peran keluarga dalam membentuk karakter anak...

83
PERAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK (TELAAH SURAT AN-NAHL AYAT 78) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan OLEH : MUHAMMAD KHOIRUL ANWAR NIM. 11112230 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017

Upload: vuongngoc

Post on 06-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERAN KELUARGA

DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK

(TELAAH SURAT AN-NAHL AYAT 78)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

OLEH :

MUHAMMAD KHOIRUL ANWAR

NIM. 11112230

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

ii

iii

iv

v

vi

MOTTO

“Nindaki kewajiban kanti dasar iman

Akhlak bagus tumus, sabar alus noto ati mapan

Ta‟at lan ngabekti, perintahe gusti

Nindakno ngibadah, netepi perintah amal kang pinuji

Nyadong ridlo rahmat lan syafaat sakeng kanjeng nabi”

(Bait Syi’ir Pepali Ki Ageng Selo)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil‟alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT

skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ayah dan bundaku yang selalu mendo‟akan selama ananda berada di

bangku kuliah, dan memberi arahan mulai saat ananda belum mengetahui

apa-apa.

2. Kakak-kakakku, adik-adikku yang selalu membuat ananda semangat untuk

menjadi yang lebih baik.

3. Kepada Pimpinan dan para guru di pondok yang tak kenal lelah untuk

memberi motivasi kepada ananda sebelum ananda duduk di bangku kuliah

4. Kepada teman-temanku seperjuangan PAI 2012

5. Saudara-saudaraku keluarga PAI G (Serikat PAI Tujuh), Kelompok KKN

yang telah memberi pengalaman akan arti sebuah ilmu sosial, pertemanan

dan persaudaraan.

6. Semua pihak yang telah banyak membantu, yang tidak bisa saya sebut satu

persatu yang selalu memberikan dukungan dan semangat pada penulis.

viii

KATA PENGANTAR

Lafadz Al-Hamdulillah, yang seharusnya kita dahulukan karena berkat

Allah SWT. Tuhan semesta alam. Dan juga berkat rahmat, taufik, serata

hidayahNya kita dapat mendengarkan kicauan burung-burung, menghirup udara

yang segar, merasakan hembusan angin, mendengarkan cercahan ombak, dan

menatap indahnya langit baik pagi dan petang yang dihiasi bintang gemintang dan

rembulan. Juga merasakan kasih, cinta, dan sayang yang tak ternilai harganya.

Keselamatan dan kesejahteraan semoga tetap tercurah-limpahkan

keharibaan baginda kita, Rasulullah SAW. Muhammad bin „Abdillah sang tokoh

revolusioner dunia, pahlawan sepanjang masa. Dialah yang mengajarkan

kebenaran tanpa mengharap imbalan, menunjukkan jalan lurus tanpa takut pedang

yang terhunus. Juga para keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti

mereka secara benar walau keadaan tidak lagi memberi senyuman.

Selanjutnya, dengan rahmat dan ma‟unah-Nya, akhirnya penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peran Keluarga Dalam Membentuk

Karakter Anak (Telaah Surat An-Nahl Ayat 78)”.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Jurusan

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya di sana-sini

tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan.

Skripsi ini sama sekali tidak bisa terlepaskan dari bantuan banyak pihak.

Berangkat dari, “ yang tidak berterima kasih kepada manusia, berarti tidak

berterima kasih kepada Allah”. Maka, penulis haturkan terima kasih yang

ix

sebesar-besarnya kepada mereka yang telah berjasa, ikut andil dan membantu

dalam penelitian ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Bapak Muh. Hafidz, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya

membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd. selaku pembimbing akademik.

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan

memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya

dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat

diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 23 Februari 2017

Penulis

Muhammad Khoirul Anwar

NIM. 111-12-230

x

ABSTRAK

Anwar, Muhammad Khoirul.2017.Peran keluarga dalam membentuk karakter

anak (telaah surat An-Nahl ayat 78). Skripsi. Salatiga. Jurusan Pendidikan

Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama

Islam Negeri Salatiga. 2017.

Kata Kunci : Peran Keluarga, Membentuk Karakter Anak

Latar belakang dari penelitian ini adalah banyak orang-orang khususnya

orang tua yang kurang faham dalam membentukan karakter anak. Sehingga

banyak anak-anak yang memiliki karakter yang tidak diharapkan oleh semua

orang. Maka dari itu kajian ini sangat dibutuhkan untuk mencari jawaban atas apa

yang harus dilakukan keluarga dalam menanamkan karakter pada anak. Dalam

penelitian ini peneliti akan mengkaji surat An-Nahl ayat 78. Bagaimana peran

keluarga dalam membentuk karakter anak, serta upaya keluarga tersebut dalam

membentuk karakter pada anak.

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau library research. Sumber

data primer menggunakan surat An-Nahl ayat 78 beserta tafsiran dan terjemahnya

menurut beberapa mufassir. Analisis data menggunakan metode tahalli. Dengan

cara menjelaskan ayat-ayat Al-Qur‟an dari seluruh aspeknya dan mengungkapkan

maksud secara terperinci sesuai urutan ayat dan surat dalam mushaf Utsmani.

Kemudian memulai uraiannya dengan mengemukakan arti kosa kata yang diikuti

dengan penjelasan mengenai arti global ayat, dan menjelaskan hubungan maksud

ayat-ayat tersebut satu sama lain, membahas asbabun nuzul jika ada, dan

menyampaikan dalil-dalil dari hadis.

Hasil penelitian dapat menunjukkan bahwa : (1) peran keluarga yang

terkandung dalam surat An-Nahl ayat 78 memiliki peran penting dalam

membentuk karakter anak, dengan mengoptimalkan potensi pada anak yakni

pendengaran, penglihatan dan hati. Berinteraksi sesuai kadar kemampuan dan

pengetahuan anak, dan memberikan teladan yang baik pada anak. (2) Upaya yang

dilakukan keluarga dapat dilakukan dengan menanamkan nilai akidah, nilai

ibadah, nilai sosial, memberikan pengawasan dan perhatian, dan menjaga

kesehatan dan jasmani.

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. SKK

2. Tugas Pembimbing

3. Lembar Konsultasi

4. Riwayat Hidup

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN BERLOGO ...................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................. v

MOTTO ................................................................................................................ vi

PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

ABSTRAK .............................................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8

D. Kegunaan Penelitian.................................................................................. 8

E. Metode Penelitian...................................................................................... 9

F. Penegasan Istilah ..................................................................................... 11

G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 12

BAB II KOMPILASI AYAT

A. Surat An-Nahl Ayat 78............................................................................ 14

xiii

1. Redaksi Ayat dan Terjemahnya ........................................................ 14

2. Makna Mufrodat/Kosa Kata .............................................................. 14

3. Pokok-pokok Isi Kandungan Surat An-Nahl .................................... 17

B. Pandangan Mufassir Terhadap Surat An-Nahl Ayat 78 .......................... 19

1. Tafsir An-Nahl Secara Umum .......................................................... 19

2. Tafsir An-Nahl Menurut Departemen Agama RI ............................. 20

3. Penafsiran Surat An-Nahl Ayat 78 Menurut M. Quraish Shihab...... 22

4. Penafsiran Surat An-Nahl Ayat 78 Menurut Ibnu Katsir .................. 23

5. Penafsiran Surat An-Nahl Ayat 78 Menurut Alamah Kamil Faqih

dan Tim Ulama .................................................................................. 24

BAB III MUNASABAH

A. Pengertian Munasabah ............................................................................ 27

B. Munasabah surat An-Nahl ...................................................................... 28

1. Munasabah Ayat Dengan Ayat ......................................................... 28

2. Munasabah Surat Dengan Surat ........................................................ 31

BAB IV PEMBAHASAN

A. Peran Keluarga Dalam Membentuk Karakter Anak ............................... 40

1. Melalui Pendengaran ......................................................................... 44

2. Melalui Penglihatan .......................................................................... 48

3. Melalui Hati ...................................................................................... 51

B. Upaya Keluarga Dalam Membentuk Karakter Anak .............................. 53

1. Menanamkan Nilai Akidah ............................................................... 53

2. Menanamkan Nilai dan Ajaran Ibadah ................................................. 55

xiv

3. Menanamkan Nilai Sosial ...................................................................... 56

4. Memberikan pengawasan dan perhatian .............................................. 57

5. Upaya Menjaga Kesehatan dan Jasmani .............................................. 58

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 60

B. Saran ........................................................................................................ 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an adalah suatu pedoman hidup, sebagai sumber tatanan

sesama manusia dan dengan makhluk hidup lainnya serta dengan

lingkungannya. Dengan berpedoman kepada Al-Qur‟an yang dibawa oleh

Nabi akhir zaman ini, manusia yang diangkat derajatnya sebagai khalifah

pertama di muka bumi yang dapat berfikir, bersikap dan bertindak sehingga

dapat membawa amal yang rahmatan lil alamin, karena sesungguhnya sebab-

sebab diturunkannya Al-Qur‟an adalah untuk mengangkat derajat dan

martabat manusia dari kebejatan moral dan untuk mengembalikan

kepercayaan umat manusia yang sudah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran

ketuhanan, sehingga untuk memperbaiki semua itu diturunkanlah Al-Qur‟an

yang berkaitan dengan masalah akhlaq, perilaku dan budi pekerti serta

permasalahan-permasalahan lainnya.

Banyak sekali isi kandungan yang terdapat dalam Al-Qur‟an,

diantaranya adalah sebagai sumber utama keimanan bagi kaum muslim. Di

samping itu Al-Qur‟an tidak pernah lepas hubungannya dengan aspek-aspek

penting dalam kehidupan manusia, pada saat yang bersamaan, Al-Qur‟an juga

menyediakan ajaran-ajaran tentang tingkah laku manusia dalam kehidupan

sehari-hari.

2

Dalam hal ini, Islam dan Al-Akbar (2010:59-62), menyatakan bahwa

secara garis besar, ajaran yang terkandung di dalam Al-Qur‟an ini dapat

dikelompokkan menjadi tiga bagian yakni ilmu tauhid, ilmu fiqih dan ilmu

akhlak.

Sangat banyak paparan dan penjelasan Al-Qur‟an maupun sunnah

Nabi Muhammad SAW, yang sangat erat kaitannya dengan berbagai nasehat,

aturan, dan cara mendidik anak secara baik. Karena pendidikan anak

merupakan salah satu tujuan utama agama Islam. Oleh karena itu agama Islam

dikatakan sebagai agama tarbiyah. Rumah merupakan lingkungan awal bagi

anak untuk tumbuh dan berkembang, khususnya dalam perkembangan organ-

organ tubuhnya, dan di sinilah pusat terpenting bagi pendidikan anak,

khususnya dalam pembentukan karakter bagi anak.

Anak adalah cahaya masa depan. Ibarat pundi kosong, anak akan

menerima air jenis apa saja yang masuk dalam kantong ajaran kehidupan,

untuk kemudian ia akan kembangkan dalam perjalanan hidup pribadinya.

Keluarga, lingkungan, dan lembaga pendidikan menjadi pilar yang akan

mengisi pundi kosong tersebut, dan menentukan seberkualitas apakah pribadi

yang dihasilkan (Susilowati,2010:44).

Ketika membicarakan tentang anak, maka akan dihadapkan pada pola

dan budaya anak, yang mana pola dan budaya anak tak akan jauh dari pola

hidup orang tua dan lingkungannya. Karena lingkungan terdekat anak akan

menciptakan suatu kebiasaan, sehingga anak akan merasa nyaman dengan

dunia tersebut. Maka peran keluarga dan lingkungan terdekat anak dinilai

3

sangat penting dan berharga dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan. Tentu

kebaikan menurut ajaran Allah SWT, dan bukan sekedar kebaikan

berdasarkan penilaian baik buruk orang sekitar (Basyaruddin,2008:48).

Tahun pertama kehidupan anak merupakan waktu yang sangat

menentukan masa depannya. Kesalahan yang terjadi pada waktu yang sangat

kritis akan membawa kerugian yang nyata pada perkembangan anak kelak.

Anak pada tahun pertama ini, merupakan investasi bagi kemajuan bangsa.

Produktivitas bangsa masa depan sangatlah ditentukan oleh bagaimana upaya

pengembangan anak dilakukan. Pengembangan anak pada usia ini, merupakan

pilihan yang bijak dalam kaitannya dengan pengembangan sumber daya

manusia guna membangun masa depan bangsa yang maju dan berkarakter.

Pada masa balita atau pada tahun pertama anak adalah tahapan yang

rentan terhadap berbagai pengaruh baik bafik maupun non-fisik, agar anak

manusia yang memiliki kualitas dan karakter yang baik, pada tahapan tersebut

pertumbuhan dan perkembangan anak harus selalu diperhatikan, diarahkan

dan dikendalikan, karena pada saat itu berbagai faktor baik, fisik, motorik,

psikologis dan sosial, sangat mempengaruhi pada pertumbuhan dan

perkembangan tersebut.

Di era digital ini, di mana informasi dan teknologi berkembang sangat

begitu cepat, yang memberikan dampak positif bagi kita. Karena mudahnya

kita semua untuk menyerap berbagai informasi dan menambah wawasan,

mempelajari dan menggali ilmu pengetahuan. Akan tetapi, di sisi yang lain

perkembangan informasi dan teknologi yang sangat cepat itu bisa dikatakan

4

memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan karakter pada anak,

kehidupan dunia maya di internet kian berkembang, banyak anak-anak saat ini

telah memasuki dunia digital tersebut yang saat ini sedang di senangi anak-

anak.

Dalam hal ini, berbagai persoalan muncul karena perkembangan

zaman yang membuat perkembangan dunia bagaikan tanpa ada sekat dan

batas yang berakibat pada sisi negatif, terjadi banyak penyimpangan moral dan

perilaku pada anak-anak dan usia remaja. Generasi muda pun sudah banyak

yang terjerumus ke dalam perilaku-perilaku negatif tersebut dari sebab tidak

adanya karakter yang tertanam pada anak tersebut, yang seharusnya menjadi

pegangan dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan

budi pekerti luhur, seperti banyaknya anak melawan orang tua, tawuran, tidak

adanya rasa hormat kepada orang yang lebih tua, dan bahkan ada yang pacaran

dan sampai melakukan hubungan yang seharusnya boleh dilakukan oleh

sepasang suami istri. Dalam hal ini, keluarga yang menjadi lingkungan

pertama kali memiliki posisi yang begitu penting, dengan harapan menjadi

sebuah cara yang tepat dalam memberikan pengarahan dan pengaruh positif

untuk membangun dan menanamkan karakter yang baik dan mulia khususnya

pada anak-anak dan generasi muda agar memiliki perilaku yang baik dan

diharapkan di masyarakat.

Keluarga merupakan tempat dimana seorang anak tumbuh dan

berkembang, sehingga keluarga banyak berperan dalam membentuk karakter

anak. Bagi kebanyakan anak, keluarga merupakan tempat yang dapat

5

mempengaruhi perkembangan anak, baru setelah itu sekolahan dan

masyarakat. Keluarga merupakan tempat paling awal yang dibangun oleh

anggota keluarga seperti kedua orang tua. Setiap keluarga dengan keluarga

lainnya memiliki perbedaan, misalnya perbedaan dalam cara mendidik anak,

kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan terus menerus sampai kepada

keturunannya yang secara tidak sadar dapat membentuk karakter anak.

Keluarga merupakan pihak terdekat dengan keseharian anak, sehingga

pembentukan karakter pada anak merupakan tanggungjawab bagi setiap

keluarga. Orang tua yang mengasuh anak secara langsung dengan waktu yang

sedemikian lama dibandingkan dengan pihak lain seperti sekolahan. Keluarga

dalam hal ini adalah tempat yang sangat menentukan terhadap masa depan

perkembangan anak, dari lingkungan keluarga perkembangan anak sudah

dimulai semenjak masih dalam kandungan, anak yang belum lahir sebenarnya

sudah bisa merasakan dan merespon di dalam kandungan seorang ibu apa

yang dilakukan oleh orang tuanya.

Keluarga merupakan lembaga sosial terbesar perannya bagi

kesejahteraan sosial dan kelestarian anggota-anggotanya, terutama anak-anak.

Keluarga merupakan lingkungan sosial terpenting bagi perkembangan dan

pembentukan pribadi anak. Juga merupakan wadah tempat bimbingan dan

latihan anak sejak kehidupan mereka yang sangat muda. Dari keluargalah

diharapkan seseorang dapat menempuh kehidupannya dengan masak dan

dewasa (Noor, 2010:41).

6

Pada umumnya orang tua mengharapkan anak-anaknya untuk tumbuh

dan menjadi orang yang memiliki karakter yang baik. Sabda rasulullah SAW

bersada :

ث نا جرير عن السن بن عب يد اللو عن أب ث نا عثمان بن أب شيبة حد حدعمرو الشيبان عن عبد اللو عن النب صلى اللو عليو وسلم قال أفضل

.ااعمال أو ال مل الل ة ل ق ا وبرر ال الدين Artinya : Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah telah

menceritakan kepada kami Jarir dari al-Hasan bin Ubaidullah dari Abu Amru

asy-Syaibani dari Abdullah dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Amalan-amalan

yang paling utama adalah shalat pada waktunya dan berbakti kepada orang tua

(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist&kunci=

berbakti%20kepada%20&imam=muslim&nohdt=123&page= diakses pada

16-10-2016 pukul 11:22 WIB).

ث نا ش بة قال أخب رن ال ليد ث نا يي قال حد أخب رنا عمرو بن علي قال حدار ث نا صاحب ىذه الد زار قال س ت أبا عمرو الشيبان ي ق ل حد بن ال ي وأشار إل دار عبد اللو قال سألت رس ل اللو صلى اللو عليو وسلم أير

ال مل أحبر إل اللو ت ال قال الل ة على وق ا وبرر ال الدين وال اد ف .سبيل اللو عز وجل

Artinya : Telah mengabarkan kepada kami 'Amr bin 'Ali dia berkata; telah

menceritakan kepada kami Yahya dia berkata telah menceritakan kepada kami

Syu'bah dia berkata telah mengabarkan kepadaku Al-Walid bin Al-'Aizar dia

berkata aku mendengar Abu 'Amr Asy-Syaibani berkata telah menceritakan

kepada kami penghuni rumah ini dan mengisyaratkan ke arah rumah

'Abdullah, dia berkata 'Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW,

"Apakah amalan yang paling dicintai Allah SWT, Beliau menjawab."Shalat

pada waktunya, berbakti kepada orang tua, dan jihad di jalan Allah Azza wa

Jalla(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist&ku

nci=berbakti%20kepada&imam=nasai diakses pada 16-10-2016 pukul 11:22

WIB).

Orang tua yang ingin anaknya memiliki karakter baik harus

melakukan upaya-upaya untuk menuju ke sana, ia harus menyediakan waktu,

7

energi, pikiran, bahkan mungkin materi untuk mewujudkannya (Munir,

2010:14).

Oleh sebab itu orang tua harus selalu meluangkan waktunya untuk

selalu mengawasi dan memberi perhatian kepada anak-anaknya dengan

sepenuh hati.

Keluarga memberikan didikan dan bimbingan pertama kali bagi anak.

Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya, dengan

kata lain sifat dan kepribadian anak merupakan cerminan perilaku atau didikan

orang tuanya. Namun terkadang orang tua tidak mengetahui apa yang harus

dilakuan mereka selaku keluarga dalam menumbuh kembangkan anak

sebagaimana lembaga pendidikan pertama bagi anak. Berdasarkan permasalah

yang telah penulis paparkan, mengingat betapa pentingnya menanamkan

karakter pada anak, karena anak adalah generasi penerus bangsa, maka penulis

tertarik hatinya untuk mengambil judul “PERAN KELUARGA DALAM

MEMBENTUK KARAKTER ANAK (Telaah Surat An-Nahl Ayat 78)”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan di atas, maka

dapat penulis rumuskan masalah yang ingin penulis teliti sebagai berikut :

1. Bagaimana peran keluarga dalam membentuk karakter anak dalam surat

An-Nahl Ayat 78?

2. Upaya keluarga dalam membentuk karakter anak dalam surat An-Nahl

ayat 78?

8

C. Tujuan Penelitian

Seiring dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian

ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana peran keluarga dalam membentuk karakter anak

dalam surat An-Nahl ayat 78.

2. Mengetahui upaya keluarga dalam membentuk karakter anak dalam surat

An-Nahl ayat 78.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

semua kalangan masyarakat dan pendidik secara teoritik dan prakrik antara

lain sebagai berikut :

1. Manfaat teoritik

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi pendidik pada umumnya dan orang tua pada

khususnya, terutama mengenani peran keluarga dalam membentuk

karakter anak.

2. Manfaat praktik

a. Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang karakter pada anak.

b. Memberikan motovasi dan dorongan serta contoh kepada manusia

untuk membangun karakter yang baik pada anak.

9

E. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menggunakan penelitian

pustaka (library research) dengan bahan pustaka yang berkaitan dengan

pembahasannya dalam penelitian ini, baik bahan skunder maupun primer,

serta bahan-bahan yang dapat menunjang penelitian ini..

2. Sumber Data

Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library

research), maka sumber data yang menjadi rujukan penulis adalah dari

literatur-literatur yang diambil dari sumber tertulis seperti buku, jurnal,

majalah dan dokumet resmi. Dalam penelitian ini, yang menjadi sumber

data pokok adalah surat An-Nahl ayat 78 beserta terjemah dari tafsiran

menurut beberapa mufassir. Sedangkan yang menjadi sumber data

sekunder penelitian ini, dapat dikelompokkan menjadi dua, sebagai

berikut:

a. Buku-buku yang berkenaan dengan karakter

b. Buku-buku lain yang dapat menunjang penelitian ini.

Selain beberapa literatur yang tersebut di atas, sebagai penunjang,

peneliti juga merujuk keberbagai artikel-artikel ilmiah dan internet.

3. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan suatu langkah dalam penelitian, dan

diperlurkan suatu prosedur yang sistematik, logis dan valid, baik secara

langsung (Primer) atau tidak langsung (skunder) dan (tersier). Metode ini

10

terkait dengan keperluan analisis dan pelaksanaan pembahasan (Prosess)

riset secara benar untuk menemukan kesimpulan, memperoleh jawaban

(output) dan sebagai upaya untuk memecah suatu persoalan yang dihadapi

(Ruslan,2010:27).

Sedangkan teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam

penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang

menjadi sumber data primer dan skunder. Setelah data tersebut terkumpul,

maka langkah selanjutnya yakni dengan dilakukan menelaah dalam

hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh data

dan bahan untuk penelitian.

4. Metode Analisis Data

Dari data yang diperoleh penulis untuk menganalisisnya digunakan

metode tahlili. Metode tahlili adalah metode tafsir yang menjelaskan ayat-

ayat Al-Qur‟an dari seluruh aspeknya dan mengungkapkan maksudnya

secara terperinci sesuai urutan ayat dan surat dalam mushaf Utsmani.

Mufassir memulai uraiannya dengan mengemukakan arti kosa kata yang

diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat, dan menjelaskan

hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain, membahas asbabun

nuzul jiak aka, dan menyampaikan dalil-dalil dari hadis (Budiharjo,

2012:132).

11

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul penelitian

ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam

judul ini:

1. Peran : perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

berkedudukan di masyarakat (KBBI,2005:854).

2. Keluarga : adalah salah satu pusat dari tri pusat pendidikan bagi anak,

keluarga merupakan lingkungan pertama tumbuh dan kembang anak,

terutama pada awal kehidupannya, dan keluarga merupakan pusat

pendidikan paling penting dan besar pengaruhnya pada anak.

3. Karakter : merupakan sifat yang tertanam di dalam jiwa dan dengan sifat

itu seseorang secara spontan dapat dengan mudah memancarkan sikap,

tindakan dan perbuatan (daryanto&darmiatun,2013:69).

4. Surat An-Nahl : surat An-nahl terdiri atas 128 ayat. Mayoritas ulama

menilainya makkiyyah, yakni sebelum Nabi Muhammad SAW, berhijrah

ke Madinah. Ada juga yang mengecualikan beberapa ayat. Misalnya ayat

126 dan dua ayat berikutnya, yang memerintahkan Nabi SAW, agar jangan

membalas kejahatan kecuali setimpal dengannya. Nama An-Nahl terambil

dari kata itu sendiri yang disebutkan pada ayat 68 surah ini. Hanya sekali

itulah Al-Qur‟an menyebutnya. Ada juga ulama yang menamainya surah

An-Ni‟am, karena banyak nikmat Allah yang duraikan di sini. Tema-tema

pokoknya bermacam-macam yakni tentang ketuhanan, wahyu dan

kebangkitan, disertai dengan beberapa persoalan samping yang berkaitan

12

dengan tema-tema pokok itu, seperti uraian tentang keesaan Allah yang

menghubungkan antara agama Nabi Ibrahim As. Dengan agama Nabi

Muhammad SAW, juga tentang kehendak Allah dan kehendak Manusia

dalam Konteks Iman dan kufur. hidayah dan kesesatan. Fungsi rasul dan

sunnatullah dalam menghadapi para pembangkang, demikian juga soal

penghalalan dan pengharaman, soal hijrah dan ujian yang dihadapi kaum

musyrikin dan muslimin dan tidak ketinggalan soal interaksi social seperti

keadilan, ihsan, infaq, menepati janji dan lain-lain (Shihab,2002:175-176).

Surat ini dinamakan An-Nahl yang berarti lebah karena di

dalamnya terdapat firman Allah SWT. Ayat 68 yang artinya : “dan

Tuhanmu mewahyukan kepada lebah.” Lebah adalah makhluk Allah yang

banyak member manfaat dan kenikmatan kepada manusia. Ada persamaan

antara madu yang dihasilkan oleh lebah dengan Al-Qur‟anul karim. Madu

berasal dari bermacam-macam sari bunga dan dia menjadi obat bagi

bermacam-macam penyakit manusia. Sedang Al-Qur‟an mengandung inti

sari dari kitab-kitab yang telah diturunkan kepada Nabi-nabi zaman dahulu

ditambah dengan ajaran-ajaran yang diperlukan oleh semua bangsa

sepanjang masa untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat (http://annahl-

o.blogspot.com diakses pada 18-10-2016 pukul 08:54).

1. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh sehingga

pembaca nantinya dapat memahami tentang isi skripsi ini dengan mudah,

13

maka penulis memberikan sistematiak penulisan dengan penjelasan secara

garis besar. Skripsi ini disusun dalam lima bab, yang sistematis dapat

dijabarkan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini dibahas tentang pendahuluan yang memuat latar belakang

masalah, penegasan istilah dalam judul, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematiak penulisan skripsi.

BAB II : Kompilasi Ayat

Pada bab ini akan diuraikan tentang redaksi surat An-Nahl dan

terjemahannya, kosa kata atau makna mufrodat, Pokok-pokok kandungan

surat An-Nahl, dan penafsirannya menurut beberapa mufassirin, diantaranya :

M. Quraish Shihab dengan tafsirnya Al-Misbah, Ibnu Katsir, dan beberapa

mufassir lainnya.

BAB III : Munasabah

berisi tentang pengertian munasabah, serta munasabah ayat dengan

ayat dan munasabah surat dengan surat.

BAB IV : Pembahasan

Pada bab ini akan menyajikan pembahasan tentang Peran keluarga

dalam membentuk karakter anak, implementasi peran keluarga dalam

membentuk karakter anak.

BAB V : Penutup

Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir dari hasil

penelitian, saran-saran dan penutup.

14

BAB II

KOMPILASI AYAT

A. Surat An-Nahl Ayat 78

1. Redaksi ayat dan terjemahannya

Dalam penelitian ini, redaksi ayat yang penetiti gunakan adalah

Al-Qur‟an surat An-Nahl Ayat 78, sebagai berikut :

Artinya :

dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak

mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan

dan hati nurani, agar kamu bersyukur (Departemen Agama RI, 2006:275).

2. Makna Mufrodat/Kosa Kata

Setelah peneliti paparkan redaksi ayat, maka untuk mempermudah

memahami ayat tersebut, maka peneliti memberikan makna mufrodat atau

kosa kata dalam ayat tersebut yang diambil dari buku syaamil Al-Qur‟an

departemen agama RI (2007:275) :

Lafadz Arti lafadz Arti

Dan Allah واهللوج ل لكم

Dan Dia menjadikan

Pendengaran السمع Mengeluarkan kalian أخرجكم

Penglihatan اابلر Dari perut-perut من بط ن

15

Hati/akal اافئدة Ibu-ibu kalian أم اتكم

ال ت لم ن

Tidak mengetahui ل لكم Agar kalian

Kalian Bersyukur تشكرون Sesuatu شيئا

Selain kosa kata yang diambil dari buku syamil Qur‟an, peneliti

juga memberikan arti kata yang diambil dari kamus, sehingga dapat

memudahkan dalam memahami ayat dalam penelitian ini, diantaranya

adalah :

a. Kata Akhrojakum (اخرجكم) merupakan bentuk fiil madhi tsulasi mazid

akhroja (اخرج) dengan ketambahan hamzah qod‟i di awalnya. Yang

semula khoroja yakhruju ( يخرج- خرج ) yang berarti keluar, Dan

ketambahan dhomir kum, sehingga menjadi akhrojakum, yang asal

mula arti kata mengeluarkan, karena ketambahan kum maka menjadi

mengeluarkan kalian (Hasanah, 2013:134). Yang dimaksud adalah

Allah telah mengeluarkan manusia dengan kekuasaannya dari perut

seorang ibu yang telah mencapai masa kehamilannya.

b. Kata buthunun (بطون) adalah jama‟ dari kata bathnun (بطه) yang

berarti perut, dalam kamus besar bahasa arab oleh Hasanah (2013:78),

jika kata buthunun diambil dari kata bathona-yabthunu-bathnan maka

memiliki arti tersembunyi, tertutup. Apabila diambil dari kata bathuna-

16

yabthunu maka memiliki arti besar perut. Sedangkan jika diambil dari

kata bathina-yabthanu memiliki arti buncit perut.

c. Kata as-sam‟ (السمع) berasal dari kata sami‟a-yasma‟u-sam‟an yang

berarti mendengar (Hasanah,2013:216).

d. Kata la ta‟lamun (ال تعلمون) merupakan bentuk fiil nahi (kata kerja

larangan) asal mula kata la taklamun (ال تعلمون) adalah dari fiil madhi

alima-ya‟lamu ( yang berarti mengetahui sesuatu, dan la (علم يعلم

taklamun (ال تعلمون) sendiri memiliki arti tidak mengetahui sesuatu,

karena ketambahan lam nahiyah (Hasanah,2013:344).

Ayat tersebut menggunakan kata (السمع) as-sam‟ atau pendengaran

dengan bentuk tunggal dan menempatkan sebelum kata (األبصبر) al-

abshar atau penglihatan-penglihatan yang berbentuk jamak serta (األفئدة)

al-af‟idah atau aneka hati yang juga berbentuk jamak (Shihab,2002:303).

Dalam hal ini, Hijazi (2010,173), mengemukakan bahwa pada kata

pertama biasanya digunakan bentuk tunggal sedangkan pada kata kedua

dipakai bentuk jamak. Dalam hal ini ternyata terdapat suatu rahasia yang

tersimpan yang begitu menakjubkan. Karena menurut penelitian telah

menunjukkan bahwa seorang bayi yang baru dilahirkan telah langsung bisa

mendengar. Sedangkan untuk penglihatan, perasaan, dan akalnya baru

akan berfungsi beberapa hari kemudian.

17

3. Pokok-pokok isi kandungan surat An-Nahl

Dalam hal ini, Departemen Agama RI (2009 :277-278),

menjelaskan beberapa pokok isi kandungan yang terdapat pada surat An-

Nahl, antara lain adalah :

a. Keimanan

Kepastian adanya hari kiamat, keesaan Allah, KekuatanNya

dan kesempurnaan ilmuNya serta dalil keesaanNya, pertanggung

jawaban manusia kepada Allah atas segala apa yang telah

dikerjakannya.

b. Hukum

Beberapa hukum tentang makanan dan minuman yang

diharamkan dan dihalalkan, kebolehan memakai perhiasan yang

bahannya berasal dari dalam laut seperti mutiara dan marjan,

dibolehkannya memakan makanan makanan yang diharamkan dalam

keadaan terpaksa, bulu binatang dari hewan yang halal dimakan

dipandang suci bila diambil ketika binatang itu masih hidup atau

sesudah disembelih, kewajiban memenuhi perjanjian dan larangan

mempermainkan sumpah, larangan mengada-adakan hukum yang tak

ada dasarnya, perintah membaca isti‟azah, yang berarti meminta

perlindungan kepada Allah SWT, dari setan-setan yang terkutuk, dan

larangan membalas siksa melebihi siksa yang telah diterima.

18

c. Kisah

Kisah-kisah Al-Qur‟an merupakan realita yang terjadi pada

masa tertentu, tempat, pelaku dan berbagai hal lainnya. Keajadian

tersebut diberitakan kembali oleh Al-Qur‟an dengan cara dan gaya

bahasa yang menarik dan menakjubkan.

Menurut Hijazi (2010:474), bahwa “Kisah-kisah Al-Qur‟an

adalah informasi tentang peristiwa yang benar-benar ada. Para

pelakunya, seperti Nabi-nabi, juga benar-benar ada. Tujuannya utama

dari pemaparan kisah dalam Al-Qur‟an adalah agar manusia memetik

pelajaran dan ibrah dari kejadian-kejadian tersebut, di samping untuk

menguatkan nubuwwah Nabi Muhammad SAW”.

Kisah yang terdapat pada Al-Qur‟an merupakan kisah yang

bukan kebohongan atau khayalan belaka yang dibuat-buat. Karena

kemurnian, kebenaran, realita serta keindahan pemaparan merupakan

ciri utama yang terdapat pada Al-Qur‟an. Dalam surat An-Nahl Ini

Allah telah mengabadikan kisah Nabi Ibrahim As.

d. Lain-lain

Asal kejadian manusia, madu adalah untuk kesehatan manusia,

nasib orang-orang yang mengajak kepada kejahatan di hari kiamat,

pandangan orang Arab Jahiliah terhadap anak perempuan, ajaran moral

dalam Islam, dan pedoman dakwah Islam.

19

B. Pandangan Mufassir terhadap Q.S. An-Nahl ayat 78

Untuk memahami serta mengetahui isi kandungan Al-Qur‟an,

seseorang bisa mempelajarinya melalui kitab-kitab dan buku-buku tafsir karya

ulama yang memang ahli dalam bidang tersebut, diantaranya adalah Tafsir Al-

Misbah karya Shihab, Tafsir Al-Qur‟anul „Aziim karya Ibnu Katsir dan

berbagai tafsir lainnya, serta peneliti memberikan penafsiran surat An-Nahl

secara umum.

1. Tafsir Surat An-Nahl Secara Umum

Tafsir menurut lughat (bahasa), berarti menerangkan atau

menyatakan. seperti firman Allah SWT, dalam Al-Qur‟an Surah Al-

Furqan ayat 33 :

Artinya :

tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang

ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang

paling baik penjelasannya (Departemen Agama RI, 2006:363).

Maksudnya Setiap kali mereka datang kepada Nabi Muhammad

SAW, membawa suatu hal yang aneh berupa usul dan kecaman, Allah

menolaknya dengan suatu yang benar dan nyata.

Sedangkan tafsir menurut syara‟ (istilah) para ulama‟ berbeda-beda

pendapat, diantaranya :

Menurut Al-kilby dalam kitabnya “At-Tashiel” yang diambil dari

Islam dan Al-Akbar (2010:92) tafsir adalah mensyarahkan, menerangkan

maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendakinya dengan nashnya atau

dengan isyaratnya, ataupun dengan tujuannya.

20

Sedangkan menurut Az Zarkasyi dalam kitab “Al-Burhan” yang

diambil dari Islam dan Al-Akbar (2010:92) tafsir adalah menerangkan

makna-makna Al-Qur‟an dan mengeluarkan hukum-hukum dan

hikmahnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, Shihab (2002:175) memberikan

penafsiran surat An-Nahl secara umum, sebagi berikut :

Surah An-Nahl ini terdiri 128 ayat. Mayoritas ulama

menilainya makkiyyah, yakni turun sebelum Nabi Muhammad

SAW, berhijrah ke Madinah. Ada juga yang mengecualikan

beberapa ayat. Misalnya ayat 126 dan dua ayat berikutnya, yang

memerintahkan Nabi SAW, agar jangan membalas kejahatan

kecuali setimpal dengannya. Mereka menilai ayat-ayat itu turun

setelah Nabi SAW, berhijrah, tepatnya setelah terbunuhnya paman

beliau, Hamzah ra., dengan sangat kejam dan memilukan pada

tahun III hijrah. Ketika itu, Nabi SAW, bermaksud membalasnya

dengan menewaskan 70 orang musyrik. Maka beliau ditegur. Ada

lagi yang berpendapat, hanya awal ayat-ayat surah ini sampai ayat

41 yang makkiyyah, selebihnya sampai akhir surah, adalah

madaniyyah. Nama an-Nahl terambil dari kata itu sendiri yang

disebut pada ayat 68 surah ini. Hanya sekali itulah Al-Qur‟an

menyebutnya. Ada juga ulama yang menamainya surah An-Ni‟am,

karena banyak nikmat Allah yang diuraikan di sini.

2. Tafsir Surat An-Nahl menurut Departemen Agama RI

Allah telah menurunkan kitab Al-Qur‟an untuk dijadikan pedoman

hidup manusia, untuk mengetahui kandungan yang ada di dalamnya,

dibutuhkannya suatu penjelasan, maka para ulama‟ dan yang ahli dalam

bidang Al-Qur‟an menafsirkan ketiap surat dalam Al-Qur‟an, dengan

demikian Al-Qur‟an dapat dipelajari bagi para muallaf yang masih kurang

dalam pemahaman Al-Qur‟an, karena dari itu Departemen Agama RI

memberikan penjelasan atau penafsiran kitab Al-Qur-an, diantaranya surat

An-Nahl ayat 78 :

21

Dalam ayat ini, Allah SWT, menjelaskan kegaiban dan

keajaiban yang sangat dekat dengan manusia. Mereka mengetahui

fase-fase pertumbuhan janin, tetapi tidak mengetahui bagaimana

proses perkembangan janin yang terjadi dalam rahim sehingga

mencapai kesempurnaan. Sejak bertemunya sel sperma dan sel

telur sampai menjadi manusia baru yang membawa sifat-sifat

kedua orang tua dan leluhurnya. Dalam proses kejadian itu terdapat

rahasia hidup yang tersembunyi.

Sesudah mencapai kesempurnaan, Allah mengeluarkan

manusia dari rahim ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apa-

apa. Tetapi sewaktu masih dalam rahim, Allah menganugrahkan

potensi, bakat dan kemampuan seperti berfikir, berbahagia,

mengindra, dan lain sebaginya pada diri manusia. Setelah manusia

lahir, dengan hidayah Allah segala potensi dan bakat itu

berkembang. Akalnya dapat memikirkan tentang kebaikan dan

kejahatan, kebenaran dan kesalahan, serta hak dan batil. Dengan

pendengaran dan penglihatan yang telah berkembang itu, manusia

mengenali dunia sekitarnya, mempertahankan hidupnya dan

mengadakan hubungan dengan sesama manusia. Dengan

perantataan akal dan indra, pengalaman dan pengetahuan manusia

dari hari ke hari semakin bertambah dan berkembang. Semua itu

merupakan rahmat dan anugerah Tuhan kepada manusia yang tak

terhingga. Oleh karena itu, seharusnyalah mereka bersyukur

kepadaNya, baik dengan cara beriman kepada keesaan Allah, dan

tidak menyekutukanNya dengan yang lain maupun dengan

mempergunakan segala nikmat Allah untuk beribadah dan patuh

kepadaNya.

Hadis Nabi SAW :

ث نا ث نا خالد بن ملد حد ثن ممد بن عثمان بن كرامة حد حدثن شريك بن عبد اللو بن أب نر عن عطاء سليمان بن ب ل حد

قال رس ل اللو صلى اللو عليو وسلم إن اللو عن أب ىري رة قال قال من عادى ل وليا ف قد آذن و بالرب وما ت قرب إل عبدي بشيء أحب إل ما اف رضت عليو وما ي زال عبدي ي قرب إل بالن افل حت أحبو فإذا أحبب و كنت س و الذي يسمع بو وبلره الذي ي بلر بو ويده الت ي بطش با ورجلو الت يشي با وإن

سألن اعطي نو ولئن اس اذن اعيذنو وما ت رددت عن شيء أنا

22

فاعلو ت ردردي عن ن فس المؤمن يكره الم ت وأنا أكره .{رواه البخاري}مساءتو

Artinya : Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin 'Utsman

bin Karamah telah menceritakan kepada kami Khalid bin Makhlad

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal telah

menceritakan kepadaku Syarik bin Abdullah bin Abi Namir dari

'Atho` dari Abu Hurairah menuturkan, Rasulullah SAW, bersabda:

"Allah berfirman; Siapa yang memusuhi waliKu, maka Aku

umumkan perang kepadanya, dan hambaKu tidak bisa

mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai

daripada yang telah Aku wajibkan, jika hambaKu terus menerus

mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan sunnah, maka Aku

mencintai dia, jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah

pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan

pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya

yang ia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang dijadikannya

untuk berjalan, jika kalu dia meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika

meminta perlindungan kepadaKu, pasti Ku-lindungi. Dan aku tidak

ragu untuk melakukan sesuatu yang Aku menjadi pelakunya

sendiri sebagaimana keragu-raguanKu untuk mencabut nyawa

seorang mukmin yang ia khawatir terhadap kematian itu dan Aku

sendiri khawatir dia merasakan kepedihan sakitnya

(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=had

ist&kunci=pendengarannya&imam=bukhari&nohdt=6021&page=

diakses pada 09-11-2016 pukul 13:35 WIB).

3. Penafsiran Surat An-Nahl ayat 78 menurut M. Quraish Shihab

Dalam mengkaji Al-Qur‟an untuk diamalkan tidaklah semudah

mengkaji berbagai ilmu pengetahuan lainnya sebagaimana kita mudah

memahami teori-teori yang telah dikemukakan oleh para ilmuan. Akan

tetapi dalam memahami isi kandungan Al-Qur‟an maka diperlukannya

penafsiran, diantaranya penafsiran oleh Shihab dalam karyanya tafsir Al-

Misbah :

Ayat ini dapat juga dihubungkan dengan ayat yang lalu

dengan menyatakan bahwa uraiannya merupakan salah satu bukti

kuasa Allah menghidupkan kembali siapa yang meninggal dunia

serta kebangkitan pada hari kiamat. Ayat ini menyatakan : dan

23

sebagaimana Allah mengeluarkan kamu berdasar kuasa dan

ilmuNya dari perut ibu-ibu kamu sedang tadinya kamu tidak

berwujud, maka demikian juga Dia dapat mengeluarkan kamu dari

perut bumi dan menghidupkan kamu kembali. Ketika Dia

mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibu kamu, kamu semuanya

dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun yang ada di sekeliling

kamu dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan-

penglihatan dan aneka hati, sebagai bekal dan alat-alat untuk

meraih pengetahuan agar kamu bersyukur dengan menggunakan

alat-alat tersebut sesuai dengan tujuan Allah menganugrahkannya

kepada kamu.

Didahulukan kata pendengaran atas penglihatan,

merupakan perurutan yang sungguh tepat, karena memang ilmu

kedokteran modern membuktikan bahwa indra pendengaran

berfungsi mendahului indra penglihatan. Ia mulai tumbuh pada diri

seorang bayi pada pekan-pekan pertama. Sedangkan indra

penglihatan baru bermula pada bulan ketiga dan menjadi sempurna

menginjak bulan keenam. Adapun kemampuan akal dan mata hati

yang berfungsi membedakan yang baik dan buruk, maka ini

berfungsi jauh sesudah kedua indra tersebut di atas. Dengan

demikian dapat dikatakn bahwa peruntutan penyebutan indra-indra

pada ayat di atas mencerminkan tahap perkembangan fungsi indra-

indra tersebut.

Dalam penafsiran yang dipaparkan Shihab dalam bukunya Al-

Misbah di atas, menguraikan bahwa pada surat An-Nahl ayat 78 ini Allah

telah memperlihatkan kekuasaan dan keluasan ilmunya memalui proses

kelahiran, dan pemberian bekal berupa pendengaran, penglihatan dan hati,

untuk meraih pengetahuan.

4. Penafsiran Surat An-Nahl Ayat 78 menurut Ibnu Katsir

Dengan adanya para mufassir, maka untuk memahami dan

mendalami isi kandungan Al-Qur‟an, baik setiap surat maupun setiap ayat-

ayat akan tampak lebih mudah. Ibnu katsir dalam tafsirnya menguraikan

penjelasan surat An-Nahl ayat 78, yakni :

Allah SWT, menerangkan barbagai karunia yang

dianugrahkan kepada hamba-hambanya tatkala mereka dikeluarkan

24

dari perut ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apa pun.

Kemudian Dia memberikannya pendengaran, penglihatan, dan hati.

Yang dimaksud dengan hati adalah akal yang berpusat di kalbu,

demikianlah menurut pendapat yang sahih. Daya dan indra ini

diperoleh manusia secara berangsur-angsur. Setiap kali tumbuh,

bertambahlah daya pendengaran, penglihatan dan akalnya hingga

dewasa. Penganugrahan daya itu dimaksudkan agar dia dapat

beribadah kepada Rabbnya dan dijadikan sarana ketaatan kepada

Tuhannya. Karena itu, Allah Ta‟ala berfirman, “Dia memberimu

pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur,” atas

aneka nikmatNya yang tidak terhitung.

Pada penafsiran ibnu katsir di atas, mengemukakan Bahwa Allah

SWT, telah memberi karunia kepada manusia tatkala manusia itu

dilahirkan, berupa pendengaran, penglihatan dan hati, ibnu katsir

berpendapat yang dimaksud hati adalah akal yang berpusat pada qalbu.

5. Penafsiran Surat An-Nahl Ayat 78 Menurut Alamah Kamil Faqih dan Tim

Ulama.

Al-Qur‟an menjelaskan berbagai macam keadaan dan situasi umat

terdahulu, seperti orang yang beriman dan berilmu serta menjelaskan

keadaan hamba-hamba Allah yang memiliki kedudukan tinggi, bahkan

diberi gelar khusus sebagai Ulul albab, untuk mereka yang memiliki

kedudukan tersebut, yang mampu mempergunakan anugerah yang

diberikan oleh Allah yakni potensi-potensi, panca indra dan lain

sebagainya. Oleh sebab itu untuk mempermudah dalam mengkaji Al-

Qur‟an, Faqih dan tim ulama memberikan penafsiran pada setiap ayat Al-

Qur‟an, diantaranya surat An-Nahl Ayat 78 ini :

Dalam bagian tentang nikmat, Al-Qur‟an mula-mula

membicarakan ihwal nikmat pengetahuan dan sarana memperoleh

pengetahuan. Al-Qur‟an mengatakan :

25

“dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam

keadaan tidak mengetahui sesuatu pun.”

Secara pasti, dalam lingkungan terbatas dan tak terbuka,

kebohongan memang dapat ditoleransi. Tetapi di alam semesta

yang luas ini, kebohongan seperti itu mustahil bertahan. Karena itu,

di antara sarana-sarana untuk mengenal alam, yakni mata, telinga,

dan akal diberikan kepada kita, agar mau memahami kenyataan-

kenyataan hidup dan nikmat agung tersebut, sehingga tergugahlah

rasa syukur kita kepada sang pencipta yang pemurah, lalu kita

bersyukur kepadaNya dengan selayaknya. Ayat di atas

mengatakan:

“Dan Dia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan

dan hati, agar kamu bersyukur.”

Salah satu cara untuk mengungkapkan rasa syukur atas

sesuatu adalah dengan menggunakannya secara benar. Sebab Al-

Qur‟an mengkritik orang-orang yang mempunyai mata namun

tidak melihat, mempunyai telinga tapi tidak mendengar, dan tidak

mau mendengarkan kebenaran.

Cara yang benar untuk mengungkapkan rasa syukur karena

mempunyai mata dan telinga adalah dengan mencari pengetahuan.

Sebab ayat di atas mula-mula mengatakan bahwa manusia pada

dasarnya tidak mengetahui. Allah lah yang memberinya mata dan

telingan agar bersyukur, yakni mencurahkan hidup untuk mencari

pengetahuan.

Allah SWT, telah memerintahkan Rasulullah untuk menerangkan

ayat-ayatNya yang telah diturunkan, sebagaimana firman Allah dalam

surat An-Nahl Ayat 44, sebagai berikut :

Artinya :

keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan

kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa

yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan

(Departemen Agama RI,2006:272).

26

Maka sudah jelas bahwa diturunkannya Al-Qur‟an Kepada

Rasulullah SAW, tidaklah lain untuk menerangkan Al-Qur‟an kepada

seluruh manusia.

27

BAB III

MUNASABAH

A. Pengertian Munasabah

Menurut Ahmad bin Faris bin Zakariya dalam buku ilmu-ilmu Al-

Quran karya Budiharjo (2012:39) kata munasabah berasal dari kata naasaba-

yunaasibu-munaasabatan ( ىبس ة - يىبسب –وبسب ). Kata tersebut merupakan

bentuk tsulatsi mujaradnya nasaba ( وسب) yang memiliki arti hubungan

sesuatu dengan sesuatu yang lain.

Kata nasab juga dapat berarti keturunan, sebab keturunan itu adalah

adanya hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya. Munasabah berarti

muqarrabah ( قبرب ) atau kedekatan dan kemiripan (Budiharjo,2012:39).

Sedangkan kata munasabah menurut istilah adalah adanya kecocokan,

kepantasan dan keserasian antara ayat dengan ayat atau surat dengan surat,

atau munasabah adalah kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam

Al-Qur‟an baik surat maupun ayat-ayatnya yang menghubungkan antara

uraian yang satu dengan yang lainnya (Budiharjo,2012:39).

Pendapat lain menyatakan bahwa Munasabah adalah yang

menerangkan korelasi atau hubungan antara suatu ayat dengan ayat yang lain,

baik yang ada dibelakangnya atau ayat yang ada di mukanya (Syadali dan

Rofi‟i,1997:168). Mengetahui hubungan satu ayat dengan ayat yang lain

merupakan hal yang begitu penting, tidak kalah pentingnya dengan asbabun

28

nuzul, karena munasabah ayat atau surat juga dapat membantu dalam

memahami isi kandungan Al-Qur‟an.

Asy-syatibi dalam buku Ulumul Qur‟an I (Syadali dan

Rofi‟i:1997:168) menjelaskan bahwa satu surat, walaupun dapat mengandung

banyak masalah, namun masalah-masalah tersebut berkaitan antara satu

dengan yang lainnya. Sehingga seseorang hendaknya jangan hanya

mengarahkan pandangan pada awal surat, tetapi hendaknya memperhatikan

pula akhir surat, atau sebaliknya. Karena bila tidak demikian akan terabaikan

maksud ayat-ayat yang diturunkan.

Ilmu munasabah ini dapat berperan mengganti ilmu azbabun nuzul,

apabila tidak dapat mengetahui sebab turunnya suatu ayat, tetapi kita bisa

mengetahui adanya relevansi ayat tersebut dengan ayat lainnya. Dengan

menggunakan munasabah ayat maupun surat bisa mengetahui maksud dari

diturunkannya ayat sersebut. Pada pembahasan ini penulis menjabarkan

munasabah ayat dengan ayat dan munasabah surat dengan surat sesuai dengan

ayat dan surat yang penulis kaji.

B. Munasabah surat An-Nahl

1. Munasabah ayat dengan ayat

Dalam Al-Qur‟an surat An-Nahl ini memiliki munasabah antara

ayat satu dengan ayat yang lainnya, pada penetitian ini, peneliti hanya

akan menjelasakan munasabah ayat sebelum dan sesudahnya, yakni ayat

77, 78, 79 dan 80 pada surat Anl-Nahl.

29

Artinya :

Dan kepunyaan Allah-lah segala apa yang tersembunyi di langit dan di

bumi. tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata

atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala

sesuatu. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan

tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,

penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan

terbang diangkasa bebas. tidak ada yang menahannya selain daripada

Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-

tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.

Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal

dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit

binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu

berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu

domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan

(yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu) (Departemen Agama RI,

2006:275).

Pada ayat 77, dijelaskan apa yang ada di langit dan di bumi hanya

kepunyaan Allah semata, karena Allah lah yang telah menciptakan seluruh

alam seisinya, baik manusia, hewan dan tumbuhan. Setelah itu ayat

30

tersebut menyebutkan kejadian hari kiamat yang hanya berlalu sekejap

mata, dengan demikian Allah lah yang mengatur semua ini dengan

kekuasaanNya.

Kemudian pada ayat 78, Allah telah menjelaskan suatu yang ghaib

yakni proses kejadian manusia, yang mana keluarnya seorang bayi dari

rahim ibunya. Perlu diketahui pada ayat 77 dan 78 tersebut

menggambarkan betapa kuasanya Allah dalam menjadikan sesuatu dan

menghancurkannya. Sedangkan pada ayat 78 Allah telah menjadikan

sesorang dengan kuasanya melalui proses kelahiran.

Ayat 78 ini menghubungkan dengan ayat yang sebelumnya, karena

menyatakan bahwa uraiannya merupakan salah satu bukti kekuasaan Allah

menghidupkan kembali siapa yang meninggal dunia serta kebangkitan

pada hari kiamat. Ayat ini menyatakan : dan sebagaimana Allah telah

mengeluarkan kamu berdasarkan kuasaNya dan ilmuNya dari perut ibu-

ibu kamu sedang tadinya kamu tidak berwujud, mada demikian juga Dia

mengeluarkan kamu dari perut bumi dan menghidupkan kamu kembali

(Shihab,2004:303).

Pada ayat 78 berbicara tentang limpahan anugrah Ilahi kepada

manusia, sedangkan ayat 79 surat An-Nahl ini tidak menjelaskan tentang

anugrah yang telah diberikan Allah SWT, akan tetapi menekankan pada

pembuktian betapa kekuasaanNya hanya dalam genggaman tangan Allah

semata (Shihab,2004:306).

31

2. Munasabah surat dengan surat

Surat-surat yang terdapat pada Al-Qur‟an pasti memiliki

keterkaitan antara surat yang satu dengan yang lainnya. Pada penelitian ini

peneliti akan menjelaskan keterkaitan antara surat yang digunakan dalam

penelitian ini dengan surat sebelum, sesudahnya dan dengan beberapa

surat yang lainnya, yakni surat An-Nahl sebagai surat yang digunakan dan

surat Al-Hijr, surat Al-Isra‟ dan surat Yunus.

a. Keserasian antara surat An-Nahl dengan surat sebelumnya yakni surat

Al-Hijr

1) Sebagaimana umumnya surat yang diturunkan di Makkah sebelum

Nabi Hijrah ke Madinah, surat Al-Hijr dan An-Nahl berisikan

tentang ketauhidan, kerasulan dan hari kiamat.

2) Pada surat Al-Hijr Allah memerintahkan untuk selalu yakin

menyembahNya sampai ajal datang, penjelasan tersebut terdapat

pada ayat terakhir pada surat Al-Hijr yakni ayat 99 :

Artinya :

dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini

(ajal) (Depatremen Agama RI,2006:267).

Sedangkan pada surat An-Nahl juga menerangkan bahwa ketetapan

Allah pasti akan datang, tidak bisa dipercepat dan tidak bisa

diperlambat, sebagaimana terdapat pada ayat 1 surat An-Nahl :

32

Artinya :

telah pasti datangnya ketetapan Allah, Maka janganlah kamu

meminta agar disegerakan (datang) nya. Maha suci Allah dan

Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (Depatremen

Agama RI,2006:267).

3) Pada surat Al-Hijr Allah menyatakan bahwa manusia akan dimintai

pertanggungjawabannya pada hari kiamat atas apa yang

dikerjakannya di dunia, penjelasan tersebut terdapat pada ayat 92-

93 :

Artinya :

Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua.

Tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu (Depatremen

Agama RI,2006:267).

Sedangkan pada awal surat Al-Nahl Allah menegaskan kepastian

datangnya hari kiamat, dan ditegaskan lagi pertanggungjawaban

manusia itu pada surat An-Nahl ini yang terdapat pada ayat 93 :

Artinya :

Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu

umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya

dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan

Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu

kerjakan (Departemen Agama RI,2006:277).

4) Pada bagian pertama surat Al-Hijr, Allah menerangkan tentang

kebenaran Al-Qur‟an serta jaminanNya untuk memeliharanya,

yang terdapat pada ayat berikut :

33

Artinya :

Alif, laam, raa. (Surat) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat Al-

Kitab (yang sempurna), Yaitu (ayat-ayat) Al Quran yang memberi

penjelasan. Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat)

menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-

orang Muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) Makan dan

bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), Maka

kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). Dan

Kami tiada membinasakan sesuatu negeripun, melainkan ada

baginya ketentuan masa yang telah ditetapkan. Tidak ada suatu

umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat

mengundurkan (Nya) (Departemen Agama RI,2006:262).

Sedangkan dalam surat An-Nahl terdapat ancaman bagi mereka

yang mendustakan kebenaran Al-Qur‟an, sebagaimana yang

terdapat pada ayat 1 dan 2 :

Artinya :

Telah pasti datangnya ketetapan Allah. Maka janganlah kamu

meminta agar disegerakan (datang) nya. Maha suci Allah dan

Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. Dia menurunkan

Para Malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya

kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya,

Yaitu: "Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada

Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka hendaklah kamu bertakwa

kepada-Ku" (Departemen Agama RI,2006:267).

34

b. Munasabah surat An-Nahl dengan surat sesudahnya yakni surat Al-

Isra‟, antara lain adalah :

1) Dalam surat An-Nahl, Allah menyebutkan perselisihan orang-

orang Yahudi tentang hari sabtu, yang terdapat pada ayat 124 :

Artinya :

Sesungguhnya diwajibkan (menghormati) hari Sabtu atas orang-

orang (Yahudi) yang berselisih padanya. dan Sesungguhnya

Tuhanmu benar-benar akan memberi putusan di antara mereka di

hari kiamat terhadap apa yang telah mereka perselisihkan itu

(Departemen Agama RI,2006:281).

Sedangkan dalam surat Al-Isra‟ dijelaskan syariat orang Yahudi

yang ditetapkan bagi mereka dalam taurat, sebagaimana dalam ayat

2 dan 3 :

Artinya :

Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan

kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman):

"Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku, (yaitu) anak

cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh.

Sesungguhnya Dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur

(Departemen Agama RI,2006:282).

2) Pada surat An-Nahl dijelaskan bahwa Allah SWT menganjurkan

kepada Nabi Muhammad SAW untuk bersabar dan melarang Nabi

35

Bersedih atau berkecil hati yang disebabkan oleh tipu daya orang-

orang musyrik, yang terdapat pada ayat 110 dan 111 :

Artinya :

Dan Sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang

berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad

dan sabar; Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang. (ingatlah) suatu hari (ketika)

tiap-tiap diri datang untuk membela dirinya sendiri dan bagi tiap-

tiap diri disempurnakan (balasan) apa yang telah dikerjakannya,

sedangkan mereka tidak dianiaya (dirugikan) (Departemen Agama

RI,2006:279-280).

Sedangkan dalam surat Al-Isra‟ Allah SWT, menerangkan

kemuliaan Nabi Muhammad SAW, serta martabatnya yang tinggi

di hadapan Allah WST. Sebagaimana yang terdapat pada ayat 1 :

Artinya :

Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada

suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang

telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya

sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia

adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui (Departemen

Agama RI,2006:282).

36

3) Dalam surat An-Nahl Allah menerangkan bermacam-macam

nikmatNya, dimana kebanyakan manusia tidak mensykurinya,

yang terdapat pada ayat 112 dan 113 :

Artinya :

Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah

negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang

kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi

(penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah

merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan,

disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. Dan Sesungguhnya

telah datang kepada mereka seorang Rasul dari mereka sendiri,

tetapi mereka mendustakannya; karena itu mereka dimusnahkan

azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim (Departemen

Agama RI,2006:280).

Sedangkan dalam surat Al-Isra‟ disebutkan lagi nikmat Allah yang

lebih besar yang diberikan kepada Bani Israil, tetapi mereka tidak

mensyukurinya, bahkan berbuat kerusakan di muka bumi. Yang

terdapat apda ayat 4-8 :

37

Artinya :

Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu:

"Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini

dua kali[848] dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan

kesombongan yang besar". Maka apabila datang saat hukuman

bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami

datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai

kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung,

dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian Kami

berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan

Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan

Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat

baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu

berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila

datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami

datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka

kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-

musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk

membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.

Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya)

kepadamu; dan Sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan)

niscaya Kami kembali (mengazabmu) dan Kami jadikan neraka

Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman

(Departemen Agama RI,2006:282-283).

4) Dalam surat An-Nahl, Allah mengatakan bahwa madu yang keluar

dari lebah merupakan minuman yang mengandung obat bagi

manusia, yang terdapat pada ayat 68-69 :

38

Artinya :

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang

di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang

dibikin manusia", kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam)

buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah

dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman

(madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat

obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi

orang-orang yang memikirkan (Departemen Agama RI,2006:274).

Sedangkan dalam surat Al-Isra‟ diterangkan bahwa Al-Qur‟an pun

menjadi obat dan penyembuh penyakit hati, dan rahmat bagi orang-

orang yang beriman, yang terdapat pada ayat 9-10 :

Artinya :

Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan)

yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang

Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada

pahala yang besar, dan Sesungguhnya orang-orang yang tidak

beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka

azab yang pedih (Departemen Agama RI,2006:283).

39

c. Keserasian antara surat An-Nahl dengan surat Yunus

Surat ini dinamakan An-Nahl karena memiliki arti lebah. Lebah

merupakan makhluk Allah yang memiliki manfaat dan kenikmatan

kepada manusia, madu yang dihasilkan oleh lebah berasal dari

berbagai sari bunga dan menjadi obat berbagi macam penyakit, yang

terdapat pada ayat 68 :

Artinya :

dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di

bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin

manusia"( Departemen Agama RI,2006:274).

Sedangkan dalam surat Yunus berisi tentang Al-Qur‟anul

Karim yang mengandung intisari kitab-kitab sebelumnya, menjelaskan

ajaran-ajaran yang diperlukan oleh manusia untuk mencapai

kebahagiaan dunia dan akhirat, terdapat pada ayat 57 :

Artinya :

Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari

Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam

dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman

(Departemen Agama RI,2006:215).

40

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Peran Keluarga Dalam Membentuk Karakter Anak

Lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat

merupakan tiga pusat pendidikan, dan keluarga merupakan lingkungan paling

pertama yang dapat memberikan pengaruh pada anak. Keluarga juga

merupakan lingkungan yang paling kuat dibandingkan dengan lingkungan

pendidikan yang lainnya, karena keluarga tempat di mana anak terlahir ke

dunia ini.

Dalam buku Prophetic Parenting, cara Nabi SAW Mendidik anak oleh

Suwaid (2010:46) Imam Ghozali mengatakan anak adalah amanat di tangan

kedua orang tuanya. Hatinya yang suci adalah mutiara yang masih mentah,

melum dipahat maupun dibentuk. Mutiara ini dapat dipahat dalam bentuk apa

pun, mudah condong kepada segala sesuatu. Apabila dibiasakan dan diajari

dengan kebaikan, maka dia akan tumbuh dalam kebaikan itu, dan sebaliknya

apabila dibiasakan dengan keburukan dan dilalaikan maka anak akan celaka

dan binasa.

Islam terus mendorong agar keluarga dapat menjadi basis utama

pendidikan bagi seluruh anggota masyarakat. Hal ini juga tercermin dalam

semangat ajaran agama Islam yang menginginkan agar kehidupan rumah

tangga selalu dalam kondisi tenang, stabil, rukun dan harmonis (Syantut,

2007:24).

41

Oleh sebab itu Rasulullah SAW memberikan tanggung jawab anak

kepada kedua orang tuanya sebagai tanggung tawab yang penuh. Sebagaimana

sabda Rasulullah SAW :

ثن نافع عن عبد اللو رضي ث نا يي عن عب يد اللو قال حد ث نا مسدد حد حدأن رس ل اللو صلى اللو عليو وسلم قال كلركم راع فمسئ ل عن اللو عنو

م والرجل راع على أىل رعي و فاامري الذي على الناس راع وى مسئ ل عن م والمرأة راعية على ب يت ب ل ا وولده وىي مسئ لة ب ي و وى مسئ ل عن م وال بد راع على مال سيده وى مسئ ل عنو أال فكلركم راع وكلركم عن

مسئ ل عن رعي و Artinya :

Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami

Yahya dari 'Ubaidulloh berkata, telah menceritakan kepadaku Nafi' dari

'Abdullah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung

jawaban atas yang dipimpinnya. Amir (kepala Negara), dia adalah pemimpin

manusia secara umum, maka dia akan diminta pertanggung jawaban atas

mereka. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta

pertanggung jawaban atas mereka. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam

rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya dan dia akan diminta

pertanggung jawaban atas mereka. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin

dalam urusan harta tuannya dia akan diminta pertanggung jawaban atasnya.

Ketahuilah bahwa setiap kalian adalah pemimipin dan setiap kalian akan

diminta pertanggung jawaban atas siapa yang dipimpinnya

"(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist&kunci

=setiap%20kalian%20adalah%20pemimpin&imam=bukhari&nohdt=2368&pa

ge= diakses pada 27-03-2017 pukul 13:28 WIB).

Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, seorang bayi yang dilahirkan

bagaikan selembar kertas putih yang belum ada setitikpun tinta. Kedua orang

tua merupakan pendidik pada salah satu pusat pendidikan yaitu lingkungan

keluarga, dan keluargalah orang pertama yang akan memberikan tinta di atas

kertas tersebut. Seperti yang disabdakan Rasulullah SAW, sebagai berikut :

42

ث نا عبد ال زيز ي ن الدراوردي عن ال ء عن أبيو ث نا ق يبة بن س يد حد حدأن رس ل اللو صلى اللو عليو وسلم قال كلر إنسان تلده أمرو عن أب ىري رة

على الفطرة وأب اه ب د ي دانو وي نلرانو وي سانو فإن كانا مسلم فمسلم كلر إنسان تلده أمرو ي لكزه الشيطان ف حضن يو إال مري واب ن ا

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah

menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz Ad Darawadri dari Al 'Ala dari

bapaknya dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: "Setiap anak itu dilahirkan

dalam keadaan fitrah lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai

seorang yahudi, nasrani dan majusi. Apabila kedua orang tuanya muslim,

maka anaknya pun akan menjadi muslim. Setiap bayi yang dilahirkan dipukul

oleh syetan pada kedua pinggangnya, kecuali Maryam dan anaknya

(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist&kunci=

keadaan%20fitrah&imam=muslim&nohdt=4807&page= diakses pada 08-12-

2016 pukul 10:16 WIB).

Oleh sebab itu berikanlah tinta pada kertas tersebut tenta kebaikan,

sehingga anak-anak tumbuh dan berkembang dengan memiliki karakter yang

baik. Dapat dikatakan juga bahwa anak yang baru dilahirkan merupakan

manusia yang primitif, yang semula tidak mengetahui apa-apa, tidak memiliki

pengetahuan, lalu mereka belajar dan berkembang dengan bantuan orang-

orang yang ada di sekitarnya, sehingga panca indra yang dimiliki setiap anak

yang baru dilahirkan dapat bekerja dengan baik. Pola asuh dan pola didik pada

anak merupakan suatu yang sangat penting untuk dilakukan oleh setiap orang

tua, mengingat pada masa-masa tersebut anak tengah mengalami pertumbuhan

dan perkembangan fisik, motorik dan gerak.

Yang perlu diketahui dan dipahami oleh para orang tua adalah tentang

hakekat anak itu sendiri. Banyak orang yang memandang anak sebagai orang

dewasa dalam bentuk kecil, akibatnya mereka seringkali menyikapi anak

43

seperti menyikapi orang dewasa atau mereka membiarkan anak tumbuh dan

berkembang dengan sendiri, tanpa bantuan dan bimbingan. Sikap yang seperti

itu jelasa tidak benar, bahkan sangat berbahaya bagi perkembangan

kepribadian anak.

Dalam dunia pendidikan ada beberapa tokoh yang mengungkapkan

konsep teori pemahaman dan pendidikan tentang anak. Salah satunya teori

Nativisme yang dipelopori oleh Schoupenhouer, teori ini berkesimpulan

bahwa hakekatnya anak adalah orang dewasa yang berbentuk kecil. Campur

tangan manusia terhadap pertumbuhan dan perkembangannya justru akan

membuat rusaknya anak, biarkan alam lingkungan yang mendidiknya. Dengan

demikian pendidikan cukup menyediakan lingkungan yang sekondusif

mungkin terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak (Cholil, 2011:66).

Untuk membentuk karakter pada anak dapat dilakukan dengan

kepedulian dan keteladanan orang tua dengan cara memperkenalkannya sejak

dini dan mendampinginya. Struktur terkecil dalam masyarakat ini menjadi

kunci awal dalam pembentukan nilai karakter pada anak. Keluarga adalah

pembentuk paling signifikan dalam diri seseorang. Anak mengenal arti baik

dan buruk dari keluarga melalui apa yang sering dilihat, didengar dalam

keluarga, ucapan, tindakan yang ditampilkan khususnya oleh orang tua.

Sehingga kita mengenal istilah bahasa arab “al ummu madrasatul „ula” ibu

adalah tempat pendidikan pertama dalam kehidupan seorang manusia. Ibu

sebagai simbol keluarga, dan rumah awal kehidupan merupakan sejarah

pembangun nilai dan karakter anak, sehingga sebuah ungkapan menyatakan :

44

“jika di rumah penuh dengan celaan, maka anak akan biasa memaki. Jika di

rumah penuh dengan permusuhan, maka anak akan belajar berkelahi. Jika di

rumah penuh dengan olok-olok, maka anak belajar rendah diri. Jika di rumah

penuh dengan iri hari, maka anak belajar kedengkian. Jika di rumah selalu

dipermalukan, maka anak belajar merasa bersalah. Jika di rumah penuh

dengan dorongan, maka anak belajar percaya diri, dan seterusnya” (Saleh,

2012:10-11).

Pada pembahasan ini, penulis akan memaparkan analisis peran

keluarga dalam membentuk karakter anak sesuai dengan ayat-ayat yang dikaji

yaitu pada surat An-Nahl ayat 78. Ayat ini menggambarkan bagaimana anak

dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, akan tetapi Allah telah

memberikan bekal, yakni pendengaran, penglihatan dan hati, karena anak

dilahirkan dalam lingkungan keluarga, maka di sinilah tanggung jawab

keluarga untuk mendidik dan mengembangkan apa yang dimiliki anak. Dalam

hal ini untuk menanamkan karakter pada anak melalui 3 piranti tersebut :

1. Melalui pendengaran

Dalam surat An-Nahl ayat 78 terdapat kata As-sam‟u yang

memiliki arti pendengaran. Pendengaran adalah suatu alat yang diberikan

Allah SWT pada manusia, pendengaran berfungsi untuk menyerap

informasi melalui suara yang ada di sekitarnya.

Untuk menamakan suatu karakter yang baik pada anak, maka yang

harus dilakukan setiap keluarga adalah dengan melalui pendengaran pada

setiap anak yakni memberi nasehat yang baik (Mauidzah hasanah),

45

mauidzah merupakan nasehat yang mampu menyentuh kalbu dan

menumbuhkan semangat beramal. Maka dengan mauidzah akan tercipta

karakter yang baik pada anak.

Dalam hal ini, Jauhari (2006 : 65) menyatakan bahwa Dalam

penyampaian mauidzah Rasulullah telah menjelaskan dalam hadisnya :

أمرنا اهلل أن نكلم الناس على قدر : قال رس ل اهلل صلى اهلل عليو وسلم )رواه مسلم (عق م

Artinya :

Rasulullah SAW, bersabda : kita diperintahkan untuk selalu berbicara

dengan manusia menurut kemampuan akalnya (HR. Muslim).

وقد اتذ رس ل اهلل صلى اهلل عليو وسلم ف طريق ت ليمو الناس ادع إل سبيل "ودع اتم إل الري طري قة القرآن الكري من ق لو ت ال

" ربك بالكمة والم ع ة السنة وجاد م بالت ىى أحسن Artinya :

Rasulullah SAW, dalam mengajari dan mengajak manusia kepada

kebaikan, selalu menggunakan cara yang digambarkan Allah dalam Al-

Qur‟an, “Panggillah (manusia) ke jalan Tuhan-mu dengan hikmah(lemah

lembut) nasehat yang baik dan jika lebih baik, ajaklah mereka berdiskusi”.

Jadi sebagai orang tua harus dapat memilah dan memilih kata

dalam memberikan nasehatnya, karena setiap kata yang keluar dari apa

yang diucapkan orang tua kepada anak akan cepat ditangkap dan melekat

pada ingatan anak tersebut.

Ucapan bukanlah penentu pembentukan karakter pada anak, tapi

harus disadari bahwa ucapan juga memiliki peranan penting dalam

pembentukan karakter pada anak, karena anak akan dapat menirukan apa

yang diucapkan oleh orang sekitar khususnya kedua orang tuanya, oleh

46

sebab itu sebagai orang tua alangkah baiknya mengucapkan perkataan

yang baik pada anak.

Islam telah mengajarkan untuk mengadzani bayi yang baru

dilahirkan karena disitu terdapat hikmah yang begitu besar, sebagai mana

yang telah diungkapkan Ibnu Qayyim ramimahullah dalam buku Prophetic

Parenting, Cara Nabi Mendidik Anak oleh Suwaid (2010:103) dia

mengatakan :

a. Agar ucapan pertama yang masuk ke dalam telinga manusia adalah

kata-kata yang mengungkapkan sifat-sifat kebesaran Allah,

keagunganNya, dan syahadat yang menjadi syarat sah masuk Islam. Itu

semua menjadi seperti talqin bagi si bayi dengan syiar Islam ketika dia

masuk ke dalam kehidupan dunia, sebagaimana nantinya dia juga akan

ditalqin dengan tauhid ketika keluar dari dunia.

b. Harus diakui tentang sampainya dampak adzan ini ke dalam hari si

bayi walaupun dia tidak merasakannya.

c. Kaburnya setan karena mendengar adzan. Sebelumnya, setan ini

mengintai si bayi sampai dia dilahirkan, kemudian mengikutinya untuk

menggodanya sebagai aplikasi ketentuan dan kehendak Allah WST.

Maka, di saat pertama kali ada keterkaitan dengan si bayi ini, setan

sudah harus mendengar suatu yang dapat melemahkannya dan

membuatnya gusar.

d. Ajakan kepada Allah, kepada agama Islam dan kepada beribadah

kepadaNya harus mendahului ajakan setan. Sama seperti fitrah Allah

47

yang digariskan bagi umat manusia, yakni selalu mendahului

perubahan fitrah yang dilakukan oleh setan. Dan hikmah-hikmah

terpendam lainnya.

Islam juga telah mengajarkan untuk memberikan nama yang baik

bagi bayi yang dilahirkan, karena dengan nama yang baik memiliki

dampak yang positif pada jiwa dari pertama kali mendengarnya.

Sebagaimana hadis Nabi yang diriwayatkan oleh abu dawud dan an-Nasa‟I

dari Abu Wahb al-Jusysyami :

تسمر ا بأساء اانبياء وأحبر : قال رس ل اهلل صلى اهلل عليو وسلم عبد اهلل و عبد الرحن و أصدق ا حارث و هام و :ااساء إل اهلل

. أق ب ا حرب و مرة Artinya :

Rasulullah SAW, bersabda : Pakailah nama-nama para Nabi. Nama yang

paling dicintai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman. Nama yang

paling jujur adalah Harits (orang yang memiliki keinginan) dan Hammam

(orang yang memiliki cita-cita). Nama yang paling buruk adalah Harb dan

Murrah(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=had

ist&kunci=harb%20dan%20murrah&imam=abudaud diakses pada 22-11-

2016 pukul 16:02 WIB).

Dan hadis lain yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu

Darba‟ radhiyallahu „anhu :

إنكم تدع ن ي م القيامة : قال رس ل اهلل صلى اهلل عليو و سلم . بأسااكم و أساء آبااكم فأحسن ا أساءكم

Artinya : Rasulullah Shollallahu álaihi wa sallam bersabda : sesungguhnya

pada hari kiamat kelak kalian akan dipanggil dengan nama kalian dan

nama bapak kalian. Oleh karena itu, indahkanlah nama kalian

(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist&ku

nci=akan%20dipanggil%20dengan%20nama&imam=abudaud diakses

pada 22-11-2016 pukul 16:02 WIB.

48

2. Melalui penglihatan

Pada kata yang terdapat dalam surat An-Nahl ayat 78 setelah As-

sam‟u adalah Al-Abshoru yang artinya penglihatan. Bagaimanapun juga

orang tua adalah panutan bagi anak, materi yang baik tidak akan mampu

diterima oleh anak, apabila para penyampai materi tersebut tidak

mencerminkan apa yang disampaikan. Maka orang tua harus memberikan

teladan yang baik bagi anaknya. Keteladanan sikap merupakan langkah

penting dalam membentuk karakter sebagai pribadi yang unggul, karena

anak adalah peniru ulang dalam setiap hal baik positif maupun negatif,

sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

س م سنة حسنة ف قال رس ل اللو صلى اللو عليو وسلم من سن ف الف لو أجرىا وأجر من عمل با ب ده من غري أن ي ن قص من أج رىم شيء س م سنة سيئة كان عليو وزرىا ووزر من عمل با من ومن سن ف ال

.ب ده من غري أن ي ن قص من أوزارىم شيء Artinya : Maka Rasulullah SAW pun bersabda: "Barangsiapa yang

memulai mengerjakan perbuatan baik dalam Islam, maka dia akan

memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mencontoh perbuatan itu,

tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang

memulai kebiasaan buruk, maka dia akan mendapatkan dosanya, dan dosa

orang yang mengikutinya dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit

pun(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist

&kunci=mengurangi%20dosa&imam=muslim&nohdt=4831&page=

diakses pada 22-11-2016 pukul 16:05 WIB).

Sedangkan dalam surat Al Ahzab, Allah berfirman :

49

Artinya :

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (Departemen

Agama RI,2006:420).

Perlu diketahui bahwa anak kebanyakan meniru apa yang

dilakukan orang tuanya. Teladan yang baik memiliki peran yang begitu

besar terhadap perkembangan anak. Karena anak akan menirukan apa

yang dilakukan oleh orang sekitarnya terutama kedua orang tuanya.

Seperti dalam sabda Rasulullah Shollallahu „alaihi wa sallam :

ث نا ابن أب ذاب عن الزرىري عن أب سلمة بن عبد ث نا آدم حد حدقال النبر صلى اللو عليو : الرحن عن أب ىري رة رضي اللو عنو قال

وسلم كلر م ل د ي لد على الفطرة فأب اه ي دانو أو ي نلرانو أو ي سانو .كمثل الب يمة ت ن الب يمة ىل ت رى في ا جدعاء

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan

kepada kami Ibnu Abu Dza'bi dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin

'Abdurrahman dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah SAW, bersabda:

"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang

tunyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau

Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak

dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya

(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist&ku

nci=melihat%20ada%20cacat&imam=bukhari&nohdt=1296&page=

diakses pada 22-11-2016 pukul 16:05 WIB).

Suwaid dalam buku Prophetic Parenting cara Nabi mendidik anak

yang di terjemahkan oleh Qurusy (2010:139) mengemukakan bahwa

Rasulullah SAW, memerintahkan kedua orang tua untuk menjadi teladan

yang baik dalam bersikap dan bertindak, serta berperilaku jujur dalam

50

berhubungan dengan anak. Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam

Ahmad dari Abu Hurairah ra :

ثن عقيل عن ابن ش اب عن ث نا ليث قال حد ث نا ح اج قال حد حدعن رس ل اللو صلى اللو عليو وسلم أنو قال من قال للب أب ىري رة

.ت ال ىاا ي طو ف ي كذبة Artinya : Telah menceritakan kepada kami Hajjaj telah menceritakan

kepada kami Laits telah menceritakan kepadaku 'Uqail dari Ibnu Syihab

dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,

bahwasanya beliau bersabda: "Barangsiapa mengatakan kepada anak kecil;

'Kemarilah aku beri sesuatu, ' namun ia tidak memberinya maka ia telah

berbohong(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=

hadist&kunci=kemarilah%20aku%20beri%20sesuatu&imam=ahmad

diakses pada 22-11-2016 pukul 16:05 WIB).

Anak-anak akan selalu memperhatikan dan meneladani sikap dan

perilaku orang dewasa. Apabila mereka melihat kedua orang tuanya

berperilaku jujur, mereka akan tumbuh dalam kejujuran. Demikian

seterusnya (Suwaid,2010:140).

Ketika anak sudah bisa melihat apa yang dilakukan oleh orang

tuanya, seperti melakukan shalat dan membaca Al-Qur‟an, anak seusia ini

harus diikutsertakan dalam kegiatan shalat berjamaah di rumah. Ajaklah

anak untuk duduk bersama, menyimak dan mendengarkan bacaan Al-

Qur‟an ataupun do‟a-do‟a yang dibacakan oleh orang tuanya

(Syantut,2007:96).

3. Melalui hati

Hati akan membentuk karakter seseorang, karena Rasulullah SAW,

pernah berpesan kepada para sahabatnya, bahwasannya di dalam diri

manusia itu terdapat hati yang harus diutamakan dan di jaga, apabila hati

51

itu baik maka baiklah tubuh tersebut, dan sebaliknya. Sebagaimana sabda

Rasulullah SAW :

ث نا زكرياء عن عامر قال س ت الن ر مان بن بشري ث نا أب ن يم حد حدس ت رس ل اللو صلى اللو عليو وسلم ي ق ل ال ل ب والرام ي ق ل

ن ما مشب ات ال ي لم ا كثري من الناس فمن ات قى المشب ات ب وب ي رأ لدينو وعرضو ومن وقع ف الشرب ات كراع ي رعى ح ل المى اس ب ي شك أن ي اق و أال وإن لكل ملك حى أال إن حى اللو ف أرضو مارمو أال وإن ف السد مضغة إذا صل ت صلح السد كلرو وإذا

فسدت فسد السد كلرو أال وىي القلب Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim Telah

menceritakan kepada kami Zakaria dari 'Amir berkata; aku mendengar An

Nu'man bin Basyir berkata; aku mendengar Rasulullah SAW, bersabda:

"Yang halal sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas. Namun diantara

keduanya ada perkara syubhat yang tidak diketahui oleh banyak orang.

Maka barangsiapa yang menjauhi diri dari yang syubhat berarti telah

memelihara agamanya dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang sampai

jatuh (mengerjakan) pada perkara-perkara syubhat, sungguh dia seperti

seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di pinggir jurang

yang dikhawatirkan akan jatuh ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja

memiliki batasan, dan ketahuilah bahwa batasan larangan Allah di bumi-

Nya adalah apa-apa yang diharamkan-Nya. Dan ketahuilah pada setiap

tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka baiklah tubuh tersebut

dan apabila rusak maka rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah hati

(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist&ku

nci=ia%20adalah%20hati&imam=bukhari diakses pada 22-11-2016 pukul

16:05 WIB).

Menurut Nashori (2003,114) menerangkan bahwa Qalbu

merupakan materi organik yang memiliki sistem kognisi yang berdaya

emosi. Ia berada di jantung. Qalbu memiliki kemampuan untuk

memperoleh pengetahuan melalui cita-rasa. Allah berfirman dalam Al-

Qur‟an surat Al-Taghabun ayat 11 :

52

Artinya :

tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin

Allah; dan Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan

memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala

sesuatu (Departemen Agama RI,2006:557).

Orang tua harus mempersiapkan dirinya secara keseluruhan, baik

lahir maupun batin. Harus memiliki sifat kasih sayang, khususnya kepada

anak-anaknya tanpa membeda-bedakan, dengan tidak pilih kasih terhadap

anaknya.

Do‟a adalah cermin hati yang merefleksikan cinta dan kasih

sayang. Do‟a adalah bukti hati yang berbakti. Hati yang penuh dengan

cinta akan selalu melantunkan do‟a yang terucap di lidah seperti

keluarnya-masuknya nafas. Semakin bertambah rasa cinta dan kasih

sayang antara kedua orang tua dengan anak, maka semakin banyak pula

do‟a yang diucapkan (Suwaid,2010:246).

Sebagaimana sabda Rasulullah :

س ااي ث نا عبد اللو بن بكر الس مير عن ىشام الد ث نا أب بكر حد حدقال رس ل اللو : عن يي بن أب كثري عن أب ج فر عن أب ىري رة قال

صلى اللو عليو وسلم ث ث دع ات يس اب ن ال شك في ن دع ة الم ل م ودع ة المسافر ودع ة ال الد ل لده

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar telah menceritakan

kepada kami Abdullah bin Bakr As Sahmi dari Hisyam Ad Dastuwa`i dari

Yahya bin Abu Katsir dari Abu Ja'far dari Abu Hurairah dia berkata;

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tiga macam do`a yang

53

akan di kabulkan dan tidak ada keraguan pada ketiganya, yaitu; do'a orang

yang di dzalimi, do'anya orang musafir dan do'a orang tua kepada anaknya

(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist&ku

nci=do\%27a%20orang%20yang%20di%20dzalimi&imam=ibnumajah

diakses pada 23-11-2016 pukul 16:09 WIB).

Serupa dengan pernyataan di atas bahwasannya ketiga piranti

tersebut dapat dibina dan dibimbing sehingga menghasilkan suatu perilaku

yang nantinya dapat terbentuknya karakter yang baik pada anak. Perilaku-

perilaku yang menggambarkan surat An-Nahl ayat 78 yakni selalu

bersikap rendah hati, selalu menggunakan akal, pikiran dan hati nurani,

serta selalu menjaga keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

B. Upaya Keluarga Dalam Membentuk Karakter Anak

Berkenaan dengan itu semua, maka terdapat upaya yang harus

dilakukan setiap keluarga dalam membentuk karakter anak sebagai berikut :

1. Menanamkan nilai Akidah

Menanamkan akidah merupakan pokok dasar manusia dalam

menjalani kehidupan di dunia ini. Membangun dan menanamkan nilai-

nilai akidah pada diri anak inilah yang harus dilakukan oleh setiap orang

tua, yakni dengan menanamkan keyakinan bahwa Allah itu maha esa

beserta sifat-sifat yang mulia. Dalam hal ini telah dicontohkan oleh

lukman hakim yang diabadikan Allah dalam Al-Qur‟an :

54

Artinya :

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia

memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan Allah SWT, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)

adalah benar-benar kedzaliman yang besar" (Departemen Agama

RI,2006:412).

Langkah yang harus dilakukan dalam menanamkan nilai-nilai

aqidah pada anak yakni dengan membiasakan anak mendengarkan

lantunan ayat-ayat Al-Qur‟an, ceramah agama, kalimah toyyibah, serta

ucapan-ucapan yang sopan dan santun dari orang sekitarnya.

Mengumandangkan adzan pada anak yang baru dilahirkan

merupakan salah satu cara menanamkan akidah pada anak sejak dini,

sebagaimana Rasulullah SAW, bersabda :

ث نا سفيان عن عاصم بن عب يد اللو عن عب يد اللو ث نا وكيع قال حد حدأن النب صلى اللو عليو وسلم أذن ف أذن السن بن أب رافع عن أبيو

بن علي ح ولدتو فاطمة Artinya : Telah menceritakan kepada kami Waki' dia berkata, telah

menceritakan kepada kami Sufyan dari 'Ashim bin 'Ubaidullah dari

'Ubaidullah bin Abu Rafi' dari dari ayahnya, bahwa Nabi SAW,

mengumandangkan adzan pada telinga Hasan bin 'Ali ketika Fatimah

melahirkannya(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katc

ari=hadist&kunci=adzan%20pada%20telinga%20hasan&imam=ahmad

diakses pada 28-03-20017 pukul 08:01 WIB).

Dengan mengumandangkan adzan pada anak yang baru dilahirkan,

Ibnu Qayyim Ra berpendapat bahwa rahasia dilakukan adzan mengandung

harapan yang optimis, agar pertama kali yang terdengar di telinga bayi

adalah seruan Adzan yang mengandung makna keagungan dan kebesaran

Allah SWT. serta syahadat yang menjadi sarat utama bagi seseorang yang

baru pertama kali masuk Islam(Rif‟ani,2013:45).

55

Adzan yang dikumadangkan pada anak yang baru dilahirkan dapat

juga untuk mengusir setan yang selalu berupaya mengganggu sang bayi

semenjak kelahirannya dan memulai kehidupan barunya di dunia.

Rasulullah bersabda yang artinya “jika diserukan adzan untuk shalat,

setan lari terbirit-birit dengan mengeluarkan kentut sampai tidak

mendengar seruan adzan”(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

2. Menanamkan nilai dan ajaran ibadah

Menanamkan ajaran ibadah ini merupakan suatu langkah untuk

menyempurnakan penanaman nilai-nilai akidah. Karena hakekat ibadah

sebagaimana yang dikatakan Al Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya :

ال بادة عبارة عما يمع كمال الم بة والض ع وال ف Artinya :

Ibadah itu ialah suatu pengertian yang mengumpulkan kesempurnaan

cinta, tunduk dan takut (Ash Shiddiqy,2000:9).

Sebagaimana penjelasan yang diutarakan oleh ibn katsir tersebut,

ibadah merupakan suatu tatanan yang mengatur hidup manusia sebagai

hamba Allah yang harus tunduk, takut dan patuh kepadaNya. Kecintaan,

ketundukan dan patuh senantiasa dibuktikan dalam melaksanakan ibadah

yang sudah diatur dalam syariat Islam, serta senantiasa takut akan

siksaNya kelak di akhirat apabila tidak tunduk dan patuh terhadap syariat

yang sudah ditetapkan.

Secara umum ibadah berarti mencakup semua perilaku dalam

kehidupan manusia yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan

Allah SWT. oleh sebab itu orang tua perlu menanamkan nilai ibadah ini

56

pada anak, karena ibadah ini merupakan bentuk kecintaan dan ketundukan

kepada Allah SWT.

3. Menanamkan nilai sosial

Manusia adalah makhluk sosial, dimana Allah menciptakan

manusia agar melakukan interaksi sosial. Dalam berinteraksi dengan

lingkungan sosialnya, dianjurkan kepada kita untuk menampilkan akhlak

social yang baik (Prayitno, 2004: 51).

Rasulullah SAW, dalam banyak sabdanya telah mengajarkan

bagaimana berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai tingkat usia.

Bagaimana cara berinteraksi dengan orang tua, dengan anak muda bahkan

dengan teman sebaya dan anak-anak, dengan upaya ini maka akan tercipta

sifat dan karakter anak berjiwa sosial.

Sejak terlahirnya anak kedunia ini hingga genap berusia dua tahun,

sudah harus ditanamkan jiwa bermasyarakat pada diri anak. Pendidikan

bermasyarakat yang dilakukan sejak usia dini akan membekas sepanjang

masa (Syantut,2007:32).

4. Memberikan pengawasan dan perhatian

Perhatian merupakan suatu keadaan yang mengungkapkan suatu

perasaan, mengungkapkan rasa cinta yang sifatnya sangat kuat dan penuh

kelembutan. Cinta orang tua kepada anak adalah cinta yang murni, tanpa

belas jasa, cinta orang tua terhadap anaknya benar-benar diberikan atas

dasar kepada kepentingan anaknya, cinta orang tua yang tulus akan

menjadi dasar bagi pembentukan karakter pada anak. Dengan selalu

57

mencurahkan perhatian penuh dengan mengikuti aspek akidah, dan moral

anak, mengawasi dan memperhatikan kesiapan mental dan sosial.

Islam dengan keuniversalan prinsipnya dan peraturannya yang

abadi, memerintahkan para bapak, ibu dan pendidik untuk memperhatikan

dan senantiasa mengikuti serta mengawasi anak-anaknya dalam segala

segi kehidupan dan pendidikan yang universal (Ulwan,1999:275).

Perhatian dan pengawasan Rasulullah SAW, yang dilakukan

terhadap setiap orang di dalam masyarakat, telah menggariskan kepada

para pendidik suatu metode luhur dalam pendidikan, tatacara efektif dan

berpengaruh dalam bimbingan. Oleh sebab itu, mereka harus berusaha

sekuat tenaga dalam mencurahkan segala perhatiannya untuk

membahagiakan dan memperbaiki anak, termasuk meninggikan derajat

mereka dari segi mental, spiritual dan moral. Apabila perhatian dan

pengawasan yang nyata dapat memberikan manfaat untuk manusia

dewasa, maka anak kecil tentu akan lebih bermanfaat. Sebab, anak kecil

memiliki kecenderungan kepada kebaikan, kesiapan fitrah, kejernihan

jiwa, yang tidak dimiliki manusia dewasa. Dengan kata lain, anak sangat

mudah untuk menjadi baik dan terbentuk karakter yang baik pula, jika

memang tersedia faktor lingkungan yang baik dalam rumah, sementara itu

pendidik akan mendapatkan kesulitan dalam memperbaiki anak, jika kaum

dewasa adalah kaum yang tidak memberikan perhatian dan

pengawasannya (Ulwan,1999:287).

58

5. Upaya menjaga jasmani dan kesehatan

Keluarga juga memiliki peranan penting dalam pertumbuhan

jasmani anak, baik dalam aspek perkembangan maupun aspek

pertumbuhan. Asupan gizi yang baik merupakan kebutuhan anak yang

harus dipenuhi oleh setiap orang tua.

Agama Islam memberikan perhatian besar terhadap kesehatan

manusia secara umum, khususnya kesehatan anak-anak. Banyak sekali

anjuran dalam Islam untuk segera berobat. Sebab, berobat adalah

penyembuhan mendasar bagi kesehatan tubuh (Suwaid, 2010:524).

Sebagaimana sabda rasulullah SAW :

ث نا عبد اللو بن إدريس ث نا أب بكر بن أب شيبة وابن نري قاال حد حدعن ربي ة بن عثمان عن ممد بن يي بن حبان عن ااعرج عن أب

ر , ىري رة قال قال رس ل اللو صلى اللو عليو وسلم المؤمن الق ير خي ر احرص على ما وأحبر إل اللو من المؤمن الض يف وف كل خي

ف ك واس ن باللو وال ت ز وإن أصابك شيء ف ت قل ل أن ف لت ي ن كان كذا وكذا ولكن قل قدر اللو وما شاء ف ل فإن ل ت ف ح عمل

الشيطان Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan

Ibnu Numair mereka berdua berkata; telah menceritakan kepada kami

'Abdullah bin Idris dari Rabi'ah bin 'Utsman dari Muhammad bin Yahya

bin Habban dari Al A'raj dari Abu Hurairah dia berkata; "Rasulullah

SAW, bersabda: Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai

oleh Allah SWT, daripada orang mukmin yang lemah. Pada masing-

masing memang terdapat kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh

apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah SWT, dan

janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Apabila kamu tertimpa suatu

kemalangan, maka janganlah kamu mengatakan; 'Seandainya tadi saya

berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi begini dan begitu'.

59

Tetapi katakanlah; ini sudah takdir Allah SWT, dan apa yang dikehendaki-

Nya pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya ungkapan kata

'law'(seandainya) akan membukakan jalan bagi godaan syetan

(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist&ku

nci=orang%20mukmin%20yang%20kuat&imam=muslim diakses pada

05-01-2017 pukul 14:34 WIB).

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian tentang peran keluarga dalam

membentuk karakter anak yang terdapat pada surat An-Nahl ayat 78, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Peran keluarga dalam membentuk karakter anak dalam surat An-Nahl ayat

78 memiliki peran penting dalam membentuk karakter anak dengan

mengoptimalkan potensi pada anak yakni : Pendengaran, penglihatan dan

hati.

b. Untuk berinteraksi dengan anak, yang harus dilakukan yakni dengan

berinteraksi sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan anak.

c. Keluarga harus memberikan uswah atau teladan yang baik

Sedangkan upaya yang harus dilakukan oleh setiap keluarga dalam

membentuk karakter anak dalam surat An-Nahl ayat 78 adalah dengan cara

menanamkan nilai akidah, menanamkan nilai dan ajaran ibadah, menanamkan

jiwa sosial, memberikan pengawasan dan perhatian, upaya menjaga jasmani

dan kesehatan.

B. Saran

Saran yang ingin penulis sampaikan yakni ditujukan kepada setiap

orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga. Diharapkan bagi

61

setiap keluarga membiasakan berbuat baik dan bertutur kata yang baik,

karena setiap tingkah laku yang dilakukan khususnya kedua orang tua

akan ditiru oleh anaknya. Oleh sebab itu berilah mereka teladan yang baik,

agar anak tumbuh dengan karakter yang baik pula.

Sebagai orang tua, kita tidak hanya diwajibkan menumbuh

kembangkan anak, akan tetapi sebagai orang tua seharusnya kita dapat

mencetak katakter anak agar memiliki karakter yang baik serta sejalan

dengan nilai-nilai agama Islam. Dan perlu disadari oleh para pendidik dari

semua kalangan di mulai dari keluarga, sekolah dan lingkungan

masyarakat, akan tetapi lebih di khususkan pada keluarga, bahwa karakter

itu tidak tumbuh dengan sendirinya, karakter juga tidak dapat diciptakan,

akan tetapi karakter itu akan tercipta apabila ada stimulus-stimulus yang

dilakukan oleh orang sekitarnya, dengan demikian tugas para pendidik

adalah memberikan stimulus tersebut dengan hal yang baik dan positif,

sehingga anak akan tumbuh dengan memiliki karakter yang baik..

1

Daftar Pustaka

Basyaruddin, Yessi MH. 2008. Istiqomah Mendidik Anak. Majalah qalam,

tazkiyah an-nafs, hlm 48.

Budiharjo. 2012. Pembahasan Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an. Sleman Yogyakarta: Lukos

Tiara Wacana Group.

Cholil, Moh. Hasyim. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Surakarta.

Daryanto & Darmiatun. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah.

Yogyakarta: Gava Media.

Departemen agama RI. 2006. Al-Qur‟an Maghfirah. Terjemahan, Asbabun Nuzul,

Hadis seputar ayat, Hikmah, Indeks Tematik. Jakarta: Maghfirah Pustaka.

Departemen Agama RI. 2007. Syaamil Al-Qur‟an. Al-Qur‟an Dan Terjemah Per

Kata. Bandung: Syaamil Cipta Media.

Hasanah, Amalia. 2013. Kamus Besar Bahasa Arab. Untuk Pelajar, Mahasiswa,

dan Umum. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Hijazi, Muhammad Mahmud. Fenomena Keajaiban Al-Qur‟an. Kesatuan Tema

dalam Al-Qur‟an. Terjemahan oleh Abdul Hayyie al-Kattani dan Sutrisno

Hadi. 2010. Jakarta. Gema Insani.

Islam, Mujaddidul & Al-Akbar. 2010. Keajaiban Kitab Suci Al-Qur‟an: Delta

Prima Press.

Isna, A. Nurla. 2012. Mencetak karakter anak sejak dini. Banguntapan Jogjakarta:

Diva Press.

Jauhari, Moh. Idris. 2006. Pelajaran Adab Sopan Santun. Sumenep: Mutiara

Press.

Majid, Abd. 2014. Pendidikan Berbasis Ketuhanan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter. Sleman Yogyakarta: Pedagogia.

Nashori, H. Fuad. 2003. Potensi Potensi Manusia. Seri Psikologi Islam.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Noor, Sofia Retnowati. 2010. Wanita Dalam Keluarga Islam. Majalah Qalam,

Tazkiyah An-Nafs. Hlm. 41.

2

Prayitno, H. Irawan. 2004. Anakku Penyejuk Hatiku. Panduan Bagi Orang Tua

dan Guru. Pondok Gede Bekasi: Pustaka Tarbiatuna.

Rif‟ani, Nur Kholish. 2013. Cara Bijak Rasulullah Dalam Mendidik Anak sejak

dalam kandungan-18 Tahun. Sleman Yogyakarta: Real Books.

Saleh, Akh. Muwafik. Membangun Karakter Dengan Hati Nurani: Pendidikan

Karakter Untuk Generasi Bangsa. Jakarta: Erlangga.

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah. Pesan-Pesan Dan Keserasian Al-

Qur‟an. Jakarta: Lentera Hati.

Shihab, M. Quraish. 2010. Mendidik Anak Ala Rasulullah. Majalah Qalam,

Tazkiyah An-Nafs, hlm. 35.

Susilowati. 2010. Sukses Anak Di Tangan Orang Tua. Majalah Qalam. Tazkiyah

An-Nafs, hlm. 44.

Suwaid, Muhammad Nur Abdul Hafizh. 2009. Prophetic Parenting, Cara Nabi

Mendidik Anak. Diterjemahkan oleh: Farid Abdul Aziz Qurusy. 2010.

Yogyakarta: Pro-U Media.

Syantut, Khalid Ahmad. 2007. Melejitkan Potensi Moral dan Spiritual Anak.

Panduan Mendidik Anak Prasekolah. Bandung: Syaamil Cipta Media.

Ulwan, Abdullah Nasih. 1994. Pendidikan Anak Dalam Islam. Terjemahan oleh.

Jamaludin Miri. 1999. Jakarta: Pustaka Amani.

Http://Annahl-O.Blogspot.Com diakses pada 18-10-2016 pukul 08:54 WIB.

Lidwa Pustaka i-Software, kitab 9 imam hadist http://localhost:5000/

3

Daftar Nilai Satuan Kredit Kegiatan (SKK)

Nama : Muhammad Khoirul Anwar

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

NIM : 111-12-230

Dosen P.A. : Dra. Maryatin, M.Pd.

No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai

1

OPAK ( Orientasi pengalaman

Akademik dan Kemahasiswaan )

STAIN Salatiga, “Progresifitas

Kaum Muda, Kunci perubahan

Indonesia” oleh DEMA STAIN

Salatiga.

05-07

September

2012

Peserta 3

2

OPAK Jurusan Tarbiyah

“Mewujudkan Gerakan Mahasiswa

Tarbiyah Sebagai Tonggak

kebangkitan pendidikan Indonesia”.

oleh STAIN Salatiga.

08-09

September

2012

Peserta 3

3

Orientasi Dasar Keislaman(ODK)

STAIN Salatiga “Membangun

Karakter Keislaman Bertaraf

Internasiona Di Era Globalisasi

Bahasa”

10

September

2012

Peserta 2

4

Seminar Entrepreneurship dan

Perkoprasian 2012, tema “Explore

Your Entrepreneurship Talent” oleh

MAPALA MITAPASA dan KSEI

STAIN Salatiga.

11

September

2012

Peserta 2

5

Achicvment Motivation Training,

“Bangun Karakter Raih Prestasi”

oleh JQH dan LDK STAIN

Salatiga.

12

September

2012

Peserta 2

6

LIBRARY USER EDUCATION

(Pendidikan Pemakaian

Perpustakaan) oleh UPT perpus

STAIN Salatiga.

13

September

2012

Peserta 2

7

Dialog Publik dan Silaturahim

Nasional dengan tema “Kemanakah

Arah Kebijakan BBM? Mendorong

Subsidi BBM Untuk Rakyat”

10 November

2012 Peserta 8

8

Tabligh Akbar “Tafsir Tematik

Dalam Upaya Menjawab Persoalan

Israel dan Palestina” JQH STAIN

Salatiga.

1 Desember

2012

Peserta 2

4

9

Seminar dalam rangka Kegiatan

Bedah Buku “24 Cara

Mendongkrak IPK”

5 Desember

2012 Peserta 2

10

Seminar Nasional dalam rangka

Pelantikan Pengurus Himpunan

Mahasiswa Islam cabang Salatiga

Periode 2013-2014 dengan Tema

“Kepemimpinan dan masa depan

bangsa”

23 Februari

2013 Peserta 8

11

Tafsir Tematik dengan Tema “Sihir

dalam Perspektif Al-Qur‟an dan

Hukum Negara”

04 Mei 2013 Peserta 2

12

Seminar Nasional dan Dialog

Publik, dengan tema “Penyesuaian

Harga BBM Bersubsidi”

27 juni 2013 Peserta 8

13

Seminar Pengembangan Program

Studi D 3 Perbankan Syari‟ah.

Tema “Peluang dan Tantangan

Mahasiswa D 3 dalam

Kewirausahaan”

20 Desember

2013 Peserta 2

14

Seminar Nasional Kewirausahaan,

bersama Dinas Perindustrian,

Perdagangan dan Koperasi

(DISPERINDAGKOP) Salatiga,

dengan tema “Jiwa Muda Berani

Berwirausaha”

30 Oktober

2015 Peserta 8

15

IAIN Salatiga Bersholawat dan

Orasi Kebangsaan, dengan Tema

“Menyemai Nilai-nilai Islam

Indonesia untuk Memperkokoh

NKRI dalam Mewujudkan

Baldatun Toyyibatun Warobbun

Ghofur” yang diselenggarakan

Ooleh DEMA IAIN SALATIGA

03 November

2015 Peserta 2

16

NUSANTARA MENGAJI 300.000

Khataman Al-Qur‟an, “Serentak

Se-Indonesia untuk Keselamatan &

Kesejahteraan Bangsa” Oleh JQH

Al-Furqon dan DEMA IAIN

Salatiga

08 Mei 2016 Peserta 2

17

Dialog Nasional yang bertema

“Peningkatan Konsep Hablum

Minannas melalui Ramadhan”

19 Juni 2016 Peserta 8

18

NGAJI AKBAR JURNALISTIK

dan Seminar Nasional Literasi

Islam Bertajuk “Membangun

6, 10 dan 26

Juni 2016 Peserta 8

5

6

7

8

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Muhammad Khoirul Anwar

Tempat / Tanggal lahir : Boyolali, 05 November 1993

Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Nama Ayah : Jumanto

Nama Ibu : Siti Aisyiah

Tempat tinggal sekarang : Bandung RT 01 RW 03 Desa Bandung,

Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten

Boyolali.

Menerangkan dengan sesungguhnya :

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri Bandung : Lulus Tahun 2005

2. TMI Al-Amien Prenduan : Lulus Tahun 2011

3. S1 IAIN SALATIGA : Lulus Tahun 2017

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 023 Februari 2017

Penulis

MUHAMMAD KHOIRUL ANWAR