peran kepala sekolah dalam membina kualitas...
TRANSCRIPT
PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEMBINA KUALITAS
PENDIDIK DI SMK KARTIKA X-2 JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh:
SUHARYONO GUSTIAWAN
107018200941
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAN
PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEMBINA KUALITAS
PENDIDIK DI SMK KARTIKA X-2 JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Celar
Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh
Suharvono Gustiawan107018200941
Di bawah Bimbingan
JURUSAN KI-MANAJEME,N PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
PEI\GESAHAI\ SIDAI\G MUI{AQASAH
Skripsi berjudul "PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEMBINAKUALITAS PENDIDIK DI sMK KARTIKA x-2 JAKARTA,' telah diujikan
dalam sidang .munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Agustus 2014. di hadapan Dewan penguji
Khrena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Stratal (S.Pd.) dalam bidang
Manajemen Pendidikan
Panitia Sidang Munaqasah
Ketua Sidang (Ketua Jurusan KI-
Manajemen Pendidikan)
Dr. Hasyim Asy'ari. M. Pd
NIP. 1966t009 199303 1 004
Sekletaris Panitiar (Sekr. Prodi)
Dr. Zalmiddin. Lc., M.Pd
NrP 19730602 200s01 1 002
Penguji I
Drs. H. Mu'arif SAM, M.Pd.
NIP. lg650lt7 199403 I 005
Penguji II
Dr. Has),im Asy'ari. M. Pd
NIP. 19661009 199303 1 004
Jakafta, 13 Mei 2015
Tanggal Tanda Tangan
ill'E/rq
dr.(
to/ ts,...t.......
t0,
)o/ /.:/t'
Dekan Fakultas Ilm
NIP. 195504
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
Tempat/Tanggal lahir
NIM
Jurusan
Judul Skripsi
Dosen Pembimbing
Suharyono Gustiawan
Jakarta,26 Agustus 1990
1 070 I 820094 I
Kl-Manajemen Pendidikan
Peran Kepala Sekolah dalam Membina
Kualitas Pendidik di SMK Karlika X-2lakarta
Zahrudtn, Lc., M. Pd
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarla.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di IJIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia nienerima
sariksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Juli 2014
Penulis
Suharyono Gustiawan
NIM. 10701820094t
SURAT KETERANGAN UJI REFERENSI
Seluruh sumber referensi yang ada di dalam skripsi ini disusun oleh :
Nama
NIM
Semester
Jurusan/Prodi
Judul Skripsi
Suharyono Gustiawan
r0701820094r
XIV (empat belas)
KI-Manaj emen Pendidikan
Peran Kepala Sekolah dalam Membina Kualitas pendidik di
SMK Kartika X-2 Jakarta
Telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 6 Agustus 20 I 4
Dosen Pembimbi
NIP.
i
ABSTRAK
Suharyono Gustiawan, NIM: 107018200941, Judul Skripsi “Peran Kepala
Sekolah dalam Membina Kualitas Pendidik di SMK Kartika X-2 Jakarta.”
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran yang dilakukan
kepala sekolah dalam membina kualitas pendidik. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan instrument penelitian wawancara,
studi dokumen, dan observasi. Untuk memperoleh hasil penelitian yang optimal,
data hasil wawancara dengan kepala sekolah dikonfirmasi denagn dokumen yang
diperoleh dan sedapat mungkin dibandingkan dengan hsil observasi serta
hasilwawancara guru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah belum sepenuhnya
mampu melaksanakan perannya dalam membina kualitas guru. Walaupun
demikian guru-guru diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya
melalui berbagai jalur, baik dengan mengikuti kegiatan Diklat/workshop intern
maupun dari luar.
Dari kesimpulan tersebut disarankan agar kepala sekolah perlu menyusun
program secara rutinitas untuk menyelenggarakan Diklat/workshop bagi guru-
guru dengan narasumber yang berkualitas dan waktu yang memadai agar kegiatan
tersebut memiliki nilai guna bagi guru-guru dalam meningkatkan kemampuan
mereka. Untuk terlaksanyanya dan memperlancar kegiatan tersebut kepala sekolah
perlu bekerjasama dengan pihak yayasan dalam hal pendanaan atau mencari
sponsor dari luar. Kepala juga perlu menjalankan tugasnya dengan baik sebagai
supervisor dengan membuat program pembelajaran dan melaksanakannya agar
guru merasa dibina, diawasi dan dihargai tugasnya.
ii
ABSTRACT
Suharyono Gustiawan , NIM : 107018200941 , Thesis Title " Principal Role in
Fostering Quality Teachers in SMK Kartika X - 2 Jakarta .
This study aimed to describe the role played by the principal in
maintaining the quality of educators . The method used in this research is
descriptive qualitative research instrument interview , study of documents , and
observation . To obtain optimum results of the study , data from interviews with
school principals confirmed denagn documents obtained and where possible
compared to HSIL and hasilwawancara teacher observation .
The results showed that the principal has not been fully able to carry out
its role in fostering the quality of teachers . Nevertheless, teachers are given the
opportunity to develop their abilities through various channels , either by
following training activities / workshops both internal and external .
From this conclusion it is suggested that the principal needs to prepare the
program routine to organize training / workshops for teachers with a resource of
qualified and sufficient time for these activities have a value in order for teachers
to improve their skills . To terlaksanyanya and facilitate the activities of the
principals need to work with the foundation in terms of funding or seek
sponsorship from the outside. Heads also need to carry out their duties well as a
supervisor to create and implement learning programs so that teachers feel
nurtured , watched and appreciated its work .
Keywords; the role of the principal, the quality of educators
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang senantiasa selalu penulis
ucapkan sebagai ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat dan
anugerah-Nya kepada penulis, sehingga dapat terselesaikan sebuah karya kecil
berupa skripsi ini sebagai persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi diri penulis
khususnya dan umumnya bagi seluruh pembaca karya ini.
Penulis sadar bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak pihak
yang telah memberikan bimbingan serta bantuan baik moril maupun materil
kepada penulis. Sudah menjadi kepatutan sebagai rasa terimakasih yang sedalam-
dalamnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang berjasa yaitu:
1. Nurlena Rifa’i, Ph.D, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan.
3. Zahrudin, Lc., M. Pd. selaku pembimbing yang telah memberikan
pengarahan, motivasi, dan juga waktu yang diberikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini
4. Drs. Amirudin, M. M. Kepala SMK Kartika X-2 Jakarta beserta jajaran
yang telah membantu penulis dengan memberikan izin untuk mengadakan
observasi dan penelitian di sekolah tersebut.
5. Terlebih orang tuaku yang sangat penulis sayangi (Ayahanda Suhaeri
Suprapto dan Ibunda Poniyah) yang selalu memberikan dukungan,
bimbingan dan doa yang tiada hentih kepada penulis sehingga penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Tersayang Fajriah “Njie”, yang selalu memberikan motivasi dan nasehat,
sehingga memberikan semangat yang sangat berarti untuk penulis pribadi
dalam menyelesaikan skripsi ini.
iv
7. Sahabat seperjuangan Ari Bule, Dori, Fazri, Cuple, Ana, Imas, Pendi,
Jong, Ale, Bang Oji, Bang Solihin, Labib, Cang Ical yang selalu
memberikan motivasi dalam proses menyelesaikan skripsi ini.
8. Kawan-kawan seperjuanganku Jurusan MP Angkatan 2007, khususnya
kelas B yang selalu bersama-sama saat masa perkuliahan.
Akhirnya penulis berdoa kepada Allah SWT mudah-mudahan mereka
yang turut mebantu studi penulis dan kelancaran penelitian skripsi ini, baik yang
disebut maupun yang tidak disebut namanya, semoga Allah membalasnya dan
diberikan keberkahan dalam kehidupanya.
Penulis sadar penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, saran yang
baik sangat penulis harapkan. Dengan segala kekurangannya, mudah-mudahan
karya ini dapat bermanfaat pula bagi pembaca sekalian. Amin
Jakarta, 16 Agustus 2014
Penulis
Suharyono Gustiawan
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .............................................................. 5
D. Perumusan Masalah................................................................ 5
E. Tujuan..................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kualitas Pendidik ................................................................... 7
1. Pengertian Kualitas Pendidik ............................................ 7
2. Kualifikasi Pendidik .......................................................... 10
3. Tugas dan Fungsi Pendidik ............................................... 11
4. Kompetensi Pendidik......................................................... 14
5. Persyaratan Pendidik Berkualitas ...................................... 18
B. Pembinaan Kualitas Pendidik ................................................ 19
1. Pengertian Pembinaan Kualitas Pendidik .......................... 20
2. Tugas, Fungsi, dan Prinsip Pembinaan Pendidik .............. 21
3. Strategi Pembinaan Kualitas Pendidik .............................. 25
C. Pembinaan Kualitas Pendidik oleh Kepala Sekolah .............. 30
1. Tanggung Jawab dan Fungsi Kepala Sekolah ................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 42
B. Fokus Penelitian ................................................................... 43
C. Metode Penelitian, Jenis, dan Sumber Data ........................ 43
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 44
vi
E. Teknik Analisis Data ........................................................... 45
F. Kisi-kisi Instrumen .............................................................. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK Kartika X-2 Jakarta ...................... 47
1. Identitas Sekolah ............................................................. 47
2. Visi dan Misi Sekolah ..................................................... 48
3. Data Pendidik .................................................................. 49
B. Deskripsi dan Analisis Data ................................................. 50
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .............................................................................. 56
B. Saran .................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 59
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif dalam
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Nilai sebuah
pendidikan adalah proses pembelajaran. Tidak ada kualitas pendidikan tanpa
kualitas pembelajaran. Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan dapat
dianggap kurang berguna bilamana belum menuju perbaikan proses
pembelajaran. Di antara keseluruhan komponen dalam pembelajaran guru
merupakan komponen yang sangat menentukan keberhasilan dalam
pembelajaran. Tidak ada kualitas pembelajaran tanpa kualitas guru. Apapun
yang telah dilakukan oleh kepala sekolah, namun yang pasti adalah
1 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Press, 2005), h. 7.
2
peningkatan kualitas pembelajaran tidak mungkin ada tanpa kualitas kinerja
guru. Guru merupakan sumber daya manusia yang sangat menentukan
keberhasilan pembelajaran. Guru merupakan unsur pendidikan yang sangat
dekat hubungannya dengan peserta didik dalam pendidikan sehari-hari di
sekolah dan banyak menentukan keberhasilan peserta didik.
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional, dibahas dalam Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Bab III pasal 7, bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: (a) memiliki bakat, minat,
panggilan jiwa, dan idealism; (b) memiliki komitmen untuk meningkatkan
mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; (c) memiliki
kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugas; (d) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
(e) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (f)
memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (g)
memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (h) memiliki jaminan
perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (i)
memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.2
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab
guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru
untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian
penguasaan kompetensinya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam
mengembangkan proses pembelajaran siswa. Untuk menghadapi tantangan
profesionalitas, guru perlu berpikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya,
guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya
secara terus menerus.
2 http://www.slideshare.net/iwankusuma/uu-no-14-yahun-2005-tentang-guru-dan-dosen.
3
Potensi sumber daya guru perlu terus tumbuh dan berkembang agar
dapat melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu pengaruh perubahan
yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus-menerus belajar
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
mobilitas masyarakat. Masyarakat mempercayai, mengakui, dan menyerahkan
kepada guru untuk mendidik dan membantu mengembangkan potensi anak
didik secara profesional. Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam rangka
pemberdayaan guru adalah mengaktualisasikan peran kepala sekolah. Kepala
sekolah sangat berpengaruh dalam meningkatkan semangat kerja guru dalam
melaksankan tugas. Hasil penelitian Hersey menunjukkan bahwa ada Sembilan
faktor yang dapat memengaruhi semangat kerja seseorang dalam menjalankan
tugas, yaitu kesiapan kerja, kondisi kerja, organisasi kerja, kepemimpinan, gaji,
kesempatan mengemukakan ide, kesempatan memelajari tugas, jam kerja, dan
kemudahan kerja (Tiffin, 1952). Mc. Laughtin mengemukakan bahwa ada tiga
faktor yang menyebabkan rendahnya semangat kerja guru, yaitu kurangnya
input dalam pengambilan keputusan, kurangnya hubungan teman sejawat, dan
kurangnya pengakuan prestasi
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat digarisbawahi bahwa kepala
sekolah sangat berperan dalam meningkatkan semangat kerja guru dalam
melaksanakan tugas di sekolah. Dengan demikian, berarti esensi peran kepala
sekolah adalah membantu guru dalam mengembangkan kualitasnya.
Mengembangkan kemampuan dalam konteks ini haruslah ditafsirkan secara
luas, artinya semata-mata tidak ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan
keterampilan mengajar guru, melainkan juga peningkatan komitmen atau
kemauan atau motivasi guru, sebab dengan meningkat kemampuan dan
motivasi kerja guru, kualitas akademik akan meningkat.
Walaupun kedudukan guru sangat strategis dalam sistem pendidikan
nasional, maka pembinaan kualitas guru sangat penting untuk dilakukan secara
terus-menerus, baik oleh guru itu sendiri, organisasi profesi guru, pemerintah,
dan pimpinan lembaga pendidikan di mana guru berkiprah, namun
4
kenyataannya sampai saat ini masih terdapat guru yang kemampuannya belum
sesuai dengan standar minimal yang diharapkan.
Kenyataan itu menunjukkan bahwa memang masih banyak terdapat
sejumlah guru yang belum berkualitas. Kondisi ini bisa disebabkan karena guru
itu sendiri tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya dengan
belajar mandiri akan hal-hal yang dapat menunjang tugas profesinya, belum
berfungsinya organisasi profesi guru secara optimal dalam memberdayakan
dan meningkatkan profesi guru, kurang seriusnya pemerintah dalam menangani
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan guru, dan belum optimalnya peran
kepala sekolah dalam membina kualitas guru.
Salah satu sekolah yang belum maksimal dalam melakukan pembinaan
kualitas pendidik adalah SMK Kartika X-2 Jakarta. Sebagi lembaga pendidikan
formal, tentu guru menjadi patokan keberhasilan proses pendidikan sekolah
tersebut. oleh karena itu, diperlukan guru yang mampu melaksanakan
pembelajaran secara optimal. Namun tampaknya hal itu belum dapat terwujud
secara baik, walaupun pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah sudah
melakukan beberapa kegiatan untuk membina kualitas guru, seperti
menyelenggarakan pelatihan, latihan penyusuna perangkat pembelajaran,
member kesempatan guru untuk mengikuti seminar/ workshop/diklat intern
maupun ekstern yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidik. Keadaan
tersebut dapat terjadi karena kurangnya kemampuan guru dalam merencanakan
pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran, kurang memahami landasan
pendidikan, mulai melemahnya semangat untuk mendidik, masih kurangnya
kesadaran guru dalam penggunaan waktu yang efektif dalam mengajar, serta
terdapat materi pelajaran yang diampu tidak sesuai dengan latar belakang
pendidikannya.
Dari realitas yang telah dibahas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih
lanjut melalui sebuah penelitian dengan judul “Peran Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Kualitas Pendidik di SMK Kartika X-2 Jakarta.”
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Belum jelasnya sasaran pengembangan sumber daya tenaga pendidik yang
harus dilakukan.
2. Guru tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya dengan
belajar mandiri.
3. Kurang efektifnya pemanfaatan waktu mengajar.
4. guru belum maksimal dalam menjalankan tugasnya karena pembinaan yang
belum optimal.
5. Belum optimalnya peran kepala sekolah dalam membina kualitas guru.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan permasalahan dalam membina kualitas
pendidik, untuk memfokuskan penelitian dan efisiensi waktu, makapenelitian
ini hanya dibatasi pada peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas
pendidik.
D. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “bagaimana peran kepala
sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidik?
E. Tujuan Penelitian
Dengan melihat pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin
diperoleh penulis dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peran yang
dilakukan kepala sekolah dalam membina kualitas pendidik.
6
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
praktis maupun teoritis bagi banyak pihak.
1. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan atau bahan pertimbangan dalam
membina kualitas pendidik bagi kepala sekolah.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau bahan
referensi bagi peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut tentang pembinaan
kualitas pendidik.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kualitas Pendidik
1. Pengertian Kualitas Pendidik
Dalam studi manajemen terdapat sebagai pandangan yang mencoba
merumuskan definisi kualitas dengan arti yang berbeda-beda, Fandy Tjiptono
dan Anastasia Diana yang mengatakan” Kualitas merupakan suatu kondisi
dinamis yang berhubungan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan.”1
Secara etimologis, kualitas adalah “Derajat, tingkat, kadar dan nilai.”2
Chrosby menjelaskan, “Kualitas adalah sesuai dengan yang disyaratkan atau
distandarkan.”3 Sedangkan Gavin dan Davis menyatakan, “Kualitas adalah
suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia, proses, dan
tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau
konsumen. ”4 Dalam pengertian umum, kualitas mengandung makna derajat
keunggulan suatu produk atau hasil baik barang atau jasa. Barang dan jasa
pendidikan itu bermakna dapat dilihat dan tidak dapat dilihat tetapi dapat
1 Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management (TQM), (Yogyakarta:
Andi Offset, 1998), h.53. 2 Al Barry dan M. Dahlan, Kamus Modern Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Balai Pustaka,
1994), h. 432. 3 M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 2.
4 Ibid, h. 3.
8
dirasakan. Dikatakan berkualitas jika sumber daya manusianya bekerja efektif
dan efisien.5
Dengan demikian kualitas dapat didefinisikan sebagai upaya memenuhi
atau melebihi harapan mencakup produk, tenaga kerja, proses dan lingkungan
serta memiliki kondisi yang selalu berubah, misalnya apa yang dianggap
merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa
sekarang.
Selanjutnya definisi dari pendidik, dalam ketentuan umum Undang-
Undang tentang Sisdiknas, “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widiaiswara,
tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.”6
Sebagaimana dalam pasal 1 Bab I, “Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”7 Guru adalah
pendidik yang memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini yang meliputi:
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan
kompetensi sosial.8
Guru memegang peranan penting dalam kegiatan proses belajar
mengajar di sekolah. Peran utama ini mengaharuskan guru melaksanakan
kewajibannya secara bersungguh-sungguh dengan penuh rasa tanggung jawab
yang didasarkan pada kualifikasi keilmuan yang dimiliki, oleh karena itu
keberhasilan proses pembelajaran menjadi tanggung jawab utamanya. Dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru memiliki kewajiban seperti apa
5 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga
Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 53. 6 Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003, Tentang SISDIKNAS & PP No. 47 Tahun 2008
Tentang Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara), h. 3. 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru.
8 Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan,
(Bandung: Citra Umbara, 2008), h. 74.
9
yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun
2005, yaitu:
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atasa dasar pertimbangan
jenis kelamin, agama suku, ras dan kondisi fisik tertentu, atau latar
belakang keluarga, dan status social ekonomi peserta didik dalam
pembelajaran.
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode
etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.
e. Memilihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.9
Yang lebih dirinci dalam Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta, sebagai berikut:
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
b. Memberikan tauladan dan menjaga nama baik lembaga dan profesi.
c. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
d. Memotivasi peserta didik melaksanakan waktu belajar di luar jam
sekolah.
e. Memberikan ketauladanan dan menciptakan budaya membaca dan
budaya belajar.
9 Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis atas
lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: ELSAS, 2006), h. 166-167.
10
f. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
g. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode
etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.
h. Memilihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.10
Berkaitan dengan tugas dan profesinya, guru harus mengetahui serta
memahami nilai-nilai, dan berusaha berperilaku atau berbuat sesuai dengan
segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Sebagai seorang pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.11
Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi
oleh setiap pendidik yang dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat keahlian
yang relevan sesuai ketentuan undang-undang.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas
pendidik adalah kriteria yang memenuhi standar dan harapan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan dari subjek yang memiliki tugas utama sebagai
pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing serta penilai peserta didik.
2. Kualifikasi Pendidik
Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi profesional guru
sebagai tenaga profesional tenaga pendidik. Pertama, tingkatan capable
personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan kecakapan dan
keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu
mengelola proses belajar-mengajar secara efektif. Kedua, adalah guru sebagai
10
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Sistem Pendidikan, h. 16. 11
Asrorun Ni’am Sholeh, Op Cit, h. 162.
11
inovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap
upaya perubahan dan reformasi. Ketiga, guru sebagai developer, guru harus
memiliki visi keguruan yang mantap dan luas prospektifnya.
Sementara itu, secara umum tugas guru sebagai profesi meliputi
kegiatan:12
a. Mendidik, berkenaan dengan upaya guru untuk meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup (transfer of value).
b. Mengajar, berhubungan dengan kegiatan guru untuk meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (trasfer of Knowledge).
c. Melatih, berhubungan dengan upaya guru dalam mengembangkan
keterampilan-keterampilan (transfer of skills).
3. Tugas dan Fungsi Pendidik
a. Tugas Pendidik
Guru merupakan profesi yang membutuhkan keahlian khusus sebagai
guru.13
Moh. Uzer Usman menyatakan dalam buku Abu Bakar yang berjudul
“Profesi Keguruan” tugas pendidik dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:
tugas bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam kemasyarakatan.14
1) Guru memiliki tugas profesional
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.
a) Mendidik berarti menanamkan, meneruskan, dan mengembangkan nilai-
nilai hidup kepada anak didik (nilai-nilai agama dan budaya).
b) Melatih berarti membekali anak didik agar memiliki keterampilan
sebagai bekal dalam kehidupannya.
c) Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
12
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya,
1994), h. 20. 13
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998),
cet. 9, h. 6. 14
Yunus Abu Bakar, Profesi Keguruan, (Learning Assisteance Program For Islamic
School: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2009), edisi 1, paket 6, h. 23-24.
12
2) Tugas guru dalam kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya
sebagai orang tua kedua.15
Tugas guru sebagai tugas kemanusiaan ini
meliputi penanaman nilai moral kepada anak didik dan menjadi orang tua
kedua bagi anak didik.
a) Menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik seperti akhlak,
budi pekerti, dan sikap kesetiakawanan sosial.
b) Menempatkan diri sebagai orang tua kedua berarti memahami jiwa dan
watak anak didik.
3) Tugas guru sebagai tugas kemasyarakatan meliputi:
a) Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara yang
bermoral pancasila.
b) Mencerdaskan masyarakat.
b. Fungsi Pendidik
Moh. Uzer Usman mengungkapkan, fungsi guru dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1) Guru sebagai demonstrator hendaknya senantiasa menguasai bahan atau
materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa
mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal
ilmu yang dimilikinya. Dalam setiap aspek kehidupan guru merupakan
sosok ideal bagi siswanya, biasanya yang dilakukan guru akan menjadi
acuan (teladan) bagi siswanya.16
2) Guru sebagai pengelola kelas seharusnya mampu mengelola kelas sebagai
lingkungan belajar serta mengatur dan mengawasi agar proses KBM
mengarah pada tujuan pendidikan. Tujuan dari pengelolaan kelas adalah
menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk KBM agar mencapai
hasil yang baik.
15
Moh. Uzer Usman, Op Cit, h. 7.
16 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Kencana, 2005), cet. 3, h. 46.
13
3) Guru sebagai mediator dan fasilitator. Guru sebagai mediator hendaknya
memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang media pendidikan yang
semakin maju sehingga pada akhirnya proses belajar mengajar terlaksana
dengan efektif. Sedangkan guru sebagai fasilitator yaitu guru hendaknya
mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang tujuan
dan proses belajar mengajar dengan baik yang berupa narasumber, buku
teks, majalah, aaupun surat kabar.
4) Guru sebagai evaluator. Evaluasi merupakan salah satu komponen yang
memiliki peran yang sangat penting dalam suatu rangkaian kegiatan
pembelajaran.17
Guru sebagai evaluator yaitu guru sebagai penilai dan
dengan penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian, tujuan
penguasaan siswa terhadap pelajaran serta ketepatan atau keefektifan
mengajar.18
Djamaroh menjelaskan fungsi guru adalah sebagai berikut:
1) Guru sebagai perencana kurikulum
Guru menghadapi anak-anak setiap hari sehingga guru lebih
mengetahui kebutuhan anak didik, maka dalam penyusunan kurikulum
kebutuhan ini tidak boleh ditinggalkan.
2) Guru sebagai pemimpin
Guru memiliki kesempatan dan tanggung jawab dalam banyak situasi
untuk membimbing anak ke arah pemecahan masalah, membentuk
keputusan dan menghadapkan anak-anak pada problem.
3) Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak
Guru harus aktif dalam aktivitas anak, misalnya dalam ekstrakulikuler
membentuk kelompok belajar.19
17
Ibid, h. 47. 18
Moh. Uzer Usman, Op Cit, h. 9-12. 19
Yunus Abu Bakar, Profesi Keguruan, (Learning Assisteance Program For Islamic
School: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2009), edisi 1, paket 1-5, h. 2-8.
14
4. Kompetensi Pendidik
a. Pengertian Kompetensi Pendidik
Pendidik atau guru dianggap sebagai orang yang paling mampu atau
mempunyai kekuatan melakukan perubahan karena guru selalu berhadapan
secara terprogram dengan peserta didik. Besarnya tanggung jawab para
pendidik dalam membentuk karakter bangsa dapat dikaitkan dengan
kompetensi yang harus dikuasai oleh setiap pendidik. Dalam hal ini sesuai
dengan Peraturan Menteri Pasal 3 Bab II, yaitu:20
1) Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 merupakan seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,
dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
2) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang dikutip oleh Moh. Uzer
Usman, kompetensi berarti “Kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan
(memutuskan) sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi yaitu kemampuan
dasar dan kecakapan.”21
Padanan kata yang berasal dari Bahasa Inggris ini
cukup banyak dan yang lebih relevan dengan pembahasan ini ialah kata
proficiency dan ability yang memiliki arti kurang lebih sama yakni
kemampuan. Hanya proficiency lebih sering digunakan orang untuk
menyatakan kemampuan berperingkat tinggi. Barlow mengatakan,
”Komepetensi guru ialah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan
kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.”22
Istilah kompetensi mempunyai banyak makna seperti dirumuskan
beberapa pendapat berikut ini:
20
Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, h. 5. 21
Moh. Uzer Usman, Op Cit, h. 14. 22
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999), cet. 4, h. 229.
15
1) Kamus Bahasa Indonesia, ”Kata kompetensi berarti kewenangan atau hak
kekuasaan untuk menentukan dan memutuskan suatu hal sedangkan akar
kata kompeten, yang mengandung arti: (1) cakap mengetahui pekerjaan atau
persoalan, (2) berhak, berwenang menentukan sesuatu.”23
2) Abdul Majid menjelaskan yang dikutip Pupuh Fathurrohman, ”Kompetensi
merupakan seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang
harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu
melaksanakan tugas-tugas dalam pekerjaan tertentu.”24
3) Charles E. Jhonson menyatakan seperti yang dikutip oleh Moch Uzer
Usman, kompetensi adalah: “ perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan
yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.”25
4) Kompetensi menurut Prof. Dr. Armai Arif diartikan sebagai ”Kemampuan
untuk melaksanakan tugas ditempat kerja sesuai dengan standar yang
ditetapkan meliputi kemampuan profesi, sosial, dan individu.”26
5) Stephen J. Kennezevich menjelaskan, sebagaimana yang dikutip oleh Prof.
Dr. H. Hamzah B. Uno, ”Kompetensi adalah kemampuan-kemampuan
untuk mencapai organisasi.” Kemapuan menurut Kennezevich merupakan
”Hasil dari penggabungan dari kemampuan-kemapuan yang berhak
jenisnya, dapat berupa pengetahuan, keterampilan, kepemimpinan,
kecerdasan dan lain-lain yang dimiliki seseorang untuk mencapai tujuan
organisasi.”27
Dengan demikian mengacu pada beberapa pengertian kopmpetensi di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru dapat dimaknai sebagai
gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang guru dalam
23
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 3, h. 584. 24
Pupuh Fathurrohman, Strategi belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran
Bermakna Melalui penanaman Konsep Umum & konsep Islami, (Bandung: PT. Refika Aditama,
1995), h. 44. 25
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya,
1994), h. 14. 26
Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press, 2005), h. 33. 27
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan (Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia), (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2008), edisi 1, cet. 3, h, 62.
16
melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil
yang dapat tunjukkannya secara bertanggung jawab di sekolah maupun pada
dirinya sendiri dan professional di bidangnya itu.
b. Macam – macam Kompetensi Guru
Adapun macam-macam kompetensi guru sebagai berikut:
1) Kompetensi Pedagogik, yaitu dalam Standar Nasional Pendidikan Pasal 28
ayat (3), yang dikutip oleh E. Mulyasa, dikemukakan ”Kompetensi
pedagogik ialah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.”28
2) Kompetensi Profesional, beberapa kemampuan yang berhubungan dengan
kompetensi ini di antaranya kemampuan untuk menguasai landasan
kependidikan, pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan.
3) Kompetensi Personal, kompetensi berhubungan dengan pengembangan
kepribadian, di antaranya kemampuan yang berhubungan dengan
pengalaman ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya,
kemampuan untuk menghormati dan menghargai antarumat beragama,
kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai
yang berlaku di masyarakat.
4) Kompetensi Sosial, kompetensi berhubungan dengan anggota masyarakat,
di antaranya kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan
teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesioanl, kemampuan
untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga
kemasyarakatan .29
Guru yang kompeten mampu mengelola program belajar mengajar,
dengan kemampuan sebagai berikut:
28
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset, 2007), h. 75. 29
Wina Sajaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Prenada Media Group), h. 145-146.
17
1) Menguasai bahan yang diajarkan
2) Pengelolaan program belajar mengajar.
3) Mengelola Kelas
4) Menggunakan media
5) Menguasai landasan-landasan kependidikan
6) Mengelola interaksi belajar mengajar
7) Menilai prestasi siswa untu kepentingan pengajaran
8) Mengenai fungsi dan program layanan bimbingan sekolah
9) Memahami prinsip-prinsip dan menjelaskan hasil-hasil penelitian
kependidikan guna keperluan mengajar.30
c. Karakteristik Kompetensi Guru
Karakteristik kompetensi guru, meliputi di antaranya:31
1) Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-
baiknya.
2) Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya secara berhasil.
3) Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
(tujuan instuksional) sekolah.
4) Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar
mengajar di dalam kelas.
Berdasarkan keragaman pendapat di atas. Ternyata pendapat tersebut
memiliki banyak kesamaan dan bahkan saling melengkapi satu sama lainnya.
Sedangkan perbedaannya terletak pada sudut pandang mereka dari segi
pendidikan yang mereka tekuni. Jadi, kompetensi guru itu memiliki tiga
kemampuan profesional yaitu kepribadian guru, penguasaan terhadap ilmu dan
bahan pelajaran yang akan diajarkan serta keterampilan guru dalam mengajar.
30
Sadirman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2000), h. 162. 31
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasrkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2006), cet. 4, h. 38.
18
atau dengan kata lain memiliki tiga unsur yaitu kompetensi pedagogik,
profesional, personal, dan sosial yang harus dikembangkan lebih lanjut.
Dengan demikian, seorang guru yang progresif harus mengetahui
dengan pasti kompetensi apa yang dituntut oleh masyarakat dewasa ini bagi
dirinya. Setelah mengetahui dapat dijadikan pedoman untuk meneliti dirinya
apakah ia seorang guru yang dalam tugasnya telah dapat mengetahui
kompetensi itu. Bila belum, guru yang baik harus mengakui kekurangan-
kekurangannya dan berusaha untuk memperbaikinya.
5. Persyaratan Pendidik Berkualitas
Kompetensi itulah yang digunakan untuk menilai apakah seorang guru
berkualitas atau tidak. Seorang guru seharusnya memiliki latar belakang
pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang memadai untuk dapat mencapai
tingkat kompetensi tertentu. Idealnya guru harus memiliki latar belakang
pendidikan tentang kependidikan dan keguruan serta mengikuti berbagai
pelatihan yang terkait dengan kebutuhan yang harus dipenuhi sebagai seorang
guru.
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik diperoleh
melalui pendidikan tinggi program sarjana. Kompetensi guru meliputi
kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi. Sebab guru mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan mutu pendidikan sehingga guru dituntut memiliki kompetensi
yang memadai dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada siswa.
Awandana dalam arikelnya yang berjudul ”Guru yang Berkualitas”
menyatakan semakin banyak guru yang berkualitas semakin banyak pula
sekolah yang berkualitas. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar menjadi
guru yang berkualitas yaitu:
a. Guru harus memiliki profesionalisme di bidangnya, berarti guru harus
memiliki pengetahuan yang luas tentang bidang yang diajarkannya.
19
b. Guru harus mempersiapkan bahan untuk mengajar dan mempelajari
materi terlebih dahulu sebelum pergi mengajar.
c. Guru harus dapat menyampaikan materi dengan jelas dan menerapkan
metode dua arah yang kreatif dalam mengajar, bila perlu selipkan
beberapa humor agar suasana tidak kaku dan menyenangkan.
d. Guru harus dapat mengelola kelas dan siap berhadapan dengan berbagai
macam jenis maupun karakter siswa.
e. Guru harus melakukan evaluasi terhadap dirinya sendiri maupun
terhadap siswa dan dibahas secara bersama-sama bagaimana agar siswa
mengerti terhadap pelajaran yang disampaikan.
f. Guru harus dapat berhubungan baik dengan orang tua siswa maupun
dengan guru lainnya.32
profesional guru merupakan hal penting bagi keberhasilan suatu sistem
pendidikan. Sebagai tenaga pendidik yang memiliki kemampuan kualitatif,
guru harus menguasai ilmu keguruan dan mampu menerapkan strategi
pembelajaran untuk mengantarkan siswanya pada tujuan pendidikan. Ahmad
Barizi mengungkapkan, ”Guru dituntut memiliki profesionalisme di
bidangnya.”33
Artinya guru tidak hanya harus memiliki pengetahuan yang luas
tentang bidang yang diajarkannya, tetapi seluruh komponen yang berkaitan
dengan pendidikan harus ada pada diri guru itu sendiri.
B. Pembinaan Kualitas Pendidik
Guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar jangan sampai berhenti
untuk belajar, karena ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang
secara dinamis. Kemampuan mengajar guru harus senantiasa ditingkatkan,
antara lain melalui pembinaan guru. Depdikbud beranggapan bahwa di tangan
guru lah mutu pendidikan kita sangat bergantung. Guru dianggap sebagai
32
Awandana, Guru yang Berkualitas. http://www.psbpsma.org/content/blog/Guru-
berkualitas-. Posted Sabtu, 11 Juni 2009. Diunduh pada hari Rabu, 28 Januari 2014, Pukul 11:45. 33
Ahmad Barizi, Menjadi Guru Unggul, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), h. 79.
20
faktor utama, karena ia berinteraksi langsung dengan muridnya dalam proses
belajar mengajar di sekolah.
1. Pengertian Pembinaan Kualitas Pendidik
Menurut istilah, ”pembinaan berasal dari kata dasar ”bina”, yang
berasal dar bahasa Arab, yaitu bangun (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Pembinaan berarti pembaharuan, penyempurnaan atau usaha, tindakan atau
kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.”34
Pembinaan termasuk salah satu terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu
training yang berarti latihan, pendidikan, dan pembinaan. Pelatihan atau
training adalah ”suatu kegiatan yang bermaksud untuk memperbaiki dan
mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan dari
karyawannya sesuai dengan keinginan perusahaan.”35
dalam pembinaan
seseolang dilatih untuk mengenal kemampuan dan mengembangkannya, agar
dapat memanfaatkannya secara utuh di masyarakat.
Secara terminologis, pembinaan guru sering diartikan sebagai rangkaian
usaha kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang
dilakukan oleh kepala sekolah, penilik sekolah, dan pengawas serta pembinaan
lainnya untuk meningkatkan proses belajar mengajar.36
Berdasarkan pengertian
tersebut, dapat dinyatakan bahwa pembinaan guru merupakan:
a. Serangkaian bantuan yang berwujud layanan profesional.
b. Layanan profesional tersebut diberikan oleh orang yang lebih ahli
(kepala sekolah, penilik sekolah, pengawas, dan ahli lainnya) kepada
guru.
c. Maksud layanan profesional tersebut adalah agar dapat meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar sehingga tujuan pendidikan yang
direncanakan dapat tercapai.37
34
Gouzali Saydam, Manajemen Sumber Daya Manusia: Suatu Pendekatan Mikro (Dalam
Tanya Jawab), (Jakarta: Djambatan, 2000), Cet. Ke-2, h. 408. 35
Alex S. Nitisemito, Manajemen Personalia (Manajemen Sumber Daya Manusia), Ed. 3,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), Cet. Ke-9, h. 53. 36
Ibid, h. 9. 37
Idid, h. 11.
21
Pembinaan kualitas guru merupakan salah satu upaya pengembangan
sumber daya manusia yang harus dilakukan secara berkesinambungan, karena
guru merupakan salah satu komponen terpenting dalam meningkatkan mutu
pendidikan, di mana saat ini guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang
memadai dalam proses pembelajaran di sekolah.
Dalam pengertian lain pembinaan guru berarti sebagai serangkaian
usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan
profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, penilik sekolah, dan pengawas
serta pembina lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.38
Kepala
sekolah perlu menyadari bahwa tugas merekalah sebenarnya
2. Tujuan, Fungsi dan Prinsip Pembinaan Pendidik
Tujuan pembinaan guru adalah untuk meningkatkan kemampuan
profesional guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar melalui
pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru.
Jika proses belajar meningkat, maka hasil belajar diharapkan juga meningkat.
Dengan demikian, rangkaian usaha pembinaan profesional guru akan
memperlancar pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar.
Seperti yang dikutip Ali Imran dari Wiles, secara umum pembinaan
guru bertujuan untuk memberikan bantuan dalam mengembangkan situasi
belajar mengajar yang lebih baik, melalui usaha peningkatan profesional
mengajar; menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam
bidang masing-masing guna membantu mereka melakukan perbaikan dan bila
mana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-kekurangan untuk
diperbaiki sendiri.
Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut sangatlah jelas, bahwa pembinaan
guru bertujuan sebagai berikut:
a. Memperbaiki proses belajar mengajar.
b. Perbaikan tersebut dilaksanakan melalui pembinaan profesional.
38
Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h. 12.
22
c. Yang melakukan pembinaan adalah pembina.
d. Sasaran pembinaan tersebut adalah guru, atau orang lain yang ada
kaitannya.
e. Secara jangka panjang maksud pembinaan tersebut adalah
memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pendidikan.39
Dalam rumusan yang lebih rinci, Djajadisastra sebagaimana dikutip
Ali Imran mengemukakan tujuan pembinaan guru atau supervisi sebagai
berikut :
a. Memperbaiki tujuan khusus mengajar guru dan belajar siswa.
b. Memperbaiki materi (bahan) dan kegiatan belajar mengajar.
c. Memperbaiki metode, yaitu cara mengorganisasi kegiatan belajar
mengajar.
d. Memperbaiki penilaian atas media.
e. Memperbaiki penilaian proses belajar mengajar dan hasilnya.
f. Memperbaiki pembimbingan siswa atas kesulitan belajarnya.
g. Memperbaiki sikap guru atau tugasnya.40
Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, kemudian dapat didentifikasi
fungsi-fungsi pembinaan guru. Fungsi pembinaan guru adalah menumbuhkan
iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya
pembinaan terhadap guru-guru dalam wujud layanan profesional.
Agar pembinaan guru tersebut dapat dilakukan dengan baik, perlu
dipedomani prinsip-prinsip pembinaan guru. yang dimaksud dengan prinsip
adalah sesuatu yang harus dipedomani dalam suatu aktivitas. Para pakar
mengidentifikasi prinsip-prinsip pembinaan guru sesuai dengan sudut tinjauan
mereka, yaitu:
a. Dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru.
b. Hubungan antara guru dengan pembinaan didasarkan atas kerabat
kerja.
c. Pembina ditunjang sifat keteladanan dan terbuka.
d. Dilakukan secara terus menerus.
e. Dilakukan melalui berbagai wadah yang ada.
39
Ibid, h.13. 40
Ali Imran, Pembinaan Guru Di Indonesia, (Malang: PT Dunia Pustaka Jaya, 1995), h.
12.
23
f. Diperlancar melalui peningkatan koordinasi dan singkronisasi
horizontal dan vertikal baik di tingkat pusat maupun daerah.41
Sudarwan Danim mengemukakan 5 prinsip umum dan 17 prinsip
khusus. Prinsip umum pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru
dijelaskan sebagai berikut: Pertama, demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Kedua, satu kesatuan yang sistemis
dengan sistem terbuka dan multimakna. Ketiga, suatu proses pembudayaan
dan pemberdayaan guru yang berlangsung sepanjang hayat. Keempat,
memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan
kreativitas guru dalam proses pembelajaran. Kelima, memberdayakan semua
komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu layanan pendidikan.42
Prinsip khusus atau operasional pembinaan dan pengembangan
profesi dan karier disajikan sebagai berikut: Pertama, ilmiah, dimana
keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam kompetensi dan
indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
Kedua, relevan, di mana rumusnya berorientasi pada tugas pokok dan fungsi
guru sebagai pendidik profesional, yakni memiliki kompetensi kepribadian,
sosial, profesional, dan pedagogis. Ketiga, sistematis, di mana setiap
komponen dalam kompetensi jabatan guru berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
Keempat, konsisten, di mana adanya hubungan yang ajeg dan taat
asas antara kompetensi dan indikator. Kelima, aktual dan kontekstual yakni
rumusan kompetensi dan indikator dapat mengikuti perkembangan ipteks.
Keenam, fleksibel, di mana rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Ketujuh, demokratis, di
mana setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk diberdayakan
41
Ibid, h.14. 42
Danim Sudarwan, Pengembangan Profesi Guru: dari pra-jabatan, induksi, ke
profesional madani (Jakarta: Kencana 2011), h.92.
24
melalui proses pembinaan dan pengambangan profesionalitasnya, baik secara
individual maupun intitusional.
Kedelapan, objektif, di mana setiap guru dibina dan dikembangkan
profesi dan karirnya dengan mengacu kepada hasil penilaian yang
dilaksanakan berdasarkan indikator-indikator terukur dari kompetensi
profesinya. Kesembilan, komprehensif di mana setiap guru dibina dan
dikembangkan profesi dan karirnya untuk mencapai kompetensi profesi dan
kinerja yang bermutu dalam memberikan layanan pendidikan dalam rangka
membangun generasi yang memiliki pengetahuan, kemampuan atau
kompetensi, mampu menjadi dirinya sendiri, dan dapat menjalani hidup
bersama orang lain.
Kesepuluh, memandirikan, di mana setiap guru secara terus-
menerus diberdayakan untuk mampu meningkatkan kompetensinya secara
berkesinambungan, sehingga memiliki kemandirian profesional dalam
melaksanakan tugas dan fungsi profesinya. Kesebelas, profesional, di mana
pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru dilaksanakan dengan
mengedepankan nilai-nilai profesionalitas. Kedua belas, bertahap, di mana
pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru dilaksanakan secara
bertahap agar guru benar-benar mencapai puncak profesionalitas. Ketiga
belas, berjenjang, di mana pembinaan dan pengembangan profesi dan karier
guru dilaksanakan secara berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau
tingkat kesulitan kompetensi yang ada pada standar kompetensi.
Keempat belas, berkelanjutan, di mana pembinaan dan
pengembangan profesi dan karier guru dilaksanakan secara berkelanjutan
karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta adanya
kebutuhan penyegaran kompetensi guru. Kelima belas, accountable, di mana
pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru dapat
dipertanggungjawabkan secara transparan kepada publik. Keenam belas,
efektif, di mana pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan
karier guru harus mampu memberikan informasi yang dapat digunakan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak-pihak
25
yang terkait dalam pembinaan dan pengembangan profesi dan karier lebih
lanjut dalam upaya peningkatan kompetensi dan kinerja guru. Ketujuh belas,
efisien di mana pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karier
guru harus didasari atas pertimbangan penggunaan sumberdaya seminimal
mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal.43
Prinsip-prinsip tersebut
hendaknya dijalankan oleh para pembina guru agar pembinaan tersebut
berhasil guna sehingga dapat tercapai tujuan yang diharapkan.
3. Strategi Pembinaan Kualitas Pendidik
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membina kualitas guru, salah
satunya adalah dengan memberdayakan peran MGMP (musyawarah guru
mata pelajaran). Melalui kegiatan ini diharapkan para guru dapat menyebar
luaskan upaya-upaya kreatif dalam pemecahan masalah. Forum ini selain
sebagai media untuk sharing pengalaman juga berfungsi sebagai kompetisi
antar guru dengan menampilkan guru-guru yang berprestasi dalam bidangnya,
misalnya; dalam penggunaan metode pembelajaran, hasil penelitian tindakan
kelas atau penulisan karya ilmiah.
Pembinaan kualitas guru dapat juga dilakukan melalui optimalisasi
pelaksanaan penelitian yang merupakan kegiatan sistematik dalam rangka
merefleksi dan meningkatkan praktik pembelajaran secara terus-menerus
sebab berbagai kajian yang bersifat reflektif oleh guru dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan yang dilakukan dalam melaksanakan tugasnya, dan memperbaiki
kondisi di mana praktik pembelajaran berlangsung.44
Kegiatan penelitian ini
diharapkan dapat memperbaiki kualitas proses belajar mengajar dan
meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar
juga untuk meningkatkan hasil belajar siswa sebab melalui kegiatan ini guru
43
Danim Sudarwan, Pengembangan Profesi Guru: dari pra-jabatan, induksi, ke
profesional madani (Jakarta: Kencana 2011), h. 92-94. 44
Saondi Ondi, Suherman Aris, Etika Profesi Keguruan, (Bandung: PT Refika Aditama
2010), h.81.
26
dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang dilakukan dan keterbatasan
yang harus diperbaiki.
Pembinaan profesionalisme guru dapat dilaksanakan secara terpadu,
konsepsional, dan sistematis. Beberapa pendekatan/strategi yang dapat
dilakukan, melalui; pelaksanaan tugas, responsi, penelusuran dan
perkembangan diri, dan dukungan sistem.45
a. Pelaksanaan Tugas
Pengembangan kompetensi melalui pelaksanaan tugas pada dasarnya
merupakan upaya memadukan antara potensi profesional dengan pelaksanaan
tugas-tugas pokoknya. Dengan cara ini, tugas-tugas yang diberikan dalam
kegiatan pelaksanaan tugas, secara langsung maupun tidak langsung
merupakan upaya peningkatan kompetensi guru. Pendekatan ini sifatnya lebih
informal, sudah terkait dengan pelaksanaan tugas sehari-hari. Cara ini sangat
tepat dalam berbagai situasi, melalui kegiatan-kegiatan:
1) Kerja kelompok untuk menumbuhkan saling menghormati dan saling
memahami;
2) Diskusi kelompok untuk bertukar pikiran dan membahas masalah yang
dihadapi bersama;
3) Melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan, sehingga dapat
meningkatkan keterampilan dan rasa percaya diri;
b. Responsi
Responsi adalah salah satu metode pembinaan dengan maksud agar
guru dapat lebih memahami peran, fungsi dan tugasnya sebagai guru melalui
latihan soal, tanya jawab, dan diskusi. Peningkatan kompetensi melalui
responsi dilakukan dalam bentuk suatu interaksi secara formal atau informal
yang biasanya dilakukan melalui berbagai interaksi seperti pendidikan dan
latihan, seminar, lokakarya, ceramah, konsultasi, studi banding, penggunaan
45
Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 131-
137.
27
media, dan forum-forum lainnya. Hal yang dapat menunjang responsi ini
adalah apabila para guru berada dalam suasana interaksi sesama guru yang
memiliki kesamaan latar belakang dan tugas, misalnya MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran).
Dalam pendekatan ini, MGMP sebagai satu wadah para guru mata
pelajaran sejenis dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan profesionalisme
guru. Melalui MGMP, para guru akan memproleh peluang untuk saling tukar
pengetahuan dan pengelaman, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan
wawasan dan kualitas diri pribadi serta profesi. MGMP dapat
mengembangkan suatu program kerja yang memungkinkan para guru sejenis
dapat berkembang, misalnya mendatangkan pakar dalam bidangnya sebagai
fasilitator dalam lokakarya, pelatihan, studi kasus, dan sebagainya.
c. Penelusuran dan Perkembangan Diri
Pada dasarnya, peningkatan kompetensi akan sangat tergantung pada
kualitas pribadi masing-masing. Kenyataannya, setiap orang memiliki
keunikan sendiri-sendiri dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Oleh karena itu, upaya peningkatan profesionalisme seyogyanya berpusat
pada keunikan potensi kepribadian masing-masing. Pendekatan ini dirancang
untuk membantu guru agar potensi pribadi dapat berkembang secara optimal
dan berkualitas sehingga pada gilirannya dapat membawa kepada perwujudan
profesionalisme secara lebih bermakna.
Potensi pribadi merupakan bagian dan keseluruhan kepribadian dalam
bentuk kecakapan-kecakapan yang terkandung baik aspek fisik, emosional,
maupun intelektual. Apabila potensi pribadi ini dapat dikembangkan secara
efektif, maka akan menjadi kecakapan nyata yang secara terpadu membentuk
kualitas kepribadian seseorang. Peningkatan kualitas dapat diproleh melalui
suatu perencanaan yang sistematis dengan menata dan mengembangkan
potensi-potensi pribadi. Perencanaan ini suatu rangkaian proses kegiatan yang
terarah dan sistematis dalam mengenal, menata, dan mengembangkan potensi
pribadi agar mencapai suatu perwujudan diri yang bermakna.
28
d. Dukungan Sistem
Perkembangannya kompetensi guru akan banyak tergantung pada
kondisi sistem dimana guru bertugas. Oleh karena itu, upaya peningkatan
kualitas seharusnya berlangsung dalam sistem organisasasi dan manajemen
yang kondusif. Untuk hal ini perlu diupayakan agar organisasi dan
lingkungan tertata sedemikian rupa, sehingga menjadi suatu sistem dengan
manajemen yang menunjang pengembangan kualitas guru. Manajemen dan
sarana penunjang yang memadai sangat diperlukan untuk membentuk
lingkungan kerja yang kondusif bagi pelaksanaan tugas yang efektif.
Mengingat besarnya peran guru pada tingkat institusional dan
instruksional maka manajemen pendidikan harus memprioritaskan
manajemen guru utama yang berkenaan dengan manajemen guru adalah
bagaimana menciptakan suatu pengelolaan pendidikan yang memberikan
suasana kondusif bagi guru untuk melaksanakan tugas profesinya secara
kreatif dan produktif serta memberikan jaminan kesejahteraaan dan
pengembangkan karirnya.
Manajemen guru harus mencakup fungsi-fungsi yang berkenaan: (1)
profesionalisme, standar, sertifikasi dan pendidikan perajabatan, (2)
rekrutmen dan penempatan, (3) promosi dan mutasi, (4) gaji, insentif, dan
pelayanan, (5) supervisi dan dukungan profesional.46
Secara lebih teknis dan operasional strategi dan teknik peningkatan
profesional guru dapat ditempuh kegiatan-kegiatan berikut:
1) In-house training (IHT), yaitu pelatihan yang dilaksanakan secara
internal dikelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang
ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan.
2) Program magang. Program magang adalah pelatihan yang
dilaksanakan didunia kerja atau industri yang relevan dalam rangka
meningkatkan kompetensi profesional guru.
3) Kemitraan sekolah. Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat
dilaksanakan antara sekolah yang baik dengan yang kurang baik,
antara sekolah negeri dengan sekolah swasta, dan sebagainya.
46
Mudlofir Ali, Pendidikan Profesional, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada 2012), h. 134.
29
4) Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat
dilaksanakan tanpa menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan
dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan sistem pelatihan
melalui internet dan sejenisnya.
5) Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini
dilaksanakan di lembaga-lembaga pelatihan yang diberi wewenang,
dimana program disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar,
menengah, lanjut, dan tinggi.
6) Kursus singkat diperguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya.
Kursus singkat dimaksudkan untuk melatih meningkatkan
kemampuan guru dalam beberapa kemampuan seperti kemampuan
melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah,
merencanakan, melaksanakan, melakukan dan mengevaluasi
pembelanjaran, dan lain-lain sebagainya.
7) Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini
dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru yang memiliki
kewewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar,
pemberian tugas-tugas internal tambahan, diskusi dengan rekan
sejawat dan sejenisnya.
8) Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut
juga merupakan alternatif bagi peningkatakan kualifikasi dan
kompetensi guru. Pengikutsertaan guru dalam pendidikan lanjut ini
dapat dilaksanakan dalam memberikan tugas belajar, baik di dalam
maupun di luar negeri bagi guru yang berprestasi.
9) Diskusi masalah-masalah pendidikan. Diskusi ini dilaksanakan
secara berkala dengan topik diskusi sesuai dengan masalah yang
dialami di sekolah.
10) Seminar. Pengikutsertaan guru di dalam kegiatan seminar dan
pembinaan publikasi ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan
berkelanjutan bagi peningkatan keprofesian guru.
11) Workshop. Dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaan
bagi pembelajaran, meningkatkan kompetensi maupun
pengembangkan karirnya. Workshop dapat dilakukan misalnya
dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulim, pengembangan
silabus, penulisan RPP, dan sebagainya.
12) Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian
tindakan kelas, penelitian eksperimen ataupun jenis yang lain dalam
rangka peningkatan mutu pembelajaran.
13) Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat
membentuk diktat, buku pelajaran ataupun buku dalam bidang
pendidikan.
14) Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat
guru dapat berbentuk alat peraga, alat peraktikum sederhana,
maupun bahan ajar elektronik atau animasi pembelajaran.
15) Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/seni yang
dibuat guru dapat berupa karya yang bermanfaat untuk masyarakat
30
atau kegiatan pendidikan serta karya seni yang memiliki nilai
estetika yang diakui oleh masyarakat.47
Untuk meningkatkan kualitas guru di sekolah, perlu dirumuskan
sebuah instrumen yang jelas dan akurat yang dapat merekam dan
menggambarkan indeks kinerja guru selama melaksanakan tugasnya sebagai
guru.
C. Pembinaan Kualitas Pendidik oleh Kepala Sekolah
Sekolah merupakan salah satu bentuk organisasi pendidikan. Kepala
sekolah merupakan pemimpin pendidikan di sekolah. Kepala sekolah memiliki
sejumlah tugas dan tanggung jawab yang cukup berat. Untuk bisa menjalankan
fungsinya secara optimal, kepala sekolah perlu menerapkan gaya
kepemimpinan yang tepat.
Kepala sekolah yang baik dapat membuat anggota menjadi percaya,
loyal, dan termotivasi untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi secara
optimal. Untuk itu, keberhasilan kepala sekolah dapat dilihat dari performansi
anggota.
Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas tidak selamanya memberikan
hasil sesuai dengan yang diinginkan, ada saja kekurangan dan kelemahan yang
dijumpai pada guru saat melaksanakan proses pembelajaran maka untuk
memperbaiki kondisi demikian peran supervisi pendidikan menjadi sangat
penting untuk dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan prestasi kerja guru
yang pada gilirannya meningkatkan prestasi sekolah. Pelaksanaan supervisi
bukan untuk mencari kesalahan guru tetapi pelaksanaan supervisi pada
dasarnya adalah proses pemberian layanan bantuan kepada guru untuk
memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan meningkatkan
kualitas hasil belajar.
47
Mudlofir Ali, Pendidikan Profesional, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada 2012), h.
135-137.
31
Kepala sekolah yang melaksanakan supervisi pada guru harus mampu
menempatkan diri sebagai pemberi bantuan bukan sebagai pencari kesalahan.
Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman dan penafsiran yang
berbeda antara guru dengan kepala sekolah. Selain itu, untuk memberikan rasa
nyaman guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan menerima segala
perbaikan yang diberikan kepala sekolah. Tujuan akhir dari kegiatan supervisi
pendidikan adalah untuk memperbaiki guru dalam hal proses belajar mengajar
agar tercapai kualitas proses belajar mengajar dan meningkatkan kualitas hasil
belajar siswa.48
Kepala sekolah berperan penting dalam mewujudkan sistem manajemen
sekolah yang unggul dan efektif. Kepala sekolah yang profesional dan
memenuhi standar kualifikasi kepala sekolah, serta mampu melihat dan
memanfaatkan potensi sumber daya sekolah dapat menjamin terselenggaranya
sekolah yang efektif. Oleh karena itu, kepala sekolah harus memahami
tugasnya baik selaku manajer maupun supervisor.49
Sebagai supervisor, kepala
sekolah mempunyai beberapa peran penting, yaitu:
a. Mengadakan observasi di setiap kelas (dilakukan secara mendadak)
untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran;
b. melaksanakan pertemuan individual dengan guru untuk menggali
potensi masing-masing guru;
c. menyediakan waktu dan pelayanan bagi guru dalam upaya pemecahan
masalah akademik dan administratif;
d. menyediakan dukungan dan suasana kondusif bagi guru dalam
perbaikan dan peningkatan kinerja guru;
e. melaksanakan pengembangan staf secara terencana, terarah dan
berkelanjutan;
f. bekerja sama dengan guru untuk mengevaluasi hasil belajar secara
komprehensif;
g. melaksanakan penelitian sederhana untuk perbaikan situasi dan kondisi
proses pembelajaran.50
Observasi yang dilakukan oleh kepala sekolah di setiap kelas harus
dilaksanakan sebagai bagian dari supervisi. Hal ini sebaiknya dilakukan secara
48
Saondi ondi, Suherman aris, Etika Profesi Keguruan, (Bandung: PT Refika Aditama
2010), h.80 49
Suprihatiningrum Jamil, Guru Profesional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2013), h.299. 50
Ibid, h.300.
32
mendadak, tetapi terencana. Kepala sekolah tidak perlu memberitahukan
kepada guru bahwa akan diselenggarakan observasi kelas. Observasi kelas
lebih ditujukan pada proses pembelajaran, yang meliputi pemilihan
pendekatan, metode, strategi, dan media pembelajaran yang digunakan oleh
guru.51
Selain itu, juga melihat jauh mana keterlibatan aktif siswa dalam proses
pembelajaran di kelas. Hasil observasi/supervisi ini dapat digunakan untuk
melihat kelebihan dan kelemahan guru dalam mengelola kelas, termasuk
kecakapannya dalam menguasai materi. Secara tertutup kepada sekolah dapat
menyampaikan hasil observasi/supervisinya kepada guru yang bersangkutan
sebagai bahan pemecahan masalah, pembinaan, dan tindak lanjut guru dalam
menjalankan tugasnya. Tindak lanjut ini perlu dicek ulang dengan melakukan
kegiatan yang sama di kelas yang sama dengan guru yang sama.
Agar dapat menjalankan tugas supervisor dengan baik, kepada sekolah
perlu membekali diri dengan kemampuan dan keterampilan mengenai
kurikulum. Kepala sekolah berhak mengatur kurikulum sesuai dengan tujuan
yang telah direncanakan bersama dalam sekolah tersebut. Aspek-aspek
kurikulum yang harus dikuasai oleh kepala sekolah sebagai supervisor adalah
materi pelajaran, proses pembelajaran, evaluasi kurikulum, pengelolaan
kurikulum, dan pengembangan kurikulum.
Jadi, kepala sekolah sebagai supervisor bertugas untuk menyusun, melaksanakan, dan
menggunakan hasil supervisi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran dan
pendidikan. Supervisi dilakukan pada semua aspek manajemen di sekolah tersebut,
tidak terbatas pada guru, tetapi juga staf/karyawan dan tenaga kependidikan. Dengan
demikian, kegiatan supervisi diharapkan dapat mengidentifikasi guru dan tenaga
kependidikan yang bermasalah dalam menjalankan tugas dan kinerjanya sehingga
diketahui kelemahan yang menghambat pencapaian tujuan pendidikan untuk
selanjutnya segera dicarikan solusinya.
51
Ibid, h.300.
33
1. Tanggung Jawab dan Fungsi Kepala Sekolah
Sebelum menjelaskan definisi kepala sekolah, terlebih dahulu disajikan
makna dari pemimpin. Vaughan dan Hogg menyatakan “Kepemimpinan adalah
usaha menggerakkan orang lain untuk dapat mencapai tujuan bersama
(kelompok).”52
Selanjutnya Robert E. Coffey menjelaskan “Kepemimpinan
merupakan proses pengarahan, memberi semangat dan tenaga kepada bawahan,
menyepakati komitmen, sebagaimana diharapkan pemimpin.”53
Ngalim Purwanto mengemukakan kepemimpinan adalah tindakan atau
perbuatan di antara perseorangan dan kelompok yang menyebabkan baik orang
seorang maupun kelompok menuju ke arah tujuan tertentu. Kepemimpinan
adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok hingga tercapai
tujuan-tujuan dari kelompok itu secara bersama. Hendiyat Soetopo dan Wasty
Soemanto secara umum menyatakan:
Pemimpin adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk
dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan
dan bila perlu memaksa orang lain agar ia mau menerima pengaruh
selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu
maksud atau tujuan-tujuan tertentu.54
Soewadji menyatakan “Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan
yang mempunyai peranan sangat besar dalam mengembangkan mutu
pendidikan disekolah.”55
Berkembangnya kerja sama yang harmonis, minat
terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan dan
perkembangan mutu profesional di antara guru banyak ditentukan oleh kualitas
kepemimpinan kepala sekolah.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa seorang pemimpin adalah memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
dan memiliki kekuasaan penuh membawa bawahannya untuk mencapai tujuan
52
Bedjo Sudjanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta: IKAPI, 2007), h. 67. 53
Ibid, h. 69.
54
Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervsi Pendidikan,
(Jakarta: Bina Aksara, 1988), cet. 2, h. 1.
55
Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggng Jawabnya, (Salatiga: Kanisius, 1994),
h. 60.
34
yang telah diprogramkan bersama sesuai dengan norma yang berlaku, secara
sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang fungsional guru
yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana terjadi interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dengan murid yang menerima
pembelajaran.
Kepala sekolah sebagai pelaksana kepemimpinan di sekolah harus
memiliki kemampuan dan keterampilan yang dapat dipraktekan dalam
kehidupan sehari-hari. 56
Keterampilan dan kemampuan yang menggambarkan
tugas dan tanggung jawab kepala sekolah dalam penerapan kepemimpinan
pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang kurikulum .
b. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang public relation.
c. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang hubungan guru dan murid.
d. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang personalia.
e. Kepala sekolah sebagai pemimpin personalia di bidang non pengajaran.
f. Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam bidang pelayanan bimbingan.
g. Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam bidang pelayanan sekolah lain.
h. Kepala sekolah adalah pemimpin dalam artikulasi dengan sekolah-sekolah
lain.
i. Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam pengelolaan pelayanan, rumah
sekolah dan perlengkapan.
j. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang pengorganisasian.
Kepala sekolah adalah orang memiliki peranan, tugas dan tanggung
jawab yang besar, sehingga dengan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
yang menjadi tugas dan tanggung jawab seorang kepala sekolah tidak hanya
satu bidang akan tetapi meliputi banyak bidang terutama yang berkaitan
dengan pembelajaran.
56
Ibid, h. 28-33.
35
Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya
sekolah secara teknis akademis saja. Akan tetapi, banyaknya masalah baru
akan ditimbulkan harus menjadi tanggung jawab kepala sekolah untuk
dipecahkan dan dilaksanakan.
Berdasarkan semakin kompleksnya masalah yang ada, maka fungsi
kepala sekolah adalah sebagai berikut: 57
a. Kepala Sekolah sebagai Educator (Pendidik)
Dalam melakukan fungsi sebagai Educator, kepala sekolah harus
memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga
pendidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif,
memberikan nasihat kepada warga sekolah memberikan dorongan kepada
seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang
menarik, serta team teaching, moving class, dan mengadakan program
akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.
Sumidjo mengemukakan, “Bahwa dalam memahami arti pendidik
tidak cukup berpegang pada konotasi yang terkandung dalam definisi
pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna
pendidikan, sarana pendidikan, dan bagaimana strategi pendidikan itu
dilaksanakan.”58
Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah harus berusaha
menanamkan, memajukan, dan meningkatkan sedikitnya empat macam
nilai, yaitu pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik.
Sebagai educator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya
meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Upaya
yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya
sebagai pendidik dapat dideskripsikan sebagai berikut. Pertama,
mengikutsertakan guru-guru dalam penataran untuk menambah wawasan
para guru. Kedua, kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim
evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemudian
57
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Rosdakarya, 2004), h. 98-
120. 58
Ibid, h. 99.
36
hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di papan
pengumuman. Ketiga, menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah.
b. Kepala Sekolah sebagai Manajer
Dalam rangka melakukan peranan fungsinya sebagai manajer, kepala
sekolah harus memilliki strategi yang tepat untuk memperdayakan tenaga
kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan
kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan
mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai
kegiatan yang menunjang program sekolah.
Kepala sekolah harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan
tugas-tugas kepemimpinannya dengan baik, yang diwujudkan dalam
kemampuan menyusun program sekolah, organisasi personalia,
memberdayakan tenaga kependidikan, dan mendayagunakan sumber daya
sekolah secara optimal.
Kemampuan menyususn program sekolah harus diwujudkan dalam
(1) pengembangan program jangka panjang, baik program akademis
maupun nonakademis, yang dituangkan dalam kurun waktu lebih dari lima
tahun; (2) pengembangan program jangka menengah, baik program
akademis maupun nonakademis, yang dituangkan dalam kurun waktu tiga
samapi lima tahun; (3) pengembangan program jangka pendek, baik
program akademis maupun nonakademis, yang dituangkan dalam kurun
waktu satu tahun (program tahunan), termasuk pengembangan RAPBS
(Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah) dan ABS (Anggaran
Biaya Sekolah). Dalam hal itu, kepala sekolah harus memiliki mekanisme
yang jelas untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program secara
periodic, sistemik, dan sistematik.
c. Kepala Sekolah sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang
sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat
37
pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah.
Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk
mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola
administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana,
mengelola administrasi kearsipan dan mengelola administrasi keuangan.
Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat
menunjang produktivitas sekolah. Untuk itu, kepala sekolah harus mampu
menjabarkan kemampuan di atas dalam tugas-tugas operasional berikut.
1) Kemampuan mengelola kurikulum harus diwujudkan dalam penyususnan
kelengkapan data admisitrasi pembelajaran, bimbingna konseling,
kegiatan praktikum, dan kegiatan belajar peserta didik di perpustakaan.
2) Kemampuan mengelola administrasi peserta didik harus diwujudkan
dalam penyususnan kelengkapan data administrasi peserta didik, kegiatan
ekstrakulikuler, dan hubungan sekolah dengan orang tua peserta didik.
3) Kemampuan mengelola administrasi personalia harus diwujudkan dalam
pengembangan kelengkapan data administrasi tenaga guru, tenaga
kependidikan non guru (pustakawan, laporan, pegawai tata usaha,
penjaga sekolah, dan teknisi).
4) Kemampuan mengelola administrasi sarana dan prasarana harus
diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan data administrasi gedung
dan ruang, meubeler, alat mesin kantor, buku atau tambahan pustaka, alat
laboratorium, alat bengkel, dan workshop.
5) Kemampuan mengelola administrasi kearsipan harus diwujudkan dalam
pengembangan kelengkapan data administrasi surat masuk, surat ke luar,
surat keputusan, dan surat edaran.
6) Kemampuan mengelola administrasi keuangan harus diwujudkan dalam
pengembangan administrasi keuangan rutin, keuangan yang bersumber
dari masyarakat dan orang tua peserta didik, keuangan yang bersumber
dari pemerintah yakni uang yang harus dipertanggungjawabkan, dan dana
bantuan operasional.
38
d. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan
tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas
organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisien dan efektivitas
pembelajaran. Oleh Karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah
supervisor yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga
kependidikan.
Kepala sekolah sebagai supervisi, maka ia harus mampu melakukan
berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan control agar
kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.
Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk
mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan
dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya. Kepala sekolah
sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan
melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya.
Kemampuan menyususn program supervisi pendidikan harus diwujudkan
dalam penyusunan program supervisi kelas, pengembangan program
supervisi untuk kegiatan ekstra kulikuler, pengembangan program supervisi
perpustakaan, labolatorium, dan ujian.
Dalam pelaksanaannya, kepala sekolah sebagai supervisor harus
memperhatikan prinsip-prinsip:
1) Hubungan konsultatif, kolegial, dan bukan hirarkis;
2) Dilaksanakan secara demokratis;
3) Berpusat pada tenaga pendidik;
4) Dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga pendidik;
5) Merupakan bantuan professional.
Kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilakukan secara efektif
antara lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan
individual, dan simulasi pembelajaran.
39
e. Kepala Sekolah sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk
dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka
komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo
mengemukakan, “Kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter
khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan
pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan
pengawasan.”59
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader
dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga
kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan
kemampuan berkomunikasi.
f. Kepala Sekolah sebagai Inovator
Sebagai inovator kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat
untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari
gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan
kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah dan mengembangkan model-
model pembelajaran yang inovatif.
Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara ia
melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif,
rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptable dan
fleksibel. Kepala sekolah harus mampu mencari, menemukan, dan
melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah.
g. Kepala Sekolah sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat
untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam
melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan
59
Ibid, h. 115.
40
melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin,
dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber
belajar melalui pengembangan pusat belajar (PSB).
1) Pengaturan lingkungan fisik. Lingkungan yang kondusif akan
menumbuhkan motivasi tenaga kependidikan dalam melaksanakan
tugasnya. Oleh karena itu, kepala sekolah harus mampu membangkitkan
motivasi tenaga kependidikan agar dapat melaksanakan tugas secara
optimal.
2) Pengaturan suasana kerja. Suasana kerja yang tenang dan menyenangkan
juga kan membangkitkan kinerja para tenaga kependidikan. Untuk itu,
kepala sekolah harus mampu menciptakan hubungan kerja yang harmonis
dengan para tenaga kependidikan, serta menciptakan lingkungan sekolah
yang aman dan menyenangkan.
3) Displin. Kepala sekolah harus berusaha menanamkan disiplin kepada
semua bawahannya. Melalui disiplin diharapkan dapat tercapai tujuan
secara efektif dan efisien, serta dapat meningkatkan produktifitas sekolah.
Beberapa strategi yang digunakan oleh kepala sekolah dalam membina
disiplin para tenaga kependidikan, yaitu:
a) Membantu para tenaga kependidikan dalam mengembangkan pola
perilakunya.
b) Membantu para tenaga kependidikan dalam meningkatkan standar
perilakunya.
c) Melaksanakan semua aturan yang telah disepakati bersama.
4) Dorongan. Motivasi merupakan faktor yang cukup dominan dan dapat
menggerakkan faktor lain ke aras efektifitas kerja, bahkan motivasi sering
disamakan dengan mesin dan kemudi mobil, yang berfungsi sebagai
penggerak dan pengarah. Terdapat beberapa prinsip yang dapat
diterapkan kepala sekolah untuk mendorong tenaga kependidikan agar
mau dan mampu meningkatkan keprofesionalismenya. Prinsip tersebut
ialah:
a) Para tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan
41
yang dilakukannya menarik dan menyenangkan.
b) Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada
para tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui tujuan di
bekerja.
c) Para tenaga kependidikan harus selalu diberitahu tentang hasil dari
setiap pekerjaannya.
d) Pemberian hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-
waktu hukuman juga diperlukan.
e) Usahakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dengan
jalan memerhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman,
menunjukkan bahwa kepala sekolah memerhatikan mereka, mengatur
pengalaman sedemikian rupa sehingga setiap pegawai pernah
memperoleh kepuasan dan penghargaan.
5) Penghargaan. Penghargaan ini sangat penting untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidiian, dan untuk mengurangi kegiatan
yang kurang produktif. Mellaui penghargaan ini para tenaga
kependidikan dapat dirangsang untuk meningkatkan profesionalisme
kerjanya secara positif dan produktif.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Kartika X-2 Jakarta yang beralamat
di Jl. Anggrek No. 1, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Adapun waktu penelitian
direncanakan mulai dari bulan Desember 2013 sampai Juli 2014, dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
NO KEGIATAN BULAN
12 1 2 3 4 5 6 7
1 Seminar proposal
2 Penyerahan izin penelitian
3 Wawancara dengan kepala sekolah
43
4 Wawancara dengan guru
5 Penyususnan laporan hasil penelitian
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan kepada kepala sekolah. Sedangkan sub fokus
penelitian ini adalah peran yang dilakukan kepala sekolah dalam usahanya
membina kualitas guru.
C. Metode Penelitian, Jenis, dan Sumber Data
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dalam bentuk
deskriptif analitis, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu
keadaan atau sifat seperti adanya untuk kemudian dianalisis dengan teknik
analisis kualitatif. Jadi, penelitian ini dimaksudkan untuk memastikan atau
menjelaskan karakteristik dari objek yang diteliti.
Adapun jenis data yang dikumpulkan berupa data yang bersifat
kualitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder.1 Sumber data pada
penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan ketua
OSIS. Jenis dan sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu:
1. Data Primer
Data ini bersumber dari responden yang langsung ditemui di lapangan
(lokasi penelitian). Data primer dalam penelitian ini adalah wawancara
dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru/staf sekolah, dan salah
seorang siswa.
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu observasi dan dokumentasi
berupa data tertulis seperti data guru, struktur organisasi, data sarana
prasarana dan sebagainya.
1
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h.
4.
44
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti dalam hal ini
menggunakan sebagai berikut :
1. Observasi
“Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengamati dam mencatat secara sistematik gejala-gejala yang
diselidiki.”2 Adapun dalam observasi ini penulis mengadakan pengamatan
langsung dalam rangka memperoleh data tentang pembinaan kualitas
pendidik di SMK Kartika X-2 Jakarta.
2. Wawancara
“Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dilakukan oleh dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung berbagai informasi atau berbagai
keterangan.”3
Wawancara juga digunakan untuk memperoleh data tentang tanggapan
guru terkait dengan manfaat dari kegiatan yang dilakukan oleh kepala
sekolah dalam membina kualitas guru. Dengan demikian yang
diwawancarai adalah kepala sekolah dan guru. Untuk melakukan
wawancara disusun pedoman wawancara berikut kisi-kisinya.
3. Dokumentasi
“Dokumentasi adalah barang-barang tertulis. Di dalam
melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,
2 Cholid Narkubo dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2004), h. 70. 3Ibid, h. 83.
45
catatan harian, dan sebagainya.”4 Dokumentasi dilakukan untuk
mendapatkan data tentang profil SMK Kartika X-2 Jakarta dan data guru.
Dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk melengkapi data penelitian
sehingga dapat ditampilkan gambaran tentang objek penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar data-
data tersebut dapat dipahami bukan saja oleh orang yang meneliti, akan tetapi
juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian itu. Setelah
diperoleh dari lapangan, langkah berikutnya adalah mengklasifikasikannya,
mengolah, menganalisis kemudian hasilnya diambil dan dijadikan kesimpulan.
G. Kisi-kisi Instrumen
1. Definisi Konseptual
Yang dimaksud dengan peran kepala sekolah dalam membina kualitas
guru adalah usaha dan tindakan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai
pada satuan pendidikan dalam menggerakan, mempengaruhi, dan membimbing
guru meningkatkan kemampuan profesionalnya sehingga guru dapat
menjalankan tugasnya sesuai tuntutan profesi.
2. Definisi Operasional
Secara operasional yang dimaksud dengan peran kepala sekolah dalam
membina kualitas guru adalah usaha dan tindakan yang dilakukan oleh kepala
sekolah dalam menggerakan, mempengaruhi, dan membimbing guru
meningkatkan kemampuan profesionalnya sehingga guru dapat menjalankan
tugasnya sesuai tuntutan profesi melalui penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan internal, kegiatan supervisi, pelaksanaan tugas, dan dukungan
sistem.
4Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
BinaAksara, 1987), h. 131.
46
3. Kisi-kisi Wawancara
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara
No. Aspek
1 Macam-macam kegiatan yang sudah dilaksanakan dalam
membina profesionalisme guru
2 Alasan/latar belakang pelaksanaan kegiatan tersebut
3 Pelaksanaan kegiatan (waktu dan tempat)
4 Pihak-pihak yang terlibat dan alasan pelibatan
5 Respon guru
6 Hasil yang dicapai/manfaat yang dirasakan
7 Kendala-kendala yang dihadapi dan solusinya
8 Rencana kegiatan pembinaan profesionalisme guru
selanjutnya
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK Kartika X-2 Jakarta
1. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMK Kartika X-2 Jakarta
Alamat Sekolah : Jl. Anggrek No. 1 RT 15/RW 6
Kelurahan : Pesanggrahan
Kecamatan : Pesanggrahan
Kota : Jakarta Selatan
Provinsi : DKI Jakarta
Kode Pos : 12320
No. Telepon/Fax : (021) 7370503
Website/email : /[email protected]
Status Mutu : SPM
Nama Kepala Sekolah : Drs. Amirudin, M. M
NIP : 514974164320
Status Sekolah : Swasta
Keadaan Gedung : Permanen
Nomor Statistik Sekolah : 342016304601
48
No/Tahun SK Pendirian : 137/2007
Tanggal SK Pendirian : 10-04-2007
Penandatangan SK : Dinas Pendidikan
NPNS : 20107535
ID Ujian Nasional : 136
Sertifikasi ISO 9001:200 : 9001:2008/0000
Waktu Sekolah : Pagi dan Siang
2. Visi dan Misi SMK Kartika X-2 Jakarta
Dalam melaksanakan aktivitas pendidikannya, SMK Kartika X-2
Jakarta selalu melaksanakan tugas dan fungsinya berdasarkan visi dan misi
yang telah ditetapkan. Adapun visi dan misi SMK Kartika X-2 Jakarta adalah
sebagai berikut:
a. Visi
Menghasilkan kepribadian peserta didik yang memiliki kompetensi
profesional tingkat menengah yang kompetitif dilandasi Iman dan Takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Misi
a) Terbentuknya sikap dan perilaku peserta didik yang berakar pada nilai-
nilai luhur budaya bangsa.
b) Membentuk peserta didik yang memiliki etos kerja produktif dan
professional.
c) Meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
yang profesional.
d) Meningkatkan sarana dan prasarana untuk mendukung proses belajar
mengajar yang berbasis IT.
e) Memberdayakan sekolah berbasis kerjasama yang bersinergi melalui
pelayanan prima untuk memenuhi kepuasan pelanggan.
49
3. Data Guru SMK Kartika X-2 Jakarta
Guru merupakan ujung tombak pendidikan bagi lembaga pendidikan
formal seperti SMK Kartika X-2 Jakarta. Jumlah seluruh personal SMK
Kartika X-2 Jakarta Tahun Ajaran 2013-2014 sebanyak 39 orang mayoritas
lulusan S1. Jika dibandingkan dengan jumlah siswa (892 siswa), maka satu
orang guru membina 22 orang siswa, dan sebagian besar guru berstatus guru
tetap yayasan yang mereka hanya bertugas di SMK Kartika X-2 Jakarta,
sehingga mereka mampu menjalankan fungsi pembinaan siswa secara baik.
Secara lebih rinci data tentang guru dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1
Data Tenaga Pendidik SMK Kartika X-2 Jakarta
No
Mata
Pelajaran
Total
Kelamin Status Kepegawaian Kebutuhan Guru
L P PNS NON PNS Ideal
+/- GT GTT GT GTT
Normatif
1. Pendidikan
Agama 3 3 0 0 0 3 0 3 0
2. Bahasa
Indonesia 2 1 1 0 0 2 0 2 1
3. PKN& Sejarah 2 1 1 0 0 2 0 3 1
4. Pendidikan Jasmani & Olah Raga
2 2 0 0 0 2 0 3 -1
5. Seni & Budaya
1 0 1 0 0 1 0 2 1
6. BP/ BK 2 2 0 0 0 1 1 2 0
Adaptif
7. Matematika 3 0 3 0 0 3 0 3 0
8. Bahasa Inggris
3 2 1 0 0 2 1 3 0
9. KKPI 1 1 0 0 0 1 0 2 -1
10. IPA 2 1 1 0 0 2 0 2 0
11. IPS 2 2 0 0 0 2 0 3 1
12. Kewirausahaa
n 2 1 1 0 0 2 0 2 0
13. Pelayanan
Prima 1 0 1 0 0 1 0 1 0
14. Bahasa Jepang
2 1 1 0 0 1 1 3 -1
15. Ekonomi 2 2 0 0 0 2 0 3 1
Produktif
16. Akuntansi 4 2 2 0 0 4 0 4 0
17. Adm.
Perkantoran 4 3 1 0 0 4 0 4 0
18. Pemasaran 4 3 1 0 0 4 0 4 0
50
B. Deskripsi dan Analisis Data
Kepala sekolah memaparkan bahwa urgensi pendidik yang berkualitas
memiliki peran yang sangat penting dalam membangun mutu pendidikan.
Dalam sebuah penelitian pada seminar pendidikan dikatakan bahwa suksesnya
lembaga pendidikan sebanyak 37% ditentukan oleh pendidikan yang memiliki
mutu. Dalam tahap rintisan sekolah standar nasional maka kita harus bekerja
keras untuk mewujudkan sekolah standar nasional, karena pendidik menjadi
elemen yang sangat penting dalam perbaikan mutu pendidikan.1
Dalam upaya membina kualitas pendidik maka setiap pendidik
diberikan hak dan kewenangan untuk mengikuti program; (1) Diklat intern; (2)
Diklat yang menginduk pada gugus, kabupaten, dan Depdiknas; (3) Diklat
berdasarkan surat tugas dari lembaga; dan (4) program pengembangan lainnya
untuk meningkatkan kompetensi, wawasan, serta pengalaman.. Intinya adalah
tidak ada diskriminasi bagi pendidik yang ingin mengikuti Diklat. Dalam
meningkatkan mutu pendidik pada tingkat kualifikasi, sejumlah tiga pendidik
yang sedang melanjutkan program S2 Maka dalam realisasinya mewajibkan
pendidik untuk mengikuti pelatihan dan pembinaan yang diadakan secara
intern maupun ekstern.
Hal tersebut terbukti dengan sering diikutsertakannya pendidik mata
pelajaran dalam kegiatan pelatihan dan pembinaan yang menunjang kegiatan
kompetensi pendidik khususnya dalam proses pembelajaran, setiap ada
kesempatan bagi pendidik, kepala sekolah selalu mengirim pendidik untuk
mengikuti pelatihan, seminar, dan penataran mulai dari tingkat regional
maupun nasional.
Jangka waktu pelaksanaan dalam membina kualitas guru tersebut
dilakukan secara berkala. Kriteria keberhasilan dari pembinaan pendidik dapat
dilihat dari hasil supervisi yang dilakukan baik secara intern maupun ekstern.
Hal ini terindikasi dari produktivitas para pendidik yang terlihat dari kinerja
1 Drs. Amiruddin, Kepala Sekolah, Hasil Wawancara SMK Kartika X-2 Jakarta Kamis, 20
Maret 2014.
51
pendidik seperti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, dan hasil
kerja.
Mengenai kegiatan pembinaan tersebut, semua guru dengan antusias
karena selain narasumbernya yang profesional materi yang disampaikannya
pun sangat bermanfaat bagi guru dalam meningkatkan kualitas mereka. cara
penyampaian yang menarik dan tempat pelaksanaan workshop tersebut
memadai dan suasananya nyaman, hanya waktu pelaksanaan yang dirasa masih
kurang.
Bentuk dukungan kepala sekolah yaitu selalu memberikan motivasi
terhadap semua kegiatan dalam pengembangan mutu pendidik, menyediakan
fasilitas pendukung dan memberi apresiasi bagi pendidik berprestasi baik dari
segi materi maupun non materi.
Selanjutnya kepala sekolah juga mengambil langkah dalam membina
kualitas pendidik yaitu (a) aspek psikis, dengan memerhatikan kesejahteraan
dan mengapresiasi pendidik yang berprestasi serta pemberian kompensasi,
pembinaan disiplin tenaga pendidik serta pemberian motivasi; (b) aspek SDM,
dengan memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi dengan
menyelenggarakan program peningkatan mutu pendidik; dan (c) aspek
lingkungan, yaitu dengan membangun situasi kerja kondusif, aman, nyaman,
dan harmonis.
Dalam pelaksanaan meningkatkan kualitas pendidik terdapat hambatan
yang dialami, yaitu sebagai berikut:
a. Kesiapan, sejumlah pendidik yang belum maksimal menyiapkan diri baik
dari segi kualifikasi yang belum memenuhi syarat, latar belakang mengajar
yang tidak sesuai dengan ahlinya, serta kesiapan pendidik dilihat dari
kemampuan untuk menciptakan pembelajaran berdasarkan ICT.
b. Sarana prasarana yang belum mencukupi, serta media pembelajaran yang
masih terbatas jumlahnya seperti proyektor yang masih sedikit jumlahnya.
c. Pendanaan, seperti sekolah swasta lain, SMK Kartika X-2 Jakarta tidak
banyak memperoleh bantuan dari pemerintah dan peserta didik SMK
52
Kartika X-2 bukanlah berasal dari kalangan menengah ke atas, namun
kepala sekolah ingin menyukseskan tujuan meningkatkan kualitas pendidik.
Untuk mengatasi hambatan itu semua, dapat dilakukan dengan
melakukan pendekatan serta kebersamaan. SMK Kartika X-2 sangat
menciptakan suasana serta kondisi kekeluargaan, kebersamaan, dan hubungan
yang harmonis antar individu.
Dalam pelaksanaan pembinaan yang dijalankan, selalu dilakukan
evaluasi diawali dengan melakukan rapat kerja kemudian rapat akhir tahun
serta kritik dan evaluasi yang sifatnya membangun selain itu terdapat program
brifing setiap hari sebelum proses KBM dilaksanakan, pada saat itu membahas
info seputar pendidikan yang sedang hangat dibicarakan, serta evaluasi sehari-
hari juga dilakukan dalam forum ini.
Penilaian terhadap tenaga pendidik yang dilakukan SMK Kartika X-2
Jakarta di antaranya:
a. Wajib memberikan laporan kinerja dalam bentuk laporan agenda mengajar
selama proses KBM berlangsung.
b. Penilaian komitmen misalnya pada kehadiran (absensi) dan ketepatan
waktu, ini merupakan bagian untuk menilai kedisiplinan para pendidik.
c. Supervisi baik dilakukan oleh pihak intern (sekolah) maupun ekstern
(Depdiknas). Program supervisi yang dilaksanakan oleh pihak sekolah dua
kali dalam satu tahun untuk menilai kualitas secara bertahap. Supervisi
dilakukan oleh Depdiknas dan sekolah. Supervisi intern dilaksanakan
pertahun pelajaran yang dilakukan oleh empat staf yang mendapat delegasi
dari kepala sekolah. Setiap staf ditugaskan untuk melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap 10 orang pendidik yang telah dipetapkan sebagai
anggotanya, supervisi intern yang dilakukan oleh para staf ini dinamakan
sebagai tutor sebaya. Sedangkan supervisi ekstern dilakukan pertahun
pelajaran yang pelaksanaannya dilakukan oleh Depdiknas.
d. Penilaian berupa angket dengan responden seluruh siswa untuk menilai
kompetensi mengajar setiap tenaga pendidik. Penilaian dengan angket ini
dilakukan setiap memasuki awal tahun pelajaran baru.
53
e. Penilaian tenaga pendidik juga dilakukan dengan melihat perkembangan
tingkat prestasi peserta didik. Jika prestasi siswa menurun pada mata
pelajaran tertentu maka pendidik bersangkutan akan dipindahkan ke bidang
studi lain.
f. Hasil bimbingan dan konseling yang dilakukan pendidik BK kepada siswa.
Dalam hal ini pendidik BK sebagai mediator untuk memberikan informasi
serta evaluasi (saran dan kritik) dari siswa baik selama proses KBM
berlangsung atau yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab para
tenaga pendidik.
Untuk menyikapi pendidik yang belum sesuai dengan kualitas
diharapkan, kepala sekolah akan melakukan:
a. Pemberian motivasi, selain dari segi moril juga dengan bantuan berupa
pinjaman lunak bagi pendidik yang kurang mampu untuk melanjutkan
studinya, pemberian penghargaan bagi pendidik yang berprestasi.
b. Mengikutsertakan pendidik pada seminar pendidikan dan workshop dari
berbagai instansi.
Salah satu indikator kualitas pendidik dapat dilihat dari kinerjanya.
Faktor yang mempengaruhi kinerja tenaga pendidik yaitu, kompetensi, latar
belakang pendidikan, lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman, media dan
teknologi, serta sarana prasarana yang menunjang. Namun, dari dari faktor
yang mempengaruhi kinerja tersebut ada satu hal yang lebih penting yakni
seberapa besar tanggung jawab yang dimiliki pendidik dalam menyelesaikan
tugasnya.
Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidik SMK
Kartika X-2 Jakarta yaitu:
1) Mengadakan program brifing. Program yang diupayakan untuk
meningkatkan profesionalitas kinerja, pemberian motivasi, mengukuhkan
silaturahim, serta evaluasi harian. Program yang barui berjalan dua tahun ini
memberikan dampak positif yang cukup signifikan, yakni etos kerja
54
semakin meningkat dan hubungan antar personal sangat akrab serta
harmonis (kekeluargaan).
2) Mengundang pakar pendidikan untuk melatih dan membina pendidik dan
karyawan, yang didatangkan langsung dari Depdiknas maupun para penilik
pendidikan.
Untuk kesejahteraan mempunyai perencanaan yang matang dengan
kebijakan tunjangan yang diberikan kepada pendidik. Tunjangan pensiun dapat
diberikan meskipun belum sampai pada usianya karena di mutasikan ke
sekolah lain (untuk PNS) maka dalam hal ini dana pensiun dapat diberikan.
Tunjangan yang diberikan oleh SMK Kartika X-2 Jakarta untuk para
tenaga pendidiknya adalah:
1) DANSOS (Dana Sosial)
2) DANKES (Dana Kesehatan)
3) Dana THT (Tunjangan Hri Tua)
4) Dana kematian (keluarga pendidik juga berhak mendapatkannya
5) Program tamasya untuk keluarga pendidik SMK Kartika X-2 Jakrta.
Penghargaan kepada pendidik berprestasi diberikan baik berupa materi
maupun non-materi. Ketika ada perlombaan tingkat nasional misalnya setiap
meraih juara, ada akumulasi hadiah yang berbeda yang akan diperoleh dari
sekolah setiap kejuaraan yang diraihnya. Karena mendidik itu membutuhkan
waktu, pikiran, dan tenaga yang tidak sedikit, maka perlu penghargaan
setidaknya dukungan dari sekolah untuk menyukseskannya. Sekolah sangat
antusias merespon pendidik berprestasi, mereka yang berprestasi akan
mendapatkan motivasi baik berupa materi, kenaikan jabatan, kenaikan honor,
dan penghargaan lainnya.
Kompetensi yang diberikan sekolah bermacam-macam sumbernya,
seperti koordinator pada suatu bidang, mengorbitkan siswa untuk perlombaan,
tunjangan wali kelas, tunjangan staf, pemeriksaan soal dan jawaban semester,
pelaksanaan dari setiap kegiatan baik awal dan akhir semester, misalnya ujian
55
semester, ujian sekolah, ujian nasional, studi tour, dan sebagainya. Selain itu,
terdapat kompensasi transport, pendidik yang mendapatkan tugas piket, masa
kerja selama di sekolah untuk setiap tahunnya, serta dilengkapi dengan adanya
berbagai tunjangan yang telah disebutkan.
Selain itu setiap pendidik menggunakan metode pembelajaran yang
berbeda diantaranya adalah metode tutorial sebaya, ceramah, portofolio, Tanya
jawab, demonstrasi, kerja kelompok, dan eksperimen. Metode disesuaikan
dengan sarana dan prasarana, waktu, situasi, dan kondisi. Sedangkan media
yang digunakan adalah media yang ada yaitu ruang audio visual, laboratorium
komputer, laboratorium bahasa, proyektor, bengkel belajar, serta software pada
mata pelajaran tertentu.
Melihat peran kepala sekolah dalam membina kualitas guru, kepala
sekolah berencana untuk selalu mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat
meningkatkan kualitas guru-guru di SMK Kartika X-2 Jakarta, salah satunya
yaitu meningkatkan pelaksanaan pelatihan/seminar/workshop, menciptakan
suasana kerja yang nyaman, dan mengadakan supervisi secara
berkelanjutan.guna meningkatkan kualitas guru sebagai pendidik.
56
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai peran
kepala sekolah dalam membina kualitas pendidik di SMK Kartika X-2 Jakarta,
maka dapat dikemukakan beberapa temuan penelitian sebagai berikut:
1. Dalam membina kualitas pendidik di SMK Kartika X-2 Jakarta, kepala
sekolah belum sepenuhnya mampu menjalankan perannya sebagai
penyelenggara Diklat/workshop, supervisor, pencipta lingkungan tugas
maupun memberi dukungan fasilitas pembelajaran.
2. Guru sangat antusias dalam mengikuti kegiatan Diklat/worksop,
dikarenakan narasumbernya yang profesional juga materi yang
57
disampaikannya sangat bermanfaat, serta tempat pelaksanaan workshop
tersebut sudah memadai dan suasananya terasa nyaman, hanya waktu
pelaksanaan yang dirasa masih jarang dilakukan. Sangat disayangkan jika
kegiatan tersebut belum menjadi kegiatan rutin tahunan, karena sangat
bermanfaat bagi pendidik dalam meningkatkan kemampuannya.
3. Dalam melaksanakan perannya sebagai supervisor, kepala sekolah belum
membina guru secara optimal. Kepala sekolah hanya dua kali dalam setahun
melakukan observasi maupun kunjungan kelas, tidak pernah melakukan
pertemuan individual, tidak menyediakan waktu khusus untuk guru
berkonsultasi terkait dengan tugasnya, tidak pernah memberikan layanan
akademik terkait memberi contoh cara mengajar dan mengelola kelas yang
baik dan kepala sekolah belum membuat program secara berkala dalam
mengembangkan sumber daya guru. Walaupun kepala sekolah mampu
menciptakan iklim kerja yang kondusif dan bekerja sama secara baik dengan
para guru, namun hal itu belum cukup untuk membina guru menjadi
berkualitas.
4. Pada dasarnya pelaksanaan tugas yang diciptakan oleh kepala sekolah sudah
mampu memadukan antara potensi profesional guru dengan pelaksanaan
tugas-tugas pokoknya. Para guru beranggapan kepala sekolah mampu
menciptakan iklim kerja yang dapat menumbuhkan saling menghormati
antar guru, memfasilitasi guru untuk mengadakan diskusi kelompok dan
mampu memotivasi guru untuk melaksanakan tugas yang diberikan.
Berdasarkan beberapa temuan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah belum sepenuhnya mampu melaksanakan perannya dalam
membina kualitas guru. Walaupun demikian guru-guru diberi kesempatan
untuk mengembangkan kemampuannya melalui berbagai jalur baik dengan
mengikuti program atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak luar maupun
dengan belajar mandiri.
58
B. Saran
Dari beberapa hasil penelitian dan simpulan yang telah dijelaskan, maka
peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepala sekolah perlu menysun program secara rutin untuk
menyelenggarakan Diklat/workshop/seminar bagi guru-guru dengan
narasumber yang berkualitas dan waktu yang memadai agar kegiatan
tersebut memiliki nilai guna bagi guru-guru dalam meningkatkan kualitas
mereka. Untuk terlaksananya program tersebut kepala sekolah perlu
bekerjasama dengan pihak yayasan atau mencari sponsor dari luar.
2. Kepala sekolah perlu menjalankan perannya dengan baik sebagai supervisor
dengan cara membuat supervisi pembelajaran dan melaksanakannya agar
guru merasa terbina, diawasi, dan dihargai.
3. Guru hendaknya dapat memanfaatkan dukungan kepala sekolah dengan baik
untuk mengikuti kegiatan Diklat/workshop/MGMP yang diselenggarakan
pihak luar sekolah secara serius dan sungguh-sungguh, sehingga dapat
terealisasikan pada peningkatan kualitasnya dalam menjalankan tugasnya.
59
DAFTAR PUSTAKA
A. Sahertian, Piet. Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah.
Surabaya: Usaha Nasional. 1994.
Al-Barry, Hassan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola. 1994.
Arief, Armai. Reformulasi Pendidikan Islam. Jakarta: CRSD Press. 2005.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian ; Suatu Pendekatan Praktik.
Yogyakarta: Bina Aksara. 1985.
B. Uno, Hamzah. Profesi Kependidikan (Problema, Solusi, dan Reformasi
Pendidikan di Indonesia). Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2008.
B. Flippo, Edwin. Manajemen Personalia Jilid 6. Jakarta: Erlangga. 2003.
Burhanuddin. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara. 1994.
Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Rosda Karya. 2004.
Fathurrohman, Pupuh. Strategi belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan
Pembelajaran Bermakna Melalui penanaman Konsep Umum & konsep
Islami. Bandung: PT. refika Aditama. 1995.
Hamalik, Oemar. Pendidikan Guru Berdasrkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta:
PT. Bumi Aksara. 2006.
J. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
2004.
Lazaruth, Soewadji. Kepala Sekolah dan Tanggng Jawabnya. Salatiga: Kanisius.
1994.
M. Dahlan, Al Barry. Kamus Modern Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Balai
Pustaka. 1994.
Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Rosda Karya. 2004.
Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosda Karya. 2002.
60
Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya Offset. 2007.
Nasir, M. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1988.
Nawawi, Hadari. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Haji Masagung. 1988.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru.
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005. Tentang Standar Nasional
Pendidikan. Bandung: Citra Umbara. 2008.
Pidarta, Made. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bina Aksara. 1989.
Poerdawarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1976.
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokrasi. Jakarta: Kencana Media
Group. 2004.
Sajaya, Wina. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Sekolah.
Jakarta: Prenada Media Group.
Saksono, Slamet. Administrasi Kepegawaian. Yogyakarta: Kanisisus. 1993.
Sholeh, Asrorun Ni’am. Membangun Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis
atas lahirnya UU Guru dan Dosen. Jakarta: ELSAS. 2006.
Soetopo, Hendiyat dan Wasty Soemanto. Kepemimpinan dan Supervsi
Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. 1988.
Suyanto, Bedjo. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Sagung Seto.
2007.
Tayibnapis, Burhanuddin A. Administrasi Kepegawaian SuatuTinjauan Analitik.
Jakarta: Pradnya Paramita. 1995.
Tilaar, H.A.R. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosada
Karya. 1992.
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. Total Quality Management (TQM).
Yogyakarta: Andi Offset. 1998.
Undang-undang R.I. No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS & PP No. 47
Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar.
61
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 1994.
KEI/IENTERIAN AGAIUIAUIN JAKARTAFITKJl. tr. H. Juanda No 95 Ci4nat 15/-12 tndoneria
.&'.lrrrr.ll\rlr!lFORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-066
Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
No. Revisi: : 01
Hal 'U1
SURAT PERMOHONAN IZIN OBSERVASI
Nomor : Un.O 1/Ft./KM.0 I .3/. .......1201 4Lamp. : -Hal : Observasi
Kepada Yth.Kepala SMK Kartika X-2 JakartaDi Tempat
As s alamu' al aikum wr.w b.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa:
Tembusan:Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jakarta, 18 Februari 2014
Suharyono Gustiawan
107018200941
KI-Manaj emen Pendidikan
xryadalah benar mahasiswa pada Fakultas ILnu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan sehubungan dengan penyelesaian tugas penelitian
skripsi, mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan pihak terkait. Oleh
karena itu, kami mohon kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut
dan memberikan bantuannya.
Demikianlah, atas perhatian dan bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih.
Was s al amu' alaikum wr.wb.
a.n. DekanKabag. Tata Usaha
Nama
NIM
Jurusan/Prodi
Semester
1 001
KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat lS41Z lndonesia
Nama
NIM
Tembusan:1. Dekan FITK2. Pembantu Dekan Bidang Akademik3. Mahasiswa yang bersangkutan
roRM (FR)
Nomor : Un.01/F. 1/KM.01 .gt2Z9/2014Lamp. : OutlinerProposalHal : Permohonan lzin penelitian
Kepada Yth.
Kepala SMK Kartika X-2 Jakafia
diTempat
Assal a m u'al ai ku m wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Jakarta, 1 8 Februari 2014
: Suharyono Gustiawan
" 107018200941
Jurusan ': Manajemen pendidikan
Semester :XlV
Judul Skripsi : Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas pendidik di
SMK Kartik a X-2 Jakarl.a
adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yangsedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) diinstansi/sekolah/madrasah yang Bapak/lbu pimpin.
Untuk itu kami mohon Bapak/lbu dapat mengizinkan mahasiswa tersebutmelaksanakan penelitian dimaksud.
Atas perhatian dan kerja sama Bapak/lbu, kami u:apkar.:erima kasih.
Wassal am u' al ai ku m wr.w b.
Pendidikan
Asy'ari, M.Pd1009 199303 1 004
No. Dokumen . p56-pp411pffiTgl. Terbit : 1 tVAre,t 2010
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITI,AN
YAYASAN IIIITTIILT .IAYA CAIIIING XIIIII .ITIYAIOIIT,III
SllK0LtlH rllliNliN(iAII I(li.IUltUAN
SMI( I(AIITIILI X . 2 JAI(AIITABIDANG KEAHLIAN : BISNIS DAN MANAJEMEN
TERAKREDITASI "A"Jl. Anggrek No. I Kel. Pesonggrohon, Kec. pesonggrohon Jokorlo Selolon,
Telp/Fox. : (021) 7370503
Drs. Amirudin, MM.Kepala SMK Kartika X-2 Jakarta
Suharyono Gustiawan107018200941Kl-Manajemen Pendidikan
telah melaksanakan penelitian pada Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas
Pendidik di SMK KARTIKA X-2 JAKARTA sejak tanggal 20 Februari-7 Maret 2014 dengan baik.
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan benar, untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Tembusan :
1. Arsip
SURAT KETERANGAN2 0 )/Io 1, 4/sM K KX-2/E/xr/2 o I 3
Yang bertanda tangan di bawah ini :
NamaJabatan
Dengan ini menerangkan bahwa :
NamaNIMJurusan
Jakarta, 11Maret2014la SMK KARTIKA X-2 Jakarta
Lampiran 6
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KEPALA SMK Kt\RTIKA X-2
JAKARTA MENGENAI UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIK
1. Berapa j1;!mlagh pendidik dan tenaga kependidikan di SMK Kartika X-2
Jakarta?
2. Menurut bapak bagaimana peran pendidik dalam membangun kualitas
pendidikan di sekolah ini?
3. Factor apa yang hams dimiliki pendidik dalam mencapai mutu pendidik dan
tenaga kependidikan?
4. Orientasi apa yang bapak gunakan dalam mengukur kualitas pendidik dan
tenaga kependidikan?
5. Langkah apa yang bapak gunakan dalam menilai pendidik?
6. Bagaimana cara. bapak dalam menanggapi pendidik yang belum sesuai
dengan standar kualitas yang diharapkan?
7. Program apa yang hapak laksanakan untuk menunjang kualitas pendidik?
8. Apa bukti konkrit dari visi dan misi yang sudah tercapai sampai saat ini?
9. Menurut bapak bagaimana kondisi sekolah pada saat ini dalam mencapai
standar pendidikan nasional?
10. Apa saja program pendidikan yang ada di sekolah saat ini?
II. Apa yang bapak lakukan untuk mewujudkan sekolah berstandar nasional?
12. Bagaimana perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang dalam
meningkatkan kualitas pendidik?
13. Apa saja kendala yang bapak alami saat melaksanakan upaya tersehut?
14. Apa langkah yang hapak lakukan dalam melaksanakan upaya tersehut?
15. Jika keberhasilan upaya tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan,
bagaimana cara bapak mengatasinya?
16. Bagaimana jika ada salah seorang pendidik yang tidak hadir/tidak dapat
me!1I'.gajar pada waktunya?
17. Jenis DIKLAT apa saja yang pernah dilakukan di sekolah ini?
18. Tunjangan apa saja yang diberikan untuk pendidik dan tenaga kependidikan
di sekolah ini?
19. Apa kriteria dari pendidik yang bapak harapkan?
20. Aspek apa saja yang menjadi penilaian kinerja pendidik?
21. Program apa saja :yang bapak laksanakan untuk para pendidik?
22. Bagaimana bapak menilai keberhasilan alas upaya yang telah bapak lakukan
untuk meningkatkan kualitas pendidik?
23. Bapak ikut aktif dalam kegiatan apa saja sebagai kepala sekolah di sekolah
ini?
Lampiran 7
PEDOMAN WAW ANCARA DENGAN GURU-GURU I STAF 8MK KARTlKA
X-2 JAKARTA MENGENAI UP A Y A KEPALA SEKOLAH DALAM
MENlNGKATKAN KUALITAS PENDlDlK
I. Berapa lama Bapak/Ibu menekuni bidang llekeIjaan ini? (bekeIja sebagai
pegawai sekolall/guru)
2. Sebelum bekerja di sekolah ini, les apa yang Bapak/Ibu jalani untuk menjadi
pegawai/guru? (pertanyaan berkaitan dengan tes akademik dan persyaratan
adminstratif)
3. Apakah Bapak/Ibu menyenangi bidang pekerjaan ini?
4. Kendala apa yang sering Bapak/lbu rasakan selama bekerja?
5. Pengalaman menarik apa yang pemah Bapak/Ibu alami selama bekerja't
6. Apakah gajiltunjangan dari sekolah sudah sesuai dengan bidang pekeIjaan
yang BapaklIbu tekuni?
7. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang program peningkatan dan
pemberdayaan bagi guru dan pegawai di sekoIah?
8. Bagaimana kesan Bapak/Ibu selama mengikuti program tersebut?
9. Pesan khusus apa yang ingin BapaklIbu sampaikan kepada sekolah berkaitan
dengan program tersebut guna kemajuan di masa yang akan datang?
10. menurut anda hal mendasar apa yang dapat dilakukan dalam rangka
mewujudkan sekolah standar nasional?
11. Faktor apa yang dapat mempengaruhi pencapaian dan peningkatan prestasi
kerja guru?
12. Apakah anda ikut serta dalam perkumpulan MGMP?
13. Bagaimana perhatian sekolah terhadap kondisi ekonomi dan kesejahteraan
guru?
14. Bagaimana penghargaan sekolah terhadap guru yang berprestasi?
15. Apakah terdapat pemberian kompensasiltunjangan selain gaji pokok?
16. Apa pendapat anda mengenai kualitas pendidik di SMK Kartika X-2 Jakarta?
17. Menurut anda sumber media beJajar apa yang harus dilengkapi untuk
menunjang proses KBM?
18. Apakah dalarn KBM anda menggunakan metode belajar yang sarna atau
mencoba metode baru yang lebih menarik siswa?
19. Apa saran anda rriengenai upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas
pendidik?
Lampiran8
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN SISWA (KETUA OSIS) SMK
KARTlKAX-2JAKARTAMENGENAI UPAYA KEPALASEKOLAH
DALAM ;MENINGKA TKAN KUALITAS PENDIDIK
L Ap(l.kah krunu memahami mated pelajaran yang diajarkan?
2. Apa yang tidak krunu pahami dari penjelasan yang dipaparkan oleh guru?
3. Apakah pada proses KBM guru menggunakan metode belajar yang
bervariasi, menarik, dan mengasyikkan?
4. Mata pelajaran apa yang sulit kamu pahami? Kesulitan itu berasal dari
intemal/ekstemal?
5. Mata pelajaran apa yang kamu sukai? Apa alasarmya?
6. Adakah saran tUltuk guru agar proses belajar mengajar menjadi menarik dan
tidak membosankan?
7. Adakah program bimbingan belajar/pendalaman materi?
8. Kapan w~ pelaksanaannya?
9. Ap!1kah terlaksana dengan baik?
10. Menurut krunu apakah penerapan disiplin sekolah sudah
ditegakkanlterlaksana dengan baik?
Lampiran 9
HASIL WAW ANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAIJ MENGENAI
UPAYA MENINGKATKANKUALITAS PENDIDIK DI SMKKARTlKA
X-2JAKARTA
Drs. Amirudin, MM
1. JumJah pendidik d~ tenaga kcpendidikan SMK Kartika X-2 Jakarta adalah 39
orang, terdiri atas 30 orang guru dan 9 orang tenaga kependidikan.
2. Urgensi pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualitas memiliki peranan
penting dalam mernbangun kualitas pendidikan. Karena lembaga pendidikan
yanrng berhasil, 37% ditentukan oleh pendidik yang berkualitas.
3. Menurut saya, faktor yang dapat meningkatkan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan yaitu:
a. KualifLkasi pendidik minimal S 1
b. Memiliki kompetensi sesuai dengan keahliannya
c. Memiliki ij azah pendidikan
4. Orientasi yang digunakan untuk mengukur kualitas pendidik dan tenaga . kependidikan yaitu:
a. Proses rekruitmen, yang meliputi tes administrasi curriculum vitae, tes
tertuiis, tes wawancara, dan tes praktik mengajar.
b. Ada masa percobaan selama tiga tahun untuk ditetapkan sebagai guru tetap
atau tidak.
c. Adar,ya supervisi yang dilakukan pihak sekolah sebanyak dua kali dalam
setahun untuk menilai kualitasnya secara bertahap.
5. Hal yang dilakukan untuk menilai pendidik dan tenaga kependidikan yaitu:
a. Setiap pendidik harus memberikan laporan agenda mengajar selama proses
KBM berlangsung.
b. Tenaga kependidikan harus memberikan laporan administratif setiap harinya
dalam waktu satu bulan.
c. Penilaian kedisiplinan pendidik dan tenaga kependidikan dari segi kehadiran
dan ketepatan waktu.
6. Cara menanggapi pendidik dan tenaga kependidikan yang belum sesuai dengan
kualitas yang diharapkan yaitu dengan:
a. Memberlkan motivasi, memberikan penghargaan bagi pendidik dan yenaga
kependidikan yang dapat memberikan konstribusinya dalam meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah.
b. Memberikan pelatihan-pelatihan kepada pendidik dan tenaga kependidikan
di berbagai hal.
7. Program yang dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas yaitu:
a. Program brifing, program yang dilakukan lllltuk meningkatkan
profesionalitas keIja, memberikan motivasi, menjalin silaturahim, dan
evaluasi kirlerja sehad-had.
b. Program pembinaan MGMP tingkat kecamatan, kabupaten, dan provinsi
~'i~St;ldi banding ke sekolah-sekolah lain yang berstandar nasional maupun
yang bertaraf intemasional.
8. Visi dan misi sekolah tercapai dapat dibuktikan dengan:
a. Adanya sarana dan prasarana untuk meningkatkan pembelajaran yang
berbasis IT, misalnya seperti pembelajaran akuntansi yang menggunakan
komputer, pembelajaran bahasa (inggris dan jepang) yang menggunakan
teknik audio maupun audio visual.
b. Menananlkan budi pekerti dengan pelajaran agama dalam meningkatkan
IMTAQ. Seperti pengadaan sholat jumat yang dilakukan rutin di sekolall,
dan adanya peringatan-peringatan hari besar islam.
c. Dari seg[ budaya, dengan mensosialisasikan hari-hari nasion ai, seperti
peringatan hari kartini yang dilakukan dengan memakai baju daerah,
kemudian pelepasan kelas tiga dengan tema bemuansa budaya daerah.
d. Banyaknya perusahan-perusahan yang bekerja sama untuk meningkatkan
kompetensi bidang keahlian peserta didik.
9. Kondisi sekolall daiam upaya mencapai standar nasional yaitu:
8. IIeut menyuseskan tujuan pendidikan nasional bahwa pendidikan wajib
belajar 12 tahun.
b. Membantu pendidikan bagi orang tidak mampu dengan subsidi silang.
c. Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kualitas tenaga
kependidikan.
d. Mengadakan pelatihan, seminar, MGMP, serta studi banding untuk
mengembangkan sekolah.
10. Program pendidikan yang sedang dilaksankan yaitu:
a. Memenuhi sarana untuk menunjang KBM.
b. Aktif dalam program DIKLA T dan peningkatan kualifikasi pendidik.
1J. Upaya yang dilakukan sekolah dalam mewujudkan sekolah berstandar
nasional yaitu:
a. Jangka pendek, memenuhi ruang belajar dalam upaya mewujudkan
sekolah sdtandar nasional.
b. Jangka panjang, membah jam belajar sehingga tidak ada lagi proses
kegiatan belakar mengajar di waktu sore hari agar belajar semakin
kondusif. Kemudian dapat menjadikan sekolah menjadi sekolah standar
nasional.
12. perencanaan upaya pada jangka pendek, menengah, dan panjang dalam
meningkatkan kualitas pendidik yaitu:
a. Menguasai ilmu pendidikan dengan mengikuti DIKLA T
b. Meningkatkan kualifikasi pendidik.
c. Menjadikan sekolah standar nasionai.
13. Hambatan yang te.rjadi dalam peJaksanaan upaya tersebut yaitu:
a. Kesiapan
b. Dana/keuangan
c. Sarana dan prasarana
14. Dimulai dengan rapat keIja kemudian rapat akhir tahun dengan melakukan
kritikan dan evaluasi yang membangun.
15. Carn mengatasi keberhasilan upaya yang tidak sesuai dengan yang diharnpkan
yaitl.! dengan:
a. Melakukan pengkajian dengan analisis SWOT
b. Melakukan evaluasi ketidakberhasilan indikator.
16. Jika ada pendidik yang tidak dapat mengajar pada waktunya, dilakukan
sistem invaler yaitu proses KBM terus berlangsung dengan diajarkan oleh
guru bidang studi sejenis sehingga siswa tetap mendapat pelajaran.
17. Jenis DIKLAT yang dilaksanakan yaitu:
a. DIKLAT intern
b. DIKLAT yang menginduk pada gugus, kabupaten, dan DiKNAS.
c. DIKLA T berdasrkan surat tugas dan lembaga.
18. Tunjangan yang diberikan untuk pendidik dan tenaga kependidikan yaitu:
a. Dana sosial
b. Dana kesehatan
c. Dana tunjangan hari tua
d. Dana kematian
19. Pendidik dan tenaga kependidikan profesional yang bekelja dengan ikhlas.
20. Aspek yang menjadi penialian dalam kinerja pendidik yaitu:
a. Dimulai dengan supervisi yang dilakukan empat bulan
b. Pendidik dan tenaga kependidikan menyerahkan laporan kineIjanya
selama satu bulan kepada kepala sekolah.
21. Penyelenggaraan workshop, pelatihan, seminar, ikut aktif dalam MGMP.
22. Menilai keberhasilan upaya ini dengan melihat beljalannya program yang
telah direncanakan dan hasil dari supervisi yang telah dilaksanakan oleh
sekolah maupun DEPDIKNAS.
23. Saya aktif dalam MKKS.
Lampiran 10
WAWANCARA DENGAN W AKASEK BIDANG KURIKULUM SMK
KARTIKA X-2 JAKARTA
Dra, Sumarni
I. Sejak tahun 2005 saya sudah mengabdi di sekolah ini, mUlanya saya bergabung di bidang tenaga administrasi.
2. Untuk menjadi pegawai harus menjalani tes di antaranya tes wawancara, tes administratif
3. Kendala yang saya hadapi yaitu kurangnya komunikasi serta terjadinya kesalahpahaman antara guru dengan orang tua mudd pada persoalan anak.
4. Perygalaman bagi saya bisa berbagi ilmu pengetahuan dan wawasan yang saya miliki.
5, Untuki gaji jenisnya bervariasi karena ada beberapa beberapa orang guru di SMK Kartika X-2 yang PNS DPK, guru bantu sementara, guru tetap yayasan, guru tidak tetap, tata usaha tetap, dan karyawan tidak tetap. Jadi masing-masing berbeda gaji sesuai jabatannya. Kalau saya pdbadi merasa kurang karena semakin ke depan kebutuhan semakin ban yak.
6. Saya berharap SMK Kartika X-2 menjadi pilihan masyarakat banyak yang mampu berkompetisi dalam meningkatkan mutu pendidikan sekolah.
7. Meskipun sekolah ini swasta, tapi saya selalu berharap semoga sekolah ini bisa menjadi SSN, setelah itu berkembang menjadi RSBI, dan seterusnya bisa menjadi SBI (Sekolah berstandar internasional).
8. Untuk mewujudkan sekolah standar nasional tentu membutuhkan persiapan yang matang, dan lebih menekankan tenaga kerja yang professional sesuai dengan latar belakang pendidikan kompetensi guru.
9. Menurut saya faktor yang dapat menentukan .pre~tasi kerja yaitu dari kualitas pendidik dan kesejahteraan guru yang selalu diperhatikan oleh pihak sekolah.
10. Tentu ban yak sekali upaya sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidik, yaitu dengan diadakannya MGMP intern, MGMP sekolah sudah berjalan cukup lama. Kemudian dilaksanakannya berbagai macam workshop seperti KKM, pembuatan satuan pelajaran, nanalisis RPP, analisis hasil tes, dan kurikulum.
11. Hampir semua guru mendapatkan DIKLA T dan workshop sesuai dengan bidangnya.
12. Saya aktif dalam MOMP intern, gugus, dan kota. 13. Sekolah sudah terlihat memerhatikan kesejahteraan guru-guru, dengan adanya
tunjangan yang diberikan begitu banyak dan ada program liburan dengan keluarga tenaga pendidik SMK Kartika X-2 Jakarta.
14. Sekolah sangat antusias merespon guru berprstasi, mereka yang berprstasi akan mendapat reward berupa motivasi baik berupa mated, kenaikan jabatan, kenaikan honor, serta beasiswa untuk melanjutkan studinya.
15. Kompensasi yang diberikan sekolah berupa uang transport, uang piket, uang koreksi soal semester, dan uang pengawas ualangan semester.
16. Tidak semua tenaga pendidik SMK Kartika X-2 dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan BSNP.
17. Sumber media yang mungkin perlu ditambah atau dilengkapi yaitu infokus di setiap kelasnya.
18. Metode yang saya gunakan di antaranya ceramah, portofolio, tanya jawab, eksperimen, praktik, kajian pustaka, dan metode lainnya yang sesual dengan materi dan sarana prasarana sekolah.
19. Saya menyarankan sebaikaya kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidik yaitu dalam menerima tenaga baru diperlukan tes EQ dan IT dengan selektif, karena kecerdasan intelektual tidak menjanlin kecerdasan emosionalnya, serta diperlukan tes IT agar pendidik dapat dengan mudah dan lancer dalam mengaplikasikannya.
Lampiran 11
WA W ANCARA DENGAN WAKABID. HUMAS SMK KARTIKA X-2
JAKARTA
Suwarko, S. Pd.
I. Sejak tahun 2005 saya sudah bekerja di sekolah ini sebagai guru bidang studi
bahasa Indonesia dan kewirausahaan serta kepala program PRAKERIN
(Praktik Kerja Industri), kemudian saya dlpercaya sebagai wakil bidang
humas oleh pihak sekolah ..
2. Pada saat itu saya mengikuti tes administrasi dan wawancara, namun saat ini
proses seleksi tenaga kerja baru tidak semudah zaman saya dulu masuk di
sekolah ini. Dikarenakan upaya peningkatan gum harus dilakukan sejak
proses seleksi.
3. Saya sangat senang bergelut dalam bidang ini, meskipun ada suka dukanya.
4. Kendala yang selama ini saya aJami yakni lingkungan sekoJah yang kurang
kondusifkarena bersebelahan dengan SD Kartika.
5. Menjadi pengalaman yang menarik dan mengesankan bila suatu saat siswali
yang awalnya kita anggap rendah ketika mereka Julus menjadi pekerja yang
suskes sesuai dengan kompetensi keahliannya. Ini terjadi pada anak didik
kami yang masa lalunya memang nakai, namun saya yakin mereka tidak lepas
dari arahan dan pendekatan orang-orang terdekatnya.
6. Menurut saya sebagai seorang guru harns ikhlas dalam menjalani tugas dan
tanggung jawabnya. Selain itu kita juga akan mendapatkan gaji sesuai dengan
kinerja yang telah kita lakukan. Semestinya guru tidak menuntut gaji atau
imbalan yang besar sebelum guru tersebut dapat memberikan konstribusi
yang signifikan terhadap mutu pendidikan di sekolah.
7. Sesar harapan saya agar lulusan SMK Kartika X-2 Jakarta dapat bersaing di
dunia kerja dalarn pernsahaan-perusahaan besar, diterirna di perguruan tinggi
negeri dengan km:li!as yang baik, dan menjadi orang yang sukses melebihi
guru-gurunya. Kemudian untuk kepala sekolah saya berharap agar selalu
mengayomi, bijaksana, memerhatikan, memahami ternan relasinya, karena
sekolah mampu berkembang dengan keIja sama antara pemimpin dan tenaga
pendidiknya.
8. SMK Kartika X-2 memiliki program peningkatan bagi pendidik, misalnya
dengan adanya pelatihan, workshop, dan sebagainya. Dan menurut saya
program tersebut berjalan dengan baik sehingga bisa diterapkan dalam proses
KBM di kelas.
9. Menurut. saya dengan mengikuti program tersebut akan menambah
pengetahuan, wawasan, dan pengalaman. dalam berbaai hal tentang
pendidikan.
10. Sekolah yang mampu menjadi SSN harus memenuhi kriteria yang akan
dinilai oleh Diknas, saat ini SMK Kartika X-2 sedang melakukan upaya
dalam mewujudkab SSN, di antaranya peningkatan sarana dan prasarana,
program pemberdayaan tenaga pendidik, angka kelulusan yang sudah
memuaskan, evaluasi yang dilakukan secara berkala, dan lain-lain.
11. Faktor yang dapat memengaruhi prestasi kerja yaitu lingkungan yang
kondusif dan nyaman.
12. Ya, DIKLA T dari Diknas, yayasan, perguruan tinggi, dan sebagainya.
13. Ya; saya aktif serta druam MGMP tingkat sekolah, gugus, dan kota.
14. Menurut saya sekolah cukup memerhatikan kesejahteraan guru, guru merasa
nyaman dengan kondisi keIja yang bersifat kekeluargaan.
15. Sekolah sangat mengapresiasi guru yang berprestasi, baik berupa kenaikan
jabatan, kenaikan gaji, dan penghargaan lainnya.
16. Pemberian kompensasi se1ain gaji seperti tugas piket, wali kelas, Pembina
ekskul, dan tunjangan lain sesuai dengan bidang pekeIjaannya.
17. Sangat disiplin dengan adanya program brifing yang dilakukan sebelum
proses KBM dimulai dan tenaga pendidik sudah berada di sekolah sebelum
pukul 6.45 WIB. Dalam KBM sudah menggunakan media namun kendalanya
adalah jumlah media yang terbatas, sehingga tidak semua pelajaran dapat
menggunakannya secara bersamaan.
18. Media yang perlu dilengkapi saat ini menurut saya yaitu proyektor hams
ditingkatkan kuantitasnya.
19. Saran saya untuk kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidik yaitu hams bisa mengayomi relasinya, bijaksana, memberikan
motivasi dari berbagai aspek dalam peningkatan kompetensi dan
profesionalisme keJ:j a.
Lampiran 12
WAWANCARADENGANSTAFBIDANGBKlBPSMKKARTIKAX-2
JAKARTA
H. Ahmad Hamid, S.Ag
1. Saya mengajar di sekolah ini sejak sekolah ini berdiri yaitu tahun 2005.
2. Tidak ada tes saar itu, mungkin karena sekolah sedang sangat membutuhkan
guru dan memang saat itu tidak sesulit sekarang untuk dapat bekerja sebagai
guru.
3. Ya, saya begitu menyenangi pekeljaan ini meski latar belakang saya bukan
pada bidang pendidikan, namun saya tertarik untuk mengajar bimbingan
konseling.
4. Sa)ia tidak pemah mengalami kendala selama ini, saya merasa semuanya
berjalan dengan lancar.
5. Tidak ada.
6. Gaji yang saya terirna selama ini sudah cukup.
7. Sangat terdukung dengan adanya program peningkatan kualitas pendidik:,
karena kita akan semakin banyak belajar dan menerima pengetahuan yang
belum pemah kita dapat
8. Menurut saya jelas dari berbagai aspek yang termuat dari deJapan standar
terse but, namun perIu kita tingkatkan teerutama pada kualitas SDM yang
sangat memegang peran penting dalam hal apapun .
. 9. Peningkatan kualitas dapat dengan melakukan pembinaan dan pengembangan
di sekolah. Pembinaan dapat dilakukan dengan tutor sebaya, tutor kepala
sekolah, dan program brifing setiap harinya sebelum KBM berlangsung.
10. Menurut saya faktor yang dapat memengaruhi prestasi kerja seorang guru
yaitu lingkungankerja yang nyaman, kebutuhan yang dapat terepenuhi, dan
karalcter dan setiap guru.
11. Untuk program DIKLAT, setiap guru berhak mengikutinya. Seperti DIKLAT
dari Diknas, program sertifikasi, program profesionalisme, dan program yang
berasaJ dari sekolah.
12. Saya ikutserta dan aktif dalam MGMP tingkat gugus, sekolah, dan kota.
13. Perhatian sekolah terhadap guru cukup baik dengan adanya berbagai
tunjangan, dana pensiun, dan sebagainya. Sekolah selalau memeberikan
penghargaan terhadap guru berprestasi balk materi maupun non materi.
14. Pemberian kompensasi dari sekolah selain g<\ii yaitu seperti tugas piket,
pembina ekskul, koordinator bidang dan mengorbitkan siswa untuk lomba.
15. Kualitas tingkat kemasyarakatan sangat bagus, dari segi kompetensi
dilakukan penataan dan pembinaan.
16. Saya sedang belajar menggunakan media yang disediakan oelh sekolah
seperti proyektor meskipun pengetahuan IT masih rendah, namun itu
merupakan ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah untu.lc marnapu
menerapkan leT.
17. Menurut saya media yang perlu dilengkapi adalah ruang seni dan
keterampilan agar sekolah dapat memfasilitasi siswa yang memiliki bakat dan
keterampilan.
18. Metode belajar perlu disesuaikan dengan kondisi kelas, karena terkadang
perencanaan tidak sesnai dengan kondisi di kelas.
19. Menurut saya kepala sekolah dalarn meningkatkan kualitas pendidik harus
selalau terdepan untuk mencari celah-celah baru dalarn peningkatan kualitas
pendidik agar kesejahteraan lebih ditingkatkan lagi.
Lampiran 13
BASIL W A WANCARA DENGAN KEPALA PROGRAM BIDANG
PEMASARAN SMK KARTlKA X-2 JAKARTA
Harmia Indra, S.B, M.M
1. Saya mengajar di sekolah ini sejak awal sekolah ini berjalan yaitu tahun 2005.
2. Saat itu saya hanya mengikuti tes tertulis saja.
3. Saya sangat menyukai pekerjaan ini, sehingga saya masih bertahan di sekolah
ini sampai sekarang.
4. Kendala saya hanya sekadar masalah sekolah pada umunmya, seperti
menghadapi kenakalan siswa, niiai siswa yang menurun, dll.
5. Tidak ada.
6. Menurut saya sudah mencukupi, karena masing-masing orang berbeda
kebutuhan dan pendapat.
7. Sangat bagus sebagai upaya peningkatan kompetensi guru.
8. Program tersebut haris ditingkatkan lagi dan dijalankan minimal perbulan.
9. Sarana prasarana, kualitas guru, media pembelajaran, dan penguasaan IT
dalam menunjang proses KBM.
10. Ada, seperti program brifing, MGMP di berbagai tingkat, rapat mengenai
permasalahn terkait pendidikan di sekolah balk secara intern maupun ekstern.
II. Menurut saya faktor yang dapat memengaruhi peningkatan professional kerja
adalah kesejahteraan guru yang perlu diperhatikan .
12. Program DIKLAT yang diikuti oleh setiap guru dan tidak ada kesenjangan
dalam hal ini.
13. Saya tidak mengikuti MGMP, karena saya ditugaskan sebagai wakil kepala
sekolah. Jadi, saya memberikan kesempatan kepada guru-guru muda untuk
dapat aktif dalam MGMP.
14. Kesejahteraan tenaga pendidik di sekolah ini sudah cUkup dengan adanya
berbagai tunjangan. Karena sekolah ini swasta jadi tunjangan tersebut
ditanggung oleh yayasan.
15. Penghargaan yang diberikan kepada guru-guru sudah cUkup bagus.
16. Pemberian kompensasi dapat digolongkan kepada pemberian tunjangan
tunjangan.
17. Sumber media belajar yang perlu dilengkapi seperti koleksi buku
perpustakaan.
18. Adanya kualitas tergantung dari kompetensi rnasing-masing guru, tetapi kami
selalu bekerja keras untuk meningkatkan profesionalitas keIja guru.
19. Motivasi, mengikuti seminar, workshop, DIKLAT dan kegiatan lain yang
dapat meningkatkan kualitas guru.
Lampiran 14
HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA PROGRAM KEAHLIAN
AKUNfANSI SMK KARTlKA X-2 JAKARTA
Joko SuIistyo, S. E
I. Saya mengajar di sekolah ini sejak tahun 2005, jadi sudah hampir 8 tahun
saya berprofesi sebagai guru akuntansi di SMK Kartika X-2 Jakarta.
2. Tes yang sayajalani yaitu tes administratif dan tes wawancara.
3. Saya sangat menyenanginya, meski latar belakang saya bukan lulusan
pendidikan.
4. Saya sedang mencari cara agar siswa SMK Kartika X-2 Jakarta dapat belajar
akuntansi dengan cepat meskipun saya aktif dalam program MGMP.
5. Disenangi siswa, karena cara mengajar saya yang mereka senangi tidak
menjenuhkan. Saya berupaya untuk membawa suasana KBM yang
mengasyikkan meskipun belajar hitung-hitungan membuat siswa pusing.
6. Hampir memen~hi meskipun belum, namun sudah dilengkapi dengan
berbagai tunjangan dan saya salah satu guru yang sudah ikut sertifikasi.
7. Untuk mencapai sekolah stansar nasional maka kita hams beke:!ja keras dan
sungguh-sungguh, karena guru menjadi elemen yang sangat penting dalam
perbaikan mutu pendidikan.
8. Positif sekali karena akan membantu meningkatkan mutu sekolah dan akan
membuat sekolah menjadi berkembang serta guru yang berkualitas.
9. Menyenangka'l sekali karena dengan mengikuti program-program
peningkatan mutu guru saya berkesempatan untuk mendapatkan banyak
pengalaman, menambah wawasan, serta pengembangan diri.
10. Dapat memenuhi delapan standar yang disyaratkan, saat ini bidang sarana dan
prasarana sedang ditingkatkan. Saat ini telah ada laboratorium bahasa dan
komputer, audio visual, serta infokus untuk proses KBM.
II. Ya, tentu ada program pembinaan dan pengembangan upaya meningkatkan
kualitas pendidik; seperti: mengikuti pelatihan, workshop tentang kurikulum,
pengadaan MGMP sekolah, pembllatan soal-soal ujian semester dan try out.
12. Mehurut saya faktor yang dapat memengaruhi prestasi kerja yaitu,
kompetensi, latar belakang pendidikan, dan sarana prasarana yang
menunjang.
13. Saya aktifmengikuti program MGMP tingkat sekolah, kecamatan, dan kola.
14. Menurut saya sudah cukup baik, terdapat kompensasi transport untuk guru
yang mendapat tugas piket, dilengkapi dengan adanya berbagai tunjangan.
15. Sekolah selalu memberikan apresiasi terhadap prestasi kerja guru, yaitu
dalam bentuk diberikan hadiahlimbalall, motivasi untuk tetap meningkatkan
kualitasnya sebagai guru agar terns berprestasi.
16. Latar belakang pendidik semuanya sudah S I. Pada kegiatan belajar mengajar,
penggunaan media pembelajam dengan infokus belum semuanya karena
jumlah infokus yang masih terbatas. Namun dengan adanya pelalihan
penggunaan IT dalam KBM merupakan solusi dalam meningkatkan kualitas
pendidik dalam mengajar.
17. Ya, saya mengajarkan siswa berhitung mellggunakan program Ms. Excel,
pada proses KBM saya lebih mengutamakan siswa yang aktif, saya hallya
sebagai fasilitator.
18. IT terutama menggunakan progFaIll-prograIll komputer pada masing-masing
mata pelajaran.
19. Saran saya mengenai program peningkatan kualitas pelldidik, guru harus
menguasal IT dengan mengikuti pelatihan. Kemudian untuk menghadapi
zanian globalisasi pendidik sebaikuya menguasai bahasa inggris yang
merupakan bahasa dunia.
Lampiran 15
BASIL WAWANCARA PERWAKILAN SISWA SMK KARTIKA X-2
JAKARTA (KETUA OSIS)
L Mengalami kesulitan dalam menerima materi yang diajarkan oleh sebagian
guru, sebab terkadang penjelasan yang disampaikan tidak ada kaitannya
dengan materi pembelajaran, kemudian guru yang tidak dapat mengondisikan
kelasnya untu tenang di kelas. Ada beberapa guru yang asyik menjelaskan
tanpa memerhatikan mudd memahami apa yang dijelaskannya atau tidak.
2. Ada guru yang menggunakan metode belajar yang menyenangkan, namun
ada juga yang membosankan.
3. Mata pelajaran yang sulit bagi saya adalah bahasa Indonesia, di samping saya
kurang tertarik dengan pelajaran tersebut, juga disebabakan oleh cara
mengajar guru yang kurang menarik dan tidak secarajelas.
4. Saya suka pelajaran matematika, karena gurunya humoris dan menarik
sehingga dapat membangun suasana belajar yang menyenagkan dengan
metode beJajar yang variasi.
5. Pesan saya sebaiknya ketika mengajar guru jangan membicarakan kehidupan
pribadi yang tidak ada kaitannya dengan materi, kemudian jelaskalllah materi
selengkap mungkin, kemudian guru sebaiknya memerhatikan pemahaman
siswa dalam menerima materi, dan guru barus lebih disiplin dalam mengaj ar
sesuai denganjamnya.
6. Adanya program bimbingan belajar/pendalaman materi, kbususnya bagi mata
pelajaran wajib ujian nasional (bahasa inggris, bahasa indonesia,
matematika).
7. Kendala pada sebagian siswa yaitu pada pembayarannya karena pada
program bimbel ada dua tipe guru yang berbeda, misalnya ada guru yang
mewajibkan untuk membayar iuran bimbel, tetapi ada juga yang mewajibkan
jadi tidak mengikat siswali untuk wajib membayar dan tidak memberi
konsdruensi yang menyulitkan siswaii bersifat tidak mendidik dan
menghambat proses KBM. Sedangkan keildala dad guru, pada
pelaksanaannya yang tidak tepat waktu namun cukup berjalan efektifmenurut
saya.
8. Kedisplinan siswa hams tetap dipantau dan memberikan ar han agar selalu
tercipta kondisi yang kondusif.
9. Adminlstrasi sudilh cukup transparan misalnya dengan mengadakan rapat
orang tua untuk setiap kegiatan (studi wisata, ujian nasional, pelepasan kelas
3, program bimbingan belajar, dsb).
FOTO-FOTO WAWANCARA
Wawancara dengan Dra. Sumarni (Wakabid Kurikulum)
Lampiran 16
Wawancara dengan siswa (OSIS)
UJI REFERENSI
Nama : Suharyono Gustiawan
Judul Skripsi :IJpayaKepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidik di SMK Kartika X-2 Jakarta
Pembimbing : Zahrudin, Lc., M. Pd.
No. Pengarang dan Judul BukuHalaman
Skripsi
Halaman
Refeiensi
Paraf Dosen
Pembimbing
BAB II Alisuf Sabri, Pengantar llmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Press,2005). 1 7
2.E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Kompetensi Guru, (Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya,2007), Cet. 1.
a-) 75 A
aJ.
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan, (Jakarta: Cipta Raya).4 t6 a
No. Pengarang dan Judul BukuHalaman
Skripsi
Halaman
Referensi
Paraf Dosen
Pembimbing
BAB II
IBedjo Sudjanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta:
IKAPI,2007).8 67
2. rbid 8 69 D-a-).
Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi
Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), Cet.2.9 1
4. Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolsh dan Tanggng Jawabnya,(Salatiga: Kanisius, 1994).
9 60
5. Ibid 9 28-33 C\
6.E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung:
Rosdakarya,2004).r0 98-t20 z>-
7. Ibid t1 99 A-8.
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management
gQM), (Yogyakarta: Andi Offset, 1998).t7 53 a-
9. Al Barry dan M. Dahlan, Kamus Modern Bahasa Indonesia,(Yoeyakarta: Balai Pustaka, 1994).
t7 432 &_10. M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, (Bogor: Ghalia Indonesia, t7 2 a>
200s).
11 Ibid T7 -) (2-t2.
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekalah dari Unit Birolcrasi
ke Lembaga Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).18 53
13.Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003, Tentang SISDIKNAS & PP
No. 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara).18 a
J
t4.Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar
Nasional P endidikan, (Bandung: Citra Umbara, 2008).18 74
15.
Asrorun Ni'am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru, Analisis
Kronologis atas lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: ELSAS,
2006).
t9 taa-rc1
t6.Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota lakarta Nomor 8
Tahun 2006 tentarrg Sistem Pendidikan.t9 16 >-
t7. AsrorunNi'am Sholeh, Op Cit. 20 t62 >-18.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja
Rosda Karya,1994).20 20
t9. Ibid 2t 6 a---20. Yunus Abu Bakar, Profesi Keguruan, (Leaming Assisteance Program 2T 23-24 a-\
,l
For Islamic School: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,2009).
2r. Moh. Uzer LJsman, Op Cit. 2t 7
22.Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, (Jakarta: Kencana,2005). I22 46
I
23. rbid 23 47 2-24.
Moh. Uzer LJsman, Menjadi Guru Profesionol, (Bandung : PT Remaja
Rosda Karya,1994).Z) 9-t2 2-
25.Yunus Abu Bakar, Profesi Keguruan, (Learning Assisteance Program
For Islamic School: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,2009).Z) 2-8
26. Peraturan Pemerintah RI Nomor 74Tahun2008 tentang Guru. z) 5
27.Moh. Uzer LJsman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja
Rosda Karya,1994).24 I4
28.Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,
(Bandung: Remaj a Rosdakary a, 1999).24 229
29. Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 3. 24 584
30.
Pupuh Fathurrohm an, St r a t e gi b e I aj ar Me n gaj ar - S tr at e g i Mew uj u dkan
Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum &
konsep Islami, (Bandung: PT. Refika Aditama, 1995).
24 44
A
31.Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja
Rosda Karya. 1994).25 14 2-
32.Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press,
200s).25 -l -,
I
JJ,
Harnzah B. IJno, Profesi Kependidikan (Problema, Solusi, dan
Reformosi Pendidikan di Indonesia), (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2008),
edisi 1, cet.3.
25 62
34.E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Kompetensi Guru, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2007).26 75 o-
35.Wina Sajaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Sekolah, (Jakarta: Prenada Media Group).26 t45-r46 D-
37.Sadirman A. M, Interaksi dan Motivasi Belaiar Mengajar, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2000).27 t62 ?-
38.Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasrkan Pendekatan
Kompetensi, (Iakarta: PT. Bumi Aksara, 2006).27 38 a-
39.
Awandana, Guru yang Berkualitas.
http : //www.psbpsma. or g/content/blo g/Guru-berkualitas-. P o sted S abtu,
11 Juni 2009. Diunduh pada hari Rabu, 28 Jarutari2014, Pukul II:45.
29
/
40.Ahmad Barizi, Menjadi Guru Unggul, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
200e).29 79'.
No. Pengarang dan Judul BukuIIaIaman
Skripsi
Halaman
Referensi
Paraf Dosen
Pembimbing
BAB III
1.Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2004).31 4
2.Cholid Narkubo dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2004).32 70 o-
aJ. Ibid 32 83 >4.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,
(Jakarta: BinaAksara, 1987).32 131
5.
Mudjia Rahardjo, Triangulasi dqlam Penelitian Kualitatrt
http://mudjiarahardjo.com, posted Friday, 15 October 2010. Di unduh pada hari
selasa, 22 Juli2O 14, pukul I 0.00.
aaJJ
4