peran komunitas rumah berbagi asa dalam ......program studi : pendidikan sosiologi judul : peran...
TRANSCRIPT
PERAN KOMUNITAS RUMAH BERBAGI ASA DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SDN 059 BONTO TENGNGA DESA PATANYAMANG KECAMATAN CAMBA
KABUPATEN MAROS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Riska
105381114116
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI OKTOBER, 2020
v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda-tangan di bawah ini: Nama : Riska
Nim : 105381114116
Jenjang : Strata Satu (S1)
Program Studi : Pendidikan Sosiologi
Judul : Peran Komunitas Rumah Berbagi Asa dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga Desa Patanyamang Kecamatan
Camba Kabupaten Maros
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi ini merupakan hasil penelitian,
pemikiran dan pemaparan asli saya sendiri. Saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-
bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagai bahan
yang pernah diajukan untuk gelar atau ijasah pada Unismuh Makassar atau perguruan tinggi
lainnya.
Apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan
ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Unismuh Makassar.
Demikian pernyataan ini saya buat.
Makassar, Oktober 2020 Yang membuat Pernyataan,
Riska Nim. 105381114116
vi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda-tangan di bawah ini: Nama : Riska
Nim : 105381114116
Jenjang : Strata Satu (S1)
Program Studi : Pendidikan Sosiologi
Judul : Peran Komunitas Rumah Berbagi Asa dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga Desa Patanyamang Kecamatan
Camba Kabupaten Maros
Dengan ini menyatakan bahwa:
Skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri, bukan
hasil jiblakan dan tidak dibuat oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima
sanksi apabila pernyataan ini tidak benar
Makassar, Oktober 2020 Yang membuat Pernyataan,
Riska Nim. 105381114116
vii
MOTTO
“Tidak adanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan”
(Penulis)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Karya sederhana ini ku persembahkan untuk:
Ibu dan Bapakku yang telah mendukungku, memberiku motivasi dalam segala hal serta memberi kasih sayang yang teramat besar yang tak mungkin bisa ku balas dengan apapun.
Adekku tersayang yang telah memberiku semangat. Terimakasih sudah sayang sama kakakmu.
viii
ABSTRAK
Riska, 2020 Peran Komunitas Rumah Berbagi Asa dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga Desa Patanyamang Kecamatan Camba Kabupaten Maros. Skripsi. Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Mutu pendidikan adalah pencapaian kualitas pendidikan yang dihasilkan melalui lembaga sekolah dengan melihat keunggulan akademis dan ekstrakurikuler peserta didik melalui proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Berikut beberapa komponen mutu pendidikan adalah, motivasi belajar siswa, kemampuan pendidik dan stakeholders dalam sekolah, kurikulum yang memenuhi standar, sarana prasarana sekolah serta dukungan orangtua dan masyarakat. Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui peran komunitas Rumah Berbagi Asa dalam meningkatkan mutu pendidikan. Lokasi penelitian ini di SDN 59 Bonto Tengnga Desa Patanyamang Kecamatan Camba Kabupaten Maros. Informan keseluruhan dalam penelitian ini terdiri dari delapan. Lima dari Komunitas Rumah Berbagi Asa, dua tenaga pengajar, dan satu dari tokoh masyarakat. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik yaitu, Observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisis data dalam penelitian ini mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak minimnya mutu pendidikan yaitu kurangnya tenaga pengajar karena minimnya akses jalan menuju desa dan minimnya akses jaringan membuat tenaga pengajar kurang berinovasi dan kreatif. Serta minimnya sarana prasarana membuat pembelajaran tidak optimal. Peran Komunitas Rumah Berbagi Asa dalam upaya meningkakan mutu pendidikan dengan cara keikutsertaan relawan dalam proses belajar mengajar di kelas formal dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik. Serta pengembangan potensi minat dan bakat melalui kelas non formal.
Kata Kunci: Peran, Komunitas, Mutu pendidikan
ix
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah, SWT atas berkat
rahmat dan taufiq-Nya sehingga proposal ini dapat disusun dan diselesaikan
sesuai dengan waktu yang direncanakan. Salam dan shalawat semoga tetap
tercurahkan kepada hamba dan kekasihnya Rasulullah Muhammad SAW,
keluarga beliau, para sahabat dan seluruh umatnya yang tetap istiqomah di atas
ajaran Islam.
Sebagai peneliti pemula, penulis sangat menyadari keterbatasannya,
bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan disana sini dalam proposal ini.
Untuk saran dan kritikan dari pembaca senantiasa kami harapkan demi
penyempurnaan proposal ini selanjutnya.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bapak Erwin Akib, S.Pd.,
M.Pd., Ph.D. serta para Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Drs. H. Nurdin, M.Pd. dan
Sekretaris Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Kaharuddin, M.Pd.,
Ph.D, beserta seluruh stafnya.
3. Bapak DR. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum. Sebagai pembimbing I (satu) dan
Ibu Herdianty. R, S.Pd., M.Pd. Selaku pembimbing II (dua) yang telah
x
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan
proposal ini.
4. Bapak-bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi FKIP UNISMUH
Makassar yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bimbingan,
arahan dan jasa-jasa yang tak ternilai harganya kepada penulis.
5. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan
dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua penulis yang
tercinta, ayahanda Lambo dan ibunda Amriani serta adik ku Novia, penulis
yang dengan segala pengorbanannya tak akan pernah penulis lupakan atas
jasa-jasa mereka. Doa restu, nasihat dan petunjuk dari mereka yang
merupakan dorongan yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga
saat ini.
6. Yang terspesial kak Hasri Gawiamin, S.Pd terimakasih sudah memberi
dukungan dan perhatian yang tiada hentinya kau berikan.
7. Komunitas Rumah Berbagi Asa atas segala kesempatan dan pengalaman yang
luar biasa. Terutama buat kak Rindiani Ulfa, kak Nur Salam, dan kak Awwal
terimakasih sudah membantu saya selama penelitian berlangsung.
8. Teman-teman sosiologi D 2016, yang sudah menjadi teman saudara dengan
penuh kegembiraan, kesedihan, kebersamaan semoga apa yang kita cita-
citakan dapat terwujudkan.
9. Keluarga Kepmi Bone Taro Ada Taro Gau selalu menjadi keluarga kedua
penulis selama di perantauan.
xi
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu yang telah
membantu proses penyusunan skripsi ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga
proposal ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.
Makassar, 11 Oktober 2020
Riska
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN........................................................................................ v
SURAT PERJANJIAN .......................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... xi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8
E. Definisi Operasional..................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Konsep ............................................................................................ 11
xiii
B. Kajian Teori ............................................................................................... 21
C. Kerangka Pikir ........................................................................................... 25
D. Penelitian Relevan ...................................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian................................................................. 32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 34
C. Fokus Penelitian ......................................................................................... 34
D. Informan Penelitian .................................................................................... 35
E. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 36
F. Instrumen Penelitian................................................................................... 36
G. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 37
H. Teknik Analisis Data .................................................................................. 39
I. Teknik Keabsahan Data ............................................................................. 40
J. Etika Penelitian .......................................................................................... 43
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ....................................
A. Sejarah Lokasi Penelitian ........................................................................... 44
1. Keadaan Geografis ................................................................................ 46
2. Keadaan Penduduk ................................................................................ 47
3. Keadaan Pendidikan .............................................................................. 47
B. Sejarah Umum Rumah Berbagi Asa .......................................................... 48
1. Visi dan Misi Rumah Berbagi Asa ........................................................ 49
2. Lokasi Sekolah Binaan Rumah Berbagi Asa ......................................... 49
3. Tujuan Komunitas Rumah Berbagi Asa ................................................ 50
xiv
4. Struktur Komunitas Rumah Berbagi Asa .............................................. 50
5. Program Komunitas Rumah Berbagi Asa ............................................. 53
6. Sumber Dana ......................................................................................... 55
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................................
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 56
1. Dampak Minimnya Mutu Pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga ....... 56
2. Upaya Komunitas Rumah Berbagi Asa dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan ............................................................................................. 62
a. Kakak Guru (Menjadi Tenaga Pengajar) ....................................... 65
b. Mengembangkan Minat dan Bakat ................................................ 67
c. Kondisi SDN 59 Bonto Tengnga ................................................... 69
d. Peningkatan Tingkat Semangat Belajar ......................................... 72
e. Hasil Peningkatan Mutu Pendidikan .............................................. 74
B. Pembahasan ................................................................................................ 76
1. Peran Komunitas Rumah Berbagi Asa dalam Meningkatan Mutu
Pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga .......................................... 76
2. Dampak Minimnya Mutu Pendidikan ............................................ 80
3. Upaya yang dilakukan Komunitas dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan ...................................................................................... 81
4. Faktor Penghambat dalam Menigkatkan Mutu Pendidikan ........... 82
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................
A. Kesimpulan.................................................................................................. 83
B. Saran ............................................................................................................ 83
xv
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Majunya suatu negara sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satu faktor yang sangat penting mendorong majunya suatu negara adalah
pendidikan. Tanpa pendidikan tidak mungkin suatu negara dapat maju.
Karena dari pendidikanlah seseorang dapat belajar, dari yang tidak tahu
menjadi tahu dan dari yang tidak bisa menjadi bisa (Yayu Hardianti
Isnim:2018).
Pembangunan pendidikan merupakan bagian terpenting dalam upaya
membangun karakter secara menyeluruh untuk meningkatkan harkat
martabat suatu bangsa dan negara, Pendidikan merupakan faktor yang paling
utama dalam pembentukan kepribadian manusia, menyadari akan hal
tersebut pemerintah sangat serius menangani pendidikan dan berusaha terus
untuk meningkatkan mutu pendidikan sebab sistem pendidikan yang baik
diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu
membawa perubahan kearah yang lebih baik dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Secara umum dapat dipahami
rendahnya Sumber daya manusia bangsa Indonesia saat ini adalah akibat
rendahnya mutu pendidikan hal ini dapat dilihat dari mutu pendidikan di
setiap daerah pedalaman, dalam upaya peningkatan sumber daya manusia
melalui peningkatan mutu pendidikan di pedalaman tentunya dipengaruhi
2
beberapa hambatan salah satunya adalah pengaruh lingkungan. Lingkungan
sangat berperan penting dalam hal ini, jika pada sebuah lingkungan tertentu
banyak orang yang memperoleh pendidikan maka dapat dipastikan
lingkungan tersebut dapat lebih unggul dibandingkan lingkungan lainnya
yang persentasi orang memperoleh pendidikan yang lebih rendah. Oleh
karena itu, selayaknya seluruh masyarakat Indonesia dapat dengan mudah
memperoleh pendidikan yang layak. Namun pada kenyataanya, masyarakat
tidak memperoleh pendidkan dengan berbagai macam alasan. Hal ini
dibuktikan masih lemahnya mutu pendidikan yang ada di pedalaman.
Menurut (Permendikbud RI Nomor 28 Tahun 2016) Dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan tersebut tentang Sistem Mutu Pendidikan,
peraturan ini merupakan usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republlik Indonesia Nomor 28 Tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan Dasar dan Menengah menentukan:
1. Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah yakni tingkat kesesuaian antara
penyelenggara pendidikan dasar dan pendidikan menengah dengan
Standar Nasional Pendidikan, pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.
2. Penjaminan Mutu Pendidikan yakni suatu prosedur yang sistematis,
terintegrasi, dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa seluruh proses
penyelenggaraan pendidikan telah dan sudah sesuai dengan standar
mutu.
3
3. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah yakni suatu
kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan dan proses terpadu
yang mengatur segala cara untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar
dan menengah yang saling berinteraksi secara sistematis, bersiklus dan
berkelanjutan.
Pendidikan yang bermutu dapat di tingkatkan apabila sekolah
memiliki: Dukungan dari pemerintah, kepemimpinan kepala sekolah yang
efektif, Kinerja guru yang baik, kurikulum yang relevan, budaya dan iklim
organisasi yang efektif, serta dukungan masyarakat dan orang tua.
Melihat keadaan Pendidikan saat ini yang mempunyai fungsi sosial
untuk memperoleh kualifikasi tertentu. Namun pendidikan yang layak masih
menjadi angan-angan bagi sekelompok anak sekolah dasar apalagi yang
berada di daerah yang memiliki sarana prasarana pendidikan yang kurang
memadai bahkan akses serta kebutuhan akan listrik yang kurang memadai
yang berakibat teknologi serta informasi tidak didapatkan baik oleh
masyarakat khususnya Sekolah Dasar yang berada pada daerah tersebut.
Melihat begitu banyak manfaat yang diperoleh seseorang dari bangku
pendidikan tidak membuat setiap orang atau khususnya anak Sekolah Dasar
memperoleh pendidikan layak sebagaimana yang dicita-citakan. Tidak
sampai disitu saja selain memiliki keterbatasan akan sarana dan prasarana,
sekolah sebagai tempat memperoleh pendidikan juga memiliki keterbatasan
pada tenaga pendidik. Baik kualitas pendidik yang hal ini harus mengajar
tidak hanya untuk mata pelajaran yang sesuai dengan disiplin ilmunya, serta
4
pada kualitas atau jumlah pendidik dalam sekolah itupun belum memadai
sebagaimana mestinya. Selain itu faktor lain, menjadikan rendahnya mutu
pendidikan adalah terbelakang mengenai sarana pembelajaran yang
menjadikan mereka tidak dapat memperoleh pendidikan secara normal
layaknya kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain masalah kekurangan
tenanga pendidik dan jarak rumah jauh ke sekolah.
Penyebab lain, rendahnya mutu pendidikan adalah akibat rendahnya
efektivitas pendidikan yang disebabkan oleh tidak adanya tujuan pendidikan
yang jelas sebelum kegiatan pembelajaran, mengakibatkan pendidikan tidak
terkesan tidak efektif, padahal pendidikan yang efektif dapat memungkinkan
peserta didik untuk belajar lebih mudah, menyenangkan sehingga dapat
tercapai tujuan yang diharapkan. Maka dari itu, tenaga pendidik di tuntut
untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran yang
berlangsung dapat berguna.
Menurut berita yang dilansir melalui CNN Indonesia.com
(Suastha,2016): Kesenjangan mutu pendidikan masih menjadi kendala
banyak negara, khususnya Indonesia” kata Asisten Direktur Jenderal untuk
Pendidikan dari The United Nations Educational Scientific and Cultural
Organization (UNESCO), Qian Tang, dalam peluncuran Global Education
Monitoring (GEM) Report 2016 di Jakarta. Oleh karena itu menurut Tang,
kendala yang dihadapi pemerintah Indonesia saat ini adalah memastikan
seluruh anak bersekolah mendapatkan kualitas pendidikan yang sama”.
5
Melihat fenomena yang terjadi di sekitar untuk mendukung program
pemerintah maka ada sekumpulan anak muda yang suka relawan bergabung
dalam komunitas Rumah Berbagi Asa ingin membuka cakrawala masyarakat
Desa terhadap pendidikan. Komunitas Rumah Berbagi Asa mempunyai
tujuan peduli terhadap pendidikan di daerah pedalaman dengan
melaksanakan kegiatan yang mampu memberi semangat positif, memotivasi
serta memberikan donasi kepada anak-anak yang berada di daerah
pedalaman. Meskipun objek dari komunitas Rumah Berbagi Asa berada
pada pedalaman atau daerah yang memiliki akses yang kurang memadai
bukanlah menjadi penghalang bagi Rumah Berbagi Asa dalam upaya
mencerdaskan anak-anak yang berada di daerah pedalaman melalui
peningkatan mutu pendidikan.
SDN 59 Bonto Tengnga adalah salah satu Sekolah Binaan Komunitas
Rumah Berbagi Asa karena melihat keadaan yang di SDN 059 Bonto
Tengnga minimnya mutu pendidikan sebab masih banyak anak yang putus
sekolah. Faktor yang melandasi tinggi nya tingkat putus sekolah salah
satunya adalah faktor Ekonomi. Anak desa banyak putus sekolah
dikarenakan mereka sudah dapat mencari uang tanpa sekolah, mereka lebih
nyaman menghasilkan uang di bandingkan belajar dan menggunakan
seragam. Di pedesaan banyak orang tua yang meminta anaknya untuk
membantu bekerja di sawah atau di ladang dibandingkan menyuruh anaknya
pergi sekolah. Perlunya kesadaran bagi anak dan orangtua akan pentingnya
pendidikan sebab orangtua juga sebagai motivator yang akan memberikan
6
motivasi kepada anak dengan cara meningkatkan motivasi belajar, dan
membuat anak untuk semangat dalam proses pembelajaran. Seperti kita
ketahui keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama yang
dialami anak yang termasuk dalam lembaga pendidikan yang bersifat
informal, dalam hal ini orangtua bertanggung jawab memelihara dan
mendidik anak agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Disinilah
peran orangtua dituntut terutama ibu sangat berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Namun tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan
orangtua dalam keluarga, untuk itulah orangtua membutuhkan sebuah
lembaga khusus yang mampu mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan
berbagai macam keterampilan pada anak. Dengan alasan ini di bentuk
lembaga formal yang dikenal dengan sebutan sekolah. Lembaga sekolah
yang baik adalah, proses pembelajaran yang efektif dan efisien serta sarana
prasarana yang memadai yang disediakan oleh pemerintah.
Berdasarkan observasi awal, peneliti melihat keadaan yang ada di SDN
59 Bonto Tengnga, Ruangan yang tidak memadai dan ada beberapa kelas
yang di gabung sebab ruangan tidak memadai, Toilet yang sangat
memprihatinkan sebab air sangat sulit di dapat, perpustakaan yang sempit
sebab di gabung dengan ruangan Kepala Sekolah, Keterbatasan Tenaga
Pengajar karena hanya ada 3 tenaga pengajar dan hanya sesekali ke sekolah
mengajar sebab jarak Camba ke Desa Patanyamang sangat jauh dan harus
melewati beberapa hutan, gunung yang tinggi serta, medan menuju sekolah
sangat sulit di jangkau dengan kendaraan sepeda motor. Hanya 2 yang aktif
7
dalam mengajar yaitu kepala Sekolah dan 1 tenaga honorer. SDN 59 Bonto
Tengnga terbilang minim masalah pendidikannya karena syarat-syarat
sekolah negeri adalah strukturnya sesuai kriteria yang ada. Adapun jumlah
siswa di SDN 059 Bonto Tengnga hanya berjumlah 24 siswa. Mereka pun
juga terbelakang dalam mendapatkan informasi sebab di Desa Patanyamang
jaringan telepon seluler sulit dijangkau apalagi jaringan internet, tidak
seperti di kota yang selalu diperbaharui Sehingga membuat guru-guru di
desa kurang berinovasi dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas.
Siswa-siswa yang kurang sadar akan pentingnya menempuh pendidikan
dengan bersekolah dan belajar karena dari dalam keluarga yang tidak
mendukung penuh, serta masyarakat Desa Pattanyaman lebih mementingkan
pekerjaan yang langsung menghasilkan uang sebab untuk memenuhi
kebutuhan sehari-harinya di bandingkan belajar di sekolah. Menurut mereka
sekolah hanya menghabiskan uang dan setelah lulus pasti akan kembali
bertani. Untuk itu diperlukannya kesadaran masyarakat untuk mendukung
pendidikan dan memotivasi anak semangat dalam belajar. Dibutuhkan juga
peran dari masyarakat luar yang sudah mengerti betapa pentingnya
pendidikan untuk datang mendukung dan memotivasi anak-anak untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil uraian, peneliti terinspirasi oleh Komunitas Rumah
Berbagi Asa melakukan penelitian terhadap permasalahan tersebut.
8
Penelitian berjudul “Peran Komunitas Rumah Berbagi Asa Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga Desa
Patanyamang Kecamatan Camba Kabupaten Maros”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas masalah utama yang dicari
jawabannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak minimnya mutu pendidikan di SDN 59 Bonto
Tengnga Desa Patanyamang Kecamatan Camba?
2. Bagaimana upaya Komunitas Rumah Berbagi Asa dalam meningkatkan
mutu pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dampak minimnya mutu pendidikan di SDN 59 Bonto
Tengnga Desa Patanyamang Kecamatan Camba.
2. Untuk mengetahui kinerja Komunitas Rumah Berbagi Asa dalam upaya
meningkatkan Mutu pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai ilmu pengetahuan diharapkan penelitian ini dapat
bermanfaat dalam memberikan kontribusi kepada pengembangan
pengetahuan dibidang pendidikan khususnya, Komunitas Rumah
Berbagi Asa di bidang pendidikan.
2. Manfaat Praktis
9
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
pertimbangan bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Maros dalam
melakukan kebijakan untuk penanganan pendidikan terutama di
Desa Pattanyaman Kecamatan Camba Kabupaten Maros.
b. Bagi Komunitas Rumah Berbagi Asa, hasil penelitian dapat
dipergunakan sebagai bahan masukan agar membantu pendidikan
menjadi lebih baik di Desa Patanyamang Kecamatan Camba
Kabupaten Maros.
c. Bagi pendidik, hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai rujukan
dalam mendidik anak-anak di daerah sehingga anak termotivasi
untuk belajar.
d. Bagi siswa, diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang
hak-hak mereka sebagai pelajar dari pelosok, serta acuan untuk
dapat lebih meningkat.
e. Bagi orangtua, dapat berkontribusi sebagai pendidikan pemahaman
rasa peka terhadap masalah pendidikan anak sehingga terciptanya
kepedulian orangtua terhadap pendidikan anak.
E. Definisi Operasional
Dalam definisi operasional ini, penulisan ini akan memberikan
pengertian atau istilah yang di gunakan dalam penulisan yang berkaitan
dengan judul dan digunakan oleh penulis yaitu sebagai berikut:
1. Komunitas adalah sekolompok orang yang saling peduli satu sama lain
lebih dari yang seharusnya, dimana dalam komunitas terjadi relasi
10
pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya
kesamaan tujuan. Komunitas merupakan sekelompok individu atau
manusia yang memiliki hubungan dan kesadaran bersama untuk
berinteraksi dengan anggota atau individu dalam kelompok., berinteraksi
dengan invidu atau manusia lain diluar dari kelompok. Komunitas
memiliki visi dan misi untuk mencapai tujuan bersama.
2. Mutu adalah kualitas (kepandaian, kecerdasan) atau tingkat baik
buruknya sesuatu, secara umum mutu adalah gambaran karakteristik
menyeluruh dari barang dan jasa yang menunjukan kemampuannya
dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan dalam konteks
pendidikan, pengertian mutu, mencakup input, proses dan output
pendidikan.
3. Pendidikan adalah suatu usaha yang terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif
mengembang potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dalam masyarakat.
4. Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sifatnya formal, non formal,
dan informal, dimana pendiriannya dilakukan oleh negara maupun
swasta dengan tujuan untuk memberikan pengajaran, mengelola, dan
mendidik para murid melalui bimbingan yang diberikan oleh para
pendidik atau guru.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Konsep
1. Peran
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan
bersifat stabil. Peran juga dapat dikatakan apabila seseorang atau kelompok
memasuki lingkungan masyarakat, baik dalam skala kecil (keluarga)
maupun skala besar (masyarakat luas), setiap individu atau kelompok
dituntut untuk belajar mengisi peran tertentu. Peran sosial yang perlu
dipelajari meliputi dua aspek, yaitu belajar untuk melaksanakan kewajiban
dan menuntut hak dari suatu peran, dan memiliki sikap perasaan dan
harapan-harapan sesuai dengan peran tersebut.
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan seseorang sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara
informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran
yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu
situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau
harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut (Halida Zia Sholihah:
2017).
11
12
Maksud dari kutipan di atas, peran atau peranan adalah seperangkat
harapan atau tuntutan kepada seseorang untuk menampilkan perilaku
tertentu karena orang tersebut menduduki suatu status sosial tertentu.
Sementara itu, dalam artian peran Sooerjono Soekanto (2012:212)
menyatakan bahwa peranan atau peran (role) merupakan aspek dinamis
kedudukan (status), yang berarti bahwa apabila seseorang melaksanakan
hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia telah
menjalankan suatu peranan. Peranan lebih banyak mengarah pada fungsi,
penyesuaian diri sebagai suatu proses.
Maksud dari kutipan, peran adalah suatu fungsi yang dibawakan
seseorang ketika menduduki jabatan tertentu. Seseorang dapat memainkan
fungsinya karena posisi dijalankannya.
Secara singkat Soerjono Soekanto (2002:441) juga membangi unsur-
unsur peranan kedalam empat bagian, yang berisikan:
a. Aspek dinamis dari kedudukan.
b. Perangkat hak dan kewajiban.
c. Perilaku sosial dari pemegang kedudukan.
d. Bagian aktivitas yang dimainkan seseorang.
Adapun cakupan dalam peranan menurut Levinson (Soerjono
Soekanto,2012) adalah sebagai berikut:
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti merupakan
13
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan masyarakat.
b. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial masyarakat.
George Booeree (2010:106-107) menyatakan bahwa menyatakan
bahwa peranan kaitannya dengan kompleks pengharapan manusia terhadap
caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu
berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Semisal dalam perusahaan, peranan
sosial merupakan pengharapan yang di minta orang lain padanya sebagai
seorang pemmpin perusahaan. Dalam hal ini peranan dibedakan menjadi,
peranan sosial dan peranan individual. Peranan sosial merupakan
pengharapan kemasyarakatan (sosial) tentang tingkah laku dan sikap yang
dihubungkan dengan status tertentu tanpa menghiraukan kekhususan orang
yang mendukung status itu. Peranan perseorangan yaitu pengharapan
tingkah laku dalam status tertentu yang berhubungan erat dengan sifat
khusus dari individu itu sendiri, dimana bagian ini sesuai dengan status
individu didalam situasi tertentu. Peranan sosial baru timbul saat manusia
tersebut hidup bersama dengan manusia lainnya (dalam kelompok). Peranan
tersebut baru bisa diketahui oleh manusia kalau ia mempelajari atau
mengalaminya.
14
Berdasarkan kutipan diatas, peran adalah harapan terhadap seseorang
dalam status atau fungsi yang dijalankannya. Peran dibagi menjadi peran
sosial dan peran individual, yang artinya peran sosial eksekusi dari hak,
kewajiban, tugas dan tanggung jawab seseorang yang sesuai dengan status
sosialnya. Dengan demikian peran sosial dapat ditentukan oleh status sosial.
Apabila apa yang dikerjakan individu sama dengan status atau posisinya di
masyarakat, maka individu tersebut sedang memainkan peran sosialnya.
Sedangkan peran individual adalah peran penting dalam kehidupan pribadi
masyarakat maupun kelompok masyarakatnya.
2. Komunitas Rumah Berbagi Asa
Pengertian Komunitas dalam buku “Kepimpinan dan Keorganisasian”
(Iman Moedjiono, 2002:53), Komunitas atau organisasi merupakan bentuk
kerja sama antara beberapa orang untuk mencapai suatu tujuan dengan
mengadakan pembagian dan peraturan kerja. Organisasi mempunyai dua
prinsip yang tidak boleh dilupakan, yaitu: bertahan hidup (survive), dan
berkembang (develop). Organisasi harus dapat mempertahankan keberadaan
nya dan berkembang, kalau tidak organisasi atau komunitas akan gulung
tikar. Atas dua prinsip itulah maka teknik pengorganisasian diperlukan
dalam mempertahakan keberadaannya. Pada dasarnya komunitas yang ada
itu terbentuk dengan sendirinya, tidak ada paksaan dari pihak manapun,
karena komunitas terbangun memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan
setiap individu dalam kelompok tersebut. Suatu komunitas biasanya
terbentuk karena pada beberapa individu memiliki hobi yang sama, tempat
15
tinggal yang sama, dan memiliki ketertarikan yang sama dalam beberapa
hal.
Kutipan diatas mengemukakan, Komunitas adalah kumpulan individu
membentuk suatu kelompok yang bekerja sama dalam mencapai suatu
tujuan, setiap individu mempunyai peraturan dalam kerja. Setiap komunitas
atau organisasi memiliki prinsip yang melekat yaitu, bagaimana cara agar
komunitas tetap terjaga keutuhannya, sera cara mengembangkan komunitas
agar semakin maju.
Ferdinand Tonnies mengemukakan dalam buku Sosiologi Suatu
Pengantar yang ditulis oleh (Budi Sulistyowati, Soerjono Soekanto, 2014),
Komunitas terbagi menjadi Gemeinscaf dan Gesellschaft. Gemeinscaf
merujuk pada jenis komunitas merupakan bentuk kehidupan bersama
dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan
bersifat alamiah serta bersifat kekal. Sedangkan Gesellschaft merupakan
ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek. Bersifat
sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka (imaginary) serta strukturnya
bersifat mekanis sebagai mana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin.
Berdasarkan pendapat diatas, komunitas di bagi menjadi dua jenis yaitu
paguyuban dan patembayan. Yang dimana paguyuban adalah bentuk
kesamaan indivdu yang diperkuat dengan hubungan emosional serta
interaksi antar individu. Patembayan adalah bentuk kehidupan bersama
dimana anggotanya mempuyai hubungan yang sifatnya sementara dan
disatukan oleh pemikiran yang sama.
16
Komunitas dapat didefinisikan sebagai kelompok khusus dari orang-
orang yang tinggal dalam wilayah tertentu, memiliki kebudayaan dan gaya
hidup yang sama, sadar sebagai suatu kesatuan dan dapat bertindak secara
kolektif dala usaha merek dalam mencapai tujuan. Koetjaraningrat
berpendapat bahwa komunitas kecil apabila:
a. Komunitas kecil adalah kelompok-kelompok dimana warga-warganya
masih saling kenal mengenal dan saling bergaul dalam frekuensi kurang
atau lebih besar.
b. Karena sifatnya kecil itu juga, maka antara bagian-bagian dan kelompok-
kelompok khususnya didalamnya tidak ada aneka warna yang besar.
c. Komunitas kecil adalah pula kelompok dimana manusia dapat
menghayati sebagian besar dari lapangan kehidupan secara bulat.
Komunitas dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai kelompok
sosial dan pendidikan yang mempunyai arti perkumpulan beberapa individu
yang memiliki tujuan yang sama, kesamaan minat, karekteristik sosial yang
sama dengan karakteristik keanggotaannya, seperti persamaan profesi,
persamaan lingkungan, serta kemiripan hobi dll. Tujuan dan manfaat dari
membuat komunitas adalah menjadi saling menguntungkan dalam
menghasilkan sesuatu, sesuatu adalah tujuan yang telah di tentukan dan
direncanakan.
Rumah berbagi Asa adalah sebuah komunitas yang bergerak dalam
bidang sosial dan pendidikan yang menyasar di daerah terpencil. Rumah
Berbagi Asa adalah komunitas yang bergerak dalam bidang pendidikan.
17
Dengan mayoritas anggota adalah mahasiswa dari berbagai universitas
negeri maupun swasta yang berada di kota Makassar. Komunitas ini sebagai
wadah untuk berbagi kepada sesama, berbagi ilmu kepada masyarakat dan
anak-anak negeri yang ada di Sulawesi Selatan yang kiranya memiliki
keterbatasan dalam memperoleh pengetahuan yang sifatnya selalu
berkembang. Rumah Berbagi Asa yang pada awalnya bernama CSC
(Campus Sharing Community) pada tanggal 25 Januari 2014 Resmi
didirikan sebagai komunitas yang sifatnya independen yang bergerak dalam
bidang pendidikan, sosial dan kesehatan.seiring berjalannya waktu CSC
berubah menjadi Rumah Berbagi Asa pada tahun 2015. Meskipun tergolong
komunitas yang muda, namun komunitas ini sudah melakukan berbagai
kegiatan inspiratif untuk generasi muda yang ada di Makassar, seperti
kegiatan Learning Weekend pada salah satu sekolah Sekolah Menengah
Atas di kota Makassar, Relawan pengajar di salah satu wilayah penggusuran
yang ada di kota Makassar, dan One Month One School yang berlangsung
tiga sekolah dasar yang berbeda di Kabupaten Maros, serta kakak guru yang
berhasil mencapai angkatan dua puluh di Desa terpencil di kecamatan
Camba. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan tersebut berhasil menembus
beberapa media di online maupun pertelevisian Makassar. Adapun Visi dan
Misi Rumah Berbagi Asa yaitu: Visi: Mencerdaskan bangsa dengan
pegabdian melalui pendidikan dan berahklak multikultural dan global. Misi:
a. Menjaring relawan yang memiliki loyalitas tinggi terhadap dunia
pendidikan dan sosial Indonesia. b. Menumbuhkan paradigma kritis relawan
18
dalam merespon isu pendidikan dan sosial yang ada di Indonesia c.
Melakukan pembinaan dan menumbuh kembangkan daya kreatifitas relawan
dan masyarakat. Adapun pendiri Komunitas adalah Founder Komunitas
Rumah Berbagi Asa di antaranya: 1. Nur Aisyah (Mahasiswa Universitas
Negeri Makassar, 2. Aisyah Amini (Mahasiswa Universitas Negeri
Makassar), 3. Asrianto (Mahasiswa Universitas Negeri Bosowa), 4. Ainul
Yakin (Politeknik Ujung Pandang). Struktur yang digunakan komunitas
Rumah Berbagi Asa berbeda dari yang lain, ketua komunitas Rumah
Berbagi Asa disebut kepala keluarga hingga paman. Kepala keluarga
pertama yakni Founder Ainul Yakin, kedua Ardan dan saat ini Ayub Nur
Falqi. Rumah Berbagi Asa memiliki struktur sebagai berikut: Kepala
keluarga: Ayub Nur Falqi, Paman 1: Muh. Nur Syahbana, paman 2: Erwin,
Sekretaris: Nur Azizah. Bendahara: Rindiani Ulfa kepala kampung : Adha
Ismail Luhu N. Divisi terbagi menjadi enam yaitu, divisi keilmuan, divisi
dana dan usaha, divisi kreativitas, divisi humas, divisi pemberdayaan, dan
divisi logistik. Adapun kegiatan Rumah Berbagi Asa pada saat berada
dilokasi binaan seperti, kelas inspirasi, kelas formal, kelas non formal, kelas
pramuka, kelas menari, kelas puisi, dan kelas ekspresi. Serta kegiatan narasi
desa dan keatif warga. Adapun kegiatan lain Rumah Berbagi Asa adalah,
penyerahan bantuan donasi Rumah Berbagi Asa care yaitu penyerahan
bantuan berupa donasi sembako yang terkumpul pada kegiatan RBA care di
serahkan di lokasi tertentu, tabungan asa yaitu platform crowdfunding yang
berfokus pada pendidikan dan pembangunan pelosok, serta coretan asa yaitu
19
platform blogging mengenai kegiatan volunteer. Adapun kegiatan kelas
formal dan non formal komunitas Rumah Berbagi Asa, menggantikan guru
sebagai tenaga pengajar dikelas untuk sementara di sekolah tersebut. Siswa
akan di ajarkan mata pelajan umum seperti, matematika,bahasa
Indonesia,dan pkn. Bukan sekedar mengajar seperdi guru pada umumnya
tetapi kami menyusun konsep mengajar sambil bermain yang mana konsep
tersebut membuat anak-anak yang kami ajar selalu terlihat antusias dan aktif
dalam proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan kelas formal di
mulai pada pukul 07:30 sampai 12:00 . Kemudian pada sesi selanjutnya
yaitu kelas non formal yang di mulai pada pukul 13:30 sampai 17:00. Siswa
sekolah akan di latih dalam minat bakat serta mengasa keterampilan yang
mereka miliki, adapun kegiatan kelas non formal yang selalu dilaksanakan
adalah kelas dongeng kelas membaca kelas menari kelas ekspresi kelas
eksprimen dan kelas religi. Memberi donasi kepada siswa-siswa berupa
buku bacaan, Al-Quran, buku dongeng, dan lain-lain serta membuat taman
baca di halaman sekolah guna untuk meningkatkan minat baca siswa-siswa
di SDN 059 Bonto Tengnga.
3. Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan terdiri dari kata mutu dan pendidikan. Mutu dalam
bahasa arab Hasanah artinya baik. Dalam bahasa inggris “quality artinya
mutu, kualitas” Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia “Mutu adalah
(ukuran) baik buruk suatu benda; taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan,
dsb). Secara istilah mutu adalah “kualitas memenuhi atau melebihi harapan
20
pelanggan. Dengan demikian mutu adalah tingkat kualitas yang telah
memenuhi atau bahkan melebihi dari yang diharapkan. Pendidikan menurut
Wikipedia adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi dibawah
bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Etimologi
kata pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu ducare berarti
“menuntun, mengarahkan atau memimpin” dan awalan e, berarti “keluar”.
Jadi pendidikan berarti kegiatan “kegiatan menuntun keluar”. Setiap
pengalaman yang memliki efek formatif pada cara orang berfikir, merasa,
atau tindakan dapat dianggap pendidikan.
Menurut Sallis (1993) dalam buku ilmu dan aplikasi pendidikan
(2007:343) mutu secara umum menunjukan sifat yang menggambarkan
derajat “baik” nya suatu barang atau jasa diproduksi atau dipasok oleh suatu
lembaga tertentu. Dalam konteks pendidikan yang dimaksud lembaga dapat
diartikan sebagai orangtua, masyarakat dan pemerintah. Sementara menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, mutu adalah baik buruk suatu benda , kadar,
taraf atau derajat misalnya kecerdasan kepandaian dan sebagaianya. Dengan
demikian mutu pendidikan merupakan tingkat keunggulan suatu produk
yang mengacu pada proses dan hasil pendidikan berdasarkan segala upaya
dan usaha yang telah dilakukan oleh lembaga-lembaga tersebut.
Mutu pendidikan merupakan dua istilah yang berasal dari mutu dan
pendidikan, artinya menunjuk pada kualitas produk yang dihasilkan lembaga
21
pendidikan atau sekolah. Yaitu dapat di identifikasi dari banyak nya siswa
yang memiliki prestasi, baik prestasi akademik maupun yang lain, serta
lulusan relevan dengan tujuan. (Aan Komariah, Cepi Tiratna:2005).
Pengertian mutu pendidikan adalah derajat keunggulan dalam
pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien untuk melahirkan
keunggulan akademis dan ekstra kurikuler pada peserta didik yang
dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan
pembelajaran tertentu (Marsus Suti:2011).
Komponen yang terkait mutu pendidikan menurut (Marsus Suti:2012):
pertama, kesiapan dan motivasi siswa. Kedua, kemampuan guru professional
dan kerja sama dalam organisasi sekolah. Ketiga, kurikulum memenuhi
relevansi isi dan operasional proses pembelajarannya. Keempat, sarana dan
prasarana meliputi kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses
pembelajaran. Kelima, partisipasi masyarakat, (orangtua, pengguna lulusan
dan perguruan tinggi) dalam pengembangan program-program pendidikan
sekolah.
Berdasarkan semua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, mutu
pendidikan adalah pencapaian kualitas pendidikan yang dihasilkan melalui
lembaga sekolah dengan melihat keunggulan akademis dan ekstrakurikuler
peserta didik melalui proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Berikut
beberapa komponen mutu pendidikan adalah, motivasi belajar siswa,
kemampuan pendidik dan stakeholders dalam sekolah, kurikulum yang
22
memenuhi standar, sarana prasarana sekolah serta dukungan orangtua dan
masyarakat.
B. Kajian Teori
Teori Fungsionalisme Struktural Talcott Person
Dalam suatu komunitas Rumah Berbagi Asa akan melakukan interaksi
dan interaksi meliputi fungsi, dalam suatu fungsi struktur memiliki fungsi
masing-masing. Seperti pada fungsi Komunitas Rumah Berbagi Asa dalam
meningkatkan mutu pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga dalam hal
tersebut tentu membutuhkan interaksi antara satu sama lain, atau bahkan
interaksi kelompok dengan kelompok lain, sehingga peneliti memilih
menggunakan teori Fungsionalisme Structural Talcott Parsons dalam
penelitian ini, karena pembahasannya lebih kompleks dalam menganalisis
tentang peran komunitas Rumah Berbagi Asa dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
Menurut George Ritzer, asumsi dasar teori fungsionalisme struktural
adalah “setiap struktur dalam sistem sosial, juga berlaku fungsional terhadap
yang lainnya. Sebaliknya, kalau tidak fungsional maka struktur itu tidak
akan ada atau hilang dengan sendirinya”.
Terdapat tiga paradigma dalam sosiologi yaitu, definisi sosial, fakta
sosial dan perilaku sosial sedangkan untuk menganalisis peran komunitas
Rumah Berbagi Asa dalam meningkatkan mutu pendidikan di SDN 59
Bonto Tengnga peneliti menggunakan paradigma fakta sosial dengan
perspektif teori fungsionalisme structural Talcott Parsons.
23
Interaksi sosial terjadi karena adanya komitmen terhadap norma-norma
sosial yang menghasilkan daya untuk mengatasi perbedaan pendapat dan
kepentingan diantara anggota masyarakat dengan menemukan keselarasan
satu sama lain didalam suatu tingkat integrasi sosial tertentu. Ekuilibrium
terpelihara oleh proses dan mekanisme sosial, diantaranya mekanisme
sosialisasi dan pengawasan sosial.
Konsepsi Parsons tentang sistem sosial dimulai dari level makro. Yang
didefinisikan sebagai bentuk paling dasar dari sistem sosial. Ia berpendapat
bahwa ciri-ciri sistem sosial interaksi ini hadir dalam bentuk yang lebih
kompleks yang diciptakan oleh sistem sosial. Parsons didalam buku George
Ritzer mendefinisikan sistem sosial sebagai berikut:
Sistem sosial terdiri dari beberapa aktor individual yang berinteraksi
satu sama lain dalam situasi yang memiliki aspek dan fisik atau lingkungan,
aktor yang cenderung termotivasi kearah optimisasi kepuasan dan yang
hubunganya dengan situasi mereka, termasuk hubungan satu sama lain,
didefinisikan dan di perantarai dalam bentuk sistem sosial yang terstruktur
secara kultural dan dimiliki bersama.
Sesuai dengan apa yang dikatakan Parsons diatas, bahwa dalam suatu
sistem sosial terdapat beberapa aktor yang mempunyai peran dalam
berinteraksi. Dimana dalam interaksi tersebut aktor harus mempunyai
control dalam bersosialisasi dengan suatu sistem tersebut. Sehingga akan
menciptakan hubungan yang harmonis dalam berinteraksi, dan secara timbal
balik saling bergantung.
24
Secara umurn Parsons berasumsi bahwa biasanya aktor adalah
penerima dalam proses sosialisasi. Sosialisasi dan kontrol sosial ada
mekanisme utama yang memungkinkan sistem sosial mempertahankan
ekuilibriumnya. Seperti pada komunitas Rumah Berbagi Asa terdapat kepala
keluarga, anggota dan masyarakat itu sendiri mempunyai norma yang harus
dilakukan antar sesama anggota komunitas dalam bersosialisasi ataupun
berinteraksi sesuai dengan sistem masing-masing.
Ditinjau secara sosiologis, kehidupan sosial berlangsung dalam suatu
wadah yang disebut masyarakat. Dalam konteks pemikiran sistem,
masyarakat akan dipandang sebagai sebuah sistem sosial. Disatu sisi
pandangan ini selain menunjuk pada sebuah satuan masyarakat. Menurut
Talcott Parsons, kehidupan sosial itu harus dipandang sebagai sebuah
sistem sosial. Artinya, kehidupan tersebut harus dilihat sebagai suatu
keseluruhan atau totalitas dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling
berhubungan satu sama lain. Saling tergantung, dan berada suatu kesatuan.
Dalam hal ini apa yang dikemukakan oleh Talcott Parsons bahwa
kehidupan sosial harus sesuai dengan peran yang mempunyai bagian
masing-masing dalam berhubungan dan interaksi merupakan kehidupan
yang dilihat dalam keseluruhan kehidupan bermasyarakat. Kehidupan
tersebut terdiri dari beberapa peran sosial, misalnya peran Komunitas
Rumah Berbagi Asa. Sehingga sistem sosial itu menjadi teratur sesuai
dengan sistem sosial tersebut.
25
Karakteristik dari sistem sosial yang diperlihatkan bahwa adanya unsur-
unsur atau komponen-komponen sistem itu berhubungan satu sama lain dan
saling bergantungan dapat ditemukan dalam setiap kehidupan
bermasyarakat, dimana peran-peran sosial itu saling tergantung dan saling
berhubungan. Teori Parsons tersebut sesuai dengan sistem pada bentuk
aktivitas yang dilakukan Komunitas Rumah Berbagi Asa dalam
meningkatkan mutu pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga Desa
Patanyamang Kecamatan Camba Kabupaten Maros adalah membentuk
ikatan-ikatan yang tidak individualis dan menjadi satu kesatuan utuh dan
memiliki struktur dibawah kepemimpinan Kepala Keluarga. Aktivitas-
aktivitas yang dilakukan Komunitas Rumah Berbagi Asa baik itu kegiatan
rutinan maupun kegiatan kelas kakak guru memiliki sistem serta peran
tersendiri. Peran pengurus Komunitas Rumah Berbagi Asa adalah sebagai
penyelenggara kegiatan dan pengendali penuh Komunitas Rumah Berbagi
Asa di Desa Patanyamang Kecamatan Camba Kabupaten Maros.
Selain itu peran anggota Komunitas Rumah Berbagi Asa berlaku
peraturan-peraturan yang ditentukan. Dan harus mengikuti kegiatan-kegiatan
yang diadakan demi berjalannya aktivitas yang dilakukan. Para anggota juga
diberi tanggung jawab dalam setiap bidang yang ditentukan dan harus
menjalankan program kerja sesuai dengan bidang dalam struktur.
Interaksi dengan masyarakat sekitarpun sangat penting, yaitu
masyarakat juga mempunyai peran dalam kegiatan diadakan oleh Komunitas
Rumah Berbagi Asa seperti kegiatan kreatif warga yaitu mengajari
26
masyarkat bagaimana cara mengelola Sumber daya alam menjadi sumber
penghasilan agar warga terinspirasi kreatif dalam mengelola sumber daya
alam yang ada di Desa Pattanyamang Kecamatan Camba.
C. Kerangka Pikir
Dalam penelitian tentang Peran komunitas Rumah Berbagi Asa Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga. Penelitian di
lapangan sesuai dengan kerangka pikir sebagai pedomannya. Dimulai
dengan memahami judul tentang Peran Komunitas Rumah Berbagi Asa
dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.
Berdasarkan masalah yang di teliti yakni Peran Komunitas Rumah
Berbagi Asa dalam meningnkatkan mutu pendidikan di SDN 59 Bonto
Tengnga Desa Patanyamang Kecamatan Camba Kabupaten Maros, yang
menjadi fokus penelitian adalah mencari sumber data melalui onservasi dan
wawancara secara langsung di SDN 59 Bonto Tengnga dan Relawan Rumah
Berbagi Asa sebagai indikator penelitian menjadi tenaga pengajar,
mengenbangkan minat dan bakat, dan pengetahuan guru tentang kurikulum.
Setelah indikator ini Rumah Berbagi Asa mejadi tenaga pengajar di kelas
formal, mengembangkan minat bakat melalui kelas non formal, serta
memberikan pengajaran tentang kurikulum terhadap guru-guru. Adapun
faktor penghambat dalam peningkatan mutu pendidikan adalah akses
jaringan yang tidak memadai sehingga kurangnya komunikasi serta kurang
bernovatif dalam sistem pembelajaran, akses jalan yang mengakibatkan
27
minimnya sarana dan prasarana. Serta minimnya tenaga pengajar membuat
anak-anak tidak semangat dalam proses belajar mengajar
Peneliti memgambil beberapa indikator untuk mendeskripsikan judul
Peran Komunitas Rumah Berbagi Asa dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga Desa Pattanyamang Kecamatan
Camba Kabupaten Maros untuk bahan acuan untuk guru dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
Maka dari itu peneliti berharap dengan diadakannya penelitian tentang
“Peran Komunitas Rumah Berbagi Asa dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga Desa Patanyamang Kecamatan
Camba Kabupaten Maros”.
28
Skema Kerangka Pikir:
Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir
D. Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang mengkaji seputar Peningkatan Mutu
Pendidikan, dapat ditelusuri antara lain melalui jumlah studi jurnalisme data
mengenai Mutu Pendidikan yaitu:
1. Judul : Membangun Komunitas Belajar Profesional untuk Meningkatkan
Mutu Pendidikan di Sekolah. Ditulis oleh (Cepi Triatna:2015).
1. Manjadi Tenaga pengajar 2. Mengembangkan Minat Dan Bakat
Siswa 3. Pengetahuan Kurikulum Terhadap
Guru
Peran komunitas Rumah Berbagi Asa Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di SDN 59
Bonto Tengnga Desa Pattayamang Kecamatan Camba Kabupaten Maros
Meningkatkan Mutu Pendidikan
Peran Komunita Rumah Berbagi Asa
Faktor Penghambat
1. Akses Jalan
2. Akses Jaringan
3. Tenaga Pengajar
29
Penelitian ini bertujuan untuk mencari jawaban mengenai
bagaimana mengembangkan kapasitas manajemen sekolah untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kualitatif mealui studi kasus pada dua sekolah
menengah atas. Untuk mengumpulkan data peneliti melakukan
pengamatan, wawancara, serta dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa proses pengembangan
kepemimpinan warga sekolah membangun visi misi sekolah dimaknai
sebagai kesepakatan warga sekolah bukan sebuah rumusan kalimat yang
terpampang di berbagi arrifact sekolah semata.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah terletak
pada komunitas yang meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
Perbedaanya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya menggunakan
metode penelitian kualitatif studi kasus sedangkan penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif fenomenologi.
2. Judul : Peran Partisipasi Masyarakat dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Madrasah (Studi Kasus di Madrasah Ibtidaiyah Islahul
Muta’alim Pagutan Kota Mataram, ditulis oleh (Fathul Maujud:2017).
Penelitian ini menunjukan, Masyarakat memiliki peran yang
strategis dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di madrasah,
upaya tersebut diimplementasikan melalui partisipasi dan keterlibatan
mereka baik secara moril maupun materil. Peran partisipasi masyarakat
dalam meningkatkan mutu pendidikan di madrasah dapat berupa peran
30
sebagai perencana dan pengawas program yang sudah disusun oleh
madrasah. Partisipasi masyarakat merupakan salah satu bagian penting
bagi peningkatan mutu pendidikan madrasah. Partisipasi menuntut
adanya pemahaman yang sama dari pihak madrasah dan masyarakat
(orangtua) terhadap visi, misi, dan tujuan pendidikan di madrasah.
Partisipasi tidak cukup hanya dipahami oleh madrasah sebagai bagian
yang penting bagi keberhasilan peningkatan mutu pendidikan, akan
tetapi masyarakat juga harus meningkatkan keterlibatan mereka serta
memahami makna pentingnya partisipasi bagi pembangunan madrasah.
Persamaan penelian terdahulu dengan penelitian ini adalah terletak
pada peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Perbedaannya yaitu
penelitian terdahulu masyarakat yang berperan dalam meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah sedangkan penelitian ini komunitas yang
beperan dalam meningkatakan mutu pendidikan di sekolah.
3. Judul : Peneliti juga membahas “Manajemen Program Traveling and
Teaching dan Smart Center Komunitas 1000 Guru Malang dalam
peningkatan Mutu Sekolah” ditulis oleh (Asriadi,dkk:2019).
Penelitian ini mendeskripsikan manajemen program traveling and
teaching dan smart center Komunitas 1000 Guru Malang dalam
meningkatkan mutu sekolah. Program Traveling and teaching
merupakan kegiatan sosial di bidang pendidikan yang mengusung
konsep pembelajaran menyenangkan di sekolah dasar dan pembagian
donasi yang dikemas melalui penjelajahan sambil berbagi. Smart center
31
merupakan kegiatan lanjutan dan atau program jangka panjang yang
focus pada pemberian bantuan langsung ke sekolah baik secara fisik
maupun non fisik dalam jangka waktu 12 bulan. Peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif dengan jenis rancangan studi multi situs.
Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen program yang
terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dilaksanakan
Komunitas 1000 Guru Malang menunjukan indikator pencapaian mutu
sekolah yang meliputi peningkatan partisipasi masyarakat, prestasi
akademik dan non akademik, citra sekolah di masyarakat, kualitas
fasilitas sekolah.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah
komunitas meningkatkan mutu pendidikan. Perbedaannya yaitu
penelitian terdahulu berfokus pada manajemen program komunitas
dalam meningkatkan mutu sekolah sedangkan penelitian ini berfokus
pada bagaimana peran komunitas dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Penelitian ini membahas Peran Komunitas Rumah Berbagi Asa
dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SDN 059 Bonto Tengnga
Desa Pattanyaman Kecamatan Camba Kabupaten Maros. Letak kebaruan
(Novelty) riset ini lebih focus memotret bagaimana dan apa Peran yang
dilakukan Komunitas Rumah Berbagi Asa dalam meningkatkan mutu
pendidikan di SDN 059 Bonto Tengnga Desa Pattanyaman Kecamatan
Camba Kabupaten Maros.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini pada dasarnya menggunakan pendekatan kualitatif.
Alasan memilih penelitian kualitatif karena merupakan prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati oleh peneliti. Penelitian kualitatif
terjadi di latar alami yaitu dimana aktivitas-aktivitas itu berlangsung. Data
diperoleh berdasarkan hasil dari pengamatan, kutipan, pendapat, pemikiran,
pandangan, dan lain-lain. (Rugea Aristia:2015)
Pendekatan ini sangat cocok digunakan oleh penelitian yang akan
digunakan oleh peneliti karena peneliti ingin melihat secara langsung
dilapangan serta menggali berbagai informasi mengenai peran Komunitas
Rumah Berbagi Asa dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SDN 059
Bonto Tengnga Desa Pattanyaman Kecamatan Camba Kabupaten Maros.
Temuan-temuan yang didapat dilapangan kemudian di deskripsikan dalam
bentuk narasi sesuai dengan fakta-fakta yang real serta nyata apa adanya.
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif
deskriptif ini yaitu pendekatan Fenomenologi. Fenomenologi merupakan
rancangan penelitian yang berasal dari filsafat dan psikologi dimana peneliti
mendeskripsikan pengalaman kehidupan manusia tentang suatu fenomena
tertentu seperti yang dijelaskan oleh partisipan. Deskripsi ini berujung pada
inti sari pengalaman beberaapa individu yang telah mengalami semua
32
33
fenomena tersebut (Jhon W. Creswel:2017:18). Fenomenologi menjelaskan
struktur kesadaran dalam pengalaman manusia. Pendekatan Fenomenologi
berupaya membiarkan realitas mengungkapkan dirinya sendiri secara alami
melalui” pertanyaan pancingan”. Subjek penelitian ini dibiarkan
menceritakan segala macam dimensi pengalamanya berkaitan dengan
sebuah fenomena/peristiwa. Studi Fenomenologi berasumsi bahwa setiap
individu mengalami suatu fenomena dengan segenap kesadarannya
terdalam para subjek mengenai pengalamanya dalam suatu peristiwa.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yang berjudul "Peran Komunitas Rumah Berbagi
Asa dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga Desa
Patanyamang Kecamatan Camba Kabupaten Maros" akan dilaksanakan di
Desa Pattanyamang Kecamatan Camba Kabupaten Maros. Adapun alasan
memilih lokasi tersebut di dasarkan pada objek yang akan di teliti yakni
Peran Komunitas Rumah Berbagi Asa dalam meningkatkan Mutu
Pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga, mempermudah peneliti memperoleh
keterangan-keterangan atau data-data yang terkait dengan peran Komunitas
Rumah Berbagi Asa dalam meningkatkan Mutu Pendidikan di SDN 59
Bonto Tengnga. Dengan waktu penelitian sebagai berikut
No. Jenis kegiatan Bulan I Bulan II Bulan III 1. Pengusulan judul 2. Penyusunan proposal 3. Konsultasi
pembimbing
4. Seminar proposal
34
5. Pengurusan dan izin penelitian
6. Observasi Awal 7. Menyusun Angket
Wawancara
8. Wawancara dengan informan
9. Pengumpulan Data 10. Analisis Data 11 Penyusunan Hasil
Penelitian
Tabel 1.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian
C. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah Komunitas Rumah berbagi Asa dan
Area Binaan di SDN 59 Bonto Tengnga Desa Patanyamang Kecamatan
Camba Kabupaten Maros.
Sugiono (2013:286) menyatakan bahwa fokus merupakan domain
tunggal atau beberapa domain yang dalam situasi social. Dengan demikian
penentuan fokus penelitian lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi
yang akan diperoleh dari situasi sosial (lapangan) adapun menurut Spradley
dalam Prastowo (2014: 234) mengemukakan bahwa ada empat alternative
untuk menetapkan fokus penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Menetapakan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan.
2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing
domain
3. Menetepkan fokus yang memiliki nilai temuan untk mengembangkan
iptek.
35
Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-
teori yang ada
D. Informan Penelitian
Adapun informan dalam penelitian ini ditentukan secara snowball
sampling (bertujuan), Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu
atau dua orang sampel, tetapi karena dengan dua orang sampel ini belum
merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang
lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan
oleh dua orang sampel sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah
sampel semakin banyak.
Peneliti akan mengumpulkan data melalui informan diatas sesuai teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini. Penentuan informan selanjutnya
dilakukan secara snowball sampling. Artinya, aktor-aktor yang terlibat
dalam menentukan orang-orang yang akan diwawancarai dari setiap aktor
dilakukan secara snowball. Artinya, setelah penulis tiba di aktor yang telah
ditentukan, penulis akan mencari tahu di lokasi tersebut siapa saja yang
betul-betul merasakan peran Komunitas Rumah Berbagi Asa dalam
meningkatan mutu pendidikan Adapun informan dari penelitian ini antara
lain:
1. Informan kunci yaitu Founder dan Tetua
2. Informan utama yaitu Kepala Keluarga Koordinator Devisi Keilmuan,
dan relawan
3. Informan pendukung yaitu Guru dan Tokoh Masyarakat
36
E. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti secara
langsung (dari tangan pertama) tanpa melalui perantara dan diolah
langsung oleh peneliti. Data Primer contohnya adalah data yang
diperoleh dari responden melalui hasil wawancara peneliti dengan
informan berupa wawancara hasil observasi. Sumber adat primer dapat
dicatat melalui catatan tertulis atau melalui pengambilan dokumentasi
berupa perekaman video / audiotapes, atau foto. Dalam hal ini peneliti
melakukan wawancara kepada, kepala keluarga, anggota komunitas
Rumah Berbagi Asa, masyarakat, siswa, dan kepala sekolah SDN 59
Bonto Tengnga.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh peneliti dari sumber
yang sudah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Walaupun bukan
merupakan data utama, data sekunder tetap tidak bisa diabaikan, data
sekunder diperoleh dari buku dan jurnal, sumber dari arsip, dll yang erat
kaitannya dengan penelitian ini. Dalam hal ini penulis mengambil data
observasi lamgsung di SDN 59 Bonto Tengnga.
37
F. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen
penelitian berupa lembar observasi, panduan wawancara, dokumentasi dan
peneliti itu sendiri. sebagai pendukung dalam penelitian. Adapun instrumen
yang di maksud adalah sebagai berikut:
1. Catatan Lapangan, berisi catatan yang diperoleh peneliti pada saat
melakukan pengamatan langsung dilapangan.
2. Pedoman wawancara, berisi seperangkat daftar pertanyaan peneliti
sesuai dengan rumusan masalah pertanyaan.
3. Kamera yang digunakan ketika penulis melakukan observasi untuk
merekam kejadian yang penting pada suatu peristiwa baik dalam
bentuk foto maupun video.
4. Telpon genggam untuk recorder. Recorder digunakan untuk merekam
suara ketika melakukan pengumpulan data, baik menggunakan metode
wawancara, observasi dan sebagainya.
5. Pulpen dan buku yang digunakan untuk menuliskan informasi data
yang didapat dari narasumber.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan, Sugiyono, (2016: 308).
38
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai
sumber, dan berbagai cara. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara
pemusatan perhatian secara teliti terhadap suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indra (pengamatan langsung).
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik yang dilakukan oleh peneliti
melalui tatap muka berulang antara peneliti dengan subjek penelitian,
dalam rangka memahami pandangan subjek mengenai hidupnya,
pengalamannya, ataupun situasi sosial sebagaimana diungkapkan dalam
bahasanya sendiri. Adapun teknik wawancara terstruktur dan mendalam
yakni dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan sesuai
dengan permasalahan yang diteliti. Keberhasilan suatu wawancara
sangat ditentukan oleh beberapa faktor yaitu :
a. Informan, merupakan kunci utama dalam wawncara yang
memberikan informasi yang dibutuhkan. Selain itu informan
diharapkan dapatmemberi informasi mengenai data yang diperlukan,
bersedia melakukannya secara jujur dan mau memberikan fakta yang
sebenarnya kepada peneliti.
b. Pewawancara, dituntut menjalin suasana keakraban dengan informan
melalui teknik dan cara-cara tertentu.
39
c. Topik wawancara, ini sanagt menentukan tertarik atau tidaknya
seorang informan untuk memberikan keterangan.
d. Situasi yang tepat untuk melakukan wawancara juga perlu
diperhatikan.
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan
data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Data-data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen tersebut merupakan data sekunder.
Teknik dokumentasi atau penggunaaan dokumen sebagai data penelitian,
juga memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan teknik
pengumpulan data lainnya. Tidak semua konsisi dan kejadian (peristiwa)
pada masa tertentu terekam secara indrawi dan seluruhnya mampu
tersimpan dalam memori setiap orang. Karena itu, dokumen memegang
peranan penting untuk penjaringan data terutama bagi peristiwa atau
kejadian masa lampau.
Dalam hal ini peneliti akan menggunakan dokumen-dokumen/file-
file dari instansi tertentu serta dokumentasi gambar saat peneliti
melakukan wawancara langsung dengan informan.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,
penjabaran kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,
40
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga muda dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Teknik analisis data yang dipakai penulis adalah analisis data berlangsung
atau mengalir (Flow Model Analysis). Ada beberapa langkah-langkah yang
dilakukan pada teknik anlisis data tersebut yaitu mengumpulkan data,
reduksi data, display data dan verifikasi/menarik kesimpulan.
1. Data Reduction (reduksi data), semua data yang diperoleh dilapangan
akan ditulis dalam bentuk uraian secara lengkap dan banyak.
Kemudian data tersebut direduksi yaitu data dirangkum, membuat
kategori, memilih hal-hal yang pokok dan penting yang berkaitan
dengan masalah. Data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dari hasil wawancara dan observasi.
2. Data Display (penyajian data), setelah melakukan reduksi data,
peneliti selanjutnya melakukan tahap ke dua yakni penyajian data
dimana data dan informasi yang sudah diperoleh di lapangan
dimasukkan ke dalam suatu bentuk tabel.
3. Conclusion drawing/verification (menarik kesimpulan/verifikasi)
setelah penyajian data, peneliti kemudian menginterpretasi atau
menyimpulkan data-data atau informasi yang telah di reduksi dan di
sajikan.
I. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data adalah upaya yang dilakukan dengan cara menganalisa
atau memeriksa data, mengorganisasikan data, mencari dan menemukan
41
pola, menemukan apa yang penting berdasarkan kebutuhan dalam penelitian
dan memutuskan apa yang dapat dipublikasikan. Langkah analisis data akan
melalui beberapa tahap yaitu, mengelompokanya, memilih dan memilah data
lalu kemudian menganalisanya. Untuk memperkuat keabsahan data, maka
peneliti melakukan usaha-usaha yaitu diteliti kredibilitasnya dengan
melakukan teknik sebagai berikut:
1. Trianggulasi
Triangulasi dalam pengujian keabsahan data ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara berbagai
waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan waktu, Sugiyono (2016:372).
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji keabsahan data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Data yang diperoleh dari sumber yang berbeda, tidak bisa
dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi
dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang
berbeda, dan mana spesifik dari sumber data tersebut. Data yang
telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan selanjutnya diminta kesepakatan dari sumber tersebut.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji keabsahan data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
42
yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek
dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga
teknik keabsahan data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-
beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber
data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana
yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut
pandangya berbeda-beda.
c. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi keabsahan data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara
sumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data
yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka
pengujian keabsahan data dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam
waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data
yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga
sampai ditemukan kepastian adanya.
Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil
pnelitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan
pengumpulan data. Selain itu triangulasi juga dapat dilakukan
dengan cara :
1) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
43
2) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang saling berkaitan.
3) Mengadakan perbincangan dengan banyak pihak untuk
mencapai pemahaman tentang suatuatau berbagai hal.
2. Menggunakan Bahan Referensi
Sugiyono (2016: 375) mengungkapkan bahwa yang dimaksud
dengan bahan referensi disini adalah adanya pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Alat-alat bantu
perekam data dalam penelitian kualitatif, seperti kamera, handycame,
alat rekam suara sangat diperlukan untuk mendukung keabsahan dat
yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan penelitian, sebaiknya
data-data yang dikemukakan perlu dilengkapai dengan foto-foto atau
dokumen autentik, sehingga lebih dapat dipercaya.
J. Etika Penelitian
Peneliti menjamin hak-hak informan dengan terlebih dahulu melakukan
informed consent (izin informan) sebelum melakukan wawancara. Informan
berhak menolak atau tidak bersedia menjadi subjek penelitian. Dalam
meminta persetujuan dari informan menjelaskan terlebih dahulu topik, tujuan
penelitian, teknis pelaksanaan penelitian, dan hak-hak informan.
Peneliti menjaga kerahasiaan identitas informan dengan cara
menggunakan nama samaran dalam bentuk inisial, tidak menyebutkan
identitas informan dalam laporan penelitian. Hasil penelitian hanya
digunakan untuk perkembangan dunia pendidikan dan tidak dipublikasikan.
44
BAB IV
SEJARAH UMUM SDN 59 BONTO TENGNGA
DAN SEJARAH KOMUNITAS RUMAH BERBAGI ASA
A. SEJARAH LOKASI PENELITIAN SDN 59 BONTO TENGNGA
Desa Patanyamang berasal dari bahasa “Dentong” (Makassar) yang
terdiri dari dua suku kata yaitu, Patang artinya memiliki, dan Nyamang
artinya rasa nyaman. Menurut sejarah, pada zaman sebelum kemerdekaan
Patanyamang adalah sebuah kampung yang berada di bawah kekuasaan
kerajaan Gowa. Pada waktu itu keturunan Raja Gowa hujrah mencari tempat
yang aman. Menurut cerita orang terdahulu, setelah mendiami kampung ini
mereka merasa aman dan hidup damai, sehingga dijuluki “Patangnyamang”
yang memiliki arti kampung yang memiliki kenyamanan.
Sejarah singkat Pemeritahan Desa. Patanyamang pada masa silam disebut
koordinator dibawah wilayah kekuasaan Distrik Camba, Patanyamang pada
saat itu terdiri dari beberapa kampung diantaranya kampung, Lalang Bata,
kampung Sahedatu, dan Kampung Bonto Tengnga yang dipimpin oleh
pemangku adat yang bergelar Karaeng. Kemudian pada tahun 1958 Desa
Patanyamang terbentuk dan untuk pertama kalinya dipimpin oleh Ahmad
Bauzat Karaeng Tau yang berkedudukan di Lalang Bata dibawah wilayah
Pemerintahan Kecamatan Camba, dan ketiga kampung tersebut di ubah
namanya menjadi Dusun Lalebata, Dusun Mangngai dan Dusun
Bontotangnga. Dan pada tahun 1982 untuk pertama kalinya diadakan
44
45
pemilihan Kepala Desa secara langsung dan terpilih pada saat itu adalah
Tenrigau.
Sejarah singkat SDN 59 Bonto Tengnga, pada tahun 1962 bangunan
SDN 59 Bonto Tengnga di bangun yang awalnya masyrakat hanya belajar di
kolom rumah warga dengan tenaga pengajar hanya terdiri satu orang, SDN
59 Bonto Tengnga sudah dibangun pada tahun 1962 dengan luas tanah
1,368 M dan mempunyai visi dan misi yaitu:
Visi: menjadikan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas,
kreatif, inovatif, berdaya saing, berprestasi dan berbudaya yang dilandasi
iman dan taqwa.
Misi:
a) Melaksanakan PBM dengan memperdayakan potensi yang ada.
b) menyiapkan dan memberi bekal oengetahuan agar peserta didik
memliki intelektual yang berkualitas, serta dapat diandalkan.
c) Mendidik dan membimbing agar peserta didik senantiasa beriman dan
bertaqwa serta memiliki kepribadian dan pekerti luhur.
d) Menumbuhkan sikap disiplin yang didasari rasa tanggung jawab.
e) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan selutuh
komponen yang terkait.
f) Menciptakan lingkungan sekolah yang indah dan menyenangkan.
g) Meningkatkan suasana kekeluargaan baik dalam lingkungan sekolah
maupun dalam lingkungan masyarakat.
46
1. Keadaan Geografis
Desa Patanyamang merupakan daerah dataran tinggi. Dari delapan
daerah wilayah administrasi yang ada semuanya mempunyai topografi
lembah dan berbukit dengan ketinggian terendah 310-750 m diatas
permukaan laut. Luas Kecamatan Camba sekitar 145,36 Km². Sebelah
barat perbatasan dengan Kabupaten Pangkep, sebelah Timur berbatasan
dengan Kabupaten Bone, sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan
Mallawa, dan Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cenrana.
Wilayah Kecamatan Camba termasuk daerah dataran tinggi yang
beriklim sejuk. Dataran Camba berada sekitar 340 meter diatas
permukaan laut Ibu kota daerah ini berada di Cempaniga dengan jarak 47
km dari kota Turikale yang merupakan ibu kota dan pusat pemerintahan
Kabupaten Maros. Jarak udara dari Camba menuju Kabupaten Maros
adalah sekitar 32 km namun jika ditempuh jalur darat menjadi 48 km.
Jarak dari Camba menuju Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan adalah 78
km melalui jalan darat. Dan jarak dari Camba menuju Kabupaten Bone
adalah 98 km.
Gambar 1.2 Peta Kecamatan Camba
47
2. Keadaan Penduduk
Penduduk Kecamatan Camba Tahun 2011 sebanyak 12.575 jiwa.
yaitu laki-laki sebanyak 6.092 jiwa dan perempuan 6.483 jiwa. Rasio
jenis kelamin (Sex Ratio) sekitar 94, hal ini menunjukkan bahwa dari
setiap 100 orang perempuan terdapat 94 laki-laki. Penduduk terbanyak
berada pada Desa Sawaru sebanyak 2.108 jiwa dan terkecil sebanyak
1.159 jiwa berada pada Desa Benteng. Jumlah rumah tangga sebanyak
3.344 dengan kepadatan penduduk sebesar 86,51 jiwa/km2, mayoritas
warganya berasal dari Suku/Etnis Bugis-Makassar. Penduduk Kecamatan
Camba sebagian besar pemeluk Agama Islam yaitu 12.573 jiwa dan
Protestan sebanyak 2 jiwa. Fasilitas ibadah masingmasing seperti Masjid
33 buah, langgar/surau/musallah 14 buah. Struktur umur penduduk
Kecamatan Camba baik laki-laki maupun perempuan terbanyak tersebar
mulai pada kelompok umur antara 0-4 tahun sampai dengan 30-34 dan
mulai pada kelompok umur 35-39 mulai menurun.
3. Keadaan Pendidikan
Peranan sektor pendidikan bagi suatu bangsa sangat menentukan,
dalam rangka mencapai kemajuan disemua bidang kehidupan, utamanya
peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Keberadaan sekolah merupakan hal
terpenting bagi penduduk untuk memperoleh pendidikan formal. Junlah
fasilitas/ sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Camba yaitu Taman
Kanak-kanak sebanyak 15 buah, Sekolah Dasar Negeri dan Inpress
sebanyak 21 buah, Sekolah Menengah Negeri dan Swasta 3 buah,
48
Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta 2 buah. Sekolah Pendidikan
Agama Islam di Kecamatan Camba hanya terdapat Madrasah Ibtidaiyah
dan Tsanawiyah masing-masing sebanyak 1 buah dan 2 buah.
Pada umunya penduduk usia sekolah yang akan melanjutkan
pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, dalam hal ini perguruan Tinggi/
Universitas mereka melanjutkan ke kota makassar atau ke kecamatan lain
di Kabupaten Maros yaitu Kecamatan Mandai serta Kecamatan Turikale.
Karena keberadaan perguruan tinggi/ Universitas Kecamatan Camba
belum tersedia Kecuali Universitas Terbuka. Adapun presentase melek
huruf penduduk Kecamatan Camba yang berumur 5 tahun ke atas
mencapai 86,01%, hal ini menunjukan bahwa sebagian besar penduduk
kecamatan Camba sudah mampu membaca dan menulis.
B. SEJARAH RUMAH BERBAGI ASA
Komunitas Rumah Berbagi Asa adalah komunitas yang bergerak dalam
bidang Sosial Edukasi dengan mayoritas anggota adalah mahasiswa dari
berbagai Universitas Negeri maupun Swasta yang berada di Kota Makassar.
Komunitas ini sebagai wadah untuk berbagi kepada sesama. Berbagi dalam
hal ini adalah berbagi ilmu kepada masyarakat dan anak-anak negeri yang
ada di wilayah Sulawesi Selatan yang kiranya memiliki keterbatasan dalam
memperoleh pengetahuan yang sifatnya selalu berkembang. Komunitas ini
awalnya bernama CSC (Campus Sharing Community) dan akhirnya
terbentuk pada tanggal 25 januari 2015 manjadi Rumah Berbagi Asa.
Meskipun tergolong komunitas yang muda, namun komunitas ini sudah
49
melakukan kegiatan berbagai kegiatan yang bersifat inspiratif untuk
generasi muda yang ada di Kota Makassar. Beberapa kegiatan yang
dilaksanakan telah berhasil menembus beberapa media online maupun
pertelevisian lokal di Kota Makassar.
1. Visi dan misi Rumah Berbagi Asa
Visi
Mencerdaskan bangsa dengan pengabdian melalui pendidikan dan
berakhlak multikultural dan global.
Misi
1. Menjaring relawan yang memiliki loyalitas tinggi terhadap dunia
pendidikan dan sosial indonesia
2. Menumbuhkan paradigma kritis relawan dalam merespon isu
pendidikan dan sosial yang ada di Indonesia.
3. Melakukan pembinaan dan menumbuhkembangkan daya kreatifitas
relawan dan masyarakat.
Motto
Kami ada karena itu kami berbagi
2. Lokasi Sekolah Binaan Rumah Berbagi Asa
Lokasi sekolah binaan terdapat di wilayah Dusun Bonto Tengnga, Desa
Pattanyamang, Kecamatan Camba, Kabupaten Maros. Lokasi tersebut
menjadi sasaran Rumah Berbagi Asa dalam memberikan perhatian
pendidikan kepada anak-anak pelosok di Desa tersebut.
50
Dari lokasi tersebut yang menjadi fokus penelitian penulis adalah SDN
59 Bonto Tengnga yang berada pada Dusun Bonto Tengnga. Lokasi ini
menjadi fokus penelitian karena minimnya mutu pendidikan di SDN 59
Bonto Tengnga. Maka dari itu Rumah Berbagi Asa memilih SDN 59 Bonto
Tengnga, karena layak dijadikan binaan karena minimnya sarana prasarana
dan kurangnya perhatian dari pemerintah.
3. Tujuan Komunitas Rumah Berbagi Asa
Tujuan Komunitas Rumah Berbagi Asa adalah sebagai wadah untuk
berbagi kepada sesama, berbagi ilmu pada masyarakat dan anak-anak negeri
yang ada di Sulawesi Selatan yang kiranya memiliki keterbatasan dalam
memperoleh pengetahuan yang sifatnya selalu berkembang.
4. Struktur Komunitas Rumah Berbagi Asa
Komunitas Rumah Berbagi Asa terdiri atas Struktur Founder, Tetua,
Pengurus dan Panitia. Founder Rumah Berbagi Asa adalah pendiri
Komunitas yakni Ainul Yaqin Wahyudin , Asrianto, Nur Aisyah dan
Aisyah Aminny. Tetua adalah penasihat pengurus, sedangkan pengurus
Rumah berbagi Asa terdiri dari Kepala Keluarga, Paman 1, Paman 2,
Sekretaris, Bendahara, Kepala Kampung. Devisi Komunitas Rumah Berbagi
Asa terdiri enam divisi yaitu, divisi Keilmuan, divisi Dana dan Usaha, divisi
Kreatifitas, divisi Humas, dan divisi Pemberdayaan.
51
Gambar 1.3 Struktur Rumah Berbagi Asa
Struktur kepanitiaan tahun 2019 diketuai Oleh Nur Salam sebelumnya
pernah menjadi relawan atau pendidik yang ditempatkan di SDN 59 Bonto
Tengnga pada Tahun 2019. Ada 2 paman yaitu Paman 1 Rahmat Mansyur
sebagai internal komunitas, Paman 2 Suryadi sebagai Eksternal Komunitas,
Sekretaris A.Rezky Muwardani A, yang mengurus segala administrasi dan
persuratan, dan Bendahara Dian Ekawati yang mengatur dana dan
pemasukan dan pengeluaran kegiatan dan Kepala Kampung Muh. Yudi
Satriawan sebagai wakil Kepala Keluarga.
Kepala Keluarga, Sekretaris dan Bendahara dibantu oleh beberapa
relawan dari Komunitas Rumah Berbagi Asa dan dari pengurus Rumah
Berbagi Asa tahun 2020 dibagi menjadi beberapa divisi. Divisi Keilmuan
adalah tim Silabus dan RPP yang nantinya akan digunakan dalam proses
belajar mengajar maupun Narasi Desa maupun Kreatif Warga, Membuat
Rapor mini, dan Dialog keilmuan. Anggota divisi Keilmuan Fathul Rasyid,
Paman 1 Paman 2 Sekretaris
Kepala Keluarga
Bendahara
Kreatifitas Keilmuan Dana dan Usaha
Humas Pemberdayaan
52
Nirmala, Nurul Insani, Sumardi, A.Muh. Saleh, Astuti Aziz. Eka Jayanti
Kining, Raden Ayu D.A, Rahmawati, Dhiyaul Khairah, Ekho Arianto.
Selanjutnya divisi Dana dan Usaha, fungsinya mencari dana dengan
cara menyebarkan proposal kegiatan yang sudah ada perusahaan-perusahaan
atau instansi-instansi yang biasa menjadi donatur, serta membuat kretifitas
yang bisa menjadi nilai jual seperti menjual baju bekas (RBA Shop),
Tabungan Asa, Penggalangan dana dan Bazar. Anggota divisi adalah
Mujahidah, Muh Ilman Fahmy, Nur Sarah, Ayu Puspita Sari.
Kemudian divisi Kreatifitas dengan anggota yaitu Odivia A.S,
Muh.Yasin Ansur, Fauzy Ahmad, Yuli Sullaila, Muh.Ayyun.Q, Nur Alif
Bashar, Mega Yunita, Rina Karnia Amir, Muh.Jamil R, Nur Fauzan, Citra
Aulia T, Nur Hikma, Amalia Rezqi. Divisi Kreatifitas berfungsi
meningkatkan kreatifitas siswa(i) di Desa binaan dan Kakak Guru. Kreatif
Warga yaitu program yang dibenuk sebuah tim setiap pemberangkatan dan
melakukan pemberdayaan masyarakat di Desa binaan dengan melihat
potensi yang berpeluang dikembangkan di Desa binaan dan juga
manfaatkan SDA seabagai sarana wirausaha dan membuat satu produk
industri lokal yang kreatif dan memiliki nilai jual.
Selain itu divisi Humas terdiri dari anggota, Muh Taufik, Rasyida Fikri
A, Lika Annisa NR, Andi Fajriah T, Ayuliana, Nurfaidah Aurora H,
Jumriana, Suci Alifyanti, Marsella, Awwal Nur Waqil, Dian Pratiwi, Afif
Syah M, Adhiansyah, Ana Wijaya R. Divisi Humas berfungsi membuat
banner, pamflet, mendokumentasikan setiap kegiatan Rumah Berbagi Asa
53
dan menyebar informasi baik dimedia sosial maupun secara langsung,
menyebar undangan dan mengurus peminjaman tempat, dan menjaga
hubungan baik antara kakak guru Rumah Berbagi Asa.
Terakhir divisi Pemberdayaan yang anggotanya, Mawan Sukandi, Muh
Alif Tunru, Hikmawati Sopyan, Sandi Aras, Fajrul Hidayat L, Iin Husain,
Indrawati Satria I, Muh.Wisnu, Evan Saputra, Astisa, Muh Ilham, Nur
Fajrianir, Khaerunnisa, Nurul Khalizah K, Kiki Fatmawati. Divisi
Pemberdayan berfungsi sebagai membuat kegiatan tahunan seperi Kelas
Kakak Guru, Fun Olahraga, Back to Village, Jappa-jappa.
5. Program Komunitas Rumah Berbagi Asa
Rumah Berbagi Asa Memiliki program kerja yang dilaksanakan di Desa
Pattanyamang Kecamatan Camba Kabupaten Maros. Program-program
tersebut di bagi menjadi antara lain:
1. Simulasi dan Milad
Simulasi adalah kegiatan awal yang dilakukan sebelum
menjalankan program kakak guru dengan mengajar di sekolah
menggunakan silabus yang sebelumnya telah disusun oleh devisi
Keilmuan. Simulasi ini dilakukan mengetahui apakah silabus yang telah
disusun sesuai dengan kemampuan siswa di Desa yang akan dibina. Di
simulasi juga program Narasi Desa dan Kreatif Warga akan mulai
dijalankan.
54
2. Kakak Guru
Kakak Guru merupakan kegiatan tahunan yang dilakukan di peloso
daerah secara secara berkesinambungan. Kegiatan tersebut meliputi
proses mengajar di Sekolah baik di kelas formal maupun non formal.
Kegiatan ini merekrut relawan baru yang akan menjadi bagian dari
Kakak Guru Rumah Berbagi Asa.
3. RBA Care
RBA Care merupakan kegiatan sosial yang dilaksanakan di bulan
ramadhan baik itu kegiatan donasi, buka puasa bersama, sahur on The
Road, serta kegiatan yang berbasis diskusi edukasi dan lain-lain
disesuaikan dengan tempat dan kondisi dimana kegiatan
dilaksanakan(tergantung inovasi)
4. Kolaborasi
Kolaborasi merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk
kerjasama komunitas/organisasi kegiatan ini menjadi wadah untuk
sharing
5. Eduinland
Edu in Land merupakan bentuk kepedulian terhadap pendidikan dan
pemberdayaan masyarakat. Eduinland ini merupakan kegiatan penutup
setelah kurang lebih 5x dibina oleh kakak Guru Rumah Berbagi Asa yang
berlangsung selama 1 minggu di Desa binaan. Kegiatan ini salah satu
solusi untuk membangun karakter dan kreativitas di Desa binaan.
55
6. Piknik
Piknik (Musyawarah Besar) adalah kegiatan yang didalamnya yang
membahas Laporan Pertanggung Jawaban pengurus selam periode
menjabat, pembahasan akta keluarga
(AD/ART) dan untuk memilih kepala keluarga periode selanjutnya
beserta jajarannya.
6. Sumber Dana
Sumber dana Rumah Berbagi Asa berasal dari Donasi dari Dinas
Pendidikan dan Dinas Sosial berupa pakaian sekolah, buku-buku. Selain itu
Rumah berbagi Asa mebuat kreatifitas seperti menjual baju bekas
sebagaipenambahan dana tersebut kemudian disimpan dan dikelola oleh
bendahara dan dipergunakan untuk operasional.
56
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Dampak Minimnya Mutu Pendidikan
Pendidikan sangat berperan penting dalam mengembangkan sumber
daya manusia. Melalui pendidikan dapat diciptakan generasi yang unggul
dan kompetitif yang berkualitas dalam menghadapi tantangan yang terjadi di
masa akan datang.
Pendidikan masih menjadi momok yang menakutkan di Indonesia,
tidak bisa dipungkiri, kualitas berbeda antar sekolah menjadikan tidak
semua anak bangsa memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh
akses pendidikan. Adanya jurang pemisah pendidikan kota dan desa dan
sangat terlihat jelas sekali. Tidak meratanya mutu pendidikan merupakan
suatu masalah yang belum terselesaikan karena minimnya sarana prasarana
yang ada di desa, mayoritas guru tersentral masih tersentral di kota-kota
juga merupakam dampak minimnya mutu pendidikan.
Di SDN 59 Bonto Tengnga Desa Pattanyamang mutu pendidikan masih
sangat minim. Maka penulis mengumpulkan informasi terkait minimnya
mutu pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga.
Dalam proses penelitian ini dimana salah satunya adalah observasi
lapangan, wawancara dengan didasarkan pada pengamatan. Wawancara
dilakukan di SDN 59 Bonto Tengnga dan Kepala UPTD SDN 59 Bonto
Tengnga. Data hasil observasi sebagai berikut:
56
57
“Dampak dari minimnya mutu pendidikan menurut saya yaitu sangat berdampak pada anak-anak di pelosok karena dari minimnya mutu pendidikan mereka tidak bisa mendapatkan pembelajaran seperti yang didapatkan anak sekolah di Kota, pendidikan di pelosok terkendala dengan akses jalan, akses jaringan, guru-guru hanya menggunakan buku tidak seperti guru yang ada dikota semua berbasis internet jadi semakin modern model pembelajarannya, sedangkan di Desa hanya menggunakan buku itupun masih pakai buku-buku lama. Dari keterampilan tenaga pengajar kami kurang karena itu terkendala pada akses jaringan jadi kami kurang berinovasi mengajar seperti yang guru-guru lain ajarkan. Pengetahuan kami sangat terbatas”. (Wawancara dengan ibu Hj.Marlia S.Sos, 08.06, pada tanggal 03 Oktober 2020).
Maksud dari kutipan diatas adalah, dampak minimnya mutu pendidikan
sangat berpengaruh besar pada anak-anak karena tidak bisa mendapatkan
pembelajaran yang baik seperti yang didapatkan oleh anak-anak di kota.
Minimnya mutu pendidikan karena akses jalan dan akses jaringan membuat
guru kurang berinovasi dalam pembelajaran, karena hanya menggunakan
buku-buku itupun masih memakai buku-buku edisi lama. Tidak seperti yang
ada di Kota guru-guru bisa mengakses pembelajaran yang inovatif, kreatif
dan efektif melalui media-media yang bisa menarik semangat anak-anak.
Seperti yang diungkapkan oleh Tetua Rumah Berbagi Asa:
“Bagi saya dampak dari minimnya mutu pendidikan disana itu berdampak langsung pada perkembangan siswa dimana siswa itu sudah bisa cerdas tapi karena mutu pendidikannya masih kurang jadi kecerdasan harus terlambat terlebih lagi gurunya yang mungkin kurikulumnya masih belum terlalu diperhatikan kemudian kehadiran gurunya terbilang minim makanya mereka terlambat. Saya percaya mereka pintar anak-anaknya karena asupan nutrisinya baik. Tapi itulagi minimnya mutu pendidikan itu hambatan mereka untuk cerdas mereka mungkin bisa jadi pintar tapi sebenarnya mereka lebih pintar lebih awal sebenarnya”. (Wawancara dengan Andi Muhaimin Darwis, 20.00, pada tanggal 01 Oktober 2020).
58
Secara eksternal komponen masukan (input) yang sangat berpengaruh
pada peningkatan mutu pendidikan karena ketersediaan pendidik yang tidak
memadai, sarana prasarana yang tersedia di dapat digunakan secara optimal
serta proses belajar mengajar yang efektif dan efisien namun beberapa hal
diatas belum di rasakan oleh sekolah pelosok. Yang menjadi persoalan
penghambat proses pembelajaran yang berakibat tidak berjalannya aktivitas-
aktivitas pendidikan secara lancar dan mempengaruhi kualitas masukan
pendidikan yang diterima oleh siswa serta outputmya.
Tidak meratanya ketersediaan sarana dan prasarana serta tenaga
pengajar mengakibatkan minimnya mutu pendidikan yang dirasakan.
Umumnya minimnya mutu pendidikan ini biasa dirasakan di sekolah
pedesaan, karena jika kita mau bandingkan jumlah guru yang ada di Desa
jauh lebih sedikit dengan guru yang ada di perkotaan. Dengan keterbatasan
tenaga pengajar, sarana prasarana menimbulkan anak-anak di daerah
pelosok kurang mendapatkan pembelajaran yang layak dan sangat
berdampak pada minimnya mutu pendidikan. Seperti yang diungkapkan
oleh Kepala Keluarga Rumah Berbagi Asa:
“Dampak minimnya mutu pendidikan poin pertama yang saya baca ketika akses sulit dijangkau jadi dampak pertama minimnya mutu pendidikan karena buku-buku yang disalurkan atau alat-alat belajar sulit disalurkan, yang kedua internet karena kan sekarang kita berada zaman modernisasi, internet jadi kebutuhan. Alasan karena minimnya mutu pendidikan karena internet jadi kurangnya informasi guru-guru. (Wawancara dengan Nur Salam pada tanggal, 10 September 2020).
59
Maksud dari kutipan diatas adalah, dampak minimnya mutu pendidikan
yang pertama adalah masalah tenaga pengajar yang masih sangat terbatas
dan kurang inovatif dalam proses belajar mengajar karena terkendala pada
akses jaringan yang tidak memadai. Hal-hal yang berkaitan dengan
pembelajaran tidak bisa di sharing melalui internet. Yang kedua akses jalan
menuju desa, karena sangat jauh dari pusat kota fasilitas-fasilitas pendidikan
seperti buku-buku tidak bisa disalurkan ke sekolah.
Dampak dari minimnya mutu pendidikan adalah distribusi guru tidak
merata. Kapasitas tenaga pengajar menjadi masalah dalam minimnya mutu
pendidikan karena tenaga pengajar yang terpenting dalam pendidikan.
Tenaga pengajar yang melakukan aktivitas mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, serta mengevaluasi siswa
dalam rangka mengembangkan kecerdasan siswa(i). Apabila tenaga
pengajar tidak memadai tidak ada pula yang memberikan pengetahuan
kepada siswa. Pada umumnya dampak minimnya mutu pendidikan
disebabkan karena minimnya akses menuju desa, menuju sekolah serta
keterbatasan akses jaringan internet dan komunikasi mengakibatkan guru
tidak minat mengajar di desa dan cenderung lebih memilih mengajar di
Kota.
Selanjutnya dampak dari minimnya mutu pendidikan karena minimnya
sarana prasarana yang menyebabkan kendala sulitnya memajukan kualitas
sumber daya manusia. Dengan keadaan yang sangat terbatas atau mungkin
kekurangan siswa(i) khususnya daerah pelosok/pedesaan tidak merasakan
60
fasilitas yang baik seperti yang ada di perkotaan. Contoh seperti ruang
belajar yang memadai,fasilitas internet, buku-buku dan lain-lain. Padahal
dengan sarana prasarana bagian terpenting dari standar pendidikan. Media
pembelajaran yang berperan dalam kegiatan belajar mengajar seperti alat
peraga, papan tulis dan lain-lain. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala
UPTD SDN 59 Bonto Tengnga:
“Mutu pendidikan yang baik menurut saya adalah sekolah yang mendapatkan hak pendidikan yang baik seperti dalam fasilitas pendidikan setara dengan apa yang didaptkan di Kota. Mutu pendidikan yang baik adalah dilihat dari kapasitas tenaga pengajar. Tidak hanya itu karena tenaga pengajar menjadi suatu masalah yang utama dari dampaknya minimya mutu pendidikan. Serta sarana dan prasaran juga menjadi masalah dari minimnya mutu pendidikan. Seperti di SDN 59 Bonto Tengnga sarana prasarana masih terbilang minim karena ruangan masih belum cukup dipakai, jadi kelas di gabung dalam 1 ruang. Papan tulis sebagian masih memakai kapur, lantai sudah bolong-bolong. Atap sudah bolong juga, buku-buku masih edisi lama, serta perpustakaan digabung dengan ruang guru karena bangunan kelas tidak cukup. Menurut saya pendidikan disini masih sangat minim karena itu juga masakah jaringan jadi guru-guru tidak bisa sharing di internet masalah pembelajaran jadi kita pakai buku saja, saya rasa untuk sekarang belum efektif cara kami mengajar. Tapi semenjak ada kakak guru dengan membawa hal-hal baru, media pembelajaran yang menarik anak-anak lebih semangat belajar dari yang saya lihat. Media memang sebagai pendukung dalam pembelajaran yang menarik”. (Wawancara dengan Ibu Hj.Marlia S.Sos pada tanggal, 3 Oktober 2020).
Maksud dari kutipan diatas adalah, mutu pendidikan yang baik apabila
fasilitas-fasilitas pendidikan memadai seperti halnya fasilitas pendidikan
yang ada di perkotaan. Antara lain seperti buku-buku, ruang kelas yan
memadai dan lai-lain. Tenaga pengajar menjadi pemicu minimnya mutu
61
pendidikan sebab tenaga pengajar adalah kunci dari tercapainya
pembelajaran yang efektif, jika gurunya tidak memenuhi kapastitas seorang
pendidik maka tidak bisa mencapai mutu pendidikan yang baik.
Kurang meratanya kesediaan sarana prasarana serta tenaga pengajar
mengakibatkan minimya mutu pendidikan. Pada umumnya perbedaan
pendidikan di kota dan di desa terlihat dari jumlah guru yang mengajar di
desa jauh lebih sedikit dar kota. Dengan keterbatasan tenaga pengajar dan
sarana prasarana demikian menyebabkan anak-anak daerah kurang
mendapatkan edukasi pendidikan yang baik. Seperti yang dijelaskan oleh
salah satu tenaga pengajar di SDN 59 Bonto Tengnga:
“Dampak minimnya mutu pendidikan menurut saya. Sangat berdampak pada anak-anak karena kenapa, anak-anak saya lihat sebelum adanya Rumah Berbagi Asa semangat belajarnya sangat kurang mereka terkadang tidak datang sekolah paling mereka datang 3 kali seminggu ji karena itu tadi tidak ada daya tarik nya mereka untuk belajar karena guru-guru juga sehari hanya 2 tenaga pengajar jadi mungkin disitu anak-anak juga ma;as sekolah karena pengaruh tenaga pengajar kurang disisi lain juga tidak ada daya penarik mereka untuk belajar”. (Wawancara dengan ibu Mujaidah, 11.31, pada tanggal 22 September 2020).
Hal serupa juga yang diungkapkan oleh Kepala Dusun Bonto Tengnga:
“Dampak nya menurut saya yaitu sangat berdampak pada sekolah, guru dan siswa. Yang pertama pada sekolah karena sekolah sangat kurang dalam sarana prasarana nya kelas masih ada yang digabung, perpustakaan nya digabubg sama ruang Kepala Sekolah dan ruang guru, buku-buku kurang di perpustakaan, WC juga tidak ada. Tenaga pengajar sekolah sangat sedikit, yang saya liat juga anak-anak setelah lulus SD mereka tidak ada mau lanjut sekolah karena mungkin tidak ada motivasi yang mereka dapatkan”. (Wawancara dengan pak Abd.Gafur, 08.00, pada tanggal 15 September 2020).
62
Dari semua hasil penelitian penulis mengambil kesimpulan, kurangnya
tenaga pengajar. Salah satu penyebab ketimpangan minimnya mutu
pendidikan karena distribusi tenaga pengajar yang tidak merata. Jumlah
guru belum memadai sudah ditemukan d daerah desa dan khususnya desa-
desa terpencil. Di daerah kota justru jumlah tenaga pengajar menumpuk
karena kelengkapan fasilitas pendidikan oleh karena itu guru tersentral
mengajar di kota daripada di desa-desa. Padahal kehadiran guru sangat
berperan penting pada proses pendidikan. Guru yang melakukan aktivitas
mendidik, mengajar dan membimbing apabila tidak ada guru tidak ada pula
yang berperan langsung memberikan pengetahuan pada siswa. Umumnya
kasus minimnya mutu pendidikan di sebabkan karena minimnya kases
komunikasi yang menimbulkan guru sukar mengajar di Desa-desa dan
semua cenderung memilih mengajar di perkotaan. Seperti yang diungkapkan
oleh Kordinator Divisi Keilmuan Rumah Berbagi Asa:
“Yang menjadi persoalan di SDN 59 Bonto Tengnga adalah masalah sumber daya manusia dalam hal ini gurunya masih sangat minim, itupun guru PNS nya hanya 1 kalau tidak salah selebihnya honor, itupun Guru PNS nya tempat tinggalnya jauh karena tinggal di Kota Maros. Bayangkan kalau gurunya mau ke sekolah harus melewati hutan-hutan pedalaman Bonto Tengnga makanya gurunya jarang datang karena jauh dari Sekolah”. (Wawancara dengan Fathul Risyaid, pada tanggal, 28 September 2020).
2. Upaya Komunitas Rumah Berbagi Asa dalam meningkatkan mutu
pendidikan
Upaya meningkatkan mutu pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga
bukanlah masalah yang sederhana, tetapi memerlukan penanganan yang
63
multidimensi dengan melibatkan pihak yang terkait termasuk Rumah
Berbagi Asa dengan segala macam bentuk partisipasinya. Dalam konteks ini
SDN 59 Bonto Tengnga Desa Patanyamang Kecamatan Camba Kota Maros,
merupakan sekolah yang didirikan sebagai wadah bagi anak-anak Bonto
Tengnga dalam menuntut ilmu guna menciptakan manusia-manusia
pembangunan yang seutuhnya.
Dari hasil penelitian adalah Rumah Berbagi Asa memiliki kepedulian
terhadap pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga. Upaya Rumah Berbagi Asa
dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah keterlibatan dalam hal
pembelajaran, hal ini keikutsertaan relawan dalam proses belajar mengajar
di kelas formal serta proses pengembangan minat dan bakat dalam kelas non
formal. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Keluarga Rumah Berbagi
Asa:
“Peran komunitas Rumah Berbagi Asa sebenarnya ruang lingkupnya luas, selain mengajar ada juga peran lain. Kami membawa tim dan kami bagi tim khusus mengajar ada kelas formal, non formal Sebelum mengajar formal kita mediasi mengambi sampel RPP dan silabus dan teman-teman tim RPP silabus berperan membuat silabus dan RPP untuk volunteer yang akan mengajar. Dari tim silabus itu mereka mencatat apa yang bisa diajarkan supaya tidak dobel. Kelas non formal yaitu kita ajarkan adik setelah pulang dari sekolah ada namanya kelas bahas inggris, kelas seni, kelas puisi, kelas menyanyi dan lain-lain. Bagian sosial ada Narasi Desa dan Kreatif warga, narasi desa itu teman-teman sesuai bidang keahliannya masing-masing misalnya bernarasi dia bisa menulis dan hasil tulisannya ini di publish ke media-media Rumah Berbagi Asa dan media-media seperti radio di fajar dan banyak tulisan-tulisan dibuat oleh Rumah Berbagi Asa. Selanjutnya Kreatif Warga kita melihat potensi masyarakat Desa Bonto Tengnga ketika ada hal yang bisa dikelola misalnya yang terkenal disana madu, kemiri yang kami berikan, ajarkan untuk berinovasi agar kue nya bisa menarik dan hasilnya bisa dijual di Desa
64
tetangga”. (Wawancara dengan Nur Salam pada tanggal, 10 September 2020).
Maksud dari kutipan diatas adalah, upaya Rumah Berbagi Asa dalam
meningkatkan mutu pendidikan dengan membagi relawan menjadi 2 tim
yaitu kelas formal dan kelas non formal. Kelas formal mengajar seperti
halnya guru dengan menggunakan kurikulum Rumah Berbagi Asa yang
dibuat oleh tim silabus dan RPP dari Devisi Keilmuan. Sedangkan kelas non
formal adalah kelas tambahan setelah pulang sekolah seperti kelas inspirasi,
kelas bahasa inggris, kelas sastra, kelas menari, kelas religi dan lain-lain.
Selanjutnya pada kegiatan masyarakat ada narasi desa menmbuat sebuah
tulisan mengenai kegiatan Rumah Berbagi Asa kemudian di publikasi di
sosial media Rumah Berbagi Asa. Kreatif warga adalah mengajarkan ke
warga setempat hal-hal yang baru dengan melihat potensi apa yang paling
menonjol dari sumber daya alam yang bisa dijadikan sebagai sumber
penghasilan warga. Hal serupa diungkapkan oleh Tetua Rumah Berbagi
Asa:
“Peran sebenarnya banyak, yang paling menonjol dari setiap program Rumah Berbagi Asa dalam setiap lokasi adalah meningkatkan minat belajar siswa terutama siswa-siswa Sekolah Dasar karena kehadiran guru kurang jadi mereka kalau datang sekolah tidak ada guru biasa juga tidak belajar karena itu mereka menganggap sekolah itu seperti iniji. Nah ketika kita datang disana memberikan sesuatu yang baru dengan orang-orang yang baru yang tentunya bikin mereka paham ternyata pelajaran-pelajaran seperti ini sangat menarik. Karena kita datang kesana betul-betul mencukupkan kurikulum yang sebenarnya mereka dapatkan dengan media-media belajar yang sebenarnya dimiliki oleh guru jadi mungkin kemarin gurunya sekedar mengajar saja tanpa media-media belajar kurang kemudia kita lengkapi itu sehingga mereka tertarik untuk belajar kira-kira seperti itu. Dampaknya sangat baik, semua
65
orang tua siswa mengakui itu bahwa anak-anaknya yang biasa sekolah sampai jam 1 bahkan anak-anaknya biasa tidak mau pulang bahkan sore baru mereka pulang karena suka di Sekolah karena ada agenda baru yang didapatkan”. (Wawancara dengan Andi Muhaimin Darwis, 20.00, pada tanggal 01 Oktober 2020).
Maksud dari kutipan adalah yang paling menonjol dari upaya
peningkatan mutu pendidikan Rumah Berbagi Asa adalah kelas formal yang
meningkatkan minat belajar siswa(i). Karena kehadiran guru kurang jadi
relawan Rumah Berbagi Asa menggantikan guru selam pembinaan sekolah.
Siswa(i) sangat anstusias belajar dengan kedatangan Rumah Berbagi Asa
karena mereka mendapatkan hal-hal yang baru belum dia dapatkan
sebelumnya. Relawan Rumah Berbagi Asa membuat media-media
pembelajaran menarik untun menari semangat siswa(i). Kemudian Rumah
Berbagi Asa memberikan kelas non formal setiap pulang sekolah, hal
tersebut membuat pengembangan minat dan bakat siswa(i).
Hasil yang diperoleh dengan adanya kegiatan kelas kakak guru di
Rumah Berbagi Asa adalah menjadikan anak-anak lebih percaya diri dan
megembangkan minat belajar serta mengembangkan bakat keterampilan
siswa-siswa. Hal yang dilakukan Rumah Berbagi Asa dalam meningkatkan
mutu pendidikan sebagai berikut:
a. Kakak guru (menjadi tenaga pengajar)
Tenaga pengajar adalah peran yang menjadi kunci utama kesuksesan
sistem pendidikan yan telah dibuat. Tenaga pengajar adalah titik penentu
dalam melakukan kegiatan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan..
Tenaga pengajar adalah seseorang yang menjadi penentu sekaligus
66
mengembangkan dan meningkatkan ilmu pada siswa(i) sehingga tujuan
pembelajaran tercapai. Maka dari itu pentingnya meningkatkan mutu
pendidikan dalam seluruh daerah pelosok. Hal serupa diungkapkan oleh
Founder Rumah Berbagi Asa”
“Peran Rumah Berbagi Asa di SDN 59 Bonto Tengnga saya rasa keberadaan Rumah Berbagi Asa selama 6 bulan mengajar sangat memberi kesan yang positif, terutama di minat belajar, keseriusan adik-adik Bonto Tengnga untuk sekolah. Yang awalnya mereka itu agak malas datang ke sekolah terkadang dalam 1 minggu berapa kali datang tapi setelah berkegiatan di SDN 59 Bonto Tengnga perubahan yang kami liat adalah siswa nya sudah rajin ke Sekolah, minat belajar meningkat, dan antusis intuk mengetahui hal-hal baru berkembang”. (Wawancara dengan Asrianto pada tanggal, 01 Oktober 2020).
Hal serupa Yang diungkapkan oleh Tetua Rumah Berbagi Asa:
“Program yang kami tawarkan itu banyak, jadi program pokok kita itu adalah kegiatan kakak guru, adalah program-program yang kita datang disana dengan relawan-relawan yang kita sudah tatar dahulu, kita jaring kemudian kita cari betul-betul orang yang berkompeten untuk membimbing anak-anak dipelosok. Kemudian kita bawa kesana dalam agenda kakak guru yang dilaksanakan Rumah Berbagi Asa tiap 3 bulan kemudian kita lakukan seperti biasa mengajar anak SD kemudian program tambahan kita adakan senam, ada terus ada lomba-lomba yang kita laksanakan kemudian ada juga agenda-agenda seperti itu selama 3 bulam berturut-turut. 1 kali program kakak guru membutuhkan waku 3 hari kemudian 1 bulan kedepan kita datang kembali bersama orang-orang baru lagi, angkatan baru lagi sampai 3 bulan seperti, kemudian akhir pertemuan ada kegiatan puncak bernama eduinland, itu masih rangkaian dari program kakak guru dalam rangka perpisahan kita adakan eduinland itu kita genapkan program-program ini bersama dengan program-program kemasyarakatan, seperti bakti sosial, periksa darah, bantu-bantu warga.kemudian ada lomba yang kita adakan yang inshaAllah dalam rangka betul-betul meningkatkan mutu pendidikan disana”. (Wawancara dengan Andi Muhaimin Darwis pada tanggal 01 Oktober 2020).
67
Dari semua hasil wawancara diatas, peneliti menyimpulkan bahwa
program kakak guru sebagai tenaga pengajar selam 3 hari sangat memberi
kesan positif bagi anak-anak pelosok terutama dalam minat dan belajar
siswa yang dulu hanya datang beberapa kali 1 minggu menjadi sangat rajin
datang ke Sekolah. Mereka lebih percaya diri dalam pengembangan karena
kakak guru memberikan hal-hal yang baru yang belum dia dapatkan dari
gurunya di sekolah, cara mengajar kakak guru juga berbeda karena
menggunakan media pembelajaran yang menarik agar menarik semangat
anak-anak dalam menerima pembelajaran.
b. Mengembangkan Minat dan Bakat
Bakat tidak akan berkembang manakala tidak didukunh dengan
program pendidikan yang sesuai. Sistem pengayan dengan mengadakan
kelas non formal menjadi sarana yang tepat bagi siswa untuk
mengembangkan bakatnya. Dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan
bakat dibutuhkan pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. Dalam
mengembangkan minat bajat dibutuhkan seseorang untuk membantu
apalagi dalam kalang anak-anak Sekolah Dasar.
SDN 59 Bonto Tengnga adalah salah satu sekolah yang berhasil
kegiatan pengembangan minat dan bakat siswa(i). Keberhasilan
pengembangan minat bakat dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang
diikuti siswa(i). Hal diungkapkan oleh Kepala UPTD SDN 59 Bonto
Tengnga:
“Sangat bagus karena semenjak Rumah Berbagi Asa masuk di SDN 59 Bonto Tengnga anak-anak sudah percaya diri dalam
68
hal kalau ada lomba seperti 17 Agustus mereka sudah berani tampil mengikuti lomba-lomba membaca puisi, menari, menyanyi, dan lain-lain. Kami sangat bersyukur karena mereka sudah percaya diri untuk tampil di tempat umum. Karena yang dulunya anak-anak yang malu-malu kalau ada lomba tapi sekarang alhamdulillah sangat percaya diri, itu berkat kakak guru dari Rumah Berbagi Asa”. (Wawancara dengan hj.Marlia S.Sos, 08.06, pada tanggal 03 Oktober 2020).
Hal serupa yang diungkapkan oleh Kordinator Devisi Keilmuan:
“Dengan program kakak guru kita tidak hanya mengajar kelas formal seperti Matematika, PKN, Agama, Bahasa Indonesia, tetapi kita juga mengajarkan kelas non formal kita melatih mengembangkan bakat atau kreatifitas siswa dan alhadulillah dengan adanya kelas non formal saya perhatikan anak awanlnya pemalu ketika diberikan fasilitas kelas non formal dia menjadi anak yang aktif, periang, dan bisa berinteraksi dengan teman-temannya. Karena betul-betul kelas formal ini bentuk sebagai wadah untuk mengembangkan kretifitas anak-anak pada bakat mereka. Ada yang pintar menyanyi maka dimasukan kelas paduan suara, ada yang pintar puisi maka dimasukan kelas sastra, ada yang pintar drama dimasukan kelas drama. Harapannya dengan adanya kelas non formal bisa meningkatkan mutu pendidikan anak-anak disana. Alhamdulikkah sekarang anak-anak di Bonto Tengnga sudah bisa ikut lomba 17 Agustus karena salah satunya mereka difasilitasi aktu kakak guru disana dengan kelas pramuka baris berbaris mereka sudah bisa tampil di lomba 17 Agustus di Kecamatan. Artinya kelas non formal sangat membawa pengaruh positif terhadap anak-anak di Bonto Tengnga”. (Wawancara dengan Risyaid fathul, 14.30, pada tanggal 28 September 2020).
Maksud dari kutipan diatas adalah kelas formal dan non formal sangat
berpengaruh besar pada siswa(i) karena bisa memancing perkembangan
minat dan bakat serta menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Dengan
fasilitas dari Rumah Berbagi Asa mereka sudah ikut lomba-lomba dalam
69
acara 17 Agustus jadi sangat berpengaruh kelas non formal bagi siswa(i)
SDN 59 Bonto Tengnga.
Hal yang diungkapkan oleh Founder Rumah Berbagi Asa:
“Peran Rumah Berbagi Asa di SDN 59 Bonto Tengnga saya rasa keberadaan Rumah Berbagi Asa selama 6 bulan mengajar sangat memberi kesan yang positif, terutama di minat belajar, keseriusan adik-adik Bonto Tengnga untuk sekolah. Yang awalnya mereka itu agak malas datang ke sekolah kedang dalam 1 minggu berapa kali datang tapi setelah berkegiatan di SDN 59 Bonto Tengnga perubahan yang kami liat adalah siswa nya sudah rajin ke Sekolah, minat belajar, meningkat, dan antusias untuk mengetahui hal-hal baru berkembang”. (Wawancara dengan Asrianto, 10.34, pada tanggal 24 September 2020).
Maksud dari kutipan diatas adalah keberadaan Rumah Berbagi Asa
selam 6 bulan mengajar sangat memberi pengaruh positif, terutama pada
minat belajar dan kemauan untuk sekolah yang awalnya sebelum Rumah
Berbagi Asa datang, siswa hanya beberapa kali 1 minggu saja datang
sekolah tapi setelah kegiatan mereka semakin anstusis unruk mengetahui
hal-hal yang baru.
Pengembangan minat dan bakat di SDN 59 Bonto Tengnga
dilaksanakan dengan cara sistematik untuk mencapai mutu pendidikan
yang baik. Rumah Berbagi Asa tidak hanya memberitahukan pengetahuan
akademik saja kepada siswa(i), namun juga mempersiapka mereka untuk
menatap masa depan yang lebih baik dengan memberitahukan
keterampilan atau life skill dala berbagai jenis keterampilan yang diajarkan
melalui kelas non formal.
70
Kegiatan yang dilakukan para relawan Rumah Berbagi Asa bukan
hanya mengajar menggantikan guru di sekolah tersebut selama
penempatan berlangsung. Namun para relawan juga memiliki kegiatan luar
sekolah seperti kelas Non Fomal.
3. Kondisi SDN 59 Bonto Tengnga
Kondisi fasilitas di Sekolah cukup memprihatinkan. Seperti pada SDN
59 Bonto Tengnga tempat duduk siswa sudah termasuk layak sekarang ini
karena bantuan kursi dan meja sudah ada selama Rumah Berbagi Asa
memberikan partsisipasi. Sebelumnya kondisi tempat duduknya masih
memakai kursi kayu biasa dan sebagian sudah rusak. Namun terdapat
beberapa kelas yang ukurannya sangat kecil karena di gabung menjadi 2
kelas 1 ruangan dan hanya di batasi 1 lembar tripleks tipis jadi ketika
proses belajar mengajar suara 2 kelas tergabung jadi siswa kurang fokus
memperhatikan guru. Seperti yang diungkapkan oleh Rindiani Ulfa (23):
“Sarana dan prasarana sekolah sangat memprihatinkan, yang pertama masalah bangunan sekolah masih ada yang belum cukup kelas jadi harus di tempatkan 1 ruangan 2 kelas jadi ketika kita mengajar dalam kelas suara kita terdengar di kelas 3, karena kelas 1 dan 3 digabung dalam 1 ruangan. Dalam proses belajar mengajar siswa tidak fokus dan tidak memahami apa yg kita jelaskan karena suara guru sebelah juga terdengar jadi mereka pusing mana yang mereka harus tangkap”. (Wawancara dengan Rindiani Ulfa, 09.13, pada tanggal 11 September 2020)
Maksud dari kutipan diatas adalah sarana dan prasarana sekolah
sangat minim terutama masalah bangunan karena masih ada beberapa
ruangan yang dipakai 2 kelas (digabung) jadi ketika proses belajar
71
berlangsung siswa-siswa tidak fokus pada apa yang dijelaskan oleh
gurunya karena mendengar suara guru kelas sebelah yang membuat
mereka tidak paham yang mana mereka harus tangkap. Hal serupa yang
diungkapkan oleh Andi Muhaimin Darwis (23):
“Waktu kami datang itu sudah lumayan baik karena mungkin Dana Boss nya sudah masuk sehingga ada beberapa peralatan yang mereka sudah lengkapi tapi setahu saya sebelum kami datang disana mungkin ada beberapa kelas yang masih acak-acakan kemudian salah satunya digunakan sebagai kandang Kambing. Kemudian untuk WC, siswa menggunakan WC darurat, kadang mereka numpang di rumah warga karena airnya tidak jalan. Kondisi lapangan sekolah yang lebih tinggi daripada jalanan itu memungkinkaan siswa jatuh dibawah ketika mereka main lari-lari bisa saja mereka jatuh makanya RBA membangun pagar. Kondisi siswanya kadang sebagian dari mereka tidak lengkap di seragamnya, seragamnya kadamg mereka pakai seadanya saja karena mereka tidak punya baju formal yang biasa digunakan di bangku Sekolah Dasar”. (Wawancara dengan Andi Muhaimin Darwis, 20.00, pada tanggal 01 Oktober 2020).
Maksud dari kutipan diatas adalah, kondisi pendidikan SDN 59 Bonto
Tengnga cukup miris dibandingkan dengan kota-kota, karena masalah dari
guru yang tidak setiap hari datang ke Sekolah mengajar terkendala pada
akses jalan menuju Desa. Setelah Rumah Berbagi Asa datang mengajar
fasilitas sudah lumayan baik karena peralatan-peralatan Sekolah sudah
mulai dilengkapi. Rumah Berbagi Asa juga membantu buat pagar halaman
Sekolah. Hal serupa juga yang diungkapkan oleh Risyaid Fathul (22):
“Kalau masalah kondisi kelas di Bonto Tengnga, kelasnya ada yang sudah pakai tegel ada yang masih semen, kalau dalam kondisi kelas bisa dikatakan layak, tapi yang menjadi persoalan disana masalah sumber daya manusia dalam hal ini gurunya masih sangat minim, itupun guru PNS nya hanya 1 kalau tidak salah selebihnya honor, itupun Guru PNS nya tempat tinggalnya jauh karena tinggal di Kota Maros. Bayangkan kalau gurunya
72
mau ke sekolah harus melewati hutan-hutan pedalaman Bonto Tengnga makanya gurunya jarang datang karena jauh dari Sekolah”. (Wawancara dengan Risyaid Fathul, 12.30, pada tanggal 28 September 2020).
Maksud dari kutipan diatas, masalah ruangan sudah layak meskipun
masih ada beberapa kelas yang yang digabung. Tapi yang jadi masalah
adalah tenaga pengajar yang masih minim karena guru PNS nya hanya 1
dan jarak rumah guru sangat jauh dari sekolah jadi hanya beberapa kali 1
minggu mengajar.
Keadaan Perpustakaan digabung ruang Guru dan ruang Kepala
Sekolah. Dimana hal itu menyebabkan kurangnya privasi untuk Kepala
Sekolah. Perpustkaan SDN 59 Bonto Tengnga ini kekurangan buku bacaan
karena masih memakai buku-buku edisi lama, setiap kelas permata
pelajaran hanya terdapat satu buku yang menjadi sumber belajar siswa-
siswa. Ruang baca juga sangat sempit, namun sumber bacaannya sangat
sedikit jadi jarang sekali digunakan.
4. Peningkatan Tingkat Semangat Belajar
Tingkat semangat belajar siswa-siswa SDN 59 Bonto Tengnga
sekarang sudah semakin bertambah setelah kedatangan Rumah Berbagi
Asa mengajar di SDN 59 Bonto Tengnga. Rumah Berbagi Asa bukan
hanya mengajar tapi memberi semangat agar siswa-siswa semangat ketika
dalam proses belajar mengajar ataupun luar sekolah. Seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Marlia S.Sos:
“Sangat bagus karena semenjak Rumah Berbagi Asa masuk di SDN 59 Bonto Tengnga anak-anak sudah percaya diri dalam hal kalau ada lomba seperti 17an mereka sudah berani
73
tampil. Kami sangat bersyukur karena mereka sudah percaya diri untuk tampil di tempat umum”. (Wawancara denga Hj.Marlia S.Sos, 08.06, pada tanggal 03 Oktober 2020).
Maksud dari kutipan diatas sejak Rumah Berbagi Asa mengajar di
SDN 59 Bonto Tengnga sangat memberikan pengaruh baik pada siswa-
siswi karena bisa mengembangkan bakat sehingga siswa-siswi percaya diri
untuk tampil di depan umum seperti acara 17 Agustus mereka sudah
percaya diri tampil membawakan nama sekolahnya. Seperti yang
diungkapakan oleh Risyaid Fathul(22):
“Alhamdulillah sejak kemarin di Bonto Tengnga ada program kakak guru yang namanya Rapor Mini ini pertama kali diterapkan di Bonto Tengnga. Apa fungsinya Rapor Mini adalah catatan perkembangan siswa setiap bulan setiap pemberangkatan setiap bulan. Fungsinya Rapor Mini ini dibuatkan catatan siswa tentang bagaimana perkembangan pelajaran bahasa indonesia, misalnya bulan ini sudah bisa mengeja 4 kata bulan berikutnya sudah bisa mengeja 5 kata atau 6 kata jadi semacam laporan perkembangan siswa setiap bulannya. Contoh lainnya, oh siswa ini belum bisa menghitung penjumlahan puluhan maka dari itu bisa menjadi catatan relawan kakak relawan berikutnya catatan ini belum bisa menghitung penjumlahan puluhan berarti kakak guru yang baru jangan dulu memasuki penjumlahan ratusan karena siswa itu belum bisa penjumlahan puluhan. Rapor Mini sangat bermanfaat untuk mengukur sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap pengajaran yang diajarkan di kelas formal. Tidak hanya pengetahuan yang dilihat dengan dinilai juga nilai Afektif, Psikomotorik selama kakak guru mengajar dikelas. Oh ini pendiam memperhatikan dengan baik, oh ini banyak goyangnya dan itu bisa menjadi catatan kakak guru berikutnya kalau ankanya begini maka begini pendekatan yang dilakukan pada anak-anak tersebut. Rapor Mini untuk mengukur prestasi belajarnya atau perkembangan terhadap belajarnya”. (Wawancara dengan Risyaid Fathul, 14.30, pada tanggal 28 September 2020).
74
Maksud dari kutipan diatas, Rapor Mini Rumah Berbagi Asa
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan siswa-siswa
dalam proses belajar. Rapor Mini sebagai catatan kakak guru untuk
mengukur nilai Afektif dan Psikomotorik siswa-siswa.
Hampir semua siswa dahulu lebih mementingkan bermain di sekolah
daripada belajar karena menganggap belajar hanya seperti ini tidak ada
peningkatan, mereka sulit memahami oleh karena itu mereka kurang
semangat dalam proses belajar. Rumah Berbagi Asa memberikan media
pembelajaran menarik dalam proses belajar mengajar agar siswa lebih
paham dan semangat dalam pembelajaran.
5. Hasil peningkatan mutu pendidikan
Melihat dari kondisi SDN 59 Bonto Tengnga yang sangat minim
dalam mendapatkan mutu pendidikan, oleh karena itu Rumah Berbagi Asa
menjadikan SDN 59 Bonto Tengnga sebagai sekolah binaan selama 1
tahun. Peningkatan mutu pendidikan sudah dirasakan SDN 59 Bonto
Tengnga, melalui program-program Rumah Berbagi Asa. Seperti hal yang
diungkapkan oleh Risyaid Fathul (22):
“Dengan program kakak guru kita tidak hanya mengajar kelas formal seperti Matematika, PKN, Agama, Bahasa Indonesia, tetapi kita juga mengajarkan kelas non formal kita melatih mengembangkan bakat atau kreatifitas siswa dan alhamdulillah dengan adanya kelas non formal saya perhatikan anak awanlnya pemalu ketika diberikan fasilitas kelas non formal dia menjadi anak yang aktif, periang, dan bisa berinteraksi dengan teman-temannya. Karena betul-betul kelas formal ini bentuk sebagai wadah untuk mengembangkan kretifitas anak-anak pada bakat mereka. Ada yang pintar menyanyi maka dimasukan kelas paduan suara, ada yang pintar
75
puisi maka dimasukan kelas sastra, ada yang pintar drama dimasukan kelas drama. Harapannya dengan adanya kelas non formal bisa menigngkatkan mutu pendidikan anak-anak disana. Alhamdulikkah sekarang anak-anak di Bonto Tengnga sudah bisa ikut lomba 17 Agustus karena salah satunya mereka difasilitasi oleh kakak guru disana dengan kelas pramuka baris berbaris mereka sudah bisa tampil di lomba 17 Agustus di Kecamatan. Artinya kelas non formal sangat membawa pengaruh positif terhadap anak-anak di Bonto Tengnga”. (Wawancara dengan Risyaid Fathul. 13.30, pada tanggal 28 September 2020).
Maksud dari kutipan diatas, relawan Rumah Berbagi Asa selain
mengajar kelas formal juga mengajar kelas non formal seperti
mengembangkan bakat atau kreatifitas siswa. Dengan adanya kelas non
formal siswa-siswa SDN 59 Bonto Tengnga sudah mengikuti lomba 17
Agustus artinya kelas non formal sangat membawa pengaruh positif siswa-
siswa SDN 59 Bonto Tengnga. Hal serupa diungkapkan oleh Kepala
UPTD SDN 59 Bonto Tengnnga ibu Marlia, S.Sos:
“Sangat bagus karena semenjak Rumah Berbagi Asa masuk di SDN 59 Bonto Tengnga anak-anak sudah percaya diri dalam hal kalau ada lomba seperti 17a Agustus mereka sudah berani tampil mengikuti lomba-lomba membaca puisi, menari, menyanyi, dan lain-lain. Kami sangat bersyukur karena mereka sudah percaya diri untuk tampil di tempat umum. Karena yang dulunya anak-anak yang malu-malu kalau ada lomba tapi sekarang alhamdulillah sangat percaya diri, itu berkat kakak guru dari Rumah Berbagi Asa”. (Wawancara dengan Hj.Marlia S.Sos, 08.06, pada tanggal 03 oktober 2020).
Maksud dari kutipan diatas Rumah Berbagi Asa mengembangkan
minat bakat siswa untuk bisa percaya diri tampil dalam lomba-lomba 17
Agustus di Kecamatan.
76
Minat bakat prestasi setiap siswa selalu ada tapi karna kurangnya
pengembangan yang diberikan oleh guru membuat siswa kurang
berinovasi dan tidak percaya diri terhadap prestasi mereka.
Relawan memberikan motivasi semangat belajar siswa-siswa di SDN
59 Bonto Tengnga dengan metode yang berbeda di kelas. Guru yang biasa
mengajar di kelas hanya menggunakan metode-metode menjelaskan.
Dengan hadirnya Rumah Berbagi Asa di SDN 59 Bonto Tengnga, anak-
anak merasa senang dan termotivasi dalam menuntut ilmu.
B. Pembahasan
1. Peran Komunitas Rumah Berbagi Asa dalam meningkatkan mutu
pendidikan di SDN 59 Boto Tengnga
Menurut Sallis (1993) dalam Buku Ilmu dan Aplikasi Pendidikan
(2007:243) Mutu secara Umum menunjukan sifat yang menggambarkan
derajat ”baik”nya suatu barang atau jasa yang di produksi atau dipasok oleh
suatu lembaga tertentu. Dalam konteks pendidikan yang dimaksud lembaga
dapat diartikan sebagai orangtua, masyarakat, dan pemerintah. Sementara
menurut Kamus Besar Indonesia mutu adalah baik buruk suatu benda,
kadar, taraf atau derajat misalnya kecerdasan kepandaian dan sebagainya.
Dengan demikian mutu pendidikan merupakan tingkat keunggulan suatu
produk yang mengacu pada proses dan hasil pendidikan berdasarkan segala
upaya dan usaha yang telah dilakukan oleh lembaga-lembaga tersebut.
Menurut Hari Sudradjad pendidikan yang bermutu adalah pendidikan
yang mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan atau
77
kompentensi, baik kompetensi personal dan spsial, serta nilai-nilai akhlak
mulia yang keseluruhannya merupakan kecakapan (life skill), pendidikan
yang mampu menghasilkan manusia seutuhnya (manusia paripurna) atau
manusia dengan pribadi yang integral (Integrated persinality) mereka yang
mampu mengintegralkan iman, ilmu dan amal. Agar mutu pendidikan yang
baik dapat tercapai, maka mutu tersebut harus di dukung oleh sekolah yang
bermutu. Sekolah yang bermutu adalah”sekolah yang secara keseluruhan
dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan. (Margono 2002). Pendapat
ini cukup beralasan, karena terlalu banyak pengelolaan sekolah, yang
mengabaikan kepuasan, dan kenutuhan pelanggan, sehingga hasilnya pun
akhirnya tidak mampu untuk berkompetisi guna meraih peluang dalam
berbagai bidang, khusunya dalam menghadapi kondisi global dimana
sekolah diharapkan dapat berperan lebih efektif dalam mengembangkan
fungsinya.
Sehubungan dengan minimnya mutu pendidikan di Komunitas Rumah
Berbagi Asa menempatkan para relawan (volunteer) di Sekolah binaan SDN
59 Bonto Tengnga. Rumah Berbagi Asa memilih sekolah binaan melihat dari
kondisi sekolah terlebih dahulu sebelum menjadikan Sekolah binaan. Rumah
Berbagi Asa meilih SDN 59 Bonto tengnga karena melihat kondisi sekolah
kurang memadai dalam segi sarana dan prasarana maka dari itu memerlukan
relawan dalam memotivasi dan serta membantu siswa serta sekolah.
Para relawan memiliki tugas masing-masing yang telah dibagikan pada
saat sharing 3. Setiap kelas ditugaskan 2 orang kelas formal begitupun
78
dengan kelas non formal setiap 1 kelas ada 2 relawan yang mengajar yang
didampingi oleh masing-masing mentor dari panitia atau pengurus Rumah
Berbagi Asa. Setiap relawan pengajar memiliki media pembelajaran
masing-masing untuk setiap kelas. Setiap program yang telah relawan
rencanakan berjalan lancar di lokasi binaan meskipun tidak semua sesuai
harapan.
Hasil pemelitian terdahulu, Hal itu juga sesuai dengan Komunitas
1000 Guru Malang yang memberikan pendidikan dengan berbagai cara dan
jenis kegiatannya bersifat pendidikan dengan berbagai cara dan jenis
kegiatannya bersifat pendidikan untuk anak dipelosok kedepannya serta
mudah mengakses pendidikan.
Menurut wawancara yang penulis lakukan. Ketika kedatangan relawan
Komunitas Rumah Berbagi Asa. Siswa(i) sangat antusias menerima
kedatangan para relawan Rumah Berbagi Asa di sekolah juga di lingkungan
tempat mereka tinggal. Mayoritas dari mereka sangat antusias dalam
menerima pelajaran yang diberikan relawan karena Rumah Berbagi Asa
selalu memberikan hal-hal baru dengan memberikan pelajaran
menggunakan media pembelajaran yang menarik membuat anak-anak
semangat belajar. Banyak anak yang sebelumnya jarang datang ke
Sekolah menjadi sangat rajin datang ke sekolah. Bahkan anak-anak selalu
datang lebih awal daripada kakak guru/ relawan, dan menunggu kakak guru
selesai mengajar dan melanjutkan kelas non formal. Metode-metode yang
diterapkan oleh relawan merupakan metode yang belm pernah diterapkan
79
oleh guru di sekolah mereka. Cara pembelajaran yang inovatif menjadikan
anak-anak semangat belajar.
Bukan hanya anak-anak yang antusias dengan kedatang Rumah
Berbagi Asa. Masyarakat juga merasa senang karena kedatangan Rumah
Berbagi Asa yang dari kalangan mahasiswa di lingkungan mereka.
Masyarakat sangat senang dengan kedatangan mahasiswa yang memiliki
sikap sopan dan santun mengikuti adat-adat yang di Bonto Tengnga. Bahkan
masyarakat rela rumahnya ditempati relawan Rumah Berbagi Asa untuk
menginap, tidak ada yang merasa keberatan mereka semua sangat senang.
Menurut salah satu tokoh masyarakat mereka senang rumahnya dijadikan
tempat untuk relawan tinggal karena sebelumnya rumah mereka sepi.
Kedatangan mahasiswa dirumah mereka membuat rumah mereka jadi ramai.
Ketika program kelas non formal berjalan, mayoritas anak-anak selalu
datang untuk mempersiapkan segala keperluan acara dan kegiatan. Hanya
dalm waktu 2 jam setelah sekolah usai. Mereka sudah kembali ke sekolah
untuk mengikuti kelas non formal setelah setelah sebelumnya mereka
pulang untuk berganti pakaian dan makan siang. Ketika bukan waktunya
untuk belajar atau kegiatan apapun, anak-anak mendatangi relawan di
tempat dimana relawan tinggal selama penempatan disana.
Program Rumah Berbagi Asa bukan hanya kelas kakak guru( kelas
formal) tetapi juga ada kegiatan kelas non formal setiap selesai Sholat
Duhur terdapat kegiatan kelas non formal seperti kelas inspirasi, kelas,
bahasa inggris, kelas menari, kelas menyanyi, kelas sastra, kelas religi dan
80
lain-lain, kakak guru membagi kelas non formal tergantung dari apa yang di
minati oleh siswa-siswa. Kelas non formal membawa pengaruh besar untuk
pengembangan keterampilan minat dan bakat anak-anak..
Sering kali anak-anak datang ke tempat tinggal relawan untuk bertemu
dengan relawan dan meminta belajar dengan mereka sampai seringkali juga
masyarakat memarahi karena anak-anak selalu menganggu relawan ketika
relawan istrahat.
Anak-anak yang sangat antusias dalam proses pembelajaran karena
dikemas dengan kegiatan belajar tang menarik tidak lantas dapat terus
menuntut ilmu dikarenakan faktor lingkungan yag tidak mendukung dapat
menyebabkan kegiatan belajar tidak efisien.
Namun dari sekian banyak kegiatan yang dilakukan oleh para relawan
ketika penempatan, ada beberapa program dari komunitas Rumah Berbagi
Asa yang hasilnya kurang maksimal ketika direalisasikan adalah cek
kesehatan gratis, ketika program ini dilaksanakan kebanyakan warga tidak
mengetahui bahwa cek kesehatan gratis berbeda dengan pengobatan gratis.
Masyarakat mengira akan mendapatkan obat gratis setelah dilakukan
pengecekan. Disinilah terdapat kesalahan komunikasi antara pengurus
Rumah Berbagi Asa dengan masyarakat Bonto Tengnga.
2. Dampak Minimnya Mutu Pendidikan
Minimnya mutu pendidikan dilihat dari kualitas pendidikan
dikarenakan pemerintah yang kurang serius menangani dunia pendidikan.
a. Kurangnya sarana prasarana tidak memadai
81
Dalam hal ini sudah terlihat dengan jelas, di pedesaan masih
banyak sarana dan prasarana yang jauh dari kata memdai. Minimnya
fasilitas penunjang kualitas pendidikan di pedesaan. Rendahnya kualitas
fisik sekolah membuat ketidaknyamanan proses belajar mengajar dan
hal ini sangat berpengaruh dengan hasil ang dihasilkan proses belajar
mengajar tersebut sehingga menjadi minimnya mutu pendidikan yang di
pedesaan atau pelosok. Berbagai sarana prasarana yang sangat
membantu proses belajar mengajar masih kurang perhatian oleh banyak
khalayak. banyak sekali sekolah di pelosok yang gedungnya rusak,
kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan
tidak lengkap, serta pemakaian tekhnologi informasi yang tidak
memadai.
b. Minimnya tenaga pengajar
Tidak dapat dipungkiri lagi begitu banyak permasalahan yang
terdapat dalam pendidikan seperti rendahnya kualitas tenaga pengajar.
Kurangnya tenaga kerja di pedesaan atau pelosok menjadi masalah yang
cukup berat. Rendahnya jumlah tenaga pengajar di desa membuat tidak
keefektifan proses belajar mengajar. Tenaga pengajar menjadi penentu
bagi proses pendidikan karena yang melakukan aktivitas mendidik,
mengajar dan membimbing dan apabila tidak ada guru tidak ada pula
yang berperan memberikan memberi pengetahuan kepada siswa.
82
3. Upaya yang dilakukan Komunitas Rumah Berbagi Asa dalam
Meningkatakn Mutu Pendidikan
upaya Rumah Berbagi Asa dalam meningkatkan mutu pendidikan
dengan membagi relawan menjadi 2 tim yaitu kelas formal dan kelas non
formal. Kelas formal mengajar seperti halnya guru dengan mata pelajaran
Matematika, Agama, Pkn dan Bahasa Indonesia mulai dari jam 07.00
sampai jam 12.00 dengan menggunakan kurikulum Rumah Berbagi Asa
yang dibuat oleh tim silabus dan RPP dari Devisi Keilmuan. Sedangkan
kelas non formal adalah kelas tambahan setelah pulang sekolah seperti
kelas inspirasi, kelas bahasa inggris, kelas sastra, kelas menari, kelas religi
dan lain-lain. Selanjutnya donasi buku-buku bacaan yang disumbangkan
Rumah Berbagi Asa, perbaikan fasilitas-fasilitas Sekolah seperti
pembuatan pagar sekolah, pembuatan tiang bendera, dan perbaikan papan
nama sekolah. Selanjutnya pada kegiatan masyarakat ada narasi desa
membuat sebuah tulisan mengenai kegiatan Rumah Berbagi Asa kemudian
di publikasi di sosial media Rumah Berbagi Asa. Kreatif warga adalah
mengajarkan ke warga setempat hal-hal yang baru dengan melihat potensi
apa yang paling menonjol dari sumber daya alam yang bisa dijadikan
sebagai sumber penghasilan warga
4. Faktor Penghambat Rumah Berbagi Asa dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan
Ada hal-hal menjadi penghambat Rumah Berbagi Asa dalam
meningkatkan mutu pendidikan, gakto tersebut antara lain:
83
a. Akses jalan
Akses jalan menjadi penghambat karena sulit dijangkau oleh para
relawan ketika hujan medannya becek penuh lumpur jadi harus
mendorong motor ketika menuju desa.
b. Akses jaringan
Jaringan menjadi penghambat karena sulitnya komunikasi antara
para relawan ketika berada di Desa dan relawan tidak bisa mengakses
media pembelajaran di Interner jadi harus menggunakan media yang
dibuat sendiri.
84
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti,
dapat disimpulkan bahwa Komunitas Rumah Berbagi Asa yang berfokus di
bidang pendidikan dan sosial yang memiliki peran positif terhadap
pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga Desa Patanyamang Kecamatan
Kabupaten Maros. Siswa(i) lebih antusias dalam menerima pembelajaran
baik di kelas formal maupun kelas non formal dengan adanya Rumah
Berbagi Asa yang menjadi tenaga pengajar di SDN 59 Bonto Tengnga.
Anak-anak yang sebelumnya malas datang ke sekolah menjadi rajin datang
ke sekolah karena mereka menganggap banyak hal-hal yang baru dia
dapatkan di pada saat belajar. Antusiasme mengikuti pelajaran bukan hanya
kegiatan pembelajaran juga antusias dalam mengikuti kelas formal ketika
pulang sekolah. bukan hanya anak-anak yang antusias dengan keberadaan
Rumah Berbagi Asa, masyarakat juga sangat senang dengan keberadaan
Rumah Berbagi Asa karena Rumah Berbagi Asa dapat meninkatkan mutu
pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga.
B. Saran
Sebagai Komunitas sosial pendidikan yang berfokus pada bidang
pendidikan, Komunitas Rumah Berbagi Asa merupakan harapan untuk
membantu memperbaiki pendidikan bangsa. Namun ada hal-hal yang perlu
84
85
diperbaiki oleh komunitas ini. Sebaiknya Komunitas Rumah Berbagi Asa
menambah waktu penempatan para relawan sehingga dampaknya lebih
terasa untuk pendidikan anak-anak di Bonto Tengnga.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Aan Komariah, Cepi Triatna (2005). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Booree, C George (2010). Psikologi Sosial. Jogjakarta: Prima Shopie
Creswel, Jhon W. (2017). Pendekatan Metode Kualitatif Kuantitatif dan Campuran, Cetakan II: Pustaka Pelajar
George Ritzer (2013). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda: Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
George Ritzer (2012). Teori Sosiologi: Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
John M. Echolis, Hasan Shadily (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Gramedia.
M.N.Nasution (2004). Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia. Cetakan ke 3.
Soekanto, Soerjono (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyono (2011). Metode Penelitian Kualitatif, dan R&D. Cetakan 13 Bandung: Alfabeta.
Tim Pengemban Ilmu Pendidikan FIP UPI (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 2 Ilmu Pendidikan Praktis. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.
2. Jurnal
Arbangi, Dakir, Umiarso (2016). Manajemen Mutu Pendidikan. Kencana 2016.0716
Asriadi, Ahmad Yusuf Sobri, Sultoni (2019). Manajemen Program Traveling and Teaching dan Smart Center Komunitas 1000 Guru Malang dalam Peningkatan Mutu Sekolah. Jurnal Pendidikan: Teori Penelitian dan Pengembangan. Vol.4 No1 Januari.
Awaluddin Tjalla (2010). Potret Mutu Pendidikan Indonesia Ditinjau dari Hasil-hasil Studi Internasional. Dosen FIP Universitas Negeri Jakarta.
Cepi Triatna (2015). Membangun Komunitas Belajar Profesionlal untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan. Vol,22 No.1
Fathul Maujud (2017). Peran Partisipasi Masyarakat dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Madrasah Studi Kasus di Madrasah Ibtidaiyah Islahul Muta`allim Pagutan Kota Mataram. Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan. Vol 5 No 2 November: UIN Mataram.
I ketut Sudarsana (2016). Peningkatan Mutu Pendidikan Luar Sekolah dalam Upaya Pembangunan Sumber Daya Manusia. Jurnal Penjaminan Mutu.
Iman Moedjiono (2002). Kepemimpinan dan Keorganisasisan. Yogyakarta: UII Press
Marsus Suti (2017). Strategi Peningkatan Mutu di Era Otonomi Pendidikan. Jurnal MEDTEK. Volume 3 nomor 2 Oktober.
Moh.Saifulloh (2012). Strategi Peningkatan Mutu di Sekolah. Jhs Juenal Sosial Humaniora. Volume 5 No.2 November.
Yayu Hardianti Isnim (2018). Peran Komunitas Mengajar terhadap Pendidikan di Kecamatan Muncang Provinsi Banten Studi Kasus Komunitas Gerakan Ayo Mengajar.
3. Blog
http://m.cnnindonesia.com/nasional/20160906155806-20-156426/unesco-soroti-kesenjangan-kualitas-pendidikan-indonesia, diakses pada tanggal 13 April 2020
https://rumahberbagiasa.com/ , diakses pada tanggal 19 April 2020
https://makassar.tribunnews.com/2018/11/14/tribun-wikiprofil-komunitas-rumah-berbagi-asa-rba-makassar, diakses pada tanggal 19 April 2020
https://id.m.wikipedia.org/wiki/portal:pendidikan, diakses pada tanggal 5 mei 2020
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KONTROL PELAKSAAN PENELITIAN
Nama : Riska Nim :105381114116 Judul : Peran Komunitas Rumah Berbagi Asa dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga Desa Patanyamang Kecamatan Camba Kabupaten Maros
Tanggal Ujian Proposal: 19 Agustus 2020 Lokasi Penelitian : Desa Patanyamang Kecamatan Camba Kabupaten Maros Pelaksanaan Penelitan
No Tanggal Kegiatan Paraf
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
12.
Makassar September 2020
Mengetahui
Riska
Jumlah Siswa
No Tingkat Kelas L P Jumlah Siswa
1. I 1 1 2 2. II 2 4 6 3 III 4 2 6 4 IV 2 1 3 5 V 3 2 5 4 IV 2 2 4
PEDOMAN OBSERVASI
No. Aspek Hal yang diamati
1. Gambaran umum SDN 59 Bonto Tenga
Keadaan SDN 59 Bonto Tengnga 1) Letak wilayah 2) Luas wilayah 3) Kondisi bangunan 4) Sarana Prasarana SD 59 Bonto Tengnga 5) Keterbatasan Tenaga Pengajar
2. Gambaran siswa-siswa SDN 59 Bonto Tengnga
Keadaan anak yang berpartisipasi 1) Kemampuan siswa 2) Kedisiplinan siswa
3. Kegiatan Komunitas Rumah Berbagi Asa
1) Kegiatan yang dilakukan Rumah Berbagi Asa yang berkaitan dengan meningkatkan mutu pendidikan
2) Antusiasme belajar adik-adik binaan
INSTRUMEN PENELITIAN
Peran Komunitas Rumah Berbagi Asa dalam meningkatkan mutu pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga Desa Pattanyamang Kecamatan Camba Kabupaten Maros.
No Pokok Masalah Dimensi Indikator Sumber Tekhnik Pengumpulan
Data
Alat Pengumpul
Data
Ket
1. Gambaran Umum
SDN 59 Bonto
Tengnga
Keadaan SDN 59
Bonto Tengnga
a) Letak wilayah
b) Luas wilayah
c) Kondisi
bangunanSarana dan
prasarana SDN 59
Bonto Tengnga
d) Keadaan ekonomi
siswa-siswi
Kepala Sekolah
SDN 59 Bonto
Tengnga
Observasi Dokumentasi
Pedoman
Observasi
2. Gambaran umum
Rumah Berbagi Asa
Profil Rumah
Berbagi Asa
a) Sejarah Rumah
Berbagi Asa
b) Visi dan Misi Rumah
Berbagi Asa
c) Tujuan Komunitas
d) Program kerja
Komunitas Rumah
Berbagi Asa
e) Struktur Komunitas
Rumah Berbagi Asa
f) Cara Recrutment
Rumah Berbagi Asa
Pengurus
Rumah Berbagi
Asa
Wawancara
Studi
kepustakaan
Pedoman
wawancara
Dokumentasi
3. Peran komunitas
Rumah Berbagi
Asa di SDN 59
Bonto Tengnga
a) Kegiatan Rumah
Berbagi Asa
b) Peran Komunitas
Rumah Berbagi
Asa
c) Antusiame adik-
adik binaan
Pengurus
Rumah Berbagi
Asa
Adik-adik
binaan
Wawancara
Observasi
Pedoman
wawancara
Dokumentasi
Matriks
No. Sebelum Rumah Berbagi Asa datang
Setelah datangnya Rumah Berbagi Asa
Peningkatan mutu pendidikan
1. Kurangnya semangat belajar siswa(i), karena tenaga pengajar masih sangat terbatas
Program kakak guru (menjadi tenaga pengajar dalam kelas formal) dengan menggunakan media-media pembelajaran yang menarik seperti poster-poster, gambar-gambar, stick not, atau media pembelajaran yang dibuat Tim relawan Rumah Berbagi Asa. Model pembelajaran yang digunakan adalah Discovery Learning, jig saw, Ice Breaking dan memberikan penghargaan kepada anak yang berhasil menjawab atau menyelesaikan soal (Reward)
Siswa(i) semakin antusias untuk belajar
2. Kurangnya kompetensi minat dan bakat siswa(i) karena tidak ada kelas tambahan untuk pengembangan minat dan bakat
Kelas pengembangan minat dan bakat (kelas non formal), seperti kelas menari, kelas sastra, kelas puisi, kelas menyanyi, kelas religi, kelas bahasa inggris, dan kelas pramuka.
Meningkatknya kompetensi minat dan bakat, seperti mengikuti lomba-lomba 17 Agustus atau lomba porseni di Desa dan Kecamatan.
3. Kurangnya percaya diri tampil di depan umum
Eduinland Percaya diri siswa(i) sudah meningkat karena sudah mengikuti kegiatan/lomba 17 Agustus
4. Tidak disiplin berseragam ke sekolah, dan tidak mematuhi tata tertib sekolah, selalu terlambat datang ke Sekolah
Memberikan kelas inspirasi sebelum kelas formal.
Disiplin dalam berseragam sesuai dengan tata tertib sekolah. Dan selalu datang lebih awal ke sekolah
5. Di perpustakaan masih memakai buku edisi lama
Donasi Buku bacaan Rumah Berbagi Asa
Sudah memakai Buku-buku edisi terbaru dan buku-buku kurikulum K13
6. Fasilitas sekolah tidak memadai
Membuat narasi tentang minimnya mutu pendidikan kemudian di publikasi di media-media agar pemerintah mengetahui ada sekolah di daerah terpencil yang tidak
Fasilitas sekolah sudah mulai ada datang semenjak datangnya Rumah Berbagi Asa, seperti bangku dan meja-meja untuk guru-guru dan siswa(i).
mendapatkan perhatian masalah pendidikan.
7. Tenaga pengajar belum paham kurikulum
Pengajaran terhadap guru tentang kurikulum K13 dan silabus yang baru dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudah mengetahui kurikulum K13 dan silabus, dan sudah menggunakan kurikulum K13.
TRANSKIP WAWANCARA
RUMAH BERBAGI ASA
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap : Nur Salam b. Tempat, Tanggal Lahir : Sungguhminasa, 06 September 1997 c. Pendidikan Terakhir : Sarjana Ilmu Politik d. Pekerjaan : Pengusaha e. Jabatan di RBA : Kepala Keluarga Rumah Berbagi Asa
Waktu & Tempat Wawancara 16.08, 10 September 2020, Warkop Celebes. 1. Apakah anda ikut memajukan pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga?
Iya, menurut saya sendiri kepala keluarga Rumah Berbagi Asa dibantu dengan teman-teman pengurus dan volunteer saya kira dalam tekad volunteer Rumah Berbagi Asa saya sangat puas dan yakin bahwasanya kami memajukan pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga karena kami membawa banyak perubahan di sekolah tersebut.
2. Apa yang memotivasi anda ikut memberikan peran di SDN 59 Bonto Tengnga? Kalau saya pribadi, setelah melihat situasi dari observasi, yang menggerakan hati saya karena melihat semangat adik-adik belajar ketika Rumah Berbagi Asa mengabdi di Sekolah.
3. Harapan apa yang anda inginkan dari Rumah Berbagi Asa terhadap SDN 59 Bonto Tengnga? Saya berharap kepada Rumah Berbagi Asa untuk tidak berhenti dalam mengabdi terutama kepada SDN 59 Bonto Tengnga ini. Harapan kami masuk di SDN 59 Bonto Tengnga ini untuk memberi semangat adik-adik mungkin berbeda dengan adik-adik di kota yang serba modern disana masuk daerah pelosok jadi teman-teman dari Rumah Berbagi Asa membawa selain semangat membawa juga kegembiraan juga untuk adik-adik. Harapan kami kepada adik-adik untuk tetap semangat belajar.
4. Bentuk peran apa yang ada berikan kepada SDN 59 Bonto Tenga? Peran komunitas Rumah Berbagi Asa sebenarnya ruang lingkupnya luas, selain mengajar ada juga peran lain. Kami membawa tim dan kami bagi tim khusus mengajar ada kelas formal, non forma.l Sebelum mengajar formal kita mediasi mengambi sampel RPP dan silabus dan teman-teman tim RPP silabus berperan membuat silabus dan RPP untuk volunteer yang akan mengajar. Dari tim silabus itu mereka mencatat apa yang bisa diajarkan supaya tidak dobel. Kelas non formal yaitu kita ajarkan adik stelah pulang dari sekolah ada namanya kelas bahas inggris, kelas seni, kelas puisi, kelas menyanyi dan lain-
lain. Bagian sosial ada Narasi Desa dan Kreatif warga, narasi desa itu teman-teman sesuai bidang keahliannya masing-masing misalnya bernarasi dia bisa menulis dan hasil tulisannya ini di publish ke media-media Rumah Berbagi Asa dan media-media seperti radio di fajar dan banyak tulisan-tulisan dibuat oleh Rumah Berbagi Asa. Selanjutnya Kreatif Warga kita melihat potensi masyarakat Desa Bonto Tengnga ketika ada hal yang bisa dikelola misalnya yang terkenal disana madu, kemiri yang kami berikan, ajarkan untuk berinovasi agar kue nya bisa menarik dan hasilnya bisa dijual di Desa tetangga
5. Berkaitan dengan dana apakah ada yang membantu? Dana yang didapatkan Rumah Berbagi Asa banyak dari berbagai pihak Pemerintah dan Swasta kalau di pemerintah kemarin kita dapat support dari Dinas Pendidikan dan Dinas Sosial, ada juga donasi dari Alumni IPB(Institut Pertanian Bogor) yang ikut memberikan donasi, selain itu ada juga donasi dari masyarakat-masyarakat serta hasil dari jual cenramata kakak guru Rumah Berbagi Asa seperi jual baju hasil dari itu lumayan untuk menambah dana Rumah Berbagi Asa
6. Menurut anda apakah SDN 59 Bonto Tengnga sudah masuk kriteria dalam sekolah yang mendapatkan mutu pendidikan yang baik? Menurut saya sendiri dari penilaian dia masih kurang, karena melihat gurunya masih kurang dan kurang juga mengerti tentang kurikulum. Yang terdaftar sebagai pengajar tidak sesuai karena jarak rumah ke sekolah jauh jadi dia shift-shift. Dari yang saya liat sendiri diatur jadwalnya jadi guru susah menyesuaikan sistem belajar mengajar karena 1 guru harus mengajar 2 kelas 1 jam pelajaran itu termasuk tidak efektif menurut saya.
7. Apakah kurikulum sesuai dengan yang diajarkan relawan Rumah Berbagi Asa? Di observasi awal dia memakai dua kurikulum, kami juga kaget kenapa ada 2 kurikulum ternyata di kelas 1 sampai 3 memakai KTSP 4 sampai 6 kurikulum 2013. Saya katakan guru kurang paham kurikulum karena mereka minim dalam informasi jadi guru-guru hanya mengajar apa adanya dan misalnya juga dari buku banyak juga belum mengerti maka dari itu kami dari Rumah Berbagi Asa mengambil peran mengajar guru-guru untuk memahami kurikulum yang di berikan. Buku-buku juga masih memakai buku lama, ada yang baru tapi hanya di kelas 5 , kelas yang yang memakai buku lama. Secara otomotasi bertabrakan dengan pengajaran karena tidak sesuai dengan buku yang diajarkan.
8. Apakah buku-buku yang dipakai SDN 59 Bonto Tengnga sudah memakai edisi terbaru atau masih pakai buku-buku lama? Hasil saya liat di perpustakaannya masih memakai buku lama ada yang buku lama tapi hanya kelas V dan kelas VI selebihnya pakai buku-buku lama jadi pengajaran tidak sesuai karena bertabrakan buku-bukunya.
9. Apakah warga setempat menerima baik Rumah Berbagi Asa mengajar di Desa tersebut? Iya, saya menilai masyarakat disana sangat menerima Rumah Berbagi Asa karena waktu pengabdian selesai masyarakat sulit sekali melepas Rumah Berbagi Asa karena banyak hal baru yang diberikan Rumah Berbagi Asa yang tidak berbenturan tradisi atau adat setempat jadi masyarakat sangat berterima kasih karena Rumah Berbagi Asa memberikan perubahan baik di Sekolah maupun di masyarakat.
10. Bagaimana dampak minimnya mutu pendidikan yang ada di SDN 59 Bonto Tengnga?
Dampak minimnya mutu pendidikan poin pertama yang saya baca ketika akses sulit dijangkau jadi dampak pertama minimnya mutu pendidikan karena buku-buku yang disalurkan atau alat-alat belajar sulit disalurkan, yang kedua internet karena kan sekarang kita berada zaman modernisasi, internet jadi kebutuhan. Alasan karena minimnya mutu pendidikan karena internet jadi kurangnya informasi guru-guru.
11. Apakah sarana dan prasarana Sekolah sudah memadai SDN 59 Bonto Tengnga? Menurut saya tidak, dalam segi bangunan seperti ruang guru dijadikan sama perpustakaan, dan ada 2 ruang yang digabung kelas 1 dan kelas 3, kelas 4 dan kelas 5, ruangan yang yang tidak cukup atap yang sudah rusak. Buku-buku mereka masih pakai buku edisi lama, yang terakhir guru-guru kurang inovasi karena kurang update.
12. Apa hambatan yang anda rasakan ketika menjadi relawan selama 1 tahun di SDN 59 Bonto Tengnga? Hambatan yang saya rasakan pertama jalanan, tapi menurut saya bukan hambatan tapi segi relawan Rumah Berabgi Asa mencari pelosok karena tujuan utama Rumah Berbagi Asa mengajar sekolah yang terjauh dari kota dan jauh dari kata layak.
TRANSKIP WAWANCARA
RUMAH BERBAGI ASA
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap : Asrianto b. Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 1 Januari 1995 c. Pendidikan Terakhir : Tehnik Elektro d. Pekerjaan : Unit Head engginering PT. Tirta Fresindo Jaya e. Jabatan di RBA : Founder Rumah Berbagi Asa
Waktu & Tempat wawancara 10.34, 27 September 2020, Via telpon
1. Sejarah Berdirinya Rumah Berbagi Asa?
Rumah Berbagi Asa berdiri 25 Januari 2015 awalnya bernama Campus Sharing Community dengan kegiatan One Month One School (satu bulan satu sekolah) itu kegiatan program pertama Rumah Berbagi Asa kita jalani 1 tahun tahun Campus Sharing Community dengan One Month One School yang di tempati mengajar tiap bulan berbeda. Lanjut tahun kedua mulai diganti namanya dari Campus Sharing Community terus kita ubah menjadi Rumah Berbagi Asa dengan program yang awalnya 1 bulan 1 sekolah menjadi 1 sekolah 6 bulan. Jadi sampai sekarang Rumah Berbagi Asasudah mempunyai 6 Sekolah binaan kalau saya tidak salah, yang pertama SD 1 Akat Desa Kuricaddi
2. Selaku pendiri apa yang melatarbelakangi berdirinya Rumah Berbagi Asa? Latar belakang berdirinya Rumah Berbagi Asaa yang pertama kepedulian dari rekan-rekan kakak guru tentang pendidikan khusus daerah pelosok jadi kami tergerak hatinya untuk bagaimana menyetarakan pendidikan di kota dan daerah pelosok. Ditauji pendidikan di pelosok itu pendidikan masih kurang. Boleh diaktan 1 sekolah tenaga pengajarnya rata-rata hanya 1 PNS yang sebihnya honorer dan tidak seperti sekolah yang ada diperkotaan mereka masuk belajar full 1 minggu kalau di Desa kadang gurunya tidak masuk jadi terkendala lagi pembelajaran maka dari itu kami tergerak untuk bagaimana membawa relawan-relawan pengajar teman-teman dari berbagai Universitas Makassar yang termasuk daerah-daerah termasuk pelosok.
3. Bagaimana cara perekrutan anggota Rumah Berbagi Asa? Kalau perekrutan anggota Rumah Berbagi Asa kami awalnya itu melalui
rekrutment manual kita masih pakai brosur dibagikan kepada beberapa kampus di Makassar, tempat pertama kali kami rekrut itu di salah satu SMP di makassar ruang aula nya untuk rekrutmen. Seiring berjalannya waktu teman-teman dari Rumah Berbagi Asa mulai banyak kami rekrutmen melalui sistem
online melalui sistem online melalui website resmi Rumah Berbagi Asa Www.Rumahberbagiasa.com itu situs resmi untuk mendaftar kakak guru
4. Apakah ada syarat tertentu bergabung di Rumah Berbagi Asa? Syarat bergabung Rumah Berbagi Asa yang pertama sehat jasmani rohani, belum menikah, pendidikan minimal SMA, harus ada persetujuan orang tua dan yang terpenting ada kemauan menjadi relawan di pelosok-pelosok.
5. Mengapa memilih SDN 59 Bonto Tengnga sebagai sekolah binaan yang ke 6? Kami pilih SDN 59 Bonto Tengnga yang terletak di Kabupaten Maros di Desa Patanyamang karena kami pikir disana kondisi sekolahnya sangat memprihatinkan akses jalan juga terbilang berat untuk sampai Desa itu kriteria binaan. Di Rumah Berbagi Asa ada syarat menentukan sekolah binaan yang salah satunya harus daerah yang jaringan seluler susah, jumlah penajarnya yang terbatas, akses jalannya yang lumayan jauh dari akses jalan poros terus yang jumlah siswanya sangat sedikit.
6. Bagaimana dengan dana Rumah Berbagi Asa? Rumah Berbagi asa kami sumber dana mandiri yang kami peroleh dari penggalangan Rumah Berbagi Asa dari menjual cakar, bazar musik, bazar futsal, diskusi antar komunitas dan hasil dari penggalangan dana itu kita pakai berkegiatan. Jadi murni dana kami peroleh hasil dari Rumah Berbagi Asa, kami tidak terikat oleh instansi apapun.
7. Seberapa penting peran Rumah Berbagi Asa di SDN 59 Bonto Tengnga? Peran Rumah Berbagi Asa di SDN 59 Bonto Tengnga saya rasa keberadaan Rumah Berbagi Asa selama 6 bulan mengajar sangat memberi kesan yang positif, terutama di minat belajar, keseriusan adik-adik Bonto Tengnga untuk sekolah. Yang awalnya mereka itu agak malas datang ke sekolah kedang dalam 1 minggu berapa kali datang tapi setelah berkegiatan di SDN 59 Bonto Tengnga perubahan yang kami liat adalah siswa nya sudah rajin ke Sekolah, minat belajar ,meningkat, dan antusis intuk mengetahui hal-hal baru berkembang.
8. Bagaimana program kerja Rumah Berbagi Asa? Program kerja yang pertama lebih ke Pendidikan yang pertama kita mengajar 2 hari Jumat dan Sabtu terus kegiatan dibagi 2 kelas yaitu kelas formal dan non formal. Kelas formal itu mengikuti sesuai mata pelajaran adik-adik yang ada di sekolah dengan kurikulum yang kami buat sendiri durasi kelas formal jam 7 sampai jam 12 terus kelas dilanjut klas non formal yang lebih ke pengembangan minat dan bakat, bagaimana kita mengasa adik-adik supaya mereka termotivasi untuk mengembangkan kemampaunnya. Terus kami punya program pengabdian masyarakat di Desa untik pengembangan sumber daya alam sekitar terus keterampilan warga-warga desa untuk mengasa kemampuan masyarakat.
9. Hambatan/kesulitan seperti apa yang anda rasakan dalam meningkatkan mutu pendidikan? Hambatan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang pertama akses internet terbatas, terus untuk media pembelajaran belum lengkap seperti sekolah yang ada di Kota. Yang kedua keterampilan dari kemampuan dari beberapa tenaga
pengajar terbatas apalagi yang masih honorer masih belum mampu, hambatan lain minat belajar siswa masih kurang.
10. Sejauh mana tingkat keberhasilan Rumah Berbagi Asa dalam pembinaan di SDN 59 Bonto Tengnga? Kami tidak punya tolak mengukur tapi kami lihat setelah berkegiatan bagaimana semangat belajar siswa untuk ke Sekolah, dan alhamdulillah progress dari Rumah Berbagi Asa setelah berkegiatan minat belajar siswa-siswa SDN 59 Bonto Tengnga semakin meningkat.
TRANSKIP WAWANCARA
RUMAH BERBAGI ASA
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap : Andi Muhaimin Darwis b. Tempat, Tanggal Lahir: Makassar 28 juni 1997 c. Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Atas (semester 11) d. Pekerjaan : Mahasiswa e. Jabatan di RBA : Tetua Rumah Berbagi Asa
Waktu & Tempat wawancara, 20.00, 01 Oktober 2020 Warkop Celebes 1. Sejak kapan kakak menjadi relawan Rumah Berbagi Asa? Saya bergabung di Rumah Berbagi Asa sejak awal tahun 2017 tepatnya
program kakak guru 11 2. Apa motivasi bergabung di Rumah Berbagi Asa? Motivasi bergabung tentunya ingin melihat senyum-senyum anak-anak muda
atau anak-anak kecil di lokasi terpencil menurut saya kita sama-sama harus perhatikan mereka, berusaha menunjang apa yang kurang selama ini seperti fasilitas pendidikan apa yang kurang kita coba lengkapi disana
3. Menurut anda seberapa penting pembinaan untuk anak-anak pelosok? Sangat penting, menurut saya masa kecil adalah masa emas yang harus kita
manfaatkan untuk membentuk karakter anak-anak pelosok. Yang saya maksud adalah karakter kritis, kemudian karakter berusaha mencari tahu lebih karena karakter moral mereka lebih paham. Cuman kekurangan mereka di Desa daya nalar dam kritis dan coba mencari tahu, mereka kurang disitu makanya kami tanamkan di program Rumah Berbagi Asa.
4. Bagimana dengan kondisi pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga? Bagi teman-teman Rumah Berbagi Asa, kondisi pendidikan disana cukup miris
dibandingkan dengan kota-kota, problem dari guru ada yang kontrak honor, PNS,maka terkadang mereka acuh tak acuh jadi ada yang datang tiap 3 hari sekali ada yang datang hanya beberapa kali 1 minggu artinya jam belajar yang semestinya mereka penuhi itu tidak dimaksimalkan. Kemudian untuk kondisi fasilitas pendidikan disana. Waktu kami datang itu sudah lumayan baik karena
mungkin Dana Boss nya sudah masuk sehingga ada beberapa peralatan yang mereka sudah lengkapi tapi setahu saya sebelum kami datang disana mungkin ada beberapa kelas yang masih acak-acakan kemudian salah satunya digunakan sebagai kandang Kambing. Kemudian untuk WC, siswa menggunakan WC darurat, kadang mereka numpang di rumah warga karena airnya tidak jalan. Kondisi lapangan sekolah yang lebih tinggi daripada jalanan itu memungkinkaan siswa jatuh dibawah ketika mereka main lari-lari bisa saja mereka jatuh makanya RBA membangun pagar. Kondisi siswanya kadang sebagian dari mereka tidak lengkap di seragamnya, seragamnya kadamg mereka pakai seadanya saja karena mereka tidak punya baju formal yang biasa digunakan di bangku Sekolah Dasar.
5. Menurut anda apa dampak dari minimnya mutu pendidikan SDN 59 Bonto Tengnga?
Bagi saya dampak dari minimnya mutu pendidikan disana itu berdampak langsung pada perkembangan siswa dimana siswa itu sudah bisa cerdas tapi karena mutu pendidikannya masih kurang jadi kecerdasan harus terlambat terlebih lagi gurunya yang mungkin kurikulumnya masih belum terlalu diperhatikan kemudian kehadiran gurunya terbilang minim makanya mereka terlambat. Saya percaya mereka pintar anak-anaknya karena asupan nutrisinya baik. Tapi itulagi minimnya mutu pendidikan itu hambatan mereka untuk cerdas mereka mungkin bisa jadi pintar tapi sebenarnya mereka lebih pintar lebih awal sebenarnya.
6. Apa peran Rumah Berbagi Asa dalam meningkatkan mutu pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga?
Peran sebenarnya banyak, yang paling menonjol dari setiap program Rumah Berbagi Asa dalam setiap lokasi adalah meningkatkan minat belajar siswa terutama siswa-siswa Sekolah Dasar karena kehadiran guru kurang jadi mereka kalau datang sekolah tidak ada guru biasa juga tidak belajar karena itu mereka menganggap sekolah itu seperti iniji. Nah ketika kita datang disana memberikan sesuatu yang baru dengan orang-orang yang baru yang tentunya bikin mereka paham ternyata pelajaran-pelajaran seperti ini sangat menarik. Karena kita datang kesana betul-betul mencukupkan kurikulum yang sebenarnya mereka dapatkan dengan media-media belajar yang sebenarnya dimiliki oleh guru jadi mungkin kemarin gurunya sekedar mengajar saja tanpa media-media belajar kurang kemudia kita lengkapi itu sehingga mereka tertarik untuk belajar kira-kira seperti itu. Dampaknya sangat baik, semua orang tua siswa mengakui itu bahwa anak-anaknya yang biasa sekolah sampai jam 1 bahkan anak-anaknya biasa tidak mau pulang bahkan sore baru mereka pulang karena suka di Sekolah karena ada agenda baru yang didapatkan.
7. Program apa saja yang ditawarkan RBA di SDN 59 Bontotengnga? Program yang kami tawarkan itu banyak, jadi program pokok kita itu adalah
kegiatan kakak guru, adalah program-program yang kita datang disana dengan relawan-relawan yang kita sudah tatar dahulu, kita jaring kemudian kita cari betul-betul orang yang berkompeten untuk membimbing anak-anak dipelosok. Kemudian kita bawa kesana dalam agenda kakak guru yang dilaksanakan Rumah Berbagi Asa tiap 3 bulan kemudian kita lakukan seperti biasa mengajar
anak SD kemudian program tambahan kita adakan senam, ada terus ada lomba-lomba yang kita laksanakan kemudian ada juga agenda-agenda seperti itu selama 3 bulam berturut-turut. 1 kali program kakak guru membutuhkan waku 3 hari kemudian 1 bulan kedepan kita datang kembali bersama orang-orang baru lagi, angkatan baru lagi sampai 3 bulan seperti, kemudian akhir pertemuan ada kegiatan puncak bernama eduinland, itu masih rangkaian dari program kakak guru dalam rangka perpisahan kita adakan eduinland itu kita genapkan program-program ini bersama dengan program-program kemasyarakatan, seperti bakti sosial, periksa darah, bantu-bantu warga.kemudian ada lomba yang kita adakan yang inshaAllah dalam rangka betul-betul meningkatkan mutu pendidikan disana.
8. Apa saja hambatan yang anda alami? Hambatan sebenarnya dibandingkan dengan lokasi sebelumnya hambatannya
ini jauh lebih mudah, hambatan utama biasa dari warga, kadang ada lokasi yang kita bantu kadang warga kurang support tapi di Bonto Tengnga alhamdulillah hampir semua warganya mendukung bahkan warga rela rumahnya untuk ditinggali sama kami orang-orang yang membantu mereka untuk ajar anknya baik-baik kemudian hambatan terbesar kami sebenarnya dari kapasitas dan kualitas relawan-relawan yang mau kita terjunkan disana. Kita harus pastikan bahwa mereka adalah oramg-orang yang siap untuk mengajar anak-anak disana kita harus pastikan bahwa mereka ini adalah orang-orang yang siap untuk mengajar anak-anak disana. Kekhawatiran kita adalah jagan sampai kita mau membawa untuk menigkatkan mutu pendidikan tetapi yang terjadi justru kita menurunkan kualitas pendidikan disana. Menurunkan kualitas pendidikan bukan dalam konteks dalam artian kita tidak mengajar disana, kita mengajar disana kita membuat anak-anak malas belajar. Hambatan utama kita juga adalah karena kita takut membuat mereka jenuh terhadap gurunya sendiri mereka selalu menginginkan kita mengajar disana dengan agenda-agenda yang baru yang gurunya bakalan tidak bisa penuhi. Makanya kita menolak untuk memberikan yang banyak untuk mereka seperti hadiah-hadiah yang sifatnya terlalu besar untuk mereka yang tidak bakal bisa dipenuhi guru. Kemudian hambatan selanjutnya adalah karena kita selalu datang disana dalam kondisi hujan jadi hambatan itu datang dari relawan. Hambatan selanjutnya jaringan untuk akses internet karena ada beberapa bahan ajar yang bersumber dari internet yang harus kita sajikan kepada anak-anak disana, tapi hambatan itu tidak terlalu beratji karena kita bisa download disini mahan ajarnya kemudian kita sajikan disana. Tetapi tetap masih ada saja hambatan ketika ketika kita komunikasi orangtua siswa kita harus datang kerumahnya sendiri.
9. Adakah program lanjutan RBA setelah program Kakak Guru? Inti dari program kakak guru dan kehadiran Rumah Berbagi Asa kami adalah
sebagai jembatan pembuka bagi orang-orang Pemerintah yang selama ini belum memberikan perhatian lebih terhadap sekolah-sekolah disana. Tujuan kita adalah dengan program kakak guru akan ada program selanjutnya yaitu eduinland yang masuk program dari kakak guru 3 kali dilaksanak dalam
waktu 3 hari artinya totalnya 9 hari di tambah eduinland 1 minggu itu salah satu program sustainable menurut saya. Kakak guru 1 2 3 kemudian dilanjutkan eduinland. Setelah ituagenda-agenda disana dan apapun yang terjadi disana kita publikasikan lewat web tulisan-tulisan dan kita upload ke media kemudian kita bukukan supaya orang paham kondisi disana ataupun pemerintah yang selama ini mungkin telah memberikan bantuan berupa dana bisa sadar ternyata dana yang disalurkan ternyata belum dimanfaatkan dengan baik. Atau bahkan dananya tidak sampai.
10. Apa harapan kakak terhadap SDN 59 Bonto Tengnga? Semoga orang-orang yang dimandatkan di SDN 59 Bonto Tengnga yang di
tugaskan sebagai stakeholders pendidikan misalnya orangtua, anak, guru, kepala sekolah, dan masyarakat yang sesuai dengan jobdesc mereka.semoga mereka dapat amanah sebagai guru ternyata guru bukan hanya mengajar tapi mendidik. Saya harap bukan hanya dari dana tapi sumber daya manusia sehingga mata pelajaran tidak dirangkapkan, kemudian wali-wali kelasnya jelas disana karena wali kelasnya mungkin kelas 1 sama dengan wali kelasnya kelas 2 dan kelas 3 karena mungkin mereka tidak bisa fokus. Semakin banyak tenaga pendidikan disana akan semakin baik mutu pendidikan.
TRANSKIP WAWANCARA
RUMAH BERBAGI ASA
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap : Fathul Risyaid b. Tempat, Tanggal Lahir : Pangkajene, 7 April 1998 c. Pendidikan Terakhir : Sarjana Pendidikan (S1) d. Pekerjaan : Guru e. Jabatan di RBA : Kordinator Divisi Keilmuan Rumah Berbagi Asa
Waktu, Tempat wawancara, 14.30 28 September 2020, Via Telpon Seluler 1. Sejak kapan anda bergabung di Rumah Berbagi Asa?
Sejak tahun pada tahun 2019 tepatnya bulan januari 2. Apa yang membuat anda tertarik bergabung di Rumah Berbagi Asa?
Tertarik, karena sesuai baground pendidikan saya dimana itu tentang pendidikan karena saya ingin menyumbangkan bakat mengajar saya, karena saya liat program utama Rumah Berbagi Asa ada kakak guru yang memang anak-anak ada di pedesaan. Kemudian sharing dengan anak-anak yang sangat membutuhkan kehadiran kita di daerah-daerah terpencil, dan saya memang tertarik didunia kerelawanan.
3. Apakah ada pembekalan yang anda berikan kepada relawan yang akan mengajar di Desa? Di Rumah Berbagi Asa ada yang namanya sharing, sharing 1 2 dan 3, sharing ini adalah semacam bisa dikatakan pembekalan untuk calon volunteer sebelum berangkat ke Desa jadi merka diberikan pembekalan tentang apa yang harus mereka miliki sebelum mereka terjun ke Desa untuk mengajar anak-anak di Desa. Untuk sharing 2 itu berisi tentang penjelasan profil Rumah Berbagi Asa, sejarah Rumah Berbagi Asa, dan apa yang melatar belakangi Rumah Berbagi Asa, penjelasan tentang bagaimana menyusun RPP, bagaimana membuat media pembelajaran yang menarik, membuat skill yang menarik di kelas, tentu bersemangat dalam belajar, bagaimana kondisi siswa, sekolah dan masyarakat. Sharing 3 itu pemaparan RPP jadi kita diberikan waktu 1 hari untuk membuat RPP, kita memaparkan RPP kita kepada fasilitator apa yang kita ajarkan disana mulai dari pembukaan apa yg kita katakan, isinya sampai penutupnya sehingga memastikan calon relawan benar-banar ready untuk mengajar di Desa dan tidak buta-buta mengajar shingga ada namanya pembekalan.
4. Bagaimana akses menuju Desa? Aksesnya ke Bonto Tengnga lumayan terjal juga, karena bisa dikatakan belum 100% jalanan disana aspal jadi masih banyak jalan bebatuan, kalau hujan lumpur becek, dan segala macam. Tapi alhamdulillah motor bisa sampai di Motor walaupun motor setengah mati untuk melewati jalanan yang berbatu
terjal kalau hujan lumpur becek, tapi begitulah dunia relawan sebuah desa terpencil dia harus berjuang untuk memberikan ilmu epada anak-anak desa yang dimana berhak mendapatkan seperti anak-anak ada di Kota
5. Apa program Rumah Berbagi Asa selama mengabdi di sekolah binaan? Untuk Kepengurusan di Bontang ada dua tambahan program baru yaitu Kreatif Warga dan Narasi Desa. Latar belakang kita menambahkan Kreatif Warga dan Narasi Desa karena kita melihat tidak semua relawan yang mendaftar diRumah Berbagi Asa tidak berlatar belakang Pendidikan ada yang dari Tekhnik, Hukum, Pertanian yah mungkin tidak serasi kalau kita memberikan tugas mengajar. Maka itu kami membuka Kreatif Warga dan Narasi Desa untuk berpartisipasi selain mengajar. Kakak guru jelas mengajar di kelas formal yang pelajaranya Matematika, Bahasa Indonesia, Agama, PKN dan hanya sampai jam 12. Sedangkan kelas non formal dilaksanakan setelah Duhur jam 2 sampai jam 4, dikelas formal ini ada kelas menari, kelas puisi, kelas paduan suara, kelas inspirasi, kelas bahasa inggris, kelas religi dan kelas eksprimen. Di Rumah Berbagi Asa juga membuka kesempatan kakak guru yang mau berpartisipasi dengan masyarakat sekitar melalui program kreatif warga. Kreatif warga ini relawan berkesempatan untuk mengobservasi sumber daya alam yang berpotensial di daerah tersebut bisa dikembangkan seperti madu dan kemiri. Tugas relawan kreatif warga mengolah madu atau kemiri menjadikan sumber kreatifitas warga, dan relawan yang memfasilitasi warga bagaimana cara mengolah sumber daya alam dengan baik. Kemudian Narasi Desa program yang disediakan untuk relawan Rumah Bernagi Asa yamg memiliki bakat menulis atau bercerita, dan kita menentukan topiknya misalnya kehidupan sosial budaya masyarakat Bonto Tengnga jadi relawan observasi atau keliling sekitar desa bagaimana kehidupan sosial budaya masyarakat setempat kemudian mengupload di sosial media Rumah Berbagi Asa agar masyarakat luar juga bisa tau ternyata ada Desa yang berpotensi dalam hal sumber daya alam sehingga mengundang masyarakat luar atau pemerintah sehingga bisa memberikan perhatian lebih terhadap kehidupan masyarakat Desa.
6. Bagaimana dengan kondisi pendidikan yang ada di SDN 59 Bonto Tengnga? Kalau masalah kondisi kelas di Bonto Tengnga, kelasnya ada yang sudah pakai tegel ada yang masih semen, kalau dalam kondisi kelas bisa dikatakan layak, tapi yang menjadi persoalan disana masalah sumber daya manusia dalam hal ini gurunya masih sangat minim, itupun guru PNS nya hanya 1 kalau tidak salah selebihnya honor, itupun Guru PNS nya tempat tinggalnya jauh karena tinggal di Kota Maros. Bayangkan kalau gurunya mau ke sekolah harus melewati hutan-hutan pedalaman Bonto Tengnga makanya gurunya jarang datang karena jauh dari Sekolah
7. Apakah yang anda ajarkan sesuai dengan kurikulum sekolah? Kurikulum di SDN 59 Bonto Tengnga memakai dua kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013, dan Rumah Berbagi Asa tetap berpatokan pada kurikulum
yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Budaya tetapi di Rumah Berbagi Asa ada divisi keilmuan. Divisi keilmuan bertugas untuk meracik kurikulum sendiri dalam artian tidak mengambil mentah-mentah langsung dari kurikulum yang dikeluarkan oleh pemerintah tapi menyederhanakan kurikulum yang dikeluarkan oleh pemerintah karena menyesuaikan kultur anak-anak tersebut, misalkan kurikulum yang dikeluarkan pemerintah ada empat indikator yang mereka harus dikuasai setelah mereka mempelajari satu kompetensi dasar. Tapi dalam Rumah Berbagi Asa terlalu banyak untuk anak-anak di Desa karena masih banyak yang belum bisa membaca, makanya divisi keilmuan menyederhanakan empat indikator dan hanya dua yang diambil karena mempertimbangkan kemampuan dan kondisi siswa dan sarana prasarana sekolah. Guru-guru juga tidak paham masalah kurikulum karena faktor akses jauh dari kota dan akses jaringan komunikasi susah didapatkan.
8. Bagaimana cara mengajar pada anak-anak yang terbelakang dalam pendidikan karena akses kota jauh? Yang menjadi masalah disana yaitu akses teknologi dan informasi yang masih sangat minim dan sulit mereka dapatkan makanya relawan yang khusunya relawan yang memilih program kakak guru bisa menunjukan pengetahuan teknologi terhadap anak anak misalnya kemarin kita mengajar tentang berita di kelas 6. Maka saya memperkenalkan berita yang ada di internet. Dan alhamdulillah mereka berantusias melihat berita tersebut. Sambil mengajar kita bisa memperkenalkan perkembangan teknologi dalam hal positif kita bisa manfaatkan teknologi itu, misalnya kita mau memperkenalkan Ice Breaking kita bisa ambil di internet dan download lewat Hp itukan secara langsung mengajarkan mereka tentang perkembangan teknologi agar mereka tidak tertinggal dengan perkembangan teknologi. Tetapi dengan catatan dengan memberitahukan cara menggunakan teknologi dengan baik.
9. Bagaimana prestasi belajar anak-anak apakah sesuai dengan pencapaian setiap kakak guru? Alhamdulililah sejak kemarin di Bonto Tengnga ada program kakak guru yang namanya Rapor Mini ini pertama kali diterapkan di Bonto Tengnga. Apa fungsinya Rapor Mini adalah catatan perkembangan siswa setiap bulan setiap pemberangkatan setiap bulan. Fungsinya Rapor Mini ini dibuatkan catatan siswa tentang bagaimana perkembangan pelajaran bahasa indonesia, misalnya bulan ini sudah bisa mengeja 4 kata bulan berikutnya sudah bisa mengeja 5 kata atau 6 kata jadi semacam laporan perkembanga siswa setiap bulannya. Contoh lainnya, oh siswa ini belum bisa menghitung penjumlahan puluhan maka dari itu bisa menjadi catatan relawan kakak relawan berikutnya catatan ini belum bisa menghitung penjumlahan puluhan berarti kakak guru yang baru jangan dulu memasuki penjumlahan ratusan karena siswa itu belum bisa penjumlahan puluhan. Rapor Mini sangat bermanfaat untuk mengukur sejauh mana timgkat pemahaman siswa terhadap pengajaran yang diajarkan di kelas formal. Tidak hanya pengetahuan yang dilihat dengan dinilai juga nilai
Afektif, Psikomotorik selama kakak guru mengajar dikelas. Oh ini pendiam memperhatikan dengan baik, oh ini banyak goyangnya dan itu bisa menjadi catatan kakak guru berikutnya kalau ankanya begini maka begini pendekatan yang dilakukan pada anak-anak tersebut. Rapor Mini untuk mengukur prestasi belajarnya atau perkembangan terhadap belajarnya.
10. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan? Dengan program kakak guru kita tidak hanya mengajar kelas formal seperti Matematika, PKN, Agama, Bahasa Indonesia, tetapi kita juga mengajarkan kelas non formal kita melatih mengembangkan bakat atau kreatifitas siswa dan alhadulillah dengan adanya kelas non formal saya perhatikan anak awanlnya pemalu ketika diberikan fasilitas kelas non formal dia menjadi anak yang aktif, periang, dan bisa berinteraksi dengan teman-temannya. Karena betul-betul kelas formal ini bentuk sebagai wadah untuk mengembangkan kretifitas anak-anak pada bakat mereka. Ada yang pintar menyanyi maka dimasukan kelas paduan suara, ada yang pintar puisi maka dimasukan kelas sastra, ada yang pintar drama dimasukan kelas drama. Harapannya dengan adanya kelas non formal bisa menigngkatkan mutu pendidikan anak-anak disana. Alhamdulikkah sekarang anak-anak di Bonto Tengnga sudah bisa ikut lomba 17 Agustus karena salah satunya mereka difasilitasi aktu kakak guru disana dengan kelas pramuka baris berbaris mereka sudah bisa tampil di lomba 17 Agustus di Kecamatan. Artinya kelas non formal sangat membawa pengaruh paositif terhadap anak-anak di Bonto Tengnga.
11. Apa dengan dukungan orangtua terhadap pendidikan? Alhamdulillah sudah ada perkembangan selama saya jadi pengurus di Bonto Tengnga partisipan orangtua mereka sangat mendukung anak-anak mereka meskipun orangtua mereka petani mereka tidak memiliki pendidikan yang cukup baik tapi mereka sudah ada kesadaran pendidikan itu sangat penting. Bahkan ada kelas 6 yang saya ajar kemarin mereka harus melanjutkan SMP dia harus keluar karena tidak ada SMP disana. Artinya apa sudah ada perkembangan atau kesadaran orangtua terhadap anak-anaknya.
TRANSKIP WAWANCARA
RUMAH BERBAGI ASA
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap : Rindiani Ulfa
b. Tempat, Tanggal Lahir: Kajuara, 04 November 1997 c. Pendidikan Terakhir : Sarjana Ilmu Politik d. Pekerjaan : akademisi e. Jabatan di RBA : Relawan Rumah Berbagi Asa
Waktu & Tempat wawancara, 09.13, 11 September 2020, SDN 59 Bonto Tengnga 1. Sejak kapan anda bergabung di Rumah Berbagi Asa?
Sejak tahun 2019 2. Apa yang membuat anda tertarik bergabung di Rumah Berbagi Asa?
Yang membuat saya tertarik karena suka anak-anak dan kebetulan kebeulan Rumah Berbagi Asa mendatangi pelosok untuk mengajar anak-anak SD.
3. Apakah ada pembekalan yang diberikan Rumah Berbagi Asa bermanfaat ketika ke Desa? Iya, tentu ada, ada namanya Sharing 1 yang membahas tentang sejarah Rumah Berbagi Asa, Sharing 2 tentang Desa Binaan, Sekolah, siswa dan masyarakat, sharing 3 membahas tentang kurikulum yang digunakan Sekolah dan Rumah Berbagi Asa
4. Bagaimana akses untuk sampai ke Desa binaan? Sangat jelek karena harus melewati hutan-huta, pegunungan, jalanan yang batu-batu kalau hujan sangat becek dan penuh lumpur
5. Bagaimana keadaan home stay? Tempat tinggal sangat bagus, homestay perempuan dan laki-laki dipisahkan yang cewek tinggal dirumah nya Puang Kacong sedangkan laki-laki tinggal di Rumah pak Gafur (Dusun Bonto Tengnga)
6. Bagaimana keadaan sarana prasaran sekolah binaan Rumah Berbagi Asa? Sarana dan prasarana sekolah sangat memprihatinkan, yang pertama masalah bangunan sekolah masih ada yang belum cukup kelas jadi harus di tempat 1 ruangan 2 kelas jadi ketika kita mengajar dalam kelas suara kita terdengar di kelas 3 karena kelas 1 dan 3 digabung dalam 1 ruangan dalam proses belajar mengajar siswa tidak fokus dan tidak memahami apa yg kita katakan karena suara guru sebelah juga terdengar jadi mereka pusing mana yang nereka harus tangkap, masalah buku-buku masih memakai buku lama, atas kelas sudah bocor, papan tulis masih menggunakan kapur sebagian dan masalah Gurunya mereka belum paham betul tentang kurikulum, bahkan ada Guru pernah saya
tanya kurikulum apa dipakai di sekolah? Dan dia jawan kurikulum 2010 padahal kurikulum hanya 2 yaitu KTSP dan K13.
7. Bagaimana dengan kurikulum yang diajarkan apakah sesuai atau tidak? Sesuai karena Rumah Berbagi Asa melakukan observasi dahulu untuk melihat keadaan Sekolah, kurikulum yang dipakai sekolah dan lain-lain.
8. Bagaimana dengan prestasi belajar anak-anak di SDN 59 Bonto Tengnga? Anak-anak di SDN 59 Bonto Tengnga, sebagian sudah pintar membaca menghitung dan lain-lain tapi sebagian juga belum sama sekali tahu membaca dan berhitung contohnya dikelas 1 ada anak bernama Fitrah dia belum bisa membaca dan berhitung ratusan, di kelas 2 juga begitu ada 3 orang kalau tidak salah belum bisa berhitung ratusan.
9. Bentuk pengajaran seperti apa yang anda berikan pada siswa-siswi? Kami memberikan pengajaran sesuai dengan RPP yang di gunakan Rumah Berbagi Asa dan kami lebih kreatif dalam memberikan pelajaran karena kami menggunakan media pembelajaran agar anak-anak lebih semangat dan cepat paham apa yang kami ajarkan.
10. Bagaimana respon siswa-siswi terhadap relawan? Menurut saya respon mereka sangat bagus mereka bearusias sekali belajar ketika kakak guru datang, bahkan mereka tidak mau pulang sekolah atau lebih seuka di sekolah karena ada kelas tambahan yang diberikan oleh kaka guru yaitu kelas non formal jadi mereka sangat semangat belajar. Kalau pagi-pagi mereka bahkan datang leboh awal daripada kakak guru yang dulunya datang jam 08.00semenjak kakak guru datang mereka datang biasa jam 06.30 saking semangat nya mereka.
11. Bagaimana upaya anda selaku relawan dalam meningkatkan mutu pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga? Cara kami meningkatkan mutu pendidikan ya itu tadi kami memberikan semangat belajar adik-adik, memotivasi mereka, memngembangkan bakat mereka, dan bukan hanya itu kita megajarkan guru-giri yang belum paham tebtang kurikulum.
12. Apa hambatan yang anda rasakan selama menjadi relawan Rumah Berbagi Asa? Hambatan menurut saya hanya pada akses jalanan dan akses jaringan saja karena masalah dukungan masyarakat, mereka sangat mendukung kami dalam mengajar anak-anak mereka bahkanketika Rumah Berbagi Asa mau pulang dari Desa orang tua mereka sangat sedih bahkan ada uang nangis.
TRANSKIP WAWANCARA
KEPALA SDN 59 BONTO TENGNGA
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap : Marlia, S.Sos
b. Tempat, Tanggal Lahir: Pattanyamang 7 September 1970 c. Pendidikan Terakhir : Sarjana Sosial d. Pekerjaan : Guru e. Jabatan di Sekolah : Kepala SDN 59 Bonto Tengnga
Waktu & Tempat wawancara, 08.06, 03 Oktober 2020, SDN 59 Bonto Tengnga
1. Sejak kapan ibu mengenal Komunitas Rumah Berbagi Asa? Saya mengenal Rumah Berbagi Asa sejak awal tahun 2019 waktu itu Rumah Berbagi Asa pertama datang di Bonto Tengnga
2. Bagaimana pendapat ibu mengenai Rumah Berbagi Asa? Rumah Berbagi Asa menurut saya adalah komunitas yang sangat peduli terhadap anak-anak pelosok, rasa peduli mereka sangat tinggi.
3. Menurut Ibu mutu pendidikan yang baik itu seperti apa? Mutu pendidikan yang baik menurut saya adalah sekolah yang mendapatkan hak pendidikan yang baik seperti dalam fasilitas pendidikan setara dengan apa yang didaptkan di Kota. Mutu pendidikan yang baik adalah dilihat dari kapasitas tenaga pengajar. Tidak hanya itu karena tenaga pengajar menjadi suatu masalah yanh utama dari dampaknya minimya mutu pendidikan. Serta sarana dan prasaran juga menjadi masalah dari minimnya mutu pendidikan. Seperti di SDN 59 Bonto Tengnga sarana prasarana masih terbilang minim karena ruangan masoh belum cukup dipakai, jadi kelas di gabung dala 1 ruang. Papan tulis sebagian masih memakai kapur, lantai sudsh bolong-bolong. Atap sudah bolong juga, buku-buku masih edisi lama, serta perpustakaan digabung dengan ruang guru karena bangunan kelas tidak cukup. Menurut saya pendidikan disini masih sangat minim karena itu juga masakah jaringan jadi guru-guru tidak bisa sharing di internet masalah pembelajaran jadi kita pakai buku saja, saya rasa untuk sekarang belum efektif cara kami mengajar. Tapi semenjak ada kakak guru dengan membawa hal-hal baru, media pembelajaran yang menarik anak-anak lebih semangat belajar dari yang saya lihat. Media memang sebagai pendukung dalam pembelajaran yang menarik.
4. Apakah SDN 59 Bonto Tengnga sudah mendapatkan mutu pendidikan yang baik?
Belum, karena masih banyak fasilitas kurang memadai sekolah, kami di SDN 59 Bonto Tengnga sangat kurang tenaga pengajar, kami bahkan kewalahan mengajar karena terkadang hanya 2 guru yang datang saja. Guru yang lain paling 2 kali 1 minggu karena jarak Rumah guru ke skolah sangat jauh kami maklumi melihat dari keadaan jalan kesini susah dilewati.
5. Bagaimana dampak dari minimnya mutu pendidikan di SDN 59 Bonto Tengnga? Dampak dari minimnya mutu pendidikan menurut saya yaitu sangat berdampak pada anak-anak di pelosok karena dari minimnya mutu pendidikan mereka tidak bisa mendapatkan pembelajaran seperti yang didapatkan anak sekolah di Kota, pendidikan di pelosok terkendala dengan akses jalan,akses jaringan, guru-guru hanya menggunakan buku tidak seperti guru yang ada dikota semua berbasis internet jadi semakin modern model pembelajarannya, sedangkan di Desa hanya menggunakan buku itupun masih pakai buku-buku lama. Dari keterampilan tenaga pengajar kami kurang karena itu terkendala pada akses jaringan jadi kami kurang berinovasi mengajar seperti yang guru-guru lain ajarkan. Pengetahuan kami sangat terbatas.
6. Bagaimana pandangan ibu Rumah Berbagi Asa dalam pembinaan di SDN 59 Bonto Tengnga? Sangat bagus karena semenjak Rumah Berbagi Asa masuk di SDN 59 Bonto Tengnga anak-anak sudah percaya diri dalam hal kalau ada lomba seperti 17a Agustus mereka sudah berani tampil mengikuti lomba-lomba membaca puisi, menari, menyanyi, dan lain-lain. Kami sangat bersyukur karena mereka sudah percaya diri untuk tampil di tempat umum. Karena yang dulunya anak-anak yang malu-malu kalau ada lomba tapi sekarang alhamdulillah sangat percaya diri, itu berkat kakak guru dari Rumah Berbagi Asa.
7. Menurut pandangan ibu, peran apa saja yang diberikan Rumah Berbagi Asa? Sangat banyak perannya Rumah Berbagi Asa, seperti ada yang mengajar di kelas setiap hari, ada yang mengajar kelas non formal setiap pulang dari sekolah, disitu anak-anak dilatih dalam pengembangan bakat mereka, ada juga Narasi Desa dan Kreatif Warga. Intinya semua peran Rumah Berbagi Asa membawa pengaruh besar terhadap anak-anak dan masyarakat disini.
8. Apakah Rumah Berbagi Asa memberikan dampak positif? Iya seperti yang saya bilang tadi Rumah Berbagi Asa sangat membawa dampak positif bagi siswa-siwa dan masyarakat.
9. Bagaimana dampak Rumah Berbagi Asa terhadap siswa-siswa dan SDN 59 Bonto Tengnga? Dampaknya sangat baik menurut saya
10. Bagaimana respon masyarakat dengan adanya Komunitas Rumah Berbagi Ada di Dusun Bonto Tengnga Desa Pattanyamang? Respon masyarakat sangat senang karena Rumah Berbagi Asa bisa mengajar anak-anak mereka menjadi lebih baik dan mereka sangat berkembang dengan baik.
TRANSKIP WAWANCARA
TENAGA PENGAJAR SDN 59 BONTO TENGNGA
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap : Mujaidah b. Tempat, Tanggal Lahir: Pattanyamang 14 Maret 1989 c. Pendidikan Terakhir : SMA Sederajat d. Pekerjaan : Guru e. Jabatan di Sekolah : Guru SDN 59 Bonto Tengnga
Waktu & Tempat wawancara, 11.31, 22 September 2020 SDN 59 Bonto Tengnga
1. Sejak kapan ibu mengenal Komunitas Rumah Berbagi Asa? Saya kenal Rumah Berbagi Asa pas mereka mulai masuk di di Bonto Tengnga
januari 2019 2. Menurut ibu Mutu pendidikan yang baik seperti apa? Mutu pendidikan menurut saya pribadi adalah sekolah yang sudah
mendapatkan sarana dan prasarana yang baik, Tenaga pengajar yang memadai. Tapi kita lihat sekolah kami belum mendapatkan pendidikan karena semua masih kurang dalam segala apapun seperti tenaga pengajar, sarana prasarana kami di sekolah masih sangat sedikit.
3. Menurut ibu SDN 59 Bonto Tengnga sudah mendapatkan mutu pendidikan yang baik?
Saya pribadi yah dek, belum karena seperti yang adek lihat kami sangat terbatas dalam segi tenaga pengajar, PNS di sekolah hanya 1 selebihnya honorer.kemudian sarana prasarana juga sangat terbatas seperti ruang kelas belum cukup kasian anak-anak yang terganggu belajarnya terkadang mereka tidak fokus yah. Peralatan pendidikan seperti yang ada di kota tidak kita miliki juga jadi ini anak-anak susah bagaimana carata ajar. Guru-guru juga tidak pakai RPP Silabus mengajar jadi mengajar begitu jaki kodong, tidak aa arah pembelajaran ta.
4. Bagaimana dampak dari minimnya mutu pendidikan? Dampak minimnya mutu pendidikan menurut saya. Sangat berdampak pada
anak-anak karena kenapa, anak-anak saya lihat sebelum adanya Rumah Berbagi Asa semangat belajarnya sangat kurang mereka terkadang tidak datang sekolah paling mereka datang 3 kali seminggu ji karena itu tadi tidak ada daya tarik nya mereka untuk belajar karena guru-guru juga sehari hanya 2 tenaga pengajar jadi mungkin disitu anak-anak juga ma;as sekolah karena pengaruh
tenaga pengajar kurang disisi lain juga tidak ada daya penarik mereka untuk belajar.
5. Menurut ibu peran seperti apa yang diberikan Rumah Berbagi Asa? Peran Rumah Berbagi Asa sangat banyak seperti kelas kakak guru yang
mereka lakukan mengajar seperti guru menggantikan guru-guru yang ada di sekolah mereka punya RPP Silabus sendiri, dan sebelum masuk kelas formal ada yang namanya baris-berbaris sebelum masuk ruangan itu berguna untuk memberi semangat anak-anak agar rajin dan tepat waktu ke sekolah sudah itu kelas inspirasi yah kalau tidak salah itu berguna untuk memberi semangat anak-anak mencapai cita-cita mereka dan setelah itu kelas formal dengan mapel PKN, Bahasa Indonesia, Matematika, dan Agama lanjut pulang sekolah anak-anak kadang tidak mau pulang sekolah karena ada kelas non formal setelah sholat Duhur itumi yang kasi semangat anak-anak dalam mengembangkan diri mereka yang dulunya mereka tidak tau puisi, drama, menyanyi dan segala macam mungkin mereka puntar ji tapi kurang dilatih karena kami sangat terbatas dan waktu kami juga terbata tapi setelah ada ini mereka sangat senang untuk ikut kelas non formal nya Rumah Berbagi Asa.
6. Apakah Rumah Berbagi Asa memberikan dampak positif? Iya bahkan mereka lebih antusias belajar dengan kakak gurunya dibandingkan
kami yah, mereka lebih senang sama kakak guru belajar karena Rumah Berbagi Asa memberikan media pembelajaran yang sangat menarik yang belum pernah mereka lihat sebelumnya jadi itu semangatnya mereka belajar bertambah semakin hari, kemudian mereka sudah percaya diri tidak malu-malu lagi kalau ada kegiatan mereka sudah punya bakat saya liat masing-masing anak-anak ada semua bakatnya ada yang pintar puisi ada yang pintar drama, ada yang pintar menari. Mereka dulu kalau ada lomba ke Kecamatan pada saat 17 agustus mereka tidak mau ikut meskipun kami tawarkan terus setelahnya aa Rumah Berbagi Asa mereka bahkan mau sekai ikut,. Situ salah satu dampak besar yang di berikan adik-adik dari Rumah Berbagi Asa.
7. Bagimana respon masyarakat terhadap Rumah Berbagi Asa? Respon masyarakat sangat baik, karena mereka melihat relawan-relawan
Rumah Berbagi Asa sangat sopan dan mereka juga lihat anak-anak mereka ada peningkatan dalam belajar.
TRANSKIP WAWANCARA
WARGA DUSUN BONTO TENGNGA
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap : Abdul Gafur
b. Tempat, Tanggal Lahir: Pattanyamang, 11 Februari 1979 c. Pendidikan Terakhir : SMA Sederajat d. Pekerjaan : Kepala Dusun Bonto Tengnga
Waktu & Tempat wawancara, 08.00, 15 September 2020, SDN 59 Bonto Tengnga
1. Sejak kapan bapak mengenal Rumah Berbagi Asa Sejak Rumah Berbagi Asa masuk di Bonto Tengnga 2. Menurut bapak mutu pendidikan yang baik seperti apa? Mutu pendidikan yang baik adalah sekolah yang mendapatkan perhatian dari
Pemerintah dalam artian Sarana prasarana sekolah memadai, guru-gurunya juga memadai siswa.
3. Peran apa yang di berikan Rumah Berbagi Asa di SDN 59 Bonto Tengnga? Perannya Rumah Berbagi Asa yang saya lihat ada yang menjadi tenaga
pengajar di sekolah, ada yang mengajari anak-anak menari, menyanyi, puisi, drama dan lain-lain. Ada juga yang ajari warga mengelola SDA sebagai sumber penghasilan seperti mereka berinovasi pada SDA yang ada di Bonto Tengnga.
4. Bagimana dampak dari minimnya mutu pendidikan? Dampak nya menurut saya yaitu sangat berdampak pada sekolah, guru dan
siswa. Yang pertama pada sekolah karena sekolah sangat kurang dalam sarana prasarana nya kelas masih ada yang digabung, perpustakaan nya digabubg sama ruang Kepala Sekolah dan ruang guru, buku-buku kurang di perpustakaan, WC juga tidak ada. Tenaga pengajar sekolah sangat sedikit, yang saya liat juga anak-anak setelah lulus SD mereka tidak ada mau lanjut sekolah karena mungkin tidak ada motivasi yang mereka dapatkan.
5. Apa dampak positif yang diberikan oleh Rumah Berbagi Asa? Setelah adanya Rumah Berbagi Asa anak-anak saya liat mereka lebi semangat
dari sebelumnya untuk belajar karena dulu mereka malas datang sekolah, malas belajar sekarang mereka sangat senang belajar bahkan sebelum jam 7 mereka sudah ada di Sekolah. Terkadang kakak gurunya belum sarapan mereka sudah teriak-teriak depan rumah panggil kakak guru. Mereka juga senang di sekolah karena ada kelas sore yang kakak guru berikan kelas non formal itu untuk melatih pengembangan diri siswa dalam segala bidang seperti menari, menyanyi, puisi, sastra, religi, pramuka dan lain-lain.
6. Bagimana yang anda lihat perkembangan anak-anak setelah datangnya Rumah Berbagi Asa?
Semenjak Rumah Berbagi Asa ada di Bonto Tengnga anak anak semakin meningkat belajar nya karena mereka sangat senang karena kakak guru mengajar menggunakan media-media yang bagus itu sebagai penarik minat belajar anak-anak. Mereka juga lebih percaya diri dalam bakat mereka yang dulu malu-malu takut tampil sekarang mereka selalu ikut lomba di kecamatan atau perseni antar desa.
7. bagaimana respon orangtua terhadap Rumah Berbagi Asa? Respon masyarakat sangat bagus karena Rumah Berbagi Asa mau menjadi
relawan di Bonto Tengnga tanpa mereka mau digaji, Rumah Berbagi Asa sudah memberikan pembelajaran anak-anak yang sangat bagus, membuat anak-anak senang juga orangtua sangat senang sama Rumah Berbagi Asa.
8. Apa harapan anda terhadap Rumah Berbagi Asa? Jangan pernah berhenti berbagi apalagi pada daerah pelosok seperti daerah
kami ini Bonto Tengnga yang sangat terbatas dalam pendidikan masih jauh dari kata modern.
DOKUMENTASI
RIWAYAT HIDUP
Riska, Lahir di Takosang, pada tanggal 30 April 1998. Anak pertama dari dua bersaudara, dan merupakan buah kasih sayang dari Lambo dan Amriani. Penulis menempuh Pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Takosang dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Sampaga, lulus pada pada tahun 2013. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA
Negeri 1 Sampaga dan tamat di tahun 2016. Dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan jurusan Pendidikan Sosiologi dan berhasil lulus di Program Strata 1 (S1) Kependidikan. Dalam organisasi intra kampus penulis pernah menjadi pengurus HMJ Pendidikan Sosiologi periode 2018-2019, pengurus Kepmi Bone Taro Ada Taro Gau, Komunitas Rumah Berbagi Asa, Komunitas Pecinta Anak Jalanan dan menyelesaikan gelar studi pada tahun 2020 dengan gelar sarjana pendidikan.