peper i - tension type headache.doc.docx

Upload: ramon-woodard

Post on 02-Jun-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Peper I - Tension Type Headache.doc.docx

    1/19

    1

    Tension Type Headache| RSU Pirngadi Medan 2014

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar belakang

    Nyeri dapat merupakan gejala pertama dari berbagai macam penyakit saraf

    dan sering kali merupakan keluhhan utama. Diantara keluhan nyeri yang sering

    kali dijumpai di klinik adalah nyeri kepala. Pada hakekatnya, nyeri kepala

    merupakan keluhan neurologik dengan berbagai macam penyebabnya baik yang

    bersifat intrakranial maupun ekstrakranial. Sebagian besar kasus nyeri kepala

    bersifat ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya ataupun dengan minum obat

    analgesik yang dapat diperoleh di took obat maupun warung. Sebagian kecil kasus

    merupakan nyeri kepala dengan penyebab yang serius yang memerlukan

    pemeriksaan dan tindakan yang cepat dan cermat agar penderita dapat diberi

    pertolongan dengan sebaik-baiknya.!

    Nyeri kepala merupakan gejala dari berbagai macam penyakit,mulai darifaringitis yang sering digolongkan sebagai penyakit ringan sampai dengan tumor

    otak yang dianggap sebagai suatu penyakit berat. Dengan demikian tanggapan

    masyarakat terhadap gejala nyeri kepala sangat bervariasi. Sering terjadi bahwa

    seseorang menganggap enteng nyeri kepala yang dirasakannya dan tidak segera

    ke dokter.1

    Akibatnya, apabila ternyata nyeri kepala tersebut merupakan gejala

    penyakit yang serius, diagnosisnya terlambat ditegakkan sehingga menyulitkan

    penanganan selanjutnya. Sebaliknya, ada pula yang langsung menganggap nyeri

    kepala yang dideritanya sebagai gejala penyakit yang serius, yang dapat

    mengancam jiwanyasehingga menimbulkan stress sebelum diagnosis ditegakkan.1

    Nyeri kepala tegang otot juga dikenal dengan nama-nama sebagai berikut :

    tension headache, muscle contraction headache, psychomyogenic headache,

    stress headache, essential headache, idiopathic headache, dan psychogenic

  • 8/10/2019 Peper I - Tension Type Headache.doc.docx

    2/19

    2

    Tension Type Headache| RSU Pirngadi Medan 2014

    headachemerupakan bentuk nyeri kepala yang banyak ditemukan dan paling peka

    terhadap analgesik. Walaupun demikian menurut pengalaman, penderita dengan

    gejala nyeri kepala ini tidak jarang ke dokter spesialis saraf. Hal ini biasanya

    disebabkan oleh nyeri kepala tadi telah berubah, dari episodik menjadi kronis di

    mana nyeri kepalanya tidak lagi jelas hubungannya dengan stress. Pada tipe

    episodik hubungan tersebut biasanya sangat jelas. Sebagai contoh, seseorang yang

    selalu nyeri kepala pada saat menhadapi ujian kemudian sembuh setelah ujian

    selesai. 1

  • 8/10/2019 Peper I - Tension Type Headache.doc.docx

    3/19

  • 8/10/2019 Peper I - Tension Type Headache.doc.docx

    4/19

    4

    Tension Type Headache| RSU Pirngadi Medan 2014

    ternyatalah bahwa penderita terbangun pada dini hari oleh gangguan tidur.

    Menjelang siang hari sakit kepala mereda dan pada malam hari hilang. 3

    Gambar : 2.1

    2.2. Epidemiologi

    Sekitar 93% laki-laki dan 99% perempuan pernah mengalami nyeri kepala.

    TTH dan nyeri kepala servikogenik adalah dua tipe nyeri kepala yang paling

    sering dijumpai. TTH adalah bentuk paling umum nyeri kepala primer yang

    mempengaruhi hingga dua pertiga populasi. Sekitar 78% orang dewasa pernah

    mengalami TTH setidaknya sekali dalam hidupnya.2

    TTH episodik adalah nyeri kepala primer yang paling umum terjadi,

    dengan prevalensi 1-tahun sekitar 3874%.7 Rata-rata prevalensi TTH 11-

    93%.4,5 Satu studi menyebutkan prevalensi TTH sebesar 87%.2

  • 8/10/2019 Peper I - Tension Type Headache.doc.docx

    5/19

    5

    Tension Type Headache| RSU Pirngadi Medan 2014

    Prevalensi TTH di Korea sebesar 16,2% sampai 30,8%,8,9 di Kanada

    sekitar 36%,10 di Jerman sebanyak 38,3%,11 di Brazil hanya 13%.12 Insiden di

    Denmark sebesar 14,2 per 1000 orang per tahun. Suatu survei populasi di USA

    menemukan prevalensi tahunan TTH episodik sebesar 38,3% dan TTH kronis

    sebesar 2,2%.13 TTH dapat menyerang segala usia. Usia terbanyak adalah 25-30

    tahun, namun puncak prevalensi meningkat di usia 30-39 tahun. Sekitar 40%

    penderita TTH memiliki riwayat keluarga dengan TTH, 25% penderita TTH juga

    menderita migren.2

    Prevalensi seumur hidup pada perempuan mencapai 88%, sedangkan pada

    laki-laki hanya 69%.4,7,14,15 Rasio perempuan:laki-laki adalah 5:4. Onset usia

    penderita TTH adalah dekade ke dua atau ke tiga kehidupan, antara 25 hingga 30

    tahun. 7,16 Meskipun jarang, TTH dapat dialami setelah berusia 50-65 tahun.2

    2.3. Klasifikasi tension-type headache

    Nyeri kepala tegang otot merupakan salah satu jenis neri kepala yang

    terdapat dalam klasifikasi yyang dibuat oleh The International Headache Society

    (1988). Sementara itu subklasifikasi nyeri kepala tegang otot adalah sebagai

    berikut :1,2

    1)

    TTH episodik yang jarang (infrequent episodic): 1 serangan per bulan atau

    kurang dari 12 sakit kepala per tahun.

    2)

    TTH episodik yang sering (frequent episodic): 1-14 serangan per bulan atau

    antara 12 dan 180 hari per tahun.

    3)

    TTH menahun (chronic): lebih dari 15 serangan atau sekurangnya 180 hari

    per tahun.

    a. Berhubungan dengan gangguan otot perikranial

    b.

    Tidak berhubungan dengan gangguan otot perikranial

  • 8/10/2019 Peper I - Tension Type Headache.doc.docx

    6/19

    6

    Tension Type Headache| RSU Pirngadi Medan 2014

    2.4. Etiopatogenesis

    Secara umum diklasifi kasikan sebagai berikut :2

    a. Organik, seperti: tumor serebral, meningitis, hidrosefalus, dan sifilis

    b. Gangguan fungsional, misalnya: lelah, bekerja tak kenal waktu, anemia,

    gout, ketidaknormalan endokrin, obesitas, intoksikasi, dan nyeri yang

    direfl eksikan.

    Dahulu diyakini bahwa nyeri kepala tegang otot disebabkan oleh kontraksi

    otot-otot perikranial yang berkepanjangan. Keyakinan tersebut didukung oleh

    bukti-bukti penelitian yang menemukan addanya hubungan antara nyeri kepala

    dengan ketegangan otot-otot perikranial.1

    Di samping itu banyak cara terapi yang ditujukan ke arah ketegangan otot-

    otot perikranial, misalnya latihan relaksasi dan frontal or neck electromyogram

    feed back cukup berhasil untuk menyembuhkan nyeri kepala tegang otot.

    Menemukan adanya trigger point, titik yang bila disuntik dengan saline akanmenimbulkan rasa nyeri persis seperti nyeri kepala tegang otot, dan juga

    membuktikan adanya huubungan antara nyeri kepala dengan ketegangan otot.1

    Akhir-akhir ini, ketegangan otot sebagai faktor penyebab tunggal

    munculnya nyeri kepala tegang otot mulai disangsikan. Dari 17 hasil penelitian, 9

    diantaranya mendukung adanya hubungan ketegangan otot-otot perikranial

    dengan nyeri kepala dan sisanya tidak menemukan adanya hubungan tersebut.

    Banyak juga peneliti yang percaya bahwa nyeri kepala tegang otot berhubungan

    dengan masalah-masalah psikologik. Misalnya menemukan adanya hubungan

    yang erat antara nyeri kepala tegang otot dengan faktor psikofisiologik pada

    sebagian penderita.1

    Buruknya upaya kesehatan diri sendiri (poor self-related health), tidak

    mampu relakssetelah bekerja, gangguan tidur, tidurbeberapa jam setiap malam,

    dan usia muda adalah faktor risiko TTH. Pencetus TTH antara lain: kelaparan,

  • 8/10/2019 Peper I - Tension Type Headache.doc.docx

    7/19

    7

    Tension Type Headache| RSU Pirngadi Medan 2014

    dehidrasi, pekerjaan /beban yang terlalu berat (overexertion),perubahan pola

    tidur, caff eine withdrawal, dan fl uktuasi hormonal wanita. Stres dan konflik

    emosional adalah pemicu terseringTTH.2

    Iskemi dan meningkatnya kontraksi otot-otot di kepala dan leher diduga

    penyebab TTH, tetapi kadar laktat otot penderita TTH kronis normal selama

    berolahraga (static muscle exercise). Aktivitas EMG (electromyography)

    menunjukkan peningkatan titik-titik pemicu di otot wajah (myofascial trigger

    points). Riset terbaru membuktikan peningkatan substansi endogen di otot

    trapezius penderita tipe frequent episodic TTH. Juga ditemukan nitric oxide

    sebagai perantara (local mediator) TTH.2

    Menghambat produksi nitric oxide dengan agen investigatif (L-NMMA)

    mengurangi ketegangan otot dan nyeri yang berkaitan dengan TTH. Mekanisme

    myofascial perifer berperan penting pada TTH episodik, sedangkan pada. TTH

    kronis terjadi sensitisasi central nociceptivepathways dan inadequate endogenous

    antinociceptive circuitry. Jadi mekanisme sentral berperan utama pada TTH

    kronis.2

    Sensitisasi jalur nyeri (pain pathways) di sistem saraf pusat karena

    perpanjangan rangsang nosiseptif (prolonged nociceptive stimuli) dari jaringan-

    jaringan miofasial perikranial tampaknya bertanggung-jawab untuk konversi TTH

    episodik menjadi TTH kronis. TTH episodik dapat berevolusi menjadi TTH

    Kronis :2

    A. Pada individu yang rentan secara genetis, stres kronis menyebabkan

    elevasi glutamate yang persisten. Stimulasi reseptor NMDA mengaktivasi

    NFB, yang memicu transkripsiiNOS dan COX-2, di antara enzim-enzim

    lainnya. Tingginya kadar nitric oxide menyebabkan vasodilatasi struktur

    intrakranial, seperti sinus sagitalis superior, dan kerusakan nitrosative

    memicu terjadinya nyeri dari beragam struktur lainnya seperti dura.

  • 8/10/2019 Peper I - Tension Type Headache.doc.docx

    8/19

    8

    Tension Type Headache| RSU Pirngadi Medan 2014

    B.

    Nyeri kemudian ditransmisikan melalui serabut-serabut C dan neuron-

    neuron nociceptive A menuju dorsal horn dan nucleus trigeminal di TCC

    (trigeminocervical complex.), tempat mereka bersinap dengan second-

    order neurons.

    C. Pada beragam sinap ini, terjadi konvergensi nosiseptif primer dan neuron-

    neuron mekanoreseptor yang dapat direkrut melalui fasilitasi homosinaptik

    dan heterosinaptik sebagai bagian dari plastisitas sinaptik yang memicu

    terjadinya sensitisasi sentral.

    D. 1. Pada tingkat molekuler, sinyal nyeri dari perifer menyebabkan

    pelepasan beragam neuropeptida dan neurotransmiter (misalnya: substansi

    P dan glutamat) yang mengaktivasi reseptor-reseptor di membran

    postsynaptic, membangkitkan potensial-potensial aksi dan berkulminasi

    pada plastisitas sinaptik serta menurunkan ambang nyeri (pain thresholds).

    D. 2. Sirkuit spinobulbospinal muncul dari RVM (rostroventral medulla)

    secara normal melalui sinyal-sinyal fi ne-tunes pain yang bermula dariperifer, namun pada individu yang rentan, disfungsi dapat memfasilitasi

    sinyal-sinyal nyeri, serta membiarkan terjadinya sensitisasi sentral.

    E. Pericranial tenderness berkembang seiring waktu oleh recruitment

    serabut-serabut C dan mekanoreseptor A di sinap-sinap TCC,

    membiarkan perkembangan allodynia dan hiperalgesia.

    F. Intensitas, frekuensi, dan pericranial tenderness berkembang seiring

    waktu, berbagai perubahan molekuler di pusatpusat lebih tinggi seperti

    thalamus memicu terjadinya sensitisasi sentral dari neuronneuron tersier

    dan perubahan-perubahan selanjutnya pada persepsi nyeri.

    Proses ini dapat dilihat pada Skema 1.27 Konsentrasi platelet factor 4,

    betathromboglobulin, thromboxane B2, dan 11-dehydrothromboxane B2 plasma

    meningkat signifi kan di kelompok TTH episodik dibandingkan dengan di

    kelompok TTH kronis dan kelompok kontrol (sehat). Pada penderita TTH

  • 8/10/2019 Peper I - Tension Type Headache.doc.docx

    9/19

    9

    Tension Type Headache| RSU Pirngadi Medan 2014

    episodik, peningkatankonsentrasisubstansi P jelas terlihat di platelet dan

    penurunan konsentrasi beta-endorphin dijumpai di selsel mononuklear darah

    perifer.2

    Peningkatan konsentrasi metenkephalin dijumpai pada CSF (cairan

    serebrospinal) penderita TTH kronis, hal ini mendukung hipotesis

    ketidakseimbangan mekanisme pronociceptive dan antinociceptive pada TTH.

    Penjelasan di atas menunjukkan bahwa TTH adalah proses multifaktorial yang

    melibatkan baik faktor-faktor miofasial perifer dan komponen-komponen sistim

    saraf pusat.2

    Gangguan emosional berimplikasi sebagai faktor risiko TTH, sedangkan

    ketegangan mental dan stres adalah faktor - faktor tersering penyebab TTH.

    Asosiasi positif antara nyeri kepala dan stres terbukti nyata pada penderita TTH.2

    2.5. Gambaran Klinis

    TTH dirasakan di kedua sisi kepala sebagai nyeri tumpul yang menetap

    atau konstan, dengan intensitas bervariasi, juga melibatkan nyeri leher. Nyeri

    kepala ini terkadang dideskripsikan sebagai ikatan kuat di sekitar kepala. Nyeri

    kepala dengan intensitas ringansedang (nonprohibitive) dan kepala terasa

    kencang. Nyeri kepala kontraksi otot (TTH) atau karena tegang menimbulkan

    nyeri akibat kontraksi menetap otot-otot kulit kepala, dahi, dan leher yang disertai

    dengan vasokonstriksi ekstrakranium. Nyeri ditandai dengan rasa kencang seperti

    pita di sekitar kepala dan nyeri tekan di daerah oksipitoserviikalis. Nyeri kepala

    seperti ini sangat sering terjadi. Bentuk akut berkaitan dengan keadaan-keadaan

    stress temporer, rasa cemas, atau kelelahan yang umumnya berlangsung 1 atau 2

    hari. Nyeri kepala karena tegang yang kronik lebih sering terjadi pada perempuan

    daripada laki-laki dan biasanya bersifat liateral, terus menerus (terjadi siang

    maupun malam dan berlangsung beberapa bulan sampai tahun), tumpul, tidak

    berdenyut, dan sering disertai oleh rasa cemas, depresi, dan perasaan tertekan.2,4

  • 8/10/2019 Peper I - Tension Type Headache.doc.docx

    10/19

    10

    Tension Type Headache| RSU Pirngadi Medan 2014

    Kualitas nyerinya khas, yaitu: menekan (pressing), mengikat (tightening),

    tidak berdenyut (nonpulsating). Rasa menekan, tidak enak, atau berat dirasakan di

    kedua sisi kepala (bilateral), juga di leher, pelipis, dahi. Leher dapat terasa kaku.

    TTH tidak dipengaruhi aktivitas fisik rutin. Dapat disertai anorexia, tanpa mual

    dan muntah. Dapat disertaiphotophobia (sensasi nyeri/tidak nyaman di mata saat

    terpapar cahaya) atau phonophobia (sensasi tak nyaman karena rangsang suara).

    TTH terjadi dalam waktu relatif singkat, dengan durasi berubahubah (TTH

    episodik) atau terus-menerus (TTH kronis). Disebut TTH episodik bila nyeri

    kepala berlangsung selama 30 menit hingga 7 hari, minimal 10 kali, dan kurang

    dari 180 kali dalam setahun. Disebut TTH kronis bila nyeri kepala 15 hari dalam

    sebulan (atau 180 hari dalam satu tahun), selama 6 bulan. Penderita TTH kronis

    sangat sensitif terhadap rangsang. Berdasarkan analisis multivariat karakteristik

    klinis, kriteria diagnostik TTH yang memiliki nilai sensitivitas tinggi adalah tidak

    disertai muntah (99%), tidak disertai mual (96%), lokasi bilateral (95%), tidak

    disertai fotofobia (94%). Sedangkan yang memiliki nilai spesifi sitas tinggi adalah

    intensitas ringan (93%), kualitas menekan atau mengikat (86%), tidak disertai

    fonofobia (63%), kualitas tidak berdenyut (57%).2

    Pengaruh nyeri kepala pada kehidupan penderita dapat diketahui dengan

    kuesionerHeadache Impact Test-6 (HIT-6). Pada individu dan masyarakat, TTH

    berdampak pada penurunan produktivitas, ketidakhadiran dari sekolah dan

    pekerjaan, dan penggunaan jasa medis (konsultasi/berobat ke dokter).Nyeri kepala

    tegang otot dirasakan bilateral. Intessitasnya dari ringan smpai sedang. Rasa nyeri

    yang dirasakan antara lain seperti diikat, seperti ditindih barang berat, atau

    kadang0kadang berwujud perasaan tidak enak di kepala (gambar : 2.1).1,2

    Nyeri kepala ini dapat berlangsung hanya 30 menit akan tetapi dapat pula

    terus-menerus sampai 7 hari dengan intesitas bervariasi yang biasanya ringan pada

    waktu bangun tidur, makin lama makin berat dan membaik lagi sewaktu mau

    tidur. Pemeriksaan neurologic tidak menunjukkan adanya kelainan.1

  • 8/10/2019 Peper I - Tension Type Headache.doc.docx

    11/19

    11

    Tension Type Headache| RSU Pirngadi Medan 2014

    Gambar : 2.2

    2.6. Pemeriksaan fisik dan penunjang

    Anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan neurologis

    komprehensif adalah kunci evaluasi klinis TTH dan dapat menyediakan petunjuk

    potensial terhadap penyebab penyakit (organik, dsb) yang mendasari terjadinya

    TTH. Pada palpasi manual gerakan memutar kecil dan tekanan kuat dengan jari

    ke dua dan ke tiga di daerah frontal, temporal, masseter, pterygoid,

    sternocleidomastoid, splenius, dan otot-otot trapezius, dijumpai pericranial

    muscle tenderness, dapat dibantu denganpalpometer.2

    Pericranial tenderness dicatat dengan Total Tenderness Score. Menurut

    referensi lain,prosedurnya sederhana, yaitu: delapan pasang otot dan insersi

    tendon (yaitu: otot-otot masseter, temporal, frontal, sternocleidomastoid,

    trapezius, suboccipital, processus coronoid dan mastoid) dipalpasi. Palpasi

    dilakukan dengan gerakan rotasi kecil jari kedua dan ketiga selama 4-5 detik.

    Tenderness dinilai dengan empat poin (0,1,2, dan 3) di tiap lokasi (local

    tenderness score); nilai dari kedua sisi kiri dan kanan dijumlah menjadi skor

  • 8/10/2019 Peper I - Tension Type Headache.doc.docx

    12/19

    12

    Tension Type Headache| RSU Pirngadi Medan 2014

    tenderness total (maksimum skor 48 poin). Penderita TTH diklasifikasikan

    sebagai terkait (associated) (skor tenderness total lebih besar dari 8poin) atau

    tidak terkait (not associated) (skor tenderness total kurang dari 8 poin) dengan

    pericranial tenderness.2

    Pada TTH juga dijumpai variasi TrPs, yaitu titik pencetus nyeri otot

    (muscle trigger points). Baik TrPs aktif maupun laten dijumpai di otot-otot leher

    dan bahu penderita TTH. TrPs berlokasi di otot-otot splenius capitis,splenius

    cervicis, semispinalis cervicis, semispinalis capitis, levator scapulae, upper

    trapezius, atau suboccipital. TrPs di otot-otot superior oblique,upper trapezius,

    temporalis, sub occipital, dan sternocleidomastoid secara klinis relevan untuk

    diagnosis TTH episodik dan kronis.2

    Diagnostik penunjang TTH adalah pencitraan (neuroimaging) otak atau

    cervical spine, analisis CSF, atau pemeriksaan serum dengan laju endap darah

    (erythrocyte sedimentation rate), atau uji fungsi tiroid. Neuroimaging terutama

    direkomendasikan untuk: nyeri kepala dengan pola atipikal, riwayat kejang,

    dijumpai tanda/gejala neurologis, penyakit simtomatis seperti: AIDS (acquired

    immunodefi ciencysyndrome), tumor, atau neurofi bromatosis.2

    Pemeriksaan funduskopi untuk papilloedema atau abnormalitas lainnya

    penting untukevaluasi nyeri kepala sekunder.2

    2.7. Diagnosis banding

    Sebagian besar nyeri kepala dalam konteks gangguan medis, antara lain:

    hipotiroidisme, gangguan tidur, dan krisis hipertensif memiliki potret klinis yang

    tumpang-tindih dengan TTH. TTH primer sulit dibedakan dari nyeri kepala

    servikogenik sekunder jika hanya didasarkan pada kriteria klinis. Selain itu,

    penderita cervicalspine discogenic dan gangguan spondilotik juga sering disertai

    TTH. Pada kondisi tertentu, koneksi mekanistik TTH juga perlu dibedakan dari

    disfungsi sendi temporomandibular atau cervical spine disease.2

  • 8/10/2019 Peper I - Tension Type Headache.doc.docx

    13/19

    13

    Tension Type Headache| RSU Pirngadi Medan 2014

    Beberapa penyakit/kondisi yang mirip TTH : cervical spondylosis, nyeri

    kepala akibat overuse obat, nyeri kepala pascacedera yang kronis. Juga nyeri

    kepala yang berkaitan dengan : penyakit mata/rongga sinus di hidung, gangguan

    sendi temporomandibular, kondisi kejiwaan, tumor otak.2

    2.8. Diagnosis

    Sesuai dengan kriteria The International Headache Society, maka

    diagnosis nyeri kepala tegang otot episodik dapat ditegakkan apabila :1

    1. Minimal ada 10 kali serangan nyeri kepala seperti tersebut di atas

    2.

    Tidak ada nauseadan vomitus

    3. Tidak ditemukan adanya fonofobia dan fotofobia, dan kalaupun ada hanya

    salah satu.

    4.

    Dikatakan nyeri kepala tegang otot yang berhubungan dengan gangguan

    otot perikranial (dahulu disebut muscle contraction headache), bila

    ditemukan adanya ketegangan otot perikranial dengan cara palpasi atau

    dengan pemeriksaan EMG. Sementara itu apabila tidak ada ada

    ketegangan dinamakan nyeri kepala tegang otot yang tidak berhubungan

    dengan gangguan otot perikranial, yang dahulu dikenal sebagai idiopathic

    headache, essential headache, psychogenic headache.

    5.

    Apabila bentuk di atas ditemukan akan tetapi serangan nyeri kepala terjadipaling sedikit 15 hari tiap bulannya dan telah berlangsung lebih dari 6

    bulan, serta mungkin pula diiringi dengan salah satu dari gejala berikut ini:

    Nausea

    Fotofobia

    Fonofobia

  • 8/10/2019 Peper I - Tension Type Headache.doc.docx

    14/19

    14

    Tension Type Headache| RSU Pirngadi Medan 2014

    Akan tetapi tidak disertai vomitus maka diagnosisnya adalah nyeri

    kepala tegang otot kronik

    Bentuk seperti tadi, apabila ditemukan adanya ketegangan otot perikranial

    dan bila tidak ditemukan adanya ketegangan otot maka disebut sebagai

    nyeri kepala tegang otot kronik yang tidak berhubungan dengan gangguan

    otot cranial.

    6. Tipe yang lain, yaitu semua bnetuk nyeri kepala yang mirip dengan gejala

    sebagaimana diuraikan di atas, tetapi tidak memenuhi syarat untuk

    diagnosis salah satu nyeri kepala tegang otot dan juga tidak memenuhi

    criteria untuk nyeri kepala migren tanpa aura.

    2.9. Penatalaksanaan

    Prinsip pengobatan adalah pendekatan psikologik (psikoterapi), fisiologik

    (relaksasi), dan farmakologik (analgesik, sedative, dan minor transquilizers).

    Dalam praktek, diperlukan penjelasan yang cukup mengenai latar belakangmunculnya nyeri. Agar penderita mengerti tentang permasalahan yang selama ini

    kurang atau tidak disadarinya.Tujuan penatalaksanaan adalah reduksi frekuensi

    dan intensitas nyeri kepala (terutama TTH) dan menyempurnakan respon terhadap

    terapi abortive. Terapi dapat dimulai lagi bila nyeri kepala berulang.37,43

    Masyarakat sering mengobati sendiri TTH dengan obat analgesik yang dijual

    bebas, produk berkafein, pijat, atau terapi chiropractic.1,2

    Secara ideal, pasien dengan nyeri kepala kontraksi otot kronik seyogyanya

    diberi obat-obat nonadiktif. Aspirin dan asetaminofen merupakan pilihan yang

    praktis. Analgesik narkotik dapat disalahgunakan dan meyebabkan toleransi

    (gagal ginjal terjadi pada sebagian orang yang menyalahgunakan fenasetin. Obat

    penenang (tranquilizers) mungkin kurang bermanfaat dan malah dapat

    mennambah depresi. Pada pasien yang tegang dan cemas, diazepam (valium) 5

    mg tiga kali sehari selama 1 bulan, mungkin efektif. Apabila pasien juga

    mengalami depresi, ditambahkan obat antidepresin trisiklik amitriptilin (elavil),

  • 8/10/2019 Peper I - Tension Type Headache.doc.docx

    15/19

    15

    Tension Type Headache| RSU Pirngadi Medan 2014

    25 mg tiga kali sehari. Di sebagian sentra terapi nyeri kepala, antidepresan

    trisiklik digunakan secara tersendiri dan efektif dalam meningkatkan norepinefrin

    otak. Biofeedback, relaksasi, hypnosis-diri,dan teknik pengkodisian lainnya

    bermanfaat bagi sebagian pasien dan semakin berperan dalam terapi karena

    adanya bahaya pengobatan berlebihan pada pasien dengan nyeri kepala kontraksi

    otot.4

    Terapi TTH episodik pada anak: parasetamol, aspirin, dan kombinasi

    analgesik. Parasetamol aman untuk anak. Asam asetilsalisilat tidak

    direkomendasikan pada anak berusia kurang dari 15 tahun, karena kewaspadaan

    terhadap sindrom Reye. Pada dewasa, obat golongan anti-infl amasi non steroid

    efektif untuk terapi TTH episodik. Hindari obat analgesik golongan opiat (missal :

    butorphanol). Pemakaian analgesik berulang tanpa pengawasan dokter, terutama

    yang mengandung kafein atau butalbital, dapat memicu rebound headaches.2,5

    Beberapa obat yang terbukti efektif: ibuprofen (400 mg), parasetamol

    (1000 mg), ketoprofen (25 mg). Ibuprofen lebih efektif daripada parasetamol.

    Kafein dapat meningkatkan efek analgesik. Analgesik sederhana, nonsteroidal

    anti-infl ammatory drugs (NSAIDs), dan agen kombinasi adalah yang paling

    umum direkomendasikan (Tabel 2.1). Suntikan botulinum toxin (Botox) diduga

    efektif untuk nyeri kepala primer, seperti: tension-typeheadache, migren kronis,

    nyeri kepala harian kronis (chronic daily headache). Botulinum toxin adalah

    sekelompok protein produksi bakteri Clostridium botulinum. Mekanisme kerjanya

    adalah menghambat pelepasan asetilkolin di sambungan otot, menyebabkan

    kelumpuhan fl aksid. Botoxbermanfaat mengatasi kondisi di mana hiperaktivitas

    otot berperan penting.2,5

    Riset tentang Botox masih berlangsung. Intervensi nonfarmakologis

    misalnya: latihan relaksasi, relaksasi progresif, terapi kognitif, biofeedback

    training, cognitive-behavioural therapy, atau kombinasinya. Solusi lain adalah

    modifi kasi perilaku dan gaya hidup. Misalnya: istirahat di tempat tenang atau

    ruangan gelap. Peregangan leher dan otot bahu 20-30 menit, idealnya setiap pagi

  • 8/10/2019 Peper I - Tension Type Headache.doc.docx

    16/19

    16

    Tension Type Headache| RSU Pirngadi Medan 2014

    hari, selama minimal seminggu. Hindari terlalu lama bekerja di depan komputer,

    beristirahat 15 menit setiap 1 jam bekerja, berselang-seling, iringi dengan

    instrumen musik alam/klasik. Saat tidur, upayakan dengan posisi benar, hindari

    suhu dingin. Bekerja, membaca, menonton TV dengan pencahayaan yang tepat.

    Menuliskan pengalaman bahagia. 2,5

    Pendekatan multidisiplin adalah strategi efektif mengatasi TTH. Edukasi

    baik untuk anak dan dewasa, disertai intervensi nonfarmakologis dan dukungan

    psikososial amat diperlukan.2

    Tabel : 2.1. Terapi akut TTH

    Medikamentosa Dosis Level

    Rekomendasi

    Parasetamol/asetaminofen 500 - 1000 mg A

    Aspirin 500 - 1000 mg A

    Ibuprofen 200 - 800 mg A

    Ketoprofen 25 - 50 mg A

    Naproxen 375 - 550 mg A

    Diclofenac 12,5 - 100 mg A

    Caffeine 65 - 200 mg B

    Keterangan: Level A: eff ective; Level B:probably eff ective

    2.10. Pencegahan

    Untuk profi laksis TTH kronis, dapat diberikan golongan antidepresan,misalnya : amitriptyline (10-75 mg, 1-2 jam sebelum tidur untuk meminimalkan

    pening saat terbangun). Efek samping amitriptyline adalah: mulut kering dan

    penglihatan kabur. Bila belum efektif, diberikan mirtazepine. Selengkapnya ada di

    tabel 2.2.

    Penderita TTH kronis dianjurkan membatasi konsumsi analgesik bebas

    (tanpa resep dokter) hingga 2 kali seminggu untuk mencegah berkembangnya

  • 8/10/2019 Peper I - Tension Type Headache.doc.docx

    17/19

    17

    Tension Type Headache| RSU Pirngadi Medan 2014

    sakit kepala harian kronis (chronic daily headache). Penderita TTH kronis

    dianjurkan berhenti merokok. Buku harian nyeri kepala (headache diary) sangat

    membantu dokter menilai frekuensi dan mencegah TTH bertambah parah. Berpola

    hidup sehat, bekerja, berolahraga, dan beristirahat secara seimbang.

    Tabel 2.2 : Terapi preventif

    Medikamentosa Dosis Level

    Rekomendasi

    Amitriptyline 3075 mg A

    Mirtazapine 30 mg B

    Venlafaxine 150 mg B

    Clomipramine 75150 mg B

    Keterangan: Level A: eff ective; Level B;probably eff ective; Level C:possibly eff ective

    2.11. Prognosis

    Pada penderita TTH dewasa berobat jalan yang diikuti selama lebih dari

    10 tahun, 44% TTH kronis mengalami perbaikan signifi kan, sedangkan 29%

    TTH episodik berubah menjadi TTH kronis.61 Studi populasi potong lintang.

    Denmark yang ditindaklanjuti selama 2 tahun mengungkapkan rata-rata remisi

    45% di antara penderita TTH episodik frekuen atau TTH kronis, 39% berlanjut

    menjadi TTH episodik dan 16% TTH kronis. Secara umum, dapat dikatakan

    prognosis TTH baik.2

  • 8/10/2019 Peper I - Tension Type Headache.doc.docx

    18/19

    18

    Tension Type Headache| RSU Pirngadi Medan 2014

    BAB III

    KESIMPULAN

    Nyeri kepala merupakan kondisi yang sangat sering terjadi dengan

    penyebab yang belum diketahui, walaupun telah diterima bahwa kontraksi otot

    kepala dan leher merupakan mekanisme penyebab nyeri. Kontraksi otot dapat

    dipicu oleh faktor - faktor psikogenik, yaitu ansietas atau depresi, atau oleh

    penyakit lokal pada kepala dan leher, misalnya spondilosis servikalis atau

    maloklusi gigi. Akan tetapi, hipotesis mengenai penyebabnya menyebabkan

    banyak neurolog lebih suka menggunakan istilah nyeri kepala harian kronik

    (chronic daily headache).

    Tension-type Headache (TTH) adalah nyeri kepala bilateral yang

    menekan, mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak diperburuk oleh

    aktivitas fi sik, bersifat ringan hingga sedang, tidak disertai/minimal mual

    dan/atau muntah, serta disertai fotofobia / fonofobia. Prevalensi bervariasi antara

    11-93%, cenderung lebih sering pada wanita. Etiopatofi siologi TTH adalahmultifaktorial. Diagnostik klinis ditegakkan berdasarkan kriteria International

    Classifi cation of Headache Disorders (ICHD). Pemeriksaan fisik dapat

    menjumpai pericranial tenderness, yang dicatat dengan Total Tenderness Score.

    Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi dan bila perlu. Penegakan

    diagnosis mempertimbangkan aspek diagnosis banding dan komorbiditas.

    Penatalaksanaan meliputi farmakologis dan nonfarmakologis. Pencegahan

    dengan medikamentosa dan berpola hidup sehat-seimbang. Prognosis

    baik.

  • 8/10/2019 Peper I - Tension Type Headache.doc.docx

    19/19

    19

    Tension Type Headache| RSU Pirngadi Medan 2014

    Rujukan

    1.

    Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis : Nyeri kepala tegang otot/tension

    type headache (TTH). Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia &

    Gajah Mada University Press. Yokyakarta. 2005 ; 271-88.

    2.

    Anurogo D. Tension Type Headache (TTH), Neuroscience Department,

    Brain and Circulation Institute of Indonesia (BCII) Surya University,

    Indonesia Journal. CDK-214 / vol. 41. 2014 ; 1-6.

    3. Sidharta P. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Penerbit Buku

    Kedokteran PT. Dian Rakyat. Jakarta. 1999 ; 35-6.

    4. Price Sylvia A. Wilson LM. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses

    Penyakit. 6thed volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta : 2006.

    1096.

    5.

    Ginsberg L. Lecture Notes: Neurologi 8thed. Penerbit Erlangga Medical

    Series. Jakarta. 2008; 74-77.