peper presentasi kerajinan buleleng 2009

22
MACAM DAN JENIS SENI KERAJINAN DI KABUPATEN BULELENG BALI I Nyoman Suardina I. PENDAHULUAN Usaha kerajinan adalah suatu pilar perekonomian yang masih eksis menyangga kehidupan sebagian masyarakat Kabupaten Buleleng. Dengan demikian sektor kerajinan sampai sekarang masih tetap diusahakan sebagai mata pencaharian, baik dilakukan secara perorangan, maupun kelompok. Dalam bentuk usaha, ada yang dilakukan secara tradisional perorangan, kelompok masyarakat atau dengan manajemen yang lebih baik dalam bentuk perusahaan perorangan maupun asosiasi. Makin majunya dunia usaha serta taraf kehidupan masyarakat produsen maupun konsumen, tak pelak menuntut pencitraan bentuk-bentuk kerajinan, sehingga kerajinan dapat berkembang begitu dinamis. Tuntutan gaya hidup konsumen serta kemampuan desainer dalam merespon, dapat menyuburkan perkembangan mode kerajinan, dari waktu ke waktu. Gambaran itu sangat jelas terbaca dalam peta perkembangan usaha kerajinan di daerah Buleleng saat ini. Bila di masa lalu kerajinan diusahakan sebagai pengisi waktu luang, dimana jiwa dan karakter pada setiap produk yang dihasilkan adalah penggambaran jiwa-jiwa sederhana, aplikatif sebagai kagunan dan milik masyarakat pendukungnya. Begitu pula usaha kerajinan itu sebagai anugerah potensi alamiah yang dimiliki masyarakat setempat, dan mencerminkan karakter masyarakat sebagai budaya lokal. Namun, ‘kerajinan’ yang tadinya berkonotasi pada proses pekerjaan, kini kata itu cukup menempel pada produknya saja. Sedangkan proses ‘kerajinan’ itu sudah menjelma menjadi; pekerjaan, usaha, komoditas melalui proses tersetruktur dalam aturan waktu maupun manajemen. Seiring berkembangnya budaya global, perwajahan kerajinanpun mengalami perubahan. Beberapa idiom terkesan ‘memaksa’ hadir dalam keseharian masyarakat tradisional Buleleng. Dahulu masyarakat hanya akrab pada kata; sok, kukusan, sokasi/ keben, wanci/ dulang, saab, bokor, dan sebagainya. Kini dengan sangat fasih para perajin menyebut apa yang mereka kerjakan sebagai; box set, bath rack, box handle, coffee set tray, oval lamp set, table square, bambu bowl, lamp holder, CD cabinet, food accessories, dan sebagainya. Untuk mengetahui secara detail eksistensi usaha kerajinan di Kabupaten Buleleng saat ini, baik dari segi lokasi (sentra) kerajinan, jenis kerajinan, bahan yang digunakan, proses pengerjaannya, dan cara pemasarannya, perlu diadakan pendataan dalam bentuk penelitian. Penelitian ini sangat tepat dilakukan sebagai langkah awal dalam mendokumentasi sektor kekriyaan di Bali. Kedepan, dalam perkembangan pasar global, tidak dipungkiri Bali akan menjadi ajang pasar internasional dibidang seni, khususnya dibidang seni kriya/ kerajinan. Hal ini tentunya diharap menjadi langkah strategis bagi Jurusan Kriya Seni ISI Denpasar dalam menyediakan data base tentang seni kriya/ kerajinan di Bali yang sekiranya dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi ISI Denpasar sebagai lembaga seni yang dibanggakan masyarakat Bali.

Upload: ridwan-ridho-putera

Post on 05-Jul-2015

863 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

MACAM DAN JENIS SENI KERAJINAN

DI KABUPATEN BULELENG BALI

I Nyoman Suardina

I. PENDAHULUAN

Usaha kerajinan adalah suatu pilar perekonomian yang masih eksis menyangga

kehidupan sebagian masyarakat Kabupaten Buleleng. Dengan demikian sektor kerajinan

sampai sekarang masih tetap diusahakan sebagai mata pencaharian, baik dilakukan secara

perorangan, maupun kelompok. Dalam bentuk usaha, ada yang dilakukan secara

tradisional perorangan, kelompok masyarakat atau dengan manajemen yang lebih baik

dalam bentuk perusahaan perorangan maupun asosiasi. Makin majunya dunia usaha serta

taraf kehidupan masyarakat produsen maupun konsumen, tak pelak menuntut pencitraan

bentuk-bentuk kerajinan, sehingga kerajinan dapat berkembang begitu dinamis. Tuntutan

gaya hidup konsumen serta kemampuan desainer dalam merespon, dapat menyuburkan

perkembangan mode kerajinan, dari waktu ke waktu.

Gambaran itu sangat jelas terbaca dalam peta perkembangan usaha kerajinan di

daerah Buleleng saat ini. Bila di masa lalu kerajinan diusahakan sebagai pengisi waktu

luang, dimana jiwa dan karakter pada setiap produk yang dihasilkan adalah

penggambaran jiwa-jiwa sederhana, aplikatif sebagai kagunan dan milik masyarakat

pendukungnya. Begitu pula usaha kerajinan itu sebagai anugerah potensi alamiah yang

dimiliki masyarakat setempat, dan mencerminkan karakter masyarakat sebagai budaya

lokal. Namun, ‘kerajinan’ yang tadinya berkonotasi pada proses pekerjaan, kini kata itu

cukup menempel pada produknya saja. Sedangkan proses ‘kerajinan’ itu sudah menjelma

menjadi; pekerjaan, usaha, komoditas melalui proses tersetruktur dalam aturan waktu

maupun manajemen.

Seiring berkembangnya budaya global, perwajahan kerajinanpun mengalami

perubahan. Beberapa idiom terkesan ‘memaksa’ hadir dalam keseharian masyarakat

tradisional Buleleng. Dahulu masyarakat hanya akrab pada kata; sok, kukusan, sokasi/

keben, wanci/ dulang, saab, bokor, dan sebagainya. Kini dengan sangat fasih para perajin

menyebut apa yang mereka kerjakan sebagai; box set, bath rack, box handle, coffee set

tray, oval lamp set, table square, bambu bowl, lamp holder, CD cabinet, food

accessories, dan sebagainya.

Untuk mengetahui secara detail eksistensi usaha kerajinan di Kabupaten Buleleng

saat ini, baik dari segi lokasi (sentra) kerajinan, jenis kerajinan, bahan yang digunakan,

proses pengerjaannya, dan cara pemasarannya, perlu diadakan pendataan dalam bentuk

penelitian. Penelitian ini sangat tepat dilakukan sebagai langkah awal dalam

mendokumentasi sektor kekriyaan di Bali. Kedepan, dalam perkembangan pasar global,

tidak dipungkiri Bali akan menjadi ajang pasar internasional dibidang seni, khususnya

dibidang seni kriya/ kerajinan. Hal ini tentunya diharap menjadi langkah strategis bagi

Jurusan Kriya Seni ISI Denpasar dalam menyediakan data base tentang seni kriya/

kerajinan di Bali yang sekiranya dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi ISI

Denpasar sebagai lembaga seni yang dibanggakan masyarakat Bali.

Page 2: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

Dalam dekade terakhir, massive displays di ruas jalan di Sukawati, Ubud, Sanur

dan Kuta telah dipenuhi berbagai macam produk kerajinan yang terkesan modern. Kalau

dilihat dengan cermat, beberapa jenis kerajinan itu bukan didatangkan dari luar Bali,

meski lokal jenius Bali sekilas tidak tampak dalam kemasannya. Material yang digunakan

sebagai bahan baku kerajinan tersebut dari bahan-bahan alami yang bisa didapat dari

alam lingkungan di Bali pada umumnya, seperti; bambu, batok kelapa, iyip, pohon

lemputu (pakis), pleting, batu apung, rotan, dan sebagainya. Namun kemasan yang dapat

disuguhkan mencitrakan nilai rasa yang berbeda dengan produk kerajinan sebelumnya.

Dari data awal yang didapat, kerajinan semacam itu diproduksi hampir di semua daerah

di Bali. Salah satu daerah yang dapat mengembangkan sentra kerajinan dengan baik

adalah Kabupaten Buleleng.

Kabupaten Buleleng yang berada di utara lereng terjal poros tengah pegunungan

Bali membentang dari ujung barat sampai ujung timur, menempatkan daerah itu nyaris

sebagai daerah rainshadow (daerah bayang-bayang hujan). Hawa yang hangat

menghampar di antara lautan dan perbukitan, merupakan pembentuk kawasan yang

penuh potensi alamiah, diantaranya tempat tumbuh berbagai macam tumbuhan tropis

seperti; enau/ aren, kelapa, bambu, jati, sono keeling, dan sebagainya. Sungai-sungai

yang mengukir keindahan lembah, merupakan karunia Tuhan yang sangat penting untuk

pengairan persawahan, serta potensi lain yang dibawa air sungai seperti pasir dan batu

apung. Dengan potensi alamiah yang melimpah, serta masyarakatnya yang memiliki

budaya yang dinamis, familier, terbuka, dan ulet, menjadikan Buleleng daerah yang tidak

pernah redup dalam kreativitas. Salah satunya adalah kreativitas dibidang kerajinan.

Dahulu, kerajinan di Buleleng dikerjakan dengan teknik dan tema konvensional,

bahan baku yang digunakan adalah material yang telah diakrabi masyarakat dalam

kehidupan keseharian mereka. Proses pembuatannya pun tidak menggunakan teknologi

yang tinggi, estimasi waktu penyelesaian tidak menentu, serta dengan domain pasar lokal.

Macam dan jenis produk kerajinan berkisar pada produk sok, kukusan, sokasi/ keben,

wanci/ dulang, saab, gambar wayang di kanvas/ kaca, bokor perak, perhiasan emas/

perak, seni pahat, dan tenun.

Di masa kini, budaya global telah menghegomoni seluruh kawasan di Indonesia.

Kemajuan dalam bidang teknologi dan informatika telah membawa perubahan serta

pergeseran kecenderungan pola hidup. Buleleng sebagai daerah terbuka menggeliat pula

dalam dinamika kekiniannya, termasuk dalam bidang kerajinan. Sentra kerajinan

bermunculan. Globalisasi semakin terasa manakala rasa permisif masyarakat dalam

mengerjakan kerajinannya telah berubah menjadi sesuatu yang profit orientation. Produk

kerajinan dari sosio-kultural yang berbeda banjir dalam order dan pasaran. Sementara ada

fenomena yang menarik dalam diskursusnya, yakni pemanfaatan dan eksplorasi material

alamiah yang diproses dan dikemas secara modern. Hegomoni baru telah mampu

mengubah pola hidup para kriyawan/ perajin daerah ini. Usaha kerajinan tidak lagi

menjadi sekadar representasi jiwa lugu dan sabar masyarakat pedesaan, tetapi presentasi

dari usaha bisnis yang menguntungkan secara finansial.

Seiring budaya masyarakat yang makin berkembang, utamanya dari pengaruh

pariwisata yang identik dengan dunia fashion, maka mode adalah suguhan menu utama

untuk memenuhi keinginan wisatawan. Eksplorasi dalam bidang kerajinan pun menjawab

tantangan itu. Dari Buleleng barat (Celukan Bawang) bermunculan home industry dalam

bidang accessories, bubut kayu, furniture, dengan didominasi teknik finishing laminasi.

Page 3: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

Dalam sebutan inilah kerajinan telah diusahakan dengan manajemen yang lebih

professional, dibidang eksplorasi bahan baku, desain, proses pengerjaan, finishing, sistem

order, kwalitas kontrol, pemasaran dan keorganisasian. Dari gambaran itu, yang penting

digali adalah peta kerajinan di Kabupaten Buleleng saat ini.

II. TUJUAN DAN METODE

A. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendata keberadaan sentra kerajinan serta macam dan jenis produk yang

dihasilkan di Kabupaten Buleleng.

2. Untuk mengetahui proses estetik dalam mewujudkan berbagai produk kerajinan,

serta wilayah pemasarannya.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi penunjang bahan ajar dalam proses

belajar mengajar di lingkungan perguruan tinggi seni.

4. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

yang jelas mengenai keberadaan seni kerajinan yang ada di Kabupaten Buleleng.

5. Memperoleh pengalaman dalam berbagai proses pembuatan seni kerajinan dan

pemasarannya.

6. Dapat memperkaya materi bahan ajar dalam proses belajar mengajar di

lingkungan perguruan tinggi seni.

B. Metode Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan ini berbentuk penelitian deskriptif bertujuan

untuk mendata, menggambarkan keadaan atau status fenomena keberadaan Sentra

Kerajinan dan Jenis Produk kerajinan yang dihasilkan. Peneliti ingin mengetahui hal-hal

yang berhubungan dengan produksi kerajinan baik yang tradisional maupun yang

dikerjakan dengan metode baru. Untuk mengetahui secara lengkap tentang keberadaan

dari berbagai jenis kerajinan di Kabupaten Buleleng, maka dilakukan penelitian dengan

menerapkan metode sebagai berikut:

1. Metode pengumpulan data

Dalam metode pengumpulan data ada dua teknik yang dapat dilakukan, yaitu

teknik observasi atau pengamatan secara langsung. Sebagai objek penelitian ini adalah

seluruh produk seni kerajinan, sedangkan subyek penelitian adalah perajin yang

mempoduksi seni kerajinan tersebut yang dapat dipandang sebagai sumber data primer.

Kedua dilakukan dengan teknik wawancara. Untuk mendapatkan data faktual mengenai

kondisi geografis, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat perajin di masing-masing

sentra seni kerajinan di Kabupaten Buleleng ditempuh melalui wawancara dengan

responden. Juga dilakukan interpretasi peristiwa, dengan maksud mempertajam

pengertian serta mendapat wawasan baru dari obyek yang diliti.

2. Metode dokumentasi

Untuk meperoleh gambaran yang lebih jelas bagi si pembaca, maka metode

dokumentasi adalah hal yang paling tepat. Dari metode ini dihasilkan foto-foto

Page 4: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

dokumentasi yang dapat mengilustrasikan hal yang sebenarnya pada objek penelitian,

atau yang terjadi di lapangan.

3. Metode pengolahan data

Setelah data dapat dikumpulkan selanjutnya dilakukan kegiatan pengolahan

data untuk memperoleh seprangkat informasi, atau proses ini sering disebut dengan

"analisis data". Dalam penelitian deskriptif terdapat dua jenis penelitian menurut sifat dan

analisa datanya yaitu deskriptif eksploratif dan deskriptif depelopmental (Arikunto, 1989:

195). Dalam penelitian yang dilakukan lebih mengarah pada sifat deskriptif eksploratif,

karena bertujuan untuk menggabarkan status pendataan fenomena produksi dengan

diterminasi penemuan baru.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan metode yang dipakai dalam penelitian ini, maka setelah data dapat

dikumpulkan dilakukan klasifikasi data secara keseluruhan, sehingga diperoleh bangunan

informasi data yang utuh. Penyajian bahasan dalam penelitian ini lebih mengarah pada

penyajian secara deskriptif eksploratif, karena bertujuan untuk menggambarkan status

pendataan fenomena produksi dengan diterminasi penemuan baru. Artinya, walau usaha

kerajinan telah dikerjakan masyarakat secara turun temurun, namun beberapa item adalah

merupakan penemuan atau memiliki unsur kebaruan, baik dari segi bahan, teknik maupun

peralatan yang digunakan.

1. Kerajinan Bambu

Banjar : Wana Sari

Desa : Tiga Wasa

Kecamatan : Banjar

Kabupaten : Buleleng

Jenis Kerajinan : Anyaman bambu

Tiga Wasa merupakan sentra kerajinan bambu yang masih bertahan di Kabupaten

Buleleng. Kerajinan anyaman bambu telah ditekuni secara turun-temurun. Motif yang

diterapkan pada produk kerajinan sangat beraneka ragam, seperti motif swastika, dan

motif lainnya telah mengalami suatu kesatuan yang utuh dalam penerapan pada bidang

produk anyaman bambu.

Kerajinan anyaman bambu di Desa Tigawasa, telah dapat menunjukan kualitas,

dan berbagai jenis bentuk desain yang diproduksi, sehingga mampu merebut pasar lokal

maupun dari daerah lain.

Macam Sokasi, gandek, tas jinjing, kap lampu, tempat sampah

Bahan Bambu buluh, bambu tali, uang kepeng, tali rotan, lem kayu

Bentuk -

Motif Suastika, mawar, sigsag, naga sari, huruf ( seperti nama

Page 5: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

pemesan)

Finishing Cat, zat pewarna, dan Politur

Sumber bahan Sekitar kecamatan Banjar, dan sebagian di datangkan dari

luar desa Tiga Wasa.

Sumber dana Pribadi dan Disperindag

Jumlah tenaga kerja 5 orang

Pemasaran Gianyar, Denpasar dan pesanan dari perorangan (desain di

disesain oleh pemesan)

Pemilik I Putu Pastiyasa

2. Kerajinan Lukis Kaca

Banjar : Delod Margi

Desa : Naga Sepaha

Kecamatan : Buleleng

Kabupaten : Buleleng

Jenis Kerajinan : Lukisan Kaca

Desa Naga Sepaha memiliki kekhasan dalam usaha kerajinan yaitu melukis di

atas kaca bening yang biasa disebut lukisan kaca. Di desa ini terdapat banyak perajin

lukisan kaca sehingga Naga Sepaha pada perkembangannya menjadi sentra usaha

kerajinan lukisan kaca. Meskipun terdapat banyak rumah produksi, lukisan kaca yang

dihasil oleh mereka memiliki tema yang berbeda-beda, seperti tema barata yudha,

Ramayana, pepatraan dan kontenporer. Setiap perajin memiliki karakteristik visualisasi

yang unik sesuai ide dari pengalamannya. Salah satu perajin tersebut adalah I Kadek

Suradi yang memasukkan tema kontemporer dalam karyanya.

Macam Lukisan tradisi, lukisan Kontemporer

Bahan/ alat Kaca, cat minyak, kuas

Bentuk Persegi

Motif Pepatraan, wayang, kekarangan, manusia (dekoratif)

Finishing Cat, prada

Sumber bahan Buleleng

Sumber dana Pribadi

Jumlah tenaga kerja 2 orang

Pemasaran Buleleng.

Pemilik I Kadek Suradi

3. Kerajinan Mote

Banjar : Naga Sepaha

Desa : Naga Sepaha

Kecamatan : Buleleng

Kabupaten : Buleleng

Jenis Kerajinan : Mote

Page 6: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

Mote adalah salah satu bahan baku yang dominan dipergunakan untuk membentuk

motif/hiasan pada saab, lamak, tamiang, maupun hiasan dinding sebagai perlengkapan

upacara agama Hindu. Di Buleleng, sentra kerajinan ini terdapat di Desa Naga Sepaha.

Selain mote, bahan baku yang digunakan adalah uang kepeng, daun lontar, dan kain

beludru. Daun lontar dipergunakan untuk merancang pola awal/ bentuk global seperti

pada saab (tudung sesaji), sedangkan kain bludru sebagai latar belakang dari penerapan

motif tersebut. Produk kerajinan mote masih mungkin untuk dikembangkan desainnya,

bukan semata untuk kepentingan upacara agama saja, juga untuk kepentingan

kepariwisataan sebagai cendramata, seperti kerajinan mote di daerah lain. Jika hal ini

dapat di upayakan, kerajinan mote akan dapat berkembang sesuai dengan konteks

zamannya.

Macam Saab, tamiang, lamak, hiasan dinding

Bahan Mote, kain bludru, daun lontar uang kepeng, cermin

Bentuk -

Motif Uang kepeng, bunga, manusia, legong, tumbuhan

Finishing Vernis, jarit mesin,tangan

Sumber bahan Buleleng dan Denpasar

Sumber dana Pribadi dan koperasi

Jumlah tenaga kerja 15 orang

Pemasaran Tabanan, Kab Klungkung, Kab Jembrana

Pemilik Ni Ketut Kocak

4. Kerajinan Gerabah

Banjar : Banyuning Tengah

Desa : Banyuning

Kecamatan : Banyuning

Kabupaten : Buleleng

Jenis Kerajinan : Gerabah

Banyuning merupakan sentra kerajinan gerabah yang tetap bertahan di kota

Singaraja, Buleleng. Bahan baku kerajinan berupa tanah liat mudah didapat disekitar

Banyuning. Dahulu pengolahan tanah untuk bahan gerabah masih diusahakan secara

tradisional. Kini perajin telah memiliki alat mengolahan tanah yang digerakan oleh

mesin, sehingga memudahkan dalam proses pembuatan bahan baku. Proses pembentukan

kerajinan gerabah diperlukan beberapa tahapan diantaranya proses membentuk diatas

pelarik atau roda putar dan biasa dibut oleh perajin adalah pengejunan, dangan cara

putaran dapat dibuat atau menghasilkan benda-benda berbentuk selindris seperti vas

bunga, mangkok, periuk, kekeb, pasepan, penglaklakan, coblong, pane, gentong dan

bentuk lainnya. Penerapan motif tetap mempertahankan proses tradisi seperti menempel

dan membuat lekukan pada pinggiran benda gerabah. Pembakran dilakukan dengan

tungku permanent, benda-benda gerabah yang telah kering disusun didalam tungku serta

diberi alas dengan pecahanan gerabah, sirkulasi diatur agar api dapat beredar keseluruh

benda gerabah di dalam tungku. Pembakaran seperti tungku bak memerlukan waktu

yang agak lama disbanding dengan tungku lading, maka hasil pembakaran tungku bak

Page 7: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

lebik baik dan matangnya lebih merata, dengan resiko kerusakan lebih kecil. Suhu

pembakaran bisa mencapai antara 500-700ºC. Tidak ada finishing khusus diterapkan,

selain warna merah yang dihasilkan dari tungku pembakaran.

Macam Pot bunga, kekeb, pasepan, pane, coblong, pulu, cobek,

penglalakan

Bahan Tanah liat

Bentuk -

Motif -

Finishing -

Sumber bahan Buleleng

Sumber dana Mandiri dan Disperindag

Jumlah tenaga kerja 20orang

Pemasaran Pasar Buleleng

Pemilik I Ketut Yasa

5. Kerajinan Ingka

Banjar : Pengubugan

Desa : Depaha

Kecamatan : Kubu Tambahan

Kabupaten : Buleleng

Jenis Kerajinan : Ingka /lidi

Ingka merupakan kerajinan yang dibuat darai bahan lidi yang dianyam dan

dibentuk seperti mangkuk dan piring. Pada bentuk mangkuk bagian pinggir dibuat lebih

tinggi sedangkan bentuk piring dibuat pipih. Ingka awalnya dipergunakan sebagai tempat

sesajen dengan ukuran yang berbeda-beda. Dewasa ini ingka juga dipergunakan untuk

tempat makanan/ properti kuliner. Banjar Pengubugan, Buleleng merupakan salah satu

sentra kerajinan ingka. Jumlah perajin sekitar 20 orang. Bahan baku berupa lidi tersedia

melimpah, karena dihasilkan dari daun kelapa yang didapat dari daerah itu. Proses

produksi ingka sangat sederhana, tahap pertama yaitu anyaman iseh ( pusat /pusar dalam)

baru kemudian anyaman pinggir yang sering disebut bibih ingka (bibir ingka). Finishing

ingka sangat ditentukan kehalusan rautan lidi. Motif sangat terbatas, hanya dari

kepiawaian membuat tumpang tindih dari anyaman itu sendiri dan kerapian

menganyamnya. Pemasaran sementara ini dipasarkan di daerah Buleleng dan sekitarnya.

Macam Piring, bunga, talam, bokor, mangkuk

Bahan Lidi dari daun kelapa

Bentuk -

Motif Bentuk isehan dan bibih ingka, anyaman tmpang tindih,

yaitu tindih dua, tiga, tujuh

Finishing -

Sumber bahan Sekitar kecamatan Banjar, Kab Buleleng

Sumber dana Pribadi

Jumlah tenaga kerja 20 orang

Page 8: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

Pemasaran Bulian dan Sidatapa kab Buleleng

Pemilik Ni Luh Sukrasmini

6. Kerajinan Pelepah Pisang

Banjar : Ambengan

Desa : Padang Bulia

Kecamatan : Suka Sada

Kabupaten : Buleleng

Jenis Kerajinan : Pelepah Pisang

Di awal tahun 90-an kerajinan dari pelepah pisang telah diproduksi luas di Bali.

Banjar Ambengan sebagai sentra kerajinan pelapah pisang di Kabupaten Buleleng,

sampai saat ini masih sangat intens mengembangkan jenis kerajinan ini. Bahan baku

seperti pelepah pisang, kulit buah lamtoro, daun kupu-kupu, lidi daun tebu, tangkai bunga

kelapa (paang), banyak tersedia disekitar desa Padang Bulia, sedangkan karton

didatangkan dari Denpasar. Proses pembuatan produk kerajinan pelapah pisang diawali

dengan proses pengolahan bahan baku. Pelepah pisang, daun kupu-kupu yang baru

dipetik dikukus dan dikeringkan. Kemudian bahan-bahan tersebut sudah siap untuk

dirangkai menjadi sampul buku, album foto kenangan, tempat tisu, dan sebagainya.

Macam Album, bingkai foto, noot book, buku address

Bahan Pelepah pisang, daun waru,kupu-kupu, buah lamtoro, pasir

putih, kertas kartoon dan kertas daur ulang

Bentuk -

Motif Pohon kelapa, kura-kura, sandal, berbagai jenis ikan,

kangguru

Finishing Movilex, clear gloss

Sumber bahan Denpasar, dan sekitar Sukasada

Sumber dana Disperindag dan sendiri

Jumlah tenaga kerja 15 orang

Pemasaran Pesanan dari bayer seperti Spanyol dan Amerika

Pemilik I Wayan Budiasa

7. Kerajinan Logam

Banjar : Sari Mekar

Desa : Sari Mekar

Kecamatan : Buleleng

Kabupaten : Buleleng

Jenis Kerajinan : Logam (kuningan dan tembaga)

Saat ini perajin logam di desa Sari Mekar hanya bertahan pada beberapa rumah produksi.

Hal ini disebabkan lesunya pemasaran dan semakin banyaknya saingan dari daerah lain

seperti Kabupaten Klungkung dan Gianyar. Selain itu, mahalnya harga bahan baku juga

Page 9: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

merupakan salah satu faktor berkurangnya perajin yang kemudian memutuskan untuk

beralih propfesi.

Bahan baku yang digunakan perajin di Banjar Sari Mekar berupa logam tembaga dan

kuningan. Bahan yang dibeli dari Gianyar dan Denpasar ini kemudian diolah menjadi

bokoran, saab, dulang, kap lampu, dan nampan. Pada permukaan produk-produk

kerajinan ini dihiasi motif yang sudah biasa dibuat seperti pepatran, wayang, boma, saet

mingmang, emas-emasan, cermean, krawangan, patra ulanda, dan bunga kamboja.

Sedangkan motif yang menjadi unggulan adalah motif saet mingmang.

Perajin di desa Sari Mekar pada umumnya menggunakan dana pribadi sebagai

sumber modal usaha. Selama ini belum pernah diperoleh sumber dana dari pihak lain.

Sementara itu perajin profesional yang bekerja pada setiap rumah produksi terdiri atas

lima orang perajin.

Macam Bokoran, saab, dulang, kap lampu, nampan

Bahan Kuningan dan tembaga, bahan sepuh.

Bentuk -

Motif Pepatraan, Wayang, Boma, Saet Mingmang, Emas-emasan

Cermean, Krawangan, P.Ulanda, Bunga kamboja

Finishing Sepuh perak, emas, dan diantik pada bahan tembaga

Sumber bahan Gianyar dan Denpasar

Sumber dana Pribadi

Jumlah tenaga kerja 5 orang

Pemasaran Buleleng sekitarnya dan Denpasar

Pemilik I Ketut Sadia

8.Kerajinan Tenun Cagcag Songket

Banjar : Dusun Gambang

Desa : Jeneng Dalem

Kecamatan : Buleleng

Kabupaten : Buleleng

Jenis Kerajinan : Tenun Songket

Desa Jeneng Dalem, Buleleng seakan menjadi tautan terakhir kerajinan Tenun cag-

cag, khususnya tenun songket. Kerajinan yang dihasilkan berupa kamben dan selendang

songket. Tenun cagcag songket ini biasanya digunakan pada saat acara adat. Bahan baku

tenun cagcag biasanya harus didatangkan dari daerah diluar Buleleng, seperti Klungkung.

Hal ini disebabkan langkanya bahan baku songket di Buleleng.

Page 10: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

Sementara itu untuk pemasaran tenun cagcag baru dapat dilakukan di sekitar

kabupaten Buleleng. Ini pun hanya berdasarkan pesanan (make by order). Keadaan yang

demikin pada akirnya menyebabkan berkurangnya jumlah perajin tenun cagcag di

kabupaten Buleleng.

Macam Kamben, Selendang, Kampuh, Udeng, Taplak meja, sarung

bantal

Bahan Benang, benang perak, dan benang emas.

Bentuk Persegi panjang

Motif K.Boma, P. Punggel, Merak, Gelap, Wajik, Tumpal,

Kupu-kupu, Temesir, Pinggiran.

Finishing -

Sumber bahan Buleleng dan Klungkung

Sumber dana Bank, Biaya Mandiri

Jumlah tenaga kerja 6 orang

Pemasaran Buleleng, Denpasar, Klungkung

Pemilik Ni Ketut Koni

9. Kerajinan Tenun Bebali

Banjar : Kubu anyar

Desa : Pacung

Kecamatan : Teja Kula

Kabupaten : Buleleng

Jenis Kerajinan : tenun cagcag kain bebali

Kain Tenun Bebali adalah kain tradisional (klasik) hasil tenunan masyarakat Teja

Kula Buleleng, Bali. Zaman dahulu kain ini sangat fungsional di tengah-tengah

masyarakat Buleleng khususnya dan masyarakat Bali pada umumnya untuk digunakan

sebagai pakaian adat disaat melakukan upacara keagamaan, sebagai pelengkap sarana

upacara itu sendiri, dan sebagai penghias bangunan suci (raja pengangge). Kain ini

tergolong langka namun sejak dahulu cukup dikenal di manca negara sebagai

cenderamata.

Sejarah Singkat Kain Tenun Bebali

Selama ribuan tahun, alat tenun backstrap telah digunakan untuk menenun. Di

Bali, menenun dengan teknik dan alat seperti ini disebut dengan Tenun Cagcag, dan

secara tradisional dilakukan oleh kaum perempuan. Bali sesungguhnya memiliki berbagai

tradisi teknik menenun diantaranya; tenun Geringsing (double ikat), Songket

(suplementary tenunan polos dengan lungsin paterning), Endek (warp ikat) dan Bebali

(kain tradisional polos yang digunakan dalam upacara keagamaan). Kapas sebagai bahan

utama kain tenun dihasilkan dan ditanam di daerah sekitar lingkungan desa. Demikian

pula, bahan-bahan alami yang digunakan untuk pencelupan termasuk Indigo (taum) dan

Morinda citrifolia (Sunti), begitu pula bahan-bahan pewarna serta bahan fermentasi

tersedia secara alamiah.

Page 11: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

Secara historis, Bebali memiliki dua fungsi utama; sebagai pakaian atau ritual.

Lebih dari 100 tahun yang lalu, Bebali digunakan dalam bentuk polos (tanpa garis) oleh

laki-laki dan perempuan sebagai sarung (kamben) untuk dipakai setiap hari. Saat ini,

polos Bebali hanya dikenakan untuk Piodalan di Pura. Kain Bebali dalam upacara

melambangkan siklus kehidupan. Garis-garis yang melambangkan transisi dari satu fase

kehidupan yang lain. Sebagai contoh di daerah Pacung selama 6 bulan untuk keselamatan

bayi diadakan suatu upacara, bayi dibungkus kain Bebali selama ritual tersebut. Dalam

hal ini Kain Bebali memiliki peran yang penting, dan sampai saat ini masih

dipertahannkan dalam upacara manusa yadnya, dari lahir sampai kematian. Di

kebanyakan daerah, Bebali dianggap kain yang suci dan memiliki sifat magis dalam

budaya Bali. Selama 50 tahun terakhir kerajinan tangan tenun kain Bebali sempat

menghilang, ini disebabkan masuknya produksi kain tenun Bebali yang menggunakan

mesin. Warna yang digunakan untuk mencelup juga menggunakan zat kimia. Sedangkan

kain tenun tangan yang dibuat dari bahan-bahan alami serta dikerjakan dengan teknik

Cagcag keberadaannya hanya bisa dilihat di museum-museum di seluruh dunia dan pada

upacara keagamaan di Bali yang masih menggunakan kain tua.

Macam Kain bebali untuk sarat upacara, dipakai (busana), Raja

Pengangge (untuk tempat suci)

Bahan Benang Sutera, Katun, Warna alam

Bentuk Persegi panjang

Motif Garis-garis

Finishing -

Sumber bahan Dari gianyar

Denpasar

Sumber dana NGO,

Mandiri

Jumlah tenaga kerja 11 orang

Pemasaran Jepang, Amerika, Australia, Perancis

Itali, Jerman, Eropa, Buleleng, Kintamani

Pemilik I Nyoman Sarmika

10. Kerajinan Lidi craft kombinasi kayu

Banjar : Bunut Panggang

Desa : Kaliasem

Kecamatan : Banjar

Kabupaten : Buleleng

Jenis Kerajinan : Kerajinan Lidi craft kombinasi kayu

Kerajinan lidi iyip adalah kerajinan yang dibuat dari lidi iyip (lidi yang didapat

dari batang pohon enau). Bahan baku iyip ini bentuknya memanjang kira-kira 50cm

Page 12: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

berwarna hitam berameter 0,5cm. Sesuai dengan namanya bahan ini merupakan ciri khas

dari produk yang dihasilkan.

Bahan baku iyip tersedia melimpah, karena populasi pohon enau keberadaannya

sangat banyak di Banjar Bunut Panggang, Kabupaten Buleleng. Macam kerajinan yang

dihasilkan diantaranya berupa, nampan berbagai ukuran dan bentuk, tempat sampah,

tempat cucian, mini furniture, alas piring, tempat paying, dan sebagainya. Desain

dikerjakan berdasarkan pesanan buyer.

Proses penyiapan bahan baku, lidi iyip dibersihkan sampai halus dengan cara

dikerok dan diamplas sampai mengkilap. Iyip dipotong sesuai dengan rancangan desain.

Finishing dilakukan dengan sederhana yakni menggunakan politur buatan perajin sendiri,

agar warna produk tampak lebih elegan.

Pemasaran sebagian dilakukan para bayer dari Eropa, selebihnya dipasarkan

melalui art shop di daerah Gianyar dan Kuta (badung). Modal masih menghadalkan

modal sendiri, karena pemerintah belum bisa membantu secara finansial.

Macam Nampan, bath rak seat, bottol boz, box handel, kaset box,

plesmata, laundry box.

Bahan Kayu kamelina, (jati belanda), lidi iyip dari pohon enau

Bentuk -

Motif -

Finishing politur

Sumber bahan Sekitar kecamatan Banjar

Sumber dana Biaya Mandiri

Jumlah tenaga kerja 6 orang

Pemasaran Tegallalang gianyar, kuta, pesanan dari Eropa.

Pemilik Bapak Lukman

11. Kerajinan Batok Kelapa

Banjar : Penarungan

Desa : Penarukan

Kecamatan : Buleleng

Kabupaten : Buleleng

Jenis Kerajinan : Batok Kelapa (PUJI JIWA SENI)

Kerajinan batok kelapa dibuat dari batok kelapa, yang tua untuk kesan warna hitam,

dan batok kelapa muda untuk kesan warna putih. Bahan baku tersebut diproleh dari

lingkungan tempat perajin di desa Penarungan. Bahan dasar dari kerajinan ini dibuat dari

kayu mangga. Bahan bantu lainnya seperti kulit kayu manis didapat dari luar daerah

Buleleng. Adapun proses pembuatannya sebagai berikut, pertama pembuatan bentuk

dasar silinder dikerjakan dengan teknik bubut, sedangkan yang berbentuk persegi bidang

kayu dirakit sesuai dengan ukuran yang didesain. Setelah bentuk yang diinginkan siap,

tahap berikutnya dilakukan pemasangan dengan cara laminasi (menempelkan) batok

kelapa, pakis, atau kulit kayu manis yang telah dibentuk dengan menggunakan bahan lem

atau resin sebagai bahan perekat. Dilanjutkan dengan proses pengamplasan, dari amplas

kasar ukuran 180 sampai ukuran 300 yang paling halus. Tahap akhir dilakukanproses

finishing dengan menggunakan bahan politur dan delaminating (coating). Sedang produk

Page 13: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

yang dibuat dari bahan kayu manis proses finishingnya dilakukan secara natural dalam

arti seperti apa adanya ( tanpa cat kimia). Pemasaran produk yang dihasilkan kebanyakan

merupakan pesanan dari bayer, ada juga dilakukan dengan menjual secara langsung ke

took-toko seni yang berlokasi di Denpasar, Kuta dan Ubud, sebagai pusat kunjungan

wisatawan di Bali.

Macam Tempat buah, tisu, gelas, kartu, lilin, Baki/nampan, bingkai

foto, mebeler.

Bahan Batok kelapa, kayu manis, pakis, kayu mangga, logam

kuningan

Bentuk -

Motif Geometri

Finishing Politur, natural hanya dihaluskan pada produk tertentu,

delaminating (dilapisi dengan cat clear gloss)

Sumber bahan SekitarBanjar Penarungan kabupaten Buleleng

Sumber dana Bank dan koperasi di Denpasar

Jumlah tenaga kerja 30 Orang

Pemasaran Pesanan dari toko seni di Denpasar, Kuta, Ubud Bali

Pemilik I Wayan Natih

12. Batu Apung

Banjar : Lingkungan Penarungan

Desa : Penarukan

Kecamatan : Buleleng

Kabupaten : Buleleng

Jenis Kerajinan : Batu Apung

Kerajianan Batu apung salah satu unggulan kabupaten Buleleng, kerajinan ini

dibuat dari batu apung. Bahan ini didapat dari lingkungan sekitar tempat tinggal perajin

di desa Penarukan Buleleng. Adapun proses pembentukan untuk dijadikan bahan baku

kerajinan adalah sebagai berikut, batu apung dibelah-belah berupa lembaran dengan

ketebalan kurang lebih 1cm dan dipecah menggunakan alat gergaji mesin. Selanjutnya

adalah dilakukan dengan cara menempelkan lembar-lembar batu apung yang telah

terukur, ditempelkan pada bingkai kayu yang telah disiapkan, dengan menggunakan

perekat campuran lem dengan semen. Setelah penempelan selesai, permukaan batu apung

yang tertempel pada bidang diratakan dengan menggunakan mesin gerinda sampai halus.

Demikian pula semua produk yang diproduksi, proses pengerjaaanya dilakukan sampai

finishing dengan cara yang sama. Tahap finishing dilaksanakan dengan menggunakan

bahan clear gloss. Pemasaran kerajinan batu apung sesuai dengan permintaan bayer,

diantaranya ke Perancis, Kanada dan Spanyol, disamping juga dipasarkan di pasar lokal.

Macam Tempat tisu, tempat lilin, kap lampu

Bahan Kayu, batu apung, kuningan

Bentuk -

Motif -

Page 14: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

Finishing Politur, natural dilapisi dengan clear gloss.

Sumber bahan Sekitar kecamatan Buleleng

Sumber dana Pribadi

Jumlah tenaga kerja 6 orang

Pemasaran Sesuai dengan pesanan dari Perancis, Kanada, Spanyol

Pemilik I Putu Arcana

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari pelaksanaan penelitian mengenai jenis-jenis dan macam kerajinan yang ada

di kabupaten Buleleng dapat disimpulkan sebagai berikut:

Sentra seni kerajinan berlokasi di pedesaan maupun di perkotaan, tersebar di

kabupaten Buleleng. Dari berbagai jenis produk yang dihasilkan dapat diketahui

bahwa proses pembuatan sebuah produk dilakukan secara tradisional dan inovatif

Macam produk kerajinan yang dihasilkan oleh perajin antara lain kerajinan tenun

cagcag (songket,kain bebali), logam (kuningan,tembaga) kayu (batok, lidi iyip),

bambu (anyaman bambu), ingka (lidi dari daun kelapa, Mote, lukisan kaca, gerabah,

batu apung, pelepah pisang.

Bahan baku yang dipergunakan diperoleh dari lingkungan perajin setempat dan ada

pula didatangkan dari daerah lain.

Jenis produk yang dihasilkan dapat berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan diluar

manusia dan sebagai sarana upacara panca yadnya.

Bahan dapat memberikan kerakter/motif atau nilai dekoratif yang unik dalam

penampilan jenis kerajinan, seperti motif saet mingmang yang ditatahkan pada

kerajinan logam (bokor dari bahan kuningan dan tembaga), lidi iyip, batok kelapa,

merupakan salah satu ciri khas motif yang berada di kabupaten Buleleng.

Pemasaran produk seni kerajinan, merupakan pesanan dari bayer, seperti dari jepang

spanyol, amerika, Australia disamping kebutuhan domestik.

Sumber dana yang diperoleh masih menggunakan dana sendiri, dan kesulitan

perolehan dana dari sumber lain, seperti instansi pemerintah maupun swasta

(BUMN).

2. Saran

Dengan terwujudnya hasil penelitian ini dapat kami sarankan sebagai berikut:

Mengingat bahan baku yang didapat disekitarnya semakin berkurang sebagi akibat

meningkatnya pesanan dari konsumen, disarankan kepada perajin untuk melestarikan

bahan baku yang ada disekitarnya.

Untuk tidak punahnya seni kerajinan, maka disarankan masyarakat ikut andil sebagai

konsumen aktif dalam menggunakan produk yang dihasilkan oleh perajin.

Dilingkungan akademik disarankan memberikan sumbangan pemikiran seperti dari

seni rupa dan desain memberikan desain baru yang berkembang yang masih uptodate,

juga dari disiplin ilmu lainnya.

Page 15: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

Bagi peneliti lain disaran dapat meneliti pada bidang lain untuk melengkapi problem

yang ada di perajin.

Disarankan pemerintah daerah dapat memberikan dukungan terhadap perajin yang

semakin punah, dukungan diantaranya permodalan, pemasaran, suplay bahan baku,

demi kesejahtraan masyarakat banyak.

Daftar Pustaka

Arikunto Suharsimin,1989, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Bina Aksara

Jakarta

Ave Joop, 1999, Pariwisata Berbasis Kria sebagai Produk Wisata Alternatif, Kofrensi

Tahun Kria dan Rekayasa, ITB Bandung

Bandem I Made, 2002, Mengembangkan Lingkungan Sosial yang Mendukun Kriya Seni,

PPS ISI Yogyakarta

Brata I Made, 2008, Dinamika Perkembangan Seni Kerajinan Ukir Batu Padas di

Silakarang, Gianyar, Tesis Kejian Seni ISI Yogyakarta

Gustami SP,2004, Proses Penciptaan Seni Kriya Untaian Metodelogis, Makalah, PPS.ISI

Yogyakarta.

______ , 2006, Kearipan Ekosistem dalam Berkesenian, Jaringan Makna, ed. Agus

Burhan, BP ISI Yogyakarta

_______, 1991, Seni Kriya Indonesia Dilema Pembinaan dan Pengembangan, Pidato

Ilmiah, ISI Yogyakarta.

_______, 1999, Pokok_pokok Pemikiran Propil Seni Kriya pada era Keterbukaan,

Seminar Seni Rupa STSI Surakarta.

_______, 2002, Memantapkan Wecana Seni Kriya Indonesia sebagai Akar Seni Rupa

Indonesia, PPS ISI Yogyakarta.

Irianto Jono Asmudjo, 2000, Kriya Seni Kreasi ISI Yogyakarta dalam Usaha

Membangun Rasa Percaya Diri, Geleri Nasional, Jakarta.

_______, 2002, Memantapkan dan Mengembangkan Wacana Seni Kriya Indonesia,

khususnya Kriya Seni yang merupakan Fenomena Baru dalam Penciptaan Kriya

Seni, PPS, ISI Yogyakarta.

Nawawi, Hadari H, 1983, Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press,

Yogyakarta.

Nuarta I Nyoman, 1999, Strategi Industri Kerajinan Menghadapi Era Pasar Bebas,

Semiloka Seni Kriya dan Periwisata, Yogyakarta

Page 16: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

Rohidi, Rohendi, Tjetjep, 2002, Mempersiapkan dan Mengarahkan Seni Kriya Indonesia

Dalam era Globalisasi yang Terbuka, PPS ISI Yogyakarta.

_____, 1999, Pengembangan Seni Kriya dal;am Kontek Kebudayaan Nasional, Konfrensi

tahun Kriya dan Rekayasa, ITB Bandung.

Page 17: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

Lampiran

1. Kerajinan Bambu

2. Kerajinan Lukis Kaca

3. Kerajinan Mote

Page 18: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

4. Kerajinan Gerabah

5. Kerajinan Ingka

6. Kerajinan Pelepah Pisang

.

Page 19: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

7. Kerajinan Logam

8. Kerajinan Tenun Cagcag Songket

9. Kerajinan Tenun Bebali

Page 20: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

10. Kerajinan Lidi craft kombinasi kayu

11. Kerajinan Batok Kelapa

12. Batu Apung

Page 21: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

Art Shop yang memajang karya kerajinan

Page 22: Peper Presentasi Kerajinan Buleleng 2009

MACAM DAN JENIS SENI KERAJINAN

DI KABUPATEN BULELENG BALI

oleh

I Nyoman Suardina, S.Sn, M.Sn

Anggota

Drs. I Made Radiawan, M.Erg

Drs. I Wayan Bagiartha

Dilaksanakan atas biaya I-MHERE Sub-Component B.1.

Batch III Institut Seni Indonesia Denpasar Tahun Anggran 2009,

Kontrak Nomor: 1698/I-MHERE/X/2009, Tanggal 5 Oktober 2009

JURUSAN KRIYA SENI

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI INDONESIA

5 MEI 2010