peran komunikasi kelompok dalam pembentukan karakter (studi...

124
Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan Karakter (Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Peserta (Pendidikan Dasar Militer) SKRIPSI Disusun Guna Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Disusun Oleh : Aisya Zuhdiana 117 14 010 JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

Upload: others

Post on 18-Jan-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan Karakter

(Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953

Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Peserta

(Pendidikan Dasar Militer)

SKRIPSI

Disusun Guna Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Disusun Oleh :

Aisya Zuhdiana 117 14 010

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

i

Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan Karakter

(Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953

Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Peserta

(Pendidikan Dasar Militer)

SKRIPSI

Disusun Guna Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Disusun Oleh :

Aisya Zuhdiana 117 14 010

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

ii

Halaman Logo

iii

NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lampiran : 3 (tiga) eksemplar Salatiga, 1 Oktober 2018

Hal : Naskah skripsi

a.n Aisya Zuhdiana

Kepada

Yth. Bapak Dekan Fakultas Dakwah

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya bersama ini saya

kirimkan skripsi saudari:

Nama : Aisya Zuhdiana

Nim : 117 14 010

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Judul skripsi : Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan Karakter

(Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon

953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri Salatiga Peserta

Pendidikan Dasar Militer)

Selanjutnya saya mohon kepada Bapak Dekan Fakultas Dakwah agar

skripsi saudari tersebut dapat dimunaqasyahkan dan atas perhatian Bapak kami

ucapkan banyak terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing,

Dra. Sri Suparwi, M.A

196905061993032004

iv

HALAMAN PENGESAHAN

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Aisya Zuhdiana

NIM : 117-14-010

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

Tanggal Ujian : 27 September 2018

Judul Skripsi : Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan Karakter

(Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa

Batalyon 953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri

Salatiga Peserta Pendidikan Dasar Militer)

Panitia Munaqosah Skripsi

1. Ketua Sidang : Dr. Rasimin, M.Pd ________________

2. Sekretaris : Dra. Sri Siparwi, M.A ________________

3. Penguji I : Dr. Rifqi Aulia Erlangga, M.Hum ________________

4. Penguji II : Yahya, S.Ag., M.HI ________________

Mengetahui,

Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga

Dr. Mukti Ali, M.Hum.

197509052001121001

v

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS DAKWAH

Jalan Lingkar Selatan Km 2 Pulutan Sidorejo Salatiga 50716

http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Aisya Zuhdiana

Nim : 117 14 010

Fakultas : Dakwah

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Judul skripsi : Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan Karakter

(Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon

953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri Salatiga Peserta

Pendidikan Dasar Militer)

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,

bukan berupa jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain

yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 1 Oktober 2018

Yang menyatakan,

Aisya Zuhdiana

117 14 010

vi

MOTTO

ؤمنني علون إن كنتم منتم ٱل

١٣٩ول تهنوا ول تزنوا وأ

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal

kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang

beriman

(QS. Ali Imron: 139)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin dengan rahmat Allah SWT skripsi ini telah selesai.

Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang telah hadir di hidupku

dan menemani dalam menggapai mimpi-mimpiku;

Bapakku Mustamar;

Almarhumah Ibuku Masbakhah;

Adikku Hanifudin Ahmad;

serta mas Maryono dan keluarga;

dan semua yang telah memberi dukungan dalam bentuk apapun itu, yang tidak

bisa disebutkan satu persatu.

viii

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الر محن الرحىم

Alhamdulilahirabil ‘alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia Nya sehingga penulis

dapat melewati proses dalam penyusunan skripsi, dan berhasil menyelesaikan

skripsi dengan “Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan Karakter

(Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo

Institut Agama Islam Negeri Salatiga Peserta Pendidikan Dasar Militer)”. Guna

memenuhi tugas untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Fakultas Dakwah

IAIN Salatiga. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa dari zaman jahiliyah hingga sekarang ini

serta membimbing ke jalan yang lurus, yakni agama Islam.

Selesainya skripsi ini tentunya tidak lepas dari dukungan, motivasi dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah penulis untuk

mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku Dekan Fakultas Dakwah.

3. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam sekaligus Pembimbing Akademik.

4. Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A, selaku pembimbing skripsi.

5. Seluruh Bapak/ Ibu Dosen KPI IAIN Salatiga yang telah bersedia

memberikan ilmu, membimbing dan terus memotivasi.

ix

6. Seluruh staff IAIN Salatiga yang membantu dalam melancarkan urusan

administrasi maupun yang lainnya.

7. Keluarga besar KPI 2014, terkhusus Ulfa Nurmala KW., Anggraini Putri, Siti

Lestari, Aminattun Zahra, Puji Lestari yang telah memberikan semangat dan

menemani selama perjalanan kuliah penulis.

8. Seluruh keluarga besar Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo IAIN

Salatiga yang telah banyak memberikan pengetahuan dan telah bersedia

membantu dalam memberikan informasi yang berguna dalam pembuatan

skripsi ini dengan baik.

9. Semua pihak yang telah membantu baik doa, motivasi maupun dukungannya.

Kepada semuanya, kupersembahkan terimakasih yang tiada terhingga.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi

semua orang pada umumnya. Akhir kata, Wassalamualaikum Wr.Wb.

Salatiga, 1 Oktober 2018

Penulis

Aisya Zuhdiana

x

ABSTRAK

Zuhdiana, Aisya. 2018. Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan

Karakter (Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon

953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri Salatiga Peserta

Pendidikan Dasar Militer). Skripsi. Fakultas Dakwah. Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Pembimbing: Dra. Sri Suparwi, MA.

Kata kunci: Komunikasi Kelompok, Pembentukan Karakter, Resimen Mahasiswa,

Diksarmil

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi awal mengenai

kegiatan-kegiatan di UKM Resimen Mahasiswa IAIN Salatiga. Tujuan dalam

penelitian ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan bagaimana proses komunikasi

kelompok dilakukan anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953

Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri Salatiga saat mengikuti Diksarmil; dan

2) Untuk menjelaskan mengenai bagaimana komunikasi kelompok berperan

dalam pembentukan karakter pada anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa

Batalyon 953 Kalimosodo saat mengikuti Diksarmil..

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan metode

penelitian kombinasi antara wawancara mendalam serta observasi non partisipan.

Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi sumber. Data yang terkumpul

dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Objek dalam

penelitian ini yaitu anggota Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo IAIN

Salatiga yang mengikuti Diksarmil pada tahun 2016-2017.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses komunikasi kelompok

berjalan baik. Terbukti dengan terpenuhinya elemen-elemen yang harus ada dalam

sebuah kelompok oleh kelompok-kelompok peserta kegiatan Diksarmil.

Komunikasi kelompok dalam Diksarmil pun berperan dalam pembentukan

karakter pesertanya. Karakter yang terbentuk yaitu disiplin, tanggung jawab,

sopan santun, kepemimpinan, solidaritas, percaya diri dan nasionalisme atau cinta

tanah air.

xi

DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................... i

Halaman Logo ......................................................................................................... ii

Nota Persetujuan Pembimbing ............................................................................... iii

Halaman Pengesahan ............................................................................................. iv

Halaman Pernyataan Keaslian................................................................................. v

Motto ...................................................................................................................... vi

Persembahan ......................................................................................................... vii

Kata Pengantar ..................................................................................................... viii

Abstrak .................................................................................................................... x

Daftar Isi................................................................................................................. xi

BAB I Pendahuluan ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6

E. Penegasan Istilah .......................................................................................... 6

F. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 9

G. Kerangka Berfikir ................................................................................... 11

H. Sistematika Penulisan ............................................................................. 12

BAB II Kajian Pustaka Dan Landasan Teori ........................................................ 14

A. Kajian Pustaka ............................................................................................ 14

xii

B. Landasan Teori ........................................................................................... 15

BAB III Metodologi Penelitian ............................................................................. 51

A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 51

B. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 52

C. Fokus Penelitian ......................................................................................... 52

D. Sumber dan Jenis Data ............................................................................... 52

E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 53

F. Teknik Analisis dan Validitas Data ........................................................... 55

BAB IV Hasil Dan Pembahasan ........................................................................... 57

A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 57

B. Pembahasan ................................................................................................ 64

BAB V Penutup .................................................................................................... 79

A. Kesimpulan ................................................................................................ 79

B. Saran ........................................................................................................... 80

Daftar Pustaka

Lampiran-Lampiran

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (SISDIKNAS) menjelaskan bahwa fungsi dan tujuan dari pendidikan

nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Pemerintah Republik

Indonesia, 2003)

Berdasarkan hal tersebut, maka pendidikan karakter merupakan salah satu

tujuan dari pendidikan nasional. Maka dari itu, pendidikan karakter termasuk hal

penting yang harus ada di sistem pendidikan kita. Bukan hanya untuk siswa SD,

SMP, atau SMA saja namun mahasiswa perguruan tinggi pun seharusnya juga

menerima pendidikan karakter.

Dalam Rakornas Bidang Kemahasiswaan tahun 2011 Direktur Jenderal

Pendidikan Tinggi menegaskan bahwa pembimbingan mahasiswa diprioritaskan

pada:

1. Pengembangan kemampuan intelektual, keseimbangan emosi, dan penghayatan

spiritual mahasiswa, agar menjadi warga negara yang bertanggung jawab serta

berkontribusi pada daya saing bangsa.

2

2. Pengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan

masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada partisipasi

publik.

3. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan

dan aktualisasi diri mahasiswa; kognisi, personal, sosial. (Sofyan, 2011: 1-2)

Manusia pada dasarnya memiliki dua potensi yaitu baik dan buruk.

Seorang muslim mungkin menjadi orang beriman atau kafir, menjalankan perintah

Allah SWT atau melanggarnya. Karakter seorang muslim tentunya tidak bisa

terlepas dari penghayatan dua kalimat syahadat. Namun yang harus diperhatikan

adalah penghayatan dan pengamalannya. Kebaikan dan keburukan iman seseorang

bisa terlihat dalam akhlaq dan karakter yang muncul dari dirinya. Perintah untuk

menjadi muslim berkarakter yang mencerminkan keimanan dan keislamannya

telah banyak disebutkan dalam Al Qurân. Seperti dalam QS. Al-Hujurat:15

berikut:

ين ٱلمؤمنون إنما ٱل ب ءامنوا نفسهم ۦورسول ٱهلل

لهم وأ مو

بأ وجهدوا ثم لم يرتابوا

ه ف سبيل ولئك هم ٱهللدقون أ ١٥ ٱلص

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang

percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-

ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan

Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.

Sebagai mahasiswa, pengembangan diri tak hanya dapat diperoleh melalui

bangku kuliah, namun juga bisa melalui organisasi intra-kampus maupun

organisasi diluar kampus. Dalam kampus IAIN Salatiga sendiri terdapat berbagai

macam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Bagi yang suka dengan seni musik bisa

bergabung dengan Seni Musik Club (SMC), untuk yang berminat pada teater bisa

3

bergabung dengan Teater Getar, dan bagi yang berminat pada kesenian islami

terdapat Jamiyyah Qurro Wa Huffadz (JQH) Al Furqon sebagai wadahnya.

Adapula UKM Mapala Mitapasa yang bergerak dalam konservasi alam

dan lingkungan hidup, Student Sport Club (SSC) yang bergerak dalam bidang

olahraga, Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Fathir Ar Rasyid dalam bidang

dakwah, KSEI dalam bidang studi ekonomi Islam, Resimen Mahasiswa dalam

bina bela negara, Communicative English Club (CEC) dalam bidang Bahasa

Inggris, Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi dalam bidang kepramukaan,

dan ITTAQO dalam bidang Bahasa Arab.

Resimen Mahasiswa (MENWA) merupakan sarana pengembangan diri

mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan keikutsertaan dalam

upaya bela negara. Anggotanya terdiri atas mahasiswa yang telah mengikuti

latihan dasar Resimen Mahasiswa atau biasa disebut dengan Diksarmil

(Pendidikan Dasar Militer).

Sebagai organisasi, komunikasi merupakan hal yang tidak dapat

dihindarkan dalam Resimen Mahasiswa. Sehingga perlu membangun komunikasi

yang baik agar dapat tercipta hubungan yang harmonis dengan orang lain.

Komunikasi menjadi sistem penting dalam pertukaran informasi antar bagian

sehingga dapat menghasilkan sinergi. Pentingnya komunikasi tidak terbatas pada

komunikasi personal tetapi juga dalam tataran komunikasi organisasi. Melalui

komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil

begitu pula sebaliknya.

4

Resimen Mahasiswa (selanjutnya disebut Menwa) dalam kampus IAIN

Salatiga bernama Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo. Dibentuk pada

tanggal 27 November 1997 dengan misi untuk mewujudkan kader-kader

mahasiswa yang disiplin dan professional, ilmiah, dan berbudi baik serta untuk

menyebarkan nilai profesionalisme dan upaya menjadikan kampus yang tertib.

(Anggaran Dasar Menwa, 2017 Bab 1 dan Bab 2).

Sebagai perwujudan dari misi tersebut, diadakan beberapa pendidikan.

Diantaranya Pendidikan Kawah Candra Dimuka (PKCD), diikuti oleh calon

menwa (Camen) yang telah lolos seleksi masuk menwa. Pendidikan kemudian

dilanjutkan dengan Pra – Pendidikan Dasar Militer, dilanjutkan dengan

Pendidikan Dasar Militer (Diksarmil). Setelah mengikuti Pendidikan Dasar

Militer inilah anggota yang semula berstatus calon menwa telah resmi menjadi

anggota Menwa.

Diksarmil selain sebagai gerbang masuk menjadi anggota Menwa, juga

dapat berperan sebagai wadah untuk pembentukan karakter serta pelatihan fisik

maupun mental bagi pesertanya. Komunikasi yang berlaku dalam Diksarmil tidak

terbatas hanya interpersonal antar peserta namun berlaku pula komunikasi

kelompok. Seperti contoh terbentuknya kompi-kompi sebagai latihan kecil bagi

peserta untuk berorganisasi yang secara otomatis mengharuskan adanya

komunikasi dalam lingkup kecil yang disebut komunikasi kelompok.

Mengingat pentingnya pembentukan karakter bagi mahasiswa, peneliti

berpendapat bahwa penting untuk meneliti bagaimana peran komunikasi

organisasi dalam pembentukan karakter anggota Resimen Mahasiswa Batalyon

5

953 Kalimosodo. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mengambil judul

“Peran Komunikasi Kelompok dalam Pembentukan Karakter (Studi Kasus

Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo Institut

Agama Islam Negeri Salatiga Peserta Pendidikan Dasar Militer)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengajukan rumusan masalah

yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana proses komunikasi kelompok dilakukan anggota Resimen

Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri

Salatiga saat mengikuti Diksarmil?

2. Bagaimana komunikasi kelompok berperan dalam pembentukan karakter

pada anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo saat

mengikuti Diksarmil?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah di atas,

yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana proses komunikasi kelompok dilakukan

anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo Institut

Agama Islam Negeri Salatiga saat mengikuti Diksarmil.

2. Untuk menjelaskan mengenai bagaimana komunikasi kelompok berperan

dalam pembentukan karakter pada anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa

Batalyon 953 Kalimosodo saat mengikuti Diksarmil.

6

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini ada beberapa manfaat yang bisa diambil, adapun

beberapa manfaat tersebut antara lain:

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan berguna dalam pengembangan ilmu

pengetahuan terutama yang berkaitan dengan peran komunikasi organisasi

dalam pengembangan karakter mahasiswa.

2. Secara praktis antara lain :

a. Bagi anggota Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo agar lebih

aktif lagi dalam mengikuti kegiatan kemenwaan sebagai proses

pembentukan karakter.

b. Bagi pengurus Resimen Mahasiswa, hasil dari penelitian ini dapat

menjadi acuan dalam mendidik dan membentuk karakter anggotanya, serta

dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengambil keputusan dengan tujuan

terbentuknya karakter anggota yang diharapkan.

3. Bagi semua orang, bahwa banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh

melalui pendidikan kemenwaan dan salah satunya adalah pembentukan

karakter.

E. Penegasan Istilah

1. Komunikasi Kelompok

Komunikasi merupakan sebuah tindakan untuk berbagi informasi,

gagasan maupun pendapat dari setiap partisipan komunikasi yang terlibat

didalamnya guna mencapai kesamaan makna (Bungin, 2006:261). Sejak lahir

manusia sudah bergabung dengan kelompok primer terdekat, yaitu keluarga.

7

Kemudian seiring dengan perkembangan usia maka lingkup pergaulan pun

bertambah. Mulai dari lingkaran pertemanan sekitar rumah, sekolah hingga

tempat ibadah.

Sebuah kelompok memiliki tujuan-tujuan yang diperjuangkan

bersama-sama. Interaksi dalam komunikasi sangat penting dalam membentuk

hubungan dan interaksi menentukan tujuan yang ingin dicapai (Morissan,

2013:333). Interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang

sangat penting. Interaksi yang intensif akan dapat mengatur komunikasi

makna diantara mereka sehingga dapat melahirkan persamaan pengertian.

2. Karakter dan pembentukan karakter

Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark artinya

cetak biru, format dasar, sidik, seperti dalam sidik jari (Naim, 2012:51).

Sedangkan menurut Prayitno dan Manulang (2011:47) karakter adalah sifat

pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi

penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi.

Menurut Fadlillah dan Khorida (2014:45) karakter tersusun dari tiga

bagian yang paling yang saling berhubungan, yaitu moral knowing

(pengetahuan moral), moral feeling (perasaan moral), dan moral behavior

(perilaku moral). Karakter yang baik terdiri dari pengetahuan tentang

kebaikan (knowing the good), keinginan terhadap kebaikan (desiring the

good), dan berbuat kebaikan (doing the good), karakter seseorang sangat

berpengaruh baik bagi kehidupannya sendiri, orang lain serta kemajuan

bangsa dan negara.

8

Pembentukan karakter adalah proses individu dalam kehidupan sehari-

hari untuk mengambil hal positif dengan tujuan membangun karakter yang

sesuai dengan norma dan kaidah moral dalam bermasyarakat. Selain itu

pembetukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional seperti

yang termaktub dalam UU Sisdiknas tahun 2003 dinyatakan bahwa tujuan

pendidikan nasional antara lain mengembangkan potensi peserta didik untuk

memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia.

3. Pendidikan Dasar Militer

Pendidikan Dasar Militer merupakan pendidikan yang pertama kali

dijalani oleh anggota Resimen Mahasiswa. Anggota yang telah menjalani

Pendidikan Dasar Militer inilah yang berhak mendapatkan Nomor Bukti

Pendidikan –setara dengan Nomor Induk Anggota– sebagai bukti bahwa

seseorang tersebut adalah anggota Resimen Mahasiswa Indonesia.

4. Resimen Mahasiswa

Menurut Surat Keputusan Bersama Mentri Pertahanan dan

Keamanan, Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Mentri Dalam Negri

nomor : KEP/11/XII/1994, 0342/U/1994 dan Nomor : 149 Tahun 1994

tanggal 28 Desember 1994, tentang Pembinaan dan Penggunaan resimen

Mahasiswa dalam Bela Negara, Pengertian Resimen Mahasiswa adalah:

a. Sebagai wadah, yang merupakan sarana pengembangan diri mahasiswa ke

arah perluasan wawasan dan peningkatan keikutsertaan dalam upaya bela

negara dan penguatan ketahanan nasional.

9

b. Sebagai perorangan, yang merupakan mahasiswa terlatih olah keprajuritan

yang telah mengikuti latihan dasar Resimen Mahasiswa Indonesia dan

menjadi bagian dari komponen pertahanan negara.

c. Sebagai Satuan, yang merupakan pusat aktifitas anggota Resimen

Mahasiswa di Perguruan tinggi, yang anggotanya terdiri dari mahasiswa

yang telah mengikuti Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa (SKB Tiga

Menteri 1994).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud Resimen Mahasiswa dalam penelitian ini adalah organisasi

Resimen Mahasiswa yang anggotanya terdiri dari mahasiswa yang telah

mengikuti Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa. Resimen Mahasiswa juga

merupakan suatu wadah bagi mahasiswa untuk menggembleng diri baik

secara fisik maupun mental sehingga nantinya diharapkan dapat menjadi

kader–kader pemimpin yang tanggap, tangguh, cepat beradaptasi dan cekatan.

F. Tinjauan Pustaka

1. Abdul Mukti, 2016. Skripsi dengan judul “Akhlak Militer Mahasiswa UIN

Walisongo Semarang (Studi Analisis Terhadap Resimen Mahasiswa Batalyon

906 Sapu Jagad UIN Walisongo Semarang)”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui peran Resimen Mahasiswa 906 Sapu Jagad sebagai salah satu

alternative pendidikan karakter saat mulai adanya gejala merosotnya

moralitas mahasiswa UIN Walisongo Semarang.

2. Roganda Joni Iskandar Lubis, 2015. Skripsi dengan judul “Peranan Resimen

Mahasiswa Universitas Lampung Dalam Membina Kesadaran Bela Negara di

10

Batalyon 201 Pemukul Tahun 2015”. Fokus penelitian ini adalah untuk

mengetahui peranan resimen mahasiswa dalam membina kesadaran bela

negara di Batalyon 201 Pemukul tahun 2015.

3. Desy Kurnia Sari, 2014. Skripsi dengan judul “Dinamika Aspek Komitmen

Pada Jiwa Korsa Resimen Mahasiswa (Studi Kasus di UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang)”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi

aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang,

memetakan proses aspek komitmen dan menganalisis faktor yang

mempengaruhi aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN

Maliki Malang. Serta untuk menemukan dinamika aspek komitmen pada jiwa

korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang.

4. Siti Fadilah, 2013. Tesis dengan judul “Persepsi Resimen Mahasiswa

(Menwa) Terhadap Wajib Militer Dalam Rangka Pertahanan Negara (Studi

pada Resimen Mahasiswa Universitas Gajah Mada dan Universitas

Indonesia)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi Menwa

terhadap wajib Militer, faktor-faktor yang mendorong Wajib Militer.

5. Siti Insaroh, 2016. Skripsi dengan judul “Penumbuhan Karakter

Kepemimpinan di UKM Resimen Mahasiswa Unnes”. Penelitian ini berfokus

pada bagaimana strategi penumbuhan karakter kepemimpinan di UKM

Resimen Mahasiswa Unnes dan bagaimana pengaruh karakter kepemimpinan

anggota Menwa Unnes dengan prestasi belajar anggota Menwa Unnes.

11

G. Kerangka Berfikir

Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) maka pendidikan karakter merupakan salah

satu tujuan dari pendidikan nasional. Rakornas Bidang Kemahasiswaan Dirjen

DIKTI tahun 2011 menegaskan pula bahwa pembimbingan mahasiswa

diprioritaskan pada 3 (tiga) hal. Pertama, pengembangan kemampuan intelektual,

keseimbangan emosi, dan penghayatan spiritual mahasiswa. Kedua,

pengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan

masyarakat madani. Dan ketiga, peningkatan kualitas sarana dan prasarana untuk

mendukung pengembangan dan aktualisasi diri mahasiswa.

Resimen Mahasiswa (Menwa) merupakan salah satu organisasi

mahasiswa sebagai wadah dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah

perluasan wawasan dan peningkatan keikutsertaan dalam upaya bela negara.

Dalam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pun terdapat organisasi

Resimen Mahasiswa yang bernama Resimen Mahasiswa Batalyon 953

Kalimosodo yang dibentuk dengan misi untuk mewujudkan kader-kader

mahasiswa yang disiplin dan professional, ilmiah, dan berbudi baik serta untuk

menyebarkan nilai profesionalisme dan upaya menjadikan kampus yang tertib.

Sebagai sebuah organisasi, ada tiga elemen pokok yang harus ada dalam

Resimen Mahasiswa, yaitu adanya interaksi, kegiatan yang mengarah pada tujuan

dan adanya struktur yang jelas (Susatyo Herlambang, 1982:111). Mahasiswa yang

ingin masuk sebagai anggota Resimen Mahasiswa pun harus melalui alur tertentu.

Yaitu pendaftaran, seleksi, pra-pendidikan dasar dan kemudian Pendidikan Dasar

12

Militer. Apabila lulus, maka seorang tersebut akan resmi bergabung menjadi

anggota Resimen Mahasiswa.

Materi-materi dalam Pendidikan Dasar Militer (Diksarmil) inilah yang

ditawarkan oleh Resimen Mahasiswa sebagai sarana untuk mengembangkan

karakter mahasiswa. Saat pelaksanaan Diksarmil peserta dibagi kedalam

kelompok-kelompok pendidikan. Tujuannya agar peserta dapat berlatih

beroganisasi dan membentuk karakter-karakter yang ada pada diri mereka.

Untuk itu peneliti merasa penting untuk mengetahui bagaimana peran

komunikasi kelompok dalam Diksarmil berperan dalam pembentukan karakter

pada anggota Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membaginya kedalam lima bab,

yaitu:

BAB I: PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, penegasan istilah, kerangka berpikir, tinjauan

pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II: KAJIAN TEORETIS/LANDASAN TEORI

Bab ini berisi teori yang sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Kajian

teori mengarahkan peneliti menemukan kaedah apa saja yang telah ditulis oleh

para pakar sebelumnya. Teori tersebut dipakai menjadi dasar analisis terhadap

kajian yang sedang ditulis.

13

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metode penelitian yang digunakan untuk mendalami

data. Dalam bagian ini dijelaskan beberapa hal seperti jenis penelitian dan

pendekatannya, lokasi dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, dan

analisis data.

BAB IV: PEMBAHASAN

Bab ini memuat analisis data penelitian (sesuai dengan rumasan masalah

yang ada). Analisis data merupakan pemecahan masalah sesuai dengan teori,

pendekatan dan rumus metode analisis data yang digunakan.

BAB V: PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya

terutama temuan hasil penelitian untuk kemudian diajukan saran-saran.

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Peneliti telah melakukan penelusuran dan kajian dari berbagai sumber

yang mempunyai relevansi dengan tema yang peneliti angkat. Berikut adalah hasil

dari penelusuran karya tulis ilmiah yang relevan dengan penelitian ini:

1. Abdul Mukti, 2016. Skripsi dengan judul “Akhlak Militer Mahasiswa UIN

Walisongo Semarang (Studi Analisis Terhadap Resimen Mahasiswa Batalyon

906 Sapu Jagad UIN Walisongo Semarang)”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui peran Resimen Mahasiswa 906 Sapu Jagad sebagai salah satu

alternative pendidikan karakter saat mulai adanya gejala merosotnya

moralitas mahasiswa UIN Walisongo Semarang.

2. Roganda Joni Iskandar Lubis, 2015. Skripsi dengan judul “Peranan Resimen

Mahasiswa Universitas Lampung Dalam Membina Kesadaran Bela Negara di

Batalyon 201 Pemukul Tahun 2015”. Fokus penelitian ini adalah untuk

mengetahui peranan resimen mahasiswa dalam membina kesadaran bela

negara di Batalyon 201 Pemukul tahun 2015.

3. Desy Kurnia Sari, 2014. Skripsi dengan judul “Dinamika Aspek Komitmen

Pada Jiwa Korsa Resimen Mahasiswa (Studi Kasus di UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang)”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi

aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang,

memetakan proses aspek komitmen dan menganalisis faktor yang

15

mempengaruhi aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN

Maliki Malang. Serta untuk menemukan dinamika aspek komitmen pada jiwa

korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang.

4. Siti Fadilah, 2013. Tesis dengan judul “Persepsi Resimen Mahasiswa

(Menwa) Terhadap Wajib Militer Dalam Rangka Pertahanan Negara (Studi

pada Resimen Mahasiswa Universitas Gajah Mada dan Universitas

Indonesia)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi Menwa

terhadap wajib Militer, faktor-faktor yang mendorong Wajib Militer.

5. Siti Insaroh, 2016. Skripsi dengan judul “Penumbuhan Karakter

Kepemimpinan di UKM Resimen Mahasiswa Unnes”. Penelitian ini berfokus

pada bagaimana strategi penumbuhan karakter kepemimpinan di UKM

Resimen Mahasiswa Unnes dan bagaimana pengaruh karakter kepemimpinan

anggota Menwa Unnes dengan prestasi belajar anggota Menwa Unnes.

B. Landasan Teori

1. Kelompok dan komunikasi kelompok

a. Pengertian kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan

bersama yang berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan

bersama, mengenal satu dengan yang lain, dan memandang mereka

sebagai bagian dari kelompok tersebut (Mulyana, 2007:82). Kelompok

adalah agregat sosial dimana para anggotanya mempunyai ketergantungan

satu sama lainnya, dan setidak-tidaknya memiliki potensi untuk melakukan

interaksi antara satu dengan yang lainnya (Adriyanto, 1985:107).

16

Kelompok menurut Slamet (2003) adalah dua atau lebih orang

yang berhimpun atas dasar adanya kesamaan, berinteraksi melalui

pola/struktur tertentu guna mencapai tujuan bersama, dalam kurun waktu

yang relative panjang. Kelompok merupakan bagian tak terpisahkan dari

kehidupan kita, karena melalui kelompok kita dapat memperoleh berbagai

informasi, pengalaman, dan pengetahuan kita dengan anggota kelompok

lainnya (Bungin, 2006:261).

Ada empat elemen kelompok yang dikemukakan oleh Adler dan

Rodman (Sendjaja, 2002:3-5) yaitu:

1) Interaksi. Adanya interaksi antar anggota kelompok merupakan hal

yang penting karena inilah yang menjadi pembeda antara kelompok

dengan coact. Coact adalah sekumpulan orang yang secara serentak

melakukan aktifitas yang sama namun tidak melakukan komunikasi

satu sama lain.

2) Waktu. Kelompok mensyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang

panjang, karena dengan interaksi ini kelompok akan memiliki ciri

khusus atau karakteristik yang tidak dipunyai kelompok yang bersifat

sementara.

3) Ukuran. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota atau

partisipan dalam sebuah kelompok.

4) Tujuan. Keanggotaan suatu kelompok akan membantu dalam

tercapainya tujuan dari individu atau kelompok tersebut.

17

Karakteristik atau ciri suatu kelompok menurut Shaw (1979: 6-10)

ada 6, yaitu:

1) Persepsi dan kognisi anggota kelompok

2) Motivasi dan kebutuhan kepuasan (need satisfaction)

3) Tujuan kelompok (Group Goals)

4) Organisasi Kelompok

5) Ada ketergantungan antara anggota kelompok

6) Interaksi

Soeryono Soekanto (2002:118) menjelaskan bahwa kelompok

secara umum terdiri dari beberapa rumpun. Pertama adalah kelompok

teratur, yaitu kelompok yang dapat dijelaskan strukturnya, normanya

maupun perannya. Kedua yaitu kelompok yang tidak teratur, seperti

kerumunan. Ketiga, masyarakat perkotaan dan pedesaan. Keempat,

kelompok kecil.

b. Pengertian komunikasi kelompok

Komunikasi kelompok adalah proses interaksi antara orang-orang

yang berada dalam suatu lingkaran kecil. Sedangkan menurut Michael

Burgon dan Michael Ruffner, komunikasi kelompok adalah interaksi tatap

muka dari tiga individu atau lebih guna memperoleh maksud dan tujuan

yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau

pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan

karakteristik pribadi anggota lainnya (Sendjaja, 2004:3).

18

Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antar pribadi

(Cangara, 2008:252). Dalam suatu kelompok, pengalaman anggota yang

berafiliasi dengan kelompok lainnya mempengaruhi apa yang akan

dilakukannya di kelompok tersebut. Peran setiap anggota juga akan

berubah ketika anggota kelompok tersebut berubah. Perubahan tersebut

seperti contoh pergantian anggota lama dengan masuknya anggota baru.

c. Karakteristik komunikasi kelompok

Karakteristik komunikasi dalam kelompok ditentukan melalui dua

hal, yaitu norma dan peran (Bungin, 2006:273). Norma yaitu ketentuan

mengenai bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berhubungan dan

berperilaku satu dengan yang lainnya. Ada tiga kategori norma dalam

kelompok, yaitu norma sosial, prosedural dan tugas. Norma social

mengatur hubungan antar anggota kelompok. Sedangkan norma prosedural

menguraikan secara rinci bagaimana suatu kelompok mengambil

keputusan, harus beroperasi, dan pada akhirnya pada kesepakatan

kelompok. Norma tugas mengatur bagaimana pekerjaan harus dilakukan

(Sendjaja 2002: 3-6).

Peran yaitu pelaksanaan hak dan kewajiban sesuai dengan

kedudukannya. Peran dibagi menjadi tiga, yaitu peran aktif, peran

partisipatif dan peran pasif. Peran aktif adalah peran yang diberikan oleh

anggota kelompok karena kedudukannya sebagai aktivis kelompok

tersebut, seperti pengurus atau pejabat. Peran partisipasif adalah peran

yang diberikan oleh anggota kelompok secara umum kepada kelompok

19

tersebut. Sedangkan peran pasif adalah peran yang diberikan anggota

kelompok dengan cara menahan diri agar fungsi-fungsi lain dalam

kelompok dapat berjalan dengan baik.

Beberapa karakteristik komunikasi kelompok menurut Roudhonah

(2007:125) yaitu:

1) Komunikasi kelompok bersifat formal, dalam arti pelaksanaannya

direncanakan terlebih dahulu sesuai dengan komponen-komponennya.

2) Komunikasi kelompok terorganisir, yaitu tiap orang yang tergabung

dalam kelompok mempunyai peran dan tanggung jawab masing-

masing.

3) Komunikasi kelompok mempunyai aturan main yang mengikat.

4) Komunikator dalam kelompok harus dapat menggunakan istilah yang

akan memudahkan untuk mengorganisir pengamatan dan memilih

proses-proses sederhana yang mudah dimengerti.

d. Fungsi komunikasi kelompok

Semua fungsi yang dilaksanakan dimanfaatkan untuk kepentingan

masyarakat, kelompok dan anggota kelompok itu sendiri. Fungsi tersebut

mencakup hal-hal sebagaimana dijelaskan Burhan Bungin (2006:273-274)

berikut:

1) Fungsi hubungan sosial. Adalah bagaimana suatu kelompok mampu

memelihara dan memantapkan hubungan diantara para anggotanya.

2) Fungsi pendidikan. Yaitu bagaimana sebuah kelompok bekerja secara

formal maupun informal untuk memperoleh mempertukar pengetahuan.

20

Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota membawa

pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya.

3) Fungsi persuasi. Yaitu upaya mempersuasi anggota kelompok pada

anggota lainnya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Seseorang yang melakukan persuasi mempunyai resiko untuk tidak

diterima oleh anggota kelompok lainnya.

4) Fungsi pemecahan masalah (problem solving). Kegiatan-kegiatan

dalam kelompok juga dicerminkan untuk memecahkan masalah-

masalah dan membuat keputusan.

5) Fungsi terapi. Kelompok terapi mempunyai perbedaan dengan

kelompok lainnya. Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap

individu mencapai perubahan personalnya. Setiap anggota dianjurkan

untuk berbicara secara terbuka tentang permasalahannya. Jika muncul

konflik dalam diskusi, pemimpin atau orang yang memberi terapi yang

akan mengaturnya.

e. Strukturisasi komunikasi kelompok

Menurut Poole, pengambilan keputusan kelompok adalah proses

dimana anggota kelompok berupaya untuk mencapai persetujuan atas

suatu keputusan akhir, dan untuk mencapai hal itu mereka harus

membangun struktur sistem sosial (Morissan, 2013:364). Proses untuk

mencapai persetujuan tersebut akan menghasilkan aturan-aturan baru

tertentu di masa depan. Proses strukturisasi ini terjadi dalam tiga wilayah,

yaitu sebagai berikut:

21

1) Interpretasi. Setiap anggota kelompok harus mempunyai interpretasi

yang sama terhadap suatu hal yang sedang didiskusikan.

2) Moral. Yaitu dengan menggunakan cara-cara yang dapat diterima

dalam kelompok tersebut sesuai norma-norma yang berlaku.

3) Kekuasaan. Apa yang berkuasa di dalam kelompok ditentukan oleh

sejarah interaksi dalam kelompok. Seperti kemampuan kepemimpinan

atau status.

f. Tugas kelompok

1) Teori fungsional komunikasi kelompok.

Teori ini memandang proses sebagai instrument yang

digunakan oleh kelompok untuk mengambil keputusan (Morissan,

2013:373). Dengan menekankan antara kualitas komunikasi dan

kualitas keluaran (output) kelompok. Komunikasi adalah cara anggota

kelompok menjelajahi dan mengenal kesalahan dalam pemikirannya,

dan komunikasi adalah alat untuk menyampaikan informasi dan

persuasi.

Pendekatan fungsional telah sangat berpengaruh dengan

pengajaran pragmatik dalam kelompok diskusi kecil, hal ini

berdasarkan dari penelitian oleh filsuf John Dewey yang dipublikasikan

pada tahun 1910 (John dan Foss, 2014:344). Dewey menjelaskan proses

pemecahan masalah memiliki enam langkah. Dimulai dari

mengungkapkan kesulitan, menjelaskan permasalahan, menganalisis

masalah, menyarankan solusi, membandingkan alternatif dan menguji

22

dengan tujuan dan kriteria yang berlawanan, serta mengamalkan solusi

yang terbaik.

Secara normal kelompok mulai dengan mengidentifikasi dan

menilai sebuah masalah. Selanjutnya, kelompok berkumpul dan

mengevaluasi informasi tentang masalah berikutnya kelompok

menghasilkan sebuah keragaman usulan alternatif untuk menangani

masalah dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai semua usulan

alternatif ini dievaluasi dengan pencapaian tujuan akhir untuk mufakat

dalam serangkaian tindakan.

2) Teori pemikiran kelompok

Pemikiran kelompok adalah sebuah hasil langsung terhadap

kepaduan kelompok. Kepaduan adalah tingkatan minat ganda diantara

anggota kelompok. Kepaduan adalah sebuah hasil dari tingkatan bahwa

semua anggota merasa tujuan mereka dapat tercapai semakin kelompok

padu tekanan akan lebih mendesak anggota untuk menjaga kepaduan

tersebut (John dan Foss, 2014:346).

Irving Janis (dalam Morissan, 2013:378) menemukan dalam

risetnya bahwa pemikiran kelompok memiliki enam kelemahan sebagai

berikut:

a) Kelompok hanya mempertimbangkan beberapa alternatif tanpa ada

upaya untuk menjelajahi kemungkinan alternatif yang tersedia.

b) Gagasan yang disukai di awal tidak dipelajari kembali untuk mencari

kemungkinan hambatan yang tersembunyi.

23

c) Kelompok gagal meneliti kembali alternatif-alternatif yang pada

awalnya tidak disukai. Pandangan minoritas cepat diabaikan oleh

mayoritas anggota.

d) Kelompok tidak berupaya mencari pendapat seseorang yang ahli.

Hal ini karena kelompok sudah merasa puas dengan dirinya bahkan

merasa terancam apabila ada orang luar yang masuk.

e) Kelompok cenderung berkonsentrasi hanya pada informasi yang

mendukung rencana yang mereka sukai saja.

f) Kelompok tidak melihat kemungkinan mereka akan gagal sehingga

merasa tidak perlu memiliki rencana cadangan atau rencana darurat.

Orang-orang menggunakan komunikasi untuk berbagai cara

menyelesaikan masalah, dan komunikasi kelompok tidak hanya menjadi

alat untuk menyelesaikan tugas-tugas tapi juga menjadi media untuk

membangun hubungan. Berbagai teori dari komunikasi kelompok

membentuk sebuah tradisi yang unik. Benang merah dan pengaruhnya

sangatlah jelas yang mengikat pekerjaan dalam kelompok itu (John dan

Foss, 2014:350-353). Sebagaimana berikut ini:

a) Kelompok-kelompok tidak dapat dipisahkan dari konteks tempat

mereka bekerja. Secara tradisional, kelompok adalah sebuah tatanan

untuk hidup dengan interaksi antarmuka. Pemahaman ini berubah

ketika internet membuat kelompok-kelompok bekerja dan terbentuk

secara bersama-sama tanpa berada dilingkup yang sama dan tanpa

interaksi langsung yang berkesinambungan.

24

b) Kerja kelompok yang efektif dapat menyelesaikan tugas-tugas dan

membangun hubungan antarpribadi. Efektivitas kelompok

tergantung pada keseimbangan antara energi tugas yang diarahkan

pada penyelesaian masalah dan energi antarpribadi yang diarahkan

pada penanganan kelompok. Perhatian yang kurang pada keduanya

dapat menyebabkan ketidak puasan dan pengambilan keputusan

yang buruk.

c) Proses dan struktur mempunyai ikatan yang erat. Praktik-praktik dari

kelompok menciptakan struktur yang mempengaruhi praktik di masa

yang akan datang dengan kata lain tindakan-tindakan memiliki

konsekuensi untuk tindakan selanjutnya.

d) Kerja kelompok efektif memerlukan perhatian lebih pada kualitas

komunikasi pemikiran kreatif dan pemikiran kritis. Konsisten

dengan pengalaman sehari-hari dalam masyarakat dapat menjadi

cara untuk menjaga kelompok dari berbagai bahaya.

2. Karakter dan Pembentukan Karakter

a. Pengertian karakter

Setiap manusia adalah pemimpin dan memiliki karakter

kepemimpinan. Akan tetapi dibutuhkan proses untuk menjadi pemimpin

yang berkarakter. Maka setiap proses yang dialami dalam kehidupan

seseorang akan berpengaruh besar terhadap karakter yang terbentuk dari

masing-masing individu. Menurut Lickona (2012:8) Muatan karakter yang

baik adalah kebajikan. Kebajikan yang dimaksud seperti: kejujuran,

25

keadilan, keberanian, belas kasih adalah watak untuk berkelakuan yang

baik secara moral.

Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark

artinya cetak biru, format dasar, sidik, seperti dalam sidik jari (Naim,

2012:51).

Sedangkan menurut Prayitno dan Manulang (2011:47) karakter

adalah sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi

landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang

tinggi. Menurut Fadlillah dan Khorida (2014:45) karakter tersusun dari

tiga bagian yang paling yang saling berhubungan, yaitu moral knowing

(pengetahuan moral), moral feeling (perasaan moral), dan moral behavior

(perilaku moral). Karakter yang baik terdiri dari pengetahuan tentang

kebaikan (knowing the good), keinginan terhadap kebaikan (desiring the

good), dan berbuat kebaikan (doing the good), karakter seseorang sangat

berpengaruh baik bagi kehidupanya sendiri, orang lain serta kemajuan

bangsa dan negara.

Dalam UU Sisdiknas tahun 2003 dinyatakan bahwa tujuan

pendidikan nasional antara lain mengembangkan potensi peserta didik

untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia (Zukhdi,

2011:29).

b. Teori-Teori Pembentukan Karakter

Pembentukan karakter adalah proses individu dalam kehidupan

sehari-hari untuk mengambil hal positif dengan tujuan membangun

26

karakter yang sesuai dengan norma, dan kaidah moral dalam

bermasyarakat. Selain itu pembetukan karakter merupakan salah satu

tujuan pendidikan nasional. Menurut Aqib (2015:164) membangun

karakter dapat dilakukan dengan pembisaaan dan keteladanan. Hal itu

yang akan sangat mempengaruhi nilai-nilai karakter yang terbentuk pada

setiap individu. Setiap karakter yang terdapat dalam diri manusia adalah

berupa nilai-nilai pembangun atau pembentuk karakter.

Nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa berasal dari nilai-

nilai luhur universal (Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, 2013:54),

yakni:

1) Cinta Tuhan dan ciptaan-Nya

2) Kemandirian dan tanggung jawab

3) Kejujuran/amanah dan diplomatis

4) Hormat dan santun

5) Dermawan, suka menolong, gotong-royong, dan kerja sama

6) Percaya diri dan kerja keras

7) Kepemimpinan dan keadilan

8) Baik dan rendah hati

9) Toleransi, kedamaian, dan kesatuan

Sedangkan nilai-nilai pembangun karakter menurut Naim

(2012:123-212) adalah sebagai berikut:

27

1) Religius

Karakter religius merupakan sikap dan prilaku yang patuh

dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap

pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk

agama lain (Yaumi, 2014: 60).

Karakter religius akan membentuk manusia yang beriman

kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keyakinan adanya Tuhan akan

mewujudkan manusia yang taat beribadah dan berperilaku yang baik

yang sesuai dengan apa yang dianut oleh agama dan tidak melakukan

apa yang dilarang oleh agama dan diimplementasikan dalam

kehidupan sehari-hari.

2) Jujur

Jujur adalah mengakui, berkata atau memberikan suatu

informasi yang sesuai dengan kenyataan dan kebenaran. Pendidikan

karakter jujur merupakan sesuatu hal yang sangat penting ditanamkan

dalam masing-masing pribadi. Perilaku yang tidak suka berbohong

dan berbuat curang akan mewujudkan hubungan yang harmonis

dengan Tuhan dan dirinya sendiri serta masyarakat di sekitarnya.

3) Toleransi

Secara umum toleransi bersikap adil, objektif, dan permisif

terhadap orang-orang yang pendapat, praktik, ras, agama, kebangsaan,

dan sebagainya. Toleran yakni sikap yang bebas dari kefanatikan,

menerima dan menghargai perbedaan. Karakter toleransi akan

28

membentuk masyarakat menjadi orang yang bersifat ramah tamah,

sehingga menjadi pribadi yang menyenangkan, menenangkan serta

membuka pintu kepada orang lain. Sikap toleran dalam

implementasinya tidak hanya dilakukan terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan aspek spiritual dan moral yang berbeda, tetapi juga

harus dilakukan terhadap aspek yang luas, termasuk aspek ideologi

dan politik yang berbeda.

4) Disiplin

Yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh

pada berbagai ketentuan dan peraturan. Disiplin juga mengandung arti

kepatuhan kepada perintah pemimpin, perhatian dan kontrol yang kuat

terhadap penggunaan waktu, tanggung jawab atas tugas yang

diamanahkan, serta kesungguhan terhadap bidang keahlian yang

ditekuni.

5) Kerja keras

Makna kerja keras, yaitu kita harus bekerja lebih banyak

daripada orang lain dan menghasilkan lebih banyak daripada orang

lain. Karakter kerja merupakan perilaku yang menunjukkan upaya

sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan

tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Yaumi,

2014: 60).

29

6) Kreatif

Orang kreatif adalah orang yang tidak bisa diam, dalam arti

selalu berusaha mencari hal baru dari hal-hal yang telah ada. Ciri-ciri

individu yang kreatif, antara lain dikemukakan oleh Robert B. Sund

(Naim, 2012: 157-158), yaitu:

a) Berhasrat ingin mengetahui

b) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru

c) Panjang akal dan penalaran

d) Keinginan untuk menemukan dan meneliti

e) Cenderung lebih suka melakukan tugas yang berat dan sulit

f) Mencari jawaban yang memuaskan dan komprehensif

g) Bergairah, aktif, dan berdedikasi tinggi dalam melakukan

tugasnya;

h) Berpikir fleksibel dan mempunyai banyak alternative

i) Menanggapi pertanyaan dan kebisaaan serta memberikan jawaban

lebih banyak

j) Mempunyai kemampuan membuat analisis dan sintesis

k) Mempunyai kemampuan membentuk abstraksi-abstraksi

l) Memiliki semangat inquiry (mengamati/menyelidiki masalah)

m) Memiliki keluasan dalam kemampuan membaca.

7) Mandiri

Mandiri berarti mampu melaksanakan sesuatu dilandasi atas

sikap kedewasaan sehingga mampu melaksanakan proses sesuatu

30

dengan baik walaupun dominan dilakukan sendiri. Berarti pula sikap

dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam

menyelesaikan tugas-tugas.

8) Demokratis

Demokratis merupakan gabungan dari kata demos yang berarti

rakyat dan kratos yang berarti kekuasaan atau undang-undang.

Pengertian yang dimaksud dengan demokrasi adalah kekuasaan atau

undang-undang yang berakar kepada rakyat. Dengan kata lain,

rakyatlah yang memegang kekuasaan tertinggi. Dalam konteks

pembentukan karakter, ada beberapa prinsip yang dapat

dikembangkan untuk menumbuh kembangkan spirit demokrasi.

Diantaranya menghormati pendapat orang lain.

9) Rasa ingin tahu

Karakter rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang

selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari

sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Yaumi, 2014: 6).

Rasa ingin tahu sebaiknya dimiliki untuk membuat pengetahuan

menjadi bertambah.

10) Semangat kebangsaan

Semangat kebangsaan penting menjadi nilai pembentuk

karakter karena meneguhkan arti dan makna penting sebagai warga

negara. Semangat kebangsaan meliputi cara berfikir, bertindak, dan

31

berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di

atas kepentingan diri ataupun kelompoknya.

11) Menghargai prestasi

Memberi ucapan terimakasih dan hadiah merupakan salah satu

contoh untuk menghargai perlakuan baik orang lain. Menghargai

prestasi seseorang akan membuat orang lain juga menghargai balik,

sehingga dalam hidup ini senantiasa akan saling menghargai.

12) Cinta tanah air

Cinta tanah air tidak hanya merefleksikan kepemilikan, tetapi

juga bagaimana mengangkat harkat dan martabat bangsa ini dalam

kompetisi global. Yang diwujudkan dalam cara berfikir, bersikap, dan

berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan

yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi, dan politik bangsa.

13) Bersahabat

Orang yang bersahabat atau komunikatif adalah orang yang

mudah bergaul dengan orang lain dan biasanya selain mampu

menyampaikan, juga mampu mendengarkan apa yang disampaikan

orang lain untuk kemudian direspon dengan cara yang tepat (Elfindri:

2012: 100). Karakter bersahabat/komunikatif merupakan perilaku

yang menunjukkan upaya untuk menjalin persahabatan dengan jalan

berkomunikasi kepada semua orang.

32

14) Cinta damai

Karakter cinta damai merupakan sikap, perkataan dan

tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas

kehadiran dirinya (Yaumi, 2014: 60). Memiliki karakter cinta damai

akan membuat semuanya mendapatkan kedamaian sehingga mampu

meminimalisir konflik yang berujung peperangan yang merugikan

umat manusia.

15) Gemar membaca

Gemar adalah rasa suka seseorang terhadap sesuatu. Itu berarti

gemar membaca merupakan kesukaan seseorang untuk membaca,

dimana sumber bacaan tidak hanya dari satu sumber saja. Kegiatan

dalam membaca buku tentunya akan membuka wawasan dan

pengetahuan tentang dunia yang luas sehingga nantinya diharapkan

dapat mengubah masa depan.

16) Pantang menyerah

Kemajuan sebuah bangsa hanya bisa diperoleh jika

masyarakatnya tahan banting, kerja keras, tidak menyerah, tekun,

tidak patah semangat, dan selalu berusaha menemukan hal-hal baru

yang bermanfaat.

17) Peduli lingkungan

Sikap peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang

berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan sekitarnya dan

33

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki ketidak nyamanan

pada lingkungan yang sudah terjadi.

18) Peduli sesama

Peduli terhadap sesama adalah memperhatikan dan memahami

sesama manusia. Kepedulian ini harus dilakukan tanpa pamrih,

sehingga tidak mengharapkan timbal balik. Kepedulian terhadap

sesama bias dilaksanakan dengan menolong seseorang, memberikan

nasehat, menjamu tamu yang datang ke rumah, dan sebagainya.

Pusat Kurikulum dan Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Pendidikan Nasional dalam publikasinya berjudul Pedoman

Pelaksanaan Pendidikan Karakter menyatakan bahwa pendidikan karakter

pada intinya membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak

mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotic,

berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang

semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan Pancasila (Samani dan Hariyanto, 2014: 52). Ada 18 (delapan

belas) nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter bangsa

(Kemendiknas, 2010:9-10), sebagaimana dalam tabel berikut:

No. Karakter Deskripsi

1. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,

toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama

lain, dan hidup rukun denga pemeluk agama

lain.

2. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya

menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu

dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan

34

pekerjaan.

3. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai

perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap,

dan tindakan orang lain yang berbeda dari

dirinya.

4. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib

dan patuh pada berbagai ketentuan dan

peraturan.

5. Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-

sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan

belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas

dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk

menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu

yang telah dimiliki.

7. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah

tergantung pada orang lain dalam

menyelesailan tugas-tugas.

8. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang

menilai sama hak dan kewajiban dirinya

dengan orang lain.

9. Rasa Ingin

Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari

sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan

didengar.

10. Semangat

Kebangsaan

Cara berfikir, brtindak, dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara

di atas kepentingan diri kelompoknya.

11. Cinta Tanah

Air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan

penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan

politik bangsa.

12. Menghargai

Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya

untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi

masyarakat, dan mengakui, serta menghormati

keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/

Komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang

berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan

orang lain.

35

14. Cinta Damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang

menyebabkan orang lain merasa senang dan

aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar

Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca

berbagai

bacaan yang memberikan kebajikan untuk

dirinya.

16. Peduli

Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkuangan alam

sekitarnya, dan mengemabngkan upaya-upaya

untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah

terjadi.

17. Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan pada orang lain dan masyarakat yang

membutuhkan.

18. Tanggung

Jawab

Sikap dan perilaku seeorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang

seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan

budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa

c. Karakter manusia dalam Al-Qur’an

Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT tidak lepas dari

sifat-sifat yang melekat pada dirinya baik sifat baik maupun buruk.

Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. At-Taghabun:2 berikut:

بما تعملون بصري ؤمنه وٱهلل ي خلقكم فمنكم كفر ومنكم م ٢هو ٱلArtinya: Dialah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang

kafir dan di antaramu ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa

yang kamu kerjakan.

Pada dasarnya manusia berada dalam kondisi yang suci dan

mengikuti jalan agama yang lurus. Namun lingkunganlah yang

membentuk mereka menjadi apa kedepannya. Seperti dalam QS. Ar-

Rum:30 berikut:

36

ه ل تبديل للق ٱلت فطر ٱنلاس عليها ه فطرت ٱهلل ين حنيفا قم وجهك للدفأ

كث ٱنلاس ل يعلمون ين ٱلقيدم ولكن أ لك ٱلد ه ذ ٣٠ٱهلل

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah

itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;

tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Selain golongan mukmin dan kafir, terdapat golongan lain yang

berada diantara keduanya. Golongan ini disebut dalam QS. Al=Anfal:49

sebagai berikut:

لع ؤلء دينهم ومن يتوك رض غر ه ين ف قلوبهم م إذ يقول ٱلمنفقون وٱل

عزيز حكيم فإن ٱهلل ٤٩ٱهللArtinya: (Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada

penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang mukmin)

ditipu oleh agamanya". (Allah berfirman): "Barangsiapa yang bertawakkal

kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana"

Dari ketiga golongan tersebut, sudah seharusnya kita berupaya

agar masuk dalam golongan mukmin, yaitu golongan yang akan mendapat

syafaat Nabi Muhammad SAW di hari akhir kelak. Dalam QS. Al-

Mukminun dan QS. Al-Furqon, karakter orang mukmin dijelaskan sebagai

berikut:

1) Khusyuk dalam shalat (regilius) dan menjaga shalatnya. Hal ini

tercantum dalam QS. Al-Mukminun ayat 1-2 dan QS. Al-Furqon: 64

berikut:

37

فلح ٱلمؤمنون ين هم ف صلتهم خشعون ١قد أ ٢ٱل

Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,

(yaitu) orang-orang yang khusyu´ dalam sembahyangnya (QS. Al-

Mukminun: 1-2)

دا وقيما ين يبيتون لربدهم سج ٦٤وٱلArtinya: Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan

berdiri untuk Tuhan mereka (QS. Al-Furqon: 64)

2) Meninggalkan pekerjaan yang tidak bermanfaat (disiplin). Dijelaskan

dalam QS. Al-Mukminun: 3 berikut:

ين هم عن ٱللغو معرضون ٣وٱلdan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan)

yang tiada berguna.

3) Rendah hati. Seperti dalam QS. Al-Furqon: 63 berikut:

رض هونا إوذا خاطبهم ٱلجهلون قالوا وعباد ٱين يمشون لع ٱل لرنمح ٱل

٦٣سلما Artinya: Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah)

orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila

orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata

(yang mengandung) keselamatan.

4) Tidak berlebihan atau proporsional. QS. Al-Furqon:67

لك قواما وا وكن بني ذ نفقوا لم يسفوا ولم يقتين إذا أ ٦٧وٱل

Artinya: Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka

tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu)

di tengah-tengah antara yang demikian

38

5) Dapat menjaga kemaluan (tanggung jawab) QS. Al-Mukminun: 5-6

ين هم لفروجهم ح يمنهم ٥فظون وٱلو ما ملكت أ

زوجهم أ

أ إل لع

٦فإنهم غري ملومني Artinya: Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap

isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya

mereka dalam hal ini tiada tercela

6) Peduli lingkungan dan menjaga perdamaian dengan tidak membunuh

dan tidak berzina. Seperti dalam QS. Al-Furqon: 68 berikut:

إل ها ءاخر ول يقتلون ٱنلفس ٱلت حرم ٱهلل إل ين ل يدعون مع ٱهلل وٱل

ثاما لك يلق أ ول يزنونه ومن يفعل ذ ٦٨بٱلقد

Artinya: Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain

beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah

(membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina,

barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat

(pembalasan) dosa(nya)

7) Amanah dan dapat dipercaya, seperti dijelaskan dalam QS. Al-

Mukminun: 8

منتهم وعهدهم رعون ين هم ل ٨وٱل

Artinya: Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang

dipikulnya) dan janjinya

8) Tidak memberikan kesaksian palsu, dengan kata lain seorang mukmin

harus mempunyai sifat jujur. Seperti dalam QS. Al-Furqon: 72.

وا بٱللغو م ور إوذا مر ين ل يشهدون ٱلز وا كراما وٱل ٧٢ر

39

Artinya: Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan

apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan

perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan

menjaga kehormatan dirinya

Selain karakter-karakter yang telah dijelaskan diatas, adapula

karakter lain dalam Al-Qur’an yang harus dimiliki seorang muslim.

Karakter tersebut adalah sebagai berikut:

1) Akidah yang bersih. Karena dengan inilah seorang muslim akan

memiliki ikatan yang kuat dengan Allah, sehingga seluruh amalannya

dipersembahkan untuk Allah SWT. Seperti dalam QS. Al-An’am: 162.

ٱلعلمني ربد ١٦٢قل إن صلت ونسك ومياي وممات هللArtinya: Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku

dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

2) Akhlak yang kokoh. Nabi Muhammad SAW sendiri diutus ke dunia

dengan misi untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Di dalam

diri beliau terdapat kesempurnaan akhlak yang menjadi contoh dan

tauladan untuk seluruh umat manusia. Keagungan akhlaknya

diabadikan dalam Al-Qur’an Surah Al-Qalam: 4 berikut:

٤ك لعل خلق عظيم إون Artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang

agung.

3) Jasmani yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji adalah contoh amalan

yang harus dilakukan dengan fisik yang sehat dan kuat. Seperti dalam

sabda Nabi Muhammad SAW berikut:

40

ب هريرة رض اهلل عنه قال :قال رسول اهلل صل اهلل عليه وسلم :عن أ

عيف وفـى كـلد حب إلـى اهلل من الـمؤمن الضالـمؤمن القـوي خـري وأ

يـنـفـعـك واستعن باهلل ول تـعجـز إون خـيـر احـرص عـلـى ما

صابك شـىء فـل تقل ى فعلت كن كذا وكـذا ولـكن قل :أ ـد ن

:لو أ

يطان قـدر اهلل وما شاء فعل فإن لو تـفـتـح عمل الش

Artinya: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , beliau berkata,

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Mukmin yang kuat

lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada Mukmin

yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah

untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah

pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah

sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah,

janganlah engkau berkata, Seandainya aku berbuat demikian, tentu

tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan

Allâh, dan Allâh berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan

seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan. (HR. Muslim no.

2664, Ahmad no. 366, Ibnu Majah no. 79).

4) Wawasan yang luas. Di dalam Islam, semua perbuatan harus didasari

dengan aktifitas berpikir. Oleh sebab itu seorang mukmin harus

memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Ayat Al-Qur’an

yang pertama turun pun berisi perintah untuk membaca, yang

mengisyaratkan perintah untuk mencari ilmu. Yaitu sebagai berikut:

ي خلق بٱسم ربدك ٱلنسن من علق ١ٱقرأ وربك ٢خلق ٱل

ٱقرأ

كرم ي علم بٱلقلم ٣ٱل نسن ما لم يعلم ٤ٱل ٥علم ٱل

Artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang

menciptakan. 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3.

41

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. 4. Yang mengajar

(manusia) dengan perantaran kalam. 5. Dia mengajar kepada manusia

apa yang tidak diketahuinya (QS. Al-Alaq: 1-5)

5) Pandai mengatur waktu dan teratur dalam mengatur urusan. Waktu

menjadi perhatian penting dalam Al-Qur’an, terbukti dengan banyaknya

ayat Allah bersumpah dengan waktu, seperti dalam firmannya:

نسن لف خس ١وٱلعص ٢إن ٱلArtinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam

kerugian (QS. Al-Ashr: 1-2)

ول ل وٱنلهار أليت لد رض وٱختلف ٱل

ت وٱل مو إن ف خلق ٱلس

لبب ١٩٠ٱل

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih

bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang

yang berakal (QS. Ali Imron: 190)

Karena itu, mukmin haruslah mampu mengatur waktunya

dengan baik. Melakukan pekerjaan secara tepat dan cepat sehingga

tidak membuang-buang waktu yang ada. Nabi Muhammad SAW

bersabda:

تك قبل سقمك و :اغتنم خسا قبل خس شبابك قبل هرمك و صح

غناك قبل فقرك و فراغك قبل شغلك و حياتك قبل موتك

Artinya: “Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara; (1) Waktu

mudamu sebelum datang waktu tuamu; (2) Waktu sehatmu sebelum

datang waktu sakitmu; (3) Masa kayamu sebelum datang masa

kefakiranmu; (4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu; (5)

Hidupmu sebelum datang matimu. (HR. Al-Hakim)

42

6) Mandiri. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Al-Muddatstsir:

38 berikut:

٣٨ك نفس بما كسبت رهينة

Artinya: Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah

diperbuatnya

Selanjutnya dalam QS. Al-Mukminun: 62 disebutkan bahwa:

ينا كتب ينطق بٱلقد ه ول وهم ل يظلمون ول نكلدف نفسا إل وسعها

Artinya: Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut

kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang

membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya.

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa seorang mukmin tidak

akan diberi beban diatas kemampuannya. Oleh karena itu, seorang

mukmin dituntut untuk bisa mengatasi dan menyelesaikan masalahnya

sendiri secara mandiri.

7) Bermanfaat bagi orang lain. Rosulullah SAW bersabda:

نفعهم للناس خري انلاس أ

Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi

manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini

dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).

Saat kita berbuat baik kepada orang lain, sebenarnya

manfaatnya akan kembali ke diri kita sendiri. Begitupula apabila kita

berbuat jahat kepada orang lain, maka efek perbuatan itu akan kembali

ke diri kita sendiri. Seperti diterangkan dalam QS. Al-Isra: 7 berikut:

43

ه فإذا جاء وعد ٱألخرة تم فلهاسأ

نفسكم إون أ

حسنتم ل

حسنتم أ

إن أ

ما و‍سيل وا و ولرد ل مر و ٱلمسجد كما دخلوأ أ وجوهكم ولدخلوا ا

٧علوا تبريا

Artinya: Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi

dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi

dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang

kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-

muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-

musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan

sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.

3. Resimen Mahasiswa

a. Pengertian Resimen Mahasiswa

Menurut Surat Keputusan Bersama Mentri Pertahanan dan

Keamanan, Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Mentri Dalam Negri

nomor : KEP/11/XII/1994, 0342/U/1994 dan Nomor : 149 Tahun 1994

tanggal 28 Desember 1994, tentang Pembinaan dan Penggunaan resimen

Mahasiswa dalam Bela Negara, Pengertian Resimen Mahasiswa adalah:

1) Sebagai wadah, yang merupakan sarana pengembangan diri mahasiswa

ke arah perluasan wawasan dan peningkatan keikutsertaan dalam upaya

bela negara dan penguatan ketahanan nasional.

2) Sebagai perorangan, yang merupakan mahasiswa terlatih olah

keprajuritan yang telah mengikuti latihan dasar Resimen Mahasiswa

Indonesia dan menjadi bagian dari komponen pertahanan negara.

3) Sebagai Satuan, yang merupakan pusat aktifitas anggota Resimen

Mahasiswa di Perguruan tinggi, yang anggotanya terdiri dari mahasiswa

44

yang telah mengikuti Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa ( SKB

Tiga Mentri 1994 ).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud Resimen Mahasiswa dalam penelitian ini adalah nomor (3)

Sebagai Satuan, yang merupakan pusat aktifitas anggota Resimen

Mahasiswa di Perguruan tinggi, yang anggotanya terdiri dari mahasiswa

yang telah mengikuti Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa. Resimen

Mahasiswa juga merupakan suatu wadah bagi mahasiswa yang

menggembleng diri baik secara fisik maupun mental sehingga nantinya

diharapkan dapat menjadi kader – kader pemimpin yang tanggap (cepat

respon), tangguh (kuat), tanggon (cepat beradaptasi), dan trengginas

(cekatan).

b. Sejarah Resimen Mahasiswa

Pada masa penjajahan, pergerakan nasional memulai babak baru

saat berdirinya organisasi Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 oleh

para mahasiswa Stovia Jakarta sebagai upaya untuk mewujudkan

persatuan dan kesatuan yang kemudian disusul terbentuknya organisasi

persatuan lainnya seperti Syarekat Dagang Islam, Indische Partij dll.

(http://menwa.org/tentang-menwa/#sejarah, diakses pada 03 Agustus 2018

pkl. 17.00 WIB)

Setelah Indonesia merdeka, keikut sertaan pemuda dalam bela

negara terus berlanjut. Terbukti dengan adanya Badan Keamanan Rakyat

(BKR) Remaja (yang kemudian diubah namanya menjadi Tentara

45

Keamanan Rakyat). Pada tanggal 03 Juni 1947 mengesahkan terbentuknya

Tentara Nasional Indonesia, dan laskar pelajar disatukan dalam Brigade

17/TNI-Tentara Pelajar.

Pada tahun 1954 diterbitkan UU Nomor 29 Tahun 1954 yang

mengatur tentang Pertahanan Negara Republik Indonesia, yang menjadi

dasar diselenggarakannya Wajib Latih di kalangan mahasiswa yang

dididik oleh Kodam VI Siliwangi Jawa Barat. Pasukan ini kemudian

dikenal dengan nama WALA 59.

Pasukan wajib latih mahasiswa (walawa) juga dilibatkan pada

masa pembebasan Irian Barat yang dicanangkan Presiden Soekarno pada

tahun 1961. Disusul terbitnya Keputusan Bersama Wampa Hankam dan

Menteri PTIP Nomor: M/A/20/1963 tanggal 24 Januari 1963 tentang

Pelaksanaan Wajib Latih dan Pembentukan Resimen Mahasiswa di

lingkungan Perguruan Tinggi. Pada tahun 1965, dikeluarkan SKEP Menko

Hankam/KASAD dan Menteri PTIP Nomor M/A/165/1965 tentang

Organisasi dan Prosedur Resimen Mahasiswa. (Desy Kurnia Sari,

2014:68)

Melalui Keputusan Bersama Menhankam/Pangab, Mendikbud dan

Mendagri Nomor: Kep/39/XI/1975, Nomor: 0246 a/U/1975 dan Nomor:

247 Tahun 1975 tanggal 11 November 1975 tentang Pembinaan

Organisasi Resimen Mahasiswa Dalam Rangka Mengikutsertakan Rakyat

Dalam Pembelaan Negara, disebutkan bahwa Resimen Mahasiswa

46

dibentuk menurut pembagian wilayah Propinsi Daerah Tingkat I sehingga

berjumlah 27 Resimen Mahasiswa di Indonesia.

Saat ini Resimen Mahasiswa berjalan dibawah Kesepakatan

Bersama antara Menteri Pertahanan, Departemen Dalam Negeri, Menteri

Riset dan Pendidikan Tinggi, dan Menteri Pemuda dan Olahraga RI

Nomor: KB/11/XII/X/2014, Nomor: 421.73/6660A/SJ, Nomor:

6/M/MOU/XII/2014, Nomor: 1175 Tahun 2014 tanggal 19 Desember

2014 Tentang Pembinaan dan Pemberdayaan Resimen Mahasiswa dalam

Bela Negara.

Sebagai salah satu komponen cadangan pertahanan negara,

anggota Menwa memperoleh beberapa pendidikan, antara lain:

1) Pendidikan berjenjang:

a) Pra Pendidikan dasar (PRADIKSAR)

b) Pendidikan Dasar (DIKSAR)

c) Kursus Kader Pelaksana (SUSKALAK)

d) Kursus kader pimpinan (SUSKAPIN)

2) Perdidikan tambahan:

a) Pembinaan mental dan pemantapan (BINTALTAP)

b) Pendidikan Provost (DIKPROV)

c) Kursus Pelatih Nasional (SUSPELATNAS)

d) Kursus Dinas Staf (KDS)

e) Pelatihan Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP)

f) Pelatihan SAR PBP, Pendidikan Fungsi Staff (DIKSISTAF), dll.

47

c. Organisasi Resimen Mahasiswa Indonesia

Resimen Mahasiswa Indonesia mempunyai semboyan “Widya

Castrena Dharma Siddha” yang mengandung arti filosofis

“penyempurnaan pengabdian dengan ilmu pengetahuan dan ilmu

keprajuritan”. Semboyan ini tercantum dalam lambang Resimen

Mahasiswa Indonesia.

Gambar 1.

Lambang Resimen Mahasiswa Indonesia

Makna unsur lambang Resimen Mahasiswa Indonesia adalah

sebagai berikut:

1) Perisai segilima: menggambarkan keteguhan sikap.

2) Padi dan kapas: menggambarkan dasar bernegara dan pandangan hidup

bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.

3) Bintang, sayap burung, jangkar dan lambang Polri: Resimen Mahasiswa

berada di bawah naungan ketiga unsur angkatan dan Polri.

4) Pena dan senjata: Di dalam pengabdiannya, wira melakukan

keselarasan antara ilmu pengetahuan dan ilmu keprajuritan.

48

5) Buku tulis: Tugas pokok setiap wira adalah mengembangkan ilmu

pengetahuan, di samping melaksanakan tugas-tugas kemenwaan.

Resimen Mahasiswa dalam melaksanakan fungsi dan tugas –

tugasnya juga selalu memegang teguh ikrar Resimen Mahasiswa

Indonesia yang disebut dengan “Panca Dharma Satya Resimen

Mahasiswa” yang berarti lima pedoman kesetiaan dalam menjalankan

tugas dan kewajiban. Bunyi Panca Dharma Satya Resimen Mahasiswa

tersebut adalah:

1) Kami adalah mahasiswa warga negara, Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

2) Kami adalah mahasiswa yang sadar akan tanggungjawab serta

kehormatan akan pembelaan Negara dan tidak kenal menyerah.

3) Kami Putra Indonesia yang berjiwa Ksatria dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa serta membela kejujuran, kebenaran dan keadilan.

4) Kami adalah mahasiswa yang menjunjung tinggi nama dan kehormatan

Garba Ilmiah* dan sadar akan hari depan bangsa dan negara.

5) Kami adalah mahasiswa yang memegang teguh disiplin lahir dan batin ,

percaya diri sendiri dan mengutamakan kepentingan nasional diatas

kepentingan pribadi maupun golongan.

Organisasi Resimen Mahasiswa terdiri dari :

1) Komandan Resimen Mahasiswa;

2) Wakil komandan Resimen Mahasiswa;

3) Staf Komando;

49

4) Unsur Pelayanan;

5) Satuan Resimen Mahasiswa;

6) Sub – Resimen Mahasiswa;

d. Tugas Pokok & Fungsi Resimen Mahasiswa

1) Tugas pokok dari Resimen Mahasiswa meliputi:

a) Merencanakan, mempersiapkan dan menyusun seluruh potensi

mahasiswa terlatih ditiap –tiap provinsi daerah tingkat I untuk

memperkuat pertahanan Nasional dengan melaksanakan usaha

dalam kegiatan Rakyat Terlatih.

b) Membantu terlaksananya pembinaan kesadaran bela negara serta

kelancaran kegiatan dan program lainnya di perguruan tinggi.

2) Fungsi Resimen Mahasiswa

a) Melaksanakan Pemeliharaan dan peningkatan kemampuan baik

perorangan maupun satuan dibidang Ratih.

b) Melaksanakan pembinaan disiplin anggota Menwa baik sebagai

mahasiswa maupun warga masyarakat.

c) Melaksanakan pembinaan Satmenwa dengan mahasiswa lainnya.

d) Membantu menumbuhkan dan meningkatkan sikap bela Negara di

masyarakat.

e) Membantu terwujudnya penyelenggaraan fungsi Linmas di

perguruan tinggi.

f) Membantu motivasi masyarakat untuk berperan serta secara aktif

dalam pembangunan nasional.

50

g) Membantu upaya penanggulangan bencana di kampus dan

lingkungannya serta masyarakat.

h) Menyampaikan saran atau pertimbangan kepada pimpinan

perguruan tinggi dan Pangdam atau Danrem.

e. Tujuan Resimen Mahasiswa

1) Sebagai wadah penyalur potensi mahasiswa dalam rangka mewujudkan

hak dan kewajiban warga negara dalam bela Negara.

2) Mempersiapkan mahasiswa yang memiliki sikap disiplin, pengetahuan

fisik dan mental agar mampu melaksanakan tugas bela negaran serta

menanamkan dasar – dasar kepemimpinan dengan tetap mengacu pada

kepentingan nasional.

3) Mempersiapkan potensi mahasiswa sebagai bagian dari rakyat dalam

rangka Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta.

51

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai peran komunikasi kelompok dalam

pembentukan karakter di dalam kegiatan Diksarmil. Penelitian ini termasuk jenis

penelitian kualitatif, dimana penelitian ini dimaksudkan untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian (Moleong, 2008:6) dengan

metode penelitian kombinasi antara wawancara yang mendalam serta observasi

non partisipan.

Wawancara mendalam adalah metode penelitian dimana peneliti

melakukan kegiatan wawancara dan tatap muka secara terus menerus untuk

menggali informasi dari informan. Sedangkan observasi non partisipan adalah

observasi dimana peneliti tidak memposisikan diri sebagai anggota kelompok

yang diteliti. (Kriyantono, 2006:63-64)

Penelitian ini juga termasuk sebagai sebuah penelitian atau riset studi

kasus. Yaitu penelitian dimana peneliti mengembangkan analisis mendalam

mengenai suatu kasus, peristiwa aktivitas atau proses dari suatu individu atau

lebih; kasus-kasus tersebut dibatasi oleh waktu dan aktivitas dan peneliti

mengumpulkan informasi secaraa lengkap dengan menggunakan berbagai

prosedur pengumpulan data (Creswell, 2017:19).

52

B. Lokasi Penelitian

Peneliti memusatkan kegiatan pengumpulan data di markas komando

(Mako) Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo yang beralamat di

Gedung PKM II Lantai 1 Kampus 1 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini berpusat pada kegiatan Pendidikan Dasar Militer, yang

mana komunikasi kelompok di dalamnya dapat dijadikan sebagai upaya

pembentukan karakter anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953

Kalimosodo. Peneliti mengangkat tema tersebut karena melihat latar belakang

diatas, bahwa pendidikan karakter merupakan salah satu tujuan dari pendidikan

nasional, dan Pendidikan Dasar Militer dapat dijadikan sebagai salah satu upaya

untuk mengembangkan karakter mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga, khususnya yang tergabung dalam UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa)

Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo.

D. Sumber dan Jenis Data

1. Data Primer

Adalah data yang dihimpun secara langsung dari sumbernya dan

diolah sendiri untuk dimanfaatkan (Ruslan, 2003:138). Dalam penelitian ini,

yang akan menjadi sumber data primer adalah Pengurus Resimen Mahasiswa

Batalyon 953 Kalimosodo IAIN Salatiga, anggota Resimen Mahasiswa

Batalyon 953 Kalimosodo IAIN Salatiga, dan semua pihak yang mengetahui

dengan baik Resimen Mahasiswa, khususnya Resimen Mahasiswa Batalyon

953 Kalimosodo IAIN Salatiga.

53

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak

langsung melalui media perantara, berbentuk catatan atau laporan data

dokumentasi oleh lembaga tertentu yang dipublikasikan (Ruslan, 2003:138).

Adapun sumber data sekunder yang peneliti gunakan adalah AD ART Menwa

953 Kalimosodo, dokumen-dokumen, foto-foto, serta media pendukung

lainnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode atau teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat

digunakan peneliti untuk mengumpulkan data (Kriyantono, 2006:95). Kegiatan

pengumpulan data sangat menentukan hasil dari suatu penelitian. Apabila

kegiatan pengumpulan data ini tidak dirancang dengan baik atau salah dalam

mengambil data, maka data yang diperoleh pun menjadi tidak relevan dengan

permasalahan yang diteliti.

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu

sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi disini diartikan sebagai kegiatan mengamati secara

langsung –tanpa mediator– sesuatu objek untuk melihat dengan dekat

kegiatan yang dilakukan obyek tersebut (Kriyantono, 2006:110). Teknik ini

peneliti gunakan untuk mencari data mengenai Resimen Mahasiswa Batalyon

953 Kalimosodo dan kegiatan-kegiatannya, khususnya Pendidikan Dasar

Militer.

54

2. Wawancara

Arthur A. Berger mendefinisikan wawancara sebagai percakapan

antara periset –seorang yang berharap mendapat informasi– dan informan

atau seorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu

obyek (Rachmat Kriyantono, 2006: 100). Wawancara dilakukan kepada

anggota Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo Angkatan 2016 –

2017 yang mengikuti Pendidikan Dasar Militer untuk menguraikan tentang

pengalaman dan pendidikan karakter yang didapatkan selama mengikuti

kegiatan tersebut. Adapun responden dalam wawancara ini berjumlah 10

orang sebagai berikut:

Tabel 1.

Daftar Responden

No. Nama Tahun Diksar

1. Rizky Yoga Perdana 2016

2. Widya Agustina Rachmawaty 2016

3. Ari Wibowo 2017

4. Sri Rahayu 2017

5. Risky Ayu Saputri 2017

6. Kusandi Achmad Farizky 2017

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

55

lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274). Dalam hal ini peneliti

mencari data mengenai foto-foto kegiatan, materi-materi dan dokumen lain

yang diperlukan.

F. Teknik Analisis dan Validitas Data

Moleong (dikutip dari Rachmat Kriyantono, 2006: 167) mendefinisikan

analisis data sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan data dalam pola,

kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Usaha ini

melibatkan segmentasi dan memilah-milah data serta menyusunnya kembali

(Creswell, 2017:260). Pada tahapan ini, peneliti menganalisis data yang terkumpul

dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan menggunakan teknik

reduksi.

Menurut Milez dan Huberman, reduksi data yaitu memilah-milah hal

pokok yang sesuai dengan focus penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk

analisis berupa menggolongkan, mengarahkan, membuang, dan

mengorganisasikan data. Data yang telah direduksi memberikan gambaran yang

lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk

mencarinya sewaktu-waktu dibutuhkan (Milez dan Huberman, 1992).

Untuk menyanggah anggapan bahwa penelitian kualitatif tidak ilmiah,

perlu dilakukan pemeriksaan terhadap keabsahan data. Keabsahan data merupakan

konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan

(realibilitas) menurut versi positivisme dan disesuaikan dengan tuntutan

pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri (Moleong, 2008:321). Untuk itu

56

peneliti melakukan pengujian terhadap data yang ditemukan menggunakan teknik

trianggulasi.

Trianggulasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang

bersifat penggabungan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada (Sugiono, 2015:241). Apabila peneliti menerapkan trianggulasi

pada saat pengumpulan data, maka secara otomatis peneliti juga melakukan

pengujian kredibilitas data yang didapat dari berbagai sumber data dengan

berbagai teknik pengumpulan data yang digunakan.

57

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Profil Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo

Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo IAIN Salatiga berdiri

pada tanggal 27 November 1986, disaat IAIN Salatiga masih tergabung

sebagai anak cabang Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Pada saat

itu, Resimen Mahasiswa yang ada bernama Resimen Mahasiswa Batalyon

906 Kompi B (atau disingkat Yon 906 Ki-B) Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Salatiga.

Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11

Tahun 1997, maka secara yuridis mulai tanggal 21 Maret 1997 Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga beralih status menjadi Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Hal itu juga mempengaruhi

pergantian nama Yon 906 Ki-B beralih nama menjadi Satuan 953

Kalimosodo STAIN Salatiga.

Pada tanggal 29 April 2013 keluar Surat Keputusan Komandan

Komando Resimen Mahasiswa Mahadipa Jawa Tengah Nomor: SKEP-

009/MENWA MHDP/2013 Tentang perubahan nama “Satuan” menjadi

“Batalyon” di jajaran Komando Resimen Mahasiswa Mahadipa Jawa Tengah.

Sehingga Satuan 953 Kalimosodo beralih nama menjadi Resimen Mahasiwa

Batalyon 953 Kalimosodo IAIN Salatiga. (http://menwa953-

58

k.blogspot.com/p/sejarah-berdirinya-menwa-batalyon-953.html diakses

pada 04 Agustus 2018 pkl. 15.00 WIB)

Resimen Mahasiswa IAIN Salatiga memiliki nama yaitu Batalyon

953 Kalimosodo IAIN Salatiga, yang memiliki arti sebagai berikut:

a. Batalyon, sesuai Surat Keputusan Komandan Komando Resimen

Mahasiswa Mahadipa Jawa Tengah Nomor: SKEP-009/MENWA

MHDP/2013.

b. Sedangkan nomor Batalyon 953 diambil dari nomor kode provinsi jawa

tengah yaitu 9 (sembilan) dan 53 merupakan urutan berdirinya Menwa di

Jawa Tengah.

c. Kalimosodo berarti dua kalimat syahadat. Diambil dari nama pusaka milik

Prabu Puntadewa (Yudistira) salah satu anggota Pandawa dalam dunia

pewayangan. Pusaka ini berwujud kitab, dan sangat dikeramatkan di

kerajaan.

Sedangkan makna dari lambang Resimen Mahasiswa Batalyon 953

Kalimosodo adalah sebagai berikut:

a. Tulisan “KALIMOSODO” merupakan nama organisasi.

b. Gambar pedang, mempunyai filosofi bahwa orang sukses itu dibentuk dari

tempaan dan ujian yang bermacam-macam. Seperti besi yang ditempa

dengan kuat maka akan menghasilkan pedang yang tajam.

c. Gambar ular, kemampuannya berganti kulit mempunyai filosofi

pembaharuan.

d. Warna hijau melambangkan ketenangan dan keseimbangan emosi.

59

e. Warna merah melambangkan keberanian dan percaya diri.

f. Bentuk segitiga terbalik ini melambangkan bentuk hati manusia. Bahwa

segala amal perbuatan manusia itu berpusat pada hati.

Gambar 2.

Lambang Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo

Sedangkan visi dan misi Resimen Mahasiswa Batalyon 953

Kalimosodo adalah sebagai berikut:

a. Visi

Menghimpun, membina dan mengarahkan mahasiswa guna

meningkatkan kualitas dan peran mahasiswa menuju terciptanya

masyarakat kampus yang mempunyai jiwa disiplin dan teratur.

b. Misi

1) Mewujudkan kader-kader mahasiswa yang disiplin dan professional,

ilmiah, dan berbudi baik.

2) Menyebarkan nilai profesionalisme dan upaya menjadikan kampus

yang tertib.

60

Sebagai sebuah organisasi, Resimen Mahasiswa Batalyon 953

Kalimsodo tentunya mempunyai struktural pengurus. Fungsi atau tugas dari

pengurus adalah menjaga sistem sedemikian rupa, sehingga para anggotanya

hidup dengan nyaman bahagia sejahtera jauh dari derita (Wibawa, 1994).

Tabel 2.

Struktur pengurus Menwa 953 Kalimosodo tahun 2018

Jabatan Nama

Komandan Risky Yoga Perdana

Wakil Komandan Ambar Ayuningsih

Staff I (Pam Dan Intel)

Kepala Pam Dedi Rismanto

Asisten Intel Ana Nur Janah

Asisten Pam Dewi Saryanti

Staff II (Operasional dan Diklat)

Kepala Operasional Muhammad Aryanto

Asisten Operasional Sri Rahayu

Asisten Diklat Ari Wibowo

Staff III (Personalia)

Kepala Personalia Ria Candra Widayaningsih

Asisten Personalia Muhammad Danu Arta

Asisten Personalia Risky Ayu Saputri

Staff IV (Logistic Dan Bendahara)

Kepala Logben Widya Agustina Rachmawati

Asisten Logben Suci Rahma Sari

Asisten Logben Nazil Ardhani

Staff V (Teritorial)

61

Kepala Teritorial Ana Tri Wahyuningsih

Asisten Teritorial Siti Rohmah

Asisten Teritorial Shoviana

Staff VI (Keputrian)

Kepala Keputrian Isnaini Wahyu Wahdati

Asisten Keputrian Puji Rahayu

Asisten Keputrian Amalia Nur Hikmah Sari

Provost

Kepala Provost Muhammad Adha

Anggota Provost Kusandi Achmad Farizky

Kesekretariatan

Kepala Sekretariat Siti Rodhiatun Faizah

Asisten Sekretaris Wiwit Handayani

Asisten Sekretaris Amalia Putri

Urusan Khusus Kompi Markas

Komandan Kompi Markas Karnoto

Asisten Indah Suryaningsih

Asisten M. Nur Fadli Muarip

Unsur Pelaksana Pimpinan

Komandan Peleton Ayu Wulandari

62

STAFF I

STRUKTUR ORGANISASI RESIMEN MAHASISWA BATALYON 953 KALIMOSODO

REKTOR

WR. III

PEMBINA I

PEMBINA

KOMANDAN

STAFF II STAFF III STAFF IV STAFF V STAFF VI

URSUS

SEKRETARIAT URSUS

KIMA

URSUS

PROVOST

ANGGOTA

DANTON

WADAN

63

2. Profil Kegiatan Diksarmil

Diksarmil Menwa Mahadipa (Komando Menwa Jawa Tengah)

dilakukan secara rutin di RINDAM (Resimen Induk Daerah Militer)

IV/DIPONEGORO tepatnya di dalam DODIK (Depo Pendidikan) Bela

Negara. Seperti penuturan dari narasumber RYP:

“Diksar itu dilaksanakan di Rindam IV Diponegoro, tepatnya di Dodik

Bela Negara. Pesertanya itu dari mahasiswa yang mengikuti Menwa

se-Jawa Tengah, bahkan dari DIY dan Jawa Timur pun ikut.

Jumlahnya 604 peserta kalau tidak salah pada 2016”.

Dan juga penuturan dari narasumber WAR:

“Dari hari pertama penerimaan peserta diksar di Rindam IV

Magelang, kemudian di hari pertama pembagian regu atau pleton”.

Dalam Diksarmil terdapat beberapa ilmu pengetahuan yang diajarkan

ke peserta, yaitu meliputi:

1. PUDD (Peraturan Urusan Dinas Dalam)

2. TUM (Tata Upacara Militer)

3. PBB (Peraturan Baris-Berbaris)

4. TTD (Teknis Tempur Dasar)

5. Pengjantri (Pengenalan Senjata Ringan)

6. TKK (Teknik Kesatuan Kecil)

7. BDM (Bela Diri Militer)

8. Basarnas dan giat SAR

9. Ketahanan Negara dan Kewaspadaan Negara

10. Bela Negara

11. Pengkomplek (Pengenalan Komunikasi Elektronik)

64

12. Peraturan Disiplin Prajurit

13. Caraka Siang dan Malam

14. Kepemimpinan

15. Pioneer

16. Kesehatan Lapangan

17. IMPK (Ilmu Medan Peta Kompas)

18. Survival

Materi-materi tersebut terbagi menjadi dua, yaitu materi ruangan dan

materi praktek atau materi lapangan. Seperti yang dituturkan narasumber SR:

“Pas pendidikan itu saya lebih suka di lapangan daripada di kelas.

Karena kalau dikelas itu ngantuk, kalau di lapangan enak praktik-

praktik.”

Diantara materi ruangan yaitu pengetahuan tentang kepemimpinan,

bela negara, dan ketahanan negara. Sedangkan materi lainnya cenderung

berfokus pada praktek secara langsung, seperti PBB, survival, pioneering, dan

lain sebagainya.

B. Pembahasan

1. Proses komunikasi kelompok dalam Diksarmil

Peserta Diksarmil terbagi kedalam kelompok-kelompok. Ada

beberapa kelompok besar yang disebut kompi, kemudian dibawahnya

terdapat kelompok Peleton dan kelompok kecil yang disebut Kelas. Sesuai

ujaran RYP berikut:

“Kegiatannya pertama pendaftaran, registrasi, setelah itu dilepas oleh

senior masing-masing. Setelah itu pembagian, kompi dan peleton

kelas. Kebetulan saya waktu itu masuk kompi 1 peleton 3 kelas E”.

65

Adler dan Rodman (Sendjaja, 2002:3-5) menjelaskan ada empat

elemen yang dimiliki kelompok, yaitu:

a. Interaksi. Kelompok-kelompok dalam Diksarmil berinteraksi agar tujuan

yang mereka punya dapat tercapai. Salah satu tujuan interaksi ini adalah

untuk melatih percaya diri, seperti diuraikan SR berikut:

“Jadi kita sering ngobrol, jadi bisa. Saat di kelas ada materi kita berani

bertanya, karena sebelumnya sudah ngobrol sama yang lain”.

Ditambahkan pula oleh RAS:

“Itu jadi kenangan yang baik karena kita bisa bertemu mereka, bisa

bercengkerama, bertukar pikiran disana”.

b. Waktu. Kelompok mensyaratkan interaksi dalam jangka waktu tertentu.

Dalam hal ini, peserta Diksar tergabung dalam kelompok selama 12 hari,

sejak dimulainya kegiatan Diksar hingga berakhir masa kegiatan.

c. Ukuran. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota atau

partisipan dalam sebuah kelompok. Di dalam Diksar, jumlah anggota

Kompi lebih banyak dari Peleton dan jumlah anggota Peleton lebih banyak

dari anggota Kelas. Beberapa kelas tergabung menjadi satu Peleton dan

beberapa Peleton tergabung menjadi satu Kompi besar. Seperti uraian

RYP berikut:

“Pada saat diksar kita bagi empat kompi, satu kompi terdiri dari

berbagai peleton , satu peleton menjadi beberapa kelas. Dalam satu

kompi dipimpin oleh Danki”.

d. Tujuan. Keanggotaan suatu kelompok akan membantu dalam tercapainya

tujuan dari individu atau kelompok tersebut. Dalam Diksarmil tujuan

adanya kelompok tersebut adalah untuk mempermudah proses pemahaman

66

peserta terhadap materi yang diperoleh. Seperti yang disampaikan AW

berikut:

“Materi lain itu ada BDM, selain kita melatih bela diri untuk diri

sendiri disana itu untuk melindungi orang lain. Misalnya dalam satu

pleton walaupun diajarkan BDM semua namun yang menguasai hanya

sedikit. Disana ada sebatas kuis, salah satu harus menguasai BDM

untuk menyelamatkan anggota lain yang gak bisa agar tidak dihukum

oleh pelatih”.

Pengambilan keputusan dalam suatu kelompok dilakukan dengan

melalui beberapa proses. Poole menjelaskan (dalam Morissan, 2013:364)

strukturisasi ini terjadi dalam tiga wilayah yaitu interpretasi, moral dan

kekuasaan.

Dalam Diksarmil, proses-proses tersebut dilalui anggota tiap

kelompok. Masing-masing anggota harus mempunyai interpretasi yang sama,

disampaikan dengan cara yang sesuai dengan norma yang berlaku dan

kemudian ditetapkan keputusan akhirnya. Seperti disampaikan RAS berikut:

“Dan kita pun bisa bersikap mengkritik secara baik itu seperti apa,

mengutarakan pendapat itu seperti apa, seperti menggunakan kata

“ijin”, ijin masuk, ijin bertanya”.

2. Peran komunikasi kelompok dalam pembentukan karakter dalam Diksarmil

Terdapat beberapa karakter yang dapat terbentuk seiring pelaksanaan

komunikasi kelompok dalam kegiatan Diksarmil. Karakter-karakter ini pun di

dalam Al-Qur’an juga dianjurkan untuk dimiliki oleh setiap muslim.

Beberapa karakter tersebut adalah:

67

a. Disiplin.

Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan pada peraturan atau tata

tertib (KBBI, 2005:264). Dalam Diksarmil ini kedisiplinan sangat

ditekankan. Seperti penuturan Rizky Yoga Perdana:

“Nah pada saat diksar itu juga dilatih disiplin, contoh kita bangun

pagi pada jam sekian harus menggunakan trening. Kita berkumpul

di lapangan, kita melaksanakan binsik pagi kemudian kita belajar

efektif waktu. Jadi setelah kita makan kita menuju tempat ibadah,

berlari dengan satu kelas tapi harus kompak seirama seiya sekata,

untuk memaksimalkan waktu. Pada saat makan pun harus ada tata

caranya. Waktunya makan kita harus ada disana 5 menit

sebelumnya, setelah itu kita masuk kita harus menggunakan ppm,

sebelum makan kita harus berdoa dulu, dipimpin bantara piket. Dan

juga ketika makan kita bagaimana caranya harus menghabiskan

dengan tepat waktu”.

Selaras dengan penuturan dari Ari Wibowo:

“Di menwa khususnya waktu di rindam iv itu selalu diajarkan

untuk tepat waktu, contohnya waktu makan itu gak pernah telat

pagi siang sore dan solat itu gak pernah telat”.

Serta penuturan dari Risky Ayu Saputri:

“Kita juga dibekali dengan kedisiplinan dari pelatih-pelatih kita

dari Rindam Magelang. Setelah materi kita solat, setelah solat

materi lagi”.

Ditegaskan pula oleh Sri Rahayu:

“Saya sekarang merasakan banget, kalau disana kan terbiasa jam

segini harus begini, nah sekarang saya merasakan kalau misal ada

janjian apa-apa atau mengerjakan apa-apa saya pengennya cepet.

Terus sebagai staff 2 operasional, bagaimana caranya kalau ada

binsik atau kegiatan itu anggota jangan sampai menunggu saya,

jadi merasakan sekali kedisiplinan waktu bermanfaat sekali”.

Kedisiplinan merupakan sikap yang sangat perlu ada didalam diri

setiap orang. Dengan disiplin, pekerjaan apapun yang kita hadapi akan

selesai dengan baik karena kita dapat mengatur waktu dengan baik.

68

Sehingga hal-hal lain pun tidak terbengkalai. Di dalam Al-Qur’an, Allah

mencontohkan sikap disiplin dalam sholat, seperti dalam QS. Al-Jumuah

ayat 9 berikut:

لوة من إذا نودي للص ين ءامنوا ها ٱل يأ ي إل ذكر ٱهلل يوم ٱلمعة فٱسعوا

لكم خري لكم إن كنتم تعلمون ٩وذروا ٱليعه ذArtinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat

Jum´at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan

tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu

mengetahui.

Kita juga bisa cermati ajaran disiplin dalam perintah shalat. Allah

telah menetapkan batas waktu dalam melaksanakan shalat. Seperti dalam

ayat berikut ini:

ل قم ٱلصل وقرءان ٱلفجر إن قرءان ٱلفجر كن أ مس إل غسق ٱل لوك ٱلش وة ل

ن يبعثك ربك مقاما ٧٨مشهودا د بهۦ نافلة لك عس أ ل فتهج ومن ٱل

مودا ٧٩مArtinya: 78. Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai

gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat

subuh itu disaksikan (oleh malaikat). 79. Dan pada sebahagian malam hari

bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu;

mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji (QS.

Al-Isra’: 78-79)

b. Tanggung jawab

Beberapa kegiatan dalam Diksarmil mengharuskan peserta untuk

memiliki sikap tanggung jawab. Tanggung jawab yaitu melakukan tugas

69

sepenuh hati, berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik. Seperti yang

disampaikan Kusandi Achmad Farizky:

“Untuk awalnya kita itu ada seperti caraka, kita diberi suatu pesan

untuk menjaga sampai akhir. Itu kita ada rintangan-rintangannya.

Ditanya pesan apa, dari siapa. Kan kalau bohong nggak enak, tapi

itu kan amanah. Jadi imbasnya itu ke keseharian kita kalau udah

dikasih amanah harus dijalankan sebaik mungkin”.

Diutarakan juga oleh Rizky Yoga Perdana:

“Waktu itu pada saat penyamaran malam kita disuruh masuk

kuburan dua orang. Disitu kuburannya sangat jauh sekali, dan

disitu juga dipasangi pocong-pocongan, entah itu berapa yang asli

dan palsu. Yang jelas bagaimanapun kita takut kita harus melawan

rasa takut itu supaya kita berhasil melewatinya. Disitu saya

bersama teman dari Undip, cewek, dia berani melewati itu. Disitu

kita dilatih untuk melatih keberanian kita. Mental saya terasah

disitu. Kemudian disitu kita merubah cara pandang kita, ketika kita

menjadi yang tadinya biasa manut-manut saat diberikan arahan,

kita harus berfikir bagaimana kita mendapatkan perintah harus

melaksanakan perintah itu dengan baik dan benar, intinya tanggung

jawab.

Pada saat Diksar kita dibagi empat kompi, satu kompi terdiri dari

berbagai peleton, satu peleton menjadi beberapa kelas. Dalam satu

kompi dipimpin oleh danki. Kemudian disitu ada pelatih-

pelatihnya. Di setiap peleton itu juga ada pelatihnya. Kemudian ada

kelas. Setiap kelas ada satu pelatih. Ketika pagi kita melaksanakan

apel pagi. Saat apel itu ada inspekturnya, ada para Danklas yang

bersiap melaporkan jumlah anggotanya. Semisal, ketika petugas

piket itu melaporkan ke perwira piket bahwa apel siap maka apel

akan dilaksanakan. Setelah itu para Danklas akan maju kedepan,

dari kelas A sampai F maju ke depan. Dan alhamdulillah saya

waktu itu pernah menjabat danklas. Itu kita melaporkan. Sebagai

contoh lapor kelas E jumlah 24 kurang 3 hadir 21 keterangan 2

sakit 1 pingsan. Disitu bintara piket mencatat berapa siswa yang

hadir, dan yang sakit. Pada saat apel malam pun sama, kita juga

melaporkan jumlah siswa. Dan juga pergantian jabatan Danklas.

Jadi disitu ada tanggung jawab yang harus kita laksanakan sebagai

Danklas, kita harus menyiapkan pasukan ketika bangun pagi, mau

makan, setelah makan, ketika kita akan melaksanakan materi,

ketika kita akan masuk ruang makan itu kita harus menyiapkan

anggota kita, selama satu hari penuh Danklas yang bertanggung

jawab pada anggotanya”.

70

Dijelaskan pula oleh Ari Wibowo:

“Kemudian materi yang lain ada longmarch, itu perjalanan di

waktu malam. Dibagi per kelompok. Di kelompok saya dulu itu ada

6 orang, disitu kita diajarkan dibentuk keluarga kecil dan dibikin

satu tujuan yaitu untuk mencapai finish dengan anggota yang

lengkap tapi dengan resiko yang tinggi. Karena anggota kita hanya

6 tapi banyak tugas dan rintangan yang harus dilewati dan satu

tujuan tersebut sampai finish itu harus satu keluarga itu harus ada

dan itu menurut saya pembelajaran kekeluargaan kecil yang sangat

berarti. Karena disitu tanggung jawab nggak bisa lepas. Karena

misal tanggung jawabmu ini, misalnya gak dilakukan maka satu

keluarga kecil itu akan gagal. Jadi disitu diajarkan walaupun dari

hal kecil itu harus bertanggung jawab”.

Para responden mengungkapkan bahwa sikap tanggung jawab

adalah suatu karakter yang wajib dimiliki. Beberapa kegiatan dalam

Diksarmil yang melahirkan adanya sikap tanggung jawab diantaranya

adalah Caraka.

Di dalam Al-Qur’an pun Allah menekankan tentang pentingnya

tanggung jawab. Sebagaimana firman Allah berikut ini:

يعبدون زوجهم وما كنوا وأ ين ظلموا ٱل وا ٢٢۞ٱحش من دون ٱهلل

س ٢٣فٱهدوهم إل صرط ٱلحيم ٢٤ولون وقفوهم إنهم مArtinya: 22. (kepada malaikat diperintahkan): "Kumpulkanlah orang-orang

yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang

selalu mereka sembah. 23. selain Allah; maka tunjukkanlah kepada mereka

jalan ke neraka. 24. Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena

sesungguhnya mereka akan ditanya dimintai pertanggung jawaban (QS.

Ash-Shaffat: 22-24)

٣٨ك نفس بما كسبت رهينة Artinya: Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah

diperbuatnya. (QS. Al-Muddatstsir: 38)

71

c. Sopan santun

Sebagai makhluk sosial, tentunya manusia perlu bersosialisasi.

Sopan santun merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam bermasyarakat.

Untuk itu dalam Diksarmil pun diajarkan mengenai hal tersebut.

Diantaranya adalah melalui penyampaian materi PPM (Peraturan

Penghormatan Militer). Diutarakan oleh SR sebagai berikut:

“Yang jelas itu yang kerasa itu PPM. Karena disana itu jalan harus

bareng, minimal berdua. Kalau ketemu pelatih itu harus PPM. Dari

situ kita terbisaa disini itu PPM. Kalau bertanya itu ijin ndan.. Yang

jelas disitu juga bahasa yang digunakan, tata cara kita berbicara

harus diperhatikan”.

Ditambah dari uraian MA berikut:

“Selanjutnya itu ada peraturan penghormatan militer. Setelah saya

mendapatkan materi ini saya jadi bisa seperti menghormati senior,

saya bisa tahu bagaimana saya bersikap sama senior, bersikap sama

pimpinan, dan seperti apa ketika saya harus berkomunikasi sama

kawan letting saya. Disini saya bener-bener bisa lebih belajar

mengenai cara menghormati orang lain. Dari yang sebaya sama kita

atau satu letting, dan juga kepada yang lebih tua atau dituakan atau

kepada pimpinan”.

Sikap sopan santun di dalam Al-Qur’an dicontohkan dengan

perintah untuk berbuat baik kepada orang tua. Seperti dalam QS. Lukman

ayat 14 berikut:

ن وهن وفصلهۥ ف عمني أ هۥ وهنا لع م

يه محلته أ ل نسن بو ينا ٱل ووص

يك إل ٱلمصري ٱ ل ١٤شكر ل ولوArtinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua

orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah

yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah

kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah

kembalimu.

72

Allah SWT juga memerintahkan untuk bertutur kata yang baik

kepada sesama manusia, seperti dalam QS. Al-Baqarah: 83 berikut:

ءيل ل تعب خذنا ميثق بن إسرين إحسانا وذي إوذ أ ل وبٱلو دون إل ٱهلل

ة كو ة وءاتوا ٱلز لو قيموا ٱلصٱلقرب وٱلتم وٱلمسكني وقولوا للناس حسنا وأ

عرضون نتم منكم وأ تم إل قليل مد ٨٣ثم تول

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil

(yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat

kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-

orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,

dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi

janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu

berpaling.

d. Kepemimpinan

Dalam kegiatan Diksarmil, beberapa kegiatan ditujukan untuk

melatih sikap kepemimpinan. Seperti yang disampaikan WAR berikut:

“Jadi tujuan pertama itu per perti diajarkan jadi korsa dan korsa

tersebut jadi pemimpin. Saya sempat jadi ketua regu dan satgas

upacara. Pas jadi ketua regu itu yang paling saya inget itu harus

selalu memerhatikan anggota regunya. Setiap pelatih tanya berapa

jumlah anggota regumu harus siap dan harus tau keterangan apabila

anggotanya ijin atau sakit. Jadi ketua regu harus tahu keadaan

anggota regunya”.

Pengalaman sebagai Danklas (Komandan Kelas) pun sempat

dirasakan juga oleh responden RYP, dalam penuturannya:

“Alhamdulillah saya waktu itu pernah menjabat Danklas. Itu kita

melaporkan, sebagai contoh, lapor kelas E jumlah 24 kurang 3

hadir 21 keterangan 2 sakit 1 pingsan. Disitu bintara piket mencatat

berapa siswa yang hadir dan yang sakit. Pada saat apel malam pun

sama, kita juga melaporkan jumlah siswa. Jadi disitu ada tanggung

jawab yang harus kita laksanakan sebagai Danklas, kita harus

menyiapkan pasukan ketika bangun pagi, mau makan, setelah

makan, ketika kita akan melaksanakan materi, ketika kita akan

73

masuk ruang makan, itu kita harus menyiapkan anggota kita,

selama satu hari penuh Danklas yang bertanggung jawab atas

anggotanya”.

Perihal kepemimpinan juga disebutkan Allah dalam Al-Qur’an.

Salah satunya dalam firman Allah berikut:

تعل فيها من أ قالوا رض خليفة

إوذ قال ربك للملئكة إند جاعل ف ٱل

علم ما أ س لك قال إند ماء ونن نسبدح بمدك ونقدد يفسد فيها ويسفك ٱلد

٣٠ل تعلمون Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".

Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi

itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan

darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan

mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui

apa yang tidak kamu ketahui"

Dan QS. Al-An’am ayat 165 berikut:

رض ورفع بعضكم فوق بعض درجت ي جعلكم خلئف ٱل وهو ٱل

كم إن ربك سيع ٱلعقاب إونهۥ لغفور رحيم بلوكم ف ما ءاتى ١٦٥لدArtinya: Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi

dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain)

beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya

kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan

sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

e. Solidaritas

Solidaritas mengacu pada kata solider yang berarti perasaan

bersatu (senasib); perasaan setia kawan. Solidaritas terjadi karena adanya

keterikatan seluruh individu yang ada (Faktor Exacta, Vol.4 (3), 246-260).

74

Dalam lingkup militer dikenal dengan istilah “Korsa”, yang berarti korps

satu rasa. Sehingga dalam kegiatan Diksarmil inipun terdapat pengajaran

mengenai karakter solidaritas atau korsa ini. Seperti yang disampaikan

RAS berikut:

“Lalu yang paling mengesankan itu saat kita belajar ilmu sosial

disana. Ilmu sosial itu sebagaimana kita bersosialisai. Disana kita

tidak hanya bertemu orang yang kita kenal. Tetapi kita juga

bertemu dengan teman yang lain, dari universitas lain, berbagai

sifat dan pemikiran disana, bahwa kita disana harus menjadi satu

dan bisa menekan ego kita masing-masing. Di setiap pagi itu kita

melaksanakan bimbingan jasmani. Kita dari bangun sampai tidur

lagi itu ada jadwal tersendiri yang dibuatkan pelatih. Disaat pagi

kita bangun, mandi, bersih-bersih, terus jam 6 harus sudah ada di

lapangan. Kita dituntut untuk melakukan olahraga untuk kesegaran

tubuh, kita bersama-sama untuk melakukan bimbingan jasmani

dipimpin oleh pelatih. Setelah itu makan pagi. Setelah makan pagi

kita mengangkat kursi bersama berlari mengelilingi lapangan,

untuk melatih kerja sama tim juga”

Sedangkan menurut penuturan KAF adalah sebagai berikut:

“Terus diajari untuk kebersamaan juga. Saat yel-yel itu. Lelah itu

bisa ganti bahagia saat yel-yel sama teman2”.

Ditegaskan juga oleh WAR berikut:

“Karena disana kita belum kenal 99% kita belum kenal, tapi kita

dididik untuk korsa, mau gak mau kita yang belum kenal itu kita

harus satu tujuan satu gerakan dan satu pemikiran. Di sisi lain, kita

disana itu satu keluarga satu nama dengan nama menwa, meskipun

kita gak kenal jadi kita mempunyai rasa kekeluargaan.”

Di dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa setiap mukmin itu

bersaudara. Yang berarti bahwa semua muslim harus mempunyai

solidaritas dan meminimalisir perselisihan. Seperti dijelaskan dalam QS.

Al-Hujurat ayat 10 berikut:

لعلكم ترمحون خويكمه وٱتقوا ٱهللصلحوا بني أ

١٠إنما ٱلمؤمنون إخوة فأ

75

Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu

damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan

takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

Yang diperkuat dengan firman Allah berikut ini:

ذات يس صلحوا وأ ٱهلل وٱلرسول فٱتقوا نفال هلل

نفال قل ٱل

لونك عن ٱل

ۥ إ ورسول طيعوا ٱهللؤمنني بينكم وأ ١ن كنتم م

Artinya: Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta

rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang kepunyaan Allah

dan Rasul, oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah

perhubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya

jika kamu adalah orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Anfal: 1)

f. Percaya diri

Percaya diri bukan berarti mengunggulkan diri sendiri dengan

menjatuhkan orang lain. Percaya diri adalah sikap mantap dalam

melakukan pekerjaan sehari-hari dan tidak mudah terpengaruh oleh orang

lain. Dalam Diksarmil ini, karakter percaya diri ini dapat terbentuk karena

antar peserta harus berkomunikasi dengan baik agar tujuan masing-masing

dapat tercapai dengan baik. Semakin sering berinteraksi dengan yang lain,

maka karakter percaya diri akan terbentuk dengan sendirinya. Seperti

dijelaskan oleh WAR berikut:

“Selain itu yang berpengaruh terhadap saya itu mengenai

komunikasi. Walaupun belum kenal, kan dipaksa untuk satu

pemikiran jadi komunikasi harus baik agar bisa korsa. Sebenernya

dari awal saya juga belum percaya diri, tapi disana harus percaya

diri”.

Disampaikan pula oleh SR sebagai berikut:

“Saat kita gak pede kan, kita mau ngomong aja minder. Jadi kita

sering ngobrol, jadi bisaa. Saat di kelas ada materi, kita berani

76

bertanya, karena sebelumnya sudah ngobrol sama yang lain. Jadi

saat di kelas kita mengajukan pertanyaan ke pemateri di depan itu

sudah mulai percaya diri. Di depan banyak orang, di banyak Perti,

kita tanya di dalam kelas ke pemateri, itu kita berani. Dengan tata

cara yang sudah diajarkan yang benar, kita bisa bertanya, berdiri,

itu kita berani”.

Sedangkan menurut penuturan RYP adalah sebagai berikut:

“Karena saya sendiri orangnya pendiam. Tapi disitu bagaimana

caranya saya harus bisa ngomong di depan banyak orang. Karena

seperti contoh, saat memimpin binsik kita harus memberikan suara

kita untuk memandu teman-teman kita berlatih, untuk memotivasi.

Bukan hanya dengan mencontohkan gerakan saja”.

Al-Qur’an merumuskan konsep percaya diri dengan turunnya ayat

berikut ini:

ؤمنني علون إن كنتم منتم ٱل

١٣٩ول تهنوا ول تزنوا وأ

Artinya: Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu

bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi

(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Ali Imron: 139)

Kemudian firman Allah berikut:

ول ل تافوال عليهم ٱلملئكة أ تن ثم ٱستقموا ربنا ٱهلل ين قالوا إن ٱل

وا بٱ بش ٣٠لنة ٱلت كنتم توعدون تزنوا وأ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah

Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat

akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan

janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang

telah dijanjikan Allah kepadamu. (QS. Fussilat: 30)

g. Nasionalisme dan cinta tanah air

Sebagai warga negara yang baik sudah seharusnya jiwa

nasionalisme ada pada diri setiap orang. Sebagai salah satu komponen

77

cadangan pertahanan nasional, setiap Menwa juga diharuskan memiliki

jiwa nasionalisme yang kuat. Tercermin dari pelaksanaan kegiatan

Diksarmil ini. Dimana peserta merupakan gabungan dari berbagai

perguruan tinggi yang berasal dari berbagai daerah yang berbeda. Seperti

yang diutarakan RYP berikut:

“Diksar itu kita menyatukan berbagai macam satuan di Jawa

Tengah, DIY, Jawa Timur untuk menyamakan taraf pendidikan

kita. Dilatih dalam almamater yang sama yaitu Dodik Bela Negara

disitulah jiwa nasionalisme bela negara kami diasah”.

Dijelaskan pula oleh MA sebagai berikut:

“Walaupun kita dari berbagai macam penjuru, kita dari berbagai

macam agama, suku, budaya, itu kita bisa membaur. Kita berasal

dari kampus yang berbeda, kota yang berbeda. Tapi disana kita

melupakan bahwa kita itu beda. Apapun kesulitannya kita bisa jadi

satu, saling gotong royong, satu sakit, satu susah semua ikut

membantu. Disitu memunculkan jiwa korsa kekeluargaan yang

bener-bener.. Inilah multi kultural. Walaupun berbeda budaya, beda

cita-cita, tetapi disini kita punya semangat yang sama”.

Al-Qur’an menjelaskan mengenai nasionalisme di dalam beberapa

ayat secara tersirat. QS. Al-Baqarah: 191 berikut menjelaskan bahwa

meninggalkan tanah air termasuk hal yang sangat berat bahkan hamper

setara dengan bunuh diri.

شد من خرجوكمه وٱلفتنة أ

ن حيث أ خرجوهم مد

وٱقتلوهم حيث ثقفتموهم وأ

…ٱلقتل

Artinya: Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan

usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan

fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan. (QS. Al-Baqarah: 191)

Kemudian firman Allah berikut:

78

ا فعلوأ إل و ٱخرجوا من ديركم منفسكم أ

ن ٱقتلوا أ

نا كتبنا عليهم أ

ولو أ

ن شد تثبيتا قليل مدهم وأ ا ل نهم فعلوا ما يوعظون بهۦ لكن خري

٦٦هم ولو أ

Artinya: Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka:

"Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu", niscaya mereka

tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan

sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan

kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan

lebih menguatkan (iman mereka).

79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Proses komunikasi Organisasi dalam Diksarmil

Peserta Diksarmil terbagi kedalam kelompok-kelompok. Ada

beberapa kelompok besar yang disebut kompi, kemudian dibawahnya

terdapat kelompok Peleton dan kelompok kecil yang disebut Kelas. Di dalam

Diksarmil, elemen-elemen yang harus ada dalam suatu kelompok juga

terpenuhi. Elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut:

a. Interaksi. Kelompok-kelompok dalam Diksarmil berinteraksi agar tujuan

yang mereka punya dapat tercapai.

b. Waktu. Kelompok mensyaratkan interaksi dalam jangka waktu tertentu.

Dalam hal ini, peserta Diksar tergabung dalam kelompok selama 12 hari,

sejak dimulainya kegiatan Diksar hingga berakhir masa kegiatan.

c. Ukuran. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota atau

partisipan dalam sebuah kelompok. Di dalam Diksar, jumlah anggota

Kompi lebih banyak dari Peleton dan jumlah anggota Peleton lebih banyak

dari anggota Kelas.

d. Tujuan. Keanggotaan suatu kelompok akan membantu dalam tercapainya

tujuan dari individu atau kelompok tersebut. Dalam Diksarmil tujuan

adanya kelompok tersebut adalah untuk mempermudah proses pemahaman

peserta terhadap materi yang diperoleh

80

2. Peran komunikasi kelompok dalam pembentukan karakter dalam Diksarmil

Seiring pelaksanaan komunikasi kelompok, beberapa karakter pun

terbentuk pada diri peserta. Karakter-karakter tersebut adalah sebagai berikut:

h. Disiplin

i. Tanggung jawab

j. Sopan santun

k. Kepemimpinan

l. Solidaritas

m. Percaya diri

n. Nasionalisme dan cinta tanah air

B. Saran

1. Kepada IAIN Salatika diharapkan agar tetap mendukung kegiatan-kegiatan

yang dilakukan oleh Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo serta

lebih memperhatikan fasilitas yang dibutuhkan oleh Resimen Mahasiswa

Batalyon 953 Kalimosodo baik sarana dan prasarana demi kelancaran

pelaksanaan latihan serta prestasi yang lebih baik.

2. Anggota Resimen Mahasiswa diharapkan lebih aktif lagi dan gali lebih dalam

ilmu yang ada di dalam Resimen Mahasiswa. Ikuti semua pendidikan yang

diselenggarakan baik pendidikan berjenjang maupun pendidikan tambahasn

dan kejuruan. Karena apa yang didapat pasti berguna di kemudian hari untuk

pribadi maupun keluarga dan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Adriyanto, Michael. 1985. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga

Alwi Hasan, dkk. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Cangara, Hafied. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grafindo

Creswell, John W. 2017. Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif,

Kuantitatif dan Campuran, Edisi Keempat. Yogyakarta: Penerbit Pustaka

Pelajar

Damayanti, Deni. 2014. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah.

Yogyakarta: Araska.

Desi Kurnia S. 2014. Dinamika Aspek Komitmen Pada Jiwa Korsa Resimen

Mahasiswa (Studi Kasus di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang). Skripsi.

Tidak Diterbitkan. Malang: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang.

Elfindri, L. H., Wello, M. B., Hendmaidi, E. E., & Indra, R. 2012. Pendidikan

Karakter: Kerangka, Metode dan Aplikasi untuk Pendidik dan Profesional.

Jakarta: Badouse Media.

Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter. Bandung: Alfabeta

Herlambang, Susatyo. 2014. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Gosyen

Publishing.

Hikmat, Mahi M, 2011. Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi

dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu

Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan

Karakter Bangsa – Pedoman Sekolah. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan.

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Pranada

Grup.

Masnur Muslich. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis

Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara

Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Morissan. 2013. Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana

Muhammad Fadlillah, Lilik Mualifatu Khorida. 2014. Pendidikan Karakter Anak

Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Mulyana, Dedi. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Naim, Ngainun. 2012. Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam

Pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa. Jogjakarta: Ar-

Ruzz Media.

Prayitno dan Belferik. 2011. Pendidikan Karakter Dalam Pembangunan Bangsa.

Jakarta: PT Grasindo.

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Lembaran Negara RI Tahun 2003, No. 78. Jakarta:

Sekretariat Negara

Roudhonah. 2007. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press

Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi.

Jakarta: Rajawali Pers.

Salahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehie. 2013. Pendidikan Karakter:

Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa. Bandung: CV. Pustaka

Setia

Samani, Muchlas., dan Hariyanto. 2014. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sendjaja, Djuarsa. 2002. Teori Komunikasi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas

Terbuka

Slamet M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Penyunting

Ida Yustina dan Adjat Sudrajat. Bogor: IPB Press

Soekanto, Soeryono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press

Sofyan, Herminarto. 20011. Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan

Kemahasiswaan. Makalah. Tidak diterbitkan.

Staff Teritorial. 2017. Sejarah Berdirinya Menwa Batalyon 953 Kalimosodo.

http://menwa953-k.blogspot.com/p/sejarah-berdirinya-menwa-batalyon-

953.html diakses pada 04 Agustus 2018 pkl. 15.00 WIB

Sugiono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV

Alfabeta

Wibawa, Samodra. 1994. “Kebijakan Publik”. Proses dan Analisis. Jakarta:

Intermedia

Widyawati, K., Ernawati, A., dan Dewi, F. P. 2015. Peranan Ruang Terbuka

Publik Terhadap Tingkat Solidaritas dan Kepedulian Penghuni Kawasan

Perumahan di Jakarta. Faktor Exacta, Volume 4 No. 3. 246-260

Yaumi, M.Hum., M.A, Dr. Muhammad. 2014. Pendidikan Karakter Landasan,

Pilar & Implementasi. Jakarta: Kencana.

Lampiran-Lampiran

Kantor Resimen Mahasiswa Batalyon

953 Kalimosodo IAIN Salatiga

Kantor Resimen Mahasiswa Batalyon

953 Kalimosodo IAIN Salatiga

Wawancara dengan Rizky Yoga

Perdana, anggota angkatan 2016

Wawancara dengan Widya Agustina R.,

anggota angkatan 2016

Wawancara dengan Ari Wibowo,

anggota angkatan 2017

Wawancara dengan Sri Rahayu,

anggota angkatan 2017

Wawancara dengan Kusandi Achmad

Wawancara dengan Risky Ayu Saputri,

Farizky, anggota angkatan 2017 anggota angkatan 2017

Kegiatan Diksar

Kegiatan Diksar

Kegiatan Diksar

Kegiatan Diksar

Kegiatan Diksar

Kegiatan Diksar

RIWAYAT HIDUP PENULIS

A. Data Pribadi

Nama : Aisya Zuhdiana

Tempat, tanggal lahir : Grobogan, 17 Nopember 1996

NIM : 117-14-010

Fakultas : Dakwah

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Alamat : Desa Mrisi RT 06 RW 01 Kecamatan Tanggungharjo

Kabupaten Grobogan

B. Orang Tua

Ayah : Mustamar

Ibu : Masbakhah (almarhumah)

Pekerjaan : Wiraswasta

C. Motto : Setiap orang punya jalan-Nya masing-masing

D. Riwayat Pendidikan

No. Instansi Pendidikan Masuk (tahun) Lulus (tahun)

1. SD Negeri Mrisi 03 2002 2008

2. MTs. Salafiyah 2008 2011

3. MA Salafiyah 2011 2014

4. S1 KPI IAIN Salatiga 2014 2018

DAFTAR NILAI SKK

Nama : Aisya Zuhdiana Jurusan : Komunikasi Dan Penyiaran Islam

Nim : 117 14 010 Dosen Pembimbing Akademik : Dra. Maryatin, M.Pd

No Jenis Kegiatan Pelaksanaan Keikutsert

aan SKOR

1. OPAK STAIN Salatiga tahun 2014

18-19 Agustus

2014 Peserta 2

2. OPAK Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga

20-21 Agustus

2014 Peserta 2

3. Achievement Motivation Training dengan tema

“Dengan AMT Semangat Menyongsong

Prestasi” diselenggarakan oleh CEC dan JQH

STAIN Salatiga

23 Agustus 2015 Peserta 2

4. Orientasi Dasar Keislaman dengan tema

“Pemahaman Islam Rahmatan Lil’alamin

Sebagai Langkah Awal Menjadi Mahasiswa

Berkarakter” diselenggarakan oleh LDK Darul

Amal dan ITTTAQO STAIN Salatiga

21 Agustus 2014 Peserta 2

5. Library User Education yang diselenggaraakan

oleh UPT Perpustakaan STAIN Salatiga 28 Agustus 2014 Peserta 2

6. Surat Keputusan Komandan Menwa Batalyon

953 Kalimosodo No. A/637/M.953-

K/STAIN/IX/2014 tentang Penerimaan Wira

Baru Yudha XXXVIII Resimen Mahasiswa

Batalyon 953 Kalimosodo Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri Salatiga

1 Oktober 2014 Peserta 8

7. SIBA-SIBI Training UTS Semester Ganjil tahun

2014 diselenggarakan oleh CEC dan Ittaqo

STAIN Salatiga

24-25 Oktober

2014 Peserta 2

8. Seminar Nasional Bahasa Arab dengan tema

“Implementasi Kurikulum 2013 pada mapel

Bahasa Arab tingkat dasar dan tingkat menengah

dalam upaya menjawab tantangan pengajaran

04 November

2014 Peserta 6

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS DAKWAH

Jalan Lingkar Selatan Km 2 Pulutan Sidorejo Salatiga 50716

http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]

Bahasa Arab” yang diselenggarakan oleh Ittaqo

STAIN Salatiga

9. Seminar Nasional dengan tema “Berkontribusi

Untuk Negeri Melalui Televisi/TV” yang

diselenggarakan oleh Program Studi Komunikasi

dan Penyiaran Islam (KPI) STAIN Salatiga

05 November

2014 Peserta 8

10. Talkshow Pra Nikah dengan tema “Menjemput

Jodoh Impian” diselenggarakan oleh Rumah

Keluarga Indonesia (RKI) Kota Salatiga

bekerjasama dengan Bidang Nisaa LDK Darul

Amal STAIN Salatiga

09 November

2014 Peserta 2

11. Seminar Nasional Entrepeneurship yang

diselenggarakan oleh Racana Kusuma Dilaga –

Woro Srikandhi

16 November

2014 Peserta 6

12. Diskusi Terbuka dengan tema “Soekarno. Apa

Yang Kalian Pikirkan?” diselenggarakan oleh

LPM DinamikA STAIN Salatiga

9 Desember

2014 Peserta 2

13. Seminar Nasional dengan tema “Perlindungan

Hukum Terhadap Usaha Mikro Menghadapi

Pasar Bebas ASEAN” diselenggarakan oleh

HMPS Ahwal Asy-Syakhsyiyyah STAIN

Salatiga

Desember 2014 Peserta 6

14. Pra Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa

Batalyon 953 Kalimosodo STAIN Salatiga

bekerja sama dengan Makodim 0714/Salatiga

5-7 Desember

2014 Peserta 8

15. Surat Keputusan (SK) Ketua Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas

Dakwah IAIN Salatiga No.

In.26/J1.3/KM.01.02/023/2015 tentang Susunan

Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam periode tahun

2015

02 Juli 2015 Bendahara

II 4

16. Surat Keputusan Rektor Institut Agama Islam

Negeri Salatiga No. In.26/R/KM.03.00/949/2015

tentang Penyelenggaraan Kegiatan Komunikasi

Sosial Resimen Mahasiswa Mahadipa Institut

Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2015

13 Juli 2015 Sekretaris 2

17. Komunikasi Sosial (KOMSOS) Resimen

Mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2015

diselenggarakan oleh Resimen Mahasiswa

Batalyon 953 Kalimosodo IAIN Salatiga

30 Juli 2015 Panitia 2

18. Surat Keputusan Dekan Fakultas Dakwah

Institut Agama Islam Negeri Salatiga No.

In.26/D3/PP.00.05/042/2015 tentang Panitia

Orientasi Pengenalan Akademik dan

Kemahasiswaan (OPAK) Fakultas Dakwah

Tahun 2015

Agustus 2015 Sekretaris 2

19. Surat Keputusan Rektor Institut Agama Islam

Negeri Salatiga No. In.26/R/KM.03.00/994/2015

tentang Penyelenggaraan Kegiatan Orientasi

Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan

IAIN Salatiga tahun 2015

15-16 Agustus

2015

Sie

Keamanan 2

20. Piagam Penghargaan sebagai Petugas Upacara

Pemakaman Alm. Drs. Djoko Sutopo 29 Agustus 2015

Petugas

Upacara 2

21. Seminar Nasional “Pemuda, Peradaban Islam

dan Kemandirian” diselenggarakan oleh Karima

Learning and Training Center

2 September

2015 Peserta 6

22. Seminar “Hak Untuk Tahu Sebagai Basis

Penguatan Masyarakat Sipil” diselenggarakan

oleh Komisi Informasi Provinsi Jawa Tengah

22 September

2015 Panitia 2

23. Lomba PBB Resimen Mahasiswa Batalyon 953

Kalimosodo Tingkat SMA Sederajat Se-Kota

Salatiga dan Kabupaten Semarang

24 Oktober 2015 Satgas 4

24. Seminar Nasional “Peran Media Massa Terhadap

Kelestarian Lingkungan Hidup”

19 November

2015 Peserta 8

25. Pra Pendidikan Dasar Yudha 39 yang

diselenggarakan oleh Resimen Mahasiswa

Batalyon 953 Kalimosodo bekerjasama dengan

Makodim 0714/Salatiga

28-30 Desember

2015 Satgas 8

26. Pendakian Massal Mapala Mitapasa di Gunung

Ungaran

19-20

November 2016 Peserta 4

27. Surat Keputusan Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga No.

B.666A/In.21/KM.03.01/02/2017 tentang

Pengangkatan Pengurus Resimen Mahasiswa

Batalyon 953 KAlimosodo Institut Agama Islam

Negeri Salatiga Tahun 2018

27 Februari

2017

Kepala

Sekretariat

(Sekretaris)

4

28. Surat Keputusan Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga No.

B.1951/In.21/KM.03.01/05/2017 tentang

Penyelenggaraan Seminar Nasional Resimen

Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo Institut

22 Mei 2017 Sekretaris 4

Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2017

29. UKM Fair IAIN Salatiga tahun 2017 09 Agustus 2017 Panitia 2

30. Seminar Nasional “Implementasi Tri Dharma

Perguruan Tinggi Dalam Membentuk Mindset

Anti Hoax” diselenggarakan oleh Resimen

Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo IAIN

Salatiga

24 Mei 2017 Panitia 4

31. Pra Pendidikan Dasar Yudha 41 yang

diselenggarakan oleh Resimen Mahasiswa

Batalyon 953 Kalimosodo bekerjasama dengan

Makodim 0714/Salatiga

1-4 Desember

2017 Satgas 4

32. Surat Keputusan Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga No.

B.259/In.21/KM.01.03/01/2018 tentang

Pengangkatan Pengurus Resimen Mahasiswa

(MENWA) Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Masa Bakti 2018

29 Januari 2018 Staff Ahli 4

33. JUMLAH 126

Salatiga, 21 September 2018

Wakil Dekan

Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama

Dr. Rasimin, M.Pd

NIP. 197507132009011011

PEDOMAN WAWANCARA

Narasumber : Anggota Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo IAIN

Salatiga angkatan 2016-2017

Judul Penelitian : Pembentukan Karakter Anggota Resimen Mahasiswa

Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo Institut Agama Islam

Negeri Salatiga Melalui Diksarmil (Pendidikan Dasar Militer)

1. Bagaimana pengalaman kegiatan Diksarmil yang anda ikuti?

2. Apakah kegiatan Diksarmil berperan dalam pembentukan karakter anda?

HASIL WAWANCARA

Nama : Widya Agustina Rachmawati

Fakultas/Jurusan : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam/Perbankan Syariah

Semester : 7

Pertanyaan 1 : Bagaimana pengalaman kegiatan Diksarmil yang anda ikuti?

Jawaban : Saya ikut diksar itu tahun 2016. Waktu itu kegiatan pertama itu

kita pemberangkatan dari IAIN Salatiga itu kita diantar oleh

Kodim Salatiga sebagai pembina kita dari luar. Sampai disana itu

kita persiapan untuk upacara pembukaan. Setelah upacara

pembukaan itu kita masuk semua siswa ke dalam Rindam semua,

nah ketika itu ditradisi dulu. Acara tradisi itu dimulai dari

lapangan upacara Rindam sampai ke dalam Rindam, lewat pintu

namanya kesatrian pintu khusus untuk tradisi kalau pendidikan.

Tradisi itu sendiri seperti jungkir, jalan jongkok, merayap dan

lain-lain. Sampai sana kita pembagian kamar, itu ada beberapa

kamar kecil dan juga kamar-kamar besar. Kalau gak salah ada 2

barak besar, 1 laki-laki 1 perempuan, terus yang lain kecil-kecil

itu saya lupa jumlahnya. Disitu kita setelah selesai pembagian

kamar itu kita pembagian senjata. Kita dapat itu senjata jenis

gerund. Pembagian itu kita registrasi dulu, di ruang senjata kita

catet nomor seri, dan lain-lain, itu agar tidak tertukar senjata itu

dibawa dari kita pertama disitu sampai hari terakhir disitu harus

kita bawa. Jadi pas mau tidur ya harus kita keloni, ke kamar

mandi ya harus kita bawa pokoknya kemanapun kita harus bawa.

Terus hari kedua sampai hari 12 itu dibagi 2 kegiatan, lapangan

sama kegiatan ruangan. Kalau untuk materi dalam itu seperti

materi-materi peraturan urusan dinas dalam, penghormatan

militer, ada juga seperti caraka malam, banyak materinya. Untuk

kegiatan lapangannnya sendiri itu ada survival, orientasi medan

itu kita dicebur-ceburin di sungai, terus ada kayak lintas medan

juga, ada kayak seperti contohnya jembatan tali dua. Macam-

macam lah pokoknya. Intinya kita ada 2 bagian, itu bagian materi

dalam dan materi luar.

Pertanyaan 2 : Apakah kegiatan Diksarmil berperan dalam pembentukan karakter

anda?

Jawaban : Kalau diksar ini bagi saya yang ditanamkan dari materi peraturan

dinas dalam itu menjadikan saya yang tadinya tidak tau apa-apa

tentang bagaimana sih etika ketika saya bertugas, ketika saya

sedang dinas dalam, ketika saya dinas luar itu saya jadi tau “oh

ternyata seperti ini, kalau saya piket jaga harus seperti ini, harus

di rolling, harus ada laporan” jadi itu menimbulkan kedisiplinan

yang saya rasa diluar tidak didapatkan. Jadi ketika kita kembali ke

satuan itu kita lebih bisa mengatur tata pola dari peratuuran dinas

dalam seperti apa dan dinas luar seperti apa. Selanjutnya itu ada

peraturan penghormatan militer, setelah saya mendapatkan materi

ini saya jadi bisa seperti menghormati senior, saya bisa tahu

bagaimana saya bersikap sama senior, bersikap sama pimpinan,

dan seperti apa ketika saya harus berkomunikasi sama kawan

letting saya, disini saya bener-bener bisa lebih belajar mengenai

cara menghormati orang lain. Dari yang sebaya sama kita atau

satu letting dan juga kepada yang lebih tua atau dituakan atau

kepada pimpinan. Untuk materi lainnya itu ada dasar-dasar

militer. Dasar-dasar militer ini ada materinya tersendiri dan materi

ini yang digunakan ketika kita tradisi, ketika kita masuk dan

keluar dari sana.

Yang dapat saya ambil dari sini bahwa perjuangan ini

tidak mudah, ketika saya harus mencapai satu titik itu harus selalu

ada perjuangan. Jadi sebelum saya mulai proses saya didalam

sana untuk mencari ilmu, saya harus berjuang dulu. Untuk kuat

gak sih saya dikasih kayak gini, ada tradisi kayak gini, dan

disitulah banyak yang dari kegiatan-kegiatan fisik itu, membuat

saya itu yang dulu basicnya agak pemalu, agak pendiem, kurang

percaya diri, setelah pendidikan itu saya merasa ada perubahan

yang cukup signifikan. Ketika misalkan di kampus saya

melakukan pengamanan, itu saya terkadang masih merasakan

malu, canggung, kadang dikatain orang-orang “Heh Menwa

ngapain sih pakai seragam kayak gitu”. Terutama karena fisik

saya juga yang bisa dikatakan kecil untuk porsi anak Menwa,

banyak orang yang menganggap saya itu tidak pantas di Menwa.

Disitulah saya kurang pecaya diri saya. Tertapi setelah pendidikan

ini selesai, ketika ada orang yan mencemooh saya, saya tidak

perdulikan itu. Saya hanya mengingat bahwa saya bisa berdiri

disini itu tidak mudah. Saya bisa memakai seragam inipun tidak

mudah. Karena setiap yang melekat pada diri saya ini dari ujung

kaki sampai ujung kepala, dari sepatu PDL, seragam PDL, terus

brevet yang menempel dan baret yang saya pakai itu penuh

perjuangan. Saya pendidikan itu tidak mudah, 12 hari dengan

perjuangan yang sangat luar biasa dengan gemblengan fisik yang

benar-benar, sampai merasakan sakitnya push up sehari berkali-

kali sampai jari-jari saya berdarah, jalan berpuluh-puluh kilo

sampai keseleo-keseleo itu tidak lain hanya untuk membentuk

karakter saya seperti itu. Mereka yang mengatai saya belum tentu

bisa seperti saya. Intinya disini adalah timbul kepercayaan diri,

terus keberanian diri saya itu timbul dari situ. Terus ada materi

lain, menembak, itu setiap anak dikasih buku saku menembak dan

masing-masing kalau gak salah 10 peluru, itu disana kita

diajarkan, Menwa kan komponen cadangan nasioal, kita memang

sudah merdeka tapi kita belum benar-benar merdeka dari

penjajahan yang sifatnya proxy war, penjajahan tanpa senjata,

misalkan kayak narkoba. Tapi menurut saya tidak tertutup

kemungkinan suatu hari akan ada perang. Nah kita sebagai

mahasiswa sebagai komponen cadangan nasional kita itu sudah

punya bekal untuk membela negara, untuk ikut perang. Nah ada

materi lainnya itu survival. Disitu kita bagaimana sih kita

bertahan hidup di situasi yang sangat darurat. Contohnya ketika

kita hidup di hutan, kita tidak ada bahan makanan sama sekali,

apapun itu yang bisa dimakan entah enak atau tidak ya harus

dimakan. Adanya ular ya kita harus makan ular, adanya ketela

mentah ya harus dimakan. Jadi setelah kita selesai pendidikan itu

ketika dihadapkan situasi yang tidak enak itu, ketika kita diposisi

sulit, apapun yang kita punya ya kita harus syukuri. Karena diluar

sana belum tentu ada orang yang bisa makan dengan kenyang.

Ketika kita punya sesuatu yang berlebih, kita lebih bisa me-

manage. Kalau kedepannya kalau misal saya tidak punya saya

mau pakai apa. Intinya memunculkan karakter yang tidak manja.

Jadi dari kegiatan-kegiatan itu bener-bener banyak yang dapat

kita ambil. Yang membuat kita yang dulunya anak yang manja,

dirumah masih dimanja orang-tuanya, kadang apa-apa kan orang

tua udah nyariin tapi kita gak mau makan ini itu gak enak, baju

masih dicucikan, kadang kalau belum disuruh belum mandi, kalau

disuruh nanti nanti. Disana kita harus memanfaatkan waktu

sebaik mungkin. Karena kita disana dari makan mandi itu kita

diberi waktu. Seinget saya itu disana mandi tidak lebih dari 5

menit. Mandi nyuci itu harus cepet. Dikasih waktu istirahat ya

kita istirahat, karena diwaktu selanjutnya belum tentu dikasih

waktu istirahat lagi, karena kegiatan disana padat dan

membutuhkan banyak tenaga. Apapun, pokoknya kita harus

disiplin. Terus juga walaupun kita dari berbagai macam penjuru,

kita dari berbagai macam agama suku budaya itu kita bisa

membaur. Kita berasal dari kampus yang berbeda, kota yang

berbeda. Tapi disana kita melupakan bahwa kita itu beda. Apapun

kesulitannya kita bisa jadi satu saling gotong royong, satu sakit

satu susah semua ikut membantu. Disitu memunculkan jiwa korsa

kekeluargaan yang bener-bener. Inilah multi kultural walaupun

berbeda budaya, beda cita-cita, tetapi disini kita punya semangat

yang sama.

HASIL WAWANCARA

Nama : Rizky Yoga Perdana

Fakultas/Jurusan : Syariah/Hukum Tata Negara

Semester : 7

Pertanyaan 1 : Bagaimana pengalaman kegiatan Diksarmil yang anda ikuti?

Jawaban : Diksar itu dilaksanakan di Rindam IV Diponegoro, tepatnya di

Dodik Bela Negara. Pesertanya itu dari mahasiswa yang

mengikuti Menwa se-Jawa Tengah, bahkan dari DIY dan Jawa

Timur pun ikut. Jumlahnya 604 kalau tidak salah pada 2016.

Kegiatannya pertama pendaftaran, registrasi, setelah itu dilepas

oleh senior masing-masing. Setelah itu pembagian, kompi dan

peleton kelas. Kebetulan saya waktu itu masuk kompi 1 peleton 3

kelas E. Pada saat hari pertama kita ada tradisi masuk barak, itu

kita masih pakai atribut lengkap kita jalan jongkok, merayap,

jungkir, guling, setelah itu kita langsung permbagian

asrama/barak. Waktu itu saya di barak Jenderal Sudirman /

Pattimura, saya lupa. Kita satu orang satu kasur dan dua orang

dapat satu lemari untuk menaruh baju, sepatu dan perlengkapan

lain. Pada hari selanjutnya upacara pembukaan diikuti seluruh

peserta dan dibuka oleh Danrindam, dan dari Pangdam

Diponegoro juga menghadiri. Dan di hari selanjutnya kami diberi

materi berupa teknik bongkar pasang senjata, nikpursar atau

teknik tempur dasar, pengkomlek atau pengetahuan komunikasi

dan elektronika, lalu PUDD peraturan urusan dinas dalam, dan

juga diajari tentang kes memanjat tembok kayu setinggi 2 meter

lebih, kita berayun ditali, dibawahnya ada genangan air 2 meter

lebih. Kemudian kita disitu juga melewati haling rintang

menggunakan balok kayu besar. Kita juga diajari tentang navrad,

navigasi darat. Kita diajari tentang kompas, peta wilayah,

menentukan koordinat. Lalu kita ada juga survival, itu kita

diajarkan bagaimana kita bertahan hidup di alam liar. Misal kita

persediaan makanan habis dan hanya ada ular, itu kita diajari

bagaimana cara menyembelihnya dengan teknik khusus supaya

kita tidak keracunan saat makan ular, karena tujuan dari survival

adalah bertahan hidup. Kemudian kita juga diajari bagaimana cara

menjerat hewan buruan menggunakan kayu dan sebuah tali yang

dipasang di tanah. Ketika hewan buruan itu menginjak maka

langsung terjerat. Kita juga diajari tentang bagaimana mengambil

air saat tidak ada sumber air, disitu kita menggunakan plastic dan

pentil kita mengikat daun-daun pada pagi hari, lalu kita tunggu

sejam, embunnya akan keluar. Disitu kita bisa mendapatkan air.

Kemudian disitu kita diajari sikap kita di dalam kesatrian itu

seperti apa. Semisal saat akan keluar dan masuk kita harus

menggunakan langkah tegap maju jalan dan juga melakukan

penghormatan. Kemudian yang paling mendebarkan itu pada saat

adanya pendadakan atau stelling, disitu biasanya dilakukan pada

saat siswa tertidur terlelap di barak. Ketika kita sudah capek,

istirahat, malam-malam dini hari tiba-tiba ada suara “der dweer

der” ada suara ledakan, suara Meriam, suara senjata, kita

dibangunkan seperti itu. Meski kita sedang tidur telanjang pun

kita harus menyiapkan diri, memakai sepatu lengkap, PDL

lengkap, memakai semua, alat tempur kita dipakai termasuk

senjata kita. Dan harus sampai titik kumpul secara tepat waktu.

Saat itu ketika Diksar banyak sekali yang sampai kehilangan

sepatu, tasnya hilang, sepatu ketukar. Disitu kita juga diajari

bagaimana kita melakuakn penyamaran, kita menggunakan alat

makeup militer terus kita disuruh juga menyamar menggunakan

apa yang ada di sekitar. Kita menggunakan daun rumput ilalang,

disitu kita harus menghilangkan rasa geli takut. Walaupun ada

ulat di badan kita, kita menyamar supaya musuh tidak tau

keberadaan kita. Lalu disitu kita juga diajari bagaimana

pembagian tugas dalam satuan atau regu. Dalam satu regu itu ada

komandan regu, wakil komandan regu, dan para anggotanya.

Disitu sudah dibagi jobnya, contoh komandan regu mengatur atau

mengkoordinasi anggotanya untuk melakukan penyerangan atau

pengintaian, dan wadanru untuk menyesuaikan dibelakangnya.

Kemudian kita juga dalam Pengkomlek tadi, kita juga diajari

bagaimana menggunakan kode sandi-sandi, misal ABC Alfa Beta

Cindy, seperti itu. Kemudian kita juga diajari defile. Defile itu

tidak seperti kita karnaval kita pakai baju yang cosplay seperti itu.

Kita disitu belajar bagaimana jalan bersama-sama menggunakan

langkap tegap dipimpin para Danton Danki dan Danyon. Disitu

kita menggunakan defile ketika ada pejabat tinggi yang sedang

menonton kita. Defile diiringi oleh korps music dan juga kita

melakukan penghormatan dipimpin oleh Danyon atau Danki nya.

Lalu kita pada saat PUDD, itu salah satu hal yang paling berkesan

mungkin, PUDD itu ternyata termasuk bagaimana kita menata

lemari, bagaimana melipat pakaian seperti apa, menaruh sepatu

PDL itu di lemari paling bawah, kemudian tas T45 itu di lemari

bagian atas. Kemudian kita paling senang itu pada saat istirahat,

selesai kegiatan, biasanya jam 9 malam. Itu ajang untuk

berkumpul bersama teman-teman satu batalyon kita, misal dari

IAIN kita kumpul dengan teman dari IAIN, dari Akpelni kumpul

dengan Akpelni. Setiap hari ketika malam kita tidak langsung

tidur, kecuali untuk yang malas. Kita langsung cuci pakaian.

Kadang ada yang “ibu, aku capek”. Kemudian kita juga

melaksanakan diakhir itu inagurasi. Pada saat malam sebelum

pulang kita ada inagurasi. Kita menunjukkan bakat kita, ada yang

standup comedi, baca puisi, nyanyi, bahkan mungkin ada yang

main music, ada yang menari, ngedance, bela diri. Kemudian kita

diberikan tampilan video kegiatan kita, disaat itu tidak sedikit ada

yang sedih karena pendidikan kita segera berakhir. Setelah

inagurasi selesai kita salam-salaman kita nyanyi bareng, nangis

bareng. Paginya kita upacara penutupan ditutup oleh

Wadanrindam waktu itu. Setelah itu kita melaksanakan

pembaretan bersama-sama di Rindam. Kita diguling, jungkir,

merayap, kita suruh jungkir balik disitu, demi mendapatkan baret

dan juga brevet diksar. Disitu kita bisa melihat makna dari Diksar

itu sendiri. Kita mendapatkan suatu hal yang istimewa itu tidak

mudah, kita harus berjuang susah payah, dan namanya perjuangan

tidak akan sia-sia, karena setiap usaha pasti ada hasilnya.

Pertanyaan 2 : Apakah kegiatan Diksarmil berperan dalam pembentukan karakter

anda?

Jawaban : Di diksar itu kita mendapatkan materi yang belum pernah

diajarkan. Sebagai contoh Navrad itu navigasi darat, itu kita

mempelajari peta dan kompas untuk menemukan titik lokasi.

Kemudian kita belajar mengenal senjata, Penjatri pengetahuan

senjata ringan, bagaimana cara kita bongkar, menggunakan

menyimpan dan merawat senajata. Kemudian bagaimana kita

bersikap pada senior. Senioritas diajarkan pada saat diksar.

Bagaimana kita PPM, hormat menghormati secara ikhlas. Karena

itu sebuah identitas bagi kita. Kita juga mengubah karakter kami.

Dulu, jujur saya orangnya saya sangat penakut, apalagi terhadap

hantu. Masuk kuburan saja saya takut. Bahkan lihat keranda itu

saya lari. Tapi setelah itu saya berani. Karena waktu itu pada saat

penyamaran malam kita disuruh masuk kuburan dua orang. Disitu

kuburannya sangat jauh sekali, dan disitu juga dipasangi pocong-

pocongan entah itu berapa yang asli dan palsu. Yang jelas

bagaimanapun kita takut, kita harus melawan rasa takut itu supaya

kita berhasil melewatinya. Disitu saya bersama teman dari Undip,

cewek, dia berani melewati itu. Disitu kita dilatih untuk melatih

keberanian kita. Mental saya terasah disitu. Kemudian disitu kita

merubah cara pandang kita, ketika kita menjadi yang tadinya bisa

manut-manut saat diberikan arahan, kita harus berfikir bagaimana

kita mendapatkan perintah harus melaksanakan perintah itu

dengan baik dan benar, intinya tanggung jawab.

Pada saat diksar kita bagi empat kompi, satu kompi terdiri

dari berbagai peleton , satu peleton menjadi beberapa kelas.

Dalam satu kompi dipimpin oleh Danki. Kemudian disitu ada

pelatih-pelatihnya. Di setiap peleton itu juga ada pelatihnya.

Kemudian ada kelas. Setiap kelas ada satu pelatih. Ketika pagi

kita melaksanakan apel pagi. Saat apel itu ada inspekturnya, ada

para Danklas yang bersiap melaporkan jumlah anggotanya.

Semisal, ketika petugas piket itu melaporkan ke perwira piket

bahwa apel siap maka apel akan dilaksanakan. Setelah itu para

Danklas akan maju kedepan, dari kelas A sampai F maju ke

depan, dan alhamdulillah saya waktu itu pernah menjabat

Danklas. Itu kita melaporkan. Sebagai contoh lapor kelas E

jumlah 24, kurang 3, hadir 21, keterangan 2 sakit 1 pingsan.

Disitu bintara piket mencatat berapa siswa yang hadir, dan yang

sakit. Pada saat apel malam pun sama, kita juga melaporkan

jumlah siswa. Dan juga pergantian jabatan Danklas. Jadi disitu

ada tanggung jawab yang harus kita laksanakan sebagai Danklas,

kita harus menyiapkan pasukan ketika bangun pagi, mau makan,

setelah makan, ketika kita akan melaksanakan materi, ketika kita

akan masuk ruang makan itu kita harus menyiapkan anggota kita,

selama satu hari penuh Danklas yang bertanggung jawab pada

anggotanya.

Ketika seminggu setelah diksar selesai kita mengikuti

pembaretan. Kita harus mencari perlengkapan sendiri, baju celana

sepatu kopel, kita cari sendiri pinjam ke UMMgl, Untidar, ke

Unwida. Kita menambah relasi sekaligus kemandirian kita, kita

cari perlengkapan sendiri.

Manfaat dari diksar itu kita merasakan dididik layaknya

prajurit selama 12 hari. Kita merasakan bagaimana hidup di

kesatrian, bagaimana solidaritas satu letting, kita susah senang

bersama, dihukum bersama, ditendang bersama, ditindak

bersama. Disitu kita memunculkan suatu sifat yang namanya jiwa

korsa. Setelah diksar kita jadi tahu bagaimana Menwa lain

bersikap, karakter nya seperti apa, apakah sama seperti satuan kita

atau tidak. Diksar itu kita menyatukan berbagai macam satuan di

Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, untuk menyamakan taraf

pendidikan kita. Dilatih dalam almamater yang sama yaitu Dodik

Bela Negara, disitulah jiwa nasionalisme bela negara kami diasah.

Tentunya setelah pulang dari Diksar kita senang sekali, kita

berkumpul lagi dengan teman-teman dari IAIN Salatiga. Dan

ketika itu kita dipandang oleh senior harus bias, memberikan

pelajaran apa yang didapat dari Diksar kita berikan ke teman-

teman. Kita harus lebih baik dari teman-teman, karena itu amanah

dari senior maka harus kita jalankan sepenuh hati. Sebagai contoh

ketika di satuan harus yang bertanggung jawab untuk anggota,

misal ada anggota yang tidak berangkat tanpa ijin itu kita yang

dihukum pertama. Kita harus memberikan contoh bagaimana kita

berperilaku Menwa yang baik. Itu merupakan tantangan tersendiri

bagi saya. Karena saya sendiri orangnya pendiam. Tapi disitu

bagaimana caranya saya harus bisa ngomong didepan banyak

orang, karena seperti contoh saat memimpin binsik, kita harus

memberikan suara kita untuk memandu teman-teman kita

berlatih, untuk memotivasi. Nah pada saat diksar itu juga dilatih

disiplin, contoh kita bangun pagi pada jam sekian harus

menggunakan trening kita berkumpul dilapangan kita

melaksanakan binsik pagi kemudian kita belajar efektif waktu.

Jadi setelah kita makan kita menuju tempat ibadah, berlari dengan

satu kelas tapi harus kompak seirama seiya sekata, untuk

memaksimalkan waktu. Pada saat makan pun harus ada tata

caranya. Waktunya makan kita harus ada disana 5 menit

sebelumnya, setelah itu kita masuk kita harus menggunakan PPM,

sebelum makan kita harus berdoa dulu, dipimpin bantara piket.

Dan juga ketika makan kita bagaimana caranya harus

menghabiskan dengan tepat waktu. Dan kita diajari juga

kompaknya satu tim, meskipun tidak kenal dalam satu meja,

entah itu airnya, lauk atau sayurnya, jangan sampai ada sisa.

Setelah selesai makan kita harus merapikan tempat makan kita.

Selesai makan kita kembali ke lapangan, misal jam 10 berarti 10

menit sebelumnya harus sudah sampai.

HASIL WAWANCARA

Nama : Sri Rahayu

Fakultas/Jurusan : Syariah/Hukum Tata Negara

Semester : 5

Pertanyaan 1 : Bagaimana pengalaman kegiatan Diksarmil yang anda ikuti?

Jawaban : Diksar itu, mulai dari awal masuk itu dianter, sampai sana itu

hujan. Registrasi itu kita masih dikumpulkan, masih nunggu. Kita

masuk itu masih deg-degan. Kita digabungkan dengan yang lain,

digabungkan dengan perti yang lain, yang katanya latihannya itu

udah “wow”. Kata senior “gapapa, bisaa aja gak usah tegang”.

Kita berusaha santai, kita antri itu sampai dikasih permen sama

senior biar gak tegang. Sebelum hujan itu di lapangan kita dibagi

kompi-kompi. Setelah terbagi kompi baru masuk ruangan karena

hujan, jadi kita pembagian peleton-peleton itu di ruangan itu.

Disitu mulai kenal sama Akpelni. Baru datang langsung kesengak

sama Akpelni. Terus pas pendidikan itu lebih suka di lapangan

daripada di kelas. Pengalamannya, bagus. Kita bisa bener-bener,

disitu mental kita, kemampuan kita bener-bener dibentuk, dilatih

seperti itu. Contohnya, kita dari sini dari awal masuk merasa ciut

hatinya lihat dari yang lain kan “wow”, tapi ternyata kita bisa

berbaur sama mereka, kenal sama mereka bahkan ada yg masih

berhubungan baik dengan mereka.

Terus kegiatannya terjadwal. Disana asal kita nurut, ikut

jadwal, ikut aturan, aman. Jadi bangun tidur, solat subuh, senam

pagi, makan pagi. Makannya itu teratur. Semua makannya

bareng-bareng. Habis itu kegiatan, kegiatan itu dikelas–lapangan–

kelas–lapangan seperti itu.

Banyak yang kita belum dapat sebelum itu. Jiwa korsa kita

ada, rasa percaya diri juga ada. Ilmu jelas ada banyak. Nah disana

kan ada yang namanya stelling, saat makan siang itu pernah

pelatihnya bilang ada serangan udara. Kita lagi makan enak-enak

kok dikayak gituan kan jengkel, tapi kita dilatih buat mental kita.

Saat kita gak pede, kan, kita mau ngomong aja minder. Jadi kita

sering ngobrol, jadi bisa. Saat di kelas ada materi kita berani

bertanya, karena sebelumnya sudah ngobrol sama yang lain, jadi

saat di kelas kita mengajukan pertanyaan ke pemateri di depan itu

sudah mulai percaya diri. Di depan banyak orang, di banyak perti

kita tanya di dalam kelas ke pemateri itu kita berani dengan tata

cara yang sudah diajarkan yang benar, kita bisa bertanya, berdiri,

itu kita berani. Materi-materi lain juga banyak yang bisa

diamalkan itu seperti PBB. Yang jelas itu yang kerasa itu PPM.

Karena disana itu jalan harus bareng, minimal berdua. Kalau

ketemu pelatih itu harus PPM. Dari situ kita terbiasa, disini itu

PPM, kalau bertanya itu “ijin ndan”. Yang jelas disitu juga

Bahasa yang digunakan, tata cara kita berbicara harus

diperhatikan.

Pertanyaan 2 : Apakah kegiatan Diksarmil berperan dalam pembentukan karakter

anda?

Jawaban : Saya sekarang merasakan banget, kalau disana kan terbiasa jam

segini harus begini, nah sekarang saya merasakan kalau misal ada

janjian apa-apa atau mengerjakan apa-apa, saya pengennya cepet.

Terus sebagai staff 2 operasional, bagaimana caranya kalau ada

binsik atau apa, anggota jangan sampai menunggu saya, jadi

merasakan sekali kedisiplinan waktu bermanfaat sekali. Yang

jelas saya jadi galak, tapi maksudnya galak itu tegas. Saat

berbicara juga jadi tahu “Ooh sama orang itu seperti ini”. Yang

jelas setiap waktu itu, setiap waktu istirahat, kan kita gak punya

rundown acara, pengennya nyampe jam berapa ayok kita jangan

sampai telat. Mau mandi dikira-kira biar gak telat.

HASIL WAWANCARA

Nama : Ari Wibowo

Fakultas/Jurusan : Syariah/Hukum Ekonomi Syariah

Semester : 7

Pertanyaan : Bagaimana pengalaman kegiatan Diksarmil yang anda ikut

Jawaban : Dari hari pertama penerimaan peserta diksar di Rindam IV

Magelang, kemudian di hari pertama pembagian regu atau pleton.

Hari selanjutnya menyesuaikan jadwal yang ada di Diksar.

Selama Diksar ada hal-hal yang banyak dikenang. Pertama

mengenai pengenalan dari Menwa lain terutama dari satuan lain.

Hal yang paling dikenang itu dengan Menwa Akpelni karena

mereka ditugaskan dari pertinya untuk mengganggu Menwa lain.

Jadi mungkin bukan cuma saya, banyak dari menwa lain juga,

banyak yang menyimpan rasa sedikit dongkol ke Menwa Akpelni

karena sering diganggu. Ada hal yang lebih menarik, yaitu

stelling dari pelatih itu menggunakan bom tanah jadi ada sebagian

yang pingsan karena ledakannya terlalu kencang. Kemudian

mungkin dari semua peserta Menwa terakhir yang dikenang itu

pas pelepasan peserta diksar. Karena disana ada banyak hal yang

harus kita ingat selama kita dilatih disana dan ada banyak hal

yang kita kerjakan setelah selesai dari sana. Karena disana kita

belum kenal, 99% kita belum kenal, tapi kita dididik untuk korsa.

Mau gak mau kita yang belum kenal itu kita harus satu tujuan satu

gerakan dan satu pemikiran. Di sisi lain, kita disana itu satu

keluarga, satu nama dengan nama Menwa, meskipun kita gak

kenal jadi kita mempunyai rasa kekeluargaan.

Di Menwa khususnya waktu di Rindam IV itu selalu

diajarkan untuk tepat waktu. Contohnya waktu makan itu gak

pernah telat pagi, siang, sore dan solat itu gak pernah telat.

Kemudian mengenai tugas dan tanggung jawab, disana apabila

pelatih udah bilang A maka tanggung jawab kita sebagai peserta

harus A dan itu harus dilaksanakan. Selain itu yang berpengaruh

terhadap saya itu mengenai komunikasi, walaupun belum kenal

dan dipaksa untuk satu pemikiran jadi komunikasi harus baik agar

bisa korsa.

Sebenernya dari awal saya juga belum percaya diri, tapi

disana harus percaya diri. Karena disana harus berkomunikasi

dengan baik untuk mendapatkan korsa tersebut. Dan

kepemimpinan bisa tumbuh kalau korsa tercipta. Jadi disana itu,

dalam korsa itu diajarkan kalau setiap pribadi harus jadi seorang

pemimpin. Jadi tujuan pertama itu per perti diajarkan jadi korsa

dan korsa tersebut jadi pemimpin. Saya sempat jadi ketua regu

dan satgas upacara. Pas jadi ketua regu itu yang paling saya inget

itu harus selalu memerhatikan anggota regunya. Setiap pelatih

tanya “berapa jumlah anggota regumu” berapa harus siap dan

harus tau keterangan apabila anggotanya ijin atau sakit. Jadi ketua

regu harus tahu keadaan anggota regunya.

Pertanyaan 2 : Apakah kegiatan Diksarmil berperan dalam pembentukan karakter

anda?

Jawaban : Disana kita belajar walaupun kita satu angkatan, banyak karakter

yang berbeda-beda. Dari itu saya bisa memahami tidak bisa

dipaksakan satu pemikiran, walaupun harus korsa tetap secara

pribadi setiap orang itu berbeda. Selama disana dari awal karena

kita harus korsa itu kita diajari PBB. PBB itu awal langkah untuk

menyatukan gerakan dan pemikiran. Mengenai PBB, efek

terhadap perorangan itu mengajarkan kompak satu pemikiran satu

tujuan. Materi lain itu ada BDM, selain kita melatih bela diri

untuk diri sendiri disana itu untuk melindungi orang lain.

Misalnya dalam satu pleton walaupun diajarkan BDM semua

namun yang menguasai hanya sedikit. Disana ada sebatas kuis,

salah satu harus menguasai BDM untuk menyelamatkan anggota

lain yang gak bisa agar tidak dihukum oleh pelatih. Kemudian

materi yang lain ada longmarch, itu perjalanan di waktu malam,

dibagi per kelompok. Di kelompok saya dulu itu ada 6. disitu kita

diajarkan dibentuk keluarga kecil dan dibikin satu tujuan yaitu

untuk mencapai finish dengan anggota yang lengkap tapi dengan

resiko yang tinggi. Karena anggota kita hanya 6 tapi banyak tugas

dan rintangan yang harus dilewati, dan satu tujuan tersebut

sampai finish itu harus satu keluarga itu harus ada, dan itu

menurut saya pembelajaran kekeluargaan kecil yang sangat

berarti karena disitu tanggung jawab gak bisa lepas. Karena misal

tanggung jawabmu ini, misalnya gak dilakukan maka satu

keluarga kecil itu akan gagal. Jadi disitu diajarkan walaupun dari

hal kecil itu harus bertanggung jawab.

HASIL WAWANCARA

Nama : Kusandi Achmad Farizky

Fakultas/Jurusan : Syariah/Hukum Ekonomi Syariah

Semester : 5

Pertanyaan 1 : Bagaimana pengalaman kegiatan Diksarmil yang anda ikuti?

Jawaban : Pengalaman diksar itu lebih banyak ke ilmu baru, pertama bisa

ilmu tata upacara militer. Terus ada peta, navrad, pengenalan

kompas, pengjatri, haling rintang, PUDD, terus senam senjata,

binjas, dan masih banyak materi yang lain. Kesan pertama itu,

saya disana pas pertama makan itu ketipu sama salah satu

universitas. Mereka tugasnya membuat masalah dengan

universitas lain, dan kalau mereka berhasil membuat masalah

maka mereka yang akan menang. Intinya mereka ingin membuat

onar dan korbannya itu mendapat sanksi dikeluarkan dari tempat

pendidikan. Kalau pas pertama itu saya dan 2 orang temen saya

juga menjadi salah satu korban, itu malah ada yang mau berantem

tapi kan mereka mainnya keroyokan. Jadi kami sendiri hanya

mengalihkan perhatian tidak menanggapinya. Yang paling

berkesan itu Navrad navigasi darat, kan itu nanti diberikan peta

dan juga kompas untuk mencari lokasi yang kita bener-bener

belum tau. Soalnya itu kan di Magelang, kita belum tau

daerahnya, kita hanya diberi peta buta nanti untuk menentukan

arahnya, sudut maupun derajatnya berapa. Senangnya itu dapat

kenalan baru, ada yang cantik juga. Kan banyak tukar pendapat

juga dari universitas lain. Menwa disana itu bedanya sama

Menwa di IAIN apa, mulai dari staffnya, tugasnya kan juga beda.

Tapi yang paling berkesan itu bisa ketemu sama taruna dari

Akpelni dari Amni. Kita udah baik tapi dari sana mereka itu

meremehkan, kita padahal kita udah baik kesana tapi mereka

malah berlaku seperti itu. Sedihnya itu pas awal-awal saya itu

agak down, soalnya kan jadwalnya kan sampai jam 11 malam,

saya sendiri biasanya jam 8 udah tidur jadi agak kaget fisiknya

untuk 3 hari pertama. Tapi untuk hari berikutnya alhamdulillah

bisa mengikuti dengan lancar. Yang asik lagi itu pas stelling.

Mungkin bagi temen-temen yang lain itu stelling hal yang paling

dihindari. Tapi saya itu alhamdulillah jam 12 malam habis

kegiatan itu kan nyuci baju dulu, bersih, pesiapan tidur, baru

meletakkan kepala di tempat tidur langsung ada stelling. Saya

juga udah siap-siap jadi gak kaget. Yang pertama keluar mungkin

saya di barak pattimura. Ada yang 1 orang itu jatuh guling-guling

ada sarungnya jatuh ada yang pakaiannya tertinggal. Terus ada

juga yang tasnya hilang bajunya hilang sepatunya hilang, jadi

cuma bawa setengah PDL itu. Terus mungkin sikap dan mental.

Untuk awalnya kita itu seperti caraka, kita diberi seuatu pesan

untuk menjaga sampai akhir. Itu kita ada rintangan-rintangannya.

Ditanya pesan apa, dari siapa. Kan kalau bohong nggak enak, tapi

itu kan amanah. Jadi imbasnya itu ke keseharian kita kalau udah

dikasih amanah harus dijalankan sebaik mungkin lebih lagi untuk

kediplinan. Lebih ke disiplin waktu. Seperti saat kita ibadah, itu

juga dibatasi. Makan juga dibatasi. Semuanya itu harus tertata,

dari awal kita tidur sampai tidur kembali.

Sebenernya pendidikan itu enak, kita dapat ilmu baru,

pengalaman baru, teman baru dan berkesan. Terus ada pengjatri

itu pengenalan senjata ringan, kita diajarkan bongkar senjata dan

memasang kembali. Sayangnya kita tidak ada kesempatan untuk

menembak seperti tahun-tahun sebelumnya. Terus yang paling

saya agak susah itu pas jalan jauh, lari, jalan–lari–jalan–lari

karena sangat menguras tenaga tapi saya sudha antisipasi

membawa vitamin.

Terus waktu piket, mungkin saya sama 8 orang itu

mungkin melakukan kesalahan, terus menghadap pelatih yang

paling nggak enak. Nah pas itu saya jam 11 malem itu masuk

kolam, karena salah laporan pas pergantian piket. Tapi walaupun

ndak enak tetep saya kenang sampai sekarang. Terus di 3 hari

terakhir itu kan dikumpulkan di aula semua, salah satu pelatiih

memanggil nama saya dan satu orang lagi. Saya disuruh keluar,

terus kata saya, ijin pelatih ada apa? “Kamu dikeluarkan dari

pendidikan”. Ha? “Ayo sekarang ikut saya”. Ternyata ada

keluarga saya yang menjenguk saya. Saya kira kan saya

melakukan kesalahan terus dikeluakan dari pendidikan. Ternyata

tidak. Itu keluarga saya hanya memastikan keadaan saya. Terus

pas akhir pendidikan saya kan dibawakan oleh-oleh terus saya

bagikan ke teman-teman saya.

Pertanyaan 2 : Apakah kegiatan Diksarmil berperan dalam pembentukan karakter

anda?

Jawaban : Kalau efek pendidikan itu lebih ke internal pribadi masing-

masing. Keseharian kan dilatih untuk disiplin, menentukan

keputusan yang tepat diwaktu yang cepat. Disana kan kalau ada

kuis kan ditanya harus cepet jawab ya atau tidak alasannya apa.

Terus diajari untuk kebersamaan juga. Saat yel-yel itu, lelah itu

bisa ganti bahagia saat yel-yel sama teman-teman. Sikap-sikap

saat Diksar itu yang pertama itu disiplin, berani tanggung jawab

menyelesaikan masalah dengan cepat, memberikan keputusan

dengan singkat terus disiplin waktu.

HASIL WAWANCARA

Nama : Risky Ayu Saputri

Fakultas/Jurusan : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam/Perbankan Syariah

Semester : 5

Pertanyaan 1 : Bagaimana pengalaman kegiatan Diksarmil yang anda ikuti?

Jawaban : Pengalaman waktu pendidikan dasar itu ada banyak sebenernya.

Yang pertama sebelum kita masuk itu kita diajarkan bahwa

upacara yang benar itu seperti apa. Di dalam kemiliteran itu ada

TUS dan ada TUM. TUS itu untuk sekolah dan TUM itu untuk

militer. Yang kedua setelah memasuki area kita itu diberikan

seperti rumah untuk tempat kita tinggal, kita bersama-sama

tinggal. Kita diajari kedisiplinan disana. Kita diajari bagaimana

tata cara kita meletakkan pakaian dengan benar agar mudah

mencarinya. Lalu ada tali temali. Kita diajari membuat tenda

seperti apa, karena di dalam kehidupan kita pasti ada hal yang

mendesak, nah kita bisa gunakan itu sebagai suatu keahlian kita

pada saat hal tertentu. Selanjutnya ada PBB tentu saja, itu adalah

sikap dasar kita sebagai mahasiswa untuk siap sigap dan tegap.

Nah, di dalam PBB sendiri kita diajari bukan hanya PBB dasar

tapi juga ketataan dalam militer. Kita diajari juga berkenaan

dengan pertolongan petama. Karena kita hidup di masyarakat

pasti hal itu juga bermanfaat bagi lingkungan sekitar kita.

Pertolongan pertama itu tidak diajarkan secara langsung, namun

kita diajarkan untuk hal-hal yang biasa terjadi. Seperti pingsan

bagaimana cara menangani, cara untuk membangunkan orang

yang sakit seperti apa. Lanjut lagi untuk kesekretariatan kita

disana dilihatkan bahwa suatu organisasi pasti ada pembukuan

lalu ada bagaimana cara menerima tamu yang baik, lalu kita juga

diajarkan sopan santun disana. Untuk keterlambatan pun ada yang

namanya stelling, jadi benar-benar kita diajari bertata bahwa

hidup kita itu jangan sampai hanya mengikuti alur saja.

Ilmunya orienteering ada, survival itu juga ada. Itu kita

diajari juga untuk bisa bertahan hidup disaat tidak ada bahan

makanan yang bisa kita makan dan disaat kita berada di satu hal

yang mendesak kita bisa memanfaatkan hewan dan tumbuhan

yang ada. Dan bahkan juga kita diajari tentang pengjatri. Itu

berkenaan dengan senjata-senjata yang ada di militer. Kita juga

diajari bahwa bukan hanya kita mengetahui apa yang ada dalam

suatu senjata itu, tapi juga diajari membongkar, memasang

kembali. Lalu setelah itu kita diajari untuk caraka malam. Disitu

kita untuk menguji mental kita, seberapa berani kita dalam

menjalani hal-hal di sekitar kita bahwa bukan hanya mental yang

kita tekankan disini, tapi juga bagaimana keimanan kita pada sang

pencipta. Disaat kita caraka malam, disaat kita jalan pada malam

hari dan merenungkan diri kita masing-masing itu apakah sudah

melakukan hal yang baik. Kita melewati sungai, melewati

pemandangan, kita itu diingatkan bahwa kita itu kecil, kita tidak

ada apa-apanya dibanding apapun yang ada di dunia ini yang

sudah diciptakan oleh Allah. Lalu yang paling mengesankan itu

saat kita belajar ilmu social disana. Ilmu social itu sebagaimana

kita bersosialisasi. Disana kita tidak hanya bertemu orang yang

kita kenal. Tetapi kita juga bertemu dengan teman yang lain, dari

universitas lain, berbagai sifat dan pemikiran disana, bahwa kita

disana harus menjadi satu dan bisa menekan ego kita masing-

masing.

Di setiap pagi itu kita melaksanakan bimbingan jasmani.

Kita dari bangun sampai tidur lagi itu ada jadwal tersendiri yang

dibuatkan pelatih. Disaat pagi kita bangun, mandi, bersih-bersih.

Terus jam 6 harus sudah ada di lapangan, kita dituntut untuk

melakukan olahraga untuk kesegaran tubuh. Kita bersama-sama

untuk melakukan bimbingan jasmani dipimpin oleh pelatih.

Setelah itu makan pagi, setelah itu kita mengangkat kursi

bersama, berlari mengelilingi lapangan untuk melatih kerja sama

tim juga. Lalu kita malaksanakan pelajaran di dalam kelas. Kita

berlajar sabar untuk mendengarkan, belajar untuk berfikir bahwa

kita itu mahasiswa namun kita juga dibekali dengan kedisiplinan

dari pelatih-pelatih kita dari Rindam Magelang. Setelah materi

kita solat, setelah solat materi lagi. Kita diajari mengenai kompas,

kita diajari mengenai bagaimana kita mengenal lingkup sekitar,

kita juga ditantang untuk menjalani haling rintang, rintangan yang

ada di sekitar Dodik Bela Negara tersebut. Yang paling

mengesankan itu hari terakhir adalah hari-hari yang berat. Karena

disatu sisi badan kita sudah tidak kuat lagi sudah mulai lelah. Tapi

juga sudah berteman dengan baik dengan lainnya namun kita

harus pulang kembali ke universitas masing-masing, itu mungkin

ada sedikit penyesalan kenapa kemarin tidak lebih mengenal tapi

itu jadi kenangan yang baik karena kita bisa bertemu mereka, bisa

bercengkerama, bertukar pikiran disana.

Pertanyaan 2 : Apakah kegiatan Diksarmil berperan dalam pembentukan karakter

anda?

Jawaban : Nah disaat kita mempunyai dasar disiplin, bertanggung jawab dan

tidak mudah mengeluh itu bisa menciptakan bahwa kita bisa

menjadi generasi pemuda yang lebih. Nah, ada orang berfikir

bahwa saya harus mengerti dirimu tapi kamu tak perlu mengerti

diriku, itu juga dipergunakan disana. Bahwa kita tidak boleh

egois, kita tidak boleh merasa hebat, karena saat kita bersama kita

itu sama tidak ada tinggi tidak ada rendah. Disiplin itu pasti

karena disana kita diawasi oleh pelatih. Lalu tidak boleh keras

kepala, karena disaat kita menghargai apapun yang ada di dunia

ini, apapun yang kita terima. Dan kita pun bisa bersikap

mengkritik secara baik itu seperti apa, mengutarakan pendapat itu

seperti apa, seperti menggunakan kata “ijin”, ijin masuk, ijin

bertanya. Disaat kita melatih tutur kata kita itu akan bermanfaat

bagi masa yang akan datang. Emm… disiplin waktu juga. Disaat

kita kuliah, dosen itu juga melihat tidak hanya akademik saja.

Tapi sopan santun, atau adakah keterlambatan atau dia disiplin.

Ada orang yang pintar tetapi etikanya tidak baik itu juga bisa

berpengaruh.