peran keluarga dalam membentuk karakter anak...
TRANSCRIPT
PERAN KELUARGA
DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK
(TELAAH SURAT AN-NAHL AYAT 78)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
OLEH :
MUHAMMAD KHOIRUL ANWAR
NIM. 11112230
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2017
vi
MOTTO
“Nindaki kewajiban kanti dasar iman
Akhlak bagus tumus, sabar alus noto ati mapan
Ta‟at lan ngabekti, perintahe gusti
Nindakno ngibadah, netepi perintah amal kang pinuji
Nyadong ridlo rahmat lan syafaat sakeng kanjeng nabi”
(Bait Syi’ir Pepali Ki Ageng Selo)
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil‟alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT
skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Ayah dan bundaku yang selalu mendo‟akan selama ananda berada di
bangku kuliah, dan memberi arahan mulai saat ananda belum mengetahui
apa-apa.
2. Kakak-kakakku, adik-adikku yang selalu membuat ananda semangat untuk
menjadi yang lebih baik.
3. Kepada Pimpinan dan para guru di pondok yang tak kenal lelah untuk
memberi motivasi kepada ananda sebelum ananda duduk di bangku kuliah
4. Kepada teman-temanku seperjuangan PAI 2012
5. Saudara-saudaraku keluarga PAI G (Serikat PAI Tujuh), Kelompok KKN
yang telah memberi pengalaman akan arti sebuah ilmu sosial, pertemanan
dan persaudaraan.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu, yang tidak bisa saya sebut satu
persatu yang selalu memberikan dukungan dan semangat pada penulis.
viii
KATA PENGANTAR
Lafadz Al-Hamdulillah, yang seharusnya kita dahulukan karena berkat
Allah SWT. Tuhan semesta alam. Dan juga berkat rahmat, taufik, serata
hidayahNya kita dapat mendengarkan kicauan burung-burung, menghirup udara
yang segar, merasakan hembusan angin, mendengarkan cercahan ombak, dan
menatap indahnya langit baik pagi dan petang yang dihiasi bintang gemintang dan
rembulan. Juga merasakan kasih, cinta, dan sayang yang tak ternilai harganya.
Keselamatan dan kesejahteraan semoga tetap tercurah-limpahkan
keharibaan baginda kita, Rasulullah SAW. Muhammad bin „Abdillah sang tokoh
revolusioner dunia, pahlawan sepanjang masa. Dialah yang mengajarkan
kebenaran tanpa mengharap imbalan, menunjukkan jalan lurus tanpa takut pedang
yang terhunus. Juga para keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti
mereka secara benar walau keadaan tidak lagi memberi senyuman.
Selanjutnya, dengan rahmat dan ma‟unah-Nya, akhirnya penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peran Keluarga Dalam Membentuk
Karakter Anak (Telaah Surat An-Nahl Ayat 78)”.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya di sana-sini
tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan.
Skripsi ini sama sekali tidak bisa terlepaskan dari bantuan banyak pihak.
Berangkat dari, “ yang tidak berterima kasih kepada manusia, berarti tidak
berterima kasih kepada Allah”. Maka, penulis haturkan terima kasih yang
ix
sebesar-besarnya kepada mereka yang telah berjasa, ikut andil dan membantu
dalam penelitian ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Bapak Muh. Hafidz, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd. selaku pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan
memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat
diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 23 Februari 2017
Penulis
Muhammad Khoirul Anwar
NIM. 111-12-230
x
ABSTRAK
Anwar, Muhammad Khoirul.2017.Peran keluarga dalam membentuk karakter
anak (telaah surat An-Nahl ayat 78). Skripsi. Salatiga. Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama
Islam Negeri Salatiga. 2017.
Kata Kunci : Peran Keluarga, Membentuk Karakter Anak
Latar belakang dari penelitian ini adalah banyak orang-orang khususnya
orang tua yang kurang faham dalam membentukan karakter anak. Sehingga
banyak anak-anak yang memiliki karakter yang tidak diharapkan oleh semua
orang. Maka dari itu kajian ini sangat dibutuhkan untuk mencari jawaban atas apa
yang harus dilakukan keluarga dalam menanamkan karakter pada anak. Dalam
penelitian ini peneliti akan mengkaji surat An-Nahl ayat 78. Bagaimana peran
keluarga dalam membentuk karakter anak, serta upaya keluarga tersebut dalam
membentuk karakter pada anak.
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau library research. Sumber
data primer menggunakan surat An-Nahl ayat 78 beserta tafsiran dan terjemahnya
menurut beberapa mufassir. Analisis data menggunakan metode tahalli. Dengan
cara menjelaskan ayat-ayat Al-Qur‟an dari seluruh aspeknya dan mengungkapkan
maksud secara terperinci sesuai urutan ayat dan surat dalam mushaf Utsmani.
Kemudian memulai uraiannya dengan mengemukakan arti kosa kata yang diikuti
dengan penjelasan mengenai arti global ayat, dan menjelaskan hubungan maksud
ayat-ayat tersebut satu sama lain, membahas asbabun nuzul jika ada, dan
menyampaikan dalil-dalil dari hadis.
Hasil penelitian dapat menunjukkan bahwa : (1) peran keluarga yang
terkandung dalam surat An-Nahl ayat 78 memiliki peran penting dalam
membentuk karakter anak, dengan mengoptimalkan potensi pada anak yakni
pendengaran, penglihatan dan hati. Berinteraksi sesuai kadar kemampuan dan
pengetahuan anak, dan memberikan teladan yang baik pada anak. (2) Upaya yang
dilakukan keluarga dapat dilakukan dengan menanamkan nilai akidah, nilai
ibadah, nilai sosial, memberikan pengawasan dan perhatian, dan menjaga
kesehatan dan jasmani.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN BERLOGO ...................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................. v
MOTTO ................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
ABSTRAK .............................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
D. Kegunaan Penelitian.................................................................................. 8
E. Metode Penelitian...................................................................................... 9
F. Penegasan Istilah ..................................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 12
BAB II KOMPILASI AYAT
A. Surat An-Nahl Ayat 78............................................................................ 14
xiii
1. Redaksi Ayat dan Terjemahnya ........................................................ 14
2. Makna Mufrodat/Kosa Kata .............................................................. 14
3. Pokok-pokok Isi Kandungan Surat An-Nahl .................................... 17
B. Pandangan Mufassir Terhadap Surat An-Nahl Ayat 78 .......................... 19
1. Tafsir An-Nahl Secara Umum .......................................................... 19
2. Tafsir An-Nahl Menurut Departemen Agama RI ............................. 20
3. Penafsiran Surat An-Nahl Ayat 78 Menurut M. Quraish Shihab...... 22
4. Penafsiran Surat An-Nahl Ayat 78 Menurut Ibnu Katsir .................. 23
5. Penafsiran Surat An-Nahl Ayat 78 Menurut Alamah Kamil Faqih
dan Tim Ulama .................................................................................. 24
BAB III MUNASABAH
A. Pengertian Munasabah ............................................................................ 27
B. Munasabah surat An-Nahl ...................................................................... 28
1. Munasabah Ayat Dengan Ayat ......................................................... 28
2. Munasabah Surat Dengan Surat ........................................................ 31
BAB IV PEMBAHASAN
A. Peran Keluarga Dalam Membentuk Karakter Anak ............................... 40
1. Melalui Pendengaran ......................................................................... 44
2. Melalui Penglihatan .......................................................................... 48
3. Melalui Hati ...................................................................................... 51
B. Upaya Keluarga Dalam Membentuk Karakter Anak .............................. 53
1. Menanamkan Nilai Akidah ............................................................... 53
2. Menanamkan Nilai dan Ajaran Ibadah ................................................. 55
xiv
3. Menanamkan Nilai Sosial ...................................................................... 56
4. Memberikan pengawasan dan perhatian .............................................. 57
5. Upaya Menjaga Kesehatan dan Jasmani .............................................. 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 60
B. Saran ........................................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an adalah suatu pedoman hidup, sebagai sumber tatanan
sesama manusia dan dengan makhluk hidup lainnya serta dengan
lingkungannya. Dengan berpedoman kepada Al-Qur‟an yang dibawa oleh
Nabi akhir zaman ini, manusia yang diangkat derajatnya sebagai khalifah
pertama di muka bumi yang dapat berfikir, bersikap dan bertindak sehingga
dapat membawa amal yang rahmatan lil alamin, karena sesungguhnya sebab-
sebab diturunkannya Al-Qur‟an adalah untuk mengangkat derajat dan
martabat manusia dari kebejatan moral dan untuk mengembalikan
kepercayaan umat manusia yang sudah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran
ketuhanan, sehingga untuk memperbaiki semua itu diturunkanlah Al-Qur‟an
yang berkaitan dengan masalah akhlaq, perilaku dan budi pekerti serta
permasalahan-permasalahan lainnya.
Banyak sekali isi kandungan yang terdapat dalam Al-Qur‟an,
diantaranya adalah sebagai sumber utama keimanan bagi kaum muslim. Di
samping itu Al-Qur‟an tidak pernah lepas hubungannya dengan aspek-aspek
penting dalam kehidupan manusia, pada saat yang bersamaan, Al-Qur‟an juga
menyediakan ajaran-ajaran tentang tingkah laku manusia dalam kehidupan
sehari-hari.
2
Dalam hal ini, Islam dan Al-Akbar (2010:59-62), menyatakan bahwa
secara garis besar, ajaran yang terkandung di dalam Al-Qur‟an ini dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian yakni ilmu tauhid, ilmu fiqih dan ilmu
akhlak.
Sangat banyak paparan dan penjelasan Al-Qur‟an maupun sunnah
Nabi Muhammad SAW, yang sangat erat kaitannya dengan berbagai nasehat,
aturan, dan cara mendidik anak secara baik. Karena pendidikan anak
merupakan salah satu tujuan utama agama Islam. Oleh karena itu agama Islam
dikatakan sebagai agama tarbiyah. Rumah merupakan lingkungan awal bagi
anak untuk tumbuh dan berkembang, khususnya dalam perkembangan organ-
organ tubuhnya, dan di sinilah pusat terpenting bagi pendidikan anak,
khususnya dalam pembentukan karakter bagi anak.
Anak adalah cahaya masa depan. Ibarat pundi kosong, anak akan
menerima air jenis apa saja yang masuk dalam kantong ajaran kehidupan,
untuk kemudian ia akan kembangkan dalam perjalanan hidup pribadinya.
Keluarga, lingkungan, dan lembaga pendidikan menjadi pilar yang akan
mengisi pundi kosong tersebut, dan menentukan seberkualitas apakah pribadi
yang dihasilkan (Susilowati,2010:44).
Ketika membicarakan tentang anak, maka akan dihadapkan pada pola
dan budaya anak, yang mana pola dan budaya anak tak akan jauh dari pola
hidup orang tua dan lingkungannya. Karena lingkungan terdekat anak akan
menciptakan suatu kebiasaan, sehingga anak akan merasa nyaman dengan
dunia tersebut. Maka peran keluarga dan lingkungan terdekat anak dinilai
3
sangat penting dan berharga dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan. Tentu
kebaikan menurut ajaran Allah SWT, dan bukan sekedar kebaikan
berdasarkan penilaian baik buruk orang sekitar (Basyaruddin,2008:48).
Tahun pertama kehidupan anak merupakan waktu yang sangat
menentukan masa depannya. Kesalahan yang terjadi pada waktu yang sangat
kritis akan membawa kerugian yang nyata pada perkembangan anak kelak.
Anak pada tahun pertama ini, merupakan investasi bagi kemajuan bangsa.
Produktivitas bangsa masa depan sangatlah ditentukan oleh bagaimana upaya
pengembangan anak dilakukan. Pengembangan anak pada usia ini, merupakan
pilihan yang bijak dalam kaitannya dengan pengembangan sumber daya
manusia guna membangun masa depan bangsa yang maju dan berkarakter.
Pada masa balita atau pada tahun pertama anak adalah tahapan yang
rentan terhadap berbagai pengaruh baik bafik maupun non-fisik, agar anak
manusia yang memiliki kualitas dan karakter yang baik, pada tahapan tersebut
pertumbuhan dan perkembangan anak harus selalu diperhatikan, diarahkan
dan dikendalikan, karena pada saat itu berbagai faktor baik, fisik, motorik,
psikologis dan sosial, sangat mempengaruhi pada pertumbuhan dan
perkembangan tersebut.
Di era digital ini, di mana informasi dan teknologi berkembang sangat
begitu cepat, yang memberikan dampak positif bagi kita. Karena mudahnya
kita semua untuk menyerap berbagai informasi dan menambah wawasan,
mempelajari dan menggali ilmu pengetahuan. Akan tetapi, di sisi yang lain
perkembangan informasi dan teknologi yang sangat cepat itu bisa dikatakan
4
memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan karakter pada anak,
kehidupan dunia maya di internet kian berkembang, banyak anak-anak saat ini
telah memasuki dunia digital tersebut yang saat ini sedang di senangi anak-
anak.
Dalam hal ini, berbagai persoalan muncul karena perkembangan
zaman yang membuat perkembangan dunia bagaikan tanpa ada sekat dan
batas yang berakibat pada sisi negatif, terjadi banyak penyimpangan moral dan
perilaku pada anak-anak dan usia remaja. Generasi muda pun sudah banyak
yang terjerumus ke dalam perilaku-perilaku negatif tersebut dari sebab tidak
adanya karakter yang tertanam pada anak tersebut, yang seharusnya menjadi
pegangan dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan
budi pekerti luhur, seperti banyaknya anak melawan orang tua, tawuran, tidak
adanya rasa hormat kepada orang yang lebih tua, dan bahkan ada yang pacaran
dan sampai melakukan hubungan yang seharusnya boleh dilakukan oleh
sepasang suami istri. Dalam hal ini, keluarga yang menjadi lingkungan
pertama kali memiliki posisi yang begitu penting, dengan harapan menjadi
sebuah cara yang tepat dalam memberikan pengarahan dan pengaruh positif
untuk membangun dan menanamkan karakter yang baik dan mulia khususnya
pada anak-anak dan generasi muda agar memiliki perilaku yang baik dan
diharapkan di masyarakat.
Keluarga merupakan tempat dimana seorang anak tumbuh dan
berkembang, sehingga keluarga banyak berperan dalam membentuk karakter
anak. Bagi kebanyakan anak, keluarga merupakan tempat yang dapat
5
mempengaruhi perkembangan anak, baru setelah itu sekolahan dan
masyarakat. Keluarga merupakan tempat paling awal yang dibangun oleh
anggota keluarga seperti kedua orang tua. Setiap keluarga dengan keluarga
lainnya memiliki perbedaan, misalnya perbedaan dalam cara mendidik anak,
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan terus menerus sampai kepada
keturunannya yang secara tidak sadar dapat membentuk karakter anak.
Keluarga merupakan pihak terdekat dengan keseharian anak, sehingga
pembentukan karakter pada anak merupakan tanggungjawab bagi setiap
keluarga. Orang tua yang mengasuh anak secara langsung dengan waktu yang
sedemikian lama dibandingkan dengan pihak lain seperti sekolahan. Keluarga
dalam hal ini adalah tempat yang sangat menentukan terhadap masa depan
perkembangan anak, dari lingkungan keluarga perkembangan anak sudah
dimulai semenjak masih dalam kandungan, anak yang belum lahir sebenarnya
sudah bisa merasakan dan merespon di dalam kandungan seorang ibu apa
yang dilakukan oleh orang tuanya.
Keluarga merupakan lembaga sosial terbesar perannya bagi
kesejahteraan sosial dan kelestarian anggota-anggotanya, terutama anak-anak.
Keluarga merupakan lingkungan sosial terpenting bagi perkembangan dan
pembentukan pribadi anak. Juga merupakan wadah tempat bimbingan dan
latihan anak sejak kehidupan mereka yang sangat muda. Dari keluargalah
diharapkan seseorang dapat menempuh kehidupannya dengan masak dan
dewasa (Noor, 2010:41).
6
Pada umumnya orang tua mengharapkan anak-anaknya untuk tumbuh
dan menjadi orang yang memiliki karakter yang baik. Sabda rasulullah SAW
bersada :
ث نا جرير عن السن بن عب يد اللو عن أب ث نا عثمان بن أب شيبة حد حدعمرو الشيبان عن عبد اللو عن النب صلى اللو عليو وسلم قال أفضل
.ااعمال أو ال مل الل ة ل ق ا وبرر ال الدين Artinya : Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah telah
menceritakan kepada kami Jarir dari al-Hasan bin Ubaidullah dari Abu Amru
asy-Syaibani dari Abdullah dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Amalan-amalan
yang paling utama adalah shalat pada waktunya dan berbakti kepada orang tua
(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist&kunci=
berbakti%20kepada%20&imam=muslim&nohdt=123&page= diakses pada
16-10-2016 pukul 11:22 WIB).
ث نا ش بة قال أخب رن ال ليد ث نا يي قال حد أخب رنا عمرو بن علي قال حدار ث نا صاحب ىذه الد زار قال س ت أبا عمرو الشيبان ي ق ل حد بن ال ي وأشار إل دار عبد اللو قال سألت رس ل اللو صلى اللو عليو وسلم أير
ال مل أحبر إل اللو ت ال قال الل ة على وق ا وبرر ال الدين وال اد ف .سبيل اللو عز وجل
Artinya : Telah mengabarkan kepada kami 'Amr bin 'Ali dia berkata; telah
menceritakan kepada kami Yahya dia berkata telah menceritakan kepada kami
Syu'bah dia berkata telah mengabarkan kepadaku Al-Walid bin Al-'Aizar dia
berkata aku mendengar Abu 'Amr Asy-Syaibani berkata telah menceritakan
kepada kami penghuni rumah ini dan mengisyaratkan ke arah rumah
'Abdullah, dia berkata 'Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW,
"Apakah amalan yang paling dicintai Allah SWT, Beliau menjawab."Shalat
pada waktunya, berbakti kepada orang tua, dan jihad di jalan Allah Azza wa
Jalla(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist&ku
nci=berbakti%20kepada&imam=nasai diakses pada 16-10-2016 pukul 11:22
WIB).
Orang tua yang ingin anaknya memiliki karakter baik harus
melakukan upaya-upaya untuk menuju ke sana, ia harus menyediakan waktu,
7
energi, pikiran, bahkan mungkin materi untuk mewujudkannya (Munir,
2010:14).
Oleh sebab itu orang tua harus selalu meluangkan waktunya untuk
selalu mengawasi dan memberi perhatian kepada anak-anaknya dengan
sepenuh hati.
Keluarga memberikan didikan dan bimbingan pertama kali bagi anak.
Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya, dengan
kata lain sifat dan kepribadian anak merupakan cerminan perilaku atau didikan
orang tuanya. Namun terkadang orang tua tidak mengetahui apa yang harus
dilakuan mereka selaku keluarga dalam menumbuh kembangkan anak
sebagaimana lembaga pendidikan pertama bagi anak. Berdasarkan permasalah
yang telah penulis paparkan, mengingat betapa pentingnya menanamkan
karakter pada anak, karena anak adalah generasi penerus bangsa, maka penulis
tertarik hatinya untuk mengambil judul “PERAN KELUARGA DALAM
MEMBENTUK KARAKTER ANAK (Telaah Surat An-Nahl Ayat 78)”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan di atas, maka
dapat penulis rumuskan masalah yang ingin penulis teliti sebagai berikut :
1. Bagaimana peran keluarga dalam membentuk karakter anak dalam surat
An-Nahl Ayat 78?
2. Upaya keluarga dalam membentuk karakter anak dalam surat An-Nahl
ayat 78?
8
C. Tujuan Penelitian
Seiring dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana peran keluarga dalam membentuk karakter anak
dalam surat An-Nahl ayat 78.
2. Mengetahui upaya keluarga dalam membentuk karakter anak dalam surat
An-Nahl ayat 78.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
semua kalangan masyarakat dan pendidik secara teoritik dan prakrik antara
lain sebagai berikut :
1. Manfaat teoritik
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran bagi pendidik pada umumnya dan orang tua pada
khususnya, terutama mengenani peran keluarga dalam membentuk
karakter anak.
2. Manfaat praktik
a. Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang karakter pada anak.
b. Memberikan motovasi dan dorongan serta contoh kepada manusia
untuk membangun karakter yang baik pada anak.
9
E. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menggunakan penelitian
pustaka (library research) dengan bahan pustaka yang berkaitan dengan
pembahasannya dalam penelitian ini, baik bahan skunder maupun primer,
serta bahan-bahan yang dapat menunjang penelitian ini..
2. Sumber Data
Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library
research), maka sumber data yang menjadi rujukan penulis adalah dari
literatur-literatur yang diambil dari sumber tertulis seperti buku, jurnal,
majalah dan dokumet resmi. Dalam penelitian ini, yang menjadi sumber
data pokok adalah surat An-Nahl ayat 78 beserta terjemah dari tafsiran
menurut beberapa mufassir. Sedangkan yang menjadi sumber data
sekunder penelitian ini, dapat dikelompokkan menjadi dua, sebagai
berikut:
a. Buku-buku yang berkenaan dengan karakter
b. Buku-buku lain yang dapat menunjang penelitian ini.
Selain beberapa literatur yang tersebut di atas, sebagai penunjang,
peneliti juga merujuk keberbagai artikel-artikel ilmiah dan internet.
3. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan suatu langkah dalam penelitian, dan
diperlurkan suatu prosedur yang sistematik, logis dan valid, baik secara
langsung (Primer) atau tidak langsung (skunder) dan (tersier). Metode ini
10
terkait dengan keperluan analisis dan pelaksanaan pembahasan (Prosess)
riset secara benar untuk menemukan kesimpulan, memperoleh jawaban
(output) dan sebagai upaya untuk memecah suatu persoalan yang dihadapi
(Ruslan,2010:27).
Sedangkan teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam
penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang
menjadi sumber data primer dan skunder. Setelah data tersebut terkumpul,
maka langkah selanjutnya yakni dengan dilakukan menelaah dalam
hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh data
dan bahan untuk penelitian.
4. Metode Analisis Data
Dari data yang diperoleh penulis untuk menganalisisnya digunakan
metode tahlili. Metode tahlili adalah metode tafsir yang menjelaskan ayat-
ayat Al-Qur‟an dari seluruh aspeknya dan mengungkapkan maksudnya
secara terperinci sesuai urutan ayat dan surat dalam mushaf Utsmani.
Mufassir memulai uraiannya dengan mengemukakan arti kosa kata yang
diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat, dan menjelaskan
hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain, membahas asbabun
nuzul jiak aka, dan menyampaikan dalil-dalil dari hadis (Budiharjo,
2012:132).
11
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul penelitian
ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam
judul ini:
1. Peran : perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan di masyarakat (KBBI,2005:854).
2. Keluarga : adalah salah satu pusat dari tri pusat pendidikan bagi anak,
keluarga merupakan lingkungan pertama tumbuh dan kembang anak,
terutama pada awal kehidupannya, dan keluarga merupakan pusat
pendidikan paling penting dan besar pengaruhnya pada anak.
3. Karakter : merupakan sifat yang tertanam di dalam jiwa dan dengan sifat
itu seseorang secara spontan dapat dengan mudah memancarkan sikap,
tindakan dan perbuatan (daryanto&darmiatun,2013:69).
4. Surat An-Nahl : surat An-nahl terdiri atas 128 ayat. Mayoritas ulama
menilainya makkiyyah, yakni sebelum Nabi Muhammad SAW, berhijrah
ke Madinah. Ada juga yang mengecualikan beberapa ayat. Misalnya ayat
126 dan dua ayat berikutnya, yang memerintahkan Nabi SAW, agar jangan
membalas kejahatan kecuali setimpal dengannya. Nama An-Nahl terambil
dari kata itu sendiri yang disebutkan pada ayat 68 surah ini. Hanya sekali
itulah Al-Qur‟an menyebutnya. Ada juga ulama yang menamainya surah
An-Ni‟am, karena banyak nikmat Allah yang duraikan di sini. Tema-tema
pokoknya bermacam-macam yakni tentang ketuhanan, wahyu dan
kebangkitan, disertai dengan beberapa persoalan samping yang berkaitan
12
dengan tema-tema pokok itu, seperti uraian tentang keesaan Allah yang
menghubungkan antara agama Nabi Ibrahim As. Dengan agama Nabi
Muhammad SAW, juga tentang kehendak Allah dan kehendak Manusia
dalam Konteks Iman dan kufur. hidayah dan kesesatan. Fungsi rasul dan
sunnatullah dalam menghadapi para pembangkang, demikian juga soal
penghalalan dan pengharaman, soal hijrah dan ujian yang dihadapi kaum
musyrikin dan muslimin dan tidak ketinggalan soal interaksi social seperti
keadilan, ihsan, infaq, menepati janji dan lain-lain (Shihab,2002:175-176).
Surat ini dinamakan An-Nahl yang berarti lebah karena di
dalamnya terdapat firman Allah SWT. Ayat 68 yang artinya : “dan
Tuhanmu mewahyukan kepada lebah.” Lebah adalah makhluk Allah yang
banyak member manfaat dan kenikmatan kepada manusia. Ada persamaan
antara madu yang dihasilkan oleh lebah dengan Al-Qur‟anul karim. Madu
berasal dari bermacam-macam sari bunga dan dia menjadi obat bagi
bermacam-macam penyakit manusia. Sedang Al-Qur‟an mengandung inti
sari dari kitab-kitab yang telah diturunkan kepada Nabi-nabi zaman dahulu
ditambah dengan ajaran-ajaran yang diperlukan oleh semua bangsa
sepanjang masa untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat (http://annahl-
o.blogspot.com diakses pada 18-10-2016 pukul 08:54).
1. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh sehingga
pembaca nantinya dapat memahami tentang isi skripsi ini dengan mudah,
13
maka penulis memberikan sistematiak penulisan dengan penjelasan secara
garis besar. Skripsi ini disusun dalam lima bab, yang sistematis dapat
dijabarkan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini dibahas tentang pendahuluan yang memuat latar belakang
masalah, penegasan istilah dalam judul, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematiak penulisan skripsi.
BAB II : Kompilasi Ayat
Pada bab ini akan diuraikan tentang redaksi surat An-Nahl dan
terjemahannya, kosa kata atau makna mufrodat, Pokok-pokok kandungan
surat An-Nahl, dan penafsirannya menurut beberapa mufassirin, diantaranya :
M. Quraish Shihab dengan tafsirnya Al-Misbah, Ibnu Katsir, dan beberapa
mufassir lainnya.
BAB III : Munasabah
berisi tentang pengertian munasabah, serta munasabah ayat dengan
ayat dan munasabah surat dengan surat.
BAB IV : Pembahasan
Pada bab ini akan menyajikan pembahasan tentang Peran keluarga
dalam membentuk karakter anak, implementasi peran keluarga dalam
membentuk karakter anak.
BAB V : Penutup
Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir dari hasil
penelitian, saran-saran dan penutup.
14
BAB II
KOMPILASI AYAT
A. Surat An-Nahl Ayat 78
1. Redaksi ayat dan terjemahannya
Dalam penelitian ini, redaksi ayat yang penetiti gunakan adalah
Al-Qur‟an surat An-Nahl Ayat 78, sebagai berikut :
Artinya :
dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan
dan hati nurani, agar kamu bersyukur (Departemen Agama RI, 2006:275).
2. Makna Mufrodat/Kosa Kata
Setelah peneliti paparkan redaksi ayat, maka untuk mempermudah
memahami ayat tersebut, maka peneliti memberikan makna mufrodat atau
kosa kata dalam ayat tersebut yang diambil dari buku syaamil Al-Qur‟an
departemen agama RI (2007:275) :
Lafadz Arti lafadz Arti
Dan Allah واهللوج ل لكم
Dan Dia menjadikan
Pendengaran السمع Mengeluarkan kalian أخرجكم
Penglihatan اابلر Dari perut-perut من بط ن
15
Hati/akal اافئدة Ibu-ibu kalian أم اتكم
ال ت لم ن
Tidak mengetahui ل لكم Agar kalian
Kalian Bersyukur تشكرون Sesuatu شيئا
Selain kosa kata yang diambil dari buku syamil Qur‟an, peneliti
juga memberikan arti kata yang diambil dari kamus, sehingga dapat
memudahkan dalam memahami ayat dalam penelitian ini, diantaranya
adalah :
a. Kata Akhrojakum (اخرجكم) merupakan bentuk fiil madhi tsulasi mazid
akhroja (اخرج) dengan ketambahan hamzah qod‟i di awalnya. Yang
semula khoroja yakhruju ( يخرج- خرج ) yang berarti keluar, Dan
ketambahan dhomir kum, sehingga menjadi akhrojakum, yang asal
mula arti kata mengeluarkan, karena ketambahan kum maka menjadi
mengeluarkan kalian (Hasanah, 2013:134). Yang dimaksud adalah
Allah telah mengeluarkan manusia dengan kekuasaannya dari perut
seorang ibu yang telah mencapai masa kehamilannya.
b. Kata buthunun (بطون) adalah jama‟ dari kata bathnun (بطه) yang
berarti perut, dalam kamus besar bahasa arab oleh Hasanah (2013:78),
jika kata buthunun diambil dari kata bathona-yabthunu-bathnan maka
memiliki arti tersembunyi, tertutup. Apabila diambil dari kata bathuna-
16
yabthunu maka memiliki arti besar perut. Sedangkan jika diambil dari
kata bathina-yabthanu memiliki arti buncit perut.
c. Kata as-sam‟ (السمع) berasal dari kata sami‟a-yasma‟u-sam‟an yang
berarti mendengar (Hasanah,2013:216).
d. Kata la ta‟lamun (ال تعلمون) merupakan bentuk fiil nahi (kata kerja
larangan) asal mula kata la taklamun (ال تعلمون) adalah dari fiil madhi
alima-ya‟lamu ( yang berarti mengetahui sesuatu, dan la (علم يعلم
taklamun (ال تعلمون) sendiri memiliki arti tidak mengetahui sesuatu,
karena ketambahan lam nahiyah (Hasanah,2013:344).
Ayat tersebut menggunakan kata (السمع) as-sam‟ atau pendengaran
dengan bentuk tunggal dan menempatkan sebelum kata (األبصبر) al-
abshar atau penglihatan-penglihatan yang berbentuk jamak serta (األفئدة)
al-af‟idah atau aneka hati yang juga berbentuk jamak (Shihab,2002:303).
Dalam hal ini, Hijazi (2010,173), mengemukakan bahwa pada kata
pertama biasanya digunakan bentuk tunggal sedangkan pada kata kedua
dipakai bentuk jamak. Dalam hal ini ternyata terdapat suatu rahasia yang
tersimpan yang begitu menakjubkan. Karena menurut penelitian telah
menunjukkan bahwa seorang bayi yang baru dilahirkan telah langsung bisa
mendengar. Sedangkan untuk penglihatan, perasaan, dan akalnya baru
akan berfungsi beberapa hari kemudian.
17
3. Pokok-pokok isi kandungan surat An-Nahl
Dalam hal ini, Departemen Agama RI (2009 :277-278),
menjelaskan beberapa pokok isi kandungan yang terdapat pada surat An-
Nahl, antara lain adalah :
a. Keimanan
Kepastian adanya hari kiamat, keesaan Allah, KekuatanNya
dan kesempurnaan ilmuNya serta dalil keesaanNya, pertanggung
jawaban manusia kepada Allah atas segala apa yang telah
dikerjakannya.
b. Hukum
Beberapa hukum tentang makanan dan minuman yang
diharamkan dan dihalalkan, kebolehan memakai perhiasan yang
bahannya berasal dari dalam laut seperti mutiara dan marjan,
dibolehkannya memakan makanan makanan yang diharamkan dalam
keadaan terpaksa, bulu binatang dari hewan yang halal dimakan
dipandang suci bila diambil ketika binatang itu masih hidup atau
sesudah disembelih, kewajiban memenuhi perjanjian dan larangan
mempermainkan sumpah, larangan mengada-adakan hukum yang tak
ada dasarnya, perintah membaca isti‟azah, yang berarti meminta
perlindungan kepada Allah SWT, dari setan-setan yang terkutuk, dan
larangan membalas siksa melebihi siksa yang telah diterima.
18
c. Kisah
Kisah-kisah Al-Qur‟an merupakan realita yang terjadi pada
masa tertentu, tempat, pelaku dan berbagai hal lainnya. Keajadian
tersebut diberitakan kembali oleh Al-Qur‟an dengan cara dan gaya
bahasa yang menarik dan menakjubkan.
Menurut Hijazi (2010:474), bahwa “Kisah-kisah Al-Qur‟an
adalah informasi tentang peristiwa yang benar-benar ada. Para
pelakunya, seperti Nabi-nabi, juga benar-benar ada. Tujuannya utama
dari pemaparan kisah dalam Al-Qur‟an adalah agar manusia memetik
pelajaran dan ibrah dari kejadian-kejadian tersebut, di samping untuk
menguatkan nubuwwah Nabi Muhammad SAW”.
Kisah yang terdapat pada Al-Qur‟an merupakan kisah yang
bukan kebohongan atau khayalan belaka yang dibuat-buat. Karena
kemurnian, kebenaran, realita serta keindahan pemaparan merupakan
ciri utama yang terdapat pada Al-Qur‟an. Dalam surat An-Nahl Ini
Allah telah mengabadikan kisah Nabi Ibrahim As.
d. Lain-lain
Asal kejadian manusia, madu adalah untuk kesehatan manusia,
nasib orang-orang yang mengajak kepada kejahatan di hari kiamat,
pandangan orang Arab Jahiliah terhadap anak perempuan, ajaran moral
dalam Islam, dan pedoman dakwah Islam.
19
B. Pandangan Mufassir terhadap Q.S. An-Nahl ayat 78
Untuk memahami serta mengetahui isi kandungan Al-Qur‟an,
seseorang bisa mempelajarinya melalui kitab-kitab dan buku-buku tafsir karya
ulama yang memang ahli dalam bidang tersebut, diantaranya adalah Tafsir Al-
Misbah karya Shihab, Tafsir Al-Qur‟anul „Aziim karya Ibnu Katsir dan
berbagai tafsir lainnya, serta peneliti memberikan penafsiran surat An-Nahl
secara umum.
1. Tafsir Surat An-Nahl Secara Umum
Tafsir menurut lughat (bahasa), berarti menerangkan atau
menyatakan. seperti firman Allah SWT, dalam Al-Qur‟an Surah Al-
Furqan ayat 33 :
Artinya :
tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang
ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang
paling baik penjelasannya (Departemen Agama RI, 2006:363).
Maksudnya Setiap kali mereka datang kepada Nabi Muhammad
SAW, membawa suatu hal yang aneh berupa usul dan kecaman, Allah
menolaknya dengan suatu yang benar dan nyata.
Sedangkan tafsir menurut syara‟ (istilah) para ulama‟ berbeda-beda
pendapat, diantaranya :
Menurut Al-kilby dalam kitabnya “At-Tashiel” yang diambil dari
Islam dan Al-Akbar (2010:92) tafsir adalah mensyarahkan, menerangkan
maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendakinya dengan nashnya atau
dengan isyaratnya, ataupun dengan tujuannya.
20
Sedangkan menurut Az Zarkasyi dalam kitab “Al-Burhan” yang
diambil dari Islam dan Al-Akbar (2010:92) tafsir adalah menerangkan
makna-makna Al-Qur‟an dan mengeluarkan hukum-hukum dan
hikmahnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, Shihab (2002:175) memberikan
penafsiran surat An-Nahl secara umum, sebagi berikut :
Surah An-Nahl ini terdiri 128 ayat. Mayoritas ulama
menilainya makkiyyah, yakni turun sebelum Nabi Muhammad
SAW, berhijrah ke Madinah. Ada juga yang mengecualikan
beberapa ayat. Misalnya ayat 126 dan dua ayat berikutnya, yang
memerintahkan Nabi SAW, agar jangan membalas kejahatan
kecuali setimpal dengannya. Mereka menilai ayat-ayat itu turun
setelah Nabi SAW, berhijrah, tepatnya setelah terbunuhnya paman
beliau, Hamzah ra., dengan sangat kejam dan memilukan pada
tahun III hijrah. Ketika itu, Nabi SAW, bermaksud membalasnya
dengan menewaskan 70 orang musyrik. Maka beliau ditegur. Ada
lagi yang berpendapat, hanya awal ayat-ayat surah ini sampai ayat
41 yang makkiyyah, selebihnya sampai akhir surah, adalah
madaniyyah. Nama an-Nahl terambil dari kata itu sendiri yang
disebut pada ayat 68 surah ini. Hanya sekali itulah Al-Qur‟an
menyebutnya. Ada juga ulama yang menamainya surah An-Ni‟am,
karena banyak nikmat Allah yang diuraikan di sini.
2. Tafsir Surat An-Nahl menurut Departemen Agama RI
Allah telah menurunkan kitab Al-Qur‟an untuk dijadikan pedoman
hidup manusia, untuk mengetahui kandungan yang ada di dalamnya,
dibutuhkannya suatu penjelasan, maka para ulama‟ dan yang ahli dalam
bidang Al-Qur‟an menafsirkan ketiap surat dalam Al-Qur‟an, dengan
demikian Al-Qur‟an dapat dipelajari bagi para muallaf yang masih kurang
dalam pemahaman Al-Qur‟an, karena dari itu Departemen Agama RI
memberikan penjelasan atau penafsiran kitab Al-Qur-an, diantaranya surat
An-Nahl ayat 78 :
21
Dalam ayat ini, Allah SWT, menjelaskan kegaiban dan
keajaiban yang sangat dekat dengan manusia. Mereka mengetahui
fase-fase pertumbuhan janin, tetapi tidak mengetahui bagaimana
proses perkembangan janin yang terjadi dalam rahim sehingga
mencapai kesempurnaan. Sejak bertemunya sel sperma dan sel
telur sampai menjadi manusia baru yang membawa sifat-sifat
kedua orang tua dan leluhurnya. Dalam proses kejadian itu terdapat
rahasia hidup yang tersembunyi.
Sesudah mencapai kesempurnaan, Allah mengeluarkan
manusia dari rahim ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apa-
apa. Tetapi sewaktu masih dalam rahim, Allah menganugrahkan
potensi, bakat dan kemampuan seperti berfikir, berbahagia,
mengindra, dan lain sebaginya pada diri manusia. Setelah manusia
lahir, dengan hidayah Allah segala potensi dan bakat itu
berkembang. Akalnya dapat memikirkan tentang kebaikan dan
kejahatan, kebenaran dan kesalahan, serta hak dan batil. Dengan
pendengaran dan penglihatan yang telah berkembang itu, manusia
mengenali dunia sekitarnya, mempertahankan hidupnya dan
mengadakan hubungan dengan sesama manusia. Dengan
perantataan akal dan indra, pengalaman dan pengetahuan manusia
dari hari ke hari semakin bertambah dan berkembang. Semua itu
merupakan rahmat dan anugerah Tuhan kepada manusia yang tak
terhingga. Oleh karena itu, seharusnyalah mereka bersyukur
kepadaNya, baik dengan cara beriman kepada keesaan Allah, dan
tidak menyekutukanNya dengan yang lain maupun dengan
mempergunakan segala nikmat Allah untuk beribadah dan patuh
kepadaNya.
Hadis Nabi SAW :
ث نا ث نا خالد بن ملد حد ثن ممد بن عثمان بن كرامة حد حدثن شريك بن عبد اللو بن أب نر عن عطاء سليمان بن ب ل حد
قال رس ل اللو صلى اللو عليو وسلم إن اللو عن أب ىري رة قال قال من عادى ل وليا ف قد آذن و بالرب وما ت قرب إل عبدي بشيء أحب إل ما اف رضت عليو وما ي زال عبدي ي قرب إل بالن افل حت أحبو فإذا أحبب و كنت س و الذي يسمع بو وبلره الذي ي بلر بو ويده الت ي بطش با ورجلو الت يشي با وإن
سألن اعطي نو ولئن اس اذن اعيذنو وما ت رددت عن شيء أنا
22
فاعلو ت ردردي عن ن فس المؤمن يكره الم ت وأنا أكره .{رواه البخاري}مساءتو
Artinya : Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin 'Utsman
bin Karamah telah menceritakan kepada kami Khalid bin Makhlad
Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal telah
menceritakan kepadaku Syarik bin Abdullah bin Abi Namir dari
'Atho` dari Abu Hurairah menuturkan, Rasulullah SAW, bersabda:
"Allah berfirman; Siapa yang memusuhi waliKu, maka Aku
umumkan perang kepadanya, dan hambaKu tidak bisa
mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai
daripada yang telah Aku wajibkan, jika hambaKu terus menerus
mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan sunnah, maka Aku
mencintai dia, jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah
pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan
pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya
yang ia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang dijadikannya
untuk berjalan, jika kalu dia meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika
meminta perlindungan kepadaKu, pasti Ku-lindungi. Dan aku tidak
ragu untuk melakukan sesuatu yang Aku menjadi pelakunya
sendiri sebagaimana keragu-raguanKu untuk mencabut nyawa
seorang mukmin yang ia khawatir terhadap kematian itu dan Aku
sendiri khawatir dia merasakan kepedihan sakitnya
(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=had
ist&kunci=pendengarannya&imam=bukhari&nohdt=6021&page=
diakses pada 09-11-2016 pukul 13:35 WIB).
3. Penafsiran Surat An-Nahl ayat 78 menurut M. Quraish Shihab
Dalam mengkaji Al-Qur‟an untuk diamalkan tidaklah semudah
mengkaji berbagai ilmu pengetahuan lainnya sebagaimana kita mudah
memahami teori-teori yang telah dikemukakan oleh para ilmuan. Akan
tetapi dalam memahami isi kandungan Al-Qur‟an maka diperlukannya
penafsiran, diantaranya penafsiran oleh Shihab dalam karyanya tafsir Al-
Misbah :
Ayat ini dapat juga dihubungkan dengan ayat yang lalu
dengan menyatakan bahwa uraiannya merupakan salah satu bukti
kuasa Allah menghidupkan kembali siapa yang meninggal dunia
serta kebangkitan pada hari kiamat. Ayat ini menyatakan : dan
23
sebagaimana Allah mengeluarkan kamu berdasar kuasa dan
ilmuNya dari perut ibu-ibu kamu sedang tadinya kamu tidak
berwujud, maka demikian juga Dia dapat mengeluarkan kamu dari
perut bumi dan menghidupkan kamu kembali. Ketika Dia
mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibu kamu, kamu semuanya
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun yang ada di sekeliling
kamu dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan-
penglihatan dan aneka hati, sebagai bekal dan alat-alat untuk
meraih pengetahuan agar kamu bersyukur dengan menggunakan
alat-alat tersebut sesuai dengan tujuan Allah menganugrahkannya
kepada kamu.
Didahulukan kata pendengaran atas penglihatan,
merupakan perurutan yang sungguh tepat, karena memang ilmu
kedokteran modern membuktikan bahwa indra pendengaran
berfungsi mendahului indra penglihatan. Ia mulai tumbuh pada diri
seorang bayi pada pekan-pekan pertama. Sedangkan indra
penglihatan baru bermula pada bulan ketiga dan menjadi sempurna
menginjak bulan keenam. Adapun kemampuan akal dan mata hati
yang berfungsi membedakan yang baik dan buruk, maka ini
berfungsi jauh sesudah kedua indra tersebut di atas. Dengan
demikian dapat dikatakn bahwa peruntutan penyebutan indra-indra
pada ayat di atas mencerminkan tahap perkembangan fungsi indra-
indra tersebut.
Dalam penafsiran yang dipaparkan Shihab dalam bukunya Al-
Misbah di atas, menguraikan bahwa pada surat An-Nahl ayat 78 ini Allah
telah memperlihatkan kekuasaan dan keluasan ilmunya memalui proses
kelahiran, dan pemberian bekal berupa pendengaran, penglihatan dan hati,
untuk meraih pengetahuan.
4. Penafsiran Surat An-Nahl Ayat 78 menurut Ibnu Katsir
Dengan adanya para mufassir, maka untuk memahami dan
mendalami isi kandungan Al-Qur‟an, baik setiap surat maupun setiap ayat-
ayat akan tampak lebih mudah. Ibnu katsir dalam tafsirnya menguraikan
penjelasan surat An-Nahl ayat 78, yakni :
Allah SWT, menerangkan barbagai karunia yang
dianugrahkan kepada hamba-hambanya tatkala mereka dikeluarkan
24
dari perut ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apa pun.
Kemudian Dia memberikannya pendengaran, penglihatan, dan hati.
Yang dimaksud dengan hati adalah akal yang berpusat di kalbu,
demikianlah menurut pendapat yang sahih. Daya dan indra ini
diperoleh manusia secara berangsur-angsur. Setiap kali tumbuh,
bertambahlah daya pendengaran, penglihatan dan akalnya hingga
dewasa. Penganugrahan daya itu dimaksudkan agar dia dapat
beribadah kepada Rabbnya dan dijadikan sarana ketaatan kepada
Tuhannya. Karena itu, Allah Ta‟ala berfirman, “Dia memberimu
pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur,” atas
aneka nikmatNya yang tidak terhitung.
Pada penafsiran ibnu katsir di atas, mengemukakan Bahwa Allah
SWT, telah memberi karunia kepada manusia tatkala manusia itu
dilahirkan, berupa pendengaran, penglihatan dan hati, ibnu katsir
berpendapat yang dimaksud hati adalah akal yang berpusat pada qalbu.
5. Penafsiran Surat An-Nahl Ayat 78 Menurut Alamah Kamil Faqih dan Tim
Ulama.
Al-Qur‟an menjelaskan berbagai macam keadaan dan situasi umat
terdahulu, seperti orang yang beriman dan berilmu serta menjelaskan
keadaan hamba-hamba Allah yang memiliki kedudukan tinggi, bahkan
diberi gelar khusus sebagai Ulul albab, untuk mereka yang memiliki
kedudukan tersebut, yang mampu mempergunakan anugerah yang
diberikan oleh Allah yakni potensi-potensi, panca indra dan lain
sebagainya. Oleh sebab itu untuk mempermudah dalam mengkaji Al-
Qur‟an, Faqih dan tim ulama memberikan penafsiran pada setiap ayat Al-
Qur‟an, diantaranya surat An-Nahl Ayat 78 ini :
Dalam bagian tentang nikmat, Al-Qur‟an mula-mula
membicarakan ihwal nikmat pengetahuan dan sarana memperoleh
pengetahuan. Al-Qur‟an mengatakan :
25
“dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatu pun.”
Secara pasti, dalam lingkungan terbatas dan tak terbuka,
kebohongan memang dapat ditoleransi. Tetapi di alam semesta
yang luas ini, kebohongan seperti itu mustahil bertahan. Karena itu,
di antara sarana-sarana untuk mengenal alam, yakni mata, telinga,
dan akal diberikan kepada kita, agar mau memahami kenyataan-
kenyataan hidup dan nikmat agung tersebut, sehingga tergugahlah
rasa syukur kita kepada sang pencipta yang pemurah, lalu kita
bersyukur kepadaNya dengan selayaknya. Ayat di atas
mengatakan:
“Dan Dia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur.”
Salah satu cara untuk mengungkapkan rasa syukur atas
sesuatu adalah dengan menggunakannya secara benar. Sebab Al-
Qur‟an mengkritik orang-orang yang mempunyai mata namun
tidak melihat, mempunyai telinga tapi tidak mendengar, dan tidak
mau mendengarkan kebenaran.
Cara yang benar untuk mengungkapkan rasa syukur karena
mempunyai mata dan telinga adalah dengan mencari pengetahuan.
Sebab ayat di atas mula-mula mengatakan bahwa manusia pada
dasarnya tidak mengetahui. Allah lah yang memberinya mata dan
telingan agar bersyukur, yakni mencurahkan hidup untuk mencari
pengetahuan.
Allah SWT, telah memerintahkan Rasulullah untuk menerangkan
ayat-ayatNya yang telah diturunkan, sebagaimana firman Allah dalam
surat An-Nahl Ayat 44, sebagai berikut :
Artinya :
keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan
kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa
yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan
(Departemen Agama RI,2006:272).
26
Maka sudah jelas bahwa diturunkannya Al-Qur‟an Kepada
Rasulullah SAW, tidaklah lain untuk menerangkan Al-Qur‟an kepada
seluruh manusia.
27
BAB III
MUNASABAH
A. Pengertian Munasabah
Menurut Ahmad bin Faris bin Zakariya dalam buku ilmu-ilmu Al-
Quran karya Budiharjo (2012:39) kata munasabah berasal dari kata naasaba-
yunaasibu-munaasabatan ( ىبس ة - يىبسب –وبسب ). Kata tersebut merupakan
bentuk tsulatsi mujaradnya nasaba ( وسب) yang memiliki arti hubungan
sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Kata nasab juga dapat berarti keturunan, sebab keturunan itu adalah
adanya hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya. Munasabah berarti
muqarrabah ( قبرب ) atau kedekatan dan kemiripan (Budiharjo,2012:39).
Sedangkan kata munasabah menurut istilah adalah adanya kecocokan,
kepantasan dan keserasian antara ayat dengan ayat atau surat dengan surat,
atau munasabah adalah kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam
Al-Qur‟an baik surat maupun ayat-ayatnya yang menghubungkan antara
uraian yang satu dengan yang lainnya (Budiharjo,2012:39).
Pendapat lain menyatakan bahwa Munasabah adalah yang
menerangkan korelasi atau hubungan antara suatu ayat dengan ayat yang lain,
baik yang ada dibelakangnya atau ayat yang ada di mukanya (Syadali dan
Rofi‟i,1997:168). Mengetahui hubungan satu ayat dengan ayat yang lain
merupakan hal yang begitu penting, tidak kalah pentingnya dengan asbabun
28
nuzul, karena munasabah ayat atau surat juga dapat membantu dalam
memahami isi kandungan Al-Qur‟an.
Asy-syatibi dalam buku Ulumul Qur‟an I (Syadali dan
Rofi‟i:1997:168) menjelaskan bahwa satu surat, walaupun dapat mengandung
banyak masalah, namun masalah-masalah tersebut berkaitan antara satu
dengan yang lainnya. Sehingga seseorang hendaknya jangan hanya
mengarahkan pandangan pada awal surat, tetapi hendaknya memperhatikan
pula akhir surat, atau sebaliknya. Karena bila tidak demikian akan terabaikan
maksud ayat-ayat yang diturunkan.
Ilmu munasabah ini dapat berperan mengganti ilmu azbabun nuzul,
apabila tidak dapat mengetahui sebab turunnya suatu ayat, tetapi kita bisa
mengetahui adanya relevansi ayat tersebut dengan ayat lainnya. Dengan
menggunakan munasabah ayat maupun surat bisa mengetahui maksud dari
diturunkannya ayat sersebut. Pada pembahasan ini penulis menjabarkan
munasabah ayat dengan ayat dan munasabah surat dengan surat sesuai dengan
ayat dan surat yang penulis kaji.
B. Munasabah surat An-Nahl
1. Munasabah ayat dengan ayat
Dalam Al-Qur‟an surat An-Nahl ini memiliki munasabah antara
ayat satu dengan ayat yang lainnya, pada penetitian ini, peneliti hanya
akan menjelasakan munasabah ayat sebelum dan sesudahnya, yakni ayat
77, 78, 79 dan 80 pada surat Anl-Nahl.
29
Artinya :
Dan kepunyaan Allah-lah segala apa yang tersembunyi di langit dan di
bumi. tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata
atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan
terbang diangkasa bebas. tidak ada yang menahannya selain daripada
Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.
Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal
dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit
binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu
berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu
domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan
(yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu) (Departemen Agama RI,
2006:275).
Pada ayat 77, dijelaskan apa yang ada di langit dan di bumi hanya
kepunyaan Allah semata, karena Allah lah yang telah menciptakan seluruh
alam seisinya, baik manusia, hewan dan tumbuhan. Setelah itu ayat
30
tersebut menyebutkan kejadian hari kiamat yang hanya berlalu sekejap
mata, dengan demikian Allah lah yang mengatur semua ini dengan
kekuasaanNya.
Kemudian pada ayat 78, Allah telah menjelaskan suatu yang ghaib
yakni proses kejadian manusia, yang mana keluarnya seorang bayi dari
rahim ibunya. Perlu diketahui pada ayat 77 dan 78 tersebut
menggambarkan betapa kuasanya Allah dalam menjadikan sesuatu dan
menghancurkannya. Sedangkan pada ayat 78 Allah telah menjadikan
sesorang dengan kuasanya melalui proses kelahiran.
Ayat 78 ini menghubungkan dengan ayat yang sebelumnya, karena
menyatakan bahwa uraiannya merupakan salah satu bukti kekuasaan Allah
menghidupkan kembali siapa yang meninggal dunia serta kebangkitan
pada hari kiamat. Ayat ini menyatakan : dan sebagaimana Allah telah
mengeluarkan kamu berdasarkan kuasaNya dan ilmuNya dari perut ibu-
ibu kamu sedang tadinya kamu tidak berwujud, mada demikian juga Dia
mengeluarkan kamu dari perut bumi dan menghidupkan kamu kembali
(Shihab,2004:303).
Pada ayat 78 berbicara tentang limpahan anugrah Ilahi kepada
manusia, sedangkan ayat 79 surat An-Nahl ini tidak menjelaskan tentang
anugrah yang telah diberikan Allah SWT, akan tetapi menekankan pada
pembuktian betapa kekuasaanNya hanya dalam genggaman tangan Allah
semata (Shihab,2004:306).
31
2. Munasabah surat dengan surat
Surat-surat yang terdapat pada Al-Qur‟an pasti memiliki
keterkaitan antara surat yang satu dengan yang lainnya. Pada penelitian ini
peneliti akan menjelaskan keterkaitan antara surat yang digunakan dalam
penelitian ini dengan surat sebelum, sesudahnya dan dengan beberapa
surat yang lainnya, yakni surat An-Nahl sebagai surat yang digunakan dan
surat Al-Hijr, surat Al-Isra‟ dan surat Yunus.
a. Keserasian antara surat An-Nahl dengan surat sebelumnya yakni surat
Al-Hijr
1) Sebagaimana umumnya surat yang diturunkan di Makkah sebelum
Nabi Hijrah ke Madinah, surat Al-Hijr dan An-Nahl berisikan
tentang ketauhidan, kerasulan dan hari kiamat.
2) Pada surat Al-Hijr Allah memerintahkan untuk selalu yakin
menyembahNya sampai ajal datang, penjelasan tersebut terdapat
pada ayat terakhir pada surat Al-Hijr yakni ayat 99 :
Artinya :
dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini
(ajal) (Depatremen Agama RI,2006:267).
Sedangkan pada surat An-Nahl juga menerangkan bahwa ketetapan
Allah pasti akan datang, tidak bisa dipercepat dan tidak bisa
diperlambat, sebagaimana terdapat pada ayat 1 surat An-Nahl :
32
Artinya :
telah pasti datangnya ketetapan Allah, Maka janganlah kamu
meminta agar disegerakan (datang) nya. Maha suci Allah dan
Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (Depatremen
Agama RI,2006:267).
3) Pada surat Al-Hijr Allah menyatakan bahwa manusia akan dimintai
pertanggungjawabannya pada hari kiamat atas apa yang
dikerjakannya di dunia, penjelasan tersebut terdapat pada ayat 92-
93 :
Artinya :
Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua.
Tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu (Depatremen
Agama RI,2006:267).
Sedangkan pada awal surat Al-Nahl Allah menegaskan kepastian
datangnya hari kiamat, dan ditegaskan lagi pertanggungjawaban
manusia itu pada surat An-Nahl ini yang terdapat pada ayat 93 :
Artinya :
Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu
umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya
dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan
Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu
kerjakan (Departemen Agama RI,2006:277).
4) Pada bagian pertama surat Al-Hijr, Allah menerangkan tentang
kebenaran Al-Qur‟an serta jaminanNya untuk memeliharanya,
yang terdapat pada ayat berikut :
33
Artinya :
Alif, laam, raa. (Surat) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat Al-
Kitab (yang sempurna), Yaitu (ayat-ayat) Al Quran yang memberi
penjelasan. Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat)
menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-
orang Muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) Makan dan
bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), Maka
kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). Dan
Kami tiada membinasakan sesuatu negeripun, melainkan ada
baginya ketentuan masa yang telah ditetapkan. Tidak ada suatu
umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat
mengundurkan (Nya) (Departemen Agama RI,2006:262).
Sedangkan dalam surat An-Nahl terdapat ancaman bagi mereka
yang mendustakan kebenaran Al-Qur‟an, sebagaimana yang
terdapat pada ayat 1 dan 2 :
Artinya :
Telah pasti datangnya ketetapan Allah. Maka janganlah kamu
meminta agar disegerakan (datang) nya. Maha suci Allah dan
Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. Dia menurunkan
Para Malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya
kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya,
Yaitu: "Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada
Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka hendaklah kamu bertakwa
kepada-Ku" (Departemen Agama RI,2006:267).
34
b. Munasabah surat An-Nahl dengan surat sesudahnya yakni surat Al-
Isra‟, antara lain adalah :
1) Dalam surat An-Nahl, Allah menyebutkan perselisihan orang-
orang Yahudi tentang hari sabtu, yang terdapat pada ayat 124 :
Artinya :
Sesungguhnya diwajibkan (menghormati) hari Sabtu atas orang-
orang (Yahudi) yang berselisih padanya. dan Sesungguhnya
Tuhanmu benar-benar akan memberi putusan di antara mereka di
hari kiamat terhadap apa yang telah mereka perselisihkan itu
(Departemen Agama RI,2006:281).
Sedangkan dalam surat Al-Isra‟ dijelaskan syariat orang Yahudi
yang ditetapkan bagi mereka dalam taurat, sebagaimana dalam ayat
2 dan 3 :
Artinya :
Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan
kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman):
"Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku, (yaitu) anak
cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh.
Sesungguhnya Dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur
(Departemen Agama RI,2006:282).
2) Pada surat An-Nahl dijelaskan bahwa Allah SWT menganjurkan
kepada Nabi Muhammad SAW untuk bersabar dan melarang Nabi
35
Bersedih atau berkecil hati yang disebabkan oleh tipu daya orang-
orang musyrik, yang terdapat pada ayat 110 dan 111 :
Artinya :
Dan Sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang
berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad
dan sabar; Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (ingatlah) suatu hari (ketika)
tiap-tiap diri datang untuk membela dirinya sendiri dan bagi tiap-
tiap diri disempurnakan (balasan) apa yang telah dikerjakannya,
sedangkan mereka tidak dianiaya (dirugikan) (Departemen Agama
RI,2006:279-280).
Sedangkan dalam surat Al-Isra‟ Allah SWT, menerangkan
kemuliaan Nabi Muhammad SAW, serta martabatnya yang tinggi
di hadapan Allah WST. Sebagaimana yang terdapat pada ayat 1 :
Artinya :
Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada
suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang
telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia
adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui (Departemen
Agama RI,2006:282).
36
3) Dalam surat An-Nahl Allah menerangkan bermacam-macam
nikmatNya, dimana kebanyakan manusia tidak mensykurinya,
yang terdapat pada ayat 112 dan 113 :
Artinya :
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah
negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang
kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi
(penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah
merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan,
disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. Dan Sesungguhnya
telah datang kepada mereka seorang Rasul dari mereka sendiri,
tetapi mereka mendustakannya; karena itu mereka dimusnahkan
azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim (Departemen
Agama RI,2006:280).
Sedangkan dalam surat Al-Isra‟ disebutkan lagi nikmat Allah yang
lebih besar yang diberikan kepada Bani Israil, tetapi mereka tidak
mensyukurinya, bahkan berbuat kerusakan di muka bumi. Yang
terdapat apda ayat 4-8 :
37
Artinya :
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu:
"Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini
dua kali[848] dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan
kesombongan yang besar". Maka apabila datang saat hukuman
bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami
datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai
kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung,
dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian Kami
berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan
Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan
Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat
baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila
datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami
datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka
kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-
musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk
membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.
Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya)
kepadamu; dan Sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan)
niscaya Kami kembali (mengazabmu) dan Kami jadikan neraka
Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman
(Departemen Agama RI,2006:282-283).
4) Dalam surat An-Nahl, Allah mengatakan bahwa madu yang keluar
dari lebah merupakan minuman yang mengandung obat bagi
manusia, yang terdapat pada ayat 68-69 :
38
Artinya :
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang
di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang
dibikin manusia", kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam)
buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah
dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman
(madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat
obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi
orang-orang yang memikirkan (Departemen Agama RI,2006:274).
Sedangkan dalam surat Al-Isra‟ diterangkan bahwa Al-Qur‟an pun
menjadi obat dan penyembuh penyakit hati, dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman, yang terdapat pada ayat 9-10 :
Artinya :
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan)
yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang
Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar, dan Sesungguhnya orang-orang yang tidak
beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka
azab yang pedih (Departemen Agama RI,2006:283).
39
c. Keserasian antara surat An-Nahl dengan surat Yunus
Surat ini dinamakan An-Nahl karena memiliki arti lebah. Lebah
merupakan makhluk Allah yang memiliki manfaat dan kenikmatan
kepada manusia, madu yang dihasilkan oleh lebah berasal dari
berbagai sari bunga dan menjadi obat berbagi macam penyakit, yang
terdapat pada ayat 68 :
Artinya :
dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di
bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin
manusia"( Departemen Agama RI,2006:274).
Sedangkan dalam surat Yunus berisi tentang Al-Qur‟anul
Karim yang mengandung intisari kitab-kitab sebelumnya, menjelaskan
ajaran-ajaran yang diperlukan oleh manusia untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat, terdapat pada ayat 57 :
Artinya :
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman
(Departemen Agama RI,2006:215).
40
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Peran Keluarga Dalam Membentuk Karakter Anak
Lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat
merupakan tiga pusat pendidikan, dan keluarga merupakan lingkungan paling
pertama yang dapat memberikan pengaruh pada anak. Keluarga juga
merupakan lingkungan yang paling kuat dibandingkan dengan lingkungan
pendidikan yang lainnya, karena keluarga tempat di mana anak terlahir ke
dunia ini.
Dalam buku Prophetic Parenting, cara Nabi SAW Mendidik anak oleh
Suwaid (2010:46) Imam Ghozali mengatakan anak adalah amanat di tangan
kedua orang tuanya. Hatinya yang suci adalah mutiara yang masih mentah,
melum dipahat maupun dibentuk. Mutiara ini dapat dipahat dalam bentuk apa
pun, mudah condong kepada segala sesuatu. Apabila dibiasakan dan diajari
dengan kebaikan, maka dia akan tumbuh dalam kebaikan itu, dan sebaliknya
apabila dibiasakan dengan keburukan dan dilalaikan maka anak akan celaka
dan binasa.
Islam terus mendorong agar keluarga dapat menjadi basis utama
pendidikan bagi seluruh anggota masyarakat. Hal ini juga tercermin dalam
semangat ajaran agama Islam yang menginginkan agar kehidupan rumah
tangga selalu dalam kondisi tenang, stabil, rukun dan harmonis (Syantut,
2007:24).
41
Oleh sebab itu Rasulullah SAW memberikan tanggung jawab anak
kepada kedua orang tuanya sebagai tanggung tawab yang penuh. Sebagaimana
sabda Rasulullah SAW :
ثن نافع عن عبد اللو رضي ث نا يي عن عب يد اللو قال حد ث نا مسدد حد حدأن رس ل اللو صلى اللو عليو وسلم قال كلركم راع فمسئ ل عن اللو عنو
م والرجل راع على أىل رعي و فاامري الذي على الناس راع وى مسئ ل عن م والمرأة راعية على ب يت ب ل ا وولده وىي مسئ لة ب ي و وى مسئ ل عن م وال بد راع على مال سيده وى مسئ ل عنو أال فكلركم راع وكلركم عن
مسئ ل عن رعي و Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami
Yahya dari 'Ubaidulloh berkata, telah menceritakan kepadaku Nafi' dari
'Abdullah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung
jawaban atas yang dipimpinnya. Amir (kepala Negara), dia adalah pemimpin
manusia secara umum, maka dia akan diminta pertanggung jawaban atas
mereka. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggung jawaban atas mereka. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam
rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya dan dia akan diminta
pertanggung jawaban atas mereka. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin
dalam urusan harta tuannya dia akan diminta pertanggung jawaban atasnya.
Ketahuilah bahwa setiap kalian adalah pemimipin dan setiap kalian akan
diminta pertanggung jawaban atas siapa yang dipimpinnya
"(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist&kunci
=setiap%20kalian%20adalah%20pemimpin&imam=bukhari&nohdt=2368&pa
ge= diakses pada 27-03-2017 pukul 13:28 WIB).
Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, seorang bayi yang dilahirkan
bagaikan selembar kertas putih yang belum ada setitikpun tinta. Kedua orang
tua merupakan pendidik pada salah satu pusat pendidikan yaitu lingkungan
keluarga, dan keluargalah orang pertama yang akan memberikan tinta di atas
kertas tersebut. Seperti yang disabdakan Rasulullah SAW, sebagai berikut :
42
ث نا عبد ال زيز ي ن الدراوردي عن ال ء عن أبيو ث نا ق يبة بن س يد حد حدأن رس ل اللو صلى اللو عليو وسلم قال كلر إنسان تلده أمرو عن أب ىري رة
على الفطرة وأب اه ب د ي دانو وي نلرانو وي سانو فإن كانا مسلم فمسلم كلر إنسان تلده أمرو ي لكزه الشيطان ف حضن يو إال مري واب ن ا
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah
menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz Ad Darawadri dari Al 'Ala dari
bapaknya dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: "Setiap anak itu dilahirkan
dalam keadaan fitrah lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai
seorang yahudi, nasrani dan majusi. Apabila kedua orang tuanya muslim,
maka anaknya pun akan menjadi muslim. Setiap bayi yang dilahirkan dipukul
oleh syetan pada kedua pinggangnya, kecuali Maryam dan anaknya
(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist&kunci=
keadaan%20fitrah&imam=muslim&nohdt=4807&page= diakses pada 08-12-
2016 pukul 10:16 WIB).
Oleh sebab itu berikanlah tinta pada kertas tersebut tenta kebaikan,
sehingga anak-anak tumbuh dan berkembang dengan memiliki karakter yang
baik. Dapat dikatakan juga bahwa anak yang baru dilahirkan merupakan
manusia yang primitif, yang semula tidak mengetahui apa-apa, tidak memiliki
pengetahuan, lalu mereka belajar dan berkembang dengan bantuan orang-
orang yang ada di sekitarnya, sehingga panca indra yang dimiliki setiap anak
yang baru dilahirkan dapat bekerja dengan baik. Pola asuh dan pola didik pada
anak merupakan suatu yang sangat penting untuk dilakukan oleh setiap orang
tua, mengingat pada masa-masa tersebut anak tengah mengalami pertumbuhan
dan perkembangan fisik, motorik dan gerak.
Yang perlu diketahui dan dipahami oleh para orang tua adalah tentang
hakekat anak itu sendiri. Banyak orang yang memandang anak sebagai orang
dewasa dalam bentuk kecil, akibatnya mereka seringkali menyikapi anak
43
seperti menyikapi orang dewasa atau mereka membiarkan anak tumbuh dan
berkembang dengan sendiri, tanpa bantuan dan bimbingan. Sikap yang seperti
itu jelasa tidak benar, bahkan sangat berbahaya bagi perkembangan
kepribadian anak.
Dalam dunia pendidikan ada beberapa tokoh yang mengungkapkan
konsep teori pemahaman dan pendidikan tentang anak. Salah satunya teori
Nativisme yang dipelopori oleh Schoupenhouer, teori ini berkesimpulan
bahwa hakekatnya anak adalah orang dewasa yang berbentuk kecil. Campur
tangan manusia terhadap pertumbuhan dan perkembangannya justru akan
membuat rusaknya anak, biarkan alam lingkungan yang mendidiknya. Dengan
demikian pendidikan cukup menyediakan lingkungan yang sekondusif
mungkin terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak (Cholil, 2011:66).
Untuk membentuk karakter pada anak dapat dilakukan dengan
kepedulian dan keteladanan orang tua dengan cara memperkenalkannya sejak
dini dan mendampinginya. Struktur terkecil dalam masyarakat ini menjadi
kunci awal dalam pembentukan nilai karakter pada anak. Keluarga adalah
pembentuk paling signifikan dalam diri seseorang. Anak mengenal arti baik
dan buruk dari keluarga melalui apa yang sering dilihat, didengar dalam
keluarga, ucapan, tindakan yang ditampilkan khususnya oleh orang tua.
Sehingga kita mengenal istilah bahasa arab “al ummu madrasatul „ula” ibu
adalah tempat pendidikan pertama dalam kehidupan seorang manusia. Ibu
sebagai simbol keluarga, dan rumah awal kehidupan merupakan sejarah
pembangun nilai dan karakter anak, sehingga sebuah ungkapan menyatakan :
44
“jika di rumah penuh dengan celaan, maka anak akan biasa memaki. Jika di
rumah penuh dengan permusuhan, maka anak akan belajar berkelahi. Jika di
rumah penuh dengan olok-olok, maka anak belajar rendah diri. Jika di rumah
penuh dengan iri hari, maka anak belajar kedengkian. Jika di rumah selalu
dipermalukan, maka anak belajar merasa bersalah. Jika di rumah penuh
dengan dorongan, maka anak belajar percaya diri, dan seterusnya” (Saleh,
2012:10-11).
Pada pembahasan ini, penulis akan memaparkan analisis peran
keluarga dalam membentuk karakter anak sesuai dengan ayat-ayat yang dikaji
yaitu pada surat An-Nahl ayat 78. Ayat ini menggambarkan bagaimana anak
dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, akan tetapi Allah telah
memberikan bekal, yakni pendengaran, penglihatan dan hati, karena anak
dilahirkan dalam lingkungan keluarga, maka di sinilah tanggung jawab
keluarga untuk mendidik dan mengembangkan apa yang dimiliki anak. Dalam
hal ini untuk menanamkan karakter pada anak melalui 3 piranti tersebut :
1. Melalui pendengaran
Dalam surat An-Nahl ayat 78 terdapat kata As-sam‟u yang
memiliki arti pendengaran. Pendengaran adalah suatu alat yang diberikan
Allah SWT pada manusia, pendengaran berfungsi untuk menyerap
informasi melalui suara yang ada di sekitarnya.
Untuk menamakan suatu karakter yang baik pada anak, maka yang
harus dilakukan setiap keluarga adalah dengan melalui pendengaran pada
setiap anak yakni memberi nasehat yang baik (Mauidzah hasanah),
45
mauidzah merupakan nasehat yang mampu menyentuh kalbu dan
menumbuhkan semangat beramal. Maka dengan mauidzah akan tercipta
karakter yang baik pada anak.
Dalam hal ini, Jauhari (2006 : 65) menyatakan bahwa Dalam
penyampaian mauidzah Rasulullah telah menjelaskan dalam hadisnya :
أمرنا اهلل أن نكلم الناس على قدر : قال رس ل اهلل صلى اهلل عليو وسلم )رواه مسلم (عق م
Artinya :
Rasulullah SAW, bersabda : kita diperintahkan untuk selalu berbicara
dengan manusia menurut kemampuan akalnya (HR. Muslim).
وقد اتذ رس ل اهلل صلى اهلل عليو وسلم ف طريق ت ليمو الناس ادع إل سبيل "ودع اتم إل الري طري قة القرآن الكري من ق لو ت ال
" ربك بالكمة والم ع ة السنة وجاد م بالت ىى أحسن Artinya :
Rasulullah SAW, dalam mengajari dan mengajak manusia kepada
kebaikan, selalu menggunakan cara yang digambarkan Allah dalam Al-
Qur‟an, “Panggillah (manusia) ke jalan Tuhan-mu dengan hikmah(lemah
lembut) nasehat yang baik dan jika lebih baik, ajaklah mereka berdiskusi”.
Jadi sebagai orang tua harus dapat memilah dan memilih kata
dalam memberikan nasehatnya, karena setiap kata yang keluar dari apa
yang diucapkan orang tua kepada anak akan cepat ditangkap dan melekat
pada ingatan anak tersebut.
Ucapan bukanlah penentu pembentukan karakter pada anak, tapi
harus disadari bahwa ucapan juga memiliki peranan penting dalam
pembentukan karakter pada anak, karena anak akan dapat menirukan apa
yang diucapkan oleh orang sekitar khususnya kedua orang tuanya, oleh
46
sebab itu sebagai orang tua alangkah baiknya mengucapkan perkataan
yang baik pada anak.
Islam telah mengajarkan untuk mengadzani bayi yang baru
dilahirkan karena disitu terdapat hikmah yang begitu besar, sebagai mana
yang telah diungkapkan Ibnu Qayyim ramimahullah dalam buku Prophetic
Parenting, Cara Nabi Mendidik Anak oleh Suwaid (2010:103) dia
mengatakan :
a. Agar ucapan pertama yang masuk ke dalam telinga manusia adalah
kata-kata yang mengungkapkan sifat-sifat kebesaran Allah,
keagunganNya, dan syahadat yang menjadi syarat sah masuk Islam. Itu
semua menjadi seperti talqin bagi si bayi dengan syiar Islam ketika dia
masuk ke dalam kehidupan dunia, sebagaimana nantinya dia juga akan
ditalqin dengan tauhid ketika keluar dari dunia.
b. Harus diakui tentang sampainya dampak adzan ini ke dalam hari si
bayi walaupun dia tidak merasakannya.
c. Kaburnya setan karena mendengar adzan. Sebelumnya, setan ini
mengintai si bayi sampai dia dilahirkan, kemudian mengikutinya untuk
menggodanya sebagai aplikasi ketentuan dan kehendak Allah WST.
Maka, di saat pertama kali ada keterkaitan dengan si bayi ini, setan
sudah harus mendengar suatu yang dapat melemahkannya dan
membuatnya gusar.
d. Ajakan kepada Allah, kepada agama Islam dan kepada beribadah
kepadaNya harus mendahului ajakan setan. Sama seperti fitrah Allah
47
yang digariskan bagi umat manusia, yakni selalu mendahului
perubahan fitrah yang dilakukan oleh setan. Dan hikmah-hikmah
terpendam lainnya.
Islam juga telah mengajarkan untuk memberikan nama yang baik
bagi bayi yang dilahirkan, karena dengan nama yang baik memiliki
dampak yang positif pada jiwa dari pertama kali mendengarnya.
Sebagaimana hadis Nabi yang diriwayatkan oleh abu dawud dan an-Nasa‟I
dari Abu Wahb al-Jusysyami :
تسمر ا بأساء اانبياء وأحبر : قال رس ل اهلل صلى اهلل عليو وسلم عبد اهلل و عبد الرحن و أصدق ا حارث و هام و :ااساء إل اهلل
. أق ب ا حرب و مرة Artinya :
Rasulullah SAW, bersabda : Pakailah nama-nama para Nabi. Nama yang
paling dicintai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman. Nama yang
paling jujur adalah Harits (orang yang memiliki keinginan) dan Hammam
(orang yang memiliki cita-cita). Nama yang paling buruk adalah Harb dan
Murrah(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=had
ist&kunci=harb%20dan%20murrah&imam=abudaud diakses pada 22-11-
2016 pukul 16:02 WIB).
Dan hadis lain yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu
Darba‟ radhiyallahu „anhu :
إنكم تدع ن ي م القيامة : قال رس ل اهلل صلى اهلل عليو و سلم . بأسااكم و أساء آبااكم فأحسن ا أساءكم
Artinya : Rasulullah Shollallahu álaihi wa sallam bersabda : sesungguhnya
pada hari kiamat kelak kalian akan dipanggil dengan nama kalian dan
nama bapak kalian. Oleh karena itu, indahkanlah nama kalian
(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist&ku
nci=akan%20dipanggil%20dengan%20nama&imam=abudaud diakses
pada 22-11-2016 pukul 16:02 WIB.
48
2. Melalui penglihatan
Pada kata yang terdapat dalam surat An-Nahl ayat 78 setelah As-
sam‟u adalah Al-Abshoru yang artinya penglihatan. Bagaimanapun juga
orang tua adalah panutan bagi anak, materi yang baik tidak akan mampu
diterima oleh anak, apabila para penyampai materi tersebut tidak
mencerminkan apa yang disampaikan. Maka orang tua harus memberikan
teladan yang baik bagi anaknya. Keteladanan sikap merupakan langkah
penting dalam membentuk karakter sebagai pribadi yang unggul, karena
anak adalah peniru ulang dalam setiap hal baik positif maupun negatif,
sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
س م سنة حسنة ف قال رس ل اللو صلى اللو عليو وسلم من سن ف الف لو أجرىا وأجر من عمل با ب ده من غري أن ي ن قص من أج رىم شيء س م سنة سيئة كان عليو وزرىا ووزر من عمل با من ومن سن ف ال
.ب ده من غري أن ي ن قص من أوزارىم شيء Artinya : Maka Rasulullah SAW pun bersabda: "Barangsiapa yang
memulai mengerjakan perbuatan baik dalam Islam, maka dia akan
memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mencontoh perbuatan itu,
tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang
memulai kebiasaan buruk, maka dia akan mendapatkan dosanya, dan dosa
orang yang mengikutinya dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit
pun(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist
&kunci=mengurangi%20dosa&imam=muslim&nohdt=4831&page=
diakses pada 22-11-2016 pukul 16:05 WIB).
Sedangkan dalam surat Al Ahzab, Allah berfirman :
49
Artinya :
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (Departemen
Agama RI,2006:420).
Perlu diketahui bahwa anak kebanyakan meniru apa yang
dilakukan orang tuanya. Teladan yang baik memiliki peran yang begitu
besar terhadap perkembangan anak. Karena anak akan menirukan apa
yang dilakukan oleh orang sekitarnya terutama kedua orang tuanya.
Seperti dalam sabda Rasulullah Shollallahu „alaihi wa sallam :
ث نا ابن أب ذاب عن الزرىري عن أب سلمة بن عبد ث نا آدم حد حدقال النبر صلى اللو عليو : الرحن عن أب ىري رة رضي اللو عنو قال
وسلم كلر م ل د ي لد على الفطرة فأب اه ي دانو أو ي نلرانو أو ي سانو .كمثل الب يمة ت ن الب يمة ىل ت رى في ا جدعاء
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan
kepada kami Ibnu Abu Dza'bi dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin
'Abdurrahman dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah SAW, bersabda:
"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang
tunyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau
Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak
dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya
(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist&ku
nci=melihat%20ada%20cacat&imam=bukhari&nohdt=1296&page=
diakses pada 22-11-2016 pukul 16:05 WIB).
Suwaid dalam buku Prophetic Parenting cara Nabi mendidik anak
yang di terjemahkan oleh Qurusy (2010:139) mengemukakan bahwa
Rasulullah SAW, memerintahkan kedua orang tua untuk menjadi teladan
yang baik dalam bersikap dan bertindak, serta berperilaku jujur dalam
50
berhubungan dengan anak. Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dari Abu Hurairah ra :
ثن عقيل عن ابن ش اب عن ث نا ليث قال حد ث نا ح اج قال حد حدعن رس ل اللو صلى اللو عليو وسلم أنو قال من قال للب أب ىري رة
.ت ال ىاا ي طو ف ي كذبة Artinya : Telah menceritakan kepada kami Hajjaj telah menceritakan
kepada kami Laits telah menceritakan kepadaku 'Uqail dari Ibnu Syihab
dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
bahwasanya beliau bersabda: "Barangsiapa mengatakan kepada anak kecil;
'Kemarilah aku beri sesuatu, ' namun ia tidak memberinya maka ia telah
berbohong(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=
hadist&kunci=kemarilah%20aku%20beri%20sesuatu&imam=ahmad
diakses pada 22-11-2016 pukul 16:05 WIB).
Anak-anak akan selalu memperhatikan dan meneladani sikap dan
perilaku orang dewasa. Apabila mereka melihat kedua orang tuanya
berperilaku jujur, mereka akan tumbuh dalam kejujuran. Demikian
seterusnya (Suwaid,2010:140).
Ketika anak sudah bisa melihat apa yang dilakukan oleh orang
tuanya, seperti melakukan shalat dan membaca Al-Qur‟an, anak seusia ini
harus diikutsertakan dalam kegiatan shalat berjamaah di rumah. Ajaklah
anak untuk duduk bersama, menyimak dan mendengarkan bacaan Al-
Qur‟an ataupun do‟a-do‟a yang dibacakan oleh orang tuanya
(Syantut,2007:96).
3. Melalui hati
Hati akan membentuk karakter seseorang, karena Rasulullah SAW,
pernah berpesan kepada para sahabatnya, bahwasannya di dalam diri
manusia itu terdapat hati yang harus diutamakan dan di jaga, apabila hati
51
itu baik maka baiklah tubuh tersebut, dan sebaliknya. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW :
ث نا زكرياء عن عامر قال س ت الن ر مان بن بشري ث نا أب ن يم حد حدس ت رس ل اللو صلى اللو عليو وسلم ي ق ل ال ل ب والرام ي ق ل
ن ما مشب ات ال ي لم ا كثري من الناس فمن ات قى المشب ات ب وب ي رأ لدينو وعرضو ومن وقع ف الشرب ات كراع ي رعى ح ل المى اس ب ي شك أن ي اق و أال وإن لكل ملك حى أال إن حى اللو ف أرضو مارمو أال وإن ف السد مضغة إذا صل ت صلح السد كلرو وإذا
فسدت فسد السد كلرو أال وىي القلب Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim Telah
menceritakan kepada kami Zakaria dari 'Amir berkata; aku mendengar An
Nu'man bin Basyir berkata; aku mendengar Rasulullah SAW, bersabda:
"Yang halal sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas. Namun diantara
keduanya ada perkara syubhat yang tidak diketahui oleh banyak orang.
Maka barangsiapa yang menjauhi diri dari yang syubhat berarti telah
memelihara agamanya dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang sampai
jatuh (mengerjakan) pada perkara-perkara syubhat, sungguh dia seperti
seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di pinggir jurang
yang dikhawatirkan akan jatuh ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja
memiliki batasan, dan ketahuilah bahwa batasan larangan Allah di bumi-
Nya adalah apa-apa yang diharamkan-Nya. Dan ketahuilah pada setiap
tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka baiklah tubuh tersebut
dan apabila rusak maka rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah hati
(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist&ku
nci=ia%20adalah%20hati&imam=bukhari diakses pada 22-11-2016 pukul
16:05 WIB).
Menurut Nashori (2003,114) menerangkan bahwa Qalbu
merupakan materi organik yang memiliki sistem kognisi yang berdaya
emosi. Ia berada di jantung. Qalbu memiliki kemampuan untuk
memperoleh pengetahuan melalui cita-rasa. Allah berfirman dalam Al-
Qur‟an surat Al-Taghabun ayat 11 :
52
Artinya :
tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin
Allah; dan Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan
memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu (Departemen Agama RI,2006:557).
Orang tua harus mempersiapkan dirinya secara keseluruhan, baik
lahir maupun batin. Harus memiliki sifat kasih sayang, khususnya kepada
anak-anaknya tanpa membeda-bedakan, dengan tidak pilih kasih terhadap
anaknya.
Do‟a adalah cermin hati yang merefleksikan cinta dan kasih
sayang. Do‟a adalah bukti hati yang berbakti. Hati yang penuh dengan
cinta akan selalu melantunkan do‟a yang terucap di lidah seperti
keluarnya-masuknya nafas. Semakin bertambah rasa cinta dan kasih
sayang antara kedua orang tua dengan anak, maka semakin banyak pula
do‟a yang diucapkan (Suwaid,2010:246).
Sebagaimana sabda Rasulullah :
س ااي ث نا عبد اللو بن بكر الس مير عن ىشام الد ث نا أب بكر حد حدقال رس ل اللو : عن يي بن أب كثري عن أب ج فر عن أب ىري رة قال
صلى اللو عليو وسلم ث ث دع ات يس اب ن ال شك في ن دع ة الم ل م ودع ة المسافر ودع ة ال الد ل لده
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar telah menceritakan
kepada kami Abdullah bin Bakr As Sahmi dari Hisyam Ad Dastuwa`i dari
Yahya bin Abu Katsir dari Abu Ja'far dari Abu Hurairah dia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tiga macam do`a yang
53
akan di kabulkan dan tidak ada keraguan pada ketiganya, yaitu; do'a orang
yang di dzalimi, do'anya orang musafir dan do'a orang tua kepada anaknya
(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist&ku
nci=do\%27a%20orang%20yang%20di%20dzalimi&imam=ibnumajah
diakses pada 23-11-2016 pukul 16:09 WIB).
Serupa dengan pernyataan di atas bahwasannya ketiga piranti
tersebut dapat dibina dan dibimbing sehingga menghasilkan suatu perilaku
yang nantinya dapat terbentuknya karakter yang baik pada anak. Perilaku-
perilaku yang menggambarkan surat An-Nahl ayat 78 yakni selalu
bersikap rendah hati, selalu menggunakan akal, pikiran dan hati nurani,
serta selalu menjaga keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
B. Upaya Keluarga Dalam Membentuk Karakter Anak
Berkenaan dengan itu semua, maka terdapat upaya yang harus
dilakukan setiap keluarga dalam membentuk karakter anak sebagai berikut :
1. Menanamkan nilai Akidah
Menanamkan akidah merupakan pokok dasar manusia dalam
menjalani kehidupan di dunia ini. Membangun dan menanamkan nilai-
nilai akidah pada diri anak inilah yang harus dilakukan oleh setiap orang
tua, yakni dengan menanamkan keyakinan bahwa Allah itu maha esa
beserta sifat-sifat yang mulia. Dalam hal ini telah dicontohkan oleh
lukman hakim yang diabadikan Allah dalam Al-Qur‟an :
54
Artinya :
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah SWT, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kedzaliman yang besar" (Departemen Agama
RI,2006:412).
Langkah yang harus dilakukan dalam menanamkan nilai-nilai
aqidah pada anak yakni dengan membiasakan anak mendengarkan
lantunan ayat-ayat Al-Qur‟an, ceramah agama, kalimah toyyibah, serta
ucapan-ucapan yang sopan dan santun dari orang sekitarnya.
Mengumandangkan adzan pada anak yang baru dilahirkan
merupakan salah satu cara menanamkan akidah pada anak sejak dini,
sebagaimana Rasulullah SAW, bersabda :
ث نا سفيان عن عاصم بن عب يد اللو عن عب يد اللو ث نا وكيع قال حد حدأن النب صلى اللو عليو وسلم أذن ف أذن السن بن أب رافع عن أبيو
بن علي ح ولدتو فاطمة Artinya : Telah menceritakan kepada kami Waki' dia berkata, telah
menceritakan kepada kami Sufyan dari 'Ashim bin 'Ubaidullah dari
'Ubaidullah bin Abu Rafi' dari dari ayahnya, bahwa Nabi SAW,
mengumandangkan adzan pada telinga Hasan bin 'Ali ketika Fatimah
melahirkannya(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katc
ari=hadist&kunci=adzan%20pada%20telinga%20hasan&imam=ahmad
diakses pada 28-03-20017 pukul 08:01 WIB).
Dengan mengumandangkan adzan pada anak yang baru dilahirkan,
Ibnu Qayyim Ra berpendapat bahwa rahasia dilakukan adzan mengandung
harapan yang optimis, agar pertama kali yang terdengar di telinga bayi
adalah seruan Adzan yang mengandung makna keagungan dan kebesaran
Allah SWT. serta syahadat yang menjadi sarat utama bagi seseorang yang
baru pertama kali masuk Islam(Rif‟ani,2013:45).
55
Adzan yang dikumadangkan pada anak yang baru dilahirkan dapat
juga untuk mengusir setan yang selalu berupaya mengganggu sang bayi
semenjak kelahirannya dan memulai kehidupan barunya di dunia.
Rasulullah bersabda yang artinya “jika diserukan adzan untuk shalat,
setan lari terbirit-birit dengan mengeluarkan kentut sampai tidak
mendengar seruan adzan”(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
2. Menanamkan nilai dan ajaran ibadah
Menanamkan ajaran ibadah ini merupakan suatu langkah untuk
menyempurnakan penanaman nilai-nilai akidah. Karena hakekat ibadah
sebagaimana yang dikatakan Al Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya :
ال بادة عبارة عما يمع كمال الم بة والض ع وال ف Artinya :
Ibadah itu ialah suatu pengertian yang mengumpulkan kesempurnaan
cinta, tunduk dan takut (Ash Shiddiqy,2000:9).
Sebagaimana penjelasan yang diutarakan oleh ibn katsir tersebut,
ibadah merupakan suatu tatanan yang mengatur hidup manusia sebagai
hamba Allah yang harus tunduk, takut dan patuh kepadaNya. Kecintaan,
ketundukan dan patuh senantiasa dibuktikan dalam melaksanakan ibadah
yang sudah diatur dalam syariat Islam, serta senantiasa takut akan
siksaNya kelak di akhirat apabila tidak tunduk dan patuh terhadap syariat
yang sudah ditetapkan.
Secara umum ibadah berarti mencakup semua perilaku dalam
kehidupan manusia yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
Allah SWT. oleh sebab itu orang tua perlu menanamkan nilai ibadah ini
56
pada anak, karena ibadah ini merupakan bentuk kecintaan dan ketundukan
kepada Allah SWT.
3. Menanamkan nilai sosial
Manusia adalah makhluk sosial, dimana Allah menciptakan
manusia agar melakukan interaksi sosial. Dalam berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya, dianjurkan kepada kita untuk menampilkan akhlak
social yang baik (Prayitno, 2004: 51).
Rasulullah SAW, dalam banyak sabdanya telah mengajarkan
bagaimana berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai tingkat usia.
Bagaimana cara berinteraksi dengan orang tua, dengan anak muda bahkan
dengan teman sebaya dan anak-anak, dengan upaya ini maka akan tercipta
sifat dan karakter anak berjiwa sosial.
Sejak terlahirnya anak kedunia ini hingga genap berusia dua tahun,
sudah harus ditanamkan jiwa bermasyarakat pada diri anak. Pendidikan
bermasyarakat yang dilakukan sejak usia dini akan membekas sepanjang
masa (Syantut,2007:32).
4. Memberikan pengawasan dan perhatian
Perhatian merupakan suatu keadaan yang mengungkapkan suatu
perasaan, mengungkapkan rasa cinta yang sifatnya sangat kuat dan penuh
kelembutan. Cinta orang tua kepada anak adalah cinta yang murni, tanpa
belas jasa, cinta orang tua terhadap anaknya benar-benar diberikan atas
dasar kepada kepentingan anaknya, cinta orang tua yang tulus akan
menjadi dasar bagi pembentukan karakter pada anak. Dengan selalu
57
mencurahkan perhatian penuh dengan mengikuti aspek akidah, dan moral
anak, mengawasi dan memperhatikan kesiapan mental dan sosial.
Islam dengan keuniversalan prinsipnya dan peraturannya yang
abadi, memerintahkan para bapak, ibu dan pendidik untuk memperhatikan
dan senantiasa mengikuti serta mengawasi anak-anaknya dalam segala
segi kehidupan dan pendidikan yang universal (Ulwan,1999:275).
Perhatian dan pengawasan Rasulullah SAW, yang dilakukan
terhadap setiap orang di dalam masyarakat, telah menggariskan kepada
para pendidik suatu metode luhur dalam pendidikan, tatacara efektif dan
berpengaruh dalam bimbingan. Oleh sebab itu, mereka harus berusaha
sekuat tenaga dalam mencurahkan segala perhatiannya untuk
membahagiakan dan memperbaiki anak, termasuk meninggikan derajat
mereka dari segi mental, spiritual dan moral. Apabila perhatian dan
pengawasan yang nyata dapat memberikan manfaat untuk manusia
dewasa, maka anak kecil tentu akan lebih bermanfaat. Sebab, anak kecil
memiliki kecenderungan kepada kebaikan, kesiapan fitrah, kejernihan
jiwa, yang tidak dimiliki manusia dewasa. Dengan kata lain, anak sangat
mudah untuk menjadi baik dan terbentuk karakter yang baik pula, jika
memang tersedia faktor lingkungan yang baik dalam rumah, sementara itu
pendidik akan mendapatkan kesulitan dalam memperbaiki anak, jika kaum
dewasa adalah kaum yang tidak memberikan perhatian dan
pengawasannya (Ulwan,1999:287).
58
5. Upaya menjaga jasmani dan kesehatan
Keluarga juga memiliki peranan penting dalam pertumbuhan
jasmani anak, baik dalam aspek perkembangan maupun aspek
pertumbuhan. Asupan gizi yang baik merupakan kebutuhan anak yang
harus dipenuhi oleh setiap orang tua.
Agama Islam memberikan perhatian besar terhadap kesehatan
manusia secara umum, khususnya kesehatan anak-anak. Banyak sekali
anjuran dalam Islam untuk segera berobat. Sebab, berobat adalah
penyembuhan mendasar bagi kesehatan tubuh (Suwaid, 2010:524).
Sebagaimana sabda rasulullah SAW :
ث نا عبد اللو بن إدريس ث نا أب بكر بن أب شيبة وابن نري قاال حد حدعن ربي ة بن عثمان عن ممد بن يي بن حبان عن ااعرج عن أب
ر , ىري رة قال قال رس ل اللو صلى اللو عليو وسلم المؤمن الق ير خي ر احرص على ما وأحبر إل اللو من المؤمن الض يف وف كل خي
ف ك واس ن باللو وال ت ز وإن أصابك شيء ف ت قل ل أن ف لت ي ن كان كذا وكذا ولكن قل قدر اللو وما شاء ف ل فإن ل ت ف ح عمل
الشيطان Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan
Ibnu Numair mereka berdua berkata; telah menceritakan kepada kami
'Abdullah bin Idris dari Rabi'ah bin 'Utsman dari Muhammad bin Yahya
bin Habban dari Al A'raj dari Abu Hurairah dia berkata; "Rasulullah
SAW, bersabda: Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai
oleh Allah SWT, daripada orang mukmin yang lemah. Pada masing-
masing memang terdapat kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh
apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah SWT, dan
janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Apabila kamu tertimpa suatu
kemalangan, maka janganlah kamu mengatakan; 'Seandainya tadi saya
berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi begini dan begitu'.
59
Tetapi katakanlah; ini sudah takdir Allah SWT, dan apa yang dikehendaki-
Nya pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya ungkapan kata
'law'(seandainya) akan membukakan jalan bagi godaan syetan
(http://localhost:5000/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist&ku
nci=orang%20mukmin%20yang%20kuat&imam=muslim diakses pada
05-01-2017 pukul 14:34 WIB).
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian tentang peran keluarga dalam
membentuk karakter anak yang terdapat pada surat An-Nahl ayat 78, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Peran keluarga dalam membentuk karakter anak dalam surat An-Nahl ayat
78 memiliki peran penting dalam membentuk karakter anak dengan
mengoptimalkan potensi pada anak yakni : Pendengaran, penglihatan dan
hati.
b. Untuk berinteraksi dengan anak, yang harus dilakukan yakni dengan
berinteraksi sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan anak.
c. Keluarga harus memberikan uswah atau teladan yang baik
Sedangkan upaya yang harus dilakukan oleh setiap keluarga dalam
membentuk karakter anak dalam surat An-Nahl ayat 78 adalah dengan cara
menanamkan nilai akidah, menanamkan nilai dan ajaran ibadah, menanamkan
jiwa sosial, memberikan pengawasan dan perhatian, upaya menjaga jasmani
dan kesehatan.
B. Saran
Saran yang ingin penulis sampaikan yakni ditujukan kepada setiap
orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga. Diharapkan bagi
61
setiap keluarga membiasakan berbuat baik dan bertutur kata yang baik,
karena setiap tingkah laku yang dilakukan khususnya kedua orang tua
akan ditiru oleh anaknya. Oleh sebab itu berilah mereka teladan yang baik,
agar anak tumbuh dengan karakter yang baik pula.
Sebagai orang tua, kita tidak hanya diwajibkan menumbuh
kembangkan anak, akan tetapi sebagai orang tua seharusnya kita dapat
mencetak katakter anak agar memiliki karakter yang baik serta sejalan
dengan nilai-nilai agama Islam. Dan perlu disadari oleh para pendidik dari
semua kalangan di mulai dari keluarga, sekolah dan lingkungan
masyarakat, akan tetapi lebih di khususkan pada keluarga, bahwa karakter
itu tidak tumbuh dengan sendirinya, karakter juga tidak dapat diciptakan,
akan tetapi karakter itu akan tercipta apabila ada stimulus-stimulus yang
dilakukan oleh orang sekitarnya, dengan demikian tugas para pendidik
adalah memberikan stimulus tersebut dengan hal yang baik dan positif,
sehingga anak akan tumbuh dengan memiliki karakter yang baik..
1
Daftar Pustaka
Basyaruddin, Yessi MH. 2008. Istiqomah Mendidik Anak. Majalah qalam,
tazkiyah an-nafs, hlm 48.
Budiharjo. 2012. Pembahasan Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an. Sleman Yogyakarta: Lukos
Tiara Wacana Group.
Cholil, Moh. Hasyim. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Surakarta.
Daryanto & Darmiatun. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah.
Yogyakarta: Gava Media.
Departemen agama RI. 2006. Al-Qur‟an Maghfirah. Terjemahan, Asbabun Nuzul,
Hadis seputar ayat, Hikmah, Indeks Tematik. Jakarta: Maghfirah Pustaka.
Departemen Agama RI. 2007. Syaamil Al-Qur‟an. Al-Qur‟an Dan Terjemah Per
Kata. Bandung: Syaamil Cipta Media.
Hasanah, Amalia. 2013. Kamus Besar Bahasa Arab. Untuk Pelajar, Mahasiswa,
dan Umum. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Hijazi, Muhammad Mahmud. Fenomena Keajaiban Al-Qur‟an. Kesatuan Tema
dalam Al-Qur‟an. Terjemahan oleh Abdul Hayyie al-Kattani dan Sutrisno
Hadi. 2010. Jakarta. Gema Insani.
Islam, Mujaddidul & Al-Akbar. 2010. Keajaiban Kitab Suci Al-Qur‟an: Delta
Prima Press.
Isna, A. Nurla. 2012. Mencetak karakter anak sejak dini. Banguntapan Jogjakarta:
Diva Press.
Jauhari, Moh. Idris. 2006. Pelajaran Adab Sopan Santun. Sumenep: Mutiara
Press.
Majid, Abd. 2014. Pendidikan Berbasis Ketuhanan. Bogor: Ghalia Indonesia.
Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter. Sleman Yogyakarta: Pedagogia.
Nashori, H. Fuad. 2003. Potensi Potensi Manusia. Seri Psikologi Islam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Noor, Sofia Retnowati. 2010. Wanita Dalam Keluarga Islam. Majalah Qalam,
Tazkiyah An-Nafs. Hlm. 41.
2
Prayitno, H. Irawan. 2004. Anakku Penyejuk Hatiku. Panduan Bagi Orang Tua
dan Guru. Pondok Gede Bekasi: Pustaka Tarbiatuna.
Rif‟ani, Nur Kholish. 2013. Cara Bijak Rasulullah Dalam Mendidik Anak sejak
dalam kandungan-18 Tahun. Sleman Yogyakarta: Real Books.
Saleh, Akh. Muwafik. Membangun Karakter Dengan Hati Nurani: Pendidikan
Karakter Untuk Generasi Bangsa. Jakarta: Erlangga.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah. Pesan-Pesan Dan Keserasian Al-
Qur‟an. Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Quraish. 2010. Mendidik Anak Ala Rasulullah. Majalah Qalam,
Tazkiyah An-Nafs, hlm. 35.
Susilowati. 2010. Sukses Anak Di Tangan Orang Tua. Majalah Qalam. Tazkiyah
An-Nafs, hlm. 44.
Suwaid, Muhammad Nur Abdul Hafizh. 2009. Prophetic Parenting, Cara Nabi
Mendidik Anak. Diterjemahkan oleh: Farid Abdul Aziz Qurusy. 2010.
Yogyakarta: Pro-U Media.
Syantut, Khalid Ahmad. 2007. Melejitkan Potensi Moral dan Spiritual Anak.
Panduan Mendidik Anak Prasekolah. Bandung: Syaamil Cipta Media.
Ulwan, Abdullah Nasih. 1994. Pendidikan Anak Dalam Islam. Terjemahan oleh.
Jamaludin Miri. 1999. Jakarta: Pustaka Amani.
Http://Annahl-O.Blogspot.Com diakses pada 18-10-2016 pukul 08:54 WIB.
Lidwa Pustaka i-Software, kitab 9 imam hadist http://localhost:5000/
3
Daftar Nilai Satuan Kredit Kegiatan (SKK)
Nama : Muhammad Khoirul Anwar
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
NIM : 111-12-230
Dosen P.A. : Dra. Maryatin, M.Pd.
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai
1
OPAK ( Orientasi pengalaman
Akademik dan Kemahasiswaan )
STAIN Salatiga, “Progresifitas
Kaum Muda, Kunci perubahan
Indonesia” oleh DEMA STAIN
Salatiga.
05-07
September
2012
Peserta 3
2
OPAK Jurusan Tarbiyah
“Mewujudkan Gerakan Mahasiswa
Tarbiyah Sebagai Tonggak
kebangkitan pendidikan Indonesia”.
oleh STAIN Salatiga.
08-09
September
2012
Peserta 3
3
Orientasi Dasar Keislaman(ODK)
STAIN Salatiga “Membangun
Karakter Keislaman Bertaraf
Internasiona Di Era Globalisasi
Bahasa”
10
September
2012
Peserta 2
4
Seminar Entrepreneurship dan
Perkoprasian 2012, tema “Explore
Your Entrepreneurship Talent” oleh
MAPALA MITAPASA dan KSEI
STAIN Salatiga.
11
September
2012
Peserta 2
5
Achicvment Motivation Training,
“Bangun Karakter Raih Prestasi”
oleh JQH dan LDK STAIN
Salatiga.
12
September
2012
Peserta 2
6
LIBRARY USER EDUCATION
(Pendidikan Pemakaian
Perpustakaan) oleh UPT perpus
STAIN Salatiga.
13
September
2012
Peserta 2
7
Dialog Publik dan Silaturahim
Nasional dengan tema “Kemanakah
Arah Kebijakan BBM? Mendorong
Subsidi BBM Untuk Rakyat”
10 November
2012 Peserta 8
8
Tabligh Akbar “Tafsir Tematik
Dalam Upaya Menjawab Persoalan
Israel dan Palestina” JQH STAIN
Salatiga.
1 Desember
2012
Peserta 2
4
9
Seminar dalam rangka Kegiatan
Bedah Buku “24 Cara
Mendongkrak IPK”
5 Desember
2012 Peserta 2
10
Seminar Nasional dalam rangka
Pelantikan Pengurus Himpunan
Mahasiswa Islam cabang Salatiga
Periode 2013-2014 dengan Tema
“Kepemimpinan dan masa depan
bangsa”
23 Februari
2013 Peserta 8
11
Tafsir Tematik dengan Tema “Sihir
dalam Perspektif Al-Qur‟an dan
Hukum Negara”
04 Mei 2013 Peserta 2
12
Seminar Nasional dan Dialog
Publik, dengan tema “Penyesuaian
Harga BBM Bersubsidi”
27 juni 2013 Peserta 8
13
Seminar Pengembangan Program
Studi D 3 Perbankan Syari‟ah.
Tema “Peluang dan Tantangan
Mahasiswa D 3 dalam
Kewirausahaan”
20 Desember
2013 Peserta 2
14
Seminar Nasional Kewirausahaan,
bersama Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi
(DISPERINDAGKOP) Salatiga,
dengan tema “Jiwa Muda Berani
Berwirausaha”
30 Oktober
2015 Peserta 8
15
IAIN Salatiga Bersholawat dan
Orasi Kebangsaan, dengan Tema
“Menyemai Nilai-nilai Islam
Indonesia untuk Memperkokoh
NKRI dalam Mewujudkan
Baldatun Toyyibatun Warobbun
Ghofur” yang diselenggarakan
Ooleh DEMA IAIN SALATIGA
03 November
2015 Peserta 2
16
NUSANTARA MENGAJI 300.000
Khataman Al-Qur‟an, “Serentak
Se-Indonesia untuk Keselamatan &
Kesejahteraan Bangsa” Oleh JQH
Al-Furqon dan DEMA IAIN
Salatiga
08 Mei 2016 Peserta 2
17
Dialog Nasional yang bertema
“Peningkatan Konsep Hablum
Minannas melalui Ramadhan”
19 Juni 2016 Peserta 8
18
NGAJI AKBAR JURNALISTIK
dan Seminar Nasional Literasi
Islam Bertajuk “Membangun
6, 10 dan 26
Juni 2016 Peserta 8
8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Muhammad Khoirul Anwar
Tempat / Tanggal lahir : Boyolali, 05 November 1993
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Nama Ayah : Jumanto
Nama Ibu : Siti Aisyiah
Tempat tinggal sekarang : Bandung RT 01 RW 03 Desa Bandung,
Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten
Boyolali.
Menerangkan dengan sesungguhnya :
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri Bandung : Lulus Tahun 2005
2. TMI Al-Amien Prenduan : Lulus Tahun 2011
3. S1 IAIN SALATIGA : Lulus Tahun 2017
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 023 Februari 2017
Penulis
MUHAMMAD KHOIRUL ANWAR