doa emak untuk asa

48

Upload: deep-of-teen

Post on 25-Jun-2015

473 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

DOA EMAK UNTUK ASA. Sesungguhnya hidup itu memang indah... setidaknya itulah yang aku rasakan dalam dekapan Emak yang selalu hangat. Asa kecil tak pernah jauh dari Emak yang mengasuhnya dengan penuh kasih sayang dan cinta seorang diri. Namun, saat beranjak dewasa, karena tuntutan keadaan yang mengharuskan Asa untuk berjuang pergi meninggalkan Emak dan hidup berdikari di negeri orang. “Ketika doa Emak, perjuangan yang meneteskan air mata demi Asa, Ketika cinta Emak, menguatkan alang rintang pada Asa”.

TRANSCRIPT

Page 1: Doa Emak untuk Asa
Page 2: Doa Emak untuk Asa

2

Doa Emak

untuk Asa

Hidup itu indah... ketika aku bersamamu, Emak

Penerbit

Nulisbuku.com

Page 3: Doa Emak untuk Asa

3

Doa Emak untuk Asa

Oleh: Musa Rustam

Copyright © 2014 by Musa Rustam

Penerbit

Nulisbuku.com

Desain Sampul:

Musa Rustam

Diterbitkan melalui:

Nulisbuku.com

Page 4: Doa Emak untuk Asa

4

Buku ini kupersembahkan untuk :

Emakku adalah Ibu terbaik sedunia, terima kasih „tuk cinta, kasih sayang

dan ridhonya.

Page 5: Doa Emak untuk Asa

5

Ucapan Terima Kasih...

Ucapan terima kasih kusampaikan

kepadaNYA, Segala puji saya panjatkan ke

hadirat Allah SWT, berkat pertolongan dan

hidayahnya. Kepada wanita pendampingku

sosok sangat bermakna yang selalu

memberikan dukungan dengan

inspirasinya yang luar biasa. Kepada

putraku, Muhammad Hafiz Danish Veysa,

yang senantiasa menjadi penerang dan

pelipur lara dalam hidupku. Kepada

orangtuaku, Mak Rinah, Bapak Rustam

(Alm), Mama Mahirmani, Papa Adi Sucipto,

yang telah memberikan cinta kasih dan

dukungan yang sangat luar biasa

kepadaku. Kepada Kalak, Para Kabid,

Sekretaris dan rekan-rekan BPBD Provinsi

DKI Jakarta, Rekan-rekan Satpol PP

Provinsi DKI Jakarta, dosenku di STIA LAN

Jakarta dan teman-teman baikku yang

telah mendukungku selama ini serta

Nulisbuku.com.

Page 6: Doa Emak untuk Asa

6

”Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula)

pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh

Mahfudzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang

demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian

itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput darimu,

dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang

diberikanNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang

sombong lagi membanggakan diri.”

(QS. Al-Hadiid : 22-23)

Page 7: Doa Emak untuk Asa

7

Chapter One

Ia sangat tinggi menjulang, tepat di jantung

ibukota negara. Di tengah-tengah Jakarta.

Di tengah-tengah peradaban Indonesia. Di

tengah-tengah kekaguman kami dari

berbagai pelosok nusantara. Seperti

permainan kemudi putar yang berputar di

pasar malam, membuat tertawa riang

anak-anak yang menaikinya, segala yang

berada di atasnya pun ikut berputar. Kami

pun ikut berkemudi putar.

Kami tiba di kota ini layaknya lebah

yang mendatangi bunga-bunga yang

memiliki madu. Terpesona akan cantik dan

manisnya yang belum pernah kami lihat

sebelumnya. Tubuh dan jiwa kami

bergerak bersama alunan kereta api listrik

yang membawa kami keluar dari kampung

terbiasa dengan banjir pada musim

Page 8: Doa Emak untuk Asa

8

penghujan. Kami semua di tarik ke dalam

sebuah bejana yang tak berujung,

membawa takdir masing-masing yang tak

pernah kami pahami dan mengerti.

Pada bulan Maret 1993, Emak

berkata. Tepat 34 tahun keberadaannya.

“Melihatnya seperti itu, tampaknya ia

seperti kesepian dan sendiri. Berdiri tegak

menghiasi kota pada siang dan mencoba

menyinari pada malam, ia begitu tampak

murung.”

Tapi menurutku, justru karena itulah ia

begitu dikagumi semua orang. Di ibukota

yang terasa hampa ini, saat orang-orang

memandang ke atas dan melihat ada

bongkahan yang berkilau seperti emas

dengan melihatnya berdiri tegak bersinar

dengan penuh kehormatan, mereka akan

merasakan adanya kekuatan luar biasa,

penuh perjuangan sejarah bangsa dan

Page 9: Doa Emak untuk Asa

9

memiliki daya tarik keindahan bagi siapa

saja yang melihatnya.

Wahai anakku, Emak sudah

mengalami manis dan getirnya kehidupan-

perebutan paksa, pengkhianatan yang tak

berujung, kekerasan dari kekejaman-

merasakan kekaguman pada keindahan

dalam kesendirian dan keterpurukan itu.

Kami tidak dapat menahan air mata yang

jatuh dari pelipis mata, kesedihan yang

mendalam namun kita harus tetap

berputar mengikuti waktu dalam jam

sesuai dengan putaran porosnya, berputar

membuat kita harus kuat dan

menjalaninya dengan penuh kesabaran.

Semua orang berdatangan ke tempat

ini. Mereka meninggalkan kampung

halaman demi sebuah mimpi agar dapat

tegak dan berdiri untuk membangun

Page 10: Doa Emak untuk Asa

10

mimpi mereka, yang penuh pengharapan

nan suci di Jakarta ini.

Inilah kisah masa kecilku, bertiga

dengan Bapak dan Emak di Jakarta,

berjuang bersama mereka yang memiliki

persamaan dengan jutaan orang-orang

pemimpi yang datang dari kampung

halaman. Bapak yang terlupakan dari

hingar bingar dan terhempas dari putaran

kemudi putar, aku datang dengan bertahan

yang memiliki tujuan yang sama, namun

bingung tak dapat berjuang melihat segala

keadaan yang terjadi tapi aku tak dapat

pergi kemana-mana. Sedangkan Emak

dengan super kesabarannya, mencoba

bertahan yang akhirnya harus berjuang

hingga tertidur letih di bantaran kali

Ciliwung.

= #=#=#=

Page 11: Doa Emak untuk Asa

11

Pagi itu, di dalam sebuah kamar yang

mungil dengan pemandangan langsung ke

bantaran kali Ciliwung, kami bertiga tidur

berdampingan dengan lelap. Banyak orang

berkata bahwa mereka tidak terlalu

mengingat hal-hal yang terjadi ketika

mereka masih kanak-kanak. Namun,

berbeda dengan aku, aku masih sangat

ingat dan jelas. Aku seakan masih dapat

mencium aroma udara yang menghinggapi

sekeliling, serta membayangkan hal-hal

yang terjadi pada saat itu. Mungkin karena

aku hanya memiliki sedikit saja memori

yang harus aku ingat dan alami apabila

dibandingkan dengan orang lain.

Ingatan hingga usiaku menginjak

umur tiga tahun, tentang Aku, Emak dan

Bapak serta seorang adik perempuanku.

Ingatan ketika kami harus kehilangan

Page 12: Doa Emak untuk Asa

12

seorang Engkong yang kami cintai telah

meninggal dunia tanpa harus aku

mengerti, mengapa beliau pergi

meninggalkan kami, sehingga dalam

ingatanku hanya tersisa sekeping episode

tersebut, saat kami masih memiliki senyum

kebahagiaan dan keindahan dalam hidup

yang utuh.

= #=#=#=

Gubrakkk !! Jeger !! bunyi pintu di dobrak

membangunkan tidurku yang lelap. Emak

yang tidur di sampingku di atas ranjang

besi berwarna biru juga langsung

terbangun dan terduduk termenung kaget.

Sudah tengah malam, tak hanya anak-

anak, orang dewasa pun tengah terbuai

dalam mimpinya yang indah. Bapak pun

masih terjaga dengan ketermenungannya

yang tak berujung.

Page 13: Doa Emak untuk Asa

13

Dari arah pintu terdengar teriakkan

seorang laki-laki memanggil nama Emak.

Emak langsung berlari menuju depan pintu

yang terdapat seorang laki-laki, tetapi dia

segera kembali masuk ke kamar dengan

wajah ketakutan dan pucat.

Emak langsung mendekapku sangat

erat, seperti induk kucing betina yang

memeluk anaknya karena terancam

gangguan dari pengganggu. Dia

membawaku setengah berlari ke balik

almari.

Encang, kakak dari Bapakku, tanpa

mengucapkan salam ataupun dengan

mengetuk pintu, encang malah

menendangnya. Pintu yang terbuat dari

kayu dari beberapa lembar potongan

tripleks dan kayu kaso direkatkan dengan

paku ukuran 20 mili. Rusak dan ambruk

daun engsel yang menyatukannya. Tanpa

Page 14: Doa Emak untuk Asa

14

melepas sandal, Encang bergegas mengejar

Bapak yang berlari menghindar, diselingi

teriakan Enyak. Seperti pasukan khusus

anti teror yang ingin menyergap teroris.

Dan hal seperti ini sering terjadi. Entah

mengapa, aku tak mengerti mengapa

Bapak menjadi sasaran Encang. Aku tak

pernah habis berfikir.

Encang menarik paksa Bapak dari

lamunannya yang penuh dengan

kekosongan, Aku hanya bisa ketakutan di

balik almari dalam dekapan Emak. Bapak

sudah terpojok di sudut ruangan,

kemudian menarik bungkusan dari plastik

yang berwarna hitam, isinya ternyata

seekor pecel lele goreng yang baru saja di

goreng. Encang kemudian menjejalkan

begitu saja ke mulut bapak.

Rupanya Encang ingin memberi oleh-

oleh seekor pecel lele untuk adiknya yaitu

Page 15: Doa Emak untuk Asa

15

Bapakku. Seumur hidupku itulah yang

pertama aku melihat Bapak diperlakukan

seperti itu, disuapi dengan paksa oleh

Encang untuk makan. Encang pemabuk

berat. Di bawah pengaruh alkohol dia

selalu mengamuk tak beraturan, tak

perduli dengan keadaan sekitarnya,

siapapun bisa terkena bolgem mentah

darinya.

Pintu rumah kami yang rusak

diperbaiki oleh Emak beberapa hari

kemudian. Dari pintu yang utuh dan rapih

kini di bagian kanan tertutup bahan

tripleks yang berbeda dari yang aslinya,

seperti membentuk tambalan pintu

layaknya ban bocor yang di tambal,

sehingga pintu rumah kami tampak aneh.

Aku sering sekali menangis. Dan

ketika aku menangis lama sekali. Bapak

hanya bisa melihat dan tersenyum ketika

Page 16: Doa Emak untuk Asa

16

aku menangis dengan terkadang ikut

meneteskan air mata juga. Emak selalu

mendekapku dengan penuh kehangatan,

Emak melarangku menangis, Emak tak

ingin aku menjadi anak yang cengeng,

walaupun aku masih berumur tiga tahun.

Pada suatu pagi, saat Aku bermain di

depan televisi, memainkan puzzle bongkar

pasang yang terbuat dari kertas karton

bergambar ondel-ondel, Bapak duduk di

kursi tak jauh dariku masih dalam

lamunannya yang kosong, tak memiliki

makna apa-apa akan tetapi menyiratkan

beban pikirannya yang sangat dalam, ia

terkadang meledek aku yang kebingungan

tak dapat menyusun puzzle itu. Sesaat aku

menangis kaget, karena aku menjatuhkan

secangkir teh manis yang ada dimeja,

praang!!. Suara caangkir yang jatuh ke

lantai. Tiba-tiba Encang dari kamar

Page 17: Doa Emak untuk Asa

17

sebelah membentak-bentak dan

mengangkat-angkat tubuhku yang mungil,

lalu melemparku ke ruang yang berlantai

dengan tikar hambal.

Aku dibuatnya melayang, tubuhku

yang mungil terlempar masuk lorong

rumah dengan tikar hambal. Enyak yang

menyaksikan kejadian itu berusaha

menangkap tubuhku seperti bocah-bocah

menangkap bola pada permainan kasti

dilapangan. Emak menceritakan kejadian

ini kepadaku di kemudian hari. Mungkin

saat itu aku mengalami seperti apa yang di

rasakan oleh penerjun parasut yang

melompat dari pesawat. Mereka tak akan

pernah ingat apapun, apabila suatu ketika

parasut yang diterbangkan tidak berfungsi

dengan baik, mereka akan terhempas jatuh

kebawah, sehingga menghancurkan

mereka tak berkeping. Seandainya saja

Page 18: Doa Emak untuk Asa

18

Enyak gagal menangkapku, mungkin aku

akan jatuh dengan terlebih dahulu kepala

yang membentur lantai, dan aku akan

mengalami depresi yang mendalam.

Aku juga mempunyai masalah dalam

tubuhku. Saat aku mengalami gangguan

dalam usus di dipencernaanku, Emak

membawaku ke Dokter Puskesmas dekat

rumah. Di Pusekesmas tersebut ada

seorang dokter perempuan yang

berkerudung, dan Emak berkali-kali

mengatakan bahwa “Dokter itu udah cantik,

betul-betul dokter yang bagus, Emak tak

tahu kalau dia tak ada, kamu pasti sudah

mati”. Setiap kali aku ke sana, dokter itu

pasti menyuntik pantatku dengan sabar.

Walaupun begitu, kalaupun selalu dihibur

agar aku tidak menangis. Demi

menyenangkan mereka, aku menahan

Page 19: Doa Emak untuk Asa

19

dalam hati tidak menangis dan berpura-

pura tidak apa-apa.

Suatu hari, ketika aku mengalami

sakit perut yang sangat meradang dan di

bawa ke puskesmas, ternyata saat itu

adalah hari libur. Akhirnya Emak

membawaku ke klinik swasta yang ada di

Jatinegara. Sudah mengangap penyakitku

sudah biasa, aku pun menjalani beberapa

pemeriksaan, dari mulai suhu tubuh

dengan termometer, mataku di senter

dengan alat penerang dan perutku di

ketuk-ketuk sambil didengarkan dengan

stetoskop, namun aku kemudian menangis

dengan sangat kencang dan meraung-

raung kesakitan karena menyuntikku pada

lengan bagian kiri.

Sakit perutku tak juga kunjung

sembuh sehingga keesokan harinya. Emak

membawaku ke dokter perempuan yang

Page 20: Doa Emak untuk Asa

20

berkerudung, yang sudah biasa

memeriksaku karena Emak tak tahan

melihat penderitaanku yang menyiksa. Bu

dokter malah menegur Emak, “ Kenapa

Ibu tidak segera membawa kemari

anaknya?” dokter berkerudung itu

akhirnya duduk di meja kerjanya setelah

memeriksaku, setelah itu dia segera

menulis surat rujukan ke rumah sakit

umum daerah di Rawamangun dan

mengirimkanku ke sana.

Ternyata aku menderita usus buntu

dan kondisiku sepertinya cukup parah,

beberapa dokter ahli penyakit dalam

berkumpul dan memasuki ruang operasi.

Menggunakan seragam serba hijau, dengan

tutup kepala hijau tak luput juga sarung

tangan dan masker berwarna hijau.

Meskipun aku tidak mengetahui

prosedurnya secara mendetail, pertama-

Page 21: Doa Emak untuk Asa

21

tama dilakukan operasi injection cairan

semacam enema listrik yang dimasukkan

melalui anus oleh dokter yang

berkacamata. Bahkan bagi orang dewasa

pun, langkah ini cukup berat untuk di

jalani seorang pasien dewasa.

Dengan menggunakan radar yang

termonitor dalam layar screen berwarna

hitam dengan menunjukkan keberadaan

enema listrik dalam perut agar dapat

diketahui. Jika sudah sampai di usus dan

enema listrik tersebut terhenti, maka harus

dilakukan operasi pembedahan di bagian

perut untuk mengeluarkan bagian yang

bermasalah di dalam usus.

Sebelum operasi, Emak mendapat

penjelasan dari dokter bahwa jika ususku

dipotong, tak tertutup kemungkinan aku

akan mengalami beberapa kesulitan dalam

kehidupan sehari-hari.

Page 22: Doa Emak untuk Asa

22

Dari balik kaca jendela di depan

pintu operasi, Emak berdoa agar cairan

enema listrik itu tak terhenti.

“Ya Allah pemilik segala zat, hanya

ENGKAU yang maha mengetahui, anakku

sedang berjuang untuk melawan

penyakitnya, tak ada yang mengizinkan

sehelai rambut pun tumbuh hitam indah

dikepalanya, termasuk penyakit yang

tumbuh pada anakku, kalau boleh meminta

pindahkan saja penyakitnya ke tubuhku,

aku ikhlas dan ridho”.

Sedangkan Bapak, sama halnya ketika saat

aku dilahirkan, diam dan termenung di

dekat jendela rumah, tak ada banyak hal

yang dapat dia perbuat karena pengaruh

tekanan mental yang dia hadapi, Aku lahir

di sebuah kamar dengan ukuran 2 X 3 m2

dengan bantuan dukun beranak yang

bernama Mak Okih. Sebuah proses sangat

Page 23: Doa Emak untuk Asa

23

luar biasa kala itu, proses persalinan

dengan perjuangan seorang ibu antara

hidup dan mati dalam melahirkan anak

manusia. Tidak ada teknologi yang luar

biasa ketika itu, tanpa jarum suntik, tanpa

peralatan medik yang canggih, maupun

tenaga bidan ataupun dokter, hanya

beberapa peralatan sederhana seadanya

dengan semangat dan keyakinan yang kuat

dari seorang dukun beranak yang sudah

lama digeluti turun temurun dari

orangtuanya terdahulu, begitulah sebuah

proses persalinanku ketika itu.

Tepat pukul 00.45 WIB Kamis dini

hari, lahir dengan sehat ke dunia, anak

yang sangat lucu dan manis dengan

suaranya sangat kencang menangis

menandakan kehadirannya. Didekati

seorang laki-laki yang sudah mulai putih

Page 24: Doa Emak untuk Asa

24

rambutnya oleh Mak Okih, lalu didekatkan

telinga sang bayi untuk di azdan kan,

“Allahu Akbar....”

“Allahu Akbar....”

“Allahu Akbar....”

Suara adzan itu terdengar

berkumandang sangat indah, perasaan

haru dan bercampur bahagia tercermin

dimata Yusuf sambil menggendong bayi

mungil itu, bapak dari Rustam, karena kala

itu Rustam masih kebingungan dan panik

melihat Rinah yang sedang lemas dan letih

selesai pasca persalinan. Proses persalinan

yang panjang ditandai dengan banyaknya

berbagai kejadian-kejadian yang sangat

memprihatinkan, dikarenakan minimnya

pengetahuan hingga memperlambat proses

persalinan. Bayi dengan berat kira-kira 2.9

kg dengan panjang 48 cm, lahir dengan

selamat dan diberi nama Asa tanpa nama

Page 25: Doa Emak untuk Asa

25

panjang ataupun embel-embel yang lain.

Nama pemberian dari Sang Engkong.

Untungnya, radar di dalam perutku

berjalan lancar. Cairan enema listrik

berhasil membuka bagian yang tersumbat

sehingga perutku tak perlu di lakukan

pembedahan. Emak menangis syukur dan

haru dengan perkembangan badanku yang

membaik, dengan mengucapkan hamdallah

kepada Allah.

Aku masih ingat sekali aroma khas

bubur dengan kuah soto ceker ayam yang

dibuatkan Emak ketika aku sakit merintih

menahan sakit. Aku juga masih mengingat

ekspresi wajah Emak yang khawatir

dengan penyakitku. Namun, keberadaan

Bapak tidak begitu membekas dalam

memoryku

Satu hal lagi yang masih aku ingat

dengan jelas, yaitu sosok wajah Bapak saat

Page 26: Doa Emak untuk Asa

26

termenung diam, dan sesaat dia

menghampiriku memberikan kepingan

puzzle yang membuatku bingung mana

yang harus aku isi terlebih dulu, di

karenakan gambarnya masih penuh teka-

teki untukku. Kemudian memberikan

sambil menunjuk dengan tangan kirinya

letak kepingan puzzle itu. Sosok Bapak

yang tampak itu begitu baik hati di

mataku.

Inilah hal-hal yang masih tersimpan

dengan baik dalam memoryku. Mungkin

ada hal-hal yang terhapus. Namun ingatan

ini saat Aku, Emak dan Bapak masih ada

sebagai keluarga yang utuh. Hanya ini

yang terkenang, tidak ada yang lain.

= #=#=#=

Aku lahir di Jatinegara di kota

Jakarta, di sebuah kampung yang berada

dekat dengan tepian kali Ciliwung.

Page 27: Doa Emak untuk Asa

27

Kampung kami memiliki dua RW yang

lumayan padat penduduknya, di kampung

kami sudah menjadi langganan setiap

tahunnya karena kampung kami terletak di

dataran sangat rendah, yang bentuk

kampungnya bila dilihat dari atas, serupa

tapal kuda dikelilingi oleh sungai Ciliwung

sepanjang kampung. Banjir menjadi sudah

biasa, kampung yang berdampingan

dengan banjir yang sudah dianggap

menjadi konsekwensi dari musim hujan

yang melanda, ketika di daerah puncak

hujan lebat, sekitar delapan sampai dengan

sembilan jam kemudian banjir akan

menggenangi kampung kami, hingga

mencapai kedalaman dua meter. Kami

mencoba bertahan dengan banjir menjadi

potret tiap tahun musim penghujan di

Kampung kami.

Page 28: Doa Emak untuk Asa

28

Emak bercerita saat dia masih kecil,

Kali Ciliwung bersih dan jernih, airnya pun

bisa di minum selain itu juga ikan-ikannya

banyak dan selain itu juga banyak

bebatuan sehingga kita bocah-bocah kali

Ciliwung senang sekali mandi dan bermain

disana bersama teman-teman.

Di seberang kampung kami ada Dipo

Bukitduri yang berdiri sejak zaman

Belanda, pada waktu itu sebelum ada

lokomotif diesel, merawat lokomotif uap.

Kira-kira tahun 1955 baru merawat diesel

listrik type BB 302 hingga tahun 1975.

Kehidupan masyarakat di masa itu mulai

diliputi kegairahan aktivitas masyarakat

yang menjalankan roda perekonomiannya.

Aktivitas jual beli di Pasar Lama Jatinegara

atau lebih dikenal dengan Pasar Mester,

merupakan pusat ekonomi bagi warga

Jatinegara. Pasar Lama Jatinegara

Page 29: Doa Emak untuk Asa

29

mempunyai banyak deret bangunan

dimana dulunya dikenal dengan bangunan

Belanda. Di sekitar pasar tersebut juga

terdapat pedagang-pedagang kaki lima

yang menjajakan dagangannya mulai dari

pukul tujuh pagi hingga pukul enam sore.

Pasar ini ramai pada tanggal-tanggal muda,

dimana orang-orang baru saja

mendapatkan penghasilannya.

Ketika aku mulai masuk sekolah dan

sudah terbiasa dengan buku pelajaran,

Emak sering bercerita tentang perjuangan

bangsa kita melawan penjajah. “Kekejaman

tentara Jepang yang menjajah Indonesia,

kekejamannya seakan melebihi Belanda.

Bukan hanya kerugian di bidang materi,

namun juga dari sisi mentalitas dan

kehormatan. Sebuah catatan gelap suatu

bangsa yang melakukan penjajahan dengan

sempurna”

Page 30: Doa Emak untuk Asa

30

Setiap aku mendengar cerita itu,

meskipun aku masih kecil, tak tahu

kenapa kepalan tanganku mengeras,

seakan ingin marah dengan negara

Belanda dan Jepang, mengapa mereka

begitu tega menjajah kami hingga kami

pun tersiksa.

= #=#=#=

Rumahku berada di dekat dengan

Pasar Mester, dan di sekitarnya ada taman

bermain. Rumah tersebut adalah

bangunan dua lantai terbuat dari

bangunan semi permanen yang dibangun

oleh Engkong. Saat aku belum lahir, baik

Engkong dari pihak Bapak maupun Emak

sudah meninggal sehingga aku tidak

memiliki bayangan mengenai sosok

mereka. Bapak hanya memiliki selembar

foto Engkong ketika Bapak dan monyet

Page 31: Doa Emak untuk Asa

31

piaraan Engkong di belakang rumah

berfoto bersama untuk 17 Agustus-an.

Di rumah tersebut tinggalah Emak,

Bapak, Aku, Enyak, dan Encang Uding,

Kakak dari Bapak beserta dua anaknya

Mila dan Yadin. Setelah Engkong

meninggal sehingga beberapa ruangan

rumah di sekat dan di beri kamar mandi

untuk di kontrakkan sebagai rumah

kontrakan pada beberapa pasangan muda

yang baru menikah ataupun mahasiswa

yang mengadakan penelitian tentang

kampung kami. Para mahasiswa baik

sekali kepadaku. Mereka sering

membelikan kembang gula berwarna pink

dan kerak telor kesenanganku.

Emak mengandung aku setahun

setelah dia datang ke rumah ini. Tahun

1984, Emak berumur 19 tahun sedangkan

Bapak berumur 2 tahun lebih tua yang

Page 32: Doa Emak untuk Asa

32

baru ingin menginjak 21 tahun. Bapak

yang kelahiran asli Jatinegara yang

bersekolah di STM Listrik Boedi Oetomo,

tapi sudah di duga Bapak memang pintar,

saat kelas dua STM, Bapak anak termuda

dari empat bersaudara yang memiliki

pendidikan paling tinggi dibandingkan

dengan kakak-kakaknya. Engkong mengira

dengan memasukkan bapak ke STM akan

membentuk Bapak menjadi karakter yang

mandiri dan siap bekerja kelak. Tetapi,

Bapak dan Engkong mungkin tak sadar

bahwa itu bisa berubah dan menjadi fatal

“karena salah bergaul”.

Setelah masuk STM, Bapak karena

kurang pengawasan melakukan berbagai

perbuatan buruk dan kekeliruan dalam

belajar. Karena sering membolos, tawuran

antar pelajar dan berbagai aktivitas negatif

Page 33: Doa Emak untuk Asa

33

yang mungkin terpengaruh temannya di

sekolah.

Bapak sesungguhnya anak yang

cerdas dan berbakat dengan kepandaian

dalam mereparasi barang-barang

elektronik di rumah seperti televisi, kipas

angin, mesin air pompa, dan setrika yang

rusak, sehingga dapat menambah uang

jajannya dari mereparasi barang-barang

elektronik milik tetangga.

Semuanya ini bermula dari akibat

Bapak belajar ilmu gaib yang di ajak oleh

temannya Jamal yang mempelajari dunia

mistik, mereka tidak memahami bahaya

yang mengancam, ketika siapa saja yang

mencoba menyelami dunia mistik. Bahaya

yang paling besar adalah “kegilaan”.

Seseorang yang mulanya mencoba belajar

ilmu-ilmu gaib, lalu tiba-tiba menjadi tidak

waras alias gila. Hal itu karena kini dia

Page 34: Doa Emak untuk Asa

34

tidak dapat membedakan antara dunia gaib

dengan dunia nyata, bahkan antara

khayalan dan kenyataan menjadi satu

baginya.

Bapak menjadi anak pendiam, sering

menyendiri dan termenung dalam

dunianya sendiri. Tak lebih dari tiga kata

yang keluar dari mulutnya, yaitu “jangan

dekati aku”. Berjuta pertanyaan di

lontarkan Engkong kepadanya, apa yang

sebenernya terjadi.

= #=#=#=

Bapak menikah dengan Emak ketika

baru lulus, dia belum bekerja hanya

berjualan meneruskan usaha kakek. Bapak

menikah dengan Emak berawal dari

perjodohan kedua orangtua mereka,

akhirnya dijalani juga dengan rasa penuh

cinta dan kasih sayang.

Page 35: Doa Emak untuk Asa

35

Emak lahir di Cipayung, sebuah

kampung pinggiran Jakarta. Emak adalah

bontot dari sembilan bersaudara, dari

keluarga pembuat pengrajin tahu. Emak

tidak memiliki pendidikan yang tinggi, dia

bersekolah hanya sampai kelas 2 SD, tak

banyak aku mengetahui masa lalu sebelum

Bapak dan Emak menikah. Yang aku tahu

setelah menikah, Bapak dan Emak tinggal

bersama dengan engkong dan yang lain di

Jatinegara.

Emak tipe orang yang periang, suka

tertawa walaupun tersipu malu serta

menyenangkan. Dia selalu memperhatikan

orang-orang disekitarnya dan menyukai

pekerjaan rumah tangga. Itu terlihat rumah

yang rapih dan bersahaja.

Seratus delapan puluh derajat

berbeda dengan bapak. Cenderung

pendiam, tidak pernah memulai

Page 36: Doa Emak untuk Asa

36

pembicaraan apabila bukan lawan

bicaranya yang memulai. Bapak bukan tipe

senang bercanda, sehingga terlalu kaku

apabila tertawa. Dia suka melakukan hal-

hal di luar orang awam, senang menyendiri

dan hanyut dalam dunianya sendiri.

Pertemuan dua orang tersebut terjadi

pada pesta penikahan. Tidak berapa lama

sejak perjodohan kedua orangtua. Hidup

bersama mertua, kakak ipar yang arogan

dengan istrinya, dan seorang suami yang

tak bisa ditebak jalan pikirannya, tidaklah

mudah bagi Emak. Baik secara fisik

maupun psikis. Banyak tekanan yang

terjadi secara bertubi-tubi.

Emak melahirkan adik perempuan

saat usiaku empat tahun. Beban Emak

makin besar. Kami tinggal dalam satu

kamar, rumah yang kami tempati memang

tidak besar, kami berada di lantai 2 dengan

Page 37: Doa Emak untuk Asa

37

ruangan hanya 3 X 4 meter. Ruangan itu

cukup bersih walaupun kecil, Bapak hanya

diam mengawasi aktivitas kami bertiga.

Sesekali adik perempuanku menangis

karena buang air kecil ataupun karena

haus minta di susui oleh emak.

Ketika adik perempuanku tertidur

lelap, Emak selalu menceritakan setiap

malam sosok pemimpin Islam yang menjadi

Khalifah kedua, dialah Umar bin Khattab

r.a. Umar bin Khattab ini masuk dalam

Islam berkat hidayah dari Allah yang

pertama, yang kedua berkat doa Rasulullah

SAW dan yang ketiga berkat adiknya

Fatimah yang terlebih dahulu menjadi

pengikut Nabi Muhammad SAW berkat

lantunan ayat suci Al-Qur'an yang

dibacanya.

Emak berkata waktu Doa Rasulullah kala

itu adalah :

Page 38: Doa Emak untuk Asa

38

"Semoga Allah memberi kejayaan pada

Islam dengan masuknya Umar ke dalam

Islam." Dan Allah SWT pun mengabulkan

doa tersebut.

Umar adalah sosok pemimpin

teladan yang sangat mengerti kepentingan

rakyatnya begitulah kata Emak. Padahal ia

sendiri hidup dalam kondisi sangat

sederhana. Pada suatu malam, sudah

menjadi kebiasaan bahwa Khalifah Umar

bin Khattab sering berkeliling mengunjungi

dan menginvestigasi kondisi rakyatnya dari

dekat.

Nah, pada suatu malam itu, ia

menjumpai sebuah gubuk kecil yang dari

dalam terdengar suara tangis anak-anak.

Ia pun mendekat dan mencoba untuk

memperhatikan dengan seksama keadaan

gubuk itu. Dalam dialog Umar bin Khattab

Page 39: Doa Emak untuk Asa

39

dengan seorang Ibu. Ternyata dalam gubuk

itu terlihat seorang ibu yang sedang

memasak, dan dikelilingi oleh anak-

anaknya yang masih kecil.

Si ibu berkata kepada anak-anaknya,

"Tunggulah...! Sebentar lagi makanannya

matang yah „nak!!."

Sang Khalifah memperhatikan dari luar, si

ibu terus menerus menenangkan anak-

anaknya dan mengulangi perkataannya

bahwa makanan yang dimasaknya akan

segera matang.

“Terus gimana lagi Emak!!!” Aku

memotong pembicaraan sambil berkerut

penuh perhatian dan penasaran dengan

cerita yang dibacakan oleh Emak.

Dengan nada sedikit tinggi,

menyesuaikan ceritanya, Emak mencoba

membuka imajinasiku dalam merasuk

Page 40: Doa Emak untuk Asa

40

settingan plot cerita yang dinarasikan

Emak.

“Sang Khalifah menjadi sangat

penasaran, karena yang dimasak oleh ibu

itu tidak kunjung matang, padahal sudah

lama dia memasaknya”

Akhirnya Khalifah Umar

memutuskan untuk menemui ibu itu,

"Mengapa anak-anakmu tidak juga berhenti

menangis, Bu..?" tanya Sang Khalifah.

"Mereka sangat lapar," jawab si ibu.

"Kenapa tidak cepat engkau berikan

makanan yang dimasak dari tadi itu?"

tanya Khalifah.

"Kami tidak ada makanan. Periuk

yang dari tadi aku masak hanya berisi batu

untuk mendiamkan mereka. Biarlah mereka

berfikir bahwa periuk itu berisi makanan,

dengan begitu mereka akan berhenti

Page 41: Doa Emak untuk Asa

41

menangis karena kelelahan dan tertidur."

jawab si ibu.

Setelah mendengar jawab si ibu, hati

sang Khalifah Umar bin Khattab serasa

teriris.

Kemudian Khalifah bertanya lagi,

"Apakah ibu sering berbuat demikian setiap

hari?"

"Iya, saya sudah tidak memiliki

keluarga atau pun suami tempat saya

bergantung, saya sebatang kara...," jawab

si ibu.

Hati dari sang Khalifah laksana mau

copot dari tubuh mendengar penuturan itu,

hati terasa teriris-iris oleh sebilah pisau

yang tajam.

"Mengapa ibu tidak meminta

pertolongan kepada Khalifah supaya ia

dapat menolong dengan bantuan uang dari

Baitul Mal?" tanya sang khalifah lagi.

Page 42: Doa Emak untuk Asa

42

"Ia telah zalim kepada saya...," jawab si ibu.

"Zalim....," kata sang khalifah dengan

sedihnya.

"Iya, saya sangat menyesalkan

pemerintahannya. Seharusnya ia melihat

kondisi rakyatnya. Siapa tahu ada banyak

orang yang senasib dengan saya!" kata si

ibu.

Khalifah Umar bin Khattab kemudian

berdiri dan berkata :

"Tunggulah sebentar Bu ya. Saya akan

segera kembali."

Bantuan dari Khalifah. Di malam yang

semakin larut dan hembusan angin terasa

kencang menusuk, Sang Khalifah segera

bergegas menuju Baitul Mal di Madinah. Ia

segera mengangkat sekarung gandum yang

besar di pundaknya ditemani oleh

sahabatnya Ibnu Abbas. Sahabatnya

membawa minyak samin untuk memasak.

Page 43: Doa Emak untuk Asa

43

Jarak antara Madinah dengan rumah ibu

itu terbilang jauh, hingga membuat

keringat bercucuran dengan derasnya dari

tubuh Umar. Melihat hal ini, Abbas berniat

untuk menggantikan Umar untuk

mengangkat karung yang dibawanya itu,

tapi Umar menolak sambil berkata,

"Tidak akan aku biarkan engkau membawa

dosa-dosaku di akhirat kelak. Biarkan aku

bawa karung besar ini karena aku merasa

sudah begitu bersalah atas apa yang terjadi

pada ibu dan anak-anaknya itu."

Beberapa lama kemudian sampailah

Khalifah dan Abbas di gubuk ibu itu.

Begitu sekarung gandum dan minyak

samin itu diserahkan, bukan main

gembiranya mereka. Setelah itu, Umar

berpesan agar ibu itu datang menemui

Khalifah keesokan harinya untuk

Page 44: Doa Emak untuk Asa

44

mendaftarkan dirinya dan anak-anaknya di

Baitul Mal.

Setelah keesokan harinya, ibu dan

anak-anaknya pergi untuk menemui

Khalifah. Dan betapa sangat terkejutnya si

ibu begitu menyaksikan bahwa lelaki yang

telah menolongnya tadi malam adalah

Khalifahnya sendiri, Khalifah Umar bin

Khattab.

Segera saja si ibu minta maaf atas

kekeliruannya yang telah menilai bahwa

khalifahnya zalim terhadapnya. Namun

Sang Khalifah tetap mengaku bahwa

dirinyalah yang telah bersalah.

“Nah, itulah kisah pemimpin teladan

kita, sahabat Rasulullah SAW, Khalifah

Umat Islam yang kedua, Umar bin Khattab.

Pelajaran berharga ini harus kamu

perhatikan yah „nak, ketika kamu dewasa

dan menjadi seorang pemimpin, jangan

Page 45: Doa Emak untuk Asa

45

pernah lupa dengan kondisi orang-orang

sekitarmu, kita masih bersyukur walaupun

makan 3 kali sehari dengan menu tempe

dan tahu saja, kelak kamu akan menjadi

orang besar”

“Sudah malam, Asa tidur yah!”

sambil mencium kening dan mengusap-

usap kepalaku.

= #=#=#=

Page 46: Doa Emak untuk Asa

46

MUSA RUSTAM

Musa Rustam, lahir di Jakarta. Yang di panggil oleh teman-

temannya sebagai “anak kali”.

Lahir dari keluarga yang kurang

mampu tidak mengecilkan

hatinya untuk selalu berjuang

dan bermimpi, ia amat menggemari ilmu komputer

yang dipelajari secara otodidak,

menjadi seorang PNS adalah

cita-cita Emaknya, mencoba

menyebarkan virus pegawaiprenuer lewat

tulisannya.

Penulis multitalenta ini, pendiri DEEP OF TEEN

Corporate, sebuah perusahaan pembuatan

Merchandise & Souvenir Unik. Pegawai Negeri Sipil yang sehari-hari bertugas di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DKI Jakarta.

Menjadi anggota komunitas bisnis Pandu Wirausaha

dan Komunitas Tangan Diatas/TDA Jakarta Selatan

serta beberapa Komunitas Fotografer. Mulai

membuka bisnis DEEP OF TEEN pada 5 November

2010, menjadi Supplier Trans Studio Februari 2011. Mulai mendapatkan beberapa penghargaan dalam

bisnis yaitu ;

Sebagai Finalis Wirausaha Muda Mandiri Regional

Jabodetabek kategori Industri Kreatif dari Bank

Mandiri tahun 2011.

Sebagai Finalis Indigo Fellowship kategori Web Application dari PT. Telkom Indonesia tahun

Page 47: Doa Emak untuk Asa

47

2011.

Sebagai Pemenang Kategori Kewirausahaan dalam

International Youth Muslim Creation dari International Muslim Summit Student di ITB pada

Juli 2012.

Juara 3 Lomba Inovasi Bisnis tingkat Nasional

dari Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik

Indonesia pada November 2012.

Juara 2 Apresiasi Astra Socio Enterprenuer tahun 2012 dari PT. Astra International.

4 besar Esai Terbaik Kompetisi Esai Nasional

Gebyar Pemuda Indonesia tahun 2013 di

Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Beberapa buku yang sudah di terbitkan secara self publishing melalui nulisbuku.com antara lain;

Meraup Ratusan Juta Rupiah dari Bisnis Narsis,

Traveller Photography Anti Teler, dan Menjadi

Pegawaiprenuer Sukses.

Menjadi pembicara dan motivator menjadi kekuatan yang diyakini memperkaya kehidupan manusia

dalam beraktivitas dan ini menjadi hobi yang akan

selalu menginspirasinya !!

Penulis dapat dikontak di Twitter @musajkcc

Page 48: Doa Emak untuk Asa

48

DOA EMAK UNTUK ASA.

Sesungguhnya hidup itu memang indah...

setidaknya itulah yang aku rasakan dalam

dekapan Emak yang selalu hangat.

Asa kecil tak pernah jauh dari Emak yang

mengasuhnya dengan penuh kasih sayang

dan cinta seorang diri. Namun, saat

beranjak dewasa, karena tuntutan keadaan

yang mengharuskan Asa untuk berjuang

pergi meninggalkan Emak dan hidup

berdikari di negeri orang.

“Ketika doa Emak, perjuangan yang

meneteskan air mata demi Asa,

Ketika cinta Emak, menguatkan alang

rintang pada Asa”.