peran generasi milenial dalam - penalaran.ukm.unair.ac.id

171

Upload: others

Post on 11-Feb-2022

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Peran Generasi Milenial dalam

Memerangi Covid-19

Dzakwan Taufiq Nur Muhammad - Balqis Intan Azzahra -

Irsandi Nur Habibie Mukmin - Brenda Venitta Lantu -

Adinda Ayu Lestari - Ilham Rahmanto - Winda Aenah –

Rizky Amaliyah - Hendrianto Arief Hidayat - Eka Meilinda -

Ersa Pawitrasari Hayuningputri – Adhiyajnaputri -

Muhammad Hasbi Asy Syukri - Ni Putu Yasni Marita Dewi -

Ni Made Ari Suartini - Nurul Komariyah –

Oktaviani Nur Sinta

ii

Peran Generasi Milenial dalam Memerangi Covid-19 © Dzakwan Taufiq Nur Muhammad, dkk. Penulis : Dzakwan Taufiq Nur Muhammad, dkk. Editor : Tim Intishar Tata letak : Ismy Mutiara Diterbitkan oleh: CV. Intishar Publishing Anggota IKAPI

No. 168/JTE/2018 Bumirejo RT 01 RW 04 Puring, Kebumen, Jawa Tengah Email: [email protected] No. HP: 081210110449,081246647659 Cetakan I: September 2020 Kebumen, CV. Intishar Publishing vi + 162 Halaman; 14,5 x 20,4 cm ISBN: 978-623-249-616-3 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang All Right Reserved

iii

Kata Pengantar

Puji syukur atas rahmat dan hidayah Tuhan Yang

Maha Esa, sehingga e-book dari 10 karya esai Finalis

Penalaran Berkarya 2020 dapat disusun dengan baik dan

lancar. Penyusunan e-book ini ditujukan sebagai luaran dari

Lomba Esai Mahasiswa Tingkat Nasional yang bertema

"Peran Generasi Milenial dalam Memerangi COVID-19".

Kegiatan ini berada di bawah naungan Unit Kegiatan

Mahasiswa (UKM) Penalaran Universitas Airlangga dengan

melibatkan perguruan tinggi yang ada di Indonesia.

Terima kasih kepada Bapak Dr. M. Hadi Shubhan,

S.H., MH., CN., selaku Direktur Kemahasiswaan Universitas

Airlangga (UNAIR), Bapak Habiburrochman, S.E., M.Si., Ak.,

selaku Pembina UKM Penalaran UNAIR, Rerica Dhea Shavila

selaku Ketua UKM Penalaran UNAIR, Bapak Muhaimin.,

S.Tr.Kes., MT., Bapak Mohammad Fajar Shodiq Ramadlan,

S.IP., M.IP., dan Bapak Pulung Siswantara, S.KM., M.Kes.,

selaku Dewan Juri Penalaran Berkarya 2020, seluruh panitia

Penalaran Berkarya 2020, serta peserta yang telah

berpartisipasi dalam kegiatan ini.

E-book ini diharapkan dapat meningkatkan daya pikir

kritis dan inovatif generasi milenial dalam menghadapi isu

yang terjadi. Selain itu, diharapkan pula prosiding ini dapat

menjadi acuan untuk mencari solusi memerangi pandemi

COVID-19. Masih terdapat banyak kekurangan dalam

iv

penyusunan prosiding ini, sehingga kritik dan saran

membangun sangat dibutuhkan sebagai bahan perbaikan.

Salam,

Panitia Penalaran Berkarya 2020

v

Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................. iii

Daftar Isi ........................................................................... iv

Sistem Informasi Geospasial Indonesia (Indo-

Geospasial) sebagai Solusi Penanganan COVID-19

di Indonesia ...................................................................... 1

“GA-LACOV19 (Gelang Pintar Pelacak COVID-19)”

Inovasi Sistem Terintegrasi Berbasis RFID untuk

Meningkatkan Contact Tracing Performance

Guna Memutus Laju Penyebaran COVID-19 ................... 13

Inovasi Aplikasi Go-PusLing (Puskesmas Keliling)

sebagai Layanan Kesehatan pada Era New Normal ......... 25

PARTNER: Aplikasi Berbasis Smartphone untuk

Contact-Tracing dan Edukasi dalam Mendukung

Surabaya Lawan Covid-19 selama New Normal ............... 45

Digital Platform Pemasaran Hasil Perikanan

dengan Implementasi Akad Salam Guna

Meningkatkan Kesejahteraan Petani Ikan ....................... 61

SABERTOOTH (Smart Bracelet Accessories

as a Corona Detection Tool with Android-based)

sebagai Alat Pendukung New Normal ............................. 73

vi

Penerapan Mindfulness-Based Stress Reduction

Program (MBSR) sebagai Upaya Intervensi Stres

di Masa Pandemi COVID-19 ............................................ 83

Integrasi Platform Digital Pendidikan Upaya

Stabilisasi Pembelajaran saat Pandemi Covid-19

sebagai Tindakan Milenial Berbasis Society 5.0 .............. 93

E-Health’s: Optimalisasi Sistem Pelayanan Kesehatan

dan Penyerapan Tenaga Kerja Bidang Kesehatan

Berbasis Heling di Tengah Ironi Pandemi COVID-19 ..... 105

Amidess (Alat Multifungsi Deteksi Suhu dan Sterilisasi)

sebagai Alternatif Preventif COVID-19 ............................ 117

Daftar Pustaka .................................................................. 127

Bidata Penulis ................................................................... 141

1

Sistem Informasi Geospasial Indonesia

(Indo-Geospasial)

sebagai Solusi Penanganan COVID-19 di

Indonesia

Dzakwan Taufiq Nur Muhammad

Universitas Gadjah Mada

Inovasi di bidang teknologi dalam menangani COVID-

19 di Indonesia sangatlah penting. Hadirnya penyakit

menular tersebut menjadi tantangan baru bagi Indonesia

dan dunia. Tidak hanya tantangan di bidang kesehatan,

permasalahan ini juga akan menjadi tantangan pem-

bangunan dunia dalam mencapai tujuan ketiga di dalam

SDGs, yaitu health and well being yang mana di dalamnya

terdapat target pemusnahan penyakit menular pada tahun

2030 di seluruh dunia. Hadirnya COVID-19 baru-baru ini

menjadikan perlu adanya inovasi ekstra agar tujuan

penghapusan penyakit menular pada tahun 2030 benar-

benar dapat terealisasikan.

Penanganan penyakit menular seperti COVID-19 ini

tidak cukup hanya ditangani dengan penggunaan vaksin saja

(jika nanti telah ditemukan). Hal ini dikarenakan virus

seperti COVID-19 dapat berevolusi dan bermutasi sendiri

(Cui J dkk, 2020). Evolusi yang terjadi secara mutasi genetik

ini merupakan respons virus untuk beradaptasi dengan

lingkungan di sekitarnya (Supriyatna dkk, 2020). Oleh

2

karena itu, diperlukan pula inovasi di bidang preventif atau

pencegahan penyebaran virus, karena mencegah lebih baik

daripada mengobati.

Inovasi yang ditawarkan untuk memfasilitasi upaya

preventif penyebaran virus ini dapat dilakukan dengan

bantuan teknologi. Bidang teknologi yang berkembang pesat

pada era revolusi industri 4.0 ini dapat dimanfaatkan untuk

penanganan permasalahan di bidang kesehatan. Inovasi

tersebut adalah Sistem Informasi Geospasial Indonesia atau

yang dapat disebut dengan Indo-Geospasial.

Gagasan awal munculnya inovasi Indo-Geospasial

berasal dari berbagai keresahan penulis dengan kondisi

Indonesia saat ini. Mulai dari sulitnya akses memberikan

aspirasi kepada pemerintah, protokol kesehatan COVID-19

yang belum efisien, hingga persebaran hoax yang tidak

terbendung menjadi alasan mengapa inovasi Indo-

Geospasial ini perlu hadir di tengah-tengah masyarakat,

sehingga diharapkan ke depannya tidak hanya penyakit

menular saja yang musnah di Indonesia, tetapi juga hoax dan

oligarki yang seolah-olah telah membabi buta di negara ini.

Indo-Geospasial merupakan bentuk evolusi de-

mokrasi negara di era modernisasi. Disebut demikian,

karena Indo-Geospasial adalah suatu kesatuan sistem yang

mengintegrasikan kebijakan pemerintah, riset para peneliti,

hingga penduduk dalam pengambilan keputusan di negeri

ini. Selain itu, mengapa disebut dengan sebuah sistem yang

modern? Karena sistem ini terintegrasi di dalam suatu big

data yang dalam implementasinya menggunakan teknologi

internet, baik dalam publikasi informasi hingga akses data.

Dengan hadirnya bantuan internet, maka pengambilan

3

keputusan dapat cepat dan aktual. Berbagai keputusan dapat

diambil berdasarkan sistem ini, termasuk di dalamnya

pengambilan keputusan dalam penanganan COVID-19.

Wilayah Indonesia yang sangat luas ditambah dengan

karakteristik wilayahnya yang sangat beragam menjadikan

satu kebijakan terkadang akan berbeda dampaknya di

berbagai wilayah. Keputusan harus disesuaikan dengan

karakteristik wilayah agar tujuan dari keputusan tersebut

dapat terpenuhi. Latar belakang tersebutlah yang

menjadikan karakteristik wilayah perlu dijadikan determinan

dalam pengambilan keputusan. Data spasial dapat melihat

karakteristik wilayah Indonesia yang beragam berdasarkan

karakteristik geografisnya, mulai dari aspek Sumber Daya

Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM). Seluruh

komponen tersebut dapat dijadikan sebagai dasar analisis

dalam penentuan kebijakan berdasarkan berbagai

karakteristik wilayah. Hal inilah yang menjadi alasan

mengapa data spasial penting untuk dimasukkan ke dalam

pengambilan kebijakan.

Secara sederhana, Indo-Geospasial merupakan

Sistem Informasi Geografis (SIG) yang mengintegrasikan

data karakteristik wilayah, hasil riset atau penelitian,

kebijakan pemerintah, serta penduduk secara keruangan

atau spasial di seluruh Indoneisa. Integrasi data ini nantinya

akan bermanfaat sebagai dasar dalam pengambilan

keputusan pemerintah serta bagi seluruh rakyat Indonesia.

Diagram alir integrasi data didalam sistem Indo-Geospasial

dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut.

4

Gambar 1.1 Diagram alir integrasi data di dalam sistem

Indo-Geospasial

Dalam implementasinya, sistem Indo-Geospasial ini

terdiri dari empat elemen utama yang saling berintegrasi

satu sama lain. Keempat elemen tersebut ialah beri solusi,

pantau, kebijakan, dan edukasi. Secara sederhana, skema

keempat elemen terlihat pada Gambar 1.2 berikut.

Gambar 1.2 Skema keempat elemen di dalam

Indo-Geospasial

5

Elemen beri solusi merupakan kanal yang meng-

himpun berbagai publikasi riset atau penelitian dari para

peneliti yang telah terindeks oleh jurnal internasional

ataupun nasional yang dapat bermanfaat dalam penanganan

berbagai masalah di Indonesia, termasuk di dalamnya

COVID-19.

Masuknya elemen beri solusi pada sistem Indo-

Geospasial ini dilatarbelakangi oleh kondisi saat ini, di

mana banyaknya hasil penelitian ilmiah yang kemudian

hanya terpublikasi saja dan tidak sampai ke dalam tahap

tindakan atau aksi. Oleh karena itu, elemen ini bertujuan

untuk memberikan masukan secara terintegrasi kepada

pemerintah dalam pengambilan berbagai keputusan dengan

memasukkan determinan penelitian para ahli, sehingga

pemerintah dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan

COVID-19 tidak bekerja sendirian dalam penurunan risiko

COVID-19 di Indonesia, tetapi juga dibantu oleh seluruh

peneliti di Indonesia dalam tindakannya. Alur pelaksanaan

elemen ini dapat dilihat pada gambar 1.3 berikut.

Gambar 1.3 Alur pelaksanaan elemen beri solusi

6

Elemen lainnya adalah pantau. Elemen ini merupakan

elemen yang memantau mobilitas seluruh penduduk di

Indonesia. Pemantauan mobilitas ini didasarkan pada

transmisi virus yang menyebar dari manusia ke manusia

lainnya, sehingga menurut Huang, dkk (2020) mobilitas

penduduk merupakan faktor yang cukup kuat dalam

penyebaran COVID-19. Oleh karena itu, pemerintah perlu

memantau mobilitas penduduk dalam upaya penanganan

COVID-19.

Pantau dalam sistem Indo-Geospasial ini secara

teknis memantau pergerakan penduduk secara individual

dan aktual. Hal ini dilakukan untuk mendapat data

persebaran penduduk yang aktual dan juga detail. Oleh

karena itu, dalam pelaksanaan pemantauan dilakukan

berdasarkan aplikasi Indo-Geospasial yang wajib terpasang

di setiap ponsel penduduk dan terdaftar berdasarkan NIK.

Alasan mengapa dijadikannya ponsel sebagai media

pemantauan mobilitas penduduk adalah karena dewasa ini

ponsel merupakan barang yang pasti dibawa ke mana pun

oleh setiap penduduk. Sehingga dianggap dapat me-

representasikan mobilitas penduduk, baik itu yang berstatus

ODP, PDP, hingga positif COVID-19 di Indonesia. Penentuan

status didasarkan pada hasil tes SWAB yang dijalani oleh

penduduk pada berbagai fasilitas kesehatan yang ada. Secara

singkatnya, skema pemantauan mobilitas penduduk dalam

elemen pantau dijelaskan pada gambar 1.4 di bawah.

7

Gambar 1.4 Alur pelaksanaan elemen pantau

Output dari elemen pantau selain dari data mobilitas

penduduk yang nantinya dimanfaatkan oleh pemerintah,

juga memiliki output berupa alarm atau peringatan kepada

penduduk jika berada pada radius 8 meter dari ODP, PDP

dan positif COVID-19. Hal ini dilakukan untuk me-

maksimalkan upaya physical distancing agar upaya preventif

dapat efisien. Alasan mengapa radius 8 meter yang dipakai,

hal ini didasarkan pada pernyataan Bourouiba (2020) yang

menyatakan bahwasanya awan gas (droplets) yang terlontar

dari pernapasan seseorang dapat melayang hingga 27 kaki (8

meter). Hal ini secara tidak langsung menggambarkan

bahwa droplets yang membawa COVID-19 dapat tersebar

dari seseorang hingga jarak 8 meter dari dirinya, sehingga

physical distancing yang tepat untuk menekan persebaran

virus ialah dengan menjaga jarak sejauh 8 meter dari orang

yang berpotensi menularkan penyakit tersebut.

8

Dalam pelaksanaannya ke depan, mungkin elemen

pantau akan memiliki beberapa kendala. Salah satunya ialah

kendala permasalahan privasi masyarakat. Permasalahan

privasi ini bagi beberapa penduduk mungkin merupakan

permasalahan yang berat. Oleh karena itu, untuk menangani

permasalah tersebut, pemerintah perlu menanggapi secara

serius melalui pembentukan undang-undang terkait

keamanan data digital di Indonesia, agar penduduk yakin

akan keseriusan pemerintah dalam menjaga privasi setiap

individu.

Elemen ketiga ialah elemen kebijakan, yang mana pada

elemen ini pemerintah merupakan tokoh utama yang

memanfaatkan data mobilitas penduduk dan hasil riset para

peneliti di Indonesia, sehingga pemerintah dapat membuat

kebijakan berdasarkan riset dan karakteristik spasial daerah

di Indonesia. Salah satu manfaat yang dapat dilakukan

pemerintah melalui sistem ini ialah identifikasi kerentanan

COVID-19 secara spasial di Indonesia dalam bentuk peta.

Dengan bantuan peta kerentanan COVID-19, maka

pemerintah dapat dengan tepat dan akurat menentukan

persebaran fasilitas kesehatan untuk menangani penyakit

menular di Indonesia. Semakin rentan suatu daerah, maka

pemerintah perlu memperkuat fasilitas kesehatan di sana

agar penyebaran virus dapat terkontrol secara masif. Peta

kerentanan itu sendiri akan ditampilkan pada kanal pantau,

agar masyarakat dapat lebih berhati-hati dalam mobilitas.

Penentuan kerentanan penyakit menular secara spasial

ini membutuhkan data karakteristik geografis di seluruh

Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan data spasial

karakteristik wilayah ataupun kondisi geografis seluruh

9

Indonesia perlu dimasukkan ke dalam sistem ini. Sebagai

contoh, beberapa parameter geografis yang dimasukkan

dalam identifikasi kerentanan COVID-19 di Indonesia di

antaranya adalah persebaran penduduk, kepadatan pen-

duduk, rasio jenis kelamin dan rasio lansia.

Penentuan seluruh parameter ini didasarkan pada

perkembangan data di Indonesia saat ini, di mana kasus

positif COVID-19 banyak ditemukan di wilayah dengan

kepadatan penduduk yang tinggi dan lebih banyak

menyerang laki-laki daripada perempuan. Hal ini ke-

mungkinan besar didasarkan pada mobilitas laki-laki yang

cenderung lebih banyak daripada perempuan, karena alasan

pekerjaan dan lain sebagainya. Parameter lansia dimasukkan

karena penduduk lansia cenderung lebih berpotensi

mengalami kematian jika terkena COVID-19 dibandingkan

dengan penduduk usia muda. Tentunya parameter ini dapat

bergeser seiring dengan perkembangan COVID-19 di

Indonesia. Oleh karena itu, untuk mendapatkan analisis dan

identifikasi kerentanan yang aktual, maka sistem ini

menggunakan Big Data agar seluruh data dapat ter-

sinkronisasi antara satu dan lainnya secara aktual.

Elemen terakhir yang ada di dalam sistem Indo-

Geospasial ini adalah edukasi. Hadirnya elemen ini

didasarkan pada kondisi saat ini di mana terlalu banyak

hoaks yang berkeliaran di media sosial. Oleh karena itu,

sistem ini akan menjadi satu-satunya sumber terpercaya

pemerintah dalam menyampaikan berbagai informasi

kepada publik. Hal ini dianggap penting karena dewasa ini

pemerintah memiliki kualitas komunikasi publik yang

tergolong buruk. Dewasa ini, hal tersebut terlihat dari

10

pernyataan beberapa menteri ataupun kepala daerah yang

saling bertolak belakang dalam penanganan COVID-19,

sehingga menimbulkan kebingungan di tengah-tengah

masyarakat. Oleh karena itu, untuk meminimalisir kejadian

tersebut terulang, elemen edukasi ini dimunculkan agar

menjadi satu-satunya sumber terpercaya masyarakat dalam

memandang isu nasional ataupun lokal.

Elemen edukasi juga merupakan media di mana riset-

riset yang telah dikembangkan peneliti dan di evaluasi oleh

pemerintah. Diterbitkan baik berupa jurnal ataupun info-

grafis. Dengan kemudahan mengakses ilmu pengetahuan

tersebut, maka penduduk dapat teredukasi dan mempraktik-

kan berbagai

pengetahuan agar terhindar dari ancaman penyakit menular.

Hadirnya aplikasi dan sistem Indo-Geospasial ini

dapat menjadi langkah preventif untuk menghadapi potensi

hadirnya penyakit menular yang akan datang. Diharapkan ke

depannya Indonesia dapat lebih siap menangani ancaman

penyakit menular, dibandingkan dengan kasus COVID-19

saat ini. Hal ini tentu akan menjadikan cita-cita dunia untuk

menghapuskan penyakit menular pada tahun 2030 dapat

terwujud. Selain itu, sistem ini juga akan berlangsung secara

berkelanjutan, tidak hanya untuk penanganan penyakit

menular saja, tetapi juga menjadi media aspirasi rakyat dan

publikasi kebijakan pemerintah yang berintegritas.

11

12

13

“GA-LACOV19 (Gelang Pintar Pelacak

COVID-19)” Inovasi Sistem Terintegrasi

Berbasis RFID untuk Meningkatkan

Contact Tracing Performance Guna

Memutus Laju Penyebaran COVID-19

Balqis Intan Azzahra1 Irsandi Nur Habibie Mukmin2

Universitas Brawijaya

"Kewajiban pemerintah adalah melakukan pemeriksaan

spesimen secara masif, tracing atau penelusuran secara

agresif dan menyiapkan pelaksanakan isolasi ketat terhadap

kasus-kasus positif yang berpotensi jadi sumber penularan

bagi masyarakat luas."

– Achmad Yurianto –

Ibu pertiwi sedang berduka. Ibu pertiwi sedang tidak

baik-baik saja. Begitulah sepertinya kata-kata yang pantas

untuk menggambarkan keadaan Indonesia saat ini. Bagai-

mana tidak, wabah COVID-19 yang hingga saat ini telah

merenggut lebih dari ratusan nyawa tersebut seolah-olah

telah hidup bertetangga dengan masyarakat Indonesia.

Angka penderita positif COVID-19 semakin bertambah setiap

harinya, tanpa diiringi dengan hasil memuaskan dari

diadakannya PSBB oleh pemerintah. Berdasarkan data

terakhir tanggal 12 Juli 2020 dari Gugus Tugas Percepatan

14

Penanganan COVID-19 Nasional, jumlah penderita positif

COVID-19 mencapai 74.018 jiwa (Gugus Tugas Percepatan

Penanganan COVID-19 Nasional, 2020). Worldometers,

sebagai situs yang selalu memberikan informasi terbaru

terkait perkembangan kasus virus corona di berbagai negara,

memberikan data bahwa total kasus COVID-19 pada tanggal

12 Juli 2020 sebanyak 12.864.137 di seluruh dunia, dengan

total kematian mencapai 568.055 dan total penderita yang

sembuh sebanyak 7.497.130 (Worldometers, 2020).

Tentunya, timbul pertanyaan di benak semua orang, sampai

kapan hal ini akan berlanjut? Berapa banyak lagi yang harus

meninggal karena terjangkit COVID-19?

Dalam menanggulangi pandemi COVID-19, tentu saja

peran pemerintah sangatlah penting. Upaya yang dilakukan

pemerintah ini di antaranya yaitu melakukan tracing riwayat

perjalanan pasien. Tracing perjalanan pasien dilakukan

untuk mengetahui wilayah mana saja yang telah dikunjungi

oleh pasien selama 14 hari terakhir agar dapat lebih mudah

diketahui siapa saja yang telah melakukan kontak langsung

dengan pasien. Menurut informasi resmi Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO), tracing dapat dilakukan dengan

cara lain yaitu melakukan identifikasi aktivitas pasien dan

melakukan pemeriksaan berkala terhadap kontak-kontak

lainnya (Tim, 2020).

Selain melakukan tracing secara langsung, saat ini

pemerintah juga mengembangkan tracing digital. Salah

satunya yaitu Kemkominfo meluncurkan aplikasi Peduli

Lindungi. Aplikasi yang berbasis bluetooth dan GPS ini ber-

fungsi untuk merekam informasi tracing mengenai per-

gerakan orang terpapar COVID-19 dan sudah tersedia untuk

15

pengguna IOS atau ponsel Iphone lansiran Apple. Ketika ada

perangkat lain dalam radius bluetooth yang juga terdaftar

pada aplikasi Peduli Lindungi, maka akan terjadi pertukaran

ID anonim yang akan direkam oleh ponsel masing-masing

(Iskandar, 2020).

Bagai dua buah sisi mata uang, tracing menggunakan

aplikasi berbasis GPS atau bluetooth seperti Peduli Lindungi

memiliki berbagai macam kelemahan, hal ini disampaikan

oleh Pratama Persadha selaku Peneliti Keamanan Siber

Communication Information System Security Research Center

(CISSReC). Ia mengatakan bahwa aplikasi ini kurang dari sisi

jumlah pemakaiannya, karena tidak semua masyarakat

memasang aplikasi ini pada ponsel pintar mereka lantaran

untuk pemasangannya bukan sebuah peraturan, tetapi hanya

berupa anjuran dari pemerintah saja (Fahmi Ahmad Burhan,

2020).

Hal paling sederhana yang harus diperhatikan adalah

keefektifan dari penggunaan aplikasi tracing juga sangat

bergantung dengan partisipasi dari warga masyarakat luas.

Semakin banyak orang yang menggunakan, maka aplikasi ini

akan semakin efektif. Cara ini tentunya tidaklah efektif

apabila diterapkan pada masyarakat desa yang notabene

mayoritas dari mereka tidak memiliki ponsel pintar. Padahal,

berdasarkan data dari BPS tahun 2018, Indonesia memiliki

jumlah desa sebanyak 83.931 wilayah. Tidak menutup

kemungkinan bahwa masyarakat desa juga memiliki peluang

terkena COVID-19 (BPS, 2018). Dengan demikian, diperlukan

metode yang sesuai untuk diterapkan secara menyeluruh

bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.

16

Ga-LaCOV19 (Gelang Pintar Pelacak COVID-19) adalah

sebuah konsep baru dalam melakukan contact tracing

(pelacakan kontak) COVID-19 dengan memanfaatkan

teknologi RFID (Radio Frequency Identification). Dengan

memanfaatkan keunggulan teknologi RFID yang dapat

melakukan identifikasi secara cepat dan masif serta dapat

digunakan oleh seluruh elemen masyarakat tanpa tekecuali.

Oleh karena itu, hal ini dinilai efektif untuk diterapkan

sebagai metode untuk melakukan contact tracing (pelacakan

kontak) COVID-19.

Radio Frequency Identification atau lazimnya disingkat

RFID merupakan teknologi yang dapat melakukan

identifikasi pada suatu objek dalam jarak tertentu dengan

memanfaatkan pancaran gelombang frekuensi radio. Pada

sistem kerjanya, terdapat tiga komponen penting penyusun

RFID, yaitu RFID reader (transceiver), antena dan RFID tag

(transponder). RFID tag (transponder) terdiri dari sebuah

chip dan antena di dalamnya. RFID tag di klasifikasi menjadi

dua macam yaitu passive tag (tidak memiliki sumber tenaga

di dalamnya) dan active tag (memiliki sumber tenaga berupa

baterai). Antena berperan untuk memancarkan dan me-

nerima gelombang radio dari dan ke RFID reader. Selanjut-

nya, komponen terakhir adalah RFID reader, merupakan

komponen statis yang bertanggung jawab untuk men-

transmisikan gelombang elektromagnetik dengan antena

menuju transponder (tag) melalui gelombang sinyal radio

(Riordan, et al., 2015).

RFID menggunakan frekuensi radio (RF) untuk

mentransmisikan informasi dari RFID tag menuju reader

sehingga RFID reader dapat beroperasi di berbagai macam

17

kondisi. RFID reader akan mengirimkan gelombang

elektromagnetik melalui antena menuju RFID tag, kemudian

antena pada tag akan menerima sinyal, apabila tag tersebut

merupakan tag pasif, tag akan menyerap energi pada sinyal

sebagai sumber tenaga sirkuit chip untuk memodulasi

gelombang dan mengirimnya kembali menuju reader yang

akan merubah gelombang menjadi informasi digital (Binus

University, n.d.)

Teknologi RFID yang diterapkan pada konsep ini

memiliki spesifikasi yang mumpuni, bekerja pada frekuensi

UHF (Ultra High Frequency) dengan jarak baca mencapai 25

meter dan HF (High Frequency) dengan jarak baca 30

sentimeter. RFID tag di desain menyerupai gelang yang

kemudian penulis sebut Ga-LaCOV19 (Gelang Pintar Pelacak

COVID-19), penggunaan gelang dalam konsep ini

merupakan sebuah ciri khas dan juga menjadi keunggulan

tersendiri. Dipilihnya gelang, bertujuan untuk mengurangi

risiko hilang serta penggunannya yang mudah untuk dibawa

ke mana saja ditambah dengan fitur pengatur ukuran

menambah nilai ergonomis. Material penyusun gelang

tersebut adalah karet silikon. Hal ini untuk menjamin

kenyamanan pengguna dan keamanan chip ketika digunakan

karena memiliki sifat yang ringan, tidak keras dan kedap air

(Shit & Shah, 2013).

18

Gambar 1. Desain Ga-LaCOV19 (Sumber : Penulis)

RFID reader beserta antena akan diletakkan di

berberapa titik dengan mobilitas orang yang tinggi dan

memiliki potensi terjadinya penularan virus. RFID reader

pada sistem ini menggunakan dua jenis reader berdasarkan

frekuensi yang digunakan. Pertama, RFID reader ultra high

frequency (UHF) dengan kemampuan baca mencapai 25

meter akan diletakkan pada zona yang memiliki wilayah

relatif lebih luas. Kedua, RFID reader high frequency (HF)

dengan jarak kemampuan baca mecapai 30 sentimeter akan

dipasang di pintu masuk zona. Keduanya memiliki fungsi

dan tugas yang berbeda, reader HF yang terpasang pada

akses masuk zona berguna untuk melakukan pengecekan

terhadap pengguna untuk memastikan pengguna tidak

terindikasi pernah melakukan kontak dengan pasien

19

COVID-19 dengan mengacu informasi pada basis data yang

direkam oleh reader UHF.

Reader UHF dengan kemampuan baca dengan jarak

yang lebih jauh berfungsi untuk melakukan pembacaan

informasi pada Ga-LaCOV19 secara masif kemudian

informasi tersebut akan diolah oleh software menjadi data

primer berupa waktu dan jarak antar pengguna.

Gambar 2. Skema tata letak RFID reader

(Sumber : Penulis)

Setiap masyarakat yang akan bepergian dan memasuki

zona dengan mobilitas tinggi yang telah ditentukan wajib

untuk menggunakan Ga-LaCOV19 yang bisa didapatkan di

gerai-gerai yang telah disediakan dengan syarat harus

melakukan registrasi data diri berupa nama, alamat dan

kontak yang bisa dihubungi. Data pengguna akan tersimpan

ke dalam basis data dan terenkripsi sehingga data pengguna

terjamin keamanannya.

Di pintu masuk, pengguna perlu melakukan pe-

mindaian Ga-LaCOV19 dengan RFID reader HF yang di-

sediakan di pintu masuk. Apabila RFID reader memberikan

20

sinyal untuk izin masuk, maka pengguna dipersilahkan

untuk memasuki zona. Namun, apabila RFID reader

memberikan sinyal dilarang masuk, artinya pengguna

memiliki indikasi pernah melakukan kontak dengan pasien

COVID-19 dan perlu melakukan isolasi dan pengujian untuk

memastikan apakah pengguna terpapar virus atau tidak.

Petugas di tempat akan membantu dalam menindaklanjuti

hal tersebut.

Gambar 3. Alur Pengguna Ga-LaCOV19

(Sumber : Penulis)

Di dalam zona, RFID reader UHF secara otomatis akan

melakukan identifikasi pada Ga-LaCOV19 pengguna secara

periodik, sehingga representasi data yang direkam sesuai

dengan mobilitas pengguna pada keadaaan aslinya. RFID

reader melakukan identifikasi ID number yang terdapat

dalam Ga-LaCOV19, kemudian akan diolah oleh software

menjadi data primer berupa waktu dan jarak antar peng-

guna. Apabila ternyata dalam perjalanannya pengguna

terindikasi pernah melakukan kontak dengan pasien

21

COVID-19, maka petugas akan menghubungi atau

mendatangi alamat pengguna untuk dapat dilakukan tindak

lanjut.

Untuk mewujudkan gagasan ini diperlukan dukungan

dari berbagai pihak, di antaranya Gugus Tugas Percepatan

Penanganan COVID-19, Kemenkes, BPPT, Tim Cyber POLRI,

Kemkominfo dan pihak non pemerintah dengan tugas dan

wewenang sebagai berikut :

Tabel 1. Tugas dan wewenang pihak-pihak terkait

(Sumber : Penulis)

No Lembaga Tugas dan Wewenang

1 Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19

Melakukan tindakan terhadap penanganan serta penyampaian

informasi COVID-19

2 Kementerian Kesehatan

(Kemenkes)

Melakukan koordinasi dengan layanan kesehatan dan

laboratorium dalam pengecekan COVID-19

3 Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi (BPPT)

Melakukan pengkajian serta pengembangan konsep

4 Tim Cyber POLRI Menjamin keamanan transmisi serta pengelolaan data dan

pemberdayaan masyarakat di lapangan.

5 Kementerian Komunikasi dan

Informasi (Kemkominfo)

Melakukan kampanye melalui berbagai media untuk menarik masyarakat untuk ikut andil.

22

6 Lembaga non pemerintah

Mendukung penuh terlaksananya konsep ini.

Konsep yang dirancang membutuhkan strategi-strategi

khusus agar konsep dapat bekerja maksimal dan tujuan

dapat tercapai. Langkah-langkah khusus yang perlu

dilakukan dalam pengimplementasian konsep dijabarkan

pada gambar dibawah.

Gambar 4. Strategi pengimplementasian konsep

(Sumber : Penulis)

Wabah COVID-19 tak ubahnya sebagai sebuah

momentum bagi wajah baru perkembangan inovasi

teknologi di Indonesia. Hal ini mendorong timbulnya

gagasan-gagasan baru yang kreatif dan inovatif dalam

bentuk teknologi mutakhir untuk memerangi COVID-19

seperti Ga-LaCOV19. Pengembangan teknologi RFID yang

terintegrasi menjadi sebuah terobosan baru dalam

menciptakan sistem tracing kontak pasien. Sistem tracing ini

dinilai efektif dan cepat dalam melakukan pelacakan pasien

dan yang terpenting dapat diterapkan untuk semua

kalangan. Tentunya, perlu adanya kolaborasi yang baik antar

lembaga pemerintah dan non pemerintah, serta dukungan

23

penuh dari masyarakat untuk menciptakan Ga-LaCOV19

berbasis teknologi RFID ini, dengan begitu tidak ada yang

tidak mungkin untuk mewujudkan Indonesia bebas COVID-

19. Bersama kita bisa!

24

25

Inovasi Aplikasi Go-PusLing

(Puskesmas Keliling) sebagai Layanan

Kesehatan pada Era New Normal

Brenda Venitta Lantu1 Adinda Ayu Lestari2

Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Saat ini dunia tengah dilanda oleh suatu virus

mematikan yang kini telah menjadi permasalahan di seluruh

dunia yaitu Coronavirus. Berdasarkan World Health

Organization (WHO), coronavirus adalah keluarga besar

virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau

manusia. Pada manusia, diketahui menyebabkan infeksi

pernapasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih

parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus corona

yang paling baru ditemukan yaitu Coronavirus Disease

(COVID-19). COVID-19 adalah penyakit menular yang baru

ditemukan di Kota Wuhan, Cina pada Desember 2019 hingga

sekarang telah menjadi pandemi yang menyerang banyak

negara secara global (World Health Organization, 2020).

Kasus COVID-19 di Indonesia terus mengalami

peningkatan yang signifikan. Data terakhir yang didapatkan

dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada

tanggal 7 Juli 2020, pasien positif COVID-19 sebanyak 66.226

orang dengan pasien sembuh 30.785 orang dan meninggal

3.309 jiwa (Kementerian Kesehatan, 2020c).

26

Semakin meningkatnya jumlah kasus positif membuat

pengunjung rumah sakit terus melonjak. Tidak hanya

pengunjung dari pasien positif COVID-19, tetapi juga

pengunjung yang menderita penyakit selain COVID-19. Hal

ini tentu dapat menjadikan rumah sakit sebagai titik baru

penularan COVID-19, karena virus dapat menyebar secara

langsung dari batuk atau napas orang yang terinfeksi. Selain

itu, juga dapat menyebar secara tidak langsung melalui

benda yang terkontak dengan orang terinfeksi. Dengan

adanya permasalahan yang meresahkan masyarakat ter-

utama ketika ingin ke rumah sakit, pemerintah telah

mengimbau agar rumah sakit menunda pelayanan efektif,

dengan tetap memberikan pelayanan yang bersifat gawat

darurat dan membutuhkan perawatan segera untuk

penyakit-penyakit selain COVID-19 (Kementerian Ke-

sehatan, 2020). Banyaknya berita serta informasi peningka-

tan jumlah pengunjung di rumah sakit dan tenaga medis

kewalahan dalam menangani pasien, menimbulkan ke-

cemasan pada masyarakat ketika akan beranjak ke rumah

sakit, adanya rasa takut dan was-was tertular virus. Sehingga

Pemerintah Indonesia terus melakukan upaya dalam

pencegahan serta penanganan COVID-19 secara maksimal.

Dalam meningkatkan upaya tersebut, pemerintah

telah meminta seluruh rumah sakit agar melaksanakan

protokol kesehatan seperti melakukan edukasi dengan me-

masang banner atau poster, tetap menjaga jarak, menempat-

kan hand sanitizer di beberapa titik, menyediakan fasilitas

cuci tangan dan tetap menggunakan masker. Sedangkan

untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses pelaya-

nan kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

27

telah meluncurkan aplikasi yang dapat membantu

masyarakat dalam memeriksakan diri tanpa perlu datang

secara langsung ke rumah sakit. Aplikasi tersebut yaitu

TEMENIN (Telemedicine Indonesia) dan SehatPedia. Kedua

aplikasi ini merupakan penyedia layanan konsultasi

kesehatan secara virtual yang dapat diakses di mana saja,

kapan saja dan oleh siapa saja. Kementerian Kesehatan telah

bekerja sama dengan beberapa mitra seperti gojek, halodoc,

grab dan juga good doctor dalam pengaplikasiannya (Ke-

menterian Kesehatan, 2020a). Berikut merupakan tampilan

dari aplikasi TEMENIN dan SehatPedia.

Gambar 0.1. Aplikasi TEMENIN

(Sumber : https://temenin.kemkes.go.id/)

28

Gambar 0.2. Aplikasi SehatPedia

(Sumber: Google Play Store)

Adanya aplikasi TEMENIN dan SehatPedia tersebut,

pemerintah berusaha untuk menawarkan layanan dengan

lebih berfokus membantu konsultasi pasien dengan beragam

keluhan. Selain dapat melakukan konsultasi dengan dokter

secara virtual, pengguna juga akan mendapatkan laporan

medis secara akurat dan rekomendasi rujukan. Namun,

apabila ditelaah lebih lanjut kedua aplikasi tersebut masih

belum memiliki fitur puskesmas yang dapat menjangkau

masyarakat secara langsung, karena itulah kami selaku

penulis ingin mengembangkan lebih lengkap lagi terkait

aplikasi. Mengapa berfokus pada aplikasi? Karena saat ini

Indonesia sudah semakin maju dengan segala teknologi

29

penunjangnya, termasuk penggunaan ponsel. Tidak bisa

dipungkiri bahwa ponsel tidak terlepas dari genggaman

tangan masyarakat, mulai dari usia muda hingga lanjut usia.

Maka dari itu pengembangan inovasi digital ini dirasa

dapat lebih efektif, sehingga kami selaku penulis ingin

menyampaikan gagasan inovasi yaitu Aplikasi Go-PusLing.

Aplikasi ini merupakan media layanan kesehatan bagi

masyarakat penderita COVID-19 maupun bukan. Pengguna

dapat menggunakan beberapa fitur yang terdapat dalam

aplikasi dan mendapatkan fasilitas puskesmas keliling,

sehingga masyarakat dapat meminimalisir pergi ke rumah

sakit

Perkembangan teknologi informasi di Indonesia terus

mengalami peningkatan pesat. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor mulai dari pertambahan jumlah penduduk,

perluasan area cakupan internet, serta munculnya berbagai

macam ponsel pintar yang diikuti oleh berbagai macam

layanan sosial media serta ecommerce. Itulah sebabnya

pengembangan dalam bidang digital telah menjadi sorotan

masyarakat dan pemerintah. Berdasarkan hal tersebut, maka

kami menawarkan inovasi aplikasi Go-PusLing (Puskesmas

Keliling) dengan berbagai fitur pilihan untuk pengguna.

Fitur yang menjadi pusat dari aplikasi ini tentunya dengan

adanya puskesmas keliling. Aplikasi ini merupakan media

layanan kesehatan bagi masyarakat yang diharapkan dapat

mempermudah dalam memantau kesehatan. Pengguna

dapat menggunakan beberapa fitur yang terdapat dalam

aplikasi, yang berupa:

30

a. Cek kondisi kesehatan

Pada fitur ini pengguna umum atau penderita COVID-19

dapat memeriksakan keadaan tubuhnya dengan men-

jawab berbagai pertanyaan terkait kesehatan yang

dialami. Gambar tampilan terlampir.

b. Konsultasi

Pada fitur ini pengguna dapat melakukan konsultasi

dengan dokter via chat atau calling. Gambar tampilan

terlampir.

c. Question and Answer

Pada fitur ini akan ditampilkan pertanyaan dan jawaban

terkait dengan kesehatan. Gambar tampilan terlampir.

d. Peta PusLing

Pada fitur ini pengguna dapat melihat serta memantau

lokasi dari puskesmas yang keliling. Sehingga dapat

memudahkan pengguna ketika ingin memeriksakan diri.

Gambar tampilan terlampir.

e. Bantuan

Pada fitur ini berisikan bantuan dan tata cara penggunaan

aplikasi termasuk cara konsultasi dengan dokter, cara

pembayaran virtual dan pengajuan batuan lainnya yang

terkait. Gambar tampilan terlampir.

f. Rekam Medis

Pada fitur ini akan tercatat riwayat pemeriksaan dari

pengguna termasuk rujukan dan obat yang harus

dikonsumsi serta waktu untuk periksa di puskesmas

keliling. Gambar tampilan terlampir.

g. Informasi Penting

Pada fitur ini akan menyajikan artikel terkait kesehatan

serta video edukasi dan olahraga.

31

Aplikasi ini juga akan terhubung dengan pihak medis

dari rumah sakit, yang nantinya akan ada puskesmas keliling

yang memberikan fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan

sehingga masyarakat dapat meminimalisir pergi ke rumah

sakit dan memutuskan rantai penyebaran COVID-19. Pada

aplikasi Go-PusLing juga terdapat rute perjalanan dari

puskesmas, sehingga pengguna dapat memantau titik lokasi

puskesmas, serta dari pihak medis juga dapat memantau

pasien yang harus ditangani secara langsung. Pihak medis

akan menghampiri ke rumah pasien dan memeriksanya. Ini

akan diutamakan untuk pasien lanjut usia dan juga pasien

positif COVID-19, sehingga pasien tidak perlu keluar rumah.

Go-PusLing sangat berfokus pada pelayanan pasien COVID-

19 dengan alur sistem sebagai berikut :

32

Gambar 0.3. Alur Sistem Pelayanan

33

Pada sistem Go-PusLing, dimulai dengan melakukan

pengecekan pada kondisi kesehatan tiap-tiap pengguna. Hal

ini penting dilakukan agar pengguna dapat mengetahui dan

mempelajari kondisinya saat ini. Apabila pengguna ingin

bertanya langsung dengan ahli medis, maka pengguna dapat

memanfaatkan fitur konsultasi. Setelah berkonsultasi via

chat atau calling, apabila dokter menyarankan untuk me-

lakukan tahapan selanjutnya yaitu pemeriksaan kesehatan

secara langsung, maka pengguna dapat melakukan pem-

bayaran secara virtual terlebih dahulu baru setelahnya sistem

akan memberikan pesan pada aplikasi berisikan e-rujukan

dari dokter untuk ke puskesmas keliling. Mengapa pem-

bayaran virtual? Pembayaran virtual dilakukan agar masya-

rakat meminimalisir paparan COVID-19 yang tersebar dari

berbagai media secara kontak fisik, khususnya uang. Maka

dari itu Go-PusLing juga bekerja sama dengan beberapa

mitra seperti aplikasi ovo, dana, dan m-banking. Namun,

apabila pengguna tidak disarankan maka pengguna tetap

dapat mengetahui berbagai informasi penting lainnya secara

gratis, seperti informasi mengenai tata cara hidup pada era

new normal, area-area yang sudah terpapar COVID-19, serta

berbagai informasi penting lainnya. Setiap informasi terkait

kesehatan pengguna yang diinputkan ke dalam sistem akan

muncul pada riwayat medis. Hal ini dapat membantu

konsultasi dan penanganan dokter selanjutnya.

PusLing (Puskesmas Keliling) dapat membantu semua

jaringan masyarakat dengan berbagai aspek ekonomi.

PusLing berupa puskesmas dalam sebuah bus mini yang

lengkap dengan fasilitas kesehatan dan dokter serta perawat.

Tidak hanya satu, pengembangan PusLing ini bisa menjadi 5

34

sampai 10 yang akan berjalan sesuai rute secara bergantian.

Hal ini bertujuan agar dapat menjangkau masyarakat kapan

saja dan di mana saja. Jadi, di kemudian hari semua orang

tidak perlu takut untuk mengetahui kondisi kesehatannya

secara up to date serta untuk bertanya pada dokter.

Puskesmas atau rumah sakit yang juga terkadang sulit untuk

dikunjungi juga bukan menjadi masalah lagi, karena dengan

bantuan puskesmas keliling masyarakat dapat mengambil

obat serta melakukan pengecekan kesehatan secara lang-

sung. Pada kondisi pandemi seperti saat ini, masyarakat

tidak perlu pergi ke rumah sakit yang dapat menjadi titik

baru penularan COVID-19. PusLing juga akan membagikan

masker kain secara gratis serta hand sanitizer untuk semua

orang di sekitar lokasi PusLing. PusLing akan bekerja sama

dengan industri kain perca dan industri kimia dalam

pembuatannya.

Berdasarkan permasalahan yang saat ini tengah

meresahkan masyarakat Indonesia, yaitu kekhawatiran

untuk pergi keluar rumah terutama untuk ke rumah sakit.

Maka kami menawarkan sebuah gagasan inovasi yaitu

aplikasi Go-PusLing. Aplikasi ini merupakan penyedia

layanan kesehatan bagi masyarakat pada era new normal,

dengan fitur canggih dan lengkap serta adanya puskesmas

keliling. Masyarakat dapat memanfaatkan layanan tersebut

agar tidak perlu pergi ke rumah sakit yang dapat menjadi

titik baru penularan COVID-19. Pada puskesmas keliling

akan melayani pemeriksaan dengan dokter secara langsung,

tapi tetap mematuhi protokol kesehatan serta dapat

menebus obat tanpa harus pergi ke apotek. Go-PusLing akan

bekerja sama dengan pemerintah dan juga rumah sakit

35

untuk memberikan fasilitas kesehatan. Selain itu, Go-

PusLing juga akan bekerja sama dengan beberapa industri

dalam rangka membagikan masker gratis serta hand

sanitizer. Dengan adanya aplikasi ini, diharapkan masyarakat

siap untuk menjalani tatanan kehidupan baru yaitu new

normal dan masyarakat pun tidak perlu khawatir atau

menunda untuk memeriksakan diri ke puskesmas.

36

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tampilan aplikasi Go-PusLing

37

Lampiran 2. Tampilan halaman utama Go-PusLing

38

Lampiran 3. Tampilan menu cek kondisi kesehatan

Go-PusLing

39

Lampiran 4. Tampilan menu konsultasi Go-PusLing

40

Lampiran 5. Tampilan menu question and answer

Go-PusLing

41

Lampiran 6. Tampilan menu peta pusling Go-PusLing

42

Lampiran 7. Tampilan menu bantuan Go-PusLing

43

Lampiran 8. Tampilan menu rekam medis Go-PusLing

44

Lampiran 9. Tampilan menu informasi penting Go-PusLing

45

PARTNER: Aplikasi Berbasis

Smartphone

untuk Contact-Tracing dan Edukasi

dalam Mendukung Surabaya Lawan

Covid-19 selama New Normal

Ilham Rahmanto1 Winda Aenah2

Universitas Airlangga

“Tantangan yang kita hadapi tidaklah mudah. Tahun ini atau

bahkan tahun depan, situasi yang sulit masih akan kita

hadapi, situasi yang memerlukan daya juang kita sebagai

bangsa, yang memerlukan kerja keras, agar kita mampu

melewati masa sulit itu (Pandemi COVID-19).”

— Joko Widodo —

Jumlah yang besar tidak lagi menjadi patokan

kemajuan suatu bangsa. Justru jumlah acapkali menjadi

kelemahan fatal apabila kualitasnya tidak mendukung.

Begitu pula Indonesia, negara dengan jumlah penduduk

terbesar keempat di dunia, merupakan suatu kebanggaan

yang malah menjadi bumerang. Menang jumlah tidak akan

ada artinya selama tidak ada daya juang menjadi satu

kesatuan. Sesuai dengan kalimat di atas yang merupakan

sepenggal transkrip pidato Presiden Joko Widodo pada

peringatan Hari Lahir Pancasila tanggal 1 Juni 2020. Melalui

46

pidatonya, beliau menyampaikan bahwa Indonesia masih

bahu-membahu menjadi pemenang dalam pengendalian

virus SARS-CoV-2 atau yang lebih dikenal dengan COVID-19,

mengingat banyaknya daerah yang sudah menginjak status

zona merah bahkan hitam, salah satunya Surabaya.

Sejak awal tahun 2020, masyarakat dunia diguncang-

kan dengan kemunculan tamu tak diundang, yakni virus

COVID-19 atau Coronavirus (Velavan dan Meyer, 2020). Di

negara kita sendiri, hal ini menjadi topik yang ramai

diperbincangkan, khususnya Kota Surabaya yang sedang

disoroti media karena menjadi wajah baru COVID-19 di Jawa

Timur. Menurut laman m.cnnindonesia.com pada tanggal 28

Mei 2020, Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan

Penanganan COVID-19 di Jawa Timur, dr. Joni Wahyudi,

menyebutkan bahwa Surabaya diprediksi akan seperti

Wuhan, Cina, tempat virus ini diduga muncul. Bukan hal

mustahil lagi apabila Surabaya menempati posisi pertama

dengan jumlah pasien positif terbanyak di Jawa Timur.

Bahkan, peningkatan tertinggi terjadi pada 30 Juni 2020

sebanyak 210 orang positif COVID-19 (Jatim Tanggap

COVID-19, 2020). Ini bukan suatu pencapaian besar yang

baik, melainkan sebuah pencapaian buruk bagi Surabaya.

Berdasarkan laporan lenteratoday.com pada tanggal 20 April

lalu, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini menuturkan

bahwa angka yang terus berfluktuasi tersebut salah satunya

disebabkan karena lemahnya pelacakan atau tracing pada

orang yang diduga positif COVID-19.

Dalam upaya menekan angka penyebaran COVID-19,

Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Kesehatan

Surabaya menggunakan metode contact-tracing (pelacakan)

47

dengan cara melacak lokasi-lokasi yang pernah dikunjungi

pasien COVID-19 sejak 14 hari sebelum dinyatakan positif.

Bahkan Pemkot Surabaya sudah memperdalam penelusuran-

nya hingga ke lingkup yang lebih kecil, yakni komunitas

seperti pasar, industri, pusat perbelanjaan (mall), hotel dan

sebagainya. Menurut publikasi dari Gunther et al. (2020),

tujuan dari tracing ini untuk mengetahui orang-orang yang

diduga sebagai pembawa setelah berkontak langsung dengan

orang yang dinyatakan positif, sehingga dapat memutus

rantai penyebaran virus. Jika satu orang dalam suatu

komunitas terkonfirmasi positif, maka seluruh orang dalam

komunitas tersebut akan diisolasi untuk pemeriksaan lebih

lanjut. Sayangnya, kelemahan metode ini terletak pada

pelacakannya yang dinilai kurang efektif dan efisien.

Pasalnya, selama 14 hari sebelum seseorang dinyatakan

positif, banyak sekali tempat yang ia kunjungi dan orang

yang ditemui. Menurut Sekretaris Direktorat Jenderal

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Achmad

Yurianto, dalam konferensi pers di kantor presiden, adanya

faktor manusiawi seperti lupa, akan mempertegas ke-

lemahan ini. Bahkan selama 14 hari tersebut, terhitung

sekitar ratusan orang yang berlalu-lalang di suatu komunitas

kecil seperti pasar (Republika, 2020).

Menilik dari kelemahan tersebut, penulis memiliki

inovasi yang dituangkan dalam esai dengan judul “Partner:

Aplikasi Berbasis Smartphone untuk Contact-Tracing dan

Edukasi dalam Mendukung Surabaya Lawan COVID-19 di

Masa New Normal.” Esai ini bertujuan untuk mengetahui

potensi aplikasi Partner dalam menjawab permasalahan Kota

Surabaya dan membantu program Pemerintah Kota

48

Surabaya sebagai metode pelacakan atau contact-tracing

pasien yang diduga terindikasi COVID-19 menggunakan

bluetooth dan Global Positioning System (GPS) serta

pengedukasian kepada masyarakat melalui fitur-fitur yang

tersedia. Selain itu, aplikasi ini dapat digunakan sebagai

pendamping kesehatan masyarakat selama masa new normal.

A. Konsep Gagasan

Partner merupakan aplikasi berbasis smartphone

untuk contact-tracing dan edukasi dalam mendukung

Surabaya Lawan COVID-19 di masa new normal. Aplikasi

ini berisi fitur-fitur penunjang kesehatan serta menjadi

sarana contact-tracing bagi pemerintah dengan tujuan

sebagai partner atau pendamping kesehatan masyarakat

Surabaya dalam beraktivitas selama masa new normal.

Adapun logo aplikasi ini ditunjukkan pada gambar 1,

sedangkan tampilan dari fitur dapat dilihat di lampiran 1.

Dengan adanya aplikasi Partner dalam metode tracing

COVID-19, Pemerintah Kota Surabaya dapat mengen-

dalikan laju penyebaran virus, sehingga diharapkan

pandemi ini cepat berlalu.

Gambar 1. Logo Aplikasi Partner

49

Layanan atau fitur yang terdapat dalam aplikasi Partner

antara lain:

1. Start to Go (Siap untuk Pergi)

Fitur ini diaktifkan ketika pengguna akan

meninggalkan rumah untuk beraktivitas. Aplikasi akan

memberi notifikasi bagi pengguna mengenai protokol

kesehatan keluar rumah seperti menggunakan masker,

jaga jarak dan etika batuk. Setelah pasien mengerti,

bluetooth dan GPS akan otomatis menyala untuk

mengaktifkan mode tracing. Aplikasi akan memberi

notifikasi apabila pengguna memasuki daerah rawan

COVID-19 melalui peta yang terintegrasi dengan laman

lawancovid-19.surabaya.go.id.

2. Daily Excercise (Latihan atau Olahraga Harian)

Pandemi COVID-19 tidak hanya menyerang

sektor kesehatan dan ekonomi, tetapi juga olahraga.

Pandemi COVID-19 telah mengubah pola hidup

masyarakat yang biasa rutin berolahraga menjadi tidak

rutin bahkan jarang dilakukan (Susanto, 2020). Para

ahli kesehatan dan pemerintah mengimbau masyara-

kat untuk tetap di rumah selama pandemi dengan

rutin berolahraga agar kesehatan jiwa dan mental tetap

terjaga. Maka dari itu, Partner dilengkapi fitur Daily

Excercise yang akan memudahkan masyarakat

berolahraga di rumah. Fitur ini terdiri dari pola latihan

tanpa alat beserta gerakan panduannya yang terbagi

menjadi tiga tahapan yakni: pemula, menengah, dan

lanjutan dengan intensitas yang berbeda-beda. Setiap

modul latihan berisi gerakan pemanasan, inti dan

pendinginan. Pola latihan di desain berdasarkan body

50

mass index (BMI) pengguna sehingga didapatkan jenis

latihan yang tepat. Hal ini sesuai dengan publikasi

yang menyatakan bahwa aplikasi olahraga yang baik

adalah yang mengerti penggunanya dengan me-

nyesuaikan pola latihan yang tepat bagi pengguna

(Rao, 2014).

3. My Doctor dan Daily Check-Up (Konsultasi Dokter dan

Pemeriksaan Harian)

Di masa seperti ini, kesehatan telah menjadi

prioritas utama. Namun, masyarakat kini justru was-

was apabila pergi ke fasilitas kesehatan karena takut

tertular virus. Belum lagi terdapat beberapa kendala

seperti jadwal dokter yang hanya bisa dilakukan pada

waktu-waktu tertentu, pemanggilan dokter ke rumah

yang belum tentu dapat terlaksana dengan baik, biaya

yang terbilang mahal dan kesibukan dokter yang

bersangkutan sehingga membuat masyarakat mengu-

rungkan niatnya untuk berobat (Santoso, 2011).

Berangkat dari permasalahan ini, fitur My Doctor

menjadikan pengguna dapat mengevaluasi kesehatan

hariannya melalui Daily Check-Up yang berisi

kuisioner dan berkonsultasi dengan dokter secara

daring menggunakan chatting. Keluhan pasien akan

disesuaikan dengan bidang keahlian khusus dokter.

Fitur ini juga menyajikan kontak dan lokasi apotek

maupun fasilitas kesehatan terdekat yang terintegrasi

dengan lokasi pengguna menggunakan GPS.

4. Health Articles (Artikel Kesehatan)

Informasi merupakan kunci utama pengendalian

COVID-19. Dengan adanya informasi dan edukasi yang

51

tepat, masyarakat akan senantiasa menjaga kesehatan-

nya sesuai anjuran pemerintah serta terhindar dari

penularan COVID-19. Maka dari itu, health articles

menyediakan berita maupun artikel mengenai ke-

sehatan, gaya hidup, serta informasi mengenai webinar

oleh pakar kesehatan yang ditujukan bagi pengguna

dalam menunjang kesehatannya secara akurat.

Layanan ini juga bertujuan untuk mengedukasi peng-

guna agar tetap menjaga kesehatannya serta terhindar

dari berita palsu atau hoaks.

5. Diary of Today dan My To-Do List (Catatan dan Daftar

Aktivitas Harian)

Sebuah penelitian oleh Mungkasa (2020) menye-

butkan bahwa salah satu dampak negatif dari work

from home (WFH) adalah sulitnya mengatur dan

mengukur tingkat produktivitas setiap individu.

Berdasarkan permasalahan tersebut, aplikasi Partner

dilengkapi dengan fitur Diary of Today dan My To-Do

List yang dapat mendongkrak produktivitas pengguna.

Fitur Diary of Today sebagai sarana written expression

pengguna yang tersedia dalam aplikasi untuk mem-

bantu pengguna dalam memanajemen stres akibat

pandemi yang masih berkepanjangan, sedangkan fitur

My To-Do List membantu pengguna agar senantiasa

terjadwal dengan kegiatannya (Travers, 2011). Aplikasi

akan memberi notifikasi sebagai pengingat kegiatan

yang telah disetel sebelumnya oleh pengguna.

Diharapkan dengan fitur tersebut, pengguna akan

terbantu sehingga produktivitasnya akan meningkat.

52

B. Implementasi Partner sebagai Aplikasi Contact-

Tracing COVID-19

Start to Go merupakan fitur utama aplikasi Partner

yang akan menjadi pendamping pengguna selama

beraktivitas di luar rumah. Ketika diaktifkan, aplikasi

akan memberi panduan protokol kesehatan bagi

pengguna. Kemudian, bluetooth dan GPS akan menyala

secara otomatis dan bekerja sebagai media pelacakan.

Beberapa negara seperti Singapura dan Korea Selatan

telah membuktikan keefektifan aplikasi pelacakan

COVID-19 yang menggunakan bluetooth dan GPS dengan

tetap melindungi privasi pengguna (Castillo, 2020).

Analisis keberlanjutan gagasan ini juga didukung dengan

analisis Business Model Canvas (BMC) yang dapat dilihat

pada lampiran 2. Adapun mekanisme kerja dari fitur ini

ditunjukkan pada skema gambar 2 dan 3 sebagai berikut.

Gambar 2. Cara aplikasi Partner dalam melakukan

contact-tracing COVID-19 via bluetooth dan GPS

Setiap ponsel yang memiliki aplikasi Partner akan

menyimpan bluetooth identity (ID) pengguna lainnya

53

yang berada dalam radius < 2 meter selama minimal 15

menit. Data yang disimpan aplikasi hanya berupa kode ID

tanpa menyebutkan identitas pengguna dan hanya dapat

di deskripsi lengkap oleh server pusat (Abeler, 2020). Data

ID dan riwayat GPS ini yang akan dipakai server pusat

untuk contact-tracing COVID-19.

Gambar 3. Prosedur pelacakan apabila salah satu

pengguna terkonfirmasi positif COVID-19

Ketika dokter atau pihak berwenang telah men-

diagnosis positif salah satu pengguna, maka dokter

tersebut segera meminta pengguna yang bersangkutan

untuk membagikan data lokalnya kepada server pusat

dengan mengaktifkan mode “Saya Positif COVID-19”.

Server pusat akan menerima informasi tentang semua ID

dan riwayat perjalanan pasien yang didapat selama 14 hari

dengan bluetooth dan GPS. Kemudian, server akan

memberitahu semua pengguna lain yang sengaja maupun

tidak sengaja melakukan kontak langsung dengan pasien

positif agar segera melakukan pemeriksaan. Status pada

aplikasi para pengguna tersebut akan masuk ke mode

54

“Orang dalam Pantauan (ODP)” secara otomatis, sehingga

pengguna akan lebih intens menjaga dirinya dan orang di

sekitarnya hingga 14 hari ke depan. Jika pengguna

merasakan gejala COVID-19, maka pengguna dianjurkan

ke fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaan lebih

lanjut (Abeler, 2020).

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, aplikasi

Partner dapat menjawab permasalahan Pemerintah Kota

Surabaya mengenai contact-tracing COVID-19 serta

edukasi dan peningkatan produktivitas masyarakat me-

lalui fitur-fiturnya. Aplikasi ini memiliki berbagai ke-

lebihan yang dapat dilihat pada lampiran 3. Dibanding-

kan aplikasi contact-tracing COVID-19 lain yang serupa,

Partner menawarkan hal lainnya, yakni fitur Daily

Excercise yang memacu masyarakat untuk berolahraga di

rumah, serta Diary of today dan My To-Do List yang

berpotensi mendongkrak produktivitas pengguna selama

WFH. Dalam implementasinya, penulis mengharapkan

adanya kerja sama dari berbagai pihak terkait terutama

Pemerintah Kota Surabaya dan masyarakat Surabaya.

Dengan demikian, mata rantai penularan COVID-19 di

Surabaya diharapkan dapat terputus dan sektor per-

ekonomian dapat pulih seperti sediakala. Jika penggunaan

aplikasi ini telah berkembang secara baik di Surabaya dan

berhasil menurunkan angka kasus positif COVID-19,

maka penggunaannya dapat diperluas hingga lingkup

nasional agar dampaknya pun lebih luas.

Melihat dari potensi Partner untuk dikembangkan

secara nasional, diperlukan beberapa peninjauan ulang

mengenai kelemahan dari implementasinya seperti sulit

55

dijangkau masyarakat yang gagap teknologi dan ekonomi

menengah ke bawah serta keamanan data privasi peng-

guna. Maka dari itu, perlu adanya peran pemerintah

untuk mengatasi kendala tersebut dengan cara melaku-

kan pemerataan ekonomi bagi masyarakat ekonomi

menengah ke bawah. Selain itu, dalam mengatasi

permasalahan privasi pengguna yang masih menuai pro

dan kontra, pemerintah perlu melakukan pengujian lebih

lanjut, merekrut tim information technology (IT) yang

profesional sebagai operator developer, biaya investasi

bagi pengembangan aplikasi, serta perundang-undangan

yang mengatur keamanan privasi data untuk meyakinkan

masyarakat.

56

Lampiran 1. Tampilan fitur aplikasi Partner

Gambar 4. Tampilan My Account yang berisi fitur

Diary of Today

Gambar 5. Tampilan fitur Daily Exercise

57

Gambar 6. Tampilan fitur My Doctor

Gambar 7. Tampilan Fitur Health Articles

58

Gambar 8. Tampilan fitur Start to Go

59

Lampiran 2. Analisis Business Model Canvas (BMC)

Gambar 9. Analisis BMC aplikasi Partner

60

Lampiran 3. Kelebihan aplikasi Partner

Gambar 10. Keunggulan dari aplikasi Partner

61

Digital Platform Pemasaran Hasil

Perikanan dengan Implementasi Akad

Salam Guna Meningkatkan

Kesejahteraan Petani Ikan

Rizky Amaliyah

Universitas Negeri Surabaya

Penyebaran COVID-19 di berbagai negara di dunia

telah menjadi pandemik global yang telah menimbulkan

dampak di berbagai sektor. Virus ini telah menyebar ke 203

negara, Indonesia juga tidak luput terkena pandemi ini.

Dampak adanya pandemi sangat terasa bagi masyarakat,

khususnya dalam bidang perekonomian. Ida Fauziyah selaku

Menteri Ketenagakerjaan mengatakan total ada 114.340

perusahaan yang telah terpukul oleh pandemi COVID-19.

Imbas dari kolapsnya ratusan ribu perusahaan itu, tercatat

1.943.916 tenaga kerja telah dirumahkan dan atau mengalami

pemutusan hubungan kerja (Tempo, 2020).

Dampak pandemi juga dirasakan oleh petani ikan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat,

terdapat penurunan penyerapan ikan budidaya mencapai

10% hingga 20% (Kontan, 2020). Hal itu dampak dari

terhentinya banyak aktivitas petani ikan karena meluasnya

wabah virus COVID-19. Berdasarkan data BPS 2020 terlihat

bahwa pada Maret 2020, NTPi turun sebesar 0,49 persen

62

dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 101,17 pada

Februari 2020 menjadi 100,67 pada Maret 2020 (BPS, 2020).

Tingkat kesejateraan dalam aspek ekonomi petani ikan

di Indonesia masih sangat rendah dan tidak sebanding

dengan pekerjaan mereka. Menurut KKP 2018 sejak awal

menjabat menteri, Susi Pudjiastuti merasa prihatin dengan

rendahnya pendapatan petani ikan akibat kurang efesiennya

produksi petani. Oleh karena itu, sebagai tindak lanjut, KKP

fokus menggarap sektor perikanan dengan sasaran utamanya

untuk meningkatkan efesiensi produksi dan nilai tambah

keuntungan yang diraup para petani ikan.

Permasalahan pada aspek pemasaran seharusnya bisa

diatasi, sistem perdagangan ikan yang tidak transparan dan

cenderung dikuasai oleh para tengkulak menyebabkan

bertambahnya derita para petani ikan (Retnowati, 2011).

Sistem kebijakan harga penjualan ikan kebanyakan

dikendalikan oleh tengkulak sebagai penentu harga, bahkan

tidak sesuai harga pasar (Nugraha, 2017). Tengkulak mem-

beri harga yang relatif rendah. Jika para petani tidak menjual

kepada tengkulak, mereka akan kesulitan dalam mencari

konsumen, maka mereka terpaksa menjualnya ke tengkulak.

Keadaan tersebut menambah derita pata petani ikan.

Lebih lanjut alasan mengapa sistem pemasaran men-

jadi sangat penting pada bidang perikanan, dikarenakan

hasil panen ikan tidak bisa bertahan lama ketika disimpan

dalam suhu ruang sehingga pemasaran merupakan hal yang

sangat penting setelah panen. Di sisi lain, skema akad salam

sejatinya bisa menjadi solusi dari masalah mekanisme

pemasaran hasil perikanan, karena akad salam ini memiliki

beberapa kelebihan dibandingkan melalui sistem tebas yang

63

dilakukan tengkulak. Adapun kelebihan, akad salam me-

nurut Amin (2016) yaitu jenis barang penjual memiliki

kebebasan dalam pengadaan barang, barang yang dijual

telah memiliki mutu dan sesuai dengan kriteria penjualan

dan apabila tidak sesuai kriteria pembelian, maka pembeli

dapat melakukan pembatalan kontrak jual beli dengan

petani ikan.

Dari permasalahan tersebut dibutuhkan solusi yang

tepat. Masalah tersebut harus segera diatasi, terlebih saat ini

telah memasuki zaman modern di mana segala aspek

kehidupan dipermudah dengan bantuan teknologi. Oleh

kerena itu, penulis memiliki sebuah gagasan untuk me-

ngatasi permasalahan di atas yaitu berupa Digital Platform

Pemasaran Hasil Perikanan dengan Implementasi Akad

Salam Guna Meningkatkan Kesejahteraan Petani Ikan.

Tanikanku.com menggunakan cara digital sebagai strategi

pemasarannya sehingga jangkuannya pun menjadi lebih luas

bahkan hingga seluruh Indonesia.

A. Konsep Tanikanku.com

Penggunaan digital platform Tanikanku.com ber-

tujuan agar petani ikan tidak perlu menjual hasil pa-

nennya kepada tengkulak yang memberikan harga di

bawah standar. Tanikanku.com menjual komoditas

perikanan secara langsung kepada konsumen dengan

harga yang sesuai dengan standar pasar, sehingga ke-

untungan para petani ikan bisa maksimal dan tercapailah

kesejahteraan para petani ikan. Design interface menjadi

bagian penting karena dengan komponen tersebut

64

komunikasi antara petani ikan dan konsumen bisa

terwujud.

B. Tahap Perancangan Design Interface Tanikanku.com

1. Tahap Desain

Gambar 1. Desain logo Tanikanku.com

Perancangan dimulai dengan mendesain tam-

pilan Tanikanku.com seperti konten, ornamen pen-

dukung serta desain rangka menggunakan bantuan

software adobe potoshop CS6.

2. Tahap Perakitan

Selanjutnya yaitu tahap perakitan. Berikut adalah

langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Mendesain tampilan digital platform;

b. Menyiapkan gambar, animasi, teks dan video yang

diperlukan ke dalam satu folder;

c. Membuka macromedia dreamweaver 8 dan memilih

jenis html;

d. Memasukkan gambar, animasi, teks, video dan

lainnya ke dalam sistem sesuai dengan desain yang

diinginkan;

65

e. Menyimpan dokumen hasil pembuatan media baik

berupa video, animasi dan lainnya menjadi ekstensi

file html;

f. Mengecek hasil dalam aplikasi browser (Penulis

menggunakan google chrome).

3. Tahap Uji Coba

Setelah Tanikanku.com selesai dibuat, tahapan

selanjutnya adalah tahap uji coba dan penelitian.

Ukuran yang digunakan untuk melihat dan menguji

kinerja media adalah uji fungsi dari setiap bagian

Tanikanku.com tersebut guna mengetahui keber-

hasilan dari digital platform yang telah dibuat. Ke-

mudian setelah itu, masuk pada tahap evaluasi untuk

meningkatkan kualitas dari Tanikanku.com. Beberapa

hal yang harus diperhatikan dalam melakukan evaluasi

adalah:

a. Desain media

b. Bug fixing

c. Periode pembaharuan konten Tanikanku.com

4. Tahap Penerapan

Tahap penerapan merupakan tahap keempat

sekaligus terakhir. Pada tahap ini dilakukan sosialisasi

mengenai digital platform Tanikanku.com kepada

masyarakat. Setelah sosialisasi selesai dilakukan,

kemudian Tanikanku.com bisa diterapkan.

C. Design Interface Tanikanku.com

Pemasaran secara digital menggunakan platform

Tanikanku.com memiliki desaign interface yang ko-

66

munikatif yang terdiri dari beberapa menu utama untuk

mendukung berjalannya digital platform ini, antara lain:

1. Halaman Awal (Masuk atau Registrasi)

Pada halaman ini akan muncul pilihan masuk

atau daftar, pengguna wajib memilih di antara kedua

pilihan tersebut supaya bisa memanfaatkan fitur-fitur

yang ada di dalam digital digital platform

Tanikanku.com

2. Beranda

Beranda, berisi informasi tentang digital plat-

form Tanikanku.com dan juga artikel-artikel tentang

dunia perikanan (tips perikanan, inspirasi dunia

perikanan, inovasi perikanan dan lain-lain) yang

dibagikan oleh sesama pengguna Tanikanku.com yang

tentunya akan sangat bermanfaat.

3. Pesan

Pesan, pada menu ini memiliki fungsi untuk

mempermudah komunikasi antar penjual dan pembeli

saat melakukan transaksi. Calon pembeli biasa

menanyakan apa pun perihal hasil panen yang akan

dibeli kepada penjual (petani) sebelum membayar dan

tugas penjual adalah meyakinkan calon pembeli

terhadap kualitas hasil panennya yang akan dijual.

4. Pasar

Pasar, berfungsi layaknya etalase di mana setiap

hasil panen yang diiklankan akan dikelompokkan

berdasarkan jenis hasil dan daerahnya sehingga me-

mudahkan calon pembeli mencari ikan yang diingin-

kan. Setelah pengguna memilih menu pasar maka akan

muncul pilihan ingin sebagai penjual atau sebagai

67

pembeli. Bila pengguna memilih menu penjual maka

pengguna dapat membuat iklan untuk memulai mem-

promosikan hasil panennya, penjual dapat mengiklan-

kan hasil panennya yang akan dijual satu bulan

sebelum masa panen. Untuk pengiriman ada beberapa

opsi, bila mana ikan yang dibeli beratnya tidak lebih 15

kg maka pengirimannya bisa menggunakan jasa ojol

(ojek online). Apabila pembelian lebih daripada itu,

pengiririmannya akan menggunakan pick-up atau

sejenisnya dengan biaya kirim ditanggung pembeli.

5. Pengaturan

Pengaturan, pada menu ini berfungsi sebagai

pengatur privasi pengguna, keamanan data pengguna,

informasi (pembaruan web, kebijakan data, ketentuan

pengguna, perpustakaan sumber terbuka) dan juga

fitur bantuan.

6. Akun

Menu ini terletak di sebelah kanan atas dari

tampilan platform majukantani.com. Di dalam akun

memiliki beberapa sub menu yaitu, profil, alamat,

wishlist, berbagi info harga, berbagi artikel dan keluar.

D. Implementasi Akad Salam pada Digital Platform

Tanikanku.com

Terdapat perbedaan esensi antara jual beli sesuai

syariah dengan jual beli konvensional. Jual beli meng-

gunakan akad salam harus memenuhi ketentuan syariah.

Baik kapasitas, waktu, harga dan jenis barang sesuai

dengan prinsip syariah. Dalam jual beli sesuai syariah

ditetapkan atas periode pengiriman barang serta dalam

68

mekanisme pembayarannya harus dilakukan ketika

membuat kontrak dalam jual beli, sedangkan metode jual

beli secara konvensional tidak memerlukan penetapan

periode pengiriman barang serta pembayaran atas barang

pembelian dapat dilakukan ketika pengiriman barang

berlangsung (Saprida, 2016).

Akad salam dengan metode pembayaran di muka,

membantu petani ikan dalam membiayai usaha per-

ikanannya. Petani ikan memiliki kesempatan dan do-

rongan yang lebih besar untuk meningkatkan kapasitas

produksinya agar dapat menghasilkan ikan yang lebih

banyak lagi. Jual beli dengan menggunakan akad salam

mempertemukan penjual dan pembeli secara langsung

dengan mekanisme virtual. Intermediary ini merupakan

konsep dengan tujuan untuk mengintegrasikan dan

meningkatkan efisiensi jual beli hasil perikanan yang akan

berujung pada peningkatan profit secara agregat. Gam-

baran dari konsep ini menunjukkan bahwa, pembeli dan

penjual menyepakati akad salam, pembeli membayar atas

pesanannya kepada penjual, penjual menyerahkan barang

kepada pembeli (Nurhayati & Wasilah, 2017).

Akad salam sangat cocok diimplementasikan pada

sektor pemasaran perikanan, sebab penggunaan akad ini

memberikan peluang petani ikan untuk memperoleh

modal guna membesarkan benih ikan dan membantu

permasalahan pemasaran pada sektor perikanan dapat

teratasi. Untuk itu, petani akan bertanggung jawab penuh

atas biaya yang diberikan oleh pemesan sehingga petani

harus menjaga kepercayaan untuk menghasilkan

69

komoditas petani ikan dengan sesuai syariah dan tidak

merugikan para pembeli.

E. Mekanisme Pelaksanaan Tanikanku.com

Dalam pelaksanaan Tanikanku.com, alur yang

diterapkan dalam penggunaan Tanikanku.com dengan

pengimplementasian akad salam, melalui mekanisme

berikut :

1. Petani ikan melakukan pembuatan akun penjualan di

Tanikanku.com untuk menjual hasil komoditas

perikanan secara digitalisasi.

2. Pihak Tanikanku.com melakukan pengecekan jenis

usaha dan menyesuaikan pengadministrasian sesuai

dengan ketentuan operasional Tanikanku.com.

3. Masyarakat melakukan pembuatan akun sebagai

pembeli untuk mengakses informasi dan melihat jenis

komoditas perikanan yang ada di dalam

Tanikanku.com.

4. Setelah pembeli cocok memesan komoditas perikanan

kepada petani, selanjutnya kedua belah pihak

melakukan akad jual beli dengan menggunakan salam

dan kedua belah pihak melakukan kesepakatan

5. Setelah akad dilaksanakan, tahap berikutnya penye-

rahan komoditas perikanan pada pembeli. Pengiriman

ini dilakukan sesuai dengan kesepakatan pada saat

akad.

6. Pihak Tanikanku.com melakukan pengawasan setiap

tahapan transaksi antara petani dengan pembeli. Pihak

Tanikanku.com melakukan kontrol pada mekanisme

jual beli pada setiap petani yang tergabung pada

70

platform ini. Pengawasan berfungsi agar petani dan

pembeli tidak ada yang dirugikan, serta jual beli yang

dilakukan sesuai dengan prinsip syariah.

Strengths (S) 1. Pemasaran

menggunakan prinsip syariah dengan menjamin kualitas dan kuantitas barangnya.

2. Sistem pemasaran secara digital dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia dan petani ikan bisa terbantu dalam permodalan.

Weaknesses (W) 1. Diperlukannya

pendampingan secara intens bagi petani ikan yang masih tradisional.

2. Pesaingnya banyak. 3. Membutuhkan

koneksi internet yang stabil.

Opportunities (O) 1. Indonesia memiliki

potensi. 2. Perikanan yang

besar. 3. Dapat

menyejahterakan petani ikan.

4. Pesatnya perkembangan TI.

Threat (T) 1. Adanya persaingan

terhadap platform sejenis.

2. Logistik pengiriman pada jasa kurir

3. Akan merusak barang atau komoditas perikanan.

Tabel 2. Analisi SWOT Tanikanku.com

71

Kesimpulan :

1. Faktor yang menghambat kesejahteraan petani ikan

berasal dari sisi pemasaran hasil perikanan.

Tanikanku.com merupakan digital platform ber-

basis syariah hadir sebagai solusi untuk masalah

tersebut.

2. Konsep Tanikanku.com didesain menggunakan

akad salam sebagai platform pemasaran. Platform

ini menghubungkan petani ikan dengan masya-

rakat. Sistem platform ini dilengkapi dengan peng-

gunaan prinsip-prinsip syariah yaitu menggunakan

akad salam dengan tujuan meningkatkan kesejah-

teraan petani dalam pengantasan pemasaran yang

dikuasai oleh tengkulak.

Saran :

1. Pemerintah melalui Kementerian Perikanan dan

Kelautan diharapkan menjadi pengawas dalam

menstabilkan harga komoditas perikanan.

2. Petani ikan dan dinas perikanan setempat turut

membantu mensosialisasikan platform

Tanikanku.com agar berjalan secara maksimal

untuk meningkatkan kesejahteraan petani ikan.

72

73

SABERTOOTH (Smart Bracelet

Accessories as a Corona Detection Tool

with Android-based) sebagai Alat

Pendukung New Normal

Hendrianto Arief Hidayat dan Eka Meilinda

Universitas Diponegoro

“Dari semua negara di Asia Tenggara, Indonesia yang paling

mengkhawatirkan. Indonesia memiliki populasi yang sangat

besar, tetapi birokrasinya tidak rapi. Penanganan krisis yang

buruk di Indonesia akan membuat negara terpapar semakin

buruk.”

—Lee Morgenbesser—

Tulisan kali ini bukan dimulai dari kata-kata mutiara,

melainkan sebuah kritik dari seorang dosen Griffith

University, Australia. Ungkapan ini memiliki pro dan kontra,

tetapi bukan hal itu yang akan dipermasalahkan. Ungkapan

itu merupakan indikasi adanya urgensi yang harus segera

diselesaikan: masalah penanganan virus corona di Indonesia.

Dasar pemikiran dari ungkapan tersebut menjadi sorotan

masalah yang hingga kini belum dapat diselesaikan oleh

Indonesia. Hal ini didukung dengan data yang menunjukkan

pada 6 Juli 2020, pasien corona terkonfirmasi bertambah

74

1.209 sehingga menjadi 64.958 kasus dengan angka kematian

mencapai 5,15 persen. Kasus corona di Indonesia terus

meningkat setiap harinya dan hingga kini belum dapat

diprediksi kapan pandemi ini akan berakhir. Salah satu

landasan prediksi ini adalah interaksi antar masyarakat yang

tidak dapat dihindarkan. Interaksi fisik semakin tak

terelakkan semenjak dicetuskannya era new normal di

Indonesia.

Masyarakat telah melakukan serangkaian SOP

(Standart of Procedure) demi keberlangsungan era new

normal. Kebijakan seperti mencuci tangan dan memini-

malisir kontak telah dikampanyekan melalui berbagai media.

Namun, hal itu tidaklah cukup. Kebijakan yang dilakukan

hanya berlaku di tempat tujuan umum. Kebijakan belum

mencakup seluruh wilayah pemberlaku new normal. Masih

ada celah di jalan umum dan tempat-tempat singgah tanpa

pengawasan lainnya. Kontak bisa saja terjadi tanpa sengaja

dan tanpa disadari. Hal tersebut tentu sangat meng-

khawatirkan karena virus corona dapat terbawa dan me-

nularkan penyakit kapan saja dan di mana saja.

Dari pemaparan masalah tersebut, dapat diidentifikasi

permasalahan yang menjadi sorotan utama saat ini adalah

cara memerangi corona selama era new normal di Indonesia.

Dari satu masalah tersebut, ribuan pertanyaan dapat

dimunculkan. Bagaimana cara menurunkan kasus terjangkit

corona di Indonesia? Bagaimana solusi untuk menutupi

kekurangan new normal? Apa yang bisa kita lakukan demi

kesehatan Indonesia? Dan masih banyak pertanyaan yang

belum terwakilkan. Indonesia membutuhkan inovasi yang

dapat membuat pertanyaan-pertanyaan itu menjadi

75

pernyataan jawaban. Indonesia membutuhkan inovasi yang

dapat membantu memerangi corona yang merajalela.

Indonesia butuh peran kolaborasi masyarakat untuk pulih

segera.

Salah satu solusi yang dapat ditawarkan adalah inovasi

teknologi. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan

Organization for Economic Cooperation and Development

(OECD), teknologi dapat didefinisikan sebagai seperangkat

pengetahuan dan sarana untuk menghasilkan suatu barang

yang bermanfaat dalam memecahkan permasalahan di

lingkungan tertentu sehingga teknologi bermuatan budaya

dan nilai di mana teknologi tersebut dikembangkan.3

Teknologi telah terbukti mampu membantu manusia selama

bertahun-tahun dengan serangkaian program yang inovatif.

Teknologi telah digadang sebagai sahabat manusia setelah

berhasil membantu manusia menciptakan peradaban baru

yang kini telah sampai para era revolusi industri 4.0 dan era

society 5.0. Teknologi telah menjadi problem solving di segala

bidang, termasuk kesehatan dunia.

Mengenai kebermanfaatan teknologi tersebut, penulis

bermaksud memanfaatkan teknologi sebagai gagasan solutif

dalam memerangi corona di Indonesia selama era new

normal. Teknologi tersebut berupa SABERTOOTH (Smart

Bracelet Accessories as a Corona Detection Tools with

Android-based). Teknologi ini terdiri dari beberapa fitur yang

membentuk sistem deteksi keberadaan corona di area

sekitar. Fitur-fitur tersebut di antaranya:

76

1. Smart Glasses

Teknologi ini mengadaptasi teknologi T1 dari

perusahaan Rokid asal China. Teknologi T1 meng-

aplikasikan thermal scanner atau pendeteksi suhu tubuh

yang dilengkapi dengan AI (Artificial Intelligence) untuk

mengetahui apakah orang dalam jangkauan kacamata

tersebut menderita demam4. Pada smart glasses

dilengkapi dengan sensor suhu yang dapat mendeteksi

temperatur tubuh manusia. Dengan fitur ini diharapkan

pemakai dapat mengidentifikasi orang-orang di sekitar-

nya yang memiliki suhu di atas normal dan meng-

hindarinya. Sensor tersebut terdapat di dalam perangkat

temperature camera yang dapat dipasang maupun tidak

dengan tambahan engsel sehingga tidak mengganggu

penampilan.

77

2. Gelang ODP, PDP dan Positif Corona

Teknologi ini mengadaptasi dari gelang ODP yang

telah diterapkan di Purbalingga, Jawa Tengah.5 Gelang

ODP tersebut penulis adaptasi dengan penambahan

fungsi. Pada gelang ODP, PDP dan positif corona yang

penulis usulkan ditandai statusnya dengan warna.

Indikator warna biru untuk ODP, oranye untuk PDP dan

merah untuk positif corona. Masing-masing dilengkapi

dengan fitur GPS tracking sehingga pemakai dapat

diidentifikasi keberadaannya secara real time. Smart

watch akan bereaksi ketika gelang ini berada di dekatnya

dengan respons getaran sehingga pemakai smart watch

dapat mengetahui bahwa di sekitarnya ada orang yang

memakai gelang ini dan dapat menghindarinya. Dengan

GPS tracking ini pemakai juga dapat dicatat riwayat

kepergiannya sehingga kecil kemungkinan pemakai dapat

melarikan diri dari pengawasan dinas kesehatan

setempat.

78

3. Smartwatch

Smart watch terhubung dengan smart glasses,

gelang ODP, PDP dan positif corona serta pada android.

Ketika smart glasses mendeteksi suhu tubuh orang

sekitar di atas normal atau berada di dekat pasien yang

memakai gelang ODP, PDP dan positif corona maka

smart watch akan bergetar dan memberikan peringatan.

Selain itu, smart watch juga dilengkapi dengan sensor

detak jantung. Dengan sensor ini, selain dapat menge-

tahui kondisi detak jantung pemakai juga diharapkan

dapat mendeteksi adanya psikosomatis. Orang yang

memiliki kekhawatiran berlebih akan menyebarnya virus

corona cenderung mudah terkena psikosomatis. Dengan

perubahan detak jantung yang signifikan dapat dijadikan

suatu indikator bahwa gejala seperti pusing dan flu

lainnya hanyalah efek dari psikosomatis tersebut.

79

4. Aplikasi SABERTOOTH di Android

Aplikasi SABERTOOTH pada android berperan

sebagai pusat integrasi antara smart glasses, smart watch,

gelang ODP, PDP dan positif corona. Sinyal GPS pada

gelang ODP, PDP dan pasien positif corona akan terekam

pada layar aplikasi SABERTOOTH pada fitur pemeriksaan

lingkungan sekitar. Dalam pengiriman sinyal ini, fokus

radius akan difokuskan pada area sekitar 3 km, 5 km dan

7 km seperti yang telah diterapkan oleh situs COVID di

Indonesia.

80

Pada aplikasi SABERTOOTH juga terdapat layanan

tes corona berbentuk kuesioner sederhana. Dengan uji

ini, diharapkan dapat menjadi media edukasi masyarakat

agar tidak terlalu panik dalam menghadapi virus corona

yang sulit dideteksi.

Dengan teknologi SABERTOOTH, pengguna dapat

mendeteksi keberadaan orang terjangkit corona di

sekitarnya sehingga dapat menghindarinya. Selain itu,

pengguna juga dapat mengecek kondisi kesehatannya

sehingga tingkat kekhawatiran dapat ditekan.

Keunggulan tersebut membuat SABERTOOTH potensial

diterapkan sebagai alat pendukung keberlangsungan era

new normal di Indonesia

SABERTOOTH merupakan alat pendeteksi corona

yang disusun atas serangkaian fitur. Teknologi ini sangat

potensial untuk diterapkan utamanya saat keberlang-

sungan era new normal di mana interaksi antar masya-

rakat akan mulai terjalin seperti semula. Penerapan

81

teknologi ini menjadi penting demi menghindari interaksi

dengan orang terpapar corona yang akan berdampak pada

putusnya rantai penyebaran corona. Dengan begitu,

inovasi SABERTOOTH dapat membantu Indonesia dalam

memerangi corona utamanya di era new normal.

82

83

Penerapan Mindfulness-Based Stress

Reduction Program (MBSR) sebagai

Upaya Intervensi Stres di Masa Pandemi

COVID-19

Ersa Pawitrasari Hayuningputri1 Adhiyajnaputri2

Universitas Airlangga

A. Pendahuluan

Dunia sedang berduka sejak dilaporkannya kasus

pneumonia yang tidak dikenal di Wuhan. Pada 30 Januari

2020, WHO menetapkan pneumonia tersebut sebagai

Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang meresahkan

dunia (Public Health Emergency of International Concern)

yang dikenal sebagai coronavirus disease (COVID-19)

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

Kemudian pada 11 Maret 2020, WHO mengumumkan

status pandemi global untuk COVID-19. Adanya pandemi

tersebut menimbulkan berbagai perubahan pada berbagai

aspek seperti kesehatan, ekonomi dan kebijakan politik.

Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi

dampak penyebaran virus ini. Salah satu upaya yang

dilakukan pemerintah Indonesia adalah menerapkan

work from home (WFH). WFH merupakan aktivitas

mengerjakan berbagai pekerjaan dari rumah dalam

rangka menjaga jarak antar individu untuk mencegah

penyebaran virus. Adanya WFH menimbulkan berbagai

84

perubahan tentang bagaimana harus hidup dan bekerja.

Masyarakat harus beradaptasi dari tatap muka menjadi

melalui media. Masyarakat yang biasa bebas bepergian ke

suatu tempat menjadi harus berdiam di rumah.

Perubahan ini menimbulkan berbagai dampak bagi

masyarakat, termasuk dampak psikologis.

Berbagai permasalahan psikologis seperti depresi,

kecemasan dan gangguan panik akibat dari pandemi

COVID-19 telah menimbulkan ancaman yang berat bagi

manusia di seluruh dunia (Hiremath dkk., 2020). Tenaga

medis mungkin kewalahan, sibuk, dipenuhi rasa takut

dan harus membagi hidup mereka untuk merawat pasien

(Behan, 2020). Pasien yang sebelumnya telah mengalami

kecemasan, depresi dan psikosis mungkin merasa lebih

terbebani karena kekhawatiran atau ketakutan (Behan,

2020). Belum lagi permasalahan finansial dan pekerja

yang menjadi tidak stabil tentunya dapat menimbulkan

perubahan struktur sosial (Behan, 2020).

Keadaan-keadaan di atas dapat menjadi pemicu

stres bagi seseorang. Lazarus dan Folkman (1984) dalam

Gaol (2016) menyebutkan bahwa stres merupakan hubu-

ngan individu dengan lingkungannya yang dievaluasi oleh

individu tersebut sebagai tuntutan atau ketidakmampuan

dalam menghadapi situasi membahayakan atau mengan-

cam kesehatan. Tentunya hal ini mengancam kesehatan

individu baik secara fisik maupun psikologis. Stres dapat

menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan seperti

mengurangi kekebalan tubuh dan menimbulkan berbagai

penyakit. Terdapat keterkaitan antara stres, kekebalan

tubuh dan penyakit (Prawitasari, 1997). Dampak negatif

85

secara psikologis antara lain individu menjadi mudah

marah, frustrasi, murung dan cemas. Produktivitas juga

dapat menurun, seperti individu menjadi sulit ber-

konsentrasi, mudah lelah dan terjadi penurunan fungsi

motorik. Namun, stres yang dikelola dengan baik dapat

memberikan dampak positif atau dapat diistilahkan

sebagai eustress (Gaol, 2016).

B. Pembahasan

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk me-

ngelola stres adalah dengan melakukan meditasi. Me-

ditasi merupakan praktik formal yang dapat menenang-

kan pikiran dan meningkatkan kesadaran terhadap diri

sendiri, pikiran dan lingkungan (Behan, 2020). Meditasi

telah digunakan selama bertahun-tahun dalam berbagai

bentuk oleh banyak kelompok dengan tradisi dan budaya

yang beragam, khususnya di Timur. Seiring berjalannya

waktu, meditasi juga dipelajari di Barat sebagai bagian

dari bidang kedokteran dan perawatan psikologis. Banyak

penelitian mengenai meditasi bermunculan. Beberapa

penelitian berhasil mengembangkan berbagai bentuk

meditasi baru yang menekankan sisi praktis untuk

pengobatan baik fisik maupun psikis.

Meditasi memiliki berbagai macam bentuk. Salah

satunya meditasi yang menjadi pilar utama dalam

mindfullness-based stress reduction program. Mindfulness-

based stress reduction program (MBSR) adalah program

yang terstruktur menggunakan meditasi mindfulness

untuk meringankan penderitaan terkait dengan gangguan

fisik, psikosomatik dan kejiwaan (Grossman dkk., 2004).

86

MBSR pertama kali dikembangkan oleh Kabat-Zinn pada

tahun 1979 dan diterapkan di Pain Clinic University of

Massachusetts Medical School yang sekarang berubah

menjadi Center for Mindfulness (Verhaeghen, 2017). MBSR

menarik banyak perhatian tenaga profesional karena

dianggap memiliki basis bukti yang kuat (Behan, 2020).

Program ini didasarkan pada prosedur sistematis untuk

mengembangkan kesadaran yang ditingkatkan dari

pengalaman momen demi momen dari proses mental

yang jelas. MBSR banyak digunakan baik untuk pasien

yang menderita penyakit kronis maupun individu yang

sehat sebagai upaya meningkatkan kemampuan untuk

menghadapi tekanan (stressor) dalam kehidupan sehari-

hari (Grossman dkk., 2004).

Sesuai dengan namanya, MBSR tidak bisa lepas dari

konsep mindfulness. Mindfulness merupakan konsep yang

luas dan meditasi adalah salah satu yang ada di bawah

naungan “payung” mindfulness. Behan (2020) meng-

gambarkan Mindfulness sebagai kondisi kesadaran penuh

terhadap kondisi saat ini. Mindfulness dapat didefinisikan

menjadi memperhatikan dengan cara tertentu. Dengan

tujuan, pada saat ini dan tanpa menghakimi (Kabat-Zinn,

1994). Secara sederhana, kita dapat mendefinisikan

mindfulness ketika kita benar-benar hadir pada dan untuk

apa yang sedang kita lakukan tanpa ada judgment pada

pikiran kita (Verhaeghen, 2017).

Mindfullness-based Stress Reduction Program

(MBSR) bisa menjadi sebuah alternatif bagi masyarakat

untuk menghadapi stres di masa pandemi. Meditasi dan

mindfulness adalah praktik yang dapat mendukung

87

profesional kesehatan, pasien, perawat dan masyarakat

umum selama masa krisis seperti pandemi global yang

disebabkan oleh COVID-19 (Behan, 2020). Selama

pandemi COVID-19, meditasi baik dilakukan karena

meningkatkan konsenterasi dan mengurangi stres mental

(Hiremath dkk., 2020). Efek yang diperoleh dari meditasi

bekerja sama baiknya atau setara dengan intervensi

psikologis dan behavioral terstandar lain (Verhaeghen,

2017).

MBSR bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja,

karena dapat dilakukan di rumah, jadinya masyarakat

tidak perlu pergi ke luar rumah dan menurunkan risiko

penularan COVID-19. MBSR merupakan intervensi yang

cakupannya luas dan dapat diterapkan ke banyak individu

dengan rentang usia beragam, mulai dari anak-anak

hingga lansia. Meditasi, termasuk yang menggunakan

pendekatan mindful seperti MBSR, dapat ditargetkan

pada banyak permasalahan spesifik kelompok dan

memiliki pengaruh di banyak domain kehidupan, mulai

dari kognitif, emosional, hingga interpersonal

(Verhaeghen, 2017). Selain itu, individu yang ingin

melakukan MBSR tidak perlu mengeluarkan banyak biaya

seperti intervensi stres lain.

Mindfulness-based reduction program terdiri dari

beberapa praktik meditasi. Body scan meditation, meditasi

duduk, mindful yoga dan meditasi berjalan adalah

beberapa bagian dari MBSR yang dapat diterapkan untuk

mereduksi stres selama masa pandemi dan work from

home.

88

1. Body Scan Meditation

Body scan meditation merupakan latihan fokus

terhadap perhatian (attention focusing practice) dan

merupakan bagian dari MBSR (Dreeben dkk., 2013).

Meditasi ini terbukti merupakan bentuk meditasi yang

kuat dan menyembuhkan. Secara sistematis, body scan

meditation dilakukan dengan menyapu bagian tubuh

dengan pikiran yang penuh perhatian dimulai dari kaki

hingga wajah dan kepala. Ketika kita melakukan body

scan meditation, kita akan secara sistematis meng-

gerakkan perhatian kita ke tubuh dan memperhatikan

sensasi di berbagai daerah (Kabat-Zinn, 2005).

Body scan meditation dapat dilakukan dengan

duduk maupun berbaring dengan nyaman. Dalam

praktiknya, body scan meditation umumnya dilakukan

dengan dipandu oleh instruktur. Instruktur akan

memandu peserta agar memfokuskan perhatian

melalui berbagai wilayah tubuh (Dreeben dkk., 2013).

Namun, bukan berarti body scan meditation tidak bisa

dilakukan di rumah. Instruksi dalam meditasi ini tidak

harus disampaikan secara langsung, tetapi bisa dengan

rekaman audio. Di era digital seperti sekarang juga

hadir beberapa platform yang memberikan layanan

panduan meditasi secara online. Body scan meditation

bisa menjadi alternatif reduksi stres yang mudah

diakses melalui smartphone, PC, dan media elektronik

lain.

2. Sitting Meditation (Meditasi Duduk)

Meditasi duduk merupakan bentuk yang sering

kita temui dalam proses meditasi. Meditasi ini

89

dilakukan dengan cara duduk yang disertai dengan

mindfulness (Bitterauf, 2016). Latihan meditasi duduk

dapat dilakukan dengan cara memilih waktu dan

tempat yang spesial untuk tidak melakukan aktivitas

apa pun selain duduk dan bernapas. Posisi duduk

dapat dipilih, apakah ingin menggunakan kursi

ataupun tanpa kursi. Duduk tanpa kursi pun dapat

dilakukan dengan menyilakan kaki atau dengan

menumpu badan pada lutut. Hal terpenting dalam

meditasi duduk adalah memberikan perhatian penuh

pada duduk dan napas. Apabila selama meditasi

muncul pikiran-pikiran yang mengganggu, kita tidak

berfokus untuk menghilangkannya, tetapi mengelola-

nya. Secara lembut tapi tegas mengembalikan

perhatian dari pikiran-pikiran tersebut menuju posisi

duduk dan napas dan terus merasakannya momen

demi momen (Bitterauf, 2016).

3. Mindful Yoga

Yoga merupakan salah satu bentuk meditasi

yang mudah dan dapat dilakukan di mana saja. Yoga

dapat menjadi solusi jika tidak ingin terlalu sulit

bergerak, menggunakan terlalu banyak peralatan

khusus, ataupun instruktur khusus. Latihan teratur

dapat meningkatkan fleksibilitas musculoskeletal, ke-

kuatan, dan keseimbangan, serta membantu me-

masuki kondisi relaksasi dan kesadaran yang

mendalam (Bitterauf, 2016). Berbagai kelebihan dan

kemudahan yang terdapat pada yoga dapat dijadikan

sebagai alternatif kegiatan untuk mengisi waktu luang

selama pandemi ini. Selain itu, yoga juga dapat

90

dijadikan pilihan untuk menghadapi stres akibat

kekhawatiran berlebih karena menyatukan tubuh dan

pikiran.

4. Walking Meditation (Meditasi Berjalan)

Meditasi berjalan adalah latihan sederhana dan

universal untuk meningkatkan ketenangan dan

kesadaran. Meditasi berjalan bisa dilaksanakan di

waktu senggang, misalnya sepulang bekerja atau di

hari libur. Meditasi berjalan juga dapat dilakukan

sebagai rangkaian dengan meditasi duduk, baik

sebelum maupun setelah meditasi duduk. Dalam

meditasi ini, kita diajak belajar untuk waspada dan

sadar ketika berjalan serta menumbuhkan mindfulness

(Kornfield, 1993)

Sebelum melakukan meditasi berjalan, kita bisa

memilih tempat yang tenang di mana kita bisa berjalan

dengan nyaman dan aman. Meditasi berjalan dapat

dilakukan dalam ruangan atau di luar ruangan selama

kita dapat berjalan sepanjang sepuluh hingga tiga

puluh langkah. Meditasi berjalan dimulai dengan

membuat rileks bagian tangan. Tutup mata sejenak,

kemudian kita dapat rasakan bumi tempat kita

berpijak. Buka mata, kemudian mulai berjalan

perlahan sambil meresapi dan merasakan setiap kali

kaki berpijak dan melangkah (Kornfield, 1993). Di

masa pandemi seperti sekarang, meditasi berjalan

sebaiknya dilakukan di dalam rumah. Apabila tidak

memungkinkan, boleh dilaksanakan di luar rumah

dengan tetap mematuhi protokol seperti memakai

masker dan menjaga jarak.

91

5. Mengatasi Rintangan Meditasi

Melakukan meditasi yang benar dan efektif

memiliki tantangan tersendiri. Terdapat lima rinta-

ngan dalam melakukan meditasi, yaitu keragu-raguan,

kegelisahan, gangguan, rasa kantuk, dan perasaan

menginginkan sesuatu (Bitterauf, 2016). Masing-

masing rintangan biasa dirasakan orang yang melaku-

kan meditasi baik pemula maupun yang sudah piawai.

Rintangan-rintangan tersebut telah ditemukan

antidotnya berdasarkan pengalaman selama bertahun-

tahun (Bitterauf, 2016).

Keragu-raguan biasanya disebabkan pikiran yang

meragukan keberhasilan meditasi. Untuk mengatasi-

nya, keragu-raguan harus dilawan dengan pikiran

bahwa semua hal yang diragukan hanyalah sebuah

pikiran yang belum tentu benar. Kegelisahan terjadi

ketika pikiran kita terlalu sibuk. Cukup mengenali

pikiran-pikiran tersebut atau bisa memilih untuk ingin

tahu hingga akhirnya dapat merasakan sensasi dari

kegelisahan tersebut. Gangguan biasanya terjadi ketika

ada suara yang mengganggu atau perasaan bahwa kita

tidak bisa mendapatkan meditasi yang baik. Gangguan

bukan untuk dihindari, justru membiarkannya

mengalir menjadi pengalaman dalam melakukan

meditasi. Rintangan berupa rasa kantuk biasa hadir

ketika mengalami meditasi. Hal ini dapat diatasi

dengan cara menegakkan posisi duduk, berdiri,

membuka mata, atau memercikkan air ke wajah ketika

hendak memulai meditasi. Terakhir, perasaan meng-

inginkan sesuatu dapat diatasi dengan mengarahkan

92

pikiran sendiri untuk menghilangkannya atau

membiarkannya dengan penuh kesadaran sehingga

kita dapat melihatnya sebagai film dalam pikiran.

C. Penutup

Adanya pandemi COVID-19 secara langsung

maupun tidak langsung berdampak pada tingkat stres

masyarakat. Stres tersebut menimbulkan banyak per-

masalahan baik pada fisik, psikis dan produktivitas.

Mindfulness-based reduction program dapat digunakan

sebagai upaya untuk mengelola dan mereduksi stres.

Beberapa metode yang dapat dilakukan meliputi body

scan meditation, meditasi duduk, mindful yoga dan

meditasi berjalan.

93

Integrasi Platform Digital Pendidikan

Upaya Stabilisasi Pembelajaran saat

Pandemi Covid-19 sebagai Tindakan

Milenial Berbasis Society 5.0

Muhammad Hasbi Asy Syukri

Universitas Andalas

A. Pendahuluan

Tahun 2020 menjadi tahun yang cukup berat bagi

seluruh pihak di berbagai bidang. Hal ini karena

mewabahnya coronavirus atau disebut juga dengan

COVID-19 yang merupakan jenis virus baru dan bisa

menyebabkan kematian bagi yang terinfeksi, belum

ditemukan vaksin ataupun obat untuk pengobatan virus

ini, sehingga seluruh kegiatan di berbagai bidang mulai

dari pemerintah, pekerja swasta, hingga para pelajar di

seluruh dunia terkena dampaknya (worldometers.info,

2020).

Tingginya angka penyebaran ini menyebabkan

WHO mendeklarasikan COVID-19 menjadi pandemi atau

wabah penyakit global sejak bulan Maret 2020, WHO me-

minta setiap negara untuk mempersiapkan diri meng-

hadapi pandemi ini, salah satu caranya adalah melakukan

pencegahan dengan isolasi mandiri setiap warga se-

maksimal mungkin, sehingga penyebaran virus ini dapat

ditekan dan mengurangi jumlah korban (who.int, 2020).

94

Pandemi COVID-19 ini tentunya memberikan dampak

yang sangat besar, terutama karena seluruh elemen

masyarakat harus melakukan isolasi mandiri di rumah,

dan seluruh kegiatan di berbagai bidang tidak bisa

dilaksanakan sebagaimana biasanya. Salah satu bidang

yang terkena dampak dari pandemi ini adalah bidang

pendidikan. Kementerian Pendidikan Republik Indonesia

mengambil kebijakan yang cukup signifikan untuk

menyikapi keberlanjutan pembelajaran peserta didik

mulai dari tingkat sekolah hingga perguruan tinggi di

tengah pandemi ini. Menteri Pendidikan Nadiem

Makarim mengeluarkan Surat Edaran Nomor 36962/

MPK.A/HK/2020 tanggal 17 Maret 2020 tentang Pem-

belajaran secara “Daring” dan “Bekerja dari Rumah” dalam

rangka pencegahan penyebaran coronavirus disease

(COVID-19). Dalam surat edaran tersebut dijelaskan

bahwa setiap sekolah dan perguruan tinggi dihimbau

untuk memberlakukan pembelajaran secara daring dari

rumah. Setiap pegawai, guru dan dosen memberikan

pembelajaran dan perkuliahan dari rumah menggunakan

video conference, digital documents dan sarana daring

lainnya. Sebagai pendukung juga, Kementerian

Pendidikan telah menyarankan kegiatan belajar dan

mengajar untuk menggunakan sarana dari beberapa

platform digital pendidikan diantaranya adalah Rumah

Belajar, Quipper School, Sekolah Online Ruang Guru,

Google G Suites for Education, Microsoft Office 365,

Sekolahmu, dan juga Zenius (Kemendikbud.go.id, 2020).

Pengambilan kebijakan pendidikan ini adalah suatu hal

yang penting untuk dilakukan pada situasi ini karena

95

adanya kewajiban negara yang tertuang dalam UUD 1945

pada alinea keempat, yaitu kewajiban negara dalam

keadaan apa pun untuk ikut serta dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa yaitu melalui pendidikan (Nadzhiroh

dkk, 2018) sehingga dalam waktu bersamaan negara harus

bisa melindungi warganya dengan dilakukannya isolasi

mandiri, tetapi tidak meninggalkan kewajiban untuk

mencerdaskan masyarakat melalui pendidikan.

B. Pembahasan

1. Paparan Masalah

Sebagai tindak lanjut dari kebijakan Menteri

Pendidikan, perguruan tinggi di Indonesia terhitung

sejak bulan Maret 2020 satu per satu mulai me-

nerapkan kebijakan pembelajaran secara daring ini,

salah satunya adalah Universitas Andalas (Unand).

Unand merubah seluruh kegiatan kuliah tatap muka

menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menggunakan

website e-learning yang dimiliki kampus. Unand juga

menunda dan menjadwal ulang seluruh kegiatan

belajar dalam bentuk praktik lapangan, praktik

laboratorium, praktik klinik dan jenis praktik lainnya

menyesuaikan dengan perkembangan yang ada. Selain

mengatur teknis kegiatan pembelajaran, Unand juga

meminta seluruh mahasiswa yang tinggal di asrama

kampus maupun rumah kos di sekitar Unand untuk

pulang ke rumah orang tua masing-masing, mahasiswa

yang memiliki kendala untuk pulang ke rumah, maka

diwajibkan untuk melaporkan diri ke pihak kampus

serta melakukan isolasi mandiri di tempat mereka

96

tinggal (kompas.com, 2020). Selain Unand, per-

kuliahan di beberapa daerah lainnya juga diberlakukan

pembelajaran melalui daring, seperti Universitas Syah

Kuala (Unsyiah), Universitas Padjajaran (Unpad),

Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah

Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY),

dan beberapa kampus lainnya di seluruh wilayah

Indonesia (cnnindonesia.com, 2020).

Pembelajaran secara daring ini ternyata bukan

win-win solution bagi seluruh pihak, nyatanya banyak

beberapa mahasiswa yang mengeluhkan hambatan dan

kesulitan yang dihadapi lebih kompleks karena

perubahan sistem pembelajaran menjadi daring. Hal

ini menjadi masalah dan bertentangan dengan tujuan

awal penerapan pembelajaran secara daring yaitu

mahasiswa semaksimal mungkin melakukan isolasi

mandiri di rumah. Namun, mahasiswa justru harus

bepergian untuk mencari tempat yang memiliki

jaringan dan akses internet yang lebih stabil daripada

di rumah mereka masing-masing (ibtimes.id, 2020).

Selain akses jaringan yang minim tersebut, mahasiswa

juga mengeluhkan akan borosnya paket data yang

mereka gunakan untuk mengikuti perkuliahan daring.

Perkuliahan daring yang menggunakan berbagai

aplikasi seperti Zoom dan Google Meet ini ternyata

membutuhkan 540 MB untuk penggunaan satu jam,

sedangkan rata-rata provider di Indonesia memiliki

harga kuota sekitar Rp 20.000 sampai dengan Rp

50.000 untuk paket data 1 GB. Apabila dalam satu

minggu mahasiswa memiliki 8 mata kuliah dan

97

masing-masing memakan waktu sekitar satu jam, maka

mahasiswa bisa mengeluarkan biaya untuk kuota

internet ini setidaknya Rp 80.000 hingga Rp 200.000

per minggu (Firman & Rahman, 2020). Tentu hal ini

menjadi masalah karena tidak semua mahasiswa

berasal dari masyarakat yang memiliki tingkat per-

ekonomian tinggi dan mampu untuk terus menge-

luarkan uang untuk membeli paket data internet demi

mengikuti perkuliahan daring ini.

Permasalahan lainnya muncul karena kurangnya

efektifitas dari pembelajaran secara daring ini.

Pembelajaran secara daring dinilai kurang efektif

karena rendahnya interaksi antara mahasiswa dengan

para dosen atau pengajar, ditambah lagi dengan ke-

mungkinan adanya permasalahan jaringan sebagai-

mana yang telah dijabarkan sebelumnya, permasalahan

jaringan tersebut dapat menyebabkan pembelajaran

terhambat dan mahasiswa tidak bisa mengikuti materi

dengan baik sehingga efektifitas pembelajaran daring

ini pastinya akan lebih rendah daripada pembelajaran

secara klasik dengan tatap muka. Metode pembelajaran

klasik dengan tatap muka memang merupakan metode

pembelajaran yang paling diminati oleh banyak

mahasiswa. Namun, untuk saat ini tidak bisa menjadi

pilihan (Khasanah, Pramudibyanto, & Widuroyekti,

2020). Berdasarkan pemaparan mengenai kendala-

kendala yang muncul akibat kebijakan Menteri

Pendidikan mengenai pembelajaran secara daring ini,

menjadi penting untuk mendapatkan perhatian dari

para stakeholder sebagai pembuat kebijakan itu sendiri

98

untuk mencari solusi agar kegiatan pembelajaran

selama masa pandemi ini dapat tetap berjalan baik.

2. Tinjauan Pustaka

a. Model Pembelajaran Berbasis Elektronik (e-

learning)

Menurut Hartley (2001) e-learning merupakan

jenis kegiatan belajar mengajar antara tenaga didik

dan peserta didik yang menggunakan media jari-

ngan internet dalam penyampaian materi bahan

ajar sehingga tidak dibutuhkan pertemuan tatap

muka dalam satu tempat dan waktu yang sama

antara kedua pihak. Menurut Knight (2004),

terdapat tiga aspek penting yang harus dipenuhi

dalam melaksanakan e-learning, yaitu just in time

(tersedia untuk pengguna saat dibutuhkan untuk

menyelesaikan tugasnya), on demand (tersedia

setiap saat), dan bite sized (tersedia dalam ukuran

yang kecil agar dapat digunakan secara cepat).

b. Collaborative Governance

Menurut Ansell dan Gash (2007) collaborative

governance adalah suatu pengaturan pemerintah

yang secara langsung melibatkan lembaga publik

dan lembaga non publik dalam proses pengambilan

keputusan yang bersifat formal secara kolektif,

memiliki tujuan melaksanakan kebijakan publik

untuk mengelola aset publik atau program-program

publik yang berorientasi pada konsensus dan ber-

musyawarah. Teori collaborative governance ini bisa

membawa kolaborasi antara pemerintah dengan

99

aktor lain lebih efektif, sehingga tujuan dari

kebijakan dapat tercapai. Ansell dan Gash (2007)

lebih lanjut dalam teorinya menjelaskan terdapat

empat variabel utama yang harus diperhatikan,

yaitu starting condition (kondisi awal), institutional

design (desain kelembagaan), facilitative leadership

(kepemimpinan fasilitatif) dan collaborative process

(proses kolaboratif).

3. Analisis Gagasan

Permasalahan atas pelaksanaan kebijakan pe-

merintah yang tertuang dalam Surat Edaran Menteri

Pendidikan mengenai pembelajaran secara daring ini

membutuhkan solusi yang cepat dan tepat. Salah satu

cara yang bisa dilakukan adalah dengan melaksanakan

collaborative governance dan menaruh perhatian lebih

terhadap aspek-aspek penting dalam pelaksanaan e-

learning. Apabila dilihat dari permasalahan yang

muncul dari kebijakan ini sebagaimana yang telah

diuraikan, sebagian besar membutuhkan solusi berupa

peningkatan atas kemudahan terhadap akses pem-

belajaran daring. Bentuk solusi yang bisa dilakukan

adalah dengan melakukan integrasi atas seluruh

platform digital pendidikan sehingga proses pem-

belajaran daring atau e-learning bisa dipermudah.

Proses integrasi ini harus memenuhi tiga aspek penting

dalam pelaksanaan e-learning menurut Knight (2004)

agar bisa berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Pertama adalah aspek just in time yang menge-

depankan kemudahan pengguna saat menyelesaikan

100

tugasnya, aspek ini bisa terpenuhi dengan integrasi

antar platform digital pendidikan. Dengan dilakukan-

nya integrasi antar platform ini bisa memperluas area

pembelajaran para peserta didik di Indonesia melalui

daring, data mengenai informasi pendidikan menjadi

lebih mudah dan lebih banyak jumlahnya untuk

diakses karena hanya membutuhkan satu pintu akses

atau satu website sehingga pengguna tidak perlu untuk

membuka banyak platform dalam satu waktu ber-

samaan untuk mendapatkan informasi pendidikan

seperti contohnya untuk penyelesaian tugas kampus.

Aspek kedua yang harus dipenuhi adalah on

demand yang mengedepankan ketersediaan e-learning

setiap saat. Proses integrasi antar platform digital

pendidikan ini harus mempertimbangkan kestabilan

penggunaan, contohnya saat pengguna akan mengikuti

kuliah daring secara real time, maka diharapkan

platform yang digunakan senantiasa stabil tanpa

gangguan. Aspek on demand ini memiliki keterkaitan

langsung dengan aspek ketiga yaitu aspek bite sized

yang mengedepankan ketersediaan e-learning dalam

ukuran yang kecil agar bisa digunakan dengan ke-

cepatan tinggi. Dalam integrasi antar platform digital

pendidikan untuk memenuhi kedua aspek ini harus

mengupayakan pemberian materi melalui internet

dengan ukuran yang kecil, hal ini bisa diupayakan

dengan mengurangi ukuran gambar ataupun video

dalam materi pembelajaran, penggunaan transcribed

lecture atau perkuliahaan yang ditranskripkan dalam

file PDF atau word, atau bisa juga perkuliahaan

101

diberikan dalam bentuk rekaman video sehingga bisa

diakses kapanpun dan tidak memerlukan pengguna

untuk mengakses pada satu waktu tertentu secara

bersamaan. Cara ini juga bisa mengurangi kemungki-

nan adanya mahasiswa yang tertinggal pelajaran

karena jaringan yang tidak stabil, dengan perkuliahan

yang diberikan dalam bentuk rekaman video maka

tayangan akan lebih stabil karena sudah tersimpan

dalam platform digital dan mahasiswa juga bisa me-

nyimpan dalam laptop atau telepon genggam mereka.

Integrasi antar platform digital pendidikan ini dapat

terlaksana dengan baik maka dapat mempermudah

pembelajaran daring selama masa pandemi ini.

Variabel ketiga adalah facilitative leadership atau

kepemimpinan, dalam variabel ini ditekankan peran

kepemimpinan dari Menteri Pendidikan dan Ke-

budayaan Republik Indonesia Nadiem Makarim.

Nadiem Makarim sudah memberikan perhatiannya

terhadap kerja sama dengan aktor non pemerintah

sebagaimana dijelaskan dalam surat edarannya yang

diteruskan kepada seluruh jajaran di bawahnya untuk

dilaksanakan, termasuk seluruh Pimpinan Perguruan

Tinggi maupun Dinas Pendidikan Tingkat Provinsi dan

Kabupaten/Kota.

Variabel terakhir adalah collaborative process

yang membutuhkan dialog tatap muka, membangun

kepercayaan, komitmen terhadap proses, dan mem-

bangun pemahaman bersama. Dalam hal ini, para

aktor yang terlibat dalam collaborative governanve ini

contohnya seperti para pimpinan dari platform digital

102

pendidikan, para pimpinan penyedia provider internet

yang mampu untuk memberikan kuota internet

dengan biaya rendah ataupun gratis untuk mengakses

platform digital yang telah terintegrasi ini dan juga

aktor dari masyarakat seperti mahasiswa sebagai peng-

guna yang bisa menyampaikan suara dan pendapatnya

dalam permasalahan pembelajaran daring ini. Setiap

aktor-aktor ini harus menyatukan suara untuk tahapan

atau proses dalam kolaborasi. Terakhir adalah tujuan

jangka panjang, integrasi platform digital pendidikan

ini bisa meningkatkan kualitas e-learning di Indonesia,

kedepannya bahkan bisa digunakan dan dikembang-

kan lebih lanjut untuk kepentingan dunia pendidikan,

sehingga kegunaannya tidak hanya sebatas saat pan-

demi terjadi saja. Namun, bisa didapatkan kontribusi

yang lebih besar terhadap perkembangan dunia

pendidikan.

C. Penutup

Pandemi COVID-19 yang terjadi pada tahun 2020

sangat mempengaruhi sistem pendidikan di Indonesia

terlebih dengan adanya himbauan untuk isolasi mandiri

seluruh masyarakat di rumah masing-masing. Kebijakan

Menteri Pendidikan dan Budaya untuk melaksanakan

pembelajaran secara daring juga ternyata menimbulkan

berbagai macam masalah yang dihadapi oleh para pelajar

khususnya mahasiswa di berbagai daerah, seperti per-

masalahan akses terhadap jaringan internet yang lemah

dan mahalnya pengeluaran biaya untuk kuota yang

menyebabkan kurangnya efektifitas dari pembelajaran

103

daring. Oleh karena itu, penulis menggagas ide atas kerja

sama antara aktor pemerintah dan non pemerintah untuk

membuat sebuah pengaturan collaborative governance

untuk pelaksanaan e-learning yang lebih baik, yaitu

dengan membuat integrasi antar berbagai platform digital

pendidikan yang bisa mempermudah pengguna untuk

mengakses pendidikan yang lebih efisien dan efektif.

Dengan adanya integrasi platform digital pendidikan ini,

akses para mahasiswa dipermudah dan tidak perlu untuk

membuka bermacam-macam platform dalam satu waktu

bersamaan, materi juga dapat diakses oleh mahasiswa

dengan lebih stabil karena ukuran data yang lebih kecil

untuk mendapatkan informasi pendidikan. Collaborative

governance ini juga menekankan adanya peran aktor non

pemerintah seperti swasta penyedia platform digital

pendidikan untuk integrasi, penyedia provider internet,

dan juga masyarakat dari berbagai pihak seperti

mahasiswa sebagai pengguna dari hasil kerja sama ini.

Integrasi platform digital pendidikan ini memiliki tujuan

untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul atas

kebijakan pembelajaran daring, meningkatkan kualitas

penyampaian materi selama pembelajaran daring dan

lebih jauh lagi kegunaannya untuk kontribusi yang lebih

besar atas perkembangan e-learning Indonesia sehingga

bisa bermanfaat bagi dunia pendidikan bahkan setelah

pandemi ini berakhir.

104

105

E-Health’s: Optimalisasi Sistem

Pelayanan Kesehatan dan Penyerapan

Tenaga Kerja Bidang Kesehatan

Berbasis Heling di Tengah Ironi

Pandemi COVID-19

Ni Putu Yasni Marita Dewi1 Ni Made Ari Suartini2

Universitas Udayana

“Mengusahakan kebahagiaan bukan hanya soal mengejar

nikmat dan menghindari rasa sakit. Terlepas dari itu, kita

hidup bahagia dengan mengembangkan diri dan

mengembangkan segala potensi.”

-Aristoteles-

Pada dasarnya, manusia hidup untuk mengejar

tujuannya. Hidup penuh rasa bahagia tanpa sesuatu yang

menyakitkan dibuatnya. Tidak ada satu pun orang yang

bersedia merasakan sakit. Semua diusahakan dan dirakit,

hingga akhirnya bisa hidup tenang tanpa rasa sakit. Selain

itu, berdasarkan aturan dasar manusia yang dikemukakan

oleh Aristoteles, manusia cenderung akan beradaptasi,

berusaha menyesuaikan diri dengan situasi, berharap dengan

itu bisa selalu mengembangkan solusi akan konflik yang

senantiasa terjadi. Manusia menyadari keterbatasannya dan

dari sanalah manusia mulai belajar untuk menyesuaikan diri

106

dengan perkembangan lingkungan sekitarnya dan mulai

membuka mata atas potensi yang dikaruniai Tuhan.

A. Sistem Pelayanan Kesehatan dan Tenaga Kerja

Kesehatan di Masa Pandemi COVID-19

Tidak dapat dipungkiri, manusia membutuhkan

modal yang kuat untuk mengejar tujuan hidupnya. Bukan

benda material lain, tetapi semua sepakat bahwa

kesehatan adalah hal terpenting yang harus diusahakan.

World Health Organization (WHO) dalam Asriwati dan

Irawati (2019), menyatakan bahwa kesehatan tidak hanya

soal kesejahteraan fisik, tetapi cakupannya menjadi lebih

luas meliputi psikologis, sosial budaya dan spritual dari

individu. Individu yang sehat dapat melakukan berbagai

aktivitas, baik yang menggunakan indra maupun pikiran.

Maka dari itu, kesehatan menjadi hal vital yang jika tidak

diusahakan akan menjadi kesalahan yang fatal. Kesehatan

selalu menjadi topik yang krusial, tidak hanya berkaitan

dengan fisik, tetapi juga mental. Pusat pelayanan ke-

sehatan, termasuk tenaga kesehatan di dalamnya menjadi

harapan bagi masyarakat untuk menunjang kesehatan

diri.

Rumah sakit, puskesmas dan klinik merupakan

pusat pelayanan kesehatan yang menjadi sasaran utama

masyarakat ketika ada kondisi yang menyebabkan mereka

sakit. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia (PERMENKES) No 43 tahun 2019, bahwa pusat

pelayanan kesehatan ataupun fasilitas kesehatan bergerak

untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan,

baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang

107

dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau

masyarakat. Atas fungsi tersebut, pusat pelayanan ke-

sehatan diharapkan dapat memberikan pelayanan yang

maksimal bagi masyarakat baik saat sakit maupun

sebelum sakit, baik dalam fungsi pengobatan maupun

pencegahan dan peningkatan status kesehatan masya-

rakat di suatu daerah. Pada intinya, pusat pelayanan

kesehatan menjadi tempat yang berpusat dan berfokus

pada kesehatan pasien. Namun, memasuki masa pandemi

COVID-19, sistem pelayanan kesehatan di semua fasilitas

kesehatan mulai memasuki babak baru. Pusat pelayanan

kesehatan yang awalnya menganut sistem patient centered

(berpusat pada pasien) kini menjadi people centered.

Penyebaran virus yang cepat dan siapa pun dapat menjadi

carrier atau lebih dikenal dengan OTG (Orang Tanpa

Gejala) menjadi alasan mengapa selain pasien, petugas

kesehatan yang bekerja juga harus mendapat perlindu-

ngan (Handayani, 2020). Selain untuk mencegah penye-

baran virus COVID-19 di lingkungan pusat pelayanan

kesehatan, terjadinya lonjakan kasus pasien yang ter-

infeksi corona menyebabkan beberapa rumah sakit yang

ditunjuk sebagai rujukan COVID-19 mengalami kewala-

han baik dari segi tenaga kerja maupun kapasitas untuk

menampung dan melaksanakan perawatan bagi pasien,

sehingga beberapa pusat pelayanan kesehatan kini mulai

melakukan pembatasan kunjungan. Masyarakat diharap-

kan dapat mengurangi kunjungan ke rumah sakit, tetap

mematuhi protokol kesehatan dan melakukan prosedur

tambahan sebelum memasuki ruang periksa. Selain akibat

pembatasan kunjungan yang diberlakukan oleh beberapa

108

pusat pelayanan kesehatan, kecemasan dan rasa takut

akibat penyebaran virus COVID-19 ini juga menjadi

motivasi instrinsik bagi masyarakat sehingga enggan

melakukan kunjungan ke rumah sakit. Akibat dari

persyaratan khusus dan kecemasan yang berlebih, maka

masyarakat lebih memilih untuk tidak datang ke pusat

pelayanan kesehatan meskipun sedang menderita sakit

yang cukup urgent, meskipun sebenarnya mereka ingin

memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan (Sukardi,

2020).

Adanya pembatasan kunjungan dan rasa khawatir

yang berlebih berpengaruh terhadap kurangnya kunju-

ngan masyarakat ke beberapa pusat pelayanan kesehatan.

Menyebabkan beberapa pusat pelayanan kesehatan

menjadi sepi pengunjung, terutama rumah sakit yang

tidak ditunjuk sebagai rujukan COVID-19 (Yulianti, 2020).

Hal ini tentu akan berpengaruh secara langsung bagi

strategi bisnis rumah sakit, apakah harus ada yang

dikurangi atau dipertahankan dengan sistem kerja yang

berbeda. Kondisi seperti ini, dapat mengancam ke-

berlangsungan hidup tenaga kesehatan yang bisa saja

diberhentikan dari pekerjaannya atau dikurangi jam kerja

dan upah kerjanya.

Terhitung sejak Februari 2020, angkatan kerja di

Indonesia bertambah sebanyak 1,73 juta orang dari

Februari tahun 2019. Beberapa lapangan pekerjaan di

berbagai bidang juga mengalami perluasan, seperti lapa-

ngan pekerjaan jasa kesehatan yang mengalami pening-

katan sebanyak 0,13 % (Badan Pusat Statistik, 2020).

Meskipun peningkatan angkatan kerja dibarengi dengan

109

perluasan lapangan pekerjaan. Namun, hal ini tidak dapat

menjamin jika setiap tenaga kerja fresh graduate maupun

yang telah berpengalaman dapat memperoleh pekerjaan

seperti yang diharapkan. Ditambah lagi dalam kondisi

pandemi seperti sekarang ini, banyak usaha yang berhenti

beroperasi sehingga harus memutus kerja karyawan-

karyawannya.

B. E-Health’s : Strategi Optimalisasi Sistem Pelayanan

Kesehatan dan Tenaga Kerja Kesehatan di Masa

Pandemi COVID-19

Terhitung sampai April 2020, hampir 1,2 juta orang

di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) akibat pandemi

(Amindoni, 2020). Meskipun pemerintah juga telah

berupaya memulihkan perekonomian masyarakat yang

terkena PHK melalu kartu prakerja. Namun, dibutuhkan

usaha lain untuk membantu mengatasi masalah per-

ekonomian di tengah-tengah masa pandemi ini agar

usaha pemulihan kondisi di berbagai bidang dapat efektif.

Selain itu, pemerintah pun sudah membuat regulasi

penanganan kesehatan di masa pandemi COVID-19

dengan berbagai macam cara yaitu membuat rumah sakit

rujukan khusus COVID-19 di setiap provinsi dan mem-

buat aturan-aturan terkait kriteria-kriteria gawat darurat

di masa pandemi COVID-19 yang telah dirilis pada sosial

media Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Na-

mun, hal tersebut belum memberikan pengaruh yang

cukup signifikan untuk keberlangsungan sistem pelaya-

nan kesehatan dan tenaga kerja kesehatan.

110

Berdasarkan permasalahan tentang pembatasan

kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan serta kemung-

kinan lebih banyaknya tenaga kerja terutama tenaga

kesehatan yang diberhentikan, maka harus ada usaha lain

yang turut diikutsertakan. Memanfaatkan kebijakan ten-

tang mengutamakan aktivitas bersifat daring untuk

masalah yang cukup genting, maka dapat diperhitungkan

untuk menciptakan sebuah aplikasi yang dapat menye-

lesaikan sumber masalah. E-Health’s merupakan aplikasi

berbasis teknologi yang menyediakan layanan seputar

home care, edukasi, serta penyediaan informasi terkait

COVID-19 dan sistem pelayanan kesehatan di masa pan-

demi. Dengan akses yang mudah dan fitur yang beragam,

diharapkan aplikasi ini dapat membantu menyelesaikan

pokok-pokok permasalahan yang seragam. Aplikasi ini

merupakan terobosan yang menyukseskan ganyang

revolusi industri 4.0 melalui pemanfaatan teknologi untuk

mengatasi problematika negeri.

C. Mekanisme Konstruksi “E-Health’s”

“E-Health” merupakan aplikasi berbasis HELING

yaitu home care, edukasi dan healing mind yang bertujuan

untuk optimalisasi sistem pelayanan kesehatan dan pe-

nyerapan tenaga kerja khususnya pada bidang kesehatan.

Aplikasi ini dapat dioperasikan secara mobile oleh

konsumen khususnya masyarakat yang membutuhkan

pelayanan kesehatan yang mana nantinya masyarakat

tidak perlu pergi ke pelayanan kesehatan untuk men-

dapatkan pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut

adapun mekanisme konstruksi dari aplikasi “E-Health’s”

111

1. System dan Software Design

Pada aplikasi “E-Health’s” terdapat beberapa fitur

yang bisa diakses oleh pengguna seperti fitur home

care, edukasi dan healing mind. Aplikasi ini akan

menggandeng Juggle Jack sebagai mitra untuk bekerja

sama dalam hal pembuatan aplikasi “E-Health’s”.

Dalam pendesainan aplikasi terdiri dari rancangan

sistem, database dan user interface. Kemudian

pendesainan fitur-fitur yang dapat mendukung sistem

pelayanan kesehatan yaitu fitur Home Care dapat

memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan

kebutuhan pengguna aplikasi seperti perawatan luka,

care giver, child care dan insidental care. Selanjutnya

fitur edukasi, dapat digunakan untuk memberikan

layanan edukasi berbasis audio visual yang mana

nantinya pengguna dapat mengakses pengetahuan

seputar kesehatan yang ditampilkan dengan bahasa

yang mudah dimengerti. Lalu fitur Healing Mind dapat

digunakan untuk melepaskan beban dan memberikan

manajemen stress ataupun manajemen terkait

psikologis pengguna aplikasi.

2. Proses Input Data

Aplikasi “E-Health’s” memiliki beberapa proses

pemasukan data yang menjadi bahan pertimbangan

dalam menunjukkan semua fitur-fitur yang terdapat

dalam aplikasi. Data-data tersebut terdiri atas data diri

pengguna, data lokasi pengguna yang tergabung ke

dalam fitur home care, data-data kesehatan pengguna

yang tentunya sangat dijaga privasinya, kontak tenaga

medis, serta data-data terkait edukasi seputar

112

kesehatan dan data-data terkait manajemen psikologis.

Berikut beberapa penjabaran input data yang

diperlukan oleh pengguna aplikasi.

Tabel 1. Input Data Diri

Setelah memasukkan data tersebut, maka

selanjutnya adalah tahap interpretasi data yang mana

nanti pengguna akan mengisi data diri yang di-

sesuaikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Pada

fitur edukasi, input data selain dilakukan oleh

pengelola aplikasi, juga dapat dilakukan oleh pengguna

aplikasi dengan menggunggah karyanya seputar

pengetahuan kesehatan dalam bentuk artikel, komik,

maupun video yang mana nantinya akan di-review

terlebih dahulu kelayakan artikelnya. Kemudian pada

fitur Healing Mind data yang di-input adalah data

kontak konselor untuk melakukan konsultasi serta

data manajemen psikologis.

D. Mekanisme Kerja “E-Health’s” : Optimalisasi Sistem

Pelayanan Kesehatan dalam Ironi Pandemi

Mekanisme kerja dari aplikasi optimalisasi sistem

pelayanan kesehatan berbasis aplikasi yang berfungsi

untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ini

113

memiliki tiga fitur utama yang dapat diakses oleh

pengguna. Pertama-tama pengguna dapat men-download

aplikasi ini pada Google PlayStore atau AppStore. Setelah

itu, pengguna akan diarahkan pada menu sign up untuk

membuat akun agar bisa mengakses fitur-fitur pada

aplikasi “E-Health’s”. Namun, apabila pengguna aplikasi

telah memiliki akun, maka pengguna cukup menekan

menu sign in. Adapun mekanisme kerjanya sebagai

berikut.

1. Fitur “Home Care”

Fitur ini memiliki fungsi untuk memberikan

layanan kesehatan secara holistik kepada pengguna

sesuai dengan keluhan yang dialami oleh pengguna.

Fitur ini juga dilengkapi Healtier Near by atau Tenaga

Kesehatan Terdekat Anda, yang mana sub fitur ini akan

memudahkan pengguna dalam menemukan tenaga

kesehatan yang terdekat pada titik lokasi pengguna.

Setelah itu, tenaga kesehatan akan langsung menuju ke

lokasi pengguna aplikasi, yang mana sebelumnya

tenaga kesehatan telah menyesuaikan kompetensinya

dengan keluhan dan kebutuhan pengguna. Pengguna

aplikasi akan disuguhkan beberapa layanan kesehatan

seperti perawatan luka, care giver, child care dan insi-

dental care. Pada fitur ini tentunya akan melibatkan

beberapa tenaga kesehatan untuk melakukan pelaya-

nan kesehatan seperti dokter, perawat, bidan dan

psikolog.

2. Fitur Edukasi

Fitur ini memiliki fungsi dalam menyajikan data

informatif kepada pengguna dalam meningkatkan

114

pengetahuan seputar kesehatan termasuk informasi

terkait COVID-19. Informasi dikemas dengan bahasa

yang luwes sehingga mudah dimengerti oleh

masyarakat. Fitur ini menyediakan layanan edukasi

berbasis audio visual yang menarik dan interaktif.

Selain itu, dalam fitur ini pengguna juga dapat

berkontribusi untuk mengunggah karya seputar

pengetahuan mengenai kesehatan dalam bentuk,

artikel, video maupun komik. Sebelum diunggah, karya

tersebut akan melalui proses seleksi oleh reviewer

sehingga nantinya karya tersebut layak untuk diunggah

pada aplikasi “E-Health’s”

3. Fitur Healing Mind

Fitur ini memiliki fungsi dalam manajemen

psikologis pengguna. Fitur ini menyajikan layanan

refreshing jiwa dalam bentuk audio visual. Konten-

konten dalam fitur ini mengandung manajemen stress

yang bisa diterapkan oleh pengguna sehingga dapat

meningkatkan kesehatan jiwa pengguna. Selain itu

dalam fitur ini juga disediakan layanan book a session.

Layanan ini dapat digunakan jika pengguna ingin

berkonsultasi secara langsung kepada psikolog.

Namun, jika ingin menggunakan layanan ini, pengguna

aplikasi akan dikenakan tarif sesuai dengan layanan

psikolog yang digunakan. Aplikasi “E-Health’s” adalah

sistem yang memiliki kontribusi dalam optimalisasi

sistem pelayanan kesehatan khususnya di Indonesia

dalam masa ironi pandemi COVID-19. Periode ini

adalah periode di mana seluruh aspek di dunia

mengalami penurunan termasuk pelayanan kesehatan

115

yang seharusnya dioptimalkan. Fitur HELING (Home

Care, Edukasi, dan Healing Mind) dalam aplikasi ini

menawarkan beragam kemudahan pada masyarakat

untuk senantiasa memperhatikan kesehatan dalam

masa pandemi COVID-19.

Pemanfaatan teknologi dalam bentuk aplikasi

“E-Health’s” merupakan upaya solutif yang memberi-

kan manfaat untuk masyarakat, serta memudahkan

tenaga kesehatan dalam hal menemukan lapangan

pekerjaan, khususnya pada calon tenaga kerja atau

yang ingin mencari pekerjaan sampingan. Namun,

aplikasi ini akan menjadi teknologi yang bisa menjadi

solusi bagi seluruh pihak, mulai dari pemerintah,

tenaga kesehatan, serta akademisi turut berkontribusi

dalam pengembangan dan penyosialisasian aplikasi ini.

“Jauh lebih sulit untuk membuat orang sehat, daripada

membuat mereka sakit.”

– DeForest Clinton Jarvis–

116

117

Amidess (Alat Multifungsi Deteksi Suhu

dan Sterilisasi) sebagai Alternatif

Preventif COVID-19

Nurul Komariyah1 Oktaviani Nur Sinta2

Universitas Diponegoro

A. Pendahuluan

Virus corona atau COVID-19 merupakan sekelom-

pok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada

manusia terutama infeksi saluran pernapasan (WHO,

2020). Virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan, China

pada Desember 2019 yang kemudian menjadi sebuah

pandemi di banyak negara di seluruh dunia. Di Indonesia

sendiri, terjadi dua kasus pertama virus corona yang

diumumkan pada tanggal 2 Maret 2020. Hingga saat ini

jumlah kasus terus meningkat hingga mencapai 45.891

kasus pada 21 Juni 2020 (Gugus Tugas Percepatan

Penanganan COVID-19, 2020). Tinginya jumlah kasus

corona tersebut diakibatkan oleh penyebaran virus corona

yang begitu cepat dan mudah menular antar manusia

melalui droplet atau cairan yang dikeluarkan saat

seseorang bersin atau batuk. Cairan tersebut akan

menempel pada telapak tangan sehingga bisa menular

ketika bejabat tangan maupun menempel pada benda-

benda sekitar yang mungkin akan disentuh oleh orang

lain. Oleh karena itu, sangat tepat jika pemerintah sudah

118

melakukan berbagai kebijakan dan strategi untuk

mencegah adanya penularan virus corona tersebut.

Kebijakan dan strategi tersebut antara lain dengan

kebijakan social distancing, Pembatasan Sosial Berskala

Besar (PSBB) dan himbauan #dirumahaja (Boer, Pratiwi &

Muna, 2020). Kebijakan pemerintah lainnya yaitu

penelusuran kontak (tracing) kasus positif, edukasi dan

penyiapan isolasi mandiri serta isolasi rumah sakit

(Wibowo, 2020).

Akan tetapi, bukan hanya kebijakan dari peme-

rintah saja yang bisa dilakukan untuk membantu pe-

nyebaran virus corona ini. Semua warga negara Indonesia

dapat berperan serta dalam mengatasi virus corona ini.

Terlebih bagi para generasi muda atau generasi milenial.

Saat ini sangat diperlukan perannya dalam membantu

mengatasi penyebaran virus corona. Setiap generasi

milenial dapat berperan mulai dari hal-hal kecil seperti

mematuhi dan melaksanakan kebijakan dari pemerintah

hingga bisa menciptakan sesuatu. Seperti, sebuah alat

atau yang lainnya yang mampu membantu mencegah

penyebaran virus corona.

Salah satu alat yang diperlukan dalam masa

pandemi saat ini adalah alat sterilisasi. Selain itu, alat

pendeteksi suhu tubuh juga sangat dibutuhkan saat ini,

mengingat salah satu gejala seseorang positif virus corona

adalah suhu tubuh yang meningkat. Tidak heran jika saat

ini sudah banyak tempat-tempat yang menerapkan

pengecekan suhu dengan menggunakan termometer.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, sangat dibutuhkan

sebuah alat yang lebih efisien dalam melakukan suatu

119

tindakan. Salah satunya sebuah alat yang bisa melakukan

deteksi suhu sekaligus sterilisasi yang kami beri nama

AMIDESS (Alat Multifungsi Deteksi Suhu dan Sterilisasi).

AMIDESS (Alat Multifungsi Deteksi Suhu dan

Sterilisasi) adalah sebuah alat yang berfungsi untuk

mesterilkan tubuh seseorang dan mendeteksi suhu tubuh.

Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan solusi

dalam proses kesehatan untuk menurunkan angka

COVID-19 di Indonesia. Sedangkan manfaat yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah menghasilkan alat

strerilisasi dan pengecekan suhu tubuh yang otomatis

yang diharapkan mampu memberikan manfaat bagi

masyarakat sehingga tidak terjadi keterlambatan

penanganan dan dapat mengurangi angka COVID-19 yang

dapat menyebabkan kematian.

B. Pembahasan

1. Termometer Inframerah

Termometer inframerah merupakan alat me-

ngukur suhu menggunakan radiasi kontak hitam (bia-

sanya inframerah) yang dipancarkan ke objek tertentu.

Alat ini juga disebut termometer laser. Jika meng-

gunakan laser untuk membantu pekerjaan pengukuran

atau termometer tanpa sentuhan untuk menggambar-

kan kemampuan alat mengukur suhu dari jarak jauh.

120

Gambar 1 Termometer Inframerah

2. Sensor PIR

PIR (Passive Infrared Receiver) merupakan sensor

berbasis infrared yang tidak memancarkan apa pun.

Sensor ini hanya merespons energi pancaran sinar

inframerah pasif yang dimiliki oleh setiap benda yang

terdeteksi olehnya. Sensor PIR di sini berfungsi

mendeteksi adanya benda di atas lensa objektif.

Apabila ada benda di atas lensa objektif, maka semua

LED akan dinyalakan. Apabila tidak terdeteksi adanya

benda, maka sistem akan dalam kondisi stand by

(Lestari, 2011).

3. Arduino Nano

Arduino adalah pengendali mikro single board

yang bersifat open source, yang diturunkan dari Wiring

Platform. Arduino dirancang untuk memudahkan

penggunaan elektronik dalam berbagai bidang. Hard-

ware-nya memiliki prosesor Atmel AVR dan software-

nya memiliki bahasa pemrograman sendiri (Lestari,

2017). Mikrokontroler Arduino akan menerima data

digital dari sensor PIR. Apabila sensor PIR mendeteksi

adanya benda maka semua LED akan dinyalakan,

121

sebaliknya apabila sensor pir tidak mendeteksi adanya

benda maka hanya dua LED yag menyala.

Gambar 2 Arduino Nano

4. Waktu dan Tempat

Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan alat

dan penelitian adalah tiga bulan. Kegiatan akan di-

lakukan di gedung Departemen Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro.

5. Tahap pembuatan Purwarupa AMIDESS

Penelitian ini yang terdiri dari 3 tahap, yaitu

tahap awal (Studi linier dan pembuatan model

AMIDESS), tahap pertengahan (Pengadaan alat dan

bahan, perancangan hardware dan software), tahap

akhir (Pengujian alat dan pengambilan data).

122

Gambar 3 Diagram alir pembuatan

Purwarupa AMIDESS

1. Tahap Awal

Pengerjaan pembuatan AMIDESS diawali dengan

pembuatan sketsa dan model alat dan dilanjutkan

perhitungan berdasarkan teori yang ada hingga

mendapat hasil perhitungan yang sesuai harapan.

2. Tahap Pertengahan

Pengadaan alat, bahan, dan komponen utama

AMIDESS. Alat-alat yang digunakan dalam pelaksana-

an ini adalah:

- Roller - Tang pemotong - Multimeter

- Obeng - Toolbox - Solder

Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan

ini adalah:

- Termometer Inframerah - Kabel USB - Baut

- Alumunium - Timah - PCB

- Kabel Listrik - Sensor PIR - Mur

123

- Ardino Nano - Resistor

3. Perancangan Komponen Perangkat

a. Bagian atas

Bagian atas adalah bagian paling atas dari

AMIDESS dan menjadi tempat untuk termometer

inframerah untuk mendeteksi suhu tubuh di mana

dimasukan dalam box yang sudah didesain. Bagian

atas juga terdapat sensor PIR yang mendeteksi ada-

nya benda, apabila sensor PIR mendeteksi adanya

benda maka akan semua LED akan menyala.

b. Bagian tengah

Bagian tengah terdapat selang yang secara

otomatis akan menyemprotkan desinfektan untuk

mensterilisasikan di mana alat ini dikendalikan oleh

sensor PIR.

c. Bagian bawah

Bagian bawah terdapat box di samping pintu

di mana box ini berfungsi untuk menyimpan cairan

desinfektan untuk mensterilisasikan tubuh di mana

desinfektan ini menggunakan desinfektan yang

aman untuk digunakan tubuh yaitu di mana dibuat

alami dari bahan-bahan alamat dari campuran

minyak atsiri, lemon dan cuka yang dipercaya

menjadi salah satu alternatif pembuatan

desinfektan alami.

4. Monitoring dan Perawatan Berkala

Monitoring dilakukan dalam interval waktu

tertentu sedangkan perawatan dilakukan apabila

dibutuhkan.

124

5. Tahap Akhir

Tahap akhir adalah tahap uji coba. Uji coba yang

dilakukan bertujuan untuk membuat sebuah sistem

pendeteksi yang optimal dengan memerhatikan fungsi

dan kelemahan pada alat yang digunakan. Dilakukan

pengecekan untuk mengetahui keakuratan AMIDESS

serta melakukan uji coba di Rumah Sakit Nasional

Diponegoro (RSND) dengan melakukan penggunaan

AMIDESS pada tim medis, pasien serta pengunjung di

Rumah Sakit Nasional Diponegoro.

6. AMIDESS

a. Purwarupa AMIDESS

Berikut adalah purwarupa dari AMIDESS

beserta teknologi yang akan dikembangkan.

Gambar 4.1 Purwarupa AMIDESS

125

b. Interpretasi Produk

1) Cara Kerja AMIDESS

Cara kerja AMIDESS ditunjukkan oleh diagram

alir berikut:

Gambar 4.2 Diagram Alir Cara Kerja AMIDESS

2) Manfaat AMIDESS

Manfaat utama AMIDESS sebagai alat yang

dapat menstrerilkan sehingga seseorang yang

menggunakan akan streril dan dapat mencegah

penyebaran penyakit lebih luas lagi dan

tercapainya derajat kesehatan yang optimal.

3) Kelebihan dan Kekurangaan AMIDESS

Kelebihan dari AMIDESS sendiri sebagai

alat yang multifungsi di mana bisa sebagai

sterilisasi bisa pula untuk mendeteksi suhu

tubuh di mana pengukuran suhu cepat dan

126

setiap orang dapat menyelesaikan tes dalam

waktu 0,5 detik dengan jarak pengukuran suhu

dalam kisaran 5-12 cm.

C. Penutup

AMIDESS merupakan sebuah alat yang nantinya

bisa menjadi alternatif dalam membantu pencegahan

penyebaran COVID-19. Alat ini dapat bekerja secara lebih

efisien karena dapat melakukan sekaligus dua tindakan

dalam satu waktu. AMIDESS dirancang sebagai alat yang

mampu melakukan deteksi suhu sekaligus sterilisasi de-

ngan menyemprotkan cairan desinfektan yang berbahan

dasar alami. AMIDESS dirancang oleh 3 bagian komponen

utama yaitu:

1. Bagian atas yaitu tempat untuk termometer

inframerah, untuk mendeteksi suhu tubuh dan sensor

PIR untuk mendeteksi adanya objek.

2. Bagian tengah yaitu terdapat selang otomatis yang

akan menyemprotkan desinfektan.

3. Bagian bawah yaitu terdapat box yang berfungsi untuk

menyimpan cairan desinfektan. AMIDES merupakan

alat yang sangat efisien jika digunakan karena dapat

melakukan sterilisasi dan mendeteksi suhu tubuh

seseorang hanya dalam waktu 0,5 detik.

127

DAFTAR PUSTAKA

Abeler, J., et al. 2020. “COVID-19 Contact Tracing Data

Protection Can Go Together”. JMIR mHealth and

uHealth, 8 (4): E19358. Tersedia online di:

http://preprints.jmir.org/preprint/19359, diakses pada

25 Juni 2020.

Ahmad Burhan, Fahmi. 2020. Ahli IT Soroti Kelemahan

Aplikasi Kominfo untuk Lacak Pasien Corona. Diakses

27 Mei, <https://katadata.co.id/berita/ 2020 / 03 / 27 /

ahli-it-soroti-kelemahan-aplikasi-kominfo-untuk-

lacak-pasien-corona>

Amindoni, A. 2020. Virus Corona: Gelombang PHK di

Tengah Pandemi Covid-19 Diperkirakan Mencapai

Puncak Bulan Jun, Kartu Prakerja Dianggap Tak

Efektif. Tersedia pada https://www.bbc.com/

indonesia/indonesia-52218475. Diakses pada 3 Juli

2020.

Ansell, C., & Gash, A. (2007). Collaborative Governance in

Theory and Practice. JOURNAL OF PUBLIC

ADMINISTRATION RESEARCH AND THEORY. Vol

18(4), hlm 543-571.

Arief Amin (2016). “Analisis Faktor-Faktor yang

Memengaruhi Petani Menggunakan Tebasan serta

128

Akad Salam sebagai Alternatif Pembiayaan Perikanan

di Tasikmalaya dan Garut”, pp. 6–67.

Asriwati & Irawati. 2019. Buku Ajar Antropologi Kesehatan

Dalam Keperawatan. Yogyakarta: Deepublish.

Badan Pusat Statistik. 2020. Februari 2020: Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,99 Persen.

Tersedia pada https://www.bps.go.id/pressrelease/

2020/ 05/ 05/ 1672/ februari – 2020 – tingkat –

pengangguran – terbuka – tpt – sebesar – 4 – 99 -

persen. html. Diakses tanggal 1 Juli 2020.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2019). Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024.

Retrieved 16 Juni 2020 from: https://www.

bappenas.go.id/files/rpjmn/Narasi%20RPJMN%20IV%

202020-2024_Revisi%2018%20Juli% 202019.pdf

Badan Pusat Statistik. (2018). Banyak Desa/Kelurahan yang

Menerima Sinyal Telepon Seluler Menurut Provinsi

dan Kekuatan Sinyal 2008-2018. Retrieved 16 Juni 2020

from: https://www.bps.go.id/dynamictable/ 2019/12/

30/1712/banyaknya- desa – kelurahan – yang -

menerima- sinyal - telepon - selular - menurut -

provinsi-klasifikasi - daerah- dankekuatan – sinyal –

2008 -2011-2014-dan-2018.html

129

Behan, C., 2020. The Benefits of Meditation and Mindfulness

Practices During Times of Crisis Such As COVID-19.

Irish Journal of Psychological Medicine, pp.1-8.

Berita Resmi Statistik No. 30/04/Th. XXIII, 1 April 2020

tentang Perkembangan Nilai Tukar Petani.

Binus University, 2011. “Radio Frequency Identification

(RFID)”. Tesis. Binus University: Jakarta, diakses 8 Juli

2020, <library.binus.ac.id.>

Bitterauf, M., 2016. Mindfulnes-Based Stress Reduction

Program. Maine Health Community Education

Program.

Boer, K, Pratiwi, M, & Muna, N 2020, “Analisis Framing

Pemberitaan Generasi Milenial Dan Pemerintah

Terkait Covid-19 di Media Online”, Communicatus:

Jurnal Ilmu Komunikasi, vol.4 no.6, hh 85-104.

Bourouiba, L. 2020. Turbulent Gas Clouds and Respiratory

Pathogen Emissions: Potential Implications for

Reducing Transmission of COVID-19. Journal of the

American Medical Association. JAMA Published.

BPS. 2018. Diakses 31 Mei 2020, https://www.bps.go.id/

dynamictable/ 2015/09/18%2000:00:00/906/jumlah-

desa – kelurahan – menurut – provinsi – dan – letak -

geografi-2003---2018.html

130

Castillo, A. P. D. 2020. “COVID-19 Contact-Tracing Apps:

How to Prevent Privacy from becoming the next victim”.

European Economic, Employment and Social Policy,

https://ssm.com/abstract=3593405, diakses pada 4 Juli

2020.

CNN Indonesia. (2020). Corona Merebak, Kampus di

Bandung dan Yogya Kuliah Online. Retrieved 16 Juni

2020 from cnnindonesia.com: https://www.

cnnindonesia.com/nasional/20200314214910 -

20483499 / corona - merebak - kampus – di -bandung-

dan-yogya-kuliah-online

CNN Indonesia. 2020. “Gugas Jatim: Jika tak Hati-hati

Surabaya Bisa Jadi Wuhan”. Tersedia online di:

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200528105

612-20-507546, diakses pada tanggal 23 juni 2020.

Cui, J dkk. 2019. Origin and Evolution of Pathogenic

Coronaviruses. Nature Reviews Microbiology, 17: 181-

192.

Dreeben, S.J., Mamberg, M.H. & Salmon, P., 2013. The MBSR

body scan in clinical practice. Mindfulness in Practice,

pp.394-401.

Fahmi, M. I. (2020). Pemudik Masuk Purbalingga akan

Dipasangi Gelang, Ketahuan Dilepas Denda RP500

Ribu. https://www.kompas.tv. Diakses tanggal 07 Juli

2020.

131

Firman., & Rahman, Sari. (2020). Pembelajaran Online di

Tengah Pandemi Covid-19. INDONESIAN JOURNAL

OF EDUCATIONAL SCIENCE. Vol 2(2). Hlm 81-89.

Gaol, N.T.L., 2016. Teori Stres: Stimulus, Respons dan

Transaksional. Buletin Psikologi, 24(1), pp.1-11.

Grossman, P., Niemann, L., Schmidt, S. & Walach, H., 2004.

Mindfulness-based stress reduction and health benefits

A meta-analysis. Journal of Psychosomatic Research,

pp.35-43.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 2020, Data

Sebaran, dilihat 22 Juni 2020, <https://covid19.go.id/>

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. (2020).

covid19.go.id. Diakses tanggal 07 Juli 2020.

Gunther, C., et al. 2020. “Tracing Contacts to Control the

COVID-19 Pancemic”. arXiv Cornell University,

https://arxiv.org/abs/2004.00517, diakses pada 25 Juni

2020.

Handayani, N. 2020. Rekomendasi Keselamatan Pasien Untuk

Wabah Epidemi Covid-19 (Pelajaran dari Pengalaman

Italia). Tersedia pada https: //mutupelayanankeseha

tan.net/19-headline/ 3450-rekomendasi – keselamatan

– pasien – untuk - wabah -epidemi-covid-19-pelajaran-

dari-pengalaman-italia. Diakses tanggal 3 juli 2020.

132

Hartley, Darin. (2001). Selling E-Learning. Virginia: American

Society for Training & Development.

Hendartyo. 2020. Dampa Corona 1,9 Juta Pekerja Kena PHK

dan Dirumahkan.

Hiremath, P., Kowshik, C.C.S., Manjunath, M. & Shettar, M.,

2020. COVID 19: Impact of Lock-down on Mental

Helath and Tips to Overcome. Jurnal Pre-proof, pp.1-6.

Huang, C.L dkk. 2020. Clinical Features of Patients Infected

with 2019 Novel Coronavirus in Wuhan, China. The

Lancet, 395(10223): 497 – 506.

Iskandar. 2020. Aplikasi Pelacak COVID-19 Peduli Lindungi

Bahaya Bagi Pengguna Ini Penjelasannya. Diakses 27

Mei 2020, <https://www.liputan6.com/ tekno/ read/

4230781/ aplikasi - pelacak - COVID-19 -

pedulilindungi- bahaya - bagi - pengguna - ini -

penjelasannya>

Jatim Tanggap COVID-19. 2020. “Surabaya Lawan COVID-

19”. Tersedia online di: https://lawancovid-

19.surabaya.go.id/, diakses pada tanggal 23 juni 2020.

Kabat-Zinn, J., 1994. Wherever you go, there you are:

Mindfulness meditation in everyday. New York:

Hyperion.

133

Kabat-Zinn, J., 2005. Coming to Our Senses: Healing

Ourselves and the World Through Mindfulness. 1st ed.

New York: Hyperion.

Kementerian Kesehatan (2020a) Gandeng Gojek dan Grab,

Kemenkes Luncurkan Telemedicine Penanganan Covid -

19. Available at: https://www.kemkes.go.id/ article/

view/20032300005/gandeng-gojek-dan-grab-

kemenkes- luncurkan- telemedicine- penanganan-

covid-19.html (Accessed: 8 July 2020).

Kementerian Kesehatan (2020b) Seluruh RS Diimbau tak

Buka Praktik Rutin Kecuali Emergensi. Available at:

https://www.kemkes.go.id/article/view/20041600001/s

eluruh-rs-diimbau-tak-buka-praktik-rutin- kecuali-

emergensi.html (Accessed: 8 July 2020).

Kementerian Kesehatan (2020c) Situasi COVID-19. Available

at: https://www.kemkes.go.id/ (Accessed: 8 July 2020).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia. (2020). SE Mendikbud: Pembelajaran Secara

Daring dan Bekerja dari Rumah untuk Mencegah

Penyebaran COVID-19. Retrieved 16 Juni 2020 from :

https://www.kemdikbud.go.id/ main/ blog/ 2020/ 03/

se-mendikbud-pembelajaran-secara-daring-dan-

bekerja-dari-rumah-untuk-mencegah-penyebaran-

covid19

134

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020. Pedoman

Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease

(COVID-19). Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia.

Khasanah, Dian., Pramudibyanto, Hascaryo., & Widuroyekti,

Barokah. (2020). Pendidikan dalam Masa Pandemi

COVID-19. JURNAL SINESTESIA. Vol 10(1). Hlm 41-48.

KKP. 2018. Laporan Tahunan Kementerian Kelautan dan

Perikanan 2018.

Knight, Sarah. (2004). Effective Practice with e-Learning: A

good practice guide indesigning for learning. United

Kingdom: Joint Information Systems Committee (JISC)

Development Group, University of Bristol. Retrieved 16

Juni 2020 from : http://www.elearning.ac.uk/effprac/

Kontan https://nasional.kontan.co.id/news/terdampak-

corona-penyerapanikan-budidaya-turun-10-20 Diakses

pada 21 Juni 2020.

Kornfield, J., 1993. A Path with Heart: A Guide Through The

Perils and Promises oSpiritual Life. New York: Bantam.

Lentera Today. 2020. “Risma Beberkan Penyebab

Peningkatan Positif Covid-19 di Surabaya”. Tersedia

online di: https: //lenteratoday.com/risma-beberkan

penyebab-peningkatan-positif-covid-19-di-surabaya/,

diakses pada tanggal 24 juni 2020.

135

Lestari, J. and Gata, G., 2011. Webcam Monitoring Ruangan

Menggunakan Sensor Gerak PIR (Passive Infra Red).

Jurnal of Electrical and Electronics Engineering. Ix

Lestari, N. (2017). “Rancang Bangun Pintu Otomatis

Menggunakan Arduino Uno dan PIR (Passive Infra

Red) Sensor di SMP Negeri Simpang Semambang”.

Jusikom, Vol 2 (2) .62-68.

Massola, J. (2020). ‘It’s a Powder Keg’: South-east Asian

Countries Grapple with Virus. https://www.smh.com.

Diakses tanggal 07 Juli 2020.

Mungkasa, O. 2020. “Bekerja dari Rumah (Working From

Home/WFH): Menuju Tatanan Baru Era Pandemi

COVID 19”. The Indonesian Journal of Development

Planning, 4 (2): 126-150.

Muslim, Bukhari. (2020). Kuliah Online: Masalah untuk

Mahasiswa Kelas Menengah ke Bawah. Retrieved 16

Juni 2020 from ibtimes.id: https://ibtimes.id/kuliah-

online- masalah-untuk-mahasiswa-kelas-menengah-

ke-bawah/

Nadzhiroh, dkk. (2018). Hak Warga Negara dalam

Memperoleh Pendidikan Dasar di Indonesia. JURNAL

PENDIDIKAN KE-SD-AN. Vol 4(3). hlm 400-405.

136

Nofianti, L. (2012). Kajian Filosofis Akuntansi: Seni, Ilmu

atau Teknologi. PEKBIS (Jurnal Pendidikan Ekonomi

dan Bisnis), 4(3), 203-210.

Nugraha, Y.S., R. Badrudin dan S. P. Utama. 2017. Pola

Hubungan Patro-Client dan Strategi Pengembangan

GAPOKDAKAN (Gabungan Kelompok Petani Ikan) di

Desa Tambak Rejo, Kecamatan Padang Jaya,

Kabupaten Bengkulu Utara. Journal Agrisep. 16 (2) :

223-236.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

(PERMENKES) No 43 tahun 2019 Tentang Puskesmas.

Tersedia pada https://drive.google.com /file/ d/

1w58kLNqoJUMTdSgBehqwzRp2PZx8u2 Po/view.

Diakses tanggal 3 Juli 2020

Pratama, K. R. (2020). Startup China bikin Kacamata

Pendeteksi Gejala Covid-19.htpps:// tekno.kompas. com.

Diakses tanggal 07 Juli 2020.

Prawitasari, J.E., 1997. Psikoneuroimunologi: Penelitian antar

Disiplin Psikologi, Neurologi, dan Imunologi. Buletin

Psikologi, V(2), pp.14-25.

Rahim Abd, Diah Retno Dwi Hastuti, dan Nasrun Rusli. 2017.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Margin Pemasaran

Kepiting Segar Factors Affecting The Marketing Margin

Of Fresh Crabs. Prosiding Simposium Nasional

Krustasea.

137

Rao, V. S. dan Khrisna, T. M. 2014. “A Design of Mobile

Health for Android Applications”. American Journal of

Engineering Research (AJER), 3 (6) : 20-29.

Republika. 2020. “Pemerintah Akui Ada Kendala Pelacakan

Kontak Pasien Corona”. Tersedia online di: https://

republika.co.id/berita/q70s0g377/, diakses pada

tanggal 6 juli 2020.

Retnowati, Endang. 2013. Nelayan Indonesia dalam Pusaran

Kemiskinan Struktural (Perspektif Sosial, Ekonomi dan

Hukum). Vol.21.

Riordan, D., Carthy, U. M., Doody, P. & Shield, A., 2015.

Radio Frequency Identification (RFID). Wiley

Encyclopedia of Electrical and Electronics Engineering,

24: (1-14). Diakses 9 Juli 2020, <www.reasearchgate.

net/publication/315656955>

Santoso, G., et al. 2011. “Aplikasi Mobile Doctor untuk

Meningkatkan Layanan Medis”. Jurnal Informatika, 5

(1): 451.

Sari, H. P., Purnamasari, D. M., & Mashabi, S. (2020). Update:

Bertambah 1.209.Total Ada 64.958 Kasus Covid-19 di

Indonesia. https://nasional.kompas.com. Diakses tang-

gal 07 Juli 2020

Shit, S. & Shah, P., 2013. A Review On Silicone Rubber.

National Academy Science Letters, 36(4): 355-365.

138

Diakses 8 Juli 2020 www.researchgate.net/

publication/257808467

Sukardi, M. 2020. Curhat Pasien Radang Mata Takut ke

Rumah Sakit saat Pandemi Covid-19. Tersedia pada

https://lifestyle.okezone.com/read/2020/05/29/481/222

1793/ curhat-pasien-radang-mata-takut-ke-rumah-

sakit-saat-pandemi-covid-19. Diakses pada 3 Juli 2020

Supriyatna, Ateng dkk. 2020. Evolusi SARS CoV-2 dalam

Perspektif Wahyu Memandu Ilmu (WMI). LP2M UIN

Sunan Gunung Djati.

Susanto, N. 2020. “Pengaruh Virus COVID-19 terhadap

Bidang Olahraga di Indonesia”. Jurnal Stamina, 3 (3):

147‒148.

Tempo. https://bisnis.tempo.co/read/1333228/dampak-

corona-19-juta pekerja-kena-phk-dan-dirumahkan

Diakses pada 21 Juni 2020.

Tim. 2020. Arti Contact Tracing dan Efektivitas Melacak

Sebaran COVID-19. Diakses 27 Mei 2020, https

://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/ 20200402153

057-284-489671/arti-contact-tracing-dan-efektivitas -

melacak- sebaran-COVID-19

Travers, C. 2011. “Unveiling a Reflective Diary Methodology for

Exploring the Lived Experienxes of Stress and Coping”.

Journal of Vocational Behavior,79 (1) : 205.

139

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional. World Health

Organization. (2020). WHO Director-General’s

Opening Remarks at the Media Briefing on COVID-19.

Retrieved 16 Juni 2020 from: https://www.who.int/ dg/

speeches/ detail/ who-director- general – s -

openingremarksat- the-media-briefing-on-covid-19

Velavan dan Meyer. 2020. “The COVID-19 epidemic”. Tropical

Medicine and International Health Journal, 2 (25): 278-

280.

Verhaeghen, P., 2017. Presence : How Mindfulness and

Meditation Shape Your Brain, Mind, and Life. New

York: Oxford University Press.

WHO 2020, Pertanyaan dan Jawaban Terkait Coronavirus,

dilihat 22 Juni 2020, <http://www.who.int/ indonesia/

ners/novel-coronavirus/ga-for-public>

Wibowo, A 2020, Empat Strategi Pemerintah Atasi Covid-19,

diliat 22 Juni 2020, <http://covid19.go.id/

p/berita/empat-strategi-pemerintah-atasi-covid-19>

World Health Organization (2020) Q&A On Coronaviruses

(COVID-19). Available at:https://www.who.int/

emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/

question-and-answers-hub/q-a-detail/q-a-coronaviruses

(Accessed: 8 July 2020).

140

Worldometers. 2020. Diakses 12 Juli 2020, https://

www.worldometers.info/coronavirus/>

Worldometers.info. (2020). COVID-19 Coronavirus Pandemic.

Retrieved 16 Juni 2020 from: https://www.

worldometers.info/coronavirus/

Yulianti, A. 2020. Keberlangsungan Usaha RS di Masa

COVID-19: Apakah akan Menuju New-Normal?

Perspektif Learning Organization. Tersedia pada

https://mutupelayanankesehatan.net/19 -headline/

3437- keberlangsungan-usaha-rs-di-masa-covid-19-

apakah- akan- menuju- new-normal- perspektif-

learning-organization. Diakses pada 3 Juli 2020

Yuniartha. 2020. Terdampak Corona Penyerapan Ikan

Budidaya Turun 10%-20%.

141

142

143

144

145

146

147

148

149

150

151

152

153

154

155

156

157

158

159

160

161

162