peran mutu guru (fasli jalal), seminar jsit indonesia

62
1 Disampaikan pada Seminar Nasional JSIT Jakarta, 6 Februari 2016 Prof. Fasli Jalal, Ph.D

Upload: abdul-hakim

Post on 13-Jan-2017

693 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

1

Disampaikan pada Seminar Nasional JSIT Jakarta, 6 Februari 2016

Prof. Fasli Jalal, Ph.D

McKinsey (2012) Prediksi

2

0

50

100

150

200

250

Po

pu

lasi

dal

am J

uta

Tahun

Tren Jumlah Anak-Anak, Usia Kerja dan Manula, Indonesia, 1950-2050

Anak-anak 0-14

Manula 65+

Usia Kerja

Transisi Demografi akan menciptakan Peluang BONUS DEMOGRAFI pada 2012-2045

Sumber : Prof. Sri Moertiningsih Adioetomo SE MA PhD Head of Masters Program on Population and Labor University of Indonesia; 2011

3

1971 2000 2010 2020-2030

Windows of

Opportunity

>2045

86 Anak dan

lansia per

100 usia

produktif

54 Anak dan

lansia per

100 usia

produktif

51 Anak dan

lansia per

100 usia

produktif

44 Anak dan

lansia per

100 usia

produktif

>50 Naik terus

karena

naiknya

proporsi

lansia

Rasio ketergantungan dan Bonus Demografi

Source : Prof. Sri Moertiningsih Adioetomo SE MA PhD Head of Masters

Program on Population and Labor University of Indonesia; 2011

2028-2031 >2045

47 Anak dan

lansia per

100 usia

produktif

>50 Naik terus

karena

naiknya

proporsi

lansia.

Berdasarkan proyeksi

SP2010 Window of Opp

menyempit dan Angka

ketergantungan tidak lagi

serendah yang diharapkan

4

Pengalaman Internasional

5

1960 - 2000

Pert. GDP/th (%)

Kontribusi (%) Bonus Demografi thd pert.

ekonomi

Cina 7.0 9.2

Korsel 7.3 13.2

Singapura 8.2 13.6

Thailand 6.6 15.5

Turunnya dependency ratio

berkontribusi bagi pertumbuhan

ekonomi

Sumber: 1. UN Population Prospect Rev. 10 dan Mawson &

Kinugasa 2005

2. Mawson, A and Kinugasa T, 2005. East Asian

Economic Development: Two Demographic Dividend

AKAN MENJADI

BONUS ATAU

BENCANA?

6

MENJADI BENCANA BILA

KUALITAS SUMBER DAYA

MANUSIA INDONESIA

RENDAH SEHINGGA TIDAK

PRODUKTIF DAN TIDAK

KOMPETITIF

Negara Ranking IPM

Angka Kematian ibu Usia Harapan Hidup

Jepang 10 5 87.9

Korea Sel. 12 16 79.3

Singapura 18 3 83.8

Malaysia 64 29 74.0

Sri Langka 97 60 75.9

Thailand 103 48 73.9

Indonesia 121 359 71.6

8

Tabel 1. Ranking Ipm Beberapa Negara Tahun 2012

9

2.8

7.4 7.9

13

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

14.0

1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015

Indonesia

South Korea

D = 5.6 year

D = 5.1 year

Source: Gapminder, 2014

Rerata lama sekolah (pria usia >25 tahun)

Usia

(th)

Populasi

(juta)

Siswa

(juta)

Sat

Pend

Guru/

Dosen

0-6 28.85 4,05 93.644 386.962

7-12 26.59 30,66 169.331 1.923.189

13-15 12.94 11.93 45.077 837.017

16-18 13.09 8.84 26.896 571.591

19-24 25.37 5,36 3.794 238.637

Total 106.84 60.94 340.525 3.973.498

• kompleks

• menantang

• unik

Populasi

256 juta

Peluang dan Tantangan Pendidikan

0

20

40

60

80

100

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Pe

rce

nta

ge

of

20-2

4 y

ea

r o

lds

poorest 20% of households middle 20%

wealthiest 20% of households

SD SMP SMA/K tertiary

Source: MoEC, 2013

Tantangan Disparitas Akses

70.40%

22.40%

7.20% Tinggi

Menengah

Dasar

24.30%

56.30%

20.30% Tinggi

Menengah

Dasar

20.40%

39.30%

40.30% Tinggi

Menengah

Dasar

INDONESIA

MALAYSIA

OECD

Diolah dari: Encyclopedia of Nations, http://www.nationsencyclopedia.com/ diakses Januari 2011

F. Jadwal & Organisasi Skenario Pemenuhan Kebutuhan Mencapai Komposisi

13

TANTANGAN PENINGKATAN MUTU

PENDIDIKAN

14

15

16

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Refleksi dari Hasil PISA 2009

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Level 6

Level 5

Level 4

Level 3

Level 2

Level 1

Below Level 1

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100% Level 6

Level 5

Level 4

Level 3

Level 2

Level 1b

Level 1a

Hampir semua siswa Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai level 3 saja,

sementara negara lain banyak yang sampai level 4, 5, bahkan 6. Dengan keyakinan

bahwa semua manusia diciptakan sama, interpretasi dari hasil ini hanya satu, yaitu:

yang kita ajarkan berbeda dengan tuntutan zaman penyesuaian kurikulum

Matematika IPA

Bahasa

17

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Ch

ines

e Ta

ipe

i

Sin

gap

ore

Ko

rea,

Rep

. of

Jap

an

Turk

ey

Mal

aysi

a

Thai

lan

d

Iran

Sau

di A

rab

ia

Mo

rocc

o

Ind

on

esia

Very Low Low Intermediate High Advance

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Ch

ines

e Ta

ipe

i

Ko

rea,

Rep

. of

Sin

gap

ore

Jap

an

Turk

ey

Thai

lan

d

Mal

aysi

a

Iran

Ind

on

esia

Mo

rocc

o

Sau

di A

rab

ia

Very Low Low Intermediate High Advance

Hasil TIMSS Matematika SMP/MTs Kelas VIII 2007 2011

Lebih dari 95% siswa Indonesia hanya mampu sampai level menengah, sementara hampir 50% siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi dan advance. Dengan keyakinan bahwa semua anak dilahirkan sama, kesimpulan dari hasil ini adalah yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan yang diujikan [yang distandarkan] internasional

18

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Sin

gap

ore

Ch

ines

e Ta

ipe

i

Jap

an

Ko

rea,

Rep

. of

Mal

aysi

a

Thai

lan

d

Turk

ey

Iran

Ind

on

esia

Mo

rocc

o

Sau

di A

rab

ia

Very Low Low Intermediate High Advance

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Sin

gap

ore

Ch

ines

e Ta

ipe

i

Ko

rea,

Rep

. of

Jap

an

Turk

ey

Iran

Mal

aysi

a

Thai

lan

d

Sau

di A

rab

ia

Ind

on

esia

Mo

rocc

o

Very Low Low Intermediate High Advance

Hasil TIMSS IPA SMP/MTs Kelas VIII 2007 2011

Lebih dari 95% siswa Indonesia hanya mampu sampai level menengah, sementara hampir 40% siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi dan advance. Dengan keyakinan bahwa semua anak dilahirkan sama, kesimpulan dari hasil ini adalah yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan yang diujikan [yang distandarkan] internasional

19

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Sin

gap

ore

Ch

ines

e Ta

ipe

i

Iran

Sau

di A

rab

ia

Ind

on

esia

Mo

rocc

o

Very Low Low Intermediate High Advance

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Sin

gap

ore

Ch

ines

e Ta

ipe

i

Iran

Ind

on

esia

Mo

rocc

o

Very Low Low Intermediate High Advance

Hasil TIMSS Membaca SD/MI Kelas IV 2006 2011

Lebih dari 95% siswa Indonesia hanya mampu sampai level menengah, sementara lebih dari 50% siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi dan advance. Dengan keyakinan bahwa semua anak dilahirkan sama, kesimpulan dari hasil ini adalah yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan yang diujikan [yang distandarkan] internasional

20

Challenges: Quality of Education Perbandingan Hasil PISA tahun 2012

How is that going to happen?

Country

Average score

across

Reading,

Mathematics

and Science

(OECD

average=500)

Average

annual

progress in

points per

year across

the three

domains

Years to move

from country

average to

500 at current

averge pace

Progress in

points per

year to reach

500 in 25

years

Acceleration

to reach

learning goal

of average

PISA of 500 in

25 years

Average (of

these

countries) 404 0.9 91 3.8 2.9

Peru 375 2.5 50 5.0 2.5

Indonesia 384 0.4 317 4.6 4.3

Colombia 393 1.9 55 4.3 2.4

Tunisia 397 3.0 35 4.1 1.1

Argentina 397 0.7 155 4.1 3.5

Jordan 398 -0.7 Forever 4.1 4.8

Brazil 402 2.5 39 3.9 1.4

Uruguay 412 -1.8 Forever 3.5 5.3

Malaysia 413 -0.3 Forever 3.5 3.8

Mexico 417 1.7 49 3.3 1.6

Costa Rica 426 -0.9 Forever 3.0 3.9

Thailand 437 2.0 31 2.5 0.5

Quality basic education → equal

opportunity → inclusive growth

Mutu Pendidikan Dasar-Menengah & Kesejahteraan

Output Per Person

55

Chart 2.6: Output per person Per cent of United States output per person

Note: GDP adjusted for purchasing power parity (2011 prices). Sources: UN (2011b), Conference Board (2012), IMF (2012c), Maddison (2010) and Treasury projections.

With few exceptions, economies in Asia have been rapidly catching up with the productivity levels of more advanced economies. They have introduced markets to allocate resources efficiently, harnessed domestic savings for capital investment, and adopted existing technologies and foreign investment to create productivity growth. A few, of course, have already reached, or are close to, the global technological frontier.

But the fruits of adopting new technology and adapting it will become harder to harvest. A point will come, though it’s still some way off, where the growth of labour productivity in developing Asian economies will slow—opportunities for gains from importing foreign technology and for shifting workers from agriculture to industry will diminish.

High levels of capital investment have been a considerable support for labour productivity growth in the region, but the next phase of such growth will likely draw from a wider set of sources—including investment in skills and education, further urbanisation, capitalising on further opportunities for deeper integration into the global economy and the rapid growth of other emerging economies.

The outlook for Asia is optimistic and it is shifting the global economy

While the shape of the Asian century is not set in stone, there are good reasons to be optimistic. Many nations in the region have only just begun to catch up to the productivity levels enjoyed in advanced economies, promising strong income growth for decades to come. Even if there are economic cycles, as is likely, they will occur around a trend of rising income.

0

20

40

60

80

100

0

20

40

60

80

100

1950 1965 1980 1995 2010 2025

Per centPer cent

China India Indonesia Japan South Korea

Output per person Per cent of United States output per person

21st Century Skills

Bernie & Charles, 2011

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

4,000,000

4,500,000

Tdk/BT SD SD SLTP SMTA Diploma Universitas

Jumlah Pengangguran berdasarkan Pendidikan Tertinggi

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

Sumber: SP 1990, 2000, 2010

Masalah Penduduk dan Pengangguran Terdidik

26

Daya Saing

Tenaga Kerja

Indonesia

27

Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa,

Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional

28

Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

UU No.20/2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3

Fungsi

Tujuan

Kompetensi Masa Depan

•Kemampuan berkomunikasi

•Kemampuan berpikir jernih dan kritis

•Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan

•Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab

•Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap

pandangan yang berbeda

•Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal

•Memiliki minat luas dalam kehidupan

•Memiliki kesiapan untuk bekerja

•Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya

•Memiliki rasa tanggungjawab terhadap lingkungan 29

Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar Siswa

Guru

Karakteristik siswa

Rumah

Sekolah

Teman seusia

49%

7%

7%

7%

30%

Based on research by Professor John Hattie (2003) from the University of Auckland who quantified the overall effect on student achievement to the above factors

Guru merupakan faktor paling berpengaruh dalam sistem pendidikan

Kin

erja

sis

wa

dala

m ju

ian te

rsa

nda

r

100th

percentile

50th

percentile

0th

percentile Age 8 Age 11

90th percentile

37th percentile

53 percentile

point difference

Guru yang baik berdampak besar terhadap hasil belajar siswa

Setelah 3 tahun bersama guru bermutu rendah

Setelah 3 tahun bersama guru bermutu baik

Source: Tennessee Value-Added Assessment System (TVAAS) Study Results From Barber, M., and M. Mourshed. (2007) based on results from Sanders and Rivers (1999).

Kemajuan Belajar Siswa sangat ditentukan oleh Guru yang Efektif.

•Siswa yang diajar oleh guru yang lemah hanya menguasai sama dengan atau kurang dari 50% kurikulum untuk kelasnya;

•Siswa yang diajar oleh guru yang bagus akan memperoleh kemajuan rata-rata/standar di tahun itu;

•Siswa yang diajar oleh guru yang hebat 1.5 tahun lebih maju

Hanusheck and Rivken (2010)

Kerangka Konseptual Mutu Pendidikan: Pra-Sertifikasi

PEREKRUTAN CALON MHS

PENDIDIKAN CALON GURU

KELULUSAN

INDUKSI, BIMBINGAN MASA PERCOBAAN

SERTIFIKASI

- Seleksi yang kompetitif - Bakat dan kapasitas - Cita-cita dan nilai-nilai

- keunggulan akademik, dan praktek mengajar yang terbukti efektif -> sertifikasi

- Kepala sekolah dan guru senior

- Pengawas dan pemerintah kabupaten

- Penguasaan Bidang Ilmu - Penguasaan Pedagogik - Keterampilan Profesional

Kerangka Konseptual Mutu Pendidikan: Pasca-Sertifikasi

PENGEMBANGAN PROFESI YANG

BERKELANJUTAN

PENILAIAN KINERJA GURU

PENGEMBANGAN KARIR

KUALITAS TINGGI, GURU YANG

PROFESIONAL

PRESTASI SISWA YANG TINGGI

- Dengan bimbingan sekolah

- Kelompok Kerja Guru - Asosiasi Guru Profesional

- Penetapan tujuan tahunan dan penilaian dari semua guru oleh Kepala Sekolah

- Mengidentifikasi dan memberi dukungan untuk guru yang kinerjanya kurang

- Kenaikan gaji dan insentif

- Kursus singkat - Kursus jangka panjang

universitas - Kursus persiapan

kepemimpianan

- Penyediaan pelatihan kepemimpinan untuk guru yang terpilih

- Promosi guru melalu seleksi prestasi shg bisa jadi Guru Utama atau ‘professor’

asil UKA 2012 yang masih sangat rendah

B

36

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

0 25 50 75 100

43.77

44.10

44.35

48.09

49.09

49.40

50.29

50.72

51.23

51.90

52.01

52.43

52.63

53.23

53.64

55.84

56.35

56.41

56.69

56.69

57.62

57.93

57.95

59.07

59.34

59.69

60.25

61.78

62.83

63.21

63.47

63.70

63.74

0 10 20 30 40 50 60 70

ACEH

MALUKU

NUSA TENGGARA BARAT

KALIMANTAN TENGAH

NUSA TENGGARA TIMUR

SULAWESI SELATAN

GORONTALO

JAMBI

KALIMANTAN SELATAN

LAMPUNG

BENGKULU

JAWA TENGAH

SUMATERA BARAT

JAWA TIMUR

BANGKA BELITUNG

JAWA BARAT

BANTEN

Hasil Uji Kompetensi Awal 2012: TK

Rata-rata Nasional =

58,87

Nilai Tertinggi

90,0

Nilai Terendah

1,0

Rata-rata 58,87

Standar Deviasi

11,82

Standar Deviasi

10,70 11,08 10,88 10,79 10,30 10,47 10,89

Distribusi Nilai Nasional

Hasil Uji Kompetensi Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan

Distribusi Nilai Per Provinsi

1.0

13.0 17.0

13.0

35.0

11.0

31.0

40.8 48.4 48.8 51.5

57.4 61.5

66.1 67.0

80.0

71.0 79.0 76.0

90.0

81.0

0

20

40

60

80

100

SMP SMA D1 D2 D3 S1 S2

Rata-rata Nasional =

58,87

37

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

0 25 50 75 100

30.02

30.76

31.38

32.20

32.53

32.71

32.79

33.08

33.20

33.22

33.35

33.52

33.63

33.68

34.13

34.15

34.46

34.48

34.66

34.75

34.85

35.10

35.23

35.59

35.87

36.28

37.86

39.86

39.96

39.97

39.97

40.71

41.94

0 10 20 30 40 50

MALUKU UTARA

ACEH

MALUKU

KALIMANTAN TENGAH

SULAWESI TENGGARA

KALIMANTAN BARAT

SUMATERA UTARA

SULAWESI BARAT

LAMPUNG

JAMBI

BENGKULU

PAPUA BARAT

SUMATERA SELATAN

SULAWESI UTARA

GORONTALO

SULAWESI SELATAN

NUSA TENGGARA TIMUR

SULAWESI TENGAH

KALIMANTAN TIMUR

PAPUA

RIAU

KALIMANTAN SELATAN

BANTEN

BANGKA BELITUNG

NUSA TENGGARA BARAT

KEPULAUAN RIAU

SUMATERA BARAT

JAWA TIMUR

DKI JAKARTA

JAWA BARAT

JAWA TENGAH

BALI

DI YOGYAKARTA

Hasil Uji Kompetensi Awal 2012: SD

Rata-rata Nasional =

36,86

Nilai Tertinggi

80,0

Nilai Terendah

3,0

Rata-rata 36,86

Standar Deviasi

9,27

Standar Deviasi 7,05 7,85 8,45 8,84 8,86 9,10 9,64 -

Distribusi Nilai Nasional Distribusi Nilai Per Provinsi

Hasil Uji Kompetensi Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan

27.0

4.0 8.0 5.0

16.0

3.0

14.0

30.0 31.2 31.2 31.3 34.3 35.3 38.3 42.3

30.0

50.0

67.0

57.0

73.0 64.0

80.0 72.5

30.0

-

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

SMP SMA D1 D2 D3 S1 S2 S3

Rata-rata Nasional =

36,86

38

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

0 25 50 75 100

35.72

36.54

37.78

39.27

39.50

39.75

40.41

40.63

40.99

41.33

41.59

42.37

42.56

42.67

42.86

43.25

43.29

43.79

43.88

43.95

44.34

44.88

45.19

45.71

46.25

47.02

47.15

48.91

49.61

49.64

50.80

50.87

52.40

0 10 20 30 40 50 60

MALUKU

MALUKU UTARA

ACEH

GORONTALO

SULAWESI UTARA

NUSA TENGGARA TIMUR

KALIMANTAN TENGAH

SULAWESI TENGAH

SULAWESI TENGGARA

JAMBI

PAPUA BARAT

SULAWESI BARAT

SUMATERA SELATAN

KALIMANTAN BARAT

SULAWESI SELATAN

SUMATERA UTARA

BENGKULU

NUSA TENGGARA BARAT

PAPUA

RIAU

LAMPUNG

KALIMANTAN TIMUR

SUMATERA BARAT

KALIMANTAN SELATAN

BANTEN

BANGKA BELITUNG

KEPULAUAN RIAU

JAWA BARAT

JAWA TIMUR

DKI JAKARTA

DI YOGYAKARTA

JAWA TENGAH

BALI

Hasil Uji Kompetensi Awal 2012: SMP

Rata-rata Nasional =

46,15

Nilai Tertinggi

87,5

Nilai Terendah

1,0

Rata-rata 46,15

Standar Deviasi

11,36

Standar Deviasi

Distribusi Nilai Nasional

Hasil Uji Kompetensi Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan

Distribusi Nilai Per Provinsi

30.0

16.0 11.3 13.8 12.0

1.0

14.0

44.8 38.8 39.4 41.9 42.3 46.7 51.3

57.0

70.0 78.8 75.0 78.8

87.5 82.5

69.0

-

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

SMP SMA D1 D2 D3 S1 S2 S3

11,84 10,48 10,84 11,35 11,04 11,18 11,66 -

Rata-rata Nasional =

46,15

39

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

0 25 50 75 100

40.31

43.72

43.79

44.57

44.86

45.09

46.01

46.06

47.46

47.88

48.00

48.04

48.28

48.47

48.76

48.96

49.43

49.64

50.18

50.43

50.64

50.82

50.91

51.55

52.59

53.54

53.81

54.36

55.35

55.43

56.22

56.90

59.03

0 10 20 30 40 50 60 70

MALUKU UTARA

ACEH

MALUKU

PAPUA BARAT

JAMBI

SULAWESI BARAT

SULAWESI TENGAH

SULAWESI UTARA

SULAWESI TENGGARA

PAPUA

SULAWESI SELATAN

NUSA TENGGARA TIMUR

SUMATERA SELATAN

KALIMANTAN TENGAH

SUMATERA UTARA

BENGKULU

GORONTALO

LAMPUNG

KALIMANTAN SELATAN

NUSA TENGGARA BARAT

BANGKA BELITUNG

RIAU

KALIMANTAN TIMUR

KALIMANTAN BARAT

BANTEN

SUMATERA BARAT

KEPULAUAN RIAU

JAWA TIMUR

JAWA BARAT

DI YOGYAKARTA

DKI JAKARTA

JAWA TENGAH

BALI

Hasil Uji Kompetensi Awal 2012: SMA

Rata-rata Nasional =

51,35

Nilai Tertinggi

90,0

Nilai Terendah

11,0

Rata-rata 51,35

Standar Deviasi

12,86

Standar Deviasi

Distribusi Nilai Nasional Distribusi Nilai Per Provinsi

20.0 22.0 15.0 11.3 13.0 16.0

29.0

57.5

37.1 38.8 39.7 45.8

51.3 55.9

46.8

61.0 62.9 66.0

85.7 90.0

84.3

61.0

-

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

SMP SMA D1 D2 D3 S1 S2 S3

- 9,92 9,71 13,99 12,69 12,81 12,23 12,09

Hasil Uji Kompetensi Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan

Rata-rata Nasional =

51,35

40

40.51

42.02

42.62

43.32

44.21

45.08

45.21

45.54

45.67

45.86

45.98

46.11

46.54

47.11

47.11

47.29

47.46

47.52

47.88

49.23

49.66

49.73

49.74

50.69

50.74

50.83

50.91

51.18

51.55

52.09

52.69

53.25

56.62

0 10 20 30 40 50 60

MALUKU UTARA

MALUKU

JAMBI

SULAWESI BARAT

SULAWESI UTARA

GORONTALO

SULAWESI TENGGARA

SULAWESI SELATAN

SUMATERA UTARA

NUSA TENGGARA TIMUR

SULAWESI TENGAH

ACEH

SUMATERA SELATAN

LAMPUNG

KALIMANTAN SELATAN

RIAU

PAPUA BARAT

KALIMANTAN TENGAH

BENGKULU

BANGKA BELITUNG

BANTEN

KALIMANTAN BARAT

NUSA TENGGARA BARAT

JAWA BARAT

PAPUA

DKI JAKARTA

KALIMANTAN TIMUR

SUMATERA BARAT

DI YOGYAKARTA

JAWA TIMUR

KEPULAUAN RIAU

JAWA TENGAH

BALI

Hasil Uji Kompetensi Awal 2012: SMK

Rata-rata Nasional =

50,02

Nilai Tertinggi

97,0

Nilai Terendah

4,0

Rata-rata 50,02

Standar Deviasi

12,07

Standar Deviasi

Distribusi Nilai Nasional Distribusi Nilai Per Provinsi

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

0 25 50 75 100

21.0 23.0 28.8

16.7

4.0

19.0

41.7 37.1 41.3

45.8 50.0 54.0

66.0 56.0

66.3

78.0

97.0 89.0

0

20

40

60

80

100

SMA D1 D2 D3 S1 S2

10,56 9,01 10,58 12,28 12,01 12,08

Hasil Uji Kompetensi Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan

Rata-rata Nasional =

50,02

41

23.38

27.17

30.00

32.55

33.55

34.57

35.00

35.44

35.87

36.21

36.26

36.40

37.50

38.50

39.45

39.53

39.95

40.09

40.61

41.00

41.04

41.35

41.95

42.42

43.47

43.78

43.94

44.10

44.88

47.35

48.39

65.78

0 10 20 30 40 50 60 70

ACEH

GORONTALO

MALUKU

SUMATERA SELATAN

NUSA TENGGARA TIMUR

SULAWESI TENGAH

SULAWESI BARAT

MALUKU UTARA

BENGKULU

SULAWESI SELATAN

SUMATERA UTARA

SULAWESI TENGGARA

PAPUA BARAT

SULAWESI UTARA

KALIMANTAN TENGAH

KALIMANTAN BARAT

KALIMANTAN TIMUR

RIAU

SUMATERA BARAT

PAPUA

JAMBI

KALIMANTAN SELATAN

JAWA TIMUR

JAWA TENGAH

BANTEN

BALI

LAMPUNG

DKI JAKARTA

DI YOGYAKARTA

BANGKA BELITUNG

NUSA TENGGARA BARAT

JAWA BARAT

Hasil Uji Kompetensi Awal 2012: SLB

Rata-rata Nasional =

49,07

Nilai Tertinggi

95,0

Nilai Terendah

13,0

Rata-rata 49,07

Standar Deviasi

16,71

Standar Deviasi

9,30 8,01 12,38 17,39 16,66 20,06 -

Distribusi Nilai Nasional Distribusi Nilai Per Provinsi

0

100

200

300

400

500

600

0 25 50 75 100

19.0 27.0

18.0

34.0

13.0 19.0

48.0

35.1 39.2 39.2

54.1 50.3 55.5

51.0 61.0

89.0 91.0 95.0 94.0

0

20

40

60

80

100

SMA D1 D2 D3 S1 S2 S3

Hasil Uji Kompetensi Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan

Rata-rata Nasional =

49,07

42

Prestasi Matematika TIMSS 2003 – Kelas 8

Skala Matematika TIMSS – Benchmark Internasional

Singapore Rata2: 605

Malaysia Rata2: 508

Indonesia Rata2: 411

400 Rendah

475 Menengah

550 Tinggi

625 Tingkat lanjut

Struktur Pembelajaran

Persentase waktu yang digunakan untuk belajar matematika

89 95 96 96 97 97 98 98

3 4 2 3 2 2 1 1 8

1 2 1 1 1 1 1

0%

10% 20%

30% 40%

50%

60% 70%

80% 90%

100%

Non - matematika

Organisasi Matematika

Matematika

45

Materi Pembelajaran

Persentase Soal menurut Tingkat Kerumitannya

Source: Indonesia results combined with Hiebert, J. et. al., (2003), page 71

17

69 64 77

63 69 67

57

45

22 25 16

29 22 27

40 39

12 11 8 8 6 6 3

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Kerumitan Tinggi Kerumitan Sedang

Kerumitan Rendah

46

Persentase pembelajaran dengan minimal satu soal dengan lebih dari satu jawaban

Materi Pembelajaran

10 16 23 24 25 30 37 42

90 84 77 76 75 70 63 58

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

100

Kelas yang tidak punya soal dengan

Lebih dari satu jawaban

Kelas yang memiliki paling tidak satu jawaban dengan lebih dari satu jawaban

47

Materi Pembelajaran

Rata-rata persentase soal per jam pelajaran yang diaplikasikan

Source: Indonesia results combined with Hiebert, J. et. al., (2003), page 91

16

34 35 40

45 51 55

74

0 10 20 30 40 50 60 70 80

48

49

Guru melibatkan siswa Presentasi siswa

Rata-rata kata Guru dan Siswa (selama 50 menit pembelajaran)

Rasio Guru pada Kata-kata Siswa

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

Ind OCs Ind OCs

Rata-rata jumlah kata guru Rata-rata jumlah Kata siswa

2,633

5,902

5,148

1,018

640 197

Nu

mb

er o

f w

ord

s Ju

mla

h k

ata-

kata

8

9

9

10

13

16

25

0 5 10 15 20 25 30

United States

Australia

Czech Republic

Switzerland

Netherlands

Hong Kong

Indonesia

Jumlah kata-kata guru pada kata-kata seorang siswa

KESEMPATAN UNTUK BICARA

49

Pengetahuan Guru

Pengetahuan tentang siswa

Pengetahuan mapel Pengetahuan

tentang mengajar

Based on model by Askew (1999)

Apa bedanya Praktik Guru yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi?

“Tas perkakas” yang lebih besar

Guru-guru dengan pengetahuan lebih tinggi menggunakan berbagai praktik

yang lebih bervariasi.

Peralatan yang lebih baik Guru-guru dengan pengetahuan lebih

tinggi lebih efektif dalam menggunakan praktik pengajaran yang sama.

Beberapa kendala terhadap efektivitas Guru: Perlu ditangani secara komprehensif:

Guru

• Pada umumnya memiliki tingkat kompetensi konten dan pedagogi yang rendah

• Cenderung menggunakan ragam praktik yang terbatas; pada umumnya lebih berpusat pada guru ketimbang pada siswa

• Kesempatan untuk mengikuti pengembangan profesi terbatas.

Sekolah dan Masyarakat

• Kepemimpinan akademis kepala sekolah terbatas

• Kurangnya sistem yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan pengembangan keprofesioan guru dan untuk menyediakan pelatihan yang relevan.

Kab/kota dan Provinsi

• Terbatasnya informasi mengenai kompetesi dan distribusi guru di tingkat regional

• Fasilitasi untuk belajar guru belum efektif.

• Supervisi akademis dan klinis bagi guru masih terbatas

• Mutu supervisi masih perlu ditingkatkan

Nasional

• Persiapan calon guru belum memadai

• Pendekatan dan instrumen yang “well tested” untuk mendukung peningkatan kompetensi guru

• Weak implementation of teacher professional management system

Rekomendasi

Upaya untuk meningkatkan efektivitas guru:

Kelas merupakan ‘pintu masuk’ untuk meningkatkan mutu pendidikan (bottom-up approach) – untuk mendukung perubahan dalam kelas dan meningkatkan efektivitas guru

Peningkatan efektivitas guru merupakan sebuah proses yang terentang sepanjang siklus kehidupan guru, mulai dari pendidikan pra-jabatan, indulsim serifikasi dan peningkatan karir dan promosi.

Merekat penilaian guru, pengembangan profesi dan peningkatan karir dan promosi, pengembangan professional, peningkatan karir dan promosi sebagai suatu kesatuan melalui Sistem Pembinaan Keprofesian Guru

Untuk terciptanya suatu sistem untuk meningkatkan efektivitas guru, cara kerjasama antara diperlukan peningkatan cara kerjasama anara pemerintah dam pemerintah kab, kota central government works with local governments

PKB

Berdasarkan survei BERMUTU, KKG/MGMP merupakan sarana pengembangan yang sesuai dan “realistik” bagi kompetensi guru. Hasil survei menyarankan agar dukungan yang diberikan kepada KKG/MGMP adalah berupa penguatan kapasitas termasuk penyediaan fasilitator untuk kegiatan pelatihan di KKG/MGMP.

Mengapa MGMP?

Proses di dalam MGMP

SISWA Kreatif dan Inovatif

Komunikasi

Kolaborasi

Berpikir kritis dan

memecahkan masalah

Berkarakter Santun

GURU

KEPALA

SEKOLAH

PENGAWAS

SEKOLAH

GAMBARAN IDEAL PERAN GURU, KEPALA SEKOLAH

DAN PENGAWAS DALAM SATUAN PENDIDIKAN

Kepribadian

Sosial

Supervisi Manajerial

Supervisi Akademik

Evaluasi Pendidikan

Penelitian dan

Pengembangan

Kepribadian

Sosial

Manajerial

Supervisi

Kewirausahaan

Kepribadian

Sosial

Profesional

Pedagogik

The mediocre teacher tells. The good teacher explains.

The superior teacher demonstrates.

The great teacher inspires.

-William A. Ward

Investasi pendidikan dgn skill dan kompetensi

serta ETOS yg tinggi utk penyerapan tenaga kerja

Menurunnya angka kelahiran,

meningkatnya penduduk usia kerja

Bonus demografi dan pertumbuhan

ekonomi

Good governance kondusif utk investasi penciptaan lapangan

kerja

Pekerja sehat produktif dimulai dari kecukupan pangan dan gizi, kespro

Kebijakan ekonomi kondusif utk penciptaan

lapangan kerja dan kredit mikro

Pemanfaatan Bonus Demografi :

Dengan Meningkatkan Kualitas Penduduk

Source: SM Adioetomo, diadaptasi dari Population Reference Bureau (PRB), 2013

Peningkatan peluang kerja perempuan dan

tabungan

61

62