jumlah RT di Kelurahan Kebayoran
Lama Utara terbanyak adalah 16 RT yang masing-masing bertempat
di RW 08 dan 09.
Tabel 6
Data Karyawan Usaha Pembuatan Tempe
No Nama
Karyawan
Lamanya
Bekerja
Nama
Pengusaha
Kost /
tinggal
dengan
bos
Jumlah
Keluarga Gaji / bln
1 Maulana 2 Tahun Warsih Kost 3 Rp. 3.000.000
2 Sugi - Nasir Tinggal dg
bos
1 Rp. 1.000.000
3 Sasuri 5 Tahun Ciswanto Tinggal dg
bos
1 Rp. 1.650.000
4 Zaini 20
Tahun
Ciswanto Tinggal dg
bos
3 Rp. 1.650.000
5 M. Yasirlana ½ Tahun Tafsirin Tinggal dg
bos
1 Rp. 1.200.000
6 Priyono 4 Tahun Sodikin Tinggal dg
bos
1 Rp. 1.500.000
7 Bowo 8 Tahun Subadi Tinggal dg
bos
3 Rp. 1.000.000
8 Agus 2 Tahun Subadi Tinggal dg
bos
1 Rp. 2.100.000
9 Feri Fadli 2 Tahun Subadi Tinggal dg
bos
1 Rp. 2.100.000
Sumber : Berdasarkan data dari wawancara terhadap para pengrajin tempe
(lihat lampiran)
33
Baca tabel : Menurut konsep UMR (upah minimum regional) Jakarta dengan gaji
sebesar Rp. 2.200.000,- /bulan maka gaji karyawan atau pengrajin
tempe ini masih dibawah UMR. Sedangkan bila dibandingkan
menurut konsep gaji karyawan internasional sebesar $20 per hari
atau setara dengan Rp. 6.000.000,- /bulan. Berdasarkan pandangan
UMR gaji para pengrajin tempe belum memenuhi kesejahteraan atau
belum memberdayakan mereka. Namun, demikian pengusaha tempe
sudah memberdayakan tingkat perekonomian para pengrajin tempe
walaupun masih dibawah UMR gajinya.
B. Gambaran Umum Usaha Pembuatan Tempe di RT 16 RW 09
Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan
1. Latar Belakang Berdirinya Usaha Pembuatan Tempe di RT 16
RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan
Usaha pembuatan tempe merupakan usaha rakyat yang sangat
menjanjikan karena setiap orang pasti menjadikan tempe sebagai lauk
atau makanan sehari-hari, sehingga permintaan akan tempe tidak akan
pernah sepi. Seperti yang dijelaskan oleh salah satu informan; Ibu
Warsih selaku pengusaha tempe beliau mengatakan sebagai berikut :
‘’Prospek perkembangan usaha pembuatan tempe bagus, tidak
bisa putus karena tempe makanan sehari-hari. Tempe makanan
34
pokok, kalau jualan makanan pokok tiap hari bisa jual. Jadi kan tiap
hari dapat duit’’.22
Usaha pembuatan tempe di Kelurahan Kebayoran Lama Utara
Jakarta Selatan tepatnya di Jalan KH. Mas’ud RT 16 RW 09 sudah
lama berjalan dan usaha tersebut dijalankan turun temurun. Seperti
yang dijelaskan oleh salah satu informan; Bapak Nasir selaku
pengusaha tempe beliau mengatakan sebagai berikut :
‘’Saya tidak pengen mencari pekerja yang lain saya pengennya
nerusin ke anak’’.23
Pada saat sekarang ini ekonomi masyarakat semakin menurun,
akibat dari pada perekonomian tersebut banyak masyarakat yang
memikirkan untuk mengkonsumsi bahan makanan yang relatif murah,
jadi banyak masyarakat yang mengambil alternatif sendiri untuk
beralih dari makanan yang mahal menjadi makanan yang lebih murah
dan memiliki protein yang cukup.
Oleh karena itu untuk menggantikan bahan makanan tersebut, kami
tertarik untuk membuka usaha pembuatan tempe yang dimana, tempe
dapat menggantikan bahan makanan yang mahal yang mempunyai
protein yang sama. Disamping itu tempe dapat diperoleh dengan harga
murah dibandingkan dengan bahan makanan yang mahal misalnya
22
Wawancara pribadi dengan Ibu Warsih, Pengusaha Pembuatan Tempe, (Jakarta
Selatan, 23 Februari 2013), pukul 11.00 WIB. 23
Wawancara pribadi dengan Bapak Nasir, Pengusaha Pembuatan Tempe, (Jakarta
Selatan, 23 Februari 2013), pukul 12.30 WIB.
35
ikan, daging, telur, dan lain-lain, yang memiliki kandungan yang
hampir sama dengan tempe.
Selain daripada itu, tempe juga dapat diolah menjadi berbagai jenis
makanan misalnya, tempe goreng, tempe bacem, keripik tempe, dan
sebagai bahan campuran makanan. Pengolahan tempe dapat dilakukan
secara sederhana tanpa harus menggunakan alat-alat canggih seperti
industri lainnya. Didalam pemasarannya, harga tempe stabil dipasaran
jadi, usaha pembuatan tempe tidak takut untuk memasarkannya di
pasar.
Tempe merupakan makanan tradisional khas Indonesia.Dan
tempemerupakan salah satu makanan yang sering di konsumsi oleh
masyarakat. Tempe tidak menggunakan zat kimia jadi tempe hanya
bertahan 2 atau 3 hari saja. Jika tempe dibiarkan akan tercium bau
amoniak yang busuk. Adanya bau ini menunjukkan bahwa tempe
mulai membusuk dan sudah tercemari mikroorganisme lain. Oleh
karena itu konsumen tidak akan takut untuk membeli tempe dipasaran
seperti membeli bahan makanan lain karena dengan mencium tempe
tersebut konsumen akan mengetahui apakah tempe itu bagus atau
tidak.
36
2. Maksud dan Tujuan Berdirinya Usaha Pembuatan Tempe
Maksud didirikannya usaha pembuatan tempe untuk menjadikan
usaha home industri di bidang usaha pembuatan tempe lebih maju
lagi. Dan menjalankan usaha home industri tempe dengan pengolahan
tradisional dan tanpa bahan pengawet.
Tujuan didirikannya usaha pembuatan tempe ini adalah sebagai
berikut :
a. Untuk memperoleh laba
Seperti yang dijelaskan oleh salah satu informan; Bapak
Tafsirin selaku pengusaha tempe, beliau mengatakan sebagai
berikut :
‘’Ya lumayan keuntungannya, bisanya usaha tempe saya
hanya lulusan SMP’’.24
b. Menciptakan tenaga kerja
Seperti yang dijelaskan oleh salah satu informan; Ibu
Warsih selaku pengusaha tempe, beliau mengatakan sebagai
berikut :
24
Wawancara pribadi dengan Bapak Tafsirin, pengelola usaha pembuatan tempe, (Jakarta
Selatan, 26 Maret 2013), pukul 10.10 WIB.
37
‘’Yang kerja sama saya tetangga di kampung, saya ajak
kerja disini. Sama-sama orang pekalongan’’.
c. Memperluas usaha home industry
Seperti yang dijelaskan oleh salah satu informan; Bapak
Wan Ali selaku pengusaha tempe, beliau mengatakan sebagai
berikut :
‘’Karena dari kreatif saya, ya saya inginnya usaha tempe.
Jadi gak kemana-mana lagi, terjunnya ke tempe juga’’.25
d. Membuka lapangan pekerjaan
Seperti yang dijelaskan oleh salah satu informan; Bapak
Ciswanto selaku Ketua RT 16 Kelurahan Kebayoran Lama Utara
Jakarta Selatan, beliau mengatakan sebagai berikut :
‘’Dengan adanya usaha pembuatan tempe masyarakat
yang tadinya nganggur jadi punya pekerjaan yaitu menjadi
pengrajin tempe’’.26
3. Sumber Dana atau Modal Usaha Dalam Mendirikan Usaha
Pembuatan Tempe
25
Wawancara pribadi dengan Bapak Wan Ali, pengusaha pembuatan tempe, (Jakarta
Selatan, 26 Maret 2013), pukul 09.30 WIB. 26
Wawancara pribadi dengan Bapak Ciswanto, Ketua RT 16 Kelurahan Kebayoran Lama
Utara Jakarta Selatan, (Jakarta Selatan, 20 Maret 2013), pukul 12.00 WIB.
38
Sumber dana yang didapat untuk membuka usaha pembuatan
tempe ini dari PRIMKOPTI Jakarta Selatan adalah koperasi produksi,
dimana koperasi ini memproduksi tempe dan tahu. Beralamat di Jl
Kalibata Tengah No 8-9. Telp./Fax, 021-7992956.Seperti yang
dijelaskan oleh salah satu informan; Ibu Warsih selaku pengusaha
tempe, beliau mengatakan sebagai berikut :
‘’Tadinya suami saya pinjam dikoperasi tahu tempe, minjam
buat beli tanah disini. Waktu itu minjamnya 5 juta pinjam tahun 1989,
terus minjam lagi dikoperasi tapi saya lupa tahun berapa minjamnya
dan jumlah minjamnya. Waktu itu buat beli bahan-bahan’’.
Seperti yang dijelaskan oleh salah satu informan; Bapak Nasir
selaku pengusaha tempe, beliau mengatakan sebagai berikut :
‘’Kita ikut koperasi, modalnya dikasih koperasi. Sekarang
sudah gak minjam, pas beli rumah buat buka usaha baru minjam di
koperasi. Jaman dulu sih minjam 5 juta, terus minjam lagi buat
nambahin modal 7.5 juta. Modal awal saya 3 juta’’.
Setelah penulis mewawancarai salah satu informan; Bapak
Tasban selaku pengusaha tempe, beliau mengatakan sebagai berikut :
‘’Waktu saya membuka usaha pembuatan tempe belum ada
koperasi, kalau sekarang sudah ada koperasi. Saya minjam waktu itu 3
juta, sekarang sudah lunas. Bunga pinjaman di koperasi termasuk
39
ringan, banyak yang mengantri untuk pinjam uang di koperasi, ya
karena dana di koperasi sedikit jadi terbatas’’.
Bapak Wan Ali, Bapak Tafsirin, dan Bapak Sodikin selaku
pengusaha tempe, mereka tidak meminjam dana di koperasi. Sumber
dana atau modal untuk membuka usaha pembuatan tempe dana dari
mereka sendiri, mereka mengatakan sebagai berikut :
Bapak Wan Ali mengatakan sebagai berikut : ’’dana dari saya
sendiri, saya ikut koperasi. Tapi saya gak minjam dari koperasi’’.
Bapak Tafsirin mengatakan sebagai berikut : ‘’dulu saya ikut
kerja , dananya ngumpulin dulu. Modal sendiri, saya masuk koperasi
belum lama. Saya belum ada kartu anggota’’.
Bapak Sodikin mengatakan sebagai berikut : ‘’dana modal
sendiri’’.
40
BAB IV
ANALISIS PERAN PENGUSAHA PEMBUATAN TEMPE DALAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
A. Peran Pengusaha Pembuatan Tempe Dalam Pemberdayaan
Masyarakat
Berdasarkan latar belakang berdirinya usaha pembuatan tempe di RT
16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan yang telah
dibahas pada bab sebelumnya, bahwa usaha pembuatan tempe ini berdiri
karena merupakan usaha rakyat yang sangat menjanjikan karena setiap
orang pasti menjadikan tempe sebagai lauk atau makanan sehari-hari,
sehingga permintaan akan tempe tidak akan pernah sepi.
Keberadaan usaha pembuatan tempe dalam kehidupan masyarakat
hingga saat ini terbukti masih diperlukan, utamanya dalam rangka
mendorong laju pertumbuhan usaha kecil yang pada umumnya masih
menjadi sandaran hidup masyarakat kecil.
Kreatifitas para pengrajin tempe menjadi unsur penting dalam
melahirkan generasi-generasi pengusaha sukses. Mereka tidak hanya
cukup memiliki kamampuan atau kepintaran secara intelektual, tapi
mereka juga harus memiliki kecerdasan dan daya kreatifitas yang tinggi.
Menciptakan tenaga kerja yang mampu mengolah segala sesuatunya
menjadi satu peluang dan kesempatan yang baik demi kemajuan bangsa.
Dalam rangka memberdayakan masyarakat, salah satunya yaitu
dengan mengembangkan perekonomiannya. Seperti para pengrajin tempe
40
41
mereka mendapatkan ilmu serta keretampilan dalam pembuatan tempe,
mereka mendapatkan pekerjaan menjadi pengrajin tempe dan
mendapatkan upah atau pendapatan sehingga tingkat perekonomian
mereka menjadi bertambah.
Untuk menekan meningkatnya jumlah pengangguran di ibukota
Jakarta dengan membuka lapangan kerja untuk para pengrajin tempe. Oleh
karenanya, lapangan kerja baru yang memiliki prospek jangka panjang
menjadi kebutuhan tak terhindarkan. Dengan lapangan kerja baru para
pengrajin tempe dapat secara berkelanjutan mengais rezeki.
B. Hasil Pemberdayaan Yang Dilakukan Oleh Pengusaha Pembuatan
Tempe Terhadap Masyarakat Sekitar
Bentuk upaya yang dilakukan oleh pengusaha pembuatan tempe
adalah peran pengusaha tempe dalam menganggulangi permasalahan
kemiskinan di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta
Selatan. Bentuk upaya yang dilakukan tidak lain untuk membekali para
pekerja atau pengrajin tempe dengan pendidikan dan keahlian hidup yang
nantinya dapat dimanfaatkan ilmu dan keterampilannya dalam rangka
mengembangkan ekonomi para pengrajin tempe dan pembekalan ilmu dan
keterampilan, serta mengentaskan pengangguran bagi para pekerja atau
pengrajin tempe.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada mereka
para pekerja atau pengrajin tempe seperti yang dijelaskan oleh salah satu
42
informan; Maulana selaku pengrajin tempe, beliau mengatakan sebagai
berikut :
‘’Setelah saya menjadi pengrajin tempe, ya Alhamdulillah
penghasilannya bertambah. Dengan menjadi pengrajin tempe bisa
mandiri nantinya bisa jualin sendiri atau dikembangin sendiri’’.27
Dan dijelaskan juga oleh salah satu informan; Sasuri beliau
mengatakan sebagai berikut :
‘’Saya hanya lulusan SD susah untuk mencari kerja di Jakarta.
Dengan menjadi pengrajin tempe bisa cukupin kehidupan sehari-hari,
saya mendapat upah per hari Rp.55.000,- dengan begitu sebulan saya
mendapat upah Rp. 1.650.000,- itu pun saya tinggal sama bos, jadi
saya tidak mengeluarkan biaya mengontrak rumah, dan saya belum
menikah‘’.28
Dengan adanya usaha pembuatan tempe di JL. KH. Mas’ud RT 16
RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan menjadikan
masyarakat khususnya para pengrajin tempe memiliki keahlian hidup yang
telah dibekali oleh pengusaha pembuatan tempe dalam rangka
mengembangkan ekonomi mereka.
Kegiatan pengelola usaha pembuatan tempe (bertindak sebagai
investor) untuk membuat tempe, membuka peluang bagi berbagai sektor
27
Wawancara pribadi dengan Maulana, Pengrajin pembuatan tempe, (Jakarta Selatan, 23
Februari 2013), pukul 11.00 WIB. 28
Wawancara pribadi dengan Sasuri, Pengrajin pembuatan tempe, (Jakarta Selatan, 20
Maret 2013), pukul 11.30 WIB.
43
atau pihak lain untuk meningkatkan aktivitasnya. Adanya lapangan kerja
bagi pencari kerja. Dan pengusaha pembuatan tempe mendapat laba.
C. Hambatan Pengusaha Pembuatan Tempe Dalam Pemberdayaan
Masyarakat
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan,
usaha pembuatan tempe memiliki peran yang sangat besar dalam usaha
pemerataan kesempatan kerja, kesempatan usaha dan peningkatan
pendapatan. Dalam upayanya dalam pemberdayaan dan pengembangan
masyarakat sekitar.
Dalam setiap membuka usaha tentunya akan selalu dihadapkan
dengan faktor penghambat yang akan mengganggu berjalannya kegiatan.
Hal-hal terkait juga dihadapi oleh pengusaha pembuatan tempe di Rt 16
Rw 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan, yang dalam
proses kegiatannya mengalami dan menemukan faktor penghambat. Oleh
karena itu, untuk mengetahui apa yang menjadi faktor penghambat
pengusaha pembuatan tempe dalam pemberdayaan masyarakat.
Usaha pembuatan tempe sangat tergantung dari kedelai impor, karena
kedelai impor memiliki penampilan rasa yang lebih unggul, tidak
menghasilkan bau langu atau bau khas yang terdapat pada tempe yang
menggunakan kedelai lokal dan tidak menghasilkan rasa pahit.
Tingginya harga kedelai, menyusul kenaikan bea masuk impor kedelai
sebesar 5 persen. Kenaikan harga kedelai di pasaran memang cukup
menggila dan mencapai 100 persen dari Rp 5,800 per kilogram menjadi
44
Rp 10.000 per kilogram. Kondisi inilah yang menyulitkan dan terasa
sangat memberatkan bagi para pengrajin tempe.
Seperti yang kita tahu bahwa sudah dua tahun terakhir ini harga
kacang kedelai mengalami kenaikan yang cukup drastis. Akibat dari
naiknya harga kacang kedelai para pengusaha pembuatan tempe
mengalami pendapatan yang menurun dan lebih banyak pengeluarannya.
Akibat dari harga bahan baku tempe melonjak sehingga produsen dan
pedagang merugi.pedagang dan produsen tempe di Jakarta mogok
berjualan sehingga stok tahu dan tempe di beberapa pasar nyaris kosong.
Seperti yang dijelaskan oleh salah satu informan; Bapak Tasban beliau
mengatakan sebagai berikut :
‘’kendala di bahan baku, pemerintah tidak menyediakan kacang
kedelai, semuanya impor. Seharusnya di Jakarta harus ada kacang
kedelai, karena Jakarta adalah pasar yang paling luas. Kalau dahulu
masih ada kedelai lokal, sekarang sama sekali tidak ada kedelai lokal.
Hanya menggantungkan dari Negara lain (Amerika). Dan sekarang
Menteri kita hanya menggantungkan dari Negara lain. Sekarang ini
yang kami harapkan dari pemerintah supaya bisa menyediakan
kacang kedelai di negeri kita ini.semua tukang tempe di sini ikut
demo, saya kordinatornya. Waktu itu demo 2 kali. Setiap wilayah ada
45
kordinator masing-masing, kebetulan saya kordinator wilayah
kebayoran lama’’.29
Seperti juga dijelaskan oleh salah satu informan; Bapak Nasir beliau
mengatakan sebagai berikut:
‘’Kendala yang ditemui dalam usaha pembuatan tempe kacang
kedelainya mahal, saya mau untung jadi tidak untung. Saya sudah dua
kali demo, kadang harganya sampai Rp.800.000,- / kwintal normalnya
Rp. 650.000,-‘’.
Seperti juga dijelaskan oleh salah satu informan; Bapak Wan Ali
beliau mengatakan sebagai berikut:
‘’ saran kepada pemerintah,kalau masalah kacang kedelai jangan
sampai dinaikkan lagi harganya, saya dapat keuntungan sudah
menipis masalahnya. Pemerintah harus tahu inspirasi orang kecil,
yang penting harganya bisa turun lagi, jadi di stabilkan saja’’.
Usaha pembutan tempe yang berada di RT 16 RW 09 Kelurahan
Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan dikelola dalam bentuk usaha
rumah tangga, sehingga perkembangannya selalu dihadapkan dengan
permasalahan ketersediaan dan kualitas faktor produksi. Alat produksi
yang digunakan masih tradisional dengan menggunakan kayu bakar untuk
merebus kacang kedelai. Pemerintah tidak menyediakan sarana dan
prasarana penunjang untuk usaha pembuatan tempe seperti alat teknologi
29
Wawancara pribadi dengan Bapak Tasban, Pengusaha pembuatan tempe, (Jakarta
Selatan, 23 Februari 2013), pukul 13.00 WIB.
46
yang dapat digunakan untuk proses produksi pembuatan tempe agar lebih
cepat dan hygienis.
Maka kemudian, fasilitas yang cukup memadai untuk kelangsungan
terlaksananya tujuan usaha pembuatan tempe (sebagai langkah
meminimalisir hambatan-hambatan).
Dan pemerintah tidak menyediakan lokasi usaha yang cocok untuk
usaha pembuatan tempe agar daerah Kelurahan Kebayoran Lama Utara
Jakarta Selatan tepatnya di JL. KH. Mas’ud RT 16 RW 09 tidak kumuh
dan kotor.
Seperti juga dijelaskan oleh salah satu informan; Bapak Sodikin beliau
mengatakan sebagai berikut:
‘’pemerintah harus menurunkan harga kedelai dan menyediakan
tempat industry tempe yang layak, biar lingkungan tidak menjadi kumuh’’.
Adanya faktor penghambat tersebut dijadikan pelajaran yang berharga
dan contoh untuk mencoba berupaya keluar dari hambatan tersebut
walaupun memang tidak mudah.
47
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, studi dokumen dalam
menjawab perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya
yaitu ‘’Bagaimana peran pengusaha pembuatan tempe dalam
pemberdayaan masyarakat, bagaimana hasil pemberdayaan yang dilakukan
oleh pengusaha pembuatan tempe terhadap masyarakat sekitar, dan
bagaimana hambatan pengusaha pembuatan tempe dalam pemberdayaan
masyarakat’’ Dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Pengusaha pembuatan tempe telah menjalankan perannya dengan baik.
Peran yang dijalankan oleh pengusaha pembuatan tempe dalam
pemberdayaan masyarakat khususnya para pengrajin tempe dengan
memberikan ilmu serta keterampilan dalam pembuatan tempe dan
memberikan pekerjaan kepada warga yang membutuhkan ini
diharapkan terciptanya masyarakat yang hidup di bawah garis
kemiskinan mampu bangkit dan berubah, dari masyarakat yang kurang
berdaya menjadi lebih berdaya.
b. Faktor penghambat pengusaha pembuatan tempe dalam menjalankan
perannya adalah harga kacang kedelai yang mahal serta sarana dan
prasarana alat produksi yang masih tradisional dan lokasi usaha
pembuatan tempe yang kumuh.
48
c. Usaha pembuatan tempe sangat memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat khususnya para pekerja atau pengrajin tempe, sehingga
masyarakat merasakan manfaatnya dalam pengembangan ilmu maupun
pengembangan perekonomian atau meningkatkan pemenuhan
kesejahteraan. Serta upaya pengusaha pembuatan tempe dalam
memberantas kemiskinan sudah tercapai.
B. Saran
Dari berbagai informasi yang penulis dapatkan dari penelitian yang
dilakukan, terdapat beberapa permasalahan yang menjadi catatan bagi
penulis dimana hal tersebut menjadi dasar penulis untuk memberikan
masukan dan usulan untuk memajukan usaha pembuatan tempe di JL.
KH. Mas’ud RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta
Selatan, yaitu:
1. Hendaknya pengusaha pembuatan tempe agar memperbanyak jaringan
pemasaran dan kerjasama dengan berbagai pihak. Dengan begitu usaha
yang telah dirintis semakin maju dan berkembang.
2. Usaha pembuatan tempe yang berada di Kelurahan Kebayoran Lama
Utara agar dapat ditingkatkan dan dikembangkan menjadi usaha yang
berskala besar.
3. Menjaga kebersihan lingkungan harus di perhatikan jangan membuang
sampah atau limbah tempe sembarangan agar tidak menimbulkan
banjir dan penyakit.
49
4. Seharusnya pemerintah menyediakan sarana dan prasarana penunjang
untuk usaha pembuatan tempe seperti alat teknologi yang dapat
digunakan untuk proses produksi pembuatan tempe agar lebih cepat
dan hygienis. Dan menyediakan lokasi usaha yang cocok utuk usaha
pembuatan tempe agar daerah Kelurahan Kebayoran Lama Utara
Jakarta Selatan tepatnya di JL. KH. Mas’ud RT 16 RW 09 tidak
kumuh dan kotor.
5. Masalah kacang kedelai impor yang harganya mahal sangat
mengganggu para pengusaha pembuatan tempe dalam memproduksi
kacang kedelai tersebut. Oleh karena itu pemerintah harus menyusun
rencana atau strategi bagaimana caranya agar kacang kedelai tidak
impor lagi ke Negara lain.
50
DAFTAR PUSTAKA
1. Daftar Buku
Adi Isbandi Rukminto, Pemikiran-pemikiran dalam Kesejahteraan Sosial,
Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi UI, (2002).
Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui
Pembelajaran Vocational Skill Pada Keluarga Nelayan), Bandung:
Alfabeta, (2007).
Aziz. Moh. Ali, Rr. Suhartini, dkk, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat
Paradigma Aksi Metodologi, Yogyakarta, Pustaka Pesantren, (2005).
Berry David, Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, (1995).
Bungin, Burhan. Metodologi Penenlitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana,(2005).
Edisi Pertama. Cet Ke-4.
Hidayati, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah Dengan Pendekatan Kualitatif.
Jakarta: UIN Press, (2006). Cet 1.
Machendrawaty, Nanih. Dan Safei Agus Ahmad. Pengembangan Masyarakat
Islam dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.2001. Cet – 1.
Moleong, J Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya,(2011). Cet ke-29.
PROGRES Media Komunikasi Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K). Jakarta: Edisi Maret-Mei-Desember,(2011).
Sobari Mahmud, Kebudayaan Rakyat; Dimensi Politik dan Agama, Yogyakarta:
Benteng Budaya, (1996).
Soeharto, Edi, dkk. Jurnal Pengembangan Masyarakat(COMDEV). Jakarta:
BEM-J PMI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syahid,(2005). Edisi
I.
Soehartono Irawan, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, (2011).
Suhartini. Rr,. A. Halim, dkk, Model-model Pemberdayaan Masyarakat,
Yogyakarta, Pustaka Pesantren, (2005).
51
Sumodiningrat, Gunawan. Pemberdayaan Sosial Kajian Ringkas Tentang
Pembangunan Manusia Indonesia. Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara,(2007).
Suyanto Bagong & Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan, Jakarta: Kencana, (2007).
2. Daftar Informan
Wawancara Pribadi dengan Ibu Warsih, Pengelola Usaha Pembuatan Tempe,
(Jakarta Selatan, 23 Februari 2013), Pukul 11.00 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Mas Maulana, Pengrajin Pembuatan Tempe, (Jakarta
Selatan, 23 Februari 2013), Pukul 11.30 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Nasir, Pengelola Usaha Pembuatan Tempe,
(Jakarta Selatan, 23 Februari 2013), Pukul 12.30 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Mas Sugi, Pengrajin Pembuatan Tempe. (Jakarta
Selatan, 23 Februari 2013), Pukul 13.00 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Tasban, Pengelola Usaha Pembuatan Tempe,
(Jakarta Selatan, 20 Maret 2013), Pukul 12.30 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Ciswanto, Ketua RT 16 Kelurahan Kebayoran
Lama Utara, (Jakarta Selatan, 20 Maret 2013), Pukul 12.00 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Mas Sasuri, Pengrajin Pembuatan Tempe, (Jakarta
Selatan, 20 Maret 2013), Pukul 11.30 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Zaini, Pengrajin Pembuatan Tempe, (Jakarta
Selatan, 20 Maret 2013), Pukul 11.00 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Mas M. Yasirlana, Pengrajin Pembuatan Tempe,
(Jakarta Selatan, 26 Maret 2013), Pukul 10.30 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Mas Priyono, Pengrajin Pembuatan Tempe, (Jakarta
Selatan, 26 Maret 2013), Pukul 11.30 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Wan Ali, Pengelola Usaha Pembuatan Tempe,
(Jakarta Selatan, 26 Maret 2013), Pukul 09.30 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Tafsirin, Pengelola Usaha Pembuatan Tempe,
(Jakarta Selatan, 26 Maret 2013), Pukul 10.10 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Sodikin, Pengelola Usaha Pembuatan Tempe,
(Jakarta Selatan, 26 Maret 2013), Pukul 12.00 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Subadi, Pengelola Usaha Pembuatan Tempe,
(Jakarta Selatan, 20 Juli 2013), Pukul 12.30 WIB.
52
Wawancara pribadi dengan Mas Bowo,Pengrajin Pembuatan Tempe, (Jakarta
Selatan, 20 Juli 2013), Pukul 12.10 WIB.
Wawancara pribadi dengan Agus, Pengrajin Pembuatan Tempe, (Jakarta Selatan,
20 Juli 2013), Pukul 12.00 WIB.
Wawancara pribadi dengan Feri Fadli, Pengrajin Pembuatan Tempe, (Jakarta
Selatan, 20 Juli 2013), Pukul 13.00 WIB.
53
54
LAMPIRAN
GAMBAR LOKASI PENELITIAN (USAHA PEMBUATAN TEMPE)
DI RT 16 RW 09 KELURAHAN KEBAYORAN LAMA UTARA JAKARTA SELATAN
Bahan produksi untuk pembuatan tempe adalah kacang
kedelai yang didapat dari koperasi PRIKOMTI Jakarta
Selatan, cara kerja untuk membuat tempe yaitu cucilah
ember/drum hingga bersih kemudian keringkan.
Bersihkan kacang kedelai dari bahan-bahan
lain yang tercampur kemudian cuci hingga
bersih. Para pengrajin tempe sedang mencuci
kacang kedelai.
Rendam kacang kedelai yang telah bersih
selama ½ jam.
55
Setelah direndam kemudian kacang
kedelai dimasak ½ jam didalam wajan
dengan menggunakan kayu bakar.
Masukkan kacang kedelai yang telah dimasak ke
dalam mesin penggilingan tempe.
Rendam kacang kedelai yang telah
digiling selama 1 malam dengan air
bersih.
56
Setelah 1 malam direndam kemudian
cuci/bilas dengan menggunakan air bersih.
Selanjutnya masak kembali kacang kedelai
tersebut selama ½ jam atau sampai terasa
empuk.
Setelah biji kedelai terasa empuk, letakkan
biji-biji tersebut pada terpal yang telah
dibersihkan, kemudian kipas sambil diaduk-
aduk hingga biji-biji tersebut dingin.
Taburkan ragi tempe yang telah disiapkan
sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk
supaya merata
Siapkan kantong plastik untuk pembungkus.
Kantong plastik yang digunakan sebagai
pembungkus berilah lubang kecil pada
kantong tersebut dengan menggunakan jarum.
Masukkan kedelai yang telah diberi ragi
kedalam pembungkusnya atur ketebalannya
sesuai selera.
57
Setelah dibungkus dan dibentuk kemudian
disusun rapi di Ragen. Bapak Wan Ali
sedang meratakan tempe.
Selanjutnya tempe dijemur selama 1
malam. Besok harinya tempe siap untuk
dipasarkan.
Selanjutnya tempe dijual di pasar
kebayoran lama. Bapak Tafsirin sedang
berjualan tempe, tempe yang dijual dengan
berbagai macam ukuran. Tempe yang
ukuran besar seharga Rp.5.000,- yang
sedang Rp. 4.000,- dan yang kecil
Rp.3.000,-. Bapak Tafsirin berjualan tempe
pada sore hari pukul 16.00 wib sampai
dengan malam hari pukul 22.00 wib.
58
Bapak Tafsirin sedang melayani para
pelanggan.
Peneliti sedang mewawancarai
responden yaitu Bapak Wan Ali.
Peneliti sedang mewawancarai responden
yaitu Bapak Tafsirin.
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
PEDOMAN WAWANCARA
Pengusaha tempe
1. Lamanya membuka usaha pembuatan tempe ?
2. Alasan membuka usaha pembuatan tempe ?
3. Maksud dan tujuan membuka usaha pembuatan tempe ?
4. Sumber dana atau modal usaha pembuatan tempe ?
5. Kendala-kendala yang ditemui dalam usaha pembuatan tempe ?
6. Kiat usaha pembuatan tempe agar tidak mengalami kebangkrutan ?
7. Memasarkan tempe ini ?
8. Jumlah pekerja ?
9. Kerjasama dalam membuka usaha pembuatan tempe ?
10. Mengurus perijinan ke instansi terkait ?
11. Dampak positif membuka usaha pembuatan tempe ?
12. Peningkatan modal usaha pembuatan tempe ?
13. Bahan-bahan pembuatan tempe ?
14. Modal awal usaha pembuatan tempe ?
15. Harga tempe yang dijual ?
16. Penghasilan setiap bulan ?
17. Prospek perkembangan usaha pembuatan tempe ?
18. Saran kepada pemerintah untuk usaha pembuatan tempe ?
71
Pengrajin tempe
1. Lamanya menjadi pengrajin tempe ?
2. Terbantukah adanya usaha pembuatan tempe ?
3. Alasan menjadi pengrajin tempe ?
4. Upah setiap hari/bulan ?
5. Cara memasarkan tempe ?
6. Cara menjaga kualitas tempe ?
7. Kendala pembuatan tempe ?
8. Sudah berkeluarga ?
9. Punya anak berapa ?
10. Umur anak berapa tahun ?
11. Rumah Sendiri/mengontrak ?
72
Wawancara Kepada Pengusaha Tempe
No Verbatim/direct data Inference Personal journal
1.
Nama : Warsih
Penelitian tanggal : 23 Feb 2013
Pukul : 11.00 WIB
Usia : 45 Tahun
Tempat : di rumah
T : lamanya membuka usaha pembuatan tempe ?
J : sudah dari tahun 1981, sekitar 32 tahun.
T : alasan membuka usaha pembuatan tempe ?
J : kita nyari duit ke Jakarta, membuka usaha pembutan tempe
Berdasarkan
pengamatan di daerah
Kebayoran Lama Utara
Jak-Sel tepatnya di Jl.
KH. Mas’ud RT 16
RW 09 masyarakatnya
sebagian besar
membuka usaha
pembuatan tempe. Dan
kebanyakan
masyarakat yang
membuka usaha
pembuatan tempe
adalah orang jawa
yaitu orang pekalongan
yang merantau ke
Ternyata salah satu alasan
masyarakat di daerah Kebayoran
Lama Utara membuka usaha
pembuatan tempe karena untung
yang didapat dari jualan tempe
besar setelah dihitung dengan
teori perhitungan nilai tambah
mereka mendapatkan
keuntungan ± Rp.17.000.000,-
/bulan dan modal awal untuk
membuka usaha pembuatan
tempe tidak memerlukan biaya
yang besar ± Rp.3.000.000.-
sampai dengan Rp.5.000.000,-
menurut mereka dengan modal
segitu sudah bisa beli tanah, alat
73
kayaknya enak gitu. Tukang tempe di Jakarta duitnya banyak, dahulu
yang membuka usaha pembuatan tempe adalah suami saya Pak
Rohani. Suami saya sudah meninggal saya yang menggantikan.
T : kiat usaha pembuatan tempe agar tidak mengalami kebangkrutan ?
J: ya, saya buat tempenya yang bagus agar laku dipasaran. Cara buat
tempe yang bagus kacang kedelainya tiap pagi dibersihin kotorannya,
setelah itu direndam kedelainya, terus direbus sampai matang, kalau
sudah matang diangkat terus direndam lagi semalaman.
T : kenapa tidak usaha yang lain ?
J : saya kan tidak sekolah tinggi, saya dari kampung, orang yang ga
punya. Buat makan saja susah. Saya ke Jakarta merantau coba-coba
ikut tukang tempe tadinya. Setelah itu saya buka usaha pembuatan
tempe sendiri. Kita kan bisanya dagang.
T : cara buat tempe ?
J : tidak mudah, kemaren saja saya rusak tempenya sampai 10 hari
waktu itu tempenya bau. Tapi sekarang Alhamdulillah tidak bau lagi,
kemaren kacang kedelainya dari kampung didapatnya. Nyuci
kedelainya harus teliti bangat, harus bersih. Dan airnya pun harus
banyak. Membutuhkan tenaga juga.
Jakarta. produksi, dan bahan-bahan untuk
membuat tempe karena waktu
dahulu harga masih murah.
Lokasi usaha pembuatan tempe
dekat dengan Pasar Kebayoran
Lama lebih mudah untuk
menjual tempe. Dan alasan
mereka membuka usaha
pembuatan tempe di daerah
tersebut karena ada kali untuk
membuang limbah tempe.
74
T : maksud dan tujuan membuka usaha pembuatan tempe ?
J : tempe kan makanan sehari-hari, tempe makanan pokok. Kalau
jualan makanan pokok tiap hari bisa jual, jadi kan tiap hari dapat duit.
T : sumber dana / modal usaha pembuatan tempe ?
J : uang sendiri. Tadinya suami saya pinjam di koperasi tahu tempe
koperasinya adanya di mampang jaksel, minjam buat beli tanah
disini. Waktu itu minjamnya 5 juta pinjam tahun 1989. Terus minjam
lagi di koperasi tapi saya lupa tahun berapa minjamnya & jumlah
minjamnya. Waktu itu buat beli bahan-bahan.
T : memasarkan tempe ini ?
J : di bawa ke pasar impres pasar batu bata putih bayoran. Punya
lapak di sana, yang beli langganan saya tukang sayur, tukang warteg.
Saya mulai jualan dari jam 3 pagi.
T : jumlah pekerja ?
J : ada 2 orang, sekalian dagang di pasar. Anak saya juga ikut jualin.
T : kendala-kendala yang temui dalam usaha pembuatan tempe ?
J :kacang kedelainya mahal, untung sedikit. Dulu kacangnya tidak
75
mahal. Sekarang 1 kwintal 20 kg harganya Rp. 936.000,- paling
untung yang di dapat Rp. 1.250.000,- belum buat beli daun, plastik,
ragi tempe, kere (kayu buat nyusun tempe).
T : kerjasama dalam membuka usaha pembuatan tempe ?
J : tidak ada kerja sama sendiri saja, usaha ini kan rumahan.
T : mengurus perijinan ke instansi terkait ?
J : tidak ijin, kita nyari tempat di pinggir kali. Karena tempe bau
limbahnya, kalau tempatnya tidak di pinggir kali tidak boleh.
T : tetangga ada yang menjadi pengrajin tempe ?
J : tidak ada, tetangga disini orang brebes. Kerjanya jadi tukang
minta-minta pengemis, yang kerja sama saya tetangga di kampung
saya ajak kerja di sini. Sama-sama orang pekalongan.
T : peningkatan modal usaha pembuatan tempe ?
J : peningkatan modal turun naik, kemarin naik Rp. 70.000,- / hari, ya
kadang turun pendapatannya atau kurang laku tempenya. Kalau
tanggal muda masyarakat pada makan ayam / daging. Kalau sudah
tanggal tua baru buat tempenya agak di banyakin. Kalau tanggal
76
muda agak di kurangin buat tempenya. Namanya orang dagang ada
turun naik tidak tentu.
T : bahan – bahan pembuatan tempe ?
J : daun, plastik, kayu kere, drum, ragi tempe. Kalau tidak pakai ragi
tempe, tidak jadi tempenya. Tiga hari baru jadi tempenya.
T : saran kepada pemerintah untuk usaha pembuatan tempe ?
J : kedelainya biar murah, jangan mahal terus. Kita mau makan apa
kalau kedelainya mahal. Kalau kedelai lokal kecil-kecil, kalau impor
besar-besar. Kedelai lokal tidak cukup terbatas. Hanya bisa buat
kecap. Dan kedelai lokal bau layu ada acinya.
T : penghasilan setiap hari/bulan ?
J : tiap hari min Rp. 50.000,-
T : harga tempe yang dijual ?
J : ada yang Rp. 5.000,- dan ada yang Rp. 4.000,-
T : prospek perkembangan usaha pembuatan tempe ?
J : bagus, tidak bisa putus. Karena tempe makanan sehari-hari.
77
2.
Nama : Nasir
Penelitian tanggal : 23 Feb 2013
Pukul : 12.30 WIB
Usia : 52 Tahun
Tempat : di rumah
T : lamanya membuka usaha pembuatan tempe ?
J : dari tahun 1982, berarti sudah 31 tahun. Dahulunya saya jadi
pekerja sudah pintar buat sendiri, jual sendiri
T : alasan membuka usaha pembuatan tempe ?
J : ya, itu kan untungnya kita bisa tiap hari, bisa tiap hari pegang
untung . kalau kerja kan hasilnya ga tentu, kalau dagang hasilnya
tentu. Sehari dapat
T : kiat usaha pembuatan tempe agar tidak mengalami kebangkrutan ?
78
J : ya, produksinya selalu dibagusin. Biar murni, jadi yang beli lancar,
yang dagang juga lancar
T : kenapa tidak usaha yang lain ?
J : kalau pegang kerjaan yang lain, belum tentu jadi karena bukan
kelasnya
T : cara membuat tempe ?
J : mudahan buat tempe ketimbang tahu. Kalau tahu susahnya
kadang-kadang asam rasanya. Kadang-kadang hancur kalau tahu.
Kalau tempe kalau sudah tahu caranya buatnya gampang
T : maksud dan tujuan membuka usaha pembuatan tempe ?
J : buat nyari nafkah, saya punya anak 4
T : sumber dana / modal usaha pembuatan tempe ?
J : kita ikut koperasi, modalnya dikasih koperasi. Sekarang sudah ga
minjam, pas beli rumah buat buka usaha, baru minjam di koperasi.
Jaman dulu sih minjam 5 juta. Terus minjam lagi buat nambahin
modal 7.5 juta. Modal awal saya 3 juta
T : memasarkan tempe ini ?
79
J : saya jualin ke tangerang di cipondoh. Kalau di pasar kebayoran
lama ada yang jualin anak buah dagangnya malam
T : jumlah pekerja ?
J : ada 2 orang (anak dan istri), ada menantu juga bantuin
T : kenapa tidak mencari pekerja yang lain saja ?
J : saya pengennya nerusin ke anak.
T : kendala-kendala yang ditemui dalam usaha pembuatan tempe ?
J : kacangnya mahal, saya mau untung jadi ga untung. Saya sudah 2
kali demo. Kadang harganya sampai 800 ribu / kwintal. Normalnya
650 ribu
T : beli kacang kedelainya ?
J : beli di koperasi. Karena kedelai impor, kalau beli kedelai lokal,
kedelainya jelek. Masih ijo aja sudah di cabut. Kalau pakai kedelai
lokal bukannya untung bangkrut iya
T : mengurus perijinan ke instansi terkait ?
J : ga ada ijinnya, inikan usaha rumahan.
80
T : peningkatan modal usaha pembuatan tempe ?
J : kalau kita jual ke pasar bayoran jual ke tukang sayur 60 ribu – 70
ribu, kalau ada orang baru yang beli bisa 100 ribu naiknya cepat
T : bahan – bahan pembuatan tempe ?
J : kacang kedelai, kere (papan), drum, harga 1 drum sekarang sudah
1.4 juta kalau dulu harga drumnya murah. Plastik yang besar beli di
koperasi. Jadi bahan-bahannya sudah tersedia di koperasi. Kalau
misalkan bocor drumnya, tinggal nelpon ke koperasi. Terus dianterin
yang penggantinya
T : saran kepada pemerintah untuk usaha pembuatan tempe ?
J : harga kedelainya di murahin
T : penghasilan setiap hari/bulan ?
J : tiap hari 200 ribu, untungnya besar. Makanya saya ga mau pindah
dagang yang lain
T : harga tempe yang dijual?
J : yang gede 6 ribu, yang sedang 4 ribu, yang kecil 2 ribu.
81
T : prospek perkembangan usaha pembuatan tempe?
J : ya, bagus banget. Dari untungnya aja sudah ketahuan, buat jamin
keluarga untuk makan setiap hari
3.
Pengusaha Tempe
Nama : Tasban
Penelitian tanggal : 20 Maret 2013
Pukul : 12.30 WIB
Usia : 51 Tahun
Tempat : di rumah
T : lamanya membuka usaha pembuatan tempe ?
J : saya dari tahun 1974, ya sudah 39 tahun.
T : alasan membuka usaha pembuatan tempe ?
82
J : karena bapak ga bisa bekerja yang lain, saya ga sekolah.
T : kiat usaha pembuatan tempe agar tidak mengalami kebangkrutan ?
J : untuk bisa mensiasati saja, bagaimana usaha ini bisa berjalan dan
pembeli mau membeli. Ya adalah pola pikir untuk itu.
T : tujuan membuka usaha pembuatan tempe ?
J : untuk menunjang ekonomi keluarga.
T : sumber dana / modal usaha pembuatan tempe ?
J : awalnya kami pekerja menjadi kuli pembuatan tempe, modal awal
saya nabung dari hasil kuli. Terus saya membuka usaha pembuatan
tempe karena saya sudah punya pengalaman sebelumnya. Waktu saya
buka usaha pembuatan tempe belum ada koperasi. Kalau sekarang
sudah ada koperasi, saya minjam waktu itu 3 juta sekarang sudah
lunas.
T : bunga pinjaman di koperasi?
J : malahan di koperasi termasuk ringan, banyak yang mengantri
untuk pinjam uang di koperasi. Ya karena dana di koperasi sedikit
jadi terbatas.
83
T : modal awal membuka usaha pembuatan tempe ?
J : modal awal dahulu saya sudah lupa, waktu buka usaha tempe dulu,
kacang kedelainya harganya masih Rp. 150,- /kg sekarang sudah Rp.
7.800,- /kg modal awal dahulu di bawah Rp.100.000,-
T : memasarkan tempe ini ?
J : di pasar kebayoran lama, dan di ulujami, Alhamdulillah pelanggan
saya sudah banyak. Tukang sayur, tukang warteg, bahkan saya punya
langganan setiap minggu, tempe saya di bawa ke jawa timur. Bahkan
tempe saya pernah di bawa ke Kalimantan. Kata pelanggan, tempe
saya beda rasanya.
T : jumlah pekerja?
J : 1 orang dan sama anak saya, istri saya juga bantuin.
T : kendala-kendala yang temui dalam usaha pembuatan tempe ?
J : kendala di bahan baku. Pemerintah tidak menyediakan kacang
kedelai semuanya impor. Kalau yang saya dengar dari menteri
koperasi, katanya 30% ada kacang kedelai di Indonesia. Tapi
kenyataannya ga ada. Seharusnya di Jakarta mesti ada kacang kedelai,
84
karena Jakarta pasar yang paling luas. Di Jakarta nyari kacang kedelai
1 kg pun juga ga ada. Kembali lagi ke pemerintahnya. Kalau
pemerintahnya mau menyediakan atau istilahnya menswambadakan
di negeri ini. Kalau dulu masih ada kedelai lokal. Sekarang sama
sekali ga ada kedelai lokal. Hanya menggantungkan dari Negara lain.
Dan sekarang menteri kita hanya menggantungkan dari luar negeri.
Apa ga bobrok negeri ini. Sekarang ini yang kami harapkan dari
pemerintah, makannya saya berkali-kali menyusun demo untuk
saudara-saudara kita yang ada di Indonesia ini. Demo waktu itu saya
tidak menuntut bahwa harga kacang kedelai itu supaya murah. Yang
saya tuntut waktu demo kemarin adalah untuk pemerintah supaya
bisa menyediakan kacang kedelai di negeri kita ini. Letak bagaimana
caranya itu pemerintah harus bisa. Itu akibat dari pada salah
pengelolaan, ya kembali lagi kepada pemerintah. Harapan kami
kedepan pemimpin jangan seperti ini. Apalagi menterinya itu,
pemilihan menteri seolah-olah seperti mau dagang sapi tawar-
menawar. Menteri itu pekerjaannya ga becus.
T : tukang tempe di daerah ini ikut demo ?
J : ya semua tukang tempe di sini di ajak semua, saya kordinatornya.
Waktu itu demo 2 kali. Setiap wilayah ada kordinator masing-masing,
kebetulan saya kordinator wilayah kebayoran lama.
85
T : apa perbedaannya kacang kedelai lokal sama impor ?
J : ya rasanya beda, sebetulnya untuk kualitas memang bagusan yang
impor. Lebih bagus kita produksi sendiri. Walau bagaimanapun
kacang kedelai lokal harus kita lestarikan. Dan lagi kalau kedelai
lokal itu ada, otomatis para petani akan untung. Sekarang kedelai
Amerika harganya Rp. 7.800,- per Kg, terus kedelai lokal misalkan
Rp. 9.000,- per Kg. saya lebih baik beli kedelai lokal karena petani
bangsa kita ini yang bekerja bisa menghasilkan uang. Walaupun
harganya mahal saya masih bisa beli. Yang kami minta supaya
seluruh bangsa kita ini bekerja dengan baik. Masalah harga ga jadi
patokan. Yang paling penting bangsa kita ini berikanlah ruang kerja.
Terutama karena di negeri ini paling banyak pertanian. Maka
berikanlah para petani ruang kerja yang lebih baik.
T : mengurus perijinan ke instansi terkait ?
J : ga ada ijinnya, bagaimana mau ijin ke instansi. Sekarang
keuntungan kita aja minim sekali. Kalau kita orang kecil mengajukan
ijin dan sebagainya, itu semakin di gencet. Bagi orang-orang yang
tingkatnya tinggi minta bayarannya besar. Di gencet untuk keperluan
Negara gitu.
86
T : peningkatan modal dalam usaha pembuatan tempe ?
J : tergantung dari bahan baku, saya kan jualan ada di 2 tempat. Yang
satu di ulujami dan yang satu lagi di kebayoran. Paling setiap bulan
sekitar 5 juta-an penghasilan kotor itu, belum bayar yang lain-lain.
Bayar upah karyawan setiap bulan 1,8 juta.
T : bahan – bahan pembuatan tempe ?
J : kacang kedelai, dan ragi.
T : harga tempe yang dijual ?
J : saya jual yang gede 4 ribu.
T : harga kacang kedelai mahal, strategi mengelola usaha pembuatan
tempe?
J : misalkan per setengah kilo awalnya 3 ribu, sekarang kita jual 4
ribu. Itu pun juga kita hitung-hitungannya, misalkan kacang kedelai
harga 8 ribu per kilo, ukurannya misalkan yang 4 ribu 5 ons. Per 1
ons itu 800 rupiah, 1 kilo 8 ribu berarti 1 ons 800 rupiah. Sekarang
harga per kilo kacangnya harganya naik. Ya per onsnya dikurangin
lagi.
87
T : kerjasama dalam membuka usaha pembuatan tempe ?
J : ga ada, sendiri aja perorangan.
T : dampak positif membuka usaha pembuatan tempe ?
J : sebetulnya, dengan adanya ekonomi yang sekarang ini terombang-
ambing. Ya cukup meringankan bagi rakyat. Sekarang kita mau
makan harus belanja yang mahal-mahal. Yang paling murah kan
hanya tempe. Ayam mahal, telur mahal, daging mahal, ikan juga
mahal. Karena tempe itu memang dari dulu murah harganya. Saya ga
berani mengambil untung besar, mengingat yang menguntungkan
adalah rakyat kecil.
T : saran kepada pemerintah untuk usaha pembuatan tempe ?
J : pemerintah supaya bisa menyediakan kacang kedelai.
T : prospek perkembangan usaha pembuatan tempe?
J : selama pemerintah itu tidak menyediakan bahan baku kacang
kedelai, itu akan menjadi lebih buruk. Karena apa, kalau kita
menggantungkan dari pada orang lain kita ga punya sendiri. Yang
jelas akan terombang-ambing. Dengan akhirnya kita mengambil
88
kedelai dari pabrik orang lain.
4.
Pengusaha Tempe
Nama Responden : Wan Ali
Usia : 38 Tahun
Pukul : 09.30 WIB
Tanggal Penelitian : 26 Maret 2013
T : lamanya membuka usaha pembuatan tempe ?
J : sekitar 10 Tahunan, pertama saya kuli tempe, belajar buat tempe,
terus saya ingin usaha sendiri, namanya orang ingin mandiri.
T : alasan membuka usaha pembuatan tempe ?
J : karena dari kreatif saya, ya saya inginnya usaha tempe, jadi ga
kemana-kemana lagi, terjunnya ke tempe juga.
T : tujuan membuka usaha pembuatan tempe ?
89
J : tujuan saya ingin mandiri, kalau tempe kan makanan pokok, jadi
dari musim hujan sampai musim kemarau usaha tempe tetap maju,
bisa dibutuhkan setiap hari.
T : sumber dana atau modal usaha pembuatan tempe ?
J : dana dari saya sendiri, saya ikut koperasi, tapi saya ga minjam dari
koperasi.
T : kendala-kendala yang temui dalam usaha pembuatan tempe ?
J : kendalanya ga ada, cuma capek doang, capeknya dalam
pembuatannya, kadang-kadang kurang tidur.
T : kiat usaha pembuatan tempe agar tidak mengalami kebangkrutan ?
J : menjaga konsumen, dari rasa tempenya harus dijaga dan
diperhatikan, rasanya jangan sampai asam, menjaga diri kita sendiri
tenaga harus full.
T : memasarkan tempe ini ?
J : di pasar kebayoran lama, kita tinggal mangkal aja, jualan mulai
jam 01.00 WIB malam jualannya sampai habis, kalau ga habis saya
borongin dengan harga murah, masalah untung belakangan, yang
90
penting habis, tempe yang buat besok sudah ada, yang sekarang
tempenya harus habis terjual.
T : jumlah pekerja ?
J : saya sendiri, tadinya istri saya bantuin, sekarang istri saya lagi
pulang kampung.
T : kerjasama dalam membuka usaha pembuatan tempe ?
J : ga ada kerjasama, hanya pikiran aku sendiri.
T : mengurus perijinan ke instansi terkait ?
J : ga ada perijinan.
T : dampak positif membuka usaha pembuatan tempe ?
J : Alhamdulillah lancar.
T : peningkatan modal dalam usaha pembuatan tempe ?
J : ada peningkatan Alhamdulillah.
T : bahan-bahan pembuatan tempe ?
J : kacang kedelai, ragi, plastik, daun. Kacang kedelai beli dikoperasi,
91
pagi-pagi sudah diantar kesini, kalau ragi beli di pasar ½ kg harganya
Rp. 11.000,- dipakai dalam waktu 3 hari.
T : modal awal usaha pembuatan tempe ?
J : modal awal dulunya Rp. 90.000,- dulu kacang kedelai belum naik
harganya, sekarang kacang kedelai Rp. 7.400,- /kg.
T : kacang kedelai sekarang harganya naik, strategi dalam mengelola
usaha pembuatan tempe ?
J : namanya usaha kita kurangin kemasannya atau isinya, jadi harus
dipertimbangkan, supaya hasilnya bisa muter. Yang penting kita
harus menjaga rasanya dan kualitas tempenya.
T : harga tempe yang dijual ?
J : ada yang Rp.5.000,- ada yang Rp.3.000,- dan ada juga yang
Rp.2.000,-
T : penghasilan setiap bulan ?
J : kalau per bulan Rp.2.000.000,- ada.
T : prospek perkembangan usaha pembuatan tempe ?
92
J : lancar aja mudah-mudahan begitu.
T : saran kepada pemerintah untuk usaha pembuatan tempe ?
J : kalau masalah kacang kedelai jangan sampai dinaikkan lagi
harganya, saya dapat keuntungan sudah menipis masalahnya.
Pemerintah harus tahu inspirasi orang kecil, yang penting harganya
bisa turun lagi, jadi di stabilkan saja.
5.
Pengusaha Tempe
Nama Responden : Tafsirin
Usia : 28 Tahun
Pukul : 10.10 WIB
Tanggal Penelitian : 26 Maret 2013
T : lamanya membuka usaha pembuatan tempe ?
J : sekitar 10 tahunan, dulunya saya jadi kuli tempe.
93
T : alasan membuka usaha pembuatan tempe ?
J : ya lumayan keuntungannya, bisanya usaha tempe saya hanya
lulusan SMP.
T : tujuan membuka usaha pembuatan tempe ?
J : pengen maju.
T : sumber dana atau modal usaha pembuatan tempe ?
J : dulu saya ikut kerja, dananya ngumpulin dulu, modal sendiri, saya
masuk koperasi belum lama. Saya belum ada kartu anggota.
T : kendala-kendala yang ditemui dalam usaha pembuatan tempe ?
J : kendala cuaca.
T : kiat usaha pembuatan tempe agar tidak mengalami kebangkrutan ?
J : yang penting lancar, ga ada halangan, tempenya ga pernah rusak.
T : memasarkan tempe ini ?
J : di pasar kebayoran lama.
T : mengurus perijinan ke instansi terkait ?
94
J : ga ijin, tempe kan dekat kali biar gampang buang limbahnya.
T : dampak positif membuka usaha pembuatan tempe ?
J : dampaknya lumayan untuk menghidupi keseharian.
T : peningkatan modal dalam usaha pembuatan tempe ?
J : kalau tempe peningkatan modalnya standar.
T : bahan-bahan pembuatan tempe ?
J : kedelai dan ragi.
T : harga tempe yang dijual ?
J : ada yang Rp.5.000.- dan ada yang Rp.4.000,-
T : penghasilan setiap bulan ?
J : keuntungan Rp.2.000.000,- lebih /bulan.
T : prospek perkembangan usaha pembuatan tempe ?
J : kalau lancar bagus.
T : saran kepada pemerintah untuk usaha pembuatan tempe ?
95
J : sarannya, kalau kepengen harga kacang kedelainya di standarin.
6.
Pengusaha Tempe
Nama Responden : Sodikin
Usia : 50 Tahun
Pukul : 12.00 WIB
Tanggal Penelitian : 26 Maret 2013
T : lamanya membuka usaha pembuatan tempe ?
J : sekitar 35 Tahunan.
T : alasan membuka usaha pembuatan tempe ?
J : dulunya saya jadi guru, karena gaji guru ga seberapa, saya buka
usaha pembuatan tempe, sebelumnya saya juga belajar dulu waktu itu
saya jadi kuli.
96
T : tujuan Bapak membuka usaha pembuatan tempe ?
J : untuk mencukupi biaya keluarga dan Alhamdulillah saya bisa
kuliahin 2 anak saya. Anak saya kuliah di UNDIP (universitas
diponegoro).
T : sumber dana atau modal usaha pembuatan tempe ?
J : dana modal sendiri.
T : kendala yang ditemui dalam usaha pembuatan tempe ?
J : kendalanya sekarang harga kacang kedelainya naik.
T : kiat usaha pembuatan tempe agar tidak mengalami kebangkrutan ?
J : tekun dan ulet.
T : memasarkan tempe ini ?
J : saya keliling jualannya sekitar wilayah jak-sel dan jak-bar.
T : mengurus perijinan ke instansi terkait ?
J : karena usaha ini home industry jadi ga pakai ijin.
T : jumlah pekerja?
97
J : ada 1 orang, istri dan anak saya juga bantuin.
T : kerjasama dalam membuka usaha pembuatan tempe ?
J : sendiri.
T : dampak positif membuka usaha pembuatan tempe ?
J : pendapatan keluarga jadi bertambah.
T : peningkatan modal dalam usaha pembuatan tempe ?
J : ada peningkatan.
T : bahan-bahan pembuatan tempe ?
J : kacang kedelai dan ragi.
T : modal awal dalam usaha pembuatan tempe ?
J : ga sampai Rp.500.000,-
T : harga tempe yang dijual?
J : Rp.5.000,- dan Rp.4.000,-
T : penghasilan setiap bulan ?
98
J : Rp.3.000.000,- / bulan.
T : prospek perkembangan usaha pembuatan tempe ?
J : bagus karena tempe makanan sehari-hari.
T : saran kepada pemerintah untuk usaha pembuatan tempe ?
J : pemerintah harus menurunkan harga kedelai dan menyediakan
tempat industry tempe yang layak, biar lingkungan tidak menjadi
kumuh.
99
7.
Nama : Subadi
Penelitian Tanggal : 20 Juli 2013
Pukul : 12.30 WIB
Usia : 50 Tahun
Tempat : di rumah
T : lamanya membuka usaha pembuatan tempe ?
J : 30 Tahun
T : alasan membuka usaha pembuatan tempe ?
J : karena dari teman-teman satu kelurahan buka usaha pembuatan
tempe semua, teman-teman pada sukses. Jadi saya ikutan buka usaha
pembuatan tempe.
100
T : maksud dan tujuan membuka usaha pembuatan tempe ?
J : untuk cukupin keluarga
T : kendala-kendala yang ditemui dalam usaha pembuatan tempe ?
J : kadang-kadang raginya jelek jadi tempenya busuk.
T : memasarkan tempe ini ?
J : di pasar, pertama-tama antar ke warteg-warteg
T : jumlah pekerja ?
J : dua orang
T : kerjasama dalam membuka usaha pembuatan tempe ?
J : gak ada kerjasama, kalau ada yang mau kerjasama saya mau
terima biar buka cabang, jadinya usahanya tambah maju.
T : peningkatan modal usaha pembuatan tempe ?
J : Rp. 8.000.000,- / bulan ya lumayan keuntungannya.
T : bahan-bahan pembuatan tempe ?
J : kacang kedelai dan ragi
101
T : modal usaha pembuatan tempe ?
J : kurang lebih 10 juta, saya ikut koperasi PRIKOMTI. Waktu itu
saya pinjam di koperasi 5 juta, sekarang sudah tidak pinjam.
T : harga tempe yang dijual ?
J : 6 ribu, 5 ribu dan 4 ribu.
T : saran kepada pemerintah untuk usaha pembuatan tempe ?
J : dulu waktu jaman Suharto kacang kedelai masih di subsidi.
Suharto memperhatikan rakyat. Setelah Suharto tidak ada lagi yang
subsidi, saran saya kalau bisa di subsidi lagi dan kacang kedelai
dimurahin.
102
Wawancara Kepada Ketua RT 16
No Verbatim/direct data Inference Personal journal
1.
Ketua RT 16 Kelurahan Kebayoran Lama Utara
Nama : Ciswanto
Usia : 34 Tahun
Tempat : dirumah
Penelitian tanggal : 20 Maret 2013
Pukul : 12.00 WIB
T :keberadaan usaha pembuatan tempe di lingkungan RT 16 ?
J : dengan adanya usaha pembuatan tempe masyarakat yang tadinya
nganggur jadi punya pekerjaan yaitu menjadi pengrajin tempe.
T : dampak negatif usaha pembuatan tempe ?
Berdasarkan pengamatan
di lingkungan rumah
Ketua RT 16 ternyata pak
RT nya juga membuka
usaha pembuatan tempe.
Dan tempat pembuatan
tempe di rumah Ketua RT
16 berbeda dari pengusaha
tempe yang lain, tempat
pembuatan tempenya lebih
bersih tidak kumuh.
Di lingkungan RT 16 RW 09
masyarakatnya mayoritas
membuka usaha pembuatan
tempe. Dan setelah peneliti
mewawancarai responden dan
mendapatkan data dari Ketua RT
16 sebagian besar pengusaha
tempe berasal dari Pekalongan
Jawa Tengah. Ternyata para
pengusaha tempe di lingkungan
RT 16 RW 09 mereka sudah
saling kenal dan bertetangga di
kampung. Pengusaha tempe di
JL.K.H.Mas’ud RT 16 RW 09
berjumlah 32 orang data ini
diperoleh dari Ketua RT 16 yang
bersumber dari daftar biodata
103
J : lingkungan menjadi kumuh, asap dari produksi tempe karena
memakai kayu bakar masyarakat menjadi terganggu, limbah dari
pencucian tempe mengendap di kali jadi bau asem.
T : saran untuk pengusaha tempe?
J : di perhatikan kebersihannya, kalau cara produksi bersih hasil
tempenya juga bagus.
pengrajin PRIMKOPTI Jakarta
Selatan unit pelayanan :
Kebayoran Lama. (*lihat data di
lampiran)
104
Wawancara Kepada Pengrajin Tempe
Verbatim/direct data Inference Personal journal
1.
Pengrajin Tempe
Nama : Maulana
Penelitian tanggal : 23 Feb 2013
Pukul : 11.30 WIB
Usia : 28 Tahun
Tempat : di rumah
T : lamanya menjadi pengrajin tempe ?
J : hampir 2 tahun.
T : alasan menjadi pengrajin tempe ?
J : karena minat, karena kalau mandiri nantinya bisa jualin sendiri atau
Kebanyakan para pekerja
atau pengrajin tempe di
rekrut / diambil dari
kampung halaman
pengusaha pembuatan
tempe yaitu dari
pekalongan. Dan mereka
sudah saling kenal
sebelumnya.
Para pengrajin tempe hanya
lulusan SD dan SMP tidak
menamatkan ke jenjang yang
lebih tinggi. Alasan mereka
menjadi pengrajin tempe karena
untuk mencari pekerjaan sulit
karena mereka tidak memiliki
ijazah.
105
kembangin sendiri.
T : terbantukah dengan adanya usaha pembuatan tempe ?
J : ya, Alhamdulillah penghasilannya bertambah.
T : mencari pekerjaan yang lain ?
J : banyak, tapi kalau minatnya jadi pengrajin tempe gimana. Saya cari
pengalaman.
T :upah setiap hari/bulan ?
J : oh banyak, per hari di kasih upah dari bos Rp.100.0000,-
T : sudah berkeluarga ?
J : sudah
T : punya anak berapa ?
J : 1 (satu)
T : umur anak berapa tahun ?
J : 2 tahun
106
T : rumah sendiri / mengontrak ?
J : rumah milik sendiri
T : kendala-kendala pembuatan tempe ?
J : yang paling sulit cara bilasnya, karena kualitasnya itu yang dicari.
Kalau bikin kayaknya bisa. Anda (si peneliti) juga bisa buat tempe.
Tapi dengan adanya aktifitas berkali-kali bilas kedelainya. Sampai
pinggang pegal. Kalau bilas kedelainya ga bersih ga bakal jadi
tempenya.
T : cara memasarkan tempe ?
J : tergantung kitanya, kalau kita pahamin paling gampang. Kadang
malas, karena jualin tempenya jam 3 pagi saya masih ngantuk.
2.
Pengrajin Tempe
Nama : Sugi
Penelitian tanggal : 23 Feb 2013
Pukul : 13.00 WIB
Usia : 26 Tahun
Tempat : di rumah
107
T : lamanya menjadi pengrajin tempe ?
J : dari dulu, saya lupa udah berapa lama.
T : alasan menjadi pengrajin tempe ?
J : namanya juga anaknya, ya saya nerusin bapaknya.
T : terbantukah adanya usaha pembuatan tempe ?
J : terbantulah lah dari segi ekonomi, di pasar dapat teman.
T : cara menjaga kualitas tempe ?
J : ya bikinnya di perlama. Kalau lama lebih bagus jadinya. Ya kayak
nyuci baju aja kalau nyikat bajunya sebentar masih kotor. Kalau nyikat
bajunya di lamain jadinya bersih.
108
T : upah setiap hari/bulan ?
J : 1 juta per bulan, tapi tiap hari dapat uang jajan
T : sudah berkeluarga/menikah ?
J : belum
T : kendala dalam pembuatan tempe ?
J : musim dingin, musim hujan. Cuaca berpengaruh. Kalau musim
dingin lama jadinya. Kalau musim dingin raginya di banyakin. Kalau
di standarin biasa jadi lama. Kalau musim panas di kurangi raginya.
T : cara memasarkan tempe ?
J : mudah, kan banyak yang nyari tempe. Orang kaya aja nyari tempe,
apalagi kita yang orang susah.
T :kiat usaha tempe agar tidak mengalami kebangkrutan ?
J : kualitas di bagusin biar konsumen tertarik. Nyuci kedelainya harus
bersih. Kalau tempenya bagus 4 hari masih kuat. Kalau kulit tempenya
ada airnya entar jadinya asem.
3.
Pengrajin Tempe
Nama : Sasuri
109
Usia : 19 Tahun
Pukul : 11.30 WIB
Penelitian tanggal : 20 Maret 2013
T : lamanya menjadi pengrajin tempe ?
J : 5 Tahun
T : terbantukah adanya usaha pembuatan tempe ?
J : bisa cukupin kebutuhan sehari-hari
T : alasan menjadi pengrajin tempe ?
J : bisanya begini, lulusan hanya SD.
T : kendala dalam pembuatan tempe ?
J : kendalanya kalau nyuci kacang kedelai harus berkali-kali, kalau ga
110
bersih ga bagus hasilnya, airnya juga harus banyak.
T :upah setiap hari/bulan ?
J : upah per hari Rp. 55.000,-
T : sudah berkeluarga/menikah ?
J : belum
T : rumah sendiri / mengontrak ?
J : saya tinggal di rumah Pak RT, di sediakan tempat tinggal tidak
bayar.
T : info bekerja menjadi pengrajin tempe ?
J : saya di ajak sama Pak RT Ciswanto
T :cara memasarkan tempe ?
J : kalau belum biasa susah, kalau sudah biasa gampang.
T : cara menjaga kualitas tempe ?
J : nyucinya harus bersih, terus kalau jemur tempenya harus di dalam
ruangan, ga boleh kena sinar matahari.
111
4.
Pengrajin Tempe
Nama : Zaini
Usia : 42 Tahun
Pukul : 11.00 WIB
Penelitian Tanggal : 20 Maret 2013
T : lamanya menjadi pengrajin tempe ?
J : hampir 20 tahun
T : terbantukah adanya usaha pembuatan tempe ?
J : ya sudah pasti terbantu
T : alasan menjadi pengrajin tempe ?
J : saya awalnya ikut orang tua bantuin buat tempe. Dan dahulunya
saya sudah buka usaha sendiri di bandung. Tapi karena kurang laku,
112
terus saya ke Jakarta. Saya dari kecil sudah tinggal disini. Saya di ajak
sama pak RT.
T : kendala dalam pembuatan tempe ?
J : kendalanya ga ada, karena tiap hari kegiatannya begini aja.
T : upah setiap hari/bulan ?
J : Rp.55.000,- per hari.
T : sudah berkeluarga ?
J : sudah
T : sudah punya anak ?
J : sudah, tapi anak dan isteri saya di kampung
T : cara memasarkan tempe?
J : kalau sudah biasa mudah, saya ikut jualin kalau malam.
T : cara menjaga kualitas tempe ?
J : nyucinya yang bersih.
113
5.
Nama Responden : Muhammad Yasirlana
Usia : 20 Tahun
Pukul : 10.30 WIB
Tanggal : 26 Maret 2013
T : lamanya menjadi pengrajin tempe ?
J : baru setengah tahun
T : sekolah lulusan ?
J : lulusan SMP
T : terbantukah dengan adanya usaha pembuatan tempe ?
J : terbantu dalam segi ekonomi
T : alasan menjadi pengrajin tempe ?
114
J : sebenarnya sih pengen kerja yang lain, tapi saya ingin cari
pengalaman. Untuk pengetahuan belajar buat tempe.
T : berkeinginan membuka usaha pembuatan tempe ?
J : ga kepengen
T :kendala dalam pembuatan tempe ?
J : kendalanya tidurnya ga teratur, jam 01.30 WIB malam harus
bangun jualin di pasar kebayoran lama.
T : upah setiap hari/bulan ?
J : Rp.40.000,- per hari, saya masih belajar belum bisa semuanya,
kalau sudah kerja lama dapat upah Rp. 70.000,- sampai Rp. 80.000,-
T : sudah menikah ?
J : belum
T : rumah sendiri / mengontrak ?
J : saya tinggal sama bos
T :cara memasarkan tempe ?
115
J : kelihatannya sih mudah.
T : cara menjaga kualitas tempe ?
J : nyuci kacang kedelainya harus berkali-kali harus bersih, kalau ga
bersih rasa tempenya kurang enak.
6.
Nama Responden : Priyono
Usia : 27 Tahun
Pukul : 11.30 WIB
Tanggal Penelitian : 26 Maret 2013
T : lamanya menjadi pengrajin tempe ?
J : 4 Tahun
T : terbantukah adanya usaha pembuatan tempe ?
J : terbantu ekonomi jadi bertambah
116
T : alasan menjadi pengrajin tempe ?
J : udah kerjaannya, bapak saya juga dulunya tukang tempe.
T : kendala dalam pembuatan tempe ?
J : cuaca bisa jadi kendala, tempenya kurang jadi, musim hujan jadinya
lama, airnya juga harus bersih.
T : upah setiap hari/bulan ?
J : Rp.50.000,- per hari tapi ada bonus dari bos
7.
Pengrajin Tempe
Nama : Bowo
Penelitian tanggal : 20 Juli 2013
Pukul : 12.10 WIB
Usia : 25 Tahun
Tempat : di rumah
117
T : lamanya menjadi pengrajin tempe ?
J : 8 tahun.
T : alasan menjadi pengrajin tempe ?
J : karena cari pekerjaan susah
T : terbantukah dengan adanya usaha pembuatan tempe ?
J : sebenarnya terpaksa, ya cukup-cukupin aja.
T : upah setiap hari/bulan ?
J : upah Rp.100.000,- / hari
T : sekolah lulusan ?
118
J : lulusan hanya SD, SMP kelas 2 keluar. Biasa masalah biaya.
T : sudah berkeluarga ?
J : sudah
T : punya anak berapa ?
J : 1 (satu)
T : umur anak berapa tahun ?
J : 2.5 tahun
T : rumah sendiri / mengontrak ?
J : tinggal sama bos
T : kendala-kendala pembuatan tempe ?
J : kendala karena cuaca, bisa juga dari ragi jamurnya hitam.
T : cara memasarkan tempe ?
J : di pasar kebayoran lama.
8.
Pengrajin Tempe
Nama : Agus
119
Penelitian tanggal : 20 Juli 2013
Pukul : 12.00 WIB
Usia : 21 Tahun
Tempat : di rumah
T : lamanya menjadi pengrajin tempe ?
J : baru 2 tahun.
T : alasan menjadi pengrajin tempe ?
J : pengen kerja
T : terbantukah dengan adanya usaha pembuatan tempe ?
J : alhamdulillah sungguh sangat terbantu
120
T : upah setiap hari/bulan ?
J : upah Rp.70.000,- / hari
T : sudah berkeluarga ?
J : belum menikah
T : sekolah lulusan ?
J : STM
T : rumah sendiri / mengontrak ?
J : tinggal sama bos
T : kendala-kendala pembuatan tempe ?
J : cuaca berpengaruh
T : cara memasarkan tempe ?
J : di kirim ke pasar di jual sendiri ke pelanggan
9.
Pengrajin Tempe
Nama : Feri Fadli
Penelitian tanggal : 20 Juli 2013
Pukul : 13.00 WIB
121
Usia : 21 Tahun
Tempat : di rumah
T : lamanya menjadi pengrajin tempe ?
J : baru 2 tahun.
T : alasan menjadi pengrajin tempe ?
J : ya pengen jadi tukang tempe nantinya
T : terbantukah dengan adanya usaha pembuatan tempe ?
J : alhamdulillah lumayan
T : upah setiap hari/bulan ?
J : upah Rp.70.000,- / hari
122
T : sudah berkeluarga ?
J : belum
T : sekolah lulusan ?
J : SMA
T : rumah sendiri / mengontrak ?
J : tinggal sama bos