css katarak senilis mirna,alia,yudi

16
 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaka ng Katarak merupakan penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di dunia. Di anatara beberapa jenis katarak, katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling banyak ditemukan. Katarak senilis merupakan semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Pada tahun 2002, WHO memperkirakan katarak menjadi penyebab 17 juta (47,8%) kebut aan dari 37 juta kebut aan di seluru h dunia, dan ini diperkirakan akan mening kat menjadi 40 juta pada 2020. Katarak ditemukan pada sekitar 10% orang Amerika Serikat. Prevalensi ini meningkat sampai sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65 dan 74 tahun serta sampai sekitar 70%untuk usia lebih dari 75 tahun. 2 Di Indonesia pada tahun 1991 didapatkan prevalensi kebutaan 1,2% dengan kebutaan karena katarak sebesar 0,67%. Pada tahun 1996 angka kebutaan meningkat 1,47%. Tahun 2005 dilaporkan bahwa daerah pedesaan di Indonesia memiliki prevalensi katarak tertinggi di daerah Asia tenggara. 1.2 Batasan Masalah Makalah ini membahas tentang definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, klasifikasi, diagnosis, tatalaksana dan prognosis dari katarak senilis. 1.3. Tujuan penulisan Ma ka lah ini bertujuan un tuk me ngeta hui bagaimana cara me ndi ag nosis da n menatalaksana pasien dengan katarak senilis. 1.4 . Metode penulisan Metode yang dipakai pada penulisan makalah ini adalah melalui tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur.

Upload: alialala

Post on 19-Jul-2015

251 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi

5/17/2018 CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/css-katarak-senilis-mirnaaliayudi 1/16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di dunia. Di

anatara beberapa jenis katarak, katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling banyak 

ditemukan. Katarak senilis merupakan semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,

yaitu usia di atas 50 tahun.

Pada tahun 2002, WHO memperkirakan katarak menjadi penyebab 17 juta (47,8%)

kebutaan dari 37 juta kebutaan di seluruh dunia, dan ini diperkirakan akan meningkat menjadi

40 juta pada 2020. Katarak ditemukan pada sekitar 10% orang Amerika Serikat. Prevalensi ini

meningkat sampai sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65 dan 74 tahun serta sampai

sekitar 70%untuk usia lebih dari 75 tahun. 2

Di Indonesia pada tahun 1991 didapatkan prevalensi kebutaan 1,2% dengan kebutaan

karena katarak sebesar 0,67%. Pada tahun 1996 angka kebutaan meningkat 1,47%. Tahun 2005

dilaporkan bahwa daerah pedesaan di Indonesia memiliki prevalensi katarak tertinggi di daerah

Asia tenggara.

1.2 Batasan Masalah

Makalah ini membahas tentang definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, klasifikasi,

diagnosis, tatalaksana dan prognosis dari katarak senilis.

1.3. Tujuan penulisan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara mendiagnosis dan

menatalaksana pasien dengan katarak senilis.

1.4 . Metode penulisan

Metode yang dipakai pada penulisan makalah ini adalah melalui tinjauan kepustakaan

yang merujuk kepada berbagai literatur.

Page 2: CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi

5/17/2018 CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/css-katarak-senilis-mirnaaliayudi 2/16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract dan Latin cataracta

yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular, dimana penglihatan seperti

tertutup air tejun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa

yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau

terjadi akibat kedua-duanya.

Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia

di atas 50 tahun.3 

2.2 Anatomi dan Fisiologi Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular dan transparan. Lensa mendapatkan

suplai nutrisi dari aqueous humor . Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9 mm. Lensa digantung

oleh zonula, yang menghubungkannya dengan korpus siliaris. Disebelah anterior lensa terdapat

humos aquos dan disebelah posterior terdapat viterus. Lensa terdiri dari kapsul, lapisan epitel,

serat lamelar, korteks dan nukleus. Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang

dapat dilewati air dan elektrolit. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel

terus diproduksi sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastic. Lensa terdiri dari 65%

air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya.

Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat

dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi.1

Page 3: CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi

5/17/2018 CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/css-katarak-senilis-mirnaaliayudi 3/16

Gambar 1. Anatomi Lensa

a. Kapsul

Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan tersusun dari kolagen tipe

IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul ini mengandung isi lensa serta

mempertahankan bentuk lensa pada saat akomodasi. Bagian paling tebal kapsul berada di

 bagian anterior dan posterior zona preequator dan bagian paling tipis berada di bagian tengah

kutub posterior.

 b. Epitel Lensa

Tepat di belakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel. Sel-sel epitel ini dapat

melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel lainnya, seperti sintesis DNA, RNA, protein

dan lipid. Sel-sel tersebut juga dapat membentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan energi lensa.

Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan menuju equator lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa.

c. Nukleus dan Korteks

Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan menekan serat-serat lama

untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-serat paling tua yang terbentuk merupakan lensa

fetus yang diproduksi pada fase embrionik dan masih menetap hingga sekarang. Serat-serat

yang baru akan membentuk korteks dari lensa.2

Mekanisme yang dilakukan mata untuk merubah fokus dari benda jauh ke benda dekat

disebut akomodasi. Akomodasi terjadi akibat perubahan lensa oleh aksi badan silier terhadap

Page 4: CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi

5/17/2018 CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/css-katarak-senilis-mirnaaliayudi 4/16

serat-serat zonula. Setelah umur 30 tahun, kekakuan yang terjadi di nukleus lensa secara klinis

mengurangi daya akomodasi. Saat otot silier berkontraksi, serat zonular relaksasi

mengakibatkan lensa menjadi lebih cembung. Ketika otot silier berkontraksi, ketebalan axial

lensa meningkat, kekuatan dioptri meningkat, dan terjadi akomodasi. Saat otot silier relaksasi,

serat zonular menegang, lensa lebih pipih dan kekuatan dioptri menurun.2

2.3 Epidemiologi

Berdasarkan data WHO, katarak merupakan penyebab utama kebutaan dan gangguan

 penglihatan di dunia. Pada tahun 2002, WHO memperkirakan katarak menjadi penyebab 17

 juta (47,8%) kebutaan dari 37 juta kebutaan di seluruh dunia, dan ini diperkirakan akan

meningkat menjadi 40 juta pada 2020. Katarak diderita oleh 20,5 juta penduduk Amerika yang

 berusia 40 tahun ke atas, atau 1 di antara 6 orang menderita penyakit ini. Diperkirakan 2,5 juta

operasi katarak dilakukan di Amerika Serikat pada 2004 atau lebih besar dari 8000 operasi

katarak per satu juta penduduk. Sedangkan di negara berkembang, hanya 50 operasi per satu

 juta penduduk.2

Di Indonesia pada tahun 1991 didapatkan prevalensi kebutaan 1,2% dengan kebutaan

karena katarak sebesar 0,67%. Pada tahun 1996 angka kebutaan meningkat 1,47%. Tahun 2005

dilaporkan bahwa daerah pedesaan di Indonesia memiliki prevalensi katarak tertinggi di daerah

Asia tenggara.

2.4. Etiologi dan Patofisiologi

Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui secara pasti.

Terdapat beberapa teori konsep penuaan menurut Ilyas (2005) sebagai berikut:

-Teori putaran biologik (“ A biologic clock”).

- Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali → mati.

- Imunologis; dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik yang

mengakibatkan kerusakan sel.

- Teori mutasi spontan.

- Teori ”A free radical”

-  Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat.

- Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi.

Page 5: CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi

5/17/2018 CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/css-katarak-senilis-mirnaaliayudi 5/16

-  Free radical dapat dinetrralisasi oleh antioksidan dan vitamin E

- Teori “A Cross-link”.

Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul

 protein sehingga mengganggu fungsi.

Perubahan lensa pada usia lanjut :3

1. Kapsul

- Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)

- Mulai presbiopia

- Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur 

-Terlihat bahan granular 

2. Epitel → makin tipis

- Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat

- Bengakak dan fakuolisasi mitokondria yang nyata

3. Serat lensa:

- Lebih iregular 

- Pada korteks jelas kerusakan serat sel

-Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein

nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang warna

coklet protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding

normal.

- Korteks tidak berwarna karena:

- Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.

- Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut biasanya mulai

terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.3

2.5. Klasifikasi Katarak Senilis4

Berdasarkan letaknya dikenal ada 3 bentuk katarak senilis, yaitu : katarak nuklear, kortikal dan

subkapsularis posterior.

1. Katarak Nuklear  

Page 6: CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi

5/17/2018 CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/css-katarak-senilis-mirnaaliayudi 6/16

Beberapa tingkat sklerosis nuclear dan kekuningan pada lensa adalah normal pada

 pasien dewasa yang telah melewati usia pertengahan. Secara umum, kondisi ini hanya

mempengaruhi fungsi visual secara minimal. Penghambuaran cahaya dan kekuningan

yang parah disebut sebagai katarak nuklear, yang menyebabkan opasiti sentral. Nukleus

cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning

sampai coklat. Biasanya mulai timbul sekitar usia 60-70 tahun dan progresivitasnya

lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak terjadi. Meskipun biasanya

 bilateral, namun biasanya asimetris. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada

 pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik 

yang disebut juga sebagai  second sight., sulit menyetir pada malam hari . Perubahan

kekuningan dan kecoklatan yang progresif pada lensa menyebabkan diskriminasi warna

yang buruk, khususnya terhadap spectrum warna biru sehingga  penderita mengalami

kesulitan membedakan warna, terutama warna biru dan ungu.

2. Katarak Kortikal 

Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai

timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat. Katarak kortikal biasanya bilateral tetapi sering asimetris. Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau

gambaran seperti ruji. Banyak pada penderita DM. Keluhan yang biasa terjadi yaitu

 penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa silau.

3. Katarak Subkapsular Posterior atau Kupuliformis

Bentuk ini terletak pada bagian belakang dari kapsul lensa. Katarak subkapsularis

 posterior lebih sering pada kelompok usia lebih muda daripada katarak kortikal dan

katarak nuklear. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya

cepat. Pada keadaan awal, katarak subkapsular posterior adalah salah satu dari tipe

utama katarak yang berhubungan dengan penuaan. Bagaimanapun, ini bisa juga terjadi

sebagai akibat dari trauma, penggunaan kortikosteroid jangka panjang (sistemik,

topical, atau intraokuler), inflamasi, paparan radiasi ion, dan alkholisme. Katarak ini

menyebabkan kesulitan membaca, silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang.

Page 7: CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi

5/17/2018 CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/css-katarak-senilis-mirnaaliayudi 7/16

Katarak senilis secara klinik dikenal dalam empat stadium yaitu insipien, intumesen,

imatur, matur dan hipermatur.3

Tabel 2.Perbedaan stadium katarak senilis.3

1. Katarak Insipien

Pada katarak stadium insipien terjadi kekeruhan mulai dari tepi ekuator menuju korteks

anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Pada katarak 

subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk 

antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak 

isnipien.

Kekeruhan ini dapat menimbulkan polipia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama

 pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.3

2. Katarak Intumesen.

Pada katarak intumesen terjadi kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat

lensa yang degeneratif menyerap air.

Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar 

yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif  

Cairan lensa Normal Bertambah  Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong  Normal Tremulans

Bilik mata

 Normal Dangkal  Normal Dalam

DepanSudut bilik 

 Normal Sempit  Normal Terbuka

Mata

Iris shadow

 Negatif  Positif  Negatif Pseudopos

Test

Penyulit - Glaukoma -

Uveitis +

Glaukoma

Page 8: CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi

5/17/2018 CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/css-katarak-senilis-mirnaaliayudi 8/16

normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak 

intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan mipopia

lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan

daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi.

Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel

serat lensa.3

3. Katarak Imatur 

Pada katarak senilis stadium imatur sebagian lensa keruh atau katarak yang belum

mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat

meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif.

Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga

terjadi glaukoma sekunder.3

4. Katarak Matur 

Pada katarak senilis stadium matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.

Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau

intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada

ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan

kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat

 bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.3

5. Katarak Hipermatur 

Pada katarak stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras

atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi kelur dari kapsul lensa sehingga lensa

menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan

lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan

zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang

tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan

memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di

dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.3

2.6. Manifestasi Klinis

Gejala katarak senilis biasanya berupa keluhan penurunan tajam penglihatan secara

Page 9: CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi

5/17/2018 CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/css-katarak-senilis-mirnaaliayudi 9/16

 progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Penglihatan seakan-akan melihat

asap/kabut dan pupil mata tampak berwarna keputihan. Apabila katarak telah mencapai stadium

matur lensa akan keruh secara menyeluruh sehingga pupil akan benar-benar tampak putih.

Gejala umum gangguan katarak meliputi:4,5

1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

2. Peka terhadap sinar atau cahaya.

3. Dapat terjadi penglihatan ganda pada satu mata.

4. Memerlukan pencahayaan yang baik untuk dapat membaca.

5. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

2.7. Diagnosis

Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan laboratorium diminta sebagai bagian dari proses  screening  pra operasi untu

mendeteksi penyakit yang menyertai , seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit

 jantung. Penyakit seperti diabetes mellitus dapat menyebabkan perdarahan perioperatif. Dengan

demikian deteksi dini harus dilakukan sebelum operasi.

Pemeriksaan pencitraan pada mata seperti USG, CT SCAN, dan MRI diperlukan jika

dicurigai terdapat kelainan pada bagian posterior   dan penglihatan yang kabur akibat katarak.

Hal ini bermanfaat dalam pengelolaan pembedahan dan untuk memberikan prognosis

 pemulihan penglihatan pasien pasca operasi

Stadium katarak senilis ditentukan berdasarkan ketajaman penglihatan pasien. Pasien

yang visusnya kurang dari 20/200 dikatakan menderita katarak matur. Jika lebih dari 20/200,

kataraknya dikatakan imatur. Katarak insipien ditemukan pada pasien masih bisa membaca

 pada 20/20 , akan tetapi kejernihan dari lensa dapat diperiksa dengan slit lamp.

Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra, konjungtiva, kornea,

iris, pupil, dan COA dalam keadaan normal. Pada lensa pasien katarak, didapatkan lensa keruh.

Selanjutnya bisa dilakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium pada penyakit

katarak senilis.7

2.8. Terapi

Pembedahan yang dapat digunakan untuk mengangkat lensa:

Page 10: CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi

5/17/2018 CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/css-katarak-senilis-mirnaaliayudi 10/16

1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction):

Ekstraksi ini dilakukan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat

dilakukan pada zonula Zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus.3

Teknik operasi ini sudah lama ditinggalkan karena banyaknya penyulit yang dapat

timbul setelah operasi, yaitu

- Penyembuhan luka yang lama

- Pengembalian penglihatan yang lama

- Astimagtisme

- Inkarserasi iris

- Inkarserasi vitreus8

2. ECCE ( Extra Capsular Cataract Extraction)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa

dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa

dapat keluar melalui robekan tersebut.

Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,

 bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan bedah

gloukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata

mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi, untuk 

mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca.

Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder 3.

Page 11: CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi

5/17/2018 CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/css-katarak-senilis-mirnaaliayudi 11/16

3. Fakoemulsifikasi

Fakoemulsifikasi merupakan bentuk ECCE terbaru, dimana orang awam biasa

menyebutnya laser katarak. Teknik operasi ini menggunakan gelombang ultrasonik dan hanya

 perlu membuat luka irisan sekitar 1,8 – 2,75 milimeter saja. Dengan alat ini lensa dipecah

dalam beberapa bagian, yang selanjutnya dihisap dengan alat. Kemudian diteruskan dengan

 pemasangan lensa tanam lipat ( Foldable Intra Oculer Lens).

Keuntungan dari teknik ini adalah luka irisan minimal, resiko infeksi kecil, tanpa

 jahitan, penyembuhan lebih cepat. sehingga pasien lebih puas. Dengan teknik ini seberapapun

derajat ketipisan katarak operasi dapat dilakukan tanpa harus menunggu matang. Kendalanya

adalah biaya untuk operasi fako ini relatif mahal. Operasi dilakukan dengan bius lokal dan

membutuhkan waktu antara 20-30 menit. Pasien tidak perlu rawat inap sesudah dilakukanoperasi dan boleh beraktifitas seperti biasa9.

Page 12: CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi

5/17/2018 CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/css-katarak-senilis-mirnaaliayudi 12/16

2.9. Komplikasi

Berikut ini adalah komplikasi besar intraoperatif yang ditemukan selama operasi katarak,

yaitu :

1. Kamera okuli anterior dangkal atau datar 

2. Ruptur kapsul

3. Edem kornea

4. Perdarahan atau efusi suprakoroid

5. Perdarahan koroid yang ekspulsif 

6. Tertahannya material lensa

7. Gangguan vitreous dan inkarserasi ke dalam luka

8. Iridodialisis

Berikut ini merupakan komplikasi besar post operatif yang ditemukan segera selama operasi

katarak, yang sering terlihat dalam beberapa hari atau minggu setelah operasi, yaitu :

1. Kamera okuli anterior datar atau dangkal karena luka robek 

2. Terlepasnya koroid

3. Hambatan pupil

Page 13: CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi

5/17/2018 CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/css-katarak-senilis-mirnaaliayudi 13/16

4. Hambatan korpus siliar 

5. Perdarahan suprakoroid

6. Edem stroma dan epitel

7. Hipotoni

8. Sindrom Brown-Mc. Lean (edem kornea perifer dengan kornea sentral jernih sangat

sering terlihat mengikuti ICCE)

9. Perlekatan vitreokornea dan edem kornea yang persisten

10. Perdarahan koroid yang lambat

11. Hifema

12. Tekanan intraokuler yang meningkat (sering karena tertahannya viskoelastis)

13. Edem makular kistoid

14. Terlepasnya retina

15. Endoptalmitis akut

16. Sindrom uveitis-glaukoma-hifema (UGH)

Berikut ini adalah komplikasi besar post operatif yang lambat, terlihat dalam beberapa minggu

atau bulan setelah operasi katarak :

1. Jahitan yang menginduksi astigmatismus

2. Desentrasi dan dislokasi IOL

3. Edem kornea dan keratopati bullous pseudopakia

4. Uveitis kronis

5. Endoptalmitis kronis

6. Kesalahan penggunaan kekuatan IOL10

2.10. Prognosis

Page 14: CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi

5/17/2018 CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/css-katarak-senilis-mirnaaliayudi 14/16

Jika tidak ada penyakit mata lain yang menyertai sebelum operasi yang akan

mempengaruhi penglihatan secara visual, seperti degenerasi makula atau atrofi saraf optik,

ECCE tanpa komplikasi akan memberikan prognosis yang baik. Penyebab utama morbiditas

 pasca operasi adalah CME (Cystoid Macular Edema) dan faktor utama yang mempengaruhi

 prognosis penglihatan adalah diabetes mellitus dan retinopati diabetes11

BAB III

PENUTUP

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.Katarak 

senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun.

Berdasarkan letaknya dikenal ada 3 bentuk katarak senilis, yaitu : katarak nuklear,

kortikal dan subkapsularis posterior. Secara klinis dikenal dalam empat stadium, yaitu insipien,

intumesen, imatur, matur dan hipermatur.

Gejala katarak senilis biasanya berupa keluhan penurunan tajam penglihatan secara

 progresif. Penglihatan seakan-akan melihat asap/kabut dan pupil mata tampak berwarna

keputihan. Apabila katarak telah mencapai stadium matur lensa akan keruh secara menyeluruh

sehingga pupil akan benar-benar tampak putih.

Terapi pada katarak senilis adalah dengan pembedahan, yaitu ICCE, ECCE atau

fakoemulsifikasi.

Page 15: CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi

5/17/2018 CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/css-katarak-senilis-mirnaaliayudi 15/16

Jika tidak ada penyakit mata lain yang menyertai sebelum operasi yang akan

mempengaruhi penglihatan secara visual, seperti degenerasi makula atau atrofi saraf optik,

ECCE tanpa komplikasi akan memberikan prognosis yang baik.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, dkk. 2000. Oftalmologi Umum Edisi 14. Jakarta: Widya Medika.

2. American Academy of Ophtalmology. 2008-2009. Lens and Cataract. San

Fransisco: AAO

3. Ilyas, Sidarta. 2005. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

4. American Academy of Ophtalmology.Lens and Cataract. 2008-2009. San

Fransisco: AAO

5. L

6. L

7. Ocampo, V.V.D. (2012). Cataract Senile: Workup. Diakses dari

http://emedicine.medscape.com/article/1210914-workup#showall,

tanggal 21 April 2012

8. Liesegang TJ, Deutsch TA, Grand MG. 2001. “Surgery of Cataract” in Lens and

Cataract. Section 11. USA. The Foundation of The American Academy of 

Ophthalmology.96-99.

Page 16: CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi

5/17/2018 CSS Katarak Senilis Mirna,Alia,Yudi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/css-katarak-senilis-mirnaaliayudi 16/16

9. Orbita.cec (2011). Diakses dari https://sites.google.com/site/orbitacec/tindakan-

medis/oprasi/fakoemulsifikasi, tanggal 21 April 2012

10.Ocampo, V.V.D. (2012). Cataract Senile: Complication. Diakses dari

http://emedicine.medscape.com/article/1210914-followup#a2649,

tanggal 21 April 2012

11.Ocampo, V.V.D. (2012). Cataract Senile: Prognosis. Diakses dari

http://emedicine.medscape.com/article/1210914-followup#a2650,

tanggal 21 April 2012

12.