peran ahli gizi dalam penanganan pasien di rumah sakit

5
PERAN AHLI GIZI DALAM PENANGANAN PASIEN DI RUMAH SAKIT Writer : Mira Kurniati S. Kamis, 21 Juni 2012 Dalam PERMENKES No. 340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi Rumah Sakit disebutkan berbagai sarana atau tempat untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang menangani khusus satu macam penyakit adalah Rumah Sakit Khusus (Depkes, 2010). Salah satu upaya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Khusus adalah pelayanan gizi yang dalam pelaksanaannya berintegrasi dengan pelayanan kesehatan lain yang ada di rumah sakit. Saat ini pelayanan gizi mulai dijadikan tolok ukur mutu pelayanan di rumah sakit sehingga menuntut kerja profesional seorang atau sekelompok ahli gizi. Kerja profesional bagi seorang ahli gizi berarti melaksanakan pelayanan gizi bagi pasien sesuai dengan kaidah-kaidahnya. Mulai dari perencanaan diit hingga evaluasi perkembangan pasien selama dalam perawatan. Ahli gizi masih sering dianggap sebagai anggota pelengkap tim kesehatan saja; tidak mempunyai peranan yang berarti. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh : 1) Profesi ahli gizi kurang diakui di banyak rumah sakit. 2) Koordinasi dengan tim kesehatan belum lancar; Oleh sebab itu, perlu diketahui akan peran dan wewenang seorang ahli gizi agar dapat bekerja secara profesional. Keputusan Menkes RI No 374/MENKES/SK/III/2007 menerangkan bahwa : Ahli madya gizi (AMG) seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan D3 Gizi sesuai aturan yang berlaku, mempunyai tugas dan tanggungjawab dan wewenang secara penuh untuk melakukan kegiatan fungsional dalam bidang pelayanan gizi, dietetik, baik di masyarakat, Rumah Sakit atau individu. Sedangkan Registered Dietitian (RD) adalah sarjana gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship), dan ujian profesi, serta dinyatakan lulus, kemudian diberi hak mengurus ijin untuk menyelenggarakan praktik gizi. Kode Etik Ahli Gizi Ahli Gizi yang dalam melaksanakan profesi gizi harus mengabdikan dirinya sepenuh hati dengan senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesinya, baik dalam hubungan dengan pemerintah bangsa, negara, masyarakat, profesi maupun dengan diri sendiri.

Upload: triana-dessy-fitrianti

Post on 06-Nov-2015

46 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ghhg

TRANSCRIPT

PERAN AHLI GIZI DALAM PENANGANAN PASIEN DI RUMAH SAKITWriter : Mira Kurniati S. Kamis, 21 Juni 2012Dalam PERMENKES No. 340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi Rumah Sakit disebutkan berbagai sarana atau tempat untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang menangani khusus satu macam penyakit adalah Rumah Sakit Khusus (Depkes, 2010). Salah satu upaya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Khusus adalah pelayanan gizi yang dalam pelaksanaannya berintegrasi dengan pelayanan kesehatan lain yang ada di rumah sakit.Saat ini pelayanan gizi mulai dijadikan tolok ukur mutu pelayanan di rumah sakit sehingga menuntut kerja profesional seorang atau sekelompok ahli gizi. Kerja profesional bagi seorang ahli gizi berarti melaksanakan pelayanan gizi bagi pasien sesuai dengan kaidah-kaidahnya. Mulai dari perencanaan diit hingga evaluasi perkembangan pasien selama dalam perawatan.Ahli gizi masih sering dianggap sebagai anggota pelengkap tim kesehatan saja; tidak mempunyai peranan yang berarti. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh :1) Profesi ahli gizi kurang diakui di banyak rumah sakit.2) Koordinasi dengan tim kesehatan belum lancar;Oleh sebab itu, perlu diketahui akan peran dan wewenang seorang ahli gizi agar dapat bekerja secara profesional.Keputusan Menkes RI No 374/MENKES/SK/III/2007 menerangkan bahwa : Ahli madya gizi (AMG) seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan D3 Gizi sesuai aturan yang berlaku, mempunyai tugas dan tanggungjawab dan wewenang secara penuh untuk melakukan kegiatan fungsional dalam bidang pelayanan gizi, dietetik, baik di masyarakat, Rumah Sakit atau individu. Sedangkan Registered Dietitian (RD) adalah sarjana gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship), dan ujian profesi, serta dinyatakan lulus, kemudian diberi hak mengurus ijin untuk menyelenggarakan praktik gizi.Kode Etik Ahli GiziAhli Gizi yang dalam melaksanakan profesi gizi harus mengabdikan dirinya sepenuh hati dengan senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesinya, baik dalam hubungan dengan pemerintah bangsa, negara, masyarakat, profesi maupun dengan diri sendiri.Kewajiban Umum1. Meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan kecerdasan dan kesejahteran rakyat2. Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri3. Menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan4. Bersikap jujur, tulus dan adil5. Menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasi tidak membedakan individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar6. Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan pihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan7. Mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya8. Bekerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya dengan tetap memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.Kewajiban Terhadap Klien1. Selalu memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkungan institusi pelayanan gizi atau di masyarakat umum2. Menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada saat klien masih atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal dunia kecuali bila diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum3. Menghormati dan menghargai kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama, ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak menunjukkan pelecehan seksual4. Memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat5. Memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan informasi tersebut6. Apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan ahli gizi berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlianKewajiban Terhadap Masyarakat1. Melindungi masyarakat umum khususnya tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet.2. Memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya1. Melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat mencegah masalah gizi di masyarakat2. Peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat3. Memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktivitas fisik yang seimbang sesuai dengan nilai praktek gizi individu yang baik4. Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli Gizi hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan, dukungan, inisiatif, dan bantuan lain dengan sungguh-sunguh demi tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat5. Mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah atau menyesatkan masyarakatKewajiban Terhadap Teman Seprofesi dan Mitra Kerja1. Melakukan promosi gizi, memelihara dan meningkatkan status gizi masyarakat secara optimal, berkewajiban senantiasa bekerjasama dan menghargai berbagai disiplin ilmu sebagai mitra kerja di masyarakat2. Memelihara hubungan persahabatan yang harmonis dengan semua organisasi atau disiplin ilmu/profesional yang terkait dalam upaya menungkatkan status gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat3. Menyebarluaskan ilimu pengetahuan dan keterampilan terbaru kepada sesama profesi dan mitra kerjaKewajiban Terhadap Profesi dan Diri Sendiri1. Mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh profesi2. Memajukan dan memperkaya pengetahuan dan keahlian yang diperlukan dalam menjalankan profesinya sesuai perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta peka terhadap perubahan lingkungan3. Bersikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani mengemukakan pendapat serta senantiasa menunjukkan kerendahan hati dan mau menerima pendapat orang lain yang benar4. Tidak menerima uang selain imbalan yang layak sesuai denga jasanya, meskipun dengan pengetahuan klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizi dipekerjakan)5. Tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan memaksa orang lain untuk melawan hukum6. Memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat bekerja dengan baik7. Melayani masyarakat umum tanpa memandang keuntungan perseorangan atau kebesaran seseorang8. Menjaga nama baik profesi dan mengharumkan organisasi profesiPeran Ahli Gizi1. Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik2. Pengelola pelayanan gizi di masyarakat3. Pengelola tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi di Rumah Sakit4. Pengelola sistem penyelenggaraan makanan Institusi/masal5. Pendidik/Penyuluh/Pelatih/Konsultan gizi6. Pelaksana penelitian gizi7. Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha8. Berpartisipasi bersama tim kesehatan dan tim lintas sektoral9. Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etisKegiatan Pokok Pelayanan Gizi di Rumah SakitBerdasarkan Surat Keterangan Menteri Kesehatan No. 134/Menkes/IV/1978 bahwa ada 4 kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit yaitu :1. Kegiatan pengadaan dan penyediaan makanan2. Kegiatan pelayanan gizi rawat inap3. Kegiatan penyuluhan dan konsultasi serta rujukan gizi4. Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi terapanReferensi :1. Almatsier Sunita, 2005. Penuntun Diet Rumah Sakit. Jakarta2. Standar Profesi Gizi, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 374/MENKES/SKIII/2007, diakses padawww.depkes.go.idpukul 08.00 wib3. Klasifikasi Rumah Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 340/MENKES/PER/III/2010, diakses padawww.depkes.go.idpukul 08.00 wib4. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, 2006. Departemen Kesehatan RI.

https://mirakurniatiblog.wordpress.com/2013/02/01/peran-ahli-gizi-di-rumah-sakit-clinic-nutritions/