peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja...
TRANSCRIPT
1
PERAN GURU PEMBIMBING DALAM KESIAPAN KERJA SISWA
SMK NEGERI 2 SAWAHLUNTO SUMATERA BARAT
TESIS
Oleh Mirna Ari Mulyani
NIM. 51384
Ditulis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012
2
ABSTRACT
Mirna Ari Mulyani. 2012. The Role of Supervisory Teachers on the Students’
Readiness of SMKN Sawahlunto, West Sumatra. Thesis. Graduate
Program. State University of Padang.
Based on a preliminary study on the students’ work readiness at SMKN
Sawahlunto, it was found that the supervisory teachers have not been optimal in
helpng their students. This research was aimed at disclosing: (1) the functions of
supervisory teachers in improving the students to work. (2) the differences of the
students’ readiness to work among 10th
, 11th
, and 12th
grade students. (3) the
correlation of supervisory teachers and the students readiness to work.
This research was a descriptive quantitative method with population of all
SMKN Saawahlunto students who registered in 2011-2012 academic year. The
sample (303) were selected by clustered proportional random sampling from a
population of 609 students. Data were then analyzed by a descriptive statistical
technique utilizing SPSS version 15.
The findings of this research were (1) there was a significant role of the
supervisory teachers on the students’ readiness.. (2) there were differences
between 10th
; 11th
; and 12th
grades students on the work readiness, eventhough
they were not very significant (3) there was a significant correlation between
supervisory teachers’ role and the work students’ readiness.
Based on the findings, it can be concluded that the supervisory teachers
play an important role in the work students’ readiness. This research implies,
more attention should be paid in developing the SMKN career development
program in order to improve the work students’ readiness. For further research, it
was recommended to study other aspects which were contributed to the quality of
the work students’ readiness for SMK students.
3
ABSTRAK
Mirna Ari Mulyani, 2011. Peran Guru Pembimbing dalam Kesiapan Kerja
Siswa SMK Negeri 2 Sawahlunto Sumatera Barat. Tesis. Program
Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
Berdasarkan pengamatan awal teramati bahwa sebagian guru pembimbing
belum optimal dalam membantu meningkatkan kemampuan, potensi, bakat,
minat, kepribadian dan prestasi, terutama dalam kesiapan kerja siswa. Penelitian
ini bertujuan untuk mengungkapkan tentang 1) Peran guru pembimbing dalam
kesiapan kerja siswa SMK Negeri 2 Sawahlunto Sumatera Barat, 2) Perbedaan
kesiapan kerja antara kelas X, kelas XI, dan kelas XII, 3) Hubungan peran guru
pembimbingan dengan kesiapan kerja siswa SMK.
Metode dan jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi
adalah semua siswa SMK Negeri 2 Kota Sawahlunto Sumatera Barat kelas X, XI
dan XII yang terdaftar pada tahun ajaran 2011-2012.Pengambilan sampel
menggunakan clustered proportional random sampling. Dari populasi 609 siswa
diambil 50% menjadi 303 siswa sebagai sampel. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis dengan statistik deskriptif menggunakan SPPs versi 15.
Temuan penelitian ini adalah 1) peran guru pembimbing dalam kesiapan
kerja siswa SMK Negeri 2 Sawahlunto Sumatera Barat kategori tinggi dalam
membantu siswa memahami dirinya, mengenal tentang lapangan kerja,
mengembangkan sikap positif terhadap bekerja, 2) Kesiapan kerja siswa kelas X,
XI dan XII menunjukan perbedaan, 3) Terdapat hubungan yang positif antara
peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa SMK Negeri 2 Sawahlunto
Sumatera Barat.
Berdasarkan temuan, dapat disimpulkan bahwa pentingya peran guru
pembimbing dalam kesiapan kerja siswa SMK. Penelitian ini menyiratkan, bahwa
lebih memperhatikan dalam mengembangkan program di bidang bimbingan karier
di SMK dalam rangka meningkatkan kesiapan kerja siswa. Untuk penelitian
selanjutnya, direkomendasikan untuk mempelajari aspek lain yang berkontribusi
pada kualitas kesiapan siswa pekerjaan bagi siswa SMK.
4
Ya Allah, Aku mengharapkan limpahan rahmat-Mu Jangan Kau jadikan aku bergantung pada diriku sendiri walaupun sekejab saja Perbaikilah segala urusanku Tiada Tuhan selain Engkau
Akhirnya….. Tak dapat terungkap dengan kata-kata
Kinii…… Asa ‘tlah elok gapai Cita-cita ‘tlah elok capai
Alhamdullilahirrabbil’alamin Ternyata….. Inilah hikmah dari sebuah perjalana singkat yang penuh makna
Dalam Takut, yang Tampak adalah Hambatan. Dalam YAKIN, yang Tampak adalah KESEMPATAN
Malam-malam merajut ilmu Badan terguncang uraikan kesulitan Lebih indah dan lebih manis dari berpangku tangan Suara pena di atas kertas menari-nari Lebih manis dari rasa rindu pada kekasih hati (Az Zamankhasyari)
5
HALAMAN PERSEMBAHAN
Elok persembahkan tulisan ini kepada :
Ibu (Musinar Punai) Ayah (Bgd. AliMunir Koto) yang tiada redup memberikan cinta dan menyemangati elok ‘tuk terus berpacu melawan liku perjalanan menulis tesis ini. Suami tercinta Raf Anwar, ST yang tiada henti-hentinya memberikan do’a, cinta, kasih sayang dan kepercayaan yang telah diberikan selama dalam menulis tesis ini. Teristimewa ’tuk ketiga buah hati elok tumpuan harapan mama, penyejuk hati yang gelisah, pengobat hati mama yang pilu (Uni Nindy, Abang Aditya, si bontot Mama Briliant Angga Pascadino) yang dari hulu pagi sampai muara senja ’tlah rela menempuh sisi-sisi kehidupan yang penuh riang dan tangis tanpa kehadiran mama.
Takkan terlupakan Sahabat-sahabat:
Prodi BK’09 (Ni’ Lini, Ni’ Antina, Ni’ Yul, Mbak Anjar, Hartini, Sari, Neng Citra, Inet, Satrini, Feetri, Lusi, Kamil, Andra, Bukhari, Eko, Jupriadi, Ridho, Gusnaldi, mas Redi,) dan Prodi BK ’10 (Ni Erda, Ni Eni, Rahma, Fijri, Vika, Bollo, Aulia (Uul), Mirza, Syawal, Rizal Kerinci, Zulfikar, Sarii, Ninil, Rosi, Wati=Sastro , Intan, Riko, Hengkiii, Faiiz, Pak Pol. Adri, Adhri Bk’11) Pak Samsir Al-Haj SMK Neg. Pekan Baru (sama kita WISUDA euih)
6
Katakanlah .................
Aku mungkin tak mampu mengubah yang terjadi,
tapi aku bisa mengubah sikapku tentangnya.
Aku mungkin terluka karena ini, tapi aku tak
harus menjadi korban.
Aku pasti tak mampu mengubah masa laluku, tapi
aku bisa mengubah diriku sendiri sekarang atau
kapan pun aku mau.
Maka tugas utamaku adalah membarukan diriku,
jika aku menginginkan kehidupan yang baru.
Aku penguasa keindahan hidupku sendiri, kecuali
jika aku bersikap sebagai korban.
Loving you all as always
7
8
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ................................................................................................. ii
ABSTRAK ................................................................................................... iii
PERSETUJUAN AKHIR ............................................................................ iv
PERSETUJUAN KOMISI TESIS ............................................................... v
KEPENDIDIKAN ........................................................................................ vi
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………........... 1
B. Identifikasi Masalah ………..…………………………………… 6
C. Batasan Masalah …………...…………………………………… 7
D. Perumusan Masalah ……………………………………............. 7
E. Tujuan Penelitian ………………………………………............. 8
F. Manfaat Penelitian ………………………………………........... 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori …………………………………………............. 10
1. Peran Guru Pembimbing ................................................ 10
a. Definisi Peran .......................................................... 10
b. Tugas Guru Pembimbing .......................................... 14
2. Perkembangan Karier Siswa SMK ................................... 17
a. Karakteristik Siswa SMK ………………………………. 17
b. Bimbingan Karier di SMK ……………………………… 24
3. Kesiapan Kerja .........................................……............... 30
a. Definisi Kesiapan ...................................................... 30
b. Kesiapan Kerja Siswa ................................................ 32
9
4. Perbedaan Kesiapan Kerja Siswa Kelas X, XI, XII ............ 34
5. Peran Guru Pembimbing dalam Mempersiapkan
Siswa untuk Memasuki Dunia Kerja ................................ 36
B. Penelitian yang Relevan ................................................................ 39
C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 41
D. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 42
BAB III. METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 43
B. Populasi dan Sampel ...................................................................... 43
C. Definisi Operasional ....................................................................... 46
D. Pengembangan Instrumen ............................................................... 47
E. Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 49
F. Teknik Analisis Data ...................................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ...................................................................... 54
B. Pengujian Persyaratan Analisis .............................................. 76
C. Pembahasan …………………………………………………..... 81
D. Keterbatasan Masalah ………………………………………..... 94
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 95
B. Implikasi ..................................................................................... 95
C. Saran ............................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 100
LAMPIRAN ………………………………………………………………. 105
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan kejuruan adalah bagian sistem pendidikan nasional yang
dipersiapkan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan dan
pengetahuan sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan yang dibutuhkan oleh
lapangan pekerjaan. Dengan demikian, mereka mampu mengembangkan
potensi diri dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan
teknologi. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan bentuk pendidikan
kejuruan yang diselenggarakan pemerintah untuk menghasilkan manusia yang
berkualitas, sekaligus dipersiapkan menjawab segala tantangan tersebut.
Dengan demikian keluhan selama ini tentang rendahnya kemampuan lulusan
Sekolah Menengah Atas (SMA), bisa diatasi.
Dibandingkan dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), sekolah
kejuruan seperti SMK mempunyai perbedaan yang mendasar. SMK memiliki
dua ciri khas, yaitu: (1) lulusan SMK dapat mengisi peluang kerja didunia
usaha/ dunia industri karena lulusannya memiliki sertifikasi melalui uji
kompetesi dan (2) lulusan SMK dapat melanjutkan kejenjang pendidikan yang
lebih tinggi sepanjang lulusan tersebut memenuhi persyaratan, baik nilai
maupun program studi atau jurusan sesuai dengan kreteria yang disyaratkan
(Supardi: 2008). Dengan dua kelebiahan tersebut maka pendidikan di SMK
dikenal dengan Pendidikan Sisem Ganda (PSG). Namun, lulusannya lebih
diharapkan untuk kesiapan dalam memasuki dunia kerja nantinya.
11
Menurut Jalius Jama (2010) menyatakan:
“the purpose of vocational education are, among others, to train all
people to actively participate in all aspects of the national
development. In others words, vocational education is education
for employment and at the higher level vocational education for
employability.”
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan
kejuruan bertujuan untuk melatih semua orang secara aktif berpartisipasi dalam
semua aspek pembangunan nasional. Dengan kata lain pendidikan kejuruan
adalah pendidikan untuk bekerja dan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi
merupakan pendidikan kejuruan untuk kemampuan untuk dipekerjakan.
Dalam bidang pendidikan kejuruan, bimbingan karier merupakan salah
satu jenis layanan dari program bimbingan dan konseling. Secara kelembagaan,
bimbingan dan konseling itu adalah bagian dari keseluruhan program
pendidikan di sekolah, yang ditujukan untuk membantu atau memfasilitasi
siswa agar tercapai perkembangan diri yang optimal. SMK merupakan lembaga
pendidikan yang mencetak tenaga terampil untuk mempersiapkan diri dalam
memasuki dunia kerja dengan pemenuhan kompetensi diberbagai
pengembangan. Untuk membentuk sikap serta mewujudkan tujuan tersebut, di
pengembangan diri SMK salah satunya bimbingan dan konseling yang
didalamnya ada bidang bimbingan karier.
Di SMK, siswa dituntut untuk menguasai berbagai kemampuan atau
kompetensi, baik yang berhubungan dengan mata pelajaran, maupun yang
berhubungan dengan pengembangan diri pribadi, sosial, dan karier
kehidupannya. Agar siswa dapat mencapai pengembangan diri yang optimal.
12
Dengan kata lain, untuk mencapai kompetensi siswa SMK yang optimal
diperlukan kerjasama yang baik antara guru pembimbing, guru mata pelajaran
dan manajemen kepemimpinan.
Tujuan bimbingan dan konseling di SMK secara umum sama dengan
fungsi dan tujuan pendidikan nasional; sebagaimana tercantum dalam Undang-
undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
butir 1, yang berbunyi sebagai berikut.
Pendidikan merupakan usaha sadar den terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Sejalan dengan tujuan Sekolah Menegah Kejuruan, menurut Peraturan
Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal
26 ayat 3, menyebutkan bahwa, ”tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk kehidupan mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
sesuai dengan kejuruannya”. Adapun secara khusus, tujuan bimbingan karier di
SMK adalah untuk membantu atau memfasilitasi perkembangan siswa agar
memiliki kemampuan dirinya, terutama potensi dasar (bakat, minat, sikap,
kecakapan, dan cita-cita) yang terkait dengan dunia kerja yang akan
dimasukinya kelak. Oleh karena itu, maka setiap siswa perlu dibantu untuk
mengenal potensi dasar dirinya, sehingga menentukan pilihan atau mengambil
keputusan yang sesuai dengan dunia kerja pilihannya itu.
13
Dalam mengambil keputusan terkadang siswa dihadapkan pada
permasalahan yang menghambat secara tidak tepat dan tidak sesuai. Ketidak
sesuaian dalam memilih pekerjaan, siswa perlu mengetahui dan memahami
potensi yang dimiliki serta pengetahuan dunia kerja yang akan mempengaruhi
siswa dalam mengambil keputusan tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut
kesiapan kerja bagi siswa SMK sangatlah penting, karena salah satu
permasalahan yang dialami siswa SMK setelah menyelesaikan studinya
adalah menyangkut pemilihan karier dan pekerjaan. Oleh karena itu
kesiapan kerja sangat dibutuhkan oleh siswa agar mereka dapat memilih dan
mempersiapkan diri memasuki karier dengan baik.
Dalam mempersiapkan masa depan, terutama karier merupakan
salah satu tugas remaja dalam tahap perkembangannya Havighurst
(dalHurlock, 2002:10). Menurut teori perkembangan karier yang dikemukakan
oleh Donald Super (dalam Charles C. Healy,1982:15) siswa SMK berada
pada tahap eksplorasi periode kristalisasi. Pada masa ini remaja mulai
mengidentifikasi kesempatan dan tingkat pekerjaan yang sesuai, serta
mengimplementasikan pilihan karier dengan memilih pendidikan dan
pelatihan yang sesuai, akhirnya memasuki pekerjaan yang sesuai dengan
pilihannya. Keputusan tentang jenis-jenis pekerjaan yang diinginkan itu
berkaitan dengan pendidikan yang harus ditempuh untuk mempersiapkan diri
dalam pekerjaan yang dipilihnya atau sesuai dengan potensi yang siswa miliki
setelah siswa tersebut menamatkan pendidikannya. Siswa dapat
14
mempersiapkan diri, mengembangkan keahlian dan mengetahui lingkungan
kerjanya, dibutuhkan peran seorang guru pembimbing di sekolah.
Pada kenyataan di sekolah masih ditemukan peran guru pembimbing
belum optimal melakukan perannya sebagaimana diharapkan. Dari hasil
wawancara kepada beberapa siswa SMK yang sedang duduk di kelas XI pada
saat ujian semester tanggal 7 Desember 2010 kemarin, ternyata memang belum
optimalnya peran guru pembimbing selama ini. Guru pembimbing hanya
berperan menjadi “polisi sekolah” yang ditakuti oleh para siswa. Guru
pembimbing hanya bisa memberi hukuman bagi siswa yang melanggar
peraturan sekolah. Selama ini yang terjadi di lapangan, peran guru pembimbing
adalah guru pengganti jam mata pelajaran dengan jam mengajar sedikit yang
diperbantukan menjadi guru pembimbing. Meski demikian secara konotasi,
guru pembimbing tetap menjadi “polisi sekolah”.
Pada dasarnya peran guru pembimbing bertugas mengawasi dan
memahami diri siswa seperti kemampuan, potensi, bakat, minat, kepribadian
dan prestasi, oleh karena itu pengembangan diri merupakan tahap permulaan
dalam karier. Akan tetapi dituntut pula untuk membimbing siswa agar dapat
memahami diri dan lingkungannya dalam rangka perencanaan karier dan
penetapan karier pada kehidupan masa mendatang. Jika siswa SMK mendapat
pengetahuan tentang dunia kerja dalam program bidang bimbingan karier
diharapkan siswa SMK akan mantap menentukan pengambilan keputusan
karier.
15
Melalui bidang bimbingan karier dan kejuruan, siswa di harapkan dapat
memperoleh pengetahuan tentang memahami diri, pengetahuan lingkungan
dunia kerja dalam mengembangkan rencana karier serta kemampuan untuk
mengambil keputusan karier di masa yang akan akan datang. Oleh sebab itulah
siswa di SMK harus memiliki kemampuan dalam potensi, bakat, minat,
kepribadian dan prestasi memadai dalam ranah pekerjaan nantinya.
Keberhasilan siswa SMK dalam belajar tidak hanya ditentukan oleh bidang
pengajaran, kurikulum serta administrasi dan kepemimpinan, akan tetapi sangat
ditentukan oleh pembinaan pengembangan pribadi siswa. Siswa selain ingin
dibantu agar berhasil dalam studinya, juga membutuhkan bimbingan untuk
menghadapi masa depan, bimbingan untuk mengenal lingkungan dunia kerja
nantinya.
B. Identifikasi Masalah
Siswa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) berada pada usia remaja
akhir. Menurut Yusuf (2006:27) siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
termasuk pada masa usia sekolah menengah pada umumnya yang berada pada
usia remaja akhir (12-18 tahun. Pada usia ini salah satu tugas perkembangan
karirnya yaitu mempersiapkan diri memilih suatu pekerjaan.
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah dikemukakan
di atas dapat diidentifikasikan antara lain: siswa tidak memiliki gambaran
tentang karakteristik, persyaratan, kemampuan, dan keterampilan yang
dibutuhkan dalam pekerjaan, serta prospek pekerjaan untuk masa depan
karienya, siswa tidak memiliki informasi tentang pengetahuan dunia kerja
16
(lingkungan kerja), siswa belum mampu membuat keputusan karier dengan
tepat, kesiapan kerja siswa kelas X, XI, dan XII tidak berbeda, siswa merasa
cemas untuk mendapat pekerjaan setelah tamat sekolah, tingkat kematangan
kejuruan/vokasional siswa SMK belum optimal, diperlukan peran guru
pembimbing di bidang bimbingan karier dalam memberikan informasi
kesiapan kerja.
C. Batasan Masalah
Dari berbagai masalah yang terindentifikasi yang telah diuraikan di atas
dan agar penelitian ini lebih terfokus, maka masalah penelitian membatasi
pada:
1. Peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa SMK Negeri 2
Sawahlunto Sumatera Barat.
2. Perbedaan kesiapan kerja antara kelas X, kelas XI, dan kelas XII.
3. Hubungan peran guru pembimbing dengan kesiapan kerja siswa SMK.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka masalah dsalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa SMK
Negeri 2 Sawahlunto Sumatera Barat?
2. Bagaimana perbedaan kesiapan kerja siswa antara kelas X, kelas XI, dan
kelas XII?
3. Bagaimana hubungan peran guru pembimbing dengan kesiapan kerja
siswa SMK?
17
E. Tujuan Masalah
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menjawab dan
mendeskripsikan secara mendalam khususnya tentang:
1. Peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa SMK Negeri 2
Sawahlunto Sumatera Barat.
2. Perbedaan kesiapan kerja siswa antara kelas X, kelas Xi, dan kelas XII.
3. Hubungan peran guru pembimbing dengan kesiapan kerja siswa SMK.
F. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan,
maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain:
1. Manfaat Teoretis
a. Mengembangkan informasi mengenai peran guru pembimbing dengan
kesiapan kerja siswa nantinya. Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan sumbangan ilmiah bagi wahana perkembangan ilmu
bimbingan konseling khususnya bimbingan akademik.
b. Semakin memperkaya dan memperluas wawasan baik peneliti sendiri
maupun guru pembimbing/konselor sekolah yang berhubungan
dengan peran guru pembimbing dengan kesiapan kerja siswa melalui
penelitian deskriptif.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini secara praktis dapat digunakan oleh guru pembimbing
dan pihak terkait, sebagai dasar penyusunan program bimbingan dan
konseling.
18
b. Unit Bimbingan dan Konseling SMK Negeri 2 Sawahlunto Sumatera
Barat serta guru pembimbing, sebagai bahan masukan untuk
melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan
efisien berdasarkan kebutuhan siswa setiap tingkatan kelas dalam
bidang karier mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.
19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Peran Guru Pembimbing
a. Definisi Peran
Secara umum istilah peran berkaitan dengan kedudukan seseorang
dalam kehidupan sosial sehingga dapat menampilkan unjuk kerja atau posisi
yang bersentuhan dengan individu-individu dalam satu kelompok guna
mencapai tujuan yang diharapkan. Keight Davis dan John W. Newstronm
(1982:32) menyatakan pengertian peran sebagai berikut:
A role is pattern of actions expected a person in activities involving
others. Role of reflects a person’s position in social system, with its
accompanying rights and obligations, power and responsibility. In
other to able to interact with each other, people need some way to
anticipate others behavior.
Berdasarkan pendapat tersebut, peran diartikan sebagai pola tindakan
yang diharapkan dari seorang yang melibatkan orang lain. Peran
mencerminkan posisi seseorang dalam berinteraksi, bersentuhan dengan sistem
sosial, hak, dan kewajiban, kekuasaan, serta bertanggung jawab yang
menyertainya. Parson dan Shils (dalam Shertzer dan Stone, 1980: 119)
mendefinisikan peran sebagai:
The role is that organized sector of an actor’s orientation which
constitutes and defines his participation in an interactive process. It
involves a set of complementary expectation concerning his own
actions and those of others with whom he interacts. Both the actor and
those with whom he interacts process these expectations.
20
Berdasarkan pendapat tersebut, peran adalah sektor yang terorganisir
terhadap orientasi pelaku yang mengangkat dan menentukan partisipasinya
dalam proses berinteraktif. Peran tersebut melibatkan harapan sementara dan
memperhatikan tindakannya dan berinteraksi dengan yang lain. Kedua pelaku
tersebut berinteraksi sesuai dengan siapa dia berproses interaksi didalam tujuan
tersebut. Sejalan dengan itu Kozier Barbara (dalam Nurhamidah, 2009)
menjelaskan bahwa peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan
oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem
atau prilaku yang diharapkan seseorang pada situasi sosial tertentu.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dirumuskan bahwa peran
adalah unjuk kerja karena berkaitan dengan kemampuan, kekuasaan, hak
kewajiban serta tanggung jawab melaksanakan suatu pekerjaan. Secara hukum,
posisi guru pembimbing (penyelenggara profesi pelayanan bimbingan dan
konseling) di tingkat sekolah menengah telah ada sejak tahun 1975, yaitu sejak
diberlakukannya kurikulum bimbingan dan konseling. Dalam sistem
pendidikan Indonesia, konselor di sekolah menengah mendapat peran dan
posisi/ tempat yang jelas.
Menurut Scholten (1991:16) literatur tentang konseling sekolah secara
konsisten menyatakan bahwa peran guru pembimbing harus fokus pada
kebutuhan siswa pada pendidikan, pekerjaan dan pribadi/sosial. Penekanan
harus ditempatkan pada pilihan pendidikan saat ini, keputusan karier masa
depan dan kebutuhan pribadi/sosial yang sekarang/masa depan. Selain itu
Winkel (1991:71) pun berpendapat tentang peran guru pembimbing di sekolah
21
yaitu guru pembimbing/konselor sekolah dituntut mempunyai peran sebagai
orang kepercayaan konseli/siswa, sebagai teman bagi konseli/siswa, bahkan
konselor sekolahpun dituntut agar mampu berperan sebagai orang tua bagi
klien/ siswa.
Secara umum Gibson dan Mitchell (1995) menjelaskan beberapa
pentingnya peran guru pembimbing untuk :
1. Memahami proses dan karakteristik perkembangan manusia termasuk
kesiapannya untuk belajar dan keberhasilan dalam melaksanakan tugas-
tugas tertentu sesuai dengan tahapan perkembangannya.
2. Memahami kebutuhan dasar manusia, termasuk kebutuhan khususnya dan
hubungannya dengan perkembangan karier dan pengambilan keputusan.
3. Dapat melakukan assesmen dan menginterpretasikan sifat-sifat individual
dan karakteristiknya, serta menerapkannya dalam relasi konseling yang
bervariasi.
4. Memahami dan mampu membantu klien dalam memahami bahwa faktor-
faktor perubahan atau faktor-faktor yang tak terduga dapat mengubah
perencanaan karier.
5. Memahami perubahan cepat yang terjadi dalam dunia kerja dan
kehidupan, sehingga memerlukan pengujian secara tetap serta perlunya
penggunaan teori dan riset-riset mutahir sebagai dasar pelaksanaan
konseling.
Mengingat sedemikian pentingnya peran dan tanggung jawab seorang
guru pembimbing/konselor sekolah, maka diperlukan beberapa persyaratan
22
tertentu, diantaranya persyaratan pendidikan formal, kepribadian, latihan atau
pengalaman khusus yang harus dimiliki konselor yaitu memiliki tingkat
pendidikan universitas dalam psikologi atau sarjana muda ilmu psikologi atau
sarjana lulusan bimbingan konseling. Seorang konselor juga dituntut untuk
untuk memiliki sikap-sikap dan memiliki ciri-ciri kepribadian sabagaimana
yang diharapkan dalam pelaksanaan bimbingan konseling agar sesuai dengan
fungsinya disekolah yaitu membantu siswa dalam memecahkan masalah-
masalahnya, baik masalah pribadi, sosial, belajar maupun .
Sedangkan American Personal and Guidance Association (APGA)
(dalam Prayitno, 1994:96) menyatakan bahwa:
Peran konselor sekolah adalah membantu siswa mengenali dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan siswa dalam bidang pendidikan,
pekerjaan, bidang sosial-personal, membantu siswa mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan dan menyusun rencana masa
depannya.
Sejalan dengan peran pembimbing di atas, maka dalam konteks
bimbingan dan konseling karier di sekolah, maka program bimbingan dan
konseling karier seyogyanya menekankan pada:
Kemampuan memahami dan menerima diri terhadap kemampuan,
bakat, minat, serta kemampuan dalam memahami dan menyesuaikan diri
dengan dunia kerja. Untuk kepentingan ini diperlukan pengumpalan data dan
keterangan diri melalui layanan inventarisasi pribadi dengan berbagai teknik
dan cara, baik melalui tes maupun nontes.
1. Tersedianya keragaman dan keluasan informasi karier yang sejalan
dengan kemampuan, bakat, dan minat anak, persyaratan-persyaratan
23
minimal yang harus dipenuhi, tuntutan aktivitas suatu jabatan, dan nilai-
nilai dari jabatan tersebut. Keluasan informasi yang diberikan melalui
layanan informasi karier terutama diperlukan untuk pemahaman terhadap
dunia pekerjaan yang terus berubah dan berkembang secara cepat,
sehingga mampu mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan keadaan
diri maupun tuntutan masyarakat.
2. Kemampuan anak secara dini untuk sedini mungkin merencanakan dan
mempersiapkan diri dan memperjuangkannya secara sungguh-sungguh dan
konsisten. Setelah anak mengambil keputusan karier, maka saat itu juga
sudah harus mempersiapkan diri secara matang upaya-upaya untuk
mencapainya. Berkaitan dengan ini, maka pembuatan rencana kehidupan
jangka pendek dan jangka panjang sangat diperlukan, terutama berkaitan
dengan bagaimana memperjuangkannya dan melalui jalur mana yang
harus ditempuh, serta persiapan-persiapan diri apa yang harus dikuasai.
3. Kemampuan untuk merasa aman, puas, dan bahagia dengan pilihan dan
keputusan karier yang telah ditetapkannya. Untuk itu, keputusan pilihan
karier harus terus dimantapkan, dibantu dalam memperjuangkannya, dan
terus dievaluasi kemajuannya.
Dari berbagai teori peran guru pembimbing secara singkat dapat
dikemukakan, bahwa yang dimaksud dengan peran guru pembimbing adalah
seseorang guru pembimbing yang menampilkan unjuk kerja berkaitan
dengan: (a) Membantu siswa memahami dirinya, (b) Membantu siswa
mengenal tentang studi lanjutan dan lapangan kerja, (c) Membantu siswa
mengembangkan sikap positif terhadap pekerjaan.
24
b. Tugas Guru Pembimbing
Menurut Gibson dan Mitchell (1995:67) tugas guru
pembimbing/konselor sekolah adalah:
1)Assesment of the individual’s and other characteristics,2)
counseling the individuals, 3) group counseling and guidance
activities, 4)career guidance, including the providing of occupational
educational information, 5) placement, follow up, and accountability
evaluation, and 6) cnsultation with teachers and other school
personnel, parents, pupils, in group and appropriate community
agencies.
Dari teori di atas dapat diungkapkan bahwa tugas guru pembimbing
adalah sebagai berikut. 1) Mengenal siswa dengan berbagai karakteristiknya,
2) Konseling perorangan, 3) Melakukan bimbingan dan konseling kelompok,
4) Melaksanakan bimbingan termasuk informasi pendidikan dan melakukan
penilaian, 5) Penempatan, menindak lanjuti, penilaian pertanggungjawaban
dan, 6) Konsultasi dengan gurudan posenel sekolah lainnya, orang tua, siswa
kelompok dan organisasi masyarakat.
Sejalan dengan tugas guru pembimbing yang mengacu pada rumusan
pasal 1 ayat (1) dan (6) Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional secara jelas tereksplisit menyebutkan bahwa peran dan
tugas guru pembimbing sebagai pendidik. Guru pembimbing sebagai pendidik
dapat menjunjung upaya pendidikan dan dapat melaksanakan pelayanan
konseling. Selanjutnya pada pasal 39 Ayat 2 menyebutkan:
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.
25
Semua pendidik, termasuk di dalamnya guru pembimbing melakukan
kegiatan pembelajaran, penilaian pembimbingan dan pelatihan dengan berbagai
muatan dalam ranah belajar kognitif, afektif, psikomotor serta keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagaimana telah diutarakan di
atas, guru pembimbing adalah tenaga profesional yang bertugas: 1)
merencanakan dan meyelenggarakan proses pembelajaran, 2) menilai hasil
pembelajaran, 3) serta melakukan pembimbingan dan pelatihan. Arah
pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud adalah melaksanakan pelayanan BK
berupa berbagai jenis kegiatan pendukung serta berbagai keterkaitannya.
Sejalan dengan Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008, Guru
pembimbing dan konseling memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dalam
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap siswa. Tugas guru
pembimbing dan konseling/konselor yaitu membantu siswa:
1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang
membantu siswa dalam memahami, menilai bakat dan minat.
2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang
membantu siswa dalam memahami dan menilai serta
mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang
harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang
membantu siswa mengembangkan kemampuan belajar untuk
mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
4. Pengembangan , yaitu bidang pelayanan yang membantu siswa
dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan
mengambil keputusan .
Selanjutnya Prayitno, dkk (1997:117-140) mengemukakan tugas guru
pembimbing, sebagai berikut :
1) memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling, 2)
merencanakan program bimbingan dan konseling terutama program
satuan layanan dan satuan kegiatan pendukung untuk satuan-satuan
waktu tertentu, program-program tersebut tersebut dikemas dalam
program harian, mingguan, bulanan semesteran dan tahunan, 3)
26
melaksanakan segenap satuan layanan bimbingan dan konseling, 4)
melaksanakan segenap program satuan kegiatan pendukung
bimbingan konseling, 5) menilai proses dan hasil pelaksanaan satuan
layanan dan kegiatan pendukung, 6) menganalisis hasil penilaian
layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, 7)
melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan
kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, 8) pengadministrasian
kegiatan satuan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan yang
dilaksanakan, 9) mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan dalam
pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada
koordinator bimbingan dan konseling dan kepala sekolah.
Menurut Syamsu Yusuf, (2006:35) mengemukakan tugas guru
pembimbing yaitu:
1) memahami konsep-konsep bimbingan dan konseling, serta ilmu
bantu lainnya. 2) memahami karakteristik pribadi siswa, khususnya
tugas-tugas perkembangan siswa dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, 3) mensosialisasikan program layanan bimbingan
dan konseling, 4) merumuskan perencanaan program layanan
bimbingan dan konseling, 5) melaksanakan program layanan
bimbingan dan konseling, yaitu: layanan dasar bimbingan, layanan
responsive, layanan perencanaan individual, dan layanan dukungan
sistem, 6) mengevaluasi program hasil (perubahan sikap dan prilaku
siswa, baik dalam aspek pribadi, sosial, belajar maupun karier), 7)
menindaklanjuti (follouw up) hasil evaluasi, 8) menjadi guru dan
konsultan bagi guru dan orang tua siswa, 9) bekerjasama dengan
pihak-pihak lain yang terkait, 10) mengadministrasian program layanan
bimbingan,11) menampilkan pribadi secara matang baik, baik
menyangkut aspek emosional, sosial, maupun moral spiritual, 12)
memiliki kemauan dan kemauan dan kemampuan untuk senantiasa
mengembangkan model layanan bimbingan seiring dengan kebutuhan
dan masalah siswa, 13) mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan
kepada kepala sekolah.
Berdasarkan peraturan-peraturan dan pemikiran para pakar di atas,
dapat disimpulkan bahwa tugas guru pembimbing didalam penelitian ini
berkaitan dalam membantu kesiapan kerja siswa untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat dan
perkembangan siswa dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan konseling.
27
2. Perkembangan Siswa SMK
a. Karakteristik Siswa SMK
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertanggung jawab
menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan kompetensi siswa
secara optimal. Maka siswa SMK secara psikologis tengah memasuki tahapan
perkembangan masa remaja, yakni masa peralihan dari anak-anak menuju
dewasa. Masa tersebut merupakan masa yang singkat dan sulit dalam
perkembangan dimana individu (siswa SMK) mengalami ambivalesi
kemerdekaan. Dimana pada satu sisi siswa SMK tersebut menunjukan
ketergantungan pada orang tua atau orang lain, dan pada sisi yang lain siswa
SMK menginginkan pengakuan dirinya sebagai individu yang mandiri.
Pada masa remaja merupakan sentral kehidupan yang berada pada
pencarian jati diri atau identitas diri, baik yang berkaitan dengan aspek
intelektual, sosial-emosional, vokasional, maupun spiritual. Ia harus mampu
menjawab “Siapa saya ? Apakah saya ? Mau ke mana saya? Apa yang harus
saya perbuat untuk masa depan saya? ( A. Muri Yusuf, 2009). Sejumlah
pertanyaan jati diri sekiranya dapat dijawab dengan tepat maka siswa SMK
akan berkembang optimal dan tepat dalam mengambil keputusan nya sehingga
masa depan penuh dengan harapan. Jika sebaliknya ia tidak dapat
menjawabnya dengan tepat maka ia cenderung bingung menghadapi hidup,
termasuk pengambilan keputusan . Oleh karena itu, lingkungan sekolah (guru
mata pelajaran, guru pembimbing dan guru praktek dan orang tua yang
membimbing dan mengayomi secara aspiratif, teman sebaya (peer group) yang
mengembangkan norma kehidupan yang positif dan kreatif, dan lingkungan
28
fisik yang memfasilitasi siswa SMK untuk menyalurkan energi psikologis
hingga membuahkan produktivitas yang baik.
Menurut Donal Super (Charles C. Healy, 1982:15) berpendapat bahwa:
seseorang dalam hidupnya mengalami perkembangan mulai tahap
pencarian, penemuan, pemantapan, pemeliharaan, dan tahap
penurunan. seseorang dapat diraih melalui pekerjaan, jabatan, posisi,
dan /atau hobi. Tahapan pencarian dimulai dari usia anak-anak sampai
remaja. Tahap penemuan dimulai usia dewasa muda sampai dewasa.
Tahap pemantapan dimulai pada usian dewasa hingga tengah baya.
Tahap pemeliharaan dimulai pada usia tua. Tahap penurunan dimulai
pada usia lanjut.
Tabel 1: Tahapan Perkembangan
No. Usia Tahapan Perkembangan
1. 0 - 14 Pertumbuhan
2. 15 - 24 Eksplorasi
3. 25 - 44 Pemantapan
4. 45 - 64 Pemeliharaan
5. 65 …. Penurunan
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa siswa SMK berada
pada tahap eksplorasi. Tahap dimana tugas perkembangan siswa SMK pada
tahap ini adalah sebagai berikut.
a. Diharapkan mulai mengenal dan menerima kebutuhan untuk dapat
membuat keputusana dan memperoleh informasi yang relevan untuk
membuat keputusan .
b. Menyadari minat dan kemampuan dan menghubungkannya dengan
kesempatan kerja nantinya.
c. Mengidentifikasi bidang dan tingkat pekerjaan yang cocok dengan
minat dan kemampuan.
29
d. Memperoleh latihan untuk mengembangkan keterampilan dan
mempercepat memasuki dunia kerja atau jabatan guna memenuhi
minat dan kemampuannya.
Selain itu, menurut Ginzberg dalam Santrock (2002:94) menyatakan
bahwa remaja berada pada tiga proses pemilihan , yaitu 1) masa fantasi (11 s/d
12 tahun), dimana ia bermain peran dan berimajinasi tentang pekerjaan masa
depan, 2) masa tentative (>12 s/d 17 tahun) dimana remaja mulai mengenal
minat, bakat, nilai-nilai serta pengetahuan tentang dunia kerja, 3) masa
realistiis (>17 tahun) dimana pilihan sudah mulai di anggap menetap.
Maka, siswa SMK termasuk dalam tahap tentaif (11 – 18 tahun) dalam
pilihan. Masa tentatif, menurut Gizberg ciri utamanya adalah pilihan mulanya
berdasarkan kesenangan dan minat, sedangkan faktot-faktor lain tidak
dipertimbangkan. Perubahan-perubahan minat menyebabkan anak mulai
bertanya pada diri sendiri apakah ia memiliki kemampuan melakukan suatu
pekerjaan, dan apakah kemampuannya sejalan dengan minatnya. Masa tentatif
meliputi empat tahap, yaitu: minat, kapasistas, nilai, dan transisi. Pada masa
transisi ini, remaja dapat memilih dan mempersiapkan diri menuju /kerja.
Perkembangan merupakan salah satu tugas remaja dalam tahap
perkembangannya Havighurst (dalam Hurlock, 2002: 10). Jordaan (dalam
Fuhrmann, 1990: 436) menyatakan bahwa yang terpenting dari perkembangan
karier adalah konsep 5 vokasional (vocational maturity). Kematangan
vokasional adalah kemampuan individu untuk memenuhi tugas perkembangan
vokasional dengan baik sesuai dengan tahap perkembangan yang sedang
dijalani Super (dalam Fuhrmann, 1990: 443).
30
Kematangan vokasional sangat penting dimiliki oleh individu, terutama
siswa SMK. Menurut teori perkembangan karier yang dikemukakan oleh Super
(dalam Patton & Lokan, 2001: 33), masa SMK merupakan waktunya siswa
mengumpulkan informasi mengenai diri mereka dan tentang dunia kerja
melalui proses eksplorasi yang efektif, dengan tujuan untuk mengkristalisasi
dan membuat pilihan karier yang bijaksana.
Siswa SMK harus mengambil keputusan yang tepat sebagai langkah
awal pencapaian karier di masa depan. SMK merupakan lembaga pendidikan
kejuruan yang mempersiapkan siswanya untuk memasuki dunia kerja. Kualitas
pemilihan vokasional ditentukan oleh tingkat kematangan vokasional
(Komandyahrini, 2008: 1). Oleh karena itu, kematangan vokasional sangat
dibutuhkan oleh siswa SMK agar mereka dapat mengambil keputusan yang
tepat. Kematangan vokasional dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal.
Faktor eksternal terdiri dari keluarga, latar belakang sosial ekonomi, gender,
teman sebaya, dan lingkungan sekolah (Seligman, 1994: 38, Rice, 1993: 519-
536). Sementara itu, faktor internal terdiri dari inteligensi dan bakat khusus,
minat vokasional, kepribadian, nilai, aspirasi karier, dan konsep diri
(Seligman, 1994: 38, Rice, 1993: 525, Hasan, 2006: 131).
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa kematangan
vokasional di perkembangan karier siswa SMK berada pada tahap tahap
tentatif. Dimana kematangan vokasional siswa diharapkan mulai memiliki
pemahaman diri (keterampilan, minat, bakat, sifat, cita-cita, prestasi akademik,
nilainkehidupan dan keadaan fisik).
31
Tugas perkembangan merupakan tugas-tugas yang muncul pada setiap
periode perkembangan individu selama hidupnya, yang dipengaruhi oleh
tuntutan kematangan diri, aspirasi lingkungan sosial masyarakat, dan
lingkungan budaya sekitarnya. Kerberhasilan menyelesaikan tugas
perkembangan dalam periode perkembangan tentatif ataupun eksplorasi akan
membantu siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada
periode perkembangan berikutnya. Demikian sebaliknya, kegagalan dalam
mencapai tugas perkembangan pada periode tentatif ataupun eksplorasi akan
menghambat penyelesaian tugas perkembangan pada periode selanjutnya.
Tugas perkembangan bagi para siswa SMK di Indonesia seperti
tercantum dalam tujuan pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003), yaitu:
(1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak
mulia, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) memiliki kesehatan
jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta
(6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Sejalan dengan tugas-tugas perkembangan siswa SMK (Depdiknas,
2006), yaitu meliputi:
1. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
YME;
2. Mencapai kematangan dalam hubungan antar teman sebaya, serta
perannya sebagai pria atau wanita;
3. Mencapai kematangan pertumbuhan jasmani sehat;
4. Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai
dengan program kurikulum dan persiapan karier atau melanjutkan
pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang
lebih luas;
5. Mencapai kematangan dalam pilihan karier;
6. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan
mandiri baik secara emosional, sosial, intelektual, dan ekonomi;
7. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan
berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara;
32
8. Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual,
serta apresiasi seni;
9. Mencapai kematangan dalam etika sistem dan nilai.
Maka, tugas perkembangan siswa SMK adalah untuk membantu siswa
dalam kematangan vokasional sebagai kompetensi yang harus dikuasai siswa
agar memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami dan menilai dirinya, terutama potensi dasar
(bakat, minat, sikap, kecakapan, dan cita-cita) yang
terkait dengan dunia kerja yang akan dimasukinya kelak.
Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu amat dipengaruhi oleh
kemampuan individu memahami dan menilai potensi dasar yang
dimilikinya. Oleh karena itu, maka setiap siswa perlu dibantu
untuk memahami potensi dasar dirinya, sehingga menentukan
pilihan atau mengambil keputusan yang sesuai dengan dunia kerja
pilihannya itu.
2. Menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada pada diri
dan masyarakatnya, sehingga menumbuhkan sikap positif
terhadap dunia kerja. Sikap positif berarti bahwa individu mau
bekerja dalam bidang pekerjaan apa pun tanpa merasa
rendah diri, yang penting bermakna bagi diri dan
lingkungannya, serta sesuai dengan norma agama yang dianutnya.
3. Mengetahui lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan
potensi dirinya serta memahami jenis-jenis pendidikan dan/atau
pelatihan yang diperlukan untuk mengembangkan dalam bidang
pekerjaan tertentu. Melalui pengetahuan dan pemahaman tersebut
33
individu terdorong untuk membentuk identitas dengan cara
mengenali ciri-ciri pekerjaan, persyaratan yang dituntut,
lingkungan pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
4. Menemukan dan dapat mengatasi hambatan-hambatan yang
disebabkan oleh faktor diri dan lingkungannya.
5. Merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara
rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat,
kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial-ekonomi.
6. Membentuk pola-pola, yaitu kecenderungan arah. Misalnya,
apabila seorang siswa bercita-cita menjadi mekanik otomotif, dia
senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan
yang relevan dengan teknik permesinan.
b. Bimbingan Karier di SMK
Bimbingan kejuruan merupakan bimbingan yang mengarahkan siswa
SMK pada bidang kerja “life skill”. Super dalam Herr dan Cramer (1979:6)
menyatakan bimbingan kejuruan adalah:
"the process of helping a person to develop and accept an integrated and
adequate picture of himself and of his role in the world of work, to test
this concept against reality, and to convert it into a reality, with
satisfaction to himself and to society".
Berdasarkan pengertian diatas menurut Super, ada dua hal penting yang
terkandung dalam makna bimbingan karier, yaitu proses membantu individu
untuk memahami diri, menerima diri sendiri sekaligus menyesuaikan diri
denngan dunia kerja. sedangkan Semiawan (1996:3) mengartikan bimbingan
karier sebagai pelayanan bantuan terhadap seluruh populasi dalam perwujudan
34
hidupnya sebagai pernyataan yang bermakna dan kualitas individual dalam
keseimbangan interaksi dan masyarakat di mana dia hidup yang terus menrus
berubah.
Pada dasarnya tujuan bimbingan karieradalah untuk membantu para
siswa mengenal dirinya sendiri, mengetahui informasi dunia kerja dan
lingkungan dunia kerja serta mengembangkan rencana dan membuat keputusan
yang bermakna bagi masa depan nantinya. Peters dan Shetzer (1974:267)
mengatakan bahwa “…counselor can help student for make a career planning
and make a people get a satifaction from his job”.
Tujuan akhir bimbingan dan konseling di sekolah secara umum sama
dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; sebagaimana tercantum dalam
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Bab II, Pasal 3, yang berbunyi sebagai berikut.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Adapun secara khusus menurut Mamat Supriatna dan Nandang
Budiman, tujuan bimbingan di SMK adalah untuk membantu atau
memfasilitasi perkembangan individu (siswa) agar memiliki kemampuan-
kemampuan sebagai berikut.
a. Memahami dan menilai dirinya, terutama potensi dasar (bakat,
minat, sikap, kecakapan, dan cita-cita) yang terkait dengan dunia
kerja yang akan dimasukinya kelak. Keberhasilan atau kenyamanan
dalam suatu amat dipengaruhi oleh kemampuan individu
memahami dan menilai potensi dasar yang dimilikinya. Oleh karena
35
itu, maka setiap siswa perlu dibantu untuk memahami potensi dasar
dirinya, sehingga menentukan pilihan atau mengambil keputusan
yang sesuai dengan dunia kerja pilihannya itu.
b. Menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada pada diri dan
masyarakatnya, sehingga menumbuhkan sikap positif terhadap
dunia kerja. Sikap positif berarti bahwa individu mau bekerja dalam
bidang pekerjaan apa pun tanpa merasa rendah diri, yang penting
bermakna bagi diri dan lingkungannya, serta sesuai dengan norma
agama yang dianutnya.
c. Mengetahui lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan
potensi dirinya serta memahami jenis-jenis pendidikan dan/atau
pelatihan yang diperlukan untuk mengembangkan dalam bidang
pekerjaan tertentu. Melalui pengetahuan dan pemahaman tersebut
individu terdorong untuk membentuk identitas dengan cara
mengenali ciri-ciri pekerjaan, persyaratan yang dituntut, lingkungan
pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
d. Menemukan dan dapat mengatasi hambatan-hambatan yang
disebabkan oleh faktor diri dan lingkungannya.
e. Merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara
rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat,
kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial-ekonomi.
f. Membentuk pola-pola , yaitu kecenderungan arah . Misalnya,
apabila seorang siswa bercita-cita menjadi mekanik otomotif, dia
senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan
yang relevan dengan otomotif.
Pentingnya bimbingan di SMK terdapat dalam SK Mendikbud nomor
0490/U/92 BAB XI pasal dinyatakan bahwa:
1) pelayanan kepada siswa SMK agar siswa mendapat pendidikan
kejuruan yang sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat siswa, 2)
pelayanan kepada siswa dalam proses pengenalan diri, pengenalan
lingkungan dunia kerja dan memberikan wawasan arah kejuruan, 3)
pelayanan kepada tamatan untuk mencari pekerjaan dan mandiri.
Secara khusus, siswa SMK lebih ditekaknkan pada aspek
pengembangan keterampilan kejuruan. Dalam kaitan ini, bidang bimbingan di
SMK perlu diberikan penekanan dengan bimbingan kejuruan dalam kesiapan
kerja. Penekanan pengembangan keterampilan kejuruan bagi siswa SMK, maka
bidang bimbingan lebih pada pelayanan bagi pengembangan kejuruan dan
aplikasinya dalam dunia kerja di masyarakat.
36
Pelayanan BK dilaksanakan melalui empat bidang bimbingan
(bimbingan pribadi, bidang sosial, bidang kegiatan belajar, dan bidang
bimbingan ). Bidang-bidang kegiatan BK tidak berjalan tanpa adanya
pelayanan yang diberikan guru pembimbing. Pelayanan yang dimaksudkan
adalah berbagai jenis layanan (orientasi, informasi, penempatan dan
penyaluran, penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok,
konseling kelompok, konsultasi dan mediasi) dan kegiatan pendukung (aplikasi
instrumen, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, tinjauan
kepustakaan, dan alih kasus).
Prayitno, (1997:69) menyatakan bidang bimbingan karier di SMK
bertujuan mengenal potensi diri, menembangkan dan memantapkan pilihan
serta mengembangkan keterampilan kejuruan dan aplikasinya. Selanjutnya,
Prayitno, dkk (2002:16) menyatakan bahwa bidang bimbingan karier, meliputi:
(1) Penempatan pemahaman diri berkenaan dengan kecendersungan
yang hendak dikembangkan, (2) pemantapan orientasi dan informasi
pada umumnya, khususnya yang hendak dikembangkan, (3) orientasi
dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (4) pengenalan berbagai
lapangan kerja yang dapat dimasuki tamatan SMA/K, (5) orientasi dan
informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih
tinggi, khususnya sesuai dengan yang hendak dikembangkan.
Pendapat Prayitno di atas sejalan dengan pendapat Ruslan A. Gani
(1996:11), bimbingan adalah:
suatu proses bantuan, layanan, dan pendekatan terhadap individu, agar
siswa/remaja yang bersangkutan dapat mengenal dirinya, memahami
dirinya, dan mengenal dunia kerja, merencanakan masa depannya,
dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, untuk menentukan
pilihannya dan mengambil suatu keputusannya tersebut adalah yang
paling tepat; sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan
persyaratan-persyaratan dan tuntutan pekerjaan/ yang dipilihnya.
37
Munandir (1996:260) mengurai program bimbingan pada 7 bagian,
yaitu: inventarisasi pribadi, pemahaman dunia kerja, orientasi dunia kerja,
konseling dan pengambilan keputusan , penempatan, tindak lanjut dan evaluasi,
kurikulum dan bimbingan . Program pokok tersebut dapat dikembangkan
berdasarkan jenis pendidikan tertentu seperti SMK yang para siswa
memperoleh kesiapan kerja.
Prayitno, dkk (1997:123-125) secara umum materi bidang bimbingan
meliputi:
a) Seleksi calon pekerja:
(1) siswa yang akan dididik/dilatih
(2) lulus SMK yang akan ditempatkan
b) Informasi jabatan/pekerjaan (mengacu kepada jenis kejuruan
tertentu):
(1) nama-nama jabatan/pekerjaan
(2) rincan kegiatan dalam setiap jabatan/pekerjaan
(3) kondisi kerja setiap jabatan/pekerjaan (peralatan, pengarahan
tenaa fisik dan mental, kelengkapan penunjang, unsur uang
dan waktu
(4) bakat khusus dan minat yang diperlukan untuk masing-masing
jabatan/pekerjaan
(5) keselamatan kerja
(6) gaji dan penghasilan lainnya
(7) jenis pangkat, kenaikan pangkat dan promosi jabatan
(8) lowongan yang ada
(9) kemungkinan pengembangan setiap jenis jabatan/pekerjaan
(10) pendidikan dan latihan calon pekerjanya (pendidikan/pelatihan
formal, prjabatan, dan pendidikan/pelatihan dalam jabatan)
c) Kegiatan praktek/latihan/magang siswa ke lapangan
praktek/pekerjaan (BLPT, industri, perusahaan, unit,produksi, dan
sebagai)
(1) orientasi kegiatan dan/atau jabatan/pekerjaan yang ada di
lapangan praktek/pekerjaan
(2) persiapan pelatihan/praktek/magang (waktu, tempat, syarat-
syarat, produksi, dan penetapan siswa)
(3) kegiatan selama praktek/latihan/magang
(4) evaluasi dan tindak lanjut kegiatan praktek/latihan magang
d) kemungkinan penempatan setelah tamat dari SMK
e) proses penempatan lulusan
f) kegiatan penelusuran lulusan
38
g) kerjasama sekolah dengan dunia kerja 9industri, perusahaan, unit
produksi) dan masyarakat.
Materi di atas secara langsung dapat di hubungkan denngan semua jenis
layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. Bidang bimbingan
lebih khusus dapat di rincikan sebagai berikut.
1) Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan
dan pilihan kejuruan.
2) Pemantapan dalam cita-cita dan kejuruan sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuan
3) Pemantapan dalam sikap positif dan objektif terhadap pilihan
kejuruan
4) Orientasi terhadap usaha memperoleh penghasilan untuk kebutuhan
hidup
5) Pengembangan dan pemantapan informasi tentang kondisi tuntutan
dunia kerja, jenis-jenis pekerjaan tertentu, serta latihan kerja sesuai
dengan dan kejuruan
6) Pengembangan dan pemantapan keterampilan kejuruan
7) Orientasi pendidikan dan pekerjaan berkenaan dengan pendididkan
tambahan atau lebih tinggi sesuai dengan pilihan dan kejuruan
8) Pelayanan kepada tamatan untuk mencari pekerjaan atau
menyelenggarakana usaha mandiri.
Pendapat lain dari Glover dan Marshall dalam Santrock (2003)
menyatakan agar siswa sekolah kejuruan mendapat cara-cara yang efektif
untuk memperoleh keterampilan-keterampilan yang mereka butuhkan dalam
bidang pekerjaan dilakukan pendekatan melalui:
1) Pada kelas X pelajaran yang beresiko gagal dikumpulkan dan
diberikan program yang intensif untuk mengatasi agar ia tidak
sampai gagal.
2) Pada kelas IX siswa mengikuti pelatihan akademis, komputer, dan
pengalaman-pengalaman lapangan yang sesuai dengan
kurikulumnya.
3) Pada kelas XII siswa mempunyai seorang pembimbing industri yang
memperkenalkannya ke lingkunngan kerja, dan jika memungkinkan
diadakan kerja. Dan di akhir kelas XII siswa mendapat kesempatan
untuk bekerja sesuai dengan kurikulum yang diikutinya. Diharapkan
setelah tamat pendidikan siswa akan dapat bekerja sesuai dengan
pendidikan yang diikutnya.
39
Berdasarkan program bimbingan yang tersedia dan dilaksanakan
disekolah, seyogyanya para siswa memperoleh kesiapan kerja dan kematangan
dalam mengambil keputusan kerja. Dengan kata lain, bimbingan merupakan
salah satu tindakan preventif dalam rangka mempersiapkan siswa menyonsong
dan masa depan mereka. Bimbingan yang diberikan kepada siswa bertujuan
untuk membantu siswa menentukan arah kecenderungan yang perlu
dikembangkan, dengan cara memberikan orientasi dan informasi tentang /kerja.
3. Kesiapan Kerja
a. Definisi Kesiapan
Pada awal memasuki SMK, siswa SMK diberikan pemahaman diri
untuk menentukan pemilihan jurusan bidang keahlian. Siswa SMK merupakan
individu yang dididik untuk menjadi tenaga terampil di dunia kerja nantinya.
Selain diri siswa dan penjurusan bidang keahlian di SMK, para siswa harus
mengetahui seperti apa kesiapan diri dan dunia kerja nantinya. Kesiapan diri
secara fisik ataupun psikis merupakan langah awal untuk meniti nantinya.
Seorang ahli bernama Cronbach memberikan pengertian tentang
readiness sebagai segenap sifat atau kekuatan yang membuat seseorang dapat
bereaksi dengan cara tertentu. Istilah kesiapan (readiness) dalam kamus
websler didiskripsikan sebagai :
1. Kesiapan mental dan fisik untuk bertindak atau menerima
pengalaman
2. Yang tangkas, atau pantas, cakap dan terampil
3. Ketersediaa segera (immediate availability)
40
Menurut M Brammer dan L. Shostromm (1982:121) menyatakan
bahwa “Readiness for learning is a well-known education concept. Children,
for instance, are not “Ready” to read until they have achieved a certain level
of motivation, maturation, and basic skill development” yang maknanya
bahwa kesiapan dalam belajar akan tercapai bila siswa telah mencapai tingkat
motivasi tertentu, kematangan dan berkembangnya kemampuan dasar.
Sedangkan kesiapan menurut Walsh (2005: 95) :
The developmental theory is on “readiness,” that is having the
requisite skills necessary to accomplish developmental task, and
much of the focus of both theoretical and research attention has
been on late adolescence and early adulthood, where initial
vocational choices are being made.
Menurut Walsh secara teoretis untuk mencapai pengembangan tugas
yang baik secara teoretis pada anak usia awal dewasa/remaja dan usia anak-
anak maka pilihan kejuruan harus dimulai.
Lebih lanjut Walsh (2005: 143) menekankan :
A variety of measures of vocational maturity have been proposed,
first focusing on the exploratory stage of development , and later
broadening to include adult readiness using measures such as
these, researches have explored the antecedents, correlates, and
consequences of vocational maturity.
Walsh lebih lanjut menekankan kesiapan dapat diartikan lagi berbagai
pengukuran kematangan kejuruan di mulai, sejak tahap eksplorasi dan
diperluas pada masa remaja, dengan pengukuran seperti temuan hasil penelitian
perkiraan (praduga) dan frekuwensi pada kematangan kejuruan. Jadi, kesiapan
adalah suatu titik kematangan untuk dapat menerima dan memperhatikan
tingkah laku tertentu sesuai dengan karakteristik individu dan pola
41
pembentukan kesiapan yang berbeda-beda di dalam diri masing-masing
individu.
b. Kesiapan kerja
Kesiapan kerja dapat dipelajari, dibentuk, disesuaikan dan
dikembangkan melalui pengalaman belajar yang diperoleh baik di sekolah
maupun di luar sekolah. Sesuai dengan di lapangan ada beberapa karakteristik
individu pola pembentukan kesiapan berbeda-beda, di dalam diri masing-
masing individu.
Menurut Dillard (dalam Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati,
1993:25) kesiapan adalah memperoleh pemahaman diri, keputusan pribadi,
mempersiapkan diri untuk memperoleh pemahaman diri dan upah yang
memadai, efektifitas penggunaan waktu dan upaya mencapai kesuksesan
pribadi dan yang dicita-citakan.
Menurut Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati (1993:24)
kesiapan bertujuan untuk:
1) membantu mempersiapkan pengambilan keputusan, 2)
membantu mengembangkan beberapa kepercayaan dalam diri, 3)
membantu menemukan beberapa makna dari diri yang dilakukan
sekarang, 4) memberikan ketenangan bagi diri untuk mengenal
kesempatan-kesempatan yang baik yang ditemuinya, 5)
membantu menemukan apa yang seharusnya dilakukan sekarang
dan kaitannya dengan apa yang diinginkannya selanjutnya, 6)
membantu apa yang harus dipersiapkan pada setiap tahap baru
dalam hidup selama tumbuh dan berkembang sampai lebih
matang.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diperoleh tujuan kesiapan kerja
adalah untuk membantu individu dalam menentukan pilihan yang sesuai
42
dengan dirinya, membantu individu mengenali dan pengetahuan lingkungan
kerja yang diinginkan.
Menurut Lundberg et al. (1997) menyatakan career maturity is the
readiness to make appropriate career decisios. Menjelaskan kematangan
adalah kesiapan untuk membuat keputusan yang cocok/ sesuai. Sejalan dengan
pernyataan Lundberg, Savickas (1984) dalam The Career Development
Quarterly, June 2001. Volume 49 menyatakan “career maturity is to the
individual’s readiness to make informed, age appropriate career decisions and
cope with career development tasks’. Menyatakan individu dikatakan matang
atau siap untuk membuat keputusan didukung oleh informasi untuk membuat
keputusan dan mengatasi dengan kemajuan pekerjaan.
Untuk mencapai kematangan yang dinginkannya sering menghalangi
hambatan, sehingga diperlukan usaha dari siswa untuk mengatasi hambatan
tersebut. Siswa SMK cenderung menganggap bahwa keterampilan (skill),
kemampuan (ability), dan usaha (efforts) lebih menentukan pencapaian dalam
hidup mereka, termasuk pencapaian nya. Mengingat pentingnya kesiapan kerja
secara psikologis bagi siswa, maka diperlukan suatu kondisi yang menunjang
pembentukan kesiapan kerja tersebut, baik melalui kegiatan belajar mengajar
maupun kegiatan yang lain termasuk di dalamnya adalah informasi bimbingan .
Kesiapan kerja siswa SMK merupakan usaha mempersiapkan siswa
untuk siap kerja. Hal ini disebabkan dua faktor yaitu faktor internal meliputi:
kecerdasan (kemampuan akademik), keterampilan dan kecakapan, bakat,
motivasi, kemampuan dan kepribadian, cita-cita dan tujuan dalam bekerja.
Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga dan pengetahuan lingkungan
43
kerja. Kesiapan kerja siswa dalam dunia kerja diharapkan untuk dapat
mengembangkan dan menyalurkan potensi diri meliputi bakat, kemampuan,
dan keterampilan melalui lapangan kerja yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
Ketika siswa dihadapkan pada pilihan , maka ia akan melakukan usaha untuk
mengenali diri, mencari tahu tentang pekerjaan dan langkah-langkah
pendidikan serta beruhasa mengatasi masalah berkaitan dengan pilihan .
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa kesiapan kerja
siswa berkenaan dengan penelitian ini adalah keadaan yang harus dipersiapkan
oleh siswa SMK untuk menuju dunia kerja dengan konsep kematangan
vokasional/kejuruan berdasarkan dua faktor sebagai berikut.
1. Tingkat kematangan kejuruan
2. Pengetahuan dunia kerja (lingkungan kerja).
4. Perbedaan Kesiapan Kerja Siswa Kelas X, XI, XII
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga
pendidikan yang bertanggung jawab untuk menciptakan sumber daya manusia
yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan dalam bidang tertentu. Siswa
SMK berada pada usia remaja akhir. Menurut Yusuf (2006:27) siswa SMK
termasuk pada masa usia sekolah menengah pada umumnya yang berada pada
usia remaja akhir (12-18 tahun. Pada usia ini salah satu tugas perkembangan
karirnya yaitu mempersiapkan diri memilih suatu pekerjaan. Apabila nanti
para siswa SMK mengakhiri pendidikannya di SMK, mereka berada pada
tahap perkembangan memasuki masa dewasa awal.
Tahap perkembangan akhir merupakan masa transisi dari masa remaja
awal ke masa dewasa awal yang ditandai dengan warna-warni perkembangan
44
yang memerlukan perhatian khusus bagi siswa SMK. Proses transisi ditandai
oleh pengenalan sampai mengambil keputusan siap untuk kerja.
Menurut Sciarra (2004:132) mengemukakan bahwa:
“career work in high school continues to be competency based.
although career exploration continues, this also a time for
refinement by now students should understand their abilities,
skills, aptitudes, and interests, and their career choice, although
not final, should begin to narrow”.
Lebih lanjut Sciarra (2004:133) menjelaskan ada beberapa kompetensi
yang harus dicapai oleh siswa SMK, kompetensi tersebut meliputi:
Studens In Grade 10
will be able to
1) clarify the role of values in career choice, 2)
distinguish educational and skill requirements for
areas or career of interest, 3) recognize the effects
of job or career choice on other areas of life, 4)
begin ralistic assessment of their potential in
various fields, 5) develop skill in prioritizing
related to career planning.
Studens In Grade 11
will be able to
1) refinue future career goals through synthesis of
information concerning self, use of resources, and
consultation with others, 2) coordinate class
selection with career goals, 3) identify specific
educational requirements necessary to achieve
their goals, 4) clarify their own valeus as they
relate to work and leisure.
Studens In Grade 12
will be able to
1) complete requirements for transition from high
school, 2) make final commitments to career plan,
3) understand the potential for change in their own
intrests or values related to work, 4) understan the
potential for change within the job market, 5)
understand career development as a lifelong
process, accept responsibility for their own career
directions.
Sciarra (2004:133) menjelaskan beberapa perbedaan kompetensi setiap
kelasnya. Dari pendapat ini dapat disimpulkan kemampuan siswa SMK
memutuskan bahwa dirinya siap bekerja pada sektor tertentu, sadar akan nilai-
nilai tersebut ketika akan mengganti pilihannya menyadari karakteristik
45
pribadi, kepentingan, bakat dan keterampilan mengembangkan kesadaran dan
penghargaan terhadap keragaman dunia kerja yang bersifat tentatif.
5. Peran Guru Pembimbing dalam Mempersiapkan Siswa untuk Memasuki
Dunia Kerja.
Guru Pembimbing adalah seorang guru yang mempunyai tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan BK terhadap
sejumlah siswa. Pelayanan BK di sekolah merupakan kegiatan untuk
membantu siswa dalam upaya menemukan dirinya, penyesuaian terhadap
lingkungan serta dapat merencanakan masa depannya. Prayitno (2001:3)
menyebutkan bahwa pada hakikatnya pelaksanaan BK di sekolah untuk
mencapai tri sukses, yaitu: sukses bidang akdemik, sukses dalam persiapan
karier dan sukses dalam hubungan kemasyarakatan. Thantawy (1997:73)
menyebutkan tugas konselor sekolah ialah menyelenggarakan pelayanan
bimbingan yang meliputi: bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan
sosial, bidang bimbingan belajar dan bidang bimbingan karier yang disesuaikan
dengan tahap perkembangan siswa.
Selanjutnya tugas guru pembimbing di SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) adalah guru pembimbing berperan membantu siswa dalam
menumbuhkembangkan potensinya. Salah satu potensi yang seyogyanya
berkembang pada diri siswa adalah kemandirian dan kesiapan diri, seperti
kemandirian dalam mengambil keputusan penting dalam perjalanan hidupnya
yang berkaitan dengan pendidikan maupun persiapan , dan kesiapan diri siswa
untuk memasuki dunia kerja nantinya. Dalam melaksanakan program
46
bimbingan dan konseling, konselor seyogyanya melakukan kerjasama
(kolaborasi) dengan berbagai pihak yang terkait, seperti dengan kepala
sekolah/madrasah, guru-guru mata pelajaran, orang tua konseli. Pelayanan
bimbingan dan konseling difokuskan kepada upaya membantu konseli
mengokohkan pilihan dan pengembagan sejalan dengan bidang vokasi yang
menjadi pilihannya, kemudia membantu konseli untuk mempersiapkan siswa
memasuki dunia kerja. Bimbingan (membangun soft skill) dan bimbingan
vokasional (membangun hard skill) harus dikembangkan sinergis, dan untuk
itu diperlukan kolaborasi produktif antara konselor dengan guru bidang
studi/mata pelajaran/keterampilan vokasional (Departemen Pendidikan
Nasional, 2008: 215-216).
Guru pembimbing/ konselor sekolah adalah tenaga profesional yang
telah dipersiapkan oleh lembaga atau instansi pendidikan yang berwenang
yaitu membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalahnya, baik masalah
pribadi, sosial, belajar maupun masalah . Konselor sekolah dididik secara
khusus untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi pekerjaan
bimbingan konseling. Pekerjaan seorang konselor sekolah bukanlah suatu
pekerjaan yang mudah dan ringan, karena individu yang dihadapi sehari-hari
disekolah satu sama lain memiliki keunikan dan ciri khas dalam tingkah
47
laku, kepribadian, sikap-sikapnya, maupun masalah-masalah yang dihadapi
juga berbeda.
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa guru pembimbing/konselor
mempunyai peran yang sangat penting dalam pelaksanaan program bimbingan
khususnya dalam pengembangan dan mempersiapkan siswa memasuki dunia
kerja. Beberapa peran konselor dalam bimbingan sebagai upaya
mengembangkan siswa yang juga suatu upaya membantu siswa
mempersiapkan diri memasuki dunia kerja adalah antara lain:
1. Sebagai penemu masalah pendidikan atau penemu kebutuhan siswa.
Konselor berusaha mengidentifikasi permasalahan keadaan siswa dengan
mengumpulkan data secara seksama yang melibatkan semua unsur sekolah
dan orang tua.
2. Sebagai agen referal dan penerima, setiap masalah yang dihadapi siswa
yang sudah ditangani oleh guru, kepala sekolah dan orang tua dimana
mereka tidak mampu menanganinya misalnya berkaitan dengan masalah
maka dengan mengunakan konseling apabila diminta oleh yang
bersangkutan.
3. Sebagai penemu potensi manusiawi, dengan berbagai teknik unuk
memperoleh data tentang siswa mengenai kemampun psikologis dengan
48
teknik tes dan non tes, maka konselor dapat mengidentifikasi kebutuhan
dan potensi yang dimiliki oleh siswa secara optimal, khususnya dibidang .
4. Sebagai informan dan pendidik , koselor dianggap sebagai orang yang
mampu dan memiliki wawasan yang luas dalam bidang , maka konselor
dapat memberikan informasiyang dibutuhkan siswa.
5. Sebagai penolong pengenalan diri, bimbingan bertolak dengan dasar
pemahaman diri siswa diharapkan dapat mengenal dirinya sendiri (dengan
bantuan konselor) baik mengenai kelebihan dan kekurangan dirinya).
6. Sebagai fasilitator hubungan manusiawi maka konselor dapat
mengembangkan sikap dan cara yang baik dalam sesama teman sekerja.
7. Sebagai penentu dan pelaksana program bimbingan , konselor dengan
pengetahuan dan pengalamannya diharapkan mampu menyusun dan
melaksanakan program bimbingan .
B. Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan telaah kepustakaan, maka ditemukan beberapa penelitian
yang relevan dengan penelitian yang dilakukan tentang peran guru
pembimbing dan kesiapan kerja siswa, diantaranya sebagai berikut.
1. Nur Khayati, 2006. Efektivitas Layanan Informasi dalam Bimbingan
terhadap Kesiapan Kerja ditinjau dari Aspek Psikologis pada Siswa Kelas
III SMK Bhakti Praja Margasari, Tegal Tahun Pelajaran 2005/ 2006.
49
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan kerja secara psikologis
pada siswa kelas III Akuntansi mulanya dengan kategori sedang dan
setelah memperoleh layanan informasi bimbingan mengalami peningkatan
menjadi kategori tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pemberian layanan informasi dalam bimbingan efektif dalam
meningkatkan kesiapan kerja secara psikologis. Relavansi dari hasil
penelitian ini terhadap penelitian peneliti adalah membahas tentang
kesiapan kerja siswa SMK yang ditinjau dari kematangan
kejuruan/vokasional dan pengetahuan dunia kerja (lingkungan kerja).
2. Rahmanto Aji, Dra. Sri Hartati MS., Dra. Diana Rusmawati meneliti
Hubungan Antara Locus Of Control Internal dengan Kematangan pada
Siswa Kelas XII SMK N 4 Purworejo menunjukan bahwa terdapat
hubungan positif dan signifikan antara locus of control internal dengan
kematangan internal pada siswa SMK N. 4 Purworejo. Relevansi terhadap
penelitian saya kematangan siswa SMK bukan pada locus of control.
3. Fivia Eliza (2009) meneliti Kontribusi Persepsi Siswa SMP Tentang SMK
dan Minat Pelaksanaan Bimbingan Karier terhadap Minat melanjutkan
studi ke SMK di tiga SMP Negeri di kota Padang menggunakan skala
Likert yang mengukur sikap, pendapat dan persepsi responden terhadap
objek yang diteliti menghasilkan bila persepsi siswa SMP tentang SMK
baik dan pelaksanaan bimbingan berjalan lancar siswa cenderung
mempunyai minat yang tinggi untuk melanjutkan studi di SMK.
50
Dari ketiga penelitian ini yang menjadi keterkaitan adalah bukan pada
tingkat kematangan kejuruan yang dihadapi oleh siswa SMK melainkan
kesiapan kerja dikarenakan siswa SMK belum dapat membuat dan mengambil
keputusan dalam kesiapan kerja dan diperlukannya peran guru pembimbing
dalam memberikan bantuan dalam membuat dan mengarahkan keputusan siswa
tersebut.
C. Kerangka Pemikiran
Peneliti ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran guru pembimbing
dalam kesiapan kerja dan bagaimana hubungan peran guru pembimbing
dengan kesiapan kerja siswa SMK. Yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah seseorang guru pembimbing yang menampilkan unjuk kerja berkaitan
dengan kesiapan kerja siswa SMK. Kesiapan kerja harus dimiliki siswa SMK
untuk menuju dunia kerja dengan berdasarkan (1) tingkat kematangan
kejuruan/vokasional, dan (2) pengetahuan dunia kerja (lingkungan kerja).
Maka dalam penelitian ini diduga ada hubungan antara peran guru pembimbing
dengan kesiapan kerja siswa SMK.
Kesiapan Kerja Siswa
Kelas X, XI, XII
( Y)
Peran Guru
Pembimbing
( X )
r = ?
51
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini untuk dapat dibuktikan
kebenarannya secara ilmiah yaitu:
Terdapat hubungan yang signifikan peran guru pembimbing dengan
kesiapan kerja siswa.
Terdapat perbedaan yang signifikan kesiapan kerja antara kelas X,
XI, dan XII.
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian ini mendeskripsikan berbagai hal yang berkenaan dengan
peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa SMK. Penelitian
deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskriptisikan
mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populsi tertentu atau mencoba menggambarkan fenomena secara
detail apa adanya (A. Muri Yusuf, 2005:83).
Pendekatan deskriptif kuantitatif dikmasudkan untuk mendeskripsikan
peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa SMK. Data kuantitatif
dalam penelitian ini diolah melalui prosedur statistik sederhana. Dalam hal ini,
data yang diperoleh melalui instrumen kepada siswa merupakan data
kuantitatif.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dinyatakan oleh Riduwan (2005:54) adalah keseluruhan dari
objek atau subjek penelitian. Sejalan dengan itu Bailey (1978) dalam A. Muri
Yusuf (2005:183) menyatakan populasi atau “universe” ialah jumlah
keseluruhan dari unit analisis, sedangkan Sax (1978) dalam A. Muri Yusuf
(2005:183) menyatakan bahwa …. populasi adalah keseluruhan manusia yang
terdapat dalam area yang ditetapkan. Adapun populasi penelitian ini adalah
53
semua siswa SMK Negeri 2 di Kota Sawahlunto pada kelas X, XI dan XII yang
terdaftar pada tahun ajaran 2011-2012 sebagai objek penelitian. Semua siswa
kelas X, XI dan XII setiap jurusan pada SMK Negeri 2 Sawahlunto berjumlah
609 siswa. Rincian populasi penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2 sebagai
berikut.
Tabel 2. Jumlah Populasi Penelitian Siswa SMK N.2 Kota
Sawahlunto
No. Jurusan Kelas Jum. Siswa
1.
Teknik Konstruksi Kayu XII 9
2.
Teknik Instalasi Tenaga Listrik XII ITL 22
3. Teknik Pemesinan XII TPM 1 24
XII TPM 2 13
4. Teknik Kendaraan Ringan
XII TKR 1 24
XII TKR 2 21
5. Teknik Geologi Pertambangan XII GP 21
Populasi Kelas XII 134
6. Teknik Konstruksi Kayu XI 12
7. Teknik Instalasi Tenaga Listrik XI TITL 30
8. Teknik Pemesinan
XI TPM 1 17
XI TPM 2 23
9. Teknik Kendaraan Ringan
XI TKR 1 21
XI TKR 2 25
10 Teknik Geologi Pertambangan
XI GP A 24
XI GP B 24
Populasi Kelas XI
152
11. Teknik Konstruksi Kayu X 28
12. Teknik Instalasi Tenaga Listrik X 36
Bersambung
54
No.
Jurusan
Kelas
Jum. Siswa
13. Teknik Pemesinan
X TPM 1 33
X TPM 2 35
14. Teknik Kendaraan Ringan
X TKR 1 44
X TKR 2 44
15. Teknik Geologi Pertambangan X GP 1 39
X GP 2 40
Populasi Kelas X 259
Jumlah Siswa 609
Sumber: Data SMK Negeri 2 Sawahlunto 2011-2012
2. Sampel
Sampel menurut A. Muri Yusuf (2005:186) adalah sebagian populasi
yang dipilih dan mewakili populasi tersebut. Selanjutnya Sax (1979) dalam A.
Muri Yusuf (2005:187) menyatakan sampel adalah suatu jumlah yang terbatas
dari unsur-unsur yang terpilih dari suatu populasi. Dari populasi di atas diambil
sampel sebasar 50%, sehingga sampel penelitian ini menjadi 303 siswa.
Dengan menggunakan proportional clustered random sampling, rincian sampel
penelitian ini dapat dililhat pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Sampel Penelitian
No. Jurusan Kelas Jum. Siswa
Kelas XII
1. Teknik Konstruksi Kayu XII 9
2. Teknik Instalasi Tenaga Listrik XII TITL 11
3.
Teknik Pemesinan XII TPM 1 22
XII TPM 2 13
Bersambung
55
No. Jurusan Kelas Jum. Siswa
4. Teknik Kendaraan Ringan XII TKR 1 22
XII TKR 2 13
5. Teknik Geologi Pertambangan XII GP 11
Jumlah 101
6. Teknik Konstruksi Kayu XI 10
7. Teknik Instalasi Tenaga Listrik XI TITL 12
8. Teknik Pemesinan XI TPM 1 15
XI TPM 2 11
9. Teknik Kendaraan Ringan XI TKR 1 10
XI TKR 2 15
10 Teknik Geologi Pertambangan XI GP A 14
XI GP B 14
Jumlah 101
11. Teknik Konstruksi Kayu X 12
12. Teknik Instalasi Tenaga Listrik X 12
13. Teknik Pemesinan X TPM 1 12
X TPM 2 13
14. Teknik Kendaraan Ringan X TKR 1 13
X TKR 2 13
15. Teknik Geologi Pertambangan X GP A 13
X GP B 13
Jumlah 101
Total Siswa (Kelas X+XI+XII) 303
Sumber: Data SMK Negeri 2 Sawahlunto 2011-2012
C. Definisi Operasional
Berdasarkan teori yang telah dibahas dalam landasan teori, diuraikan
definisi operasional beserta indikator dari masing-masing variabel.
56
1. Peran Guru Pembimbing
Peran guru pembimbing yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah menampilkan unjuk kerja yang berkaitan dengan membantu siswa
memahami dirinya, mengenal tentang lapangan kerja dan mengembangkan
sikap positif terhadap kerja.
2. Kesiapan Kerja
Kesiapan kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap
siswa SMK untuk memasuki dunia kerja dengan konsep kematangan
kejuruan berdasarkan tingkat kematangan karier (career maturity) dan
pengetahuan tentang lingkungan dan dunia kerja.
D. Pengembangan Instrumen
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena maupun sosial yang digunakan secara spesifik, semua fenomena
tersebut disebut variabel penelitian. Adapun instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket. Angket untuk mengukur kesiapan kerja yang
terdiri dari peran guru pembimbing dan kesiapan kerja.
Kesiapan kerja terbagi dua sub variabel, yaitu: (1) tingkat kematangan
kejuruan/vokasional; (2) pengetahuan dunia kerja (lingkungan kerja) SMK
adalah kuesioner. Kuesioner berarti suatu rangkaian pertanyaan yang
berhubungan dengan topik tertentu, diberikan kepada sekolompok individu
dengan maksud untuk memperoleh data. Tujuan utama penggunaan kuesioner
dalam penelitian adalah memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan
penelitian dan mengumpulkan informasi dengan reliabilitas dan validitas yang
tinggi (A. Muri Yusuf, 2005:252).
57
Instrumen disusun berpedoman pada kisi-kisi yang telah dibuat
berdasarkan teori dengan menentukan variabel, sub variabel dan indikator.
Pengembangan instrumen dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
1. Menentukan indikator dari masing-masing variabel
2. Membuat kisi-kisi berdasarkan indikator.
Tabel 4. Variabel, Sub Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel
Penelitian Subvariabel Indikator Item
Peran Guru
Pembimbing
terhadap
kesiapan kerja
siswa
1. Membantu siswa
memahami dirinya
1. Kemampuan diri
2. Keinginan
terhadap suatu
pekerjaan
3. Kepercayaan diri
1,2,3,4,5,6,
7,8,9
10,11,12,1
3
14,15
2. Membantu siswa
mengenal tentang
lapangan kerja
1. Memberikan
informasi
berkenaan
lapangan kerja
2. Memberikan
bimbingan/latihan
pemilihan karir
16,17,18,
19,20,21
22, 23
3. Membantu siswa
mengembangkan
sikap positif
terhadap pekerjaan
1. Mengembangkan
sikap positif
tentang
kemampuan diri
2. Mengenal nilai
positif dari setiap
pekerjaan
24,25,26,2
7 28, 29,
30
31,32, 33,
34, 35
Kesiapan Kerja
3. Tingkat
kematangan
kejuruan/vokasion
al
1. Perencanaan
2. Eksplorasi
3. Kompetensi
4. Pengambilan
Keputusan
1,2,3,4,5,6,
7,8,9,10
11,12,13,
14,15,16,1
7,18,19,20
21,22,23,
24
4. Pengetahuan dunia
kerja (lingkungan
kerja)
1. Informasi Kerja
2. Standar
Operasional
Prosedur
25,26,27,
28
29,30, 31,
32,
33,34,35
58
Penyusunan instrumen dlakukan melalui langkah-langkah; a)
penentuan indikator, b) pembuatan angket berdasarkan indikator, c)
penimbang instrumen, d) uji coba instrumen, e) revisi instrumen dan f)
pengisian instrumen.
Penimbang instrumen dilakukan untuk menguji validitas internal dari
instrumen. Penimbang instrumen dilakukan oleh para ahli dibidangnya yaitu
Prof. Dr. Neviyarni S, M.S., Dr. Syahniar, M.Pd. Kons., Prof. Dr. Mega
Iswari, M.Pd. Dari hasil judge ketiga ahli pada bulan Juli 2011.
Uji coba instrumen dilaksanakan di sekolah SMK Negeri 2
Sawahlunto pada tanggal 22 September 2011. Uji coba dilaksanakan
terhadap Alpha Cronbach >0.361”. Dari hasil analisis, diperoleh nilai Alpha
Cronbach variabel peran guru pembimbing adalah 0,961 dengan tingkat
kepercayaan 95%. Sedangkan nilai Alpha Cronbach variabel kesiapan kerja
adalah 0,969 dengan tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan nilai Alpha
Cronbach tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedua variabel penelitian
bersifat reliabel. Analisi hasil uji coba selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 1.
E. Teknik Pengumpulan data
Data dikumpulkan dari siswa SMK Negeri 2 Sawahlunto dengan cara
siswa dimintai untuk mengisi angket, pada tanggal 14 – 16 Nopember 2011.
Adapun prosedur teknik pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah
berrikut.
1. Mengumpulkan siswa yang menjadi sampel pada ruang besar (AULA).
59
2. Peneliti memberikan penjelasan tentang instrumen dan cara pengisian
instrumen.
3. Membagikan instrumen dan mempersilakan responden untuk
mengisinya.
4. Mengumpulkan dan memeriksa kelengkapan pengisian instrumen oelh
responden.
F. Teknik Analisa Data
Data penelitian dianalisis dengan teknik analsis ststistik deskripsi.
Analisa data penelitian dilakukan menggunakan bantuan program SPSS versi
15 dengan langkah analisis sebagai berikut.
1. Deskripsi Data
Dalam mendeksripsikan peran guru pembimbing dalam kesiapan
kerja siswa SMK menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Data
yang diperoleh dari instrumen diolah dengan meskror masing-masing item.
Untuk item yang pernyataan positif diolah dengan menggunakan skala skor
sebagai berikut.
Tabel 6. Skor Skala Item Positif
Pilihan Jawaban Item Positif
Sangat Setuju (SS) Skor 5
Setuju (S) Skor 4
Kurang Setuju (KS) Skor 3
Tidak Setuju (TS) Skor 2
Sangat Tidak Setuju (STS) Skor 1
Skor 5 untuk pilihan Sangat Setuju (SS) menunjukan bahwa siswa
menilai baik terhadap item positif. Contohnya: Guru pembimbing
memberikan informasi karier dalam memotivasi saya tentang keberhasilan
dalam belajar dan bekerja setamat SMK. jika siswa memilih Sangat Setuju
60
(SS) maka artinya siswa berpendapat menilai baik guru pembimbing.
Sedang untuk item pernyataan negatif akan diolah dengan menggunakan
skala skor sebagai berikut.
Tabel 7. Skor Skala Item Negatif
Pilihan Jawaban Item Negatif
Sangat Setuju (SS) Skor 1
Setuju (S) Skor 2
Kurang Setuju (KS) Skor 3
Tidak Setuju (TS) Skor 4
Sangat Tidak Setuju (STS) Skor 5
Skor untuk pilihan Tidak Stuju (TS) menunjukan bahwa siswa
menilai kesiapan kerja adalah baik. Contohnya: Saya belum memiliki
perencanaan karier yang jelas. Jika siswa berpendapat Sangat Tidak Setuju
(STS) maka artinya siswa berpendapat bahwa kesiapan dirinya terhadap
perencanaan karier belum dimiliki.
Selanjutnya untuk kualitas masing peran guru pembimbing dalam
kesiapan kerja dalam bentuk sebagai berikut.
a. Dari kedua variabel, disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.
Berdasarkan data frekuensi tersebut didapatkan skor rata-rata (means),
modus (nilai yang sering muncul), median (nilai tengah), dan standar
deviasi. Untuk mengetahui tingkat pencapaian responden pada setiap
variabel digunakan rumus:
TP = Skor Rata-rata × 100 %
Skor Maksimal Ideal
Untuk menentukan kategori tingkat pencapaian responden digunakan
klasifikasi menurut Iskandar (2009:93) sebagai berikut
61
Tabel 7. Persentase Pencapaian
Persentase Pencapaian (%) Interpretasi
90-100 Sangat Tinggi
80-89 Tinggi
65-79 Sedang
55-64 Rendah
0-54 Sangat Rendah
a. Untuk melihat perbedaan kesiapan kerja antara kelas X, kelas XI, dan
kelas XII menggunakan rumus uji t atau uji beda dengan bantuan
program SPPS versi 15.
b. Untuk melihat hubungan peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja
siswa SMK berdasarkan item yang ada dalam penelitian ini, akan
diketahui dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dari
Pearson dengan bantuan SPSS versi 15.
1. Periksaan Uji Prasyarat Analisis
a. Uji normalitas
Uji normalitas mengunakan teknik Colmogorov-Smirnov Test yang
bertujuan untuk melihat sebaran kedua variabel penelitian, apakah data
berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas menggunakan uji Levene Statistik, tujuannya untuk
mengetahui apakah varian kelompok populasi atau tidak.
c. Uji linearitas
Uji linearitas dengan teknik ANOVA bertujuan untuk mengetahui
apakah terdapat hubungan linier antar variabel.
2. Pengujian Hipotesis
a. Hipotesis satu dianalisis dengan teknik korelasi sederhana.
62
b. Hipotesis dua dianalisis dengan uji t.
1) Peneliti memberikan penjelasan tentang instrumen dan cara
pengisian instrumen.
2) Membagikan instrumen dan mempersilakan responden untuk
mengisinya.
3) Mengumpulkan dan memeriksa kelengkapan pengisian instrumen
oleh responden.
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
E. Deskripsi Data
Pada bab ini akan dikemukakan hasil-hasil penelitian serta
pembahasan berkenaan dengan peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja
siswa SMK. Sebelum data diolah, terlebih dahulu dilakukan verifikasi data
untuk melihat data yang layak diolah, seperti tidak diisinya item pernyataan
dengan lengkap. Dari hasil verifikasi data yang layak diolah diperoleh 303
siswa SMK. Adapun deskripsi data yang diperoleh sebagai berikut.
1. Peran Guru Pembimbing dalam Mempersiapkan Siswa untuk
Memasuki Dunia Kerja.
Deskripsi peran guru pembimbing kelas X dilihat pada Tabel 8 di
bawah ini.
64
Tabel 8. Deskripsi Peran Guru Pembimbing Kelas X (Skor
Keseluruhan Per-Indikator) N=101
NO Indikator
SKOR
Ideal Ter-
tinggi
Ter-
Rendah Jum.
Rata-
rata
%
Rata-
rata
Sd.
1.
4. Kemampuan
diri (9) 45 45 35 4086 42 92,1 2,2
5. Keinginan
terhadap suatu
pekerjaan (4)
20 20 16 1665 19 92,33 1,1
6. Kepercayaan
diri (2) 10 10 6 923 9 91,39 0,8
2.
1. Memberikan
informasi
berkenaan
lapangan kerja
(6)
30 30 23 2565 28 91,25 1,7
2. Memberikan
bimbingan/latih
an pemilihan
karir (2)
10 10 6 926 9 91,68 0,88
3.
1. Mengembangka
n sikap positif
tentang
kemampuan diri
(7)
35 35 27 3027 32 91,29 1,8
2. Mengenal nilai
positif dari
setiap
pekerjaan (5)
25 25 20 2278 23 90,22 1,4
Keseluruhan (35) 175 173 140 16170 153.01 91,49 5,98
Dari Tabel 8 diperoleh informasi bahwa skor terendah variabel
peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas X adalah 140,
skor tertinggi 173. Skor ideal 175. Skor total 16170 dan rata-rata 153.01
dengan tingkat capaian responden sebesar 91,49%. Hal ini menunjukan
bahwa variabel peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas X
dalam kategori sangat tinggi.
Sementara itu, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
kelas X komponen kemampuan diri diperoleh informasi bahwa skor
terendah kemampuan diri siswa kelas X adalah 35, skor tertinggi 45. Skor
ideal 45. Skor total 4086 dan rata-rata 42 dengan tingkat capaian responden
65
sebesar 92,1%. Hal ini menunjukan bahwa komponen kemampuan diri
siswa kelas X dalam kategori sangat tinggi.
Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
kelas X komponen keinginan terhadap suatu pekerjaan diperoleh informasi
bahwa skor terendah keinginan terhadap suatu pekerjaan siswa kelas X
adalah 16, skor tertinggi 20. Skor ideal 20. Skor total 1665 dan rata-rata 19
dengan tingkat capaian responden sebesar 92,33%. Hal ini menunjukan
bahwa komponen keinginan terhadap suatu pekerjaan siswa kelas X dalam
kategori sangat tinggi.
Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
kelas X komponen kepercayaan diri diperoleh informasi bahwa skor
terendah kepercayaan diri siswa kelas X adalah 6, skor tertinggi 10. Skor
ideal 10. Skor total 923 dan rata-rata 9 dengan tingkat capaian responden
sebesar 91,39%. Hal ini menunjukan bahwa komponen kepercayaan diri
siswa kelas X dalam kategori sangat tinggi.
Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
kelas X komponen memberikan informasi berkanaan lapangan kerja
diperoleh informasi bahwa skor terendah memberikan informasi berkanaan
lapangan kerja diperoleh informasi siswa kelas X adalah 23, skor tertinggi
30. Skor ideal 30. Skor total 2565 dan rata-rata 28 dengan tingkat capaian
responden sebesar 91,25%. Hal ini menunjukan bahwa komponen
memberikan informasi berkanaan lapangan kerja diperoleh informasi siswa
kelas X dalam kategori sangat tinggi.
66
Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
kelas X komponen memberikan bimbingan/ latihan pemilihan karir,
diperoleh informasi bahwa skor terendah memberikan bimbingan/ latihan
pemilihan karir diperoleh informasi siswa kelas X adalah 6, skor tertinggi
10, Skor ideal 10, Skor total 926 dan rata-rata 9 dengan tingkat capaian
responden sebesar 91,68%. Hal ini menunjukan bahwa komponen
memberikan bimbingan/ latihan pemilihan karir diperoleh informasi siswa
kelas X dalam kategori sangat tinggi.
Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
kelas X komponen mengembangkan sikap positif tentang kemampuan diri,
diperoleh informasi bahwa skor terendah mengembangkan sikap positif
tentang kemampuan diri siswa kelas X adalah 27, skor tertinggi 35, Skor
ideal 35, Skor total 3027 dan rata-rata 32 dengan tingkat capaian responden
sebesar 91,29%. Hal ini menunjukan bahwa komponen mengembangkan
sikap positif tentang kemampuan diri diperoleh informasi siswa kelas X
dalam kategori sangat tinggi.
Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
kelas X komponen mengenal nilai positif dari setiap pekerjaan, diperoleh
informasi bahwa skor terendah mengenal nilai positif dari setiap pekerjaan
siswa kelas X adalah 20, skor tertinggi 25, Skor ideal 25, Skor total 2278
dan rata-rata 23 dengan tingkat capaian responden sebesar 90,22%. Hal ini
menunjukan bahwa komponen mengenal nilai positif dari satiap pekerjaan
diperoleh informasi siswa kelas X dalam kategori sangat tinggi.
67
Deskripsi peran guru pembimbing kelas XI dilihat pada Tabel 9 di
bawah ini.
Tabel 9. Deskripsi Peran Guru Pembimbing Kelas XI (Skor
Keseluruhan Per-Indikator) N=101
NO Indikator
SKOR
Ideal Ter-
Tinggi
Ter-
Rendah Jum.
Rata-
rata % Sd.
1.
1. Kemampuan diri
(9) 45 45 34 4046 41 89.02 2.6
2. Keinginan
terhadap suatu
pekerjaan (4)
20 20 14 1801 18 89.16 1.4
3. Kepercayaan diri
(2) 10 10 7 912 9 90.3 0.7
2.
1. Memberikan
informasi
berkenaan
lapangan kerja
(6)
30 30 22 2730 27 90.1 1.8
2. Memberikan
bimbingan/latiha
n pemilihan karir
(2)
10 10 8 900 9 89.11 0.9
3.
1. Mengembangka
n sikap positif
tentang
kemampuan diri
(7)
35 35 28 3217 32 91 1.8
2. Mengenal nilai
positif dari
setiap pekerjaan
(5)
25 25 20 2278 23 90.22 1.47
Keseluruhan (35) 175 174 140 15884 157,2 90,8 10.6
7
Dari Tabel 9 diperoleh informasi bahwa skor terendah variabel
peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas XI adalah 140,
skor tertinggi 173. Skor ideal 175. Skor total 15884 dan rata-rata 157,2
dengan tingkat capaian responden sebesar 90,8%. Hal ini menunjukan
bahwa variabel peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas XI
dalam kategori sangat tinggi.
Sementara itu, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
kelas XI komponen kemampuan diri diperoleh informasi bahwa skor
68
terendah kemampuan diri siswa kelas XI adalah 34, skor tertinggi 45. Skor
ideal 45. Skor total 4046 dan rata-rata 41 dengan tingkat capaian responden
sebesar 89,16%. Hal ini menunjukan bahwa komponen kemampuan diri
siswa kelas XI dalam kategori tinggi.
Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
kelas XI komponen keinginan terhadap suatu pekerjaan diperoleh informasi
bahwa skor terendah keinginan terhadap suatu pekerjaan siswa kelas XI
adalah 14, skor tertinggi 20. Skor ideal 20. Skor total 1801 dan rata-rata 18
dengan tingkat capaian responden sebesar 89,16%. Hal ini menunjukan
bahwa komponen keinginan terhadap suatu pekerjaan siswa kelas XI dalam
kategori tinggi.
Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
kelas XI komponen kepercayaan diri diperoleh informasi bahwa skor
terendah kepercayaan diri siswa kelas XI adalah 7, skor tertinggi 10. Skor
ideal 10. Skor total 912 dan rata-rata 9 dengan tingkat capaian responden
sebesar 90,3%. Hal ini menunjukan bahwa komponen kepercayaan diri
siswa kelas XI dalam kategori sangat tinggi.
Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
kelas XI komponen memberikan informasi berkanaan lapangan kerja
diperoleh informasi bahwa skor terendah memberikan informasi berkanaan
lapangan kerja diperoleh informasi siswa kelas XI adalah 22, skor tertinggi
30. Skor ideal 30. Skor total 2730 dan rata-rata 27 dengan tingkat capaian
responden sebesar 90,1%. Hal ini menunjukan bahwa komponen
69
memberikan informasi berkanaan lapangan kerja diperoleh informasi siswa
kelas XI dalam kategori sangat tinggi.
Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
kelas XI komponen memberikan bimbingan/ latihan pemilihan karir,
diperoleh informasi bahwa skor terendah memberikan bimbingan/ latihan
pemilihan karir diperoleh informasi siswa kelas XI adalah 8, skor tertinggi
10, Skor ideal 10, Skor total 900 dan rata-rata 9 dengan tingkat capaian
responden sebesar 89,11%. Hal ini menunjukan bahwa komponen
memberikan bimbingan/ latihan pemilihan karir diperoleh informasi siswa
kelas XI dalam kategori tinggi.
Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
kelas XI komponen mengembangkan sikap positif tentang kemampuan diri,
diperoleh informasi bahwa skor terendah mengembangkan sikap positif
tentang kemampuan diri siswa kelas XI adalah 28, skor tertinggi 35, Skor
ideal 35, Skor total 3217 dan rata-rata 32 dengan tingkat capaian responden
sebesar 91%. Hal ini menunjukan bahwa komponen mengembangkan sikap
positif tentang kemampuan diri diperoleh informasi siswa kelas XI dalam
kategori sangat tinggi.
Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
kelas XI komponen mengenal nilai positif dari setiap pekerjaan, diperoleh
informasi bahwa skor terendah mengenal nilai positif dari setiap pekerjaan
siswa kelas XI adalah 20, skor tertinggi 25, Skor ideal 25, Skor total 2278
dan rata-rata 23 dengan tingkat capaian responden sebesar 90,22%. Hal ini
70
menunjukan bahwa komponen mengenal nilai positif dari satiap pekerjaan
diperoleh informasi siswa kelas XI dalam kategori sangat tinggi.
Deskripsi peran guru pembimbing kelas XII dilihat pada Tabel 10
di bawah ini.
Tabel 10. Deskripsi Peran Guru Pembimbing Kelas XII (Skor
Keseluruhan Per-Indikator) N=101
NO Indikator
SKOR
Ideal Ter-
Tinggi
Ter-
Rendah Jum.
Rata-
rata
%
Rata-
rata
Sd.
1.
1. Kemampuan
diri (9) 45 45 36 4139 41 91.07 2.3
2. Keinginan
terhadap suatu
pekerjaan (4)
20 20 15 1859 19 92.03 1.4
3. Kepercayaan
diri (2) 10 10 8 931 9 92.18 0.7
2.
1. Memberikan
informasi
berkenaan
lapangan kerja
(6)
30 30 23 2736 27 90.30 1.9
2. Memberikan
bimbingan/latih
an pemilihan
karir (2)
10 10 8 921 9 91.19 0.8
3.
1. Mengembangka
n sikap positif
tentang
kemampuan diri
(7)
35 35 28 3264 33 92.33 2.1
2. Mengenal nilai
positif dari
setiap
pekerjaan (5)
25 25 19 2112 23 83.64 1.5
Keseluruhan (35) 175 173 141 15962 160,0 91.4 7.2
Dari Tabel 10 diperoleh informasi bahwa skor terendah variabel
peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas XII adalah 141,
skor tertinggi 173. Skor ideal 175. Skor total 15962 dan rata-rata 160.0
dengan tingkat capaian responden sebesar 91,4%. Hal ini menunjukan
bahwa variabel peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas
XII dalam kategori sangat tinggi.
71
Sementara itu, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
kelas XII komponen kemampuan diri diperoleh informasi bahwa skor
terendah kemampuan diri siswa kelas XII adalah 36, skor tertinggi 45. Skor
ideal 45. Skor total 4139 dan rata-rata 41 dengan tingkat capaian responden
sebesar 91,07%. Hal ini menunjukan bahwa komponen kemampuan diri
siswa kelas XII dalam kategori tinggi.
Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
kelas XII komponen keinginan terhadap suatu pekerjaan diperoleh informasi
bahwa skor terendah keinginan terhadap suatu pekerjaan siswa kelas XII
adalah 15, skor tertinggi 20. Skor ideal 20. Skor total 1859 dan rata-rata 19
dengan tingkat capaian responden sebesar 92,03%. Hal ini menunjukan
bahwa komponen keinginan terhadap suatu pekerjaan siswa kelas XII dalam
kategori tinggi.
Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
kelas XII komponen kepercayaan diri diperoleh informasi bahwa skor
terendah kepercayaan diri siswa kelas XII adalah 8, skor tertinggi 10. Skor
ideal 10. Skor total 931 dan rata-rata 9 dengan tingkat capaian responden
sebesar 92,18%. Hal ini menunjukan bahwa komponen kepercayaan diri
siswa kelas XII dalam kategori sangat tinggi.
Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
kelas XII komponen memberikan informasi berkanaan lapangan kerja
diperoleh informasi bahwa skor terendah memberikan informasi berkanaan
lapangan kerja diperoleh informasi siswa kelas XII adalah 23, skor tertinggi
30. Skor ideal 30. Skor total 2736 dan rata-rata 27 dengan tingkat capaian
72
responden sebesar 90,30%. Hal ini menunjukan bahwa komponen
memberikan informasi berkenaan lapangan kerja diperoleh informasi siswa
kelas XII dalam kategori sangat tinggi.
Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
kelas XII komponen memberikan bimbingan/ latihan pemilihan karir,
diperoleh informasi bahwa skor terendah memberikan bimbingan/ latihan
pemilihan karir diperoleh informasi siswa kelas XII adalah 8, skor tertinggi
10, Skor ideal 10, Skor total 921 dan rata-rata 9 dengan tingkat capaian
responden sebesar 91,19%. Hal ini menunjukan bahwa komponen
memberikan bimbingan/ latihan pemilihan karir diperoleh informasi siswa
kelas XII dalam kategori tinggi.
Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
kelas XII komponen mengembangkan sikap positif tentang kemampuan diri,
diperoleh informasi bahwa skor terendah mengembangkan sikap positif
tentang kemampuan diri siswa kelas XII adalah 28, skor tertinggi 35, Skor
ideal 35, Skor total 3264 dan rata-rata 33 dengan tingkat capaian responden
sebesar 92,33%. Hal ini menunjukan bahwa komponen mengembangkan
sikap positif tentang kemampuan diri diperoleh informasi siswa kelas XII
dalam kategori sangat tinggi.
Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
kelas XII komponen mengenal nilai positif dari setiap pekerjaan, diperoleh
informasi bahwa skor terendah mengenal nilai positif dari setiap pekerjaan
siswa kelas XII adalah 19, skor tertinggi 25, Skor ideal 25, Skor total 2112
dan rata-rata 23 dengan tingkat capaian responden sebesar 83,64%. Hal ini
73
menunjukan bahwa komponen mengenal nilai positif dari satiap pekerjaan
diperoleh informasi siswa kelas XII dalam kategori sangat tinggi.
Kemudian deskripsi peran guru pembimbing secara keseleruhan
dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini.
Tabel 11. Deskripsi Peran Guru Pembimbing (Skor Keseluruhan Per-
Indikator) N=303
NO Indikator
SKOR
Ideal Ter-
Tinggi
Ter-
Rendah Jum.
Rata-
rata
%
Rata-
rata
Sd.
1.
1. Kemampuan diri (9) 45 45 34 12371 40,83 90,73 2,46
2. Keinginan terhadap
suatu pekerjaan (4) 20 20 14 5525 18,23 91,17 1,39
3. Kepercayaan diri (2) 10 10 6 2766 9,13 91,29 0,80
2.
1. Memberikan
informasi berkenaan
lapangan kerja (6)
30 30 20 8231 27,17 90,55 1,85
2. Memberikan
bimbingan/latihan
pemilihan karir (2)
10 10 6 2749 9,07 90,73 0,84
3.
1. Mengembangkan
sikap positif tentang
kemampuan diri (7)
35 35 27 9708 32,04 91,54 1,94
2. Mengenal nilai positif
dari setiap pekerjaan
(5)
25 25 19 6868 22,67 90,67 1,5
Keseluruhan (35) 175 175 126 48216 159,13 90,93 7,08
Dari Tabel 11 diperoleh informasi bahwa skor terendah variabel
peran guru pembimbing secara keseluruhan terhadap 303 siswa SMK adalah
126, skor tertinggi 175. Skor ideal 175. Skor total 48216 dan rata-rata
159,13 dengan tingkat capaian responden sebesar 90,93%. Hal ini
menunjukan bahwa variabel peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja
keseluruhan siswa SMK adalah sangat tinggi.
Sementara itu, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
dengan komponen kemampuan diri diperoleh informasi bahwa skor
74
terendah kemampuan diri siswa adalah 34, skor tertinggi 45. Skor ideal 45.
Skor total 12371 dan rata-rata 40,83 dengan tingkat capaian responden
sebesar 90,73%. Hal ini menunjukan bahwa komponen kemampuan diri
keseluruhan siswa dalam kategori sangat tinggi.
Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
pada komponen keinginan terhadap suatu pekerjaan diperoleh informasi
bahwa skor terendah keinginan terhadap suatu pekerjaan siswa adalah 14,
skor tertinggi 20. Skor ideal 20. Skor total 5525 dan rata-rata 18,23 dengan
tingkat capaian responden sebesar 91,17%. Hal ini menunjukan bahwa
komponen keinginan terhadap suatu pekerjaan siswa secara keseluruhan
dalam kategori tinggi.
Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
secara keseluruhan komponen kepercayaan diri diperoleh informasi bahwa
skor terendah kepercayaan diri siswa secara keseluruhan adalah 6, skor
tertinggi 10. Skor ideal 10. Skor total 2766 dan rata-rata 9,13 dengan tingkat
capaian responden sebesar 91,29%. Hal ini menunjukan bahwa komponen
kepercayaan diri siswa secara keseluruhan dalam kategori sangat tinggi.
Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
secara keseluruhan pada komponen memberikan informasi berkanaan
lapangan kerja diperoleh informasi bahwa skor terendah memberikan
informasi berkanaan lapangan kerja diperoleh informasi siswa secara
keseluruhan adalah 20, skor tertinggi 30. Skor ideal 30. Skor total 8231 dan
rata-rata 27,17 dengan tingkat capaian responden sebesar 90,55%. Hal ini
menunjukan bahwa komponen memberikan informasi berkenaan lapangan
75
kerja diperoleh informasi siswa secara keseluruhan dalam kategori sangat
tinggi.
Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
secara keseluruhan pada komponen memberikan bimbingan/ latihan
pemilihan karir, diperoleh informasi bahwa skor terendah memberikan
bimbingan/ latihan pemilihan karir diperoleh informasi siswa secara
keseluruhan adalah 6, skor tertinggi 10, Skor ideal 10, Skor total 2749 dan
rata-rata 9,07 dengan tingkat capaian responden sebesar 90,73%. Hal ini
menunjukan bahwa komponen memberikan bimbingan/ latihan pemilihan
karir diperoleh informasi siswa secara keseluruhan dalam kategori sangat
tinggi.
Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
secara keseluruhan pada komponen mengembangkan sikap positif tentang
kemampuan diri, diperoleh informasi bahwa skor terendah mengembangkan
sikap positif tentang kemampuan diri siswa secara keseluruhan adalah 27,
skor tertinggi 35, Skor ideal 35, Skor total 9708 dan rata-rata 32,04 dengan
tingkat capaian responden sebesar 91,54%. Hal ini menunjukan bahwa
komponen mengembangkan sikap positif tentang kemampuan diri diperoleh
informasi siswa secara keseluruhan dalam kategori sangat tinggi.
Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
secara keselruhan pada komponen mengenal nilai positif dari setiap
pekerjaan, diperoleh informasi bahwa skor terendah mengenal nilai positif
dari setiap pekerjaan siswa kelas XII adalah 19, skor tertinggi 25, Skor
ideal 25, Skor total 6868 dan rata-rata 22,67 dengan tingkat capaian
76
responden sebesar 90,67%. Hal ini menunjukan bahwa komponen
mengenal nilai positif dari satiap pekerjaan diperoleh informasi siswa
secara keseluruhan dalam kategori sangat tinggi.
Tabel 12. Deskripsi Peran Guru Pembimbing Berdasarkan
Sub Variabel N=303
Variabel
Sub Variabel N
Skor
Ideal Ter-
Tinggi
Ter-
Rendah Jml.
Rata-
rata %
Peran Guru
Pembimbing
terhadap
kesiapan kerja
siswa
4. Membantu
siswa
memahami
dirinya (15)
303
75 75 59 20662 68,19 90,92
5. Membantu
siswa mengenal
tentang
lapangan kerja
(8)
40 40 31 10978 36,23 90,58
6. Membantu
siswa
mengemba-
ngkan sikap
positif terhadap
pekerjaan (12)
60 60 48 16576 54,71 91,18
Dari Tabel 12 tentang peran guru pembimbing terhadap kesiapan
kerja siswa berdasarkan sub variabel diperoleh informasi bahwa skor
terendah untuk sub variabel membantu siswa memahami dirinya secara
keseluruhan terhadap 303 siswa SMK adalah 59, skor tertinggi 75. Skor
ideal 75. Skor total 20662 dan rata-rata 68,19 dengan tingkat capaian
responden sebesar 90,92%. Hal ini menunjukan bahwa sub variabel
membantu siswa memahami dirinya sendiri adalah sangat tinggi.
Sementara itu, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
dengan sub variabel membantu siswa mengenal lapangan kerja diperoleh
informasi bahwa skor terendah membantu siswa mengenal lapangan kerja
siswa adalah 31, skor tertinggi 40. Skor ideal 40. Skor total 10978 dan rata-
rata 36,23 dengan tingkat capaian responden sebesar 90,58%. Hal ini
77
menunjukan bahwa sub variabel membantu siswa mengenal lapangan kerja
dalam kategori sangat tinggi.
Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa
pada sub variabel membantu siswa mengambangkan sikap positif terhadap
pekerjaan diperoleh informasi bahwa skor terendah membantu siswa
mengambangkan sikap positif terhadap pekerjaan adalah 48, skor tertinggi
60. Skor ideal 60. Skor total 16576 dan rata-rata 54,71 dengan tingkat
capaian responden sebesar 91,18%. Hal ini menunjukan bahwa sub variabel
membantu siswa mengambangkan sikap positif terhadap pekerjaan dalam
kategori tinggi.
2. Deskripsi Perbedaan Kesiapan Kerja Kelas X, XI, dan Kelas XII.
a. Kesiapan Kerja Siswa Kelas X,
Deskripsi kesiapan kerja siswa kelas X dapat dilihat pada Tabel 12
berikut ini.
Tabel 13. Deskripsi Kesiapan Kerja Kelas X (Skor Keseluruhan Per-
Indikator) N=101
No Indikator
Skor
Ideal Ter- Ter-
Jum. Rata-
rata % Sd.
Tinggi Rendah
1
1 Perencanaan (10) 50 46 35 4077 40 90.6 2.5
2 Ekplorasi (4) 20 20 15 1809 18 72.36 1.2
3 Kompetensi (6) 30 30 24 2718 27 77.66 1.7
4 Pengambilan 20 20 16 1814 18 90.7 1.1 Keputusan (4)
2
1 Informasi Kerja
(4) 20 20 16 1821 18 91.05 1.1
2
Standar
Operasional 35 35 28 3196 32 79.9 1.5
Prosedur (7)
Keseluruhan 175 171 134 15435 153 87.32 9.1
78
Dari Tabel 13 diperoleh informasi bahwa skor terendah variabel
kesiapan kerja siswa kelas X adalah 134, skor tertinggi 171. Skor ideal 175.
Skor total 15435 dan rata-rata 153 dengan tingkat capaian responden sebesar
87,32%. Hal ini menunjukan bahwa variabel perencanaa dalam kesiapan
kerja siswa kelas X dalam kategori tinggi.
Sementara itu, kesiapan kerja siswa kelas X indikator perencanaan
diperoleh informasi bahwa skor terendah perencanaan siswa kelas X adalah
35, skor tertinggi 46. Skor ideal 50. Skor total 4077 dan rata-rata 40 dengan
tingkat capaian responden sebesar 90,6%. Hal ini menunjukan bahwa
perencanaan siswa kelas X dalam kategori sangat tinggi.
Sedangkan, kesiapan kerja siswa kelas X indikator eksplorasi
diperoleh informasi bahwa skor terendah eksplorasi siswa kelas X adalah
15, skor tertinggi 20. Skor ideal 20. Skor total 1809 dan rata-rata 18 dengan
tingkat capaian responden sebesar 72,36%. Hal ini menunjukan bahwa
eksplorasi siswa kelas X dalam kategori sedang.
Kemudian, kesiapan kerja siswa kelas X indikator kompetensi
diperoleh informasi bahwa skor terendah kompetensi siswa kelas X adalah
24, skor tertinggi 30. Skor ideal 30. Skor total 2718 dan rata-rata 27 dengan
tingkat capaian responden sebesar 77,66%. Hal ini menunjukan bahwa
kompetensi siswa kelas X dalam kategori sedang.
Sedangkan, kesiapan kerja siswa kelas X indikator pengambilan
keputusan diperoleh informasi bahwa skor terendah pengambilan keputusan
diperoleh informasi siswa kelas X adalah 16, skor tertinggi 20. Skor ideal
20. Skor total 1814 dan rata-rata 18 dengan tingkat capaian responden
79
sebesar 90,7%. Hal ini menunjukan bahwa pengambilan keputusan siswa
kelas X dalam kategori sangat tinggi.
Kemudian, kesiapan kerja siswa kelas X indikator informasi kerja,
diperoleh informasi bahwa skor terendah informasi kerja diperoleh
informasi siswa kelas X adalah 16, skor tertinggi 20, Skor ideal 20, Skor
total 1821 dan rata-rata 18 dengan tingkat capaian responden sebesar
91,05%. Hal ini menunjukan bahwa informasi kerja siswa kelas X dalam
kategori sangattinggi.
Sedangkan, kesiapan kerja siswa kelas X indikator standar
operasional prosedur, diperoleh informasi bahwa skor terendah standar
operasional siswa kelas X adalah 28, skor tertinggi 35, Skor ideal 35, Skor
total 3196 dan rata-rata 32 dengan tingkat capaian responden sebesar 79,9%.
Hal ini menunjukan bahwa standar operasinal siswa kelas X dalam kategori
sedang.
b. Deskripsi Kesiapan Kerja Kelas XI
Deskripsi kesiapan kerja siswa kelas XI dapat dilihat pada Tabel 14
berikut ini.
80
Tabel 14. Deskripsi Kesiapan Kerja Kelas XI (Skor Keseluruhan Per-
Indikator) N=101
No Indikator
Skor
Ideal Ter- Ter-
Jum. Rata-
rata % Sd.
Tinggi Rendah
1
1 Perencanaan 50 45 34 4086 40 90.8 2.4 (10)
2 Ekplorasi (4) 20 20 16 1817 18 72.68 1.2
3 Kompetensi
(6) 30 30 24 2734 27 78,11 1.8
4 Pengambilan 20 20 16 1848 18 92.4 1.1
Keputusan
(4)
2
1 Informasi
Kerja (4) 20 20 16 1839 18 91.95 1.1
2
Standar
Operasional 35 35 28 3274 32 81.85 1.8
Prosedur (7)
Keseluruhan 175 170 134 15598 154 88.24 9.4
Dari Tabel 14 diperoleh informasi bahwa skor terendah variabel
kesiapan kerja siswa kelas XI adalah 134, skor tertinggi 170. Skor ideal 175.
Skor total 15598 dan rata-rata 154 dengan tingkat capaian responden sebesar
88,24%. Hal ini menunjukan bahwa variabel perencanaa dalam kesiapan
kerja siswa kelas XI dalam kategori tinggi.
Sementara itu, kesiapan kerja siswa kelas XI indikator perencanaan
diperoleh informasi bahwa skor terendah perencanaan siswa kelas XI
adalah 34, skor tertinggi 45. Skor ideal 50. Skor total 4086 dan rata-rata 40
dengan tingkat capaian responden sebesar 90,8%. Hal ini menunjukan
bahwa perencanaan siswa kelas XI dalam kategori sangat tinggi.
Sedangkan, kesiapan kerja siswa kelas XI indikator eksplorasi
diperoleh informasi bahwa skor terendah eksplorasi siswa kelas XI adalah
16, skor tertinggi 20. Skor ideal 20. Skor total 1817 dan rata-rata 18 dengan
81
tingkat capaian responden sebesar 72,68%. Hal ini menunjukan bahwa
eksplorasi siswa kelas XI dalam kategori sedang.
Kemudian, kesiapan kerja siswa kelas XI indikator kompetensi
diperoleh informasi bahwa skor terendah kompetensi siswa kelas XI adalah
24, skor tertinggi 30. Skor ideal 30. Skor total 2734 dan rata-rata 27 dengan
tingkat capaian responden sebesar 78,11%. Hal ini menunjukan bahwa
kompetensi siswa kelas XI dalam kategori sedang.
Sedangkan, kesiapan kerja siswa kelas XI indikator pengambilan
keputusan diperoleh informasi bahwa skor terendah pengambilan keputusan
diperoleh informasi siswa kelas XI adalah 16, skor tertinggi 20. Skor ideal
20. Skor total 1848 dan rata-rata 18 dengan tingkat capaian responden
sebesar 92,4%. Hal ini menunjukan bahwa pengambilan keputusan siswa
kelas XI dalam kategori sangat tinggi.
Kemudian, kesiapan kerja siswa kelas XI indikator informasi kerja,
diperoleh informasi bahwa skor terendah informasi kerja diperoleh
informasi siswa kelas XI adalah 16, skor tertinggi 20, Skor ideal 20, Skor
total 1839 dan rata-rata 18 dengan tingkat capaian responden sebesar
91,95%. Hal ini menunjukan bahwa informasi kerja siswa kelas XI dalam
kategori sangat tinggi.
Sedangkan, kesiapan kerja siswa kelas XI indikator standar
operasional prosedur, diperoleh informasi bahwa skor terendah standar
operasional siswa kelas XI adalah 28, skor tertinggi 35, Skor ideal 35, Skor
total 3274 dan rata-rata 32 dengan tingkat capaian responden sebesar
82
81,85%. Hal ini menunjukan bahwa standar operasinal siswa kelas XI dalam
kategori sedang.
c. Deskripsi Kesiapan Kerja Kelas XII
Deskripsi kesiapan kerja siswa kelas XII dapat dilihat pada Tabel
15 berikut ini.
Tabel 15. Deskripsi Kesiapan Kerja Kelas XII (Skor Keseluruhan
Per-Indikator) N=101
No Indikator
Skor
Ideal Ter- Ter-
Jumlah Rata-
rata % Sd.
Tinggi Rendah
1
1 Perencanaan 50 47 37 4120 41 91.65 2.0 (10)
2 Ekplorasi (4) 20 20 15 1798 18 71.92 1.2
3 Kompetensi (6) 30 30 24 2730 27 78 1.7
4 Pengambilan 20 20 16 1855 18 92,75 1.2
Keputusan (4)
2
1 Informasi Kerja
(4) 20 20 16 1830 18 91.5 1.2
2
Standar
Operasional 35 35 29 3356 33 83.9 1.7
Prosedur (7)
Keseluruhan 175 172 137 15689 155 88.76 8.5
Dari Tabel 15 diperoleh informasi bahwa skor terendah variabel
kesiapan kerja siswa kelas XII adalah 137, skor tertinggi 172. Skor ideal
175. Skor total 15689 dan rata-rata 155 dengan tingkat capaian responden
sebesar 88,76%. Hal ini menunjukan bahwa variabel perencanaan dalam
kesiapan kerja siswa kelas XII dalam kategori tinggi.
Sementara itu, kesiapan kerja siswa kelas XII indikator perencanaan
diperoleh informasi bahwa skor terendah perencanaan siswa kelas XII
adalah 37, skor tertinggi 47. Skor ideal 50. Skor total 4120 dan rata-rata 41
dengan tingkat capaian responden sebesar 91,65%. Hal ini menunjukan
bahwa perencanaan siswa kelas XII dalam kategori sangat tinggi.
83
Sedangkan, kesiapan kerja siswa kelas XII indikator eksplorasi
diperoleh informasi bahwa skor terendah eksplorasi siswa kelas XII adalah
15, skor tertinggi 20. Skor ideal 20. Skor total 1798 dan rata-rata 18 dengan
tingkat capaian responden sebesar 71,92%. Hal ini menunjukan bahwa
eksplorasi siswa kelas XII dalam kategori sedang.
Kemudian, kesiapan kerja siswa kelas XII indikator kompetensi
diperoleh informasi bahwa skor terendah kompetensi siswa kelas XII adalah
24, skor tertinggi 30. Skor ideal 30. Skor total 2730 dan rata-rata 27 dengan
tingkat capaian responden sebesar 78%. Hal ini menunjukan bahwa
kompetensi siswa kelas XII dalam kategori sedang.
Sedangkan, kesiapan kerja siswa kelas XII indikator pengambilan
keputusan diperoleh informasi bahwa skor terendah pengambilan keputusan
diperoleh informasi siswa kelas XII adalah 16, skor tertinggi 20. Skor ideal
20. Skor total 1855 dan rata-rata 18 dengan tingkat capaian responden
sebesar 92,75%. Hal ini menunjukan bahwa pengambilan keputusan siswa
kelas XII dalam kategori sangat tinggi.
Kemudian, kesiapan kerja siswa kelas XII indikator informasi kerja,
diperoleh informasi bahwa skor terendah informasi kerja diperoleh
informasi siswa kelas XII adalah 16, skor tertinggi 20, Skor ideal 20, Skor
total 1830 dan rata-rata 18 dengan tingkat capaian responden sebesar 91,5%.
Hal ini menunjukan bahwa informasi kerja siswa kelas XII dalam kategori
sangat tinggi.
Sedangkan, kesiapan kerja siswa kelas XII indikator standar
operasional prosedur, diperoleh informasi bahwa skor terendah standar
84
operasional siswa kelas XII adalah 29, skor tertinggi 35, Skor ideal 35, Skor
total 3356 dan rata-rata 33 dengan tingkat capaian responden sebesar
83,76%. Hal ini menunjukan bahwa standar operasinal siswa kelas XI dalam
kategori sedang.
Deskripsi kesiapan kerja siswa keseluruhan dapat dilihat pada
Tabel 16 berikut ini.
Tabel 16. Deskripsi Kesiapan Kerja (Skor Keseluruhan Per-
Indikator) N= 303
No Indikator
Skor
Ideal Ter- Ter-
Jumlah Rata-
rata % Sd.
Tinggi Rendah
1
1 Perencanaan 50 47 34 12283 41 90.08 2.28
(10)
2 Ekplorasi (4) 20 20 15 5424 18 71.6 1.18
3 Kompetensi (6) 30 30 24 8180 27 77.15 1.74
4 Pengambilan 20 20 16 5517 18 91.04 1.14
Keputusan (4)
2
1 Informasi Kerja
(4) 20 20 16 5490 18 90.6 1.15
2
Standar
Operasional 35 35 28 9826 33 81.07 1.79
Prosedur (7)
Keseluruhan 175 172 133 46720 155 88.1 9.28
Dari Tabel 16 diperoleh informasi bahwa skor terendah variabel
kesiapan kerja keseluruhan siswa adalah 133, skor tertinggi 172. Skor ideal
175. Skor total 46720 dan rata-rata 155 dengan tingkat capaian responden
sebesar 88,1%. Hal ini menunjukan bahwa variabel perencanaan dalam
kesiapan kerja keseluruhan siswa dalam kategori tinggi.
Sementara itu, kesiapan kerja keseluruhan siswa indikator
perencanaan diperoleh informasi bahwa skor terendah perencanaan
keseluruhan siswa adalah 34, skor tertinggi 47. Skor ideal 50. Skor total
85
12283 dan rata-rata 41 dengan tingkat capaian responden sebesar 90,08%.
Hal ini menunjukan bahwa perencanaan keseluruhan siswa dalam kategori
sangat tinggi.
Sedangkan, kesiapan kerja keseluruhan siswa indikator eksplorasi
diperoleh informasi bahwa skor terendah eksplorasi keseluruhan siswa
adalah 15, skor tertinggi 20. Skor ideal 20. Skor total 5424 dan rata-rata 18
dengan tingkat capaian responden sebesar 71,6%. Hal ini menunjukan
bahwa eksplorasi keseluruhan siswa dalam kategori sedang.
Kemudian, kesiapan kerja keseluruhan siswa indikator kompetensi
diperoleh informasi bahwa skor terendah kompetensi keseluruhan siswa
adalah 24, skor tertinggi 30. Skor ideal 30. Skor total 8180 dan rata-rata 27
dengan tingkat capaian responden sebesar 77,15%. Hal ini menunjukan
bahwa kompetensi keseluruhan siswa dalam kategori sedang.
Sedangkan, kesiapan kerja keseluruhan siswa indikator pengambilan
keputusan diperoleh informasi bahwa skor terendah pengambilan keputusan
diperoleh informasi keseluruhan siswa adalah 16, skor tertinggi 20. Skor
ideal 20. Skor total 5517 dan rata-rata 18 dengan tingkat capaian responden
sebesar 91,04%. Hal ini menunjukan bahwa pengambilan keputusan
keseluruhan siswa dalam kategori sangat tinggi.
Kemudian, kesiapan kerja keseluruhan siswa indikator informasi
kerja, diperoleh informasi bahwa skor terendah informasi kerja diperoleh
informasi keseluruhan siswa adalah 16, skor tertinggi 20, Skor ideal 20,
Skor total 5490 dan rata-rata 18 dengan tingkat capaian responden sebesar
86
90,6%. Hal ini menunjukan bahwa informasi kerja keseluruhan siswa dalam
kategori sangat tinggi.
Sedangkan, kesiapan kerja keseluruhan siswa indikator standar
operasional prosedur, diperoleh informasi bahwa skor terendah standar
operasional keseluruhan siswa adalah 28, skor tertinggi 35, Skor ideal 35,
Skor total 9826 dan rata-rata 33 dengan tingkat capaian responden sebesar
81,07%. Hal ini menunjukan bahwa standar operasinal siswa kelas XI dalam
kategori sedang.
F. Pengujian Prasyarat Analisis
Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan analisis regresi.
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk analisis regresi adalah uji normalitas
dan homogenitas (Riduwan, 2008:119).
1. Uji Normalitas
Uji normalitas menggunakan teknik analisis Colmogorov-Smirnov
Test dengan program SPSS versi 15.00 pada probabilitas α = 0,05.
Berikut hipotesis yang diajukan untuk uji normalitas.
Ha : data berdistribusi normal
Ho : data tidak berdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusan:
Jika skor Asymp.Sig. > α = 0.05 maka Ha diterima, artinya data
berdistribusi normal.
Jika skor Asymp.Sig. < α = 0.05 maka Ha ditolak, artinya data tidak
berdistribusi normal.
87
Hasil perhitungan uji normalitas kedua variabel tersebut disajikan
pada Tabel 17 berikut.
Tabel 17. Hasil Uji Normalitas
Variabel Asym Sig. Keterangan
X 0,198 Normal
Y 0,067 Normal
Berdasarkan Tabel 17 di atas terlihat bahwa Asym.Sig kedua
variabel > α = 0,05. Skor Asym.Sig variabel peran guru pembimbing (X)
sebesar 0,961, variabel kesiapan kerja siswa (Y) sebesar 0,958. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan berdasarkan hasil
analisis tersebut dapat dinyatakan bahwa data kedua variabel berdistribusi
normal. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu syarat untuk analisis
regresi telah terpenuhi.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah data penelitian
memiliki varians yang sama (homogen) atau tidak. Hasil analisis data
diperoleh homogenitas data sebagai berikut :
Tabel. 18. Hasil Uji Homogenitas Data
No Variabel
Penelitian
Levene
Statistic Df1 Df2 Sig. Keterangan
1.
Kesiapan Kerja
Kelas X 1,740 15 81 0,059
Homogen
2.
Kesiapan Kerja
Kelas XI 0,669 13 85 0,788
Homogen
3. Kesiapan Kerja
Kelas XII 1,853 17 79 0,035 Homogen
Hasil analisis di atas terlihat bahwa nilai signifikansi probability
pada setiap variabel lebih besar dari 0,05 dengan demikian berarti bahwa
88
data penelitian ini adalah homogen, sehingga dapat dilanjutkan untuk
analisis pengujian hipotesis.
3. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah masing-masing data
variabel peran guru pembimbing dalam (X) cenderung membentuk garis
linear kesiapan kerja siswa (Y).
Hasil perhitungan uji linearitas variabel peran guru pembimbing (X)
terhadap kesiapan kerja siswa (Y), disajikan pada Tabel 19 berikut.
Tabel 19. Hasil Uji Linearitas Variabel X dan Y
Variabel F Sig Keterangan
XY 12,227 0,001 Linear
Berdasarkan Tabel 19 di atas dapat dilihat bahwa Fhitung variabel X
sebesar 12,227 jika dibandingkan dengan FTabel 1,61 maka terlihat bahwa
Fhitung > FTabel, dengan demikian Ha diterima. Karena nilai signifikan yang
diperoleh adalah 0,001 lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
sebaran data variabel bebas membentuk garis linear terhadap variabel terikat
signifikan.
G. Pengujian Hipotesis
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan hasil uji hipotesis dalam penelitian ini adalah Peran Guru
Pembimbing (X) hubungannya dengan Kesiapan Kerja (Y). Hasil perhitungan
koefisien korelasi dengan program SPSS 15.00 dapat dilihat pada Tabel 20
berikut.
89
Tabel 20. Hasil Analisis Korelasi Peran Guru Pembimbing dalam
Kesiapan Kerja
Peran Guru
Pembimbing
Kesiapan
Kerja
Siswa
Peran Guru
Pembimbing
Pearson
Correlation 1 ,198(**)
Sig. (2-tailed) ,001
N 303 303
Kesiapan Kerja Siswa Pearson
Correlation ,198(**) 1
Sig. (2-tailed) ,001
N 303 303
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Pada Tabel 20 terlihat deskripsi hubungan peran guru pembimbing
dalam kesiapan kerja siswa. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama
yang berbunyi ”Terdapat hubungan yang signifikan antara peran guru
pembimbing dengan kesiapan kerja siswa”. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson. Hasil yang diperoleh
dari pengujian hipotesis menunjukkkan bahwa terdapat hubungan positif dan
signifikan antara peran guru pembimbing dengan kesiapan kerja pada siswa
di SMK Negeri 2 Sawahlunto Sumatra Barat. Hasil tersebut ditunjukkan
dengan angka koefisien korelasi sebesar rxy = 0,198 pada p=0,001 (p<0,05).
Hasil tersebut memberikan gambaran bahwa hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini dapat diterima.
2. Hipotesis Kedua
Dalam melakukan sebuah penelitian ini, untuk mengetahui
perbedaan suatu variabel independen terhadap variabel dependen dapat
dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15.00 dapat dilihat pada
Tabel 21 sebagai berikut.
90
Tabel 21. Hasil Analisis Uji Beda Kesiapan Kerja Siswa
Perbedaan
Kesiapan
Kerja Kelas
X dengan
Kelas XI
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Equal
variances
assumed
3,309 0,070 -1,724 200 0,086
Equal
variances not
assumed
-1,724 192,095 0,086
Pada Tabel 21 dapat dilihat nilai F yang diperoleh dari data
penelitian adalah 3,309 atau 0,070 (besar dari 0.05) maka nilai t yang
diperoleh Equal varians assumed atau diasumsikan kedua varian sama -
1,724 dengan probabilitas ,0865 jika dibandingkan dengan 0,05 maka
0,086 lebih besar dari 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara kesiapan kerja kelas X dengan kelas XI.
Tabel 22. Hasil Analisis Uji Beda Kesiapan Kerja Siswa
Perbedaan
Kesiapan
Kerja Kelas
XI dengan
Kelas XII
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Equal
variances
assumed
2,806 ,095 -,870
200
,385
Equal
variances not
assumed
-,870
192,181 ,385
Pada Tabel 22 dapat dilihat nilai F yang diperoleh dari data
penelitian adalah 2,806 atau 0,095 (besar dari 0.05) maka nilai t yang
diperoleh Equal varians assumed atau diasumsikan kedua varian sama -
0,870 dengan probabilitas 0,385 jika dibandingkan dengan 0,05 maka
0,385 lebih besar dari 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara kesiapan kerja kelas XI dengan kelas XII.
91
Tabel 23. Hasil Analisis Uji Beda Kesiapan Kerja Siswa
Perbedaan
Kesiapan
Kerja
Kelas X
dengan
Kelas XII
Equal
variances
assumed
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
11,752 ,001 -2,614 200 ,010
Equal
variances not
assumed -2,614 173,7521 ,010
Pada Tabel 23 dapat dilihat nilai F yang diperoleh dari data
penelitian adalah 11,752 atau 0,001 (besar dari 0.05) maka nilai t yang
diperoleh adalah Equal varians assumed atau diasumsikan kedua varian
sama -2,614 dengan probabilitas 0,010 jika dibandingkan dengan 0,05
maka 0,010 lebih kecil dari 0,05 artinya terdapat perbedaan yang
signifikan antara kesiapan kerja kelas X dengan kelas XII.
H. Pembahasan
1. Peran Guru Pembimbing dalam Kesiapan Kerja Siswa SMK Negeri 2
Sawahlunto Sumatera Barat.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama yang berbunyi
”Terdapat hubungan yang signifikan antara peran guru pembimbing
dengan kesiapan kerja siswa”. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
korelasi Product Moment dari Pearson. Hasil yang diperoleh dari pengujian
hipotesis menunjukkkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan
antara peran guru pembimbing dengan kesiapan kerja pada siswa di SMK
Negeri 2 Sawahlunto Sumatera Barat. Hasil tersebut ditunjukkan dengan
angka koefisien korelasi sebesar rxy = 0,198 pada p=0,001 (p<0,05). Hasil
tersebut memberikan gambaran bahwa hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini dapat diterima.
92
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti membuktikan bahwa
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesiapan kerja siswa adalah
peran guru pembimbing. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Nur Khayati, 2006 pada siswa kelas III SMK Bhakti Praja Margasari Tegal
yang menunjukkan bahwa kesiapan kerja secara psikologis pada siswa kelas
III Akuntansi mulanya dengan kategori sedang dan setelah memperoleh
layanan informasi bimbingan mengalami peningkatan menjadi kategori
tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran guru pembimbing
dalam memberikan layanan informasi dalam bimbingan efektif dalam
meningkatkan kesiapan kerja secara psikologis. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Departemen Pendidikan Nasional (2008:215-216), yang
menyatakan bahwa guru pembimbing berperan membantu siswa dalam
menumbuhkembangkan potensinya. Salah satu potensi yang seyogyanya
berkembang pada diri siswa adalah kemandirian dan kesiapan diri, seperti
kemandirian dalam mengambil keputusan penting dalam perjalanan hidupnya
yang berkaitan dengan pendidikan maupun persiapan, dan kesiapan diri siswa
untuk memasuki dunia kerja nantinya.
Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa peran guru pembimbing
dalam kesiapan kerja siswa di SMK Negeri 2 Sawahlunto Sumatera
Barat dalam kategori tinggi (hal: 62). Hal ini dibuktikan dari skor setiap
sub variabel dari peran guru pembimbing dalam; (1) membantu siswa
memahami dirinya mempunyai rata-rata skor sebesar 68,19, dengan tingkat
capaian responden sebesar 90,92%., (2) membantu siswa mengenal tentang
lapangan kerja mempunyai rata-rata skor sebesar 36,23, dengan tingkat
93
capaian sampel sebesar 90,58%., (3) membantu siswa mengembangkan sikap
positif terhadap pekerjaan mempunyai rata-rata skor sebesar 54,71, dengan
tingkat capaian responden sebesar 91,18% (Tabel 12: hal. 67). Dari data
keseluruhan tersebut dari 303 siswa di SMK Negeri 2 Sawahlunto Sumatera
Barat yang memiliki kesiapan kerja dalam taraf tinggi/baik sebesar 90,78%
dan siswa yang memiliki kesiapan kerja rendah sebesar 9,22%.
Berdasarkan hasil survei di lapangan tingginya tingkat kesiapan kerja
siswa tersebut disebabkan oleh beberapa hal yang berkaitan dengan peran
guru bimbingan dan konseling. Pertama, guru BK memberikan layanan
konseling seperti layanan informasi dan juga konsultasi bagi siswa berkenaan
dengan karir yang ada hubungannya dengan jurusan yang siswa pilih, dalam
pemilihan pendidikan lanjutan yang dilakukan oleh konselor dikelas ataupun
diluar kelas. Dengan adanya layanan tersebut, siswa memperoleh informasi
mengenai karir dan mampu membuat pilihan karir yang tepat dan memiliki
kesiapan kerja yang baik. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Arifah
(2005, h.94) yang menunjukkan bahwa bimbingan karir yang efektif
membuat siswa mandiri dalam pemilihan karir. Kedua, sebagaian besar guru
khususnya guru pembimbing kerap memberi motivasi agar siswa optimis
dapat mencapai masa depan yang sukses, karena SMK Negeri 2 Sawahlunto
Sumatera Barat merupakan SMK yang memiliki siswa berkualitas. Dukungan
dari lingkungan (salah satunya adalah guru pembimbing) merupakan bentuk
persuasi sosial yang dapat memperkuat keyakinan diri akademik seseorang
(Alwisol, 2006, h.345).
94
Keyakinan diri akademik mempengaruhi besarnya usaha, ketahanan,
dan pemilihan aktivitas Bandura (dalam Zimmerman, 1995, h.204). Siswa
dengan keyakinan diri akademik yang tinggi akan ulet dalam menjalankan
usahanya dan yakin bahwa aktivitas yang dipilihnya akan dilakukan dengan
sukses (Bandura, 1997, h.43). Dengan keyakinan diri akademik yang dimiliki
siswa mampu mencapai performansi akademik maksimal. Pencapaian
tersebut berarti bahwa siswa mampu mengembangkan dan mengasah
kemampuan dan keterampilan yang menjadi persyaratan karir yang dipilih
siswa.
Dari hasil pengolahan data penelitian ditemukan suatu kesimpulan
bahwa siswa yang memiliki kesiapan kerja tinggi atau baik cenderung
merasakan peran guru pembimbing di sekolah SMK Negeri 2 Sawahlunto
Sumatera Barat. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang dilakukan oleh
sejumlah siswa pada bulan September 2011. Wawancara dilakukan pada
siswa yang memiliki kesiapan kerja tinggi dan juga rendah. Siswa dengan
kesiapan kerja tinggi atau baik menyatakan merasakan adanya peran guru
pembimbing dalam hal berkenaan dengan kesiapan kerja di masa depan,
sedangkan sebaliknya, siswa yang memiliki kesiapan kerja rendah cenderung
kurang atau bahkan tidak merasakan peran guru pembimbing dalam hal
kesiapan kerja.
Dari data tersebut di atas, peneliti berasumsi agar siswa memiliki
kesiapan kerja yang tinggi atau baik, maka langkah awal yang dilakukan oleh
guru pembimbing adalah peningkatakan kualitas personal atau kepribadian
konselor agar secara kedekatan psikologis keberadaan guru pembimbing
95
dirasakan betul manfaat dan perannya bagi siswa, sehingga siswa lebih
mudah menerima informasi yang diberikan oleh guru pembimbing dalam
bentuk layanan bimbingan dan konseling. Hal ini sesuai dengan isi
PERMENDIKNAS No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Konselor (SKAKK) menyatakan bahwa seorang
guru pembimbing/konselor harus memiliki kompetensi, mencakup
kompetensi akademik dan profesional sebagai satu keutuhan. Kompetensi
akademik merupakan landasan ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan
profesional bimbingan dan konseling. Kompetensi akademik merupakan
landasan bagi pengembangan kompetensi profesional, yang meliputi: (1)
memahami secara mendalam konseli yang dilayani, (2) menguasai landasan
dan kerangka teoretik bimbingan dan konseling, (3) menyelenggarakan
pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan, dan (4)
mengembangkan pribadi dan profesionalitas guru pembimbing/konselor
secara berkelanjutan.
2. Perbedaan Kesiapan Kerja Siswa Antara Kelas X, Kelas XI, dan Kelas
XII.
a. Perbedaan kesiapan kerja siswa kelas X dan kelas XI.
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat perbedaan kesiapan
kerja antara kelas X dengan kelas XI, hal ini terlihat dari penskoran rata-
rata siswa kelas X 152,82 dan skor rata-rata kelas XI 154,60. Hal ini
menunjukkan bahwa kesiapan kerja siswa antara kelas X dan kelas XI
terdapat perbedaan, hal ini diperkuat juga dengan hasil uji t-tes
menunjukan nilai t yang diperoleh -1,724 dengan probabilitas 0,086 jika
dibandingkan dengan 0,05 maka 0,086 lebih besar dari 0,05 artinya
96
terdapat perbedaan antara dua variabel. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa latar belakang pendidikan sebelumnya
mempengaruhi tingkat kesiapan kerja siswa, dimana dalam hal ini siswa
kelas XI SMK Negeri 2 Sawahlunto Sumatera Barat memiliki kesiapan
kerja lebih baik dibandingkan kelas X SMK Negeri 2 Sawahlunto
Sumatera Barat
Penyebab kelas XI memiliki kesiapan kerja lebih baik
dibandingkan kelas X, adalah karena kelas XI telah memperoleh
informasi atau pengetahuan mengenai karir yang telah dipilih di kelas
sebelumnya, dan telah melakukan berbagai pengalaman praktik ataupun
latihan, sedangkan kelas X baru dalam tahap penyesuaian diri terhadap
jurusan yang dipilih, yang mana disekolah sebelumnya yaitu SMP tidak
memperoleh informasi yang jelas mengenai SMK, dan belum memiliki
pengalaman seperti halnya kelas XI dan XII. Hal ini sesuai dengan
pendapat A. Muri Yusuf (2002:12) yang menyatakan bahwa keahlian,
dapat berupa kecakapan (skill), dan dapat juga berupa wawasan,
penguasaan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang tertentu
(specialized) yang dimiliki seseorang, didapat melalui bimbingan,
pendidikan dan latihan atau praktik maupun pengalaman dalam
masyarakat.
b. Perbedaan kesiapan kerja kelas XI dan kelas XII
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan kesiapan kerja antara kelas XI dengan kelas XII, hal ini
terlihat dari penskoran rata-rata siswa kelas XI 154,60 dan skor rata-rata
97
kelas XII 155,34. Maka dapat di ambil kesimpulan bahwa kesiapan kerja
antara siswa kelas XI dengan siswa kelas XII tidak terdapat perbedaan,
hal ini diperkuat juga dengan hasil uji t-tes menunjukan nilai t yang
diperoleh -0,870 dengan probabilitas 0,385 jika dibandingkan dengan
0,05 maka 0,385 lebih besar dari 0,05 artinya terdapat perbedaan yang
signifikan antara dua variabel.
Tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kesiapan kerja
siswa kelas XI dan kelas XII dikarenakan siswa baik dikelas XI dan XII
seperti halnya dijelaskan pada perbedaan kesiapan kelas X dan kelas XI
bahwa pengalaman, latihan atau praktik yang mengasah keterampilan
seseorang, sehingga siswa kelas XI dan kelas XII sudah memahami arah
karir jurusan yang dipilih sehingga lebih matang dalam kesiapan kerja.
Hal ini sesuai dengan kritikkan yang dilontarkan Pine (dalam
Murad, 2005: 11) bahwa “ketika bertugas konselor tidak memakai
prosedur yang tidak semestinya dan belum begitu terlatih untuk
menggunakan teknik dan prosedur profesional”. Peneliti berasumsi
disebabkan peran guru pembimbing dalam memberikan materi
pembelajaran (layanan orientasi, informasi,penempatan/penyaluran,
penguasaan konten, konseling individu, bimbingan kelompok, konseling
kelompok, konsultasi, dan mediasi) yang diberikan sama pada siswa
kelas XI dan kelas XII, maka siswa kelas XII hanya terfokus pada ujian
nasional.
98
c. Perbedaan kesiapan kerja kelas X dan Kelas XII
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara kesiapan kerja siswa kelas X dengan siswa kelas
XII, hal ini terlihat dari penskoran rata-rata siswa kelas X 152,82 dan
skor rata-rata kelas XII 155,34, hasil ini menunjukkan bahwa kesiapan
kerja siswa kelas X dengan siswa kelas XII terdapat perbedaan, hal ini
diperkuat juga dengan hasil uji t-tes menunjukan nilai t yang diperoleh -
2,614 dengan probabilitas 0,010 jika dibandingkan dengan 0,05 maka
0,010 lebih besar dari 0,05 artinya terdapat perbedaan antara dua
variabel.
Tidak adanya perbedaan kesiapan kerja antara siswa kelas XII
dengan kelas XI, peneliti berasumsi disebabkan karena pihak sekolah
memberikan hak dan kesempatan yang sama pada siswa pada kelas XII
dan XI dalam bimbingan karir. Bimbingan karir sangat diperlukan dalam
pemilihan pendidikan siswa yang mengarahkan siswa pada kesiapan
kerja. Menurut Arifah (2005, h.94) bimbingan karir yang efektif di
sekolah membuat siswa mandiri dalam pemilihan karir.
Di sisi lain siswa kelas XI dan XII sama-sama dalam tahap
perkembangan dalam karir, menurut pendapat ahli Jordaan (dalam
Fuhrmann, 1990: 436) menyatakan bahwa yang terpenting dari
perkembangan karier adalah konsep kematangan vokasional (vocational
maturity). Kematangan vokasional adalah kemampuan individu untuk
memenuhi tugas perkembangan vokasional dengan baik sesuai dengan
99
tahap perkembangan yang sedang dijalani (Super, dalam Fuhrmann,
1990: 443).
Kematangan kejuruan menurut Kuzgun & Bacanlı, 1996 dalam
Super (1963:80) menjelaskan bahwa “refers to the readiness of an
individual to make informed, age-appropriate career decisions and cope
with vocational development tasks”. Kematangan vokasional mengacu
pada kesiapan individu untuk membuat informasi, sesuai dengan usia
keputusan karier dan mengatasi tugas-tugas perkembangan kejuruan.
Oleh karena itu, kematangan karir sangat dibutuhkan oleh siswa
SMK agar mereka dapat mengambil keputusan karier dan tugas
perkembangan kejuruan sesuai dengan karakter SMK yaitu mengarahkan
kepada dunia siap kerja.
Dari data yang diperoleh tersebut di atas, maka perlu diberikan
layanan bimbingan dan konseling agar siswa SMK negeri 2 Sawahlunto
Sumatera Barat memiliki kematangan kejuruan/vokasional. Oleh sebab
itu, siswa SMK Negeri 2 Sawhlunto dibantu agar dapat bereksplorasi,
pengenalan dan penerimaan dalam membuat keputusan dan memperoleh
informasi yang relevan, menyadari akan mnat dan kemampuan dan
bagaimana mencari kesempatan bekerja, mengidentifikasi pekerjaan
sesuai dengan kemampuan dan mengikuti pelatihan untuk
mengembangkan keterampilan sesuai dengan minat dan kemampuan. Di
sisi lain peran guru pembimbing diharapkan lebih optimal membantu
siswa dalam kesiapan kerja, terutama program bimbingan karier di SMK.
100
Adegoroye, A.O.S, dkk (2011:113) menjelaskan bahwa:
By the assumptions of vocational psychologists, the period
between the ages of 15-24 years being the stage of explorations ,
need have individuals being aware of the range of vocations and
career available in the society and in their environment, being
aware of their personal capacities, capabilities, skills and special
endowments that would serve them in the world of work,
awareness of the places where their capabilities could best be
developed for self enhancement and societal emancipation.
Pendapat Adegoroyo, dan kawan-kawan menjelaskan bahwa
asumsi dari psikologi kejuruan, periode antara usia 15-24 tahun menjadi
tahap eksplorasi, perlu memiliki individu yang menyadari berbagai
panggilan dan karier yang tersedia dalam masyarakat dan di lingkungan
mereka, menyadari kapasitas pribadi mereka , kemampuan, keterampilan
dan hibah khusus yang akan melayani mereka di dunia kerja, kesadaran
tentang tempat di mana kemampuan terbaik mereka dapat dikembangkan
untuk peningkatan diri dan emansipasi sosial
Hal ini sejalan dengan pendapat Super dalam Herr dan Cramer
(1979:6) menyatakan bimbingan kejuruan adalah:
"the process of helping a person to develop and accept an
integrated and adequate picture of himself and of his role in the
world of work, to test this concept against reality, and to convert it
into a reality, with satisfaction to himself and to society".
Dimana bimbingan kejuruan meruapakan proses bantuan terhadap
individu untuk menerima dan mengembangkan diri dan perannya secara
terpadu dalam dunia kerja, menguji konsepnya dengan realitas dan
kepuasan bagi dirinya dan masyarakat.
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa kematangan
vokasional di perkembangan karier siswa SMK berada pada tahap
101
tentatif. Dimana kematangan vokasional siswa diharapkan mulai
memiliki pemahaman diri (keterampilan, minat, bakat, sifat, cita-cita,
prestasi akademik, nilai kehidupan dan keadaan fisik. Dengan kata lain
siswa SMK memerlukan kematangan vokasional untuk mempersiapkan
diri untuk mengejar peluang pilihan berkaitan kesiapan kerja dalam
mengambil keputusan.
Agar kesiapan kerja siswa SMK Negeri 2 Sawahlunto Sumatera
Barat optimal ada baiknya mencoba menerapkan teori Glover dan
Marshal dalam Santrock (2003) adalah agar siswa sekolah kejuruan
mendapat cara-cara efektif untuk memperoleh keterampila-keterampilan
yang mereka butuhkan dalam bidang pekerjaan.
3. Hubungan Peran Guru Pembimbing dalam Kesiapan Kerja Siswa
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Peran Guru Pembimbing (X)
hubungannya dengan Kesiapan Kerja (Y). Hasil analisis data
membuktikan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara
peran guru pembimbing (X) dalam kesiapan kerja (Y). Semakin tinggi
peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa maka semakin tinggi
kesiapan kerja siswa mempersiapkan diri memasuki dunia kerja, maka
sebaliknya semakin rendah peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja
siswa semakin rendah pula kesiapan kerja siswa mempersiapkan diri
memasuki dunia kerja.
Seyogyanya guru pembimbing berperan membantu siswa dalam
menumbuhkembangkan potensinya. Salah satu potensi yang
dikembangkan pada diri siswa adalah kemandirian dan kesiapan diri,
102
seperti kemandirian dalam mengambil keputusan penting dalam perjalanan
hidupnya yang berkaitan dengan pendidikan maupun persiapan , dan
kesiapan diri siswa untuk memasuki dunia kerja nantinya. Sejalan dengan
pendapat ini Thantawy (1997:73) menyebutkan tugas guru
pembimbing/konselor sekolah ialah menyelenggarakan pelayanan
bimbingan yang meliputi : bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan
sosial, bidang bimbingan belajar dan bidang bimbingan karier yang
disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa.
Lebih lanjut Prayitno, dkk (1997:117-140) mengemukakan tugas
guru pembimbing, sebagai berikut : memasyarakatkan pelayanan
bimbingan dan konseling, 2) merencanakan program bimbingan dan
konseling terutama program satuan layanan dan satuan kegiatan
pendukung untuk satuan-satuan waktu tertentu, program-program tersebut
tersebut dikemas dalam program harian, mingguan, bulanan semesteran
dan tahunan, 3) melaksanakan segenap satuan layanan bimbingan dan
konseling, 4) melaksanakan segenap program satuan kegiatan pendukung
bimbingan konseling, 5) menilai proses dan hasil pelaksanaan satuan
layanan dan kegiatan pendukung, 6) menganalisis hasil penilaian layanan
dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, 7) melaksanakan
tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling, 8) pengadministrasian kegiatan satuan layanan
dan kegiatan pendukung bimbingan yang dilaksanakan, 9)
mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan dalam pelayanan bimbingan
103
dan konseling secara menyeluruh kepada koordinator bimbingan dan
konseling dan kepala sekolah.
Upaya yang harus dilakukan guru pembimbing agar optimal dalam
kesiapan kerja siswa SMK Negeri 2 Sawahlunto Sumatera Barat dengan
program bimbingan karier. Program bimbingan karier yang meliputi ; a)
Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan dan
pilihan karier, b) Pemantapan dalam cita-cita karier sesuai dengan bakat
minat dan kemampuan, c) Pemantapan dalam sikap positif dan objektif
terhadap pilihan kejuruan, d) Orientasi terhadap usaha memperoleh
penghasilan untuk kebutuhan hidup, e) Pengembangan dan pemantapan
informasi tentang kondisi tuntutan dunia kerja, jenis-jenis pekerjaan
tertentu, serta latihan kerja sesuai dengan karier dan kejuruan yang dipilih,
f) Pengembangan dan pemantapan keterampilan kejuruan, g) Orientasi
pendidikan dan pekerjaan berkenaan dengan pendidikan tambahan sesuai
dengan pilihan karier, h) Pelayanan terhadap tamatan untuk mencari
pekerjaan atau berusaha sendiri.
Dalam melaksanakan program bimbingan karier seyogyanya guru
pembimbing berkerjasama (kolaborasi) dalam melaksanakan program
bimbingan karier dengan pihak terkait, seperti: walikelas, guru
matapelajaran dan guru praktek di SMK Negeri 2 Sawahlunto Sumatera
Barat. Program bimbingan karier ini di upayakan dalam membantu siswa
SMK Negeri 3 Sawahlunto Sumatera Barat mengokohkan pilihan dan
pengembagan sejalan dengan bidang vokasi yang menjadi pilihannya,
kemudia membantu siswa SMK Negeri 2 Sawahlunto Sumatera Barat
104
untuk dapat mengampil keputusan dalam mempersiapkan diri memasuki
dunia kerja.
I. Keterbatasan Penelitian
Pada prinsipnya, penelitian ini telah dilaksanakan dengan mengaju
pada metode dan prosedur ilmiah. Namun kesempurnaan hasilnya merupakan
hal yang tidak mudah untuk diwujudkan. Inilah hasil terbaik saat ini,
walaupun dengan keterbatasan dan kelemahan yang ditemui selama proses
penelitian.
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan dan kelemahan yang
tidak bisa dihindari walaupun instrumen telah dirancang dan telah diuji
validitas dan realibilitasnya. Namun kesungguhan dan kebenaran respon yang
diberikan oleh responden sulit dikontrol oleh peneliti, terutama dalam aspek
kejujuran dan keseriusan mengisinya. Dapat saja respon terhadap butir-butir
kuisioner yang diajukan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarmya dan
kemungkinan juga ada unsur subjektif dalam memberikan respon yang tidak
dapat dipantau oleh peneliti. Karena itu, peneliti perlu menempatkan asumsi
bahwa respon yang diberikan terhadap pernyataan intrumen umumnya sudah
dapat gambaran yang sebenarnya sesuai dengan apa yang hendak diungkapkan
melalui intrumen penelitian.
105
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
Bab ini merupakan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti
yang dijabarkan melalui simpulan hasil penelitian serta saran-saran yang diajukan
peneliti kepada guru pembimbing/konselor sekolah, siswa serta peneliti yang
lainnya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dilakukan pada bab 4 dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
1. Peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa berkategori tinggi
dalam membantu siswa memahami dirinya, mengenal tentang lapangan
kerja, serta mengembangkan sikap positif terhadap kerja.
2. Kesiapan kerja siswa kelas X, XI, dan XII SMK Negeri 2 Sawahlunto
Sumatera Barat, menunjukkan perbedaan meskipun tidak signifikan.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara peran guru pembimbing
dengan kesiapan kerja siswa.
B. Implikasi
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dijadikan bahan
masukan bagi guru pembimbing dalam upaya meningkatkan diri dalam usaha
membantu siswa memasuki dunia kerja. Begitu pula bagi siswa yang
memiliki kesiapan kerja yang tinggi maupun yang rendah dapat
meningkatkan lagi usaha mempersiapkan diri dalam menggali potensi, bakat,
minat, dan belajar. Bagi siswa yang memiliki kesiapan kerja yang tinggi dapat
106
memperkokoh dan mempertahankan kesiapan kerja yang ada pada diri
mereka. Sebaliknya, bagi siswa yang memiliki kesiapan kerja yang rendah
dapat menjadi media evaluasi diri, dan membangun potensi, bakat, minat dan
belajar yang lebih baik lagi. Karena kesiapan kerja merupakan salah satu
penentu keberhasilan diri sendiri, sehingga jika seseorang memiliki kesiapan
kerja yang baik dapat dipastikan bahwa ia akan sukses dalam berkarier atau
bisa dikatakan akan sukses dalam pendidikan dan kehidupanya.
Adapun hasil penelitian yang dapat menjadi acuan penyusunan
program bimbingan dan konseling berkaitan dengan:
1. berdasarkan perolehan skor item-item rendah yaitu siswa mengalami
ketidakpercayaan diri dalam kesiapan kerja, maka guru pembimbing
dapat melakukan kegiatan layanan informasi kepada siswa, layanan
penguasaan konten, layanan penempatan dan penyaluran, bimbingan
kelompok dan layanan konseling perorangan.
2. berdasarkan skor item-item tertinggi yaitu, maka guru pembimbing dapat
mempertahankan dan lebih meningkatkan dalam melakukan kegiatan
layanan informasi kepada siswa, layanan penguasaan konten, layanan
penempatan dan penyaluran, layanan bimbingan kelompok dan layanan
konseling perorangan.
Agar lebih terarah program yang akan dilakukan oleh guru
pembimbing, maka seharusnya guru pembimbing dapat melaksanakan
beberapa hal sebagai berikut:
107
1. Layanan informasi berkaitan dengan kesiapan kerja, yang meliputi:
bagaimana membentuk kepercayaan diri dalam kerja, bagaimana
mengendalikan emosi, kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam kerja.
2. Layanan penguasaan konten ini dilakukan agar siswa mampu untuk
mengembangkan keterampilan serta memantapkan kemampuan atau
kompetensi pada diri siswa yang berkaitan dengan kesiapan kerja.
Layanan penguasaan konten ini berupa kemampuan siswa yang berkaitan
dengan bekerja. Layanan penguasaan konten ini berupa kemampuan
untuk memanfaatkan waktu untuk belajar efektif dengan cara menyusun
jadwal bekerja berdasarkan SOP yang baik, dan membuat catatan agar
mudah dipahami.
3. Layanan konseling perorangan merupakan layanan konseling yang
diselenggarakan oleh seorang konselor/guru pembimbing terhadap
seorang klien dalam rang pengentasan masalah pribadi klien. Dalam
kegiatan layanan ini yang dilakukan oleh seorang konselor/guru
pembimbing adalah menangani masalah yang dihadapi siswa berkaitan
dengan kesiapan kerja dalam bekerja, dan sehingga masalah siswa
terentaskan atau kehidupan efektif sehari-hari (KES) tercapai dengan
baik.
4. Layanan bimbingan kelompok dapat dilakukan dengan mengelompokkan
siswa dengan jumlah maksimal 15 orang dalam satu kelompok, topiknya
bisa topik bebas maupun topik tugas. Adapun materinya berkaitan
dengan kesiapan kerja dalam bekerja, seperti bagaimana membentuk
kepercayaan diri dalam bekerja, bagaimana mengendalikan emosi,
108
bagaimana agar mudah dipahami dan dikerjakan, selain itu berkaitan
dengan dunia kerja yang berubah-ubah.
5. Layanan penempatan dan penyaluran dapat dilakukan dengan
mengembangkan kesiapan kerja dalam bekerja siswa melalui kegiatan
kelompok belajar. yaitu agar siswa dapat memperoleh penempatan yang
tepat dalam kegiatan-kegiatan yang dilaukan di sekolah salah satunya
penempatan dalam kegiatan bimbingan kelompok dan konseling
kelompok yang akan dilakukan oleh guru pembimbing.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan dan implikasi
yang telah dikemukakan diatas, ada beberapa saran yang diajukan peneliti,
yaitu:
1. Kepada Guru Pembimbing agar dapat membuat dan melaksanakan
program bimbingan karier yang berhubungan dengan pelayanan
konseling dalam membantu siswa memahami dirinya, mengenal tentang
lapangan kerja, serta mengembangkan sikap positif terhadap kerja.
2. Kepada siswa untuk lebih aktif lagi berdiskusi dengan guru pembimbing
dalam proses pembuatan keputusan karier, cara memilih dan mengambil
keputausan karier, meningkatkan keterampilan yang dapat menunjang
pilihan karier.
3. Untuk penelitian selanjutnya, direkomendasikan untuk mempelajari
aspek lain yang berkontribusi pada kualitas kesiapan siswa pekerjaan
bagi siswa SMK.
109
DAFTAR RUJUKAN
Adegoroye, A.O.S, dkk. 2011. Towards Enhancing the Vocational Maturity
Status of Nigerian Secondary School Students Journal of Emerging
Trends in Educational Research and Policy Studies (JETERAPS) 2 (2):
113-119 © Scholarlink Research Institute Journals, 2011 (ISSN: 2141-
6990) jeteraps.scholarlinkresearch.org
Ahmadi, Abu & Ahmad Rohani. 1991. Bimbingan dan Konseling di Sekolah ,
Jakarta, Rineka Cipta.
Anoraga, Pandji. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta
Bryan Hiebert and William Borgen. 2002. Technical and Vocational Education
and Training in The Twenty-first Century- New Roles and Challenges for
Guidance and Counselling, UNESCO 2002
Danang Sunyoto. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta:
MedPress.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Penataan Pendidikan Profesional
Konselor Dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur
Pendidikan Formal. Bandung: PPB FIP UPI.
Depdiknas. 2006. Workshop pelaksanaan KBK SMP di PPGT-VEDC Malang
tanggal 14-21 Juli 2006. Malang: PPGT-VEDC Malang.
Fuhrmann, B.S. 1990. Adolescence Adolescents 2nd
ed. London: Scott,
Foresman/Little, Brown Higher Education.
Gibson, R.L. & Mitchell, M.M. 1995. Introduction to Counseling and Guidance.
New York: MacMillan Publishing Company.
Grounlund, Norman E. 1977. Constructing Achievement Tests. USA:Prentice-
Hall.
Gunawan, Yusuf. 1991 Pengantar Bimbingan dan Konseling, Bandung : Pustaka.
Hasan, B. 2006. Career Maturity of Indian Adolescents as a Function of Self
Concept, Vocational Aspiration, and Gender. Journal of Indian Academy
of Applied Psychology, 32 (2), 127-134.
Healy. C. Charles. 1963:13-21. Career Development: Counseling Through the
Life Stages, Boston London Sydney Toronto: Allyn & Bacon, Inc.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Perkembangan Anak. 1992. Jakarta: Erlangga.
110
Irianto Agus. 2007. Statistik : Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:Kencana
Prenada Media Group.
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif). Jakarta: GP Press.
Jama Jalius. 2010. Makalah Internasional berjudul The Philopsophy and
Foundation of Vocational Education. Malaysia: Tanjong Malin, Perak.
Kartono, Kartini. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Grafindo
Keight Davis dan John W Newstrom. 1982. Human Behavior. New York: Mc
Graw Hill Book Company.
Komandyahrini, E. 2008. Hubungan Self Efficacy dengan Kematangan dalam
Memilih Karir Siswa Program Percepatan Belajar. Jurnal Keberbakatan
dan Kreativitas, 2 (1), 1-12.
Lawrence M, Brammer and Everett L. Shostrom. 1982. Therapeautic Psychology.
Fudamentals of Counseling and Psychohotherapy. Prentice- Hall,INC.
Englewood Cliffs. New Jersey.
Leung, S Alvin. 2008. J.A. Athanasou, R. Van Esbroeck (eds.) International
Handbook of Career Guidance, © Springer Science + Business Media
B.V.
Lundberg et al. 1997. Journal of Career Development 23, No. 3 (Spring 1997):
203-213 (E). 540 415.
Mar’at.1984. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Bandung: Ghalia
Indonesia
Munandir. 1996. Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta: Dirjen PT
Depdikbud.
Muray , C. L. 1983. Theoryes Of Career Developmen. New Jersey: Prentice- Hall
Inc.
Murad, Abdul. 2005. “Standar Kualitas Kompetensi Konselor Profesional :Studi
Pengembangan Standar Kompetensi di Lingkungan Pakar Konseling
Perguruan Tinggi Negeri Dan Konselor SMA Negeri”. Disertasi. UPI :
Bandung. Tidak dipublikasikan.
Nurhamidah. 2009. Kesiapan Siswa untuk Konseling Perorangan dan Peran Guru
Pembimbing. Tesis. Program Pascasarjana UNP: Padang. Tidak
diterbitkan
111
Khayati Nur. 2006. Efektivitas Layanan Informasi dalam Bimbingan Karier
terhadap Kesiapan Kerja ditinjau dari Aspek Psikologis pada Siswa Kelas
III SMK Bhakti Praja Margasari, Tegal Tahun Pelajaran 2005/ 2006.
Tesis.UMN: Malang. Tidak diterbitkan.
Pascasarjana. 2011. Buku Panduan Penulisan Tesis dan Desertasi. Padang :
Program Pascasarjana UNP Padang.
Patton, W. & Creed, P. 2003. Predicting two Components of career Maturity in
School Based Adolescents. Journal of Career Development, 29 (4), 277-
290.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 74 Tahun 2008 tentang Tugas
Guru BK/Konselor dan Pengawasan Bimbingan dan Konseling.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. 2005. Jakarta: Sinar Grafika, Jakarta.
Prayitno dan Erman Amti. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling.
P2LPTK:Jakarta.
Prayitno. dkk. 1997. Seri Panduan Pelaksanaan BK di Sekolah SMK. Jakarta :
Proyek Pengembangan LPTK, Dirjen Dikti.
____________. 2002. Profesi dan Organisasi Profesi Bimbingan
Konseling.P2LPTK.
Prayitno. 1987, Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor, Dirjen PT.
Depdikbud, Jakarta.
_______. 1988, Orientasi Bimbingan dan Konseling, Dirjen PT. Depdikbud,
Jakarta.
_______. 2004. Seri Layanan Bimbingan dan Konseling, Layanan L1-L9.Padang:
FIP. Jurusan BK. UNP
_______. 2004, Dasar Standarisasi Profesi Konseling, Dirjen PT. Diknas.
Puskur, BALITBANG Depdiknas 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta
: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
Rice F.P. 1993. Adolescent Development, Relationship, and Culture 7th ed.
Massachusetts: A Division of Simon & Schuster.
Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfa Beta.
112
Risman Jondedwi. 2008. Panduan Pelayanan Pendidikan: SMK Negeri 1 Padang.
Padang: Bintang Grafika.
Ruslan. A. Gani. 1996. Bimbingan Karir. Bandung: Angkasa.
Santrock. Jhon W. Adolescence Perkembangan Remaja. Terjemahan oleh Shinto
B Adelar dan Sherly Saragih. 2003. Jakarta: Erlangga.
Savickas, M.L,. 2001. A Developmental Perfective on Vocational Behavior:
Career Pattern, Salience, and Themes. International Journal for
Educational and Vocational Guidance, 1,49-57.
Sciarra Daniel T. 2004. School Counseling. Foundations and Contemporary
Issues. Hofstra University.
Seligman, L. 1994. Developmental career counseling and assessment 2nd ed.
Thousand Oaks: Sage.
Shertzer, B. & Stone, S.C. 1980. Fundamentals of Counseling. Boston: Houghton
Mifflin Co.
Spencerg, Niles. 2001. Internat.Jnl.forEducationalandVocationalGuidance 1:
131-
139,2001.©2001KluwerAcademicPublishers.PrintedintheNetherlands.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sukardi Dewa Ketut. 1988, Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Bina Aksara.
____________, 1993. Psikologi Pemilihan Karir. Jakarta: Rineka Cipta.
____________,1994. Bimbingan Karier di Sekolah-sekolah. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Sukardi Dewa Ketut dan Desak Made Sumiati. 1993. Panduan Perencanaan
Karir. Surabaya: Usaha NasionalSudjana. 1996. Metode Statistika.
Bandung: Tarsito
Sukirin. 1975. Tingkat Kesiapan Sebagai Titik Permulaan Baru, Yogyakarta:
Pidato pengukuhan Lektor Kepala Psikologi Perkembangan pada FIP
IKIP Yogyakarta, Nopember 1975.
Yusuf A. Muri. 1996. Teknik Analisa Data. Padang : FIP UNP.
____________, 2005a. Kiat sukses dalam karir. Bogor; Ghalia Indonesia.
113
____________, 2005b. Metodologi Penelitian. Padang: Program Pascasarjana
UNP Padang.
____________, 2005c. Dasar-dasar dan Teknik Evaluasi Pendidikan. Padang:
Program Pascasarjana UNP Padang.
Yusuf Syamsu. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya.
UU.Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, BP.
Cipta Jaya.
Walsh, Bruce. W. 2005. Handbook of Vocational Psychology (Theory, Research,
and Practice), London, Lawrence Eribaum Associate Publish.
Wakhinuddin. 2010. Kesiapan Memasuki Dunia Kerja Warga Belajar Kursus
Para Profesi Mekanik Otomotif (Kajian Pelatihan Kursus Para Profesi
Paket B dan Paket C dalam Kelompok Pelathan Kursus Para Profesi
(KPP) dibengkel UPTD SKB Padang Pariaman, Sumatera Barat).
Patton, W. & Lokan, J. (2001). Perspectives on Donald Super’s Construct
of Career Maturity. International Journal for Educational and
Vocational Guidance, Vol. 1, 31 – 48.
Patton, Wendy and Spooner-Lane, Rebecca and Creed, Peter. 2005. Validation of
the Short Form of the Career Development Inventory - Australian
Version with a Sample of University Students. Australian Journal of
Career Development 14(3).
Winkel, W.S. 1997. Bimbingan dan Konseling Di Intitusi Pendidikan, Jakarta,
Gramedia.